ANALISIS EFEKTIFITAS MANAJEMEN PIUTANG DAN LIKUIDITAS KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT TIGARAKSA SATRIA TBK
IRWANSYAH RANGKUTI
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul Analisis Efektifitas Manajemen Piutang dan Likuiditas Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan PT Tigaraksa Satria, adalah benar karya tulis saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor (IPB).
Bogor, Agustus 2016
Irwansyah Rangkuti NIM H24124059
ABSTRAK
IRWANSYAH RANGKUTI. Analisis Efektifitas Manajemen Piutang dan Likuiditas Keuangan Pada PT Tigaraksa Satria. Dibimbing oleh ABDUL KOHAR IRWANTO. Likuiditas merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi oleh beberapa perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya. Tingkat likuiditas akan mempengaruhi setiap lini bisnis khususnya dalam proses aktivitas dalam jangka pendek. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis gambaran manajemen piutang, menganalisa faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya piutang, menganalisis efektifitas manajemen piutang terhadap likuiditas perusahaan. Metode yang digunakan untuk menganalisis efektifitas manajemen piutang adalah menghitung rasio perputaran piutang, periode penagihan rata – rata, dan analisis investasi piutang. Alat analisis menggunakan bantuan program Ms.Exel. Hasil penelitian penilaian kinerja piutang rasio perputaran piutang berada pada kisaran 8 kali pergtahunnya, periode penagihan rata – rata terjadi 48 hari dan investasi piutang stabil pada angka 14 pertahun. Rata – rata rasio likuiditas pada lima tahun tersebut yaitu sebesar 48 persen yang diperoleh dari perhitingan (QR, CR,CC ) Kata Kunci : likuiditas,rasio perputaran piutang, periode penagihan rata – rata, investasi piutang ABSTRACT
IRWANSYAH RANGKUTI. The Effectiveness of Receivable Management and Financial Liquidity Analisys At Tigaraksa PT Satria. Guided by ABDUL KOHAR IRWANTO. Liquidity is a problem that isalways faced by every company in running their business processes. The level of liquidity affects every line of business, especially in the process of activity in the short term. This study was conducted to analyze of receivables management, to expand the factors that affect the amount of receivables, to analyze the receivables management to the effectiveness of the company's liquidity. The method that is used to analyze the effectiveness of receivables management was by calculating the turnover ratio, average collection period, and the analysis of the receivable investment. Inthis study, Microsoft Excel were used as the tools of analysis. The results of the research show that the receivable turnover ratio was in the range of 8 times per year, the average of collection period occurs at 48 days and the receivables investment remained stable at 14 per year. The average liquidity ratio in the five years was 48 percent, it was obtained from the calculation of (QR, CR, CC). Keywords: liquidity, receivable turnover ratio, average billing ratio, receivable investment
ANALISIS EFEKTIFITAS MANAJEMEN PIUTANG DAN LIKUIDITAS KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT TIGARAKSA SATRIA
IRWANSYAH RANGKUTI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Judul Penelitian Nama Mahasiswa NIM
: Analisis Efektifitas Manajemen Piutang dan Likuiditas Keuangan Pada PT Tigaraksa Satria : Irwansyah Rangkuti : H24124059
Disetujui oleh
Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, M.Sc Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berjudul Analisis Efektifitas Manajemen Piutang dan Likuiditas Keuangan Pada PT Tigaraksa Satria. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Kohar, M.Sc selaku pembimbing, Ibu Rindah F Suryawati, SE, M.Acc, Ak. CA dan Ibu Lindawati Kartika, SE, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam penulisan karya ilmiah ini, serta Bapak Dedi yang telah banyak memberikan saran. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Basuki selaku Pimpinan divisi keuangan PT Tigaraksa Satria Cab Bogor, beserta seluruh staf PT Tigaraksa Satria Cab Bogor, yang telah membantu selama pengumpulan data dan penulisan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu serta seluruh keluarga dan para sahabat atas doa, semangat dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2016 Irwansyah Rangkuti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Piutang
2
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Piutang
3
Kebijaksanaan Pemberian Piutang
3
Likuiditas
4
Pengaruh Manajemen Piutang Terhadap Likuiditas Perusahaan
4
Penelitian Terdahulu
4
METODE
5
Kerangka Pemikiran
5
Lokasi dan Waktu Penelitian
6
Jenis dan Sumber Data
7
Metode Pengolahan dan Analisis Data
7
Analisis Penilaian Kinerja Piutang
7
Analisis Likuiditas
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Gambaran Umum Perusahaan
9
Penyelesaian Piutang tak Tertagih
10
Penilaian Kinerja Piutang di PT TGKA
10
Rasio Perputaran Piutang
11
Periode Penagihan Rata – Rata
12
Investasi dalam Piutang
12
Analisis Likuiditas Rasio Cepat
13 14
Rasio Lancar
15
Rasio Kas
16
Rasio Perputaran Kas
17
Implikasi Manajerial
17
SIMPULAN DAN SARAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
22
DAFTAR TABEL 1 Penilaian Kinerja Tahun 2009 - 2013 PT TGKA 2 Laju Peningkatan Penjualan dan Piutang PT TGKA Tahun 2009 - 2013 3 Analisi Investasi Piutang Tahhun 2009 – 2013 (dalam milyaran rupiah) 4 Pertumbuhan Rasio Likuiditas Tahun 2009 – 2013
11 11 13 14
DAFTAR GAMBAR 1 Laju Pertumbuhan Penjualan PT TGKA tahun 2009 – 2013 2 Kerangka Pemikiran Penelitian
1 6
DAFTAR LAMPIRAN 1 Neraca konsolidasi PT TGKA dan anak perusahaan tahun 2009 – 2013 23 2 Neraca konsolidasi PT TGKA dan anak perusahaan tahun 2009 – 2013 lanjutan 31 3 Neraca konsolidasi PT TGKA dan anak perusahaan tahun 2009 – 2013 lanjutan 32 4 Neraca konsolidasi PT TGKA dan anak perusahaan tahun 2009 – 2013 lanjutan 33 5 Laporan laba rugi konsolidasi PT TGKA dan anak perusahaan tahun 2009 – 2013 26 6 Laporan laba rugi konsolidasi PT TGKA dan anak perusahaan tahun 2009 – 2013 lanjutan 35 7 Laporan laba rugi konsolidasi PT TGKA dan anak perusahaan tahun 2009 – 2013 lanjutan 36 8 Laporan klasifikasi piutang berdasarkan umur piutang tahum 2009 - 2013 30 9 Daftar principal unit CP tahun 2013 31 10 Hasil perhitungan analisis likuiditas menggunakan Ms Exel 2007 32 11 Penelitian terdahulu 34 12 Penelitian terdahulu lanjutan 41 13 Penelitian terdahulu lanjutan 42
1
PENDAHULUAN Latar Belakang PT Tigaraksa Satria Tbk selanjutnya disebut PT TGKA adalah salah satu perusahaan distributor Fast Moving Consumer Goods selanjutnya disebut FMCG terbesar di Indonesia yang memiliki sistem Direct Selling dalam menjalankan usahanya. Penjualan dengan system direct selling adalah menjual produk langsung kepada konsumen tanpa perantara pihak ketiga. Kesuksesan suatu perusahaan distributor khususnya FMCG adalah memiliki jaringan distribusi yang luas, sehingga memudahkan perusahaan mendistribusikan produknya Sebagai perusahaan yang besar dan memiliki jaringan yang luas PT TGKA haruslah mampu mengelola kegiatan operasional dan pendukung dengan baik. PT TGKA harus mampu membangun sistem yang menghubungkan setiap cabangnya dengan baik, agar jaringan informasi dapat berjalan dengan lancar dan up to date. Aliran informasi yang mengalir dengan baik akan berdampak bagi pengambilan keputusan yang melibatkan semua unit bisnis PT TGKA baik itu kegiatan operasional maupun pendukung perusahaan. Secara garis besar proses bisnis PT TGKA dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu, kegiatan operasional adalah hal – hal yang berkaitan dengan penjualan mulai dari promosi, promo – promo, diskon, dan kegiatan lain yang menunjang peningkatan penjualan. Kegiatan pendukung adalah hal – hal yang berkaitan dengan input data, proses, hingga berbentuk output berupa laporan keuangan dan laporan manajerial lainnya. Penjualan PT TGKA yang terjadi dalam periode 2009 – 2013 meningkat dengan stabil pada kisaran 16 persen, kecuali pada tahun 2013 meningkat sebesar 9 persen. Penjualan pada periode 2009 – 2013 ditampilkan pada gambar 1.
10.000.000 8.000.000 6.000.000 Penjualan (dalam juta Rp)
4.000.000 2.000.000 2009
2010
2011
2012
2013
Gambar 1 Laju pertumbuhan penjualan PT TGKA tahun 2009 – 2013 Sumber: Laporan keuangan yang diolah Penjualan yang selalu meningkat menyebabkan piutang yang timbul pada setiap periode juga meningkat. Hal ini terjadi karena sebagian besar penjualan yang dilakukan adalah secara kredit. Tingkat penjualan dan piutang yang selalu meningkat memberikan tantangan tersendiri bagi perusahaan agar selalu meningkatkan pengelolaan piutang dengan baik.
