ANALISIS DAMPAK MERGER DAN AKUISISI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Periode 2005)
Oleh ANUGERAH DEWI P. S. H24080021
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
RINGKASAN
ANUGERAH DEWI P. S. H24080021. Analisis Dampak Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Periode 2005). Dibawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI. Adanya globalisasi dan perdagangan bebas menyebabkan persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin tajam. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat mempertahankan eksistensinya. Salah satu strategi yang dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan merger dan akuisisi. Keberhasilan perusahaan dalam merger dan akuisisi dapat dilihat dari kinerja perusahaan tersebut, salah satunya kinerja keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi, (2) Menganalisis kondisi kinerja keuangan perusahaan sebelum merger dan akuisisi, (3) Menganalisisi kondisi kinerja keuangan perusahaan sesudah merger dan akuisisi, (4) Menganalisis adanya perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Objek penelitian ini adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 2005. Berdasarkan metode pengambilan sampel dengan purposive sampling, diperoleh tiga perusahaan yang memenuhi kriteria sampel. Analisis data dilakukan dengan membandingkan kinerja keuangan perusahaan pada periode sebelum dan sesudah merger dan akuisisi yang diwakili oleh current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan total asset turn over. Selanjutnya digunakan uji beda paired sample t test untuk mengetahui ada tidaknya dampak akuisisi terhadap kinerja keuangan. Alasan merger dan akusisi yang dilakukan perushaan berbeda-beda sesuai dengan tujuan dan keadaan perusahaan sampel. Begitu juga dengan kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi bervariasi dari tahun ke tahun dan berbeda-beda untuk tiap perusahaan. Dari hasil analisis deskriptif pada rasio keuangan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi maka dapat terlihat beberapa perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa peningkatan atau penurunan pada nilai rata-rata setiap rasio, nilai maximum, nilai minimum, serta standar deviasi dari rasio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Selanjutnya untuk melihat apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi dilakukan uji paired sample t test dengan SPSS 17. Dari hasil pengujian dengan membandingkan kinerja keuangan 5 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan total asset turn over antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada taraf signifikan 95% (α=0.05). Kata Kunci: Merger, Akuisisi, Kinerja Keuangan
ANALISIS DAMPAK MERGER DAN AKUISISI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Periode 2005)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh ANUGERAH DEWI P. S. H24080021
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Skripsi
: Analisis Dampak Merger dan Akuisisi terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Periode 2005)
Nama
: Anugerah Dewi P. S.
NIM
: H24080021
Menyetujui, Pembimbing
(Farida Ratna Dewi, SE, MM) NIP : 19710307 200501 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP : 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Anugerah Dewi Permata Sary yang dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 1990. Penulis merupakan anak ke dua dari pasangan Alm. Bapak Wito dan Ibu Giyanti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasarnya di SDN Cipadu 1 Tangerang pada tahun 2002, pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Negeri 245 Jakarta pada tahun 2005 dan pendidkan menengah atas di SMA Negeri 6 Jakarta pada tahun 2008. Setelah itu penulis melanjutkan studi untuk jenjang stara satu di Institut Pertanian Bogor. Penulis memulai studinya di tahun 2008 pada Mayor Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh masa studinya di IPB, penulis aktif di beberapa organisasi dan ikut serta menjadi panitia dalam beberapa acara kepanitiaan yang diselenggarakan oleh BEM FEM IPB dan BEM KM IPB. Penulis aktif sebagai staff Direktorat Public Relation Center of Management (COM@) (2009-2010). Di tahun berikutnya penulis menjabat sebagai Dewan Komisaris Center of Management (COM@) (2010-2011). Selain aktif pada himpunan profesi, penulis juga aktif dalam unit kegiatan mahasiswa International Association of Student in Agricultural and Related Sciences (IAAS). Di organisasi ini penulis menjabat sebagai Head of Human Resources Develompent Department (2010-2011).
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Periode 2005).” Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini membahas mengenai dampak merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan terhadap kinerja keuangannya. Dampak merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan dilihat dari perubahan kinerja keuangan setelah merger dan akuisisi yang di proyeksikan ke dalam empat rasio yaitu, current ratio, debt to equity ratio, net profit margin dan total asset turn over yang masing masing mewakili rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas. Demikian skripsi ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun dari segi penyajiannya. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Bogor, Maret 2012
Penulis
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, masukan, motivasi, dan semangat dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan ucapan terimakasih kepada: 1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak R. Dikky Indrawan, SP, MM dan Ibu Dra. Siti Rahmawati M.Pd selaku dosen penguji sidang yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji sidang dan memberikan bimbingan serta saran dalam penulisan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen. 4. Seluruh Dosen Departemen Manajemen beserta Staf Tata Usaha yang telah banyak membantu. 5. Kedua orang tua penulis yang telah mendidik, memberi kasih sayang, doa serta dukungan baik moril maupun materil kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Serta Eko yang telah memberikan bantuan yang tak terhitung nilainya. 6. Iqdam Nadirman yang selalu memberikan motivasi, semangat, kesabaran dan dukungan kepada penulis. 7. Sahabat sekaligus keluargaku di Putri Bunda, Dina, Mutia, Mafia, Aysri, dan Gita. Terimakasih atas kehangatan keluarga, pertolongan, dan keceriaan yang selalu kalian berikan. 8. Sahabat-sahabatku di Manajemen 45, Risya, Amel, Ida, Fitri, Regi dan Oca. Terimakasih untuk keceriaan dan kebersamaanya selama ini. 9. Sahabat-sahabat tersayangku Debby, Bunga, Riris, Duma dan Tri yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. 10. Teman-teman Center of Management dan IAAS. Terimakasih untuk kekeluargaan dan teamwork selama berada di organisasi tersebut.
vi
11. Teman-teman satu bimbingan, Ida, Nabila, Anggara, Fuji sebagai tempat bertukar pendapat dan ilmu serta selalu memberikan semangat untuk berjuang bersama sampai akhir. 12. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.
vii
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ...........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ......................................................................
v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................
vi
DAFTAR ISI ......................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ..............................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
xiii
I.
PENDAHULUAN .....................................................................
1
1.1. Latar Belakang..................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ............................................................. 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................
1 3 4 4 5
TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................
6
2.1. Merger dan Akuisisi ............................................................ 2.1.1 Pengertian ................................................................... 2.1.2 Motif Merger dan Akuisis .......................................... 2.1.3 Jenis Merger ............................................................... 2.2. Analisis Laporan Keuangan ................................................ 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan ................................... 2.2.2 Pengertian Analisis Laporan Keuangan ..................... 2.2.3 Tujuan Analisis........................................................... 2.2.4 Jenis laporan Keuangan .............................................. 2.2.5 Metode dan Teknik Analisis....................................... 2.2.6 Analisis Rasio Keuangan ............................................ 2.2.6.1 Pengertian, Tujuan, dan Klasifikasi Rasio .... 2.2.6.2 Keunggulan Analisis Rasio ........................... 2.3. Uji Normalitas Data ............................................................ 2.4. Uji Paired Sample T Test ................................................... 2.5. Penelitian Terdahulu............................................................
6 6 6 7 8 8 9 9 10 11 12 12 13 13 14 16
III. METODE PENELITIAN ........................................................
18
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian .......................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 3.3. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data ..................... 3.4. Metode Analisis Data .......................................................... 3.4.1 Variabel Penelitian ..................................................... 3.4.2 Teknik Analisis........................................................... 3.4.2.1 Analisis Deskriptif .........................................
18 20 20 21 21 23 23
II.
viii
3.4.2.2 Uji Normalitas ................................................ 3.4.2.3 Uji Paired Sample T Test ...............................
23 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................
27
4.1. Gambaran Umum Perusahaan dan Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi ............................................................ 4.1.1 PT Indofood Sukses Makmur ..................................... 4.1.2 PT Hanson International ............................................. 4.1.3 PT Kalbe Farma .......................................................... 4.2. Kondisi Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi .............................................. 4.2.1 PT Indofood Sukses Makmur ..................................... 4.2.2 PT Hanson International ............................................. 4.2.3 PT Kalbe Farma .......................................................... 4.3 Perkembangan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi ....................................... 4.3.1 PT Indofood Sukses Makmur ..................................... 4.3.2 PT Hanson International ............................................. 4.3.3 PT Kalbe Farma .......................................................... 4.4. Analisis Deskriptif ............................................................... 4.4.1 Analisis Deskriptif Sebelum Merger dan Akuisisi ..... 4.4.2 Analisis Deskriptif Sesudah Merger dan Akuisisi...... 4.4.3 Perbandingan Analisis Deskriptif Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi............... 4.4.3.1 Analisis Rasio Likuiditas ................................. 4.4.3.2 Analisis Rasio Solvabilitas .............................. 4.4.3.3 Analisis Rasio Profitabilitas ............................. 4.4.3.4 Analisis Rasio Aktivitas ................................... 4.5. Uji Paired Sample T Test .................................................... 4.5.1 Analisis Rasio Likuiditas............................................ 4.5.2 Analisis Rasio Solvabilitas ......................................... 4.5.3 Analisis Rasio Profitabilitas ....................................... 4.5.4 Analisis Rasio Aktivitas .............................................
68 69 71 72 73 75 75 76 77 77
KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
80
a. Kesimpulan .................................................................................... b. Saran ....................................................................................
80 81
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
82
LAMPIRAN ......................................................................................
84
ix
27 27 29 31 34 36 44 52 60 60 62 63 65 66 67
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. 2. 3. 4. 5.
Daftar perusahaan sampel............................................................. Hasil pengujian normalitas data ................................................... Daftar rasio keuangan sebelum merger dan akuisisi .................... Daftar rasio keuangan sesudah merger dan akuisisi ..................... Daftar perkembangan kinerja keuangan PT Indofood Sukses Makmur ........................................................................................ 6. Daftar perkembangan kinerja keuangan PT Hanson International 7. Daftar perkembangan kinerja keuangan PT Kalbe Farma ........... 8. Hasil analisis deskriptif sebelum dan sesudah merger dan akuisisi ........................................................................................ 9. Hasil analisis deskriptif rata-rata sebelum dan sesudah merger dan akuisisi ................................................................................... 10. Hasil paired sample t test sebelum dan sesudah merger dan Akuisisi ........................................................................................
x
21 21 34 35
62 63 65 63 69
DAFTAR GAMBAR No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Halaman Kurva distribusi normal ................................................................ Kerangka pemikiran penelitian..................................................... Kondisi current ratio Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi ....................................................................... Kondisi current ratio Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi ....................................................................... Kondisi debt to equity ratio Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi ........................................................ Kondisi debt to equity ratio Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi ......................................................... Kondisi net profit margin Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi ........................................................ Kondisi net profit margin Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi ......................................................... Kondisi total asset turn over Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi ........................................................ Kondisi total asset turn over Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi ......................................................... Kondisi current ratio Hanson International sebelum merger dan akuisisi ................................................................................... Kondisi current ratio Hanson International sesudah merger dan akuisisi ................................................................................... Kondisi debt to equity ratio Hanson International sebelum merger dan akuisisi ....................................................................... Kondisi debt to equity ratio Hanson International sesudah merger dan akuisisi ....................................................................... Kondisi net profit margin Hanson International sebelum merger dan akuisisi ....................................................................... Kondisi net profit margin Hanson International sesudah merger dan akuisisi ....................................................................... Kondisi total asset turn over Hanson International sebelum merger dan akuisisi ....................................................................... Kondisi total asset turn over Hanson International sesudah merger dan akuisisi ....................................................................... Kondisi current ratio Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi ........................................................................................ Kondisi current ratio Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi ........................................................................................ Kondisi debt to equity ratio Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi ................................................................................... Kondisi debt to equity ratio Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi ................................................................................... Kondisi net profit margin Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi ...................................................................................
xi
14 19 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
24. Kondisi net profit margin Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi ................................................................................... 25. Kondisi total asset turn over Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi ................................................................................... 26. Kondisi total asset turn over Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi ................................................................................... 27. Perubahan komponen current ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi ....................................................................... 28. Perubahan komponen debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi ......................................................... 29. Perubahan komponen net profit margin sebelum dan sesudah merger dan akuisisi ......................................................... 30. Perubahan komponen total asset turn over sebelum dan sesudah merger dan akuisisi .........................................................
xii
57 58 59 64 66 67 68
DAFTAR LAMPIRAN No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Halaman Daftar rasio keuangan ................................................................... Hasil output uji normalitas .......................................................... Hasil output uji deskriptif ............................................................. Hasil output bloxplot .................................................................... Hasil output uji paired sample t test ............................................. Perhitungan manual uji beda berpasangan ...................................
xiii
85 86 87 88 93 95
1
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Adanya globalisasi dan perdagangan bebas menyebabkan persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin tajam. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu mengembangakan strategi perusahaan agar dapat mempertahankan eksistensinya, baik strategi jangka pendek maupun strategi jangka panjang. Masalah penggabungan usaha selalu menarik perhatian karena banyak aspek dan kepentingan yang terkait. Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya. Melalui penggabungan beberapa usaha, diharapkan perusahaan-perusahaan itu dapat meningkatkan pangsa pasar, diversifikasi usaha, atau meningkatkan integrasi vertikal dari aktivitas operasional yang ada. Salah satu strategi yang dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan merger dan akuisisi. Perusahaan melakukan merger dan akuisisi bertujuan untuk membuat skala bisnis menjadi lebih besar di tengah kompetisi. Merger dan akuisisi merupakan alternatif investasi modal pertumbuhan secara internal.
Merger terjadi ketika dua organisasi yang
berukuran kurang lebih sama bersatu untuk membangun satu jenis usaha sedangkan akuisisi terjadi ketika sebuah organisasi yang besar membeli suatu perusahaan yang lebih kecil atau sebaliknya. Merger dan akuisisi di Indonesia telah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah alternatif strategi yang menarik bagi banyak perusahaan baik domestik maupun asing untuk melakukannya. Merger di Indonesia secara umum diatur dalam Undang-undang No.1/1995 mengenai Perseroan
Terbatas,
Penggabungan,
Peraturan
Peleburan
dan
Pemerintah
No.
Pengambilalihan
27/1998
mengenai
Perseroan
Terbatas,
Peraturan Pemerintah No. 28/1999 mengenai Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank dan peraturan-peraturan lain yang terkait. Untuk perusahaan
2
Terbuka, merger diatur dalam Peraturan Bapepam No. IX.G.1 mengenai Penggabungan dan Peleburan Usaha Perusahaan Publik atau Emiten. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) mencatat nilai merger dan akuisisi atau penggabungan usaha selama tahun 2011 mencapai Rp 70,3 triliun yang terdiri atas transaksi sesama perusahaan asing Rp 39,5 triliun, perusahaan asing dan perusahaan Indonesia Rp 26,2 triliun, serta sesama perusahaan lokal Rp 4,6 triliun. Jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun 2010. (Sumber: http://www.kabarbisnis.com) Pada tahun 2005, menurut Dealogic’s Invesment Banking Review, Asia tampil di posisi teratas dalam merger dan akuisisi global pada kuartal pertama dengan nilai kesepakatan yang diumumkan melonjak sebesar 75% dari periode yang sama tahun lalu yang jauh lebih cepat daripada kawasan manapun. Indonesia menjadi salah satu
negara
yang menunjukan
pertumbuhan terkuat dengan nilai kesepakatan merger dan akuisisi meningkat sebesar 37% menjadi US$ 5,4 miliar. (Sumber: http://www.merdeka.com) Contoh perusahaan yang pernah melakukan aktivitas akuisisi di tahun 2005 adalah PT Indofood Sukses Makmur. Pada 1 Juni 2005 perusahaan ini melalui anak perusahaannya PT Salim Ivomas mengakuisisi PT Kebun Ganda Prima dan PT Citranusa Intisawit senilai Rp. 175 miliar atau 100% saham dari Silveron Investment Ltd Milik Reserve Cash Ltd pemegang saham KGP dan CI. Akuisisi ini adalah akuisisi eksternal perusahaan yang bergerak dalam perkebunan sawit di Kalimantan Barat seluas 27 ribu hektar. (Sumber: Dokumentasi Bursa Efek Indonesia) Contoh lain adalah merger yang dilakukan oleh PT Hanson International Tbk yang mengakuisisi 50% saham PT Panca Amara Utama pada 15 April 2005. Akuisisi ini merupakan upaya penyelamatan PT Hanson Industri Utama Tbk setelah core bisnisnya yakni tekstil bangkrut. Perusahaan ini kemudian berubah nama menjadi PT Hanson International Tbk dan beralih menjadi perusahaan investasi. (Sumber: Dokumentasi Bursa Efek Indonesia) Selain dua perusahaan diatas, pada tahun 2005 tercatat 19 perusahaan terbuka yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi di Indonesia. Enam
3
diantaranya bertindak sebagai perusahaan pengakuisisi, yaitu Indofood Sukses Makmur, Hanson International,
Kalbe Farma, Bakrie Sumatera
Plantation, Medco Energy International, dan Bat Indonesia. Sedangkan 13 perusahaan lainnya berindak sebagai perusahaan target, yaitu Bank NISP, Bank Buana Indonesia, Bank Lippo, Bank Arta Graha, Cahaya Kalbar, Gajah Tunggal, HM Sampoerna, Cipta Televisi Pendidikan Indonesia, Lippo Karawaci, Excelkomindo Pratama, Ring Tenders Indonesia, Summitplast, dan Duta Semesta Mas. Keberhasilan perusahaan dalam merger dan akuisisi dapat dilihat dari kinerja perusahaan tersebut, salah satunya kinerja keuangan. Perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan melakukan merger dan akuisisi biasanya akan tampak dari kinerja perusahaan dan keadaan finansialnya. Setelah melakukan merger dan akuisisi, posisi keuangan perusahaan mengalami
perubahan
dan
tercermin
dalam
laporan
keuangannya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Dampak Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005).” 1.2. Perumusan Masalah Aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menarik untuk dianalisis karena aktivitas merger dan akuisisi mendapat banyak perhatian dari berbagai kalangan, diantaranya investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat umum. Pada tahun 2005 tercatat banyak aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan publik, namun penelitian ini fokus untuk menganalisis dampak merger dan akuisisi pada perusahaan publik dari sektor manufaktur. Dipilihnya perusahaan yang berasal dari sektor manufaktur dilatarbelakangi oleh fakta bahwa mayoritas perusahaan yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi pada tahun 2005 adalah perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur. Perusahaan yang menjadi fokus penelitian ini diantaranya Indofood Sukses Makmur, Hanson International, dan Kalbe Farma.
