ANALISIS DISTRIBUSI IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN KABUPATEN INDRAMAYU (Studi Kasus: PPI Tegal Agung, PPI Karangsong dan PPI Eretan Kulon)
AKBAR TANJUNG
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
ANALISIS DISTRIBUSI IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN KABUPATEN INDRAMAYU (Studi Kasus: PPI Tegal Agung, PPI Karangsong dan PPI Eretan Kulon)
AKBAR TANJUNG
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Distribusi Ikan di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu (Studi Kasus: PPI Tegal Agung, PPI Karangsong dan PPI Eretan Kulon), Provinsi Jawa Barat adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2012
Akbar Tanjung C 44060752
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Indramayu, pada tanggal 19 Agustus 1987 dari pasangan Bapak Wakidi S. Pd dan Ibu Hj. Suerah.
Penulis
merupakan
anak
pertama
dari
dua
bersaudara memiliki adik perempuan yang bernama Sichris Lutviani. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1 Sindang, Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat dan lulus tahun 2006. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah di IPB penulis pernah aktif sebagai pengurus Himpunan Profesi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) periode 2008-2009, sebagai anggota Departemen Transportasi dan Logistik (Translog), Pengurus Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Ikatan Keluarga Mahasiswa Darma Ayu, Indramayu. Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul ”Analisis Distribusi Ikan di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu (Studi Kasus: PPI Tegal Agung, PPI Karangsong dan Eretan Kulon).”
ABSTRAK AKBAR TANJUNG, C44060752. Analisis Distribusi Ikan di Pelabuhan Perikana Kabupaten Indramayu (Studi Kasus: PPI Tegal Agung, PPI Karangsong dan PPI Eretan Kulon). Dibimbing oleh IIN SOLIHIN dan THOMAS NUGROHO. Kabupaten Indramayu memiliki 14 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang strategis yaitu: PPI Tegalagung, Dadap, Juntinyuat, Lombang, Limbangan, Majakerta, Brondong, Singaraja, Karangsong, Cangkring, Eretan Wetan, Eretan Kulon, Sukahaji dan Ujung Gebang. Pertumbuhan aktivitas perikanan yang pesat terbukti di tahun 2010 sektor perikanan tangkap Kabupaten Indramayu memiliki jumlah produksi sebesar 34.585.015,00 kg dengan nilai produksi Rp241.998.234.000,00. Produksi hasil tangkapan Kabupaten Indramayu sebanyak 48% berasal dari PPI Karangsong, 40% PPI Eretan Kulon, 1% PPI Tegal Agung dan 11% berasal dari PPI lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan karakteristik distribusi dan mengetahui efisiensi pendistribusian hasil tangkapan. Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Pengamatan dan pengambilan data primer diperoleh dari tiga pelabuhan yaitu PPI Tegal Agung, PPI Karangsong dan PPI Eretan Kulon, kemudian mendeskripsikan dan mengkomparasikan karakteristik hasil tangkapan dari tiga PPI tersebut sehingga dapat memetakan distribusi hasil tangkapannya. Pendistribusian hasil tangkapan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon terdapat dua wilayah pemasaran yaitu pendistribusian lokal dan pendistribusian secara regional. Hasil tangkapan yang berasal dari tiga PPI tersebut belum ada yang secara langsung didistribusikan keluar negeri (ekspor). Jalur distribusi hasil tangkapanya dimulai dari nelayan, TPI, bakul, eksportir dan konsumen. Penjualan ikan ke luar wilayah Indramayu memiliki nilai efisiensi sebesar 82,38% - 98,30% dengan menggunakan alat transportasi truk (truck) dan mobil pick up (L300) dengan wilayah distribusi DKI Jakarta. Komoditas ikan yang efisiensinya paling baik dari PPI Tegal Agung dan PPI Eretan Kulon dengan menggunakan kendaraan truk ataupun pick up (L300) adalah ikan pepetek. Komoditas ikan di PPI Karangsong yang paling efisien didistribusikan menggunakan truk dan pick up (L300) adalah ikan kembung.
Kata kunci : distribusi hasil tangkapan, hasil tangkapan, PPI Kabupaten Indramayu
© Hak cipta milik Akbar Tanjung, tahun 2012 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tampa mencantumkan atau menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.
Judul Penelitian
: Analisis Distribusi Ikan di Tiga Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu (Studi Kasus: PPI Tegal Agung, PPI Karangsong dan PPI Eretan Kulon)
Nama Mahasiswa
: Akbar Tanjung
NRP
: C44060752
Program Studi
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui: Komisi Pembimbing I
Komisi Pembimbing II
Dr. Iin Solihin S.Pi, M.Si NIP: 19701210 199702 1 001
Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si NIP: 19700414 200604 1 020
Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Dr. Ir. Budy Wiryawan, M. Sc NIP: 19621223 198703 1 001
Tanggal Lulus : 25 Mei 2012
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul “Analisis Distribusi Ikan di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu (Studi Kasus: PPI Tegal Agung, PPI Karangsong dan PPI Eretan Kulon).” Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada Dr. Iin Solihin S.Pi. M.Si selaku dosen pembimbing pertama dan Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing kedua, Dr. Ir. Mohammad Imron M.Si sebagai Ketua Komisi Pendidikan, Vita Rumanti Kurniawati, S.Pi, MT sebagai Komisi Pendidikan dan Dr. Ir Dinarwan MS sebagai dosen penguji tamu yang telah berkenan memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu yang telah memberikan kesempatan, izin dan bantuan untuk melaksanakan penelitian skripsi ini. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada Ayahanda tercinta Bapak Wakidi S. Pd dan Ibunda tercinta Hj. Suerah yang selalu mendoakan
dan
memotivasi
demi
keberhasilan
penulis.
Penulis
juga
mengucapakan terimakasih kepada teman-teman angkatan 43 selama empat tahun terakhir telah mendukung dan mendoakan penulis dalam studi dan penelitian ini serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuanya kepada penulis. Kami menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna dan masih perlu ditindaklanjuti dengan penelitian-penelitian lanjutan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat baik bagi insan akademis, para pengambil kebijakan serta siapapun yang membacanya. Akhirnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan karunia dan rahmat-Nya pada kita semua. Bogor, Mei 2012 Akbar Tanjung
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ....................................................................................................... i DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... vi 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Permasalahan Penelitian ........................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................... 3 1.4 Manfaat ..................................................................................................... 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi ................................................................................................... 2.1.1 Pengertian distribusi ..................................................................... 2.1.2 Jenis distribusi ....................................................... ....................... 2.1.3 Unsur-unsur distribusi ................................................... ............... 2.1.4 Saluran dan skema distribusi ................................................... ..... 2.1.5 Lembaga distribusi ................................................... .................... 2.2 Pasar 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4
4 4 5 6 7 9
......................................................................................................... 9 Pengertian pasar............................................................................. 9 Fungsi pemasaran .................................... ..................................... 10 Pemetaan pemasaran .................................................................... 10 Informasi pasar ............................................................................. 10
2.3 Pelabuhan ................................................................................................. 11 2.3.1 Definisi dan klasifikasi pelabuhan perikanan .............................. 11 2.3.2 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) ................................................ 11 2.3.3 Potensi perikanan Kabupaten Indramayu ..................................... 12 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 14 3.2 Alat ........................................................................................................... 14 3.3 Metode Metode Penelitian ....................................................................... 14 3.3.1 Metode pengumpulan data ............................................................ 15 3.3.2 Jenis data yang dikumpulkan......................................................... 15 3.4 Analisis Data ............................................................................................ 16 3.4.1 Karakteristik distribusi hasil tangkapan ........................................ 16 3.4.2 Efisiensi pendistribusian hasil tangkapan ..................................... 16
i
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis ................................................................................... 19 4.2 Keadaan Administratif ............................................................................. 19 4.2.1 Iklim dan cuaca ............................................................................. 20 4.2.2 Geomorfologi ............................................................................... 21 4.2.3 Arus air laut .................................................................................. 22 4.3 Unit Penangkapan Ikan ............................................................................ 22 5.3.1 Kapal perikanan ............................................................................ 22 5.3.2 Alat tangkap .................................................................................. 23 5.3.3 Nelayan ......................................................................................... 24 5.3.4 Hasil tangkapan ............................................................................ 25 5.3.5 Musim dan daerah penangkapan ................................................... 28 5.3.6 Pelelangan hasil tangkapan............................................................ 29 5.3.7 Retribusi pelelangan ..................................................................... 30 5 KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5.1 Pendaratan Hasil Tangkapan .................................................................... 31 5.1.1 Volume hasil tangkapan ............................................................... 31 5.1.2 Nilai produksi hasil tangkapan ...................................................... 34 5.3 Penanganan Hasil Tangkapan .................................................................. 35 5.3.1 Penanganan ikan diatas kapal ....................................................... 35 5.3.1 Penanganan ikan di TPI ................................................................ 36 5.5 Penjualan Hasil Tangkapan ...................................................................... 37 5.5.1 Wilayah pemasaran hasil tangkapan ............................................ 38 5.5.1 Jenis pemasaran hasil tangkapan .................................................. 39 5.5.1 Jalur distribusi hasil tangkapan .................................................... 41 6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6.1 Harga Hasil Tangkapan ............................................................................ 44 6.1.1 Harga pembelian hasil tangkapan .................................................. 44 6.1.1 Harga penjual hasil tangkapan....................................................... 44 6.2 Efisiensi Pendistribusian .......................................................................... 45 6.2.1 Kendaraan pendistribusian hasil tangkapan ................................. 46 6.2.1 Nilai ekonomis hasil tangkapan .................................................... 47 6.2.2 Nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan ............................ 51 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ............................................................................................... 55 7.2 Saran ......................................................................................................... 55 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 56 LAMPIRAN ........................................................................................................ 58
ii
DAFTAR TABEL Halaman 1
Jenis data yang dikumpulkan ........................................................................ 15
2
Panjang garis pantai dan banyaknya desa pantai menurut kecamatan di Kabupaten Indramayu ............................................................. 20
3
Banyaknya hari dan curah hujan menurut bulan di Kabupaten Indramayu ..................................................................... 21
4
Perkembangan jumlah kapal penangkap ikan di Kabupaten Indramayu periode 2006-2010 ....................................................................... 22
5
Jumlah unit penangkapan menurut jenis alat penangkapan di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu ............................................ 23
6
Perkembangan jumlah alat tangkap di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu periode 2006-2010 ................................................... 24
7
Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Indramayu periode 2006-2010 ........................................................................................ 24
8
Volume dan nilai produksi ikan di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu periode 2006-2010 ................................................... 25
9
Komoditas hasil tangkapan dominan di Indaramayu menurut jenisnya pada tahun 2009 ............................................................................................. 27
10 Jumlah persentase biaya retribusi pelabuhan perikanan Kabupaten Indramayu tahun 2009 .................................................................................. 30 11 Jumlah produksi hasil tangkapan periode 2006-2010 ................................... 32 12 Nilai produksi hasil tangkapan periode 2006-2010 ....................................... 34 13 Jumlah Produksi dan nilai produksi ikan hasil olahan tahun 2008 ............... 43 14 Daftar harga pembelian menurut jenis ikan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon ...................................................................... 44 15 Daftar harga penjualan menurut jenis ikan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon ...................................................................... 45 16 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan truk ...................................................................... 47 17 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan Pick up (L300) ………………….……………….. 47 18 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan kendaraan truk ……………………………………………………………. 48 19 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan Pick up (L300) ………….………………………... 48
iii
20 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan truk …………………………….………………. 49 21 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan Pick up (L300) ……………….…………………... 49 22 Jumlah persentase komoditas hasil tangkapan PPI Tegal Agung kendaraan truk (truck) …………………………………………………..… 52 23 Jumlah persentase komoditas hasil tangkapan PPI Tegal Agung kendaraan Pick up (L300) …………………………………………………... 52 24 Jumlah persentase komoditas hasil tangkapan PPI Karangsong kendaraan truk (truck) ……………………………………………………... 52 25 Jumlah persentase komoditas hasil tangkapan PPI Karangsong kendaraan Pick up (L300) …………………………………………………... 53 26 Jumlah persentase komoditas hasil tangkapan PPI Eretan Kulon kendaraan truk (truck) …………………………………………………..… 53 27 Jumlah persentase komoditas hasil tangkapan PPI Eretan Kulon kendaraan Pick up (L300) ………………………………………………...... 53 28 Nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan distribusi .................……..………………………………...... 54
iv
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Diagram saluran pemasaran barang-barang konsumsi .................................. 8
2
Peta lokasi penelitian Kabupaten Indramayu ................................................ 19
3
Grafik pertumbuhan produksi di Kabupaten Indramayu periode 2006-2010 ........................................................................................ 26
4
Grafik pertumbuhan nilai produksi di Kabupaten Indramayu periode 2006-2010 ........................................................................................ 26
5
Grafik pertumbuhan produksi lima komoditas ikan dominan pada tahun 2009 ……………………………………..…………………….. 28
6
Penyortiran hasil tangkapan menurut jenis ikan ............................................ 31
7
Grafik perkembangan jumlah produksi PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon periode 2006-2010 ........................................ 33
8
Diagram persentase volume hasil tangkapan di PPI Kabupaten Indramayu pada tahun 2010 ........................................................................... 33
9
Diagram persentase nilai hasil tangkapan di PPI Kabupaten Indramayu pada tahun 2010........................................................................... 35
10 Penanganan hasil tangkapan ......................................................................... 37 11 Peta pendistribusian hasil tangkapan dari Kabupaten Indramayu ................. 39 12 Jalur distribusi hasil tangkapan ikan ............................................................. 41 13 Jalur distribusi hasil tangkapan ikan segar .................................................... 42 14 Jalur distribusi hasil tangkapan ikan olahan ................................................. 42
v
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Data produksi hasil tangkapan 2009 Kabupaten Indramayu......................... 59
2
Data jumlah produksi hasil tangkapan Kabupaten Indramayu periode 2006-2010 ........................................................................................ 60
3
Data nilai produksi hasil tangkapan Kabupaten Indramayu periode 2006-2010 ........................................................................................ 61
4
Peta PPI di Kabupaten Indramayu ………………………………………… 62
5
Contoh perhitungan biaya distribusi ikan Tongkol dari PPI Tegal Agung ke Jakarta (Pulang-pergi) dengan alat transportasi truck .............................. 62
6
Contoh perhitungan biaya distribusi ikan Tongkol dari PPI Tegal Agung Ke Jakarta (Pulang-pergi) dengan alat transportasi pick up (L300) ……....... 64
vi
1
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indramayu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat Kabupaten ini berdiri pada tanggal 7 Oktober 1927 mempunyai wilayah yang berada di Pantai Utara Jawa Barat dengan garis pantai sepanjang 114,1 km dan memiliki 3 (tiga) pulau kecil yaitu Pulau Biawak, Pulau Candikian dan Pulau Gosong. Kabupaten Indramayu memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah, baik dari segi migas atau non migas. Salah satu potensi besar tersebut adalah sektor perikanan. Meskipun wilayah Kabupaten Indramayu sebagian besar merupakan daratan, namun sektor perikanan memiliki peranan yang cukup penting dalam membangun ekonomi daerah tersebut. Hal ini dikarenakan letak geografis kota ini terletak di jalur pantura dimana akses perekonomian menuju kota-kota besar sangat mudah dijangkau baik dari daratan dan lautan. Pelabuhan perikanan yang mempunyai potensi produksi dan pemasaran hasil tangkapan yang cukup besar dan strategis adalah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Eretan Kulon, Karangsong dan Tegal Agung yang mempunyai potensi sumberdaya ikan sebesar 23.829,15 ton pertahun (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2010). Selain potensi sumberdaya ikan yang ada ketiga PPI tersebut memiliki potensi pemasaran yang cukup baik, dilihat dari letak geografis yang strategis yaitu terletak di pesisir pantai Pulau Jawa dan didukung dengan sarana yang memadai. Pemasaran dan pendistribusian hasil tangkapan sangat erat kaitanya dengan peran pelabuhan perikanan, maka sudah selayaknya sektor perikanan mendapat perhatian khusus oleh pemerintah setempat.
