ANALISIS PENGARUH CASH HOLDINGS TERHADAP PRAKTIK INCOME SMOOTHING PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2007-2011 Frisca Winnei Melysa Hutauruk Chandra Wijaya Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia ABSTRAK Income smoothing merupakan salah satu pola manajemen laba yang dilakukan agen dalam rangka mengurangi volatilitas laba yang terdapat di perusahaan. Praktik income smoothing ini bertujuan untuk menarik investor dalam artian investor lebih menyukai perusahaan yang memiliki laba bersih yang stabil dan tidak terlalu berfluktuasi. Masalah ini muncul dikarenakan masalah agensi dan adanya kebijakan discretionary accruals dalam perusahaan. Cash holdings digunakan sebagai alat untuk melakukan manajemen terhadap laba perusahaan karena perusahaan dengan cash holdings besar dan memiliki akses free cash flow, agen akan cenderung membuang pendapatan, mengurangi akses pendapatan, ataupun membuat pengeluaran tambahan bahkan membuat nilai pemegang sahamnya negatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh cash holdings dan changes in cash holdings terhadap praktik income smoothing. Sampel penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011 dengan total 217 data observasi. Analisis data menggunakan pendekatan kuantitatif dan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) cash holdings tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik income smoothing, (2) changes in cash holdings tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik income smoothing. Kata kunci: Cash holdings; changes in cash holding; free cash flow; income smoothing . ABSTRACT Income smoothing is an earning management that performed by agent in order to reduce firm’s accounting income volatilities. Income smoothing aims to attract investors due to the sense that investors prefer companies which have stable and less volatile earnings. This issue has been arisen because of agency problems between agent and principal, and discretionary accrual policy; when managers are allowed to choose an appropriate accounting method to their discretion. Cash holdings are used as a tool to do income smoothing since the more cash holdings in firms and the more access of free cash flow, agent will behave more opportunely such as wasting income, creating revenues, and creating additional expenditures or even minimizing shareholder wealth. This paper analyzes whether cash holdings and positive changes in cash holdings affect income smoothing in Indonesian Companies Listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) from 2007-2011 with 217 firm-year observations. Linear regression and quantitative approach were used to analyze data. The result shows: (1) cash holdings has no significant effect on income smoothing, and (2) changes in cash holdings has no significant effect on income smoothing. Keywords: Cash holdings; changes in cash holding; free cash flow; income smoothing .
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
1.
Pendahuluan Persaingan dunia bisnis yang semakin meningkat mengakibatkan semakin kerasnya usaha
perusahaan untuk selalu menunjukkan kinerja terbaik perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik kemudian akan mempengaruhi minat investor dalam menanamkan atau menarik investasinya. Laba pada laporan keuangan perusahaan menjadi salah satu indikator yang digunakan investor untuk mengukur kinerja perusahaan. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan memberikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan kepada pembaca laporan keuangan; sedangkan bagi pemilik perusahaan merupakan sarana pertanggungjawaban manajemen atas pengolahan sumber daya yang dimiliki perusahaan (Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 2005). Salah satu bagian terpenting dan menjadi perhatian para pembaca laporan keuangan tersebut adalah hasil kinerja operasional perusahaan yang tercermin dari laba yang dilaporkan. Laba akuntansi adalah salah satu aspek yang paling sering digunakan untuk menarik investor, pemasok, pelanggan, karyawan, masyarakat, dan regulator serta dijadikan dasar dalam menilai kinerja perusahaan dalam rangka menunjukkan pertanggungjawaban perusahaan kepada investor. Dengan melihat pada kenyataan yang ada, ternyata pengguna laporan keuangan lebih sering melihat kepada informasi laba tanpa memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Masyarakat atau bahkan investor cenderung lebih memperhatikan kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada suatu periode tertentu dan kemampuan untuk mempertahankan laba pada periode selanjutnya (Tuty dan Titik, 2007). Akan tetapi, dalam beberapa kasus, ukuran laba (net income) belum tentu memberikan gambaran yang akurat mengenai hasil kinerja perusahaan yang sesungguhnya selama periode tertentu (Toto Prihadi, 2012). Berkaitan dengan hal tersebut maka muncullah agency problems (masalah keagenan) dalam perusahaan. Agency theory (teori agensi) menjelaskan bahwa hubungan yang terjadi antara agen dan prinsipal adalah kontrak yang dilakukan prinsipal dengan menyewa agen untuk melakukan pengelolaan terhadap perusahaan. Salno dan Baridwan (2000) mengungkapkan bahwa terdapat konflik kepentingan antara agen dan prinsipal dimana semua pihak berusaha untuk mencapai dan mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Agency problems kemudian muncul ketika terdapat perbedaan kepentingan antara agen (manajemen) dengan prinsipal (pemegang saham) dimana kedua belah pihak masing-masing menginginkan laba perusahaan tinggi dengan tujuan memperoleh keuntungan masing-masing.