4
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah : 1. Apakah alasan perusahaan manufaktur melakukan merger dan akuisisi? 2. Bagaimana kondisi kinerja keuangan perusahaan manufaktur sebelum merger dan akuisisi? 3. Bagaimana kondisi kinerja keuangan perusahaan manufaktur sesudah merger dan akuisisi? 4. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan manufaktur sebelum dan sesudah merger dan akuisisi? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi alasan perusahaan manufaktur melakukan merger dan akuisisi. 2. Menganalisis kondisi kinerja keuangan perusahaan manufaktur sebelum merger dan akuisisi. 3. Menganalisis kondisi kinerja keuangan perusahaan manufaktur sesudah merger dan akuisisi. 4. Menganalisis adanya perbedaan kinerja keuangan manufaktur perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat mengukur perubahan kinerja keuangan perusahaan setelah dilakukannya merger dan akuisisi serta memberikan masukan kepada perusahaan sebagai bahan pertimbangan yang dapat digunakan untuk menentukan langkah perusahaan selanjutnya. 2. Bagi Investor Melalui penelitian ini diharapkan investor dapat mengetahui pengaruh aksi perusahaan dalam melakukan merger dan akuisisi terhadap fundamental perusahaan melalui kinerja keuangan yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi.
5
3. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi, pembanding, pertimbangan, dan pengembangan bagi penelitian lebih lanjut di permasalahan yang sejenis atau bersangkutan. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini berkaitan dengan analisis data laporan keuangan periode lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah dilakukannya merger dan akuisisi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia, dimana perusahaan tersebut melakukan aktivitas merger dan akuisisi pada tahun 2005. Selanjutnya dilakukan uji beda dengan paired sample t test untuk melihat adanya perbedaan kinerja keuangan perusahaan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Merger dan Akuisisi 2.1.1
Pengertian Merger dan akuisisi merupakan dua cara yang lazim dipakai untuk menjalankan strategi. Merger terjadi manakala dua organisasi yang berukuran kurang lebih sama bersatu untuk membangun satu jenis usaha. Akuisisi
terjadi
ketika
sebuah
organisasi
yang
besar
membeli
(mengakuisisi) suatu perusahaan yang lebih kecil, atau sebaliknya. Ketika merger atau akuisisi tidak diinginkan oleh kedua belah pihak, maka dapat disebut pengambilalihan (takeover). Sebaliknya jika diinginkan oleh kedua belah pihak, akuisisi diistilahkan sebagai merger yang bersahabat (friendly merger). (David 2009) 2.1.2
Motif merger dan akuisisi Menurut Brigham dan Houston (2001) menyebutkan terdapat beberapa motif perusahaan dalam melakukan merger dan akuisisi, diantaranya:
1. Sinergi Motif utama dalam sebagian besar merger adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan yang bergabung. Perusahaan yang melakukan merger berusaha untuk mencapai sinergi, yaitu kondisi dimana nilai keseluruhan lebih besar daripada hasil penjumlahan bagian-bagiannya. Pengaruh sinergi bisa timbul dari empat sumber: (1) Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis manajemen, pemasaran, produksi, atau distribusi; (2) penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik dari pada analis sekuritas; (3) perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah
merger;
dan
berkurangnya persaingan.
(4)
peningkatan
penguasaan
pasar
akibat
7
2. Pertimbangan pajak Pertimbangan pajak dapat mendorong dilakukannya sejumlah merger, misalnya perusahaan yang menguntungkan dan termasuk dalam kelompok tarif pajak tertinggi dapat mengambil alih perusahaan yang memiliki akumulasi kerugian yang besar. Selain itu merger dan akuisisi dapat dipilih sebagai cara untuk meminimalkan pajak dan menggunakan kas berlebih. 3. Pembelian aktiva di bawah biaya penggantian Kadang-kadang perusahaan diambil alih karena nilai penggantian aktivanya yang lebih tinggi daripada nilai pasar perusahaan itu sendiri. Tentu saja, nilai sebenarnya dari setiap perusahaan adalah fungsi daya menghasilkan laba masa depannya, bukan biaya untuk mengganti aktivanya. Jadi, akuisisi harus didasarkan nilai ekonomi aktiva yang diakuisisi, bukan atas biaya penggantinya. 4. Diversifikasi Diversivikasi merupakan salah satu alasan untuk melakukan merger, hal ini karena diversifikasi membantu menstabilkan laba perusahaan sehingga bermanfaat bagi pemiliknya. 5. Insentif pribadi manajer Beberapa keputusan bisnis banyak didasarkan pada motivasi pribadi daripada analisis ekonomi, begitu juga dengan keputusan merger dan akuisisi. Terkadang ego eksekutif memegang peranan penting dalam keputusan merger dan akuisisi. 2.1.3
Jenis merger Para ekonom mengklasifikasikan merger dan akuisisi menjadi empat jenis (Brigham dan Houston 2001):
1. Merger horizontal Merger horizontal adalah penggabungan dua jenis perusahaan yang menghasilkan jenis produk atau jasa yang sama. Merger ini terjadi apabila perusahaan dalam jenis usaha yang sama saling bergabung, misalnya jika suatu pabrikan komputer mengakuisisi pabrikan lain.
8
2. Merger vertikal Merger vertikal adalah penggabungan atau merger antara satu perusahaan dengan salah satu pemasok atau pelangganya. Contoh merger vertikal adalah pengambilalihan pabrik baja oleh suatu pemasoknya, seperti perusahaan minyak yang mengakuisisi sebuah perusahaan petrokimia yang menggunakan minyak sebagai bahan baku. 3. Merger kongenerik Merger kongenerik adalah penggabungan perusahaan yang bergerak dalam industri umum yang sama tetapi tidak ada hubungan pelanggan dan pemasok diantara keduanya. Merger ini melibatkan perusahaanperusahaan yang berkaitan satu sama lain tetapi bukan merupakan produsen produk yang sama (horizontal) dan juga tidak mempunyai hubungan sebagai produsen pemasok (vertikal). Contoh dari merger jenis ini adalah pengambilalihan Lotus oleh IBM . 4. Merger konglomerat Merger konglomerat adalah penggabungan perusahaan dari industri yang benar-benar berbeda, seperti halnya pengambilalihan Mongtomery oleh Mobil Oil. Penghematan operasi sebagian bergantung pada jenis merger yang terjadi. Pada umumnya merger horizontal dan vertikal memberikan manfaat operasi sinergistik terbesar, untuk itu dalam setiap kejadian perlu untuk mempertimbangkan klasifikasi ekonomi ketika menganalisis merger yang prospektif. 2.2
Analisis Laporan keuangan
2.2.1
Pengertian Harahap
(2004)
mengemukakan
bahwa
laporan
keuangan
menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahan pada suatu saat tertentu atau suatu jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: neraca atau laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan posisi keuangan.
9
Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi bagi analis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus kas perusahaan dalam periode tertentu. 2.2.2
Pengertian analisis laporan keuangan Prastowo dan Juliaty (2008) memberi definisi analisis laporan keuangan sebagai suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan dalam masa sekarang dan masa lalu dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Lebih jauh lagi Prastowo dan Juliaty (2008) menegaskan bahwa disiplin dari suatu analisis terhadap laporan keuangan terletak pada dua landasan pengetahuan, yaitu landasan pemahaman terhadap model-model akuntansi seperti yang tercermin dalam laporan keuangan yang dipublikasikan dan landasan penguasaan terhadap alat-alat analisis keuangan.
2.2.3
Tujuan analisis Prastowo dan Juliaty (2008) mengemukakan analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan, misalnya dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger; sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan dimasa yang akan datang; sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi, atau masalah lainnya; dan sebagai alat evaluasi terhadap manajemen. Dari semua tujuan tersebut yang terpenting dari analisis laporan keuangan adalah tujuannya untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, tekanan, dan intuisi; mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dielakan pada
10
setiap proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah berarti
mengurangi
kebutuhan
akan
penggunaan
pertimbangan-
pertimbangan melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan pertimbangan tersebut. 2.2.4
Jenis laporan keuangan Jenis
laporan
keuangan
utama
menurut
Harahap
(2004)
diantaranya: 1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu 2. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya dan laba rugi perusahaan pada suatu periode tertentu 3. Laporan sumber dan penggunaan dana. Pada laporan ini dimuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode 4. Laporan arus kas. Laporan ini memuat sumber dan penggunaan kas dalam suatu periode 5. Laporan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa dan unsur apa yang diperhitungkan dalam menentukan harga pokok produksi suatu barang. Dalam hal tertentu harga pokok produksi disatukan dalam harga pokok penjualan. HPPj = HPPd + Persediaaan awal – Persediaan akhir Harga pokok penjualan adalah harga pokok produksi ditambah persediaaan barang awal dikurangi persediaan barang akhir. 6. Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik saham. 7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik dalam PT atau modal dalam perusahaan perseroan. 8. Laporan kegiatan keuangan. Laporan ini menggambarkan transaksi laporan keuangan perusahaan yang mempengaruhi kas atau ekuivalen kas. Laporan ini jarang digunakan dan merupakan rekomendasi Trueblood Committee tahun 1974.
11
2.2.5
Metode dan teknik analisis Prastowo dan Juliaty (2008) menyatakan secara umum, metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu metode analisis horizontal (dinamis) dan metode analisis vertikal (statis). Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun
(periode),
sehingga
dapat
diketahui
perkembangan
dan
kecenderungannya. Metode ini disebut metode analisis horizontal karena analisis ini membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda sedangkan disebut analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknik analisis yang temasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknik perbandingan, analisis trend, analisis sumber dan penggunaan dana, dan analisis perubahan laba kotor. Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun (periode) yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama maka disebut metode vertikal. Sedangkan metode ini disebut metode statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama. Teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknik analisis persentase perkomponen (Common Size), analisis rasio, dan analisis impas. Analisis rasio merupakan teknik analisis laporan keuangan yang paling banyak dipakai dalam praktik. Dalam analisis rasio, hal yang perlu ditekankan adalah arti dan kegunaan dari masing-masing angka rasio tersebut. Ray H. Garrison misalnya mengklasifikasikan analisis rasio menjadi tiga, yaitu rasio investor, rasio jangka pendek, dan rasio kreditor jangka panjang. Agar diperoleh hasil yang optimal, maka analisis terhadap laporan keuangan harus mempunyai fokus yang jelas. Hal ini diharapkan dapat
12
memenuhi kebutuhan umum para pemakai laporan keuangan, analisis laporan keuangan harus difokuskan pada lima area analisis, yaitu menilai likuiditas, struktur modal, return on investment, pemanfaatan aktiva, dan kinerja operasi. Analisis terhadap laporan kinerja keuangan dengan berbagai metode dan teknik analisis serta telah memfokuskan pada area analisis yang jelas akan menghasilkan informasi penting, yaitu informasi mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. 2.2.6
Analisis rasio keuangan
2.2.6.1 Pengertian , tujuan, dan klasifikasi rasio Harahap (2004) menjelaskan rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan suatu pos laporan keuangan dengan pos lain yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan. Rasio ini menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara satu pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos dan membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian. Rasio menyediakan profil dari suatu perusahaan, karakteristik ekonomi dan strategi kompetitifnya, juga karakteristik operasional, finansial dan investasinya White et al. (2003).
White et. al. membagi
analisa rasio menjadi empat kategori utama, yaitu: 1. Rasio aktivitas, yaitu rasio yang menggambarkan hubungan antara tingkat operasi perusahaan dan aset yang dibutuhkan untuk menjaga kesinambungan kegiatan operasi tersebut. Rasio ini dibagi menjadi dua subkategori: a. Short-term (operating) activity, mengukur efisiensi dari penggunaan sumber daya modal jangka pendek. b. Long-term (investment) activity, mengukur efisiensi dari penggunaan investasi modal jangka panjang.
13
2. Rasio likuiditas, membandingkan sumber daya jangka pendek perusahaan terhadap kewajiban jangka pendek perusahaan. 3. Rasio utang jangka panjang dan solvency ratio, mengevaluasi prospek risk dan return perusahaan dalam jangka panjang. 4. Rasio profitabilitas, mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan, menjaga dan meningkatkan keuntungan. Dibagi menjadi dua subkategori yaitu: a. Return on sales, mengukur hubungan antara biaya dan tingkat penjualan perusahaan. b. Return on investment, mengukur antara keuntungan dan jumlah investasi yang diperlukan untuk menghasilkan keuntungan tersebut. 2.2.6.2 Keunggulan analisis rasio Menurut Harahap (2004), analisis rasio memiliki keunggulan dibanding dengan teknik analsis lainnya. Keunggulan tersebut adalah: 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit 3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain 4. Bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score) 5. Menstandarisir size perusahaan 6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series 7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang 2.3 Uji Normalitas Data Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian (Nugroho 2005). Prosedur
14
yang digunakan pada uji statistik dilandaskan oleh asumsi-asumsi tertentu diantaranya bahwa data harus berdistribusi normal. Selain itu data yang digunakan berupa data kuantitatif dengan skala pengukuran interval dan rasio. Kisaran dari kemungkinan hasil distibusi normal adalah seluruh garis, yaitu semua angka yang terletak diantara -∞ dan +∞. Ekor dari kurva lonceng memiliki panjang tanpa batas kiri dan kanan. (De Fusco et al. 2001)
Gambar 1. Kurva distribusi normal Definisi karakteristik dari distribusi normal menurut De Fusco et al. (2001) diantaranya: 1. Distribusi normal digambarkan oleh dua parameter, yaitu mean µ dan varians σ2. 𝑋~𝑁(µ, σ2 ) …………………………………………………………….(1)
2. Distribusi normal memiliki skewness 0 yang berarti simetris. Distribusi normal mempunyai kurtosis 3 yang berarti yang mengukur puncak, dengan kurtosis yang berlebihan (-3) dianggap 0. Sebagai konsekuensi dari simetri, rata-rata, median, dan semua modus adalah sama untuk variabel acak normal. 3. Kombinasi dari dua atau lebih variasi acak normal juga terdistribusi normal. 2.4 Uji Paired Sample T Test Menurut De Fusco et al. (2001), terdapat tiga jenis uji mengenai hipotesis rata-rata berdasarkan masalahnya: 1. Uji mengenai single mean, digunakan untuk menguji rata-rata populasi dari satu populasi apakah sama, lebih besar, atau lebih kecil dari beberapa nilai hipotesis.
