ROSITA dan RAHMAN, Evaluasi Penerapan Pembiayaan Mudharabah dan Pengaruhnya
JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 11 No. 2, Oktober 2011 : 65 - 74
ANALISIS DAMPAK LEVERAGE (PENGUNGKIT) TERHADAP KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN Oleh * Aan Soelehan dan Hasrul Ramdani * Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor
ABSTRACT In the use of leverage which consists of operational leverage and financial leverage by the company aims to enlarge the profits generated by the company to greater than the cost of assets and resources that directly affects the increase of profits for shareholders who continue to increase in each period, although it does not cover possible earnings growth. The purpose of this research is to identify and measure the effect of the impact of the use of leverage, particularly operating leverage as measured by DOL and financial leverage as measured by using the DFL on the level of corporate bankruptcies were measured using Altman Z-Score. This research was conducted at PT. ANTAM language that is state owned company which is engaged also in industry, commerce, transportation and other services related to mineral. The research also performed at similar companies namely PT. Timah Tbk, which is involved in several business activities, namely tin mining business, coal business, and other businesses which include construction services, electricity, overhaul, and shipyards as well as exploration services as a comparison of the results of research undertaken. The results of this study is the analysis of operating leverage and financial leverage analysis of corporate bankruptcy, from the results of research conducted at PT. ANTAM Tbk found the correlation effect of using leverage against the level of corporate bankruptcies, while for the research at PT. Timah Tbk not find a relationship influence the use of leverage on corporate bankruptcy rate. It is known from the results of test and analysis of regression analysis conducted by examiners of both companies. For companies PT. ANTAM Tbk Management party should maintain good performance of the companies' existing enterprise by placing conditions far from the risk of bankruptcy, while for company PT. Timah Tbk better for the Management to improve the consistency of the company in achieving the company's Z-Score in determining the level of risk of bankruptcy so there were no fluctuations in the company. Management can increase its profit by way of cost efficiency equipment that must be paid if the PT. Timah Tbk. Keyword : Leverage and Bankruptcy
PENDAHULUAN tepat
Suatu leverage yang digunakan dengan pada pendanaan perusahaan
menghasilkan suatu tekanan yang diterapkan pada satu titik akan dibentuk atau diperbesar menjadi tekanan atau gerakan dititik lain. Langsung terbayang adalah penggunaan alat 65
SOELEHAN dan RAMDANI, Analisis Dampak Leverage (Pengungkit) terhadap Kebangkrutan
pengungkit mekanis yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk penggunaan leverage dalam kontek bisnis pengungkit (lever) artinya penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk meningkatkan (lever up) protabilitas. Levarage yang digunakan oleh perusahaan terdiri dari tiga macam bentuk leverage yaitu leverage operasional yang berkaitan dengan penggunaan biaya operasional tetap yang berhubungan dengan produksi barang atau jasa, sementara leverage keuangan berkaitan dengan keberadaan biaya pendanaan tetap khususnya bunga hutang. Kedua jenis leverage tersebut dapat mempengaruhi tingkat dan variabilitas pendapatan setelah pajak perusahaan, dan juga risiko serta pengembalian keseluruhan perusahaan serta posisi keuangan perusahaan. Pada perusahaan yang menggunakan biaya operasional tetap selalu memanfaatkan keberadaan leverage memperbesar pendapatan laba yang dihasilkan oleh perusahaan melalui penggunaan hutang jangka panjang yang bersifat variabel dalam jangka panjang sehingga analisis perlu melibatkan pertimbangan dalam jangka pendek, sehingga perusahaan menanggung biaya operasional tetap dengan harapan volume penjualan akan menghasilkan pendapatan lebih dari cukup untuk menutup semua biaya operasional tetap dan variabel. Potensi menarik yang disebabkan oleh keberadaan biaya operasional tetap (leverage operasional) adalah perubahan dalam volume penjualan menghasilkan perubahan yang lebih besar daripada perubahan proposional dalam laba (rugi) operasional. Pengungkit yang banyak dipergunakan untuk memperbesar tekanan atas suatu titik menjadi tekanan yang lebih besar di titik lain. Keberadaan biaya operasional tetap menyebabkan perubahan persentase dalam volume penjualan dalam menghasilkan perubahan besar atas laba (rugi) operasional. Leverage dapat menjadi pedang bermata dua, jika laba perusahaan dapat diperbesar begitu pula dengan kerugian perusahaan yang dapat diperbesar melalui penggunaan leverage. Studi yang dilakukan Masulis pada tahun 1980 menunjukan bahwa abnormal returns yaitu perbedaan keuntungan riil dan keuntungan sesuai dengan model (ekuilibrium) pada hari pengumuman dan hari setelah 66