2 Rumusan Masalah Penjualan produk secara kredit merupakan salah satu cara perusahaan untuk menjalankan proses bisnisnya. Penjualan kredit akan mempengaruhi jumlah piutang perusahaan. Piutang harus dapat dikelola dengan baik agar dapat ditagih. Piutang yang besar akan berpengaruh pada tingkat likuiditas perusahaan, karena pada umumnya piutang menjadi komponen yang besar pada asset lancar. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. Perumusan masalah terdiri dari: 1 Bagaimana gambaran manajemen piutang pada PT TGKA? 2 Faktor – faktor apa sajakah yang mempengaruhi besarnya piutang PT TGKA? 3 Bagaimana Efektifitas manajemen piutang terhadap tingkat likuiditas PT TGKA? Tujuan Penelitian Tujuan diadakan penelitian adalah: 1 Menganalisis gambaran manajemen piutang pada PT TGKA 2 Menganalisi faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya piutang pada PT TGKA 3 Menganalisis efektifitas manajemen piutang terhadap tingkat likuiditas pada PT TGKA Manfaat Penelitian 1 2
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu: Bagi perusahaan dalam hal ini PT TGKA dapat memberikan kontribusi berupa informasi dalam manajemen dan pengelolaan piutang yang baik Bagi pihak lain diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian yang sejenis Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi dengan ruang lingkup menganalisis efektifitas manajemen piutang terhadap likuiditas perusahaan dalam jangka waktu lima tahun, yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 pada perusahaan PT TGKA.
TINJAUAN PUSTAKA Piutang Pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) nomor 43 menyatakan bahwa piutang adalah jenis pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau penagihan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan yang berasal dari
3 transaksi usaha. Menurut PSAK nomor 09 menyebutkan bahwa piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Identifikasi piutang menurut PSAK yaitu: 1. Piutang terdiri dari piutang usaha dan piutang non usaha 2. Piutang terdiri dari piutang yang bersifat lancar (jangka pendek) atau bersifat tidak lancar (jangka panjang) (Syamsuddin 2011) menyatakan penjualan kredit akan menimbulkan hak penagihan atau piutang kepada langganan, sangat erat hubungannya dengan persyaratan-persyaratan kredit yang diberikan. Sekalipun pengumpulan piutang sering kali tidak tepat waktu yang sudah ditetapkan, namun sebagian besar dari piutang tersebut akan terkumpul dalam jangka waktu yang kurang dari satu tahun. Dengan alasan itu maka piutang dimasukkan sebagai salah satu komponen aktiva lancar perusahaan. Dari uraian tersebut disimpulkan piutang adalah tagihan yang timbul dari proses bisnis melalui penjualan produk baik itu berbentuk barang atau jasa. Piutang diklasifikasikan menjadi piutang usaha dan piutang non usaha serta piutang yang bersifat lancar dan bersifat tidak lancar. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Piutang (Syamsuddin 2011) menyatakan penanaman modal dalam piutang mempunyai biaya - biaya tertentu. Semakin besar jumlah piutang semakin besar pula biaya - biayanya (carrying cost), demikian pula sebaliknya. Keringanan standar kredit akan memperbesar carrying cost dan kontrol kebijakan kredit yang ketat akan memperkecil carrying cost. Perubahan rata-rata piutang yang dikaitkan dengan perubahan standar kredit disebabkan oleh dua faktor yaitu: 1. Perubahan volume penjualan 2. Perubahan dalam kebijaksanaan pengumpulan piutang Menurut Riyanto (2001) menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang adalah sebagai berikut: 1. Volume penjualan kredit 2. Syarat pembayaran penjualan kredit 3. Ketentuan tentang pembatasan kredit 4. Kebijakan dalam mengumpulkan piutang 5. Kebiasaan membayar dari para pelanggan Kebijaksanaan Pemberian Piutang Menurut Barlian dan Sundjaja (2003), kebijakan kredit adalah suatu penetapan dalam penyelesaian pemberian kredit, standar kredit dan syarat kredit. Seleksi dalam pemberian kredit adalah suatu keputusan seseorang atau perusahaan akan memberikan kredit kepada pelanggannya dan jumlah kredit yang diberikan. Lima dimensi utama yaitu : 1. Character (Karakter) 2. Capacity (Kemampuan) 3. Capital (Kapital) 4. Collateral (Kolateral)
4 5. Condition (Kondisi) Dari kelima dimensi tersebut karakter merupakan dimensi terpenting untuk dianalisa, karena menjadi dasar untuk melangkah ke dimensi yang lain. Karakter yang baik akan memberikan debitur nilai yang lebih dihadapan kreditur. Likuiditas Kasmir (2012) rasio likuiditas atau sering juga disebut rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan seluruh komponen yang ada di aset lancar dengan komponen di hutang lancar (utang jangka pendek). Terdapat dua macam hasil penilaian terhadap pengukuran rasio ini , yaitu sebagai berikut: 1. Apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut likuid. 2. Sebaliknya apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut atau tidak mampu, dikatakan illikuid. Menurut Brigham dan Houston (2010), mengatakan bahwa aset likuid merupakan aset yang diperdagangkan di pasar aktif sehingga dapat dikonversi dengan cepat menjadi kas pada harga pasar yang berlaku, sedangkan posisi likuiditas suatu perusahaan berkaitan dengan pertanyaan, apakah perusahaan mampu melunasi hutangnya ketika hutang tersebut jatuh tempo di tahun berikutnya. Menurut Kasmir (2009) menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk memenuhi utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Jenis – jenis rasio likuditas yang dapat digunakan beserta standar yang sering digunakan dalam industri antara lain: 1. Rario Lancar (Current Ratio) 2 kali 2. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio) 1,5 kali 3. Rasio Kas (Cash Ratio) 50 persen 4. Rasio Perputaran Kas Munawir (2007) menyatakan bahwa likuiditas yang baik pada perusahaan dapat menjadikan perusahaan pada posisi keuangan yang kuat, yaitu dimana perusahaan mampu: 1. Memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat waktu 2. Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal 3. Membayar bunga dan dividen yang dibutuhkan 4. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan Pengaruh Manajemen Piutang Terhadap Likuiditas Perusahaan Menurut Riyanto (2011), makin cepat piutang berputar, maka makin likuid perusahaan. Perusahaan harus mampu menagih piutang sesuai dengan jatuh temponya. Penagihan akan jadi lebih efektif dan efisien apabila perusahaan memiliki kontrol terhadap debitur dari awal. Penelitian Terdahulu Penelitian Nuraifiah (2012) yang berjudul analisis efektifitas manajemen
5 piutang terhadap likuiditas perusahaan pada PT TELKOM. Peneliti menggunakan alat analisis dan metode yang berbeda dengan penelian Nuraifiah. Persamaannya ialah mengenai tujuan penelitian yang membahas mengenai manajemen piutang. Penelitian Nabila (2012) yang berjudul analisis pengaruh manajemen piutang terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan penelititi mengenai alat analisis yang dipakai. Perbedaannya ialah penelitian Nabila membahas analisis pengaruh beberapa variabel serta ruang lingkup yang lebih luas hingga rasio profitabilitas. Penelitian Dhahiri (2010) yang berjudul analisis pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas arus kas dan likuiditas perusahaan pada PT X, memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu meneliti rasio likuiditas perusahaan. Penelitian yang peneliti lakukan menganisis data dalam laporan keuangan sehingga dapat dilakukan peramalan untuk periode selanjutnya, sedangkan Dhahiri melakukan penilitian untuk mengetahui pengaruh dan hubungan beberapa varibael rasio keungan. Penelitian juga menggunakan alat analisis yang berbeda. Penelitian Agustina (2009) yang berjudul analisis efektifitas manajemen piutang memiliki kesamaan dengan penelitian peneliti mengenai tujuan peneltian, tetapi menggunakan metode yang berbeda serta alat analisis yang berbeda. Untuk lebih jelas mengenai perbandingan penelitian peneliti dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada lampiran 7.
METODE
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah suatu tinjauan mengenai apa yang diteliti yang dituangkan dalam sebuah bagan yang menjadi alur pemikiran penelitian. Kerangka pemikiran akan memberikan gambaran dan pedoman peneliti dalam melakukan proses penelitannya. Laporan keuangan perusahaan memberikan informasi mengenai kinerja, struktur modal dan penjelasan lainnya yang berkaitan dengan aktivitas bisnis perusahaan. Piutang perusahaan di neraca akan menjadi dasar untuk menilai kinerja pengelolaan piutang itu sendiri. Penelitian ini menjadikan nilai piutang menjadi dasar untuk mengukur dan mengevalusi pengelolaan piutang perusahaan menggunakan analisis pengukuran kinerja. Tujuan dari pengukuran kinerja piutang ini adalah mengukur dan mengevaluasi dampak dari kebijakan proses penagihan yang dijalankan terhadap likuiditas perusahaan. Alat analisis data pengukuran kinerja dilakukan dengan menghitung rasio perputaran piutang (account receivable turn – over), periode penagihan rata – rata (average collection periode) dan analisis investasi piutang. Hasil dari analisis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi informasi bagi perusahaan dalam penjualan kredit, praktek pengelolaan dan
6 pengendalian internal piutang, sehingga diharapkan akan berdampak positif untuk pertumbuhan likuiditas perusahaan. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 2.
PT TGKA PENJUALAN SECARA KREDIT
MANAJEMEN PIUTANG
NERACA
CALK (catatan atas laporan keuangan)
ANALISIS PENILAIAN KINERJA PIUTANG
1. Rasio Perputaran Piutang 2. Periode Penagihan Rata – Rata 3. Investasi dalam Piutang
LAPORAN LABA RUGI
ANALISIS RASIO LIKUIDITAS
1. 2. 3. 4.
Rasio Cepat Rasio Lancar Rasio Kas Rasio Perputaran Kas
EFEKTIFITAS MANAJEMEN PIUTANG IMPLIKASI MANAJERIAL
REKOMENDASI STRATEGIS
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Tiga Raksa Satria Tbk (TGKA) cabang Bogor beralamat di Bukit Cimanggu City Blok B1 No 25 Bogor. Pengambilan data dilakukan selama 3 bulan dimulai pada bulan April 2014 - Juni 2014 beberapa data penunjang diproleh dari jurnal, internet serta buku - buku yang berhubungan dengan penelitian.