15
2. Uji mengenai perbedaan diantara mean, digunakan untuk menguji sampel yang yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan sampel saling bebas. 3. Uji mengenai perbedaan mean, digunakan untuk menguji dua rata-rata bedasarkan sampel dependen dimana data disusun dalam pengamatan berpasangan dan uji ini disebut dengan uji perbandingan berpasangan atau paired sample t test. Data yang digunakan merupakan data berpasangan dari satu sampel antara sebelum dan sesudah perlakuan tertentu yang kemudian diuji rata-rata perbedaan. De Fusco et al. (2001) merumuskan hipotesis sebagai berikut untuk uji mengenai perbedaan berpasangan dengan sampel dependen. 𝐻0 = 𝜇𝑑 − 𝜇𝑑0 = 0
𝐻1 = 𝜇𝑑 − 𝜇𝑑0 ≠ 0
Untuk menghitung t-statistik atau t-hitung harus ditentukan terlebih dahulu rata-rata perbedaan sample: 1 𝑑̅ = 𝑛 ∑𝑛𝑖=0 𝑑𝑖 ………………………………………………………………..(2)
Dimana n adalah jumlah pasangan pengamatan. Kemudian hitung variasi dengan rumus: 𝑠𝑑2
=
�
𝑛
2
�� �𝑑𝑖 −𝑑
𝑖=0
𝑛−1
…………………………………………………………..…(3)
Hitung standar deviasi dengan mengakarkan nilai variasi: 𝑠𝑑 = �𝑠2𝑑 …………………...………………………………………………..(4) Hitung standar eror dari perbedaan mean dengan rumus: 𝑠𝑑− =
𝑠𝑑
√𝑛
……………………………………..………………………………(5)
Statistik uji yang digunakan untuk pengujian: 𝑡ℎ𝑖𝑡 =
𝑑� − 𝜇𝑑0 𝑠𝑑−
…………….…………………………………………………..(6)
Wilayah kritik dari pengujian, yaitu: 𝑡 < −𝑡∝ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡 > 𝑡∝ ………………………………………………...…(7) 2
2
16
2.5 Penelitian terdahulu Beberapa penelitian di Indonesia mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan diantaranya adalah yang dilakukan Murni Hadingsih (2007) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa peningkatan dan penurunan yang terjadi pada rasio-rasio keuangan tidak cukup kuat untuk menunjukkan adanya pengaruh merger dan akuisisi terhadap rasio keuangan, baik perusahaan pengakuisisi maupun perusahaan yang diakuisisi. Hal ini dibuktikan dengan tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah merger dan akuisisi dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah merger dan akuisisi. Payamta dan Setiawan (2004) dalam Murni Hadiningsih (2007) meneliti pengaruh merger dan akuisisi kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi tahun 1990-1996. Dari rasio-rasio keuangan yang terdiri rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas hanya rasio Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Return On Investment, Return On Equity, Net profit margin, Operating Profit Margin, Total Asset to Debt, Net Worth to Debt yang mengalami penurunan signifikan setelah merger dan akuisisi. Sedangkan rasio lainnya tidak mengalami perubahan signifikan. Annisa Meta C. W. (2009) membuktikan bahwa kinerja keuangan yang diproksikan dengan total asset turnover (TATO), net provit margin (NPM) dan return on asset (ROA) mengalami perubahan yang berbeda-beda baik sebelum maupun sesudah merger dan akuisisi. TATO mengalami kenaikan sesudah merger dan akuisisi dibandingkan sebelum merger dan akuisisi, sedangkan NPM dan ROA mengalami penurunan sesudah merger dan akuisisi. Morck (1990) dalam Ali Riza Pahlevi (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh tujuan manager pengakuisisi terhadap hasil akusisi antara bidder dan target. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 326 akusisi di Amerika Serikat yang dilaksanakan selama periode waktu 1975 sampai 1987. Menurut peneliti (Morck), manager yang buruk akan menghasilkan akusisi yang buruk pula. Alternatifnya manager yang buruk memiliki insentif yang lebih untuk mengakuisisi perusahaan target dengan
17
tujuan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaan atau untuk menemukan bisnis baru yang lebih sehat dengan melakukan diversifikasi perusahaan target yang tidak berhubungan (unrelated diversification) dan membeli perusahaan target yang sedang tumbuh guna mengurangi tingkat pengembalian (return) dalam akusisi. Di mana manager yang buruk juga akan menghasilkan keputusan merger dan akuisisi yang buruk pula. Chad Van Mallow (2000) melakukan penelitian untuk menguji pengalaman merger dan akuisisi pada industri jasa keuangan di Amerika Serikat pada tahun 1990-an. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah penggabungan yang telah dilakukan mengakibatkan peningkatan efisiensi operasi. Sebanyak 25 bank terbesar di teliti pada rasio keuangan umum untuk industri jasa keuangan, diantaranya return on equity, return on asset, charge off to loans dan asset growth. Penelitian ini membandingkan kinerja operasi perusahaan selama awal dekade (1991-1993) dengan akhir dekade (19961998). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa bank tidak mengalami peningkatan yang signifikan pada kinerja operasi di seluruh rasio yang umum digunakan pada industri perbankan. Ulku Yaylacicegi (2005) melakukan penelitian mengenai aktivitas merger dan akuisisi pada industri telekomunikasi di Amerika Serikat. Penelitian ini menjelaskan akibat merger dan akuisisi pada industri telekomunikasi menggunakan statistik komunikasi yang umum digunakan pada periode 1988 sampai 2001 dengan menggunakan teknik estimasi analisis data dinamis panel. Penelitian ini menguji efek sinergi dan factor yang mempengaruhi merger dari waktu ke waktu dari segi kinerja keuangan, operasional, dan teknologi yang mengukur keuntungan, pertumbuhan, efisiensi, produkttivitas, skala dan lingkup ekonomi, dan kemajuan teknologi. Dari hasil uji, penelitian ini menemukan bukti bahwa merger dan akuisisi diikuti penurunan laba, kinerja operasional, dan penurunan investasi pada teknologi baru.
18
III. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Merger dan akuisisi adalah salah satu tindakan strategis perusahaan untuk menjaga eksistensi dan mengembangkan usahanya. Dalam merger, entitas baru dapat dibentuk (dari/dengan menyatakan) perusahaan yang digabungkan, sedangkan pada akuisisi, perusahaan target menjadi tambahan atau cabang dari perusahaan yang mengakuisisi. Perubahan-perubahan yang biasa terjadi setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah kinerja keuangan perusahaan dan keadaan finansial perusahaan yang praktis membesar dan meningkat. Penilaian kinerja perusahaan yang tercermin dari laporan keuangan perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan hasil penilaian tersebut ukuran keberhasilan perusahaan selama suatu periode tertentu dapat diketahui. Hasil penilaian tersebut juga dapat dipergunakan sebagai pedoman bagi usaha perbaikan maupun peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya termasuk menilai keberhasilan keputusan merger dan akuisisi. Dimana laporan keuangan tersebut dapat memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya perbedaan kinerja keuangan perusahaan pada periode lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi. Adapun analisis yang digunakan adalah analisis rasio keuangan yang diwakili oleh current ratio, debt to equity ratio, net profit margin dan total asset turn over. Selanjutnya digunakan uji beda paired sample t test untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja keuangan. Adapun kerangka pemikiran penelitian terilustrasikan dalam gambar berikut.
19
Alasan perusahaan melakukan merger
Investor
Perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 2005
Kinerja Keuangan Sebelum Akuisisi
Kinerja Keuangan Sesudah Akuisisi
Analisis Deskriptif Uji Asumsi: o Distribusi Data Normal o Ada Kecukupan data Memenuhi
Uji Beda dengan Paired-Sample T Test
1. 2. 3. 4.
Tidak Memenuhi
Uji Beda dengan Wilcoxon Sign Test
Rasio Keuangan : Current ratio Debt to equity ratio Net profit margin Total Assets Turn Over
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
20
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang pernah melakukan merger dan akusisi pada tahun 2005. Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2012. 3.3 Sumber data dan Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data tersebut diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan sumber lainnya yang berasal dari sumber bacaan seperti buku-buku, jurnal, data dari internet, serta literatur-literatur terkait yang mendukung penelitian. Populasi yang digunakan adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang pernah melakukan merger dan akusisi, dan perusahaan tersebut mengumumkan aktivitasnya tersebut pada tahun 2005. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling, yaitu dengan pendekatan purposive sampling. Adapun perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang memenuhi beberapa kriteria, diantaranya: 1. Perusahaan publik terdaftar di BEI. 2. Melakukan aktivitas merger dan akuisisi pada periode 2005. 3. Perusahaan termasuk industri manufaktur dan industri lain selain
perusahaan perbankan dan lembaga keuangan lainnya. 4. Tersedia laporan keuangan untuk 5 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah
aktivitas merger dan akuisisi. 5. Tanggal dilakukan merger dan akuisisi diketahui dengan jelas.
Berdasarkan sampling yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat tiga perusahaan yang memenuhi kriteria sampel dari total enam perusahaan pengakuisisi yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 2005. Perusahaan tersebut diantaranya:
21
Tabel 1. Daftar Perusahaan Sampel No Perusahaan
Perusahan Target
Pengakuisisi 1
2
Tanggal Merger dan Akuisisi
PT Indofood Sukses PT Kebun Ganda Prima 27 Juni 2005 Makmur
dan PT Citranusa Intisawit 24 November 2005
PT Hanson
PT Anca Amara Utama
5 Oktober 2005
International tbk 3
PT Kalbe Farma Tbk
PT
Enseval
dan
PT 16 Desember 2005
Dankos Sumber: Dokumentasi BEI 3.4
Metode Analisis Data
3.4.1
Variabel penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan merger atau akuisisi. Kinerja keuangan perusahaan secara eksplisit di representasikan oleh rasio-rasio keuangan berikut ini: 1. Rasio likuiditas Likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor jangka pendek. Untuk mengukur kemampuan ini digunakan current ratio.
Current Ratio =
Current Assets .....................................(8) Current Liabilities
Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar mampu menutupi kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang tidak tertagih atau persediaan yang tidak terjual yang tentu saja tidak dipakai untuk membayar hutang. Untuk menguji apakah alat bayar tersebut benar-benar likuid, maka alat bayar yang kurang atau tidak
22
likuid harus dikeluarkan dari total aktiva lancar. Alat bayar yang kurang likuid misalnya persediaan dan pos-pos yang analog dengan persediaan. 2. Rasio solvabilitas Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajibankewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah debt to equity ratio, rasio ini memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini, maka semakin baik perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama. Namun bagi pemegang saham atau manajemen resiko leverage ini sebaiknya besar. Debt to Equity =
Total Debt ......................................................(9) Total Equitiy
3. Rasio profitabilitas Rasio kemampuan
profitabilitas perusahaan
atau
rentabilitas
mendapatkan
laba
menggambarkan melalui
semua
kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah laba, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating ratio. Jenis rasio profitabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah net profit margin. NPM menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
NPM =
Net Income .......................................................................(10) Sales
23
4. Rasio aktivitas Rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian maupun kegiatan lainnya. Jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio total asset turn over, dimana rasio ini menunjukan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Total Assets Turnover =
3.4.2
Sales ..........................(11) Average Total Assets
Teknik analisis
3.4.2.1 Analisis Deskriptif Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata (mean), standar deviasi kinerja keuangan dari rasio keuangan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada perusahaan yang terdaftar di BEI. 3.4.2.2 Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. (Nugroho 2005). Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan uji metode kolmogorov-smirnov test. Sampel berdistribusi normal atau terima H 0 apabila Asymptotic sig > taraf signifikan yang digunakan dalam pengujian, dalam hal ini adalah 95% atau α=0.05. Sebaliknya dikatakan tidak normal atau tolak H 0 apabila asymptotic sig < taraf signifikan. Dengan hipotesis sebagai berikut:
Data rasio keuangan sebelum merger dan akuisisi H 0 = Data rasio keuangan sebelum merger dan akuisisi menyebar normal H 1 = Data rasio keuangan sebelum merger dan akuisis tidak menyebar normal
24
Data rasio keuangan sesudah merger dan akuisisi H 0 = Data rasio keuangan sesudah merger dan akuisisi menyebar normal H 1 = Data rasio keuangan sesudah merger dan akuisisi tidak menyebar normal Pengujian ini mengunakan program SPSS versi 17.0. Jika hasil uji menunjukan sampel berdistribusi normal maka uji beda yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji parametric (paired sampel t-test). Tetapi jika apabila sampel tidak berdistribusi normal maka uji beda yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji non parametric (wilcoxon sign test). Hasil uji normalitas data rasio keuangan dengan kolmogorovsmirnov test secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Hasil Pengujian Normalitas Data Taraf Periode Variabel Sig Signifikan
Kesimpulan
CR
0.995
0.05
Normal
Sebelum
DER
0.870
0.05
Normal
Merger dan
NPM
0.823
0.05
Normal
Akuisisi
TATO
0.784
0.05
Normal
CR
0.970
0.05
Normal
Sesudah
DER
0.845
0.05
Normal
Merger dan
NPM
0.962
0.05
Normal
Akuisisi
TATO
1.000
0.05
Normal
Sumber: Data diolah Dari Tabel 2 diketahui hasil uji normalitas untuk periode sebelum dan sesudah merger dan akuisisi untuk semua variabel penelitian yaitu current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan total asset turn over berdistribusi normal. Hal ini terlihat dari semua variabel memiliki asymptotic sig > taraf signifikan (α=0.05) atau terima H 0. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji normalitas ini maka digunakan uji paired sampel t test untuk uji beda untuk data yang menyebar normal.
25
3.4.2.3 Uji Paired Sample T Test Data yang telah dikumpulkan dan dihitung kemudian akan diolah dengan uji beda rata-rata dengan menggunakan uji beda paired sample t test. Uji beda ini digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaaan rata-rata dua sampel. Dua sampel yang dimaksud disini adalah sampel yang sama namun mengalami proses pengukuran maupun perlakuan yang berbeda. Dua perlakuan yang berbeda dalam penelitian ini adalah sampel pertama sebelum dilakukan akuisisi dan sampel kedua sesudah dilakukan akuisisi, sehingga outputnya akan terlihat ada atau tidaknya perbedaan rata-rata dari kinerja keuangan perusahaan yang diwakili oleh rasio-rasio keuangan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; Variabel Current ratio: H0 =
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata current ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H1 =
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata current ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Variabel Debt to equity ratio: H0 =
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H1 =
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Variabel Net profit margin: H0 =
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata net profit margin sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H1 =
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata net profit margin sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Variabel Total asset turn over: H0 =
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total asset turn over sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H1 =
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total asset turn over sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
26
Dari hasil uji paired sample t test dengan menggunakan SPSS 17, variabel dikatakan tidak memiliki perbedaan yang signifikan atau terima H 0 apabila asymptotic sig > taraf signifikan yang digunakan dalam pengujian, dalam pengujian ini menggunakan taraf signifikan 95% atau α=0.05. Sebaliknya variabel dikatakan memiliki perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi atau tolak H 0 apabila asymptotic sig < taraf signifikan.
27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Perusahaan dan Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi 4.1.1. PT Indofood Sukses Makmur PT Indofood Sukses makmur Tbk didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma. Indofood merupakan salah satu perusahaan makanan olahan terbesar di Indonesia dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, Indofood memperoleh manfaat dari ketangguhan model bisnisnya yang terdiri dari empat Kelompok Usaha Strategis (Grup) yang saling melengkapi sebagai berikut: •
Produk Konsumen Bermerek (CBP). Kegiatan usahanya dilaksanakan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tanggal 7 Oktober 2010. ICBP merupakan salah satu produsen makanan dalam kemasan terkemuka di Indonesia yang memiliki berbagai jenis produk makanan dalam kemasan. Berbagai merek produk ICBP merupakan merekmerek yang terkemuka dan dikenal di Indonesia untuk makanan dalam kemasan.
•
Bogasari, memiliki kegiatan usaha utama memproduksi tepung terigu dan pasta. Kegiatan usaha Grup ini didukung oleh unit perkapalan dan kemasan.
