i
ANALISIS DAYA SAING UBI JALAR INDONESIA DIPASAR INTERNASIONAL
RIANA AYU WULANDARI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul“Analisis Daya Saing Ubi Jalar Indonesia di pasar Internasional” merupakan benar hasil karya penulis dengan arahan dari komisi pembimbing yang belum pernah diajukan pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis juga menyatakan bahwa skripsi ini tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalamDaftar Pustaka pada bagian akhir skripsi. Dengan ini penulis melimpahkan hak cipta dari karya tulis penulis kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Riana Ayu Wulandari NIM H34114001
iii
ABSTRAK RIANA AYU WULANDARI. Analisis Daya Saing Ubi Jalar Indonesia di Pasar Internasional. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA. Pertanian Indonesia selalu memberikan pertumbuhan positif dan memberikan kontribusi nyata untuk Produk Domestik Bruto (PDB). Subsektor tanaman pangan memberikan kontribusi yang paling penting karena peranannya yang diperlukan untuk mencapai swasembada pangan melalui program diversifikasi pangan. Salah satu keunggulan komoditas tanaman pangan yang memiliki potensial besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah ubi jalar. Indonesia adalah salah satu dari lima Negara utama sebagai produsen dan eksportir ubi jalar didunia. Daya saing ubi jalar Indonesia perlu dianalisis untuk dapat memberikan informasi tentang posisi persaingan ubi jalar Indonesia di pasar internasional. Struktur pasar ubi jalar dalam pasar internasional dapat dianalisis dengan menggunakan Herfindahl Index dan Concentration Ratio. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai rata-rata HI adalah 1457.92. Nilai HI ubi jalar selama 2001-2010 diantara 1110.80-2231.99 yang menunjukkan bahwa ubi jalar dalam pasar internasional menunjukkan struktur pasar dengan konsentrasi pasar yang sedang. Sementara itu, terdapat 4 negara dalam analisis CR yaitu USA, China, Indonesia, dan Israel. Nilai CR4 dari ubi jalar adalah 60.30%. Ini berarti bahwa struktur pasar ubi jalar ber konsentrasi pasar yang sedang. Keunggulan komparatif dari ubi jalar Indonesia dapat dianalisis dengan menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA). Berdasarkan pada perhitungan index RCA dapat diketahui bahwa selama periode 2001-2010, Indonesia memiliki daya saing kuat karena nilai RCA lebih besar dari satu. Ini berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk komoditas ubi jalar. Selain itu, keunggulan kompetitif digunakan untuk menjelaskan permasalahan dalam perdagangan ubi jalar Indonesia yang tidak dapat dijelaskan dengan model keunggulan komparatif. Teori berlian porter adalah salah satu alat analisis untuk membantu dan menganalisis faktor internal dan eksternal dalam industri ubi jalar Indonesia. Faktor tersebut adalah kondisi faktor, kondisi permintaan, industri terkait dan pendukung, strategi perusahaan, struktur,dan persaingan, faktor pemerintah, dan faktor kesempatan. Hasil dari analisis menyatakan bahwa kondisi permintaan memberikan kontribusi yang positif dan besar untuk ubi jalar Indonesia. Sedangkan faktor lainnya masing-masing memberikan sisi negatif dan positif. Kata kunci: ubi jalar, daya saing, HI, CR4, Teori Berlian Porter, Keunggulan komparatif, dan Keunggulan kompetitif.
iv
ABSTRACT RIANA AYU WULANDARI. The Competitiveness of Indonesian Sweet Potatoes Analysis in Internasional Market. Supervised by NETTI TINAPRILLA. Agriculture sector in Indonesia has an important role and big contribution to Gross Domestic Product(GDP).Crop sub sector has the most important part in GDP of agricultural sector. Development of this sub sector such as sweet potatoes is one of the solutions for achieving food security and poverty alleviation in Indonesia. Sweet Potatoes has an important role in food self-sufficiency through diversification program. Indonesia is one of the top five sweet potatoes producers and exporters in the world. The aim of this study is to analyze competitiveness of Indonesian sweet potatoes. This study can be a reference for policy maker related to Indonesian competitiveness in international market. This study use Herfindahl Index and Concentration Ratio (CR) to analyze market structure. Besides that, this study used RCA (Revealed Comparative Advantage) and Porter Diamond’s model to explain comparative and competitive advantages. The result of this study shows that the average of HI value in 2001 to 2010 is 1457.92. This value is between 1110.80 and 2231.99 so that can be categorized sufficiently concentrated.CR4 is analyzed for USA, China, Indonesia, and Israel. CR4 value is more than 40% (60.30%) which has similar mean to the HI value. Therefore this value supports the HI.According to RCA Index, during 2001-2010 periods Indonesia has a strong comparative advantage in sweet potatoes. This can be seen from high RCA index (more than one). Competitive advantage is used to explain Indonesian sweet potatoes problems in international market. Porter Diamond’s model is one of the methods to analyze these internal and external factors of Indonesian sweet potatoes industry. There are four internal factors; (1) Resources such as natural, human resources, financing, information and technology, and infrastructure,(2) demand,(3) related and supporting industry, (4) competitiveness, structure, and firm strategy, and two external factors; (1) government role, and (2) opportunity. The results revealed that natural resources, human resources, domestic demand, government intervention, and opportunity to export are supporting factors to increase competitive advantages. However, there are still several weaknesses such as information and technology, infrastructure, financing, related industry, tight competition and market structure. Keywords: sweet potatoes, competitiveness, HI, CR4, RCA, Porter Diamond’s Theory, Comparative advantage, and Competitive advantage.
v
ANALISIS DAYA SAING UBI JALAR INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL
RIANA AYU WULANDARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ludul Nama
NRP
Analisis Daya Saing Ubi lalar Indonesia di Pasar Internasional Riana Ayu Wulandari H34114001
Disetujui oleh
Dr. Ir. N etti TinapriUa, MM
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
MS
Tanggal Lulus:
3 0 JUl 2013
..
vi
Judul : Analisis Daya Saing Ubi Jalar Indonesia di Pasar Internasional Nama : Riana Ayu Wulandari NRP : H34114001
Disetujui oleh,
Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM Dosen Pembimbing
Diketahui oleh,
Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
vii
Tanggal Lulus: PRAKATA
Alhamdulillah, Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWTdengan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikanpenulisan skripsi dengan judul “Analisis Daya Saing Ubi Jalar Indonesia di PasarInternasional”. Penulisan skripsi ini sebagai bagian persyaratan untuk memperolehgelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis,Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.Secara garis besar, materi yang ada dalam skripsi ini adalah analisisstruktur pasar ubi jalar dunia, analisis keunggulan komparatif ubi jalar Indonesia di pasarinternasional, dan analisis keunggulan kompetitif ubi jalar Indonesia di pasarinternasional. Penulis berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam penyusunan skripsiini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunanskripsi ini. Namun, penulis memandang bahwa penulisan ini dibuat sebagai suatuproses pembelajaran terhadap materi perkuliahan yang penulis terima selamaduduk di bangku perkuliahan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaatbagi kita semua. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang turut membantukelancaran penelitian sampai dengan penulisan karya ilmiah ini, baik secarakeilmuan, materi, dan spiritual.
Bogor, Juli 2013
Riana Ayu Wulandari
viii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Ubi Jalar Karakteristik Ubi Jalar Nilai Tambah dan Pengolahan Perdagangan Ubi Jalar Daya Saing KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Perdagangan Internasional Struktur Pasar Konsep Keunggulan Komparatif Konsep Keunggulan Kompetitif Konsep Daya Saing Kerangka Pemikiran Konseptual METODE PENELITIAN Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Analisis dan Pengolahan Data Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR) Revealed Comparative Advantage (RCA) Metode Berlian Porter HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Ubi Jalar Indonesia Struktur Pasar dan Persaingan Ubi Jalar di Pasar Internasional Analisis Keunggulan Komparatif Ubi Jalar Indonesia Analisis Keunggulan Kompetitif Ubi Jalar Indonesia SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
ix ix ix 1 1 2 5 6 6 6 6 8 9 9 11 11 11 13 14 14 15 16 18 18 18 19 19 20 21 23 23 25 27 29 41 41 42 43 45 467
ix
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nilai tanaman pangan terhadap PDB sektor pertanian tahun 2006-2010 (miliar rupiah) Volume dan nilai ekspor ubi jalar Indonesia tahun 2001-2010 Luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman ubi jalar di Indonesia tahun 2001-2010 Beberapa jenis ubi jalar varietas unggul Jenis dan sumber data Sebaran propinsi sentra produksi ubi jalar Indonesia tahun 2011 Jumlah dan nilai impor ubi jalar dunia tahun 2001-2010 Hasil analisis Herfindahl Index dan Concentration Ratio komoditas ubi jalar di pasar internasional tahun 2001-2010 Hasil analisis RCA komoditas ubi jalar empat Negara di pasar internasional tahun 2001-2010 Pangsa pasar empat negara eksportir ubi jalar terbesar dunia tahun 20012010 (%) Luas areal dan produksi ubi jalar Indonesia dan tiga propinsi terbesar menurut pengusahaan tahun 2010 Penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut wilayah dan lapangan usaha utama tahun 2010 Ketersediaan ubi jalar tahun 2001-2010 Perkembangan harga ubi jalar tingkat produsen, grosir, dan eceran 20022009 Perkembangan harga ubi jalar domestik dan ekspor 2006-2011
1 3 4 7 18 24 24 26 28 28 30 31 35 36 36
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7
Keseimbangan tanpa perdagangan Perdagangan internasional dalam Negara eksportir The national diamond system Kerangka pemikiran operasional Hubungan antara kurs dan ekspor netto Rata-rata pangsa pasar ubi jalar 10 negara terbesar 2001-2010 Alur distribusi dan pemasaran ubi jalar
12 13 15 17 23 25 32
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Daftar ranking 10 negara produsen ubi jalar dunia 2001-2010 Volume dan nilai ekspor tanaman pangan 2011 Daftar ranking 10 negara importir ubi jalar dunia 2001-2010 Daftar ranking 10 negara eksportir ubi jalar dunia 2001-2010 Perhitungan RCA ubi jalar empat Negara World sweet potatoes: Export volume by country, 2001-2010 World sweet potatoes: Market share by country, 2001-2010 World sweet potatoes: Kuadrat market share by country, 2001-2010
46 49 51 54 57 58 61 64
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor seperti tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan.Subsektor tanaman pangan memberikan kontribusi penting karena peranannya yang dibutuhkan dalam mencapai swasembada pangan melalui program diversifikasi pangan.Diversifikasi pangan tidak berarti menggantikan beras, tetapi mengubah pola konsumsi dengan lebih banyak jenis pangan yang dapat dikonsumsi.Diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar dalam ketahanan pangan. Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia telah ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 Pasal 45 tentang ketahanan pangan, mengatakan bahwa dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintahmenyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap ketersediaanpangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragam, merata, dan terjangkau olehdaya beli masyarakat.1 Sektorpertanianmengalamipertumbuhanpositif dan memberikankontribusiterhadap Produk DomestikBruto(PDB). Selainitu sektor pertanian merupakan salahsatukuncidalam pengentasan kemiskinan, penyedia lapangan kerja,dan juga sebagaikuncidalam pemantapan ketahanan pangannasional.KontribusinominalPDBdaritanamanbahanmakananmerupakanko ntribusiterbesar PDB sektor pertanian. Nilaitanamanpanganselalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahunseperti yang terlihat pada tabel 1. Tabel 1Nilaitanaman pangan terhadap PDB sektor pertanian tahun 2006-2010 (miliar rupiah) Uraian 2006 2007 Nasional 2774281.1 3339216.8 Pertanian 433223.4 541931.5 Pangan 214346.3 265090.9 Perkebunan 63401.4 81664.0 Peternakan 51074.7 61325.2 Kehutanan 30065.7 36154.1 Perikanan 74335.3 97697.3 Sumber:BadanPusat Statistik,2013 (diolah)
2008 3950893.2 716065.3 349795.0 105969.3 82676.4 40375.1 137249.5
2009 4951356.7 857241.4 419194.8 111423.1 104883.9 45119.6 176620.0
2010 5613441.7 985470.5 482 377.1 136 048.5 119371.7 48289.8 199383.4
Jika dilihat dari sektor ekspor impor maka sektor pertanian pada periode Januari-September 2011 mengalami peningkatan atau surplus sebesar 5.56 persen dari nilai 3574.6 Juta US$ pada Januari 2011 menjadi 3773.5 Juta US$ pada September 2011. Dalam hal ini sub sektor tanaman pangan memberikan kontribusi ekspor senilai 31599810 Juta US$ dengan total volume 79008558 kilogram pada periode yang sama (BPS2012).
1
Undang-Undang Republik Indonesia www.hukumonline.com [12 Maret 2013].
Nomor
7
Tahun
1996
Tentang
Pangan,
2
Salah satu komoditas tanaman pangan yang menjadi unggulan dan mempunyai potensiyang besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah ubi jalar. Indonesiamerupakan salah satu produsen dan eksportir utama ubi jalar di dunia. Indonesia termasuk dalam lima besar negara produsen ubi jalar di dunia(Lampiran 1) dimana pada tahun 2001 hingga 2009 Indonesia berada di peringkatkeempat dalam hal produksi ubi jalar dunia dan berada diperingkat lima untuk tahun 2010. Kedudukan ubi jalar sebagai komoditi eksporhasil tanaman pangan periode tahun 2011 cukup penting yaitu nomor tiga setelah ubi kayu dan jagung (Lampiran 2). Indonesia masih memilikipeluang yang cukup besar untuk meningkatkan jumlah ekspor dalam perdagangan di dunia.Potensiproduksi ubi jalar Indonesia didukung oleh produktivitas ubi jalar yang selalu positif dan meningkat walaupun produksi dan luas lahan mengalami fluktuasi (Tabel 3). Selain itu, potensi produksi ubi jalar juga didukung oleh keadaan iklim dan kondisi geografis Indonesia yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ubi jalar yaitu beriklim tropis. Perdagangan ubi jalar dewasa ini semakin berkembang yang ditandai dengansemakin meningkatnya permintaan ubi jalar oleh negara-negara konsumen dansemakin banyaknya jumlah negara pengekspor ubi jalar di dunia. Permintaan ubi jalar oleh negara konsumen dapat dilihat dari impor ubi jalar yang dilakukan oleh negarakonsumen. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yaitu antara tahun 2006 sampai dengan 2010, total impor ubi jalar dunia mengalami kenaikan yang cukupbesar dengan pertumbuhan rata-rata kenaikan sekitar 10.61 persen per tahun. United Kingdom merupakan negarakonsumen terbesar ubi jalar di dunia, dengan total impor periode 2006-2010 mencapai 19 hingga 24 persen dari total impor ubi jalar20 negara didunia. Selain itu, negara pengimpor ubi jalar utamalainnya adalahKanada, Jepang, Belanda, Perancis, Albania, dan Italia (Lampiran 3). Sementara itu, negara pengekspor utama ubi jalar selain Indonesia antara lain Amerika Serikat, China, Republik Dominika, Israel, Perancis, Mesir, dan Siria (FAO, 2011).Selain China dan Indonesia, Negara pengeksor ubi jalar lainnyamelakukan kegiatan re-ekspor sehingga meskipun jumlah produksi ubi jalar dinegara tersebut sangat kecil tetapi nilai ekspornya sangat tinggi (Lampiran 4). Berdasarkan potensi dan kemampuan yang dimiliki, Indonesia sebenarnya mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat di pasar internasionalterutama dalam menghadapi liberalisasi perdagangan dimana tidak ada hambatandalam perdagangan, namun hal tersebutharus diikutidengan adanya mutu dan kualitas yang baik padakomoditi yang diperdagangkan sehingga dapat berperan penting dalamperdagangan internasional. Potensi yang cukup besar tersebut dapat menentukankeunggulan dan kemampuan yang dimiliki komoditi ubi jalar Indonesia dalammenghadapi liberalisasi perdagangan. Oleh karena itu, penelitian mengenai dayasaing ubi jalar Indonesia perlu dilakukan untuk mengetahui posisi bersaing Indonesiadalam perdagangan komoditi ubi jalar di pasar internasional.
Perumusan Masalah Sektor pertanian merupakan sektor andalan dalam pembangunan nasional dan diharapkan mampu menjadi penggerak ekonomi di Indonesia. Selama ini
3
sektor pertanian merupakan sektor yang tetap tangguh dalam masa krisis ekonomi yang beberapa kali menerpa ekonomi Indonesia dan negara-negara lain di dunia.Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas mau tidak mau sektor pertanian harus mampu bersaing dengan menghasilkan produk-produk yang bermutu dan mencukupi keperluan konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor sehingga dapat memberikan nilai dan manfaat lebih bagi para pelaku-pelaku yang terlibat dalam perdagangan internasional tersebut. Ubi jalar merupakan salah satu komoditas dari tanaman pangan yang dapat memberikan kontribusi tinggi dalam aspek ekonomi Indonesia sebagai sumber devisa dari proses perdagangan baik lokal maupun ekspor, penyedia lapangan pekerjaan, dan penyuplai makanan pokok serta bahan baku industri makanan dan minuman. Komoditas ubi jalar Indonesia sebagian besar di ekspor dalam bentuk segar dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan domestik. Nilai dan volume ekspor ubi jalar Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Volume dan nilai ekspor ubi jalar Indonesia tahun 2001-2010 No Tahun Volume Ekspor (Ton) Nilai Ekspor (1000 US$) 1 2001 8045 1965 2 2002 13203 3722 3 2003 10641 3822 4 2004 11822 5209 5 2005 11113 4581 6 2006 11216 6259 7 2007 8389 6197 8 2008 8443 6594 9 2009 7185 5947 10 2010 7083 5317 Sumber : FAO, 2013 (Diolah)
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa volume ekspor ubi jalar Indonesia dipasar internasional berfluktuasi. Volume ekspor ubi jalar selama periode 2001-2010 mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya dengan angka tertinggi 13203 ton ditahun 2002 dan angka terendah 7083 ton ditahun 2010. Akan tetapi untuk nilai ekspor mulai tahun 2001-2004 ubi jalar menyumbang devisa sebesar 1.965 Juta US$ sampai 5.209 Juta US$ dan ditahun 2006-2008 mulai stabil dengan angka rata-rata 6.350 Juta US$ yang diikuti angka 5.947 dan 5.317 Juta US$ untuk tahun 2009 dan 2010. Volume ekspor ubi jalar yang semakin menurun mulai tahun 2007 dapat disebabkan karena di pasar dalam negeri sendiri telah mulai banyak menggunakan ubi jalar sebagai bahan untuk membuat berbagai macam panganan. Produsen makanan dan minuman di Indonesia mulai tertarik dan berinovasi untuk menggunakan ubi jalar sebagai bahan baku dalam usahanya. Maka selain untuk memenuhi permintaan ekspor, para produsen ubi jalar pun juga harus memenuhi permintaan dalam negeri yang semakin banyak dan berkembang di Indonesia. Dengan adanya penurunan volume ekspor ubi jalar tersebut akan berpengaruh terhadap daya saingnya di pasar internasional. Volume ekspor ubi jalar selama sepuluh tahun terakhir ini juga mengalami fluktuasi karenadisebabkan oleh adanya fluktuasi produksi dan luas panen ubi jalar di Indonesia.
4
Tabel 3Luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman ubi jalar di Indonesia tahun 2001-2010 Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton) 2001 181026 97.00 1749070 2002 177276 100.00 1771642 2003 197455 101.00 1991478 2004 184546 103.05 1901802 2005 178 336 104.13 1856969 2006 176507 105.05 1854238 2007 176932 106.64 1886852 2008 174561 107.80 1881761 2009 183874 111.92 2057913 2010 181073 113.27 2051046 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013
Produksi ubi jalar yang dihasilkan Indonesia dari tahun 2001 hingga 2010 berfluktuasi mulai dari 1.7 Juta Ton (2001 dan 2002), 1.9 Juta Ton (2001 dan 2004), 1.8 Juta Ton (2005-2008), dan 2 Juta Ton (2009, 2010). Produksi ubi jalar nasionaltertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 2057913 Ton. Hal yang sama jugaterjadi pada perkembangan luas areal panenubi jalar yang berfluktuasi. Luas areal panen ubi jalar berkisar antara 175 hingga 197 hektar selama 2001 hingga 2010. Adanya fluktuasi yang terjadi padaproduksi dan luas areal panen ubi jalar berdampak pada perkembangan produktivitas,dimana perkembangannya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh adanya keseimbangan antara luas areal panen dengan jumlah produksinya. Produksi ubi jalar yang melimpah belum dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam pasar lokal, hal tersebut dapat terlihat dari belum banyaknya penggunaan ubi jalar sebagai salah satu bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat. Ubi jalar di Indonesia masih banyak dikonsumsi hanya sebagai makanan sampingan, penggunaannya belum maksimal tetapi saat ini sudah mulai beredar panganan yang berbahan dasar ubi jalar seperti es krim, keripik, kue, bakpao, dll. Panganan yang terbuat dari ubi jalar sendiri belum begitu popular di Indonesia padahal dengan kandungan gizi yang terkandung didalamnya, rasanya, dan juga kemudahan dalam mengolahnya ubi jalar seharusnya dapat menjadi salah satu bahan makanan favorit di Indonesia. Berbeda dengan pasar dalam negeri, di pasar luar negeri seperti Jepang, Inggris, dan Negara-negara Eropa ubi jalar memiliki tempat tertinggi dalam jajaran bahan makanan lainnya. Hal tersebut dapat dilihat dari permintaan yang semakin tinggi dari Negara importir pada komoditas ini padahal harga jualnya juga tinggi. Variasi dari berbagai macam bentuk olahan dari ubi jalar juga merupakan daya tarik tersendiri yang menyebabkan konsumen terus mencari dan mengonsumsinya. Selain karena manfaatnya yang baik bagi tubuh, ubi jalar juga dapat diolah menjadi berbagai macam makanan yang enak, lezat, dan sehat.
