Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
ANALISA RISIKO PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL Rahmanita Sujatsi1, I Putu Artama Wiguna2, dan A.Agung G. Kartika3 1 Bidang Manajemen Aset Infrastruktur Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Email:
[email protected] ABSTRAK Permasalahan kerusakan jalan yang terus terjadi dengan kendala biaya dan teknologi yang terbatas yang dimiliki oleh pemerintah sebagai penyelenggara jalan yang bertugas dalam pemeliharaan jalan nasional. Sistem kontrak tradisional yang selama ini dilakukan pemerintah dalam pemeliharaan jalan nasional dianggap memiliki beberapa kendala terutama kualitas pekerjaan. Sedangkan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab pemerintah. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah adalah merubah sistem pengadaan tradisional menjadi sistem Performance Based Contract. Penelitian ini bertujuan mengindetifikasi resiko/ancaman (threats) dan alokasi risiko antara pemerintah dengan kontraktor dan mengetahui resiko/ancaman yang terbesar yang terjadi yang mempunyai pengaruh terhadap pengguna dan penyedia jasa pada sistem PBC dan untuk mendapatkan suatu bentuk respon terhadap resiko yang dapat dilakukan pada sistem PBC dengan menggunakan metode survei dan penyebaran kuesioner. Variabel risiko yang diperoleh dianalisa dengan analisa statistik deskriptif kemudian untuk mendapatkan nilai risiko dengan Probability Impact Grid. Berdasarkan analisa yang dilakukan diketahui risiko-risiko yang terbesar menurut responden yang ada pada pelaksanaan Performance Based Contract pemeliharaan jalan nasional yaitu : Pada tahap Perencanaan adalah (1) risiko tidak jelasnya kebutuhan pemilik proyek pada event. Pada tahap Pengadaan adalah (2) risiko keterlibatan pemerintah daerah. Pada tahap Konstruksi adalah (3) risiko biaya yang tersedia tidak cukup. Pada tahap Pemeliharaan adalah (4) risiko beban berlebih kendaraan. Kata kunci : Performance Based Contract, pemeliharaan jalan, risiko.
PENDAHULUAN Permasalahan kerusakan jalan di Indonesia dan salah satu cara mengatasinya adalah merubah sistem pengadaan tradisional yang memiliki kelemahan dengan memperhatikan pembagian risiko yang adil untuk pengguna jasa dan penyedia jasa adalah dengan sistem pengadaan Performance Based Contract (PBC). Performance Based Contract (PBC) atau Kontrak Berbasis-Kinerja merupakan jenis kontrak yang memiliki karakteristik tersendiri, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan terintegrasi dalam satu kontrak (dilakukan oleh satu penyedia jasa), dilaksanakan dalam tahun jamak (multi-years) dan pembayarannya dilakukan dengan sistem lumpsum. Terdapat integrasi dari seluruh tahap desain, konstruksi dan pemeliharaan. Kontrak PBC mengalokasikan resiko yang lebih tinggi kepada kontraktor dibandingkan dengan kontrak tradisional , tapi pada saat yang sama membuka peluang untuk meningkatkan marginnya di mana peningkatan efisiensi dan efektivitas desain, teknologi proses, atau manajemen dapat mengurangi biaya untuk mencapai standar kinerja yang ditetapkan.
