ANALISIS EFISIENSI EKONOMI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2005-2011
SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh As’ad Asyhar Fathoni NIM 7111409084
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015
i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Ilmu lebih baik daripada kekayaan karena kekayaan harus dijaga, sedangkan ilmu akan menjagamu” (Ali Ibn Abi Thalib). “You are either running free or you’re running scared” (Peter Schwartz)
Karya ini dipersembahkan untuk: Kedua
orang
tua
dan
saudara-
saudaraku Dan Para perantara ilmu pengetahuan
v
SARI Fathoni, As’ad Asyhar. 2015. Analsis Efisiensi Ekonomi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011.Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.Pembimbing I.Dr. P. Eko Prasetyo, M.Si. Pembimbing II. Fafurida, SE., M.Sc. KataKunci: Biaya Input, DEA, Efisiensi Ekonomi, Industri Tekstil dan Produk Tekstil, Nilai Output. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan salah satu basis kegiatan ekonomi di Jawa Tengah. Permasalahan yang terjadi pada industri TPT Jawa Tengah yaitu adanya perubahan pada input industri seperti biaya energi dan biaya tenaga kerja, dan harus adanya restrukturisasi mesin memberikan kemungkinan timbulnya ketidakefisienan dari industri TPT secara keseluruhan. Tujuan penelitian adalah melakukan pengukuran tingkat efisiensi ekonomi pada sektoral dan keseluruhan industri TPT Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data sekunder yang telah diterbitkan oleh BPS dan sumber lainnya yang memiliki keterkaitan. Objek penelitian ini adalah 17 subsektor yang tersebar di pengolahan hulu-hilir industri Tekstil dan Produk Tekstil Jawa Tengah pada periode tahun 2005-2011. Penelitian ini berfokus pada pengukuran tingkat capaian efisiensi teknis dan alokatif yang kemudian akan dihasilkan efisiensi ekonomi pada industri TPT. Metode analisis yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis dengan asumsi Variabel Return to Scale. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah variabel input yang terdiri dari biaya dan harga tenaga kerja, bahan baku dan penolong, dan energi; serta variabel output yang diperoleh dari nilai dan harga barang yang dihasilkan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa secara sektoral maupun keseluruhan industri TPT belum berada pada capaian efisiensi teknik dan ekonomi optimum. Sementara capaian efisiensi alokatif pada industri ini telah mencapai tingkat optimum. Sepanjang tahun 2005-2011 terdapat 3 (tiga) subsektor dengan frekuensi terbanyak yang berada dibawah rata-rata capaian efisiensi industri TPT yaitu 17121, 17122, dan 17124. Berdasarkan penelitian ini disarankan agar industri melakukan penyesuaian biaya input dan peningkatan output secara parsial dan bersamaan. Perlunya sinergi antara pemerintah dan industri untuk meningkatkan capaian efisiensi.
vi
ABSTRACT Fathoni, As’ad Asyhar. 2015. The Analysis of Economic Eficiency of Textile and Textile products Industries at Central Java Province in 2005-2011. Final Project. Economic Develeopment Departement. Faculty of Economics.State University of Semarang. Advisor. Dr. P. Eko Prasetyo, M.Si.Co. Advisor. Fafurida, SE., M.Sc. Keywords: DEA, Economic Efficiency, Input Costs, Output Value, Textile and Textile Products Industry. The Industry of textiles and textile products (TTP) is one of the bases of economic activity in Central Java. Problems that occur in the textile industry in Central Java is a change in the input industries such as energy and labor costs, and restructuring the engine that should provide the possibility of inefficiency of the textile industry. The purpose of research is to measure the level of economic efficiency in the sector and the overall textile industry in Central Java. The data used are secondary data published by BPS and other sources that have relevance. The object of this study is the 17 sub-sectors that are scattered in the upstream-downstream processing of textile and clothing industry in Central Java in the period 2005-2011. This study focuses on measuring the level of achievement of technical and allocative efficiency which will then be generated economic efficiency in the textile industry. The analytical method used is Data Envelopment Analysis assuming Variable Return to Scale. The variables used in the study is comprised of an input variable costs and the price of labor, raw materials, and energy; and output variables derived from the value and price of goods produced. In this study it was found that the overall and sectoral in textile industry is not currently on the achievement of optimum technical and economic efficiency. The achievement of allocative efficiency in the industry has reached its optimum level. Throughout the years 2005-2011 there were 3 (three) sub-sectors with the highest frequency that is below the average performance of the textile industry efficiency are 17121, 17122, and 17124. Based on this study suggested that the industry adjust input costs and increased output partially and simultaneously. There need for synergy between government and industry to improve performance efficiency.
vii
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas kuasa dan kasih sayang-Nya telah melimpahkan karunia dan petunjuk tak terhingga kepada makhluk-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Analisis Efisiensi Ekonomi Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011”. Penulisan skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program S-1 Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Skripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan tanpa terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang. 2. Dr. Wahyono, M.M, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di Fakultas Ekonomi. 3. Lesta Karolina Br. S., SE., M.Si. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan dorongan untuk segera meyelesaikan studi. 4. Prof. Dr. Sucihatiningsih D. W. P., M.Si., sebagai Penguji yang telah memberikan saran dan koreksi agar lebih sempurnanya skripsi ini.
viii
5. Dr. P.Eko Prasetyo, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing I yang dengan segala kebaikan hati telah membimbing dan memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini. 6. Fafurida, SE., M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan penulisan skripsi ini. 7. Shanty Oktavilia, SE., M.S.i dan Karsinah, SE., M.Si. yang telah bersedia memberikan saran dan kritik yang sangat bermanfaat untuk penulisan skripsi ini. Penulis sadari tidak ada sesuatu yang sempurna. Jika terdapat kritik yang bersifat membangun demi lebih sempurnanya skripsi ini akan penulis terima. Akhir kata semoga skripsi ini memberikan khasanah pengetahuan bagi para pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.
Semarang, 8Januari 2015
Penyusun
ix
DAFTAR ISI Persetujuan Pembimbing....................................................................................... i Pengesahan Kelulusan ........................................................................................... ii Pernyataan iii Motto Dan Persembahan .....................................................................................iv Sari ........................................................................................................................ v Abstract ................................................................................................................. vi Prakata ................................................................................................................... vii Daftar Isi................................................................................................................ ix Daftar Tabel Dan Gambar ..................................................................................... xii Daftar Grafik ......................................................................................................... xiii DaftarLampiran ..................................................................................................... xiv Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 7 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 8 1.4 Kegunaan Penelitian............................................................................... 8 Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Industri Tekstil Dan Produk Tekstil ....................................................... 10 2.2 Biaya Dalam Jangka Panjang Dan Efisiensi Produksi ........................... 13 2.2.1 Kurva Biaya Rata-Rata Jangka Panjang: Skala Produksi Ekonomis Dan Disekonomis ......................................... 13 2.2.2 Efisiensi Produksi .......................................................................... 14 2.3 Pengukuran Efisiensi Dengan Data Envelopment Analysis .................. 17 2.3.1 Model Constant Return To Scale (CRS)........................................ 19 2.3.2 Model Variable Return To Scale (VRS) ........................................ 19 2.4 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 19
x
2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................................. 23 Bab III Metode Penelitian 3.1 Jenis Dan Desain Penelitian ................................................................... 26 3.2 Variabel Penelitian ................................................................................. 28 3.2.1 Variabel Pengukuran Efisiensi Teknik .......................................... 29 3.2.1.1 Variabel Input ......................................................................... 29 3.2.1.2 Variabel Output ...................................................................... 30 3.2.2 Variabel Pengukuran Efisiensi Alokatif ........................................ 30 3.2.2.1 Variabel Harga Input .............................................................. 30 3.2.2.2 Variabel Harga Output ........................................................... 31 3.3 Jenis Dan Sumber Data .......................................................................... 31 3.4Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 31 3.5.Metode Analisis Data ............................................................................. 32 Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.1Gambaran Umum Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Dalam Perekonomian Provinsi Jawa Tengah. ......................................................... 36 4.1.1 Penyerapan Tenaga Kerja. ............................................................. 36 4.1.2 Tingkat Pertumbuhan Dan Profit Industri...................................... 39 4.2 Perhitungan Efisiensi ............................................................................. 43 4.2.1 Efisiensi Ekonomi Sektoral Industri TPT Provinsi Jawa Tengah .. 43 4.2.2 Efisiensi Ekonomi Industri TPT Provinsi Jawa Tengah Keseluruhan ................................................................................................................. 47 4.2.3 Usaha Perbaikan Capian Efisiensi Industri TPT Provinsi Jawa Tengah..................................................................................................... 50
Bab V Penutup 5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 55 5.2. Saran ...................................................................................................55
xi
Daftar Pustaka .....................................................................................................57 Lampiran .............................................................................................................60
xii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR Tabel 1.1Perkembangan Harga Bahan Bakar Minyak (Bbm) Jenis Minyak Solar Non Subsidi Dalam Negeri 2005-2010 ......................................... 5 Tabel 1.2.Determinan Daya Saing .......................................................................... 6 Tabel 2.1 Profil Industri TPT Indonesia ................................................................. 11 Tabel2.2 Banyaknya Perusahaan Industri TPT Jawa Tengah Berdasarkan Kepemilikan Modal .................................................................................. 12 Tabel 2.3 Perkembangan Subsektor Industri TPT Jawa Tengah ............................ 60 Tabel 3.1. Kriteria Ukuran Tingkat Efisiensi Industri TPT Jawa Tengah .............. 35 Tabel 4.1 Laju Pertumbuhan Tiga Sektor Utama Atas Dasar Harga Konstan, Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011 ............................................... 40 Tabel 4.2 Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011 Berdasarkan Sub Golongan Pokok ......................................................... 44 Tabel 4.3 Ringkasan Perhitungan Efisiensi Alokatif Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011 Berdasarkan Sub Golongan Pokok ......................................................... 46 Tabel 4.4. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011 Berdasarkan Sub Golongan Pokok .................................... 65 Tabel 4.5.Tingkat Capaian Efisiensi Teknis Dan Ekonomi Subsektor Dibawah Rata-Rata Capaian Industri Tahun 2005-2011 ........................ 51 Gambar 1.1 Koridor Ekonomi Jawa Dalam Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) ..................... 2 Gambar 2.1 Pohon Industri TPT ............................................................................. 11 Gambar2.1. Kerangka Berpikir ............................................................................... 27
xiii
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1.Perkembangan Jumlah Perusahaan Industri TPT Jawa Tengah Tahun 2005-2011 ..................................................................................3 Grafik 1.2. Perkembangan Biaya per Tenaga Kerja Industri TPT Jawa Tengah Tahun 2005-2011 ..................................................................................4 Grafik 2.1. Skala Produksi Ekonomis ........................................................................14 Grafik 2.2. Representasi Efisiensi ..............................................................................16 Grafik 2.3. Model Analisis Organisasi Industri Pendekatan Hubungan Struktur-Perilaku-Kinerja Pasar ................................................................23 Grafik 2.4. Kerangka Pemikiran Penelitian ...............................................................25 Grafik 3.1. Rasio Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja, Biaya Input Produksi Dan Nilai Hasil Produksi Industri TPT Dan 17 Subsektor Objek Penelitian ...................................................................................................27 Grafik 4.1.Total Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011 ..................................................37 Grafik 4.2.Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Provinsi Jawa Tengah 2005-2011 ............................................................................38 Grafik 4.3. Perkembangan Tingkat Perolehan Keuntungan Industri TPT Jawa Tengah Tahun 2005-2011..........................................................................42 Grafik 4.4 Capaian Rata-rata Efisiensi Teknikdan Ekonomis Industri TPT Provinsi Jawa Tengah 2005-2011..............................................................48 Grafik 4.5 Perkembangan Tingkat Efisiensi Teknis Industri TPT Provinsi Jawa Tengah tahun 1995-2011 ..................................................................49
xiv
DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1. Perkembangan Subsektor Industri Tpt Jawa Tengah ................ 60 2. Lampiran 2. Subsektor Yang Menjadi Objek Penelitian ............................... 62 3. Lampiran 3.Tingkat Keuntungan Sektor Industri Tpt Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011 ........................................................................... 63 4. Lampiran 4.Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif Dan Ekonomi Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011 Berdasarkan Sektoral. .................................................... 64 5. Lampiran 5. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif Dan Ekonomi Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011 ........................................................................................ 65 6. Lampiran 76hasil Perhitungan Efisiensi Teknis Menggunakan Dea ............. 66 Lampiran 6.1 Tahun 2005............................................................................ 66 Lampiran 6.2 Tahun 2006............................................................................ 68 Lampiran 6.3 Tahun 2007............................................................................ 70 Lampiran 6.4 Tahun 2008............................................................................ 71 Lampiran 6.5 Tahun 2009............................................................................ 73 Lampiran 6.6 Tahun 2010............................................................................ 75 Lampiran 6.7 Tahun 2011............................................................................ 77 7. Lampiran 7. Hasil Perhitungan Efisiensi Alokatif Menggunakan Dea .......... 78 Lampiran 7.1 Tahun 2005............................................................................ 78 Lampiran 7.2 Tahun 2006............................................................................ 82 Lampiran 7.3 Tahun 2007............................................................................ 86 Lampiran 7.4 Tahun 2008............................................................................ 90 Lampiran 7.5 Tahun 2009............................................................................ 95 Lampiran 7.6 Tahun 2010............................................................................ 100 Lampiran 7.7 Tahun 2011............................................................................ 105 8. Lampiran 8. Data Variabel Input Dan Output Pengukuran Efisiensi Teknis ............................................................................................................. 110 9. Lampiran 9. Data Variabel Input Dan Output Pengukuran Efisiensi Alokatif .......................................................................................................... 114 Lampiran 9.1 Tahun 2005............................................................................ 114 Lampiran 9.2 Tahun 2006............................................................................ 118
xv
Lampiran 9.3 Tahun 2007............................................................................ 122 Lampiran 9.4 Tahun 2008............................................................................ 127 Lampiran 9.5 Tahun 2009............................................................................ 131 Lampiran 9.6 Tahun 2010............................................................................ 135 Lampiran 9.7 Tahun 2011 ........................................................................... 139
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengahmelalui Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025, meletakkan sektor industri pengolahan sebagai salah satu penopang perekonomian daerah dengan cara menjadikan basis aktivitas ekonomi sehingga memiliki daya saing global,
menjadi
motor
penggerak
perekonomian
sekaligus
mendorong
peningkatan sumber-sumber pembiayaan pembangunan. Sedangkan dalam Peraturan Daearah Provinsi Jawa Tengah No. 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013dijelaskan bahwa pembangunan industri di Jawa Tengah yang berlandaskan pada kebijakan industri nasional maka terdapat kebijakan mengenai penguatan klaster industri dengan pendekatan “Kompetensi Inti Industri Daerah”. Apabila melihat dari pendekatan tersebut, maka terdapat beberapa kelompok industri yang menjadi kompetensi inti daerah di Jawa Tengah, antara lain: industri tekstil dan produk teksil, industri mebel, industri makanan ringan, industri perlogaman, industri komponen otomotif, serta industri hasil tembakau (rokok). Provinsi Jawa Tengah termasuk dalam Koridor Ekonomi Jawa yang memiliki fungsi sebagai penggerak sektor industri dan jasa nasional (lihat gambar
1
2
1.1). Provinsi ini ditunjuk sebagai penggerak industri makanan dan minuman serta tekstil dan produk tekstil. Diharapkan pada provinsi akan mampu mencapai tiga tujuan besar MP3EI yaitu peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai produksi dan distribusi dari pengelolaan setiap potensi yang ada; mendorong agar terwujudnya efisiensi produksi dan pemasaran serta adanya integrasi pasar domestik; dan penguatan sistem inovasi nasional agar mendorong daya saing sehingga terwujudnya innovation-driven economy.
Gambar 1.1. Koridor Ekonomi Jawa dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Sumber: Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 (2011:74). Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi penting karena industri ini merupakan penyedia salah satu kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan
3
sandang.Industri TPT dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah mempunyai
kinerja yang cukup baik, hal ini telihat dari konsentrasi ekspor provinsi ini yang meletakkan industri TPT sebagai konsentrasi ekspor utama (Rejekiningsih, 2012:117). Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh industri TPT Jawa Tengah. Dalam persaingan global, adanya pencabutan sistem kuota ekspor dan terdapat penyesuaian terhadap General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan mengahasilkan Agreement on Textile and Clothing (ATC) yang mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2005. Permasalahan ini apabila dapat ditangani dengan baik menurut Hermawan (2011), akan berdampak positif bagi perkembangan industri TPT melalui perdagangan yang lebih adil dan menandai era baru perdagangan TPT dunia. Sistem kuota TPT yang bersifat diskriminasi dihapuskan dan market share TPT semakin besar melalui persaingan global, serta peluang pengembangan industri TPT akan semakin besar.
Jumlah Perusahaan
1200 1000 800 600 400 200 0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Industri Tekstil
441
822
682
554
645
641
585
Industri Pakaian Jadi
428
961
811
815
608
502
515
Grafik 1.1. Perkembangan Jumlah Perusahaan Industri TPT Jawa Tengah Tahun 2005-2011 Sumber: BPS, Statistika Industri Besar dan Sedang Jawa Tengah, berbagai tahun terbitan, diolah.
4
Permasalahan lainnya adalah pada persaingan antar perusahaan dalam industri TPT di Provinsi Jawa Tengah sendiri. Terlihat dalam grafik 1.1 yang menggambarkan perkembangan jumlah perusahaan yang ikut dalam persaingan di industri ini cenderung menurun. Jumlah perusahaan pada Industri TPT yang terus menerus mengalami penurunan terdapat pada subsektor industri pakaian jadi. Dengan tren penurunan ini dikhawatirkan akan menggangu tingkat capaian efisiensi produksi yang dibutuhkan dalam persaingan global. 19,376,177
16,455,373 10,704,272 11,843,268 7,495,742
10,066,684 10,780,705
7,332,115
24,112,809
8,801,986 11,127,709 12,420,845
7,580,582 2005
7,661,700
2006
Industri Tekstil
2007
2008
Industri Pakaian Jadi
2009
8,656,942 2010
2011
Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Grafik 1.2. Perkembangan Biaya per Tenaga Kerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil Jawa Tengah Tahun 2005-2011 (Rupiah per Tenaga Kerja) Sumber: Statistik Industri Besar dan Sedang, berbagai tahun, diolah.
Selain itu terdapat masalah lainnya yang mengganggu jalannya produksi di industri TPT yaitu adanya perubahan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi khusus industri sejak tahun 2005 hingga 2011 (lihat tabel 1.1), serta adanya peningkatan biaya per tenaga kerja (lihat grafik 1.2). Perkembangan biaya per tenaga kerja dalam industri TPT Jawa Tengah dalam periode 2005 – 2011 mengalami kenaikan lebih dari dua kali lipat, ditambah fluktuatifnya harga bahan bakar minyak untuk jenis solar non-subsidi. Kenaikan harga tenaga kerja dan
5
BBM akan memberikan dampak pada semakin besar biaya produksi pada industrti ini. Tabel 1.1. Perkembangan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Jenis Minyak Solar Nonsubsidi Dalam Negeri 2005-2010 No Tahun M.Solar/Bio Solar(Rp. /Liter) 1 2005 3.979 2 2006 5.566 3 2007 5.917 4 2008 8.622 5 2009 4.383 6 2010 5.800 7 2011 8.675 Sumber: http://www.esdm.go.id dan Milis Yahoo Group Forum Komunika Pekerja Tambang Indonesia, 2011. Catatan:Harga yang dicantumkan merupakan perkembangan harga BBM non subsidi industri di Unit Operasional Pemasaran (UPms) Wilayah IV ex. Instalasi Semarang.
Peluang untuk memperkuat posisi industrti TPT agar dapat bersaing secara global dan mencapai tujuan besar MP3EI terletak pada memperbaiki daya saingnya. Tetapi melihat permasalahan lainnya berupa terdapat peningkatan biaya produksi akan menjadi faktor penghambat perbaikan daya saing dari industrti ini. Terkait perbaikan daya saing kita dapat melihat determinan daya saing. Menurut Kadosca dalam Nur Efendi (2012) secara garis besar terdapat dua faktor yang mempengaruhi dari daya saing yaitu faktor internal dan faktor eksternal (tabel 1.2). Dalam pembentuk daya saing dari dalam industri (internal) terdapat efisiensi biaya (cost-efficiency) yang harus terpenuhi oleh setiap perusahaan dalam industri. Perhatian pada efisiensi dikarenakan pencapaian efisiensi menjadi salah satu tujuan dari MP3EI dan dapat menjadi celah keluar dari permasalahan tren peningkatan biaya produksi.
6
Kondisi efisien merupakan cara bagi industri, perusahaan dalam lingkup mikro, untuk bertahan dalam struktur persaingan bisnis. Kondisi efisien adalah kondisi dimana perusahaan mampu mengendalikan biaya inputnya untuk menghasilkan output yang optimal dan maksimisasi keuntungan. Tujuan perusahaan yang baik dalam mencari keuntungan adalah melalui efisiensi (Prasetyo, 2010:23).
Tabel 1.2. Determinan Daya Saing Faktor Esternal Employment Productivity Capital supply opportunities Globalisation EU Business relations Alliances Networks
Faktor Internal Marketing Innovation Productivity Knowledge-based development Capital supply Management, organisation, structure Cost-efficiency Compliance Sumber: Kadosca (2006) dalam Nur Efendi (2012)
Kondisi pencapaian tingkat efisiensi industri TPT di Jawa Tengah berdasarkan hasil penelitian Atmanti (2004) menunjukkan sektor ini berada dalam kondisi efisien sebelum dan setelah krisis tahun 1998. Hasil berbeda terlihat bahwa secara rata-rata industri tekstil dan produk tekstil belum berada dalam kondisi efisien dari tahun 2000 – 2005, kondisi ini terasa berat oleh pencapaian pada sektor industri pakaian jadi yang belum mampu menyentuh nilai 100 (efisiensi optimum), hanya mampu bergerak dengan pencapaian rata-rata efisiensi sebesar 51,36. Hal ini dikarenakan pengalokasian sumber daya dalam proses produksi yang tidak tepat mengarah pada rendahnya pencapaian output sehingga kinerja tidak maksimal (Tri Wahyu R, 2006:136).
