ANALISIS BIAYA PRODUKSI WOOD PELLET: STUDI KASUS DI PT KUTAI TIMBER INDONESIA TBK., PROBOLINGGO, JAWA TIMUR
KARINA ADE WILMA
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Biaya Produksi Wood Pellet: Studi Kasus di PT Kutai Timber Indonesia Tbk., Probolinggo, Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2016 Karina Ade Wilma E24120002
ABSTRAK KARINA ADE WILMA. Analisis Biaya Produksi Wood Pellet: Studi Kasus di PT Kutai Timber Indonesia, Probolinggo, Jawa Timur. Dibimbing oleh E G TOGU MANURUNG dan BINTANG C H SIMANGUNSONG. Energi terbarukan yang ramah lingkungan sangat dibutuhkan saat ini untuk menggantikan minyak bumi atau batubara (fossil fuels). Saat ini, industri wood pellet telah berkembang pesat di negara-negara Eropa dan Amerika akibat kebutuhan wood pellet sangat tinggi negara-negara tersebut. Untuk dapat memanfaatkan permintaan wood pellet yang tinggi, perusahaan-perusahaan wood pellet memerlukan alat analisis dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaaan dan operasi kegiatan produksi wood pellet, seperti penilaian produktivitas, efisiensi, pengawasan, dan penekanan biaya produksi serta profitabilitas perusahaan. Penelitian bertujuan menganalisis biaya produksi wood pellet yang dilakukan di PT Kutai Timber Indonesia Tbk., Probolinggo, Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi wood pellet pada rata-rata produksi 1 653.171 ton/tahun sebesar Rp1 412 194/ton yang terdiri dari biaya tetap sebesar Rp485 195/ton dan biaya variabel sebesar Rp926 999/ton. Nilai break-even point sebesar 1 399.84 ton/tahun dan ROI sebesar 14.15 %. Kata kunci : biaya produksi, energi, profitabilitas, wood pellet
ABSTRACT KARINA ADE WILMA. Cost Analysis of Wood Pellet Production: A Case Study at PT Kutai Timber Indonesia, Probolinggo, East Java. Supervised by E G TOGU MANURUNG and BINTANG C H SIMANGUNSONG. Eco-friendly renewable energy were necessary to replace petroleum or coal (fossil fuels). The wood pellet industry has been rapidly developed in Eropa and America because of high demand of wood pellet at those countries. To capitalize this high demand, the wood pellet companies need tools in making decision on management and operation wood pellet production, such as productivity assessment, efficiency, production cost control and monitoring, and also profitability. This study was conducted at PT Kutai Timber Indonesia Tbk, Probolinggo, East Java. The result showed that the average cost of wood pellet production on the average of production of 1 653.171 ton/year was IDR 1 412 194/ton, which consisted of the fixed cost of IDR 485 195/ton and the variable cost of IDR 926 999/ton. The breakeven point was 1 399.84 ton/year and the ROI was 14.15 %. Keywords: energy, production cost, profitability, wood pellet
ANALISIS BIAYA PRODUKSI WOOD PELLET: STUDI KASUS DI PT KUTAI TIMBER INDONESIA TBK., PROBOLINGGO, JAWA TIMUR
KARINA ADE WILMA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli 2016 ini ialah analisis biaya, dengan judul Analisis Biaya Produksi Wood Pellet: Studi Kasus di PT Kutai Timber Indonesia Tbk., Probolinggo, Jawa Timur. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir E G Togu Manurung, MS, Ph D dan Ir Bintang C H Simangunsong, MS, Ph D selaku pembimbing yang telah memberi gagasan, ide, saran, arahan, dan bimbingan selama kuliah, penelitian, hingga penyusunan skripsi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir Gani Sulaksono, Bapak Arfan Diyantoro, Bapak Wendi Firmansyah, Bapak Iim, Bapak Pitra, Bapak Bhakti Krisnoly, Bapak Nuzul, Ibu Nanik, Ibu Yuana, dan rekan-rekan dari pihak PT Kutai Timber Indonesia Tbk., yang telah banyak membantu dan memberi saran selama kegiatan penelitian. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, mama, adik-adik, serta sahabat-sahabat saya Indah Wiyani Putri, Vidia, Irosepa, Deani, Elsa, Yuti, Himma, Amanah, Uzy, dan teman-teman kosan AURORA atas doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Semoga skripsi tugas akhir ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2016 Karina Ade Wilma
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
Wood Pellet
2
Proses Produksi Wood Pellet
2
Pasar Wood Pellet
4
METODE PENELITIAN
5
Waktu dan Tempat Penelitian
5
Jenis, Cara Pengumpulan, dan Sumber Data
5
Analisis Data
6
KONDISI UMUM PERUSAHAAN
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Wood Pellet
9
Analisis Biaya Produksi
11
Analisis Profitabilitas
14
Analisis Break Even Point
15
SIMPULAN DAN SARAN
15
Simpulan
15
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
18
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kondisi optimum densifikasi proses pelleting Harga dan biaya produksi wood pellet di pasar dunia Jenis, deskripsi, cara pengumpulan, dan sumber data Karakteristik nilai kalor biopellet dari berbagai bahan baku Nilai investasi produksi wood pellet PT Kutai Timber Indonesia Rata-rata biaya produksi wood pellet di PT Kutai Timber Indonesia pada bulan Januari-Juli 2016 Biaya produksi wood pellet per tahapan periode Januari-Juli 2016 di PT Kutai Timber Indonesia Harga wood pellet di beberapa negara dan di PT KTI Analisis rugi-laba wood pellet PT Kutai Timber Indonesia bulan Januari–Juli 2016
4 4 5 9 11 11 12 13 14
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5
Diagram alir proses produksi wood pellet Pabrik PT Kutai Timber Indonesia Tbk. Produsen wood pellet terbesar di dunia tahun 2014 Jumlah produksi wood pellet di PT Kutai Timber Indonesia pada bulan Januari-Juli 2016 Perbandingan biaya produksi wood pellet di Eropa dan di PT Kutai Timber Indonesia
3 8 10 10 13
