ANALISIS AGENCY COST TERHADAP KECENDERUNGAN INCOME SMOOTHING (Studi Empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2009)
Disusun oleh: Badriyah NIM 104082002715
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
ANALISIS AGENCY COST TERHADAP KECENDERUNGAN INCOME SMOOTHING (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2009)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Badriyah NIM :104082002715
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS.
Afif Sulfa, SE., M.Si., Ak
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari jum’at, 03 Januari 2011 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama
: Badriyah
2. NIM
: 104082002715
3. Jurusan
: Akuntansi
4. Judul Skripsi
: Analisis Agency Cost Terhadap Kecenderungan Income Smoothing (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEI periode 2006-2009)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 03 Januari 2011
1.
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
(___________________)
NIP. 19690203 200112 1 003
2.
Ketua
Reskino, SE., M.Si., Ak
(___________________)
NIP. 19740928 200801 2 004
Sekretaris ii
3.
(___________________)
Rini, SE., M.Si., Ak NIP. 19760315 200501 2 002
Penguji Ahli
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari Rabu, 14 September 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama
: Badriyah
2. NIM
: 104082002715
3. Jurusan
: Akuntansi
4. Judul Skripsi
: Analisis Agency Cost Terhadap Kecenderungan Income Smoothing (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEI periode 2006-2009)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 September 2011
1. Prof. Dr. Ahmad Rodoni
(___________________)
NIP. 19690203 200112 1 003
Ketua
iii
2. Rahmawati, SE., MM
(___________________)
NIP. 19690203 200112 2 002
Sekretaris
3. Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA
(___________________)
NIP.
Penguji Ahli
4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
(___________________)
NIP. 19570617 198503 1 002
Pembimbing I
5. Afif Sulfa. SE., MSi,. Ak
(___________________)
NIP.
Pembimbing II
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Badriyah
No. Induk Mahasiswa
: 104082002715
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
iv
Jurusan
: Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya; 1. tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan memprtanggungjawabkan 2. tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3. tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya 4. tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Ciputat, 9 Juni 2011 Yang Menyatakan
( Badriyah ) DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Diri Pribadi Nama Lengkap Jenis Kelamin Tempat Tanggal Lahir Kewarganegaraan Agama Alamat
: : : : : :
Badriyah Wanita Jakarta, 12 Mei 1986 Indonesia Islam Jl. KH. Jawahir RT 02 RW 02
v
Telepon/Handphone Email
desa Buntet Pesantren, Astanajapura, Cirebon 45181 : 085781777210 :
[email protected]
Pendidikan Formal • • • •
SDN III Mertapada Kulon, Cirebon MTs NU Putri Buntet Pesantren, Cirebon MAN Buntet Pesantren, Cirebon UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
[1992-1998] [1998-2001] [2001-2004]
Latar Belakang Keluarga Ayah Tempat & Tgl. Lahir Alamat
: Musa : Cirebon, 12 Oktoberl 1956 : Jl. KH. Jawahir RT 02 RW 02 Desa Buntet Pesantren, Astanajapura, Cirebon 45181
Ibu Tempat & Tgl. Lahir Alamat
: Komariyah : Juni, 21 Juni 1960 : Jl. KH. Jawahir RT 02 RW 02 Desa Buntet Pesantren, Astanajapura, Cirebon 45181
ANALISIS PENGARUH AGENCY COST TERHADAP KECENDERUNGAN INCOME SMOOTHING (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2009)
oleh : Badriyah Abstract
vi
The objectives of this study are to examine influences of agency cost, using the measurement of debt, Sales and General Administrative (SGA) and Free Cash Flow (FCF) toward income smoothing tendency. The statistic method have been used in this research was logistic regression enter method with SPSS 15. The samples have been obtained with judgement sampling method. Based on the method, the number of the samples have been obtained were 42 manufactures which listed in Indonesian Stock Exchange since 2006-2009. The results of this research were: agency cost didn’t influence income smoothing tendency by using the measurement of debt, SGA and FCF in partially and simultantly. The findings indicated that management’s motivation of doing income smoothing is opportunistic. Management used the opportunity of the existing asymmetric infoemation to improve their utility. Keywords: agency cost, debt, sales and general administrative, free cash flow,income smoothing.
ANALISIS AGENCY COST TERHADAP KECENDERUNGAN INCOME SMOOTHING (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2009)
oleh : Badriyah
vii
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh agency cost terhadap kecenderungan income smoothing dengan menggunakan pengukuran hutang, Sales and General Administrative (SGA) dan Free Cash Flow (FCF). Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik metode enter dengan bantuan SPSS Versi 15. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan metode judgement sampling. Berdasarkan metode yang telah dilakukan maka banyaknya sampel dalam penelitian ini berjumlah 42 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 2006-2009. Hasil dari penelitian ini adalah agency cost tidak berpengaruh terhadap kecenderungan income smoothing dengan menggunakan pengukuran hutang, SGA dan FCF baik secara parsial maupun secara simultan. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi manajemen melakukan praktik income smoothing adalah oportunistik. Manajemen menggunakan asimetri informasi sebagai kesempatannya untuk meningkatkan utilitasnya. Kata kunci: agency cost, debt, sales and general administrative, free cash flow, income smoothing.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan
mengangkat
kedua
belah
tangan
seraya
mengucap
Alhamdullillahirobbil’alamin, penulis panjatkan atas segala kehadirat Illahi Robbi
viii
Allah SWT yang telah mencurahkan segala nikmat yang tiada hentinya sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Salawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita ke zaman peradaban. Skripsi ini berjudul “Analisis Agency Cost Terhadap Kecenderungan Income Smoothing”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (SE) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama penyusunan skripsi ini, telah banyak sekali pihak yang telah membantu baik moril maupun materil sehingga penyusunan skripsi ini akhirnya bisa selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Kedua orang tua tercinta atas segala doa, nasihat, motivasi, dan bantuan baik moril maupun materiil serta kepada saudara-saudaraku untuk dukungan dan motivasinya.
2.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis sekaligus sebagai pembimbing I penulis dalam penyusunan skripsi ini yang telah meluangkan waktunya dan memberikan ilmunya untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.
3.
Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si. selaku pembimbing II, terima kasih atas ilmu, nasihat, dan bimbingannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4.
Ibu Rahmawati, SE,. MM. selaku ketua jurusan. Terima kasih atas bantuan, ilmu, motivasi dan nasihat yang diberikan selama proses perkuliahan sampai terselesaikannya skripsi ini.
ix
5.
Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku pembantu dekan yang telah membantu, memberi nasihat, ilmu dan motivasi serta bimbingannya selama menyeleaikan skripsi ini.
6.
Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis mampu menyelesaikan studinya di Universitas Islam Negeri Jakarta ini.
7.
Segenap jajaran akademik FEB yang telah membantu dalam proses akademik.
8.
Teman-teman angkatan 2004, serta semua sahabat-sahabatku yang telah memberikan bantuan dan semangat. Untuk semua orang yang telah membantuku, tapi tidak tersebut namanya, terima kasih. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.
Hormat saya,
Penulis
x
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ..................................................................................
i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ............................................................ ii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ........................................................................ iii Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi .................................................................... iv Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................... v Abstract ................................................................................................................. vi Abstrak .................................................................................................................. vii Kata Pengantar ...................................................................................................... viii Daftar Isi ............................................................................................................... x Daftar Tabel .......................................................................................................... xii Daftar Lampiran.................................................................................................... xiii BAB I
PENDAHULUAN................................................................................ 2 A. Latar Belakang Penelitian ............................................................. 2 B. Perumusan Masalah....................................................................... 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 11 A. Kerangka Teoritis .......................................................................... 11 1. Teori Akuntansi Positf (Positive Accounting Theory).............. 11 2. Teori Keagenan (Agency Theory)............................................. 13 3. Ketidaksamaan Informasi (Asymmetric Information) .............. 19 4. Teori Sinyal (Signaling Theory) .............................................. 20 5. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) .................. 22 6. Income Smoothing .................................................................... 23 B. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 27 C. Perumusan Hipotesis ..................................................................... 28
BAB III METODELOGI PENELITIAN............................................................ 29 A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 29 x
B. Metode Pengunpulan Sampel........................................................ 30 C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 31 D. Metode Analisis Data .................................................................... 31 1. Statistik Deskriptif.................................................................... 31 2. Analisis Uji Statistik................................................................. 31 a. Uji Univariate....................................................................... 31 b. Uji Multivariate.................................................................... 32 1) Pengujian Secara Serentak (Simultan)........................... 33 2) Pengujian Secara Terpisah (Parsial) .............................. 33 E. Definisi Operasional Variabel dan pengukurannya....................... 33 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN...................................................... 39 A. Perhitungan Indeks Eckel.............................................................. 39 B. Analisis Statistik Secara Umum .................................................... 40 1. Statistik Deskriptif.................................................................... 40 2. Analisis Uji Statistik................................................................. 42 a. Pengujian Univariate............................................................ 42 b. Pengujian Multivariate......................................................... 45 1) Menilai Model Fit .......................................................... 45 2) Analisis Logistic Regression Enter Method................... 46 BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ..................................................... 56 A. Kesimpulan.................................................................................... 56 B. Implikasi........................................................................................ 57 C. Saran .............................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 59 LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Hal.
3.1.
Seleksi Sampel .......................................................................................... 30
4.1.
Daftar Perusahaan yang Melakukan Praktik Perataan Laba dan yang Tidak Melakukan Praktik Perataan Laba ............................................................ 30
4.2.
Statistik Deskriftif ..................................................................................... 41
4.3.
Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov................................................ 42
4.4.
Hasil Pengujian Independent Sample T-Test............................................. 43
4.5.
Hosmer and Lemeshow Test...................................................................... 45
4.6.
Hasil Pengujian Regresi Logistik Metode Enter....................................... 46
4.7.
Model Summary ........................................................................................ 47
4.8.
Hasil pengujian Regresi Logistik Secara Terpisah Tahap 1 ..................... 48
4.9.
Hasil pengujian Regresi Logistik Secara Terpisah Tahap 2 ..................... 48
4.10. Uji Ketepatan Prediksi .............................................................................. 53 4.11. Persamaan Variabel................................................................................... 53
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Hal.
1.
Nama-nama Perusahaan Sampel.................................................................. 62
2.
Perhitungan Income Smoothing ................................................................... 63
3.
Perhitungan Hutang (DEBT) ....................................................................... 65
4.
Perhitungan Sales and General Administrative (SGA)................................ 67
5.
Perhitungan Free Cash Flow (FCF) ............................................................ 69
6.
Statistik Deskriptif dan One Sample Kolmogorov ....................................... 71
7.
Independent Sample T Test .......................................................................... 72
8.
Pengujian Mann Whitney ............................................................................ 73
9.
Regresi Logistik Metode Enter .................................................................... 74
10.
Regresi Logistik Secara Terpisah Tahap 1 .................................................. 75
11.
Regresi Logistik Secara Terpisah Tahap 2 .................................................. 77
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah media yang digunakan oleh manajemen untuk menunjukkan keberhasilannya dalam mengelola sumber daya perusahaan yang dipercayakan kepadanya. Informasi yang tersaji dalam laporan keuangan misalnya posisi keuangan perusahaan (laporan neraca), kemampuan dalam menghasilkan laba (laporan laba rugi) dan arus kas (laporan arus kas) oleh pembaca laporan keuangan informasi tersebut akan dipergunakan sebagai dasar penilaian kinerja manajemen. Pemegang saham sangat bergantung dengan laporan keuangan untuk mengambil kebijakan atau keputusan bisnis, akan tetapi memiliki keterbatasan akan akses langsung terhadap data akuntansi. Manajemen, sebaliknya memiliki akses langsung atas data akuntansi, mereka cenderung merekayasa laba karena praktik tersebut dipercaya dapat memberikan pengaruh positif terhadap penilaian kinerja manajemen, baik dari sisi personel maupun nilai perusahaan secara keseluruhan. Manajemen laba sudah menjadi fenomena umum yang terjadi di berbagai negara. Praktik tersebut menuai banyak diskusi, penelitian dan juga kontroversi. Perbedaan pendapat antara akademisi, praktisi, dan regulator membuahkan persepsi yang sangat berbeda dalam memandang persoalan manajemen laba. Akademisi cenderung memandang manajemen laba sebagai praktik yang logis dan rasional sementara praktisi
1
dan regulator cenderung menganggap praktik tersebut adalah sesuatu yang harus diwaspadai bahkan mencemaskan. Konflik juga muncul ketika ada pertentangan kepentingan antara kelompok internal (manajemen) dan kelompok eksternal (pemegang saham, kreditur, pemerintah, analis, dsb), antara lain: 1. Manajemen berkeinginan meningkatkan kesejahteraannya sedangkan pemegang saham berkeinginan meningkatkan kekayaannya; 2.
Manajemen berkeinginan memperoleh kredit sebesar mungkin dengan bunga rendah sedangkan kreditur hanya ingin memberi kredit sesuai kemampuan perusahaan;
3. Manajemen berkeinginan membayar pajak sekecil mungkin sedangkan pemerintah ingin memungut pajak setinggi mungkin. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, dan menaksir risiko investasi atau meminjamkan dana (Kirschenheiter dan Melumad) dalam Juniarti (2005:148) . Adanya perubahan informasi atas laba bersih suatu perusahaan melalui berbagai cara akan memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap tindak lanjut para pengguna informasi yang bersangkutan, tidak terkecuali penerapan income smoothing (perataan laba) oleh suatu perusahaan.
2
Tindakan manajemen untuk melakukan income smoothing umumnya didasarkan atas berbagai alasan baik untuk memuaskan kepentingan pemilik perusahaan, seperti menaikkan nilai perusahaan, sehingga muncul anggapan bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki risiko yang rendah (Foster 1986), menaikkan harga saham perusahaan (Kirschenheiter dan Melumad 2002), maupun untuk memuaskan kepentingannya sendiri (oportunistik), seperti mendapatkan kompensasi (Wild et al. 2001), mempertahankan posisi jabatannya (Fudenberg dan Tirole, 1995) dalam Juniarti (2005:149). Penelitian ini didasarkan pada agency theory (teori keagenan) dan Positive Accounting Theory (teori akuntansi positif).