5
Menurut Sarianti dan Hoeridah (2011), daya saing ubi jalar dipengaruhi oleh adanya kebijakan pemerintah. Kebijakan adalah suatu instrument yang bisa mempengaruhiperekonomian, dalam pelaksanaannyaada kendala dan bisa menjadipenghambat atau pendukung tujuan yangakan dicapai serta akhirnya dievaluasimenjadi strategi. Kebijakan barangekspor bertujuan untuk menstabilkanharga dengan mengatur barang agarbarang tersebut ada di dalam negeri,sedangkan kebijakan barang impor yaitumelindungi produsen dari persainganharga dengan barang luar yang lebihmurah. Pada komoditas ubi jalar,kebijakan pemerintahyang diterapkan terhadap input mengakibatkan adanya perubahan harga output. Salah satu contohnya yaitu hambatankebijakan pemerintah untuk melakukanekspor diantaranya pungutan-pungutanliar dan biaya bea cukai yang sangattinggi (dua kali lipat) apabila ekspordilakukan pada hari libur. Sedangkan kebijakan terhadap input salah satunya dengan memberikan subsidi pupuk kepada petani sehingga biaya yang dikeluarkan juga akan berkurang. Contoh lainnya adalah kebijakan pemerintah yang bersifat protektif terhadap input asingdan produsen menerima subsidi atasinput asing sehingga produsen membelidengan harga yang lebih murah. Petanimenerima harga input yang lebih murah sebesar 52 persendari yang seharusnya. Pola perdagangan yang terjadi dalam pasar ubi jalar internasional akanberpengaruh terhadap perkembangan ubi jalar Indonesia. Bentuk pasar dalam komoditas ubi jalar di pasar internasional akan menentukkan kekuatan produsendalam pasar dan tingkat persaingan yang terjadi apalagi saat ini China memegang peringkat satu untuk volume produksi komoditas ubi jalar sedangkan Amerika Serikat sebagai eksportir tertinggi (FAO 2013). Jikaubi jalar beradadalam pasar yang memiliki banyak pesaing dengan komoditas yang homogen,maka sangat penting untuk melakukan diferensiasi produk agar mampu bersaingdengan produsen lainnya. Permasalahan di atas dapat mempengaruhi dan memberikan dampak terhadapdaya saing ubi jalarIndonesia di pasar internasional. Potensi dan peluang ubi jalar yang dimiliki Indonesiaserta permintaan ubi jalar di pasar dalam negeri juga dapat mempengaruhi posisi dan daya saing ubi jalar Indonesia dalam perdaganganinternasional. Hal ini mengingat tantangan yang dihadapi produk ubi jalar Indonesiadimana terdapat kompetisi volume produksi antara Negara dominan yaitu China dan Negara lain yang sejajar seperti Uganda dan Nigeria serta kompetisi dalam hal volume ekspor yang ketat antar negaraseperti Amerika Serikat, China, Israel, Perancis, dan Republik Dominika. Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan dikaji dalampenelitian ini adalah: 1. Bagaimana struktur pasar dan persaingan ubi jalarIndonesia di pasar internasional? 2. Apakah ubi jalar Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif?
Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang dan dirumuskan,maka tujuan penelitian ini adalah:
permasalahan
yang
telah
6
1. Menganalisis struktur pasar dan persaingan ubi jalarIndonesia di pasar internasional. 2. Menganalisis keunggulan komparatif ubi jalar Indonesia di pasar internasional. 3. Menganalisis keunggulan kompetitif ubi jalar Indonesia di pasar internasional. Manfaat Penulisan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagaipihak yang terkait yaitu: 1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuandan pengetahuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis permasalahankomoditas pertanian dan sebagai aplikasidari teori yang diperoleh selamaini. 2. Bagi petani, produsen, dan eksportir ubi jalar. Penelitian ini diharapkan dapatdimanfaatkan sebagai masukan dan informasi dalam perdagangan ubi jalar nasional dan internasional. 3. Bagi masyarakat akademik, penelitian ini dapat bermanfaat sebagaimasukan dan acuan untuk mengadakan penelitian lanjutan mengenai ubi jalar.
TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Ubi Jalar Ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tengah.Diperkirakan pada abad ke-16, tanaman ubi jalar tersebut mulai tersebar ke Negara-negara tropis diseluruh dunia termasuk Indonesia.Pada tahun 1960, ubi jalar sudah tersebar ke hampir setiap provinsi di Indonesia.Adapun lima daerah sentra produksi ubi jalar terbesar di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Papua, dan Sumatera Utara (BPS 2013).Namun, pada saat ini, baru Papua sajalah yang memanfaatkan ubi jalar sebagai makanan pokok, walaupun belum menyamai padi, jagung, dan ubi kayu atau singkong (Suprapti 2003).
Karakteristik Ubi Jalar Menurut Suprapti (2003), tanaman ubi jalar termasuk tanaman semusim (annual) yang memiliki ciri-ciri yaitu susunan tubuh utama terdiri atas batang, daun, bunga, buah, biji, dan umbi, batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, dan berbuku-buku, tipe pertumbuhan tegak dan merambat/menjalar, panjang batang untuk tipe tegak 1-2 m, sedangkan tipe merambat 2-3 m, hasil produksi antara 3.4-11 ton per hektar, dan warna umbi putih, krem, orange, dan ungu. Untuk dapat tumbuh, berkembang, dan berproduksi secara optimal, ubi jalar memiliki persyaratan tumbuh dalam hal tanah dan iklim.Ubi jalar dapat tumbuh tanpa memilih jenis tanah, karena hampir setiap jenis tanah cocok untuk ditanami ubi jalar. Namun demikian, kondisi tanah yang ideal bagi pertumbuhannya adalah tanah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan
7
drainase baik, derajat keasaman (pH) 5.5-7.5, merupakan lahan tegalan atau sawah bekas tanaman padi, dan berada didataran rendah 500 meter di atas permukaan laut. Sedangkan tanaman ubi jalar mudah beradaptasi terhadap lingkungan yang berada pada daerah-daerah yang terbentang dari 30 oLU - 30 o LS. Untuk memperbanyak tanaman ubi jalar, dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu stek pucuk, stek batang, dan tunas umbi yang disemai secara khusus. Sedangkan untuk meningkatkan hasil secara optimal dalam setiap hektarnya, dapat dilakukan beberapa cara yakni dengan menanam varietas unggul, memperbaiki teknik bercocok tanam, dan menerapkan pola tanam yang tepat. Masa tanam ubi jalar yakni 3-4 bulan tergantung dari varietasnya. Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia diperkirakanberjumlah lebih dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang diidentifikasi oleh parapeneliti. Lembaga penelitian yang menangani ubi jalar, antara lain: InternationalPotato Centre (IPC) dan Centro International de La Papa (CIP) yag berada di Peru. Di Indonesia,penelitian dan pengembangan ubi jalar ditangani oleh Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan atau Balai Penelitian Kacang-Kacangan danUmbi-Umbian (Balitkabi), Departemen Pertanian. Menurut BAPPENAS (2000), varietas atau klon ubi jalar digolongkan sebagai varietas unggul apabila memenuhi beberapa persyaratan yaitu berdaya hasil tinggi, di atas 30 ton/hektar, berumur pendek (genjah) antara 3-4 bulan, rasa ubi enak dan manis, tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.)dan penyakit kudis olehcendawan (Elsinoe sp.), kadar karotin tinggi di atas 10 miligram/100 gram, dan keadaan serat ubi relatif rendah.Adapun beberapa jenis ubi jalar yang termasuk dalam kelompok varietas unggul dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel4Beberapa jenis ubi jalar varietas unggul No Jenis Varietas Ciri-Ciri (Karakteristik) 1. Daya 1. Varietas hasil persilangan antara varietas (kultivar) putri selatanx jonggol. 2. Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar. 3. Umur panen 110 hari setelah tanam. 4. Kulit dan daging ubi berwarna jingga muda. 5. Rasa ubi manis dan agak berair. 6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab. 2.
Prambanan
1. Diperoleh dari hasil persilangan antara varietas daya x centenial II. 2. Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar. 3. Umur panen 135 hari setelah tanam. 4. Kulit dan daging ubi berwarna jingga. 5. Rasa ubi enak dan manis. 6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
3.
Borobudur
1. Varietas hasil persilangan antara varietas daya x Philippina. 2. Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar. 3. Kulit dan daging ubi berwarna jingga.
8
4. Umur panen 120 hari setelah tanam. 5. Ubi berasa manis. 6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab. 4.
Mendut
1. Varietas klon MLG 12653 introduksi asal IITA, Nigeria ‘84. 2. Potensi hasil antara 25-50 ton per hektar. 3. Umur panen 125 hari ssetelah tanam. 4. Rasa ubi manis. 5. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
5.
Kalasan
1. Varietas diintroduksi dari Taiwan. 2. Potensi hasil antara 31.2-42.5 ton/hektar atau rata-rata 40 ton/hektar. 3. Umur panen 95-100 hari setelah tanam. 4. Warna kulit ubi cokelat muda, daging ubi berwarna orange muda(kuning). 5. Rasa ubi agak manis, tekstur sedang, dan agak berair. 6. Varietas agak tahan terhadap hama penggerek ubi. 7. Varietas cocok ditanam di daerah kering sampai basah, dan dapat beradaptasidi lahan marjinal.
Sumber: BAPPENAS, 2000
Nilai Tambah dan Pengolahan Ubi jalar banyak dimanfaatkan sebagai salah satu komoditas yang banyak digunakan sebagai bahan pangan. Salah satu pemanfaatannya yaitu sebagai produk substitusi dari tepung terigu. Seperti yang dilakukan oleh Nisviaty (2006) yang melakukan penelitian tentang pemanfaatan tepung ubi jalar (Ipomoea batatas L.) klon BB00105.10 sebagai bahan dasar produk olahan kukus dan margareth (2006) sebagai bahan dasar produk olahan goreng. Hasil dari penelitiannya yaitu panganan kukus ataupun goreng yang berbahan dasar tepung ubi jalar klon BB00105.10 tergolong pangan yang memiliki nilai indeks glikemik dan beban glikemik rendah dan bisa dijadikan alternatif diet khususnya bagi penderita diabetes melitus dan obesitas. Nilai IG rata-rata bolu kukus dan brownies kukus ubi jalar berturut-turut 46±9 dan 29±9 sedangkan kue bijiketapang sebesar 49±12 dan kue bawang sebesar 32±7. Ubi jalar yang dijadikan tepung juga ternyata memiliki prospek tersendiri di Industri makanan dan minuman di Indonesia khususnya Kota Bogor, Jawa Barat. Hal tersebut dapat dilihat dalam penelitian yang dilakukan oleh Djami (2007) tentang prospek pemasaran tepung ubi jalar ditinjau dari potensi permintaan industri kecil di wilayah Bogor (studi kasus: kelompok tani hurip desa cikarawang) hasil dari penelitian ini adalah bahwa tepung ubi jalar memiliki peluang untuk memasuki pasar industri kecil pengolahan pangan, karena tepung ubi jalar dapat digunakan sebagai substitusi tepung terigu atau sebagai bahan campuran tepung terigu (20-100 persen) dalam produk-produk olahan tepung terigu. Kebutuhan tepung di wilayah Bogor mencapai 70 ton per bulan, pangsa
9
pasar yang dapat di ambil oleh kelompok tani hurip 50-60 persen dari potensi pasar sekitar 35-42 ton per bulannya mengingat kelompok tani hurip adalah industri yang masih berskala kecil. Selain itu ubi jalar juga dapat menjadi alternatif bahan makanan pokok dan memiliki nilai ekonomis dengan peningkatan nilai tambah produk. Salah satunya adalah dengan pengolahan ubi jalar menjadi kripik ubi jalar. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa KKN program studi Gizi Masyarakat IPB (2010) dengan melakukan proses pengolahan ubi jalar menjadi produk keripik. Hasilnya adalah produk keripik ubi jalar memiliki nilai tambah berupa masa simpan yang lebih lama dan juga kenaikan harga dari ubi jalar segar Rp 2 500-Rp 5 000 /kilogram menjadi keripik seharga Rp 28 000-Rp 32 000 /kilogram.
Perdagangan Ubi Jalar Selain untuk memenuhi kebutuhan domestik, ubi jalar akhir-akhir ini rnerupakankomoditi ekspor non migas yang potensial. Negara pengimpor terbesar ubi jalar Indonesia adalah Jepang. Tingginya permintaan negara Jepang disebabkanterbatasnya produksi dalam negeri, didukung oleh faktor iklim dan cuaca Jepang yangkurang menunjang serta lahan yang sempit, menyebabkan biaya produksi dan hargaubi jalar Jepang menjadi tinggi. Kebutuhan ubi jalar yang semakin meningkat mendorong pemerintah Jepang untuk rnemberikan insentif kepada pihak importirberupa penurunan bea tarif impor sebesar 50 persen sejak tahun 1995. Salah satu penelitian mengenai ekspor ubi jalar dilakukan oleh Octafrina (2000) menganalisis prospek pengembangan ekspor pasta ubi jalar beku ke Jepang. Penelitian ini dilakukan di PT Galih Estetika yang merupakan salah satu eksportir pasta ubi jalar beku di Indonesia dengan alat analisis PAM. Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha ekspor pasta ubi jalar beku menguntungkan baik secara finansial maupun secara ekonomi. Hal ini terlihat dari nilai keuntungan privat (PP) sebesar Rp 3 898.5 per kilogram pasta ubi jalar beku dan nilai keuntungan sosial (SP) sebesar Rp 2 843.4 per kilogram, sehingga ekspor pasta ubi jalar beku layak untuk diusahakan. Keunggulan komparatif dan kompetitif ditunjukkan oleh nilai DRC dan PCR yang lebih kecil dari satu yaitu sebesar 0.652 dan 0.545.
Daya Saing Untuk memberikan gambaran terhadap daya saing komoditas ubi jalar terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu pada tahun 2011, Sarianti dan Hoeridah melakukan penelitian mengenai analisis daya saing ubi cilembu di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dan Juarsa (2007) melakukan penelitian tentangdaya saing ubi jalar di Kabupaten Kuningan.Pengambilan data secara primer dan sekunder dengan alat analisis PAM dan uji sensitivitas.Berdasarkan hasil kedua penelitian yangmenggunakan analisis matrik kebijakan(PAM), dapat disimpulkan bahwausahatani ubi jalar menguntungkansecara finansial maupun ekonomi danmemiliki dayasaing baik
10
dilihat darikeunggulan kompetitif maupun keunggulankomparatif.Dampak kebijakan pemerintahterhadap input domestik belum efektifkarena produsen harus membayar lebihmahal dari yang seharusnya, sedangkanuntuk input tradable efektif dikarenakanada subsidi. Untuk kebijakan outputbersifat menghambat yaitu adanya pajakekspor dan tidak adanya kebijakansubsidi untuk komoditas ubi jalar. Secarakeseluruhan kebijakan pemerintah masihbersifat disinsentif terhadap petani untukmeningkatkan produksinya dan harusmengeluarkan biaya lebih besar daribiaya sosialnya.Hasil analisis sensitivitas bila terjadikenaikan upah tenaga kerja danmenguatnya nilai tukar Rupiah terhadapDolar Amerika masih menguntungkansecara finansial maupun ekonomi dantetap memiliki dayasaing baik dari sisikeunggulan kompetitif dan keunggulankomparatif. Sedangkan bila terjadipenurunan jumlah produksi sampai 50 persen, pengusahaan ubi jalar tidakmenguntungkan secara finansial dantidak memiliki keunggulan kompetitifwalaupun masih menguntungkan secaraekonomi dan memiliki keunggulankomparatif. Selain alat analisis PAM dan uji sensitivitas, terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan yaitu menggunakan Ordinary Least Square (OLS) untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi posisi daya saing komoditi Indonesia seperti yang dilakukan oleh Rahmatu (2009) yang melakukan analisis faktor-faktor daya saing olahan kakao Indonesia di pasar internasional. Berdasarkan hasil metode OLS menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhidaya saing hasil olahan kakao adalah harga ekspor kakao olahan, volume eksporkakao olahan, dan krisis ekonomi, sedangkan faktor-faktor yang tidakberpengaruh terhadap daya saing hasil olahan kakao Indonesia adalahproduktivitas industri pengolahan kakao. Pada variabel produktivitas industripengolahan kakao tidak berpengaruh terhadap daya saing hasil olahan kakao,karena daya saing hasil olahan kakao lebih dipengaruhi oleh mutu dan kualitasproduk, sedangkan peningkatan produktivitas tidak menjamin peningkatan mutuhasil olahan kakao. Ada pula penggunaan metode lain untuk menganalisis daya saing produk pertanian yaitu Suprehatin yang pada tahun 2006 melakukan analisis daya saing ekspor nenas segar Indonesia dengan menggunakan metode regresi data panel. Analisis regresi data panel dilakukan dengan menggunakan program Eviews 4.1 dan Microsoft Excel 2003. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan gabungan antara data cross section dan time series. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pangsa pasar ekspor nenas segar adalah volume ekspor nenas segar Indonesia, harga ekspor nenas segar Indonesia, Nilai tukar, pendapatan per kapita Negara pengimpor, volume ekspor nenas olahan, dan produksi nenas segar. Hasil analisis menunjukkan bahwa volume ekspor dan produksi dalam negeri memiliki tanda koefisien positif , sedangkan GDP per kapita negatif. Hal ini memiliki arti bahwa peningkatan volume ekspor nenas segar Indonesia dan produksi nenas dalam negeri akan meningkatkan pangsa pasar ekspor nenas segar Indonesia, sedangkan peningkatan GDP per kapita Negara pengimpor akan menurunkan pangsa pasar ekspor nenas segar Indonesia. Dalam penelitian ini salah satu hal yang dilakukan yaitu menganalisis struktur pasar ubi jalar dalam perdagangan dunia menggunakan Herfindahl Index dan Concentration Ratio. Penggunaan alat analisis tersebut diperkuat dengan beberapa penelitian yang menggunakan alat analisis yang sama untuk komoditas
11
yang berbeda baik komoditas pertanian, perikanan, maupun peternakan. Beberapa penelitian tersebut antara lain analisis daya saing jahe Indonesia di pasar internasional oleh Amelia (2009) yang menggunakan HI dan CR untuk mengetahui struktur pasar jahe dipasar internasional yang didapatkan hasil yaitu struktur pasar dominan yang berarti bahwa Indonesia berperan sebagai price taker. Selain itu terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Cahya (2010) yang menganalisis daya saing ikan tuna Indonesia dipasar internasional. dari hasil analisis struktur pasar ikan tuna yang menggunakan HI dan CR didapatkan hasil bahwa struktur pasar komoditas ikan tuna baik ikan tuna segar, beku, maupun olahan didapatkan hasil struktur pasar berupa monopolistik yang cenderung oligopoli yang menyebabkan posisi Indonesia masih berpeluang dalam menguasai pasar. Ada pula Marlinda (2008) yang menggunakan HI dan CR untuk menganalisis struktur pasar lada Indonesia di pasar Internasional. dari hasil analisis tersebut didapatkan bahwa struktur pasar menunjukkan kecenderungan ke arah pasar persaingan oligopoli dan memiliki tingkat konsentrasi yang sedang. Untuk itu pada penelitian ini digunakan pula HI dan CR untuk mengetahui struktur pasar yang terdapat dalam perdagangan ubi jalar dunia.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang menjelaskan mengenai teori-teori yang sesuai yang digunakan dalam topik penelitian. Kerangka pemikiran teoritismembahas mengenai berbagai teori dan konsep perdagangan internasional ubi jalar yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Kerangka pemikiran teoritis dalam kajian ini meliputikegiatan menganalisis daya saing pada komoditas ubi jalar Indonesia di pasar internasional. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional diartikan sebagai pertukaran barang dan jasayang terjadi melampaui batas antar negara. Perdagangan internasional diperlukanuntuk mendapatkan manfaat yang dimungkinkan oleh spesialisasi produksi.Lipsey (1997) mengatakan bahwa dengan perdagangan, setiap orang, wilayah, atau bangsa dapat memusatkanperhatian untuk memproduksi barang dan jasa yang dapat dilakukannya secaraefisien, sementara mereka melakukan perdagangan untuk memperoleh barang danjasa lain yang tidak diproduksinya.Perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antar negara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang dan jasa atas dasar suka rela dan saling menguntungkan. Perdagangan Internasional terbagi menjadi dua bagian yaitu impor dan ekspor, yang biasanya disebut sebagai perdagangan ekspor impor.Perdagangan internasional berada dalam lingkup komoditi dalam pertukaran barang, dengan adanya perbedaan alam di tiap Negara.Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan internasional adalah adanya perbedaan dalam memproduksi barang, Negara tidak dapat memproduksi barang sesuai dengan
12
permintaan masyarakat, dan persediaan barang dan permintaan pasar disetiap negara yang tidak seimbang. Dalam keseimbangan antara permintaan dan penawaran terdapat beberapa perbedaan yang terjadi jika keseimbangan tersebut dilakukan tanpa adanya perdagangan maupun keseimbangan dalam perdagangan internasional dalam Negara-negara eksportir (gambar 1) (Rohmana, 2007). Price of X Domestic Supply
Consumer Surplus Equilibrium Price
Producer Surplus Domestic Demand Quantityof X
0
Equilibrium Quantity
Gambar 1 Keseimbangan tanpa perdagangan Sumber : Rohmana (2007) Dalam keseimbangan tanpa perdagangan dapat diketahui bahwa terjadi titik keseimbangan antara penawaran dan permintaan dalam negeri dalam perpotongan dari harga barang X dan jumlah dari barang X dan memunculkan adanya surplus konsumen dan surplus produsen. Sedangkan dalam perdagangan internasional dinegara-negara eksportir akan terjadi perubahan harga setelah perdagangan dan akan menyebabkan adanya permintaan dan penawaran dari barang X menjadi berubah. Perubahan tersebut akan memunculkan adanya kegiatan ekspor dimana dengan adanya kenaikan harga maka permintaan dalam negeri akan berkurang sedangkan supply akan semakin bertambah sehingga dengan adanya gap tersebut menyebabkan adanya kegiatan ekspor. Price of X Domestic Supply Price after trade
World Price
Price before trade
Domestic Demand
Exports
0
Quantityof X Domestic quantity demanded
Domestic Quantity supplied
13
