Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
10 Pages
ISSN 2302-0253 pp. 67- 76
ANALISA PERBANDINGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI TANAMAN PADI METODE KONVENSIONAL DENGAN METODE “SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION” (SRI) ORGANIK Faisal Rizal, Dr.Ir.Alfiansyah YBC, Ir.Maimun Rizalihadi,M.Sc.Eng 1) Magister
Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Email:
[email protected]
Abstract: Availability of water becomes an important issue in improving food to compensate for population growth. SRI method is a method that is expected to address the problem of lack of water availability. Intermitted concept which allows the reduction of water relied upon by eliminating standing water up to 80% soil moisture conditions (fallow). In field conditions SRI methods are still not familiar with the farmers due to the lack of research that provides details kebutuhanan SRI method of irrigation water. This study aims to compare the need for irrigation water between SRI cultivation method and the conventional method. Research with menggunnakan lisimeter as a measure to try to answer questions from farmers. Concepts used in the water balance concept lisimeter is where the amount of water entering the water must be equal to the exit. Input must be equal to the output of the difference between the two is zero. With rain parameters (HJ), the provision of irrigation water (PAI), evapotranspiration (ETC), deep percolation (P) as well as the last output drainage water needs, it can be necessary. From the results of research with the conditioned area in accordance with the water level signaled the need for irrigation water by using the SRI method is more efficient than conventional methods of water. The average value of the irrigation water requirement of SRI method of 2.44 mm / day, while the conventional method of 3.79 mm / day, in order to obtain the SRI method results over 35% water saving compared to conventional methods. Keywords: Lysimeter, Irrigation Water Requirements, Irrigation Water Provision, SRI method. Abstrak: Ketersedian air menjadi masalah penting dalam usaha peningkatan pangan untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk. Metode SRI adalah metode yang diharapkan untuk mengatasi masalah kurangnya ketersediaan air. Konsep intermitted yang diandalkan memungkinkan adanya pengurangan air dengan meniadakan air genangan sampai kondisi lengas tanah 80% (bera). Pada kondisi lapangan metode SRI masih belum familiar dengan petani dikarenakan belum adanya penelitian yang memberikan rincian kebutuhanan air irigasi metode SRI. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan kebutuhan air irigasi antara penanaman metode SRI dan metode konvensional. Penelitian dengan menggunnakan lisimeter sebagai alat ukur mencoba menjawab pertanyaan dari petani. Konsep yang digunakan dalam lisimeter adalah konsep keseimbangan air dimana jumlah air yang masuk haruslah sama dengan air yang keluar. Input harus sama dengan output dengan selisih antara keduanya adalah nol. Dengan parameter hujan (HJ), pemberian air irigasi (PAI), Evapotranspirasi (ETc), Perkolasi (P) serta drainase sebagai output terakhir maka dapat kebutuhan air yang diperlukan. Dari hasil penelitian dengan lahan yang terkondisikan sesuai dengan tinggi genangan yang diisyaratkan maka kebutuhan air irigasi dengan menggunakan metode SRI lebih hemat air dibandingkan metode konvensional. Nilai rata-rata kebutuhan air irigasi metode SRI 2,44 mm/hari sedangkan metode konvensional 3,79 mm/hari, sehingga diperoleh hasil metode SRI lebih hemat air 35 % dibanding metode konvensional.
Kata Kunci: Lisimeter, Kebutuhan Air Irigasi, Pemberian Air Irigasi, Metode SRI.
67 -
Volume 3, No. 4, November 2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Tropicultura
PENDAHULUAN Pada saat ini ketersediaan air merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kebutuhan air
di
sawah.
1993.