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Spesifikasi mesin-mesin wood pellet PT Kutai Timber Indonesia 18 Jumlah tenaga kerja dan rata-rata gaji per bulan produksi wood pellet PT Kutai Timber Indonesia 18 Nilai investasi wood pellet production line 0.3 Ton/Hour 19 Nilai investasi inventaris kantor 19 Kapasitas produksi wood pellet bulan Juli 2016 20 Biaya produksi wood pellet per tahapan termasuk biaya bahan baku di PT Kutai Timber Indonesia pada bulan Januari-Juli 2016 21 Biaya produksi wood pellet per tahapan tanpa biaya bahan baku di PT Kutai Timber Indonesia pada bulan Januari-Juli 2016 21 Laporan analisis spesifikasi wood pellet pada mesin pelet Malaysia PT Kutai Timber Indonesia oleh Sucofindo bulan Januari 2016 22 Laporan analisis spesifikasi wood pellet pada mesin pelet Japan PT Kutai Timber Indonesia oleh Sucofindo bulan Januari 2016 22
7
PENDAHULUAN Latar Belakang Energi terbarukan yang ramah lingkungan sangat dibutuhkan saat ini untuk menggantikan minyak bumi atau batubara (fossil fuels). Salah satu sumber energi tersebut adalah kayu. Jika kayu langsung dijadikan sebagai bahan bakar, maka kayu mempunyai sifat-sifat yang kurang menguntungkan, yaitu kadar karbon yang lebih rendah menyebabkan nilai kalornya lebih rendah daripada batubara. Nilai kalor kayu diperkirakan sekitar 2/3 dari nilai kalor batubara. Di samping itu, nilai kalor bersih yang dihasilkan oleh kayu sangat bergantung pada kadar airnya. Semakin tinggi kadar air kayu semakin rendah nilai kalor bersih yang diperoleh karena banyak energi yang diperlukan untuk mengeluarkan air dari dalam kayu. Di sisi lain, kayu jauh lebih baik dibandingkan batubara karena memiliki kadar abu yang sangat rendah (<1 %). Kayu juga bebas dari sulfur dan bahan-bahan yang bersifat polutif dan korosif (Walker 2006). Pemanfaatan kayu sebagai sumber energi dapat berupa kayu bakar, briket arang dan wood pellet, namun kayu bakar dan briket arang mempunyai kelemahan, yaitu kotor saat pengemasan dan pemakaian, sementara wood pellet sangat mudah, praktis dikemas dan dipakai serta tidak kotor. Terroka (2009) menyatakan wood pellet secara signifikan menghasilkan emisi yang lebih rendah daripada kayu bakar. Wood pellet dapat dibuat dari seluruh bagian pohon, seperti batang, cabang, dan ranting, namun bahan baku utama yang digunakan adalah wood residues dari kegiatan penebangan kayu dan industri perkayuan. Saat ini, industri wood pellet telah berkembang pesat di negara-negara Eropa dan Amerika akibat kebutuhan wood pellet sangat tinggi negara-negara tersebut. Wood pellet telah menjadi bahan bakar penghangat ruangan dan bahkan telah menjadi sumber energi di beberapa pabrik. Kebutuhan wood pellet di negaranegara Asia, seperti Korea Selatan dan Jepang juga tinggi. Hal ini membuat wood pellet menjadi salah satu komoditi ekspor potensial bagi negara Indonesia yang kaya dengan sumber daya hutan. Untuk dapat memanfaatkan permintaan wood pellet yang tinggi, baik itu permintaan domestik maupun ekspor maka perusahaan-perusahaan wood pellet memerlukan alat analisis dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaaan dan operasi kegiatan produksi wood pellet, seperti penilaian produktivitas, efisiensi, pengawasan, dan penekanan biaya produksi serta profitabilitas perusahaan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya produksi wood pellet, menganalisis break-even point produksi wood pellet, dan menganalisis tingkat profitabilitas usaha wood pellet. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan untuk menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan usaha. Selain itu,
2
peneitian ini juga bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat luas dalam menambah pengetahuan tentang pengelolaaan dan operasi kegiatan produksi wood pellet.
TINJAUAN PUSTAKA Wood Pellet Wood pellet merupakan salah satu bentuk energi terbarukan yang dibuat dari biomassa kayu, seperti limbah kayu industri perkayuan dan pemanenan kayu atau tumbuhan berkayu yang dipadatkan (Sylviani et al. 2013, Tampubolon 2008). Wood Pellet merupakan bahan bakar unggul yang memiliki energi yang lebih besar bila dibandingkan kayu bakar atau serbuk gergajian karena lebih padat, lebih mudah ditangani, tidak perlu ruang penyimpanan yang besar, dan memiliki sifat yang ramah lingkungan sehingga banyak digunakan oleh konsumen sebagai bahan bakar untuk pemanasan di rumah atau bahan bakar industri kecil (Ciolkosz 2009). Proses Produksi Wood Pellet Proses produksi wood pellet terdiri dari beberapa tahap, yaitu penghancuran atau pengecilan ukuran bahan baku (pulverizing), pengeringan dan pembersihan bahan baku (drying and cleaning), pembentukan wood pellet (pelleting), dan pendinginan dan pengemasan wood pellet (cooling and packaging). Proses produksi wood pellet secara umum disajikan pada Gambar 1. Penghancuran atau Pengecilan Ukuran Bahan Baku Mesin yang digunakan untuk mencacah atau memotong bahan baku antara lain: chipper, shredder, dan wood crusher. Ukuran serpihan kayu yang ingin didapatkan, yaitu 3-5 mm. Bahan baku yang sudah halus, seperti serbuk gergajian, tidak perlu dipotong atau dicacah. Serpihan kayu yang tidak lolos penyaringan akan diproses kembali. Waste akan dihasilkan dari setiap mesin pencacah atau pemotong kayu. Pengeringan dan Pembersihan Bahan Baku Pengeringan dilakukan untuk menurunkan kadar air bahan baku menggunakan rotary/drum dryer. Kadar air yang ideal adalah 10 % untuk mengantisipasi kenaikan kadar air selama penyimpanan di dalam gudang. Lama waktu pengeringan bergantung pada jumlah bahan baku atau serpihan kayu yang masuk ke dryer, semakin banyak jumlah serpihan kayu yang masuk ke dalam dryer maka waktu pengeringan semakin lama. Setelah pengeringan dilakukan, proses selanjutnya adalah pembersihan bahan baku. Mesin yang digunakan adalah cyclone, yang akan memisahkan bahan baku dari debu (dust), logam-logam kecil (metal scraps), dan lain sebagainya.