Perhatian tersebut dapat berupa
peningkatan fasilitas-fasilitas pada pelabuhan perikanan seperti tempat pelelangan ikan. Hal tersebut tentu sangat membantu dalam peningkatan kualitas ikan hasil tangkapan yang didaratkan oleh para nelayan sehingga menambah nilai jual ikan tersebut. Fasilitas-fasilitas yang seharusnya dimiliki oleh tempat pendaratan ikan atau pelabuhan perikanan adalah tempat bertambatnya kapal nelayan, tempat pelelangan ikan, dan pabrik es. Dengan tersedianya fasilitas ini maka para nelayan akan merasa lebih nyaman dalam mendaratkan hasil tangkapannya serta kualitasnya akan lebih baik.
2
Kabupaten Indramayu merupakan daerah penghasil ikan segar dan ikan olahan, fakta tersebut dapat dilihat dari banyaknya warung-warung makan yang menjajakan menu-menu sea food selain itu beberapa makanan olahan yang bahan dasarnya ikan banyak ditemukan di sekitar Indramayu. Bukan hanya di Indramayu, Kabupaten Cirebon, Majalengka, Subang, dan Kuningan adalah daerah pengkonsumsi ikan. Hasil tangkapan ikan segar maupun dalam bentuk olahan sengaja didatangkan dari Indramayu. Tugas pemerintah Indramayu terutama pelabuhan-pelabuhan tersebut dapat memfasilitasi produksi pemasaran hasil perikanan di wilayahnya, pengawasan, pelayanan administrasi, serta pengembangan pelabuhan di Kabupaten Indramayu. Sehingga dapat melancarkan proses pemasaran hasil tangkapan dan dapat meringankan biaya distribusi hasil perikanan. Guna kelancaran proses distribusi hasil tangkapan maka pihak pelabuhan bertanggung jawab atas pembangunan sarana dan prasarana yang dapat menunjang proses pendistribusian hasil tangkapan. Aspek penting yang dapat mendukung proses distribusi tersebut adalah transportasi, tempat penyimpanan, harga yang tepat, dan informasi pasar. Seiring dengan peningkatan permintaan hasil perikanan baik dari dalam maupun luar negeri, maka pemerintah Indramayu khususnya Dinas Perikanan dan Kelautan selayaknya dapat menentukan kebijakan yang baik demi terwujudnya bisnis perikanan tangkap. Analisis pendistribusian dan tingkat efisiensi hasil tangkapan perlu dipahami oleh pemerintah setempat dan instansi yang terkait didalamnya. Penelitian ini akan menyelesaikan keragaman aktivitas yang ada pada proses distribusi hasil tangkapan dan tingkat efisiensi pendistribusiannya. Pada keragaman aktivitas, akan digambarkan pada bentuk peta informasi distribusi hasil tangkapan pelabuhan perikanan di Indramayu. Peta informasi distribusi tersebut akan memuat beberapa informasi diantaranya jalur distribusi, volume hasil tangkapan, dan harga hasil tangkapan di daerah distribusi. Manfaat dari pemetaan ini yaitu sebagai alat bantu dalam strategi distribusi secara lokal, nasional, dan internasional terutama bagi pelabuhan perikanan di Indramayu yang diorientasikan untuk memenuhi ketiga pasar di atas.
3
1.2 Permasalahan Penelitian Permasalahan yang ada pada penelitian adalah belum diketahuinya : 1. Tingkat efisiensi pendistribusian hasil tangkapan di PPI Karangsong, Eretan Kulon dan Tegal Agung; 2. Karakteristik distribusian hasil tangkapan di PPI Karangsong, Eretan Kulon dan Tegal Agung. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan karakteristik distribusi ikan di PP/PPI Kabupaten Indramayu, Jawa Barat; 2. Mengetahui efisiensi distribusi hasil tangkapan di PP/PPI Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan masukan serta informasi yang bermanfaat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu yang berhubungan dengan distribusi hasil perikanan dan efisiensi pendistribusinya sehingga dapat membantu dalam menentukan kebijakan pemerintah dan instansi terkait untuk perbaikan sistem distribusi hasil tangkapan pelabuhan perikanan di Indramayu yang akan datang.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Distribusi
2.1.1 Pengertian distribusi Salim (2000) mengemukakan bahwa dalam distribusi terdapat dua kategori, yaitu: 1.
Pemindahan bahan dan hasil produksi dengan menggunakan sarana disribusi; dan
2.
Mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Berdasarkan kedua definisi tersebut, maka distribusi adalah proses
pemindahan hasil produksi dari suatu tempat ke tempat lain menggunakan alat distribusi. Menurut Mc Donald (1993) vide Malik (2006) Distribusi adalah istilah yang biasa digunakan dalam pemasaran untuk menjelaskan bagaimana suatu produk atau jasa dibuat secara fisik tersedia bagi konsumen. Distribusi meliputi kegiatan pergudangan, transportasi, persediaan dan penanganan pesanan. Selain itu Mc Donald menyebutkan bahwa distribusi merupakan elemen keempat dari pemasaran tradisional yang mengacu pada cara suatu produk atau layanan dirancang sedemikian rupa sehingga bisa didapatkan oleh pelanggan. Distribusi meliputi beberapa kegiatan seperti: pengawasan pencatatan, proses pemesanan dan transportasi. Lubis (2000) mengemukakan bahwa salah satu cara untuk mengembangkan pelabuhan perikanan melalui peningkatan usaha perikanan di pelabuhan yaitu dengan distribusi hasil perikanan, termasuk segala sarana dan prasarananya menunjang timbulnya industri perikanan. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), tata niaga adalah tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan pergerakan barang atau jasa dari produsen sampai ke konsumen. Tujuan akhir dari tata niaga adalah menempatkan barangbarang ke tangan konsumen, untuk mencapainya perlu dilaksanakan kegiatan tata niaga yang dibangun berdasarkan arus barang yang meliputi proses pengumpulan (konsentrasi), proses pengimbangan (equalisasi) dan penyebaran (dispersi). Ciriciri distribusi hasil perikanan yaitu:
5
Sebagian besar dari hasil perikanan berupa bahan makanan yang dipasarkan dan diserap oleh konsumen akhir secara relatif stabil sepanjang tahun, sedangkan pemasarannya tergantung pada produksi yang sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim. 1)
Pada umumnya para pedagang pengumpul memberi kredit (advancced payment) kepada produsen (nelayan dan petani ikan) sebagai ikatan atau jaminan untuk mendapatkan bagian terbesar dari hasil perikanan pada waktu tertentu;
2)
Saluran tata niaga hasil perikanan pada umumnya terdiri dari produsen (nelayan dan petani ikan), pedagang perantara sebagai pengumpul, grosir, pedagang eceran dan konsumen;
3)
Pergerakan hasil perikanan berupa bahan makanan dari produsen sampai ke konsumen
pada
umumnya
meliputi
proses-proses
pengumpulan,
penimbangan dan penyebaran dimana proses pengumpulan adalah penting; 4)
Kedudukan terpenting dalam tata niaga hasil perikanan terletak pada para pedagang pengumpul dalam fungsinya sebagai pengumpul hasil tangkapan; dan
5)
Tata niaga hasil perikanan tertentu pada umumnya bersifat musiman, karena produksi berlangsung musiman dan ini jelas dapat dilihat pada perikanan laut.
2.1.2 Jenis distribusi Menurut Moeljanto (1992), distribusi ikan dibagi tiga kelompok, yaitu: 1)
Distribusi lewat jalan darat Distribusi lewat jalan darat menggunakan sarana distribusi berupa gerobak,
kereta api, truk terbuka atau truk boks yang dilengkapi unit pendingin mekanis. Pada distribusi ikan segar harus didinginkan sampai mendekati suhu 0ºC agar ikan dapat bertahan lebih dar 10 hari. Syarat untuk mempertahankan ini adalah ikan harus dikelilingi oleh hancuran es yang cukup halus dan kerendahan ruang tetap terjaga. 2)
Distribusi lewat laut Distribusi laut tidak jauh berbeda dengan distribusi didarat. Distribusi lewat
laut harus memiliki kontruksi palka pada kapal yang lebih baik karena goncangan-
6
goncangan di laut lebih sering terjadi, apalagi disaat cuaca buruk dan gelombang besar. 3)
Distribusi lewat udara Distribusi lewat udara hanya dapat dilakukan mengunakan pesawat terbang.
Pesawat terbang adalah sarana distribusi yang paling cepat bila dibandingkan dengan sarana distribusi darat dan laut, tetapi biayanya paling besar. Oleh karena itu distribusi lewat udara tepat untuk mengangkut hasil tangkapan yang harganya mahal, dan memerlukan waktu yang singkat agar cepat sampai ditempat tujuan. Pendistribusian melalui udara hanya dilakukan pada saat-saat tertentu yang sekiranya harus menggunakan pesawat terbang. 2.1.3 Unsur-unsur distribusi Siregar (1990) mengemukakan bahwa terdapat tiga hal yang menjadi persyaratan bagi berlangsungnya proses distribusi, yaitu: 1)
Ada muatan yang diangkut;
2)
Tersedianya kendaraan sebagai angkutannya; dan
3)
Ada jalan yang dilalui. Pada pelaksanakan kegiatan distribusi diperlukan dua jenis peralatan yang
merupakan unsur-unsur transportasi (Siregar, 1990), yaitu: 1)
Sarana angkutan, berupa peralatan yang dipakai untuk mengangkut barang, dan menampungnya yang digerakan oleh mesin motor atau pergerakan lainnya.
2)
Prasarana angkutan , terdiri dari; a.
Jalanan sebagai tempat pergerakan sarana angkutan.
b.
Terminal sebagai tempat memberikan pelayanan kepada penumpang dalam perjalanan, barang dalam pengiriman dan kendaraan sebelum dan sesudah melakukan operasi.
Menurut Warpani (1990), distribusi diperlukan karena sumber kebutuhan manusia tidak sembarang tempat. Selain itu, bahan baku tersebut harus melalui tahapan produk yang lokasinya tidak selalu di lokasi manusia sebagai konsumen. Kesenjangan jarak antara lokasi produksi, dan lokasi konsumen tersebutlah yang melahirkan distribusi.
7
Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam distribusi ikan yaitu mengenai pola saluran pemasaran. Pada proses pemasaran hasil tangkapan ini dapat melibatkan beberapa golongan perantara, seperti: 1.
Tengkulak desa;
2.
Pedagang pengumpul di pasar lokal;
3.
Pedagang besar (grosir);
4.
Agen;
5.
Pedagang eceran; dan
6.
Eksportir.
2.1.4 Saluran dan skema distribusi Menurut Swastha dan Ibnu Sukotjo (2000) vide Malik (2006), Saluran distribusi untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen ke konsumen. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986), yang dimaksud saluran distribusi adalah rangkaian pedagang yang menyalurkan barang-barangnya dari produsen ke konsumen melalui jual beli. Kotler (1992), terdapat empat macam saluran distribusi : 1.
Saluran tingkat nol (produsen-konsumen), disebut pula saluran pemasaran langsung terdiri dari produsen yang menjual langsung kepada konsumen. Tiga cara penting dalam penjualan langsung adalah penjualan dari rumah ke rumah, penjualan lewat toko perusahaan.
2.
Saluran tingkat satu (produsen-pengecer-konsumen), mempunyai satu perantara penjualan. Dalam pasar konsumen, perantara itu sekaligus merupakan pengecer. Dalam pasar industri sering kali ia bertindak sebagai agen penjualan atau makelar.
3.
Saluran tingkat dua (produsen-grosir-pengecer-konsumen), mempunyai dua perantara penjualan. Dalam pasar konsumen, mereka merupakan grosir atau pedagang besar dan sekaligus pengecer. Dalam pasar industri mereka mungkin merupakan sebuah penyalur tunggal dan penyalur industri.
4.
Saluran
tingkat
tiga
(produsen-grosir-distributor-pengecer-konsumen),
mempunyai tiga perantara penjualan. Masalah pengawasan semakin
8
meningkat sesuai dengan angka tingkat saluran, walaupun biasanya produsen tersebut hanya berhubungan dengan saluran yang berdekatan dengannya. Produsen
Agen
Pedagang besar
Pengecer
Pengecer
Agen
Pedagang besar
Pengecer
Pengecer
Konsumen Sumber : (Pieter, 1983 vide Firman, 2009)
Gambar 1 Diagram saluran pemasaran barang-barang konsumsi Hanafiah dan Saepuddin (1983) mengemukakan bahwa panjang pendeknya saluran distribusi yang dilalui oleh suatu hasil perikanan tergantung pada beberapa faktor antar lain: 1)
Jarak antara produsen dan konsumen; semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk;
2)
Cepat tidaknya produk rusak; produk yang cepat rusak harus cepat diterima oleh konsumen, dengan demikian produk menghendaki saluran yang cepat dan pendek;
3)
Skala produksi; bila produksi dalam ukuran kecil maka jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula; dan
4)
Posisi keuangan pengusaha; produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran distribusi. Pedagang yang
9
keuangannya kuat akan dapat melakukan fungsi distribusi lebih banyak dibandingkan dengan pedagang yang posisi keuangannya lebih lemah. Disrtibusi yang baik adalah yang mampu mengantarkan produk kepada konsumen pada kondisi yang dapat diterima dengan biaya yang minimum, sekalipun tujuan ini hanya sedikit memberikan petunjuk aktual, tidak ada sistem distribusi
yang
sekaligus
memaksimalkan
pelayanan
pelanggan
dan
meminimalkan biaya distribusi. Pelayanan pelanggan maksimal berarti persediaan yang besar, transportasi yang lebih baik, banyak gudang dan akan menaikan biaya distribusi, sedangkan biaya transportasi yang murah, persediaan yang sedikit dan sedikit gudang (Kotler, 1992) 2.1.5 Lembaga distribusi Lembaga pemberi jasa adalah lembaga yang memberi jasa atau fasilitas untuk memperlancar fungsi tata niaga yang dilakukan produsen atau pedagang perantara seperti bank, usaha pengangkutan (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Kegiatan distribusi terlibat berbagai pihak yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi distribusi untuk menempatkan barang-barang dari produsen ke konsumen. Badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi-fungsi tata niaga dari produsen sampai ke konsumen disebut lembaga distribusi, termasuk dalam tata niaga ini adalah golongan produsen , pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). 2.2
Pasar
2.2.1 Pengertian pasar Menurut Umar (2007), Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Selain istilah tersebut pasar merupakan sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar menawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga. Salah seorang ahli pemasaran mengemukakan pengertian yang lain tentang pasar, yakni kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakan. Jadi ada tiga faktor yang menunjang terjadinya pasar, yaitu orang
10
dengan segala keinginannya, daya belinya, serta tingkah laku dalam pembeliannya. 2.2.2 Fungsi pemasaran Hanafiah dan Saefuddin (1986) mengemukakan bahwa proses penyampaian barang dari tingkat produsen ke tingkat konsumen banyak kegiatan berbeda, kegiatan itu disebut sebagai fungsi-fungsi pemasaran, fungsi ini dilaksanakan oleh nelayan, lembaga pemasaran dan lembaga pemberi jasa. Fungsi-fungsi pemasaran dikelompokan menjadi tiga fungsi pemasaran yaitu: 1)
Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang berhubuangan dengan perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi ini dibedakan menjadi fungsi pembelian dan fungsi penjualan.
2)
Fungsi fisik adalah semua tindakan yang berhubungan langsung dengan barang dan jasa sehingga proses tersebut menimbulkan kegunaan tempat, bentuk dan waktu. Fungsi ini dibedakan menjadi fungsi penyimpanan dan funsi pengangkutan.
3)
Funsi fasilitas adalah tindakan untuk memperlancar proses terjadinya pertukaran dan fungsi fisik yang menjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi ini dibedakan menjadi fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar.
2.2.3 Pemetaan pemasaran Pemetaan pemasaran merupakan kegiatan yang meliputi pemetaan wilayah pasar secara geografis baik dalam bentuk batas-batas geografis maupun luas arealnya. Kegiatan pemasaran juga mencakup pemetaan kuantitatif (banyaknya jenis ikan yang ditangani, asal produk dan kemana saja produk itu dijual, pemetaan harga dan lalu lintas. Kegiatan pemetaan ini berguna untuk mengetahui bagaimana nelayan, petani ikan dan petani pada umumnya mengkatkan produksi sesuai dengan pemesanan dan permintaan, bagaimana keadaan pemasaran dan cara-cara memperbaikinya dalam menghadapi pemesanan. 2.2.4 Informasi pasar Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), informasi pasar berfungsi sebagai:
11
1)
Pengumpulan informasi (fakta-fakta dan gejala-gejala yang timbul sekitar arus hasil tangkapan di pasar);
2)
Komunikasi (penyampaian serta penyebaran informasi kepada pihak yang membutuhkan);
3)
Penafsiran/interpretasi secara hati-hati atas informasi sehubungan dengan problema yang dipecahkan oleh pihak yang bersangkutan; dan
4)
Pengambilan keputusan sesuai dengan rencana dan kebijakan perusahaan, badan atau orang yang bersangkutan.
