ANALISIS BIAYA MUTU TERHADAP KEBERHASILAN PERUSAHAAN DALAM PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (TQM) PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BEKASI M. As’ad Roem dan Desi Hasanah S. * A purpose of this research was to know how the management TQM in this Abstract public service company. This implementation TQM including the cost of quality and the goods of quality had influenced a efficiency result in the cost of quality. The object of research was PDAM Bekasi, a government company, producing the consuming water in Bekasi. By using study case design, the research has had the development research design. Collecting data directly has been done by using field librabry research. Both observation and interview has been done to evaluate the perfomance of the company approrriately examing thenical literature exactly, a hypothesis has been based on available company’s data in during activity. The conclusion is the implementation TQM is PDAM Bekasi has not been still efficient. Looking over the increasing cost in every year, so the customer has paid the more expensive price for quality. If implementation TQM is efficient, if must be the declining of operating cost in the lasting year. Observing the implementation TQM, this research have some suggestion the improve quality. Some suggestion are to increase and to repair the producer distribution, supporting facilities, and to establish the quality assurance departement. To quarantee the implementation TQM succesfully, the company has the effective inspection method for the better productivity in processing. Keywords : Total Quality Management, Prevention Cost, Appraisal Cost, Internal Failure Cost and External Failure Costs
Dalam era globalisasi saat ini, persaingan di pasar dunia semakin ketat terutama diantara perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha yang sejenis. Agar perusahaan dapat tumbuh dan berkembang dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif dalam skala global. Biaya mutu dapat diartikan sebagai keseluruhan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mencapai dan memeriksa tingkat mutu yang dipersyaratkan, atau biaya-biaya yang dipersyaratkan, atau biaya-biaya yang terjadi untuk menemukan dan memperbaiki pekerjaan yang tidak sempurna. Berkaitan dengan mutu, peningkatan mutu suatu produk atau jasa dapat dilakukan dengan menggunakan suatu sistem pengendalian mutu. Sistem pengendalian mutu yang dimaksud harus dapat memberikan pemahaman lebih baik kepada manajer mengenai apa yang diinginkan oleh pasar, mampu menjaga konsistensi dan apa yang dibutuhkan untuk mencapai mutu yang diinginkan, dan dapat mendukung produk atau jasa yang bersangkutan selama Analisis Biaya Mutu Terhadap Keberhasilan (Roem dan Hasanah S.)
PENDAHULUAN
*Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti
171
siklus hidupnya. Sistem Pengendalian mutu yang dimaksud biasa disebut sebagai Manajemen Mutu Terpadu atau Total Quality Management (TQM ). Total Quality Management merupakan suatu filosofi yang berisi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh manajemen perusahaan untuk melakukan perbaikan-perbaikan secara berkesinambungan dengan menitikberatkan kepada kepentingan konsumen, peningkatan proses, serta keterlibatan menyeluruh dari segenap tingkatan manajemen dalam suatu perusahaan. Perusahaan yang mengaplikasikan Total Quality Management akan memperoleh beberapa manfaat pokok yang dapat meningkatkan laba serta kemampuan bersaing perusahaan yang bersangkutan. Dengan diterapkannya Total Quality Management juga akan berdampak pada biaya mutu yang terjadi, dimana biaya mutu tersebut signifikan jumlahnya sebagai konsekuensi dari upaya perusahaan untuk memelihara serta meningkatkan mutu suatu produk atau jasa.
PERMASA- Dengan demikian, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini LAHAN dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan TQM pada PDAM Bekasi ? 2. Bagaimana dampak penerapan TQM terhadap efisiensi biaya mutu pada PDAM Bekasi?
TUJUAN DAN Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : KEGUNAAN 1. Untuk mengetahui penerapan TQM pada PDAM Bekasi. PENELITIAN 2. Untuk mengetahui dampak penerapan TQM yang dicerminkan oleh peningkatan efisiensi penggunaan biaya mutu melalui analisis biaya mutu. Kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Dapat memberikan pengetahuan dengan melihat praktik yang sebenarnya pada suatu perusahaan yang dikaitkan dengan aplikasi-aplikasi yang diperoleh dalam perkuliahan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya, serta sebagai bahan masukan atau kajian dalam mempelajari mata kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini. 3. Membantu Manajer dalam meningkatkan kinerja perusahaan agar lebih efektif dan efisien. 4. Dapat memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai TQM, dan diharapkan dapat dijadikan referensi dalam kehidupan nyata.
KERANGKA Mutu TEORITIS Mutu mempunyai definisi yang berbeda-beda mulai dari yang konvensional sampai dengan yang modern. Definisi yang konvensional biasanya menguraikan salah satu karakteristik yang dimiliki, seperti memiliki suatu komoditas dengan rasa aman, mutu yang bagus, dan tahan lama.
172
Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol. 6, No. 3, September 2006 : 171 - 190
Sedangkan definisi mutu yang modern yaitu memenuhi kebutuhan atau harapan pelanggan. Berdasarkan definisi mengenai mutu tersebut, Vincent Gaspersz dalam bukunya “Total Quality Mangement” ( 2001:5 ) menyatakan bahwa pada dasarnya mutu mengacu pada pengertian berikut : Mutu terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu. Mutu terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan. Menurut Hansen dan Mowen dalam bukunya “Management Accounting” (2000:433) mutu adalah : “Quality product or service is one that meet people or exceed customer expectation”. Menurut Blocher, Chen dan Lin dalam bukunya “Cost Management” (1999:166): “Product or service meets or exceed customers expectations at a competitive price they are willing to pay”.
Dimensi Pengukuran Mutu Ada delapan dimensi mutu yang dikembangkan oleh David Garvin yang dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis dan analisis, terutama untuk produk manufaktur. Dimensi-dimensi tersebut adalah : a. Kinerja ( performance ), yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti. b. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap. c. Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal pakai. d. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. e. Daya tahan (durability), yaitu berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. f. Servicebility, yaitu berkaitan dengan kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah diterima, penanganan keluhan yang memuaskan. g. Estetika (aesthetics), yaitu daya tarik produk terhadap panca indra h. Kualitas yang dipersepsikan ( perceived quality ), yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Menurut Render dan Heizer dalam bukunya “Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi” (2001:111) ada sepuluh dimensi mutu pada perusahaan jasa : a. Reliability, meliputi konsistensi dari kinerja dan dapat dipercaya, berarti bahwa perusahaan melakukan pelayanan dengan benar dan juga berarti bahwa jasa perusahaan tersebut dijanjikan untuk diberikan.
