ANALISIS BUKU PELAJARAN FISIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS KELAS X YANG BANYAK DIGUNAKAN DI SMA NEGERI SE- KABUPATEN KEBUMEN skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
oleh Ana Iska Rizqi Yanti 4201409051
JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Analisis Buku Pelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas Kelas X yang Banyak Digunakan di SMA Negeri Se- Kabupaten Kebumen” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada: Hari
:
Tanggal
:
Semarang, September 2013 Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Ngurah Made D.P, M. Si., Ph. D NIP.19670217 199203 1 002
Dr. Hartono, M. Pd. NIP. 19610810198601 1001
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini disusun sesuai dengan penelitian yang telah dilaksanakan oleh penulis dengan bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing. Segala jenis karya yang digunakan dalam skripsi ini sebagai sumber informasi dirujuk sesuai etika dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir skripsi ini. Sejauh pengetahuan saya, skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di perguruan tinggi manapun.
Semarang, September 2013 Penulis,
Ana Iska Rizqi Yanti 4201409051
iii
PENGESAHAN Skripsi yang berjudul: Analisis Buku Pelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas Kelas X Yang Banyak Digunakan Di SMA Negeri Se- Kabupaten Kebumen disusun oleh Nama : Ana Iska Rizqi Yanti NIM
: 4201409051
telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal
Septermber 2013.
Panitia: Ketua
Sekretaris
Prof.Dr.Wiyanto, M.Si. NIP. 19631012 198803 1 001
Dr. Khumaedi, M.Si. NIP. 19630610198901 1 002
Ketua Penguji
Dr. Sutikno, S.T., M.T. 19741120 199903 1 003 Anggota Penguji / Pembimbing Utama
Anggota Penguji / Pembimbing Pendamping
Drs. Ngurah Made D.P, M. Si., Ph. D NIP.19670217 199203 1 002
Dr. Hartono, M. Pd. NIP. 19610810198601 1 001
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Apapun yang kita lakukan hari ini akan menjadi bekal masa depan nanti, jadi lakukan segala sesuatunya sebaik mungkin. Tak ada manis tanpa pahit, pun tak ada sukses tanpa usaha dan kerja keras. Sejauh mana kita mensyukuri apa yang kita punya, sejauh itu juga kita bahagia.
Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak dan Ibu tercinta yang tidak pernah lelah mendukung dan mendoakan setiap langkahku, untuk adikku Arum tersayang yang nakal, untuk saudara-saudaraku, untuk keluarga keduaku “PALAFI” yang selalu memberiku pengalaman berharga dan kenangan yang tidak ternilai harganya, untuk Finto dan sahabat-sahabat terbaikku Wika, Erna, Joko, Cahyo, Mita, Ika, dan semuanya yang tidak bisa aku sebut satu persatu, terima kasih untuk semua kebersamaan, dukungan dan bantuan selama ini, untuk teman-teman Wisma Panji Sukma 1, teman-teman Fisika 2009, teman-teman PPL dan KKN, serta untuk almamaterku.
v
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas berkat danrahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Analisis Buku Teks Fisika Sekolah Menengah Atas Kelas X Yang Banyak Digunakan Di SMA Negeri Se- Kabupaten kebumen”. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak berupa saran, bimbingan, maupun petunjuk dan bantuan dalam bentuk lain, maka penulis dengan penuh ketulusan hati menyampaikan terimakasih kepada: 1.
Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.
2.
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si.,Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
3.
Dr. Khumaedi, M.Si.,Ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
4.
Drs. Ngurah Made Darma Putra, M. Si. Ph. D., selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi dan proses perkuliahan.
5.
Dr. Hartono, M.Pd., selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi dan proses perkuliahan.
6.
Drs. Ahmad Sopyan, M.Si., selaku dosen wali yang dengan penuh kesabaran telah memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis.
7.
Kesbangpol dan Bappeda Kabupaten Kebumen yang telah memberikan izin observasi.
8.
Semua pihak sekolah SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan observasi di sekolah yang bersangkutan.
vi
9.
Bapak Musiyono dan Ibu Sunarti, kedua orang tua penulisyang telah memberikan dukungan, doa, dan kerja kerasnya sehingga penulis bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang Universitas.
10.
Finto, Wika, Cahyo, Erna, dan Joko yang telah membantu dalam penyususnan skripsi ini.
11.
Keluargaku di PALAFI khususnya angkatan III, IV, dan V yang telah banyak membantu dan memberi semangat kepada penulis.
12.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk selalu memberikan bantuan moral dan spiritual. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Semoga laporan skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.Amiin.
Semarang, September 2013
Penulis
vii
ABSTRAK Yanti, Ana Iska Rizqi. 2013. Analisis Buku Pelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas Kelas X yang Banyak Digunakan di SMA Negeri Se- Kabupaten Kebumen. Skripsi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang. Pembimbing utama Dr. Ngurah Made D.P, M. Si., Ph. D. dan pembimbing pendamping Dr. Hartono, M. Pd. Kata Kunci : analisis buku, buku pelajaran fisika.
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam usaha pengembangan suatu bangsa.Buku merupakan salah satu komponen sarana pembelajaran yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan. Beberapa teori mendukung bahwa buku merupakan salah satu sarana yang bermakna dalam proses pembelajaran dan dapat mempengaruhi kualitas pendidikan. Observasi awal yang dilakukan di SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen menunjukkan bahwa terdapat banyak sekali buku pelajaran fisika yang digunakan dari berbagai penerbit dan pengarang.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterbacaan wacana dalam buku pelajaran fisika, tingkat keterpusatan peserta didik, tingkat pengembangan keterampilan proses, dan jenjang kognitif soal latihan pada buku ajar fisika. Penelitian dilakukan dengan metode analisis buku ajar meliputi tahapan 1) observasi awal mengenai penggunaan buku ajar fisika di SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen dan wawancara dengan guru fisika. 2) merancang instrumen analisis buku ajar. 3) menentukan sampel buku ajar yang akan dianalisis. 4) melakukan analisis terhadap buku ajar yang telah ditentukan sebagai sampel. Sampel terdiri dari 3 buka dengan kode A, B, dan C. Buku A dan B merupakan buku yang paling banyak digunakan di SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen, sedangkan buku C merupakan buku yang hanya digunakan di sekolah terfavorit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada setiap buku sampel memiliki hasil yang berbeda-beda untuk setiap aspek yang dianalisis. Pada aspek keterbacaan buku C memiliki persentase tertinggi untuk kategori bacaan yang sesuai yaitu 62,5%, kemudian buku B 50%, dan terendah buku A 12,5%. Untuk aspek keterpusatan peserta didik buku yang paling baik adalah buku B dengan persentase 63,56%, kemudian buku A 60,44 dan terakhir buku C 27,98%. Untuk aspek pengembangan keterampilan proses buku B merupakanbuku yang terbaik dengan persentase 57,21%, kemudian buku A 36,98%, dan terakhir buku C 24,67%. Pada aspek persentase jenjang kognitif soal latihan, pada ketiga buku tidak terdapat jenjang soal latihan C5 dan C6.
viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.......................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................
ii
PERNYATAAN...............................................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................
v
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...........................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................
5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................
6
1.5 Penegasan Istilah .......................................................................................
6
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ...................................................................
7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Buku Pelajaran..............................................................................
9
2.2 Kualitas Buku Pelajaran .............................................................................
10
ix
2.3 Fungsi Buku Pelajaran ...............................................................................
12
2.4 Tingkat Keterbacaan Buku pelajaran ........................................................
13
2.5 Berpusat pada Peserta Didik .....................................................................
17
2.6 Mengembangkan Keterampilan Proses ....................................................
18
2.7 Jenjang Kognitif Soal Latihan ..................................................................
19
2.8 Penelitian yang Relevan .............................................................................
21
2.9 Kerangka Berfikir ......................................................................................
26
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Penelitian ..........................................................
27
3.2 Variabel Penelitian .....................................................................................
27
3.3 Rancangan Penelitian ................................................................................
29
3.4 Prosedur Penelitian ....................................................................................
29
3.5 Teknik Pengumpulan Data .........................................................................
29
3.6 Metode Analisis Data ................................................................................
31
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian .........................................................................................
33
4.2 Pembahasan ...............................................................................................
37
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ...................................................................................................
47
5.2 Saran ..........................................................................................................
48
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
49
LAMPIRAN ....................................................................................................
52
x
DAFTAR TABEL Halaman 1.1 Data Penggunaan Buku Pelajaran Fisika SMA Kelas X di SMA Negeri Se- Kabupaten Kebumen ................................................................
4
3.1 Sampel Buku Pelajaran Fisika SMA Kelas X ............................................
28
3.2 Kategori Skor untuk Tiap Butir .................................................................
31
4.1 Hasil Analisis Data Tingkat Keterbacaan Buku Ajar Fisika .....................
33
4.2 Tingkat Keterpusatan Peserta Didik ..........................................................
34
4.3 Tingkat Pengembangan Keterampilan Proses ...........................................
35
4.4 Persentase Jenjang Kognitif Soal Latihan ..................................................
36
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1 Grafik Fry ...................................................................................................
15
3.1 Diagram Rancangan Penelitian ..................................................................
29
3.2 Diagram Prosedur Penelitian .....................................................................
28
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Instrumen Keterbacaan Buku ......................................................................
53
2. Kisi-kisi Instrumen Keterpusatan pada Peserta Didik ................................
55
3. Instrumen Keterpusatan pada Peserta Didik ...............................................
56
4. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses ..........
59
5. Instrumen Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses .........................
60
6. Instrumen Penilaian Jenjang Kognitif Soal ................................................
63
7. Analisis Keterbacaan Buku A Terbitan Pusbuk .........................................
64
8. Rekap Analisis Keterbacaan Sampel Buku A Terbitan Pusbuk...................
77
9. Analisis Keterbacaan Sampel Buku B Terbitan Erlangga ..........................
79
10. Rekap Analisis Keterbacaan Sampel Buku B Terbitan Erlangga ............. 93 11. Analisis Keterbacaan Sampel Buku B Terbitan Yrama Widya ................ 95 12. Rekap Analisis Keterbacaan Sampel Buku B Terbitan Yrama Widya ..... 106 13. Keterpusatan pada Peserta Didik Sampel Buku A .................................... 108 14. Keterpusatan pada Peserta Didik Sampel Buku B .................................... 115 15. Keterpusatan pada Peserta Didik Sampel Buku C .................................... 119 16. Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses Sampel Buku A .............. 124 17. Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses Sampel Buku B .............. 129 18. Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses Sampel Buku C .............. 132 19. Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan Sampel Buku A ........................ 136 20. Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan Sampel Buku B ........................ 138 21. Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan Sampel Buku C ........................ 140
xiv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa secara menyeluruh dan merata sebagaimana tertera dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan formal diselenggarakan melalui suatu sistem yang telah diatur oleh pemerintah. Oleh karena itu, memungkinkan adanya pelayanan pendidikan bagi seluruh Warga Negara Indonesia tanpa memandang suku, agama, bahasa, dan ras. Artinya pendidikan dapat dinikmati oleh siapapun tanpa diskriminasi dan pengecualian. Salah satu usaha untuk mewujudkan suatu bangsa yang mandiri dan mampu bersaing di era globalisasi, pendidikan merupakan unsur penting yang harus terus dibina. Pendidikan yang baik dan berkualitas akan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas pula. Hal tersebut menjadikan upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah berhenti. Perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan ini harus memperhatikan segala aspek demi menyempurnakan kualitas pendidikan. Salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah sarana yang berupa buku pelajaran. Buku pelajaran ini merupakan salah satu alat bantu pembelajaran yang sangat penting. Pemilihan buku pelajaran yang tepat dan berkualitas akan membantu proses pembelajaran lebih optimal. Menurut Assosition for Supervision and Curiculum (1997), sebagaimana dikutip oleh Chen and Chen (2002:2), menyatakan bahwa saat ini
1
2
buku pelajaran sudah berfungsi sebagai alat, buku panduan, tutor, dan pengukur. Guru harus memperhatikan pemilihan buku pelajaran yang tepat bagi muridnya, karena pemilihan buku yang kurang tepat justru akan menghambat proses pemahaman peserta didik dalam proses pembelajaran. Devetak et al (2010:217) menyatakan bahwa buku pelajaran mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembelajaran karena merupakan salah satu sumber utama bagi peserta didik untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Abdulkarim (2007:71), buku pelajaran merupakan perangkat pembelajaran yang sangat bermakna dalam memacu, memajukan, dan mencerdaskan peserta didik. Buku merupakan salah satu sumber belajar yang sangat penting bagi guru dan murid. Menurut Muslich (2010:23), melalui sarana buku guru dapat mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien, selain itu peserta didik juga lebih maksimal dalam mengikuti kegiatan belajar. Buku pelajaran yang baik harus dapat berperan sebagai guru, setidaknya dapat sebagai alat bantu utama dalam proses pembelajaran, baik itu pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah. Semakin baik kualitas buku pelajaran, semakin baik juga pengajaran mata pelajaran yang ditunjangnya. Sitepu (2005:125) menyatakan bahwa buku pelajaran yang baik memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam meningkatkan mutu proses dan hasil belajar. Buku pelajaran yang baik harus mampu menarik minat dan motivasi para pembacanya. Buku pelajaran yang terkesan menbosankan akan membuat pembaca malas untuk membaca dan mempelajarinya. Adapun isi buku pelajaran sendiri
3
harus berkaitan dengan mata pelajaran yang lain, sehingga pengetahuan peserta didikakan lebih berkembang, tidak hanya terpaku pada satu mata pelajaran saja. Meskipun saat ini sudah banyak buku pelajaran fisika, namun penggunaanya belum maksimal. Masih ada beberapa guru yang belum memanfaatkan buku pelajaran tersebut. Dari hasil wawancara dengan beberapa guru, kecenderungan yang sering ditemui adalah guru lebih sering menggunakan lembar kerja peserta didik (LKS) sebagai acuan materi pokok atau memberikancatatan pada peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa buku pelajaran belum dijadikan sumber utama dalam belajar dan
seolah
menggambarkan bahwa pemilihan buku pelajaran semata-mata demi kepentingan guru saja, bukan peserta didik. Oleh karena itu, guru harus dapat memilih dan memilah buku mana yang benar-benar tepat digunakan oleh peserta didiknya. Melihat begitu pentingnya buku pelajaran tersebut bagi peserta didik sebagai sumber belajar utama mereka. Dengan pemilihan buku pelajaran yang tepat, peserta didik diharapkan tidak lagi bergantung penuh pada gurunya, akan tetapi mereka termotivasi untuk lebih aktif belajar sendiri dan mampu mengembangkan pengetahuan mereka dengan mempelajari buku pelajaran yang mereka gunakan. Supaya buku sungguhsungguh dapat dimanfaatkan oleh peserta didik, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kualitas buku pelajaran. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMA Negeri se- kabupaten Kebumen, diperoleh data penggunaan buku pelajaran fisika sebagai berikut:
4
Tabel 1.1 Data Penggunaan Buku Pelajaran Fisika SMA Kelas X di SMA Negeri Se- Kabupaten Kebumen No.
Judul
Tahun
Pengarang
Penerbit
Jumlah Pengguna 8 4
1 2
Fisika untuk SMA Kelas X Kompetensi Fisika
2007 2009
Marthen Kanginan Siswanto, Sukaryadi
3
1999
Marthen Kanginan
2007 2004 2006 2000 2009
Supiyanto Bob Foster Marthen Kanginan Nyoman Kertiasa Dudi Indrajit
PhiBeta Erlangga Erlangga Depdiknas Depdiknas
2 2 2 2 2
2010 2012
2 1
Yrama Widya
1
12
Fisika untuk SMA/MA
2007
Haka M.J
1
13
Fisika SMA untuk SMA Kelas X Fisika Dasar1 Teori dan Implikasinya Fisika untuk SMA dan MA Kelas X Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X Fisika untuk SMA/MA Kelas X Fisika untuk SMA dan MA Kelas X Sains Fisika 1 untuk Kelas X SMA dan MA Fisika untuk Kelas X (SMA dan MA) Belajar Efektif Fisika untuk Siswa SMA/MA Kelas X
2004
Purwoko, Fendi Tuti Wahyuningsih, dkk Drs. Teddy Setiawan, Drs. Tata Sartanu Riyatun Muhtar Yunianto Supiyanto
Yudhistira Willian
11
Seribu Pena Fisika SMU Kelas 1 Fisika untuk SMA Kelas X Terpadu Fisika SMA Seribu Pena Fisika Fisika 1 untuk SMU Kelas 1 Mudah dan Aktif Belajar Fisika (BSE) Fisika 1 SMA Kelas X Fisika untuk SMA/MA Kelas X Semester 2 Fisika Bilingual
Erlangga Pusbuk Depdiknas Erlangga
Erlangga
1
2007
Budi Purwanto
Tiga Serangkai
1
2009
Karyono, dkk
Pusbuk
1
2007
Setya Nurachmandani
Grahadi
1
2002
Tim Bimata
Willian
1
2007
Nikki Anisa Rizki, Ririen Friedayati Muhammad F. Rosyid, dkk Supriyanto, A.M. Widyatmoko Lukman Nulhakim
Nadia Sarana Utama Wangsa Jatra Lestari Bengawan Ilmu Intimedia Cipta Nusantara Pusbuk Intan Pariwara Pabelan
1
Intan Pariwara Intan Pariwara Grasindo
1 1 1
4 5 6 7 8 9 10
14 15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27
Fisika X Fisika X Fisika untuk Smu Kelas 1 Caturwulan III Fisika untuk SMA/MA Fisika Fisika
2006
2007 2007 2007
2007 2003 1994 2010 2007 2007
Joko Sumarsono Johanes Surya PHd Drs. Soeparmo, Suwardo, B.A Risdiyani Chasanah Edi Istiyono Goris Seran D
2
1 1 1
1 1 1
5
Berdasar tabel 1.1 terdapat beberapa buku yang berasal dari satu penerbit yang sama, tetapi berbeda pengarang dan tahun terbit. Buku pelajaran fisika yang tersebar di SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen sangat bervariasi, akan tetapi belum sepenuhnya diketahui bagaimana kualitas dari buku tersebut. Dengan banyaknya variasi buku pelajaran fisika yang ada, tentunya memiliki kualitas yang berbeda-beda antara buku yang satu dengan buku yang lain. Berdasarkan uraian di atas, maka penyusun mengambil tema : “Analisis Buku Pelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas Kelas X Yang Banyak Digunakan Di SMA Negeri Se- Kabupaten Kebumen”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini meliputi: (1) Tingkat keterbacaan wacana pada buku ajar fisika. (2) Tingkat keterpusatan peserta didik. (3) Tingkat pengembangan keterampilan proses peserta didik. (4) Jenjang kognitif soal latihan pada buku ajar fisika.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk menganalisis tingkat keterbacaan buku ajar fisika. (2) Untuk menganalisis tingkat keterpusatan peserta didik pada buku ajar fisika. (3) Untuk menganalisis tingkat pengembangan keterampilan proses peserta didik pada buku ajar fisika. (4) Untuk menganalisis jenjang kognitif soal latihan pada buku ajar fisika.
6
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: (1) Guru : dapat memilih dan menyesuaikan buku pelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik. (2) Peserta didik : memberikan wawasan bagi peserta didiksupaya mereka dapat memilih buku pelajaran yang sesuai, sehingga akan menumbuhkan minat dan semangat belajar. (3) Pengarang dan Penerbit : dapat dijadikan sebagai saran dan masukan dalam penulisan, pemeriksaan,dan penerbitan buku pelajaran yang selanjutnya. (4) Penyusun : dapat menambah pengalaman tentang penulisan dan pemilihan buku pelajaran yang baik.
1.5 Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap judul penelitian, maka diberikan penegasan istilah yang mengenai: (1) Buku Pelajaran yang digunakan untuk penelitian ini adalah buku yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah khususnya pelajaran fisika. Adapun isi, urutan dan cara penulisan buku pelajaran disusun menurut tata cara yang telah ditentukan sesuai dengan proses pembelajaran. (2) Buku pelajaran yang banyak digunakan di SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen adalah buku pelajaran yang secara presentase paling banyak digunakan di sekolah-sekolah menengah atas di Kabupaten Kebumen berdasarkan hasil survey. Buku yang dimaksud adalah Fisika untuk SMA Kelas X karangan
7
Marthen Kanginan, Kompetensi Fisika karangan Siswanto dan Sukaryadi, dan Fisika Bilingual karangan Sunardi dan Etsa Indra Irawan. (3) Tingkat keterbacaan buku pelajaran merupakan hal terbaca atau tidaknya suatu bahan bacaan tertentu bagi pembacanya. Ini membahas sulit atau mudahnya suatu bacaan bagi pembacanya. (4) Keterpusatan pada peserta didik menunjukkan seberapa jauh buku pelajaran tersebut disusun supaya pembelajaran terpusat pada peserta didik, sehingga dapat membantu peserta didik untuk lebih aktif belajar dan membantu peserta didik membangun pengetahuannya sendiri. (5) Tingkat pengembangan keterampilan proses menunjukkan sejauh mana buku pelajaran tersebut disusun supaya dapat melatih peserta didik melakukan kegiatan ilmiah untuk memahami suatu konsep dan pemecahan masalah. (6) Jenjang kognitif soal latihan merupakan ukuran kesulitan soal latihan dalam ranah kognitif yang dapat ditentukan dengan skala tertentu menurut Taksonomi Bloom.
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan skripsi terdiri dari tiga bagian yaitu: bagian pendahuluan, bagian isi dan bagian akhir.Masing-masing bagian terdiri dari beberapa subbagian sebagai berikut. (1) Bagian Pendahuluan Bagian pendahuluan berisi halaman judul, abstrak, lembar pengesahan, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan daftar lampiran.
8
(2) Bagian Isi Bagian isi terdiri dari 5 bab, meliputi : BAB I: Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitia, penegasan istilah dan garis besar sistematika penulisan skripsi. BAB II: Landasan Teori, berisi tentang tinjauan pustaka dan penelitian yang relevan. BAB III: Metode Penelitian, berisi tentang setting dan karakteristik penelitian, variabel penelitian, rancangan penelitian, langkah penelitian, tehnik pengumpulan data, dan metode analisis data. BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. BAB V: Penutup, berisi kesimpulan dan saran. (3) Bagian Akhir Bagian akhir dalam penulisan skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Buku Pelajaran Hall-Quest (1915) dalam Tarigan (1990:11) mengatakan bahwa buku pelajaran merupakan rekaman pikiran rasial yang disusun untuk maksud dan tujuan instruksional tertentu.Large (1940) dalam Tarigan (1990:11) mengatakan bahwa buku pelajaran adalah buku standar atau buku setiap cabang studi, yang terdiri atas dua tipe, yaitu buku pokok utama dan suplemen atau tambahan. Menurut Nugroho (2009:2), buku pelajaran merupakan komponen yang penting dari suatu proses pembelajaran. Bagi guru, buku pelajaran berfungsi sebagai pendukung pembelajaran, sedangkan bagi peserta didik buku pelajaran berfungsi sebagai alat bantu dalam menerima materi pembelajaran. Muslich (2010:64) menyatakan bahwa bahan ajar yang disajikan dalam buku pelajaran berupa ilmu pengetahuan di bidang tertentu, sehingga isinya harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya menurut bidang studi yang bersangkutan. Bahan yang disajikan dalam buku pelajaran dapat berupa teori, gagasan, dan informasi. Bahan yang berupa teori biasanya berupa konsep, pernyataan, atau dapat juga berupa rumus. Bahan yang berupa gagasan biasanya berupa pendapat, keyakinan, atau petunjuk. Sedangkan bahan yang berupa informasi biasanya berupa penjelasan tentang suatu fenomena, peristiwa, atau persoalan yang ada di lingkungan sekitar.