7
Peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu determinan penentu daya saing industri yaitu tercapainya efisiensi industri. Selain itu, penelitian mengenai efisiensi dilakukan karena masalah pokok dan penting dalam ekonomi industri adalah masalah efisiensi industri (dalam hal penilaian dan pengukuran kinerja) (Prasetyo, 2010:66). Periode observasi dalam penelitian ini dilakukan sepanjang tahun 2005 hingga 2011 karena telah dimulainya penerapan Agreement on Textile and Clothing (ATC) dan sepanjang tahun ini terjadi perubahan biaya perolehan input industri TPT seperti harga bahan bakar minyak (BBM) dan biaya tenaga kerja yang mengakibatkan beberapa perusahaan yang ada melakukan penyesuaian faktor produksi lainnya. Dengan demikian, penelitian ini diberikan judul “Analisis Efisiensi Ekonomi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011”. 1.2. Rumusan Masalah Uraian pada subbab latar belakang masalah telah menjelaskan bagaimana pentingnya peranan dari sektor industri TPT dalam rantai perekonomian Indonesia pada umumnya dan Jawa Tengah khsusunya serta bagaimana dukungan perencanaan pembangunan terhadap sektor industri ini. Perbaikan dalam hal efisiensi dapat menjadi salah satu cara pendorong daya saing industri terutama pada industri TPT. Berbagai perubahan pada input industri TPT seperti biaya energi dan biaya tenaga kerja memberikan peluang timbulnya ketidakefisienan dari industri TPT secara keseluruhan, yang selanjutnya akan
8
mengurangi tingkat daya saing industri TPT. Apabila tetap dibiarkan akan menenggelamkan industri TPT Jawa Tengah dan Indonesia secara lebih luas. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berangkat dari uraian pada subbab Latar Belakang Masalah, antara lain: a. Bagaimana capaian efisiensi teknik, alokatif dan ekonomi sektoral industri Tekstil dan Produk Tekstil dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah? b. Bagaimana capaian efisiensi teknik, alokatif dan ekonomi industri Tekstil dan Produk Tekstil di Jawa Tengah? 1.3. Tujuan Penelitian a. Menganalisa capaian efisiensi teknik, alokatif dan ekonomi sektoral industri Tekstil dan Produk Tekstil dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah. b. Menganalisa capaian efisiensi teknik, alokatif dan ekonomi industri Tekstil dan Produk Tekstil di Jawa Tengah. 1.4. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian maka, penelitian ini memiliki kegunaan secara praktis dan teoritis, yaitu: a. Kegunaan Teoritis: Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bentukpengembangan Ilmu Ekonomi Industri dan memberikan peluang untuk penelitian terapan lanjutan dalam bidang industri lainnya.
9
b. Kegunaan Praktis: 1) Memberikan saran kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah khususnya Departemen Perindustrian dan Perdagangan dalam perumusan kebijakan pengembangan industri Tekstil dan Produk Tekstil terutama dalam mendukung peningkatan efisiensi. 2) Memberikan saran kepada Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Provinsi Jawa Tengah dalam pengendalian input produksi sehingga dapat membantu optimalisasi produksi industri Tekstil dan Produk Tekstil.
BAB II TELAAH TEORI
2.1. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Secara garis besar, industri TPT terbagi dalam 3 bagian (gambar 2.1), yaitu sektor hulu, sektor antara (intermediate), dan sektor hilir. 1. Sektor Hulu: industri persiapan serat (17111), industri pemintalan benang (17112). 2. Sektor Antara: Industri kain rajut (17301), industri pertenunan (17114), industri pencetakan kain (17123) 3. Sektor Hilir: Industri pakaian jadi rajutan (17302), industri pakaian jadi (18101 dan 18102). Industri TPT dalam struktur kelembagaan di Indonesia dibawah pembinaan Direktorat
Jenderal Basis
Industri Manufaktur Kementrian
Perindustrian Republik Indonesia dan masuk dalam 6 (enam) kelompok industri prioritaspembangunan nasional. Oleh karena itu, maka ditetapkan strategi pokok pembangunan industri TPT, antara lain: memperkuat keterkaitan pada semua rantai nilai (value chain) dari industri, peningkatan nilai tambah dengan membangun kompetensi inti, peningkatan produktivitas, efisiensi, dan jenis sumber daya yang digunakan dalam industri.
10
11
Gambar 2.1. Pohon Industri TPT Sumber: Asosiasi Pertekstilan Indonesia dalam Tim Kajian Pengembangan Industri Tektil dan Produk Tekstil (2011: 44) Subsektor industri TPT memiliki karakteristik yang berbeda-beda terlihat dalam tabel 2.1 mengenai profil dari industri TPT di Indonesia dan tabel 2.2 mengenai kepemilikan modal industri TPT di Jawa Tengah. Dimana beberapa subsektor
menggunakan
teknologi
yang tinggi
dan
sebagian
lainnya
menggunakan teknologi rendah. Pemasaran produk dari industri TPT masih dikonsentrasikan pada ekspor dan investasi dari swasta nasional. Tabel 2.1. Profil Industri TPT Indonesia Sektor Jenis Produk Teknologi Pasar Produk Investasi Serat alam, serat PMA: Jepang, India, Serat Tinggi Domestik buatan (sintetis) dan Austria Domestik PMA: Jepang dan Pemintalan Benang Tinggi dan Ekspor India; PMDN Domestik Pertenunan Kain Rendah PMDN dan Ekspor PMDN dan PMA: Garmen Pakaian Jadi Rendah Ekspor Korea Selatan dan Hong Kong Sumber: Departemen Perindustrian dalam Tjandraningsih dan Herawati (2009:50).
12
Tabel 2.2. Banyaknya Perusahaan Industri TPT Jawa Tengah Berdasarkan Kepemilikan Modal Pemerintah Pemerintah Swasta Sektor Asing Pusat Daerah Nasional Serat 3 Pemintalan 2 19 Kain, Pencetakan 297 2 Kain, dan Batik Pertenunan 6 1 Tali 17 Kapuk 20 Garmen 1 495 19 Sumber: Statistik Industri Besar dan Menengah Jawa Tengah Volume I (2011: 23) Industri TPT di Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 27 subsektor pengolahan hulu-antara dan 9 (sembilan) subsektor pengolahan hilir. Selama tahun 2005-2011 terjadi fluktuasi jumlah subsektor yang disebabkan adanya perubahan secara struktural industri. Penyesuaian pada golongan pokok KBLI pada tahun 2010 yang menyebabkan terjadi perluasan subsektor menjadi 27 subsektor pengolahan hulu-antara dan 9 (sembilan) subsektor pengolahan hilir. Lebih lanjut jumlah perkembangan subsektor industri TPT Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel 2.3 (Lampiran 1). Tim Kajian Pengembangan Industri Tekstil dan Produk Tektil (2011:46) memaparkan bahwa subsektor garmen memiliki barier to entry yang rendah hal
ini dikarenakan industri pakaian jadi tidak memerlukan pabrik dengan nilai investasi yang besar, karena akitivitasnya lebih banyak bersifat assembling. Akibatnya, siapapun bisa masuk ke industri ini meskipun belum memiliki
13
pengalaman yang cukup di industri. Ketika terjadi goncangan, subsektor garmen menjadi sangat rentan. 2.2. Biaya Dalam Jangka Panjang dan Efisiensi Produksi Input perusahaan dalam jangka panjang dapat diubah sehingga tidak terdapat biaya tetap. Jangka panjang tidak hanya diartikan sebagai himpunan beberapa jangka pendek. Jangka panjang sebaiknya diartikan sebagai masa perencanaan (McEachern, 2001:77), hal ini karena pemilihan kombinasi input yang fleksibel. Biaya yang relevan dalam jangka panjang adalah biaya variabel, biaya rata-rata, dan biaya marginal. Biaya total jangka panjang adalah biaya yang dikeluarkan untuk produksi seluruh output dan semuanya bersifat variabel (Ariyanti, 2008:76). LTC = LVC ............. (2.6) 2.2.1. Kurva Biaya Rata-Rata Jangka Panjang: Skala Produksi Ekonomis dan Disekonomis Bentuk kurva biaya rata-rata jangka panjang suatu perusahaan bergantung bagaimana variasi biaya sesuai skala operasinya. Ketika suatu penigkatan produksi pada perusahaan mengakibatkan adanya penurunan biaya rata-rata maka perusahaan tersebut berada pada skala ekonomis. Sebaliknya, bila peningkatan produksi mengakibatkan peningkatan pula pada biaya rata-ratanya maka perusahaan tersebut berada pada skala disekonomis.
14
Biaya
SMC1
SMC2
SMC3
SMC4
SAC1 SAC2 SAC3
LMC SMC5
SAC4
SAC5 LAC
SKALA DISEKONOMIS
SKALA
*
Q Produksi Grafik 2.1. Skala Produksi Ekonomis (Ariyanti, 2008:78; Case dan Fair, 2007:227)
Grafik 2.1 menggambarkan biaya rata-rata dan biaya marjinal jangka pendek dan jangka panjangyang membentuk skala ekonomis pada kuantitas produksi tertentu. Kurva tersebut juga menggambarkan biaya rata-rata minimum yang dapat diperoleh oleh suatu perusahaan atau industri di beberapa periode jangka pendek. Perusahaan akan berada pada titik efisiensi skala ekonomi pada saat LAC berada pada tiitk terendah yaitu pada produksi Q*. Pada titik ini, biaya marjinal jangka panjang atau LMC akan berpotongan dengan LAC sehingga akan baik bagi perusahaan atau industri berproduksi pada saat tersebut. Produksi Q* pun menjadi titik batas skala ekonomis, karena setelah melewati titik ini, perusahaan atau industri akan mengalami peningkatan biaya rata-rata produksi atas setiap pertambahan kuantitas produksi. 2.2.2. Efisiensi Produksi Efisiensi merupakan penggunaan sumber daya ekonomi seefektif mungkin sehingga akan menimbulkan rasa puas. Salah satu aspek terpenting
15
dalam efisiensi secara ekonomi adalah efisiensi produksi. Efisiensi ini terjadi pada saat sebuah perekonomian tidak dapat melakukan kegiatan produksi lebih dari satu barang (output) dengan tidak mengurangi barang lainnya (Samuelson dan Nordhaus, 2005:13). Menurut Al-Delaimi dan Al-Ani efisiensi (2006:136), dalam hal ini efisiensi teknis, memiliki arti bahwa adanya kegiatan pemindahan input yang berbentuk fisik seperti tenaga kerja dan modal menjadi hasil (output) pada tingkat kinerja terbaik dimana tidak terdapat input yang terbuang dalam kegiatan memproduksi sejumlah output. Technical Efficiency (TE) merupakan representasi dari kombinasi minimum dari input yang dibutuhkan untuk memproduksi output dalam jumlah tertentu, dan itu menjadi ukuran keberhasilan kinerja sebuah perusahaan dalam memproduksi jumlah maksimum output dari input yang ada. Model analisis organisasi industri pada bagian kinerja terdapat dua jenis efisiensi, yaitu efisiensi alokatif dan efisiensi teknikal. Al-Delaimi dan AlAni (2006:136) menambahkan satu jenis efisiensi yaitu efisiensi biaya. Dalam
mendefinisikan
efisiensi
alokatif,
Al-Delaimi
dan
Al-Ani
menekankan pada pemilihan input dalam tingkatan harga tertentu untuk menghasilkan output dengan tingkatan tertentu pula dan dalam kondisi biaya produksi rendah. Sedangkan konsep efisiensi biaya atau yang disebut juga efisiensi ekonomis, suatu kondisi yang dapat dicapai oleh suatu perusahaan ketika mencari kombinasi input-input, yang membuat mereka dapat
16
memproduksi output pada saat biaya rendah. Efisiensi ekonomis ini adalah gabungan antara efisiensi teknikal dan alokatif. X2 N A L
M
E I A’
X1 Grafik 2.2. Representasi Grafik Efisiensi (Al-Delaimi dan Al-Ani, 2006:137) 0
Grafik 2.2 mengilustrasikan bahwa terdapat dua faktor produksi X1 dan X2 untuk memproduksi Y output yang dipresentasikan oleh kurva isoquant (I), yang juga mempresentasikan seluruh kombinasi efisiensi teknis antara dua faktor produksi untuk memproduksi output ditingkat yang sama. AA’ merupakan kurva isocost. Titik singgung E merupakan titik produksi yang optimum dan juga titik equilibrium dari perusahaan, dimana Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS) antara X1 dan X2 sama dalam rasio harga, dan perusahaan yang beroperasi pada kondisi tersebut akan memperoleh efisiensi teknis dan ekonomis. Perusahaan yang berada pada titik M memperoleh efisiensi teknis karena ia berada pada perpotongan dengan kurva isoquant (I), tetapi perusahaan ini tidak memperoleh efisiensi secara ekonomi. Sedangkan perusahaan yang berada pada titik N tidak dalam keadaan efisien. Efisiensi teknis dari perusahaan adalah OM/ON, sedangkan efisiensi alokatifnya berada saat OL/OM. Sedangkan efisiensi ekonomis yang dapat diperoleh
17
oleh perusahaan adalah hasil kalkulasi dari OL/ON, yang dapat ditulis: (OM/ON)*(OL/ON) (Al-Delaimi dan Al-Ani, 2006:138). Rubedo (2011:19-20) menyatakan bahwa terdapat perbedaan dalam penekanan orientasi pada setiap jenis efisiensi. Efisiensi teknis menekankan orientasi pada output, efisiensi alokatif tujuan atau orientasi pada input, sedangkan efisiensi ekonomi orientasi pada maksimisasi keuntungan. Dalam penelitian ini, konsep efisiensi diklasifikasikan menjadi tiga yaitu Efisiensi Teknik (ET), Efisiensi Alokatif (EA) dan Efisiensi Ekonomi (EE). Hal ini sebagaimana tercantum pada penelitian Dipeolu dan Akinbode (2008:25) dan Johansson (2005:2) yang mengadopsi konsep dari Farrel (1957) tentang metodologi pengukuran efisiensi. Efisiensi Teknik (ET) didefinisikan sebagai kemampuan untuk memproduksi pada batasan isokuan atau biaya input terkecil, sedangkan Efisiensi Alokatif (EA) adalah suatu kemampuan
memproduksi
pada
output
tingkatan
tertentu
dengan
menggunakan cara minimisasi rasio biaya input. Efisiensi Ekonomi (EE) didefinisikan sebagai kapasitas sebuah perusahaan untuk memproduksi sejumlah kuantitas output yang telah ditentukan pada saat biaya minimum dengan tingkatan penggunaan teknologi tertentu. 2.3. Pengukuran Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan alat pengukuran efisiensi relatif, yang mengukur inefisisensi unit-unit yang ada dibandingkan dengan unit lain yang dianggap paling efisien dalam set data yang ada. Dalam analisis DEA dimungkinkan beberapa unit mempunyai tingkat efisiensi 100 persen yang
18
artinya bahwa unit tersebut merupakan unit yang terefisien dalam set data tertentu dan waktu tertentu (Hadad, dkk, 2003:14). Terdapat beberapa manfaat dan keterbatasanpada pengukuran efisiensi dengan DEA (Susilowati, dkk, 2004:2-3 dan Hadad, 2003:14): 1. Sebagai tolok ukur untuk memperoleh efisiensi relatif yang berguna untuk mempermudah perbandingan antara unit ekonomi yang sama. 2. Kedua mengukur berbagai informasi efisiensi antar unit kegiatan ekonomi untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya. 3. Menentukan implikasi kebijakan sehingga dapat meningkatkan tingkat efisiensinya. Keterbatasan DEA: 1. Mensyaratkan semua input dan output harus spesifik dan dapat diukur 2. DEA berasumsi bahwa setiap unit input atau output identik dengan unit lain dalam tipe yang sama. 3. sangat rentan dengan adanya angka nol, negatif dan angka kecil yang mendekati nol 4. Dalam bentuk dasarnya DEA berasumsi adanya CRS (Constant Return to Scale). 5. Bobot input dan output yang dihasilkan DEA sulit untuk ditafsirkan dalam nilai ekonomi. Dua model yang dapat digunakan dalam pengukuran efisiensi pada DEA, yaitu model CRS (Constant Return to Scale) dan model VRS (Variable Return to Scale).
19
2.3.1. Model Constant Return to Scale (CRS) Model ini di kembangkan pertama kali oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes (CCR) pada tahun 1978 (Fadholi, 2011:32; Safeedparri, dkk, 2013:3). Model ini menggunakan pendekatan input dengan asumsi rasio antara pertambahan input dan output adalah sama sehingga jika input ditambah sebesar n kali, maka ouput akan bertamabah sebesar n kali. Dengan tambahan asumsi setiap unit kegiatan ekonomi telah beroperasi pada skala yang optimal (Yulianto (2005) dalam Fadholi, 2011:33). 2.3.2. Model Variable Return to Scale (VRS) Model VRS dikembangkan oleh R.D.Banker, A. Charnes, dan E. Rhodes pada tahun 1984 yang tercantum pada jurnal Managemenet Science Vol. 30. Model ini memperbolehkan setiap unit yang memiliki input rendah dalam kondisi increasing return to scale sementara unit lain yang memiliki input lebih tinggi terjadi decreasing return to scale (Safeedparri, dkk., 2013:3). Dengan kata lain kondisi unit dalam model tidak terdapat rasio yang sama antara input dan outputnya. Sehingga setiap pertambahan input sebesar n kali tidak akan menyebabkan output meningkat sebesar n kali bahkan bisa lebih kecil atau lebih besar dari n kali (Fadholi, 2011:33). 2.4. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang efisiensi pada sektor industri TPT dilakukan oleh Adanacioglu dan Olgun (2011). Penelitian ini mengambil observasi pada industri TPT pada subsektor Pemisahan Kapas di wilayah Aegean, Turki. Penelitian ini selain melihat pada efisiensi industri juga pada tingkat
20
profitabilitasnya. Penelitian ini dilakukan terhadap 15 perusahaan yang termasuk dalam industri pemisahan kapas dan berada pada wilayah Aegean dan pemilihan perusahaan ini didasarkan pada intensitas kapasitas dan kerja. Analisis dilakukan menggunakan DEA dengan asumsi Constant Return to Scale dan Variable Return to Scale, dan variabel input terdiri dari biaya bahan baku, tenga kerja, dan biaya lainnya. Sedangkan pada variabel output, penelitian ini menggunakan variabel nilai produksi. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu, belum optimalnya penggunaan kapasitas produksi yang menjadi penyebab utama turunnya produksi kapas Turki beberapa tahun sebelumnya, selain itu, kombinasi biaya input mempengaruhi pada industri ini dan perlunya restrukturisasi mesin dan pembaharuan teknologi. Kemudian, penghambat dari efisiensi pada industri ini adalah peningkatan terhadap pengenaan VAT (Value Added Tax) yang dilakukan oleh pemerintah Turki. Penelitian ini menyebutkan bahwa pendidikan sangat penting untuk membentuk efisiensi secara teknis dan ekonomi pada industri ini. Penelitian ini didasarkan kepada saran penelitian lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Hastarini Dwi Atmanti (2004) dimana dalam salah satu agenda penelitian lanjutan diharapakan dapat melakukan penelitian yang lebih spesifik pada satu industri manufaktur. Penelitian yang dilakukan Hastarini Dwi Atmanti (2004) bertujuan untuk menganalisa efisiensi industri manufaktur menengah dan besar di Jawa Tengah (ISIC 31-39) dan menganalisa keunggulan kompetitif di Jawa Tengah sebelum dan sesudah krisis 1998 dengan periode observasi tahun 1995-2000.
21
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel output (value added, nilai barang yang dihasilkan, jasa industri untuk output, keuntungan penjualan barang, penerimaan lainnya) dan input (bahan baku, tenaga kerja, bahan bakar dan listrik yang digunakan, barang lainnya di luar bahan baku, jasa industri untuk input, sewa gedung dan alat-alat, jasa non industri). Analisis efisiensi menggunakan DEA dengan asumsi Constant Return to Scale dihasilkan bahwa seluruh industri manufaktur yang menjadi objek penelitian dalam kondisi efisien, dan beberapa industri (KLUI 31, KLUI 32, KLUI 35, serta KLUI 39) menjadi keunggulan kompetitif Provinsi Jawa Tengah. Hasil penelitian yang berbeda didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Tri Wahyu R. (2006) terhadap sektor industri manufaktur di Jawa Tengah periode tahun 2000-2005, sektor industri manufaktur Jawa Tengah belum dapat dikatakan dalam kondisi efisien dan industri Pakaian Jadi (KBLI 18), yang menjadi bagian dari industri TPT, dalam kurun waktu tahun 2000-2005 tidak pernah berada pada kondisi efisien. Penelitian ini menggunakan asumsi Variable Return to Scale dan alat analisis DEA versi Warwick. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel output dan input. Variabel output antara lain: barang yang dihasilkan, tenga listrik yang dijual, jasa industri, keuntungan jual beli, pertambahan stok barang setengah jadi danpenerimaan lain. Sedangkan variabel input terdiri dari bahan baku, bahan bakar, barang lainnya diluar bahan baku/bahan penolong, jasa industri, sewa gedung dan biaya jasa non industri.