Teori agensi
mengasumsikan bahwa perusahaan modern memiliki karakteristik pembagian kepemilikian dan pengendalian. Hubungan agensi mengimplikasikan adanya distribusi informasi yang asimetris karena pemegang saham tidak dapat memonitor seluruh tindakan manajemen. Manajer memiliki insentif untuk mengutamakan
kepentingannya
sendiri
dengan
membebankan
pada
kepentingan pemegang saham atau disebut juga dengan agency cost. Pemegang saham tentu menghendaki manajer menjalankan perusahaan dengan kaidah-kaidah yang memungkinkan maksimalisasi nilai saham, sementara di sisi lain manajer berkepentingan membangun kerajaan bisnis melalui ekspansi secara cepat diantaranya melalui praktek merger dan acquisition yang bisa jadi malah menurunkan harga saham perusahaan. Akan tetapi manajer memiliki informasi lebih mengenai kondisi perusahaan dibanding pihak eksternal dalam hal ini pemegang saham. Kondisi asimetris
3
ini memberikan insentif pada manajemen untuk melakukan income smoothing agar laba tetap terlihat stabil. Mungkin dapat dikatakan bahwa salah satu pioner teori akuntansi positif adalah Watts dan Zimmerman (1978; 1986; 1990). Dalam buku mereka yang berjudul “Positive Accounting Theory”, Watts dan Zimmerman (1986) memaparkan suatu teori akuntansi yang berusaha mengungkapkan bahwa faktor-faktor ekonomi tertentu atau ciri-ciri suatu unit usaha tertentu bisa dikaitkan dengan perilaku manajer atau para pembuat laporan keuangan. Lebih khususnya, Watts dan Zimmerman mengungkapkan pengaruh dari variabel-variabel ekonomi terhadap motivasi manajer untuk memilih suatu metode akuntansi. Mereka menegaskan bahwa teori akuntansi positif mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangannya, sebab teori ini dapat memberikan pedoman kepada para pembuat keputusan kebijakan akuntansi dalam melakukan perkiraan-perkiraan atau penjelasan-penjelasan akan konsekuensi dari keputusan tersebut (Gumanti, 2000:108). Banyak peneliti positive accounting berusaha membangun teori dan praktik akuntansi dengan mengaplikasikan teori-teori ekonomi yang mengasumsikan bahwa biaya kontrak dan informasi adalah tidak nol. Biaya kontrak dan informasi diasumsikan tidak nol baik dalam kondisi proses kontrak perusahaan dan dalam proses politik dimana aktivitas perusahaan ditentukan oleh regulasi pemerintah. Prosedur akuntansi mempengaruhi biaya tersebut ke dalam dua proses tersebut. Konsekuensinya pemilihan diantara prosedur-prosedur tersebut tergantung pada pengaruh arus kas baik pada
4
proses kontrak dan politik. Proses contracting dan proses politik mempunyai dampak yang berlawanan terhadap insentif manajer pada saat memilih prosedur akuntansi (yaitu insentif untuk menaikkan laba versus menurunkan laba). Laporan akuntansi yang berbeda untuk proses yang berbeda sepertinya dapat memecahkan masalah ini. Tetapi strategi penggunaan laporan yang berbeda ternyata tidak optimal. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa untuk kesemua proses tersebut digunakan satu set laporan. Penjelasan mengenai hal ini adalah: 1. Walaupun untuk kontrak hutang (terutama private debt) kadang-kadang digunakan prosedur non-GAAP (agar debt covenant lebih efektif), tetapi kontrak hutang tetap menggunakan laporan publikasi (auditan) sebagai dasar/basis, dengan tujuan untuk mengurangi manipulasi manajer dan agency cost. 2. Penggunaan laporan yang berbeda untuk proses politik juga akan mahal, karena dapat muncul cost jika laporan alternatif (dengan laba tinggi untuk kepentingan private) diketahui publik. Oleh karena itu, dalam proses politik juga digunakan laporan publikasi auditan. Teori-teori proses politik menyatakan tentang penggunaan angka akuntansi dalam proses politik. Misalnya: politisi dihipotesiskan untuk menggunakan laba yang besar yang dilaporkan sebagai bukti dari monopoli. Perusahaan adalah subyek yang potensial untuk transfer kesejahteraan dalam proses politik, sehingga manajer dihipotesiskan untuk menghasilkan laporan keuangan yang lebih konservatif agar tidak menjadi subyek dari tekanan
5
politik. Angka akuntansi seringkali digunakan sebagai pedoman untuk mengontor inflasi dan meregulasi kuantitas dan tipe jasa yang ditawarkan (Watts dan Zimmerman) dalam Luciana Spica (2006:2). Watts
dan
Zimmerman
dalam
Luciana
Spica
(2006:2)
juga
mengindikasikan bahwa laporan keuangan auditan (khususnya pada masa sekarang) digunakan untuk memonitor kontrak hutang (debt contract). Sedangkan mekanisme monitoring yang ada dalam kontrak hutang adalah terdapat suatu perjanjian hutang (covenant) yang menggunakan angka-angka dari laporan keuangan auditan yang dipublikasikan, dengan tujuan untuk membatasi tindakan manajemen. Sedangkan tujuan suatu perjanjian yang menggunakan angka-angka akuntansi (dalam kontrak hutang) adalah untuk merestriksi atau membatasi tipe-tipe keputusan investasi dan keputusan pendanaan yang dapat mengurangi nilai perusahaan (value reducing). Karena laporan keuangan auditan digunakan untuk memonitor kontrak hutang, manajer dihipotesiskan untuk menghasilkan laporan keuangan yang cenderung tidak konservatif agar tidak dinyatakan default (gagal) dalam perjanjian kontrak hutang. Penelitian akuntansi tentang manajemen laba dilakukan untuk memberikan penjelasan secara ilmiah atas praktik manajemen laba oleh manajer. Bukti empiris menunjukkan bahwa manajer melakukan manajemen laba dengan bermacam-macam pola: taking a bath (Healy; 1985), income minimization (Cahan; 1992), income maximization (Dempsey; 1993), dan income smoothing (Beattie; 1994) dalam Primanita dan Setiono (2006:44).
6
Motivasi yang melatarbelakangi manajemen laba juga beragam, yaitu mengelola bonus (manajemen), menghindari pelanggaran kontrak utang dan menghindari atau mengurangi political cost. Political cost disini menyatakan bahwa perusahaan yang berhadapan dengan biaya politik, cenderung melakukan rekayasa laba dengan tujuan untuk meminimalkan biaya politik yang harus mereka tanggung (Scott) dalam (Luciana Spica, 2006:6). Biaya politik yang dimaksud adalah mencakup semua biaya (transfer kekayaan) yang harus ditanggung oleh perusahaan terkait dengan tindakan-tindakan antitrust, regulasi, subsidi pemerintah, pajak, tarif, tuntutan buruh dan lain sebagainya (Watts dan Zimmerman) dalam Luciana Spica (2006:7). Penelitian lain mencoba mendeteksi manajemen laba melalui variabel discretionary accruals. Pendeteksian tersebut sulit dilakukan karena sangat beragamnya variasi dari tahun ke tahun yang sangat dipengaruhi oleh kondisi bisnis. Penelitian–penelitian tersebut hanya menunjukkan apakah manajemen laba terjadi atau tidak, tanpa memberi penjelasan atas apa yang telah terjadi. Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alwan Sri Kustono (2009) dan Arman Sinaga (2009). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Proksi yang digunakan sebagai agency cost dalam penelitian sebelumnya adalah ukuran perusahaan, hutang, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, keberadaan komisaris independen, kualitas auditor, SGA (Selling and General Administrative) dan FCF (Free Cash Flow) Sedangkan dalam penelitian ini hanya mengambil sebagian proksi agency
7
cost dari penelitian sebelumnya yakni hutang, SGA (Sales and General Administrative) dan FCF (Free Cash Flow). Hal ini dikarenakan variabel agency cost dengan proksi tersebut belum banyak diteliti berkaitan dengan income smoothing. 2. Dalam penelitian sebelumnya sampel yang digunakan adalah perusahaan publik non keuangan di Indonesia, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini mengambil perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2009 karena pada tahun 2008 terjadi krisis global dan secara tidak langsung akan berdampak pada perusahaan yang ada di Indonesia dan untuk menyeimbangkan maka diambil sampel dua tahun sebelum krisis global dan dua tahun setelah krisis global terjadi. Berdasarkan uraian tersebut penulis melakukan penelitian dengan judul
“Analisis
Agency
Cost
Terhadap
Kecenderungan
Income
Smoothing” studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2009.
B. Rumusan Masalah Seperti telah diuraikan pada latar belakang penelitian, permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah hutang sebagai proksi agency cost berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan perataan laba atau income smoothing?
8
2. Apakah SGA (Sales and General Administrative) sebagai proksi agency cost berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan perataan laba atau income smoothin? 3. Apakah FCF sebagai proksi agency cost berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan perataan laba atau income smoothing? 4. Apakah hutang, SGA (Sales and General Administrative) dan FCF (Free Cash Flow) sebagai proksi agency cost secara simultan
berpengaruh
secara signifikan terhadap kecenderungan perataan laba atau income smoothing?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh hutang sebagai proksi agency cost terhadap kecenderungan perataan laba atau income smoothing. 2. Menganalisis pengaruh SGA (Sales and General Administrative) sebagai proksi agency cost terhadap kecenderungan perataan laba atau income smoothing. 3. Menganalisis pengaruh FCF (Free Cash Flow) sebagai proksi agency cost terhadap kecenderungan perataan laba atau income smoothing. 4. Menganalisis pengaruh hutang, SGA (Sales and General Administrative) dan FCF (Free Cash Flow) sebagai proksi agency cost secara simultan terhadap kecenderungan perataan laba atau income smoothing.
9
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap semua pihak, diantaranya: 1. Menemukan bukti empiris dan menganalisa pengaruh hutang, SGA (Sales and General Administrative) dan FCF (Free Cash Flow) sebagai proksi dari agency cost terhadap kecenderungan perataan laba atau income smoothing. 2. Dapat menjelaskan kaitan agency cost serta pengaruhnya terhadap income smoothing bagi perusahaan. Untuk investor penelitian ini dimanfaatkan sebagai alat pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 3. Memberikan kontribusi pada pengembangan teori ilmiah terutama dalam bidang akuntansi.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) Teori
akuntansi
positif
sering
kali
dihubungkan
dengan
pembahasan manajemen laba (earning management). Teori akuntasi positif
menjelaskan
faktor-faktor
yang
mungkin
mempengaruhi
manajemen dalam memilih prosedur akuntansi yang optimal dengan tujuan tertentu. Menurut teori akuntansi positif, pemilihan prosedur akuntansi yang digunakan perusahaan tidak harus sama dengan perusahaan lainnya. Perusahaan diberi kebebasan untuk memilih salah satu dari alternatif prosedur yang tersedia untuk meminimumkan biaya kontrak dan memaksimumkan nilai perusahaan (Scott, 1997) dalam Agnes Utari (2001:90). Adanya kebebasan untuk memilih prosedur yang tersedia maka manajer akan melakukan tindakan yang dinamakan oleh teori akuntansi positif sebagai tindakan oportunis (opportunistic behavior). Jadi tindakan oportunis adalah suatu tindakan dimana manajer memilih kebijakan akuntansi
yang
menguntungkan
dirinya
atau
memaksimumkan
keuntungannya. Ada tiga hipotesis yang secara umum dihubungkan dengan tindakan oportunistik manajer (Watts dan Zimmerman) dalam (Primanita dan Setiono, 2006:46) sebagai berikut:
11
1. Bonus plan hypothesis Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer akan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang cenderung akan meningkatkan laba yang dilaporkan pada
periode berjalan. Tujuannya untuk
memaksimumkan bonus yang akan mereka peroleh karena besarnya bonus tergantung pada besarnya laba yang dihasilkan. Dalam kontrak bonus
dikenal
dua
istilah
yaitu
bogey
(tingkat
laba
terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi). Hipotesis ini sering dikaitkan dengan skema bonus, dimana: •
Manajemen akan meminimalkan laba karena kondisi perusahan saat itu rugi (kondisi bogey ke kiri).
•
Manajemen berusaha memaksimalkan laba dengan menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba agar manajemen dapat memperoleh bonus yang maksimal (kodisi bogey ke cap).
•
Manajemen akan membuat laba menjadi rata (income smoothing), supaya perusahaan dianggap sudah mapan dan stabil. Dalam kondisi ini manajemen tidak lagi memaksimalkan bonus karena bonus sudah maksimal (kondisi cap ke kanan).
2. Debt convenant hyphotesis Hipotesis ini berkaitan dengan syarat yang harus dipenuhi dalam perjanjian hutang (debt convenant). Dinyatakan pula bahwa semakin dekat perusahaan pada pelanggaran terhadap debt convenant, maka semakin besar kecenderungan manajer tersebut untuk menggunakan
12
metode akuntansi yang meningkatkan laba. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya technical default. Dengan meningkatkan laba (melakukan income increasing) dinilai dapat mencegah atau setidaknya dapat menunda hal tersebut. 3. Political cost hypothesis Hipotesis ini menyatakan bahwa semakin besar biaya politis yang dihadapi perusahaan maka semakin besar pula kecenderungan perusahaan
tersebut untuk menggunakan pilihan akuntansi untuk
mengurangi laba yang dilaporkan, dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Tingkat laba yang tinggi dinilai akan mendapat perhatian luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya juga akan menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga akan menimbulkan biaya politis
diantaranya
adalah
munculnya
intervensi
pemerintah,
pengenaan pajak yang lebih tinggi, dan berbagai macam tuntutan lain yang dapat meningkatkan biaya politis.
2. Teori Keagenan (Agency Theory) Pengelolaan perusahaan yang semakin dipisahkan dari kepemilikan perusahaan merupakan salah satu ciri perekonomian modern, hal ini sesuai dengan teori keagenan yang menginginkan principal (pemilik) perusahaan menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga profesional (agent) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis. Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (1995) dalam Agnes Utari (2001:92)
13
adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari principal kepada agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai principal dan CEO (Chief Executive Officer) sebagai agent mereka. Pemegang saham mempekerjakan CEO untuk
bertindak
sesuai
dengan
kepentingan
principal.
Tujuan
dipisahkannya pengelolaan dan kepemilikan perusahaan yaitu agar pemilik memperoleh keuntungan maksimal dengan biaya yang efisien. Teori keagenan mengemukakan jika antara pihak principal dan agent memiliki kepentingan yang berbeda muncul konflik yang dinamakan masalah keagenan (agency problem). Untuk mengurangi kesempatan manajer melakukan tindakan yang merugikan investor luar, Jensen dan Meckling (1976) dalam Zaenal Arifin dan Nina R (2006:240) mengidentifikasi ada dua cara yaitu investor luar melakukan pengawasan (monitoring) dan manajer sendiri melakukan pembatasan–pembatasan atas tindakan–tindakannya (bonding). Pada satu sisi, kedua kegiatan tersebut akan mengurangi kesempatan penyimpangan oleh manajer sehingga nilai perusahaan akan meningkat sedangkan pada sisi yang lain keduanya akan memunculkan biaya sehingga akan mengurangi nilai perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) juga menyatakan bahwa calon investor akan mengantisipasi adanya kedua biaya tersebut ditambah dengan kerugian yang masih muncul meskipun
14
sudah ada monitoring dan bonding, yang disebut residual cost. Antisipasi atas ketiga biaya yang didefinisikan sebagai biaya agensi ini nampak pada harga saham yang terdiskon saat perusahaan menjual sahamnya. Mekanisme monitoring bisa dilakukan dengan pembentukan dewan komisaris, pasar corporate control, pemegang saham besar, kepemilikan institusional dan pasar manajer. Mekanisme kontrol dilakukan dengan peningkatan kepemilikan manajer dan bonding dengan meningkatkan hutang dan meningkatkan dividen. Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh prinsipal untuk mengawasi perilaku agen, yaitu untuk mengukur, mengamati dan mengontrol perilaku agen. Contoh biaya ini adalah biaya audit untuk menetapkan rencana kompensasi manajer, pembatasan anggaran dan aturan-aturan operasi. Bonding cost adalah biaya yang ditanggung oleh agen untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen akan bertindak untuk kepentingan prinsipal, contohnya biaya yang dikeluarkan oleh manajer untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemegang saham. Berbagai konflik kepentingan dalam perusahaan baik antara manajer dengan pemegang saham, manajer dengan kreditor atau antar pemegang saham, kreditor dan manajer disebabkan adanya hubungan keagenan atau agency relationship. Pihak prinsipal dapat membatasi perbedaan kepentingannya dengan
memberikan insentif yang layak
15
kepada agen dan harus bersedia mengeluarkan biaya pengawasan atau monitoring cost untuk mencegah penyimpangan (hazard) dari agen. Hal tersebut dinamakan dengan biaya keagenan atau agency cost (Horne dan Wachowicz) dalam Sinaga (2009:23) Menurut Meythi (2005) dalam Sinaga. (2009:24), ada 8 cara untuk mengurangi konflik kepentingan dan agency cost. a.