9
10
Menurut berbagai pendapat tersebut, maka Husen dkk (1997:178-179) menyimpulkan bahwa: (1) buku pelajaran merupakan buku pelajaran yang ditujukan bagi peserta didik pada jenjang pendidikan tertentu, misalnya buku pelajaran untuk SD, SMP, dan SMA.(2) Buku pelajaran selalu berkaitan dengan bidang studi tertentu.(3) Buku itu selalu merupakan buku yang standar, yaitu buku acuan yang berkualitas, dan biasanya terdapat tanda pengesahan dari badan yang berwenang.(4) Buku
pelajaran
biasanya ditulis oleh para pakar ilmu
dibidangnya.(5) Buku pelajaran ditulis untuk tujuan instruksional tertentu.(6) Buku pelajaran biasanya juga dilengkapi dengan sarana pengajaran.(7) Buku pelajaran selalu ditulis untuk menunjang suatu program pengajaran. Dapat disimpulkan bahwa buku pelajaran adalah buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidang ilmu tertentu untuk maksud dan tujuan instruksional tertentu, dimana dalam buku tersebut dilengkapi sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para penggunanya, baik di sekolah dasar, sekolah menengah maupun di perguruan tinggi, sehingga dapat menunjang keberhasilan suatu program pengajaran.
2.2 Kualitas Buku Pelajaran Untuk mengetahui apakah buku pelajaran tersebut baik atau tidak, maka terlebih dahulu harus diketahui bagaimana kualitas dari buku pelajaran tersebut. Buku pelajaran yang baik tentunya memiliki kualitas yang baik juga. Selama ini, kualitas buku pelajaran cenderung mengacu pada kesesuaian kurikulum yang berlaku. Padahal, kualitas buku pelajaran juga ditentukan oleh aspek lain, tidak hanya aspek kurikulum saja.
11
Buku pelajaran yang berkualitas sangat berpengaruh terhadap kualitas peserta didik dalam pembelajaran. Ini karena buku pelajaran yang berkualitas dapat memotivasi peserta didik dalam membaca, mengamati, dan mempelajari apa yang terkandung dalam buku pelajaran tersebut. Buku pelajaran yang baik tentu dapat membuat pembacanya mengerti dan paham apa yang ingin disampaikan buku pelajaran tersebut. Seorang penulis dituntut untuk dapat menyusun buku pelajaran yang menarik, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi, dan perkembangan pembacanya. Greene dan Petty (dalam Muslich 2010:53) menyatakan ada sepuluh kategori untuk buku pelajaran yang berkualitas. Sepuluh kategori tersebut sebagai berikut, (1) Buku pelajaran harus menarik minat peserta didik yang mempergunakannya.(2) Buku pelajaran harus mampu memberikan motivasi kepada para peserta didik yang memakainya.(3) Buku pelajaran harus memuat ilustrasi yang menarik peserta didik yang memanfaatkannya. (4) Buku pelajaran sebaiknya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga sesuai dengan kemampuan para peserta didik yang memakainya. (5) Isi buku pelajaran harus berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya, lebih baik lagi, kalau data menunjangnya dan terencana sehingga semuanya merupakan suatu kebulatanyang utuh dan terpadu.(6) Buku pelajaran harus dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitas pribadi para peserta didik yang mempergunakannya. (7) Buku pelajaran harus dengan sadar dan tegas menghindar dari konsep-konsep yang samar-samar dan tidak biasa, supaya tidak membuat bingung peserta didik yang memakainya. (8) Buku pelajaran harus mempunyai sudut pandang atau point of
12
view yang jelas dan tegas sehingga pada akhirnya juga menjadi sudut pandang para pemakainya yang setia. (9) Buku pelajaran harus mampu memberi pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa. (10) Buku pelajaran harus dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para pemakainya. Sebagai kelengkapan kategori tersebut, Schorling Batchelder (1956 dalam Muslich 2010:54) memberikan empat ciri buku pelajaran yang baik, (1) direkomendasikan oleh guru-guru yang berpengalaman.(2) Bahan ajarnya sesuai dengan tujuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan kebutuhan masyarakat. (3) Cukup banyak memuat pelajaran bacaan, materi dan latihan atau tugas.(4) Memuat ilustrasi yang membantu peserta didik dalam belajar.
2.3 Fungsi Buku Pelajaran Setiap pembuatan sesuatu pasti memiliki tujuan dan fungsi tertentu. Sama halnya dengan pembuatan buku pelajaran, diharapkan dapat bermanfaaat bagi pembacanya. Fungsi buku pelajaran secara umum adalah mempermudah peserta didik dalam proses pembelajaran. Ditinjau dari segi fungsinya, selain mempunyai fungsi umum sebagai sosok buku, buku pelajaran mempunyai fungsi sebagai, (1) sarana pengembang bahan dan program dalam kurikulum pendidikan;(2) sarana pemerlancar tugas akademik guru;(3) sarana pemerlancar ketercapaian tujuan pembelajaran; dan (4) sarana pemerlancar efisiensi dan keefektivan kegiatan pembelajaran (Muslich 2010:52). Greene dan Petty (dalam Tarigan 1990:17) telah merumuskan beberapa peranan buku pelajaran sebagai berikut. (1) Mencerminkan suatu sudut pandang
13
yang tangguh dan modern mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang disajikan.(2) Menyajikan suatu sumber pokok masalah atau subjectmatter yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik, sebagai dasar bagi program-program kegiatan yang disarankan di mana keterampilan-keterampilan ekspresional diperoleh di bawah kondisi-kondisi yang menyerupai kehidupan yang sebenarnya. (3) Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai keterampilan-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok dalam komunikasi. (4) Menyajikan bersama-sama dengan buku manual yang mendampinginya, metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi para peserta didik. (5) Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis. (6) Menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi buku pelajaran adalah sebagai sumber kegiatan, acuan, dan gagasan bagi peserta didik dan guru dalam pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya.
2.4 Tingkat Keterbacaan Buku Pelajaran Membaca memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran. Melalui kegiatan membaca, peserta didik dapat memperoleh berbagai informasi mengenai pelajaran yang dipelajari. Ginting (2005 :18) menyatakan bahwa salah satu wahana dalam upaya memperoleh informasi dan meningkatkan pengetahuan adalah melalui kegiatan membaca. Salah satu tugas guru adalah menyediakan
14
sarana baca yang sesuai untuk peserta didiknya. Buku merupakan sarana baca yang sering digunakan oleh siswa, sehingga guru harus cermat dalam memilih buku yang dapat meningkatkan minat baca peserta didiknya. Menurut Suryadi dalam jurnal Sosioteknologi tahun 2007, menyatakan bahwa buku ajar yang dikategorikan baik tidak hanya berisi materi yang sesuai dengan kurikulum, tetapi juga memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Tingkat keterbacaan ini akan berpengaruh terhadap minat baca siswa. Menurut Ambruster dan Anderson, sebagaimana dikutip oleh Zamroni (2011:13), keterbacaan buku teks merupakan istilah yang digunakan untuk menyelidiki beberapa aspek bahan tertulis yang mengacu pada tingkat pemahaman bahan tersebut. Dalam bahasa Inggris, keterbacaan disebut readability, yang merupakan istilah untuk menyelidiki suatu bahan tertulis yang mengacu pada tingkat kesukaran atau kemudahan suatu bacaan bagi pembacanya. Menurut Fry, dalam El-Masri dan Vlaardingerbroek (2010:109) keterbacaan sebuah teks –dalam hal ini teks atau wacana ilmu pengetahuan- menyatakan tingkat kelas pembaca dapat membaca dan memahami teks atau wacana yang sedang dibaca. Menurut Suryadi, suatu analisis tingkat keterbacaan ini akan memunculkan apakah buku itu mudah, sedang, atau sulit dipahami oleh pembacanya. Semakin tinggi tingkat keterbacaannya, maka semakin mudah buku itu untuk dipahami pembacanya. Tingkat keterbacaan dapat diukur dengan formula keterbacaan, antara lain Formula Fry, Formula Flesch, Fog Index, dan SMOG. Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Yasa (2013:9) menyatakan bahwa seluruh formula tersebut dapat
15
digunakan untuk menganalisis tingkat keterbacaan dengan cermat. Salah satu Formula yang dianjurkan oleh
Subyantoro (2006:10) adalah
Formula Fry.
Formula Fry dipilih karena praktis dan telah disesuaikan dengan wacana dalam bahasa Indonesia. Formula keterbacaan Fry diambil dari nama pembuatnya, yaitu Edward Fry. Formula Fry dipublikasikan pada tahun 1977 dalam majalah Journal of Reading. Formula Fry ini mengambil seratus kata dalam suatu wacana untuk dijadikan sampel tanpa memperhatikan seberapa panjang wacana tersebut. Jadi, seberapa banyakpun wacana tersebut, jumlah sampel yang dipakai tetap seratus kata.
Gambar 2.1 Gambar Grafik Fry Formula ini mempunyai dua dasar utama, yaitu panjang pendeknya kata dan tingkat kesulitan kata yang ditandai oleh jumlah (banyak-sedikitnya) suku kata yang membentuk setiap kata dalam wacana tersebut. Di bagian atas grafik terdapat deretan angka-angka seperti berikut: 108,112, 116, 120, dan seterusnya. Angka-angka dimaksud menunjukkan data
16
jumlah suku kata perseratus perkata, yakni jumlah kata dari wacana. Di bagian samping kiri grafik terdapat angka 25.0, 20, 18.7, 14.3 dan seterusnya yang menunjukkan data rata-rata jumlah kalimat perseratus perkataan. Angka-angka yang berderet di bagian tengah grafik dan berada di antara garis-garis penyekat dari grafik tersebut menunjukkan perkiraan peringkat keterbacaan wacana yang diukur. Angka 1 menunjukkan 1, artinya wacana tersebut cocok untuk pembaca dengan level peringkat baca 1, angka 2 untuk peringkat baca 2, angka 3 untuk peringkat baca 3, dan seterusnya hingga universitas. Daerah yang diarsir pada grafik yang terletak di sudut kanan atas dan di sudut kiri bawah grafik merupakan wilayah invalid, maksudnya jika hasil pengukuran keterbacaan wacana jatuh pada wilayah gelap tersebut, maka wacana tersebut kurang baik karena tidak memiliki peringkat baca untuk peringkat manapun. Oleh karena itu, wacana yang demikian sebaiknya tidak digunakan dan diganti dengan wacana lain. Cara menghitung keterbacaan yaitu: (1) mengambil sampel wacana yakni seratus perkataan; (2) menghitung jumlah kalimat dari seratus buah perkataan hingga persepuluhan terdekat; (3) menghitung jumlah suku kata dari wacana sampel hingga kata ke-100. Misalnya, sampel wacana hingga kata keseratus terdiri atas 228 suku kata; (4) untuk wacana bahasa Indonesia, ditambah satu langkah yakni mengalikan hasil peghitungan suku kata dengan angka 0,6; (5) memplotkan angka-angka hasil perhitungan ke dalam Grafik Fry. Kolom tegak
17
lurus menunjukkan jumlah suku kata per seratus kata dan baris mendatar menunjukkan jumlah kalimat per seratus kata.
2.5 Keterpusatan pada Peserta Didik Penyajian materi dalam buku harus bersifat interaktif dan partisipasif sehingga memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri. Muslich (2009:25) menyatakan bahwa belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna dan pemahaman. Tanggung jawab belajar sepenuhnya ada dalam diri peserta didik, sedangkan guru hanya bertanggung jawab menciptakan suasana yang menyenangkan, yang dapat mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab peserta didik untuk belajar sepanjang hayat. Salah satu prinsip pembelajaran adalah berpusat pada peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik dianggap sebagai seseorang yang unik, karena antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain memiliki perbedaan minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar. Sehingga untuk kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian juga harus beragam sesuai dengan karakteristik masing-masing peserta didik. Kegiatan belajar mengajar harus menempatlan peserta didik sebagai subjek belajar dan mendorong peserta didik untuk mengembangkan potensinya dengan semaksimal mungkin. Kulsum (2011:132) dalam penelitiannya menerapkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Hal tersebut berdampak positif, yaitu dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dengan diimbangi peningkatan hasil belajar kognitif dan psikomotirk.
18
2.6 Pengembangan Keterampilan Proses Sebagai suatu proses, ilmu-ilmu sains termasuk fisika diperoleh melalui penelitian dengan beberapa langkah-langkah tertentu yang disebut metode ilmiah. Metode ilmiah ini sedapat mungkin dikenalkan pada siwa supaya mereka dapat menyenangi sains. Pada dasarnya keterampilan fisik dan mental itu sudah ada dalam diri masing-masing peserta didik, akan tetapi bentuk potensi dan kemampuannya belum terbentuk dengan jelas. Oleh karena itu, perlu dilatih supayaketerampilan tersebut dapat dikembangkan. Buku merupakan salah satu sumber belajar yang dapat digunakan untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan proses tersebut. Menurut Sukiniarti (2009:373), keterampilan proses merupakan salah satu pendekatan yang dapat membangun cara peserta didik untuk membentuk suatu konsep dan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menemukan sendiri, serta mampu membantu belajar peserta didik dalam mempelajari sesuatu. Beberapa alasan mengapa keterampilan proses itu perlu dikembangkan adalah: (1) perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang semakin cepat, sehingga guru akan kesulitan jika semua fakta dan konsep diajarkan pada peserta didik.(2) Banyak sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan pemahaman peserta didik.(3) Peserta didikakan lebih mudah memahami sesuatu yang rumit jika disertai contoh nyata.(4) Pemahaman peserta didikakan
lebih
berarti
ketika
mereka
mendapat
kesempatan
untuk
mempraktekkan sendiri.(5) Perlu adanya latihan bagi peserta didik untuk terus
19
bertanya, berpikir kritis, objektif serta mengupayakan suatu jawaban atas permasalahan. Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2009:112) menyatakan bahwa pendekatan keterampilan proses mampu meningkatkan aktivitas dan pemahaman peserta didik. Dalam penelitian yang berbeda, Listyaningrum (2012:66) menyatakan bahwa melalui pendekatan keterampilan proses motivasi berprestasi peserta didik meningkat. Funk dalam Sukiniarti (2009:374) mengungkapkan ada tiga keuntungan dalam pembelajaran dengan keterampilan proses, yaitu :(1) memberikan pengertian kepada peserta didik mengenai hakikat IPA; (2) memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bekerja dengan IPA, bukan hanya sekedar menceritakan atau mendengarkan tentang IPA; dan (3) membuat peserta didik belajar proses dan produk IPA. Keterampilan proses meliputi beberapa hal, antara lain :(1) pemanasan, (2) pengamatan, (3) interpretasi dari pengamatan, (4) peramalan, (5) aplikasi konsep, (6) perencanaan penelitian, dan (7) komunikasi (Semiawan dalam Karso, 1993 : 191).
2.7Jenjang Kognitif Soal Latihan Soal-soal latihan dapat dijadikan sebagai saran untuk mengetahui sejauh mana pencapaian suatu pembelajaran melalui penguasaan peserta didik terhadap suatu konsep.Sehingga adanya analisis jenjang kognitif soal latihan dapat bermanfaat untuk mengetahui seberapa besar tuntutan soal-soal latihan dan proporsi soal-soal latihan dalam menguji kemampuan peserta didik.
20
Bloom menyampaikan tiga taksonomi yang biasa dikenal dengan Taksonomi Bloom. Tiga taksonomi tersebut disebut dengan ranah belajar, yang terdiri dari tiga ranah, yaitu: (1) ranah kognitif (cognitive domain); (2) ranah psikomotorik (psychomotoric domain); dan (3) ranah afektif (affective domain). Ranah kognitif ini berhubungan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Bloom membagi ranah kognitif menjadi enam bagian yang telah direvisi, yaitu: (1) Mengingat Mengingat merupakan tingkatan kognitif paling rendah dan merupakan kategori kognitif C1.Kemampuan mengingat ini bersifat menggali kembali informasi yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang. Kategori mengingat ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengenali dan mengingat. (2) Memahami Memahami merupakan kemampuan untuk membangun makna atau pengertian dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.Kemampuan memahami ini masuk dalam kategori C2 dansetingkat lebih tinggi dari kategori C1. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif yaitu menafsirkan, memberi
contoh,
mengklasifikasikan,
meringkas,
menarik
inferensi,
membandingkan, dan menjelaskan. (3) Aplikasi Aplikasi
merupakan
kemampuan
untuk
menggunakan
atau
mengaplikasikan suatu prosedur untuk menyelesaikan suatu masalah atau mengerjakan tugas.Kemampuan aplikasi ini masuk dalam kategori C3 dan
21
setingkat kebih tinggi dari kategori C2. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan mengimplementasikan. (4) Analisis Analisis merupakan kemampuan untuk menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana hubungan saling keterkaitannya.Kemampuan analisis masuk dalam kategori kognitif C4 yang berada setingkat lebih tinggi dari C3. Kategori ini mencakup tiga proses kognitif yaitu membedakan, mengorganisir, dan menemukan pesan tersirat. (5) Evaluasi Evaluasi merupakan kemampuan untuk membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria yang telah ada.Kemampuan evaluasi masuk dalam kategori C5 dan setingkat lebih tinggi dari kategor C4. Kategori ini mencakup dua proses kognitif yaitu memeriksa dan mengkritik. (6) Kreasi Kreasi merupakan kemampuan untuk menggabungkan beberapa unsur manjadi satu bentuk kesatuan.Kemampuan ini masuk dalam kategori C6 dan berada pada tingkatan kognitif Bloom paling tinggi. Kategori ini meliputi tiga proses kognitif yaitu membuat, merencanakan,dan memproduksi.
2.8 Penelitian Yang Relevan Beberapa penelitian mengenai analisis buku telah banyak dilakukan. Dari beberapa penelitian berikut, ada beberapa hal berbeda yang dianalisis. Beberapa hal berbeda tersebut sebenarnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengetahui
22
kualitas dari buku ajar yang dianalisis. Berikut hasil dari penelitian terdahulu yang relevan dengan bahasan dalam skripsi ini. Skripsi dengan judul “ Analisis Buku Teks Fisika Kelas VII Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Yang Banyak Digunakan Di SMP Negeri Se- Kabupaten Kudus” karya Achmad Zamroni, tahun 2011. Penelitian ini menfokuskan pada lima aspek, yaitu: (1) tingkat keterbacaan, (2) indeks pengaktifan peserta didik, (3) kesesuaian materi dengan kurikulum KTSP, (4) ketepatan konsep dan gambar, dan (5) presentase jenjang kognitif soal latihan. Populasi penelitian ini adalah seluruh buku ajar fisika kelas VII yang digunakan di Kabupaten Kudus, sedangkan sampel penelitiannya adalah dua buku dengan peringkat teratas yakni buku terbitan Pustaka Indah dan Erlangga. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu: (1) tingkat tingkat keterbacaan pada buku terbitan Pustaka Indah dan Erlangga belum sesuai. Buku terbitan Pustaka Indah memiliki presentase 4,76% untuk kategori mudah, 66,66% untuk kategori sesuai, 23,81% untuk kategori sulit, dan 4,76% untuk kategori invalid. Buku terbitan Erlangga memiliki presentase 0% untuk kategori mudah, 60,87% untuk kategori sesuai, 34,78% untuk kategori sulit, dan 4,35 untuk kategori invalid. (2) Indeks pengaktifan peserta didik pada buku terbitan Pustaka indah sudah cukup baik dengan nilai indeks 0,53 (penilaian kalimat), 0,55 (penilaian gambar/grafik), dan 1,50 (penilaian pertanyaan), sedangkan pada buku terbitan Erlangga masih rendah dengan nilai indeks 0,55 (penilaian kalimat), 0,29 (penilaian gambar/grafik), dan 0,59 (penilaian pertanyaan). (3) Materi dari kedua buku telah sesuai dengan kurikulum KTSP. (4) Buku Pustaka Indah masih
23
terdapat kesalahan konsep dan gambar, sedangkan pada buku terbitan Erlangga sudah tidah ada kesalahan gambar dan konsep. (5) Jenjang kognitif soal latihan pada buku terbitan Pustaka Indah dan Erlangga, kedua belum proporsional karena banyak mengungkap jenjang pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2), sedangkan jenjang C4, C5, dan C6 tidak ada. Skripsi yang berjudul “Analisis Penyajian Aspek Pembelajaran Pada Buku Ajar Fisika SMP Di Kota Semarang” karya Mega Kurnia Permata Sari tahun 2008, membahas beberapa subaspek penilaian kualitas buku dilihat dari aspek penyajian pembelajaran. Beberapa subaspek dari aspek penyajian pembelajaran yaitu: (1) tingkat pemusatan peserta didik pada buku ajar fisika; (2) tingkat pengembangan keterampilan proses peserta didik pada buku ajar fisika; (3) tingkat keselamatan kerja pada kegiatan ilmiah peserta didik pada buku ajar fisika; (4) tingka variasi penyajian pada buku ajar fisika; dan (5) tingkat keterpaduan pembelajaran fisika dengan mata pelajaran matematika, kimia, biologi, dan sosial sains pada buku ajar fisika. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Mega Kurnia menyatakan bahwa buku ajar fisika yang terbanyak dipakai di kota Semarang sudah baik, dan memenuhi kriteria penyajian aspek pembelajaran yang baik dengan skor rata-rata 2,58. Tingkat Keterpusatan pada peserta didik yang dimiliki buku ajar fisika terbanyak digunakan di kota Semarang sudah baik dengan skor rata-rata 64,88%. Buku tersebut juga sudah mengembangkan keterampilan proses dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata 69,16%. Pada subaspek keselamatan kerja kegiatan ilmiah memiliki skor yang
24
sangat baik yaitu 95,29% yang menyatakan bahwa buku tersebut sudah memperhatikan keselamatan peserta didik saat melaksanakan kegiatan ilmiah. Untuk variasi penyajian memiliki skor rata-rata 50,76%, dan untuk keterpaduan pembelajaran memiliki skor rata-rata 37,46%. Masyhuratul Fadhilah melakukan penelitian dengan judul “Analisis Buku Ajar IPA Biologi yang Banyak Digunakan di SMP Negeri Kabupaten Jepara” dan dipublikasikan dalam sebuah jurnal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterbacaan, tingkat kesesuaian konsep dan gambar buku teks biologi edisi kedelapan jilid satu (2008) dan edisi kelima jilid dua dan tiga (2004) karangan Campbell, dkk, tingkat kesalahan ejaan, dan tingkat kelayakan buku pelajaran IPA Biologi berdasarkan standar BSNP. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan mengkaji kualitas buku IPA Biologi SMP Kelas VIII yang banyak digunakan di SMP Negeri Kabupaten Jepara yaitu buku karangan Istamar Syamsuri, dkk jilid dua (2007) penerbit Erlangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keterbacaan sampel sesuai 18,57%, sampel mudah 8,57%, sampel sulit 64,29%, dan invalid 8,57%; untuk tigkat kesalahan konsep tidak ditemukan kesalahan konsep dari 231 konsep dan memiliki kesalahan gambar 11,5% dari 113 gambar; untuk kesalahan ejaan memiliki enam kesalahan ketikan, lima kesalahan penggunaan huruf kapital, dan satu kesalahan penulisan tanda baca; dan untuk tingkat kelayakan buku menurut standar BSNP memenuhi standar kelayakan pada Instrumen tahap I dan tahap II sebanyak 86,2% dengan criteria sangat sesuai. Simpulan dari penelitian ini adalah buku pelajaran IPA Biologi terbitan Erlangga karangan Istamar Syamsuri, dkk
25
tahun terbit 2007 jilid dua belum sepenuhnya sesuai untuk siswa kelas VIII pada tingka keterbacaan. Saemina melakukan penelitian yang berjudul “ Tingkat Keterbacaan Wacana Buku Teks Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk Kelas VII Sekolah Menengah Pertama” dan dipublikasikan dalam sebuah jurnal. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendiskripsikan tingkat keterbacaan wacana buku teks pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk kelas VII SMP.Analisis data dilakukan dengan menggunakan Formula Grafik Fry dan teknik cloze. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil perhitungan tingkat keterbacaan ke-15 wacana buku teks pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk kelas VII SMP berdasarkan grafik Fry adalah sebagai berikut: (1) wacana 1 dan 9 dapat digunakan sebagai bahan bacaan pada peserta didik SMA dan mahapeserta didik; (2) wacana 2 dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk mahapeserta didik/umum; (3) wacana 3 digunakan sebagai bahan bacaan untuk peserta didik kelas IX dan XII SMA dan mahapeserta didik; (4) wacana 4 dapat digunakan sebagai bahan bacaan kelas XII SMA dan mahapeserta didik; (5) wacana 5 dan 7 tidak memiliki area tingkat baca; (6) wacana 6 dan 8 dapat digunakan sebagai bahan bacaan kelas VII dan VIII; (7) wacana 10 dan 13 dapat digunakan sebagai bahan bacaan murid kelas VI SD serta peserta didik kelas VII dan VIII; (8) wacana 11 dapat digunakan sebagai bahan bacaan peserta didik kelas III, IV, dan V SD; (9) wacana 12 dapat digunakan sebagai bahan bacaan murid kelas I, II, dan III SD; dan (10) wacana 14 dan 15 dapat digunakan sebagai bahan bacaan kelas V, VI, dan VII SMP.