(epetani.pertanian.go.id;”Budidaya padi dengan pendekatan Teknologi SRI)
yang
tidak
cukup
pertumbuhan
padi
tidak
dasarnya adalah pindah tanam satu bibit
sempurna bahkan bisa menyebabkan padi mati
perlubang dengan usia bibit 7-14 hari setelah
kekeringan.
semai, jarak tanam longgar 25 cm x 25 cm dan
menyebabkan
Air
tahun
Metode
SRI
organik
pada
konsep
Mengantisipasi ketersediaan air yang
adanya perubahan perlakuan pemberian air
semakin terbatas maka perlu dicari terus cara
irigasi secara putus-putus yang ditakar secara
budidaya tanaman padi yang mengarah pada
visualisasi sesuai dengan usia padi tanpa
penghematan konsumsi air. Cara pemberian
genangan dipetak sawah, sehingga kebutuhan
terputus
air lebih hemat dibandingkan dengan kebutuhan
/
berkala
(intermitten
irrigation)
terbukti efektif dilapangan dalam usaha hemat
air
metode
konvensional
dan
hasil
air, namun mengandung kelemahan dalam
memberikan
lebih
membatasi pertumbuhan rumput. Dari beberapa
dibandingkan dengan metode konvensional.
yang
mampu tinggi
metode yang ada kiranya metode “System Rice of
Intensification
dipertimbangkan.
(SRI)”
Sistem
dapat
pemberian
air
KAJIAN KEPUSTAKAAN Konsep pengairan metode SRI
terputus/berkala sesuai untuk daerah dengan
Menurut Eko Suhartono (n.d) Inti konsep
debit tersedia aktual lebih rendah dari debit
pengairan
andalan
memberikan air irigasi sesuai dengan jumlah
80%
(KP
03.2010;”Kriteria
Perencanaan Bagian Saluran”).
adalah
hanya
langsung diairi kembali melainkan dibiarkan
perhitungan kebutuhan air apabila metode ini
sampai tanah sawah kondisi retak atau kondisi
diterima
pupuk
mendekati titik stres tanaman baru diairi
mencukupi, sumberdaya manusia dan modal
kembali. Pola SRI dianggap berhasil jika
tersedia serta ketersediaan air terbatas.
mampu meningkatkan produktifitas lahan dan
petani,
dijadikan
saat genangan air di sawah telah habis, tidak
dasar
oleh
untuk
SRI
dan waktu yang dibutuhkan oleh tanaman. Pada
Menurut KP 03 (2010) metode SRI dapat direkomendasikan
intermittent
ketersediaan
Metode budidaya padi SRI pertama kali
mampu mengefisienkan penggunaan air
diperkenalkan pada tahun 1983 di Madagaskar
Irigasi hemat air pada budidaya padi
oleh pastor sekaligus agrikulturis asal Perancis,
dalam
Fr. Henri de Laulanie, yang telah bertugas di
memberikan
air
Madagaskar sejak 1961. Awalnya SRI adalah
(intermittent)
berdasarkan
singkatan
Riziculture
periode basah (genangan dangkal) dan kering.
Intensive" dan pertama kali muncul di jurnal
Metode irigasi ini disertai metode pengelolaan
dari
"Systeme
de
metode
SRI
dilakukan
dengan
secara
terputus
irigasi
alternasi
Volume 3, No. 4, November 2014
antara
- 68
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala tanaman
yang
baik
meningkatkan
Menurut KP 03 (2010) pada umumnya
produktivitas tanaman padi hingga 30-100%
jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan
bila
menggunakan
lahan dapat ditentukan berdasarkan kedalaman
(tergenang
porositas kesawah. Rumus berikut dipakai
dibandingkan
metode
irigasi
dapat
dengan konvensional
kontinu).
untuk memperkirakan kebutuhan air untuk
Beberapa
faktor
utama
yang
dapat
mempengaruhi pola pengiran SRI, adalah sebagai berikut :
penyiapan lahan;
( Sa Sb) Pd F1 10 4
PWR
- Iklim dan curah hujan,
dimana :
- Karakteristik tanah dan kesesuaian lahan,
PWR = Kebutuhan air penyiapan lahan
- Pola operasi jaringan irigasi,
Sa
- Partisipasi Petani.
= derajat kejenuhan tanah setelah, penyiapan lahan dimulai, %
Sb
Kebutuhan Air Irigasi
penyiapan lahan dimulai, %
Menurut KP 03 (2010) kebutuhan air disawah untuk padi ditentukan oleh factor-
= derajat kejenuhan tanah sebelum
N
= porositas tanah dalam % pada harga rata-rata untuk kedalaman tanah
faktor berikut : d
a)
Penyiapan lahan;
b)
Penggunaan konsumtif;
c)
Perkolasi dan rembesan;
d)
Pergantian lapisan air;
e)
Curah hujan efektif.
= asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan, mm
Pd
= kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan, mm
FI
= kehilangan air disawah selama 1 hari, mm
Penyiapan lahan untuk padi
Kebutuhan air selama penyiapan lahan
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan maksimum air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor – faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan (Anonim 3;2010) adalah :
Untuk perhitungan kebutuhan irigasi selama penyiapan lahan, digunakan metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra berdasarkan KP 03 (1986). Metode tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam l/dtk selama periode penyiapan lahan dan
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan rumus berikut :
menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan. b. Jumlah
air
yang
dibutuhkan
untuk
penyiapan lahan. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
69 -
Volume 3, No. 4, November 2014
IR
Me k e k 1
M E0 P
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
K
perhitungan evapotranspirasi yang mengikuti
MT S
konsep keseimbangan air (water balance).
dimana : IR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan
Untuk lebih jelasnya skema dasar alat lisimeter dapat dilihat pada Gambar 1.
(mm/hari); M
= kebutuhan
air
untuk
mengganti/mengkonpensasi air yang hilang akibat evaporasi dan perkolasi disawah
yang
telah
dijenuhkan
(mm/hari); Eo = evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 x
ETo
selama
penyiapan
lahan
(mm/hari); P
= perkolasi (mm/hari);
K
= parameter
fungsi
dari
air
Gambar 1 Konsep Dasar Lisimeter Sumber : FAO,1990
yang
diperlukan untuk penjenuhan waktu
Metode tidak langsung
penyiapan lahan dan kebutuhan air untuk lapisan pengganti; T
= jangka waktu penyiapan lahan ( 45 = kebutuhan
metode
tidak
langsung,
persamaan-persamaan empiris didapat dengan
hari ); S
Dalam
menggunakan
data-data
klimatologi.
Ada
beberapa pendekatan berupa metode empiris air
untuk
penjenuhan
ditambah dengan lapisan air ( 50 mm ); S
= 250 + 50 =300 mm
e
=
2,7182818.
yang
digunakan
untuk
mengestimasi
evapotranspirasi, pendekatan ini mengabungkan 250 + 50 = mendapatkan 300 mm; beberapa parameter cuaca untuk nilai evapotranspirasi yang disesuaikan dengan iklim dan keadaan cuaca setempat. Metode
Evapotranspirasi
empiris yang digunakan untuk mengestimasi
Evapotranspirasi tanaman acuan adalah evapotranspirasi tanaman yang dijadikan acuan yakni
rerumputan
pendek.
Besarnya
evapotranspirasi dapat diperkirakan dengan metode langsung dan tidak langsung
evapotranspirasi pada penelitian ini adalah Metode Penman Modifikasi. Menurut KP 03 (2010)
Persamaan
Pengukuran secara lansung dilakukan
dirumuskan sebagai berikut:
Rn
= Rns-Rn1
Rn
= (1-α).Ra(0,25+0,5n/Nc)
dengan melakukan pengukuran langsung di
Rn1 = f (t).f (ed).f (n/Nc)
lapangan menggunakan panci evaporasi dan
f (u) = 0,27 (1+u/100)
lisimeter.
ed
adalah
suatu
modifikasi
ETo = c[W.Rn + (1-W).f (u).(ea-ed)]
Metode langsung
Lisimeter
Penman
metode
= ed . RH/100 Volume 3, No. 4, November 2014
- 70
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala di mana : ETo = evapotranspirasi potensial (mm/hari); c
= faktor perkiraan kondisi musim;
W
= faktor temperature;
W
= Δ / (Δ + y);
Δ
= slope saturation pressure;
Menurut KP 03 (2010) perkolasi adalah proses aliran dalam tanah secara vertikal akibat gaya grafitasi. Perkolasi akan terjadi apabila
= radiasi;
kapasitas lapang telah terlampaui.
f (u) = faktor kecepatan angin; ea
= tekanan uap jenuh (mbar);
ed
= tekanan uap udara (mbar);
Rns
= harga radiasi matahari;
Rn1
= radiasi gelombang panjang
Ra
= radiasi matahari yang didasarkan letak
Penggantian lapisan air (WLR) WLR
Requirment)
setelah transplantasi. Pergantian lapisan air dilakukan setelah proses pemupukan dilakukan.
