e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI KUBIS DI KABUPATEN KARANGANYAR Program Studi Agribisnis
Oleh : Riana Dewi Kusumaningsih H 0808041
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
2
PERNYATAAN
Dengan ini kami selaku Tim Pembimbing Skripsi Mahasiswa Program Sarjana :
Nama
: Riana Dewi Kusumaningsih
NIM
: H0808041
Program Studi
: Agribisnis
Menyetujui Naskah Publikasi Ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan dan dipublikasikan dengan / tanpa*) mencantumkan nama tim pembimbing sebagai CoAuthor. Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Ir. Sugiharti Mulya H. MP
Wiwit Rahayu, SP. MP
NIP. 19650626 199003 2 001
NIP. 19711109 199703 2 004
*) Coret yang tidak perlu
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
3
ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI KUBIS DI KABUPATEN KARANGANYAR Riana Dewi Kusumaningsih(1) Ir. Sugiharti Mulya H. MP(2) Wiwit Rahayu, SP. MP(3) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya biaya, penerimaan, dan keuntungan usahatani kubis; mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap produksi kubis; dan mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi usahatani kubis di Kabupaten Karanganyar. Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif analitik dan pelaksanaannya dengan teknik survei. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tawangmangu. Pengambilan sampel desa secara purposive sampling dengan kriteria daerah tersebut mempunyai produktivitas kubis terbesar, sehingga dipilih Desa Kalisoro. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan cara undian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan rata-rata luas lahan 0,06 Ha. Biaya menghasilkan usahatani kubis sebesar Rp 15.995.933,00/Ha/MT, penerimaan usahatani sebesar Rp. 27.172.216,00/Ha/MT, dan keuntungan usahatani sebesar Rp 11.176.282,00/Ha/MT. Hubungan penggunaan faktor-faktor produksi dengan produksi kubis dinyatakan dalam model fungsi produksi CobbDouglas, sebagai berikut: Y = 3,894. X2-0,495. X30,100 . X40,703. X5-0,264. X6-0,017. X80,605. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk phonska, insektisida Prevaton, dan luas lahan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi kubis. Secara individual, faktor produksi tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk phonska, dan luas lahan berpengaruh nyata terhadap produksi kubis, tetapi insektisida Prevaton tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kubis.
Kata Kunci: Usahatani Kubis, Faktor Produksi, Efisiensi Ekonomi
Keterangan :
1. Mahasiswa S1 program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM H 0808041 2. Dosen Pembimbing Utama 3. Dosen Pembimbing Pendamping
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
4
ANALYSIS OF ECONOMIC EFFICIENCY IN USE OF PRODUCTION FACTORS AT CABBAGE FARMING IN KARANGANYAR REGENCY Riana Dewi Kusumaningsih(1) Ir. Sugiharti Mulya H. MP(2) Wiwit Rahayu, SP. MP(3) ABSTRACT This thesis was stack based on the result of research aimed to assessing the costs, revenues, and advantage of cabbage farming; to study the effect on the use of production factors on the production of cabbage farming; and to assess economic efficiency level of inputs combination used on cabbage farming in Karanganyar Regency. The sample of villages was done deliberately (using purposive sampling). Basic method of the research is descriptive analysis method and its execution is by survey technique. The research is done in Sub Distric Tawangmangu, then choose deliberate example of village (using purposive sampling). This research took one village who have the biggest cabbage productivity, they are Kalisoro village. The result of this research showed that land, which the generate cost is Rp 15.995.933,00/Ha/MT. The farming revenue of Cabbage farming is Rp. 27.172.216,00/Ha/MT, and advantage cost is Rp 11.176.282,00 /Ha/MT. The correlation between productions factors used in cabbage farming with its production is shown by Cobb Douglas function: Y = 3,894. X2-0,495. X30,100 . X40,703. X5-0,264. X6-0,017. X80,605. This equation, which was analyzed with double linier regression, showed that the usages of labour, seeds, manure, Phonska, insecticides Prevaton, and land area having effect to the cabbage production. Based on the maximum advantage approach, it can be known that using inputs on cabbage farming Karanganyar Regency not yet reached the highest economic efficiency.