26
Hasil perhitungan tingkat keterbacaan tiga wacana berdasarkan teknik cloze adalah sebagai berikut: (1) wacana I dan II berada pada tingkat frustasi atau gagal; dan (2) wacana III berada pada tingkat baca intruksional atau sedang. 2.7 Kerangka Berfikir Buku merupakan salah satu sarana pembelajaran yang penting untuk menunjang proses belajar-mengajar di sekolah. Buku yang berkualitas akan menunjang pembelajaran dengan baik. Sebagian besar buku pelajaran fisika kelas X yang terdapat di SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen belum diketahui bagaimana kualitasnya jika dilihat dari aspek keterbacaan wacana, keberpusatan peserta didik, pengembangan keterampilan proses peserta didik, dan jenjang kognitif soal latihan. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian mengenai buku tersebut. Penelitian dilaksanakan dengan menganalisis buku yang dijadikan sampel berdasarkan beberapa kriteria dan instrumen yang telah disusun.
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1
Setting dan Karakteristik Penelitian Setting dan karakteristik dalam penelitian ini berisi mengenai populasi dan
sampel objek penelitian yang berupa buku pelajaran fisika. Populasi dan sampel secara rinci akan dijelaskan dalam uraian berikut. 3.1.1
Populasi Sugiyono (2009:117) menyatakan bahwa populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.Populasi dalam penelitian ini adalah buku-buku pelajaran fisika yang digunakan di seluruh SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen. 3.1.2
Sampel Menurut Sugiyono (2009:118) sampel merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Pengambilan sampel dalam skripsi menggunakan teknikpurposive sampling. Dalam proses pengambilan sampel, terlebih dahulu dilakukan survey mengenai penggunaan buku pelajaran fisika yang digunakan di SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen, kemudian dari data yang terkumpul, dipilih tiga buku yang paling banyak digunakan, yaitu :
27
28
Tabel 3.1 Sampel Buku Pelajaran Fisika SMA Kelas X No. Kode Buku A 1
3.2
Nama Buku
Pengarang
Penerbit
Marthen Kanginan Siswanto, Sukaryadi Sunardi, Etsa Indra I.
Erlangga
2
B
Fisika untuk SMA Kelas X Kompetensi Fisika
3
C
Fisika Bilingual
Pusbuk 2009 Depdiknas Yrama 2007 Widya
Variabel Penelitian Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
(1) Tingkat keterbacaan buku pelajaran. (2) Keterpusatan pada peserta didik. (3) Tingkat pengembangkan keterampilan proses. (4) Jenjang kognitif soal latihan.
3.3
Rancangan Penelitian Buku Teks Analisis Buku
1
2
3
Tahun Terbit 2007
4
Pemaparan
Gambar 3.1 Diagram Rancangan Penelitian
29
Keterangan : (1) Tingkat keterbacaan buku pelajaran. (2) Keterpusatan pada peserta didik. (3) Tingkat pengembangan keterampilan proses. (4) Jenjang kognitif soal latihan.
3.4
Prosedur Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: (1)
penyusunan perangkat penelitian berupa lembar observasi; (2) pelaksanaan penelitian dengan menganalisis buku ajar fisika yang dijadikan sampel; (3) pembahasan hasil penelitian dalam bentuk pemaparan hasil penelitian. Langkah penelitian tersebut juga dapat dilihat dalam diagram berikut:
Penyusunan Perangkat
Pelaksanaan penelitian (Analisis Buku)
Pembahasan (Pemaparan) Gambar 3.2 Diagram Prosedur Penelitian
3.5
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data terbagi dalam dua pokok yaitu langkah
penelitian dan instrument yang digunakan untu menganalisis buku.Berikut merupakan langkah-langkah penelitian dan instrument penelitian.
30
3.5.1 Langkah-langkah (1) Membaca dan mencermati buku pada setiap subbab/kegiatan. (2) Mengidentifikasikan berdasarkan deskripsi. (3) Memberi skor pada lembar observasi, skor 1 jika sesuai dengan pernyataan dan 0 jika tidak sesuai pernyataan. (4) Menghitung skor yang diperoleh. (5) Mendeskripsikan skor yang dimiliki buku berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh BSNP. 3.5.2 Instrumen Ada empat instrumen yang akandigunakan, yaitu: (1) Instrumen yang digunakan untuk menganalisis keterbacaan wacana adalah Formula Grafik Fry. Untuk menggunakan formula Fry, terlebih dahulu harus dihitung jumlah kata, kalimat, dan perkataan, kemudian diplotkan dalam grafik Fry dan ditentukan peringkat baca bacaan. Instrumen selengkapnya terdapat di lampiran 1. (2) Instrumen yang digunakan untuk menganalisis keterpusatan pada peserta didik berupa angket. Angket ini terdiri dari beberapa deskripsi mengenai kisi-kisi penilaian Keterpusatan buku pada peserta didik. Kisi-kisi dan instrumen selengkapnya terdapat di lampiran instrumen 2 dan 3. (3) Instrumen yang digunakan untuk menganalisis pengembangan keterampilan proses berupa angket. Angket ini terdiri dari beberapa deskripsi mengenai kisi-kisi penilaian
pengembangan
keterampilan
selengkapnya terdapat di lampiran 4 dan 5.
proses.Kisi-kisi
dan
instrumen
31
(4) Instrumen yang digunakan untuk menganalisis jenjang kognitif soal latihan berupa angket. Angket ini terdiri dari beberapa kolom dengan predikat soal C1 sampai C6. Instrumen selengkapnya terdapat di lampiran 6.
3.6
Metode Analisis Data Data yang diperoleh berupa skor penilaian yang selanjutnya dianalisis
secara deskriptif kualitatif untuk mengetahui beberapa aspek yang diteliti pada buku ajar fisika.Untuk mengetahui presentase masing-masing butir, terlebih dahulu memberi nilai untuk masing-masing format pengamatan. Menurut Ali (1985:184), sebelum data dianalisis secara kualitatif, terlebih dahulu dianalisis dengan teknik deskriptif persentase (DP) dengan rumus: 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑎𝑎𝑎𝑎
DP = 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 /𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑥𝑥 100%
Tabel 3.2 Kategori Skor untuk Tiap Butir
NO
Presentase
Kategori
Skor
1
≥80%
Sangat Baik
4
2
60% - 79%
Baik
3
3
50% - 59%
Cukup Baik
2
4
<50%
Kurang Baik
1
Menurut Subyantoro sebagaimana dikutip oleh Zamroni (2011:33) kriteria tingkat keterbacaan dikelompokkan dalam empat kriteria yaitu: sesuai, mudah, sulit, dan invalid. Setelah itu jumlah masing-masing kriteria dibuat presentase. Presentasenya dirumuskan sebagai berikut:
32
𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑎𝑎𝑎𝑎 ∶ 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚ℎ ∶ 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 ∶
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑥𝑥100% 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚ℎ 𝑥𝑥100% 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑥𝑥100% 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 ∶
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑥𝑥100% 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Tiga sampel buku ajar fisika yang digunakan yaitu Kompetensi Fisika karangan Siswanto dan Sukaryadi terbitan Pusbuk Depdiknas tahun terbit 2009 (sebagai sampel buku kode A), Fisika untuk SMA Kelas X karangan Marthen Kanginan terbitan Erlangga tahun terbit 2007 (sebagai sampel buku kode B), dan Fisika Bilingual karangan Sunardi dan Etsa Indra Irawan terbitan Yrama Widya tahun terbit 2007 (sebagai sampel buku kode C). 4.1.1 Tingkat Keterbacaan pada Buku Ajar Fisika Hasil analisis data keterbacaan buku ajar fisika untuk ketiga sampel buku dapat dilihat pada table 4.1. Tabel 4.1 Hasil Analisis Data Tingkat Keterbacaan Buku Ajar Fisika No 1 2 3
Kode Buku A B C
Presentase Kriteria Tingkat Keterbacaan (%) Mudah Sesuai Sulit Invalid 70,83 12,5 4,17 12,5 37,5 50 12,5 0 4,17 62,5 25 8,33
Berdasarkan hasil analisis data tingkat keterbacaan buku ajar fisika dengan menggunakan Formula Fry, dapat diketahui bahwa pada buku terbitan Pusbuk memiliki kriteria tingkat keterbacaan kategori “Mudah” dengan presentase 70,83%. Kriteria tingkat keterbacaan untuk kategori “Sesuai” memiliki presentase 12,5%. Tingkat keterbacaan kategori “Sulit” buku ini memiliki presentase 4,17%,
33
34
sedangkan untuk tingkat keterbacaan kategori “Invalid” memiliki presentase 12,5%. Buku ajar kedua yaitu buku terbitan Erlangga memiliki tingkat keterbacaan kategori “Mudah” dengan presentase 37,5%. Tingkat keterbacaan kategori “Sesuai” memiliki presentase 50% dan untuk tingkat keterbacaan kategori “Sulit” buku ajar terbitan Erlangga memiliki presentase 12,5%, sedangkan untuk kategori “Invalid” tingkat presentasenya adalah 0%. Buku ajar yang ketiga yaitu buku ajar terbitan Yrama Widya memiliki tingkat keterbacaan kategori “Mudah” dengan presentase 4,17%. Tingkat keterbacaan kategori “Sesuai” pada buku ini mencapai presentase 25%. Tingkat keterbacaan kategori “Sulit” presentasenya mencapai 62,5%, sedangkan untuk tingkat keterbacaan kategori “Invalid” presentasenya mencapai 8,33%. Data lengkap untuk masing-masing analisis tingkat keterbacaan teks pada buku ajar dapat dilihat di lampiran 7, 8, 9, 10, 11, dan 12. 4.1.2 Tingkat Keterpusatan Peserta Didik Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada ketiga sampel buku ajar fisika, dapat disajikan hasil yang secara singkat dapat dilihat pada table 4.2. Tabel 4.2 Tingkat Keterpusatan Peserta Didik No. 1 2 3
Kode Buku A B C
Presentase Tingkat Keterpusatan Peserta Didik (%) 60,44 63,56 27,98
Kategori Baik Baik Kurang Baik
35
Berdasar table 4.2 di atas terlihat bahwa untuk buku ajar pertama yaitu terbitan Pusbuk memiliki presentase keterpusatan peserta didik sebesar 60,44%. Menurut BSNP, buku dengan presentase <49% dapat digolongkan dalam kategori baik. Buku ajar kedua yaitu terbitan Erlangga memiliki presentase keterpusatan peserta didik sebesar 63,56%, sehingga dapat dimasukkan dalam kategori baik, sedangkan untuk buku ajar ketiga terbitan Yrama Widya memiliki presentase keterpusatan peserta didik sebesar 27,98% dan dapat dimasukkan dalam kategori kurang baik. Data lengkap mengenai analisis tingkat keterpusatan peserta didik dapat dilihat pada lampiran 13, 14, dan 15. 4.1.3 Tingkat Pengembangan Keterampilan Proses Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada ketiga sampel buku ajar fisika, dapat disajikan hasil yang secara singkat dapat dilihat pada table 4.3. Tabel 4.3 Tingkat Pengembangan Keterampilan Proses No. 1 2 3
Kode Buku A B C
Presentase Tingkat Pengembangan Keterampilan Proses (%) 36,98 57,21 24,67
Kategori Kurang Baik Cukup Baik Kurang Baik
Berdasarkan hasil analisis pada table 4.3 terlihat bahwa untuk buku ajar pertama yaitu terbitan Pusbuk memiliki tingkat pengembangan keterampilan proses dengan presentase 36,98%. Menurut BSNP presentase ini masuk dalam kategori kurang baik karena masih kurang dari 49%. Buku ajar kedua yaitu terbitan Erlangga memiliki presentase sebesar 57,21 dan dapat dimasukkan dalam katergori cukup baik. Buku ajar ketiga yaitu terbitan Yrama Widya memiliki
36
presentase sebesar 24,67%, sehingga dapat dimasukkan dalam kategori kurang baik. Data lengkap mengenai analisis tingkat pengembangan ketranpilan proses dapat dilihat pada lampiran 16, 17, dan 18. 4.1.4 Presentase Jenjang Kognitif Soal Latihan pada Buku Ajar Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap buku ajar fisika yang dijadikan sebagai sampel, dapat disajikan hasil analisis presentase jenjang kognitif soal latihan sebagai berikut dalam table 4.4. Tabel 4.4 Presentase Jenjang Kognitif Soal Latihan No.
Kode Buku
1 2 3
A B C
Presentase Jenjang Kognitif Soal Latihan (%) C1 C2 C3 C4 C5 C6 8,33 27,5 37,5 26,67 0 0 0 12,45 50,94 36,61 0 0 8,8 22 48 21,2 0 0
Berdasar table 4.4 dapat dilihat bahwa untuk setiap sampel buku yang dianalisis memiliki perbedaan presentase jenjang kognitif soal latihan yang berbeda. Buku ajar pertama terbitan Pusbuk memiliki presentase untuk jenjang soal C1 sebesar 8,33% dan untuk presentase jenjang soal C2 adalah 27,5%, sedangkan presentase untuk jenjang soal C3 dan C4 berturut-turut adalah 37,5% dan 26,67%. Buku ajar kedua terbitan Erlangga memiliki presentase untuk jenjang soal C1 sebesar 0% dan untuk jenjang soal C2 presentasenya adalah 12,45%, sedangkan untuk jenjang soal C3 dan C4 presentasenya sebesar 50,94% dan 36,61%. Selanjutnya dapat diamati presentase jenjang soal C1 untuk buku ketiga adalah 8,8% dan untuk jenjang soal C2 sebesar 22%, sedangkan untuk jenjang soal C3 dan C4 adalah sebesar 48% dan 21,2%. Berdasarkan hasil analisis dapat
37
diketahui bahwa ketiga buku sampel yang dianalisis tidak terdapat jenjang soal C5 dan C6, sehingga presentase untuk jenjang soal C5 dan C6 pada ketiga buku adalah 0%. Hasil analisis secara lengkap masing-masing buku sampel dapat dilihat pada lampiran 19, 20, dan 21.
4.2 Pembahasan 4.2.1 Tingkat Keterbacaan pada Buku Ajar Fisika Berdasar hasil analisis terungkap bahwa pada buku ajar fisika terbitan Pusbuk terdapat beberapa teks wacana dengan kategori mudah, sesuai, sulit dan invalid. Pada kategori mudah, terdapat 17 bacaan dengan kategori mudah dari jumlah sampel bacaan sebanyak 24. Jika dipresentasekan, maka presentase dari jumlah ini adalah 70,83%. Dari 17 bacaan dengan kategori mudah ini, terdapat satu bacaan pada peringkat baca lima, tiga bacaan pada peringkat baca enam, tujuh bacaan pada peringkat baca tujuh, dan enam bacaan pada peringkat baca delapan. Menurut Saemina, untuk peserta didik kelas X, peringkat baca yang sesuai adalah pada peringkat baca 10. Peringkat baca ini sifatnya adalah perkiraan, maka peringkat baca ini hendaknya dikurang dan ditambah satu yaitu (10-1) dan (10+1) sehingga untuk kelas X peringkat baca yang sesuai adalah peringkat baca 9, 10, dan 11. Untuk peringkat baca yang < 9 masuk dalam kategori mudah, sedangkan peringkat baca yang > 11 masuk dalam kategori sulit. Peringkat baca lima cocok digunakan untuk peserta didik SD Kelas IV, V, dan VI, sehingga tidak tepat untuk peserta didik kelas X. Untuk peringkat baca enam cocok digunakan untuk peserta didik kelas V, VI, dan VII, sedangkan peringkat baca tujuh cocok digunakan untuk peserta didik kelas VI, VII, dan VIII.
38
Peringkat baca delapan akan cocok digunakan untuk peserta didik kelas VII, VIII, dan IX. Presentase bacaan dengan kategori sesuai pada buku terbitan Pusbuk sebesar 12,5%. Dari 24 sampel bacaan yang dianalisis, terdapat tiga bacaan yang masuk dalam kategori sesuai, yaitu peringkat baca 9, 10, dan 11. Untuk kategori sulit, terdapat satu bacaan dengan peringkat baca 16. Peringkat baca 16 cocok untuk mahasiswa tingkat akhir. Terdapat juga tiga bacaan kategori invalid dengan presentase 12,5%, artinya bacaan ini tidak masuk dalam peringkat baca manapun dan harus diganti dengan bacaan lain yang lebih sesuai untuk peserta didik kelas X. Buku terbitan Erlangga memiliki sembilan bacaan dengan kategori mudah. Sembilan bacaan ini terdiri dari satu bacaan dengan peringkat baca lima, satu bacaan dengan peringkat baca enam, empat bacaan dengan peringkat baca tujuh, dan tiga bacaan dengan peringkat baca delapan. Seperti dijelaskan sebelumnya, bacaan dengan peringkat baca < 9 masuk dalam kategori mudah. Selain terdapat bacaan dengan kategori mudah, terdapat juga bacaan dengan kategori sesuai dan sulit. Berdasarkan pada 24 sampel bacaan yang dianalisis, terdapat 12 bacaan dengan kategori sesuai, ini berarti setengah dari sampel masuk dalam kategori sesuai. Kategori bacaan yang sesuai terdiri dari dua bacaan pada peringkat baca sembilan, delapan bacaan pada peringkat baca 10, dan dua bacaan pada peringkat baca 11, sedangkan untuk kategori sulit terdapat tiga bacaan, yaitu dua bacaan pada peringkat baca 12 dan satu bacaan pada peringkat baca 16. Bacaan dengan
39
peringkat baca 12 cocok untuk peserta didik kelas XI, XII, dan mahasiswa tingkat awal, sedangkan bacaan dengan peringkat baca 16 cocok untuk mahasiswa tingkat akhir. Pada buku terbitan Erlangga tidak terdapat bacaan dengan kategori invalid. Artinya tidak ada bacaan yang tidak masuk dalam peringkat baca manapun. Buku ketiga yang dianalisis adalah buku terbitan Yrama Widya. Buku ini merupakan buku ajar yang disusun dengan dua bahasa atau bilingual. Bacaan yang dijadikan sampel merupakan bacaan yang berbahasa Indonesia. Dari 24 sampel bacaan yang dianalisis, terdapat dua bacaan dengan kategori mudah, yaitu dengan peringkat baca delapan. Bacaan dengan peringkat baca delapan cocok untuk peserta didik kelas VII, VIII, dan IX. Selain terdapat dua bacaan dengan kategori mudah, terdapat 15 bacaan dengan kategori sesuai yang terdiri dari enam bacaan dengan peringkat baca sembilan, enam bacaan dengan peringkat baca 10, dan tiga bacaan dengan peringkat baca 11. Untuk kategori sulit terdapat enam bacaan yang terdiri dari satu bacaan dengan peringkat baca 12, satu bacaan dengan peringkat baca 13, tiga bacaan dengan peringkat baca 14, dan satu bacaan dengan peringkat baca 16. Bacaan dengan peringkat baca 12 cocok untuk peserta didik kelas XI, XII, dan mahasiswa tingkat awal. Bacaan dengan peringkat baca 13 cocok untuk peserta didik kelas XII dan mahasiswa dan untuk bacaan dengan peringkat baca 14 cocok untuk mahasiswa, sedangkan bacaan dengan peringkat baca 16 cocok untuk mahasiswa tingkat akhir dan umum. Buku terbitan Yrama Widya memiliki dua sampel bacaan yang masuk dalam kategori invalid. Artinya bacaan ini tidak masuk dalam peringkat baca
40
manapun, sehingga akan lebih baik jika diganti dengan bacaan lain yang lebih sesuai untuk peserta didik kelas X. Menurut
Edward
Fry
sebagaimana
dikutip
oleh
El-Masri
dan
Vlaardingerbroek, menyatakan bahwa readability (keterbacaan) merupakan mudah sukarnya suatu teks atau wacana untuk dibaca. Wacana yang tidak sesuai dengan peringkat baca pembacanya akan menyebabkan wacana tersebut sulit dipahami oleh pembacanya. Buku ajar terbitan Pusbuk sebagian besar bacaannya masuk dalam kategori mudah, dan ada beberapa bacaan dengan kategori sulit dan invalid, sedangkan untuk bacaan dengan kategori sesuai masih sangat sedikit yaitu hanya 12,5% atau seperdelapan dari jumlah sampel yang dianalisis. Pada buku ajar terbitan Erlangga, bacaan dengan kategori sesuai sudah cukup baik karena mencapai 50% dari jumlah sampel yang dianalisis, tetapi masih terdapat bacaan dengan kategori mudah dan sulit, sedangkan untuk kategori invalid tidak ada. Pada buku ajar terbitan Yrama Widya, presentase bacaan dengan kategori sesuai sudah cukup tinggi, yaitu 62,5% yang berarti lebih dari setengah dari keseluruhan sampel telah sesuai. Akan tetapi, dalam buku ini juga masih terdapat beberapa bacaan dengan kategori mudah, sulit, dan invalid. Secara keseluruhan dari ketiga buku tersebut, buku terbitan Yrama Widya yang paling sesuai tingkat keterbacaannya untuk peserta didik kelas X. Menurut Suryadi (2007:2) buku pelajaran yang baik bukan hanya memuat materi yang sesuai dengan kurikulum, tetapi juga ditulis dengan tingkat keterbacaan yang tinggi.Tingkat keterbacaan yang tinggi ini tentunya juga
41
disesuaikan dengan peringkat baca peserta didik. Dengan tingkat keterbacaan yang tinggi akan menunjang pemahaman peserta didik, yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Maka dari itu, Chen and Chen menyatakan bahwa pemilihan buku yang baik dan sesuai untuk peserta didik merupakan tugas yang sangat penting bagi guru. 4.2.2 Tingkat Keterpusatan Peserta Didik Sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada buku ajar A dan buku ajar B memiliki skor presentase sebesar 60,44% dan 63,56% yang berarti bahwa kedua buku tersebut masuk dalam kategori baik. Menurut BSNP, buku dengan skor presentase antara 60%-79% sudah dapat dimasukkan dalam kategori berpusat pada peserta didik. Salah satu prinsip pembelajaran adalah berpusat pada peserta didik. Menurut Muslich (2009) belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna dan pemahaman. Jadi peserta didik dituntut untuk membangun sendiri pengetahuan di benak mereka. Dalam hal ini, guru bertanggung jawab untuk menciptakan suasana yang menyenangkan, yang bisa mendorong prakarsa dan motivasi peserta didik untuk belajar. Guru juga bisa membantu proses belajar peserta didik dengan menyediakan sumber belajar berupa buku yang relevan dan sesuai untuk peserta didik. Ditinjau dari hasil analisis, kedua buku tersebut sudah sesuai dengan kurikulum KTSP. Seperti dijelaskan di atas bahwa salah satu prinsip pembelajaran adalah berpusat pada peserta didik dan buku ini telah memenuhi kriteria ini, sehingga dapat dikatakan buku ajar A dan buku ajar B telah sesuai dengan
42
kurikulum KTSP. Kedua buku ini juga sudah bersifat dialogis dan partisipasif. Hal ini dapat dilihat dari adanya pertanyaan-pertanyaan dalam penyampaian materi, adanya kalimat-kalimat ajakan dan arahan, serta adanya kegiatan peserta didik. Ini sesuai dengan deskripsi BSNP, bahwa penyajian materi yang berpusat pada peserta didik bersifat interaktif dan partisipasif sehingga dapat memotivasi siwa untuk belajar mandiri dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan, gambar yang menarik, kegiatan, dan lain-lain. Buku ajar C skor presentasenya hanya sebesar 27,98% yang berarti buku tersebut masuk dalam kategori kurang baik untuk keterpusatan peserta didik. Buku ini kurang memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri serta kurang interaktif dan partisipasif. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya pertanyaanpertanyaan dalam penyampaian materi, sedikitnya kalimat ajakan dan arahan, serta terbatasnya kegiatan peserta didik. Dengan demikian, dapat dikatakan buku tersebut belum berpusat pada peserta didik dan belum sesuai dengan kurikulum KTSP karena tidak memenuhi kriteria yang ada. 4.2.3 Tingkat Pengembangan Keterampilan Proses Berdasar hasil analisis terlihat bahwa buku ajar B memiliki presentase paling tinggi yaitu 57,21%. Buku ajar B masuk dalam kategori cukup baik dan dapat mengembangkan keterampilan proses, karena sesuai dengan deskripsi BSNP bahwa buku dapat dikatakan cukup baik jika skor presentasenya antara 50%-59%. Buku ajar B sudah berusaha untuk menyajikan materi yang dikaitkan dengan konsepsi awal peserta didik dan dikaitkan dengan kehidupan nyata peserta