Gambar 2 Perdagangan internasional dalam Negara eksportir Sumber : Rohmana (2007) Struktur Pasar Deskripsi struktur pasar didasarkan pada jumlah dan ukuran perusahaan yang terdapat pada suatu industri dalam menyediakan dan menjual suatu produk kepada pasar atau sekumpulan pembeli. Pengamatan terhadap struktur pasar dilakukan dengan mengetahui karakteristik pasar terutama tentang perilaku penjual dan pembeli ketika melakukan transaksi perdagangan.Menurut UU Nomor 5 Tahun 1999, struktur pasar didefinisikan sebagai suatu keadaan pasar yang memberikan petunjuk tentang aspek-aspek yang memiliki pengaruh penting terhadap perilaku pelaku usaha dan kinerja pasar. Aspek-aspek tersebut antara lain jumlah penjual dan pembeli, hambatan masuk dan keluar pasar, keragaman produk, sistem distribusi, dan penguasaan pangsa pasar (Indriastuti, 2013). 1. Pasar Persaingan Sempurna Pasar persaingan sempurna adalah struktur pasar yang ditandai oleh jumlahpembeli dan penjual yang sangat banyak. Transaksi setiap individu tersebut (pembelidan penjual) sangat kecil dibandingkan output industri total sehingga mereka tidak bisamempengaruhi harga produk tersebut. Para pembeli dan penjual secara individualhanya bertindak sebagai penerima harga (price takers). Tidak ada perusahaan yangmenerima laba di atas normal dalam jangka panjang dalam pasar persaingansempurna ini. 2. Pasar Monopoli Pasar monopoli adalah suatu pasar yang dicirikan dengan penjual tunggaldan sebuah produk yang sangat terdiferensiasi. Produsen setiap produk harusbersaing memperebutkan pangsa pasar dari pembelian konsumen, tetapi produsenmonopoli tidak menghadapi persaingan yang efektif untuk penjualan produknyabaik dari pesaing yang ada maupun yang potensial. Hambatan yang besarseringkali merintangi para pendatang potensial. Monopoli bisa terjadi karena tigahal, yaitu monopoli alami, monopoli karena efisiensi yang superior, dan monopolikarena paten (Pappas dan Hirschey, 1995). 3. Pasar Monopolistik Pasar Monopolistis adalah salah satu bentuk pasar di mana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang serupa tetapi memiliki perbedaan dalam beberapa aspek.Meskipun produk yang dihasilkan sejenis, namun setiap produk yang dihasilkan tiap produsen pasti memiliki karakter tersendiri yang membedakannya dengan produk lainnya (diferensiasi produk).Produsen dapat dengan leluasa keluar masuk pasar.Hal ini dipengaruhi oleh laba ekonomis, saat produsen hanya sedikit di pasar maka laba ekonomisnya cukup tinggi.Ketika produsen semakin banyak dan laba ekonomis semakin kecil, maka pasar menjadi tidak menarik dan produsen dapat meninggalkan pasar.Pada pasar monopolistis, tidak seperti pada pasar persaingan sempurna, produsen memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga walaupun pengaruhnya tidak sebesar produsen dari pasar monopoli atau oligopoli.Misalnya, pasar sepeda motor di Indonesia. Produk sepeda motor memang cenderung bersifat homogen, tetapi masing-masing
14
memiliki ciri khusus sendiri. Akibatnya tiap-tiap merek mempunyai pelanggan masing-masing (Pappas dan Hirschey, 1995). 4. Pasar Oligopoli Pasar Oligopoli adalah suatu bentuk pasar yang terdapat beberapa penjual dimana salah satu atau beberapa penjual bertindak sebagai pemilik pasar terbesar (price leader).Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh.Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan memposisikan dirinya sebagai bagian yang terikat dengan permainan pasar, di mana keuntungan yang mereka dapatkan tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka.Sehingga semua usaha promosi, iklan, pengenalan produk baru, perubahan harga, dan sebagainya dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing mereka (Pappas dan Hirschey, 1995). Konsep Keunggulan Komparatif Konsep daya saing berpijak dari konsep keunggulan komparatif yang diperkenalkan oleh Ricardo sekitar abad ke-18 (1823) yang selanjutnya dikenal dengan model Ricardian Ricardo atau Hukum Keunggulan Komparatif (The Law of Comparative Advantage). Ricardo menyatakan bahwa meskipun sebuah negara kurang efisien dibandingkan (memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi kedua komoditas, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditas yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (memiliki keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditas yang memiliki kerugian absolut lebih besar atau memiliki kerugian komparatif (Salvatore, 1997 dalam Sudiyarto). Komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dikatakan juga memiliki efisiensi secara ekonomi. Keunggulan komparatif bersifat dinamis. Suatu negara yang memiliki keunggulan komparatif di sektor tertentu secara potensial harus mampu mempertahankan dan bersaing dengan negara lain. Keunggulan komparatif berubah karena faktor yang mempengaruhinya (Sudiyarto, 2013). Teori keunggulan komparatif menyatakan bahwa suatu Negara mengekspor barang tertentu karena Negara tersebut bisa menghasilkan barang tersebut dengan biaya yang secara mutlak lebih murah daripada Negara lain. Suatu Negara hanya akan mengekspor barang yang mempunyai keunggulan komparatif tinggi dan mengimpor barang yang mempunyai keunggulan komparatif rendah. Jadi, jelas bahwa adanya keunggulan komparatif bisa menimbulkan manfaat perdagangan bagi kedua belah pihak, dan selanjutnya akan mendorong timbulnya perdagangan antarnegara. Konsep Keunggulan Kompetitif Menurut David (2009), keunggulan kompetitif dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang dapat dilakukan dengan jauh lebih baik oleh sebuah perusahaan jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan saingan”. Keunggulan kompetitif (Competitive Advantage) merupakan alat untukmengukur daya saing suatu aktivitas berdasarkan pada kondisi perekonomianaktual. Menurut Porter(1998), keunggulan kompetitif suatu negara sangat tergantung pada tingkatsumberdaya yang dimilikinya. Berdasarkan sumberdaya lokal yang dimiliki suatunegara dapat dilihat apakah suatu negara mempunyai keunggulan
15
kompetitif atautidak. Keunggulan kompetitif dibuat dan dipertahankan melalui suatu prosesinternal yang tinggi. Perbedaan dalam struktur ekonomi nasional, nilai,kebudayaan, kelembagaan, dan sejarah menentukan keberhasilan kompetitif. Keunggulan kompetitif suatu negara ditentukan oleh empat faktor yangharus dimiliki suatu negara untuk bersaing secara global. Keempat faktor tersebutadalah kondisi faktor sumberdaya (factor condition), kondisi permintaan (demandcondition), industri terkait dan industri pendukung (related and supportingindustry), persaingan, struktur, dan strategi perusahaan (firm strategy, structure,and rivarly). Keempat faktor penentu tersebut didukung oleh faktor eksternalyang terdiri atas peran pemerintah (goverment) dan terdapatnya kesempatan(chance events). Secara bersama-sama faktor tersebut membentuk suatu sistemyang berguna dalam peningkatan keunggulan daya saing, sistem tersebut dikenaldengan “The National Diamond” (Gambar 3). Peluang Strategi perusahaan, struktur, dan persaingan
Kondisi faktor
Kondisi permintaan
Industri terkait dan pendukung Pemerintah
Gambar 3The national diamond system Keterangan: Garis (), hubungan antara atribut utama. Garis (--------), hubungan antara atribut tambahanterhadap atribut utama. Sumber : Porter (1998) Konsep Daya Saing Globalisasi pada dasarnya adalah fenomena yang mendorong perusahaan di tingkat mikroekonomi untuk meningkatkan efisiensi agar mampu bersaing di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Dengan globalisasi yang
16
menyatukan pasar dan kompetisi investasi internasional meningkatkan tantangan sekaligus peluang bagi semua perusahaan baik kecil, menengah maupun besar. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan bersaing baik untuk produk ataupun jasa yang ditawarkan supaya perusahaan, industri, ataupun negara dapat mampu untuk bertahan dan bersaing dalam perdagangan internasional. Kemampuan bersaing ini dikenal dengan istilah daya saing (Sudiyarto, 2013). Pada hakekatnya suatu komoditas dikatakan memiliki daya saing manakala memiliki harga jual yang bersaing dan mutunya baik. Daya saing merupakan suatu konsep yang menyatakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditas dengan mutu yang cukup baik dan biaya produksi yang cukup rendah, sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional dapat diproduksi dan dipasarkan oleh produsen dengan memperoleh harga laba yang mencukupi sehingga dapat mempertahankan kelanjutan biaya produksinya (Sudiyarto, 2013).
Kerangka Pemikiran Konseptual Ubi jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan unggulan ekspor Indonesia setelah jagung dan ubi kayu karena Indonesia merupakan salah satu Negara produsen dan eksportir utama ubi jalar di pasar internasional.Selain itu, produktivitas dan volume produksi ubi jalar walaupun berfluktuasi tetapi selalu mengarah keangka positif. Ubi jalar selain sebagai salah satu sumber devisa Negara juga merupakan komoditas diversifikasi pangan yang dapat diolah menjadi berbagai macam makanan. Adanya potensi yang besar dalam hal produksi dan masihtingginya permintaan terhadap ubi jalar Indonesia merupakan salah satu peluangIndonesia untuk meningkatkan pasar ubi jalar dunia.Namun, sebagai negara produsen dan eksportir utama ubi jalar di dunia,pengusahaan ubi jalar masih terkendala oleh masalah cakupan dan bentukpengusahaan yang sebagian besar berupa perkebunan rakyat serta teknik budidaya danteknologi. Selain itu, petani ubi jalar juga dihadapkan pada masalah fluktuasi harga dan permodalan yang terbatas.Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalahmenganalisis struktur pasar ubi jalar Indonesia dan menganalisis posisi daya saing ubi jalar Indonesia di pasar internasional. Oleh karena itu, tahapan pertama dalam penelitian ini adalah menganalisisdengan Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR) untukmenggambarkan struktur dan pangsa pasar yang dimiliki oleh komoditas ubi jalar Indonesia di pasar internasional. Kemudian dilakukan analisis RevealedCompetitive Advantage (RCA) yang digunakan untuk menjelaskan kekuatan dayasaing komoditas ubi jalar Indonesia secara relatif terhadap produk sejenis darinegara lain yang juga menunjukkan posisi kompetitif Indonesia sebagai produsen ubi jalar dibandingkan dengan negara lainnya dalam pasar ubi jalar internasional. RCA ini digunakan untuk menganalisis keunggulan komparatif ubi jalar Indonesia jika dibandingkan dengan negara produsen lainnya. Tahap selanjutnya adalah melakukan pengkajian potensi, kendala danpeluang komoditas ubi jalar. Analisis situasi internal dan eksternal ini dilakukandengan pendekatan Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory)
17
mengenaikeunggulan bersaing negara-negara. Teori Berlian Porter menganalisis faktorinternal dan eksternal yang mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu negara,dalam penelitian ini berarti faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulankompetitif ubi jalar Indonesia. Untuk lebih jelasnya, akan diperlihatkan diagram alurpemikiran dari penelitian ini pada Gambar 4. Produksi Harga Ekspor
Struktur pasar ubi jalar Indonesia di pasar internasional
Pangsa pasar ubi jalar Indonesia
HI dan CR4
Nilai ekspor ubi jalar Indonesia Nilai ekspor seluruh komoditas Indonesia Nilai ekspor ubi jalar dunia Nilai ekspor seluruh komoditas dunia
Keunggulan Komparatif
RCA Daya saing ubi jalar Indonesia di pasar internasional
Faktor kondisi Faktor permintaan Industri pendukung dan terkait Strategi perusahaan, struktur, dan persaingan Peran pemerintah Peran kesempatan dan peluang
Keunggulan Kompetitif
Diamond’s Porter
Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional Keterangan:
Rekomendasi
18
= Variabel = Alat analisis = Mempengaruhi
METODE PENELITIAN Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian Penelitian ini menganalisis mengenai posisi daya saing ubi jalar Indonesia dipasar internasional mulai tahun 2001-2010. Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Februari 2013 dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2013.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yangmerupakan data deret waktu (time series) selama sepuluh tahun dari tahun 2001 sampai tahun 2010 karena dengan adanya data selama sepuluh tahun sudah dapat memberikan gambaran tentang perkembangan dari komoditas ubi jalar tersebut. Sebelum tahun 2001 ubi jalar memang telah banyak diperdagangkan tetapi kapasitasnya tidak sebanyak sepuluh tahun terakhir ini, maka diambillah data dari tahun 2001-2010. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jumlah produksi ubi jalar Indonesia dan dunia, nilaiekspor ubi jalar Indonesia, negara-negara produsen, dan eksportir ubi jalar di dunia, harga, pangsa pasar masing-masing Negara, nilai ekspor komoditas di Indonesia, dan data ekspor seluruh komoditas di dunia. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan informasi yang berkaitandengan potensi ubi jalar di Indonesia untuk kajian keunggulan kompetitif.Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Food and Agriculture Organization (FAO), Index Mundi, United Nation Department of Agriculture (USDA), dan United Nation Commodity Trade (UN Comtrade), International Trade Center (ITC), UNCTAD yangditelusuri melalui jaringan internet. Sumber informasi lainya diperoleh dari buku,artikel, jurnal, dan internet. Dalam penelitian ini juga menggunakan data-data yangberasal dari literatur dan penelitian-penelitianterdahulu. Juga terdapat data primer yang di dapatkan dari wawancara singkat mengenai kegiatan ekspor ubi jalar kepada seorang petani ubi jalar di Kecamatan Dramaga sebagai bahan tambahan informasi teknis. Untuk jelasnya, jenis dan sumber data dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini. Tabel 5 Jenis dan sumber data Jenis Data Sekunder Sumber Data Produksi ubi jalar Indonesia BPS Produksi ubi jalar dunia USDA Nilai ekspor ubi jalar
PIC Peneliti Peneliti
Waktu 12 Maret 2013 12 Maret 2013
19
Indonesia Produsen ubi jalar dunia Harga ubi jalar Pangsa pasar Negara produsen ubi jalar dunia Nilai ekspor komoditas Indonesia Ekspor komoditas dunia Informasi teknis
FAO FAO Index Mundi
Peneliti Peneliti Peneliti
12 Maret 2013 12 Maret 2013 20 Maret 2013
USDA
Peneliti
20 Maret 2013
FAO USDA Wawancara
Peneliti Peneliti Petani
20 Maret 2013 20 Maret 2013 02 Mei 2013
Metode Analisis dan Pengolahan Data Metode analisis dan pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis situasi dan kondisi faktor penentu daya saing dan faktor strategis dalam menghadapi persaingan di pasar internasional.Analisis kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan Teori Berlian Porter.Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis struktur pasar dan keunggulan komparatif ubi jalar di pasar internasional dengan metode Herfindahl Index (HI), Concentration Ratio (CR), dan Revealed Comparative Advantage (RCA).Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan software Microsoft Excel 2007. Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR) Indeks Herfindahl (juga dikenal sebagai Herfindahl–Hirschman Indeks, atau HHI) adalah ukuran dari ukuran perusahaan dalam kaitannya dengan industri dan indikator jumlah kompetisi di antara mereka.Dinamai dari ekonom Orris C. Herfindahl dan Albert O. Hirschman, adalah sebuah konsep ekonomi yang luas yang diterapkan dalam hukum persaingan, anti monopoli, dan juga manajemen teknologi.Dari analisis tingkat konsentrasi pasar akan dapatdiketahui struktur atau bentuk pasar yang dihadapi dari perdagangan komoditi ubi jalar yang pada akhirnya dapat menentukan tingkat persaingan yang dihadapi. Selain itu, analisis konsentrasi pasar dengan menggunakan Herfindahl Index danCocentration Ratio juga memperhitungkan pangsa pasar dari masingmasingnegara di dunia yang terlibat dalam perdagangan ubi jalar di pasar internasional.Pangsa pasar ubi jalar diperoleh dengan membandingkan ekspor ubi jalar suatu negaradengan total ekspor ubi jalar keseluruhan negara.Nilai Herfindahl Index merupakan hasil penjumlahan kuadrat pangsa pasartiap negara. Formula Herfindahl Index adalah sebagai berikut:2 HI = Sij12 + Sij22 + Sij32 + … + Sijn2 Dimana: Sij = pangsa pasar komoditi i (dalam hal ini adalah ubi jalar) negara j dipasar internasional 2
HERFINDAHL INDEX, AmosWEB Encyclonomic WEB*pedia, http://www.AmosWEB.com, AmosWEB LLC, 2000-2013 [29 Juli 2013].
20
n
= jumlah negara produsen ubi jalar di pasar internasional
Kisaran nilai Herfindahl Index yang diperoleh adalah antara 0 dan 1 (atau10000 yang merupakan kuadrat dari 100 persen). Jika nilai HI mendekati 0 berartistruktur pasar industri yang bersangkutan cenderung mengarah kepada pasarpersaingan (competitive market). Kemudian, jika nilai HI mendekati 1 (atau10000) maka struktur pasar industri tersebut cenderung berkonsentrasi tinggi. Sedangkan Concentration Ratio merupakan persentase dari pangsa pasar yang dimiliki oleh m perusahaan terbesar dalam industri, dimana m merupakan angka yang menunjukkan jumlah dari perusahaan, biasanya 4 atau 8 sehingga menjadi CR4 atau CR8. 3Dalam penelitian ini nilai rasio konsentrasi yangdigunakan adalah nilai CR4 yaitu empat Negara eksportir ubi jalar terbesar di dunia. CR4 dipilih karena telah dapat memberikan gambaran dan dapat menunjukkan pangsa pasar ubi jalar di dunia sehingga dapat diketahui struktur pasarnya. Empat Negara eksportir terbesar dari tahun 2001-2010 tersebut adalah Amerika Serikat, China, Indonesia, dan Israel. Pangsa pasar Negara-negara tersebut hampir selalu sama kecuali Amerika Serikat yang selalu menjadi eksportir utama dari ubi jalar didunia.Nilai rasio konsentrasi yang rendah berarti pasar ubi jalar di pasar internasional terdiri dari banyak negara produsen dengan tingkatpersaingan yang tinggi. Apabila rasio konsentrasi tinggi, maka produsen pasarcenderung didominasi oleh produsen terbesar dan pasar lebih terkonsentrasi.Rasio konsentrasi pasar dirumuskan sebagai berikut:4 CR4 = Sij1 + Sij2 + Sij3 + Sij4 Dimana: CR4 =nilai konsentrasi pasar empat produsen utama ubi jalar pasarinternasional Sij = pangsa pasar negara ke-i penghasil ubi jalar di pasar internasional
di
Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat konsentrasi pasar yang dapat dirumuskan dari nilai HerfindahlIndex dan CR4 adalah sebagai berikut: 1. Konsentrasi pasar yang rendah dicirikan dengan nilai CR4 yang berkisarantara 0-50 persen dan HI antara 0-1000. 2. Konsentrasi pasar sedang dicirikan dengan nilai CR4 antara 50-80 persendan nilai HI yang berkisar antara 1000-1800. 3. Konsentrasi pasar yang tinggi dicirikan dengan nilai CR4 yang berkisarantara 80-100 persen, sedangkan kisaran nilai HI yaitu antara 1800-10000. Revealed Comparative Advantage (RCA) Untuk menganalisis keunggulan komparatif dari komoditas tertentu di suatu Negara dapat menggunakan RCA (Revealed Comparative Advantage) yang bertujuan untuk membandingkan pangsa pasar ekspor sektor tertentu suatu Negara dengan pangsa pasar sektor tertentu negara atau produsen lainnnya serta menunjukkan daya saing industri suatu Negara. Menurut Basri (2010), tujuan 3
http://www.quickmba.com/econ/micro/indcon.shtml [20 Maret 2013] FOUR-FIRM CONCENTRATION RATIO, AmosWEB Encyclonomic http://www.AmosWEB.com, AmosWEB LLC, 2000-2013 [29 Juli 2013]. 4
WEB*pedia,
21
penggunaan indeks RCA dalam penelitian ini yaitu ingin mengetahui keunggulan komparatif ubi jalar Indonesia diantara Negara-negara lain di pasar internasional dan juga RCA dapat digunakan untuk mengukur daya saing industri suatu Negara atau perusahaan.Formula RCA dirumuskan sebagai berikut:
/∑ RCA =
∑
/∑ ∑
Dimana : ∑ ∑ ∑ ∑
= nilai ekspor komoditas ubi jalar negara j = total nilai ekspor seluruh komoditas pertanian dari negara j = total nilai ekspor dunia dari komoditas ubi jalar = total nilai ekspor dunia untuk seluruh komoditas pertanian
Apabila nilai RCA produk suatu negara lebih besar dari 1, maka Negaratersebut memiliki keunggulan komparatif atau berdaya saing kuat pada produktersebut. Apabila nilai RCA kurang dari 1, maka negara tersebut tidak memilikikeunggulan komparatif dalam produk tersebut atau mempunyai daya saing yanglemah. Semakin tinggi nilai RCA maka daya saing suatu negara akan semakinkuat (Basri, 2010). Metode Berlian Porter Menurut Michael E. Porter dalam bukunya yang berjudul The Competitive Advantage of Nation, terdapat empat atribut yang dapatmenciptakan keunggulan kompetitif suatu industri nasional, yaitu kondisi faktor(factor conditions), kondisi permintaan (demand conditions), industri pendukungdan terkait (related and supporting industry), serta strategi perusahaan, struktur,dan persaingan (firms strategy, structure, and rivalry). Keempat atribut tersebutsaling berkaitan dan berhubungan satu sama lain sehingga membentuk suatusistem yang dikenal dengan Diamond’sPorter. Selain itu, tedapat dua variabeltambahan yang secara tidak langsung mempengaruhi daya saing suatu industriatau pengusahaan suatu komoditas dalam suatu negara.Penjelasan dari keempat atribut utama dan dua atribut tambahan yangmerupakan faktor pendorong daya saing suatu negara adalah sebagai berikut: 1. Kondisi Faktor Kondisi faktor yang penting dalam menentukan daya saing yaituberupa faktor produksi atau input yang digunakan dalam produksi, sepertitenaga kerja (sumberdaya manusia), sumberdaya alam, modal, ilmupengetahuan dan teknologi, dan infrastruktur. Faktor yang menunjukkankeunggulan kompetitif suatu negara dapat dilihat dari adanya tenaga kerjayang terampil dan ketersediaan bahan mentah yang tidak dapat ditiru olehperusahaan atau negara lain. Komponen tersebut menentukan keunggulankompetitif suatu negara terutama negara berkembang karena negaraberkembang memiliki faktor produksi seperti tenaga kerja terlatih yangditunjang dengan penguasaan ilmu pengetahuan yang cukup ketersediaan bahan mentah yang dikelola dengan baik merupakan faktorproduksi yang penting dan berharga. Ketersediaan faktor tersebut jugaharus didukung oleh biaya dan modal serta aksesibitas dalam memperolehbiaya dan modal tersebut serta kondisi sarana dan prasarana (infrastruktur)yang memadai.
