ANALISIS DEFISIT KEMBAR DI INDONESIA ( PERIODE 1990 – 2014 )
(Skripsi)
Oleh DIANITA ARYANI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ANALYSIS OF TWIN DEFICIT IN INDONESIA (PERIOD OF 1990 - 2014) By DIANITA ARYANI
ABSTRACT
This research aims to know and analyze the influence of current account, exchange rate, and inflation variable toward budget defisit. Variables in this research are the budget deficit, current account, exchange rate, and inflation. Data used in this research was time-series data in research periode of 1990-2014. Data analysis method used in this research was descriptive quantitative analysis method by using ECM models. The methode used to see the influence between dependent variable and independent variables was error correction Model ( ECM ). Result of the estimation by using three research models with ECM method shows that in the short-term, independent variable together significant to budget deficit. Partialy, current account and inflation significantly affect, and exchange rate does not significantly affect. And all of the variable have big impact to twin deficit in Indonesia occurance. Key words : Twin Deficit, Budget Deficit, Current Account Deficit Exchange Rate, Inflation, Error Correction Model (ECM).
ANALISIS DEFISIT KEMBAR DI INDONESIA (PERIODE 1990 – 2014) Oleh DIANITA ARYANI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel neraca transaksi berjalan, nilai tukar, dan inflasi terhadap defisit anggaran dalam jangka pendek. Variabel dalam penelitian ini adalah defisit anggaran, neraca transaksi berjalan, nilai tukar, dan inflasi. Data yang digunakan adalah data time-series dengan periode penelitian 1900 sampai 2014. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan model ECM. Untuk melihat pengaruh antara satu variabel dependen dengan variabel independen dilakukan dengan menggunakan metode Error Correction Model (ECM). Hasil estimasi menggunakan metode ECM menunjukkan bahwa dalam jangka pendek variabel bebas secara bersama-sama signifikan terhadap defisit anggaran. Secara parsial variabel neraca transaksi berjalan dan inflasi berpengaruh signifikan, sedangkan nilai tukar tidak signifikan. Dan semua variabel tersebut mempunyai dampak yang begitu besar dalam terjadinya defisit kembar di Indonesia. Kata Kunci : Defisit Kembar, Defisit Anggaran, Defisit Neraca Transaksi Berjalan, Nilai Tukar, Inflasi, Error Correction Model (ECM).
ANALISIS DEFISIT KEMBAR DI INDONESIA (PERIODE 1990 – 2014)
Oleh: DIANITA ARYANI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
Pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
MOTTO
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (Al-Insyirah:6-8)
“Cobalah tekun dan tabah dalam menghadapi fase macet mengerjakan skripsi sebagai latihan kesabaran untuk mengejar pasangan hidupmu nanti” (Anonymous)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 2 Agustus 1993, sebagai anak pertama dari empat bersaudara. Buah hati dari pasangan Bapak Ahmad Royani dan Ibu Elis Febriyanti. Penulis memulai pendidikan formal di TK Shandy Putra Telkom Bandar Lampungpada tahun 1998, dilanjutkan Sekolah Dasar (SD) Negeri I Sukarame Bandar Lampung pada tahun 1999. Kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 23 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 12 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2011.Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Jurusan Ekonomi Pembangunan melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Tertulis. Selama menjadi mahasiswa, penulis turut serta dalam organisasi, yaitu sebagai Brigadir Muda Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEM F) 2011/2012 dan menjadi anggota Organisasi Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan (HIMEPA) 2012/2013. Pada tahun 2013 penulis mengikuti Kuliah Kunjung Lapangan (KKL) di Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Bank Indonesia, dan Kementerian Koperasi Republik Indonesia. Pada tahun 2014 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Waymuli Timur, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan.
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang diberikan, shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada nabi agung Muhammad SAW. Ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan terima kasihku kepada:
Papa dan Mama tercinta yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, doa, keikhlasan, ketulusan, kesabaran, perjuangan, dan pengorbanan yang luar biasa, tidak ada sesuatu apapun yang bisa membalas dan menggantikannya. Terimakasih atas semangat yang diberikan serta pembelajaran hidup yang luar biasa.
Adik-adikku Riki Saputra, Violita Agustin, Bagas Panca Nugraha yang selalu memberikan perhatian, semangat dan dukungan untuk terus berjuang dan tidak pernah menyerah.
Sahabat-sahabat tercinta yang dengan tulus menyayangiku serta keceriaan dan kebersamaan kalian yang selalu memotivasiku.
Almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
SANWACANA
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Defisit Kembar di Indonesia Periode 1990 - 2014” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si dan Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. 3. Bapak Dedy Yuliawan, S.E.,M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, saran, serta motivasi luar biasanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Ibu Dr. Marselina, S.E., M.P.M selaku dosen penguji skripsi atas saran serta motivasi yang sangat luar biasa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Bapak Yourni Atmadja, S.E., M.Si sebagai Pembimbing Akademik.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama menuntut ilmu di Universitas Lampung. 7. Keluargaku tercinta, papa yang tiada hentinya mendukung, mama yang tak pernah lelah mendoakan, serta adik-adikku tersayang Riki Saputra, Violita Agustin, dan Bagas Panca Nugraha yang selalu memberikan kebahagiaan, senyuman penyemangat serta doa yang tulus dan ikhlas. 8. Staff dan karyawan di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bang Fery, Ibu Yati, Bang Ma’ruf, Pak Kasim serta pegawai lainnya yang telah banyak membantu kelancaran proses penyelesaian skripsi ini. 9. Risa, Irma, dan Sunarsih yang telah banyak berkorban dan membantu penulis dalam menempuh pendidikan 10. Sahabat terbaik, teman susah dan seneng Anggun Agus Saputra, Hayati Imasi Putri, Leo Sepran, Ega Nur Qamarani, Bhen Bhen Agung Saputra, Dewi Yulia, Wiwin Noftavia, dan Hardiansyah terima kasih semangat dan doanya. 11. Teman satu bimbingan yang selalu berbagi motivasi,Sunarsih, Deftiana Zerlinda, Tri Mulyani, Mustakim, M. Adi Fahrizal, Asdi Yuda. 12. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2011 Agilta, Gino, Nurul, Dian Ayu, Devi, Butet, Yessi, Wiwid, Rosi, Ari, Amri, Amad Yudi, Aming,Feby, Gella,Windy, Ayuni, Caca, Cella, Rafiq, Royiv, Agam, Reza, Ade, Desi,Mba Dewi, Dewi, Gile,Yoga, Syahid, Indah Fajriati, Nanang, Nurul, Putri, Richard, Winda, Windy, Tari,dan masih banyak lagi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. 13. Teman-teman KKN Desa Waymuli Timur, Lampung Selatan yang selalu ada di hati Dwi Aprianti, Dina, Dike Fransiska, Fauzia Andini, Fitri Dwi Y,
SherlyDwi Saptari, Trisa Andaluri, Cahya Wulan, Bang Dwi, M.Fadel, Deswandi Ahda dan Aziz yang telah memberikan pengalaman yang sangat luar biasa. 14. Orang terkasih yang selama ini selalu menemaniku dalam penyusunan skripsi ini yang selalu memberikan support, semangat, dukungan, doanya . 15. Dan almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Bandar Lampung, 10 September 2016 Penulis,
Dianita Aryani
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ..............................................................................................
i
DAFTAR TABEL ......................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
vi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................
1
B. Permasalahan.....................................................................................
9
C. Tujuan Penulisan ..............................................................................
9
D. Kerangka Pemikiran ..........................................................................
10
E. Hipotesis............................................................................................
12
F. Sistematika Penulisan .......................................................................
13
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ...................................................................................
14
1. Defisit Kembar ............................................................................
14
2. Hubungan Twin Deficit dalam Pendapatan Nasional .................
15
2.1.Hipotesis Konvensional Twin Deficit....................................
16
2.2.Reverse Causation atau Current Account Targeting ............
19
2.3.Ricardian Equivalence ..........................................................
19
2.4.Feldstein-Horioka Puzzle ......................................................
20
ii
3. Defisit Anggaran ... .....................................................................
22
3.1. Definisi Defisit Anggaran ....................................................
22
3.2. Sebab – Sebab Terjadinya Defisit Anggaran Pemerintah ..
24
4. Neraca Transaksi Berjalan .........................................................
26
4.1.Pengertian Neraca Transaksi Berjalan .................................
26
4.2.Komponen-Komponen Neraca Transaksi Berjalan .............
27
5. Nilai Tukar .................................................................................
27
6. Inflasi ..........................................................................................
28
B. Tinjauan Empiris ...............................................................................
28
III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel ...........................................................
31
B. Jenis dan Sumber Data ......................................................................
32
C. Metode Analisis ...............................................................................
33
1. Uji Stasioneritas(Unit Root Test) ...............................................
33
2. Uji Kointegrasi ............................................................................
34
3. Penentuan Lag Optimum ............................................................
35
4. Error Correction Model ..............................................................
36
5. Uji Hipotesis ..............................................................................
37
5.1. Uji Pengaruh Parsial (t-Test) ...............................................
37
5.2. Uji Pengaruh Keseluruhan (F-Test) .....................................
37
5.3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ..........................................
38
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian ...............................................................................
39
1. Uji Stasioneritas ( Unit Root Test) ............................................
39
2. Uji Kointegrasi ..........................................................................
40
3. Penentuan Lag Optimum ..........................................................
41
4. Uji Error Correction Model (ECM) .........................................
41
5. Uji Hipotesis .............................................................................
42
iii
5.1.Uji t-statistik (Uji Parsial) ...................................................
42
5.2.Uji F-statistik ......................................................................
43
2
5.3.Uji Koefisien Determinasi (R ) ...........................................
44
B. Pembahasan .....................................................................................
44
1. Hubungan antara Defisit Anggaran dan Neraca Transaksi Berjalan .....................................................................................
44
2. Hubungan antara Defisit Anggaran dan Nilai Tukar ................
48
3. Hubungan antara Defisit Anggaran dan Inflasi .........................
51
4. Hubungan antara Defisit Anggaran dengan Neraca Transaksi Berjalan, Nilai Tukar, dan Inflasi ..............................................
54
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ......................................................................................
