ANALISIS DESKRIPTIF PRODUKSI SIARAN BERITA DOKUMENTER LENTERA INDONESIA DI NET Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh: Dewi Apriani NIM: 1111051100059
KONSENTRASI JURNALISTIK KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
ANALISIS DESKRIPTIF PRODUKSI SIARAN BERITA DOKUMENTER LENTERA INDONESIA DI NET
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh: Dewi Apriani 1111051100059
Pembimbing:
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA NIP: 19710412 200003 2 001
KONSENTRASI JURNALISTIK KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 29 Juni 2015
Dewi Apriani
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS DESKRIPTIF PRODUKSI SIARAN BERITA DOKUMENTER LENTERA INDONESIA DI NET, telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Juli 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Jurnalistik. Jakarta, 7 Juli 2015 Sidang Munaqasah Ketua
Sekretaris
Dr. Roudhonah, M. Ag NIP. 19710412 200003 2 001
Dra. Musfirah Nurlaily, MA NIP. 19580910 198703 2 001 Anggota
Penguji I
Penguji II
Kholis Ridho, M. Si NIP. 19780114 200912 1 002
Umi Musyarrofah, MA NIP. 19710816 199703 2 002
Pembimbing
Dra. Musfirah Nurlaily, MA NIP. 19710412 200003 2 001
ABSTRAK Dewi Apriani (1111051100059) Analisis Deskriptif Produksi Siaran Berita Dokumenter Lentera Indonesia di NET Dewasa ini, televisi menjadi media yang kerap diakses masyarakat. Tiap stasiun televisi berlomba menyajikan acara yang segar dan menarik. Program yang pasti disajikan tiap televisi ialah berita. Program berita menjadi ciri khas sebuah stasiun televisi, termasuk NET dalam menyajikan berita dokumenter Lentera Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, pertanyaan mayornya adalah apakah ciri khas dari program berita dokumenter Lentera Indonesia? Kemudian pertanyaan minornya adalah, bagaimana proses produksi Lentera Indonesia yang terdiri dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi serta apa saja kendala dan tantangan yang dihadapi tim produksi Lentera Indonesia? Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Milles dan Huberman, analisis yang digunakan untuk mengolah hasil data lapangan berupa analisis kualitatif yang berbentuk kata-kata dan digambarkan dengan perluasan teks. Data-data tersebut dilaporkan dengan metode deskriptif yang berarti peneliti akan melaporkan hasil penelitiannya dalam bentuk penggambaran atau deskripsi yang lebih luas dan jelas tanpa menghilangkan hal utama yang didapat pada penelitian tersebut. Program acara televisi merupakan “ujung panah” bagi sebuah stasiun televisi, termasuk program berita. Selain menghadirkan berita langsung, NET juga menghadirkan berita features dan dokumenter. Berita dokumenter Lentera Indonesia menyajikan konsep pengabdian anak bangsa terhadap Indonesia, di mana seorang atau sekelompok warga menjadi ‘lentera’ bagi kaum yang membutuhkan. Lentera Indonesia berupaya mengajak Indonesia untuk membuka mata dan mengulurkan tangan terhadap mereka yang membutuhkan. Produksi program tersebut terdiri dari tahap pra produksi, produksi, dan pasca produksi. tahap pra produksi dimulai dari penentuan tema, riset issue, dan rapat ide. Tahap produksi dilakukan di luar daerah maupun di Jakarta. Pasca produksi terdiri dari logging oleh video journalist, pembuatan naskah, editing, pemotongan durasi, dan siap siar. Dalam proses produksi terdapat kendala dan tantangan yang dihadapi oleh tim produksi, di antaranya yaitu kota terpencil yang jauh, proses editing yang mengalami gangguan, dan lain sebagainya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Lentera Indonesia memiliki keunikan tersendiri dibanding program dokumenter lainnya, yaitu mengangkat kondisi rakyat yang jauh dari kemakmuran dan produksi program berita dokumenter Lentera Indonesia memiliki tiga tahap utama, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi serta memiliki kendala dan tatangan tersendiri.
Kata Kunci: Analisis, Pra Produksi, Produksi, Pasca Produksi, Lentera Indonesia i
KATA PENGANTAR Alhamdulillah penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, Dialah Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan segala nikmat, karunia, dan anugerah yang tak terhingga bagi seluruh umat manusia di bumi. Tiada cinta yang melebihi cinta-Nya kepada seluruh makhluk cipataan-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada kekasih Allah SWT yang telah memperjuangkan Islam sebagai penerang dan petunjuk pengikutnya di seluruh muka bumi untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat, serta seluruh pengikutnya yang tetap istiqomah di jalan Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mengalami kesulitan, hambatan, tantangan, dan rintangan. Namun, cinta, motivasi, semangat, bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak membuat penulis tetap bersiaga menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena hal tersebut, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Suprapto, M. Ed, Ph. D, selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Ibu Dra. Hj. Roudhonah, M. Ag, selaku Wakil Dekan II Bidang ii
Administrasi Umum, dan Ibu Dr. Suhaimi, M. Si, selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. 2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Bapak Kholis Ridho, M. Si, beserta Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Dra. Musfirah Nurlaily, MA, sekaligus dosen pembimbing yang selalu siap memberikan bantuan dan saran kepada penulis. 3. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis. 4. Segenap karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan penulis untuk memperoleh referensi selama kuliah dan penyelesaian skripsi ini. 5. Pihak NET, Kak Farabi, Mas Bayu, Mbak Decil, Mas Hanan, Mas Ryan, Mas Satria, Mas Erwin, Mbak Anis, serta seluruh tim Lentera Indonesia yang selalu membantu penulis dalam penelitian. 6. Special thanks to Arieza Nanda Aulia Muzaki, lelaki istimewa, suami yang selalu siap dalam apa pun, terutama bantuan, doa, semangat, dan dukungannya dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini. 7. Kepada Ibuku tercinta, Mama Annisa, yang selalu berdoa, memotivasi dan mendukung tanpa henti, dan Bapakku tersayang, Alm. Bapak Alwi, terima kasih untuk seluruh doamu. Juga untuk orangtuaku, Ayah Zain dan Mama Niniek yang selalu menyayangiku. Almh. Nenek, Mbak Tuti & Mas Heri,
iii
Pakde & Bude Tarsan, Kak Adi & Kak Dita, dan Adzmi. Keluarga Bintaro, Eyang Kakung & Uti Soehito, Ayah & Ibun, Pak Yanto & Bu Oemi, Ayah & Ibu Udin, Keluarga Bapak Subur, Keluarga Pipit, dan Ibu Ika. 8. Sahabat-sahabatku, Fitriyah, Dita Amelia, Fitri Wahyuningsih, Hizkia, Andre, Yosua, Alm. Devitho, Ferdina, Vierca, Hana, dan Dina yang menyayangiku. Juga sahabat kecilku, Lina Aminah dan Asri Legani. 9. Keluarga Besar Jurnalistik A dan B 2011. Kalian begitu istimewa untukku. Semangat dan terus berjuang demi meraih masa depan dan impian. 10. Keluarga besar HMK Jurnalistik, Jurnalistik 2010, 2012, dan 2013. Kalian sungguh rekan yang luar biasa. Teruslah berjuang untuk masa depan. 11. Teman-temanku, Maulana, Umamah, Keluarga DnK TV, Keluarga CorCom Dompet Dhuafa 2014, Kawan-kawan Daarul Qur’an Media 2015, kawankawan HMI Komfakda, Keluarga Besar KKN Valensi 2014, dan kawankawan Litbang Harian Kompas Jakarta. Akhir kata, semoga segala bantuan, doa, dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin yaa rabbal’alamin. Jakarta, 29 Juni 2015
Dewi Apriani
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK...................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
v
DAFTAR TABEL .......................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ..............................................
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................
8
D. Metodologi Penelitian .............................................................
9
E. Tinjauan Pustaka……. ............................................................
12
F. Sistematika Penulisan… ..........................................................
14
KAJIAN TEORITIS A. Analisis Deskriptif…………………………………………… .
16
1. Pengertian Analisis ............................................................
16
2. Pengertian Deskriptif ........................................................
16
3. Analisis Data Model Matthew B. Miles dan Huberman ......
19
4. Produksi Siaran .................................................................
24
1. Pengertian Produksi .......................................................
24
v
BAB III
2. Proses Produksi ..............................................................
25
a. Pra Produksi ...............................................................
26
b. Produksi .......................................................................
29
c. Pasca Produksi .............................................................
31
B. Siaran Berita…………………………………………………. .
33
1. Pengertian Siaran ...............................................................
33
2. Pengertian Berita................................................................
34
3. Berita Dokumenter .............................................................
36
a. Pengertian Dokumenter ..................................................
36
b. Tingkatan Dokumenter ...................................................
38
4. Jenis Berita Televisi ...........................................................
40
a. Berita Keras (Hard News) ..............................................
41
b. Berita Lunak (Soft News) ...............................................
42
C. Nilai Berita…………………………………………………….
44
GAMBARAN UMUM NET. DAN LENTERA INDONESIA A. NET.. .. ...................................................................................
47
1. Sejarah Berdirinya NET .....................................................
47
2. Profil NET .........................................................................
48
3. Logo NET. TV...................................................................
55
4. Struktur Organisasi NET ...................................................
57
5. Program Acara NET ..........................................................
57
vi
BAB IV
B. LENTERA INDONESIA ........................................................
60
1. Profil Lentera Indonesia .....................................................
60
2. Logo Lentera Indonesia......................................................
63
3. Redaksi Lentera Indonesia .................................................
63
4. Tagline “Perjuangan, Dedikasi, dan Semangat”..................
64
TEMUAN DATA DAN ANALISIS PRODUKSI A. Pelaksanaan Produksi..............................................................
66
1. Pra Produksi .....................................................................
66
2. Produksi……………………………………………………
69
3. Pasca Produksi ...................................................................
73
B. Analisis Produksi Program Lentera Indonesia dalam Analisis Data Model Miles dan Huberman .........................................
81
C. Kendala dan Tantangan Produksi Program Lentera Indonesia.................................................................. Bab V
99
PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………...
104
B. Saran………………………………………………………… .
108
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. .... 110 LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Sifat-sifat Berita Hard News dan Soft News ....................
44
Tabel 2. Struktur Perusahaan PT. NET Mediatama Indonesia........................
57
Tabel 3. Redaksi Lentera Indonesia ...............................................................
63
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data: Model Alir ........................
19
Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif ................
24
Gambar 3. Visi Misi NET .............................................................................
51
Gambar 4. Founder NET ..............................................................................
51
Gambar 5. Co-Founder NET………………………………………………....
53
Gambar 6. Logo NET …..................................................................................
55
Gambar 7. Logo Lentera Indonesia ...............................................................
63
Gambar 8. Alur Pra Produksi Lentera Indonesia............................................
68
Gambar 9. Alur Produksi Lentera Indonesia ..................................................
73
Gambar 10. Alur Pasca Produksi Lentera Indonesia ......................................
81
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia semakin dikuasai oleh kecanggihan teknologi dan informasi. Manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi yang berkembang pesat. Teknologi-teknologi yang berkembang tersebut pun berlomba menghadirkan fitur-fitur mewah dan lengkap agar dapat bertahan di tengah masyarakat. Kecanggihan teknologi juga dimanfaatkan untuk penyebaran informasi-informasi yang dengan mudah dapat diakses oleh masyarakat. Media massa, baik cetak maupun elektronik, berlomba menyajikan informasi-informasi kepada masyarakat dengan medianya masing-masing. Setiap hari, tak terhitung berapa banyak informasi yang dapat diakses masyarakat dengan mudah melalui media-media tersebut. Selama itu pula, media-media mencoba memberikan informasi-informasi atau pun sajian tayangan yang menarik dan informatif bagi publik. Media-media, baik yang cakupannya lokal maupun nasional, mengikuti perkembangan zaman yang semakin pesat. Jika tidak demikian maka eksistensi media tersebut harus bersiap digerus zaman. Media juga menjadi
1
2
acuan utama publik dalam mendefinisikan sebuah perkara ataupun realitas1. Menurut Denis McQuail (2000) seperti dikutip Morissan, media massa memiliki sifat dan karakteristik yang luas sehingga dapat menjangkau massa dalam jumlah besar, serta bersifat publik dan mampu memberikan popularitas kepada siapa saja yang muncul dalam media tersebut2. Media berperan besar bagi masyarakat. Sejak pertama kemunculannya, media telah menarik perhatian masyarakat atas kegunaan dan manfaatnya. Sudut pandang masyarakat terhadap segala sesuatu pun dibentuk oleh media. Terlebih hingga saat ini, media-media semakin menarik untuk dikonsumsi lebih jauh oleh masyarakat. Media merupakan sumber informasi bagi masyarakat. Membicarakan media, tentu tak lepas dari bentuk-bentuk yang hadir di tengah masyarakat, seperti surat kabar, majalah, film, televisi, radio, internet, dan lain sebagainya. Masyarakat tentu telah merasakan manfaat-manfaat dari media-media tersebut karena begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Tak hanya itu, kehadiran media-media tersebut juga dengan mudah dapat diakses oleh masyarakat. Media-media tersebut seolah menjadi hal yang wajib dimiliki oleh masyarakat, tentu fenomena tersebut timbul karena kecanggihan teknologi. Banyaknya media massa yang berkembang tersebut, televisi sebagai salah satu yang digemari oleh masyarakat. Sifatnya yang audio visual dapat dijamah oleh semua kalangan. Bagi mereka yang tuna netra dapat mengaksesnya
1
Morissan, dkk. Teori Komunikasi Massa. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010). Cet. 1. Hal. 1 2 Morissan, dkk. Teori Komunikasi Massa. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010). Cet. 1. Hal. 1
3
melalui audio dan sebaliknya bagi yang tuna aksara dapat mengaksesnya melalui gambar dan audio. Kelebihan tersebutlah yang menjadikan televisi sebagai primadona bagi masyarakat. Hampir setiap rumah, rumah makan, dan tempat lainnya, dapat dipastikan memiliki televisi, setidaknya satu buah. Siaran televisi merupakan pemancaran sinyal listrik yang mengalirkan muatan proyeksi gambar yang terbentuk dengan pendekatan sistem lensa dan suara. Pancaran sinyal tersebut diterima oleh antena televisi yang kemudian diubah kembali menjadi gambar dan suara. Penyelenggaraan siaran televisi tersebut harus didukung tiga komponen yang disebut trilogi televisi, yaitu studio dengan sarana-sarana yang menunjang, pemancar atau transmisi, dan pesawat penerima, yaitu televisi3. Televisi memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan media massa lainnya. Pakar komunikasi, John N. Bailey dalam artikelnya “Internal Communication Media” (1983), seperti yang dikutip Purnama Suwardi, mengatakan beberapa keunggulan televisi dalam kehidupan modern, di antaranya4: 1. Media audio-visual mampu mempersembahkan pemikiran maupun gagasan yang melibatkan gerakan yang tidak digambarkan secara fisik oleh media cetak; 2. Media audio-visual mengombinasikan pengaruh dari visual, suara, drama, gerakan, warna, dan musik; 3. Mampu menarik secara terus menerus perhatian khalayak yang captive terhadap pesan-pesan yang disampaikan meskipun waktunya panjang; 4. Mampu mengetengahkan peristiwa maupun catatan yang lebih dipercaya; 5. Mampu mempertunjukkan proses kejadian yang dalam kenyataannya tidak bisa dilihat dengan mata telanjang; 3
Morrisan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010).Cet. 2. Hal. 2 4 Purnama Suwardi. Seputar Bisnis dan Produksi Siaran Televisi. (Sumatera Barat: TVRI Sumbar, 2006). Cet. 1. Hal. 10
4
6. Mampu mempersingkat jarak dan waktu; 7. Mampu memperbesar, memperkecil, atau memnyederhanakan objek melaluiilustrasi penggunaan teknik fotografi, kartun, dan grafik; 8. Mampu mempersilahkan khalayak untuk melihat dengan mata kepalanya sendiri dalam arti “seeing is believing”. Televisi yang berperan sebagai penyampai informasi dan cakupannya luas tentunya menjadi andalan bagi masyarakat untuk memperoleh segudang informasi yang terbaru atau pun ulasan-ulasan lama yang dikemas dengan konsep baru. Perusahaan media televisi kini telah banyak berkembang sehingga sekarang timbul sebuah istilah konglomerasi media, di mana penguasaha media membentuk kerajaan media. Pembaharuan dunia media televisi telah memberikan warna baru bagi dunia pertelevisian Indonesia. Kini telah muncul stasiun-stasiun televisi baru yang lebih segar dan menarik untuk ditonton. Setiap televisi memiliki program berita sebagai sebuah identifikasi stasiun televisi tersebut. Program berita tersebut sebagai bentuk paket informasi yang dianggap penting untuk disuguhkan kepada khalayak atau masyarakat luas. Semakin baik berita yang disajikan oleh sebuah stasiun televisi maka penonton pun akan tetap bertahan menyimak berita di stasiun televisi tersebut. Berita pun memiliki jenis yang berbeda. Secara garis besar, berita dikelompokkan menjadi dua, yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). Berita keras (hard news) terdiri dari straight news, feature, dan infotainment. Sedangkan berita lunak (soft news) dibagi atas current affair, magazine, dokumenter, dan talk show5.
5
Morrisan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010).Cet. 2. Hal. 25-28
5
Semua stasiun televisi, baik lokal maupun nasional, memiliki program berita hard news atau pun soft news. Namun, tiap stasiun televisi memiliki ciri yang berbeda dalam menyajikan suguhan informasi bagi khalayak. Ciri tersebut sebagai sebuah identitas atau identifikasi stasiun televisi tersebut. Mereka berupaya untuk memberikan sajian informasi yang menarik dan berbeda agar penonton betah berlama-lama menonton stasiun televisi tersebut. Salah satu stasiun televisi yang memiliki sajian menarik dan segar adalah News and Entertainment Television (NET). Televisi berbasis high definition television (HD TV) yang mengudara sejak 26 Mei 2013 ini menyajikan program-program yang dikemas menarik dan rapi. Berdasar pengamatan sehari-hari, program-program NET dikemas dengan konsep yang menarik dan segar serta lebih dinamis. Salah satu program yang menarik bagi penulis untuk diteliti yaitu program Lentera Indonesia. Program yang ditayangkan tiap akhir pekan pukul 14.30 WIB ini merupakan salah satu program berita berjenis soft news dengan kategori dokumenter. Sejauh pengamatan penulis selama ini, belum ada program dokumenter yang disajikan dengan konsep yang dimiliki oleh Lentera Indonesia. Lentera Indonesia adalah program dokumenter di NET yang diangkat dari kisah-kisah pengalaman nyata para anak muda yang rela melepaskan peluang karier dan kemapanan kehidupan kota besar untuk menjadi guru dan mengajar di desa-desa terpencil di seluruh pelosok negeri selama satu tahun6.
6
http://id.wikipedia.org/wiki/Lentera_Indonesia_%28acara_televisi%29
6
Lentera Indonesia menyajikan sebuah berita dalam bentuk dokumenter mengenai anak bangsa yang mengabdi kepada bangsa Indonesia. Sebagai upaya pencerahan bangsa Indonesia, bahkan hingga ke daerah perbatasan yang terpencil. Penyampaiannya yang menyejukkan mata karena menyuguhkan pemandangan yang asri dan elok di daerah tersebut sehingga menarik untuk disimak lebih lanjut7. Lentera Indonesia hadir dengan konsep yang segar dan mendidik. Memberikan informasi kepada khalayak bahwa masih ada anak bangsa yang patut dibanggakan. Selain itu, Lentera Indonesia tiap tayang memiliki judul yang berbeda, sesuai dengan apa yang akan disajikan dalam episode tersebut. Beberapa episode dengan judul yang menarik, di antaranya Paradoks Negeri Bahari, Surat dari Tapal Batas-Tentara di Perbatasan, Tentara Wanita-Melati Pagar Bangsa, dan lain sebagainya8. Lentera Indonesia memiliki tagline “Perjuangan, Dedikasi, dan Semangat” berusaha memberikan tayangan yang bermutu dan mendidik untuk dapat dikonsumsi seluruh lapisan masyarakat dan segala jenis usia. Penyampaiannya yang santai namun mendalam, memberikan inspirasi bagi khalayak untuk turut serta menyimak perjuangan-perjuangan dan dedikasi serta semangat yang tinggi dari para pegiat sosial tersebut. Program
televisi,
terlebih
berita
dokumenter,
pastinya
memiliki
perencanaan dan proses produksi. Tiap stasiun televisi, pasti memiliki
7
http://id.wikipedia.org/wiki/Lentera_Indonesia_%28acara_televisi%29
8
http://id.wikipedia.org/wiki/Lentera_Indonesia_%28acara_televisi%29
7
standard operational procedur (SOP) masing-masing. Namun, tentunya secara garis besar diperlukan langkah mendalam untuk menciptakan sebuah program berita yang menarik, mendalam, dan berkualitas. Hal tersebut bisa mencakup sarana produksi (equipment), materi produksi, hingga biaya produksi. Berdasarkan hal tersebut, pentingnya mengetahui tahapan dan upayaupaya produksi suatu program berita dokumenter yang sangat jarang disajikan televisi lain, maka penulis melakukan penelitian proses produksi dengan judul “Analisis Deskriptif Produksi Siaran Berita Dokumenter Lentera Indonesia di NET”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Penelitian ini membutuhkan batasan masalah agar lebih terarah dan mempermudah proses. Maka, batasan masalahnya berada pada bagaimana proses produksi berita dokumenter, mulai dari pra produksi, produksi, hingga pasca produksi atau siap siar. 2. Rumusan Masalah Proses produksi siaran berita dokumenter tentu memiliki tahapan yang diterapkan di dalam kinerja tim, di mana tahapan tersebut merupakan langkah sistematis yang dilakukan oleh tim produksi untuk menghasilkan tayangan berita, yaitu tahap pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi
8
hingga penayanangannya. Berdasarkan pemaparan tersebut maka rumusan masalah penelitiannya adalah sebagai berikut: 1.
Apakah ciri khas dari program berita dokumenter Lentera Indonesia?
2.
Bagaimana proses produksi Lentera Indonesia yang terdiri dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi serta apa saja kendala dan tantangan yang dihadapi tim produksi Lentera Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Bertolak dari permasalahan tersebut, maka penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan: 1. Mendapatkan ilmu secara aplikatif bagaimana proses produksi, dimulai dari pra-produksi, produksi, dan pascaproduksi hingga siap tayang, sebuah berita dokumenter yang menggunakan konsep pengabdian pemuda-pemudi Indonesia di desa-desa yang belum merata kesejahteraannya; 2. Mengkaji proses produksi siaran berita dokumenter Lentera Indonesia di NET secara aplikatif. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada penulis dan pembaca dalam memahami tahapan produksi berita
9
televisi, khususnya berita dokumenter. Maka dari itu, pemaparan dalam penelitian ini dapat memperkaya kajian dalam bidang jurnalistik televisi, terutama mengenai proses produksi berita dokumenter. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan dan menginformasikan bagaimana produksi berita dokumenter dibuat. Selain itu, bagi praktisi jurnalistik untuk dapat memahami bagaiman prosedur yang baik dalam melakukan kerja jurnalistik, terutama dalam bidang televisi, agar dapat menciptakan berita yang berkualitas dan mendidik penonton. D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah positivis yang menganggap bahwa media adalah saluran pertukaran pesan dan berita adalah cerminan dan refleksi dari kenyataan. Karena itu berita haruslah sama dan sebangun dengan fakta yang dipilihnya, opini dan pandangan subjektif dari pembuat berita harus disingkirkan9. 2. Metode dan Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis deskriptif. Metode deskriptif merupakan eksplorasi dan klarifikasi
9
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37526/3/Chapter%20II.pdf
10
atas sebuah fenomena atau gejala sosial dengan cara menggambarkan atau mendeskripsikan beberapa variabel yang berkaitan dengan masalah yang diteliti10. Penulis memaparkan sebuah fenomena yang terjadi secara alamiah atau apa adanya. Metode ini dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi terkait subjek dan objek penelitian. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang hendak menjelaskan proses terjadinya suatu gejala termasuk sebab dan akibatnya11. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Penelitian ini menggunkan teknik pengumpulan data dengan observasi.
Observasi
yang
dilakukan
penulis
adalah
dengan
mendatangi kantor stasiun televisi NET. TV guna mendapatkan gambaran yang jelas melalui pengamatan langsung mengenai proses produksi yang dilakukan oleh tim Lentera Indonesia. b. Wawancara Melengkapi pengamatan penulis, maka dilakukan wawancara untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari pihak yang bersangkutan. Penulis akan mewawancarai tim produksi Lentera Indonesia, mulai dari kepala produksi, editor, hingga camera person.
10
Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). Cet. 1. Hal. 262 11 Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). Cet. 1. Hal. 262
11
Teknik yang digunakan adalah wawancara terstruktur dan tidak terstrukur, namun tetap mengacu kepada permasalahan utama dari penelitian ini. c. Dokumentasi Peneliti akan mengumpulkan dokumentasi yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian, berupa catatan, buku, naskah, foto, teks wawancara atau pun arsip-arsip lain yang mendukung penelitian. Dokumentasi tersebuta kan diolah sebagai bahan analisis dan pemaparan hasil penelitian. 4. Teknik Analisis Data Teknik analasis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dengan metode deskriptif, yaitu cara melaporkan data dengan menggambarkan atau menjabarkan mengenai proses produksi program siaran berita dokumter Lentera Indonesia yang ditayangkan di NET. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data lapangan melalui pemilihan data “mentah” yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara penulis dengan narasumber yang kemudian ditransformasi menjadi “sari” bahan analisis pertama. Kemudian mengumpulkan datadata yang telah ditelaah dan dianggap penting untuk mendukung penelitian penulis. Dari data-data yang telah dikumpulkan tersebut, penulis mengambil kesimpulan terhadap penelitian.
12
5. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang dilakukan dimulai dari 11 Mei 2015 hingga 04 Juni 2015 dan tempat penelitian dilaksanakan di Gedung NET, The East Tower, Jalan Lingkar Mega Kuningan, Kav. E No. 1, Lantai 27-30, Kuningan Timur, Jakarta Selatan 12950. E. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan penelitian ini, penulis melakukan tinjauan pustaka guna mendapatkan pemetaan kepustakaan (literatur) yang berkaitan dengan topik yang penulis angkat di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beberapa skripsi yang penulis temui dengan topik tentang analisis proses produksi, antara lain: 1. Analisis Produksi Program Dialog TVRI Pada Tema “Penanganan Terorisme”. Skripsi oleh Abdul Aziz (109051100061), Mahasiswa konsentrasi Jurnalistik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014. Penelitian tersebut hampir sama dengan penelitian peneliti, yaitu mengenai proses produksi yang terdiri dari tahap pra-produksi, produksi, dan pascaproduksi. Namun, berbeda dalam penggunaan teori. Jika skripsi Abdul Aziz tersebut menggunakan teori Fred Wibowo dan mengetahui peran program tersebut dalam menangani masalah terorisme, sedangkan penulis menggunakan analisis data model Miles dan Huberman dan meneliti
13
tentang peran program Lentera Indonesia atas media sebagai fungsi jurnalistik. 2. Analisis Produksi Program Teras Tina Talisa di Indosiar. Skripsi oleh Rini Pertiwi (18051100024), Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012. Skripsi tersebut mengenai proses produksi program talkshow yang membahas isu-isu para tokoh di Indonesia dengan format acara bincang-bincang, sedangkan penulis lebih menitikberatkan pada karya jurnalistik dokumenter yang menayangkan dedikasi pemuda-pemudi Indonesia untuk negaranya. 3. Analisis Produksi Siaran Berita Televisi (Proses Produksi Siaran Program Berita Reportase Minggu di Trans TV). Skripsi oleh Nurhasanah (107051102311), Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2011. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah tersebut menggunakan teori model komunikasi Bass (Arus Berita) yang menjelaskan tentang proses pencarian dan pengumpulan bahan berita dan proses produksi yang terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pencarian berita dan pengolahan berita, sedangkan penulis menggunakan teori model Miles dan Huberman yang menjelaskan tentang tahapan analisis data dengan tiga alur, yaitu reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Sejauh pengamatan tersebut, belum ada yang meneliti program siaran berita dokumenter sehingga penulis melakukan penelitian dengan judul
14
“Analisis Deskriptif Produksi Siaran Berita Dokumenter Lentera Indonesia NET”.
F. Sistematika Penulisan Penulis membagi pembahasan ke dalam lima bab dengan urutan sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II
KAJIAN TEORITIS Penulis menjelaskan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Teori yang digunakan adalah teori produksi yang terdiri dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Sedangkan penelitian penulis dalam menyusun karya ilmiah berlandasakn teori analisis data Matthew B. Miles dan Michael A. Huberman. Selain itu terdapat pemaparan tentangsiaran berita, berita dokumenter, jenis berita televisi, dan nilai berita.