22
Fadholi (2011) melakukan penelitian pada efisiensi industri TPT di Indonesia pada periode 2001-2005. Dengan menggunakan metode DEA dan model Variable Return to Scale (VRS) dan orientasi input. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel input (biaya bahan bakar, tenaga kerja, tenaga listrik, bahan baku, dan modal) dan Variabel output (nilai output dan value added). Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar dari subsektor industri TPT telah efisien, namun terdapat beberapa subsektor yang masih dalam kondisi inefsiensi pada variabel input bahan bakar, tenaga listrik, dan modal. Penelitian lainnya yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah metode penelitian yang dilakukan oleh Al-Delaimi dan Al-Ani (2006) yaitu menekankan pada analisis efisiensi biaya (ekonomi). Penelitian yang dilakukan terhadap 24 Bank Syariah ini menghasilkan bahwa sebagian besar bank dalam keadaan efisien dan selalu meningkatkan efisiensinya. Menggunakan variabel input (modal, cadangan modal, dan simpanan dana pihak ketiga) dan variabel output (pengambilan produk investasi dan aset bank) dengan model penelitian Constant Return to Scale yang diadopsi dari Charnes, Cooper, dan Rhodes. Penelitian ini merupakan pengembangan dan kombinasi dari penelitian terdahulu yang telah dicantumkan. Penelitian ini akan menekankan pada pengukuran efisiensi biaya ekonomi yang objek penelitian pada sektor industri manufaktur yang dispesifikasikan pada subsektor industri TPT (KBLI 2005 kode industri 17 dan 18; KBLI 2010 kode industri 13 dan 14) dengan menggunakan alat analisis Data Envelopment Analysis (DEA) dengan asumsi Variable Return
23
to Scalesehingga semua unit kegiatan ekonomi yang akan diukur akan menghasilkan perubahan pada berbagai tingkat output. 2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis Industri TPT menjadi salah satu sektor penting dalam struktur perekonomian di Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi kunci sebagai basis percepatan pembangunan industri TPT yang tercantum dalam perencanaan pembangunan Indonesia melalui MP3EI. Dengan tujuan persaingan global, daya saing industri terus menerus ditingkatkan, salah satunya dengan menjadikan kondisi efisien di setiap subsektor industri ini.
Kondisi Dasar Sisi Permintaan Penawaran Elastisitas Pertumbuhan industrti
Sisi
Bahan baku Teknologi
Struktur Pasar Ukuran perusahaan integrasi horizontal dan vertikal Kondisi biaya konglomerasi Entry barier organisasi buruh
Strategi harga Kolusi
Perilaku Pasar Advertasi Penelitian dan inovasi
Kinerja Pasar Pola harga dan keuntungan Perkembangan Teknologi Efisiensi Kesempatan kerja Grafik 2.3. Model Analisis Organisasi Industri Pendekatan Hubungan StrukturPerilaku-Kinerja Pasar Sumber: Scherer (1973) dalam Nurimansjah Hasibuan (1993:8) dan William G. Shepherd (1990) dalam P. Eko Prasetyo (2010: 27).
24
Model
analisis
organisasi
industri
yang
tergambar
pada
grafik2.3menyatakan bahwa kondisi dasar bagi industri baik dari sisi penawaran dan permintaan akan mempengaruhi struktur, perilaku dan kinerja dari suatu industri. Setiap perubahan pada kondisi dasar akan mempengaruhi struktur industri yaitu kondisi biaya produksi dan jumlah perusahaan yang bersaing. Hal ini di sebabkan kondisi faktor produksi yang akan digunakan dalam kegiatan produksi, apabila langka dan terjadi kenaikan harga akan berpengaruh pada kondisi biaya input (faktor produksi) yang tinggi, dan tidak setiap perusahaan dalam suatu industri mampu memenuhi input dengan kondisi biaya produksi tinggi, selanjutnya akan menjatuhkan perusahaan-perusahaan yang kurang dalam faktor produksi lainnya yaitu modal. Berkurangnya perusahaan dalam suatu industri dapat diindikasikan semakin terkonsentrasinya persaingan dalam industri, yang menyebabkan persaingan kurang sehat. Sedangkan pengaruh bagi kinerja industri sendiri adalah bila industri semakin terkonsentrasi, maka menimbulkan inefisiensi perusahaan dalam industri (Prasetyo, 2010:23). Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah didasarkan pada ditunjuknya Provinsi Jawa tengah sebagai salah satu pemegang peran dalam percepatan pembangunan industri TPT di Indonesia. Pengamatan pada perkembangan tingkat keuntungan dari industri TPT dan tingkat penyerapan tenaga kerja sebagai suatu aspek perhatian perkembangan industri karena MP3EI memiliki tujuan
adanya
perekonomian.
perluasan
nilai
tambah
dari
setiap
sektor
penggerak
25
Perkembangan Tingkat Keuntungan Industri; dan Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja;
Provinsi Jawa Tengah Sebagai Salah Satu Pusat Percepatan Industri TPT Indonesia dalam MP3EI
Perubahan Struktur Industri TPT pada sisi Biaya Energi, Biaya Tenaga Kerja, Perubahan Jumlah Perusahaan Dalam Industri.
Kinerja Industri TPT
Efisiens i Teknis
Efisien si Efisiensi Ekonomi
Grafik 2.4. Kerangka Pemikiran Penelitian
Perubahan kondisi dasar industri TPT dalam hal ketersediaan energi mengakibatkan adanya perubahan struktur industri TPT dimana biaya produksi mengalami penyesusaian, dan jumlah perusahaan dalam industri ini cenderung mengalami penurunan dan berdampak pada persaingan dalam industri TPT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi efisiensi ekonomi dari setiap subsektor pada industri TPT di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan hasil dari perhitungan efisiensi teknis dan alokatifnya (grafik 2.4).
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dimana penelitian yang didasar pada analisis data numerikal yang diolah dengan metode tertentu. Penelitian ini bertujuan mengukur tingkat efisiensi dari industri TPT dan subsektornya (KBLI 2005 17 dan 18; KBLI 2010 13 dan 14) di provinsi Jawa Tengah periode 2005-2011. Industri TPT yang menjadi objek penelitian adalah industri yang termasuk dalam industri besar dan sedang. Industri besar diklasifikasi sebagai setiap perusahaan yang mempekerjakan 100 orang atau lebih. Sementara pada industri sedang, setiap perusahaan yang mempekerjakan antara 20-99 orang.Dipilih 17 subsektor industri TPT yang menjadi objek penelitian, tercantum pada tabel (lampiran 3). Pemilihan 17 subsektor dinilai representatif karena memiliki proporsi > 80% dari total tenaga kerja, biaya input dan nilai hasil produksi pada industri TPT Jawa Tengah (lihat grafik 3.1). Pemilihan objek penelitian disesuaikan dengan perubahan kode klasifikasi ditahun 2005 dan 2010 tanpa mengurangi tujuan penelitian.
26
Orang
27
1,000,000 900,000 800,000 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 -
Industri TPT
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
191,581 438,456 236,013 231,293 223,211 222,245 235,583
17 Subsektor Penelitian 182,288 423,652 219,887 225,114 215,542 215,513 210,364
i) Grafik perbandingan jumlah tenaga kerja pada 17 Subsektor Objek Penelitian terhadap industri TPT Rasio Biaya Input
Rasio Nilai Hasil Produksi 97
98
88
97
99
89
2008
2009
2010
2011
97
98
91
88
97
98
91
2005
2006
2007
78
ii) Grafik rasio perbandingan biaya input dan nilai hasil produksipada 17 Subsektor Objek Penelitian terhadap industri TPT (persen) Grafik 3.1. Rasio perbandingan jumlah tenaga kerja, biaya input produksi dan nilai hasil produksi industri TPT dan 17 subsektor objek penelitian. Sumber: Statistik indutstri Besar dan Sedang Jawa Tengah 2005-2011 Volumte I, diolah.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Data Envelopment Analysis untuk mengukur dan mengidentifikasi tingkat efisiensi di setiap subsektor industri TPT Jawa Tengah. Penelitian akan menggunakan alat bantu perangkat lunak Aplikasi Data Envelopment Analysis yang dikembangkan oleh University of Warwick versi 1.03.
28
Pengukuran tingkat efisiensi akan dimulai dengan pengukuran terhadap kondisi tingkat efisiensi teknik dengan menggunakan variabel input dan output. Langkah selanjutnya akan dilakukan pengukuran tingkat efisiensi alokatif dengan menggunakan variabel harga dari input dan output. Tahap terakhir adalah melakukan perhitungan nilai efisiensi teknik dan efisiensi alokatif dengan cara mengkalikan nilai keduanya disetiap objek penelitian sehingga di dapat nilai efisiensi ekonomi untuk objek penelitian. Pada tahap pembahasan dan analisis, akan dilakukan analisis secara makroekonomi dalam gambaran umum industri TPT dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah atas implementasi perencanaan pembangunan nasional dan daerah yang meliputi analisis terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor industri Tekstil dan Produk Tekstil dan analisis mengenai perkembangan tingkat keuntungan pertumbuhan industri TPT. Kemudian akan dilanjutkan dengan pembahasan terhadap hasil pengolahan data yang menunjukkan tingkat efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi objek penelitian. 3.2. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang dinilai representatif terhadap
kondisi
dari
objek
penelitian.
Pengukuran
efisiensi
teknik
membutuhkan variabel input dan output, kriteria nilai input dan output yang dijadikan sebagai variabel dari penelitian secara keseluruhan memiliki proporsi sebesar ≥ 80% (persen) dari total input dan nilai output produksi. Penelitian menggunakan variabel input yang terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya bahan baku dan penolong, dan biaya energi (bahan bakar, tenaga listrik dan gas).
29
Sedangkan variabel output yang digunakan adalah nilai dari barang yang dihasilkan. Pengukuran efisiensi alokatif digunakan variabel harga input (harga tenaga kerja, harga bahan baku dan penolong, dan harga energi) dan variabel harga output (harga barang yang dihasilkan). 3.2.1. Variabel Pengukuran Efisiensi Teknik 3.2.1.1. Variabel Input a)
Biaya Tenaga Kerja Berdasarkan Statistik Industri Besar dan Sedang yang diterbitkan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah biaya tenaga kerja adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh suatu industri kepada seluruh tenaga kerja yang terdiri dari biaya gaji atau upah, upah lembur, hadiah atau bonus, iuran dana pensiun, tunjangan sosial, dan asuransi kecelakaan dalam nilai satuan Rupiah. b)
Biaya Bahan Baku dan Penolong Biaya bahan baku dan penolong merupakan pengeluaran oleh setiap
perusahaan yang terdapat pada industri untuk memperoleh input berupa bahan baku dalam proses produksi. Dalam penelitian ini biaya bahan baku dan penolong adalah jumlah biaya yang telah dikeluarkan oleh seluruh perusahaan yang ada pada tiap subsektor industri TPT untuk mendapatkan bahan baku dalam satuan Rupiah.
30
c)
Biaya Energi Biaya energi pada penelitian ini adalah jumlah pengeluaran seluruh
perusahaan
yang terdapat
pada subsektor
industri
TPT
untuk
mendapatkan bahan bakar dan tenaga listrik dalam satuan Rupiah. 3.2.1.2. Variabel Output Variabel output dalam penelitian ini adalah nilai barang yang dihasilkan, yaitu jumlah barang yang diproduksi oleh seluruh perusahaan dalam subsektor industri TPT dalam satuan Rupiah. 3.2.2. Variabel Pengukuran Efisiensi Alokatif 3.2.2.1. Variabel Harga Input a)
Harga Tenaga Kerja Penentuan harga tenaga kerja berdasarkan jumlah pengeluaran untuk
tenga kerja dibagi jumlah tenaga kerja yang terdapat disetiap subsektor industri TPT dalam satuan Rupiah. b)
Harga Bahan Baku dan Penolong Penentuan harga bahan baku dan penolong didasarkan pada jumlah
pengeluaran untuk bahan baku dan penolong kemudian dibagi dengan kuantitas
setiap bahan baku dan penolong yang digunakan di tiap
subsektor industri TPT dalam satuan Rupiah. Penentuan bahan baku yang dipilih untuk digunakan dalam perhitungan efisiensi pada penelitian ini didasarkan pada: 1.Besarnya nilai atau dana yang dikeluarkan oleh industri untuk memperolehnya
31
2.Besarnya kuantitas penggunaan bahan baku 3.Asal perolehan bahan baku (impor atau produk domestik) c)
Harga Energi Penentuan harga energi dalam penelitian ini didasarkan biaya energi
dibagi dengan jumlah penggunaan energi (BBM dan tenaga listrik), dimana penggunaan tenaga listrik diasumsikan setiap perusahaan pada industri TPT menggunakan tingkat daya listrik yang sama, dalam satuan Rupiah per KWh dan Rupiah per liter solar industri untuk variabel input bahan bakar. 3.2.2.2. Variabel Harga Output Harga output didasarkan pada besarnya nilai dan kuantitas produksi. Perhitungan harga output ialah jumlah nilai produksi dibagi dengan kuantitas produk industri TPT dalam satuan Rupiah. 3.3. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder dari industri TPT yang terklasifikasikan sebagai industri besar dan sedang. Data dikumpulkan beradasarkan variabel penelitian sehingga akan terdapat kesesuaian dengan tujuan penelitian. Data bersumber dari Statistika Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II dan III dari tahun 2005 hingga tahun 2011 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). 3.4. Mettode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode dokumentasi atau studi pustaka melalui pencarian data yang sesuai dengan
32
variabel penelitian. Menurut Arikunto (2002) dalam Fadholi (2011:43) metode dokumentasi yaitu mencaridata mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, suratkabar, majalah, parasasti, notulen, rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Implementasi dari metode dokumentasi pada penelitian ini adalah dengan pengumpulan data dari buku Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II dan III dari tahun 2005 hingga tahun yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), serta bebagai literatur lainnya berupa jurnal penelitian maupun publikasi lainnya. Analisis efisiensi teknis menggunakan data kinerja dari subsektor industri TPT yang menjadi objek penelitian sepanjang tahun observasi. Analisis efisiensi alokatif, pemilihan data berdasarkan variabel penelitian, yaitu 1-5 biaya input bahan baku dan penolong terbesar berdasarkan biaya yang harus dikeluarkan dan syarat lainnya sebagaimana tercantum dalam metode penentuan variabel harga input bahan baku, penggunaan bahan bakar jenis solar khusus industri dan tenaga listrik yang dibeli, serta 1-5 nilai dan kuantitas barang yang diproduksi terbesar berdasarkannilai barang dari tiap subsektor industri TPT yang menjadi objek penelitian sepanjang tahun observasi dengan memperhatikan persyaratan data dalam analisis menggunakan DEA. 3.5. Metode Analisis Data Penelitian ini bertujuan menganalisa kinerja industri TPT Provinsi Jawa tengah dengan penekanan pada analisis tingkat efisiensi ekonomi. Pengukuran efisiensi dipilih menggunakan teknik analisis DEA karena teknik ini dapat mengevaluasi efisiensi pada suatu industri yang telah ditentukan dan melakukan
33
perbandingan terhadap industri yang memiliki kinerja terbaik (Coelli, Rao, et.al (1998) dalam Jayamaha dan Mula, 2011:456). Lebih lanjut Jayamaha dan Mula (2011:456) dengan menyadur dari Fried, Lovell dan Schmidt (2002) bahwa DEA merupakan metode yang tepat untuk mengukur efisiensi relatif dari beragam unit kegiatan ekonomi dengan melingkupi seluruh elemen dari input dan output. Cara kerja dari DEA adalah menentukan rasio tertimbang dari input dan output setiap unit. Penentuan bobot tertimbang akan menjadi suatu permasalahan penting dalam pengukuran efisiensi, DEA memberikan kesempatan kepada tiap unit kegiatan ekonomi untuk menentukan pembobotnya masing-masing (Samsubar Saleh (2000) dalam Tri Wahyu R, 2006:134). Setiap unit kegiatan ekonomi akan memiliki bobot yang akan memaksimumkan rasio efisiensinya (maximize total weighted output/total weighted input) (Fadholi, 2011:44). Nilai dari hasil pengukuran efisiensi melalui DEA adalah 0 (nol) sampai dengan 1 (satu) dengan pengertian bahwa bila hasil pengukuran sama dengan 1 (satu) maka subsektor industri tersebut dinilai telah efisien, begitu pula sebaliknya bila hasil pengukuran dibawah 1 (satu) maka subsektor industri dinilai belum mencapai kondisi efisien. Pengukuran efiensi subsektor industri TPT dengan DEA diadopsi dari Fadholi (2011:43-44) dan Atmanti (2004:4-5) adalah sebagai berikut: ∑
......................... (3.1)
Dengan Batasan atau kendala: ∑
∑
......................... (3.2)
34
∑
Dimana: = jumlah output r yang dihasilkan oleh subsektor industri k Xij
= jumlah input i yang diperlukan oleh subsektor industri j
Yrj
= jumlah output r yang dihasilkan oleh subsektor industri j
Xik
= jumlah input yang idperlukan oleh subsektor k
S
= jumlah subsektor industri yang dianalisis
M
= jumlah input yang digunakan
Urk
= bobot tetimbang dari output yang dihasilkan tiap subsektor industri k
Vik
= bobot tertimbang input i yang digunakan subsektor industri k
Ek
= nilai yang dioptimalkan sebagai indikator efisiensi relatif dari subsektor indsutri k
Dalam penggunaan DEA, asumsi model dalam penelitian ini adalah Variable Return to Scale dengan alasan bahwa dalam sektor industri adanya pertambahan pada proporsi input belum tentu dapat meningkatkan proporsi output dengan nilai yang sama, karena hasil (output) ditentukan pula oleh kondisi ekonomi makro permintaan, penawaran dan lainnya (Fadholi, 2011:46).
35
Tabel 3.1. Kriteria Ukuran Tingkat Efisiensi Industri TPT Jawa Tengah Kriteria Efisiensi Sempurna/Optimum Tinggi Sedang Rendah Tidak efisien Sumber: Hidayat, 2014:124
Nilai Efisiensi 1 0,81 – 0,99 0,60 – 0,80 0,41 – 0,59 ≤ 0,40
Agar dapat dipastikan tingkat capaian efisiensi pada industri TPT secara sektoral maupun keseluruhan, maka perlu adanya pembagian kriteria ukuran tingkat efisiensi, yaitu efisensi tinggi, efisiensi sedang, efisiensi rendah, serta tidak efisien (Hidayat, 2014:124). Kriteria ukuran tingkat efisensi dapat terlihat pada tabel 3.1.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Dalam Perekonomian Provinsi Jawa Tengah Industri TPT yang berada di provinsi Jawa Tengah mencakup sebagian besar subsektor industri, mulai dari pengolahan hulu seperti industri persiapan serat, pengolahan antara seperti pencetakan kain hingga pengolahan hilir seperti industri pakaian jadi. Sebagaiamana peranannya dalam RPJPD Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu industri kopetensi inti daerah, industri TPT harus memiliki tingkat kemampuan penyerapan tenaga kerja yang besar, dan memiliki tingkat kinerja baik pertumbuhan industri maupun tingkat keuntungan yang terjaga dengan baik. Dalam subbab selanjutnya akan di jelaskan mengenai gambaran umum dari industri ini dalam hal tingkat penyerapan tenaga kerja, dan perkembangan tingkat pertumbuhan dan keuntungan industri. 4.1.1. Penyerapan Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi utama dalam suatu proses produksi. Penyerapan tenaga kerja oleh setiap sektor dalam perekonomian mempunyai andil besar dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
36
Tenaga Kerja (Orang)
37
1.253.493
1,500,000
713.777
1,000,000 574.869
694.145
674.072 734.898
732,031
500,000 -
2005
2006
2007
2008 2009
2010
2011
Grafik 4.1. Total Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011 Sumber: Data sekunder diolah
Penyerapan tenaga kerja pada salah satu sektor perekonomian di Provinsi Jawa Tengah, dalam penelitian ini sektor industri pengolahan, secara umum mengalami perlambatan (grafik 4.1). Perlambatan pada penyerapan tenaga kerja dimungkinkan sebagai akibat dari perlambatan pertumbuhan pada sektor industri pengolahan, dampak dari krisis global yang menyebabkan tidak stabilnya pasar, serta terdapat peningkatan harga input produksi yang mengharuskan adanya penyesuaian biaya produksi. Situasi yang sama juga dialami oleh sektor industri TPT, perlambatan dalam penyerapan tenaga kerja terjadi sejak tahun 2007. Dalam grafik 4.2 terlihat bahwa penyerapan tenaga kerja pada sektor industri tekstil (KBLI 17) paling tinggi pada sektor industri pengolahan. Sebagaimana ditunjukkan oleh grafik 4.2 bahwa sepanjang tahun observasi nilai rata-rata pergerakan (moving average) penyerapan tenaga kerja pada industri TPT (KBLI 17 dan 18) mengalami penurunan. Kondisi ini harus menjadi perhatian karena industri TPT mempunyai karakteristik padat karya, apabila terdapat penurunan penyerapan tenaga kerja akan
38
berdampak pada peningkatan tingkat pengangguran yang akan mengganggu perekonomian daerah.