57
B. Saran .................................................................................................
57
1. Bagi Pemerintah .........................................................................
57
2. Bagi Peneliti Selanjutnya ...........................................................
59
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Ringkasan Hasil Penelitian Empiris ....................................................
28
2.
Ringkasan Deskripsi Data Input .........................................................
32
3.
Hasil Uji Unit Root dengan Augment Dickey-Fuller (ADF) pada Tingkat Level ......................................................................................
4.
39
Hasil Uji Unit Root dengan Augment Dickey-Fuller (ADF) pada Tingkat First Difference ......................................................................
40
5.
Hasil Uji Kointegrasi ..........................................................................
40
6.
Hasil Uji Penentuan Lag Optimum dengan Metode Akaike Infomation Criterion (AIC) ................................................................
41
7.
Hasil Estimasi ECM ...........................................................................
41
8.
Hasil Uji t-statistik ..............................................................................
42
9.
Hasil Uji F- statistik ............................................................................
43
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Pergerakan Neraca Transaksi Berjalan dan Defisit Anggaran Tahun 1990 – 2014 ..........................................................................
3
2. Kerangka Pemikiran .........................................................................
9
3. Pengaruh Ekspansi Fiskal Terhadap Pendapatan Nasional Pada Sistem Nilai Tukar Tetap .................................................................
15
4. Pengaruh Ekspansi Fiskal Terhadap Pendapatan Nasional Pada Sistem Nilai Tukar Mengambang ....................................................
17
5. Hubungan Defisit Anggaran dengan Neraca Transaksi Berjalan ….
45
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Data Penelitian.....................................................................................
L-1
2.
Hasil Uji Stasioneritas Tingkat Level..................................................
L-2
3.
Hasil Uji Stasioneritas Tingkat First Difference .................................
L-3
4.
Hasil Uji Kointegrasi Engel-Granger..................................................
L-4
5.
Hasil Uji Lag Optimum .......................................................................
L-5
6.
Hasil Uji Error Correction Model (ECM) ..........................................
L-6
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan perdagangan internasional yang semakin pesat saat ini berdampak pada perekonomian global. Dengan adanya perubahan teknologi dan transformasi benar-benar mengubah dunia menjadi semakin kecil dan menglobalisasi. Melalui globalisasi berbagai perusahaan setiap negara di dunia berperan aktif dalam perdagangan internasional termasuk Indonesia yang terus berkonstribusi dalam kegiatan ekspor impor barang ataupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan meningkatkan perekonomian Indonesia. Melalui sebuah laporan neraca pembayaran, dapat diketahui seluruh transaksi yang dilakukan Indonesia dalam perdagangan internasional (Laporan Bank Indonesia, 2012).
Setiap negara pasti akan selalu melakukan kegiatan dalam pengelolaan ekonominya. Seperti Indonesia dalam pengelolaan ekonomi makro, yang merupakan salah satu indikator penting bagi perekonomian suatu negara adalah neraca pembayaran Indonesia. Dimana bagian dalam neraca pembayaran Indonesia ini, salah satunya adalah neraca perdagangan atau biasa disebut sebagai neraca transaksi berjalan. Tidak hanya dijadikan sebagai indikator penting yang mempengaruhi sentimen para pelaku pasar, tetapi juga dijadikan sebagai pedoman dalam mengukur kemampuan perekonomian nasional dalam menopang transaksi
2
internasional seperti transaksi yang berhubungan dengan kewajiban pembayaran utang, transaksi ekspor dan impor.
Neraca pembayaran suatu negara adalah catatan yang sistematis tentang transaksi internasional antara penduduk negara itu dengan penduduk negara lain dalam jangka waktu tertentu (Nopirin, 2003). Menurut Tambunan (2001) mengungkapkan bahwa Neraca Transaksi Berjalan merupakan salah satu komponen dari neraca pembayaran yang mencatat neraca perdagangan, neraca jasa, pendapatan investasi, dan transaksi uniteral. Sedangkan Kreinin (2002) menjelaskan neraca transaksi berjalan terdiri dari neraca perdagangan yang mencatat komoditas ekspor dan impor, neraca bersih , dan transfer. Neraca modal yang terdiri dari investasi langsung luar negeri dan pembelian saham, obligasi dan transaksi bank yang menyebabkan aliran modal ke luar negeri. Neraca transaksi berjalan sering dilihat sebagai penawaran ekspor suatu negara yang dikurangi dengan permintaan impornya. Jika permintaan impor lebih besar daripada penawaran ekspornya maka yang terjadi adalah defisit neraca transaksi berjalan. Begitupun sebaliknya, penawaran ekspor yang lebih besar daripada permintaan impor akan membuat neraca transaksi berjalan dalam keadaan surplus.
Neraca transaksi berjalan digunakan untuk menilai neraca perdagangan. Neraca perdagangan merupakan selisih atau perbedaan antara ekpor dan impor. Jika neraca transaksi berjalan mengalami defisit secara terus menerus, hal ini akan berdampak buruk pada perekonomian Indonesia. Gambar 1. Menunjukan pergerakan neraca transaksi berjalan Indonesia dan defisit anggaran dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2014.
3
Gambar 1. Pergerakan Neraca Transaksi Berjalan dan Defisit Anggaran 1990 – 2014 Sumber : Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan (2015) diolah
Terlihat bahwa sejak tahun 1990 hingga tahun 1997 neraca transaksi berjalan telah menunjukan keadaan defisit. Kemudian di tahun-tahun selanjutnya yaitu secara berturut-turut hingga 2011, neraca transaksi berjalan mengalami surplus dengan masing-masing sebesar US$ 4,09 miliar dan US$ 5,78 miliar di masa krisis ekonomi tahun 1998 dan tahun 1999. Setelah masa krisis , neraca transaksi berjalan terus mengalami kenaikan. Akan tetapi terjadi penurunan yang sangat tajam di tahun 2005 dan 2008. Dimana nilai transaksi berjalan hanya sebesar US$ 278 juta di tahun 2005 dan US$ 126 juta di tahun 2008 . Hal ini terjadi akibat adanya tekanan yang signifikan terhadap kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) yang diberikan oleh krisis keuangan global yang semakin memburuk sejak September 2008.
4
Adanya perkembangan ekonomi global dan domestik yang semakin membaik berdampak pada neraca pembayaran awal tahun 2009 hingga akhir 2011 yang membaik dengan menunjukan angka dalam keadaan surplus. Dan transaksi neraca berjalan dengan tahun yang sama pun mengalami surplus dimana terjadi surplus cukup tinggi pada akhir 2009 yaitu seesar US$ 10,63 miliar. Tetapi sebaliknya, sejak akhir 2011 hingga saat ini yaitu awal 2015, neraca transaksi berjalan terus mengalami defisit. Defisit ini merupakan defisit pertama kali yang terus menerus terjadi sejak berakhirnya krisis ekonomi tahun 1997/1998 dan 2008.
Defisit neraca perdagangan telah terjadi lagi dalam beberapa tahun ini sebagian besar terjadi pada jenis perdagangan umum yaitu kegiatan impor yang terus mengalami peningkatan, sedangkan pada jenis barang ekspor yang diolah mengalami penurunan. Ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan bersumber dari permasalahan di sektor pangan, energi, rendahnya daya saing energi, ketergantungan terhadap ekspor komoditas, serta ketergantungan terhadap impor bahan baku dan barang modal. Impor bahan bakar minyak (BBM) dan minyak mentah serta impor pangan hortikultura adalah pemicu utama terjadinya defisit neraca transaksi berjalan Indonesia.
Sedangkan pergerakan defisit anggaran, setiap tahun semakin meningkat. Keadaan APBN pernah mengalami surplus di tahun 1994 hingga tahun 1996. Dimana secara berturut-turut anggaran yang menunjukan surplus sebesar 3,81 triliun rupiah di tahun 1994. Kemudian pada tahun 1995, meningkat sebesar 6,01 triliun rupiah dan sebesar 4,06 triliun rupiah di tahun berikutnya. Sejak masa krisis ekonomi di tahun 1998 hingga sekarang keadaan APBN terus dalam
5
keadaan defisit. Pergerakan defisit yang begitu besar terjadi sejak tahun 2011 sampai tahun 2014. Pada tahun 2014, keadaan defisit membengkak hingga mencapai angka 260,46 triliun rupiah.
Menurut Laporan tahunan Bank Indonesia (2014) untuk keadaan neraca transaksi berjalan yaang mengalami defisit dari sisi neraca jasa, defisit ini disebabkan oleh meningkatnya pembayaran jasa transportasi barang impor dan jumlah warga negara Indonesia yang bepergian ke luar negeri. Sementara itu, defisit neraca pendapatan terjadi karena laba dan bunga yang diperoleh investor asing atas investasi mereka di dalam negeri yang terus meningkat seiring dengan nilai investasi mereka yang bertambah. Saat ini kinerja sisi neraca perdagangan sangat menghawatirkan . Melemahnya kinerja perdagangan ini terutama disebabkan oleh melemahnya permintaan dan jatuhnya harga-harga komoditas ekspor unggulan karena faktor krisis global. Di sisi lain, tingginya permintaan domestik (baik konsumsi maupun investasi) mengakibatkan impor mengalami peningkatan.
Adanya neraca transaksi berjalan yang terus mengalami defisit, khususnya dari sisi neraca perdagangan dan ditambah lagi keadaan APBN yang defisit pula dengan tidak seimbangnya keadaan perekonomian akan sangat membahayakan bagi perekonomian Indonesia apabila tidak ada kebijakan dalam mengatasi fenomena tersebut. Hal ini mengingat bahwa neraca transaksi berjalan dan APBN merupakan salah satu barometer penting di mata pelaku ekonomi, baik domestik maupun luar negeri. Saat ini melemahnya kinerja neraca transaksi berjalan tersebut telah direspon secara negatif oleh pasar. Meski neraca modal dalam NPI mengalami peningkatan, namun akibat kombinasi defisit neraca transaksi berjalan
6
dan defisit anggaran tersebut, telah menyebabkan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap USD cenderung melemah selama tahun 2014 yang telah menembus di angka 13.000. Sampai saat ini Rupiah menunjukkan kinerja yang paling buruk jika dibandingkan dengan mata uang pada kawasan Asia Tenggara. Implikasi dari pelemahan Rupiah ini menyebabkan cadangan devisa tergerus dari sebesar USD111,99 milyar menjadi USD106,6 milyar pada 2014 .