Analisis Biaya Mutu Terhadap Keberhasilan (Roem dan Hasanah S.)
173
b. Responsiveness, berkaitan dengan kemauan atau kesiapan dari karyawan untuk memberikan pelayanan. c. Competence (Kecakapan), berarti menguasai skill dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memberikan jasa (pelayanan). d. Access, termasuk kedekatan dan kemudahan dihubungi. e. Courtesy (Kesopan-santunan), meliputi kesopanan, rasa hormat, perhatian, dan keramahtamahan dari karyawan. f. Communication, berarti menginformasikan kepada konsumen dalam bahasa yang dapat dimengerti. g. Credibility, termasuk kepercayaan dan kejujuran. Hal tersebut termasuk juga harus mempunyai perhatian yang paling baik di hati konsumen. h. Security, berarti bebas dari bahaya, risiko, dan keraguan. i. Focusing on Customer, meliputi usaha-usaha untuk mengerti kebutuhan konsumen. j. Tangibles, termasuk bukti nyata (fisik) dari jasa.
Fungsi Mutu dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menurut Shigeru Mizuno dalam bukunya “Pengendalian Mutu Perusahaan Secara Menyeluruh” (1994:92) pada dasarnya terdapat tiga fungsi utama mutu, yaitu : 1. Pemeriksaan mutu (quality inspection), yaitu tindakan untuk mengetahui apakah produk sesuai dengan yang dimaksud atau tidak. 2. Pengendalian mutu (quality control ), yaitu bila suatu produk tidak sesuai dengan persyaratan pada waktu melalui tahap pemeriksaan mutu, maka dilakukan tindakan pengendalian terhadap kondisi tersebut dengan membawa produk tersebut ke dalam kondisi yang sesuai dengan yang dimaksud. 3. Pemastian mutu (quality assurance), yaitu mutu tidak dijamin pemeriksaan saja, akan tetapi juga memerlukan rancangan yang rasional, pelaksanaan operasi, dan prosedur pengendalian mutu yang benar, sehingga dapat dipastikan konsumen yang membeli terhindar dari rasa cemas. Mutu dari suatu produk secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh sembilan faktor yang mendasar atau lebih dikenal dengan istilah “9M”, yaitu : 1. Market (pasar), Semakin banyak perusahaan, berarti jumlah produk yang ditawarkan juga semakin bertambah dengan laju yang sangat tinggi, sehingga kondisi bisnis yang dilakukan perusahaan harus lebih fleksibel. 2. Money (uang), peningkatan mutu perlu dibayar kembali melalui peningkatan produktivitas dengan konsekuensi timbulnya biaya mutu untuk pemeliharaan dan perbaikan mutu, dimana biaya tersebut dapat dikendalikan oleh Manajemen. 3. Management (Manajemen), tanggung jawab mutu telah didistribusikan kepada semua bagian yang terdapat dalam rantai nilai (value chain) perusahaan dan tingkatan manajemen dalam perusahaan. 4. Men (Manusia), pertumbuhan yang sangat pesat di bidang teknis dan bidang-bidang baru, terutama bidang elektronika dan komputer,
174
Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol. 6, No. 3, September 2006 : 171 - 190
5.
6.
7.
8.
9.
menghasilkan kebutuhan akan karyawan / pekerja dengan kemampuan dan pengetahuan yang khusus. Motivation (Motivasi), pada masa kini, motivasi pekerja tidak hanya ditimbulkan melalui imbalan uang tetapi juga dengan adanya pengakuan yang positif bahwa secara individual pekerja ikut berkontribusi dalam pencapaian tujuan. Materials (Bahan), materials harus diperiksa sedemikian rupa sehingga layak untuk diproses. Pemeriksaan atas spesifikasi yang semakin ketat dapat menurunkan biaya secara efektif. Machines and Mechanization (Mesin dan Mekanisasi), keinginan perusahaan untuk mencapai penurunan biaya dan peningkatan volume produksi mendorong penggunaan perlengkapan pabrik. Modern Information Method (Metode Informasi Modern) Memberikan kemampuan untuk mengendalikan informasi yang lebih bermanfaat, akurat, tepat waktu, dan bersifat perkiraan berkenaan dengan keputusan di masa depan. Mounting Products Requirement (Persyaratan Proses Produksi ), semakin meningkatnya kerumitan dan persyaratan prestasi yang lebih tinggi bagi produk telah menekankan pentingnya keamanan dan kehandalan produk.
Biaya Mutu Faktor utama kekeliruan pemahaman dari hubungan antara mutu dengan biaya adalah tidak tersedianya data yang akurat. Ada keyakinan pada sebagian kalangan industri bahwa biaya mutu secara praktis tidak dapat diukur dalam pengertian biaya. Keyakinan ini sebagian dilandasi oleh argumentasi bahwa akuntansi biaya tradisional yang mengikuti pedoman ekonomi tradisional, tidak berusaha untuk mengukur mutu sehingga biaya mutu tidak dapat dengan mudah untuk diterapkan pada struktur akuntansi tradisional. Menurut Hansen dan Mowen dalam bukunya “Management Accounting” ( 2000:435 ) biaya mutu adalah : “The cost that exist because poor quality may or does exist”. Menurut Blocher, Chen dan Lin dalam bukunya “Cost Management” (1999:175) biaya mutu adalah : “Cost associated with the prevention, identification, repair, and rectification of poor quality and with opportunity cost from loss production time and sales as a result of poor quality”. Menurut Tjiptono dan Diana ( 2001:34 ) dalam bukunya “Total Quality Management” biaya mutu adalah : “Biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan”.