300000 200000 100000 0
20051
2006 2
2007 3
15 18 21 24 27 30 33 36 2 per. Mov. Avg. (17)
2008 4
2009 5
2010 6
16 19 22 25 28 31 34 37 2 per. Mov. Avg. (18)
2011 7
17 20 23 26 29 32 35 33-KBLI 2010
Grafik 4.2. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Provinsi Jawa Tengah 2005-2011 (orang) Sumber: BPS, Statistik Industri Besar dan Sedang Jawa Tengah, berbagai tahun diolah
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan RPJPD Provinsi Jawa Tengah menetapkan industri TPT menjadi salah satu sektor pendorong perekonomian nasional dan daerah. Sehingga sektor ini harus mampu memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan
produksi,
penyerapan
tenaga
kerja,
dan
memberikan
rangsangan terhadap tumbuhnya industri penunjangnya. Perlambatan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri TPT di Jawa Tengah
39
menimbulkan pertanyaan mampukah industri ini melakukan fungsinya sebagai salah satu sektor utama penyerap tenaga kerja di Jawa Tengah. Apabila pemerintah daerah ingin industri ini tetap menjadi sektor kompetensi inti perekonomian, maka dalam hal penyerapan tenaga kerja pemerintah dapat melakukan insentif pada industri yang telah melakukan penyerapan tenaga kerja besar dan memiliki produksi yang tinggi pula, karena apabila penyerapan tenaga kerja yang tinggi tidak diimbangi dengan produksi tinggi maka akan merugikan industri tersebut karena akan memberatkan biaya produksi dan dikhawatirkan akan terjerat pada kondisi law of deminishing return. 4.1.2. Tingkat Pertumbuhan dan Profit Industri Proses
industrialisasi
di
suatu
wilayah
dapat
dimulai
dengan
pembangunan industri TPT. Karena industri ini memiliki karakteristik yang padat karya, sehingga mampu mengatasi permasalahan penyerapan tenaga kerja serta dalam peningkatan orientasi ekspor. Walaupun pertumbuhan industri TPT dalam analisis organisasi industri tidak termasuk pada sisi kinerja industri, tetapi secara makro pertumbuhan industri dapat menjadi suatu evaluasi peranan sektor industri dalam perekonomian. Pertumbuhan industri TPT dapat dilihat dari perkembangan jumlah perusahaan yang ada dalam industri dan persentase produksi industri ditiap tahunnya sedangkan sebagai pelengkap informasi mengenai pertumbuhan industri, dapat diperoleh dari perkembangan tingkat keuntungan industri. Peranan industri TPT pada perekonomian Provinsi Jawa Tengah akan
40
semakin baik bila kondisi tingkat pertumbuhan dan keuntungannya terus mengalami peningkatan. Perumbuhan
jumlah
perusahaan
dalam
industri
ini
mengalami
penurunan. Terlihat dalam grafik 1.1 yang menggambarkan perkembangan yang cenderung turun dalam jumlah perusahaan yang ikut meramaikan persaingan di industri ini. Jumlah perusahaan pada Industri TPT yang terus menerus mengalami penurunan terdapat pada subsektor industri pakaian jadi. Penurunan jumlah perusahaan ini dapat berpengaruh pada intensitas persaingan antarindustri. Sedangkan persaingan sendiri dalam model analisis organisasi (lihat grafik 2.3) industri dapat berpengaruh terhadap kinerja industri, seperti tingkat keuntungan, tingkat capaian efisiensi dan kesempatan kerja.
No 1. 2.
Tabel 4.1. Laju Pertumbuhan Tiga Sektor Utama Atas Dasar Harga Konstan, Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011 (persen) Sektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Pertanian 4,61 3,60 2,78 3,19 3,71 2,51 1,27 Industri 4,80 4,52 5,56 5,06 3,79 6,87 6,60 Pengolahan - Tekstil, barang 2,71 5,26 6,12 4,35 1,97 6,92 6,02 kulit dan alas kaki 3. Perdagangan, 6,05 5,85 6,54 7,23 7,21 6,06 7,75 Hotel, Dan Restoran Produk Domestik 5,35 5,33 5,59 5,61 5,14 5,84 6,03 Regional Bruto Sumber: BPS, Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah, berbagai tahun terbitan Catatan: Penentuan tiga sektor utama berdasarkan tiga sektor terbesar pada distribusi persentase terhadap PDRB tiap tahun.
Ratarata 3,10 5,31 4,76
6,67
5,56
41
Pertumbuhan sektor industri pengolahan sepanjang tahun 2005 hingga tahun 2009 berada dibawah rata-rata dari pertumbuhan total PDRB di periode yang sama dan mulai bangkit kembali di tahun 2010 dan 2011 (tabel 4.1). Hal yang sama terjadi pada laju pertumbuhan sektor industri TPT 2005-2009 secara umum berada dibawah pertumbuhan PDRB, kemudian di tahun 2010 mampu meningkat tajam dan mampu mengulang kembali pertumbuhan sektor ini diatas tingkat pertumbuhan PDRB di tahun 2007. Pada tahun berikutnya, industri ini mengalami perlambatan yang hanya mampu bergerak sebesar 6,02 dan masih berada dibawah laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Tengah. Secara rata-rata pun industri tekstil memiliki laju pertumbuhan dibawah rata-rata PDRB Jawa Tengah. Laju tingkat keuntungan industri TPT tahun 2005 – 2006 mengalami peningkatan dua kali lipat, keadaan ini memberi kepercayaan pada industri untuk melakukan perluasan kapasitas produksi. Tahun 2007 keuntungan industri TPT menurun hingga 50% dibanding tahun sebelumnya. Namun keadaan ini tidak melemahkan produksi industri ini, tercatat hingga tahun 2010 industri TPT memiliki tingkat keuntungan yang meningkat. Tren peningkatan perolehan keuntungan memberikan pergerakan yang baik bagi kinerja industri TPT dari sisi penawaran, ditengah banyaknya hambatan pada kondisi dasar industri dari peningkatan harga bahan baku, serta persaingan dengan produk impor.
42
14,000,000,000
12,808,751,324
12,046,351,515
12,000,000,000 10,000,000,000
7,792,523,824
10,837,868,764
8,000,000,000 7,792,523,824
6,000,000,000 4,000,000,000
5,632,231,362
6,390,970,397
2,000,000,000 0 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Keuntungan Industri TPT
Grafik 4.3. Perkembangan Tingkat Perolehan Keuntungan Industri TPT Jawa Tengah Tahun 2005-2011 dalam rupiah. Sumber: BPS, Statistika Industri Besar dan Sedang, berbagai tahun terbitan diolah.
Tingkat keuntungan indsutri TPT ditahun 2011 menurun, akan tetapi terdapat peningkatan keuntungan dibeberapa sektor secara parsial, yaitu sektor barang jadi tekstil dan permadani, perajutan, dan kapuk. Dengan peningkatan tertinggi pada sektor barang jadi tekstil dan permadani dengan jumlah peningkatan keuntungan sebesar Rp. 113.163.809,- (lihat lampiran 3).Perlambatan keuntungan pada tahun 2011 dikhawatirkan akan terus terjadi pada tahun-tahun berikutnya dengan adanya perlambatan ekonomi dunia yang menjadikan menyempitnya ruang gerak bagi pemasaran produk tekstil serta semakin intensnya persaingan produk tekstil Indonesia – secara umum – dengan negara-negara lain seperti Vietnam, India, dan Cina. Perhatian
penelitian
tidak
hanya
berdasarkan
kinerja
secara
makroekonomi, tetapi penulis ingin menekankan pula kinerja industri TPT Jawa Tengah pada aspek mikroekonomi. Perhatian pada tingkat mikro ini
43
perlu, selain mendukung perencanaan ekonomi nasional (MP3EI) juga dikarenakan adanya berbagai aspek perubahan yang terjadi pada industri TPT. 4.2. Perhitungan Efisiensi Dalam subbab ini akan dipaparkan tentang hasil perhitungan efisiensi menggunakan alat bantu DEA dengan variabel input dan output yang telah ditentukan
pada
metodologi
penelitian.
Perhitungan
efisiensi
meliputi
perkembangan tingkat capaian efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi setiap sektorpada industri TPT, capaian efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi pada industri TPT secara keseluruhan. 4.2.1. Efisiensi Ekonomi Sektoral Industri TPT Provinsi Jawa Tengah Menggunakan data tahunan dimulai dari tahun 2005 hingga tahun 2011, maka diperoleh hasil perhitungan tingkat efisiensi industri TPT secara teknis, alokatif dan ekonomi baik secara sektoral maupun keseluruhan industri. Untuk lebih memudahkan analisis hasil perhitungan efisiensi sektoral, maka dibuat tabel 4.2 hingga tabel 4.4 sebagai ringkasan perolehan tingkat efisiensi dari setiap sub golongan pokok yang ada pada industri TPT. Perkembangan tingkat efisiensi secara teknis pada sektoral dari industri TPT sebagian besar berada pada kriteria efisiensi tinggi, kecuali sektor industri pakaian jadi yang mampu membukukan tingkat efisiensi optimum disepanjang periode penelitian, walaupun terdapat penurunan di tahun 2009 dan 2010. Capaian efisiensi teknis terendah diperoleh oleh
44
sektor industri barang jadi tekstil dan permadani pada periode produksi 2006 dimana hanya mampu memperoleh capaian sebesar 0,66. Apabila kita ingin melihat lebih dalam lagi, maka ditemukan subsektor yang masuk pada kriteria tidak efisien seperti subsektor dengan nomor klasifikasi 17113 (industri pemintalan benang jahit) yang memiliki tingkat efisiensi sebesar 0,37 pada tahun 2008, dan subsektor 17293 (industri bordir/sulaman) dengan nilai efisiensi sebesar 0,40 ditahun 2006 (lihat lampiran 4).Penurunan capaian efisiensi teknis yang drastis terdapat pada sektor pemintalan, pertenunan, pengolahan akhir tekstil pada tahun produksi 2007 ke 2008 yang turun sebesar 15 persen dan sektor barang jadi tekstil dan permadani ditahun produksi 2005 ke 2006 turun sebesar 33 persen. Tabel 4.2. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011 Berdasarkan Sub Golongan Pokok Sektor/Sub 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 RataGolongan Pokok rata Pemintalan, 0,93 0,97 0,90 0,76 0,75 0,87 0,93 0,87 Pertenunan, Pengolahan Akhir Tekstil Barang Jadi 0,99 0,66 0,85 0,87 1 0,96 0,87 0,88 Tekstil Dan Permadani Perajutan 0,84 0,83 0,93 0,99 1 0,85 0,92 0,91 Kapuk 1 0,93 0,75 0,92 0,80 0,71 1 0,87 Pakaian Jadi 1 1 1 1 0,93 0,97 1 0,98 Sumber: diolah dari hasil perhitungan efisiensi Penurunan tingkat efisiensi teknis yang drastis pun dialami oleh subsektor yang ada pada industri TPT (lihat lampiran 4), seperti yang dialami oleh subsektor dengan nomor klasifikasi 17231 (industri tali) dan
45
17293 (bordir/sulaman) tahun 2006 sebesar 41 dan 60 persen; kemudian subsektor 17115 (kain tenun ikat) dan 17121 (penyempurnaan benang) ditahun 2009 turun sebesar 32 – 57 persen; dan subsektor 17301 (kain rajut) ditahun 2010 merosot hingga 55 persen. Penurunan pada subsektor tersebut dapat dikarenakan berbagai macam masalah. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa subsektor yang mengalami penurunan harus melakukan penyesuaian pada input maupun output dengan variasi penanganan yang berbeda (lihat lampiran 6). Permasalahan yang terjadi pada subsektor 17293 yang turun hingga 60 persen. Menurut hasil perhitungan, subsektor ini harus memperbaiki variabel input dengan mengurangi biaya tenaga kerja sebesar 20,1 persen dan peningkatan produksi hingga 149,3 persen (lampiran 6.2). Berbeda dengan penangan pada kasus subsektor 17121 yang mengalami penurunan sebesar 32 persen ditahun 2009. Penyesuaian yang dapat dilakukan oleh subsektor ini ialah mengurangi pengeluaran pada biaya energi sebesar 55,7 persen dan diimbangi dengan peningkatan produksi hingga 134,7 persen (lampiran 6.5). Capaian efisiensi teknis yang fluktuatif terdapat diseluruh sektor industri TPT, tetapi masih dalam kriteria dengan tingkat efisiensi sedang hingga optimum. Walaupun terlihat capaian kinerja baik – tergambar dari rata-rata tingkat efisiensi tinggi – tetapi perlu adanya berbagai penyesuaian terutama pada pengaturan biaya produksi. Hal ini dapat dikatakan subsektor industri TPT belum mampu mencapai produksi pada batasan isokuan atau biaya
46
input terkecil secara optimum. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pelaku industri perlu mengurangi biaya produksi yang dinilai mengganggu untuk meningkatkan capaian kinerja. Sementara perkembangan tingkat efisiensi alokatif di seluruh sektor industri TPT, sepanjang periode penelitian berada pada efisiensi yang optimum. Ditunjukkan pada tabel 4.3 dimana seluruh subsektor pada industri TPT mampu memperoleh nilai 1. Tabel 4.3. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Alokatif Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011 Berdasarkan Sub Golongan Pokok Sektor/Sub Golongan Pokok 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pemintalan, Pertenunan, 1 1 1 1 1 1 1 Pengolahan Akhir Tekstil Barang Jadi Tekstil Dan 1 1 1 1 1 1 1 Permadani Perajutan 1 1 1 1 1 1 1 Kapuk 1 1 1 1 1 1 1 Pakaian Jadi 1 1 1 1 1 1 1 Sumber: diolah dari hasil perhitungan efisiensi Terdapat dua kriteria bagi objek perhitungan efisiensi pada DEA yang memiliki nilai kinerja 1 atau 100 persen. Pertama, apabila tidak ada unit atau objek lain yang menggunakan jumlah input yang sama. Kedua, jumlah output yang dihasilkan sedikitnya sama dengan jumlah output yang dihasilkan oleh unit lain yang berkinerja 100 persen (PAU-SE UGM, 2000:26). Hasil perhitungan efisiensi alokatif ini menunjukkan bahwa subsektor secara keseluruhan mampu memproduksi pada tingkatan output tertentu dengan cara meminimisasi rasio biaya input secara optimum.
47
Capaian efisiensi ekonomi sektoral pada industri TPT Jawa Tengah selama periode penelitian dilakukan dengan cara mengkalikan hasil perhitungan efisiensi teknis dan hasil efisiensi alokatif. Dalam tabel 4.4(lampiran 5) terlihat hasil efisiensi ekonomi yang diperoleh sama dengan hasil capaian efisiensi teknis pada industri ini, hal ini dikarenakan capaian efisiensi alokatif sektoral industri TPT bernilai sempurna. Perolehan tingkat efisiensi ekonomi sektoral industri TPT mengindikasikan bahwa industri ini belum mampu memproduksi sejumlah kuantitas output tertentu pada saat biaya minimum secara optimum. 4.2.2. Efisiensi Ekonomi Industri TPT Provinsi Jawa Tengah Keseluruhan Industri TPT Jawa Tengah dalam penelitian ini memiliki tingkat capaian efisiensi ekonomidengan nilai rata-rata sepanjang periode penelitian sebesar 0,88. Hasil ini diperoleh dari perhitungan rata-rata nilai capaian efisiensi dari setiap subsektor industri TPT yang telah dilakukan sebelumnya. Nilai efisiensi ekonomi tersebut menggambarkan bahwa industri TPT Jawa Tengah selama periode penelitian belum mampu memproduksi dengan jumlah tertentu pada saaat biaya minimum dengan penggunaan tingkat teknologi tertentu secara optimum. Masuk lebih dalam mengenai dasar penggunaan nilai efisiensi ini dapat dilihat dari perkembangan perolehan nilai rata-rata tingkat efisiensi teknis sektoral industri TPT sepanjang periode penelitian. Penggunaan capaian tingkat efisiensi teknis dikarenakan efisiensi ekonomi merupakan hasil perkalian antara efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Sebagaimana
48
yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, bahwa efisiensi alokatif dari sektoral industri TPT memiliki nilai optimum atau 1, sedangkan nilai capaian efisiensi teknis dari industri ini fluktuatif, maka dapat dipastikan perolehan nilai capaian efisiensi ekonomi industri TPT sama dengan nilai rata-rata efisiensi teknis sektoralnya. Perkembangan nilai capaian efisiensi teknik dan ekonomi industri TPT selama periode penelitian dapat dilihat dalam grafik 4.4 dibawah. Bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Atmanti (2004) dan Tri Wahyu R (2006), terjadi penurunan pada capaian tingkat efisiensi teknis pada industri tekstil dan adanya peningkatan yang signifikan pada industri pakaian jadi.
0.97 0.95 1
0.93
0.94
0.92
0.88
0.93 0.97
1
1
1
0.93
0.97
1
0.89
0.88
0.83
0.83
0.88
0.93
Efisiensi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Efisiensi Industri Pakaian Jadi Efisiensi Industri Tekstil
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Grafik 4.4. Capaian Rata-rata Efisiensi Teknikdan Ekonomi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah 2005-2011 Sumber: diolah dari hasil perhitungan efisiensi Dalam penelitian Pengukuran efisiensi industri tahun 1995-2000 oleh Atmanti (2004),industri TPT diklasifikasikan menjadi satu bagian dengan industri alas kaki dengan nomor klasifikasi 32, ditemukan bahwa industri TPT dapat bertahan pada tingkat capaian efisiensi optimum sebelum dan
49
sesudah krisis. Sementara Pengukuran efisiensi industri tahun 2000-2005 oleh Tri Wahyu R (2006),industri TPT diklasifikasikan menjadi dua, yaitu industri tekstil (17) dan industri pakaian jadi(18), tingkat efisiensi yang mampu diraih oleh industri TPT rata-rata 0,81 persen. Capaian terendah ditemukan pada industri pakaian jadi sebesar 0,51 di tahun 2000. Hasil penelitian ini ditemukan adanya peningkatan efisiensi pada industri pakaian jadi selama periode penelitian mampu mencapai tingkat efisiensi rata-rata sebesar 0,99. Akan tetapi terdapat penurunan dalam capaian tingkat efisiensi industri tekstil yang hanya mampu bertahan ditingkat efisiensi 0,88. 1.2 1
1
1
1
Nilai Efisiensi
1
1
1
0.79
0.95
1
1 0.97
0.86 0.93
0.8
0.79
0.76
0.88
0.93
0.93
0.83
0.71
0.6
0.59 0.4
0.92
Industri Tekstil
0.51 Industri Pakaian Jadi
0.2 0
Industri Tekstil dan Produk Tekstil 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Tahun Produksi
Grafik 4.5. Perkembangan Tingkat Efisiensi Teknis Industri TPT Provinsi Jawa Tengah tahun 1995-2011. Sumber: Atmanti (2004:7); Tri Wahyu R (2006:134); dan hasil olah data penulis
Penurunan tingkat efisiensi ini dapat disebabkan oleh permasalahan yang terdapat pada pindustri TPT seperti adanya peningkatan pengeluaran
50
biaya tenaga kerja yang tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas. Kemudian dapat dipengaruhi juga oleh biaya perolehan bahan baku terutama
bahan
baku
yang
harus
impor.
Menurut
Tim
Kajian
Pengembangan Industri TPT (2011:56), kontribusi pasokan impor serat di Indonesia mencapai 66 persen dari kebutuhan, untuk serat kapas 99 persen masih harus diimpor, demikian juga dengan kain, peranan kain impor sudah mencapai 39 persen. Selanjutnya penurunan capaian efisiensi teknis pada industri ini dapat dipengaruhi pula olehumur mesin yang sudah tua. Penggunaan mesin yang sudah tua dikhawatirkan akan mempengaruhi kapasitas produksi industri TPT. Selain mempengaruhi kapasitas produksi, mesin yang sudah tua dapat meningkatkan biaya energi karena besarnya bahan bakar dan tenaga listrik yang harus digunakan dalam sekali produksi. 4.2.3. Usaha Perbaikan Capaian Efisiensi Industri TPT Provinsi Jawa Tengah Dalam pembahasan sebelumnya ditemukan baik sektoral maupun secara keseluruhan industri TPT Provinsi Jawa Tengah selama periode penelitian belum mampu memproduksi secara optimum. Walaupun mampu berproduksi pada minimisasi rasio biaya, tetapi tidak mampu berproduksi dengan baik pada saat biaya terkecil. Perlu adanya perbaikan agar kemampuan produksi industri ini kembali pada jalur yang efisien seperti beberapa tahun sebelumnya yang mampu bertahan didalam guncangan krisis tahun 1998.
51
Tabel 4.5. Tingkat Capaian Efisiensi Teknis dan Ekonomi Subsektor Dibawah Rata-Rata Capaian Industri Tahun 2005-2011 Subsektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 0,87 1 1 0,64 0,43 0,73 0,71 17121 1 1 0,71 0,65 0,79 0,81 1 17122 1 0,77 0,79 0,55 0,46 0,61 0,78 17124 Rata-rata 0,93 0,89 0,89 0,84 0,83 0,88 0,93 Industri TPT Sumber: diolah dari hasil perhitungan efisiensi Terdapat beberapa subsektor yang dalam perhitungan efisiensi masih berada dibawah rata-rata capaian efisiensi industri, yaitu subsektor dengan nomor klasifikasi 17121 (industri penyempurnaan benang), 17122 (industri penyempurnaan kain), dan 17124 (industri batik). Subsektor dengan nomor klasifikasi 17124 berada dibawah rata-rata industri selama 6 tahun berturutturut(lihat tabel 4.5). Penyesuaian terhadap input dan output pada subsektor yang berada dibawah rata-rata perlu dilakukan agar dapat mengembalikan kinerja subsektor mencapai efisiensi optimum sekurang-kurangnya berada diatas rata-rata kinerja industri(besaran nilai penyesuaian dapat dilihat pada table of target valuelampiran 6). Subsektor dengan nomor klasifikasi 17124 (industri batik) masuk pada sektor pemintalan, pertenunan, dan pengolahan akhir tekstil atau dengan klasifikasi 3 digit masuk pada sektor 171. Subsektor ini berada di titik terendah capaian efisiensi pada tahun 2008 dan 2009. Dalam tabel target pada hasil perhitungan efisiensi, subsektor ini perlu menyesuaikan kapasitas produksi dan biaya input, terutama input tenaga kerja disepanjang periode penelitian.