ISBN : 978-602-97491-9-9 B-5-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
(Zietlow, 2007). Menurut Wahyoedi (2009) penerapan PBC dalam penanganan pemeliharaan maupun pembangunan jalan disebabkan oleh beberapa aspek/faktor, yaitu: sumber daya manusia, biaya, kepuasan, waktu, inovasi dan teknologi, resiko, dan legal. Sebagai langkah awal dalam memberikan wawasan terhadap PBC, diperlukan berbagi risiko (threat) dan pola penanganan bersama terhadap risiko yang terjadi. Risiko yang belum teridentifikasi dalam tahap perencanaan yang dapat berakibat mundurnya penyedia jasa dari pekerjaan yang telah ditetapkan. Untuk mengantisipasi kendala dari segi risiko dibutuhkan analisis risiko detail sebelum dilaksanakannya proyek dan melakukan manajemen risiko selama proyek berlangsung. Tujuan dari penelitian ini adalah mengindetifikasi resiko/ancaman (threats) yang mempunyai pengaruh terhadap pengguna dan penyedia jasa pada sistem PBC yang dilaksanakan di wilayah Balai Pelaksanaan Jalan Nasional V Surabaya TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Resiko Menurut Project Management Institute Body of Knowledge (PMBOK), terdapat tiga definisi manajemen risiko, yaitu : 1. Manajemen risiko merupakan suatu proses formal dimana faktor-faktor risiko diidentifikasi, secara sistematis. 2. Manajemen risiko merupakan suatu metode formal dan sistematis dalam manajemen yang mengkonsentrasikan pada identifikasi dan pengendalian daerah atau kegiatan yang memiliki potensi perubahan yang tidak diinginkan. 3. Manajemen risiko dalam konteks proyek adalah suatu seni dan ilmu mengidentifikasi, menganalisis, dan merespon terhadap faktor-faktor risiko selama umur proyek. Proses identifikasi risiko ini merupakan proses menentukan risiko-risiko mana yang mungkin akan memberikan efek terhadap proyek serta mendokumentasikan risiko-risiko yang telah teridentifikasi tersebut. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting, dimana seluruh alur proses dan kegiatan selama life-cycle proyek dapat diketahui dan diperiksa pada bagianbagian mana yang potensial akan terjadinya risiko (risk exposure). Respon risiko adalah tindakan yang dilakukan terhadap risiko yang mungkin terjadi. Risikorisiko penting yang sudah diketahui perlu ditindaklanjuti dengan respon yang dilakukan oleh kontraktor dalam menangani risiko tersebut. Flanagan dan Norman (1993), Hillson (2002) serta Akintoye dan MacLeod (1997) menggambarkan beberapa respon terhadap risiko, sebagai berikut: Menghindari risiko (Risk avoidance), bisa juga diartikan sebagai sejenis penolakan untuk menanggung risiko tersebut. Contohnya, kontraktor memutuskan untuk tidak mengikuti tender karena proyek berisiko sangat tinggi.
Mengalihkan risiko (Risk transferred), risiko dapat dialihkan kepada pihak lain, yang akan bertanggungjawab terhadap akibat dari risiko yang telah dialihkan kepadanya.
Mengurangi risiko (Risk mitigation), yaitu mengurangi risiko dengan cara membagi risiko tersebut kepada pihak lain.
Menerima risiko (Risk acceptance), jika tidak ada strategi yang dirasa tepat untuk meminimalkan risiko, mungkin hal tersebut diterima saja.
Pada tahap perencanaan respon risiko sangat penting untuk pengambilan keputusan yang berpengaruh secara langsung dengan proyek. Sebagai hasil, hal itu penting untuk ISBN : 978-602-97491-9-9 B-5-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
menghadapi secara efektif peluang-peluang lain sebagai ancaman, jika keuntungankeuntungan yang terkumpul disadari oleh proyek dan organisasi. Analisa Resiko Williams (1993), sebuah pendekatan yang dikembangkan menggunakan dua kriteria yang penting untuk mengukur resiko, yaitu : Kemungkinan (Probability), adalah kemungkinan (Probability) dari suatu kejadian yang tidak diinginkan.
Dampak (Impact), adalah tingkat pengaruh atau ukuran dampak (Impact) pada aktivitas lain, jika peristiwa yang tidak diinginkan terjadi.
Tingkat risiko merupakan perkalian dari skor probability dan skor impact yang didapat dari responden (Well-Stam et.al., 2004). Nilai risiko dan peluang merupakan perkalian dari skor probabilitas (probability) dan skor konsekuensi (consequences), konsekuensi negatif untuk ancaman (threat) atau positif untuk peluang (opportunity) yang didapat dari responden (Hillson, 2002). Untuk mengukur resiko, menggunakan rumus : R = P x I ............................................... (1) Dimana : R = Tingkat risiko P = Kemungkinan (Probability) risiko yang terjadi I = Dampak (Impact) risiko yang terjadi Kontrak Performance Based Contract (PBC) Performance Based Contract (PBC) sebagai alternatif penyelesaian proyek diharapkan dapat meningkatkan manajemen daya saing dan