43
didik serta danya aplikasi konsep dalam kehidupan nyata. Selain itu, buku ini juga menyajikan kegiatan-kegiatan peserta didik yang menuntun peserta didik untuk melakukan kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah ini menuntut peserta didik untuk merancang penelitian, merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengamati, menganalisis dan mengambil kesimpulan dan menyampaikan pendapat. Kegiatan ini akan mengembangkan keterampilan proses peserta didik, seperti yang dikatakan Semiawan, bahwa keterampilan proses meliputi beberapa hal antara lain pemanasan, pengamatan, interpretasi dari pengamatan, peramalan, aplikasi konsep, perencanaan penelitian, dan komunikasi. Buku ajar A dan C hanya memiliki skor presentase sebesar 36,98% dan 24,67%. Kedua buku ini memiliki presentase kurang dari 50% sehingga masuk dalam kategori kurangbaik dan belum dapat mengembangkan keterampilan proses dengan baik. Pada buku ajar A, penjelasan materi sudah dikaitkan dengan kehidupan nyata peserta didik, tetapi kegiatan peserta didik masih kurang. Pada buku ajar C, penjelasan materi belum dikaitkan dengan kehidupan nyata peserta didik dan belum dikaitkan dengan konsepsi awal peserta didik. Selain itu, pada buku ajar C juga sangat sedikit terdapat kegiatan peserta didik yang menuntut peserta didik melakukan rangkaian kegiatan ilmiah yang merupakan salah satu cara mengembangkan keterampilan proses. Pengembangan
keterampilan
proses
sangat
membantu
dalam
penyampaian materi yang berpusat pada peserta didik. Pada butir Keterpusatan peserta didik, peserta didik dituntun untuk menemukan sendiri makna dan pemahaman dalam benak peserta didik. Melalui kegiatan ilmiah yang
44
mengembangkan keterampilan proses ini akan membantu peserta didik untuk menemukan sendiri pengetahuan dan akan bertahan lebih lama dalam benak peserta didik. 4.2.4 Presentase Jenjang Kognitif Soal Latihan pada Buku Ajar Berdasarkan analisis data pada jenjang kognitif soal latihan terlihat bahwa pada ketiga sampel buku tidak terdapat jenjang kognitif C5 dan C6. Pada buku ajar A, presentase terbesar dimiliki oleh jenjang kognitif C3 (aplikasi) yaitu 37,5%. Untuk presentase C1, C2, dan C4 berturut-turut adalah 8,33%, 27,5%, dan 1
26,67%. Ini artinya 12 dari keseluruhan jumlah soal latihan merupakan soal latihan dengan jenjang kognitif C1, sekitar seperempat dari jumlah keseluruhan soal latihan merupakan soal latihan dengan jenjang kognitif C2. Untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C3 sekitar sepertiga dari jumlah keseluruhan soal latihan, sedangkan untuk jenjang kognitif C4 sekitar seperempat dari keseluruhan soal latihan. Jumlah keseluruhan dari soal latihan sendiri adalah 120 soal dengan variasi soal pilihan ganda dan esai. Presentase untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C1, C5, dan C6 pada buku ajar B adalah 0%. Artinya dari soal-soal latihan yang ada, tidak terdapat soal latihan dengan jenjang kognitif C1, C5, dan C6. Adapun presentase untuk soal latihan jenjang kognitif C2, C3, dan C4 berturut-turut adalah 12,45%, 50,94%, dan 36,61%. Jumlah keseluruhan soal latihan pad buku ajar B adalah 265 soal dengan jenis soal esai. Dari jumlah soal latihan tersebut, sekitar sepersembilannya merupakan soal latihan dengan jenjang kognitif C2. Untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C3 sekitar setengah dari jumlah keseluruhan soal latihan,
45
sedangkan untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C4 sekitar sepertiga dari jumlah keseluruhan soal latihan. Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa pada ketiga buku sampel presentase untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C5 dan C6 adalah 0%. Pada buku ajar C presentase untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C1, C2, C3, dan C4 secara urut adalah 8,8%, 22%, 48%, dan 21,2%. Jumlah keseluruhan soal latihan pada buku ajar C adalah 250 soal dengan variasi soal pilihan ganda dan esai. Ini berarti sekitar
1
12
soal latihan merupakan soal latihan dengan jenjang kognitif C1,
seperlima bagian soal latihan dengan jenjang kognitif C2, setengah bagian soal latihan dengan jenjang kognitif C3, dan seperlima bagian soal latihan dengan jenjang kognitif C4. Soal latihan dengan jenjang kognitif C1 memiliki dimensi proses kognitif mengingat. Dengan adanya soal latihan kategori C1 peserta didik dituntut mengenal dan mengingat pengetahuan yang didapatkan.Soal dengan kategori C1 merupakan tingkatan paling rendah. Soal latihan kategori C2 memiliki dimensi proses kognitif memahami. Soal dengan kategori C2 berada satu tingkat di atas C1 dan menuntut peserta didik untuk dapat membangun makna berdasarkan apa yang telah diketahui sebelumnya serta menuntut adanya pemahaman terhadap sesuatu. Soal dengan kategori C1 dan C2 memberikan kemampuan mengingat dan memahami peserta didik, akan tetapi belum bisa mengaktifkan peserta didik. Pada tingkatan yang lebih tinggi adalah soal dengan kategori C3 dimana kategori soal ini memiliki dimensi proses kognitif aplikasi. Soal latihan kategori C3 menuntut peserta didik agar mampu menggunakan pengetahuan yang telah
46
dimiliki untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Soal latihan kategori C4 berada satu tingkat di atas C3 dan memiliki dimensi proses kognitif analisis. Dimensi proses kognitif analisis ini menuntut peserta didik untuk dapat mengurai dan memecahkan suatu masalah dan mencari hubungannya. Soal latihan dengan kategori C3 dan C4 dapat mengembangakan kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalah. Kategori soal C3 dan C4 juga dapat digunakan sebagai pembeda kemampuan peserta didik. Soal latihan kategori C5 dan C6 yang sama sekali tidak terdapat di ketiga buku sampel merupakan soal dengan jenjang kognitif tertinggi. Soal latihan kategori C5 memiliki dimensi proses kognitif evaluasi yang menitikberatkan pada kemampuan peserta didik membuat pertimbangan menurut kriteria-kriteria yang ada. Soal latihan kategori C6 memiliki dimensi proses kognitif kreasi. Soal kategori C6 menuntut peserta didik untuk menggabungkan beberapa unsur agar menjadi suatu kesatuan. Soal latihan kategori C5 dan C6 mampu memberikan kemampuan pemecahan msalah yang lebih tinggi dari C3 dan C4. Pada ketiga buka yang dianalisis praktis tidak ditemukan jenis soal dengan kategori C5 dan C6. Penyebaran soal latihan kategori C1, C2, C3,dan C4 pada ketiga buku sampel sudah cukup merata. Dengan komposisi soal latihan kategori C1 paling sedikit, jumlah soal latihan kategori C2 dan C4 hampir berimbang, dan yang paling banyak merupakan soal latihan dengan kategori C3.
47
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Presentase tingkat keterbacaan buku ajar A untuk kategori bacaan mudah adalah 70,83%, sesuai 12,5%, sulit 4,17%, dan invalid 12,5%. Tingkat keterbacaan buku ajar B untuk kategori mudah adalah 37,5%, sesuai 50%, sulit 12,5%, dan invalid 0%. Tingkat keterbacaan buku ajar C untuk kategori mudah adalah 4,17%, sesuai 62,5%, sulit 25%, dan invalid 8,33%. Presentase tingkat keterpusatan peserta didik buku ajar A adalah sebesar 60,44% dengan kategori baik, dan untuk buku ajar B sebesar 63,56% dengan kategori baik, sedangkan untuk buku ajar C sebesar 27,98% dengan kategori kurang baik. Presentase tingkat pengembangan keterampilan proses peserta didik buku ajar A adalah sebesar 36,98% dengan kategori kurang baik, dan untuk buku ajar B sebesar 57,21% dengan kategori baik, sedangkan untuk buku ajar C sebesar 24,67% dengan kategori kurang baik. Presentase jenjang kognitif soal latihan untuk buku ajar A mulai dari C1, C2,C3, dan C4 berturut-turut adalah 8,33%, 27,5%, 37,5%, dan 26,67%. Presentase jenjang kognitif soal latihan untuk buku ajar B mulai dari C1, C2,C3, dan C4 berturut-turut adalah 0%, 12,45%, 50,94%, dan 36,61%. Untuk buku ajar C besar presentase jenjang kognitif soal latihan kategori C1, C2, C3, dan C4 secara urut adalah 8,8%, 22%, 48%, dan 21,2%. Untuk jenjang kognitif soal latihan C5 dan C6 pada ketiga buku adalah 0%.
48
5.1 Saran Tingkat keterbacaan wacana dapat mempengaruhi pemahaman peserta didik, sehingga lebih baik jika tingkat keterbacaan ini disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Untuk kelas X sebaiknya tingkat baca yang diberikan adalah peringkat baca 9, 10, dan 11, sedangkan bacaan dengan peringkat baca yang <9 atau >11 sebaiknya diperbaiki agar lebih sesuai dengan cara membuat wacana yang memerhatikan panjang pendek kata serta jumlah suku kata yang membentuk setiap kata dalam wacana tersebut. Setiap buku yang disusun sebaiknya memperhatikan aspek keterpusatan peserta didik karena dapat menunjang dan memotivasi peserta didik untuk belajar lebih aktif dalam mencari pemahaman terhadap suatu pengetahuan.Aspek-aspek keterpusatan peserta didik mengacu pada aspek yang ditentukan oleh BSNP. Selainmemperhatikan aspek keterpusatan peserta didik alangkah baiknya buku juga memperhatikan aspek pengembangan keterampilan proses, karena dapat membantu peserta didik mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan membuat peserta didik lebih lama dalam mengingat pengetahuan yang didapatkan. Aspek-aspek keterampilan proses mengacu pada aspek yang ditentukan oleh BSNP. Soal latihan merupakan alat evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap suatu konsep, maka sebaiknya perbandingan jumlah soal latihan ini dibuat proporsional antara C1-C6 dengan menambah soalsoal kategori C5 dan C6.
49
DAFTAR PUSTAKA Abdulkarim, A. 2007. Analisis Buku Pelajaran Dan Implikasinya Dalam Memberdayakan Keterampilan Berpikir Siswa SMA. Jurnal Forum Pendidikan, 26 (2) : 71-80 Ali, M. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur & Strategi. Bandung : Angkasa. BSNP. 2006. Instrumen Penilaian Tahap II. Jakarta : BSNP. Chen, Jacob dan Joseph, C. Chen. 2002. QFD Based Technical Textbook and Evaluation Procedure and A Case Study. Journal of Industrial Technology, 18 (1) : 1-8 Devetak, I., Vogrinc, J., dan Glazar, S.A. 2010. States Of Matter Explanation in Slovenian Textbooks for Students Aged 6 to 14. International Journal of Environmental And Science Education, 5 (2) : 217-235 Fadhilah, M. 2012. Analisis Buku Ajar Biologi yang Banyak Digunakan di SMA Negeri Kabupaten Jepara. Unnes Journal of Biology Education, 1 (2) : 86-90 Ginting, V. 2005. Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca Bahasa Indonesia serta Minat Baca Murid. Jurnal Pendidikan Penabur, IV (4) : 17-35 Http://reading-mater-readability4 GRAFIK FRY.htm ( Diunduh pada tanggal 20 Maret 2013 Jam 12:31 ) Husen, dkk.1997.Telaah Kurikulum dan Buku Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud. Kanginan, M. 2007. Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga. Karso.1993. Materi Pokok Dasar-Dasar Pendidikan IPA.Jakarta : Universitas Terbuka. Kulsum, U. 2011. Penerapan Model Learning Cycle Pada Sub Pokok Bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7 (2011) : 128-133 Listyaningrum, I.R. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Inductive Thinking Berbasis Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X.7 SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi, 4 (1) : 56-67
50
Muslich, M. 2010. Textbook Writing. Yogyakarta : Ar-Ruz Media. Muslich, M. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta : Bumi Aksara. Nugroho, I.A. 2009. Analisis dan Studi Komparatif Buku Sekolah Elektronik Sains Terhadap Buku Cetak Sains Untuk Sekolah dasar Menggunakan Science textbook Rating System. Laporan Program DIA Bermutu. Yogyakarta : UNY. Nugroho, U. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berorientasi Keterampilan Proses. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 5 (2009) : 108-112 Sari, M.K.P. 2008. Analisis Penyajian Aspek Pembelajaran Pada Buku Ajar Fisika SMP Di Kota Semarang. Skripsi. Semarang : UNNES. Siswanto dan Sukaryadi. 2009. Kompetensi Fisika.Jakarta : Pusbuk. Sitepu. 2005. Memilih Buku Pelajaran. Jurnal Pendidikan Penabur, IV (4) : 113126 Subyantoro, Bambang Hartono dan Sri Prastiti. 2006. Pengembangan Perangkat Lunak (Software) Pengukuran Kecepatan Efektif Membaca (KEM) untuk Meningkatkan Kegemaran Membaca Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Laporan Penelitian Hibah Pengajaran (Teaching Grant). Semarang : UNNES. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pedidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sukiniarti. 2009. Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA di Kelas Awal Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 15 (2) : 372-381 Sunardi dan Etsa Indra. I. 2007. Fisika Bilingual. Bandung : Yrama Widya. Suryadi, A. 2007.Tingkat Keterbacaan Wacana Sains dengan Teknik Klos.Jurnal Sosiotekno, 10 (6) : 196-200 Tarigan, Djago dan Henry Guntur Tarigan. 1990. Telaah Buku Pelajaran Bahasa Indonesia. Bandung : Angkasa. Widodo, A. 2006. Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin Puspendik, 3(2) : 18-29
51
Yasa, K.N. 2013. Kecermatan Formula Flesch, FOG Index, Grafik Fry, SMOG, dan BI Sebagai Penentu Keefektifan Teks Berbahasa Indonesia. EJournal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2(2013) : 112 Yasmine El-Masri dan Barend Vlaardingerbroek. 2010. Science Textbook Readibility in Lebanon: A Comparasion Between Anglophone and Francophone Learning Milieux. Meditteranean Journal of Educational Studies, 15 (1) : 109-124 Zamroni, A. 2011.Analisis Buku Pelajaran Fisika Kelas VIII Berdasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang Banyak Digunakan Di SMP Negeri se- Kabupaten Kudus. Skripsi. Semarang : UNNES.
LAMPIRAN
52
53
Lampiran 1 Instrumen 1 Keterbacaan Buku Untuk analisis keterbacaan, akan diambil sampel 3 bacaan pada setiap babnya. Langkah : 1) Mengambil sampel wacana yakni seratus perkataan. 2) Menghitung jumlah kalimat dari seratus buah perkataan hingga persepuluhan terdekat. 3) Menghitung jumlah suku kata dari wacana sampel hingga kata ke100. Misalnya, sampel wacana hingga kata keseratus terdiri atas 228 suku kata. 4) Untuk wacana bahasa Indonesia, ditambah satu langkah yakni mengalikan hasil peghitungan suku kata dengan angka 0,6. 5) Memplotkan angka-angka hasil perhitungan ke dalam Grafik Fry. Untuk teks yang jumlah suku katanya kurang dari 100, maka membutuhkan konversi. Adapun konversi tingkat keterbacaan buku adalah sebagai berikut: Jumlah Kata Dalam Teks 30 40 50 60 70 80 90
Bilangan Konversi Kata dan Kalimat 3,3 2,5 2,0 1,67 1,43 1,25 1,1
54
Gambar Grafik Fry:
Tabel Data Tingkat Keterbacaan pada Buku Ajar Fisika Jumlah Bab
Halaman
kalimat/100 kata
1
… …
2
… …
3
… …
4
… …
Jumlah Suku Kata / 100 Kata
Jumlah Suku Kata x 0,6
Titik Pertemuan
Tingkat Kelas Pembaca
Kriteria
55
Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrumen 2 Kisi-Kisi Instrumen Keberpusatan Pada Peserta Didik * Diadaptasi dari BSNP
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Deskripsi Ada materi prasyarat Ada penjelasan awal Ada tujuan pembelajaran Ada epitome Epitome relevan dengan materi yang akan dibahas Menyampaikan manfaat mempelajari materi yang akan dibahas Ada contoh-contoh yang mendukung materi Ada soal-soal latihan Ada kunci jawaban untuk soal yang sulit Ada kegiatan siswa Ada tugas untuk siswa seperti membuat jurnal, rigkasan, dll Ada kalimat ajakan Ada kalimat arahan Ada pertanyaan-pertanyaan saat penyampaian materi Terdapat kalimat-kalimat yang menggunakan kata gati orang kedua yang khusus merujuk ke siswa Ada perintah berdiskusi dengan teman Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan yang berupa benda yang ada di sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan yang berupa peristiwa yang ada di sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan yang berupa keadaan yang ada di sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran Arahan untuk mengemukakan pendapat Ada kegiatan siswa yang dilakukan secara berkelompok
56
Lampiran 3 Instrumen 2 Instrumen Keberpusatan Pada Peserta Didik Butir 1
: Keberpusatan Pada Peserta Didik
Judul Buku : Kode Buku
:
Langkah
: a. Membaca dan mencermati buku pada tiap sub bab. b. Mengidentifikasi berdasar deskripsi. c. Memberi skor 1 jika sesuai dengan deskripsi dan skor 0 jika tidak sesuaiol deskripsi pada lembar observasi. d. Menghitung skor yang diperoleh. e. Mendiskripsikan skor berdasarkan criteria yang ditentukan BSNP.
No 1 2 3 4 5
Deskripsi Ada materi prasyarat Ada penjelasan awal Ada tujuan pembelajaran Ada epitome Epitome relevan dengan materi yang akan dibahas
BAB 1 1.1 1.2 1.3
Skor BAB 2 BAB 3 2.1 2.2 2.3 3.1 3.2 3.3
4.1
BAB 4 4.2 4.3
57
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
18
19
20 21
Menyampaikan manfaat mempelajari materi yang akan dibahas Ada contoh-contoh yang mendukung materi Ada soal-soal latihan Ada kunci jawaban untuk soal yang sulit Ada kegiatan siswa Ada tugas untuk siswa seperti membuat jurnal, rigkasan, dll Ada kalimat ajakan Ada kalimat arahan Ada pertanyaan-pertanyaan saat penyampaian materi Terdapat kalimat-kalimat yang menggunakan kata gati orang kedua yang khusus merujuk ke siswa Ada perintah berdiskusi dengan teman Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan yang berupa benda yang ada di sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan yang berupa peristiwa yang ada di sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan yang berupa keadaan yang ada di sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran Arahan untuk mengemukakan pendapat Ada kegiatan siswa yang dilakukan secara berkelompok JUMLAH
58
Hasil Penilaian Buku Ajar Fisika Skor Maksimum untuk Masing-masing Sub Bab : 21 NO.
Bab
1
1
2
2
3
3
4
4
Sub Bab 1.1 1.2 1.3 2.1 2.2 2.3 3.1 3.2 3.3 4.1 4.2 4.3 Jumlah DP Total
Skor
Jumlah
Skor Maksimal Tiap Bab
DP Masing-masing Bab
Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen 3 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses* Diadaptasi dari BSNP
No
Deskripsi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Penjelasan materi dikaitkan degan dunia nyata siswa Penjelasan materi dikaitkan dengan konsepsi awal siswa Aplikasi konseptual dalam kehidupan nyata Kegiatan mendukung konsep dengan benar Kegiatan dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa Soal latihan mendukung konsep dengan benar Soal latihan dikaitkan konsep dengan benar Soal latihan dilengkapi kunci penyelesaian dan pembahasan Merencanakan dan melakukan kerja/kegiatan ilmiah Mengidentifikasi objek dan fenomena dalam sistem yang ada di alam Mengkomunikasikan pikiran secara lisan dan tertulis Mengembangkan kemampuan mengambil keputusan Menyajikan kemampuan menyelesaikan suatu masalah dalam kasus Mengembangkan kreativitas Merumuskan masalah Melakukan pengamatan Menganalisis dan menyajikan hasil pengamatan secara kritis Mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya dalam menjelaskan suatu fenomena Ada proses yang menggiring siswa mengalami kegiatan langsung
19
59
Lampiran 5 Instrumen 4 Instrumen Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses Butir 2
: Pengembangan Keterampilan Proses
Judul Buku : Kode Buku
:
Langkah
: a. Membaca dan mencermati buku pada tiap sub bab. b. Mengidentifikasi berdasar deskripsi. c. Memberi skor 1 jika sesuai dengan deskripsi dan skor 0 jika tidak sesuai deskripsi pada lembar observasi. d. Menghitung skor yang diperoleh. e. Mendiskripsikan skor berdasarkan criteria yang ditentukan BSNP.
No 1 2 3 4 5 6 7
Deskripsi
BAB 1 1.1 1.2 1.3
Penjelasan materi dikaitkan degan dunia nyata siswa Penjelasan materi dikaitkan dengan konsepsi awal siswa Aplikasi konseptual dalam kehidupan nyata Kegiatan mendukung konsep dengan benar Kegiatan dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa Soal latihan mendukung konsep dengan benar Soal latihan dikaitkan konsep dengan benar 60
Skor BAB 2 BAB 3 2.1 2.2 2.3 3.1 3.2 3.3
4.1
BAB 4 4.2 4.3
61
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Soal latihan dilengkapi kunci penyelesaian dan pembahasan Merencanakan dan melakukan kerja/kegiatan ilmiah Mengidentifikasi objek dan fenomena dalam sistem yang ada di alam Mengkomunikasikan pikiran secara lisan dan tertulis Mengembangkan kemampuan mengambil keputusan Menyajikan kemampuan menyelesaikan suatu masalah dalam kasus Mengembangkan kreativitas Merumuskan masalah Melakukan pengamatan Menganalisis dan menyajikan hasil pengamatan secara kritis Mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya dalam menjelaskan suatu fenomena Ada proses yang menggiring siswa mengalami kegiatan langsung JUMLAH
62
Hasil Penilaian Buku Ajar Fisika Skor Maksimum untuk Masing-masing Sub Bab : 19 NO.