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
Apabila laba perusahaan tinggi maka agen dinilai baik dalam mengelola perusahaan sehingga agen akan menerima bonus atau insentif yang lebih besar sebagai kompensasinya. Prinsipal menginginkan laba yang tinggi dari perusahaan dengan tujuan ingin mendapatkan pembagian dividen yang tinggi pula. Namun, dalam keadaan tersebut agen memiliki lebih banyak informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan prinsipal. Kondisi ini dikenal sebagai asimetris informasi (information assymetric) yang dikemukakan Haris (2004) pada Novita (2009). Dampak yang terjadi kemudian adalah timbulnya tindakan oportunis agen dimana informasi internal perusahaan yang disampaikan kepada prinsipal tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya dengan tujuan untuk memberikan persepsi kinerja perusahaan yang baik yang dicerminkan dari laba pada laporan keuangan perusahaan. Tindakan oportunis yang didukung dengan adanya information assymetric mengundang agen untuk melakukan pelaporan berbasis akrual. Pelaporan berbasis akrual ini disebut juga dengan discretionary accrual. Discretionary accrual merupakan kebijakan akuntansi yang memberikan kebebasan kepada manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara fleksibel, atau dengan kata lain, metode discretionary accrual memberikan peluang kepada manajer untuk memperbaiki profit laba sesuai dengan keinginannya (Elwakiel, 2005). Discretionary accrual menjadi pengukuran terhadap pendeteksian adanya praktik manajemen laba karena manajemen laba lebih menekankan kepada keleluasaan atau kebijakan yang tersedia dalam memilih dan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi untuk mencapai hasil akhir yang diinginkan (Wild et al, 2001). Kebijakan seperti discretionary accruals tersebut yang kemudian akan memberikan peluang bagi para agen untuk memanajemen laba sesuai keinginan mereka. Fenonema praktik income smoothing juga dipengaruhi oleh isu kenaikan minyak dunia. Akibatnya harga minyak mentah Indonesia sangat berfluktuasi mengikuti perkembangan harga minyak dunia sehingga hal tersebut secara tidak langsung mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia pula. Grafik 1.1 dibawah menunjukkan pergerakan harga minyak dunia di Indonesia. Dapat dilihat bahwa sebelum tahun 2007 terjadi tren yang statis namun memiliki kecenderungan pola meningkat. Kemudian setelah tahun 2007 mulai terjadi lonjakan atas harga minyak dunia dan harga tertinggi berada pada tahun 2008 dan setelah itu kembali menurun di tahun 2009. Dengan tingginya fluktuasi harga minyak dunia maka perekonomian Indonesia pun mengalami imbasnya. Dapat dikatakan laba perusahaan juga cenderung berfluktuasi sehingga mengakibatkan kekhawatiran bagi para agen. Periode 20072009 adalah periode yang cukup rentan karena sedang naiknya harga minyak dunia sementara periode 2010-2011 adalah periode setelah terjadinya krisis kenaikan harga minyak dunia
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
dimana keadaan perekonomian Indonesia cukup stabil dilihat dari segi perekonomiannya yang dicerminkan pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan rentang waktu periode 2007-2011.
Gambar 1. Volatilitas Harga Minyak Dunia Sumber: Jurnal “Volatilitas Harga Minyak Dunia dan Dampaknya terhadap Kinerja Sektor Industri Pengolahan dan Makroekonomi Indonesia” oleh Alla Asmara, et al. Tingginya fluktuasi perekonomian Indonesia mengakibatkan semakin tinggi pula fluktuasi income setiap perusahaan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, para agen termotivasi untuk melakukan praktik income smoothing. Scott (2003) dalam Suwito (2005) mengungkapkan bahwa income smoothing adalah salah satu pola manajemen laba (earning management) yang umum digunakan perusahaan untuk tujuan tertentu. Hal ini dilakukan oleh para agen (manajer) dengan cara meningkatkan atau menurunkan laba untuk mengurangi fluktuasinya. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Belkauoli (1999) yang mengatakan bahwa income smoothing dilakukan dengan pengurangan fluktuasi dari berbagai tingkatan laba dengan cara sengaja. Tindakan manajemen dalam melakukan income smoothing bertujuan untuk menarik investor, dalam artian investor lebih menyukai perusahaan yang memiliki laba bersih yang stabil dan tidak terlalu berfluktuasi. Jika laba yang dihasilkan tidak stabil atau terus berfluktuasi maka pemegang saham akan mempertanyakan kinerja manajer. Cash holdings digunakan sebagai alat untuk memanajemen laba perusahaan. Chung, Firth, & Kim (2005) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki surplus free cash flow
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
yang besar akan menghadapi masalah keagenan yang lebih besar pula, terutama ketika nilai free cash flow tinggi diikuti dengan rendahnya nilai investment opportunities (Gul, 2001). Manajer dari perusahaan seperti ini akan bertindak secara oportunis untuk keuntungan pribadi dan cenderung akan melibatkan perusahaan kedalam proyek yang tidak menguntungkan perusahaan, overinvestments, dan menyalahgunakan dana (Jensen, 1986). Cash holdings seperti free cash flow yang dipegang perusahaan akan menjadi alat bagi para agen untuk mengurangi volatilitas laba/rugi perusahaan yang dalam hal ini adalah tindakan income smoothing. Untuk mendeteksinya, investor dan auditor dapat melihat kepada beberapa aspek tertentu salah satunya yaitu cash flow dan earnings. Salah satu tanda bahwa perusahaan memanajemen labanya adalah kurangnya korelasi antara cash flow from operation (arus kas operasi) dan earnings (pendapatan). Jika pendapatan telah diakui maka seharusnya arus kas operasi juga mengakui pendapatan tersebut. Akan tetapi dalam praktik income smoothing, keadaan yang terjadi adalah arus kas operasi tidak mengakui pendapatan tersebut sehingga perusahaan dapat menggelembungkan pendapatan dengan mengakui penjualan pada periode tertentu, membuat perjanjian kepada non-creditworthy customers, atau mencatat penjualan fiktif (Magrath & Weld, 2002). Kondisi ini mengartikan bahwa semakin tinggi cash holdings, semakin tinggi pula motivasi para agen untuk melakukan praktik income smoothing. Hal ini didukung oleh Talebnia & Darvish (2012) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara cash holdings dan income smoothing. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Bates (2009) dan Datta and Jia (2012) dalam Dewi (2012) dimana perusahaan Asia terbukti meningkatkan tingkat cash holdings terlebih setelah krisis pada tahun 1997. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan data free cash flow pada Badan Usaha Manufaktur Periode 2007-2011 sebagai gambaran tingginya cash holdings dari perusahaan Indonesia. Tahun
FCF
Δ
2007
0,72
2008
0,73
+
2009
0,70
-
2010
0,69
-
2011
0,73
+
Tabel 1. Data Free Cash Flow pada Badan Usaha Manufaktur Periode 2007-2011 Sumber: Lopolusi, Ita. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Sektor Manufaktur yang Terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011.