•
Agribisnis. Kegiatan usahanya terkonsentrasi pada Indofood Agri Resources Ltd. (IndoAgri), yang tercatat di Bursa Efek Singapura, dan anak-anak perusahaannya termasuk PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum) yang tercatat di BEI. Kegiatan usaha utama Grup ini meliputi penelitian dan pengembangan, pembibitan, pemuliaan dan pengolahan kelapa sawit hingga produksi dan pemasaran minyak goreng, margarin dan shortening bermerek. Di samping itu, kegiatan
28
usaha Grup ini juga mencakup pemuliaan dan pengolahan karet dan tebu serta tanaman lainnya. •
Distribusi, memiliki jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia. Grup ini mendistribusikan hampir seluruh produk konsumen Indofood dan anak-anak perusahannya, serta berbagai produk pihak ketiga Dalam menjalankan bisnisnya, Indofood memiliki visi sebagai
perusahaan total food solution dengan misi memberikan solusi atas kebutuhan
pangan
secara
berkelanjutan,
senantiasa
meningkatkan
kompetensi karyawan, proses produksi dan teknologi, memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan,
dan
meningkatkan
stakeholder’s
values
secara
berkesinambungan. Sebagai salah satu perusahaan terbesar makanan di Indonesia Indofood mencatat berbagai prestasi, diantaranya Indonesia's Most Admired Companies Award 2010, The Best in Building and Managing Corporate Image; Top Brand Award 2010 – Pop Mie, Outstanding Achievement in Building the Top Brand; Indonesian Customer Satisfaction Award 2010 – Segitiga Biru, Golden Award, The Best in Achieving Total Customer Satisfaction for 7 Years (2004-2010); Indonesia Original Brands 2010 – Bimoli, Its Contributions in Building Indonesia Original Brand. Perseroan mencatatkan penjualan bersih konsolidasi sebesar Rp 38,40 triliun di tahun 2010, naik 2,7% dari Rp 37,40 triliun di tahun 2009 karena peningkatan penjualan di seluruh Kelompok Usaha Strategis kecuali Grup Bogasari akibat penurunan harga jual rata-rata. Sepanjang tahun 2010, Perseroan membukukan penjualan ekspor sebesar US$480 juta. Disisi lain laba bersih meningkat 42,2% menjadi Rp 2,95 triliun di tahun 2010 dari Rp 2,08 triliun di tahun 2009, terutama disebabkan oleh peningkatan kinerja operasional dan penurunan beban keuangan. Indofood juga melakukan upaya peningkatan kualitas lingkungan kerja yang ditempuh melalui berbagai cara, antara lain melalui penerapan Good Manufacturing Practices (GMP), Sertifikasi ISO 14000, ISO 22000,
29
ISO 9001 dan penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). Upaya-upaya tersebut merupakan salah satu sarana untuk mencapai tingkat “zero accident” yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan dan iklim kerja sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan dan pada akhirnya meningkatkan produktivitas. Pada tanggal 29 Desember 2004, Indofood melalui anak perusahaannya PT Salim Ivomas menandatangani perjanjian jual beli bersyarat dengan Reserve Cash Limited Hongkong (RCL) untuk membeli 100% kepemilikan saham RCL pada Silveron Investment Limited (SIL). Transaksi jual beli tersebut di finansialkan dan diselesaikan pada 27 Juni 2005 dengan nilai pembelian sebesar Rp 175 miliar. SIL memiliki kepemilikan langsung dan tidak langsung masing-masing Kebun Ganda Prima dan Citranusa Intisawit. Di tahun yang sama, pada 24 November 2005 Indofood melalui anak perusahaannya PT Salim Ivomas kembali mengambil alih kepemilikan saham Kebun Mandiri Sejahtera sebesar 93.44% dari PT Arka Kirana Sawita dengan jumlah nilai pengambilan sebesar Rp 75 miliar. Kebun sawit berlokasi di Kabupaten pasir Kalimantan Timur dengan luas 8350 Ha kebun karet dan 3000 Ha kebun kelapa sawit. Kedua aktivitas akuisisi yang dilakukan Indofood tergolong jenis akuisisi kongenerik, dimana penggabungan usaha melibatkan perusahaan yang bisnisnya masih berkaitan tetapi tidak termasuk dalam ketegori akuisisi vertikal dan horizontal. Perusahaan yang bergabung tidak memproduksi produk yang sama (horizontal) dan tidak juga mempunyai hubungan sebagai pemasok (vertikal). Adapun tujuan yang ingin dicapai Indofood dari akuisisi ini adalah untuk memenuhi sasaran perseroan memiliki lahan seluas 250 ribu hektar perkebunan kelapa sawit di tahun 2015. 4.1.2. PT Hanson International PT Hanson International Tbk yang dahulu bernama PT Hanson Industri Utama Tbk didirikan pada tanggal 7 Juli 1971 berdasarkan Akta Notaris Henk Limanow, S.H. No. 13. Akta pendirian ini telah disahkan
30
oleh Menteri kehakiman Republik Indonesia dalam Surat keputusan No. J.A.5/212/11 tanggal 12 Desember 1971, serta diumumkan dalam berita negara Republik Indonesia No. 103 tanggal 26 Desember 1975. Ruang lingkup kegiatan perusahaan ini terutama meliputi bidang industri kimia dan serat sintesis, permintalan, pertenuan, industri tekstil laninnya, perdagangan ekspor impor, lokal, leveransir, grosir dan distributor, serta agen. Perusahaan mulai melakukan kegiatan komersial pada tahun 1973 dan hasil produksinya dipasarkan terutama ke Eropa, Amerika Serikat, Asia, dan timur Tengah. Visi yang ingin dicapai Hanson adalah menjadi perusahaan yang berdaya saing global dan memberikan nilai optimal bagi stakeholder. Untuk mewujudkan visi tersebut, Hanson menetapkan empat misi yang harus dilaksanakan, yaitu memberikan nilai optimal bagi pemangku kepentingan,
menerapkan
teknologi
informasi
yang
tepat
guna,
meningkatkan nilai ekonomis, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pada tahun 2010, Hanson memperoleh laba bersih sebesar Rp 33,63 miliar dengan peningkatan sebesar 41,2% dari tahun 2009 sebesar Rp 13,95 miliar. Laba ini diperoleh dari hasil penjualan bersih sebesar Rp 109 miliar ditahun 2010 setelah sebelumnya di tahun 2009 perusahaan tidak membukukan penjualannya karena pada tahun tersebut penjualan hanya dilakukan oleh anak perusahaan. Pada 5 Oktober 2005, Hanson masuk sebagai pemegang saham PT Panca Amara Utama sebesar 50%. Perusahaan ini bergerak dalam bidang perindustrian, perdagangan, pertambangan dan jasa, khususnya amoniak dan pupuk. Akuisisi ini merupakan upaya penyelamatan Hanson Industri Utama Tbk setelah core bisnisnya yakni tekstil bangkrut dan berubah nama menjadi PT Hanson International tbk. Akuisisi yang dilakukan oleh Hanson dapat digolongkan sebagai jenis akuisisi horizontal, yaitu penggabungan yang dilakukan oleh perusahaan dalam jenis usaha yang sama. Akuisisi jenis ini bertujuan untuk mengurangi persaingan, meningkatkan aset, menekan biaya,
31
meningkatkan
efisiensi
melalui
penggabungan
aktivitas
produksi,
pemasaran, distribusi, riset dan pengambangan dan fasilitas sesuai dengan kebutuhan Hanson yang pada saat itu sedang mengalami kebangkrutan pada core bisnisnya. 4.1.3. PT Kalbe Farma PT Kalbe Farma Tbk (“Perseroan” atau “Kalbe”) berdiri sejak tahun 1966 dan pada tahun 1991 terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai perusahaan publik. Kalbe merupakan perusahaan produk kesehatan publik terbesar di Asia Tenggara yang memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar USD 3,6 miliar dan omset penjualan Rp 10,2 triliun pada akhir tahun 2010. Kalbe memiliki fokus bisnis pada 4 divisi yang masing-masing memberikan kontribusi yang relatif seimbang, yaitu divisi obat resep (kontribusi 25%), divisi produk kesehatan (kontribusi 17%), divisi nutrisi (kontribusi 22%) serta divisi distribusi dan kemasan (kontribusi 36%). Dengan didukung lebih dari 15.000 karyawan termasuk 4.000 tenaga pemasaran dan penjualan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, Kalbe mampu menjangkau 70% dokter umum, 90% dokter spesialis, 100% rumah sakit, 100% apotek untuk pasar obat-obat resep serta 80% untuk pasar produk kesehatan dan nutrisi. Dalam menjalankan bisnisnya, Kalbe Farma memiliki visi menjadi perusahaan produk kesehatan Indonesia terbaik yang didukung oleh inovasi, merek yang kuat dan manajemen yang prima dengan misi meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut Kalbe menjunjung beberapa nilai, diantaranya saling percaya diantara sesama karyawan, kesadaran penuh dalam setiap tindakan, inovasi yang merupakan kunci keberhasilan, tekad untuk menjadi yang terbaik, dan saling keterkaitan yang dijadikan panduan. Semangat inovasi yang telah menjadi bagian integral pertumbuhan Perseroan sejak awal pendiriannya secara berkesinambungan diterapkan di lingkungan Grup Kalbe untuk pengembangan produk baru yang berdaya
32
jual dan berbasis teknologi yang memberikan kemudahan bagi konsumen. Melalui kegiatan riset dan pengembangan di bidang medis, Kalbe mendorong pertumbuhan Perseroan di masa mendatang dan berperan serta dalam memajukan dunia kesehatan demi meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Melalui peningkatan produktivitas, inovasi di bidang kesehatan, pengelolaan
arus
kas
yang
baik
didukung
upaya
perbaikan
berkesinambungan dalam berbagai proses bisnis dan kualitas sumber daya manusia, Kalbe memiliki landasan yang kuat untuk terus bertumbuh sebagai perusahaan kesehatan yang unggul di Indonesia. Dengan didukung upaya perbaikan berkesinambungan dalam berbagai proses bisnis dan kualitas sumber daya manusia, Kalbe terus mengembangkan diri untuk menjadi perusahaan produk kesehatan Indonesia terbaik yang didukung oleh inovasi, merek yang kuat dan manajemen yang prima. Kalbe juga berhasil meraih beberapa penghargaan diantaranya peringkat 2 Annual Report Award 2009 untuk kategori perusahaan swasta terbuka non keuangan dari Bapepam-LK, BEI, BI, Ditjen Pajak, Kementrian BUMN, IAI, dan KNKG; Indonesia Best Brand Award 2010 dari Swa dan MARS untuk Promag, Cerebrovit, Cerebrofot, Milna dan Prenagen; Emiten Terbaik 2010 untuk sektor rokok, farmasi, keperluan rumah tangga dari majalah investor dan masih banyak lagi. Di tahun 2010 Kalbe mencapai total penjualan bersih Rp 10.227 miliar atau pertumbuhan 12,5%, sementara laba usaha tercatat Rp 1.791 miliar atau meningkat 14.4% dibanding tahun sebelumnya, serta laba bersih mencapai Rp 1.286 miliar atau meningkat 38,5% dibandingkan tahun 2009. Pencapaian penjualan diatas Rp 10 triliun di tahun 2010 ini adalah tonggak istimewa bagi Kalbe mengingat bisnis farmasi memiliki persaingan yang sangat ketat dengan pasar yang terfragmentasi, terlebih pula di sektor nutrisi Kalbe bersaing dengan banyak perusahaan multinasional. Kalbe juga mampu mempertahankan dominasinya di pasar obat di Indonesia dengan menguasai 14% pangsa pasar.
33
Pada segi infrastruktur fasilitas produksi, Kalbe beserta anak perusahaannya telah mengimplementasikan ISO 14001:2004 yang merupakan standar internasional dalam sistem manajemen lingkungan pada hampir semua fasilitas produksinya. Selain itu, perbaikan berkesinambungan (continuous improvement) juga senantiasa dilakukan di bidang lingkungan, untuk terus meningkatkan kinerja dalam menjaga lingkungan dan mencegah pencemaran. Pada tanggal 16 Desember 2005, Kalbe melakukan penggabungan usaha dengan Dankos dan Enseval menjadi satu perusahaan dalam rangka menciptakan suatu perusahaan farmasi terbesar di kawasan Asia Tenggara. Merger yang dilakukan Kalbe ini tergolong jenis merger horizontal, dimana penggabungan dilakukan oleh perusahaan dalam jenis usaha yang sama. Merger horizontal diharapkan dapat menimbulkan sinergi yang disebabkan oleh peningkatan kinerja perusahaan yang baru, karena kelemahan
perusahaan
relatif
mudah
diperbaiki
dan
terbukanya
penyesuaian kedua perusahaan yang berada dalam bisnis yang sama. Dalam
lingkup
persaingan
bisnis
yang
semakin
ketat,
penggabungan usaha memungkinkan Kalbe membangun dasar yang kuat serta mengembangkan bisnisnya untuk mempertahankan posisi terdepan dalam industri ini. Melalui penggabungan usaha ini Kalbe mengharapkan adaya peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja mengingat biaya operasional yang meningkat, jaringan distribusi yang semakin lebar, perbaikan manajemen rantai apsokan, serta posisi tawar menawar yang kuat kepada para pemasok. Penggabungan juga sangat berpotensi menarik minat partisipasi investor untuk membeli saham Kalbe. Selain itu, penggabungan usaha yang dilakukan Kalbe juga menyatukan kekuatan pemasaran, mendorong sentralisasi serta konsolidasi dibidang penelitian dan pengembangan yang menjadi dasar utama yang lebih efisien dan efektif untuk perluasan usaha. Pada akhirnya, peggabungan bertujuan untuk menghasilkan posisi kas yang lebih baik bagi perseroan.
34
4.2.
Kondisi Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi Tabel 2. Daftar Rasio Keuangan Sebelum Merger dan Akuisisi
Kalbe Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 Rata-rata
CR 2.108 2.113 1.177 1.568 3.010 1.995
DER 7.704 6.936 2.784 1.719 1.261 4.081
NPM -0.018 0.016 0.101 0.112 0.109 0.064
TATO 0.888 1.090 1.316 1.180 1.131 1.121
CR 0.248 0.218 0.559 0.574 0.713 0.462
Hanson DER NPM 21.866 -0.681 -10.594 -0.327 0.885 -0.315 0.964 -0.060 1.142 0.008 2.852 -0.275
TATO 0.411 0.466 0.376 0.439 0.512 0.441
CR 1.304 0.867 1.646 1.939 1.479 1.447
Indofood DER NPM 2.897 0.051 2.431 0.051 2.925 0.049 2.578 0.034 2.560 0.022 2.678 0.041
TATO 1.012 1.128 1.080 1.167 1.143 1.106
Sumber: Data diolah Sebelum dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rasio keuangan perusahaan bervariasi dari tahun ke tahun dan berbeda-beda untuk tiap perusahaan. Namun jika dibandingkan dengan perusahaan lainnya Kalbe memperoleh nilai rata-rata tertinggi untuk current ratio, net profit margin dan total asset turn over dengan perolehan nilai sebesar 1.995, 0.064, dan 1.121. Sedangkan nilai rata-rata terbaik untuk debt to equity ratio dicapai oleh Indofood dengan nilai sebesar 2.678. Daftar rasio keuangan perusahaan sebelum merger dan akuisisi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.
35
Tabel 3. Daftar Rasio Keuangan Sesudah Merger dan Akuisisi
Kalbe Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
CR 5.042 4.983 3.333 2.987 4.394 4.148
DER 0.361 0.331 0.375 0.393 0.235 0.339
NPM 0.111 0.101 0.090 0.102 0.126 0.106
TATO 1.313 1.363 1.381 1.402 1.454 1.383
CR 0.272 0.145 0.012 0.004 0.317 0.150
Hanson DER NPM 1.955 -0.235 4.877 -0.474 -1.014 -1.006 -2.177 0.308 0.527 -0.134
TATO 0.585 0.549 0.000 0.000 0.819 0.651
CR 1.168 0.916 0.898 1.163 2.036 1.236
Indofood DER NPM 2.115 0.030 2.613 0.035 3.110 0.027 2.451 0.056 1.339 0.077 2.326 0.045
TATO 1.341 0.938 0.980 0.926 0.813 0.999
Sumber: Data diolah Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, secara umum rasio keuangan perusahaan menunjukan perbaikan. Sama halnya dengan kondisi sebelum dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, Kalbe juga memperoleh nilai rata-rata rasio tertinggi diantara perusahaan lainnya sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi. Nilai untuk current ratio, net profit margin dan total asset turn over sebesar 4.148, 0.106, dan 1.383. Sedangkan nilai rata-rata terbaik untuk debt to equity ratio sebesar 0.339 juga diraih oleh Kalbe. Daftar rasio keuangan perusahaan sesudah merger dan akuisisi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.
36
4.2.1. PT Indofood Sukses Makmur
CR 2,000 Nilai
1,500
1,646
1,304
1,939 1,479
0,867
1,000 0,500
CR
0,000 2000
2001
2002
CR 2003
2004
Tahun
Gambar 3. Kondisi current ratio Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami fluktuasi dan menempati posisi terendah pada tahun 2001 dengan nilai 0.867 kemudian di tahun berikutnya current ratio membaik dengan peningkatan di tahun 2002 dan 2003 namun kembali menurun pada tahun 2004. Current ratio yang berfluktuasi ini disebabkan oleh aktiva lancar dan hutang lancar yang dimiliki Indofood berfluktuasi jumlahnya dari tahun ke tahun. Menurunnya current ratio pada tahun tertentu menunjukan melemahnya kemampuan Indofood untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, kondisi ini didukung dengan sebagian besar aktiva yang dimilikinya terdiri dari aktiva tetap seperti bangunan, mesin dan peralatan yang tidak memberikan kontibusi terhadap aktiva lancarnya.
37
CR
Nilai
3,000 2,000
1,467
1,000
1,168
0,916
2,036 0,898
1,163
0,000
CR 2005
2006
2007
2008
CR 2009
2010
Tahun
Gambar 4. Kondisi current ratio Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami fluktuasi, rasio ini menurun berangsur-angsur sampai dengan tahun 2008 kemudian mengalami peningkatan sampai tahun 2010. Walaupun aktiva lancar secara berangsur menunjukan pertumbuhan tetapi hutang lancar mengalami fluktuasi, hal inilah yang melatarbelakangi naik turunnya nilai current ratio pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi. Rata-rata current ratio pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi mengalami penurunan. Sebelum merger dan akuisisi rata-rata current ratio sebesar 1.447 sedangkan sesudah merger dan akuisisi sebesar 1.236. Menurunnya current ratio menunjukan melemahnya kemampuan Indofood untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kondisi ini didukung dengan sebagian besar aktiva yang dimiliki Indofood terdiri dari aktiva tetap seperti bangunan, mesin dan peralatan yang tidak memberikan kontibusi terhadap aktiva lancarnya.
38
DER
Nilai
3,000
2,897 2,431
2,925
2,578
2,560
2,000 1,000 DER
0,000 2000
2001
2002
DER 2003
2004
Tahun
Gambar 5. Kondisi debt to equity ratio Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi Sama halnya dengan yang terjadi pada current ratio, rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio mengalami fluktuasi dan menempati posisi terendah pada tahun 2001 dengan nilai 2.431 kemudian di tahun berikutnya debt to equity ratio membaik dan menempati nilai tertinggi sebesar 2.952 setelah itu debt to equity ratio kembali mengalami penurunan sampai dengan tahun 2004. Penurunan pada debt to equity ratio mengindikasikan semakin baiknya kemampuan perusahaan untuk membiayai kewajiban jangka panjangnya.
39
DER
Nilai
4,000
2,331
2,000
2,115
2,613
3,110 2,451 1,339 DER
0,000 2005
2006
2007
2008
DER 2009
2010
Tahun
Gambar 6. Kondisi debt to equity ratio Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi Rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio mengalami fluktuasi. Rasio ini mengalami penurunan di tahun 2006 setelah itu secara berangsur meningkat sampai dengan tahun 2008 dan kembali mengalami penurunan sampai tahun 2010. Walaupun jumlah ekuitas mengalami peningkatan dari tahun ke tahun namun jumlah kewajiban perusahaan mengalami fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan fluktuasi pada rasio ini. Rata-rata debt to equity ratio pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi mengalami penurunan. Sebelum merger dan akuisisi rata-rata debt to equity ratio sebesar 2.678 sedangkan sesudah merger dan akuisisi sebesar 2.326. Penurunan pada debt to equity ratio mengindikasikan investasi yang dilakukan perusahaan lebih banyak didanai dari ekuitas pemegang saham dari pada oleh hutang dimana total ekuitas terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2010 sedangkan total hutang mengalami fluktuasi. Perubahan rasio antara periode sebelum dan sesudah merger dan akuisisi memudahkan Indofood untuk menarik perhatian para investor.