BAB III
GAMBARAN UMUM NET DAN LENTERA INDONESIA Bab ini mengenai sejarah berdirinya stasiun televisi NET, visi-misi NET, dan struktur organisasi hingga program acara yang ada di
15
NET. Selain itu, akan dijabarkan pula tentang profil program Lentera Indonesia. BAB IV
TEMUAN DATA DAN ANALISIS PRODUKSI Penulis memaparkan pelaksanaan produksi program Lentera Indonesia yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tahap praproduksi, produksi, dan pasca-produksi dan analisis produksi program Lentera Indonesia dengan menggunakan analisis data model Miles dan Huberman.
BAB V
PENUTUP Penulis menarik kesimpulan atas temuan dan analisis penelitian yang didapatkan dan memberikan saran-saran sebagai masukan dari penulis.
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Analisis Deskriptif 1. Pengertian Analisis Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb); 2Man penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan1. 2. Pengertian Deskriptif Deskriptif secara bahasa berarti menggambarkan.Penelitian deskriptif (descriptive research) merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan menjelajah dan menglarifikasi sebuah fenomena sosial kemudian menggambarkan melalui tulisan beberapa variabel yang berkaitan dengan masalah yang diteliti tersebut. Ardial (2014:262) mengutip penuturan Nawawi (2003:63) tentang penelitian deskriptif, sebagai berikut: Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah,yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat,
1
Data diunduh pada Kamis, 5 Maret 2015 melalui situs http://kbbi.web.id/analisis
16
17
dan lain-lain) pada saat ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya2. Penelitian deskriptif dilakukan untuk mengembangkan teori dengan cara mendeskrispsikan fakta-fakta dan gejala yang terjadi agar memperoleh data-data yang jelas mengenai hal tersebut. Penelitian dengan metode deskriptif, mengutip dari Nawawi, Ardial menyebutkan bahwa metode deskriptif dapat dikatakan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian yang dapat berupa seseorang, lembaga, ataupun masyarakat dalam cakupan yang luas, pada saat ini berdasarkan fakta-fakta yang terjadi di tengah masyarakat. Deskripsi fakta-fakta merupakan kegiatan permulaan dalam usaha mengemukakan gejala-gejala sosial secara lengkap di dalam aspek yang diteliti agar jelas kedaan yang terjadi di dalamnya. Penemuan gejala-gejala tersebut tak hanya menunjukkan distribusinya, tetapi juga usaha menemukan hubungan antara satu gejala dengan gejala lainnya. Metode ini dilakukan untuk mengembangkan dan memberikan penafsiran yang kuat dan sesuai terhadap fakta-fakta yang ditemukan dalam penelitian. Metode deskriptif ini tak semata berbatas pada pengumpulan dan penyusunan data saja, melainkan juga menganalisis dan menginterpretasi makna yang ada di dalam data penelitian tersebut.
2
Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). Cet. 1. Hal. 262
18
Penelitian dengan analisis deskriptif ini dapat diwujudkan sebagai usaha pemecahan masalah dengan membandingkan persamaan dan perbedaan gejala yang ditemukan, mengukur dimensi suatu gejala, mengadakan klarifikasi gejala, menilai gejala, menetapkan standar, menetapkan hubungan antar gejala-gejala yang ditemukan, dan lain sebagainya. Jadi, secara singkat, analisis dengan metode deskriptif merupakan kegiatan yang memiliki langkah-langkah dalam melakukan representasi objektif mengenai gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah yang diteliti3. Ciri metode deskriptif menurut Nawawi (2003) yang dikutip Ardial adalah sebagai berikut: a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian atau masalah-masalah yang bersifat aktual; b. Menggambarkan
fakta-fakta
tentang
masalah
yang
diteliti
sebagaimana adanya, diiringi interpretasi dan pencarian makna yang rasional4. Ada tiga bentuk pokok dari metode deskriptif, yaitu: a. Survei
3
Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). Cet. 1.Hal. 262-263 4 Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). Cet. 1.Hal. 262-263
19
Penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta tentang gejalagejala yang timbul di dalam sebuah permasalahan. b. Studi hubungan Menemukan hubungan fakta-fakta secara objektif. c. Studi perkembangan5 3. Analisis Data Model Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman
Sumber : https://insanajisubekti.files.wordpress.com/2013/03/reduksi.jpg
Gambar 1.Komponen-komponen Analisis Data: Model Alir Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman memiliki pandangan bahwa analisis kualitatif memiliki data-data yang yang berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data-data yang diperoleh dari lapangan dikumpulkan dengan banyak macam cara, di antaranya melalui wawancara, observasi, rekaman, dokumen, dan lain sebagainya, kemudian diproses dengan pencatatan, penyuntingan, atau alih-tulis. 5
Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). Cet. 1.Hal. 262-263
20
Analisis yang digunakan untuk mengolah hasil data lapangan berupa analisis kualitatif yang berbentuk kata-kata dan digambarkan dengan perluasan teks. Data-data tersebut dilaporkan dengan metode deskriptif yang berarti peneliti akan melaporkan hasil penelitiannya dalam bentuk penggambaran atau deskripsi yang lebih luas dan jelas tanpa menghilangkan hal utama yang didapat pada penelitian tersebut. Analisis Miles dan Huberman menggunakan model alir, yaitu analisis dengan melalui tiga kegiatan yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi6. Alur pertama adalah reduksi data yang dapat diartikan sebagai proses pemilihan, penyederhanaan, dan transformasi data “mentah” yang muncul dari catatan-catatan lapangan ketika penelitian. Data mentah di sini merupakan data yang sama persis dengan yang ada di lapangan dan belum mengalami
proses
pengolahan
data.
Selama
pengumpulan
data
berlangsung, terjadi tahapan reduksiselanjutnya yang berupa membuat ringkasan, pengodean data, menelusuri tema-tema, dan membuat kelompok-kelompok data7. Reduksi data merupakan bagian dari kegiatan analisis. Dalam alur reduksi data, terjadi proses pemilihan-pemilihan atas data yang didapat dari lapangan.Kegiatan pemilahan data tersebut adalah tentang bagian data 6
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman.Analisis Data Kualitatif: Buku SumberTentang Metode-Metode Baru. Hal. 16 7 Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman.Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Hal. 16
21
mana yang dikode, mana yang harus dibuang, bagaimana meringkas sejumlah data yang tersebar, membuat pola-pola data, dan memilih ceritacerita yang sesuai dan mendukung penelitian.Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan mengorganisasi data agar dapat menghasilkan kesimpulan yang utuh dan kuat.Reduksi data dapat ditransformasikan dengan banyak cara, di antaranya melalui seleksi halus, rangkuman atau parafrase, menjadikannya pola yang besar, dan lain sebagainya8. Reduksi data yang diartikan oleh Miles dan Huberman tentang data kualitatif dalam penelitian sebagai berikut: Secara sederhana dapat dijelaskan: Dengan “reduksi data” kita tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakandan ditransformasikan dalam aneka macam cara: melalui seleksi yang ketat,melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu polayang lebih luas, dan sebagainya. Kadangkala dapat juga mengubah data kedalam angka-angka atau peringkat-peringkat (misalnya, seorangpenganalisis memutuskan untuk memandang kondisi wilayah penelitian ke dalam suatu kategori “tinggi” atau “menengah” dalam pemusatanadministrasinya), tetapi tindakan seperti itu tidak selalu bijaksana9.
Alur kedua adalah penyajian data atau model data.Kegiatan penyajian data ini sebagai sebagai sekumpulan informasi yang telah tersusun dan
8
Emzir.Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012). Cet. 3.Hal. 129-130 9 Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Hal. 16
22
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan10. Penyajian data yang paling banyak digunakan pada penelitian kualitatif adalah teks naratif. Ketika seorang peneliti melakukan penelitian maka ia akan memperoleh data teks dalam jumlah yang banyak. Manusia cenderung memiliki ketidakmampuan dalam memroses data dengan jumlah besar dan berpencar-pencar, maka peneliti harus membuat data lapangan tersebut menjadi praktis karena kecenderungan kognitif manusia adalah menyederhanakan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk data yang mudah dipahami. Data-data yang berpencar dan tidak teratur harus disusun dengan baik agar memudahkan peneliti dalam meng-coding data.Menurut Faust (1982) dalam Miles dan Huberman (1992), teks naratif dalam hal ini, melebihi beban kemampuan manusia dalam memroses informasi dan mengurangi kecenderungan dalam menemukan pola-pola yang sederhana. Penyajian data (display data) hasil penelitian dipaparkan ke dalam pembagian-pembagian data hasil reduksi dengan bentuk matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Rancangan dan pembagian tersebut dilakukan guna memudahkan peneliti dalam melihat apa yang terjadi dan dapat menentukan kesimpulan segera atau harus melakukan analisis lanjutan yang berguna dalam penelitian yang tengah dilakukan.
10
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman.Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Hal. 16
23
Kegiatan analisis ketiga adalah penarikan kesimpulan/verifikasi. Kegiatan ini merupakan konfigurasi utuh dari rangkaian kegiatan penelitian, di mana peneliti akan menganalisis secara keseluruhan dengan menemukan arti-arti sebuah keteraturan, pola-pola, penjelasan, sebabakibat, dan proposisi data lapangan yang telah diperoleh11. Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan konfigurasi yang utuh.Kesimpulan-kesimpulan dapat ditemukan selama penelitian
tersebut
berlangsung.
Kegiatan
penelitian
tentu
akan
menimbulkan persepsi bagi peneliti atas data temuannya di lapangan. Hal tersebut yang membuat peneliti dapat melihat kesimpulan seperti apa yang akan ditarik nanti. Penemuan kesimpulan di tengah penelitian terjadi ketika peneliti mulai dapat memaknai data-data yang diperoleh, namun makna-makna tersebut harus diteliti kebenarannya melalui uji validitas. Jika tidak dilakukan maka peneliti hanya akan mendapatkan makna-makna kosong yang tidak jelas kebenaran dan kegunaannya. Analisis data model Miles dan Huberman ini merupakan sebuah proses yang memiliki siklus yang interaktif dan saling berkaitan. Tiga hal utama, reduksi data, penyajian data (display data), dan verifikasi, sebagai sumbu dalam melakukan penelitian. Ketiga tahapan tersebut harus saling memiliki korelasi antar data yang diperoleh. Misal, ketika melakukan pengkodean data dalam tahap reduksi data, peneliti harus menjuruskan
11
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman.Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Hal. 19.
24
data yang direduksi tersebut sebagai gagasan baru guna dimasukkan ke dalam suatu matriks atau bagan dalam penyajian data (display data). Kemudian setelah matriks dan bagan tersebut terisi maka kesimpulan awal dapat ditarik, tetapi hal tersebut harus menggiring pada pengambilan keputusan, apakah akan menambah kolom pada matriks untuk menguji kesimpulan tersebut atau melanjutkan melakukan analisis kembali.
Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif 4. Produksi Siaran 1. Pengertian Produksi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), produksi adalah proses mengeluarkan hasil. Demikian maka produksi berarti sebuah runtutan atau rangkaian kegiatan yang menghasilkan sebuah produk. Sama halnya dalam produksi berita televisi, di dalam kegiatan tersebut memiliki tujuan, yaitu menghasilkan suatu informasi yang dikemas dengan baik dan sesuai dengan standar operasional produksi (SOP).
25
2. Proses Produksi Proses produksi merupakan suatu tahap dalam tindakan yang runtut dan selaras dalam menghasilkan atau membuat sebuah produk. Pembuatan sebuah program televisi harus mengikuti prosedur yang biasa dilakukan untuk menghasilkan sebuah produk jurnalistik yang berkualitas. Proses produksi program televisi melibatkan banyak orang dan seluruh jabatan dalam tim produksi, dari produser hingga juru kamera (camera person). Membuat program televisi pasti melalui tahapan yang panjang dan rumit, karena hal tersebutlah perlu adanya tim produksi dan standar operasional prosedur (SOP). Departemen produksi berita pada umumnya memiliki desain produksi sesuai dengan target yang ingin dicapai. Rancangan produksi program televisi didesain oleh tim kreatif berdasarkan dengan konsep yang dituju dan visi misi stasiun televisi tersebut. Strategi pengembangan desain program yang dilakukan tim kreatif merupakan salah satu kegiatan Departemen Programming. Setelah tim keratif mendesain program, kemudian didistribusikan kepada tim programming untuk menjadi panduan produksi. Tahapan-tahapan produksi berita televisi harus dilakukan secara berurutan.Tahapan pertama harus diselesaikan sebelum berlanjut ke tahap berikutnya. Hal demikian dilakukan agar proses produksi berjalan efektif
26
dan efisien serta menghasilkan produk yang matang dan berkualitas untuk disajikan kepada audience. Secara garis besar produksi program televisi memiliki tiga tahap, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi : a. Pra Produksi Perencanaan dan detail petunjuk pelaksanaan produksi konten audio visual harus dibuat terlebih dahulu. Perencanaan pengambilan gambar, story board, sehingga memiliki panduan dalam mengambil shot. Pada program berita televisi, cukup membuat riset dan daftar harapan (wishlist) yang berisi urutan visual dalam pengambilan gambar. Ide peliputan dibahas dalam rapat redaksi yang terdiri dari produser program, koordinator liputan, koordinator daerah, koordinator juru kamera, penyiar, dan produser eksekutif membicarakan setiap ide liputan dan mempertimbangkan dari banyak sisi12. Secara garis besar, pra produksi program televisi memiliki tiga bagian, yaitu13: 1. Penemuan Ide
12
Andi Fachrudin. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investgasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Cet. 1.Hal. 18. 13 Data diunduh pada 6 Maret 2015 dari situs https://library.binus.ac.id/Collections/Download/
27
Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset. Setiap jenis program televisi yang disajikan harus diawali dengan ide atau konsep. Mengolah sebuah idea tau konsep bukanlah perkara mudah. Produser harus kreatif dan cerdas dalam berpikir dan mengembangkan ide. Ide harus dicari karena jika hanya menunggu ide itu muncul, maka stasiun televisi tersebut akan tertinggal oleh stasiun televisi lain. Ide yang dibuat pun harus unik, menarik, dan baru sehingga dapat memberikan nuansa baru dalam pertelevisian Indonesia dan tentunya dapat menarik minat pemirsa14. Dalam produksi dokumenter di tahap persiapan memiliki tiga teknis yang disebut sinopsis, treatment, dan skenario. Sinopsis adalah cerita ringkas. Dalam dokumenter, orang tidak menggunakan istilah tersebut melainkan menyebutnya sebagai kerangka gagasan atau pemikiran. Program dokumenter bukan sebuah cerita melainkan susunan kejadian. Langkah pertama yang dilakukan produser adalah menyusun bagaimana
14
Herbert Zettl. Television Production Handbook, Eleventh Edition. (USA: Wadsworth Cengage Learning, 2012). Ed. 11th.P. 4 dalam situs www.cengagebrain.com
28
kejadian-kejadian tersebut yang selanjutnya menjadi ringkasan cerita atau sinopsis. Treatment merupakan istilah yang dipakai dalam program dokumenter
ataupun
program
produksi
televisi
lainnya.
Treatment berarti implementasi dari kerangka pemikiran atau sinopsis. Jika dalam kerangka pemikiran atau sinopsis belum ada susunan adegan secara rinci, maka di dalam treatment sudah ada perincian adegan (sequence) meskipun belum ada dialog-dialog. Indikasi lokasi (tempat adegan), tokoh-tokoh yang terlibat, dan perlengkapan khusus yang diperlukan sudah tertulis di dalam treatment15. Skenario merupakan naskah lengkap dan rinci dari sebuah produksi cerita. Program dokumenter tidak selalu perlu skenario untuk memulai syuting di lapangan, cukup menggunakan treatment untuk syuting di lapangan. Berbeda dengan program cerita yang mutlak menggunakan skenario ketika syuting di lapangan16. Tata laksana produksi dokumenter adalah sebagai berikut: a. b. c.
98 98
Langkah pertama adalah menentukan tema; Kedua adalah melakukan riset, baik riset kepustakaan maupun lapangan berdasarkan tema yang dipilih; Ketiga, menetapkan tesis atau menyusun bahan dan membuat kerangka. Dalam sinetron disebut pembuatan
15
Fred Wibowo. Dasar-dasar Produksi Program Televisi. (Jakarta: Grasindo, 1997).Hal.
16
Fred Wibowo. Dasar-dasar Produksi Program Televisi. (Jakarta: Grasindo, 1997).Hal.
29
sinopsis, namun dalam dokumenter berbentuk kerangka pemikiran; Keempat, kerangka pemikiran selanjutnya dibuat treatment. Treatment terdiri dari seluruh perencanaan dan rincian setiap sekuen dan dipakai untuk panduan pengambilan gambar17.
d.
2. Perencanaan Tahap ini meliputi penepatan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi, dan crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti. 3. Persiapan Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan dan surat-menyurat. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja (time schedule) yang sudah ditetapkan. Kunci keberhasilan produksi program televisi sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan. b. Produksi Ide yang dibuat dalam wishlist yang telah disepakati bersama dalam redaksi bisa jadi berbeda dengan kondisi lapangan. Redaksi dan jurnalis akan terus memantau perkembangan isu yang terjadi di lapangan.
17
99
Realitas
narasumber
yang
tidak
sesuai
bayangan,
Fred Wibowo. Dasar-dasar Produksi Program Televisi. (Jakarta: Grasindo, 1997) Hal.
30
perkembangan di lapangan yang jauh lebih menarik, atau hambatan tak terduga, harus dapat diatasi oleh tim produksi, terutama jurnalis. Jurnalis harus cerdas dalam melihat isu di lapangan agar proses produksi tetap berjalan sesuai rencana. Pada tahapan produksi ada tiga elemen yang paling mendasar dan menjadi sebuah perangkat sistem yang tidak bisa ditinggalkan, yaitu18: 1. Tata Kamera Beragam angle kamera yang digunakan dalam shooting, di antaranya19: a. Extreme Long Shot (ELS) digunakan untuk mengambil gambar dengan jarak sangat jauh, panjang, dan luas serta menghasilkan objek sangat kecil; b. Very Long Shot (VLS) untuk mengambil gambar dari jarak jauh dan ukurannya lebih pendek dari ELS; c. Long Shot merupakan ukuran pengambilan gambar manusia dari ujung kepala hingga ujung kaki; d. Medium Shot, mengambil gambar objek orang dari perut hingga kepala. 2. Tata Cahaya Hal dasar yang harus diketahui dari penataan cahaya, yaitu key light (sinar utama pada subyek), fill light (untuk mengurangi bayangan), back light (terarah, menghasilkan latar yang gelap), base light (penyinaran yang menyebar dan rata), dan over exposure
18
Data diunduh pada Kamis, 6 Maret 2015 dalam situs http://ejournal.ilkom.fisipunmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/12/JURNAL%20DINA%20%2812-05-13-02-5540%29.pdf 19 A. Nawir Hamzah. Sutradara Drama Panggung dan Televisi. (Jakarta: WIN COMMUNICATION, 2007). Hal. 98-100.
31
(pencahayaan yang berlebih intensitas dan waktu pencahayaan yang lama. 3. Tata Suara Tata suara (audio) merupakan elemen yang penting juga dalam produksi televisi karena tata suara mampu mengekspresikan situasi secara jelas dan sebagai pendukung elemen yang lain, seperti tata artistik. c. Pasca Produksi Saat produksi berita televisi memasuki tahap pasca produksi, menjelang on air berita, diadakan rapat redaksi guna mengevaluasi hasil produksi sebelum ditayangkan. Rapat evaluasi ini membahas urgensi berita dalam rundown (akan ditayangkan), kesesuaian dengan rapat redaksi awal ketika pada tahap pra produksi. Tahap ini mempertimbangkan gambar yang akan ditayangkan kepada pemirsa, apakah memenuhi standar kelayakan atau tidak. Proses editing naskah dan editing gambar dilakukan secara bersamaan oleh editor. Beberapa pekerjaan yang dilakukan oleh kru prduksi dalam tahap pasca produksi adalah sebagai berikut20: a. Camera person dan reporter menyerahkan kaset/card hasil shooting kepada news editor dengan data shooting (shooting list); b. Proses editing; 20
Andi Fachrudin. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Cet. 1.Hal. 64
32
c. Membuat grafik untuk mendukung materi berita; d. Reporter membuat naskah berita yang disesuaikan dengan gambar atau suara yang ada pada berita; e. Proses dubbing; f. Naskah diserahkan kepada pimpinan redaksi (editor in chief); g. Naskah yang sudah dicek oleh pimpinan redaksi selanjutnya diserahkan kepada editor atau penata gambar (editor berita). Dalam pelaksanaan editing, reporter dan juru kamera sebaiknya mendampingi editor untuk keteraturan gambar dan statement yang akan ditampilkan. 1. Capturing Proses capture gambar terjadi pada editing nonlinier, yaitu mentransfer hasil rekaman (audio-visual) dari kaset digital ke dalam harddisk komputer, sehingga materi editing sudah dalam bentuk file dan memudahkan dalam proses editing. Apabila menggunakan model editing linier, maka langsung pada proses logging gambar; 2. Logging Logging gambar adalah membuat susunan daftar gambar dari kaset hasil shooting secara detail disertai dengan pencatatan time code serta di kaset berapa atau nama file apa gambar hasil shooting itu berada. 3. Editing Pictures Penyuntingan adalah kata kunci dalam tahap ini.Seluruh footage telah dikumpulkan selama produksi berlangsung untuk kemudian disusun dan dirangkai menjadi produk akhir.
33
4. Editing Sound Penyuntingan
suara
disesuaikan
dengan
gambar
serta
menghidupkan suasana melalui ilustrasi musik latar. 5. Final Cut Penggunaan
perlatan
dan
kompleksitas
ilustrasi musik
(soundtrack) menentukan bahwa materi program sudah dapat membaur (mix) pada tahap online.Dibutuhkan studio untuk membaurkan suara akhir (final mixing).Program yang sudah lengkap disebut master21. B. Siaran Berita 1. Pengertian Siaran Penyiaran merupakan kegiatan menyampaikan pesan berupa berita dan informasi kepada khalayak menggunakan fasilitas frekuensi yang dikerjakan oleh sekelompok orang yang terbentuk dalam team.Team produksi dituntut untuk dapat menyajikan program yang kreatif
dan
menarik22. Jadi, siaran berarti produk yang ditayangkan dari hasil penyiaran yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tergabung menjadi sekelompok
21
Andi Fachrudin. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Cet. 1.Hal. 3 22 Eva Arifin. Broadcasting: to be broadcaster. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010). Hal. 910.
34
tim produksi. Hasil produk tersebut berupa program acara yang disiarkan lewat televisi untuk diketahui khalayak luas. 2. Pengertian Berita Sebuah peristiwa baru dianggap berita jika memiliki keunikan, jarang terjadi, dan menarik perhatian khalayak. Ungkapan dari Charles A. Dana (1996), “when a dog bites a man is not news, but when a man bites a dog that is news”, merupakan kata-kata yang populer di dunia jurnalistik ketika menggambarkan pengertian berita23. Berita adalah apa yang ditulis surat kabar, apa yang disiarkan radio, dan apa yang ditayangkan televisi. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta merupakan berita.Berita biasanya menyangkut orang-orang, tetapi tidak setiap orang dapat dijadikan berita.Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi di dunia, tetapi hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan.24Sedangkan definisi berita menurut situs Wikipedia.com, berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan melalui media cetak, elektronik, atau bahkan mulut ke mulut kepada orang ke tiga atau banyak orang.
23
Andi Fachrudin. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Cet. 1.Hal. 46. 24 Diunduh pada Kamis, 5 Maret 2011 dalam situs http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20229/4/Chapter%20II.pdf
35
Berita adalah informasi yang penting dan menarik bagi khalayak atau audiens25.Informasi yang penting dan menarik bagi khalayak harus memenuhi beberapa kriteria yang menjadikan berita tersebut penting untuk disiarkan kepada khalayak. Ada dua aspek yang memengaruhi suatu informasi untuk menjadi berita yang baik, yaitu: a. Aspek Penting Suatu berita dapat dikatakan penting jika memiliki nilai berita dan memberikan dampak bagi masyarakat.Semakin besar dampak yang dirasakan masyarakat, maka semakin penting berita tersebut untuk disiarkan. Beberapa hal yang memiliki dampak besar bagi masyarakat dalam sebuh pemberitaan di antaranya: 1. Nyawa manusia. Nyawa adalah harta berharga yang pernah dimiliki manusia, maka pemberitaan mengenai sebuah peristiwa yang dapat merenggut nyawa seseorang atau sekelompok manusia akan memberikan dampak yang besar bagi masyarakat yang menyaksikan, terlebih ancaman peristiwa itu berada di kota tempat penonton tinggal. 2. Uang. Berita yang berpengaruh terhadap keuangan masyarakat merupakan berita yang penting. Berita kenaikan bahan bakar minyak (BBM) atau kenaikan harga barang dapat membuat masyarakat memberikan perhatian lebih kepada berita tersebut.
25
Morrisan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008). Cet. 1.Hal 8.
36
3. Gangguan. Penonton dapat terpengaruh dengan berita yang mengganggu pikiran dan kenyamanan mereka. Misalnya, berita tentang pembegalan motor. Pemberitaan tersebut tentu akan mengusik pikiran dan kenyamanan masyarakat yang pulang tengah malam. b. Aspek Menarik Berita
dikatakan
masyarakat.Berita
menarik
yang
jika
menarik
dapat
adalah
menyedot jika
perhatian
informasi
yang
disampaikan mampu membangkitkan rasa kagum dan bersifat aneh atau unik serta merupakan peristiwa yang tidak biasa. Menurut Arifin S. Harahap, berita televisi adalah laporan tentang fakta dari sebuah peristiwa atau pendapat manusia atau keduanya yang disertai dengan gambar (visual) actual, menarik, berguna, dan disiarkan melalui media massa televisi secara periodik26.
3. Berita Dokumenter A. Pengertian Dokumenter Dokumenter adalah program informasi yang memiliki tujuan untuk memberikan pembelajaran dan pendidikan kepada penonton dengan sajian yang menarik27.
26
Arifin S. Harahap. Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita. (Jakarta: PT Indeks, 2007). Hal. 4. 27 Morrisan.Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008). Cet. 1.Hal 28.
37
Program dokumenter adalah program yang menyajikan suatu kenyataan berdasarkan pada fakta objektif yang memiliki nilai esensial dan eksistensial, menyangkut kehidupan, lingkungan hidup, dan situasi nyata28. Objektivitas dokumenter tidak sepenuhnya sesuai realitas, ada kebijakan dari tim produksi. Istilah dokumenter pertama kali diperkenalkan oleh John Grierson di Koran NewYork Sun pada 8 Februari 1926 dengan kutipan penggalan kalimat “A Creative Treatment of Actuality” yang berarti perlakuan kreatif terhadap kejadian-kejadian aktual yang ada29. Produksi dokumenter memiliki dua unsur pokok yang dipadukan, yaitu unsur gambar atau visual dan unsur suara atau sound. Unsur gambar atau visual terdiri dari beberapa materi, yaitu30: 1. Rangkaian kejadian 2. Kepustakaan 3. Pernyataan 4. Wawancara 5. Foto still 6. Dokumen 7. Pembicaraan 8. Layar kosong / silhouette
28
: suatu peristiwa atau kegiatan dari suatu lembaga; : potongan arsip, majalah atau mikrofilm; : individu yang berbicara secara sadar di depan kamera; : pewawancara boleh kelihatan, boleh tidak; : foto-foto bersejarah; : gambar, grafik, kartun; : suatu diskusi atau pembicaraan segerombolan orang; : memberi perhatian pada sound atau silhouette karena pribadi yang
Fred Wibowo. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Anggota Ikapi, 1997). Hal. 96. 29 A. Asrul Sani Fauzan. Modul Perkuliahan Universitas Mercu Buana: Penulisan Naskah Non Berita: Dokumenter. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id. 30 Fred Wibowo. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi.(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Anggota Ikapi, 1997). Hal. 97.
38
berbicara dibahayakan keselamatannya jika wajahnya kelihatan. Sedangkan materi untuk suara atau sound, ialah31: 1. Narasi / reporter 2. Synchronous sound
3. Sound effect 4. Musik lagu 5. Kosong-sepi
: dengan narrator atau suara reporter / suara voice over; : dengan suara sebagaimana adanya dalam gambar yang di-relay secara tersendiri, kemudian dipersatukan; : suara latar belakang; : suara musik pengiring; : memberikan kesempatan penonton memperhatikan detil.