3
Pulverizing
Raw material
Sebetan kayu
Limbah barcore
Veneer plywood
Chippper
Wood crusher
Shredder
Waste
Drying and cleaning
Rotary/drum dryer Waste Cyclone
Pelleting
Waste
Flat/ring die pellet mill Waste
Cooling and packaging
Cooler
Packing machine
Wood pellet Gambar 1 Diagram alir proses produksi wood pellet
4 2
Pembentukan Wood Pellet Bahan baku yang telah bersih kemudian dibentuk menjadi wood pellet menggunakan mesin ring/flat die pellet mill. Serbuk kayu berukuran < 1 mm dengan kadar air yang telah sesuai akan didensifikasi pada pellet machine. Panjang wood pellet yang dihasilkan dapat ditentukan menggunakan slicer pada bagian samping die. Menurut Kaliyan dan Morey (2009) kondisi optimum densifikasi secara umum disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Kondisi optimum densifikasi proses pelleting Faktor densifikasi Fat/oil (before pelletized) Feed MC Feed particle size Conditioning temperature Conditioning time Pressure Pellet Mill
Gap between the roller and die Cooling/drying Storage condition
Kondisi optimum (Kaliyan dan Morey 2009) 1.5-6.5 % 8-12 % 0.5-1.0 mm 65-100 ̊C 150-250 seconds 100-150 Mpa Die diameter 6 mm 150-250 Rpm
Kondisi optimum SPI (PT Solar Park Indonesia) 4-6 % 7-8 % <1.0 mm 160-260 ̊C 120-240 seconds 100-130 MPa Die diameter 4.8-9.5 mm 180 Low speed
2-4 mm
2 mm
MC < 13 % 25 ̊C or below
5-7 % 24-25 ̊C
Pendinginan dan Pengemasan Wood Pellet Suhu wood pellet yang dihasilkan ring/flat die pellet mill bisa mencapai 90100 ̊C. Wood pellet yang sangat panas ini perlu didinginkan terlebih dahulu dengan menggunakan cooler machine hingga mencapai suhu kamar agar dapat dikemas dengan menggunakan packing machine. Pasar Wood Pellet Produksi wood pellet sebagai bahan bakar pada tahun 2014 meningkat 16 % dari tahun sebelumnya, yaitu mencapai 26 juta ton, hal ini disebabkan peningkatan konsumsi di Eropa. Eropa tercatat sebagai konsumen terbesar wood pellet (78 %) dan diikuti oleh Amerika Serikat (12 %). Korea Selatan termasuk dalam empat besar importir wood pellet di dunia setelah Inggris, Denmark dan Italia (FAO 2015). Adapun harga dan biaya produksi wood pellet di pasar dunia disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Harga dan biaya produksi wood pellet di pasar dunia Wilayah Eropa Rusia Jepang
Biaya produksi 2.2-7.4 USD/GJa 10-35 $/GJb
Harga wood pellet 170-270 €/t atau 10-16 €/GJc 95-165 €/t atau 6-10 €/GJd -
Sumber: aLindner et al. 2005; bYoshioka et al. 2006; cUNECE/FAO 2009; dJunginger et al. 2009
5
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 Juli sampai dengan 1 Agustus 2016 di PT Kutai Timber Indonesia Tbk., Probolinggo, Jawa Timur. Jenis, Cara Pengumpulan, dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Jenis, cara pengumpulan, dan sumber data secara rinci disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Jenis, deskripsi, cara pengumpulan, dan sumber data Jenis data
Data primer
Data sekunder
Deskripsi data Tahap-tahap proses produksi Jumlah, umur ekonomis, dan pemeliharaan alat/mesin/bangunan/kend araan yang digunakan Jumlah operator pada setiap tahap proses produksi Jumlah energi yang diperlukan alat/mesin pada setiap tahap proses produksi Jumlah, jenis, ukuran dan kadar air bahan baku (input) dan wood pellet (output) Bahan penolong (minyak, kantong/bag)
Cara pengumpulan Pengamatan langsung Pengamatan langsung dan wawancara
Jumlah tenaga kerja langsung dan tidak langsung Jumlah jam kerja/hari, jumlah hari kerja/tahun Overhead cost (biaya telepon, listrik dan kantor) Gaji/upah dan tingkat suku bunga Jumlah produksi, harga jual dan pemasaran produk
Mengutip
Sumber data Perusahaan Perusahaan, supervisor
Pengamatan langsung
Perusahaan
Pengamatan langsung dan pengukuran
Perusahaan
Pengamatan langsung dan pengambilan sampel
Perusahaan
Pengamatan langsung
Perusahaan, supervisor
Mengutip Mengutip Mengutip Mengutip
Laporan perusahaan, supervisor, dan manager
26
Analisis Data Analisis Biaya Produksi Biaya produksi (production cost) merupakan penjumlahan dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlah totalnya tidak terpengaruh oleh volume kegiatan dalam kisaran volume tertentu atau tidak terpengaruh oleh jumlah produksi. Biaya tetap ini mencakup biaya penyusutan dan bunga modal, gaji dan upah tidak langsung, biaya pemeliharaan, biaya perbaikan dan asuransi modal tetap perusahaan (mesin pabrik, bangunan, alat transportasi, peralatan, dan barang inventaris), biaya pajak dan pembebanan lainnya, dan overhead cost (biaya listrik, biaya air, biaya alat komunikasi, pembelian alat tulis kantor, administrasi umum, dan pengobatan karyawan). Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang berubah menurut perubahan tingkat produksi tetapi tetap jumlahnya per satuan produksi. Biaya variabel mencakup biaya bahan baku utama, biaya bahan penolong, upah tenaga kerja langsung, dan biaya transportasi. Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya yang terjadi di pabrik selain biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead seperti sewa gudang, sewa tanah, dan sebagainya (Siregar et al. 2013). Biaya produksi setiap ton wood pellet dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan (1). Biaya penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus seperti pada persamaan (2) sementara biaya bunga modal dihitung dengan menggunakan persamaan (3)
𝐵𝑃 =
∑𝑖(𝐷𝑖 +𝐵𝑖 +𝑃𝑖 +𝐴𝑖 ) 𝑄
𝐷𝑖 =
+
(𝐺+𝑂+𝑇) 𝑄
+ ∑𝑗 𝐿𝑗 𝐶𝑗
𝑀𝑖
(2)
𝑁𝑖
𝐵𝑖 = [
(1)
𝑀𝑖 (𝑁𝑖 +1) 2𝑁𝑖
]𝑟
Keterangan : BP = Biaya produksi wood pellet (Rp/ton) Di = Depresiasi barang modal ke-i (Rp/tahun) Bi = Biaya bunga barang modal ke-i (Rp/tahun) Pi = Biaya pemeliharaan barang modal ke-i (Rp/tahun) Ai = Biaya asuransi barang modal ke-i (Rp/tahun) Mi = Harga beli barang modal ke-i (Rp/unit) Ni = Umur ekonomis barang modal ke-i (tahun) G = Gaji/upah tenaga kerja (Rp/tahun) O = Biaya overhead (Rp/tahun) Cj = Harga input variabel ke-j (Rp/unit) r = Tingkat suku bunga pinjaman (% per tahun)
(3)
7 i = Mesin pabrik, bangunan, alat transportasi, peralatan, dan barang inventaris j = Bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja langsung, dan produk diangkut Analisis Break-Even Point (BEP) Analisis BEP atau titik impas dihitung untuk mengetahui tingkat produksi yang menyebabkan total biaya sama dengan total pendapatan seperti yang dirumuskan pada persamaan (4). 𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 = 𝑃𝑃−𝑉𝐶
(4)
Keterangan : BEP = Titik impas produksi wood pellet (ton/tahun) FC = Biaya tetap produksi wood pellet (Rp/tahun) VC = Biaya variabel wood pellet (Rp/ton) PP = Harga wood pellet (Rp/ton)
Analisis Profitabilitas Analisis profitabilitas dilakukan untuk melihat kemampuan perusahaan memperoleh laba. Kemampuan perusahaan memperoleh laba dilihat dari nilai Return on Investment (ROI) yang dihitung dengan menggunakan rumus persamaan (5). 𝑁𝐼
𝑅𝑂𝐼 = 𝐴𝑉
(5)
Keterangan: ROI = Return on Investment (% per tahun); NI = Laba bersih perusahaan per tahun (Rp/tahun); dan AV = Nilai investasi perusahaan wood pellet (Rp).
