ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INTRA-ASEAN
Oleh: Marlina Tota Juliani Siahaan A14304004
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN MARLINA TOTA JULIANI SIAHAAN. Analisis Aliran Perdagangan Tekstil Dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN. Dibawah bimbingan DEDI BUDIMAN HAKIM ASEAN merupakan perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang berbentuk kerjasama regional. Untuk meningkatkan kerjasama regional ASEAN dibentuklah AFTA yang bertujuan meningkatkan daya saing ekonomi intraASEAN. Menurut Anisa (2004) semakin lama tingkat kerjasama ASEAN maka semakin meningkat dalam berbagai bidang termasuk bidang ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan ekspor impor ASEAN baik dengan intra-ASEAN maupun dengan luar ASEAN dimana menunjukkan tren yang semakin meningkat sepanjang tahun 1999-2005. Salah satu sektor yang berperan penting dalam AFTA adalah sektor industri. Sektor industri mempunyai peluang dalam peningkatan share dan nilai volume perdagangan negara-negara ASEAN. Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan subsektor industri yang memiliki prospek yang menjanjikan di pasar bersama ASEAN. Dengan didukung pengurangan tarif menjadi 0-5 % untuk Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), perhatian negara-negara ASEAN berfokus pada subsektor tersebut. Selain itu, Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) juga memiliki kualitas dan fleksibilitas dalam pesanan bagi ASEAN sehingga setiap negara ASEAN berusaha untuk meningkatkan ekspor maupun impor TPT-nya. Pada tahun 2002-2006, perkembangan ekspor maupun impor TPT negaranegara ASEAN mengalami fluktuatif khususnya negara-negara ASEAN yaitu Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, dan Indonesia. Untuk negara Singapura memiliki ekspor yang semakin meningkat sepanjang tahun 2002-2006 dikarenakan posisi strategis pelabuhan laut dan brand TPT Singapura yang cukup terkenal menjadi faktor pendukung perdagangan TPT negara tersebut. Kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa perdagangan (total trade) TPT negara-negara ASEAN tersebut mengalami fluktuatif. Kelima negara tersebut merupakan negara pengekspor terbesar di ASEAN. Salah satu faktor yang mempengaruhi perdagangan suatu negara adalah GDP. Peningkatan GDP Brunei Darussalam pada tahun 2002-2006 menunjukkan bahwa aliran perdagangan Brunei Darussalam ke negara-negara ASEAN lainnya semakin meningkat baik itu dari sisi impor maupun ekspornya. Demikian halnya, negara Malaysia, Singapura, Thailand dan Indonesia yang memperlihatkan bahwa GDP menjadi faktor yang berperan penting bagi perdagangan masing-masing negara tersebut. Peningkatan GDP negara Singapura sepanjang tahun 2002-2006 diikuti aliran perdagangan (baik ekspor dan impor TPT) Singapura yang semakin meningkat sepanjang tahun yang sama. Kenaikan dan penurunan nilai tukar juga menjadi instrumen penting dalam menentukan aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Nilai tukar merepresentasikan harga domestik relatif terhadap harga dunia. Bagi Tekstil dan Produk tekstil (TPT), nilai tukar memberikan dampak bagi ekspor dan impor bagi negara-negara ASEAN.
Penelitian ini berupaya mengetahui keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) negara-negara ASEAN dengan metode kualitatif dan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intraASEAN dengan metode kuantitatif. Data yang digunakan adalah data panel yang merupakan gabungan dari data time series 2002-2006 dan cross section kelima negara ASEAN (Singapura, Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand). Pengolahan data menggunakan software Eviews 4.1. Model yang digunakan dalam penelitian adalah model gravity yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intraASEAN. Variabel dependen yang digunakan adalah total trade TPT, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah GDP, populasi, jarak ekonomi, nilai tukar, tarif dan dummy kesamaan bahasa. Hasil yang diperoleh dari pengumpulan informasi adalah kondisi dan kegiatan pengolahan TPT dimasing-masing negara ASEAN berbeda-beda untuk mencapai nilai ekspor dan trade yang maksimal. Pengolahan TPT negara Brunei Darussalam dilakukan dengan upaya usaha kecil yang melibatkan masyarakat setempat. Industri TPT Indonesia memiliki struktur industri yang terintegrasi dari hulu ke hilir dimana keduanya memiliki keterkaitan yang erat antara satu industri dengan industri yang lainnya. Negara Malaysia mengembangkan industri TPTnya dengan mengadakan kegiatan memintal, menenun dan menyiapkan TPT untuk diekspor. Negara Thailand mengembangkan TPT melalui pelaksanaan UKM (Usaha Kecil Menengah) khususnya berbasis pedesaan. Sedangkan negara Singapura mengembangkan TPT-nya dengan mengimpor bahan baku industri mode dan garmen yang kemudian dilabeling dengan brand TPT Singapura yang terkenal. Analisis gravity model menggunakan metode pooled least square dengan estimasi GLS dimana R2 yang diperoleh 99,06 persen. Namun, pada pengolahan gravity model tersebut terjadi autokorelasi dimana nilai Durbin-Watson yang diperoleh adalah 0,336 (DW<1,1). Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan transformasi data terhadap gravity model dengan Generalized Difference Equation. Dari hasil estimasi model yang telah ditransformasi dengan menggunakan metode pooled least square diperoleh nilai R2 sebesar 99,28 persen dengan nilai Durbin-Watson 1,622 (1,55
ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INTRA-ASEAN
Oleh: Marlina Tota Juliani Siahaan A14304004
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul Skripsi Nama Nrp
: Analisis Aliran Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN : Marlina Tota Juliani Siahaan : A14304004
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP 131847871
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131124019
Tanggal lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INTRA-ASEAN” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN UNTUK SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN.
Bogor,
Juni 2008
Marlina Tota Juliani Siahaan A14304004
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Sidikalang, Sumatera Utara pada tanggal 11 Juli 1986. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara keluarga Bapak St. J. Siahaan dan Ibu L. Sipayung. Penulis mengawali pendidikan belajar akademis di Taman Kanak-Kanak Santa Maria Sidikalang pada tahun 1990. Penulis melanjutkan ke pendidikan dasar di SD Santo Yosef Sidikalang pada tahun 1992 dan diselesaikan pada tahun 1998. Kemudian jenjang pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Negeri 1 Sidikalang. Pendidikan menengah umum diselesaikan pada tahun 2004 di SMU Negeri 1 Sidikalang. Pada juni 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor sebagai mahasiswa tingkat sarjana Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya melalui jalur USMI. Selama kuliah penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan, Komisi Pembinaan dan Pemuridan, Tim Kelompok Kecil di UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB. Kepanitiaan yang pernah diikuti adalah Natal Civitas Akademi IPB tahun 2005 dan 2006, Kebaktian Awal Tahun Ajaran 2005 dan pada tahun 2006 sebagai sekretaris, Retreat Komisi tahun 2006 dan 2007, Retreat Angkatan 2007/2008. Serta penulis juga sebagai asisten dosen untuk mata kuliah Agama Kristen Protestan bagi mahasiswa TPB tahun ajaran 2007/2008.
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Aliran Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) IntraASEAN”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN dan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan TPT intra-ASEAN. Namun penulis menyadari masih terdapat kelemahan dalam penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan yang dihadapi penulis dalam pelaksanaan penelitian ini. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna untuk kegiatan penelitian perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) selanjutnya.
UCAPAN TERIMAKASIH 1. Kepada Yesus Kristus yang Maha Kasih, Maha Penyayang dan Sahabat yang selalu ada setiap saat. 2. Kepada keluarga Bapak, Mama, adik-adikku Boy, Iwan dan Shinta yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian yang tak pernah habisnya serta selalu mendukung dalam doa dan semangat setiap waktu. You’re my best family in my life 3. Kepada Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec sebagai pembimbing skripsi. Terima kasih untuk pengertian, dorongan semangat dan bimbingan yang diberikan. 4. Kepada Bapak Prof. Dr. Bunasor Sanim, sebagai pembimbing akademik. 5. Kepada Ibu Tanti Novianti, S.P, M.Si sebagai dosen penguji utama. 6. Kepada Bapak Adi Hadianto, S.P sebagai dosen penguji wakil Departemen. 7.Kepada Bapak Ahmad Syaukat sebagai Technical Officer di ASEAN Secretariat. Terimakasih atas bantuan data yang diberikan. 8. Kepada sahabat-sahabatku Rolas Silalahi, Merika Sinaga, Yanti Sianturi, Lenny Sinaga, Jimmy Siahaan dan Natalia. Terima kasih atas waktu, kebersamaan, dukungan, semangat dan doa yang kalian berikan. Persahabatan melebihi segalanya. 9. Kepada teman-teman satu penelitian Rolas, Santi, Fitria, Ismail dan Nisa yang bersama berjuang memperoleh data dan saling mendukung dalam keadaan apapun dalam menjalani penelitian.
10.Kepada Griya Ananta Crew : Kak Uchi, Tuti, Kak Jani, Jesika, Kak Anin, Tina, Uchank, Etax dan Kak Chenty, yang memberikan dorongan semangat dan doa. 11. Kepada Kak Elpita yang selalu memberikan semangat dan doa kapanpun dan apapun yang terjadi saat menjalani penelitian dan penulisan skripsi sehingga semangat baru selalu ada dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Kepada Bang Vico, Mas Bangkit, Kak Riska dan Kak Intan. Terima kasih buat semangat, dukungan dan doa yang kalian berikan. 13. Kepada rekan-rekan EPS’41 Mayang, Vidya, Nia, Cita, Rocky, Agis, Sari, Zainul, Wulan, dan rekan-rekan lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih buat kebersamaan dan semangat yang selalu ada selama perkuliahan dan penelitian. 14. Kepada partner asisten agama Yohanes Zega dan adik-adik asistensi Citra, Afryan, Riska, Rissar, Merry, Esti, Christoper, Motto, Rano, Putra. Terimakasih atas doa dan semangat yang kalian berikan. 15. Kepada kak Christine Napitupulu, yang bersedia memberikan waktu untuk menjelaskan beberapa proses skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL. .........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN. ................................................................................. xii I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . .................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah . .......................................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian . .............................................................................. 12 1.4 Kegunaan Penelitian .......................................................................... 12 1.5 Batasan Penelitian .............................................................................. 12
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 The Assosiation of Southeast Asian Nations (ASEAN) ..................... 2.2 Perkembangan Perubahan Kerjasama Ekonomi ASEAN .................. 2.3 Gravity Model .................................................................................... 2.3.1 GDP (Gross Domestic Product) .............................................. 2.3.2 Populasi .................................................................................... 2.3.3 Jarak ......................................................................................... 2.4 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 2.4.1 Penelitian Mengenai Tekstil .................................................... 2.4.2 Penelitian Mengenai Perdagangan Intra-ASEAN .................... 2.4.3 Penelitian Mengenai Gravity Model ........................................
14 17 18 20 21 22 23 23 25 26
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................. 3.1.1 Perdagangan Internasional ....................................................... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................... 3.3 Hipotesis ............................................................................................
29 29 42 44
IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu Penelitian ................................................................................ 4.2 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 4.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data .............................................. 4.3.1 Panel Data ................................................................................ 4.3.1.1 Model Pooled .............................................................. 4.4 Perumusan Model .............................................................................. 4.5 Definisi Operasional .......................................................................... 4.6 Uji Hipotesis ...................................................................................... 4.6.1 Uji Statistik Model Penduga (Uji-F) ........................................ 4.6.2 Uji Statistik untuk Masing-Masing Variabel (Uji-t) ................ 4.6.3 Koefisien Determinasi .............................................................
46 46 47 48 49 49 51 53 53 54 55
4.7 Masalah Pengujian Model Regresi .................................................... 4.7.1 Heteroskedastisitas ................................................................... 4.7.2 Multikolinearitas ...................................................................... 4.7.3 Autokorelasi ............................................................................. V
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN ............... 5.1.1 Brunei Darussalam ................................................................... 5.1.2 Indonesia .................................................................................. 5.1.3 Malaysia ................................................................................... 5.1.4 Singapura ................................................................................. 5.1.5 Thailand ................................................................................... 5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aliran Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN .............................. 5.2.1 Hasil Estimasi Model ............................................................... 5.2.2 Interpretasi Model .................................................................... 5.2.3 Aliran Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN ........................................................................... 5.3 Implikasi Kebijakan ...........................................................................
56 56 57 58 59 59 60 62 65 66 68 68 72 75 77
VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 80 6.2 Saran .................................................................................................. 81 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 83 LAMPIRAN .................................................................................................. 85
DAFTAR TABEL
Nomor 1
Halaman
Perkembangan Ekspor ASEAN ke Negara ASEAN dan ke Negara Lainnya Tahun 1999-2005 (Juta USD)....................................
3
2
Perkembangan Impor ASEAN dari Negara ASEAN dan dari Negara Lainnya Tahun 1999-2005 (Juta USD) ................................ ...4
3
Share Sektor Ekonomi Utama terhadap GDP NegaraNegara ASEAN Tahun 2005 (%) .............................................................
5
ASEAN Top Ten Export Commodities By 2 Digits HS Code in 2004 . ...........................................................................................
6
Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Negara-Negara ASEAN Tahun 2002-2006 (Juta USD) ....................................................
7
Impor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Negara-Negara ASEAN Tahun 2002-2006 (Juta USD) ....................................................
9
4 5 6 7
Total Perdagangan (Total Trade) Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Negara-Negara ASEAN Tahun 2002-2006 (Juta USD) ................................................................................................ 10
8
GDP Negara-Negara ASEAN Tahun 2002-2006 (Milyar USD) ........................................................................................... 11
9
Jenis Data yang Digunakan dalam Penelitian .......................................... 47
10 Hasil Regresi Gravity Model Aliran Perdagangan TPT Intra-ASEAN dengan Data Panel menggunakan Pooled Least Square ............................................................................................. 69 11 Hasil Regresi Model Generalized Difference Equation Aliran Perdagangan TPT Intra-ASEAN menggunakan Pooled Least Square ................................................................................ 72
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1
Analisis Keseimbangan Parsial Aliran Perdagangan ............................... 31
2
Dampak Peningkatan GDP Negara Pengekspor terhadap Keseimbangan Perdagangan Internasional ............................................... 34
3
Dampak Peningkatan GDP Negara Pengimpor terhadap Keseimbangan Perdagangan Internasional ............................................... 35
4
Analisis Parsial atas Biaya Transportasi ................................................... 37
5
Dampak Depresiasi Mata Uang Negara Eksportir terhadap USD pada Keseimbangan Perdagangan Internasional.............................................................................................. 39
6
Dampak-dampak Keseimbangan Parsial Akibat Pemberlakuan Tarif................................................................................... 41
7
Skema Kerangka Pemikiran...................................................................... 45
8
Perkembangan Ekspor dan Impor TPT Negara Brunei Darussalam................................................................................................ 60
9
Perkembangan Ekspor dan Impor TPT Negara Indonesia........................ 62
10 Perkembangan Ekspor dan Impor TPT Negara Malaysia......................... 64 11 Perkembangan Ekspor dan Impor TPT Negara Singapura ....................... 66 12 Perkembangan Ekspor dan Impor TPT Negara Thailand ......................... 67
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1
Jarak Geografis antar Ibukota Negara-Negara ASEAN ........................... 85
2
Populasi Negara ASEAN Tahun 2002-2006 (ribu jiwa) .......................... 85
3
Tarif CEPT-AFTA untuk Komoditi TPT HS 61 Tahun 2002-2006 (%) .......................................................................................... 85
4
Data Mentah Olahan untuk Estimasi Data Panel ...................................... 86
5
Transformasi Data Mentah Olahan untuk Estimasi Data Panel.......................................................................................................... 90
6
Hasil Pengolahan Gravity Model Aliran Perdagangan TPT Intra-ASEAN dengan Metode Pooled Least Square ........................ 93
7
Hasil Pengolahan Transformasi Data Panel dari Model Generalized Difference Equation Aliran Perdagangan TPT Intra-ASEAN menggunakan Pooled Least Square .......................... 94
8
Economic Distance Negara Brunei Darussalam ....................................... 95
9
Economic Distance Negara Malaysia ....................................................... 95
10 Economic Distance Negara Indonesia ...................................................... 95 11 Economic Distance Negara Singapura...................................................... 95 12 Economic Distance Negara Thailand........................................................ 95 13 Nilai Tukar (Exchange Rate) USD 1 in national currency, end of period Negara-Negara ASEAN Tahun 2002-2005 ................................................................................................. 96
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang lebih dikenal dengan sebutan ASEAN (Association of South East Asian Nations) merupakan kerjasama regional yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok. Hal ini ditandai dengan penandatanganan Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok oleh lima wakil negara yaitu oleh Perdana Menteri Malaysia dan Menteri Luar Negeri Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailand. Awalnya, tujuan didirikannya kerjasama regional ini yaitu untuk menyatukan negara-negara anggota dalam memajukan kerjasama ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara. Namun, saat ini pengaturan ekonomi dengan adanya integrasi dalam bidang ekonomi ASEAN lebih difokuskan pada peningkatan daya saing, perbaikan iklim investasi, dan memperkecil kesenjangan pembangunan di antara negara ASEAN. Pada tahun 1992, diadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura dimana pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk pembentukan AFTA (Asean Free Trade Area). AFTA disepakati karena sebelumnya skema perdagangan preferensi antar anggota ASEAN yaitu ASEAN Prefential Trading Arrangement (PTA) dianggap kurang berhasil dalam meningkatkan volume perdagangan intra-ASEAN. Pembentukan AFTA bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi
intra-ASEAN dengan menjadikan
ASEAN sebagai basis produksi dunia yang akan dicapai dalam waktu 15 tahun, dimana implementasinya secara penuh dilakukan pada tahun 2002.
Menurut Anisa (2004) semakin lama tingkat kerjasama ASEAN semakin meningkat dalam berbagai bidang termasuk bidang ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekspor impor ASEAN baik dengan intra-ASEAN maupun dengan negara-negara di luar ASEAN. Tabel 1 menunjukkan besarnya perkembangan ekspor negara ASEAN ke negara ASEAN dan ke negara lainnya yaitu negara Korea Selatan, China, India, Jepang, EU, Taiwan, USA, Australia dan Hongkong. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan maupun penurunan nilai ekspor ASEAN baik ke sesama negara ASEAN maupun negara lainnya. Namun secara keseluruhan total ekspor ASEAN menunjukkan terjadinya tren yang semakin meningkat dimana dapat dilihat dari nilai ekspor ASEAN pada setiap negara tujuan maupun sesama anggota ASEAN. Peningkatan ini dapat diinterpretasikan bahwa kerjasama ekonomi dan peranan ASEAN semakin meningkat baik di intra-ASEAN maupun perekonomian dunia. Pada tahun 2001 sampai 2005 nilai ekspor ASEAN ke negara ASEAN itu sendiri mengalami peningkatan, yaitu 82.680,7 juta USD tahun 2001, meningkat menjadi 163.862,5 juta USD pada tahun 2005. Data yang terdapat dalam tabel juga memperlihatkan bahwa negara ASEAN lebih banyak mengekspor ke sesama negara ASEAN dibandingkan ke negara lainnya.
Tabel 1. Perkembangan Ekspor ASEAN ke Negara ASEAN dan ke Negara Lainnya, Tahun 1999-2005 (Juta USD) Negara ASEAN
1999 74.903,5
2000 93.380,0
2001 82.680,7
2002 86.706,6
2003 115.601,0
2004 141.116,3
2005 163.862,5
Korea Selatan China
10.890,8
14.454,2
14.734,3
15.702,5
16.941,8
19.810,9
24.362,3
9.590,8
14.178,9
14.516,0
19.547,5
29.059,9
41.351,8
52.257,5
India Jepang EU Taiwan USA Australia Hongkong Total
5.760,4 37.687,1 5.730,4 8.932,5 70.081,1 7.863,8 16.885,3 248.325,7
6.446,8 50.559,9 62.904,4 10.299,1 73.769,6 8.893,5 22.067,5 356.953,9
6.211,0 8.418,2 48.250,0 44.503,4 56.690,2 54.386,3 8.698,5 18.560,3 62.741,4 61.557,0 8.511,8 9.583,7 20.329,3 22.360,4 323.363,2 341.325,9
8.452,6 53.198,0 58.174,0 15.404,2 69.674,2 11.962,1 29.007,5 407.475,3
10.939,4 67.227,6 73.395,5 17.540,2 80.157,9 16.197,2 30.268,7 498.005,5
15.048,3 72.756,4 78.238,5 8.267,7 92.941,9 19.645,7 13.868,6 541.249,4
Sumber: ASEAN Statistical Yearbook beragam tahun (diolah)
Sementara itu, negara ASEAN juga memperlihatkan tren volume impor yang semakin meningkat baik dari sesama negara anggota ASEAN maupun dari negara luar ASEAN. Tabel 2 menunjukkan perkembangan impor ASEAN dari negara ASEAN dan ke negara lainnya. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan volume impor pada tahun 2001-2004 diantara sesama negara anggota ASEAN yaitu pada tahun 2001 sebesar 67.639,6 juta USD, meningkat menjadi 141.030,7 juta USD pada tahun 2005. Adanya nilai aliran ekspor dan impor yang ditujukan ke dan berasal dari sesama negara-negara ASEAN menunjukkan bahwa kerjasama ekonomi dan perdagangan di negara-negara ASEAN menjadi hal yang penting untuk di kaji.