yang mungkin terjadi; yang
tergantung
pada
Oleh karena itu jadwal penggantian air sangat mempengaruhi oleh umur tanaman padi. Penggantian lapisan air dapat diberikan selama
temperature; f (ed) = faktor yang tergantung pada uap
setengah bulan sebesar 3,3 mm/hari dan selama satu bulan sebesar 1,7 mm/hari (Anonim 2,
jenuh; f (n/N)= faktor yang tergantung pada jam penyinaran matahari; n
Losses
bulan setelah transplantasi dan dua bulan
= lamanya penyinaran matahari rerata
f (T) = faktor
(Water
setinggi 50 mm dilakukan dua kali, yaitu satu
lintang; N
Kc = Koefisiensi tanaman.
Perkolasi
1-W = y / (y + Δ); Rn
mm/hari,
1986 :165). Curah hujan efektif
= penyinaran matahari yang diperoleh dari data terukur
Curah hujan efektif adalah curah hujan andalan
(jam/hari);
yang jatuh disuatu daerah
dan
digunakan tanaman untuk pertumbuhannya
U
= kecepatan angin;
RH
= kelembaban relative (%).
(Triatmodjo, 2008 : 318). Menurut Anonim I (1986 :10), Untuk tanaman padi besarnya curah hujan efektif diperkirakan sebesar 70 % dari
Penggunaan konsumtif Menurut KP 03 (2010) penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut :
curah
hujan
tengah
bulanan
dengan
probabilitas 80 %. Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman padi diambil 70 % dari curah
ETc = Kc x ETo
hujan minimum tengah bulanan dengan periode dimana :
ulang 5 tahun.
ETc = Evapotranspirasi tanaman, mm/hari, ETo = Evapotranspirasi 71 -
tanaman
acuan,
Volume 3, No. 4, November 2014
Ref
R80% ( setengahbu lan ) x70% 15
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Dimana :
keseimbangan air di dalam lisimeter dapat dihitung dengan persamaan, gambar prinsip
Reff R80
= Curah hujan efektif (mm/hari); = Curah hujan yang memungkinkan terpenuhi 80%
nilai keseimbangan air dapat dilhat pada gambar : P + I = D + Et +ΔS
Kebutuhan air irigasi tanaman padi kebutuhan air bersih disawah untuk tanaman padi dapat dihitung dengan dua rumus : NFR = ETc + P – Ref + WLR
di mana : P
= Presipitasi,air yang berasal dari hujan yang masuk kedalam lisimeter (ml).
I
= Air yang dimasukkan atau disiramkan ke dalam lysimeter (ml).
di mana : NFR = Ref ETC P WLR
Et = P + I - D +ΔS
Kebutuhan bersih air untuk padi (mm/hari) = curah hujan efektif (mm/hari); = kebutuhan air konsumtif (mm/hari); = perkolasi (mm/hari) = penggantian lapisan air (mm/hari).
Et
= Evapotranspirasi yang terjadi (mm/hari).
ΔS = Perubahan dalam cadangan karena perubahan
kebutuhan
air
D
pada
dekatnya
peniruan alam sebenarnya. Dimana perubahan
tanah,
= Drainase, jika drainase permukaan ada maka diukur secara terpisah D1 + D2 Menurut
tergantung
air
permukaan air tanah dan intersepsi (ml).
Konsep keseimbangan air Pada lisimeter keandalan perhitungan
kandungan
bowles
(1993),
besarnya
kandungan air tanah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : S = Ww = w x VT x γw
dalam cadangan tanah (ΔS) hanya dapat diukur dengan tipe lisimeter yang dapat ditimbang
di mana : S = Ww = berat air (gram)
seperti yang dijelaskan pada gambar 2.