52
Pada tahun 2008 subsektor ini memiliki capaian nilai efisiensi 0,55 yang berarti termasuk pada industri dengan efisiensi rendah. Capaian ini lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 30 persen. Pada tahun ini, subsektor 17124 harus mencapai target peningkatan nilai produksi sebesar 80,7 persen menjadi Rp. 1.082 miliar dan perlu menurunkan biaya tenaga kerja hingga 35,3 persen untuk periode mendatang (lampiran 6.4). Tahun 2009 subsektor 17124 belum mampu berdiri dengan tegak karena capaian efisiensinya kembali turun menjadi 0,46. Pada tahun ini, dalam tabel target pada hasil perhitungan efisiensi menunjukkan subsektor ini harus kembali menyesuaikan biaya tenaga kerja dan peningkatan nilai produksi. Pada tahun ini subsektor 17124 belum mampu menyesuaikan dengan baik biaya tenaga kerja, sehingga perlu penyesuaian kembali sebesar 17,3 persen. Persentase yang semakin kecil dibandingkan tahun sebelumnya dapat menggambarkan bahwa subsektor ini mulai berada pada jalan yang tepat untuk memperbaiki tingkat efisiensi. Namun berbeda pada target penyesuaian untuk nilai produksinya, subsektor ini perlu meningkatkan produksi sebesar 117,5 persen untuk periode mendatang (lampiran 6.5). Selanjutnya adalah subsektor 17121 (industri penyempurnaan benang), sama halnya dengan sektor 17124 sektor ini masuk dalam klasifikasi industri pemintalan, pertenunan, dan pengolahan akhir tekstil. Subsektor ini menajdi salah satu sektor hulu yang penting karena sektor ini menyediakan bahan baku utama pada industri tekstil. Subsektor ini berada dibawah rata-rata industri selama 4 periode berturut-turut dari tahun 2008-
53
2011. Titik terendah dari capaian efisiensi industri ini adalah pada tahun 2009 dengan nilai efisiensi 0,43 dan diambang batas masuk pada kriteria tidak efisien. Tahun 2009 subsektor ini mampu meraih efisiensi optimum pada penggunaan biaya tenaga kerja dan biaya energitetapi belum mampu mengendalikan biaya bahan baku dan peningkatan nilai produksi. Subsektor ini perlu meningkatkan target produksi hingga 134,7 persen atau sebesar Rp 151,57 miliar dan melakukan penyesuaian sebesar 55,7 persen biaya bahan baku (lampiran 6.5). Kemudian subsektor 17122 (industri penyempurnaan kain), masuk pada kelompok yang memiliki kinerja dibawah rata-rata industri selama 4 tahun berturut-turut (2007-2010). Titik terendah subsektor ini terjadi pada tahun 2008 dimana hanya dapat mencapai nilai efisiensi sebesar 0,65 dan masuk 5 subsektor terbawah pada periode tersebut. Penyesuaian meningkatkan
yang
nilai
diperlukan
produksi
dan
oleh
subsektor
menyesuaikan
17122
biaya
adalah
energinya.
Pengurangan biaya energi yang diperlukan oleh subsektor ini adalah sebesar 15,7 persen dengan nilai target penyesuaian mencapai Rp. 32,53 miliar dan peningkatan nilai produksi sebesar 53,2 persen untuk kinerja periode selanjutnya (lampiran 6.4). Penelitian ini menggunakan asumsi Variable Return to Scale dalam perhitungan capaian efisiensinya yang merupakan rasio antara perubahan input dan output yang tidak sama. Usaha-usaha untuk memperbaiki tingkat
54
efisiensi diatas dapat digunakan melalui kombinasi peyesuaian biaya input dan peningkatan output bersamaan dan dapat pula dilakukan secara parsial, seperti penggunaan usaha penyesuaian input, tetapi dengan tetap mempertahankan
nilai
output
yang
telah
dicapai
atau
dengan
mempertahankan tingkat biaya input, dan melakukan peningkatan nilai output.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan a. Perolehan tingkat efisiensi teknis, dan ekonomi sektoral pada industri TPT Jawa Tengah selama periode penelitianmengindikasikan bahwa industri ini belum mampu mencapai tingkat efisiensi optimum. Namun, optimum pada efisiensi alokatif b. Industri TPT Jawa Tengah sepanjang periode penelitian ini belum mampu berada pada capaian efisiensi teknis dan ekonomi secara optimum. Tetapi, mampu mencapai tingkat optimum secara efisiensi alokatif 5.2. Saran Dalam memperbaiki tingkat efisiensi pada sektoral industri TPT yang dapat digunakan oleh pelaku industri dalam hal ini Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Provinsi Jawa Tengahmelalui: a. Melakukan kombinasi peyesuaian biaya input dan peningkatan output secara bersamaan; b. melakukan peyesuaian biaya input dan peningkatan output secara parsial, seperti penggunaan usaha penyesuaian input, tetapi dengan tetap mempertahankan
nilai
output
yang
telah
dicapai,
atau
dengan
mempertahankan tingkat biaya input, dan melakukan peningkatan nilai output.
55
56
Sedangkan cara yang dapat dilakukan dalam memperbaiki capaian efisiensi ekonomi industri Tekstil dan Produk Tekstil secara keseleuruhan, dapat melalui: a. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengahmemberikan insentif kepada industri, seperti adanya jaminan kemudahan akses bahan baku yang murah dan kemudahan melakukan ekspansi bisnis, dengan tetap memperhatikan dampak kepada masyarakat dan industri lainnya. b. Peningkatan kualitas tenaga kerja melalui sinergi anatara Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah dan pelaku industri TPT melalui pendirian sekolahsekolah kejuruan dan perguruan tinggi terutama yang langsung mengenai bidang desain produk tekstil. Hal ini bertujuan agar dapat menjamin ketersediaan tenaga kerja ahli dan profesional. c. Melakukan program restrukturisasi mesin pada industri yang memiliki umur mesin diatas 15 tahunagar dapat mencapai efisiensi penggunaan biaya energi. Bagi akademisi atau peniliti yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai efisiensi di industri TPT dapat meneliti tentang struktur biaya, tingkat efisiensi alokatif ataupun indikator kinerja industri lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Adanacioglu, Hakan dan F. Akun Olgun. 2011. Profitability and Efficiency in The Cotton Ginning Industry: A Case Study from The Aegean Region of Turkey. Diunduh dari laman http://www.custoseagronegocioonline.com.br/numero2v6/algodao.pdf pada tanggal 16 Juni 2013. Al-Delaimi, Khalid Shahooth Khalaf dan Ahmed Hussen Battall Al-Ani. 2006. Using Data Envelopment Analysis To Measure Cost Eficiensy With an Aplication on Islamic Banks. Scientific Journal of Administratie Development Vol. 4 I.A.D. 2006. Ariyanti, Yulekhah. 2008. Pengantar Ekonomi Mikro (Revisi). Fakultas Ekonomi Universitas Wahid Hasyim. Atmanti, Hastarini Dwi. 2004. Analisis Efisiensi dan Keunggulan Kompetitif Sektor Industri Manufaktur di Jawa Tengah Sebelum dan Selama Krisis. Jurnal Dinamika Pembangunan Vol. 1 No. 1/Juli 2004. Badan Pusat Statistik. 2013. Jawa Tengah Dalam Angka 2013. Semarang: Badan Pusat Statistik. -----. 2005. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik. -----. 2006. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. -----. 2007. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. -----. 2008. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. -----. 2009. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. -----. 2010. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. -----. 2011. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. -----. Tabel Input-Output Jawa Tengah Tahun 2008. Semarang: Badan Pusat Statistik.
57
58
Case, Karl E. dan Ray C. Fair. 2007. Prinsip-prinsip Ekonomi Edisi Kedelapan Jilid 1. Terj. Y. Andri Zaimur. Jakarta: Penerbit Erlangga. Dipeolu, A.O dan S.O. Akinbode. 2008. Tecnical. Economic and Allocative Efficiencies of Pepper Producton in South-West Nigeria: A Stochastic Frontier Approach. Journal of Economic and Rural Development Vol. 17 No. 1/2008. Efendi, Nur. tt. Analysis of Indonesia textile Industry Competiveness in Regulation Theory Perspective. Di unduh dari laman http://www.researchgate.net/publication/235766698_Analysis_of_Indonesia_Tex tile_Industry_Competitiveness_in_Regulation_Theory_Perspective_By__Nur_Efen di/file/79e4151359bb8d2c95.pdf pada tanggal 30 Juni 2013.
Fadholi, Edwin Muhammad. 2011. Analisis Efisinesi Subsektor Industri Tektil dan Produk Tekstil (TPT) di Indonesia Tahun 2001-2005. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Hadad, Muliaman D dkk. 2003. Analisis Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Non-parametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Hasibuan, Nurimansjah. 1993. Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli, dan Regulasi. Jakarta: LP3ES. Hermawan, Iwan. 2011. Analisis Dampak Kebijakan Makroekonomi Terhadap Perkembangan Industri Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan vol. 13 No. 4/April 2011. Hidayat, Rahmat. 2014. Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik. Bekasi: Gratmata Publishing. Jayamaha, Ariyathna dan Joseph M. Mula. 2011. Productivity and Efficiency Measurement Techniques: Identifying The Efficacy of Techniques for Financial Institutions in Developing Countries. Journal of Emerging Trends in Economics And Management 2 (5) Scholarlink Research Institute Journals. Johansson, Helena. 2005. Technical, Allocative, and Economic Efficiency in Swedish Dairy Farm: The Data Envelopment Analysis Versus The Stochastic Frontier Approach. Makalah disajikan Pada International Congress of The European Association of Agricultural Economist (EAAE) XI-th Agustus 2005. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2011. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. Jakarta: Kementerian Koordinasi Perekonomian.
59
Peraturan Daearah Provinsi Jawa Tengah No. 3 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 20052025. Peraturan Daearah Provinsi Jawa Tengah No. 4 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013. Prasetyo, P. Eko. 2010. Ekonomi Industri.Yogyakarta: Beta Offset. Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Gajah Mada. 2000. Modul Metodologi Empiris Data Envelopment Analysis (DEA). Pelatihan Metodologi Empiris Data Envelopment Analysis (DEA) Yogyakarta, 6-10 November 2000. Rejekiningsih, Tri Wahyu. 2012. Konsentrasi Ekspor Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan Vol. 5 No.2/2012. Rubedo, Kalis. 2011. Analisis Tingkat Efisiensi Ekonomi Bank Umum Indonesia Tahun 2007-2009. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Safeedparri, Paria dkk. 2013. Identifying Sustainable and Efficient Poultry Farms in the Light of Energy Use Efficiency: a Data Envelopment Analysis Approach. Journal of Agricultural Engineering and Biotechnology Vol. 1 May 2013. Samuelson dan Nordhaus. 2005. Economics. Eighteenth Edition. New York: Mc Graw-Hill. Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2005. Peraturan Presiden RI No 7 tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 Bagian IV Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: Sinar Grafika. Sriyanto. 2011. Teori Ekonomi Mikro : Bab V Teori Produksi. Materi Kuliah Ekonomi Mikro diunduh dari http://fanny.staff.uns.ac.id/files/2011/11/isocos.ppt pada tanggal 6 September 2013. Susilowati, Indah dkk. 2004. Modul Perkuliahan: Pengukuran Efisiensi Melalui Data Envelopment Analysis (DEA). Fakultas Ekonomi Universeitas Diponegoro. Tim Kajian Pengembangan Industri Tekstil dan Produk Tekstil Badan Koordinator Penanaman Modal. 2011. Kajian Pengembangan Industri Tekstil dan Produk Tekstil. Diunduh dari laman http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/userfiles/ppi/KAJIAN%20PENG EMBANGAN%20INDUSTRI%20TEKSTIL%20DAN%20PRODUK%20TEKSTIL%202011. pdf pada tanggal 30 Mei 2013
60
Tjandraningsih, Indrasari dan Rina Herawati. 2009. Menuju Upah Layak Survei Upah Buruh Tekstil dan Garmen di Indonesia. Di unduh dari laman http://library.fes.de/pdf-files/bueros/indonesien/07004.pdf pada tanggal 30 Juni 2013 Wahyu R, Tri. 2006. Analisis efisiensi Industri di Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Dinamika Pembangunan Vol. 3 No. 2/Desember 2006. http://www.esdm.go.id tentang “Harga BBM Dalam Negeri” diakses pada tanggal 1 Juli 2013. https://groups.yahoo.com/neo/groups/pekerjatambang/conversations/messages/34851.
Tentang “Update Harga BBM Solar Industri Non-Subsidi Resmi Pertamina” diunggah 28 Desember 2011. Diakses pada tanggal 1 Juli 2014. http://www.infopajak.go.id tentang “Industri TPT Jateng tuntut keringanan PPh” diunggah 23 Agustus 2005. diakses pada tanggal 1 Juli 2013.
61
LAMPIRAN
62
Lampiran 1. Perkembangan Subsektor Industri TPT Jawa Tengah Tabel 2.3. Perkembangan Subsektor Industri TPT Jawa Tengah No
KBLI 2005
KBLI 2010
1
17111
13111
2
17112
13112
3
17113
13113
4 5 6
17114 17115 17121
13121 13122 13131
7
17122
13132
8
17123
13133
9 10
17124 17211
13134 *
11
17212
*
12
17213
*
13 14
17214 17215
13995 13996
15
17220
13930
16 17
17231 17232
13941 13942
18 19
17291 17292
13991 13992
Deskripsi Lapangan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Usaha Persiapan Serat √ √ √ √ √ √ Tektil Pemintalan √ √ √ √ √ √ √ Benang Pemintalan √ √ √ √ √ √ Benang Jahit Pertenunan √ √ √ √ √ √ √ Kain Tenun Ikat √ √ √ √ √ √ √ Penyempurnaan √ √ √ √ √ √ √ Benang Penyempurnaan √ √ √ √ √ √ √ Kain Pencetakan √ √ √ √ √ √ √ Kain Batik √ √ √ √ √ √ √ Barang Jadi √ √ √ √ √ * * Tekstil, Kecuali untuk Pakaian Jadi Barang Jadi √ √ √ √ √ * * Tekstil, untuk Keperluan Kesehatan Tekstil Jadi, √ √ √ √ √ * * Kecuali untuk Keperluan Kosmetika Karung Goni √ Bagor dan √ karung lainnya Permadani √ √ √ √ √ (Babut) Tali √ √ √ √ √ √ √ Barang-Barang √ √ √ √ √ √ √ dari Tali Kain Pita √ √ yang √ √ Menghasilkan
63
√ √
√ √
√ √
√ √
√
√ -
√ -
√ √
√ √
√ √
√ √
√
√ √
√ √
√
√
√
√
√
√
√
-
√
√
-
√
-
-
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√
√
√
√
√
*
*
Pakaian Jadi √ √ √ (Garmen) dari Kulit 18104 * Pakaian Jadi √ √ √ Lainnya dari Kulit 18201 * Bulu Tiruan √ ** 13921 Barang Jadi ** ** ** ** ** Tekstil untuk Keperluan Rumah Tangga ** 13923 Bantal dan ** ** ** ** ** Sejenisnya ** 14120 Penjahitan dan ** ** ** ** ** Pembuatan Pakaian Sesuai Pesanan ** 14131 Perlengkapan ** ** ** ** ** Pakaian dari Tekstil ** 14132 Perlengkapan ** ** ** ** ** Pakaian dari Kulit ** 14302 Pakaian Jadi ** ** ** ** ** Sulaman Sumber: BPS, Statistika Industri Besar dan Sedang tahun 2005 - 2011 Keterangan: *: Golongan tidak terklasifikasi pada KBLI 2010
-
-
*
*
* √
* √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
20 21
17293 17299
13912 13999
22 23
17301 17302
13911 14301
24
17303
14303
25
17304
13924
26 27
17400 18101
13997 14111
28
18102
*
29
30
31 32
33 34
35
36
37
Kain Keperluan Bordir/Sulaman Tekstil Lainnya yang Tidak Diklasifikasikan Kain Rajut Pakaian Jadi Rajutan Rajutan Kaos Kaki Barang Jadi Rajutan Kapuk Pakaian Jadi, dari Tekstil Pakaian Jadi Lainnya dari Tekstil
18103
14112
64
**: Golongan tidak terklasifikasi pada KBLI 2005 √: terdapat subsektor industri pada tahun tersebut - : tidak terdapat subsektor industri pada tahun observasi Lampiran 2. Subsektor yang Menjadi Objek Penelitian No KBLI 2005 1 17111 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
KBLI 2010 13111
Deskripsi 2005 2006 2007 2008 2009 Lapangan Usaha Persiapan Serat √ √ √ √ √ Tektil 17112 13112 Pemintalan √ √ √ √ √ Benang 17113 13113 Pemintalan √ √ √ √ Benang Jahit 17114 13121 Pertenunan √ √ √ √ √ 17115 13122 Kain Tenun Ikat √ √ √ √ √ 17121 13131 Penyempurnaan √ √ √ √ √ Benang 17122 13132 Penyempurnaan √ √ √ √ √ Kain 17123 13133 Pencetakan Kain √ √ √ √ √ 17124 13134 Batik √ √ √ √ √ 17231 13941 Tali √ √ √ √ √ 17232 13942 Barang-Barang √ √ √ √ √ dari Tali 17293 13912 Bordir/Sulaman √ √ √ √ 17301 13911 Kain Rajut √ √ √ √ 17302 14301 Pakaian Jadi √ √ √ √ √ Rajutan 17303 14303 Rajutan Kaos √ √ √ √ √ Kaki 17400 13997 Kapuk √ √ √ √ √ 18101 14111 Pakaian Jadi, dari √ √ √ √ √ Tekstil Sumber: BPS, Statistika Industri Besar dan Sedang tahun 2005 dan 2011 Keterangan: “ √ “ : terdapat subsektor industri pada tahun tersebut “ – “ : tidak terdapat subsektor industri pada tahun observasi