pengumuman dari perusahaan-perusahaan yang meningkatkan proporsi penggunaan hutang ternyata positif. Sedangkan perusahaan yang menurunkan leveragenya ternyata memperoleh abnormal return yang negatif pada hari pengumuman dan hari-hari setelahnya. Abnormal returns positif berarti bahwa keuntungan yang diperoleh oleh para pemodal lebih besar dari keuntungan yang seharusnya (sesuai dengan model ekuilibrium, misalnya dengan CAPM). Abnormal return yang positif bagi perusahaan yang meningkatkan proporsi penggunaan hutang berarti bahwa peningkatan leverage dinilai memberikan manfaat bagi pemodal (yaitu dalam bentuk penghematan pajak). Penelitian tersebut menunjukan bahwa risiko kebangkrutan tidak terlalu besar karena manfaat dari penghematan pajak lebih besar dari kerugian karena kemungkinan munculnya biaya kebangkrutan. Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi suatu perusahaan, untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan tidak bisa dilihat dari sisi fisiknya saja, tetapi juga harus dilihat dari unsur keuangannya, karena unsur keuangan yang tidak sehat dapat mengakibatkan suatu perusahaan mengalami kebangkrutan. Untuk menghindari hal tersebut, seorang manajer harus selalu berusaha agar perusahaannya dapat berjalan.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif komparatif, metode ini dipakai dengan alasan penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai analisis leverage yang digunakan oleh perusahaan untuk memperbesar pendapatan laba perusahaan yang mempengaruhi tingkat risiko kebangkrutan perusahaan. Metode penelitian ini adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara mencari data yang dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai penggunaan leverage perusahaan kemudian penulis bermaksud untuk membandingkan perkembangan leverage yang digunakan perusahaan dengan mengambil data selama 5 tahun terakhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 11 No. 1, April 2011
Analisis Hubungan Dampak Leverage (DOL dan DFL) Terhadap Risiko Kebangkrutan Perusahaan pada PT ANTAM Tbk Analisis Regresi Dalam uji ini model regresi yang digunakan adalah model regresi linear Multiple regression, dimana nilai leverage (X1 dan X2) sebagai variabel bebas (independent) dan tingkat kebangkrutan perusahaan (Y) sebagai variabel terikat (dependen). Adapun model dasarnya adalah adalah sebagai berikut : Y = a + b X 1 + b X2 Keterangan: Y = Kebangkrutan (Variabel Dependen) a = Konstanta b = Koefisien Variabel Independen XI = Nilai DOL (Variabel Independen) X2 = Nilai DFL (Variabel Independen) Dari tabel 2, dapat diketahui bahwa persamaan regresi linear sederhana pada penelitian PT. ANTAM Tbk adalah sebagai berikut: Y = 6,494 + 0,740 X1 – 5,517 X2 Dari persamaan regresi sederhana tersebut, dapat dijelaskan bahwa : a) a = intersept sebesar 6,494 artinya apabila variabel independen (DOL dan DFL) dianggap konstan (bernilai 0), maka tingkat nilai kebangkrutan Z-Score Altman sebesar 6,494. b) Koefisien nilai DOL (X1) sebesar 0,740 dan DFL (X2) sebesar –5,517, artinya apabila nilai DOL dan DFL mengalami kenaikan sebesar satu satuan, maka tingkat
kebangkrutan PT. ANTAM Tbk akan mengalami kenaikan sebesar 6,494. Koefisien Determinasi Dari hasil Output SPSS model summary besarnya adjusted R2 adalah 0,897, hal ini berarti 89,7% variasi kebangkrutan dapat dijelaskan oleh variasi ke dua variabel independen yaitu DOL dan DFL. Sedangkan sisanya (100% - 89,7% =10,3%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model. Standar Error of Estimate (SEE) sebesar 0,98403. Menunjukan makin kecil SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Untuk melakukan uji statistik F penulis menggunakan pengambilan keputusan dengan cara quick look dengan menggunakan derajat pengukuran 10% atau 0.10, yaitu bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat keperayaan 10%, dengan kata lain menerima hipotesis alternatif HA, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Dari uji ANOVA, atau F test didapat nilai F hitung sebesar 18.325 lebih lebih besar daripada 4 (18.325>4) dengan probabilitas 0.052. karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,10. Maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi tingkat risiko kebangkrutan atau dapat dikatakan bahwa DOL dan DFL secara bersama-sama berpengaruh terhadap kebangkrutan.