40
NPM
Nilai
0,060
0,051
0,051
0,049
0,040
0,034
0,020
0,022 NPM
0,000 2000
2001
2002
NPM 2003
2004
Tahun
Gambar 7. Kondisi net profit margin Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi Rasio profitabilitas yang dapat di wakili oleh net profit margin terus mengalami penurunan secara berangsur-angsur dari tahun 2000 sampai dengan 2004. Penurunan net profit margin ini disebabkan oleh peningkatan penjualan yang tidak diiringi dengan peningkatan laba bersih. Penjualan terus menunjukan perkembangan baik dari tahun 2000 sampai dengan 2004 namun laba bersih yang diperoleh perusahaan mengalami fluktuasi. Laba menunjukan peningkatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2002 namun mengalami penurunan setelah itu sampai dengan tahun 2004. Fluktuasi laba ini disebabkan besarnya biaya operasional yang harus dikeluarkan perusahaan berbeda tiap tahunnya.
41
NPM
Nilai
0,100 0,050
0,007
0,030 0,035
0,056
0,077
0,027 NPM
0,000 2005
2006
2007
2008
NPM 2009
2010
Tahun
Gambar 8. Kondisi net profit margin Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi Rasio profitabilitas yang dapat diwakili oleh net profit margin juga mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 dan 2007 terlihat peningkatan namun setelah itu menurun di tahun 2008 dan kembali meningkat sampai dengan tahun 2010. Meskipun laba menunjukan trend pertumbuhan yang baik tetapi penjualan mengalami fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan nilai net profit margin mengalami fluktuasi pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi. Rata-rata net profit margin pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi mengalami peningkatan. Sebelum merger dan akuisisi rata-rata net profit margin sebesar 0.041 sedangkan sesudah merger dan akuisisi sebesar 0.045. Peningkatan net profit margin ini mengindikasikan membaiknya kemampuan Indofood dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi.
42
TATO
Nilai
1,200 1,100
1,167
1,128 1,080
1,012
1,143
1,000 TATO
0,900 2000
2001
2002
TATO 2003
2004
Tahun
Gambar 9. Kondisi total asset turn over Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over juga mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun sebelum dilakukan aktivitas merger dan akuisisi. Meskipun penjualan menunjukan pertumbuhan yang baik dari tahun ke tahun dan diiringi total asset yang juga menunjukan peningkatan tetapi perolehan rasio total asset turn over bervariasi. Hal ini disebabkan pada tahun tertentu peningkatan pada penjualan tidak sebesar peningkatan pada total aktiva yang menyebabkan nilai total asset turn over mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Penurunan pada rasio total asset turn over mengindikasikan kurang efektifnya Indofood dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan dan sebaliknya.
43
TATO
Nilai
1,500
1,269 1,341 0,938
1,000
0,980
0,926
0,500
0,813 TATO
0,000 2005
2006
2007
2008
TATO 2009
2010
Tahun
Gambar 10. Kondisi total asset turn over Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi Sama halnya dengan ketiga rasio sebelumnya, rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh rasio total asset turn over juga mengalami fluktuasi. Di tahun 2006 terjadi peningkatan rasio total asset turn over sesudah itu rasio ini mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup sering. Meskipun total aktiva terus mengalami peningkatan pada periode setelah dilakukannya merger dan akuisisi tetapi penjualan mengalami fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan nilai total asset turn over mengami fluktuasi. Rata-rata total asset turn over pada periode setelah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi mengalami penurunan. Sebelum merger dan akuisisi rata-rata current ratio sebesar 1.106 sedangkan sesudah merger dan akuisisi sebesar 0.999. Penurunan pada rasio total asset turn over mengindikasikan kurang efektifnya Indofood dalam menggunakan aktiva dalam menghasilkan penjualan.
44
4.2.2. PT Hanson International
CR 0,800 0,559
Nilai
0,600 0,400
0,248
0,200
0,574
0,713
0,218 CR
0,000 2000
2001
2002
CR 2003
2004
Tahun
Gambar 11. Kondisi current ratio Hanson International sebelum merger dan akuisisi Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami fluktuasi, rasio ini menurun di tahun 2001 dan terus mengalami peningkatan berangsur-angsur sampai tahun 2004. Current ratio yang berfluktuasi ini disebabkan oleh fluktuatifnya jumlah aktiva lancar dan utang lancar yang dimiliki Hanson selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2004. Menurunnya current ratio menunjukan melemahnya kemampuan Hanson untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek juga disebabkan oleh sebagian besar aktiva lancar yang dimilikinya terdiri dari persediaan dan bukan aktiva yang lebih likuid seperti kas.
45
CR 0,575
Nilai
0,600 0,400
0,272
0,317
0,145
0,200
0,012
0,000 2005
2006
2007
2008
CR
0,004 CR 2009
2010
Tahun
Gambar 12. Kondisi current ratio Hanson International sesudah merger dan akuisisi Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio menunjukan perkembangan yang cukup buruk pada awal tahun sesudah dilakukannya merger dan akuisisi. Rasio ini mengalami penurunan sampai dengan tahun 2009 dan menempati posisi terendah dengan nilai 0.004 kemudian meningkat pada tahun 2010 dengan perolehan nilai sebesar 0.317. Dibandingkan dengan rata-rata sebelum periode merger dan akuisisi,
rasio
ini
mengalami
penurunan
pada periode
sesudah
dilakukannya merger dan akuisisi dari 0.462 menjadi 0.150. Menurunnya current ratio menunjukan melemahnya kemampuan Hanson untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek juga disebabkan oleh sebagian besar aktiva lancar yang dimilikinya terdiri dari persediaan dan bukan aktiva yang lebih likuid seperti kas.
46
DER 30,000
21,866
Nilai
20,000 -10,594
10,000 0,000 -10,000 -20,000
2000
2001
0,885 2002
0,964
1,142 DER
2003
DER
2004
Tahun
Gambar 13. Kondisi debt to equity ratio Hanson International sebelum merger dan akuisisi Sama halnya dengan current ratio, debt to equity ratio yang merupakan perwakilan dari rasio solvabilitas juga mengalami fluktuasi. Di tahun 2001 debt to equity ratio mencapai -10.594 menurun drastis dari tahun sebelumnya. Penurunan yang sangat tajam ini disebabkan menurunnya ekuitas yang dimiliki oleh Hanson. Ditahun berikutnya Hanson memperlihatkan nilai ekuitas yang semakin meningkat. Sejak tahun 2002 Hanson memiliki nilai debt to equity ratio yang berangsur meningkat yang mengindikasikan perusahaan lebih banyak didanai oleh hutang daripada ekuitas pemegang saham.
47
DER 4,877
Nilai
5,000
2,193 1,955
0,000 2005 -5,000
2006
2007
-1,014
-1,006
2008
2009
-2,177 DER
DER
2010
Tahun
Gambar 14. Kondisi debt to equity ratio Hanson International sesudah merger dan akuisisi Rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio mengalami penurunan pada awal tahun sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi kemudian mengalami fluktuasi di tahun berikutnya hingga bernilai negatif mulai dari tahun 2008 sampai dengan 2010. Perolehan nilai negatif pada debt equity ratio disebabkan oleh defisit ekuitas yang dialami perusahaan. Walaupun jumlah ekuitas mengalami peningkatan secara berangsur pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi namun jumlah kewajiban perusahaan mengalami fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan fluktuasi pada rasio ini. Dibandingkan dengan rata-rata sebelum periode merger dan akuisisi,
rasio
ini
mengalami
penurunan
pada periode
sesudah
dilakukannya merger dan akuisisi dari 2.852 menjadi 0.527. Penurunan pada debt to equity ratio mengindikasikan investasi yang dilakukan perusahaan lebih banyak didanai dari ekuitas pemegang saham dari pada oleh hutang.
48
NPM 0,200
0,008
0,000 -0,200
2000
2001
-0,400 -0,600 -0,800
-0,681
-0,327
NPM
2002
2003
-0,315
-0,060
2004
NPM
Tahun
Gambar 15. Kondisi net profit margin Hanson International sebelum merger dan akuisisi Rasio profitabilitas yang dapat diwakili oleh net profit margin, menunjukan trend yang terus membaik dari tahun 2000 sampai tahun 2004. Berangsur-angsur net profit margin yang pada tahun 2000 bernilai negatif meningkat sampai bernilai positif pada tahun 2004 sebesar 0.008. Peningkatan net profit margin ini disebabkan oleh meningkatnya laba bersih perusahaan. Di tahun 2000 perusahaan mengalami kerugian namun keadaan ini terus menunjukan perbaikan sampai pada tahun 2004 dimana perusahaan berhasil mendapatkan keuntungan kembali dan memperoleh laba bersih sekitar 2 miliar.
49
NPM
Nilai
0,500 0,036
-0,235
0,308
-0,474
0,000 2005 -0,500
2006
2007
2008
NPM 2009
NPM
2010
Tahun
Gambar 16. Kondisi net profit margin Hanson International sesudah merger dan akuisisi Rasio profitabilitas yang dapat diwakili oleh net profit margin mengalami penurunan sampai dengan tahun 2007 dengan perolehan nilai negatif. Net profit margin yang bernilai negatif disebabkan oleh perusahaan yang mengalami kerugian pada tiga tahun pertama setelah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi kemudian di tahun 2009 dan 2010 perusahaan kembali memperoleh laba dari aktivitas bisnisnya. Pada tahun 2008 dan 2009 Hanson tidak membukukan penjualannya karena penjualan yang terjadi adalah hasil dari usaha anak perusahaan yaitu PT Primayudha Mandirijaya oleh karena itu tidak ada nilai net profit margin pada tahun ini. Pada tahun 2010 Hanson kembali melakukan penjualan dan memperoleh laba bersih yang pada akhirnya mencatatkan nilai rasio net profit margin sebesar 0.308. Dibandingkan dengan rata-rata sebelum periode merger dan akuisisi, rasio ini mengalami peningkatan pada periode sesudah dilakukannya merger dan akuisisi dari -0.275 menjadi -0.134. Peningkatan net profit margin ini mengindikasikan membaiknya kemampuan Indofood dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi.
50
TATO
Nilai
0,600
0,411
0,466 0,376
0,400
0,439
0,512
0,200 TATO
0,000 2000
2001
2002
TATO 2003
2004
Tahun
Gambar 17. Kondisi total asset turn over Hanson International sebelum merger dan akuisisi Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over mengalami fluktuasi. Rasio ini meningkat sampai tahun 2001 dan mengalami penurunan ditahun 2002 dan meningkat kembali sampai tahun 2004. Fluktuasi pada nilai total asset turn over ini disebabkan oleh penurunan dan peningkatan pada penjualan dan total aktiva yang dimiliki Hanson. Peningkatan pada rasio total asset turn over mengindikasikan membaiknya kegiatan bisnis yang dijalankan Hanson karena semakin banyak volume bisnis yang dilakukan begitupun sebaliknya penurunan pada rasio total asset turn over mengindikasikan menurunnya kegiatan bisnis yang dijalankan karena semakin menurun volume bisnis yang dilakukan.
51
TATO
Nilai
1,000 0,500
0,819
0,527 0,585 0,549
0,000 2005
2006
2007
0,000
0,000
2008
2009
TATO TATO 2010
Tahun
Gambar 18. Kondisi total asset turn over Hanson International sesudah merger dan akuisisi Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over juga mengalami fluktuasi setelah dilakukan aktivitas merger dan akuisisi. Pada tahun 2006 total asset turn over mengalami peningkatan yang kemudian diikuti dengan penurunan di tahun setelahnya. Pada tahun 2008 dan 2009 tidak terjadi perputaran penjualan terhadap aktiva, hal ini disebabkan pada tahun tersebut Hanson tidak membukukan penjualannya. Pada tahun 2010 Hanson kembali memperoleh nilai rasio total asset turn over sebesar 0.819 setelah perusahaan kembali membukukan hasil penjualannya. Dibandingkan dengan rata-rata sebelum periode merger dan akuisisi, rasio ini mengalami peningkatan pada periode sesudah dilakukannya merger dan akuisisi dari 0.441 menjadi 0.651. Peningkatan rasio total asset turn over ini mengindikasikan efektifnya penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan.
52
4.2.3. PT Kalbe Farma
CR 4,000 Nilai
3,000
2,108
2,000
3,010
2,113 1,177
1,000
1,568 CR
0,000 2000
2001
2002
CR 2003
2004
Tahun
Gambar 19. Kondisi current ratio Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami fluktuasi dan menempati posisi terendah pada tahun 2002 dengan nilai 1.177 dan posisi tertinggi pada tahun 2004 dengan nilai 3.010. Current ratio yang berfluktuasi disebabkan oleh aktiva lancar yang terus mengalami peningkatan dari tahun 2000 sampai dengan 2004 sedangkan hutang lancar yang berfluktuasi jumlahnya dari tahun ke tahun. Menurunnya current ratio pada tahun 2002 menunjukan melemahnya kemampuan Kalbe untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, namun demikian di tahun berikutnya Kalbe kembali terus menunjukan perbaikan pada rasio ini.
53
CR
Nilai
6,000 4,000
4,045
5,042
4,983 3,333
2,000
2,987
4,394
0,000
CR 2005
2006
2007
2008
CR 2009
2010
Tahun
Gambar 20. Kondisi current ratio Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami peningkatan di tahun 2006 setelah itu rasio ini berangsur menurun sampai tahun 2009 hingga mencapai nilai terendah 2.987 kemudian current ratio kembali meningkat pada tahun 2010. Walaupun aktiva lancar secara berangsur menunjukan pertumbuhan tetapi hutang lancar mengalami fluktuasi, hal inilah yang melatarbelakangi naik turunnya nilai current ratio pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi. Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rata-rata current ratio menunjukan peningkatan dari 1.995 menjadi 4.148. Meningkatnya rata-rata current ratio pada periode setelah dilakukannya merger dan akuisisi ini menunjukan membaiknya kemampuan Kalbe untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
54
DER 8,000
7,704
6,936
Nilai
6,000 4,000
2,784
2,000
1,719
0,000 2000
2001
2002
DER
1,261 DER
2003
2004
Tahun
Gambar 21. Kondisi debt to equity ratio Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi Rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio menunjukan trend yang terus membaik selama lima tahun sebelum melakukan aktivitas merger dan akuisisi. Jika pada tahun 2000 debt to equity ratio yang dicapai Kalbe sebesar 7.704 maka pada tahun 2004 telah mencapai 1.261 kali. Penurunan pada debt to equity ratio mengindikasikan membaiknya kemampuan perusahaan dalam membiayai kewajiban jangka panjangnya.
55
DER
Nilai
1,000
0,762 0,361
0,500
0,331
0,375
0,393 0,235
0,000 2005
2006
2007
2008
DER DER
2009
2010
Tahun
Gambar 22. Kondisi debt to equity Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi Rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio mengalami fluktuasi. Di tahun 2006 debt to equity ratio mengalami penurunan dari tahun sebelumnya kemudian di tahun berikutnya current ratio berangsur membaik dan menempati nilai tertinggi pada tahun 2009 sebesar 0.393 setelah itu debt to equity ratio kembali mengalami penurunan di tahun 2010. Walaupun jumlah ekuitas mengalami peningkatan secara berangsur pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi namun jumlah kewajiban perusahaan mengalami fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan fluktuasi pada rasio ini. Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rata-rata debt to equity rasio menunjukan penurunan dari 4.081 menjadi 0.339. Penurunan pada debt to equity ratio mengindikasikan investasi yang dilakukan perusahaan lebih banyak didanai dari ekuitas pemegang saham dari pada oleh hutang dimana total ekuitas terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2010. Perubahan rasio antara periode sebelum dan sesudah merger dan akuisisi memudahkan Indofood untuk menarik perhatian para investor.
56
NPM 0,150 0,101
Nilai
0,100 0,050
-0,018
0,112
0,109
0,016
NPM
0,000 -0,050
2000
2001
2002
NPM 2003
2004
Tahun
Gambar 23. Kondisi kinerja keuangan Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi Begitu juga dengan net profit margin yang mewakili rasio profitabilitas, rasio ini menunjukan trend yang terus membaik dari tahun 2000 yang pada awalnya net profit margin bernilai negatif -0.018 meningkat sampai dengan tahun 2003 menjadi 0.112 dan pada tahun 2004 kembali sedikit mengalami penurunan. Peningkatan net profit margin ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih yang menunjukan perkembangan baik selama periode 2000 sampai 2004. Setelah rugi bersih tahun 2000 sebesar Rp 28 miliar, laba bersih terus meningkat sehingga pada tahun 2004 mencapai Rp 372 miliar. Peningkatan laba bersih ini disebabkan oleh kinerja operasional perusahaan yang terus membaik yang dibuktikan dengan pertumbuhan penjualan secara konsisten dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 dengan rata-rata pertumbuhan 25,3% per tahun.
57
NPM
Nilai
0,150
0,111 0,111
0,100
0,101
0,090
0,102
0,126
0,050 NPM
0,000 2005
2006
2007
2008
NPM 2009
2010
Tahun
Gambar 24. Kondisi net profit margin Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi Net profit margin yang mewakili rasio profitabilitas menunjukan penurunan pada tiga tahun pertama sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi kemudian rasio ini kembali meningkat dari tahun 2009 sampai tahun 2010. Peningkatan net profit margin ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih yang menunjukan perkembangan baik diiringi pertumbuhan penjualan yang terus meningkat dari tahun 2006 sampai dengan 2010 yang membuktikan kinerja operasional Kalbe yang terus membaik. Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rata-rata net profit margin menunjukan peningkatan dari 0.064 menjadi 0.106. Peningkatan net profit margin ini mengindikasikan membaiknya kemampuan Kalbe dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasionalnya.