Keywords: Cabbage Farming, Production Factors, Economic Efficiency Description : 1. Student S1 of Sosial Study Program of Agribussiness Faculty of Agriculture Sebelas Maret University Surakarta with NIM H 0808041 2. Main Lecturer 3. Assistant Lecturer
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
5
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas, dan iklim. Selain itu, Indonesia juga memiliki
pengetahuan pertanian yang
tersimpan dalam kearifan lokal dan kultur masyarakat. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting sebagai penyedia pangan bagi masyarakat Indonesia. Pembangunan sektor pertanian yang telah dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan, juga untuk meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi impor hasil pertanian. Sektor pertanian di Indonesia sangat mungkin dikembangkan, khususnya tanaman sayur-sayuran yang banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Tanaman kubis sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai dan memanfaatkannya. Selain itu juga sangat potensial untuk dikomersialkan dan mempunyai prospek sangat baik. Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu penghasil kubis di Jawa Tengah. Hal ini dapat dilihat dari data luas panen, produksi, dan produktivitas kubis di Kabupaten Karanganyar selama lima tahun (Tabel 1) Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Sayuran Kubis di Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2010. Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah Rata-rata
Luas Panen (Ha) 85 63 81 109 163 501 100,2
Produksi (kw) 15.270 10.938 11.260 12.508 22.974 72.950 14.590
Produktivitas (kw/Ha) 179,65 173,62 139,01 114,75 140,94 747,97 149,59
Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar 2011. Petani dapat memperoleh keuntungan yang maksimum dan meningkatkan produksivitas kubis, maka diharapkan petani mengalokasikan penggunaan faktorfaktor produksi dengan tepat. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti ingin mengetahui hubungan antara penggunaan faktor-faktor produksi dan usaha untuk
5
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
6
mengkombinasikan untuk mencapai produksi optimal pada usahatani kubis di Kabupaten Karanganyar sekaligus mengetahui efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi tersebut. Berdasarkan uraian di atas permasalahan dirumuskan sebagai berikut 1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, dan keuntungan dari usahatani kubis di Kabupaten Karanganyar? 2. Apakah faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk phonska, insektisida Prevaton, dan perekat Bonstik berpengaruh terhadap produksi kubis? 3. Apakah petani di Kabupaten Karanganyar dalam mengkombinasikan penggunaan faktor-faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk phonska, insektisida Prevaton, dan perekat Bonstik pada usahatani kubis telah mencapai efisiensi ekonomi tertinggi? Tujuan Penelitian 1.
Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, dan keuntungan dari usahatani kubis di Kabupaten Karanganyar.
2.
Mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk phonska, insektisida Prevaton, dan perekat Bonstik terhadap hasil produksi kubis di Kabupaten Karanganyar.
3.
Mengetahui besarnya tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk Phonska, insektisida Prevaton, dan perekat Bonstik pada usahatani kubis di Kabupaten Karanganyar. METODE PENELITIAN
Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analitik (Surakhmad, 1994:140). Teknik pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik survai (Singarimbun dan Efendi, 1995:3).
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
7
Metode Penentuan Sampel 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Karanganyar. Pengambilan kecamatan sebagai daerah sampel penelitian dilakukan dengan cara purposive sampling atau sengaja, yaitu pengambilan daerah sampel yang dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan alasan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Efendi, 1995:169). Sampel kecamatan dan desa dipilih dengan kriteria bahwa desa tersebut mempunyai produktivitas paling besar, berdasarkan kriteria tersebut terpilih Kecamatan Tawangmangu dan Desa Kalisoro. 2. Metode Pengambilan Sampel Responden Menurut Singarimbun dan Effendi (1995:155), data yang dianalisis harus menggunakan jumlah sampel yang cukup besar sehingga dapat mengikuti distribusi normal. Sampel yang besar dan mengikuti distribusi normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30. Dari 100 petani kubis diambil sampel petani sebanyak 30 orang. Pemilihan sampel petani kubis menggunakan metode simple random sampling. Metode pengambilan sampel responden secara acak sederhana dilakukan dengan cara undian. Metode Analisis Data 1. Analisis besarnya biaya, penerimaan, dan keuntungan usahatani kubis digunakan rumus: π