Meningkatkan kepemilikan manajerial Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan
kepentingan pemegang saham sehingga manajemen dapat bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan peningakatan presentase kepemilikan,
manajer
termotivasi
meningkatkan
kinerja
dan
bertanggungjawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Pada kepemilikan menyebar, masalah keagenan terjadi antara pihak manajemen dengan pemegang saham. Sedangkan pada kepemilikan terkonsentrasi, masalah keagenan disebabkan oleh hubungan antara pemegang saham dan kreditor. b.
Kepemilikan institusional sebagai agen pengawas (monitoring agents) Konflik kepentingan mendasari adanya agency cost, dengan asumsi
rasionalitas ekonomi dimana orang akan memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum pemenuhan kepentingan orang lain. Kepemilikan institusional dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan antara pemegang saham dan manajer. Kepemilikan institusional didefinisikan sebagai proporsi kepemilikan saham pada akhir tahun yang
16
dimiliki oleh lembaga, seperti asuransi, bank atau institusi lain. Peningkatan kepemilikan institusional menyebabkan kinerja manajer diawasi secara optimal dan terhindar dari perilaku oprtunistik. Dengan melibatkan kepemilikan institusional, manajer bertindak sesuai keinginan pemegang saham sehingga mengurangi agency cost. c.
Meningkatkan pendanaan melalui hutang Peningkatan hutang akan menurunkan skala konflik antara pemegang
saham dan manajemen. Apabila perusahaan memerlukan kredit, maka harus siap untuk dievaluasi dan dimonitor oleh pihak eksternal dan akan mengurangi konflik antara manajemen dengan pemegang saham. Disamping itu, hutang juga dapat mengurangi kelebihan aliran kas atau excess cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. d.
Meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih atau dividend payout ratio. Peningkatan rasio dividen terhadap laba bersih akan memperkecil
aliran kas bebas atau free cash flow sehingga manajemen harus mencari sumber dana eksternal untuk pembiayaan investasi. Pengertian free cash flow itu sendiri adalah ketersediaan dana dalam jumlah yang melebihi kebutuhan untuk pendanaan investasi yang menguntungkan. Apabila laba yang diperoleh dibagi sebagai dividen, maka kebutuhan investasi harus dicari dari sumber dana eksternal. Pembiayaan eksternal ini akan
17
meningkatkan pengawasan oleh pihak eksternal seperti pengawas pasar modal, banker investasi (investment banker) dan investor. e.
Tingkat risiko Dalam kerangka konflik keagenan, risiko digunakan sebagai dasar
untuk menentukan kepemilikan manajerial, kebijakan hutang dan kebijkan dividen. Pada tingkat risiko tinggi perusahaan kesulitan mengawasi kondisi eksternal sehingga meningkatkan kepemilikan manajerial sebagai cara untuk mengawasi kondisi internal. f.
Kebijakan insentif Dengan insentif yang menarik, manajer termotivasi meningkatkan
kemakmuran pemilik dan memperketat pengawasan terhadap perusahaan. Masalah keagenan tidak sepenuhnya diatasi melalui kebijakan insentif, tetapi juga diperlukan kebijakan baru melalui peningkatan kepemilikan manajerial. Keterlibatan manajer dalam kepemilikan saham dapat memotivasi untuk meningkatkan nilai perusahaan dan kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya apabila ditetapkan persentase kepemilikan manajerial kecil, maka manajer terfokus pada pengembangan kapasiatas atau ukuran perusahaan. Tujuan manajer melakukan tindakan ini yaitu untuk mempertahankan posisi manajerial dari ancaman hostile takeover (pengambilalihan), meningkatkan status, kekuasaan, gaji atau memberi kesempatan pada manajer bawah dan menengah untuk berkembang. g.
Menggunakan aliansi dengan kreditor atau bentuk kerjasama lainnya sesuai dengan kesepakatan bersama
18
Penggunaan aliansi dengan kreditor atau bentuk kerjasama lainnya sesuai dengan kesepakatan bersama dapat mengurangi konflik keagenan. Jika beraliansi, manajer bisa memperoleh dananya dari pihak kreditor tanpa harus membayar bunga dan hutang, jika kreditor bisa memperoleh pendapatan dari keuntungan (earning per share atau laba) perusahaan, serta kemungkinan kreditor menjadi owner (pemilik). Kelemahan dari aliansi adalah sulit mencari investor yang ingin bekerjasama dengan pihak perusahaan karena biasanya investor atau kreditor jarang sekali mau menanggung risiko tapi ingin mendapat keuntungan yang besar. h.
Manajer memahami bagaimana peran-perannya Manajer mengaetahui dan paham bagaimana peran-perannya sebagai
manajer dapat mengurangi konflik keagenan. Peran manajer adalah: 1) Mengambil keputusan keuangan dalam perusahaan, antara lain: keputusan
pendanaan,
keputusan
investasai,
pendistribusian
keuntungan. 2) Mempertimbangkan risiko dari setiap keputusan yang diambil dan return yang akan diperoleh dari setiap investasi tersebut. Oleh karena itu, sebagai pengambil keputusan dalam perusahaan yang akan mensejahterakan para pemilik saham, sebaiknya memahami betul konsep-konsep mengenai risk and return, capital structure (struktur modal), capital budgeting (penganggaran modal).
19
3. Informasi Asimetri (Asymmetric Information) Adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan akan menyebakan timbulnya informasi asimetri. Informasi asimetri adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan dari pada yang dimiliki oleh investor (Brigham dan Houston, 2006:27). Menurut Scott (2000) dalam Sinaga (2009:33) ada dua jenis ketidaksamaan informasi, yaitu adverse selection dan moral hazard. Adverse selection adalah suatu tipe informasi asimetri dimana satu orang atau lebih pelaku-pelaku transaksi bisnis atau transaksi-transaksi yang potensial mempunyai informasi lebih atas yang lain. Ketimpangan pengetahuan informasi perusahaan ini dapat menimbulkan masalah dalam transaksi pasar modal karena investor tidak mempunyai informasi yang cukup dalam pengambilan keputusan investasinya. Sedangkan moral hazard adalah suatu tipe informasi asimetri dimana satu orang atau lebih pelaku-pelaku bisnis atau transaksi-transaksi potensial yang dapat mengamati kegiatan-kegiatan mereka secara penuh dibandingkan dengan pihak lain. Masalah moral hazard ini terjadi karena pihak-pihak di luar perusahaan (investor) mendelegasikan tugas dan wewenangnya kepada manajer tetapi investor tidak dapat sepenuhnya memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian tersebut.
20
4. Teori Sinyal (Signaling Theory) Teori sinyal menjelaskan perusahaan (manajer) mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal (pemegang saham). Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena adanya informasi asimetri antara perusahaan (manajemen) dan pihak eksternal (investor dan kreditor). Kurangnya informasi pihak eksternal mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak eksternal, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakspatian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Brigham dan Houston) dalam Sinaga (2009:34). Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain. Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis. Laba merupakan bagian dari laporan keuangan sehingga laba seharusnya juga berguna untuk keputusan kredit. Laba dapat digunakan untuk menilai prospek perusahaan misalnya untuk mengevaluasi performance
21
manajemen, memperkirakan earning power, memprediksi laba yang akan datang atau menilai risiko investasi atau peminjaman pada perusahaan.
5. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) Tata kelola perusahaan merujuk pada sistem yang mengaharuskan perusahaan dikelola dan dikendalikan. Sistem tersebut melintasi berbagai hubungan antara pemegang saham perusahaan, dewan direksi serta pihak manajemen senior. Hubungan-hubungan ini memberi kerangka kerja untuk menetapkan tujuan perusahaan dan pengawasan kinerja. Terdapat tiga ketegori individu yang menjadi kunci utama keberhasilan tata kelola perusahaan. Pertama, pemegang saham biasa yang memilih dewan direksi; kedua, dewan direksi perusahaan itu sendiri; dan ketiga, para pejabat eksekutif puncak yang dipimpin oleh direktur utama (Chief Executive Officer – CEO). Dewan direksi (board of directors) yang merupakan penghubung penting antara pemegang saham dengan para manajer, berpotensi menjdi instrument yang paling efektif untuk tata kelola perusahaan. Tanggung jawab utama mereka adalah mengawasi jalannya perusahaan. Dewan sireksi, jika beroperasi dengan benar juga merupakan pemeriksa independen atas manajemen perusahaan untuk memastikan bahwa pihak manajemen bertindak demi kepentingan para pemegang saham (Horne dan Wachowicz, 2005:10). Prinsip-prinsip pokok tata kelola perusahaan yang perlu diperhatikan untuk
terselenggaranya
praktik
good
corporate
governance
adalah
22
transparansi
(transparency),
akuntabilitas
(accountability),
keadilan
(fairness) dan responsibilitas (responsibility). Tranparansi yaitu dengan meningkatkan kualitas keterbukaan informasi tentang “performance” perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Akuntabilitas yaitu dengan mendorong optimalisasi peran dewan direksi dan dewan komisaris dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara profesional. Audit independen mutlak diperlukan untuk menunjang akuntabilitas perusahaan. Fairness yaitu dengan memaksimalkan upaya perlindungan hak dan perlakuan adil kepada seluruh pemegang saham tanpa kecuali. Responsibilitas yaitu dengan mendorong optimalisasi peran pemegang saham dalam memdukung program-program perusahaan (Baridwan) dalam Sinaga (2009:36), dengan menerapkan corporate governance diharapkan dapat mengurangi dorongan untuk melakukan tindakan manipulasi oleh manajer sehingga kinerja yang dilaporkan merefleksikan keadaan ekonomi yang sebenarnya dari perusahaan (Jensen) dalam Sinaga (2009:36).
6. Income Smoothing Faktor-faktor yang mempengaruhi income smoothing suatu perusahaan sangatlah beragam, sebagaimana dikemukakan oleh beberapa peneliti terdahulu. Faktor-faktor tersebut antara lain ukuran perusahaan, profitabilitas, sektor industri, harga saham, leverage operasi, rencana bonus dan kebangsaan. Tetapi dalam beberapa hal, hasil dari penelitian tersebut berbeda meskipun mengukur hal yang sama.
23
Pengguna laporan keuangan lebih berfokus terhadap laba daripada item laporan keuangan lainnya. Nasser dan Herlina (2003:291) menyatakan bahwa informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen selain itu informasi laba juga membantu pemilik perusahaan atau pihak lainnya dalam menaksir “earnings power” perusahaan di masa yang akan datang. Ball and Brown (1968) dalam Nasser dan Herlina (2003:292) menemukan bahwa informasi yang terkandung dalam angka akuntansi akan berguna jika laba yang sesungguhnya berbeda dengan laba yang diharapkan (expected earning). Salah satu pola manajemen laba adalah income smoothing. Selain itu, menurut Eckel (1981) dalam Berryllian (2007:13) ada dua jenis income smoothing, yaitu naturally smooth dan intentionally smooth. Intentionally smooth terbagi atas artificial smoothing dan real smoothing. Aliran perataan laba yang alami (naturally income smoothing) secara sederhana mempunyai implikasi bahwa sifat proses perolehan laba itu sendiri yang menghasilkan suatu aliran penghasilan atau laba yang rata. Tipe perataan laba ini akan terjadi begitu saja tanpa intervensi pihak manapun. Berbeda dengan perataan laba secara alami, perataan laba yang disengaja (intentionally income smoothing) mengandung intervensi manajemen. Ada dua jenis perataan laba yang disengaja yaitu perataan laba secara riil dan secara artificial. Perataan laba secara riil menunjukkan tindakan manajemen yang berusaha untuk mengendalikan peristiwa ekonomi yang secara langsung mempengaruhi penghasilan laba perusahaan di masa yang akan datang.
24
Perataan laba secara artifisial menunjukkan usaha manipulasi yang dilakukan oleh manajemen untuk meratakan laba. Manipulasi yang dilakukan tidak menunjukkan peristiwa ekonomi yang mendasar atau memepengaruhi aliran kas, tetapi menggeser biaya dan atau pendapatan dari suatu periode ke periode yang lainnya. Faktor yang diasumsikan menyebabkan manajer melakukan income smoothing menurut Belkaoui (2007) dalam Diastiti Okkarisma Dewi (2010:51), ialah: 1. Mekanisme pasar kompetitif, yang mengurangi pilihan-pilihan yang tersedia untuk manajemen. 2. Skema kompensasi manajemen, yang terkait langsung dengan kinerja perusahaan. 3. Ancaman pergantian manajemen. Ada berbagai macam tujuan yang ingin dicapai oleh manajemen dalam income smoothing yaitu (1) mencapai keuntungan pajak (Hepworth) (2) untuk memberikan kesan baik dari pemilik dan kreditor terhadap kinerja manajemen (Stolowy dan Breton), (3) mengurangi fluktuasi pada pelaporan laba dan mengurangi risiko, sehingga harga sekuritas yang tinggi menarik perhatian pasar (Bleidernan), (4) untuk menghasilkan pertumbuhan profit yang stabil (Fudenberg dan Tirole), dan (5) untuk menjaga posisi/kedudukan mereka dalam perusahaan (Spohr). Perataan mungkin terkait dengan ukuran perusahaan, keberadaan insentif bonus, dan penyimpangan laba aktual dengan
25
laba ekspektasi yang telah diprediksi sebelumnya (Yoon and Miller) dalam Juniarti (2005:150). Berbagai teknik yang dilakukan dalam income smoothing, menurut Sopa Sugiarto (2003) dalam Berryllian (2009:17) diantaranya ialah: o Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi. Pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri (accruals) misalnya: pengeluaran biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak juga perusahaan yang menggunakan kebijakan diskon dan kredit, sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada bulan terakhir tiap kuarter dan laba kelihatan stabil pada periode tertentu. o Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer mempunyai wewenang untuk mengalokasikan pendapatan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya: jika penjualan meningkat, maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan pengembangan serta amortisasi goodwill pada periode itu untuk menstabilkan laba. o Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya: jika pendapatan non-operasi sulit untuk didefinisikan, maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan non-operasi. Keleluasaan untuk memakai teknik-teknik akuntansi dalam mencatat terbukti telah disalahgunakan oleh manajemen untuk melakukan income
26
smoothing.