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat ditarik beberapa pokok permasalahan penelitian yakni: (1) bagaimana pengaruh cash holdings terhadap praktik income smoothing dan (2) bagaimana pengaruh changes in cash holdings pada periode t dengan periode t-1 terhadap praktik income smoothing pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2011. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh cash holdings terhadap praktik income smoothing serta menganalisis pengaruh changes in cash holdings pada periode t dengan periode t-1 terhadap praktik income smoothing pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2011.
2.
Tinjauan Teoritis Teori agensi (agency theory) merupakan pendekatan yang dapat digunakan untuk
menjelaskan praktik perataan laba (income smoothing) yang dibahas dalam penelitian ini. Jensen dan Meckling (1986) dalam Putri (2011) mendefinisikan hubungan agensi sebagai kontrak antara satu orang atau lebih (prinsipal) dengan menyewa orang lain (agen) untuk melakukan sejumlah jasa atas kepentingan mereka yang melibatkan penyerahan wewenang terhadap pengambilan keputusan kepada agen. Yang dimaksud prinsipal adalah pemilik perusahaan dan agen adalah manajer perusahaan. Teori keagenan menyatakan bahwa terdapat kepentingan yang berbeda antara pemilik perusahaan dengan manajemen. Menurut Lambert (2001), perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Hal yang serupa juga diungkapkan Anthony dan Govindarajan (2005) pada Dewi (2011) dimana hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa dan melakukan hal itu serta mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Anthony dan Govindarajan (2005) pada Dewi (2011) menambahkan bahwa prinsipal hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka pada perusahaan sementara agen akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan. Sesuai dengan fenomena tersebut, manajer akan berusaha mengambil kebijakan yang menguntungkan dirinya sebelum memberikan manfaat kepada prinsipal. Menurut bahwa
Dul
earning
Muid
(2005),
management
teori
(dalam
keagenan penelitian
(agency ini
theory)
adalah
menyatakan
praktik
income
smoothing) dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara agen (manajemen) dengan
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
prinsipal (pemilik) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Cash holdings didefinisikan sebagai arus kas bebas yang dapat digunakan manajer untuk memenuhi kepentingan manajer diatas kebutuhan dari pemegang saham, oleh karenanya hal ini dapat memperburuk konflik interest diantara kedua belah pihak (Jensen, 1986; Harford, 1999) dalam Daher (2010). Kas akan tersedia bagi perusahaan ketika keuntungannya melebihi kebutuhan investasinya. Ketika perusahaan memiliki kas berlimpah dan perusahaan yakin tentang profitabilitas dari investasi maka kelebihan uang tunai akan dibayarkan dalam bentuk dividen. Myers dan Majluf (1984) dalam (Daher, 2010) mengganggap bahwa tidak ada tingkat optimal untuk menyimpan kas, tetapi uang tersebut lebih memiliki peran yakni antara sebagai laba ditahan atau kebutuhan investasi. Menurut Standar Akuntansi Keuangan, kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro setara kas (cash equivalent) yang merupakan investasi dimana sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Rahmadi Murwanto, Insyafiah, dan Subkhan (2006) merumuskan tiga motif dasar dalam menyimpan kas: transaction motive, precautionary motive, dan speculative motive. Perusahaan biasanya mengklasifikasikan kas sebagai aktiva lancar. Kas adalah salah satu aset yang siap dikonversikan menjadi aset jenis lainnya. Kas sangat mudah disembunyikan dan dipindahkan serta saat diinginkan. Oleh karena karakteristik tersebut maka kas merupakan aset yang paling mungkin untuk digunakan dan dibelanjakan dengan tidak tepat (Weygandt et al., 2007). Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Menurut Scott (2003) dalam Dhiar (2012), pola earning management yang sering dilakukan adalah taking bath (melaporkan biaya pada masa mendatang dimasa kini dan menghapus beberapa aktiva), income minimization (menghapus modal aset, beban, pengeluaran, dsb dengan tujuan mencapai suatu tingkat ROA/ROE tertentu), income maximization (manajer berusaha melaporkan net income yang tinggi dengan motivasi mendapat bonus yang lebih besar), dan income smoothing (manajer mempunyai kecenderungan untuk laba bersih sehingga berada tetap di antara bogey (laba minimun untuk mendapat bonus) dan cap (laba maksimum untuk mendapat bonus)). Prasetio dkk (2002) mengungkapkan bahwa usaha perataan laba yang dilakukan oleh manajemen dilakukan dengan sengaja yang tujuannya memberikan persepsi pada investor tentang kestabilan laba perusahaan. Laba yang stabil memberikan persepsi pada investor
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
bahwa tingkat return saham yang diharapkan tinggi dan tingkat risiko dari portfolio saham rendah sehingga tingkat kinerja dari perusahaan tersebut kelihatannya baik. 3.
Metode Penelitian
3.1
Jenis Data Data terdiri dari 55 perusahaan atau 275 data observasi perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011. Adapun kriteria untuk pemilihan sampel yakni sebagai berikut: 1.
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011.
2.
Perusahaan telah menerbitkan laporan keuangan tahunan (annual report) untuk periode 2007-2011.
3.
Perusahaan tidak melakukan perubahan dan penundaan operasi selama tahun fiskal 20072011.
4.
Menampilkan laporan keuangan perusahaan dan lampirannya secara lengkap untuk periode yang telah ditentukan.