KONDISI UMUM PERUSAHAAN PT Kutai Timber Indonesia didirikan oleh perusahaan patungan antara Sumitomo Forestry Co, Ltd. Jepang dan PT Kaltimex Jaya pada bulan September 1970, yang bisnis utamanya adalah pemasaran dan pembuatan dasar kayu lapis dan produk kayu di Indonesia dengan kapital sebesar USD 27 000 000. Kantor pusat terletak di Jakarta, sedangkan pabriknya berlokasi di Probolinggo, Jawa Timur. PT Kutai Timber Indonesia Tbk., mempunyai cabang di Surabaya dan Samarinda serta reforesting place di Krucil, Jember, dan lebih dari 20 tempat. Jumlah karyawan di PT Kutai Timber Indonesia sebanyak 1 808 orang dan 2 040 orang pegawai kontrak (per Januari 2015 termasuk 12 staf Jepang). Penjualan produk kayu diekspor ke
28
Jepang 29 %, Amerika Utara 4 %, Uni Eropa 23 %, dan Asia 44 %. Pabrik beroperasi sejak September 1974 dengan luas lahan produksi plywood dan wood working yaitu 246 500 m2 dan luas lahan untuk produksi particle board yaitu 110 000 m2. Kapasitas produksi plywood sebesar 12 500 m3/bulan, wood working 5 500 m3/bulan, dan particle board 12 000 m3/bulan. Adapun empat pimpinan tertinggi di PT Kutai Timber Indonesia Tbk. yaitu: 1. Presiden direktur : Hiroya Sato 2. Direktur : Atsushi Kawamura 3. Presiden komisaris : Toshiro Mitsuyoshi 4. Komisaris : Toru Ida PT Kutai Timber Indonesia mempunyai filosofi perusahaan yaitu sebagai perusahaan manufaktur kayu terpadu, PT Kutai Timber Indonesia secara agresif memanfaatkan sumber daya kayu yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, dan memberikan kontribusi untuk membangun masyarakat lokal dan mencapai masyarakat yang sejahtera dengan memproduksi dan menjual panel kayu dan bahan bangunan berbasis kayu. Adapun sertifikat-sertifikat yang telah diperoleh PT Kutai Timber Indonesia Tbk., yaitu ISO 9001: 2008 manajemen mutu, ISO 14001: 2004 manajemen lingkungan, ISM Code (International Ship Management), ISPS (International Ship and Port Facility Security), SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu), Chain of Custody (COC) (certificate number TT-COC-2009), FSC–KSU Alas Mandiri (certificate number SA-FM/COC-002083), dan OHSAS 18001: 2007 (Occupational Health and Safety Assessment Series). Sertifikat-sertifikat produk yaitu Q-Mark (certificate number 027), JAS Certification (certification number MALQ/P 01-LF/037), CE Marking (certificate number 1224-CPD-0189 and 1224CPD-0187), dan CARB (certificate number TPC 6/CARB-ATCM/M017-H
Gambar 2 Pabrik PT Kutai Timber Indonesia Tbk.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN Wood Pellet Wood pellet adalah bahan bakar terbarukan yang bersih dan telah dianggap sebagai salah satu pengganti bahan bakar fosil (Uasuf dan Becker 2011). Berikut karakteristik nilai kalor beberapa biopellet dari berbagai bahan baku disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Karakteristik nilai kalor biopellet dari berbagai bahan baku Bahan Baku
Cangkang sawit1
Ranting minyak kayu putih2
Serbuk gergajian jati3
Serbuk gergajian akasia4
Serbuk gergajian sengon5
Serbuk kayu sengon & rimba campur6
Nilai kalor 4 557.08 4 407-4 628 4 961.51 4 605.02 4 003.84 4 551-4 582 (kkal/kg) Sumber: 1Bantacut et al. 2013; 2Tyas 2015; 3Hendra 2012; 4Hendra 2012; 5Hendra 2012; 6PT KTI 2016.
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai kalor biopellet dari kayu dan cangkang sawit tidak jauh berbeda. Nilai kalor wood pellet yang diproduksi oleh PT KTI mendekati nilai kalor biopellet berbahan baku cangkang sawit. Nilai kalor tertinggi yaitu nilai kalor wood pellet yang berasal dari serbuk gergajian kayu jati sebesar 4 961.51 kkal/kg. Sedangkan nilai kalor wood pellet terendah sebesar 4 003.84 kkal/kg berbahan baku serbuk gergajian sengon. Hal ini disebabkan berat jenis kayu jati lebih tinggi dibandingkan sengon. Berat jenis kayu jati 0.63, sedangkan kayu sengon 0.32 ( Pandit et al. 2011). Semakin tinggi berat jenis biomassa maka nilai kalor yang dihasilkan semakin besar (Baker 1983). Wood pellet di PT Kutai Timber Indonesia berasal dari limbah double planner dan multi rip bagian produsi wood working. Limbah serbuk untuk wood pellet di PT KTI saat ini berasal dari 77.6 % serbuk kayu sengon dan 22.4 % serbuk kayu rimba campur. Berat jenis yang digunakan PT KTI untuk kayu sengon adalah 0.325 dan rimba campur 0.442. Nilai kalor wood pellet yang dihasilkan PT KTI adalah 4 551-4 582 kkal/kg dengan kadar air 3.1-3.6 %. Jika komposisi input serbuk kayu sengon dan rimba campur dapat dikendalikan maka akan dihasilkan wood pellet dengan nilai kalor yang lebih besar. Lama penyimpanan wood pellet di gudang maksimal enam bulan dalam kondisi normal. Produksi wood pellet dunia pada tahun 2013 sebesar 23 juta ton meningkat menjadi 26 juta ton pada tahun 2014. Pada Gambar 3 dapat dilihat lima negara produsen wood pellet terbesar di dunia pada tahun 2014 antara lain Amerika (6.9 juta ton), Jerman (2.1 juta ton), Kanada (1.9 juta ton), Swedia (1.6 juta ton), dan Latvia (1.3 juta ton). Total produksi wood pellet lima negara tersebut merupakan 52 % dari total produksi wood pellet dunia. Amerika merupakan satu-satunya produsen utama diantara lima negara konsumen wood pellet terbesar di dunia. Negara konsumen wood pellet terbesar sampai terkecil pada tahun 2014 secara berurutan antara lain Inggris, Amerika, Denmark, Italia, dan Swedia. Total konsumsi lima negara tersebut sebesar 14 juta ton atau 55 % dari total konsumsi global (FAO 2015).
