Analisis Akuntansi Atas Pendapatan Dan Biaya Pada PT Cahaya Bangun Energi Di Samarinda Nilam Fenty Isabella (
[email protected]) Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Agus Iwan Kesuma (
[email protected]) Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Ledy Setiawati (
[email protected]) Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian perlakuan akuntansi atas pendapatan dan biaya perusahaan dengan standar akuntansi yang berlaku serta bagaimana pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Perlakuan akuntansi yang dimaksud dalam penelitian ini hanya mengenai pengakuannya saja. Alat analisis yang digunakan ialah Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yaitu mengenai pengakuan pendapatan dan biaya pada laporan keuangan. Dari penelitian yang telah penulis lakukan diperoleh hasil bahwa perlakuan akuntansi terhadap pendapatan PT Cahaya Bangun Energi belum sepenuhnya sesuai dengan standar akuntansi keuangan, namun untuk perlakuan akuntansi terhadap biaya sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Begitu juga mengenai jumlah yang disajikan di dalam neraca dinilai lebih rendah karena adanya pendapatan yang seharusnya diakui di Tahun 2011 agar mencerminkan pendapatan yang sebenarnya, tetapi diakui perusahaan pada Tahun 2012. Kata kunci: Perlakuan Akuntansi, Pengakuan Pendapatan, Pengakuan Biaya, SAK ETAP. Abstract This research has its aim to determine of the suitability of the accounting treatment of company revenue and cost to applicable accounting standards and also how its influence to financial statement. The accounting treatment in this research is only the recognition. The analysis tools which used is the Financial Accounting Standards Entities Without Public Accountability (FAS EWPA), namely the recognition of revenue and cost in the financial statements. From the research that has been done, the facts are the accounting treatment of revenue PT Cahaya Bangun Energi not fully in accordance with accounting standards, but for the accounting treatment of the costs are in accordance with accounting standards. Likewise, the amounts shown in the balance sheet was rated lower because of the revenue that should be recognized in the year 2011 in order to reflect the actual earnings, but the company recognized in 2012. Key words : Accounting Treatment, Revenue Recognition, Cost Recognition, FAS EWPA.
1
I.
Pendahuluan
A. Latar Belakang Secara umum semua perusahaan baik itu perusahaan industri, dagang maupun jasa, tentu memiliki tujuan sama yaitu memperoleh keuntungan pada tingkat tertentu. Untuk memudahkan perusahaan dalam memperoleh keuntungan, pihak manajemen memperoleh informasi berkaitan dengan tujuan yang hendak diraih maka diperlukan beberapa pengetahuan dan alat yang efektif. Salah satu pengetahuan dan alat yang dimaksud adalah akuntansi. Menurut Gade dan Wasif (2005 : 6) yang dikutip dari keputusan Menteri Keuangan No. 476/KMK. 01/1991, menyatakan akuntansi sebagai “proses pengumpulan, pencatatan, penganalisaan, peringkasan, pengklasifikasian dan pelaporan transaksi keuangan dari suatu kesatuan ekonomi untuk menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan”. Sebagaimana telah diketahui bahwa analisis akuntansi atas pendapatan dan biaya merupakan dua hal yang sangat berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan, dimana pendapatan merupakan suatu hasil yang diperoleh dari kegiatan perusahaan sedangkan biaya merupakan alat yang dipergunakan untuk menghasilkan pendapatan. Pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai tujuan utama yang sama yaitu memperoleh keuntungan yang maksimum dari kegiatan operasi perusahaannya. Pemimpin perusahaan yang bijaksana akan selalu berusaha untuk meningkatkan pendapatan dan berusaha untuk menekan biaya seefisien mungkin agar diperoleh laba yang ditargetkan lebih dulu bahkan melebihi target yang lebih ditetapkan. Untuk memperoleh laba yang akurat, maka arus pendapatan dan biaya harus diterapkan dengan baik. Akuntansi pendapatan dan biaya tersebut harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum untuk menghasilkan laporan keuangan yang relevan bagi semua pihak, bagi pihak-pihak didalam perusahaan sendiri maupun bagi pihak-pihak diluar perusahaan yang berkepentingan atas informasi tersebut. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 23.2) pendapatan adalah “arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.” FASB (Financial Accounting Standard Board) mendefinisikan biaya sebagai arus keluar aktiva, penggunaan aktiva atau munculnya kewajiban atau kombinasi keduanya selama suatu periode yang disebabkan oleh pengiriman barang atau pembuatan barang, pembebanan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan. Perlakuan akuntansi atas pendapatan dan biaya akan mempengaruhi penyajian laporan keuangan. Jika perlakuan akuntansi terhadap pendapatan dan biaya berpedoman pada prinsipprinsip akuntansi yang lazim dalam hal ini adalah SAK ETAP, maka penilaian laporan keuangan akan mencerminkan suatu penilaian yang wajar. Tetapi, bila ternyata perlakuan akuntansi terhadap pendapatan dan biaya tidak dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim, maka laporan keuangan akan menghasilkan suatu penilaian yang understated (dilaporkan terlalu rendah) atau overstated (dilaporkan terlalu tinggi). PT. Cahaya Bangun Energi merupakan sebuah perusahaan penyedia jasa tenaga outsourcing. Dalam dunia bisnis industri, karyawan atau tenaga profesional outsourcing adalah karyawan 2
kontrak yang dipasok dari sebuah perusahaan penyedia jasa tenaga outsourcing, salah satunya adalah PT Cahaya Bangun Energi. PT Cahaya Bangun Energi menyediakan tenaga profesional dan berpengalaman seperti jasa pengamanan dan keamanan, jasa kebersihan kantor dan gedung, serta pengadaan jasa borongan. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode pengakuan pendapatan tersebut dalam prakteknya, maka dilakukan penelitian pada perusahaan penyedia jasa tenaga kerja (outsourcing) PT. Cahaya Bangun Energi yang berkedudukan di Samarinda. Metode pengakuan pendapatan yang dipergunakan oleh PT. Cahaya Bangun Energi dalam mengakui pendapatan atas semua pekerjaan – pekerjaan yang dikerjakan, baik pekerjaan yang berjangka waktu satu periode akuntansi, maupun proyek yang berjangka waktu lebih dari satu periode akuntansi, adalah metode persentase penyelesaian. Sedangkan menurut standar akuntansi keuangan, metode persentase penyelesaian lazim digunakan pada perusahaan yang mengerjakan pekerjaan – pekerjaan yang memakan waktu beberapa periode akuntansi. Pengakuan pendapatan dan biaya adalah salah satu perlakuan akuntansi atas pendapatan dan biaya yang harus diperhatikan. Akuntansi pendapatan dan biaya adalah masalah penting yang harus dipahami oleh perusahaan untuk menghasilkan laporan keuangan yang andal dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, karena tidak sedikit perusahaan mengabaikan dan menganggap tidak penting masalah akuntansi pendapatan. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mengetahui sejauh mana pihak perusahaan tersebut menerapkan perlakuan akuntansi terhadap pendapatan dan biaya, maka penulis tertarik untuk menguraikan permasalahan tentang Analisis Akuntansi Atas Pendapatan dan Biaya pada PT Cahaya Bangun Energi Di Samarinda. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan didalam latar belakang penelitian ini, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah apakah perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya PT Cahaya Bangun Energi Samarinda telah sepenuhnya sesuai dengan SAK ETAP. C. Tujuan Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk membandingkan perlakuan akuntansi terhadap pendapatan dan biaya yang diterapkan PT. Cahaya Bangun Energi Samarinda dengan perlakuan akuntansi terhadap pendapatan dan biaya menurut SAK ETAP. II. Tinjauan Teoritis A. Dasar Teoritis Mursyidi (2003: 11) menyatakan bahwa “Akuntansi (accountancy) berasal dari akar kata to account yang salah satu artinya adalah ‘menghitung’. Secara teknis, akuntansi diartikan sebagai proses pencatatan (recording), pengklasifikasian (classifying), peringkasan (summarizing) transaksi keuangan yang diukur dalam satuan uang, serta pelaporan (reporting) hasil-hasilnya. Dalam pengertian ini termasuk didalamnya proses perhitungan.” Dari pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi yang bersifat keuangan dan melaporkan 3
informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang akan menggunakan informasi tersebut serta menginterpretasikan hasil laporan tersebut. Kemudian dalam prakteknya, sebagai akibat perkembangan teknologi yang cepat dan pertumbuhan ekonomi yang pesat, telah timbul berbagai bidang spesialisasi akuntansi, salah satu diantaranya adalah akuntansi keuangan yang akhir dari prosesnya menghasilkan laporan keuangan. Yadiati dan Wahyudi (2006:10) mendefinisikan Akuntansi Keuangan (Financial Accounting) merupakan bidang akuntansi yang berkaitan dengan bagaimana pencatatan dan penyusunan laporan keuangan dari satu kesatuan unit usaha yang berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum. Dapat disimpulkan bahwa akuntansi keuangan adalah suatu bidang akuntansi yang kegiatannya khusus mengolah informasi keuangan suatu perusahaan yang hasil kegiatannya itu ditujukan kepada penyusunan berbagai laporan sebagai informasi bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Karakteristik akuntansi keuangan yang antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Pemakai informasi. Informasi akuntansi keuangan menyajikan informasi keuangan terutama untuk pihak eksternal perusahaan (kreditur, pemerintah, investor, serikat pekerja, dan lain-lain). b. Dasar penyajian informasi. Informasi akuntansi keuangan disajikan berdasarkan prinsipprinsip akuntansi yang diterima umum. c. Fokus informasi. Informasi akuntansi keuangan menggambarkan tentang posisi keuangan dan kemampuan perusahaan secara keseluruhan sebagai kesatuan unit produksi. d. Orientasi informasi. Informasi akuntansi keuangan hanya mencakup data masa lalu. e. Ketepatan informasi. Informasi yang disajikan akuntansi keuangan lebih tepat karena periode penyusunan informasi akuntansi keuangan relative lebih panjang. Hasil dari kegiatan dalam akuntansi keuangan adalah laporan keuangan. Dari laporan keuangan diperoleh informasi mengenai segala hal yang berhubungan dengan perusahaan. Definisi laporan keuangan menurut Baridwan (2004 : 17) “Laporan keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan, dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan dan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.” Kegiatan membuat laporan keuangan mempunyai tujuan untuk menyediakan informasi mengenai perusahaan, menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009: 2) “Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.” Pada dasarnya tujuan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pihak-pihak yang berkepentingan
4
dengan laporan keuangan suatu badan usaha adalah para pemegang saham atau pemilik perusahaan dan calon pemegang saham, kreditur dan calon kreditur, serta pemerintah. Baridwan (2004 : 5) mengungkapkan bahwa informasi keuangan akan bermanfaat bila memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu sebagai berikut : (1) Relevan Suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaannya, setidaknya dipilih metode-metode pengukuran dan pelaporan akuntansi keuangan yang akan membantu sejauh mungkin para pemakai dalam pengambilan jenis-jenis keputusan yang memerlukan penggunaan data akuntansi keuangan. Bila informasi tidak relevan untuk keperluan para pengambil keputusan, informasi demikian tidak ada gunanya, betapapun kualitas-kualitas lainnya terpenuhi. (2) Dapat dimengerti Informasi harus dapat dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai. (3) Daya uji Informasi harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama. Pengukuran tidak sepenuhnya lepas dari pertimbangan-pertimbangan dan pendapat yang subyektif. Hal in berhubungan dengan keterlibatan manusia di dalam proses pengukuran dan penyajian informasi, sehingg proses tersebut tidak lagi berlandaskan pada realita obyektif yang semata. (4) Netral Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu. (5) Tepat waktu Informasi harus disajikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut. (6) Daya banding Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan lainnya pada periode yang sama. (7) Lengkap Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif di atas, dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi yang berkualitas/bermanfaat mengenai aktiva, kewajiban dan modal, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta informasi kinerja seperti kebijakan-kebijakan perusahaan dalam laporan neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan posisi keuangan, serta laporanlaporan lainnya yang dibutuhkan. Pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam akuntansi dan laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian harus dapat diakui dan diukur agar dapat menyajikan informasi yang relevan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan (2009 : 15) menyebutkan tentang pengakuan sebagai berikut “Pengakuan merupakan proses pembentukan suatu proses 5
yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan dalam neraca dan laba rugi. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba rugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca ataupun laporan laba rugi. Kelalaian untuk mengakui pos semacam itu tidak dapat diralat melalui pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan maupun melalui catatan atau materi penjelasan.” Pengakuan juga merupakan penentuan suatu saat transaksi harus dicatat dan untuk itu harus sesuai dengan karakteristik kualitatif laporan keuangan seperti yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 19) menyatakan bahwa karakteristik tersebut adalah dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat dibandingkan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan menyebutkan Pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui jika : a) Ada kemungkinan bahwa manfaaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau kedalam perusahaan; dan b) Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Adapun konsep Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi antara lain: a. konsep matching, untung/rugi selama jangka waktu tertentu harus ditentukan dengan mencocokkan pendapatan dan keuntungan dengan biaya-biaya dan kerugian yang berhubungan dengan periode atau jangka waktu tersebut, b. sifat pengukuran mengacu kepada sifat-sifat aset dan kewajiban yang harus diukur untuk tujuan Akuntansi Keuangan.Sifat-sifat yang harus diukur yakni: i. nilai setara kas yang diharapkan atau diperkirakan diperoleh atau dibayarkan, ii. relevansi aset, kewajiban dan investasi terbatas pada akhir periode Akuntansi, iii. kemampuan aset, kewajiban dan investasi terbatas untuk direvaluasi, iv. sifat pengukuran alternatif tetapi nilai setara kas. Pendapatan merupakan hal yang penting dalam operasi suatu perusahaan, karena didalam melakukan suatu aktivitas usaha, perusahaan akan mengharapkan laba yang dipengaruhi oleh pendapatan dari aktivitas tersebut. Pendapatan juga merupakan faktor untuk menjamin kelangsungan hidup dan sekaligus merupakan ukuran keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan operasinya. Permasalahan utama didalam akuntansi dalam hal pendapatan menentukan saat pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan manfaat ini dapat diukur dengan andal. Pada dasarnya ada dua pendekatan terhadap konsep pendapatan didalam akuntansi, yaitu : pendekatan yang memusatkan perhatian pada arus masuk dari asset yang ditimbulkan oleh kegiatan operasional perusahaan, dan pendekatan yang memusatkan perhatian pada penciptaan barang dan jasa tersebut kepada konsumen atau produsen lain. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 5-7) mendefinisikan pendapatan sebagai berikut “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.” Pendapatan yang diperoleh perusahaan diklasifikasikan sebagai berikut : a. Hasil operasi, adalah semua hasil yang diterima perusahaan yang ada hubungannya langsung dengan kegiatan operasi utama perusahaan. 6
b. Hasil non operasi, adalah hasil yang diterima perusahaan di luar hasil operasi utama dan tidak berhubungan dengan operasi utama perusahaan. Biaya merupakan elemen yang terdapat di suatu perusahaan yang sangat perlu diperhatikan oleh pihak manajemen agar dapat mengendalikan sehingga tujuan perusahaan tersebut dapat tercapai yaitu memperoleh laba sebesar mungkin dengan cara menekan biaya serendah mungkin. Jusuf (2002 : 24) mendefinisikan biaya adalah harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang dikonsumsi untuk menghasilkan pendapatan. Sedangkan menurut Mulyadi (2005 : 8) mendefinisikan biaya sebagai berikut “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan dalam arti sempit biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.” Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa biaya memiliki empat unsur yaitu : 1. 2. 3. 4.
Pengorbanan sumber ekonomi Diukur dalam satuan uang Telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi Untuk mencapai tujuan tertentu
Adapun kalsifikasi biaya menurut carter dan usry (2006 : 40) didasarkan hubungan antara biaya dengan, dijelaskan sebagai berikut : “1.Berdasarkan hubungannya dengan produksi, beban/biaya terbagi kepada : a. Biaya pabrikase/biaya produksi (factory cost),yang meliputi biaya bahan langsung, upah, dan overhead pabrik. b. Beban komersial, yang dapat dibagi menjadi beban pemasaran dan penjualan, beban umum dan administrasi. 2. Berdasarkan hubungannya dengan volume produksi, biaya terbagi atas: a. Biaya variable, secara umum biaya ini mempunyai ciri-ciri perubahan jumlah total dengan proporsi yang sama dengan perubahan volume, dapat dibebankan kepada departemen operasional dengan cukup mudah. Contoh : biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan langsung. b. Biaya tetap, biaya yang secara total tidak berubah dalam rentang relevan ketika tingkat output aktivitasnya berubah”. Rentang relevan adalah rentang tertentu yang mana hubungan biaya tetap yang diasumsikan masih berlaku. Ciri-cirinya adalah jumlah keseluruhan yang tetap dalam jenjang keluaran yang relevan, penurunan biaya per unit bila volume bertambah dalam jenjang yang relevan, dapat dibebankan kepada departemen-departemen berdasarkan keputusan manajemen atau menurut metode alokasi biaya, dan lain-lain. Contoh : beban penyusutan peralatan, beban asuransi, beban reparasi, dan lain-lain. c. Biaya semi variable, yakni biaya yang mencakup suatu jumlah yang sebagian tetap dalam rentang keluaran yang relevan dan sebagian tetap dalam rentang keluaran yang relevan dan bagian lainnya bervariasi sebanding dengan perubahan jumlah output. Misalnya : biaya listrik yang digunakan untuk penerangan cenderung menjadi biaya tetap, karena berapapun jumlah output yang dihasilkan penerangan akan tetap diperlukan namun besarnya tenaga listrik yang digunakan untuk mengoperasikan peralatan akan bervariasi sesuai dengan pemakaian peralatan tersebut. 3. Berdasarkan hubungannya dengan departemen pabrikase, biaya terbagi atas : 7
a. Biaya langsung dan biaya tidak langsung departemen. Jika biaya yang berasal dari suatu departemen dapat segera diidentifikasi terhadap departemen tersebut, maka disebut biaya langsung. Contoh : biaya bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Jika suatu biaya dipikul bersama oleh beberapa departemen yang mengambil manfaat dari terjadinya biaya tersebut, maka dinamakan biaya tidak langsung/ biaya bersama. Contoh : beban sewa gedung atau beban penyusutan gedung. b. Biaya bersama dan biaya gabungan. Biaya bersama adalah biaya yang berasal dari penggunaan fasilitas atau jasa oleh dua operasi atau lebih, seperti gaji direktur pemasaran merupakan biaya bersama bagi wilayah tertentu jika segmen tersebut hanya menekankan pada pemasaran didaerah tertentu. Biaya gabungan terjadi bila proses produksi pasti akan menghasilkan lebih dari satu jenis produk, contoh :industri pengepakan daging, industri perminyakan, dan lain-lain. 4. Berdasarkan hubungannya dengan periode akuntansi,biaya terbagi atas : a. Pengeluaran modal (capital expenditure), dimaksudkan untuk menghasilkan manfaat dalam periode-periode mendatang dan dicatat sebagai