Unsur-Unsur Biaya Mutu Menurut Tjiptono dan Diana dalam bukunya “Total Quality Management” (2001:36) biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan penciptaan dan pengendalian mutu produk dapat diklasifikasikan pada empat unsur biaya mutu sesuai dengan teori biaya mutu. Biaya-biaya tersebut adalah:
Analisis Biaya Mutu Terhadap Keberhasilan (Roem dan Hasanah S.)
175
1.
2.
3.
4.
Biaya Pencegahan Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya yang berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan, dan pemeliharaan sistem mutu. Ada beberapa macam biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pencegahan, yaitu : a. Teknik dan Perencanaan Mutu b. Tinjauan Produk Baru c. Rancangan Proses atau Produk d. Pengendalian Proses e. Pelatihan f. Audit Kualitas Biaya Penilaian Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan mutu. Yang termasuk biaya mutu ini adalah : a. Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Baku yang Dibeli b. Pemeriksaan dan Pengujian Produk c. Pemeriksaan Mutu Produk d. Evaluasi Persediaan Biaya Kegagalan Internal Biaya ini merupakan biaya yang terjadi karena ada ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum produk atau jasa tersebut dikirimkan ke pihak luar ( pelanggan ). Biaya kegagalan internal terdiri atas beberapa jenis biaya, yaitu: a. Sisa Bahan (Scrap) b. Pengerjaan Ulang c. Biaya untuk Memperoleh Material (Bahan Baku) d. Factory Contact Engineering Biaya Kegagalan Eksternal Biaya ini merupakan biaya yang terjadi karena produk atau jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada para pelanggan. Biaya kegagalan eksternal terdiri atas beberapa jenis biaya, yaitu : a. Biaya Penanganan Keluhan Selama Masa Garansi b. Biaya Penanganan Keluhan Di Luar Masa Garansi c. Pelayanan (Service) Produk d. Product Liability e. Biaya Penarikan Kembali Produk
Manfaat Biaya Mutu Penerapan biaya mutu di perusahaan sangat membantu pihak manajemen dalam membuat suatu keputusan. Menurut Feigenbaum (1991:130) ada lima manfaat biaya mutu, yaitu : 1. Sebagai alat pengukur, memberikan ukuran yang komparatif untuk mengevaluasi program-program mutu dengan nilai dari hasil yang telah dicapai.
176
Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol. 6, No. 3, September 2006 : 171 - 190
2.
3.
4.
5.
Sebagai alat analisis mutu-proses, dirinci secara tepat berdasarkan lini produk atau segmen-segmen dari arus proses, akan menunjukkan secara tepat di bidang masalah utama dan berfungsi sebagai alat penganalisa yang efektif. Sebagai alat pemrograman, digunakan untuk mengidentifikasi tindakantindakan yang membawa hasil paling potensial. Karena itu biaya mutu dapat dijadikan dasar dalam memprioritaskan tindakan yang harus dilakukan terlebih dahulu. Sebagai alat anggaran, petunjuk dalam menganggarkan pengeluaranpengeluaran yang diperlakukan dalam menyempurnakan mutu yang diharapkan dalam pengendalian. Sebagai alat peramal, merupakan kendali untuk mengevaluasi dan menjamin suatu produk atau jasa dalam memenuhi persaingan di pasar. Data biaya mutu juga membantu untuk mengevaluasi secara positif terhadap prestasi produk atau jasa dalam hubungannya dengan pelayanan atau jaminan, termasuk perbaikan dan pergantian serta penarikan produk atau biaya kendala.
Indikator Pengukuran Biaya Mutu Indikator pengukuran biaya mutu umumnya dikaitkan dengan program keberhasilan perbaikan mutu, antara lain : 1. Biaya mutu dibandingkan dengan nilai penjualan ( persentase biaya mutu total terhadap nilai penjualan ), semakin rendah nilai yang diperoleh maka menunjukkan program perbaikan semakin sukses. 2. Biaya mutu dibandingkan terhadap keuntungan ( persentase biaya mutu total terhadap nilai keuntungan ), semakin rendah nilai yang diperoleh maka menunjukkan program perbaikan semakin sukses.
Total Quality Management Untuk lebih memperjelas konsep TQM, dibawah ini ditemukan beberapa definisi: Menurut Vincent Gaspersz dalam bukunya “Total Quality Management” (2001:5), Total Quality Management adalah : Suatu cara meningkatkan performansi secara terus menerus (continues performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia. Menurut Tjiptono dan Diana dalam bukunya “Total Quality Management” (2001:4), Total Quality Management adalah : “Suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya”. Menurut Procter dan Gambler ( 2000 : 209 ), Total Quality Management adalah : “Upaya yang dilakukan secara terus-menerus oleh
Analisis Biaya Mutu Terhadap Keberhasilan (Roem dan Hasanah S.)
177
setiap orang dalam organisasi untuk memahami, memenuhi, dan melebihi harapan pelanggan”.
Tahapan Menuju TQM Menurut Rudi Suardi dalam bukunya “Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000” (2004:8) fungsi mutu berkembang melalui beberapa tahapan. Tahap-tahap perkembangan fungsi mutu tersebut adalah : a. Inspeksi Pada tahap ini beberapa ciri pokok diperiksa, diukur, diuji dan dibandingkan dengan suatu tolak ukur agar terjadi kesamaan mutu. Produk yang tidak memenuhi tolak ukur ditolak, diproses ulang, dibuang, atau digunakan untuk tujuan lain. b. Pengendalian Mutu Dalam hal ini proses dipantau dan penyebab kinerja yang tidak memuaskan diidentifikasi dan dieliminasi. Dalam tahap ini terdapat sistem pengendalian, pengujian bahan baku dan pengujian selama proses. c. Kepastian / Jaminan Mutu Dalam hal ini ,meliputi seluruh tahap perencanaan dan pelaksanaan sistematis yang dituntut untuk memberi tingkat handal yang memadai bahwa produk akan memenuhi syarat mutu. Pada tahap ini pedoman mutu tampak lebih lengkap dibandingkan dengan pedoman mutu kendali, ditambah pengumpulan dan penggunaan biaya mutu secara terbatas dan adanya audit pada sistem mutu. d. Manajemen Mutu Dalam tahap ini aspek mutu selalu dievaluasi dan direncanakan perbaikannya melalui penerapan fungsi-fungsi manajemen mutu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat. Oleh karena itu masalahnya lebih luas dari akuntasi manajemen, sebab telah berkembang menjadi masalah strategi, penentuan sasaran jangka panjang, kebijakan dan perilaku manajemen. e. Total Quality Management Dalam perkembangan Total Quality Management, ternyata bukan hanya fungsi produksi yang mempengaruhi kepuasan konsumen akan mutu. Dalam hal ini tanggung jawab tehadap mutu tidak cukup hanya dibebankan kepada suatu bagian, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh individu di perusahaan. Pola inilah yang kemudian disebut dengan manajemen mutu terpadu atau Total Quality Management.