2 10
Produksi Wood Pellet (juta ton)
1.3 1.6 6.9
1.9 2.1
Amerika
Jerman
Kanada
Swedia
Latvia
Gambar 3 Produsen wood pellet terbesar di dunia tahun 2014 Hasil produksi wood pellet di PT Kutai Timber Indonesia rata-rata 4-7 ton/hari. Jumlah produksi wood pellet di PT Kutai Timber Indonesia Tbk. pada bulan Januari-Juli 2016 disajikan pada Gambar 4. Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa rata-rata produksi wood pellet pada bulan Januari-Juli 2016 sebanyak 137.764 ton, total produksi sebanyak 964.35 ton, dan rata-rata produksi satu tahun sebesar 1 653.171 ton. Produksi wood pellet di PT KTI sangat kecil (0.006 %) dibandingkan produksi wood pellet dunia pada tahun 2014 (26 juta ton). Produksi wood pellet terkecil yaitu pada bulan Januari sebanyak 70.28 ton. Hal ini disebabkan pada bulan Januari pellet machine rusak sehingga produksi berkurang. Pada bulan Juli 2016 produksi wood pellet juga rendah yaitu 96.57 ton. Hal ini disebabkan oleh pellet machine yang rusak dan jumlah hari kerja yang berkurang. Produksi wood pellet tertinggi yaitu pada bulan Februari sebanyak 204 ton. Pada bulan Februari pellet machine dapat beroperasi kembali sehingga produksi meningkat. Produksi Wood Pellet (ton) 204 180.5 150 133
130 96.57
70.28
JANUARI FEBRUARI MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
Gambar 4 Jumlah produksi wood pellet di PT Kutai Timber Indonesia pada bulan Januari-Juli 2016
11 Analisis Biaya Produksi Analisis biaya produksi wood pellet yang dilakukan di PT Kutai Timber Indonesia, Tbk. yaitu rata-rata biaya produksi selama tujuh bulan (Januari-Juli 2016). Biaya produksi wood pellet diperoleh dari komponen biaya tetap dan biaya variabel. Komponen biaya tetap antara lain depresiasi, biaya bunga barang modal, biaya pemeliharaan, gaji, dan biaya overhead. Komponen biaya variabel antara lain biaya bahan baku, biaya bahan penolong, dan biaya listrik. Tabel 5 Nilai investasi produksi wood pellet di PT Kutai Timber Indonesia Tahapan
Jumlah (Rp juta)
Pulverizing
253.94
Cleaning
10.65
Pelleting, cooling, and packaging
524
Inventaris
5.13
Bangunan
232
Total
1 025.72
Mesin-mesin wood pellet dipasang pada tahun 2012 dan ada tambahan mesin pada tahun 2013 dengan umur ekonomis mesin selama 15 tahun. Jumlah operator yang bekerja untuk produksi wood pellet sebanyak 11 orang (termasuk pengawas 2 orang dan supir forklift 1 orang). Investasi produksi wood pellet yang dikeluarkan PT Kutai Timber Indonesia sebesar 1 025.72 juta rupiah. Investasi terbesar adalah mesin-mesin yang digunakan pada tahapan pelleting, cooling, dan packaging sebesar 524 juta rupiah. Investasi yang dikeluarkan diharapkan dapat memberikan keuntungan (profit) bagi perusahaan. Tabel 6 Rata-rata biaya produksi wood pellet di PT Kutai Timber Indonesia pada bulan Januari-Juli 2016 Komponen Biaya Biaya tetap Depresiasi Bunga modal Pemeliharaan Gaji Overhead Biaya variabel Bahan baku Penolong Listrik Total biaya produksi
Tanpa Bahan Baku Rp Rp juta/ton juta/tahun 0.485 802.1 0.038 63.3 0.034 55.8 0.046 75.8 0.318 525.5 0.049 81.7 0.577 953.9 0.067 110.2 0.510 843.7 1.062 1 756
% 45.7 3.6 3.2 4.3 29.9 4.7 54.3 6.3 48.0 100
Dengan Bahan Baku Rp Rp juta/ton juta/tahun 0.485 802.1 0.038 63.3 0.034 55.8 0.046 75.8 0.318 525.5 0.049 81.7 0.927 1 532 0.350 578.6 0.067 110.2 0.510 843.7 1.412 2 334
% 34.4 2.7 2.4 3.3 22.5 3.5 65.6 24.8 4.7 36.1 100
Catatan: Biaya produksi dihitung berdasarkan rata-rata produksi selama bulan Januari-Juli 2016 dengan rata-rata produksi adalah 1 653.171 ton/tahun.
12 2
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa total biaya produksi wood pellet termasuk biaya bahan baku lebih besar dibandingkan biaya produksi tanpa biaya bahan baku. Biaya produksi tanpa biaya bahan baku sebesar Rp1.062 juta/ton, sedangkan biaya produksi termasuk biaya bahan baku sebesar Rp1.412 juta/ton. Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa biaya yang paling besar yaitu biaya listrik sebesar Rp0.510 juta/ton dari total biaya produksi. Besarnya biaya listrik yang dikeluarkan dipengaruhi oleh waktu penggunaan mesin dan daya mesin. Jika waktu pengoperasian mesin semakin lama maka biaya listrik untuk produksi wood pellet semakin besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Uasuf dan Becker 2011) bahwa biaya produksi wood pellet dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti harga biomassa dan harga listrik. Biaya bahan penolong yang dikeluarkan yaitu berupa biaya bahan bakar forklift dan kantong/bag yang digunakan sebagai kemasan wood pellet. PT Kutai Timber Indonesia tidak mengeluarkan biaya untuk bahan baku, tetapi jika bahan baku dihitung dalam biaya produksi maka nilainya sebesar Rp250 000/ton serbuk kayu. Semakin tinggi jumlah produksi wood pellet maka bahan baku yang digunakan akan semakin banyak sehingga biaya produksi meningkat. Jumlah biaya tetap sama yaitu Rp0.485 juta/ton, tetapi ketika biaya bahan baku dihitung dalam biaya produksi maka biaya variabel akan meningkat. Persentase biaya variabel lebih tinggi dibandingkan biaya tetap. Analisis biaya produksi wood pellet juga dilakukan per tahapan produksi. Biaya produksi wood pellet per tahapan di PT Kutai Timber Indonesia disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Biaya produksi wood pellet per tahapan periode Januari-Juli 2016 di PT Kutai Timber Indonesia Tahapan
Pulverizing Cleaning Pelleting, cooling & packaging Administrasi Total biaya produksi
Tanpa Bahan Baku Rp Rp % juta/ton juta/tahun 0.129 213.9 12.2 0.076 126.3 7.2 0.792 1 309 74.5 0.065 1.062
106.7 1 756
6.1 100
Dengan Bahan Baku Rp Rp % juta/ton juta/tahun 0.479 792.5 33.9 0.076 126.3 5.4 0.792 1 309 56.1 0.065 1.412
106.7 2 334
4.6 100
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa biaya produksi tertinggi yaitu biaya pada tahapan pelleting, cooling, dan packaging sebesar Rp0.792 juta/ton atau Rp1 309 juta/tahun. Pada tahapan ini membutuhkan energi listrik yang lebih besar dibandingkan pada tahapan lainnya, selain itu tahapan ini juga memerlukan kantong/bag untuk pengemasan wood pellet sehingga biaya yang dikeluarkan lebih banyak. Ketika biaya bahan baku dihitung, maka biaya pada tahapan pulverizing meningkat dari Rp0.129 juta/ton atau Rp213.9 juta/tahun (12.2 %) menjadi Rp0.479 juta/ton atau Rp792.5 juta/tahun (33.9 %). Biaya bahan baku dimasukkan ke tahapan pulverizing karena tahapan ini merupakan tahapan awal proses produksi wood pellet dan biaya bahan baku berhubungan langsung dengan proses produksi.