Strategi perencanaan pemerintah mengenai anggaran pendapatan dan belanja negara yang defisit memberikan proyeksi untuk alokasi dana yang lebih produktif, sehingga kedepan anggaran yang telah terbebani utang dapat terlunasi sebagai timbal balik dari hasil produktifitas yang diharapkan. Di sisi lain kondisi perekonomian suatu negara dan luar negeri, kegiatan ekspor impor suatu negara akan bergantung. Ketika suatu negara mengalami kelebihan impor daripada ekspor, maka negara tersebut mengalami defisit neraca transaksi berjalan. Neraca transaksi berjalan yang terus mengalami defisit sangat berbahaya ditambah anggaran APBN yang selalu dibuat defisit makin memperparah keadaan perekonomian. Hal ini menimbulkan twin deficit, dimana tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di berbagai negara. Menurut Nizar (2013) mengemukakan bahwa Twin Deficit sendiri merupakan kondisi dimana transaksi berjalan (currect account) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit dalam periode yang sama. Dan terjadinya twin deficit disebabkan oleh krisis, impor tinggi, ekspor rendah, penerimaan rendah.
Menurut Laporan Bank Indonesia (2012) anggaran dan kondisi transaksi berjalan yang defisit dalam jangka panjang tentu saja memberikan sinyal bahwa dalam
7
pembiayaan utang suatu negara semakin besar dengan pendapatan yang selalu dibawahnya. Selain itu, pembiayaan utang luar negeri ataupun pembiayaan impor tersebut menggunakan cadangan devisa. Namun cadangan devisa yang terus menerus turun, akan membahayakan perekonomian suatu negara. Dan hal penting dampak turunnya cadangan devisa suatu negara sendiri yaitu mengakibatkan mata uang negara tidak aman. Sebagaimana telah diketahui bahwa salah satu cara untuk menjaga nilai mata uang agar tetap stabil adalah menggunakan cadangan devisa suatu negara, apalagi negara tersebut menggunakan sistem nilai tukar tetap. Pada arus perdagangan, upaya untuk menjaga daya saing ekspor dan menekan impor dapat dipengaruhi oleh kebijakan nilai tukar terhadap valas. Perubahan nilai tukar terhadap valas dapat dipengaruhi dari perubahan harga barang-barang ekspor dan impor. Semakin tinggi harga barang yang diekspor, semakin turun nilai tukar mata uang negara pengekspor dan sebaliknya. Di sisi lain infalsi merupakan gejala ekonomi yang sangat menarik untuk diperhatikan. Inflasi tinggi menyebabkan harga barang impor lebih murah dari pada barang yang diproduksi didalam negeri. Oleh karena itu, inflasi akan membuat impor berkembang lebih cepat dibandingkan dengan ekspor. Disamping itu aliran modal keluar akan lebih banyak dari pada yang masuk ke dalam negeri (Nasaruddin, 2002).
Keberadaan budget deficit dan current account deficit yang terlalu besar diyakini dapat mengganggu sustainabilitas makroekonomi suatu negara dalam jangka panjang (Lau dkk., 2010 dan Baharumshah dkk, 2009). Peningkatan pada kedua defisit dapat mendorong peningkatan utang sebagai alternatif pembiayaan yang selanjutnya dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat dan menghambat pembangunan ekonomi (Anoruo dan Ramchander, 1998).
8
Hubungan antara budget deficit dan current account deficit dilatarbelakangi oleh dua teori besar dalam ilmu ekonomi. Pertama, hipotesis konvensional/twin deficits hypothesis yang didasari teori perekonomian terbuka Mundell-Fleming yang menyatakan adanya hubungan positif dari budget deficit ke current account deficit dalam jangka panjang melalui tingkat bunga dan nilai tukar dan Keynesian absorption melalui permintaan agregat. Kedua, Ricardian equivalence yang meyakini bahwa kedua defisit bersifat independen/tidak ada hubungan (Bagheri et al., 2012; Baharumshah et al., 2009; Pahlavani dan Saleh, 2009). Penelitian mengenai hubungan antara budget deficit dan current account deficit telah banyak dilakukan di berbagai negara termasuk Indonesia dengan periode dan pendekatan yang berbeda. Akan tetapi banyak dari penelitian tersebut yang mengabaikan masalah structural break yang terjadi dalam perekonomian dan berpengaruh terhadap variabel penelitian. Holmes (2011) dan Bagnai (2006) menekankan bahwa pengabaian terhadap masalah structural break dalam analisis data dapat mengarahkan kepada hasil penelitian yang bias. Sedangkan Hakro (2009) dan Abell dalam Bagheri et al. (2012) lebih menekankan pada pemilihan variabel mediasi dimana budget deficit tidak memiliki hubungan yang bersifat langsung dengan current account deficit.
Oleh karena itu dalam penelitian ini pemulis ingin menganalisis tentang “ Analisis Defisit Kembar di Indonesia Periode 1991-2014. Dimana dalam penelitian ini menggunakan data tahunan dan metode yang dipakai adalah metode Error Correction Model untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dalam jangka pendek.
9
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka didapatlah permasalahan sebagai berikut yaitu : 1. Apakah Neraca Transaksi Berjalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Defisit Anggaran di Indonesia dalam jangka pendek ? 2. Apakah Nilai Tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Defisit Anggaran di Indonesia dalam jangka pendek ? 3. Apakah Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Defisit Anggaran di Indonesia dalam jangka pendek ? 4. Apakah Neraca Transaksi Berjalan, Nilai Tukar, dan Inflasi berpengaruh secara bersama-sama dan signifikan terhadap Defisit Anggaran di Indonesia dalam jangka pendek ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Neraca Transaksi Berjalan terhadap Defisit Anggaran di Indonesia dalam jangka pendek. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Nilai Tukar terhadap Defisit Anggaran di Indonesia dalam jangka pendek. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Inflasi terhadap Defisit Anggaran di Indonesia dalam jangka pendek. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh bersama-sama antara Neraca Transaksi Berjalan , Nilai Tukar, dan Inflasi terhadap Defisit Anggaran di Indonesia dalam jangka pendek.
10
D. Kerangka Pemikiran
Penulisan ini dimaksudkan untuk menganalisa bagaimana pengaruh variabel bebas neraca transaksi berjalan, nilai tukar, dan inflasi terhadap defisit anggaran yang terjadi di Indonesia. Terjadinya defisit neraca teransaksi berjalan selama tiga tahun terakhir ini sangat menimbulkan kekhawatiran bagi perekonomian Indonesia. Selama beberapa dekade, neraca transaksi berjalan selalu mengalami surplus dan sekarang bergeser menjadi defisit. Beberapa kalangan beranggapan, dimana sebagian kalangan menganggap hal tersebut merupakan fenomena biasa akibat dari peningkatan permintaan agregat sebagi imbas dari pertumbuhan konsumsi domestik dan peningkatan kinerja sektor industri. Tetapi sebagian kalangan lain beranggap bahwa hal ini harus cepat disikapi karena apabila dibiarkan akan berdampak lebih buruk terhadap perekonomian Indonesia yang akan mengembalikan perekonomian pada keadaan krisis seperti Tahun 1997/1998.
Menurut Laporan Bank Indonesia (2012) strategi perencanaan pemerintah mengenai anggaran pendapatan dan belanja negara yang defisit memberikan proyeksi untuk alokasi dana yang lebih produktif, sehingga kedepan anggaran yang telah terbebani utang dapat terlunasi sebagai timbal balik dari hasil produktifitas yang diharapkan. Di sisi lain kondisi perekonomian suatu negara dan luar negeri, kegiatan ekspor impor suatu negara akan bergantung. Ketika suatu negara mengalami kelebihan impor daripada ekspor, maka negara tersebut mengalami defisit transaksi neraca berjalan. Kreinin (2002) menjelaskan bahwa perhitungan neraca transaksi berjalan terdiri dari neraca perdagangan yang
11
mencatat komoditas ekspor dan impor, neraca bersih , dan transfer. Perubahan pada setiap nilai tersebut akan secara langsung menentukan naik turunnya nilai transaksi berjalan. Perubahan kondisi perekonomian secara umum mengakibatkan perubahan pula pada nilai transaksi berjalan.
Neraca transaksi berjalan yang terus mengalami defisit sangat berbahaya ditambah anggaran APBN yang selalu dibuat defisit makin memperparah keadaan perekonomian. Hal ini menimbulkan twin deficit, dimana tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di berbagai negara. Twin Deficit sendiri merupakan kondisi dimana transaksi berjalan (currect account) , Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit dalam periode yang sama. Terjadinya twin deficit disebabkan oleh krisis, impor tinggi, ekspor rendah, penerimaan rendah.
Hubungan antara budget deficit dan current account deficit dilatarbelakangi oleh dua teori besar dalam ilmu ekonomi. Pertama, hipotesis konvensional/twin deficits hypothesis yang didasari teori perekonomian terbuka Mundell-Fleming yang menyatakan adanya hubungan positif dari budget deficit ke current account deficit dalam jangka panjang (Bagheri dkk., 2012; Baharumshah dkk., 2009; Pahlavani dan Saleh, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penelitian ini diantaranya meliputi defisit anggaran, neraca transaksi berjalan, nilai tukar dan inflasi. Berdasarkan uraian teori-teori ekonomi yang berhubungan dengan fenomena defisit kembar. Dan hasil penelitian terdahulu, maka dibentuk kerangka berfikir untuk menganalisis pengaruh variabel yang terdiri dari neraca transaksi berjalan, nilai tukar, dan inflasi terhadap defisit anggaran.
12
Defisit Kembar
Fenomena Defisit Kembar Dipengaruhi Situasi Makroekonomi
Defisit Anggaran
Neraca Transaksi Berjalan
Nilai Tukar
Inflasi
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
E. Hipotesis 1. Diduga Neraca Transaksi Berjalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Defisit Anggaran di Indonesia dalam janga pendek. 2. Diduga Nilai Tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Defisit Anggaran di Indonesia dalam janka pendek. 3. Diduga Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Defisit Anggaran di Indonesia dalam jangka pendek. 4. Diduga Neraca Transaksi Berjalan, Nilai Tukar, dan Inflasi berpengaruh secara bersama-sama dan signifikan terhadap Defisit Anggaran di Indonesia dalam jangka pendek.