= PrU – BM = Py x Y – BM
Keterangan : π : Keuntungan usahatani kubis (Rp/Ha/MT) PrU : Penerimaan usahatani kubis (Rp/Ha/MT) BM : Biaya menghasilkan usahatani kubis (Rp/Ha/MT) Py : Harga kubis per kg (Rp) Y : Hasil produksi kubis (kg) 2. Pengkajian hubungan penggunaan faktor produksi terhadap produksi kubis digunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas : Y = a. X1b1 .X2b2 .X3b3 .X4b4 .X5b5 .X6b6 X7b7
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
8
Keterangan: Y = Produksi kubis (Kg) a = Konstanta b1-b7 = Koefisien regresi X1 = Luas lahan (Ha) X2 = Tenaga Kerja (HKP)
X3 X4 X5 X6 X7
= Benih (Kg) = Pupuk Kandang (Kg) = Pupuk Phonska (Kg) = Insektisida Prevaton (Cc) = Perekat Bonstik (Cc)
Model fungsi produksi Cobb Douglas harus diubah ke dalam bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakannya menjadi: Log Y
= log a + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 + b4 log X4 + b5 log X5 + b6 log X6 + b7 log X7
Pada penelitian ini uji yang akan digunakan adalah sebagai berikut: a. Uji Serentak (Uji F) Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor produksi secara bersama-sama terhadap produksi kubis, dengan rumus:
F =
ESS /( k − 1 ) TSS /( N − k )
Dimana : ESS = Explained Sum of Square = Jumlah kuadrat yang bisa dijelaskan atau variasi yang bisa dijelaskan TSS = Total Sum of Square = Jumlah kuadrat total k = Jumlah variabel N = Jumlah sampel Dengan hipotesis : Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0 Hi : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ b6 ≠ 0 (paling sedikit ada satu bi ≠ 0) Dengan tingkat signifikasi α 5% , maka: 1) Jika Fhitung > FTabel : Ho ditolak dan Hi diterima, yang berarti faktor-faktor produksi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap hasil produksi kubis. 2) Jika Fhitung < FTabel : Ho diterima dan Hi ditolak, yang berarti faktor produksi secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi kubis. b. Uji Keberartian Koefisien Regresi (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi kubis, dengan rumus sebagai berikut :
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
t hitung =
9
bi Se (bi )
Dimana :
bi = koefisien regresi ke-i Se = standard error koefisien regresi ke-i Dengan hipotesis : Ho : bi = 0 dan Hi : bi ≠0 Pada tingkat signifikasi α 10%, 1) Jika t hitung > t Tabel : maka Ho ditolak, Hi diterima, yang berarti faktor produksi ke-i berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. 2) Jika t hitung < t Tabel : maka Ho diterima ,Hi ditolak, yang berarti faktor produksi ke-i tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. c. Uji Standard Koefisien Regresi (bi’) Uji standard koefisien regresi parsial (bi’) digunakan untuk mengetahui faktor produksi mana yang paling berpengaruh diantara faktor produksi yang lain digunakan dengan rumus :
bi ' = bi
Sy Si
Keterangan : bi’ : standard koefisien regresi parsial bi : koefisien regresi untuk faktor produksi ke-i Si : standard deviasi faktor produksi ke-i Sy : standard deviasi hasil produksi d. Uji Adjusted R2 (R ) Uji adjusted R2 (R ) digunakan untuk mengetahui mengetahui besarnya proporsi atau sumbangan faktor-faktor terhadap variasi hasil produksi. Masukan pada usahatani kubis akan semakin dekat hubungannya dengan hasil produksi kubis apabila nilai adjusted R2 sama dengan satu atau mendeksti satu. Rumus yang digunakan sebagai berikut: R = 1 – (1 –R2)
n −1 n−k
R : R2 yang disesuaikan R2 : R2 yang belum disesuaikan
n : jumlah sampel k : jumlah variabel
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
10
3. Analisis Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan varians inflation factor (VIF) pada model regresi. Variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih kecil daripada 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar daripada nilai 10. b. Uji Heteroskedastis Uji Heteroskedatisitas dilakukan dengan melihat pola titik-titik pada grafik scatterplot. Kriteria yang menjadi dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik ada yang membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas 4. Analisis Tingkat Efisiensi Ekonomi Analisis untuk mengkaji penggunaan faktor-faktor produksi kubis yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk phonska, insektisida Prevaton, dan perekat Bonstik mencapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi menggunakan rumus: NPMx 1 NPMx 2 NPMx 3 NPMx 4 NPMx 5 NPMx 6 NPMx 7 = = = = = = =1 Px 1 Px 2 Px 3 Px 4 Px 5 Px 6 Px 7
Keterangan : NPMxi
: Nilai produk marginal untuk faktor produksi Xi
Dimana nilai NPMxi merupakan hasil kali dari Produk Fisik Marginal (PFM) dengan Harga hasil produksi (Py) Pxi : Harga faktor produksi Xi Kriteria yang digunakan sebagai berikut: NPMxi = 1, berarti penggunaan faktor produksi xi telah mencapai Pxi ekonomi tertinggi.