13 Biaya Produksi Wood Pellet (USD/GJ) 6
5.6
5.3
5
4.2 3.6
4 3 2 1 0 Austria
Swedia
PT KTI (Tanpa BB)
PT KTI (Dengan BB)
Gambar 5 Perbandingan biaya produksi wood pellet di Eropa dan di PT Kutai Timber Indonesia Perbandingan biaya produksi wood pellet di PT Kutai Timber Indonesia dengan di Eropa dapat dilihat pada Gambar 5. Biaya produksi wood pellet di PT Kutai Timber Indonesia jika dibandingkan dengan biaya produksi wood pellet di negara-negara Eropa tidak jauh berbeda. Menurut Lindner et al. (2005) biaya produksi wood pellet di Eropa sebesar 2.2-7.4 USD/GJ. Berdasarkan hasil penelitian Thek dan Obernberger (2002) biaya produksi wood pellet di Austria sebesar 5.3 USD/GJ dan Swedia sebesar 3.6 USD/GJ. Komponen biaya terbesar dari kedua negara tersebut adalah biaya bahan baku dan biaya listrik pada tahap pengeringan. Biaya produksi wood pellet di Swedia lebih kecil disebabkan biaya listrik yang lebih murah yaitu 3.7 €/ton wood pellet dibandingkan Austria sebesar 7.8 €/ton wood pellet. Hasil penelitian saya menunjukkan bahwa biaya produksi wood pellet di PT Kutai Timber Indonesia sebesar 4.2-5.6 USD/GJ. Hal ini menunjukkan bahwa biaya produksi wood pellet yang dikeluarkan oleh PT Kutai Timber Indonesia Tbk. masih dalam rentang biaya produksi rata-rata. Tabel 8 Harga wood pellet di beberapa negara dan di PT KTI Negara
Harga (USD/ton)
Keterangan
Ukraina1
110-130
Free on Board (FOB)
Vietnam1
150-155
Free on Board (FOB)
China1
150-175
Free on Board (FOB)
Jerman1
100-200
Free on Board (FOB)
PT KTI2
130
Cost and Freight (CNF)
Sumber: 1www.alibaba.com; 2Marketing PT KTI
Harga wood pellet di beberapa negara memiliki rentang yang tidak jauh berbeda sehingga harga dapat mempengaruhi persaingan penjualan. Harga wood
2 14
pellet di Jerman merupakan harga wood pellet terendah dan juga tertinggi yaitu 100200 USD/tonwoodpellet. Harga wood pellet yang dijual oleh PT Kutai Timber Indonesia adalah 130 USD/ tonwoodpellet. Siregar et al. (2013) menyatakan bahwa biaya produksi menentukan harga pokok produksi di akhir proses produksi. Harga penjualan biasanya yang dilakukan perusahaan lebih tinggi dibandingkan harga pokok produksi. PT Kutai Timber Indonesia pernah mengekspor wood pellet ke Jepang dan Korea Selatan, tetapi sejak Mei 2016 ekspor tidak pernah dilakukan lagi karena tidak ada pesanan dari konsumen. Analisis Profitabilitas Profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektivitas manajemen perusahaan secara keseluruhan berdasarkan besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam suatu usaha (Fahmi 2011). Analisis profitabilitas dapat dilakukan dengan menghitung nilai ROI (Return on Investment). Semakin besar nilai ROI suatu perusahaan, maka semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan. Tabel 9 Analisis rugi-laba wood pellet PT Kutai Timber Indonesia bulan Januari– Juli 2016 Komponen
Satuan
Investasi1
Rp juta
Produksi
ton/tahun
Harga Jual
Rp juta/ton
Pendapatan Biaya Produksi Biaya Tetap Biaya Variabel
Tanpa Bahan Baku
Dengan Bahan Baku
1 025.72
1 025.72
1 653.171
1 653.171
1.5
1.5
Rp juta/tahun
2 479
2 479
Rp juta/tahun
1 756
2 334
Rp juta/ton
1.062
1.412
Rp juta/tahun
802.1
802.1
Rp juta/ton
0.485
0.485
Rp juta/tahun
953.9
1 532
Rp juta/ton
0.577
0.927
Laba
Rp juta/tahun
723.77
145.16
Break Even Point
ton/tahun
869.02
1 399.84
ROI
%
70.56
14.15
Keterangan:
1 Investasi perusahaan berupa memperhitungkan inflasi).
mesin-mesin
dan
inventaris
kantor
(telah
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai investasi yang dikeluarkan PT Kutai Timber Indonesia Tbk. untuk produksi wood pellet adalah Rp1 025.72 juta. Nilai ROI diperoleh dari nilai laba bersih per tahun dan investasi. Laba bersih yang diperoleh PT Kutai Timber Indonesia Tbk. dalam setahun jika biaya bahan baku
15 tidak dihitung pada rata-rata produksi wood pellet sebanyak 1 653.171 ton/tahun yaitu Rp723.77 juta. Berdasarkan investasi dan laba bersih tersebut, maka nilai ROI untuk produksi wood pellet di PT Kutai Timber Indonesia Tbk. sebesar 70.56 %. Jika biaya bahan baku dihitung dalam biaya produksi maka laba bersih yang diterima perusahaan dalam setahun berkurang yaitu Rp145.16 juta sehingga nilai ROI perusahaan semakin kecil yaitu 14.15 %. Nilai ROI produksi wood pellet di PT Kutai Timber Indonesia lebih besar dibandingkan dengan nilai suku bunga deposito Bank Mandiri yaitu 5 % dan suku bunga pinjaman Bank mandiri yaitu 10.25 %. Dengan demikian, PT Kutai Timber Indonesia Tbk. dapat memperbesar kapasitas produksinya untuk memperoleh laba yang lebih besar. Analisis Break-Even Point Menurut Prawirosentono (2007) break-even point atau titik impas merupakan tingkat produksi yang menyebabkan total biaya sama dengan total penerimaan. Analisis break-even point bertujuan untuk menentukan tingkat produksi perusahaan ketika perusahaan tidak untung dan juga tidak rugi. Perusahaan harus menjual produk lebih besar dari titik impas untuk memperoleh laba. Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai BEP produksi wood pellet di PT Kutai Timber Indonesia Tbk. adalah 869.02 ton/tahun dengan biaya tetap sebesar Rp802.1 juta/tahun, biaya variabel Rp0.577 juta/ton dan harga penjualan Rp1.5 juta/ton. Rata-rata produksi wood pellet yaitu 1 653.171 ton/tahun atau 137.764 ton/bulan. Jika biaya bahan baku dihitung dalam biaya produksi maka nilai biaya variabel menjadi Rp0.927 juta/ton sehingga nilai BEP meningkat menjadi 1 399.84 ton/tahun. Produksi wood pellet pada bulan Januari-Juli 2016 telah melebihi titik impas yaitu 964.35 ton, sehingga produksi produksi pada tahun 2016 sampai dengan bulan Juli sudah memperoleh laba atau profit.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Analisis Biaya Produksi Wood Pellet: Studi Kasus di PT Kutai Timber Indonesia Tbk., Probolinggo, Jawa Timur dapat disimpulkan bahwa: 1. Biaya produksi per ton wood pellet tanpa biaya bahan baku adalah Rp1.062 juta dengan biaya tetap sebesar Rp0.485 juta dan biaya variabel sebesar Rp0.577 juta. Biaya produksi per ton wood pellet termasuk biaya bahan baku adalah Rp1.412 juta dengan biaya tetap Rp0.485 juta dan biaya variabel sebesar Rp0.927 juta. 2. Nilai BEP produksi wood pellet tanpa biaya bahan baku sebesar 869.02 ton/tahun dengan biaya tetap sebesar Rp802.1 juta/tahun, biaya variabel Rp0.577 juta/ton dan harga penjualan Rp1.5 juta/ton. Nilai BEP produksi wood pellet termasuk biaya bahan baku sebesar 1 399.84 ton/tahun dengan biaya tetap sama dan biaya variabel sebesar Rp0.927 juta/ton.