Bab
1
1
2
2
3
3
4
4
Sub Bab 1.1 1.2 1.3 2.1 2.2 2.3 3.1 3.2 3.3 4.1 4.2 4.3 Jumlah DP Total
Skor
Jumlah
Skor Maksimal Tiap Bab
DP Masing-masing Bab
63
Lampiran 6 Instrumen 4 Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan Judul Buku : Kode Buku : No. 1 2 3 4
Bab
C-1
C-2
Jenjang C-3 C-4
1 2 3 … Jumlah
Presentase soal C-1 : Presentase soal C-2 : Presentase soal C-3 : Presentase soal C-4 : Presentase soal C-5 : Presentase soal C-6 :
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟏𝟏
x 100%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟐𝟐
x 100%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟑𝟑
x 100%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟒𝟒
x 100%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟓𝟓
x 100%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟔𝟔
x 100%
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
C-5
C-6
Jumlah
64
Lampiran 7 ANALISIS KETERBACAAN BUKU A (KOMPETENSI FISIKA) TERBITAN PUSBUK Sampel A.1 Dalam kehidupan sehari-hari pengukuran sering dilakukan. Jika seseorang melakukan pengukuran terhadap benda dengan menggunakan penggaris atau mistar pada dasarnya orang itu sedang membandingkan besaran benda yang diukur dengan besaran panjang pada penggaris. Dengan kata lain, pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran sejenis sebagai satuan. Pengukuran suatu besaran memerlukan alat ukur. Di beberapa daerah di Indonesia terdapat beberapa besaran dan alat ukur. Besaran itu bersifat individu dan hanya berlaku di daerah tertentu. Misalnya mayam untuk satuan besaran massa di daerah Sumatera Utara. Tombak untuk satuan besaran panjang di daerah Jawa Barat, dan sebagainya. Cobalah sebutkan besaran-besaran bersifat…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 8,5
Jumlah suku katax0,6 : 154,8 Titik pertemuan
:154,8 ; 8,5
Peringkat baca
:8
Kategori
: mudah
Sampel A.2 Berapa lama waktu perjalananmu dari rumah ke sekolah? Dengan apa kamu mengukur lama waktu perjalanan tersebut? Untuk mengukur waktu biasanya kita menggunakan arloji atau jam. Alat ukur waktu yang lain adalah stopwatch. Contoh penggunaan stopwatch antara lain untuk mengukur lama waktu tempuh lomba lari jarak pendek, mengukur lama waktu tempuh pada perlombaan balap, mobil, motor, sepeda, pacuan kuda, dan lain…. Jumlah kata
: 60
Jumlah kalimat + 1,67
: 6,57
Jumlah suku katax0,6x1,67
: 191,38
Titik pertemuan
:191,38 ; 6,57
65
Peringkat baca
:-
Kategori
:invalid
Sampel A.3 Ketika kamu melakukan pengukuran, kamu akan memperoleh hasil pengukuran berupa angka-angka. Misalnya, kamu diminta mengukur panjang suatu batang menggunakan penggaris berskala mm. Hasilpengukuran panjang batang adalah 7,15 cm. Angka 7 dan 1 disebut angka pasti atau eksak. Angka 5 disebut angka taksiran. Angka pasti atau eksak adalah angka atau bilangan hasil pengukuran yang tidak diragukan nilainya. Angka taksiran…. Jumlah kata
: 60
Jumlah kalimat+1,67
: 7,87
Jumlah suku katax0,6x1,67 : 158,32 Titik pertemuan
:158,32 ; 7,87
Peringkat baca
:9
Kategori
:sesuai
Sampel A.4 Coba kamu ingat kembali pengertian gerak yang pernah kamu pelajari ketika di SMP! Uraian berikut ini dapat menambah membantu menambah pemahamanmu tentang pengertian gerak. Pada gambar di atas,kereta api dapat dikatakan bergerak terhadap mobil yang diam dipintu perlintasan kereta api. Bagaimana orang yang berada di dalam mobil yang sedang melaju di jalan raya. Apakah orang tersebut dapat dikatakan bergerak? Apabila mobil sebagai acuan maka orang itu dikatakan tidak bergerak. Sebab posisi orang itu terhadap mobil selalu tetap. Akan tetapi, jika acuannya adalah jalan atau pohon di pinggir jalan atau rumah, orang itu dikatakan bergerak. Sebab posisi orang itu…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 8,3
Jumlah suku katax0,6 : 144 Titik pertemuan
:144 ; 8,3
Peringkat baca
:7
Kategori
:mudah
66
Sampel A.5 Perlu kita ingat bahwa kecepatan merupakan besaran vektor. Jika kita menyebutkan kecepatan, kita harus menyebutkan arah gerak bendanya. Duabuah mobil yang bergerak dengan kelajuan yang sama, tetapi arahnya berbeda, kecepatan dua mobil tersebut juga berbeda. Misalnya mobil A bergerak dengan kecepatan 60 km/jam ke barat dan mobil B 60 km/jam ke timur. Mobil A dan B dapat dikatakan memiliki kelajuan yang sama, namun kecepatan keduanya berbeda. Mobil A memiliki kecepatan 60 km/jam ke barat, sedangkan mobil B memiliki kecepatan 60 km/jam ke timur. Di masyarakat kita sering terjadi kerancuan atau salah pengertian mengenai penyebutan kecepatan, padahal yang lebih tepat…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 6,8
Jumlah suku katax0,6 : 154,2 Titik pertemuan
:154,2 ; 6,8
Peringkat baca
:9
Kategori
:sesuai
Sampel A.6 Bola yang digelindingkan pada lantai datar akan membentuk lintasan lurus. Gerak benda dengan lintasan lurus seperti gerak bola tersebut disebut gerak lurus. Contoh gerak lurus yang lain misalnya mobil melaju di jalan tol yang lurus. Apabila benda bergerak lurus dengan kecepatan tetap maka gerak benda itu disebut gerak lurus beraturan. Pada gerak lurus beraturan, benda menmpuh jarak yang sama dalam selang waktu yang sama. Sebagai contoh, mobil bergerak lurus dengan kecepatan tetap 10 m/s maka setiap satu sekon mobil menempuh jarak 10 meter. Dalam gerak lurus beraturan (GLB) kelajuan dan kecepatan dianggap sama. Lintasan lurus menyebabkan jarak dan perpindahan yang…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 7,4
Jumlah suku katax0,6 : 136,8 Titik pertemuan
:136,8 ; 7,4
67
Peringkat baca
:6
Kategori
:mudah
Sampel A.7 Pernahkah kamu memerhatikan roda sepeda yang sedang dikendarai? Pada saat sepeda dikayuh, roda sepeda berputar pada porosnya. Gerakan roda sepeda tersebut adalah contoh dari gerak melingkar. Setiap titik yang berada di tepi roda, misalnya dop, bergerak menempuh lintasan yang berupa lingkaran. Gerak demikian disebut gerak melingkar. Jadi, gerak melingkar adlah gerak suatu benda yang menempuh lintasan berupa lingkaran. Kita misalkan dop bergerak dari A ke B menempuh sudut putar Ө dan panjang lintasan s. Jika dop telah berputar satu putaran penuh maka dop tersebut telah menempuh sudut putaran sebesar 3600 . Sudut putas dalam SI dinyatakan dengan radian (rad). Satu putaran…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 9,3
Jumlah suku katax0,6 : 147 Titik pertemuan
:147 ; 9,3
Peringkat baca
:7
Kategori
:mudah
Sampel A.8 Pada pembahasan sebelumnya kita telah mempelajari gerak melingkar dengan kelajuan tangensial yang tetap atau konstan. Kali ini kita akan mempelajari gerak melingkar dengan kelajuan tangensial yang tetap tetapi kecepatan tangensial tidak sama atau tidak konstan. Akibat dari perubahan kecepatan tangensial, muncul percepatan yang arahnya menuju pusat lingkaran. Percepatan tersebut adala percepatan sentripetal. Jika suatu benda bergerak melingkar dengan jari-jari r menempuh lintasan Δs dan sudut tempuh Δ Ө maka berlaku…. Jumlah kata
: 70
Jumlah kalimat+1,43
:6,23
Jumlah suku katax0,6x1,43 :162,16 Titik pertemuan
:162,16 ; 6,23
Peringkat baca
: 11
68
Kategori
:sesuai
Sampel A.9 Jika bola yang massanya m diikat dengan tali kemudian diputar dengan ujung lain dari tali tersebut sebagai poros, apa yang terjadi? Tentunya bola akan bergerak menempuh suatu lintasan lingkaran. Pada saat bergerak melingkar,bola mengalami percepatan sentripetal. Percepatan itu dihasilkan oleh suatu gaya yang selalu mengarah menuju pusat. Gaya ini disebut sebagai gaya sentripetal. Gaya sentripetal dapat ditunjukkan oleh teganag pada tali. Tetapi, gaya tegangan pada tali ini sebenarnya adalah gaya yang arahnya radial berlawanan dengan arah gaya sentripetal dan dikenal dengan gaya sentrifugal. Besarnya gaya sentripetal yang bekerja pada…. Jumlah kata
: 90
Jumlah kalimat+1,1
: 8,6
Jumlah suku katax0,6x1,1 : 147,18 Titik pertemuan
:147,18 ; 8,6
Peringkat baca
:7
Kategori
:mudah
Sampel A.10 Ilmu yang mempelajari tentang gerak (seperti gerakan pada bola) dan gaya penyebabnya disebut dinamika. Ilmuwan yang banyak memberikan sumbangan pemikiran tentang dinamika adalah Isaac Newton. Beliau meletakkan dasar-dasar dinamika dengan memberikan gagasan pemikirannya yang kemudian dikenal dengan hokum-hukum Newton. Untuk memahami lebih jauh tentang dinamika, perhatikan uraian berikut! Ketka kamu berada di dalam mobil yang sedang bergerak tiba-tiba mobil direm mendadak, apa yang kamu alami? Mengapa kamu terdorong ke depan, bukan ke belakang atau ke samping? Ketika kamu berada di dalam mobil yang sedang bergerak, kamu akan berusaha mempertahankan keadaan gerakmu (malas berhenti). Oleh sebab itu, ketika…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 7,3
Jumlah suku katax0,6 : 149,4
69
Titik pertemuan
:149,4 ; 7,3
Peringkat baca
:8
Kategori
:mudah
Sampel A.11 Contoh penerapan hukum II Newton selain pada gerakan bola adalah pada gerakan lift. Pernahkah kamu merasakan atau mengalami perubahan berat saat kamu berada di dalam lift yang sedang bergerak? Ketika kita berada di dalam lift yang sedang bergerak, kita akan merasakan berat kita berubah sesuai dengan pergerakan lift. Jika lift bergerak k eats dari keadaan diam kita akan merasakan gaya berat yang lebih besar dibandingkan lift dalam keadaan diam. Sebaliknya, jika kita berada dalam lift yangbergerak ke bawah dari keadaan diam maka kita akan merasakan gaya berat kita menjadi berkurang. Untuk lebih memahami permasalahan ini, perhatikan contoh soal…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 5,5
Jumlah suku katax0,6 : 141,6 Titik pertemuan
:141,6 ; 5,5
Peringkat baca
:8
Kategori
:mudah
Sampel A.12 Contoh lain tentang pasangan gaya aksi dan reaksi dapat dilihat pada peristiwa nelayan yang hendak menambatkan perahu di dermaga. Saat tali telah terkait di dermaga namun perahu belum merapat maka nelayan akan menarik perahu. Nelayan beserta perahunya akan bergerak ke dermaga meskipun gaya yang dikerjakan pada tali menjauhi dermaga.Karena setiap benda bergerak searah dengan gaya yang bekerja pada benda maka dapat disimpulkan bahwa ada gaya penggerak yang arahnya sama dengan arah gerakan perahu. Gaya penggerak ini merupakan gaya reaksi dari gaya tarik nelayan yang disebut gaya aksi. Jika diukur dengan neraca pegas, kedua gaya akan sama besar dengan arah…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 5,87
70
Jumlah suku katax0,6 : 144 Titik pertemuan
:144 ; 5,87
Peringkat baca
:8
Kategori
:mudah
Sampel A.13 Mata terdiri atas beberapa bagian penting, seperti kornea, pupil, iris, lensa mata, Aqueos humour, retina, otot siliar, dan sebagainya. Kornea mata berfungsi menerima rangsang cahaya dan melindungi bagian-bagian mata yang berada di dalam. Aqueos humour merupakan cairan yang member bentuk dan kekokohan pada mata. Aqueos humour juga berfungsi membiaskan cahaya yang masuk ke mata. Pembiasan oleh cairan mata diatur oleh lensa mata. Tebal pipihnya lensa mata diatur oleh otot siliar. Cahaya masuk ke mata melalui celah yang disebut pupil. Pupil diatur oleh selaput tipis yang disebut iris. Fungsi iris adalah member warna pada mata. Adapaun bagian mata yang berfungsi…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 8,5
Jumlah suku katax0,6 : 145,8 Titik pertemuan
:145,8 ; 8,5
Peringkat baca
:7
Kategori
:mudah
Sampel A.14 Ketika kita melihat benda-benda yang sangat jauh, lensa mata dalam keadaan pipih. Sebaliknya, lensa mata akan menebal ketika kita melihat benda-benda yang dekat. Perubahan memipih atau menebalnya lensa mata diatur oleh otot siliar. Perubahan lensa tersebut disebut daya akomodasi mata. Jadi, daya akomodasi mata adalah kemampuan lensa untuk memipih dan menebal sesuai dengan jarak benda yang dilihat. Mata akan berakomodasi maksimum ketika melihat benda yang sangat dekat. Sebaliknya, mata kan berakomodasi maksimum saat melihat benda yang sangat jauh. Jarak terjauh yang dapat dilihat oleh mata tanpa berakomodasi disebut titik jauh mata atau punctum remotum (PR). Jarak terdekat….
71
Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 8,1
Jumlah suku katax0,6 : 150 Titik pertemuan
:150 ; 8,1
Peringkat baca
:7
Kategori
:mudah
Sampel A.15 Kamera menggunakan satu lensa cembung (lensa positif) yangberfungsi untuk membiaskan cahaya dan membentuk bayangan. Diafragma berfungsi untuk mengatur cahaya yang masuk pada kamera. Fungsi diafragma pada kamera mirip dengan fungsi iris pada mata. Shutter adalah penutup atau pembuka ruang gelap yang berfungsi untuk memberikan jalan bagi cahaya mengenai film. Film berfungsi untuk menangkap dan merekam bayangan-bayangan benda. Fungsi film pada kamera mirip dengan retina pada mata. Sifat bayangan pada film kamera sama dengan bayangan pada retina mata, yaitu nyata, terbalik, dan diperkecil. Untuk memperoleh bayangan yang bersifat nyata, terbalik, dan diperkecil maka benda harus berada di depan lensa…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 7,9
Jumlah suku katax0,6 : 148,2 Titik pertemuan
:148,2 ; 7,9
Peringkat baca
:7
Kategori
:mudah
Sampel A.16 Ketika menjerang air dengan panci, biasanya panci diberi tutup yang ringan. Apa yang terjadi pada tutup saat air mendidih? Mengapa tutup panci yang ringan dapat terangkat? Perubahan suhu pada gas atau uap air dalam panci ternyata menyebabkan perubahan tekanan. Perubahan tekanan akan berdampak pada upaya ekspansi volume gas dalam panci. Itulah mengapa sebabnya tutup panci yang ringan terdorong ke atas. Peristiwa pemuaian gas juga terjadi pada ban sepeda yang mengalami perubahan suhu. Pernahkah kamu melihat ban sepeda yang
72
diparkir di tempat panas tiba-tiba meletus? Mengapa ban tersebut dapat meletus? Ban sepeda meletus karena udara di dalam ban tersebut mengembang atau…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 9,7
Jumlah suku katax0,6 : 142,2 Titik pertemuan
:142,2 ; 9,7
Peringkat baca
:6
Kategori
:mudah
Sampel A.17 Kalian tentunya pernah mengikuti kegiatan pramuka bukan? Biasanya dalam kegiatan pramuka ada acara berkemah. Pada acara berkemah sering diadakan api unggun pada malam hari. Para anggota pramuka duduk atau mengitari api unggun tersebut. Setiap orang yang mengelilingi api unggun akan merasa hangat. Rasa hangat tersebut disebabkan oleh pancaran kalor dari api, bukan dari aliran udara di sekitar api. Udara panas di atas api justru cenderung ke atas dan bukan menuju orang di sekitar api. Hal ini menandakan bahwa kalor dari api unggun dipancarkan secara langsung ke segala arah. Perpindahan kalor demikian disebut radiasi atau pancaran. Jadi, perpindahan kalor secara…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 9,3
Jumlah suku katax0,6 : 149,4 Titik pertemuan
:149,4 ; 9,3
Peringkat baca
:7
Kategori
:mudah
Sampel A.18 Perpindahan kalor memang diperlukan. Namun, kadang-kadang kita justru berusaha mencegah agar kalor tidak berpindah tempat. Misalnya pada termos air, upaya mempertahankan kalor bertujuan untuk menjaga air agar tetap panas. Termos mengurangi perpindahan kalor dari dalam termos maupun dari luar termos. Cobalah kalian mengamati termos air atau termos nasi! Air atau nasi yang disimpan di dalam termos suhunya dapat bertahan sampai beberapa lama. Pada
73
termos air, dinding termos dibuat rangkap dan vakum agar tidak terjadi perpindahan kalor secara konduksi maupun konveksi. Bagian dalam dinding mengkilap agar kalor dipancarkan kembali ke…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 7,8
Jumlah suku katax0,6 : 131,4 Titik pertemuan
:131,4 ; 7,8
Peringkat baca
:5
Kategori
:mudah
Sampel A.19 Dari manakah arus listrik itu berasal? Arus listrik dihasilkan oleh alat yang dinamakan sumber arus listrik.Contoh sumber arus listrik adalah baterai dan akumulator. Baterai dan akumulator termasuk sumber arus searah atau DC. Sumber aruslistrik searah memiliki dua kutub, yaitu kutub negative dan kutub positif. Beda potensial kutub-kutub sumber arus pada rangkaian terbuka dinamakan GGL atau gaya gerak listrik (E). Satuan GGL adalah volt (V). Pada rangkaian tertutup, arus mengalir dari kutub positif ke kutub negative atau dari titik yang potensialnya tinggi
ke titik yang potensialnya lebih rendah. Beda
potensial kutub-kutub sumber arus pada rangkaian…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 8,6
Jumlah suku katax0,6 : 140,4 Titik pertemuan
:140,4 ; 8,6
Peringkat baca
:6
Kategori
:mudah
Sampel A.20 Listrik AC sudah sangat kita kenal dalam kehidupan sehari-hari karena listrik yang ada dalam rumah kita termasuk listrik AC. Listrik AC dalam rumah kita dihasilkan oleh pembangkit energy listrik PLN. Pembangkit energy listrik PLN berasal dari tenaga air, tenaga uap, dan tenaga panas bumi. Listrik AC dari pembangkit energy listrik PLN disalurkan ke rumah penduduk melalui terminal
74
yang berurutan, yaitu MCB (Main Circuit Breaker), kWh meter, kotak sekring, stop kontak, dan peralatan listrik. MCB adalah pemutus rangkaian utana yang berfungsi untuk mengendalikan arus listrik dalam rumah. kWh meter adalah alat untuk mengukur energy listrik yang digunakan dalam rumah. Sekring…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 6,1
Jumlah suku katax0,6 : 145,2 Titik pertemuan
:145,2 ; 6,1
Peringkat baca
:8
Kategori
:mudah
Sampel A.21 Sumber listrik DC antara lain batu baterai dan aki. Batu baterai termasuk sumber listrik DC yang tidak dapat diperbarui atau disebut elemen primer. Selain elemen primer terdapat pula elemen sekunder, yaitu sumber tegangan yang dapat diperbarui. Contoh elemen sekunder antar lain aki mobil, aki motor, dan baterai pada telepon seluler. Seperti halnya listrik AC, listrik DC juga sudah kita kenal dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan listrik DC adalah pada peralatan elektronik. Sebagian peralatan elektronik di rumah menggunakan listrik DC, misalnya radio, televise, dan computer. Sumber listrik yang digunakan pada peralatan elektronik
tersebut merupakan sumber listrik AC dari PLN, tetapi
dalam…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 7,6
Jumlah suku katax0,6 : 151,8 Titik pertemuan
:151,8 ; 7,6
Peringkat baca
:8
Kategori
:mudah
Sampel A.22 Bunyi dan gelombang pada tali adalah contoh gelombang mekanik karena kedua gelombang tersebut merambat melalui media perantara. Adapun cahaya adalah contoh gelombang elektromagnetik karena cahaya merambat tidak melalui
75
perantara. Cahaya matahari sampai ke bumi tanpa media perantara. Dengan demikian dapat diartikan bahwa gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang merambat tanpa memerlukan medi perantara. Sebelum mempelajari lebih jauh tentang gelombang elektromagnetik,mari kita tengo terlebih dahulu sejarah singkat gelombang elektromagnetik tersebut. Pada tahun 1864 fisikawan dari Skotlandia James Clerk Maxwell (1832-1879) mengemukakan dalam teorinya bahwa muatan listrik yang dipercepat menimbulkan gejala listrik dan magnetic. Gejala listrik dan magnetic tersebut menjalar terus-menerus…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 6,7
Jumlah suku katax0,6 : 177,6 Titik pertemuan
:177,6 ; 6,7
Peringkat baca
:16
Kategori
:sulit
Sampel A.23 Kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan radio, bukan? Bagaimana gelombang radio dapat kita terima? Mengapa siaran radio FM terdengar lebih jernih daripada radio AM?gelombang radio memiliki rentang frekuensi antara 300 kHz hingga 300 GHz. Dalam system komunikasi, gelombang radio dihasilkan oleh pembangkit gelombang radio yang disebut oscillator. Gelombang radio tersebut dipancarkan dan diterima menggunakan antenna. Tinggi rendahnya antena berpengaruh terhadap luas daerah jangkauan gelombang. Oleh pesawat penerima, energy gelombang radio diubah menjadi energy bunyi. Untuk membawa informasi bunyi dapat digunakan gekombang radio jenis UHF ( Ultra High Frequency) dan VHF (Very High Frequency) yang termodulasi. Modulasi gelombang radio ada…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 9,5
Jumlah suku katax0,6 : 166,8 Titik pertemuan
:166,8 ; 9,5
Peringkat baca
:-
76
Kategori
:invalid
Sampel A.24 Setiap hari beragam tayangan menarik dapat kita saksikan di televise. Tayangantayangan itu berupa hiburan, informasi, ilmu pengetahuan, bahkan siaran langsung suatu peristiwa. Kita dapa memilih tayangan yang sesuai dan bermanfaat untuk kita saksikan. Nah, sekarang marilah kita pelajari bagaimana siaran televise dapat sampai ke rumh kita. Gelombangtelevisi menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi pada kisaran 108-109 Hz. Dari stasiun televisi, sinyal suara dan sinyal gambar diolah kemudian dipancarkan melalui antenna pemancar. Gelombang televise tidak dapat dipantulkan oleh lapisan ionosfer. Untuk memperluas jangkauan siaran televise diperlukan stasiun penghubung (relay station). Siaran televisi dapat ditransmisikan ke seluruh dunia dengan bantuan satelit…. Jumlah kata : 100 Jumlah kalimat : 8,9 Jumlah suku katax0,6 : 175,8 Titik pertemuan :175,8 ; 8,9 Peringkat baca :Kategori :invalid
77
Lampiran 8 REKAP ANALISIS KETERBACAAN SAMPEL BUKU A Sampel A.1 A.2 A.3 A.4 A.5 A.6 A.7 A.8 A.9 A.10 A.11 A.12 A.13 A.14 A.15 A.16 A.17 A.18 A.19
Jumlah kalimat/100 kata 8,5 4,9 6,2 8,3 6,8 7,4 9,3 4,8 7,5 7,3 5,5 5,87 8,5 8,1 7,9 9,7 9,3 7,8 8,6
Jumlah Suku Kata / 100 Kata 258 191 158 240 257 231 245 189 223 249 236 240 243 250 247 237 249 219 234
Jumlah Suku Kata x 0,6 154,8 191,38
158,32 144 154,2 136,8 147 162,16 147,18
149,4 141,6 144
145,8 150
148,2 142,2 149,4 131,4
140,4
Titik Pertemuan 154,8 ; 8,5
191,38 ; 6,57 158,32 ; 7,87 144 ; 8,3 154,2 ; 6,8 136,8 ; 7,4 147 ; 9,3 162,16 ; 6,23 147,18 ; 8,6 149,4 ; 7,3 141,6 ; 5,5 144 ; 5,87 145,8 ; 8,5 150 ; 8,1 148,2 ; 7,9 142,2 ; 9,7 149,4 ; 9,3 131,4 ; 7,8 140,4 ; 8,6
Tingkat Kelas Pembaca 8 9 7 9 6 7 11 7 8 8 8 7 7 7 6 7 5 6
Kriteria Mudah Invalid Sesuai Mudah Sesuai Mudah Mudah Sesuai Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah
78
6,1 7,6 6,7 9,5 8,9
A.20 A.21 A.22 A.23 A.24
242 253 296 278 293
145,2 151,8 177,6 166,8 175,8
145,2 ; 6,1 151,8 ; 7,6 177,6 ; 6,7 166,8 ; 9,5 175,8 ; 8,9
Presentase Kategori Keterbacaan No.
