1 Handout : Analisis Rasio Keuangan Dosen : Nila Firdausi Nuzula, PhD Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya ANALISA LABA (EARNINGS) dan Market Strength Quality of earnings Kualitas laba adalah laba realistis yang bisa diwujudkan oleh perusahaan sesuai dengan kondisi ekonomi yang sedang berlangsung. Kualitas laba merupakan konsep yang dapat diinterpretasikan dari berbagai sudut pandang (multifacet), mempertimbangkan beragam teknik akuntansi dan keuangan, dan meliputi elemen baik yang bersifat kuantitatif ataupun kualitatif. Elemen kuantitatif seperti cash flow, merupakan data yang digunakan untuk mengukur apakah secara kuantitatif laba dapat dikatakan berkualitas atau tidak. Sementara yang termasuk elemen kualitatif adalah kualitas pengelolaan atau manajemen. Elemen terakhir ini sulit untuk diukur secara objective. Formula umum kualitas laba adalah: Add Less Equals
Reported Net Income Items unrealistically deducted from earnings Items unrealistically added to earnings Quality of earnings
Contoh. Tahun 2010, suatu perusahaan melaporkan penjualan sebesar $1,000,000 dan net income sebesar $400,000. Termasuk dalam perhitungan net income adalah biaya research and development (R&D) sebesar $50,000, atau 5% dari penjualan. Data historis menunjukkan bahwa biaya R&D sebesar 8% dari penjualan. Perusahaan pesaing ternyata juga memiliki besaran biaya R&D sebesar 8% pada tahun 2010. Dalam kasus ini analis perlu mengkaji apakah sebenarnya realisasi biaya R&D perusahaan adalah 8%. Dengan penjualan $1,000,000 maka besarnya biaya R&D adalah $80,000. Dengan demikian, biaya R&D dinyatakan terlalu rendah $30,000, yaitu $80,000-$50,000 = $30,000. Maka analis perlu melakukan penyesuaian sebagai berikut. Less Equals
Reported net income Understatement of R&D Quality of earnings
$400,000 30,000 $370,000
Contoh di atas menunjukkan adanya penyesuaian untuk satu komponen biaya. Secara praktik, bisa saja terjadi banyak penyesuaian. Dari gambaran di atas, tampak bahwa kualitas laba cenderung bersifat relative, bukan absolute, dan lebih banyak digunakan untuk membandingkan laba
2 beberapa perusahaan di industri yang sama. Berikut adalah beberapa poin penting dalam analisa laba yang berkualitas: 1. Kualitas laba bukan hanya berkisar pada status overinvestment dan overinvestment sebagaimana yang dijelaskan di atas. Kualitas laba juga berhubungan dengan kemampuan perusahaan menjaga stabilitas komponen-komponen laporan laba rugi (income statement), besarnya risiko atas asset, serta kemampuan perusahaan menjaga sumber modal yang efisien. 2. Laba yang berkualitas dapat mempengaruhi rating obligasi, biaya pendanaan (cost of financing), dan ketersediaan sumber dana secara memadai. 3. Dua perusahaan yang memiliki tingkat laba yang sama bisa jadi memiliki tingkat kualitas laba yang berbeda. Cara utama untuk mengevaluasi kualitas laba suatu perusahaan adalah dengan membandingkan profil laba perusahaan tersebut (sumber atau pusat laba perusahaan) dengan profil laba perusahaan lain pada industri yang sama.
Rating obligasi ditetapkan oleh lembaga pemeringkat kredit yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan yang mengeluarkan surat berharga seperti obligasi. Di dunia, perusahaan pemeringkat kredit yang terkenal adalah adalah Standard & Poor’s (S&P) dan Moody’s Investor Service. Di Indonesia, perusahaan pemeringkatan obligasi yang terkenal adalah PT Pefindo, PT Kasnic Credit Rating, dan Moody’s Investor Service. Perusahaan yang terakhir ini telah diakui oleh otoritas keuangan (dalam hal ini Bank Indonesia) untuk melakukan pemeringkatan surat hutang perbankan yang digunakan sebagai standar kriteria dalam pengawasan perbankan. Pemeringkatan merupakan pernyataan tentang keadaan penghutang dan kemungkinan apa yang dapat dilakukan dengan hutang yang dimiliki. Peringkatan seperti ini ekuivalen dengan pengukuran risiko kegagalan, yaitu peluang emiten obligasi mengalami kondisi ketidakmampuan memenuhi kewajiban. Pemeringkatan didasarkan pada berbagai faktor, termasuk informasi keuangan (seperti laporan tahunan perusahaan), dan non keuangan seperti efisiensi operasi bisnis dan rencana perusahaan. Dapat dikatakan bahwa jika informasi laba yang disajikan dalam laporan keuangan berkualitas dan dihasilkan dari proses bisnis yang memadai, maka sesuai klasifikasi Moody’s, credit rating obligasi perusahaan bisa masuk dalam kategori Aaa (kualitas utama), Aa (kualitas tinggi), A (peringkat cukup tinggi), Baa (peringkat menengah), Ba (peringkat cukup menengah), B (peringkat spekulatif), Caa (peringkat sangat spekulatif), Ca (peringkat mendekati kebangkrutan), C (peringkat paling rendah).
