ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MANDATORY DISCLOSURE (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2009)
Denny Indra Prasetya Prof. Dr. H. Sugeng Wahyudi, M.M.
ABSTRACT The purposes of this study is to provide empirical evidence about the effects of company size, company liquidities, leverage, and profitability on the level of mandatory disclosure in financial reports of manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange in the period 2008-2009. Data used in this study is secondary, financial reporting 2008-2009 from Indonesia Stock Exchange. The population of this study are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2008-2009. The sample of this study are 32 companies in two years, total are 64 financial reports of manufacturing companies. The sample drawn by purposive sampling and fulfill sample selection criterion. The mandatory disclosure index consisting of 553 mandatory items was developed to measure the level of mandatory disclosure in financial reports and multiple regression analysis was employed to test the research hypothesis. The result of this research show that not all of independent variables have a positive and significant effect on the dependent variabel the level of mandatory disclosure. Company size have a positive and significant effect on the level of mandatory disclosure, while leverage has a negative and significant effect. Company liquidities and profitability have no significant effect on the level of mandatory disclosure. Keywords:
financial report, mandatory disclosure, company size, liquidity, leverage, profitability
1
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Di era persaingan yang semakin ketat serta kondisi ekonomi yang serba tidak menentu, suatu perusahaan dihadapkan pada kondisi yang mendorong mereka untuk lebih transparan dalam mengungkapkan informasi tentang perusahaannya, terlebih bagi perusahaan yang melakukan penawaran umum kepada publik atau go public. Salah satu sarana bagi perusahaan untuk memperoleh modal demi kelangsungan usahanya adalah melalui pasar modal. Dalam melakukan aktivitas di pasar modal para pelaku pasar mendasarkan keputusannya pada informasi yang diterimanya. Oleh karena itu, setiap perusahaan yang terdaftar di pasar modal diwajibkan untuk menyampaikan laporan perusahaannya kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Laporan tersebut dapat berupa laporan keuangan (financial statement) maupun laporan tahunan (annual report). Pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial statement) merupakan sumber informasi untuk pengambilan keputusan investasi. Bagi para investor, informasi yang disampaikan oleh manajemen perusahaan dijadikan sebagai alat analisis dan pengawasan terhadap kinerja manajemen perusahaan. Sementara bagi manajemen, keterbukaan informasi dimaksudkan untuk menunjukkan keseriusan dalam menjalankan atau mengelola perusahaan secara profesional, sehingga dapat mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan investasi. Keputusan investasi tergantung pada mutu dan luas pengungkapan (disclosure) yang disajikan dalam laporan keuangan. Praktek pengungkapan laporan keuangan didasarkan pada teori agensi (agency theory). Teori agensi (agency theory) menyangkut hubungan kontraktual diantara dua pihak yaitu principal dan agent. Principal menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan perusahaan, di lain pihak manajemen sebagai agent mempunyai kewajiban untuk mengelola apa yang diamanahkan investor kepadanya. Pengungkapan mempunyai tiga konsep, yaitu pengungkapan yang cukup (adequate), wajar (fair), dan lengkap (full) (Chariri dan Ghozali, 2003). Konsep
2
pengungkapan yang umum digunakan adalah pengungkapan yang cukup (adequate) karena pengungkapan ini mencakup pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan. Pengungkapan secara wajar (fair) menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan, sedangkan pengungkapan yang lengkap (full) mensyaratkan perlunya menyajikan semua informasi yang relevan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib (mandatory discosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) merupakan pengungkapan minimum mengenai informasi yang harus diungkapkan oleh perusahaan. Pengungkapan informasi ini diwajibkan bagi perusahaan yang go public di pasar modal. Di Indonesia, kewajiban pengungkapan informasi bagi perusahaan yang go public diatur oleh pemerintah atau badan pembuat standar (Ikatan Akuntan Indonesia/IAI dan Badan Pengawas Pasar Modal/Bapepam). Sedangkan
pengungkapan
sukarela
(voluntary
disclosure)
adalah
pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan sehingga perusahaan bebas memilih jenis informasi yang diungkapkan. Meskipun perusahaan memiliki kebebasan dalam mengungkapkan informasi, pihak perusahaan tetap harus memberikan informasi yang dipandang relevan dan dapat membantu dalam pengambilan keputusan investasi. Pengungkapan sukarela akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan yang melakukannya. Pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik tercantum dalam Lampiran Surat Edaran Ketua Bapepam No. 02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002, yang mulai berlaku efektif untuk laporan keuangan tahun 2003. Peraturan ini memiliki 13 (tigabelas) pedoman untuk masing-masing
jenis
industri,
yaitu
industri
manufaktur,
perdagangan,
transportasi, hotel, investasi, jalan tol, konstruksi, perkebunan, peternakan, real estate, restoran, rumah sakit, dan telekomunikasi.