Bahkan
income
smoothing
banyak
dilakukan
dengan
menggunakan teknik-teknik akuntansi yaitu dengan merubah kebijakan akuntansi. Penelitian sebelumnya yang menganalisa income smoothing dan hubungannya dengan agency cost (yang diproksikan di antaranya dengan kepemilikan institusional, size perusahaan, hutang dan kualitas auditor) terhadap kecenderungan income smoothing, dilakukan oleh Alwan Sri Kustono (2009). Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa size perusahaan dan kualitas auditor berpengaruh negatif. Sedangkan hutang dan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kecenderungan income smoothing secara signifikan.
B. Kerangka Pemikiran Gambar Kerangka Pemikiran Variabel Independen (agency cost)
Variabel Dependen
Hutang (DEBT)
Proksi agency cost
Selling and General Administrative (SGA)
Income Smoothing
Free Cash Flow (FCF)
27
C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: proksi agency cost hutang berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba (income smoothing) H2: proksi SGA (Selling and General Administrative) berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba (income smoothing) H3: proksi FCF (Free Cash Flow) berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba (income smoothing). H4: agency cost (hutang, SGA dan FCF) secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba (income smoothing)
28
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan uraian masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif yaitu penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih (Indriantoro dan Supomo, 2002:27). Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data diskrit yaitu data yang berasal dari proses perhitungan dan berupa bilangan bulat (Sulaiman, 2000:34). Data tersebut diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal, Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) menara 2, lantai 1, Jalan Jenderal Sudirman kav. 52-53, Jakarta, 12190 atau website www.idx.co.id
B. Metode Pengumpulan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah 42 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sejak tahun 2006-2009. Sampel diambil dengan menggunakan metode judgement sampling yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang
informasinya
diperoleh
dengan
menggunakan
kriteria
tertentu
(Indriantoro dan Supomo, 2002:131). Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan pada periode 2006-2009.
28
2. Laporan keuangan yang berakhir 31 Desember setiap tahunnya dan telah diaudit oleh akuntan independen. 3. Laporan keuangan menggunakan kurs mata uang rupiah. 4. Laporan keuangan tidak mengalami kerugian secara berturut-turut. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel di atas, diperoleh perusahaan yang akan dijadikan sampel penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Seleksi Sampel Keterangan Jumlah sampel awal
Jumlah 116
Pelanggaran kriteria 1 Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan pada periode
71
2006-2009. Pelanggaran kriteria 2 Laporan keuangan yang berakhir 31 Desember setiap tahunnya dan 0 telah diaudit oleh akuntan independen Pelanggaran kriteria 3 1 Laporan keuangan menggunakan kurs mata uang rupiah. Pelanggaran kriteria 4 2 Laporan keuangan tidak mengalami kerugian secara berturut-turut. Jumlah sampel
42
30
C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipakai oleh penulis adalah penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan berbagai literatur seperti laporan keuangan, buku, artikel, jurnal, skripsi, surat kabar dan data dari internet. Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan ini dinamakan data sekunder (secondary data).
D. Metode Analisis Data Pengujian dilakukan dengan bantuan komputer paket program SPSS Versi 15 sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode statistik inferensi yaitu berupa 1) pengujian univariate seperti Binomial test, Mann Whitney U test, T test dan 2) Pengujian Multivariate, berupa regresi logistik (logistic Regression). Model analisis ini dipilih karena penelitian dirancang untuk meneliti pengaruh sejumlah variabel bebas terhadap variabel terikat yang berupa variabel kategorik. Bentuk pengujian yang dipakai adalah sebagai berikut: 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2005:19). 2. Analisis Uji Statistik a. Uji Univariate Pengujian univariate dilakukan untuk menguji lebih lanjut secara
31
statistik apakah variabel independen agency cost yang diproksikan dengan hutang, SGA dan FCF berbeda secara signifikan di antara perusahaan yang melakukan praktik income smoothing dan yang tidak melakukan
praktik
income
smoothing.
Dalam
pengujian
ini
menggunakan uji Independent Sample T Test apabila datanya berdistribusi normal dan uji Mann Whitney U Test jika datanya tidak berdistribusi normal. Data berdistribusi normal atau Ho diterima ditunjukkan dengan nilai p-value (asym. Sig 2 tiled) yang nilainya > 0,05. b. Uji Multivariate Dalam pengujian multivariate yang menggunakan regresi logit tidak memerlukan uji normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model, artinya variabel penjelas tidak harus memiliki distribusi normal, linier, maupun memiliki varian yang sama dalam setiap group (Mudrajad Kuncoro) dalam Berryllian (2007:34). Model regresi logit (logistic regression) dianggap tepat karena variabel dependennya diukur secara nominal dan interval. Menurut Ashari dkk dalam Berryllian (2007:34) model logit yang digunakan dalam penelitian ini adalah sbb : Status = a + b1 (X1) + b2 (X2) + b3 (X3) + e Dimana : Status
= Status perusahaan sampel. 1 untuk perusahaan perata laba dan 0 untuk perusahaan bukan perata laba.
32
X1
= hutang (debt)
X2
= SGA (Selling and General Administrative)
X3
= FCF (Free Cash Flow)
1) Pengujian Secara Serentak (simultan) Pengujian secara serentak yaitu pengujian multivariate yang dilakukan dengan menggunakan regresi logistik yang dilakukan secara bersama-sama (serentak) untuk semua proksi agency cost. Untuk pengujian ini tingkat signifikansi sebesar 0,05 atau 5%. 2) Pengujian Secara Terpisah (parsial) Untuk lebih meyakinkan hasil yang diperoleh dari pengujian multivariate
secara
serentak,
maka
dilakukan
pengujian
multivariate secara terpisah dengan mengeluarkan satu atau lebih proksi agency cost dari pengujian sebelumnya. Untuk pengujian multivariate secara terpisah yang pertama, proksi agency cost yang pertama kali dikeluarkan adalah proksi agency cost yang memiliki nilai p yang paling besar. Pengujian secara terpisah selanjutnya akan mengeluarkan proksi agency cost yang memiliki nilai p dibawah nilai p yang telah dikeluarkan sebelumnya hingga pada akhirnya pengujian hanya dilakukan terhadap proksi agency cost yang memliki nilai p terkecil.
33
E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Pada bagian ini menguraikan definisi dari masing-masing variabel yang akan digunakan beserta pengukurannya. Penjelasan dari masing-masing variabel dalam penelitian ini antara lain: 1.
Variabel Dependen Variabel dependen atau disebut juga variabel yang diduga sebagai akibat (presumed effect variable) adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2002:63). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah income smoothing. Variabel ini diberi simbol IS. Income smoothing dalam penelitian ini diukur dengan indeks Eckel (1981) yang telah digunakan oleh peneliti sebelumnya dengan kriteria bahwa perusahaan telah melakukan tindakan income smoothing bila:
CV ΔS > CV ΔI
di mana: ΔS = perubahan penjualan dalam satu periode ΔI
= perubahan penghasilan bersih/laba dalam satu periode
CV = koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan
34
CV ΔS dan CV ΔI dapat dihitung sebagai berikut:
CV ΔS atau CV ΔI =
√
variance Expected value
atau
CV ΔS atau CV ΔI =
di mana:
√
∑ ( ∆Χ - ∆Χ)2 : ∆ Χ
n-1
ΔX = perubahan laba (I) atau penjualan (S) ΔX = rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S) n
= banyaknya tahun yang diamati Ashari,
dkk
(1994)
dalam
Diefky
Berrylian
(2007:34)
mengemukakan alasan mengapa indeks Eckel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih sebagai petunjuk terjadi atau tidaknya praktik income smoothing pada perusahaan. Adapun alasan yang dikemukakan antara lain: a)
Objektif dan bedasarkan pada statistik dengan pemisahan yang jelas antara perusahaan yang melakukan praktik income smoothing dan yang tidak melakukan praktik income smoothing.
b)
Mengukur
terjadinya
praktik
income
smoothing
tanpa
memaksakan prediksi pendapatan, pembuatan model yang diharapkan, pengujian biaya atau pertimbangan yang subyektif.
35
c)
Mengukur income smoothing dengan menjumlahkan pengaruh dari beberapa variabel perata laba yanag potensial dan menyelidiki pola perilaku income smoothing selama periode waktu tertentu.
2.
Variabel Independen Variabel independen atau variabel yang diduga sebagai sebab (presumed caused variable) adalah tipe variabel yang menjelaskan atau memengaruhi variabel yang lain (Indriantoro dan Supomo, 2002:63). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah agency cost. Agency Cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemegang saham untuk mengawasi
(monitoring)
seluruh tindakan dan keputusan yang diambil oleh manajer (agent). Agency Cost diproksikan dengan rasio hutang, SGA (Selling and General Administrative) dan FCF (Free Cash Flow). Penjelasan selangkapnya adalah sebagai berikut: a. Hutang (Debt) Peningkatan hutang akan menurunkan skala konflik antara pihak pemegang saham dan manajemen. Apabila perusahaan memerlukan kredit, maka harus siap untuk dievaluasi dan dimonitor oleh pihak eksternal dan akan mengurangi konflik antara pemegang saham dengan manajemen juga menurunkan kemungkinan adanya praktik income smoothing. Proksi ini diberi simbol DEBT .
36
Hutang DEBT =
Rumus :
Total aktiva
b. SGA (Selling and General Administrative) SGA merupakan proksi dari operating expense (beban operasi). Variabel ini mengukur agency cost berdasarkan selling and general administrative, yaitu rasio beban operasi terhadap total penjualan. Beban
operasi
merefleksikan
diskresi
manajerial
dalam
membelanjakan sumber daya perusahaan. Semakin tinggi beban diskresi manajerial maka semakin tinggi agency cost yang terjadi (Putra dan Ratnadi) dalam Sinaga. (2009:47). Rumus: c.
Beban Operasi
Selling and General Administrative = Total Penjualan
c. FCF ( Free Cash Flow) FCF adalah arus kas yang benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada seluruh investor setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan (Brigham dan Houston, 2006:65).
37
Rumus: NOPAT – investasi bersih pada modal operasi FCF = Total aktiva
Semakin kecil rasio FCF, semakin kecil laba perusahaan yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Sesuai toeri keagenan, apabila perusahaan mempunyai aliran arus kas bebas, manajer perusahaan
mendapat
tekanan
dari
pemegang
saham
untuk
membagikannya dalam bentuk dividen. Hal ini dilakukan untuk mencegah pihak manajemen menggunakan FCF untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan dan cenderung merugikan para pemegang saham. Oleh karena itu, pihak manajemen membagikan FCF agar dapat menekan biaya agensi atau agency cost (Pradessya) dalam Sinaga. (2009:47)..
38
BAB 1V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Perhitungan Indeks Eckel Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari 42 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2009 yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya kemudian dilakukan perhitungan indeks Eckel. Perhitungan indeks Eckel dimaksudkan untuk menemukan kategori suatu perusahaan melakukan praktik perataan laba atau tidak melakukan praktik perataan laba. Perusahaan dikategorikan melakukan praktik perataan laba jika memperoleh nilai indeks Eckel lebih besar dari satu (indeks Eckel > 1), sedangkan perusahaan dikategorikan tidak melakukan praktik perataan laba jika nilai indeks Eckel kurang atau sama dengan satu (indeks Eckel ≤ 1). Hasil perhitungan indeks Eckel untuk masing-masing perusahaan dapat dilihat pada lampiran 1. Adapun kelompok perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan yang tidak melakukan praktik perataan laba dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Daftar Perusahaan yang Melakukan Praktik Perataan Laba Dan yang Tidak Melakukan Praktik Perataan Laba
NO 1 2 3 4
perusahaan yang tidak melakukan IS KODE NAMA PERUSAHAAN AQUA Aqua Golden Mississippi BATA Sepatu Bata Tbk BRAM Indo Kordsa Tbk BRNA Berlina Tbk
38
perusahaan yang melakukan IS NO KODE NAMA PERUSAHAAN 1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 2 APLI Asia Plast Industries Tbk 3 DLTA Delta Djakarta Tbk 4 INDS Indospring Tbk
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
BUDI DVLA DYNA EKAD FASW GDYR HMSP IGAR INAI KAEF LMPI MERK MLBI MYOR NIPS PAFI PICO PYFA SIAP SIPD SKLT STTP SUGI ULTJ
Budi Acid Jaya Tbk Darya-varia laboratoria Tbk Dynaplast Tbk Ekadharma Internasional Tbk Fajar Surya Wisesa Tbk Goodyear Indonesia Tbk H M Sampurna Tbk Kageo Igar Jaya Tbk Indal Alumunium Industry Tbk Kimia farma Tbk Langgeng Makmur Industry Tbk Merck Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Mayora Indah Tbk Nipress Tbk Panasia Filament Inti Tbk Pelangi Indah Canindo Tbk Pyridam farma Tbk Sekawan Intipratama Tbk Sierad Produce Tbk Sekar laut Tbk Siantar TOP Tbk Sudih Energy Tbk Ultra Jaya Milk Tbk
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
JPRS KBLM LMSH LPIN MLIA SAIP SIMM SQBI TCID TRST
Jaya pari Steel Tbk Kabelindo Murni Tbk Lionmesh Prima Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mulia Industrindo Tbk Surabaya Agung Industry P Tbk Surya Intrindo makmur Tbk taisho Pharmaceutical Indo Mandom Indonesia Tbk Tris Sentosa Tbk
B. Analisis Statistik Secara Umum 1. Statistik Deskriptif Uji statistik deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi proksi yang akan diuji pada setiap hipotesis, bagaimana normalitas dan distribusi proksi-proksi yang akan digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji statistik secara umum diharapkan melegitimasi validitas dan reliabilitas yang digunakan dalam uji statistik ssetiap hipotesis penelitian. Uji statistik untuk proksi-proksi hipotesis pertama, kedua dan ketiga untuk mengetahui berapa besarnya nilai rata-rata, deviasi estándar,
40
nilai mínimum dan nilai maksimum. Hasil uji statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Statistik deskriftif
N DEBT SGA FCF Valid N (listwise)
42 42 42 42
Minimum .00 .02 -.97
Maximum 36.20 .59 .51
Mean 1.5575 .1622 -.4262
Std. Deviation 5.58085 .13591 .27221
Sumber: output SPSS 15
Hasil uji statistik deskriptif untuk 42 perusahaan adalah nilai ratarata dari hutang (DEBT) = 1,5575 dengan standar deviasi = 5,58085, nilai terendah = 0,00 (0,0038) yaitu SUGI dan nilai tertinggi = 36,20 (36,1954) yaitu SAIP. Hal ini berarti rata-rata nilai hutang perusahaan sampel sebesar 1,5575, dengan ukuran penyebaran yang homogen (dibawah nilai rata-rata) sebesar 5,58085 dari 42 kasus yang terjadi. Untuk lebih detailnya lihat lampiaran 3. Nilai rata-rata dari hasil uji statistik deskriptif untuk proksi SGA (Sales and General Administrative) adalah sebesar 0,1622 dengan standar deviasi sebesar 0,13591, nilai terendah = 0,02 (0,0151) yaitu AQUA dan nilai tertinggi = 0,59 (0,5939) yaitu PYFA. Hal ini berarti nilai rata-rata SGA sebesar 0,1622 dengan ukuran penyebaran sebesar 0,13591 dari 42 kasus yang terjadi. Untuk lebih detailnya lihat lampiaran 4. Nilai rata-rata dari hasil uji statistik deskriptif untuk proksi FCF (Free Cash Flow) adalah sebesar -0,4262 dengan standar deviasi sebesar
41
0,27221, nilai terendah -0,97 (0,970) yaitu SUGI dan nilai tertinggi 0,51 (0,506) yaitu SAIP. Hal ini berarti rata-rata FCF dari 42 perusahaan sebesar -0,4262, dengan ukuran penyebaran sebesar 0,27221dari 42 kasus yang terjadi. Untuk lebih detailnya lihat lampiaran 5.