B. Tingkatan Dokumenter Tingkatan dokumenter, secara umum, dapat dikatakan bahwa dokumenter
di
televisi
Inggris
mendeskripsikan
berdasarkan
seragkaian kategori yang diidentifikasi berdasarkan isi dan bentuk. Berikut ini beberapa kategori dokumenter32: 1. Current Affairs Program-program dengan kategori ini merupakan program yang dibuat berdasarkan isu-isu yang berhubungan dengan topik sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan.Realisme dalam bentuk kombinasi antara wawancara, opini pakar, narator yang kompeten, footage aktualitas, serta pengabsahan terhadap isu-isu melalui kemunculannya dalam agenda berita. Program ini dapat dideskripsikan sebagai dokumenter investigatif, selama program tersebut menginvestigasi latar belakang peristiwa berita dan buktibukti yang ada di sekitar persoalan yang memicu debat publik. 2. Alam Kategori ini mengungkapkan fakta-fakta tak terduga perihal alam dan lingkungan.Program dalam kategori ini menawarkan tontonan yang menjelaskan tentang fenomena-fenomena alam seperti kelangsungan dalam kondisi yang terasa mustahil.Realisme membawa penonton masuk ke dalam realitas yang berisi penjelajah 31
Fred Wibowo. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi.(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Anggota Ikapi, 1997). Hal. 97. 32 Graeme Burton. Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar Kajian Televisi. (Yogyakarta: Jalasutra, 2011). Hal. 211-221.
39
3.
4.
5.
6.
7.
alam yang mengombinasikan rekaman narator dan suara alam yang merdu. Ilmu Pengetahuan Program dokumenter tentang ilmu pengetahuan cederung mengombinasikan antara perkembangan ilmiah dengan analisis konsekuensi sosial ekonomi dari perkembangan tersebut.Program ini juga membentuk asumsi masyarakat tentang kebenaran dan validitas perkembangan sebuah teknologi terhadap kehidupan manusia. Historis Program dokumenter tentang sejarah banyak diproduksi oleh masyarakat, baik secara kelompok maupun personal.Sejarah adalah sebuah pandangan tentang fakta dan merupakan makna dari informasi tersebut berdasarkan bukti-bukti yang ada.Dokumenter tentang sejarah menjadi menarik untuk dipertontonkan kepada masyarakat karena memiliki nilai historis terkait fakta dan bukti yang ada di sekitar masyarakat. Mainstream Dokumenter yang menggunakan perangkat realisme mainstream. Perangkat tersebut berupa natural sound, shot kamera long held (kamera yang diletakkan pada satu tempat dan dibiarkan bekerja dalam waktu lama), lokasi kerja, dan shot presenter sekaligus narator yang menghadap lurus ke kamera menyajikan fakta-fakta di tempat tersebut. Fly-on-the-wall / Vérité Dokumenter dalam kategori ini mengusung realisme yang lebih natural dan ‘apa adanya’ terhadap sebuah peristiwa. Kamera seolah mengintai secara detil setiap peristiwa yang terjadi. Dokumenter ini mirip dengan investigasi, mengintai pelaku di tempat sesungguhnya. Penonton dibawa masuk ke dalam realitas yang dekat dengan peristiwa dan mereka pun melupakan bahwa program tersebut tidak lepas dari proses seleksi dan editing, bentukan dari tim produksi. Dramadoc Realisme dalam dokumenter jenis ini adalah menonjolkan sisi dramatis. Graeme Burton mengatakan bahwa dramadoc berbeda dengan docudrama, sebagaimana pernyataannya sebagai berikut: Dramadoc berbeda dengan docudrama, di mana praktiknya saling berkebalikan: pencangkokan perangkat dokumenter dalam basis fiksi..bagaimanapun realisme secara keseluruhan merupakan ilusi, ada kalanya sulit untuk meyakini mana yang merupakan basis awal dan rangkaian kovensi mana yang menonjol. Menurut Burton dramadoc memiliki beberapa kaitan berikut: a. Memahami hakikat hubungan atara teks dan audiens;
40
b. Mengakui pentingnya realisme sebagai sebuah penilaian subjektif terhadap audiens; c. Mengakui pembedaan antara realisme sebagai bentuk, serta sebagai realitas sebagai isi dan kondisi keyakinan; d. Mengakui pengaruh modus realisme yang berbeda pada makna makna yang dikonstruksi diluar dokumenter, terutama ketika makna-makna tersebut membawa kepada ideologi. 8. Docusoap Program docusoap merupakan cabang dari docudrama yang diambil dari opera sabun. Karakteristik docusoap yang lazim pada dokumenter dan opera sabun adalah sebagai berikut: a. Lokasi yang autentik dan pelaku sejati sebagai pemain; b. Kamera hand held (kamera yang pengoperasiannya menggunakan tangan); c. Orang yang berbicara pada kamera; d. Sekelompok orang yang bekerja pada satu lokasi dan berhubungan dengan publik; e. Orang-orang (atau para pemain) yang dipilih atau difilmkan untuk menunjukkan perbedaan mereka; f. Narasi multi-alur yang diciptakan di luar materi dokumen; g. Ambivalensi pengakhiran narasi; h. Tekanan-tekanan dramatis dan antisipasi (narasi) yang diciptakan di luar materi dan persoalan-persoalan yang dihadapi para pemain dalam bekerja; i. Para pemain yang muncul sebagai tokoh atau karakter alami lebih banyak disorot kamera. Docusoap melukiskan hubungan cinta televisi dengan eksplorasi terhadap realisme sebagai seperangkat alat. Docusoap mempresentasikan dengan cara lain, yaitu mengungkap realitas dari peristiwa apa adanya kemudian merestrukturasi ke dalam bentuk hiburan33. 4. Jenis Berita Televisi Program berita televisi bertujuan memberikan informasi dan memenuhi
rasa
keingintahuan
masyarakat
terhadap
sebuah
peristiwa.Berita yang disiarkan televisi memiliki jenis yang berbeda dalam penyajiannya sesuai dengan peristiwa yang diliput.
33
Graeme Burton. Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar Kajian Televisi. (Yogyakarta: Jalasutra, 2011). Hal. 211-221.
41
Menurut penyajian berita, secara garis besar, berita memiliki dua jenis, yaitu: a. Berita Keras (Hard News) Berita keras atau hard news merupakan berita yang harus segera disiarkan karena sifatnya yang penting untuk segera diketahui secepatnya oleh masyarakat.Hard news menurut Jamieson & Campbell (1988) dalam Bryant dan Thompson (2002), mengatakan bahwa berita keras adalah: Hard news has been defined as “the report of an event that happened or was disclosed within the previous twenty-four hours and treats an issue of ongoing concern”. Berdasarkan pernyataan tersebut, sebuah peristiwa akan memiliki nilai jika memiliki beberapa kriteria, di antaranya adalah (1) bersifat personal atau terjadi kepada seseorang, (2) dramatis atau berisi konflik dan kontroversional, (3) aktual dan konkrit, bukan teori atau abstrak, (4) menceritakan sebuah kisah, dan (5) menghubungkan isu yang sedang terjadi kepada media34. Berita keras yang disajikan dalam suatu program berita memiliki beragam durasi, mulai dari yang hanya berkisar lima menit, 30 menit,
34
Jennings Bryant and Susan Thompson.Fundamentals of Media Effects. (New York: Mc Graw Hill, 2002). P. 234.
42
hingga satu jam. Berita keras dapat dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu35: a. Straight News Straight news berarti berita langsung, yaitu berita singkat yang hanya menyajikan informasi terpenting mencakup 5W+1H (what, where, why, when, who, dan how) atas sebuah peristiwa yang diberitakan.Straight news sangat terkait waktu sehingga jika tidak cepat diberitakan akan mengurangi nilai berita yang disiarkan. Contoh: berita mengenai kecelakaan lalu lintas atau peledakan bom di sebuah tempat umum. b. Feature Feature merupakan berita ringan yang menarik. Menarik di sini berarti suatu penyajian yang unik, aneh, dan menggugah kekaguman penonton atas sisi berita yang berbeda.Feature tidak terikat waktu dalam penayangannya namun dikategorikan sebagai hard news karena hanya berdurasi sekitar lima menit. Contoh: ulasan berita kuliner atau tempat-tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi pemirsa ketika liburan. c. Infotainment Infotainment berasal dari kata information yang berarti informasidan entertainment yang artinya hiburan.Namun, infotainment bukan informasi hiburan.Infotainment merupakan jenis berita yang menyajikan informasi orang-orang yag dikenal oleh masyarakat (celebrity) yang bekerja di dunia hiburan, seperti pemain sinetron, pemain film, atau musisi. Infotainment termasuk berita hard news karena sifatnya yang harus segera ditayangkan, jika ditunda penayangannya, khawatir akan tidak memiliki nilai jual. B. Berita Lunak (Soft News) Berita lunak atau soft news adalah berita mendalam (in depth) yang berisi sajian informasi penting dan menarik namun tidak bersifat harus segera ditayangkan serta tidak terikat waktu penyajiannya.Program soft
35
Morrisan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008). Cet. 1. Hal 26-27.
43
news biasanya memiliki waktu penyiaran sendiri, tidak masuk ke dalam program berita hard news karena durasinya pun bisa sampai satu jam. Bentuk-bentuk berita yang masuk ke dalam kategori soft news ialah36: a. Current Affair Current affair berarti persoalan kekinian atau permasalahan yang tengah terjadi dalam waktu dekat ini.Current affair adalah program yang menyajikan informasi yang terkait dengan suatuberita penting yang muncul sebelumnya tentang peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya, namun current affair dibuat secara mendalam dan lebih lengkap.Penayangan berita jenis ini memang terikat waktu namun tidak seperti hard news.Berita current affair dapat disajikan selama mendapat perhatian dari penonton. Contoh: program yang menayangkan kehidupan masyarakat setelah tertimpa bencana alam. b. Magazine Dikatakan program magazine karena topik atau tema yang disajikan sama dengan tema-tema yang berada di majalah. Magazine merupakan program yang menyajikan infromasi ringan dan mendalam mengenai sebuah isu menarik yang memberikan hiburan dan informasi bagi penonton. Contoh: program yang menayangkan ulasan tentang padu padan busana terbaru. c. Talkshow Talkshow merupakan program bincang-bincang yang menampilkan satu atau banyak orang atau tokoh dengan topik atau tema tertentu yang dipandu oleh satau atau dua pembawa acara. Contoh: talkshow tentang sistem politik di Indonesia yang menampilkan tokoh-tokoh politik. Program berita hard news dan soft news dapat dibedakan berdasarkan sifatnya dalam tabel berikut: 36
Morrisan.Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008). Cet. 1. Hal 27-28.
44
Hard News
Soft News
Harus ada peristiwa terlebih dahulu
Tidak
mesti ada
peristiwa
terlebih dahulu Peristiwa harus aktual (baru terjadi)
Tidak mesti aktual
Harus segera disiarkan
Tidak bersifat segera (timeless)
Mengutamakan
informasi Menekankan pada detail
terpenting saja Tidak
menekankan
sisi
human Menekankan
sisi
human
interest
interest
Laporan tidak mendalam (singkat)
Laporan bersifat mendalam
Teknik penulisan piramida tegak
Teknik
penulisan
piramida
terbalik Ditayangkan dalam program berita
Ditayangkan dalam program lainnya
Tabel 1: Perbedaan sifat-sifat berita hard news dan soft news C. Nilai Berita Menurut Downie JR dan Kaiser, nilai berita (news values) merupakan sebuah istilah yang tidak mudah didefinisikan. Kriteria nilai berita bukan hal yang konkret namun dapat menjadi acuan bagi reporter ataupun editor untuk memutuskan fakta mana yang pantas untuk dijadikan berita37. Berikut ini beberapa nilai berita, yaitu: 37
Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011). Hal. 76.
45
a. Aktual (Timeliness). Berita yang baru saja terjadi38; b. Keluarbiasaan (Unusualness). Berita tersebut merupakan peristiwa yang luar biasa39; c. Akibat (Impact). Berita tersebut memiliki dampak yang besar bagi masyarakat40; d. Kedekatan (Proximity). Berita berasal dari sesuatu yang dekat dengan masyarakat, baik secara psikologis maupun geografis41; e. Konflik (Conflict). Peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat merupakan sebuah konflik. Jika konflik mampu menimbulkan emosi, maka dapat dijadikan berita42; f. Kemajuan
dan Bencana.
Peristiwatsunami dan banjir
bandang
merupakan bencana alam yang besar dan memiliki nilai berita, begitu pula dengan kemajuan sebuah negara dalam bidang teknologi, akan memberikan antusiasme masyarakat43; g. Informasi. Berita merupakan sebuah informasi. Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah hal yang bisa menghilangkan ketidakpastian44;
38
Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011). Hal. 76. 39 Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011). Hal. 76. 40 Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011). Hal. 76. 41 Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011). Hal. 76. 42 Luwi Ishwara. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005). Hal. 53. 43
Luwi Ishwara. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005). Hal. 54. 44 Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011). Hal. 78.
46
h. Orang Penting (Public Figure/ News Maker). Berita adalah informasi tentang orang-orang penting yang menjadi figur publik dan menarik perhatian publik45; i. Kejutan. Berita memberikan informasi yang mengejutkan dan tak diduga sebelumnya46; j. Human Interest. Berita yang menggugah hati penonton, menggetarkan hati, dan mengusik jiwa47; k. Keganjilan. Berita merupakan peristiwa-peristiwa yang tidak biasa dan tidak umum48; l. Seks. Berita informasi seputar seks yang terkait dengan perempuan atau kehidupan rumah tangga seorang tokoh49.
45
Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011). Hal. 79. 46 Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011). Hal. 79. 47 Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011). Hal. 79. 48 Luwi Ishwara. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005). Hal. 55. 49 Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011). Hal. 80.
BAB III GAMBARAN UMUM NET. DAN LENTERA INDONESIA
A. NET. 1. Sejarah Berdirinya NET. Pada tahun 2012 Founder NET. Agus Lasmono dan Co-Founder Wishnutama Kusubandio bersepakat untuk membangun sebuah stasiun televisi baru di Indonesia, dengan konsep dan format yang berbeda dengan televisi yang ada saat itu di tanah air. Visinya, menyajikan konten program yang kreatif, inspiratif, informatif, sekaligus menghibur.
NET. Televisi Masa Kini resmi mengudara pada tanggal 26 Mei 2013, setelah sebelumnya menjalani siaran percobaan sejak tanggal 18 Mei 2013. Grand launching NET. diselenggarakan di Jakarta Convention Center, lewat sebuah pagelaran megah yang menghadirkan sederet nama pengisi acara terkenal dari tanah air dan mancanegara, termasuk Carly Rae Jepsen dan Taio Cruz. Beberapa program NET. langsung mendapat respons positif dari pemirsa, seperti “The Comment” dan “Sarah Sechan”. Bahkan di usia yang belum genap setahun saat itu, NET. telah dipercaya mengerjakan event sebesar APEC CEO Summit 2013. Dari lini digital, NET. membuat terobosan dengan melakukan engagement langsung ke
47
48
pemirsa, melalui beberapa alat pengukur yang terarah. Akun-akun sosial media NET. pun diberdayakan optimal untuk mengurangi jarak antara program dengan pemirsa.
NET. menghentak semester awal 2014 melalui konser Iwan Fals “Suara untuk Negeri” di kota Medan, Bandung, Jakarta, dan Surabaya, yang mendapat apresiasi penuh dari masyarakat. Tanggal 18 Mei 2014, NET. merayakan ulang tahun pertama bertajuk "NET ONE", dengan pertunjukan musik dan ajang penghargaan. Hadir di panggung sejumlah musisi dan performer berkelas, termasuk Far East Movement dan NE-YO. Tak hanya dalam program hiburan, NET. bahkan mengolah secara khusus program Citizen Journalists, yang menjadi wadah bagi masyarakat dan perekam video amatir dari dalam dan luar negeri untuk berkarya1.
2. Profil NET. NET. Televisi Masa Kini merupakan salah satu alternatif tontonan hiburan layar kaca. NET. hadir dengan format dan konten program yang berbeda dengan stasiun TV lain. Sesuai perkembangan teknologi informasi, NET. didirikan dengan semangat bahwa konten hiburan dan informasi
di
masa
mendatang
akan
semakin
terhubung,
lebih
memasyarakat, lebih mendalam, lebih pribadi, dan lebih mudah diakses. Karena itulah, sejak awal, NET. muncul dengan konsep multiplatform,
1
Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id.
49
sehingga pemirsanya bisa mengakses tayangan NET. secara tidak terbatas, kapan pun, dan di mana pun. Secara konten, tayangan NET. berbeda dengan tayangan televisi yang sudah ada. Sesuai semangatnya, tayangan berita NET. wajib menghibur, dan sebaliknya, tayangan hiburan NET. harus mengandung fakta, bukan rumor atau gosip. Secara tampilan, NET. muncul dengan gambar yang lebih tajam dan warna yang lebih cerah. NET. telah menggunakan sistem full high definition (Full-HD) dari hulu hingga ke hilir2. NET. adalah bagian dari kelompok usaha INDIKA GROUP. Meskipun bergerak di bidang usaha Energi & Sumberdaya di bawah bendera Indika Energy Tbk. (www.indikaenergy.com), berdirinya INDIKA dimulai dari sebuah visi untuk membangun usaha di bidang Media Hiburan dan Teknologi Informasi. Nama INDIKA sendiri merupakan singkatan dari Industri Multimedia dan Informatika. Saat ini, melalui PT. Indika Multimedia, INDIKA GROUP bergerak di bidang usaha Promotor, Broadcast Equipment, Production House dan Radio3.
Sesuai perkembangan teknologi informasi, PT. NET MEDIATAMA INDONESIA didirikan dengan semangat bahwa konten hiburan dan informasi
2 3
di
masa
mendatang
akan
semakin
terhubung,
Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id. Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id.
lebih
50
memasyarakat, lebih mendalam, lebih pribadi, dan lebih mudah diakses di manapun4.
Sejak 2012, NET. membangun mimpi itu dengan menghasilkan konten media yang kreatif, inspiratif, informatif sekaligus menghibur. Programprogram tersebut kami sajikan agar dapat ditampilkan dalam berbagai platform sehingga para pengguna dapat menikmati informasi dan hiburan secara tidak terbatas. Pada 2013, NET. akan meluncurkan sekaligus mengembangkan sebuah media yang berfokus pada tayangan hiburan dan berita dengan harapan bisa menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia menuju Indonesia yang lebih maju5.
Kini, NET dapat disaksikan melalui siaran terrestrial tidak berbayar, atau free to air. NET. juga dapat disaksikan dengan berlangganan televisi berbayar, di antaranya: First Media (channel 371), BIG TV (channel 232), dan Orange TV. Sementara para pelanggan internet, dapat mengakses live streaming melalui youtube.com/netmediatama, web www.netmedia.co.id, serta melalui aplikasi di iOS dan Android dengan memasukkan search keyword : Netmediatama Indonesia6.
4
Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id. Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id. 6 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id. 5
51
Gambar 3. Visi Misi NET.
a. Agus Lasmono
Gambar 4. Founder NET, Agus Lasmono
Agus Lasmono adalah pendiri INDIKA GROUP. Sebagai Wakil Komisaris Utama PT Indika Energy Tbk, ia telah membangun dan mendirikan sebuah perusahaan energi terkemuka di Indonesia, yang tetap fokus pada strategi intinya, yaitu "integrasi sepanjang rantai nilai
52
energi". Indika Energy saat ini mempekerjakan mendekati 10.000 karyawan secara nasional7.
Meskipun keterlibatannya dalam industri energi, gairah sejati dan visinya selalu berada di sektor media. Dimulai pada tahun 1996 ketika ia mendirikan Indika Multi Media, perusahaan yang terlibat dalam layanan nilai tambah untuk konten telekomunikasi. Sebagai pelopor, bisnis tersebut menjadi sukses besar. Dia kemudian mengembangkan bisnis rumah produksi yang menghasilkan 62 serial TV yang terdiri lebih dari 1000 episode dan 18 film nasional yang 3 di antaranya mendapat
penghargaan.
Sekarang
Indika
Multi
Media
telah
mengembangkan anak perusahaannya di bidang Event Organizer, Promotor, Broadcast Equipment Solutions, dan Radio8.
Agus juga pernah memegang sejumlah posisi kunci di perusahaan media lain seperti Direktur Program PT Multi Media Nusantara (19972003), Komisaris Utama PT Surya Citra Televisi Indonesia (1999 2002). Sekarang ia masih menjabat sebagai Komisaris Independen PT Surya Citra Media Tbk dan PT. Surya Citra Televisi. Ia lulus dengan gelar Bachelor of Arts di bidang Ekonomi dan minor degree in arts dari Pepperdine University, Malibu, California, Amerika Serikat pada tahun 1993 dan memperoleh gelar Master dalam Bisnis Internasional dari
7 8
Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id. Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id.
53
West Coast University, Los Angeles, California, Amerika Serikat, pada tahun 19959.
b. Wishnutama
Gambar 5. Co-Founder NET, Wishnutama
Wishnutama Kusubandio adalah salah satu pendiri PT. NET MEDIATAMA INDONESIA. Ia adalah seorang profesional di bidang media. Menyelesaikan kuliah komunikasi di Mount Ida College Boston Amerika Serikat, namun lebih banyak mendapatkan ilmu pertelevisian dari Emerson College. Ia memulai karier dari bawah sebagai Production Assistant di New England Cable News Amerika dan menjadi Assistant Director On Air Promotion di WHDH-TV, Boston. Kedisiplinan dan semangat esprit de corps diperolehnya ketika kuliah di The Military College of Vermont, Norwich University10.
9
Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id
10
54
Tahun 1994 pulang ke Indonesia dan bekerja di Indosiar sebagai Supervisor On Air Promotion. Setahun kemudian pindah ke divisi produksi sebagai Producer Director. Karirnya berkembang menjadi Executive Producer News and Production Division, dan tak berapa lama kemudian meningkat menjadi Production Manager. Program-program yang dilahirkan selama di Indosiar antara lain PESTA, GEBYAR BCA, PATROLI dan SAKSI11.
Tahun 2001, Ia pindah ke Trans TV menjadi Kepala Divisi Produksi. Tiga tahun kemudian, karirnya menanjak menjadi Direktur Operasional, dan setahun berikutnya menjadi Wakil Direktur Utama. Pada saat pengambilan saham mayoritas TV7 oleh kelompok usaha Para Group di tahun 2006, ia ditunjuk menjadi Direktur Utama TV7 yang kemudian berubah nama menjadi Trans7. Dua tahun kemudian, Wishnutama ditunjuk menjadi Direktur Utama Trans TV12.
Program-program yang diproduksi di bawah kepemimpinan Wishnutama selama di Transcorp antara lain EXTRAVAGANZA, DUNIA LAIN, TERMEHEK-MEHEK, OPERA VAN JAVA, EMPAT MATA dan INDONESIA MENCARI BAKAT. Selama hampir 20 tahun berkarya, banyak penghargaan yang ia raih baik skala nasional
11 12
Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id
55
maupun Asia, antara lain dari Asian Television Award dan Panasonic Awards13.
3. Logo NET. TV
Sumber: twitter.com/netmediatama Gambar 6. Logo NET. TV Logo diatas merupakan logo yang digunakan oleh NET TV dengan tiga warna, yaitu warna biru tua, biru muda, dan kuning. Pemilihan warna dan bentuk huruf dimaksudkan untuk membuat logo yang simple dan elegant. Pemilihan warna bermaksud untuk menggambarkan variasi program di NET. Sedangkan penggunaan simbol titik di akhir kata menunjukan bahwa NET. ingin menjadi televisi yang terintegrasi dengan sosial media. Sedangkan slogan NET TV "televisi masa kini" diambil karena NET ingin menjadi televisi yang mengedepankan kualitas dan teknologi dalam penayangannya,
13
Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id.
56
selain itu dengan bekerja sama dengan berbagai media sosial semakin menunjukan bahwa NET TV adalah televisi masa kini14. Beberapa logo NET lainnya, ialah15:
Logo NET. digunakan sebagai logo perusahaan (18 Mei 2013-sekarang)
Logo NET. digunakan sebagai on-air
Logo NET. versi hiburan
Logo NET. versi olahraga
Logo NET. HD digunakan sebagai logo siaran HD dan live streaming (18 Mei 2013-sekarang)
14
Data diunduh pada 21 Mei 2015melalui website https://prezi.com/_bldrz8dkaze/laporan-praktik-kerja-nyata/ 15 Data diunduh pada 21 Mei 2015melalui website http://id.wikipedia.org/wiki/NET.
57
Logo NET. Movement
4. Struktur Organisasi NET. TV
Chairman
Agus Lasmono
Chief Executive Officer
Wishnutama
Deputy CEO
Deddy Sudarijanto
Chief Sales & Marketing Officer
Kurnia
Chief Finance Officer
Leo Nagasaputra
Chief Operating Officer
Azuan Syahril
Tabel 2. Struktur Perusahaan PT. NET Mediatama Indonesia
5. Program Acara NET. A. Informasi 1. Entertainment News 2. Indonesia Morning Show 3. NET 5 4. NET 10
58
5. NET 12 6. NET 16 7. NET 24 8. Satu Indonesia 9. NET Update (Breaking News) 10. NET. Citizen Journalist (Dalam segmen NET 10)16
B. Berita lokal 1. NET. Jatim (NET. Jawa Timur) 2. NET. Jabar (NET. Jawa Barat) 3. NET. Sumut (NET. Medan) 4. NET. Bali (NET. Denpasar) 5. NET. Priangan Timur (NET. Priangan Timur) 6. NET. Cirebon (NET. Cirebon) 7. NET. Sumbar (NET. Padang)17
C. Dokumenter 1. Indonesia Bagus 2. Lentera Indonesia18
D. Majalah TV 1. d’SIGN 2. Chef's Table 16
Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id 18 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id 17
59
3. iLook 4. Weekend List 5. Nippon Keren Deh19
E. Hiburan 1. Ini Talkshow 2. Bukan Sekedar Wayang 3. Comedy Night Live 4. Sarah Sechan 5. The Comment 6. Tonight Show 7. 86 8. Berpacu Dalam Melodi (sebelumnya disiarkan di TVRI) 9. Lintas Imaji 10. Celebrity Lipsync Combat 11. Pagi Pagi20
F. Musik 1. Breakout 2. NET. SHOWTIME 3. Music Everywhere 4. Gebyar BCA (sebelumnya disiarkan di Indosiar)21
19 20
Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id
60
G. Film dan Serial 1. Tetangga Masa Gitu? 2. Saya Terima Nikahnya 3. Patriot 4. Stereo 5. The East 6. Masalembo 22
H. Olahraga 1. X Games 2. NET Sport 3. ESPN FC23
B. LENTERA INDONESIA 1. Profil Lentera Indonesia Lentera Indonesia adalah program dokumenter yang diangkat dari kisah-kisah pengalaman nyata para anak muda yang rela melepaskan peluang karir dan kemapanan kehidupan kota besar untuk menjadi guru dan mengajar di desa-desa terpencil di seluruh pelosok negeri selama satu tahun24. Serial dokumenter tentang pejuang muda bagi keadilan sosial
21
Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id 23 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id 24 Data diunduh pada 24 Februari 2015 melalui http://www.netmedia.co.id/program/84/Lentera-Indonesia 22
61
yang ditayangkan pada Sabtu dan Minggu, pukul 14.30 WIB di NET. TV25. Lentera Indonesia merupakan suatu program yang berangkat dari cerita tentang anak-anak muda yang berbuat sesuatu bagi bangsanya dengan mengajar. Namun, pada akhirnya konsep itu dikembangkan, tidak hanya fokus pada bidang pendidikan saja tetapi lebih menekankan pada cerita tentang warga Indonesia yang mau membuat hidupnya lebih berarti dengan membantu sesama di bidang pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya26. Program ini tidak hanya mengangkat kisah anak muda yang memiliki integritas bagi bangsanya, tetapi bagi siapa saja yang telah memiliki dedikasi untuk membantu sesama. Suatu kisah tentang seorang mantan karyawan badan usaha milik negara (BUMN) di Bandung yang kini tinggal di Tasikmalaya dengan membangun Yayasan Mentari Hati yang ia dedikasikan bagi orang-orang dengan gangguan kejiwaan, seorang itu ialah Dadang Heryadi yang berusia sekitar 30 tahun. Tentu umur tersebut bukanlah umur yang masuk kategori remaja. Hal itu merupakan sebuah pengembangan konsep awal Lentera Indonesia. Program dokumenter ini dibuat untuk mengangkat orang-orang yang telah menjadi lentera bagi Indonesia, yang telah menjadi penerang bagi kaum yang sesungguhnya membutuhkan ‘cahaya’ untuk kesejahteraan hidup mereka dan ingin memberitakan bahwa masih ada orang-orang 25
Data diunduh dari https://twitter.com/lentera_net pada 21 Mei 201. Dewi Rachmayani, Produser Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Mei 2015. 26
62
Indonesia yang mempunyai dedikasi bagi bangsanya, yang berjuang untuk membantu kesejahteraan Indonesia dengan semangat yang mereka miliki27. Selain itu, Lentera Indonesia ingin memberikan program yang bermutu bagi Indonesia, sesuai dengan tujuan NET. yang ingin membuat program berita dengan harapan bisa menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia menuju Indonesia yang lebih maju. Lentera Indonesia juga menjadi angin segar dalam industri pertelevisian Indonesia di tengah maraknya programprogram yang lebih banyak mengangkat hedonisme di stasiun televisi lainnya. Awalnya, Lentera Indonesia membangun program ini bekerjasama dengan Indonesia Mengajar. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa Lentera Indonesia mengangkat tema pendidikan bagi orangorang di desa terpencil. Selain dengan Indonesia Mengajar, Lentera Indoesia juga bekerjasama dengan Sekolah Guru Indonesai Dompet Dhuafa. Setelah habis kontrak dengan Indonesia Mengajar dan Dompet Dhuafa, Lentera Indonesia mencoba melebarkan sayap ke bidang kesehatan melalui kerjasama dengan suatu organisasi milik pemerintah bernama Pencerah Nusantara yang mengirimkan tenaga medis ke daerahdaerah terpencil di Indonesia28.
