1
ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI MELON DI KABUPATEN SRAGEN Wahyu Tri Kusumasari, Joko Sutrisno, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Kentingan, Surakarta 57126, Telepon : +62 271 637457 Email:
[email protected]. Telp. 08386998304 Abstract: This research was prepared to know the cost, revenue, and income of Melon farming; determine the effect of the use of production factors on the production of melon, determine the level of economic efficiency in use of production factor at Melon farming in Sragen Regency, and make recommendations the use of production factors in order to achieve the highest level of economic efficiency. The basic method of research is descriptive analytic by survey techniques. The research was conducted at Tanon Subdistrict and Gemolong Subdistrict. The result of this research showed the cost of melon farming was Rp 53.153.700,00/ ha/ MT. While farming revenue of Rp 95.009.700,00/ ha / MT and farm income of Rp 41.856.000,00/ ha / MT. The correlation of the use of production factors was realized in the Cobb Douglas production function model: Y = 2,505 .X10,764 .X30,655.X4-0,061.X50,000.X6-0,073.X70,302 .X80,085.X90,008 . The results of the regression analysis showed that individually, the land, labor, KCl and liquid pesticides also having effect the melon production and positive correlations obviously. The result of analyzed of economic efficiency showed that combination of the usage of production factors at melon farming not yet reached the highest economic efficiency. Keywords: Efficiency
Melon
Farming,
Production
Factors,
Economic
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani melon; mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap produksi melon; mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi usahatani melon; dan menyusun rekomendasi penggunaan faktorfaktor produksi agar tercapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi. Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif analitik dan pelaksanaannya dengan teknik survey. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanon dan Kecamatan Gemolong. Biaya usahatani melon sebesar Rp 53.153.700,00,00/ha/MT, penerimaan usahatani sebesar Rp 95.009.700,00/ha/MT, dan pendapatan usahatani sebesar Rp 41.856.000,00/ha/MT. Hubungan penggunaan faktor-faktor produksi dengan produksi melon dinyatakan dengan model fingsi produksi Cobb-Douglas, sebagai berikut: Y = 2,505 .X10,764 .X30,655.X4-0,061.X50,000.X6-0,073.X70,302 .X80,085.X9-0,008. Hasil regresi menujukkan secara individual, faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, pupuk KCl dan pestisida cair berpengaruh nyata terhadap produksi melon. Kombinasi penggunaan faktor produksi pada usahatani melon di Kabupaten Sragen belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi. Kata Kunci: Usahatani Melon, Faktor Produksi, Efisiensi Ekonomi
1
2
PENDAHULUAN Pertanian merupakan sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian dan posisi strategis sektor pertanian dalam pencapaian swasembada pangan. Selain itu, sektor pertanian berperan dalam memperluas sumber devisa yang berasal dari komoditas nonmigas dan menaikkan taraf hidup petani serta mewujudkan ketahanan pangan nasional. Sektor pertanian di Indonesia sangat mungkin dikembangkan khususnya tanaman buah-buahan yang memiliki peran penting bagi manusia karena merupakan sumber vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Samadi (1995) menyatakan kegiatan budidaya tanaman hortikultura, yang meliputi sayuran dan buah-buahan, semakin diminati petani. Hal ini terjadi karena komoditas ini mampu memberikan keuntungan lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman padi dan palawija pada areal sawah yang sama. Beberapa komoditas hortikultura seperti tanaman cabai, semangka dan melon menuntut pekerjaan yang lebih intensif dan biaya yang lebih besar. Namun demikian keuntungan yang diraih sesuai dengan pengorbanan yang dikeluarkan. Menurut Rukmana (1994), melon merupakan salah satu jenis buahbuahan yang makin populer di dunia. Melon mempunyai karisma tersendiri di kalangan konsumen maupun produsen (petani). Kabupaten Sragen adalah salah satu daerah pertanian yang mengusahakan melon. Pada tahun 2011, Kabupaten Sragen memberikan kontribusi 6,90% terhadap produksi melon di Provinsi Jawa Tengah. Tanaman melon di Kabupaten Sragen
telah mengikuti standar ASEAN Good Agricultural Practices (GAP). Dipilihnya Kabupaten Sragen sebagai lokasi percobaan untuk penerapan teknologi tanaman melon ASEAN GAP karena Sragen merupakan sentra budidaya melon di Jawa Tengah. Perkembangan budidaya melon di Kabupaten Sragen dapat dilihat dari luas panen dan produksi melon selama lima tahun terakhir seperti yang tertera pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa produktivitas melon di Kabupaten Sragen selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi dengan tingkat produktivitas rata-rata selama tahun 2006-2011 sebesar 240,44 kw/ha atau 24,04 ton/ha. Namun tingkat produktivitas melon di Kabupaten Sragen masih dikatakan rendah. Hal ini dikarenakan menurut Dinas Pertanian Kabupaten Sragen potensi tingkat produktivitas melon dapat mencapai lebih dari 350 kw/ha atau 35 ton/ha. Pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 luas lahan dan produksi melon terus mengalami peningkatan. Peningkatan produksi melon pada empat tahun terakhir dapat dikarenakan meningkatnya luas panen melon. Luas panen yang cenderung meningkat tersebut menjadi peluang bagi peningkatan produksi melon di Kabupaten Sragen. Pada tahun 2010 dan tahun 2011 produksi melon mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan luas panen pada tahun 2010 dan tahun 2011 juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sehingga mempengaruhi produksi melon.
3
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Melon di Kabupaten Sragen Tahun 2006-2011 Luas Panen Produktivitas Tahun Produksi (Kw) (Ha) (Kw/ Ha) 2006 50 11.597 231,94 2007 54 12.918 239,22 2008 84 20.097 239,25 2009 168 38.657 230,10 2010 131 32.816 250,50 2011 108 27.173 251,60 Jumlah 595 143.258 1.442,61 Rata-rata 99,17 23.876,33 240,44 Sumber: BPS Kabupaten Sragen Tahun 2011 Tujuan dari penelitian ini adalah 40 orang yang merupakan petani yang untuk mengetahui besarnya biaya, menjalankan usahatani melon varietas penerimaan, dan pendapatan pada Action. Pengambilan sampel petani usahatani melon; faktor-faktor produksi melon menggunakan metode yang mempengaruhi produksi melon; proportional random sampling, yaitu mengetahui tingkat efisiensi ekonomi pengambilan petani sampel berdasarkan penggunaan faktor-faktor produksi perbandingan besar kecilnya dari subpada usahatani melon; menyusun sub populasi petani dan diambil secara rekomendasi penggunaan faktor-faktor random (Soekartawi, 1995). Penentuan produksi agar mencapai tingkat jumlah petani sampel dari masingefisiensi ekonomi tertinggi. masing desa dilakukan dengan menggunakan rumus: METODE PENELITIAN Nk …. (1) x 40 Ni = N Metode dasar penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Keterangan Ni adalah jumlah metode deskriptif analitik yaitu petani sampel dari desa i, Nk adalah memusatkan diri pada pemecahan jumlah populasi petani dari desa I yang masalah-masalah yang ada pada masa memenuhi syarat dan N merupakan sekarang, pada masalah-masalah yang jumlah petani dari seluruh desa sampel. aktual (Surakhmad,1994). Teknik