2. Analisis Uji Statistik a. Pengujian Univariate Pengujian univariate dilakukan untuk menguji lebih lanjut secara statistik apakah variabel independen yang diproksikan dengan hutang, SGA dan FCF berbeda secara signifikan di antara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan yang tidak melakukan praktik perataan laba. Dalam pengujian ini menggunakan uji Independent Sample T Test apabila datanya berdistribusi normal dan uji Mann Whitney jika datanya tidak berdistribusi normal. Untuk itu dilakukan pengujian normalitas data terlebih dahulu. Hasil dari pengujian normalitas data dengan menggunakan pengujian One Sample Kolmogorov dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.3 Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov
proksi ageny cost DEBT SGA FCF
KS 2.758 1.348 0.862
p-value 0.000 0.053 0.447
keterangan Tidak normal normal normal
Sumber: SPSS 15
42
Dari hasil pengujian normalitas data di atas dapat diketahui bahwa proksi agency cost SGA dan FCF memiliki distribusi yang normal sedangkan hutang tidak berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p-value (asym. Sig 2 tiled) yang nilainya > 0,05 untuk SGA dan FCF dan < 0,05 untuk DEBT. Dengan demikian pengujian univariate yang dapat digunakan untuk proksi DEBT adalah Mann-Whitney U Test, sedangkan SGA dan FCF digunakan pengujian univariate Independent Sample T Test. Pengujian Independent Sample T Test bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata antara masing-masing proks agency cost dengan perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan dengan perusahaan yang melakukan praktik perataan laba. Hasil uji Univariate dengan menggunakan uji Independent Sample T Test dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Hasil Pengujian Univariate proksi ageny cost
uji MannWhitney t-test t-test
DEBT SGA FCF
p-value
keterangan
0.626
H1 ditolak
0.882 0.211
H2 ditolak H3 ditolak
Sumber: SPSS 15
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa uji MannWhitney U Test untuk proksi agency cost yang pertama yakni hutang (DEBT) diperoleh p-value 0,626 yang nilaimya di atas 0,05. Hal ini 43
berarti tidak ada perbedaan yang signifikan nilai DEBT
antara
perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan yang tidak melakukan praktik perataan laba. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil penelitian ini menolak hipotesis pertama yang menyatakan “proksi agency cost hutang berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba (income smoothing)”. Hasil uji Independent Sample T Test untuk proksi agency cost yakni SGA diperoleh p-value sebesar 0,882 yang nilainya diatas 0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan nilai proksi agency cost yakni SGA antara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan dengan yang tidak melakukan praktik perataan laba. Dengan demikian hasil penelitian ini menolak hipotesis kedua yang menyatakan “proksi agency cost SGA berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba”. Sedangkan pengujian Independent Sample T Test proksi agency cost yakni FCF diketahui p-value sebesar 0,211 yang nilainya diatas 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai proksi agency cost FCF antara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba. Dengan demikian hasil penelitian ini menolak hipotesis ketiga yang menyatakan “proksi agency cost FCF berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba”.
44
Dari hasil pengujian Mann-Whitney U Test dan Independent Sample T Test di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa agency cost tidak memiliki potensi untuk berpengaruh terhadap praktik perataan laba baik yang diproksikan oleh hutang (DEBT), SGA maupun FCF.
b. Pengujian Multivariate 1) Menilai Model Fit Hasil pengujian model fit seperti pada hasil output SPSS 15 dapat diringkas dalam tabel berikut: Tabel 4.5 Hosmer and Lemeshow Test
Step 1
Chi-square 12.053
df 8
Sig. .149
Sumber: output SPSS 15
Hasil pengujian atas kelayakan model regresi (goodness of fit test) yang diukur dengan nilai Chi-Square pada uji Hosmer and Lemeshow Test, mununjukkan nilai signifikansi sebesar 0,149 (di atas 0,05), berarti model regresi layak untuk analisis selanjutnya karena tidak ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. Ghozali (2005) mengatakan jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit sama dengan atau kurang dari 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model
45
dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit lebih besar dari 0,05, maka Ho tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. 2) Analisis Logistic Regression Enter Method Analisis regresi logistik dengan metode enter ini berarti ketiga proksi agency cost yaitu hutang, SGA dan FCF secara serantak (secara simultan) dimasukkan ke dalam model regresi logistik dan dilakukan estimasi. Hasil pengujian regresi logistik dengan menggunakan metode enter dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Hasil Pengujian Regresi Logistik Metode Enter
B Step 1(a)
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
DEBT
.167
.280
.358
1
.550
1.182
SGA FCF Consta nt
-.207 .494
2.654 1.674
.006 .087
1 1
.938 .768
.813 1.639
-.641
.905
.501
1
.479
.527
Sumber: Output SPSS 15
Hasil pengujian regresi logistik dengan metode enter pada tabel di atas dapat dilihat bahwa hutang (DEBT) = 0,050, SGA = 0,938 dan FCF = 0,768. Dari masing-masing proksi agency cost tersebut memperoleh nilai p-value lebih besar dari 0,05 (p-value > 0,05) yang berarti terjadi penolakan terhadap H4. Hal ini
46
menunjukkan bahwa hutang, SGA dan FCF sebagai proksi dari agency cost tidak berpengaruh secara signifikan tehadap praktik perataan laba. Tabel 4.7 Model Summary
Step 1
-2 Log likelihood 50.655(a)
Cox & Snell R Square .065
Nagelkerke R Square .090
Koefisien determinasi (R2) merupakan modifikasi dari Cox & Snell R Square yang menghasilkan nilai antara 0 dan 1. R2 milik Nagelkerke (1991) adalah nilai yang paling banyak digunakan sebagai dasar interpretsi (Gracenawati, 2004:33). Pada tabel 4.7, nilai Nagelkerke R2 variabel agency cost yaitu proksi hutang, SGA dan FCF adalah 0,090. Hal ini berarti bahwa 9% variasi dari income smoothing dapat dijelaskan dari variabel agency cost (hutang, SGA dan FCF), sedangkan sisanya sebesar 91% (100%-9%) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Selanjutnya dilakukan pengujian regresi logistik backward stepwise tahap satu yakni dengan mengeluarkan proksi agency cost (DEBT, SGA dan FCF) yang memiliki nilai P-value yang paling besar. Pengujian secara terpisah selanjutnya dengan mengeluarkan proksi agency cost yang memiliki nilai P-value yang telah dikeluarkan sebelumnya hingga pada akhirnya pengujian hanya
47
dilakukan terhadap proksi yang memiliki nilai P-value terkecil. Hasil pengujian multivariate secara terpisah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.8 Hasil Regresi Logistik Secara Terpisah Tahap 1 B Step 1(a)
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
DEBT
.164
.271
.364
1
.546
1.178
FCF
.529
1.613
.108
1
.743
1.697
-.656
.881
.553
1
.457
.519
Consta nt
Sumber: SPSS 15
Hasil
dari
tabel
4.8
mempertegas
hasil
pengujian
multivariate secara serentak, di mana proksi hutang dan FCF tidak berpengaruh terhadap income smoothing. Perubahan tingkat Pvalue untuk masing-masing variabel pada pengujian 3 proksi dengan 2 proksi, juga tidak mencolok yaitu 1% dan 3%. Untuk lebih akurat, maka pengujian dilakukan sekali lagi dengan mengeluarkan satu variabel yang memiliki nilai P-value yang paling besar, yaitu FCF. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Regresi Logistik Secara Terpisah Tahap 2
Step 1(a)
DEBT Consta nt
B .204
S.E. .272
Wald .564
-.919
.398
5.348
df 1
Sig. .453
Exp(B) 1.227
1
.021
.399
Sumber: SPSS 15
48
Dari hasil tabel 4.9 dapat dibuktikan sekali lagi bahwa proksi hutang tidak berpengaruh terhadap income smoothing. Hal ini didukung dengan nilai signifikansi dari 0,546 menjadi 0,453. Walaupun tingkat perubahan sebesar 17%, tetapi masih belum berpengaruh terhadap income smoothing. Hasil pengujian di atas menunjukkan hasil yang konsisten baik yang dilakukan secara serentak maupun terpisah, dimana hasil yang didapat tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari ketiga proksi agency cost (hutang, SGA dan FCF) antara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan yang tidak melakukan praktik perataan laba. Pada proksi hutang (DEBT) diperoleh P-value sebesar 0,550 untuk multivariate yang dilakukan secara serantak dan pengujian secara terpisah sebesar 0,546 dan 0,453 dimana ketiga nilai tersebut jauh diatas 0,05 maka tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap income smoothing. Hal ini juga didukung oleh nilai Nagelkerke’s R2 pengujian serentak dan pengujian terpisah tahap 1 yang memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 0,090 (9%) dan tahap 2 sebesar 0,086 (8,6%) yang berarti variasi dari proksi hutang hanya sebesar 9% pada tahap 1 dan 8,6% pada tahap 2, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Angka koefisien determinasi ini tidak berdampak signifikan terhadap income smoothing. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan
49
“proksi agency cost hutang berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba (income smoothing)” tidak dapat diterima. Hasil tersebut konsisten dengan penelitian Alwan Kustono (2009) bahwa proksi agency cost
hutang tidak berpengaruh
terhadap income smoothing. Hal ini karena manajemen dalam melakukan tindakan income smoothing bisa dikatakan bukan atas dasar besar kecilnya agency cost yang terjadi akan tetapi lebih karena terdapat faktor-faktor lain yang menentukan manajemen melakukan income smoothing seperti leverage dan dividen misalnya. Ini bisa dilihat dari tingkat signifikansi yang sangat besar dan tingkat variasi yang kecil, yang artinya terdapat faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh dibandingkan dengan faktor hutang sebagai proksi dari agency cost. Hasil pengujian multivariate terhadap proksi SGA secara serentak diketahui memiliki nilai sebesar 0,938 yang nilainya lebih besar dari 0,05. Hal ini juga didukung nilai Nagelkerke R2 pada saat pengujian secara serentak sebesar 0,090 atau 9% (lihat Tabel 4.7). Hal ini berarti bahwa 9% variasi dari income smoothing dapat dijelaskan dari variabel agency cost (hutang, SGA dan FCF), sedangkan sisanya sebesar 91% (100%-9%) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan “proksi agency cost SGA tidak berpengaruh secara
50
signifikan terhadap praktik perataan laba (income smoothing)” tidak dapat diterima. Rasio beban operasi terhadap total penjualan atau SGA sebagai proksi dari agency cost tidak berpengaruh terhadap income smoothing. SGA mencerminkan kebijakan manajemen dalam membelanjakan sumber daya perusahaan. Semakin tinggi SGA maka semakin tinggi agency cost yang terjadi (Putra dan Ratnadi dalam Arman S, 2009:47). Namun dalam penelitian ini, agency cost tidak berpengaruh terhadap kecenderungan income smoothing. Hal ini karena manajemen dalam
melakukan tindakan income
smoothing bisa dikatakan bukan atas dasar besar kecilnya agency cost yang terjadi (yang hanya berpengaruh sebesar (9%) akan tetapi lebih karena terdapat faktor-faktor lain (91%). Ini bisa dilihat dari tingkat signifikansi yang sangat besar dan tingkat variasi yang kecil, yang artinya terdapat faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh dibandingkan dengan faktor SGA sebagai proksi dari agency cost. Untuk proksi FCF diketahui P-value sebesar 0,768 untuk pengujian secara serentak dan pengujian secara terpisah tahap 1 diperoleh nilai sebesar 0,743, dimana kedua nilai tersebut di atas 0,05. Hal ini juga didukung oleh nilai Nagelkerke’s R2 pengujian serentak dan pengujian terpisah tahap 1 yang memiliki nilai yang
51
sama yaitu sebesar 0,090 (9%) yang berarti variasi dari proksi FCF hanya sebesar 9%, sedangkan sisanya (91%) dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Angka koefisien determinasi ini tidak berdampak signifikan terhadap income smoothing. Dengan demikian hipótesis kedua yang menyatakan “proksi agency cost SGA berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba (income smoothing)” tidak dapat diterima. FCF sebagai proksi dari agency cost tidak berpengaruh terhadap kecenderungan income smoothing. Hal ini karena manajemen dalam
melakukan tindakan income smoothing bisa
dikatakan bukan atas dasar besar kecilnya agency cost yang terjadi akan tetapi lebih karena terdapat faktor-faktor lain yang menentukan manajemen melakukan income smoothing. Ini bisa dilihat dari tingkat signifikansi yang sangat besar dan tingkat variasi yang kecil, yang artinya terdapat faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh dibandingkan dengan faktor hutang sebagai proksi dari agency cost. Untuk mengetahui ketepatan prediksi terhadap perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan yang tidak melakukan praktik perataan laba dapat dilihat pada tabel berikut:
52
Tabel 4.10 Uji Ketepatan Prediksi Predicted IS Observed
27
1
Percentage Correct 96.4
12
2
14.3
.00 .00 1.00
Step 1 IS
1.00
Overall Percentage
69.0
Sumber: SPSS 15
Pada tabel di atas merupakan dua nilai prediksi dari variabel dependen yang diberi kode 1 untuk perusahaan yang melakukan insome smoothing dan 0 untuk yang bukan. Dari hasil tabel di atas menunjukkan bahwa pada kolom, prediksi yang bukan perata sebanyak 27 perusahaan sedangkan observasi sebesar 28 atau memiliki ketepatan prediksi sebesar 96,4%. Sedangkan perusahaan yang melakukan praktik perataan laba sebanya 12 perusahaan dari observasi 14 perusahaan atau memiliki ketepatan prediksi sebesar 14,3%. Dengan demikian hasil ketepatan prediksi secara keseluruhan adalah sebesar 69,0%. Tabel 4.11 Persamaan Variabel B Step 1(a)
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
DEBT
.167
.280
.358
1
.550
SGA
-.207
2.654
.006
1
.938
.813
FCF
.494
1.674
.087
1
.768
1.639
-.641
.905
.501
1
.479
.527
Consta nt
1.182
Sumber: SPSS 15
53
Dari hasil output di atas maka dapat dibuat persamaan dari variabel dependen dan variabel independen (yakni agency cost yang diproksikan dengan hutang, SGA dan FCF) berdasarkan persamaan logistik sebagai berikut: Status = -0,641+ 0,167 (DEBT) – 0,204 (SGA) + 0,494 (FCF) + e Dari persamaan di atas terdapat konstanta sebesar -0,641 yang berarti memiliki pengaruh negatif terhadap status yaitu income smoothing. Untuk setiap kenaikan 1 satuan maka nialai status akan turun sebesar 0,641. Dengan koefisien variabel (B) DEBT = 0,167 dan FCF = 0,494, maka agency cost yang diproksikan hutang dan FCF memiliki pengaruh positif terhadap income smoothing. Sedangkan SGA = -0,204 memiliki pengaruh negatif terhadap income smoothing. Nilai P-value dari masingmasing proksi DEBT = 0,550, SGA = 0,938 dan FCF = 0,768 yang semuanya memiliki nilai lebih besar dari 0,05 maka semua proksi dari agency cost tidak berpengaruh secara signifikan terhadap income smoothing. Dari analisis di atas, hasil dari pengujian secara terpisah maupun secara serentak dari proksi agency cost hutang, SGA dan FCF diperoleh hasil yang konsisten di atas 0,05. Jadi hipotesis yang keempat yang menyatakan “agency cost (hutang, SGA dan
54
FCF) secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba (income smoothing)” tidak dapat diterima. Dari beberapa pengujian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat diketahui bahwa agency cost dengan menggunakan pengukuran hutang, SGA dan FCF tidak berpengaruh terhadap praktik income smoothing yang kerap terjadi di perusahaan, ini dikarenakan bahwa manajemen melakukan praktik income smoothing cenderung karena motif oportunis dimana manajemen memilih kebijakan akuntansi yang menguntungkan dirinya atau memaksimumkan keuntungannya bukan karena pengaruh besar kecilnya agency cost yang terjadi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Alwan Sri Kustono (2009) bahwa agency cost tidak
mempengaruhi
kecenderungan income smoothing. Ini berarti besar kemungkinan terdapat variabel lain yang dapat mempengaruhi praktik income smoothing sendiri diantaranya ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, keberadaan komisaris independen, kualitas auditor, net profit margin, oprating profit margin, kelompok usaha dan berbagai faktor lainnya yang telah banyak diteliti oleh peneliti terdahulu seperti yang dilakukan oleh Widyaningdyah (2001), Juniarti (2005), Luciana Spica (2006), Primanita dan Setiono (2006), wijayanto (2006), Masodah (2007), Diefky Berryllian (2007), Nurhayatun Nufus (2010) dan lain-lain,
55
namun hasil penelitian tersebut tidak selalu konsisten dan ini menarik untuk terus diteliti dan mengembangkan faktor-faktor yang mungkin memberikan pengaruh terhadap tindakan praktik income smoothing.