22
2. Kondisi Permintaan Pasar domestik yang canggih merupakan elemen penting untukmenciptakan daya saing. Keunggulan kompetitif akan tercipta ketika pasarlokal untuk produk tertentu lebih besar daripada pasar internasional danperusahaan lokal memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pasarlokal. Dengan semakin kuatnya pasar lokal maka perusahaan lokal akanmulai mengekspor produk tersebut ke pasar internasional. Selain itu,permintaan lokal yang lebih besar akan membawa keunggulan kompetitifsuatu negara. Pasar lokal yang kuat dapat membantu perusahaan lokaldalam mengantisipasi perubahan global (global trends) dalam persainganyang kompetitif. Aspek yang mempengaruhi kondisi permintaan dapatdilihat dari mutu dan juga selera pembeli yang tinggi. 3. Industri Terkait dan Industri Pendukung Ketika industri pendukung mampu bersaing secara kompetitif,perusahaan dapat menikmati biaya dengan lebih efektif dan input yanginovatif. Salah satu komponen industri terkait adalah industri hulu yangmampu memasok input bagi industri utama dan juga industri hilir yaituindustri yang menggunakan produk industri utama sebagai bahan bakunya.Industri terkait dan pendukung akan semakin memperkuat posisi bersaingsuatu negara apabila supplier dan industri pendukung merupakan pesaingglobal yang kuat dalam perdagangan internasional. 4. Struktur, Persaingan dan Strategi. Kondisi lokal dapat mempengaruhi strategi perusahaan yangberbeda-beda pada setiap negara. Contohnya, Jerman mempunyai strukturhierarki manajemen yang berlatar belakang teknik sementara Italiamempunyai struktur yang lebih kecil dan bersifat kekeluargaan. Strategi,persaingan, dan struktur dapat menentukan tipe industri perusahaan suatunegara. Tingkat persaingan bagi perusahaan akan mendorong kompetisidan inovasi. Keberadaan pesaing lokal yang handal merupakan penggerakdan memberikan tekanan pada perusahaan lain untuk meningkatkan dayasaing. Struktur perusahaan atau industri menentukan daya saing dengancara melakukan perbaikan atau inovasi. Hal ini jika dikembangkan dalamsituasi persaingan akan berpengaruh pada strategi yang dijalankan olehperusahaan. 5. Peran Pemerintah Peran pemerintah sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadappeningkatan daya saing tetapi berpengaruh terhadap faktor-faktor penentudaya saing tersebut. Pemerintah dapat bertindak sebagai fasilitator yaitumemfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisifaktor daya saing. Pemerintah juga dapat berperan sebagai regulatordimana pemerintah dapat mempengaruhi tingkat daya saing global melaluikebijakan yang memperlemah atau memperkuat faktor penentu daya saingindustri, tetapi pemerintah tidak dapat menciptakan keunggulan bersaingsecara langsung. 6. Peran Kesempatan atau Peluang Peran kesempatan atau peluang juga dapat mempengaruhi tingkatdaya saing karena berada di luar kendali perusahaan ataupun pemerintah.Beberapa hal yang dianggap keberuntungan merupakan peran kesempatan,seperti adanya penemuan baru yang murni dan perubahan nilai mata uang.Selain itu, terjadinya peningkatan permintaan produk industri yang lebihbesar dari pasokannya atau kondisi politik yang menguntungkan bagipeningkatan daya saing. Salah satu
23
peran kesempatan yang sangat berpengaruh adalah kurs atau nilai mata uang. Dalam perdagangan internasional nilai kurs merupakan faktor yang dapat mempengaruhi daya saing suatu komoditas yang dijelaskan pada gambar 5 dibawah ini. Kurs
e2 e1
Nx2
Nx1
Ekspor netto
Gambar 5 Hubungan antara kurs dan ekspor netto Sumber : Mankiw (2008) Dalam perdagangan internasional, kurs atau mata uang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ekspor suatu komoditas. Dalam gambar 5 dapat dijelaskan bahwa jika kurs mata uang suatu Negara mengalami apresiasi maka akan menyebabkan ekspor Negara tersebut akan mengalami penurunan karena harga ekspor Negara tersebut akan menjadi lebih mahal diluar negeri.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Ubi Jalar Indonesia Ubi jalar merupakan salah satu komoditas yang potensial untuk dikembangkan dan memiliki potensi untuk pembangunan perekonomian nasional seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sampai saat ini terdapat bermacammacam jenis ubi jalar yang banyak dikembangkan dan juga yang dibudidayakan di Indonesia. Ubi jalar telah berhasil dibudidayakan dan diperdagangkan secara luas dan dalam jumlah besar sebagai bahan makanan pokok ataupun bahan baku untuk sektor industri. Potensi pengembangan budidaya ubi jalar tersebut relatif tersebar di seluruh Indonesiadan memiliki pertumbuhan yang baik di seluruh wilayah Indonesia karena didukung oleh keadaan iklim dan geografis Indonesia yang sesuai untuk pertumbuhan ubi jalar. Daerah penyebaran ubi jalarterbesar di Indonesia dapat secara lengkap diperhatikan pada Tabel 6. Pada tabel 6 dapat diketahui bahwa Propinsi Jawa Barat memiliki total produksi paling besar di Indonesia dengan besar 429 378 ton yang diikuti dengan Propinsi Papua, Jawa Timur, Sumetera Utara. Untuk Propinsi Papua sendiri memiliki luas tanam yang paling tinngi sebesar 34 414 hektar tetapi produksinya belum maksimal sehingga menyebabkan produktivitasnya juga masih lebih rendah dibandingkan dengan beberapa Propinsi di Indonesia.
24
Tabel 6 Sebaran propinsi sentra produksi ubi jalar Indonesia tahun 2011 Propinsi Jawa Barat Papua Jawa Timur Sumatera Utara Jawa Tengah NTT Sumatera Barat Bali Sulawesi Selatan Sulawesi Utara
Luas tanam (Ha) 27 931 34 413 14 177 15 466 8 046 15 781 4 348 5 982 6 266 5 119
Luas panen (Ha) 27 931 34 413 14 177 15 466 8 046 15 781 4 348 5 982 5 391 4 736
Produktivitas (Ku/Ha) 153.73 101.25 153.45 123.56 196.34 82.21 225.67 116.23 124.18 97.69
Produksi (Ton) 429 378 348 438 217 545 191 104 157 972 129 728 98 120 69 528 66 946 46 266
Sumber: P2HP, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2013
Peluang pengembangan komoditas ubi jalar sampai saat ini masih sangat terbuka luas. Pada konteks perdagangan internasional, posisi dagang Indonesia di pasar Internasional semakin baik, bahkan Indonesia telah menjadi salah satu eksportir terbesar ubi jalar berdasarkan data FAO (2013). Indonesia juga telah mampu bersaing untuk memperebutkan pangsa pasar ubi jalar dunia. Sebagai salah satu penghasil ubi jalar dunia, pola perdagangan komoditi ubi jalar Indonesia cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Volume perdagangan ubi jalar tahun 2001-2010 didominasi oleh produk segar sebagai bahan baku industri pengolahan. Perkembangan ekspor ubi jalar Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2. Kondisi demand yang sama juga berlaku untuk komoditi ubi jalar. Terjadi peningkatan demand yang cukup baik dimanfaatkan sebagai tambahan pendapatan negara. Berdasarkan kecenderungan ekspor dan impor produk ubi jalar selama periode 2001-2010, pasar dunia untuk produk ubi jalar segarrelatif meningkat setiap tahun. Peningkatan permintaan komoditi ubi jalar tersebut dikarenakan semakin banyaknya Negara importir ubi jalar yang produksi dalam negerinya tidak dapat mencukupi permintaan dalam negeri Negara importir tersebut. Salah satu faktor terbesar yang menyebabkan hal tersebut adalah faktor iklim dan keadaan geografis yang kurang mendukung perkembangan dan pertumbuhan ubi jalar. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa permintan ubi jalar dunia semakin meningkat dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2003 yang sempat mengalami penurunan permintaan komoditi ubi jalar. Tabel 7 Jumlah dan nilai impor ubi jalar dunia tahun 2001-2010 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Quantity (Tonnes) 83 522 103 999 94 760 118 840 145 148 154 464 179 053
Value (1000 US$) 41 300 48 360 61 807 85 133 99 840 120 498 140 539
25
2008 2009 2010 Sumber: FAO, 2013
210 267 221 257 249 591
146 988 149 997 175 328
Melihat potensi produksi dan permintaan yang semakin positif, dapat digambarkanbahwa komoditi ubi jalar merupakan salah satu komoditi tanaman potensial untuk dapat menggerakkan perekonomian Indonesia melalui sektor pertanian tanaman pangan. Dukungan potensi Indonesia dapat menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen ubi jalar dunia, juga dapat menjadikan ubi jalar sebagai salah satu sumber devisa yang patut dikembangkan. Oleh karena itu perlu dikembangkan penelitian ataupun kajian ubi jalar, baik dalam bidang produksi, budidaya, kualitas, ataupun posisi dagang Indonesia di pasar internasional yang berujung pada kemampuan Indonesia dalam bersaing dan memperebutkan pangsa pasar dunia.
Struktur Pasar dan Persaingan Ubi Jalar di Pasar Internasional Struktur pasar ubi jalardi pasar internasional dapat diketahui dengan menggunakan Herfindahl Index. Dimana Herfindahl Index merupakan penjumlahan kuadrat dari pangsa pasar ubi jalar di masing-masing Negara didunia. Pangsa pasar ubi jalar suatu Negara didapatkan dari perbandingan ekspor ubi jalar suatu Negara dengan total ekspor ubi jalar dunia. Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa Amerika menguasai pangsa pasar ubi jalar terbesar didunia selama sepuluh tahun dengan rata-rata sebesar 29.7 persen diikuti oleh China 15.3 persen, Indonesia 8.0 persen, Israel 7.3 persen, dan Republik Dominika 6.7 persen.
Gambar 6 Rata-rata pangsa pasar ubi jalar 10 negara terbesar 2001-2010 Dari hasil analisis didapatkan nilai rata-rata Herfindahl Index sebesar 1 457.92 (Tabel 8). Nilai Herfindahl Index ubi jalar dunia selama 2001-2010 berada diantara 1 110.80-2 231.99yang menunjukkan bahwa komoditas ubi jalar di pasar internasional cenderung mengarah pada konsentrasi pasar yang sedang kecuali
26
pada tahun 2010 yang konsentrasi pasarnya mulai tinggi yaitu berada pada angka 2 231.99. Tabel 8 Hasil analisis Herfindahl Index dan Concentration Ratio komoditas ubi jalar di pasar internasional tahun 2001-2010 Tahun 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Negara United States of America China Indonesia Israel United States of America China Indonesia Israel United States of America China Indonesia Israel United States of America China Indonesia Israel United States of America China Indonesia Israel United States of America China Indonesia Israel United States of America China Indonesia Israel United States of America China Indonesia Israel United States of America China Indonesia Israel United States of America China
CR4
HI
∑ eksportir
56.59
1173.14
57
60.94
1264.84
64
60.73
1337.40
71
72.38
1572.02
70
63.82
1351.16
68
63.87
1366.46
71
51.04
1110.80
80
57.65
1517.64
69
54.36
1653.77
73
61.60
2231.99
77
27
Indonesia Israel Rata-rata
60.30
1457.92
70
Struktur pasar komoditas ubi jalar di pasar internasional juga dapat dianalisisdengan menggunakan analisis konsentrasi pasar (Concentration Ratio). Strukturpasar ubi jalar dunia dalam penelitian ini menggunakan analisis CR4 dengan melihatpangsa pasar dari empat negara eksportir terbesar ubi jalar dilihat hasil analisis konsentrasi pasar dari empatnegara produsen terbesar ubi jalar di dunia. Selama periode 2001-2010, rata-rata nilaiCR4 yang diperoleh adalah sebesar 60.30 persen. Dari hasil nilai CR4 dapatdiketahui bahwa konsentrasi pasar ubi jalar dunia adalah berupa konsentrasi pasar yang sedangdimana rasio konsentrasi dari empat produsen terbesar memiliki nilai CR4 yanglebih dari dari 40 persen. Dari hasil analisis Herfindahl Index dan Concentration Ratio dapat diambilkesimpulan bahwa struktur pasar ubi jalar di pasar internasional merupakan strukturpasar dengan konsentrasi pasar yang sedang. Hal ini berarti dalam pasar ubi jalar dunia tidak ada negara yang dominan dimana empat negara eksportir utamaubi jalar tidak mempunyai kekuatan untuk mengambil keputusan dalam harga. Dalam konsentrasi pasar yang sedang posisi Indonesia masih sebagai price taker. Posisi ini menyebabkan Indonesia tidak dapat mengambil keputusan yangberkaitan dengan hargatanpa terlebih dahulu mengacu kepadamarket leader atau kepada pesaingpesaing lainnya. Unsur struktur pasar yang lain dapat dilihat dari rintangan atau hambatandalam memasuki pasar dari sisi produsen dan sisi konsumen. Dari sisi produsen sebenarnya tidak ada batasan dalam memproduksi ubi jalar disetiap Negara seperti halnya Negara produsen lain yang memiliki iklim dan kondisi geografis yang optimal bagi pertumbuhan ubi jalar, hanya saja faktor alam tersebut merupakan salah satu hal yang menyebabkan keterbatasan bagi Negara lain dalam melakukan produksi. Namun berbeda dalam melakukan ekspor yakni tidak ada batasan yang berarti, bahkan Negara-negara yang bukan merupakan Negara produsen ubi jalar dapat melakukan kegiatan ekspor ke Negara lain dalam jumlah yang sangat besar bahkan dapat menguasai pangsa pasar yang besar seperti Amerika Serikat, Israel, Republik Dominika, Perancis, dan Netherlands. Hal tersebut membuktikan bahwa tidak ada hambatan untuk menjadi supplier ubi jalar ke pasar dunia. Sementara itu, dari sisi konsumen tidak ada rintangan untuk melakukan kegiatan impor ubi jalar. Biasanya kebijakan pemerintah dari masingmasing Negara importir lah yang berlaku. Tetapi pada umumnya tidak ada larangan yang berarti dari kegiatan impor ubi jalar disetiap Negara karena komoditas ubi jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan dan memiliki nilai jual yang tinggi.
Analisis Keunggulan Komparatif Ubi Jalar Indonesia Daya saing ubi jalar Indonesia dapat diukur dari keunggulan komparatifnya. Keunggulan komparatif ubi jalar Indonesia dapat dianalisis dengan menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA) yang bertujuan untuk membandingkan posisi daya saing Indonesia dengan Negara eksportir
28
lainnya pada komoditas ubi jalar di pasar internasional.Jika RCA bernilai lebih dari satu maka menunjukkan bahwa suatu Negara memiliki keunggulan komparatif dalam suatu komoditas dan memiliki daya saing kuat begitu pula sebaliknya dan jika RCA sama dengan satu berarti daya saing komoditas tersebut sama dengan Negara lain yang terlibat dalam kegiatan ekspor suatu komoditas. Perhitungan RCA dilakukan dengan cara membandingkan ekspor suatu komoditas negara tertentudengan total ekspor pertanian negara tersebut, maka negara yang jumlahekspornya relatif sama dengan negara lain namun total ekspornya lebih besar akanmempunyai RCA yang lebih kecil. Oleh karena itu sangat penting untuk melihatpangsa pasar komoditas suatu negara untuk menunjukkan kuat lemahnya daya saing suatu Negara. Dalam pengukuran RCA, negara-negara yang diperbandingkan dengan Indonesia adalah tiga negara eksportir terbesar yang menguasai pangsa pasar ubi jalar dunia yaitu Amerika Serikat, China, dan Israel. Tabel 9
Hasil analisis RCA komoditas ubi jalar empat Negara di pasar internasional tahun 2001-2010
Countries
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
USA
2.67
2.80
3.30
3.28
3.32
3.74
3.51
3.84
4.00
4.23
China
4.96
3.42
3.79
5.59
4.30
2.21
1.55
2.54
2.37
1.82
Indonesia
3.79
5.64
4.88
4.90
3.56
3.73
2.85
2.31
2.09
1.34
Israel
57.32
44.50
36.27
67.91
71.39
65.34
55.04
43.65
21.58
14.16
Berdasarkan perhitungan Indeks RCA pada Tabel 9, diperoleh hasil bahwaselama periode 2001-2010 Indonesia memiliki daya saing yang kuat (Indeks RCAIndonesia lebih dari satu). Hal ini berarti bahwa Indonesia memiliki keunggulankomparatif pada komoditas ubi jalar. Pada tahun 2003-2010, ubi jalar Indonesia mempunyai nilaiIndeks RCA yang relatifsemakin menurun. Hal ini dikarenakan pada tahun-tahun tersebut terjadipenurunan pangsa pasar ekspor ubi jalar Indonesia (Tabel 10) dan semakin kuatnyapersaingan yang ditandai dengan peningkatan pangsa pasar negara eksportir ubi jalarlainnya seperti Amerika, China, dan Israel. Pangsa pasarIndonesia tertinggi diperoleh pada tahun2002 yaitu sebesar 14.50. Tabel 10 Pangsa pasar empat negara eksportir ubi jalar terbesar dunia tahun 2001-2010 (%) Countries
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
USA
24.64
26.10
28.51
25.87
25.49
28.69
26.77
32.46
34.58
44.05
China
14.05
11.37
14.77
24.15
21.11
16.24
10.58
14.69
13.52
12.40
Indonesia
9.15
14.50
11.30
10.49
8.67
8.26
5.54
5.07
3.70
3.41
Israel
8.75
8.97
6.14
11.86
8.55
10.68
8.15
5.43
2.56
1.73
x 29.7 15.3 8.0 7.3
Apabila dibandingkan dengan negara produsen lainnya maka Indonesia menempati peringkat ketiga setelah USA dan China. Indeks RCA USA mengalamipeningkatan tajam pada tahun 2010 hingga mencapai 4.23. Peningkatantersebut terkait dengan peningkatan pangsa pasar ekspor ubi jalar USAsebesar 44.05. Sedangkan untuk Negara China nilai indeks RCA
29
berfluktuatif tetapi mengarah pada penurunan yang dikarenakan menurunnya pangsa pasar ubi jalar China karena sebagian besar produksi ubi jalar digunakan untuk memenuhi pasar domestik Negara China tersebut. Berbeda halnya dengan Negara Israel yang memiliki indeks RCA tinggi antara 14.16 hingga 71.39. Hal tersebut dipengaruhi oleh total nilai ekspor Negara Israel yang lebih kecil dibandingkan dengan empat Negara lainnya yang memiliki nilai total ekspor yang lebih besar sehingga nilai indeks RCAnya lebih tinggi. Indeks RCA Indonesia memperlihatkan bahwa Indonesia memiliki dayasaing yang kuat untuk komoditas ubi jalar karena bernilai lebih dari satu. Dilihat dari nilai RCA dari tahun 2001-2010 menunjukkan bahwa terdapat trend penurunan nilai RCA dari tahun 2002 sebesar 5.64 menjadi 1.34 pada taun 2010. Hal tersebut sesuai dengan adanya penurunan volume ekspor ubi jalar Indonesia sehinga menyebabkan nilai RCA nya juga ikut menurun walaupun sejak tahun 2001-2010 penguasaan pasarIndonesia untuk ubi jalar cukup besar yaitu rata-rata sebesar 8.0 persen (Tabel 12). Penurunan volume ekspor ubi jalar dikarenakan adanya peningkatan permintaan dalam negeri sebagai bahan baku utama industri dalam negeri seperti produk tepung ubi jalar ataupun makanan lainnya. Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir dengan penguasaan terbesarketiga di dunia.Meskipun demikian, hasilpengukuran daya saing menggunakan RCA tidak dapat dijadikan patokan khususuntuk mengukur daya saing, karena masih banyak faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi keunggulan daya saing suatu negara yaitu dengan menggunakanModel Berlian daya saing internasional dari Michael Porter.
Analisis Keunggulan Kompetitif Ubi Jalar Indonesia Keunggulan kompetitif berguna dalam menjelaskan permasalahan dalam perdagangan ubi jalar Indonesia yang tidak dapat dijelaskan oleh model keunggulan komparatif. Analisis Teori Berlian Porter merupakan salah satu alat analisis untukmenilai daya saing komoditi ubi jalar Indonesia di pasar internasional. Teori inimembantu dan menganalisis faktor-faktor internal serta eksternal dalam industripengusahaan ubi jalar Indonesia. Menurut teori ini, terdapat empat kondisi faktorpenentu daya saing internasional, yaitu kondisi faktor sumberdaya, kondisipermintaan, eksistensi industri terkait dan pendukung, kondisi struktur, persaingandan strategi perusahaan dalam negeri. Sebagai tambahan terdapat dua variabel luaryaitu peranan pemerintah dan peluang. 1. Kondisi Faktor (Sumberdaya) Kondisi faktor merupakan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap tingkat daya saing suatu komoditi atau produk yang diperdagangkan. Kondisi faktor yaitu kondisi faktor-faktor produksi yang menjadi input dalam suatu industri yang terdiri dari sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya modal, dan infrastruktur. Semakin tinggi kualitas input, maka semakin besar peluang industri dan negara untuk meningkatkan daya saingnya.Seluruhkomponen sumberdaya tersebut saling berkaitan dan memiliki peran yang sangatpenting dalam menentukan proses pengembangan dan keberhasilan pengusahaan ubi jalar yang pada akhirnya dapat dijadikan acuan dalam mengukur daya saing ubi jalar Indonesia di pasar internasional.