13
F. Sistematika Penulisan BAB I
Pendahuluan. Menguraikan mengenai latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, Hipotesis, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan dari penelitian ini.
BAB II
Tinjauan Pustaka. Menguraikan mengenai landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yang diperoleh dari literature dan sumber lainnya, dan penelitian-penelitian terdahulu yang memperkuat penelitian ini dan sebagai referensi dan perbandingan.
BAB III
Metodelogi Penelitian. Menguraikan bagaimana penelitian ini dilakukan yang terdiri dari definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi dan teknik pengambilan sampel, prosedur dan metode analisis data.
BAB IV
Hasil dan Pembahasan. Menguraikan mengenai pembahasan dari deskripsi obyek penelitian dan hasil analisis data yang terdiri dari pengujian data secara parsial dan bersama-sama.
BAB V
Simpulan dan saran. Menguraikan mengenai kesimpulan dari penelitian ini serta saran-saran bagi penelitian di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1.
Defisit Kembar
Menurut Marinheiro (2008), defisit kembar atau juga bisa disebut defisit ganda (twin deficit) merupakan keadaan dimana terjadi defisit anggaran pemerintah akan menimbulkan keadaan yang serupa dalam defisit neraca transaksi berjalan. Defisit fiskal atau defisit anggaran pemerintah adalah defisit yang disebabkan oleh besaran pengeluaran pemerintah lebih besar daripada jumlah penerimaannya, sehingga hal inilah yang disebut defisit. Keadaan sebaliknya jika besaran penerimaannya melebihi daripada jumlah pengeluaran pemerintah disebut dengan surplus.
Hubungan antara defisit anggaran pemerintah dan defisit neraca transaksi berjalan masih diperdebatkan dikalangan peneliti. Hipotesis defisit kembar mengatakan bahwa kenaikan dalam defisit anggaran pemerintah akan menyebabkan adanya kenaikan yang serupa di dalam defisit neraca transaksi berjalan. Banyak yang menguji hipotesis ini, namun hasil penelitian tidak semua sama karena negara yang diteliti dan teknik ekonometrika yang digunakan berbeda-beda (Merza dkk., 2012).
15
2.
Hubungan Twin Deficits dalam Pendapatan Nasional
Pemerintah seringkali melakukan kebijakan anggaran yang bersifat ekspansif dan mengakibatkan budget deficit. Budget deficit dapat terjadi jika peningkatan pengeluaran pemerintah di satu sisi tidak diimbangi dengan peningkatan penerimaan pemerintah di sisi lainnya. Berdasarkan literatur mengenai perekonomian terbuka, budget deficit diyakini dapat mengakibatkan terjadinya defisit pada current account. Hubungan ini dapat dijelaskan melalui persamaan identitas pendapatan nasional sebagai berikut:
=
+ +
+( -
)
1. dimana Y adalah pendapatan nasional, C adalah konsumsi swasta, I adalah investasi, G adalah pengeluaran pemerintah, x adalah ekspor, dan m adalah impor barang dan jasa. Karena Y - C – G = S dan S = Sg+ Sp, sedangkan =
-
-
dan
=
-
- , maka:
=
- +( -
-
)
2. Sisi sebelah kiri merupakan keseimbangan eksternal, sedangkan sebelah kanan adalah keseimbangan internal. Jika nilai Sp dan I pada persamaan diatas konstan sepanjang waktu maka fluktuasi yang terjadi pada public saving (budget) akan tercermin pada fluktuasi nilai CA dan terjadi twin deficits.
Sebaliknya, jika nilai Sp dan I tidak konstan sepanjang waktu maka penurunan public saving akan direspon dengan peningkatan private saving sehingga CA tidak berubah atau terjadi Ricardian equivalence (Thomas dan Abderrezak dalam penelitian Merza et al., 2012).
Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada, hubungan antara budget deficit dengan current account deficit masih kontroversial dan ambigu. Secara teori
16
setidaknya ada empat bentuk kemungkinan hubungan di antara kedua defisit yaitu: hubungan satu arah dari budget deficit ke current account deficit, current account deficit ke budget deficit, hubungan dua arah pada kedua defisit, dan independen/tidak berhubungan. Hubungan tersebut diuraikan sebagai berikut:
2.1. Hipotesis Konvensional Twin Deficits
Hipotesis konvensional mengenai hubungan twin deficits dapat dijelaskan melalui dua teori dasar. Pertama, berdasarkan teori Keynesian absorption yang menyatakan bahwa peningkatan budget deficit mendorong peningkatan aggregate demand dan pendapatan nasional yang mengakibatkan terjadinya peningkatan impor dan memperburuk current account. Kedua, berdasarkan Mundell-Fleming framework yang menyatakan bahwa peningkatan budget deficit pemerintah akan mengakibatkan turunnya tabungan nasional yang mendorong naiknya tingkat bunga domestik dan menarik capital inflows. Peningkatan capital inflows mengakibatkan permintaan mata uang domestik meningkat dan mendorong terjadinya apresiasi. Apresiasi mata uang domestik selanjutnya mendorong terjadinya peningkatan impor dan penurunan ekspor sehingga current account memburuk (Bagheri dkk., 2012).
Dalam penelitian ini menggunakan satu model dasar yaitu Model MundellFleming karena model tersebut membedakan pengaruh ekspansi fiskal pemerintah berdasarkan sistem nilai tukar yang diterapkan dalam perekonomian sebuah negara dengan asumsi mobilitas modal yang bersifat sempurna. Pada sistem nilai tukar tetap, kebijakan fiskal ekspansif pemerintah menggeser kurva IS ke kanan dan menaikkan tingkat bunga yang kemudian menarik capital inflows. Kenaikan
17
capital inflows meningkatkan permintaan terhadap mata uang domestik dan mengakibatkan terjadinya apresiasi nilai tukar. Untuk mengembalikan nilai tukar pada posisi yang telah ditetapkan, Bank Sentral harus menambah jumlah uang yang beredar. Penambahan jumlah uang beredar selanjutnya akan menggeser kurva LM ke kanan dan mengembalikan tingkat bunga domestik dan nilai tukar ke posisi semula, sementara pendapatan nasional meningkat dari Y ke Y2.
Gambar 3. Pengaruh Ekspansi Fiskal terhadap Pendapatan Nasional pada Sistem Nilai Tukar Tetap Walaupun nilai tukar kembali ke posisi semula, peningkatan pendapatan nasional tetap mendorong naiknya aggregate demand dan impor dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang, apresiasi riil mata uang domestik akan menurunkan daya saing ekspor dan meningkatkan impor yang memperburuk current account (Vyshnyak, 2000).
Berbeda dengan sistem nilai tukar tetap, ekspansi fiskal yang dilakukan pemerintah pada nilai tukar mengambang tidak dapat mempengaruhi pendapatan nasional. Ekspansi fiskal pemerintah menggeser kurva IS ke kanan dan
18
mendorong naiknya tingkat bunga domestik yang selanjutnya menarik capital inflows. Dengan jumlah uang beredar tetap, peningkatan capital inflows mendorong terjadinya apresiasi nilai tukar domestik yang mengakibatkan mahalnya produk domestik di luar negeri dan turunnya ekspor, sementara di sisi lain permintaan impor akan meningkat sehingga current account memburuk dan mengembalikan kurva IS dan Y ke posisi semula.
Gambar 4. Pengaruh Ekspansi Fiskal terhadap Pendapatan Nasional pada Sistem Nilai Tukar Mengambang
Hasil penelitian yang mendukung teori ini diantaranya adalah Vyshnyak (2000) yang menemukan adanya hubungan twin deficits pada budget deficit dan current accout deficit di negara Ukraina, Salvatore (2006) pada negara anggota G-7, dan Hakro (2009) yang menemukan bahwa budget deficit mempengaruhi current account di negara Pakistan melalui variabel inflasi, tingkat bunga, dan nilai tukar. Selain itu, Bagheri et al. (2012) juga menemukan hubungan yang sama pada perekonomian negara Iran.
19
2.2. Reverse Causation atau Current Account Targeting
Bentuk hubungan yang kedua adalah hubungan satu arah dari current account deficit ke budget deficit, hubungan ini berlawanan dengan asumsi twin deficits sehingga dikenal dengan reverse causation. Posisi current account yang terus memburuk dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan pendapatan nasional karena dapat mengurangi cadangan devisa atau bahkan meningkatkan utang sebagai sumber pembiayaan.
Penurunan pendapatan nasional diikuti peningkatan akumulasi utang selanjutnya akan membebani anggaran pemerintah sehingga terjadi budget deficit (Kalou dan Palaelogou, 2012). Sedangkan menurut Anoruo dan Ramchander (1998), hubungan ini biasanya terjadi pada negara berkembang dimana pemerintah akan cenderung memperbesar pengeluarannya untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan perdagangan terutama jika dianggap dapat mengancam industri manufaktur domestik dan market share di luar negeri. Penelitian yang memberikan hasil sama dengan penjelasan di atas antara lain adalah penelitian Ardiyanto (2006) dengan menggunakan metode VAR pada negara Indonesia periode 1981-2004, Bose dan Jha (2011) pada perekonomian negara India, juga Kalou dan Palaelogou (2012) pada negara Yunani.
2.3. Ricardian Equivalence
Pemikiran utama dari hipotesis ini adalah tidak adanya hubungan antara budget deficit dengan current account deficit sehingga peningkatan budget deficit tidak akan berpengaruh terhadap tingkat bunga, nilai tukar, dan current account.
20
Dengan menggunakan asumsi bahwa informasi sempurna dan masyarakat berpikir secara rasional, peningkatan budget deficit pemerintah sebagai dampak pemotongan pajak pada waktu sekarang akan mendorong pemerintah untuk menaikkan pajak pada waktu yang akan datang untuk membayar utang atas pengeluaran yang dilakukan pada saat ini sehingga masyarakat akan menyimpan tambahan pendapatan dari kebijakan pemotongan pajak untuk mengantisipasi kenaikan pajak pada masa depan.
Akibatnya, penurunan tabungan nasional karena penurunan tabungan pemerintah akan tertutupi dengan peningkatan tabungan swasta/masyarakat dengan jumlah yang sama. Hipotesis ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Kufmann et al. (1999) di negara Austria dengan menggunakan variabel current account, budget balance, government spending, term of trade, long term interest rate, labor productivity, GDP, dan German industrial production sebagai proksi foreign income.
