ANALISIS EKONOMI PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA AIR (STUDI KASUS KAMPUNG CIBEREUM SUNTING, KELURAHAN MULYAHARJA, KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR)
PETRUS ROMIL SUDIN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Ekonomi Pemanfaatan dan Pengembangan Sumberdaya Air (Studi Kasus: Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Petrus Romil Sudin NIM H44090089
ABSTRAK PETRUS ROMIL SUDIN. Analisis Ekonomi Pemanfaatan dan Pengembangan Sumberdaya Air (Studi Kasus: Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor). Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan BENNY OSTA NABABAN. Air merupakan sumberdaya yang esensial bagi kehidupan manusia. Pesatnya pembangunan perumahan menyebabkan persaingan antara pihak perumahan dan masyarakat lokal dalam memanfaatkan air tanah sehingga menimbulkan kelangkaan air. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji karakteristik pengguna sumberdaya air, mengestimasi nilai Willingness to Pay (WTP), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP, dan mengkaji pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, WTP, regresi, dan analisis kelayakan investasi. Hasil penelitian karakteristik pengguna sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting menunjukan bahwa tingkat penghasilan masyarakat pengguna air adalah Rp 1.000.001-Rp 2.000.000 per bulan, jumlah kebutuhan air 3-4 m³/hari/KK, dan jumlah pengguna air adalah 5-6 orang/KK. Rata-rata nilai WTP pengguna sumberdaya air adalah Rp 149,05 per m³. Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP adalah usia, penerimaan, dan jumlah kebutuhan air. Berdasarkan analisis finansial diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp 16.210.358,7; Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,18; dan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 19%. Selanjutnya dalam analisis ekonomi nilai NPV diperoleh sebesar Rp 38.839.914,09; Net B/C sebesar 1,55; dan IRR sebesar 32%. Pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dinyatakan layak dan akan memberikan manfaat dalam bentuk ketersediaan air bersih bagi masyarakat di Kampung Cibereum Sunting. Pemerintah dan masyarakat disarankan dapat melakukan penataan ruang agar pengalokasian sumberdaya air bersih bagi masyarakat lokal terjamin secara berkelanjutan. Kata kunci:
Sumberdaya air, Willingness to Pay, Net Present Value, Net Benefit-Cost Ratio, Internal Rate of Return.
ABSTRACT PETRUS ROMIL SUDIN. Economic Analysis of The Utilization and Development of Water Resources (Case Study: Cibereum Sunting, Mulyaharja Village, South Bogor sub-District, Bogor City). Supervised by TRIDOYO KUSUMASTANTO and BENNY OSTA NABABAN Water is the principal and essential resource for human life. The development of housing increase the competition of groundwater demand and leads to groundwater scarcity. The objectives of this research are to examine the characteristics of water resources user, to estimate the value of Willingness to Pay (WTP), to analyze the factor affect of WTP, and to examine feasibility of development clean water resservoir in Cibereum Sunting, Mulyaharja Village, South Bogor sub-district, Bogor City. This research used several analyses, such as descriptive, WTP, regression, and feasibility study. The results show that the characteristics of water users in Cibereum Sunting have revenue approximately Rp 1,000,001-Rp 2,000,000 per month, the amount of water needed are 3-4 m³/day/household, and number of water users are 5-6 person/household. The average value of WTP of water user is estimated Rp 149.05 per m³. The factors affect of WTP are age, revenue, and the amount of water needs. Based on the financial feasibility analysis for Net Present Value (NPV) is Rp 16,210,358.7; Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) is 1.18; and Internal Rate of Return (IRR) is 19%. Then, based on the economic feasibility analysis for NPV is Rp 38,839,914.09; Net B/C is 1.55; and IRR is 32%. It can be concluded that the development of clean water reservoir is feasible and important for continuous water supply for local people. The water resource optimal allocation policy must be established by government and stakeholders. Key words:
Water resource, Willingness to Pay, Net Present Value, Net Benefit-Cost Ratio, Internal Rate of Return.
ANALISIS EKONOMI PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA AIR (STUDI KASUS KAMPUNG CIBEREUM SUNTING, KELURAHAN MULYAHARJA, KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR)
PETRUS ROMIL SUDIN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
Judul Skripsi Nama NIM
: Analisis Ekonomi Pemanfaatan dan Pengembangan Sumberdaya Air (Studi Kasus: Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor) : Petrus Romil Sudin : H44090089
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, M.S Pembimbing I
Benny Osta Nababan, S.Pi, M. Si Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr.Ir. Aceng Hidayat M.T Ketua Departemen
Tanggal lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala karunianya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah sumberdaya air, dengan judul Analisis Ekonomi Pemanfaatan dan Pengembangan Sumberdaya Air (Studi Kasus: Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor). Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada: Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Gervasius Sudin dan Mama Maria Agustina Mei, serta adik-adik tersayang Fendy, Weniks, Ersan, dan Heru, yang selalu memberikan motivasi, doa, dan kasih sayang. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, M.S dan Bapak Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah mendidik dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr dan Bapak Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Kantor Kesbang, Dinas Binamarga dan Sumberdaya Air, BPS, Kecamatan, Kelurahan, Kepala RT/RW, dan masyarakat Cibereum Sunting yang telah banyak memberikan saran dan informasi selama pengumpulan data. Keluarga Besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM IPB para Dosen beserta Staf ESL atas semua dukungan dan bantuan selama masa studi. Rekan-rekan sebimbingan skripsi; Charra, Eno, Edwina, Hesti, dan Nur serta rekan-rekan ESL 46 atas kebersamaan dan kekompakannya. Gilang Putri Rembulan yang selalu memberikan dukungan bagi penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak dalam mengembangkan sumberdaya air bagi kesejahteraan masyarakat. Bogor, Februari 2014
Petrus Romil Sudin
i
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ..............................................................................................
i
DAFTAR TABEL .....................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
iv
PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1
Latar Belakang .........................................................................
1
1.2
Perumusan Masalah..................................................................
4
1.3
Tujuan Penelitian......................................................................
5
1.4
Ruang Lingkup .........................................................................
5
1.5
Manfaat Penelitian....................................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................
7
2.1
Sumberdaya Air........................................................................
7
2.2
Pemanfaatan Sumberdaya Air ..................................................
8
2.3
Karakteristik Pengguna Sumberdaya Air .................................
10
2.4
Contingent Valuation Method (CVM) .....................................
11
2.5
Analisis Regresi Berganda .......................................................
14
2.6
Pengembangan Sumberdaya Air ..............................................
15
2.7
Analisis Kelayakan ...................................................................
16
2.8
Analisis Sensitivitas.... .............................................................
19
2.9
Penelitian Terdahulu ................................................................
19
III
KERANGKA PEMIKIRAN ...........................................................
23
IV
METODOLOGI PENELITIAN .....................................................
25
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................
25
4.2
Metode Penelitian .....................................................................
25
4.3
Jenis dan Sumber Data .............................................................
25
4.4
Metode Pengambilan Sampel ...................................................
26
4.5
Metode Analisis Data ...............................................................
27
4.5.1 Analisis Deskriptif ........................................................
28
4.5.2 Analsisis WTP Responden terhadap Jasa Lingkungan
28
I
II
ii
4.5.3 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP Responden ..........................................................
31
4.5.4 Analisis Kelayakan Pengembangan Penampungan Sumberdaya Air Bersih .................................................
31
4.5.5 Analisis Sensitivitas ......................................................
34
Batasan Penelitian .....................................................................
34
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .........................
36
5.1
Kondisi Geografis Kelurahan Mulyaharja ................................
36
5.1.1 Kependudukan ..............................................................
37
5.1.2 Pelanggan Air Bersih PDAM .......................................
39
5.2
Kampung Cibereum Sunting ...................................................
39
5.3
Potensi Sumberdaya Air di Kampung Cibereum Sunting ........
40
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
42
6.1
Karakteristik Pengguna Air Tanah ...........................................
42
6.1.1 Usia ...............................................................................
42
6.1.2 Jenis Kelamin ................................................................
43
6.1.3 Tingkat Pendidikan Terakhir ........................................
43
6.1.4 Penghasilan ...................................................................
44
6.1.5 Jumlah Pengguna Air ....................................................
45
6.1.6 Jumlah Kebutuhan Air ..................................................
46
6.2
Estimasi Nilai WTP Masyarakat Kampung Cibereum Sunting terhadap Ketersediaan Air ........................................................
47
6.3
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP .........
49
6.4
Analisis Pengembangan Penampungan Sumberdaya Air Bersih di Kampung Cibereum Sunting ....................................
52
6.4.1 Aspek Teknis ................................................................
52
6.4.2 Aspek Sosial .................................................................
53
6.4.3 Aspek Manajemen... .....................................................
54
6.4.4 Aspek Finansial dan Ekonomi Pengembangan Penampungan Sumberdaya Air Bersih .........................
54
6.4.4.1 Penentuan Harga Bayangan ...................................
54
6.4.4.2 Analisis Arus Tunai ...............................................
55
6.4.4.3 Analisis Finansial...................................................
58
6.4.4.4 Analisis Ekonomi...................................................
61
4.6 V
VI
iii SIMPULAN DAN SARAN .................................................................
65
7.1
Simpulan ....................................................................................
65
7.2
Saran ........................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
67
LAMPIRAN ...............................................................................................
69
VII
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1
Luas kelurahan, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2011.......................................
3
2
Jenis dan sumber data .................................................................
26
3
Metode analisis data ....................................................................
27
4
Jenis penggunaan lahan di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2011 .
37
5
Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2011 ..............................................................
38
6
Jumlah pelanggan PDAM di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2011.............................................................................................
39
7
Karakteristik rumah tangga pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan tingkat penghasilan Tahun 2013.............................................................................................
44
Karakteristik rumah tangga pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan rata-rata biaya pengeluaran Tahun 2013 .................................................................................
45
Karakteristik rumah tangga pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi kebutuhan air Tahun 2013.............................................................................................
46
10
Menghitung dugaan nilai rataan WTP (Estimating Mean WTP/EWTP) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.. ......
47
11
Total WTP terhadap pembayaran jasa lingkungan di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013. ..................................................
49
12
Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013. .....
50
13
Penerimaan penjualan air bersih berdasarkan harga WTP dan harga PDAM pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 ...................
56
8
9
iv
14
15
RAB pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan harga pasar dan harga bayangan di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013....................................................
57
Biaya operasi dan pemeliharaan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan harga pasar dan harga bayangan di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013... ...........
58
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1
Kerangka pemikiran ....................................................................
24
2
Sebaran usia masyarakat pengguna air Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 ....................................................................
42
3
Karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi jenis kelamin Tahun 2013 ..........
43
4
Karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi tingkat pendidikan Tahun 2013 .
44
5
Karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi jumlah pengguna air per KK Tahun 2013 ..................................................................................
46
Kurva penawaran WTP terhadap pembayaran jasa lingkungan pengguna air Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 .............
48
6
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1
Peta wilayah Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor ..................
69
2
Keadaan daerah dan kondisi sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013....................................................
70
3
Data karakteristik responden pengguna air Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 ....................................................................
71
4
Uji kenormalan data ....................................................................
72
5
Konstruksi bangunan embung kecil ............................................
73
6
Filter air.......................................................................................
74
7
Penyusutan bahan bangunan .......................................................
75
8
Biaya upah tenaga kerja ..............................................................
75
v
9
10
11
12
13
14
15
Analisis kelayakan finansial pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan kemampuan membayar masyarakat di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 ...........
76
Analisis sensitivitas kelayakan finansial pengembangan penampungan air bersih (perubahan jumlah debit air filter menjadi 31 m³ per jam) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.............................................................................................
77
Analisis sensitivitas kelayakan finansial pengembangan penampungan air bersih (kenaikan tarif dasar listrik sampai 100 persen) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 ..........
78
Analisis kelayakan finansial pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan harga RTSS di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.. .................................................
79
Analisis kelayakan ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.............................................................................................
80
Analisis sensitivitas kelayakan ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih (perubahan jumlah debit air dari filter menjadi 26,5 m³ per jam) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 ....................................................................
81
Analisis sensitivitas kelayakan ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih (kenaikan tarif dasar listrik sampai 100 persen) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 .................................................................................
82
I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Air adalah sumberdaya alam utama yang penting untuk memenuhi hajat hidup orang banyak. Pasal 4 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air menyatakan bahwa, sumberdaya air mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras. Jelas bahwa masalah kelangkaan sumberdaya air baik dari sisi kuantitas maupun kualitas dapat menimbulkan dampak pada kesehatan, sosial maupun ekonomi. Pada dasarnya sumberdaya air dimanfaatkan oleh manusia untuk kebutuhan sehari-hari, seperti kegiatan konsumsi, sanitasi, rekreasi, dan lain sebagainya. Selain sebagai kebutuhan dasar air diperlukan sebagai pendukung dalam kegiatan ekonomi, pertanian, pariwisata, dan industri. Berdasarkan keseluruhan air yang ada di bumi sebagian besar berada di laut yaitu sebesar 97 persen dan air tawar hanya 3 persen. Air tawar yang relatif sedikit sebagian besar berada di kutub sebagai es yaitu sebesar 75 persen, sedangkan air yang berada di sungai, danau, dan air tanah adalah 25 persen, yang terbagi atas air permukaan yang hanya 1,2 persen dan air tanah sebesar 98 persen (Wiyono 2007). Air tanah merupakan komponen dari suatu siklus hidrologi (hydrology cycle) yang meliputi berbagai aspek biologi, geologi, dan fisika yang sangat menentukan ketersediaan air tanah disuatu daerah. Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari peredaran air di permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan atmosfir, baik dalam bentuk uap air maupun bentuk cair (Wiyono 2007). Air merupakan hak asasi manusia hal ini dipertegas pada Pasal 5 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air yang menyatakan bahwa, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air sebagai kebutuhan pokok minimal seharihari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif. Inti dari undang-undang tersebut adalah bahwa setiap manusia di muka bumi memiliki hak dasar yang sama dalam pemanfaatan dan akses sumberdaya air. Air merupakan barang publik (public goods) sehingga memberikan insentif bagi setiap individu untuk memanfaatkannya secara berlebihan yang akan berdampak pada kelangkaan sumberdaya air. Pola pemanfaatan air secara intensif
2
dan berlebihan menimbulkan penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya air. Masalah air yang terjadi di negara berkembang seperti Indonesia disebabkan oleh tingginya pertumbuhan penduduk, sementara sumberdaya air yang dapat diperbaharui tidak mengalami perubahan. Hal ini menyebabkan kebutuhan air meningkat melebihi ketersediaanya sehingga dalam jangka panjang air dengan cepat menjadi sumberdaya yang semakin langka. Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,2 persen per tahun, sehingga pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 250 juta orang yang tinggal di Indonesia. Tingkat urbanisasi di Indonesia diproyeksikan akan mencapai 68 persen pada tahun 2025 dan empat propinsi di Jawa tingkat urbanisasinya akan mencapai di atas 80 persen, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Banten. Hal ini menunjukan bahwa tingkat urbanisasi di propinsi Pulau Jawa sudah lebih tinggi dari Indonesia secara total 1. Tingginya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan lahan semakin besar untuk tempat tinggal, khususnya di kota besar seperti Kota Bogor. Akibatnya daerah resapan air yang mempengaruhi sumberdaya air tanah menjadi semakin berkurang luasnya. Selain itu, jumlah kebutuhan akan air bersih oleh masyarakat tidak semuanya disediakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) selaku public service sehingga masyarakat memanfaatkan air tanah sebagai alternatif penyediaan air bersih untuk kebutuhannya
sehari-hari.
Meningkatnya
aktivitas
rumah
tangga
dan
pembangunan di perkotaan tidak hanya berdampak pada pola pemanfaatan air tanah secara berlebihan tetapi juga memberikan dampak negatif terhadap kondisi air tanah yang dicirikan dengan turunnya permukaan air tanah, kuantitas maupun kualitasnya. Kelurahan Mulyaharja merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, dengan luas wilayah 4,79 km². Kelurahan Mulyaharja memiliki jumlah penduduk terbanyak dari 16 kelurahan lainnya yaitu 18.739 jiwa dan kepadatan penduduknya 3.912 jiwa/km². Luas kelurahan, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk di Kecamatan Bogor Selatan dapat dilihat pada Tabel 1.
1
http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/923/939/ diakses pada tanggal 23 April 2012.
3
Tabel 1
Luas kelurahan, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2011
No.
Kelurahan
Luas (km²)
Jumlah penduduk (jiwa)
Kepadatan (jiwa/km²)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Mulyaharja Pamoyanan Ranggamekar Genteng Kertamaya Rancamaya Bojongkerta Harjasari Muarasari Pakuan Cipaku Lawanggintung Batutulis Bondongan Empang Cikaret Jumlah
4,79 2,45 1,48 1,73 3,60 2,00 2,76 1,49 1,54 1,04 1,74 0,61 0,66 0,68 0,79 3,45 30,81
18.739 13.605 13.374 7.814 5.721 6.395 9.162 14.295 9.931 5.676 12.925 7.687 10.315 13.486 17.270 17.941 168.793
3.912 5.553 9.036 4.517 1.589 3.198 3.320 9.594 6.449 5.458 7.428 12.602 15.629 19.832 21.861 5.200 135.178
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2011)
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa Kelurahan Mulyaharja merupakan kelurahan yang memiliki jumlah penduduk dan luas lahan terbesar. Menurut BPS Kota Bogor (2011), jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Mulyaharja yang belum mendapatkan layanan PDAM berjumlah 3.385 KK dari jumlah total 4.446 KK yang berdomisili di kelurahan tersebut. Data ini menunjukan bahwa masih banyak jumlah rumah tangga yang belum mendapatkan layanan air bersih dari PDAM. Kurangnya penyediaan air minum oleh PDAM berimplikasi pada penggunaan air tanah secara tidak terkendali, baik oleh masyarakat maupun perumahan. Kelurahan Mulyaharja merupakan kelurahan yang strategis. Letaknya berada di bawah kaki Gunung Salak dengan pemandangan dan udara yang sejuk menjadikan wilayah ini memiliki nilai ekonomi tinggi bagi pihak pengembang bisnis properti. Oleh karena itu, pihak pengembang secara besar-besaran mengkonversi lahan di wilayah tersebut. Dampak perubahan tersebut dirasakan oleh warga masyarakat Kampung Cibereum Sunting yang tinggal berbatasan langsung dengan perumahan tersebut. Adanya pengembangan perumahan maka
4
timbul persaingan antara pihak perumahan dan masyarakat setempat dalam memanfaatkan air. Masyarakat Kampung Cibereum Sunting saat ini telah mengalami kelangkaan sumberdaya air khususnya air tanah. Debit pasokan air tanah mengalami penurunan bahkan habis pada saat musim kemarau. Keadaan tersebut merupakan dampak dari adanya aktivitas pembangunan beberapa perumahan di sekitar wilayah Kampung Cibereum Sunting yang turut memanfaatkan air tanah untuk kebutuhannya. Sumberdaya air sebagai jasa lingkungan memiliki keterbatasan dalam hal kuantitas dan kualitasnya. Pemanfaatan yang berlebihan dan pengelolaan sumberdaya air yang kurang bijak pada akhirnya akan menjadikan air sebagai barang yang langka. Kelangkaan air di Kampung Cibereum Sunting seharusnya mengubah pandangan masyarakat setempat bahwa air bukan lagi sebagai barang murah melainkan barang yang memiliki nilai ekonomi intrinsik (intrinsic value) yang didasarkan pada asumsi adanya keterbatasan dan kelangkaan. Oleh karena itu, sumberdaya air harus dikelola, dikembangkan, dan dimanfaatkan secara lestari sehingga keberlanjutan dari pemanfaatan sumberdaya air tetap terjaga dengan baik. 1.2
Perumusan Masalah
Masalah yang dihadapi warga masyarakat Kampung Cibereum Sunting adalah belum tersedianya air bersih secara berkesinambungan. Pada musim kemarau, persediaan air dalam tanah berkurang sehingga warga mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Rendahnya akses masyarakat pedesaan terhadap perolehan kemudahan pelayanan dan penyehatan lingkungan disebabkan oleh lemahnya pengelolaan sumberdaya air, rendahnya akses air bersih oleh masyarakat miskin di pedesaan, kapasitas pemanfaatan, dan pola pengembangan sumberdaya air yang tidak memadai. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi masyarakat di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu: 1.