aktiva ini akan masuk dalam arus beban bila digunakan atau habis masa manfaatnya. Contoh : biaya perawatan mesin dimana biaya ini dapat menambah masa manfaat mesin tersebut. b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran ini memberi manfaat dalam periode berjalan dan dicatat sebagai beban. Contoh beban : beban reparasi mesin yang tidak menambah masa manfaat mesin.” Kriteria pengakuan pendapatan akan membantu dalam mengevalusi informasi pendapatan apakah memiliki nilai perkiraan dan umpan balik pada saat yang sama dan disampaikan pada waktu yang tepat. Informasi tersebut membantu pemakai menilai kebenaran proses informasi akuntansinya. Menurut Niswonger, at. al (2005 :15) dalam buku Prinsip-Prinsip Akuntansi mengemukakan kriteria pendapatan sebagai berikut : “a. Hendaknya disesuaikan dengan syarat dalam kontrak penjualan dengan pelanggan dan hendaknya sependapat mungkin didasarkan pada bukti yang objektif. b. Pada beberapa perusahaan khususnya dalam bidang perdagangan eceran, umumnya penjualan dilakukan dengan sistem angsuran (Installment Method). Dalam sistem penjualan angsuran, pembeli membayar sejumlah uang muka dan sisanya akan dibayar dengan jumlah tertentu dalam beberapa kali angsuran.” Menurut Standar Akuntansi Keuangan, pendapatan pada umumnya diakui pada saat realisasinya, yaitu : “ “a. Pendapatan diakui pada saat selesainya produksi. b. Pendapatan diakui secara proporsional selama tahap produksi. c. Pendapatan diakui pada saat pembayaran diterima. d. Pendapatan dari penjualan konsinyasi.” Dalam menetapkan laba bersih atau rugi perusahaan secara berkala, akan melibatkan masalah pendapatan yang diakui pada periode itu dan biaya yang terpakai yang harus dialokasikan kedalam periode itu. Karena dalam menghitung laba rugi perusahaan selalu dihadapkan dengan masalah pengakuan pendapatan, maka perlu adanya penentuan dalam suatu periode
8
akuntansi tertentu saat kapan pendapatan itu diakui atau dalam periode mana pedapatan tersebut diakui. Sedangkan ketentuan-ketentuan umum mengenai pendapatan yang diakui saat realisasinya, dalam Standar Akuntansi Keuangan yang diterapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Penjualan Barang Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi : a. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli. b. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual. c. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal. d. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut. e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal. 2. Penjualan Jasa Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi : a. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal. b. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal. d. Biaya yang akan terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal. 3. Bunga, royalti dan deviden Pendapatan harus diakui dengan dasar sebagai berikut : a. Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil efektif aktiva tersebut. b. Royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan. c. Dalam metode biaya (cost method), deviden tunai harus diakui bila hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.” Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (2007 : 23) yaitu Penyajian Laporan Keuangan, bahwa pengakuan biaya adalah sebagai berikut: “Biaya diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan (matching of cost with revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang menghasilkan secara langsung dan bersama-sama dan transaksi atau peristiwa lain yang sama. 9
Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis. Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunaan aktiva seperti aktiva tetap, goodwill, paten, dan merk dagang. Beban segera diakui dalam laporan laba rugi kalau pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca sebagai aktiva. Beban juga diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul kewajiban tanpa adanya pengakuan aktiva, seperti apabila timbul kewajiban akibat garansi produk.” Menurut metode persentase penyelesaian, perusahaan akan mengakui pendapatan dan beban sesuai dengan tingkat kemajuan penyelesaian kontrak dan tidak menunggu sampai kontrak selesai. Jumlah pendapatan didasarkan pada ukuran tertentu dari kemajuan penyelesaian kontrak. Pengakuan ini memerlukan suatu taksiran-taksiran mengenai biaya-biaya yang masih harus dikeluarkan dan laba yang akan diakui selama periode pembangunan dibebankan pada persediaan bangunan dalam pelaksanaan. Jika suatu perusahaan memproyeksikan suatu kerugian atas kontrak sebelum penyelesaian jumlah seluruh kerugian harus segera diakui. Menurut SAK ETAP (2009:118) , “Jika hasil transaksi yang melibatkan penyediaan jasa dapat diestimasi secara andal, maka entitas harus mengakui pendapatan yang berhubungan dengan transaksi sesuai dengan tahap penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan (terkadang dimaksudkan sebagai metode persentase penyelesaian). Entitas melakukan penelaahan dan (jika perlu) mengubah estimasi pendapatan dan biaya saat transaksi jasa berlangsung. Entitas harus menentukan tingkat penyelesaian dari suatu transaksi atau kontrak dengan menggunakan metode yang dapat mengukur dengan andal sebagian besar pekerjaan yang dilaksanakan. Metode yang mungkin meliputi: (a) proporsi biaya yang terjadi dari pekerjaan yang telah diselesaikan sampai sekarang dibandingkan dengan total estimasi biaya. Biaya yang terjadi dari pekerjaan yang telah diselesaikan sampai sekarang tidak termasuk biaya yang berhubungan dengan aktivitas masa depan, seperti bahan baku atau pembayaran di muka; (b) survei atas pekerjaan yang telah diselesaikan; atau (c) penyelesaian proporsi fisik dari transaksi jasa atau kontrak kerja. Entitas harus mengenali biaya yang berhubungan dengan aktivitas masa depan atas transaksi atau kontrak, misalnya bahan baku atau pembayaran di muka, sebagai suatu aset jika biaya tersebut memiliki kemungkinan besar untuk dipulihkan. Biaya seperti itu menandakan suatu jumlah yang terutang dari pelanggan dan tergolong sebagai pekerjaan yang sedang berjalan. Entitas harus secepatnya mengakui sebagai beban atas semua biaya yang tidak mungkin dipulihkan. Jika ada kemungkinan bahwa harga perolehan kontrak akan melebihi jumlah pendapatan kontrak, maka ekspektasi kerugian harus segera diakui sebagai beban.” Didalam SAK ETAP (2009:118) juga dikatakan : “Hasil suatu transaksi dapat diestimasi secara andal jika memenuhi semua kondisi berikut: (a) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal;
10
(b) (c) (d)
Ada kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir kepada entitas; Tingkat penyelesaian transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal; dan Biaya yang terjadi dalam transaksi dan biaya penyelesaian transaksi dapat diukur secara andal.”
