ANALISIS AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BMT DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT (Studi Kasus pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang)
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Progam Strata Satu (S1) Jurusan Ekonomi Islam
Oleh: RANI ERNAWATI 072411054
FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012
Drs. H. Johan Masruhan, MM H. Ade Yusuf Mujaddid, M.Ag
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp. : 4 (empat) eks. Hal
: Naskah Skripsi A.n. Sdr. Rani Ernawati Kepada Yth. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Setelah saya memberikan bimbingan dan koreksi seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi saudara : Nama
: Rani Ernawati
Nim
: 072411054
Judul
:“Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Pada BMT Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang)” Dengan ini, saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat
segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadi maklum. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. H.Johan Masruhan, MM NIP. 19510510 198203 1 002
H. Ade Yusuf Mujaddid, M.Ag NIP. 19670119 199803 1 002
ii
KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS SYARI’AH Jl. Prof. Dr. Hamka Telp./Fax. (024) 7601291. 7615387 Semarang 50185
PENGESAHAN Nama : NIM : Fakultas/Jurusan : Judul Skripsi :
Rani Ernawati 072411054 Ekonomi Islam Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Pada BMT Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus Pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang) Telah Dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang dan dinyatakan lulus, pada tanggal : 22 Juni 2012 Dan dapat diterima sebagai pelengkap ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana (Strata Satu/S1) dalam Ilmu Ekonomi Islam. Semarang, 22 Juni 2012 Dewan Penguji Ketua Sidang,
Sekretaris Sidang
Dr. Ali Murtadho, M. Ag NIP. 19710830 199803 1 003
H. Ade Yusuf Mujadid, M. Ag NIP. 19670119 199803 1 002
Penguji I,
Penguji II,
Dr. H. Abdul Fatah Idris, MSi NIP. 19520805 198303 1 002
Rustam Dahar KAH, M. Ag NIP. 19690723 199803 1 005
Pembimbing I,
Pembimbing II,
iii
ABSTRAK
Salah satu tujuan dari pendirian BMT adalah untuk mewujudkan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat agar menjadi lebih baik dan meningkat dari sebelumnya. Baik dari segi usahanya maupun dari segi pemahaman pola ekonomi syariah. Akan tetapi masalah yang sering dihadapi oleh sebagian masyarakat, khususnya masyarakat kecil dalam menjalankan usahanya adalah masalah modal. Keberadaan BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang sangat berperan dan berpengaruh bagi masyarakat kecil karena dapat dijadikan sebagai sumber modal yang dapat digunakan untuk meningkatkan usahanya agar menjadi berkembang dari sebelumnya yang sering disebut dengan sistem pembiayaan mudharabah (profit sharing). Untuk mengetahui apakah dengan adanya pembiayaan tersebut masyarakat di sekitar kota Rembang akan meningkat pendapatannya. Sehingga dengan adanya pembiayaan ini, dianggap mampu memberdayakan perekonomian umat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan dan menganalisis permasalahan yang dikemukakan. Penelitian kualitatif didasarkan pada data primer dan data skunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan data skunder diperoleh melalui buku-buku yang berkaitan dengan penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa akad pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan oleh pihak KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi dapat dikatakan dapat memberikan perubahan pada tingkat pendapatan masyarakat sekitar. Sebab melalui pembiayaan mudharabah ini, para pedagang kecil yang memerlukan tambahan modal untuk mengembangkan usahanya dengan mudah mereka mendapatkan dengan cara mengajukan pembiayaan yakni pembiayaan mudharabah. Sehingga dengan adanya pembiayaan tersebut, mereka tidak perlu meminjam modal dari para rentenir yang menggunakan sistem bunga yang melambung tinggi. Dalam KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi ini, mereka memberikan modal bukan hanya dalam bentuk uang saja melainkan juga dapat wujud peralatan yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk bekerja. Dari hasil penelitian dan data-data yang diperoleh dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa, dalam program meningkatkan pendapatan masyarakat yang dilaksanakan oleh pihak BMT melalui akad pembiayaan mudharabah ternyata dapat meningkatkan perekonomian umat. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pelaksanaan program yang cukup maksimal.
iv
DEKLARASI
Dengan
penuh
kejujuran
dan
tanggung
jawab,
Penulis
menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan sebagai bahan rujukan.
Semarang, 22 Juni 2012 Deklarator,
Rani Ernawati NIM. 072411054
v
MOTTO
.......ن َيضْرِبُوْ نَ فِى اْالَرْضِ يَبْتَ ُغوْنَ مِنْ َفضْلِ اهلل َ ْوَاَخَ ُرو Artinya : “..Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah…… (QS. AL-MUZAMMIL: 20)
vi
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan kepada: -
Yang tercinta Bapak M. Temok Marjdoko dan Ibunda Maryam, atas segala kasih sayang serta do’anya dengan tulus ikhlas untuk kesuksesan putrinya.
-
Kakak-kakak tercinta, Apri Maryanto dan Ni’matul Auliyah, Muhammad Soleh, kalian penyemangatku dalam menyelesaikan skripsi dan menjalani hidup ini dalam susah dan senang.
-
Yang selalu pemberi semangat, keceriaan dan penghibur bagi penulis dikala sedih, Cinta dan Rara kalian adalah keponakan-keponakan yang lucu dan menggemaskan.
-
Keluarga besar Bapak Djuremi dan Ibu Kaminah, terkhusus Bu Dhe Musrini, Bu Lek Tatik dan keluarga, serta Pak Lek Munanto dan keluarga semua yang rajin memberi wejangan dan nasehat kepada penulis, dan tak henti-hentinya penulis mengharapakan do’a restu dari panjenengan semua.
-
Saudara-saudara penulis, Mbak Amik dan Mas Mani, Mas Novem dan Mbak Lilik, Mbak Indah dan Mas Edi, Mbak Iim dan Mas Beno, Mas Takim dan Mbak Wiwid, Mbak Anik dan pak peng, terima kasih untuk semua yang telah kalian berikan.
-
Keluarga Besar Bu Hadi, terima kasih atas motivasi dan do’anya.
-
Keluarga Besar EIB Belguyank ‘07, terkhusus untuk sahabat-sahabatku, Malik, Safi’, Mihex Yuyun, Izah, Firoh, Faqeh, Zen, Haqi’, Fajri, Saad, Ulil, Habib, Khasan, Aik, terima kasih atas do’a, dukungan, dan waktu yang telah kita lewati bersama.
-
Kost Bu Hadi Community, Terkhusus untuk Ernik, Cocom, Dhoh, Asiyah, Ifa, Memed, Oliv dan suami, terima kasih atas do’a dan dukunganya.
-
Tim KKN ke-56 Posko 70 dan Bapak Ibu Kepala dusun Curug (Bapak Su’ur dan Keluarga) yang selalu mengharap keberhasilan penulis.
-
Semua orang yang telah mendo’akan penulis dan semua pihak yang telah membantu tercapainya skripsi ini.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan pengikutnya. Berkat rahmat dan hidayah yang diberikan oleh Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul : “Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Pada BMT Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus Pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang)”, Skripsi ini diajukan guna memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang. Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan apapun yang sangat besar bagi penulis. Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan kepada : 1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. Dr. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang beserta Pembantu Dekan I, II dan III. 3. Dr. Ali Murtadho, M.Ag dan Bapak Nur Fatoni., M.Ag selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Islam 4. Bapak Drs. H. Johan Masruhan, MM selaku Dosen Pembimbing I, serta Bapak H. Ade Yusuf Mujaddid, M.Ag selaku Dosen Pembimbing II, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 5. Semua Dosen dan Civitas Akademika Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang yang telah membimbing dan mengajar penulis selama belajar di bangku kuliah.
viii
6. Seluruh Karyawan KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang yang telah membantu memberikan fasilitas dan waktunya. Semua itu sangat berharga bagi penulis 7. Kedua orang tua tercinta (Bapak M. Temok Mardjoko dan Ibu Maryam), kedua kakakku, kakak ipar dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materiil, serta do’a dan kasih sayangnya pada penulis. 8. Teman-teman seperjuangan, EIB’07 Belguyank yang selalu setia melangkah bersama dalam suka maupun duka dan telah memberikan do’a, dorongan serta motivasi pada penulis. 9. Saudara-saudara Kost Bu Hadi, yang selalu memberi pelajaran hidup, dukungan, semangat, serta motivasi. 10. Semua pihak yang telah membantu, sehingga selesainya penulisan skripsi ini. Terimakasih atas semua kebaikan dan keikhlasan yang telah di berikan. Penulis hanya bisa berdo’a dan berikhtiar karena hanya Allah SWT yang bisa membalas kebaikan untuk semua. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna, khususnya bagi penulis sendiri dan tentunya bagi para pembaca pada umumya.
Semarang, 22 Juni 2012 Penulis
Rani Ernawati NIM: 72411054
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................
ii
PENGESAHAN ...............................................................................................
iii
ABSTRAK .......................................................................................................
iv
DEKLARASI ...................................................................................................
v
MOTTO ..........................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ...............................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...........................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................
6
D. Tinjauan Pustaka ......................................................................
7
E. Metode Penelitian ....................................................................
9
F. Sistematika Penulisan ..............................................................
14
TINJAUAN TENTANG PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) A. Tinjauan Umum Akad Pembiayaan Mudharabah….......................16 B. Tinjauan Tentang BMT (Baitul Maal Wa Tamwil)…………
x
26
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang ............
40
B. Program Kerja KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Pada
BAB IV
Sektor Pembiayaan ...................................................................
42
C. Produk-Produk KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi .............
52
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi ........................................................... B. Analisis
Akad
Pembiayaan
Mudharabah
Dalam
Meningkatkan Pendapatan Masyarakat ...................................
BAB V
59
62
PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................
69
B. Saran ........................................................................................
70
C. Penutup ....................................................................................
71
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Tabel 1 Perkembangan Peningkatan Pendapatan ...........................................
48
Tabel 2 Laporan Keuangan KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi .................
49
Tabel 3 Jumlah Anggota Penabung atau Peminjam .......................................
49
Tabel 4 Perkembangan Usaha KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi ............
55
Tabel 5 Perkembangan Pembiayaan ...............................................................
57
Tabel 6 Perkembangan Pembiayaan Mudharabah .........................................
61
Gambar Gambar 1 Struktur Organisasi KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi .............
xii
51
1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Bank syariah atau bank Islam juga berfungsi sebagai lembaga intermediasi yakni menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.1 Selain bank syariah yang akhir-akhir ini banyak bermunculan di Indonesia, banyak pula bermunculan lembaga-lembaga keuangan sejenis yang berprinsip syariah. Diantaranya adalah Baitul Maal Wa Tamwil atau yang sering disebut dengan BMT. Keberadaan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan suatu usaha untuk memenuhi keinginan, khususnya sebagian umat islam yang menginginkan jasa layanan lembaga keuangan syariah dalam mengelola perekonomiannya. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan salah satu model lembaga keuangan syariah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga ribuan BMT, yang bergerak di kalangan masyarakat ekonomi bawah dan berupaya mengembangkan usaha-usaha 1
Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2009, hlm. 4.
1
2
produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan ekonomi bagi pengusaha kecil yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang kemudian disalurkan melalui pembiayaan-pembiayaan.2 Pembiayaan yang sering digunakan dalam lembaga keuangan syariah diantaranya menggunakan sistem pembiayaan mudharabah, yakni guna memperlancar roda perekonomian ummat, sebab dianggap mampu menekan terjadinya inflasi karena tidak adanya ketetapan bunga yang harus dibayarkan ke bank, selain itu juga dapat merubah haluan kaum muslimin dalam setiap transaksi perdagangan dan keuangan yang sejalan dengan ajaran syariah Islam.3 Pembiayaan mudharabah secara tidak langsung adalah sebuah bentuk penolakan terhadap sistem bunga yang diterapkan oleh bank konvensional dalam mencari keuntungan, karena itu pelarangan bunga di tinjau dari ajaran Islam merupakan perbuatan riba yang diharamkan dalam Al-Quran, sebab larangan riba tersebut bukanlah meringankan beban orang yang dibantu yang dalam hal ini adalah nasabah, melainkan merupakan tindakan yang dapat memperalat dan memakan harta orang lain.4 Dalam operasionalnya, pembiayaan mudharabah merupakan salah satu bentuk akad pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabahnya. Sistem dari pembiayaan mudharabah ini merupakan akad kerja sama usaha
2
Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2002, hlm. 49. 3 Agustianto, Percikan Pemikiran Ekonomi Islam, Bandung: Cipta Pustaka Media, 2002, hlm. 123. 4 Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani Perss, 1997, hlm. 184.