Tabel 2. Perkembangan Impor ASEAN dari Negara ASEAN dan dari Negara Lainnya, Tahun 1999-2005 (Juta USD) Negara ASEAN
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 57.771,0 73.466,0 67.639,6 73.202,2 91.130,6 119.581,2 141.030,7
Korea 12.277,9 15.381,1 13.457,5 14.830,7 Selatan China 12.331,7 18.137,0 17.399,2 23.212,2 India 2.193,9 3.209,6 3.672,1 3.696,4 Jepang 51.466,0 65.630,8 53.258,5 53.083,7 EU 34.711,9 39.093,2 39.681,6 40.041,8 Taiwan 7.429,3 8.660,6 6.905,9 12.683,7 USA 45.990,9 48.448,0 45.618,8 43.397,4 Australia 6.093,4 8.695,4 9.500,2 7.234,7 Hongkong 7.082,8 8.419,3 7.258,7 8.236,9 Total 237.348,8 289.141 264.392,1 279.619, Sumber: ASEAN Statistical Yearbook beragam tahun (diolah)
16.606,3
20.732,9
23.609,5
30.517,0 4.069,8 60.202,6 40.155,1 13.567,4 48.211,5 7.235,2 8.482,3 320.177,8
47.714,2 6.729,8 76.035,4 54.149,2 19.759,0 55.706,9 9.148,5 9.007,2 418.564,3
61.136,0 7.952,3 81.077,9 58.221,4 11.532,9 60.976,4 11.593,0 5.590,3 462.720,4
Salah satu sektor yang mendapat perhatian khusus dalam pelaksanaan kerjasama regional asosiasi tersebut yaitu sektor industri. Sektor industri mampu membuka peluang untuk meningkatkan share dan nilai volume perdagangan negara-negara ASEAN. Tabel 3 menunjukkan share tiga sektor utama perekonomian terhadap GDP negara-negara ASEAN pada tahun 2005 dimana salah satu sektor tersebut adalah sektor industri. Pada tabel tersebut dapat dilihat share sektor industri terbesar yaitu Brunei Darussalam sebesar 71,6% yang artinya dari total share perekonomian Brunei Darussalam, sektor industri mampu meningkatkan PDB sebesar 71,6 persen, Indonesia sebesar 44 persen, Thailand sebesar 47,0 persen, Kamboja 30,6 persen, dan Vietnam 40,2 persen. Kondisi tersebut memicu negara-negara ASEAN terus berusaha untuk mengembangkan sektor industri negara masing-masing.
Tabel 3. Share Sektor Ekonomi Utama terhadap GDP Negara-Negara ASEAN Tahun 2005 (%) Negara
2005 Agriculture
Brunei Darussalam
Industry
Services
0,9
71,6
27,5
Kamboja
33,1
30,6
36,5
Indonesia
14,5
44,0
41,5
Laos
45,0
29,5
25,5
Malaysia
7,7
42,0
50,3
Myanmar
0
0
0
18,9
33,2
47,9
Singapura
0,1
32,9
67,0
Thailand
8,9
47,0
44,1
Vietnam
19,6
40,2
40,3
Filipina
Sumber: ASEAN Statistical Yearbook
Negara-negara ASEAN dalam memproduksi dan mengkonsumsi produkproduk sektor industri berbeda-beda, hal tersebut tergantung dari jumlah produksi, jumlah konsumsi, kualitas dan kuantitas faktor-faktor produksi dan kemampuan daya saing masing-masing negara yang berbeda-beda. Ada negara yang mampu menguasai pangsa pasar industri sehingga dalam menyuplai produk industri relatif cepat dan ada pula negara yang tidak mampu untuk mengikuti persaingan dipasar global. Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu subsektor industri yang memiliki prospek yang menjanjikan di pasar ASEAN. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 4 dimana Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) masuk ke dalam sepuluh besar komoditi ekspor terbaik di ASEAN pada tahun 2004. Ekspor Tekstil dan
Produk Tekstil (TPT) mampu memberikan value sebesar 9.462,1 juta USD dengan share 1,7 persen. Tabel 4. ASEAN Top Ten Export Commodities By 2 Digits HS Code in 2004 HS
Komoditi
85
Barang-barang elektronik, peralatan dan 170.001,9 29,9
Value
Share
perlengkapan sound dan televisi 84
Reaksi nuklir, mesin dan bagian-bagian 93.832,0
18,5
didalamnya. 27
Mineral fuels and mineral oils
66.335,4
11,7
29
Kimia organik
17.892,4
3,1
39
Bahan-bahan plastik
15.283,7
2,7
40
Kayu dan bagian-bagiannya
13.128,0
2,3
15
Minyak ikan dan sayuran
12.117,8
2,1
90
Lensa, fotograpy dan cinematography
11.682,5
2,1
87
Vehicles, parts and acessories
11.640,8
2,0
61
Tekstil dan Produk Tekstil
9.462,1
1,7
Sumber: ASEAN Statistical Yearbook, Value dalam Million USD, Share dalam persen
Dengan adanya pengurangan tarif menjadi 0-5% untuk Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) sebagai akibat pemberlakuan kerjasama regional AFTA, maka perhatian negara-negara ASEAN berfokus pada sub sektor industri tersebut. Perhatian tersebut ditunjukkan dengan semakin besarnya ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) pada masing-masing negara sehingga menjamin peningkatan investasi masing-masing negara ASEAN. Tidak semua negara-negara ASEAN menjadi negara yang memiliki daya saing yang kuat dalam perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Indonesia, Thailand, dan Malaysia merupakan negara yang memiliki daya saing ekonomi
khususnya dalam perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Hal ini tergantung dari kemampuan negara tersebut untuk memperbaiki kualitas faktorfaktor produksinya dan daya saing tekstil di pasar perdagangan yang menjadi dasar kepercayaan negara lain untuk turut dalam perdagangan ASEAN.
1.2 Perumusan Masalah Pasar bersama ASEAN merupakan fokus dalam melaksanakan kerjasama ekonomi negara-negara ASEAN dalam rangka pencapaian perdagangan yang efektif dan efisien di dalam negeri. Beberapa negara ASEAN yang menjadi negara eksportir dan importir terbesar TPT berupaya meningkatkan jumlah ekspor dan impornya dari tahun ke tahun. Perkembangan ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Negara-Negara ASEAN Tahun 2002-2006 (dalam juta USD) Negara Brunei Darussalam Malaysia Indonesia
2002
2003
2004
2005
2006
35,954 46,641 44,871
52,777 40,471 50,066
33,323 39,902 56,553
32,150 43,078 51,694
Kamboja 1,319 2,399 Vietnam 0 0 Myanmar 0 0 Filipina 3,685 2,165 Thailand 24,473 28,707 Singapura 32,643 44,753 Laos 0 0 Sumber: ASEAN Secretariat (diolah)
1,249 7,681 0 3,308 34,645 50,526 0,067
1,261 9,931 0 2,848 35,439 142,967 0,043
1,777 9,391 0 2,455 31,898 156,324 0,007
22,177 37,548 35,939
Tabel 5 memperlihatkan bahwa perkembangan ekspor TPT negara-negara ASEAN dari tahun 2002-2006 mengalami fluktuatif. Akan tetapi, Singapura
sebagai salah satu negara industri yang berkembang memiliki ekspor yang semakin meningkat sepanjang tahun 2002-2006. Ekspor terbesar selama selang waktu tersebut berada pada tahun 2006, hal ini menunjukkan bahwa posisi strategis pelabuhan laut dan brand TPT Singapura yang cukup terkenal menjadi faktor pendukung perdagangan TPT negara tersebut. Sementara itu, negara Brunei Darussalam, Malaysia, Indonesia, Thailand memiliki ekspor yang fluktuatif dengan jumlah yang masih tinggi jika dibandingkan dengan negara lain. Ekspor terbesar sepanjang tahun 2002-2006 berada pada tahun 2004 untuk negara Brunei Darussalam yaitu sebesar 52,777 juta USD, tahun 2003 untuk Malaysia sebesar 46,641 juta USD, tahun 2005 untuk Indonesia dan Thailand berturut-turut sebesar 56,553 juta USD dan 35,439 juta USD. Akan tetapi, negara Myanmar sepanjang tahun 2002-2006 tidak melakukan ekspor TPT yang disebabkan tidak terdapat kemampuan produksi TPT domestik. Negara Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Indonesia dan Thailand sebagai negara eksportir terbesar juga memiliki impor yang besarnya fluktuatif. Kondisi impor negara-negara ASEAN dapat dilihat pada Tabel 6. Singapura sebagai negara eksportir TPT terbesar juga memiliki jumlah impor yang cukup besar dan berfluktuasi. Impor terbesar Singapura berada pada tahun 2002 sebesar 690,8025 juta USD. Sementara itu, Malaysia memiliki impor terbesar pada tahun 2004 yaitu sebesar 13,9945 juta USD dimana pada tahun yang sama terjadi penurunan ekspor TPT Malasyia yang berarti bahwa Malaysia harus memenuhi peningkatan kebutuhan TPT domestik pada tahun tersebut. Penurunan impor TPT terjadi di Brunei Darussalam dari tahun 2002-2004. Sementara, pada tahun tersebut negara Brunei Darussalam mengalami peningkatan ekspor TPT ke
negara-negara ASEAN. Untuk Indonesia dan Thailand, impor TPT berfluktuasi sepanjang periode 2002-2005. Tabel 6. Impor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Negara-negara ASEAN Tahun 2002-2006 (dalam juta USD) Negara
2002
Brunei Darussalam Malaysia Indonesia Kamboja Vietnam Myanmar Filipina Thailand Singapura
10,4457 9,4128 1,0277 0,2156 0 1,2220 1,7258 2,4456 690,8025
Laos 0 Sumber: ASEAN Secretariat (diolah)
2003
2004
2005
2006
9,9069 12,8886 2,7760 0,4476 0 0,9469 3,0637 3,4574 594,3988
9,9966 13,9945 6,2075 0,3457 2,2157 0,3609 3,9363 5,3918 583,9496
10,2151 12,4387 3,9574 0,7087 2,4184 0,1836 4,8764 6,7792 647,1218
10,7539 11,2922 2,9027 0,1893 4,1053 0,0835 4,8139 9,3566 674,6957
0
0,7260
0,3138
0,2775
Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) didominasi oleh negara Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand dan Brunei Darussalam. Fluktuasi perdagangan yang terjadi di lima negara ASEAN tersebut tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Seperti negara Thailand, peningkatan perdagangan TPT terjadi pada selang waktu 2002-2005 yaitu sebesar 26,9196 juta USD untuk tahun 2002, 32,1651 juta USD untuk tahun 2003, 40,0373 juta USD untuk tahun 2004, dan sebesar 42,2187 juta USD untuk tahun 2005. Tetapi, pada tahun 2006 perdagangan TPT negara Thailand mengalami penurunan menjadi 41,2551 juta USD. Penurunan tersebut tidak jauh berbeda dari jumlah tahun-tahun sebelumnya. Hal ini berarti negara Thailand masih mampu untuk meningkatkan perdagangan TPT dalam negeri. Demikian halnya dengan negara Malaysia, Indonesia dan Brunei Darussalam yang menunjukkan tren volume perdagangan yang
berfluktuasi sepanjang tahun 2002-2006. Sementara itu, negara Singapura memiliki total perdagangan (total trade) yang semakin meningkat sepanjang tahun 2003-2006 yaitu sebesar 639,1520 juta USD untuk tahun 2003 meningkat menjadi 831,0202 juta USD pada tahun 2006. Tabel 7. Total Perdagangan (Total Trade) Tekstil dan Produk Tekstil Negara-Negara ASEAN Tahun 2002-2006 (dalam juta USD) Negara 2002 2003 Brunei 32,6237 45,8611 Darussalam Malaysia 46,9612 59,5295 Indonesia 36,9671 47,6472 Thailand 26,9196 32,1651 Singapura 723,4462 639,1520 Sumber: ASEAN Secretariat (diolah)
2004 62,7741
2005 43,5390
2006 42,9047
54,4658 56,2735 40,0373 634,4758
52,3404 60,5106 42,2187 790,0889
54,3705 54,5963 41,2551 831,0202
Salah satu faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan suatu negara yaitu besarnya GDP. Besarnya perkembangan GDP suatu negara menjadi faktor penting yang menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu negara. GDP juga menggambarkan kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu produk. Semakin besar GDP maka semakin besar pula produk yang diproduksi sehingga dapat meningkatkan supply serta ekspor negara tersebut (cateris paribus) (Napitupulu, 2007). Tabel 8 menunjukkan besarnya GDP negara-negara ASEAN pada tahun 2002-2006. Peningkatan GDP Brunei Darussalam pada tahun 20022006 menunjukkan bahwa aliran perdagangan Brunei Darussalam ke negaranegara ASEAN lainnya semakin meningkat baik itu dari sisi impor maupun ekspornya. Demikian halnya, negara Malaysia, Singapura, Thailand dan Indonesia yang memperlihatkan bahwa GDP menjadi faktor yang berperan penting bagi perdagangan masing-masing negara tersebut. Peningkatan GDP negara Singapura
sepanjang tahun 2002-2006 diikuti aliran perdagangan (baik ekspor dan impor TPT) Singapura yang semakin meningkat sepanjang tahun yang sama. Tabel 8. GDP Negara-negara ASEAN Tahun 2002-2006 (Milyar USD) Negara 2002 2003 2004 Brunei Darussalam 6,03 6,71 8,12 Kamboja 4,01 4,65 5,29 Indonesia 203,78 237,88 231,05 Laos 1,72 2,11 2,48 Malaysia 95,27 103,99 124,75 Myanmar 0,00 0,00 0,00 Filipina 74,58 77,68 86,58 Singapura 90,81 94,60 111,12 Thailand 126,31 149,46 166,15 Vietnam 34,80 39,30 45,45 Sumber: ASEAN Statistical Yearbook beragam tahun
2005 9,53 6,25 282,23 2,86 137,42 0,00 102,47 116,72 172,74 52,78
2006 11,93 7,34 371,26 3,31 162,13 0,00 122,47 136,93 216,88 60,52
Kenaikan dan penurunan nilai tukar juga menjadi instrumen penting dalam menentukan aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Nilai tukar merepresentasikan harga domestik relatif terhadap harga dunia. Apresiasi dan depresiasi mata uang domestik terhadap USD mempengaruhi besar ekspor dan impor komoditi suatu negara. Bagi Tekstil dan Produk tekstil (TPT), nilai tukar memberikan dampak bagi ekspor dan impor bagi negara-negara ASEAN. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu: 1. Bagaimana keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra- ASEAN?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intraASEAN, 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN.
1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik bagi penulis maupun pembaca dan pihak yang berkepentingan lainnya. Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. bagi penulis diharapkan penelitian ini dapat menjadi wadah pengaplikasian ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor. 2. bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan wawasan dan informasi, literatur dan bahan penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian ini
merupakan
suatu kajian
masalah
terhadap
aliran
perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN mengingat dilaksanakannya kerjasama AFTA yang sangat mempengaruhi perdagangan komoditi di ASEAN khususnya TPT. Penelitian ini menggunakan enam variabel
yaitu GDP, populasi, jarak, exchange rate (nilai tukar), tarif dan dummy kesamaan bahasa (Languages) untuk dilihat pengaruhnya terhadap perdagangan TPT intra-ASEAN baik dari ekspor maupun impor. Model yang disusun merupakan pengolahan data dari lima negara ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Singapura pada tahun 2002-2006. Adapun keterbatasan penelitian ini adalah komoditi Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang dibahas tergolong dalam HS (Harmonized System) 61 dimana golongan TPT tersebut termasuk sepuluh komoditi terbesar yang diperdagangkan di intra-ASEAN pada tahun 2004. Pengolahan data dilakukan terhadap lima negara yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Thailand, Singapura dan Malaysia sepanjang tahun 2002-2006 karena kelima negara ASEAN tersebut merupakan negara pengekspor terbesar Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) untuk HS 61.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai beberapa pustaka yang dijadikan sebagai dasar teori dalam penelitian ini. Adapun pustaka tersebut yaitu teori perdagangan internasional dan dampak yang ditimbulkan dari perubahan GDP, populasi, jarak dan nilai tukar. Selain itu dalam bab ini juga akan dipaparkan mengenai organisasi ASEAN dan beberapa penelitian terdahulu tentang tekstil, perdagangan intra-ASEAN dan Gravity Model. Penelitian terdahulu tersebut dijadikan sebagai bahan referensi penyusunan karya ilmiah ini.
2.1 The Assosiation of Southeast Asian Nations (ASEAN) Pada awalnya, ASEAN dibentuk dengan pendirian suatu organisasi yang dikenal dengan Persatuan Asia Tenggara (Association of Southeast Asia atau ASA) yang beranggotakan Filipina, Malaysia dan Thailand pada tahun 1961 dimana ASA merupakan asas dari pembentukan ASEAN saat ini. Pada tanggal 8 Agustus 1967, 5 (lima) wakil Negara Asia Tenggara yaitu, Menteri Luar Negeri Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura dan Thailand ( Adam Malik, Narciso R. Ramos, Tun Abdul Razak, S. Rajaratnam, dan Thanat Khoman) duduk bersama di dewan utama Jabatan Hal Ehwal Luar di Bangkok, Thailand untuk menandatangani satu dokumen yang saat ini dikenal sebagai Deklarasi Bangkok atau Deklarasi ASEAN. Brunei Darussalam menjadi anggota pertama ASEAN di luar lima negara pemrakarsa. Brunei Darussalam bergabung menjadi anggota ASEAN pada tanggal
8
Januari
1984
(tepat
seminggu
setelah
memperingati
hari
kemerdekannya). Sebelas tahun kemudian, ASEAN kembali menerima anggota baru, yaitu Vietnam yang menjadi anggota yang ketujuh pada tanggal 28 Juli 1995. Dua tahun kemudian, Laos dan Myanmar menyusul masuk menjadi anggota ASEAN, yaitu pada tanggal 23 Juli 1997. Walaupun Kamboja berencana untuk bergabung menjadi anggota ASEAN bersama dengan Myanmar dan Laos, rencana tersebut terpaksa ditunda karena adanya masalah politik dalam negeri Kamboja. Meskipun begitu, dua tahun kemudian Kamboja akhirnya bergabung menjadi anggota ASEAN yaitu pada tanggal 30 April 1999. Pembentukan ASEAN menempatkan beberapa prinsip yang menjadi landasan yaitu hormat terhadap kemerdekaan, kesamaan, integritas dan identitas nasional semua negara, hak untuk setiap negara dalam memimpin kepentingan nasional secara bebas daripada campur tangan luar, subversif atau koersion (coerion), adanya penyelesaian perbedaan atau perdebatan dengan aman, menolak pelaksanaan ketenteraan, dan kerjasama efektif antara anggota. Tahap-tahap kerjasama ASEAN secara intensif dibicarakan, pertama pada periode KTT ASEAN I-KTT ASEAN III (1976-1980), serta ASEAN Preferential Trade Arrangement (PTA) yang diperkenalkan pada tahun 1977 dan inilah yang menandai adanya komitmen pertama negara-negara ASEAN untuk liberalisasi perdagangan. Kedua, antara KTT ASEAN III sampai KTT ke IV. KTT ASEAN III tersebut merupakan forum penting di dalam kerjasama ekonomi intra-regional. Lebih lanjut KTT Manila telah memperkuat program-program ekonomi ASEAN yang telah ada, terutama PTA dan ASEAN Industrial Join Ventures. Tahap ketiga, dimulai sejak KTT ASEAN IV tahun 1992.