Mengidentifikasi karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting?
5
2.
Berapa nilai kemampuan membayar (Willingness to Pay-WTP) masyarakat Kampung Cibereum Sunting terhadap ketersediaan air bersih?
3.
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat untuk memperoleh air bersih di Kampung Cibereum Sunting?
4.
Bagaimana kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting? 1.3
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Mengkaji karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting.
2.
Mengestimasi nilai WTP masyarakat Kampung Cibereum Sunting terhadap ketersediaan air bersih.
3.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi WTP masyarakat untuk memperoleh air bersih di Kampung Cibereum Sunting.
4.
Mengkaji kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting. 1.4
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji karakteristik masyarakat Kampung
Cibereum
Sunting
dengan
pendekatan
deskriptif,
kemudian
mengestimasi besarnya nilai WTP masyarakat dengan menggunakan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM). Pendekatan yang dilakukan diharapkan mampu menjelaskan berapa besar kesediaan masyarakat untuk menjaga kualitas lingkungan. Selanjutnya dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP masyarakat menggunakan pendekatan regresi linear berganda dengan empat variabel yaitu; usia, penghasilan, jumlah kebutuhan air, dan jumlah pengguna air. Analisis berikutnya adalah kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih sehingga dapat menanggulangi kelangkaan air pada musim kemarau. Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR).
6
Perhitungan hasil kriteria tersebut diharapkan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih layak untuk dibangun sehingga dapat memberikan manfaat dalam bentuk ketersediaan air bersih bagi masyarakat di Kampung Cibereum Sunting. 1.5
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian diharapkan berguna bagi peneliti, masyarakat, ilmu pengetahuan, dan pemerintah dalam mengambil keputusan. Hasil penelitian yang dilaksanakan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1.
Bagi peneliti, penelitian merupakan bagian dari aplikasi ilmu pengetahuan yang diperoleh selama masa perkuliahan dan hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat secara akademis maupun praktis sebagai sarana memperoleh pengetahuan dan pengalaman penelitian, serta pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya menjaga kualitas dan kuantitas air agar ketersediaannya dapat terus dimanfaatkan pada masa yang akan datang.
2.
Bagi masyarakat setempat, penelitian diharapkan mampu memberikan penjelasan betapa pentingnya menjaga kualitas dan kuantitas air agar dapat terus dimanfaatkan. Dengan demikian, dapat mendorong masyarakat untuk lebih gigih dalam menjaga lingkungannya dan turut berpartisipasi dalam mengurangi eksploitasi sumberdaya air secara berlebihan dan mengontrol pemanfaatan air secara bijak.
3.
Bagi pemerintah sebagai penentu kebijakan, penelitian diharapkan mampu mendorong pemerintah untuk berperan aktif sebagai pembuat kebijakan dalam alokasi dan keberlanjutan sumberdaya air. Selain itu, penelitian diharapkan mampu mendorong pemerintah dalam menentukan alokasi sumberdaya air yang merata sehingga tercipta kesejahteraan di lingkungan masyarakat.
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Sumberdaya Air
Berdasarkan UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, sedangkan daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan atau pada sumber air yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya. Oleh karena itu, definisi dari sumberdaya air adalah air, sumber air yang terkandung di dalamnya. Sumberdaya air merupakan sumberdaya yang vital bagi kehidupan manusia. Di beberapa daerah, air masih dianggap sebagai public goods sehingga timbul kecenderungan air disia-siakan ketika berlimpah dan dicari ketika terjadi kelangkaan. Sumberdaya air memiliki sifat terbuka (open access) dan memiliki hak kepemilikan yang lemah sehingga air mudah mengalami perubahan dalam kuantitas dan kualitas sebagai akibat dari ketidakjelasan hak-hak atas pengelolaan dan pemanfaatannya. Menurut Anwar (1992) dalam Kusuma (2006), sumberdaya air memiliki karakteristik khusus, yaitu: 1.
Mobilitas air. Air yang bersifat cair mudah mengalir, menguap, dan meresap di berbagai media sehingga sulit untuk melaksanakan penegasan hak atas sumberdaya ini secara eksklusif agar dapat dipertukarkan dalam sistem ekonomi pasar.
2.
Skala ekonomi yang melekat. Dalam penyimpanan, penyampaian, dan distribusi air terjadi skala yang demikian menyebabakan penawaran air bersifat monopoli alami (natural monopoly), sehingga semakin besar jumlah air yang ditawarkan maka semakin rendah biaya persatuan yang ditanggung oleh produsen.
8
3.
Penawaran air berubah-ubah. Sifat penawaran air berubah-ubah menurut waktu, ruang, dan kualitasnya. Dalam kekeringan dan banjir, sumberdaya air dapat ditangani oleh pemerintah untuk kepentingan umum.
4.
Kapasitas dan daya asimilasi dari bahan air. Zat cair memiliki daya larut untuk mengasimilasikan berbagai zat-zat padat atau pencemar tertentu selama daya asimilasinya tidak terlampaui. Akibatnya, komoditas air mengarah kepada komoditas yang bersifat umum di mana setiap dapat menganggapnya sebagai tempat membuang sampah.
5.
Penggunaannya
dapat
dilakukan
secara
beruntun
(sequential
use).
Penggunaan secara beruntun dari hulu ke hilir sampai ke laut dan dengan beruntunnya penggunaan air selama perjalanan alirannya akan mengubah kualitas dan kuantitasnya sehingga sering menimbulkan eksternalitas. 6.
Penggunaannya yang serbaguna (multiple use). Dengan kegunaanya yang banyak tersebut maka pihak individu atau swasta dapat memanfaatkannya dan sisanya menjadi barang umum yang dapat menimbulkan eksternalitas.
7.
Berbobot besar dan memakan tempat (bulkiness). Apabila ditambah
dengan
biaya yang tinggi untuk mewujudkan hak-hak kepemilikannya, akan menjadikan sumberdaya air bersifat open access. 8.
Nilai kultural yang melekat pada sumberdaya air. Sebagian besar masyarakat masih mempunyai nilai-nilai yang menganggap air sebagai barang bebas anugerah Tuhan yang tidak patut dikomersilkan sehingga menjadi kendala dalam alokasinya pada sistem pasar. Sumberdaya air yang bersifat barang umum memberi insentif pada pola
pemanfaatan air yang berlebihan sehingga berdampak pada kelangkaan air. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan sistem penyediaan air bersih agar ketersediaan air bersih tetap terjaga. 2.2
Pemanfaatan Sumberdaya Air
Sumberdaya air yang ada di bumi pada umumnya bersifat barang umum. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memanfaatkan sumberdaya air secara cuma-cuma untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup masing-masing. Pemanfaatan sumberdaya air yang intensif dan berlebih mengakibatkan
9
berkurangnya kuantitas dan kualitas air yang berdampak pada kelangkaan air. Pada saat sumberdaya air semakin sulit didapat maka seharusnya sumberdaya air dibayar dengan harga yang mahal oleh karena itu sumberdaya air setidaknya dikelola dengan baik dan efisien dalam pemanfaatanya. Menurut Wiyono (2007) bahwa perlu pemikiran lebih lanjut bagaimana penggunaan sumberdaya air agar lebih efisien. Salah satu cara yang dilakukan adalah pendekatan orientasi kebutuhan (demand oriented) yang memperhatikan kebutuhan nyata akan air yang dapat diukur dari kerelaan pemakai air untuk membayar. Pendekatan ini dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1.
Memaksa pemberi air untuk memproduksi air secara efisien, sebab jika tidak pemakai akan menolak untuk membayar.
2.
Menumbuhkan kesadaran kepada pemakai air bahwa air itu mempunyai harga dan mereka harus membayar. Beberapa sebab mengapa para pengelola air pada setiap tingkat baik pada
tingkat nasional, propinsi, dan daerah harus mengendalikan kebutuhan air antara lain: (1) penggunaan air selalu meningkat sedangkan sumberdaya air terbatas; (2) sumberdaya air mudah rusak atau tercemar baik secara kualitas maupun kuantitas; (3) biaya untuk mengembangkan sumberdaya air selalu meningkat; (4) keterbatasan dana sebagai kendala investasi; (5) kekurangan air telah terjadi di seluruh dunia; dan (6) terbatasnya pengembangan sumberdaya air yang tidak mempengaruhi lingkungan (Sanim 2011). Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air dapat dilihat bahwa prioritas pemanfaatan air adalah: 1.
Air minum (kebutuhan rumah tangga dan perkotaan) disebut juga air baku, air bersih, atau air minum. Tingkat konsumsi air tergantung pada jumlah penduduk, pola konsumsi yang searah dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.
2.
Pertanian; sumberdaya air yang dibutuhkan dalam lingkup pertanian seperti kebutuhan air pada musim tanam, kualitas air, dan kelembagaan petani pemakai air.
3.
Perikanan; pemanfaatan sumberdaya air untuk kegiatan perikanan air tawar, air payau, dan perikanan di danau dan waduk.
10
4.
Ketenagaan; kebutuhan akan listrik menjadikan sumberdaya air sebagai alternatif energi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
5.
Industri; sektor industri membutuhkan air dalam proses produksi sebagai input maupun output produksi jumlah air yang dibutuhkan tergantung besarnya industri, misalnya melalui banyaknya produksi dan banyaknya tenaga kerja.
6.
Lalu lintas air; kebutuhan air untuk transportasi merupakan kebutuhan air yang non-konsumtif. Sungai dan saluran dapat berpotensi menjadi prasarana transportasi yang penting pada beberapa tempat di Indonesia. Perhubungan melalui sungai yang relatif mudah dan murah turut memacu perkembangan ekonomi.
7.
Rekreasi; kebutuhan air untuk kegiatan rekreasi dan pariwisata relatif kecil tetapi memerlukan kuantitas dan kualitas tertentu juga harus diperhatikan keberlanjutan pantai maupun danau sebagai objek pariwisata. 2.3
Karakteristik Pengguna Sumberdaya Air
Sumberdaya air sebagai salah satu sumberdaya strategis yang dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pertanian, industri, dan kebutuhan rumah tangga dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing pengguna air. Pengguna sumberdaya air juga disebut sebagai konsumen. Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mendefinisikan konsumen sebagai setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik dalam kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Beberapa karakteristik konsumen menurut Engel et al. (1994) dalam Nugroho (2006) sebagai berikut: 1) karakteristik demografi merupakan karakteristik konsumen berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, status, pendapatan per bulan, dan tempat tinggal, dan 2) karakteristik psikografi merupakan karakteristik konsumen berdasarkan profil gaya hidup sebagian pengunjung. Hal tersebut dilakukan dengan mengadaptasi strategi pemasaran produk dan jasa yang bersangkutan sesuai dengan aktivitas, minat, dan opini konsumen.
11
Semua penduduk berapapun usianya adalah konsumen. Oleh karena itu, pemasar harus bisa memilih distribusi usia penduduk dari suatu wilayah yang akan dijadikan target pasarnya. Perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap produk. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi dan persepsi konsumen dalam keputusan untuk menerima sesuatu yang baru. 2.4
Contingent Valuation Method (CVM)
CVM atau metode valuasi kontingensi merupakan metode valuasi SDA dan lingkungan dengan cara menanyakan langsung kepada masyarakat selaku konsumen tentang manfaat SDA dan lingkungan yang mereka rasakan. Teknik metode ini adalah dengan wawancara langsung terhadap responden yang memanfaatkan suatu SDA dan lingkungan yang dimaksud. Teknik ini diharapkan mampu menentukan preferensi masyarakat terhadap SDA dan lingkungan dan mengemukakan nilai WTP atau kesanggupan membayar masyarakat dalam bentuk nilai moneter. Metode valuasi kontingensi merupakan suatu metode yang memungkinkan untuk
memperkirakan
nilai
ekonomi
dari
suatu komoditi
yang tidak
diperdagangkan dalam pasar (non market value). Pada hakikatnya, tujuan dari CVM adalah: (1) WTP dari masyarakat terhadap perbaikan kualitas lingkungan (air, udara, dan lain-lain) dan (2) Willingness to Accept (WTA) kerusakan suatu lingkungan (Fauzi 2006). WTP adalah kesediaan individu untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan atau penghindaran dari kerusakan lingkungan. Pengukuran dengan konsep WTP dapat menerjemahkan nilai suatu ekosistem ke dalam nilai moneter. Nilai WTP juga menggambarkan berapa besar kemampuan setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar atau mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai dengan standar yang diinginkan (Hanley dan Spash 1993). Pengukuran WTP dapat diterima jika harus memenuhi syarat: (1) WTP tidak memiliki batas bawah
12
yang negatif, (2) batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan, dan (3) harus ada konsistensi antara keacakan pendugaan dan keacakan penghitungnya. CVM menggunakan pendekatan secara langsung dengan menanyakan kepada masyarakat mengenai berapa nilai maksimum yang sanggup diberikan kepada suatu barang dan jasa lingkungan agar fungsi dari barang dan jasa lingkungan tersebut tetap terjaga. Asumsi dari metode CVM adalah bahwa masyarakat atau individu memahami tentang pilihan mereka dan mengetahui kondisi lingkungan yang akan dinilai. Terdapat empat metode dalam penawaran besarnya nilai WTP atau WTA (Hanley dan Spash 1993), yaitu: 1.
Metode Tawar Menawar (Bidding Game) Metode ini dilaksanakan dengan menanyakan kepada responden apakah bersedia membayar atau menerima sejumlah uang tertentu yang diajukan sebagai titik awal (starting point). Jika “ya” maka besarnya nilai uang diturunkan atau dinaikkan sampai ke tingkat yang disepakati.
2.
Metode Pertanyaan Terbuka (Open-Ended Question) Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah maksimal uang yang ingin dibayarkan atau jumlah minimal uang ingin diterima akibat perubahan kualitas lingkungan. Kelebihan metode ini adalah responden tidak perlu diberi petunjuk yang bisa mempengaruhi nilai yang diberikan dan metode ini tidak menggunakan nilai awal yang ditawarkan sehingga tidak akan timbul bias titik awal. Kelemahan metode ini adalah kurangnya akurasi nilai yang diberikan dan terlalu besar variasinya.
3.
Metode Kartu Pembayaran (Payment Card) Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar atau kesediaan untuk menerima. Dalam hal ini, responden tersebut dapat memilih nilai maksimal atau nilai minimal yang sesuai dengan preferensinya. Pada awalnya, metode ini dikembangkan untuk mengatasi bias titik awal dari metode tawar-menawar. Untuk meningkatkan kualitas metode ini terkadang diberikan semacam nilai patokan yang menggambarkan nilai yang dikeluarkan oleh orang dengan tingkat pendapatan tertentu bagi barang lingkungan yang lain. Kelebihan
13
metode ini adalah memberikan semacam stimulan untuk membantu responden berpikir lebih leluasa tentang nilai tertentu, seperti pada metode tawar menawar. Untuk menggunakan metode ini, diperlukan pengetahuan statistik yang relatif baik. 4.
Metode Pertanyaan Pilihan Dikotomi (Close-Ended Referendum) Metode ini menawarkan responden jumlah uang tertentu dan menanyakan apakah responden mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk memperoleh kualitas lingkungan tertentu apakah responden mau menerima atau tidak sejumlah uang tersebut sebagai kompensasi atau diterimanya penurunan nilai kualitas lingkungan. Selanjutnya, beberapa tahap dalam penerapan CVM menurut Hanley dan
Spash (1993), yaitu: 1.
Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market) Tahap awal dalam menjalankan CVM adalah membuat pasar hipotetik dan pertanyaan mengenai nilai barang atau jasa lingkungan. Pasar hipotetik tersebut membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang atau jasa lingkungan yang tidak memiliki nilai dalam mata uang berapa harga barang atau jasa lingkungan tersebut.
2.
Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids) Setelah kuesioner selesai dibuat, maka dilakukan kegiatan pengambilan sampel. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, dengan perantara telepon atau surat.
3.
Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Average WTP) Setelah data mengenai nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah nilai tengah (median) dan nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut.
4.
Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve) Kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independen. Kurva WTP ini dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel independen yang berhubungan dengan kualitas lingkungan.
14
5.
Menjumlahkan Data (Agregating Data) Penjumlahan atau mengagregatkan data merupakan proses ketika rata-rata penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud.
6.
Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise) Tahap ini menilai sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan. Penilaian tersebut dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seperti apakah responden benar-benar mengerti mengenai pasar hipotetik, berapa banyak kepemilikan responden terhadap barang atau jasa lingkungan yang terdapat dalam pasar hipotetik, seberapa baik pasar hipotetik yang dibuat dapat mencakup semua aspek barang atau jasa lingkungan, dan lainlain pertanyaan sejenis. 2.5 Analisis Regresi Berganda Analisis regresi linear digunakan untuk mempelajari hubungan atau
peramalan antara dua buah variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik. Menurut Supangat (2007), persamaaan garis regresi merupakan model hubungan antara dua variabel atau lebih, yaitu antara variabel bergantung (dependent variable) dengan variabel bebas (independent variable) sedangkan yang dimaksud dengan garis regresi (regression linear) adalah suatu garis yang ditarik di antara titik-titik sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk menaksir besarnya variabel yang satu berdasarkan besarnya variabel yang lain dan data juga digunakan untuk mengetahui macam korelasinya (positif atau negatifnya). Pada regresi berganda (multiple regression model) dengan asumsi bahwa peubah tak bebas (respons) Y merupakan fungsi linear dari beberapa peubah bebas
dan komponen sisaan ε (error). Model ini
sebenarnya merupakan pengembangan dari model regresi sederhana dengan satu peubah bebas sehingga asumsi mengenai sisaan ε, peubah bebas X dan peubah tak bebas Y juga sama. Persamaan model regresi berganda secara umum adalah sebagai berikut:
15
Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari 1 sampai N untuk data populasi atau sampai n untuk data contoh. peubah bebas
. Koefisien
merupakan pengamatan ke-i untuk
merupakan intersep model regresi berganda.
Dalam mendapatkan koefisien regresi parsial digunakan metode kuadrat terkecil Ordinary Least Square (OLS). Asumsi utama yang mendasari model regresi berganda dengan metode OLS adalah sebagai berikut (Firdaus 2004): 1.
Nilai yang diharapkan bersyarat (conditional expected value) dari tergantung pada
2.
tertentu adalah nol.
Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada korelasi (non-autokorelasi) artinya dengan
tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai rata-
ratanya tidak menunjukan adanya korelasi, baik secara positif atau negatif. 3.
Varian bersyarat dari € adalah konstan. Asumsi ini dikenal dengan nama asumsi homoskedastisitas.
4.
Variabel bebas adalah non-stokastik yaitu tetap dalam penyampelan berulang jika stokastik maka didistribusikan secara independen dari gangguan €.
5.
Tidak ada multikolinearitas antara variabel penjelas satu dengan yang lainnya.
6.
€ didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varians yang diberikan oleh asumsi 1 dan 2. Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka
fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan metode OLS dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linear terbaik (Best Linear Unbiased Estimator atau BLUE). Sebaliknya jika ada asumsi dalam model regresi yang tidak terpenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran pendugaan model tersebut atau pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan dapat diragukan. Penyimpangan 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh yang serius sedangkan asumsi 1, 4, dan 6 tidak. 2.6
Pengembangan Sumberdaya Air
Pengembangan sumberdaya air (water resource development) didefinisikan sebagai aktivitas fisik untuk meningkatkan pemanfaatan air untuk air bersih, irigasi, penanggulangan banjir, listrik tenaga air, perhubungan, pariwisata,
16
perikanan, dan sebagainya (Wiyono 2007). Terkait masalah pengembangan sumberdaya air akan terdapat persepsi yang berbeda tergantung dari sudut pandang masyarakat yang mengalami permasalahan tersebut. Masyarakat yang tinggal di daerah yang kering maka pola pengembangan sumberdaya air yang cocok seperti penanggulangan kekeringan dengan membangun waduk, embung, dan juga bendungan. Sebaliknya, masyarakat yang tinggal di daerah yang cukup air pola pengembangan yang cocok adalah pengendalian banjir. Selanjutnya menurut Ditjen Pengairan (1985) dalam Wiyono (2007), membagi tahapan proyek-proyek pengairan sebagai berikut: 1.
Studi inventarisasi potensi pengembangan sumberdaya air secara umum.
2.
Studi identifikasi nama proyek-proyek pengairan setelah tahap inventarisasi.
3.
Studi rekonesan atau pengenalan data pendahuluan.
4.
Studi rencana induk (master plan) atau rencana umum pengembangan terpadu menyeluruh sumberdaya air di suatu wilayah sungai. Tahap ini disebut juga sebagai tahap pre-feasibility study.
5.
Studi kelayakan (feasibility) atau telah kemungkinan masing-masing elemen proyek sumberdaya air yang dikembangkan.
6.
Perencanaan teknis sampai dokumen kontrak siap pelaksanaan fisik.
7.
Pembebasan lahan (land acquisition).
8.
Konstruksi atau pelaksanaan fisik lapangan.
9.
Operasi dan pemeliharaan prasarana yang dibangun (termasuk pengaturan sumberdaya air dan pemanfaatan pada tingkat pemakai).
10. Pendidikan
masyarakat.
Tahap
ini
merupakan
usulan
yang
dapat
ditambahkan. 2.7
Analisis Kelayakan
Tahapan yang cukup penting dalam pelaksanaan proyek pembangunan adalah tahap analisis kelayakan atau disebut juga feasibility study. Analisis kelayakan adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha atau proyek. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha. Pengertian layak bila suatu
17
usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun ekonomi. Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut pandang pihak-pihak yang berkepentingan dalam pembangunan proyek. Proyek finansial sering juga disebut private returns hal yang harus diperhatikan dalam analisis finansial yaitu waktu didapatkannya returns sebelum pihak-pihak yang berkepentingan dalam pembangunan proyek kehabisan modal. Analisis ekonomi adalah analisis yang melihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Analisis ekonomi yang diperhatikan adalah hasil total, produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian sebagai keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut. Hasil itu disebut the social returns atau the economic returns dari suatu proyek. Analisis finansial dan ekonomi merupakan pelengkap, analisis finansial meninjau dari sudut peserta proyek secara individu, sedangkan analisis ekonomi dari sudut masyarakat (Gittinger 2008). Terkait ukuran-ukuran arus tunai berdiskonto yang sama digunakan dalam analisis finansial untuk mengestimasi hasil yang akan diterima oleh peserta proyek juga sama digunakan dalam analisis ekonomi untuk estimasi besarnya hasil yang akan diterima oleh masyarakat, maka akan timbul kebingungan dalam mengaplikasikan kedua analisis tersebut. Menurut Gittinger (2008), terdapat tiga perbedaan penting yang harus diingat antara kedua analisis tersebut yaitu: 1.
Analisis ekonomi, pajak dan subsidi akan diperlakukan sebagai pembayaran transfer. Pajak-pajak yang merupakan bagian dari manfaat proyek secara keseluruhan ditransfer kepada pemerintah yang bertindak atas nama masyarakat dan pajak-pajak tersebut tidak dianggap sebagai biaya. Sebaliknya, subsidi pemerintah kepada proyek merupakan biaya bagi masyarakat. Analisis finansial, pajak dianggap sebagai biaya dan subsidi sebagai hasil.
2.
Analisis finansial menggunakan harga pasar. Harga ini sudah memperhatikan pajak dan subsidi. Sebaliknya, dalam analisis ekonomi harga pasar dapat
18
diubah sedemikian sehingga analisis tersebut dapat mencerminkan secara tepat nilai-nilai sosial dan ekonomi. Harga yang sudah disesuaikan disebut harga bayangan (shadow price) atau harga buku (accounting price). 3.
Bunga terhadap modal dalam analisis ekonomi tidak dipisahkan dan dikurangkan dari hasil bruto. Bunga modal merupakan bagian dari hasil keseluruhan terhadap modal yang tersedia untuk masyarakat secara keseluruhan. Analisis finansial, bunga yang dibayar kepada pihak penyedia dana dari luar dapat dikurangkan untuk memperoleh gambaran arus manfaat yang tersedia bagi pemilik modal. Akan tetapi, bunga yang dibayar kepada entity dari sudut padang analisis finansial bukan merupakan biaya karena bunga merupakan bagian dari hasil keseluruhan terhadap harta yang dikontribusikan oleh badan usaha. Analisis finansial maupun ekonomi terhadap suatu usaha atau proyek
memiliki beberapa kriteria kelayakan sebagai berikut: 1.
Net Present Value (NPV) Didefinisikan sebagai nilai dari proyek yang bersangkutan yang diperoleh berdasarkan selisih antara cash flow yang dihasilkan terhadap investasi yang dikeluarkan. NPV dianggap layak apabila bernilai positif (NPV > 0).
2.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya yang berupa angka antara jumlah nilai bersih sekarang (present value) yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang (present value) yang negatif. Net B/C ratio menunjukan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Jika nilai Net B/C > 1 maka proyek dikatakan layak secara ekonomi dan layak untuk dibangun.
3.
Internal Rate of Return (IRR) Didefinisikan sebagai besar pengembalian proyek terhadap investasi yang ditanamkan pada saat NPV = 0. Jika IRR > r (suku bunga), maka proyek dapat dinyatakan layak.
19
2.8 Analisis Sensitivitas Analisis
sensitivitas
merupakan
suatu
pendekatan
yang
langsung
menganalisis pengaruh-pengaruh risiko yang ditanggung dan ketidakpastian dalam analisis proyek (Gittinger 2008). Analisis sensitivitas penting untuk dilakukan dalam suatu proyek investasi karena dapat menilai apakah suatu proyek masih layak apabila terjadi perubahan harga input maupun output dari proyek itu sendiri. Secara umum proyek cenderung sensitif terhadap kenaikan biaya yang terjadi pada awal pelaksanaan proyek daripada perubahan harga yang terjadi kemudian. Tiap analisis sensitivitas harus dilaksanakan secara terpisah untuk dapat mengestimasi pengaruh perubahan yang terjadi terhadap asumsi-asumsi yang digunakan dalam mengukur kemanfaatan proyek, dan kemudian dapat menarik kesimpulan bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi proyek. 2.9
Penelitian Terdahulu
Studi yang terkait mengenai nilai ekonomi sumberdaya air adalah Sanim et al. (2009) dengan melakukan analisis nilai ekonomi sumberdaya air DAS Wai Betung Kota Bandar Lampung. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut yaitu untuk mengkaji nilai ekonomi air dan mengkaji kontribusi pengguna air terhadap biaya rehabilitasi DAS Way Betung, sedangkan manfaatnya adalah untuk memberikan masukan kepada pengambil kebijakan terutama dalam pemanfaatan sumberdaya air dan perencanaan pengembangan sumberdaya air di masa yang akan datang. Alat analisis yang digunakan untuk mencapai penelitian tersebut adalah seperangkat data kuesioner untuk masing-masing pengguna air. Pemilihan responden dilakukan dengan purposive sampling, untuk mengetahui kesediaan membayar biaya rehabilitasi DAS Way Betung dari pengguna air dengan menggunakan metode WTP. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa nilai ekonomi air dari pengguna PDAM sebagian besar disumbangkan dari rumah tangga kategori menengah dan rumah tangga kategori sederhana sedangkan yang paling rendah adalah rumah tangga kategori mewah. Hal ini disebabkan pengguna air PDAM terbesar adalah rumah tangga kategori menengah dan sederhana. Sebaliknya, untuk rumah tangga
20
mewah mampu membuat sumur bor yang dapat menjamin ketersediaan air bagi keperluan rumah tangganya sehingga kebutuhan air tidak tergantung kepada PDAM. Merryana (2009) melakukan penelitian tentang analisis WTP masyarakat terhadap pembayaran jasa lingkungan mata air Cirahab, Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan, menganalisis nilai pembayaran jasa lingkungan oleh responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden terhadap pembayaran jasa lingkungan. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada responden, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah WTP, analisis regresi berganda, dan analisis regresi logit. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dapat diperoleh nilai rataan WTP (EWTP) masyarakat Desa Curug Goong sebesar Rp 101/KK/liter dan diperoleh nilai total WTP dari populasi adalah Rp 83.835 per liter. Guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP maka dalam penelitian ini ditetapkan enam variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen, yaitu penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air, jumlah pengguna air, jarak rumah ke sumber air, tingkat pendidikan, dan rata-rata pendapatan. Namun, setelah diuji dengan beberapa pengujian parameter maka didapatkan dua variabel yaitu variabel tingkat pendidikan dan jumlah pengguna air yang harus dikeluarkan dari model karena terdapat pelanggaran asumsi OLS yaitu autokorelasi. Dari hasil regresi menunjukan bahwa variabel yang berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99 persen adalah jarak rumah ke sumber air, sedangkan variabel jumlah kebutuhan air dan penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada taraf 95 persen, dan variabel rata-rata pendapatan rumah tangga berpengaruh nyata pada taraf 90 persen. Simpulan dari penelitian ini adalah persentase responden yang bersedia untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan sebesar 52 responden (63 persen). Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden terhadap penilaian jasa
21
lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab adalah penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air, dan jarak rumah ke sumber air. Nilai rataan WTP responden adalah Rp 101/KK/liter. Untuk setiap kepala keluarga yang membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab dan total nilai WTP adalah Rp 83.835 per liter. Nilai potensial pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab adalah Rp 5.240.617.805 per tahun. Biaya pemulihan ekologi hutan sebesar Rp 544.758.500 per tahun. Nilai WTP tersebut dipengaruhi oleh penilaian kualitas air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air, dan rata-rata pendapatan rumah tangga. Selanjutnya, Mardiyatuljanah (2009) melakukan penelitian tentang studi kelayakan ekonomi pompanisasi Desa Keboncau, Kecamatan Ujung Jaya, Kabupaten Sumedang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sebaliknya, jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 60 responden yang terdiri dari 30 orang responden yang menggunakan pompanisasi dan 30 orang responden yang tidak menggunakan pompanisasi. Penentuan responden berdasarkan random sampling. Kriteria kelayakan yang investasi yang digunakan adalah NPV, Net B/C, dan IRR. Manfaat dan biaya yang dihitung dengan discount factor telah memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money) selama umur proyek. Penelitian ini juga menganalisis sensitivitas dan analisis switching value. Analisis sensitivitas adalah menentukan suatu nilai untuk melakukan perubahanperubahan pada komponen penerimaan dan pengeluaran serta mengetahui pengaruhnya terhadap keputusan investasi suatu proyek. Sebaliknya, analisis switching value menentukan perubahan maksimum dari komponen penerimaan dan pengeluaran agar proyek dapat diterima. Hasil perhitungan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 80.257.566. Nilai ini berarti investasi pompanisasi memberikan pendapatan bersih tambahan yaitu sebesar Rp 80.257.566. Nilai Net B/C yang diperoleh adalah 1,10. Hal ini berarti untuk setiap nilai sekarang dari pengeluaran sebesar satu rupiah akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,10. Selanjutnya, nilai IRR yang diperoleh sebesar 16 persen. Dengan demikian, pembangunan pompanisasi yang akan dilaksanakan dinyatakan layak secara ekonomi.
22
Analisis sensitivitas yang dilakukan adalah perubahan terhadap harga input (harga pestisida). Dari hasil analisis diperoleh NPV sebesar Rp 71.757.826, yang menunjukan bahwa investasi pompanisasi memberikan pendapatan bersih sebesar Rp 71.757 826 dan masih layak untuk dilanjutkan. Nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 1,09. Hal ini berarti untuk setiap nilai sekarang dari pengeluaran sebesar satu rupiah akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,09. Kemudian, nilai IRR diperoleh sebesar 16 persen dan analisis switching value diperoleh perubahan harga pestisida pada analisis kelayakan ekonomi mencapai kondisi yang mendekati keuntungan normal dan proyek dapat diterima ketika NPV Rp 6.850.724. Nilai ini berarti investasi pompanisasi akan memberikan pendapatan bersih tambahan sebesar Rp 6.850.724 selama 5 tahun pada nilai sekarang.
III KERANGKA PEMIKIRAN Beberapa daerah di Indonesia sering menghadapi masalah kelangkaan air bersih, sehingga masyarakat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Krisis sumberdaya air yang dialami Indonesia menyangkut pada aspek penyediaan dan aspek pengelolaan. Dalam hal penyediaan, masalah yang timbul mencakup aspek kuantitas dan kualitas. Secara spasial, permasalahan air dapat digolongkan pada dua wilayah yaitu perkotaan dan pedesaan. Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan mengakibatkan peningkatan kebutuhan air bersih, air bersih yang sehat akan langka, pengelolaannya rumit, dan untuk memperoleh air bersih diperlukan biaya yang tinggi sehingga air menjadi barang yang mahal. Banyaknya pembangunan dan tingginya aktivitas di kota besar seperti Kota Bogor, memberikan insentif pada tingginya kebutuhan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Tingkat permintaan yang tinggi terhadap air bersih oleh rumah tangga maupun industri, tidak dapat sepenuhnya disuplai oleh PDAM selaku public service sehingga alternatif sumber air bersih diperoleh dari air tanah. Pola pemakaian air tanah yang intensif dan berlebihan dalam jangka panjang mengakibatkan degradasi pada sumberdaya air yang berdampak pada kelangkaan air bersih. Penelitian ini diawali dengan mengkaji karakteristik pengguna sumberdaya air dengan metode deskriptif, kemudian menganalisis nilai WTP masyarakat terhadap ketersediaan air bersih dengan menggunakan metode CVM. Nilai WTP tersebut diharapkan dapat menggambarkan preferensi masyarakat terhadap air bersih dan juga sebagai acuan untuk menentukan harga sosial air bersih dalam pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di lokasi penelitian. Selanjutnya dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP masyarakat dianalisis dengan regresi linier berganda. Analisis berikutnya adalah mengkaji kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih menggunakan kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, Net B/C, dan IRR. Hasil yang diperoleh dari penelitian diharapkan memberikan rekomendasi dalam kebijakan dan rujukan bagi masyarakat, aparat daerah setempat untuk melakukan pemanfaatan, alokasi dan pengelolaan sumberdaya air secara tepat guna. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
24
Aktivitas pembangunan
Pembangunan lahan pertanian
Pembangunan perumahan
Pembangunan industri
Peningkatan pemanfaatan air Kelangkaan ketersediaan air bersih secara berkesinambungan
Karakteristik pengguna sumberdaya air
Estimasi nilai WTP masyarakat terhadap air bersih
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP
Analisis pengembangan penampungan sumberdaya air bersih
Analisis deskriptif
Analisis WTP
Analisis regresi berganda
Analisis kelayakan
Pemanfaatan sumberdaya air secara berkelanjutan
Gambar 1 Kerangka pemikiran 24
Keterangan:
Batasan penelitian
IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di RW 07 Cibereum Sunting (lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Berdasarkan survei diketahui bahwa kelangkaan air bersih menurut masyarakat dirasakan setelah adanya pembangunan perumahan ABC. Pengeboran air tanah secara berlebihan oleh pihak perumahan menimbulkan persaingan antara warga Kampung Cibereum Sunting dan pihak perumahan dalam memanfaatkan air bersih, khususnya air tanah. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu bulan Mei sampai Juni 2013 untuk pengambilan data dan dilanjutkan pengolahan data pada bulan Juli 2013. 4.2
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survei yaitu penelitian yang informasinya dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Data yang dikumpulkan dalam penelitian survei adalah data dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Data dan informasi yang diperoleh dari responden berupa data primer dan sekunder. Data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk menjawab tujuan satu yaitu mengkaji karakteristik masyarakat pengguna air di kampung Cibereum Sunting, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan kedua, ketiga dan keempat masing-masing yaitu mengestimasi besar nilai WTP masyarakat terhadap ketersediaan air bersih, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai
WTP,
dan
mengkaji
pengembangan
penampungan
sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting. 4.3
Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, pengisian kuesioner, dan observasi langsung ke lapangan untuk melihat langsung keadaan sumberdaya air, keadaan masyarakat, dan kegiatan-kegiatan terkait pola pemanfaatan air oleh masyarakat setempat.
26
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai besarnya nilai WTP masyarakat untuk tetap memperoleh manfaat sumberdaya air dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Data sekunder yang diperlukan meliputi kondisi geografis, lokasi penelitian, keadaan demografi, keadaan sosial ekonomi masyarakat, dan data harga bahan bangunan. Data ini diperoleh dari kantor Kelurahan Mulyaharja dan Kecamatan Bogor Selatan, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor, dan Dinas Binamarga dan Sumberdaya Air Kota Bogor. Jenis dan sumber data dapat dilihat di Tabel 2. Tabel 2 Jenis dan sumber data Teknik Jenis pengambilan Data yang dibutuhkan data data Primer - Wawancara - Jumlah kebutuhan - Pengisian air dalam rumah kuesioner tangga - Survei lapang - Jumlah pengguna air dalam rumah tangga - Tingkat pendidikan - Usia - Penghasilan - Jenis pekerjaan - Biaya investasi dan - Penerimaan pengembangan sumberdaya air. Sekunder Wawancara - Demografi - Geografis - Sosial ekonomi - Harga bahan bangunan
4.4 Pengumpulan
data
Sumber data Masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor
- BPS Kota Bogor - Kantor Kecamatan Bogor Selatan - Kantor Kelurahan Mulyaharja - Dinas Binamarga dan Sumberdaya Air
Metode Pengambilan Sampel primer
dilakukan
dengan
teknik
wawancara
menggunakan kuesioner yang sudah disiapkan peneliti. Kuesioner ditujukan kepada rumah tangga pengguna sumberdaya air yang berdomisili di Kampung Cibereum Sunting. Sampel yang diambil adalah Kepala Keluarga (KK) dalam
27
rumah tangga atau orang yang berperan dalam rumah tangga yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel yang diambil menggunakan metode purposive sampling (secara sengaja) berjumlah 40 responden dari total populasi sebanyak 390 KK. Penentuan jumlah responden tersebut ditetapkan penulis mengacu pada Walpole (1997) yang menyatakan bahwa jumlah 30 responden sudah dapat mewakili populasi karena bila ukuran contohnya lebih besar atau sama dengan 30 responden penarikan contoh tersebut dapat menjamin hasil yang dapat mewakili populasinya. 4.5
Metode Analisis Data
Metode analisis menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diolah secara deskriptif untuk mengetahui karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting. Sebaliknya data kuantitatif diolah menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan Minitab untuk mengestimasi nilai WTP, menganalisis regresi, dan menganalisis kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih. Metode analisis data dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Metode analisis data No. Tujuan 1 Mengkaji karakteristik masyarakat pengguna air
Data yang diperlukan Usia, pendidikan, penghasilan, jumlah kebutuhan air, dan jumlah pengguna air
Sumber data Masyarakat pengguna sumberdaya air
Metode Analisis deskriptif
2
Estimasi nilai WTP masyarakat terhadap ketersediaan air bersih
Biaya yang bersedia dikeluarkan masyarakat untuk memperoleh air bersih
Masyarakat pengguna sumberdaya air
Contingent Valuation Method (CVM)
3
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat
Usia, penghasilan, jumlah kebutuhan air, dan jumlah pengguna air
Masyarakat pengguna sumberdaya air
4
Mengkaji kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih
Data Rencana Anggaran Biaya (RAB) pengembangan penampungan sumberdaya air bersih
Toko bangunan dan Dinas Binamarga Kota Bogor
Ekonometri ka (analisis regresi berganda) Analisis kriteria kelayakan investasi
28
4.5.1 Analisis Deskriptif Menurut Marzuki (2009), analisis deskriptif merupakan teknik statistik yang memberikan informasi hanya mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, kemudian menarik inferensi yang digeneralisasikan untuk data yang lebih besar atau populasi. Analisis deskriptif digunakan agar penelitian tidak hanya terbatas pada data statistik yang kaku, selain itu agar penelitian dapat memberikan kesimpulan yang menarik. Analisis deskriptif dalam penelitian digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. 4.5.2 Analisis WTP Responden terhadap Jasa Lingkungan WTP atau kesediaan untuk membayar adalah kesediaan individu untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan. WTP dihitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar ataupun mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai degan kondisi yang diinginkan. Tahap-tahap untuk menentukan WTP dalam penelitian ini meliputi: 1.
Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market) Pasar hipotetik dibentuk atas dasar terjadinya kelangkaan sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting. Adanya pembangunan perumahan turut memperparah kelangkaan air tanah Kampung Cibereum Sunting. Jalan keluar dari masalah ini adalah menggunakan salah satu instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan sebagai bentuk upaya konservasi. Pasar hipotetik dibuat dalam bentuk skenario sebagai berikut: Pasar Hipotetik : “Selama ini masyarakat Kampung Cibereum Sunting bergantung pada air tanah sebagai salah satu sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Pada saat ini maupun masa yang akan datang diketahui bahwa akan terjadi penurunan kuantitas air tanah karena berbagai penyebab antara lain: pertumbuhan penduduk dan perumahan di Kampung Cibereum Sunting
29
serta curah hujan yang tidak menentu. Terkait masalah tersebut, apakah masyarakat bersedia melakukan pembayaran jasa lingkungan melalui pengadaan pengembangan sumberdaya air untuk mengatasi kelangkaan air pada saat musim kemarau”. Skenario ini diharapkan mampu membuat masyarakat mengetahui gambaran pasar hipotetik dan apakah masyarakat bersedia membayar sejumlah nominal uang untuk memperbaiki jasa lingkungan tersebut. 2.
Mendapatkan Penawaran Besarnya WTP (Obtaining Bids) Pada tahap ini dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden apakah mereka mau membayar atau tidak sejumlah uang tertentu untuk memperoleh perbaikan jasa lingkungan. Metode ini lebih memudahkan responden memahami maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan. Teknik yang digunakan untuk memperoleh nilai WTP dalam penelitian ini adalah model referendum atau discrete choice (dichotomous choice), responden diberi satu nilai rupiah, kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak. Salah satu model CVM yang paling umum digunakan adalah dikotomous. Pendekatan ini merupakan alternatif terbaik untuk menjawab defisiensi pendekatan Contingent Valuation yang didasarkan pada pertanyaan terbuka maupun bidding games (Fauzi 2006).
3.
Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Average WTP) Tahap ini diduga dengan melakukan nilai rata-rata yaitu dengan cara menjumlahkan seluruh nilai WTP dibagi dengan jumlah responden.
Keterangan: = Dugaan rataan WTP = Nilai WTP ke-i = Frekuensi relatif = Jumlah responden = Responden ke-i yang bersedia melakukan pembayaran jasa lingkungan
30
4.
Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve) Pendugaan kurva akan dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Keterangan: = Nilai WTP masyarakat pengguna air (Rp per m³) = Usia masyarakat pengguna air (tahun) = Penghasilan masyarakat pengguna air (Rp per bulan) = Jumlah kebutuhan air (m³/hari/KK) = Jumlah pengguna air (orang per KK) 5.
Menjumlahkan Data (Agregating Data) Setelah menduga nilai tengah WTP maka dapat diduga nilai WTP dari rumah tangga dengan menggunakan rumus:
Keterangan: = Total WTP = WTP individu sampel ke-i = Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP = Jumlah sampel = Jumlah populasi = Responden ke-i yang bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan 6.
Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise) Tahap ini merupakan penilaian apakah penggunaan CVM telah berhasil atau tidak. Keberhasilan dalam pengaplikasian CVM bergantung pada seberapa besar tingkat kesalahan responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan, seberapa baik pasar hipotetik yang digunakan. Untuk mengevaluasi pelaksanaan model CVM dilihat dari tingkat keandalan fungsi WTP. Uji yang dilakukan adalah dengan melihat nilai R² dari model OLS WTP.
31
4.5.3 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP Responden Model regresi berganda merupakan pengembangan dari model regresi linear sederhana dengan satu peubah bebas. Pada model regresi berganda (multiple regression model) Y merupakan fungsi linear dari beberapa peubah bebas X₁, X₂, X₃, ………, Xk dan komponen sisaan
(error).
Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi WTP pengguna sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting. Model yang digunakan adalah model regresi berganda. Persamaan regresi berganda nilai WTP dalam penelitian ini sebagai berikut:
Keterangan: = Nilai WTP masyarakat pengguna air (Rp per m³) = Intercept = Koefisien regresi U
= Usia masyarakat pengguna air (tahun)
P
= Penghasilan rumah tangga (Rp per bulan)
JKA
= Jumlah kebutuhan air (m³/hari/KK)
JPA
= Jumlah pengguna air (orang per KK) = Galat atau error Variabel-variabel di atas ditentukan dan dipilih berdasarkan teori-tori
ekonomi yang berlaku dan observasi langsung di lokasi penelitian. Besarnya WTP bagi penerima manfaat sumberdaya air meliputi: usia, penghasilan, jumlah kebutuhan air, dan jumlah pengguna air. 4.5.4 Analisis Kelayakan Pengembangan Penampungan Sumberdaya Air Bersih Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan pemulihannya sulit dilakukan. Dalam rangka mengatasi masalah kelangkaan air pada saat musim kemarau perlu diupayakan penyimpanan air sebesar-besarnya pada musim hujan dengan bangunan-bangunan penampung air yang kemudian dapat dimanfaatkan pada musim kemarau.
32
Pengembangan prasarana air bersih bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan. Rencana pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor adalah embung kecil. Konsep dasar pengembangan tersebut adalah mensuplai air bersih secara berkesinambungan untuk masyarakat. Pengembangan sumberdaya air akan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: 1.
Daya dukung sumberdaya air.
2.
Kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat.
3.
Kemampuan pembayaran.
4.
Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumberdaya air. Pengembangan penampungan sumberdaya air bersih diawali dengan
merangkum kebutuhan masyarakat untuk dirumuskan menjadi tujuan dari penelitian. Sumberdaya air yang tersedia dalam embung kecil dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat. Pengembangan tersebut dilakukan dengan membangun penampungan air beserta kelengkapannya dalam rangka pemanfaatan sumberdaya
air
yang selanjutnya disebut
sebagai
proyek
pengembangan sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting. Salah satu analisis penting yang harus dilakukan adalah analisis benefit-cost yang hasilnya dapat digunakan untuk mengukur kelayakan dari suatu rencana atau skenario pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dari sudut pandang finansial
dan
ekonomi.
Data-data penerimaan dan pengeluaran
terkait
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih yang diambil dari masyarakat diolah melalui cash flow. Manfaat dan biaya dihitung dengan didiscount factor yang telah memperhitungkan nilai waktu uang (time value of money) selama umur proyek. Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah NPV, Net B/C, dan IRR. 1) Net Present Value NPV merupakan selisih antara nilai sekarang arus manfaat dengan nilai sekarang arus biaya. NPV juga merupakan penjumlahan nilai sekarang dari manfaat bersih tambahan selama umur proyek. Secara matematis nilai NPV dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
33
Keterangan: = Manfaat pada tahun ke-t = Biaya pada tahun ke-t = Discount factor = Tahun 1, 2, 3, …….., n = Umur proyek NPV ≥ 0, pengembangan penampungan sumberdaya air bersih layak untuk dibangun, sebaliknya NPV ≤ 0, maka pengembangan tersebut tidak layak. 2) Net Benefit-Cost Ratio Net B/C merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Secara matematis Net B/C dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan: = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t = Tahun = Discount rate (%) = Umur proyek Proyek layak dilaksanakan jika nilai Net B/C ≥ 1, artinya manfaat yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya, nilai Net B/C ≤ 1 maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan, karena manfaat yang diperoleh tidak dapat menutupi biaya yang dikeluarkan. 3) Internal Rate of Return IRR adalah suatu tingkat diskonto yang membuat NPV sama dengan nol. Secara matematis nilai IRR dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
34
Keterangan: = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif = NPV positif = NPV negatif = Selisih i Jika IRR ≥ tingkat diskonto, maka pengembangan penampungan sumberdaya air bersih layak dibangun, sebaliknya, IRR ≤ tingkat diskonto, maka pengembangan penampungan sumberdaya air bersih tidak layak untuk dibangun. 4.5.5 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas yang dilakukan adalah sensitivitas pada input dan ouput proyek pengembangan penampungan sumberdaya air bersih. Pendekatan sensitivitas tersebut digunakan untuk menghitung sejauh mana kriteria investasi menjadi tidak layak jika terjadi perubahan pada jumlah debit air dan perubahan tarif dasar listrik. Sensitivitas jumlah debit air dihitung berdasarkan jumlah minimum debit air penampungan yang menghasilkan kriteria investasi menjadi tidak layak. Selanjutnya, sensitivitas listrik berdasarkan persentase kenaikan tarif dasar listrik tertinggi oleh PT. Perusahan Listrik Negara (PLN). 4.6 1.
Batasan Penelitian
Sumberdaya air tanah adalah sumberdaya air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan.
2.
Lokasi penelitian terletak di Kampung Cibereum Sunting (RW 07), Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.
35
3.
Responden adalah kepala keluarga yang menerima dampak kelangkaan air pada saat musim kemarau, berusia produktif, sudah bekerja, memiliki tanggungan, dan berdomisili di Kampung Cibereum Sunting.
4.
Karakteristik pengguna air yang digunakan dalam penelitian adalah usia, penghasilan, jumlah kebutuhan air, dan jumlah pengguna air dalam rumah tangga responden.
5.
CVM merupakan metode untuk mengetahui keinginan masyarakat membayar sumberdaya air sedangkan WTP merupakan alat analisisnya.
6.
Pengembangan penampungan sumberdaya air bersih yang akan dilakukan di Kampung Cibereum Sunting adalah embung kecil. Pemilihan embung kecil didasarkan pada kesesuaian jumlah populasi penduduk setempat, kondisi geografi dan potensi sumberdaya air, biaya konstruksi bangunan, serta kebutuhan akan jumlah air bersih.
7.
Umur proyek adalah umur teknis yang diterapkan terhadap konstruksi bangunan embung kecil. Umur teknis pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting adalah lima tahun.
8.
Harga air bersih yang digunakan dalam analisis kelayakan ekonomi pengembangan sumberdaya air adalah harga finansial dan harga ekonomi.
9.
Harga finansial air bersih adalah harga air bersih PDAM Kota Bogor berdasarkan kategori pelanggan Rumah Tangga Sangat Sederhana (RTSS) sebesar Rp 1.700 per m³.
10. Harga ekonomi air bersih adalah harga yang diperoleh berdasarkan kemampuan membayar (nilai rataan WTP) masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting sebesar Rp 149,05 per m³. 11. Kriteria kelayakan finansial dan ekonomi yang digunakan adalah NPV, Net B/C, dan IRR.
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1
Kondisi Geografis Kelurahan Mulyaharja
Menurut Data Monografi Kelurahan Mulyaharja (2011), Kelurahan Mulyaharja merupakan Kelurahan yang terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jarak dari Kelurahan menuju Pemerintahan Kecamatan hanya 5 km, sedangkan jarak menuju pusat Pemerintah Kota Bogor yaitu ± 7 km. Kelurahan yang berada di kaki Gunung Salak ini memiliki curah hujan terbesar di Kecamatan Bogor Selatan berkisar 3.500-4.500 mm per tahun untuk 335,30 ha dan 4.001-4.500 mm per tahun untuk 143,70 ha. Suhu udara Kelurahan Mulyaharja berkisar 15 ºC sampai 25 ºC. Selain itu, Kelurahan Mulyaharja merupakan kelurahan dengan kondisi topografi tertinggi di antara kelurahan-kelurahan lain yaitu 600 meter di atas permukaan laut. Kelurahan Mulyaharja memiliki luas wilayah sekitar 479,0 ha dan sebagian besar lahan tersebut merupakan lahan subur dengan luas mencapai 417,97 ha. Berdasarkan batas wilayahnya, Kelurahan Mulyaharja diapit oleh dua sungai yaitu sungai Cibeureum dan sungai Cipinanggading, yang merupakan batas wilayah alam dengan kelurahan lain. Adapun batas wilayah Kelurahan Mulyaharja menurut data monografi kelurahan sebagai berikut: 1). Sebelah utara
: Kelurahan Cikaret
2). Sebelah selatan : Desa Sukaharja 3). Sebelah barat
: Kelurahan Pamoyanan
4). Sebelah timur
: Desa Sukamantri
Kelurahan Mulyaharja awalnya adalah desa yang berada di bawah pemerintahan Kabupaten Bogor. Adanya pemekaran Kota Bogor yaitu menurut Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1995 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri tahun 1995 tanggal 24 Agustus 1995 tentang Perubahan Batas–batas Wilayah Kotamadya DT. II Bogor, serta Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2001 tentang Perubahan Desa Menjadi Kelurahan, maka Desa Mulyaharja masuk ke dalam wilayah Kota Bogor dan berubah menjadi Kelurahan pada tanggal 1 September 2001. Lahan yang berada di Kelurahan Mulyaharja sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi, yaitu pertanian dan perdagangan. Luas lahan yang
37
digunakan untuk sektor pertanian lebih besar dibandingkan lahan untuk peruntukan lain, yaitu sekitar 90 ha untuk lahan sawah dan 20 ha untuk lahan kering (ladang). Hal tersebut karena potensi daerah ini sangat cocok untuk aktivitas usaha tani. Jenis penggunaan lahan di Kelurahan Mulyaharja yang dirinci pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4 Jenis penggunaan lahan di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2011 Jenis penggunaan lahan a. b. c. d.
Pertokoan/Perdagangan Perkantoran Tanah wakaf Tanah sawah 1) Irigasi teknis 2) Sawah pasang surut e. Tanah kering 1) Pekarangan 2) Tegalan 3) Tempat rekreasi Jumlah
Sumber: Data Monografi Kelurahan Mulyaharja (2011)
Luas lahan (ha) 1,00 0,08 0,50 70,00 16,00 4,00 20,00 2,00 113,58
Dari tabel di atas terlihat bahwa 106 ha lahan di wilayah Kelurahan Mulyaharja adalah lahan pertanian. Terdiri dari 70 ha irigasi teknis, 16 ha sawah pasang surut, dan 20 ha tanah tegalan. Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa luas lahan pertanian (lahan sawah dan lahan kering) yang tersisa adalah 80 ha. Luas lahan yang direncanakan untuk pembangunan perumahan dan real estate adalah 100 ha. Lahan dalam tahap pembangunan perumahan saat ini mencapai 60 ha2. Data tersebut menunjukan bahwa tingginya angka pembangunan perumahan di wilayah Kelurahan Mulyaharja dapat menimbulkan masalah serius dalam keberlangsungan pemanfaatan air bersih. 5.1.1 Kependudukan Penduduk Kelurahan Mulyaharja sebagian besar adalah suku bangsa Sunda. Mobilitas penduduk Kelurahan Mulyaharja yang datang dan pergi pada tahun 2011 juga bervariasi. Sebanyak 353 penduduk yang datang, terdiri dari 178 orang
2
Informasi diperoleh dari kantor Kelurahan Mulyaharja pada Juni 2013
38
laki-laki dan 175 orang untuk perempuan. Sebaliknya, penduduk yang pindah sebanyak 198 yang terdiri dari 99 orang laki-laki dan 99 orang perempuan. Kelurahan Mulyaharja memiliki jumlah penduduk sebanyak 16.381 jiwa, yang didominasi oleh penduduk berjenis kelamin laki-laki sebesar 8.523 jiwa sedangkan untuk perempuannya 7.858 jiwa. Kelurahan Mulyaharja dibagi menjadi 55 Rukun Tetangga (RT) dan 12 Rukun Warga (RW). Mayoritas agama penduduk adalah Islam. Sebagian besar penduduk Mulyaharja adalah lulusan Sekolah Dasar/MI dengan jumlah 6.435 jiwa, disusul dengan lulusan SMA/SLTA/Aliyah 1.150 jiwa, Taman Kanak-kanak 984 jiwa, SMP/SLTP/MTS 900 jiwa, Akademi/D1-D3 120 jiwa, dan Sarjana (S1-S3) 70 jiwa (Data Monografi Kelurahan Mulyaharja 2011). Selain itu, jumlah penduduk di Kelurahan Mulyaharja menurut mata pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2011 Jumlah penduduk Jenis pekerjaan (jiwa) Pegawai Negeri Sipil 205 TNI 4 POLRI 15 Swasta/BUMN/BUMD 5 Wiraswasta/Pedagang 2.414 Petani 100 Pertukangan 122 Buruh tani 400 Pensiunan 59 Jasa/lain-lain 42 Jumlah 3.366
Sumber: Data Monografi Kelurahan Mulyaharja (2011)
Pada Tabel 5 di atas, sebagian besar penduduk berprofesi sebagai wiraswasta/pedagang dan buruh tani. Jumlah buruh tani yang cukup besar tersebut disebabkan adanya kepemilikan lahan pertanian yang semakin berkurang akibat kegiatan alih fungsi lahan pertanian yang terjadi di Kelurahan Mulyaharja. Hal ini juga ditunjukan oleh sedikitnya jumlah penduduk yang berprofesi sebagai petani yaitu sebesar 100 orang.