3
antara dua pihak dimana pihak pertama sebagai shahibul maal yang menyediakan seluruh modalnya, sedangkan pihak kedua sebagai mudharib (pengelola). Sedangkan keuntungan usaha ini dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.5 Dasar perjanjian mudharabah adalah kepercayaan murni, sehingga dalam kerangka pengelolaan dana oleh mudharib, shahibul maal (penyedia modal) tidak diperkenankan melakukan intervensi dalam bentuk apapun selain hak melakukan pengawasan untuk menghindari pemanfaatan dana di luar rencana yang telah disepakati, serta sebagai antisipasi terjadinya kecerobohan atau kecurangan yang dapat dilakukan oleh mudharib. Dari keterangan diatas, menyimpulkan bahwa pembiayaan mudharabah merupakan wahana utama bagi lembaga keuangan syariah (termasuk Baitul Maal Wa Tamwil/BMT) untuk memobilisasi dana masyarakat yang terserak dalam jumlah besar dan untuk menyediakan fasilitas, antara lain fasilitas pembiayaan bagi para pengusaha-pengusaha.6 Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga mikro syariah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil diharapkan mampu menjalankan misinya dan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat dan pedagang-pedagang kecil dari lembaga keuangan yang bukan syariah yang bunganya relatif tinggi.7
5
http://www.koperasisyariah.com/definisi-mudharabah/di browsing tanggal 19 November
2011. 6 7
Makhalul Ilmi, Op cit, hlm. 33. Ibid, hlm. 65.
4
Baitul Maal Wa Tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan (simpanan) maupun deposito dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan yang berdasarkan prinsip syariah melalui mekanisme yang lazim dalam dunia perbankan.8 Sejak awal pendirian Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dirancang sebagai suatu lembaga ekonomi rakyat, yang secara konsepsi dan secara nyata memang lebih fokus kepada masyarakat bawah. Agenda kegiatannya yang
utama
adalah
pengembangan
usaha-usaha
melalui
bantuan
permodalan. Untuk melancarkan usaha pembiayaan tersebut, maka BMT berupaya menghimpun dana, yang terutama sekali berasal dari masyarakat lokal di sekitarnya. Dengan kata lain, BMT pada prinsipnya berupaya mengorganisasi usaha saling tolong menolong antar warga masyarakat suatu wilayah dalam masalah ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan anggota dan umatnya.9 Begitu juga yang dirasakan oleh para pengusaha-pengusaha kecil yang tinggal di sekitar Rembang dan tergolong ekonomi ke bawah. Dengan adanya KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi sangat diharapkan dapat membantu kebutuhan ekonomi dalam pengembangan usaha-usahanya. Pada awal berdirinya BMT Ummat Sejahtera Abadi ini bertujuan untuk membantu pengusaha-pengusaha kecil dalam mengembangkan usahanya serta melayani kebutuhan perbankan bagi golongan-golongan 8 9
Ibid, hlm. 67. http://permodalanbmt.com/bmtcenter/di browsing tanggal 19 November 2011.
5
ekonomi kebawah yang tidak terjangkau oleh bank umum. Pada dasarnya BMT Ummat Sejahtera Abadi didirikan dengan tujuan menjadi lembaga keuangan yang akan memberikan layanan berdasarkan prinsip-prinsip syariah kepada masyarakat dan dapat memberi solusi permodalan bagi pengusaha-pengusaha kecil menengah, seperti pedagang, petani, nelayan, pegawai dan lain-lain. KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi ini merupakan salah satu lembaga keuangan alternatif yang bernafaskan Islam yang sesuai dengan misinya yakni berupaya meningkatkan kesejahteraan para anggota dan mewujudkan masyarakat dalam perekonomian yang maju, adil dan makmur. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah
Pada
BMT
Dalam
Meningkatkan
Pendapatan
Masyarakat (Studi Kasus pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang)”
B.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang akan diangkat adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana realisasi akad pembiayaan mudharabah pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi? 2. Apakah akad pembiayaan mudharabah pada BMT Ummat Sejahtera Abadi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat?
6
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang akan dicapai adalah: a. Untuk mengetahui realisasi akad pembiayaan mudharabah pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi. b. Untuk mengetahui apakah dengan adanya akad pembiayaan mudharabah pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi tersebut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
2. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis Diharapkan dapat menambah wawasan mengenai lembaga keuangan syariah khususnya mengenai akad-akad pembiayaan di lembaga keuangan syariah dalam upaya meningkatkan taraf hidup rakyat. b. Bagi Pihak BMT Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada lembaga
keuangan
syariah
mengenai
progam-progam
akad
pembiayaan, khususnya pembiayaan mudharabah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan perekonomian rakyat dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kelangsungan aktifitas operasional pada lembaga keuangan tersebut.
7
c. Bagi Pihak Lain Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu rekan- rekan terutama mahasiswa maupun pihak- pihak lain yang membutuhkan informasi dan sebagai refrensi pada penelitian sejenis yang akan dibahas oleh penulis.
D.
Tinjauan Pustaka Skripsi Sriyatun, Universitas Muhammadiyah Surakarta, tahun 2009 yang berjudul “Analisis Pengaruh Pemberian Pembiayaan Mudharabah BMT Terhadap Peningkatan Pendapatan Pedagang Kecil di Kabupaten Sukoharjo” penelitian ini membahas tentang seberapa besar pengaruh pembiayaan mudharabah yang diberikan BMT terhadap peningkatan pendapatan pedagang kecil, jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yaitu jenis metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Adapun hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh pembiayaan terhadap peningkatan pendapatan pedagang kecil sangat berpengaruh dan terbukti, hal ini dapat dilihat dari adanya perkembangan usaha para pedagang setelah mendapat pembiayaan, baik pendapatan maupun keuntungannya semakin meningkat dan bertambah pesat kemajuannya dari sebelumnya. Skripsi Muhammad Nur, Universitas Sumatra Utara Medan, tahun 2009 yang berjudul “Pelaksanaan Pemberian Pembiayaan Mudharabah di BMT Pada Koperasi (Studi Kasus pada Bank Muamalat Cabang Medan)”
8
skripsi ini menjelaskan tentang bank syariah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan ummat sehingga dengan produk pembiayaan bank syariah yang khususnya pembiayaaan mudharabah dengan skema bagi hasil yang diberikan kepada koperasi diharapkan dapat membangkitkan motivasi dan kewirausahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan koperasi dan dapat berdampak pada penghasilan anggotanya yang diterima melalui sisa hasil usaha (SHU). Sifat penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan dan menganalisis permasalahan yang dikemukakan. Penelitian ini didasarkan pada data primer dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian lapangan. Penelitian skripsi Rifqi Arief Aminullah, Universitas Islam Indonesia, tahun 2009 yaitu “Peranan Baitul Maal Wa Tamwil untuk mencapai kesejahteraan anggotanya (studi kasus pada BMT Darussalam Ciamis)” dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan adanya progam-progam yang dilaksanakan BMT Darussalam dalam rangka mensejahterakan anggotanya yang meliputi dari para pengusaha kecil, pedagang kecil, petani ataupun pondok pesantren mengalami peningkatan dari pendapatannya, dan dengan adanya BMT tersebut anggota merasa terbantu baik dari segi materi maupun immaterial. Berarti dapat dikatakan bahwa peranan Baitul Maal Wa Tamwil Darussalam untuk mencapai kesejahteraan anggotanya tampaknya berpengaruh dan kesejahteraan.
mengalami
9
E.
Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara prosedur atau langkah yang digunakan
untuk
mengumpulkan
dan
mengelola
data
serta
menganalisis data dengan menggunakan tehnik dan cara tertentu. Langkahlangkah dalam metode penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Penelitian ini
merupakan penelitian
kualitatif.
Penelitian
kualitatif adalah tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata. Penelitian kualitatif, datanya dapat penulis peroleh dari lapangan, baik data lisan yang berupa wawancara maupun data tertulis (dokumen).10 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Yang diteliti dan dipelajari disini adalah obyek penelitian yang utuh, sepanjang hal tersebut mengenai manusia atau sejarah kehidupan manusia.11
10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. X; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, hlm. 6. 11 Ibid, hlm. 3.
10
3. Sumber Data Sumber data disini ialah tempat atau orang dimana data tersebut dapat diperoleh. Adapun sumber data yang dipakai pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Data primer Sumber data primer adalah sumber yang dapat memberikan informasi secara langsung, serta sumber data tersebut memiliki hubungan dengan masalah pokok penelitian sebagai bahan informasi yang dicari.12 Dengan demikian, data primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari sumber yang pertama berupa hasil dari wawancara langsung dengan karyawan Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang beserta anggotaanggotanya yang terkait tentang pembiayaan-pembiayaan yang terdapat pada BMT. Sedangkan data yang menjadi obyek informan adalah seluruh data-data yang ada pada BMT baik tertulis maupun berupa dokumen-dokumen. b) Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber-sumber yang menjadi bahan penunjang dan melengkapi dalam suatu analisis, selanjutnya data ini disebut juga data tidak langsung.13 Sedangkan data yang termasuk data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari dokumen-dokumen yang berkenaan dengan akad- akad 12 13
Safidin Azwar, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, hlm. 91. Ibid, hlm. 92.
11
pembiayaan di lembaga keuangan syariah (BMT) seperti buku-buku yang relevan dengan pembahasan tentang akad- akad pembiayaan, serta sumber yang lain berupa hasil laporan penelitian yang masih ada hubungannya dengan tema yang dibahas sebagai pelengkap yang dapat dikorelasikan dengan data primer. Data tersebut adalah bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis yang dapat dibagi atas sumber majalah ilmiah. 4. Teknik Pengumpulan Data Guna memperoleh data yang akan dibutuhkan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Observasi Metode observasi digunakan oleh seorang peneliti ketika hendak mengetahui secara empiris tentang fenomena objek yang diamati. Observasi adalah panca indra manusia (penglihatan dan pendengaran) diperlukan untuk menangkap gejala yang diamati. Apa yang dicatat dan selanjutnya catatan tersebut dianalisis. Observasi dapat menjawab masalah penelitian. 14 b) Wawancara Wawancara adalah suatu proses untuk memperoleh keterangan dari hasil penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil
14
Lexy J. Moleong, Op Cit, hlm. 157.
12
bertatap muka antara
penanya (yang mengajukan pertanyaan)
dengan si penjawab (yang memberikan jawaban).15 Adapun teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah teknik wawancara tidak terstruktur, bersifat luwes, susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat di ubah-ubah pada saat wawancara, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pekerjaan atau responden yang telah dihadapi. Dalam pelaksanaannya, peneliti akan mewawancarai langsung pihakpihak yang bersangkutan, yakni pihak- pihak yang ada dalam struktur organisasi Koperasi Jasa Keuangan Syariah di BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang. c) Dokumentasi Yang dimaksud dengan metode dokumen adalah metode pencarian dan pengumpulan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku-buku, majalah, dokumen, dan sebagainya.16 Hal ini dilakukan
untuk
memperoleh
data
yang
berkaitan
dengan
pembiayaan-pembiayaan pada BMT tersebut dan data-data tentang sejarah lembaga keuangan itu sendiri serta data-data lain yang berhubungan dengan pokok penelitian. Adapun sifat dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dokumen resmi internal, yaitu dokumen yang dikeluarkan dan dimiliki oleh pihak lembaga itu sendiri. 15 16
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Bogor: Graha Indonesia, 2005, hlm. 194. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1998, hlm. 145.
13
5. Metode Analisis Data Proses analisa data merupakan suatu proses penelelaahan data secara mendalam. Menurut Lexy J. Moleong proses analisa data dapat dilakukan pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan pengumpulan data meskipun pada umumnya dilakukan setelah data terkumpul.17 Guna untuk
memperoleh
gambaran
yang
jelas
dalam
memberikan,
menyajikan, dan menyimpulkan data, maka dalam penelitian ini digunakan metode analisa deskritif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat.18 Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Metode ini merupakan metode analisa data dengan cara menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan katakata atau kalimat yang dipisah-pisah menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat itu adalah memecahkan masalah pennelitian serta memberikan deskripsi yang berkaitan dengan objek penelitian. Sebagai langkah
penutup
adalah
pengambilan
kesimpulan,
yang
mana
pengambilan kesimpulan itu merupakan akhir proses dari sebuah penelitian, dari pengambilan kesimpulan ini akhirnya akan terjawab pertanyaan ada dalam rumusan masalah didalam latar belakang masalah.