efisiensi
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
11
NPMxi > 1, berarti penggunaan faktor produksi xi belum mencapai efisiensi Pxi ekonomi tertinggi. NPMxi < 1, berarti penggunaan faktor produksi xi tidak efisien. Pxi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Budidaya tanaman Kubis 1. Persiapan Lahan Petani dalam melakukan pengolahan tanah menggunakan cangkul. Setelah dilakukan pencangkulan untuk membentuk bidang penanaman (bedengan) sekaligus membersihkan sisa-sisa gulma atau kotoran yang ada, kemudian dilakukan pemberian pupuk dasar, yaitu pupuk kandang. Pupuk kandang ditebarkan merata dan dicampur dengan tanah dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi tanah atau menambah unsur hara dalam tanah, kemudian mengaplikasikan pupuk kandang sebesar 0,838 ton/Ha. 2. Penanaman Penentuan pola tanam tanaman sangat bergantung kesuburan tanah dan varietas tanaman dengan jarak tanam 50 x 50 cm. Pola penanaman ada dua yaitu larikan dan teratur seperti pola bujur sangkar, pola segi tiga sama sisi, pola segi empat dan pola barisan (barisan tunggal dan barisan ganda). 3. Pemeliharaan Kegiatan
pemeliharaan
tanaman
kubis
meliputi
penyiangan,
pendangiran, penyemprotan, dan pemupukan. Penyiangan dilakukan bersama dengan penggemburan tanah sebelum pemupukan atau bila terdapat tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Di daerah penelitian insektisida yang digunakan petani yaitu Prevaton. Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali sampai 3 kali tergantung dari kondisi tanaman. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 21 hari dan pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 45 hari. 4. Panen Tanaman kubis sudah dapat mulai dipanen pada umur 70 hari. Kriteria tanaman kubis yang akan dipanen adalah apabila krop kubis sudah mengeras
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
12
dengan cara menekan krop kubis, kemudian daunnya sudah berwarna hijau mengkilap dan daun yang paling luar sudah layu. Besar krop kubis telah terlihat maksimal. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Identitas Petani Sampel Identitas ini meliputi umur petani, pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang aktif usahatani kubis, luas garapan dan pengalaman usahatani kubis. Tabel 2. Identitas Petani Sampel Usahatani Kubis MT Januari – Maret 2012 di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. No. 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7.
Identitas Petani Jumlah petani sampel (orang) Rata-rata umur (th) Pendidikan 1. Tidak Sekolah 2. SD (orang) 3. SLTP (orang) 4. SLTA (orang) 5. Perguruan Tinggi (orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga (orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif di usahatani (orang) Rata-rata luas lahan garapan (Ha) Rata-rata pengalaman berusahatani kubis (th)
Keterangan 30 46 3 16 2 9 0 4 2 0,06 18
Sumber : Analisis Data Primer Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata umur petani adalah 46 tahun yang berati masih tergolong dalam usia produktif (15-64 tahun), dimana dengan usia yang masih produktif mereka dapat melaksanakan kegiatan usahataninya dengan lebih baik dan selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam berusahatani. Dari 30 responden, terdapat 16 petani berpendidikan SD, 2 petani berpendidikan SLTP, 9 petani berpendidikan SLTA, dan 3 petani tidak menempuh pendidikan formal. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani kubis di Kabupaten yaitu 4 orang, sedangkan rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani adalah 2 orang, yaitu ayah dan ibu.
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
13
2. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja pada Usahatani Kubis a. Penggunaan Sarana Produksi pada Usahatani Kubis Sarana produksi yang digunakan dalam usahatani kubis meliputi luas lahan, benih, pupuk kandang, pupuk phonska, Insektisida Prevaton, dan perekat Bonstik. Rata-rata penggunaan sarana produksi usahatani kubis dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Kubis MT Januari - Maret 2012 di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar No.
Sarana Produksi
1.
Luas lahan garapan (Ha) Benih (kg) Pupuk Kandang (kg) Pupuk Phonska (kg) Insektisida Prevaton (cc) Perekat Bonstik (cc)
2. 3. 4. 5. 6.
Per Usahatani 0,06
Per Hektar
0,034 50,33 7,95 139 581,67
Anjuran Per Ha
1,00
-
0,567 838,83 132,5 2.316,67 9.694,5
0,667 – 0,833 1000 – 2000 100 – 120 2000 – 2500 5000 - 6000
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa penggunaan perekat Bonstik merupakan yang paling besar yaitu sebesar 9.694,5/Cc/Ha, dan penggunaan benih merupakan yang paling sedikit yaitu sebesar 0,567/Kg/Ha. b. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Kubis Tenaga kerja sangat penting dalam menunjang keberhasilan suatu usahatani. Tenaga kerja yang digunakan merupakan tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Rata-rata penggunaan tenaga kerja pada usahatani kubis dapat dilihat pada Tabel 4.
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
14
Tabel 4. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Kubis MT Januari – Maret 2012 di Kecamatan Tawangamangu, Kabupaten Karanganyar No.
Keterangan
1. 2. 3. 4. 5.
Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan Pemeliharaan Pengendalian hama dan penyakit Pemanenan dan Pengangkutan Jumlah
6.