pemeliharaan infrastruktur. PBC adalah jenis kontrak di mana pembayaran untuk manajemen dan pemeliharaan aset jalan secara eksplisit terkait dengan kontraktor berhasil memenuhi atau melampaui indikator kinerja tertentu jelas minimum (Stakenvich et al. 2005). Pada PBC klien/owner tidak menentukan apapun metode atau persyaratan material (disediakan standar negara terpenuhi). Sebaliknya, klien menetapkan indikator kinerja kontraktor yang harus dipenuhi saat memberikan layanan pemeliharaan. Misalnya, kontraktor tidak dibayar untuk jumlah lubang yang telah ditambal, tetapi untuk output dari karyanya: tidak ada lubang tetap terbuka (atau 100% ditambal). Kegagalan untuk mematuhi indikator kinerja atau untuk segera memperbaiki kekurangan yang terungkap merugikan mempengaruhi pembayaran kontraktor melalui serangkaian hukuman yang jelas. Dalam hal kepatuhan pembayaran dibuat secara teratur, biasanya dalam angsuran bulanan yang sama. Menurut Stakenvich et al. (2005) pengelola jalan melakukan pendekatan PBC karena mempunyai keunggulan dibandingkan dengan tradisional yaitu : penghematan biaya dalam mengelola dan memelihara aset jalan, kepastian pengeluaran lebih besar bagi instansi pengelola jalan, kemampuan untuk mengelola jaringan jalan dengan sedikit staf; kepuasan pelanggan yang lebih baik melalui pelayanan dan kondisi jalan, pembiayaan pemeliharaan yang stabil multi-tahun. PBC dapat menghemat biaya melalui: insentif kepada sektor swasta untuk inovasi dan produktivitas lebih tinggi;
ISBN : 978-602-97491-9-9 B-5-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
pengurangan biaya administrasi dan overhead penyelenggara jalan, karena kemasan kontrak yang lebih baik, membutuhkan personil lembaga lebih sedikit untuk mengelola dan mengawasi kontrak; fleksibilitas signifikan lebih besar di sektor swasta (daripada di sektor publik) untuk mencapai kinerja.
Untuk penerapan sistem kontrak berbasis kinerja di Indonesia, sejumlah kriteria atau indikator kinerja aset jalan perlu ditetapkan untuk mendefinisikan kondisi minimum yang diinginkan pada suatu tingkat pelayanan. Aset jalan tersebut mencakup perkerasan jalan, bahu jalan, drainase, perlengkapan jalan dan jembatan. Tujuan penentuan Indikator Kinerja adalah antara lain : Meminimumkan biaya total, termasuk biaya jangka panjang untuk pemeliharaan jalan, jembatan dan aset lalu lintas serta biaya pengguna jalan; Meningkatkan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan. Guna mempertegas kinerja jalan yang diperlukan, indikator kinerja, cara mengukurnya serta tenggang waktu guna memperbaiki ketidak sesuaian didifinisikan secara jelas didalam dokumen kontrak. Salah satu isi dokumen kontrak dari PBC adalah spesifikasi kinerja. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian survei yang dilakukan pada populasi dengan data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut untuk mengetahui bagaimana resiko-resiko yang terjadi pada penerapan Performance Based Contract untuk pemeliharaan jalan nasional. Pengumpulan data dilakukan secara interview pada responden dan dengan menggunakan kuesioner yang menggunakan variabel yang bersifat kualitatif namun akan diukur secara kuantitatif. Dari hasil perhitungan nilai risiko akan diambil 10 besar variabel yang memiliki peringkat tertinggi untuk dianalisis secara deskriptif. Kemudian dengan variabel pertanyaan yang sama dilihat kombinasi hasil perhitungan resiko yang dianalisis secara deskriptif. Tabel 1 Variabel risiko Kriteria
No
Variabel
TAHAP DESAIN/PERENCANAAN I politik/kebijakan A1 ada perubahan kebijakan politik atau prioritas II manajemen A2 tidak adanya atau kurangnya komunikasi, , A3 tidak jelasnya kebutuhan pemilik proyek A4 kesalahan dalam perhitungan keuangan (sistem akuntansi) TAHAP PENGADAAN I politk/kebijakan B1 ada perubahan kebijakan politik atau prioritas B2 ketidakjelasan/kurang transparan kriteria-kriteria yang digunakan B3 ketidakjelasan peraturan yang digunakan B4 keterlibatan pemerintah daerah TAHAP KONSTRUKSI I keuangan C1 adanya kesalahan dalam estimasi biaya C2 biaya yang tersedia tidak cukup C3 eskalasi biaya C4 jaminan penawaran C5 Biaya rework untuk memenuhi standard C6 krisis ekonomi C7 masalah pembayaran pajak C8 suku bunga bank C9 inflasi II politk/kebijakan C10 ada perubahan kebijakan politik atau prioritas C11 keterlibatan pemerintah daerah
ISBN : 978-602-97491-9-9 B-5-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
III
teknis
C12 C13 C14
C15 TAHAP PEMELIHARAAN I keuangan D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 II politk/kebijakan D10 D11 III teknis D12 D13 D14 D15 D16 D17 D18 D19 D20 D21 D22