W = Kadar air di dalam tanah (cm3)
I
Et
P
VT = Volume total tanah (%) γw = Berat jenis air (gr/cm3)
D1 Pengukuran
kadar
air
(w)
dapat
dilakukan dengan beberapa metode. Metode
Δs
yang paling banyak digunakan dalam penentuan kadar air tanah adalah dengan pengambilan
D2
sampel tanah dan pengeringan. Kadar air di dalam
Gambar 2. konsep keseimbangan air lisimeter
tanah
dapat
dihitung
dengan
menggunakan persamaan: Berdasarkan
gambar
diatas
nilai
w = (berat basah)-(berat kering)/ berat kering x Volume 3, No. 4, November 2014
- 72
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 100%
irigasi selama 95 hari dengan penggenangan secara terus menerus setinggi 3 cm. petak ini
METODE PENELITIAN
disebut
Pengumpulan Data
adalah data primer dan data skunder. Data primer merupakan data yang di peroleh dari langsung
petak
konvensional.
Pemupukan dilakukan tiga kali pada hari ke
Data yang digunakan dalam penelitian ini
pengukuran
dengan
dilapangan
dengan
menggunakan lisimeter, data yang dipeoleh terdiri dari data evapotranspirasi, pemberian air irigasi, hujan, perkolasi. Dari data ini nantinya diperoleh data kebutuhan air irigasi (NFR). Data Sekunder adalah data pembanding yang diperoleh dari Badan Meteorolgi dan Geofisika Blang bintang, Aceh Besar. Data yang diperoleh dari data sekunder adalah data klimatologi yang nantinya diperoleh data Evapotranspirasi Potensial (ETo). Pola Pemberian air metode konvensional
-8, 25 dan 40 menggunakan pupuk kimia. Sebelum
pemupukan
pemberian
air
dihentikan. Pola pemberian air irigasi pada petak ini disebut dengan penggenangan terus menerus. 2. Petak 2 ditanami padi metode SRI organik pada konsep dasarnya adalah pindah tanam satu bibit perlubang dengan usia bibit padi 7-14 Hari Setelah Semai (HSS), Pemupukan dilakukan tiga kali pada hari ke -7 sebelum tananam, kemudian hari ke -25 dan 40 setelah tanam menggunakan pupuk kompos. Pada masa vegetatif (pertumbuhan anakan) umur 1-45 Hari Setelah Tanam (HST) kondisi tanah macak-macak, kemudian pada saat penyiangan tanaman digenangi lebih kurang 2 cm untuk mengemburkan tanah agar mudah dalam melakukan penyiangan, penyiangan dilakukan sebanyak empat kali dengan interval 10 hari, ketika umur padi
Pola Pemberian air metode SRI
mencapai masa reproduktif (perkembang biakan) umur 45 hari air dikeringkan selama 10 hari untuk menghambat pertumbuhan anakan. Kemudian air diberikan kembali secara macak-macak selama 20 hari untuk masa pertumbuhan malai, pengisian bulir hinggan
Pola pemberian air dapat dirinci sebagai berikut :
seterusnya
sawah
di
keringkan hingga panen. 3. untuk padi konvensional dipakai WLR yang
1. Petak 1 ditanami padi per titik 3 bibit berumur 20 hari dengan pemberian air 73 -
bernas,
Volume 3, No. 4, November 2014
dilakukan
dilapangan
yaitu
jumlah
penggantian lapisan air selama satu bulan
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dan dua bulan setelah tranplantasi dikurang
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
masa pengeringan pada saat pemberian
penelitian ini dapat digambarkan dalam suatu
pupuk sedangkan untuk metode SRI tidak
bentuk
digunakan WLR karena tidak terjadinnya
sistematika penelitian ini dapat ditunjukkan
pergantian lapisan air disebabkan kondisi
pada Gambar 3 dibawah ini:
diagram
alir.
Diagram
alir
dari
penanaman SRI hanya membutuhkan tanah yang
macak-macak.
Metode
SRI
membutuhkan air pada saat penyiangan.
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian (Sumber: Olahan)
Volume 3, No. 4, November 2014
- 74
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala HASIL PEMBAHASAN hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi nilai evapotranspirasi tanaman acuan (Eto) yang diperoleh dari data klimatologi yang dikonversikan
ke
persamaan
Penman
Modifikasi dan data evapotranspirasi (ETc) dari lapangan
yang
diperoleh
dari
prinsip
keseimbangan air. Data curah hujan diperoleh
Grafik 1.