Dua Model Pemecahan Masalah Ada dua model untuk pemecahan masalah yang sekaligus mengarah pada perbaikan berkesinambungan, Model tersebut adalah : 1. Siklus Deming Siklus ini terdiri dari empat komponen utama, yaitu : a. Mengembangkan rencana untuk perbaikan (Plan) Langkah-langkah dalam rencana perbaikan ini meliputi identifikasi peluang dilakukannya perbaikan, dokumentasi proses yang ada saat
178
Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol. 6, No. 3, September 2006 : 171 - 190
ini, menciptakan visi proses yang diperbaiki, dan menentukan jangkauan (scope) usaha perbaikan. b. Melaksanakan rencana yang dibuat (Do) Rencana yang telah disusun diimplementasikan secara bertahap, mulai dari skala kecil selama periode waktu tertentu. c. Memeriksa hasil yang dicapai (Study) Hasil implementasi rencana diperiksa dan dicatat. Hasil yang telah dicatat ini akan dijadikan dasar bagi langkah penyesuaian dan perbaikan. d. Melakukan penyesuaian bila diperlukan (Act) Penyesuaian dilakukan bila dirasa perlu dan didasarkan pada komponen study di atas. 2. Metode Perry Johnson Metode ini meliputi langkah-langkah berikut : a. Membentuk tim pemecahan masalah Dasar pemikiran yang melandasi perlunya pembentukan tim adalah bahwa dengan menggabungkan pengalaman, kemampuan khas, dan pandangan dari beberapa individu, maka hasil yang diperoleh akan jauh lebih baik daripada bila hanya dilakukan sendiri. b. Mendiskusikan daftar masalah yang dihadapi Masalah potensial diidentifikasikan, kemudian diprioritaskan serta didiskusikan. Tim kemudian menyusun daftar permasalahan utama yang harus ditangani. c. Membatasi daftar masalah Daftar masalah harus dibatasi pada apa yang merupakan masalah sebenarnya. Hal ini bertujuan untuk memisahkan antara masalah dengan gejala. d. Mendefinisikan masalah Dari daftar masalah yang telah dibatasi, setiap masalah didefinisikan dengan jelas. e. Memilih dan memprioritaskan masalah yang akan diatasi Setelah masalah didefinisikan, tim dapat memprioritaskan masalah yang akan ditangani. f. Mengumpulkan informasi mengenai masalah yang dihadapi Bila masalah telah diprioritaskan, pendekatan yang harus dilakukan adalah mengumpulkan semua informasi yang tersedia mengenai masalah tersebut sebelum mencoba memecahkannya. g. Berusaha menemukan solusi optimal Langkah yang pertama kali dilakukan adalah membuat definisi solusi yang secara jelas menerangkan pengaruh dari solusi tersebut. Setelah definisi solusi diperoleh, tim melakukan brainstorming mengenai solusi yang mungkin diambil dan menyusunnya ke dalam suatu daftar. Kemudian tim memilih solusi optimum dari daftar tersebut. h. Implementasi solusi optimum Agar implementasi solusi dapat efektif maka perlu dilakukan pendekatan sistematik yang mengembangkan rencana tindakan yang mengandung komponen berikut : Tindakan yang akan dilakukan, metode pelaksanaan setiap tindakan, sumber daya yang dibutuhkan Analisis Biaya Mutu Terhadap Keberhasilan (Roem dan Hasanah S.)
179
bagi setiap tindakan, kebutuhan khusus dalam setiap tindakan, orang yang bertanggung jawab terhadap setiap tindakan, batas waktu setiap tindakan.
Hubungan antara TQM dengan Biaya Mutu dan Efisiensi TQM adalah sistem manajemen mutu yang mengedepankan mutu sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan konsumen dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Untuk dapat menjaga mutu yang dipersyaratkan oleh perusahaan maka diperlukan aktivitas-aktivitas yang dapat menunjang program mutu. Berkaitan dengan hal tersebut, maka timbul biaya yang diperlukan untuk menjaga mutu agar sesuai dengan yang dipersyaratkan, biaya ini dikenal sebagai biaya mutu. Biaya mutu merupakan biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan produk. Program biaya mutu dapat dikatakan berhasil sebagai suatu sistem manajemen yang dicerminkan dari perolehan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya mutu yang dikeluarkan, karena ada pengurangan biaya secara menyeluruh. Efisiensi perusahaan dapat dilihat dari biaya mutunya. Perusahaan harus mampu menghasilkan produk yang bermutu tinggi, yaitu produk yang bebas dari cacat serta produk dapat diterima di pasar dan memenuhi kepuasan konsumen dengan tetap menekan biaya produksi seminimal mungkin bahkan memberikan kontribusi atas peningkatan laba perusahaan sehingga dapat memenuhi tujuan perusahaan. Salah satu tujuan pengendalian mutu terpadu adalah mengurangi bahkan menghilangkan semua biaya yang tidak seharusnya terjadi. Pengendalian biaya mutu memberikan kontribuasi yang besar terhadap penghematan biaya terutama dengan berkurangnya biaya kegagalan produk sehingga biaya aktual tidak banyak menyimpang dari biaya standar. Dengan cara tersebut dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan.