3
Tingkat luas pengungkapan informasi antar perusahaan dalam industri yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan risiko dan karakteristik yang dimiliki oleh setiap sektor industri tersebut. Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) pada perusahaan di sektor industri manufaktur.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1.
Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2009?
2.
Apakah likuiditas berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory
disclosure)
laporan
keuangan
tahunan
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2009? 3.
Apakah leverage berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory
disclosure)
laporan
keuangan
tahunan
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2009? 4.
Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2009?
5.
Apakah ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, dan profitabilitas secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2009?
4
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah: 1.
Menganalisis
pengaruh
ukuran
perusahaan
terhadap
tingkat
pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2009. 2.
Menganalisis pengaruh likuiditas terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory
disclosure)
laporan
keuangan
tahunan
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2009. 3.
Menganalisis pengaruh leverage terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory
disclsoure)
laporan
keuangan
tahunan
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2009. 4.
Menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2009.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut: 1.
Bagi regulator Sebagai masukan tentang tingkat kepatuhan perusahaan di Indonesia pada aturan yang bersifat wajib dilaksanakan, khususnya Surat Edaran Ketua Bapepam No. 02/PM/2002.
2.
Bagi calon investor Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.
Bagi perusahaan Dapat memotivasi perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain dengan membuat laporan keuangan tahunan secara lebih lengkap.
5
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengungkapan Laporan Keuangan Pengungkapan secara sederhana dapat didefinisikan sebagai penyampaian informasi.
Apabila
dikaitkan
dengan
laporan
keuangan,
pengungkapan
(disclosure) mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha, sehingga laporan keuangan harus lengkap, jelas, dan dapat menggambarkan secara tepat kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut (Chariri dan Ghozali, 2003). Laporan keuangan adalah ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu. Laporan keuangan dibedakan menjadi empat macam, yaitu laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas (Martono dan Harjito, 2005). Neraca merupakan bentuk laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai posisi harta, utang, dan modal suatu perusahaan pada saat tertentu. Laporan laba rugi menunjukkan kinerja perusahaan dalam memperoleh laba sebelum jangka waktu tertentu. Laporan perubahan modal menyajikan informasi mengenai perubahan modal suatu perusahaan yang terjadi pada satu periode tertentu. Laporan arus kas menunjukkan aktivitas kas masuk ataupun kas keluar selama jangka waktu tertentu. Laporan keuangan dibuat berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (generally accepted accounting principles/GAAP), yang merupakan aturan dan panduan akuntansi keuangan (Wild et al., 2005) dan tanggung jawab utama dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan ini berada di tangan manajemen.
2.1.2. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure) Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) merupakan pengungkapan minimum mengenai informasi yang harus diungkapkan oleh perusahaan. Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan informasi secara sukarela, maka pengungkapan wajib (mandatory disclosure) akan memaksa perusahaan untuk
6
mengungkapkan
informasi
yang
dimilikinya.
Di
Indonesia,
kewajiban
pengungkapan informasi bagi perusahaan yang go public diatur oleh pemerintah atau badan pembuat standar (Ikatan Akuntan Indonesia/IAI dan Badan Pengawas Pasar Modal/Bapepam).
2.1.3. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah salah satu variabel yang paling sering digunakan dalam beberapa literatur untuk menjelaskan luas tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin tinggi tingkat pengungkapan karena perusahaan besar harus memenuhi public demand atas pengungkapan yang lebih luas (Halim et al., 2005). Teori agensi (agency theory) yang diungkapkan oleh Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa perusahaan besar memiliki biaya agensi (agency cost) yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Biaya agensi (agency cost) adalah biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur dan pemegang saham.