B. Kerangka Pikir Teori Akuntansi Keuangan
Kajian Teori Pada PT. Cahaya Bangun Energi
Perlakuan Akuntansi atas Pendapatan dan Biaya
Perlakuan PT. Cahaya Bangun Energi atas Pendapatan dan Biaya
Rumusan Masalah Apakah perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya PT Cahaya Bangun Energi telah sepenuhnya sesuai dengan SAK ETAP ? Alat Analisis SAK ETAP 2009
Hasil Analisis Untuk melihat perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya PT Cahaya Bangun Energi apakah sudah sesuai dengan SAK ETAP. Gambar 2.1 Kerangka Pikir
C. Metode Penelitian Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data yang manual yaitu data yang dikerjakan oleh perusahaan itu sendiri. Untuk menunjang pembahasan terhadap masalah yang dikemukakan di atas, maka data-data yang diperlukan meliputi: 1. Gambaran umum PT Cahaya Bangun Energi 2. Struktur Organisasi PT Cahaya Bangun Energi 3. Rincian Penerimaan dan Pengeluaran proyek pemutusan listrik bontang Tahun 2011-2012 4. Neraca dan Laporan Laba Rugi PT Cahaya Bangun Energi Periode 2011-2012 5. SAK ETAP 2009 11
D. Jangkauan Penelitian Objek penelitian adalah PT. Cahaya Bangun Energi yang berlokasikan di Jalan Tengkawang No. 2a Samarinda. Penelitian dibatasi pada pekerjaan yang dikerjakan pada periode 20112012 dan secara khusus meneliti salah satu pekerjaan yaitu pemutusan listrik bontang. Jangkauan penelitian hanya terbatas pada masalah tinjauan penggunaan metode pengakuan pendapatan dan biaya pada PT. Cahaya Bangun Energi, yakni metode persentase penyelesaian dibandingkan dengan pengakuan pendapatan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan. E. Teknik Pengumpulan Data Dalam usaha memperoleh data yang diperlukan, dipergunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Field Work Research (Penelitian Lapangan). Yaitu mengumpulkan data secara langsung kepada yang menjadi objek penelitian untuk melihat dari dekat perusahaan tersebut dengan menggunakan metode: a. Observasi (Pengamatan), dalam hal ini penulis mengumpulkan data secara langsung mengenai kegiatan perusahaan tersebut. b. Dokumentasi, dalam hal ini penulis mengumpulkan data dengan membuat salinan terhadap data atau informasi yang dibuat sendiri oleh perusahaan. 2. Library Research (Penelitian Kepustakaan). Yaitu menghimpun data dari berbagai sumber teori dan informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Teknik pengumpulan data sekunder dengan cara mempelajari berbagai buku-buku referensi atau literature dan buku-buku lainnya serta dengan membaca artikel-artikel di internet yang ada hubungannya dengan penelitian ini, guna memperoleh dasar-dasar teori dan informasi-informasi yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. F. Alat Analisis Dalam SAK ETAP (2009 : 118) dijelaskan “Jika hasil transaksi yang melibatkan penyediaan jasa dapat diestimasi secara andal, maka entitas harus mengakui pendapatan yang berhubungan dengan transaksi sesuai dengan tahap penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan (terkadang dimaksudkan sebagai metode persentase penyelesaian).” Pada SAK ETAP disajikan secara konsep, penjelasan lebih lengkap rumus metode persentase penyelesaian diambil dari buku Akuntansi Intermediate Jilid 3 (Kieso, et al. (2002 : 11)), sebagai berikut : Tabel. II. A Rumus untuk Persentase Penyelesaian, Dasar Biaya terhadap Biaya (cost to cost basis) Biaya yang terjadi sampai tanggal ini = Persentase penyelesaian Estimasi paling akhir total biaya selesai 12
Tabel. II. B Rumus Total Pendapatan yang akan diakui sampai tanggal ini
Persentase Penyelesaian X
Estimasi total Pendapatan (atau laba pendapatan (atau = kotor) yang akan diakui Laba kotor) sampai tanggal ini
Tabel. II. C Rumus Jumlah Pendapatan Periode Berjalan, Dasar Biaya terhadap Biaya (cost to cost basis) Pendapatan (atau laba kotor) yang akan diakui sampai tanggal ini
Pendapatan (atau laba kotor) yang diakui dalam periode sebelumnya
=
Pendapatan (atau laba kotor) periode berjalan
III. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada teori telah disajikan bahwa menurut SAK ETAP jika hasil transaksi yang melibatkan penyediaan jasa dapat diestimasi secara andal, maka entitas harus mengakui pendapatan yang berhubungan dengan transaksi sesuai dengan tahap penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan (dimaksudkan sebagai metode persentase penyelesaian). Hasil suatu transaksi dapat diestimasi secara andal jika memenuhi semua kondisi berikut: (a) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal; (b) Ada kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir kepada entitas; (c) Tingkat penyelesaian transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal; dan (d) Biaya yang terjadi dalam transaksi dan biaya penyelesaian transaksi dapat diukur secara andal Pada proyek pemutusan listrik bontang jumlah pendapatan, tingkat penyelesaian transaksi pada akhir periode pelaporan, dan biaya yang terjadi dalam transaksi dan biaya penyelesaian transaksi dapat diukur secara andal. Andal disini artinya PASTI, yakni sepanjang dalam kontrak telah disebutkan berapa nilai kontraknya, apa hak dan kewajiban beserta syarat-syarat pembayaran dengan jelas, dan kontraknya dituangkan ke dalam perjanjian yang sifatnya mengikat secara hukum, maka itu artinya sudah memenuhi syarat “dapat diukur secara andal”. Biaya dapat diukur secara andal biasanya dapat dipenuhi secara langsung karena transaksi pertukaran mempunyai bukti pembelian atau pembayaran yang mengidentifikasikan biayanya. Didalam kontrak juga terdapat perjanjian pembayaran yang merupakan kewajiban pemberi kerja sehingga ada kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir kepada entitas. Berdasarkan penjelasan diatas maka proyek pemutusan listrik bontang telah memenuhi semua kondisi diatas, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil suatu transaksi proyek pemutusan listrik bontang dapat diestimasi secara andal. Maka PT Cahaya Bangun Energi 13