2010 2011 -
√
√
√
√
√
√ √ √
√ √ √
√
√
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √
√ √ √
√
√
√ √
√ √
65
Lampiran 3. Tingkat Keuntungan Sektor Industri TPT Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011 (dalam ribuan Rupiah Sektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pemintalan, Pertenunan, Pengolahan 4.145.555.846 9.620.225.474 4.470.293.224 5.763.244.035 7.174.087.015 10.070.890.125 8.405.483.341 Akhir Tekstil Barang Jadi Tekstil Dan 121.042.639 85.064.542 576.061.454 61.224.660 70.205.786 90.032.340 203.196.149 Permadani Perajutan 97.937.494 148.585.455 202.232.975 165.466.991 219.196.707 170.314.445 100.816.791 Kapuk 7.077.532 2.824.245 3.908.668 5.112.156 2.396.764 3.398.430 6.046.771 Pakaian Jadi 1.260.617.851 2.189.651.799 1.138.474.076 1.797.475.982 2.216.320.344 2.543.613.638 Total
2.052.828.058
5.632.231.362 12.046.351.515 6.390.970.397 7.792.523.824 9.682.206.616 12.808.751.324 10.837.868.764
66
Lampiran 4. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011 Berdasarkan Sektoral. Sektor/Sub Golongan Pokok
ET (1) 0,93
2005 EA EE (2) (1*2) 1 0,93
ET (1) 0,97
2006 EA EE (2) (1*2) 1 0,97
ET (1) 0,90
2007 EA EE (2) (1*2) 1 0,90
ET (1) 0,76
2008 EA EE (2) (1*2) 1 0,76
ET (1) 0,75
2009 EA EE (2) (1*2) 1 0,75
ET (1) 0,87
2010 EA EE (2) (1*2) 1 0,87
ET (1) 0,93
2011 EA EE (2) (1*2) 1 0,93
0,86 1 n.a 0,92 0,81 0,87 1 1 1 0,99
1 1 n.a 1 1 1 1 1 1 1
0,86 1 n.a 0,92 0,81 0,87 1 1 1 0,99
0,99 1 0,99 0,99 1 1 1 1 0,77 0,66
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0,99 1 0,99 0,99 1 1 1 1 0,77 0,66
1 1 0,75 0,92 n.a 1 0,71 1 0,79 0,85
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0,75 0,92 n.a 1 0,71 1 0,79 0,85
1 1 0,37 0,63 0,99 0,64 0,65 1 0,55 0,87
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0,37 0,63 0,99 0,64 0,65 1 0,55 0,87
1 0,89 1 0,77 0,42 0,43 0,79 1 0,46 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0,89 1 0,77 0,42 0,43 0,79 1 0,46 1
n.a 1 1 1 0,83 0,73 0,81 1 0,61 0,96
n.a 1 1 1 1 1 1 1 1 1
n.a 1 1 1 0,83 0,73 0,81 1 0,61 0,96
1 0,96 0,96 1 1 0,71 1 1 0,78 0,87
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0,96 0,96 1 1 0,71 1 1 0,78 0,87
1 0,97 1 0,84
1 1 1 1
1 0,97 1 0,84
0,59 1 0,40 0,83
1 1 1 1
0,59 1 0,40 0,83
1 1 0,54 0,93
1 1 1 1
1 1 0,54 0,93
1 1 0,62 0,99
1 1 1 1
1 1 0,62 0,99
1 1 n.a 1
1 1 n.a 1
1 1 n.a 1
1 1 0,89 0,85
1 1 1 1
1 1 0,89 0,85
1 0,62 1 0,92
1 1 1 1
1 0,62 1 0,92
17301 1
1
1
1
1
1
0,78
1
0,78
0,97
1
0,97
1
1
1
0,55
1
0,55
0,77
1
0,77
17302 0,87
1
0,87
0,50
1
0,50
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
17303 0,63
1
0,63
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0,93
1
0,93
0,75
1
0,75
0,92
1
0,92
0,80
1
0,80
0,71
1
0,71
1
1
1
Pemintalan, Pertenunan, Pengolahan Akhir Tekstil 17111 17112 17113 17113 17115 17121 17122 17123 17124 Barang Jadi Tekstil Dan Permadani 17231 17232 17293 Perajutan
Kapuk – 17400
1
67
Pakaian Jadi – 1 18101
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0,93
1
0,93
0,97
1
0,97
1
1
1
Lampiran 5. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011. Tabel 4.4. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011 Berdasarkan Sub Golongan Pokok 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 ET EA EE ET EA EE ET EA EE ET EA EE ET EA EE ET EA EE ET EA EE (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) 0,93 1 0,93 0,97 1 0,97 0,90 1 0,90 0,76 1 0,76 0,75 1 0,75 0,87 1 0,87 0,93 1 0,93
Sektor/Sub Golongan Pokok Pemintalan, Pertenunan, Pengolahan Akhir Tekstil Barang Jadi 0,99 1 Tekstil Dan Permadani Perajutan 0,84 1
0,99
0,66 1
0,66
0,85 1
0,85
0,87 1
0,87
1
1
1
0,96 1
0,96
0,87 1
0,87
0,84
0,83 1
0,83
0,93 1
0,93
0,99 1
0,99
1
1
1
0,85 1
0,85
0,92 1
0,92
Kapuk
1
1
1
0,93 1
0,93
0,75 1
0,75
0,92 1
0,92
0,80 1
0,80
0,71 1
0,71
1
1
1
Pakaian Jadi
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0,93 1
0,93
0,97 1
0,97
1
1
1
1
Sumber: diolah dari hasil perhitungan efisiensi Keterangan:
ET : Efisiensi Teknis; EA : Efisiensi Alokatif; EE : Efisiensi Ekonomi
1
1
68
Industri ET (1)
Tekstil Pakaian Jadi Tekstil dan Produk Tekstil
0,93 1 0,97
2005 EA EE (2) (1*2)
1 1 1
0,93 1 0,97
ET (1)
0,89 1 0,95
2006 EA EE (2) (1*2)
1 1 1
0,89 1 0,95
ET (1)
0,88 1 0,94
2007 EA EE (2) (1*2)
1 1 1
0,88 1 0,94
ET (1)
2008 EA EE (2) (1*2)
0,83 1 0,92
1 1 1
0,83 1 0,92
ET (1)
0,83 0,93 0,88
2009 EA EE (2) (1*2)
1 1 1
0,83 0,93 0,88
ET (1)
0,88 0,97 0,93
2010 EA EE (2) (1*2)
1 1 1
0,88 0,97 0,93
ET (1)
2011 EA EE (2) (1*2)
0,93 1 0,97
Tabel Ringkasan Perhitungan Efisiensi Ekonomi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011. Industri
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Tekstil Pakaian Jadi Tekstil dan Produk Tekstil
0,93 1
0,89 1
0,88 1
0,83 1
0,83 0,93
0,88 0,97
0,93 1
0,97
0,95
0,94
0,92
0,88
0,93
0,97
Ratarata 0,88 0,99 0,93
1 1 1
0,93 1 0,97
66
Lampiran 6. Hasil Perhitungan Efisiensi Teknis Menggunakan DEA Lampiran 6.1. Tahun 2005
67
68
Lampiran 6.2. Tahun 2006
69
70
Lampiran 6.3. Tahun 2007
71
72
Lampiran 6.4. Tahun 2008
73
74
Lampiran 6.5. Tahun 2009
75
76
Lampiran 6.6. Tahun 2010
77
78
79
Lampiran 6.7. Tahun 2011
80
81
Lampiran 7. Hasil Perhitungan Efisiensi Alokatif Menggunakan DEA Lampiran 7.1. Tahun 2005
82
83
84
85
Lampiran 7.2. Tahun 2006
86
87
88
89
Lampiran 7.3. Tahun 2007
90
91
92
93
Lampiran 7.4. Tahun 2008
94
95
96
97
98
Lampiran 7.5. Tahun 2009
99
100
101
102
103
Lampiran 7.6. Tahun 2010
104
105
106
107
108
Lampiran 7.7. Tahun 2011
109
110
111
112
113
Lampiran 8. Data Variabel Input dan Output Pengukuran Efisiensi Teknis (dalam ribuan Rupiah) KB 2005 2006 LI INPUT OUTP INPUT OUTP UT UT Biaya Biaya Biaya Nilai Biaya Biaya Biaya Nilai Tenag Bahan Energ Hasil Tenag Bahan Energi Hasil a Baku i Produ a Baku Produk Kerja ksi Kerja si 42.26 255.17 18.91 367.83 50.831. 112.49 2.660.2 377.310 171 3.339 0.646 5.514 4.594 509 2.786 56 .348 11 205.9 222.9 171 1.916.0 3.319.9 528.30 3.340.8 334.14 5.519.6 22.20 06.35 12 23.939 37.628 2.970 85.613 0.615 97.430 6 5 17.228. 143.09 4.621.6 200.883 171 n.a n.a n.a n.a 454 3.756 04 .430 13 284.2 264.8 171 1.897.3 3.045.0 720.98 4.965.9 449.67 7.030.6 32.12 72.51 14 78.128 58.807 6.760 31.915 5.033 29.606 2 7 171 1.798. 5.041.6 262.2 8.530.0 30.165. 222.12 2.394.0 283.351 409 05 60 32 506 8.149 90 .250 15 118.7 171 68.82 815.43 1.409.7 501.75 6.164.4 1.064.6 10.168. 58.71 21 9.142 8.280 42.813 3.052 48.978 06.252 469.662 8 158.3 115.1 171 1.551.3 2.154.8 306.18 1.151.7 302.11 4.008.7 55.98 99.56 22 60.802 72.178 5.721 30.677 1.261 96.283 6 9 132.3 171 78.33 597.08 1.847.5 329.54 2.344.5 136.63 3.632.4 20.32 23 0.927 5.766 54.204 2.058 80.140 6.977 33.211 7 19.75 95.417. 3.577. 143.87 57.997. 425.28 29.930. 528.790 171 2.609 260 577 0.072 063 7.489 233 .358 24 162.8 666.60 15.02 956.10 12.032. 39.446. 2.723.5 61.856. 172 40 0 4 0 375 675 74 661 31 424.5 1.812.8 59.83 2.715.8 7.661.5 1.915.2 2.391.3 172 21.392 63 15 5 71 01 75 35 32 172 1.186. 1.072.2 112.3 1.963.2 6.621.7 11.727. 567.20 15.494. 564 65 22 18 70 643 3 967 93 30.52 87.034. 2.201. 175.73 50.762. 294.20 6.568.0 465.229 173 2.865 727 992 3.119 475 6.571 31 .196 01 14.04 48.536. 1.431. 77.828. 40.224. 95.353. 3.622.4 155.517 173 4.290 960 034 109 597 214 30 .171 02 861.3 3.000.8 539.8 5.160.3 639.80 960.96 2.309.3 173 67.791 10 73 23 69 5 5 46 03 174 3.125. 18.066. 415.1 25.395. 2.937.6 14.084. 217.82 20.251.
57
58
00 181 01
563 475 472.2 3.073.3 74.78 16.250 6
93 200.2 35.57 4
467
76
547
6
051
4.350.7 1.528.3 5.509.0 01.272 56.044 00.873
232.43 8.839
8.720.6 46.747
2007 INPUT KBL I
1711 5 1712 1
Biaya Tena ga Kerja 60.37 8.450 325.7 86.22 2 8.727. 378 248.1 71.09 7 8.284. 041 64.03 0.246
1712 2
47.17 6.328
1711 1 1711 2 1711 3 1711 4
1712 3 1712 4 1723 1 1723 2 1729 3
365.5 14.33 8 55.85 0.392 1.107. 080 244.6 50 3.794. 641
Biaya Bahan Baku
Biaya Energi
65.916. 1.576.8 791 50 3.138.9 1.181.3 52.557 72.984 66.345. 8.828.8 881 26 1.513.1 20.454
233.53 2.612
33.533. 703 1.157.9 96.323
637.65 8 121.16 8.051
309.61 43.816. 3.297 709 2.982.2 03.475
264.96 9.103
286.53 18.826. 2.588 392 8.026.4 83.718 85 1.698.9 13.148 25 8.117.7 557.65 43 4
2008 OUTP UT Nilai Biaya Hasil Tena Produ ga ksi Kerja 209.36 36.33 4.464 7.849 454.0 8.002.2 70.53 76.814 2 95.185. 3.850. 455 000 203.1 2.616.0 95.55 38.954 0 49.639. 6.033. 099 202 1.952.0 54.73 16.902 1.959 139.4 437.87 31.10 9.581 9 385.7 4.763.7 06.38 05.018 6 397.73 71.65 5.107 4.937 11.831. 3.566. 506 354 2.217.0 579.2 66 98 10.204. 2.430. 004 974
OUTP UT Biaya Biaya Nilai Bahan Energi Hasil Baku Produk si 887.53 20.319. 1.324.6 4.029 480 29.422 INPUT
5.536.2 1.062.2 11.589. 73.268 39.725 994.402 6.155.5 4.083.6 11 36
17.290. 651
1.366.0 49.861
1.986.3 80.626
181.40 8.072
25.747. 397.84 35.791. 037 0 879 450.53 81.745. 744.108 6.545 553 .541 777.06 3.179
207.50 8.845
1.610.9 67.685
2.886.1 01.227
323.29 3.710
4.497.9 69.666
486.50 38.670. 598.955 1.038 294 .501 17.382. 102.12 22.304. 964 5 051 2.929.9 4.272.2 20.038 06 97 4.242.9 266.87 4.835.0 06 9 78
59
1730 1 1730 2 1730 3 1740 0 1810 1
46.83 167.80 10.228. 250.90 6.005 4.238 196 3.070 104.8 721.24 23.702. 1.010.0 90.89 3.965 736 94.780 4 719.0 1.230.7 2.610.5 86.208 15 05 85 8.028. 23.530. 558.85 32.979. 166 257 2 795 840.9 3.059.7 197.40 4.905.9 88.86 32.977 2.982 01.491 8
36.24 402.47 8.599.9 554.145 9.331 3.653 11 .049 101.8 374.22 11.669. 602.146 95.14 3.271 505 .653 5 280.5 791.21 1.617.0 41.400 40 5 00 3.393. 26.474. 393.49 34.212. 993 352 3 669 919.8 3.000.0 158.35 5.421.2 92.98 96.399 6.098 76.499 5
2009 INPUT KB LI
171 11 171 12 171 13 171 14 171 15 171 21 171 22 171 23 171 24 172
Biaya Tenag a Kerja 59.806 .444 309.01 0.830 28.904 .584 484.94 2.492 32.347 .755 39.182 .791 199.69 2.893 331.74 8.594 82.851 .972 749.36
Biaya Bahan Baku
Biaya Energ i
416.14 7.618 3.533.9 81.680 156.07 9.877 3.075.5 71.227 151.98 8.622 550.97 6.717 2.231.1 14.047 5.324.3 35.524 310.25 9.519 2.247.0
9.606. 132 357.25 0.759 48.781 .401 362.90 2.130 11.894 .154 34.285 .547 405.91 1.728 251.30 9.917 17.155 .581 15.897
2010 OUTP UT Nilai Hasil Produ ksi 766.55 5.234 5.695.7 16.513 1.968.4 19.344 4.452.3 27.240 248.66 6.577 645.80 7.762 3.714.4 71.423 8.772.9 71.837 435.96 6.417 3.056.7
INPUT
OUTP UT Nilai Hasil Produ ksi
Biaya Tenag a Kerja
Biaya Bahan Baku
Biaya Energ i
n.a
n.a
n.a
n.a
153.59 6.373 36.817 .125 456.16 7.498 4.139. 334 37.423 .127 83.230 .151 220.53 1.105 122.73 7.584 4.238.
2.684.2 14.903 1.769.9 21.402 5.632.1 24.607 15.203. 130 610.23 3.799 1.611.4 57.727 2.643.7 59.353 480.19 1.190 29.214.
317.76 6.293 200.22 9.927 886.10 5.601 138.49 6 23.973 .612 89.933 .306 168.06 8.659 31.911 .337 96.540
5.380.0 44.390 2.384.6 79.670 9.102.6 85.658 20.506. 521 698.43 5.501 2.114.8 22.573 6.383.0 81.005 725.25 0.256 39.188.
60
31 172 32 172 93 173 01 173 02 173 03 174 00 181 01
2 3.426. 391 3.242. 757
00 26.105. 153.17 710 8 3.486.7 301.94 72 6
n.a
n.a
n.a
137.80 6.290 541.77 0 2.935. 958 836.87 7.069
601.76 5.077 856.01 5 12.512. 933 2.478.6 56.905
10.149 .050 69.235 204.38 5 137.23 3.145
36 305 37.287. 484.48 828 5 4.708.2 893.81 10 1 3.054. n.a 910 976.51 23.127 5.299 .281 1.758.7 583.70 20 0 18.065. 3.795. 977 241 4.622.5 722.40 20.190 5.772
000 546.16 1 1.334.4 23 18.439. 901 70.150. 744 683.71 7 18.239. 774 2.724.0 27.856
58.721 37.554 3.724. 463 2.179. 013 28.265 435.77 5 128.30 3.107
500 2.432.3 15 2.948.5 60 25.853. 014 193.87 2.335 2.053.7 16 26.456. 933 4.756.8 41.620
2011 KBLI
13111 13112 13113 13121 13122 13131 13132 13133 13134 13941 13942 13912 13911 14301 14303 13997
Biaya Tenaga Kerja 197.584.299 916.279.279 141.861.617 730.071.145 2.736.199 1.555.321 44.181.052 1.181.996.637 74.493.185 2.017.382 691.602 41.242 25.080.810 102.796.013 550.896 713.628
INPUT Biaya Bahan Baku
Biaya Energi
OUTPUT Nilai Hasil Produksi
1.586.631.298 5.041.928.082 2.324.059.154 5.461.859.164 32.904.192 25.381.998 1.610.845.290 3.372.998.612 242.967.949 18.628.738 3.765.009 4.187.518 20.492.578 72.608.667 819.259 15.320.577
238.825.163 419.535.135 234.553.882 721.733.272 235.270 1.037.300 95.530.097 302.533.518 13.107.308 177.275 1.135.064 179.947 3.482.610 3.953.681 40.140 354.205
3.284.944.937 7.153.026.250 3.010.522.578 8.034.083.297 43.769.203 28.353.000 2.304.883.091 8.100.201.285 385.093.687 27.669.811 6.328.406 10.305.908 67.778.691 333.938.284 2.361.558 22.161.052
61
1.088.206.642 2.622.546.378 88.390.435 5.265.107.678 Sumber: Statistik Industri Besar dan Menengah Jawa Tengah 20052011 Volume I. 14111
Lampiran 9. Data Variabel Input dan Output Pengukuran Efisiensi Alokatif Lampiran 9.1. Tahun 2005 KBLI
17111
INPUT JENIS KAPAS YG DIGARUK DAN DISISR SERAT LAIN DIGARUKDAN DISISIR SERAT TEKSTIL DISIAPKAN TENAGA KERJA SOLAR INDSUTRI LISTRIK KBLI
OUTPUT SATUAN HARGA JENIS KG 258 SERAT REEL KG 200 KG 438 ORG/TH 13.137.500 LITER 4.700 KWH 2.222
SATUAN HARGA KG 75.492
17112 INPUT
OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA BENANG PINTAL CAMPURAN POLIESTER KG 9.312 BENANG PINTAL CAMPURAN RAYON-KAPAS BALL 3.603.125 BENANG PINTAL CAMPURAN LAINNYA KG 20.176 TENAGA KERJA ORG/TH 8.322.443 SOLAR INDUSTRI LITER 4.700 LISTRIK KWH 1.275 KBLI 17114 INPUT JENIS SATUAN HARGA BENANG KAPAS METER 3.718 FILAMEN POLIESTER YARD 3.573 FILAMEN - RAYON VISKOSA KG 3.389 TENAGA KERJA ORG/TH 7.395.330 SOLAR INDUSTRI LITER 4.700 LISTRIK KWH 1.749
57
JENIS BENANG PC BENANG RAYON-KAPAS BENANG CAMPURAN LAINNYA
SATUAN BAL BAL KG
HARGA 2.638.839 1.964.332 22.051
SATUAN METER
HARGA 1.300
OUTPUT JENIS KAIN TENUN BENANG WARNA
58
KBLI
17115 INPUT
JENIS BENANG PINTAL KAPAS 85 FILAMEN POLIESTER FILAMEN KEKUATAN TINGGI TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI INPUT JENIS BENANG CELUP FILAMEN SINTETIK BENANG CELUP CAMPURAN TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
KBLI
OUTPUT SATUAN HARGA JENIS SATUAN KG 50.395 KAIN TENUN IKAT BENANG ANEKA WARNA METER BUAH 13.091 KG 27.726 ORG/TH 7.395.330 LITER 4.700 KWH 2.022 17121 OUTPUT SATUAN HARGA JENIS SATUAN KG 13.675 PRODUK BENANG CELUP CAMPURAN BAL BALL 2.185.289 PRODUK BENANG HASIL PENYEMPURNAAN LAINNNYA KG ORG/TH 12.014.163 LITER 4.700 KWH 933
HARGA 40.239
HARGA 1.764.664 10.703
17122 INPUT
JENIS BENANG CELUP FILAMEN SINTETIK BENANG CELUP CAMPURAN TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
OUTPUT SATUAN HARGA JENIS kg 2.485 KAIN CELUP CAMPURAN KAPAS METER 1.994 KAIN HASIL PENYEMPURNAAN LAINNYA ORG/TH 7.758.365 LITER 4.700 KWH 1.789
SATUAN YARD BAL
HARGA 4.735 2.380.000
59
KBLI
17123 INPUT
OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS BENANG FILAMEN SINTETIK POLIAMIDA YARD 18.720 KAIN CETAK MOTIF BATIK BENANG KAPAS CAMPURAN SERAT BUATANYARD 4.981 KAIN CETAK STAPEL SINTETIK BENANG SERAT STAPEL POLISETRI-RAYON VISKOSA YARD 16.537 TENAGA KERJA ORG/TH 6.660.793 SOLAR INDUSTRI LITER 4.700 LISTRIK KWH 1.789 KBLI
HARGA 235.197 20.000
SATUAN KODI KODI
HARGA 549.932 68.488
SATUAN KG
HARGA 6.000
17124 INPUT
JENIS BAHAN BATIK CAP TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
OUTPUT SATUAN HARGA JENIS BAL 299.182 BATIK TULIS PRIMA ORG/TH 3.192.599 BATIK CAP LITER 4.700 KWH 2.050
KBLI
17231 INPUT
JENIS BAHAN TALI KAPAS BAHAN TALI RAMI BAHAN TALI HENEP MANILA TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
SATUAN KODI METER
OUTPUT SATUAN HARGA JENIS KG 28.768 TALI GONI-YUTE GLDG 36 KG 14.000 ORG/TH 1.313.226 LITER 4.700 KWH 867
60
KBLI
17232 INPUT
JENIS BAHAN SUMBU KOMPOR TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