Tabel 2.Jumlah Petani Melon Tiap penelitian yang digunakan adalah Desa dan Jumlah Sampel penelitian survei. Petani yang Diambil Daerah penelitian dalam penelitian No. Desa Populasi Sampel ini adalah . Kecamatan yang terpilih 1. Gawan 15 10 adalah Kecamatan Tanon dan 2. Slogo 28 18 Kecamatan Gemolong dan desa yang 3. Kwangen 10 6 terpilih adalah Desa Gawan, Desa 4. Ngembatpadas 10 6 Slogo, Desa Ngembatpadas dan Desa Total 63 40 Kwangen. Sampel kecamatan dan desa Sumber: Data Primer dipilih dengan kriteria mempunyai ratarata luas lahan dan produksi yang terbesar. Jumlah petani sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
4
Analisis biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani melon menggunakan rumus: PdU = PrU – Be = (Hp x Y) – Be .… (2) Keterangan: PdU = pendapatan usahatani melón (Rp/Ha/MT), PrU = penerimaan usahatani melón (Rp/Ha/MT), Be = Biaya eksplisit (biaya yang benar-benar dikeluarkan dalam usahatani melon) (Rp/Ha/MT), Hp = harga melon per kg (Rp), Y = produksi melon (kg). Analisis pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap hasil produksi usahatani melon menggunakan model modifikasi fungsi produksi Cobb Douglas dengan rumus: Y = a X1b1 .X2b2 .X3b3 .X4b4 .X5b5 . X6b6 .X7b7 .X8b8 .X9b9 .... (3) Keterangan: Y = Hasil Produksi melon (Kg), X1 = Luas lahan (Ha), X2 = Benih (Kg), X3 = Tenaga kerja (HKP), X4 = Pupuk kandang (Kg), X5 = Pupuk SP36 (Kg), X6 = Pupuk ZA (Kg), X7 = Pupuk KCl (Kg), X8 = Pestisida cair (cc), X9 = Pestisida padat (Kg), a = Konstanta, b1 – b9 = Koefisien regresi. Model fungsi produksi Cobb Douglas harus diubah ke dalam bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakannya menjadi: Log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 + b4 log X4+ b5 log X5 + b6 log X6 + b7 log X7+ b8 log X8+ b9 log X9 .... (4) Selanjutnya untuk menguji apakah faktor-faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh terhadap hasil produksi melon dilakukan Uji F (F-test). Pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap hasil produksi melon digunakan uji keberartian koefisien regresi dengan uji t dan untuk mengetahui faktor produksi mana yang paling berpengaruh diantara faktor
produksi yang lain digunakan uji standard koefisien regresi (bi’) dengan rumus : Si …. (5) bi’ = bi Sy (4) Keterangan: bi’: Standar koefisien regresi parsial, bi: Koefisien regresi untuk masukan ke-I, Si: Standar deviasi masukan ke-I, Sy: Standar deviasi hasil produksi. Nilai standar koefisien regresi parsial yang paling besar merupakan variabel yang paling berpengaruh pada produksi melon. (Arief, 1993). Sementara besarnya proporsi atau sumbangan faktor-faktor produksi terhadap variasi hasil produksi digunakan Uji Adjusted R2 dengan rumus: n 1 …. (6) R2 = 1 – (1 –R2) nk (5) Keterangan: R2 = R2 yang 2 disesuaikan, n : jumlah sampel, R : R2 yang belum disesuaikan, k : jumlah variabel. Untuk mengkaji penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk SP-36, pupuk ZA, pupuk KCl, pestisida cair, dan pestisida padat pada usahatani melon mencapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi dengan menggunakan rumus: NPMx3 NPMx1 NPMx 2 = = = Px1 Px3 Px 2 NPMx9 ....... = =1 (6) …. (7) Px9 Keterangan: NPMxi = Nilai produk marginal untuk faktor produksi Xi. Dimana nilai NPMxi merupakan hasil kali dari Produk Fisik Marginal (PFM) dengan Harga hasil produksi (Py). Pxi = Harga faktor produksi Xi. Kriteria yang digunakan sebagai berikut: (1) Apabila NPMx/Px = 1,
5
berarti penggunaan faktor produksi xi telah mencapai efisiensi ekonomi tertinggi, (2) Apabila NPMx/Px > 1, berarti penggunaan faktor produksi xi tidak efisien. (3) Apabila NPMx/Px < 1, berarti penggunaan faktor produksi xi tidak efisien.
HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Petani Sampel Identitas petani sampel merupakan gambaran umum mengenai kondisi petani sebagai pelaku usahatani. Identitas petani sampel dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Identitas Petani Sampel Usahatani Melon MT April – Juli 2012 di Kabupaten Sragen. No. Identitas Petani Keterangan 1. Jumlah petani sampel (orang) 40 2. Rata-rata umur (th) 49 3. Pendidikan a. Tidak Sekolah 0 b. SD (orang) 1 c. SLTP (orang) 12 d. SLTA (orang) 19 e. Perguruan Tinggi (orang) 8 4. Rata-rata jumlah anggota keluarga (orang) 4 5. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif di usahatani (orang) 2 6. Rata-rata luas lahan garapan (Ha) 0,26 7. Rata-rata pengalaman berusahatani melon (th) 12 Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 3 dapat Hubungan Faktor-faktor Produksi diketahui bahwa rata-rata umur petani dengan Produksi Melon adalah 49 tahun yang berarti masih Hubungan antara faktor produksi tergolong dalam usia produktif (15-64 dengan produksi dalam usahatani tahun), dimana dengan usia yang masih melon ditunjukkan dengan modifikasi produktif mereka dapat melaksanakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Faktor kegiatan usahataninya dengan lebih produksi yang digunakan dalam baik dan selalu berusaha untuk penelitian ini dan dimasukkan dalam meningkatkan kemampuannya dalam rumus modifikasi dari fungsi produksi berusahatani. Dari 40 responden, Cobb-Douglas adalah luas lahan, benih, terdapat 1 petani berpendidikan SD, 12 tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk petani berpendidikan SMP, 19 petani SP-36, pupuk ZA, pupuk KCl, pestisida berpendidikan SMA dan 8 petani cair, dan pestisida padat. berpendidikan perguruan tinggi. RataModifikasi fungsi produksi Cobbrata jumlah anggota kelurga petani Douglas merupakan fungsi produksi melon di Kabupaten Sragen yaitu 4 non linear berganda yang dalam orang, sednagkan rata-rata jumlah penggunaannya harus dilinearkan anggota keluarga yang aktif dalam dengan cara melogaritmakan terlebih usahatani adalah 2 orang. dahulu. Hasil dari logaritma ini adalah fungsi produksi linear berganda. Model fungsi produksi usahatani melon adalah sebagai berikut:
6
Y = 4,075.X1 6,027.X26,827.X30,622. lahan dan benih (X2) terjadi -0,056 0,013 -0,062 0,288 0,082 X4 .X5 .X6 .X7 .X8 . multikolonearitas. Salah satu cara yang X9-0,007 dapat digunakan untuk mengobati Model fungsi produksi tersebut multikolinearitas yaitu dengan apabila dilogaritmakan menjadi: mengeluarkan satu atau lebih variabel Log Y = Log 4,075 – 6,027 log X1 + independen yang mempunyai korelasi 6,827 log X2 + 0,622 log X3 – 0,056 log tinggi. Variabel benih dikeluarkan, X4 + 0,013 log X5 – 0,062 log X6 + sehingga diperoleh model persamaan 0,288 log X7 + 0,082 log X8 – 0,007 log yang baru adalah sebagai berikut: X9 Y = 2,505 .X10,764 .X30,655.X4-0,061. Keterangan: Y = Hasil Produksi X50,000.X6-0,073.X70,302 .X80,085.X9-0,008 melon (Kg), X1 = Luas lahan (Ha), X2 = Pengaruh Faktor-faktor Produksi Benih (Kg), X3 = Tenaga kerja (HKP), terhadap Produksi Melon. Pengaruh X4 = Pupuk kandang (Kg), X5 = Pupuk penggunaan faktor produksi berupa luas SP-36 (Kg), X6 = Pupuk ZA (Kg), X7 lahan, tenaga kerja, pupuk kandang, = Pupuk KCl (Kg), X8 = Pestisida cair pupuk SP-36, pupuk ZA, pupuk KCl, (cc), X9 = Pestisida padat (Kg). pestisida cair dan pestisida padat secara Dari hasil analisis regresi dengan bersama-sama terhadap produksi melon melihat Matrik Pearson Corelation , dapat diketahui dengan melakukan Uji menunjukkan bahwa variabel luas (X1) F (F-test). Tabel 4. Analisis Varians Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Melon MT April – Juli 2012 di Kabupaten Sragen Model Regression Residual Total