2 16
3. Investasi produksi wood pellet yang dilakukan oleh PT Kutai Timber Indonesia Tbk. sebesar Rp1 025.72 juta. Nilai ROI (Return on Investment) produksi wood pellet tanpa biaya bahan baku yaitu 70.56 % dengan laba sebesar Rp723.77 juta. Jika produksi wood pellet termasuk biaya bahan baku maka nilai ROI sebesar 14.15 % dengan laba sebesar Rp145.16 juta.
Saran Adapun saran untuk PT Kutai Timber Indonesia Tbk. yaitu mesin-mesin yang digunakan sebaiknya mesin-mesin dengan kapasitas produksi yang lebih tinggi karena dapat meningkatkan hasil produksi wood pellet. Selain itu, jika persentase jumlah input atau bahan baku serbuk kayu sengon dan rimba caampur dapat dikendalikan dapat dihasilkan wood pellet dengan kualitas yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Baker A J. 1983. Wood biomass for energy. Techline. Forest Products Laboratory [Internet]. [diunduh 2016 September 14]. Tersedia pada: http://www.fpl.fs.fed. us. [BM] Bank Mandiri. 2016. Suku bunga dasar kredit [internet]. [diacu 2016 Agustus 25]. Tersedia dari: http://bankmandiri.co.id/resource/sbdk.asp. Bantacut T, Hendra D, dan Nurwigha R. 2013. The quality of biopellet from combination of palm shell charcoal and palm fiber. JIPI. 23(1):1-12. Ciolkosz D. 2009. Manufacturing fuel pellets from biomass. Penn State Renewable and Alternative Energy Program: energy.extension.psu.edu. The Pennsylvania State University: Penn State Biomass Energy Center and Department of Agricultural and Biological Engineering. Fahmi Irham. 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung (ID): CV Alafabeta. [FAO] Food and Agricultural Organization. 2015. 2014 Global forest products facts and figures [Internet]. [diunduh 2016 September 15]. Tersedia pada: www. fao. org. [FAO] Food and Agricultural Organization. 2015. Resurgence in global wood production [internet]. [diacu 2016 Juni 15]. Tersedia dari: www.fao.org. Hendra D. 2012. Rekayasa pembuatan mesin pelet kayu dan pengujia hasilnya. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 30(2):144-154. Junginger M, R Sikkema, dan APC Faaij. 2009. Analysis of the global pellet market. Including major driving forces and possible technical and non-technical barriers. Report for the Pellet@las project, Copernicus Institute, Utrecht. Kaliyan N dan Morey RV. 2009. Factors affecting strength and durability of densified biomass products. Journal of biomass and energy. 33: 337 ̶ 359. Lindner M, J Meyer, T Eggers, dan A Moiseyev. 2005. Environmentally enhanced bioenergy potential from European forests. Report commission by the European Environmentally Agency, European Forest Institute, Paris.
17 Pandit I K N, Nandika D, Darmawan I W. 2011. Analysis of wood character of social plantation forests. JIPI. 16(2):119-124. Prawirosentono S. 2007. Manajemen Operasi (Operation Management) Analisis dan Studi kasus. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Siregar B, Suripto B, Hapsoro D, Widodo E, Herowati E, Kusumasari L, Nurofik. 2013. Akuntansi Biaya Edisi 2. Jakarta (ID): Salemba Empat. Sylviani, Dwiprabowo H, dan Suryandari EY. 2013. Analisis biaya penggunaan berbagai energi biomassa untuk IKM (studi kasus di kabupaten wonosobo). Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 1(10): 48-60. Tampubolon AP. 2008. Kajian kebijakan energi biomassa kayu bakar study of fuelwood biomass energy policies. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. 5(1): 29–37. Pusat Litbang Hasil Hutan, Bogor. Terroka A. 2009. Can residential biomass pellet stoves meet a significant investigation [internet]. [diacu 2016 April 30]. Tersedia dari: http://www. greeninstitute.org/media/documents/pelletstovepaper.v.2.pdf Thek G dan Obernberger I. 2002. Wood pellet production costs under austrian and in comparison to swedish framework conditions. Proceedings of the 1st World Conference on Pellets, Sept 2002, Stockholm, Sweden, ISBN 91-631-2833-0, page 123-128, Swedish Bioenergy Association (ed), Sstockholm, Sweden. Tyas H N. 2015. Kualitas pelet kayu dari limbah padat pengolahan kayu putih (Melaleuca leucadendron) sebagai bahan bakar ramah lingkungan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Uasuf A dan Becker G. 2011. Wood pellets production costs and energy consumption under different framework conditions in Northeast Argentina. Journal of Biomass and Bioenergy. 35(2011): 1357-1366. UNECE/FAO. 2009. Forest products annual market review 2008-2009. United Nations Economics Commission for Europe and Food and Food and Agriculture Organization of the United Nations (UNECE/FAO), New York/Geneva. Walker J C F. 2006. Primary Wood Processing. Netherland (NL): Springer. Yoshioka T, K Aruga, T Nitami, H Sakai, dan H Kobayashi. 2006. A case study on the costs and the fuel consumption of harvesting, transporting, and chipping chains for logging residues in Japan. Journal of Biomass and Bioenergy. 30(4): 342 ̶ 348.