27
Dewi Rachmayani, Produser Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Mei 2015. 28 Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015.
63
2. Logo Lentera Indonesia
Sumber: https://twitter.com/lentera_net Gambar 7. Logo Lentera Indonesia
3. Redaksi Lentera Indonesia
Ketua Dewan Redaksi
Wishnutama
Pemimpin Redaksi
Dede Apriadi
Wakil Pemimpin Redaksi
Kemal Ramdan
Produser Eksekutif
Elisa Oktaviana
Produser
1. Febry Arifmawan 2. Dewi Rachmayani
Produser Madya
1. Ranti Nuraeni 2. Satria Purnatama
Reporter
1. Cahaya Ramadhani
64
2. Khairil Hanan Lubis 3. Leni Tri Hastuti 4. Fransiska Wuri Video Journalist
1. Erwin Widyastama 2. Shandy Prasetya Utama 3. Franciska Anis
Asisten Produksi
Halimah Tusadiah
Narator
Eka Prasetya
Editor
1. Enny Susilowati (Spv.) 2. Rianjana Putra 3. Yaqinah Rahmah Tabel 3. Redaksi Lentera Indonesia
4. Tagline “Perjuangan, Dedikasi, dan Semangat” Lentera Indonesia memiliki tagline Perjuangan, Dedikasi, dan Semangat yang merupakan dasar dari pembuatan program dokumenter ini. Tiga komponen ini menjadi pilar program yang tayang setiap Sabtu dan Minggu ini pada pukul 14.30-15.00 WIB. Makna perjuangan adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh narasumber di setiap episode program ini. Usaha yang tidak mudah dan banyak pengorbanan menjadi nilai yang ingin ditampilkan dalam Lentera Indonesia. Perjuangan di sini mengartikan hebatnya usaha yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam
65
menyejahrterakan masyarakat di sebuah daerah yang diliput tim Lentera Indonesia, baik di bidang pengajaran, kesehatan, maupun bidang lainnya29. Dedikasi dalam Lentera Indonesia bermakna bagaimana seorang narasumber memiliki kesetiaan dalam mengajar atau mengurus suatu komunitas atau yayasan demi kesejahteraan orang-orang yang membutuhkan “lentera”. Narasumber harus berdedikasi, misalnya dalam bidang pengajaran, seorang pengajar untuk menjadi narasumber Lentera Indonesia harus memiliki kesetiaan yang tinggi dan kualitas yang bagus, sudah berapa lama ia mengajar dan pernah mengajar di mana saja30. Semangat berarti setiap tokoh sebagai narasumber Lentera Indonesia harus memiliki semangat yang tinggi dan kemauan keras dalam dedikasinya sebagai “lentera” bagi suatu komunitas atau desa-desa. Semangat menjadi dasar pengabdian karena sebagai roda penggerak sebuah perjuangan dan dedikasi. Semangat itu bersifat menular sehingga semangat yang tinggi akan menjadikan masyarakat yang membutuhkan ikut bersemangat menjadikan dirinya lebih baik. Semangat pengabdian yang tinggi dapat memicu dedikasi yang kuat terhadap apa yang dilakukan, termasuk menjadi “lentera” bagi kaum yang membutuhkan. Tak banyak manusia yang memiliki kesetiaan tinggi terhadap sesuatu hal, namun mereka yang memiliki kesetiaan tersebut dapat menjadi penerang bagi orang-orang di sekitarnya melalui perjuangan, dedikasi, dan semangat yang tinggi.
29
Dewi Rachmayani, Produser Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Mei 2015. 30 Dewi Rachmayani, Produser Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Mei 2015.
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS PRODUKSI A. Pelaksanaan Produksi Lentera Indonesia di NET. TV Bagian produksi program televisi merupakan dapur dari sebuah stasiun televisi karena dari bagian tersebut akan menghasilkan acara-acara yang menarik dan berkualitas dan dapat mengangkat citra sebuah stasiun televisi. Program acara televisi sebelum ditayangkan akan melalui tahapan-tahapan, secara garis besar hampir setiap program televisi akan melalui tiga tahap besar, yaitu pra produksi (pre production), produksi (production), dan pasca produksi (post production)1. 1. Pra Produksi Program Lentera Indonesia Seluruh program televisi memiliki tahapan produksi, seperti halnya dengan program dokumenter. Tahap pra produksi program dokumenter menurut Fred Wibowo (1997:99) memiliki empat tahap, yaitu: a. Menentukan tema; b. Melakukan riset; c. Menetapkan tesis atau menyusun kerangka; d. Membuat treatment atau rincian sekuen untuk keperluan shooting. Program dokumenter Lentera Indonesia di NET. TV memiliki alur dalam produksinya. Sesuai dengan yang telah dipaparkan pada Bab II
1
Ciptono Setyobudi. Teknologi Broadcasting TV. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012). Cet.
1. Hal 54.
66
67
bahwa proses produksi berita dibagi tiga bagian, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi, Lentera Indonesia pun melewati ketiga alur tersebut dalam menghasilkan sebuah acara dokumenter. Lentera Indonesia memiliki tema pengabdian anak bangsa terhadap Indonesia.
Pada
tahap
ini,
tim
produksi
Lentera
Indonesia
mengembangkan tema tersebut dengan langkah pertama yaitu melakukan riset. Tahap riset merupakan penentuan akan ke mana dan siapa yang akan diangkat menjadi tokoh pada episode yang akan ditayangkan selanjutnya. Riset tersebut dilakukan oleh reporter dan video journalist (VJ) yang akan melakukan peliputan. Reporter dan VJ memperoleh informasi via telepon, Google dan data-data yang pernah ada. Data yang telah diperoleh kemudian dikemukakan kepada produser, jika disetujui, maka riset pun dilanjutkan2. Setelah melakukan riset, reporter dan VJ akan membuat tesis atau menyusun kerangka. Susunan tersebut kemudian dikembangkan menjadi treatment atau rincian sekuen yang berisi segmentasi, jalan cerita secara detail, dibuka dengan adegan apa, scene-scene, dan gambar . Selanjutnya, treatment tersebut dibawa ketika rapat penyatuan ide atau pitching untuk dipresentasikan. Rapat pitching dihadiri oleh produser, produser madya, serta reporter dan VJ yang akan berangkat liputan3.
2
Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015. 3 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015.
68
Rapat tersebut membahas tokoh utama yang akan diangkat, apakah cukup untuk masuk kriteria sebagai ‘lentera’ bangsa Indonesia atau tidak. Apakah tokoh utama memiliki dedikasi dan perjuangan yang tinggi atau tidak karena untuk menjadi tokoh utama dalam Lentera Indonesia harus sesuai dengan tagline, yaitu perjuangan, dedikasi, dan semangat. Selain itu, dalam rapat ini juga menyatukan atau mengembangkan ide yang telah didapat dari hasil riset dan koreksi segmentasi agar ketika liputan nanti dapat memperoleh gambar dan cerita yang hidup dan lebih menarik. Jika ide dan segmentasi dalam treatment telah bulat dan disetujui bersama, maka hal terakhir yang dilakukan dalam tahap pra produksi adalah
menentukan
tanggal
dan
waktu
keberangkatan
serta
mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan selama proses produksi di lapangan, seperti peralatan shooting, logistik, dan biaya produksi. Alur pra produksi Lentera Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut :
Mencari data lengkap narasumber
Riset issue
Membuat treatment atau segmentasi Menyusun jadwal keberangkatan dan melengkapi kebutuhan produksi di lapangan
Rapat ide (Pitching)
Gambar 8. Alur Pra Produksi Lentera Indonesia
69
2. Produksi Program Lentera Indonesia Memroduksi sebuah acara harus memiliki persiapan yang matang dan mendalam agar program yang dihasilkan pun memiliki kualitas yang bagus, bukan hanya dari segi jenis tayangan tetapi juga gambar yang memberikan keindahan yang selaras bagi penonton. Tahap produksi dalam Lentera Indonesia dilakukan di luar studio, baik di dalam kota Jakarta maupun di luar kota Jakarta. Lentera Indonesia merupakan program dokumenter yang mengangkat perjuangan anak bangsa
di
daerah-daerah
terpencil.
Awalnya,
Lentera
Indonesia
bekerjasama dengan Indonesia Mengajar sehingga lokasi pengambilan gambar pun dilakukan sesuai dengan lokasi pengajaran dari Indonesia Mengajar sehingga tema pun tentang metode-metode belajar4. Kemudian tema tersebut dikembangkan, meski bentuknya tetap sama, yaitu anak muda yang mengajar, namun kerjasamanya yang melebar ke institusi lain tetapi masih di lingkup pendidikan pula seperti Stasiun 3T, Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet Dhuafa. Melihat bahwa sudah terlalu banyak tema tentang pendidikan di episode-episode sebelumnya, maka tim pun mencoba topik lain selain pendidikan, yaitu kesehatan,
4
Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
70
bekerjasama dengan sebuah organisasi di bawah naungan pemerintah bernama Pencerah Nusantara5. Setelah kontrak dengan lembaga-lembaga non profit tersebut, Lentera Indonesia kemudian mengubah konsep yang semula hanya fokus pada anak muda pengabdi bangsa, beralih ke warga Indonesia yang memiliki dedikasi bagi bangsanya, tak hanya pada bidang pendidikan atau kesehatan, tetapi hingga semua sektor pengabdian yang mulia bagi masyarakat Indonesia yang membtuhkan uluran tangan, misalnya seorang pria berusia sekitar 40 tahun yang berhenti dari pekerjaannya sebagai pegawai negeri dan membangun yayasan untuk menampung orang-orang yang memiliki kelainan jiwa. Perluasan konsep tersebut membuat tim mencari narasumbernarasumber baru yang lebih luas dan di luar kelembagaan. Seperti yang telah di bahas dalam tahap pra produksi, riset yang dilakukan reporter dan video journalist (VJ) lebih luas karena tim mencari sendiri narasumber yang memiliki dedikasi dan perjuangan yang patut diliput dan memberi inspirasi. Pada tahap produksi, kegiatan liputan dilakukan oleh seorang reporter dan VJ. Liputan dilakukan selama dua minggu di lapangan untuk dua episode sekaligus. Menurut Kahiril Hanan Lubis selaku reporter Lentera Indonesia, waktu dua minggu tersebut harus dimanfaatkan semaksimal 5
Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
71
mungkin karena terbatas lokasi dan biaya. Repoter dan VJ dapat meliput dua kegiatan dalam satu daerah sekaligus untuk mengatasi keterbatasan waktu6. Ketika meliput di lapangan, reporter dan VJ harus kembali melakukan riset di lokasi pengambilan gambar, guna menyamakan persepsi dengan narasumber dan warga di sekitar lokasi tersebut, serta melakukan perizinan kepada petinggi daerah setempat. Hari pertama kedatangan reporter dan VJ di lokasi tidak digunakan untuk pengambilan gambar, melainkan melakukan pendekatan dengan narasumbernya. Tak hanya itu, reporter dan VJ melakukan cross check treatment yang telah di susun pada tahap pra produksi. Beberapa kesempatan dalam melakukan peliputan, hal yang ditemui di lapangan tidak sama dengan wishlist. Wishlist merupakan daftar harapan atau susunan rencana yang digunakan oleh reporter dalam melakukan liputan. Proses pendekatan yang dilakukan reporter seringnya tidak sama persis dengan harapan ketika di tahap pra produksi dan mengharuskan mencari narasumber pengganti dan tak jarang menemukan narasumber yang jauh lebih menarik dari yang telah direncanakan semula7. Secara umum, peliputan yang dilakukan tidak mengubah tema, hanya mengubah hal-hal tertentu yang tidak dapat dipaksakan untuk diliput. 6
Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015. 7 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015.
72
Ketika sampai di lapangan, menurut Khairil Hanan Lubis, tim akan membuat
kembali segmentasi sesuai dengan keadaan di lokasi
pengambilan gambar, setelah segmentasi sesuai, maka kegiatan liputan pun dapat dikerjakan. Tidak menutup kemungkinan untuk reporter dan VJ meliput dua orang sekaligus sebagai tokoh utama yang nantinya akan dilakukan pemilihan pada tahap pasca produksi8. Proses liputan di lapangan selama satu minggu untuk satu episode tak hanya meliput narasumber utama saja, melainkan juga meliput tokoh pendamping yang berkaitan dengan narasumber utama, seperti local champion, murid-murid narasumber utama, bahkan penduduk sekitar9. Selama proses produksi berita di lapangan, tak menutup kemungkinan dalam satu lokasi meliput untuk dua episode sekaligus. Waktu 12 hari yang ditentukan oleh kantor harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh tim liputan, meski pun lokasi syuting sulit dijangkau kendaraan10. Hal tersebut seperti diungkapkan Khairil Hanan Lubis, reporter Lentera Indonesia dalam wawancara dengan penulis, “Kita sih sebisa mungkin nggak terlalu jauh karena mikir waktu, kan. Dikasih waktu 12 hari untuk liputan, kalau bisa perpindahannya nggak jauh. Bahkan pernah terakhir syuting di Asmat itu dua episode tapi di satu tempat yang sama, ceritanya sama, cuma orangnya berbeda. Nah, karena memang akses ke sananya susah dan butuh waktu 12 hari, nggak mungkin 8
Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 9 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 10 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
73
dong dalam 12 hari jadi satu episode, kita juga mikir budget. Tuntutan dari kantor tetap harus dua,11” Tuntutan dan situasi tersebut membuat reporter dan VJ harus menyusun strategi sebaik mungkin agar produksi di lapangan berjalan lancar dan tidak banyak kekurangan. Alur produksi Lentera Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut:
Riset lokasi dan melakukan perizinan terhadap petinggi setempat
Cross check treatment atau segmentasi
Melaksanakan liputan
Gambar 9. Alur Produksi Lentera Indonesia 3. Pasca Produksi Program Lentera Indonesia Pasca produksi program merupakan tahap akhir dari rangkaian proses produksi program, di dalamnya terdapat pemilihan gambar hasil shooting di lapangan dan editing, seperti yang diungkapkan Fred Wibowo, yaitu12:
11
Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015. 12 Fred Wibowo. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Anggota Ikapi, 1997). Hal. 100.
74
a. Pemilihan gambar hasil shooting (logging), kemudian melakukan editing off line; b. Hasil editing off line dibuat naskah, apabila dibutuhkan narasi, harus ditulis dalam naskah. Naskah lengkap yang berisi susunan gambar dan narasi disebut editing script; c. Berdasarkan editing script kemudian dibuat editing on line. Dalam editing on line semua harus sudah pasti. Jadi, editing on line merupakan editing final; d. Proses selanjutnya adalah mixing. Dalam mixing, narasi dan music ilustrasi dimasukkan dan dicampur di tempat yang sudah direncanakan dalam editing script. Tahap pasca produksi Lentera Indonesia dikerjakan oleh reporter, VJ, editor, dan produser madya. Editor memiliki peran besar dalam tahap akhir ini, namun tak lepas dari kru Lentera Indonesia lainnya karena masing-masing memiliki tugas yang dilakukan dalam menyelesaikan setiap episode sebelum siap tayang. Tugas editor di sini adalah menggabungkan gambar hasil liputan dan menambahkan sound, animasi, grafik, dan lain sebagainya agar tayangan menjadi lebih menarik untuk ditonton. Sedangkan tugas VJ pada tahap ini adalah memilih gambar hasil liputan (logging) atau dalam produksi
75
Lentera Indonesia disebut rough cut. Reporter kemudian membuat naskah untuk acuan editor menggabungkan video liputan dan membuat dubbing13. Pasca produksi dimulai setelah reporter dan VJ kembali dari liputan. Erwin Widyastama selaku VJ Lentera Indonesia, mengungkapkan, hasil liputan berupa file mentah yang berada di hard disk. Data tersebut kemudian diserahkan ke library yang berada di lantai 29 kantor NET. TV untuk diinjescts atau dimasukkan ke dalam sebuah database
yang
memiliki kapasitas ribuan gigabyte yang disebut server dengan kode tertentu14. Data yang telah diinjects ke server tersebut sudah berbentuk low rest kemudian disalurkan ke komputer rough cut yang berada di lantai 28 untuk diolah tim Lentera Indonesia15. Data yang masih terdiri dari gambargambar hasil liputan tersebut dipilah oleh VJ untuk keperluan editing, menyeimbangkan gambar dengan naskah. Pemilahan gambar dimaksudkan untuk menyaring gambar-gambar yang tidak mendukung, seperti gambar blur atau kurang pas hasilnya. Reporter selanjutnya membuat naskah dan rincian penggunaan biaya selama proses produksi di lapangan. Naskah yang dibuat reporter tidak lepas dari segmentasi yang telah dibuat saat pra produksi karena
13
2015
14
Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 15 Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
76
segmentasi tersebut yang menjadi acuan produksi. Pembuatan naskah tersebut, mengutip dari Khairil Hanan Lubis, berlangsung selama kurang lebih tiga hari namun jika deadline penyerahan naskah terlalu berhimpit dengan tanggal produksi, maka pengerjaannya bisa berlangsung selama satu hari penuh16. Naskah yang dibuat reporter tidak serta-merta langsung digunakan dalam proses editing. Naskah terlebih dahulu diserahkan ke produser Lentera Indonesia untuk diteliti dan diperbaiki17. Jika naskah telah diedit oleh produser, maka naskah sudah dapat digunakan untuk keperluan edit. Editor baru bisa melaksanakan proses edit jika naskah dan gambar telah sesuai, namun tidak ada ketentuan dalam mengedit harus sesuai dengan yang dibuat oleh reporter dan VJ. Editor memiliki kewenangan memilih gambar atau video yang lebih baik dari pilihan VJ jika dirasa gambar pilihan VJ kurang pas disatukan ketika diedit. Proses editing di dalam program Lentera Indonesia tidak memiliki ketentuan khusus. Sebagaimana yang diungkapkan Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, “Kadang-kadang kalau memang aku ngerasa gambarnya nggak pas terus aku ganti, aku bongkar. Jadi nggak ada patokan bahwa ngedit harus begini,
16
Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 17 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
77
harus begitu, yang penting ceritanya ngalir, gambarnya ngalir, emosinya ngalir..”18.
Namun hal tersebut tidak menjadikan proses editing
Lentera
Indonesia tidak memiliki alur. Keterampilan dan pengalaman editor dalam melakukan edit menjadi faktor pendukung kekuatan proses tersebut. Jika naskah sudah fixed untuk dijadikan panduan editing, maka proses selanjutnya adalah melakukan dubbing, yaitu memasukkan suara narasi ke dalam hasil liputan. Rianjana Putra mengungkapkan bahwa audio terdiri dari tiga hal, yaitu 19: a. Natural Sound : athmosphere seperti suara angin; b. Chit Chat : suara percakapan orang atau sekumpulan orang; c. Sound Bite : suara wawancara narasumber atau narator. Ketiga komponen audio tersebut saling mendukung dan memberikan kelengkapan untuk video liputan. Terlebih dari itu, program televisi merupakan program yang menghadirkan video dan audio sehingga harus saling mendukung dan berhubungan. Dubbing atau suara narator disesuaikan dengan naskah yang telah diedit oleh produser. Ketika proses dubbing dikerjakan, editor ikut andil dan mempunyai wewenang dalam menentukan jeda per kata. Proses
2015 2015
18
Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
19
Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
78
dubbing tersebut dikerjakan sebelum editor melaksanakan editing secara keseluruhan. Ketika naskah, gambar atau video, dan dubbing telah siap, selanjutnya dapat dikerjakan oleh editor. Editor menggunakan software editing video bernama Velocity20. Lentera Indonesia memiliki ketentuan dari perusahaan untuk menggunakan software tersebut dalam melakukan editing. Software editing video Velocity digunakan karena mampu mengolah video untuk kualitas Full High Definition (HD) yang memang menjadi kualitas tayangan untuk seluruh program-program di NET. TV. Masingmasing program NET memiliki software tersendiri dalam melakukan editing. Software yang mampu digunakan untuk mengolah HD adalah Velocity, Adobe Premiere, dan Edius21. Editing room yang digunakan oleh Lentera Indonesia terletak di lantai 28 dan ruang tersebut memiliki jadwal untuk tiap program karena editing room digunakan bersama-sama oleh seluruh editor program. Rianjana Putra mengungkapkan bahwa setiap hari Lentera Indonesia mendapatkan jadwal satu shift, yaitu shift tiga. Satu shift berlangsung selama delapan jam22.
2015 2015 2015
20
Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
21
Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
22
Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
79
Seluruh hasil liputan yang telah mengalami proses edit menjadi serangkaian video yang utuh menjadi sebuah tayangan, namun prosesnya tak berhenti sampai di situ. Rangkaian video liputan tersebut kemudian memasuki tahap preview, yaitu tahap peninjauan editing. Preview tersebut kewenangannya dimiliki oleh produser. Dalam Lentera Indonesia, wewenang tersebut dilakoni oleh produser madya, Satria Purnatama. Produser madya bertugas melakukan pemotongan durasi karena durasi yang terlalu panjang, misalkan durasi hingga 30 menit lebih. Sebelumnya, durasi utuh siap tayang yaitu 26 menit, namun diperpendek menjadi 24 menit. Waktu tayangan di televisi yang disediakan untuk Lentera Indonesia adalah 30 menit, mulai pukul 14.30 WIB hingga 15.00 WIB, tiap Sabtu dan Minggu23. Seperti yang dituturkan oleh Produser Madya Lentera Indonesia, Satria Purnatama, bahwa pengurangan durasi tayang tersebut dikarenakan iklan yang sudah mulai masuk. “Sudah kebanyakan iklan jadi durasi harus dikurangi. Kalau dokumenter murni kan nggak mau ngalah sama iklan. Nah, karena kita industri, ya kita harus banyak kompromi,”24.
Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa Lentera Indonesia dikatakan 23
sebagai
program
semi-dokumenter25.
Sebuah
program
Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 24 Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
80
dokumenter yang berada di bawah naungan industri akan mengalami pergeseran durasi karena sebuah perusahaan media pasti memiliki relasi terhadap iklan. Proses editing secara keseluruhan berlangsung selama empat hari. Tiga hari digunakan untuk editing, sehari selanjutnya digunakan untuk preview dan finishing. Setelah project editing selesai dikerjakan seluruhnya, project editing hingga master on air disimpan di master control room (MCR), atau ruang kendali utama tayangan di sebuah stasiun televisi26. Data-data yang dikerjakan selama proses editing kemudian didelete atau dibuang dari komputer yang digunakan di editing room. Data-data tersebut tersimpan di dalam server dalam bentuk timeline27. Ketika editing, editor beberapa kali pernah mengalami kekurangan gambar dalam mengedit liputan. Misalnya dalam sutau liputan, seharusnya ada gambar orang berjalan namun yang ditekankan dalam shoot tersebut adalah kaki yang tengah berjalan agar lebih bermakna, tetapi gambar tersebut tak ada, maka editor akan menyiasatinya dengan menggunakan stock shot. Editor selalu menyimpan gambar-gambar yang bagus agar
25
Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 26 Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 27 Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
81
kelak jika hal tersebut terjadi, maka dapat diatasi dengan stock shot tersebut untuk melengkapinya28. Alur pasca produksi Lentera Indonesia digambarkan sebagai berikut:
VJ memilah video-video hasil liputan (logging) Produser madya melakukan preview dan pemotongan durasi
Editor membuat finishing sebelum menyerahkan ke master control room (MCR)
Reporter membuat naskah
Produser mengedit naskah
Editor melaksanakan editing video
Membuat dubbing
Lentera Indonesia siap ditayangkan pada Sabtu dan Minggu
Gambar 10. Alur Pasca Produksi Lentera Indonesia
B. Analisis Produksi Program Lentera Indonesia dalam Analisis Data Model Miles dan Huberman Proses produksi Lentera Indonesia memiliki berbagai macam tahapan dan langkahnya telah dipaparkan sebelumnya. Data yang diperoleh dari penelitian produksi Lentera Indonesia tersebut dianalisis menggunakan Analisis Data Model Miles dan Huberman. Analisis data tersebut terdiri dari atas tiga
28
2015
Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
82
kegiatan utama, yaitu pertama, reduksi data yang berarti pemilihan data ‘mentah’ dari penelitian yang diurutkan dengan poin-poin penting, kedua penyajian data, yaitu data yang telah dipilih dalam reduksi data untuk ditampilkan dalam laporan penelitian, dan terakhir adalah verifikasi atau penarikan kesimpulan, yaitu kesimpulan atas penelitian yang diperoleh29. a. Data lapangan yang diperoleh mengenai konsep Lentera Indonesia adalah Lentera Indonesia berangkat dari cerita tentang anak bangsa yang berbuat sesuatu bagi bangsanya melalui kerja sama dengan Indonesia Mengajar. Data tersebut mengalami reduksi data dan menjadi beberapa bagian penting, yaitu : 1. Lentera Indonesia bekerjasama dengan Indonesia Mengajar; 2. Menginspirasi masyarakat Indonesia; 3. Kepedulian terhadap masyarakat di desa terpencil. Penyajian datanya adalah Lentera Indonesia merupakan program dokumenter yang menayangkan kegiatan sekelompok anak muda yang mendedikasikan diri untuk bangsa Indonesia. Kemudian kesimpulan yang diperoleh ialah program Lentera Indonesia dibuat dengan tujuan menginspirasi orang Indonesia untuk sadar dan peduli terhadap mereka yang masih membutuhkan uluran tangan. b. Data lapangan mengenai target narasumber ialah perubahan target narasumber Lentera Indonesia yang semula berada di lingkup institusi 29
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif: Buku SumberTentang Metode-Metode Baru. Hal. 16
83
tertentu menjadi seluruh warga Indonesia yang memiliki dedikasi bagi rakyat Indonesia yang membutuhkan. Reduksi data lapangan tersebut ialah Lentera Indonesia habis kontrak dengan institusi Indonesia Mengajar, Lentera Indonesia, Dompet Dhuafa, Stasiun 3T, dan Pencerah Nusantara. Penyajian datanya adalah narasumber Lentera Indonesia merupakan orang Indonesia yang memiliki dedikasi, semangat, dan perjuangan untuk bangsa Indonesia. Kemudian ditarik kesimpulan bahwa Lentera Indonesia membuka peluang bagi orangorang yang telah berbuat sesuatu bagi bangsa Indonesia. c. Data lapangan yang diperoleh mengenai proses produksi diawai dengan tahap pra produksi Lentera Indonesia yang dimulai dengan riset issue. Hal apa yang menarik untuk diangkat di episode selanjutnya. Apakah narasumber cukup memiliki dedikasi dan semangat perjuangan atau tidak. Data tersebut mengalami reduksi data menjadi beberapa poin, yaitu: 1. Tahapan pra produksi; 2. Riset issue; 3. Target memenuhi syarat untuk menjadi narasumber Lentera Indonesia; 4. Riset dilakukan oleh reporter dan VJ. Penyajian datanya ialah tahap riset merupakan penentuan akan ke mana dan siapa yang akan diangkat menjadi tokoh pada episode yang akan ditayangkan selanjutnya. Riset tersebut dilakukan oleh reporter
84
dan video
journalist
(VJ)
yang
akan
melakukan
peliputan.