39
5.1.2 Pelanggan Air Bersih PDAM Sistem pengelolaan sumberdaya air melalui alokasi dan distribusi air bersih oleh PDAM selaku public service belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat di Kelurahan Mulyaharja. Penduduk Kelurahan Mulyaharja sebagian besar belum mendapatkan jasa air bersih dari PDAM Kota Bogor. Terkait pemenuhan kebutuhan air bersih, dari total 4.446 KK, hanya sekitar 23,87 persen rumah tangga yang mendapatkan pelayanan air bersih dari PDAM. Kategori pelanggan yang sudah mendapatkan jasa air bersih dari PDAM, yaitu instansi pemerintah, sarana sosial, rumah tangga, dan niaga. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6 Jumlah pelanggan PDAM di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2011 Persentase Kategori Pelanggan PDAM Unit (%) Sarana sosial 10 0,93 Rumah tangga 1.061 98,51 Niaga 6 0,56 Total 1.077 100,00 Sumber: BPS Kota Bogor (2011)
Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa sarana sosial yang telah mendapat layanan PDAM sebanyak 10 unit dengan persentase 0,93 persen, rumah tangga sebanyak 1.061 unit dengan persentase 98,51 persen yang merupakan persentase tertinggi dari kategori pelanggan PDAM, dan niaga sebanyak 6 unit dengan persentase 0,56 persen. 5.2
Kampung Cibereum Sunting
Menurut penuturan informan di lokasi penelitian bahwa pada mulanya nama Kampung Cibereum Sunting berasal dari seorang Kyai yang bernama Haji Sunting. Bapak Sunting merupakan seorang sesepuh dan tokoh masyarakat yang terkenal. Oleh sebab itu, setiap orang yang akan berkunjung ke kampung tersebut, mereka menyebutnya dengan Kampung Cibereum Sunting. Dahulu Kampung Cibereum Sunting memiliki areal sawah yang luas. Adanya pembangunan perumahan yang mengkonversi wilayah persawahan menyebabkan 70 persen luas wilayah tersebut menjadi berkurang dan hanya mencakup wilayah perkampungan penduduk saja yaitu sekitar ± 4 ha. Jumlah
40
penduduk Kampung Cibereum Sunting sekitar 1.950 jiwa yang terbagi menjadi tiga Rukun Tetangga (RT). Jumlah Kepala Keluarga (KK) pada RT 1 adalah 150 KK, selanjutnya jumlah KK pada RT 2 adalah 100 KK dan 140 KK pada RT 3. Akibat pembangunan perumahan yang terjadi di sekitar wilayah Kampung Cibereum Sunting, maka kampung ini juga berbatasan langsung dengan perumahan-perumahan tersebut. Batas wilayahnya yaitu: 1). Sebelah utara
: Kampung Cibereum Pongpok
2). Sebelah selatan : Perumahan Bogor Nirwana Residence (BNR) 3). Sebelah barat
: Kampung Cibereum RW 8
4). Sebelah timur : Perumahan Bogor Nirwana Residence (BNR) Dari luas wilayah 4 ha tersebut, Kampung Cibereum Sunting memiliki beberapa fasilitas umum, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, dan peribadatan. Fasilitas pendidikan yang dimiliki Kampung Cibereum Sunting yaitu taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD) yang masing-masing berjumlah satu. Selain itu, untuk fasilitas kesehatan juga hanya berjumlah satu yaitu posyandu. Lain halnya dengan fasilitas peribadatan yang dimiliki Kampung Cibereum Sunting yaitu masjid yang berjumlah tiga. Mayoritas penduduk di Kampung Cibereum Sunting telah beralih profesi menjadi buruh bangunan, karyawan, pengrajin, dan pedagang. Hal ini karena lahan pertanian yang dahulunya sebagai sumber mata pencaharian mereka, sudah tidak ada lagi. Oleh sebab itu, masyarakat yang pernah menjadi petani sekarang hanya berprofesi sebagai buruh tani ataupun pekerjaan lainnya di luar dari sektor pertanian. 5.3
Potensi Sumberdaya Air di Kampung Cibereum Sunting
Sebelum tahun 2008, penduduk Kampung Cibereum Sunting menggunakan air yang berasal dari sumur gali untuk mencukupi kebutuhan minum dan sanitasi sehari-hari. Kedalaman sumur gali yang dibuat oleh masing-masing rumah tangga pun tidak terlalu dalam yaitu hanya sekitar 1,5 meter. Kondisi demikian menunjukan bahwa air bersih yang diperoleh masyarakat sangat mudah dan melimpah. Sebagian masyarakat Kampung Cibereum Sunting masih ada yang tidak mempunyai fasilitas MCK (Mandi Cuci Kakus), sehingga kondisi tersebut
41
mendapat perhatian dari pemerintah daerah dengan dibangunnya dua MCK. Dana pembangunan MCK tersebut diberikan oleh pemerintah setempat, sedangkan untuk lahannya merupakan lahan hibah dari tokoh agama yang juga merupakan penduduk asli Kampung Cibereum Sunting. MCK ini mulanya dibangun di RT 1 pada tahun 1990 dan kemudian dibangun kembali di RT 3 pada tahun 1994. Tujuan dibangunnya MCK ini adalah untuk mempermudah masyarakat Kampung Cibereum Sunting dalam mengakses air untuk keperluan sanitasi. Saat ini akses air bersih oleh masyarakat Kampung Cibereum Sunting tidak dapat dirasakan lagi. Sejak pembangunan perumahan ABC tahun 2008, masyarakat mulai mengalami kesulitan memperoleh air bersih. Hal tersebut menyebabkan warga harus menggali sumur lebih dalam dari awalnya 1,5 meter menjadi 3 meter dengan maksud memperoleh air lebih banyak. Saat musim kemarau, debit air sumur gali tidak lagi mencukupi kebutuhan minum maupun sanitasi sehari-hari bahkan sebagian masyarakat merasakan air sumurnya tidak layak lagi untuk diminum karena berbau dan berwarna. Oleh karena itu, alternatif yang dilakukan masyarakat pada musim kemarau adalah dengan menggunakan air sungai yang terdapat di wilayah tersebut. Air sungai hanya digunakan masyarakat Kampung Cibereum Sunting untuk keperluan sanitasi saja, sementara untuk kebutuhan minumnya harus membeli air minum dalam kemasan. Keadaan daerah dan kondisi sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting disajikan pada Lampiran 2.
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1
Karakteristik Pengguna Air Tanah
Karakteristik umum masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting diperoleh berdasarkan survei terhadap 40 responden (data karakteristik responden masyarakat Kampung Cibereum Sunting disajikan pada Lampiran 3). Jumlah responden tersebut diharapkan mampu menggambarkan karakteristik keseluruhan masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting. Karakteristik masyarakat pengguna air dijelaskan oleh beberapa kriteria seperti di bawah ini: 6.1.1 Usia Usia masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berkisar antara 20 tahun sampai 80 tahun. Usia seseorang dinilai dapat mempengaruhi fungsi biologi dan psikologi dalam mengambil sebuah keputusan. Proporsi msyarakat berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. 10%
3%
20-60 Tahun
87%
61-70 Tahun 71-80 Tahun
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Gambar 2 Sebaran usia masyarakat pengguna air Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 Berdasarkan Gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa, usia masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting didominasi oleh kelompok usia produktif yaitu berkisar antara 20 tahun sampai 60 tahun sebanyak 87 persen. Kemudian, kelompok usia lanjut berkisar antara 61 tahun sampai 70 sebanyak 10 persen, dan 71 sampai 80 tahun sebanyak 3 persen.
43
6.1.2 Jenis Kelamin Sebagian masyarakat pengguna air yang masuk dalam survei adalah lakilaki yaitu berjumlah 34 orang atau 85 persen, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 6 orang atau 15 persen. Dominasi jenis kelamin laki-laki karena pada umumnya kepala keluarga (pengambil keputusan) dalam suatu rumah tangga adalah laki-laki sehingga untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam survei, laki-laki lebih berperan. Perbandingan masyarakat pengguna air laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini. 15%
Laki-laki
85%
Perempuan
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Gambar 3 Karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi jenis kelamin Tahun 2013 6.1.3 Tingkat Pendidikan Terakhir Menurut tingkat pendidikan, sebagian besar masyarakat pengguna air berpendidikan
Sekolah
Dasar
(SD/Sederajat)
yaitu
sebesar
50
persen,
berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP/Sederajat) sebesar 17 persen, berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA/Sederajat) sebesar 23 persen, berpendidikan akhir Perguruan Tinggi (PT) sebesar 5 persen, dan tidak pernah sekolah sebesar 5 persen. Semakin tinggi tingkat pendidikan terakhir diharapkan akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman masyarakat pengguna air akan pentingnya jasa lingkungan dan menjaga keberlanjutan sumberdaya air, serta meminimalisir eksploitasi sumberdaya air secara berlebihan. Perbandingan persentase tingkat pendidikan terakhir responden pengguna air dapat dilihat pada Gambar 4.
44 60
50%
Persentase (%)
50 40 30
17%
20 10
23% 5%
5%
0 Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Pendidikan Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Gambar 4 Karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi tingkat pendidikan Tahun 2013 Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat pengguna air cenderung rendah. Hal ini dapat dilihat dari persentase responden yang berpendidikan hanya setingkat SD sebanyak 50 persen dan tidak pernah sekolah sebanyak 5 persen. 6.1.4 Penghasilan Penghasilan masyarakat di Kampung Cibereum Sunting tergolong kecil. Berikut persentase penghasilan rumah tangga pengguna air di Kampung Cibereum Sunting pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Karakteristik rumah tangga pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan tingkat penghasilan Tahun 2013 Penghasilan (Rp/bulan) ≤ 1.000.000 1.000.001-2.000.000 2.000.001-3.000.000 > 3.000.000 Jumlah Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Jumlah responden (Orang) 5 18 10 7 40
Persentase (%) 12,5 45,0 25,0 17,5 100,0
45
Mayoritas masyarakat pengguna air memiliki penghasilan pada rentang Rp 1.000.001 sampai Rp 2.000.000 dengan persentase 45 persen. Hal ini terkait dengan jenis pekerjaan masyarakat yang mayoritas sebagai wiraswasta/pedagang dan karyawan swasta. Semakin tinggi penghasilan diharapkan semakin tinggi pula biaya yang bersedia dikeluarkan individu untuk memperoleh jasa lingkungan yang lebih baik. Rata-rata penghasilan masyarakat adalah sebesar Rp 2.577.500 per bulan sedangkan untuk biaya pengeluaran per bulan dibagi menjadi empat bagian yaitu biaya konsumsi, biaya sekolah, biaya air minum, dan biaya tagihan listrik (asumsi 40 persen dari total tagihan listrik per bulan untuk mesin sedot air). Berikut persentase biaya pengeluaran rumah tangga pengguna air di Kampung Cibereum Sunting tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Karakteristik rumah tangga pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan rata-rata biaya pengeluaran Tahun 2013 Kategori pengeluaran a. Rata-rata pengeluaran konsumsi b. Rata-rata biaya sekolah c. Rata-rata pengeluaran air minum d. rata-rata tagihan listrik dan air bersih Jumlah
Jumlah (Rp/bulan) 1.582.500 380.000 67.500 38.000 2.068.000
Persentase (%) 76,52 18,38 3,26 1,84 100,00
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Rata-rata penghasilan bersih rumah tangga pengguna air di Kampung Cibereum Sunting adalah Rp 509.500 per bulan yang diperoleh dari selisih ratarata penerimaan dan rata-rata pengeluaran per bulan. Adanya pengembangan sumberdaya air sebagai penyedia air bersih diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penghematan biaya pengeluaran untuk air minum dan tagihan listrik sehingga dapat menambah porsi penghasilan bersih masyarakat sebagai nilai tabungan. 6.1.5 Jumlah Pengguna Air Jumlah pengguna air per KK didominasi oleh 5 sampai 6 orang sebanyak 48 persen, sedangkan jumlah pengguna air paling sedikit berjumlah 7 sampai 8 orang per KK dengan persentase 7 persen. Penyebaran masyarakat pengguna air per KK di Kampung Cibereum Sunting dapat dilihat pada Gambar 5.
Persentase (%)
46 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
48% 33%
12%
7%
1-2 Orang
3-4 Orang
5-6 Orang
7-8 Orang
Jumlah Pengguna Air (Orang per KK) Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Gambar 5 Karakteristik masyarakat penguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi jumlah pengguna air per KK Tahun 2013 Berdasarkan Gambar 5 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah pengguna air masyarakat di Kampung Cibereum Sunting adalah sebanyak 5 sampai 6 orang per KK dengan persentase 48 persen. 6.1.6 Jumlah Kebutuhan Air Mayoritas jumlah kebutuhan air masyarakat berkisar antara 3 sampai 4 m³/hari/KK sebanyak 50 persen. Berikut persentase rata-rata kebutuhan air oleh masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi jumlah kebutuhan air (m³/hari/KK) Tahun 2013 Jumlah kebutuhan air (m³/hari/KK) ≤ 2 m³ 3-4 m³ 4-5 m³ > 5 m³ Jumlah
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Jumlah responden (Orang) 10 20 8 2 40
Persentase (%) 25 50 20 5 100
Berdasarkan Tabel 9 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah kebutuhan air oleh masyarakat di Kampung Cibereum Sunting cukup besar yaitu 3 sampai 4 m³/hari/KK. Besarnya angka kebutuhan air oleh masyarakat disebabkan oleh tingginya konsumsi air bersih untuk kegiatan konsumsi, sanitasi, dan unit usaha.
47
6.2
Estimasi Nilai WTP Masyarakat Kampung Cibereum Sunting terhadap Ketersediaan Air Pendekatan CVM dalam penelitian digunakan untuk menganalisis WTP
pengguna air terhadap pembayaran jasa lingkungan yang akan diterapkan di Kampung Cibereum Sunting. Hasil pelaksanaan CVM sebagai berikut: 1.
Membangun Pasar Hipotetik (Setting-up the Hypothetical Market) Berdasarkan pasar hipotetik yang telah dilakukan pada saat penelitian yaitu
situasi hipotetik yang menggambarkan keadaan lingkungan air bersih di Kampung Cibereum Sunting. Diketahui bahwa, pada masa yang akan datang air akan mengalami penurunan kuantitas sehingga akan dilakukan suatu pengembangan sumberdaya air untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Masyarakat diharapkan mampu mengetahui gambaran tentang situasi hipotetik yang dibangun mengenai upaya perbaikan kuantitas air bersih Kampung Cibereum Sunting. 2.
Memperoleh Nilai WTP (Obtaining Bids) Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah model referendum atau
discrete choice (dichotomous choice). Responden diberi satu nilai rupiah tertentu untuk mendapatkan nilai air per m³ (meter kubik), kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak untuk ikut andil dalam pembayaran jasa lingkungan air bersih di Kampung Cibereum Sunting. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP (Estimating Mean WTP/EWTP)
3.
Dugaan nilai WTP (EWTP) masyarakat dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden dan dengan menggunakan rumus (2). Data distribusi WTP responden dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Menghitung dugaan nilai rataan WTP (Estimating Mean WTP/EWTP) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kelas WTP (Rp/KK/m³) 85 106 127 148 169 190 211 232 253 Total
Frekuensi (responden) 2 12 7 3 6 3 3 2 2 40
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Frekuensi relatif (Pfi) 0,05 0,30 0,18 0,08 0,15 0,08 0,08 0,05 0,05 1,00
Jumlah (Rp/m³) 4,25 31,80 22,23 11,10 25,35 14,25 15,83 11,60 12,60 149,05
48
Kelas WTP masyarakat pengguna air diperoleh dengan menentukan terlebih dahulu nilai terkecil sampai nilai terbesar WTP yang ditawarkan responden. Dengan demikian dapat diperoleh nilai rataan WTP (EWTP) masyarakat sebesar Rp 149,05 per m³. 4.
Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve) Kurva WTP menggambarkan penawaran nilai WTP terhadap jumlah
masyarakat pengguna air yang memilih nilai WTP tersebut. Kurva WTP diperoleh dengan mengakumulasikan responden dalam hal ini masyarakat pengguna sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting terhadap nilai WTP. Nilai tersebut dapat digunakan untuk menghitung surplus konsumen terhadap air bersih. Gambar 6 di bawah menjelaskan kurva permintaan WTP terhadap pembayaran jasa lingkungan.
WTP (Rp/m³)
300 253
250
232
200
211
190
169
150
148
127
100
106
85
50 0 2
4
7
10
16
19
26
38
40
Jumlah masyarakat pengguna air (Orang) Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Gambar 6 Kurva penawaran WTP terhadap pembayaran jasa lingkungan pengguna air Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 Gambar 6 menunjukan bahwa semakin tinggi nilai WTP yang diberikan, maka semakin sedikit jumlah masyarakat pengguna air yang bersedia membayar. Artinya bahwa, masyarakat pengguna air cenderung bersedia membayar pada tingkat nilai WTP paling rendah. 5.
WTP Agregat atau Total WTP (TWTP) Nilai total WTP masyarakat pengguna air dihitung berdasarkan data distribusi
WTP dengan menggunakan rumus (4). Hasil perhitungan TWTP dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:
49
Tabel 11 Total WTP terhadap pembayaran Cibereum Sunting Tahun 2013 Kelas WTP Frekuensi No. (Rp/KK/m³) (responden) 1 85 2 2 106 12 3 127 7 4 148 3 5 169 6 6 190 3 7 211 3 8 232 2 9 253 2 Total 40 Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
jasa lingkungan di Kampung Populasi 19,50 117,00 68,25 29,25 58,50 29,25 29,25 19,50 19,50 390,00
Jumlah total (Rp/m³) 1.658 12.402 8.668 4.329 9.887 5.558 6.172 4.524 4.934 58.130
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai total WTP air bersih oleh masyarakat adalah Rp 58.130 per m³. nilai tersebut merupakan hasil akumulasi WTP pada masing-masing kelas WTP responden pengguna sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting. 6.
Evaluasi Pelaksanaan CVM Berdasarkan analisis regresi berganda cukup baik karena diperoleh nilai R²
sama dengan 41,9 persen. Penelitian ini berkaitan dengan benda-benda lingkungan yang dapat mentolerir nilai R² sampai dengan 15 persen (Hanley dan Spash 1993). Penelitian ini tentang lingkungan yang berhubungan dengan perilaku manusia, sehingga nilai R² masih memenuhi kriteria tersebut. Oleh karena itu, hasil pelaksanaan CVM dalam penelitian ini masih dapat diyakini kebenaran dan keandalannya. 6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP Dalam rangka mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP maka telah ditetapkan empat variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen tersebut yaitu usia, penghasilan, jumlah kebutuhan air, dan jumlah pengguna air. Setelah diuji dengan beberapa pengujian parameter maka didapatkan bahwa semua variabel independen tidak terdapat pelanggaran asumsi OLS (Ordinary Least Square). Hasil analisis nilai WTP masyarakat pengguna air dapat dilihat pada Tabel 12.
50
Tabel 12 Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat pengguna air Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 Predictors Coef T P 0,771 Constant 9918 0,29 0,017 Usia 1.461,6* 2,50 0,005 Penghasilan 0,01030** 3,00 0,001 JKA 21.206*** 3,49 JPA -8.686 -1,68 0,102 R-Sq = 41,9% R-Sq (Adj) = 35,3% Analysis of Variance Source DF SS Regression 4 36582746740 Residual error 35 50657253260 Total 39 87240000000
VIF (-) 1,4 1,1 1,5 1,7
Keterangan (-) Signifikan pada α 0,1 Signifikan pada α 0,05 Signifikan pada α 0,01 Tidak signifikan
MS 9145686685 1447350093
F 6,32
P 0,001
Durbin-Watson statistic = 1,56075
Keterangan: *** pada taraf nyata 99 persen ** pada taraf nyata 95 persen * pada taraf nyata 90 persen Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Pengujian hipotesis regresi berganda dari hasil Minitab dapat dilakukan dengan menggunakan nilai signifikan P-value (nilai-P). Apabila nilai-P lebih kecil dari taraf nyata yang ditentukan dalam penelitian maka
ditolak,
sebaliknya apabila nilai-P lebih besar dari taraf nyata yang ditentukan maka tidak cukup bukti untuk menolak
.
Model yang dihasilkan dalam penelitian ini cukup baik. Hal ini ditunjukan oleh R² sebesar 41,9 persen. Artinya, 41,9 persen keragaman WTP responden dapat diterangkan oleh keragaman variabel-variabel penjelas yang terdapat dalam model, sedangkan sisanya 58,1 persen diterangkan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Nilai F-hitung sebesar 6,32 dengan nilai P-value 0,001 hal ini menunjukan variabel-variabel penjelas dalam model secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai WTP dalam melakukan pembayaran jasa lingkungan. Model yang dihasilkan telah diuji normalitas, autokorelasi, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas dari keempatnya tidak terdapat pelanggaran (uji kenormalan data disajikan pada Lampiran 4). Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah: WTPі =
9.918 + 1.426 Usia + 0,0103 Penghasilan + 21.206 Jumlah Kebutuhan Air
Pada model tersebut variabel yang memiliki pengaruh pada taraf nyata 99 persen adalah jumlah kebutuhan air, variabel penghasilan memiliki pengaruh pada
51
taraf nyata 95 persen, dan variabel usia memiliki pengaruh pada taraf nyata 90 persen. Variabel jumlah pengguna air tidak signifikan karena melebihi taraf nyata yang digunakan dalam penelitian yaitu 90 persen. Interpretasi masing-masing variabel independen dari model di atas adalah sebagai berikut: a. Jika usia pengguna air meningkat satu tahun maka nilai WTP yang diberikan akan meningkat sebesar Rp 1.426 dengan asumsi variabel lain konstan. Variabel usia memiliki nilai P-value 0,017. Artinya, variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap nilai WTP pada taraf α 0,1. Nilai koefisien yang bertanda positf (+) berarti semakin tinggi usia maka nilai WTP yang diberikan akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin dewasa usia pengguna air maka semakin tinggi pemahaman mengenai jasa lingkungan sehingga diperlukan suatu upaya konservasi untuk mencegah penurunan kuantitas air di masa mendatang. b.