KERANGKA PEMIKIRAN
180
Mutu merupakan isu yang domain pada banyak perusahaan. Bersamaan dengan waktu pengembangan produk yang pesat, fleksibilitas dalam memenuhi permintaan konsumen dan harga jual yang rendah menjadikan mutu sebagai kunci pilihan dalam keberhasilan perusahaan. Untuk menjaga agar mutu sesuai dengan yang dipersyaratkan, diperlukan biaya yang biasa disebut sebagai biaya mutu. Biaya mutu adalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan produk. Pengendalian mutu terpadu merupakan sesuatu yang istimewa bagi perusahaan karena memiliki konsep yang menitikberatkan pada kepuasan pelanggan. Pengukuran efisiensi perusahaan dilakukan dengan melihat hasil analisa dari biaya mutu.
Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol. 6, No. 3, September 2006 : 171 - 190
Skema Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN
Penerapan TQM Pada PDAM Bekasi
Analisa Biaya Mutu 1. Biaya Pencegahan 2. Biaya Penilaian 3. Biaya Kegagalan Internal 4. Biaya Kegagalan Eksternal
Efisiensi Biaya Mutu
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Disini penulis akan memberikan penjelasan mengenai gambaran perusahaan, baik dari segi manajemen maupun dari segi akuntansinya. Penulis memilih metode ini dikarenakan ingin melihat bagaimana cara manajemen dalam menerapkan TQM dalam suatu perusahaan untuk menekan biaya mutu sehingga dapat mengefisienkan biaya mutu yang terjadi, serta membandingkan teori-teori yang ada dengan fakta yang terjadi di lapangan.
Definisi Operasional Variabel 1. Biaya Mutu merupakan keseluruhan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mencapai dan memeriksa tingkat mutu yang dipersyaratkan, atau biayabiaya yang dipersyaratkan, atau biaya-biaya yang terjadi untuk menemukan dan memperbaiki pekerjaaan yang tidak sempurna. Biaya Mutu terdiri dari : a. Biaya Pencegahan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan. b. Biaya Penilaian, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menentukan apakah produk dan jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan mutu.
Analisis Biaya Mutu Terhadap Keberhasilan (Roem dan Hasanah S.)
181
Biaya Kegagalan Internal, yaitu biaya yang dikeluarkan karena ada ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum produk atau jasa tersebut dikirimkan ke pihak luar (pelanggan). d. Biaya Kegagalan Eksternal, yaitu biaya yang dikeluarjan karena produk atau jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada para pelanggan. 2. Manajemen Mutu Terpadu / Total Quality Management merupakan suatu filosofi yang berisi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh manajemen perusahaan untuk melakukan perbaikan-perbaikan secara berkesinambungan dengan menitikberatkan kepada kepentingan konsumen, peningkatan proses, serta keterlibatan menyeluruh dari segenap tingkatan manajemen dalam suatu organisasi. Prinsip dari TQM adalah : a. Fokus pada Pelanggan, yaitu TQM dimulai dengan mengidentifikasi pelanggan perusahaan dan kebutuhan mereka. b. Perbaikan Proses, yaitu perusahaan perlu untuk selalu memperbaharui spesifikasi baik untuk pelanggan / supplier internal dan supplier untuk melayani pelanggan eksternal c. Keterlibatan Total, yaitu keterlibatan total dari seluruh kekuatan kerja dalam proses diperlukan untuk mencapai mutu total. 3. Efisiensi Merupakan perbandingan output terhadap input, atau jumlah output per unit input. Penerapan pada perusahaan dapat dikatakan efisien apabila sistem TQM ini dapat memperlihatkan perbandingan antara input yang dikeluarkan untuk menghasilkan output yang lebih besar dari input. Efisiensi diukur dengan skala nominal karena dalam penelitian ini dianalisa kenaikan dan penurunan produk cacat dan biaya mutu yang menyebabkan peningkatan atau penurunan efisiensi perusahaan tersebut. c.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Teknik Pengumpulan Data Adapun sumber dan teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian menggunakan dua cara yaitu : A. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : 1. Observasi 2. Wawancara B. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari laporan biaya mutu perusahaan, literatur dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini. Data ini antara lain diambil dari deskripsi perusahaan, struktur organisasi dan contoh-contoh lain yang mendukung permasalahan dalam penelitian ini.
Metode Analisis Data Penulis menggunakan metode analisis data dengan dua jenis, yaitu : 1. Metode Kualitatif
182
Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol. 6, No. 3, September 2006 : 171 - 190
Dilakukan dengan cara mengidentifikasi penerapan TQM dengan menganalisa prinsip-prinsip TQM, yaitu : 1) Fokus pada pelanggan Mengidentifikasi pelanggan perusahaan dan kebutuhan mereka 2) Perbaikan proses Memperbaharui spesifikasi baik untuk pelanggan / supplier internal dan supplier untuk melayani pelanggan eksternal. 3) Keterlibatan total Melibatkan seluruh kekuatan kerja untuk mencapai mutu total. 2. Metode Kuantitatif Dilakukan dengan cara menganalisa biaya mutu yang dilihat dari laporan biaya mutu serta membandingkan besarnya biaya mutu yang terjadi pada periode sebelum dan sesudah penerapan TQM. Analisa biaya mutu dilakukan dengan menggunakan: Analisa Diagram Pareto. Analisis dengan menggunakan diagram pareto dibuat untuk melihat tingkat efisiensi biaya mutu yang terjadi dengan cara membandingkan biaya mutu periode sebelum dan sesudah diterapkannya TQM. Dalam penyajiannya unsur-unsur biaya mutu dinyatakan dalam hitungan persentase sesuai dengan tahun yang bersangkutan.