2.3
Pelabuhan Perikanan
2.3.1 Definisi dan klasifikasi pelabuhan perikanan Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan perikanan. Pengklasifikasian pelabuhan perikanan dibuat untuk mempermudah khususnya dalam pengelolaan pelabuhan dan pengembangan pelabuhan pada umumnya. Setiap negara memiliki kriteria sendiri dalam menentukan klasifikasi pelabuhan perikanan, hal ini tergantung dari tipe pengelolaan yang dipakai, kondisi ekonomi, politik, budaya, dan tujuan prioritas pengembangan dari negara yang bersangkutan (Lubis, 2005). 2.3.2 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Menurut Suboko (2000) vide Fitrian (2008), Pelabuhan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) adalah
suatu pusat kegiatan perikanan dan berfungsi
sebagai prasarana untuk meningkatkan fasilitas pelayanan kegiatan perikanan dalam berbagai aspek, yaitu: 1)
Pelayanan pada industri perikanan. a. Tempat berlabuh kapal perikanan. b. Tempat pendaratan ikan hasil tangkapan.
12
c. Tempat untuk memperlancar kegiatan-kegiatan kapal perikanan. d. Pusat pemasaran dan distribusi hasil perikanan. e. Pusat penanganan dan pengolahan mutu hasil perikanan. f. Kawasan industri yang disediakan di PPI menjadi tempat untuk mendirikan pabrik-pabrik pengolahan, pabrik es, dan sarana komersial oleh swasta/industri. 2)
Sebagai instrumen pemerintah dalam pembinaan usaha perikanan. a. Sebagai
pelayanan
administrasi
pemerintah
seperti
pembayaran
pungutan. b. Pusat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data perikanan. c. Tempat pelaksanaan pengawasan sumberdaya ikan. d. Pusat pengembangan masyarakat nelayan. Usaha yang menunjang peningkatan perikanan produksi perikanan laut, adalah dengan tersedianya parasarana ”Pelabuhan Perikanan” mempunyai arti yang sangat penting. Selanjutnya berkaitan dengan pengembangan agribisnis perikanan, tersedianya pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan mempunyai peranan sebagai berikut: 1)
Meningkatkan keterkaitan fungsional antar sub sistem dalam suatu agribisnis perikanan;
2)
Meningkatkan aktifitas ekonomi pedesaan khususnya desa pantai;
3)
Menunjang tumbuhnya usaha perikanan skala besar dan skala kecil; dan
4)
Menunjang terwujudnya sentra produksi perikanan dalam di suatu wilayah.
2.3.3 Potensi perikanan Kabupaten Indramayu Menurut Fitrian (2008), mengemukakan bahwa Indramayu merupakan daerah perikanan di utara Jawa Barat ynag produktif. Selain sumberdaya alam lainnya, hasil tangkapan ikan nelayan Kabupaten Indramayu memiliki kontribusi cukup besar terhadap PAD. Enam kabupaten atau kota yang lokasinya berada pada Pesisir Utara Jawa Barat, Kabupaten Indramayu merupakan penghasil ikan laut paling besar dibandingkan dengan daerah perikanan Pesisir Utara Jawa Barat lainnya yaitu sekitar 58,74% dari total produksi ikan utara Jawa Barat berasal dari Indramayu.
13
Jenis ikan laut yang didaratkan di Indramayu antara lain adalah layang (Decapterus sp.), bawal hitam (Farmio niger), kembung (Rastrelliger sp.), selar, tembang (Sardinella sp.), bawal putih (Pampus argentus), tongkol (Euthynus sp.), lemuru (Clupea longiceps), tengiri (Skomberomerus cammersoni), layur (Trichiurus sp.), teri nasi (Stelopherus indicus), petek (Leiognathus sp.), manyung (Arius sp.), cucut (Carchias sp.), pari (Dasyatis sp.), kakap (Lutjanus sp.), ikan terbang (Cypsilurus arcticeps), blanak (Mugil cephalus), kurau (Eleutheronema tetradactylum).
14
3 METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian lapangan ini dilaksanakan pada bulan September sampai
dengan Desember 2010. Lokasi penelitian ini meliputi PPI Karangsong, PPI Eretan Kulon, dan PPI Tegal Agung. Alasan pemilihan tiga pelabuhan tersebut dikarenakan ketiga pelabuhan tersebut mewakili secara geografis pelabuhanpelabuhan yang berada di wilayah Kabupaten Indramayu yaitu bagian timur, bagian tengah dan wilayah bagian barat Indramayu, ketiga PPI tersebut juga memiliki tempat yang strategis dalam kegiatan pendistribusian ikan. Selain letak gografis yang strategis, pertimbangan pemilihan pelabuhan-pelabuhan tersebut adalah
tingkat
operasionalnya
(aktivitas
pendaratan,
pelelangan,
dan
pendistribusian) lebih mewakili dari semua pelabuhan yang ada di Kabupaten Indramayu.
3.2
Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Alat tulis;
2.
Kamera Digital;
3.
Recorder; dan
4.
Lembar kuisioner.
3.3
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yaitu meneliti keadaan unit
usaha perdagangan dan sistem pendistribusian ikan pada kondisi sekelompok manusia pada waktu tertentu (kondisi saat penelitian) untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi pada objek yang diteliti (Pane, 2006). Ruang lingkup metode penelitian tersebut bersifat terbatas. Data yang dikumpulkan antara lain data primer yang diperoleh melalui wawancara terhadap para nelayan, tempat pendaratan ikan, manajer TPI, para bakul ikan di sekitar lokasi. Data sekunder diperoleh dengan pengambilan data dari BAPPEDA, BPS (badan pusat statistik) Kabupaten, Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu, skripsi dan studi literatur.
15
3.3.1 Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data primer dan sekunder. Pengambilan data primer metode yang digunakan adalah secara purposive sampling yaitu menjaring sebanyak mungkin dari berbagai macam sumber untuk merinci kekhususan yang ada kedalam konteks yang unik atau menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan teori yang muncul (Pane, 2006). Pengambilan sampel pada penelitian ini sebanyak 5 (lima) orang bakul. Dengan catatan mempertimbangkan bahwa responden dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat mewakili pemilik informasi data yang ingin diperoleh dalam pengisian kuisioner. 3.3.2
Jenis data yang dikumpulkan Jenis data-data yang dikumpulkan pada penelitian analisis distribusi hasil
tangkapan pelabuhan perikanan di Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada tabel yang terdapat di bawah ini : Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan. No
1
2
Jenis data
Data Primer
Data yang diambil 1) Daerah tujuan hasil tangkapan PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon 2) Harga hasil tangkapan / lima komoditas ikan 3) Kuantitas hasil tangkapan di tiga PPI 4) Alat pengangkut hasil tangkapan
Cara pegambilan data Pengamatan dan wawancara disekitar lokasi
UPT PPI 1) Karakteristik unit penangkapan ikan tahun Indramayu periode 2006-2010 2) Jumlah hasil tangkapan dari PPI Tegal Agung, Data Eretan Kulon dan Sekunder Karangsong
Tempat pengambilan data
Responden
Instansi yang terkait di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon
Nelayan, bakul, kepala TPI dari pelabuhan tersebut
Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu
Petugas Dinas Perikanan dan Kelautan
16
Tabel 1 Lanjutan
3.4
3) Volume produksi hasil UPT PPI tangkapan Kabupaten Indramayu Indramayu 2006-2010 4) Data harga rata-rata penjualan hasil tangkapan di PPI Indramayu
Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu
Peta lokasi PPI Indramayu
BAPPEDA Kabupaten Indramayu
Petugas UPT PPI Indramayu Kordinator Dinas Perikanan dan Kelautan Petugas BAPPEDA setempat
Data tahunan jumlah armada UPT PPI kapal ikan Kabupaten Indramayu Indramayu periode 2006-2010
Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu
Kordinator Dinas Perikanan dan Kelautan
Data tahunan volume ikan yang didaratkan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon periode 2006-2010
Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu
Kordinator Dinas Perikanan dan Kelautan
BAPPEDA Indramayu
UPT PPI Indramayu
Analisis Data
3.4.1 Karakteristik distribusi hasil tangkapan Aktivitas distribusi hasil tangkapan di tiga PPI Kabupaten Indramayu ini meliputi kegiatan yang terdiri dari: pendaratan hasil tangkapan, penanganan, pengangkutan, tempat tujuan hasil tangkapan. Aktivitas distribusi hasil tangkapan di tiga PPI Indramayu ini dijabarkan secara deskriptif komparatif berdasarkan data dan informasi yang didapat di lokasi penelitian. Berdasarkan parameter data yang diperoleh diatas (pendaratan hasil tangkapan, penanganan, pengangkutan, tempat tujuan hasil tangkapan) kemudian dibuat kedalam bentuk peta. Analisis deskriptif
dalam bentuk peta tersebut
dibantu dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS3. Software tersebut digunakan pada saat pembuatan peta jalur distribusi ikan dan proporsi hasil tangkapan pada masing-masing PPI. 3.4.2 Efisiensi pendistribusian hasil tangkapan Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataam lain penggunaan yang sebenarnya.
17
Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan. Menurut Soekartawi (1989), mengemukakan bahwa efisiensi pemasaran akan terjadi jka terdapat parameter berikut ini : 1)
Biaya pemasaran bisa ditekan sehingga ada keuntungan;
2)
Pemasaran dapat lebih tinggi;
3)
Prosentase pembedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi; dan
4)
Tersedianya fasilitas fisik pemasaran. Berdasarkan pengertian di atas maka analisis data yang digunakan dengan
cara matematis untuk menentukan nilai efisiensi pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1)
Nilai efisiensi distribusi Komponen dari nilai efisiensi distribusi dantaranya seperti berikut ini:
a.
Biaya Total Pendistribusian (BP): = Biaya pembelian hasil tangkapan + Biaya sewa kendaraan + Upah pekerja + Biaya Es + BBM
b.
Nilai jual (NJ) = Harga jual/kg X Jumlah kuantitas ikan
c.
Efisiensi distribusi EP = Biaya Total Pendistribusian (BP)
X 100%
Nilai jual (NJ) Efisiensi distribusi pada dasarnya terjadi apabila terdapat peningkatan nilai jual dari hasil tangkapan perikanan yang didistribusikan dan dapat menutupi biaya operasional usaha pendistribusian dengan kata lain nilai jual melebihi biaya distribusi. Berdasarkan rumus di atas jika nilai efisiensi distribusi ≥ 100% berarti tidak efisien dan jika nilai efisiensi distribusi < 100% berarti efisien, jadi semakin kecil nilai persentase tersebut maka semakin efisien.
18
2)
Nilai ekonomis hasil tangkapan Nilai ekonomis (pedagang) adalah selisih antara harga yang dibayarkan
kepada penjual pertama dengan harga yang dibayarkan oleh pembeli terakhir setelah dikurangi dengan biaya pemasaran (Sukartawi, 1993). Nilai ekonomis diperoleh dari selisih harga penjualan dan pembelian hasil tangkapan dengan memperhatikan biaya distribusi ikan per kilogramnya. Analisis data secara matematis seperti berikut ini: a.
Biaya pendistribusian ikan/kg (HP) HP = Biaya Total Pendistribusian (BP) Jumlah kuantitas ikan
b.
Nilai ekonomis (NE) NE = Harga jual ikan - HP
19
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis Kabupaten Indramayu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 107° 52’ - 108° 38’ Bujur Timur dan 6° 15’ - 6° 40' Lintang Selatan. Adapun batas-batas Kabupaten Indramayu yaitu sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka & Kabupaten Cirebon, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Subang, dan di timur berbatasan dengan Kabupaten Cirebon (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2007).
Gambar 2
Peta lokasi penelitian Kabupaten Indramayu.
4.2 Keadaan Administratif Secara administratif Kabupaten Indramayu terdiri dari 28 kecamatan, 320 desa, 5.603 RT dan 1.533 RW. Kabupaten Indramayu, terdapat 11 kecamatan yang merupakan kecamatan pesisir. Luas wilayah Kabupaten Indramayu adalah 204.011 ha dengan 41,90 % merupakan tanah sawah dan memiliki garis pantai sepanjang 144,1 km yang terbentang dari Kecamatan Krangkeng sampai dengan Kecamatan Sukra (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2007). Disamping mempunyai wilayah pesisir (pantai), Kabupaten Indramayu juga
20
memiliki 3 (tiga) pulau kecil yaitu Pulau Biawak, Pulau Gosong dan Pulau Candikian. Tabel 2 Panjang garis pantai dan banyaknya desa pantai menurut kecamatan di Kabupaten Indramayu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kecamatan Balongan Cantigi Indramayu Juntinyuat Kandanghaur Karangampel Krangkeng Losarang Pasekan Patrol Sukra Jumlah
Banyak Desa Pantai 3 2 4 6 5 1 2 1 5 4 2 35
Panjang Garis Pantai (km) 5,4 16,0 5,9 11,5 12,6 1,1 5,9 11,9 30,6 7,8 5,4 144,1
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2007
4.2.1 Iklim dan Cuaca Secara umum keadaan iklim di Kabupaten Indramayu memiliki curah hujan rata-rata per bulan adalah 200,08 mm, sedangkan rata-rata jumlah hari hujannya yaitu 3,25 hari/bulan. Indramayu adalah wilayah yang memiliki suhu udara harian yang berkisar antara 27°-34° C, dengan suhu tertinggi mencapai 30° C dan suhu terendah 18° C. Di Kabupaten tersebut juga memiliki curah hujan rata-rata tahunan 1.428,45 mm dan kelembaban udara berkisar 70-80%. Curah hujan minimum adalah 47 mm yang terjadi pada bulan Desember, sedangkan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Februari sebesar 6.024 mm. Adapun curah hujan tertinggi meliputi beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Indramayu yaitu, Kecamatan Anjatan berskisar 1.865 mm/tahun, Kecamatan Haurgelis berkisar 1.865 mm/tahun. Kecamatan yang memiliki curah hujan terbanyak adalah Cikedung dan Gabus Wetan yaitu sebanyak 94 hari hujan/tahunnya. Selain curah hujan yang bervariasi di setiap Kecamatan, yang ada di Kabupaten Indramayu. Angin adalah faktor penting yang mempengaruhi aktivitas penagnkapan ikan di wilayah perairan Indramayu. Sering dikatakan oleh para nelayan bahwa mereka tidak akan melaut jika kondisi cuaca sedang tidak baik. Angin yang bertiup pada bulan Desember adalah Angin Barat, sedangkan angin
21
yang bertiup pada bulan April adalah Angin Timur. Angin barat dan timur bergantian bertiup setiap 5-6 bulan sekali. Tabel 3 Banyaknya hari dan curah hujan menurut bulan di Kabupaten Indramayu Jumlah
Kecamatan
Hari Hujan 75 76 131 90 53 91 94 68 tad tad 98
Balongan Cantigi Indramayu Juntinyuat Kandanghaur Karangampel Krangkeng Losarang Pasekan Patrol Sukra
Curah Hujan (mm) 1.003 981 1.267 1.427 998 1.503 1.360 1.004 tad tad 1.643
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2007 Keterangan: tad
: tidak ada data
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari sebelas kecamatan curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Karangampel yaitu 1.503 mm, sedangkan jumlah hari hujan terbanyak terjadi di Kecamatan Indramayu. Oleh karena itu Kecamatan Indramayu lebih sering terjadi hujan dibandingkan kecamatan lainnya. 4.2.2 Geomorfologi Topografi Kabupaten Indramayu berada pada ketinggian antara 0-100 m di atas permukaan air laut dengan sebagian besar wilayahnya berada pada ketinggian 0-3 m di atas permukaan laut dengan kemiringan sekitar 0°-5° ke Utara. Ketinggian terendah berada di bagian utara dan semakin tinggi kearah selatan. Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran landai dengan kemirigan lahan rata-rata 0-2%. Pada saat curah hujan tinggi beberapa wilayah di Indramayu akan muncul genagan-genangan air. Topografi Kabupaten Indramayu dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu : 1.