Apabila terjadi kenaikan penghasilan sebesar Rp 10.000 maka nilai WTP yang diberikan akan meningkat sebesar Rp 103,00 dengan asumsi variabel lain konstan. Variabel penghasilan memiliki pengaruh pada taraf nyata 95 persen. Variabel penerimaan memiliki nilai P-value 0,005. Artinya, variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTP pada taraf α 0,05. Nilai koefisien bertanda positif (+) artinya semakin tinggi penghasilan rumah tangga maka pengguna air dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari terlebih dahulu dan mau memberikan sisa uangnya untuk ikut dalam pembayaran jasa lingkungan air bersih.
c.
Jika terjadi penambahan jumlah kebutuhan air dalam rumah tangga sebanyak 1 m³, maka nilai WTP yang diberikan akan bertambah sebesar Rp 21.206 dengan asumsi variabel lain konstan. Variabel jumlah kebutuhan air berpengaruh pada taraf nyata 99 persen memiliki nilai P-value 0,001. Artinya, variabel jumlah kebutuhan air berpengaruh nyata terhadap nilai WTP pada taraf α 0,01. Nilai koefisien bertanda positif (+) berarti semakin banyak jumlah kebutuhan air dalam rumah tangga nilai WTP yang akan diberikan responden semakin besar. Hal ini terjadi karena sumberdaya air merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kegiatan sehari-hari di masyarakat.
52
6.4 Analisis Pengembangan Penampungan Sumberdaya Air Bersih di Kampung Cibereum Sunting Pengembangan sumberdaya air yang akan dilakukan di Kampung Cibereum Sunting adalah membangun penampungan sumberdaya air bersih (embung kecil). Embung kecil merupakan suatu bangunan yang berfungsi untuk menampung air dan digunakan pada musim kemarau bagi suatu kelompok masyarakat desa. Dengan demikian, dalam penelitian ini direncanakan pembangunan penampungan air bersih dengan kapasitas 320 m³. Tujuan pengembangan tersebut adalah sebagai penampung air bersih secara berkesinambungan. Pengembangan tersebut diharapkan mampu mengatasi kelangkaan air bersih yang dialami masyarakat di Kampung Cibereum Sunting. Air bersih dapat tersedia dengan baik, akses masyarakat terhadap air bersih menjadi lebih mudah, sehingga pada akhirnya mampu memberikan kontribusi ekonomi bagi masyarakat setempat. Analisis pengembangan penampungan sumberdaya air bersih yang dilakukan meliputi: 6.4.1 Aspek Teknis Desain embung kecil dalam penelitian adalah teknik konstruksi beton. Teknik konstruksi beton merupakan suatu teknik pembuatan bangunan dengan menggunakan bahan bangunan dari beton yang meliputi: semen, agregat kasar, agregat halus, serta air yang memenuhi standar tertentu. Kelebihan konstruksi beton dibanding konstruksi urugan adalah bangunan lebih tahan lama, tahan terhadap limpasan air, mudah dikerjakan, dan daya rembesan lebih kecil sehingga dapat meminimalisir terjadinya longsor pada badan embung. Ukuran embung ditentukan dengan panjang 10 meter, lebar 8 meter. dan 4 meter (tinggi dari permukaan tanah 1 m dan kedalaman dari permukaan tanah 3 meter) sehingga jumlah air bersih yang bisa ditampung sebanyak 320 m³. Ketebalan dinding embung adalah 25 cm sehingga dapat menahan tekanan badan air pada saat debit maksimum3 (gambar konstruksi bangunan embung kecil disajikan pada Lampiran 5). Air untuk pengisian embung kecil bersumber dari sungai yang dialirkan 3
Informasi diperoleh berdasarkan hasil konsultasi dengan beberapa ahli bangunan. Tanggal 29 Mei 2013.
53
melalui saluran inlet. Debit air sungai yang masuk akan dikontrol melalui pintu air pada bibir inlet, pintu air berfungsi sebagai pengatur jumlah air yang masuk kedalam embung. Pada pintu air juga dipasang beberapa lapisan ijuk sebagai penyaring, ijuk berfungsi untuk menyaring sampah atau kotoran yang akan masuk kedalam embung kecil. Air yang berada dalam embung kecil disedot ke dalam bak penampung melalui pipa-pipa penyalur yang sebelumnya sudah disaring ke dalam filter air yang disediakan (gambar filter air disajikan pada Lampiran 6). Air bersih dalam bak penampung tersebut kemudian dialirkan keluar melalui keran air yang dipasang pada dinding bak. Output air tersebut yang dimanfaatkan sebagai air bersih oleh masyarakat Kampung Cibereum Sunting. Perawatan yang dibutuhkan dalam menjaga keberlanjutan embung kecil dilakukan secara berkala dan rutin dengan menggantikan ijuk, membersihkan saluran inlet dan outlet, membersihkan pintu air dan juga membersihkan filter ke bak penampung Umur proyek yang digunakan dalam pengembangan penampungan sumberdaya air bersih adalah umur teknis. Umur teknis embung kecil diasumsikan lima tahun. Hal tersebut ditujukan pada bangunan embung kecil karena komponen tersebut merupakan komponen utama dan memiliki biaya terbesar dalam investasi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih. 6.4.2 Aspek Sosial Tidak ada pengembangan air bersih yang dilakukan di daerah tersebut mengakibatkan terjadinya kelangkaan sumberdaya air. Saat musim kemarau kegiatan sanitasi seperti MCK dilakukan di sungai karena rata-rata sumur warga mengalami kekeringan. Pengembangan penampungan sumberdaya air bersih diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada pada masyarakat. Strategi dalam aspek sosial bertujuan untuk memberikan pelayanan air bersih secara optimal. Strategi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat Kampung Cibereum Sunting dalam mengakses air bersih yang memenuhi syarat kesehatan dan memperoleh social benefit lain dari konsumsi air bersih. Air merupakan sumberdaya yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup bermasyarakat. Oleh karena itu, pengembangan penampungan sumberdaya
54
air bersih diharapkan dapat bermanfaat secara sosial dalam pemenuhan kebutuhan akan air bersih yang berkesinambungan. 6.4.3 Aspek Manajemen Pengelolaan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat di Kampung Cibereum Sunting. Manajemen pengelolaan meliputi pemeliharaan dan perawatan embung kecil di awasi oleh ketua RW (Rukun Warga) Cibereum Sunting dan diembankan kepada setiap komponen masyarakat sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam keberlanjutan penampungan air kedepannya. Tenaga kerja atau operator adalah warga setempat yang diberikan tanggung jawab dan wewenang dalam mengoperasikan embung kecil tersebut. 6.4.4 Aspek Finansial dan Sumberdaya Air Bersih
Ekonomi
Pengembangan
Penampungan
Analisis kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dikaji berdasarkan aspek finansial dan aspek ekonomi. Harga dan biaya dalam aspek finansial menggunakan harga pasar sedangkan harga dan biaya dalam analisis ekonomi dihitung menggunakan harga bayangan (shadow price). Komponen
penerimaan
dan
pengeluaran
dianalisis
dalam
arus
tunai
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih. 6.4.4.1 Penentuan Harga Bayangan Dalam analisis ekonomi, harga yang digunakan adalah harga bayangan (shadow price) yang menggunakan nilai tertinggi dari suatu produk atau faktor produksi dalam alternatif penggunaan terbaik (social opportunity cost). Hal ini juga berlaku pada penentuan harga bayangan bahan bangunan dengan menghilangkan unsur pajak sebesar 10 persen. Upah tenga kerja ditetapkan bedasarkan upah harian pekerja yang berlaku di lokasi penelitian pada tahun 2013. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak delapan orang terdiri dari dua orang tukang dan enam orang kenek. Jangka waktu penyelesaian proyek selama tiga bulan (90 hari). Harga bayangan dari lahan tidak diperhitungkan karena lahan yang akan digunakan sebagai lokasi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih merupakan lahan hibah masyarakat Kampung Cibereum Sunting.
55
6.4.4.2 Analisis Arus Tunai Arus tunai pengembangan penampungan sumberdaya air bersih terdiri dari arus penerimaan dan arus pengeluaran. Manfaat yang diperhitungkan dibatasi pada manfaat yang dapat diukur (tangible benefit). Hal yang sama diberlakukan pada biaya sebagai komponen pengeluaran. Arus penerimaan dan pengeluaran tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1.
Arus Penerimaan Arus penerimaan diperoleh dari hasil penjualan air bersih pengembangan
penampungan sumberdaya air bersih dan nilai sisa dari proyek tersebut. Harga penjualan air bersih per m³ menggunakan harga pasar dan harga bayangan. Harga pasar dalam penjualan air bersih ditetapkan berdasarkan harga air oleh PDAM Kota Bogor berdasarkan kategori pelanggan RTSS (Rumah Tangga Sangat Sedehana). Selanjutnya, harga bayangan dalam penjualan air bersih ditetapkan berdasarkan harga WTP air bersih per m³ oleh masyarakat di Kampung Cibereum Sunting. Kedua komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut: a)
Penerimaan Air Bersih Rata-rata jumlah air yang dapat disaring melalui filter air adalah 35 m³ per
jam. Air yang dapat dihasilkan filter dalam satu tahun (8.760 jam) adalah 306.600 m³. Penerimaan air bersih secara finansial diperoleh dengan mengalikan harga pasar air yang ditetapkan PDAM berdasarkan kategori pelanggan RTSS sebesar Rp 1.700 per m³ dengan jumlah debit air yang dihasilkan filter dalam satu tahun. Dengan demikian, penerimaan dalam analisis finansial dari penjualan air bersih adalah Rp 521.220.000 per tahun. Selanjutnya dalam analisis ekonomi, harga air per m³ menggunakan harga bayangan yaitu harga yang diperoleh dari hasil analisis nilai WTP air bersih masyarakat Kampung Cibereum Sunting. Penerimaan air bersih dalam analisis ekonomi diperoleh dari suplai air yang diolah melalui proses filterisasi (air yang dibeli konsumen dari bak penampung) dikalikan harga rata-rata nilai WTP masyarakat di Kampung Cibereum Sunting. Penerimaan penjualan air bersih dalam pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah.
56
Tabel 13 Penerimaan penjualan air bersih berdasarkan harga WTP dan PDAM pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 No
Jenis harga
1 2
Harga WTP Harga PDAM
Harga air per m³ (Rp) 149,00 1.700,00
Jumlah debit air (m³/tahun) 306.600 306.600
Total penerimaan (Rp/tahun) 45.698.730 521.220.000
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Dengan demikian, penerimaan dalam pengembangan penampungan sumberdaya air bersih secara finansial adalah Rp 521.220.000 dan secara ekonomi adalah Rp 45.698.730 per tahun. b) Nilai Sisa Nilai sisa merupakan pos penerimaan yang diperhitungkan pada akhir investasi dan merupakan nilai investasi pada akhir umur proyek yaitu sebesar Rp 6.737.845. Nilai sisa diperoleh pada akhir proyek setelah memperhitungkan akumulasi penyusutan tiap tahun (Horngren 2007). Penyusutan bangunan pada pengembangan sumberdaya air dihitung menggunakan metode garis lurus atau Straight-Line Method dengan asumsi umur teknis proyek adalah lima tahun (penyusutan bangunan disajikan pada Lampiran 7). 2.
Arus Pengeluaran Arus
pengeluaran
terdiri
dari
pengeluaran
untuk
pengembangan
penampungan sumberdaya air bersih. Pengeluaran tersebut terdiri dari biaya investasi, biaya tenaga kerja, serta biaya operasional dan pemeliharaan. Biayabiaya tersebut dihitung dan dianalisis berdasarkan analisis finansial (harga pasar) dan analisis ekonomi (harga bayangan). Biaya investasi dan biaya tenaga kerja hanya dihitung satu kali yaitu pada awal pengembangan penampungan sumberdaya air bersih, sedangkan biaya operasional dan pemeliharaan merupakan biaya tetap yang dihitung setiap tahun selama umur proyek. a)
Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian material
bagunan dalam pengembangan penampungan sumberdaya air bersih. Biaya konstruksi tersebut dianalisis melalui Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah.
57
Tabel 14 RAB pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan harga pasar dan harga bayangan di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 No
Material bangunan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Pekerjaan persiapan Semen Pasir Bata Merah Batu Kali Batu pecah mesin 2/3 Pipa PVC diameter 32 mm Tangki Air 5 M³ per Buah Keran Air 0,5" per Buah Sanyo 150 Wat per Unit Campuran kedap air per liter Ijuk per Gulung Kerangkeng Sanyo Lem Paralon per Tube Sambungan Paralon per Buah Kabel 1x 1,5 Prima (1 rol = 50 M) Kawat Beton Besi beton U-39/U-32 rata-rata Papan Nama Embung Pintu angkat tipe IIIB 0,50 m Filter air Total
Harga per unit (Rp) 63.000 180.000 600 145.000 178.500 39.000 4.548.600 34.900 1.891.300 34.300 5.500 1.000.000 6.300 2.800 84.300 15.000 11.000 407.800 1.492.100 2.500.000
Jumlah unit 120 6 12.196 3 3 4 2 16 1 6 2 1 2 4 1 50 60 1 1 1
Harga pasar (Rp) 1.500.000 7.560.000 1.080.000 7.317.600 435.000 535.500 156.000 9.097.200 558.400 1.891.300 205.800 11.000 1.000.000 12.600 11.200 84.300 750.000 660.000 407.800 14.92.100 2.500.000 37.265.800
PPn 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Harga bayangan (Rp) 1.500.000 6.804.000 972.000 6.585.840 391.500 481.950 140.400 8.187.480 502.560 1.702.170 185.220 9.900 900.000 11.340 10.080 75.870 675.000 594.000 367.020 1.342.890 2.250.000 33.689.220
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Biaya persiapan adalah biaya yang dikeluarkan pada tahap awal rencana pengembangan penampungan sumberdaya air bersih yang meliputi kegiatan survei. Biaya ini dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pengukuran lokasi pengembangan. Biaya persiapan tersebut mencapai Rp 1.500.000. Biaya pengadaan dan pembuatan bangunan dalam pengembangan penampungan sumberdaya air bersih merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian material bangunan. Harga material bangunan pada analisis finansial menggunakan harga pasar sedangkan pada analisis ekonomi menggunakan harga bayangan dengan menghilangkan unsur pajak sebesar 10 persen. Total biaya investasi masing-masing analisis finansial dan ekonomi adalah Rp 37.265.800 dan Rp 33.689.220 yang hanya dikeluarkan pada tahun ke-0. b)
Biaya Tenaga Kerja Upah tenaga kerja dibagi dalam dua kategori yaitu upah finansial dan upah
ekonomi. Upah tenaga kerja finansial untuk tukang (skill labour) dan kenek (unskill labour) di lokasi penelitian masing-masing adalah Rp 105.000/orang/hari
58
dan Rp 65.000/orang/hari. Upah tenaga kerja dalam analisis ekonomi ditentukan berdasarkan upah finansial yakni tukang Rp 105.000/orang/hari dan kenek Rp 32.500/orang/hari (50 persen dari harga pasar). Biaya upah tenaga kerja disajikan pada Lampiran 8. c)
Biaya Operasi dan Pemeliharaan Biaya operasi dan pemeliharaan terdiri dari biaya listrik, upah operator, biaya
ijuk, dan keran air. Biaya operasi dan pemeliharaan dihitung berdasarkan harga pasar dan harga bayangan. Biaya operasi dan pemeliharaan diasumsikan sama tiap tahun selama umur proyek. Total biaya operasi dan pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah ini. Tabel 15 Biaya operasi dan pemeliharaan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan harga pasar dan harga bayangan di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 No
Jenis
1
Biaya Operasional
2
Biaya Perawatan
Uraian Listrik Operator Ijuk Keran air
Total Biaya
Harga pasar (Rp/tahun) 3.600.000 12.775.000 11.000 558.400 16.944.400
Harga bayangan (Rp/tahun) 3.240.000 12.775.000 9.900 502.560 16.527.460
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Tabel 15 menunjukan bahwa total biaya operasi dan pemeliharaan dalam pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting dari sisi finansial sebesar Rp 16.944.400 per tahun dan sisi ekonomi sebesar Rp 16.527.460 per tahun. 6.4.4.3 Analisis Finansial Dalam rangka analisis finansial diperlukan analisis komponen manfaat dan biaya dari pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting. Komponen harga maupun biaya dalam analisis finansial dianalisis menggunakan harga pasar. Komponen manfaat dan biaya tersebut digunakan untuk memperkirakan nilai kriteria Net Present Value. Net Benefit Cost Ratio, dan Internal Rate of Return. A.
Komponen Manfaat Manfaat dalam pengembangan penampungan sumberdaya air bersih
diperoleh melalui penerimaan penjualan air bersih per m³ dari filter dan nilai sisa
59
akumulasi penyusutan bangunan pada akhir umur proyek. Penerimaan tersebut diperoleh berdasarkan hasil kali antara kemampuan masyarakat membayar sebesar Rp 149,05 per m³ dan harga pasar air PDAM berdasarkan kategori pelanggan RTSS sebesar Rp 1.700 per m³ dengan jumlah debit air yang dihasilkan filter selama satu tahun. Dengan demikian, penerimaan dari sisi finansial penjualan air bersih berdasarkan kemampuan membayar masyarakat dan harga RTSS masingmasing adalah Rp 45.698.730 dan Rp 521.220.000 per tahun. B.
Komponen Biaya Biaya pada pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di
Kampung Cibereum Sunting dianalisis menggunakan harga pasar yang berlaku di Kota Bogor pada Tahun 2013. Biaya tersebut meliputi biaya investasi, biaya upah tenaga kerja, serta biaya operasi dan pemeliharaan. Biaya-biaya tersebut dijelaskan sebagai berikut; a. Biaya investasi adalah biaya finansial yang digunakan untuk membeli material bangunan. Biaya investasi hanya dikeluarkan pada tahun pertama. Harga yang digunakan merupakan harga pasar yang terdapat unsur pajak sebesar 10 persen dan merupakan harga pasar yang berlaku di Kota Bogor pada tahun 2013. Total biaya investasi dalam analisis finansial
pengembangan
penampungan
sumberdaya
air
adalah
Rp 37.265.800. b. Tenaga kerja dalam pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berjumlah delapan orang. Terdiri dari dua orang tukang dan enam orang kenek. Harga pasar upah tukang dan kenek masing-masing di lokasi penelitian adalah Rp 105.000/orang/hari dan Rp 65.000/orang/hari. Total biaya upah tenaga kerja dalam analisis finansial adalah Rp 54.000.000. c. Biaya operasi dan pemeliharaan terdiri dari biaya listrik, upah operator, ijuk, dan keran air. Biaya tersebut dianalisis menggunakan harga pasar dari masing-masing komponen. Total biaya operasi dan pemeliharaan adalah Rp 16.944.400 per tahun.
60
C.