17 18
21.
Lexy Moleong, op. cit, hlm. 103. Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: CV Pustaka Setia, 2002, hlm.
14
F.
Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi, adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Dalam bab pendahuluan ini penulis akan menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penelitian Bab II : Pembahasan Umum Tentang Topik Bab ini menjelaskan tentang Pembiayaan Akad Mudharabah dan BMT (Baitul Maal Wa Tamwil), yang di dalamnya dibahas tentang Pengertian Pembiayaan, Landasan Syari’ah, Manfaat dan Resiko Pembiayaan, Pengertian BMT, Visi dan Misi, Prinsip-prinsip Produk Penghimpunan Dana, Produk Pembiayaan Dana BMT Bab III : Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam bab ini akan menguraikan Gambaran umum tentang KJKSBMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang, yang meliputi: Profil BMT
Ummat
Sejahtera
Abadi
Rembang,
Sejarah
dan
Perkembangannya, Visi dan Misi, Jenis Produk, Struktur Organisasi, dan Akad-akad Pembiayaan BMT Ummat Sejahtera Abadi.
15
Bab IV : Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini berisi tentang Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Pada BMT (baitul maal wa tamwil) dan Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang) Bab V : Penutup, Kesimpulan, dan Saran
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN BMT (Baitul Maal Wa Tamwil)
A. Tinjauan Tentang Akad Pembiayaan Mudharabah 1. Pengertian Akad Pembiayaan Mudharabah dan Macam-macamnya a) Pengertian Akad Pengertian Akad dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah janji, perjanjian atau kontrak.1 Sedangkan akad secara Bahasa adalah ikatan atau mengikat. Dikatakan ikatan maksudnya adalah menghimpun atau mengikatkan dua ujung tali dan kemudian mengikatkan salah satunya pada yang lainnya hingga keduanya menyambung dan menjadi satu.2 Sedangkan pengertian Akad, menurut Kesepakatan Ahli Hukum Islam (Fuqaha’) mendefinisikan, akad adalah suatu perikatan antara ijab dan qobul yang sesuai dengan kehendak syariat yang menetapkan adanya pengaruh akibat-akibat hukum pada obyeknya. Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa akad merupakan perjanjian antara kedua belah pihak untuk mengikatkan diri tentang perbuatan yang akan dijalankan.3
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Cetakan Pertama, 2001, hlm. 18. 2 Ghufron A.Mas’adi, Fiqih Mu’amalah Kontekstual, Jakarta: PT Grafindo Persada Cetakan Pertama, 2002, hlm. 75. 3 Hirsanuddin, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia (Pembiayaan Bisnis Dengan Prinsip Kemitraan), Yogyakarta: Genta Press, 2008, hlm. 7.
16
17
b) Syarat-syarat Akad Definisi syarat adalah ketentuan (peraturan,petunjuk) yang harus dilakukan. Adapun syarat akad ada yang menyangkut rukun akad, ada yang menyangkut obyek akad, dan ada yang menyangkut subyek akad. Menurut T.M.Hasbi Ash-Shiddieqy, suatu akad terbentuk dengan adanya empat komponen yang harus di penuhi (syarat), yaitu :4 Dua aqid yang di namakan Tharafyil aqdi atau aqidain sebagai subyek perikatan/para pihak (the contracting parties) . Mahallul aqdi (ma’qud alaih), yaitu sesuatu yang di akadkan sebagai obyek perikatan ( the object matter ). Maudhu’ al-Aqdi ( ghayatul akad ) yaitu cara maksud yang dituju sebagai prestasi yang dilakukan ( the subject matter ) Shighat al-aqd sebagai rukun akad ( a formation). 5 c) Pengertian Pembiayaan Pembiayaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berasal dari kata biaya yang artinya uang yang dikeluarkan untuk mengadakan atau melakukan sesuatu. Sedangkan kata pembiayaan artinya segala sesuatu yang berhubungan dengan biaya.6 Pembiayaan merupakan aktivitas utama dari BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) yaitu suatu fasilitas yang diberikan BMT kepada anggotanya untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh 4
Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam), Yogyakarta: UII Press, Edisi Revisi, 2000, hal. 77-78. 5 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fikih Muamalah, Jakarta : Bulan Bintang, 1974, hal. 23. 6
Departemen Pendidikan Nasional, Op cit, hlm. 127.
18
BMT dari anggotanya.7 Sehingga dapat dikatakan pembiayaan, karena bank syariah menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang membutuhkannya dan layak memperolehnya. Kegiatan pembiayaan (financing) pada lembaga keuangan syariah, menurut sifat penggunaannya dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukkan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik masalah usaha produksi, perdagangan maupun investasi. 2) Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.8 Sedangkan menurut keperluannya, pembiayaan produktif dibagi dalam dua kelompok: Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam hal peningkatan produksi, baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil produksinya, maupun secara kualitatif yaitu masalah peningkatan kualitas atau mutu hasil dari produksi. Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal investasi serta fasilitasfasilitas yang berkaiatan dengan masalah tersebut.9
7 Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Yogyakarta: UII Press, 2000, hlm. 119. 8 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001,hlm. 160.
19
d) Pengertian Akad Pembiayaan Mudharabah Mudharabah berasal dari kata dharb ()ضرب, yang berarti memukul atau berjalan.10 Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis, akad mudharabah adalah akad kerja sama antara dua belah pihak, yang mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modalnya, sedangkan pihak yang lain menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila mengalami kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian dari si pengelola. Akan tetapi, jika kelalaian tersebut diakibatkan oleh kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka harus bertanggung jawab atas kelalaian tersebut.11 Akad mudharabah adalah salah satu bentuk akad kerjasama kemitraan yang berdasarkan prinsip berbagi untung dan rugi, dimana salah satu mitra yang disebut dengan shahibul maal atau rabbul maal (penyedia dana) untuk menyediakan sejumlah modal tertentu dan bertindak sebagai mitra pasif, sedangkan mitra lainnya yang disebut mudharib yang memiliki keahlian untuk menjalankan usahanya baik
9
Zainul Arifin MBA, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alfabet, 2009, hlm. 234. 10 Muhammad Rawas Qal’aji, Mu’jam Lughat Al-fuqaha, Beirut: Darun Nafs 1985. 11 Muhammad Syafi’i Antonio, Op cit, hlm. 95.
20
perdagangan, industri, dan jasa dengan tujuan untuk mendapatkan laba.12 Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa akad pembiayaan mudharabah adalah suatu bentuk kontrak dari akad bagi hasil dimana pemilik modal (shahibul maal) yang menyediakan modalnya (100 %) kepada pengusaha atau yang sering disebut mudharib, untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa keutungan yang dihasilkan akan dibagi menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad.13 Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pihak lembaga keuangan syariah dalam menilai pengajuan pembiayaan didasarkan pada rumus 5C, yaitu: 1) Character artinya sifat pribadi atau karakter anggota pengambil pinjaman. 2) Capacity artinya kemampuan anggota untuk menjalankan usaha dan mengembalikan pinjaman yang diambil. 3) Capital (modal) artinya penilaian besarnya modal yang diperlukan peminjam atau nasabah. 4) Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam kepada pihak lembaga keuangan.
12
Makhalul Ilmi SM, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2002, hlm. 32. 13 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Edisi 1, 2008, hlm. 60.
21
5) Condition (kondisi ekonomi) artinya pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah.14 Selain memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas, dalam memberikan pembiayaan juga perlu menerapkan fungsi pengawasan secara menyeluruh, dengan menggunakan tiga prinsip utama, yaitu: Prinsip pencegahan dini (early warning system) yaitu tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadinya hal-hal yang dapat merugikan bank dalam hal pembiayaan atau terjadinya praktekpraktek pembiayaan yang tidak sehat. Prinsip pengawasan melekat (built in control), di mana para pejabat pembiayaan melakukan supervisi sehari-hari untuk memastikan bahwa kegiatan pembiayaan telah berjalan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan dalam pembiayaan. Prinsip pemeriksaan internal (internal audit) merupakan upaya lanjutan dalam pengawasan pembiayaan, yang bertujuan untuk memastikan bahwa pembiayaan dilakukan dengan benar sesuai dengan kebijakan pembiayaan serta dapat memenuhi prinsip-prinsip pembiayaan yang sehat.15 e) Macam-macam Pembiayaan Mudharabah Secara umum mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah. 14 15
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 49. Zainul Arifin MBA, Op cit, hlm. 257-259.
22
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Mudharabah muqayyadah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Disini, si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usahanya. 16 f) Rukun-rukun Pembiayaan Mudharabah Faktor-faktor (rukun) yang harus ada dalam akad mudharabah adalah: Adanya pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha) Obyek mudharabah (modal dan kerja) Persetujuan antara kedua belah pihak (ijab dan qabul) Nisbah keuntungan 17 2. Landasan Syariah Pembiayaan Mudharabah Secara umum, landasan dasar syariah mudharabah adalah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini dijelaskan dalam ayat-ayat Al-quran dan hadits berikut ini: a) Al-Qur’an Dalam Firman Allah, surat al-Muzammil: 20
.......ل اهلل ِ ْى ِهيْ َفض َ ٌْالرْض يَثْ َت ُغ َ ْى ِفى ا َ ٌْى َيضْ ِر ُت َ ًْ ًَاخَ ُر........ 16
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqih Muamalat), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 172. 17
Adiwarman A. Karim, Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010, hlm. 205.
23
Artinya : “……Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah……..”18 Yang menjadi argumen dari Surat Al-Muzammil tersebut adalah adanya kata yadhribun ( )يضرتٌىyang sama dengan akar kata mudharabah, yang mana berartikan melakukan suatu perjalanan usaha. Sehingga dari uraian di atas tersebut dapat ditafsirkan, bahwa penggalan ayat tersebut mengandung arti berusaha mencari rizki, karena rizki merupakan salah satu kebutuhan yang vital bagi kehidupan. Sedangkan Allah tidak menghendaki kamu untuk meninggalkan urusan-urusan kehidupanmu dan memfokuskan perhatianmu untuk melaksanakan syiarsyiar ibadah saja sebagaimana para rahib dan biarawan.19 Dan Surat Al-Jumu’ah : 10
Artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”20 b) Al-Hadits Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah:
18
Departemen Agama RI, AL-Qur’an Dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit J-ART, 2005, hlm. 575. 19 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jakarta: Gema Insani jilid 12, 2001, hlm. 82. 20 Departemen Agama RI, Op cit, hlm. 554.
24
عَليْ ِو َ ُصَلى اهلل َ َعنْوُ َأى النِثي َ ُى اهلل َض ِ ة َر ٍ ْي صُ َيي ِ ْح ت ِ ِصا ل َ ْعي َ ُخلْط َ ًَ ُضة َ َل ًَاْلوُ َقار ٍج َ َ "ثََلا ثٌ ِفيْ ِيي اْلثَ َر َكةُ اْلثَيْ َع ِاَلى أ:َسَل َن َقال َ ًَ ٍضعِيْف َ ٍجوْ تِا سْنَاد َ ال ِللْ َثيْ ِع" رًََاهُ اتْيُ هَا َ ت ِ ْاْلثُ ِر ِتالشَ ِعيْ ِر ِللْ َثي Artinya:“Diriwayatkan oleh sholeh bin shuhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: tiga hal yang di dalamnya ada keberkahan, adalah jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah (dimakan), bukan untuk dijual. (HR Ibnu Majah)” 21 3. Manfaat dan Resiko Pembiayaan Mudharabah 1) Manfaat pembiayaan Mudharabah : Bank atau lembaga keuangan syariah akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan dari usaha anggota meningkat. Bank atau lembaga keuangan tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tepat, tetapi disesuaikan dengan pendapatan hingga pihak bank tidak akan pernah mengalami negative spread. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan arus kas usaha nasabah sehingga tidak memeberatkan nasabah. Prinsip bagi hasil dalam pembiayaan al-mudharabah berbeda dengan prinsip bunga. 2) Resiko pembiayaan al-Mudharabah Namun demikian Mudharabah juga memiliki beberapa resiko dalam penerapannya pada pembiayaan, antara lain:
21
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Kitab Hadits Bulughul Maram Min Adillat Al Ahkam, hlm. 186.