30
a. Sumberdaya Alam Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat kaya terutama untuk sumberdaya alam hayati. Antara tahun 2001-2010 Indonesia merupakan salah satu produsen dan eksportir utama ubi jalar di dunia. Hal tersebut dapat diartikan bahwa potensi ubi jalar Indonesia cukup besar untuk dikembangkan walaupun produksinya masih jauh di bawah China sebagai produsen utama ubi jalar. Sumberdaya alam dalam pengusahaan ubi jalar dapat dilihatdari ketersediaan sumber daya lahan yang digunakan untuk pengembangantanaman ubi jalar dan juga kondisi iklim dan geografis yang sesuai untuk pengusahaan ubi jalar. Areal pengembangan ubi jalarpada tahun 2010 mencapai 181 073 hektar dengan produksi sebesar2 051 046 ton. Pengusahaan ubi jalar di Indonesia paling banyak terdapat di propinsi Jawa Barat dan Papua dengan luas areal sebesar 30 073hektar dan 34 670hektar pada tahun 2010 dengan produksi sebesar 430 998 Ton dan 349 134Ton (BPS, 2013). Tabel 11 Luas areal dan produksi ubi jalar Indonesia dan tiga propinsi terbesar menurut pengusahaan tahun 2010 Wilayah Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Indonesia 181 073 2051046.12 Jawa Barat 30073 430998.00 34670 349134.00 Papua Sumatera Utara 14874 179388.00 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 (diolah)
Jenis tanaman ubi jalar yang ada di Indonesia cukup beragam. Varietas atau kultivar ubi jalar yang umumnyaditanam dan diusahakan yaitu Daya, Prambanan, Borobudur, Mendut, dan Kalasan. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa keunggulan yang dimilikisumberdaya ubi jalar Indonesia merupakan salah satu peluang dalam meningkatkanekspor dan produksi ubi jalar Indonesia sehingga mampu menyaingi Negara eksportir lain dan dapat memperluas pangsa pasar ubi jalar di pasar dunia. b. Sumberdaya Manusia Jumlah penduduk Indonesia sangat besar. Dari jumlah ini proporsi pekerjaan sebagai petani adalah yang terbesar, dengan ini tentunya Indonesia memiliki keunggulan dalam jumlah tenaga kerja. Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor sumberdaya yangsangat penting dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan pengusahaanserta daya saing ubi jalar Indonesia di pasar internasional. Sumberdaya manusiamerupakan faktor penggerak dalam menjalankan aktivitas dan sumberdayalainnya dalam pengusahaan ubi jalar. Pada pengusahaan ubi jalar, peran sumberdayamanusia dapat dilihat dari ketersediaan dan jumlah penyerapan tenaga kerja, sertakualitas tenaga kerja yang mendukung pengusahaan ubi jalar tersebut. Komoditas ubi jalar merupakan salah satu komoditas subsektor tanaman pangan yang cukupbanyak menyerap tenaga kerja. Hal ini mengingat sebagian besar sektor pertanian di Indonesia terdiri dari tanaman pangan. Berdasarkan datapada tahun 2010 jumlah petani dan tenaga kerja yangdiserap oleh subsektor tanaman padi dan palawija sebesar 25 880 411 juta jiwapaling tinggi dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja di subsektor lainnya.
31
Tabel 12 Penduduk berumur 15 tahun keatas menurut wilayah dan lapangan usaha utama tahun 2010 Subsektor Jumlah (jiwa) Pertanian tanaman padi dan palawija 25880411 Hortikultura 2289105 Perkebunan 9885243 Perikanan 1945786 Peternakan 2113698 Kehutanan 385462 Sumber: Data Sensus Penduduk 2010 – BPS, 2013
Banyaknya jumlah petani pada subsektor tanaman pangan belumsepenuhnya ditunjang dengan kualitas sumberdaya manusia yang baik. Kualitastenaga kerja yang dibutuhkan dalam pengusahaan ubi jalar ditentukan olehkemampuan petani dalam menerapkan dan memanfaatkan teknologi serta teknikpenanaman yang baik. Menurut keterangan dari salah satu petani ubi jalar di Kabupaten Dramaga Bapak Ahmad Bastari menyatakan bahwa dalam halpenggunaan dan penerapan teknologi pada pengusahaan ubi jalar sudah cukup baikyang ditandai dengan adanya pelatihan dan penyuluhan yang sudah diberikan olehDepartemen Pertanian dan pengalaman pihak keluarga yang diturunkan secara turun temurun. Sebagian besar petani ubi jalar pun telahmemanfaatkan dan melaksanakan secara maksimal terutama dalam hal seleksibenih dan penggunaan bibit unggul. Akan tetapi sebagian besar petanimengelola usahatani ubi jalar masih secara tradisional yang sangat terkait denganketerbatasan permodalan petani. Selain petani, sumberdaya manusia lainnya yang dapat mendukung danterlibat dalam pengusahaan serta perdagangan ubi jalar antara lain pedagang daneksportir. Pedagang dalam hal ini lebih tepatnya pedagang pengumpul yangberperan menyalurkan ubi jalar hingga sampai ke eksportir dimana pedagangpengumpul ini terdapat di kecamatan dan kabupaten serta propinsi. Sementara itu,eksportir berperan sebagai penyampai komoditas ubi jalar ke konsumen yang berada diluar daerah produsen. Tataniaga atau alur distribusi dan pemasaran dari ubi jalar dapat dilihat pada gambar berikut:
32
Sentra Usaha Tani
Pengumpul Desa
Konsumen
Pengumpul Kecamatan / Bandar Perantara
Pedagang Besar Kabupaten/Propinsi
Pedagang Pengecer/ Agen Pedagang Besar
Pengolah Ubi Jalar
Eksportir Ubi Jalar
Gambar 7 Alur distribusi dan pemasaran ubi jalar Sumber: P2HP, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2013
c. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan danTeknologi Indonesia memiliki varietas-varietas unggul ubi jalar yang telah digunakan diberbagai daerah penghasil ubi jalar. Beberapa varietas unggul dari ubi jalar yaitu ubi cilembu yang hanya terdapat di daerah Cilembu, jenis Prambanan, Mendut, Borobudur, Kalasan, dan Daya. Selain itu Balitkabi sebagai lembaga penelitian kacang-kacangan dan umbi-umbian di Indonesia telah melakukan penelitian tentang varietas unggul ubi jalar lainnya yaitu seperti varietas Beta 1, Beta 2, Kidal, Sari, Sawentar, Sukuh, dan Papua Solossa.
33
Selain dalam benih, teknologi pengolahan pascapanen produk ubi jalar juga sudah mulai berkembang. Hal ini terlihat dalam produk diversifikasi ubi jalaryang ada, diantaranya yaitu tepung ubi jalar, pasta ubi jalar, es krim, chip, ataupun sebagai bahan dasar produk olahanmakanan lainnya. Pada umumnya penanganan pascapanen ubi jalarmasih dikerjakan secara tradisional menggunakan alat-alat yang sederhana dikarenakan usaha atau industri yang ada masih berskala rumah tangga. Untuk industri yang telah menggunakan alat-alat atau mesin yang lebih modern seperti industri pasta ubi jalar di Kabupaten Kuningan, dan industri tepung ubi jalar di Kecamatan Dramaga tentunya akan dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia diperkirakanberjumlah lebih dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang diidentifikasi oleh parapeneliti. Lembaga penelitian yang menangani ubi jalar, antara lain: InternationalPotato Centre (IPC) dan Centro International de La Papa (CIP). Di Indonesia,penelitian dan pengembangan ubi jalar ditangani oleh Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan atau Balai Penelitian Kacang-Kacangan danUmbi-Umbian (Balitkabi), Departemen Pertanian.Sumber IPTEK lainnya dapat berasal dari perguruantinggi, media, dan jurnal-jurnal penelitian melalui penelitian mengenai ilmupengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan budidaya ataupun aspek sosialekonomi. Dalam hal basis data peranan lembaga statistik seperti Badan PusatStatistik (BPS) Indonesia dan Departemen Pertanian khususnya tanaman pangan juga penting dandibutuhkan dalam mengolah data statistik komoditas ubi jalar. Salah satu peran perguruan tinggi yang dilakukan yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB) yang telah melakukan penelitian dan bantuan kepada para petani dan industri komoditas ubi jalar diwilayah lingkar kampus IPB Dramaga. Beberapa bantuan yang dilakukan yaitu membantu para petani ubi jalar dalam hal penelitian hama lanas. Sedangkan untuk industri tepung ubi jalar sendiri IPB memberikan bantuan berupa mesin penggilingan, kemasan dan desain kemasan, dan juga masalah pelabelan (merk, halal, informasi kemasan) sehingga produk tepung ubi jalar yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. d. Sumberdaya Modal Usaha budidaya ubi jalarberupa pertanian rakyat berskala kecil dan tersebar serta keterbatasannya dalam hal penyediakan agunan mengakibatkan perbankan kurang berminat untukmembangun jaringan hingga ke pelosok-pelosok desa, sehingga proporsi alokasidan tingkat penyerapan pembiayaan usaha kecil di bidang pertanianpada umumnya dan ubi jalar pada khususnya relatif rendah,termasuk yang dibiayai dari kredit program. Di sisi lain, kelembagaan kelompokusaha tani yang belum solid serta tingkat pendidikan petani yang rendah jugamerupakan faktor pembatas dalam menyusun proposal/rencana usaha danmengelola administrasi keuangan yang merupakan prasyarat dalam pengajuanpinjaman ke perbankan. Di samping itu, diperlukan upayapendampingan dan penguatan kelembagaan usaha kelompok tani, peningkatankemampuan dalam menyusun rencana usaha dan manajemen pengelolaankeuangan serta penumbuhan, pengembangan kelembagaan keuangan mikropedesaan, pengembangan Koperasi Unit Desa maupun koperasi khusus pertaniandi perdesaan.
34
Modal merupakan salah satu faktor penting dalam pengusahaan komoditas ubi jalar untuk menjamin keberlangsungan usahatani ubi jalar. Namun, saat ini bagisebagian besar petani ubi jalar di Indonesia, permodalan merupakan salah satu yangmenjadi permasalahan dan kendala dalam pengembangan pengusahaan ubi jalar.Menurut Bapak Ahmad Bastari, modal usaha yang dimilikipetani untuk melakukan budidaya secara baku teknis masih terbatas dimana belumadanya skim kredit khusus untuk pembiayaan usaha ubi jalar terutama masih kecilnyaperan pihak perbankan sebagai penyedia kredit dan memberikan bantuan modal. Pada umumnya lembaga permodalan seperti bank enggan memberikanmodal karena menganggap bahwa para petani yang meminjam modal pada banktidak mempunyai keinginan yang kuat untuk segera mengembalikan modal yangdiberikan tepat waktu. Penyebab lain yaitu mengenai sifat dasar produk pertanianberupa barang yang hasil produksinya tidak pasti atau tergantung pada keadaanalam. Selain itu, terdapat keengganan dari petani untuk meminjam pada lembagaperbankan karena rumitnya prosedur yang harus ditempuh. Hal ini menjadi alasanbagi sebagian besar lembaga permodalan untuk tidak memberikan bantuan modalkarena takut modal yang diberikan tidak dapat kembali dalam jangka waktu yangsudah ditetapkan atau dikembalikan dalam jangka waktu yang lama. Di Kecamatan Dramaga sebagai sentra penghasil ubi jalar di Kabupaten Bogor Bapak Ahmad menerangkan bahwa banyak petani ubi jalar yang meminjam uang sebagai modal bertani kepada kelompok-kelompok tani karena sebagian besar petani ubi jalar masuk kedalam anggota kelompok tani. Besarnya tidak menentu sesuai dengan kebutuhan para petani hanya saja sistem pembayarannya ada yang setiap bulan ataupun menunggu hasil panen ubi jalar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek permodalan belummampu mendukung peningkatan daya saing ubi jalar Indonesia di pasar internasional.Oleh karena itu, diperlukan keseriusan pemerintah dan pihak-pihak terkait yang dapat menjadikan aliran modal untuk pengembangan usaha perkebunan ubi jalar yangterhambat dapat menjadi lebih baik, sehingga para petani dapatmenjadi lebih produktif. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi dan daya saing komoditas ubi jalar nasional di pasar internasional. e. Sumberdaya Infrastruktur Komoditas ubi jalar sebagian besar berasal dari petani kecil dengan fasilitas infrastruktur yang masih sedehana. Dalam pengolahan ubi jalar, teknologi yang lebih modern memang sudah tersedia namun tidak terjangkau oleh petani sehingga petani lebih memilih untuk menjual ubi jalar dalam bentuk segar. Mekanisme pemasaran ubi jalar melibatkan beberapa pihak yang meliputi produsen, distributor, dan konsumen. Petani tidak berhubungan langsung dengan eksportir dalam memasarkan ubi jalar melainkan melalui tengkulak atau agen yang merupakan wakil dari pedagang pengumpul karena kebiasaan pedagang yang sangat jarang menemui petani secara langsung. Sumberdaya infrastruktur meliputisarana dan prasarana yang digunakan dalam pengusahaan ubi jalar. Ketersediaansarana dan prasarana yang baik dapat meningkatkan daya saing ubi jalar Indonesia.Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam budidaya dan pemasaran ubi jalar antaralain sarana dan prasarana pembenihan, penanganan pasca panen, jalan dan sarana transportasi, pelabuhan, dantelekomunikasi. Sarana jalan dan transportasi dinilai masih sangat
35
kurang memadai karena sebagian besar petani berada di daerah pedesaan sehingga akses jalan maupun jembatan masih sangat kurang layak. Jalan yang masih berupa tanah seringkali mudah becek jika terkena hujan akibat drainase yang kurang baik dan juga ukurannya yang sebesar jalan setapak sehingga hanya dapat dilalui oleh mobil kecil. Jaringan jalan produksi dan usahatani dari dan ke sentraproduksi ubi jalar masih sangat terbatas, sehingga belum dapat berfungsi untukkeluar-masuk alat dan mesin pertanian untuk membawa sarana produksi maupunmemasarkan hasil pertanian secara efisien.Sedangkan saranatelekomunikasi berfungsi dalam menyampaikan informasi dan perkembanganperdagangan ubi jalar terutama informasi harga. Untuk mengetahui perkembanganharga tersebut digunakan berbagai sarana seperti internet, radio, dan surat kabar. 2. Kondisi Permintaan Permintaan memiliki peran yang sangat vital dalam setiap industri. Permintaan menciptakan pasar. Permintaan terdiri dari permintaan domestik dan permintaanekspor. Keduanya memiliki peran yang besar. Dengan adanya permintaan yang besar berarti pasar dari industri akan besar, namun untuk memenuhi permintaan tersebut, industri harus meningkatkan kualitas produk dan melakukan inovasi sesuai dengan permintaan yang diharapkan.Kondisi permintaan ubi jalar baik permintaan domestik dan luar negeri jugamerupakan salah satu aspek yang sangat menentukan daya saing ubi jalar Indonesia dipasar dunia. Di Indonesia sendiri ketersediaan ubi jalar masih berfluktuatif mulai 1.7 juta ton hingga mencapai angka 2 juta ton ditahun 2009 dan 2010 seperti yang terlihat dalam tabel 13. Tabel 13 Ketersediaan ubi jalar tahun 2001-2010 Ketersediaan Tahun Industri Pakan Konsumsi 2001 1 595 455 43 727 34 981 2002 1 514 754 44 291 35 433 2003 1 702 713 49 787 39 830 2004 1 626 041 47 545 38 036 2005 1 587 709 46 424 37 139 2006 1 585 373 46 356 37 085 2007 1 613 259 47 171 37 737 2008 1 608 906 47 044 37 635 2009 1 759 516 51 448 41 158 2010 1 761 046 50 000 40 000 Rata2 1 625 477 47 379.3 37 903.4
Tercecer
Jumlah
174 907 177 164 199 148 190 180 185 697 185 424 188 685 188 176 205 791 200 000 189 517
1 749 070 1 771 642 1 991 478 1 901 802 1 856 969 1854238 1886852 1881761 2057913 2051046 1 900 277
Sumber: P2HP, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2013
a. Kondisi Permintaan Domestik Perdagangan ubi jalar Indonesia umumnya lebih berorientasi ekspordaripada untuk konsumsi domestik. Permintaan domestik ubi jalar Indonesia dapatdilihat dari besarnya konsumsi ubi jalar 5 hanyasebesar2.8kilogram/tahun/kapita .Kebutuhan ubi jalar di pasar domestik biasanya digunakan sebagai bahan baku produk olahan makanan seperti chip, 5
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/08.pdf [28 Maret 2013]
36
panganan tradisional, es krim, bakpao, dll. Ada juga beberapa industri roti yang menggunakan tepung ubi jalar sebagai substitusi dari tepung terigu. Saat ini memang mulai banyak inovasi makanan yang berbahan dasar ubi jalar. Dengan banyaknya inovasi tersebut memungkinkan adanya peningkatan permintaan akan ubi jalar di pasar dalam negeri.Tingkat permintaan masyarakat Indonesia terhadap ubi jalar juga akandipengaruhi oleh harga ubi jalar yang terbentuk di pasar domestik yang tertera pada tabel 14. Tabel 14 Perkembangan harga ubi jalar tingkat produsen, grosir, dan eceran 2002-2009 Tahun
Produsen 2002 671 2003 699 2004 771 2005 658 2006 754 2007 1063 2008 2500 2009 3300 2010 3000 2011 2100 Rata2 1551.6 Sumber: Ditjen P2HP, Kementrian Pertanian, 2013
Harga (Rp/Kg) Grosir 900 1100 1200 1 500 1 300 1 500 2 700 3 500 4 700 5 000 2340
Eceran 1 200 1 300 1 500 2 000 5 022 6 649 7 029 7 449 6 755 7 706 4661
b. Kondisi Permintaan Luar Negeri Selain kondisi permintaan domestik, permintaan luar negeri ataupermintaan ekspor ubi jalar juga dapat menentukan daya saing komoditi ubi jalar Indonesia di pasar internasional. Negara-negara yang menjadi tujuan ekspor dankonsumen utama ubi jalar Indonesia adalah United Kingdom, Jepang, Korea, Singapura, Malaysia, dan Australia. Ekspor ubi jalar yang dilakukan untuk memenuhi permintaan negarakonsumen, sebagian besar masih dalam bentuk ubi jalar segar atau mentah. Indonesia belummengekspor produk olahan karena produk olahan tersebut belum berkembangbaik dan masih dalam proses memulai pengembangan. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa permintan ubi jalar dunia semakin meningkat dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2003 yang sempat mengalami penurunan. Untuk harga sendiri di tingkat ekspor dan konsumen domestik selalu mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2007 dan 2010 pada harga ekspor yang menurun dan tahun 2009 pada harga konsumen domestik yang juga mengalami penurunan. Tabel 15 Perkembangan harga ubi jalar domestik dan ekspor 2006-2011 Harga Ekspor Harga Domestik *) Tahun Harga Pertumbuhan Harga Pertumbuhan Rp/kg (%) Rp/kg (%) 2006 5 022 1 748 2007 6 649 32.40 2 499 42.90 2008 7 029 5.72 3 245 29.87 2009 7 449 5.98 2 517 -22.43 2010 6 755 -9.32 3 172 26.03
37
2011 Rata2
7 706 6 768
14.08 10
3 640 2 803
14.76 18
Sumber: P2HP, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2013 *) Harga ditingkat konsumen
Dari keseluruhaan uraian di atas, apabila dilihat dari segi permintaan baikpermintaan domestik maupun permintaan luar negeri, Indonesia memilikikeunggulan dan potensi yang besar dalam perdagangan ubi jalar internasional.Kondisi permintaan tersebut dapat memberikan dukungan terhadap peningkatandaya saing komoditi ubi jalar Indonesia di pasar dunia walaupun masih terdapatsedikit kendala dalam proses peningkatannya. Apabila kendala yang ada tersebutdapat diatasi dengan baik maka posisi Indonesia sebagai salah satu produsen daneksportir utama ubi jalar di dunia akan semakin kuat terutama dalam menghadapiliberalisasi perdagangan. 3. Industri Terkait dan Pendukung Faktor lain yang sangat menentukan keunggulan ubi jalar nasional adalahkeberadaan industri terkait dan mendukung daya saing komoditas tersebut di pasarinternasional yang bersifat kompetitif. Industri yang terkait dan industripendukung produksi ubi jalar antara lain pengadaan bibit unggul dan sarana prasarana produksiserta industri pengolahan. Namun, dalam kenyataanya peran industri tersebutdalam mendukung pengusahaan ubi jalar di Indonesia masih kurang terutama dalam sektor industri pengolahan. Menurut Balitkabi,penelitian mengenai bibit unggul ubi jalar telah dilakukan dengan bekerja sama dengan para instansi perguruan tinggi dan telah mengadakan penyuluhan mengenai bibit unggul pada petani. Selain itu, dalam pengadaan bibitunggul pada petani juga pernah mendirikan waralaba benih. Namun, semuaprogram tersebut tidak dapat berjalan dengan efektif karena karakteristik petaniyang lebih memilih bibit dari kebun sendiri karena lebih mudah dalam pengadaandan biaya. Petani memperoleh bibit tanaman ubi jalar dari kebun sendiri dan kebuntetangga berupa stek batang atau ranting. Industri pendukung seperti industri pengolahan juga mengalami kendala. Indonesia sebagai salah satu negaraeksportir ubi jalar dunia masih mengandalkan ekspor ubi jalar segar atau mentah dalammeningkatkan daya saingnya. Dengan ketersediaan ubi jalar segar yang besartersebut Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah produk ubi jalar nasional.Peningkatan nilai tambah sebaiknya difokuskan pada dua hal yakni peningkatankualitas dan jumlah olahan produk untuk mendukung peningkatan dayasaing dan ekspor ubi jalar. Peningkatan kualitas produk dari ubi jalar (segar dan olahan)diukur dari peningkatan jumlah produk ubi jalar yang mendapatkan sertifikasijaminan mutu (SNI, Organik, Good Agricultural Practices, Good HandlingPractices, Good Manucfacturing Practices). Di Indonesia pengembangan industri pengolahanubi jalar masih dan baru dijalankan. Hal ini terjadi karena erat kaitannya dengankemampuan sumberdaya manusia dan penguasaan teknologi serta peranpemerintah dan lembaga terkait yang belum maksimal. Di Propinsi Jawa Barat,pengolahan ubi jalar lebih bervariatif diantaranya dijadikan pasta ubi jalar beku, tepung ubi jalar, maupun panganan lainnya.Namun, pengembangan tersebut belum memberikan kontribusi ekspor yang besar.Hal yang cukup menggembirakan adalah di Kabupaten
38