7 Jenis dan Sumber Data Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara (tanya jawab berkaitan dengan objek penelitian) dengan pihak manajemen perusahaan terutama yang memiliki tugas dalam pengelolaan piutang. Pemilihan narasumber dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa yang diwawancarai ahli dalam bidangnya. Data sekunder diproleh dari berbagai buku dan artikel yang menunjang penelitian. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai topik penelitian. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data kuantitatif diolah secara manual dan komputerisasi dengan menggunakan analisis penilaian kinerja piutang dan rasio. Perangkat lunak komputer yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah Microsoft Excel 2007. Pendekatan yang dilakukan dalam pengolahan hasil analisis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah pendekatan akuntansi. Data yang diolah disajikan dalam bentuk tabel dan grafik agar mudah dibaca, selanjutnya data tersebut diuraikan secara deskriptif. Analisis Penilaian Kinerja Piutang Analisis ini digunakan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan kinerja piutang perusahaan. Pengukuran menggunakan analisis rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio), periode penagihan rata-rata (Average Collection Period), Berapa lama umur piutang usaha (Average Number of Days Receivable Outstanding) dan investasi dalam piutang. 1. Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio) Perputaran piutang adalah berapa lama perusahaan mampu untuk mengumpulkan piutang yang terjadi akibat penjualan yang dilakukan secara kredit. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Secara umum semakin tinggi rasio perputaran piutang maka akan semakin baik, karena modal kerja yang ditawarkan dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio ini semakin rendah berarti over investment yang dapat mengakibatkan semakin besar piutang artinya perusahaan tidak efektif dalam melakukan penagihan. 2. Periode Penagihan Rata – Rata (Average Collection Periode) Periode penagihan rata – rata berguna dalam mengukur efisiensi pengumpulan piutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin lama waktu yang diperlukan untuk menagih piutang, dengan kata lain perusahaan membutuhkan waktu lama untuk mengkonversi piutang menjadi dana tunai. Jumlah dana yang terikat pada piutang menjadi semakin besar sehingga kebutuhan modal kerja pun meningkat, hal ini tentu harus dihindari oleh perusahaan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
8
3. Analisis Investasi Piutang Metode yang digunakan menganalisis investasi piutang menggunakan metode Net Present Value (NPV). Analisis investasi piutang ditentukan juga dengan jumlah investasi yang tepat pada setiap periode yang diharapkan mendekati kenyataan dengan rata – rata investasi piutang yang terjadi. Analisis investasi piutang dirumuskan sebagai berikut:
Analisis Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo. Rasio ini dapat memberikan informasi posisi keuangan perusahaan dalam jangka pendek dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. 1. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat dapat dihitung dari perbandingan aset lancar kecuali persediaan dengan utang lancar perusahaan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : – 2. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio Lancar dapat dihitung dari perbandingan aset lancar dengan utang lancar perusahaan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
3. Rasio Kas Rasio kas (cash Ratio) merupakan jenis asset yang paling likuid, kas dapat berupa uang tunai perusahaan maupun uang jenis kas yang disimpan di bank. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
4.
Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover) Rasio perputaran kas digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
9 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan PT. Tigaraksa Satria Tbk (TGKA) (Perseroan) didirikan di Jakarta, berdasarkan Akta Notaris No. 35 tanggal 17 November 1986 dari MMI Wiardi SH, di Jakarta. Kegiatan usaha utama Perseroan adalah di bidang penjualan dan distribusi barang-barang konsumsi berskala nasional. Disamping itu terdapat pula kegiatan usaha lainnya melalui unit usaha dan anak perusahaan. Akta Pendirian tersebut telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C23127.HT.01.01.Th.87 tanggal 21 April 1987. Hal itu juga sudah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 101 tanggal 19 Desember 1989. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan. Yang terakhir melalui Akta No. 64 tanggal 20 Agustus 2010 dari Notaris Dr. Misahardi Wilamarta, SH,MH, M.Kn., LL.M. Perubahan ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan peraturan BAPEPAM dan LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) nomor Kep- 179/BL/2008 tanggal 14 Mei 2008. Akta perubahan Anggaran Dasar tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHUAH. 01.10-22918 tanggal 3 September 2010. Sesuai Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, ruang lingkup kegiatan Perseroan mencakup bidang perdagangan, perindustrian, pertambangan, pengangkutan, pertanian, pemborong, administrasi dan agen percetakan. Perseroan mulai beroperasi pada bulan Januari 1988 dengan mengambil-alih unit usaha distribusi dari PT. Tigaraksa (Holding), pendiri dan dulunya merupakan pemilik 100% saham Perseroan. Hanya dalam waktu 2 tahun 4 bulan sejak mulai beroperasinya, Perseroan mencatatkan sahamnya pada tanggal 21 April 1990 di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, keduanya pasar modal di Indonesia, yang sejak tahun 2007 bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia. Setelah menjadi perusahaan terbuka, Perseroan kemudian mengalami perkembangan secara signifikan. Bisnis inti Perseroan yaitu bidang penjualan & distribusi barang-barang konsumsi telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat selama kurun waktu 26 tahun. Saat ini, melalui unit-unit usaha dan anak perusahaannya, Perseroan juga telah mengembangkan 4 (empat) bidang bisnis lainnya, yaitu: penjualan & pemasaran produk Fast Moving Consumer goods (FMCG), penjualan & pemasaran produk Edukasi, pengisian ulang gas rumah tangga dan produksi & penjualan produk kitchen appliances dan layanan produksi & pengemasan produk susu bubuk. Unit bsinis perusahaan dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu: 1. Penjualan dan distribusi FMCG 2. Penjualan dan distribusi produk edukasi 3. Usaha pembuatan dan pengemasan susu 4. Jasa pengisian ulang gas untuk rumah tangga dan penjualan serta distribusi alat-alat rumah tangga .
10 Penyelesaian Piutang tak Tertagih Piutang dalam neraca konsolidasi PT TGKA dinyatakan dalam jumlah bersih setelah dikurangi penyisihan piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Penyisihan piutang tersebut dibentuk berdasarkan penelaahan terhadap keadaan masing - masing piutang pada akhir periode. Piutang dihapuskan dalam periode piutang tersebut saat piutang dipastikan tidak akan tertagih dan piutang diakui sebagai aset apabila terdapat kepastian tagihan dapat diterima dan jumlah piutang dapat diukur secara andal. Penghapusan penyisihan piutang ragu - ragu yang dilakukan oleh PT TGKA menggunakan metode langsung, dimana tidak ada ayat jurnal sampai suatu akun khusus telah ditetapkan secara pasti sebagai tak tertagih. Kemudian kerugian tersebut dicatat dengan mengkredit piutang usaha dan mendebit beban piutang tak tertagih. Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu memadai untuk menutup kerugian yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya piutang dan tidak terdapat resiko yang terkonsentrasi secara signifikan atas piutang usaha. Penilaian Kinerja Piutang di PT TGKA Analisis penilaian kinerja piutang digunakan untuk menilai tingkat kinerja dari pengelolaan piutang PT TGKA. Pengukuran yang dipakai adalah dengan menggunakan analisis rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio), periode penagihan rata-rata (Average Collection Period) dan investasi dalam piutang. Rasio Perputaran Piutang menunjukkan berapa kali perusahaan melakukan penagihan piutangnya dalam satu periode. Semakin tinggi rasio maka modal kerja yang ditawarkan dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio ini semakin rendah berarti terjadi over investment yang dapat mengakibatkan piutang semakin tinggi. Analisis lainnya yang digunakan untuk melakukan pegukuran kinerja piutang adalah analisis rasio penagihan rata - rata. Rasio ini menunjukkan jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu perusahaan setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas. Semakin lama waktu yang dibutuhkan agar piutang dapat tertagih maka semakin tinggi resiko kemungkinan piutang tersebut menjadi piutang tak tertagih. Rasio perputaran piutang berbanding terbalik dengan periode penagihannya. Apabila masa penagihannya rendah, maka rasio perputaran piutang mempunyai nilai yang tinggi, begitupun juga sebaliknya. PT TGKA mengikuti kebijakan yang telah dibuat dalam kontrak yang telah disepakati bersama saat melakukan transaksi. Pada umumnya dalam kontrak tersebut menyatakan jangka waktu pelunasan atau pembayaran angsuran dilakukan maksimal 30 hari setelah dikeluarkannya invoice. Ringkasan penilaian kinerja piutang PT TGKA selama 5 periode disajikan pada Tabel 3. Peningkatan penjualan selalu diikuti dengan peningkatan pada piutang, karena sebagian besar penjualan yang dilakukan adalah penjualan secara kredit. Penilaian kinerja atas piutang dilakukan agar perusahaan mampu menilai efektifitas proses bisnis yang dilakukan khususnya dibagian penagihan. Harapannya adalah perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya agar penjualan kredit yang dilakukan semuanya dapat ditagih dengan baik dan tepat waktu .
11 Rasio Perputaran Piutang Rasio perputaran piutang adalah rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode, atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang berputar dalam satu periode.
Tahun
Tabel 1 Penilaian kinerja tahun 2009 - 2013 PT TGKA Rasio Penjualan Piutang Perputaran (triliunan Rp) (milyaran Rp) Piutang
Periode Penagihan Rata - rata
2009
4,788
606,628
8 kali
46 hari
2010
5,561
783,619
7 kali
51 hari
2011
6,472.
822,243.