terjadinya perubahan lingkup kerja atau perubahan asumsi dalam perhitungan desain kesalahan dalam estimasi volume pekerjaan. kesalahan dalam menentukan desain yang sesuai spesifikasi dan bahan (sesuai dengan SNI ) kegagalan inovasi adanya kesalahan dalam estimasi biaya biaya yang tersedia tidak cukup eskalasi biaya jaminan penawaran Biaya rework untuk memenuhi standard krisis ekonomi masalah pembayaran pajak suku bunga bank inflasi ada perubahan kebijakan politik atau prioritas keterlibatan pemerintah daerah kesalahan pemilihan metode perawatan kesalahan dalam menentukan desain yang sesuai spesifikasi dan bahan (sesuai dengan SNI ) kesalahan dalam perencanaan yang diperlukan untuk perawatan Beban berlebih kendaraan volume lalu lintas berlebih kualitas / kondisi pekerjaan perkerasan eksisting jelek kesalahan inspeksi jalan kesalahan dalam memprediksi kerusakan aset yang ada dikontrak kondisi jalan laten, salinitas, muka air naik kegagalan inovasi kondisi darurat(mis: cuaca buruk,banjir,kecelakaan,tumpahan muatan kendaraan)
PEMBAHASAN Obyek dari penelitian ini adalah Proyek Peningkatan Jalan yang menggunakan tipe kontrak PBC di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V Surabaya yaitu : Ruas Jalan Demak - Trengguli Lokasi pekerjaan ini merupakan bagian dari Ruas Jalan Demak - Trengguli, sepanjang 7,6 Km Propinsi Jawa Tengah. Ruas Demak – Trengguli merupakan salah satu bagian dari jalur transportasi utama di lintas utara Pulau Jawa (Pantura). Ruas jalan Semarang – Bawen Lokasi pekerjaan pada Ruas Jalan Semarang – Bawen yang merupakan salah satu bagian dari jalur transportasi utama yang menghubungkan menuju Kota Solo dan Kota Magelang di Propinsi Jawa Tengah. Dalam penelitian ini variabel kejadian (event) risiko dibagi dalam 4 tahapan pelaksanaan dalam PBC yaitu tahap Perencanaan (A); tahap Pengadaan (B); tahap Konstruksi (C); dan tahap Pemeliharaan (D). Analisa Data Data yang terkumpul diolah menggunakan analisa sebagai berikut : Identifikasi resiko (threats), adalah dengan mengolah data sekunder yang telah di validasi oleh responden melalui survei pendahuluan, kemudian data ini dianalisis secara deskriptif dengan membuat list risiko (threats) dan mengelompokkannya ke dalam sumber variabel risiko (threats), dan hasilnya berupa tabel identifikasi risiko (threats) pada Performance
ISBN : 978-602-97491-9-9 B-5-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Based Contract. Dari analisa statistik deskriptif diperoleh nilai skor untuk probability dan impact terhadap kejadian risiko-risiko. Untuk mengukur risiko digunakan rumus : P* I
R
............................................... (1)
Dimana : R = Tingkat risiko P = Kemungkinan (Probability) risiko yang terjadi I = Dampak (Impact) risiko yang terjadi Berdasarkan hasil analisa data yang didapat menurut persepsi responden didapat risiko-risiko terpenting sperti dalam Tabel 2. Tabel 2. Risiko-risiko terpenting dalam PBC No
No event
1 2 3
A3 A1 A2
4
A4
5 6
B4 B1
7
B2
8
B3
9 10 11
C2 C13 C6
12
C12
13 14 15 16
D15 D5 D16 D9
Uraian event / kejadian TAHAP DESAIN/PERENCANAAN tidak jelasnya kebutuhan pemilik proyek ada perubahan kebijakan politik atau prioritas tidak adanya atau kurangnya komunikasi, , kesalahan dalam perhitungan keuangan (sistem akuntansi) TAHAP PENGADAAN keterlibatan pemerintah daerah ada perubahan kebijakan politik atau prioritas ketidakjelasan/kurang transparan kriteriakriteria yang digunakan ketidakjelasan peraturan yang digunakan TAHAP KONSTRUKSI biaya yang tersedia tidak cukup kesalahan dalam estimasi volume pekerjaan. krisis ekonomi terjadinya perubahan lingkup kerja atau perubahan asumsi dalam perhitungan desain TAHAP PEMELIHARAAN Beban berlebih kendaraan Biaya rework untuk memenuhi standard volume lalu lintas berlebih inflasi
Nilai risiko
Kategori
Rank
(R = P x I)
Risiko
10,5 7,4 7,4
sedang rendsh rendsh
1 2 3
5,3
rendsh
4
9,5 8,6
rendah rendah
1 2
7,2
rendah
3
7,0
rendah
4
13,6 13,1 10,7
sedang sedang sedang
1 2 3
10,1
sedang
4
10,7 10,4 10,2 9,9
sedang sedang sedang rendah
1 2 3 4
Berdasarkan analisa data didapat risiko-risiko yang penting seperti ditunjukkan pada Tabel 2 yaitu : Tahap Perencanaan Risiko tidak jelasnya kebutuhan pemilik proyek pada event A1 memiliki nilai risiko sebesar 10,50 berada pada kategori risiko sedang. Risiko ini cenderung lebih besar ditanggung oleh kontraktor. Karena dalam perencanaan jika salah menentukan pilihan yang sesuai keinginan owner akan berpengaruh besar terhadap biaya ketika proyek sudah berjalan. Pihak owner hanya berpegang pada desain yang diajukan kontraktor dalam dokumen penawaran, jika pekerjaan tidak sesuai dengan penawaran maka pihak owner bisa mengajukan klaim kepada kontraktor.