5.
Nilai buku pemegang saham (stockholder’s book value) tidak negatif selama periode penelitian.
6.
Perusahaan yang diteliti bukan merupakan perusahaan investasi.
7.
Perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang menghasilkan laba.
8.
Perusahaan tersebut memiliki aktivitas secara kontinu dan menjual sahamnya pada bursa selama periode penelitian.
9.
Perusahaan tersebut memiliki dan melaporkan laporan keuangan perusahaan dan lampirannya secara lengkap untuk periode tahun 2003-2006. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan perusahaan dan lampirannya secara
lengkap periode 2003-2006 menjadi salah satu kriteria dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan untuk melihat praktik income smoothing, peneliti menggunakan standar deviasi operating cash flow dan standar deviasi operational income dimana perhitungannya memerlukan jangka waktu lima tahun untuk setiap perhitungan. Penelitian diadakan dalam rentang waktu antara tahun 2007 sampai dengan 2011 sehingga laporan keuangan tahun 2003 sampai dengan 2006 digunakan pula untuk melakukan perhitungan praktik income smoothing. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data panel (panel data) yang merupakan gabungan dari data time series dengan data cross section karena penelitian ini meneliti 217 data observasi selama periode 2007-2011.
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
3.2 Pengukuran Variabel Variabel dependen dalam penelitian ini adalah praktik income smoothing yang diukur dengan proxy sebagai berikut: Income Smoothing =
!"#$%#&% !"#$%&$'( !" !"#$%&'() !"#$ !"#$ !"#$%#&% !"#$%&$'( !" !"#$%&'()%* !"#$%&
..........................(3.1)
Sumber: Ghodratollah Talebnia & Hadiseh Darvish, (2012) Income smoothing merupakan rasio dari standar deviasi operating cash flow dengan standar deviasi operational income. Berdasarkan Das et al (2008), perhitungan standar deviasi operating cash flow dan standar deviasi operational income dihitung dengan rentang waktu 5 tahun. Dengan kata lain, dalam perhitungan income smoothing setiap tahunnya dibutuhkan data pada tahun yang bersangkutan dengan data 4 tahun sebelum tahun yang bersangkutan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah cash holdings dan changes in cash holdings yang diukur dengan proxy sebagai berikut: (CH) = Cash & Cash Equivalents : Net Assets ..........................(3.2) Sumber: Ghodratollah Talebnia & Hadiseh Darvish, (2012) Total changes in cash holdings (TCH) = !"! - !"!!! ..........................(3.3) Sumber: Ghodratollah Talebnia & Hadiseh Darvish, (2012) Positive Changes in Cash Holdings (PCH) = TCH/!"!!! ..........................(3.4) Sumber: Ghodratollah Talebnia & Hadiseh Darvish, (2012) Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah leverage dan size yang diukur dengan proxy sebagai berikut: LEV (Leverage) = total debt / total asset ..........................(3.5) Sumber: Ghodratollah Talebnia & Hadiseh Darvish, (2012) SIZE = natural logarithm of total asset ..........................(3.6) Sumber: Ghodratollah Talebnia & Hadiseh Darvish, (2012) Dengan perhitungan proxy diatas didapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian untuk kemudian dilakukan pengolahan data sesuai dengan model yang digunakan dalam penelitnan yang terdiri dari seluruh variabel penelitian.
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
3.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis 1 !! ! :
Tidak terdapat pengaruh signifikan antara cash holdings terhadap praktik income smoothing pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
!! ! :
Terdapat pengaruh signifikan antara cash holdings terhadap praktik income smoothing pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa cash holdings berpengaruh terhadap praktik income smoothing dalam suatu perusahaan. Hasil penelitian Chung, Firth, & Kim (2005) menemukan bahwa perusahaan dengan high surplus free cash flow akan menghadapi agency problems yang tinggi sehingga akibatnya manajer semakin termotivasi untuk melakukan praktik income smoothing. Hipotesis 2 !! ! :
Tidak terdapat pengaruh antara changes in cash holdings per periode terhadap praktik income smoothing pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara signifikan.
!! ! :
Terdapat pengaruh changes in cash holdings pada periode t dengan periode t-1 terhadap praktik income smoothing pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara signifikan.
Dalam penelitian DeFond & Parka (1997), praktik income smoothing dipengaruhi oleh current dan future relative performance dimana apabila current earnings adalah “poor/rendah” dan expected future earnings atau laba yang diharapkan perusahaan dimasa depan adalah “good/tinggi”, manajer akan “meminjam” expected future earnings untuk digunakan pada periode saat ini. Dengan kata lain, perubahan cash holdings dapat mempengaruhi terjadinya praktik income smoothing pada suatu perusahaan. 3.4 Model Analisis Dari hipotesis pembangun diatas maka dirumuskan model analisis yang digunakan pada penelitian ini yakni sebagai berikut: Model I !"!" = ! + !! !"!" + !! !"#!" + !! !"#$!" + !!" Sumber: Ghodratollah Talebnia & Hadiseh Darvish, (2012)
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
Keterangan: !"!"
= income smoothing dari perusahaan i pada tahun t
!"
= cash holdings dari perusahaan i pada tahun t
!"#
= total utang perusahaan dari perusahaan i pada tahun t
!"#$ = ukuran perusahaan i pada tahun t !!….! = koefisien variabel independen dan variabel control !!"
= error
Model II !"!" = ! + !! ∆!!"!" + !! ∆!"#!" + !! !"#!" + !! !"#$!" + !!" Sumber: Ghodratollah Talebnia & Hadiseh Darvish, (2012) Keterangan: !"!"