8 kali
46 hari
2012
7,498
988,796
8 kali
48 hari
2013 8,198 1,079 8 kali 48 hari Rata – rata 6,840 899,267 8 kali 48 hari Sumber: Laporan keuangan yang sudah diolah menggunakan Ms Exel 2007 Rasio perputaran piutang periode 2009 - 2013 berfluktuasi setiap tahunnya pada kisaran 8 kali. Pada tahun 2009 diperoleh perhitungan rasio perputaran sebesar 8 kali. Hal ini berarti tahun 2009 perusahaan melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak 8 kali. Hasil analisis menggambarkan semua tahun hampir memiliki rasio perputaran yang sama pada kisaran 8 kali, kecuali ditahun 2010. Pada tahun 2010 rasio perputaran terjadi 7 kali dan mengalami penurunan dibanding tahun 2009. Penurunan ini masih dianggap wajar karena diikuti oleh peningkatan penjualan dan peningkatan piutang. Setiap tahun peningkatan penjualan berada pada kisaran 16 persen kecuali ditahun 2013. Pada tahun 2010 rasio menjadi yang terkecil karena peningkatan piutang merupakan yang terbesar diantara tahun lainnya. Peningkatan piutang terjadi sebesar 29,18 persen dan peningkatan penjualan 16,14 persen. Hasil analisis rasio perputaran piutang 2010 memperlihatkan ada indikasi ketidak efektifan dalam melakukan penagihan. Apabila dibandingkan dengan tahun 2011 dan 2012 peningkatan penjualan tidak jauh berbeda dibanding tahun 2009, tetapi pada periode dua tahun tersebut perusahaan bisa meningkatkan perputaran piutangnya. Laju peningkatan penjualan dan piutang dilihat pada tabel 4 dengan tahun dasar tahun 2009. Tabel 2 Laju peningkatan penjualan dan piutang PT TGKA tahun 2009 - 2013 2009 2010 2011 2012 2013 Peningkatan Penjualan (%/ th) 16,14 16,38 15,86 9,32 Peningkatan Piutang (%/ th) 29,18 4,93 20,26 9,17 Sumber: Laporan keuangan yang sudah diolah menggunakan Ms Exel 2007
12
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan perusahaan sudah baik dalam manajemen piutang dari segi melakukan efektifitas penagihan, karena setiap tahun penurunan rasio penagihan selalu diikuti dengan peningkatan penjualan dan piutang, walaupun terjadi penurunan tetapi penurunan masih dibatas normal atau tidak signifikan. Rasio keuangan perusahaan dilima tahun terakhir secara umum sudah dapat memproyeksikan bahwa perusahaan senantiasa meningkatkan kinerja efektifitas penagihannya, sehingga modal kerja yang ada dalam piutang dapat ditekan. Seperti kita ketahui rasio perputaran yang tinggi semakin baik karena perusahaan mampu menagih aset piutang atau dengan kata lain modal kerja yang ada dipiutang juga semakin rendah. Periode Penagihan Rata – Rata Periode penagihan rata-rata per tahun berbanding terbalik dengan nilai rasio penagihan rata – rata, semakin tinggi rasio penagihan rata – rata maka periode periode penagihan rata – rata akan semakin kecil. Penagihan rata – rata juga bergerak tetapi dengan nilai pergerakan yang tidak signifikan. Periode penagihan rata – rata dilima tahun terakhir memang masih dibawah standar yaitu berkisar diangka 48 kali. Perusahaan dapat kembali mengumpulkan pembayaran atas penjualan kredit yang terjadi dalam waktu kurang lebih 48 hari atau perusahaan membutuhkan 48 hari untuk melakukan satu kali perputaran piutang, sehingga apabila perusahaan melakukan penjualan kredit, rata – rata waktu yang dibutuhkan untuk menagih piutang atas penjualan tersebut adalah 48 hari. Penagihan ini kurang efktif karena secara umum perusahaan melakukan penjualan dengan jangka waktu jatuh tempo 1 bulan atau 31 hari. Penagihan ini masih menyisakan spare waktu sekitar 17 hari atau masih jauh dari standar yang ada. Periode penagihan terlama terjadi pada tahun 2010 karena ini dipengaruhi oleh peningkatan penjualan yang terjadi dan peningkatan piutang pada tahun tersebut. Periode penagihan juga dipengaruhi oleh skala bisnis yang besar dan penjualan yang besar, sehingga menyulitkan perusahaan untuk melakukan periode penagihan dengan standar yang telah ada Investasi dalam Piutang Analisis investasi piutang digunakan untuk menunjukkan besarnya dana yang tertanam dalam satu kali perputaran dan besar kecilnya tergantung jumlah penjualan yang dilakukan dan lamanya periode kredit. Semakin lama periode kredit berlangsung, semakin besar dana yang tertanam dalam piutang untuk setiap kali perputaran. Perusahaan harus mengontrol peputaran piutang setiap terjadi penjualan, agar investasi dalam piutang tidak membengkak. Analisis investasi piutang disajikan dalam tabel 3. Analisis investasi piutang ditentukan dengan jumlah investasi yang tepat pada setiap periode yang diharapkan mendekati kenyataan dengan rata- rata investasi piutang yang terjadi. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan investasi dalam piutang yang ditetapkan dengan investasi yang terjadi.
13 Tabel 3 Analisi investasi piutang Tahhun 2009 – 2013 (dalam milyaran rupiah) Tahun Investasi Piutang 2009 76,850 2010 110,412 2011 104,452 2012 130,380 2013 14,.127 Rata – rata 118,262 Sumber: Laporan keuangan yang sudah diolah Hasil analisis investasi piutang dalam penelitian ini menunjukkan bahwa rata – rata investasi dalam piutang yang terjadi selama lima tahun adalah Rp 118.262.781.228 atau sekitar 13 persen dari total piutang. Hal ini sudah cukup efektif apabila dianalisis lebih jauh, persentase investasi piutang yang berbeda hanya terjadi di tahun 2010 yaitu 14 persen. Selain itu dana yang tertanam pada piutang adalah 13 persen atau dengan kata lain selama lima tahun tidak terjadi penunggakan piutang yang signifikan yang dapat mempengaruhi dana dalam investasi piutang. Analisis Likuiditas Analisis likuiditas digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Kewajiban jangka pendek atau utang lancar yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun. Dalam rutinitas sehari – hari, likuiditas antara lain tercermin dalam bentuk kemampuan perusahaan dalam membayar kreditur tepat waktu atau membayar gaji tepat waktu. Pegukuran likuiditas biasanya mengaitkan kewajiban jangka pendek dengan aset lancar yang tersedia untuk melunasinya. Lingkup pengukuran bisa seluruh aset lancar atau sebagian aset lancar saja. Beberapa usulan terbaru tentang pengukuran likuiditas, bahkan tidak menggunakan aset lancar sebagai sumbernya, tetapi menggunakan arus kas operasi. Penggunaan arus kas operasi dianggap lebih mengena, walaupun kenyataannya pengukuran dengan aset lancar masih sering dilakukan karena lebih mudah menghitungnya Toto Prihadi (2010:171-172). Penelitian ini menggunakan aset lancar sebagai dasar perhitungannya karena dengan pertimbangan lebih efektif dan efisien. Pengukuran tingkat Likuiditas PT TGKA Persero menggunakan rasio lancar dan rasio kas. Ringkasan pertumbuhan rasio likuiditas selama periode 2009-2013 dapat dilihat pada tabel 6. Rata-rata Rasio Likuiditas selama lima tahun terakhir adalah sebesar 47,81 persen, dimana nilai tersebut diperoleh dari perhitungan 4 (empat) rasio, yaitu rasio cepat, rasio lancar, rasio kas, dan didukung rasio perputaran kas. Perhitungan data diproleh rata rata rasio cepat 88,90 persen, rasio lancar 143,74, rasio kas 6,43 persen dan rasio perputaran kas 12 kali. Rata – rata rasio likuditas lima tahun terakhir yaitu 47,81 persen yang artinya PT TGKA (Persero) memiliki kemampuan untuk setiap Rp100,00 kewajiban lancarnya dapat dijamin dengan aset lancarnya sebesar Rp47,81.