Kategori
Jumlah
Presentase (%)
1
Mudah
17
70,83
2
Sesuai
3
12,5
3
Sulit
1
4,17
4
Invalid
3
12,5
24
100
Jumlah
8 8 16 -
Mudah Mudah Sulit Invalid Invalid
79
Lampiran 9
ANALISIS KETERBACAAN SAMPEL BUKU B TERBITAN ERLANGGA
Sampel B.1 Sebelum adanya standar internasional, hampir setiap negara menetapkan system satuannya sendiri. Sebagai contoh satuan panjang di negeri kita adalah hasta dan jengkal, di Inggris dikenal inci dan kakai (feet), dan di Perancis digunakan meter. Penggunaan bermacam-macam satuan untuk suatu besaran ini menimbulkan kesukaran. Kesukaran pertama adalah diperlukannya bermacam-macam alat ulur yang sesuai dengan satuan yang digunakan. Kesukaran kedua adalah kerumitan konversi dari satu satuan ke satuan lain, misalnya dari jengkal ke kaki. Ini disebabkan tidak adanya keteraturan yang mengatur konversi satuan-satuan tersebut. Akibat kesukaran yang ditimbulkan oleh penggunaan system satuan yang berbeda, maka muncul gagasan untuk menggunakan…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 6,5
Jumlah suku katax0,6 : 157,2 Titik pertemuan
:157,2 ; 6,5
Peringkat baca
: 10
Kategori
: sesuai
Sampel B.2 Panjang adalah jarak dalam suatu ruang. Perlihatkan lengan anda dan bentangkan jari anda, maka jarak antara siku dan ujung jari terjauh anda dikenal sebagai satu cubit. Inilah cara yang dilakukan selama lebih 400 tahun lalu di Mesir dan Mesopotamia. Jadi, satu cubit diambil sebagai satuan panjang. Piramida besar masa lalu dibangun dengan standar cubit. Seperti telah disebutkan bahwa sangat sukar jika harus menggunakan satuan seperti itu. Ini karena satu cubit setiap orang berbeda-beda. Sekarang orang menggunakan meter sebagai satuan SI. Semula satu meter (disingkat m) ditetapkan sebagai jarak antara dua goresan pada meter standar sehingga jarak dari kutub utara ke khatulistiwa….
80
Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 8,8
Jumlah suku katax0,6 : 149,4 Titik pertemuan
:149,4 ; 8,8
Peringkat baca
:7
Kategori
: mudah
Sampel B.3 Untuk menyatakan suatu besaran vector anda perlu menulis lambang besaran vector itu danmenyatakannya dengan sebuah anak panah. Untuk tulisan tangan, lambang suatu velktor biasanya dituliskan dengan satu huruf dan di atas huruf tersebut diberi tanda anak panah, misalnya a atau F. untuk buku cetakan, lambang vector umumnya dicetak dengan huruf yang dicetak tebal (bold), misalnya a atau F. Bagaimana dengan besar vektor? Untuk tulisan tangan, besar suatu vector biasanya ditulis dengan menggunakan tanda harga mutlak, misalnya |a| atau |F|. untuk buku cetakan, besar vector umumnya dicetak dengan huruf miring (italic), misalnya a atau F. sebuah vector digambarkan dengan sebuah…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 6,4
Jumlah suku katax0,6 : 129,6 Titik pertemuan
:129,6 ; 6,4
Peringkat baca
:6
Kategori
: mudah
Sampel B.4 Gerak buah kelapa tua jatuh dari tangkainya, gerak pelari, mobil, bola sepak, begitu juga gerak bumi dan bulan merupakan gerak dalam kehidupan sehari-hari. Apakah gerak itu? Suatu benda dikatakan bergerak apabila kedudukannya senantiasa berubah terhadap suatu acuan tertentu. Misalnya, anda sedang duduk di dalam bus yang sedang bergerak meninggalkan terminal. Apabila orang yang diam di terminal ditetapkan sebagai acuan, maka anda dikatakan bergerak terhadap terminal. Bagaimana jika orang yang diam di dalam bus sitetapkan
81
sebagai acuan? Apa anda masih dapat dikatakan bergerak? Ternyata tidak, sekarang anda dikatakan tidak bergerak terhadap…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 8,9
Jumlah suku katax0,6 : 153,6 Titik pertemuan
:153,6 ; 8,9
Peringkat baca
:8
Kategori
: mudah
Sampel B.5 Cara kerja ticker timer adalah sebagai berikut. Pada ujung bilah getar dipasang sebuah ujung runcing. Arah ujung runcing tegak lurus bilah. Di bawah ujung runcing diletakkan sehelai kertas karbon yang berbentuk lingkaran (kita sebut cakram). Jika bilah bergetar, ujung runcing itu melakukan ketikan pada kertas karbon. Ketika itu menimbulkan titik hitam di bawah karbon. Di bawah karbon dipasang pita kertas yang disebut pita ketik. Pita ketik ini dapat bergeser pada sebuah alur menurut arah memanjangnya. Apabila pewaktu ketik kita jalankan dan pita ketik kita tempelkan pada benda yang sedang bergerak, maka di atas pita ketik akan kita dapatkan tanda titik…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 8,8
Jumlah suku katax0,6 : 133,8 Titik pertemuan
:133,8; 8,8
Peringkat baca
:5
Kategori
: mudah
Sampel B.6 Bagaimanakah seorang polisi memutuskan apakah seorang pengendara telah melebihi batas kecepatan yang diperkenankan pada suatu jalan raya? Prinsipnya mudah saja, yaitu menentukan kelajuan (rata-rata) dari kendaraan yang sedang bergerak dengan mengukur selang waktu yang diperlukan antar dua titik tetap. Pada beberapa jalan, tanda-tanda persegi putih dicat pada interval-interval tertentu pada permukaan jalan. Dengan mencatat selang waktu kendaraan menempuh
82
kedua tanda itu, polisi dapat menentukan apakah pengendara telah melanggar batas kelajuan. Pada beberapa jalur lalu lintas yang sibuk, pasangan detektorkaret dapat dipasang di seberang jalan. Mobil yang melintasi detector pertama menjalankan jam, ketika melintasi detector kedua memberhentikan…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 5,9
Jumlah suku katax0,6 : 160,2 Titik pertemuan
:160,2 ; 5,9
Peringkat baca
: 11
Kategori
: sesuai
Sampel B.7 Dalam gerak lurus dikenal kelajuan dan kecepatan, di mana kecepatan menyatakan kelajuan berikut arahnya. Dalam gerak melingkarm pun anda dapat menyatakan arah melingkar dalam dua arah. Misalnya, jika anda memandang dari atas, arah melingkar adalah berlawanan dengan arah jarum jam, maka tentu saja jika anda memandang dari bawah, arah melingkar adalah searah dengan arah jarum jam. Oleh karena itu anda dapat juga menyatakan kecepatan sudut, yang selain menyatakan kelajuan sudut juga menyatakan arahnya. (Kecepatan yang terlibat dalam gerak lurus disebut sebagai kecepatan linier, karena gerak partikel adalah sepanjang garis lurus, sedangkan kecepatan dalam melingkar disebut kecepatan sudut, karena gerak partikel…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 4,9
Jumlah suku katax0,6 : 152,4 Titik pertemuan
:152,4 ; 4,9
Peringkat baca
: 10
Kategori
: sesuai
Sampel B.8 Anda telah mempelajari tentang gerak lurus beraturan (GLB), yaitu gerak suatu benda menempuh lintasan garis lurus dengan kelajuan tetap. Karena pada GLB, baik besar kecepatan (kelajuan) maupun arah kecepatan adalah tetap, maka GLB
83
dapat juga didefinisikan sebagai gerak suatu benda dengan (vector) kecepatan tetap. Analogi dari GLB adalah gerak melingkar beraturan (disingkat GMB). Mirip dengan GLB, gerak melingkar beraturan didefinisikan sebagai gerak duatu benda menempuh lintasan melingkar dengan kelajuan (atau besar kecepatan) tetap. Dapatkah anda mendefinisikan GMB sebagai gerak suatu benda dengan (vector) kecepatan tetap? Misalkan suatu benda menempuh lintasan melingkar pada bidang horizontal. Arah putaran benda adalah berlawanan dengan…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 6,3
Jumlah suku katax0,6 : 166,8 Titik pertemuan
:166,8 ; 6,3
Peringkat baca
: 12
Kategori
: sulit
Sampel B.9 Orang zaman dahulu telah mengenal gerak dalam keseharian, antara lain orang berjalan, kuda berlari, dan buah jatuh dari pohonnya. Pengalaman mengamati gerak dalam keseharian menimbulkan intuisi mereka tentang gerak. Ilmuwan Yunani terkenal, Aristoteles, membagi gerak menjadi dua: gerak alami ddan gerak paksa. Dia menyatakan bahwa gerak alami tidak disebabkan oleh gaya. Gerakalami pada bumi dipikirkan olehnya sebagai gerak ke atas atau ke bawah. Setiap benda akan mencari keadaan alaminya seperti: batu besar (benda berat) menuju ke tahan dan asap (benda ringan) bergerak ke atas dalam udara. Dia memproklamasikan bahwa gerak melingkar adalah gerak alami karena tidak berawal dan tidak berakhir. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
:7
Jumlah suku katax0,6 : 152,4 Titik pertemuan
:152,4 ; 7
Peringkat baca
:8
Kategori
: mudah
Sampel B.10
84
Di lain pihak, gerak paksa selalu disebabkan oleh gaya, seperti dorongan atau tarikan. Gerobak bergerak karena ditarik oleh seekor kuda, kapal layar bergerak karena didorong oleh angin. Yang terpenting adalah gerak paksa selalu disebabkan oleh gaya luaryang belerja pada suatu benda. Jika pada suatu benda yang bergerak tidak bekerja gaya luar, maka suatu waktu benda akan kembali ke keadaan alaminya., yaitu diam. Benda tidak mungkin mempertahankan geraknya oleh
dirinya
sendiri.
Benarkah
bahwa
suatu
benda
tidak
mungkin
mempertahankan geraknya? Dengan kata lain, haruskah gaya terus diberikan agar benda bergerak terus bergerak? Adalah Galielo yang pertama kali menguji untuk mendapatkan jawaban…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 7,8
Jumlah suku katax0,6 : 150 Titik pertemuan
:150 ; 7,8
Peringkat baca
:7
Kategori
: mudah
Sampel B.11 Gaya berat sering disebut berat. Di SMP anda telah dapat membedakan antara massa dan berat. Massa adalah ukuran banyaknya materi yang dikandung oleh suatu
benda.
Atau,
massa
adlaah
ukuran
kelembaman
(kemampuan
mempertahankan keadaan gerak) suatu benda. Makin banyak materi yang dikandung suatu benda, makin besar massanya. Banyak materi dalam 2 kg gula sama dengan 2 kali banyak materi dalam 1 kg gula. Ketika sebongkah batu bermassa I kg dibawa oleh astronaut dari bumi ke bulan atau ke planet mars, banyaknya materi yang terkandung dalam batu tersebut tidak berubah. Karena itu, massa benda adalah tetap di lokasi atau di tempat mana saja di alam…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 7,8
Jumlah suku katax0,6 : 145,2 Titik pertemuan
:145,2 ; 7,8
Peringkat baca
:7
85
Kategori
: mudah
Sampel B.12 Gaya gesekan termasuk gaya sentuh, yang muncul jika permukaan dua benda bersentuhan langsung secara fisik. Arah gaya gesekan searah dengan permukaan bidang sentuh dan berlawanan dengan kecenderungan arah gerak. Di SMP telah anda ketahui bahwa gaya gesekan bekerja ketika benda bergerak di udara, di air, ataupun meluncur di atas benda padat lainnya. Anda juga telah mengetahui bahwa untuk benda yang bergerak melalui udara, gaya gesekan udara pada benda bergantung pada luas benda yang bersentuhan dengan udara. Makin besar luas bidang sentuh, makin besar gaya gesekan udara pada benda. Konsep ini dimanfaatkan oleh penerjun yang membuka parasutnya untuk memperlambat gerak jatuhnya. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
:6
Jumlah suku katax0,6 : 145,8 Titik pertemuan
:145,8 ; 6
Peringkat baca
:8
Kategori
: mudah
Sampel B.13 Anda dapat membedakan antara pemantulan baur dan pemantulan teratur, dengan melihat pemantulan cahaya mobil dihamburkan oleh permukaan jalan pada malam hari. Ketika jalan kering, cahaya lampu mobil dihamburkan oleh permukaan jalan ke segala arah (pemantulan baur) dan pemandangan di depa dan samping jalan tampak jelas oleh pengemudi. Pada malam hari ketika hujan turun, permukaan jalan menjadi basah sehingga kekasaran permukaan jalan diisi oleh air. Karena permukaan basah cenderung lebih halus, cahaya lampu mobil mengalami pemantulan teratur. Ini berarti bahwa cahaya mobil dipantulkan lurus ke atas, dan pengemudi hanya dapat
melihat pemandangan yang langsung berada di
depannya, sedang pemandangan di sampingnya…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 4,9
86
Jumlah suku katax0,6 : 150 Titik pertemuan
:150 ; 4,9
Peringkat baca
: 10
Kategori
: sesuai
Sampel B.14 Bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung dapat kebih besar atau kebih kecil daripada ukuran bendanya. Jika ukuran bayangan lebih besar dari pada ukuran benda, maka dikatakan bayangan diperbesar. Jika ukuran bayangan lebih kecil daripada ukuran benda, maka dikatakan bayangan diperkecil. Salah satu fungsi alat optic adalah untuk memperjelas penglihatan. Penglihatan lebih jelas jika ukuran bayangantampak lebih besar daripada ukuan benda. Untuk menyatakan kemampuan suatu alat optik dalam memperjelas penglihatan, digunakan konsep perbesaran. Ada dua konsep perbesaran, yaitu perbesaran linier dan perbesaran angular (atau perbesaran sudut). Dalam subbab ini kita hanya membahas tentang perbesaran liniar sehingga jika disebut dengan perbesaran…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 7,6
Jumlah suku katax0,6 : 160,8 Titik pertemuan
:160,8 ; 7,6
Peringkat baca
: 10
Kategori
: sesuai
Sampel B.15 Pada saat ini banyak penelitian dilakukan untuk menyalurkan cahaya melalui kabel. Penggunaan serat kaca (glass fiber) untuk menyalurkan cahaya dengan peristiwa pemantulan sempurna dinamakan tehnologi serat opik ( fiber-optic technology). Inti serat optic dibuat dari kaca berkualitas baik yang memiliki indeks bias tinggi. Inti ini dilapisi oleh lapisan tipis kaca yang memiliki indeks bias rendah. Berkas cahaya dari luar yang masuk ke ujung serat optic akan menumbuk bidang batas antara kedua medium kaca dengan sudut datang lebih besar dari pada sudut kritis. Ini menyebabkan terjadinya pemantulan sempurna. Demikian seterusnya, terjadi pemantulan sempurna karena berkas cahaya selalu
87
menumbuk bidang batas dengan sudut datang lebih besar dari pada sudut kritis. Dengan demikian, cahaya menempuh sepanjang saluran serat optic dan keluar…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 7,5
Jumlah suku katax0,6 : 178,8 Titik pertemuan
: 178,8; 7,5
Peringkat baca
: 16
Kategori
: sulit
Sampel B.16 Karena kalor timbul karena perbedaan suhu, maka sampai dengan pertengahan abad kedelapan belas, istilah kalor dan suhu memiliki arti yang sama. Joseph Black pada tahun 1760 merupakan orang pertama yang menyatakan perbedaan antara suhu dan kalor. Suhu adalah derajat panas atau dinginnya suatu benda yang diukur oleh thermometer, sedang kalor adalah sesuatu yang mengalir dari benda panas ke benda lebih dingin untuk menyamakan suhunya. Sekarang telah anda ketahui bahwa suhu sesungguhnya adalah ukuran energy kinetic rata-rata partikel (berkaitan dengan gerak partikel-partikel) dalam suatu benda. Sedangkan dalam fisika, istilah “kalor” selalu mengacu pada energy yang berpindah dari satu benda…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 4,7
Jumlah suku katax0,6 : 153 Titik pertemuan
: 153 ; 4,7
Peringkat baca
: 10
Kategori
: sesuai
Sampel B.17 Teori kalorik menyatakan bahwa benda yang suhunya tinggi mengandung lebih banyak kalorik daripada benda yang suhunya rendah. Ketika kedua benda disentuhkan, benda kaya kalorik kehilangan sebagian kaloriknya yang diberikan kepada benda miskin kalorik sampai kedua benda mencapai suhu yang sama (tercapai kesetimbangan termal). Teori kalorik dapat menjelaskan pemuaian benda
88
ketika dipanaskan dan proses hantaran kalor dalam sebuah calorimeter (akan dibahas kemudian) dengan memuaskan. Akan tetapi, teori kalorik tidak dapat menjelaskan mengapa kedua telapak tangan anda terasa hangat ketika anda mengesek-gesekkanny. Perhatikan, kedua telapak tangan anda dapat dianggap memiliki suhu sama, sehingga diharapkan tangan tidak terasa hangat (karena tidak ada…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 4,8
Jumlah suku katax0,6 :162 Titik pertemuan
: 162 ; 4,8
Peringkat baca
: 12
Kategori
: sulit
Sampel B.18 Menguap adalah perubahan wujud zat dari cair menjadi uap (gas). Apakah untuk menguapkan suatu zat diperlukan kalor? Ini akan dibuktikan pada peristiwa berikut. Teteskan sedikit spiritus atau alcohol (zat cair yang mudah menguap) pada tangan anda. Spiritus menguap dengan cepat dan tangan anda terasa dingin. Untuk menguap, spiritus memerlukan kalor. Kalor tersebut diambil dari tangan anda sehingga tangan anda terasa dingin. Peristiwa ini menunjukkan bahwa pada waktu menguap zat memerlukan kalor. Beberapa contoh dalam keseharian yangmenunjukkan bahwa penguapan menghasilkan pendinginan diuraikan berikut ini. Tubuh kita melakukan proses penguapan yaitu penguapan keringat yang keluar dari pori-pori kulit. Penguapan ini…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 10,1
Jumlah suku katax0,6 : 154,2 Titik pertemuan
: 154,2 ; 10,1
Peringkat baca
:7
Kategori
: mudah
Sampel B.19
89
Bagaimana energy kalor dari matahari dapat melalui atmosfer bumi dan menghangatkan bumi? Kalor dari matahari tidak dapat melalui atmosfer secara konduksi karena udara yang terdapat di atmosfer tergolong konduktor paling buruk. Kalor dari matahai juga tidak dapat sampai ke bumi melalui konveksi karena konveksi selalu diawali dengan pemanasan bumi terlebih dahulu. Selain itu, perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi tidak mungkin melalui ruang hampa yang terdapat diantara atmosfer bumi dan matahari. Bagaimanakah proses perpindhan kalor dalam peristiwa ini? Kalor dari matahari dapat sampai ke bumi mellui ruang hampa tanpa zat perantara (medium). Perpindhan kalor seperti ini disebut radiasi. Perpindahan kalor…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 7,2
Jumlah suku katax0,6 : 159,6 Titik pertemuan
: 159,6 ; 7,2
Peringkat baca
: 10
Kategori
: sesuai
Sampel B.20 Di SMP anda telah mempelajari konsep kuat arus dan tegangan listrik. (Tegangan listrik sering juga disebut dengan potensial listrik). Arus listrik adalah aliran partikel-partikel bermuatan positif yang melalui konduktor (walau sesungguhnya elektron-elektron bermuatan negatiflah yang mengalir melalui konduktor). Arus listrik hanya mengalir dalam suatu rangkaian yang tertutup. Rangkaian tertutup adalah suatu rangkaian yang jalannya mulai dari suatu titik, berkeliling dan akhirnya kembali lagi ke titik tersebut. Kuat arus listrik disebabkan oleh adanya beda tegangan listrik antara dua titik dalam rangkaian tertutup. Sesuai dengan perjanjian, arah kuat arus listrik mengalir adalah dari titik berpotensial tinggi ke titik berpotensial rendah. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
:7
Jumlah suku katax0,6 : 153,6 Titik pertemuan
: 153,6 ; 7
90
Peringkat baca
:9
Kategori
: sesuai
Sampel B.21 Dalam banyak rangkaian, sekring sengaja dipasang seri dengan rangkaian komponen-komponen lain untuk tujuan pengamanan. Konduktor pada sekring didesain untuk melebur dan membuka rangkaian pada arus maksismum tertentu yang tergantung pada batas arus yang boleh melalui komponen yang dirangkai seri dengan sekring. Jika sekring tidak digunakan, arus yang melebihi batas dapat merusak komponen-komponen pada rangkaian, mengakibatkan pemanasan lebih pada kawat atau kabel penghantar yang dapat memungkinkan terjadinya kebakaran. Dalam instalasi listrik rumah, pemutus daya (circuit breaker) digunakan sebagai pengganti sekring. Ketika kuat arus dalam rangkaian melebihi nilai tertentu,pemutus daya akan bertindak sebagai sakelar dan memutus rangkaian secara otomatis. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
:5
Jumlah suku katax0,6 : 153,6 Titik pertemuan
: 153,6 ; 5
Peringkat baca
: 10
Kategori
: sesuai
Sampel B.22 Di kelas IX anda telah mempelajari bahwa arus listrik (medan listrik) dapat menimbulkan medan magnetic (fenomena yang ditemukan oleh Oersted). Fenomena kebalikannya adalah perubahan medan magnetic dapat menimbulkan arus listrik (medan listrik), disebut arus induksi (ditemukan oleh Faraday). Berdasarkan kedua fenomena ini, Maxwell menyatakan bahwa suatu medanlistrik yang berubah-ubah menginduksikan medan magnetic yang juga berubah-ubah. Selanjutnya, medan magnetik yang berubah-ubah ini menginduksikan kembali medan listrik yang berubah-ubah. Demikian seterusnya sehingga diperoleh proses berantai dari pembentukan medan listrik dan medan magnetic yangmerambat ke
91
segala arah. Hasilnya dalah kehadiran gelombang elektromagnetik. Bila kita melihat perambatan medan…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 6,3
Jumlah suku katax0,6 : 153,6 Titik pertemuan
: 153,6 ; 6,3
Peringkat baca
:9
Kategori
: sesuai
Sampel B.23 Gelombang mikro juga dimanfaatkan pada pesawat RADAR (Radio Detection and Ranging). RADAR berarti mencari dan menentukan jejak sebuah benda dengan menggunakan gelombang mikro (gelombang dengan frekuensi sekitar 1010 Hz). Pesawat radar memanfaatkan sifat pemantulan gelombang mikro. Antenna radar bertindak sebagai pemancar dan penerima gelombang. Sebuah antenna memancarkan seberkas sinar tipis gelombang mikro dalam bentuk pulsa-pulsa pendek. Karena panjang gelombangnya hanya beberapa centimeter, gelombang dengan mudah dapat dipantulkan oleh benda-benda dengan ukuran beberapa meter, sepertimobil, pesawat terbang, atau roket. Jika pulsa tadi mengenai benda (missal, pesawat terbang), maka sebagian pulsa pantulan akan dterima kembali oleh antenna radar. Karena cepat…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 7,1
Jumlah suku katax0,6 : 157,8 Titik pertemuan
: 157,8 ; 7,1
Peringkat baca
: 10
Kategori
: sesuai
Sampel B.24 Matahari adalah sumber sinar ultraviolet. Sebelum cahaya dari matahari mengenai permukaan bum, molekul ozon (O3) yang terdapat di lapisan atmosfer berfungsi menyerap sinar ultraviolet berlebih, sehingga sinar ultraviolet yang mengenai permukaan bumi tidak membahayakan kehidupan di bumi. Walaupun demikian,
92
jika anda terlalu sering terkena sinar matahari, maka sinar ultraviolet dapat menyebabkan perubahan warna kulit menjadi kehitam-hitaman. Bahan kimia tertentu berpendar ketika sinar ultraviolet jatuh pada bahan tersebut. Bahan itu menyerap ultraviolet dan memancarkan cahaya tampak hingga bersinar. Pernahkah anda memperhatikan ketika anda menarik uang dari bank? Teller bank akan menyinari buku tabungan dengan lampu khusus untuk memeriksa apakah tanda tangan…. Jumlah kata
: 100
Jumlah kalimat
: 6,5
Jumlah suku katax0,6 : 165,6 Titik pertemuan
: 165,6 ; 6,5
Peringkat baca
: 11
Kategori
: sesuai
93
Lampiran 10 REKAP ANALISIS KETERBACAAN SAMPEL BUKU B Sampel B.1 B.2 B.3 B.4 B.5 B.6 B.7 B.8 B.9 B.10 B.11 B.12 B.13 B.14 B.15 B.16 B.17 B.18 B.19
Jumlah kalimat/100 kata 6,5 8,8
Jumlah Suku Kata x 0,6
8,9 8,8 5,9 4,9 6,3 7 7,8 7,8 6 4,9 7,6 7,5
Jumlah Suku Kata / 100 Kata 262 249 216 256 223 267 254 278 254 250 242 243 250 268 298
4,7 4,8 10,1 7,2
255 270 257 266
153 162
6,4
157,2 149,4 129,6 153,6 133,8 160,2 152,4 166,8 152,4 150
145,2 145,8 150 160,8
178,8
154,2 159,6
Titik Pertemuan
157,2 ; 6,5 149,4 ; 8,8 129,6 ; 6,4 153,6 ; 8,9 133,8; 8,8 160,2 ; 5,9 152,4 ; 4,9 166,8 ; 6,3 152,4 ; 7 150 ; 7,8 145,2 ; 7,8 145,8 ; 6 150 ; 4,9 160,8 ; 7,6 178,8; 7,5 153 ; 4,7 162 ; 4,8 154,2 ; 10,1 159,6 ; 7,2
Tingkat Kelas Pembaca 10 7 6 8 5 11 10 12 8 7 7 8 10 10 16 10 12 7 10
Kriteria sesuai mudah mudah mudah mudah sesuai sesuai sulit mudah mudah mudah mudah sesuai sesuai sulit sesuai sulit mudah sesuai
94
B.20 B.21 B.22 B.23 B.24
7 5 6,3 7,1 6,5
256 256 256 263 276
Presentase Kategori Keterbacaan No. Kategori 1 Mudah 2 Sesuai 3 Sulit 4 Invalid Jumlah
153,6 153,6 153,6 157,8 165,6
Jumlah 9 12 3 24
153,6 ; 7 153,6 ; 5 153,6 ; 6,3 157,8 ; 7,1 165,6 ; 6,5
Presentase (%) 37,5 50 12,5 0 100
9 10 9 10 11
sesuai sesuai sesuai sesuai sesuai
95
Lampiran 11 ANALISIS KETERBACAAN BUKU 3 (FISIKA BILINGUAL) TERBITAN YRAMA WIDYA
Sampel C.1 Ketidakpastian pengukuran disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor manusia, faktor alat dan faktor lingkungan. Ketidakpastian pengukuran yang disebabkan oleh faktor manusia terjadi ketika kita melakukan kegiatan pengukuran. Ketidakpastian pengukuran yang disebabkan oleh faktor alat terjadi ketika alat yang digunakan dalam keadaan rusak atau pengaturan alat tidak tepat. Sedangkan faktor lingkungan yang dapat menyebabkan ketidakpastian pengukuran diantaranya adalah suhu, tekanan…. Jumlah kata : 60 Jumlah kalimat + 1,67
: 5,47
Jumlah suku katax0,6x1,67
: 172,3
Titik pertemuan
: 172,3 ; 5,47
Peringkat baca
: 14
Kategori
: sulit
Sampel C.2 Pada dasarnya ketidakpastian pengukuran terdiri dari ketidakpastian sistematik dan ketidakpastian rambang. Ketidakpastian sistematik adalah ketidakpastian pengukuran yang dapat menyebabkan hasil pengukuran menyimpang dari keadaan sebenarnya. Ketidakpastian sistematik ini biasanya disebabkan oleh kesalahan pengaturan atau kaliberasi alat, kesalahan titik nol, kerusakan komponen alat, kesalahan pengamatan (paralak), adanya gesekan dan keadaan lingkungan…. Jumlah kata
: 50
Jumlah kalimat + 2
: 4,9
Jumlah suku katax0,6x2
: 201,6
Titik pertemuan
: 201,6 ; 4,9
Peringkat baca
:-
Kategori
: invalid
Sampel C.3
96
Besaran-besaran fisika terdiri dari besaran skalar dan besaran vektor. Besaran skalar adalah besaran yang mempunyai besar atau nilai tanpa mempunyai arah, sedangkan besaran vektor adalah besaran yang mempunyai besar atau nilai dan arah. Contoh-contoh umum besaran skalar adalah massa jenis, volume, dan suhu, sedangkan contoh-contoh umum besaran…. Jumlah kata
: 50
Jumlah kalimat + 2
: 4,
Jumlah suku katax0,6x2
: 141,6
Titik pertemuan
: 141,6 ; 4,6
Peringkat baca
:9
Kategori
: sesuai
Sampel C.4 Pada dasarnya gerak benda dibedakan menjadi translasi, gerak rotasi, dan vibrasi. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam kinematika gerak benda disederhanakan dengan mengasumsikan benda sebagai partikel. Benda partikel adalah benda titik yang tidak mempunyai ukuran. Meskipun benda partikel tersebut tidak ada, tetapi asumsi benda sebagai partikel berguna untuk menggambarkan keadaan gerak suatu benda. Karena benda partikel hanya bergerak translasi saja, sedangkan…. Jumlah kata
: 60
Jumlah kalimat + 1,67
: 5,27
Jumlah suku katax0,6x1,67
: 162,3
Titik pertemuan
: 162,3 ; 5,27
Peringkat baca
: 11
Kategori
: sesuai
Sampel C.5 Gerak vertikal merupakan contoh kasus gerak lurus berubah beraturan. Hal ini karena benda yang bergerak vertikal akan dipercepat dengan percepatan tetap kira-kira 9,8 m/s2 dan disebut dengan percepatan gravitasi. Sebagai contoh bola yang dilempar tegak lurus ke atas akan jatuh kembali ke bumi. Pada dasarnya gerak vertikal terdiri dari tiga jenis gerak, yaitu gerak vertikal ke bawah, gerak vertikal ke….