Pada ketinggian 0-7 m di atas permukaan laut (dpl), meliputi wilayah Kecamatan
Anjatan,
Kandanghaur,
Losarang,
Sindang,
Lohbener,
22
Indramayu, Sliyeg, Juntinyuat, Karangampel dan wilayah Kecamatan Krangkeng; 2.
Ketinggian antara 7-25 m diatas permukaan laut (dpl), meliputi wilayah Kecamatan Bongas, Gabus Wetan, sebagian Kecamatan Anjatan, Lelea, Widasari, Jatibarang, Kertasemaya, Cikedung dan Bangodua; dan
3.
Ketinggian antar 25-100 m diatas permukaan laut (dpl), meliputi sebagian wilayah Kecamatan Cikedung dan Bangodua.
4.2.2 Arus Air Laut Pasang-surut dan angin menentukan arah dan dan kecepatan arus air laut. Karakteristik air di wilayah utara pantai Jawa Barat termasuk Kabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh sifat pasang surut, yaitu tipe campuran dan cenderung harian ganda dengan dua kali arus maksimum selama 24 jam. Magnetudo sebesar 0,65 knots dengan arah 299° (barat-barat laut) terjadi pada saat arus maksimum menuju pasang. Sedangkan pada saat arus maksimum pada saat surut memiliki magnitudo sebesar 0,4 knots dengan arah 145° (tenggaraselatan). 4.3 Unit Penangkapan Ikan 4.3.1 Kapal Perikanan Kapal pelabuhan perikanan di Kabupaten Indramayu menggunakan kapal motor dan kapal motor tempel untuk menuju daerah penangkapan. Kapal motor adalah kapal yang memiliki memiliki mesin permanen (in board), sedangkan kapal motor tempel (out board) adalah jenis kapal yang mesinya dapat dilepas dari badan kapal. Tabel 4 Perkembangan jumlah kapal penangkap ikan di Kabupaten Indramayu periode 2006-2010 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah Kapal (unit) 5.941 5.950 6.028 6.028 6.038 Rata-rata pertumbuhan
Pertumbuhan (%) 0,15 1,29 0 0,16 0,40
Sumber: Data diolah dari data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2010
23
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kapal penangkap ikan yang dimiliki sektor perikanan tangkap Kabupaten Indramayu pada 5 periode terakhir memiliki nilai persentase perkembangan rata-rata 0,40 % tiap tahunnya. Peningkatan jumlah kapal penangkap ikan, terjadi pada tahun 2007, 2008 dan 2010. Perkembangan alat tangkap pada tahun 2009 adalah tetap dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan jumlah 6.028 unit armada penangkapan ikan. 4.3.2 Alat Tangkap Pada umumnya alat tangkap yang berkembang di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu terdiri dari alat tangkap pelagis dan alat tangkap demersal. Jumlah alat tangkap menurut jenis alat penangkap ikan dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini: Tabel 5 Jumlah unit penangkapan menurut jenis alat penangkapan di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis alat tangkap (unit) Payang Dogol Pukat Cincin Pukat Pantai
Jaring Ingsang Hanyut Jaring Ingsang Lingkar Jaring Klitik Jaring Insang tetap Sero
Pancing Alat Lainnya Jumlah
Jumlah Alat Tangkap (unit) 944 138 187 1.173 2.861 68 334 138 78 143 1.187 7.251
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2010
Berdasarkan Tabel 5 di atas Kabupaten Indramayu pada tahun 2010 memiliki jumlah alat penangkap ikan sebanyak 7.251 unit. Alat tangkap yang paling panyak dioperasionalkan adalah jaring insang hanyut dengan jumlah 2.861 unit. Jaring insang lingkar adalah unit alat tangkap yang jumlahnya paling kecil yatu sebanyak 68 unit. Berdasarkan data di atas masyarakat Kabupaten Indramayu pada umumnya menggunakan jaring ingsang dan pukat pantai. Perkembangan jumlah alat tangkap yang dimiliki Kabupaten Indramayu pada lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini:
24
Tabel 6 Perkembangan jumlah alat tangkap di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu periode 2006-2010 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah alat tangkap (unit) 6.067 6.113 7.243 7.243 7.251 Rata-rata pertumbuhan
Pertumbuhan (%) 0,75 15,60 0 0,11 4,11
Sumber: Data diolah dari data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2010
Berdasarkan Tabel 6 Kabupaten Indramayu pada tahun 2006 memiliki jumlah alat penangkap ikan sebanyak 6.067 unit kemudian meningkat sebesar 0,75% di tahun berikutnya. Tahun 2008 jumlah alat tangkap mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu sebesar 15,60% dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2009 tidak mengalami peningkatan. Akhirnya pada tahun 2010 terjadi pertumbuhan sebesar 0,11%. Rata-rata pertumbuhan jumlah alat tangkap di Indramayu selama 5 periode terakhir adalah 4,11% pertahun. 4.3.3 Nelayan Nelayan yang berada di pelabuhan perikanan Kabupaten Indramayu ratarata berasal dari penduduk daerah setempat. Berdasarkan kepemilikan sarana penangkapannya yaitu ada yang disebut nelayan pemilik yang artinya nelayan tersebut sebagai pemilik kapal dan alat tangkap atau umumnya disebut juragan. Tabel 7 Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Indramayu periode 20062010 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah Nelayan (orang) 34.683 36.787 36.787 37.091 37.518 Rata-rata pertumbuhan
Pertumbuhan (%) 5,71 0 0,81 1,13 1,91
Sumber: Data diolah dari data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2010
Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Indramayu 5 tahun terakhir rata-rata 1,91% setiap tahunya. Pada Tabel 7 di atas terjadi peningkatan jumlah nelayan pada tahun 2007 dari tahun sebelumnya sebesar 5,71%, dan jumlah tersebut sama dengan tahun 2008. Pada tahun 2009 terjadi pertumbuhan kembali sebesar 0,81% dari tahun sebelumnya dan ditahun 2010 meningkat sebesar 1,13%.
25
Sehingga rata-rata pertumbuhan nelayan di Kabupaten Indramayu sebesar 1,91% pertahun. 4.3.4 Hasil Tangkapan Produksi hasil tangkapan di pelabuhan perikanan Kabupaten Indramayu dapat pada Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8 Volume dan nilai produksi ikan di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu periode 2006-2010 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
Produksi (kg) 25.205.291,10 23.851.487,70 30.668.798,68 29.325.048,00 34.585.015,00 23.956.830,56
Pertumbuhan (%) -5,68 22,23 -4,58 15,2 6,79
Nilai (Rp) 134.380.384.100 145.360.954.975 206.969.729.400 197.024.396.300 241.998.234.000 185.146.739.755
Pertumbuhan (%) 7,55 29,77 -5,05 18,58 12,71
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, (2006-2010)
Produksi hasil tangkapan di pelabuhan perikanan Kabupaten Indramayu dapat dikatakan baik. Pada tahun 2006 produksi ikan sebesar 25.205.291,10 kg dan pada tahun 2007 menurun menjadi 23.851.487,70 kg. Pada tahun 2008 terjadi peninggkatan signifikan menjadi 30.668.798,68 kg. Produksi hasil tangkapan terjadi penurunan pada tahun 2009 menjadi 29.325.048,00 kg. Pada tahun 2010 hasil tangkapan meningkat menjadi 34.585.015,00 kg. Rata-rata produksi hasil tangkapan di Indramayu adalah 23.956.830,56 kg per tahun. Nilai produksi hasil tangkapan pada tahun 2006 di Kabupaten Indramayu sebesar
Rp134.380.384.100,00
pada
tahun
2007
meningkat
menjadi
Rp145.360.954.975,00. Pada tahun 2008 nilai produksinya meningkat cukup besar menjadi Rp206.969.729.400,00. Peningkatan nilai produksi terbesar terjadi pada tahun tertentu terjadi karena meningkatnya jumlah produksi hasil tangkapan. Dari kurun waktu lima tahun, nilai produksi hasil tangkapan terjadi penurunan pada tahun 2009 sehingga menjadi Rp197.024.396.300. Rata-rata nilai produksi hasil
tangkapan
sektor
perikanan
laut
di
Indramayu
adalah
sebesar
Rp185.146.739.755 per tahunnya. Berdasarkan Tabel 8 pertumbuhan produksi hasil tangkapan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Pertumbuhan (%)
26
30 20 10 0
22,2
15,2
0 -4,6
-5,7
-10 2006
2007
2008
2009
2010
Tahun Gambar 3
Grafik pertumbuhan produksi di Kabupaten Indramayu periode 2006-2010.
Pada Gambar 3 di atas, memperlihatkan bahwa nilai produksi ikan pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar 5,7%. Pada tahun 2008 pertumbuhan produksi ikan meningkat sebesar 22,2% tetapi terjadi penurunan kembali pada tahun 2009 sebesar 4,6% dan kembali meningkat sebesar 15,2% pada tahun 2010. Rata-rata pertumbuhan produksi hasil tangkapan Kabupaten Indramayu adalah sebanyak 12,71%. Sedangkan untuk pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapan
Pertumbuhan (%)
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
30 20 29,8
10 0
18,6 0
7,5 -5.05
-10 2006
2007
2008
2009
2010
Tahun Gambar 4
Grafik pertumbuhan nilai produksi di Kabupaten Indramayu periode 2006-2010.
Gambar 4 memperlihatkan bahwa produksi hasil tangkapan Kabupaten Indramayu pada tahun 2007 terjadi peningkatan sebanyak 7,5% namun jika kita perhatikan dengan Gambar 3 pada tahun yang sama maka terjadi kebalikan dari pertumbuhan tersebut. Hal itu disebabkan karena, pada saat produksi menurun
27
namaun pada saat yang sama harga komoditas ikan meningkat, maka menyebabkan nilai produksi tetap tumbuh. Pada tahun 2008 terjadi pertumbuhan yang terbesar selama kurun waktu lima tahun yaitu sebanyak 29,8%. Nilai hasil tangkapan menurun pada tahun 2009 sebesar 5,05% dan pertumbuhan kembali meningkat pada tahun 2010 sebesar 18,6%. Komoditas hasil tangkapan di Kabupaten Indramayu terdapat beberapa jenis hasil tangkapan seperti: ikan manyung, selar, layang, bawal, kakap, tembang, lemuru, lidah, teri, terbang, peperek, kuniran, kuro, talang-talang, kembung, tengiri, tongkol, kerapu, cucut, dan pari. Berbagai jenis komoditas ikan tersebut salah satu faktor mempengaruhi nilai prduksi hasil tangkapan di Indramayu. Di bawah ini adalah lima komoditas ikan paling dominan yang dihasilkan sektor perikanan Kabupaten Indramayu: Tabel 9
Komoditas hasil tangkapan dominan di Indaramayu menurut jenisnya pada tahun 2009
Jenis Ikan Peperek Tongkol Tembang Manyung Kembung
I 4.733,7 3.608,8 1.236,7 1.763,8 1.183,4
Triwulan (ton) II III 4.618,2 735,6 4.159,2 1.759,6 3.427,8 1.819,5 659,5 704,4 386,7 1.818,8
IV 5.536,8 5.725,5 630,9 1.242,5 774,8
Rata-rata 3.906,07 3.813,27 1.778,72 1.092,55 1.040,92
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, (2010)
Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa dari berbagai jenis hasil tangkapan yang ada di Kabupaten Indramayu (Lampiran 1) terdapat lima komoditas ikan yang paling dominan terdiri dari ikan peperek, tongkol, tembang dan kembung. Hasil tangkapan tersebut dikatakan dominan karena melihat produksi rata-rata hasil tangkapan per tiga bulan selama kurun waktu satu tahun. Ikan Peperek menempati posisi paling dominan dengan jumlah produksi sebanyak 3.906,07 ton per tahun kemudian tongkol sebesar 3.813,27 per tahun, tembang sebesar 1.778,72 ton per tahun, manyung sebesar 1.092,55 ton per tahun dan kembung sebesar 1.040,92 per tahun. Berdasarkan Tabel 9 maka berikut ini merupakan gambar grafik perkembangan hasil tangkapan berdasarkan lima kmoditas ikan:
28
7,000.00
Produksi (ton)
6,000.00 5,000.00
Peperek
4,000.00
Tongkol
3,000.00
Tembang
2,000.00
Manyung
1,000.00
Kembung
0.00 Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Gambar 5
Grafik pertumbuhan produksi lima komoditas ikan dominan pada tahun 2009.
Gambar di atas menggambarkan bahwa produksi hasil tangkapan dari komoditas ikan peperek, tongkol, tembang, manyung dan kembung berbeda setiap triwulannya. Pada triwulan pertama dan kedua ikan Peperek paling dominan sedangkan pada triwulan ketiga ikan Tembang yang paling dominan. Pada triwulan keempat yang mendominasi produksi hasil tangkapan adalah komoditas ikan tongkol. 4.3.5 Musim dan Daerah Penangkapan Letak geografis Kabupaten Indramayu sangat menguntungkan dalam industri perikanan tangkap. Wilayah yang berada di utara Pulau Jawa memiliki sumberdaya ikan yang cukup melimpah, sehingga akses untuk menuju daerah penangkapan jauh lebih mudah dibandingkan wilayah selatan Pulau Jawa. Kabupaten Indramayu terdapat 3 (tiga) musim penangkapan yaitu: musim barat, musim timur dan musim peralihan. Musim barat biasanya berlangsung antara bulan Desember-April, musim timur berkisar anatara bulan Juni-Oktober dan musim peralihan terjadi pada bulan Mei dan bulan Nopember. Setiap tahunnya industri perikanan Indramayu memiliki pertumbuhan yang positif. Daerah penangkapan ikan Kabupaten Indramayu berasal dari perairan Indramayu untuk kapal-kapal yang berukuran kecil, sedangkan kapal-kapal yang berukuran besar wilayah penangkapanya mencapai: perairan Kalimantan, Selat Malaka, Laut Jawa, Laut Masalembu (Jawa Timur), Perairan Bangka Belitung, Perairan Pulau Jantan, Perairan Pulau Subi dan Kepulauan Baulean.
29
4.3.6 Pelelangan Hasil Tangkapan Hampir seluruh PPI di Kabupaten Indramayu memiliki tempat pelelangan ikan. Sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Barat Nomor 5 tahun 2005 tentang penyelenggaraan tempat pelelangan ikan, bahwa diwajibkan hasil tangkapan dari laut harus dijual segara lelang di TPI. Berdasarkan peraturan tersebut mekanisme penjualan ikan telah dikelola secara formal. Prose pelelangan ikan di semua PPI Kabupaten Indramayu pada umumnya dimulai pada pagi hari mulai pukul 09.00 – 15.00 WIB. Namun sering terjadi pada waktu hasil tangkapan yang didaratkan cukup banyak maka kegiatan pelelangan ikan selesai hingga sore hari. Beradasarkan hasil wawancara dan pengamatan, para bakul ikan yang mengikuti proses pelelangan di TPI terlebih dahulu menyerahkan uang jaminan kepada pengelola TPI sebesar 30-40%. Selanjutnya dilakukan proses penyelenggaraan pelelangan yang didalamnya terdapat kegiatankegiatan pelelangan (tawar-menawar) harga ikan. Petugas yang ada di TPI dapat dibagi menjadi seperti berikut: 1)
Juru reken karcis, bertugas memberikan karcis kepada nelayan atau juragan setelah ikan sudah di timbang;
2)
Juru lelang, bertugas sebagai pemeriksa karcis dari nelayan yang ikanya akan dilelangkan serta memeriksa tanda peserta lelang pada bakul yang mengikuti proses lelang;
3)
Juru blad, bertugas mencatat seluruh transaksi pada saat pelelangan yang kemudian diserahkan kepada juru rekap;
4)
Juru rekap, bertugas membuat rekapan dari setiap transaksi pelelangan pada saat digunakan untuk administrasi melalui kasir;
5)
Juru mutasi, mengikuti kegiatan pelelangan dan menegur peserta lelang (bakul) yang kedapatan keuangannya tidak mencukupi atau melakukan kecurangan;
6)
Juru kendali, bertugas memberikan informasi peserta lelang dan mengendalikan peserta lelang serta mengawasi transaksinya;
7)
Kasir, bertugas sebagai penerima uang jaminan, dan bertugas membayarkan hasil pelelangan; dan
30
8)
SATPAM,
bertugas
menjaga
keamanan
proses
pelelangan
dan
mengamankan orang yang akan mengacaukan kegiatan lelang. 4.3.7 Retribusi Pelelangan Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Jawa Barat No. 5 tahun 2005, pemerintah Kabupaten Indramayu beserta jajaranya menetapkan biaya retribusi sebesar 5% dengan rincian dapat dilihat pada tabel 9. Peraturan tersebut sudah efektif dilakukan di setiap TPI yang ada di Indramayu. Biaya retribusi sebesar 5 % tersebut diperoleh dari transaksi jual beli ikan yaitu nelayan sebesar 2,6 % dan pembeli atau umumnya disebut bakul sebesar 2,4 %. Pemungutan biaya retribusi hanya dapat dilakukan saat adanya proses pelelangan ikan di tempat pelelangan ikan. Rincian biaya tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 10 Jumlah persentase biaya retribusi pelabuhan perikanan Kabupaten Indramayu tahun 2009 Penerima Retribusi PEMDA Tk. I PEMDA Tk. II Penyelenggara Lelang Tabungan Asuransi Nelayan Jumlah
Besarnya Penerimaan Keterangan 0,8 % - Penerimaan tersebut harus dibayarkan 0,8 % secara kontan ( tidak 1,65 % dicicil) 0,65 % 1,1 % - Jumlah persentase disamping diperoleh dari nelayan sebesar 5% 2,6% dan Pembeli (bakul) sebesar 2,4%.