TKK (HKP) Per Per UT Ha 6 100 1,4 23,3 2,6 43,3 10,8 180
TKL (HKP) Per Per UT Ha 3,1 51,7 0,2 3,3 0,5 8,3 0,5 8,3
Jumlah (HKP) Per Per Ha UT 9,1 151,7 1,6 26,6 3,1 51,6 11,3 188,3
4,8
80
0
0
4,8
80
2 27,6
33,3 459,9
0,2 4,5
3,3 74,9
2,2 32,1
36,6 534,8
Sumber: Analisis Data Primer Keterangan: TKK : Tenaga Kerja Keluarga TKL : Tenaga Kerja Luar HKP : Hari Kerja Pria UT : Usahatani Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa rata-rata penggunaan tenaga sebesar 32,1 HKP per usahatani atau 543,8 HKP per Ha. Penggunaan tenaga kerja terdiri dari 456,9 HKP per Ha tenaga kerja keluarga, dan 74,9 HKP tenaga kerja luar. Kegiatan pemeliharaan membutuhkan tenaga kerja paling banyak, yaitu sebanyak 188,3 HKP. Kegiatan penanaman membutuhkan tenaga kerja paling sedikit, yaitu sebanyak 26,6 HKP. 3. Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Usahatani Kubis 1) Biaya Usahatani Kubis 1) Biaya Sarana Produksi Biaya sarana produksi pada usahatani kubis adalah biaya untuk pembelian benih, pupuk kandang, pupuk kimia (pupuk phonska, pupuk urea, pupuk ZA dan pupuk TSP), insektisida (prevaton, kanon, detend, dursban) dan perekat bonstik. Macam sarana produksi serta besar biayanya dapat dilihat pada Tabel 5.
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
15
Tabel 5. Rata-rata Biaya Sarana Produksi pada Usahatani Usahatani Kubis MT Januari – Maret 2012 di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar No 1. 2. 3.
4.
5.
Macam Sarana Produksi Benih
Biaya Per Usahatani (Rp) 86.978
Pupuk Kandang Pupuk Kimia a. Phonska b. Urea c. ZA d. TSP Insektisida a. Prevaton b. Kanon c. Detend d. Dursban Perekat Bonstik Jumlah
Biaya Per Hektar (Rp) 1.449.633
25.167
419.444
22.260 14.365 2.430 880
371.000 239.417 40.500 14.666
72.280 10.522 405 4.333 17.450
1.204.667 175.367 6.750 72.217 290.833
257.069
4.284.483
Sumber: Analisis Data Primer Biaya sarana produksi paling banyak dikeluarkan untuk pembelian benih sebesar Rp 1.449.633,00. Harga benih sebesar Rp 2.533.000,00/Kg. Biaya sarana produksi yang paling sedikit adalah pembelian untuk insektisida Detend sebesar Rp 6.750,00 harga insektisida Detend sebesar Rp 270,00/ Cc. 2) Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani kubis terdiri dari tenaga kerja dari keluarga dan tenaga kerja dari luar. Biaya tenaga kerja untuk usahatani kubis anatara lain biaya untuk pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit, dan pemanenan. Rata-rata biaya tenaga kerja pada usahatani kubis dapat dilihat pada Tabel 6.
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
16
Tabel 6. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani Kubis MT Januari - Maret 2012 di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Keterangan Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan Pemeliharaan Pengendalian hama dan penyakit Pemanenan Jumlah
Per Usahatani (Rp) 181.333 9.250 18.400 226.667 28.800 42.833 507.283
Per Hektar (Rp) 3.022.216 154.167 306.667 3.777.783 480.000 713.883 8.454.716
Sumber : Analisis Data Primer Total biaya tenaga kerja yang digunakan adalah sebesar Rp 8.454.716,00/Ha/MT, kegiatan pemeliharaan merupakan komponen biaya yang paling besar membutuhkan biaya dengan rata-rata biaya sebesar Rp 3.777.783,00/Ha/MT untuk 188,3 HKP. Biaya tenaga kerja paling sedikit dikeluarkan untuk penanaman yaitu sebesar Rp 154.167,00/Ha/MT untuk 26,6 HKP. 3) Biaya Lain-lain Komponen biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh petani pada kubis antara lain biaya pajak tanah, biaya penyusutan, biaya selametan, biaya transportasi, biaya konsumsi tenaga kerja, dan biaya pembersihan. Rata-rata biaya lain-lain pada usahatani kubis dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Biaya Lain-lain pada Usahatani Kubis MT Januari – Maret 2012 di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar No.
Macam biaya
1. 2.
Biaya pajak tanah Biaya penyusutan
3.
Biaya Selametan
4. 5. 6.
Biaya Transportasi Biaya Konsumsi Tenaga kerja Biaya Pembersihan Jumlah
Sumber : Analisis Data Primer
Per usahatani (Rp) 4.670 34.639
Per hektar (Rp) 77.833 577.316
30.167
502.783
4.833 68.000 15.000 157.309
80.550 1.133.333 250.000 2.621.815
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
17
Biaya lain-lain terdiri dari biaya pajak tanah sebesar Rp 77.833,00/Ha/MT, biaya penyusutan alat yang terdiri dari cangkul, sabit, sprayer, dan linggis sebesar Rp 577.316,00/Ha/MT, biaya selametan sebesar
Rp
502.783,00/Ha/MT,
biaya
transpotasi
sebesar
Rp
80.550,00/Ha/MT, biaya konsumsi tenaga kerja Rp 1.133.33,00/Ha/MT, dan biaya pembersihan sebesar Rp 250.000,00/Ha/MT. 4) Biaya Menghasilkan Usahatani Kubis Biaya menghasilkan usahatani kubis adalah penjumlahan biaya alat-alat luar ditambah dengan upah tenaga kerja keluarga dan ditambah dengan bunga dari keseluruhan aktiva atau modal yang digunakan dalam usahatani kubis. Rata-rata biaya menghasilkan pada usahatani kubis dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rata-rata Biaya Menghasilkan pada Usahatani Kubis MT Januari – Maret 2012 di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. No.