Kuningan, Jawa Barat mulaimengembangkan olahan pasta ubi jalar bekuyang dilakukan oleh PT Galih Estetika. Produk olahan tersebut berupa pasta ubi jalar beku yang di ekspor ke Jepang. Selain itu terdapat pula beberapa industri kecil yang mulai memproduksi tepung ubi jalar sebagai substitusi dari tepung terigu yang bahan bakunya masih impor. Sedangkan untuk eksportir ubi jalar segar diantranya adalah PT Well Being Utama, PT ILMI, PT Vindia Agro Industri, UD Kreasi Lutvi, PT Prospekta, CV Maju Jaya Abadi, PT Agro Indo Pratama, dan PT Agro Makmur yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia (P2HP, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2013). Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa keberadaan industri terkait danpendukung dalam pengusahaan ubi jalar di Indonesia belum sepenuhnya mampumendukung peningkatan daya saing ubi jalar. Lambannya pengembangan danpeningkatan keberadaan industri terkait dan pendukung tersebut dapatmenghambat proses peningkatan daya saing ubi jalar secara nasional maupun global. Akan tetapi,peningkatan peran industri terkait dan pendukung komoditi ubi jalar Indonesa ini barudan sedang dikembangkan untuk peningkatan lebih lanjut. 4. Persaingan, Struktur, dan Strategi Perusahaan Kondisi persaingan perdagangan ubi jalar di dunia cukup menantang karena paraeksportir senantiasa berusaha meningkatkan kualitas ubi jalar mereka sehingga dapat merebut pasar dari para pesaingnya. Pada tahun 2001 hingga 2010 ekspor pasar ubi jalar dikuasai oleh Negara-negara seperti Amerika Serikat, China, Indonesia, Israel, Republik Dominika, Perancis, Belanda, dan Mesir. Kemudian muncul Negara-negara eksportir baru seperti Palestina, Jamaika, Spanyol, dan Italy yang masuk ke dalam pasar ubi jalar dunia. Strategi negara lain untuk mendapatkan nilai ekspor yang besar adalah dengan meningkatkan kualitas ubi jalar dan membuat diversifikasi dalam bentuk ubi jalar yang diekspornya sehingga tidak hanya dalam bentuk segar saja. Keunggulan kompetitif pada dasarnya lebih ditekankan pada kemampuanperusahaan, industri atau negara untuk menentukan posisinya (strategicpositioning) secara tepat diantara para pesaingnya. Dalam kaitannya dengankeunggulan kompetitif ini posisi suatu perusahaan, industri, atau negaraditentukan oleh lima faktor persaingan yaitu: masuknya pendatang baru, ancamanproduk substitusi, daya tawar menawar pembeli, daya tawar menawar pemasok,dan persaingan diantara peserta persaingan yang ada (Porter, 1998). Struktur pasar ubi jalar dunia yang berkonsentrasi sedang dan pada tahun 2010 mulai berkonsentrasi tinggi menunjukkanpersaingan yang semakin ketat, yang ditandai dengan semakin banyaknya negarayang terlibat dalam perdagangan ubi jalar. Peningkatan tidak hanya terjadi padajumlah negara pengekspor seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya. Akantetapi, permintaan oleh negara konsumen juga semakin meningkat seiring denganpeningkatan jumlah penduduk dunia. Untuk memenuhi permintaan dunia tersebutsangat tergantung oleh kemampuan atau ketersediaan pasokan ubi jalar dalam negeri.Oleh karena itu, setiap negara produsen dan eksportir ubi jalar di dunia akan bersainguntuk dapat meningkatkan pasokan ubi jalar masing-masing negara termasukIndonesia. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, produksi ubi jalar Indonesiaselama kurun waktu 2001-2010 cenderung mengalami peningkatan. Peningkatanproduksi tersebut akan mempengaruhi jumlah pasokan ubi jalar dalam
39
negeridimana pasokan ubi jalar juga akan mengalami peningkatan. Peningkatan pasokan ubi jalar ini dapat mengimbangi peningkatan permintaan ubi jalar oleh negara konsumen.Jika pasokan ubi jalar nasional mampu memenuhi permintaan ubi jalar dunia yangcenderung meningkat, maka pangsa pasar ubi jalar Indonesia di pasar dunia akan meningkat,yang berarti memperkuat kemampuan daya saing komoditas ubi jalar Indonesia dipasar internasional. Diferensiasi produk merupakan salah satu strategi yang diperlukan untukmerebut pasar. Strategi diferensiasi produk dapat meningkatkan nilai ekspor ubi jalarIndonesia karena telah mengalami proses peningkatan nilai tambah produk. Faktor penentu persaingan ubi jalar adalah akses informasiyang mampu diperoleh perusahaan. Dalam liberalisasi perdagangan, aksesinformasi diperlukan untuk memenangkan persaingan. Para eksportir ubi jalarnasional perlu memperoleh informasi mengenai pasar yang potensial dan efektif.Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah melalui pameran-pameran dagangbaik di dalam negeri maupun di luar negeri. 5. Peranan Pemerintah Pemerintah memegang peranan penting bagi perdagangan ubi jalar Indonesia di pasar internasional. Peran yang dilakukan pemerintah tentunya akan menjadipeluang atau bisa juga penghambat. Peran serta pemerintah sebagai fasilitator, regulator, dan motivatorpengawasan perekonomian untuk memajukan komoditas ubi jalar nasional sangatdiharapkan. Persaingan global yang dihadapi saat ini membutuhkan pemerintahanyang kuat untuk pengembangan ekonomi domestik. Peran pemerintah dalampeningkatan ubi jalar nasional saat ini sudah cukup baik. Pemerintah saat ini telah banyak membantu perkembangan ubi jalar, namun ada hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah terkait dengan usahataniubi jalar. Pemerintah sebaiknya memberikan subsidi atau bantuan kepada petani yang memang sebagian besar berada di pedesaan, seperti subsidi pupuk maupun obatobatan. Pemberian subsidi maupun perbaikan sarana dan prasarana akan membawa dampak positif terhadap perkembangankomoditas ubi jalar nasional. Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk peningkatan daya saing ubi jalarnasional,hal ini terkait dengan bantuan atau subsidi input, pembenahan infrastruktur, penciptaan iklim bisnisyang mendukung, dan peningkatan terhadap akses pembiayaan. Selain itu, pemerintah juga memiliki peran sebagai pengambil kebijakan seperti standarisasi mutu. Standarisasi mutu ini berguna untuk menjalankan teknik budidaya yang tepat agar hasilnya dapat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Standarisasi mutu yang ada didasarkan pada standar impor yang diterapkan negara tujuan ekspor ubi jalar Indonesia. Perdagangan ubi jalar melewati batas negara tidak dikenakan bea keluar (pajak ekspor) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) oleh pemerintah. Bea keluar (BK) adalah pembebanan tarif bea keluar atas barang ekspor berupa rotan, kulit, kayu, dan barang ekspor berupa kelapa sawit, CPO, dan produk turunannya, termasuk tandan buah segar dan kernel, serta biji kakao yang ditetapkan melaluiPeraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 67/Pmk.011/2010. Besar BKini adalah 0-25 persen tergantung dari harga internasional atau harga referensi yang berlaku dengan tarif yang bersifat progresif artinya semakin tinggi harga referensi berakibat tarif BK akan semakin tinggi pula.Dari penjelasan diatas
40
komoditi ubi jalar tidak dikenakan BK karena tidak termasuk dalam komoditas yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu terdapat pula Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Hasil olahan produk pertanian dikenakan PPN yang besarnya diatur dalam UU No 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan Jasa dan Pajak Atas Barang Mewah yang diberlakukan sejak tanggal 1 April 2010 dengan tarif 5-15 persen. PPN berlaku untuk produk pakan, produk olahan pertanian, dan perikanan. Jenis barang pertanian yang tidak dikenai PPN adalah barang tertentu dalam kelompok barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak. Pernyataan diatas berarti komoditas ubi jalar tidak dikenakan PPN karena merupakan barang kebutuhan pokok/pangan dan juga tidak melalui proses pertambahan nilai (tidak termasuk proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, disimpan, dan dikemas). Dengan adanya kebijakan ini, Departemen Perdagangan berusaha untuk memberikan motivasi agar petani dan eksportir dapat mendorong kegiatan ekspor terutama untuk komoditi unggulan Indonesia sebagai upaya memajukan perekonomian Indonesia terutama sektor pertanian dengan tidak mengabaikan kebutuhan dalam negeri. 6. Peranan Kesempatan Peluang komoditi ubi jalar Indonesia agar dapat bersaing di pasar dunia masihterbuka dan cukup besar. Salah satu indikatornya adalah semakin meningkatnyapermintaan ubi jalar di dunia sejalan denganpeningkatan kebutuhan manusia. Salah satu peluang tersebut terlihat dari angkapermintaan ubi jalar dimana setiap tahun dunia membutuhkan sekitar 200 000ton ubi jalar. Selain itu, Indonesia masihmemiliki pasar yang potensial bagi ekspor ubi jalar yaitu United Kingdom, Jepang, Korea, Singapura, Malaysia, dan Australia.Indonesia sebagai salah satu produsen dan pemasok ubi jalar yang sudahmemiliki berbagai macam keunggulan dapat memanfaatkan peluang tersebut. Jika dilihat darisisi perkembangan harga dunia, pengembangan ubi jalar juga cukup menjanjikandimana dalam beberapa waktu terakhir harga ubi jalar dunia semakin meningkat. Harga ubi jalar pada posisi tahun 2011sebesar telah mencapai angka Rp 7 706 /kilogram. Ubi jalar adalah komoditas dengan khasiatnya sebagai bahan pangan memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh komoditas lain. Peluang pasar bagi komoditas ini sangat besar, baik di pasar lokal dengan semakin banyaknya industri makanan dan restoran yang mengolah makanan berbahan dasar ubi jalar, maupun di pasar internasional dengan total impor dunia yang besar dengan kecenderungan impor yang meningkat. Peluang pasar bagi ubi jalar Indonesia terbuka lebar di pasar dunia terutama di pasar Jepang dan Negara-negara eropa. Negara tersebut menerima ekspor ubi jalar dari Indonesia dalam jumlah yang besar. Namun, negara tersebut juga menerima ekspor dari negara lain dengan jumlah yang lebih besar, seperti dari negara China maupun Amerika Serikat. Dengan melihat peluang pasar tersebut, peningkatan produksi ubi jalaruntuk memenuhi kebutuhan lokal dan ekspor akan sangat baik, dengan syarat peningkatan produksi ini harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan pasar. Salah satu faktor eksternal yang berada diluar kendali perusahaan atau Negara dan pemerintah adalah adanya persaingan global serta pelemahan pertumbuhan ekonomiakibat krisis global.Karakteristik tanaman pertanian
41
termasuk ubi jalar adalah berskala kecil dan lokasinya tersebar dengan tingkatproduktivitas dan mutu produk yang rendah dan beragam. Dengan semakinketatnya standar mutu di pasar ekspor sebagai instumen non tariff barier yang kerapdiberlakukan banyak negara di era globalisasi ini, maka kondisi tersebut akansemakin menekan dan mengancam daya saing ubi jalar Indonesia, baik dipasar domestik maupun ekspor. Kondisi tersebut akan semakin diperparah apabilaterjadi pelemahan daya beli konsumen pada saat terjadinya krisis ekonomi dalamskala global. Untuk itu para perusahaan dalam negeri yang berbasis ubi jalar harus mampu untuk meningkatkan daya saingproduknya melalui peningkatan mutu dan produktivitas, pengembanganproduk, derivasi produk serta memperluas pangsa dan negara tujuan ekspor yangdidorong dengan upaya peningkatan kerjasama ekonomi antar wilayah (kawasan),baik dalam skala nasional (antar daerah) maupun kerja sama regional (antarnegara). Selain itu, peran kesempatan yang berada pada ruang lingkup komoditas ubi jalaruntuk meningkatkan daya saing yaitu era perdagangan bebas. Era perdagangan bebas membuat hampir seluruh bentuk perdagangan tidakmempunyai batas. Setiap negara dapat masuk ke negara lain dan membukausaha atau melakukan kerjasama. Era ini dapat membuat hambatanperdagangan menjadi berkurang, hal ini merupakan peluang untuk komoditasubi jalar agar dapat diekspor ke negara lain. Namun, tidak semua negaraakan melonggarkan peraturan terutama negara seperti Jepang, AmerikaSerikat dan Uni Eropa yang selama ini sangat ketat dengan berbagaiperaturannya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan mengenai analisis daya saingkomoditi ubi jalar Indonesia di pasar internasional, maka dapat diambil beberapakesimpulan yaitu: 1. Dari analisis Herfindahl Index dan Rasio Konsentrasi, struktur pasar dalamperdagangangan ubi jalartahun 2001-2010 menunjuk ke arah struktur pasar dengantingkat konsentrasi pasar sedang kecuali tahun 2010 yang konsentrasi pasarnya mulai tinggi. 2. Komoditi ubi jalar Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalamperdagangan ubi jalar di pasar internasional. Hal ini ditunjukkan melalui nilaiRevealed Comparative Advantage (RCA) yang lebih dari satu. MeskipunIndonesia memiliki keunggulan komparatif tetapi daya saing komoditi ubi jalar Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan USA dan China sebagai negara eksportir dan produsen ubi jalar utama di dunia. 3. Kondisi internal komoditi ubi jalar Indonesia memiliki keunggulan kompetitif pada faktor sumberdaya alam dengan tingkat produktivitas ubi jalar yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.Pada faktor sumberdaya manusia, ketersediaan dan peran sumberdayamanusianya cukup mendukung tetapi terdapat kekurangan dalam hal kualitastenaga kerja terutama dalam
42
pemanfaatan dan penerapan IPTEK yang belum maksimal. Selain itu, kondisi infrastruktur belumsepenuhnya memadai terutama sarana dan prasarana transportasi dipedesaan yang masih sangat kurang yaitu jalan maupun jembatan yang kurang mendukung.Kekurangan juga terdapat pada kondisi permodalan yang terbatas yang dapatdilihat dari masih kurangnya peran lembaga permodalan yang maumendukung pengembangan pengusahaan ubi jalar. Dari sisi permintaan, komoditiubi jalar Indonesia dapat memenuhi kebutuhan domestik dan konsumsi luarnegeri. Komoditi ubi jalarIndonesia masih mempunyai kelemahan dari sisiindustri terkait dan pendukung yang ditandai dengan belum majunya industri olahan ubi jalar. Kondisieksternal komoditas ubi jalaryang memiliki keunggulan kompetitif antara lainperanan pemerintah yang telah mengeluarkan kebijakan mengenai penyediaaninput faktor produksi, pemasaran, dan perdagangan ubi jalar. Untuk peranan peluang, Indonesia sudah memiliki banyak varietas unggul ubi jalar, peningkatan harga ubi jalar dunia, serta meningkatnya konsumsi ubi jalar dunia. Selainitu, Jepang dan Uni Eropa masih merupakan pasar yang potensialbagi ekspor ubi jalar Indonesia.
Saran Beberapa saran yang dapat diberikan dari hasil analisis daya saing ubi jalar Indonesia di pasar internasional yaitu: 1. Untuk meningkatkan daya saing ubi jalar Indonesia, perlu adanya peningkatankualitas dan kuantitas dari penjualan ubi jalar dengan mengembangkan danmeningkatkan ekspor ubi jalar dalam bentuk olahan (diversifikasi) sehinggadapat meningkatkan volume dan nilai ekspor ubi jalar. Penanganan pascapanen ubi jalar harus lebih ditingkatkan agar ubi jalar yang diekspor lebih banyak dalam bentukolahan karena harganya yang lebih mahal dan daya tahannya selama pengiriman yang lebih kuat.Salah satu caranya dapatdilakukan dengan memberikan pelatihan dan bimbingan kepada petani danindustri pengolahan ubi jalar, penyediaan fasilitas, serta meningkatkan penelitianyang berkaitan dengan teknik dan proses pengolahan ubi jalar. 2. Dalam mengatasi masalah permodalan dan pembiayaan usaha tanaman ubi jalar,pemerintah harus menjalin kerjasama dan melakukan pendekatan pada pihakperbankan ataupun memberikan bantuan kepada para kelompok tani agar dapat mulai memberikan kredit khusus terhadap sektorubi jalar.Pemberian modal kepada petani ubi jalar menjadi bagian sangat penting untuk meningkatkan ketersediaan produksi ubi jalar. Disamping mendapat bantuan modal, petani ubi jalar juga harus mendapat pendampingan dan bimbingan dari pihak-pihak yang mampu seperti tenaga ahli dari Departemen Pertanian maupun Lembaga pendidikan agar ketersediaan ubi jalar yang ada menjadi semakin berkualitas bagi konsumen dalam negeri dan layak untuk diekspor. 3. Infrastruktur Indonesia diharapkan dapat ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya sesuai kebutuhan dalam pengelolaan agribisnis ubijalar, karena untuk kebutuhan ekspor, infrastruktur adalah bagian yang sangat penting yang harus mendapat perhatian mendalam khususnya dalam pelabuhan dan jalan untuk sarana transportasi.
43
DAFTAR PUSTAKA Amelia, Fitri. 2009. Analisis Daya Saing Jahe Indonesia di Pasar Internasional [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Basri, Faisal. 2010. Dasar-Dasar Ekonomi Internasional: Pengenalan dan Aplikasi Metode Kuantitatif. Jakarta: Kencana. [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2011. Kontribusi TanamanPangan Terhadap PDB Sektor Pertanian Tahun 2006-2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2011. Berita Resmi Statistik: Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia September 2011. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2013. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun 2001–2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2013. Luas Areal dan Produksi Ubi Jalar Indonesia dan Tiga Propinsi Terbesar MenurutPengusahaan Tahun 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2013. Penduduk berumur 15 tahun keatas menurut wilayah dan lapangan usaha utama tahun 2010. Jakarta: Data Sensus Penduduk 2010, Badan Pusat Statistik. Cahya, Indry Nilam. 2010. Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional [Skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. David, Fred R. 2009. Manajemen Strategi Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2013. Perkembangan Harga Ubi Jalar Domestik dan Ekspor 2006-2011. Jakarta: Kementrian Pertanian. Direktorat Jenderal P2HP. 2013. Perkembangan Harga Ubi Jalar Tingkat Produsen, Grosir, dan Eceran 2002-2011. Jakarta: Kementrian Pertanian. Djami, Sevlina A. 2007. Prospek Pemasaran Tepung Ubi Jalar Ditinjau dari Potensi Permintaan Industri Kecil di Wilayah Bogor (Studi kasus: Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. [FAO].Food and Agriculture Organization. 2011. Top Imports-Sweet Potatoes 2006-2010. http://faostat.fao.org[ Diakses 12 Maret 2013]. [FAO].Food and Agriculture Organization. 2013. Top Exports-Sweet Potatoes 2001-2010. http://faostat.fao.org[ Diakses 12 Maret 2013]. [FAO].Food and Agriculture Organization. 2013. Jumlah dan Nilai Impor Ubi Jalar Dunia 2001-2010. http://faostat.fao.org[ Diakses 29 Mei 2013]. Indriastuti, Rina. 2013. Bab I Struktur Pasar dan Persaingan. http://www.fe.unpad.ac.id/upload/files/BB047-30-04-201183d21300411-Bab-1-Struktur-pasar-dan-Persaingan.doc [Diakses 12 Maret 2013].
44
Juarsa, MI. 2007. Daya Saing Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan Jawa Barat[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Labibah, Eka A. 2013. Revealed Comparative Advantage (RCA) Komoditas Ekspor Filipina di Pasar USA Tahun 2010. http://advinternationaleconfeui.wordpress.com/2013/01/06/revealedcomparative-advantage-rca-komoditas-ekspor-filipina-di-pasar-usatahun-2010/ [Diakses 12 Maret 2013]. Lipsey, dkk. 1997. Pengantar Mikroekonomi Jilid Dua Edisi Kesepuluh. Jakarta: Binarupa Aksara. Mankiw, N. Gregory. 2008. Makroekonomi. Jakarta: Erlangga. Margareth, Julia. 2006. Evaluasi Mutu Gizi dan Indeks Glikemik Produk Olahan Goreng Berbahan Dasar Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Klon 00105.10 [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Marlinda, Barirah. 2008. Analisis Daya Saing Lada Indonesia di Pasar Internasional [Skripsi]. Bogor: Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Nisviaty, Annisya. 2006. Pemanfaatan Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Klon BB00105.10 Sebagai Bahan Dasar Produk Olahan Kukus Serta Evaluasi Mutu Gizi dan Indeks Glikemiknya [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Octafrina, Vera. 2000. Prospek Pengembangan Ekspor Pasta Ubi Jalar Beku (Ipomoea batatas L.) ke Jepang (Studi Kasus pada PT Galih Estetika, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pappas, L dan Hirschey, M. 1995. Ekonomi Manajerial. Jakarta: Binarupa Aksara. Porter, Michael E. 1998. The Competitive Advantage of Nations. London: Macmillan Press Ltd. ProyekPEMD, BAPPENAS. 2000. Ubi Jalar / Ketela Rambat. Jakarta: Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan. Jakarta: BAPPENAS. Rahmatu, Riza. 2009. Analisis Daya Saing Industri Pengolahan dan Hasil Olahan Kakao Indonesia [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Rohmana, Yana. 2007. Production Fragmentation and International Trade. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Sarianti T, Hoeridah A. 2011. Analisis Daya Saing Ubi Jalar Cilembu di Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Bogor: Forum Agribisnis Vol. 1, No. 2, Institut Pertanian Bogor. Sudiyarto, 2006.Daya Saing Produk Agribisnis Berprespektif Pasar Global Dengan Orientasi Perilaku Konsumen. Disampaikan pada Seminar Nasional “Agribisnis Dalam Perspektif Ketahanan Nasional Guna Memenangkan Persaingan Global“ Jawa Timur: Pascasarjana UPN “Veteran”. Suprapti, M. Lies. 2003. Tepung Ubi Jalar, Pembuatan dan Manfaatnya. Yogyakarta: Kanisius. Suprehatin.2006. Analisis Daya Saing Ekspor Nenas Segar Indonesia [Jurnal]. Bogor: Ilmu Pertanian Indonesia Hlm. 42-48, Vol.11, No.3.