Agreement on ASEAN Preferential Trading Arrangement (PTA) merupakan landasan antar negara anggota ASEAN melakukan kerjasama ekonomi ASEAN. Selanjutnya, ASEAN mencari terobosan baru kerjasama ekonomi ASEAN yang paling cocok akibat lambatnya PTA. Pada tahun 1992, ASEAN menyepakati Kerangka Persetujuan Peningkatan Kerjasama Ekonomi ASEAN (Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation) dan pada tahun yang sama juga dibentuk ASEAN Free Trade Area (AFTA). ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya. AFTA dibentuk pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992. Awalnya, AFTA ditargetkan akan dicapai dalam waktu 15 tahun, kemudian pelaksanaannya dipercepat menjadi tahun 2003, dan akhirnya dipercepat lagi menjadi tahun 2002. Skema Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area ( CEPT-AFTA) merupakan suatu skema untuk mewujudkan AFTA melalui: penurunan tarif menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya. Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand pada tahun 2010, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015. Untuk komoditi yang Sensitive List (SL) dan General Exception List
(GE) dikeluarkan dari ketentuan CEPT-AFTA, sedangkan untuk barang dagangan yang berasal dari wilayah non ASEAN berlaku tarif normal (Most Favoured Nations –MFN).
2.2 Perkembangan Perubahan Kerjasama Ekonomi ASEAN ASEAN (Association of Southeast Asia Nations) yang berdiri sejak tanggal 8 Agustus 1967, awalnya memiliki jumlah perdagangan yang sangat kecil. Negara-negara yang bergabung dalam kerjasama regional ini, akhirnya menyadari bahwa peningkatan perdagangan harus dimulai terlebih dahulu dari wilayah mereka sendiri. Pada tahun 1977, negara-negara anggota ASEAN menyepakati kerjasama ekonomi Preferential Trade Arrangement (PTA) yang memberikan preferensial tarif bagi ekonomi ASEAN. PTA merupakan pengaturan perdagangan yang dibentuk oleh negaranegara yang sepakat dalam menurunkan hambatan-hambatan perdagangan yang berlangsung di antara negara-negara anggota ASEAN dan membedakannya dengan yang diberlakukan terhadap negara-negara lain yang bukan anggota. Pengaturan ini merupakan kerjasama ekonomi yang cukup longgar dalam rangka peningkatan volume perdagangan di ASEAN. Pengaturan perdagangan tersebut ternyata kurang berhasil dalam meningkatkan volume perdagangan di negara-negara ASEAN. Akhirnya pada tahun 1992, masing-masing negara anggota menyepakati pembentukan AFTA (Asean Free Trade Area) yaitu kawasan perdagangan bebas. Tujuan dari kerjasama ini adalah dalam rangka meningkatkan daya saing dan volume perdagangan di pasar dunia. AFTA merupakan bentuk integrasi ekonomi dimana
semua hambatan perdagangan tarif maupun non tarif di antara negara-negara anggota telah dihilangkan sepenuhnya. Pada tahun awal, pelaksanaan kerjasama AFTA tersebut menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. AFTA memberikan manfaat yang besar dalam perdagangan negara-negara ASEAN secara penuh. ASEAN mampu menurunkan hampir semua tarif di antara negaranegara anggotanya melalui kesepakatan CEPT-AFTA (Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area ). Keberhasilan dalam pelaksanaan AFTA dirasakan tidaklah cukup dalam meningkatkan integrasi ekonomi bagi negara-negara ASEAN. Pada tahun 2003, diadakan sidang ASEAN kesembilan di Bali dalam rangka memperluas kesepakatan kerjasama ekonomi ASEAN untuk membentuk Komuniti Ekonomi ASEAN (AEC) yang pelaksanaannya akan dilakukan pada tahun 2020.
2.3 Gravity Model Model gravitasi adalah salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk mengestimasi berapa besarnya nilai barang yang keluar dan masuk di suatu wilayah. Gravity model pertama kali dikembangkan oleh Tinberger (1962) dan Poyhonen (1963) untuk menjelaskan perdagangan bilateral oleh mitra dagang pada GNP dan jarak geografi antar negara (Jayangsari, 2006). Secara fisik, gravity model didasarkan pada peramalan potensi perdagangan melalui variabel jarak, GDP, dan populasi dari negara tersebut. Penelitian oleh Helliwell dalam Napitupulu (2007) menyatakan bahwa gravity model juga dapat digunakan untuk menyelidiki apakah perbatasan memiliki efek untuk menghalangi perdagangan. Penelitian tersebut juga
menemukan bahwa aliran perdagangan antar provinsi di Kanada jauh lebih besar daripada aliran perdagangan antar provinsi tersebut dengan Amerika Serikat, dimana jarak dan masa ekonomi menjadi bahan pertimbangan. Pemikiran mendasar yang menjadi argumen yang melatarbelakangi pemakaian gravity model adalah bahwa negara yang lebih besar dan kaya akan lebih banyak melakukan perdagangan luar negeri bila dibandingkan dengan negara yang kecil dan miskin (Sinaga, 2007). Dengan adanya pengaruh dari jarak, namun bukan sebagai hambatan. Sesuai dengan perumusan Newton terhadap model gravitasi fisika yaitu “interaksi antara dua objek adalah sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jarak masing-masing”. G x Mi x Mj Fij = Dij Dengan F adalah volume aliran perdagangan, M adalah ukuran ekonomi untuk kedua negara, D adalah jarak kedua negara dan G adalah konstanta. Menggunakan logaritma, persamaan di atas diubah kedalam bentuk linear untuk analisis ekonometrik menjadi : Log (Aliran perdagangan bilateral) = α + β1 Log (GDP negara 1) + β2 Log (GDP negara 2) + β3 Log (Jarak) + ε (dimana konstanta G menjadi bagian dari α) Secara umum persamaan gravity model adalah sebagai berikut: Log Xij = b0 + b1 log Yj + b2 log Pj + b3 log Dij + eij Dimana: Xij
= Volume Komoditas yang diperdagangkan dari negara i ke negara j
Yj
= GDP negara j
Pj
= Jumlah populasi negara j
Dij
= Economic Distance antar negara i dengan negara j Pada penerapannya dalam perdagangan antar negara, bentuk model ini
disusun oleh tiga jenis variabel utama, yang terdapat pada setiap gravity model untuk aliran perdagangan bilateral yaitu: 1. variabel-variabel yang memiliki total permintaan potensial negara pengimpor, 2. variabel-variabel indikator total penawaran potensial negara pengekspor. 3. variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antar negara pengekspor dan negara pengimpor (Sinaga, 2007).
2.3.1 GDP (Gross Domestic Product) Gross Domestic Product(GDP) merupakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional pada output barang dan jasa. GDP mengukur nilai produk yang dihasilkan di suatu wilayah suatu negara, termasuk kegiatan orang atau perusahaan asing tetapi tidak termasuk kegiatan produksi di wilayah negara lain (Napitupulu, 2007). GDP sering dianggap sebagai cerminan kinerja ekonomi. GDP juga diartikan sebagai perekonomian total dari setiap orang di dalam perekonomian. GDP sebagai salah satu variabel utama dalam analisis aliran perdagangan gravity model menunjukkan besarnya kemampuan perekonomian suatu negara, dimana semakin besar GDP yang dihasilkan suatu negara semakin besar pula kemampuan negara tersebut untuk melakukan perdagangan (Sinaga, 2007). Bagi negara eksportir, GDP semakin besar akan meningkatkan ekspor komoditi negara
tersebut, dan bagi negara importir, semakin besar GDP, juga akan meningkatkan impor komoditi negara tersebut sehingga besarnya GDP yang dimiliki negara eksportir maupun negara importir akan mempengaruhi besarnya volume perdagangan (Napitupulu, 2007).
2.3.2 Populasi Populasi merupakan jumlah penduduk yang terdapat di suatu wilayah. Jumlah penduduk yang dimiliki oleh suatu negara mempengaruhi besarnya kebutuhan negara tersebut terhadap komoditas perdagangan yang ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat permintaan suatu komoditi. Pertumbuhan penduduk di negara tujuan ekspor akan menyebabkan peningkatan kebutuhan yang ditunjukkan dalam peningkatan permintaan. Peningkatan permintaan tersebut terlihat dari pergeseran kurva permintaan negara tujuan ekspor sehingga terjadi excess demand di pasar internasional yang akan mendorong meningkatnya harga komoditi tersebut. Pertumbuhan penduduk juga akan mengurangi jumlah ekspor karena sebahagian dari produksi telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik sehingga mengakibatkan terjadinya kekurangan supply di pasar internasional. Dampak yang ditimbulkan oleh pertumbuhan penduduk juga ditentukan oleh besarnya peningkatan produksi karena pertambahan sumberdaya tenaga kerja, karena penduduk merupakan tenaga kerja sebagai faktor produksi.
2.3.3 Jarak Jarak merupakan faktor geografi yang menjadi variabel utama gravity model untuk aliran perdagangan. Jarak yang digunakan dalam penelitian ini adalah jarak ekonomi (Economic Distance), dimana jarak ekonomi ini dapat diartikan sebagai jarak geografis antar ibukota negara-negara ASEAN dikalikan dengan share GDP suatu negara (i) terhadap total GDP ASEAN. Penggunaan jarak ekonomi ini disebabkan bahwa jarak yang sama antar negara (contohnya antara negara C-D memiliki jarak yang sama dengan negara E-F) belum tentu memiliki aliran perdagangan yang sama. Selain itu, jarak geografis antara ibukota negara-negara ASEAN sepanjang tahun 2002-2006 tidak berubah atau konstan. Kondisi tersebut yang menyebabkan jarak geografis saja tidak dapat digunakan dalam melihat faktor jarak terhadap aliran perdagangan, akan tetapi dapat dilihat dari share GDP-nya yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Variabel jarak dapat berpengaruh positif dan dapat berpengaruh negatif artinya tidak selamanya jarak berpengaruh negatif terhadap aliran perdagangan yaitu semakin jauh jarak antara dua negara maka aliran perdagangan akan semakin kecil diantara negara tersebut. Apabila jarak berpengaruh positif maka faktor GDP menjadi faktor yang lebih dominan daripada jarak geografis dalam mempengaruhi perdagangan. Demikian sebaliknya, apabila jarak berpengaruh negatif maka jarak geografis lebih dominan dalam mempengaruhi aliran perdagangan.
2.4 Penelitian Terdahulu 2.4.1 Penelitian mengenai Tekstil Maryadi (2007) menganalisis pertumbuhan investasi sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terhadap perekonomian Indonesia dengan menggunakan analisis Input-Output. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan industri yang penting dalam mendorong sektor hulunya, hal tersebut dapat dilihat dari nilai keterkaitan ke depan dan nilai kepekaan penyebarannya yang lebih dari satu. Disamping itu juga industri TPT tersebut mampu mendorong sektor-sektor lainnya dari penyediaan output, pendapatan dan tenaga kerja yang dilihat dari efek multiplier dan analisis investasi khususnya bagi industri TPT itu sendiri. Firdaus (2007) menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia di pasar Amerika Serikat khususnya untuk komoditi tekstil pakaian jadi, kain dan benang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan penawaran ekspor Indonesia yang dicerminkan oleh kekuatan daya saing dari TPT Indonesia masih dibawah kekuatan daya saing TPT Cina. Dari hasil analisis Constant Market Share, terlihat bahwa efek daya saing pakaian jadi, kain lembaran dan benang Indonesia lebih rendah dari efek daya saing pakaian. Daya saing secara komparatif untuk komoditi pakaian jadi Indonesia lebih baik dibanding komoditi pakaian jadi Cina, hal ini disebabkan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat. Namun, untuk komoditi lain dan benang Cina lebih memiliki keunggulan komparatif. Dalam jangka panjang, penurunan ekspor pakaian jadi Indonesia ke
Amerika Serikat disebabkan oleh peningkatan harga domestik dan nilai tukar, sedangkan peningkatan ekspor pakaian jadi disebabkan oleh peningkatan harga ekspor dan pemberlakuan kebijakan penghapusan kuota. Perkembangan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat dalam jangka panjang tidak dipengaruhi oleh tingkat produksinya. Dalam jangka panjang, penurunan ekspor kain dan benang disebabkan oleh peningkatan produksi dan nilai tukar rupiah. Peningkatan ekspornya disebabkan oleh peningkatan harga ekspor, harga domestik dan pemberlakuan kebijakan penghapusan kuota. Mulyani (2007) juga menganalisis dampak restrukturisasi industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terhadap kinerja perekonomian Jawa Barat dengan menggunakan analisis Input-Output. Hasil analisis menunjukkan industri TPT merupakan sektor yang mempunyai koefisien penyebaran paling tinggi dimana sektor industri TPT memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya atau meningkatkan output sektor-sektor lainnya yang digunakan sebagai input sektor industri TPT. Sektor industri TPT memiliki nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu yang dapat diartikan bahwa industri TPT kurang mampu dalam mendorong produksi sektor hilirnya yang menggunakan input dari sektor industri TPT. Sektor industri TPT dikatakan kurang mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya karena produk dari sektor TPT cenderung dikonsumsi langsung oleh rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa industri TPT merupakan industri yang mampu meningkatkan pertumbuhan, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien penyebaran sektor hulunya, selain itu industri TPT merupakan industri padat karya dimana
memiliki nilai multiplier tenaga kerja yang besar sehingga lebih mampu mempengaruhi peningkatan penyerapan tenaga kerja.
2.4.2 Penelitian mengenai Perdagangan Intra ASEAN Napitupulu (2007) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan beras Intra ASEAN. Hasil yang diperoleh dari usaha pengumpulan informasi secara deskriptif bahwa beras menjadi bahan pangan utama disetiap negara ASEAN dan pemerinntah setempat merumuskan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk mencapai kondis ketahanan pangan. Swasembada beras dicapai Indonesia pada tahun 1984, Vietnam pada tahun 1987, Filipina pada tahun 1978, dan Kamboja pada tahun 1995. Thailand, Indonesia, Vietnam, Myanmar, Laos, Kamboja, dan Filipina memiliki produksi beras yang lebih besar daripada konsumsi domestiknya. Sedangkan Brunei Darussalam dan Malasyia mengalami defisit. Dari hasil chow test, analisis gravity model menggunakan metode fixed effect dengan estimasi GLS. R2 yang diperoleh 49,57 persen. Faktor yang berpengaruh nyata pada taraf 5 persen yaitu GDP negara asal impor, populasi negara tujuan impor, konsumsi beras negara asal impor, konsumsi beras negara tujuan impor dan nilai tukar terhadap USD negara tujuan impor. Selanjutnya, Anisa (2004) juga menganalisis mengenai faktor yang mempengaruhi perdagangan bilateral intra ASEAN dengan menggunakan gravity model khususnya pada enam negara anggota ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malasyia, Singapura, Filipina dan Thailand. Hasil yang diperoleh dari analisis bersama seluruh anggota adalah variabel GDP, populasi, dan jarak mempengaruhi perdagangan bilateral negara-negara anggota ASEAN. Hasil uji
Chow test memberikan hasil bahwa pada periode sebelum dan sesudah krisis pengaruh faktor-faktor tersebut pada perdagangan bilateral intra-ASEAN berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. Meskipun faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing negara berbeda, secara simultan seluruh faktorfaktor tersebut berpengaruh pada perdagangan bilaterla intra-ASEAN masingmasing negara.
2.4.3. Penelitian mengenai Gravity Model Analisis aliran perdagangan komoditas karet alam Indonesia dan faktorfaktor yang mempengaruhinya di negara tujuan (kasus lima negara tujuan ekspor utama) diteliti oleh Sinaga (2007) dengan menggunakan Gravity model sebagai model kuantitatif. Dalam penelitian tersebut, disusun enam variabel penduga yaitu GDP negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak dengan negara tujuan, nilai tukar USD terhadap mata uang negara tujuan, konsumsi karet sintesis negara tujuan, dan nilai ekspor produk ban negara tujuan. Hasil yang diperoleh dari negara tujuan utama adalah sektor industri negara tujuan berperan besar dalam pembentukan GDP negara tersebut. Hal ini terlihat dari pemasukan sektor industri negara tujuan terhadap GDP yaitu: Amerika Serikat sebesar 20,4 persen, Jepang sebesar 25,8 persen, Cina sebesar 47,8 persen, Singapura sebesar 33,9 persen dan Jerman sebesar 29,6 persen. Nilai R2 yang menunjukkan goodness of fit dari gravity model yang dibentuk adalah sebesar 66,8 persen yang berarti faktor terbesar yang mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia ke negara tujuan adalah variabel GDP negara tujuan dan nilai ekspor produk ban negara tujuan.
Yunita
(2006)
selanjutnya
meneliti
analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi aliran perdagangan biji kakao Indonesia dengan menggunakan gravity model dengan persamaan tunggal. Variabel dependen yang digunakan adalah volume ekspor biji kakao Indonesia menurut negara tujuan, sedangkan variabel independen meliputi GDP per kapita negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan, harga biji kakao Indonesia di negara tujuan, nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika dan kualitas biji kakao Indonesia. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh R-Sq (adj) sebesar 69,1 persen, yang berarti bahwa 69,1 persen perubahan volume ekspor biji kakao Indonesia dapat diterangkan oleh variasi peubah-peubah bebas dalam model, sedangkan sisanya diterangkan oleh faktorfaktor lain yang tidak terdapat dalam model. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel-variabel bebas dalam model berpengaruh terhadap variabel tak bebas. Dengan kata lain, semua variabel bebas dapat menjelaskan variasi perubahan volume ekspor biji kakao Indonesia ke negaranegara tujuan. Pulungan (2006) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan arang tempurung kelapa Indonesia. Analisis ini menggunakan metode kuantitatif denga menggunakan gravity model dengan persamaan tunggal. Berdasarkan hasil regresi terhadap gravity model yang disusun diperoleh koefisien determinasi R2 sebesar 72,8 persen yang berarti 72,8 persen perubahan volume ekspor arang tempurung kelapa Indonesia dapat diterangkan oleh variasi peubahpeubah bebas dalam model, sedangkan sisanya diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa hanya
ada tiga variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 5 persen atau signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen terhadap volume ekspor arang tempurung kelapa Indonesia.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang melandasi penelitian ini dalam sub bab kerangka pemikiran teoritis dan alur pemikiran penulis mengenai topik penelitian ini dalam sub bab kerangka pemikiran operasional. Pada bab ini juga akan diulas mengenai hipotesis-hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, dimana hipotesis tersebut menjadi jawaban sementara dari permasalahan yang kebenarannya akan diuji secara empiris.
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan merupakan suatu proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak yang melakukan pertukaran. Kesediaan kedua belah pihak untuk bertransaksi akan menimbulkan keinginan masing-masing pihak semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya agar dapat bersaing di pasar global. Selain itu, perdagangan internasional juga dapat digunakan untuk membantu dalam menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antar dua atau lebih negara serta bagaimana dampaknya terhadap perekonomian negara tersebut. Perdagangan internasional juga merupakan kegiatan memperdagangkan output barang-barang dan jasa, yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk dari negara lain (Deliarnov, 1995). Perdagangan internasional juga dapat diartikan sebagai pertukaran barang dan jasa yang terjadi melampaui batas-batas
negara.
Perdagangan
internasional
sangat
diperlukan
untuk
mendapatkan manfaat yang dimungkinkan oleh spesialisasi.
Masing-masing
negara akan memproduksi barang dan jasa yang dapat dilakukan secara efisien, sementara negara tersebut akan berdagang dengan negara lain untuk memperoleh barang dan jasa yang diproduksinya (Lipsey, 1997). Adam smith dalam Hady (2004) menyatakan bahwa setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional (gain from trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak serta mengimpor barang yang tidak ada keunggulan mutlak di negara tersebut. Gonarsyah dalam Sinaga (2007) mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan internasional yaitu: 1. Adanya perbedaan penawaran dan permintaan antar negara. 2. Tidak semua negara menghasilkan komoditi yang diperdagangkan. 3. Adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditi tertentu. Selanjutnya Salvatore (1997) mengemukakan bahwa pada dasarnya model perdagangan internasional harus berlandaskan empat hubungan utama sebagai berikut: 1. Hubungan antara batas-batas kemungkinan produksi dengan kurva penawaran relatif. 2. Hubungan antara harga-harga relatif. 3. Penentuan keseimbangan dunia dengan penawaran relatif dunia dan permintaan relatif dunia. 4. Dampak-dampak atau pengaruh nilai tukar perdagangan (terms of trade) yakni harga ekspor dari suatu negara dibagi dengan harga impornya terhadap kesejahteraan suatu negara.