25
Side streaming, anggota menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak. Karena lalai dan kesalahan yang disengaja oleh si mudharib. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah jika anggotanya tidak jujur.22 4. Teknis Pembiayaan Mudharabah Adapun teknis pembiayaan mudharabah dalam perbankan syariah adalah sebagai berikut: a) Jumlah modal yang diserahkan kepada anggota selaku pengelola modal harus diserahkan tunai, dapat berupa uang/barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang. b) Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan pada awal akad, pada setiap bulan/waktu yang telah disepakati. c) Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan, namun tidak berhak untuk mencampuri urusan pekerjaan. d) Bank dan anggota wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian tertulis berupa akad pembiayaan atas dasar mudharabah. e) Bank wajib melakukan analisis atas permohonan pembiayaan pada akad mudharabah dari anggota dengan melakukan survei.23
22
23
Muhammad Syafi’I Antonio, Op cit, hlm. 97-98.
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah Di Indonesia, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007, hlm. 138.
26
B. Tinjauan Umum Tentang BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) 1. Sejarah Awal Berdirinya BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) Dengan lahirnya Bank Muamalat di Indonesia pada tahun 1992 sebagai sentral perekonomian yang bernuansa Islami, maka bermunculan lembaga-lembaga keuangan lain yang ditandai dengan tingginya semangat bank konvensional untuk mendirikan lembaga keuangan Islam yaitu bank syari’ah. Sehingga secara otomatis sistem ekonomi Islam telah mendapatkan tempat dalam kancah perekonomian Islam di tanah air Indonesia. Perkembangan ekonomi Islam tidak hanya berhenti pada tingkatan ekonomi makro saja, tetapi juga telah menyentuh sektor yang paling bawah yaitu ekonomi mikro. Sehingga lahirlah lembaga keuangan mikro ekonomi Islam yang berorentasi sebagai lembaga sosial keagamaan yang populer dengan istilah BMT (Baitul Maal Wa Tamwil).24 Kelahiran BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) sangat menunjang sistem perekonomian pada masyarakat yang berada di daerah sekitarnya, karena di samping sebagai lembaga keuangan Islam, BMT juga memberikan pengetahuan-pengetahuan agama pada masyarakat yang tergolong mempunyai pemahaman agama yang masih rendah. Sehingga fungsi BMT (baitul maal wa tamwil) sebagai lembaga ekonomi dan sosial keagamaan betul-betul terasa dan nyata hasilnya. 25
24
Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, Yogyakarta: PT. ISES Consulting Indonesia, 2008, hlm. 23. 25 Ahmad Sumiyanto, Op cit, hlm. 23.
27
Dengan adanya pengembangan dibidang sosial, BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) dimaksudkan mampu menjangkau lapisan masyarakat yang paling bawah yang tidak mungkin tersentuh oleh dana-dana komersial. Dengan munculnya BMT (Baitul Wa Tamwil), diharapkan mampu memberdayakan dan mensejahterakan kelompok-kelompok fakir miskin. Sebab kelompok ini perlu didampingi dan diberi modal sebagai rangsangan usahanya. 26 Oleh karena itu, disinilah BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) dituntut untuk muncul sebagai instrumen koperasi yang modern dan mampu mendekati semua kalangan khususnya pada tingkatan menengah ke bawah. 27 2. Pengertian, Visi, Misi dan Tujuan BMT a) Pengertian BMT BMT adalah kependekan kata dari Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Mal wa Tamwil yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah.28 BMT juga biasa dikenal dengan sebutan Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Secara harfiah, Baitul Maal berarti Rumah Dana dan Baitul Tamwil adalah Rumah Usaha. Baitul Maal dikembangkan berdasarkan sejarah perkembangannya, yakni dari masa nabi sampai abad pertengahan perkembangan Islam. Yang dimana, Baitul Maal
26
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII Press, 2004, hlm. 2. 27 Ahmad Sumiyanto, Op cit, hlm. 38. 28 Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, hlm. 113.
28
berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus mentasyarufkan dana sosial, sedangkan Baitul Tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba.29 Baitul Maal lebih mengarah pada usaha-usaha non profit yang mengumpulkan dana-dana dari infaq, zakat dan sadaqah yang kemudian disalurkan kepada yang berhak untuk menerimanya.30 Sedangkan Baitul Tamwil mengarah pada usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang kegiatannya mengembangkan usaha-usaha produktif guna meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha kecil dan mikro, antara lain dengan cara mendorong kegiatan menabung dan pembiayaan usaha ekonomi.31 Sedangkan menurut Dr. Imammuddin yang dikutip oleh Abdullah Zaky Al-Kaaf dalam bukunya Ekonomi dalam Perspektif Islam, Baitul Maal dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: pertama, Baitul Maal Khas, adalah bank Negara yang khusus untuk kepentingan pemerintah dan berada di bawah kepala negara, baik untuk pemasukan atau pengeluaran. Kedua, Baitul Maal adalah bank Negara yang melayani segala kebutuhan rakyat, baik muslim atau dzimmi. Dan ketiga, Baitul Maal Al Muslimin adalah bank-bank yang didirikan oleh
29
Muhammad Rirwan, Op cit, hlm. 126. Gita Danupranata, Ekonomi Islam, Yogyakarta: UPFE-UMY, 2006, hlm. 56. 31 Muhammad, Op cit, hlm. 113. 30
29
rakyat muslimin (bukan negara), untuk memenuhi segala bank pemerintah dan bank swasta lainnya. 32 Sebagai lembaga untuk berbisnis, BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan lainnya, yaitu menghimpun dana dari anggota dan calon anggota dalam bentuk tabungan (simpanan) maupun deposito serta menyalurkannya kembali kepada sektor ekonomi yang halal dan dapat menguntungkan.33 BMT (baitul maal wa tamwil) di Indonesia berbadan hukum koperasi, sehingga langkahnya harus sejalan dengan ketentuan perkoperasian.
Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, yang didalamnya disebutkan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dengan memperhatikan kedudukan koperasi yang seperti ini, jelaslah bahwa peran
BMT
sangatlah
penting
dalam
menumbuhkan
dan
mengembangkan potensi bagi ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kehidupan rakyat yang sejahtera di berbagai bidang termasuk dalam bidang ekonomi. 34
32
Abdullah Zaky Al-Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2002, hlm.205-206. 33 Muhammad Ridwan, Op cit, hlm. 126. 34 Ahmad Sumiyanto, Op cit, hlm. 38.
30
b) Visi dan Misi BMT 35 Visi BMT : Untuk mewujudkan lembaga yang profesional dan dapat meningkatkan kualitas ibadah. Ibadah disini harus dipahami dalam arti yang luas, yakni yang mencakup segala aspek kehidupan. Sehingga kegiatan pada BMT dapat berorentasi untuk mewujudkan ekonomi yang adil dan makmur. Misi
BMT
:
Membangun
dan
mengembangkan
tatanan
perekonomian dan struktur masyarakat madani yang adil, makmur, serta berkeadilan yang berlandaskan syariah dan ridho Allah SWT. Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa misi BMT bukan semata-mata mencari keuntungan dan penumpukan laba saja, tetapi lebih berorentasi pada pendistribusian yang merata, adil dan sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam. c) Tujuan Pendirian BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) Tujuan didirikannya BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) adalah agar dapat meningkatkan kualitas usaha ekonomi rakyat untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pengertian tersebut dapat dipahami bahwa BMT berorentasi pada upaya peningkatan kesejahteraan ummat. Sehingga dengan menjadi anggota BMT, masyarakat dapat meningkatkan taraf hidupnya melalui peningkatan usaha-usahanya. 36
35 36
Muhammad Ridwan, Op Cit, hlm. 127. Ibid, hlm. 128.
31
d) Prinsip-prinsip Utama BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) Dalam menjalankan sebuah usahanya pada praktek kehidupan nyata, BMT berpegang teguh pada beberapa prinsip sebagai berikut : 37 1) Keimanan
dan
ketaqwaan
mengimplementasikannya
kepada
pada
Allah
prinsip-prinsip
SWT
dengan
syariah
dan
muamalah Islam ke dalam kehidupan nyata. 2) Keterpaduan, yakni antara nilai-nilai spiritual dan moral dalam menggerakkan dan mengarahkan etika bisnis yang dinamis, adil, dan berahlaq mulia. 3) Kekeluargaan, yakni mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Semua pengelola pada setiap tingkatan, pengurus, serta anggotanya dibangun atas dasar kekeluargaan, sehingga tumbuh rasa saling melindungi dan menanggung. 4) Kebersamaan, yakni kesatuan, pola pikir, sikap, dan cita-cita antar semua elemen anggota BMT. Antar pengelola dan pengurus harus mempunyai satu visi yang sama yaitu untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial agar menjadi lebih baik. 5) Kemandirian, yakni diatas semua golongan politik. 6) Profesionalisme, yaitu semangat kerja yang tinggi yang dilandasi dengan dasar keimanan.
37
Ibid, hlm. 130.
32
3. Produk Penghimpunan Dana BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) Ada beberapa produk penghimpunan dan penyaluran dana yang dapat dikembangkan oleh sebuah lembaga keuangan Islam termasuk BMT (baitul maal wa tamwil). Adapun bentuk-bentuk simpanan yang diselenggarakan oleh BMT adalah sebagai berikut: a) Simpanan Pokok Khusus (Modal Penyertaan) Yaitu simpanan yang dapat dimiliki oleh invidu maupun lembaga dengan jumlah setiap penyimpanan tidak harus sama. Simpanan ini hanya dapat ditarik setelah jangka waktu satu tahun melalui musyawarah
tahunan.
Atas
simpanan
ini,
penyimpan
akan
mendapatkan laba/SHU sesuai dengan jumlah modalnya. 38 b) Simpanan Pokok Yaitu simpanan yang harus dibayar saat menjadi anggota BMT. Besarnya simpanan pokok harus sama. Pembayarannya dapat dicicil, supaya dapat menjaring anggota yang lebih banyak. Sebagai bukti keanggotaan, simpanan pokok tidak boleh ditarik selama menjadi anggota. Jika simpanan ini ditarik, maka dengan sendirinya keanggotaannya dinyatakan berhenti. c) Simpanan Wajib Simpanan ini menjadi sumber modal yang mengalir terus setiap waktu. Besar kecilnya sangat tergantung pada kebutuhan permodalan dan anggotanya. Besarnya simpanan wajib setiap anggota sama. Baik
38
Ibid, hlm. 153.
33
simpanan pokok maupun wajib akan turut diperhitungkan dalam pembagian SHU (sisa hasil usaha). 39 d) Akad Simpanan Wadi’ah Adalah akad penitipan barang atau uang pada pihak bmt, dengan cara memberikan surat berharga, pemindah bukuan, atau transfer dan perintah membayar lainnya. Dalam hal ini, bmt berkewajiban menjaga
dan
merawat
mengembalikannya
barang
tersebut
sewaktu-waktu
dengan
pada
baik
saat
serta penitip
menghendakinya.40 Ada dua macam simpanan yang berakad wadi’ah, antara lain : Wadi’ah Yad Amanah Yaitu penitipan barang atau uang, yang mana pihak yang menerima tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan tersebut. Dalam hal ini, pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan. Wadi’ah Yad Dhamanah Yaitu penitipan barang, yang mana pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan barang yang dititipkan. Dalam hal ini, pihak dari BMT mendapatkan hasil dari pengguna dana dan memberikannya dalam bentuk bonus.41
39
Ibid, hlm. 154. Ibid, hlm. 150. 41 Muhammad Syafi’i Antonio, Op cit, hlm. 149-150. 40
34
e) Simpanan Mudharabah Simpanan mudharabah adalah merupakan akad kerja sama modal antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib) atas dasar bagi hasil. Dalam hal penghimpunan dana, BMT berfungsi sebagai mudharib (pengelola dana) dan penyimpan sebagai shahibul maal. Prinsip ini dapat dikembangkan untuk semua jenis simpanan di BMT. 42 Secara garis besar simpanan mudharabah terbagi menjadi dua, yaitu: Mudharabah Muthlaqah dan Mudharabah Muqayyadah. 4. Produk Pembiayaan Dana BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) Pembiayaan merupakan aktivitas terpenting bagi BMT, karena berhubungan dengan rencana untuk memperoleh pendapatan. Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan oleh pihak BMT kepada anggotanya untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan pihak lembaga keuangan dari anggotanya. 43 Adapun jenis-jenis produk pembiayaan dana BMT (baitul wa tamwil) yang telah dikembangkan adalah sebagai berikut : a) Pembiayaan dengan prinsip kerja sama Yakni bentuk pembiayaan kepada anggota atau nasabah BMT yang menyertakan sejumlah modal baik uang tunai maupun barang untuk meningkatkan produktivitas usaha. Sistem pembiayaan tersebut
42
Muhammad Ridwan, Op cit, hlm. 152. Muhammad,Op cit, hlm. 119.