2.1.4. Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang segera jatuh tempo dengan sumber daya jangka pendek yang dimiliki untuk memenuhi kewajiban tersebut. Semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendeknya. Secara finansial, perusahaan yang kuat akan lebih mengungkapkan informasi dibandingkan dengan perusahaan yang kemampuan finansialnya lemah. Cooke (1989) menyatakan bahwa kondisi perusahaan yang sehat, yang antara lain ditunjukkan dengan tingkat likuiditas yang tinggi, berhubungan dengan pengungkapan yang lebih luas.
7
2.1.5. Leverage Rasio leverage menggambarkan sampai sejauh mana aktiva suatu perusahaan dibiayai oleh hutang. Suatu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan banyak dibiayai oleh investor atau kreditur luar. Semakin tinggi rasio leverage berarti semakin besar pula proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai dari hutang. Berdasarkan teori agensi (agency theory) yang diungkapkan oleh Jensen dan Meckling (1976), perusahaan dengan proporsi hutang yang lebih banyak dalam struktur permodalannya akan mempunyai biaya pengawasan (monitoring cost) yang lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi yang memadai bagi investor atau kreditur.
2.1.6. Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, sehingga mempengaruhi luas pengungkapan. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan, maka akan semakin luas pula tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Profitabilitas yang tinggi memicu pihak manajemen untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas karena manajer perusahaan yang profitabilitasnya tinggi akan merasa bangga dengan pencapaiannya dan cenderung untuk mengungkapkan lebih banyak informasi kepada publik untuk memberi kesan positif pada kinerjanya.
2.2. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: H1 : Ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif
terhadap
tingkat
pengungkapan wajib (mandatory disclosure) H2 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure)
8
H3 : Leverage berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) H4 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) H5 : Ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, dan profitabilitas secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure)
III. METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1. Variabel Dependen Penelitian ini menggunakan tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) pada laporan keuangan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan sebagai variabel dependen. Tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) diukur dengan menggunakan indeks pengungkapan yaitu dengan cara membagi jumlah skor pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan dengan total item pengungkapan yang diwajibkan secara keseluruhan (Rahmawati et al., 2007). 3.1.2. Variabel Independen 1.
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dinyatakan dalam total aset. Mengingat nilai total aset ini sangat besar, maka digunakan nilai logaritma natural (Ln) dari total aset agar tidak terlalu besar untuk dimasukkan ke dalam model persamaan.
2.
Likuiditas Rasio likuiditas diukur dengan rasio lancar (current ratio).
3.
Leverage Rasio leverage diukur dengan rasio hutang terhadap total aktiva (debt to total asset ratio)
4.
Profitabilitas Rasio profitabilitas diukur dengan menggunakan return on asset (ROA) berdasarkan perhitungan sebelum pajak.
9
3.2. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2009. Sampel penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling berupa: 1.
Perusahaan manufaktur yang melaporkan laporan keuangan tahunan perusahaannya di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2008 dan 2009 dalam satuan Rupiah (Rupiah penuh, ribuan Rupiah maupun jutaan Rupiah), sedangkan perusahaan yang menggunakan satuan Dollar Amerika Serikat dalam laporan keuangannya tidak ikut dipilih sebagai sampel.
2.
Laporan
keuangan
tahunan
yang
diterbitkan
oleh
perusahaan
merupakan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit. 3.
Perusahaan tidak membuat Laporan Keuangan Konsolidasi (sesuai dengan Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten/Perusahaan Publik Industri Manufaktur).
4.
Perusahaan memiliki data lengkap.
Total sampel yang diperoleh sebanyak 64 laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan
data
yang digunakan dalam penelitian
ini
menggunakan dua cara, yaitu: 1.
Observasi (Studi Pustaka) Teori diperoleh melalui literatur, artikel, jurnal dan hasil penelitian terdahulu. Metode ini digunakan untuk mempelajari dan memahami literatur-literatur yang memuat pembahasan yang berkaitan dengan penelitian ini.