58
TATO
Nilai
1,500 1,000
0,888
1,090
1,316
1,180
1,131
0,500 TATO
0,000 2000
2001
2002
TATO 2003
2004
Tahun
Gambar 25. Kondisi total asset turn over Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2002 dan mengalami penurunan sampai tahun 2004. Fluktuasi pada nilai total asset turn over ini disebabkan oleh pertumbuhan penjualan Kalbe yang tumbuh secara konsisten diiringi dengan peningkatan total aktiva. Namun pada tahun tetentu peningkatan penjualan tidak sebesar peningkatan total aktiva, hal inilah yang menyebabkan nilai total asset turn over mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan pada rasio total asset turn over ini mengindikasikan membaiknya kegiatan bisnis yang dijalankan Kalbe karena semakin banyak volume bisnis yang dilakukan serta mengindikasikan efektifnya penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan.
59
TATO
Nilai
1,600 1,400
1,363 1,242 1,313
1,381
1,402
1,454
1,200 TATO
1,000 2005
2006
2007
2008
TATO 2009
2010
Tahun
Gambar 26. Kondisi total asset turn over Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over juga mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Peningkatan total asset turn over ini disebabkan oleh pertumbuhan penjualan Kalbe yang tumbuh secara konsisten diiringi dengan peningkatan total aktiva yang dimiliki Kalbe. Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rata-rata total asset turn over menunjukan peningkatan dari 1.121 menjadi 1.383. Peningkatan pada rasio total asset turn over ini mengindikasikan membaiknya kegiatan bisnis yang dijalankan Kalbe karena semakin banyak volume bisnis yang dilakukan serta menunjukan efektivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan.
60
4.3.
Perkembangan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi
4.3.1. PT Indofood Sukses Makmur Tabel 5. Perkembangan Kinerja Keuangan PT Indofood Sukses Makmur Rasio CR Pertumbuhan (%) DER Pertumbuhan (%) NPM Pertumbuhan (%) TATO Pertumbuhan (%)
2000 2001 2002 1.304 0.867 1.646 -33.554 89.991 2.897 2.431 2.925 -16.091 20.311 0.051 0.051 0.049 0.181 -4.354 1.012 1.128 1.080 11.521 -4.314
Tahun 2003 2004 2005 2006 1.939 1.479 1.467 1.168 17.807 -23.742 -0.834 -20.353 2.578 2.560 2.331 2.115 -11.875 -0.669 -8.961 -9.257 0.034 0.022 0.007 0.030 -30.724 -36.054 -69.393 355.961 1.167 1.143 1.269 1.341 8.127 -2.068 11.006 5.651
2007 2008 0.916 0.898 -21.564 -2.024 2.613 3.110 23.555 19.010 0.035 0.027 16.777 -24.242 0.938 0.980 -30.058 4.495
2009 2010 1.163 2.036 29.569 75.086 2.451 1.339 -21.207 -45.368 0.056 0.077 108.208 38.521 0.926 0.813 -5.496 -12.249
Sumber: Data diolah Pada periode sebelum merger dan akuisisi, terjadi penurunan current ratio sebesar 33.554% pada tahun 2001 yang disebabkan menurunnya aktiva lancar dan meningkatnya hutang lancar perusahaan. Selanjutnya rasio ini tumbuh sebesar 89.991% dan 17.807% pada tahun 2002 dan 2003 karena menurunnya jumlah hutang lancar yang dimiliki perusahaan. Pada tahun 2004 hutang lancar meningkat, hal ini menyebabkan penurunan current ratio sebesar 23.742%. Pada tiga tahun pertama sesudah merger dan akuisisi, current ratio mengalami penurunan sebesar 20.353%, 21.564% dan 2.042% yang disebabkan oleh peningkatan hutang lancar. Current ratio menunjukan pertumbuhan yang cukup baik pada tahun 2009 dan 2010 dengan pertumbuhan sebesar 29.598% dan 75.086%
yang disebabkan oleh menurunnya hutang lancar dan
meningkatnya aktiva lancar perusahaan. Debt to equity ratio mengalami penurunan sebesar 16.091% pada tahun 2001 disebabkan peningkatan pada total ekuitas dan penurunan pada kewajiban perusahaan. Pada tahun berikutnya rasio ini tumbuh sebesar 20.331% yang disebabkan meningkatnya kewajiban. Pada tahun 2003 dan 2004 total ekuitas meningkat, hal ini menyebabkan debt to equity ratio mengalami penurunan sebesar 11.875% dan 0,669%. Pada tahun pertama sesudah merger dan akuisisi debt to equity ratio mengalami penurunan
61
sebesar 9.257% yang disebabkan menurunnya ekuitas. Selanjutnya rasio ini tumbuh sebesar 23.555% dan 19.010% di tahun 2007 dan 2008 yang disebabkan oleh peningkatan pada kewajiban. Namun pertumbuhan ini tidak berlangsung lama karena di tahun 2009 dan 2010 rasio ini kembali menurun
sebesar
21.207% dan
45.368%
yang disebabkan
oleh
meningkatnya ekuitas dan menurunnya kewajiban perusahaan. Net profit margin menunjukan pertumbuhan pada tahun 2001 sebesar 0.181% yang disebabkan oleh peningkatan laba. Namun rasio ini terus menurun sampai dengan tahun 2004 dengan perubahan sebesar 4.354%, 30.724% dan 36.054% yang disebabkan oleh peningkatan penjualan yang tidak diiringi oleh peningkatan labanya. Sesudah merger dan akuisisi laba bersih mengalami peningkatan yang menyebabkan net profit margin tumbuh signifikan sebesar 355.961% dan 16.777% di tahun 2006 dan 2007. Kemudian rasio ini sedikit mengalami penurunan sebesar 24.242% di tahun 2008 karena peningkatan penjualan yang belum sebanding dengan peningkatan laba bersih tahun sebelumnya. Net profit margin kembali mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 108.208% dan 38.521% di tahun 2009 dan 2010 karena peningkatan laba yang diperolehnya. Total asset turn over tumbuh sebesar 11.521% pada tahun 2000 yang disebabkan oleh meningkatnya penjualan. Selanjutnya rasio ini mengalami fluktuasi, total asset turn over menurun di tahun 2002, tumbuh di tahun 2003 dan kembali menurun di tahun 2004 dengan perubahan sebesar 4.314%, 8.127% dan 2.068% yang disebabkan oleh peningkatan total aktiva yang tidak sebanding dengan peningkatan penjualan. Sesudah merger dan akuisisi rasio ini tumbuh sebesar 5.651% di tahun 2006 karena meningkatnya penjualan yang dilakukan perusahaan dan mengalami penurunan sebesar 30.058% di tahun 2007 karena meningkatnya aktiva perusahaan. Pada tahun 2008 rasio ini mengalami pertumbuhan yang disebabkan meningkatnya penjualan kemudian diikuti penurunan di tahun 2009 dan 2010 dengan perubahan sebesar 4.495%, 5.496% dan 12.249%
62
yang disebabkan oleh menurunnya penjualan dan meningkatnya aktiva perusahaan. 4.3.2. PT Hanson International Tabel 6. Perkembangan Kinerja Keuangan PT Hanson International Rasio CR Pertumbuhan (%) DER Pertumbuhan (%) NPM Pertumbuhan (%) TATO Pertumbuhan (%)
2000 2001 0.248 0.218 -12.054 21.866 -10.594 -148.450 -0.681 -0.327 -51.915 0.411 0.466 13.361
2002 2003 0.559 0.574 156.534 2.602 0.885 0.964 -108.352 8.903 -0.315 -0.060 -3.740 -80.969 0.376 0.439 -19.174 16.730
2004 0.713 24.255 1.142 18.540 0.008 -112.626 0.512 16.535
Tahun 2005 0.575 -19.370 2.193 91.976 0.036 380.217 0.527 2.904
2006 0.272 -52.659 1.955 -10.824 -0.235 -746.412 0.585 11.140
2007 0.145 -46.616 4.877 149.419 -0.474 101.861 0.549 -6.203
2008 2009 2010 0.012 0.004 0.317 -91.914 -66.263 7,890.578 -1.014 -1.006 -2.177 -120.790 -0.767 116.368 0.308 -100.000 0.000 0.000 0.819 -100.000
Sumber: Data diolah Current ratio mengalami penurunan sebesar 21.054% pada tahun 2001 disebabkan oleh meningkatnya hutang lancar dan menurunnya aktiva lancar. Pada tahun 2002 sampai dengan 2004 aktiva lancar mengalami peningkatan, hal ini menyebabkan current ratio mengalami pertumbuhan sebesar 156.534%, 2.062%, dan 24.255%. Pada empat tahun pertama sesudah merger dan akuisisi, current ratio mengalami penurunan dengan besar perubahan yang fluktuatif yaitu 52.659%, 46.616%, 91.914% dan 66.263% yang disebabkan oleh menurunnya aktiva lancar perusahaan. Pada tahun 2010 current ratio tumbuh signifikan sebesar 7890.578% yang disebabkan meningkatnya aktiva lancar perusahaaan. Debt to equity ratio menurun sebesar 148.450% pada tahun 2001 yang disebabkan oleh defisit ekuitas yang dialami perusahaan. Pada tahun 2002 kewajiban perusahaan menurun dan ekuitas meningkat hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan debt to equity ratio sebesar 108.352% dibandingkan tahun sebelumnya yang bernilai negatif. Di tahun berikutnya rasio ini menunjukan pertumbuhan sebesar 8.903% dan 18.540% pada tahun 2003 dan 2004 yang disebabkan oleh peningkatan pada kewajiban perusahaan. Sesudah merger dan akuisisi debt to equity ratio menurun sebesar 10.824% pada tahun 2006 karena menurunnya kewajiban dan ekuitas perusahaan. Selanjutnya diikuti dengan pertumbuhan di tahun 2007
63
sebesar 149.419% yang disebabkan penurunan ekuitas perusahaan. Pada tahun 2008 sampai dengan atahun 2009 perusahaan mengalami defisit ekuitas. Pada tahun 2008 debt to equity ratio menurun sebesar 120.790%, di tahun berikutnya ekuitas sedikit meningkat senhingga menyebabkan kenaikan pada rasio ini sebesar 0.767%. Namun pada tahun 2010 ekuitas kembali menurun yang mengakibatkan menurunnya current ratio sebesar 116.368%. Pada periode sebelum merger dan akuisisi, perusahaaan mengalami kerugian. Namun kerugian ini berkurang secara berangsur-angsur sehingga net profit margin terus menunjukan pertumbuhan sebesar 51.915%, 3.740%, 80.969% dan 112.626%. Sesudah merger dan akuisisi current ratio mengalami penurunan sampai dengan tahun 2008 sebesar 746.412%, 101.861% dan 100% karena perusahaan kembali mengalami kerugian. Total asset turn over menunjukan pertumbuhan sebesar 13.361% pada tahun 2001 yang disebabkan oleh meningkatnya penjualan dan menurunnya aktiva perusahaan. Namun rasio ini menurun di tahun berikutnya sebesar 19.174% karena penjualan yang mengalami penurunan. Pada tahun 2003 dan 2004 penjualan meningkat sehingga total asset turn over tumbuh sebesar 16.730% dan 16.535%. Sesudah merger dan akuisisi total asset turn over menunjukan pertumbuhan sebesar 11.140% pada tahun 2006 yang disebabkan menurunnya aktiva perusahaan. Pada tahun 2007 dan 2008 total asset turn over menurun sebesar 6.203% dan 100% karena penurunan penjualan yang juga diikuti oleh penurunan aktiva. 4.3.3. PT Kalbe Farma Tabel 7. Perkembangan Kinerja Keuangan PT Kalbe Farma Rasio CR Pertumbuhan (%) DER Pertumbuhan (%) NPM Pertumbuhan (%) TATO Pertumbuhan (%)
2000 2001 2.108 2.113 0.247 7.704 6.936 -9.962 -0.018 0.016 -187.908 0.888 1.090 22.689
Sumber: Data diolah
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1.177 1.568 3.010 4.045 5.042 4.983 3.333 2.987 4.394 -44.328 33.268 91.950 34.397 24.638 -1.173 -33.098 -10.394 47.094 2.784 1.719 1.261 0.762 0.361 0.331 0.375 0.393 0.235 -59.857 -38.267 -26.640 -39.532 -52.697 -8.218 13.328 4.819 -40.357 0.101 0.112 0.109 0.111 0.111 0.101 0.090 0.102 0.126 530.630 11.021 -2.385 2.009 0.137 -9.595 -10.933 13.933 23.036 1.316 1.180 1.131 1.242 1.313 1.363 1.381 1.402 1.454 20.694 -10.309 -4.127 9.750 5.737 3.841 1.303 1.504 3.736
64
Current ratio menunjukan pertumbuhan sebesar 0.247% pada tahun 2001 yang disebabkan oleh peningkatan aktiva lancar perusahaan kemudian ditahun berikutnya terjadi penurunan sebesar 44.328% pada tahun 2002 yang disebabkan oleh meningkatnya hutang lancar. Selanjutnya pada tahun 2003 dan 2004 aktiva lancar meningkat, hal ini menyebabkan current ratio tumbuh sebesar 33.268% dan 91.950%. Pada tahun pertama sesudah merger dan akuisisi current ratio menunjukan pertumbuhan sebesar 24.638% yang disebabkan oleh nenurunnya hutang lancar yang juga diikuti oleh menurunnya aktiva lancar. Pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 current ratio mengalami penurunan sebesar 1.173%, 33.098% dan 10.394%, penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya hutang lancar perusahaan. Namun hutang lancar berkurang pada tahun 2010 yang menyebabkan pertumbuhan current ratio sebesar 47.094%. Debt to equity ratio mengalami penurunan pada periode sebelum merger dan akuisisi dengan perubahan sebesar 9.962%, 59.857%, 38.267%, dan 26.640% yang disebabkan oleh peningkatan ekuitas perusahaan secara berangsur-angsur. Sesudah merger dan akuisisi rasio ini juga masih mengalami penurunan pada dua tahun pertamanya sebesar 52.697% dan 8.128% yang juga disebabkan oleh faktor yang sama yaitu peningkatan ekuitas pada tahun 2006 dan 2007. Pada tahun 2008 dan 2009 rasio ini tumbuh sebesar 13.328% dan 4.819% yang disebabkan oleh meningkatnya kewajiban yang juga diiringi oleh meningkatnya ekuitas. Pada tahun 2010 kewajiban menurun dan ekuitas meningkat yang mengakibatkan menurunnya debt to equity ratio di tahun ini sebesar 40.357%. Net profit margin menunjukan pertumbuhan pada tahun 2001 sebesar 187.908% yang disebabkan oleh peningkatan laba dan penjualan perusahaan. Pada tahun 2002 dan 2003 laba bersih dan penjualan meningkat, hal ini menyebabkan net profit margin tumbuh sebesar 530.630% dan 11.021%. Rasio ini kembali menurun pada tahun 2004 sebesar 2.385% karena peningkatan laba belum sebanding dengan peningkatan
penjualan
perusahaan
jika
dibanding
dengan
tahun
65
sebelumnya. Sesudah merger dan akuisisi net profit margin menunjukan pertumbuhan sebesar 0.137% pada tahun 2006 yang disebabkan peningkatan laba perusahaan. Rasio ini kemudian sedikit menurun sebesar 9.595% dan 10.933% pada tahun 2007 dan 2008 karena peningkatan laba belum sebanding dengan peningkatan penjualan perusahaan. Pada tahun 2009 dan 2010 laba bersih meningkat dan diiringki peningkatan penjualan yang menyebabkan pertumbuhan net profit margin sebesar 13.933% dan 23.036%. Total asset turn over menunjukan pertumbuhan pada tahun 2001 dan 2002 sebesar 22.689% dan 20.694% yang disebabkan peningkatan penjualan yang juga diiringi oleh peningkatan aktiva perusahaan. Namun rasio ini menurun pada tahun 2003 dan 2004 sebesar 10.309% dan 4.127% karena peningkatan pada penjualan belum sebanding dengan peningkatan aktivanya. Sesudah merger dan akuisisi, penjualan dan aktiva meningkat secara berangsur-angsur, hal ini menyebabkan total asset turn over terus mengalami pertumbuhan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dengan perubahan sebesar 5.737%, 3.841%, 1.303%, 1.504% dan 3.736%. 4.4.
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif berguna untuk memberikan gambaran mengenai data yang dijadikan variabel penelitian. Berdasarkan data mentah berupa laporan keuangan yang kemudian diolah, diperoleh data rasio keuangan yang disajikan pada Tabel 8. Dari Tabel 8 dapat dilihat nilai rata-rata, nilai minimum, nilai maksimum dan standar deviasi untuk periode sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Nilai minimum menunjukan nilai terkecil pada data, nilai maksimum menunjukan nilai terbesar pada data, mean menunjukan rataan dari data, dan standar deviation menunjukan besarnya variasi pada data. Jika standar deviasi lebih besar dari nilai rata-rata berarti data memiliki variasi yang besar, dan sebaliknya.