Tabel 1 Data Pengaruh Dampak Leverage Terhadap Kebangkrutan PT. ANTAM Tbk PT. ANTAM TBK TAHUN DOL DFL Kebangkrutan 2005 0,2669 1,0781 1,4948 2006 1,5668 0,7563 2,4498 2007 1,6127 -0,1855 8,9717 2008 3,9065 0,9330 3,8990 2009 6,4915 0,9358 6,4906 Sumber : Laporan Keuangan PT. ANTAM Tbk diolah Tabel 2 Koefisien Regresi PT. ANTAM Tbk
Keterangan Abu-abu Abu-abu Sehat Sehat Sehat
67
SOELEHAN dan RAMDANI, Analisis Dampak Leverage (Pengungkit) terhadap Kebangkrutan Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients B Std. Error
Standardized Coefficients Beta
6.494 .906 DOL .740 .206 DFL -5.517 .991 a Dependent Variable: KEBANGKRUTAN
T
7.164 3.599 -5.565
(Constant)
.595 -.920
Sig.
.019 .069 .031
Tabel 3 Koefisien Determinasi Koefisien Regresi PT. ANTAM Tbk Model Summaryb Adjusted Model R R Square R Square .948 .897 1 .974a a Predictors: (Constant), DFL, DOL b Dependent Variable: KEBANGKRUTAN
Std. Eror of The Estimate .9840259
Durbin-Watson 2.936
Tabel 4 ANOVA PT. ANTAM Tbk ANOVAb Sum of Squares df 35.488 2 Regression Residual 1.937 2 Total 37.424 4 a Predictors: (Constant), DFL, DOL b Dependent Variable: KEBANGKRUTAN Model 1
Mean Squre 17.744 .968
F 18.325
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: KEBANGKRUTAN 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 1. Uji Normalitas PT. ANTAM Tbk
68
Sig. .052a
ROSITA dan RAHMAN, Evaluasi Penerapan Pembiayaan Mudharabah dan Pengaruhnya
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Untuk melakukan uji statistik t penulis menggunakan pengambilan keputusan dengan cara quick look, yaitu bila jumlah Degree of Freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 10%, maka maka Ho yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak. Dengan kata lain kita menerima nilai hipotesis alternatif bi ≠ 0 yang menyatakan bahwa suatu variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Dari ke dua variabel independen yang dimasukan kedalam model regresi variabel DOL dan DFL signifikan pada 0,10 tau 10%, hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk DOL sebesar 0,069 dan DFL sebesar 0,031, keduanya jauh dibawah 0,10. sehingga Ho : bi = 0 ditolak dan hipotesis alternatif HA : bi ≠ 0 dapat diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel kebangkrutan dipengaruhi oleh DOL dan DFL, tetapi untuk variabel DFL mempunyai pengaruh terhadap variabel kebangkrutan yang tidak nyata, karena nilai t hitung yang dihasilkan negatif. Uji Autokorelasi (Durbin-Watson) Nilai DW sebesar 2,936, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikasi 10%, jumlah sample 10(n) dan jumlah variabel independen 2 (k=2), oleh karena nilai DW 2,936 lebih besar dari batas atas (du) 1,76 dan kurang dari 4 1,76 (4-du), maka dapat disimpulkan bahwa tidak bisa menolak HO yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi. model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji Normalitas Berdasarkan gambar 1, dapat dilihat data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan analisis regresi yang digunakan memenuhi asumsi normalitas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada PT. ANTAM Tbk maka penelitian ini telah sesuai dengan penelitian