= income smoothing dari perusahaan i pada tahun t
∆!"# = total perubahan pada cash holdings dari perusahaan i pada tahun t ∆!"# = perubahan positif pada cash holdings dari perusahaan i pada tahun t !"#
= total utang perusahaan dari perusahaan i pada tahun t
!"#$ = ukuran perusahaan i pada tahun t !!….! = koefisien variabel independen dan variabel kontrol !!"
= error
3.5 Teknik Analisis Panel Data Penelitian ini menggunakan pendekatan model regresi untuk jenis data panel. Penelitian ini menguji data panel dengan Uji Chow dan Uji Hausman. Pengujian ini dilakukan bertujuan untuk menentukan model data panel yang digunakan dalam penelitian ini. Terdapat dua model yaitu Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yaitu model pendekatan efek tetap, atau Random Effect Model (REM) yaitu model pendekatan efek acak. Pengujian pertama adalah Uji Chow yang berguna untuk menentukan apakah penelitian menggunakan model PLS atau model FEM. Apabila nilai F-stat signifikan pada uji ini maka dilakukan Uji Hausman untuk kemudian menentukan apakah penelitian menggunakan metode FEM atau REM (Gujarati, 2004).
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
4.
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan kriteria penarikan sampel, penelitian ini menggunakan 55 perusahaan
sebagai sampel penelitian. Jumlah data observasi perusahaan berjumlah 275 (55 x 5 tahun). Setelah dilakukannya uji normalitas data, dilakukannya pengurangan sampel yang termasuk dalam kategori outliers. Outliers merupakan data yang nilai atau harganya jauh berbeda dari nilai atau harga data lainnya. Beberapa outliers kemudian dikeluarkan dalam penelitian ini agar tidak mempengaruhi hasil analisis data. Data yang digunakan yakni unbalanced data sebab jumlah perusahaan yang menjadi sampel tidak sama untuk setiap tahunnya oleh karena itu yang menjadi acuan untuk penelitian ini adalah data observasi (firm-year observations). Terdapat 58 total outliers yang kemudian tidak dimasukkan kedalam data observasi sehingga data observasi yang digunakan adalah 217 firm-year observations. Uji hipotesis kemudian dilakukan untuk menganalisis hipotesis penelitian dan didapatkan hasil pengolahan data yang pada Tabel 4 dibawah ini: Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
4.001267
1.325424
3.018857
0.0028
CH
0.521647
0.43933
1.18737
0.2364
LEV
1.632556
0.554583
2.943756
0.0036*
SIZE
-0.111077
0.046305
-2.398839
0.0173**
Weighted Statistics R-squared
0.153285
Mean dependent var
1.74213
Adjusted R-squared
0.141543
S.D. Dependent var
0.837845
S.E. of regression
0. 776602
Sum squared resid
74.19962
F-statistic
12.804795
Durbin-Watson stat
1.854123
Prob(F-statistic)
0.000088
Ket: IS it =α+β1 (CH it) + β2 (LEV it) + β3 (SIZE it) + Ԑit Tabel x.x menunjukkan estimasi model persamaan yang mencakup 55 perusahaan dengan 217 data tahun perusahaan selama periode 2007-2011. Variabel dependennya adalah income smoothing (IS). Variabel independennya meliputi cash holdings (CH), firm leverage (LEV), dan firm size (SIZE). Nilai hasil uji statistik t ditunjukkan dibawah nilai koefisien dari variabel tersebut. *, ** menunjukkan tingkat signifikansi pada level 1%, 5%.
Tabel 4.1 Hasil Regresi Model I Sumber: Hasil Olah Peneliti dengan Eviews 7.0 (2013)
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
Sementara itu Tabel 4.2 dibawah ini menyajikan hasil regresi dari Model II. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
2.893290
1.064931
2.716881
0.0074
TCH
1.375546
0.278297
4.942727
0.0000*
PCH
0.009455
0.037644
0.251162
0.8021
LEV
1.572316
0.597548
2.631279
0.0095*
SIZE
-0.073113
0.033384
-2.190066
0.0302**
Weighted Statistics R-squared
0.156838
Mean dependent var
1.096743
Adjusted R-squared
0.140140
S.D. Dependent var
0.697470
S.E. of regression
0.633197
Sum squared resid
54.92864
F-statistic
9.817296
Durbin-Watson stat
1.914708
Prob(F-statistic)
0.000146
Ket: IS it = α + β1 (ΔTCH it) + β2 (ΔPCH it) + β3 (LEV it) +β4 (SIZE it) + Ԑit Tabel 4.15 menunjukkan estimasi model persamaan yang mencakup 55 perusahaan dengan 217 data tahun perusahaan selama periode 2007-2011. Variabel dependennya adalah income smoothing (IS). Variabel independennya meliputi total changes in cash holdings (TCH), positive changes in cash holdings (PCH), firm leverage (LEV), dan firm size (SIZE). Nilai hasil uji statistik t ditunjukkan dibawah nilai koefisien dari variabel tersebut. *, ** menunjukkan tingkat signifikansi pada level 1%, 5%.
Tabel 4.2 Hasil Regresi Model II Sumber: Hasil Olah Peneliti dengan Eviews 7.0 (2013) Hasil analisis koefisien determinasi yang dihasilkan pada Tabel 4.1 untuk Model I diatas diperoleh angka !! sebesar 0,141 (14,1%). Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel independen yaitu cash holdings (CH) serta leverage (LEV) dan size (SIZE) sebagai variabel kontrol yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 14,1% variasi variabel dependen yaitu praktik income smoothing yang diproksikan dengan IS. Sementara untuk Model II pada Tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa nilai !! yaitu sebesar 0,14. Angka tersebut menunjukkan bahwa praktik income smoothing yang diproksikan dengan IS yang merupakan variabel dependen dalam model ini dapat dijelaskan sebesar 14% oleh variabel independennya. Setelah itu, uji statistik t dilakukan untuk menganalisis pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Pada uji t terdapat level signifikansi pada 1%, 5%, dan 10% tergantung dari nilai t-stat.