56
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan berbagai pengujian yang telah dilakukan mulai dari uji statistik deskriptif, uji univariate hingga uji multivariate, baik pengujian secara serentak maupun terpisah maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Agency cost yang diproksikan dengan hutang tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2009. 2. Agency cost yang diproksikan dengan SGA (Sales and General Administrative) tidak berpengaruh terhadap praktik income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2009. 3. Agency cost yang diproksikan dengan FCF (Free Cash Flow) tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2009. 4. Agency cost baik yang diproksikan dengan hutang, SGA (Sales and General Administrative), dan FCF (Free Cash Flow) secara simultan tidak berpengaruh signiifikan terhadap praktik income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2009.
56
B. Implikasi Dari hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa besar kecilnya agency cost tidak mempengaruhi kecenderungan manajemen perusahaan dalam melakukan praktik income smoothing. Hal ini terjadi karena manajemen lebih bertindak oportunistik. Praktik income smoothing boleh dilakukan manajemen sebagai salah satu metode pencatatan akuntansi untuk perusahaan agar tetap stabil dalam laporan keuangan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Namun, harus dipastikan bahwa dalam melakukan praktik income smoothing sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi manajemen dalam melakukan praktik income smoothing yang sampai sekarang masih banyak diteliti diantaranya ukuran perusahaan, profitabilitas, net profit margin, operating profit margin, sektor industri dan lain-lain.
C. Saran 1. Praktik income smoothing boleh dilakukan oleh manajermen akan tetapi harus memperhatikan peraturan-peraturan baik peraturan yang dibuat oleh pemerintah maupun oleh pihak internal dan pihak eksternal karena akan menyebabkan laba yang dilaporkan tidak memadai dan menyesatkan para pengguna laporan keuangan terutama bagi para investor yang dalam pengambilan keputusan investasinya bergantung pada laporan keuangan. 2. Bagi investor atau pihak eksternal yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan harus lebih hati-hati dan teliti dalam menilai laporan keuangan
57
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di masa depan. Investor sebaiknya lebih memperhatikan dan mempertahankan pemberian insentif atau bonus atas setiap pencapaian yang diraih manajer maupun karyawan perusahaan sehingga akan memotivasi manajer dan karyawan untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan juga dapat mengurangi masalah keagenan. 3. Penelitian ini menggunakan variabel agency cost dengan proksinya yaitu hutang, SGA dan FCF yang masih bersifat umum. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan lebih diperinci seperti menggunakan monitoring cost, bonding cost dan residual cost. Dan atau membedakan pengaruh variabel agency cost terhadap perusahaan yang melakukan praktik income smoothing dan yang tidak melakukan praktik income smoothing. 4. Dalam penelitian ini agency cost tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik income smoothing. Mungkin karena sampel yang diambil dalam penelitian ini hanya ada 14 perusahaan dari 42 perusahaan yang melakukan praktik income smoothing sehingga hasil penelitian tidak terlihat berpengaruh signifikan. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel yang lebih banyak.
58
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica, “Pengujian Size Hypothesis dan Debt/Equity Hypothesis yang Mempengaruhi Tingkat Konservatisme Laporan Keuangan Perusahaan Dengan Teknik Multinomial Logit”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi hal 1-23, 2006. Arifin, Zaenal dan Nina Rachmawati, “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Efektifitas Mekanisme Pengurang Masalah Agensi”, Jurnal Siasat Bisnis vol. 11 no 3 hal. 237-247, 2006. Arifin, Zaenal, “Solusi Masalah Agensi Perusahaan Publik di Indonesia : Pendekatan Game-Modeling dan Pendekatan Positif Empiris”, Jurnal Siasat Bisnis vol 1 hal 35-47, 2004. Berryllian, Diefky, “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan Manufakatur dan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, skripsi Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 2007. Brigham, Eugene dan Joel F. Houston, ”Dasar-dasar Manajemen Keuangan”. Jilid 1 edisi ke 10. Jakarta, Salemba Empat, 2006. Dewi, Diastiti Okkarisma, “Pengaruh Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan dan Financial Leverage Terhadap Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, 2010. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005. Gracenawati.” Analisis Loyalitas Pelanggan Dengan Menggunakan Metode Logit Models Pada Toko Perhiasan Emas di Surabaya.” Skripsi S-1 Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Sekolah Tinggi Teknik Surabaya, 2004. Gumanti, Tatang Ari, “Earning Management: Suatu Telaah Pustaka”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan vol 2 hal 104-115, 2000. Harjito, D. Agus, “Hubungan Subtitusi Antara Agency Problem yang Mengontrol Mekanisme di Malaysia: dengan Menggunakan Analisa Persamaan diakses Mei 2009, dari (Simultaneous Equation)”, http://poetryana.blogspot.com/2009/05/substitution-relationshipbetween.html
58
Horne, James C. Van dan John M. Wachowicz. “Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan”, jilid I. Edisi ke 12. Jakarta, Salemba Empat. 2005. Indriantoro, Nur. dan Bambang Supomo. “Metodologi Peneltian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002. Juniarti, “Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan-perusahaan Go Public”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan vol 7 no 2 hal 148-162, 2005. Kartikawati, Wening, “Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan”, diakses Mei 2009, dari http://hana3.wordpress.com/2009/05/17/pengaruh-kepemilikaninstitusional-terhadap-kinerja-keuangan-perusahaan/ Kustono, Alwan Sri, “Analisis Political Cost dan Agency Cost Terhadap Kecenderungan Perataan Penghasilan Serta Signaling Pada Perusahaan Public Non Keuangan di Indonesia”, diakses Maret 2009, dari http://www.adln.lib.unair.ac.id/download.php?id=gdlhub-gdl-s3-2009kustonoalw-9985&no=1 Masodah, “Praktik Perataan Laba Sektor Industry Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya dan Fakor yang Mempengaruhinya”, Proceeding PESAT vol 2 hal A16-A23, 2007. Nasser, E.M. & Herlina. “Pengaruh Size, Profitabilitas dan Leverage terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Go Publik” Jurnal Ekonomi”, vol. 7(3), hal. 291-305, 2003. Nufus, Nurhayatun, “Analysis Of Effect Size Companies, Profitability and Financial Leverage Against Income Smoothing Action Companies In The Financial Sector (Finance) Listed In The Period 2004-2008 BEI”, skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Jakarta, 2010. Nurrohim, Hasan, “Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan dan Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia”, Sinergi vol 10 no 1 hal 11-18, 2008. Prabansari, Yuke dan Hadi Kusuma, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta”, Sinergi edisi khusus on Finance hal 1-15, 2005. Pradessya, Pandu, “ Pengaruh Insider Ownership, Dispersion of Ownership, Free Cash Flow, Collaterizable Assets dan Tingkat Pertumbuhan terhadap
59
Kebijakan Dividen.” 2006. Diakses http://rac.uii.ac.id/server/document/private.
Mei
2011
dari
Primanita dan Setiono, “Manajemen Laba: Konsep, Bukti Empiris dan Implikasinya”, Sinergi vol 8 no 1 hal 43-51, 2006. Riyanto, Bambang, “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan” edisi ke 4, Yogyakarta, BPFE, 2001 Sinaga, Arman S, “Analisis Perbedaan Proksi Agency Cost Antara Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial dan Tanpa Kepemilikan Manajerial Pada Sektor Manufaktur dan Property Di Bursa Efek Indonesia”, skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara, Medan, 2009 Scott, W. R., “Financial Accounting Theory”, Upper Saddle River, New Jersey, Prentice Hall, 1997. Subagyo, P. Joko. “Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek” edisi ke 4. Jakarta, Rineka Cipta, 2004. Sulaiman, Wahid. “Jalan Pintas Menguasai SPSS 10”, ANDI, Yogyakarta, 2000. Uyanto, Stanislaus S. “Pedoman Analisis Data dengan SPSS” edisi ke 2, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2006. Utomo, Yuni Prihadi, “Eksplorasi Data dan Analisis Regresi Dengan SPSS” Surakarta, Muhammadiyah University Press, 2007. Watts, R, L., and Zimmerman, J. L., “Towards a Positive Theory of the Determination of Accounting Standards”, Accounting Review, 53 (1) hal 112-134, 1978. Watts, R, L., and Zimmerman, J. L., “Positive Accounting Theory”, New York, Prentice Hall, 1986. Widyaningdyah, Agnes Utari, “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan vol. 3 no 2 hal. 89-101, 2001.