ISBN : 978-602-97491-9-9 B-5-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Tahap Pengadaan Risiko keterlibatan pemerintah daerah pada event B1 memiliki nilai risiko sebesar 9,5 berada pada kategori risiko rendah. Keterlibatan pemerintah daerah disini adalah mengenai segala hal tentang perijinan. Jika masalah perijinan belum selesai maka berpengaruh pada waktu pelaksanaan yang tentunya juga berpengaruh terhadap biaya. Tahap Konstruksi Risiko biaya yang tersedia tidak cukup pada event C2 memiliki nilai risiko sebesar 13,6 berada pada kategori risiko sedang. Pekerjaan konstruksi penuh dengan ketidakpastian yang berdampak pada biaya. Bagi kontraktor risiko ini sangat sering terjadi, tapi bagi owner risiko ini seharusnya tidak boleh terjadi. Risiko kesalahan dalam estimasi volume pekerjaan pada event C13 memiliki nilai risiko sebesar 13,1 berada pada kategori risiko sedang. Risiko ini bisa jadi dampak dari risiko pada tahap perencanaan yaitu tidak jelasnya kebutuhan pemilik proyek atau sebab lainnya. Estimasi volume pekerjaan bisa tidak sesuai ketika dihadapkan langsung dengan kondisi di lapangan. Risiko adanya krisis ekonomi pada event C6 memiliki nilai risiko sebesar 10,7 berada pada kategori risiko sedang. Krisis ekonomi berpengaruh pada harga-harga material. Terutama harga besi, dan semen yang merupakan komponen utama dalam pekerjaan rigid pavement. Kenaikan harga meterial ini berdampak luas pada biaya proyek. Risiko terjadinya perubahan lingkup kerja atau perubahan asumsi dalam perhitungan desain pada event C12 memiliki nilai risiko sebesar 10,1 berada pada kategori risiko sedang. Kondisi di lapangan, kondisi keuangan, bisa jadi penyebab perubahan lingkup kerja. Konflik antara kontraktor dengan owner bisa terjadi karena ketidaksesuaian keinginan kontraktor dengan owner. Tahap Pemeliharaan Risiko beban berlebih kendaraan pada event D15 memiliki nilai risiko sebesar 10,7 berada pada kategori risiko sedang. Salah satu penyebab kerusakan jalan adalah beban berlebih kendaraan. Dalam kontrak disebutkan tentang risiko ini karena berdampak cukup besar terhadap biaya sehingga perlu dicarikan upaya untuk mengalihkan risiko ini ke pihak ketiga. Risiko biaya rework untuk memenuhi standard event D5 memiliki nilai risiko sebesar 10,4 berada pada kategori risiko sedang. Ketidaksesuaian pekerjaan dengan standard bisa terjadi karena ketidaktahuan atau kelalaian pekerja di lapangan. Untuk memenuhi standard harus dilakukan pekerjaan ulang yang tentunya menghabiskan biaya lebih. Risiko volume lalu lintas berlebih pada event D16 memiliki nilai risiko sebesar 10,2 berada pada kategori risiko sedang. Volume lalu lintas berlebih berdampak pada kondisi jalan. Jika kondis jalan tidak memenuhi syarat kinerja yang ditentukan owner maka kontrkator harus melakukan tindakan terhadap kondisi jalan yang sudah tidak sesuai menjadi sesuai dengan kinerja yang ditetapkan owner. Risiko terjadinya inflasi pada event D9 memiliki nilai risiko sebesar 9,9 berada pada kategori risiko rendah. Jangka waktu kontrak yang cukup panjang yaitu multiyears sehingga perlu dipikirkan inflasi per tahunnya. Ketika inflasi tidak sesuai dengan yang telah diramalkan diawal perencanaan maka dampaknya terhadap biaya pemeliharaan cukup besar. KESIMPULAN Berdasarkan analisa dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap persepsi responden maka dapat diambil kesimpulan risiko-risiko yang terpenting yaitu : Pada tahap Perencanaan adalah (1) risiko tidak jelasnya kebutuhan pemilik proyek pada event A1 ISBN : 978-602-97491-9-9 B-5-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