66
Tabel 8. Hasil Analisis Deskriptif Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi Std. Periode
Variabel
Sebelum CR
Min
Maks
Mean
Deviation
0.218
3.01
1.302
0.791
Merger
DER
-10.594
21.866
3.204
6.520
dan
NPM
-0.681
0.112
-0.057
0.219
Akuisisi
TATO
0.376
1.316
0.889
0.341
Sesudah
CR
0.004
5.042
1.845
1.837
Merger
DER
-2.177
4.877
1.063
1.827
dan
NPM
-0.474
0.308
0.027
0.190
Akuisisi
TATO
0.549
1.454
1.066
0.323
Sumber: Data diolah 4.4.1. Analisis Deskriptif Sebelum Merger dan Akuisisi Nilai minimum dan maksimum current ratio sebelum merger dan akuisisi adalah 0.218 dan 3.01. Nilai rata-rata current ratio sebesar 1.302 dengan standar deviasi 0.791. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang cukup rendah pada data atau adanya perbedaan yang cukup kecil antara nilai maksimum dengan minimum. Nilai rata-rata current ratio sebesar 1.302 berarti bahwa ratarata kemampuan aktiva lancar perusahaan untuk menutup hutang lancarnya sebesar 1.302 kali atau untuk setiap satu rupiah kewajiban dijamin dengan 1.302 rupiah aktiva lancar. Nilai minimum dan maksimum debt to equity ratio sebelum merger dan akuisisi adalah -10.594 dan 21.866. Nilai rata-rata debt to equity ratio sebesar 3.204 dengan standar deviasi 6.520. Nilai standar deviasi yang lebih besar dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang cukup besar pada data atau adanya perbedaan yang cukup besar antara nilai maksimum dengan minimum. Nilai rata-rata debt to equity ratio sebesar 3.204 berarti bahwa tingkat rata-rata hutang terhadap ekuiti perusahaan sebesar 3.204 kali.
67
Nilai minimum dan maksimum net profit margin sebelum merger dan akuisisi adalah -0.681dan 0.112 . Nilai rata-rata net profit margin sebesar -0.057 dengan standar deviasi 0.219. Nilai standar deviasi yang lebih besar dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang cukup besar pada data atau adanya perbedaan yang cukup besar antara nilai maksimum dengan minimum. Nilai rata-rata net profit margin sebesar -0.057 berarti bahwa rata-rata tingkat pegembalian keuntungan bersih perusahaan sebesar -0.057 kali dimana pada periode sebelum merger dan akuisisi mengalami kerugian. Dengan kata lain setiap seribu rupiah penjualan perusahaan menutup kerugian bersih sebesar 57 rupiah. Nilai minimum dan maksimum total asset turn over sebelum merger dan akuisisi adalah 0.376 dan 1.316. Nilai rata-rata total asset turn over sebesar 0.889 dengan standar deviasi 0.341. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang cukup rendah pada data atau adanya perbedaan yang cukup rendah antara nilai maksimum dengan minimum. Nilai rata-rata total asset turn over sebesar 0.889 berarti bahwa kemampuan aktiva untuk menghasilkan penjualan sebesar 0.889 kali atau setiap satu rupiah aktiva, perusahaan menghasilkan 0.889 rupiah penjualan. 4.4.2. Analisis Deskriptif Sesudah Merger dan Akuisisi Nilai minimum dan maksimum current ratio sesudah merger dan akuisisi adalah 0.004 dan 5.042. Nilai rata-rata current ratio sebesar 1.845 dengan standar deviasi 1.837. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang cukup rendah pada data atau adanya perbedaan yang cukup kecil antara nilai maksimum dengan minimum. Nilai rata-rata current ratio sebesar 1.845 berarti bahwa ratarata kemampuan aktiva lancar perusahaan untuk menutup hutang lancarnya sebesar 1.845 kali atau untuk setiap satu rupiah kewajiban dijamin dengan 1.845 rupiah aktiva lancar. Nilai minimum dan maksimum debt to equity ratio sesudah merger dan akuisisi adalah -2.177 dan 4.877. Nilai rata-rata debt to equity ratio sebesar 1.063 dengan standar deviasi 1.827. Nilai standar deviasi yang
68
lebih besar dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang cukup besar pada data atau adanya perbedaan yang cukup besar antara nilai maksimum dengan minimum. Nilai rata-rata debt to equity ratio sebesar 1.063 berarti bahwa tingkat rata-rata hutang terhadap ekuiti perusahaan sebesar 1.063 kali. Nilai minimum dan maksimum net profit margin sesudah merger dan akuisisi adalah -0.474 dan 0.308. Nilai rata-rata net profit margin sebesar 0.027 dengan standar deviasi 0.190. Nilai standar deviasi yang lebih besar dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang cukup besar pada data atau adanya perbedaan yang cukup besar antara nilai maksimum dengan minimum. Nilai rata-rata net profit margin sebesar 0.027 berarti bahwa rata-rata tingkat pegembalian keuntungan bersih perusahaan sebesar 0.027 kali atau setiap seribu rupiah penjualan perusahaan mendapatkan keuntungan bersih sebesar 27 rupiah. Nilai minimum dan maksimum total asset turn over sesudah merger dan akuisisi adalah 0.549 dan 1.44. Nilai rata-rata total asset turn over sebesar 1.066 dengan standar deviasi 0.323. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang cukup rendah pada data atau adanya perbedaan yang cukup rendah antara nilai maksimum dengan minimum. Nilai rata-rata total asset turn over sebesar 1.066 berarti bahwa kemampuan aktiva untuk menghasilkan penjualan sebesar 1.066 kali atau setiap satu rupiah aktiva, perusahaan menghasilkan 1.066 rupiah penjualan. 4.4.3. Perbandingan Analisis Deskriptif Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi Setelah dilakukan perbandingan pada rata-rata variabel antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, maka dapat terlihat perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa peningkatan atau penurunan pada nilai rata-rata setiap variabel, nilai maximum, nilai minimum, serta standar deviasi dari variabel sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Perubahan tersebut ditunjukan pada Tabel 9.
69
Tabel 9. Hasil Analisis Deskriptif Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi Variabel Sebelum Sesudah Naik/Turun
CR
DER
NPM
TATO
Mean
1.301
1.845
Naik
Minimum
0.462
0.150
Turun
Maksimum
1.995
4.148
Naik
Std. Deviation
0.777
2.067
Naik
Mean
3.204
1.064
Turun
Minimum
2.678
0.339
Turun
Maksimum
4.081
2.326
Turun
Std. Deviation
0.765
1.097
Naik
Mean
-0.057
0.006
Naik
Minimum
-0.275
-0.134
Naik
Maksimum
0.064
0.106
Naik
Std. Deviation
0.189
0.125
Turun
Mean
0.889
1.011
Naik
Minimum
0.441
0.651
Naik
Maksimum
1.121
1.383
Naik
Std. Deviation
0.388
0.366
Turun
Sumber: Data Diolah Dari ke empat variabel yang diuji, tiga variabel diantaranya yaitu current ratio, net profit margin dan total asset turn over mengalami peningkatan rata-rata sesudah merger dan akuisisi. Sedangkan untuk variabel debt to equity ratio mengalami penurunan nilai rata-rata sesudah merger dan akuisisi. Perubahan ini menunjukan adanya perbaikan pada kinerja keuangan perusahaan yang diproyeksikan kedalam empat rasio tersebut. 4.4.3.1. Analisis Rasio Likuiditas Berdasarkan statistik deskriptif yang diringkas pada Tabel 9 terlihat bahwa terdapat peningkatan nilai rata-rata current ratio antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi dari 1.301 menjadi 1.845. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan nilai maksimum dari 1.995
70
meningkat menjadi 4.148 dan nilai standar deviasi meningkat dari 0.777 menjadi 2.067. Sedangkan nilai minimum mengalami penurunan dari 0.462 menjadi 0.150. Perubahan pada komponen variabel current ratio antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi diringkas dalam boxplot berikut.
Gambar 27. Perubahan komponen current ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi Aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan mengakibatkan peningkatan nilai rata-rata current ratio. Peningkatan pada rata-rata current ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi mengindikasikan membaiknya kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Kinerja current ratio sangat bergantung pada komposisi aktiva. Semakin banyak aktiva lancar yang dimiliki perusahaan maka semakin baik kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Selain itu, perusahaan yang sebagian besar aktiva lancarnya
71
terdiri dari kas lebih baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dibanding perusahaan yang sebagian besar aktiva lancarnya terdiri dari piutang dan persediaan. 4.4.3.2. Analisis Rasio Solvabilitas Berdasarkan statistik deskriptif yang diringkas pada Tabel 9 terlihat bahwa terdapat penurunan nilai rata-rata debt to equity ratio antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi dari 3.204 menjadi 1.064. Penurunan ini sejalan dengan penurunan nilai minimum dari 2.678 menjadi 0.339, nilai maksimum menurun dari 4.081 menjadi 2.326. Namun standar deviasi meningkat dari 0.765 menjadi 1.097. Perubahan pada komponen variabel debt to equity ratio antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi diringkas dalam boxplot berikut.
Gambar 28. Perubahan komponen debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi Aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan mengakibatkan penurunan nilai rata-rata debt to equity ratio. Penurunan
72
pada rata-rata debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi ini mengindikasikan posisi pemegang saham semakin besar dalam menjamin investasi kreditor atau sebagian besar investasi yang dilakukan perusahaan lebih banyak didanai dari ekuitas pemegang saham dari pada oleh hutang. Kinerja debt to equity ratio memiliki perspektif yang berbeda jika dilihat dari segi kreditor dan pemegang saham. Kreditor lebih menyukai debt to equity ratio yang relatif rendah karena semakin rendah rasio ini semakin besar aktiva yang disediakan perusahaan untuk kreditor dan semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditor dalam peristiwa likuidasi. Disisi lain, pemegang saham mengharapkan debt to equity ratio yang relatif tinggi karena melalui leverage, pemegang saham biasa dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar dari aktiva. Dilihat dari perspektif ini, debt to equity ratio setelah merger dan akuisisi lebih menguntungkan pihak kreditor. 4.4.3.3. Analisis Rasio Profitabilitas Berdasarkan statistik deskriptif yang diringkas pada Tabel 9 terlihat bahwa terdapat peningkatan nilai rata-rata net profit margin antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi dari -0.057 menjadi 0.006. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan nilai minimum dari -0.275 menjadi -0.134, nilai maksimum meningkat dari 0.064 menjadi 0.106. Namun standar deviasi menurun dari 0.189 menjadi 0.125. Perubahan pada komponen variabel net profit margin antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi diringkas dalam boxplot berikut.
73
Gambar 29. Perubahan komponen net profit margin sebelum dan sesudah merger dan akuisisi Aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan mengakibatkan peningkatan nilai rata-rata net profit margin.Peningkatan pada rata-rata net profit margin antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi ini mengindikasikan semakin baiknya kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih dari aktivitas penjualan yang dilakukannya. Sebelum merger dan akuisisi untuk setiap seribu rupiah penjualan perusahaan menutup kerugian bersih sebesar 57 rupiah sedangkan setelah merger dan akuisis untuk setiap seribu rupiah penjualan perusahaan mendapatkan keuntungan bersih sebesar enam rupiah. 4.4.3.4. Analisis Rasio Aktivitas Berdasarkan statistik deskriptif yang diringkas pada Tabel 9 terlihat bahwa terdapat peningkatan nilai rata-rata total asset turn over antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi dari 0.889 menjadi 1.011. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan nilai minimum dari 0.441
74
menjadi 0.651, nilai maksimum meningkat dari 1.121 menjadi 1.383. Namun standar deviasi menurun dari 0.388 menjadi 0.366. Perubahan pada komponen variabel total asset turn over antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi diringkas dalam boxplot berikut.
Gambar 30. Perubahan komponen total asset turn over sebelum dan sesudah merger dan akuisisi Aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan mengakibatkan peningkatan nilai rata-rata total asset turn over. Peningkatan pada rata-rata total asset turn over sebelum dan sesudah merger
dan
akuisisi
ini
mengindikasikan
semakin
membaiknya
kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan penjualan atau perusahaan lebih efektif dalam menggunakan aktiva dalam menghasilkan penjualan setelah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi. Selain itu peningkatan ini juga mengindikasikan bahwa semakin banyak volume bisnis yang dilakukan perusahaan setelah aktivitas merger dan akuisisi akibat keputusannya menggabungkan atau melepaskan beberapa aktivanya. Semakin tinggi
75
nilai total asset turn over perusahaan berarti semakin efektif perusahaan tersebut menggunakan aktivanya dalam menghasilkan penjualan. 4.5.
Uji Paired Sample T Test Uji paired sample t test digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi yang diproyeksikan kedalam empat rasio keuangan yang mewakili rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio provitabilitas, dan rasio aktivitas. Untuk membuktikan hipotesis data duiji dengan paired sample t test yang hasilnya disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Paired Sample T Test Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi Taraf Variabel
Mean
Sig
Signifikan
Kesimpulan
CR
-0.54333
0.569
0.05
Tidak Berbeda
DER
2.139667
0.161
0.05
Tidak Berbeda
NPM
-0.06233
0.266
0.05
Tidak Berbeda
TATO
-0.12167
0.402
0.05
Tidak Berbeda
Sumber: Data diolah Dari
hasil
analisis
pada
variabel-variabel
diatas
dengan
membandingkan kinerja keuangan lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisis diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan total asset turn over antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada taraf signifikan 95%. 4.5.1. Analisis Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Kewajiban jangka pendek itu sendiri adalah kewajiban perusahaan terhadap pihak kreditor yang dibayarkan dalam jangka waktu satu tahun, meliputi hutang dagang, hutang gaji, hutang pajak, dan hutang bank yang
76
memiliki masa jatuh tempo satu tahun. Pada penelitian ini, digunakan current ratio untuk mengukur likuiditas perusahaan. Untuk membuktikan ada atau tidaknya perbedaan rata-rata current ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, dilakukan pengujian dengan menggunakan uji paired sample t test dengan taraf signifikan 95% (α=0,05). Hipotesis yang digunakan sebagai berikut: H0 =
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata current ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H1 =
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata current ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi Hasil paired sample t test pada variabel current ratio diperoleh
nilai sig sebesar 0.569. Karena nilai sig lebih besar dari α=0.05 (0.569>0.05) maka H 0 diterima. H 0 diterima sehingga dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata current ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. 4.5.2. Analisis Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam
membayar kewajiban
jangka panjangnya
jika
perusahaan tersebut dilikuidasi. Adapun yang dimaksud dengan kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang dibayarkan lebih dari satu tahun atau satu periode akuntansi, meliputi hutang bank, obligasi, wesel dan surat berharga. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur kemampuan tersebut adalah debt to equity. Untuk membuktikan ada atau tidaknya perbedaan rata-rata debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, dilakukan pengujian dengan menggunakan uji paired sample t test dengan taraf signifikan 95% (α=0,05). Hipotesis yang digunakan sebagai berikut: H0 =
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H1 =
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata debt to equity
77
ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi Hasil paired sample t test pada variabel debt to equity ratio diperoleh nilai sig sebesar 0.2. Karena nilai sig lebih besar dari α=0.05 (0.2>0.05) maka H 0 diterima. H 0 diterima sehingga dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata debt to equity ratio sebelum dan setelah merger dan akuisisi. 4.5.3. Analisis Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya. Pada penelitian ini, digunakan net profit margin untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Untuk membuktikan ada atau tidaknya perbedaan rata-rata net profit margin sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, dilakukan pengujian dengan menggunakan uji paired sample t test dengan taraf signifikan 95% (α=0,05). Hipotesis yang digunakan sebagai berikut: H0 =
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata net profit margin sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H1 =
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata net profit margin sebelum dan sesudah merger dan akuisisi Hasil paired sample t test pada variabel net profit margin diperoleh
nilai sig sebesar 0.266. Karena nilai sig lebih besar dari α=0.05 (0.266>0.05) maka H 0 diterima. H 0 diterima sehingga dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata net profit margin sebelum dan setelah merger dan akuisisi. 4.5.4. Analisis Rasio Aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, maupun kegiatan lainnya. Jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah total asset turn over.
78
Untuk membuktikan ada atau tidaknya perbedaan rata-rata total asset turn over sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, dilakukan pengujian dengan menggunakan uji paired sample t test dengan taraf signifikan 95% (α=0,05). Hipotesis yang digunakan sebagai berikut: H0 =
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total asset turn over sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H1 =
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total asset turn over sebelum dan sesudah merger dan akuisisi Hasil paired sample t test pada variabel total asset turn over
diperoleh nilai sig sebesar 0.402. Karena nilai sig lebih dari α=0.05 (0.402>0.05) maka H 0 diterima. H 0 diterima sehingga dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total asset turn over sebelum dan setelah merger dan akuisisi. Berdasarkan hasil uji hipotesis paired sample t test terhadap kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada semua rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas yang masing masing diwakili oleh current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan total asset total asset turn over. Tidak adanya perbedaan yang signifikan ini mengindikasikan kegagalan perusahaan mencapai tujuan merger dan akuisisi untuk mencapai sinergi, yaitu menghemat operasi yang dihasilkan dari skala ekonomis manajemen, pemasaran, produksi, atau distribusi yang lebih efektif dan efisien; menghasilkan beban finansial yg lebih rendah; menghasilkan perbedaan efisiensi yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger dan akuisisi; dan meningkatkan penguasaan pasar dan mengurangi persaingan. Selain itu, dari segi ekonomi tujuan yang diinginkan perusahaan untuk memperbaiki profitabilitas perusahaan pasca merger dan akuisisi
79
juga belum sepenuhnya tercapai. Salah satu penyebabnya adalah meskipun perusahaan mampu meningkatkan penjualan dan laba bersih setelah merger dan akuisisi tetapi kenaikannya masih belum sebanding dengan peningkatan biaya.