43
35
dapat diterapkan dalam dua akad pembiayaan, yaitu pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah. 44 1) Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara antara dua belah pihak, yang mana pihak pertama (shahibul maal) yang menyediakan seluruh modalnya dan pihak yang lain menjadi pengelola. Keuntungan usaha dari pembiayaan tersebut dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. 45 2) Pembiayaan musyarakah Yaitu akad kerja sama antara dua belah pihak yakni BMT dengan anggota, yang mana modalnya berasal dari kedua belah pihak dan keduanya bersepakat dalam keuntungan dan resikonya. Dalam hal ini, pihak BMT akan menyertakan modal kedalam proyek atau usaha yang diajukan setelah mengetahui besarnya partisipasi anggota. Dalam akad ini, BMT dapat terlibat aktif dalam kegiatan usaha anggota. 46 b) Pembiayaan dengan prinsip jual beli Prinsip jual beli adalah sistem yang menetapkan tata cara jual beli, dimana bank membeli terlebih dulu barang yang dibutuhkan masyarakat
yang
kemudian
pihak
lembaga
keangan
syariah
menjualnya kepada nasabah dengan sejumlah harga beli ditambah
44
Muhammad Ridwan, Op cit, hlm. 169. Muhammad Syafi’I Antonio, Op cit, hlm. 95. 46 Muhammad Ridwan, Op cit, hlm. 171. 45
36
dengan keuntungan. Adapun produk dari pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Pembiayaan al-Istisna ( ) الْاستثنا ء Yaitu jual beli barang dalam bentuk pesanan dan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang telah disepakati dengan pembayaran, yang cara pembayaran di akhir sesuai dengan kesepakatan.47 2) Pembiayan Murabahah ( ) هراتحو Murabahah adalah suatu akad perjanjian pembiayaan yang disepakati antara pihak BMT dengan anggotanya, dimana BMT menyediakan dananya untuk sebuah investasi atau pembelian barang yang kemudian proses pembayarannya dilakukan secara angsuran, hanya saja proses pengembaliannya dibayarkan pada saat jatuh tempo. Seperti disebutkan dalam firman Allah SWT, dalam surat AlBaqarah : 275
.......ح َر َم الرِتٌا َ ًَ ل اللُو اْلثَيْ َع َح َ ِ ًََأ........ Artinya : “……. Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…….”48
47
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: EKONISIA, 2003, hlm. 61. 48
Departemen Agama RI, Op cit, hlm. 47.
37
3) Bai’ Bitsaman Ajil ( ) تيع تثوي اجل Adalah pembiayaan yang berakad jual beli. Yang mana prinsip yang digunakannya hampir sama dengan pembiayaan murabahah, akan tetapi jumlah kewajiban yang harus dibayarkan oleh peminjam adalah jumlah atas harga barang yang telah disepakati.49
4) Bai’ as-salam ( ) تيع السلن Adalah akad pembelian barang yang mana barang yang akan dibeli diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayarannya dilakukan secara tunai pada awal pembelian. 50 c) Pembiayaan dengan prinsip jasa Pembiayaan ini disebut jasa karena pada prinsipnya dasar akadnya adalah ta’awuni atau tabarru’i. Yakni akad yang tujuannya tolong menolong dalam hal kebajikan. Adapun macam dari pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Al Wakalah ( ) الٌكلو Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandate atau amanah. Dalam kotrak BMT, al wakalah berarti pihak BMT menerima amanah dari investor yang akan menanamkan modalnya kepada nasabah. Investor menjadi percaya kepada nasbah atau anggota karena adanya pihak BMT
49 50
Muhammad, Op cit, hlm. 120. Ahmad Sumiyanto, Op cit, hlm. 156.
38
yang mewakilinya dalam menanamkan investasi. Atas jasa tersebut, BMT dapat menetapkan fee manajemen. 2) Kafalah / Garansi ( ) كفلو Kafalah berarti jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak lain untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak yang ditanggung. Dari pengertian tersebut, kafalah berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin kepada orang lain yang menjamin. Dalam praktiknya, pihak BMT dapat berperan sebagai penjamin atas transaksi bisnis yang dijalankan oleh anggotanya. 3) Al Hawalah / Pengalihan Piutang ( ) اليٌلو Hawalah atau hiwalah berarti pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada si penanggung. 4) Ar Rahn/ Gadai ( ) الرىي Ar Rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pembiayaan yang diterimanya. Barang yang digadaikan adalah barang-barang yang memiliki nilai ekonomis sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dalam sistem ini, orang yang menggadaikan barangnya tidak akan dikenai bunga, akan tetapi dari pihak BMT dapat menetapkan sejumlah fee atau biaya atas dasar pemeliharaan, penyimpanan dan administrasi.
39
5) Al Qordul Hasan ( ) القرد اليسي Adalah akad pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih kembali. Dengan kata lain, al qordul hasan adalah pemberian pinjaman kepada pihak lain tanpa mengharapkan imbalan tertentu. Dalam hasanah fiqih, transaksi ini tergolong dalam transaksi kebajikan atau tabarru’. 51
51
Muhammad Ridwan, Op cit, hlm. 172-174.
BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Gambaran Singkat Profil BMT Ummat Sejahtera Abadi 1. Sejarah Berdirinya BMT Ummat Sejahtera Abadi KJKS - BMT Ummat Sejahtera Abadi adalah salah satu lembaga keuangan alternatif yang bernafaskan Islam yang dapat membantu anggota atau masyarakat untuk mengembangkan usahanya dengan pola bagi hasil sesuai dengan syariah Islam. Lembaga keuangan ini berperan sebagai penghimpun dana dari anggota atau masyarakat dan disalurkan kembali kepada anggota atau masyarakat yang membutuhkan, utamanya yang mempunyai usaha kecil mikro yang selama ini belum tersentuh dari pelayanan perbankan. 1 Awal berdirinya BMT Ummat Sejahtera Abadi dimotori dari ide gagasan para tokoh perserikatan Muhammadiyah Cabang Rembang, yang didirikan pada tanggal 15 Juni 2002. KJKS – BMT Ummat Sejahtera Abadi ini menginduk kepada departemen koperasi sebagai lembaga pemerintah yang berwenang untuk mengeluarkan dan memberikan izin penetapan dengan Nomor Badan Hukum: 233 a / BH / XIV. 22 / IV / 2008 yang dalam usahanya juga melayani simpan pinjam syariah. 2
1 2
Sumber dokumen KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi, hlm. 2 Ibid, hlm. 3.
40
41
Pokok tujuan dari pendirian KJKS – BMT Ummat Sejahtera Abadi adalah pemberdayaan ummat agar menjadi lebih baik dan meningkat dari sebelumnya, baik dari segi usahanya maupun dari segi pemahaman pola ekonomi syariah dengan menjadikan pengusaha-pengusaha kecil sebagai sasaran agar dapat meningkatkan usahanya menjadi lebih baik yang dilandasi dengan pola ekonomi syariah mengharap berkah dan ridho Allah SWT. Adapun pokok-pokok fundamental usahanya meliputi: a) Visi misinya dibidang sosial dan ekonomi. b) Mencari keuntungan dalam operasionalnya berdasar syariah. c) Wajib zakat atas keuntungan usahanya. 3 2. Visi dan Misi BMT Ummat Sejahtera Abadi a) Visi Sebagai lembaga keungan syariah yang kontemporer. Sebagai lembaga yang dapat memberikan nilai tambah bagi para anggota yang mempunyai usaha mikro khususnya dilapisan bawah dan masyarakat pada umumnya. Sebagai lembaga intermediasi antara antara shahibul maal dengan mudharib.
3
Ibid, hlm. 2.
42
b) Misi Membangun
lembaga
memberdayakan
keungan
jaringan
mikro
ekonomi
syariah
mikro
yang
syariah,
mampu sehingga
menjadikan umat yang lebih baik dan mandiri. Mampu meningkatkan kesejahteraan anggota maupun calon anggota yang dilayani Mewujudkan masyarakat dalam perekonomian yang maju, adil, dan makmur yang berlandaskan syariah Islam. Mewujudkan lembaga keuangan yang berbasis syariah yang memiliki rasa kepedulian terhadap masyarakat.4 B. Progam Kerja KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi pada Sektor Pembiayaan KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi merupakan salah satu jenis BMT yang kegiatan pada umunya adalah memberikan pelayanan kepada anggota dan masyarakat disekitarnya baik yang berupa jasa simpanan maupun jasa pinjaman dalam rangka membantu meningkatkan pendapatan usaha mereka.5 Sehingga BMT Ummat Sejahtera Abadi juga dapat memberikan pelayanan pinjaman modal/pembiayaan sesuai dengan kebutuhan anggota dan calon anggotanya. Adapun Pelayanan anggota BMT Ummat Sejahtera Abadi dapat dilakukan diwilayah kerja yang benar-benar sebagai pelaku ekonomi atau UMKM
4 5
Ibid, hlm. 4. Brosur KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi
43
(usaha mikro kecil menengah). Seiring dengan perjalanan waktu sampai saat ini, lembaga ini ternyata mendapat dukungan dan partisipasi dari semua pihak hingga usahanya semakin nampak baik, selain diberikan tambahan modal kerja secara intensif telah diadakan pembinaan bahkan pengawasan di semua sentra usaha. Adapun sentra-sentra pembiayaan yang diberikan KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi, antara lain: 6 a) Pembiayaan Perdagangan (56 %) Pembiayaan dibidang perdagangan termasuk pembiayaan yang diberikan kepada anggota yang menjalankan usaha dibidang dagang. Pembiayaan tersebut termasuk pembiayaan yang paling banyak dijalankan oleh pihak KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi, karena banyak dari mereka adalah para pedagang kecil yang ingin meningkatkan usahanya agar bertambah maju dan berkembang. Sehingga dengan adanya tambahan modal yang diberikan kepada mereka, diharapkan dapat membantu para pedagang demi kemajuan usahanya. 7 Sehingga untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang dicapai oleh KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang dalam menjalankan progam kerjanya terutama yang berkaitan dengan akad pembiayaan mudharabah yang mereka realisasikan. Apakah progam kerja yang telah dilaksanakan pihak KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang dapat
6 7
Sumber dokumen, Op cit, hlm. 8. Ibid, hlm. 9.
44
meningkatkan pendapatan masyarakat ataukah tidak, maka penulis mengumpulkan data-data dan melakukan survei dengan mengadakan wawancara hanya ke beberapa anggota yang menjalankan pembiayaan mudharabah demi kemajuan usahanya. Adapun data-data yang dapat penulis rangkum dari hasil wawancara ke beberapa anggota diantaranya adalah, hasil wawancara dengan Listianingsih, demi mendapatkan tambahan modal dan mencukupi kebutuhan hidupnya, beliau mengajukan pembiayaan pada BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang yaitu dengan akad pembiayaan mudharabah. Beliau yang berprofesi sebagai seorang pedagang kecil dan berpenghasilan rendah tiap harinya, tetapi setelah mendapatkan modal yang diberikan oleh pihak BMT Ummat Sejahtera Abadi mampu meningkatkan usahanya. Di lihat dari warung yang awalnya hanya kecil hingga dapat berkembang menjadi rumah makan yang cukup besar. Bahkan mampu menyediakan peluang kerja bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu, dengan adanya pembiayaan mudharabah tersebut, Ibu Listianingsih merasa sangat terbantu.8 Beda halnya dengan Anang, meskipun jumlah pinjaman modal awal yang di peroleh dari pihak BMT Ummat Sejahtera Abadi hanya sedikit sekitar Rp 1.000.000,00 namun bapak penjual aksesoris ini sudah puas, karena dengan adanya pembiayaan mudharabah ini usahanya dapat
8
Hasil wawancara dengan Ibu Listianingsih, Anggota KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang, pada tanggal 2 April 2012.