Menurut Deliarnov (1995), keuntungan yang dapat diperoleh dari aktivitas perdagangan internasional yaitu pertama, apa saja yang tidak bisa dihasilkan dalam negeri, sekarang bisa dinikmati dengan jalan mengimpornya dari negara lain. Kedua, perdagangan luar negeri memungkinkan dilakukannya spesialisasi sehingga barang-barang bisa dihasilkan secara lebih murah karena lebih cocok dengan kondisi negara tersebut, baik dari segi bahan mentah maupun cara berproduksi. Ketiga, negara yang melakukan perdagangan luar negeri dapat memproduksi lebih besar daripada yang dibutuhkan pasar dalam negeri.
Panel A Pasar di Negara 1 untuk komoditi X
Px/Py
P1
Panel B Hubungan Perdagangan Internasional dalam Komoditi X
Panel C Pasar di Negara 2 untuk komoditi X
Px/Py
Sx
P3
A”
P3 P2
Px/Py
Ekspor B
E
S
E*
Sx
A’
B*
B’
D
Impor Dx
*
A
A Dx
X 0
E’
X
0
X
Gambar 1. Analisis Keseimbangan Parsial Aliran Perdagangan Gambar 1 memperlihatkan proses terciptanya harga komoditi relatif ekuilibrium dengan adanya perdagangan, ditinjau dari analisis keseimbangan parsial. Kurva Dx dan kurva Sx dalam panel A dan C pada Gambar 1, masingmasing melambangkan kurva permintaan dan kurva penawaran untuk komoditi X di Negara 1, dan Negara 2. Sumbu vertikal pada ketiga panel tersebut mengukur harga-harga relatif untuk komoditi X (Px/Py, atau jumlah komoditi Y yang harus dikorbankan oleh suatu negara dalam rangka memproduksi satu unit tambahan komoditi X). Sedangkan sumbu horizontalnya mengukur kuantitas komoditi X.
Panel A pada Gambar 1 memperlihatkan bahwa dengan adanya perdagangan internasional, Negara 1 akan mengadakan produksi dan konsumsi di titik A berdasarkan harga relatif komoditi X sebesar P1, sedangkan Negara 2 akan berproduksi dan berkonsumsi dititik A’ berdasarkan harga relatif P3. Setelah hubungan perdagangan berlangsung di antara kedua negara tersebut, harga relatif komoditi X akan berkisar antara P1 dan P3 seandainya kedua negara tersebut cukup besar (kekuatan ekonominya). Apabila harga yang berlaku di atas P1, maka Negara 1 akan memasok atau memproduksi komoditi X lebih banyak daripada tingkat permintaan (konsumsi) domestik. Kelebihan produksi itu selanjutnya akan diekspor (lihat panel A) ke Negara 2. Di lain pihak jika harga yang berlaku lebih kecil dari P3, maka Negara 2 akan mengalami peningkatan permintaan sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada produksi domestiknya. Hal ini akan mendorong Negara 2 untuk mengimpor kekurangan kebutuhannya atas komoditi X itu dari Negara 1 (lihat panel C). Keseimbangan perdagangan internasional tersebut dipengaruhi oleh GDP, populasi, jarak dan nilai tukar. Perubahan variabel-variabel tersebut dapat menyebabkan pergeseran kurva penawaran dan kurva permintaan di setiap negara dan di dunia. Oleh karena itu akan dipaparkan perubahan yang akan terjadi akibat beberapa perubahan dari faktor diatas baik di negara pengekspor maupun di negara pengimpor. GDP (Gross Domestik Product) merupakan total pendapatan nasional suatu negara. GDP suatu negara juga dapat diartikan sebagai ukuran kapasitas untuk memproduksi komoditi ekspor negara tersebut. Terjadinya perubahan
variabel GDP pada negara pengekspor dan negara pengimpor akan memberikan dampak yang berbeda pada keseimbangan. Dampak dari perubahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2, dimana pada negara asal impor atau negara pengekspor, GDP menggambarkan kapasitas ekonomi negara tersebut dalam memproduksi suatu komoditi. Apabila GDP negara pengekspor meningkat maka kapasitas produksinya juga akan meningkat yang mengakibatkan supply komoditi tersebut juga meningkat, dimana dalam hal ini komoditi Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Peningkatan supply menggeser kurva penawaran negara pengekspor ke arah kanan (S → Sx’). Dengan bergesernya kurva supply tersebut, maka keseimbangan negara pengekspor terjadi pada titik A’. Excess supply meningkat dari B-E menjadi B-F. Dengan demikian, ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) negara pengekspor meningkat dan excess supply Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di pasar dunia juga meningkat sehingga terjadi pergeseran kurva excess supply dunia ke arah kanan dari kurva ES menjadi ES’. Dengan keseimbangan E* dan ED yang tetap, excess supply yang terjadi di pasar dunia bertambah. Hal ini mendorong keseimbangan turun dari E* menjadi E**, sehingga harga TPT pasar dunia turun menjadi B**. Penurunan harga TPT dunia ini mendorong negara importir untuk meningkatkan impor TPT-nya dari B’-E’ menjadi B”-E”.
Px
Negara Pengekspor Komoditi TPT
P3 Dx P2 P1
B* B** A*
A’
0
X
Gambar
2.
Negara Pengimpor Komoditi TPT Sx
P3
ES
A’
ES’
E F A
Pasar Dunia
A’’
Ekspor S S ’ x x B
Px
0
E’ E’’
B’ B’’
E* E** ED
Impor X
Dampak Peningkatan GDP Negara Keseimbangan Perdagangan Internasional Sumber : Salvatore dalam Napitupulu (2007)
Dx
0
Pengekspor
X
terhadap
Dampak perubahan GDP negara importir terhadap keseimbangan perdagangan internasional ditunjukkan pada Gambar 3. Pada negara importir, terjadinya peningkatan GDP menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pendapatan masyarakat di negara tersebut. Adanya peningkatan pendapatan tersebut akan meningkatkan permintaan terhadap suatu komoditi, yang dalam hal ini komoditi Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Peningkatan tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran kurva demand negara pengimpor menjadi Dx’, sehingga keseimbangan berubah menjadi A’’. Pada titik A’’, jumlah excess demand bertambah dari B’-E’ menjadi B’-E’’. Peningkatan jumlah impor menyebabkan kurva excess demand TPT di pasar dunia juga bergeser ke kanan menjadi ED’. Excess demand TPT di pasar dunia semakin besar, sehingga mendorong harga untuk naik. Keseimbangan baru terjadi pada titik E** pada tingkat harga TPT di pasar dunia menjadi B**. Peningkatan harga dunia tersebut memberikan insentif bagi negara eksportir untuk meningkatkan ekspor TPT-nya. Peningkatan ekspor terjadi dari titik B-E menjadi
B*-E*. Kondisi keseimbangan di atas terbentuk setelah terjadinya peningkatan GDP negara importir yaitu peningkatan aliran perdagangan TPT di pasar dunia.
Px
Px
Px
Negara Pengekspor Komoditi TPT
Pasar Dunia Sx A’’
P3
Sx
Ekspor P2 P1 0
B* B
ES
E*
B** B*
E A
A* Dx
P3
X
0
Negara Pengimpor Komoditi TPT
A’’ A
E** B’
E* ED’ ED
E’
E’’
Impor X
0
Dx
Gambar 3. Dampak Peningkatan GDP Negara Pengimpor terhadap Keseimbangan Perdagangan Internasional Sumber : Salvatore dalam Napitupulu (2007) Untuk faktor populasi, peningkatan populasi di negara pengekspor akan meningkatkan ketersediaan tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi. Semakin bertambahnya populasi, maka bertambah pula tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi TPT. Produksi TPT meningkat, cateris paribus, penawaran meningkat dan menggeser kurva supply negara pengekspor ke kanan menjadi Sx’ (Gambar 2). Peningkatan ini menyebabkan terjadinya peningkatan excess supply TPT dunia. Selanjutnya, proses yang sama berlangsung seperti yang terdapat pada uraian perubahan faktor GDP di atas. Peningkatan populasi di negara pengekspor akan meningkatkan jumlah ekspor TPT dunia dengan harga yang lebih rendah dari harga yang terbentuk sebelum terjadi perubahan GDP tersebut. Demikian halnya, dengan dampak yang diberikan apabila terjadi peningkatan populasi di negara pengimpor. Peningkatan populasi di negara pengimpor menjadi faktor yang berkaitan erat dengan permintaan, dimana hal ini
Dx’ X
berarti akan terjadi peningkatan demand TPT negara pengimpor. Kurva excess demand TPT dunia akan bergeser ke kanan menjadi Dx’ (Gambar 3). Selanjutnya, proses yang sama terjadi seperti pada peningkatan GDP negara pengimpor, maka keseimbangan berada pada harga yang lebih tinggi dari harga keseimbangan sebelumnya dengan jumlah ekspor dan impor yang meningkat. Faktor jarak, dimana jarak antara dua negara berimplikasi pada munculnya biaya transportasi atau biaya pengangkutan dari titik produksi ke titik konsumsi. Biaya ini memiliki pengaruh langsung yang sangat besar terhadap perubahan harga maupun jumlah komoditi yang diperdagangkan, baik bagi negara pengekspor maupun bagi negara pengimpor. Semakin jauh jarak antara dua negara, maka semakin besar biaya transportasi yang dibutuhkan untuk memperdagangkan suatu komoditi tersebut. Sebaliknya, semakin dekat jarak antar negara semakin kecil pula biaya transportasinya. Gambar 4 menunjukkan bahwa ketika belum terjadi perdagangan internasional, Negara 1 sebagai negara asal komoditi X memiliki keseimbangan antara permintaan (sisi konsumsi) dan penawaran (sisi produksi) di titik A pada harga relatif sebesar P1. Negara 2 memproduksi dan mengkonsumsi komoditi X di titik A’ pada tingkat harga relatif sebesar P3 yang nilainya lebih besar dari harga relatif komoditi X di Negara 1 (P3 > P1). Adanya perbedaan harga inilah yang menjadi pendorong terjadinya perpindahan komoditi X dari Negara 1 ke Negara 2 (timbulnya perdagangan). Hubungan perdagangan antara Negara 1 dan 2 akan berdampak pada harga komoditi X yang akan berkisar antara P1 dan P3 (P1 < P < P3). Pada tingkat harga relatif di bawah P3 akan meningkatkan permintaan dalam negeri di Negara 2, dimana produksi dalam negeri di Negara 2 tidak akan mampu
memenuhi peningkatan permintaan tersebut. Peningkatan permintaan tersebut akan ditutupi dengan impor dari Negara 1. Sementara itu, pada tingkat harga relatif di atas P1 akan mendorong peningkatan produksi dalam negeri di Negara 2 yang
mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran. Selanjutnya, kelebihan
penawaran inilah yang diekspor ke Negara 2. Sehingga terjadi keseimbangan yang baru bagi kedua negara setelah perdagangan, yang diperlihatkan oleh perpotongan fungsi permintaan D dan fungsi penawaran S dititik E*. Dengan demikian, harga P2 merupakan harga relatif keseimbangan untuk komoditi X setelah perdagangan internasional berlangsung. Akan tetapi, jarak yang memisahkan kedua negara mengindikasikan adanya biaya transportasi untuk membawa komoditi X dari Negara 1 ke Negara 2. Adanya biaya transportasi akan mempengaruhi penawaran ekspor dan secara langsung dinyatakan dalam fungsi penawaran yang bergeser ke kanan atas (dari S ke S’). Sehingga keseimbangan permintaan dan penawaran komoditi X pada perdagangan internasional dengan adanya biaya transportasi karena faktor jarak berada pada titik E’. Px/Py
Bagian 1
SI P2 P1
B
A’’ P4
E
Px/Py
Bagian 2
Px/Py
P3
S’ S
E’
B1
A* DI
Pasar di Negara 1 untuk Komoditi X
X
A’
B
B’
E* A
Bagian 3 SII
DII D
X1 X2
Hubungan Perdagangan Internasional komoditi X dengan adanya biaya transportasi
Gambar 4. Analisis Parsial atas Biaya Transportasi Sumber: Salvatore dalam Napitupulu (2007)
X
X Pasar di Negara 2 untuk Komoditi X
Nilai tukar perdagangan dari suatu negara merupakan rasio harga komoditi ekspornya terhadap harga komoditi impornya. Apabila kondisi penawaran dan permintaan mengalami perubahan dari waktu ke waktu, maka kurva keseimbangan parsial aliran perdagangan akan mengalami pergeseran. Pergeseran kurva keseimbangan parsial akan menyebabkan volume dan nilai tukar perdagangan dari negara yang bersangkutan juga mengalami perubahan. Kondisi nilai tukar seperti terdepresiasinya mata uang suatu negara misalnya rupiah terhadap USD merupakan faktor yang dapat menyebabkan pergeseran kurva penawaran ke kanan. Terdepresiasinya rupiah terhadap USD membuat harga Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia relatif lebih murah sehingga
mendorong
terjadinya
peningkatan
jumlah
penawaran
ekspor.
Mekanisme pengaruh perubahan nilai tukar terhadap ekspor dapat dilihat pada Gambar 5. Apabila di negara A terjadi depresiasi nilai tukar yang diperlihatkan dengan terjadinya penurunan nilei tukar e1 → e2. Penurunan nilai tukar yang terjadi menyebabkan terjadinya peningkatan output pada kurva IS. Peningkatan output ini terjadi disebabkan adanya peningkatan ekspor bersih seperti yang ditunjukkan pada gambar perpotongan keynesian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penurunan nilai tukar (depresiasi) menyebabkan terjadinya peningkatan ekspor. Peningkatan ekspor yang terjadi tidak menyebabkan terjadinya penggeseran kurva supply negara pengekspor melainkan hanya menggeser dengan slope yang berbeda (SW1). Perpotongan SW1 dengan DW menghasilkan harga dunia yang lebih rendah. Turunnya harga dunia memberikan insentif negara importir untuk meningkatkan impornya seperti yang terlihat pada gambar impor meningkat dari m1m2 menjadi m3m4.
Pengeluaran aktual
Pengeluaran
NX
E
NX
Kurs, e
Kurs, e
Y1
Y2
e1
e1
e2
e2 NX1
NX2
Y1
(Ekspor bersih)
Y2
(Output) DB
SW
SA
DA
SB
SW1
Pw
DW
x4 x1
x2 x3
Negara Pengekspor
Q Q1
Perdagangan Internasional
m4 m1
m2 m3
Negara Pengimpor
Gambar 5. Dampak depresiasi Mata uang Negara Eksportir terhadap USD pada Keseimbangan Perdagangan Internasional Perdagangan bebas (free trade) dilakukan untuk memaksimalkan output dunia dan keuntungan bagi setiap negara yang terlibat di dalamnya. Namun dalam kenyataannya, hampir setiap negara masih menerapkan berbagai bentuk hambatan terhadap berlangsungnya perdagangan internasional secara bebas. Karena hambatan-hambatan tersebut berkaitan erat dengan praktek dan kepentingan
perdagangan atau komersial dari masing-masing negara, maka hambatanhambatan tersebut disebut sebagai kebijakan perdagangan. Bentuk hambatan perdagangan yang paling penting dan yang paling menonjol adalah tarif (tariff). Tarif merupakan pajak yang dikenakan untuk suatu komoditi yang diperdagangkan lintas-batas teritorial. Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan tradisional yang telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah sejak lama. Ditinjau dari aspek asal komoditi ada dua macam tarif, yakni tarif impor (import tariff), yakni pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi yang diimpor dari negara lain, dan tarif ekspor (export tariff) yang merupakan pajak untuk suatu komoditi yang diekspor. Jika ditinjau dari mekanisme penghitungannya, tarif dapat dibedakan menjadi tarif ad valorem yaitu pajak yang nilainya dinyatakan dalam persentase dari nilai barang yang dikenakan pajak tersebut, tarif spesifik yaitu pajak yang nilainya dinyatakan untuk tiap ukuran fisik dari barang (per unit), dan tarif gabungan yaitu pajak yang merupakan kombinasi antara spesifik dan ad valorem. Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh pemberlakuan tarif terhadap keseimbangan parsial dapat dilihat pada Gambar 6. Dalam gambar tersebut Dx adalah kurva permintaan dan Sx melambangkan kurva penawaran komoditi di negara pengimpor. Dalam kondisi perdagangan bebas, harga komoditi C adalah Px = 1 dolar per unit. Negara pengimpor akan mengkonsumsinya sebanyak 70X (AB), 10X (AC) di antaranya merupakan produksi domestik, sedangkan 60X (CB) harus diimpor dari negara lain. Jika negara pengimpor memberlakukan tarif sebesar 100 persen terhadap komoditi X maka harga akan naik menjadi 2 dolar per unit. Itulah harga yang harus ditanggung oleh konsumen di negara pengimpor.
Sedangkan harga bagi konsumen dunia tidak berubah. Akibatnya, penduduk di negara pengimpor ini menurunkan konsumsinya menjadi 50X (GH) dimana 20X dipenuhi dari domestik dan 30X (JH) dari impor. Dari sini terlihat bahwa dengan adanya pemberlakuan tarif, mengakibatkan penurunan impor komoditi tersebut. Pada Gambar 6 juga memperlihatkan pengenaan tarif menyebabkan terjadinya increased production cost sebesar CMJ, government revenue sebesar MNHJ, consumption inefficiency sebesar NBH, surplus konsumen sebesar ABHG dan surplus produsen sebesar ACJG.
Px ($)
Sx
5 4 3 2 1
E
A
H
J
G C
Sf + T M
T
B
N
Sf
Dx 0
X 10
20
30 40
50
60
70
80
Gambar 6. Dampak-dampak Keseimbangan Parsial Akibat Pemberlakuan Tarif Penetapan CEPT-AFTA sebagai integrasi ekonomi perdagangan bebas di ASEAN bertujuan untuk menurunkan tarif di negara-negara anggota hingga 0-5%. Hal ini berarti, penurunan tarif untuk Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang dilakukan negara-negara anggota ASEAN akan meningkatkan jumlah ekspor TPT sehingga konsumen di negara pengimpor dapat meningkatkan konsumsinya terhadap komoditi tersebut.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ASEAN merupakan kerjasama ekonomi regional yang didirikan dalam rangka meningkatkan perekonomian negara-negara ASEAN dan daya saing anggota-anggotanya.
Pada
awalnya,
negara-negara
ASEAN
menyepakati
kerjasama Preferential Trading Arrangements (PTA), akan tetapi pelaksanaan kerjasama PTA tersebut menghadapi banyak kendala sehingga proses pelaksanaannya cukup lambat. Akhirnya, negara-negara ASEAN mencari terobosan baru untuk meningkatkan perekonomian dan daya saing negara-negara ASEAN dengan menyepakati Common Effective Preferential Tarif-ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA). ASEAN dipandang sebagai pasar potensial dalam memproduksi dan menyediakan kebutuhan dalam negeri masing-masing negara. Perdagangan internasional negara-negara ASEAN terus meningkat, khususnya saat CEPT-AFTA mulai diberlakukan. Hal ini terlihat dari nilai ekspor dan impor yang semakin meningkat di negara-negara intra-ASEAN sepanjang tahun 19992005. Perdagangan tersebut tidak hanya meningkat di negara-negara ASEAN saja tetapi juga di luar negara ASEAN. Salah satu sektor yang mampu menembus pasar perdagangan intraASEAN yaitu sektor industri. Penurunan tarif yang diberlakukan untuk negaranegara ASEAN sangat mempengaruhi jumlah ekspor dan impor yang dilakukan antar negara anggota ASEAN. Hal ini dikarenakan hambatan yang di hadapi dalam perdagangan industri sebelum disepakatinya CEPT-AFTA sangat besar, sehingga sektor industri tidak menjadi bagian penting dalam meningkatkan daya saing negara-negara ASEAN.
Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu sub sektor yang penting diperdagangkan dan sangat strategis dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian intra-ASEAN. Kondisi perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN dapat terlihat dari bagaimana masing-masing negara ASEAN tersebut akan melakukan kerjasama ekonomi melalui perdagangan TPT ke negaranegara anggota ASEAN lainnya dengan jumlah dan nilai yang berbeda untuk setiap negara. Kondisi ini tergantung dari kebijakan masing-masing negara dan kebutuhan negara anggota lainnya terhadap industri TPT di negara-negara ASEAN. GDP merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi perdagangan TPT. Peningkatan GDP mampu untuk meningkatkan ekspor dan impor suatu negara dan didukung dengan pengurangan hambatan perdagangan ke negara lain. Berdasarkan hal tersebut perlu dianalisis mengenai aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN. Aliran perdagangan TPT intra-ASEAN tersebut akan dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif gravity model. Dimana variabel tersebut akan dibentuk dari variabel independen yaitu GDP negara asal dan negara tujuan, populasi, jarak ekonomi antar negara ASEAN, nilai tukar masing-masing negara, tarif dan dummy kesamaan bahasa (languages). Data yang digunakan time series 2002-2006 dan data cross section yang berasal dari lima negara ASEAN yang menjadi negara pengekspor terbesar TPT. Karena data yang digunakan berasal dari data time series dan cross section maka data yang akan diolah berbentuk pooled data. Data pool tersebut diestimasi dengan Ordinary Least Square (OLS) untuk melihat sejauh mana variabel-variabel tersebut berpengaruh nyata pada variabel dependennya yaitu total trade TPT sehingga dapat dirumuskan berbagai
kebijakan untuk meningkatkan kualitas TPT yang akan diekspor maupun di impor.