18 2
LAMPIRAN Lampiran 1 Spesifikasi mesin-mesin produksi wood pellet PT Kutai Timber Indonesia Umur Tahapan Mesin Daya (kW) Ekonomis (tahun) Screw 1 2.2 15 15 Screw 2 1.5 Pulverizing 15 Vibrating screen 2.2 15 Conveyor 1.5 15 Blower fan (ducting) 5.5 Cleaning 15 Blower fan 7.5 15 Conveyor 15 Ft 2 15 Mixer tank 5.5 Speed adjustable motor Italy 15 2.25 Pelleting Branco & Invertor 15 Pellet machine 99 Conveyor transfer pellet to 15 1.5 bucket elevator Bucket elevator 5 meter 15 1.5 High Pellet loading input valve 15 1.5 Cooling & motor Packaging 15 Blower fan (cooling section) 3.5 Bucket elevator 4 meter 15 1.5 High Total 138.65 Lampiran 2 Jumlah tenaga kerja dan rata-rata gaji per bulan produksi wood pellet PT Kutai Timber Indonesia Jenis tenaga kerja
Jumlah (orang)
Rata-rata gaji (Rp/bulan)
Pegawai KTI
5
4 258 200
Tenaga kerja outsourcing
6
3 749 800
11
8 008 000
Total UMR
1 603 000
19 Lampiran 3 Nilai investasi wood pellet production line 0.3 Ton/Hour Tahun
Harga (Rp)
*Total Investasi (Rp)
Screw 1
2013
15 845 000
19 036 056
Screw 2
2013
109 000 000
130 951 728
Vibrating screen
2013
50 000 000
60 069 600
Conveyor
2013
36 525 950
43 881 984
Blower fan (ducting)
2016
6 150 000
6 150 000
Blower fan
2016
4 500 000
4 500 000
Conveyor 15 Ft Mixer tank Speed adjustable motor Italy Branco & Invertor Pellet machine Conveyor transfer pellet to bucket elevator Bucket elevator 5 meter High Pellet loading input valve motor Blower fan (cooling section) Bucket elevator 4 meter High Total
2012
524 000 000
524 000 000
Mesin
2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 788 589 368
*Investasi telah memperhitungkan inflasi Lampiran 4 Nilai investasi inventaris kantor Komponen
Jumlah (unit)
Timbangan
1
2 000 000
2 000 000
Kalkulator
1
30 000
30 000
Bola lampu (80 watt)
6
342 000
2 052 000
Penjahit benang
1
1 050 000
1 050 000
Bangunan
1
232 000 000
232 000 000
Total
Harga (Rp/unit)
Total Investasi (Rp)
237 132 000
2 20
Lampiran 5 Kapasitas produksi wood pellet bulan Juli 2016 Tanggal
Jumlah Flat Die
Produksi (ton)
Waktu kerja (jam)
Kapasitas produksi (ton/jam)
11
3
2.2
8
0.09
12
3
4.7
12
0.13
13
3
7.02
20
0.12
14
3
5.9
20
010
15
2
3.5
19
0.09
16
2
4.26
20
0.11
17
1
0.92
10
0.09
18
1
3.34
20
0.17
19
1
3.28
20
0.16
20
1
3.08
20
0.15
21
1
2.84
20
0.14
22
1
3.02
19
0.16
23
1
3.18
20
0.16
24
1
0.86
10
0.09
25
1
4.33
20
0.22
26
1
3.7
20
0.19
27
1
5
20
0.25
28
1
4.22
20
0.21
29
1
3.6
19
0.19
30
1
3.36
20
0.17
31
1
2.06
10
0.21
Rata-rata (ton/jam)
0.11
0.10
0.17
7
Lampiran 6 Biaya produksi wood pellet per tahapan termasuk biaya bahan baku di PT Kutai Timber Indonesia pada bulan Januari-Juli 2016 Tahapan
Pulverizing
Depresiasi (Rp/tahun)
Bunga modal (Rp/tahun)
Pemeliharaan (Rp/tahun)
Gaji (Rp/tahun)
Overhead (Rp/tahun)
Bahan baku (Rp/tahun)
Bahan penolong (Rp/tahun)
Listrik (Rp/tahun)
Total (Rp/tahun)
16 929 291
13 882 019
3 162 000
134 992 800
0
578 610 000
0
44 944 677
792 520 787
710 000
582 200
1 056 000
44 997 600
0
0
0
78 956 865
126 302 665
Pelleting, cooling & packaging
34 933 333
28 645 333
71 554 800
345 487 200
0
0
110 212 500
718 203 791
1 309 036 958
Administrasi
10 736 500
12 703 261
0
0
81 737 233
0
0
1 560 436
106 737 430
Total
63 309 125
55 812 813
75 772 800
525 477 600
81 737 233
578 610 000
110 212 500
843 665 769
2 334 597 840
Cleaning
Lampiran 7 Biaya produksi wood pellet per tahapan tanpa biaya bahan baku di PT Kutai Timber Indonesia pada bulan Januari-Juli 2016 Tahapan
Bunga modal (Rp/tahun)
Pemeliharaan (Rp/tahun)
Gaji (Rp/tahun)
16 929 291
13 882 019
3 162 000
134 992 800
0
0
44 944 677
213 910 787
710 000
582 200
1 056 000
44 997 600
0
0
78 956 865
126 302 665
Pelleting, cooling & packaging
34 933 333
28 645 333
71 554 800
345 487 200
0
110 212 500
718 203 791
1 309 036 958
Administrasi
10 736 500
12 703 261
0
0
81 737 233
0
1 560 436
106 737 430
Total
63 309 125
55 812 813
75 772 800
525 477 600
81 737 233
110 212 500
843 665 769
1 755 987 840
Pulverizing Cleaning
Depresiasi (Rp/tahun)
Overhead (Rp/tahun)
Bahan penolong (Rp/tahun)
Listrik (Rp/tahun)
Total (Rp/tahun)
21
22
7
Lampiran 8 Laporan analisis spesifikasi wood pellet pada mesin pelet Malaysia PT Kutai Timber Indonesia oleh Sucofindo bulan Januari 2016 Parameters Total Moisture Ash Content Volatile Matter Fixed Carbon Total Sulfur Gross Calorific Value
Unit AR (As Received) % wt 3.1 % wt 1.6 % wt 77.8 % wt 17.5 % wt 0.07 Kcal/Kg 4 582
Parameters Chlorid Bulk Density
Unit % wt Gram/ml
DB (Dried Basis) --1.7 80.3 18 0.07 4 729 Test Result < 0.01 0.766
Lampiran 9 Laporan analisis spesifikasi wood pellet pada mesin pelet Japan PT Kutai Timber Indonesia oleh Sucofindo bulan Januari 2016 Parameters Total Moisture Ash Content Volatile Matter Fixed Carbon Total Sulfur Gross Calorific Value
Unit % wt % wt % wt % wt % wt Kcal/Kg
Parameters Chlorid Bulk Density
Unit % wt Gram/ml
AR (As Received) 3.6 1.4 79.1 15.9 0.07 4 551
DB (Dried Basis) --1.5 82.1 16.4 0.07 4 721 Test Result < 0.01 0.777
2
23
RIWAYAT HIDUP Penulis memiliki nama lengkap Karina Ade Wilma. Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 9 Oktober 1994 dari bapak Kariansyah dan ibu Lenawati. Penulis adalah putri pertama dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan mulai dari SD Amal Luhur Medan (2000-2006), SMP Negeri 18 Medan (2006-2009), SMA Kartika I-2 Medan (2009-2012). Penulis kemudian melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor (IPB), Departemen Hasil Hutan (2012-2016) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi anggota Bina Desa BEM KM IPB divisi Pengembangan Usaha Desa (2013-2014), anggota Klub Asrama Mega Entrepreneur IPB (2012-2013), anggota divisi Sponsorship Olimpiade Mahasiswa IPB, anggota divisi Fundrising IPB Business Festival 2013, dan anggota divisi Jaringan & Kerja sama Himasiltan IPB (2014-2015). Penulis pernah mengikuti kegiatan study tour HGF (Himasiltan Goes to Field) di Malaysia (2014). Penulis pernah memperoleh pengalaman kerja dan turun lapang pada Januari-Februari 2015 di PT Toba Pulp Lestari, Porsea, Sumatera Utara.