Analisa Penerapan TQM pada PDAM Bekasi PDAM sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan air bersih menyadari betul akan arti pentingnya mutu produk yang dihasilkan bagi kepuasan konsumen. Dimana mutu adalah suatu proses yang mencakup keseluruhan organisasi, pada setiap hal yang dilakukan organisasi dan pendefinisian pada akhirnya dilakukan oleh konsumen. Langkanya sumber air bersih untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan air bersih menjadikan masyarakat Bekasi menaruh harapan besar terhadap PDAM Bekasi. Kondisi demikian telah memposisikan PDAM Bekasi selama ini menjadi bersifat monopolist dan mendorong pola pengelolaan yang kurang responsive dan antisipatif terhadap pertumbuhan berbagai sektor di lingkungan pelayanan PDAM Bekasi. Dengan dikeluarkannya ketentuan tentang larangan monopoli usaha serta pengaturan tentang sumber daya air yang memungkinkan sektor swasta mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukan aktivitas usaha di bidang penyediaan air bersih, maka hal tersebut merupakan ancaman bagi kesinambungan usaha PDAM Bekasi. Dengan latar belakang tersebut maka PDAM Bekasi pada tahun 2003 menerapkan TQM untuk menghasilkan produk yang memiliki mutu yang memadai serta menumbuhkan kemampuan pelayanan air bersih bagi masyarakat secara berdaya saing ( kompetitif ) sekaligus merupakan langkah antisipatif terhadap kondisi di masa yang akan datang. Disamping itu, implementasi TQM dalam jangka panjang juga dapat mengeliminir biayabiaya yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Penerapan Prinsip TQM Secara umum implementasi prinsip-prinsip TQM yang dilaksanakan perusahaan adalah sebagai berikut : Analisis Biaya Mutu Terhadap Keberhasilan (Roem dan Hasanah S.)
183
1. Fokus Pada Pelanggan (Customer Focus) Kunci utama untuk memenangkan persaingan adalah dengan meningkatkan mutu suatu produk yang dihasilkan agar dapat memuaskan pelanggan, dimana segala hal yang dilakukan oleh perusahaan dimulai dan didasari pada keinginan dan harapan pelanggan. Dalam pelaksanaannya perusahaan melakukan pengukuran terhadap tingkat kepuasan pelanggan dengan mencatat dan melakukan upaya penganalisaan terhadap semua keluhan dan saran yang datang dari pelanggan, baik yang disampaikan lewat surat maupun secara langsug yang berkaitan dengan mutu, harga, serta pelayanan terhadap pelanggan. Atas dasar saran dan komentar dari pelanggan itulah maka perusahaan akan memperoleh informasi mengenai apa yang sebenarnya diperoleh dan yang diinginkan oleh pelanggan. Penerapan prinsip fokus pada pelanggan yang diterapkan perusahaan dinilai sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari sistem pencatatan keluhan pelanggan. Dimana perusahaan merinci satu persatu setiap jenis keluhan yang disampaikan oleh pelanggan. Tugas ini dilakukan oleh bagian Hubungan Langganan (Hublang). 2. Perbaikan secara Terus-Menerus (Continous Improvement) Perusahaan menyadari betul bahwa untuk mencapai tingkat produksi yang optimal dan agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan maka diperlukan suatu proses perbaikan yang berkelanjutan. Fokus perusahaan terhadap perbaikan secara terus-menerus ialah : a. Dengan melakukan inspeksi dalam mengatasi dan mengurangi tingkat kebocoran air yang terjadi b. Secara bertahap melakukan penggantian terhadap pipa-pipa yang mempunyai umur teknis tinggi c. Secara bertahap melakukan penyeragaman / penggantian alat ukur (metering) baik yang ada di pelanggan maupun di perusahaan. d. Melakukan pelatihan-pelatihan pegawai tentang teknik pembacaan meter Faktor utama penyebab tingginya biaya kegagalan yang akan mengakibatkan tingginya total biaya mutu adalah : 1. Manusia a. Pegawai belum diberikan tanggung jawab kerja yang jelas dan tidak dilakukan pengukuran pencapaian kinerja yang terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan pegawai yang bersangkutan, serta mekanisme penilaian kinerja pegawai yang belum menerapkan sistem reward and punishment menjadikan pegawai kurang termotivasi untuk bekerja secara optimal. b. Pola pengembangan karir pegawai dengan tolak ukur yang tidak jelas, dapat menghambat etos kerja dan loyalitas pegawai c. Proses penempatan pegawai di suatu fungsi, tidak didahului dengan proses assessment yang sistematis terhadap kelayakan / kecakapan (capability) pegawai yang bersangkutan d. Pegawai dalam melakukan tugasnya, selalu mengerjakan pekerjaan yang sama setiap harinya. Kondisi ini menimbulkan rasa jenuh pada diri pegawai dan dapat menimbulkan kesalahan dalam bekerja
184
Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol. 6, No. 3, September 2006 : 171 - 190
sehingga proses produksi menjadi tidak sempurna dan juga dapat menyebabkan turunnya mutu produk yang dihasilkan. 2. Mesin Peralatan produksi yang mengalami gangguan merupakan kendala bagi kontinuitas proses produksi, sehingga mengakibatkan gangguan terhadap pengendalian mutu proses produksi. Hal ini sering kali mempersulit pelaksanaan perbaikan dalam rangka tindakan pencegahan. Faktor umur taknis fasilitas produksi dan distribusi yang sudah cukup usang, menyebabkan volume produksi kurang optimal dan menimbulkan tingginya tingkat kebocoran air. 3. Bahan Baku a. Lemahnya pengendalian terhadap kualitas bahan-bahan kimia yang diperlukan dalam proses produksi b. Lemahnya pengendalian terhadap bahan-bahan pendukung dalam proses pengolahan air sering menimbulkan terjadinya penumpukan bahan-bahan tersebut yang membawa konsekuensi timbulnya biaya penyimpana (biaya gudang, kerusakan, dan kehilangan) dan kekosongan bahan-bahan tersebut sehingga kualitas produksi air yang dihasilkan menjadi menurun dan menimbulkan konsekuensi timbulnya klaim dari pelanggan. 4. Lingkungan Secara umum sumber air baku berasal dari aliran sungai kalimalang Bekasi, faktor cuaca akan berpengaruh terhadap tingkat kekeruhan air baku yang akan diolah, tingkat kekeruhan tersebut akan berdampak pada proses dan biaya pengolahan air.
Struktur Laporan Biaya Mutu pada PDAM Bekasi Untuk mengetahui tingkat efisiensi yang dihasilkan dari penerapan prinsip TQM terhadap laporan biaya mutu perusahaan, penganalisaan dilakukan dengan cara membandingkan laporan biaya mutu tahun 2002 yaitu tahun sebelum penerapan prinsip TQM dengan laporan biaya mutu tahun 2003 yaitu tahun setelah prinsip TQM diterapkan perusahaan. Laporan biaya mutu tersebut akan dilaporkan sebagai berikut :
Analisis Biaya Mutu Terhadap Keberhasilan (Roem dan Hasanah S.)