3.3 Hipotesis Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang di bahas. Hipotesis tersebut antara lain: 1. GDP negara asal dan tujuan memiliki hubungan positif terhadap perdagangan Tekstil dan produk tekstil (TPT) 2. Populasi negara asal dan tujuan memiliki hubungan positif terhadap impor dan ekspor TPT. 3. Jarak ekonomi memiliki hubungan yang negatif terhadap perdagangan TPT, dimana dengan hubungan yang negatif tersebut jarak geografis yang berpengaruh terhadap perdagangan TPT. 4. Nilai tukar mata uang negara asal impor terhadap USD memiliki hubungan yang negatif terhadap perdagangan TPT. 5. Nilai tukar mata uang negara tujuan impor terhadap USD memiliki hubungan yang negatif terhadap perdagangan TPT. 6. Tarif CEPT-AFTA memiliki hubungan yang negatif terhadap perdagangan TPT intra-ASEAN. 7. Dummy kesamaan bahasa (Languages) negara anggota ASEAN memiliki hubungan yang negatif terhadap perdagangan TPT.
Kerjasama Ekonomi ASEAN
Persetujuan CEPT-AFTA sebgai wujud kerjasama ASEAN
Sektor industri menjadi sektor unggulan perdagangan AFTA intra-ASEAN
Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN
Keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN
- Jarak Ekonomi - GDP - Tarif
Trade TPT untuk lima negara di intra-ASEAN
Gravity model
Ordinary least Square (OLS)
Aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil Intra-ASEAN Gambar 7. Skema Kerangka Pemikiran
- Populasi - Nilai Tukar -Languages
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Waktu Penelitian Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi perumusan masalah, pengumpulan data, pengumpulan data dari berbagai instansi yang terkait, pengolahan data, interpretasi olahan data, dan penarikan kesimpulan yang dilakukan selama tiga bulan yaitu sejak Februari-Mei 2008. Waktu khusus untuk pengumpulan data dilakukan selama 2 bulan yaitu pada bulan Februari-Maret 2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari beberapa sumber yang berasal dari penelusuran internet seperti ASEAN Secretary, Wikipedia, COMTRADE Database. Selain melalui penelusuran intenet, data statistik juga diperoleh melalui instansi terkait yaitu ASEAN Secretaries. Adapun data-data yang diperlukan yaitu ekspor dan impor TPT, GDP (Gross Domestic Product), populasi, jarak antar negara, exchange rate (nilai tukar), tarif dan jenis bahasa masing-masing negara ASEAN. Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data panel (pooled data) yang merupakan penggabungan antara data time series 2002-2006 dan cross section ( negara anggota yaitu Indonesia, Thailand, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam).
Tabel 9. Jenis Data yang Digunakan dalam Penelitian No
Data yang digunakan
1.
Ekspor dan Impor Tekstil antar negara ASEAN Secretaries ASEAN (Indonesia, Thailand, Singapura, Malasyia, dan Brunei Darussalam)
ASEAN Secretaries
2.
GDP (Gross Domestic Product) negara- Asean Statistical negara ASEAN Yearbook Populasi penduduk negara-negara ASEAN ASEAN Statistical Yearbook Jarak antar negara ASEAN www.geobytes.com Tarif TPT
ASEAN Secretaries ASEAN Secretaries
3. 4. 5. 6. 7.
Sumber
Instansi
ASEAN Secretaries Bahasa masing-masing negara anggota ASEAN Statistical ASEAN ASEAN Yearbook Secretaries Nilai Tukar mata uang negara-negara ASEAN Statistical ASEAN Secretaries ASEAN terhadap USD Yearbook
4.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan keragaan perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang terjadi di negara-negara ASEAN. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) negara-negara ASEAN dengan menggunakan analisis regresi gravity model. Dalam model ini, data yang digunakan adalah data panel yang merupakan gabungan dari data time series dan cross section. Selanjutnya data ini akan diolah dengan metode Ordinary Least Square (OLS). OLS merupakan metode penduga ekonometrika yang paling sesuai untuk model regresi liniear berganda, konsisten dan sederhana dengan gangguan populasi didistribusikan secara normal (Gujarati, 1978). Setelah data tersebut diolah, maka akan dilakukan pengujian model untuk melihat apakah terdapat multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
4.3.1 Panel Data Dalam suatu penelitian, terkadang seorang peneliti tidak dapat melakukan analisis hanya dengan menggunakan data time series saja atau data cross section saja. Terkadang ditemukan bentuk data dalam series yang pendek dan juga bentuk data dengan jumlah unit cross section yang terbatas pula. Dalam teori ekonometrika, kedua kondisi tersebut dapat diatasi dengan menggunakan panel data (pooled data) agar dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih baik (efisien). Dengan menggunakan panel data, jumlah pengamatan menjadi sangat banyak, hal ini dapat memberikan keuntungan tetapi model yang menggunakan data ini menjadi lebih kompleks (banyak parameter). Adapun keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan panel data adalah sebagai berikut: 1. Mampu mengontrol heterogenitas individu. 2. Mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatkan degress of freedom, lebih bervariasi, dan lebih efisien. 3. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak diperoleh dari data cross section murni atau data time series murni. 4. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang kompleks. Dalam pengolahan data panel dikenal tiga macam pendekatan yang terdiri dari pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed effect), dan pendekatan efek acak (random effect). Ketiga pendekatan ini dapat diterapkan pada dua jenis pembobotan yaitu dengan pembobot (cross section weights) atau tanpa pembobot (no weighting). Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan kuadrat terkecil ( pooled least square) dengan alasan yaitu jumlah variabel yang akan diolah lebih banyak dibandingkan cross section yang
dianalisis sehingga penelitian ini tidak memungkinkan jika menggunakan Fixed effect maupun random effect. Selain itu, metode Pooled Least Square tidak mampu untuk menganalisis keheterogenitas variabel.
4.3.1.1 Model Pooled Ketika data digabungkan menjadi pooled data, yang tujuannya untuk membuat regresi maka hasilnya cenderung akan lebih baik dibanding regresi yang hanya menggunakan data cross section atau time series saja. Model pooled yaitu model yang diperoleh dengan mengkombinasikan semua data cross section dan time series, model data ini kemudian diduga dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS) yaitu: Yit = α + Xit βj + εit Untuk i = 1,2, .........., N dan t = 1, 2, .........., T dimana: N
= Jumlah unit cross section
T
= Jumlah periode waktunya
4.4 Perumusan Model Pada penelitian tentang aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN akan digunakan dengan regresi gravity model. Aliran perdagangan (Trade) TPT intra-ASEAN menjadi variabel dependen, sedangkan GDP, populasi (POP), jarak, tarif, variabel dummy yaitu kesamaan bahasa dan nilai tukar (exchange rate) menjadi variabel independen. Negara-negara yang dimasukkan dalam model adalah Indonesia, Thailand, Singapura, Brunei
Darussalam, dan Malasyia. Adapun model persamaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ln(Tradeijt) = β0 + β1 ln(GDPit) + β2 ln(GDPjt) + β3 ln(POPit) + β4 ln(POPjt) + β5 ln(Jarakijt) + β6 ln(EXCit) + β7 ln(EXCjt) + β8 Tarif + β9 D1Languages + εij dimana: Tradejt = Perdagangan negara i ke negara j pada tahun tertentu GDPit = GDP negara asal i pada tahun t (Milyar USD) GDPjt = GDP negara tujuan j pada tahun t (Milyar USD) POPit = Populasi negara asal i pada tahun t (1000 jiwa) POP jt = Populasi negara tujuan j pada tahun t (1000 jiwa) Jarakijt = jarak ekonomi dimana jarak geografis dikalikan dengan share GDP negara pengimpor terhadap total GDP ASEAN EXC it = nilai tukar (exchange rate) mata uang negara i pada tahun t terhadap USD EXC
jt
= Nilai tukar mata (exchange rate) uang negara j pada tahun t terhadap USD
Tarif
= Tarif negara i pada tahun tertentu (%)
D
= Dummy dari kesamaan bahasa (1= bahasa yang relatif sama, 0= bahasa yang tidak sama)
εij
= Error
β0, β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7, β8, β9 = Konstanta regresi Parameter estimasi : β1, β2, β3, β4 > 0; β5, β6, β7, β8 dan β9 < 0
Selanjutnya, akan dilakukan transformasi model ke dalam bentuk persamaan beda umum (generalized difference equation) yaitu: Ln(Tradeijt*) = β0* + β1*ln(GDPit*) + β2*ln(GDPjt*) + β3*ln(POPit*) + β4*ln(POPjt*) + β5*ln(Jarakijt*) + β6*ln(EXCit*) + β7*ln(EXCjt*) + β8*Tarif* + β9 D1Languages + vij* dimana: Tradeijt*
= Tradeijt – ρTradeij(t-1)
GDPit*
= GDPit – ρGDPi(t-1)
GDPjt*
= GDPjt – ρGDPj(t-1)
POPit*
= POPit – ρPOPi(t-1)
POPjt*
= Tradejt – ρPOPj(t-1)
Jarakijt*
= Jarakijt – ρJarakij(t-1)
EXCit*
= EXCit – ρEXCi(t-1)
EXCjt*
= EXCjt – ρEXCj(t-1)
Tarif*
= Tarift – ρTarif(t-1)
vij*
= Tradeijt – ρTradeij(t-1)
ρ
= 1- DW Statistic
2 β0, β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7, β8, β9 = Konstanta regresi Parameter estimasi : β1, β2, β3, β4 > 0; β5, β6, β7, β8 dan β9 < 0
4.5 Definisi Operasional Dalam perumusan model analisis aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN digunakan beberapa variabel, dimana definisi operasional variabel akan dijelaskan di bawah ini: 1. Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) adalah total jumlah TPT yang di ekspor dan TPT yang diimpor oleh negara ASEAN selama jangka waktu satu tahun sejak tahun 2002-2006. Dinyatakan dalam satuan USD.
2. Nilai GDP negara asal adalah produk domestik bruto yang dihasilkan perekonomian negara asal trade dalam satu tahun sejak tahun 2002-2006. Dinyatakan dalam Milyar USD. 3. Nilai GDP negara tujuan adalah produk domestik bruto yang dihasilkan perekonomian negara tujuan trade dalam satu tahun sejak tahun 20022006. Dinyatakan dalam satuan Milyar USD. 4. Populasi negara asal yaitu jumlah seluruh penduduk negara asal perdagangan (trade) sejak tahun 2002-2006. Dinyatakan dalam satuan ribu jiwa. 5. Populasi negara tujuan adalah jumlah seluruh penduduk negara tujuan perdagangan (trade) sejak tahun 2002-2006. Dinyatakan dalam satuan ribu jiwa. 6. Jarak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jarak ekonomi yang diperoleh dengan mengalikan jarak geografis dengan share GDP masingmasing negara ASEAN. 7. Nilai tukar USD terhadap mata uang negara asal dan tujuan perdagangan (trade) yang dinyatakan dalam USD per satuan mata uang domestik. 8. Tarif dalam penelitian ini diasumsikan tarif ekspor sama dengan tarif impor yang disebabkan adanya penetapan CEPT-AFTA negara-negara ASEAN. Dinyatakan dalam persen (%). 9. Kesamaan bahasa yang dimaksud dalam penelitian ini disesuaikan dengan bahasa resmi dari masing-masing negara ASEAN, dimana 1 dinyatakan untuk negara yang memiliki bahasa resmi yang relatif sama dan 0 dinyatakan untuk negara yang memiliki bahasa resmi yang tidak sama.
4.6 Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk memeriksa atau menguji apakah koefisen regresi yang di dapat signifikan (berbeda nyata) atau tidak. Maksud dari signifikan ini adalah suatu nilai koefisien regresi yang secara statistik tidak sama dengan nol. Jika koefisien sama dengan nol, berarti dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Untuk itu, semua koefisien regresi harus diuji. Terdapat dua jenis uji hipotesis terhadap koefisien regresi yang dapat dilakukan, yang disebut dengan uji-F dan uji-t. Uji-F digunakan untuk menguji koefisien (slope) regresi secara bersama-sama, sedang Uji-t untuk menguji koefisien regresi, termasuk intercept secara individu.
4.6.1 Uji Statistik Model Penduga (Uji-F) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independent dalam model secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependent. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji F yaitu perbandingan nilai kritis F dengan nilai hasil F-hitung. Pengujian terhadap pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dilakukan melalui pengujian terhadap besarnya perubahan variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh perubahan nilai semua variabel independen. Analisis pengujian tersebut adalah sebagai berikut: A.
Perumusan Hipotesis Ho : β1 = β2 = β3 = βk = 0 H1 : β1, 2, 3....k ≠ 0
B.
Menghitung nilai Fhitung dan nilai Ftabel
C.
Penentuan penerimaan atau penolakan H0
D.
Apabila keputusan yang diperoleh adalah nilai Fhitung > Ftabel dimana koefisien regresi berada di luar daerah penerimaan H0 maka tolak H0. Artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya. Jika Fhitung < Ftabel maka terima H0 artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya.
4.6.2 Uji Statistik untuk Masing-masing variabel (Uji-t) Pengujian ini digunakan untuk menghitung koefisien regresi secara individu yaitu pengujian hipotesis dari koefisien regresi masing-masing variabel secara parsial atau terpisah. Nilai t-hitung digunakan untuk menguji apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas secara individu berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebasnya. Analisis pengujiannya sebagai berikut: A.
Perumusan Hipotesis Ho : βi = 0 H1 : βi ≠ 0 ; i = 0, 1, 2,.........., k, k adalah koefisien slope Dari hipotesis tersebut dapat dilihat arti dari pengujian yang dilakukan yaitu berdasarkan data yang tersedia, akan dilakukan pengujian terhadap βi (koefisien regresi populasi), apakah bernilai nol atau tidak.
B.
Penentuan nilai kritis
Dalam pengujian hipotesis, nilai kritis dapat ditentukan dengan menggunakan tabel distribusi normal dan dengan memperhatikan tingkat signifikansi (α) dan banyaknya sampel (n) yang digunakan. ttabel = t (α /2 ), (n-k-1) C.
Menghitung nilai t-hitung koefisien variabel independen thitung =
Dengan :
D.
βi
= Nilai koefisien regresi atau parameter variabel
Se (βi)
= Simpangan baku untuk βi
Penerimaan atau penolakan H0 Jika thitung > ttabel maka tolak H0 Jika thitung < ttabel maka terima H0
E.
Apabila keputusan yang diperoleh adalah tolak H0 maka koefisien βi tidak sama dengan nol yang menunjukkan bahwa βi nyata atau memiliki nilai yang dapat mempengaruhi nilai dari variabel dependen.
4.6.3 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (goodness of fit), yang dinotasikan dengan R2, adalah proporsi variasi dalam Y yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel penjelasnya. R2 menunjukkan besarnya pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. R2 memiliki range antara 0 ≤ R2 ≤ 1. Jika R2 bernilai 1 maka garis regresi menjelaskan 100% variasi dalam Y. Sedangkan jika R2 bernilai 0 maka garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam Y. Kecocokan
model dikatakan lebih baik apabila R2 semakin dekat dengan 1. Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut: 2
RSS
R = TSS
Dimana: RSS = Jumlah kuadrat regresi (Residual Sum Square) TSS = Jumlah Kuadrat Total (Total Sum Square)
4.7 Masalah Pengujian Model Regresi Dalam perumusan model regresi, model yang diperoleh sebagai hasil akhir terkadang mengalami beberapa masalah yang membuat model tersebut tidak memenuhi syarat OLS, yang menyebabkan model yang dihasilkan tidak cukup baik berfungsi sebagai model penduga. Sehingga penting bagi kita untuk memperhatikan permasalahan yang dialami oleh model regresi tersebut. Beberapa permasalahan penting yang terdapat pada model regresi diuraikan dibawah ini.
4.7.1 Heteroskedastisitas Dalam suatu model apabila terdapat masalah heteroskedastisitas maka model menjadi tidak efisien walaupun model tersebut menunjukkan tidak bias dan konsisten. Untuk mendeteksi terjadinya pelanggaran asumsi heteroskedastisitas digunakan uji White Heteroscedasticity yang diperoleh dalam program Eviews. Data panel yang diolah dalam Eviews 4.1 dengan menggunakan General Least Square
(Cross
Section
Weights)
maka
untuk
mendeteksi
adanya
heteroskedastisitas adalah dengan membandingkan Residual Sum Square pada Weighted Statistic dengan Residual Sum Square pada Unweighted Statistic.
Apabila Residual Sum Square pada Weighted Statistic lebih kecil dibandingkan dengan Residual Sum Square pada Unweighted Statistic maka terdapat heteroskedastisitas pada model tersebut. Langkah untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan metode White Heteroscedasticity yang diestimasi dengan GLS ( Sembiring dalam Jayangsari, 2006).
4.7.2 Multikolinearitas Multikolinearitas adalah hubungan liniear yang kuat antara variabelvariabel independen dalam persamaan regresi berganda. Jika nilai R2 yang diperoleh tinggi (antara 0,7 dan 1) tetapi tidak terdapat atau sedikit sekali koefisien dugaan yang nyata pada taraf uji tertentu dan tanda koefisien regresi dugaan tidak sesuai teori maka model yang digunakan berhubungan dengan masalah multikolineraitas (Gujarati dalam Napitupulu, 2007). Beberapa cara untuk menghilangkan masalah multikolineritas dalam model adalah: 1. Menggunakan extraneous atau informasi sebelumnya, 2. Mengkombinasikan data cross-sectional dan data deretan-waktu, 3. Meninggalkan variabel yang sangat berkorelasi, 4. Mentransformasikan data 5. Mendapatkan tambahan atau data baru. Selain itu, data panel diolah dalam Eview 4.1 dengan menggunakan General Least
Square
multikolinearitas.
(Cross
Section
Weights)
untuk
menghilangkan
adanya
4.7.3 Autokolerasi Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data deretan waktu) atau ruang ( data cross-sectional). Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan liniear antar error serangkaian observasi yang diurut berdasarkan waktu (time series). Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi, dapat dilakukan dengan melakukan uji Durbin-Watson (DW) yang dapat dilihat pada hasil output estimasi data panel yang menggunakan software Eviews. Ada beberapa ketentuan untuk melihat ada tidaknya autokorelasi yaitu: 1. Apabila DW kurang dari 1,1 maka dapat disimpulkan ada autokorelasi. 2. Apabila DW antara 1,1 dan 1,54, maka tidak ada kesimpulan. 3. Apabila DW antara 1,55 dan 2,46, maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi. 4. Apabila DW antara 2,46 dan 2,90, maka tidak ada kesimpulan. 5. Apabila DW lebih dari 2,91 maka dapat disimpulkan ada autokorelasi.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Keragaan Perdagangan TPT intra-ASEAN 5.1.1 Brunei Darussalam Brunei Darussalam merupakan salah satu negara yang cukup berkembang dalam sektor industri. Perkembangan disektor industri gas alam dan minyak bumi, menarik negara Brunei Darussalam juga untuk mengembangkan industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Sejak tahun 1976, pemerintah Brunei Darussalam sudah mulai menata perekonomiannya untuk meningkatkan nilai perdagangan Brunei terhadap ketiga komoditi unggulannya. Pengembangan industri TPT di negara Brunei Darussalam dilakukan dengan upaya usaha kecil artinya pengolahannya dilakukan oleh masyarakat setempat. Usaha ini memberikan hasil yang baik dalam perdagangan TPT baik dalam maupun luar negeri. Pada tahun 2001-2002, industri TPT mengalami peningkatan produksi yaitu sebesar 4,32 persen. Meskipun, peningkatannya relatif kecil, tetapi angka ini menunjukkan bahwa peluang berkembangnya TPT Brunei di masa yang akan datang terbuka lebar. Pada Gambar 8 ditunjukkan perkembangan ekspor dan impor TPT negara Brunei Darussalam. Dari gambar dapat diketahui bahwa peningkatan ekspor TPT Brunei pada tahun 2002-2004 diikuti dengan peningkatan impor TPT-nya. Selanjutnya pada tahun 2005 ekspor dan impor TPT mengalami penurunan secara bersamaan. Akan tetapi, pada tahun 2006, negara Brunei Darussalam berusaha meningkatkan ekspor maupun impornya. Peningkatan ekspor TPT Brunei pada tahun 2006 sebesar 1,17 juta USD yang berarti ekspor TPT Brunei meningkat
sebesar 0,66 persen dari total ekspornya. Meskipun peningkatan yang terjadi tidak terlalu drastis, akan tetapi negara Brunei Darussalam berusaha untuk memperbaiki kualitas industri TPT dalam negeri. Peningkatan yang tidak signfikan juga terjadi pada nilai impor TPT pada tahun 2006 yaitu sebesar 1,05 persen dari total impor TPT-nya. Hal ini berarti bahwa pemerintah Brunei harus memenuhi permintaan TPT yang meningkat sepanjang
tahun
2005-2006
sehingga
kebijakan
yang
diambil
adalah
meningkatkan impor TPT.