10
2.
Studi Dokumentasi Yaitu dengan mengadakan pencatatan dan penelaahan terhadap aspekaspek atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek dalam penelitian ini. Data dokumen seperti rasio keuangan diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI) (www.idx.co.id) dan untuk nama perusahaan diperoleh melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009 dan 2010.
3.4. Metode Analisis Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian model persamaan regresi berganda (multiple linear regression). Pengujian yang dilakukan meliputi: 1.
Uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.
2.
Analisis regresi linear berganda.
3.
Uji hipotesis yang terdiri dari uji statistic t dan uji statistic F.
Model regresi yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel yang berhubungan secara spesifik dan luas tingkat pengungkapan wajib dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = a + 𝐛𝟏 𝐗 𝟏 + 𝐛𝟐 𝐗 𝟐 + 𝐛𝟑 𝐗 𝟑 + 𝐛𝟒 𝐗 𝟒 + e Keterangan: Y
: Tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) yang diukur dengan Indeks Pengungkapan
a
: Konstanta
𝐛𝟏 -𝐛𝟒 : Koefisien Regresi 𝐗𝟏
: Ukuran Perusahaan diukur dengan Ln Total Aset
𝐗𝟐
: Likuiditas Perusahaan diukur dengan Rasio Lancar
(Current Ratio) 𝐗𝟑
: Leverage Perusahaan diukur dengan Debt to Total Asset Ratio
𝐗𝟒
: Profitabilitas Perusahaan diukur dengan Return on Asset
11
(ROA) e
: Variabel Pengganggu
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Asumsi Klasik 4.1.1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Alat uji yang digunakan adalah dengan analisis grafik histogram dan grafik normal plot dan analisis statistik dengan Kolmogrov-Smirnov Z (1-Sample K-S).
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Gambar 4.2 Grafik Normal Probability Plot
Tabel 4.1 Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,,b
64 Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
Absolute
.02219889 .073
Positive
.073
Negative
-.054
Kolmogorov-Smirnov Z
.586
Asymp. Sig. (2-tailed)
.882
Berdasarkan Gambar 4.1; Gambar 4.2; dan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat kemencengan pada grafik histogram (membentuk pola lonceng sempurna); data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
12
arah garis diagonal; dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar daripada nilai taraf signifikansi sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data yang digunakan menunjukkan pola distribusi normal.
4.1.2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya
korelasi
antar
variabel
bebas
(independen).
Gejala
multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance kurang dari 0,10 atau Variance Inflation Factor (VIF) dengan nilai lebih besar dari 10.
Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas Coefficients Unstandardized Coefficients Model
B
Std. Error
1 (Constant)
.048
.063
totalaset
.010
.002
likuiditas
8.598E-6
leverage profitabilitas
a
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
.755
.453
.432
4.074
.000
.960 1.042
.000
.059
.515
.609
.817 1.224
-.013
.005
-.314
-2.738
.008
.820 1.219
8.468E-5
.000
.054
.469
.641
.812 1.232
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas.
4.1.3. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas, ditunjukkan dengan grafik scatterplot.
13
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
Berdasarkan Gambar 4.3 Grafik Scatterplot di atas menunjukkan titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.
4.1.4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Untuk menguji adanya autokorelasi dalam penelitian digunakan metode Durbin-Watson (DW test).
Tabel 4.3 Uji Autokorelasi b
Model Summary Model 1
R .602
R Square a
Adjusted R Square
.362
.319
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson .0229391
1.958
Dari perhitungan di atas diperoleh hasil nilai Durbin Watson lebih besar daripada batas atas 1,730 (du) dan kurang dari 2,270 (4-du) sehingga Ho tidak ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi positif maupun negatif dalam model regresi.
14
4.2. Analisis Regresi Linear Berganda 4.2.1. Uji Statistik F (F-test) Uji statistik F (F-test) digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, dan profitabilitas secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure).