Kesimpulannya adalah Lentera Indonesia bertolak dari tema utama, yaitu tentang anak bangsa yang berdedikasi untuk bangsa Indonesia. Tahap pra produksi, langkah dimulai dari riset issue yang dilakukan reporter dan VJ. d. Setelah riset issue, reporter dan VJ mencari informasi via telepon, via googling, via data-data yang pernah ada. Dibicarakan dengan produser. Setelah itu dibicarakan di kantor, seberapa kuat, seberapa penting dia untuk diangkat. Data lapangan tersebut direduksi menjadi : 1. Mencari info melalui teknologi dan data yang sudah dimiliki; 2. Sounding dengan produser. Penyajian datanya adalah reporter dan VJ memperoleh informasi via telepon, Google dan data-data yang pernah ada. Data yang telah diperoleh kemudian dikemukakan kepada produser, jika disetujui, maka riset pun dilanjutkan. Kesimpulan yang diperoleh ialah reporter mendapatkan kemudahan riset melalui teknologi. Proses riset pun harus selalu dibicarakan dengan produser. e. Data lapangan selanjutnya ialah reporter dan VJ menyusun segmentasinya, jalan ceritanya per detil, dibuka dengan apa. Selanjutnya, tim ingin membangun juga drama di dalam cerita, seperti apa, scene-scenenya bagaimana, gambarnya apa saja. Reduksi datanya ialah :
85
1. Reporter membuat treatment atau segmentasi; 2. Reporter mengerjakan bersama VJ. Penyajian datanya ialah setelah melakukan riset, reporter dan VJ akan membuat tesis atau menyusun kerangka. Susunan tersebut kemudian dikembangkan menjadi treatment atau rincian sekuen yang berisi segmentasi, jalan cerita secara detail, dibuka dengan adegan apa, scene-scene, dan gambar. Maka kesimpulannya ialah segmentasi dibuat secara detil guna acuan dalam tahap produksi sehingga meminimalisir kekurangan angle dalam pembuatan video ketika liputan dan dapat dikembangkan dalam pembuatan naskah. f. “Selanjutnya, kita mau membangun juga drama di dalam cerita, seperti apa, scene-scenenya bagaimana, gambarnya apa aja. Itu langsung dibicarakan. Setelah oke, tentukan tanggal dan waktu, tinggal berangkat,” merupakan data lapangan yang diperoleh berdasarkan wawancara dengan Khairil Hanan Lubis, reporter Lentera Indonesia30. Reduksi data yang diperoleh ialah : 1. Pitching dihadiri oleh produser, produser madya, reporter, dan VJ; 2. Pitching membahas treatment yang telah dibuat; 3. Rapat sekaligus menentukan waktu keberangkatan liputan. Penyajian datanya ialah treatment tersebut dibawa ketika rapat penyatuan idea tau pitching untuk dipresentasikan. Rapat pitching 30
Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
86
dihadiri oleh produser, produser madya, serta reporter dan VJ yang akan berangkat liputan. Rapat tersebut membahas tokoh utama yang akan diangkat. Kesimpulan yang ditarik ialah rapat ide (pitching) digunakan untuk menyamakan persepsi, pemikiran, dan peneguhan treatment agar tidak terjadi ketimpangan saat liputan atau pada hasil liputan mendatang. g. Tahap produksi Lentera Indonesia dilakukan di beberapa daerah, mulai dari pinggir Jakarta, hingga luar kota, sesuai konsep awal. Data tersebut direduksi menjadi lokasi produksi di daerah terpencil, baik tepi Jakarta maupun luar kota. Penyajian datanya ialah tahap produksi dalam Lentera Indonesia dilakukan di luar studio, baik di dalam kota Jakarta maupun di luar kota Jakarta. Lentera Indonesia merupakan program dokumenter yang mengangkat perjuangan anak bangsa di daerah-daerah terpencil. Kesimpulannya adalah Lentera Indonesia berkomitmen mengangkat perjuangan seseorang melipur kesenjangan sosial di daerah marginal. h. “Dikasih waktu 12 hari untuk liputan, kalau bisa perpindahannya nggak jauh. Bahkan pernah terakhir syuting di Asmat itu dua episode tapi di satu tempat yang sama, ceritanya sama, cuma orangnya berbeda,” ujar Khairil Hanan Lubis selaku reporter Lentera Indonesia31. Reduksi data yang diperoleh ialah : 1. Waktu liputan berlangsung selama 12 hari; 31
Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
87
2. Satu daerah yang menjadi lokasi syuting untuk dua episode. Penyajian datanya ialah pada tahap produksi, kegiatan liputan dilakukan oleh seorang reporter dan VJ. Liputan dilakukan selama dua minggu di lapangan untuk dua episode sekaligus. Maka kesimpulan yang ditarik ialah sekali perjalanan liputan, dilkaukan untuk dua episode. Minimalisir budget menjadi pertimbangan dan diupayakan di satu daerah tersebut bisa menghasilkan dua episode selama tenggat waktu 12 hari. i.
“Begitu sampai reporter dan VJ langsung menemui narasumber, mengajak ngobrol. Segmentasi yang sudah disusun, dicross-check kembali, ini bagaimana, begini-begini,” ungkap Khairil Hanan Lubis, reporter Lentera Indonesia32. Reduksi datanya terdiri atas: 1. Hari pertama digunakan untuk riset lapangan; 2. Melakukan perizinan terhadap tetua setempat; 3. Cross check segmentasi. Penyajian datanya ialah hari pertama kedatangan reporter dan VJ di lokasi tidak digunakan untuk pengambilan gambar, melainkan melakukan pendekatan dengan narasumbernya. Tak hanya itu, reporter dan VJ melakukan cross check treatment yang telah di susun pada tahap pra produksi. Kemudian ditarik kesimpulan bahwa pendekatan terhadap narasumber dan warga setempat dilakukan agar proses liputan
32
Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
88
berjalan lancar. Cross check segmentasi dilakukan untuk penyesuaian dengan kondisi lapangan. j.
“Si aku ini tetap jalan sebagai tokoh utama tapi di dalam itu kan ada yang ibaratnya jadi tokoh pendamping, mungkin bisa local champion, murid-murid, bisa siapa yang menarik yang penting masih berkaitan dengan dia dan tetap kemunculan harus tokoh utama,”33. Data tersebut direduksi menjadi : 1. Proses liputan dikerjakan selama dua minggu; 2. Liputan tidak hanya berisi narasumber utama, tetapi juga tokoh pendamping yang berkaitan. Data tersebut disajikan dengan proses liputan di lapangan selama satu minggu untuk satu episode tak hanya meliput narasumber utama saja, melainkan juga meliput tokoh pendamping yang berkaitan dengan narasumber utama, seperti local champion, murid-murid narasumber utama, bahkan penduduk sekitar. Maka kesimpulan yang ditarik adalah liputan dilakukan sebaik mungkin dengan meliput tokoh pendamping narasumber utama agar cerita berjalan selaras dan memperkaya informasi.
k. “Kita sih sebisa mungkin nggak terlalu jauh karena mikir waktu, kan. Dikasih waktu 12 hari untuk liputan, kalau bisa perpindahannya nggak jauh,” ujar Khairil Hanan Lubis. Reduksi datanya ialah: 33
Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
89
1. Waktu liputan selama 12 hari; 2. Satu daerah untuk dua lokasi yang berdekatan. Display datanya ialah selama proses produksi berita di lapangan, tak menutup kemungkinan dalam satu lokasi meliput untuk dua episode sekaligus. Waktu 12 hari yang ditentukan oleh kantor harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh tim liputan, meski pun lokasi syuting sulit dijangkau kendaraan. Kemudian ditarik kesimpulan bahwa proses produksi juga harus mempertimbangkan waktu, biaya, dan lokasi. l.
“File yang ada di hard disk yang diserahkan ke library di lantai 29. Nah, dia yang masukkin ke server dengan kode tertentu. Library ini yang melakukan injecst. Injecst di sini maksudnya memasukkan data ke server. Kemudian ditarik ke komputer rough cut. Itu sudah bentuk low rest,”34. Data tersebut direduksi menjadi: 1. Data hasil liputan diserahkan ke library; 2. Library melakukan injects data ke server; 3. Library mengirimkan data ke komputer rough cut dalam bentuk low rest. Penyajian datanya ialah pasca produksi dimulai setelah reporter dan VJ kembali dari liputan. Erwin Widyastama selaku VJ Lentera Indonesia, mengungkapkan, hasil liputan berupa file mentah yang berada di hard
34
Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
90
disk. Data tersebut kemudian diserahkan ke library yang berada di lantai 29 kantor NET. TV untuk diinjescts ke server. Kesimpulan yang ditarik ialah PT. Netmediatama Indonesia memiliki sebuah database berukuran ribuan gigabyte untuk menyimpan data semua program di NET, maka dari itu NET memiliki alur tersendiri dalam menerima dan menyalurkan data untuk keperluan editing produksi program. m. Selesai liputan, VJ akan memilih gambar hasil liputan di komputer rough cut dan reporter membuat naskah. Editingnya dimulai dari tim liputan memberikan naskah dan materi ke editor, baru kemudian diedit. Reduksi datanya ialah : 1. VJ memilah video hasil liputan di komputer rough cut; 2. Reporter membuat naskah; 3. Editor menerima materi dan naskah sebelum kemudian melakukan editing secara keseluruhan. Penyajian datanya ialah Tugas editor di sini adalah menggabungkan gambar hasil liputan dan menambahkan sound, animasi, grafik, dan lain sebagainya agar tayangan menjadi lebih menarik untuk ditonton. Sedangkan tugas VJ pada tahap ini adalah memilih gambar hasil liputan atau dalam produksi Lentera Indonesia disebut rough/raws cut yang artinya editing kasar. Reporter kemudian membuat naskah untuk acuan editor menggabungkan video liputan dan membuat dubbing. Kesimpulan yang ditarik ialah VJ dan reporter memiliki peran di produksi program dari pra produksi hingga pasca produksi. Pada tahap
91
pasca produksi, reporter bertugas membuat naskah dan VJ memilah video hasil liputan untuk kemudian materi-materi tersebut diserahkan ke editor untuk diselaraskan dan diisi dengan suara, grafik, dan gambar. n. Reporter membuat naskah setelah kembali dari tugas liputan. Naskah tersebut dibuat selama tiga hari kemudian diserahkan ke produser untuk ditinjau dan diteguhkan. Data tersebut direduksi menjadi: 1. Naskah yang dibuat reporter diserahkan ke produser; 2. Produser melakukan pratinjau dan mengubah yang belum sesuai. Penyajian datanya ialah naskah yang dibuat reporter tidak serta-merta langsung digunakan dalam proses editing. Naskah terlebih dahulu diserahkan ke produser Lentera Indonesia untuk diteliti dan diperbaiki. Jika naskah telah diedit oleh produser, maka naskah sudah dapat digunakan untuk keperluan edit. Kesimpulan yang dapat ditarik ialah dalam melakukan proses editing, naskah digunakan sebagai acuan. Namun sebelum itu, naskah harus terlebih dahulu ditinjau produser guna memperbaiki kesalahan dan menambah kekurangan, agar menghasilkan naskah yang baik dan berkualitas. o. “Begitu masuk editing, kalau di sini kan sistemnya rough cut, sama VJnya dibikin kasar dulu, kan sesuai naskahnya. Kemudian editor akan mengedit, dalam proses mengedit nggak murni seratus persen harus patokan dengan yang sudah dibikin sama VJ itu. Jadi, kadang-kadang
92
kalau memang gambarnya nggak pas akan diganti,”35. Data tersebut direduksi menjadi : 1. Editor memulai kegiatan editing jika naskah dan materi sudah fixed dan diterima; 2. Tidak ada ketentuan khusus dalam mengedit; 3. Editor dapat mengganti gambar atau video yang kurang sesuai dan kurang selaras. Penyajian datanya adalah editor baru bisa melaksanakan proses edit jika naskah dan gambar telah sesuai, namun tidak ada ketentuan dalam mengedit harus sesuai dengan yang dibuat oleh reporter dan VJ. Editor memiliki kewenangan memilih gambar atau video yang lebih baik dari pilihan VJ jika dirasa gambar pilihan VJ kurang pas disatukan ketika diedit. Kseimpulan yang ditarik ialah editor memasuki ruang editing jika materi telah sia, mulai dari naskah yang telah tetap, dubbing, video hasil liputan yang sudah dipilih VJ.
Selanjutnya editor akan
melaksankan tugasnya dan dapat mengganti gambar atau video yang kurang pas dengan cerita. p. Data lapangan berupa dubbing dilakukan sebelum edit. Jadi ketika masuk ke ruang editing itu semua sudah masuk, gambar, dubbing, dan naskah. Selanjutnya editor yang mengolah. Maka hasil reduksi datanya berupa:
35
2015
Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
93
1. Dubbing direkam setelah naskah siap dipakai; 2. Hasil dubbing masuk ke ruang editing bersamaan dengan naskah dan video liputan. Penyajian datanya ialah jika naskah sudah fixed untuk dijadikan panduan editing, maka proses selanjutnya adalah melakukan dubbing, yaitu memasukkan suara narasi ke dalam hasil liputan. Kesimpulan yang diambil ialah ketika memasuki ruang editing, semua materi sudah harus siap. q. “Kalau audio, natural sound kan ada tiga, natural sound yang benarbenar ambience, atmosphere, yang kedua adalah chit chat, dan yang ketiga sound bite, itu wawancara. Kalau yang natural sound, athmosphere yang kayak suara angin,36” ungkap Rianjana Putra dalam wawancara
dengan
penulis.
Reduksi
data
yang
dilakukan
menghasilkan data: 1. Jenis audio terdiri dari tiga komponen; 2. Natural sound, chit chat, dan sound bite. Peyajian datanya ialah audio terdiri dari tiga hal, yaitu: 1. Natural sound : athmosphere seperti suara angin; 2. Chit chat : suara percakapan orang atau sekumpulan orang; 3. Sound bite : suara wawancara narasumber atau narator.
36
2015
Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
94
Maka kesimpulan yang dapat ditarik ialah tiga komponen suara yang utama dalam sebuah tayangan, yaitu natural sound, chit chat, dan sound bite. r. “dubbingnya itu sesuai naskah. Naskah kan per paragfraf, dubbingnya ya semua itu dibaca. Nanti yang menentukan jeda per kata itu editor,”37. Data hasil reduksi yang diperoleh ialah: 1. Dubbing dikerjakan sesuai naskah; 2. Editor menentukan jeda per kata. Penyajian datanya ialah ketika proses dubbing dikerjakan, editor ikut andil dan mempunyai wewenang dalam menentukan jeda per kata. Proses dubbing tersebut dikerjakan sebelum editor melaksanakan editing secara keseluruhan. Kesimpulan data yang dapat ditarik ialah proses dubbing dapat didampingi oleh editor atau editor dapat menentukan jeda paragraph pada lembar naskah. s. “..yang mampu mengolah Full HD itu hanya Velocity, Premiere, Edius. Kita pakai Premiere dan Edius tapi kebetulan yang dipakai untuk Lentera Indonesia itu Velocity. Kalau yang pakai Premiere itu program Weekend List, ILook, kalau Edius itu Ini Talkshow,”38. Reduksi datanya ialah : 1. Software yang digunakan editor Lentera Indonesia adalah Velocity;
2015 2015
37
Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
38
Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
95
2. Velocity mampu mengolah full high definition (HD); 3. Perusahaan menentukan software Velocity untuk editing program Lentera Indonesia. Penyajian datanya adalah editor menggunakan software editing video bernama Velocity. Lentera Indonesia memiliki ketentuan dari perusahaan untuk menggunakan software tersebut dalam melakukan editing. Software editing video Velocity digunakan karena mampu mengolah video untuk kualitas full high definition (HD) yang memang menjadi kualitas tayangan untuk seluruh program-program di NET. Kesimpulannya adalah kualitas tayangan NET adalah high definition (HD) sehingga perusahaa menentukan software tersendiri yang mampu mengolah kualitas HD. Masing-masing program di NET telah ditetapkan software apa yang digunakan untuk editing video. t. “Satu episode dengan preview potong durasi, finishing empat hari empat shift. Satu shift delapan jam. Sistemnya kita by shift. Tiap hari itu Lentera Indonesia dapat satu shift, shift tiga, satu shift delapan jam, jadi empat hari,”39. Data hasil reduksi ialah: 1. Waktu yang dihabiskan dalam mengedit adalah empat hari; 2. Editing room yang digunakan memiliki jadwal per shift; 3. Lentera Indonesia mendapat jadwal di shift tiga; 4. Satu shift berlangsung selama delapan jam.
39
2015
Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
96
Penyajian datanya ialah editing room yang digunakan oleh Lentera Indonesia terletak di lantai 28 dan ruang tersebut memiliki jadwal untuk tiap program karena editing room digunakan bersama-sama oleh seluruh editor program. Rianjana Putra mengungkapkan bahwa setiap hari Lentera Indonesia mendapatkan jadwal satu shift, yaitu shift tiga. Satu shift berlangsung selama delapan jam. Kesimpulannya adalah pembuatan jadwal di ruang editing dibuat agar tiap program memiliki waktu untuk melakukan editing. Setiap shift dijatuhkan waktu delapan jam dan Lentera Indonesia memiliki jadwal di shift tiga. u. “Setelah diedit semua, nah Mas Satria ini yang melanjutkan. Jadi, diedit kan sesuai naskah, durasi bisa sampai 35 menit, padahal yang kita butuhkan buat tayangan sekitar 24 menit. Karena kita punya waktu setengah jam, terpotong iklan, jadi totalnya buat jadi satu cerita itu 24 menit. Itu sudah durasi bersih termasuk dengan bumper,”40. Hasil reduksi datanya ialah: 1. Setelah selesai edit kemudian rangkain video dipreview oleh produser madya; 2. Produser memotong durasi yang terlalu panjang; 3. Waktu tayang hanya 30 menit termasuk iklan; 4. Waktu yang dibutuhkan untuk tayangan Lentera Indonesia adalah 24 menit.
40
Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
97
Penyajian datanya adalah rangkaian video liputan tersebut kemudian memasuki tahap preview, yaitu tahap peninjauan editing. Preview tersebut kewenangannya dimiliki oleh produser. Dalam Lentera Indonesia, wewenang tersebut dilakoni oleh produser madya, Satria Purnatama. Produser madya bertugas melakukan pemotongan durasi karena durasi yang terlalu panjang, misalkan durasi hingga 30 menit. Kesimpulan yang ditarik adalah di tengah tahap editing, terdapat preview atau pratinjau video yang telah diedit. Pratinjau tersebut untuk memotong durasi dan melihat apakah masih ada kekurangan dalam video tersebut. Pratinjau tersebut dilakukan oleh produser madya Lentera Indonesia. v. “Iklannya sudah mulai masuk. Sudah kebanyakan (iklan-red), jadi durasi tayangan dikurangi. Kalau dokumenter murni kan nggak mau ngalah sama iklan. Nah, karena kita industri, ya kita harus banyak kompromi, lah, 41” ungkap Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia kepada penulis. Hasil wawancara tersebut direduksi menjadi: 1. Iklan mulai masuk selama penayangan Lentera Indonesia tiap akhir pekan; 2. Pemotongan durasi karena waktu tayang selama 30 menit harus dibagi dengan iklan; 3. Lentera Indonesia dikatakan sebagai tayangan semi-dokumenter. 41
Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
98
Penyajian datanya adalah pengurangan durasi tayang tersebut dikarenakan iklan yang sudah mulai masuk. “Sudah kebanyakan iklan jadi durasi harus dikurangi. Kalau dokumenter murni kan nggak mau ngalah sama iklan. Nah, karena kita industri, ya kita harus banyak kompromi,”42. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa Lentera Indonesia dikatakan sebagai program semi-dokumenter. Kesimpulannya adalah bahwa Lentera Indonesia merupakan berita dokumenter yang berjenis semi-dokumenter
karena
telah
disisipi
iklan
pada
masa
penayangannya. Sehingga durasi 30 menit pun diperpendek menjadi 26 menit. w. “File editing setelah selesai diedit disimpan di MCR sebelum ditayangkan di hari Sabtu dan Minggu. Project editing sampai master on-air semuanya di master control room, sampai nanti ada ARC, ARC itu archive,”43. Hasil wawancara dengan Satria Purnatama tersebut direduksi menjadi file editing disimpan di master control room (MCR) sebelum ditayangkan. Sedangkan penyajian datanya adalah setelah project editing selesai dikerjakan seluruhnya, project editing hingga master on air disimpan di master control room (MCR), atau ruang kendali utama tayangan di sebuah stasiun televisi. Maka kesimpulanya ialah file editing tidak ada yang disimpan di dalam komputer edit. Data
42
Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 43 Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
99
yang sudah diedit akan dikirim ke ruang MCR sampai penayangan di akhir pekan.
C. Kendala dan Tantangan Produksi Program Lentera Indonesia Setiap kegiatan pasti ada kendala dan tantangan yang dihadapi. Tak terkecuali dalam proses produksi sebuah program acara televisi. Kendala dan tantangan selalu datang seiring berjalannya proses produksi. Namun kendala dan tantangan dapat dihadapi jika tim produksi tetap kompak dan terorganisir. Hal itu juga dialami oleh tim produksi Lentera Indonesia. Tak sedikit kendala yang dihadapi oleh tim selama proses produksi. Terlebih tahap produksi Lentera Indonesia banyak dilakukan di luar daerah, terutama daerah terpencil yang jauh dari kota besar seperti di Desa Lembuak, Lombok Barat. Beberapa kendala penulis ketahui melalui wawancara pribadi dengan tim Lentera Indonesia berupa kendala lokasi liputan dan perbedaan budaya di daerah terpencil di luar kota. Selebihnya mengenai kendala secara sistem. Kendala bagi video journalist (VJ), menurut Erwin Widyastama, biasanya dari segi logistik. Kendala yang dialami oleh masing-masing VJ tentu berbeda, mengingat VJ di dalam tim Lentera Indonesia terdiri dari tiga orang, yaitu Erwin Widyastama, Franciska Anis, dan Shandy Prasetya Utama. Tak hanya itu, kendala yang juga dialami VJ di lapangan adalah ketika kondisi di lapangan tidak sesuai dengan wishlist atau segmentasi. Seperti yang dituturkan oleh Erwin Widyastama ketika meliput di Aceh,
100
“Sering beda tapi kita harus menyesuaikan langsung. Kita kan ada yang namanya pitching untuk bikin rundown dan konsep. Saya pernah liputan ke Aceh, tanpa diduga di Aceh terjadi banjir, sekolahnya nggak dipakai untuk sekolah tapi buat pengungsian. Ya, akhirnya mengubah semua. Cerita yang apa adanya di sana ya diambil. Ceritanya diubah total tapi kita tetap sounding ke produser,”44.
Mengatasi kendala tersebut, tim yang melakukan liputan, VJ dan reporter, ditantang untuk segera mengatasi dan menyesuaikan langsung jika keadaan di lapangan tidak sesuai dengan segmentasi atau konsep yang telah disusun sebelumnya di tahap pra produksi. Hal itu juga dirasakan oleh salah satu reporter Lentera Indonesia, Kahiril Hanan Lubis, ketika liputan banyak yang hal yang terjadi di lapangan berbeda dengan segmentasi yang sudah dibuat. Jika demikian maka ia dan VJ akan melakukan segmentasi ulang guna menyesuaikan dengan kondisi di lapangan. Seperti yang diungkapkan dalam wawancara, “Kebanyakan beda. Kalau secara umum tema sih nggak berubah tapi detaildetailnya banyakan beda. Jadi ketika sampai di lapangan kita bikin segmentasi lagi, kita susun ulang, “oh ternyata seperti ini”. Misalnya yang dia ceritakan kita lihat kondisinya, oh nggak sesuai seperti itu. Dia ceritakan lagi yag lebih menarik, kita ketemu dengan orang yamg lebih menarik, berubah. Nah, dari situ biasanya di hari pertama kita sudah menentukan bentuknya kayak gimana, hari kedua kita sudah mulai jalan,”45.
Kendala demikian menjadi sebuah tantangan bagi seorang reporter untuk sigap dan cekatan dalam menyesuaikan kondisi di lokasi liputan, mengingat
44
Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015. 45 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015.
101
waktu dan biaya yang digunakan untuk liputan terbatas, yaitu 12 hari meliput untuk dua episode sekaligus. Lokasi yang sulit dijangkau kendaraan juga menjadi kendala bagi tim selama proses liputan. Keadaan di lapangan harus sesegera mungkin diatasi dan menggunakan waktu seefisien mungkin. Lain cerita lagi bagi editor. Rianjana Putra selaku editor Lentera Indonesia, dalam wawancara dengan penulis mengungkapkan bahwa selama proses produksi, ia menggunakan sistem edit non linier sehingga mengalami sedikit kendala, sebagaimana yang dituturkan, “So far sih kekurangan non linier itu karena pakai software pakai komputer, kemungkinan nge-hang banyak, kemungkinan tiba-tiba komputer berhenti itu banyak,”46.
Namun sejauh itu, kendala tersebut dapat diatasi. Sebagaimana menurutnya bahwa keterampilan seorang editor bukan pada alat yang digunakan melainkan bagaimana seorang editor dapat mengoperasikan pekerjaan sebaik mungkin dan kekayaan pengalaman dapat menjadi nilai tambahan. Selain itu, menurut Rianjana Putra, di NET. untuk masalah kekurangan audio tidak menggunakan aplikasi pengolah audio yang rusak seperti halnya film. Jika di NET, tidak menggunakan audio post pro, yaitu aplikasi pengolah audio yang rusak atau mengalaim noise. Tidak menggunakan aplikasi tersebut bukan berarti televisi tidak mampu, tetapi lebih karena tidak ada waktu lebih.
46
2015.
Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
102
Sedangkan untuk mengolah audio dalam aplikasi tersebut membutuhkan waktu yang lama. Jadi, jika audionya rusak, maka Rianjana Putra tetap akan menggunakannya, namun ia akan mengatakan kepada penanggungjawab jika audio di bagian tersebut rusak47. Hal yang memengaruhi pekerjaan seorang editor adalah ketika gambar yang didapat dari hasil liputan tidak sesuai atau kualitasnya tidak bagus. Namun, untuk mengatasi hal tersebut, editor menggunakan stock shot. Menurutnya, jika ada gambar yang bagus, ia akan menyimpan untuk cadangan jika suatu ketika terdapat kekurangan gambar dalam proses editing. Kendala bagi produser, sebagaimana yang diungkapkan oleh Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, mengenai perpendekan durasi tayangan. Waktu yang disediakan untuk Lentera Indonesia tayang adalah 30 menit namun sehubungan dengan masuknya iklan ke dalam waktu tayangan, maka diperpendek menjadi 26 menit sampai akhirnya terakhir dipotong menjadi 24 menit. Seperti yang diungkapkan Erwin Widyastama, VJ Lentera Indonesia, “Durasi bisa sampai 35 menit, padahal yang kita butuhkan buat tayangan sekitar 24 menit. Karena kita punya waktu setengah jam, terpotong iklan, jadi totalnya buat jadi satu cerita itu 24 menit. Itu sudah durasi bersih termasuk dengan bumper,”48.
47
Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
2015. 48
Erwin Widyastama, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015.
103
Hal itu ditambahkan oleh ungkapan Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, “Iklannya sudah mulai masuk. Sudah kebanyakan (iklan-red), jadi durasi tayangan dikurangi. Kalau dokumenter murni kan nggak mau ngalah sama iklan. Nah, karena kita industri, ya kita harus banyak kompromi, lah,”49.
Tantangan bagi Produser Lentera Indonesia, Dewi Rachmayani, adalah bagaimana Lentera Indonesia tidak hanya mampu menginspirasi masyarakat Indonesia tapi juga dapat membuat seseorang melakukan sesuatu yang berguna bagi bangsa Indonesia. Hal tersebut juga dirasakan oleh Dewi Rachmayani pribadi. Seperti penuturannya kepada penulis saat wawancara, “Aku sendiri sebagai Produser Lentera Indonesia, gue malu melihat narasumber-narasumber yang sudah berbuat sesuatu tapi gue belum berbuat apa-apa, kerjaan gue cuma numpuk duit, sibuk kerja. Tapi apa yang sudah gue kasih buat orang lain? Sering banget kesentil sama liputan sendiri,”50.
Hal seperti itu yang menantang Dewi Rachmayani untuk dapat memberikan tayangan yang berkualitas untuk ditonton. Ia juga ingin membuat penghargaan bagi narasumber yang pernah diliput Lentera Indonesia, untuk memberikan penghargaan atas perjuangan, dedikasi, dan semangatnya bagi bangsa Indonesia51.