OUTPUT SATUAN HARGA KG 13.688 ORG/TH 6.153.087 LITER 4.700 KWH 258
JENIS TALI SEPATU SUMBU KOMPOR PRODUK TALI LAINNYA
SATUAN HARGA LUSIN 5.128 KG 12.813 ROLL 36.792
61
KBLI
17302 INPUT
JENIS BENANG JAHIT SERAT KAPAS 85 KAIN CETAK DARI KAPAS 85 KAIN RAJUT BULU DARI KAPAS TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI
OUTPUT SATUAN HARGA BAL 4.917.932 KG 37.472 KG 46.068 ORG/TH 11.511.713 LITER 4.700 KWH 1.405
JENIS MANTEL WANITA TSHIRT PRIA BAJU HANGAT BAYI
SATUAN POTONG POTONG POTONG
HARGA 61.053 50.418 73.153
SATUAN KODI LUSIN
HARGA 40.000 89.045
17303 INPUT
OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS BENANG JAHIT SERAT KAPAS 85 KG 23.420 KAOS KAKI KAPAS BENANG CELUP P/C KG 38.122 KAOS KAKI BAHAN TEKSTIL LAINNYA PLASTIK LEMBARAN POLIMER PROPILEN KG 27.570 TENAGA KERJA ORG/TH 7.425.086 SOLAR INDUSTRI LITER 4.700 LISTRIK KWH 2.217
62
KBLI
17293 INPUT
JENIS BROKAT BAHAN SULAMAN LAINNYA TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI
OUTPUT SATUAN HARGA JENIS YARD 7.500 KAIN SULAMAN METER 10.350 KAIN SULAMAN LAINNYA ORG/TH 271.207 LITER 4.700 KWH 1.524
SATUAN POTONG BUAH
HARGA 1.378 7.460
SATUAN KG KG
HARGA 55.000 55.000
17301 INPUT
JENIS BAHAN RAJUT BULU KAPAS BAHAN RAJUT KAPAS BAHAN RAJUT SINTETIK TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
OUTPUT SATUAN HARGA JENIS METER 29.373 KAIN RAJUT KAPAS ROLL 51.130 KAIN RAJUT SINTETIK KG 40.210 ORG/TH 10.804.554 LITER 4.700 KWH 1.619
63
KBLI
17400 INPUT
JENIS KAPUK HALUS TENAGA KERJA SOALR INDUSTRI LISTRIK
OUTPUT SATUAN HARGA KG 13.667 ORG/TH 2.685.192 LITER 4.700 KWH 1.879
KBLI
JENIS PRODUK KAPUK HALUS BIJI KAPUK HATI KAPUK
SATUAN KG KG KG
HARGA 10.420 717 1.210
OUTPUT JENIS SATUAN PAKAIAN LUAR PRIA BATIK SINTETIK LUSIN KEMEJA LENGAN PENDEK PRIA BAHAN SINTETIK BUAH BLOUSE WANITA SERAT KAPAS BUAH PAKAIAN LUAR WANITA SERAT SINTETIK POTONG
HARGA 204.220 45.643 44.268 52.884
18101 INPUT
JENIS BENANG JAHIT DARI KPAS 85 KAIN CELUP KAPAS 85 KAIN CETAK KAPAS 85 KAIN KANVAS PERLENGKAPAN PAKAIAN TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
SATUAN HARGA CONES 25.025 METER 4.589 METER 19.678 METER 15.908 BUAH 377 ORG/TH 7.316.985 LITER 4.700 KWH 2.283
Lampiran 9.2. Tahun 2006 KBLI
17111 INPUT
JENIS BENANG POLYESTER FILAMEN VISCOSE RAYON TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
OUTPUT SATUAN HARGA JENIS KG 3.100 SERAT REELING KG 1.169 ORG/TH 23.748.000 LITER 5.512 KWH 691
SATUAN KG
HARGA 75.492
64
KBLI
17112 INPUT
JENIS POLYESTER VISCOSE RAYON TENAGA KERJA SOALR INDUSTRI LISTRIK KBLI
OUTPUT SATUAN HARGA JENIS SATUAN BAL 2.500.009 BENANG PINTAL CAMPURAN SERAT LAINNYA BAL KG 10.156 ORG/TH 25.851.000 LITER 5.512 KWH 1.275
HARGA 2.980.532
17113 INPUT
OUTPUT SATUAN HARGA JENIS SATUAN KG 11.510 BENANG JAHIT CAMPURAN SERAT LAINNYABAL KG 15.132 ORG/TH 18.858.000 LITER 5.512 KWH 1.000 17114 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BENANG CELUP FILAMEN SINTETIK BAL 3.720.151 KAIN TENUN SERAT BUATAN METR ZAT WARNA TEKSTIL KG 20.823 KAIN TENUN BNG WARNA YARD TENAGA KERJA ORG/TH 16.169.000 SOLAR INDUSTRI LITER 5.512 LISTRIK KWH 841
JENIS POLYESTER VISCOSE RAYON TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI
HARGA 3.851.292
HARGA 4.565 6.678
65
KBLI
17115 INPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS BENANG CELUP FILAMEN SINTETIK BAL 1.342.555 KAIN TENUN IKAT WARNA ZAT WARNA TEKSTIL BUAH 797.669 KAIN IKAT POLOS TENAGA KERJA ORG/TH 15.725.000 SOLAR INDUSTRI LITER 5.512 LISTRIK KWH 1.164
OUTPUT SATUAN METER METER
HARGA 11.774 120.000
66
KBLI
17301 INPUT
JENIS BENANG KAIT KAPAS BENANG RAJUT STAPEL DYSTUFF TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI INPUT JENIS BENANG JAHIT KAPAS KAIN RAJUT BERBULU KAIN RAJUT KAPAS TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
SATUAN HARGA KG 18.000 KG 15.454 KG 60.000 ORG/TH 33.405.000 LITER 5.512 KWH 910 17302 SATUAN HARGA BAL 4.199.771 KG 39.341 BUAH 5.833 ORG/TH 20.869.000 LITER 5.512 KWH 1.358
OUTPUT JENIS SELIMUT KAIN RAJUT MANTEL RAJUT WANITA
SATUAN METER KG BUAH
HARGA 4.836 34.851 13.139
OUTPUT JENIS CELANA RAJUT PRIA SINGLET RAJUT PRIA KAOS OBLONG RAJUT PRIA
SATUAN BUAH BUAH BUAH
HARGA 7.500 10.000 9.037
67
KBLI INPUT JENIS BENANG CELUP KAPAS BENANG CELUP PR BENANG ASBES TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI INPUT JENIS BENANG JAHIT AKLIRIK BENANG CELUP FILAMEN KAIN CETAK LAINNYA TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI
17232 SATUAN HARGA KG 9.400 KG 11.000 KG 2.070 ORG/TH 53.300.000 LITER 5.512 KWH 1.183
OUTPUT JENIS SATUAN BENANG PINTAL RAYON-KAPAS KG SUMBU KOMPOR KG TALI ASBES ANYAM KG
HARGA 14.000 9.559 3.800
17293 SATUAN HARGA BAL 3.600.000 BAL 3.600.000 METER 22.500 ORG/TH 12.962.000 LITER 5.512 KWH 1.390
OUTPUT JENIS KAIN BORDIR KAPAS BAJU KOKO BORDIR PAKAIAN
SATUAN HARGA POTONG 36.200 BUAH 850 BUAH 1.600
17303
INPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS BENANG JAHIT KAPAS KG 20.000 KAOS KAKI RAJUT BENANG CELUP PC KG 32.555 PLASTIK POLIMER PROPILENA KG 23.544 TENAGA KERJA ORG/TH 5.764.000 SOLAR INDUSTRI LITER 5.512 LISTRIK KWH 1.142
OUTPUT SATUAN PASANG
HARGA 1.583
68
KBLI INPUT JENIS BUAH KAPUK KERING KAPUK RANDU KAPUK HALUS TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI INPUT JENIS BENANG PINTAL KAPAS KAIN CELUP KAPAS 85 KAIN CETAK KAPAS 85 KAIN CETAK CAMPURAN KAIN KANVAS TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
Lampiran 9.3. Tahun 2007
17400 OUTPUT SATUAN HARGA KG 2.414 KG 1.986 KG 1.600 ORG/TH 2.738.000 LITER 5.512 KWH 1.007 18101 SATUAN HARGA BAL 4.055.564 METER 3.919 METER 16.805 KG 54.202 METER 135.851 ORG/TH 20.095.000 LITER 5.512 KWH 1.306
JENIS KAPUK HALUS BIJI KAPUK HATI KAPUK
SATUAN KG KG KG
HARGA 10.023 954 2.062
OUTPUT JENIS KAIN CETAK BHN KEMEJA PAKAIAN LUAR PRIA KAIN SARUNG LAINNYA KAIN PANJANG LAINNYA PAKAIAN JADI LAINNYA
SATUAN HARGA METER 7.500 BUAH 58.061 BUAH 26.283 METER 6.031 POTONG 36.272
69
KBLI
17111 INPUT
JENIS KAIN CETAK KAPAS BENANG POLYESTER FILAMEN VISCOSE RAYON TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
OUTPUT SATUAN HARGA JENIS METER 4.314 SERAT REELING KG 3.061 KG 1.154 ORANG/TAHUN25.947.000 LITER 5.126 KWH 719
SATUAN KG
HARGA 78.406
70
KBLI
17112 INPUT
JENIS KAPAS SUTERA REELING KAPAS GARUK TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI
SATUAN HARGA KG 23.830 M3 3.785.801 KG 8.408 ORANG/TAHUN12.080.000 LITER 5.126 KWH 1.397 17113
OUTPUT JENIS BENANG PINTAL CAMPURAN BENANG PC BENANG TUNGGAL STAPEL
INPUT JENIS KAPAS KAPAS GARUK BENANG PINTAL KAPAS TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI
HARGA 18.120 21.842 15.643
SATUAN METER BAL BAL
HARGA 2.845 3.404.091 3.517.162
SATUAN YARD METER YARD
HARGA 6.661 8.257 9.349
OUTPUT SATUAN HARGA KG 11.392 KG 117.434 BAL 2.609.399 ORANG/TAHUN 7.090.000 LITER 5.126 KWH 1.149 17114
JENIS KAIN CELUP FILAMEN BENANG JAHIT NILON BENANG JAHIT WOL
SATUAN HARGA BAL 5.313.697 KG 48.269 KG 17.849 ORANG/TAHUN 9.566.000 LITER 5.126 KWH 998
JENIS KAIN CETAK KAPAS KAIN TENUN MORI KAIN TENUN KAPAS
INPUT JENIS BENANG KLANTANG BENANG CELUP KAPAS BENANG CELUP PC TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
SATUAN KG KG KG
OUTPUT
71
KBLI
17121 INPUT
JENIS KAPAS GARUK POLYESTER VISCOSE RAYON TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
SATUAN KG KG KG ORANG/TH LITER KWH
HARGA 11.160 15.198 19.043 9.580.000 5.126 844
OUTPUT JENIS BENANG KAPAS MERSERISASI BENANG CELUP FILAMEN BENANG CELUP KAPAS
SATUAN BUAH KG BAL
HARGA 33.573 5.064 3.707.480
72
KBLI
17122 INPUT
JENIS SATUAN HARGA KAIN TENUN HANEP METER 23.085 BENANG KLANTANG KG 19.205 BENANG CELUP CAMPURAN BAL 3.438.459 TENAGA KERJA ORANG/TH 7.855.000 SOLAR INDUSTRI LITER 5.126 LISTRIK KWH 1.216 KBLI 17123 INPUT JENIS SATUAN HARGA KAPAS BAL 3.409.350 BENANG PINTAL RC BAL 5.922.967 ZAT WARNA TEKSTIL KG 17.401 TENAGA KERJA ORANG/TH 9.888.000 SOLAR INDUSTRI LITER 5.126 LISTRIK KWH 1.337 KBLI 17124 INPUT JENIS SATUAN HARGA KAIN CETAK MORI KAPAS METER 5.837 MALAM PARAFIN KG 13.897 ZAT WARNA TEKSTIL KG 19.950 TENAGA KERJA ORANG/TH 5.345.000 SOLAR INDUSTRI LITER 5.126 LISTRIK KWH 1.295
OUTPUT JENIS KAIN CETAK FILAMEN POLIESTER KAIN CELUP MORI KAPAS KAIN KELANTANG POLIESTER
SATUAN METER YARD YARD
HARGA 2.665 2.790 2.616
JENIS KAIN CETAK FILAMEN KAIN CETAK WOL KAIN CETAK KAPAS
SATUAN METER YARD METER
HARGA 7.690 12.099 4.774
OUTPUT JENIS BATIK KOMBINASI PRIMA BATIK CAP MORI BIRU BATIK TULIS PRIMA
SATUAN KODI KODI KODI
HARGA 640.002 12.681 1.239.972
OUTPUT
73
KBLI
17231 INPUT
JENIS BENANG JAHIT KAPAS FILAMEN TOW VISCOSE RAYON TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI
OUTPUT SATUAN HARGA JENIS KG 30.657 TALI HENEP MANILA KG 7.229 TALI KAPAS KG 5.308 ORANG/TH 4.464.000 LITER 5.126 KWH 695 17232
INPUT JENIS SATUAN KAPAS GARUK KG BENANG KAPAS RANGKAP KG BENANG CELUP POLIAMIDA KG TENAGA KERJA ORANG/TH SOLAR INDUSTRI LITER LISTRIK KWH
SATUAN KG KG
HARGA 9.303 74.823
SATUAN KG
HARGA 8.555
OUTPUT HARGA JENIS 10.868 SUMBU KOMPOR 215.000 10.000 3.262.000 5.126 1.178
74
KBLI
17293 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BENANG RAJUT STAPEL CONES 119.815 PAKAIAN JADI SULAMAN KODI KAIN BORDIR KAPAS POTONG 32.509 KAIN SULAMAN LAINNYA POTONG KAIN CETAK CAMPURAN BUAH 10.206.467 KAIN SULAMAN POTONG TENAGA KERJA ORANG/TH 6.716.000 SOLAR INDUSTRI LITER 5.126 LISTRIK KWH 850 KBLI 17301 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BENANG JAHIT AKRILIK KG 12.458 KAIN RAJUT KAPAS KG BENANG KELANTANG KG 90.126 KAIN RAJUT LUSI BUAH KAIN CETAK KAPAS 85 KG 24.004 KAIN CETAK BHN KEMEJA POTONG TENAGA KERJA ORANG/TH 10.652.000 SOLAR INDUSTRI LITER 5.126 LISTRIK KWH 809 KBLI 17302 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BENANG PINTAL PR KG 17.719 TSHIRT RAJUT PRIA BUAH KAIN CELUP BHN KEMEJA METER 172.207 KAOS OBLONG RAJUT PRIA BUAH KAIN RAJUT KAPAS METER 12.502 PAKAIAN LUAR RAJUT PRIA BUAH TENAGA KERJA ORANG/TH 11.813.000 SOLAR INDUSTRI LITER 5.126 LISTRIK KWH 750
HARGA 820.521 57.986 125.000
HARGA 5.455 51.050 14.210
HARGA 57.395 40.022 31.644
75
KBLI
17303 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BENANG CELUP WOL KG 23.000 KAOS KAKI WOL LUSIN BENANG BERLOGAM KG 35.000 KAOS KAKI RAJUT LUSIN ISOLASI TAHAN PANAS LUSIN 238.333 TENAGA KERJA ORANG/TH 7.263.000 SOLAR INDUSTRI LITER 5.126 LISTRIK KWH 756 KBLI 17400 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BUAH KAPUK KERING KG 473 HATI KAPUK KG BENANG PINTALKAPAS BAL 126.964 BIJI KAPUK KG KAPUK HALUS BAL 104.232 KAPUK HALUS KG TENAGA KERJA ORANG/TH 5.722.000 SOLAR INDUSTRI LITER 5.126 LISTRIK KWH 710 KBLI 18101 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BENANG PINTAL KAPAS BAL 4.343.163 PAKAIAN JADI POTONG BENANG CELUP CAMPURAN BAL 27.241.919 KAIN SARUNG BUAH KAIN CELUP KAPAS YARD 9.911 BLOUSE WANITA BUAH KAIN CETAK KAPAS 85 METER 10.637 PAKAIAN LUAR PRIA BUAH ZAT WARNA TEKSTIL KG 26.056 BAJU HANGAT PRIA BUAH TENAGA KERJA ORANG/TH 9.742.000 SOLAR INDUSTRI LITER 5.126 LISTRIK KWH 777
HARGA 22.000 24.999
HARGA 1.328 291 2.459
HARGA 44.021 14.478 37.854 32.489 47.995
76
Lampiran 9.4. Tahun 2008 KBLI
17111 INPUT
JENIS BENANG POLYESTER FILAMEN VISCOSE RAYON TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK INPUT JENIS KAPAS SUTERA REELING VISCOSE RAYON TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI INPUT JENIS KAPAS KAPAS GARUK BENANG PINTAL KAPAS 85 TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
OUTPUT SATUAN KG
HARGA 530.064
OUTPUT JENIS SATUAN BENANG TENUN KG BENANG KG BENANG POLYESTER M3
HARGA 18.206 16.687 16.402.906
OUTPUT SATUAN BAL
HARGA 3.517.162
SATUAN HARGA JENIS KG 3.061 BENANG KG 1.154 ORANG/TH 17.076.000 LITER 6.213 KWH 645
SATUAN HARGA KG 23.830 M3 3.785.801 BAL 3.671.827 ORANG/TH 12.944.000 LITER 6.213 KWH 1.312 17113
SATUAN HARGA JENIS KG 11.392 BENANG KG 117.434 BAL 2.609.399 ORANG/TH 7.347.000 LITER 6.213 KWH 847
77
KBLI
17114 INPUT
JENIS BENANG TUNGGAL MODAKRILIK BENANG CELUP KAPAS BENANG CELUP PC ZAT WARNA TEKSTIL TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
SATUAN HARGA KG 323.999 KG 48.269 KG 17.849 KG 19.887 ORANG/TH 10.035.000 LITER 6.213 KWH 1.553
JENIS KAIN GREY RS 11 KAIN JADI
OUTPUT SATUAN METER METER METER
HARGA 5.967 7.025 7.661
78
KBLI
17115 INPUT
JENIS BENANG SUTERA BENANG KLANTANG PC BENANG EMAS ZAT WARNA TEKSTIL TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI
SATUAN HARGA KG 324.938 BAL 3.758.817 KG 87.667 KG 87.119 ORANG/TH 6.681.000 LITER 6.213 KWH 4.335 17121
OUTPUT JENIS SATUAN KAIN ANTIK METER KAIN SUTERA POLOS METER KAIN FILAMIN METER
HARGA 19.948 33.897 13.687
OUTPUT SATUAN BAL KG
HARGA 4.014.049 8.027
OUTPUT SATUAN METER METER METER
HARGA 2.783 18.190 2.055
INPUT JENIS KAPAS GARUK POLYESTER VISCOSE RAYON TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI
SATUAN HARGA JENIS KG 11.160 BENANG TENUN KG 15.198 BENANG KG 19.043 ORANG/TH 9.459.000 LITER 6.213 KWH 1.629 17122
INPUT JENIS BENANG KLANTANG AKRILIK BENANG CELUP PC ZAT WARNA TEKSTIL TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
SATUAN HARGA KG 19.205 BAL 3.438.459 KG 59.446 ORANG/TH 11.060.000 LITER 6.213 KWH 783
JENIS GREY PE/TC DENIM KAIN PRINTING
79
KBLI
17123 INPUT
JENIS KAPAS BENANG JAHIT NILON BENANG KLANTANG KAPAS TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
KBLI
SATUAN HARGA BAL 3.409.350 KG 22.299 KG 38.184 ORANG/TH 11.754.000 LITER 6.213 KWH 1.626
OUTPUT SATUAN METER METER METER
HARGA 5.252 4.495 7.340
OUTPUT JENIS SATUAN KAIN BATIK KATUN KODI KAIN BATIK PRINTING METER SANTUNG BATIK KODI
HARGA 1.240.083 6.299 12.946
OUTPUT SATUAN BUAH
HARGA 14.630
JENIS KAIN RAYON KAIN GREY KAIN PRINTING
17124 INPUT
JENIS BENANG PINTAL KAPAS KAIN TENUN MORI KPS MALAM PARAFIN ZAT WARNA TEKSTIL TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI
SATUAN HARGA BAL 1.498.275 METER 10.307 KG 13.897 KG 19.950 ORANG/TH 6.883.000 LITER 6.213 KWH 1.459 17231 INPUT
JENIS BENANG JAHIT KAPAS 85 FILAMEN TOW VISCOSE RAYON TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
SATUAN HARGA JENIS KG 39.657 TALI SEPATU KG 7.229 KG 5.308 ORANG/TH 9.962.000 LITER 6.213 KWH 701
80
KBLI
17232 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN KAPAS GARUK KG 10.868 SUMBU KOMPOR KG BENANG KAPAS RKP KG 215.000 TALI PRAMUKA KG BENANG CELUP FILAMEN KG 10.000 TENAGA KERJA ORANG/TH 7.724.000 SOLAR INDUSTRI LITER 6.213 LISTRIK KWH 455 KBLI 17293 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BENANG RAJUT STAPEL YARD 119.815 BORDIR HALUS POTONG KAIN BORDIR KAPAS POTONG 32.509 BORDIR POTONG KAIN KEMPA/BERLAPIS KG 33.000 BORDIR KASAR POTONG TENAGA KERJA ORANG/TH 6.642.000 SOLAR INDUSTRI LITER 6.213 LISTRIK KWH 797
HARGA 15.000 4.200
HARGA 12.500 5.000 20.000
81
KBLI
17301 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BENANG JAHIT AKRILIK KG 12.458 PANEL BUAH KAIN CETAK KAPAS KG 24.004 RAJUT KG KAIN RAJUT LUSI KG 24.004 SWEATER WANITA BUAH TENAGA KERJA ORANG/TH 10.351.000 SOLAR INDUSTRI LITER 6.213 LISTRIK KWH 948 KBLI 17302 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BENANG PINTAL AKRILIK YARD 49.049 GARMENT KNIT BUAH KAIN CELUP BHN KEMEJA METER 172.207 PAKAIAN ATAS BUAH ELASTIC BAND KG 26.104 JAKET PRIA-WANITA BUAH KAIN RAJUT KAPAS METER 12.502 WOMEN CAPRI TANK BUAH TENAGA KERJA ORANG/TH 13.281.000 SOLAR INDUSTRI LITER 6.213 LISTRIK KWH 1.072
HARGA 60.601 2.000 27.058
HARGA 31.098 45.961 49.892 82.068
82
KBLI