45
berkembang dan mengalami kenaikan. Hal ini dapat di lihat dari perkembangan produk dagangannya yang semakin bervariasi.9 Tidak jauh beda dengan Anang, Siti Munti’ah, sebagai penjual sembakau yang menetap di pasar, dengan adanya tambahan modal yang beliau dapat melalui pembiayaan mudharabah pada BMT Ummat Sejahtera Abadi ini, beliau dapat menggunakan modal tersebut untuk melengkapi produk-produk yang harus dijual pada tokonya dan membesarkan tokonya hingga menambah satu kios lagi untuk ditempatinya. 10 Penuturan yang serupa juga disampaikan oleh Siti Mulyati, pemilik warung makan yang sudah memiliki warung makan cukup besar, beliau menuturkan bahwa modal pinjaman yang didapatkan dari KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi dalam bentuk pembiayaan digunakan untuk mengembangkan warungnya agar bertambah besar dan untuk membeli alatalat yang dibutuhkan yang berkaitan dengan dagangannya. Sehingga dengan adanya peningkatan pada dagangannya tersebut, keuntungan yang diperoleh pun bertambah meningkat dan dapat digunakan sebagai tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.11 Hal tersebut juga dialami oleh anggota-anggota lain yang menggunakan akad pembiayaan mudharabah
9
Hasil wawancara dengan Bapak Anang, Anggota KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang, pada tanggal 3 April 2012. 10 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Munti’ah, Anggota KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang, pada tanggal 3 April 2012. 11 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Mulyati, Anggota KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang, pada tanggal 3 April 2012.
46
pada BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang, sebab tidak semua anggota dapat memberi keterangan kepada penulis. Berdasarkan data-data dan wawancara dari pihak KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang dari tahun ke tahun, kondisi para pedagang yang mengajukan pembiayaan dari periode 2009 sampai 2011 menunjukkan adanya perkembangan positif selama periode ini, kontribusi para anggota terhadap produk pembiayaan tersebut rata-rata mencapai 50% lebih. Secara sektoral aktivitas pembiayaan ini meliputi banyak sektor, akan tetapi yang lebih mendominasi dalam KJKS-BMT ummat Sejahtera Abadi ini adalah sektor perdagangan.12 b) Pembiayaan Pertanian (23 %) Pembiayaan disektor pertanian merupakan jenis pembiayaan yang diberikan oleh KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi kepada anggotanya atau masyarakat yang memiliki usaha disektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi sampai era sekarang ini. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi sebagian besar penduduk yang tinggal di daerah pedesaan, mereka lebih menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian tersebut. Maka dengan adanya produk pembiayaan yang diberikan oleh pihak KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi, diharapkan dapat membantu mereka dalam memperoleh tambahan modal untuk memulai dan meningkatkan usaha pertanian mereka. Sehingga dengan adanya tambahan 12
Sumber Dokumen KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembng
47
modal tersebut, para petani dapat menggunakannya untuk membeli benih padi yang berkualitas, alat-alat pertanian, dan lain-lain yang berkaitan dengan pertanian. c) Pembiayaan Industri (12 %) Pembiayaan ini merupakan pembiayaan yang diberikan pihak KJKSBMT Ummat Sejahtera Abadi
kepada anggota yang mempunyai usaha
dibidang industri. Dengan modal tambahan yang diberikan pihak BMT, diharapkan dapat digunakan oleh para anggota untuk meningkatkan usahanya. Karena bidang industri tersebut memiliki peluang besar yang nantinya bisa menjadi asset dalam memenuhi kebutuhan hidup.13 d)
Pembiayaan Nelayan (9 %) Pembiayaan ini merupakan pembiayaan yang diberikan pihak KJKSBMT Ummat Sejahtera Abadi kepada anggotanya atau masyarakat yang sedang menjalankan usaha dibidang nelayan. Sehingga dengan adanya tambahan modal yang diberikan pihak BMT, diharapkan dapat digunakan oleh para anggota untuk meningkatkan usahanya. Karena dengan adanya perkembangan zaman sekarang ini, pihak nelayan lah yang banyak mengalami kemajuan baik dari segi usahanya maupun kehidupan seharihari.14
13 14
Ibid, hlm. 10 Ibid, hlm. 11.
48
Adapun tabel dari beberapa anggota BMT Ummat Sejahtera Abadi, tentang peningkatan pendapatan sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan mudharabah, sebagai berikut: NO
NAMA
Realisasi
Sebelum
Sesudah
Perkembangan
1
Listianingsih Rp 2.000.000
Rp 3.100.000
Rp 3.235.000
Rp 135.000
2
Anang
Rp 1.000.000
Rp 850.000
Rp 1.225.000
Rp 375.000
3
Munti’ah
Rp 2.500.000
Rp 2.800.000
Rp 3.015.000
Rp 215.000
4
Mulyati
Rp 1.500.000
Rp 2.410.000
Rp 2.540.000
Rp 130.000
5
Parno
Rp 1.000.000
Rp 1.540.000
Rp 1.850.000
Rp 310.000
6
Suyati
Rp 3.000.000
Rp 2.300.000
Rp 2.410.000
Rp 110.000
7
Masrukin
Rp 5.000.000
Rp 3.820.000
Rp 4.420.000
Rp 600.000
8
Saiful
Rp 2.500.000
Rp 2.540.000
Rp 2.860.000
Rp 320.000
9
Kasmino
Rp 4.000.000
Rp 3.125.000
Rp 3.415.000
Rp 290.000
Dari tabel di atas telah menunjukkan, bahwa adanya peningkatan pendapatan dari para anggota yang menjalankan akad pembiayaan mudharabah demi terwujudnya perkembangan dan kemajuan usahanya. 1. Inforamasi Laporan Keuangan dan Data Anggota Tabel data laporan keuangan KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi dari tahun ke ketahun, adalah sebagai berikut:
49
NO
Keterangan
TH 2010
TH 2011
1.
Pemasukan
Rp. 435.988.820
Rp. 633.839.370
2.
Pengeluaran
Rp. 399.345.305
Rp. 587.903.902
3.
Saldo
Rp. 36.643.515
Rp. 45.935.468
Sedangkan data jumlah nasabah baik penabung atau peminjam pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi setiap tahun mengalami kenaikan, hal ini dapat dilihat dari tabel berikut : NO
Keterangan
TH 2009
TH 2010
TH 2011
1.
Anggota Penabung
1.041
1.150
1.358
2.
Anggota Peminjam
155
203
278
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari setiap tahun ke tahun nasabah KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi mengalami peningkatan yang cukup bagus, baik dari segi penabung ataupun peminjam.15 2. Struktur Organisasi BMT Ummat Sejahtera Abadi Struktur organisasi BMT menunjukkan adanya garis wewenang dan tanggung jawab, serta cakupan bidang pekerjaan masing-masing. Struktur ini menjadi sangat penting supaya tidak terjadi benturan pekerjaan serta memperjelas fungsi dan peran masing-masing bagian dalam organisasi. Tentu 15
Sumber Dokumen Laporan Keuangan KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi
50
saja masing-masing BMT dapat memiliki karakteristik tersendiri, sesuai dengan besar kecilnya organisasi. Dalam struktur BMT Ummat Sejahtera Abadi terdiri dari: 16 Manajer
: Nur Rochman, SE
Pengurus Ketua
: Sudarto
Sekretaris
: H. M.Chamim
Bendahara
: H. Chozin, Spd
Kabag Pendanaan
: Slamet Waluyo, SE
Kabag Pembiayaan
: Sri Hastatik, SE
Kabag Akutansi
: Ngabdi
Teller/kasir
: Ance Kurniani, SEI
Analisis Pembiayaan
: Noor Kartika P, Amd
Surveyor
: Agung Sugihartono, Amd
Dewan Pengawas:
16
Ketua
: Tri Haryanto, SH
Anggota I
: H. Abdul Hamid, S.Ag
Anggota II
: Kusumawardani, S.Ag
Sumber Dokumen, Op cit, hlm. 7.
51
Bagan struktur
organisasi KJKS - BMT Ummat Sejahtera Abadi
Rembang :
RAT
Badan Pengurus
Badan Pengawas
Manager
Kabag Pendanaan
Kabag Pembiayaan
Kabag Akuntansi
Kasir / Teller
Analis Pembiayaan
Staf Pembukuan
Surveyor / Kolektor
52
C. Produk-produk KJKS - BMT Ummat Sejahtera Abadi KJKS - BMT Ummat Sejahtera Abadi sebagai lembaga keuangan simpan pinjam syariah mempunyai produk-produk simpanan dan pembiayaan antara lain : 1. Produk Simpanan a) Simpanan Wadiah Simpanan suka rela lancar dimana pihak penyimpan hanya menitipkan dananya semata tanpa mengharapkan nisbah bagi hasil, dan atas persetujuan penyimpan, lembaga diperkenankan mengalokasikannya untuk kepentingan anggota, simpanan tersebut sewaktu-waktu dapat diambil. b) Simpanan Mudharabah Simpanan sukarela dimana pihak penyimpan berhak mendapatkan nisbah bagi hasil sesuai dengan perjanjian yang sebelumnya telah disepakati, dan simpanan tersebut dapat diambil setiap waktu. Adapun jenis-jenis dari simpanan mudharabah antara lain: 17 c) Simpanan Amanah Simpanan Anggota Aman Nyaman Muamalah yang dapat dilakukan sewaktu-waktu baik penyetoran maupun penarikan dananya. Simpanan ini menggunakan akad mudharabah mutlaqah dimana simpanan yang dititipkan disalurkan kepada pembiayaan-pembiayaan 17
Ibid, hlm. 4.
53
produktif. Produk simpanan ini diperuntukkan bagi masyarakat umum, yang setoran awalnya minimal Rp.20.000,- dan selanjutnya terserah pada anggotanya. Nisbah bagi hasil keuntungannya dihitung atas saldo ratarata harian dan diberikan tiap akhir bulan sesuai keuntungan yang didapat. Keuntungan dari Simpanan Amanah: Tidak terbebani biaya administrasi Pajak penghasilan ditanggung oleh lembaga Simpanan bisa dijadikan sebagai jaminan pembiayaan Perhitungan bagi hasil yang didapat adalah 70% : 30% d) Simpanan Berkah Simpanan Anggota Berjangka Mubarokah yang dimana cara penyetorannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dan pengambilannya dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan tanggal jatuh temponya. untuk pembukaan rekening pertama minimal sebesar Rp.1.000.000,Nisbah yang ditetapkan sesuai dengan jangka waktu simpanan : 1 bulan : nisbah 30% : 70% 3 bulan : nisbah 40% : 60% 6 bulan : nisbah 45% : 55% 12 bulan : nisbah 50% : 50%
54
e) Simpanan Idul Qurban Simpanan ini ditujukan bagi masyarakat yang ingin beribadah qurban disetiap tahunnya. Simpanan ini memudahkan nasabah untuk mengatur investasi, sehingga nasabah tidak kesulitan dana sewaktu akan melaksanakan ibadah qurban. Simpanan ini ditujukan bagi anggota yang mempunyai niat suci untuk berqurban, cara penyetorannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dan pengambilannya dilakukan 1 (satu) bulan menjelang Hari Raya Qurban. Adapun Syarat-syarat untuk menjadi anggota simpanan qurban: Mengisi Formulir permohonan anggota dengan memberikan setoran awal minimal Rp. 100.000,-. Menentukan jenis hewan Qurban pada BMT Ummat Sejahtera Abadi sesuai dengan yang diharapkan. BMT Ummat Sejahtera Abadi akan menentukan estimasi harga pembelian hewan qurban pada anggota, sehingga dapat menentukan berapa besarnya simpanan qurban setiap minggu/bulan secara rutin. Bagi anggoata akan mendapatkan bagi hasil yang didasarkan pada akad Wadiah Yadhamanah sesuai dengan ketentuan dari BMT Ummat Sejahtera Abadi. 18
18
Brosus KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Kecamatan Rembang.
55
Adapun informasi tabel data perkembangan usahanya adalah sebagai berikut:19 Perkembangan kinerja KJKS- BMT Ummat Sejahtera Abadi No
Keterangan
1.
SI Amanah
2.
SI Berkah
3.
SI Idul Qurban
4.
SI Sukarela
5.
Asset
6.
Operasional Cost
7.
SHU Netto
TH 2009
TH 2010
TH 2011
Rp 477.873.743
Rp. 510.368.502
Rp. 888.771.610
Rp 330.400.000
Rp. 620.400.000
Rp. 699.800.000
Rp
1.789.490
Rp.
4.287.400
Rp.
5.374.749
Rp
12.559.150
Rp. 16.641.900
Rp.
18.642.800
Rp 1.547.679.151 Rp.1.704.440.074 Rp.2.166.644.740 Rp. 258.413.711 Rp. 325.262.137 Rp. 399.345.305 Rp.
23.835.216
Rp.