2.4. Feldstein-Horioka Puzzle
Hubungan yang terakhir adalah hubungan dua arah antara budget deficit dan current account deficit. Hubungan ini didasari hasil penelitian dari Feldstein dan Horioka yang menemukan adanya korelasi yang kuat antara tabungan dengan investasi domestik. Padahal, di bawah asumsi mobilitas modal yang sempurna seharusnya investasi domestik berkorelasi lemah dengan tabungan domestik karena investasi domestik dapat dibiayai dari tabungan luar negeri.
21
Menurut Baharumshah dan Lau (2004), jika budget deficit pemerintah dalam sebuah perekonomian yang menganut sistem nilai tukar tetap dibiayai dengan pinjaman luar negeri (pasar internasional) yang terlalu besar maka akan terjadi ekspansi moneter yang mendorong terjadinya ketidakseimbangan pada pasar uang dan berakibat pada memburuknya current account. Sementara jika harga ekspor meningkat karena kenaikan permintaan dunia maka saldo current account akan membaik, peningkatan ini juga dapat mendorong naiknya penerimaan pemerintah dari penerimaan ekspor sehingga budget deficit turun.
Hubungan di atas didukung oleh hasil penelitian Pahlavani dan Saleh (2009) pada negara Filipina dengan menggunakan data budget balance dan current account balance, Baharumshah dan Lau (2004) pada negara Malaysia. Taban dan Atlintaᶊ (2011) juga menemukan adanya hubungan dua arah pada kedua defisit, dimana di satu sisi budget deficit mempengaruhi current account deficit, dan di sisi lain current account mempengaruhi budget deficit melalui variabel investasi.
Sementara itu, penelitian twin deficits yang menggunakan uji formal terhadap masalah structural break dilakukan oleh Bagnai (2006), Baharumshah dan Lau (2009), serta Kalou dan Palaelogou (2012). Bagnai (2006) menemukan bahwa structural break memberikan hasil yang lebih jelas mengenai hubungan jangka panjang mengenai current account deficit dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kalou dan Palaelogou (2012) menemukan adanya masalah structural break pada data penelitian yang secara statistik berpengaruh signifikan pada hubungan kedua defisit. Sedangkan Baharumshah dan Lau (2009) menemukan adanya hubungan twin deficits pada negara Indonesia setelah
22
memasukan structural break pada analisis data, hasil ini berbeda dengan penelitian Lau et al. (2010), Ardiyanto (2006), Anoruo dan Ramchander (1998) yang menemukan adanya hubungan positif dari current account ke budget deficit di Indonesia.
3.
Defisit Anggaran
3.1. Definisi Defisit Anggaran
Menurut Rahardja dan Manurung (2004) defisit anggaran adalah anggaran yang memang direncanakan untuk defisit, sebab pengeluaran pemerintah direncanakan lebih besar dari penerimaan pemerintah (G>T). Anggaran yang defisit ini biasanya ditempuh bila pemerintah ingin menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Hal ini umumnya dilakukan bila perekonomian berada dalam kondisi resesi. Definisi dari defisit anggaran menurut Samuelson dan Nordhaus adalah suatu anggaran dimana terjadi pengeluaran lebih besar dari pajak. Sedangkan menurut Dornbusch, Fischer dan Startz defisit anggaran adalah selisih antara jumlah uang yang dibelanjakan pemerintah dan penerimaan dari pajak. Dornbusch, Fischer, dan Startz mengatakan bahwa Pemerintah secara keseluruhan, terdiri dari Departemen Keuangan bersama Bank Sentral dapat membiayai defisit anggarannya dengan dua cara yaitu dengan menjual obligasi maupun ”mencetak uang”. Bank Sentral dikatakan ”mencetak uang” ketika Bank Sentral meningkatkan stok uang primer, umumnya melalui pembelian pasar terbuka dengan membeli sebagian utang yang dijual Departemen Keuangan (Efendi, 2009).
23
Ada dua kemungkinan jenis hubungan yang terjadi antara defisit anggaran dengan pertumbuhan uang. Pertama, dalam jangka pendek kenaikan defisit yang disebabkan karena kebijakan ekpansioner akan cenderung menaikan suku bunga nominal dan riil. Jika Bank Sentral menjaga supaya suku bunga tidak naik, maka dilakukan tindakan dengan meningkatkan pertumbuhan uang. Kedua, pemerintah dengan sengaja menaikan persediaan uang dengan maksud agar mendapat penerimaan pemerintah dalam jangka panjang (Efendi, 2009).
Terdapat beberapa definisi defisit. Secara konvensional, defisit dihitung berdasarkan selisih antara total belanja dengan total pendapatan termasuk hibah. Sementara itu, pengertian kedua adalah defisit moneter. Defisit moneter adalah selisih antara total belanja pemerintah (di luar pembayaran pokok hutang) dengan total pendapatan (di luar penerimaan hutang). Pengertian ketiga adalah defisit operasional, yaitu defisit moneter yang diukur dalam nilai riil dan bukan nilai nominal. Definisi yang terakhir adalah defisit primer. Defisit primer merupakan selisih antara belanja (di luar pembayaran pokok dan bunga hutang) dengan total pendapatan. Selain itu, masih terdapat beberapa definisi dari defisit dan sangat tergantung pada kriteria yang digunakan serta tujuan analisis. Biasanya pilihan konsep defisit yang tepat tergantung oleh beberapa faktor, antara lain: jenis ketidakseimbangan yang terjadi, cakupan pemerintah (pemerintah pusat, konsolidasi pemerintah, dan sektor publik), metode akuntasi (cash dan accrual basis), dan status dari contingent liabilities (Simanjuntak , 2010).
24
3.2.
Sebab-sebab Terjadinya Defisit Anggaran Pemerintah
Terjadinya suatu defisit pada anggaran pemerintah pasti disebabkan oleh berbagai hal, yaitu sebagai berikut :
Mempercepat pertumbuhan ekonomi, untuk mempercepat pembangunan diperlukan investasi yang besar dan dana yang besar pula. Apabila dana dalam negeri tidak mencukupi, biasanya negara melakukan pilihan dengan meminjam ke luar negeri untuk menghindari pembebanan warga negara apabila kekurangan itu ditutup melalui penarikan pajak.
Rendahnya daya beli masyarakat, masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia yang mempunyai pendapatan per kapita rendah, dikenal mempunyai daya beli yang rendah pula. Sedangkan barang-barang dan jasajasa yang dibutuhkan, harganya sangat tinggi karena sebagian produksinya mempunyai komponen impor, sehingga masyarakat yang berpendapatan rendah tidak mampu membeli barang dan jasa tersebut. Barang dan jasa tersebut misalnya listrik, sarana transportasi, BBM, dan lain sebagainya. Apabila dibiarkan saja menurut mekanisme pasar, barang-barang itu pasti tidak mungkin terjangkau oleh masyarakat dan mereka akan tetap terpuruk. Oleh karena itu, negara memerlukan pengeluaran untuk mensubsidi barangbarang tersebut agar masyarakat miskin bisa ikut menikmati.
Pemerataan pendapatan masyarakat, pengeluaran ekstra juga diperlukan dalam rangka menunjang pemerataan di seluruh wilayah. Indonesia yang mempunyai wilayah sangat luas dengan tingkat kemajuan yang berbeda-beda di masing-masing wilayah. Untuk mempertahankan kestabilan politik, persatuan dan kesatuan bangsa, negara harus mengeluarkan biaya untuk
25
misalnya, pengeluaran subsidi transportasi ke wilayah yang miskin dan terpencil, agar masyarakat di wilayah itu dapat menikmati hasil pembangunan yang tidak jauh berbeda dengan wilayah yang lebih maju. Kegiatan itu misalnya dengan memberi subsidi kepada pelayaran kapal perintis yang menghubungkan pulau-pulau yang terpencil, sehingga masyarakat mampu menjangkau wilayah-wilayah lain dengan biaya yang sesuai dengan kemampuannya.
Melemahnya nilai tukar, Indonesia yang sejak tahun 1969 melakukan pinjaman luar negeri, mengalami masalah apabila ada gejolak nilai tukar setiap tahunnya. Masalah ini disebabkan karena nilai pinjaman dihitung dengan valuta asing, sedangkan pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjaman dihitung dengan rupiah. Apabila nilai tukar rupiah menurun terhadap mata uang dollar AS, maka yang akan dibayarkan juga meningkat.
Pengeluaran karena inflasi, penyusunan anggaran negara pada awal tahun, didasarkan menurut standar harga yang telah ditetapkan. Harga standar itu sendiri dalam perjalanan tahun anggaran, tidak dapat dijamin ketepatannya. Dengan kata lain, selama perjalanan tahun anggaran standar harga itu dapat meningkat tetapi jarang yang menurun. Apabila terjadi inflasi, dengan adanya kenaikan harga-harga itu berarti biaya pembangunan program juga akan meningkat, sedangkan anggarannya tetap sama. Semuanya ini akan berakibat pada menurunnya kuantitas dan kualitas program, sehingga anggaran negara perlu direvisi (Efendi, 2009).
Masalah utama kelangsungan APBN adalah masih adanya defisit anggaran. Persoalannya adalah bagaimana dapat menjaga defisit anggaran pada tingkat yang
26
aman sehingga defisit tersebut masih dapat dicarikan pembiayaannya. Penjelasan Pasal 12 ayat 3 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyebutkan bahwa defisit anggaran dibatasi maksimal sebesar 3 persen dan utang maksimal 60 persen dari produk domestik bruto (PDB) (Kuncoro, 2011).
4.
Neraca Transaksi Berjalan
4.1. Pengertian Neraca Transaksi Berjalan
Menurut Tambunan, 2001 menjelaskan bahwa neraca transakasi berjalan merupakan komponen dari neraca pembayaran yang mencatat neraca perdagangan, neraca jasa, pendapatan atas investasi dan transaksi uniteral.