60
Lampiran 1 Nama-nama Perusahaan Sampel NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 62
KODE AISA APLI AQUA BATA BRAM BRNA BUDI DLTA DVLA DYNA EKAD FASW GDYR HMSP IGAR INAI INDS JPRS KAEF KBLM LMPI LMSH LPIN MERK
NAMA PERUSAHAAN Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Asia Plast Industries Tbk Aqua Golden Mississippi Sepatu Bata Tbk Indo Kordsa Tbk Berlina Tbk Budi Acid Jaya Tbk Delta Djakarta Tbk Darya-varia laboratoria Tbk Dynaplast Tbk Ekadharma Internasional Tbk Fajar Surya Wisesa Tbk Goodyear Indonesia Tbk H M Sampurna Tbk Kageo Igar Jaya Tbk Indal Alumunium Industry Tbk Indospring Tbk Jaya pari Steel Tbk Kimia farma Tbk Kabelindo Murni Tbk Langgeng Makmur Industry Tbk Lionmesh Prima Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Merck Tbk
NO 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
KODE MLBI MLIA MYOR NIPS PAFI PICO PYFA SAIP SIAP SIMM SIPD SKLT SQBI STTP SUGI TCID TRST ULTJ
NAMA PERUSAHAAN Multi Bintang Indonesia Tbk Mulia Industrindo Tbk Mayora Indah Tbk Nipress Tbk Panasia Filament Inti Tbk Pelangi Indah Canindo Tbk Pyridam farma Tbk Surabaya Agung Industry P Tbk Sekawan Intipratama Tbk Surya Intrindo makmur Tbk Sierad Produce Tbk Sekar laut Tbk taisho Pharmaceutical Indo Siantar TOP Tbk Sudih Energy Tbk Mandom Indonesia Tbk Tris Sentosa Tbk Ultra Jaya Milk Tbk
Lampiran 2 Perhitungan Income Smoothing
no
kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
AISA APLI AQUA BATA BRAM BRNA BUDI DLTA DVLA DYNA EKAD FASW GDYR HMSP IGAR INAI INDS JPRS KAEF KBLM LMPI LMSH LPIN MERK MLBI MLIA MYOR NIPS PAFI PICO PYFA SAIP SIAP SIMM SIPD
63
2006 98 4,412 (15,496) (4,925) (101,182) (8,769) 11,515 (12,546) (19,068) (27,288) 562 95,900 32,087 1,147,424 (3,813) 33,313 (1,192) (7,288) (8,837) (3,619) (127,001) (1,440) 10,366 28,838 (13,433) 283,082 47,845 4,970 (8,606) 105 401 619,448 4,412 4,249 163,433
perubahan laba 2007 2008 15,630 12,926 4,518 (9,406) 17,059 16,424 14,417 122,985 20,835 55,627 15,828 10,384 25,499 (13,196) 3,471 36,424 (2,591) 20,901 7,451 (770) (1,531) 373 20,242 (85,416) 17,002 (41,587) 93,528 271,262 5,462 (8,078) (12,205) 673 10,188 21,939 14,770 7,591 8,199 3,204 (5,193) (1,327) 9,087 (9,828) 17,975 (11,405) 18,974 (13,271) 2,947 9,136 10,804 137,922 (504,084) 255,226 48,013 54,641 (1,645) (4,843) (13,312) (89,767) 6,645 4,461 14 565 185,588 (638,551) (651) 4,279 5,928 (53,683) (19,757) 6,057
2009 9,101 34,964 13,576 (104,582) (22,670) (504) 113,434 42,750 1,453 65,585 11,837 240,175 120,274 1,194,059 17,392 (13,832) 26,939 (47,240) 7,113 (2,293) 3,420 (6,837) 5,447 48,080 118,151 2,200,742 175,928 2,134 132,209 (329) 1,464 770,267 (571) 50,027 9,962
2006 103,483 (103,400) 102,459 (6,286) (264,162) 26,609 48,287 (56,259) 36,233 116,593 5,384 186,590 107,381 4,885,045 (27,655) 84,077 (4,497) (37,448) 950,404 4,958 8,270 (24,860) (14,095) 101,255 38,388 (253,939) 265,329 41,325 (83,615) 16,273 21,697 25,683 (103,400) 61,436 (313,981)
perubahan penjualan 2007 2008 269,898 (10,699) (71,876) 107,812 389,000 379,376 58,802 46,045 (217,885) 90,774 95,898 103,993 325,677 201,689 62,628 340,876 (30,939) 68,101 252,963 242,918 42,168 35,738 1,149,304 371,217 213,815 155,657 5,127,687 4,892,720 29,959 309 40,549 127,964 520,878 398,757 55,150 299,895 1,126,325 339,093 39,098 220,086 40,755 23,016 39,069 20,045 5,824 10,095 160,892 89,896 125,987 347,061 57,366 570,825 1,122,256 1,079,234 186,921 74,709 (50,208) (60,742) 103,044 264,030 47,003 32,938 260,200 (20,075) (71,876) (55,953) 55,940 (86,424) 207,231 698,940
2009 44,023 (16,247) 402,181 58,704 (137,247) 57,208 230,145 87,790 273,715 1,490,684 22,568 (293,712) 48,300 4,291,741 31,626 (171,369) (242,969) (429,835) 149,329 (238,366) 54,958 (38,506) (1,161) 114,269 290,603 (182,011) 869,501 (200,529) (80,771) 6,980 12,420 (200,449) 23,122 (41,486) 911,157
rata ∆laba 9,439 8,622 7,891 6,974 (11,848) 4,235 34,313 17,525 174 11,245 2,810 67,725 31,944 676,568 2,741 1,987 14,468 (8,042) 2,420 (3,108) (31,081) (427) 5,379 22,250 63,361 558,742 81,607 154 5,131 2,721 611 234,188 1,867 1,630 39,924
rata ∆sales 101,676 (20,928) 318,254 39,316 (132,130) 70,927 201,450 108,759 86,778 525,790 26,465 353,350 131,288 4,799,298 8,559 20,305 101,676 (28,060) 641,288 6,444 101,676 (1,063) 166 116,578 200,510 48,060 834,080 25,607 (68,834) 97,582 28,514 16,340 (52,026) (2,634) 375,837
SD ∆laba 6,779 18,739 15,665 93,274 67,623 11,012 55,120 26,427 16,423 39,142 6,091 136,918 66,913 575,532 11,285 21,868 12,582 27,700 7,805 1,678 64,436 12,926 13,632 20,455 75,765 1,153,816 62,960 4,294 92,526 3,395 614 632,413 2,862 42,533 83,389
SD ∆sales 121,455 93,083 144,167 30,986 157,585 35,913 115,058 167,010 131,284 646,249 16,250 600,100 70,387 356,620 28,104 132,673 354,224 303,309 470,517 188,541 20,390 36,626 10,579 31,176 143,098 373,053 394,917 163,113 16,056 119,100 14,910 189,630 53,839 73,181 546,272
Cov ∆laba 0.718 2.173 1.985 13.375 5.708 2.600 1.606 1.508 94.402 3.481 2.167 2.022 2.095 0.851 4.118 11.003 0.870 3.445 3.225 0.540 2.073 30.293 2.534 0.919 1.196 2.065 0.772 27.872 18.033 1.248 1.004 2.700 1.533 26.088 2.089
Cov ∆sales 1.195 4.448 0.453 0.788 1.193 0.506 0.571 1.536 1.513 1.229 0.614 1.698 0.536 0.074 3.283 6.534 3.484 10.809 0.734 29.259 0.201 34.460 63.722 0.267 0.714 7.762 0.473 6.370 0.233 1.221 0.523 11.605 1.035 27.787 1.453
Is
Status
1.66 2.05 0.23 0.06 0.21 0.19 0.36 1.02 0.02 0.35 0.28 0.84 0.26 0.09 0.80 0.59 4.01 3.14 0.23 54.19 0.10 1.14 25.14 0.29 0.60 3.76 0.61 0.23 0.01 0.98 0.52 4.30 0.68 1.07 0.70
1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0
36 37 38 39 40 41 42
64
SKLT SQBI STTP SUGI TCID TRST ULTJ
(86,912) 34,124 3,790 11,980 7,253 9,513 10,204
1,104 51,012 1,169 209 11,114 (8,195) 15,585
(1,471) 87 (10,778) (1,906) 3,622 40,278 273,395
8,532 36,988 36,255 (4,105) 9,758 85,857 (242,559)
26,645 76,960 (86,491) (5,663) 46,867 126,377 123,498
69,768 875,637 (41,368) 11,967 113,570 415,861 415,068
76,075 (683,514) 24,071 (11,828) 221,442 314,379 235,807
(36,813) 60,757 2,714 (24,440) 148,949 (239,409) 251,321
(19,687) 30,553 7,609 1,545 7,937 31,863 14,156
33,919 82,460 (25,269) (7,491) 132,707 154,302 256,424
45,017 21,610 20,123 7,176 3,291 41,192 210,654
52,020 636,749 49,074 15,144 72,738 288,574 120,123
2.287 0.707 2.645 4.646 0.415 1.293 14.881
1.534 7.722 1.942 2.022 0.548 1.870 0.468
0.67 10.92 0.73 0.44 1.32 1.45 0.03
0 1 0 0 1 1 0
Lampiran 3 Perhitungan Hutang (DEBT)
no
kode
1
hutang
total aktiva
mean
mean
DEBT
2006
2007
2008
2009
2006
2007
2008
2009
hutang
totav
AISA
268,636
404,545
625,913.21
918,170
363,933
515,609
1,016,958
1,347,036
554,316
810,884
0.6836
2
APLI
132,536
164,930
150,600.31
146,756
267,424
295,234
276,083
302,381
148,705
285,280
0.5213
3
AQUA
342,897
377,577
412,466.41
480,891
795,244
891,530
1,003,488
1,147,206
403,458
959,367
0.4205
4
BATA
81,374
124,381
128,782.34
115,335
271,461
332,080
401,901
416,679
112,468
355,530
0.3163
5
BRAM
508,484
462,352
480,181.06
224,873
1,530,173
1,554,863
1,672,766
1,349,631
418,972
1,526,858
0.2744
6
BRNA
241,645
210,667
230,646.51
305,973
408,108
387,273
432,642
507,226
247,233
433,812
0.5699
7
BUDI
664,246
821,355
1,050,059.00
815,632
647,719
1,485,651
1,698,750
1,598,824
837,823
1,357,736
0.6171
8
DLTA
38,762
131,545
174,315.60
160,808
577,411
592,359
689,297
760,426
126,358
654,873
0.1929
9
DVLA
145,025
98,701
129,811.55
228,692
557,338
560,931
637,661
783,613
150,557
634,886
0.2371
10
DYNA
655,211
635,690
717,902.30
725,497
1,123,946
1,123,388
1,235,004
1,290,591
683,575
1,193,232
0.5729
11
EKAD
16,710
24,030
60,864.57
76,211
74,647
84,926
140,764
165,123
44,454
116,365
0.3820
12
FASW
2,247,778
2,473,504
2,410,688.83
2,086,647
3,421,892
3,769,588
3,718,548
3,671,235
2,304,655
3,645,316
0.6322
13
GDYR
173,618
314,971
725,600.90
415,354
454,851
579,661
1,022,329
1,127,630
407,386
796,118
0.5117
14
HMSP
6,873,099
7,523,388
8,083,584.00
7,250,522
12,659,804
15,680,542
16,133,819
17,716,447
7,432,648
15,547,653
0.4781
15
IGAR
78,245
100,120
72,771.13
60,746
290,145
329,797
305,783
317,809
77,971
310,883
0.2508
16
INAI
480,733
407,114
545,799.93
406,635
534,462
482,712
622,405
470,416
460,070
527,499
0.8722
17
INDS
22,264
520,430
809,432.27
455,354
32,644
599,273
918,228
621,140
451,870
542,821
0.8324
18
JPRS
10,337
48,176
129,572.43
82,262
189,384
268,790
399,344
353,951
67,587
1,414,065
0.2232
19
KAEF
390,571
478,712
479,905.26
567,310
1,261,225
1,386,739
1,445,670
1,562,625
479,124
381,503
0.3388
20
KBLM
124,593
210,272
233,909.13
131,065
279,438
432,681
459,111
354,781
174,960
535,303
0.4586
21
LMPI
13,093
141,419
167,168.42
141,612
508,865
531,756
560,078
540,514
115,823
91,524
0.2164
22
LMSH
20,101
37,917
24,089.51
33,108
43,588
187,689
61,988
72,831
28,804
142,212
0.3147
23
LPIN
47,299
61,413
100,286.85
45,096
108,746
139,253
182,940
137,910
63,523
355,699
0.4467
65
24
MERK
47,120
50,830
47,740.69
79,787
282,699
331,062
375,064
433,971
56,369
791,782
0.1585
25
MLBI
393,907
424,028
597,123.00
888,122
610,437
621,835
941,389
993,465
575,795
3,643,671
0.7272
26
MLIA
6,969,786
8,026,247
8,695,041.95
6,758,596
3,780,131
3,822,944
3,733,018
3,238,593
7,612,418
2,054,502
2.0892
27
MYOR
56,445
785,034
1,646,322.49
1,622,970
155,338
1,893,175
2,922,998
3,246,499
1,027,693
994,541
0.5002
28
NIPS
128,823
192,819
201,689.88
187,474
220,229
288,148
325,008
3,144,778
177,702
463,709
0.1787
29
PAFI
486,048
484,382
605,840.06
501,226
664,011
606,248
581,842
463,572
519,374
94,219
0.8971
30
PICO
213,074
314,971
437,667.63
379,107
270,734
452,880
588,564
542,660
336,205
2,450,312
0.7250
31
PYFA
17,927
28,213
29,402.07
26,911
83,127
95,157
98,655
99,937
25,613
197,755
0.2718
32
SAIP
4,364,815
3,373,606
3,669,938.65
3,224,643
2,202,306
2,661,804
2,523,434
2,413,703
3,658,251
101,070
1.4930
33
SIAP
132,536
164,929
52,968.05
53,662
206,134
295,234
142,216
147,435
101,024
1,358,643
0.5109
34
SIMM
100,015
77,089
98,909.30
87,065
145,922
117,679
80,638
60,038
90,769
168,664
0.8981
35
SIPD
128,990
288,737
351,417.15
462,451
1,113,796
1,294,773
1,384,707
1,641,295
307,899
415,825
0.2266
36
SKLT
71,225
86,300
100,334.89
82,715
94,770
182,697
201,003
196,186
85,144
540,102
0.5048
37
SQBI
76,542
364,690
80,179.56
55,485
207,136
842,505
294,725
318,934
144,224
38,689
0.3468
38
STTP
503,506
158,828
263,312.91
144,211
467,491
517,448
626,750
548,720
267,464
825,701
0.4952
39
SUGI
11,725
13,995
4,653.82
544
16,768
56,034
44,193
37,761
7,729
2,059,999
0.1998
40
TCID
64,549
51,560
94,623.63
113,823
672,197
725,197
910,790
994,620
81,139
1,521,315
0.0983
41
TRST
1,044,990
1,157,830
1,121,478.31
776,931
2,020,478
2,138,991
2,158,866
1,921,660
1,025,307
2,059,999
0.4977
42
ULTJ
433,177
430,492
603,995.88
538,164
1,249,080
1,362,830
1,740,646
1,732,702
501,457
1,521,315
0.3296
66
Lampiran 4 Perhitungan Sales and General Administrative (SGA) beban operasi no
total penjualan
kode
mean
mean total penj
2006
2007
2008
2009
2006
2007
2008
2009
beban operasi
SGA
1
AISA
15,557
32,192
39,916
47,509
333,455
499,870
489,172
533,194
33,793
463,923
0.0728
2
APLI
8,911
8,739
10,581
12,963
161,450
192,974
300,786
284,539
10,299
234,937
0.0438
3
AQUA
30,575
29,919
31,049
39,731
1,665,615
1,952,156
2,331,532
2,733,713
32,819
2,170,754
0.0151
4
BATA
147,514
158,001
182,420
200,726
428,630
493,717
539,762
598,466
172,165
515,144
0.3342
5
BRAM
134,323
111,204
108,210
86,278
1,500,835
1,547,112
1,637,886
1,500,639
110,004
1,546,618
0.0711
6
BRNA
36,737
45,216
51,611
57,317
306,652
375,941
479,934
537,142
47,720
424,917
0.1123
7
BUDI
62,715
66,931
84,944
107,381
1,072,908
1,350,298
1,551,987
1,782,132
80,493
1,439,331
0.0559
8
DLTA
136,952
137,544
184,293
178,528
717,299
836,186
1,177,061
1,264,851
159,329
998,849
0.1595
9
DVLA
301,971
257,583
295,508
416,748
576,669
509,498
577,599
851,314
317,952
628,770
0.5057
10
DYNA
91,969
99,974
104,055
131,469
1,002,786
1,139,156
1,382,074
1,492,066
106,867
1,254,020
0.0852
11
EKAD
16,520
20,510
24,623
27,555
110,127
146,912
182,650
205,218
22,302
161,227
0.1383
12
FASW
110,197
120,362
117,031
112,277
1,693,081
2,655,795
3,027,012
2,733,300
114,966
2,527,297
0.0455
13
GDYR
48,321
53,780
51,158
64,458
982,428
1,088,862
1,244,519
1,292,819
54,429
1,152,157
0.0472
14
HMSP
3,277,279
3,205,187
3,760,016
3,936,954
29,545,083
29,787,725
34,680,445
38,972,186
3,544,859
33,246,360
0.1066
15
IGAR
26,755
26,367
27,583
26,714
411,579
469,192
469,501
501,127
26,855
462,850
0.0580
16
INAI
40,194
43,420
47,049