Sumber: Data diolah dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu, 2009
Berdasarkan Tabel 10 di atas aliran dana hasil pelelangan dibagi kepada pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat sebesar 0,8% kemudain pemerintah daerah Kabupaten Indramayu sebesar 0,8%. Penyelenggara lelang mendapatkan persentase peling besar yaitu sebanyak 1,65% dan sisanya ditabung 0,65%. Nelayan Kabupaten Indramayu memiliki simpanan asuransi sebesar 1,1% dari biaya retribusi.
31
5 KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Proses pendistribusian hasil tangkapan sangat perlu diperhatikan oleh para distributor baik bakul atau juragan, hal ini ditujukan untuk dapat menjaga mutu ikan agar tetap dalam kondisi baik. Cara penanganan yang tidak tepat pada hasil tangkapan dari saat proses penangkapan, pendaratan, penanganan dan pendistribusian tentu sangat mempengaruhi kualitas ikan teresbut. 5.1
Pendaratan Hasil Tangkapan Pendaratan hasil tangkapan di PPI Tegal Agung, Karangsong, dan Eretan
kulon biasnya langsung didaratkan di tempat pelelangan ikan (TPI) yang telah disediakan. Karena pihak Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu mewajibkan semua hasil tangkapan yang masuk ke PPI harus dijual melalui proses pelelangan. Setiap nelayan di tiga PPI tersebut yang melakukan pendaratan biasanya menggunakan alat bantu yang dinamakan basket lansung di pikul menuju TPI.
Sumber: Hasil pengamatan, 2010
Gambar 6 Penyortiran hasil tangkapan menurut jenis ikan 5.1.1 Volume hasil tangkapan Jumlah produksi ikan yang didaratkan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon tidak sama setiap harinya. Jenis ikan yang didaratkan antara lain:
32
tongkol, tengiri, hiu, cucut, kakap merah, manyung, pepetek, remang,trisi, kerapu, cumi-cumi, tembang, bawal dan ikan kembung. Jumlah produksi hasil tangkapan yang didaratkan di tiga PPI tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Sementara itu, untuk hasil tangkapan di PPI dapat dilihat pada (Lampiran 2). Tabel 11
Jumlah produksi hasil tangkapan periode 2006-2010
PPI PPI PPI PPI Tegal Agung (kg) Karangsong (kg) Eretan Kulon (kg) Lainnya 2006 32.310,00 10.775.665,00 7.103.515,00 7.293.801,10 2007 203.423,00 11.484.029,00 6.623.125,00 5.540.910,70 2008 199.990,50 13.407.995,00 12.568.814,00 4.491.999,18 2009 316.137,00 14.126.363,00 11.523.706,00 3.358.842,00 2010 450.088,00 16.525.820,00 13.804.757,00 3.804.350,00 Rata-rata 240.389,70 13.263.974,40 10.324.783,40 4.897.980,60 Sumber: Data diolah dari data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2010 Tahun
Pada Tabel 11 jumlah produksi hasil tangkapan di PPI Tegal Agung setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dari data lima periode tersebut pada tahun 2008 terjadi penurunan jumlah produksi hasil tangkapan di PPI Tegal Agung sebesar 3.432,50 kg. Rata-rata produksi di PPI tersebut adalah 240.389,70 kg per tahun. Beradasarkan tabel di atas, PPI Karangsong setiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah produksi. Rata-rata produksi hasil tangkapan di PPI Karangsong adalah sebesar 13.263.974,40 kg/tahun. Jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di PPI tersebut jauh lebih banyak dibandingkan dengan PPI Tegal Agung dan Eretan Kulon. Hal tersebut terjadi karena PPI Karangsong adalah tempat pendaratan hasil tangkapan paling banyak di wilayah Indramayu. Jumlah produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Eretan Kulon setiap tahunnya terjadi peningkatan. Namun, pada tahun
2009 jumlah
produksinya menurun sebesar 1.045.108,00 kg dari tahun sebelumnya. Rata-rata produksi hasil tangkapan di PPI Eretan Kulon adalah 10.324.783.40 kg per tahun. Berdasarkan Tabel 11, tampak bahwa jumlah produksi hasil tangkapan di PPI Karangsong paling besar dibandingkan di PPI Tegal agung dan Eretan Kulon. Sehingga perbandingan produksi tersebut dapat dilihat pada grafik produksi seperti gambar berikut ini:
33
18,000.00
16,525.82
Jumlah Produksi (ton)
16,000.00
12,000.00
14,126.36
13,408.00
14,000.00 11,484.03 10,775.67
13,804.76
11,523.71 12,568.81
PPI Tegal Agung
10,000.00 8,000.00
7,103.52
PPI Karangsong
6,623.13
6,000.00 4,000.00 2,000.00 0.00
32.31
203.42
2006
2007
199.99
2008
316.14
450.09
2009
2010
PPI Eretan Kulon
Gambar 7 Grafik perkembangan jumlah produksi PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon periode 2006-2010 Berdasarkan produksi hasil tangkapan pada tahun 2010 di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon dikomparasikan dengan jumlah hasil tangkapan dengan PPI lainnya di Kabupaten Indramayu pada tahun yang sama dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Ʃ PPI Lainnya 11%
PPI Eretan Kulon 40%
Gambar 8
PPI Tegal Agung 1%
PPI Karangsong 48%
Diagram persentase volume hasil tangkapan di PPI Kabupaten Indramayu pada tahun 2010
Berdasarkan Gambar 8 di atas, jumlah produksi hasil tangkapan Kabupaten Indramayu pada tahun 2010 sebesar 34.585.015,00 kg dan pada tahun yang sama PPI Tegal Agung menghasilkan 450.088,00 kg ikan, maka PPI tersebut menyumbang 1% dari total keseluruhan produksi hasil tangkapan. PPI Karangsong menghasilkan produksi hasil tangkapan sebesar 16.525.820,00 kg sehingga PPI Karangsong menyumbang 48% hasil tangkapan. PPI Eretan Kulon
34
menghasilkan produksi hasil tangkapan sebesar 13.804.757,00 kg maka PPI Eretan Kulon menyumbang 40% hasil tangkapan dan gabungan dari PPI lainnya menghasilkan 3.804.350,00 kg maka PPI lainnya menghasilkan 11% dari jumlah keseluruhan. 5.1.2 Nilai produksi hasil tangkapan Berikut ini merupakan nilai produksi ikan yang didaratkan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon. Sementara itu, untuk nilai produksi hasil tangkapan di 14 PPI dapat dilihat pada (Lampiran 3). Tabel 12
Nilai produksi hasil tangkapan periode 2006-2010
PPI Tegal Agung PPI Karangsong PPI Eretan Kulon PPI (ribu) (ribu) (ribu) Lainnya (ribu) 2006 478.379,00 82.689.578,50 14.025.351,00 37.187.075,60 2007 1.441.187,00 98.542.290,65 13.741.963,00 31.635.514,33 2008 1.908.828,00 153.973.105,50 23.992.164,00 27.095.631,90 2009 3.449.419,00 147.776.827,50 22.651.247,00 23.146.902,80 2010 4.941.155,00 180.943.935,00 31.237.124,00 24.876.020,00 Rata-rata 2.443.793,60 132.785.147,40 21.129.569,80 28.788.228,96 Sumber: Data diolah dari data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2010 Tahun
Berdasarkan Tabel 12 nilai produksi PPI Tegal Agung selalu terjadi peningkatan dengan rata-rata peningkatannya sebesar Rp2.443.793.600,00 per tahun. Nilai produksi hasil tangkapan PPI Karangsong mengalami penurunan pada tahun 2009 dari tahun sebelumnya. Rata-rata nilai produksi yang dihasilkan PPI Karangsong adalah sebesar Rp132.785.147.400,00 per tahun. PPI Eretan Kulon pada tahun 2009 mengalami penurunan nilai produksi hasil tangkapan. Nilai ratarata
produksi
hasil
tangkapan
PPI
Eretan
Kulon
adalah
sebesar
Rp21.129.569.800,00 per tahun. Sedangkan nilai hasil tangkapan dari total keseluruhan PPI lainnya pada periode 2006-2010 selalu mengalami peningkatan, hanya pada tahun 2007 dan 2008 tang mengalami penurunan. Berdasarkan nilai produksi hasil tangkapan yang telah dijelaskan di atas, pada tahun 2010 untuk PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon dikomparasikan dengan jumlah hasil tangkapan di PPI lainnya di Kabupaten Indramayu pada tahun yang sama dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
35
Ʃ PPI Lainnya 16%
PPI Eretan Kulon 11%
Gambar 9
PPI Tegal Agung 1%
PPI Karangsong 72%
Diagram persentase nilai hasil tangkapan di PPI Kabupaten Indramayu pada tahun 2010
Berdasarkan Gambar 9, PPI Tegal Agung menghasilkan nilai produksi Rp4.941.155.000,00 maka PPI tersebut menyumbang 1% dari total keseluruhan nilai hasil tangkapan. PPI Karangsong menghasilkan nilai produksi hasil tangkapan sebesar Rp180.943.935.000,00 sehingga PPI Karangsong menyumbang 72% nilai hasil tangkapan. PPI Eretan Kulon menghasilkan nilai produksi hasil tangkapan sebesar Rp31.237.124.000,00 maka PPI Eretan Kulon menyumbang 11% nilai produksi hasil tangkapan dan gabungan dari PPI lainnya menghasilkan Rp24.876.020.000,00 maka PPI lainnya menghasilkan 16% dari jumlah keseluruhan nilai hasil tangkapan. 5.3
Penanganan Hasil Tangkapan Penanganan hasil tangkapan sangat perlu dilakukan untuk menjaga
kesegaran ikan yang yang akan didaratkan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan dapat dikatakan baik apa bila cara penangkapan dan pengangkatan ikan diatas kapal efektif, sehingga ikan tidak banyak berontak saat menjelang kematian. 5.3.1 Penanganan ikan diatas kapal Saat ikan tertangkap oleh alat tangkap yang digunakan nelayan Kabupaten Indramayu mereka sudah mempersiapkan perbekalan berupa es yang telah dihancurkan. Namun berbeda dengan kapal yang sudah memiliki pendingin khusus di dalam palkahnya. Seperti pada kapal Atlantik yang berlabuh di PPI Karangsong memiliki kapasitas 60 GT pada mesinya dan dapat menampung ikan
36
didalam palkahnya sebanyak 28 ton, kapal tersebut dijalankan oleh 14 orang ABK dan 1 orang Nahkoda. Untuk kapal yang tidak memiliki pendingin palkah biasanya berlabuh di PPI Tegal Agung dan Eretan Kulon, penanganan hasil tangkapan diatas kapal dengan menggunakan box yang sudah diisi degan es. Hal itu bertujuan agar ikan terlindung dari kontak langsung terhadap cahaya matahari dan kesegaranya tetap terjaga sampai ke tempat pelelangan ikan. Pada umumnya kapal-kapal yang tidak memiliki pendingin Palkah adalah kapal yang berukuran kecil dan daerah penangkapanya sebagian besar di perairan Laut Jawa. 5.3.1 Penanganan ikan di TPI Terdapat 14 pangkalan pendaratan ikan (PPI) yang beraktivitas di kawasan Kabupaten Indramayu dan setiap PPI memiliki tempat pelelangan ikan. Dari ke-14 PPI tersebut dapat dilihat pada (Lampiran 4), terdapat PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon pada umumnya kapal-kapal yang bersandar di tiga PPI itu akan melakukan proses pembongkaran hasil tangkapan. Karena letak tempat pelelangan ikan dekat dengan kolam pelabuhan maka rata-rata nelayan Indramayu mendaratkan hasil tangkapanya hanya menggunakan basket yang di pikul menuju TPI. Hasil tangkapan yang didaratkan kemudian disortir menurut jenis tangkapan dan dimasukan kedalam keranjang (basket yang terbuat dari plastik pabrikan). Namun ada sebagian ikan yang hanya dikumpulkan pada lantai tempat pelelangan. Walaupun ikan di letakan pada lantai pelelangan kebersihannya tetap terjaga, karena sudah diseterilkan oleh pengelola TPI yang bersangakutan sepeti: TPI Karangsong dan TPI Tegal Agung. Setelah proses pelelangan selesai, para bakul yang telah memenangkan lelang segera melakukan penanganan ikan yang di bantu oleh buruh yang ada di sekitarnya. Disekitar TPI Tegal Agung, Eretan Kulon dan Karangsong
terdapat
tempat
pengemasan
hasil
tangkapan
yang
akan
didistribusikan sesuai daerah tujuan. Sebelum ikan-ikan tersebut didistribusikan, para bakul dibantu oleh buruh melakukan proses pengemasan ikan. Ikan yang akan dikirim menuju daerah pemasaran dimasukan kedalam fiber dan diberi es yang telah dihancurkan sebelumnya. Fiber tersebut berbahan dasar plastik dengan volume muatan sebesar
37
125 kg. Fiber biasanya banyak terdapat di PPI Karangsong. Sedangkan di PPI Eretan Kulon dan Tegal Agung biasanya menggunakan blong dengan volume sebsar 70 kg untuk mengemas hasil tangkapannya. Setelah ikan tersebut selesai dikemas, maka para buruh mengangkatnya ke atas mobil transportasi yang telah disewa oleh para bakul. Alat bantu transportasi yang ada di wilayah TPI Karangsong, Tegal Agung dan Eretan Kulon adalah Truk (truck) dan mobil pick up (L300). Kapasitas muatan Truk adalah sebanyak 30 kotak fiber atau setara dengan 3,75 ton ikan. Sedangkan kapasitas muatan mobil pick up adalah sebanyak 30 blong atau setara dengan 2,10 ton ikan. Proses pengemasan hasil tangkapan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon biasanya dilakukan pada siang hari setelah proses pelelangan selesai. Proses penanganan hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar 10 berikut ini:
Sumber: Hasil pengamatan, 2010
Gambar 10 5.5
Penanganan hasil tangkapan.
Penjualan Hasil Tangkapan Produksi hasil tangkapan di Kabupaten Indramayu pada umumnya
diperjual-belikan oleh bakul yang diperoleh dari proses pelelangan. Namun ada sebagian nelayan yang langsung dijual kepada bakul, biasanya hasil tangkapan
38
berupa kerang laut dan rajungan. Pada umumnya para bakul sudah mempunayai pelanggan masing-masing di setiap wilayah pemasaran. 5.5.1 Wilayah Pemasaran Hasil Tangkapan Pemasaran hasil tangkapan yang berasal dari PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon hanya mencakup wilayah domestik. Adapun pembagian wilayah pemasaranya digolongkan kedalam 3 wilayah pemasaran yaitu: 1.