17303 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BENANG CELUP WOL KG 23.000 KAOS KAKI LUSIN BENANG BERLOGAM KG 35.000 PLASTIK LEMBARAN KG 35.000 TENAGA KERJA ORANG/TH 6.234.000 SOLAR INDUSTRI LITER 6.213 LISTRIK KWH 1.166 KBLI 17400 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BUAH KAPUK KERING KG 473 KAPUK HALUS KG KAPAS KG 1.369 BIJI KAPUK KG KAPAS HALUS BAL 104.232 HATI KAPUK KG TENAGA KERJA ORANG/TH 3.091.000 SOLAR INDUSTRI LITER 6.213 LISTRIK KWH 771 KBLI 18101 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BENANG PINTAL KAPAS BAL 4.343.163 BAJU LENGAN PNJNG POTONG BENANG CELUP CAMPURAN BAL 27.241.919 CELANA JEANS LUSIN KAIN CETAK KAPAS 85 METER 10.637 SETELAN KODI KAIN CETAK CAMPURAN YARD 16.061 PAKAIAN JADI SET ZAT WARNA TEKSTIL KG 26.056 TENAGA KERJA ORANG/TH 10.054.000 SOLAR INDUSTRI LITER 6.213 LISTRIK KWH 1.296
Lampiran 9.5 Tahun 2009
HARGA 22.000
HARGA 13.500 1.100 4.500
HARGA 62.541 62.272 28.981 43.993
83
KBLI
17111 INPUT
OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BNG POLYESTER FILAMEN KG 22.823 SERAT REELING KG VISCOSE RAYON KG 8.606 SERAT TEKSTIL DISIAPKAN KG TENAGA KERJA ORANG/TH 27.561.000 SOLAR INDUSTRI LITER 4.383 LISTRIK KWH 647 KBLI 17112 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN SUTERA REELING M3 19.138.778 BENANG SUTERA M3 KAPAS GARUK KG 27.202 BENANG PINTAL AKRILIK KG VISCOSE RAYON KG 9.157 BENANG CELUP FILAMEN KG PEWARNA KG 30.995.995 BENANG POLYESTER FIL M3 TENAGA KERJA ORANG/TH 15.304.000 SOLAR INDUSTRI LITER 4.383 LISTRIK KWH 1.109 KBLI
HARGA 66.830.380 25.789 7.330 15.194.601
17113 INPUT
JENIS DYESTUFF KAPAS KIMIA POLYESTER TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
HARGA 305.617 8.034
OUTPUT SATUAN HARGA JENIS SATUAN KG 449.860 BENANG JAHIT FILAMEN BAL KG 3.660.544 BENANG JAHIT CAMPURAN BAL KG 14.042 KG 39.135.630 ORANG/TH 17.635.000 LITER 4.383 KWH 645
HARGA 4.607.764 6.959.922
84
KBLI
17114 INPUT
JENIS SUTERA REELING B.PINTAL CAMPURAN ZAT WARNA POLYESTER VISCOSE RAYON TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI
SATUAN HARGA KG 14.802 BAL 3.937.030 KG 199.801 KG 11.989 KG 16.483 ORANG/TH 11.182.000 LITER 4.383 KWH 1.604 17115
INPUT JENIS SATUAN HARGA BENANG PINTAL KAPAS BAL 4.255.200 BENANG PINTAL CAMPURAN KG 75.000 BENANG CELUP KAPAS KG 23.338 BENANG CELUP PR KG 23.417 ZAT WARNA TEKSTIL KG 51.696 TENAGA KERJA ORANG/TH 8.477.000 SOLAR INDUSTRI LITER 4.383 LISTRIK KWH 1.569 KBLI
HARGA 4.235 2.272 19.639
OUTPUT JENIS SATUAN KAIN TENUN IKAT WRN KODI KAIN IKAT TENUN POLOS METER KAIN SARUNG KODI
HARGA 920.487 24.587 50.000
17121 INPUT
JENIS KAPAS GARUK BENANG CELUP PC POLYESTER VISCOSE RAYON TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
OUTPUT JENIS SATUAN KAIN TENUN MORI KAPAS METER K.TENUN FILAMEN SINTETIK BAL K.TENUN BROCHE WARNA YARD
SATUAN HARGA KG 16.649 BAL 3.807.333 KG 11.207 BAL 3.750.000 ORANG/TH 12.538.000 LITER 4.383 KWH 176
OUTPUT JENIS SATUAN KAIN TENUN BNG WRNA METER BENANG KLANTANG BAL BENANG CELUP PR BAL
HARGA 555 4.629.070 3.850.882
85
KBLI
17122 INPUT
OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BENANG PINTAL CAMPURAN BAL 1.900.000 KAIN CELUP LAINNYA YARD BENANG CELUP PC BAL 4.937.243 KAIN BORDIR BUAH KAIN CETAK KAPAS METER 9.550 K.TEMPAT TIDUR BATIK BUAH BAHAN KIMIA KHUSUS KG 45.009 LYCRA KG 797.621 TENAGA KERJA ORANG/TH 15.154.000 SOLAR INDUSTRI LITER 4.383 LISTRIK KWH 723 KBLI 17123 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN KAPAS GARUK KG 15.427 KAIN CETAK VOIL YARD KAIN TENUN FILAMEN YARD 9.046 K.CETAK BAHAN KEMEJA METER B.KLANTANG CAMPURAN BAL 3.588.289 KAIN CETAK MORI YARD KAIN GEOTEXTILE METER 3.026 K.CETAK FILAMEN SINTETIK YARD ZAT WARNA TEKSTIL KG 35.744 TENAGA KERJA ORANG/TH 13.073.000 SOLAR INDUSTRI LITER 4.383 LISTRIK KWH 1.766 KBLI
HARGA 5.716 6.376 8.202 13.020
17124 INPUT
JENIS KAIN TENUN MORI KPS K.TENUN SUTERA NOIL B.CELUP STAPEL PC MALAM PARAFIN ZAT WARNA TEKSTIL TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
HARGA 5.266 455 83.612
SATUAN HARGA YARD 2.674 METER 81.118 BAL 3.448.597 KG 19.118 KG 47.827 ORANG/TH 6.766.000 LITER 4.383 KWH 1.860
OUTPUT JENIS SATUAN BATIK TULIS SUTERA POTONG BATIK CAP MORI BIRU METER BATIK KOMBINASI PRIMA POTONG DRESS BATIK WANITA KODI
HARGA 79.844 10.000 29.859 425.000
86
KBLI
17231 INPUT
JENIS SATUAN HARGA BENANG SERAT STAPEL KG 10.000.000 K.CELUP FILAMEN KUAT KG 7.200.000 K.CELUP STAPEL SINTETIK KG 9.500.000 TENAGA KERJA ORANG/TH 6.751.000 SOLAR INDUSTRI LITER 4.383 LISTRIK KWH 1.649 KBLI 17232 INPUT JENIS SATUAN HARGA B.FILAMEN SINTETIK KG 8.500.000 B.REGENARASI KG 8.500.000 PLASTIK BEKAS KG 2.866.295 TENAGA KERJA ORANG/TH 6.477.000 SOLAR INDUSTRI LITER 4.383 LISTRIK KWH 1.818 KBLI
OUTPUT SATUAN KG KG
HARGA 12.000 10.000
OUTPUT JENIS SATUAN TALI KEPERLUAN KAPAL KG SUMBU KOMPOR ROLL
HARGA 6.933 5.318
OUTPUT SATUAN POTONG POTONG BUAH
HARGA 186.907 26.742 14.744
JENIS TALI KAPAS TALI SISAL/AGAVE
17302 INPUT
JENIS KAPAS GARUK B.RAJUT STAPEL SINTETIK K.CELUP STAPEL POYESTER ETIKET TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
SATUAN ZAK KG YARD BUAH ORANG/TH LITER KWH
HARGA 73.475 519.844 17.287 8.828 12.681.000 4.383 679
JENIS MANTEL RAJUT PRIA TSHIRT RAJUT PRIA CELANA PANJANG
87
KBLI
17303 INPUT
JENIS B.RAJUT STAPEL TIRUAN KERTAS ISOLASI PLASTIK LEMBARAN TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
SATUAN KG LUSIN KG ORANG/TH LITER KWH
HARGA JENIS 34.000 KAOS KAKI RAJUT 22.071 25.000 8.738.000 4.383 1.472
OUTPUT SATUAN LUSIN
17400 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BUAH KAPUK KERING KG 2.727 KAPUK HALUS KG KAPAS KG 4.819 HATI KAPUK KG KAPUK GELONDONG KG 2.009 KULIT KAPUK KG TENAGA KERJA ORANG/TH 3.670.000 SOLAR INDUSTRI LITER 4.383 LISTRIK KWH 1.553 KBLI 18101 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN KONSENTRAT CHEMICAL KG 85.789 BAJU HANGAT PRIA BUAH K.CELUP BHN KEMEJA METER 6.131 KEMEJA LGN PANJANG POTONG KAIN BORDIR METER 1.365.938 PAKAIAN LUAR PRIA BUAH KAIN CETAK LAINNYA YARD 227.000.000 BLOUSE WANITA BUAH K.CETAK KAPAS CAMPUR YARD 13.927 PAKAIAN JADI LAINNYA POTONG TENAGA KERJA ORANG/TH 10.802.000 SOLAR INDUSTRI LITER 4.383 LISTRIK KWH 1.578
HARGA 21.000
KBLI
Lampiran 9.6. Tahun 2010
HARGA 11.442 5.201 5.115
HARGA 75.858 32.472 36.629 50.323 32.320
88
KBLI JENIS KAPAS COTTON POLYESTER KAPAS RAYON TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI JENIS CHIPS KAPAS POLYERTER TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI JENIS KAPAS BENANG CHEMICAL POLYESTER RAYON TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
13112 INPUT SATUAN HARGA KG 16.867 KG 13.363 KG 14.456 ORANG/TH 6.454.000 LITER 5.800 KWH 746 13113 INPUT SATUAN HARGA KG 11.119 BAL 36.687 BAL 197.153 ORANG/TH 14.651.000 LITER 5.800 KWH 1.000 13121 INPUT SATUAN HARGA KG 18.064 BAL 3.397.319 KG 45.427 KG 22.357 KG 40.949 ORANG/TH 7.875.000 LITER 5.800 KWH 534
OUTPUT SATUAN BAL KG KG
HARGA 49.768 29.956 8.893
OUTPUT JENIS SATUAN BENANG COTTON 100 BAL B.POLYESTER FILAMEN KG POLYESTER CHIP KG
HARGA 106.124 16.373 8.155
OUTPUT SATUAN METER METER METER
HARGA 4.792 30.024 23.682
JENIS BENANG TENUN RWH BENANG
JENIS KAIN GREY DENIM COLOUR FABRIC
89
KBLI
13122 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BENANG KATUN KG 18.797 KAIN SESEK METER KAIN KATUN KG 27.000 KAIN LURIK SBY METER BENANG SUTERA KG 312.207 KAIN KAMEN IKAT POTONG BENANG MERCERICED KG 96.000 TENAGA KERJA ORANG/TH 7.680.000 SOLAR INDUSTRI LITER 5.800 LISTRIK KWH 892 KBLI 13131 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN KAPAS KG 13.342 TR 45 TX 150 D METER KAIN GREY YARD 8.119 KAIN METER BENANG BAL 4.692.375 BENANG TENUN BAL BENANG TENUN BAL 2.998.075 TENAGA KERJA ORANG/TH 10.194.000 SOLAR INDUSTRI LITER 5.800 LISTRIK KWH 590
HARGA 7.000 40.000 35.000
HARGA 2.786 517 4.045.728
90
KBLI JENIS BENANG KAIN GREY BENANG PVAC TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI JENIS KAPAS BENANG TENUN KAIN JADI ACCESORIES TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
13132 INPUT OUTPUT SATUAN HARGA JENIS SATUAN BAL 3.931.584 KAIN GREY YARD METER 3.527 KAIN CAMBRIG YARD BAL 1.900.000 KAIN POLOS YARD KG 127.434 KAIN PRINTING YARD ORANG/TH 9.803.000 LITER 5.800 KWH 814 13133 INPUT OUTPUT SATUAN HARGA JENIS SATUAN KG 12.465 RAYON METER BAL 3.833.039 KAIN YARD POTONG 8.682 GREY BROAD CLOTH YARD GROSS 3.056.187 ORANG/TH 12.328.000 LITER 5.800 KWH 687
HARGA 699.883 7.524 5.632 5.600
HARGA 591 10.061 6.362
91
KBLI JENIS MORI KAIN SUTERA MALAM PARAFIN OBAT BATIK TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI JENIS BENANG OBAT BATIK FIBER TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
13134 INPUT OUTPUT SATUAN HARGA JENIS SATUAN YARD 6.757 BATIK SUTERA POTONG METER 61.809 HANDPRINT YARD KG 4.574 SARUNG BATIK YARD KG 56.702 BATIK METER ORANG/TH 8.670.000 SARUNG KODI LITER 5.800 KWH 617 13911 INPUT OUTPUT SATUAN HARGA JENIS SATUAN KG 18.908 KAIN POLYESTER 100 KG KG 15.601 KAIN POLYESTER TPS YARD KG 13.061 ORANG/TH 9.146.000 LITER 5.800 KWH 820
HARGA 288.709 847 77.483 25.357 199.894
HARGA 28.000 26.000
92
KBLI JENIS KAIN MORI PRIMUS KAIN MERCURI MOTE TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI JENIS RAYON FILAMEN MARLON PLASTIK TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
13912 INPUT OUTPUT SATUAN HARGA JENIS SATUAN METER 11.500 HIASAN DINDING SET METER 14.183 PAKAIAN PENGANTIN SET POND 12.334 KEBAYA BUAH ORANG/TH 5.804.000 LITER 5.800 KWH 657 13941 INPUT OUTPUT SATUAN HARGA JENIS SATUAN KG 5.146 DOGOL KG KG 1.086 TALI TAMBANG PLASTIK KG KG 2.899 T.TAMBANG SANTANG KG KG 5.000 ORANG/TH 7.568.000 LITER 5.800 KWH 1.200
HARGA 279.981 16.861 610.714
HARGA 1.200 1.000 12.162
93
KBLI
13942 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BENANG PP KG 35.144 BENANG BANGUNAN TT BENANG KATUN KG 1.200 BENANG TALI KG BENANG AVAL KG 217 SUMBU KOMPOR ROLL TENAGA KERJA ORANG/TH 7.341.000 SOLAR INDUSTRI LITER 5.800 LISTRIK KWH 625 KBLI 13997 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN KAPUK GLONDONG KRG KG 3.261 KAPUK HALUS KG KAPAS KG 5.084 KAPUK ODOLAN KG TENAGA KERJA ORANG/TH 4.476.000 BIJI KAPUK KG SOLAR INDUSTRI LITER 5.800 LISTRIK KWH 732
HARGA 4.820 23.521 5.000
HARGA 17.502 5.802 1.581
94
KBLI JENIS BENANG KAIN COTTON KAIN KNIT KAIN/PANEL TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI JENIS KAIN JEANS KAIN KAIN KAOS SHEEP TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
KBLI JENIS BENANG BENANG KATUN KARET BENANG TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
Lampiran 9.7. Tahun 2011
14111 INPUT SATUAN HARGA JENIS BAL 13.202.418 MEN'S SHIRT YARD 19.422 SHIRT METER 14.052 BLUS KG 35.309 PAKAIAN JADI PASANG 41.714 ORANG/TH 8.885.000 LITER 5.800 KWH 454 14301 INPUT SATUAN HARGA JENIS YARD 17.272 CELANA JEANS LUSIN 158.296 SARUNG TANGAN BAL 1.500.000 CELANA DALAM KG 476.260 ORANG/TH 8.509.000 LITER 5.800 KWH 590
OUTPUT SATUAN POTONG BUAH BUAH PASANG
HARGA 50.112 58.645 71.825 57.995
OUTPUT SATUAN POTONG BUAH BUAH
HARGA 21.822 116.112 54.888
14303 INPUT OUTPUT SATUAN HARGA JENIS SATUAN KG 39.100 KAOS KAKI KATUN PASANG CONES 23.001 KAOS KAKI LUSIN CONES 22.005 ORANG/TH 8.980.000 LITER 5.800 KWH 509
HARGA 9.500 30.000
95
KBLI
13111 INPUT JENIS SATUAN HARGA KOKON ULAT SUTERA KG 20.001 BENANG AFVAL TALI KG 75.000 ETIKET BENANG BUAH 150 KANTONG PLASTIK BUAH 15.000 TENAGA KERJA ORANG/TH 23.941.000 SOLAR INDUSTRI LITER 8.675 LISTRIK KWH 667 KBLI JENIS KAPAS POLYESTER FIBER RAYON TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI JENIS DYESTUFF CHEMICAL CHIPS TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
OUTPUT JENIS SATUAN BENANG TENUN/RAJUT BAL KAIN GREIGE METER BENANG BAL
13112 INPUT OUTPUT SATUAN HARGA JENIS SATUAN KG 28.360 RWH KG KG 13.843 BENANG RAYON KG BAL 6.279.691 BENANG KG ORANG/TH 34.177.000 LITER 8.675 KWH 530 13113 INPUT OUTPUT SATUAN HARGA JENIS SATUAN KG 101.936 POLYESTER FILAMEN KG KG 102.994 YOSM POLYESTER FIL KG KG 14.107 ORANG/TH 59.631.000 LITER 8.675 KWH 531
HARGA 4.289.622 14.120 5.365.015
HARGA 33.241 38.799 8.893
HARGA 50.702 20.284
96
KBLI
13121 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BENANG BAL 5.174.320 KAIN TENUN YARD PEWARNA KG 122.227 SARUNG TENUN POTONG SUPPORTING MATRIAL KG 8.083 TENAGA KERJA ORANG/TH 12.673.000 SOLAR INDUSTRI LITER 8.675 LISTRIK KWH 494 KBLI 13122 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN BENANG KATUN KG 56.537 KAIN MESRIS METER BENANG SUTERA KG 363.361 KAIN IKAT SUTERA METER BENANG CSM 80/2 KG 121.389 KAIN AIR BRAS METER TENAGA KERJA ORANG/TH 2.626.000 SOLAR INDUSTRI LITER 8.675 LISTRIK KWH 555 KBLI JENIS BENANG OBAT WAPPOC KIPRET TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI JENIS BENANG KAIN GRAY PEWARNA FINISH TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
13131 INPUT OUTPUT SATUAN HARGA JENIS SATUAN BAL 1.100.000 KAIN POLOS WARNA METER KG 115.000 KG 3.500 ORANG/TH 13.238.000 LITER 8.675 KWH 658 13132 INPUT OUTPUT SATUAN HARGA JENIS SATUAN BAL 4.645.621 KAIN JADI METER METER 6.364 KAIN POLOS METER KG 604.141 PRODUK KAIN FINISH METER ORANG/TH 6.360.000 LITER 8.675 KWH 581
HARGA 7.064 28.700
HARGA 30.941 25.725 109.002
HARGA 6.000
HARGA 8.000 7.041 2.060
97
KBLI
13133 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN KAPAS KG 45.705 RAYON METER KAIN GRAY METER 11.055 KAIN GRAY METER ALBIKAT KG 67.000 KAIN PRINTING METER TENAGA KERJA ORANG/TH 56.838.000 SOLAR INDUSTRI LITER 8.675 LISTRIK KWH 452 KBLI 13134 INPUT OUTPUT JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN KAIN MORI METER 7.809 BATIK TULIS PRIMA POTONG KAIN SUTERA TWISS METER 50.301 KAIN BATIK TIC DYET YARD MALAM KG 24.180 KAIN KEMEJA POTONG TENAGA KERJA ORANG/TH 7.287.000 SOLAR INDUSTRI LITER 8.675 LISTRIK KWH 554
KBLI JENIS YARN OTHER RAWS TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
KBLI JENIS KAIN SUTERA KAIN KERUDUNG BENANG TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
13911 INPUT OUTPUT SATUAN HARGA JENIS SATUAN BUAH 9.000 PANEL BUAH BUAH 397.558 PRJUTAN BHN KAOS KG ORANG/TH 28.244.000 LITER 8.675 KWH 552
13912 INPUT SATUAN HARGA METER 112.485 POTONG 6.000 BUAH 6.000 ORANG/TH 192.000 LITER 8.675 KWH 630
OUTPUT JENIS SATUAN BHN KEBAYA BORDIR POTONG BORDIR BUAH KERUDUNG BORDIRAN POTONG
HARGA 591 10.011 12.808
HARGA 147.299 392.195 23.220
HARGA 39.199 6.286
HARGA 76.667 515 15.000
98
KBLI
13941 INPUT JENIS SATUAN HARGA FILAMEN KG 1.000.000 PLASTIK BEKAS KG 5.000.000 PLASTIK BERAS KG 7.300.000 TENAGA KERJA ORANG/TH 3.002.000 SOLAR INDUSTRI LITER 8.675 LISTRIK KWH n.a KBLI 13942 INPUT JENIS SATUAN HARGA BENANG AVAL KG 2.200 BENANG POLYESTER KG 22.500 BENANG KATUN KG 13.500 TENAGA KERJA ORANG/TH 8.982.000 SOLAR INDUSTRI LITER 8.675 LISTRIK KWH 350
13997 INPUT JENIS SATUAN HARGA KAPUK GLONDONG KG 3.865 TENAGA KERJA ORANG/TH 1.015.000 SOLAR INDUSTRI LITER 8.675 LISTRIK KWH 506
OUTPUT SATUAN KG KG BAL
HARGA 13.000.000 16.200 1.000
OUTPUT JENIS SATUAN SUMBU DAN TALI PRMUKA KG RENDA BUAH
HARGA 4.500 3.790
OUTPUT JENIS SATUAN KAPUK ODOLAN KG KAPUK RANDU ODOLAN KG ISI RANDU KG
HARGA 11.000 16.022 1.432
JENIS DOGOL TALI RAFIA SEDOTAN
KBLI
99
KBLI JENIS COTTON CVC KAIN POLAR FLEECCE KAIN KAOS LOTTO TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK KBLI INPUT JENIS BENANG 40'S KAIN SALUR KAIN/PANEL INTERLINING TENAGA KERJA SOLAR INDUSTRI LISTRIK
14111 INPUT SATUAN HARGA KG 111.090 YARD 35.457 YARD 23.943 KG 50.459 ORANG/TH 15.962.000 LITER 8.675 KWH 455 14301 SATUAN BAL YARD METER YARD ORANG/TH LITER KWH
HARGA 7.389.033 21.837 42.551 8.060 20.392.000 8.675 593
JENIS SARUNG TENUN MEN'S SHIRT CELANA JEANS BLOUSE WANITA PKAIAN OLAHRAGA
OUTPUT JENIS SWEATER MEN'S SHIRT KEBAYA
OUTPUT SATUAN KODI POTONG LUSIN POTONG SET
HARGA 1.901.155 50.112 618.055 38.024 75.000
SATUAN POTONG POTONG POTONG
HARGA 56.069 48.325 29.332
100