ANALISIS DIKSI DAN MAKNA DALAM KUMPULAN PANTUN ADAT ISTIADAT PERKAWINAN MELAYU KARYA TAMRIN DAHLAN
ARTIKEL E-JOURNAL
Oleh YURI CHANDRA SASNITA NIM 100388201236
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2014
Analisis Diksi dan Makna dalam Kumpulan Pantun Adat Istiadat Perkawinan Melayu Karya Tamrin Dahlan Oleh Yuri Chandra Sasnita. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Dosen Pembimbing I Riau
Wati,
M.
Hum.
Pembimbing
II
Erwin
Pohan,
M.
Pd.
[email protected].
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan diksi dan makna yang terkandung pada kumpulan pantun Adat Istiadat Perkawinan Melayu Karya Tamrin Dahlan. Alasan mengambil judul tersebut karena Adat istiadat perkawinan Melayu yang merupakan salah satu adat yang ada di tanah Melayu dirasa sangat perlu dipahami untuk diaplikasikan di masa mendatang guna meningkatkan khazanah Melayu itu sendiri. Penelitian
ini
merupakan
penelitian
deskriptif
kualitatif.
Untuk
mendapatkan data, peneliti menggunakan teknik dokumentasi. Adapun objek yang digunakan adalah sebuah buku kumpulan pantun Adat Istiadat Perkawinan Melayu Karya Tamrin Dahlan. Hasil dari penelitian ini adalah peneliti masih menemukan beberapa ketidaktepatan / ketidaksesuaian diksi yang digunakan pada teks pantun. Kesalahan yang dijumpai yaitu seperti tidak memperhatikan kelangsungan pilihan kata, tidak menghindari sejauh mungkin bahasa atau unsur substandard (non formal) dalam situasi yang formal, persajakan atau rima yang terdiri lebih dari 4 kata dan ketidaksamaan suku kata akhir pada baris pantun.
Kata Kunci : diksi dan makna, pantun.
Abstract The purpose of this study is to investigate the use of diction and meaning contained in the poem collection of customs marriage wither by Tamrin Dahlan. The reasons of choosing of the topic was caused Malay customs of marriage is the one that is in the land of the indigenous Malays felt very need to be understood to be applied in the future to improve the treasury it self wither. This research is descriptive qualitative. To find out the data, the research used documentation. As for the object that is used is abook of poem collection of customs marriage wither by Tamrin Dahlan. The results of this study are researches still find some inacculacy / mismatch diction that used in the text rhyme. Errors that were found not paying attention to the continuity of word choice. Not avoid as far as possible the language or substandard (non formal) in formal situations, rima rhyme or more than 4 words and inequality on the final syllable rhyme line.
Key Words : diction and meaning, poem.
1. Pendahuluan Dalam bahasa Melayu lisan, tradisi pantun merupakan bahasa lisan yang dipakai oleh masyarakat Melayu di kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi satu sama lain. Di tengah perkembangan zaman, pantun bukan hanya sebagai salah satu jenis karya sastra, tetapi pantun dapat dijadikan sebagai salah satu alat komunikasi. Tradisi berpantun merupakan budaya masyarakat Melayu dan masih menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakatnya karena pantun juga merupakan tunjuk ajar Melayu. Saat ini pantun-memantun masih digunakan dalam berbagai kegiatan. Tradisi atau adat istiadat seharusnya diyakini dan diwarisi oleh sekelompok masyarakat di dalamnya, namun masih ada yang tidak mengikuti adat sehingga terjadilah penyimpangan dan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Masyarakat Melayu mempunyai tradisi ketika hendak melangsungkan pernikahan. Sampai saat ini sebagian dari mereka masih meyakini dan menekuninya. Namun tidak sedikit pula yang mengabaikan karena merasa rangkaian adat istiadat perkawinan itu terlalu berlebihan jika diikuti. Sebagian dari mereka beranggapan adat istiadat perkawinan Melayu terlalu rumit untuk dilaksanakan secara menyeluruh. Pada kenyataannya, semua pemikiran tersebut dikarenakan pandangan dan pengetahuan mereka yang sempit terhadap adat istiadat perkawinan Melayu itu sendiri. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengakibatkan mereka menjauh dari adat yang memiliki nilai-nilai luhur. Adat istiadat perkawinan Melayu yang merupakan salah satu adat yang ada di tanah Melayu dirasa sangat perlu dipahami untuk diaplikasikan di masa mendatang guna meningkatkan khazanah Melayu itu sendiri.