97
Jumlah kata
: 50
Jumlah kalimat + 2
: 5,7
Jumlah suku katax0,6x2
: 183,6
Titik pertemuan
: 183,6 ; 5,7
Peringkat baca
:-
Kategori
: invalid
Sampel C.6 Selain percepatan sudut dan percepatan tangensial, pada gerak melingkar juga dikenal percepatan sentripetal, yaitu peecepatan benda yang arahnya menuju pusat lingkaran. Dalam hal ini, arah percepatan sentripetal selalu menuju pusat lingkaran dan tegak lurus terhadap kecepatan linier, sehingga percepatan sentripetal disebut juga dengan percepatan radial. Percepatan sentripetal dapat ditentukan dengan…. Jumlah kata
: 50
Jumlah kalimat + 2
: 4,7
Jumlah suku katax0,6x2
: 169,2
Titik pertemuan
: 169,2 ; 4,7
Peringkat baca
: 14
Kategori
: sulit
Sampel C.7 Percepatan sentripetal dimiliki oleh semua partikel yang bergerak melingkar, dan percepatan ini berguna untuk mengubah arah kecepatan linier partikel yangbergerak melingkar. Sedangkan percepatan tangensial hanya dimiliki oleh partikel yang bergerak melingkar berubah beraturan dan berguna untuk menguabh besar kecepatan…. Jumlah kata
: 40
Jumlah kalimat + 2,5
:4
Jumlah suku katax0,6x2,5
: 168
Titik pertemuan
: 168 ; 4
Peringkat baca
: 14
Kategori
: sulit
98
Sampel C.8 Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan istilah “berat” untuk menyatakan massa suatu benda. Tetapi dalam fisika, berat dan massa merupakan dua buah besaran fisika yang berbeda. Massa merupakan banyaknya zat yang dimiliki oleh suatu benda, sedangkan berat merupakan gaya gravitasi yang bekerja pad suatu benda yang berada di dekat…. Jumlah kata
: 50
Jumlah kalimat + 2
: 4,9
Jumlah suku katax0,6x2
: 147,6
Titik pertemuan
: 147,6 ; 4,9
Peringkat baca
:9
Kategori
: sesuai
Sampel C.9 Newton mengajukan hukum-hukum tentang gerak setelah dia mempelajari gagasan Galileo tentang gerak, yaitu gerak lurus beraturan tidak memerlukan gaya. Pada mulanya Newton mengajukan bahwa sebuah benda yang diam cenderung tetap diam dan sebuah benda yang bergerak cenderung tetap bergerak dengan kecepatan yang sama dan arah yang sama (bergerak lurus beraturan) jika tidak ada gaya yang tidak seimbang bekerja padanya. Jumlah kata
: 60
Jumlah kalimat + 1,67
: 3,67
Jumlah suku katax0,6x1,67
: 144,28
Titik pertemuan
: 144,28 ; 3,67
Peringkat baca
: 10
Kategori
: sesuai
Sampel C.10 Hukum pertama Newton sering disebut dengan “hukum kelembaman”, karena hokum ini menyatakan sifat dasar suatu benda yang disebut kelembaman. Sifat kelembaman suatu benda adalah kecenderungan benda untuk memepertahankan keadaan geraknya, yaitu tetap diam atau bergerak lurus beraturan. Sebagai contoh
99
sebuah bola akan tetap diam di tempatnya selama tidak ditendang dan jika bola ditendang,maka bola akan bergerak lurus beraturan, namun…. Jumlah kata
: 60
Jumlah kalimat + 1,67
: 4,27
Jumlah suku katax0,6x1,67
: 154,3
Titik pertemuan
: 154,3 ; 4,27
Peringkat baca
: 11
Kategori
: sesuai
Sampel C.11 Seperti yang kita bicarakan sebelumnya, gaya merupakan dorongan atau tarikan pada sebuah benda yang dihasilkan dari interaksi benda tersebut dengan benda lain. Beberapa jenis gaya dihasilkan dari interaksi sentuhan diantara benda-benda, seperti gaya normal, gaya gesekan, gaya tegangan tali, dan lain sebagainya. Selain gaya-gaya tersebut, beberapa jenis gaya lainnya dihasilkan tanpa interaksi sentuhan (interaksi berjauhan) misalnya gaya gravitasi…. Jumlah kata
: 60
Jumlah kalimat + 1,67
: 4,47
Jumlah suku katax0,6x1,67
: 163,3
Titik pertemuan
: 163,3 ; 4,47
Peringkat baca
: 12
Kategori
: sulit
Sampel C.12 Setiap benda yang bergerak melingkar selalu mengalami percepatan sentripetal yang arahnya menuju ke pusat lingkaran (lintasan). Karena menurut Newton percepatan benda disebabkan oleh suatu gaya, maka percepatan sentripetal juga disebabkan oleh gaya yang mengarah ke pusat lintasan dan tegak lurus terhadap kecepatan linier benda. Gaya tersebut disebut dengan gaya sentripetal, dan dalam hal ini gaya sentripetal merupakan resultan gaya yang… Jumlah kata
: 60
Jumlah kalimat + 1,67
: 4,47
Jumlah suku katax0,6x1,67
: 153,3
100
Titik pertemuan
: 153,3 ; 4,47
Peringkat baca
: 10
Kategori
: sesuai
Sampel C.13 Termometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur suhu suatu benda atau sistem secara kuantitatif. Termometer dibuat berdasarkan sifat dasar suatu bahan yangberubah secara teratur terhadap suhu. Sifat dasar suatu bahan yang berubah secara teratur terhadap suhunya tersebut dinamakan sifat termometrik. Terdapat beberapa sifat termometrik bahan yang dapat digunakan untuk membuat termometer, seperti volume zat cair, panjang logam, hambatan…. Jumlah kata
: 60
Jumlah kalimat + 1,67
: 5,47
Jumlah suku katax0,6x1,67
: 160,3
Titik pertemuan
: 160,3 ; 5,47
Peringkat baca
: 11
Kategori
: sesuai
Sampel C.14 Konduksi merupakan istilah umum perpindahan kalor pada zat padat. Dalam skala mikroskopis, konduksi terjadi karena satu partikel (atom atau molekul) bergerak cepat dan bergetar berinteraksi dengan atom-atom dan molekul-molekul tetangga. Dari interaksi tersebut, maka kalor dapat berpindah dari…. Jumlah kata
: 40
Jumlah kalimat + 2,5
: 5,3
Jumlah suku katax0,6x2,5
: 153
Titik pertemuan
: 153 ; 5,3
Peringkat baca
: 10
Kategori
: sesuai
Sampel C.15 Pada konveksi alamiah, aliran fluida terjadi karena perbedaan massa jenis, sedangkan pada konveksi paksa aliran fluida diarahkan secara sengaja untuk tujuan tertentu dengan menggunakan alat. Contoh konveksi bebas adalah konveksi
101
gas pada peristiwa angin laut atau angin darat. Sedangkan konveksi paksa dapat ditemukan pada alat-alat seperti mesin pendingin…. Jumlah kata
: 50
Jumlah kalimat + 2
: 4,9
Jumlah suku katax0,6x2
: 156
Titik pertemuan
: 156 ; 4,9
Peringkat baca
: 10
Kategori
: sesuai
Sampel C.16 Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan dalam berbagai panjang gelombang dan frekuensi. Cahaya yang terdiri dari berbagai panjang gelombang dan frekuensi tersebut dinamakan cahaya polikromatik, salah satu contohnya adalah cahaya matahari. Sedangkan cahaya yang hanya terdiri dari satu panjang gelombang dan frekuensi dinamakan cahaya monokromatik, contoh cahaya monokromatik adalah laser. Jumlah kata
: 50
Jumlah kalimat + 2
:5
Jumlah suku katax0,6x2
: 168
Titik pertemuan
: 168 ; 5
Peringkat baca
: 13
Kategori
: sulit
Sampel C.17 Pembentukan bayangan pada cermin datar dapat dilukiskan dengan menggunakan diagram sinar (biasanya berupa garis dengan tanda panah). Dalam pelukisan bayangan tersebut, titik bayangan adalah titik potong berkas sinar-sinar pantul. Bayangan disebut nyata jika titik potongnya merupakan titik potong sinar-sinar yang konvergen. Di lain pihak, bayangan disebut maya jika titik potongnya merupakan titik potong perpanjangan sinar-sinar pantul…. Jumlah kata
: 60
Jumlah kalimat + 1,67
: 5,8
Jumlah suku katax0,6x1,67
: 177,6
102
Titik pertemuan
: 177,6 ; 5,8
Peringkat baca
: 16
Kategori
: sulit
Sampel C.18 Prisma merupakan sebuah benda tembus cahaya yang terbuat dari bahan gelas dan dibatasi oleh dua bidang (permukaan) yang membentuk sudut tertentu. Apabila seberkas cahaya mengenai salah satu bidang prisma, maka cahaya akan dibiaskan oleh bidang tersebut, kemudian cahaya tersebut juga akan dibiaskan oleh bidang kedua ketika keluar dari prisma. Dalam hal ini kedua bidang prisma disebut bidang pembias dan sudut yang dibentuk oleh keduanya disebut sudut pembias atau sudut puncak…. Jumlah kata
: 70
Jumlah kalimat + 1,43
: 4,33
Jumlah suku katax0,6x1,43
: 147,6
Titik pertemuan
: 147,6 ; 4,33
Peringkat baca
: 10
Kategori
: sesuai
Sampel C.19 Pada dasarnya, lensa terdiri dari berbagai jenis, tetapi dalam bahasan ininakan dijelaskan tentang pembiasan cahaya dan pembentukan bayangan oleh lensa tipis pada lensa cembung (lensa konvergen) dan lensa cekung (lensa divergen). Dalam hal ini, lensa tipis adalah lensa yang ketebalannya dapat diabaikan. Lensa cembung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal daripada bagian tepinya, sedangkan lensa cekung adalah lensa…. Jumlah kata
: 60
Jumlah kalimat + 1,67
: 4,27
Jumlah suku katax0,6x1,67
: 145,29
Titik pertemuan
: 145,29 ; 4,27
Peringkat baca
:9
Kategori
: sesuai
Sampel C.20
103
Untuk dapat melihat benda di depan mata dengan jelas, maka bayangan anda tersebut harus terbentuk di retina dengan sifat nyata, terbali, dan diperkecil. Agar bayangan selalu jatuh tepat di retina, maka lensa mata harus mempunyai kemampuan untuk memfokuskan cahaya. Kemampuan lensa mata untuk memfokuskan cahaya tersebut ditujukan dengan kemampuan lensa mata untuk menipis atau menebal sesuai dengan jarak benda yang dilihat oleh mata. Kemampuan lensa mata untuk menipis atau menebal…. Jumlah kata
: 70
Jumlah kalimat + 1,43
: 4,93
Jumlah suku katax0,6x1,43
: 146,7
Titik pertemuan
: 146,7 ; 4,93
Peringkat baca
:9
Kategori
: sesuai
Sampel C.21 Listrik merupakan suatu bentuk energi yang mudah berubah. Listrik dapat dibangkitkan melalui beberapa cara dan dari beberapa sumber yangberbeda, dan dapat dikirim secara cepat melalui jarak yang jauh. Listrik dpat diubah secara efisien menjadi bentuk-bentuk energi lain seperti kalor, cahaya, gerak, dan lain sebagainya. Selain itu juga dapat disimpan. Karena sifat mudah diubah inilah,maka listrik memainkan hampir setiap aspek dari teknologi modern. Listrik menghasilkan cahaya kalor, dan daya mekanik yang membuat telepon, computer, televisi, dan keperluan-keperluan…. Jumlah kata
: 80
Jumlah kalimat + 1,25
: 7,05
Jumlah suku katax0,6x1,25
: 151,5
Titik pertemuan
: 151,5 ; 7,05
Peringkat baca
:8
Kategori
: mudah
Sampel C.22
104
Hambatan listrik merupakan sifat suatu benda atau bahan untuk menahan atau menentang aliran arus listrik. Besarnya hambatan pada sebuah rangkaian listrik menentukan jumlah aliran arus pada rangkaian untuk setiap tegangan yang diberikan pada rangkaian dan sesuai dengan prinsip hukum Ohm. Jumlah kata
: 40
Jumlah kalimat + 2,5
: 4,5
Jumlah suku katax0,6x2,5
: 147
Titik pertemuan
: 147 ; 4,5
Peringkat baca
:9
Kategori
: sesuai
Sampel C.23 Untuk mengukur besaran-besaran listrik dapat digunakan alat ukur listrik tertentu yang mempunyai batas pengukuran terhadap nilai suatu besaran listrik yang diukur. Alat ukur listrik merupakan alat untuk mengukur dan menunjukkan nilai suatu besaran listrik seperti arus, muatan, tegangan, dan daya serta sifat-sifat listrik pada rangkaian seperti hambatan kapasitansi dan induktansi. Dalam sub bab ini kita akan mempelajari beberapa pengukuran…. Jumlah kata
: 60
Jumlah kalimat + 1,67
: 4,17
Jumlah suku katax0,6x1,67
: 152,3
Titik pertemuan
: 152,3 ; 4,17
Peringkat baca
: 10
Kategori
: sesuai
Sampel C.24 Nilai arus dan tegangan bolak-balik selalu berubah terhadap waktu sehingga pengukuran arus dan tegangan bolak-balik dengan menggunakan amperemeter dan voltmeter menunjukkan harga efektif atau rms (root mean square). Dalam hal ini, nilai efektif arus atau tegangan bolak-balik ialah arus atau tegangan bolakbalik yang dianggap setara dengan arus atau tegangan searah dan menghasilkan kalor yang sama pada suatu hambatan dalam waktu yang sama. Hubungan nilai
105
efektif dengan nilai maksimum dari arus dan tegangan bolak-balik dapat dinyatakan…. Jumlah kata
: 80
Jumlah kalimat + 1,25
: 3,75
Jumlah suku katax0,6x1,25
: 138
Titik pertemuan
: 138 ; 3,75
Peringkat baca
:9
Kategori
:sesuai
106
Lampiran 12 REKAP ANALISIS KETERBACAAN SAMPEL BUKU C
Sampel C.1 C.2 C.3 C.4 C.5 C.6 C.7 C.8 C.9 C.10 C.11 C.12 C.13 C.14 C.15 C.16 C.17 C.18 C.19
Jumlah kalimat/100 kata 3,8 2,9 2,6 3,6 3,7 2,7 1,5 2,9 2 2,6 2,8 2,8 3,8 2,8 2,9 3 3,8 2,9 2,6
Jumlah Suku Kata / 100 Kata 172 168 118 162 153 141 112 123 144 154 163 153 160 102 130 140 148 172 145
Jumlah Suku Kata x 0,6 172,3 201,6 141,6 162,3 183,6 169,2 168 147,6 144,28 154,3 163,3 153,3 160,3 153 156 168 177,6 147,6 145,29
Titik Pertemuan
172,3 ; 5,47 201,6 ; 4,9 141,6 ; 4,6 162,3 ; 5,27
183,6 ; 5,7 169,2 ; 4,7 168 ; 4 147,6 ; 4,9
144,28 ; 3,67 154,3 ; 4,27 163,3 ; 4,47 153,3 ; 4,47 160,3 ; 5,47 153 ; 5,3 156 ; 4,9 168 ; 5 177,6 ; 5,8 147,6 ; 4,33 145,29 ; 4,27
Tingkat Kelas Pembaca 14 9 11 14 14 9 10 11 12 10 11 10 10 13 16 10 9
Kriteria Sulit Invalid Sesuai Sesuai Invalid Sulit Sulit Sesuai Sesuai Sesuai Sulit Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sulit Sulit Sesuai Sesuai
107
C.20 C.21 C.22 C.23 C.24
3,5 5,8 2 2,5 2,5
171 202 98 152 184
146,7 151,5 147 152,3 138
146,7 ; 4,93 151,5 ; 7,05 147 ; 4,5 152,3 ; 4,17 138 ; 3,75
Presentase Kategori Keterbacaan No.
Kategori
Jumlah
Presentase (%)
1
Mudah
1
4,17
2
Sesuai
15
62,5
3
Sulit
6
25
4
Invalid
2
8,33
24
100
Jumlah
9 8 9 10 9
Sesuai Mudah Sesuai Sesuai Sesuai
108
Lampiran 13
Keberpusatan Pada Peserta Didik Sampel Buku A Butir 1
: Keberpusatan Pada Peserta Didik
Judul Buku : Kompetensi Fisika Kode Buku
:A
Langkah
: a. Membaca dan mencermati buku pada tiap sub bab. b. Mengidentifikasi berdasar deskripsi. c. Memberi skor 1 jika sesuai dengan deskripsi dan skor 0 jika tidak sesuai deskripsi pada lembar observasi. d. Menghitung skor yang diperoleh. e. Mendiskripsikan skor berdasarkan kriteria yang ditentukan BSNP. Skor
No.