Macam biaya
1.
Biaya Saprodi
2.
Biaya Tenaga Kerja
3. 4.
Biaya Lain-lain Bunga modal sendiri
Per Usahatani (Rp) 257.069 507.283
Biaya menghasilkan
Per Hektar (Rp) 4.284.483 8.454.716
157.309 38.094
2.621.815 634.900
959.756
15.995.933
Sumber: Analisis Data Primer Biaya
pengadaan
sarana
produksi
yaitu
sebesar
Rp
4.284.483,00/Ha/MT, biaya untuk membayar upah tenaga kerja sebesar Rp 8.454.716,00/Ha/MT, dan pengeluaran untuk biaya lain-lain sebesar Rp 2.621.815,00/Ha/MT. Jadi, biaya totalnya sebesar adalah sebesar Rp 15.361.033,00/Ha/MT. Biaya menghasilkan usahatani kubis adalah Rp 15.361.033,00/Ha/MT. Bunga modal sendiri dalam usahatani kubis di Kabupaten Karanganyar sebesar Rp 634.900,00/Ha/MT. 2) Penerimaan Total Usahatani Penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi usahatani dengan harga per satuan. Rata penerimaan total pada usahatani kubis dapat dilihat pada Tabel 9.
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
18
Tabel 9. Rata-rata Penerimaan Total pada Usahatani Kubis MT Januari – Maret 2012 di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar No. 1. 2. 3.
Keterangan Produksi (Kg) Harga Produksi (Rp/kg) Penerimaan (Rp)
Per UT 1.587 1.030 1.630.333
Per Hektar 26.450 1.030 27.172.216
Sumber : Analisis Data Primer Produksi kubis yang diperoleh petani adalah 26.450 kg/Ha, dengan harga kubis per kilogramnya Rp1.030,00 diperoleh penerimaan petani pada usahatani kubis sebesar Rp 27.172.216,00/Ha/MT. 3) Keuntungan Usahatani Kubis Keuntungan usahatani kubis adalah selisih antara pendapatan bersih dengan bunga dari seluruh modal yang digunakan dalam usahatani. Ratarata keuntungan pada usahatani kubis dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-rata Keuntungan pada Usahatani Kubis Musim Tanam Januari – Maret 2012 di Kabupaten Karanganyar No 1. 2. 3.
Keterangan Penerimaan usahatani Biaya menghasilkan Keuntungan usahatani
Per Usahatani (Rp) 1.630.333 959.756 670.577
Per Hektar (Rp) 27.172.216 15.995.933 11.176.282
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata biaya penerimaan usahatani kubis sebesar Rp 27.172.216,00/Ha/MT dengan biaya menghasilkan sebesar Rp 15.995.933,00/Ha/MT, sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp 11.176.282,00/Ha/MT. 4. Analisis Regresi Fungsi Produksi Cobb-Douglas a. Hubungan Faktor-faktor Produksi dengan Produksi Kubis Hubungan antara faktor produksi dengan produksi dalam usahatani kubis ditunjukkan dengan fungsi produksi Cobb-Douglas. Model modifikasi fungsi produksi Cobb-Douglas setelah analisis data adalah sebagai berikut : Y = 1,619. X1-0,134. X2-0,440X30,138. X40,774. X5-0,283. X6-0,016. X70,458 Keterangan : Y = Produksi kubis (kg) X4 = Pupuk kandang (kg) X5 = Pupuk Phonska (kg) X1 = Luas lahan (Ha) X2 = Tenaga kerja (HKP) X6 = Insektisida Prevaton (cc) X7 = Perekat Bonstik (cc) X3 = Benih (kg)
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
19
Dari persamaan model diatas, menunjukkan bahwa variabel luas lahan dan perekat Bonstik terjadi multikolonearitas. Cara mengatasinya yaitu dengan meregresikan kedua variabel tersebut, sehingga dapat dibuat model baru. Adapun model fungsi produksi kubis yang baru adalah sebagai berikut: Y = 3,894. X2-0,495. X30,100 . X40,703. X5-0,264. X6-0,017. X80,605 Keterangan : = Regresi antara luas lahan (X1) dengan perekat Bonstik (X7) X8 b. Pengaruh Faktor-faktor Produksi terhadap Produksi Kubis. 1) Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor produksi secara bersama-sama terhadap produksi kubis Tabel 11. Analisis Varians Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Kubis MT Januari - Maret 2012 di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar Model Regression Residual Total
Jumlah Kuadrat 0,454 0,111 0,564
df 6 23 29
Kuadrat Tengah 0,076 0,005
Fhitumg 15,744**
Ftabel (α:0,05) 2,53
Sig. 0,000a
Sumber : Analisis Data Primer Keterangan : **) : Berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% Berdasarkan pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa, nilai F hitung sebesar 15,744 lebih besar dari F tabel (2,53). Hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk phonska, insektisida Prevaton, dan perekat Bonstik secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi kubis di Kabupaten Karanganyar.