2. Metode Penelitian Pada penelitian ini populasi adalah buku kumpulan pantun Adat Istiadat Perkawinan Melayu karya Tamrin Dahlan yang terdapat 330 pantun tentang adat istiadat perkawinan Melayu. Dari populasi tersebut diambil 15% sebagai sampelnya yaitu sebanyak 50 pantun tentang adat istiadat perkawinan Melayu. Tempat yang dijadikan peneliti untuk menganalisis diksi dan makna dalam kumpulan Pantun Adat Istiadat Perkawinan Melayu karya Tamrin Dahlan ini adalah di Tanjungpinang yaitu dilaksanakan di tempat-tempat yang mendukung seperti di rumah pribadi peneliti, perpustakaan SMP Negeri 4, perpustakaan dan arsip daerah Provinsi Kepulauan Riau, dan perpustakaan FKIP UMRAH. Waktu penelitian dilakukan secara bertahap. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif jenis analisis dokumen,
yaitu
penelitian
yang
dilakukan
terhadap
informasi
yang
didokumentasikan dalam rekaman baik gambar, suara, buku, tulisan dan lain-lain. Di dalam penelitian ini, dokumentasi yang dimaksud berbentuk teks kumpulan pantun Adat Istiadat Perkawinan Melayu Karya Tamrin Dahlan.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Jabaran Mengangin-angin
Tengok pula garis keturunan Supaya tahu di masa silam Agar dapat menjaga ketentraman Supaya tak panjang silih berdendam Pantun di atas bersajak a-b-a-b. Jika dilihat dari persajakannya penggunaan diksi sudah tepat. Akhir suku kata pada baris pertama bersajak dengan akhir suku kata pada baris ke tiga dan akhir suku kata pada baris ke dua bersajak dengan akhir suku kata pada baris ke empat. Keraf (2009:103) dalam buku Diksi dan Gaya Bahasa menyebutkan beberapa syarat kesesuaian diksi yang salah satunya adalah menghindari sejauh mungkin bahasa atau unsur bahasa substandard dalam situasi formal. Berkaitan dengan pernyataan tersebut, diksi pantun di atas kurang sesuai pada baris pertama yang terletak pada kata tengok. Berdasarkan bait (jumlah kata dalam setiap baris) pantun yang ada di teks pada baris ke dua memiliki 5 kata dan pada baris ke empat juga memiliki 5 kata. Menurut Abdul Hajar (2011:1) salah satu ciri-ciri pantun terdiri dari 4 kata. Demikian pantun yang benar : Lihat pula garis keturunan Supaya tahu masa silam Agar dapat menjaga ketentraman Supaya tak silih berdendam
Jabaran Pemasangan Mas Kawin
Bila usai sudah menikah Mahar diberi pengantin lelaki Supaya perkawinan mendapat berkah Mahar diterima senanglah hati
Pantun di atas bersajak a-b-a-b. Setiap baris terdiri dari 4 kata sehingga pantun tersebut sudah baik sesuai dengan ciri-ciri pantun. Tusiran Suseno (2008:64) menyatakan bahwa sebuah pantun yang baik, suku akhir kata ke dua sampiran pertama bersajak dengan suku akhir kata kedua dari isi yang pertama. Apalagi suku akhir kata ke empat dari sampiran pertama seharusnya bersajak dengan suku akhir kata keempat isi pertama, karena di sinilah nilai persajakan dalam pantun yaitu baris pertama sama dengan baris ke tiga dan baris ke dua sama dengan baris ke empat. Kalau pun sulit untuk mencari kata yang bersuku akhir pah yaitu dengan membuang huruf P nya menjadi ah. Seperti pantun di atas pada baris ke dua suku akhir katanya ki dan pada baris ke empat suku akhir katanya ti. Jika dilihat dari persajakannya, penggunaan diksi pada kata hati kurang tepat. Keraf (2006:89) dalam buku Diksi dan Gaya Bahasa menjelaskan salah satu ketetapan diksi hendaknya memperhatikan kelangsungan pilihan kata. Berkaitan dengan hal tersebut penggunaan diksi pada pantun di atas kurang tepat yaitu pada kata usai sudah. Kata tersebut mengulang makna yang sama dengan kata lain. Kata usai tanpa harus diiringi dengan kata sudah dapat diartikan bahwa usai adalah selesai. Ini merupakan gejala yang dikenal dengan istilah redundan atau tautology. Keraf (2006:88) juga menyatakan dalam bukunya bahwa salah satu ketepatan diksi ialah dapat membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami isi atau maksud yang disampaikan dalam pantun. Berkaitan dengan hal tersebut pada pantun di atas penggunaan diksi pada kata hati kurang tepat, seharusnya kata yang digunakan adalah kata dengki. Hal ini juga berkaitan dengan syarat-syarat pantun yang baik. Demikian pantun yang benar :
Bila usai pengantin menikah Mahar diberi pengantin lelaki Supaya perkawinan mendapat berkah Mahar diterima tiada dengki
4. Simpulan dan Rekomendasi Kumpulan pantun Adat Istiadat Perkawinan Melayu Karya Tamrin Dahlan masih terdapat beberapa kesalahan penggunaan diksi. Pada teks pantun yang terdapat di dalam buku tersebut terdapat ketidaktepatan / ketidaksesuaian penggunaan diksi. Kesalahan yang dijumpai yaitu seperti tidak memperhatikan kelangsungan pilihan kata, dan tidak menghindari sejauh mungkin bahasa atau unsur substandard (non formal) dalam situasi yang formal.
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Renika Cipta. Alisjahbana, Sultan Takdir. 2004. Puisi Lama. Jakarta : Dian Rakyat ______. 1981. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta ______. 2006 Telaah Semantik. Jakarta : Rineka Cipta Dahlan, Tamrin. 2011. Adat Istiadat Perkawinan Melayu. Depok : Yayasan Panggung Melayu E. Waridah, S.S. 2010. Kumpulan Majas, Pantun dan Peribahasa. Bandung : PT. Kawan Pustaka Fioza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Diksi Insan Mulia Juwita. 2013. “Analisis Makna Kata Berita Utama dalam Harian Pagi Batam Pos”. Tanjungpinang. Program Studi Bahasa Indonesia. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Parera. 2004. Teori Semantik. Jakarta : Erlangga Purnamasari, Maya. 2013. “Analisis Penggunaan Diksi pada Kumpulan Pantun Negeri Pantun Karya Yoan Sutrisna Nugraha”. Tanjungpinang. Program Studi Bahasa Indonesia. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta Bandung Suseno, Tusiran. 2008. Mari Berpantun. Yayasan Panggung Melayu. Sleman : Khitah Publishing Yogyakarta. Tim. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-indonesiaan. Jakarta : Kawan Pustaka