1 2 3 4
a
b
c
d
a
b
c
d
e
f
g
h
i
a
b
c
d
a
b
c
a
B
c
d
e
a
b
c
d
e
a
b
c
d
e
f
g
Bab 8 a b
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
Deskripsi
Ada materi prasyarat Ada penjelasan awal Ada tujuan pembelajaran Ada epitome
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
109
5
6
7
8 9 10
11
Epitome relevan dengan materi yang akan dibahas Menyampaikan manfaat mempelajari materi yang akan dibahas Ada contohcontoh yang mendukung materi Ada soal-soal latihan Ada kunci jawaban untuk soal yang sulit Ada kegiatan siswa Ada tugas untuk siswa seperti membuat jurnal, rigkasan, dll
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
110
12 13
14
15
16
17
Ada kalimat ajakan Ada kalimat arahan Ada pertanyaanpertanyaan saat penyampaian materi Terdapat kalimat-kalimat yang menggunakan kata gati orang kedua yang khusus merujuk ke siswa Ada perintah berdiskusi dengan teman Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan
0
0
0
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
111
18
19
yang berupa benda yang ada di sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan 0 yang berupa peristiwa yang ada di sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan 0 lingkungan yang berupa keadaan yang ada di sekitar
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
112
siswa sebagai konteks pembelajaran
20
21
Arahan untuk mengemukakan 0 pendapat Ada kegiatan siswa yang dilakukan 0 secara berkelompok JUMLAH
11
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
13
12
15
17
12
15
15
16
12
11
11
12
14
5
8
11
20
17
8
6
11
11
10
15
18
14
13
15
16
14
11
7
11
9
14
10
11
14
Hasil Penilaian Buku Ajar Fisika Skor Maksimum untuk Masing-masing Sub Bab : 21 No.
Bab
1
1
2
2
Sub Bab
Skor
A B C D A B C
11 13 12 15 17 12 15
Jumlah
Skor Maksimal Tiap Bab
DP Masing-masing Bab
51
84
60,71%
121
189
64,02%
113
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
D E F G H I A B C D A B C A B C D E A B C D E A B C D E F G
15 16 12 11 11 12 14 5 8 11 20 17 8 6 11 11 10 15 18 14 13 15 16 14 11 7 11 9 14 10
38
84
45,24%
45
63
71,43%
53
105
50,48%
76
105
72,38%
86
147
58,5%
114
8
8
A B Jumlah DP Total
11 14
25
42
495
819 60,44%
59,52%
115
Lampiran 14 Keberpusatan Pada Peserta Didik Sampel Buku B Butir 1
: Keberpusatan Pada Peserta Didik
Judul Buku : Fisika untuk SMA Kelas X Kode Buku
:B
Langkah
: a. Membaca dan mencermati buku pada tiap sub bab. b. Mengidentifikasi berdasar deskripsi. c. Memberi skor 1 jika sesuai dengan deskripsi dan skor 0 jika tidak sesuai deskripsi pada lembar observasi. d. Menghitung skor yang diperoleh. e. Mendiskripsikan skor berdasarkan kriteria yang ditentukan BSNP.
No.
1 2 3 4 5 6 7
Deskripsi
Ada materi prasyarat Ada penjelasan awal Ada tujuan pembelajaran Ada epitome Epitome relevan dengan materi yang akan dibahas Menyampaikan manfaat mempelajari materi yang akan dibahas Ada contoh-contoh yang mendukung materi
Skor Bab 5 a b c 1 1 0
Bab 1 a b c 1 1 1
Bab 2 a b c 1 1 0
Bab 3 a b 1 1
Bab 4 a b c 1 1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0 0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0 0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 0
1
a 1
Bab 6 b c 1 0
a 1
Bab 7 b c 1 1
Bab 8 d a b 0 1 0
116
8 9 10 11 12 13 14 15
16 17
18
19
20 21
Ada soal-soal latihan Ada kunci jawaban untuk soal yang sulit Ada kegiatan siswa Ada tugas untuk siswa seperti membuat jurnal, rigkasan, dll Ada kalimat ajakan Ada kalimat arahan Ada pertanyaan-pertanyaan saat penyampaian materi Terdapat kalimat-kalimat yang menggunakan kata gati orang kedua yang khusus merujuk ke siswa Ada perintah berdiskusi dengan teman Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan yang berupa benda yang ada di sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan yang berupa peristiwa yang ada di sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan yang berupa keadaan yang ada di sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran Arahan untuk mengemukakan pendapat Ada kegiatan siswa yang dilakukan secara berkelompok JUMLAH
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1 0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0 0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0 1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0 0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0 0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0 0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0 0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0 0
0
15
14
15
19
11
13
14
10
17
15
17
14
16
12
15
14
14
13
13
11
8
10
7
117
Hasil Penilaian Buku Ajar Fisika Skor Maksimum untuk Masing-masing Sub Bab : 21
NO.
Bab
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
Sub Bab
Skor
A B C A B C A B A B C A B C A B C A B
15 14 15 19 11 13 14 10 17 15 17 14 16 12 15 14 14 13 13
Jumlah
Skor Maksimal Tiap Bab
DP Masing-masing Bab
44
63
69,84%
43
63
68,25%
24
42
57,14%
49
63
77,78%
42
63
66,67%
43
63
68,25%
45
84
53,57%
118
8
8
C D A B Jumlah DP Total
11 8 7 10
17
42
307
483 63,56%
40,48%
119
Lampiran 15
Keberpusatan Pada Peserta Didik Sampel Buku C Butir 1
: Keberpusatan Pada Peserta Didik
Judul Buku : Fisika Bilingual Kode Buku
:C
Langkah
: a. Membaca dan mencermati buku pada tiap sub bab. b. Mengidentifikasi berdasar deskripsi. c. Memberi skor 1 jika sesuai dengan deskripsi dan skor 0 jika tidak sesuai deskripsi pada lembar observasi. d. Menghitung skor yang diperoleh. e. Mendiskripsikan skor berdasarkan kriteria yang ditentukan BSNP.
No. 1 2 3 4 5 6
Deskripsi a 0 1 1 0
Ada materi prasyarat Ada penjelasan awal Ada tujuan pembelajaran Ada epitome Epitome relevan dengan materi 0 yang akan dibahas Menyampaikan manfaat 0
Bab 1 b c d 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0
e 0 1 1 0
a 0 1 1 0
b 0 1 1 0
Bab 2 c d 0 0 1 1 1 1 0 0
e 0 1 1 1
f 0 1 1 0
Bab 3 a b c 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0
Skor Bab 4 a b c 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0
a 0 1 1 0
Bab 5 b c 0 0 1 1 1 1 0 0
d 0 1 1 0
a 0 1 1 0
Bab 6 b c d 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0
e 0 1 1 0
a 0 1 1 0
Bab 7 b C d e f 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0
0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 0 0
120
7 8 9 10 11 12 13 14
15
16
17
18
mempelajari materi yang akan dibahas Ada contoh-contoh yang mendukung materi Ada soal-soal latihan Ada kunci jawaban untuk soal yang sulit Ada kegiatan siswa Ada tugas untuk siswa seperti membuat jurnal, rigkasan, dll Ada kalimat ajakan Ada kalimat arahan Ada pertanyaan-pertanyaan saat penyampaian materi Terdapat kalimat-kalimat yang menggunakan kata gati orang kedua yang khusus merujuk ke siswa Ada perintah berdiskusi dengan teman Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan yang berupa benda yang ada di sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran Materi pembelajaran telah
1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 0 0
0
0 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0
0 0 0 1 0 0 0 1
0
0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0 0
0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1
0 1 0 0 0 0 0 0
0
0 0 0
0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1
0 0 0 0 0 0 0 1
0
0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 0 0
1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1
1
1 1 1 1 1 1 0 0
0
0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1
1 1 1 1 0 0 0 0
0
0 0 0
121
19
20 21
disesuaikan dengan lingkungan yang berupa peristiwa yang ada di 0sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan yang berupa keadaan yang ada 0 di sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran Arahan untuk mengemukakan 0 pendapat Ada kegiatan siswa yang 0 dilakukan secara berkelompok
Jumlah
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1
0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 0 0
7 4 5 4 9 7 5 5 4 8 4 5 5 5 8 5 5 5 7 10 7 8 8 8 6 6 4 6
4
4 4 6
Hasil Penilaian Buku Ajar Fisika Skor Maksimum untuk Masing-masing Sub Bab : 21
No.
Bab
1
1
2
2
Sub Bab
Skor
A B C D E A
7 4 5 4 9 7
Jumlah
Skor Maksimal Tiap Bab
DP Masing-masing Bab
29
105
27,62%
33
126
26,19%
122
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
B C D E F A B C A B C A B C D A B C D E A B C D E F JUMLAH
5 5 4 8 4 5 5 5 8 5 5 5 7 10 7 8 8 8 6 6 4 6 4 4 4 6
15
63
23,81%
18
63
28,57%
29
84
34,52%
36
105
34,29%
28
126
22,22%
188
672
123
DP TOTAL
27,98%
124
Lampiran 16 Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses Sampel Buku A
Butir 2
: Pengembangan Keterampilan Proses
Judul Buku : Kompetensi Fisika Kode Buku
:A
Langkah
: a. Membaca dan mencermati buku pada tiap sub bab. b. Mengidentifikasi berdasar deskripsi. c. Memberi skor 1 jika sesuai dengan deskripsi dan skor 0 jika tidak sesuai deskripsi pada lembar observasi. d. Menghitung skor yang diperoleh. e. Mendiskripsikan skor berdasarkan kriteria yang ditentukan BSNP.
No. 1
2
3
Deskripsi Penjelasan materi dikaitkan degan dunia nyata siswa Penjelasan materi dikaitkan dengan konsepsi awal siswa Aplikasi konseptual dalam kehidupan
Bab 1 a b c d 1 1
Skor Bab 4 Bab 5 a b C A b c d e
a
Bab 6 b c d
e
a
b
Bab 7 c d e
f
1
1
1
1
1
1
0 0 1
1
1
1
1
1
1
0
0 0
0
1 1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0 0 1
1
1
0
0
1
1
1
1 1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 0 1
1
1
1
1
1
1
0
0 0
1
0 1
1
1
a
Bab 2 b c d e f g
Bab 3 a b c d
h
i
1 0
1
1
1 1
1
1 1
0
1 1
0
1
1 1
0 0
1
1
0 0
1
1 1
0
1 0
1
1 0
0 0
1
1
1 1
1
1 1
0
1 1
0
g
Bab 8 a B
125
4 5
6
7
8
9
10
11
12
nyata Kegiatan mendukung konsep dengan benar Kegiatan dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa Soal latihan mendukung konsep dengan benar Soal latihan dikaitkan konsep dengan benar Soal latihan dilengkapi kunci penyelesaian dan pembahasan Merencanakan dan melakukan kerja/kegiatan ilmiah Mengidentifikasi objek dan fenomena dalam sistem yang ada di alam Mengkomunikasikan pikiran secara lisan dan tertulis Mengembangkan kemampuan mengambil
0 1
0 1
1
0
0 1
1
0 0
0
0 0
0
0
0
1
0
0
0
0
0 0 1
1
0
0
0
0
0
1
0 0
0
0 0
0
0
0 1
0 0
1
0
0 1
1
0 0
0
0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0 0
0
0
0
0
0
0
0
0 0
0
0 0
0
0
0 1
1 1
0
1
1 1
0
1 1
0
0 1
1
0
1
1
1
1
1
0
1 1 1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1 0
0
1
0 1
1 1
0
1
1 1
0
1 1
0
0 1
1
0
1
1
1
1
1
0
1 1 1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1 0
0
1
0 0
0 0
0
0
0 0
0
0 0
0
0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0 0
0
0
0
0
0
0
0
0 0
0
0 0
0
0
0 1
0 1
0
0
0 1
1
0 0
0
0 0
0
0
0
1
0
0
0
0
0 0 1
1
0
0
0
0
0
1
0 0
0
0 0
0
0
0 0
0 0
1
0
0 0
0
1 0
0
0 0
0
0
0
0
1
0
1
0
0 0 0
0
0
0
0
0
0
0
0 0
0
0 0
0
1
0 1
0 1
1
0
0 1
1
0 0
0
0 0
0
0
0
1
0
0
0
0
0 0 1
1
0
0
0
0
0
1
0 0
0
0 0
0
1
0 1
0 0
1
0
0 1
1
0 0
1
0 0
0
0
1
1
0
0
1
0
0 0 1
1
0
0
0
1
0
1
0 0
0
0 0
0
1
126
13
14 15 16 17
18
19
keputusan Menyajikan kemampuan menyelesaikan suatu masalah dalam kasus Mengembangkan kreativitas Merumuskan masalah Melakukan pengamatan Menganalisis dan menyajikan hasil pengamatan secara kritis Mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya dalam menjelaskan suatu fenomena Ada proses yang menggiring siswa mengalami kegiatan langsung JUMLAH
0 1
1 1
1
1
1 1
1
1 1
0
0 1
1
1
0
0
1
1
1
1
1 0 1
0
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1 0
0
1
0 0
0 0
1
0
0 1
1
0 0
1
0 0
0
0
1
1
0
0
0
0
0 0 1
1
0
0
0
1
0
1
0 0
0
0 0
0
1
0 1
0 1
0
0
0 1
1
0 0
0
0 0
0
0
0
1
0
0
0
0
0 0 1
1
0
0
0
0
0
1
0 0
0
0 0
0
0
0 1
0 1
0
0
0 1
1
0 0
0
0 0
0
0
0
1
0
0
0
0
0 0 1
1
0
0
0
0
0
1
0 0
0
0 0
0
0
0 1
0 1
0
0
0 1
1
0 0
0
0 0
0
0
0
1
0
0
0
0
0 0 1
1
0
0
0
0
0
1
0 0
0
0 0
0
0
0 0
0 0
0
0
0 0
0
0 0
0
1 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0 0
0
0
0
0
0
0
0
0 0
0
0 0
0
1
1 1
0 1
1
0
0 1
1
0 0
0
0 0
0
0
0
1
0
1
0
0
0 0 1
1
0
0
0
0
0
1
0 0
0
0 0
0
0
4
4
11
6
5
14
6
3
5
3
2
8
15
7
7
7
3
4
15
6
5
5
8
6
13
4
5
5
14
10
15
5
5
3
15
4
3
3
11
127
Hasil Penilaian Buku Ajar Fisika Skor Maksimum untuk Masing-masing Sub Bab : 19
No.
Bab
1
1
2
2
3
3
4
4
Sub Bab
Skor
A B C D A B C D E F G H I A B C D A B C
4 14 4 10 11 6 5 15 14 6 5 3 5 5 3 2 8 15 7 7
Jumlah
Skor Maksimal Tiap Bab
DP Masing-masing Bab
32
76
42,1%
70
171
40,94%
18
76
23,68%
29
57
50,88%
128
5
5
6
6
7
7
8
8
A B C D E A B C D E A B C D E F G A B Jumlah DP Total
7 3 4 3 15 15 6 5 5 8 6 13 4 4 5 5 3 3 11
32
95
33,68%
39
95
41,05
40
133
30,08%
14
38
36,84%
274
741 36,98%
129
Lampiran 17 Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses Sampel Buku B
Butir 2
: Pengembangan Keterampilan Proses
Judul Buku : Fisika untuk SMA Kelas X Kode Buku
:B
Langkah
: a. Membaca dan mencermati buku pada tiap sub bab. b. Mengidentifikasi berdasar deskripsi. c. Memberi skor 1 jika sesuai dengan deskripsi dan skor 0 jika tidak sesuai deskripsi pada lembar observasi. d. Menghitung skor yang diperoleh. e. Mendiskripsikan skor berdasarkan criteria yang ditentukan BSNP. Skor
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Deskripsi Penjelasan materi dikaitkan degan dunia nyata siswa Penjelasan materi dikaitkan dengan konsepsi awal siswa Aplikasi konseptual dalam kehidupan nyata Kegiatan mendukung konsep dengan benar Kegiatan dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa Soal latihan mendukung konsep dengan benar Soal latihan dikaitkan konsep dengan benar Soal latihan dilengkapi kunci penyelesaian dan pembahasan
a 0 1 0 1 0 1 1 0
Bab 1 b 1 1 0 0 0 1 1 0
c 0 1 0 1 0 1 1 0
a 1 1 1 1 1 1 1 0
Bab 2 b 0 0 0 1 1 1 1 0
c 1 0 1 1 1 1 1 0
Bab 3 A b 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0
a 1 0 1 1 1 1 1 0
Bab 4 b 1 1 1 1 0 1 1 0
c 1 1 1 1 1 1 1 0
a 1 0 1 0 0 1 1 0
Bab 5 b 1 1 1 1 1 1 1 0
c 1 1 1 1 0 1 1 0
a 1 1 1 1 1 1 1 0
Bab 6 b 1 1 1 1 1 1 1 0
c 1 1 1 1 1 1 1 0
a 0 1 1 0 0 0 0 0
Bab 7 b c 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0
d 1 0 1 0 0 0 0 0
Bab 8 a B 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
130
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Merencanakan dan melakukan kerja/kegiatan ilmiah Mengidentifikasi objek dan fenomena dalam sistem yang ada di alam Mengkomunikasikan pikiran secara lisan dan tertulis Mengembangkan kemampuan mengambil keputusan Menyajikan kemampuan menyelesaikan suatu masalah dalam kasus Mengembangkan kreativitas Merumuskan masalah Melakukan pengamatan Menganalisis dan menyajikan hasil pengamatan secara kritis Mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya dalam menjelaskan suatu fenomena Ada proses yang menggiring siswa mengalami kegiatan langsung
JUMLAH
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0 0 0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0 0 0
1
1 1
0 0
1 1
1 1
1 1
1 1
0 0
0 1
1 1
1 1
1 1
1 0
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 0
1 1
0 0 0 0 0 0
0 0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0 0 0
0
0 1 1
0 0 0
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
0 0 0
0 0 0
1 1 1
0 1 1
1 1 1
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 0 0
1 1 1
0 0 1 0 0 0 0 0 0
1 0 0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0 0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0 0
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0 0 0
0
12
5
12
15
13
16
5
6
16
14
16
7
16
13
17
17
17
7
15
4
3
Hasil Penilaian Buku Ajar Fisika Skor Maksimum untuk Masing-masing Sub Bab : 21 NO.
Bab
1
1
2
2
Sub Bab
Skor
A B C A B
12 5 12 15 13
Jumlah
Skor Maksimal Tiap Bab
DP Masing-masing Bab
29
57
50,88%
44
57
77,19%
2
2
131
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
C A B A B C A B C A B C A B C D A B Jumlah DP Total
16 5 6 16 14 16 7 16 13 17 17 17 7 15 4 2 2 3
11
38
28,95%
46
57
80,7%
36
57
63,16%
51
57
89,47%
28
76
36,84%
5
38
13,16%
250
437 57,21%
132
Lampiran 18 Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses Sampel Buku C
Butir 2
: Pengembangan Keterampilan Proses
Judul Buku : Fisika Bilingual Kode Buku
:C
Langkah
: a. Membaca dan mencermati buku pada tiap sub bab. b. Mengidentifikasi berdasar deskripsi. c. Memberi skor 1 jika sesuai dengan deskripsi dan skor 0 jika tidak sesuai deskripsi pada lembar observasi. d. Menghitung skor yang diperoleh. e. Mendiskripsikan skor berdasarkan kriteria yang ditentukan BSNP.
No. 1 2 3 4
Deskripsi Penjelasan materi dikaitkan degan dunia nyata siswa Penjelasan materi dikaitkan dengan konsepsi awal siswa Aplikasi konseptual dalam kehidupan nyata Kegiatan mendukung konsep
Bab 1 Bab 2 a b c d e a b c d e
Skor Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 f a b c A b c a b c d a b c d e a
Bab 7 b c d e
f
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
133
5 6 7 8 9 10
11 12 13
14 15 16 17 18
dengan benar Kegiatan dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa Soal latihan mendukung konsep dengan benar Soal latihan dikaitkan konsep dengan benar Soal latihan dilengkapi kunci penyelesaian dan pembahasan Merencanakan dan melakukan kerja/kegiatan ilmiah Mengidentifikasi objek dan fenomena dalam sistem yang ada di alam Mengkomunikasikan pikiran secara lisan dan tertulis Mengembangkan kemampuan mengambil keputusan Menyajikan kemampuan menyelesaikan suatu masalah dalam kasus Mengembangkan kreativitas Merumuskan masalah Melakukan pengamatan Menganalisis dan menyajikan hasil pengamatan secara kritis Mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya dalam menjelaskan suatu fenomena
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 1
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
1 1 1
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
1 1 1
0 0 0
0 0 0
0 0 0
1 1 1
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
134
19
Ada proses yang menggiring siswa mengalami kegiatan langsung
Jumlah
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
5
3
3
3
9
3
4
3
3
4
4
3
3
3
5
5
4
5
12 4
5
4
5
13
4
3
3
13 3
3
3
4
Hasil Penilaian Buku Ajar Fisika Skor Maksimum untuk Masing-masing Sub Bab : 19
No.
Bab
1
1
2
2
3
3
4
4
Sub Bab
Skor
A B C D E A B C D E F A B C A B
5 3 3 3 8 3 4 3 3 4 4 3 3 3 5 5
Jumlah
Skor Maksimal Tiap Bab
DP Masing-masing Bab
22
95
23,16%
21
114
18,42%
9
57
15,79%
14
57
24,56%
135
5
5
6
6
7
7
C A B C D A B C D E A B C D E F JUMLAH DP TOTAL
4 5 12 4 5 4 5 13 4 3 3 13 3 3 3 4
26
76
34,21%
29
95
30,53%
29
114
25,44%
150
608 24,67%
136
Lampiran 19
Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan Sampel Buku A Judul Buku : Kompetensi Fisika Kode Buku
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Bab
1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah
:A
C-1 2 0 0 1 2 1 0 4 10
Presentase soal C-1 =
C-2 7 2 2 3 3 8 3 5 33
Jenjang C-3 C-4 4 2 8 5 9 4 7 4 6 4 3 3 4 8 4 2 45 32
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟏𝟏
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟏𝟏𝟏𝟏 = 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏% = 8,33% Presentase soal C-2 =
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟐𝟐
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟑𝟑𝟑𝟑 = 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏% = 27,5% Presentase soal C-3 =
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟑𝟑
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟒𝟒𝟒𝟒 = 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏% = 37,5% Presentase soal C-4 =
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟒𝟒
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟑𝟑𝟑𝟑 = 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏% = 26,67% Presentase soal C-5 =
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟓𝟓
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒍𝒍
𝟎𝟎 = 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
C-5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C-6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 15 15 15 15 15 15 15 15 120
137
= 0% Presentase soal C-6 =
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟔𝟔
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟎𝟎 = 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
= 0%
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
138
Lampiran 20
Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan Sampel Buku B Judul Buku : Fisika untuk SMA Kelas X Kode Buku
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Bab
1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah
:B
C-1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Presentase soal C-1 =
C-2 14 3 2 7 3 3 1 0 33
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟏𝟏
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟎𝟎 = 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐
= 0% Presentase soal C-2 =
Jenjang C-3 C-4 21 20 17 10 14 9 16 12 23 14 21 6 19 20 4 6 135 97
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟐𝟐
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟑𝟑𝟑𝟑 = 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏% = 12,45% Presentase soal C-3 =
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟑𝟑
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟏𝟏𝟑𝟑𝟑𝟑
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏% = 50,94%
= 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐
Presentase soal C-4 =
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟒𝟒
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟗𝟗𝟗𝟗 = 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏% = 36,61% Presentase soal C-5 =
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟓𝟓
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟎𝟎 = 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
= 0% Presentase soal C-6 =
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟔𝟔
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
C-5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C-6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 55 30 25 35 40 30 40 10 265
139
𝟎𝟎 = 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
= 0%
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
140
Lampiran 21 Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan Sampel Buku C Judul Buku : Fisika Bilingual Kode Buku
No. 1 2 3 4 5 6 7
Bab
1 2 3 4 5 6 7 Jumlah
:C
C-1 5 1 2 1 1 9 3 22
Presentase soal C-1 =
C-2 26 6 4 8 3 5 3 55
Jenjang C-3 C-4 6 6 15 15 15 4 15 6 18 8 32 9 19 5 120 53
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟏𝟏
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟐𝟐𝟐𝟐 = 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏% = 8,8% Presentase soal C-2 =
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟐𝟐
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟓𝟓𝟓𝟓 = 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐
= 22% Presentase soal C-3 =
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟑𝟑
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
= 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐
= 48% Presentase soal C-4 =
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏% 𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟒𝟒
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟓𝟓𝟓𝟓 = 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏% = 21,2% Presentase soal C-5 =
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟓𝟓
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟎𝟎 = 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
= 0% Presentase soal C-6 =
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟔𝟔
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟎𝟎 = 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
= 0%
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
C-5 0 0 0 0 0 0 0 0
C-6 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 43 37 25 30 30 55 30 250
141