Pasar Lokal Wilayah pemasaran lokal merupakan daerah pemasaran atau pendistribusian
hasil tangkapan yang didaratkan dari PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon yang dipasarkan berada di wilayah Kabupaten Indramayu, seperi pasar ikan Indramayu, pasar-pasar di setiap kecamatan yang dekat dengan keberadaan PPI tersebut. Dari total jumlah produksi yang dihasilkan di masing-masing PPI diperkirakan 25% dipasarkan di wilayah Indramayu. 2.
Pasar Regional Hasil tangkapan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon selain
dipasarkan hanya untuk wilayah sendiri sebagian besar didistribusikan ke luar wilayah Kabupaten Indramayu. Berdasarkan wawancara, diperkirakan hingga mencapai 75% hasil tangkapan ikan di Indramayu dipasarkan ke wilayah regional yaitu seperti: Kabupaten Cirebon, Kuningan, Majalengka, Subang, Bandung, DKI Jakarta, Cilacap, dan Semarang. 3.
Pasar Internasional Hasil tangkapan kualitas ekspor yang didaratkan di 3 PPI tersebut tidak
secara
langsung
didistribusikan
ke
negara
tujuan,
namun
sebelumnya
didistribusikan terlebih dahulu kepada eksportir yang bergerak di industri perikanan tangkap. Seperti pengalengan hasil tangkapan berupa rajungan di Kabupaten Cirebon dan ekspor sirip hiu serta beberapa ikan segar di wilayah DKI Jakarta. Setelah hasil tangkapan tersebut sampai pada agen atau distributor, kemudian mereka mengekspornya ke negara tujuan seperti Jepang dan Singapura. Wilayah pemasaran hasil tangkapan PPI Karang song dapat dilihat pada gambar berikut ini :
39
Sumber: Hasil pengamatan, 2010
Gambar 11
Peta pendistribusian hasil tangkapan dari Kabupaten Indramayu
Berdasarkan gambar di atas wilayah pemasaran dari PPI Karangsong meliputi DKI Jakarta, Subang, Bandung, Majalengka, Kuningan, Tasikmalaya, Cirebon. Penyebaran wilayah pendistribusian hasil tangkapan yang cukup luas tersebut disebabkan produksi hasil tangkapan di PPI Karangsong paling banyak dibandingkan semua PPI yang ada di Kabupaten Indramayu. Untuk wilayah pemasaran hasil tangkapan dari PPI Tegal Agung dapat dilihat pada gambar berikut ini : Berdasarkan Gambar 11, wilayah pendistribusian hasil tangkapan dari PPI Tegal Agung hanya mencakup DKI Jakarta, Bandung dan Cirebon. Sedangkan daerah distribusi hasil tangkapan dari PPI Eretan Kulon meliputi DKI Jakarta, Bandung, Subang, Majalengka dan Cirebon. 5.5.2 Jenis pemasaran hasil tangkapan 1)
Pemasaran ikan segar Produksi hasil tangkapan di seluruh PPI Kabupaten Indramayu dengan rata-
rata mencapai 28.727.127,82 kg tiap tahunnya merupakan bukti konsistensi peningkatan jumlah produksi ikan. Secara umum PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon adalah sebagai tempat pendaratan hasil tangkapan. Ikan yang didaratkan tersebut masih segar kemudian didistribusikan oleh para bakul kepada
40
perusahaan dengan skala ekspor dan ada sebagian yang dijual ke pasar ikan. Adapun wilayah pendistribusiannya seperti dijelaskan pada sub bab 5.5.1. 2)
Industri ikan olahan Industri pengolahan ikan di Indramayu khususnya di PPI Karangsong dan
Eretan Kulon dan Tegal Agung adalah salah satu industri rumah tangga (home industry) dan pada umumnya produksinya masih sedikit. Adapun jenis-jenis pengolahan ikan dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu: 1)
Ikan asin dan ikan panggang Ikan asin atau di Indramayu disebut ikan gesek yang merupakan jenis ikan olahan berbahan dasar ikan segar setelah melalui proses pengeringan dengan bantuan sinar matahari. Jumlah produksi ikan panggang di Indramayu ratarata mencapai 2-6 ton/bulan dengan harga jual Rp. 30.000,00/kg sedangkan pada produk ikan asin rata-rata mencapai 2 ton/bulan dengan harga jualnya lebih murah dibandingkan ikan panggang yaitu Rp. 25.000,00/kg. Wilayah pemasaran untuk ikan asin dan panggang adalah disekitar Indramayu (lokal) dan luar Indramayu (regional).
2)
Sirip Hiu dan kulit ikan Hiu Ikan hiu di Indramayu biasanya disebut ikan cucut oleh masyarakat setempat, sirip dan kulit ikan tersebut diproses dengan cara dijemur dengan cahaya matahari. Ada sebagian digunakan sebagai olahan berupa ikan gesek ada juga dioalah menjadi jenis makanan tertentu, namun untuk kulit ikan hiu diolah sebagai makanan ringan yaitu kerupuk kulit dan sebagai samak pada industri berbahan kulit seperti sepatu dan tas. Wilayah pemasaran untuk sirip dan kulit ikan hiu adalah Negara Jepang dan Singapura. Namun sebelumnya dikirim ke Jakarta kemudian di ekspor.
3)
Gelembung perut ikan (Hipio) Gelembung perut ikan didapatkan dari isi perut ikan yang berwarna transparan yang digunakan oleh ikan sebagai gelembung renangya. Dan dibuat untuk olahan jenis makanan tertentu. Wilayah pemasaran untuk olahan gelembung perut ikan adalah Negara Singapura.
41
5.6
Jalur distribusi hasil tangkapan Mekanisme pendistribusian hasil tangkapan ikan di PPI Tegal Agung,
Karangsong dan Eretan Kulon cukup unik yaitu dimana ikan tidak bisa secara langsung diperoleh oleh konsumen. Pada dasarnya ikan yang tertangkap oleh kapal-kapal penangkap ikan dan kemudian didaratkan di PPI yang selanjutnya dilakukan proses pelelangan setelah ditimbang. Jalur distribusi ikan dapat dilihat pada gambar 12 seperti berikut ini:
KAPAL
TPI
BAKUL BESAR
EKSPORTIR
BAKUL KECIL
PENGOLAH IKAN
PASAR LOKAL
KONSUMEN Gambar 12
Jalur distribusi hasil tangkapan ikan
Pada Gambar 12 di atas menunjukkan bahwa jalur distribusi ikan di Indramayu harus melalui mekanisme seperti pada gambar tersebut. Setelah ikan itu dilelang, para bakul kemudian mendistribusikannya ke pelanggan mereka seperti: perusahan dengan skala ekspor, pasar ikan terdekat dan para pengolah ikan. Untuk hasil tangkapan yang kualitas ekspor para bakul mendistribusikanya kepada perusahaan dengan skala ekspor di bidang perikanan. Kemudian para eksportir tersebut mendistribusikanya ke berbagai negara tujuan. Namun untuk industri pengolahan ikan para bakul mengolahnya terlebih dahulu yaitu pemindangan dan pengasinan. Jarak distribusi ikan mempengaruhi besar kecilnya biaya distribusi. Sehingga tidak menutup kemungkinan harga ikan yang dijual oleh para bakul
42
akan berbeda diwilayah tertentu. Pada umumnya pendistribusian hasil tangkapan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon didistribusikan menggunakan jalur darat. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan nelayan setempat jalur distribusi ikan di Indramayu terdapat dua jenis pendistribusian yaitu distribusi ikan segar dan ikan olahan seperti yang digambarkan berikut ini: TPI
BAKUL BESAR
BAKUL KECIL
EKSPORTIR
PASAR LOKAL
KONSUMEN Gambar 13 Jalur distribusi hasil tangkapan ikan segar Pada Gambar 13 menunjukkan bahwa pendistribusian hasil tangkapan ikan segar biasanya langsung dipasarkan menuju perusahaan skala ekspor. Beberapa hasil tangkapan didistribusikan menuju pasar-pasar disekitar PPI. TPI
BAKUL BESAR/KECIL
PENGOLAH IKAN
Pengasinan
Pemindangan
KONSUMEN Gambar 14
Jalur distribusi hasil tangkapan ikan olahan
43
Berdasarkan pemanfaatanya hasil tangkapan ikan di Kabupaten Indramayu terdapat perbedaan antara pendistribusian ikan segar dan ikan olahan. Seperti pada Gambar 14 menunjukkan bahwa ikan segar didistribusikan secara langsung oleh para bakul menuju perusahaan dengan skala ekspor dan ada juga yang mendistribusikanya ke pasar-pasar ikan hingga menuju konsumen. Namun berbeda dengan distribusi ikan olahan seperti pada Gambar 13 yaitu melalui para bakul, ikan tersebut didistribusikan menuju para pengolah ikan kemudian diproses kedalam bentuk ikan olahan berupa pemindangan ataupun pengasinan dan selanjutnya didistribusikan menuju konsumen.
44
6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6.1
Harga Hasil Tangkapan
6.1.1 Harga pembelian hasil tangkapan Hasil tangkapan yang dijual pada proses pelelangan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon memiliki perbedaan harga di setiap PPI. Perbedaan harga pembelian terjadi karena jumlah dan jenis ikan yang didaratkan berbeda di setiap tempat pelelangan. Selain perbedaan jumlah dan jenis hasil tangkapan permintaan para bakul untuk memenuhi permintaan pelanggan mereka, dapat mempengaruhi harga ikan yang akan dilelang. Harga pembelian ikan di tiga PPI dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 14
Daftar harga pembelian menurut jenis ikan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon
Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol
PPI Tegal Agung (Rp)/(kg) 12.500 11.000 4.500 7.500 13.000
PPI Karangsong (Rp)/(kg) 12.000 11.500 5.000 7.000 12.500
PPI Eretan Kulon (Rp)/(kg) 12.500 10.000 4.000 6.500 11.500
Sumber: Hasil wawancara, 2010
Berdasarkan Tabel 14 di atas, pemilihan lima komuditas ikan tersebut berdasarkan jenis ikan yang dominan yang dihasilkan PPI tersebut. Kelima jenis hasil tangkapan itu memiliki harga penjualan berbeda di masing-masing PPI. Harga ikan kembung lebih murah di PPI Karangsong sedangkan harga ikan manyung paling tinggi di PPI tersebut dibandingkan dengan harga ikan manyung di PPI lainnya. Berdasarkan wawancara, ikan tongkol adalah komoditas yang paling sering di perjual-belikan oleh para bakul Kabupaten Indramayu. 6.1.2 Harga penjualan hasil tangkapan Harga jual merupakan indikator keuntungan yang diperoleh para bakul dalam mendistribusikan hasil tangkapa kepada pelanggan mereka. Daereh tujuan dari penjual hasil tangkapan seperti DKI Jakarta, Bandung dan Cirebon. Ketiga wilayah pemasaran tersebut memiliki perbedaan harga jual. Hal itu terjadi karena
45
perbedaan banyaknya permintaan baik menurut jenis atau jumlah hasil tangkapan. Harga jual ikan di tiga wilayah dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 15
Daftar harga penjualan menurut jenis ikan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon
Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol
DKI Jakarta (Rp) 14.500 12.500 6.000 8.500 14.000
Bandung (Rp) 14.000 12.500 6.000 9.000 14.000
Cirebon (Rp) 13.500 12.000 5.500 8.000 13.500
Sumber: Hasil wawancara, 2010
Berdasarkan Tabel 15 di atas, harga jual hasil tangkapan menurut jenis ikan terdapat perbedaan pada masing-masing wilayah. Di wilayah Kabupaten Bandung dan DKI Jakarta harga penjualan ikan tongkol hampir sama. Wilayah pemasaran yang memiliki harga jual tertinggi didominasi oleh kota Bandung. Hal itu terjadi karena kota Bandung tidak dekat dengan laut sehingga stok hasil perikanan laut didatangkan dari luar daerahnya. 6.2
Efisiensi Pendistribusian Pendistribusian hasil tangkapan dari PPI Tegal Agung, Karangsong dan
Eretan Kulon melibatkan berbagai pihak seperti: nelayan, bakul atau juragan, pabrik pengolahan dan konsumen sebagai akhir dari distribusi. Pihak tersebut dapat dikatakan sebagai produsen, distributor dan costumer. Nelayan merupakan pelaku utama dalam proses pendistribusian dengan kata lain disebut sebagai produsen, sedangkan distributor sebagai pelaku kedua sepenuhnya dimiliki oleh para bakul dan costumer merupakan ujung dari semua rangkaian pendisribusian. Menurut Lubis (2000), salah satu cara untuk mengembangkan pelabuhan perikanan melalui peningkatan usaha perikanan di pelabuhan yaitu dengan distribusi hasil perikanan, termasuk segala sarana dan prasarananya menunjang timbulnya industri perikanan. Di Indramayu aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dapat dikatakan baik, karena sarana dan prasarana yang menunjang serta jalan-jalan yang dilalui alat transportasi mendukung aktivitas tersebut. Jenis pendistribusian hasil tangkapan di Indramayu menurut Moeljanto (1992), termasuk kedalam distribusi lewat jalan darat. Dapat dipastikan di hampir seluruh PPI yang ada dikawasan Kabupaten Indramayu sarana transportasi
46
distribusinya berupa truck terbuka atau truck box dan mobil Pick up (L300) yang dilengkapai unit pendingin mekanis. Pada pendistribusian ikan harus didinginkan mendekati suhu 0°C hal ini bertujuan agar ikan dapat bertahan lebih lama. Syarat untuk mempertahankan ini adalah ikan harus dikelilingi oleh hancuran es yang cukup halus dan kerendahan ruang tetap terjaga. Pada dasarnya efisiensi distribusi terjadi apabila terdapat peningkatan nilai jual dari hasil tangkapan perikanan yang didistribusikan dan dapat menutupi biaya operasional usaha pendistribusian dengan kata lain nilai jual melebihi biaya distribusi. Para pelaku distribusi seperti bakul dapat memahami nilai keuntungan distribusinya. Artinya, apabila harga pembelian hasil tangkapan dengan harga hasil penjualan sama, maka mereka tidak akan melakukan proses pendistribusian. Setiap komuditas ikan yang memiliki nilai jual lebih besar dari nilai beli maka para bakul atau juragan akan melekukan proses distribusi, dan mereka juga tidak lupa memperhatikan biaya distribusinya. Para bakul mengemukakan bahwa apabila harga jual hasil tangkapan sama dengan atau kurang dari harga pembelianya dapat dikatakan tidak efisien, dan dapat dikatakan efisien bila harga jualnya lebih besar dari pada harga pembelian hasil tangkapan. 6.2.1 Kendaraan pendistribusian hasil tangkapan Kendaraan transportasi yang digunakan untuk mendistribusikan hasil tangkapan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan kulon terdiri dari dua kendaraan yaitu. 1)
Truk (Truck) Truk merupakan alat transportasi untuk mengangkut hasil tangkapan
menuju daerah pemasaran. Kapasitas muatan transportasi tersebut sebesar 30 fiber atau setara dengan 3,75 ton komoditas ikan tongkol. Berdasarkan survei di lapangan rata-rata penyewaan mobil truk dengan supirnya untuk 1 kali pengiriman hasil tangkapan sebesar Rp1.500.000,00 untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Mobil ini sering dijumpai di PPI Karangsong dan Eretan Kulon. 2)
Pick up (L300) Mobil Pick up yang sebagian masyarakat Kabupaten Indramayu
menyebutnya mobil caklik, merupakan armada transportasi yang sering digunakan untuk mengangkut ikan menuju pelanggan dari para bakul. Kapasitas kendaraan
47
tersebut sebesar 30 blong ikan atau setara dengan 2,10 ton komoditas ikan tongkol. Menurut survei, biaya penyewaan mobil ini dengan supirnya rata-rata sebesar Rp750.000,00 untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. 6.2.2 Nilai ekonomis hasil tangkapan Nilai ekonomis hasil tangkapan pada dasarnya terjadi bila ada perubahan harga suatu komuditas ikan dari harga pertama ikan itu dijual menuju pembeli dalam satu wilayah atau diluar wilayahnya. Menurut Fujianti (2003) dalam Krisdiyanto (2007) mengemukakan bahwa suatu produksi akan bermanfaat dan ekonomis bila tersedia cukup modal transportasi, dimana ada kaitan antara transportasi dengan produksi dalam arti “pelemparan” produk tersebut ke pasar (market). Berikut ini adalah daftar nilai ekonomis pada masing-masing PPI : 1)