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
Dalam Model I Tabel 4.1, dengan variabel dependen yakni income smoothing (IS) maka diperoleh nilai koefisien cash holdings adalah 0,52167 dengan t-stat = 2.716881 dengan derajat keyakinan 99% (signifikan pada level 1%). Hasil pengujian memperlihatkan bahwa variabel cash holdings (CH) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap praktik income smoothing sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini tidak membuktikan pernyataan Ghodratollah dan Hadisedh (2012) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara cash holding dan income smoothing dimana praktik income smoothing akan bertambah apabila tingkat cash holdings perusahaan juga meningkat. Hasil penelitian Tampubolon (2012) menyimpulkan hasil yang sama, bahwa cash holdings atau kas dalam perusahaan tidak berpengaruh terhadap adanya praktik perataan laba. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Andriani (2012) yang menyatakan bahwa free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik income smoothing karena free cash flow yang dimiliki perusahaan untuk kas pertumbuhan, pembayaran utang, dan deviden, sangat sedikit sehingga manajer tidak dapat memanfaatkan kas tersebut untuk kepentingan dirinya sendiri. LR Indrawati (2013) juga mengungkapkan hal yang serupa dimana perusahaan di Indonesia memiliki sedikit aliran kas bebas. Ketika perusahaan tidak cukup untuk membiayai dividen atau mendanai investasi pada proyek baru perusahaan maka tindakan perusahaan selanjutnya yaitu mengakumulasikan kas (cash holdings) atau bahkan melakukan pendanaan melalui utang (Ferreira and Vilela, 2004) dalam Dahler (2010). Berkenaan dengan hal tersebut, peneliti mengumpulkan data 10 perusahaan dengan tujuan untuk membandingkan kondisi kas dan setara kas dengan kondisi utang bank perusahaan. Sepuluh perusahaan diambil dengan teknik nonprobability/nonrandom sampling dimana sampel yang terpilih tidak secara acak dan tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa terpilih menjadi sampel. Dalam hal ini, yang digunakan sebagai pembanding adalah utang bank karena utang bank merupakan sumber pendanaan eksternal yang paling penting dan paling memungkinkan untuk perusahaan (Elsas & Krahnen, 2004) dan bank debt juga dibuktikan berpengaruh positif terhadap adanya praktik income smoothing (Jochen Bigus et al, 2010). Selain itu, variabel kas dan setara kas
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
dibutuhkan karena nilai free cash flow perusahaan memiliki korelasi positif dengan adanya income smoothing dimana perusahaan yang memiliki free cash flow cenderung berkeinginan untuk melakukan perataan atas laba/rugi perusahaan. No.
Nama Perusahaan
Tahun
Kas dan Setara Kas
Utang Bank
Selisih
%
1
MPPA
2010
2.565.235.000.000
2.548.967.000.000
16.268.000.000
0,64%
2
SDPC
2009
17.013.962.429
16.890.962.429
123.000.000
0,73%
3
MPPA
2011
1.403.075.000.000
1.382.942.000.000
20.133.000.000
1,46%
4
TMPO
2009
4.297.961.000
4.197.593.000
100.368.000
2,39%
5
INTA
2010
64.569.702.089
62.978.990.692
1.590.711.397
2,53%
6
JTPE
2011
83.102.048.240
78.842.401.439
4.259.646.801
5,40%
7
DNET
2009
89.814.630
85.161.580
4.653.050
5,46%
8
CTRS
2011
452.731.319.485
489.760.221.679
37.028.902.194
8,18%
9
SHID
2009
6.755.191.885
5.733.070.722
1.022.121.163
17,83%
10
DILD
2010
88.781.611.954
75.042.291.278
13.739.320.676
18,31%
Tabel 4.3 Perbandingan Aliran Kas dan Utang Bank Sumber: Hasil Olah Peneliti dari www.idx.co.id (2013) Pada Tabel 4.16 diatas dapat dilihat bahwa hanya sedikit selisih nilai antara kas dan setara kas dengan utang bank pada sepuluh sampel perusahaan. PT MPPA contohnya memliki kas dan setara kas senilai Rp 2.565.235.000 dan utang bank nya sebesar Rp 2.548.967.000.000 dengan range 0,64%. Jumlah kas dan setara kas yang dimiliki PT MPPA sebagian besar berasal dari utang bank. Selain itu, PT DILD misalnya, yang jumlah kas dan setara kas nya sebesar Rp 88.781.611.954 dengan total utang bank nya sebesar 75.042.291.278 dan range sebesar 18,31% menandakan bahwa sebagian besar kas yang dipegang perusahaan berasal dari bank
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
dan adapun sisanya yaitu free cash flow yang dipegang juga jumlahnya sangat sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa cash holdings perusahaan kecil sehingga kecil pula kemungkinan perusahaan melakukan praktik income smoothing. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ghodratollah dan Hadisedh (2012) bahwa semakin besar nilai cash holdings, semakin besar pula keinginan perusahaan untuk melakukan praktik income smoothing, dan sebaliknya. Pada Model II Tabel 4.2, variabel TCH (Total Changes in Cash Holdings) berpengaruh signifikan pada level 1%. Hubungannya dengan variabel dependen adalah positif dimana koefisiennya adalah sebesar 1,375 dan nilai t-stat sebesar 4,942. Sementara, variabel PCH (Positive Changes in Cash Holdings) tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik income smoothing dengan nilai koefisien 0,009 (t-stat = 0,251) sehingga H0 tidak ditolak. Praktik income smoothing bagi perusahaan adalah salah satu tindakan antisipasi untuk menghadapi future earnings (DeFond & Parka, 1997). Adanya kekhawatiran tentang job security membuat manajer termotivasi untuk meratakan labanya dengan dua bahan pertimbangan: current dan future relative performance. Ketika current earnings atau laba perusahaan saat ini adalah “poor/rendah” dan expected future earnings atau laba yang diharapkan perusahaan dimasa depan adalah “good/tinggi”, manajer akan “meminjam” expected future earnings untuk digunakan pada periode saat ini. Apabila kinerja perusahaan saat ini (current performance) buruk, manajer termotivasi untuk menggeser laba masa depan (future earnings) ke periode saat ini untuk mengurangi hal-hal yang tidak diharapkan oleh manajer. Jika penghasilan perusahaan saat ini relatif rendah, tapi penghasilan yang diharapkan di masa depan relatif tinggi, manajer akan membuat pilihan-pilihan akuntansi untuk meningkatkan diskresioner akrual dari periode yang sedang berjalan. Dalam hal ini, manajer memilih diskresioner akrual dari tahun berjalan (tahun t) untuk mengantisipasi laba masa depan (future earnings) tersebut. Akan tetapi, periode waktu dimana manajer mengantisipasi laba masa depan tidak diketahui sehingga kemungkinannya bahwa apabila manajer ingin merubah pendapatannya maka hal tersebut hanya terjadi pada tahun-tahun yang berdekatan saja. Oleh karena itu, pendapatan tahun depan dijadikan sebagai perkiraan yang masuk akal sebagai waktu manajemen melakukan praktik income smoothing (Fudenberg & Tirole, 1995). Uji t terhadap variabel kontrol pertama yaitu leverage. LEV berpengaruh signifikan pada level 1% dan memiliki hubungan yang positif dengan praktik income smoothing dengan koefisien 1,632 (t-stat = 2,943). Sementara itu pada Model II, nilai koefisien LEV atau tingkat utang adalah 1,572 yang siginifikan pada level 1% dan berhubungan positif terhadap praktik income smoothing dimana nilai t-stat nya sebesar 2,631. Hubungan positif terjadi antara
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
tingkat utang perusahaan (leverage) dengan praktik income smoothing karena apabila rasio leverage besar menyebabkan minat investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut menurun dan akhirnya mendorong praktik income smoothing. Hal ini membuktikan penelitian Masodah (2007) dan Oktaviani (2010) dalam Tampubolon (2012) dimana leverage berpengaruh positif terhadap praktik income smoothing disebabkan kecenderungan perusahaan yang memiliki tingkat utang yang tinggi diduga akan mengimplementasikan income smoothing karena perusahaan terancam default sehingga agen membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan dan hal tersebut dilakukan dengan cara praktik income smoothing. Variabel kontrol kedua adalah size/ukuran perusahaan (SIZE). Size (ukuran perusahaan) memiliki pengaruh yang negatif signifikan pada level 5% untuk Model I. Nilai koefisien SIZE adalah -0,111 (t-stat = -2,398). Sementara pada Model II dapat dilihat dimana size dengan nilai t-stat sebesar -2,190 dan nilai koefisien sebesar -0,073, juga berpengaruh negatif signifikan pada level 5% terhadap praktik income smoothing. Size atau ukuran perusahaan berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan negatif terhadap praktik income smoothing yang berarti bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan maka kecenderungan perusahaan tersebut melakukan income smoothing akan semakin berkurang (Ghodratollah dan Hadisedh, 2012). Perusahaan-perusahaan yang lebih kecil memiliki motivasi yang lebih besar pula untuk melakukan income smoothing dibandingkan perusahaan yang lebih besar karena perusahaan yang lebih besar cenderung mendapatkan perhatian lebih dari analis dan investor dibandingkan perusahaan kecil (Juniarti & Caroline, 2005). 5.
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan Penelitian ini merumuskan dua kesimpulan untuk menjawab pokok permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini. Kesimpulannya yakni tidak terdapat pengaruh signifikan antara cash holdings dan praktik income smoothing (perataan laba) di Indonesia selama periode 2007-2011 serta tidak terdapat pengaruh signifikan antara changes in cash holdings dan praktik income smoothing (perataan laba) di Indonesia selama periode 2007-2011. 5.2 Saran 1.
Penelitian ini hanya terbatas dalam jangka waktu 5 tahun (2007-2011) sehingga penelitian selanjutnya dapat menambah atau memperpanjang waktu penelitian agar
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
dapat jauh lebih menjelaskan keterkaitan dengan konsistensi pengaruh cash holdings dan pengaruh changes in cash holdings terhadap praktik income smoothing. 2.
Penelitian selanjutnya dapat menguji beberapa indikator lain seperti sales (revenue), profitabilitas, receivables, dan investment opportunity seperti pada model Eckel sebagai indikator yang dapat mempengaruhi income smoothing.
3.
Penelitian selanjutnya dapat mengklasifikasikan sampel menjadi 2 bagian yakni perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur. Hal ini disebabkan karena lebih banyak perusahaan manufaktur yang melakukan praktik manajemen laba khususnya praktik income smoothing.