30.253.431 Rp.
24.436.500
2. Produk Pembiayaan a) Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan yang dilakukan antara pihak shahibul maal dengan mudharib yang didalamnya terdapat kesepakatan bagi hasil, kesepakatan jangka waktu, titipan/angsuran, dan kesepakatan besarnya pembiayaan. pembiayaan ini dapat diberikan bagi anggota maupun calon anggota yang mempunyai usaha dengan sistem syariah, adapun besar kecilnya bagi
19 Sumber Dokumen, Op Cit, hlm. 6.
56
hasil disesuaikan dengan akad/ perjanjian pembiayaan yang telah di sepakati bersama. Persyaratan pengajuan pembiayaan : Mengisi formulir permohonan pembiayaan Fotocopy KTP suami/istri yang masih berlaku dan surat nikah Fotocopy kartu keluarga (KK) Bersedia memberikan jaminan jika dibutuhkan Bersedia di survey kerumah/tempat usahanya 20 b) Pembiayaan Murabahah Pembiayaan murabahah adalah akad jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati. Pembiayaan dengan akad jual-beli, yang di mana BMT Ummat Sejahtera Abadi bertindak sebagai penjual sementara masyarakat sebagai pembeli. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad dilakukan, sedangkan pembayaran dapat dilakukan dengan cara mengangsur atau pelunasannya dapat dilakukan saat jatuh tempo. Beberapa
persyaratan
yang
harus
dipenuhi
dalam
pembiayaan
murabahah: pihak BMT harus menyediakan dana pembiayaan berdasarkan perjanjian dari jual beli barang jangka waktu pembayaran harga barang oleh anggota kepada pihak BMT ditentukan berdasarkan kesepkatan dari awal 20
Ibid, hlm. 5.
57
Kesepakatan marjin harus ditentukan satu kali pada awal Akad dan tidak dapat berubah selama periode Akad Angsuran pembiayaan selama periode Akad berlangsung harus dilakukan secara profesional. 21 c) Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil Jenis pembiayaan yang diberikan bagi anggota maupun calon anggota dengan keperluan pembelian barang. Dalam hal ini, anggota memberikan fee management sesuai dengan perjanjian pembiayaan. Adapun angsurannya dapat dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan bersama. d) Pembiayaan Qardul Hasan Jenis pembiayaan ini adalah kebajikan, dimana lembaga tidak mengambil bagi hasil dari pembiayaan tersebut, dan pembiayaan ini semata hanya untuk kepentingan social ( social oriented ).22 Adapun tabel data perkembangan pembiayaan dari tahun ke tahun adalah sebagai berikut:
21 22
Nn NO
Keterangan
1.
P. Mudharabah
2.
P. Murabahah
Ibid, hlm. 5. Ibid, hlm. 6.
TH 2009
TH 2010
TH 2011
Rp 663.264.500
Rp. 870.731.750
Rp.915.416.900
Rp 123.150.000
Rp. 142.160.000
Rp.573.250.000
58
3. 4.
P. Bai’ Bitsaman Rp 160.625.000 Rp. 220.468.500 Ajil P. Qardul Hasan
Rp
19.915.000
Rp. 43.715.000
Rp.436.691.650 Rp. 79.015.000
Dari tabel di atas dapat dilihat adanya tingkat perkembangan pembiayaan dari anggota. Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dalam masalah pembiayaan.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Perkembangan Bank Syari’ah berdasarkan UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan pasal 1 ayat 13 menetapkan bahwa eksistensi dari perbankan syariah benar-benar telah diakui. Hal ini tampak pada bank-bank syariah yang menjalankan usahanya berdasarkan dengan prinsip-prinsip syariah.1 Lembaga Keuangan Syariah merupakan lembaga Islam yang memiliki kegiatan pembiayaan yang sering disebut dengan akad. Salah satunya adalah akad pembiayaan mudharabah, yaitu pembiayaan yang mempunyai peran sebagai akad kerja sama usaha antara dua belah pihak, dimana pihak pertama sebagai shahibul maal yang menyediakan seluruh modalnya, sedangkan pihak kedua sebagai mudharib (pengelola). Kemudian keuntungan usaha tersebut di bagi menurut kesepakatan awal yang dituangkan dalam kontrak. 2 Dalam lembaga keuangan syariah pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi juga menjalankan akad pembiayaan. Keberadaan BMT Ummat Sejahtera Abadi merupakan salah satu usaha untuk memenuhi keinginan, 1
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Pokok-Pokok Perbankan Syariah. 2 Makhalul Ilmi SM, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2002, hlm. 33.
59
60
khususnya sebagian umat islam dan masyarakat disekitarnya
yang
menginginkan jasa layanan syariah untuk mengelola perekonomiannya, yakni dalam bentuk pembiayaan. BMT Ummat Sejahtera Abadi merupakan lembaga keuangan swasta yang modal sepenuhnya bersumber dari masyarakat. Jadi keberadaananya setingkat dengan koperasi yang dalam mengoperasikannnya berprinsip syariah. Dalam masa krisis ekonomi yang sempat melanda masyarakat di Indonesia pada tahun 1997, para pengusaha dan pedagang kecil ke bawah mampu menunjukkan kemampuannya untuk bertahan. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha kecil mempunyai potensi yang lebih besar untuk dapat mengembangkan kembali perekonomiannya. Masyarakat yang menjalankan usaha, merupakan salah satu bagian dari masyarakat yang mempunyai proges sangat baik dalam pengembangan ekonomi. Namun modal sering menjadi kendala utama bagi mereka untuk mengembangkan usahanya. Oleh karena itu, keberadaan KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi sebagai salah satu solusi ekonomi yang operasionalnya sesuai dengan prinsip syariah, yang mana dapat menyediakan modal yang relatif terjangkau, syarat yang mudah, dan prosedur yang mudah, cepat dan tepat, sehingga dapat menjadi salah satu solusi untuk memberikan pinjaman modal kepada para anggota yang membutuhkan. Mudah karena tanpa persyaratan surat-surat yang menyulitkan, dan cepat karena pengambilan dana yang diperlukan sewaktu-waktu dapat diambil tanpa harus menunggu proses yang lama.
61
BMT Ummat Sejahtera Abadi dalam menjalankan progamnya mempunyai bermacam-macam produk yang disediakan untuk masyarakat, salah satunya adalah produk simpan pinjam dalam bentuk pembiayaan, yakni pembiayaan mudharabah yang diberikan ke berbagai kalangan baik sektor pertanian, industri, perdagangan, nelayan, serta para pedagang kecil yang ingin
mengembangkan
dan
meningkatkan
produktivitas
usahanya.
Produktivitas dalam menjalankan sebuah usaha perlu ditingkatkan karena merupakan faktor terpenting dalam suatu usaha yang dijalankan agar tetap dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, dalam rangka mensejahterakan dan meningkatkan pendapatan masyarakat khusunya para pedagang kecil dan menengah untuk meningkatkan kegiatan ekonominya serta memperkuat daya saingnya, KJKSBMT Ummat Sejahtera Abadi direncanakan sebagai gerakan nasional dalam rangka memberdayakan masyarakat sampai lapisan bawah. Hal tersebut dapat terbukti dengan antusiasnya masyarakat akan lembaga keuangan syariah yang sangat besar. Perkembangan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tahun
Jumlah Anggota
Pembiayaan Rata-rata
2009
155
Rp 663.264.500,-
2010
203
2011
278
Rp. 870.731.750,Rp.915.416.900,-
62
Dilihat dari tabel di atas, akad pembiayaan mudharabah menunjukkan adanya perkembangan, yaitu dari tahun ke tahun sebagai berikut, dari tahun 2009 Rp.663.264.500,- kemudian tahun 2010 Pembiayaan rata-rata naik sebesar Rp. 870.731.750,- dan pada tahun 2011 kenaikan pembiayaan sebesar Rp.915.416.900,- Hal ini menunjukkan bahwa perhatian yang diberikan KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi dalam memberikan pembiayaan terhadap pedagang kecil dapat dikatakan mengalami kemajuan yang cukup baik. 3 Dari pemaparan tersebut, dapat dilihat bahwa progam pembiayaan mudharabah bagi masyarakat dan pelaku usaha lainnya dapat dikatakan mengalami kemajuan, sebab dengan adanya pembiayaan tersebut maka para pelaku usaha dapat memperoleh keuntungan tersendiri, karena dengan adanya pembiayaan mudharabah masyarakat tidak harus meminjam pada rentenir yang memberi pinjaman dengan bunga yang relativ tinggi dan dapat memberatkan mereka. Pembiayaan mudharabah juga dilakukan agar semua masyarakat yang menjalankan pembiayaan tersebut dapat meningkatkan perekonomiannya. B. Analisis
Akad
Pembiayaan
Mudharabah
Dalam
Meningkatkan
Pendapatan Masyarakat Sebagaimana uraian di atas, KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang adalah salah satu lembaga keuangan syariah yang menjalankan akad pembiayaan mudharabah dengan tujuan untuk memberdayakan umat dan
3
Sumber Dokumen KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi
63
anggotanya agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Baik dari segi usahanya maupun dari segi pemahaman pola Ekonomi Syariah. Yang mana, yang menjadi sasaran pengembangan pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi ini adalah para pedagang-pedagang kecil yang membutuhkan modal agar dapat meningkatkan usahanya menjadi lebih baik berdasarkan prinsip syariah.4 KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang mempunyai peranan penting pada peningkatan pendapatan anggota dan masyarakat disekitarnya. Karena dengan adanya BMT Ummat Sejahtera Abadi masyarakat- masyarakat kecil di sekitarnya, khususnya para pedagang yang kekurangan dana untuk melanjutkan usahanya, dengan mudah mereka mendapatkan pinjaman modal dalam bentuk pembiayaan tanpa harus mengembalikan bunga yang terlalu tinggi. Pembiayaan mudharabah yang diberikan pihak KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi untuk menambahkan modal usaha sangat mempengaruhi tingkat pendapatan yang dihasilkan oleh para anggota. Karena suatu pendapatan usaha tergantung dari besar kecilnya modal yang digunakan, Jika modal besar maka produk yang dihasilkan juga besar sehingga pendapatannya pun meningkat. Begitu juga sebaliknya jika modal yang digunakan kecil maka produk yang dihasilkan hanya sedikit dan pendapatan yang diperoleh juga sedikit. Untuk itu diperlukan pembiayaan dalam menjalankan suatu usaha guna meningkatkan usahanya, karena semakin banyak pendapatan yang
4
Brosur KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang
64
dihasilkan
maka
secara
otomatis
kehidupan
masyarakat
pun
akan
tersejahterakan. Dalam pengembangannya, KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi menggunakan produk pembiayaan dengan akad mudharabah yang diberikan terhadap para pedagang yang membutuhkan tambahan modal, yang dalam hal ini KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi dapat memberikan pembiayaan mulai dari Rp.1.000.000,- yang cara pengangsurannya dapat harian, mingguan, atau bulanan sesuai dengan kesepakatan dari awal antara pihak shahibul maal dan mudharib.5 Sehingga untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang dicapai oleh KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi dalam menjalankan progam kerjanya, maka penulis mengumpulkan data-data dan melakukan survei dengan mengadakan wawancara ke beberapa anggota yang menjalankan pembiayaan mudharabah demi kemajuan usahanya. Adapun data yang penulis rangkum dari komunitas pedagang, salah satunya Listianingsih, mereka mendapat pinjaman dari KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi sebesar Rp 2.000.000,- Beliau menggunakan modal tersebut untuk melengkapi keperluan yang berkaitan dengan usahanya. Pendapatan yang awalnya berkisar antara Rp 2.500.000,- namun setelah mendapatkan pembiayaan dari BMT tersebut pendapatan mencapai Rp 3.000.000,- bahkan lebih. Melihat kondisi tersebut, untuk saat ini program pembiayaan 5
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Hartatik, karyawan KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang, selaku Ketua bagian Pembiayaan.
65
mudharabah yang terlaksana boleh dikatakan ada hasilnya walaupun tidak seberapa, dan hasil tersebut juga tidak lepas dari adanya bimbingan dan pengarahan yang dilaksanakan tiap bulannya oleh pihak BMT Ummat Sejahtera Abadi. Hal senada juga dikatakan oleh Anang, salah satu anggota BMT yang mempunyai usaha dagang, dengan pinjaman modal awal yang hanya sedikit dari pihak KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi, beliau menggunakan modal yang diberikan untuk berjualan aksesoris dengan tokonya yang begitu kecil disekitar tempat tinggal mereka. Pendapatan yang mereka peroleh sekitar Rp 60.000,- per hari namun setelah mendaptkan pembiayaan, pendapatan yang diperoleh meningkat menjadi Rp 100.000,- sampai Rp 150.000,- per hari. Sehingga dengan adanya peningkatan pendapatan tersebut, dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari beberapa pemaparan tersebut di atas dapat diketahui bahwa dengan adanya pembiayaan mudharabah dapat memberikan peningkatan terhadap para pedagang demi meningkatkan kemajuan usahanya. Bila menyimak hal tersebut, dalam progam yang dijalankan oleh KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi, yaitu melalui akad pembiayaan mudharabah, dengan cara memberikan modal kepada para pedagang yang membutuhkan sangat berpengaruh demi kemajuan dan peningkatan usahanya. Namun, peran BMT tersebut tidak sekedar memberikan pinjaman modal begitu saja, tetapi juga disertai dengan adanya pendampingan dan pembinaan dengan memberikan pengarahan-pengarahan ke pihak anggota.