memiliki nilai risiko sebesar 10,50. Pada tahap Pengadaan adalah (2) risiko keterlibatan pemerintah daerah pada event B1 memiliki nilai risiko sebesar 9,5. Pada tahap Konstruksi adalah (3) risiko biaya yang tersedia tidak cukup pada event C2 memiliki nilai risiko sebesar 13,6. Pada tahap Pemeliharaan adalah (4) risiko beban berlebih kendaraan pada event D15 memiliki nilai risiko sebesar 10,7. DAFTAR PUSTAKA Anonim (2004), A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (PMBOK), 3rd
edition, Project Management Institute, Inc., Newtown Square, Pennsylvania, USA. Balitbang PU. (2004), Pengembangan Model Implementasi Performance Based Contract (Pbc) Untuk Pembangunan Dan Pemeliharaan Jalan Di Indonesia Dicdican, R.Y. et.al, (2004), Risk-Based Asset Management Methodology For Highway Infrastructure Systems, Final Contract Report, Center for Risk Management of Engineering Systems, University of Virginia Flanagan, R & Norman, G, (1993), Risk Management and Construction, Blackwell Science, London. Greenwood, I dan Henning, T., (2006). Introducing Performance Based Maintenance Contracts to Indonesia, Framework Document. Opus International Consultants Limited in association with MWH NZ. The World Bank. Hillson, David. (2002), “Extending The Risk Process to Manage Opportunities”, International Journal of Project Management, 20, hal. 235-240. Hartman,F. et.al. (1997), “Effectif Wording to Improve Risk Allocation in Lump Sum Contract”, Journal of Construction Engineering and Management. Ha. 379-387 Kangari, R. (1995), ”Risk Management Perception and Trends of U.S. Construction”, Journal of Construction Engineering and Management, ASCE, 121 (4), hal. 422-429. Kerzner, H, (2001), Project Management, 7th edition, John Wiley & Sons, Inc., New York. Sugiyono, (2005), Metode Penelitian Bisnis, Cetakan keenam, Alfabeta, CV. Bandung., Stankevich, N., et.al. (2005), Performance-based Contracting for Preservation and Improvement of Road Assets. Transport Note No. TN-27, The World Bank, Washington, DC. Soelaeman Wahyudi. (2009), Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Based Contract) Untuk Meningkatkan Effektifitas Penanganan Jalan. Tesis Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Jakarta Undang-undang Republik Indonesia no. 38 tahun 2004, tentang ”Jalan”. Williams, T. M. (1993), “Risk Management Infrastructure”, International Journal of Project Management, Vol. 11, No. 1, pp 5-10. Well-Stam, D. Van, et. al., (2004), Project Risk Management : An Essential Tool For Managing And Controlling Project, Kogan Page, London an Sterling VA.
ISBN : 978-602-97491-9-9 B-5-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Wang,M.T., M.ASCE,dan Chou,.H.Y.,(2003). “Risk Allocation and Risk Handling of Highway Projects in Taiwan”, Journal of Management in Engineering. ASCE, hal. 6068. Zietlow, G. J. (2007), Performance-Based Road Management And Maintenance Contracts, International Seminar on Road Financing and Investment Arusha, Tanzania. Zietlow, G., 2004. Cutting Cost and Improving Quality through Performance Based Road Management and Maintenance Contract “ The Latin American and OECD Experiences”. German Development Cooperation (GTZ). World Bank, (2009), Performance-based Contracting for the Preservation and Improvement of Road Assets. online. www-esd.worldbank.org
ISBN : 978-602-97491-9-9 B-5-9