Neraca barang dan neraca jasa disebut juga neraca transaksi berjalan (current account). Rekening transaksi berjalan (current account) merupakan sub NP yang mencatat seluruh transaksi barang dan jasa. Pos ini merupakan golongan terbesar dalam neraca pembayaran, yang meliputi transaksi barang.Transaksi barang ini meliputi ekspor barang, termasuk barang-barang yang bisa dilihat secara fisik, misalnya minyak, tembakau, tanah, kayu, karet, dan sebagainya.
Ekspor barang merupakan transaksi kredit karena transaksi itu menimbulkan hak untuk menerima pembayaran (menyebabkan terjadinya aliran uang atau dana masuk ke dalam negeri). Impor barang meliputi barang-barang konsumsi, barang modal, dan bahan mentah untuk industri. Impor barang-barang merupakan transaksi debet karena menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran kepada negara lain (menyebabkan aliran dana atau uang ke luar negeri).
27
4.2. Komponen-Komponen Neraca Transaksi Berjalan
Neraca transaksi berjalan dapat didefinisikan sebagai jumlah dari neraca perdagangan, neraca jasa, pendapatan atas investasi dan transaksi uniteral neto. Dan neraca transaksi berjalan dipengaruhi oleh empat elemen berikut yaitu : a. Neraca perdagangan (balance of trade), yang mencatat selisih antara ekspor dan impor barang yang diperdagangkan dalam perdagangan internasional; b. Neraca jasa (services balance), yang mencatat transaksi ekspor dan impor jasa, termasuk pembayaran bunga dan dividen, pengeluaran militer dan turis. c. Pendapatan atas investasi, pendapatan yang didapat dari investasi maupun investasi portofolio dan pendapatan ini bisa dalam bentuk bunga, deviden, fee, royalti, dan lain-lain. Pendapatan dicatat disisi kredit dan pembayaran dicatat disebelah debit. d. Neraca transfer unilateral (unilateral transfers balance), yang mencatat hibah baik dari perseorangan maupun pemerintah (misalnya bantuan luar negeri dan bantuan militer).
5.
Nilai Tukar
Nilai tukar merupakan harga dari satu mata uang dalam mata uang lain (Miskhin, 2008). Nilai tukar satu mata uang terhadap lainnya merupakan bagian dari proses valuta asing. Dalam penelitian ini nilai tukar yang digunakan yaitu nilai tukar transaksi tengah yaitu merupakan nilai tengah antara kurs jual dan kurs beli. Menurut Dornbusch,S dan R.Startz Fisher Perubahan baik itu peningkatan ataupun penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya bisa terjadi karena empat hal, yaitu depresiasi dan apresiasi yang terjadi
28
karena mekanisme pasar serta devaluasi dan revaluasi yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara. Setiap negara memiliki suatu sistem kurs yang biasanya ditentukan oleh kebijakan yang dianut oleh pemerintah di masingmasing negara. Terdapat tiga sistem kurs valuta asing yang dipakai suatu negara, yaitu sistem kurs bebas (floating), kurs tetap (fixed), dan kurs terkontrol atau terkendali (controlled).
6. Inflasi Inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara terus menerus dan secara cepat (Miskhin,2008). Bank Indonesia mengartikan inflasi sebagai meningkatnya hargaharga secara umum dan terus-menerus, berarti kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas pada kenaikan harga barang lainnya (Bank Indonesia, 2012). Menurut Nanga, 2005, faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi yaitu dapat dibedakan menjadi Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) atau inflasi sisi permintaan (demand-shock inflation), Inflasi dorongan biaya (cost push inflation) atau supply side inflation, dan Inflasi structural (structural inflation).
B. Tinjauan Empiris
Tabel 1. Ringkasan Hasil Penelitian Empiris
No. 1
Peneliti Muhammad Afdi Nizar (2013)
Judul Penelitian The Effect of Budget Deficit on Current Accounts Deficit in Indonesia
Hasil Penelitian Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa defisit anggran memberikan pengaruh positif terhadap defisit transaksi berjalan. Artinya,
29
2
Guney (2007)
Fiscal Theory of Exchange Rate Determination: Empirical Evidence from Turkey
3
Lau E., dan Baharumshah A.Z. (2004)
On the twin deficits hypothesis: Is Malaysia different ?
4
Corsetti G. And G.J. Müller
Twin Deficits: Squaring Theory, Evidence and
peningkatan defisit anggaran akan mendorong meningkatnya defisit transaksi berjalan dan ini sejalan dengan hipotesis defisit kembar. Hasil penelitian tersebut bahwa Kebijakan fiskal yang ekpansif akan membuat apresiasi terhadap nilai tukar mata uang. Guncangan dalam tingkat suku bunga juga membuat terapresiasinya nilai tukar mata uang. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa tingkat suku bunga (IR), nilai tukar (ER), defisit anggaran pemerintah (BD) mempunyai peranan dalam menjelaskan neraca transaksi berjalan. Jika budget deficit pemerintah dalam sebuah perekonomian yang menganut sistem nilai tukar tetap dibiayai dengan pinjaman luar negeri (pasar internasional) yang terlalu besar maka akan terjadi ekspansi moneter yang mendorong terjadinya ketidakseimbangan pada pasar uang dan berakibat pada memburuknya current account. Sementara jika harga ekspor meningkat karena kenaikan permintaan dunia maka saldo current account akan membaik, peningkatan ini juga dapat mendorong naiknya penerimaan pemerintah dari penerimaan ekspor sehingga budget deficit turun. Hasil penelitian ini menggunakan model VAR
30
(2006)
5
Vyashnyak (2000)
6
Alkswani M.A. (2000)
7
M. Cavallo (2005)
Common Sense
untuk menyelidiki transmisi guncangan fiskal terhadap keseimbangan eksternal di Australia, Kanada, Inggris dan Amerika Serikat. Studi ini menyimpulkan bahwa negaranegara yang kurang terbuka, konsolidasi fiskal atau defisit anggaran terhadap defisit eksternal (transaksi berjalan) cenderung terbatas Twin Deficit Hypothesis: Penelitian dengan The Case of Ukraine menggunakan metode penelitian uji akar unit , dan uji kointegrasi akan membutikan mengenai hipotesis defisit kembar. Data yang digunakan yaitu data kuartalan dari tahun 1995Q11999Q4. Hasil yang diperoleh dari metode penelitian tersebut maka ditemukannya dua defisit dari kedua variabel yang digunakan dalam penelitian di Ukraina (BD CA). The twin deficits Hasil penelitian ini phenomenon in menyimpulkan bahwa ada petroleum economy: kausalitas pada defisit neraca Evidence from Saudi transaksi berjalan dan defisit Arabia anggaran pemerintah (CAD BD) di Arab Saudi pada tahun 1970-1999 Government Hasil studi mereka menunjukkan bahwa defisit Consumption anggaran akibat peningkatan Expenditures and the belanja pemerintah sekitar 1% Current Account dari PDB menyebabkan keseimbangan neraca perdagangan turun sekitar 0.15% dari PDB dan pemotongan pajak sekitar 1% dari PDB menyebabkan memburuknya neraca perdagangan sekitar 0,12% dari PDB
III. METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian “Analisis Defisit Kembar Di Indonesia (Periode 1990-2014) adalah variabel Defisit Anggaran, Neraca Transaksi Berjalan , Nilai Tukar, dan Inflasi. Batasan atau definisi variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Defisit Anggaran, adalah suatu anggaran dimana terjadi pengeluaran lebih besar dari pada penerimaan anggaran suatu negara. Data diperoleh dari Nota Keuangan APBN RI yang dinyatakan dalam satuan triliun rupiah selama periode 1990-2014. 2. Neraca Transaksi Berjalan, adalah neraca perdagangan yang mengukur penerimaan dan pengeluaran Indonesia yang berasal dari transaksi barang dan jasa, pendapatan, dan transfer berjalan. Data diperoleh dari situs http://www.bi.go.id yang dinyatakan dalam satuan USD $ selama periode 1990-2014. 3. Nilai tukar merupakan harga dari satu mata uang dalam mata uang lain. Nilai tukar yang digunakan yaitu nilai tukar rupiah terhadap dollar AS transaksi tengah yaitu merupakan nilai tengah antara nilai tukar jual dan nilai tukar beli. Data diperoleh dari situs http://www.bi.go.id yang dinyatakan dalam satuan rupiah selama periode selama periode 1990-2014.
32
4. Inflasi yaitu meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Data inflasi yang digunakan adalah data inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen Indonesia, dan satuannya dinyatakan dalam persen. Data diperoleh dari situs http://www.bi.go.id yang dinyatakan dalam satuan persen selama selama periode 1990-2014.
Berikut ini merupakan ringkasan deskripsi tentang satuan pengukuran, jenis dan sumber data dirangkum dalam tabel .
Tabel 2. Ringkasan Deskripsi Data Input Nama Variabel Defisit Anggaran Neraca Transaksi Berjalan Nilai Tukar Inflasi
Simbol Variabel DA
Satuan Pengukuran
Periode Runtun Waktu
Sumber Data
Miliyar Rp
Tahunan
Nota Keuangan APBN RI
NTB
USD $
Tahunan
Bank Indonesia
NT INF
Rp Persen
Tahunan Tahunan
Bank Indonesia Bank Indonesia
B. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini data yang digunakan merupakan jenis data time series atau data runtun waktu yang dimulai dari tahun 1990-2014. Data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Kementerian Keuangan, Badan Pusat Statistik (BPS), dan jurnal-jurnal ekonomi yang berkaitan dengan judul penelitian ini serta media informasi internet. Selain itu digunakan pula buku-buku bacaan sebagai referensi yang dapat menunjang penelitian ini.
33
C. Metode Analisis Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis desktiptif kuantitatif dengan menggunakan teori-teori dan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. Dan untuk mengetahui hubungan antar variabel maka dilakukan pengujian adalah sebagai berikut :
1. Uji Stasioneritas (Unit Root Test) Salah satu konsep penting yang harus diingat dalam analisa dengan menggunakan data time series adalah kondisi data yang stasioner atau tidak stasioner. Data dikatakan stasioner bila data tersebut memiliki nilai rata-rata dan varian yang tetap sepanjang waktu. Dengan data yang stasioner model time series dapat dikatakan lebih stabil dan estimator yang dihasilkan tetap konsisten dan tidak bias. Jika estimasi dilakukan dengan menggunakan data yang tidak stasioner maka data tersebut dipertimbangkan kembali validitas dan kestabilannya, karena hasil regresi yang berasal dari data yang tidak stasioner akan meragukan atau disebut regresi lancung (spurious regression). Spurious regression adalah situasi dimana hasil regresi menunjukkan koefisien regresi yang signifikan secara statistik dan nilai koefisien determinasi yang tinggi namun hubungan antara variabel di dalam model tidak saling berhubungan (Gujarati, 2003).