yang diinginkan oleh peneliti yaitu untuk menganalisis dampak leverage (DOL dan DFL) terhadap Kebangkrutan. Dari hasil uji regresi menunjukan hasil R2 =0,948 ; artinya variabel indipenden (DOL dan DFL) berpengaruh terhadap kebangkrutan. Variabel indipenden (DOL dan DFL) ternyata memberi kontribusi sebesar 94,80% dalam menjelaskan kebangkrutan perusahan sedangkan sisanya 5,20% (100%-94,50%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dipengaruhi oleh leverage. Hasil uji t diperoleh hitungan persamaan multiple regresi hasil analisis uji t untuk variabel DOL diperoleh nilai t statistik sebesar 3,599 dengan signifikan 0,069 karena signifikansi t lebih kecil dari 0,10 (p<0,10) maka Ho tolak. Hal ini berarti variabel DOL secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap kebangkrutan. Hasil analisis uji t untuk variabel DFL diperoleh nilai t statistik sebesar -5,565 dengan signifikan 0,031 karena signifikansi t lebih kecil dari 0,10 (p<0,10) maka Ho ditolak. Hal ini berarti variabel DFL secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap kebangkrutan. Maka dapat disimpulkan secara parsial ada pengaruh antara dampak leverage (DOL dan DFL) terhadap kebangkrutan perusahaan pada PT. ANTAM Tbk. Analisis Hubungan Dampak Leverage (DOL dan DFL) Terhadap Risiko Kebangkrutan Perusahaan pada PT TIMAH Tbk Analisi Regresi Dalam uji ini model regresi yang digunakan adalah model regresi linear Multiple regression, dimana nilai leverage (XI dan X2) sebagai variabel bebas (independent) dan tingkat kebangkrutan perusahaan (Y) sebagai variabel terikat (dependen). Adapun model dasarnya adalah adalah sebagai berikut : Y = a + b X 1 + b X2 Keterangan: Y = Kebangkrutan (Variabel Dependen) a = Konstanta b = Koefisien Variabel Independen X1 = Nilai DOL (Variabel Independen) X2 = Nilai DFL (Variabel Independen)
69
SOELEHAN dan RAMDANI, Analisis Dampak Leverage (Pengungkit) terhadap Kebangkrutan
Dari tabel 6, dapat diketahui bahwa persamaan regresi linear sederhana pada penelitian PT. TIMAH Tbk adalah sebagai berikut: Y = 9,466 + 0,078 X1 – 4,830 X2 Dari persamaan regresi sederhana tersebut, dapat dijelaskan bahwa : a) a = intersept sebesar 9,466 artinya apabila variabel independen (DOL dan DFL) dianggap konstan (bernilai 0), maka tingkat nilai kebangkrutan Z-Score Altman sebesar 9,466. b) Koefisien nilai DOL (X1) sebesar 0,078 dan DFL (X2) sebesar -4,830, artinya apabila nilai DOL dan DFL mengalami kenaikan sebesar satu satuan, maka tingkat kebangkrutan PT. ANTAM Tbk akan mengalami kenaikan sebesar 9,466. Koefisien Determinasi Dari hasil Output SPSS model summary besarnya adjusted R2 adalah -0,154, hal ini berarti -15,4% variasi kebangkrutan dapat dijelaskan oleh variasi ke dua variabel independen yaitu DOL dan DFL. Sedangkan sisanya (100% +15,4% =115,4%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model ini
menunjukkan bahwa tingkat kebangkrutan pada PT. TIMAH Tbk tidak dapat di jelaskan oleh variasi kedua variabel independen. Standar Error of Estimate (SEE) sebesar 1,62173. Menunjukan semakin kecil SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Untuk melakukan uji statistik F penulis menggunakan pengambilan keputusan dengan cara quick look, yaitu bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat keperayaan 10%, dengan kata lain menerima hipotesis alternatif HA, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Dari uji ANOVA, atau F test didapat nilai F hitung sebesar 0,732 lebih kecil dari 4 dengan probabilitas 0.577. karena probabilitas jauh lebih dari 0,10. Maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi tingkat risiko kebangkrutan atau dapat dikatakan bahwa DOL dan DFL secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kebangkrutan.