Hasil Analisis Kelayakan Finansial Terkait analisis finansial harga jual air bersih dalam pengembangan
penampungan air bersih adalah harga kemampuan membayar masyarakat sebesar Rp 149,05 per m³. Manfaat dan biaya dalam analisis kelayakan finansial pengembangan penampungan sumberdaya air di kampung Cibereum Sunting dikaji berdasarkan kriteria NPV, Net B/C, dan IRR (analisis kelayakan finansial pengembangan
penampungan
sumberdaya
air
bersih
berdasarkan
harga
kemampuan membayar masyarakat disajikan pada Lampiran 9). Kriteria tersebut yang dijelaskan sebagai berikut; 1) NPV : Nilai NPV pada tahun sekarang dihitung dengan menggunakan rumus (6). Berdasarkan perhitungan analisis finansial kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 16.210.358,7. Nilai ini berarti pengembangan sumberdaya air memberikan pendapatan bersih tambahan sebesar Rp 16.210.358,7 dan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih layak untuk dibangun. 2) Net B/C : Net benefit-cost ratio merupakan perbandingan antara keuntungan (benefit) dan biaya (cost) yang dihitung berdasarkan nilai saat ini (present value). Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus (7) diperoleh hasil Net B/C sebesar 1,18. Hasil tersebut menunjukan bahwa pengembangan penampungan sumberdaya air bersih layak untuk dibangun. 3) IRR : Nilai IRR ditentukan dengan cara interpolasi yakni mengambil nilainilai NPV dari tingkat suku bunga yang diketahui. Nilai IRR dihitung menggunakan rumus (8) dan hasilnya adalah 19 persen. Dengan demikian, pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dinyatakan layak untuk dibangun. 4) Analisis sensitivitas kelayakan finansial adalah sebagai berikut : a) Apabila debit air yang dihasilkan filter berkurang menjadi 31 m³ per jam, maka nilai NPV adalah Rp -2.616.349,23; nilai Net B/C adalah 0,97; dan nilai IRR adalah 11 persen. Hal ini menunjukan bahwa, apabila terjadi penurunan jumlah debit air mencapai 31 m³ per jam, maka pengembangan penampungan sumberdaya air bersih tidak layak untuk dibangun. Hal tersebut terjadi karena hasil analisis yang diperoleh tidak memenuhi kriteria kelayakan. Perubahan
61
jumlah debit air filter menjadi 31 m³ per jam disajikan pada Lampiran 10. b) Diasumsikan terjadi kenaikan tarif dasar listrik sampai 100 persen maka nilai NPV adalah Rp 3.233.164,4; nilai Net B/C adalah 1,0; dan nilai IRR adalah 13 persen. Kenaikan tarif listrik sebesar 100 persen pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dinyatakan masih layak untuk dibangun. Kenaikan tarif dasar listrik sebesar 100 persen disajikan pada Lampiran 11. c) Harga air bersih PDAM berdasarkan kategori pelanggan RTSS digunakan untuk menggambarkan bahwa apabila pendapatan masyarakat lokal naik maka harga tersebut dapat diterapkan agar kualitas air lebih baik dan dapat melayani masyarakat lokal secara luas. Berdasarkan analisis finansial pengembangan penampungan sumberdaya air bersih menggunakan harga RTSS diperoleh kriteria kelayakan NPV sebesar Rp 1.730.358.117; Net B/C sebesar 19,96; dan IRR sebesar 600 persen. Analisis finansial pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan harga RTSS disajikan pada Lampiran 12. 6.4.4.4 Analisis Ekonomi Analisis ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih juga terdiri dari komponen manfaat dan biaya. Komponen manfaat dan biaya sama seperti analisis finansial, yang berbeda adalah harga yang digunakan dalam analisisnya. Harga maupun biaya dalam analisis ekonomi menggunakan harga bayangan (shadow price). Analisis ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting menggunakan beberapa asumsi yaitu: Umur teknis adalah lima tahun dihitung berdasarkan kegunaan teknis konstruksi bangunan embung kecil. Tingkat suku bunga yang digunakan sebesar 12 persen berdasarkan suku bunga pinjaman bank yang berlaku di Indonesia pada tahun 2013. A.
Komponen Manfaat Meliputi manfaat yang diterima dari penjualan air bersih per m³ dan nilai
sisa akumulasi penyusutan bangunan pada akhir umur proyek. Manfaat pengembangan penampungan sumberdaya air diperoleh berdasarkan hasil kali antara nilai WTP air bersih masyarakat di kampung Cibereum Sunting dengan
62
jumlah debit air yang dihasilkan filter selama satu tahun. Nilai WTP merupakan representasi dari harga ekonomi air bersih per m³ oleh masyarakat Kampung Cibereum sunting. Oleh karena itu, penerimaan penjualan air bersih dari sisi analisis ekonomi dalam pengembangan penampungan sumberdaya air bersih adalah Rp 45.698.730 per tahun. B.
Komponen Biaya Biaya dalam analisis ekonomi terdiri dari biaya investasi, biaya upah tenaga
kerja, dan biaya operasi dan pemeliharaan. Semua komponen biaya tersebut dianalisis menggunakan harga bayangan (shadow price). Biaya-biaya tersebut adalah sebagai berikut: a. Biaya investasi merupakan biaya yang digunakan untuk membeli material bangunan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih. Harga dalam pembelian material bangunan adalah harga bayangan dengan menghilangkan unsur pajak sebesar 10 persen. Total biaya investasi
dalam
analisis
ekonomi
pengembangan
penampungan
sumberdaya air adalah Rp 33.689.220. b. Tenaga kerja terdiri dari tukang (skill labour) berjumlah dua orang dan kenek (unskill labour) berjumlah enam orang. Upah tenaga kerja dalam analisis ekonomi ditentukan berdasarkan upah finansial yakni tukang Rp 105.000/orang/hari dan kenek Rp 32.500/orang/hari (50 persen dari harga pasar). Total biaya upah tenaga kerja dalam analisis ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di kampung Cibereum Sunting sebesar Rp 36.450.000. c. Biaya operasi dan pemeliharaan terdiri dari biaya listrik, upah operator, ijuk,
dan
keran
menggunakan
air.
harga
Masing-masing bayangan.
Biaya
biaya listrik
tersebut dihitung
dianalisis dengan
mengilangkan unsur pajak penerangan jalan sebesar 10 persen. Upah operator diasumsikan sama dengan upah finasial, sedangkan biaya ijuk dan keran air dihitung dengan menghilangkan unsur pajak sebesar 10 persen.
Total
biaya
operasi
dan
pemeliharaan
pengembangan
penampungan sumberdaya air bersih adalah Rp 16.527.460 per tahun.
63
C.
Hasil Analisis Kelayakan Ekonomi Berdasarkan hasil perhitungan arus manfaat dan biaya, maka kelayakan
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dapat dikaji (analisis kelayakan ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih disajikan pada Lampiran 13). Kelayakan tersebut dikaji berdasarkan kriteria NPV, Net B/C, dan IRR yang dijelaskan sebagai berikut; 1) NPV : Nilai NPV dihitung dengan menggunakan rumus (6). Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 38.839.914,09. Nilai ini berarti pengembangan sumberdaya air memberikan pendapatan bersih tambahan sebesar Rp 38.839.914,09 dan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih layak untuk dibangun. 2) Net B/C : Net benefit-cost ratio merupakan perbandingan antara keuntungan (benefit) dan biaya (cost) yang dihitung berdasarkan nilai saat ini (present value). Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus (7) diperoleh hasil Net B/C sebesar 1,55. Hasil tersebut menunjukan bahwa pengembangan penampungan sumberdaya air bersih layak untuk dibangun. 3) IRR : Nilai IRR ditentukan dengan cara interpolasi yakni mengambil nilainilai NPV dari tingkat suku bunga yang diketahui. Nilai IRR dihitung menggunakan rumus (8) dan hasilnya adalah 32 persen. Dengan demikian, pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dinyatakan layak untuk dibangun. 4) Hasil
analisis
sensitivitas
diperoleh
kriteria
kelayakan
ekonomi
pengembangan sumberdaya air bersih sebagai berikut : a) Apabila debit air yang dihasilkan filter berkurang menjadi 26,5 m³ per jam, maka nilai NPV adalah Rp -1.166.840,259; nilai Net B/C adalah 1; dan nilai IRR adalah 11 persen. Artinya, apabila terjadi penurunan jumlah debit air mencapai 26,5 m³ per jam, maka pengembangan penampungan sumberdaya air bersih tidak layak. Perubahan jumlah debit air filter menjadi 26,5 m³ per jam disajikan pada Lampiran 14. b) Diasumsikan terjadi kenaikan tarif dasar listrik sampai 100 persen maka nilai NPV adalah Rp 24.565.000,33; nilai Net B/C adalah 1,35; dan nilai IRR adalah 25 persen. Kenaikan tarif listrik sebesar 100 persen
64
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dinyatakan masih layak untuk dibangun. Kenaikan tarif dasar listrik sebesar 100 persen disajikan pada Lampiran 15. Tujuan akhir dari pengembangan penampungan sumberdaya air bersih adalah memberikan kemudahan kepada warga Kampung Cibereum Sunting dalam mengakses sumberdaya air secara berkesinambungan yang merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Selain itu, pengembangan sumberdaya air diharapkan dapat memberikan kontribusi ekonomi dalam mengurangi social cost yang dikeluarkan masyarakat dalam mensubtitusi kebutuhan air bersih.
VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka simpulan dari penelitian adalah: 1) Karakteristik usia masyarakat di Kampung Cibereum Sunting berada dalam usia produktif berkisar antara 20-60 tahun dengan persentase 87 persen, didominasi oleh jenis kelamin laki-laki sebanyak 85 persen, dengan tingkat rata-rata pendidikan adalah tamat SD, penerimaan masyarakat responden berkisar antara Rp 1.000.001-Rp 2.000.000 per bulan, jumlah pengguna air sebanyak 5-6 orang per rumah tangga, dan rata-rata jumlah kebutuhan air adalah 4 m³/hari/KK. 2) WTP masyarakat terhadap air bersih di Kampung Cibereum Sunting adalah Rp 149,05 per m³. Total nilai WTP masyarakat di Kampung Cibereum Sunting adalah Rp 58.130 per m³. 3) Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi kesediaan responden terhadap pembayaran jasa lingkungan air bersih di Kampung Cibereum Sunting adalah usia berpengaruh pada taraf nyata 90 persen, penghasilan berpengaruh pada taraf nyata 95 persen, dan jumlah kebutuhan air berpengaruh pada taraf nyata 99 persen. 4) Pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting adalah embung kecil. Pengembangan tersebut dikaji berdasarkan analisis finansial dan analisis ekonomi. Kriteria kelayakan finansial pengembangan penampungan sumberdaya air bersih
menghasilkan NPV
sebesar Rp 16.210.358,7; Net B/C sebesar 1,18 persen; dan IRR sebesar 19 persen. Secara ekonomi kriteria kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih menghasilkan NPV sebesar Rp 38.839914,09; Net B/C sebesar 1,55; dan IRR sebesar 32 persen. Oleh karena itu, analisis pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dinyatakan layak secara finansial dan ekonomi dan akan memberikan manfaat melalui penyediaan air bersih secara berkesinambungan bagi masyarakat di Kampung Cibereum Sunting.
66
7.2 Saran Dalam rangka pengembangan dan pengelolaan sumberdaya air yang berkesinambungan, peneliti merekomendasikan beberapa hal yaitu: 1) Melihat tingginya kebutuhan air bersih diharapkan instrumen ekonomi dalam bentuk pembayaran jasa lingkungan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat di Kampung Cibereum Sunting bahwa sumberdaya air memiliki keterbatasan dari segi kuantitas maupun kualitas dan suatu saat dapat habis. Oleh karena itu, keberlanjutan jasa lingkungan khususnya sumberdaya air sangat penting untuk dipertimbangkan dan dijaga melalui perilaku pemanfaatan air yang bijak. 2) Merekomendasikan kepada pemerintah daerah, dan pihak-pihak terkait agar memfasilitasi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dan kelengkapannya melalui kemudahan dalam melakukan peminjaman dana investasi serta dukungan lain yang diperlukan. 3) Perlu adanya penataan wilayah yang tepat dan terencana pada alokasi sumberdaya air sehingga ketersediaan jasa lingkungan dalam hal ini air bersih tetap terjaga, berkesinambungan, dan terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Press. Badan Pusat Statistik [BPS]. 2012. Statistik Daerah Kota Bogor 2011. BPS Kota Bogor. Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: teori dan aplikasi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Firdaus M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Gittinger JP. 2008. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Jakarta (ID): UI Press. Hanley N, Spash CL. 1993. Cost Benefit Analysis and the Environment. Publish by Edward Elgar Publishing Limited. England. Horngren CT, Walter TH. 2007. Akuntansi. Edisi ketujuh: jilid 1. Jakarta (ID). Erlangga. Kusuma NE. 2006. Analisis ekonomi pengelolaan sumberdaya air dan kebijakan tarif air PDAM Kota Madiun [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mardiyatuljanah M. 2009. Studi kelayakan ekonomi proyek pompanisasi Desa Keboncau, Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Marzuki, Gunawan, Nurgiyantoro B. 2009. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Merryana A. 2009. Analisis willingness to pay masyarakat terhadap pembayaran jasa lingkungan mata air Cirahab [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Monografi Kelurahan. 2011. Monografi Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2011. Kota Bogor Mulyanto HR. 2007. Pengembangan Sumberdaya Air Terpadu. Jakarta (ID): Graha Ilmu. Nugroho AA. 2006. Analisis tingkat kepuasan pelanggan perusahaan daerah air minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor di Kecamatan Bogor Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Putri EIK, A Ismail, P Wijayanti , M Buitenzorgy, N Maresfien. 2010. Ekonomi Lingkungan. Bogor (ID): IPB Press. Sanim B, K Murtilaksono, N Sinukaban, SB Yuwono. 2009. Nilai ekonomi sumberdaya air DAS Way Betung Kota Bandar Lampung. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Sanim B. 2011. Sumberdaya Air dan Kesejahteraan Publik. A. Nuryahya, E. I. K. Putri, editor. Bogor (ID): IPB Press.
68
Supangat A. 2007. Statistika dalam kajian deskriptif, inferensia, dan nonparametrik. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group. Undang-Undang Republik Indonesia [UU]. 2004. UU Nomor 7 Pasal 4 tentang Sumberdaya Air. Jakarta ___________________________________. 2004. UU Nomor 7 Pasal 5 tentang Sumberdaya Air. Jakarta. Walpole RE. 1997. Pengantar Statistika edisi ke-3. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Wiyono A. 2007. Pengembangan Sumberdaya Air. Bandung (ID): Penerbit Institut Teknologi Bandung.
69
Lampiran 1 Peta wilayah Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor
U
Sumber: https://maps.google.com/maps?hl=en diakses pada tanggal 01 Desember 2013
Keterangan: Batas wilayah Kampung Cibereum Sunting Batas pembangunan perumahan PT. ABC Sungai Areal pertanian warga Perumahan warga Perumahan ABC
70
Lampiran 2 Keadaan daerah dan kondisi sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.
71
Lampiran 3 Data karakteristik masyarakat pengguna air Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013. No
JK
Usia
Pendidikan
1
L
53
SD
Pengrajin
Pekerjaan
JPA 6
JKA (liter) 4500
Penerimaan 2900000
2
L
50
SD
Buruh Tani
2
500
1600000
3
L
40
SMP
Wiraswasta/Pedagang
2
1000
3000000
4
L
40
SMP
Security
6
2000
6000000
5
L
48
SMP
Wiraswasta/Pedagang
3
2025
1500000
6
L
43
SD
Pengrajin
5
7500
2000000
7
L
40
SD
Buruh Tani
4
6000
2500000
8
L
38
SMA
Wiraswasta/Pedagang
6
5000
2400000
9
L
40
SMP
Wiraswasta/Pedagang
4
9000
6000000
10
L
69
SD
Wiraswasta/Pedagang
2
2000
1500000
11
L
70
SD
Buruh Tani
8
3000
1350000
12
L
44
SMA
Wiraswasta/Pedagang
4
5000
1500000
13
L
59
SD
WiraswastaPedagang
2
1000
900000
14
L
57
SD
Wiraswasta/Pedagang
5
3000
5000000
15
L
30
SD
Buruh Bangunan
3
7500
1500000
16
P
36
SD
Wiraswasta/Pedagang
2
10500
800000
17
L
38
SD
Pengrajin
5
3000
1500000
18
P
43
Tidak Sekolah
Wiraswasta/Pedagang
4
4000
800000
19
L
70
SD
Wiraswasta/Pedagang
6
3000
900000
20
L
26
SMA
Security
3
3000
1500000
21
L
47
SMP
Wiraswasta/Pedagang
6
1500
2000000
22
L
24
SD
Karyawan Swasta
3
1200
1000000
23
P
37
SD
Wiraswasta/Pedagang
4
9000
5000000
24
L
47
SMA
Tukang Bangunan
5
2000
7000000
25
L
30
SMA
Karyawan Swasta
5
6000
1400000
26
L
71
PT
Guru Swasta
5
6000
2900000
27
P
30
SD
Wiraswasta/Pedagang
5
9000
8000000
28
P
50
SD
Wiraswasta/Pedagang
7
5000
2000000
29
L
34
SMA
Karyawan Swasta
4
3000
1600000
30
P
46
Tidak Sekolah
Wiraswasta/Pedagang
6
3000
2100000
31
L
58
PT
POLRI
7
12000
7000000
32
L
40
SMA
Karyawan Swasta
4
2000
2500000
33
L
54
SD
Buruh Tani
6
4000
1650000
34
L
58
SMP
Pengrajin
5
3500
2150000
35
L
47
SD
Wiraswasta/Pedagang
4
5500
1550000
36
L
63
SMA
Karyawan Swasta
6
6000
2800000
37
L
60
SMA
Wiraswasta/Pedagang
6
6500
1750000
38
L
44
SD
Buruh Tani
5
4000
1550000
39
L
38
SMP
Karyawan Swasta
5
5000
2200000
40
L
58
SD
Wiraswasta/Pedagang
4
5000
1800000
72
Lampiran 4 Uji kenormalan data Probability Plot of RESI1 Normal
99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-100000
-50000
0 RESI1
50000
100000
-4.58385E-11 36040 40 0.066 >0.150
73
Lampiran 5 Kontruksi bangunan embung kecil a. Gambar 1
Kedalaman embung
Penampang melintang Keterangan gambar 1: Tanah
Air
Dinding tanggul Pondasi b. Gambar 2 (2) (5)
(4)
(3)
(7) (6)
Penampang embung kecil tampak samping Keterangan gambar 2: (1) Sungai (2) Pintu pengatur (3) Inlet (4) Embung kecil
(5) Outlet (6) Filter air (7) Bak penampung
c. Gambar 3
Penampang embung kecil tampak atas
(1)
74
Lampiran 6 Filter air
75
Lampiran 7 Penyusutan bangunan dengan metode garis lurus (Stright-Line Method). No
Tahun
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
Penyusutan per tahun (Rp)
Akumulasi Penyusutan (Rp per tahun)
5.390.275 5.390.275 5.390.275 5.390.275 5.390.275
5.390.275 10.780.550 16.170.825 21.561.100 26.951.375
Nilai Buku (Rp per tahun) 33.689.220 28.298.945 22.908.670 17.518.395 12.128.120 6.737.845
Lampiran 8 Biaya upah tenaga kerja a. Biaya upah tenaga kerja berdasarkan harga pasar dalam analisis finansial pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013. No.
Uraian
1
Tukang
105.000
2
Waktu penyelesaian (hari) 90
2
Kenek
65.000
6
90
Upah(Rp/orang/hari)
Jumlah orang
Total Biaya
Jumlah upah (Rp) 15.300.000 24.300.000 54.000.000
b. Biaya upah tenaga kerja berdasarkan harga bayangan dalam analisis ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013. No.
Uraian
1
Tukang
Upah (Rp/orang/hari) 105.000
2
Kenek
32.500*
Total Biaya Keterangan : *50 persen dari harga pasar.