Jumlah Kuadrat 1,371 0,229 1,600
df 8 31 39
Kuadrat Tengah 0,171 0,007
Fhitumg 23,183**
Ftabel (α: 5%) 2,255
Sig. 0,000a
Sumber : Analisis Data Primer Keterangan : **) : Berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% Berdasarkan pada Tabel 4 dapat berarti variabel luas lahan berpengaruh diketahui bahwa, nilai F hitung sebesar nyata dan mempunyai hubungan positif 23,183 lebih besar dari F tabel (2,255). terhadap produksi melon karena Hal ini menunjukkan bahwa faktor variabel luas lahan memiliki angka produksi yang berupa luas lahan, tenaga yang lebih besar apabila dibandingkan kerja, pupuk kandang, pupuk SP-36, dengan angka t tabel yaitu 2,040. Hal pupuk ZA, pupuk KCl, pestisida cair ini berarti setiap peningkatan luas lahan dan pestisida padat secara bersamaakan meningkatkan produksi melon. sama berpengaruh nyata terhadap Variabel tenaga kerja memiliki angka t produksi melon di Kabupaten Sragen. hitung 2,937 yang lebih besar Untuk mengetahui pengaruh dibandingkan dengan angka pada t masing-masing faktor produksi tabel yaitu 2,040, sehingga variabel terhadap produksi melon dapat tenaga kerja berpengaruh nyata dan diketahui melalui uji keberartian mempunyai hubungan positif terhadap koefisien regresi dengan uji t (t-test). produksi melon. Variabel pupuk KCl Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui mempunyai angka pada t hitung yang bahwa variabel luas lahan memiliki bernilai 2,542. Angka ini lebih besar nilai t hitung sebesar 3,122. Hal ini jika dibandingkan dengan t tabel
7
(2,040) sehingga variabel pupuk KCl Angka ini lebih besar jika dibandingkan berpengaruh nyata terhadap produksi dengan t tabel (2,040) sehingga variabel melon dan mempunyai hubungan yang pupuk KCl berpengaruh nyata terhadap positif terhadap produksi melon. produksi melon dan mempunyai Variabel pupuk KCl mempunyai angka hubungan yang positif terhadap pada t hitung yang bernilai 2,542. produksi melon. Tabel 5. Uji Keberartian Koefisien Regresi Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Melon MT April – Juli 2012 di Kabupaten Sragen t tabel Koefisien No Variabel t hitung Sig ( :5%) Regresi 1. Luas lahan 0,764 3,122** 2,040 0,004 2. Tenaga Kerja 0,655 2,937** 2,040 0,006 3. Pupuk Kandang -0,061 -0,351ns 2,040 0,728 ns 4. Pupuk SP-36 -0,000 -0,006 2,040 0,995 5. Pupuk ZA -0,073 0.735 ns 2,040 0,468 6. Pupuk KCl 0,302 2,542** 2,040 0,016 7. Pestisida Cair 0,085 2,447** 2,040 0,020 ns 8. Pestisida Padat -0,008 -0,712 2,040 0,482 Sumber : Analisis Data Primer Keterangan : **) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ns ) : tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% Untuk mengetahui faktor produksi pada faktor produksi tenaga kerja yang paling berpengaruh terhadap (0,318), faktor produksi pupuk KCl produksi melon dengan menggunakan (0,246) maupun pada faktor produksi uji standard koefisien regresi (b’). pestisida cair (0,191). Hal ini