45
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tim KKN Gizi Masyarakat. 2010. Peningkatan Mutu Keripik Ubi Jalar Sebagai Upaya Penguatan Produk Lokal Dalam Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
46
Lampiran 1 Daftar ranking 10 negara produsen ubi jalar di dunia 2001-2010 2001 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area China Uganda Nigeria Indonesia Rwanda India Japan United Republic of Tanzania Burundi Kenya
Production (Int $1000) 4547372 189952 186780 117570 87337 76086 74697 71759 58976 45217
Production (MT) 113780099 2515000 2473000 1749070 1156360 1007400 1063000 950100 780859 598680
2002 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area China Nigeria Uganda Indonesia United Republic of Tanzania Rwanda India Japan Burundi Viet Nam
Production (Int $1000) 4394232 198714 195768 119125 110733 97609 85369 74621 62950 45596
Production (MT) 113301550 2631000 2592000 1771690 1466120 1292360 1130300 1030000 833470 1703700
2003 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area China Nigeria Uganda Indonesia India Japan Mozambique Rwanda Burundi United States of America
Production (Int $1000) 4330881 211478 197128 133854 85369 68435 66250 65573 61022 48791
Production (MT) 107754893 2800000 2610000 1991480 1130300 941100 877165 868204 807940 720804
2004 Rank 1 2 3 4 5 6
Area China Nigeria Uganda Indonesia United Republic of Tanzania India
Production (Int $1000) 4234556 226281 200149 127841 113414 89055
Production (MT) 105835512 2996000 2650000 1901800 1501620 1179100
47
7 8 9 10
Japan Rwanda Mozambique Burundi
73715 68602 67975 63020
1009000 908306 900000 834394
2005 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area China Nigeria Uganda Indonesia United Republic of Tanzania India Japan Mozambique Rwanda Burundi
Production (Int $1000) 4203402 242067 196674 124835 106858 89077 77340 69108 66891 64182
Production (MT) 102749079 3205000 2604000 1856970 1414820 1179400 1053000 915000 885648 849784
2006 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area China Nigeria Uganda Indonesia United Republic of Tanzania India Japan Mozambique Burundi Rwanda
Production (Int $1000) 3486187 261477 198487 124647 105467 80550 72656 70233 63240 58687
Production (MT) 81274288 3462000 2628000 1854240 1396400 1066500 988900 929896 837311 777034
2007 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area China Uganda Nigeria Indonesia Viet Nam United Republic of Tanzania India Japan Angola Madagascar
Production (Int $1000) 2999555 196523 183684 126888 33051 99848 80603 71483 71683 47294
Production (MT) 75800162 2602000 2432000 1886850 1437600 1322000 1067200 968400 949104 894553
2008 Rank 1 2 3 4 5
Area China Nigeria Uganda Indonesia United Republic of Tanzania
Production (Int $1000) 3161768 250601 204454 126208 104153
Production (MT) 78442881 3318000 2707000 1876940 1379000
48
6 7 8 9 10
India Japan Burundi Kenya Rwanda
82627 74762 68006 67581 62386
1094000 1011000 900415 894781 826000
2009 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area China Uganda Nigeria Indonesia United Republic of Tanzania Viet Nam India Japan Angola Kenya
Production (Int $1000) 2921574 208910 207461 138042 107052 34841 84568 75772 74212 70300
Production (MT) 76772593 2766000 2746820 2057910 1417390 1211300 1119700 1026000 982588 930784
2010 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area China Uganda Nigeria United Republic of Tanzania Indonesia Viet Nam India United States of America Angola Burundi
Production (Int $1000) 2628456 214348 204189 145330 137419 89625 82680 74238 74513 72985
Production (MT) 74381749 2838000 2703500 2424200 2051050 1318500 1094700 1081590 986563 966343
49
49
Lampiran 2Volume dan nilai ekspor subsektor tanaman pangan Indonesia 2011 Subsektor
Januari
Komoditi
Februari
April
Nilai (US$)
Volume (Kg)
Nilai (US$)
Volume (Kg)
Nilai (US$)
Volume (kg)
Nilai (US$)
29,411,964.00
9,699,755.00
4,037,063.00
1,555,968.00
8,438,874.00
3,456,015.00
2,694,837.00
1,596,888.00
Beras
0
0
24,000.00
39,472.00
41,597.00
64,758.00
42,350.00
63,977.00
Gandum
0
0
42
111
5,458.00
13,697.00
0
0
Jagung
2,275,905.00
520,107.00
109,997.00
82,169.00
247,750.00
558,732.00
110,712.00
40,939.00
Kacang Tanah
261,913.00
379,428.00
108,598.00
64,983.00
293,730.00
303,826.00
301,558.00
416,410.00
Kedelai
20,072.00
13,356.00
32,204.00
20,154.00
91,217.00
77,772.00
156
112
Ubi Jalar
402,538.00
358,076.00
409,431.00
349,124.00
365,331.00
300,778.00
485,471.00
382,065.00
Ubi Kayu
25,780,858.00
8,020,631.00
2,824,097.00
742,471.00
6,491,745.00
1,717,687.00
845,432.00
259,449.00
Wijen
0
0
0
0
344
194
76,000.00
84,680.00
Sagu
354,688.00
143,937.00
322,046.00
104,527.00
463,573.00
191,999.00
289,928.00
80,286.00
Lainnya
315,990.00
264,220.00
206,648.00
152,957.00
438,129.00
226,572.00
543,230.00
268,970.00
Tanaman Pangan
Mei Subsektor
Maret
Volume (Kg)
Juni
Juli
Agustus
Komoditi Volume (Kg)
Nilai (US$)
Volume (Kg)
Nilai (US$)
Volume (Kg)
Nilai (US$)
Volume (Kg)
Nilai (US$)
4,030,043.00
3,003,146.00
2,230,679.00
1,818,678.00
5,474,992.00
2,264,713.00
5,473,039.00
2,170,690.00
Beras
0
0
62,702.00
87,430.00
5,645.00
7,370.00
5,645.00
7,370.00
Gandum
1,346.00
7,943.00
198
726
396
1,054.00
396
1,054.00
Tanaman Pangan
Jagung
493,974.00
1,154,211.00
149,373.00
183,599.00
148,302.00
163,930.00
148,302.00
163,930.00
Kacang Tanah
363,034.00
448,701.00
396,716.00
591,999.00
133,320.00
121,506.00
133,320.00
121,506.00
Kedelai
46,106.00
35,004.00
36,388.00
31,633.00
42,364.00
28,174.00
42,364.00
28,174.00
Ubi Jalar
460,825.00
336,472.00
514,781.00
454,625.00
621,386.00
509,072.00
621,386.00
509,072.00
Ubi Kayu
1,783,991.00
528,901.00
584,340.00
179,592.00
3,799,420.00
1,027,574.00
3,799,420.00
1,027,574.00
Wijen
190,000.00
230,280.00
1
18
0
0
0
0
Sagu
424,359.00
126,048.00
267,351.00
146,970.00
591,604.00
212,549.00
591,604.00
212,549.00
Lainnya
266,408.00
135,586.00
218,829.00
142,086.00
132,555.00
193,484.00
130,602.00
99,461.00
50
September Subsektor
Oktober
Nopember
Desember
Komoditi Volume (Kg)
Nilai (US$)
Volume (Kg)
Nilai (US$)
Volume (Kg)
Nilai (US$)
Volume (Kg)
Nilai (US$)
17,217,067.00
6,033,957.00
10,099,907.00
5,865,420.00
25,894,535.00
9,340,344.00
20,354,496.00
9,150,171.00
Beras
22,000.00
35,050.00
36,020.00
57,511.00
103,137.00
318,948.00
33,396.00
96,657.00
Gandum
237
586
154
391
502
1,595.00
0
0
Tanaman Pangan
Jagung
449,059.00
91,825.00
928,740.00
1,492,828.00
4,645,736.00
1,661,602.00
2,770,443.00
2,595,985.00
Kacang Tanah
484,558.00
738,980.00
780,745.00
1,034,381.00
598,765.00
843,089.00
332,504.00
384,135.00
Kedelai
37,840.00
40,186.00
29,359.00
42,626.00
48,200.00
29,987.00
67,638.00
34,621.00
Ubi Jalar
750,383.00
691,150.00
907,769.00
836,613.00
814,632.00
730,996.00
812,839.00
783,811.00
Ubi Kayu
15,111,059.00
3,892,247.00
6,886,093.00
1,946,832.00
19,217,717.00
5,336,034.00
15,763,532.00
4,291,651.00
Wijen
1,000.00
2,200.00
0
0
38,216.00
38,542.00
129,409.00
192,449.00
Sagu
191,520.00
266,461.00
394,225.00
247,536.00
229,220.00
141,133.00
303,410.00
256,260.00
Lainnya
169,411.00
275,272.00
136,802.00
206,702.00
198,410.00
238,418.00
141,325.00
514,602.00
Total Subsektor
Komoditi
Tanaman Pangan
Total Volume (Kg)
Total Nilai (US$)
55,955,745.00
135,357,496.00
Beras
778,543.00
376,492.00
Gandum
27,157.00
8,729.00
Jagung
8,709,857.00
12,478,293.00
Kacang Tanah
5,448,944.00
4,188,761.00
Kedelai
381,799.00
493,908.00
Ubi Jalar
6,241,854.00
7,166,772.00
Ubi Kayu
28,970,643.00
102,887,704.00
Wijen
548,363.00
434,970.00
Sagu
2,130,255.00
4,423,528.00
Lainnya
2,718,330.00
2,898,339.00
50
51
Lampiran 3 Daftar ranking 10 negara importir ubi jalar dunia 2001-2010 2001 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area Canada United Kingdom United States of America France Japan Netherlands Italy Singapore Malaysia Germany
Quantity (tonnes) 19917 9604 6160 5121 3174 3034 10595 3056 5790 912
Value (1000 $) 11571 7750 4781 3378 2473 2045 1629 824 627 575
Unit value ($/tonne) 581 807 776 660 779 674 154 270 108 630
Value (1000 $) 11259 9849 5077 3676 3181 3043 2951 951 935 792
Unit value ($/tonne) 561 851 784 558 810 229 500 228 114 608
Value (1000 $) 15084 14846 7082 5551 3175 2749 1850 1518 960 866
Unit value ($/tonne) 686 1117 1074 1117 454 554 349 346 112 1215
Value (1000 $) 25435 17764 8183 5761 4062 3965 2458 2392 2268 1590
Unit value ($/tonne) 719 1152 1062 1144 451 771 1100 985 442 1449
2002 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area Canada United Kingdom France United States of America Netherlands Italy Japan Singapore Malaysia Germany
Quantity (tonnes) 20056 11578 6479 6593 3925 13290 5901 4173 8223 1302
2003 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area Canada United Kingdom France Netherlands Japan United States of America Italy Singapore Malaysia Germany
Quantity (tonnes) 21977 13290 6591 4970 6996 4964 5305 4393 8547 713
2004 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area Canada United Kingdom France Netherlands Japan United States of America Spain Italy Singapore Germany
Quantity (tonnes) 35373 15426 7704 5037 9002 5141 2234 2428 5135 1097
52
2005 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area United Kingdom Canada France Netherlands Japan United States of America Singapore Italy Malaysia Belgium
Quantity (tonnes) 25382 25315 7804 7360 13892 5848 17346 2968 7830 1442
Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area United Kingdom Canada Japan Netherlands France Albania United States of America Singapore Malaysia China, Hong Kong SAR
Quantity (tonnes) 35122 26560 16232 9871 9511 8443 6949 6521 6467 3812
Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area United Kingdom Canada France Japan Albania Netherlands Argentina United States of America Singapore Italy
Quantity (tonnes) 37055 24911 15650 14573 12701 12009 7859 7840 6386 5975
Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area United Kingdom Haiti Canada Japan France Albania Netherlands United States of America Singapore Thailand
Quantity (tonnes) 40743 28623 28023 16596 14150 11657 10855 7596 6755 5743
Value (1000 $) 29493 18999 8803 8635 5016 4921 3570 2245 1901 1811
Unit value ($/tonne) 1162 751 1128 1173 361 841 206 756 243 1256
Value (1000 $) 38509 21684 6315 10711 10615 1789 6062 3303 1428 2002
Unit value ($/tonne) 1096 816 389 1085 1116 212 872 507 221 525
Value (1000 $) 40268 22844 17853 6018 3275 12418 840 6676 3426 4089
Unit value ($/tonne) 1087 917 1141 413 258 1034 107 852 536 684
Value (1000 $) 38380 2738 25414 7965 14289 3350 10940 7739 4464 1253
Unit value ($/tonne) 942 96 907 480 1010 287 1008 1019 661 218
2006
2007
2008
53
2009 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area United Kingdom Canada Netherlands Albania Japan Italy United States of America Thailand France Singapore
Quantity (tonnes) 38974 35777 20433 15740 14903 13445 10627 10626 8367 7133
Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area
Quantity (tonnes) 52871 42617 20242 17970 16248 15265 9825 9353 9027 6384
Value (1000 $) 29233 29947 16310 4356 8164 6668 9098 1898 7991 4687
Unit value ($/tonne) 750 837 798 277 548 496 856 179 955 657
Value (1000 $) 38971 31394 18866 5042 9635 8031 9486 1844 10060 4613
Unit value ($/tonne) 737 737 932 281 593 526 965 197 1114 723
2010 Canada United Kingdom Netherlands Albania Japan Italy United States of America Thailand France Singapore
54
Lampiran 4 Daftar ranking 10 negara eksportir ubi jalar 2001-2010 2001 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area United States of America China Israel Dominican Republic Indonesia France Jamaica Netherlands Occupied Palestinian Territory Egypt
Quantity (tonnes) 21671 12351 7692 9627 8045 2668 1443 2516 2800 4587
Value (1000 $) 13764 6075 4615 3748 1965 1757 1672 1623 850 688
Unit value ($/tonne) 635 492 600 389 244 659 1159 645 304 150
2002 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area United States of America Israel China Indonesia Dominican Republic France Netherlands Jamaica Egypt Italy
Quantity (tonnes) 23764 8162 10355 13203 7238 2935 5000 2197 5133 1917
Value (1000 $) 15046 5502 5029 3722 3534 3097 2262 2165 622 487
Unit value ($/tonne) 633 674 486 282 488 1055 452 985 121 254
Value (1000 $) 20614 6884 5405 3822 3763 3002 2475 1849 1144 1000
Unit value ($/tonne) 768 495 935 359 1393 1497 992 248 478 758
2003 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area United States of America China Israel Indonesia France Netherlands Jamaica Dominican Republic South Africa Spain
Quantity (tonnes) 26846 13905 5783 10641 2702 2005 2494 7463 2395 1319
2004 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area United States of America China Israel Indonesia Netherlands France Spain Dominican Republic Egypt Jamaica
Quantity (tonnes) 29155 27218 13368 11822 2960 1497 1279 4699 6031 837
Value (1000 $) 22883 11816 9040 5209 4097 1884 1809 1675 1650 1564
Unit value ($/tonne) 785 434 676 441 1384 1259 1414 356 274 1869
55
2005 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area United States of America China Israel Netherlands Indonesia France Egypt Jamaica Dominican Republic Belgium
Quantity (tonnes) 32679 27063 10955 3774 11113 2679 7672 878 8040 1095
Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area United States of America China Israel Indonesia Dominican Republic France Netherlands Egypt Honduras Occupied Palestinian Territory
Quantity (tonnes) 38938 22036 14502 11216 7448 5747 5057 4665 3253 2500
Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area United States of America China Israel France Indonesia Dominican Republic Egypt Italy Brazil Netherlands
Quantity (tonnes) 40560 16035 12343 10111 8389 8213 7144 6801 5921 5771
Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area United States of America Dominican Republic China Israel Indonesia France United Arab Emirates Honduras Egypt Brazil
Quantity (tonnes) 54040 37197 24460 9049 8443 7687 7675 6479 6016 4808
Value (1000 $) 25082 11293 11269 5063 4581 3390 1873 1840 1603 1155
Unit value ($/tonne) 768 417 1029 1342 412 1265 244 2096 199 1055
2006 Value (1000 $) 32489 6729 11010 6259 1985 6393 6483 1012 1018 880
Unit value ($/tonne) 834 305 759 558 267 1112 1282 217 313 352
Value (1000 $) 36458 5504 11323 11490 6197 3173 1549 4141 1469 8473
Unit value ($/tonne) 899 343 917 1136 739 386 217 609 248 1468
Value (1000 $) 46898 7031 9339 8033 6594 7696 2082 1530 3625 2048
Unit value ($/tonne) 868 189 382 888 781 1001 271 236 603 426
2007
2008
56
2009 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area United States of America China Syrian Arab Republic Dominican Republic Egypt Netherlands Indonesia Italy Israel Brazil
Quantity (tonnes) 67194 26267 23950 11588 9380 7350 7185 5877 4978 4839
Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area United States of America China Egypt Syrian Arab Republic Slovakia Netherlands Indonesia Dominican Republic Italy Honduras
Quantity (tonnes) 91375 25719 11725 9717 9349 7662 7083 6911 6799 4191
Value (1000 $) 54006 10902 9643 4849 7018 8820 5947 4922 4978 2141
Unit value ($/tonne) 804 415 403 418 748 1200 828 838 1000 442
Value (1000 $) 66368 10340 7153 3690 5610 10948 5317 5013 6973 1819
Unit value ($/tonne) 726 402 610 380 600 1429 751 725 1026 434
2010
57
57
Lampiran 5 Perhitungan RCA ubi jalar empat negara Nilai Ekspor Komoditi Ubi Jalar Lima Negara Eksportir Terbesar dan Dunia 2001-2010 (US$) Countries
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
USA
13,764,000
15,046,000
20,614,000
22,883,000
25,082,000
32,489,000
36,458,000
46,898,000
54,006,000
66,368,000
China
6,075,000
5,029,000
6,884,000
11,816,000
11,293,000
6,729,000
5,504,000
9,339,000
10,902,000
10,340,000
Indonesia
1,965,000
3,722,000
3,822,000
5,209,000
4,581,000
6,259,000
6,197,000
6,594,000
5,947,000
5,317,000
Israel
4,615,000
5,502,000
5,405,000
9,040,000
11,269,000
11,010,000
11,323,000
8,033,000
4,978,000
3,592,000
World
40,747,000
45,709,000
55,998,000
68,592,000
77,951,000
88,525,000
103,611,000
117,112,000
133,075,000
150,334,000
Total Ekspor Komoditas Pertanian Lima Negara Eksportir Ubi Jalar Terbesar dan Dunia 2001-2010 (US$) Countries
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
USA
70,017,000,000
68,757,000,000
76,244,000,000
79,567,000,000
82,674,000,000
92,664,000,000
113,628,000,000
140,161,000,000
119,737,000,000
142,538,000,000
China
16,626,000,000
18,796,000,000
22,158,000,000
24,121,000,000
28,711,000,000
32,542,000,000
38,862,000,000
42,258,000,000
40,883,000,000
51,607,000,000
Indonesia
7,024,000,000
8,440,000,000
9,555,000,000
12,142,000,000
14,063,000,000
17,907,000,000
23,805,000,000
32,857,000,000
25,264,000,000
35,957,000,000
Israel
1,092,000,000
1,582,000,000
1,819,000,000
1,520,000,000
1,725,000,000
1,799,000,000
2,253,000,000
2,114,000,000
2,048,000,000
2,306,000,000
World
552,667,000,000
584,847,000,000
683,440,000,000
783,197,000,000
851,873,000,000
945,052,000,000
1,134,682,000,000
1,345,297,000,000
1,181,391,000,000
1,366,469,000,000
Nilai RCA Countries
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
USA
2.67
2.80
3.30
3.28
3.32
3.74
3.51
3.84
4.00
4.23
China
4.96
3.42
3.79
5.59
4.30
2.21
1.55
2.54
2.37
1.82
Indonesia
3.79
5.64
4.88
4.90
3.56
3.73
2.85
2.31
2.09
1.34
Israel
57.32
44.50
36.27
67.91
71.39
65.34
55.04
43.65
21.58
14.16
World
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
58
Lampiran 6 World sweet potatoes: Export volume by country, 2001-2010 Countries United States of America China Dominican Republic Syrian Arab Republic Israel Indonesia France United Arab Emirates Honduras Egypt Brazil Netherlands Occupied Palestinian Territory
2001 21,671 12,351 9,627 0 7,692 8,045 2,668 0 0 4,587 1,702 2,516 2,800
2002 23,764 10,355 7,238 0 8,162 13,203 2,935 0 15 5,133 1,926 5,000 1,300
2003 26,846 13,905 7,463 0 5,783 10,641 2,702 14 64 5,148 1,047 2,005 1,800
2004 29,155 27,218 4,699 0 13,368 11,822 1,497 8 825 6,031 1,103 2,960 1,800
2005 32,679 27,063 8,040 0 10,955 11,113 2,679 1,926 1,476 7,672 1,512 3,774 1,800
2006 38,938 22,036 7,448 359 14,502 11,216 5,747 10 3,253 4,665 1,963 5,057 2,500
2007 40,560 16,035 8,213 0 12,343 8,389 10,111 5,187 5,433 7,144 5,921 5,771 2,500
2008 54,040 24,460 16,558 0 9,049 8,443 7,687 7,675 6,479 6,016 4,808 4,680 0
2009 67,194 26,267 11,588 23,950 4,978 7,185 562 17 4,796 9,380 4,839 7,350 0
2010 91,375 25,719 6,911 9,717 3,592 7,083 413 17 4,191 11,725 2,904 7,662 0
Germany South Africa Italy Malaysia Saint Vincent and the Grenadines Jamaica India Belgium Costa Rica Spain Singapore Japan United Kingdom Nigeria Mexico Peru Ecuador Australia Madagascar Thailand Ireland
22 2,896 1,352 2,539
30 1,661 1,917 2,243
153 2,395 622 2,371
141 470 432 2,382
244 1,161 2,362 2,061
169 935 2,140 1,788
698 2,153 6,801 2,096
2,179 1,797 1,724 1,705
866 2,618 5,877 1,741
149 2,603 6,799 1,936
890
731
426
882
882
1,289
1,384
1,544
2,191
1,621
1,443 119 146 74 175 6 61 585 65 3 19 0 11 6 8 3
2,197 86 467 22 464 3 110 370 10 68 106 1 9 11 8 41
2,494 196 233 267 1,319 21 50 116 75 2 229 2 119 14 22 446
837 110 450 333 1,279 557 139 134 0 3 140 8 118 66 112 146
878 571 1,095 502 641 630 328 342 887 7 20 2 88 77 519 164
1,348 533 772 1,003 289 437 236 474 183 94 128 23 34 58 115 175
1,173 347 191 337 616 435 310 311 148 0 342 27 141 72 180 166
1,058 879 534 478 473 441 427 394 313 281 266 216 186 175 167 156
1,016 534 685 205 532 456 406 2,930 16 1,777 495 3 324 109 195 134
1,007 675 818 588 1,452 417 561 2,491 28 2,144 470 85 350 69 91 13
58
59
59
Canada Colombia Paraguay Argentina Guatemala Greece Dominica Austria Cuba Zambia Slovenia Ghana Senegal Republic of Korea Portugal Serbia Swaziland The former Yugoslav Republic of Macedonia China, Hong Kong SAR Oman Cameroon Albania Guyana Philippines Barbados Tunisia Denmark Sweden Saudi Arabia Uganda Zimbabwe Czech Republic Trinidad and Tobago Sri Lanka Lithuania Luxembourg Saint Lucia Lebanon