Tabel 4.4 Uji Statistik F (F-test) b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.018
4
.004
Residual
.031
59
.001
Total
.049
63
F 8.368
Sig. .000
a
Hasil Uji Statistik F (F-test) antara ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, dan profitabilitas terhadap pengungkapan wajib (mandatory disclosure) diperoleh FHitung (8,368) lebih besar daripada FTabel (2,61) dan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil daripada taraf signifikansi α = 5% = 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa secara bersama-sama variabel independen ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, dan profitabilitas mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel dependen pengungkapan wajib (mandatory disclosure).
4.2.2. Uji Statistik t (t-test) Uji statistik t (t-test) dilakukan untuk mempredikasi ada tidaknya pengaruh secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen.
15
Tabel 4.5 Uji Statistik t (t-test) Coefficients
Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
Beta
(Constant)
.048
.063
totalaset
.010
.002
likuiditas
8.598E-6
leverage profitabilitas
a
t
Sig. .755
.453
.432
4.074
.000
.000
.059
.515
.609
-.013
.005
-.314
-2.738
.008
8.468E-5
.000
.054
.469
.641
Berdasarkan hasil Uji Statistik t (t-test) di atas dapat diketahui hanya variabel ukuran perusahaan dan leverage yang secara signifikan mempengaruhi pengungkapan wajib (mandatory disclosure).
4.2.3. Koefisien Determinasi Koefisien
determinasi
digunakan
untuk
mengukur
seberapa
jauh
kemampuan variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen yang dapat dilihat dari besarnya nilai adjusted R square.
Tabel 4.6 Koefisien Determinasi b
Model Summary Model 1
R .602
Adjusted R Square
R Square a
.362
.319
Std. Error of the Estimate .0229391
Dari Tabel 4.6 di atas dapat diketahui nilai koefisien determinasi (adjusted R square) adalah sebesar 0,319. Hasil ini berarti bahwa ada kontribusi sebesar 31,9% dari variabel independen (ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, dan profitabilitas) dalam memprediksi tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian.
16
4.2.4. Persamaan Regresi Dari hasil pengujian analisis regresi linear berganda di atas dapat disimpulkan bahwa variabel dependen pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dipengaruhi oleh variabel independen ukuran perusahaan dan variabel leverage dengan persamaan matematis sebagai berikut: Mandatory Disclosure = 0 + 0,432 Total Aset + 0,059 Likuiditas – 0,314 Leverage + 0,054 Profitabilitas
Dari persamaan regresi tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa:
Nilai konstanta sebesar 0 artinya apabila nilai variabel ukuran perusahaan, likuiditas, leverage dan profitabilitas dianggap konstan, maka rata-rata tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan bernilai sebesar 0.
Koefisien regresi total aset sebagai indikator pengukuran ukuran perusahaan sebesar 0,432 artinya apabila ukuran perusahaan mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain (likuiditas, leverage dan profitabilitas) dianggap konstan, maka tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan meningkat sebesar 0,432 %.
Koefisien regresi leverage sebesar -0,314 artinya apabila leverage mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain (ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas) dianggap konstan, maka tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia akan menurun sebesar 0,314%.
17
4.3. Uji Hipotesis Tabel 4.7 Uji Hipotesis No 𝐇𝟏 𝐇𝟐 𝐇𝟑 𝐇𝟒 𝐇𝟓
Hipotesis Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) Likuiditas berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) Leverage berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) Profitabilitas berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) Ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, dan profitabilitas secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure)
Hasil Uji Diterima Ditolak Ditolak Ditolak Diterima
4.4. Pembahasan 4.4.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure) Berdasarkan Uji Hipotesis secara parsial dengan SPSS 17.0 dapat diketahui bahwa variabel ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aset memiliki nilai t hitung (4,074) lebih besar daripada t tabel (1,676) dan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil daripada taraf signifikansi α = 5% = 0,05, maka dari hasil uji ini dinyatakan H1 diterima yang artinya bahwa secara parsial variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure). Hasil penelitian ini sesuai dengan yang diprediksikan yaitu ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure). Pada umumnya, perusahaan besar cenderung akan lebih banyak mengungkapkan informasi daripada perusahaan kecil karena perusahaan besar harus memenuhi public demand atas pengungkapan yang lebih luas. Berdasarkan teori agensi (agency theory) yang diungkapkan oleh Jensen dan Meckling (1976), perusahaan besar menanggung biaya agensi (agency cost) yang
18
besar. Biaya agensi (agency cost) ini berhubungan dengan biaya pengawasan yang dilakukan oleh investor dalam rangka mengawasi tindakan atau kinerja manajemen. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula rantai komando dalam perusahaan tersebut sehingga biaya pengawasan yang timbul juga akan semakin besar. Untuk mengurangi biaya agensi (agency cost) tersebut, perusahaan akan mengungkapkan lebih banyak informasi atau akan melakukan pengungkapan yang lebih luas.