PPI Tegal Agung
Tabel 16
Nilai ekonomis hasil tangkapan menggunakan kendaraan Truk
Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol
Jakarta (Rp) 1.480 980 980 480 480
berdasarkan
Bandung (Rp) 980 980 980 980 480
daerah
tujuan
Cirebon (Rp) 680 680 680 180 180
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Berdasarkan Tabel 16, nilai ekonomis hasil tangkapan yang didistribusikan menggunakan kendaraan Truk dari PPI Tegal Agung dengan tiga daerah pendistribusian memiliki nilai ekonomis yang variatif. Ikan kembung memiliki nilai ekonomis terbesar dengan tujuan Jakarta yaitu Rp1.480 per kilogram. Nilai ekonomis terendah jika didistribusikan ke wilayah Cirebon yaitu hanya sebesar Rp180 per kilogram untuk komoditas ikan tembang dan tongkol. Tabel 17
Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan menggunakan kendaraan Pick up (L300)
Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol
Jakarta (Rp) 1.429 929 929 429 429
Bandung (Rp) 929 929 929 929 429
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
daerah
tujuan
Cirebon (Rp) 548 548 548 48 48
48
Tabel
17
menunjukkan
bahwa
pendistribusian
hasil
tangkapan
menggunakan kendaraan Pick up (L300) memiliki nilai ekonomis lebih kecil dibandingkan pada Tabel 16. Nilai ekonomis terbesar yaitu Rp1.429 dengan komoditas yang sama yaitu ikan kembung. Ikan tembang dan tongkol memiliki nilai ekonomis terendah sebesar Rp48 per kilogram. 2)
PPI Karangsong
Tabel 18
Nilai ekonomis hasil tangkapan menggunakan kendaraan Truk
Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol
Jakarta (Rp) 1.980 480 480 980 980
berdasarkan
Bandung (Rp) 1.480 480 480 1.480 980
daerah
tujuan
Cirebon (Rp) 1.180 180 180 680 680
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Berdasarkan Tabel 18, nilai ekonomis hasil tangkapan yang didistribusikan menggunakan kendaraan Truk dari PPI Karangsong dengan tiga daerah pendistribusian Jakarta, Bandung dan Cirebon memiliki nilai ekonomis yang berbeda. Ikan kembung memiliki nilai ekonomis terbesar dengan tujuan DKI Jakarta sebesar Rp1.980 per kilogram dan Cirebon sebesar Rp1.180 per kilogram. Nilai ekonomis terendah jika didistribusikan ke wilayah Cirebon yaitu hanya sebesar Rp180 per kilogram untuk komoditas ikan manyung dan pepetek. Tabel 19
Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan menggunakan kendaraan Pick up (L300)
Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol
Jakarta (Rp) 1.929 429 429 929 929
Bandung (Rp) 1.429 429 429 1.429 929
daerah
tujuan
Cirebon (Rp) 1.048 48 48 548 548
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Tabel 19 di atas menunjukkan bahwa pendistribusian hasil tangkapan menggunakan kendaraan Pick up (L300) dari PPI Karangsong memiliki nilai ekonomis lebih kecil dibandingkan pada Tabel 18. Nilai ekonomis terbesar yaitu Rp1.929 per kilogram dengan komoditas ikan kembung dengan daerah tujuan Jakarta dan Rp1.048 per kilogram untuk wilayah Cirebon dengan komoditas yang sama yaitu ikan kembung. Ikan kembung dan tembang dengan daerah distribusi
49
Bandung nilai ekonomisnya sebesar Rp1.429 per kilogram sedangkan ikan manyung dan pepetek memiliki nilai ekonomis terendah sebesar Rp48 per kilogram untuk daerah tujuan Cirebon. 3)
PPI Eretan Kulon
Tabel 20
Nilai ekonomis hasil tangkapan menggunakan kendaraan Truk
Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol
Jakarta (Rp) 1.480 1.980 1.480 1.480 1.980
berdasarkan
Bandung (Rp) 980 1.980 1.480 1.980 1.980
daerah
tujuan
Cirebon (Rp) 680 1.680 1.180 1.180 1.680
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Berdasarkan Tabel 20, nilai ekonomis hasil tangkapan yang didistribusikan menggunakan kendaraan Truk dari PPI Eretan Kulon dengan tiga daerah pendistribusian Jakarta, Bandung dan Cirebon memiliki nilai ekonomis yang berbeda. Ikan manyung dan tongkol memiliki nilai ekonomis paling besar dengan tujuan Jakarta dan Bandung yaitu sebesar Rp1.980 per kilogram. Nilai ekonomis terendah jika didistribusikan ke wilayah Cirebon yaitu hanya sebesar Rp680 per kilogram untuk komoditas ikan kembung. Tabel 21
Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan menggunakan kendaraan Pick up (L300)
Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol
Jakarta (Rp) 1.429 1.929 1.429 1.429 1.929
Bandung (Rp) 929 1.929 1.429 1.929 1.929
daerah
tujuan
Cirebon (Rp) 548 1.548 1.048 1.048 1.548
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa pendistribusian hasil tangkapan menggunakan kendaraan Pick up (L300) dari PPI Eretan Kulon memiliki nilai ekonomis lebih kecil dibandingkan pada Tabel 20. Nilai ekonomis paling besar yaitu Rp1.929 per kilogram dengan komoditas ikan manyung dan tongkol dengan daerah tujuan Jakarta dan Bandung. Ikan kembung untuk daerah distribusi Cirebon nilai ekonomisnya sebesar Rp548 per kilogram sehingga komoditas tersebut menjadi yang paling kecil nilai ekonomisnya.
50
Berdasarkan nilai ekonomis dari PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon, walaupun terdapat suatu komoditas dengan harga pembelian sama dan harga penjualan hasil tangkapan sama pada daerah tujuan tertentu namun jika alat transportasinya berbeda maka terdapat perbedaan nilai ekonomis. Pada alat transportasi distribusi menggunakan truck memiliki nilai ekonomis lebih besar dibandingkan dengan menggunakan Pick up (L300). Sehingga dapat dikatakan alat transportasi berupa truck menghasilkan nilai ekonomis hasil tangkapan lebih baik dibandingkan menggunakan
Pick up (L300). Perbedaan itu disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain: 1)
Kapasitas muatan Pada alat transportasi truck yang memiliki kapasitas 30 fiber (1 fiber setara dengan 125 kg ikan yang diberi es curah) atau sama saja dengan 3,75 ton ikan tongkol dalam 1 kali pengiriman sedangkan pada alat tarnsportasi Pick up (L300) memiliki kapasitas 30 blong (1 blong setara dengan 70 kg ikan yang diberi es curah) atau setara dengan 2,10 ton ikan dalam 1 kali pengiriman. Berdasarkan perbedan tersebut, kapasitas truck memiliki jumlah muatan yang lebih besar dibandingkan Pick up (L300) sehingga jumlah hasil tangkapan lebih banyak yang dijual dan pada akhirnya keuntungan jauh lebih besar menggunakan truck. Oleh karena itulah nilai ekonomis ikan lebih besar menggunakan alat transportasi dengan truck dari pada nilai ekonomis ikan yang menggunakan alat transportasi Pick up (L300).
2)
Biaya sewa kendaraan Pada kendaraan truck biaya sewanya sebesar Rp1.500.000,00 (Lampiran 4) sedangkan biaya sewa pada kendaraan pick up (L300) sebesar Rp750.000,00 (Lampiran 5). Dari perbedaan nilai tersebut maka dapat mempengaruhi nilai biaya pendistribusian ikan per kilogramnya karena biaya sewa merupakan salah satu komponen dari biaya total distribusi. Oleh karena itu nilai ekonomis ikan tongkol yang menggunakan alat transportasi truck berbeda dengan Pick up (L300).
3)
Harga pembelian hasil tangkapan
51
Hasil pelelangan ikan di PPI Karangsong, Tegal Agung dan Eretan Kulon menghasilkan perbedaan harga pembelian. Pada dasarnya para bakul berharap harga jual di TPI serendah mungkin, agar keuntungan mereka lebih besar. Perbedaan harga pembelian hasil tangkapan tersebut yang dapat mempengaruhi nilai ekonomis suatu komoditas ikan. Semakin besar selisih harga pembelian dengan penjualan maka semakin besar nilai ekonomisnya. 4)
Harga jual Harga jual komuditas ikan berbeda di wilayah tertentu, contohnya harga jual di Jakarta tidak sama dengan harga jual hasil tangkapan di Cirebon. Maka bila terjadi perubahan pada harga jual sedangkan harga pembelian sama akan mempengaruhi nilai ekonomisnya. Semakin besar perubahan harga penjualan maka semakin besar nilai ekonomis suatu komuditas ikan tersebut atau sebaliknya.
6.1.3 Nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan Pendisistribusian hasil tangkapan dapat dikatakan efisien apabila nilai jual hasil tangkapan dapat menutupi biaya disribusi dan memiliki peningkatan pada harga jualnya. Seperti yang dikemukakan pada metodelogi penelitian, jika nilai efisiensi distribusi ≥ 100% berarti dapat dikatakan tidak efisien namun jika nilai efisiensi distribusi < 100% berarti efisien, jadi semakin kecil nilai persentasenya maka semakin efisien. Efisien atau tidaknya suatu komoditas hasil tangkapan tergantung dari nilai jual hasil tangkapan itu sendiri. Nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon dengan wilayah tujuan DKI Jakarta, menggunakan kendaraan berupa truk ataupun pick up. Pada dasarnya pemilihan jenis kendaraan yang digunakan untuk mendistribusikan hasil tangkapan adalah disesuaikan berdasarkan jumlah hasil tangkapan yang ada dan jumlah ikan yang akan didistribusikan. Persentase hasil tangkapan di PPI Tegal Agung tidak sama dengan PPI Karangsong maupun Eretan Kulon, hal itu terjadi karena PPI Karangsong luas wilayahnya lebih besar dibandingkan dengan PPI Eretan Kulon. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
52
Tabel 22 Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol Jumlah
Persentase pendistribusian komoditas hasil tangkapan PPI Tegal Agung dengan kendaraan truk Persentase Jumlah (Kg) 8% 300 10% 375 30% 1.125 18% 675 34% 1.275 100% 3.750
Harga (Rp/kg) 12.500 11.000 4.500 7.500 13.000 48.500
Jumlah (Rp) 3.750.000 4.125.000 5.062.500 5.062.500 16.575.000 34.575.000
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Proporsi pendistribusian hasil tangkapan PPI Karangsong didominasi oleh komoditas ikan tongkol yaitu sebanyak 34% sedangkan untuk komoditas terendah adalah ikan kembung hanya sebesar 8% Tabel 23 Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol Jumlah
Persentase pendistribusian komoditas hasil tangkapan PPI Tegal Agung dengan kendaraan Pick up Persentase Jumlah (Kg) 8% 168 10% 210 30% 630 18% 378 34% 714 100% 2,100
Harga (Rp/kg) 12.500 11.000 4.500 7.500 13.000 48.500
Jumlah (Rp) 2.100.000 2.310.000 2.835.000 2.835.000 9.282.000 19.362.000
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Persentase pendistribusian menggunakan alat angkut Pick up sama dengan alat angkut truk yang membedakan hanyalah jumlah komuditas dalam tripnya yaitu sebanyak 2,1 ton/trip. Tabel 24 Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol Jumlah
Persentase pendistribusian komoditas Karangsong dengan kendaraan truk Persentase Jumlah (Kg) 5% 187,5 5% 187,5 40% 1.500 10% 375 40% 1.500 100% 3.750
hasil
Harga (Rp/kg) 12.000 11.500 5,000 7.000 12.500 48.000
tangkapan
PPI
Jumlah (Rp) 2.250.000 2.156.250 7.500.000 2.625.000 18.750.000 33.281.250
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Persentase
distribusi
hasil
tangkapan
di
PPI
Karangsong
didominasi komoditas ikan pepetek dan tongkol yaitu sebanuak 40% tiap komoditas.
53
Tabel 25 Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol Jumlah
Persentase pendistribusian komoditas Karangsong dengan kendaraan Pick up Persentase Jumlah (Kg) 5% 105 5% 105 40% 840 10% 210 40% 840 100% 2.100
hasil
Harga (Rp/kg) 12.000 11.500 5.000 7.000 12.500 48.000
tangkapan
PPI
Jumlah (Rp) 1.260.000 1.207.500 4.200.000 1.470.000 10.500.000 18.637.500
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Pada Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa persentase komuditas hasil tangkapan yang didistribusikan dari PPI Karangsong sama dengan proporsi komoditas yang menggunakan kendaraan truk, namun jumlah muatannya berbeda. Tabel 26 Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol Jumlah
Persentase pendistribusian komoditas hasil tangkapan PPI Eretan Kulon dengan kendaraan truk Persentase Jumlah (Kg) 6% 225 5% 187,5 48% 1.800 11% 412,5 30% 1.125 100% 3.750
Harga (Rp/kg) 12.500 10.000 4.000 6.500 11.500 44.500
Jumlah (Rp) 2.812.500 1.875.000 7.200.000 2.681.250 12.937.500 27.506.250
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa persentase ikan pepetek paling dominan didistribusikan dari PPI Eretan Kulon yaitu sebesar 40% dengan total 1,8 ton. Tabel 27 Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol Jumlah
Persentase pendistribusian komoditas hasil tangkapan PPI Eretan Kulon dengan kendaraan Pick up Persentase Jumlah (Kg) 6% 126 5% 105 48% 1.008 11% 231 30% 630 100% 2.100
Harga (Rp/kg) 12.500 10.000 4.000 6.500 11.500 44.500
Jumlah (Rp) 1.575.000 1.050.000 4.032.000 1.501.500 7.245.000 15.403.500
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa kendaraan pick up sama halnya dengan persentase kendaraan truk namun terdapat perbedaan pada jumlah
54
muatannya. Jenis ikan pepetek masih tetap mendominasi dibandingkan komoditas ikan lainnya. Dari uraian tabel-tabel di atas maka dapat ditentukan nilai efisiensi hasil tangkapan, nilai-nilai tersebut pada dasarnya diperoleh dari harga total pendistribusian hasil tangkapan dibagi dengan harga total penjualan hasil tangkapan. Jika nilai tersebut ≥ 100% maka dapat dikatakan tidak efisien, tetapi sebaliknya jika nilai efisiensinya ≤ 100% dapat dikatakan efisien, nilai efisiensi pada tiga PPI tersebut dapat dilihat pada Tabel 28, contoh perhitungannya dapat dilihat pada (Lampiran 5 & 6) Tabel 28 PPI Tegal Agung Karangsong Eretan Kulon
Nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan distribusi. Kendaraan Truck Pick up Truck Pick up Truck Pick up
Jakarta (%) 93,11 89,53 92,33 92,83 82,85 83,40
Bandung (%) 92,32 92,80 91,88 92,38 82,38 82,92
Cirebon (%) 97,79 98,30 97,10 97,63 87,47 88,04
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Pada Tabel 28 di atas menunjukkan bahwa jenis kendaraan yang digunakan untuk pendistribusian hasil tangkapan dari PPI Tegal Agung, Karangsong, dan Eretan Kulon adalah truk dan pick up. Pada PPI Tegal Agung jika pendistribusian dilakukan dengan menggunakan truk maka wilayah tujuan Bandung memiliki nilai efisiensi terbaik dibandingkan dengan 2 wilayah lainnya. Sedangkan jika menggunakan kendaraan pick up wilayah Jakarta lebih efisien jika dibandingkan dengan Bandung dan Cirebon. Pada PPI Karangsong jika pendistribusian hasil tangkapan menggunakan truk maka nilai efisiensi terbesar adalah wilayah Bandug dengan nilai efisiensi sebesar 91,88%. Sedangkan jika menggunakan pick up nilai efisiensi terbaik adalah dengan tujuan yang sama yaitu kota Bandung. PPI Eretan Kulon nilai efisiensi terbaik adalah wilayah tujuan Bandung baik menggunakan truk maupun pick up. Pada Tabel 22-28 di atas menunjukkan bahwa pendistribusian hasil tangkapan dari PPI Karangsong, Eretan Kulon dan Tegal Agung pada umumnya dapat dikatakan efisien, persentase tingkat efisiensi pendistribusian tersebut antara 82,38% - 98,30%.