Sumber: Data sekunder ASEAN Sekretariat Gambar 8. Perkembangan Ekspor dan Impor TPT Negara Brunei Darussalam
5.1.2 Indonesia Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia masih tetap memegang peranan yang besar baik perekonomian dalam negeri maupun luar negeri. Pada tahun 2006, sektor industri TPT memberikan kontribusi sebesar 11,7 persen terhadap total ekspor nasional, 20,2 persen terhadap surplus perdagangan nasional dan 3,8 persen terhadap pembentukan GDP nasional. Saat ini,
perindustrian TPT Indonesia tidak terlepas dari berbagai masalah, yang disebabkan biaya energi yang mahal, infrastruktur pelabuhan yang belum kondusif, mesin-mesin pertekstilan yang sebagian besar sudah sangat tua, dan ramainya produk impor ilegal terutama dari China. Akan tetapi, dalam kondisi tersebut, produk TPT Indonesia masih memiliki daya saing di pasar luar negeri. Hal ini dibuktikan dengan besarnya kontribusi devisa yang dihasilkan dari sektor industri TPT Indonesia terhadap perdagangan TPT Internasional dibandingkan dengan negara-negara eksportir lainnya. Pada tahun 2006, devisa yang dihasilkan dari subsektor TPT mencapai US$ 9,5 milliar. Selain itu, industri TPT Indonesia memiliki struktur industri yang terintegrasi dari hulu hingga ke hilir dan memiliki keterkaitan yang sangat erat antara satu industri dengan industri yang lainnya. Struktur yang terintegrasi inilah yang menempatkan Indonesia sebagai negara pemasok TPT keempat terbesar untuk pasar TPT AS dengan kontirbusi 4,18 persen (US$ 3,9 juta). Indonesia terus berusaha untuk mempertahankan prestasi tersebut yaitu dengan peningkatan kualitas dan jasa layanan teknologi industri TPT. Sebagai negara industri yang baru bertumpu pada potensi nasional, Indonesia memiliki struktur industri yang kokoh dan seimbang, berdaya saing tinggi, bertumpu pada sumber daya manusia industrial yang berkualitas sehingga Indonesia mampu bersaing baik di pasar dalam maupun luar negeri.
Sumber: Data Sekunder ASEAN Sekretariat Gambar 9. Perkembangan ekspor dan impor TPT Indonesia Gambar 9 menunjukkan perkembangan ekspor dan impor TPT di negara Indonesia. Ekspor TPT Indonesia menunjukkan tren yang semakin meningkat dari tahun 2002-2005. Walaupun pada tahun 2006 nilai ekspor TPT mengalami penurunan yaitu sebesar 2,03 persen. Demikian halnya, impor TPT yang menunjukkan tren yang meningkat pula dari tahun 2002-2005 dan terjadi penurunan pada tahun 2006 sebesar 4,86 juta USD. Sepanjang tahun 2002-2005 peningkatan jumlah impor diikuti dengan peningkatan jumlah ekspornya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kebutuhan domestik maupun pasar dunia terhadap TPT Indonesia. Sehingga Indonesia harus memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap TPT dengan meningkatkan jumlah impornya dari negara lain.
5.1.3 Malaysia Pengembangan industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di negara Malaysia dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah TPT baik di dalam
maupun luar negeri. Industri TPT Malaysia mencakup kegiatan memintal, menenun hingga menyiapkan produk tekstil untuk di ekspor. Untuk mewujudkan nilai ekspor yang semakin meningkat, negara ini meningkatkan jumlah tenaga kerjanya sehingga output TPT yang dihasilkan dapat lebih maksimal. Di samping harapan-harapan negara Malaysia dalam meningkatkan nilai ekspornya, ternyata negara ini menghadapi beberapa kendala di dalam negeri. Adanya biaya tenaga kerja yang semakin meningkat merupakan salah satu kendala untuk meningkatkan trade di Malaysia. Biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja lebih besar dibandingkan keuntungan yang diperoleh dari pemasaran TPT di pasar dunia maupun dalam negeri. Kondisi ini mengakibatkan untuk beberapa waktu Malaysia harus mengimpor TPT untuk memenuhi permintaan TPT yang semakin meningkat di dalam maupun luar negeri. Peningkatan biaya tenaga kerja di subsektor TPT Malaysia mengakibatkan jumlah ekspor TPT mengalami penurunan dari tahun 2003-2005. Sepanjang tahun yang sama, sisi impor juga mengalami penurunan yang signifikan dengan jumlah ekspornya. Hal ini terjadi karena investasi dalam negeri sepenuhnya diinvestasikan untuk membiayai keseluruhan biaya tenaga kerja. Kondisi tersebut dapat diinterpretasikan pada Gambar 10.
Sumber: Data Sekunder ASEAN Sekretariat Gambar 10. Perkembangan ekspor dan impor TPT Negara Malaysia Pada Gambar 10 ditunjukkan perkembangan ekspor dan impor TPT negara Malaysia. Gambar 10 menunjukkan peningkatan ekspor dari tahun 2002-2003 yaitu sebesar 9,09 juta USD. Sepanjang tahun yang sama nilai impor juga mengalami peningkatan sebesar 3,475 juta USD. Namun sepanjang tahun 20032005 terjadi penurunan baik dari sisi ekspor maupun impor TPT negara Malaysia. Penurunan yang terjadi cukup signifikan sehingga perdagangan TPT sepanjang tahun yang sama juga mengalami penurunan. Pada tahun 2006, terjadi peningkatan ekspor maupun impor TPT di negara Malaysia. Selain harus memenuhi kebutuhan dalam maupun luar negeri, negara Malaysia juga harus melakukan peremajaan terhadap mesin-mesin pengolahan tekstil. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap jumlah tenaga kerja, sehingga kualitas dan kuantitas TPT yang dihasilkan baik.
5.1.4 Singapura Negara Singapura dikenal dengan negara surga belanja baik di negara ASEAN maupun luar ASEAN. Hal inilah yang mendukung kesuksesan iklim perekonomian negara Singapura di pasar bebas. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) memberikan kontribusi yang cukup besar dimana negara Singapura mampu mengekspor TPT sebesar 4,2 juta USD di pasar dunia. Singapura mampu mempertahankan peningkatan ekspor TPT walaupun keuangan dalam negeri mengalami resesi pada tahun 2003. Hal ini dikarenakan negara Singapura didukung berbagai pihak swasta sebagai sponsor utama, sehingga perdagangan TPT Singapura tidak terhambat. Perdagangan TPT di negara Singapura juga banyak diminati oleh banyak negara khususnya negaranegara yang tergabung dalam kerjasama regional ASEAN. Singapura merupakan negara yang memiliki posisi yang strategis pada pelabuhan laut, kondisi tersebut menempatkan Singapura sebagai negara yang ahli dalam perdagangan. Untuk itu, negara Singapura tidak memiliki keinginan untuk membangun industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dalam skala besar. Negara Singapura juga menawarkan infrastruktur perdagangan yang strategis untuk negara-negara lain, dimana Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang diimpor dijadikan sebagai bahan baku industri mode dan garmen yang kemudian dipasarkan di dalam negeri dan di ekspor ke luar negeri. Selain itu, Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang diimpor tersebut, di labeling dengan brand TPT dalam negeri yang terkenal di pasar dunia. Kondisi perkembangan ekspor dan impor Singapura dapat dilihat pada Gambar 11. Pada tahun 2004-2006 terjadi tren impor yang semakin meningkat di
negara Singapura sebesar 1,97 persen. Peningkatan impor TPT terjadi secara signifikan sepanjang tahun yang sama.
Sumber: Data Sekunder ASEAN Sekretariat Gambar 11. Perkembangan Ekspor dan Impor TPT Negara Singapura Pada Gambar 11 juga ditampilkan perkembangan ekspor TPT negara Singapura. Gambar menunjukkan terjadi peningkatan ekspor yang signifikan dari tahun 2002-2006. Hal ini mengindikasikan bahwa negara Singapura mampu mempertahankan brand produk TPT-nya baik di pasar domestik maupun internasional. Peningkatan yang mencolok terjadi pada tahun 2004-2005 yaitu sebesar 92,44 juta USD dimana peningkatan nilai tersebut hampir mencapai 22 persen dari total ekspornya.
5.1.5 Thailand Pengembangan TPT negara Thailand dilakukan melalui pelaksanaan UKM (Usaha Kecil Menengah) khususnya yang berbasis pedesaan. Mekanisme pelaksanaan UKM TPT tersebut yaitu dengan membangun sentra-sentra industri TPT di pedesaan yang bekerjasama dengan masyarakat, LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) dan Pemerintah Thailand. Selain itu, mekanisme yang dilakukan negara Thailand dalam pengembangan industri TPT disesuaikan dengan kebijakan CEPT-AFTA yaitu dengan penurunan tarif ekspor untuk produk tekstil. Melalui mekanisme tersebut negara Thailand mampu meningkatkan daya saing dan daya jual TPT baik dipasar domestik maupun internasional. Keberhasilan mekanisme yang diterapkan negara Thailand terbukti adanya peningkatan ekspor TPT pedesaan dari 6 juta USD pada tahun 2000 meningkat menjadi 1150 juta USD pada tahun 2005.
Sumber: Data Sekunder ASEAN Sekretariat Gambar 12. Perkembangan Ekspor dan Impor TPT Negara Thailand Perkembangan impor TPT negara Thailand ditunjukkan pada Gambar 12, dimana sepanjang tahun 2002-2005 terjadi tren yang semakin meningkat, walaupun pada tahun 2006 terjadi penurunan impor TPT sebesar 9,39 persen dari total impornya. Hal ini mengindikasikan bahwa negara Thailand berusaha memberdayakan sumberdaya lokal sehingga mampu mengurangi ketergantungan bahan baku dari negara lain.
Pada Gambar 12 juga disajikan perkembangan ekspor TPT negara Thailand. Sama halnya dengan nilai impor, ekspor TPT negara Thailand juga menunjukkan tren yang semakin meningkat sepanjang tahun yang sama, walaupun pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 2,28 persen yaitu dari 35,43 juta USD menjadi 31,89 juta USD. Kondisi ini mengakibatkan Thailand menetapkan kebijakan industri TPT yang berbasis pedesaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan adanya kebijakan tersebut negara Thailand mampu mempertahankan kualitas dan kuantitas ekspor TPT untuk tahun-tahun berikutnya.
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Perdagangan TPT intraASEAN 5.2.1 Hasil Estimasi Model Penelitian ini dilakukan dengan mengestimasi koefisien-koefisien variabel dengan menggunakan program Eviews 4.1. Variabel-variabel dalam penelitian ini juga diestimasi dengan menggunakan model regresi gravity model. Data yang dianalisis menggunakan data panel yang merupakan gabungan dari data time series dan data cross section. Metode yang tepat yang digunakan dalam gravity model untuk menganalisis aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN adalah dengan metode pooled least square. Alasan pemilihan metode tersebut disebabkan jumlah variabel yang dianalisis lebih banyak dibandingkan jumlah cross sectionnya.
Hasil pengolahan data panel dengan menggunakan pooled least square dapat dilihat pada Lampiran 6 pada lampiran. Dari hasil estimasi model yang dapat dilihat pada Lampiran 6, dapat diketahui bahwa variabel independen yang yang berpengaruh nyata terhadap aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN yang didasarkan pada nilai probabilitasnya yang diperoleh pada selang kepercayaan 95 persen (taraf nyata 5 persen) adalah GDP negara asal (GDPi), GDP negara tujuan (GDPj), populasi negara asal (POPi), populasi negara tujuan (POPj), jarak, nilai tukar negara asal (EXCi), tarif dan dummy kesamaan bahasa. Variabel independen yang tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen adalah nilai tukar negara tujuan terhadap USD Amerika (EXCj). Hasil estimasi tersebut diperoleh setelah diboboti dengan estimasi GLS dan white heteroscedasticity yang bertujuan untuk menghilangkan adanya multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Tabel 10. Hasil Regresi Gravity Model Aliran Perdagangan TPT intraASEAN dengan Data Panel menggunakan Pooled Least Square Variabel GDP negara asal GDP negara tujuan Populasi negara asal Populasi negara tujuan Jarak ekonomi Exchange rate negara asal Exchange rate negara tujuan Tarif Dummy Languages R-squared Prob (F-statistic) R-squared Durbin-Watson Stat
Koefisien
Standar Error
t-statistic
2,938199 0,259955 11,30273 0,724313 0,237913 3,044449 -0,820363 0,142052 -5,775077 -0,092254 0,155858 -0,591910 -1,375001 0,244546 -5,622657 0,002250 0,052407 0,042927 -0,178340 0,054822 -3,253044 -0,085964 0,037177 -2,312311 -0,134506 0,220866 -0,608991 Weighted Statistics 0,990618 Sum Squared Residual 0,000000 Durbin-Watson Stat Unweighted Statistics 0,739009 Sum Squared Residual 0,174816
Catatan: *Signifikan pada taraf nyata 5 persen Sumber: Data Sekunder (diolah)
Probabilitas 0,0000* 0,0031* 0,0000* 0,5554 0,0000* 0,9659 0,0016* 0,0231* 0,5441 68,79516 0,336052 94,06530
Tabel 10 menunjukkan hasil regresi model aliran perdagangan TPT di intra-ASEAN. Koefisien determinasi (R2)
yang diperoleh dengan menggunakan
metode pooled least square adalah sebesar 99,06 persen yang berarti 99,06 persen perubahan perdagangan TPT intra-ASEAN dapat diterangkan oleh variabelvariebel independen yang terdapat dalam model yaitu GDP negara asal (GDPi), GDP negara tujuan (GDPj), populasi negara asal (POPi), populasi negara tujuan (POPj), jarak, nilai tukar negara asal terhadap USD (EXCi), nilai tukar negara tujuan terhadap USD (EXCj), tarif, dan dummy kesamaan bahasa, sedangkan sisanya diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Hasil uji tersebut juga diperkuat dengan tingginya nilai Fstatistik yang signifikan pada tingkat α 5 persen yaitu sebesar 0,0000 (Setiawati, 2007). Model regresi yang mengandung lebih dari dua variabel bebas sering mengandung multikolinearitas akibat dugaan adanya korelasi antar sesama variabel bebas (Napitupulu, 2007). Multikolinearitas disebabkan nilai R2 yang tinggi, tetapi variabel independen banyak yang tidak signifikan. Dari hasil pengolahan data yang terlihat pada Tabel 9, nilai R2 yang diperoleh tinggi yaitu 99,06 persen, tetapi terdapat enam variabel dari sembilan variabel independen yang berpengaruh nyata (signifikan) pada taraf nyata 5 persen. Selain itu, masalah multikolinearitas telah diatasi dengan memberikan perlakuan GLS (cross section weights) dalam pengolahan data panel. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinearitas pada model. Untuk mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas, dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Residual Sum Square pada Weighted Statistic (RSSW) dengan Residual Sum Square pada Unweighted Statistic (RSSU). Pada
pengolahan data panel, diperoleh RSSW < RSSU (68,79 < 94,06), maka hasil tersebut mengindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas pada model. Namun,
dalam
pengolahan
data
panel
telah
diboboti
dengan
white
heteroscedasticity sehingga masalah heteroskedastisitas dapat diabaikan. Ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada nilai Durbin-Watson Statistic (DW). Pada tabel hasil pengolahan gravity model aliran perdagangan TPT intra-ASEAN, diperoleh nilai DW sebesar 0,336. Nilai DW tersebut kurang dari 1,1 yang berarti terdapat autokorelasi pada model. Hal ini disebabkan data pada variabel dependen dan independen yang dianalisis mengandung pergerakan naik turun (fluktuatif) selama tahun analisis. Untuk mengatasi autokorelasi tersebut, maka dilakukan transformasi model ke dalam bentuk persamaan beda umum (generalized difference equation). Sehingga, dengan persamaan tersebut masalah autokolerasi dapat diatasi dan sudah memenuhi asumsi OLS. Hasil estimasi persamaan beda umum (generalized difference equation) diperoleh seperti yang diperlihatkan pada Tabel 11. Seperti pengolahan data sebelumnya, hasil regresi model generalized difference equation tersebut juga diberikan perlakuan GLS (Cross Section Weights) dan White Heteroscedasticity untuk menghilangkan masalah multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Dari hasil pengolahan data yang baru, diperoleh nilai Durbin-Watson Statistic yaitu 1,622 dimana nilai tersebut berkisar antara 1,55 dan 2,46 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat penyimpangan autokorelasi pada model.
Tabel 11. Hasil Regresi Model Generalized Difference Equation Aliran Perdagangan TPT intra-ASEAN menggunakan Pooled Least Square Variabel
Koefisien
Standar Error
t-statistic
Probabilitas
GDP negara asal GDP negara tujuan Populasi negara asal Populasi negara tujuan Jarak ekonomi Exchange rate negara asal Exchange rate negara tujuan Tarif Dummy Languages
3,215789 0,346767 9,273623 0,424427 0,229829 1,846710 -0,647372 0,168038 -3,852524 -0,208809 0,209180 -0,998225 -2,190658 0,273158 -8,019744 0,030036 0,060848 0,493627 0,090554 0,088257 1,026031 -0,226344 0,069328 -3,264835 0,834257 0,463107 1,801435 Weighted Statistics R-squared 0.992857 Sum Squared Residual Prob (F-statistic) 0,000000 Durbin-Watson Stat Unweighted Statistics R-squared 0,482563 Sum Squared Residual Durbin-Watson Stat 1,949892 Catatan: *Signifikan pada taraf nyata 5 persen, **Signifikan pada taraf nyata 10 persen Sumber: Data Sekunder (diolah)
0,0000* 0,0703** 0,0003* 0,3226 0,0000* 0,6236 0,3095 0,0019* 0,0772** 108,1493 1,622102 138,2601
Pada pengujian F-Statistik, hipotesis awal yang dirumuskan yaitu: H0: β1=β2=β3=β4=β5=β6=β7=β8=β9=β10=β11=0.
Berdasarkan
output
data
yang
dihasilkan pada tabel 10, ditunjukkan nilai probabilitas F-Statistik yang diperoleh adalah 0,000000. Sehingga, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk α = 0,005, tolak H0 karena F-Statistik < α (taraf nyata) yang berarti variabel-variabel independen bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.