185
Tabel 1 Laporan Biaya Mutu PDAM Bekasi 2002
2003
( Kenaikan )
( Rp )
( Rp )
/ Penurunan
1.725.000
2.241.500
( 516. 500 )
3.120.644.658 4.617.288.839
( 1.496.644.181 )
BIAYA PENCEGAHAN Biaya Penelitian dan Pengembangan Sistem Biaya Pelatihan Biaya Pemeliharaan Peralatan TOTAL
721.489.467
744.123.578
( 22.634.111 )
3.843.859.125 5.363.653.917
( 1.519.794.792 )
BIAYA PENILAIAN Biaya Inspeksi Bahan Baku Biaya Inspeksi Proses Biaya Inspeksi Akhir TOTAL
257.013.112
381.261.755
7.608.610.870 11.583.208.042 773.015.497 1.115.891.789 8.638.639.479 13.080.361.595
(
124.248.643 )
( 3.974.597.170 ) (
342.876.292 )
( 4.441.722.105 )
BIAYA KEGAGALAN INTERNAL Biaya Sisa Produksi
209.790.210
251.586.791
( 41.796.581 )
Biaya Kebocoran Air
12.918.901.985 16.862.771.972
( 3.943.869.990 )
TOTAL
13.128.692.195 17.114.358.763
( 3.985.666.570 )
BIAYA KEGAGALAN EKSTERNAL Biaya Klaim Pelanggan
490.018.150
606.546.760
( 116.528.610 )
TOTAL
490.018.150
606.546.760
( 116.528.610 )
TOTAL BIAYA MUTU
26.101.208.949 36.164.921.035 ( 10.063.712.077 )
Analisa Penerapan TQM dan Kaitannya dengan Efisiensi Biaya Mutu 1. Analisa Diagram Pareto Analisa dengan menggunakan diagram pareto menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data secara keseluruhan yang diwujudkan dalam bentuk grafik balok, dimana masalah yang dominan akan ditempatkan pada urutan pertama. Dalam hal ini analisa diagram pareto dilakukan dengan menggunakan data-data dari biaya mutu yang terjadi pada PDAM Bekasi yang terdapat pada table 1. Analisa diagram pareto ini bertujuan untuk melihat tingkat efisiensi biaya mutu yang terjadi dengaan cara membandingkan biaya mutu tahun 2002 dan biaya mutu tahun 2003 berdasarkan pengklasifikasian dari biaya mutu itu sendiri.
186
Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol. 6, No. 3, September 2006 : 171 - 190
Tabel 2 PDAM Bekasi Proporsi Biaya Mutu Tahun 2002 Unsur Biaya Mutu
Biaya Pencegahan Biaya Penilaian Biaya Kegagalan Internal Biaya Kegagalan Eksternal
Total
Kumulatif
( Rp )
( Rp )
%
%
3.843.859.125
3.843.859.125
14,72 %
14,72 %
Kumulatif
8.638.639.479
12.482.498.604
33,10 %
47,82 %
13.128.692.195
25.611.190.799
50,30 %
98,12 %
490.018.150
26.101.208.949
1,88 %
100%
Tabel distribusi biaya tersebut memperhatikan bagaimana unsurunsur biaya mutu tersebut membentuk jumlah total biaya mutu pada tahun 2002 atau pada periode sebelum penerapan TQM, kemudian untuk dapat lebih mengetahui perubahan yang terjadi pada biaya mutu, disusun tabel yang memuat unsur-unsur biaya mutu terhadap total biaya mutu pada tahun 2003 atau tahun setelah diterapkannya TQM. Tabel 3 PDAM Bekasi Proporsi Biaya Mutu Tahun 2003 U n s u r B ia y a M u tu
B ia y a P e n c e g a h a n
T o ta l
K u m u la tif
( Rp )
( Rp )
%
% K u m u la tif
5 .3 6 3 .6 5 3 .9 1 7
5 .3 6 3 .6 5 3 .9 1 7
1 4 ,8 3 %
1 4 ,8 3 %
B ia y a P e n ila ia n
1 3 .0 8 0 .3 6 1 .5 9 5
1 8 .4 4 4 .0 1 5 .5 1 2
3 6 ,1 7 %
5 1 ,0 0 %
B ia y a K e g a g a la n In te r n a l
1 7 .1 1 4 .3 5 8 .7 6 3
3 5 .5 5 8 .3 7 4 .2 7 5
4 7 ,3 2 %
9 8 ,3 2 %
6 0 6 .5 4 6 .7 6 0
3 6 .1 6 4 .9 2 1 .0 3 5
1 ,6 8 %
B ia y a K e g a g a la n E k s te rn a l
100%
Tabel tersebut memperlihatkan bagaimana unsur-unsur biaya mutu tersebut membentuk jumlah total biaya mutu pada tahun 2003. Dengan membandingkan antara tabel tahun 2002 dan tabel tahun 2003 terlihat adanya perubahan antara biaya mutu tahun 2002 dengan tahun 2003. Perubahan yang terjadi pada biaya mutu tersebut dapat dilihat dari perubahan proporsi balok masing-masing unsur biaya mutu pada diagram pareto. Dari kedua tabel dibuat diagram pareto yang memuat unsur-unsur biaya mutu dalam persentase untuk tahun 2002 dan tahun 2003. Unsurunsur biaya mutu tahun 2002 dan tahun 2003 disatukan dalam diagram pareto dengan maksud untuk memperlihatkan perbedaan yang terjadi antara setiap unsur biaya mutu. Perbedaan tersebut memperlihatkan prioritas upaya pengendalian mutu yang dilakukan antara periode sebelum penerapan TQM dan periode setelah penerapan TQM.
Analisis Biaya Mutu Terhadap Keberhasilan (Roem dan Hasanah S.)