berarti Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui faktor produksi yang paling bahwa Nilai standard koefisien regresi berpengaruh terhadap produksi melon pada faktor produksi luas lahan (0,522) adalah faktor produksi yang berupa luas menunjukkan angka yang lebih besar lahan. daripada nilai standard koefisien regresi Tabel 6. Nilai Standard Koefisien Regresi (bi’) Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Melon di Kabupaten Sragen No. Faktor Produksi Standar Koefisien Regresi b’ Peringkat 1. Luas lahan (X1) 0,522 1 2. Tenaga Kerja (X3) 0,318 2 3. Pupuk KCl (X7) 0,246 3 4. Pestisida Cair (X8) 0,191 4 Sumber : Analisis Data Primer Nilai adjusted R2 dalam analisis ini sedangkan 18% (sisanya) dijelaskan adalah sebesar 0,820 atau 82 persen oleh faktor lain seperti kondisi yang berarti bahwa sebanyak 82% kesuburan tanah, cuaca, serta faktorproduksi melon dipengaruhi oleh luas faktor lain yang tidak diteliti dalam lahan, tenaga kerja, pupuk kandang, penelitian ini. pupuk SP-36, pupuk ZA, pupuk KCl, pestisida cair dan pestisida padat
8
tercapai jika nilai produk marjinal Efisiensi Ekonomi Penggunaan faktor produksi sama dengan harga Faktor-Faktor Produksi pada faktor produksi tesebut atau dapat Usahatani Melon Untuk mengetahui efisiensi ekonomi dituliskan NPMx = Px. Nilai tertinggi dapat dilakukan melalui perbandingan produk marginal dengan pendekatan keuntungan maksimum. harga dari masingmasing faktor Efisiensi ekonomi tertinggi dapat produksi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaaan Faktor-faktor Produk- pada Usahatani Melon MT April – Juli 2012 di Kabupaten Sragen NPMxi Faktor Produksi NPMxi Pxi Pxi Luas Lahan (X1) 70.941.807,69 2.400.000 29,559 Tenaga Kerja (X3) 161.327,66 50.000 3,227 Pupuk KCl (X7) 59.238,18 4.600 12,878 Pestisida cair (X8) 683,30 200 3,416 Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 7 dapat perbandingan antara produk fisik diketahui bahwa perbandingan antara marjinal (PFMxi) dengan harga faktor nilai produk marjinal dengan harga produksi (Pxi) mempunyai nilai yang untuk setiap faktor produksi, yaitu: sama untuk semua faktor produksi. Berdasarkan Tabel 8, diketahui NPMx1 NPMx 3 NPMx 7 NPMx 8 1 bahwa perbandingan antara produk Px1 Px 3 Px 7 Px8 fisik marjinal dengan harga untuk Nilai efisiensi ekonomi luas lahan, semua faktor produksi mempunyai nilai tenaga kerja, pupuk KCl dan pestisida yang tidak sama. Dengan demikian: cair lebih dari satu, artinya kombinasi PFMx1 PFMx 3 PFMx 7 PFMx 8 penggunaan faktor produksi yang Px Px Px Px 8 1 3 7 berupa tenaga kerja, luas lahan dan Hal ini berarti kombinasi penggunaan pupuk KCL pada usahatani melon di faktor-faktor produksi pada usahatani Kabupaten Sragen belum mencapai melon di Kabupaten Sragen belum tingkat efisiensi ekonomi tertinggi. optimal. Dengan demikian, yang dapat Analisis Optimalisasi Penggunaan dilakukan petani adalah mencapai Faktor-Faktor produksi pada kondisi optimal. Kondisi optimal dapat Usahatani Melon dicapai dengan mengoptimalkan Hasil analisis efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi menunjukkan bahwa kombinasi dengan menggunakan pendekatan Least penggunaan faktor-faktor produksi Cost Combination (LCC). Pada pada usahatani melon belum mencapai penelitian ini, sebagai faktor efisiensi ekonomi tertinggi. Hal ini pembatasnya (constraint) adalah tenaga mengindikasikan adanya kendala dalam kerja (X3) karena berdasarkan Tabel 7, melakukan usahatani melon. Oleh pada faktor produksi tenaga kerja karena itu, perlu adanya analisis didapatkan nilai NPMxi/Pxi sebesar optimalisasi untuk mengetahui apakah 3,227. Jika dibandingkan dengan kombinasi penggunaan faktor-faktor faktor-faktor produksi yang lain maka produksi sudah optimal atau belum. faktor tenaga kerja dengan nilai Kombinasi optimal tercapai apabila NPMxi/Pxi mendekati nilai efisiensi
9
ekonomi tertinggi yaitu sama dengan dan kondisi optimal dapat dilihat pada satu. Analisis penggunaan faktor-faktor Tabel9 produksi kondisi kenyataan (existing) Tabel 8. Analisis Optimalisasi Penggunaaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Melon Musim Tanam April-Juli 2012 di Kabupaten Sragen PFMxi No. Faktor Produksi PFMxi Pxi Pxi 1. Luas Lahan (X1) 24.462,692 2.400.000 0,0101928 2. Tenaga Kerja (X3) 55,630 50.000 0,0011126 3. Pupuk KCl (X7) 20,427 4.600 0,0044406 4. Pestisida cair (X8) 0,236 200 0,0011781 Sumber : Analisis Data Primer Tabel 9. Analisis Rata-Rata Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kondisi Existing dan Kondisi Optimal dengan Tenaga Kerja 98,00 HKP Pada Usahatani Melon Musim Tanam April-Juli 2012 di Kabupaten Sragen No. Faktor Produksi Kondisi Existing Kondisi Optimal 1. Luas Lahan (X1) 0,26 2,38 2. Pupuk KCl (X7) 123,00 491,24 3. Pestisida cair (X8) 3.003,00 3.180,04 Sumber : Analisis Data Primer Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Melon Komponen biaya terbesar yang dikeluarkan dalam usahatani melon adalah biaya pengadaan benih sebesar Rp 6.558.000,00/ha/MT. Benih yang dibeli petani responden adalah benih melon Action dengan harga rata-rata Rp 110.000,00/bungkus kemasan 10 gram. Biaya pembelian pupuk NPK mutiara merupakan pengeluaran terbesar diantara pupuk-pupuk lainnya. Pupuk NPK mutiara hanya digunakan petani responden sebagai pupuk pengganti atau sebagai susulan, jadi tidak semua petani responden menggunakan pupuk NPK mutiara. Biaya rata-rata pada pupuk NPK mutiara adalah sebesar Rp 2.218.500,00/ha/MT. Pupuk NPK Mutiara dibeli dalam satuan kilogram dengan harga rata-rata sebesar Rp 8.000/kg. Selain pupuk NPK mutiara, petani mengalokasikan biaya pembelian pupuk pada pupuk kandang, pupuk KCl, pupuk SP-36 dan pupuk
ZA karena pupuk-pupuk ini digunakan sebagai pupuk dasar dan sebagai pupuk susulan. Biaya tenaga kerja diperoleh dari penggunaan tenaga kerja luar. Upah tenaga kerja dinyatakan dengan satuan Hari Kerja Pria (HKP). Pekerjaan petani dilakukan dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB, dengan waktu istirahat satu jam. Upah tenaga kerja untuk satu HKP adalah Rp 50.000,00. Tenaga kerja wanita juga terlibat dalam usahatani melon dengan upah sebesar Rp 40.000,00 atau 0,8 HKP. Kegiatan pengolahan tanah membutuhkan tenaga kerja paling banyak, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan ini juga paling banyak. Selain biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja, komponen biaya lain yang harus dikeluarkan petani adalah biaya lain-lain yang meliputi biaya pajak tanah, biaya bahan bakar solar dan biaya penyusutan peralatan. Peralatan utama yang digunakan petani
10