7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1
Kesimpulan
1.
Sektor perikanan tangkap Kabupaten Indramayu memiliki jumlah produksi sebesar 28.727.127,82 kg per tahun dan menghasilkan nilai produksi sebesar Rp185.146.739.755/tahun. Aktivitas distribusi hasil tangkapan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon diawali dari pendaratan hasil tangkapan, pelelangan, penanganan, dan pendistribusian. Jalur distribusi hasil tangkapanya berasal dari nelayan, TPI, bakul, eksportir dan konsumen. Wilayah pemasaran hasil tangkapan dari tiga PPI tersebut mencakup pasar lokal dan domestik; dan
2.
PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon memiliki nilai efisiensi 82,38% - 98,30% dengan menggunakan alat transportasi truk (truck) dan mobil pick up (L300) dengan wilayah distribusi DKI Jakarta. Komoditas ikan yang efisiensinya paling baik dari PPI Tegal Agung dan PPI Eretan Kulon dengan menggunakan kendaraan truk ataupun pick up (L300) adalah ikan pepetek, sedangkan di PPI Karangsong komoditas ikan yang paling efisien didistribusikan adalah ikan kembung.
7.2
Saran
1.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap distribusi hasil tangkapan dan karakteristiknya serta daerah pemasarannya;
2.
Membuka peluang ekspor hasil tangkapan secara langsung kepada para bakul Kabupaten Indramayu; dan
3.
Mengoptimalkan operasional tempat pelelangan ikan di beberapa PPI Kabupaten Indramayu.
56
DAFTAR PUSTAKA [Depkumham]. Departemen Hukum dan HAM RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009. Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. Jakarta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. 2006. Laporan Tahunan Pemerintah Kabupaten Indramayu. Indramayu. _____________________________________________ 2007. Laporan Tahunan Pemerintah Kabupaten Indramayu. Indramayu. _____________________________________________ 2008. Laporan Tahunan Pemerintah Kabupaten Indramayu. Indramayu. _____________________________________________ 2009. Laporan Tahunan Pemerintah Kabupaten Indramayu. Indramayu. _____________________________________________ 2010. Laporan Tahunan Pemerintah Kabupaten Indramayu. Indramayu. Fitrian, P. 2008. Pemanfaatan Fasilitas dan Efektifitas Aktifitas PPI Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut pertanian Bogor. Hanafiah, A. M dan A. M Saefuddin. 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan. Jakarta : UI-Press, 208 hal. Krisdiyanto, D. 2007. Analisis Efisiensi Pendaratan dan Pendistribusian Hasil Tangkapan di PPI Camplong Kabupaten Sampang Madura. Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut pertanian Bogor. Kotler, P. 1992. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta. Lubis, E. 2000. Pengantar Pelabuhan Perikanan. Bahan Kuliah m.a. Pelabuhan Perikanan. Laboratorium Pelabuhan Perikanan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lubis, E. 2005. Pengantar Pelabuhan Perikanan. Bahan Kuliah m.a. Pelabuhan Perikanan. Bogor: Laboratorium Pelabuhan Perikanan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB: 86 hal.
57
Malik, JS. 2006. Kajian Distribusi Hasil Tangkapan Ikan di PPI Muara Angke Jakarta Utara [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Moeljanto, R. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta : Penebar Swadaya. 31 hal. Pane, AB. 2006. Metode Penelitian. Bahan Kuliah. Bogor : Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Rokhman, M. S. 2006. Tingkat Operasional Pelabuhan Perikanan di Kabupaten Rembang dan Prioritas Pengembangannya. Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut pertanian Bogor. Salim, H. A. A. 2000. Manajemen Transportasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 226 hal. Santoso, F. 2009. Karakteristik Pendistribusian Ikan Segar dan Ikan Olahan dari Pangkalan Pendaratan Ikan Cituis Tangerang [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Siregar, M. 1990. Beberapa Masalah Ekonomi dan Manajemen Pengangkutan. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. 187 hal. Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian. Rajawali Pers. Jakarta. Tasmas, MPS. 2008. Tingkat Kepuasan Pengusaha Penangkap Ikan Terhadap Pelayanan Penyediaan Fasilitas di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Jakarta. Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya perikanan dan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Umar, H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi 3. Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komprehensif. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 488 hal. Warpani, S. 1990. Merencanakan Sistem Pengangkutan. Bandung : Penerbit ITB. 181 hal.
LAMPIRAN
59
Lampiran 1 Data produksi hasil tangkapan tahun 2009 Kabupaten Indramayu Produksi Perikanan Laut Menurut Jenis Ikan Tahun 2009 Kabupaten Indramayu Jawa Barat.
Jenis Ikan Manyung Selar Layang Bawal Hitam Bawal Putih Kakap Putih Tembang Lemuru Lidah Teri Peperek Kakap Merah Blanak Kuniran Kuro Talang-talang Gulamah Kembung Tongkol Tengiri Layur Cucut Pari
Tahun 2009 (ton) Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4
1763,8 976 168,3 983,1 27,6 21,9 1236,7 15,3 36,4 143,8 4733,7 1119,7 24,4 1139,2 16,2 32,7 252,5 1183,4 3608,8 1036,2 17 117,4 439,3
659,5 538,3 56,1 344,5 8,7 48,7 3427,8 793,6 24 101,3 4618,2 223,7 34,2 55,4 66 8,1 643,1 386,7 4159,2 543,5 57,9 587,1 162,3
704,4 457,1 1526,1 742,9 1068,7 800,7 1819,5 1188,3 32,6 905,5 735,6 949,1 41,6 75 89,5 877,9 657 1818,8 1759,6 997 527,7 777,2 485,6
1242,5 638,1 48,7 701,8 576,5 34 630,9 151,1 60,7 60,7 5536,8 784,8 4,9 70 27 0 1018,4 774,8 5725,5 487,3 584,8 643,3 399,5
Rata-rata 1092,55 652,375 449,8 693,075 420,375 226,325 1778,725 537,075 38,425 302,825 3906,075 769,325 26,275 334,9 49,675 229,675 642,75 1040,925 3813,275 766 296,85 531,25 371,675
Lampiran 2 Data jumlah produksi hasil tangkapan Kabupaten Indramayu DATA JUMLAH PRODUKSI HASIL TANGKAPAN KABUPATEN INDRAMAYU PERIODE 2006-2010
Tegal Agung
2006 32.310,00
2007 203.423,00
Tahun (kg) 2008 199.990,50
Dadap
2.005.871,00
785.590,00
189.199,00
18.954,00
65.530,00
871.647,00
842.280,00
1.303.543,00
911.514,00
1.301.894,00
-
76.022,00
78.011,00
-
4.465,00
Limbangan
61.530,00
95.623,00
83.273,00
72.747,00
15.479,00
Majakerta
54.567,00
69.880,00
46.635,00
41.757,00
61.786,00
Brondong
12.590,00
5.309,70
-
-
-
Singaraja
1.602,10
33.189,00
20.302,00
-
-
10.775.665,00
11.484.029,00
13.407.995,00
14.126.363,00
16.525.820,00
-
-
-
1.830,00
488,00
Eretan Wetan
4.285.994,00
3.596.756,00
2.759.875,00
2.287.750,00
2.339.593,00
Eretan Kulon
7.103.515,00
6.623.125,00
12.568.814,00
11.523.760,00
13.804.757,00
Sukahaji
-
35.590,00
10.562,18
23.776,00
11.228,00
Ujung Gebang
-
671,00
599,00
460,00
3.887,00
25.205.291,10
23.851.487.70
30.668.798,68
29.325.048,00
34.585.015,00
Nama PPI
Juntinyuat Lombang
Karangsong Cangkring
Jumlah
2009 316.137,00
2010 450.088,00
60
Lampiran 3 Data nilai produksi hasil tangkapan Kabupaten Indramayu DATA NILAI PRODUKSI HASIL TANGKAPAN KABUPATEN INDRAMAYU PERIODE 2006-2010
2006 478.379.000,00
2007 1.441.187.000,00
Tahun (Rp) 2008 1.908.828.000,00
10.115.200.600,00
3.974.385.350,00
1.368.298.400,00
128.718.500,00
571.060.400,00
2.677.525.500,00
2.946.199500,00
4.548.990.000,00
5.188.144.500,00
5.471.840.500,00
-
64.980.900,00
61.607.100,00
-
6.697.500,00
Limbangan
195.802.500,00
312.694.900,00
268.968.900,00
440.990.500,00
108.725.000,00
Majakerta
263.624.000,00
305.742.250,00
256.108.400,00
298.490.000,00
373.844.460,00
Brondong
54.112.500,00
52.899.400,00
-
-
-
Singaraja
32.012.500,00
415.446.600,00
305.208.500,00
-
-
98.642.290.000,00 153.973.105.500,00 147.776.827.500,00
180.943.935.000,00
Nama PPI Tegal Agung Dadap Juntinyuat Lombang
Karangsong Cangkring
2010 4.941.155.000,00
-
-
9.689.950,00
1.463.000,00
Eretan Wetan
23.848.588.000,00
23.128.791.000,00
20.096.734.000,00
16.794.911.000,00
17.966.797.000,00
Eretan Kulon
14.025.351.000,00
13.741.963.000,00
23.992.164.000,00
22.651.247.000,00
31.237.124.000,00
Sukahaji
-
313.375.075,00
168.716.600,00
268.015.350,00
321.118.140,00
Ujung Gebang
-
21.000.000,00
21.000.000,00
17.943.000,00
54.474.000,00
134.380.384.100,00 145.360.954.975,00 206.969.729.400,00 197.024.396.300,00
241.998.234.000,00
61
-
Jumlah
82.689.578.500,00
2009 3.449.419.000,00
Lampiran 4 PPI di Kabupaten Indramayu
PPI Cangkring
PPI Karangsong
PPI Bugel PPI Eretan Wetan PPI Majakerta
PPI Ujunggebang
PPI Juntinyuat
PPI Cemara PPI Dadap
PPI Eretan Kulon
PPI Limbangan
PPI Lombang
PPI Tegal Agung
62
63
Lampiran 5 Contoh perhitungan nilai efisiensi hasil tangkapan dari PPI Tegal Agung ke Jakarta dengan alat transportasi truck. 9
Biaya pembelian hasil tangkapan di TPI a. Tongkol (Rp13.000,00 x 1.275 kg)
= Rp16.575.000,00
b. Kembung (Rp12.500,00 x 300 kg)
= Rp3.750.000,00
c. Manyung (Rp11.000,00 x 375 kg)
= Rp4.125.000,00
d. Pepetek (Rp4.500,00 x 1.125 kg)
= Rp5.062.500,00
e. Tembang (Rp7.500,00 x 675 kg)
= Rp5.062.500,00 + = Rp34.575.000,00
9
Baiaya sewa mobil & bahan bakarnya (30 fiber x Rp50.0000,00)
9
= Rp 1.500.000,00
Upah pekerja dan pembelian es (Rp15.000,00 x 30 fiber)
= Rp 450.000,00 __________________+ Biaya total distribusi = Rp36.525.000,00
Catatan: - Biaya yang dikeluarkan (biaya total pendistribusian ikan) sebesar Rp36.525.000,00. Biaya tersebut digunakan dalam sekali trip menggunakan kendaraan sewa berupa truck, dengan kapasitas 30 fiber (1 fiber setara dengan 125 kg ikan yang diberi es curah) - Harga ikan berbeda tiap konmoditas dalam 1 trip pengiriman. - Biaya sewa mobil seharga Rp1.500.000,00 dihitung per fiber dengan harga 1 fiber Rp50.000,00 Nilai total hasil Penjualan: a. Tongkol (Rp14.000,00 x 1.275 kg)
= Rp17.850.000,00
b. Kembung (Rp14.000,00 x 300 kg)
= Rp4.200.000,00
c. Manyung (Rp12.500,00 x 375 kg)
= Rp4.687.500,00
d. Pepetek (Rp6.000,00 x 1,125 kg)
= Rp6.750.000,00
e. Tembang (Rp8.500,00 x 675 kg)
= Rp5.737.500,00 + = Rp39.225.000,00
Nilai efisiensi pendistribusian (EP): EP =
Biaya total distribusi Nilai total hasil penjualan
X
100%
64
= Rp34.575.000,00
X
100%
Rp39.225.000,00 = 93,11% Nilai biaya pendistribusian ikan per kg dalam 1 trip pengiriman: =
Biaya total distribusi Jumlah muatan dalam 1 trip
= Rp34.575.000,00 3.750 kg = Rp9.220,00/kg Nilai ekonomis hasil tangkapan: = Harga jual ikan - Nilai biaya ikan per kilogram = Rp14.000 - Rp13.520,00 = Rp480,00 Keterangan: ~ Berdasarkan metode penelitian, jika nilai efisiensi distribusi ≥ 100% berarti tidak efisien dan jika nilai efisiensi distribusi < 100% berarti efisien. ~
Dari hasil perhitungan diatas nilai EP < 100% maka, pendistribusian hasil tangkapan tersebut dikatakan efisien.
65
Lampiran 6
Contoh perhitungan nilai efisiensi hasil tangkapan dari PPI Tegal Agung ke-Jakarta atau dengan alat transportasi pick up (L300).
9
Biaya pembelian hasil tangkapan di TPI a. Tongkol (Rp13.000,00 x 714 kg)
= Rp9.282.000,00
b. Kembung (Rp12.500,00 x 168 kg)
= Rp2.100.000,00
c. Manyung (Rp11.000,00 x 210 kg)
= Rp2.310.000,00
d. Pepetek (Rp4.500,00 x 630 kg)
= Rp2.835.000,00
e. Tembang (Rp7.500,00 x 378 kg)
= Rp2.835.000,00 + = Rp19.362.000,00
9
Baiaya sewa mobil & bahan bakarnya (30 blong x Rp25.0000,00)
9
= Rp
750.000,00
= Rp
450.000,00 +
Upah pekerja dan pembelian es (Rp15.000,00 x 30 blong)
Biaya total distribusi = Rp20.562.000,00 Catatan: - Biaya yang dikeluarkan (biaya total pendistribusian ikan) sebesar Rp20.562.000,00. Biaya tersebut digunakan dalam sekali trip menggunakan kendaraan sewa berupa pick up (L300) dengan kapasitas 30 blong (1 blong setara dengan 70 kg ikan yang diberi es curah) - Harga ikan berbeda tiap konmoditas dalam 1 trip pengiriman. - Biaya sewa mobil seharga Rp750.000,00 dihitung per blong dengan harga 1 blong Rp25.000,00 Nilai total hasil Penjualan: a. Tongkol (Rp14.000,00 x 714 kg)
= Rp9.996.000,00
b. Kembung (Rp14.000,00 x 168 kg)
= Rp2.352.000,00
c. Manyung (Rp12.500,00 x 210 kg)
= Rp2.625.000,00
d. Pepetek (Rp6.000,00 x 630 kg)
= Rp3.780.000,00
e. Tembang (Rp8.500,00 x 378 kg)
= Rp3.213.000,00 + = Rp21.966.000,00
Nilai Efisiensi Pendistribusian (EP): EP =
Biaya total distribusi Nilai total hasil penjualan
X
100%
66
= Rp20.562.000,00
X
100%
Rp21.966.000,00 = 89,53% Nilai Biaya Pendistribusian Ikan per kg dalam 1 trip pengiriman: =
Biaya total distribusi Jumlah muatan dalam 1 trip
= Rp20.562.000,00 2.100 kg = Rp9.791,42/kg Nilai ekonomis hasil tangkapan: = Harga jual ikan - Nilai biaya ikan per kilogram = Rp1.4000 - Rp13.571,00 = Rp429,00 Keterangan: ~
Dari rumus diatas jika nilai efisiensi distribusi ≥ 100% berarti tidak efisien dan jika nilai efisiensi distribusi < 100% berarti efisien.
~
Dari hasil perhitungan diatas EP < 100% maka, pendistribusian hasil tangkapan tersebut dikatakan efisien.