Tabel 5 Data Pengaruh Dampak Leverage Terhadap Kebangkrutan PT. TIMAH Tbk PT. ANTAM TBK TAHUN DOL DFL Kebangkrutan 2005 -1.2389 1.5313 2.0176 2006 3.9968 1.1674 2.2725 2007 5.6325 1.2260 4.4170 2008 -4.0596 1.0179 4.3691 2009 4.4982 1.1504 5.5123 Sumber : Laporan Keuangan PT. TIMAH Tbk diolah
Keterangan Abu-abu Abu-abu Sehat Sehat Sehat
Tabel 6 Koefisien Regresi PT. TIMAH Tbk Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients B Std. Error
9.466 5.249 DOL .078 .193 DFL -4.830 4.254 a Dependent Variable: KEBANGKRUTAN 70
Standardized Coefficients Beta
(Constant)
.217 -.610
t
1.803 .404 -1.136
Sig.
.213 .725 .374
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 11 No. 1, April 2011
Tabel 7 Koefisien Determinasi Koefisien Regresi PT. TIMAH Tbk Model Summaryb Adjusted Model R R Square R Square .423 -.154 1 .650a a Predictors: (Constant), DFL, DOL b Dependent Variable: KEBANGKRUTAN
Std. Eror of The Estimate 1.6217290
Durbin-Watson 1.953
Tabel 8 ANOVA PT. TIMAH Tbk ANOVAb Sum of Squares df 3.853 2 Regression Residual 5.260 2 Total 9.113 4 a Predictors: (Constant), DFL, DOL b Dependent Variable: KEBANGKRUTAN Model 1
Mean Squre 1.926 2.630
F .732
Sig. .577a
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: KEBANGKRUTAN 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 2 Uji Normalitas PT. TIMAH Tbk Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Untuk melakukan uji statistik t penulis menggunakan pengambilan keputusan dengan cara quick look, yaitu bila jumlah Degree of Freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 10%, maka maka Ho yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak. Dengan kata
lain kita menerima nilai hipotesis alternatif bi ≠ 0, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Dari ke dua variabel independen yang dimasukan kedalam model regresi variabel DOL dan DFL signifikan pada 0,10 atau 10%, hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk DOL sebesar 0,725 dan DFL sebesar 0,374, keduanya jauh diatas 0,10 71
SOELEHAN dan RAMDANI, Analisis Dampak Leverage (Pengungkit) terhadap Kebangkrutan
atau 10%. sehingga Ho:bi=0 diterima dan hipotesis alternatif HA:bi≠0 dapat ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel kebangkrutan tidak dipengaruhi oleh DOL dan DFL. Uji Autokorelasi (Durbin-Watson) Nilai DW sebesar 1,953, nilai ini akan di bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikasi 10%, jumlah sample 10(n) dan jumlah variabel independen 2 (k=2), oleh karena nilai DW 1,953 lebih kecil dari batas atas (du) 1,76 dan lebih dari 4 - 1,76 (4-du), maka dapat disimpulkan bahwa bisa menolak HO yang menyatakan bahwa ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat disimpulkan terdapat autokorelasi. model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi, tetapi pada model regresi PT. TIMAH Tbk terdapat autokorelasi maka model regresi ini tidak baik untuk digunakan. Uji Normalitas Berdasarkan gambar 2, dapat dilihat data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan analisis regresi yang digunakan memenuhi asumsi normaslitas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada PT. TIMAH Tbk maka penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang diinginkan oleh peneliti yaitu untuk menganalisis dampak leverage (DOL dan DFL) terhadap Kebangkrutan. Dari hasil uji regresi menunjukan hasil R2 =-0,154; artinya variabel indipenden (DOL dan DFL) tidak berpengaruh terhadap kebangkrutan. Variabel indipenden (DOL dan DFL) ternyata memberi kontribusi sebesar -15,4% dalam menjelaskan kebangkrutan perusahan sedangkan sisanya 115,4% (100%+15,4) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dipengaruhi oleh leverage, maka dapat dikatakan leverage tidak mempengaruhi kebangkrutan pada perusahaan PT. TIMAH Tbk. Hasil uji t diperoleh hitungan persamaan regresi sederhana hasil analisis uji t untuk variabel DOL diperoleh nilai t statistik sebesar 0,404 dengan signifikan 0,725 karena signifikansi t lebih besar dari 0,10 (p>0,10) 72