187
Gambar 1 Diagram Pareto 60% 50% 40% 30% 20%
2002
10%
2003
0%
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA PENCEGAHAN PENILAIAN KEGAGALAN KEGAGALAN INTERNAL EKSTERNAL
Unsur Biaya Mutu
Dari diagram pareto di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan biaya mutu perusahaan yang terlihat melalui perubahan kondisi balok, hal ini dikarenakan adanya perubahan yang cukup signifikan pada masing-masing unsur pembentuk biaya mutu. Dimana pada tahun 2002 balok biaya kegagalan internal menempati persentase terbesar atas unsur-unsur biaya mutu lainnya dan mencapai 50,30 % dari total biaya mutu pada tahun bersangkutan. Sedangkan untuk tahun 2003 balok biaya kegagalan internal juga menempati urutan terbesar dari total biaya mutu yang terjadi dengan total persentase mencapai 47,32 %. Menurut penulis naiknya total biaya kegagalan internal dari Rp 13.128.692.195 menjadi Rp 17.114.358.763 dan total biaya kegagalan eksternal dari Rp 490.018.150 menjadi Rp 606.546.760 menunjukkan bahwa total biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal masih cukup tinggi. Namun hal tersebut bukan mengindikasikan bahwa perusahaan tidak berhasil menerapkan sistem TQM. Ada beberapa point yang dapat menyebabkan kondisi tersebut, diantaranya adalah kenaikan harga ( inflasi ) dan inefisiensi dalam proses produksi maupun inefisiensi dalam distribusi air ke pelanggan. Meskipun demikian, jika dilihat dari persentase total biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal terhadap total biaya mutu mengalami penurunan. Persentase total biaya kegagalan internal terhadap total biaya mutu turun dari 50,30 % menjadi 47,32 %, sedangkan persentase total biaya kegagalan eksternal terhadap total biaya mutu turun dari 1,88 % menjadi 1,68 %. Berdasarkan hasil analisis biaya mutu dapat disimpulkan bahwa biaya mutu pada PDAM Bekasi belum efisien. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya biaya setiap kategori biaya mutu setiap tahunnya.
188
Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol. 6, No. 3, September 2006 : 171 - 190
Penerapan prinsip TQM yaitu fokus pada pelanggan yang diterapkan perusahaan dinilai sudah cukup baik, sedangkan fokus perusahaan terhadap perbaikan secara terus-menerus belum dapat dinilai tingkat efektifitasnya, karena belum adanya bagian atau pihak lain yang independen dari bagian distribusi air yang mengukur keberhasilan dari program-program perbaikan tersebut. Dalam penerapan total involvement, perusahaan menerapkan kebijakan yang menuntut peran aktif dari semua level organisasi. Hal ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kinerja, produktivitas dan kepuasan karyawan dalam beraktivitas. Biaya mutu merupakan faktor yang signifikan untuk menilai kinerja proses produksi dengan mutu yang dihasilkan pada setiap produknya. Kebijakan mutu perusahaan menyiratkan bahwa perusahaan telah mengadaptasi konsep manajemen mutu terpadu, walaupun dalam kenyataannya perusahaan belum sepenuhnya menerapkan konsep tersebut secara ideal. Berdasarkan hasil analisa biaya mutu dapat disimpulkan bahwa biaya mutu pada PDAM Bekasi belum efisien. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya biaya setiap kategori biaya mutu setiap tahunnya. Perusahaan sebaiknya menambah dan memperbaiki fasilitas produksi, distribusi, serta fasilitas penunjang lainnya, dan mensyaratkan sumber daya manusia agar memiliki keahlian, professional, dan integritas yang tinggi yang ditunjang dengan prosedur operasional standar yang terintegrasi dan diterapkan secara konsisten serta dilakukan pengukuran kinerja. Perusahaan harus memperhatikan kemudahan akses pelayanan, terjaminnya ketersediaan air bersih secara kontinu dengan kualitas yang terjangkau serta kecepatan dan efektifitas pelayanan lainnya. Membentuk Departemen Quality Assurance agar proses inspeksi menjadi lebih terorganisir dan mandiri baik dalam pelaksanaannya maupun dalam pengambilan keputusan. Agar pengendalian terhadap biaya mutu dapat dilakukan secara optimal, maka perusahaan perlu melakukan evaluasi secara terus-menerus terhadap setiap unsur biaya mutu yang nantinya akan meningkatkan efisiensi perusahaan. Saran-saran tersebut di atas dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dalam memenuhi kewajibannya atas pelayanan yang diterima, disamping itu dapat menumbuhkan minat calon pelanggan lainnya. Meningkatnya loyalitas pelanggan dan bertambahnya pelanggan baru dapat meningkatkan profitabilitas serta stabilitas usaha perusahaan sehingga dapat memperkecil resiko-resiko keuangan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan, visi dan misi perusahaan yang ditetapkan.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Amirullah dan Haris Budiyono. Pengantar Manajemen. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2004
DAFTAR RUJUKAN
Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi Pertama. Buku 1. Jakarta : Salemba Empat. 2002 Blocher, Edward J, Kung H. Chen, Thomas W. Lin. Cost Management. USA : The McGraw-Hill Companies, Inc. 1999 Analisis Biaya Mutu Terhadap Keberhasilan (Roem dan Hasanah S.)
189
Blocher, Edward J, Kung H. Chen, Thomas W. Lin. Manajemen Biaya. Edisi Pertama. Buku 1. Jakarta : Salemba Empat. 2000 Gaspersz, Vincent. Total Quality Management. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2001 Halim, Abdul, Achmad Tjahjono, M. Fakhri Husein. Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. 2003 Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. Management Accounting. USA : Thomson Learning. 2000 Mizuno, Shigeru. Pengendalian Mutu Perusahaan Secara Menyeluruh. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo. 1994 Render, Barry dan Jay Haizer. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Empat. 2001 Sha, Thio Lie. Analisis Biaya Mutu Terhadap Keberhasilan Perusahaan Dalam Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (TQM). Jurnal Akuntansi Th. IX, No. 2, Mei : 206-219. 2005 Suardi, Rudi. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo. 2004 Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. Total Quality Management. Yogyakarta : PT Andi Offset. 2001 Zulfiyanty, Yenny. Analisis Penerapan Total Quality Management (TQM) dan Dampaknya Terhadap Efisiensi Biaya Mutu Pada PT Picasso Perkasa. Jakarta : Universitas Trisakti. 2004
190
Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol. 6, No. 3, September 2006 : 171 - 190