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
20
2) Pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi kubis dapat diketahui melalui uji keberartian koefisien regresi dengan uji t (t-test). Tabel 12. Analisis Uji Keberartian Koefisien Regresi Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Kubis MT Januari - Maret 2012 di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Variabel Tenaga Kerja Benih Pupuk Kandang Pupuk Phonska Insektisida Prevaton Luas Lahan
Koefisien Regresi -0,495 0,100 0,703 -0,264 -0,017 0,605
t hitung -2,245** 1,733* 2,876* -2,620** -0,152ns 3,263**
ttabel ( α :10%) 1,714 1,714 1,714 1,714 1,714 1,714
Sig 0,038 0,075 0,006 0,012 0,828 0,003
Sumber : Analisis Data Primer Keterangan : **) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% *) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 90% ns ) : tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 90% dan 95% Berdasarkan tabel analisis uji keberartian koefisien regresi di atas, dapat diketahui bahwa variabel tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi kubis. Variabel tenaga kerja memiliki nilai t hitung sebesar 2,245 yang lebih besar dari pada t tabel (1,714) dan nilai koefisiensi regresi tenaga kerja sebesar -0,495, yang artinya setiap penambahan tenaga kerja sebesar 1%, maka akan terjadi penurunan produksi kubis sebesar 0,495%. Hal ini menunjukan bahwa faktor produksi tenaga kerja memiliki hubungan negatif terhadap produksi kubis. Variabel benih memiliki angka yang lebih besar apabila dibandingkan dengan angka pada t tabel (1,714) yaitu 1,733 dan nilai koefisiensi regresi benih sebesar 0,100, yang artinya setiap penambahan benih sebesar 1%, maka akan terjadi peningkatan produksi kubis sebesar 0,100%. Hal ini menunjukan bahwa faktor produksi kubis memiliki hubungan positif terhadap produksi kubis. Variabel pupuk kandang mempunyai angka pada t hitung yang bernilai 2,876. Angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan t tabel (1,714) sehingga variabel pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
21
produksi kubis dan nilai koefisiensi regresi pupuk kandang adalah sebesar 0,703, yang artinya setiap penambahan pupuk kandang sebesar 1% maka akan meningkatkan produksi kubis sebesar 0,703%,. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pupuk kandang mempunyai hubungan positif terhadap produksi kubis. Variabel pupuk phonska memiliki angka pada t hitung yang menunjukkan angka -2,620 yang lebih besar dari t tabel (1,714). Hal ini berarti variabel pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap produksi kubis dan memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,264. Hal ini berarti setiap penambahan 1% pupuk phonska dapat menurunkan produksi kubis sebesar 0,264%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi pupuk phonska memiliki hubungan negatif terhadap produksi kubis. Variabel insektisida Prevaton memiliki angka pada t hitung sebesar -0,152 yang lebih kecil dari t tabel (1,714). Hal ini berarti bahwa variabel insektida Prevaton tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kubis. Luas lahan yang merupaka regresi dari variabel luas lahan dan perekat Bonstik yang mempunyai angka pada t hitung bernilai 3,263. Angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan t tabel (1,714) sehingga variabel luas lahan berpengaruh nyata terhadap produksi kubis. Variabel luas lahan memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,605 dan memiliki hubungan yang positif. Hal ini berarti setiap penambahan 1% variabel luas lahan dapat menaikkan produksi kubis sebesar 0,605%. 3) Faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap produksi kubis dapat diketahui dengan uji standard koefisien regresi (b’). Tabel 13. Nilai Standard Koefisien Regresi No.
Faktor Produksi
1. 2. 3. 4. 5.