49
Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015. 50 Dewi Rachmayani, Produser Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Mei 2015. 51 Dewi Rachmayani, Produser Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Mei 2015.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang penulis paparkan dari bab I hingga bab IV dalam skripsi ini, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik untuk menerangkan kesatuan dari isi yang diangkat oleh penulis dalam karya ilmiah tentang produksi program berita dokumenter Lentera Indonesia di NET. 1. Ciri Khas Berita Dokumenter Lentera Indonesia Program berita dokumenter Lentera Indonesia yang tayang tiap Sabtu dan Minggu pukul 14.30 WIB di NET memiliki ciri khas tersendiri yang membuatnya berbeda dibandingkan program sejenis lainnya di stasiun televisi lainnya. Lentera Indonesia memberi warna baru bagi dokumenter pertelevisian Indonesia. Konsep yang diusung mengenai kepedulian muda-mudi yang peduli terhadap orang-orang di desa terpencil. Namun, seiring berjalannya waktu, konsep tersebut berkembang dan tak hanya menampilkan sosok narasumber yang muda dan peduli tetapi juga mereka yang telah berusia matang namun tetap memiliki kepedulian terhadap sekitar. Ketika program dokumenter lain lebih banyak mengungkapkan tentang keindahan alam atau pemandu acara yang berasal dari kalangan selebritis, Lentera Indonesia muncul dengan konsep baru yang lebih segar. Lentera Indonesia menampilkan tak hanya soal keindahan alam, tetapi juga 104
105
seorang warga Indonesia yang tidak terkenal dan bahkan mungkin tak banyak yang mengetahuinya namun giat kepeduliannya terasa mendalam untuk dikulik lebih jauh. Lentera Indonesia tidak menjual kepopuleran seseorang untuk menjadi modal ketertarikan penonton. Namun, sisi lain yang diungkap dalam program inilah yang membuat Lentera Indonesia memiliki ciri khas dan terasa berbeda. Lentera Indonesia mengungkapkan bagaimana seseorang memiliki kepedulian terhadap sekelompok orang, mulai dari bidang pengajaran hingga kesehatan. Tetapi tak hanya itu pula, Lentera Indonesia juga mengungkap sisi lain sosok yang dianggap ‘kaku’ seperti tentara, misalnya tentang sisi kemanusiaan seorang tentara yang gemar berkirim surat kepada keluarganya dan kepeduliannya terhadap warga sekitar di luar tugasnya sebagai tentara. Tagline yang dimiliki Lentera Indonesia adalah dedikasi, semangat, dan perjuangan menjadi acuan dalam membuat episode-epidose serta sosok-sosok inspiratif sebagai narasumber utama. Lentera Indonesia berupaya memberi inspirasi bagi penonton untuk ikut peduli terhadap masyarakat sekitar yang membutuhkan uluran tangan, yang masih jauh dari kata cukup dalam pendidikan maupun kehidupan sehari-hari lainnya. Manusia tak seluruhnya terlahir dengan keberuntungan untuk dapat menikmati kehidupan yang sejahtera dan kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang baik. Maka dari hal tersebut, Lentera Indonesia hadir sebagai media inspiratif yang mengungkap perihal tersebut. Bahwa
106
perjuangan, dedikasi, dan semangat seharusnya bisa disalurkan untuk kegiatan berbagi dalam kepedulian terhadap sesama.
2. Proses Produksi serta Kendala dan Tantangan Produksi Lentera Indonesia a. Pra produksi. Tahap pra produksi merupakan tahap persiapan produksi di mana tim melakukan beberapa hal berikut: 1. Riset issue 2. Mencari data lengkap narasumber 3. Membuat treatment atau segmentasi 4. Rapat ide (pitching) 5. Menyusun jadwal keberangkatan dan melengkapi kebutuhan produksi di lapangan b. Produksi Tahap ini merupakan kegiatan utama dari serangkaian proses produksi Lentera Indonesia. Kegiatan produksi dilaksanakan di tepi Jakarta dan luar kota Jakarta. Pada tahap ini, ada tiga hal yang dilakukan reporter dan VJ ketika di lokasi, yaitu: a. Riset lokasi dan melakukan perizinan terhadap petinggi setempat b. Cross check treatment atau segmentasi c. Melaksanakan liputan
107
c. Pascaproduksi Tahap ini merupakan tahap akhir dari serangkaian proses produksi, di mana di dalamnya terdapat beberapa proses untuk menyelesaikan liputan menjadi sebuah tayangan, sebagai berikut: a. VJ memilah video-video hasil liputan (logging) b. Reporter membuat naskah c. Produser mengedit naskah d. Membuat dubbing e. Editor melaksanakan editing video f. Produser madya melakukan preview dan pemotongan durasi g. Editor membuat finishing sebelum menyerahkan ke master contol room (MCR) h. Lentera Indonesia siap ditayangkan pada Sabtu dan Minggu 2. Kendala dan Tantangan Produksi Lentera Indonesia Ketika melakukan penelitian ini, penulis menemukan kendala dan tantangan yang dihadapi masing-masing orang daritimproduksiLentera Indonesia dalamjabatannya. Kendala bagi video journalist (VJ), menurut Erwin Widyastama, biasanya dari segi logistik. Tak hanya itu, kendala yang juga dialami VJ di lapangan adalah ketika kondisi di lapangan tidak sesuai dengan wishlist atau segmentasi.
108
Kendala bagi reporter Lentera Indonesia, Kahiril Hanan Lubis, adalah ketika liputan banyak yang hal yang terjadi di lapangan berbeda dengan segmentasi yang sudah dibuat. Jika demikian maka ia dan VJ akan melakukan segmentasi ulang guna menyesuaikan dengan kondisi di lapangan. Rianjana Putra selaku editor Lentera Indonesia, dalam wawancara dengan penulis mengungkapkan bahwa selama proses produksi, ia menggunakan sistem edit non linier sehingga mengalami sedikit kendala, yaitu ketika sedang melakukan editing, komputer yang digunakan hang sehingga proses editing menjadi terhambat. Lain cerita dengan Produser Madya Lentera Indonesia, Satria Purnatama, ia memaparkan waktu yang disediakan untuk Lentera Indonesia tayang adalah 30 menit namun sehubungan dengan masuknya iklan ke dalam waktu tayangan, maka diperpendek menjadi 26 menit sampai akhirnya terakhir dipotong menjadi 24 menit. Sedangkan tantangan bagi Produser Lentera Indonesia, Dewi Rachmayani, adalah bagaimana Lentera Indonesia tidak hanya mampu menginspirasi masyarakat Indonesia tapi juga dapat membuat seseorang melakukan sesuatu yang berguna bagi bangsa Indonesia. B. Saran Selama melakukan penelitian ini, penulis mendapatkan pengalaman dan bahan pelajaran. Beberapa hal yang didapatkan dari penelitian ini, penulis
109
memiliki saran terhadap instansi terkait yang mungkin dapat menjadi bahan masukan untuk perbaikan selanjutnya, yaitu: 1. Sebaiknya Lentera Indonesia mengangkat juga kaum marginal di Jakarta yang memiliki dedikasi untuk masa depan mereka. 2. Lentera Indonesia dapat mengangkat cerita dalam bidang lain, tak hanya soal pendidikan dan kesehatan, tetapi misalnya juga dari bidang kebudayaan. Banyak masyarakat yang menjadi agen budaya Indonesia hingga ke luar negeri. 3. Jika mengangkat cerita tentang seorang guru muda, mungkin bisa juga mengangkat kegiatan selain mengajar atau kuliahnya, tetapi juga bagaimana ia dekat dengan warga sekitar dan keseharian narasumber utama, seperti prestasi apa saja yang telah diperolehnya.
DAFTAR PUSTAKA Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta: Bumi Aksara. 2014. Arifin, Eva. Broadcasting: to be broadcaster. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010. Burton, Graeme. Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar Kajian Televisi. Yogyakarta: Jalasutra. 2011. Bryant, Jennings and Susan Thompson. Fundamentals of Media Effects. New York: Mc Graw Hill. 2002. Emzir. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2012. Fachrudin, Andi. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012. Hamzah, A. Nawir. Sutradara Drama Panggung dan Televisi. Jakarta: WIN COMMUNICATION. 2007. Harahap, Arifin S. Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita. Jakarta: PT Indeks. 2007. Ishwara, Luwi. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 2005.
110
Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). 1992. Morissan, dkk. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. 2010. Morrisan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010. Setyobudi, Ciptono. Teknologi Broadcasting TV. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012. Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. 2011. Suwardi, Purnama. Seputar Bisnis dan Produksi Siaran Televisi. Sumatera Barat: TVRI Sumbar. 2006. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Penerbit Kalam Indonesia. 2005. Wibowo, Fred. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Anggota Ikapi. 1997. Zettl, Herbert. Television Production Handbook, Eleventh Edition. USA: Wadsworth Cengage Learning. 2012.
111
Sumber Lain: Fauzan, A. Asrul Sani. Modul Perkuliahan Universitas Mercu Buana: Penulisan Naskah Non Berita: Dokumenter. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id http://id.wikipedia.org/wiki/Lentera_Indonesia_%28acara_televisi%29 http://id.wikipedia.org/wiki/NET http://kbbi.web.id/analisis https://library.binus.ac.id/Collections/Download/GFFsuNTtBYsMHaJywrzdX d/GXr9RycbwP6Eb7ENRyu+qB4AyHiB8GbiCXy0skZyqV2Pn45kz1+aZvS WZtLSMn5myXE509oKCGnTvIJhS2vuHFJr/4beG5nKEKlegLun45wi8Fxz WDGUIpIrC9lXOBnqyjrz/cZXh/4DrF/xxao4FTsb8d2EJQjm+Afj03wgM3M oVk/het/Apf7M2WHwzRA== https://prezi.com/_bldrz8dkaze/laporan-praktik-kerja-nyata/ http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20229/4/Chapter%20II.pdf http://www.netmedia.co.id/program/84/Lentera-Indonesia https://twitter.com/lentera_net www.netmedia.co.id www.twitter.com/netmediatama Wawancara dengan Dewi Rachmayani, Produser Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Mei 2015
112
Wawancara dengan Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 Wawancara dengan Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 Wawancara dengan Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 Wawancara dengan Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
113
DOKUMENTASI
Ruang Kru Berita NET. TV Lantai 28
Ruang Komputer Rough Cut
Pro
Proses Pemilihan Video Liputan oleh VJ
Pemotongan Durasi Tayangan oleh Produser Madya
Reporter dan VJ Saat Liputan di Lombok
VJ Melakukan Liputan Menggunakan Camera Canon 5D Mark III
Wawancara Penulis dengan Dewi Rachmayani, Produser Lentera Indonesia
Wawancara Penulis dengan Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia
Transkrip Wawancara Hari / Tanggal : Senin, 11 Mei 2015 Waktu
: 18. 05 WIB
Lokasi
: Ruang Redaksi Lentera Indonesia, NET. TV, The East Tower
Narasumber
: Dewi Rachmayani
Jabatan
: Produser Lentera Indonesia
Dewi Apriani : Mengapa Lentera Indonesia mengusung konsep anak muda yang peduli terhadap kemajuan desa-desa terpencil? Dewi Rachmayani : Awalnya kita berangkat dari cerita tentang anak-anak muda yang berbuat sesuatu bagi bangsanya dengan mengajar, tapi pada akhirnya kita melihat bahwa di luar sana banyak sekali orang yang memiliki niat baik. Bukan cuma sekadar niat, ya, tapi orang yang mau berbuat sesuatu untuk negeri kita dan itu nggak cuma dalam bidang pendidikan, dalam bidang kesehatan. Pada akhirnya, lama-lama Lentera Indonesia dikembangin nih, nggak cuma pendidikan doang, tapi relnya adalah kita cerita tentang warga Indonesia yang mau membuat hidupnya berarti dengan membantu sesama. Membantunya itu dalam bidang pendidikan, kesehatan. Dewi Apriani : Lentera Indonesia kan mengusungnya anak muda. Apakah anak muda itu memang bentukan dari NET. TV atau mencari di luar sana ada tidaknya mahasiswa atau anak muda yang sedang membantu kemajuan suatu desa?
Dewi Rachmayani : Kita nyari. Kita memang relnya anak muda tapi kita nggak baku anak muda. Pernah di daerah NTT ada orang umur 40-an, laki-laki, dia supir tapi dia membuka panti asuhan. Jadi, ketika story-nya kuat banget, kita membuka peluang untuk orang-orang yang umurnya cukup tua untuk jadi narasumber. Jangan sampai kita fokus ke anak muda saja, kita tutup mata kalau di luar sana banyak cerita-cerita bagus yang layak untuk masuk karena kan yang penting ceritanya menginspirasi. Dewi Apriani : Kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk proses produksi, dari tahap awal ketika pra-produksi sampai pasca-produksi? Dewi Rachmayani : Teman-teman riset selama seminggu. Mereka seminggu riset, di lapangan dua minggu. Dua minggu itu untuk dua liputan. Balik ke kantor edit naskah sekitar satu bulan. Mulai untuk per dua liputan, ya, itu dari riset sampai digodok di editing sekitar sebulan. Dewi Apriani : Mengapa mengambil nama Lentera Indonesia? Apa sih filosofinya? Dewi Rachmayani : Lentera itu kan cahaya, ya. Jadi, pastinya kita ingin memberi layar untuk orang-orang yang selama ini bekerja dalam diam. Untuk orang yang selama ini telah menjadi lentera buat orang lain tapi mereka nggak pamer. Kenapa kita ngasih layarke orang-orang seperti itu untuk menginspirasi yang lain bahwa banyak loh orang-orang “lentera” di sekitar kita, dengan harapan, aku sendiri sebagai Produser Lentera Indonesia, gue malu melihat narasumber-narasumber yang sudah berbuat sesuatu tapi gue belum berbuat apa-apa, kerjaan gue cuma
numpuk duit, sibuk kerja. Tapi apa yang sudah gue kasih buat orang lain? Sering banget kesentil sama liputan sendiri. Dewi Apriani : Tim Produksi sendiri mengetahui bahwa di luar sana ada orang yang menginspirasi dari mana? Dewi Rachmayani : Seorang reporter untuk mendapatkan story yang bagus, kalau di dokumenter riset itu merupakan jantungnya. Ketika kita sudah mendapat topik A, proses selanjutnya adalah bagaimana mengolah A menjadi sebuah produk dokumenter
yang
menarik.
Tapi,
problem
pertama
adalah
bagaimana
mendapatkan A. Wartawan sekarang enak ada Google, tinggal browsing. Misalkan loe mau cerita soal wanita inspiratif dari Papua. Tinggal klik maka akan keluar banyak datanya. Tapi, jangan jadikan Google untuk patokan, cuma sebagai entry point. Itu gunanya teman-teman reporter untuk punya banyak link di manamana. Gunanya reporter punya networking yang luas memudahkan untuk riset. Dewi Apriani : Bagaimana awalnya berdiri program Lentera Indonesia? Dewi Rachmayani : Kalau untuk itu aku mesti tanya dulu sama temenku karena aku nggak dari awal di Lentera Indonesia. Aku dengar, Lentera Indonesia ini berawal dari kegelisahan teman-teman. Cuma, pastinya kayak apa, aku mesti make sure ke teman yang pertama kali di Lentera Indonesia. Yang pasti, kita di NET. ini pengin bikin program tv yang bermutu. Kuncinya itu dulu. Nah, program bermutu itu kan banyak tinggal kita jabarin, kita mau bermutunya yang apa dan dalam bidang apa. Lentera (Indonesia- red) itu awalnya kerjasamanya dengan Indonesia Mengajar kan. Makanya, orang kalau dengar Lentera Indonesia pasti mikirnya Indonesia Mengajar. Waktu itu karena link-nya dari situ. Setelah lama-
lama kan bosen juga ya, kalau loe liputan pemuda mengajar di sini, besoknya pemuda mengajar di sana. Selama 30 episode jadi mengulang, cuma beda lokasi doang. Akhirnya, kita buka keran, jangan cuma pendidikan doang dan jangna cuma Indonesia Mengajar doang. Yang pasti kenapa Lentera Indonesia ada karena kita mau ngasih program yang berkualitas dan perwujudannya lewat Lentera Indonesia, seperti yang aku bilang tadi, untuk ngasih layar orang-orang yang doing something buat komunitas. Dewi Apriani : Target untuk Lentera Indonesia sendiri untuk penonton, apakah hanya untuk memberi inspirasi atau bagaimana? Dewi Rachmayani : Fungsi tv itu kan banyak, fungsi media massa, to inform, to educate, to entertaint, dampak jauhnya lagi menginspirasi, kan dan ketika sudah menginspirasi penginnya nggak cuma sekadar orang-orang “oh, iya ya”, “oh, iya ya”, “hebatnya orang ini” tapi penginnya dampak ke depannya adalah menggerakkan karena kalau bukan kita, siapa lagi. Kalau cuma ngandelin. Karena begini, dalam dunia pendidikan banyak banget ‘bolongnya’ di daerah. Iya sih, dibilang pendidikan itu haknya seluruh warga negara dan pemerintah musti memberikan pendidikan yang bla bla bla, itu kan teori ya tapi pada prakteknya tuh banyak banget yang ‘bolong’. Nggak usah jauh-jauh, di Bandung ada satu desa yang padahal nggak jauh dari kota tapi nggak diurus. Tahun 2008 angka putus sekolahnya sampai 80%, untuk ukuran Kabupaten Bandung, 2008 kan baru. Kita kan
nggak bisa terus-terusan menyalahkan pemerintah. Hebatnya, di situ
rakyatnya yang bergerak, mahasiswa sih yang bergerak, namanya Ahmad, umurnya sekarang 22, berarti waktu 2008 dia masih SMA. Dia sudah bergerak untuk meng-encourage orang-orang situ untuk peduli terhadap pendidikan. Itulah
tujuan akhir Lentera Indonesia adalah membuat orang lain tergerak untuk membantu dengan kemampuan mereka, kalau bisa ngajar ya ngajar, yang bisa ngelatih nari ya ngelatih nari. Itu dalam fungsi ngajar, kalo bidang lain ya sesuai kapasitasnya masing-masing. Dewi Apriani : Apakah ada dampak bagi kru Lentera Indonesia secara keseluruhan atas program ini? Dewi Rachmayani : Dampak singkatnya, pernah ada bapak-bapak dari Tasikmalaya, dia berhenti dari pekerjaannya untuk mendirikan yayasan karena terpanggil melihat orang-orang gila di pinggir jalan. Jarang loh ada orang ngurusin orang gila. Dampak singkatnya adalah ketika kita tayangin ada beberapa penonton yang nelfon, nyumbang, begitu. Tapi, so far-nya kita pengin bikin sesuatu yang ngasih dampak buat orang lain. Kita mau bikin Lentera Awards, kalau di luar negeri ada CNN Heroes, kita juga mau bikin Lentera Awards. Nanti kita kumpulin narasumber-narasumber yang pernah kita liput, kita ‘lempar’ ke audience untuk dipilih. Satu pemenangnya nanti akan kita carikan company. Perusahaan kan punya CSR, ya untuk kita alihkan ke situ. Dewi Apriani : Apa sih makna dari tagline Lentera Indonesia “Perjuangan, Dedikasi, dan Semangat”? Dewi Rachmayani : Perjuangan. Tagline itu dibuat ketika kita masih sama Indonesia Mengajar, ya. Cuma maksud aku, apapun bidang pengabdian narasumber Lentera Indonesia, mau pengajaran, kesehatan, itu terlihat banget di setiap episode ada perjuangan. Bukan perjuangan tim, ya. Kita sih nggak ada apaapanya, yang hebat itu perjuangan tokoh-tokoh yang kita liput. Ada dedikasi.
Maksudnya begini, kalau cuma, “ah, gue mau bantu anak Bantar Gebang”, cuma sebulan terus bosen, itu nggak ada dedikasinya. Itu cuma sekadar simpati sesaat. Tapi, untuk diliput Lentera Indonesia itu syaratnya banyak. Seorang narasumber untuk diliput Lentera Indonesia itu nggak sembarangan narasumber, kita mesti lihat. Berapa lama ia mengajar, pernah mengajar di mana aja. Artinya orang ini berdedikasi, kan. Itu loh maksudnya dedikasi. Perjuangan, maksudnya perjuangan adalah, kita pernah meliput yang namanya Habibi, dia mengajar di pedalaman Asmat selama satu tahun. Orang Papua aja banyak yang nggak betah ngajar karena pedalaman banget dan karakter orang Papua yang keras banget. Di pedalaman itu ada sekolah tapi nggak ada yang ngajar. Habibi ini orang Bugis, sama, dia juga dibawain panah sama orangtua muridnya tapi karena dia berdedikasi ya dia pantang menyerah. Sampai pada akhirnya ketika dia berhenti mengajar karena programnya hanya setahun, orangtua muridnya pada nangis. Dia pernah mengajar di pedalaman Halmahera dan banyak pedalaman lainnya. Dewi Apriani : Kenapa mengambil format dokumenter dalam program ini? Kan ada format straight news dan feature. Apakah agar masyarakat melihat kenyataannya seperti ini dan tidak mau mengurangi atau bagaimana? Dewi Rachmayani : Karena untuk tipe seperti ini, kami melihatnya yang paling cocok ya dokumenter sih. Karena dokumenter itu kan benar-benar menghadirkan apa yang ada di lapangan, real ke layar. Dan untuk program setengah jam sangat bisa untuk dijadikan dokumenter. Dewi Apriani : Aku baca di website kalau acara ini sudah dapat pengahrgaan dua kali dari Dompet Dhuafa, ya?
Dewi Rachmayani : Iya. Karena narasumber kita kebanyakan dari Dompet Dhuafa. Maksudnya, mereka banyak ngasih talent ke kita. Selain itu juga ada dari Doctor Chef, Dompet Dhuafa, dan intinya Lentera Indonesia itu membuka kesempatan kepada lembaga manapun yang dia memang doing something untuk community.
Jakarta, 11 Mei 2015 Produser Lentera Indonesia
( Dewi Rachmayani )
Transkrip Wawancara Hari / Tanggal
: Kamis, 14 Mei 2015
Waktu
: 19. 40 WIB
Lokasi
: Editing Room, Lantai 28, NET. TV, The East Tower
Narasumber
: 1. Satria Purnatama 2. Erwin Widyastama
Jabatan
: 1. Produser Madya 2. Video Jurnalist
Dewi Apriani : Bagaimana alur editing Lentera Indonesia, Mas? Erwin Widyastama : Alur sistemnya, ya. Kita liputan, bawa file mentah, nih. NET. ini dibangun dengan memiliki satu database yang kita sebut server. Selanjutnya kita injecst ke server terus kita tarik ke komputer rough cut yang ada di situ. Dewi Apriani : Itu dari kamera langsung atau bagaimana? Erwin Widyastama : Nggak. Sudah file yang ada di hard disk yang diserahkan ke library di lantai 29. Nah, dia yang masukkin ke server dengan kode tertentu. Library ini yang melakukan injecst. Injecst di sini maksudnya memasukkan data ke server. Kemudian ditarik ke komputer rough cut. Itu sudah bentuk low rest. Nah, yang melakukan rough cut itu tim liputan, kameramennya.
Dewi Apriani : Berarti di sini (editing room) sudah final editing, ya? Erwin Widyastama : Final. Kan di komputer rough cut sudah dipilih dulu karena editor kan nggak ikut di lapangan, dia nggak tahu. Jadi, sekalian milihin gambar sama bikin naskah. Dewi Apriani : Jadi yang melakukan itu reporter sama penulis naskah? Erwin Widyastama : Jadi yang berangkat ke lapangan itu hanya dua orang, reporter dama kameramen. Nah, reporter itu sekaligus penulis naskah. Satria Purnatama : Merangkap semua itu. Kameramennya jadi lighting man, reporternya sekaligus penulis naskah. Dewi Apriani : Setelah semua selesai kemudian dikerjakan oleh Mas Satria, begitu? Erwin Widyastama : Mas Satria ini Produser. Jadi alurnya begini, setelah pulang liputan, kameramen ini ngurusin gambar, injecst ke server, kita rough cut, reporter ini yang bikin naskah. Naskah juga belum tentu langsung fixed diedit. Dikasih ke produser dulu kemudian diedit naskahnya, kameramen rough cut untuk sync antara naskah dengan gambar, kemudian dipush dan masuklah editor online. Kalau masuknya ke editing room, kita sudah beda divisi. Namanya facilities, kalau kita kan news, jadi beda divisi. Dewi Apriani : Beda divisi ini sudah termasuk Lentera Indonesia atau untuk Indonesia Bagus juga?
Satria Purnatama : Bisa siapa saja pakai (editing room-red) . Dari awal memang di Lentera Indonesia ini, kita sudah punya editor yang dedicated. Jadi, satu orang sih dari zaman pertama Lentera Indonesia sampai sekarang yang bertahan, ya satu orang ini jadi kuncian, lah. Kita minta ke koordinator editornya juga, kita mau dia terus sampai sekarang sih masih orang ini. Dewi Apriani : Lalu untuk proses editingnya sendiri setelah ini bagaimana? Erwin Widyastama : Setelah diedit semua, nah Mas Satria ini yang melanjutkan. Jadi, diedit kan sesuai naskah, durasi bisa sampai 35 menit, padahal yang kita butuhkan buat tayangan sekitar 24 menit. Karena kita punya waktu setengah jam, terpotong iklan, jadi totalnya buat jadi satu cerita itu 24 menit. Itu sudah durasi bersih termasuk dengan bumper. Satria Purnatama : Kemarin sebenarnya 26 menit, baru sekarang jadi 24 menit. Dewi Apriani : Kenapa bisa seperti itu, Mas? Satria Purnatama : Iklannya sudah mulai masuk. Sudah kebanyakan (iklan-red), jadi durasi tayangan dikurangi. Kalau dokumenter murni kan nggak mau ngalah sama iklan. Nah, karena kita industri, ya kita harus banyak kompromi, lah. Dewi Apriani : Jadi itu bisa dikatakan sebagai alasan kenapa disebut semidokumenter, ya? Erwin Widyastama : Salah satu alasan. Dewi Apriani : Kalau alasan yang lainnya, Mas?
Erwin Widyastama : Tahu KPI, nggak? Nah, itu. Karena kita tetap menjaga aturan, nggak bisa seenaknya sendiri. Satria Purnatama : Kayak gambarnya. Kalau orang merokok, gambar rokok. Asapnya pun sudah nggak boleh masuk ke tv. Nah, terus kalau ada orang lagi, misalnya ke pedalaman ada orang-orang yang masih telanjang, kita ambil gambarnya, itu nggak boleh. Walaupun mereka masih primitif dan memang cara hidup mereka seperti itu. Ya, apapun alasannya nggak bisa karena nggak boleh. Masih banyaklah batasan-batasan yang kita kompromikan. Dewi Apriani : Kemudian setelah editing ini selesai akan menjadi file yang siap ditayangkan atau ada proses lain selanjutnya setelah itu? Erwin Widyastama : Nggak. Finishing ini yang kendalikan produser. Kalau editing dan durasi udah fixed, jadi kalau sudah diedit oleh sang editor biasanya durasinya kepanjangan, tuh sampai 30 menit sekian. Kan, jadi nggak bisa tayang kalau durasi terlalu panjang. Nah, produserlah yang berkuasa memotong. Dewi Apriani : Jadi, di sini juga kru nya banyak yang double job, ya Mas? Erwin Widyastama : Iya semua. Kecuali editor ya, dia hanya mengedit. Dewi Apriani : Mas Satria ini hanya sebagai produser Lentera Indonesia atau Indonesia Bagus juga? Erwin Widyastama : Iya tapi itupun baru beberapa lama, tadinya berbeda. Karena sistem di news ini ada rolling per enam bulan sekali. Saya tadinya di IMS (Indonesia Morning Show), Mas Satria di NET 12.
Dewi Apriani : Kemudian file editing ini setelah selesai diedit disimpan di mana, Mas sebelum ditayangkan di hari Sabtu dan Minggu? Satria Purnatama : Project editing sampai master on-air semuanya di master control room, sampai nanti ada ARC, ARC itu archive. Jadi bahan mentahnya, lah. Erwin Widyastama : Kan kalau gambar ini sudah selesia dibuang, didelete. Jadi, tinggal bahan mentah materinya aja. Dewi Apriani : jadi masih cut to cut, ya? Satria Purnatama : Ya. Yang sudah ada di timeline ini yang kita simpan nanti. Dewi Apriani : Disimpannya setelah dirender atau masih file potongan? Erwin Widyastama : Di sini nggak ada render. Langsung dipush langsung ke server. Kalau local disk baru ada render. Dewi Apriani : Mas Erwin sebagai VJ nih, bagaimana sih pengalaman selama liputan di luar daerah? Erwin Widyastama : Seringnya sih soal perbedaan makanan, saya jadi nggak bisa makan. Dewi Apriani : Lalu untuk mengatasi hal itu bagaimana? Erwin Widyastama : Ya, ada. Kita punya logistik sendiri. Dewi Apriani : Biasanya Mas Erwin sekali liputan untuk dua episode ya,nah itu butuh waktu berapa lama?
Erwin Widyastama : 10-12 hari. Dewi Apriani : Pernah nggak mengalami perbedaan dengan ada yang ada di wishlist? Misalnya ternyata lokasinya tidak terjangkau atau kondisinya berubah Erwin Widyastama : Sering beda tapi kita harus menyesuaikan langsung. Kita kan ada yang namanya pitching untuk bikin rundown dan konsep. Saya pernah liputan ke Aceh, tanpa diduga di Aceh terjadi banjir, sekolahnya nggak dipakai untuk sekolah tapi buat pengungsian. Ya, akhirnya mengubah semua. Cerita yang apa adanya di sana ya diambil. Ceritanya diubah total tapi kita tetap sounding ke produser. Dewi Apriani : Tapi apakah perubahan itu tidak mengubah konsep yang sudah direncanakan? Erwin Widyastama : Konsepnya tetap dapat untuk pendidikan yang diceritakan ya pengajarnya itu. Dewi Apriani : Lalu untuk video dia mengajar kan tidak ada karena sekolahnya dipakai mengungsi? Erwin Widyastama : Dia tidak hanya mengajar di sekolah, tapi mengajar les dan ekskul juga. Jadi itu yang ditonjolkan. Dewi Apriani : Kamera yang biasa dipakai untuk liputan apa, Mas? Erwin Widyastama : Kalau boleh menyebutkan merk, kami menggunakan Canon 5D Mark III. Dewi Apriani : Selain itu, apakah membawa flash external atau lighting tidak?