adalah cangkul, diesel, sprayer, dan selang. Peralatan ini diperhitungkan masih laku dijual sebesar 10% dari harga pembelian. Biaya bahan bakar solar dikeluarkan oleh petani karena solar digunakan petani untuk bahan bakar diesel yang digunakan untuk menyiram tanaman. Penerimaan yang diperoleh petani merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi melon dengan harga melon per kilogram. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dengan luas lahan satu hektar, dapat diperoleh penerimaan sebesar Rp 95.009.700,00/ha/MT. Penerimaan ini diperoleh dari produksi melon yang dihasilkan oleh petani sebesar 32.100 kg/ha/MT, dengan harga rata-rata melon per kilogram Rp 2.900,00. Pendapatan petani merupakan ukuran penghasilan yang diterima oleh petani dari usahataninya yang dihitung dari selisih antara penerimaan dengan biaya untuk produksi yang digunakan dalam usahatani. Berdasarkan analisis hasil penelitian, diperoleh pendapatan usahatani melon yaitu sebesar Rp 41.832.000,00/ha/MT dan total biaya yang harus dikeluarkan petani sebesar Rp 53.177.700,00/ha/MT. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pada usahatani melon di Kabupaten Sragen, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut (1) Besarnya biaya yang benarbenar dikeluarkan oleh petani adalah Rp 53.177.700,00/ha/MT, besarnya penerimaan usahatani adalah Rp 95.009.700,00/ha/MT, sehingga pendapatan yang diperoleh petani adalah sebesar Rp 41.832.000,00/ha/MT. (2) Faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk SP-36, pupuk ZA, pupuk KCl, pestisida cair dan pestisida padat secara bersama-
sama berpengaruh terhadap produksi melon. Secara individual, faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, pupuk KCl dan pestisida cair berpengaruh nyata terhadap produksi melon, sedangkan faktor produksi pupuk kandang, pupuk SP-36, pupuk ZA dan pestisida padat tidak berpengaruh nyata terhadap produksi melon. (3) Penggunaan faktor produksi pada usahatani melon di Kabupaten Sragen belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi. (4) Efisiensi ekonomi usahatani melon di Kabupaten Sragen dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan penggunaan faktorfaktor produksi, yaitu pada penggunaan tenaga kerja 98,0 HKP dengan penggunaan luas lahan sebesar 2,38 hektar, pupuk KCl 491,00 kg dan pestisida cair 3.180,00 cc. Berdasarkan hasil penelitian, peningkatan efisiensi ekonomi pada usahatani melon dengan mengoptimalkan penggunaan luas lahan, pupuk KCl dan pestisida cair. Adanya kendala keterbatasan luas lahan untuk meningkatkan produksi melon maka dapat dilakukan dengan intensifikasi pertanian, penambahan intensitas penanaman dan penanaman melon dengan jarak tanam yang optimal sesuai dengan rekomendasi dari PPL, sehingga dilihat dari aspek agronomis maka jarak tanam yang optimal menjadikan kebutuhan unsur hara bagi tanaman melon tercukupi dan tanaman dapat tumbuh secara optimal. DAFTAR PUSTAKA Arief, S. 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. UI Press. Jakarta. BPS. 2011. Kabupaten Sragen dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Sragen. Sragen. Rukmana, R. 1994. Budidaya Melon Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.
11
Samadi, B. 1995. Usahatani Melon. Kanisius. Yogyakarta. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta. Surakhmad, W. 1994. Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, dan Teknik. Tarsito. Bandung.