4.4.2. Pengaruh
Likuiditas
Terhadap
Tingkat
Pengungkapan
Wajib
(Mandatory Disclosure) Berdasarkan Uji Hipotesis secara parsial dengan SPSS 17.0 dapat diketahui bahwa variabel likuiditas memiliki nilai t hitung (0,515) lebih kecil daripada t tabel (1,676) dan nilai signifikansi sebesar 0,609 lebih besar daripada taraf signifikansi α = 5% = 0,05, maka dari hasil uji ini dinyatakan H2 ditolak yang artinya bahwa secara parsial variabel likuiditas tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure). Hal ini tidak sesuai dengan yang diprediksikan yaitu likuditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) yang artinya bahwa perusahaan yang kemampuan finansialnya kuat yang ditunjukkan dengan tingkat likuiditas yang tinggi cenderung akan melakukan pengungkapan yang lebih luas. Dalam kondisi seperti ini, likuditas dapat dipandang sebagai kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Jika likuiditas dipandang sebagai tolak ukur kinerja, perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi tidak perlu melakukan pengungkapan yang lebih luas. Namun perusahaan dengan tingkat likuiditas yang rendah memiliki kewajiban untuk menjelaskan lemahnya kinerja perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi.
19
4.4.3. Pengaruh
Leverage
Terhadap
Tingkat
Pengungkapan
Wajib
(Mandatory Disclosure) Berdasarkan Uji Hipotesis secara parsial dengan SPSS 17.0 dapat diketahui bahwa variabel leverage memiliki nilai t hitung (-2,738) lebih besar daripada t tabel (-1,676) (daerah kritis tidak terpengaruh adanya nilai negatif) dan nilai signifikansi sebesar 0,008 lebih kecil daripada taraf signifikansi α = 5% = 0,05, maka dari hasil uji ini dinyatakan H3 ditolak yang artinya bahwa secara parsial variabel
leverage
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
tingkat
pengungkapan wajib (mandatory disclosure). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan yang diprediksikan yaitu variabel leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) yang artinya bahwa semakin tinggai rasio leverage suatu perusahaan atau semakin banyak suatu perusahaan menggunakan hutang dalam struktur permodalannya, maka akan semakin tinggi pula tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dalam kondisi seperti itu, leverage dipandang sebagai suatu sinyal yang negatif bagi manajer suatu perusahaan. Rasio leverage menggambarkan sampai sejauh mana aktiva suatu perusahaan dibiayai oleh hutang. Semakin tinggi rasio leverage berarti semakin besar pula proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai dari hutang. Apabila semakin banyak proporsi hutang yang digunakan dalam struktur permodalan suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula risiko perusahaan
tersebut
tidak
dapat
melunasi
hutang-hutangnya
sehingga
kemungkinan terjadinya kebangkrutan juga akan semakin besar.
4.4.4. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure) Berdasarkan Hipotesis secara parsial dengan SPSS 17.0 dapat diketahui bahwa variabel profitabilitas memiliki nilai t hitung (0,469) lebih kecil daripada t tabel (1,676) dan nilai signifikansi sebesar 0,641 lebih besar daripada taraf signifikansi α = 5% = 0,05, maka dari hasil uji ini dinyatakan H4 ditolak yang
20
artinya secara parsial variabel profitabilitas tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan yang diprediksikan yaitu variabel profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) yang artinya bahwa semakin tinggi rasio profitabilitas suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dalam kondisi seperti ini, profitabilitas dapat dipandang sebagai kinerja manajer suatu perusahaan. Kerugian yang dialami oleh suatu perusahaan dapat memberikan pandangan yang buruk bagi investor. Rendahnya profitabilitas menunjukkan bahwa tidak efektifnya kinerja yang dijalankan oleh suatu perusahaan tersebut sehingga manajer merasa enggan untuk mengungkapkan laporan keuangannya secara berlebih karena kekhawatiran akan kehilangan investornya. Tingginya profitabilitas menunjukkan keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan. Jika perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi melakukan pengungkapan yang lebih luas, maka perusahaan pesaing dapat lebih mudah mengetahui strategi yang dijalankan oleh perusahaan tersebut sehingga dapat melemahkan posisi perusahaan dalam persaingan.