5.2.2 Interpretasi Model Hasil pengolahan transformasi data yang terdapat pada Tabel 11, memperlihatkan bahwa tidak semua variabel bebas berpengaruh nyata terhadap aliran perdagangan TPT intra-ASEAN. Variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap aliran perdagangan TPT intra-ASEAN yaitu GDP negara asal (GDPi),
populasi negara asal (POPi), jarak ekonomi, dan tarif. Sedangkan variabel bebas yang tidak berpengaruh terhadap aliran perdagangan TPT intra-ASEAN yaitu GDP negara tujuan (GDPj), populasi negara tujuan (POPj), nilai tukar negara asal terhadap dollar Amerika (EXCi), nilai tukar negara tujuan terhadap dollar Amerika (EXCj) dan dummy languages. GDP negara asal (GDPi) berpengaruh nyata terhadap aliran perdagangan TPT intra-ASEAN dan memiliki koefisien yang bertanda positif. Variabel GDPi tersebut memberikan pengaruh positif yang sesuai dengan hipotesis dan signifikan terhadap perdagangan TPT intra-ASEAN. Koefisien GDPi bernilai 3,215789 yang artinya apabila GDP negara asal perdagangan meningkat 1 persen maka nilai perdagangan TPT intra-ASEAN akan meningkat 3,215789 persen dari sebelumnya, cateris paribus. GDP suatu negara mengindikasikan perkembangan perekonomian dan kinerja ekonomi suatu negara. Semakin besar GDP negara asal maka nilai perdagangan suatu negara juga akan semakin meningkat. Populasi negara asal trade (POPi) berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya, akan tetapi koefisien POPi bertanda negatif , dimana tanda tersebut tidak sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Koefisien POPi bernilai -0,647372 yang berarti apabila jumlah populasi di negara asal terjadinya perdagangan meningkat 1 persen maka nilai perdagangan komoditi TPT akan menurun 0,647372 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila negara tersebut sebagai negara pengimpor, peningkatan populasi menyebabkan meningkatnya jumlah tenaga kerja dan implikasinya produksi dalam negeri akan meningkat sehingga impor akan turun. Apabila negara tersebut sebagai negara pengekspor, peningkatan populasi mengindikasikan pemenuhan kebutuhan TPT
dalam negeri semakin meningkat sehingga negara tersebut harus mengurangi ekspornya. Jarak ekonomi merupakan salah satu syarat yang cukup penting dalam gravity model. Pada Tabel 11, hasil regresi transformasi data menunjukkan bahwa jarak ekonomi berpengaruh nyata dan signifikan. Koefisien jarak ekonomi berpengaruh negatif dan sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Koefisien yang berpengaruh negatif tersebut mengindikasikan bahwa aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dipengaruhi oleh jarak geografis dimana koefisiennya bernilai -2,190658 yang artinya apabila jarak geografis suatu negara meningkat 1 persen maka perdagangan komoditi tekstil akan menurun 2,190658 persen. Hal ini berarti bahwa semakin jauh jarak geografis antar negara-negara ASEAN, maka perdagangan antar negara-negara ASEAN akan semakin sulit karena membutuhkan biaya yang besar. Tarif merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan dalam perdagangan CEPT-AFTA. Tarif berpengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata lima persen. Koefisien tarif berpengaruh negatif dimana koefisien tersebut sesuai dengan hipotesis. Koefisien tarif bernilai -0,226344 yang berarti apabila tarif komoditi TPT antar negara-negara ASEAN meningkat 1 persen maka perdagangan komoditi tekstil antar negara-negara ASEAN tersebut akan mengalami penurunan 0,226344 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan adanya penurunan tarif sesuai dengan ketetapan CEPT-AFTA maka perdagangan TPT antar negara ASEAN akan semakin meningkat.
5.2.3 Aliran Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil Pembentukan AFTA (ASEAN Free Trade Area) antar negara anggota ASEAN menjadi satu pegangan kuat untuk melaksanakan perdagangan yang berdaya saing. Sehingga masing-masing negara anggota bekerja keras untuk meningkatkan kualitas komoditi masing-masing agar mampu bersaing di pasar global. Negara Brunei Darussalam melakukan perdagangan ke empat negara lainnya di ASEAN yang juga menjadi negara pengekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Perdagangan TPT Brunei Darussalam didominasi terhadap negara Malaysia dan Singapura. Hal ini disebabkan karena ketiga negara tersebut memiliki bahasa yang relatif sama sehingga transaction cost yang harus dikeluarkan tidak besar, sedangkan untuk negara Indonesia dan Thailand yang memiliki bahasa yang tidak sama dengan Brunei Darussalam akan mengeluarkan biaya transaksi (transaction cost). Perdagangan TPT Brunei Darussalam juga dapat ditingkatkan karena tarif yang ditetapkan adalah 0 persen, sehingga hambatan perdagangan bukan menjadi masalah dalam perdagangan Brunei. Aliran perdagangan TPT Malaysia didominasi terhadap negara Brunei Darussalam, Indonesia dan Singapura karena transaction costnya lebih murah. Negara Malaysia sebagai negara kedua yang memiliki GDP tertinggi dibandingkan keempat negara pengekspor TPT lainnya memiliki perdagangan yang berfluktuatif sepanjang tahun 2002-2006. Perdagangan Malaysia belum sepenuhnya mampu untuk menembus pasar bebas ASEAN, hal ini disebabkan tarif yang ditetapkan oleh negara Malaysia relatif tinggi dibandingkan keempat
negara ASEAN lainnya yaitu 5 persen. Hal ini berarti masih ada hambatan dalam peningkatan perdagangan TPT Malaysia. Negara Indonesia sebagai negara berpenduduk yang besar berusaha meningkatkan perdagangan TPT-nya dalam rangka memenuhi kebutuhan domestik maupun luar negeri. Negara Indonesia melakukan perdagangan dengan negara Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura dan Thailand. Perdagangan TPT Indonesia didominasi dengan negara Malaysia karena jarak geografis kedua negara relatif dekat dan didukung dengan bahasa yang relatif sama sehingga mampu mengurangi biaya transaksi (transaction cost). Negara Indonesia berusaha menembus pasar bebas ASEAN dengan mengurangi tarif untuk komoditi TPTnya pada tahun 2004. Negara Singapura juga melakukan perdagangan dengan keempat negara pengekspor TPT terbesar di ASEAN. Hambatan perdagangan bukan menjadi masalah dalam perdagangan Singapura karena tarif yang ditetapkan 0 persen. Posisi Singapura yang strategis meyebabkan perdagangan terus berjalan walaupun TPT yang diperdagangkan hanya transit dan langsung diperdagangkan ke negara ASEAN lainnya. Perdagangan TPT Thailand ke negara Brunei Darussalam, Malaysia, Indonesia relatif rendah. Hal ini disebabkan biaya yang dikeluarkan negara Thailand cukup besar baik dari biaya transportasi maupun biaya transaksinya. Untuk itu, sebagai cara untuk meningkatkan perdagangannya, negara Thailand menurunkan tarif TPT-nya menjadi 0,9 persen. Akan tetapi, perdagangan Thailand dengan negara Singapura relatif cukup baik karena brand Singapura memiliki kepercayaan di pasar Thailand.
5.3 Implikasi Kebijakan Pendekatan gravity model tidak sepenuhnya memberikan gambaran yang lengkap mengenai perdagangan TPT intra-ASEAN. Akan tetapi, pendekatan ini mampu memberikan informasi mengenai kondisi perdagangan TPT intra-ASEAN. Setelah mengetahui kondisi dan hal-hal yang mempengaruhi aliran perdagangan TPT intra-ASEAN, diharapkan pemerintah masing-masing negara mampu menetapkan kebijakan yang sesuai untuk meningkatkan aliran perdagangan TPT intra-ASEAN. Kebijakan yang ditetapkan dapat berupa kebijakan intern masingmasing negara maupun kebijakan bersama dalam ruang lingkup kerjasama regional ASEAN. GDPi (GDP negara asal) berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap aliran perdagangan TPT intra-ASEAN. Peningkatan GDP negara-negara ASEAN terjadi sepanjang tahun yang dianalisis. Peningkatan GDP terutama di lima negara ASEAN yang dianalisis akan meningkatkan permintaan dan penawaran terhadap TPT yang disebabkan harga TPT di pasar dunia menjadi lebih murah. Masing-masing negara ASEAN melakukan perbaikan kualitas TPTnya dengan menggunakan teknologi yang lebih baik. Peremajaan terhadap teknologi lama juga menjadi langkah untuk memperbaiki kualitas TPT masingmasing negara ASEAN. Hal ini berimplikasi terhadap peningkatan perdagangan TPT oleh negara-negara ASEAN. Populasi negara asal juga berpengaruh signifikan terhadap aliran perdagangan TPT intra-ASEAN. Semakin besar jumlah populasi suatu negara, maka kebutuhan terhadap suatu komoditi juga akan semakin meningkat. Peningkatan populasi negara asal mengakibatkan kapasitas TPT yang tersedia di
negara asal sepenuhnya digunakan untuk kebutuhan dalam negeri negara tersebut. Industri TPT masing-masing negara ASEAN berusaha untuk meningkatkan ketersediaan TPT baik di dalam maupun ke luar negeri dengan didukung kualitas TPT yang baik pula. Sehingga industri TPT masing-masing negara ASEAN mampu menyediakan kebutuhan dalam negeri dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat maupun kemampuan dalam menyediakan kebutuhan luar negeri terhadap TPT. Jarak ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap aliran perdagangan TPT intra-ASEAN, yang berarti perdagangan TPT dipengaruhi oleh jarak geografis masing-masing negara ASEAN. Semakin jauh jarak geografis yang ditempuh antar negara ASEAN, maka perdagangan TPT antar negara tersebut akan semakin sulit. Hal ini disebabkan akses yang cukup sulit dan besarnya biaya transportasi yang harus dikeluarkan oleh suatu negara untuk melakukan perdagangan. Perbaikan akses transportasi baik jalan darat, laut maupun udara, penurunan biaya transportasi dan penambahan sarana dan prasarana transportasi mampu menurunkan harga TPT baik domestik maupun harga dunia. Sehingga, mampu untuk meningkatkan nilai perdagangan komoditi TPT intra-ASEAN. Tarif juga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perdagangan TPT intra-ASEAN. Semakin tingginya tarif yang ditetapkan maka akan menghambat peningkatan perdagangan ASEAN. Dengan adanya ketetapan CEPT-AFTA yang memuat tentang penurunan tarif 0-5 persen mengindikasikan bahwa terjadinya peningkatan perdagangan TPT intra-ASEAN. Dengan demikian, negara-negara ASEAN harus menurunkan tarifnya hingga 0 persen sehingga hambatan
perdagangan dapat dikurangi. Penurunan tarif tersebut juga harus didukung dengan pengawasan yang intensif dari masing-masing negara ASEAN, untuk menghindari terjadinya perdagangan TPT illegal.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah: 1. Kondisi dan kegiatan pengolahan TPT disetiap negara-negara ASEAN berbeda-beda, namun tujuan yang dicapai setiap negara sama yaitu mencapai nilai ekspor dan trade yang maksimal. Industri TPT masingmasing negara ASEAN tidak terlepas dari pemenuhan kebutuhan bahan baku sehingga untuk memenuhi ketersediaan tersebut setiap negara mengimpor bahan baku. Nilai impor masing-masing negara ASEAN menunjukkan tren yang meningkat yang tujuannya mencapai pemenuhan kebutuhan masyarakat domestik maupun internasional terhadap TPT. 2. Menganalisis gravity model aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dengan data panel menggunakan metode pooled least square menunjukkan nilai R2 yang tinggi yaitu 99,06 persen. Namun, pada pengolahan gravity model terdapat autokorelasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan transformasi data dengan Generalized Difference Equation. Hasil transformasi data diperoleh nilai R2 sebesar 99,28 persen. Berdasarkan hasil estimasi model yang telah ditransformasi, faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan TPT di lima negara ASEAN, yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen adalah GDP negara asal, populasi negara asal, jarak ekonomi dan tarif. Selanjutnya, GDP negara asal berpengaruh positif terhadap aliran perdagangan TPT intra-ASEAN,
sedangkan populasi negara asal, jarak ekonomi dan tarif berpengaruh negatif.
6.2 Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan serta kesimpulan dari penelitian ini, maka saran yang dapat disampaikan adalah: 1. Variabel GDP negara asal berpengaruh nyata pada aliran perdagangan TPT intra-ASEAN. Untuk itu kebijakan perdagangan dan kerjasama luar negeri negara asal berlangsungnya perdagangan TPT intra-ASEAN diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan GDP negara asal, dimana salah satu caranya adalah meningkatkan perizinan investasi agar para investor tertarik untuk menanamkan modalnya terhadap TPT. 2. Jarak ekonomi berpengaruh nyata dan berhubungan negatif terhadap aliran perdagangan TPT intra-ASEAN, sehingga untuk mempermudah akses perdagangan TPT antar negara ASEAN perlu dilakukan perbaikan infrastruktur dan perbaikan sarana dan prasarana transportasi baik darat, laut maupun udara serta menetapkan penurunan biaya transportasi untuk mempermudah perdagangan. 3. Tarif
sebagai
komponen
penting
dalam
kebijakan
CEPT-AFTA
berpengaruh nyata terhadap aliran perdagangan TPT intra-ASEAN. Sehingga untuk meningkatkan perdagangan TPT intra-ASEAN, perlu dilakukan pengurangan hambatan perdagangan, yaitu dengan menurunkan
tarif TPT negara-negara ASEAN baik ekspor maupun impor hingga mencapai 0 persen. 4. Untuk penelitian selanjutnya, perlu dilakukan analisis untuk semua komoditi Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) (HS 50-63) dan pengaruh tarif CEPT-AFTA dilaksanakan.
terhadap
kerjasama
industri
(AICO)
yang
akan
DAFTAR PUSTAKA
Ananta, Arif. 1987. Landasan Ekonometrika. Gramedia: Jakarta Anisa, Defa. 2004. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perdagangan Bilateral Intra-ASEAN. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor ASEAN Secretary. 2007. Statistic of ASEAN Free Trade Area. Consolidated CEPT Package. Diakses tanggal 11 Maret 2008 dari cyber media: http://www.aseansec.or.id ASEAN Statistical Pocketbook. 2006. ASEAN Statistical Pocketbook. ASEAN Secretary. Diakses tanggal 11 Maret 2008 dari cyber media: http://www.aseansec.or.id ASEAN Statistical Yearbook. 2006. ASEAN Statistical Yearbook/Population and Demography. Diakses tanggal 11 Maret 2008 dari cyber media: http://www.aseansec.or.id . 2006. ASEAN Statistical Yearbook/Macroeconomic Indicators. Diakses tanggal 11 Maret 2008 dari cyber media: http://www.aseansec.or.id . 2006. ASEAN Statistical Yearbook/Merchandise Trade. Diakses tanggal 11 Maret 2008 dari cyber media: http://www.aseansec.or.id ASEAN Statistical Book. 2008. Statistic of ASEAN Free Trade Area/Data Ekspor dan Impor TPT ASEAN. ASEAN Secretary. Jakarta Deliarnov. 1985. Pengantar Ekonomi Makro. UI Press: Jakarta Firdaus, Ahmad Heri. 2007. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia di Pasar Amerika Serikat. Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor Firdaus, Muhammad. 2004. Ekonometrika suatu Pendekatan Aplikatif. Bumi Aksara: Jakarta Gujarati, Damodar. 1978. Ekonometrika Dasar. Erlangga: Jakarta Hadi, Hamdy. 2004. Ekonomi Internasional. Ghalia Indonesia : Jakarta
Indrawati, Yulia. 2006. Panel Data Regression Model. Diakses tanggal 5 Juni 2008 dari cyber media: http://www. google.com Jayangsari, Indah. 2006. Analisis Dampak Trade Facilitation terhadap Perdagangan Bilateral Intra-ASEAN. Skripsi. Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor Mankiw, Gregory. 2000. Teori Makroekonomi. Erlangga: Jakarta Mulyani, Sri. 2007. Dampak Restrukturisasi Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terhadap Kinerja Perekonomian Jawa Barat (Analisis InputOutput). Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor Napitupulu, Christine Fitri. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Memepngaruhi Aliran Perdagangan Beras Intra-ASEAN. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor Pulungan, Siti Syariah. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Perdagangan Arang Tempurung Kelapa Indonesia (Coconut Shell Charcoal). Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor Salvatore, Dominick. 1997. Ekonomi Internasional. Erlangga: Jakarta Setiawati, Indah. 2007. Analisis Dampak Penerapan Rules of Origin terhadap Perdagangan Intra-ASEAN. Skripsi. Jurusan Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor Sinaga, Roy Advent Ricardo. 2007. Analisis Aliran Perdagangan Komoditas Karet Alam Indonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di Negara Tujuan (Kasus Lima Negara Tujuan Ekspor Utama). Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor Supranto, J. 2004. Ekonometri. Ghalia Indonesia: Jakarta Winarno, Wing Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. UPP STIM YKPN : Yogyakarta Yunita. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Perdagangan Biji Kakao Indonesia. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor
Lampiran 6. Hasil Pengolahan Gravity Model Aliran Perdagangan TPT Intra-ASEAN dengan Metode Pooled Least Square Dependent Variable: LOG(TRADE?) Method: GLS (Cross Section Weights) Date: 05/13/08 Time: 18:48 Sample: 2002 2006 Included observations: 5 Number of cross-sections used: 20 Total panel (unbalanced) observations: 97 One-step weighting matrix White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable C LOG(GDPI?) LOG(GDPJ?) LOG(POPI?) LOG(POPJ?) LOG(JARAK?) LOG(EXCI?) LOG(EXCJ?) TARIF? LANGUAGES?
Coefficient Std. Error t-Statistic 13.62578 2.938199 0.724313 -0.820363 -0.092254 -1.375001 0.002250 -0.178340 -0.085964 -0.134506
1.249851 0.259955 0.237913 0.142052 0.155858 0.244546 0.052407 0.054822 0.037177 0.220866
Prob.
10.90192 11.30273 3.044449 -5.775077 -0.591910 -5.622657 0.042927 -3.253044 -2.312311 -0.608991
0.0000 0.0000 0.0031 0.0000 0.5554 0.0000 0.9659 0.0016 0.0231 0.5441
0.990618 0.989648 0.889241 1020.699 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
19.90999 8.739785 68.79516 0.336052
0.739009 0.712010 1.039813 0.174816
Mean dependent var 15.79008 S.D. dependent var 1.937609 Sum squared resid 94.06530
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) Unweighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Durbin-Watson stat
Lampiran 7. Hasil Pengolahan Transformasi Data Panel dari Model Generalized Difference Equation Aliran Perdagangan TPT intraASEAN menggunakan Pooled Least Square Dependent Variable: LOG(TRADE?) Method: GLS (Cross Section Weights) Date: 05/13/08 Time: 17:25 Sample: 2003 2006 Included observations: 4 Number of cross-sections used: 20 Total panel (unbalanced) observations: 64 One-step weighting matrix White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable
Coefficien t
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(GDPI?) LOG(GDPJ?) LOG(POPI?) LOG(POPJ?) LOG(JARAK?) LOG(EXCI?) LOG(EXCJ?) TARIF? LANGUAGES?