14 Tabel 4 Pertumbuhan rasio likuiditas tahun 2009 – 2013 Rata Komponen 2009 2010 2011 2012 2013 Rata Rasio Cepat (%) 88,80 90,18 86,76 84,36 94,38 88,90 Rasio Lancar (%) 147,65 144,19 142,66 139,72 144,48 143,74 Rasio Kas (%) 4,82 8,32 8,44 6,17 4,38 6,43 Rasio Perputaran 11 12 13 12 12 12 Kas kali kali kali kali kali kali Liquidity Ratio (%) 48,25 48,54 47,57 46,05 48,65 47,81 Sumber: Laporan keuangan yang sudah diolah menggunakan Ms Exel 2007 Hasil rasio likuiditas perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tidak likuid karena untuk setiap tahunnya perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban lancarnya dengan aktiva yang dimiliki perusahaan dan angka rasio likuiditas ini berada dibawah 200 persen. Nilai 200 persen mengacu pada aturan umum yang biasa dipakai, jika rasio likuiditas 2:1 atau lebih baik lagi maka perusahaan cukup baik secara keuangan, sementara rasio dibawah 2:1 menujukkan peningkatan risiko likuiditas. Aturan 2:1 ini menunjukkan bahwa tersedia asset lancar Rp2 untuk setiap Rp1 kewajiban lancar atau jika dipandang dari sudut lain, nilai asset lancar pada saat likuidasi dapat turun hampir sebesar 50 persen dan perusahaan masih dapat melunasi kewajiban lancar. Sumber likuiditas PT TGKA (Persero) terutama diperoleh dari proses bisnis perusahaan yang bertambah baik dari tahun ketahun. Hal ini dapat dilihat dari penjualaan yang selalu bergerak naik di setiap tahunnya. Penjualan yang meningkat juga diikutii dengan peningkatan laba bersih yang diperoleh perusahaan setiap tahunnya. Penjualan yang terus meningkat berperangaruh pada perputaran kas perusahaan dengan rata – rata 12 kali dalam satu tahun. Perusahaan dan anak perusahaan telah sepakat selalu bekerja dengan locally routed, nationally connected yang memberikan kesempatan kepada semua cabang di Indonesia untuk selalu terhubung. Sehingga perkembangan informasi yang ada dapat di distribusikan kepada semua lini disetiap cabang dengan tepat waktu. Perusahaan juga menyadari dengan skala bisnisnya yang besar perusahaan harus mampu menjaga informasi dan kontrol yang baik kepada semua anak perusahaan dan cabang di seluruh Indonesia. Harapan dari locally routed, nationally connected ini ialah diharapkan semua cabang dapat melakukan eksekusi yang baik dan tepat waktu untuk setiap permasalahan yang dihadapi yang berkaitan dengan aktifitas bisnis perushaan, sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Rasio Cepat Likuiditas perusahaan pada penelitian ini salah satu komponennya adalah rasio cepat. Rasio cepat (quick ratio) digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan membayar kewajiban lancarnya dengan aset lancar tanpa memasukkan komponen persediaan. Persediaan dipisahkan karena dianggap memerlukan waktu
15 relatif lama untuk dkonversi menjadi uang tunai.. Semakin tinggi nilai rasio cepat maka likuiditas perusahaan semakin baik Dari hasil perhitungan rata – rata nilai rasio cepat PT TGKA adalah 88,90 persen yang artinya setiap Rp100,- kewajiban lancar dapat dijamin dengan Rp88,90 aset lancarnya tanpa memperhitungkan jumlah persediaan. Besarnya aset lancar yang mempengaruhi rasio cepat pada perusahaan didomisasi oleh jumlah piutang usaha yaitu 47 persen dari jumlah aset lancar. Hasil analisis memberikan gambaran pada tahun 2009 rasio cepat senilai 80,88 persen dan mengalami peningkatan di tahun 2010 sebesar 1,38 persen menjadi 90,1 persen. Peningkatan yang yang diikuti dengan peningkatan piutang bersih perusahaan yang cukup signifikan. Pada tahun 2011 rasio cepat kembali menurum menjadi 86,76 persen atau turun 3,41 persen hal ini dipengaruhi oleh perusahaan menambah hutang bank dan cerukan serta hutang lain – lain yang peningkatannya cukup tinggi dibandingkan peningkatan aset lancarnya. Rasio cepat terkecil terjadi pada tahun 2012 mengalami penurunan lagi sebesar 2,40 persen menjadi 84,36 persen. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya hutang bank dan cerukan serta hutang bank perusahaan yang memberikan kontribusi paling besar terhadap jumlah kewajiban lancar. Pada tahun 2012 kewajiban lancar juga bertambah dengan liabilitas imbalan kerja jangka pendek yang memiliki nominal cukup besar yang secara langsung berpengaruh pada nilai rasio cepat perusahaan. Peningkatan kewajiban lancar tidak diikuti dengan peningkatan aset lancar yang signifikan, aset lancar juga pada tahun ini mengalami penurunan dibeberapa akunnya dan penurunan tersebut cukup besar, seperti penurunan kas, piutang istimewa dan piutang pajak. Walaupun secara umum aset lancar ditahun 2012 meningkat, tetapi beberapa akun tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan, sehingga menyebabkan rasio cepat pada tahun 2012 memang terkecil dibanding tahun – tahun yang lain. Pada tahun 2013 perusahaan kembali mencetak prestasi yang baik pada rasio cepatnya, berhasil meningkatkan rasio cepat sebesar 10,02 persen menjadi 94,38 persen dan menjadi rasio cepat tertinggi dan terbesar peningkatannya dibanding tahun – tahun lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh penjualan yang terus meningkat sehingga meningkatkan piutang usaha dan piutang lain – lain perusahaan cukup signifikan. Disamping itu perusahaan berhasil menekan turun persediannya dan ini terjadi hanya pada tahun 2013. Pada tahun 2013 jumlah aset lancar dan kewajiban lancar mengalami peningkatan, tapi peningkatan pada aset lancar lebih signifikan sehingga rasio cepat bisa meningkat. Secara umum dilima tahun hasil analisis menggambarkan rasio cepat belum termasuk likuid, karena masih dibawah 150 persen. Sehingga dapat disimpulkan perusahaan belum mampu memenuhi kewajiban lancarnya dari aset lancar apabila tanpa memperhitungkan persediaan. Rasio Lancar Likuiditas perusahaan pada penelitian ini salah satu komponenya adalah rasio lancar (current ratio). Rasio lancar digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan membayar kewajiban lancarnya dengan aset lancarnya. Semakin tinggi nilai rasio lancar maka likuiditas perusahaan semakin baik. Dari hasil perhitungan, rata-rata rasio lancar PT TGKA (Persero) adalah 143,74 persen yang artinya setiap Rp100,- kewajiban lancar dapat dijamin dengan
16 Rp143,75 aset lancarnya. Besarnya aset lancar pada perusahaan didomisasi oleh jumlah piutang usaha dan dan persediaan. Hal ini dikarenakan karena perusahaan yang bergerak dibidang distributor barang, tentu saja harus memiliki jumlah persediaan yang besar apalagi didukung dengan skala bisnis dan pasar yang luas di wilayah nusantara. Nilai aset piutang usaha dan persediaan perusahaan pada neraca masing – masing 47 dan 38 persen dari jumlah seluruh aset lancarnya. Hasil analisis rasio lancar setiap tahunnya pergerakan rasio ini bergerak naik turun dengan nilai yang tidak signifikan. Pada tahun 2009 merupakan tahun dengan nilai rasio lancar tertinggi dibanding tahun – tahun lainnya pada periode lima tahun tersebut. Rasio lancar bernilai 147,65 persen yang artinya perusahaan masih dalam kondisi likuid. Hal ini dikarenakan karena pada tahun 2009 kewajiban lancar perusahaan berada pada titik terendah dilima tahun terakhir. Pada tahun 2009 juga perusahaan melakukan investasi jangka pendek yang dengan nilai yang cukup tinggi dibanding dengan tahun lainnya, sehingga meningkatkan jumlah aset lancarnya. Rasio lancar menurun menjadi 144,19 dan 142,66 persen ditahun 2010 dan 2011 atau turun sebesar 3,46 persen ditahun 2010. Penurunan juga terjadi 1,53 persen ditahun 2010 ke tahun 2011, penurunan ini masih dianggap wajar karena tidak terlalu besar dan diikuti oleh kenaikan aset lancar dan kewajiban lancar pada periode yang sama. Jumlah investasi jangka pendek yang dilakukan ditahun 2009 juga dikurangi sebesar 75 persennya, sehingga berpengaruh dengan jumlah aset secara keseluruhan pada tahun 2010 dan 2011. Pada tahun 2012 merupakan rasio lancar terkecil dibanding dengan tahun yang lainnya yaitu sebesar 139,72 persen atau mengalami penurunan 2,94 persen dari tahun 2011. Penurunan ini masih dianggap wajar karena penurunannya juga tidak terlalu signifikan dibanding tahun – tahun sebelumnya dan ada beberapa hal yang mempengaruhinya. Pada tahun 2012 rasio lancar turun karena dipengaruhi oleh hutang usaha kepada pihak ketiga adalah yang terbesar dibanding tahun – tahun lainnya. Hutang usaha yang besar akan berdampak langsung kepada peningkatan kewajiban lancar perusahaan, karena hutang usaha memiliki 33 persen kontribusi terhadap utang lancar. Ditambah lagi dengan hutang bank dan cerukan yang bernilai terbesar kedua setelah tahun 2013, dengan kontribusi terbesar terhadap kewajiban lancar perusahaan. Keadaan membaik pada tahun 2013 dengan ditandai dengan peningkatan rasio lancar. Walaupun hutang bank dan cerukan terbesar ditahun ini akan tetapi perusahaan mampu terus meningkatkan penjualannya dan secara bersamaan meningkatkan aset lancar pada piutang usaha. Piutang usaha pada tahun 2013 merupakan yang terbesar dibanding tahun – tahun sebelumnya, sehingga secara langsung mempengaruhi peningkatan rasio lancar perusahaan. Hasil analisis secara umum untuk rasio lancar PT TGKA dari tahun 2009 – 2013 menggambarkan perusahaan sudah likuid dalam menjamin kewajiban lancarnya menggunakan asset lancarnya. Rasio Kas Rasio kas (cash ratio) merupakan indikator paling likuid dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar tepat pada waktunya. Semakin tinggi rasio kas maka akan semakin baik. Nilai rata-rata rasio kas perusahaan adalah 6,43 persen. Ini menunjukkan setiap Rp. 100,- kewajiban lancar perusahaan dapat dijamin dengan Rp. 6,43 uang