109 0 0 280 272 701 79 1 0 0 0 0 0 3 0 0 16
0 0 0 166 137 0 46 0 16 0 0 390 0 3 9 0 8
9 0 237 8 65 1,503 47 110 11 8 0 423 0 2 3 0 20
62 0 0 0 58 1,253 45 27 2 3 0 315 0 11 33 0 49
38 0 638 46 79 1,663 45 21 1 0 0 0 0 13 10 0 44
110 24 56 220 60 1,838 66 9 1 0 0 364 0 16 45 0 31
243 25 3,426 97 106 541 68 14 60 3 37 3 1 2 34 0 16
131 122 110 101 91 83 78 75 60 57 39 34 33 24 21 20 16
248 0 50 14 34 10 18 31 0 4 8 38 0 48 178 338 16
513 0 50 40 29 70 18 12 0 0 22 0 15 116 285 240 16
0
15
26
79
0
189
96
14
3
3
49 2 1 0 16 1 0 0 4 2 41 6 0 0 2 1 0 0 1 0
59 0 2 0 1 0 3 0 6 0 73 7 1 0 8 0 0 1 5 0
18 4 0 8 0 38 2 0 3 0 61 0 1 0 17 2 6 0 1 0
24 0 3 10 1 0 10 0 0 13 700 78 3 0 8 2 0 0 0 0
10 36 24 200 12 0 31 0 3 6 590 126 3 0 18 0 0 0 1 63
20 1 17 70 1 2 4 0 2 21 64 16 3 0 2 176 3 0 0 54
16 0 12 127 3 4 12 0 10 12 4 35 3 2 2 185 0 0 0 270
14 14 12 10 10 2 8 6 5 3 3 2 2 2 2 1 1 1 1 0
26 0 156 230 2 3 3 0 13 2 0 6 2 20 1 4 16 3 8 0
21 0 225 241 45 3 1 0 10 1 0 0 4 33 1 7 60 8 0 0
60
Turkey Bosnia and Herzegovina Jordan Qatar Rwanda Yemen Poland New Zealand Ethiopia Fiji Morocco Venezuela (Bolivarian Republic of) Côte d'Ivoire Cyprus Kenya Niger Algeria Antigua and Barbuda Bahrain Bangladesh Bolivia (Plurinational Stateof) Botswana Bulgaria Chile Croatia Hungary Latvia Mali Nicaragua Romania Saint Kitts and Nevis Slovakia Togo Tonga United Republic of Tanzania Uruguay Serbia and Montenegro World
0 0 0 0 0 0 257 392 0 0 0
274 0 0 0 0 0 0 138 0 0 0
151 163 0 0 0 0 0 39 0 0 0
69 54 25 0 0 338 69 27 2 0 0
1 0 0 0 0 21 3 149 4 0 0
2,116 0 0 0 0 31 21 138 0 14 0
158 97 52 49 43 31 24 11 7 7 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
79 0 0 0 1,346 0 18 16 0 0 0
32 0 0 0 65 0 51 2 4 0 0
17
19
12
51
33
7
3
0
1
4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1,514 0 0 0 1 0 83 0 87,934
1 1 0 12 0 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 0 2 5 2 0 0 0 0 0 42 91,042
0 0 0 0 52 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 2,000 0 39 5 0 0 0 21 0 44 94,151
0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 23 1 1 0 0 2 0 7 0 112,686
0 0 1 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 45 0 0 0 0 0 0 60 0 0 0 0 128,195
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 135,730
1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 151,494
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 166,496
2 0 94 0 0 0 0 0 6 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 194,321
1 0 27 3 0 1 4 0 27 0 21 0 11 0 1 0 0 0 0 9,349 0 0 0 45 0 207,413
60
61
61
Lampiran 7 World sweet potatoes: Market share by country, 2001-2010 Countries United States of America China Dominican Republic Syrian Arab Republic Israel Indonesia France United Arab Emirates Honduras Egypt Brazil Netherlands Occupied Palestinian Territory Germany South Africa Italy Malaysia Saint Vincent and the Grenadines Jamaica India Belgium Costa Rica Spain Singapore Japan United Kingdom Nigeria Mexico Peru Ecuador Australia Madagascar Thailand Ireland Canada Colombia
2001 24.64 14.05 10.95 0.00 8.75 9.15 3.03 0.00 0.00 5.22 1.94 2.86 3.18 0.03 3.29 1.54 2.89 1.01 1.64 0.14 0.17 0.08 0.20 0.01 0.07 0.67 0.07 0.00 0.02 0.00 0.01 0.01 0.01 0.00 0.12 0.00
2002 26.10 11.37 7.95 0.00 8.97 14.50 3.22 0.00 0.02 5.64 2.12 5.49 1.43 0.03 1.82 2.11 2.46 0.80 2.41 0.09 0.51 0.02 0.51 0.00 0.12 0.41 0.01 0.07 0.12 0.00 0.01 0.01 0.01 0.05 0.00 0.00
2003 28.51 14.77 7.93 0.00 6.14 11.30 2.87 0.01 0.07 5.47 1.11 2.13 1.91 0.16 2.54 0.66 2.52 0.45 2.65 0.21 0.25 0.28 1.40 0.02 0.05 0.12 0.08 0.00 0.24 0.00 0.13 0.01 0.02 0.47 0.01 0.00
2004 25.87 24.15 4.17 0.00 11.86 10.49 1.33 0.01 0.73 5.35 0.98 2.63 1.60 0.13 0.42 0.38 2.11 0.78 0.74 0.10 0.40 0.30 1.14 0.49 0.12 0.12 0.00 0.00 0.12 0.01 0.10 0.06 0.10 0.13 0.06 0.00
2005 25.49 21.11 6.27 0.00 8.55 8.67 2.09 1.50 1.15 5.98 1.18 2.94 1.40 0.19 0.91 1.84 1.61 0.69 0.68 0.45 0.85 0.39 0.50 0.49 0.26 0.27 0.69 0.01 0.02 0.00 0.07 0.06 0.40 0.13 0.03 0.00
2006 28.69 16.24 5.49 0.26 10.68 8.26 4.23 0.01 2.40 3.44 1.45 3.73 1.84 0.12 0.69 1.58 1.32 0.95 0.99 0.39 0.57 0.74 0.21 0.32 0.17 0.35 0.13 0.07 0.09 0.02 0.03 0.04 0.08 0.13 0.08 0.02
2007 26.77 10.58 5.42 0.00 8.15 5.54 6.67 3.42 3.59 4.72 3.91 3.81 1.65 0.46 1.42 4.49 1.38 0.91 0.77 0.23 0.13 0.22 0.41 0.29 0.20 0.21 0.10 0.00 0.23 0.02 0.09 0.05 0.12 0.11 0.16 0.02
2008 32.46 14.69 9.94 0.00 5.43 5.07 4.62 4.61 3.89 3.61 2.89 2.81 0.00 1.31 1.08 1.04 1.02 0.93 0.64 0.53 0.32 0.29 0.28 0.26 0.26 0.24 0.19 0.17 0.16 0.13 0.11 0.11 0.10 0.09 0.08 0.07
2009 34.58 13.52 5.96 12.32 2.56 3.70 0.29 0.01 2.47 4.83 2.49 3.78 0.00 0.45 1.35 3.02 0.90 1.13 0.52 0.27 0.35 0.11 0.27 0.23 0.21 1.51 0.01 0.91 0.25 0.00 0.17 0.06 0.10 0.07 0.13 0.00
2010 44.05 12.40 3.33 4.68 1.73 3.41 0.20 0.01 2.02 5.65 1.40 3.69 0.00 0.07 1.25 3.28 0.93 0.78 0.49 0.33 0.39 0.28 0.70 0.20 0.27 1.20 0.01 1.03 0.23 0.04 0.17 0.03 0.04 0.01 0.25 0.00
62
Paraguay Argentina Guatemala Greece Dominica Austria Cuba Zambia Slovenia Ghana Senegal Republic of Korea Portugal Serbia Swaziland The former Yugoslav Republic of Macedonia China, Hong Kong SAR Oman Cameroon Albania Guyana Philippines Barbados Tunisia Denmark Sweden Saudi Arabia Uganda Zimbabwe Czech Republic Trinidad and Tobago Sri Lanka Lithuania Luxembourg Saint Lucia Lebanon Turkey Bosnia and Herzegovina Jordan
0.00 0.32 0.31 0.80 0.09 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.06 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.05 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.18 0.15 0.00 0.05 0.00 0.02 0.00 0.00 0.43 0.00 0.00 0.01 0.00 0.01 0.02 0.06 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.08 0.01 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.30 0.00 0.00
0.25 0.01 0.07 1.60 0.05 0.12 0.01 0.01 0.00 0.45 0.00 0.00 0.00 0.00 0.02 0.03 0.02 0.00 0.00 0.01 0.00 0.04 0.00 0.00 0.00 0.00 0.06 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.16 0.17 0.00
0.00 0.00 0.05 1.11 0.04 0.02 0.00 0.00 0.00 0.28 0.00 0.01 0.03 0.00 0.04 0.07 0.02 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.01 0.62 0.07 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.06 0.05 0.02
0.50 0.04 0.06 1.30 0.04 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.01 0.00 0.03 0.00 0.01 0.03 0.02 0.16 0.01 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.46 0.10 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.05 0.00 0.00 0.00
0.04 0.16 0.04 1.35 0.05 0.01 0.00 0.00 0.00 0.27 0.00 0.01 0.03 0.00 0.02 0.14 0.01 0.00 0.01 0.05 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.02 0.05 0.01 0.00 0.00 0.00 0.13 0.00 0.00 0.00 0.04 1.56 0.00 0.00
2.26 0.06 0.07 0.36 0.04 0.01 0.04 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.01 0.06 0.01 0.00 0.01 0.08 0.00 0.00 0.01 0.00 0.01 0.01 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.12 0.00 0.00 0.00 0.18 0.10 0.06 0.03
0.07 0.06 0.05 0.05 0.05 0.05 0.04 0.03 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.03 0.01 0.02 0.01 0.01 0.02 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.02 0.09 0.17 0.01 0.00 0.01 0.00 0.08 0.12 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.04 0.00 0.00
0.02 0.02 0.01 0.03 0.01 0.01 0.00 0.00 0.01 0.00 0.01 0.06 0.14 0.12 0.01 0.00 0.01 0.00 0.11 0.12 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.00 0.03 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.00
62
Qatar Rwanda Yemen Poland New Zealand Ethiopia Fiji Morocco Venezuela (Bolivarian Republic of) Côte d'Ivoire Cyprus Kenya Niger Algeria Antigua and Barbuda Bahrain Bangladesh Bolivia (Plurinational State of) Botswana Bulgaria Chile Croatia Hungary Latvia Mali Nicaragua Romania Saint Kitts and Nevis Slovakia Togo Tonga United Republic of Tanzania Uruguay Serbia and Montenegro World
63
63
0.00 0.00 0.00 0.29 0.45 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.72 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.09 0.00 100.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.15 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.05 100.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.04 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.06 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.12 0.00 0.04 0.01 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.05 100.00
0.00 0.00 0.30 0.06 0.02 0.00 0.00 0.00 0.05 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 100.00
0.00 0.00 0.02 0.00 0.12 0.00 0.00 0.00 0.03 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.04 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.05 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
0.00 0.00 0.02 0.02 0.10 0.00 0.01 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
0.03 0.03 0.02 0.02 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
0.00 0.69 0.00 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.05 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
0.00 0.03 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.01 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4.51 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 100.00
64
Lampiran 8 World sweet potatoes: Kuadrat market share by country, 2001-2010 Countries United States of America China Dominican Republic Syrian Arab Republic Israel Indonesia France United Arab Emirates Honduras Egypt Brazil Netherlands Occupied Palestinian Territory Germany South Africa Italy Malaysia Saint Vincent and the Grenadines Jamaica India Belgium Costa Rica Spain Singapore Japan United Kingdom Nigeria Mexico Peru Ecuador Australia Madagascar Thailand Ireland Canada
2001 607.3573 197.2834 119.8583 0.0000 76.5182 83.7025 9.2057 0.0000 0.0000 27.2110 3.7463 8.1867 10.1392 0.0006 10.8463 2.3640 8.3370
2002 681.3269 129.3650 63.2053 0.0000 80.3729 210.3108 10.3928 0.0000 0.0003 31.7877 4.4754 30.1617 2.0389 0.0011 3.3286 4.4336 6.0698
2003 813.0351 218.1183 62.8314 0.0000 37.7274 127.7365 8.2361 0.0002 0.0046 29.8970 1.2366 4.5350 3.6551 0.0264 6.4708 0.4364 6.3418
2004 669.4007 583.4082 17.3889 0.0000 140.7320 110.0632 1.7648 0.0001 0.5360 28.6443 0.9581 6.8999 2.5516 0.0157 0.1740 0.1470 4.4683
2005 649.8234 445.6662 39.3342 0.0000 73.0269 75.1485 4.3672 2.2572 1.3257 35.8158 1.3911 8.6669 1.9715 0.0362 0.8202 3.3948 2.5847
2006 822.9919 263.5808 30.1112 0.0700 114.1574 68.2848 17.9280 0.0001 5.7440 11.8128 2.0916 13.8814 3.3926 0.0155 0.4745 2.4859 1.7353
2007 716.8116 112.0333 29.3909 0.0000 66.3820 30.6641 44.5448 11.7231 12.8614 22.2378 15.2756 14.5115 2.7233 0.2123 2.0197 20.1537 1.9142
2008 1053.4722 215.8268 98.9027 0.0000 29.5388 25.7150 21.3160 21.2495 15.1429 13.0559 8.3391 7.9010 0.0000 1.7128 1.1649 1.0722 1.0487
2009 1195.6980 182.7181 35.5613 151.9048 6.5625 13.6714 0.0836 0.0001 6.0914 23.3006 6.2011 14.3066 0.0000 0.1986 1.8151 9.1469 0.8027
2010 1940.8092 153.7575 11.1022 21.9479 2.9992 11.6617 0.0396 0.0001 4.0828 31.9561 1.9603 13.6462 0.0000 0.0052 1.5750 10.7453 0.8712
1.0244
0.6447
0.2047
0.6126
0.4734
0.9019
0.8346
0.8600
1.2713
0.6108
2.6929 0.0183 0.0276 0.0071 0.0396 0.0000 0.0048 0.4426 0.0055 0.0000 0.0005 0.0000 0.0002 0.0000 0.0001 0.0000 0.0154
5.8234 0.0089 0.2631 0.0006 0.2597 0.0000 0.0146 0.1652 0.0001 0.0056 0.0136 0.0000 0.0001 0.0001 0.0001 0.0020 0.0000
7.0169 0.0433 0.0612 0.0804 1.9626 0.0005 0.0028 0.0152 0.0063 0.0000 0.0592 0.0000 0.0160 0.0002 0.0005 0.2244 0.0001
0.5517 0.0095 0.1595 0.0873 1.2883 0.2443 0.0152 0.0141 0.0000 0.0000 0.0154 0.0001 0.0110 0.0034 0.0099 0.0168 0.0030
0.4691 0.1984 0.7296 0.1533 0.2500 0.2415 0.0655 0.0712 0.4787 0.0000 0.0002 0.0000 0.0047 0.0036 0.1639 0.0164 0.0009
0.9863 0.1542 0.3235 0.5461 0.0453 0.1037 0.0302 0.1220 0.0182 0.0048 0.0089 0.0003 0.0006 0.0018 0.0072 0.0166 0.0066
0.5995 0.0525 0.0159 0.0495 0.1653 0.0824 0.0419 0.0421 0.0095 0.0000 0.0510 0.0003 0.0087 0.0023 0.0141 0.0120 0.0257
0.4038 0.2787 0.1029 0.0824 0.0807 0.0702 0.0658 0.0560 0.0353 0.0285 0.0255 0.0168 0.0125 0.0110 0.0101 0.0088 0.0062
0.2734 0.0755 0.1243 0.0111 0.0750 0.0551 0.0437 2.2735 0.0001 0.8362 0.0649 0.0000 0.0278 0.0031 0.0101 0.0048 0.0163
0.2357 0.1059 0.1555 0.0804 0.4901 0.0404 0.0732 1.4424 0.0002 1.0685 0.0513 0.0017 0.0285 0.0011 0.0019 0.0000 0.0612
64
65
65
Colombia Paraguay Argentina Guatemala Greece Dominica Austria Cuba Zambia Slovenia Ghana Senegal Republic of Korea Portugal Serbia Swaziland The former Yugoslav Republic of Macedonia China, Hong Kong SAR Oman Cameroon Albania Guyana Philippines Barbados Tunisia Denmark Sweden Saudi Arabia Uganda Zimbabwe Czech Republic Trinidad and Tobago Sri Lanka Lithuania Luxembourg Saint Lucia Lebanon Turkey
0.0000 0.0000 0.1014 0.0957 0.6355 0.0081 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0003
0.0000 0.0000 0.0332 0.0226 0.0000 0.0026 0.0000 0.0003 0.0000 0.0000 0.1835 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0001
0.0000 0.0634 0.0001 0.0048 2.5484 0.0025 0.0137 0.0001 0.0001 0.0000 0.2019 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0005
0.0000 0.0000 0.0000 0.0026 1.2364 0.0016 0.0006 0.0000 0.0000 0.0000 0.0781 0.0000 0.0001 0.0009 0.0000 0.0019
0.0000 0.2477 0.0013 0.0038 1.6828 0.0012 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 0.0000 0.0012
0.0003 0.0017 0.0263 0.0020 1.8337 0.0024 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0719 0.0000 0.0001 0.0011 0.0000 0.0005
0.0003 5.1143 0.0041 0.0049 0.1275 0.0020 0.0001 0.0016 0.0000 0.0006 0.0000 0.0000 0.0000 0.0005 0.0000 0.0001
0.0054 0.0044 0.0037 0.0030 0.0025 0.0022 0.0020 0.0013 0.0012 0.0005 0.0004 0.0004 0.0002 0.0002 0.0001 0.0001
0.0000 0.0007 0.0001 0.0003 0.0000 0.0001 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000 0.0004 0.0000 0.0006 0.0084 0.0303 0.0001
0.0000 0.0006 0.0004 0.0002 0.0011 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0001 0.0031 0.0189 0.0134 0.0001
0.0000
0.0003
0.0008
0.0049
0.0000
0.0194
0.0040
0.0001
0.0000
0.0000
0.0031 0.0000 0.0000 0.0000 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0022 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.0042 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0064 0.0001 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0906
0.0004 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0016 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0042 0.0000 0.0000 0.0000 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0257
0.0005 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0001 0.3859 0.0048 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0037
0.0001 0.0008 0.0004 0.0243 0.0001 0.0000 0.0006 0.0000 0.0000 0.0000 0.2118 0.0097 0.0000 0.0000 0.0002 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0024 0.0000
0.0002 0.0000 0.0002 0.0027 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0002 0.0022 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0168 0.0000 0.0000 0.0000 0.0016 2.4304
0.0001 0.0000 0.0001 0.0070 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0005 0.0000 0.0000 0.0000 0.0149 0.0000 0.0000 0.0000 0.0318 0.0109
0.0001 0.0001 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.0002 0.0000 0.0064 0.0140 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0017
0.0001 0.0000 0.0118 0.0135 0.0005 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0003 0.0000 0.0000 0.0008 0.0000 0.0000 0.0000 0.0002
66
Bosnia and Herzegovina Jordan Qatar Rwanda Yemen Poland New Zealand Ethiopia Fiji Morocco Venezuela (Bolivarian Republic of) Côte d'Ivoire Cyprus Kenya Niger Algeria Antigua and Barbuda Bahrain Bangladesh Bolivia (Plurinational State of) Botswana Bulgaria Chile Croatia Hungary Latvia Mali Nicaragua Romania Saint Kitts and Nevis Slovakia Togo Tonga United Republic of Tanzania Uruguay Serbia and Montenegro World
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0854 0.1987 0.0000 0.0000 0.0000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0230 0.0000 0.0000 0.0000
0.0300 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0017 0.0000 0.0000 0.0000
0.0023 0.0005 0.0000 0.0000 0.0900 0.0037 0.0006 0.0000 0.0000 0.0000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0003 0.0000 0.0135 0.0000 0.0000 0.0000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0005 0.0002 0.0103 0.0000 0.0001 0.0000
0.0041 0.0012 0.0010 0.0008 0.0004 0.0003 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.0000 0.0000 0.0000 0.4798 0.0000 0.0001 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0010 0.0000 0.0006 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.0004
0.0004
0.0002
0.0020
0.0007
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 2.9644 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0089 0.0000 10000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0002 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0021 10000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0031 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 4.5124 0.0000 0.0017 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0005 0.0000 0.0022 10000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0004 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 10000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0012 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0022 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 10000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 10000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 10000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 10000
0.0000 0.0000 0.0023 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 10000
0.0000 0.0000 0.0002 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0002 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 20.3169 0.0000 0.0000 0.0000 0.0005 0.0000 10000
66
1
67
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Riana Ayu Wulandari, lahir di Lampung pada tanggal 04Desember 1989. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, sebagai anak kandung dari pasangan Bapak H. Sukatno dan Ibu Listiana serta saudara perempuan dari Dian Ayu Fibrianti dan Brygita Ayu Septiana. Pendidikan awal yang diikuti penulis dimulai sejak tahun 1994 di TK Satya Dharma Sudjana 2 Gunung Madu, Lampung Tengah. Pendidikan Sekolah Dasar penulis dimulai pada tahun 1996 di SD Negeri 02Gunung Madu, Lampung Tengah hingga lulus pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMPS Satya Dharma Sudjana Gunung Madu, Lampung Tengah dan lulus pada tahun 2005.Selanjutnya pendidikan Sekolah Menengah Atas diselesaikan penulis di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswiProgram Diploma Universitas Gadjah Madauntuk Program Keahlian Agroindustri.Karya penulis berupa tugas akhir yang berjudul “Identifikasi GMP’s (Good Manufacturing Practices) Lingkup Proses Produksi di PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar”, diselesaikan penulis pada tahun 2011 dan mengantarkan penulis lulus pada tahun yang sama. Penulis melanjutkan studi kembali untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011.Selama menempuh pendidikan di Alih Jenis Agribisnis IPB, penulis pernah aktif dalam organisasi FASTER (Forum of Agribusiness Transfer Program Student) sebagai koordinator kewirausahaan pada periode 2011-2012 dan pernah ikut serta dalam beberapa kegiatan kepanitian di lingkungan kampus. Penulis juga pernah bekerja sebagai staff pengajar pada lembaga dan bimbingan belajar Pijar Center guna menambah pengalaman dan mengisi waktu luang. Berbagai pelajaran banyak diperoleh penulis selama menempuh masa pendidikan dan dunia kerja yang dapat dijadikan sebagai bekal dan pengalaman untuk kedepan agar menjadi lebih baik.