harus mengakui pendapatan yang berhubungan dengan transaksi sesuai dengan tahap penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan (dimaksudkan sebagai metode persentase penyelesaian) A. Analisis Pengakuan Pendapatan Dalam menggunakan metode persentase penyelesaian, perusahaan harus membuat taksiran persentase penyelesaian yang mana dalam membuat taksiran ini perusahaan dapat menggunakan rumus untuk persentase penyelesaian, dasar biaya terhadap biaya (cost to cost basis). Dilihat dari penelitian maka disimpulkan bahwa PT Cahaya Bangun Energi dalam melakukan penaksiran terhadap presentase penyelesaian tidak menggunakan metode proporsi biaya untuk pekerjaan yang dilaksanakan sampai tanggal total biaya pekerjaan yang diestimasi. Untuk mengetahui apakah pengakuan pendapatan yang dilakukan oleh PT Cahaya Bangun Energi sudah tepat, berikut ini perhitungan ulang terhadap kontrak kerja pemutusan listrik bontang . Perhitungan persentase penyelesaian Untuk menghitung persentase penyelesaian dasar biaya terhadap biaya, maka diperlukan rincian data biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan dari awal hingga pekerjaan selesai. Berikut rincian biaya yang dikeluarkan : Tabel III. A
Biaya Proyek Pemutusan Listrik Bontang 2011-2012 Bulan
Biaya Yang Dikeluarkan
Mei
Rp
9.947.800,00
Juni
Rp
9.778.900,00
Juli
Rp
13.975.400,00
Agustus
Rp
13.386.350,00
September
Rp
16.312.350,00
Oktober
Rp
14.422.000,00
Nopember
Rp
13.990.800,00
Desember
Rp
31.750.750,00
Januari
Rp
15.445.540,00
Februari
Rp
9.777.430,00
Total Biaya Yang Rp Dikeluarkan Sumber : PT Cahaya Bangun Energi
14
148.787.320,00
Biaya – biaya yang dikeluarkan untuk proyek ini antara lain biaya tenaga kerja, biaya transport proyek, biaya pengawasan proyek, biaya proyek umum, biaya peralatan, dan lain – lain. Jumlah yang disajikan perusahaan berdasarkan akumulasi jumlah yang dibayarkan perusahaan tiap bulannya. Berdasarkan data rincian biaya tersebut, maka perhitungan persentase penyelesaiannya sebagai berikut : Tabel III. B
Perhitungan Persentase Penyelesaian Dasar Biaya Terhadap Biaya
Keterangan DP Diterima tanggal 16 April 2011 Pembayaran termin II diterima tanggal 27 Agustus 2011 Pembayaran termin III diterima tanggal 27 Desember 2011 Pembayaran termin IV diterima tanggal 27 Februari 2012
Biaya Yang Terjadi Sampai Tanggal Ini
Rumus Biaya yg terjadi sampai tanggal ini x 100% = PP Estimasi paling akhir total by. Selesai
PP
-
-
0%
Rp 47.088.450,00 = 0,3165 Rp 47.088.450,00
Rp 148.787.320,00
31,65 %
Rp 123.564.350,00 = 0,8305 Rp 123.564.350,00
Rp 148.787.320,00
83,05 %
Rp 148.787.320,00 = 1 Rp 148.787.320,00
Rp 148.787.320,00
100 %
Sumber : Data Diolah Keterangan : PP = Persentase Penyelesaian Pada perhitungan diatas diperoleh persentase penyelesaian proyek tiap terminnya berdasarkan akumulasi biaya yang dikeluarkan sampai pada termin tersebut dibagi dengan akumulasi total biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan PT Cahaya Bangun Energi untuk proyek adalah sebesar Rp 223.824.290,00 maka didapat tingkat penyelesaian pada masing-masing termin adalah sebagai berikut : 1. Pembayaran termin I Pada saat ini perusahaan belum melakukan pekerjaan sehingga pada saat ini presentase penyelesaian PT Cahaya Bangun Energi masih 0%, karena itu pembayaran termin I merupakan Down Payment (uang muka) yaitu sebesar Rp 55.956.072,00 2. Pembayaran termin II Pada pembayaran termin II yaitu pada saat persentase telah mencapai 50%, akan tetapi menurut perhitungan pada saat penerimaan termin II ini, PT Cahaya Bangun Energi baru menyelesaikan pekerjaan sebesar 31,65% atau terjadi selisih penurunan sebesar 18,35%.
15
3. Pembayaran termin III Pada waktu pembayaran termin III yaitu pada saat persentase penyelesaian sebesar 75% yaitu pada bulan desember dimana pada bulan ini tingkat penyelesaian yang telah dikerjakan oleh perusahaan sebesar 83,05% selisih yang terjadi yaitu 8,05%. 4. Pembayaran termin IV Pembayaran ini diterima oleh PT Cahaya Bangun Energi pada saat pekerjaan telah selesai 100%. Perhitungan pendapatan pada tiap-tiap termin Termin I tanggal 16 April 2011 Pembayaran diberikan sebesar 25% pada setiap terminnya seperti yang terlihat pada Tabel 4.1 Penerimaan Pembayaran Yang Diterima Setiap Termin Oleh PT Cahaya Bangun Energi. Termin I Pendapatan termin dengan tingkat penyelesaian 0% sebesar : Pendapatan termin 25% X Rp 223.824.290,00 = Rp 55.956.072,00
Termin II tanggal 27 Agustus 2011 Pendapatan yang diterima pada termin ini dengan tingkat penyelesaian menurut perusahaan sebesar 50% adalah : Pendapatan termin 25% X Rp 223.824.290,00 = Rp 55.956.073,00 Seharusnya pendapatan yang diakui sebesar : Pendapatan termin 6,65% X Rp 223.824.290,00 = Rp 14.884.316,00 Diakui sebesar 6,65%, karena terjadi selisih penurunan sebesar 18,35%. Jadi pembayaran yang setiap termin 25% dikurangi dengan jumlah selisih 18,35% jadi didapat 6,65% penyelesaian yang dilakukan selama termin II ini.
Termin III tanggal 27 Desember 2011 Pendapatan yang diterima pada termin ini dengan tingkat penyelesaian menurut perusahaan sebesar 75% adalah : Pendapatan termin 25% X Rp 223.824.290,00 = Rp 55.956.073,00 Seharusnya pendapatan yang diakui sebesar : Pendapatan termin 33,05% X Rp 223.824.290,00
Rp 73.973.928,00
Selisih termin II 18,35% X Rp 223.824.290,00
Rp 41.071.757,00
Jumlah yang diterima
Rp 115.045.685,00
16
Diakui sebesar 33,05% karena pembayaran yang sebesar 25% per termin ditambahkan jumlah selisih yang terjadi sebesar 8,05% kemudian ditambah jumlah selisih yang tidak diakui pada termin II sebesar 18,35% karena selisih tersebut diakui pada termin III ini. Jadi total penyelesaian yang dilakukan pada termin ini sebesar 51,4%.
Termin IV tanggal 27 Februari 2012 Pendapatan yang diterima pada termin ini dengan tingkat penyelesaian 100% adalah sebesar : Pendapatan termin 25% X Rp 223.824.290,00 = Rp 55.956.072,00 Seharusnya pendapatan yang diakui sebesar : Pendapatan termin 16,95% X Rp 223.824.290,00 = Rp 73.973.928,00 Seharusnya pendapatan yang diakui sebesar 16,95% saja karena sisa penyelesaian tinggal 16,95%, persentase penyelesaian pada termin ini yang seharusnya 25% menjadi 16,95% karena selisih penurunan 8,05% diakui pada termin III.