Perbandingan konvensional
metode
SRI
dan
dari penakar hujan manual dan data dari Station Klimatologi Geofisika Blangbintang sebagai
KESIMPULAN DAN SARAN
data
Kesimpulan
pembanding.
Untuk
data
perkolasi
diperoleh dari data yang diambil dilapangan.
1. Cara pemberian air yang berbeda antara metode
konvensional
dan
SRI
Kebutuhan air irigasi metode SRI
mengakibatkan adanya perbedaan tinggi
Tabel 1. Kebutuhan air irigasi untuk metode SRI
genangan pada masing-masing metode.
Periode satu P Re+PAI musim mm/hari mm/h tanam (1) (2) (3) 0 - 15 2,05 2,0 16 - 30 2,47 2,2 31 - 45 2,15 2,6 45 - 60 0,89 1,2 61 - 75 1,26 1,7 75 - 90 0,07 0,2 91 0 0 105 Kebutuhan air irigasi rata-rata
2. Konsep imbangan air dengan menggunakan ETc mm/h
NFR mm/h
(4) 4,7 3,9 4,1 2,1 2,9 0,6
(5) 4,75 4,17 3,65 1,79 2,46 0,47
0,1
0,10 2,44
lisimeter dapat digunakan sebagai dasar perbandingan metode padi konvensional dan padi
metode
SRI
dengan
melakukan
perbandingan air masukan dan keluaran. 3. Kebutuhan air irigasi dengan menggunakan metode SRI lebih hemat air dibandingkan metode
konvensional.
Nilai
rata-rata
kebutuhan air irigasi metode SRI 2,44 Kebutuhan air irigasi metode konvensional
mm/hari sedangkan metode konvensional
Tabel 2. Kebutuhan air irigasi untuk metode konvensional
3,79 mm/hari, sehingga diperoleh hasil
Periode satu P Re+PAI musim mm/hari mm/h tanam (1) (2) (3) 0 - 15 2,72 2,6 16 - 30 2,79 2,6 31 - 45 3,21 2,6 45 - 60 3,29 3,0 61 - 75 3,01 2,7 75 - 90 3,04 2,9 91 2,26 1,8 105 Kebutuhan air irigasi rata-rata
75 -
ETc mm/h
NFR mm/h
metode SRI lebih hemat air 35 % dibanding metode konvensional. 4. Hasil panen padi metode SRI (0,42 kg/m2) >
(4) 4,2 3,4 3,1 4,0 4,0 4,1
(5) 4,32 3,59 3,71 4,29 4,31 4,24
1,6
2,06
Penelitian ini telah dilakukan di daerah
3,79
Ajuen, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten
Volume 3, No. 4, November 2014
hasil panen metode konvensional (0,3 kg/m2)
Saran
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Aceh Besar, dari hasil penelitian ini metode SRI bisa diterapkan diwilayah Aceh Besar dan sekitarnya.
Untuk
ketelitian
lebih
lanjut
diharapkan dapat dilanjutkan pada areal petak sawah agar didapat kondisi lapangan yang sebenarnya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Anonymous, 1990. Evapotranspiration. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome. Anonymous, 1990. Lysimeter Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome. Allen, et al., 1998. Crop Evapotranspiration, Irrigation and Drainage paper No. 56 Food dan Agriculture Organization of The United Nations. Rome. Bambang, T., 2008. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Bowles, J.E., 1993. sifat-sifat fisis dan geoteknis tanah (mekanika tanah. terjemahan J.K.Hainim. Jakarta: Erlangga. epetani.pertanian.go.id;”Budidaya padi dengan pendekatan Teknologi SRI” KP 01, 2010. Standar Perencanaan Irigasi,Kriteria Perencanaan jaringan irigasi. Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Sumber Daya Air. KP 03, 2010. Standar Perencanaan Irigasi,Kriteria Perencanaan Bagian Saluran. Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Sumber Daya Air. Mutakin, J., 2005. Budidaya dan keunggulan padi organik metode SRI. Nurrochmad, F., 2007. kajian pola hemat pemberian air irigasi. Forum Teknik Sipil. No. XVII/2Mei. Seyhan, E., 1990. Dasar-Dasar Hidrologi, Terjemahan Sentot Subagyo. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Volume 3, No. 4, November 2014
- 76