13.69518 3.215789 0.424427 -0.647372 -0.208809 -2.190658 0.030036 0.090554 -0.226344 0.834257
1.665039 0.346767 0.229829 0.168038 0.209180 0.273158 0.060848 0.088257 0.069328 0.463107
8.225142 9.273623 1.846710 -3.852524 -0.998225 -8.019744 0.493627 1.026031 -3.264835 1.801435
0.0000 0.0000 0.0703 0.0003 0.3226 0.0000 0.6236 0.3095 0.0019 0.0772
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.992857 0.991666 1.415191 833.9508 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.482563 0.396323 1.600116 1.949892
Mean dependent var 14.43645 S.D. dependent var 2.059440 Sum squared resid 138.2601
22.79930 15.50218 108.1493 1.622102
Unweighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Durbin-Watson stat
Lampiran 8. Economic Distance Negara Brunei Darussalam 2002 2003 2004 2005 Negara Brunei 0 0 0 0 Indonesia 2,72799071 3,035059077 3,671344644 4,311647608 Malasyia 2,647545374 2,945558645 3,563080876 4,184502036 Singapura 2,313250313 2,57363463 3,113184776 3,65614155 Thailand 3,332224563 3,707306762 4,484525829 5,266652124
2006 0 5,395410721 5,236306211 4,57513858 6,590462375
Lampiran 9. Economic Distance Negara Malasyia 2002 2003 2004 Negara Brunei 41,81922404 45,64948384 54,7616138 Indonesia 33,40455236 36,46410492 43,7427341 Malasyia 0 0 0 Singapura 8,951177597 9,771023888 11,7214258 Thailand 33,46102666 36,52575176 43,8166863
2006 71,16961247 56,84919079 0 15,23346871 56,945301
2005 60,3238966 48,1857999 0 12,9120022 48,2672637
Lampiran 10. Economic Distance Negara Indonesia 2002 2003 2004 2005 Negara Brunei 92,17374 107,59656 104,50458 127,65359 Indonesia 0 0 0 0 Malasyia 71,45579034 83,41201558 81,01501585 98,96080776 Singapura 53,87875316 62,89392891 61,08655464 74,61795479 Thailand 140,2538843 163,7216401 159,0167936 194,2409092 Lampiran 11. Economic Distance Negara Singapura 2002 2003 2004 Negara Brunei 34,83021856 36,2820337 42,61762633 Indonesia 24,00970244 25,01049 29,37783824 Malasyia 8,532596045 8,888257096 10,44033041 Singapura 0 0 0 Thailand 38,5985575 40,20744692 47,22849781
2006 167,92436 0 130,1798939 98,15762076 255,5179321
2005 44,76653094 30,85915425 10,96676222 0 49,60989596
2006 52,517543 36,2022012 12,86558047 0 58,19950283
Lampiran 12. Economic Distance Negara Thailand 2002 2003 2004 2005 Negara Brunei 69,78760338 82,57771241 91,79442942 95,43987613 Indonesia 86,93498661 102,8677297 114,3490693 118,890232 Malasyia 44,36604614 52,49709721 58,35643716 60,67395559 Singapura 53,68853178 63,52813283 70,61867585 73,42316651 Thailand 0 0 0 0
2006 119,826767 149,2691807 76,17742428 92,18432609 0
Lampiran 13. Nilai Tukar (Exchange Rate) USD 1 in national currency, end of periode Negara-Negara ASEAN Tahun 2002-2005 2002 2003 2004 2005 2006 Negara 1,73 1,70 1,64 1,66 1,54 Brunei 8.940 8.465 9.290 9.830 8.995 Indonesia 3,80 3,80 3,80 3,78 3,53 Malasyia 1,74 1,70 1,63 1,66 1,53 Singapura 43,15 39,59 39,06 41,03 36,05 Thailand
Lampiran 1. Jarak geografis antar ibukota negara-negara ASEAN Negara Indonesia Malasyia Thailand Vietnam Myanmar Laos Kamboja Filipina Brunei Singapura
Indonesia Malasyia Thailand Vietnam Myanmar Laos Kamboja Filipina Brunei Singapura 0 1183 2322 3029 2809 2725 1982 2791 1526 892 1183 0 1185 2038 1631 1650 998 2470 1481 317 2322 1185 0 988 576 519 536 2211 1864 1434 3029 2038 988 0 1123 482 1060 1757 2047 2207 2809 1631 576 1123 0 695 1109 2670 2438 n.a 2725 1650 519 482 695 0 756 2000 1980 1860 1982 998 536 1060 1109 756 0 1775 1329 1147 2791 2470 2211 1757 2670 2000 1775 0 1267 2396 1526 1481 1864 2047 2438 1980 1329 1267 0 1294 892 317 1434 2207 n.a 1860 1147 2396 1294 0
Lampiran 2. Populasi Negara ASEAN tahun 2002-2006 (dalam ribu jiwa) Negara Brunei Darussalam Indonesia Malasyia Singapura Thailand
2002
2003
2004
2005
2006
341 211439 24431 4171 62800
350 214251 25030 4185 63655
360 217077 25581 4240 64197
370 219898 26128 4351 64763
383 222757 26686 4465 65233
Lampiran 3. Tarif CEPT-AFTA untuk Komoditi TPT HS 61 Tahun 2002-2006 (dalam %) Negara Brunei Darussalam Indonesia Malasyia Singapura Thailand
2002
2003
2004
2005
2006
0 5 5 0 5
0 5 5 0 5
0 1,5 5 0 0,9
0 1,5 5 0 0,9
0 1,8 5 0 0,9
Lampiran 4. Data Mentah Olahan Untuk Estimasi Data Panel id
year
Trade
GDPi
GDPj
POPi
POPj
Jarak
EXCi
EXCj
Tarif
_BRM _BRM _BRM _BRM _BRM _BRI _BRI _BRI _BRI _BRI _BRS _BRS _BRS _BRS _BRS _BRT _BRT _BRT _BRT _BRT _MBR _MBR _MBR _MBR _MBR _MI
2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002
2471807,10 3034367,54 4247794,78 3678015,15 3661504,31 874666,77 853850,92 422254,95 338041,86 836920,69 26602967,24 40428562,22 56656464,63 37898570,97 36021583,64 2606844,80 1409615,90 1353860,50 1484156,23 2020342,08 1491514,46 1517644,34 1631162,64 998153,16 784425,29 1884968,72
6,03124 6,71013 8,11688 9,53251 11,92857 6,03124 6,71013 8,11688 9,53251 11,92857 6,03124 6,71013 8,11688 9,53251 11,92857 6,03124 6,71013 8,11688 9,53251 11,92857 95,26632 103,99184 124,74974 137,42090 162,12799 95,26632
95,26632 103,99184 124,74974 137,42090 162,12799 203,78450 237,88241 231,04642 282,22595 371,25954 90,81140 94,59666 111,11519 116,71794 136,92684 126,31381 149,46359 166,14561 172,74378 216,88344 6,03124 6,71013 8,11688 9,53251 11,92857 203,78450
341 350 360 370 383 341 350 360 370 383 341 350 360 370 383 341 350 360 370 383 24431 25030 25581 26128 26686 24431
24431 25030 25581 26128 26686 211439 214251 217077 219898 222757 4171 4185 4240 4351 4465 62800 63655 64197 64763 65233 341 350 360 370 383 211439
2,64755 2,94556 3,56308 4,18450 5,23631 2,72799 3,03506 3,67134 4,31165 5,39541 2,31325 2,57363 3,11318 3,65614 4,57514 3,33222 3,70731 4,48453 5,26665 6,59046 41,81922 45,64948 54,76161 60,32390 71,16961 33,40455
1,73 1,70 1,64 1,66 1,54 1,73 1,70 1,64 1,66 1,54 1,73 1,70 1,64 1,66 1,54 1,73 1,70 1,64 1,66 1,54 3,80 3,80 3,80 3,78 3,53 3,80
3,80 3,80 3,80 3,78 3,53 8940 8465 9290 9830 8995 1,74 1,70 1,63 1,66 1,53 43,15 39,59 39,06 41,03 36,05 1,73 1,70 1,64 1,66 1,54 8940
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 5 5 5 5 5
Dummy Languages 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
_MI _MI _MI _MI _MS _MS _MS _MS _MS _MT _MT _MT _MT _MT _IBR _IBR _IBR _IBR _IBR _IM _IM _IM _IM _IM _IS _IS _IS _IS _IS _IT
2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002
4284591,57 2643022,11 2716998,46 3021119,14 36205352,46 45150161,69 36106418,10 34334491,52 35780111,15 4281812,11 5220241,92 5969793,67 8405978,46 9232223,22 202149,00 523445,00 273804,00 410140,00 938906,00 5129703,00 6590314,00 5539282,00 7347407,00 9887538,00 28374595,00 36024187,00 47513114,00 47506753,00 38996133,00 1334660,00
103,99184 124,74974 137,42090 162,12799 95,26632 103,99184 124,74974 137,42090 162,12799 95,26632 103,99184 124,74974 137,42090 162,12799 203,78450 237,88241 231,04642 282,22595 371,25954 203,78450 237,88241 231,04642 282,22595 371,25954 203,78450 237,88241 231,04642 282,22595 371,25954 203,78450
237,88241 231,04642 282,22595 371,25954 90,81140 94,59666 111,11519 116,71794 136,92684 126,31381 149,46359 166,14561 172,74378 216,88344 6,03124 6,71013 8,11688 9,53251 11,92857 95,26632 103,99184 124,74974 137,42090 162,12799 90,81140 94,59666 111,11519 116,71794 136,92684 126,31381
25030 25581 26128 26686 24431 25030 25581 26128 26686 24431 25030 25581 26128 26686 211439 214251 217077 219898 222757 211439 214251 217077 219898 222757 211439 214251 217077 219898 222757 211439
214251 217077 219898 222757 4171 4185 4240 4351 4465 62800 63655 64197 64763 65233 341 350 360 370 383 24431 25030 25581 26128 26686 4171 4185 4240 4351 4465 62800
36,46410 43,74273 48,18580 56,84919 8,95118 9,77102 11,72143 12,91200 15,23347 33,46103 36,52575 43,81669 48,26726 56,94530 92,17374 107,59656 104,50458 127,65359 167,92436 71,45579 83,41202 81,01502 98,96081 130,17989 53,87875 62,89393 61,08655 74,61795 98,15762 140,25388
3,80 3,80 3,78 3,53 3,80 3,80 3,80 3,78 3,53 3,80 3,80 3,80 3,78 3,53 8940 8465 9290 9830 8995 8940 8465 9290 9830 8995 8940 8465 9290 9830 8995 8940
8465 9290 9830 8995 1,74 1,70 1,63 1,66 1,53 43,15 39,59 39,06 41,03 36,05 1,73 1,70 1,64 1,66 1,54 3,80 3,80 3,80 3,78 3,53 1,74 1,70 1,63 1,66 1,53 43,15
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1,5 1,5 1,8 5 5 1,5 1,5 1,8 5 5 1,5 1,5 1,8 5
1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
_IT _IT _IT _IT _SBR _SBR _SBR _SBR _SBR _SM _SM _SM _SM _SM _SI _SI _SI _SI _SI _ST _ST _ST _ST _ST _TBR _TBR _TBR _TBR _TBR _TM
2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002
1243130,00 1491653,00 2577528,00 2584101,00 158682408,63 135161446,52 138687811,88 111090352,04 87756309,39 454104308,02 399847590,58 404541845,57 394110897,51 385028636,11 0,00 0,00 0,00 200204854,02 273494870,64 21731554,83 35585327,23 35272980,91 33652529,14 34811504,87 478934,78 463713,50 655618,64 896550,50 694965,03 4333148,23
237,88241 231,04642 282,22595 371,25954 90,81140 94,59666 111,11519 116,71794 136,92684 90,81140 94,59666 111,11519 116,71794 136,92684 90,81140 94,59666 111,11519 116,71794 136,92684 90,81140 94,59666 111,11519 116,71794 136,92684 126,31381 149,46359 166,14561 172,74378 216,88344 126,31381
149,46359 166,14561 172,74378 216,88344 6,03124 6,71013 8,11688 9,53251 11,92857 95,26632 103,99184 124,74974 137,42090 162,12799 203,78450 237,88241 231,04642 282,22595 371,25954 126,31381 149,46359 166,14561 172,74378 216,88344 6,03124 6,71013 8,11688 9,53251 11,92857 95,26632
214251 217077 219898 222757 4171 4185 4240 4351 4465 4171 4185 4240 4351 4465 4171 4185 4240 4351 4465 4171 4185 4240 4351 4465 62800 63655 64197 64763 65233 62800
63655 64197 64763 65233 341 350 360 370 383 24431 25030 25581 26128 26686 211439 214251 217077 219898 222757 62800 63655 64197 64763 65233 341 350 360 370 383 24431
163,72164 159,01679 194,24091 255,51793 34,83022 36,28203 42,61763 44,76653 52,51754 8,53260 8,88826 10,44033 10,96676 12,86558 24,00970 25,01049 29,37784 30,85915 36,20220 38,59856 40,20745 47,22850 49,60990 58,19950 69,78760 82,57771 91,79443 95,43988 119,82677 44,36605
8465 9290 9830 8995 1,74 1,70 1,63 1,66 1,53 1,74 1,70 1,63 1,66 1,53 1,74 1,70 1,63 1,66 1,53 1,74 1,70 1,63 1,66 1,53 43,15 39,59 39,06 41,03 36,05 43,15
39,59 39,06 41,03 36,05 1,73 1,70 1,64 1,66 1,54 3,80 3,80 3,80 3,78 3,53 8940 8465 9290 9830 8995 43,15 39,59 39,06 41,03 36,05 1,73 1,70 1,64 1,66 1,54 3,80
5 1,5 1,5 1,8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 5 0,9 0,9 0,9 5
0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
_TM _TM _TM _TM _TI _TI _TI _TI _TI _TS _TS _TS _TS _TS
2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006
6393108,51 7595796,43 8196658,77 8319614,85 1258604,62 1516550,80 2615594,75 3089997,03 3874193,59 15222870,25 15517547,99 17887798,13 14108531,29 14247007,54
149,46359 166,14561 172,74378 216,88344 126,31381 149,46359 166,14561 172,74378 216,88344 126,31381 149,46359 166,14561 172,74378 216,88344
103,99184 124,74974 137,42090 162,12799 203,78450 237,88241 231,04642 282,22595 371,25954 90,81140 94,59666 111,11519 116,71794 136,92684
63655 64197 64763 65233 62800 63655 64197 64763 65233 62800 63655 64197 64763 65233
25030 25581 26128 26686 211439 214251 217077 219898 222757 4171 4185 4240 4351 4465
52,49710 58,35644 60,67396 76,17742 86,93499 102,86773 114,34907 118,89023 149,26918 53,68853 63,52813 70,61868 73,42317 92,18433
39,59 39,06 41,03 36,05 43,15 39,59 39,06 41,03 36,05 43,15 39,59 39,06 41,03 36,05
3,80 3,80 3,78 3,53 8940 8465 9290 9830 8995 1,74 1,70 1,63 1,66 1,53
5 0,9 0,9 0,9 5 5 0,9 0,9 0,9 5 5 0,9 0,9 0,9
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lampiran 5. Transformasi Data Mentah Olahan untuk Estimasi Data Panel id
year
Trade
GDPi
GDPj
POPi
POPj
Jarak
EXCi
EXCj
Tarif
_BRM _BRM _BRM _BRM _BRI _BRI _BRI _BRI _BRS _BRS _BRS _BRS _BRT _BRT _BRT _BRT _MBR _MBR _MBR _MBR _MI _MI _MI _MI _MS _MS _MS _MS _MT _MT
2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004
957041,079 1697688,024 108134,435 570470,954 118773,969 -295328,194 -16824,578 552827,607 18071215,728 22679977,512 -9715975,157 4171321,408 -781197,325 169208,021 346361,035 773045,311 264163,656 355722,196 -372688,972 -54430,611 2700448,778 -957782,922 495781,535 737731,898 14722893,840 -1838138,986 3990368,897 6925129,801 1621772,768 1582660,598
1,641 2,478 2,711 3,917 1,641 2,478 2,711 3,917 1,641 2,478 2,711 3,917 1,641 2,478 2,711 3,917 23,929 37,354 32,580 46,638 23,929 37,354 32,580 46,638 23,929 37,354 32,580 46,638 23,929 37,354
23,929 37,354 32,580 46,638 66,620 31,128 88,053 134,075 18,278 31,615 23,336 38,836 43,308 40,535 33,114 71,708 1,641 2,478 2,711 3,917 66,620 31,128 88,053 134,075 18,278 31,615 23,336 38,836 43,308 40,535
63,421 65,857 67,453 72,049 63,421 65,857 67,453 72,049 63,421 65,857 67,453 72,049 63,421 65,857 67,453 72,049 4497,992 4545,588 4629,523 4727,820 4497,992 4545,588 4629,523 4727,820 4497,992 4545,588 4629,523 4727,820 4497,992 4545,588
4497,992 4545,588 4629,523 4727,820 36555,973 37018,746 37464,753 37952,962 679,658 722,893 787,670 808,385 10877,378 10700,829 10811,328 10805,657 63,421 65,857 67,453 72,049 36555,973 37018,746 37464,753 37952,962 679,658 722,893 787,670 808,385 10877,378 10700,829
0,721 1,088 1,190 1,720 0,742 1,121 1,226 1,772 0,630 0,950 1,040 1,502 0,907 1,369 1,498 2,164 10,504 16,397 14,302 20,473 8,391 13,098 11,424 16,353 2,248 3,510 3,061 4,382 8,405 13,120
0,246 0,211 0,282 0,145 0,246 0,211 0,282 0,145 0,246 0,211 0,282 0,145 0,246 0,211 0,282 0,145 0,606 0,606 0,586 0,355 0,606 0,606 0,586 0,355 0,606 0,606 0,586 0,355 0,606 0,606
0,606 0,606 0,586 0,355 951,752 2175,946 2022,610 733,789 0,241 0,204 0,291 0,135 3,326 5,789 8,203 1,568 0,246 0,211 0,282 0,145 951,752 2175,946 2022,610 733,789 0,241 0,204 0,291 0,135 3,326 5,789
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,798 0,798 0,798 0,798 0,798 0,798 0,798 0,798 0,798 0,798 0,798 0,798 0,798 0,798
Dummy Languages 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
_MT _MT _IBR _IBR _IBR _IBR _IM _IM _IM _IM _IS _IS _IS _IS _IT _IT _IT _IT _SBR _SBR _SBR _SBR _SM _SM _SM _SM _SI _SI _SI _SI _ST _ST _ST _ST
2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006
3388916,101 2167771,674 353557,363 -166103,366 180032,928 594221,063 2279270,561 729,392 2692150,093 3712718,378 12177950,365 17238099,052 7576351,889 -928922,275 121471,059 446916,603 1323930,886 417925,849 1803480,848 25097050,933 -5463994,570 -5604911,184 18214697,286 68506731,666 54130694,161 53814684,953 0,000 0,000 200204854,019 105241109,684 17321954,698 5366787,223 4008833,796 6529650,164
32,580 46,638 66,620 31,128 88,053 134,075 66,620 31,128 88,053 134,075 66,620 31,128 88,053 134,075 66,620 31,128 88,053 134,075 18,278 31,615 23,336 38,836 18,278 31,615 23,336 38,836 18,278 31,615 23,336 38,836 18,278 31,615 23,336 38,836
33,114 71,708 1,641 2,478 2,711 3,917 23,929 37,354 32,580 46,638 18,278 31,615 23,336 38,836 43,308 40,535 33,114 71,708 1,641 2,478 2,711 3,917 23,929 37,354 32,580 46,638 66,620 31,128 88,053 134,075 43,308 40,535 33,114 71,708
4629,523 4727,820 36555,973 37018,746 37464,753 37952,962 36555,973 37018,746 37464,753 37952,962 36555,973 37018,746 37464,753 37952,962 36555,973 37018,746 37464,753 37952,962 679,658 722,893 787,670 808,385 679,658 722,893 787,670 808,385 679,658 722,893 787,670 808,385 679,658 722,893 787,670 808,385
10811,328 10805,657 63,421 65,857 67,453 72,049 4497,992 4545,588 4629,523 4727,820 679,658 722,893 787,670 808,385 10877,378 10700,829 10811,328 10805,657 63,421 65,857 67,453 72,049 4497,992 4545,588 4629,523 4727,820 36555,973 37018,746 37464,753 37952,962 10877,378 10700,829 10811,328 10805,657
11,443 16,381 30,133 14,080 39,827 60,643 23,360 10,915 30,875 47,012 17,614 8,230 23,280 35,448 45,851 21,424 60,602 92,276 7,010 12,126 8,950 14,895 1,717 2,971 2,193 3,649 4,833 8,359 6,170 10,268 7,769 13,438 9,919 16,507
0,586 8,203 0,355 1,568 951,752 0,246 2175,946 0,211 2022,610 0,282 733,789 0,145 951,752 0,606 2175,946 0,606 2022,610 0,586 733,789 0,355 951,752 0,241 2175,946 0,204 2022,610 0,291 733,789 0,135 951,752 3,326 2175,946 5,789 2022,610 8,203 733,789 1,568 0,241 0,246 0,204 0,211 0,291 0,282 0,135 0,145 0,241 0,606 0,204 0,606 0,291 0,586 0,135 0,355 0,241 951,752 0,204 2175,946 0,291 2022,610 0,135 733,789 0,241 3,326 0,204 5,789 0,291 8,203 0,135 1,568
0,798 0,798 0,798 -2,702 0,239 0,539 0,798 -2,702 0,239 0,539 0,798 -2,702 0,239 0,539 0,798 -2,702 0,239 0,539 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
_TBR _TBR _TBR _TBR _TM _TM _TM _TM _TI _TI _TI _TI _TS _TS _TS _TS
2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006
61212,879 265910,105 345563,350 -58503,183 2751496,072 2222976,893 1813090,684 1431077,246 458809,409 1341073,325 891830,277 1277335,366 2724126,049 4846726,659 -924517,361 2390084,976
43,308 40,535 33,114 71,708 43,308 40,535 33,114 71,708 43,308 40,535 33,114 71,708 43,308 40,535 33,114 71,708
1,641 2,478 2,711 3,917 23,929 37,354 32,580 46,638 66,620 31,128 88,053 134,075 18,278 31,615 23,336 38,836
10877,378 10700,829 10811,328 10805,657 10877,378 10700,829 10811,328 10805,657 10877,378 10700,829 10811,328 10805,657 10877,378 10700,829 10811,328 10805,657
63,421 65,857 67,453 72,049 4497,992 4545,588 4629,523 4727,820 36555,973 37018,746 37464,753 37952,962 679,658 722,893 787,670 808,385
23,928 22,395 18,295 39,618 15,212 14,237 11,631 25,187 29,807 27,898 22,790 49,353 18,408 17,229 14,075 30,479
3,326 5,789 8,203 1,568 3,326 5,789 8,203 1,568 3,326 5,789 8,203 1,568 3,326 5,789 8,203 1,568
0,246 0,211 0,282 0,145 0,606 0,606 0,586 0,355 951,752 2175,946 2022,610 733,789 0,241 0,204 0,291 0,135
0,798 -3,302 0,144 0,144 0,798 -3,302 0,144 0,144 0,798 -3,302 0,144 0,144 0,798 -3,302 0,144 0,144
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0