Satria Purnatama : Karena kita nggak tahu ada listrik atau kita tidur di mana, tempatnya kayak apa. Jadi kita meminimalisir jumlah alat karena untuk kenyamanan bekerja. Kalau kami harus jalan jauh dan terlalu banyak orang untuk membawa kan nggak nyaman juga buat si narasumber. Kita pengin lebih intim aja sama subyek kita, jadi seminimal mungkin alat yang dibawa. Kita manfaatkan apa yang sudah ada disana aja. Dewi Apriani : Liputannya juga kebanyakan siang, ya Mas jadi kurang perlu bawa lampu tambahan? Satria Purnatama : Kebanyakan iya karena memang subjeknya biasanya aktivitasnya siang, jarang ada yang nokturnal. Dewi Apriani : Saya pernah menonton episode yang menceritakan tentara di perbatasan. Nah, perizinannya bagaimana, Mas? Kan ini terkait instansi negara Satria Purnatama : Harus ada koordinasi ke Puspen (Pusat Penerangan) TNI yang ada di dekat Gambir. Pokoknya kalau dengan instansi terkait, kita urus semuanya. Kita izin dari sini, lalu sampai di sana kita menemui penguasa setempat untuk konfirmasi perizinan. Dewi Apriani : Lentera Indonesia ini kan tentang anak muda yang rela melepaskan peluang karir untuk mengajar di daerah terpencil, sedangkan sekarang banyak episode yang tidak mengangkat soal pendidikan. apakah hal itu dpat mengurangi esensi dari Lentera Indonesia sendiri atau tidak? Satria Purnatama : Nggak. Tulisan itu dibuat dua tahun lalu ketika kami masih terikat dengan institusi Indonesia Mengajar. Ya memang awalnya yang kita liput
hanya Indonesia Mengajar saja. Tapi, perkembangannya setelah Indonesia Mengajar, kita ada institusi lain tapi masih pendidikan juga, ada Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa, setelah itu kita mencoba topik lain selain pendidikan. Kita nyoba kesehatan, kerjasama dengan satu organisasi dibawah pemerintah juga namanya Pencerah Nusantara. Itu yang mengirimkan tenaga medis ke daerahdaerah terpencil, hampir sama kayak IM tapi ini di bidang kesehatan. Setelah itu, karena kami juga ada kontrak dengan Indonesia Mengajar dan Dompet Dhuafa dan sudah habis, kami mulai kehabisan bahan dari mereka dan ketika itu sudah mulai habis, kita coba ke topik-topik lainyang alternatif, seperti misalnya tentara yang mengajar. Tetap kita cari tentara yang bukan sekadar tentara, tapi sisi lain dari tentara yang merangkul masyarakat yang bisa dikatakan bukan sebagai tugas utama dia. Kalau tugas utama tentara, semua orang sudah tahu, tapi yang banyak orang nggak tahu kan bahwa tentara juga manusia, bagaimana dia hidup, dia punya rasa kangen nggak sih, dia punya rasa peduli nggak sih sama orang-orang di tempat dia tugas, dan segala macamnya. Salah satu kepedulian mereka kan ada yang mengajar di luar tugas. Baru akhir-akhir ini mulai banyak episode-episode yang alternatif, ada LSM-LSM. Ada yang secara inklusif, mereka bukan siapasiapa, amsih anak muda, tapi dia sudah jadi kepala sekolah, diangkat oleh warga setempat, mengajarnya jauh dari rumah, siangnya dia harus ke kampus untuk kuliah. Setelah itu dia harus kembali ke rumahnya yang pesantren, malamnya dia harus mengajar ngaji. Dewi Apriani : Lalu syarat untuk menjadi narasumber Lentera Indonesia kan banyak ya Mas, apa saja syaratnya?
Satria Purnatama : Ya dia harus punya integritas di bidangnya, selain itu dia juga harus menyebarkan ilmunya.
Jakarta, 14 Mei 2015 Produser Madya Lentera Indonesia
Video Journalist
( Satria Purnatama )
( Erwin Widyastama )
Transkrip Wawancara Hari / Tanggal : Kamis, 14 Mei 2015 Waktu
: 20. 15 WIB
Lokasi
: Ruang Redaksi Lentera Indonesia, Lantai 28, NET. TV, The East Tower
Narasumber
: Khairil Hanan Lubis
Jabatan
: Reporter Lentera Indonesia
Dewi Apriani : Bagaimana proses liputan untuk Lentera Indonesia, Mas? Mulai dari pra-produksi Khairil Hanan : Dari pra-produksi, kita biasanya pasti riset, menentukan akan ke mana. Jadi, kalau di Lentera Indonesia, kita memang fokus pada konten, pada sosok orang, dan temanya. Pasti itu dulu. Ada story apa nih, yang menarik untuk dibawa. Setelah itu, kita hubungin via telepon, via googling, via data-data yang pernah ada. Kita ngobrol ke produser, pitching. Kalau oke, kuat, jalan. Setelah itu kita obrolin di kantor, seberapa kuat, seberapa penting dia untuk kita angkat. Jadi nanti kita susun segmentasinya, jalan ceritanya per detil, dibuka dengan apa. Selanjutnya, kita mau membangun juga drama di dalam cerita, seperti apa, scene-scenenya bagaimana, gambarnya apa aja. Itu langsung dibicarakan. Setelah oke, tentukan tanggal dan waktu, tinggal berangkat.
Dewi Apriani : Ada penentuan tema nggak sih, misalnya minggu ini temanya apa, minggu besok temanya apa? Khairil Hanan : Di Lentera sih kita nggak ada. Bebas. Jadi, yang nggak ada. Jadi, ada beberapa kali sih kita coba bermain dengan isu yang lagi actual. Pernah soal bencana di Banjarnegara, terus kita kepikiran untuk angkat relawan bencana, itu kebetulan terjadi dan tanpa perencanaan. Selain itu, nggak ada. Paling kita mencari apa nih yang belum pernah kita kerjakan, apa yang belum pernah kita angkat. Dewi Apriani : Ada tidak pengulangan tema dalam suatu episode, Mas? Khairil Hanan : Lentera Indonesia kan awalnya sebenarnya dari Indonesia Mengajar, ya. Temanya hampir sama kan tentang metode-metode belajar. Lalu pelan-pelan kita mulai ke yang lain meskipun bentuknya tetap sama tentang anak muda yang datang mengajar, Stasiun 3T, SGI Dompet Dhuafa. Belakangan dari kita mencoba, penonton juga jangan bosan dan kita yang mengerjakan juga pasti bosan. Kita mencari dan selama ini nggak ada ketentuan kayak gimana. Nggak harus anak muda lagi tapi juga penuturnya. Pernah kita bawain juga dari sini di episode selanjutnya. Sudut pandang dari kacamata orang ketiga, dia datang ke tempat penelitian juga dan diceritakan apa yang di liat, apa yang dia saksikan. Kita justru jadi tidak terpatok pada satu pakem. Jadi gimana orang juga bisa dapat cerita ini dengan cara yang beragam. Dewi Apriani : Tadi kan ada SGI, Indonesia Mengajar, itu memang selalu dengan relasi atau ada yang tidak berhubungan dengan mereka?
Khairil Hanan : Nah, untuk kelembagaan dengan mereka ini memang dari awal kita diajakin kerjasama tapi selanjutnya nyari sendiri. Dewi Apriani : Sekarang masih nyari sendiri atau tidak? Khairil Hanan : Sekarang justru di beberapa episode terakhir itu itu sudah nyari sendiri dari tahun lalu. Pokoknya yang diluar kelembagaan itu kita sudah nyari sendiri. Pernah ada supir bis yang bikin sekolah atau soal difabel, atau yang deket di sini di Bantar Gebang, tentang salah satu anak pemulung, yang penting semangatnya. Kalau Lentera kan tiga, perjuangan, semangat, dan dedikasi. Dewi Apriani : Kalau untuk produksinya sendiri di lapangan seperti apa, Mas? Kan Mas Hanan reporternya yang liputan ke lapangan, bagaimana prosedurnya dari mulai turun pesawat, bagaimana langkah-langkahnya di sana? Khairil Hanan : Begitu sampai kita langsung menemui narasumber, obrolin lah, dari yang sudah kita susun, kita cross-check lagi, ini bagaimana, beginibegini. Misalnya ada satu orang kita usahakan untuk ketemu dengan dia, ajak ngobrol. Jadi hari pertama biasanya nggak akan langsung ambil gambar. Proses pendekatan dan seringkali nggak sama persis dengan yang kita bayangkan, beberapa kali bahkan narasumbernya ganti. Jadi nggak sesuai yang kita rencanakan. Di sini kita ketemu narasumber yang lebih menarik. Dewi Apriani : Jadi lebih sering beda dengan wishlist atau sama?
Khairil Hanan : Kebanyakan beda. Kalau secara umum tema sih nggak berubah tapi detail-detailnya banyakan beda. Jadi ketika sampai di lapangan kita bikin segmentasi lagi, kita susun ulang, “oh ternyata seperti ini”. Misalnya yang dia ceritakan kita lihat kondisinya, oh nggak sesuai seperti itu. Dia ceritakan lagi yag lebih menarik, kita ketemu dengan orang yamg lebih menarik, berubah. Nah, dari situ biasanya di hari pertama kita sudah menentukan bentuknya kayak gimana, hari kedua kita sudah mulai jalan. Tapi juga di beberapa kali kita masih belum fixed juga, yaudah kita jalan dan kadang masih ragu antara dua narasumber. Kalau aku sih biasanya yaudah besok ada scene pertama, aku wawancara aja dua-duanya dengan pertanyaan yang sama. Dari situ kan kita bisa menilai ya dari cara dia menjawab, oke nih kayaknya si B lebih pas sebagai tokoh utamanya. Dewi Apriani : Jadi kemungkinan ada yang nggak ditayangin ya? Khairil Hanan : kebanyakan iya. Karena ya cuma 25 menit kan, sementara liputan kita bisa sampai satu minggu. Kita juga bilang sama orangnya, ini belum tentu bisa tayang, wawancara juga seperti itu. Dewi Apriani : Jadi sekali liputan itu dua narasumber ya, Mas? Khairil Hanan : Dua episode. Jadi, tokoh utama tetap satu karena Lentera pakai tokoh aku, kan. Si aku ini tetap jalan sebagai tokoh utama tapi di dalam itu kan ada yang ibaratnya jadi tokoh pendamping, mungkin bisa local champion, murid-murid, bisa siapa yang menarik yang penting masih berkaitan dengan dia dan tetap kemunculan harus tokoh utama.
Dewi Apriani : Itu satu episode selalu di tempat yang berbeda atau bisa berdekatan, Mas? Khairil Hanan : Bisa. Kita sih sebisa mungkin nggak terlalu jauh karena mikir waktu, kan. Dikasih waktu 12 hari untuk liputan, kalau bisa perpindahannya nggak jauh. Bahkan pernah terakhir syuting di Asmat itu dua episode tapi di satu tempat yang sama, ceritanya sama, cuma orangnya berbeda. Nah, karena memang akses ke sananya susah dan butuh waktu 12 hari, nggak mungkin dong dalam 12 hari jadi satu episode, kita juga mikir budget. Tuntutan dari kantor tetap harus dua. Akhirnya kita cari orang, di mana kita bikin jadi dua, maksudnya bersambung. Jadi yang satu dari sisi awalnya dulu nih, si A yang cerita yang duluan, episode keduanya si B. Dewi Apriani : Selesai liputan, kegiatan pemilihan gambar dilakukan reporter sama camera person, kan. Lalu bagaimana, apakah Mas sendiri yang menulis naskah atau bagaimana? Khairil Hanan : Nah itu selama di sana kan kita selalu komunikasi, termasuk saat syuting, pengambilan gambar juga. Kameramen pasti akan nanya “ini loe mau cerita apa”, jadi dia tahu gambarnya akan seperti apa. Setelah itu, kita ngelist gambar apa yang kurang. Reporter harus bilang apa yang akan diceritakan. Gue mau cerita masak air nih, jadi loe harus dapat gambarnya ya, itu di sana. Jadi, ketika selesai, sudah balik, gambar lengkap. Artinya apa yang mau kita ceritakan ada gambarnya. Yaudah tinggal bikin aja ceritanya sesuai itu. Kalau misalnya cerita nggak ada gambar, itu kelihatan nggak ada komunikasi di lapangan.
Dewi Apriani : Terus ada tantangan atau kendala tersendiri sebagai reporter dalam meliput untuk Lentera Indonesia? Khairil Hanan : Banyak. Tiap episode pasti beda tapi yang paling utama ya nggak sesuai dengan apa yang kita pengin. Jadi kita harus siap dengan segala kemungkinan yang bakal terjadi. Siap untuk tiba-tiba berubah rencana, kita menyusun trick kita sendiri di sana. Karena pernah waktu di Banjarnegara, karena dadakan pas ada bencana, sampai hari ketiga tokoh utama belum ketemu. Nah, akhirnya kita cari satu orang ini, kita ngobrol terus kegiatannya apa, kita ikut dulu deh. Coba ikut. Roll gambar, wawancara, kemudian kita melihat cukup kuat kok ternyata orang ini, yaudah. Jadi terus mencari. Tantangan keduadari segi lokasi. Rata-rata kan daerah terpencil, kita harus pendekatan dengan masyarakat yang berbedabeda. Jujur pasti tantangan. Mandi di kali, di sungai, bahkan buang air di kali. Adaptasi juga. Sebenarnya kita kan harus cepat nge-blend juga.
Jakarta, 14 Mei 2015 Reporter Lentera Indonesia
( Khairil Hanan Lubis )
Transkrip Wawancara Hari / Tanggal : Kamis, 14 Mei 2015 Waktu
: 20. 45 WIB
Lokasi
: Ruang Redaksi Lentera Indonesia, Lantai 28, NET. TV, The East Tower
Narasumber
: Rianjana Putra
Jabatan
: Editor Lentera Indonesia
Dewi Apriani : Mas Rian, ada tidak sih ketentuan editing di Lentera Indonesia? Raianjana Putra : Kan reporter nyari data, kameramen ngambil gambar biasanya bareng reporter. Kamu mau nulis apa, aku tanya gambarnya. Nah, begitu masuk editing, kalau di sini kan sistemnya rough cut, sama VJnya dibikin kasar dulu, kan sesuai naskahnya, nanti aku sebagai editor ngedit, nggak murni seratus persen harus patokan dengan yang sudah dibikin sama VJ itu. Jadi, kadang-kadang kalau memang aku ngerasa gambarnya nggak pas terus aku ganti, aku bongkar jadi nggak ada patokan bahwa ngedit harus begini, harus begitu, yang penting ceritanya ngalir, gambarnya ngalir, emosinya ngalir, yaudah gitu aja sih. Tapi memang otomatis kalau itu menceritakan scene sebuah adegan masak atau apa itu harus sesuai dengan naskahnya, yang penting sih kalau ngedit gambar harus sesuai dengan naskah. Panduan saya naskah aja. Umpamanya VJ ngambil gambar
matahari dua angle, VJ milih yang A kemudian ketika aku ngedit kok kayaknya lebih cocok yang B, ya ganti. Dewi Apriani : Kalau untuk naskahnya yang bikin reporternya ya, Mas? Rianjana Putra : Reporter lalu diedit sama produser. Dewi Apriani : Lalu untuk dubbingnya sendiri direkamnya sebelum diedit atau barengan pas edit? Rianjana Putra : Sebelum edit. Jadi ketika masuk ke ruang editing itu semua sudah masuk, gambar, dubbing, naskah, masuk ke aku. Nah, nanti aku yang mengolah. Dewi Apriani : Itu berarti dubbingnya per frame ya Mas? Rianjana Putra : Nggak. Dubbingnya itu sesuai naskah. Naskah kan per paragraf, dubbingnya ya semua itu dibaca. Nanti yang menentukan jeda per kata itu aku. Dewi Apriani : Mas Rian pernah menemukan nggak audio dari narasumber yang terlalu kecil atau ada noisenya? Rianjana Putra : Banyak. Itu kondisi di lapangan, ya sudah mau gimana lagi. Dewi Apriani : Cara mengatasinya bagaimana, Mas? Rianjana Putra : Jadi begini, kalau audio, natural sound kan ada tiga, natural sound yang benar-benar ambience, atmosphere, yang kedua adalah chit chat, dan yang ketiga sound bite, itu wawancara. Kalau yang natural sound, athmosphere yang kayak suara angin, kalau itu rusak aku ganti. Kan aku punya stock, sekian lama ngedit yang bagus-bagus aku simpan. Kalau audio yang liputan noise, jelek,
ya sudah aku ganti pakai stockku. Tapi kalau chit chat, sound bite, rusak dan itu diperlukan ya mau nggak mau aku pasang. Tapi kalau ini mutlak harus ada nggak, kalau nggak ya aku hilangkan seluruhnya, jadi kalau chit chatnya hilang ya otomatis aku hilangkan. Jadi, kebetulan di NET. itu untuk audio kita nggak ada audio post pro, maksudnya kalau di film audio rusak diolah biar jadi bagus, di sini nggak ada. Kita nggak ada. Kalau di tv itu nggak ada, bukan nggak ad kemampuan tapi nggak ada waktu. Audio post pro kan butuh waktu lama, kalau di tv waktunya nggak banyak. Jadi kalau dibutuhkan terus audionya rusak ya sudah tempel saja. Tinggal nanti bilang ke penanggungjawab kalau audionya rusak di bagian ini. Dewi Apriani : Kalau misalnya lagi ngedit terus kekurangan yang seharusnya ada gambar tertentu biar lebih nyambung, itu bagaimana, Mas? Rianjana Putra : Sekali lagi stock shot. Dari sekian banyak, itu yang bagus aku simpan, jadi bisa stock shot. Kalau nggak ada pilihannya, kalau mau maksa pakai gambar itu atau dipotong. Tapi kalau aku sih, misalnya untuk scene orang jalan, harusnya ada gambar kaki, tapi kalau aku melihat itu nggak mutlak kok, ya sudah nggak usah pakai gambar itu, pakai gambar yang lain saja. Dewi Apriani : Di sini editor ikut rapat pra produksi atau bagian pasca saja? Rianjana Putra : Kalau sekarang karena flownya sudah kepegang jadi pasca produksi sudah hampir nggak pernah. Jadi tim liputan jalan, bawa pulang, ngobrol begini maunya begini, ada kekurangan di bagian ini, itu saja. Tapi dulu ketika pertama kali NET. berdiri, maksudnya program itu pertama kali ada, produsernya
kebetulan ngajak aku ngobrol, aku pengin bikin kayak gini, itu gimana. Ketika flownya sudah jalan, ya sudah kita lebih ke pascanya doang, nggak ikut pra. Dewi Apriani : Di sini kan editnya pakai software Velocity, dari awal Mas Rian memang sudah pakai Velocity atau semenjak di sini saja? Rianjana Putra : Sebelum di sini, aku megang kakaknya Velocity, News Flash. Begitu pindah ke sini dapat Velocity, jadi nggak masalah. Kalau buat editor bukan di alat sih. Dewi Apriani : Kenapa tidak menggunakan Final Cut Pro atau Adobe Premiere? Rianjana Putra : Final Cut tidak mampu mengolah Full HD. Yang mampu mengolah Full HD itu hanya Velocity, Premiere, Edius. Kita pakai Premiere dan Edius tapi kebetulan yang dipakai untuk Lentera Indonesia itu Velocity. Kalau yang pakai Premiere itu program Weekend List, ILook, kalau Edius itu Ini Talkshow. Dewi Apriani : Waktu yang dibutuhkan untuk mengedit itu berapa lama? Rianjana Putra : Satu episode dengan preview potong durasi, finishing empat hari empat shift. Satu shift delapan jam. Sistemnya kita by shift. Tiap hari itu Lentera Indonesia dapat satu shift, shift tiga, satu shift delapan jam, jadi empat hari. Dewi Apriani : Mas Rian di sini editornya hanya sendiri atau berapa orang? Rianjana Putra : Kalau di Lentera Indonesia sendiri. Dewi Apriani : Kalau untuk alur editingnya sendiri bagaimana, Mas?
Rianjana Putra : Jadi editingnya tuh dari tim liputan ngasih naskah, ngasih materi ke aku. Aku edit. Selesai edit akan dipreview sekaligus potong durasi, setelah itu kita revisi kemudian finishing. Dan proses edit itu tiga hari, preview dan finishing itu hanya sehari saja. Dewi Apriani : Berarti ini masuknya non linier ya, Mas? Rianjana Putra : Iya non linier. Disebut non linier editing itu kita ngeditnya pakai software. Kalau linier, kita ngeditnya dari kaset ke kaset pakai VTR. Intinya di sini sudah non linier semua. Jadi, sebutan linier dan non linier itu bukan kita pakai kamera apa tapi kita ngeditnya pakai apa. Dewi Apriani : Kalau kekurangan dari editing non linier apa, Mas? Rianjana Putra : So far sih kekurangan non linier itu karena pakai software pakai komputer, kemungkinan nge-hang banyak, kemungkinan tiba-tiba komputer berhenti itu banyak. Kalau kelebihannya, ngeditnya enak, kalau ada kekurangan tinggal tambahin.
Jakarta, 14 Mei 2015 Editor Lentera Indonesia
( Rianjana Putra )
REVOLUSI TUAN GURU Narmada, Lombok Barat TOKOH Nama Pendidikan Pekerjaan
: Hasanain Juaini : S2 Hukum Univ. Mataram : Pemimpin pesantren Nurul Haramain Peraih Ramon Magsaysay Award 2011
TEMPAT 1. Geografis: Perkampungan. 2. Lokasi desa: Desa Lembuak, Kec. Narmada, Lombok Barat. 3. Lokasi shooting: pesantren, area kampung, ladang, kampus.
CERITA HASANAIN Lahir dan besar di lingkungan pondok pesantren, tidak menjadikan tuan guru bernama Hasanain Juaini ter-kooptasi dengan lingkungan sekitarnya. Ayahnya almarhum adalah pendiri Pondok Pesantren Nurul Haramain, pada tahun 1952 di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Lombok. Presantren yang pada awalnya dibangun dengan cara tradisional, oleh Hasanain kemudian dikembangkan dengan cara yang lebih modern. Hasanain mampu merubah paradigma nilai ke-agamaan yang kental dari balik tembok pondok pesantren, menjadi lembaga pendidikan yang berbasis lingkungan dan teknologi. TENTANG PESANTREN Nurul Haramain mengusung konsep utama Islam yang rahmatan lil alamin. Islam yang bermanfaat bagi semesta dan seluruh umat manusia. Dengan tiga nilai dasar; anti korupsi, pelestarian lingkungan, dan pengelolaan sampah. Serta dua prinsip utama; kesetaraan gender dan pluralisme. Terkait sampah, mereka mengelola 1 ton per hari. Bentuk nyata dari “kebersihan bagian dari iman”. Dengan konsep reduce, reuse, recycle (3R) ia bisa menjual kembali sampah botol, kertas, atau bahan logam. Mereka menggunakan pembakaran dengan teknik plasma. SEGMENTASI KATEGORI SEGMEN 1
IDE Masalah
LOKASI Area
VISUAL Anak2 mengangkuti
KONTEN “Kami malu. Agama saya
pesantren
Perkenalan
sampah dari berbagai area pesantren menggunakan truk, memisahmisahkannya, dan diolah ke tungku pembakaran.
Set-up pesantren
Set-up wilayah. Hasan berhitung konsepnya dengan kalkulator. Tantangan Aktivitas Michael membaur dan mengajar bahasa Inggris
SEGMEN 2
Usaha
Area pembibitan
Bertanam dan belajar di hutan buatan
mengajarkan bahwa kebersihan bagian dari iman, tapi mengurus sampah saja tak bisa.” Ia berusaha selesaikan dgn konsep, sampah tak boleh keluar dari satu lokasi dan menimbulkan masalah di lokasi lain. Konsep yg jauh lebih efektif dari pengelolaan sampah di Jakarta. Produksi 1 ton sampah per hari, dihasilkan dari 1.600 orang santri. Kegundahan Hasan tentang sampah. Kita tak bisa hanya menghasilkan sampah. Nurul Haramain meninggikan nilai kesetaraan gender dan menghargai perbedaan. Kehadiran Michael salah satu wujudnya. Interaksi dan tinggal bersama masyarakat berbeda keyakinan bukan sesuatu yang baru di sini. Sesuai visinya; berdiri untuk semua golongan. Kearifan terhadap lingkungan sudah diatur dalam Islam. Maka ia mengembalikan fungsi alam. Tahun 2003 ia membeli lahan tandus
Usaha
SEGMEN 3
PerInteraksi dengan kampung- masyarakat an Membagikan bibit tanaman
Personalisasi
Tentative
Aktivitas bersama keluarga
Usaha
Kampus
Memberi ceramah di IAIN
Hasil
Area pesan-
Santri wanita merakit laptop dan
seluas 36 hektar dan disulapnya menjadi kawasan konservasi hutan yang ia namai Desa Madani. Hutan ini kini menjadi laboraorium bagi santri. Pembibitan yang dilakukan santri memberikan hasil yang fantastis setiap tahunnya, yakni sekitar 1 juta hingga 1,5 juta bibit pohon. Seluruh bibit ini dibagikan secara gratis kepada siapapun yang ingin menanam. Cerita pelibatan warga untuk konservasi lingkungan. “Kita sudah mendapatkan begitu banyak dari alam ini, maka kita harus tanya pada diri seberapa banyak yang kita berikan kepada alam.” Suka duka hidup dalam lingkungan pesantren. Dia juga pernah putus asa, ketika dihadapkan situasi sulit. Tapi ia terus bangkit melawannya. Medium dakwah menjadi kesempatannya menyampaikan pesan2 lingkungan dan toleransi. Tiang negara itu adalah wanita. Tak boleh ada
tren
komputer Santri laki-laki main band
Hasil
Tentative Aktivitas bersama santri Reflektif.
beda pendidikan antara laki-laki dan perempuan. Kreativitas mereka harus berkembang. Nurul Haramain menjadi lembaga pendidikan yang berbasis lingkungan dan teknologi. Kini setelah lebih dari 15 tahun ia menegakkan prinsip man jadda wa jadda, melalui pendidikan untuk para santri dan santriwatinya, beberapa apresiasi pun ia dapatkan. Seperti Ashika International dan Ramon Magsaysay pada tahun 2011. “Energi saya dari ajaran agama.”
LENTERA INDONESIA GERAK LAKU TUAN GURU -EDITED TIM LIPUTAN TOKOH UTAMA LOKASI WAKTU SHOOTING
: KHAIRIL HANAN LUBIS, FRANCISKA ANISTIYATI : HASANAIN JUAINI : NARMADA, LOMBOK BARAT : 19 – 23 MEI 2015
SEGMEN 1 TEXT (BACKGROUND HITAM) BACKSOUND LENTERA INDONESIA VIDEO
NEWS ENTERTAINMENT TELEVISION
AUDIO [OPENING]
TRANSISI SAMPAH DINAIKKAN KE PICKUP,
DETAIL KAKI JALAN, SUARA KRESEK2 ILALANG, HASANAIN JALAN MEMBAWA BIBIT TANAMAN. MENGGALI TANAH, MENANAM BIBIT, TANGAN MENUTUPI DENGAN TANAH, DISAMBUNG DRONE; MENANAM DI PINGGIR TEBING DIANTARA RIMBUNAN PEPOHONAN BUMPER – LENTERA INDONESIA ADA AKTIVITAS RUTIN YANG SUDAH KAMI JALANKAN TIGA TAHUN TERAKHIR// TIGA KALI DALAM SEHARI/ DIKERJAKAN PARA SANTRI/ MENGELOLA SAMPAH KAMI SENDIRI//
PERJALANAN KE TEMPAT PEMBAKARAN
BERASAL DARI BERBAGAI SUDUT PESANTREN PUTRI/ KUMPULAN SAMPAH INI DIBAWA MENUJU KOMPLEKS PESANTREN PUTRA/ TEMPAT TUNGKU PEMBAKARAN BERADA//
SAMPAH DITURUNKAN, SANTRIWATI MEMILAH2 YANG BISA DIJUAL
LOGAM/ KERTAS/ BOTOL/ DAN SAMPAH PLASTIK/ MULAI DIPISAHKAN DARI TUMPUKAN BESAR// KAMI MEMBAGINYA ATAS EMPAT JENIS TERSEBUT//
HASANAIN MEMEGANG KARUNG UNTUK DIMASUKKAN SAMPAH
SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3414 (01:23-01:35) “Nanti ada lagi di unit berikutnya, di situ jadi 16, sesuai dengan jenis yg bisa diproses di pabrik daur ulangnya.”