Perbandingan Teori Dengan Metode Yang Digunakan Oleh Perusahaan
Pada PT Cahaya Bangun Energi pendapatan yang diakui sebesar pembayaran termin seperti yang terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel III. C
Perbedaan Pengakuan Pendapatan PT Cahaya Bangun Energi
Keterangan
Perusahaan
Teori
Beda
Rp55.956.072,00
Rp0,00
Termin I Pendapatan Yang Diakui
Rp55.956.072,00
Termin II Pendapatan Yang Diakui
Rp55.956.073,00
Rp14.884.316,00
(Rp41.071.757,00)
Termin III Pendapatan Yang Diakui
Rp55.956.073,00
Rp115.045.685,00
Rp59.089.612,00
Termin IV Pendapatan Yang Diakui
Rp55.956.072,00
Rp37.938.217,00
Rp223.824.290,00 Rp223.824.290,00
17
(Rp18.017.855,00) Rp0,00
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pekerjaan ini pelaksanaannya lebih dari satu periode, sehingga pengakuan pendapatan tiap periode harus diperhatikan dengan baik, agar laporan keuangan yang dihasilkan dapat menyajikan keadaan yang sebenarnya. Pada PT Cahaya Bangun Energi pendapatan yang diakui pada periode 2011 seperti yang terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel III. D
Perbedaan Pengakuan Pendapatan PT Cahaya Bangun Energi Periode 2011
Keterangan
Perusahaan
Teori
Beda
Rp55.956.072,00
Rp0,00
Termin I 16 April 2011 Pendapatan Yang Diakui
Rp55.956.072,00
Termin II 27 Agustus 2011 Pendapatan Yang Diakui
Rp55.956.073,00
Rp14.884.316,00
(Rp41.071.757,00)
Termin III 27 Desember 2011 Pendapatan Yang Diakui
Rp55.956.073,00
Rp115.045.685,00
Rp59.089.612,00
Rp167.868.218,00 Rp185.886.073,00
Rp18.017.855,00
Jurnal Koreksi Sebagai akibat terjadinya perbedaan pengakuan pendapatan maka terjadi selisih neraca sebagai berikut :
Pendapatan yang belum diterima
Rp 18.017.855,00
Laba / Rugi Berjalan
Rp 18.017.855,00
18
Berikut ini neraca komparatif antara SAK ETAP dengan Perusahaan : Tabel III. E PT Cahaya Bangun Energi Neraca Komparatif Per 31 Desember 2011 Adjusment
Perusahaan
AKTIVA Aktiva Lancar Kas Bank Piutang Usaha Pendapatan yang Belum Diterima Persediaan Barang (Kwh Meter) Persediaan Barang (Kwh Meter) Deposit dan Jaminan Alat PPOB Jumlah Aktiva Lancar Aktiva Tetap Inventaris Kantor Akumulasi Penyusutan Kendaraan Akumulasi Penyusutan Jumlah Aktiva Tetap JUMLAH AKTIVA PASIVA Kewajiban Jangka Pendek Tunjangan Karyawan Pihak Ke III (Pajak) Utang Usaha Utang Kontribusi ke Koperasi Dana Lain-Lain Jumlah Kewajiban Jangka Pendek
Debet
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
102.400 559.355.747 1.750.490.828 1.325.000 1.508.100 25.606.425
Rp
SAK ETAP
Kredit
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
102.400 559.355.747 1.750.490.828 18.017.855 1.325.000 1.508.100 25.606.425
2.338.388.500
Rp
2.356.406.355
Rp Rp Rp Rp
268.712.250 (138.591.673) 146.500.000 -
Rp Rp Rp Rp
268.712.250 (138.591.673) 146.500.000 -
Rp
276.620.577
Rp
276.620.577
Rp
2.615.009.077
Rp
2.633.026.932
Rp Rp Rp Rp Rp
319.956.437 86.177.056 735.811.848 362.646.957 54.598.092
Rp Rp Rp Rp Rp
319.956.437 86.177.056 735.811.848 362.646.957 54.598.092
Rp
1.559.190.390
Rp
1.559.190.390
Rp
73.333.333
Rp
73.333.333
Rp
73.333.333
Rp
73.333.333
Rp
1.632.523.723
Rp
1.632.523.723
Rp Rp Rp Rp
376.268.600 394.672.696 211.544.058 982.485.354
Rp Rp Rp Rp
376.268.600 394.672.696 229.561.913 1.000.503.209
Rp
2.615.009.077
Rp
2.633.026.932
Rp 18.017.855
Kewajiban Jangka Panjang Pinjaman Bank Jumlah Kewajiban Jangka Panjang Jumlah Kewajiban KEKAYAAN Modal Laba Ditahan Laba / Rugi Berjalan Jumlah Kekayaan Bersih
Sumber : Data Olahan 19
Rp 18.017.855
Rp 18.017.855
Rp 18.017.855
B. Pembahasan Pengakuan Pendapatan
Pendapatan diukur pada nilai wajar dari imbalan yang diterima atau yang akan diterima. Pendapatan dipengaruhi oleh bermacam-macam ketidak pastian yang tergantung pada hasil dari peristiwa dimasa yang akan datang. Berdasarkan tinjauan dan analisis yang dilakukan terhadap pengakuan pendapatan PT Cahaya Bangun Energi didapat bahwa metode yang digunakan oleh PT Cahaya Bangun Energi adalah persentase penyelesaian. Seringkali pembayaran berkala dan uang muka yang diterima dari para pemberi kerja tidak mencerminkan tahap penyelesaian, seperti yang terlihat pada penelitian ini pada saat pembayaran uang muka atau termin I dengan penyelesaian pekerjaan sebesar 25% perusahaan belum melakukan penyelesaian. Selanjutnya pembayaran pada termin II 50% akan tetapi dalam penyelesaian pekerjaan baru mencapai 31,65% terjadi selisih penurunan sebesar 18,35% pelaksanaan, untuk termin III pembayaran termin untuk PT Cahaya Bangun Energi sebesar 75% akan tetapi berdasarkan perhitungan tingkat penyelesaian sudah mencapai 83,05% atau terjadi selisih sebesar 8,05% dan untuk termin IV tingkat penyelesaian pembayaran termin menjadi sisa 16,95% karena pada termin ke II dan termin III terjadi selisih lebih dari persentase yang dikerjakan 8,05% dan pada termin ini pekerjaan sudah terselesaikan sebesar 100%. Pada tahun 2011 perusahaan mengakui pendapatan terlalu rendah sehingga laba perusahaan tahun 2011 juga menjadi rendah, akibatnya laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan tidak menggambarkan hal yang sewajarnya atau keadaan yang sebenarnya. Hal ini disebabkan adanya pendapatan yang seharusnya diakui pada tahun 2011 tetapi perusahaan mengakui pada tahun 2012. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengakuan pendapatan yang dilakukan oleh PT Cahaya Bangun Energi belum sesuai dengan standar akuntasi keuangan.