66
Oleh karena itu, penulis dapat mengatakan bahwa pelaksanaan pembiayaan mudharabah yang dijalankan oleh pihak KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi dapat membantu meningkatkan pendapatan bagi anggota yang menerima pinjaman. Hal ini dapat diketahui dari penuturan yang disampaikan oleh pihak yang mengajukan pembiayaan, yang mana ketika penulis mendatangi langsung tempat kediaman beliau, peningkatan dari pendapatan yang diperoleh tidak hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup saja, melainkan juga dapat digunakan untuk melengkapi kebutuhankebutuhan yang berkaitan dengan usahanya. Hasil yang sama juga penulis temukan dari pernyataan Munti’ah, yang mana pendapatan tetap yang diperoleh setelah mendapatkan pembiayaan dari BMT mengalami peningkatan. Yang awalnya pendapatan diperoleh hanya berkisar Rp 2.500.000,- tapi setelah mendapatkan pembiayaan dapat mengalami peningkatan menjadi Rp 3.000.000,- per bulan. Sehingga dari penuturan tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa dengan adanya pembiayaan mudharabah dapat dikatakan dapat memberikan peningkatan dalam hal pendapatan masyarakat disekitarnya. Pendapat yang sama juga di alami oleh Siti Mulyati, salah satu anggota BMT Ummat Sejahtera Abadi. Dari data yang penulis peroleh, modal yang diberikan oleh pihak BMT tidak hanya berupa uang saja melainkan juga berupa barang. Pendapatan yang beliau peroleh juga mengalami peningkatan setelah mendapatkan pembiayaan dari pihak BMT Ummat Sejahtera Abadi. Bahkan modal yang diperoleh bukan hanya untuk mencukupi kebutuhan
67
hidup saja melainkan juga untuk mengembangkan usahanya menjadi lebih besar dan maju. Bila memperhatikan pemaparan di atas, dengan adanya akad pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan oleh KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi, yang mana salah satu tujuannya adalah adalah untuk meningkatkan pendapatan para pedagang dan meninkatkan kemajuan usahanya dapat dikatakan cukup berhasil dan membawa perubahan pada kehidupan masyarakat sekitar. Berdasarkan data yang telah dijelaskan pada uaraian di atas, disinilah akad pembiayaan mudharabah yang dijalankan pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi telah berjalan sesuai dengan tujuan BMT pada umumnya yaitu dapat meningkatkan kualitas usaha ekonomi rakyat untuk kesejahteraan anggota dan masyarakat. Khususnya pada progam pembiayaan mudharabah, karena dengan adanya pembiayaan mudharabah tersebut adalah salah satu cara untuk membantu dan meringankan beban para pedagang kecil dalam masalah permodalan yang bertujuan untuk meningkatkan usahanya agar menjadi lebih baik dan berkembang dari sebelumnya. Sehingga dengan adanya pembiayaan mudharabah ini dapat menjadikan salah satu jalan bagi para pedagang kecil untuk meningkatkan usahanya. Selain sebagai lembaga keuangan syariah yang bergerak pada bidang penghimpunan dan penyaluran dana, KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi ini juga menjalankan fungsi dakwahnya, yaitu dengan cara memberi binaan-
68
binaan pada anggotanya dalam hal keagamaan dan selain itu juga hal kewirausahawan, sehingga dengan adanya pembinaan yang diterapkan pada BMT Ummat Sejahtera Abadi ini, anggota tidak hanya mendapatkan bantuan untuk tambahan modal saja, melainkan juga mendapatkan materi-materi tentang ilmu kewirausahaan yang dapat berguna bagi para anggotanya untuk peningkatan dan pengembangan usahanya agar lebih maju. Selain pembinaan yang diberikan kepada anggoata sebagaimana tersebut diatas, pembinaan dan pelatihan-pelatihan juga diberikan kepada karyawan secara mandiri dengan cara bermitra dengan pihak luar, yang kesemuanya bertujuan untuk meningkatkan kinerja, pengetahuan, dan pemahaman tentang lembaga ekonomi syariah bagi karyawan KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang.6
6
Wawancara dengan Nur Rohcman Manajer KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang, pada tanggal 2 April 2012.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang didapat oleh peneliti berdasarkan teori dan hasil analisis dari penelitian pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang, dapat disimpulkan bahwa: 1. Munculnya lembaga-lembaga keuangan syariah termasuk BMT yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota, sehingga dengan adanya produk pembiayaan khususnya pembiayaan mudharabah yang diberikan kepada masyarakat diharapkan dapat memperlancar perekonomian masyarakat dan mampu menekan terjadinya inflasi karena tidak adanya ketetapan bunga yang harus dibayarkan, sehingga dapat membangkitkan motivasi dan kewirausahawan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatannya. Selain itu, dengan adanya BMT juga dapat mengubah pandangan kaum muslimin dalam setiap transaksi perdagangan dan keuangan yang berdasarkan dengan prinsip syariah. 2. Berdirinya KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang ini dapat menjadi solusi atas berbagai masalah yang dihadapi para masyarakat disekitar Rembang, khususnya yang sedang menjalankan usaha terutama dalam masalah modal yang dapat menghambat usahanya. Sehingga adanya Pembiayaan dengan sistem mudharabah yang diberikan pada masyarakat khusunya para pedagang yang kekurangan modal, mereka tidak perlu
69
70
susah untuk mencari pinjaman. Karena dengan bertambahnya modal, usaha pun telah mengalami kemajuan yakni adanya peningkatan dalam hal pendapatan, produksi dan kinerjanya. Sehingga dengan meningkatnya produksi maka secara otomatis pendapatan juga meningkat. Ini yang mengakibatkan para masyarakat dan para pedagang semakin sejahtera dan makmur. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada Lembaga Keuangan Syariah KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang, ada beberapa hal
yang dapat
dipertimbangkan
sebagai
masukan untuk
meningkatkan kinerja dan memberikan saran-saran yang bertujuan untuk kebaikan dan kemajuan KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang adalah sebagai berikut: 1. Bagi KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang Bagi KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang diharapkan dapat meningkatkan dan memberdayakan masyarakat dan anggotanya, yang sesuai dengan tujuan dari lembaga tersebut yaitu sebagai lembaga yang bergerak
dibidang
penghimpunan
dan
penyaluran
dana
dalam
permasalahan perekonomian masyarakat dalam mengembangkan usahanya terutama para pedagang kecil ke bawah agar menjadi lebih baik dari sebelumnya, baik dari segi usahanya maupun segi pemahaman pola ekonomi syariah.
71
Dari pihak BMT juga diharapkan dapat melengkapi pelayananpelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang ada kaitannya dengan masalah simpan pinjam syariah sesuai dengan perkembangan zaman. Selain itu, idealisme produk-produk pada BMT yang berdasarkan operasional Syari’at Islam harus terus dipertahankan dalam Lembaga Keuangan Syari’ah, karena hal tersebut yang membedakannya dengan Lembaga Keuangan Konvensional. 2. Bagi pihak peneliti selanjutnya Pembahasan
mengenai
mensejahterakan masyarakat
pembiayaan
mudharabah
dalam
dalam skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga penyusun mengharapkan kekurangan-kekurangan tersebut dapat digunakan sebagai kajian-kajian untuk peneliti berikutnya dan dapat melengkapi kekurangan yang berkaitan dengan lembaga keuangan syariah. C. Penutup Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayat-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Peran Akad Pembiayaan Mudharabah Pada BMT Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang)”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW yang membimbing kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh ilmu.
72
Meskipun
penulis
sudah
berusaha
sebaik
mungkin
dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan tidak lepas dari kesalahan-kesalahan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk kebaikan bersama. Semoga dengan selesainya skripsi ini dapat memberikan manfaat yang sebaik-baiknya, khususnya bagi penulis sendiri dan bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Zaky Al-Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2002. Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam), Yogyakarta : UII Press, Edisi Revisi, 2000. Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah Di Indonesia, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007. Adiwarman A. Karim, Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010. Agustianto, Percikan Pemikiran Ekonomi Islam, Bandung: Cipta Pustaka Media, 2002. Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, Yogyakarta: PT ISES Consulting Indonesia, 2008. Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Edisi 1, 2008. Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Kitab Hadits Bulughul Maram Min Adillat Al Ahkam, 773 Hijriah. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Cetakan Pertama, 2001. Departemen Agama RI, AL-Qur’an Dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit J-ART, 2005. Gita Danupranata, Ekonomi Islam, Yogyakarta: UPFE-UMY, 2006. Ghufron Ajib Mas’adi, Fiqih Mu’amalah Kontekstual, Jakarta: PT Grafindo Persada Cetakan Pertama, 2002. Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2004. Hirsanuddin, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia (Pembiayaan Bisnis Dengan Prinsip Kemitraan), Yogyakarta: Genta Press, 2008.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan X, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2002. Muhammad, Lembaga-lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Yogyakarta: UII Press, 2000. Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah (Panduan Teknis Pembuatan Akad), Yogyakarta: UII Press, 2009. Muhammad Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqih Muamalat), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003. Muhammad Rawas Qal’aji, Mu’jam Lughat Al-fuqaha, Beirut: Darun Nafs 1985. Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII Press, 2004. Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001. Moh. Nazir, Metode Penelitian, Bogor: Graha Indonesia, 2005. Safidin Azwar, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998. Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jakarta: Gema Insani jilid 12, 2001. Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: CV Pustaka Setia, 2002. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1998. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fikih Muamalah, Jakarta : Bulan Bintang, 1974. Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani Perss, 1997. Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008. Zainul Arifin MBA, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alfabet, 2009.
Internet: http://www.koperasisyariah.com/definisi-mudharabah/dibrowsing pada tanggal 19 November 2011. http://permodalanbmt.com/bmtcenter/di browsing tanggal 19 November 2011. http://permodalanbmt.com/ diakses pada tanggal 12 April 2010. Dokumentasi: Brosus KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang. Dokumentasi KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi. Data bersumber dari hasil wawancara karyawan BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang bagian pembiayaan. Hasil wawancara dengan Ibu Listianingsih penjual nasi, Anggota KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang, pada tanggal 2 April 2012. Hasil wawancara dengan Bapak Anang penjual aksesoris, Anggota KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang, pada tanggal 3 April 2012. Hasil wawancara dengan Ibu Siti Munti’ah, Anggota KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang, pada tanggal 3 April 2012. Hasil wawancara dengan Ibu Siti Mulyati, Anggota KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi Rembang, pada tanggal 3 April 2012. Muhammad Nur, “Pelaksanaan Pemberian Pembiayaan Mudharabah di BMT Pada Koperasi (Studi Kasus pada Bank Muamalat Cabang Medan)” Universitas Sumatra Utara Medan, 2009. Rifqi Arief Aminullah, “Peranan Baitul Maal Wa Tamwil untuk mencapai kesejahteraan anggotanya (studi kasus pada BMT Darussalam Ciamis Jawa Barat)” Universitas Islam Indonesia (UII), 2009. Skripsi Sriyatun, “Analisis Pengaruh Pemberian Pembiayaan Mudharabah BMT Terhadap Peningkatan Pendapatan Pedagang Kecil di Kabupaten Sukoharjo” Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), 2009.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang membuat daftar riwayat hidup ini : 1. Nama Lengkap
: Rani Ernawati
2. NIM
: 072411054
3. Tempat / Tanggal Lahir : Rembang, 30 Desember 1987 4. Nama Orang Tua
: M. Temok Mardjoko
5. Alamat Asal
: Tasikagung. Kec Rembang. Kab Rembang.
6. Alamat sekarang
: Jl. Margoyoso II No. 14 Semarang
7. Riwayat pendidikan
:
a. SDN Tasikagung-Rembang
Tahun 1993-1999
b. SMPN 1 Rembang
Tahun 1999-2002
c. MA Matholi’ul Falah-Kajen-Pati Tahun 2002-2006 d. IAIN Walisongo Semarang
Tahun 2007-sekarang
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.