maka Ho diterima. Hal ini berarti variabel DOL secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebangkrutan. Hasil analisis uji t untuk variabel DFL diperoleh nilai t statistik sebesar -1,174 dengan signifikan 0,3741 karena signifikansi t lebih besar dari 0,10 (p>0,10) maka Ho diterima. Hal ini berarti variabel DFL secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebangkrutan. Maka dapat disimpulkan secara parsial tidak ada pengaruh antara dampak leverage (DOL dan DFL) terhadap kebangkrutan perusahaan PT. TIMAH Tbk.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Hasil analisis Leverage khususnya leverage operasi yang diukur dengan menggunakan perhitungan DOL pada perusahaan PT. ANTAM Tbk dan PT. TIMAH Tbk pada tahun 2005 sampai tahun 2009 diperoleh nilai DOL pada PT. ANTAM Tbk terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dibandingkan dengan DOL pada PT. TIMAH Tbk yang cenderung berfluktuasi selama periode tersebut. Hal ini menujukan bahwa pencapaian DOL yang telah dihasilkan oleh PT. ANTAM Tbk lebih baik daripada PT. TIMAH Tbk, tetapi dalam penggunaan DOL yang tinggi PT. ANTAM Tbk juga menanggung risiko operasional yang lebih tinggi dari pada PT. TIMAH Tbk. Dalam hal ini menunjukan bahwa PT. ANTAM Tbk cenderung lebih baik dalam memanfaatkan pendanaan pada biaya operasionalnya dibandingkan dengan PT. TIMAH Tbk. Serta jika dilihat dari segi efisiensinya PT. ANTAM Tbk ini lebih efisien dan lebih baik dari PT. TIMAH Tbk dalam melakukan efisiensi khususnya dibagian pabrik maupun dibagian overhead, hal ini dapat dilihat dari pencapaian margin laba operasi yang dihasilkan oleh PT. ANTAM Tbk yang lebih tinggi daripada pencapaian yang dihasilkan oleh PT. TIMAH Tbk, Karena
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 11 No. 1, April 2011
2.
3.
semakin tinggi nilai margin laba operasi yang telah dicapai olah perusahaan maka semakin kuat daya tahan perusahaan menghadapi keadaan bisnis yang kurang menguntungkan. Dari hasil perhitungan DFL pada perusahaan PT. ANTAM Tbk dan PT. TIMAH Tbk pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 diperoleh nilai DFL pada PT. ANTAM Tbk dan PT. TIMAH Tbk yang mengalami fluktuasi selama periode tersebut. Pencapain tingkat DFL yang dihasilkan oleh PT. TIMAH Tbk lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian yang telah dihasilkan oleh PT. ANTAM Tbk, ini menunjukan bahwa DFL pada PT. TIMAH Tbk lebih baik daripada PT. ANTAM Tbk jika perusahaan dapat mampu terus meningkatkan penjualan sehingga perubahan peningkatan penjualan dapat memperbesar nilai EPS yang akan diterima oleh pemegang saham , tingginya DFL yang telah dihasilkan oleh PT. TIMAH Tbk, hal ini menunjukan bahwa PT. TIMAH Tbk cenderung lebih banyak menggunakan pendanaan dengan menggunakan hutang, sehingga PT. TIMAH Tbk lebih banyak terbebani oleh risiko keuangan yang disebabkan oleh bunga yang harus dibayar oleh perusahaan akibat penggunaan pemanfaatan dana pada hutang yang digunakan untuk memperbesar EPS yang telah dihasilkan oleh perusahaan daripada risiko keuangan yang ditanggung PT. ANTAM Tbk. Dari hasil uji analisis untuk mencari dampak pengaruh leverage terhadap kebangkrutan pada perusahaan PT. ANTAM Tbk dan PT. TIMAH Tbk dihasilkan bahwa DOL pada perusahaan PT. ANTAM Tbk lebih dominan mempengaruhi kebangkrutan dibandingkan dengan DOL perusahaan PT. TIMAH Tbk yang tidak dominan dalam mempengaruhi tingkat kebangkrutan, walaupun pada intinya DOL yang dihasilkan oleh perusahaan berbanding lurus terhadap tingkat kebangkrutan perusahaan yang diukur menggunakan Z-score selama perusahaan mampu meningkatkan penjualan dan
meningkatkan EBIT. Dalam mencari hubungan pengaruh DFL terhadap kebangkrutan pada perusahaan PT. ANTAM Tbk dan PT. TIMAH Tbk dapat disimpulkan bahwa DFL pada perusahaan PT. ANTAM Tbk lebih dominan mempengaruhi kebangkrutan dibandingkan dengan DFL perusahaan PT. TIMAH Tbk yang tidak dominan dalam mempengaruhi kebangkrutan, walaupun pada intinya DFL yang dihasilkan oleh perusahaan berbabanding terbalik dengan tingkat kebangkrutan yang diukur menggunakan Z-Score. Dari penjelasan hubungan antara DOL dan DFL terhadap kebangkrutan pada perusahaan PT. ANTAM Tbk dan PT. TIMAH Tbk dapat disimpulkan bahwa tingkat kebangkrutan pada PT. ANTAM Tbk dipengaruhi oleh leverage yaitu oleh DOL dan DFL, sedangkan pada PT. TIMAH Tbk tingkat kebangkrutannya tidak dipengaruhi oleh leverage yaitu DOL dan DFL.