5.3 Implikasi bagi Perusahaan Laba sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan serta fokus bagi para pemakai laporan keuangan memotivasi manajer untuk melakukan manajemen laba yaitu income smoothing (perataan laba) agar volatilitas laba dalam laporan keuangan tidak terlalu tinggi. Isu terkait praktik income smoothing menggunakan batasan-batasan yang diperbolehkan prinsip-prinsip akuntansi walaupun hal ini merupakan tindakan memanipulasi laporan keuangan dan menurunkan kualitas laporan keuangan. Berkaitan dengan hal tersebut, perusahaan perlu membahas kesesuaian dan penerapan materialitas dalam penyampaian laporan keuangan. Selain itu, perlu ada upaya dalam membatasi pemilihan metode akuntansi dengan harapan meminimalkan terjadinya praktik income smoothing. 5.4 Implikasi bagi Investor Sebelum melakukan investasi pada perusahaan tertentu, ada baiknya bagi investor untuk memperhatikan atas cash flow statement dari perusahaan itu sendiri kemudian baru melakukan penilaian atas laporan keuangan perusahaan tersebut. Selain itu, investor perlu memperhatikan kualitas audit terkait efektifitas dan kemampuan auditor untuk mendeteksi praktik income smoothing tersebut. 5.5 Implikasi bagi Pihak Ketiga Dalam hal ini, bank menjadi pihak ketiga antara manajer dan pemegang saham dimana bank menjadi salah satu sumber pendanaan untuk perusahaan. Sebelum memberikan kredit, bank dapat lebih ketat dalam memperhatikan karakteristik perusahaan yang mempunyai akrual besar dimana hal ini memungkinkan perusahaan memiliki perbedaan yang besar antara laba dengan arus kas operasionalnya.
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
DAFTAR PUSTAKA Andriani, Ayu. (2012). “Bukti Empiris Perataan Laba dan Hubungannya Dengan Variabel Fundamental, Good Corporate Governance & Kebijakan Deviden pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di BEI”. Skripsi: Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Bates, T., Kahle, K., Stulz, R. (2009). Why Do US Firms Hold So Much Cash Than They Used To Be? Journal of Finance 64, 1985-2021. Chung, R., Firth, M. and Kim, J.B. (2005). “Earnings Management, Surplus Free Cash Flow, and External Monitoring”. Journal of Business Research, 58, 766 –776. Dahler, Mai. (2010). “The Determinants of Cash Holdings in UK Public and Private Firms”. Disertasi: Lancaster University. Das, S; Hong, K. and K. Kim (2008). “Cash Flow Volatility, Income Smoothing and CEO Cash Compensation”. Working Paper, University of Illinois, Chicago. Datta, M., Jia Y. (2012). “Cross Country Analysis of Secular Cash Trends”. Journal of Banking and Finance 36, 898-912. DeFond, Mark L. & Parka, Chul W. (1997). “Smoothing Income in Anticipation of Future Earnings". Joumal of Accounting and Economics 23 (1997) 115-139. Dewi, Kartika Ratih. (2011). “Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur dan Keuangan yang Terdaftar di BEI Peridoe 2006-2009”. Skripsi: Universitas Diponegoro. Dewi, Wilda Siska. (2012). “Tren Sekuler Cash Holding”. Skripsi. Universitas Indonesia. Elsas, Ralf / Krahnen, Jan-Pieter. (2004). “Universal Banks and Relationships with Firms, in: Jan Pieter Krahnen / Reinhard H. Schmidt (eds.)”. The German Financial System, Oxford University Press, Oxford, pp. 197-232. Fudenberg, K., Tirole, J., 1995. A theory of income and dividend smoothing based on incumbency. Ghodratollah Talebnia & Hadiseh Darvish. (2012). “Cash Holding and Income Smoothing: Evidence from Tehran Stock Exchange”. American Journal of Scientific Research, pp 54 – 63. Gujarati, Damodar N. (2004). Basic Econometrics, Fourth Edition. The McGraw-Hill. Gul, F.A. (2001). “Free Cash Flow, Debt Monitoring and Managers’ LIFO/FIFO Policy Choice”. Journal of Corporate Finance, 13, 475 – 492. Jensen, M.C. (1986). “Agency Costs of Free Cash Flow, Corporate Finance and Takeovers”. American Economic Review, 76, 323 – 329.
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013
Jochen Bigus, Philipp Schorn, & Nadine Georgiou. (2010). “Income Smoothing with Unlimited Liability Firms”. Freie Universität Berlin, Deutschland. Juniarti & Corolina. “Analisa Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan-perusahaan Go Public”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 7, No. 2. Lopolusi, Ita. (2013). “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Sektor Manufaktur yang Terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol.2 No.1. Margrath, Lorraine. & Weld, Leonard G. (2002). “Abusive Earnings Management and Early Warning Signs”. The COA Journal. Masodah. (2007). “Praktik Perataan Laba Sektor Industri Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya dan Faktor yang Mempengaruhinya”. Proceeding PESAT, Vol. 2: A16 – A23. Novita. (2009). “Pengaruh Faktor Finansial Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI (Periode Tahun 2005 – 2007)”. Skripsi. Universitas Indonesia. Oktaviani, Melinda. (2010). “Analysis Of Factor Affecting Alignment Income (Income Smoothing) Period 2006-2009 (Empirically Study: The Banking Sector Registered at BEI)”. Skripsi. Universitas Gunadarma. Prihadi, Toto. (2012). Analisis Laporan Keuangan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PPM. Rahmadi Murwanto, Insyafiah, Subkhan. (2006). “Manajemen Kas”. Lembaga Pengkajian Keuangan Publik dan Akuntansi Pemerintah (LPKPAP). Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan. Ratnasari, Dhiar. (2012). “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 20072010”. Skripsi. Universitas Diponegoro. Scott, W. (2003). Financial Accounting Theory. Pearson Education. Toronto. Ontario. Tampubolon, Mayasari. (2012). “Pengaruh Leverage, Free Cash Flow, dan Good Corporate Governance terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi. Universitas Gunadarma. Tuty & Titik Indrawati. (2007). “Faktor-faktor Penentu Indeks Perataan Laba Selama Periode Krisis Ekonomi”. Integrity – Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 1, No.2, pp 155 – 170. Wild, John J; Bernstein, Leopold A; Subramanyam, K.R. (2001). Financial Statement Analysis. McGraw Hill.
Analisis pengaruh...,Frisca Winnie Melysa Hutauruk, FISIP-UI,2013