Untuk itu, sebelum melakukan analisis lebih lanjut, perlu dilakukan uji stasioneritas terlebih dahulu terhadap data yang digunakan. Uji stationeritas juga dilakukan untuk menentukan apakah metode Ordinary Least Square (OLS) dapat digunakan, sebab salah satu syarat digunakannya OLS untuk data time series adalah bahwa data harus stasioner. Pada umumnya data ekonomi time series
34
sering kali tidak stasioner pada level series (nonstasioner). Seperti telah dijelaskan jika data tidak stasioner maka data memiliki masalah spurious regression. Untuk menghindari masalah ini kita harus mentransformasikan data nonstasioner menjadi data stasioner melalui proses diferensiasi data. Uji stasioner data melalui proses diferensiasi ini disebut uji derajat integrasi.
Data yang telah stasioner pada level series, maka data tersebut adalah integrated of order zero atau I(0). Apabila data stasioner pada differensial tahap 1, maka data tersebut adalah integrated of order one atau I(1). Jika data belum stasioner pada deffensiasi satu maka dilanjutkan pada diferensiasi yang lebih tinggi sehingga diperoleh data yang stasioner. Terdapat beberapa metode pengujian unit root, dua diantaranya yang saat ini secara luas dipergunakan adalah Augmented DickeyFuller dan Philip-Pheron unit root test. Hipotesis yang digunakan dalam Uji Unit Root yaitu Ho : Mempunyai Unit Root (Tidak Stasioner) dan Ha : Tidak Mempunyai Unit Root (Stasioner). Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan antara nilai statistik ADF (ADF) dengan nilai kritis distribusi statistik Mackinnon (Gujarati,2003)
2. Uji Kointegrasi (Keseimbangan Jangka Panjang) Konsep kointegrasi pada dasarnya adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang pada variabel-variabel yang diobservasi. Dalam konsep kointegrasi, dua atau lebih variabel runtun waktu tidak stasioner akan terkointegrasi bila kombinasinya juga linier sejalan dengan berjalannya waktu, meskipun bisa terjadi masing-masing variabelnya bersifat tidak stasioner. Bila variabel runtun waktu tersebut terkointegrasi maka terdapat hubungan yang
35
stabil dalam jangka panjang. Uji ini dilakukan setelah uji stasioneritas dan variabel telah terintegrasi pada derajat yang sama.
Uji kointegrasi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Kointegrrasi EngelGranger (EG). Untuk melakukan uji dari EG ini kita harus melakukan regresi persamaan, dan kemudian mendapatkan residualnya. Dari residual ini kemudian kita uji stasioneritasnya dengan ADF atau PP, jika stasioner pada orde level maka residual bersifat stasioner dan data dikatakan terkointegrasi. Hipotesis dalam uji kointegrasi yaitu Ho : Tidak terdapat Kointegrasi dan Ha : Terdapat Kointegrasi (Gujarati, 2003).
3. Penentuan Lag Optimum Penentuan panjang lag bertujuan untuk mengetahui lamanya periode keterpengaruhan suatu variabel terhadap variabel masa lalunya maupun terhadap variabel endogen lainnya. Dalam estimasi kondisi penentuan panjang lag yang akan digunakan harus diperhatikan. Permasalahan yang muncul apabila panjang lagnya terlalu kecil akan membuat model tersebut tidak dapat digunakan karena kurang mampu menjelaskan hubungannya. Sebaliknya jika panjang lag yang digunakan terlalu besar maka derajat bebasnya (degree of freedom) akan menjadi lebih besar sehingga tidak efisien lagi dalam menjelaskan hubungan. Penentuan lag dapat digunakan dengan beberapa metode antara lain Likelihood Ratio (LR), Final Prediction Error (FPE), Akaike Information Criterion (AIC) dan Schwarz Information Criterion (SC). Akan tetapi alah satu metode yang paling umum digunakan untuk menentukan panjang lag adalah dengan melihat
36
Akaike Information Criterion (AIC) yang paling minimum pada keseluruhan variabel yang akan diestimasi.
4.
Error Correction Model (ECM)
Pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan dengan metode ECM. Dalam penelitian ini akan digunakan alat bantu berupa software statistik yaitu Eviews 7. Analisis ECM digunakan untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang. Penggunaan model ECM yaitu untuk mengetahui pengaruh peubah variabel bebas terhadap variabel terikat. Selain itu dalam ekonometrika ECM berguna dalam mengatasi masalah data time series yang tidak stasioner dan masalah Spurious regression.
Uji ECM memasukkan penyesuaian (D) untuk melakukan koreksi ketidakseimbangan jangka pendek. Model Error Correction Model (ECM) mempunya ciri khas dengan dimasukannya unsur Error Correction Term (ECT) dalam model. ECT merupakan hal terpenting dalam model ECM. Besarnya koefisien ECT menunjukkan kecepatan penyesuaian (speed of adjustment) jangka pendek untuk kembali kekesimbangan jangka panjangnya. Apabila koefisien ECT signifikan secara statistik, maka spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian adalah valid. Model umum dari ECM adalah sebagai berikut : ΔYt = α0 + Δβ1Xt-1 + β2ECt-1 + et-1
Model ECM dalam penelitian ini : ∆DAt = α + β1 ∆NTBt-1 + β2 ∆NTt-1 + β3 ∆INFt-1 + et-1
37
Dimana : DA
: Defisit Anggaran
NTB
: Neraca Transaksi Berjalan (Juta US$)
NT
: Nilai Tukar (Rupiah)
INF
: Inflasi (%)
β1, β2, β3
: Koefisien Regresi
α0
: Konstanta Regresi
t
: Data Time Series (Tahunan)
et
: Error Correction Term
5. Uji Hipotesis 5.1.
Uji Pengaruh Parsial (t-Test)
Uji t-statistik dilakukan untuk mengetahui signifikansi masing-masing variabel bebas dalam mempengaruhi variabel tidak bebas. Dalam uji ini, suatu koefisien disebut signifikan secara statistik jika t-statistik berada pada daerah kritis yang dibatasi oleh nilai t-tabel sesuai dengan tingkat signifikansi tertentu. Kriteria dalam uji t yaitu :
Ho diterima, jika t-hitung < t-tabel ; t-hitung >t-tabel Artinya variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
Ho ditolak, jika t-hitung ≥ t-tabel ; t-hitung ≤ t -tabel. Artinya variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
5.2. Uji Pengaruh Keseluruhan (F-test) Uji F merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara keseluruhan berpengaruh signifikan atau tidak signifikannya terhadap variabel dependen. Dengan derajat kepercayaan yang digunakan adalah
38
5%, apabila nilai F hasil perhitungan lebih besar daripada nilai F menurut tabel maka hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan menggunakan distribusi F dengan cara membandingkan nilai F-hitung yang diperoleh dari hasil regresi dengan F-tabelnya (Gujarati, 2003). Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut : 1) Ho : β1, β2, β3 = 0 Ho diterima (Prob F-statistik signifikan pada α = 5% atau F satistik < F tabel), artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. 2) Ho : β1, β2, β3 ≠ 0 Ho ditolak (Prob F-statistik tidak signifikan pada α = 5% atau F satistik < F tabel), artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
5.3. Uji Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi digunakan untuk menguji besarnya persentase variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Nilai R Square (koefisien deteminasi) adalah antara nol dan satu, nilai yang besar berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen semakin kuat.
57
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil estimasi persamaan Error Correction Model “Analisis Defisit Kembar Di Indonesia Periode 1990 – 2014“ maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Neraca transaksi berjalan secara statistik terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap defisit anggaran. 2. Nilai Tukar secara statistik tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap defisit anggaran. 3. Inflasi secara statistik terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap defisit anggaran.
B. Saran 1. Bagi Pemerintah a. Dalam jangka pendek, dengan pendekatan kurva IS-LM, jalan keluar yang dapat ditempuh untuk mengantisipasi dampak negatif dari defisit kembar adalah dengan menghidupkan kembali produksi dan pendapatan nasional melalui ekspansi fiskal yang didukung dengan kebijakan dari otoritas moneter dengan cara menciptkan kondisi keseimbangan sektor moneter yang lebih bersifat elastis (sehingga kurve LM semakin datar). Kebijakan penurunan
58
pajak akan mengakibatkan peningkatan produksi yang lebih besar yang mendorong peningkatan pendapatan dan mengurangi defisit fiskal dan defisit perdagangan b. Sudah beberapa tahun terakhir ini transaksi berjalan di dalam neraca pembayaran Indonesia terus mengalami defisit, hendaknya pemerintah sangat perlu untuk melakukan gerakan yang berpotensi dalam menekan defisit anggaran dan melakukan langkah untuk tidak berimplikasi menambah keadaan neraca transaksi berjalan terus mengalami defisit. Sebaiknya langkah nyata yang perlu dilakukan adalah dengan menekan impor bahan bakar minyak (BBM). Sebab impor bahan bakar minyak ini dapat mengakibatkan defisit neraca perdagangan barang yang terus meningkat dan transaksi berjalan juga akan berpengaruh pada besaran anggaran subsidi yang dikeluarkan pemerintah di dalam APBN. c. Pemerintah harus melakukan kebijakan devaluasi terhadap nilai tukar dan kebijakan intervensi yang terukur oleh Bank Indonesia dengan menekan laju apresiasi rupiah yang berlebihan. Pemerintah harus tetap memperhatikan kestabilan dari nilai tukar rupiah dan diterapkan untuk mengendalikan defisit neraca transaksi berjalan. Jika rupiah terdepresiasi terlalu dalam, kebijakan yang dapat dilakukan yaitu menjaga keseimbangan permintaan dan pasokan di pasar valuta asing, mengurangi tekanan yang berlebihan terhadap nilai tukar rupiah. Dalam hal ini dilakukan dengan meminimalkan pembelian yang bersifat spekulatif. Keadaan rupiah yang stabil, dapat meminimalkan ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan Indonesia .