Tenaga Kerja Benih Pupuk Kandang Pupuk Phonska Luas Lahan
Sumber : Analisis Data Primer
Standar Koefisien Regresi (b’) -0,495 0,099 0,703 -0,265 0,605
Peringkat 5 3 1 4 2
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
22
Nilai koefisien regresi parsial untuk faktor produksi pupuk kandang adalah 0,703 lebih besar dari luas lahan (0,605), benih (0,099), pupuk phonska (-0,265), dan tenaga kerja (-0,495). Oleh karena itu, dari kempat faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi kubis, pupuk kandang merupakan faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap produksi kubis. 4) Uji Adjusted R2 (R2) Dari hasil analisis diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,753 atau 75,3 persen yang berarti bahwa variasi produksi kubis 75,3% dipengaruhi oleh variabel tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk phonska, insektisida Prevaton, dan luas lahan sedangkan 24,7% sisanya dijelaskan oleh faktor lain seperti kondisi kesuburan tanah, cuaca, serta faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 5. Pengujian Asumsi Klasik Model yang Baru Berdasarkan hasil analisis regresi SPSS dapat dilihat bahwa tidak terdapat nilai tolerance tidak ada yang lebih kecil dari 0,1 dan nilai VIF tidak ada yang lebih besar dari 10, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model. Berdasarkan diagram scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam diagram menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu, berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model yang digunakan. 6. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Usahatani Kubis Nilai perbandingan produk marginal dengan harga dari masingmasing faktor produksi dapat dilihat pada Tabel 14.
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
23
Tabel 14. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaaan Faktor-faktor Produk- pada Usahatani Kubis MT Januari - Maret 2011 di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar Faktor Produksi
xi
bi
32,1 0,034 50,33 7,95 290,9
Tenaga Kerja (X2) Benih (X3) Pupuk kandang (X4) Pupuk phonska (X5) Luas Lahan (X8)
PFMxi
-0,495 0,100 0,703 -0,264 0,605
NPMxi
-24,47 4667,6 22,2 -52,7 3,3
-25.204 4.807.628 22.866 -54.281 3399
Pxi 20.000 38.000 500 2.800 351.000
NPMxi Pxi -1,26 126,5 45.732 -19,4 0,0097
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 14 diperoleh nilai efisiensi faktor produksi yang berupa tenaga kerja sebesar -1,26, untuk masukan yang berupa benih sebesar 126,5, untuk masukan pupuk kandang sebesar 45.732, pupuk phonska sebesar -19,4, dan variabel luas lahan sebesar 0,0097. Nilai produk marjinal keempat faktor produksi tersebut tidak ada yang sama dengan satu, sehingga :
NPMx2 NPMx3 NPMx4 NPMx5 NPMx8 ≠ ≠ ≠ ≠ ≠1 Px2 Px3 Px4 Px5 Px8 Nilai efisiensi ekonomi tenaga kerja, pupuk phonska, dan luas lahan kurang dari satu, artinya kombinasi penggunaan faktor produksi yang berupa tenaga kerja, pupuk phonska, dan luas lahan pada usahatani kubis di Kabupaten Karanganyar tidak efisien, sehingga penggunannya perlui dikurangi. Nilai efisiensi ekonomi dari benih dan pupuk kandang lebih dari satu, artinya kombinasi penggunaan faktor produksi yang berupa benih dan pupuk kandang belum mencapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi, sehingga penggunaannya perlu ditambah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada usahatani kubis di Kabupaten Karanganyar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Besarnya
biaya
menghasilkan
15.995.933,00/Ha/MT,
besarnya
27.172.216,00/Ha/MT,
dan
11.176.282,00/Ha/MT.
usahatani penerimaan
keuntungan
kubis
adalah
Rp
usahatani
adalah
Rp.
sebesar
Rp
usahatani
kubis
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
24
2. Faktor produksi yang berupa tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk phonska, insektisida Prevaton, dan luas lahan secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi kubis. Pengaruh dari setiap faktor produksi menunjukkan bahwa tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk phonska, dan luas lahan secara individu berpengaruh nyata terhadap produksi kubis, sedangkan faktor produksi insektisida Prevaton secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kubis. 3. Kombinasi penggunaan faktor produksi yang berupa tenaga kerja, pupuk phonska, dan luas lahan pada usahatani kubis di Kabupaten Karanganyar tidak efisiensi dan kombinasi penggunaan faktor produksi benih dan pupuk kandang di Kabupaten Karanganyar belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi. Saran Berdasarkan hasil penelitian, peningkatan efisiensi ekonomi pada usahatani kubis masih dapat ditingkatkan dengan menambahkan penggunaan benih dan pupuk kandang, serta untuk penggunaan faktor produksi berupa tenaga kerja, pupuk phonska, insektisida Prevaton, dan luas lahan perlu dikurangi. Penggunaan faktor-faktor produksi berupa luas lahan, benih, pupuk kandang, pupuk phonska, insektisida Prevaton, dan perekat bonstik oleh petani, hendaknya disesuaikan dengan anjuran dari Dinas Pertanian agar bisa mencapai efisiensi ekonomi tertinggi.
DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Karanganyar. 2011. Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar. Karanganyar. Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. Surakhmad, W. 2004. Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, dan Teknik. Tarsito. Bandung.