17 kas dan bank. Hasil analisis memperlihatkan perusahaan tidaklah likuid dari sudut pandang rasio kasnnya. Pada tahun 2009 rasio kas bearada pada nilai 4,82 persen sehingga pada tahun ini perusahaan hanya mampu menjamin Rp 4,82 dari Rp 100 kewajiban lancar yang ada daru uang kas. Rasio kas mengalami peningkatan sebesar 3,50 persen atau menjadi 8,32 persen ditahun 2010 karena pada tahun ini ada pemasukan kas atas penjualan hak merek dagang dan pengurangan investasi jangka pendek dari aktivitas investasi dan pengurangan hutang bank dari aktivitas pendanaan dengan nilai yang besar. Pada tahun 2011 menjadi rasio yang paling tinggi dibanding tahun – tahun lainnya dengan peningkatan sebesar 0,12 persen menjadi 8,44 persen. Peningkatan ini diproleh dari adannya pemasukan pengembalian pajak dari aktivitas operasi, penjualan hak merek dagang dari aktivitas investasi dan penambahan hutang bank dari aktivitas pendanaan. Pada tahun 2012 dan 2013 rasio kas kembali mengalami penurunan menjadi 6,17 dan 4,38 persen. Penurunan ditahun 2012 dikarenakan perusahaan tidak melakukan penjualan merek dagang lagi seperti ditahun 2011. Tahun 2013 merupakan rasio kas terkecil dibanding tahun – tahun sebelumnya, karena pada tahun ini perusahaan banyak melakukan pembayaran atas transaksi yang timbul pada aktivitas pendanaan. Hasil analisis rasio kas perusahaan memang belum likuid bila hanya mengandalkan kas saja sebagai penjamin kewajiban lancarnya. Pada perusahaan umum pun juga sulit ditemukan perusahaan yang baik dalam rasio kasnya, hal ini dikarenakan oleh tuntutan bisnis akan uang kas sangatlah sulit diprediksi. Rasio Perputaran Kas Likuiditas perusahaan pada penelitian ini salah satu komponenya adalah rasio perputaram kas. Rasio perputaran kas digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya – biaya yang berkaitan dengan penjualan Hasil analisis PT TGKA memperlihatkan rasio perputaran kas perusahaan stabil pada nilai 12 kali disajikan pada tabel 12. Ananisis ini mengartikan perputaran kas perusahaan cukup sering terjadi dengan rata – rata 1 (satu) kali per bulannya. Implikasi Manajerial PT TGKA merupakan salah satu perusahaan distributor terbesar di Indonesia. Predikat perusahaan go public tentu banyak mendapat sorotan dari berbagai pihak yang berkepentingan. Terutama mengenai laporan keuangan yang menggambarkan kesehatan dan pertumbuhan perusahaan. Perusahaan harus mampu menjalankan aktivitas usahanya dengan efektif dan efisien, sehingga target dan keuntungan dapat dicapai. Penjualan yang besar pada periode 2009 – 2013 dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya tentu menuntut perusahaan untuk selalu melakukan evalusi dan perbaikan. Penjualan yang tinggi sebesar 80 persen didominasi dengan
18 penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit akan menimbulkan piutang usaha yang besar, sehingga membutuhkan waktu untuk mengumpulkannya sebagai uang tunai. Penjualan kredit yang terjadi secara langsung akan berpengaruh pada likuditas perusahaan, karena 46 persen aset lancar perusahaan berbentuk piutang usaha. Nilai piutang cukup besar tentu akan berpengaruh signifikan kepada likuiditas perusahaan, dengan alasan tersebut manajemen perusahaan harus memberikan perhatian lebih terhadap piutang usaha. Manajemen harus mampu membuat kebijakan yang dapat memastikan aset perusahaan yang besar berupa piutang itu dapat ditagih dan dijaga. Salah satu cara ialah dengan controlling terhadap pengendalian piutang agar benar – benar dilaksanakan dengan baik dan tepat. Kebijakan manajemen terhadap piutang berdasarkan analisis efektifitas sudah cukup baik dan tentu saja perlu ditingkatkan, karena setiap waktu pasti akan ada perubahan. Hasil analisis likuiditas perusahaan rata – rata pada periode lima tahun 47,81 persen dimana nilai tersebut diproleh dari tiga perhitungan rasio yaitu rasio cepat 88,9 persen, rasio lancar 143,74 persen, rasio kas 6,43 persen, dan didukung oleh rasio perputaran kas sebanyak 12 kali. Perhitungan rasio likuiditas yang terkecil berasal dari rasio kas, karena memang jumlah kewajiban perusahaan yang sangat besar akan sangat tidak memungkinkan apabila hanya ditutupi oleh kas perusahaan. Analisis kinerja dan likuiditas perusahaan dipengaruhi oleh volume penjualan yang besar. Secara umum kinerja perusahaan dan likuiditas memberikan gambaran yang positif, Manajemen diharapkan mampu mempertahankan dan meningkat kinerjanya sehingga tujuan perusahaan disetiap periodenya dapat dicapat dengan efektif dan efisien. Peneliti merekomendasikan untuk selalu menjalankan prosedur pengendalian internal atas piutang yang selama ini dilakukan. Piutang diklasifikasikan menurut umurnya dan selalu diingatkan mengenai jatuh tempo pembayaran. Piutang yang telah jatuh tempo lebih dari 90 hari cepat – cepat ditindaklanjuti, dengan cara diingatkan via telepon atau kunjungan lapangan oleh deskcall atau bagian penagihan. Servis layanan konsumen yang baik oleh bagian penagihan akan memberikan kesan bagi konsumen dan secara tidak langsung hubungan akan berkelanjutan. Harapan yang besar tentu saja dengan hubungan yang terus berkelanjutan akan manjadikan konsumen baru menjadi pelanggan. Walaupun hubungan berbentuk mengingatkan jatuh tempo pembayaran tapi apabila disampaikan dengan baik, konsumen akan senang dan merasa diperhatikan. Deskcall diberikan pelatihan pengenalan produk sebagai sarana promosi produk baru kepada konsumen, ketika mengingatkan pembayaran kepada konsumen deskcall bisa menawarkan produk baru kepada konsumen dan secara tidak langsung bisa menjadi alat marketing bagi perusahaan.
19 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan analisis dan pengujian, maka dapat disimpulkan 1. PT Tigaraksa Satria merupakan perusahaan distributor yang melakukan penjualan sebagian besar secara kredit sehingga menyebabkan piutang usaha sangat besar. Penjualan mengalami peningkatan dari tahun 2009 – 2013 dan selalu diikuti oleh peningkatan piutang usaha, sehingga penilaian kinerja piutang dan likuiditas perusahaan juga mengalami fluktuasi yang tidak signifikan. 2. Faktor – faktor yang mempengaruhi piutang pada PT TGKA antara lain ialah penjualan yang terus meningkat. 3. Hasil analisis penilaian kinerja piutang tahun 2009 – 213 dapat diketahui manajemen piutang sudah cukup baik, karena dari perhitungan secara umum penialain kinerja perusahaan tetap stabil setiap tahunnya, kecuali ditahun 2010 mengalami penurunan tapi dengan nilai yang masih wajar. Rasio periode perputaran piutang berada pada kisaran 8 kali pertahunnya, diikuti dengan periode penagihan rata – rata 48 hari. Walaupun periode penagihan rata – rata masih berada dibawah standar tapi hal ini masih dianggap wajar karena mengingat aktivitas penjualan perusahaan yang besar dan luas. Hasil perhitungan investasi piutang menggambarkan investasi pada piutang setiap tahunnya stabil pada 14 persen sehingga dapat diketahui sedikit sekali terjadi penunggakan oleh customer bila dibandingkan dengan jumlah piutang secara keseluruhan. Hasil analisis likuiditas perusahaan tahun 2009 – 2013 belum maksimal. Likuiditas dinilai dengan menggunakan tiga perhitungan yaitu (QR, CR, CC) dan diproleh rasio likuiditas rata – rata 48 persen pertahunnya. Rasio cepat dan lancar belum likuid karena ada pada kisaran 89 dan 144 persen. Rasio kas menjadi yang terkecil dibanding rasio lainnya, karena memang jumlah kewajiban perusahaan yang sangat besar akan sangat tidak memungkinkan apabila hanya ditutupi oleh kas perusahaan. Pengendalian internal manjemen piutang sudah baik bila dianalisis dari tahun 2009 – 2013 karena efektifitas penagihan dan likuiditas selalu hampir stabil setiap tahunnya. Lebih dari itu penjualan terus meningkat tentu ini salah satu indikasi bahwa penjualan kredit yang terjadi merupakan penjualan kredit yang sehat dan memiliki kemampuan bayar dari para konsumennya.