4.4.5. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure) Berdasarkan Uji Hipotesis secara simultan antara ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, dan profitabilitas terhadap pengungkapan wajib (mandatory disclosure) diperoleh nilai FHitung (8,368) lebih besar daripada FTabel (2,61) dan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil daripada taraf signifikansi α = 5% = 0,05, maka dari hasil ini dinyatakan H5 diterima yang artinya secara bersamasama variabel independen ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, dan profitabilitas mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel dependen pengungkapan wajib (mandatory disclosure).
21
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang diprediksikan yaitu secara simultan atau bersama-sama, variabel ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, dan profitabilitas mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure).
V.
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Dari hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Variabel ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan indikator total aset mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure).
2.
Variabel likuiditas yang diukur dengan menggunakan indikator rasio lancar (current ratio) mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan
terhadap
tingkat
pengungkapan
wajib
(mandatory
disclosure). 3.
Variabel leverage yang diukur dengan menggunakan indikator rasio hutang terhadap total aktiva (debt to total asset ratio) mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure).
4.
Variabel profitabilitas yang diukur dengan menggunakan indikator return on asset (ROA) mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan
terhadap
tingkat
pengungkapan
wajib
(mandatory
dislcosure). 5.
Secara simultan (bersama-sama) variabel ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, dan profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure).
5.2. Keterbatasan Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang kemungkinan dapat mempengaruhi hasil penelitian, antara lain:
22
1.
Model regresi linear dalam penelitian ini menghasilkan nilai adjusted R square yang masih relatif rendah yaitu sebesar 0,319. Hal ini menunjukkan kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen hanya sebesar 31,9%. Penelitian ini hanya terbatas pada laporan keuangan tahunan non konsolidasi dan perusahaan manufaktur saja dan belum mencakup laporan keuangan konsolidasi dan jenis perusahaan lain.
2.
Penilaian item pengungkapan dilakukan tanpa pembobotan dan penjelasan dari perusahaan yang diteliti. Masing-masing item pengungkapan diberlakukan sama dan diasumsikan semua perusahaan seharusnya
mengungkapkan
item
tersebut.
Penilaian
item
pengungkapan juga dilakukan berdasarkan subjektifitas peneliti.
5.3. Saran Dengan memperhatikan beberapa keterbatasan penelitian yang telah disampaikan, maka dapat diberikan saran-saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut: 1.
Ukuran perusahaan pada penelitian ini mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) pada perusahaan manufaktur periode 2008-2009, sehingga diharapkan perusahaan mampu meningkatkan besaran atau ukuran perusahaan agar dapat meningkatkan luas tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan tahunannya.
2.
Model regresi linear dalam penelitian ini menghasilkan nilai adjusted R square yang masih relatif rendah yaitu sebesar 0,319. Oleh karena itu terdapat kemungkinan penelitian selanjutnya untuk mencari variabel independen lain dan menambah jumlah sampel penelitian sehingga dapat
berpengaruh secara signifikan terhadap luasnya
tingkat
pengungkapan wajib (mandatory disclosure) pada perusahaan di Indonesia, khususnya bagi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
23
3.
Berdasarkan hasil yang tidak sesuai dengan teori dan hipotesis tentang arah dan pengaruh dari beberapa variabel dalam mempengaruhi tingkat pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur, penelitian selanjutnya hendaknya mengkaji ulang hasil penelitian pada periode penelitian dan metode analisis yang berbeda, guna menguji konsistensi hasil dari penelitian ini sehingga dapat memperbaiki kekurangan yang ada.