C. Analisis Pengakuan Biaya Berdasarkan penelitian, pada proyek pemutusan listrik bontang ini PT Cahaya Bangun Energi mengakui biaya pada saat biaya itu dibayarkan atau menggunakan metode cash basis. Pembayaran seluruh transaksi biaya dibayarkan pada periode dimana biaya itu terjadi, agar tiap periode dapat melaporkan jumlah biaya yang sebenarnya. Pemrosesan transaksi biaya dimulai ketika adanya bukti yang diberikan oleh karyawan atau bagian dari perusahaan yang berkepentingan atas pembayaran biaya tersebut yang diserahkan ke bagian akuntansi, tetapi bagian akuntansi tidak pada saat itu juga mengeluarkan pembayaran atas biaya tersebut melainkan mendokumentasikan bukti itu untuk kemudian ditunjukkan ke direktur perusahaan yang kemudian mengotorisasi pengeluaran untuk pembayaran biaya tersebut, kemudian setelah ada otorisasi dari direktur kemudian uang pembayaran biaya tersebut dikeluarkan oleh bagian akuntansi beserta bukti pengeluaran kas yang akan ditandatangani oleh penerima uang pembayaran tersebut dan bagian akuntansi. Setelah terjadinya pengeluaran kas untuk pembayaran biaya tersebut, barulah data pembayaran biaya tersebut dimasukkan oleh bagian akuntansi langsung kedalam komputer yang kemudian diproses didalam komputer menjadi data biaya menurut akun-akun yang telah ditetapkan oleh perusahaan, selanjutnya diproses menjadi biaya bulanan.
20
D. Pembahasan Pengakuan Biaya Pengakuan perusahaan akan biaya mengacu pada konsep realisasi yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan, karena pengakuan biaya selalu berdasarkan metode cash basis, dimana biaya diakui pada saat biaya itu dibayarkan. Pengakuan biaya yang tepat dan konsisten akan dapat mengurangi resiko kesalahan informasi mengenai biaya, tetapi kesalahan dalam pengakuan biaya akan mempengaruhi pendapatan maupun laba perusahaan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas informasi keuangan yang bertujuan untuk pengambilan keputusan oleh pihak manajemen dan pihak-pihak yang berkepentingan atas informasi keuangan perusahaan. Pembayaran seluruh transaksi biaya dibayarkan perusahaan pada periode dimana biaya itu terjadi, agar tiap periode dapat melaporkan jumlah biaya yang sebenarnya. Jika tidak dibayarkan pada periode dimana biaya itu terjadi, tetapi dibayarkan pada periode yang akan datang dapat mengakibatkan perusahaan menanggung biaya yang sangat besar pada periode yang akan datang, tetapi pada periode sekarang mungkin hanya menanggung sebagian biaya dari yang seharusnya. Hal ini mencerminkan kewajaran dan kecermatan dalam pengakuan biaya yang berpengaruh terhadap kewajaran informasi keuangan yang dihasilkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengakuan biaya yang dilakukan oleh PT Cahaya Bangun Energi sudah sesuai dengan standar akuntasi keuangan. IV. Penutup A. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1.
2. 3.
4.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, taksiran persentase penyelesaian perusahaan tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan yakni tidak menggunakan metode dasar biaya terhadap biaya. Perhitungan pengakuan pendapatan yang dilakukan untuk tingkat penyelesaian pekerjaan terjadi perbedaan dengan tingkat pembayaran yang dilakukan oleh pemberi kerja yaitu pada termin II dan termin III dimana sebenarnya perusahaan pada termin ini penyelesaian pekerjaan masing-masing adalah sebesar 31,65% dan 83,05% dengan tingkat pembayaran oleh pemberi kerja sebesar 50% dan 75%. Pada neraca, jumlah yang disajikan atau diakui lebih rendah dari yang seharusnya (understated) jika dibandingkan dengan jumlah apabila pengakuan pendapatan diperlakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Perlakuan akuntansi dalam hal ini pengakuan biaya yang dilakukan PT Cahaya Bangun Energi sesuai dengan konsep realisasi menurut standar akuntansi keuangan yakni konsisten, dimana dalam mengakui biaya perusahaan hanya menggunakan metode cash basis. Dan untuk pembayaran dilakukan pada periode dimana biaya itu terjadi sehingga laporan biaya setiap periodenya sudah menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Untuk perlakuan akuntansi terhadap pendapatan PT Cahaya Bangun Energi belum sepenuhnya sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Namun untuk perlakuan akuntansi terhadap biaya sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
21
B. Saran Berdasarkan uraian bab – bab terdahulu, maka dapat diambil beberapa saran sebagai berikut : 1.
2. 3. 4.
Proyek (kontrak) yang dilaksanakan oleh PT Cahaya Bangun Energi merupakan kontrak jangka panjang yang dikerjakan dalam beberapa periode akuntansi, sehingga metode pengakuan pendapatan yang diinginkan adalah metode persentase penyelesaian yang dalam menghitung persentasenya menggunakan metode proporsi biaya untuk pekerjaan yang dilaksanakan sampai tanggal total biaya pekerjaan yang diestimasi. Perlakuan akuntansi terhadap biaya yang dilakukan PT Cahaya Bangun Energi telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan sehingga harus dipertahankan. Dalam penetapan pendapatan dan biaya harus diberikan pengawasan target yang diinginkan dapat tercapai. Perlakuan akuntansi terhadap pendapatan yang diterapkan oleh PT Cahaya Bangun Energi belum sepenuhnya sesuai dengan kaidah yang berlaku, sebaiknya perusahaan menggunakan SAK ETAP agar perlakuan akuntansi terhadap pendapatan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki. 2004. Intermediet Accounting, Edisi Kedelapan, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta. Carter, Wiliam K dan Milton F. Usry. 2006. Akuntansi Biaya, Edisi Ketigabelas, Buku I, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Gade, Muhammad dan Wasif, Said Khaerul. 2005. Akuntansi Keuangan Menengah I, Edisi Kedua, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik, Salemba Empat, Jakarta. Jusuf, Al Haryono. 2002. Dasar-Dasar Akuntansi, Jilid I, Edisi Keenam, Cetakan Kelima, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta. Mulyadi. 2005. Sistem Akuntansi, Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta. Mursyidi. 2003. Akuntansi Zakat Kontemporer, Edisi I, Remaja Rosdakarya, Bandung. Niswonger C. Rollin, W. Carl S. dan P. E. Fess. 2005. Prinsip-Prinsip Akuntansi, diterjemahkan oleh Hyginus Ruswinanto dan Herman Wibowo, Edisi Ke-16, Erlangga, Jakarta. Yadiati, Winwin dan Ilham Wahyudi. 2006. Pengantar Akuntansi, Cetakan Pertama, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
22