80
KESIMPULAN DAN SARAN
a.
Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Alasan yang mendorong Indofood melakukan akuisisi adalah untuk memenuhi sasaran perseroan untuk memiliki lahan seluas 250 ribu hektar perkebunan kelapa sawit di tahun 2015 yang menunjang bisnisnya. Sedangkan akuisisi yang dilakukan PT Hanson International dilakukan dalam upaya penyelamatan Hanson Industri Utama setelah core bisnisnya mengalami kebangktutan. Disisi lain, Kalbe Farma melakukan merger dalam rangka menciptakan suatu perusahaan farmasi terbesar di kawasan Asia Tenggara. 2. Sebelum dilakukan aktivitas merger dan akuisisi, kondisi kinerja keuangan perusahaan yang diwakili oleh current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan total asset turn over bervariasi dan berfluktuasi. Terjadi peningkatan dan penurunan pada masing-masing rasio keuangan di tiap perusahaan yang menjadi sampel. Peningkatan dan penurunan ini disebabkan oleh alasan yang berbeda-beda untuk tiap berusahaan dan tahun tertentu. 3. Sesudah dilakukan aktivitas merger dan akuisisi terjadi perubahan pada masing-masing rasio keuangan yang secara umum menunjukan perbaikan. Pada perusahaan pengakuisisi current ratio, net profit margin dan total asset turn over mengalami peningkatan rata-rata pada lima tahun sesudah aktivitas merger dan akuisisi. Sementara debt to equity ratio mengalami penurunan pada lima tahun sesudah aktivitas merger dan akuisisi. Peningkatan dan penurunan rata-rata rasio ini juga diikuti oleh peningkatan atau penurunan nilai minimum, nilai maksimum, dan standar deviasi dari masing-masing rasio. 4. Uji statistik dengan paired sample t test menunjukan tidak terdapat perbedaan signifikan pada kinerja keuangan perusahaan antara periode
81
lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah merger dan akuisisi dengan taraf signifikan 95% (α=0.05). b.
Saran Berdasarkan kesimpulan yang dijelaskan diatas, diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Sebelum
melakukan
merger
dan
akuisisi,
sebaiknya
perusahaan
melakukan persiapan yang matang terlebih dahulu. Persiapan ini diantaranya dengan melihat kondisi perusahaan, baik dari segi manajemen perusahaan maupun dari financial perusahan. Selain itu perlu dilihat juga kondisi ekonomi nasional dan internasional apakah dalam keadaan yang baik atau buruk bagi perusahaan. 2. Bagi investor yang ingin berinvestasi pada perusahaan terbuka, sebaiknya lebih berhati-hati dalam menyikapi aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan. Investor harus jeli melihat masa depan perusahaan yang akan melakukan merger dan akuisisi, hal ini perlu dilakukan karena tidak semua merger dan akuisisi yang dilakukan memberikan dampak yang baik pada perusahaan tersebut. 3. Bagi penelitian selanjutnya, hendaknya menambah jumlah sampel perusahaan publik yang terdaftar di BEI dan variabel penelitian seperti rasio keuangan yang mewakili rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas sehingga dapat meningkatkan generalisasi dan kondisi nyata.
82
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, E.F dan Joel F Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jilid 2. Edisi 8. Suharto, Dodo. Wibowo, Herman, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Fundamental of Financial Management. David, F.R.1998. Strategic Management. Sixth Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall. De Fusco, R.A., et al. 2001. Quantitative Methods for Investment Analysis, Association for Investment Management and Research, Baltimore. Hadiwinata T. dan Wahyu Dyatmika. 2005. Berakhir di Dorchester. (online) ( http:// majalah.tempointeraktif.com diakses 17 Desember 2011) Harahap, S.S. 2004. Analisis kritis laporan keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hardiningsih, M. 2007. Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi dan Perusahaan Diakuisisi Di Bursa Efek Jakarta. Skripsi: Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Keown AJ et al. 2008. Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan. Widodo PM, penerjemah. Jakarta: PT Index. Terjemahan dari: Financial Management: Principles and Applications. Mallow, V.C. 2000. Bank Mergers and Acquisitions: A Financial and Human Resources Perspective. Thesis: Faculty of Business Administration. Simon Fraser University. Canada. Meta C.W.A. 2010. Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi yang terdaftar si Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009. Jurnal Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. Nugroho, B. A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Andi. Prastowo D.D. dan Rifka Juliaty. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Riza, F.A. 2011. Fakor-Faktor yang Mempengaruhi Merger dan Akuisisi (Studi Perusahaan Publik Pada BEI 2000-2009). Skripsi: Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang. Sugiarto D.S. 2006. Metode Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wahana Komputer. 2009. Panduan Praktis: SPSS 17 untuk Pengolahan Data Statistik. Yogyakarta: Andi; Semarang: Wahana Komputer. Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statistika. Sumantri Bambang, penerjemah. Jakarta: PT Gramedia. Terjemahan dari: Introduction To Statistiks Third Edition.
83
White, G.I., A.C. Sondhi and D. Fried. 2003. The Analysis and Use of Financial Statements, 3rd Edition, John Wiley & Sons Inc., New York. Yaylacicegi, U. 2005. The Perfomance Consequences of Mergers and Acquisitions in the U.S. Telecommunications Industry. Dissertation: The University of Texas Dallas. Texas. http://www.netmba.com/statistiks/distribution/normal/ [8 Februari 2012] http://www.merdeka.com [3 April 2012] http://www.kabarbisnis.com [4 April 2012]
84
LAMPIRAN
85
Lampiran 1. Daftar Rasio Keuangan
Sesudah
Sebelum
Periode
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 Ratarata 2006 2007 2008 2009 2010 Ratarata
CR
DER
NPM
TATO
Kalbe Hanson Indofood Kalbe Hanson Indofood Kalbe Hanson Indofood Kalbe Hanson Indofood 2.108 0.248 1.304 7.704 21.866 2.897 -0.018 -0.681 0.051 0.888 0.411 1.012 2.113 0.218 0.867 6.936 -10.594 2.431 0.016 -0.327 0.051 1.090 0.466 1.128 1.177 0.559 1.646 2.784 0.885 2.925 0.101 -0.315 0.049 1.316 0.376 1.080 1.568 0.574 1.939 1.719 0.964 2.578 0.112 -0.060 0.034 1.180 0.439 1.167 3.010 0.713 1.479 1.261 1.142 2.560 0.109 0.008 0.022 1.131 0.512 1.143 1.995 5.042 4.983 3.333 2.987 4.394
0.462 0.272 0.145 0.012 0.004 0.317
1.447 1.168 0.916 0.898 1.163 2.036
4.081 0.361 0.331 0.375 0.393 0.235
2.852 1.955 4.877 -1.014 -1.006 -2.177
2.678 2.115 2.613 3.110 2.451 1.339
0.064 0.111 0.101 0.090 0.102 0.126
-0.275 -0.235 -0.474
1.121 1.313 1.363 1.381 1.402 1.454
0.441 0.585 0.549
0.308
0.041 0.030 0.035 0.027 0.056 0.077
0.819
1.106 1.341 0.938 0.980 0.926 0.813
4.148
0.150
1.236
0.339
0.527
2.326
0.106
-0.134
0.045
1.383
0.651
0.999
86
Lampiran 2. Hasil Output Uji Normalitas Sebelum Merger dan Akuisisi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CRsebelum N
DERsebelum
NPMsebelum
TATOsebe
3
3
3
Mean
1.30133
3.20367
-.05667
.
Std. Deviation
.776812
.764758
.189432
.3
Absolute
.241
.344
.364
Positive
.193
.344
.262
Negative
-.241
-.246
-.364
Kolmogorov-Smirnov Z
.417
.596
.630
Asymp. Sig. (2-tailed)
.995
.870
.823
a,,b
Normal Parameters
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sesudah Merger dan Akuisisi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CRsesudah N
DERsesudah
NPMsesudah
TATOsesu
3
3
3
1.84467
1.06400
.00567
1.
2.067331
1.096959
.124741
.3
Absolute
.282
.354
.290
Positive
.282
.354
.211
Negative
-.206
-.254
-.290
Kolmogorov-Smirnov Z
.489
.614
.503
Asymp. Sig. (2-tailed)
.970
.845
.962
a,,b
Normal Parameters
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
87
Lampiran 3. Hasil Output Uji Deskriptif Sebelum Merger dan Akuisisi Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CR
15
.218
3.010
1.30153
.791499
DER
15
-10.594
21.866
3.20387
6.520370
NPM
15
-.681
.112
-.05653
.218777
TATO
15
.376
1.316
.88927
.341396
Valid N (listwise)
15
Sesudah Merger dan Akuisisi Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CR
15
.004
5.042
1.84467
1.837149
DER
15
-2.177
4.877
1.06387
1.827823
NPM
13
-.474
.308
.02723
.190164
TATO
13
.549
1.454
1.06646
.323336
Valid N (listwise)
13
88
Lampiran 4. Hasil Output Boxplot Current Ratio Case Processing Summary Cases Valid Periode CR
N
Missing Percent
N
Total
Percent
N
Percent
Sebelum
3
100.0%
0
.0%
3
100.0%
Sesudah
3
100.0%
0
.0%
3
100.0%
Descriptives Periode CR
Sebelum
Statistic Mean 95% Confidence Interval for Mean
1.3013 Lower Bound
-.6284
Upper Bound
3.2310
5% Trimmed Mean
1.4470
Variance
.603
Std. Deviation
.77681
Minimum
.46
Maximum
2.00
Range
1.53
Interquartile Range
.
Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance
.44849
.
Median
Sesudah
Std. Error
-.814
1.225
.
.
1.8447
1.19357
Lower Bound
-3.2909
Upper Bound
6.9802 . 1.2360 4.274
89
Std. Deviation
2.06733
Minimum
.15
Maximum
4.15
Range
4.00
Interquartile Range
.
Skewness
1.210
1.225
.
.
Kurtosis
Debt to equity Ratio Case Processing Summary Cases Valid Periode DER
N
Missing Percent
N
Total
Percent
N
Percent
Sebelum
3
100.0%
0
.0%
3
100.0%
Sesudah
3
100.0%
0
.0%
3
100.0%
Descriptives Periode DER
Sebelum
Statistic Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation
Std. Error
3.2037 Lower Bound
1.3039
Upper Bound
5.1034 . 2.8520 .585 .76476
Minimum
2.68
Maximum
4.08
Range
1.40
Interquartile Range Skewness
.44153
. 1.632
1.225
90
Kurtosis Sesudah
Mean 95% Confidence Interval for Mean
.
.
1.0640
.63333
Lower Bound
-1.6610
Upper Bound
3.7890
5% Trimmed Mean
.
Median
.5270
Variance
1.203
Std. Deviation
1.09696
Minimum
.34
Maximum
2.33
Range
1.99
Interquartile Range
.
Skewness
1.675
1.225
.
.
Kurtosis
Net Profit Margin Case Processing Summary Cases Valid Periode NPM
N
Missing Percent
N
Total
Percent
N
Percent
Sebelum
3
100.0%
0
.0%
3
100.0%
Sesudah
3
100.0%
0
.0%
3
100.0%
Descriptives Periode NPM
Sebelum
Statistic Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median
Std. Error
-.0567 Lower Bound
-.5272
Upper Bound
.4139 . .0410
.10937
91
Variance
.036
Std. Deviation
.18943
Minimum
-.28
Maximum
.06
Range
.34
Interquartile Range
.
Skewness
-1.703
1.225
.
.
.0057
.07202
Kurtosis Sesudah
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
-.3042
Upper Bound
.3155
5% Trimmed Mean
.
Median
.0450
Variance
.016
Std. Deviation
.12474
Minimum
-.13
Maximum
.11
Range
.24
Interquartile Range
.
Skewness
-1.278
1.225
.
.
Kurtosis
Total Asset Turn Over Case Processing Summary Cases Valid Periode TATO
N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
Sebelum
3
100.0%
0
.0%
3
100.0%
Sesudah
3
100.0%
0
.0%
3
100.0%
92
Descriptives Periode TATO
Sebelum
Statistic Mean 95% Confidence Interval for Mean
.8893 Lower Bound
-.0754
Upper Bound
1.8540
5% Trimmed Mean
1.1060
Variance
.151
Std. Deviation
.38834
Minimum
.44
Maximum
1.12
Range
.68
Interquartile Range
.
Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation
-1.729
1.225
.
.
1.0110
.21140
Lower Bound
.1014
Upper Bound
1.9206 . .9990 .134 .36615
Minimum
.65
Maximum
1.38
Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
.22421
.
Median
Sesudah
Std. Error
.73 . .147
1.225
.
.
93
Lampiran 4. Hasil Output Uji Paired Sample T Test T Test Paired Samples Statistics Mean Pair 1
Pair 2
Pair 3
Pair 4
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
CRsebelum
1.30133
3
.776812
.448492
Crsesudah
1.84467
3
2.067331
1.193574
DERsebelum
3.20367
3
.764758
.441533
DERsesudah
1.06400
3
1.096959
.633330
NPMsebelum
-.05667
3
.189432
.109368
NPMsesudah
.00567
3
.124741
.072019
TATOsebelum
.88933
3
.388340
.224208
TATOsesudah
1.01100
3
.366148
.211395
Paired Samples Correlations N
Correlation
Sig.
Pair 1
Crsebelum & Crsesudah
3
.913
.268
Pair 2
DERsebelum & DERsesudah
3
-.662
.539
Pair 3
NPMsebelum & NPMsesudah
3
.983
.119
Pair 4
TATOsebelum &
3
.861
.339
TATOsesudah
94
Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference
Mean -.543333
Std. Deviation 1.394927
Std. Error Mean .805361
Lower -4.008523
Upper 2.921857
t -.675
df 2
Sig. (2tailed) .569
Pair 1
Crsebelum – Crsesudah
Pair 2
DERsebelum – DERsesudah
2.139667
1.702582
.982986
-2.089782
6.369115
2.177
2
.161
Pair 3
NPMsebelum – NPMsesudah
-.062333
.070727
.040834
-.238029
.113363
1.526
2
.266
Pair 4
TATOsebelum – TATOsesudah
-.121667
.199731
.115315
-.617825
.374492
1.055
2
.402
95
Lampiran 6. Perhitungan Manual Uji Beda Berpasangan Current ratio 𝑛
1 1 𝑑̅ = � 𝑑𝑖 = �2.152 + (−0.312) + (−0.211)� = 0.543 𝑛 3 𝑖=0
�
𝑠𝑑2 =
𝑛
� �2 �𝑑𝑖 − 𝑑
𝑖=0
𝑛−1
=
(2.590 + 0.732 + 0.568) = 1.945 3−1
𝑠𝑑 = �𝑠2𝑑 = √1.945 = 1.395 𝑠𝑑− =
𝑠𝑑 1.395 = = 0.805 √𝑛 √3 𝑑̅ − 𝑑0
𝑡ℎ𝑖𝑡 =
𝑠− 𝑑
=
0.543 − 0 = 0.674 0.805
Debt to equity ratio 𝑑̅ =
𝑛
1 1 � 𝑑𝑖 = �(−3.742) + (−0.1522) + (−0.353)� = −1.872 𝑛 3
𝑠𝑑2 =
𝑖=0
�
𝑛
� �2 �𝑑𝑖 − 𝑑
𝑖=0
𝑛−1
=
(3.496 + 0.123 + 2.309) = 2.964 3−1
𝑠𝑑 = �𝑠2𝑑 = √2.964 = 1.721
𝑠𝑑− =
𝑠𝑑 1.721 = = 0.994 √𝑛 √3
𝑡ℎ𝑖𝑡 =
𝑑̅ − 𝑑0 𝑠− 𝑑
=
(−1.872) − 0 = −1.884 0.994
96
Net profit margin 𝑛
1 1 𝑑̅ = � 𝑑𝑖 = (0.042 + 0.142 + 0.004) = 0.062 𝑛 3 𝑖=0
𝑠𝑑2 =
�
𝑛
� �2 �𝑑𝑖 − 𝑑
𝑖=0
𝑛−1
=
(0.0004 + 0.0063 + 0.0035) = 0.005 3−1
𝑠𝑑 = �𝑠2𝑑 = √0.005 = 0.071 𝑠𝑑− =
𝑠𝑑 0.071 = = 0.041 √𝑛 √3 𝑑̅ − 𝑑0
𝑡ℎ𝑖𝑡 =
𝑠− 𝑑
=
0.062 − 0 = 1.521 0.041
Total asset turn over 𝑛
1 1 𝑑̅ = � 𝑑𝑖 = (0.262 + 0.210 + (−0.107)) = 0.122 𝑛 3 𝑖=0
𝑠𝑑2 =
�
𝑛
� �2 �𝑑𝑖 − 𝑑
𝑖=0
𝑛−1
=
(0.020 + 0.008 + 0.052) = 0.040 3−1
𝑠𝑑 = �𝑠2𝑑 = √0.040 = 0.199
𝑠𝑑− =
𝑠𝑑 0.199 = = 0.115 √𝑛 √3
𝑡ℎ𝑖𝑡 =
𝑑̅ − 𝑑0 𝑠− 𝑑
=
0.122 − 0 = 1.057 0.115