45,660
557,583
514,055
642,018
470,650
44,081
546,076
0.0807
17
INDS
7,398
50,349
74,921
68,697
39,066
564,441
963,198
720,229
50,341
571,733
0.0881
18
JPRS
14,030
14,504
17,033
15,103
340,210
432,808
732,703
302,868
15,168
452,147
0.0335
19
KAEF
533,832
570,506
615,211
676,317
2,189,715
2,365,636
2,704,728
2,854,058
598,966
2,528,534
0.2369
20
KBLM
534,033
6,820
17,897
16,706
285,472
319,611
539,697
301,331
143,864
361,528
0.3979
21
LMPI
34,889
36,295
42,065
45,340
270,682
303,167
326,183
381,141
39,647
320,293
0.1238
22
LMSH
4,850
34,196
6,069
5,907
79,343
143,272
163,317
124,811
12,756
127,685
0.0999
23
LPIN
51,919
10,804
11,260
13,483
29,235
49,154
59,249
58,088
21,867
48,931
0.4469
67
24
MERK
165,293
194,391
221,324
236,179
487,601
547,238
637,134
751,403
204,297
605,844
0.3372
25
MLBI
293,209
309,419
352,819
335,962
891,001
978,600
1,325,661
1,616,264
322,852
1,202,882
0.2684
26
MLIA
488,263
464,884
496
477,828
2,464,573
2,775,877
3,346,703
3,164,691
357,868
2,937,961
0.1218
27
MYOR
336,027
389,846
408,503
520,598
1,971,513
2,828,440
3,907,674
4,777,175
413,744
3,371,201
0.1227
28
NIPS
17,976
20,091
32,211
30,758
260,153
405,749
480,458
279,929
25,259
356,572
0.0708
29
PAFI
311,022
46,444
41,313
24,462
355,162
388,569
327,827
247,056
105,810
329,654
0.3210
30
PICO
16,883
18,746
25,540
33,431
249,390
336,161
600,191
607,171
23,650
448,228
0.0528
31
PYFA
36,202
51,471
72,209
77,415
61,337
86,643
119,581
132,001
59,324
99,890
0.5939
32
SAIP
78,742
84,030
86,773
60,608
438,659
673,176
653,101
452,652
77,538
554,397
0.1399
33
SIAP
8,911
8,739
13,542
18,256
161,450
192,974
137,021
160,143
12,362
162,897
0.0759
34
SIMM
8,430
8,322
13,096
2,437
137,624
132,129
45,705
4,219
8,071
79,919
0.1010
35
SIPD
104,342
109,673
141,309
158,102
1,111,242
1,632,454
2,331,393
3,242,551
128,356
2,079,410
0.0617
36
SKLT
36,671
42,209
49,809
50,706
193,928
237,050
313,125
276,312
44,849
255,104
0.1758
37
SQBI
77,694
69,536
172,617
83,794
243,776
1,042,452
358,938
419,695
100,910
516,215
0.1955
38
STTP
72,040
56,899
61,459
62,359
555,208
600,330
624,401
627,115
63,189
601,763
0.1050
39
SUGI
7,006
8,984
9,934
3,033
37,110
54,740
42,911
18,472
7,239
38,308
0.1890
40
TCID
233,289
251,507
278,264
323,640
951,630
1,018,334
1,239,775
1,388,725
271,675
1,149,616
0.2363
41
TRST
98,090
109,562
124,179
102,833
1,207,058
1,496,541
1,810,920
1,571,511
108,666
1,521,507
0.0714
42
ULTJ
185,810
248,830
327,743
294,945
835,230
1,126,800
1,362,607
1,613,928
264,332
1,234,641
0.2141
68
Lampiran 5 Perhitungan Free Cash Flow (FCF) no
kode
NOPAT
investasi bersih
total aktiva
2006
2007
2008
2009
2006
2007
2008
2009
2006
2007
2008
2009
mean
mean
mean
NOPAT
investasi bersih
totav
1
AISA
130
15,760
28,686
37,787
95,185
110,945
390,656
128,442
363,933
515,609
1,016,958
1,347,036
20,591
181,307
810,884
2
APLI
66
4,585
(4,821)
30,143
134,888
130,304
125,482
155,625
267,424
295,234
276,083
302,381
7,493
136,575
285,280
3
AQUA
48,854
65,913
82,337
95,913
447,226
507,270
581,580
656,915
795,244
891,530
1,003,488
1,147,206
73,254
548,248
959,367
4
BATA
20,161
34,578
157,563
52,981
190,087
207,700
273,118
301,344
271,461
332,080
401,901
416,679
66,320
243,062
355,530
5
BRAM
18,314
39,149
94,776
72,106
833,625
894,006
998,025
981,988
1,530,173
1,554,863
1,672,766
1,349,631
56,086
926,911
1,526,858
6
BRNA
(5,447)
10,380
20,764
20,260
147,240
156,532
181,297
179,730
408,108
387,273
432,642
507,226
11,489
166,200
433,812
7
BUDI
20,678
46,177
32,981
146,415
228,784
625,962
618,850
744,040
647,719
1,485,651
1,698,750
1,598,824
61,563
554,409
1,357,736
8
DLTA
43,859
47,331
83,754
126,504
438,087
458,432
519,768
590,226
577,411
592,359
689,297
760,426
75,362
501,628
654,873
9
DVLA
52,509
49,918
70,819
72,272
412,312
462,230
507,849
554,922
557,338
560,931
637,661
783,613
61,379
484,328
634,886
10
DYNA
(6,678)
773
3
65,588
383,385
388,879
401,249
439,404
1,123,946
1,123,388
1,235,004
1,290,591
14,921
403,229
1,193,232
11
EKAD
5,764
4,233
4,606
16,443
57,875
60,841
59,020
69,525
74,647
84,926
140,764
165,123
7,762
61,815
116,365
12
FASW
101,728
121,970
36,554
276,729
1,174,114
1,296,084
1,307,859
1,584,588
3,421,892
3,769,588
3,718,548
3,671,235
134,245
1,340,661
3,645,316
13
GDYR
25,397
42,399
812
121,086
281,233
299,524
296,728
415,354
454,851
579,661
1,022,329
1,127,630
47,423
323,210
796,118
14
HMSP
3,530,490
3,624,018
3,895,280
5,089,339
5,693,940
8,063,542
8,047,896
10,461,616
12,659,804
15,680,542
16,133,819
17,716,447
4,034,782
8,066,749
15,547,653
15
IGAR
9,964
15,426
7,348
24,741
177,135
189,798
191,508
207,281
290,145
329,797
305,783
317,809
14,370
191,430
310,883
16
INAI
12,539
334
1,008
(12,824)
53,730
75,598
76,605
63,781
534,462
482,712
622,405
470,416
264
67,428
527,499
17
INDS
(300)
9,888
31,827
58,766
10,381
78,723
108,675
165,566
32,644
599,273
918,228
621,140
25,045
90,836
542,821
18
JPRS
26,796
41,566
49,158
1,917
179,048
220,614
399,344
271,689
189,384
268,790
399,344
353,951
29,859
267,673
302,867
19
KAEF
43,990
52,189
55,394
62,507
870,654
908,028
947,765
995,315
1,261,225
1,386,739
1,445,670
1,562,625
53,520
930,440
1,414,065
20
KBLM
10,508
5,314
3,988
1,695
152,353
217,547
221,535
223,230
279,438
432,681
459,111
354,781
5,376
203,666
381,503
21
LMPI
3,313
12,400
2,572
5,992
377,938
390,338
392,910
398,902
508,865
531,756
560,078
540,514
6,069
390,022
535,303
22
LMSH
2,667
20,642
9,237
2,401
23,487
149,773
37,898
39,723
43,588
187,689
61,988
72,831
8,737
62,720
91,524
23
LPIN
(939)
18,035
4,763
10,211
61,447
77,840
82,603
92,814
108,746
139,253
182,940
137,910
8,017
78,676
142,212
69
24
MERK
86,538
89,485
98,620
146,700
235,539
280,234
327,324
354,184
282,699
331,062
375,064
433,971
105,336
299,320
355,699
25
MLBI
73,581
84,385
222,307
340,458
198,461
197,723
344,178
105,211
610,437
621,835
941,389
993,465
180,183
211,393
791,782
26
MLIA
(509,864)
(1,013,948)
(758,722)
1,442,021
(3,189,655)
(4,203)
(4,962)
(3,520)
3,780,131
3,822,944
3,733,018
3,238,593
(210,128)
(800,585)
3,643,671
27
MYOR
93,576
141,589
196,230
372,158
969,476
1,081,795
1,245,109
1,581,755
155,338
1,893,175
2,922,998
3,246,499
200,888
1,219,534
2,054,502
28
NIPS
8,039
6,394
1,551
3,685
91,406
95,328
123,318
127,003
220,229
288,148
325,008
3,144,778
4,917
109,264
994,541
29
PAFI
(42,785)
(56,097)
(145,864)
(13,656)
177,963
121,866
(23,998)
(37,654)
664,011
606,248
581,842
463,572
(64,600)
59,544
578,918
30
PICO
1,880
8,525
12,986
12,657
57,660
137,910
150,896
163,553
270,734
452,880
588,564
542,660
9,012
127,505
463,709
31
PYFA
1,729
1,743
2,309
3,773
65,201
66,944
69,253
73,026
83,127
95,157
98,655
99,937
2,389
68,606
94,219
32
SAIP
18,260
203,847
(434,703)
335,564
(2,162,509)
(711,801)
(1,146,504)
(810,941)
2,202,306
2,661,804
2,523,434
2,413,703
30,742
(1,207,939)
2,450,312
33
SIAP
66
(585)
3,694
3,123
134,888
130,304
70,717
73,840
206,134
295,234
142,216
147,435
1,575
102,437
197,755
34
SIMM
(10,526)
(4,598)
(58,280)
(8,253)
43,731
39,133
(19,147)
(27,400)
145,922
117,679
80,638
60,038
(20,414)
9,079
101,070
35
SIPD
40,954
21,196
27,254
37,215
984,580
1,005,811
1,033,064
1,178,661
1,113,796
1,294,773
1,384,707
1,641,295
31,655
1,050,529
1,358,643
36
SKLT
4,637
5,742
4,271
12,803
23,544
96,394
100,665
113,468
94,770
182,697
201,003
196,186
6,863
83,518
168,664
37
SQBI
43,172
94,185
94,271
131,259
130,594
158,702
214,545
263,448
207,136
842,505
294,725
318,934
90,722
191,822
415,825
38
STTP
14,426
15,595
4,817
41,072
343,026
358,620
363,437
404,509
467,491
517,448
626,750
548,720
18,978
367,398
540,102
39
SUGI
3,480
3,690
1,783
(2,321)
37,954
41,988
39,539
37,218
16,768
56,034
44,193
37,761
1,658
39,175
38,689
40
TCID
100,118
111,232
114,854
124,612
607,648
673,640
816,166
880,797
672,197
725,197
910,790
994,620
112,704
744,563
825,701
41
TRST
25,942
17,747
58,025
143,882
975,488
981,161
1,037,387
1,144,729
2,020,478
2,138,991
2,158,866
1,921,660
61,399
1,034,691
2,059,999
42
ULTJ
14,732
30,317
303,712
61,153
814,790
831,157
1,135,324
1,191,583
1,249,080
1,362,830
1,740,646
1,732,702
102,478
993,213
1,521,315
70
Lampiaran 6 Statistik Deskriptif dan One Sample Kolmogorov Descriptive Statistics
debt
N 42
Minimum .00
Maximum 36.20
Mean 1.5575
Std. Deviation 5.58085
SGA
42
.02
.59
.1622
.13591
FCF
42
-.97
.51
-.4262
.27221
Valid N (listwise)
42
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test debt N Mean Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Std. Deviation
42
42
42
1.5575
.1622
-.4262
5.58085
.13591
.27221
.426
.208
.133
Positive
.426
.208
.133
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
71
FCF
Absolute Negative
SGA
-.390
-.148
-.070
2.758
1.348
.862
.000
.053
.447
Lampiran 7 Independent Sample T Test Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F SGA
FCF
72
Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed
.354
3.843
Sig. .555
.057
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
.149
40
.882
.00672
.04503
-.08428
.09773
.156
29.372
.877
.00672
.04309
-.08135
.09480
-1.270
40
.211
-.11232
.08844
-.29107
.06643
-1.079
17.825
.295
-.11232
.10408
-.33114
.10649
Lampiran 8 Pengujian Mann-Whitney Ranks DEBT
IS .00 1.00 Total
N 28 14 42
Mean Rank 20.82 22.86
Sum of Ranks 583.00 320.00
Test Statistics(b) DEBT Mann-Whitney U
177.000
Wilcoxon W
583.000
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-.507 .612
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .626(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: IS
73
Lampiran 9 Regresi Logistik Metode Enter Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
Step
Chi-square 2.813
df 3
Sig. .421
Block
2.813
3
.421
Model
2.813
3
.421
Model Summary -2 Log Cox & Snell Nagelkerke R likelihood R Square Square 50.655(a) .065 .090 a Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001. Step 1
Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square 12.053
df
Sig. .149
8
Classification Tablea Predicted IS Step 1
Observed IS
.00 .00 1.00
1.00 27 12
1 2
Overall Percentage
Percentage Correct 96.4 14.3 69.0
a. The cut value is .500
Variables in the Equation B Step 1(a)
DEBT SGA FCF Constant
.167
S.E. .280
Wald .358
1
Sig. .550
-.207
2.654
.006
1
.938
.813
.494
1.674
.087
1
.768
1.639
-.641
.905
.501
1
.479
.527
a Variable(s) entered on step 1: DEBT, SGA, FCF.
74
df
Exp(B) 1.182
Lampiran 10 Regresi Logistik Secara Terpisah Tahap 1
Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Step Block Model
Chi-square 2.806 2.806 2.806
df
Sig. .246 .246 .246
2 2 2
Model Summary Step 1
-2 Log Cox & Snell likelihood R Square 50.661a .065
Nagelkerke R Square .090
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square 9.624
df 8
Sig. .292
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Step 1
75
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
IS = .00 Observed Expected 2 2.979 2 2.888 4 2.863 2 2.842 4 2.807 2 2.768 4 2.722 3 2.701 3 2.642 2 2.788
IS = 1.00 Observed Expected 2 1.021 2 1.112 0 1.137 2 1.158 0 1.193 2 1.232 0 1.278 1 1.299 1 1.358 4 3.212
Total 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6
Classification Tablea Predicted IS Step 1
Observed IS
.00 .00 1.00
1.00 27 12
1 2
Overall Percentage
Percentage Correct 96.4 14.3 69.0
a. The cut value is .500
Variables in the Equation Step a 1
DEBT FCF Constant
B .164 .529 -.656
S.E. .271 1.613 .881
a. Variable(s) entered on step 1: DEBT, FCF.
76
Wald .364 .108 .553
df 1 1 1
Sig. .546 .743 .457
Exp(B) 1.178 1.697 .519
Lampiran 11 Regresi Logistik Secara Terpisah Tahap 2 Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Step Block Model
Chi-square 2.699 2.699 2.699
df
Sig. .100 .100 .100
1 1 1
Model Summary Step 1
-2 Log Cox & Snell likelihood R Square 50.768a .062
Nagelkerke R Square .086
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square 9.226
df 8
Sig. .324
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Step 1
77
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
IS = .00 Observed Expected 2 2.852 4 2.839 1 2.829 4 2.814 3 2.802 3 2.784 2 2.768 3 2.753 3 2.709 3 2.849
IS = 1.00 Observed Expected 2 1.148 0 1.161 3 1.171 0 1.186 1 1.198 1 1.216 2 1.232 1 1.247 1 1.291 3 3.151
Total 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6
Classification Tablea Predicted IS Step 1
Observed IS
.00 .00 1.00
1.00 27 13
1 1
Overall Percentage
Percentage Correct 96.4 7.1 66.7
a. The cut value is .500
Variables in the Equation Step a 1
DEBT Constant
B .204 -.919
S.E. .272 .398
a. Variable(s) entered on step 1: DEBT.
78
Wald .564 5.348
df 1 1
Sig. .453 .021
Exp(B) 1.227 .399