DAFTAR PUSTAKA Agnes Sawir. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Akhyar, Muhammad Adnan. 2000. Analisis Tingkat Kesehatan Perusahaan Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Dengan Pendekatan Altman. Dalam JAAI Vol.4 No. 2 Desember. Aryati, dkk. 2000. Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Bank Bermasalah di Indonesia. Makalah dalam Simposium Nasional Indonesia. Block, Stanley B, and geoffrey A. Hirt 2005. Foundation Of Financial Management. 11th edition, Newyork. Mc Graw Hill.Inc. Brigham dan Houston. Edisi 10 Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Fundamental of Financial Management. Salemba 4. 2006. Jakarta. Darsono P. 2006. Manajemen Keuangan Pendekatan Praktis, Diadit Media, Jakarta. 73
SOELEHAN dan RAMDANI, Analisis Dampak Leverage (Pengungkit) terhadap Kebangkrutan
Demello Jim. 2006. Cases In Finance (Kasus-kasus Keuangan). Edisi 2, diterjemahkan oleh Ika Permatasari. Salemba Empat, Jakarta.
Analysis (Analisis Laporan Keuangan), edisi 8, buku satu penerjemah Yanivi S. Bachtiar, dan S. Nurwahyu Harahap, Salemba Empat, Jakarta.
Hanafi M Mamduh., Halim Abdul. 1995. Analisis Laporan Keuangan edisi revisi, Unit Penerbit Dan Percetakan AMPYKPN, Yogyakarta.
Klein. 2003. “Audit Committee, Board of Director Characteristics, and Earnings Management”. Working Paper.
Hanafi, Hamduh M. dan Halim, Abdul. 1996. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN Handaru, Sri. 2005. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Internasional. Gramedia, Jakarta Harnanto. 2002. Akuntansi Keuangan Menengah, BPFE, Yogyakarta. Husnan, Suad dan enny pudjiastuti, 2002, Dasar-dasar manajemen keuangan . Edisi 3 , Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta Imam
Ghozali. 2005. Aplikasi Analisi Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi 3, Badan Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang.
J. Fred Weston dan Eugene f. Brigham. 1990. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 9, jilid 1 diterjemahkan oleh Alfonsus Sirait, S.E.,M. Bus. Jakarta: Erlangga. James C. Van Horne dan John M.Wachowicz, JR. 2007. Fundamental of financial management, Buku 2 edisi 12, Salemba Empat, Pearson Education Limited 2005. John J. Wild, K.R. Subramanyam, dan Robert F. Halsey. 2005. Financial Statement
74
Noor Achmad. 2007. Analisis Laporan Keuangan (Dari Perspektif Manajemen). STIE Kesatuan Bogor. R. Agus Sartono, 2008. Manajemen Pendanaan Teori dan Aplikasi, Edisi Ketiga, Cetakan keempat, BPFE, Yogyakarta. Ross, Westerfield, Jordan. 2009. Pengantar Keuangan Perusahaan Buku 1 edisi 8, Salemba Empat, Jakarta. Rugman, Alan M dan Richard M Hodgetts. 2000. Internasional Bussiness (A Strategic Management Approach). Second Edition. Prentice Hall. USA Simamora Hendry. 2000. Akuntasi Manajemen. Salemba 4 . Jakarta Supardi dan Sri Mastuti. 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman Untuk Menilai Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Dalam Kompak No. 7. Januari-April. Sutrisno, 2000. Manajemen Keuangan Teori , Konsep, & Aplikasi. Penerbit Ekonisia. Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta. Sutrisno. 2005. Manajemen keuangan dan teori, konsep dan aplikasi. penerbit ekonisia, yogyakarta.