2
Waktu penyelesaian (hari) 90
6
90
jumlah orang
Jumlah upah (Rp) 18.900.000 17.550.000 36.450.000
76
Lampiran 9 Analisis kelayakan finansial pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan kemampuan membayar masyarakat di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013. Tahun Proyek
0
1
2
3
4
5
INFLOW Penerimaan air bersih (35 m³/jam)
0
45698730
45698730
45698730
45698730
Nilai Sisa
0
0
0
0
0
45698730 6737845
Total Penerimaan OUTFLOW
0
45698730
45698730
45698730
45698730
52436575
a.Pekerjaan persiapan
1500000
0
0
0
0
0
b.Semen
7560000
0
0
0
0
0
c.Pasir
1080000
0
0
0
0
0
d.Bata Merah
7317600
0
0
0
0
0
f.Batu Kali
435000
0
0
0
0
0
g.Batu pecah mesin 2/3
535500
0
0
0
0
0
h.Pipa PVC diameter 32 mm
156000
0
0
0
0
0
i.Tangki Air 5 M³ per Buah
9097200
0
0
0
0
0
558400
0
0
0
0
0
1891300
0
0
0
0
0
205800
0
0
0
0
0
11000
0
0
0
0
0
1000000
0
0
0
0
0
Lem Paralon per Tube
12600
0
0
0
0
0
Sambungan Paralon per Buah
11200
0
0
0
0
0
Kabel 1x 1,5 Prima (1 rol = 50 m)
84300
0
0
0
0
0
Kawat Beton
750000
0
0
0
0
0
Besi beton U-39/U-32 rata-rata
660000
0
0
0
0
0
Papan Nama Embung
407800
0
0
0
0
0
Pintu angkat tipe IIIB 0,50 m
1492100
0
0
0
0
0
Filter air
2500000 0
0
0
0
0
1. Biaya Investasi
Keran Tembok 0,5" per Buah Sanyo 150 Wat per Unit Campuran kedap air per liter Ijuk per Gulung Kerangkeng Sanyo
2. Biaya Tenaga Kerja
54000000
3. Biaya Operasional a. Listrik
0
3600000
3600000
3600000
3600000
3600000
b. Upah Operator
0
12775000
12775000
12775000
12775000
12775000
4. Biaya Pemeliharaan a. Ijuk
0
11000
11000
11000
11000
11000
b. Keran Air
0
558400
558400
558400
558400
558400
Total Pengeluaran
91265800
16944400
16944400
16944400
16944400
16944400
Pendapatan Bersih
-91265800
28754330
28754330
28754330
28754330
35492175
1
0.892857143
0.797193878
0.711780248
0.635518078
0.567426856
-91265800
25673508.93
22922775.83
20466764.13
18273896.55
20139213.26
DF 12% PV NPV PV positif PV Negatif
16.210.358,7 107.476.158,7 -91.265.800
Net B/C
1,18
IRR
19%
77
Lampiran 10 Analisis sensitivitas kelayakan finansial pengembangan penampungan sumberdaya air bersih (perubahan jumlah debit air filter menjadi 31 m³ per jam) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013. Tahun Proyek
0
1
2
3
4
5
INFLOW Penerimaan air bersih (31 m³/jam)
0
40476018
40476018
40476018
40476018
Nilai Sisa
0
0
0
0
0
40476018 6737845
Total Penerimaan OUTFLOW
0
40476018
40476018
40476018
40476018
47213863
a.Pekerjaan persiapan
1500000
0
0
0
0
0
b.Semen
7560000
0
0
0
0
0
c.Pasir
1080000
0
0
0
0
0
d.Bata Merah
7317600
0
0
0
0
0
f.Batu Kali
435000
0
0
0
0
0
g.Batu pecah mesin 2/3
535500
0
0
0
0
0
h.Pipa PVC diameter 32 mm
156000
0
0
0
0
0
i.Tangki Air 5 M³ per Buah
9097200
0
0
0
0
0
558400
0
0
0
0
0
1891300
0
0
0
0
0
205800
0
0
0
0
0
11000
0
0
0
0
0
1000000
0
0
0
0
0
Lem Paralon per Tube
12600
0
0
0
0
0
Sambungan Paralon per Buah
11200
0
0
0
0
0
Kabel 1x 1,5 Prima (1 rol = 50 m)
84300
0
0
0
0
0
Kawat Beton
750000
0
0
0
0
0
Besi beton U-39/U-32 rata-rata
660000
0
0
0
0
0
Papan Nama Embung
407800
0
0
0
0
0
Pintu angkat tipe IIIB 0,50 m
1492100
0
0
0
0
0
Filter air
2500000 0
0
0
0
0
1. Biaya Investasi
Keran Tembok 0,5" per Buah Sanyo 150 Wat per Unit Campuran kedap air per liter Ijuk per Gulung Kerangkeng Sanyo
2. Biaya Tenaga Kerja
54000000
3. Biaya Operasional a. Listrik
0
3600000
3600000
3600000
3600000
3600000
b. Upah Operator
0
12775000
12775000
12775000
12775000
12775000
4. Biaya Pemeliharaan a. Ijuk
0
11000
11000
11000
11000
11000
b. Keran Air
0
558400
558400
558400
558400
558400
Total Pengeluaran
91265800
16944400
16944400
16944400
16944400
16944400
Pendapatan Bersih
-91265800
23531618
23531618
23531618
23531618
30269463
1
0.892857143
0.797193878
0.711780248
0.635518078
0.567426856
-91265800
21010373.21
18759261.8
16749340.89
14954768.65
DF 12% PV
17175706.21
NPV
-2.616.349,23
PV positif
88.649.450,77
PV Negatif
-91.265.800
Net B/C
0,97
IRR
11%
78
Lampiran 11 Analisis sensitivitas kelayakan finansial pengembangan penampungan sumberdaya air bersih (kenaikan tarif dasar listrik sampai 100 persen) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013. Tahun Proyek
0
1
2
3
4
5
INFLOW Penerimaan air bersih (35 m³/jam)
0
45698730
45698730
45698730
45698730
Nilai Sisa
0
0
0
0
0
45698730 6737845
Total Penerimaan OUTFLOW
0
45698730
45698730
45698730
45698730
52436575
a.Pekerjaan persiapan
1500000
0
0
0
0
0
b.Semen
7560000
0
0
0
0
0
c.Pasir
1080000
0
0
0
0
0
d.Bata Merah
7317600
0
0
0
0
0
f.Batu Kali
435000
0
0
0
0
0
g.Batu pecah mesin 2/3
535500
0
0
0
0
0
h.Pipa PVC diameter 32 mm
156000
0
0
0
0
0
i.Tangki Air 5 M³ per Buah
9097200
0
0
0
0
0
558400
0
0
0
0
0
1891300
0
0
0
0
0
205800
0
0
0
0
0
11000
0
0
0
0
0
1000000
0
0
0
0
0
Lem Paralon per Tube
12600
0
0
0
0
0
Sambungan Paralon per Buah
11200
0
0
0
0
0
Kabel 1x 1,5 Prima (1 rol = 50 m)
84300
0
0
0
0
0
Kawat Beton
750000
0
0
0
0
0
Besi beton U-39/U-32 rata-rata
660000
0
0
0
0
0
Papan Nama Embung
407800
0
0
0
0
0
Pintu angkat tipe IIIB 0,50 m
1492100
0
0
0
0
0
Filter air
2500000 0
0
0
0
0
1. Biaya Investasi
Keran Tembok 0,5" per Buah Sanyo 150 Wat per Unit Campuran kedap air per liter Ijuk per Gulung Kerangkeng Sanyo
2. Biaya Tenaga Kerja
54000000
3. Biaya Operasional a. Listrik
0
7200000
7200000
7200000
7200000
7200000
b. Upah Operator
0
12775000
12775000
12775000
12775000
12775000
4. Biaya Pemeliharaan a. Ijuk
0
11000
11000
11000
11000
11000
b. Keran Air
0
558400
558400
558400
558400
558400
Total Pengeluaran
91265800
20544400
20544400
20544400
20544400
20544400
Pendapatan Bersih
-91265800
25154330
25154330
25154330
25154330
31892175
1
0.89285714
0.79719388
0.71178025
0.635518078
0.567426856
-91265800
22459223.2
20052877.9
17904355.2
15986031.47
18096476.58
DF 12% PV NPV
3.233.164,4
PV positif
94.498.964,4
PV Negatif
-91.265.800
Net B/C IRR
1,0 13%
79
Lampiran 12 Analisis kelayakan finansial pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan harga RTSS di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013. Tahun Proyek
0
1
2
3
4
5
INFLOW Penerimaan air bersih (35 m³/jam)
0
521220000
521220000
521220000
521220000
Nilai Sisa
0
0
0
0
0
521220000 6737845
Total Penerimaan OUTFLOW
0
521220000
521220000
521220000
521220000
527957845
a.Pekerjaan persiapan
1500000
0
0
0
0
0
b.Semen
7560000
0
0
0
0
0
c.Pasir
1080000
0
0
0
0
0
d.Bata Merah
7317600
0
0
0
0
0
f.Batu Kali
435000
0
0
0
0
0
g.Batu pecah mesin 2/3
535500
0
0
0
0
0
h.Pipa PVC diameter 32 mm
156000
0
0
0
0
0
i.Tangki Air 5 M³ per Buah
9097200
0
0
0
0
0
558400
0
0
0
0
0
1891300
0
0
0
0
0
205800
0
0
0
0
0
11000
0
0
0
0
0
1000000
0
0
0
0
0
Lem Paralon per Tube
12600
0
0
0
0
0
Sambungan Paralon per Buah
11200
0
0
0
0
0
Kabel 1x 1,5 Prima (1 rol = 50 m)
84300
0
0
0
0
0
Kawat Beton
750000
0
0
0
0
0
Besi beton U-39/U-32 rata-rata
660000
0
0
0
0
0
Papan Nama Embung
407800
0
0
0
0
0
Pintu angkat tipe IIIB 0,50 m
1492100
0
0
0
0
0
Filter air
2500000 0
0
0
0
0
1. Biaya Investasi
Keran Tembok 0,5" per Buah Sanyo 150 Wat per Unit Campuran kedap air per liter Ijuk per Gulung Kerangkeng Sanyo
2. Biaya Tenaga Kerja
54000000
3. Biaya Operasional a. Listrik
0
3600000
3600000
3600000
3600000
3600000
b. Upah Operator
0
12775000
12775000
12775000
12775000
12775000
4. Biaya Pemeliharaan a. Ijuk
0
11000
11000
11000
11000
11000
b. Keran Air
0
558400
558400
558400
558400
558400
Total Pengeluaran
91265800
16944400
16944400
16944400
16944400
16944400
Pendapatan Bersih
-91265800
504275600
504275600
504275600
504275600
511013445
1
0.892857143
0.797193878
0.711780248
0.635518078
0.567426856
-91265800
450246071.4
402005420.9
358933411.5
320476260.3
DF 12% PV
289962752.3
NPV
1.730.358.117
PV positif
1.821.623.917
PV Negatif
-91.265.800
Net B/C
19,96
IRR
600%
80
Lampiran 13 Analisis kelayakan ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013. Tahun Proyek
0
1
2
3
4
5
INFLOW Penerimaan air bersih
0
45698730
45698730
45698730
45698730
Nilai Sisa
0
0
0
0
0
45698730 6737845
Total Penerimaan OUTFLOW
0
45698730
45698730
45698730
45698730
52436575
a.Pekerjaan persiapan
1500000
0
0
0
0
0
b.Semen
6804000
0
0
0
0
0
972000
0
0
0
0
0
6585840
0
0
0
0
0
f.Batu Kali
391500
0
0
0
0
0
g.Batu pecah mesin 2/3
481950
0
0
0
0
0
h.Pipa PVC diameter 32 mm
140400
0
0
0
0
0
i.Tangki Air 5 M³ per Buah
8187480
0
0
0
0
0
502560
0
0
0
0
0
1702170
0
0
0
0
0
185220
0
0
0
0
0
9900
0
0
0
0
0
900000
0
0
0
0
0
Lem Paralon per Tube
11340
0
0
0
0
0
Sambungan Paralon per Buah
10080
0
0
0
0
0
Kabel 1x 1,5 Prima (1 rol = 50 m)
75870
0
0
0
0
0
Kawat Beton
675000
0
0
0
0
0
Besi beton U-39/U-32 rata-rata
594000
0
0
0
0
0
Papan Nama Embung
367020
0
0
0
0
0
Pintu angkat tipe IIIB 0,50 m
1342890
0
0
0
0
0
Filter air
2250000 0
0
0
0
0
1. Biaya Investasi
c.Pasir d.Bata Merah
Keran Tembok 0,5" per Buah Sanyo 150 Wat per Unit Campuran kedap air per liter Ijuk per Gulung Kerangkeng Sanyo
2. Biaya Tenaga Kerja
36450000
3. Biaya Operasional a. Listrik
0
3240000
3240000
3240000
3240000
3240000
b. Upah Operator
0
12775000
12775000
12775000
12775000
12775000
4. Biaya Pemeliharaan a. Ijuk
0
9900
9900
9900
9900
9900
b. Keran Air
0
502560
502560
502560
502560
502560
Total Pengeluaran
70139220
16527460
16527460
16527460
16527460
16527460
Pendapatan Bersih
-70139220
29171270
29171270
29171270
29171270
35909115
1
0.89285714
0.797193878
0.711780248
0.635518078
0.567426856
-70139220
26045776.8
23255157.84
20763533.79
18538869.46
DF 12% PV
20375796.22
NPV
38.839.914,09
PV positif
108.979.134,1
PV Negatif
-70.139.220
Net B/C
1,55
IRR
32%
81
Lampiran 14 Analisis sensitivitas kelayakan ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih (perubahan jumlah debit air filter menjadi 26,5 m³ per jam) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013. Tahun Proyek
0
1
2
3
4
5
INFLOW Penerimaan air bersih (26,5 m³/jam)
0
34600467
34600467
34600467
34600467
Nilai Sisa
0
0
0
0
0
34600467 6737845
Total Penerimaan OUTFLOW
0
34600467
34600467
34600467
34600467
41338312
a.Pekerjaan persiapan
1500000
0
0
0
0
0
b.Semen
6804000
0
0
0
0
0
972000
0
0
0
0
0
6585840
0
0
0
0
0
f.Batu Kali
391500
0
0
0
0
0
g.Batu pecah mesin 2/3
481950
0
0
0
0
0
h.Pipa PVC diameter 32 mm
140400
0
0
0
0
0
i.Tangki Air 5 M³ per Buah
8187480
0
0
0
0
0
502560
0
0
0
0
0
1702170
0
0
0
0
0
185220
0
0
0
0
0
9900
0
0
0
0
0
900000
0
0
0
0
0
Lem Paralon per Tube
11340
0
0
0
0
0
Sambungan Paralon per Buah
10080
0
0
0
0
0
Kabel 1x 1,5 Prima (1 rol = 50 m)
75870
0
0
0
0
0
Kawat Beton
675000
0
0
0
0
0
Besi beton U-39/U-32 rata-rata
594000
0
0
0
0
0
Papan Nama Embung
367020
0
0
0
0
0
Pintu angkat tipe IIIB 0,50 m
1342890
0
0
0
0
0
Filter air
2250000 0
0
0
0
0
1. Biaya Investasi
c.Pasir d.Bata Merah
Keran Tembok 0,5" per Buah Sanyo 150 Wat per Unit Campuran kedap air per liter Ijuk per Gulung Kerangkeng Sanyo
2. Biaya Tenaga Kerja
36450000
3. Biaya Operasional a. Listrik
0
3240000
3240000
3240000
3240000
3240000
b. Upah Operator
0
12775000
12775000
12775000
12775000
12775000
4. Biaya Pemeliharaan a. Ijuk
0
9900
9900
9900
9900
9900
b. Keran Air
0
502560
502560
502560
502560
502560
Total Pengeluaran
70139220
16527460
16527460
16527460
16527460
16527460
Pendapatan Bersih
-70139220
18073007
18073007
18073007
18073007
24810852
1
0.892857143
0.797193878
0.711780248
0.635518078
0.567426856
-70139220
16136613.39
14407690.53
12864009.4
11485722.68
DF 12% PV NPV PV positif PV Negatif Net B/C IRR
14078343.74 -1.166.840,259 68.972.379,74 -70.139.220 1,0 11%
82
Lampiran 15 Analisis sensitivitas kelayakan ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih (kenaikan tarif dasar listrik sampai 100 persen) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013. Tahun Proyek
0
1
2
3
4
5
INFLOW Penerimaan air bersih (35 m³/jam)
0
45698730
45698730
45698730
45698730
Nilai Sisa
0
0
0
0
0
45698730 6737845
Total Penerimaan OUTFLOW
0
45698730
45698730
45698730
45698730
52436575
a.Pekerjaan persiapan
1500000
0
0
0
0
0
b.Semen
6804000
0
0
0
0
0
972000
0
0
0
0
0
6585840
0
0
0
0
0
f.Batu Kali
391500
0
0
0
0
0
g.Batu pecah mesin 2/3
481950
0
0
0
0
0
h.Pipa PVC diameter 32 mm
140400
0
0
0
0
0
i.Tangki Air 5 M³ per Buah
8187480
0
0
0
0
0
502560
0
0
0
0
0
1702170
0
0
0
0
0
185220
0
0
0
0
0
9900
0
0
0
0
0
900000
0
0
0
0
0
Lem Paralon per Tube
11340
0
0
0
0
0
Sambungan Paralon per Buah
10080
0
0
0
0
0
Kabel 1x 1,5 Prima (1 rol = 50 m)
75870
0
0
0
0
0
Kawat Beton
675000
0
0
0
0
0
Besi beton U-39/U-32 rata-rata
594000
0
0
0
0
0
Papan Nama Embung
367020
0
0
0
0
0
Pintu angkat tipe IIIB 0,50 m
1342890
0
0
0
0
0
Filter air
2250000 0
0
0
0
0
1. Biaya Investasi
c.Pasir d.Bata Merah
Keran Tembok 0,5" per Buah Sanyo 150 Wat per Unit Campuran kedap air per liter Ijuk per Gulung Kerangkeng Sanyo
2. Biaya Tenaga Kerja
36450000
3. Biaya Operasional a. Listrik
0
7200000
7200000
7200000
7200000
7200000
b. Upah Operator
0
12775000
12775000
12775000
12775000
12775000
4. Biaya Pemeliharaan a. Ijuk
0
9900
9900
9900
9900
9900
b. Keran Air
0
502560
502560
502560
502560
502560
Total Pengeluaran
70139220
20487460
20487460
20487460
20487460
20487460
Pendapatan Bersih
-70139220
25211270
25211270
25211270
25211270
31949115
1
0.89285714
0.797193878
0.711780248
0.635518078
0.567426856
-70139220
22510062.5
20098270.09
17944884.01
16022217.86
DF 12% PV
18128785.87
NPV
24.565.000,33
PV positif
94.704.220,33
PV Negatif
-70.139.220
Net B/C
1,35.
IRR
25%
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Hokeng, Flores pada tanggal 29 juni 1990 dari Ayah Gervasius Sudin dan Ibu Maria Agustina Mei. Penulis adalah putra pertama dari lima bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri (SPPN) Manggarai Timur dan pada tahun 2009 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) IPB dan diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif dalam kegiatan keagamaan, olahraga, dan kemahasiswaan yaitu Keluarga Mahasiswa Katolik (KEMAKI) pada tahun 2009-2012, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Voli, Karate, dan Koperasi pada tahun 2009-2010, serta menjadi staf Study Resource and Development (SRD) dari Himpunan Profesi REESA, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Penulis juga pernah meraih penghargaan dalam kegiatan pertandingan olahraga yaitu Juara II Tim Voli Sportakuler FEM tahun 2012, Juara I Tim Voli Putra Greenstation ESL tahun 2012, Juara I Tim Voli Putra Dies Natalis FEM tahun 2011, Juara I Tim Futsal Dies Natalis FEM tahun 2011, serta Juara II Tim Voli Porseni KEMAKI tahun 2010 dan 2011. Selama tahun 2010 hingga 2012 penulis terpilih menjadi kapten tim voli putra pada kontingen FEM dalam Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) dan pernah menjadi Pelatih tim voli putra-putri FEM pada tahun 2012. Selama menjadi staf SRD, penulis ikut aktif dalam kegiatan kepanitiaan REESA salah satunya adalah Ketua Pelaksana Workshop Statistik for ESL pada bulan November 2011.