Saran Maka dari hasil pembahasan penulis dapat memberikan beberapa saran yaitu: 1. Penjualan yang terus meningkat diharapkan agar perusahaan selalu siap dalam melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap sistem manajemen piutang. Kebijakan manajemen piutang dan pengendalian internal atas
20 piutang agar hhselalu diperbaharui sesuai dengan tuntutan keamanan agar aset perusahaan selalu terjaga. 2. Perusahaan sebaiknya mencoba untuk melakukan investasi jangka pendek yang kurang dari setahun sehingga diharapkan dapat meningkatkan rasio kasnya. 3. Penelitian peneliti membandingkan penilaian kinerja dan analisis rasio perusahaan dengan teori yang didapat, diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat membandingkan hasil pembahasan dengan industry yang sejenis dengan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Barlian I, Sundjaja RS. 2003. Manajemen Keuangan Satu. Jakarta (ID): Yayasan Astra Honda Motor. Brigham dan Houston. 2010. Dasar dasar manajemen buku 1 (edisi11). Jakarta (ID): Salemba empat Febriani N. Analisis efektifitas manajemen piutang pada perusahaan X [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hartati D. 2009. Analisis pengendalian intern piutang usaha [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatra Utara. Hagyarsiswi D, 2010. Analisis pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas arus kas dan likuiditas perusahaan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Indonesia PSAK No 43. Jakarta (ID): Salemba Empat Kasmir. 2009. Analisis laporan keuangan. Jakarta (ID): Rajawali pers Krisnilasari M. 2007. Analisis pengaruh likuiditas obligasi, coupon dan jangka waktu jatuh tempo obligasi terhadap perubahan harga obligasi di bursa efek Surabaya [Tesis]. Semarang (ID). Universitas Diponegoro Laurita L. 2006. Kajian manajemen piutang koperasi pegawai [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor ManullangM, Sinaga D. 2005. Pengantar Manajemen Keuangan. Yogyakarta (ID): Andi Marlin T, Fajar A. 2012. Analisis pengaruh perputaran piutang terhadap likuiditas perusahaan [Internet]. Bogor (ID). [Diunduh tanggal 2015 oktober 21]. Volume 12 no 1, april 2012. Tersedia pada: http://jurnal.stiekesatuan.ac.id/index.php/jir/article/view/256 Munawir S. 2002. Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta (ID): Liberty Nabila. 2011. Analisis pengaruh manajemen piutang terhadap likuiditas dan profitabilitas [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Nurafiah. 2012. Analisis efektifitas manajemen piutang dan pengaruhnya terhadap likuiditas [skripsi]. Makasar (ID): Universitas Hasanudin Makasar Orihadi, Toto. 2010. Analisis Laporan Keuangan: Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): PPM
21 PT Tigaraksa Satria. 2009. Laporan Keuangan Tahunan PT. Tigaraksa Satria dan Anak Perusahaan. [Internet]. Bogor (ID).[ Dunduh tanggal 2015 mei 17]. Tersedia pada: (http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Acti ons/New_Info_JSX/Jenis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy _Laporan_Keuangan/Laporan%20Keuangan%20Tahun%202011/Audit/TG KA/TGKA_LKT_Des_2011.pdf/ diakses 17 Mei 2015) Riyanto B. 2001. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta (ID): BPFE Syamsuddin L. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta (ID): Rajawali Pers Wicaksana I, 2011. Analisis pengaruh pengendalian piutang terhadap efektifitas arus kas [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
22
LAMPIRAN
23
Lampiran 1 Neraca konsolidari PT TGKA dan anak perusahaa 2009
2010
2011
2012
2013
ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas
43.043.465.962
90.402.816.909
107.342.024.904
94.246.727.147
68.655.293.829
Investasi jangka pendek
49.737.600.000
12.200.000.000
12.000.000.000
12.300.000.000
10.300.000.000
Piutang usaha - bersih
606.628.292.751
783.619.766.254
822.243.531.211
988.796.951.552
1.079.434.620.482
Piutang lain - lain Pihak yang mempunya hubungan istimewa
11.228.615.038
6.182.136.901
12.755.672.146
4.974.572.348
29.618.637.944
Pihak ketiga
42.444.220.611
49.300.090.403
115.063.547.003
149.933.661.311
249.280.367.221
Kas dan setara kas
525.132.806.406
586.869.475.127
711.212.879.239
845.134.822.538
784.448.370.204
Pajak dibayar dimuka
16.661.273.874
14.850.541.377
12.384.761.876
1.860.614.471
2.375.293.808
Biaya dibayar dimuka dan uang muka
22.593.014.905
23.225.630.426
22.111.737.771
35.799.098.943
38.113.625.106
Jumlah aset lancer
1.317.469.289.547
1.566.650.457.397
1.815.114.154.150
2.133.046.448.310
2.262.226.208.594
ASET TIDAK LANCAR Piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa
702.890.332
741.558.428
1.318.473.243
1.449.674.274
1.164.219.202
Aset pajak tangguhann - bersih
7.998.493.662
6.435.766.429
8.629.568.506
9.582.423.378
10.424.113.399
tagihan dan banding atas hasil peeriksaan pajak
-
12.331.562.032
12.331.562.032
11.746.916.532
4.456.780.625
Lampiran 2 Neraca konsolidasi PT TGKA dan anak perusahaan lanjutan Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan
119.439.890.104
136.032.278.631
160.615.158.501
178.633.719.694
172.824.275.751
Aset bangun kelola alih Aset tidak berwujud - setelah dikurangi akumulasi amortisasi
648.881.477
648.881.477
648.881.477
-
-
6.342.773.242
5.541.556.444
4.182.771.858
4.395.855.002
3.221.582.233
Uang jaminan
1.586.969.984
1.681.759.983
1.935.955.983
1.797.955.983
1.861.762.133
Pensiun dibayar dimuka
9.301.645.000
10.116.069.000
11.626.716.000
12.894.651.000
13.988.750.000
Aset lain – lain
2.588.920.595
1.795.380.636
2.085.893.105
2.548.726.522
1.830.388.329
Jumlah aset tidak lancar
148.610.464.396
175.324.813.060
203.374.980.705
223.049.922.385
209.771.871.672
JUMLAH ASET
1.466.079.753.943
1.741.975.270.457
2.018.489.134.855
2.356.096.370.695
2.471.998.080.266
405.438.842.977
467.264.244.928
688.047.624.994
782.136.517.614
794.146.779.143
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
79.495.719.899
113.077.281.599
86.172.556.090
111.844.960.137
154.596.909.244
Pihak ketiga
339.033.186.384
400.460.214.461
387.121.825.384
498.738.031.134
435.556.959.058
Hutang lain – lain
7.842.988.891
11.866.630.552
17.200.655.464
33.752.097.127
85.485.874.410
Hutang pajak
4.819.079.305
18.772.412.444
20.180.054.279
13.894.995.321
30.816.231.943
Pendapatan ditangguhkan
7.012.654.982
4.526.517.652
3.971.195.178
3.590.195.263
3.194.223.780
KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAIBAN LANCAR Hutang bank dan cerukan Hutang usaha
24
25
Lampiran 3 Neraca konsolidasi PT TGKA dan anak perusahaan lanjutan Beban masih harus dibayar
48.667.467.239
70.561.188.437
69.662.621.029
59.903.727.723
42.163.492.866
Liabilitas imbalan kerja jangka pendek
-
-
-
22.778.173.387
19.799.153.512
1.086.528.490 Jumlah kewajiban lancer
892.309.939.677
.073
1.272.356.532.418
1.526.638.697.706
1.565.759.623.956
Uang jaminan
141.704.037.198
164.202.358.737
191.676.440.829
208.493.044.886
213.879.923.527
Kewajiban pajak tangguhan - bersih Hutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa
1.660.248.689
2.267.467.469
3.033.063.836
4.008.807.422
4.802.778.932
107.684.373
-
-
-
-
Kewajiban imbalan kerja
31.937.628.012
22.437.814.012
27.883.132.948
34.078.308.374
42.751.217.153
4.062.500.000
3.812.500.000
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
Liabilitas jangka panjang lainnya Jumlah kewajiban tidak lancar
175.409.598.272
188.907.640.218
222.592.637.613
250.642.660.682
265.246.419.612
JUMLAH KEWAJIBAN
1.067.719.537.949
1.275.436.130.291
1.494.949.170.031
1.777.281.358.388
1.831.006.043.568
-
-
-
-
Lampiran 4 Neraca konsolidari PT TGKA dan anak perusahaan lanjutan Modal saham - nilai nominal Rp 100 per saham Modal dasar - 2.000.000.000 saham Modal ditempatkan dan disetor penuh 918.492.750 saham
91.849.275.000
91.849.275.000
91.849.275.000
91.849.275.000
91.849.275.000
Agio saham Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan
9.056.550.000
9.056.550.000
9.056.550.000
9.056.550.000
9.056.550.000
(3.023.998.349)
(3.023.998.349)
(3.023.998.349)
(3.023.998.349)
(3.023.998.349)
Saldo laba Ditentukan penggunannya
18.369.855.000
18.369.855.000
18.369.855.000
18.369.855.000
18.369.855.000
Belum ditentukan penggunannya
275.452.958.802
342.134.960.456
398.523.949.125
452.613.184.065
515.322.790.786
Jumlah ekuitas
299.855.365.453
458.386.642.107
514.775.630.776
568.864.865.716
631.574.472.437
Kepentingan non pengendali
-
8.150.498.059
8.763.334.048
9.950.146.591
9.417.564.261
JUMLAH EKUITAS
299.855.365.453
466.537.140.166
523.538.964.824
578.815.012.307
640.992.036.698
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS
1.374.229.478.943
1.741.973.270.457
2.018.488.134.855
2.356.096.370.695
2.471.998.080.266
26
27
Lampiran 5 Laporan laba rugi perusahaan PENJUALAN BERSIH
4.788.473.659.385
5.561.513.752.435
6.472.677.803.652
7.498.944.990.526
8.198.125.734.406
BEBAN POKOK PENJUALAN
(4.322.546.993.180)
(5.018.228.464.657)
(5.837.786.320.720)
(6.765.268.365.255)
(7.327.111.072.766)
LABA KOTOR BEBAN USAHA
465.926.666.205
543.285.287.778
634.891.482.932
733.676.625.271
871.014.661.640
Penjualan
(283.386.143.077)
(303.288.458.439)
(338.434.231.117)
(399.727.238.557)
(437.124.896.502)
Umum dan administrasi
(95.508.119.164)
(103.591.192.250)
(118.083.349.752)
(133.892.752.841)
(155.514.114.043)
Jumlah beban usaha
(378.894.262.241)
(406.879.650.689)
(456.517.580.869)
(533.619.991.398)
(592.639.010.545)
LABA USAHA
87.032.403.964
136.405.637.089
178.373.902.063
200.056.633.873