59
d. Walaupun dalam penelitian ini tingkat inflasi memiliki hasil yang tidak sesuai hipotesis awal, namun untuk mengamankan defisit anggaran, pemerintah harus tetap memperhatikan gejolak variabel ekonomi makro lainnya, serta diperlukan koordinasi yang erat antara penguasa fiskal dan moneter dalam menentukan instrument dan sasaran kebijakan untuk mengatasi pengaruh gejolak variabel ekonomi makro lainnya terhadap defisit anggaran.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Penggunaan data tahunan untuk memantau defisit kembar kurang sensitif dan kurang mencerminkan fluktuasi yang sebenarnya dari pergerakan setiap variabel tersebut sehingga pada penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan data fluktuasi quartalan atau bahkan bulanan. b. Keterbatasan dalam periode waktu penelitian, pengolahan data, serta kemungkinan ketidak akuratan data sehingga hasil pengujian pengaruh beberapa variabel terhadap neraca transaksi berjalan berbeda dari teori dan penelitian-penelitian sebelumnya. c. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas sedangkan masih banyak variabel lain yang dapat berpengaruh pada neraca transaksi berjalan. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel-variabel lain agar hasil yang diperoleh semakin baik. Seperti variabel pengeluaran pemerintah, utang pemerintah, suku bunga, dan PDB.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, S.M.A., et. al. (2010). Fiscal Policy and the Current Account. IMF Working Paper No.10/121 (May). Washington DC : International Monetary Fund. Alkswani, M.A., 2000. The twin deficits phenomenon in petroleum economy: AMP YKPN Anas. 2013. Twin deficits in Morocco: An empirical investigation. Department of economics-University Mohamed V. Asteriou, D and S.G. Hall. (2007). Applied Econometrics : A Modern Approach. Revised Edition. New York. Badan Pusat Statistik. Berbagai terbitan 1990 - 2012. Indikator Ekonomi. Jakarta: Badan Pusat Statistik Baharumshah, A.Z., Lau, E. & Khalid, A. M. (2006). Testing Twin Deficits Hypothesis for ASEAN-4: Using VARs and Variance Decomposition, Journal of Asia Pacific Economy, 11, 331-354. Bank Indonesia . (2013). Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI). Bank Indonesia .(2012). Laporan Outlook Indonesia Tahun 2012. Barro, R. J. (1974). Are Government Bonds Net Wealth?. Journal of Political Economy. Vol. 82 (6). pp. 1095-1117. Barro, R. J. (1989). The Ricardian Approach to Budget Deficits. Journal of Economic Perspectives, Vol. 3 (2). pp. 37-54. Beetsma, R., M. Giuliodori and F. Klaassen. (2008). The Effects of Public Spending Shocks on Trade Balances and Budget Deficits in the European Union. Journal of the European Economic Association. Vol. 6 (2-3). pp. 414-423. Blanchard, O. (2007). Current Account Deficits in Rich Countries. IMF Staff Papers. Vol. 54 (2). pp.191219.
Blanchard, O. (2008). Macroeconomics. USA : Pearson Prentice Hall. Bluedorn, J. and D. Leigh. (2011). Revisiting the Twin Deficits Hypothesis : The Effect of Fiscal Consolidation on the Current Account. IMF Economic Review 59 (November), pp. 582-602. Boediono. 2000. Ekonomi Moneter , Edisi 3. Yogyakarta : BPFE. Bussière, M., M. Fratzscher, and G.J. Müller. (2010). Productivity Shocks, Budget Deficits and the Current Account. Journal of International Money and Finance Vol. 29. pp. 1562-1579. Calderon, Chong, dan Loayza 1999,. Determinants of Current Account Deficit in Cardoso and Fishlow. 2010. Stopping Inflation. University of Chicago Press. Cavallo, M. (2005). Understanding the Twin Deficits: New Approaches, New Results. FRBSF Economic Letter No. 2005-16 (July 22). USA : Federal Reserve Bank of San Francisco. Chang, J-C and Hsu, Z., 2009. Causality Relationships between the Twin Deficits in the Regional Economy. Department of Economics, National Chi Nan University. Chinn, M.D. and E.S. Prasad. (2003). Medium-term Determinants of Current Accounts in Industrial and Developing Countries: an Empirical Exploration. Journal of International Economics Vol. 59 (1), pp. 47–76. Corsetti, G. and G.J. Müller. (2006). Twin Deficits: Squaring Theory, Evidence and Common Sense. Economic Policy. Vol. 21 (48). Pp. 597–638 . Darwanto. 2007. Kejutan Pertumbuhan Nilai Tukar Rill Terhadap Inflasi, Developing Countries. Working Papers No. 51. Central Bank of Chile. different? Pertanika Journal of Social Sciences and Humanities 12 (2), 87100. Dornbusch, dkk. 2004. Makroekonomi: Edisi Bahasa Indonesia. MC.Graw Erceg, C.J., L. Guerrieri, and C. Gust. (2005). Expansionary Fiscal Shocks and the Trade Deficit. International Finance Discussion Paper 825, Federal Reserve Board. Evidence from Saudi Arabia. Paper presented in Seventh Annual Conference, Economic Research Forum (ERF), 26-29 October, Amman, Jordan. Frankel, J. (2004). Could Twin Deficits Jeopardise US Hegemony. Journal of Policy Modelling. Vol 28 (6). pp. 653-663. Gruber, J.W. and S.B. Kamin. (2007). Explaining the Global Pattern of Current Account Imbalances. Journal of International Money and Finance Vol. 26. pp. 500–522.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga. Guney. 2007. Fiscal Theory of Exchange Rate Determination: Empirical Evidence from Turkey. Hacettepe University Hermawan, Wawan. 2006. Pengujian Kausalitas Antara Tingkat Bunga dan Neraca Pembayaran Di Indonesia Tahun 1999.I – 2001.II. Jurnal Bina Ekonomi Vol. 10. No. 2. Kamaluddin, Rustian. 1987. Beberapa Aspek Pembangunan Nasional dan Pembangunan Daerah. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kementerian Keuangan (2013). Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (NK-RAPBN). Kim, S, and N. Roubini. (2008).Twin Deficits or Twin Divergence? Fiscal Policy, Current Account and Real Exchange Rate in the U.S. Journal of International Economics. Vol. 74. (2). pp. 362-383. Koray, Faik dan Douglas McMillin. 1998. Monetary Shock, The Exchange Rate and Trade Balance. Journal of International Money and Finance. Krugman, Paul R dan Maurice Obstfeld. 2005. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan. Edisi 5. Jakarta: PT. Indeks. Kumhof, M. and D. Laxton. (2009). Fiscal Deficits and Current Account Deficits. IMF Working Paper 09/237 (October). Washington DC : International Monetary Fund. Kuncoro, Mudrajad. 2001. Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Lau, E., Baharumshah, A.Z., 2004. On the twin deficits hypothesis: Is Malaysia Leachman, L.L. and Francis, B. (2002). Twin Deficits: Apparition or Reality?. Applied Economics. Vol. 34. pp. 1121-1132. Mankiw G. 2007. Makroekonomi. Ed. ke-9. Jakarta (ID): Erlangga. Marinheiro, C.F. (2008) Ricardian Equivalance, Twin Deficits and the FeldsteinMaruasas, Henry. Misztal. 2012. The link between government budget and current account in the Baltic countries Technical. University of Radom.
Mundell, R.A. (1963). Capital Mobility and Stabilization Policy Under Fixed and FlexibleExchange Rates. Canadian Journal of Economics and Political Science, 29 (4). pp. 475 – 485. Nizar, M.A. (2012). Mencermati Defisit Transaksi Berjalan. Warta Fiskal Edisi 6/2012. Jakarta : Badan Kebijakan Fiskal. Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter. Edisi ke-1. Yogyakarta: BPFE. Purnomo, Didit dan Wahyudi. 2003. Hubungan Kausalitas Defisit Neraca Transaksi Berjalan dengan Kurs Di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 4. No. 1. Sahminan, dkk. 2009. Determinants and Sustainability of Indonesia’s Current Account Balance.Jounal of Bank Indonesia. Bank Indonesia. Salvatore, D. (2006). Twin Deficits in the G-7 Countries and Global Structural Imbalances. Journal of Policy Modeling. Vol. 28 (6). pp. 701-712. Sari, Winta Ratna. 2012. Analisis Dinamis Keterkaitan Variabel yang Mempengaruhi Neraca Transaksi Berjalan Indonesia Tahun 2012. Quantitative Economics Journal. Vol. 1 No.2. Satoso, Agus Budi. 2010. Pengaruh Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Neraca Transaksi Berjalan. Jurnal Dinamika Keuangan dan Perbankan. Vol. 2. No. 2. Sugema, Iman. 2005. The Determinants of Trade Balance and Adjustment to the Crisis in Indonesia. Centre for Internatonal Economics Studies. University of Adelaide. Sukirno, Sadono. 2010. Makroekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Sunariyah. 1997. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”. Yogyakarta: UPP Taravosa, Iuliia. 2009. Exchange Rate and Trade: An Analysis of The Relationship For Ukraine. Journal of International Money and Finance. Undang-Undang No.23 Tahun 2003 tentang pengendalian jumlah kumulatif defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, dan anggaran pendapatan dan belanja daerah, serta jumlah kumulatif pinjaman pemerintah pusat dan pemerintah daerah Vyashnyak, O., 2000. Twin Deficit Hypothesis: The Case of Ukraine. Kyiv: National University Kyiv, Mohyla Academy. Waluyo dan Siswanto. 1998. Peranan Kebijakan Nilai Tukar dalam Era Deregulasi dan Globalisasi”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Bank Indonesia. Vol. 1 No. 1.
Wijaya, Farid. 2000. Seri Pengantar Ekonomika: Ekonomikamakro. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE. www.bi.go.id. Diakses Pada Tanggal 20 Agustus 2015. www.bps.go.id. Diakses Pada Tanggal 20 Agustus 2015. www.adelaide.edu.au/cies/papers/0508.pdf diakses pada 26 Agustus 2015 www.beritaIndonesia.co.id. Picu-Picu Inflasi 2006. Diakses pada tanggal 27 Agusutus 2015