24
DAFTAR PUSTAKA Almilia, Luciana Spica, dan Ikka Retrinasari. 2007. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ.” Proceeding Seminar Nasional Inovasi Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis. Jakarta. Bapepam. “Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten Atau Perusahaan Publik.” http://www.bapepam.go.id. Bursa Efek Indonesia. http://www.idx.co.id. Botosan, Christine A. 1997. “Disclosure Level and the Cost of Equity Capital.” The Accounting Review. Vol. 72 No. 3, pp. 323-349. Cooke, T.E. 1989. “Disclosure in the Corporate Annual Reports of Swedish Companies.” Accounting and Business Research. Vol. 19 No.74, pp.113124. Dewi, Kumala. 2009. “Pengaruh Luas Pengungkapan Laporan Keuangan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Terhadap Keputusan Oleh Investor.” Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. http://www.gunadarma.ac.id. Farichah. 2009. “Analisis Hubungan Antara Karakteristik Dan Kualitas Pengungkapan Pada Laporan Keuangan Perusahaan Di Indonesia.” Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 14 No.2. Fitriani. 2001. “Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.” Simposium Nasional Akuntansi IV. Hal. 133-154. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam, dan Anis Chariri. 2003. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Halim, J., C. Meiden, dan R.L. Tobing. 2005. „Pengaruh Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Termasuk Dalam Indeks LQ-45.” Simposium Nasional Akuntansi VIII. Hal. 117-135
25
Horne, James C. Van, Machowicz J.R., John M. 2009. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Indonesian Capital Market Directory (ICMD), 2009. Indonesian Capital Market Directory (ICMD), 2010. Jensen, Michael C., dan William H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure.” Journal of Financial Economics. Vol. 3 No. 4, pp. 305-360. Johan, dan Widyawati Lekok. 2006. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Informasi Laporan Keuangan.” Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 8 No.1, Hal. 70-91. Martono, dan D. A. Harjito. 2005. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia. Meek, Gary K., Sidney J. Gray, dan Clare B. Roberts. 1995. “Factors Influencing Voluntary Annual Report Disclosures by U.S., U.K., and Continental European Multinational Corporations.” Journal of International Business Studies. Vol. 26 No. 3, pp. 552-572. Myers, Stewart C. 1984. “The Capital Structure Puzzle.” Journal of Finance. Vol. 39 No. 3, pp. 575-592. Rahayu, S. Ismawati. 2008. “Pengaruh Tingkat Ketaatan Pengungkapan Wajib dan Luas Pengungkapan Sukarela Terhadap Kualitas Laba.” Simposium Nasional Akuntansi II. Hal. 1-34. Rahmawati, I.N., S. Mutmainah, dan Haryanto. 2007. “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Leverage, Dan Profitabilitas Terhadap Mandatory Disclosure.” Jurnal Maksi. Vol. 7 No. 1, Hal. 87-103. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business (Metode Penelitian untuk Bisnis). Jakarta: Salemba Empat. Sihite, Adelina. 2010. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib Laporan Tahunan (Mandatory Disclosure) Pada Perusahaan Indeks LQ45.” Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. http://www.gunadarma.ac.id. Simanjuntak, Binsar H., L. Widiastuti. 2004. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan
26
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7 No. 3, Hal. 351-336. Subiyantoro, Edi. 1997. “Hubungan Antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Dengan Karakteristik Perusahaan Publik di Indonesia.” Simposium Nasional Akuntansi I. Hal. 1-29. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Wallace, R.S. Olusegun, Kamal Naser, Araceli Mora. 1994. “The Relationship Between the Comprehensiveness of Corporate Annual Reports and Firm Characteristic in Spain.” Accounting and Business Research. Vol. 25 No. 97, pp. 41-53. Weston, J. Fred, dan Eugene F. Bringham. 1998. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga. Weston, J. Fred, dan Thomas E. Copeland. 1999. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga. Wild, John J., K.R. Subramanyam, R.F. Halsey. 2005. Financial Statement Analysis (Analisis Laporan Keuangan). Jakarta: Salemba Empat.
27