278.375.651.095
-
31.000.000.000
-
-
-
21.506.903.886
12.484.556.248
11.822.439.754
10.395.882.210
12.491.577.191
Keuntungan penjualan aset tetap
3.774.095.595
2.014.617.466
1.210.269.014
-
-
Penghasilan bunga
3.539.697.350
1.955.866.070
2.322.083.845
2.121.614.801
2.136.903.270
Penghasilan sewa
1.392.305.649
1.473.706.040
4.166.196.990
-
-
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN LAIN Pendapatan penjualan hak merek dagang Pendapatan pembiayaan dari penjualan angsuran
Lampiran 6 Laporan laba rugi konsolidasi PT TGKA dan anak perusahaan tahun 2009 – 2013 lanjutan Keuntungan penjualan investasi saham
785.792.107
-
-
-
Pendapatan jasa manajemen
172.106.537
349.792.198
191.770.643
-
-
Pendapatan pengembalian pajak
2.593.603.044
165.026.587
-
-
-
Keuntungan penjualan barang usang
944.450.873
-
-
-
-
Beban bunga dan provisi bank
(47.771.271.362)
(34.235.953.771)
(53.179.264.729)
(59.515.317.257)
(65.005.438.029)
denda pajak
-
(5.699.714.410)
(698.168.178)
-
-
Beban pemutusan hubungan kerja
(3.849.200.321)
(3.518.334.538)
(4.342.693.365)
-
-
Kerugian penjualan bahan baku Keuntungan (Kerugian) selisih kurs – bersih
-
(1.019.153.874)
-
-
-
(248.608.433)
(270.130.423)
501.160.927
-
-
Amortisasi goodwill Keuntungan perubahan nilai surat berharga
(102.315.470)
(102.315.470)
-
-
-
816.381.700
-
-
-
-
lain - lain – bersih Penghasilan (beban) lain - lain – bersih
2.021.433.465
2.421.755.833
8.704.658.495
9.400.857.509
(31.525.977.930)
(15.210.417.487)
7.805.510.063
(29.301.546.604)
(37.596.962.737)
(81.902.935.498)
LABA SEBELUM PAJAK
71.821.986.477
144.211.147.152
149.072.355.459
162.459.671.136
196.472.715.597
28
29
Lampiran 7 Laporan laba rugi konsolidasi PT TGKA dan anak perusahaan tahun 2009 – 2013 lanjutan
BEBAN PAJAK Pajak kini
(15.574.989.610)
(33.383.482.500)
(42.005.432.461)
-
-
Pajak tangguhan
(3.244.570.849)
(2.169.946.013)
1.428.205.710
-
-
Beban pajak penghasilan
-
-
-
(44.787.977.928)
(62.608.768.156)
Jumlah beban pajak
(18.819.560.459)
(35.553.428.513)
(40.577.226.751)
(44.787.977.928)
(62.608.768.156)
LABA SEBEBLUM HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN
53.002.426.018
108.657.718.639
108.495.128.708
117.671.693.208
133.863.947.441
LABA BERSIH PER SAHAM
53.99
111.6
112.39
122.39
141.27
Lampiran 8 laporan klasifikasi piutang berdasarkan umur piutang tahun 2009 - 2011 2013
2012
2011
2010
2009
Belum jatuh tempo
967,312,014,529
747,530,000,369
582,717,174,073
543,212,469,569
456,697,024,942
Lewat jatuh tempo 1 s/d 30 hari
91,636,397,194
223,688,297,309
227,075,531,835
211,918,641,746
144,877,282,450
Lewat jatuh tempo 31 s/d 60 hari
28,055,844,157
24,956,373,813
9,200,291,696
29,556,374,950
5,189,706,260
Lewat jatuh tempo 61 s/d 90 hari
2,256,252,020
2,893,954,176
5,459,327,181
440,684,812
2,199,502,985
Lewat jatuh tempo 91 s/d 120 hari
2,612,397,410
1,230,443,651
2,069,594,776
3,766,191,556
3,440,969,401
Lewat jatuh tempo 121 s/d 365 hari
5,175,720,702
3,550,237,652
6,441,546,563
6,837,902,433
10,105,692,258
Lewat jatuh tempo > 365 hari
1,489,018,983
3,571,209,524
1,481,841,463
-
-
Jumlah
1,098,537,644,995
1,007,420,516,494
834,445,307,587
795,732,265,066
622,510,178,296
Cadangan kerugian penurunan nilai
-19,103,024,513
-18,623,564,942
-12,202,776,381
-12,112,498,812
-15,881,885,545
Neto
1,079,434,620,482
988,796,951,552
822,242,531,206
783,619,766,254
606,628,292,751
30
31
Lampiran 9 Daftra pincipal unit CP tahun 2013 Kategori
Baby Food
Other Food
Body Care & Home Care
Prinsipal PT Sarihusada Generasi Mahardika PT Wyeth Indonesia PT Nutricia Indonesia Sejahtera PT Surya Jaya Abadi Perkasa PT Djembatan Dua AB Food & Beverages (Thailand) PT Yupi Indo Jelly Gum PT Multi Bintang Indonesia PT Mars Symbioscience Indonesia PT Greshindo Aroma PT Natural Nutrisi Global PT DSG Suryamas Indonesia PT Kimberly Clark Indonesia PT Colgate-Polmolive Indonesia PT Philips Indonesia Comercial
Produk SGM Presinutrisi, Vitalac, Lactamil, Vitaplus, Gizi Kita, SGM Soya, LLM, BBLR S26, Promil, Procal, Promise, Nursay Nutrilion, Nutrilion Royal, Nutrilion Soya, Nutrima Corned Beef, Sopini, Sausage, Strawmushrook, Champignon Mushroom Produgen Vita First, Produgen Hi Cal, Fillcream Ovaltine Yupi Bir Bintang, Heineken, Bintang Zero, Green Sands Pedlgree, Whiskas, Cesar, Catsands, Snicker, Dove, M&M Puru - Puruko, Fruppy Bugo Fitty, Petpet, Baby Love, Dispo 123 & Certainty Koteks, Huggies, Trent is Coolgate, Palmolive Avent
Lampiran 10 Hasil perhitungan analisis likuiditas menggunakan Ms Exel 2007 Komponen Rasio Cepat Rasio Lancar Rasio Kas Rasio Perputaran Kas Liqudity Ratio
2009 88,80% 147,65% 4,82%
2010 90,18% 144,19% 8,32%
2011 86,76% 142,66% 8,44%
2012 84,36% 139,72% 6,17%
2013 94,38% 144,48% 4,38%
Rata - Rata 88,90% 143,74% 6,43%
11 kali
12 kali
13 kali
12 kali
12 kali
12 kali
48,25%
48,54%
47,57%
46,05%
48,65%
47,81%
32
33
Lampiran 12 Penelitian terdahulu lanjutan Tahun 2010
Nama Peneliti Dhahiri
Judul Penelitian Analisis Pengaruh Manajemen Piutang Terhadap Stabilitas Arus Kas dan Likuiditas Perusahaan studi kasus di PT X
Metode
Hasil Penelitian
Alat analisis yang digunakan adalah analisis cash conversion cycle dan rasio likuiditas serta analisis regresi berganda dan korelasi dengan menggunakan SPSS versi 16.00.
Hasil penelitian ini adalah Secara partial pada model kas, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Rasio Perputaran Piutang (ARTO) dengan kas dan antara Rasio Periode Penagihan Rata-rata (ACP) dengan kas. Sedangkan antara Investasi Piutang (IP) dengan kas terdapat pengaruh secara signifikan. Serta pada model likuiditas dapat disimpulkan pula tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Rasio Perputaran Piutang (ARTO) dengan likuiditas dan antara Rasio Periode Penagihan Rata-rata (ACP) dengan likuiditas sedangkan antara Investasi Piutang (IP) dengan likuiditas terdapat pengaruh secara signifikan. Secara bersamaan (simultan) manajemen piutang tidak berpengaruh terhadap kas pada PT X akan tetapi manajemen piutang terdapat pengaruh terhadap likuiditas pada PT X.
Lampiran 12 Penelitian terdahulu lanjutan 2012
Nabila
Analisis Pengaruh Manajemen Piutang Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus di PT PLN Persero dan Anak Perusahaan)
Alat analisis yang digunakan adalah metode statistik yaitu analisis penilaian kinerja piutang, rasio likuiditas dan rasio profitabilitas dan analisis trend dengan menggunakan minitab versi 14 serta analisis regresi linear berganda dengan menggunakan SPSS versi 16 Selain itu, perangkat lunak komputer yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah Microsoft Excel 2007
Hasil penelitian ini adalah Secara bersamaan (simultan) Manajemen Piutang berpengaruh terhadap Likuiditas sebesar 37 persen dan pada profitabilitas sebesar 45 persen pada taraf nyata 10 persen. Secara parsial Rasio Perputaran Piutang (X1) berpengaruh nyata terhadap Likuiditas (Y1) namun tidak berpengaruh nyata pada Profitabilitas pada taraf nyata 10 persen, Rasio Periode Penagihan Rata-Rata (X2 ) tidak berpengaruh nyata terhadap Likuditas dan Profitabilitas pada taraf 10 persen. Sementara untuk variabel LagY1 (Y1 periode sebelum) berpengaruh nyata terhadap Likuiditas (Y1) begitupun juga Profitabilitas (Y2) pada taraf nyata 10 persen.
2012
Nuraifiah
Analisis Efektifitas Manajemen Piutang dan Pengaruhnya Terhadap Likuiditas Perusahaan pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk tahun 2007 – 2009
Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menghitung Receivable Turn Over (RTO), Average Investment of Receivable (AIOR), dan Average Collection Period (ACP)
Hasil penelitian adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dalam melaksanaan penerapkan prosedur pengelolaan dan sistem pengendalian piutang belum efisien untuk meningkatkan likuiditas perusahaan, manajemen piutang perusahaan yang efektif memang berbanding lurus dengan likuiditas karena semakin menurunnya prestasi RTO, AIOR, dan ACP enyebabkan penurunan pada likuiditas perusahaan
34
35
Lampiran 13 Penelitian terdahulu lanjutan 2009
Agustina
Analisis Efektivitas Manajemen Piutang (studi kasus PT. Unitex Tbk Bogor)
Analisis Deskriptif
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa jika dilihat dari rasio keuangan, analisis vertical, analisis horizontal dan analisis investasi piutang hasil yang diperoleh dibawah standart yang telah ditentukan dengan beberapa saran yang diberikan yaitu membentuk kelompok khusus untuk dapat memantau piutang dan melakukan penagihan agresif serta percepatan penerbitan surat klaim terhadap produk yang rusak agar pembayaran piutang dari pelanggan bisa disegerakan.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tapsel pada tanggal 17 Mei 1990. Merupakan anak tunggal dari pasangan Ikhwan Edi Rangkuti dan Mariah Hasibuan. Penulis telah menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN 69 Kota Bengkulu dan lulus pada tahun 2003. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di SMPN 1 Kota Bengkulu dan lulus pada tahun 2006. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 5 Kota Bengkulu dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Diploma Institut Pertanian Bogor pada Program keahlian Akuntansi melalui jalur USMI. Kemudian di tahun 2012 penulis meneruskan pendidikan di jenjang Sarjana melalui Program Alih Jenis Manajemen di Institut Pertanian Bogor. Syarat untuk menyelesaikan studi peneliti melakukan penelitian di PT Tigaraksa Satria Tbk cab Bogor