AKTIVITAS MEMILAH SAMPAH
MEREKA ADALAH TIM KEBERSIHAN/ YANG TERBENTUK DI PESANTREN PUTRI MAUPUN PUTRA// TANPA RAGU MEREKA MENGADUK SAMPAH-SAMPAH INI TIAP HARI/ TAK ADA LAGI RASA TAKUT KOTOR// SB. RINI WAHYUNINGSIH (SANTRIWATI NURUL HARAMAIN) ANS_3421 (00:19-00:28) 1
“Ini kan jadi kewajiban kita sebaga muslim kan karena kebersihan itu sebagian dari iman. Allah juga menyukai keindahan.” –cut(00:39-00:41) “karena kan ini sampah dari kita gitu.” –cut- (00:4600:47) “jadi ya gak ada rasa jijik.” SET-UP BAKAR SAMPAH BIASA DI BELAKANG
PERKARA SAMPAH INI SUDAH BERLANGSUNG LAMA/ SEIRING DENGAN MENINGKATNYA JUMLAH PENGHUNI ASRAMA// AKU MALU// AGAMAKU MENGAJARKAN KEBERSIHAN SEBAGIAN DARI IMAN/ TAPI MENGURUS SAMPAH SAJA TAK BISA//
DETAIL TUNGKU PEMBAKARAN, TUMPUKAN TANAH, PASIR
TUNGKU BERSUHU 600 DERAJAT CELCIUS (dibaca: selsius) INI DIPILIH UNTUK MENGHADAPI PRODUKSI SATU TON SAMPAH PER HARI// ABU HASIL PEMBAKARAN/ BISA DIGUNAKAN MEMBUAT ASPAL SINTETIS// CARA INI SEBENARNYA BELUM IDEAL/ DENGAN BANYAKNYA ASAP YANG KELUAR// TUNGKU BARU SEDANG KAMI BANGUN/ MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PLASMA YANG BISA MENGURANGI ASAP// PROSES INI JAUH LEBIH HEMAT DAN EFEKTIF/ APALAGI SEBAGIAN BIAYA OPERASIONAL TERTUTUPI DARI HASIL DAUR ULANG// PRINSIPNYA/ SAMPAH TAK BOLEH KELUAR DARI SATU LOKASI DAN MENIMBULKAN MASALAH DI LOKASI LAIN//
ANAK2 MENYAPU DAN MENGERUK SISA SAMPAH
SET-UP PONPES (PUTRA & PUTRI) UJIAN LISAN DAN LATIHAN PRAMUKA
SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3442 (08:55-09:42) “Ibu kita ini bumi ini, maka setiap orang yang membuang sampah harus bertanggung jawab terhadap sampah yang dibuangnya. Ndak bisa memanggulkan tanggung jawab itu kepada orang lain. Ini yg kita beritahu kepada orang tua, anak2 sehingga mau laki mau perempuan anak2 ini biasa saja menghadapi sampah. Paling inti adalah saya sendiri tidak hanya meyuruh, saya juga melakukan saya bergelut dgn sampah. Saya tau ada 1300 item jenis sampah yg ada di sini yg kita lakukan pencatatannya. Jd org tua tidak complain thd saya karena saya tdk menyuruh apa yg tdk saya lakukan tapi saya menyuruh mereka apa yg memang saya sendiri lakukan.” MENDIDIK DENGAN KETELADANAN MEMANG MENJADI DASAR PESANTREN INI// AKU DISEBUT TUAN GURU ATAU SEMACAM KIAI DI SINI// PARA SANTRI SENDIRI BIASA MEMANGGILKU MAMIK// BERADA DI DESA LEMBUAK/ KABUPATEN LOMBOK BARAT/ NUSA TENGGARA BARAT/ HARAMAIN PERTAMA KALI DIDIRIKAN AYAHKU TAHUN 1952// KETIKA ITU MASIH BERBENTUK SEKOLAH AGAMA// 2
BARU TAHUN 1990/ BENTUKNYA BERUBAH MENJADI PONDOK PESANTREN PUTRA// DAN SEUSAI MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA DI JAKARTA TAHUN 1996/ AKU MENDIRIKAN NURUL HARAMAIN PUTRI// PESAN IBU YANG SELALU MENGINGATKANKU UNTUK MEWUJUDKANNYA// SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3741 (00:32-00:45) “Bahwa sesungguhnya laki dan perempuan itu seperti seekor burung, jd satu sayap kanannya laki satu sayapnya perempuan. Jd burung ini tidak akan pernah terbang kalo kedua sayapnya gak seimbang.” PESANTREN SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA PENDIDIKAN TERTUA DI INDONESIA/ TAK BISA LAGI BERSIKAP EKSKLUSIF/ MENJADI MENARA GADING YANG TERISOLASI DARI MASYARAKAT// AKTIVITAS DISKUSI TOLERASI ROLL DIKIT SAAT HASANAIN BICARA
KAMI MENYIAPKAN MEREKA UNTUK TERBIASA HIDUP DI TENGAH PERBEDAAN// SUDAH BEBERAPA KALI WARGA DARI BERBAGAI NEGARA IKUT TINGGAL DI SINI//MEREKA DATANG DARI LATAR BELAKANG KEYAKINAN YANG BERAGAM// SB: DWI YUSRIKA TAUTIN (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3167 (01:01-01:26) “Kalo kita di sini tu kalo masalah keyakinan kita gak pernah masalahkan, kalo ada tamu kita gak pernah nanya ini orang agama apa, yg penting kita tu have fun aja nanya2 ih gimana kalo di negaranya kayak gimana, gimana kesan pertamanya di indonesia, atau gak simak dong bahasa inggris saya udah bener atau gak sih, gitu.”
INSERT FOTO2 MICHAEL
BARU BEBERAPA HARI LALU/ MICHAEL HARRIS SEORANG AUSTRALIA/ MENINGGALKAN KAMI SETELAH DUA MINGGU TINGGAL DI SINI// PESANTREN INI BERDIRI UNTUK SEMUA GOLONGAN// SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3164 (05:08-05:20) “Toleransi tidak pernah bisa diajarkan, didikkan dengan sempurna tanpa pengalaman empiris. Kami mendapat keuntungan ada org yg percaya mau merasakan perbedaan itu langsung di sini.”
AKTIVITAS PEMBIBITAN
TAK HANYA PADA SESAMA MANUSIA/ HIDUP SELARAS 3
DENGAN ALAM PUN KAMI JALANI// KAMI MEMILIKI BEBERAPA AREA PEMBIBITAN YANG DIKERJAKAN PARA SANTRI// AKTIVITAS YANG TERUS KAMI LAKUKAN SEJAK 13 TAHUN LALU// SB. IIN HARYANINGSIH (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3663 (00:30-00:51) “Kita di sini dididik sama tuan guru kita, mamiq, utk minimal kita punya 1 pohon yg bisa kita banggain utk kasi ke daerah kita itu. Apalagi kalo kita sampe menanam beberapa pohon, terus disebar ke beberapa daerah, jadinya udah berapa manfaat yg kita tumbuhin di daerah kita itu sendiri.” SELURUH BIBIT INI KAMI BAGIKAN GRATIS BAGI SIAPAPUN YANG INGIN MENANAM/ MENUMBUHKAN JUTAAN POHON DI BERBAGAI PULAU// KAMI PUN IKUT MENANAM LANGSUNG// ADA SEKITAR 360 HEKTAR TELAH TERHIJAUKAN DI SEPUTARAN LOMBOK// SALAH SATUNYA DI KAWASAN BANDARA INTERNASIONAL// SB. DWI YUSRIKA TAUTIN (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3653 (02:41-02:48) “Sekarang banyak sekali pohon yg ditebang sembarangan, ya biarkanlah mereka yg gak sadar itu yg menebang, kita yg sadar yg menanam.” KITA SUDAH MENDAPAT BEGITU BANYAK DARI ALAM INI// MAKA KITA HARUS TANYA PADA DIRI SENDIRI/ SEBERAPA BANYAK YANG KITA BERIKAN PADA ALAM// TAUSYIAH KEPADA SANTRI USAI SOLAT MAGHRIB
ROLL. ANS_3885 (00:01-00:30) Hasnain tausyiah setelah maghrib “Mereka akan berdoa dan tentu saja tidak lupa mendoakan orang yg dulu pertama kali membuat bibitnya, mendoakan yg menanamnya, yg menyiramnya, yg memeliharanya. Anak2ku sekalian, mungkin kita sehat, mungkin kita mendapat kesenangan, kebahagiaan, diantaranya karena didoakan oleh pohon2 yg kita sedekahkan dulu.”
SEGMEN 2 TRANSISI SEMBURAT PAGI AKTIVITAS DI HUTAN BUATAN, HASANAIN JALAN
SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_4062 (02:18-03:00) “Di sini ini mereka itu punya filosofi ya, namanya itu ‘pelisak bangun batu; kalo aku tak liat, aku tak percaya.’ Jadi kita percuma bicara di podium, pake buku, khotbah, ndak ada artinya kalo ndak ada contoh nyata yg mereka lihat. Jadi sekali meluncurkan 4
program ini harus berhasil. Maka kita cari berbagai cara dan selamat. Baru setelah ini sekarang, masyarakat sekeliling kawasan hutan ini sekarang sudah menanam lahan2 mereka sendiri2.” MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT UNTUK MELESTARIKAN ALAM/ TAK MUNGKIN BERHASIL JIKA MEREKA TAK MERASAKAN KEUNTUNGAN DARI TINDAKAN TERSEBUT// BAGIKU MENANAM BUKAN SEBUAH PROGRAM/ TAPI UPAYA MENDIDIK DENGAN CONTOH NYATA// LIMA BELAS TAHUN LALU LAHAN SELUAS 56 HEKTAR DI DESA SEDAU INI MERUPAKAN TANAH TANDUS// SEBERSIT RAGU SEMPAT MUNCUL/ MASIH ADAKAH HARAPAN DARI TEMPAT SEGERSANG ITU?// JALAN DI PINGGIR LAPANGAN
ROLL. ANS_4080 (00:41-00:52) Hasanain berkeliling hutan “Dulu ini pakis sejenis ini udah ndak ada. Hilang. Ketika hilang air, dia ikut hilang ini. Sekarang datang air, dia muncul lagi. Ini perdu2 hutan.” ROLL. ANS_4080 (04:26-04:40) Hasanain menunjukkan dan meminum sumber air “Ini air hutan yg langsung tidak ada kontaminasinya.
MENYUSURI HUTAN MENUJU SUNGAI
SALAH SATU MATA AIR
MENYICIP AIR SUNGAI
PESANTREN LALU MEMBELINYA TAHUN 2003// SULIT PASTI/ BUTUH LIMA TAHUN AGAR TANAMAN BISA TUMBUH DI SINI// DI HABITAT SEGERSANG INI/ OPTIMISME HARUS LEBIH BESAR DARI KUCURAN MATA AIR// SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_4082 (00:03-00:23) “Jumlah yang rusak itu sekitar 580 ribu hektar hutan kita rusak di lombok ini, sehingga sungai2 andalan seperti ini kering. Maka kita mulai terus. Karena susah menanam itu kan karena memang ndak ada airnya.” ALIRAN SUNGAI INI SEKARANG MENJADI SALAH SATU SUMBER AIR PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM// SELAMA KITA SALING MEMBERI PADA ALAM/ PINTU KEMAKMURAN SEHARUSNYA ADA DI DEPAN MATA// ROLL. ANS_4105 (00:37-00:50) Hasanain sambil jalan “Seharusnya kalo masy pinggiran hutan itu ndak boleh miskin. Semua bisa dijadikan uang. Tinggal sekarang harus ada pionir.” HUBUNGAN SALING PERCAYA/ YANG DIBUTUHKAN KINI ANTARA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT// BUKAN LAGI SEKADAR PENDEKATAN PROYEK PENANAMAN// SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL 5
JALAN MASUK HUTAN
GAMBAR2 GENERAL MADANI ESATBLISH PAKAI DRONE
HARAMAIN) ANS_4105 (02:35-03:25) “Tebang pohon penjara, tebang pohon tangkap. Muncul stigma di masy bahwa pemerintah ini spt lebih menghargai pohon ketimbang menghargai manusianya. Pemerintah hanya mau mengembalikan kelestarian alam tapi tdk memikirkan kehidupan org yg tinggal di situ. Pola itu yg kita ganti dgn cara kita menanam bersama masy, kita beri contoh, kemudian kita bantu bibitnya, kita bantu teknologinya, dan yg paling utama kita dgn tangan kita sendiri menunjukkan kepada mereka bahwa menanam kita anjurkan tdk hanya dgn mulut kita tapi dgn perbuatan kita.” (04:16-04:39) “Setelah masy percaya bahwa pohon ini jg menopang kehidupan mereka maka mereka mulai menyayangi pohon itu. Jd kita tidak melarang mereka menebang pohon, memang pohon itu ada utk mereka manfaatkan, tapi kita menekankan betul tebang 1 tanam 1000, tebang 1 tanam 1000.” LAHAN GUNDUL ITU KINI BERUBAH MENJADI KAWASAN HIJAU BERPOHON LEBAT// KAMPUNG MADANI KAMI MENYEBUTNYA// PERJUANGAN 13 TAHUN/ YANG MELIBATKAN SANTRI DAN MASYARAKAT// 403 KEPALA KELUARGA DI DUSUN LEMBAH SUREN INI MULAI MERASAKAN MASLAHATNYA//
SET-UP KADES
SB. MURNAH (KEPALA DUSUN LEBAH SUREN) ANS_4112 (03:49-03:59) “Kalo tanam kayu yg jual sampe puluhan2 jutalah semenjak mamik ada di sini karena mencontoh kan.” –cut- (04:09-04:26) “Kalo dari dulu tanam kayu sudah berapa besar gitu kan tapi ndak pernah ada contoh bahwa ini bisa. Jd tanah2 gersang sekarang banyak ditanami pohon2”
AKTIVITAS ENGLISH DEBATE & BEDAH BUKU
BERMANFAAT BAGI ORANG BANYAK ADALAH SEBAIKBAIKNYA MANUSIA// SEBAGAI BEKALNYA/ PARA SANTRI TERUS BERGELUT DENGAN BERBAGAI RUANG DISKUSI/ MELUASKAN CAKRAWALA BERPIKIR MEREKA// SB. DWI YUSRIKA TAUTIN (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3128 (03:33-04:01) “Kita sebagai perempuan bukan hanya bisa di belakang laki2, ketika ada sebuah kepemimpinan, pemimpinnya pasti laki2, kita pengen generasi selanjutnya tdk ada lg perbedaan seperti itu. Siapa yang bisa silahkan, bukan ‘ooh dia perempuan, jgn dong ada masih banyak laki2’ jadinya kesetaraan gender itu yang kita inginkan, jadinya ketika nanti kita di luar kita bisa memimpin di masyarakat.” KESETARAAN GENDER MENJADI MISI YANG KAMI USUNG TINGGI// TAK ADA BEDA PERLAKUAN LAKI DAN PEREMPUAN/ MEREKA PUN DIBERI KEBEBASAN UNTUK BELAJAR BAHASA 6
INGGRIS HINGGA KE PARE/ JAWA TIMUR// WANITA ADALAH TIANG NEGARA// ROLL DIKIT PAS DIALOG TENTANG MOVE ON SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3166 (02:07-02:25) “Pendekatan kita pendekatan demokratis. Jadi ada panca jiwa di dalam pondok ponpes ini namanya berpikiran bebas. Sekalipun posisinya terakhir setelah mereka dapat ilmu pengetahuan. Tapi dalam ponpes ini juga harus ditanamkan berpikir bebas itu bagaimana caranya.” AKTIVITAS KESEHARIAN SANTRI SILVI NYUCI BAJU
MENJADI SANTRI PASTI DIPENUHI SUKA DUKA// SEPERTI YANG KULALUI DULU DI PESANTREN GONTOR JAWA TIMUR// MANDIRI DAN MANAJEMEN WAKTU/ JADI PELAJARAN DASAR SETIAP HARI// SB. SILVIA EKA SAVITRI (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3776 (00:09-00:16) “Biasanya kita nyuci waktu sore, soalnya cuman di sana tempat ada waktu. Selain sore pasti banyak kegiatan.”
INSERT GAMBAR LAGI BERSIH2
JADWAL KETAT/ BANYAK ATURAN/ HINGGA USTADZ DAN USTADZAH YANG GALAK MENJADI SELENTINGAN YANG SERING KITA DENGAR// APAPUN ITU/ TAK SEBANDING DENGAN PENGALAMAN BERHARGA YANG DIDAPAT SELAMA TINGGAL DI PONDOK//
SILVI MENJEMUR PAKAIAN
SILVI MASUK KE KAMAR BERTEMU RIKA
INSERT GAMBAR RIKA DUDUK DI LANTAI ATAS
SUASANA DI KAMAR
SB. SILVIA EKA SAVITRI (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3790 (00:49-00:56) “Kita kan hidup dengan banyak orang, jadinya pasti ada konflik dan pastilah ada pertengkaran antara satu dgn yg lain.” –cut- (01:0401:18) “Kita pecahin bersama. Biasanya kita kumpul satu kamar itu ntr disana kita ngomong apa kritikan utk yg ini utk yg itu, jadinya kita bisa pecahin masalah itu sendiri.” ADA 1.600 SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PESANTREN INI// MEREKA TAK LAGI SEKADAR TEMAN/ MEREKA ADALAH KELUARGA// PENGGANTI AYAH/ IBU/ SAUDARA/ YANG BEGITU JAUH DI RUMAH SANA// SB. DWI YUSRIKA TAUTIN (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3805 (01:50-02:02) “Kalo udah lama belajar pasti jenuh, pengen minta pulang, tapi kalo dilayanin terus kapan kita berhasil. Palingan kalo jenuh ke lantai 4, cari pemandangan baru, suasana baru.” 7
PARA SANTRI DATANG DARI BERBAGAI DAERAH// TAK ADA LAGI BATAS GEOGRAFIS// MEMOTIVASI MEREKA UNTUK MENGEJAR MIMPI KEMANA SAJA// SB. SILVIA EKA SAVITRI (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3807 (00:50-00:54) “Saya ingin menjadi pengacara.”
SHALAT MAGHRIB BERJAMAAH DI LAPANGAN
SB. DWI YUSRIKA TAUTIN (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3808 (00:01-00:03) “Pengen jadi duta besar Indonesia.” –cut- (00:13-00:28) “Nanti kalo saya ditempatkan di negara lain jadinya kan sering tidak adil tu kalo ada TKW di sana, pembelaan dari Indonesia tu kurang, jadinya pengen memperbaiki aja hubungan antar negara.” SETELAH SEKIAN TAHUN DITEMPA/ KAU TAK HANYA MENJADI PRIBADI YANG DEWASA/ PUN LEBIH MENGHARGAI MAKNA KEBERSAMAAN// DAN SATU LAGI../ SIAP UNTUK BERKARYA DI MANA SAJA//
SEGMEN 3 AKTIVITAS LATIHAN BAND DI STUDIO
ADA LIMA NILAI ATAU PANCA JIWA YANG MENDASARI KEHIDUPAN DI PONDOK// KEBEBASAN SALAH SATUNYA// BEBAS BERKREASI/ DENGAN TANGGUNG JAWAB MENGIRINGI// GRUP BAND INI SALAH SATU WADAHNYA// SB. ZAINAL ABIDIN (SANTRI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_4157 (00:42-01:04) “Ketua yayasan kami juga bilang, jika kalian dilepas dan dijatuhkan dari helikopter kalian harus siap jatuh dimana dan bisa bertahan hidup. Jadi artinya santri2nya gak cuman bisa di satu, dia taruh di sini bisa di sana bisa.” MEREKA MENAMAINYA RUB’UL QORNI/ YANG BERARTI SEPEREMPAT ABAD// ANAK-ANAK INI ADALAH GENERASI KE25 NURUL HARAMAIN// KAMI FASILITASI MEREKA DENGAN PEREKAM SUARA// SB. NURKHOLIS SUHAIMI (GURU PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_4158 (00:39-00:49) “Supaya ada dari santri2 yg mempunyai bakat seni, musik, juga bisa menyalurkan supaya kita bisa rekam supaya bisa didengarkan sama teman2 yang lain.”
AKTIVITAS RUANG MULTIMEDIA DAN UJIAN
DI SINI/ KAMI BERUSAHA MENDIDIK BERBASISKAN LINGKUNGAN DAN TEKNOLOGI// 8
ONLINE
AKTIVITAS MINI BANK
/ UJIAN PUN DILAKUKAN SECARA ONLINE SEDARI TUJUH TAHUN TERAKHIR// PUN DI BIDANG EKONOMI// ADA BANK MINI YANG MULAI BEROPERASI SEJAK AKHIR TAHUN LALU// BISA MENABUNG TIAP HARI/ ATAU INVESTASI LEWAT TABUNGAN JANGKA PANJANG// SB. MAULANA MALIK MADANI (SANTRI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_4186 (00:36-00:43) “Terasa lebih mudah mengatur keuangan. Tinggal narik, setor lagi.” –cut- (01:24-01:37) “Harus nulis keperluannya supaya ustad ustadzahnya ngertilah mau dipake apa uangnya.” SELURUH SANTRI BISA MENDAPAT KESEMPATAN MENJADI DIREKSI// PETUGASNYA BERGILIR TIAP SEBULAN SEKALI// MELATIH MEREKA/ JIKA HENDAK MENDIRIKAN LEMBAGA KEUANGAN DI KAMPUNG MASING-MASING KELAK//
AKTIVITAS DI RUMAH
HASANAIN MEMOTONGLEMBARAN2 BUKU, MELAKUKAN SCAN UNTUK DIGITALISASI
INILAH YANG MENJADI ALASANKU MENGAPA DULU NURUL HARAMAIN BERDIRI MENJADI PESANTREN// SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3500 (00:05-00:35) “Pendidikan adalah cara paling pintas dan paling memungkinkan utk melakukan perubahan atau untuk membangun peradaban. Kemudian mengapa ponpes, karena ponpes adalah prototype atau bentuk asli pendidikan kita ala Indonesia. Sehingga gabungan antara pendidikan dan kulturalitas itulah yg saya kira punya harapan untuk bisa berhasil.” SETELAH IMAN DAN AMAL SALEH/ ILMULAH YANG AKAN MENGANGKAT DERAJAT KITA// SEJAK 2001/ AKU MULAI MENDIGITALKAN BERBAGAI BUKU//
INSERT GAMBAR2 AKTIVITAS DENGAN BUKU
SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3480 (00:44-01:08) “Siapa yg mau pandai, bahannya sudah ada. Jadi silahkan, jgn karena gak mampu beli buku kemudian gak baca. Semua sudah ada. Dari buku2 terakhir kita dikirimkan oleh penerbit, ya kita beli, digitalisasi di sini, kemudian dishare.” TIAP HARI AKU MELAKUKANNYA/ PAGI MAUPUN DI SISA KEKOSONGAN HARI// KINI TERKUMPUL HAMPIR 60 RIBU JUDUL BUKU DALAM PERPUSTAKAAN DIGITAL/ YANG BISA DIAKSES SELURUH SANTRI MAUPUN MASYARAKAT UMUM//
MENGAMBIL BIBIT, MENANAM
JIKA PENAT MENDERA/ TANAMAN DI HALAMAN MENANTI 9
DI HALAMAN
DIPELIHARA// INI LINGKUP KECIL PEMBIBITAN YANG BISA DILAKUKAN/ DARI HALAMAN RUMAH SENDIRI//
INSERT GAMBAR POTONG PEPAYA
SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3487 (01:30-01:58) “Wajib tiap tahun itu 1 juta bibit, setiap tahun. Gampang kan kalo pepaya kayak tadi itu bisa 500, yg jadi itu 1 pepaya. Jd saya biasanya kalo pergi ke kota lewat pasar saya beli pepaya yg rusak yg ndak terjual tapi bagus. Itu utk diambil bijinya.”
FOTO2 ANAK KELUARGA LAH ENERGIKU SELAMA INI// DARI EMPAT ANAKKU/ HANYA SI BUNGSU YANG MASIH MENEMANI// ANAK KEDUA DAN KETIGA KINI MONDOK DI PESANTREN GONTOR// SEMENTARA SI SULUNG/ SEDANG MELANJUTKAN S-2 DI MAINZ UNIVERSITY/ JERMAN// GAMBAR ISTRI DI TK
ISTRIKU KINI MENGELOLA PAUD DI SISI TIMUR PONDOK// SARANA YANG MEMPERTEMUKAN KAMI DULU OKTOBER 1988/ SAAT IA MENGIKUTI PENATARAN GURU TK/ DAN AKU PANITIANYA// SB. RUNIATI (ISTRI HASANAIN JUAINI) ANS_3562 (07:27-07:45) “Selama dia berkarya itu terus saja ndak apa2, yg penting itu bermanfaat utk masyarakat, utk lingkungan, utk pondok, utk keluarga, itu aja.”
FOOTAGE: DOC. PRIBADI INSCRIBER 1: MANILA, 31 AGUSTUS 2011
ROLL. PENGUMUMAN MAGSAYSAY (00:00-00:11) SOUND: 04:51-05:15 GAMBAR: 05:18-05:32
INSCRIBER 2: HASANAIN JUAINI MENDAPAT PENGHARGAAN INTERNASIONAL “RAMON MAGSAYSAY AWARD”, KARENA MENGEMBANGKAN PESANTREN YANG PEDULI LINGKUNGAN, KESETARAAN GENDER, DAN MEMBANGUN KERUKUNAN BERAGAMA.
ROLL. HASANAIN ACCEPTANCE SPEECH (03:01-03:25) This award has strengthened and energized me to reach my goals. Together let us unite and mutually extend our help to the people of the world so that in this era of globalization, we will live in a spirit of brotherhood. (Penghargaan ini telah memperkuat dan menambah energi saya untuk mencapai tujuan. Bersama mari kita bersatu dan saling memberikan bantuan untuk orang-orang di seluruh dunia sehingga dalam era globalisasi ini, kita akan hidup dalam semangat persaudaraan).
INSERT FOTO2 PENGHARGAAN JEJERAN PIALA PENGHARGAAN
SEBELUMNYA TAHUN 2003 AKU MENERIMA ASHOKA FELLOWSHIP/ MAARIF AWARD TAHUN 2008/ DAN BERBAGAI APRESIASI LAIN// TUHAN RUPANYA INGIN AKU BEKERJA LEBIH KERAS LAGI//
AKTIVITAS KEGIATAN OUTDOOR DI MADANI
SB. DWI YUSRIKA TAUTIN (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_5815 (00:46-01:09) 10
DIBUKA DENGAN DRUM BAND, LALU TAEKWOND O DAN PRAMUKA
CLOSING: MEMBENTUK HURUF NH FOR THE WORLD, GAMBAR UDARA DENGAN DRONE
“Segala sesuatu yg kita tanam pasti kita juga yg akan memetiknya. Walaupun bersakit2 dahulu, akan bersenang2 kemudiannya. Walaupun dulu malas, capek, ‘ih ntarlah mau nunda2 aja gitu’ tapi tetap aja semangat dari tuan guru mamiq harus pokoknya jgn pernah kita kerja setengah2, itu aja yg mamiq selalu bilang ke kita.” TANTANGAN PASTI ADA SAJA// TAPI SELAMA KITA MENGETAHUI FILOSOFI DARI APA YANG KITA LAKUKAN/ TINGGAL FUNGSI LIDAH MENJELASKAN// ANAK-ANAK INI MAKIN SIAP UNTUK MENERUSKAN// SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_5823 (06:49-07:17) “Islam itu rahmatan lil alamin. Maka kita menyiapkan Nurul Haramain ini adalah salah satu center of excellent, kita mengupayakan di sini mendidik anak2 agar siap menjadi penduduk dunia yg baik, yg benar, mencintai keindahan, hidup bermanfaat, dan kalo bisa dibuktikan dgn dirinya sendiri bisa makmur.” MANUSIA DICIPTAKAN DENGAN MEMEGANG DUA AMANAH/ MEMELIHARA ALAM/ DAN BERIBADAH DI ATASNYA// SUDAH SAATNYA PERINTAH ITU KITA TINGGIKAN/ AGAR KATA-KATA TAK MAKIN KEHILANGAN MAKNA//
TERIMA KASIH: PARA SANTRI DAN PENGAJAR PONDOK PONPES NURUL HARAMAIN, DESA LEMBUAK, KECAMATAN NARMADA, KABUPATEN LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT. WARGA DESA LEMBUAK, KECAMATAN NARMADA, KABUPATEN LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT.
11