3 Dalam menganalisa earnings atau laba, rasio keuangan yang banyak digunakan adalah Return on Total Asset (ROA) dan Return on Stockholders’ Equity (ROE). ROA atau disebut pula ROI menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan total asset yang dimilikinya untuk memproduksi income. Semakin tinggi ROA menunjukkan efektifitas pengelolaan asetnya. Sementara, ROE mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk memaksimalkan return bagi stockholders. Rasio ini menekankan pada income yield atau besarnya pendapatan yang dikaitkan dengan jumlah dana yang diinvestasikan oleh shareholder. Analisa kekuatan pasar (market strength) Analisa kekuatan pasar berkaitan dengan rasio harga saham terhadap laba (earnings) per share, dan rasio yang berkaitan dengan deviden. 1. Laba per lembar saham atau earnings per share (EPS) Rasio ini banyak digunakan untuk mengevaluasi operating performance suatu perusahaan. EPS banyak digunakan oleh perusahaan untuk menampilkan kinerja keuangannya, di sisi lain, EPS juga digunakan analis keuangan dan investor untuk mengetahui sejauh mana net income perusahaan dapat dibagi kepada setiap lembar saham yang beredar. Jika struktur modal perusahaan hanya terdiri dari saham biasa (common stock), maka perhitungan earnings per share (EPS) adalah sebagai berikut. (
)
Jika struktur modal terdiri dari common stock dan non-convertible stock (seperti saham preferen, dimana deviden harus dibagikan pada pemegang sahamnya), maka perhitungan earnings per share adalah:
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa perusahaan dapat saja mengeluarkan beragam sekuritas yang dapat dikonversi menjadi saham biasa (common stock). Contoh sekuritas ini adalah convertible bonds dan convertible preferred stock. Stock options juga merupakan sekuritas lain yang dapat dikonversi menjadi common stock dalam kondisi tertentu. Jika seluruh common stock equivalents ini dikonversi, maka sekuritas-sekuritas ini dapat menambah jumlah common stock yang sedang beredar, dan dampaknya adalah bisa mengurangi jumlah earnings per share. GAAP mensyaratkan agar perusahaan mengungkapkan (disclose) seluruh informasi yang menunjukkan adanya potensi konversi sekuritas pada saham biasa.
4 Jika perusahaan ternyata memiliki potensi untuk melakukan konversi sekuritas ini, maka dalam menganalisa earnings per share, analis harus: a. Mengukur basic earnings per share. Perhitungan ini didasarkan pada outstanding common shares dan sekuritas yang ekuivalen dengan saham biasa serta memiliki potensi untuk dikonversi ke dalam saham biasa (dilutive effect). b. Menghitung diluted earnings per share. Perhitungan ini bersifat proforma dimana analis menghitung dampak dari konversi sekuritas ke dalam saham biasa terhadap pengurangan earnings per share. Formula perhitungan basic earnings per share adalah sebagai berikut.
sementara perhitungan diluted earnings per share adalah:
Hal yang perlu diingat bahwa perhitungan earnings per share di atas cenderung bersifat arbitrary dan subjective karena potensi untuk konversi ke dalam common stock bersifat prediksi. Berikut adalah contoh perhitungannya. Suatu perusahaan memiliki net income untuk tahun 2010 adalah $200,000 dan preferred dividend adalah $20,000. Pada tahun 1/01/2011 perusahaan mengeluarkan dan menjual 10,000 saham biasa. Pada 1/04/2011, perusahaan mengeluarkan 2,000 tambahan saham biasa. Perusahaan juga mengeluarkan stock option untuk sejumlah 3,000 saham. Sekuritas lain adalah convertible bonds senilai $10,000, tetapi tidak dapat disebut ekuivalen terhadap common stock, namun berpotensi untuk mengurangi EPS perusahaan (sebagai other fully diluted security). Diketahui pula bahwa setiap $1,000 obligasi (atau convertible bond) dapat dikonversi menjadi 500 lembar saham. Dual presentation dari EPS adalah sebagai berikut. Perhitungan weighted-average common stock outstanding: Masa jatuh tempo saat analisa dilakukan 10,000 3/12 12,000 9/12 Total weighted-average common stock outstanding
Jumlah saham beredar
Jumlah saham beredar (weighted) 2,500 9,000 11,500
Dengan menggunakan data weighted-average common stock outstanding ditambah dengan jumlah stock option sebesar 3,000 lembar saham, maka perhitungan EPS adalah:
5 Perlu diingat bahwa perhitungan basic EPS berasal dari net income yang tersedia untuk pemegang saham biasa. Oleh karenanya, analis perlu menghitung nilai bersih laba tersedia bagi pemegang saham dengan mengurangi jumlah laba sebesar $200,000 dengan nilai deviden bagi para pemegang saham preferen $20,000. Selanjutnya, perhitungan jumlah saham atas sekuritas convertible bonds yang dapat diubah menjadi saham biasa adalah sebagai berikut. Data yang digunakan adalah convertible bonds sebesar $10,000 dan bahwa setiap $1,000 obligasi dapat dikonversi menjadi 500 saham biasa.
Dari $10,000 convertible bonds dan kebijakan konversi obligasi terhadap saham diketahui terdapat 10 bond, yang kemudian diketahui jumlah lembar saham hasil konversi convertible bond berjumlah 5,000 lembar. Jadi perhitungan fully diluted EPS adalah:
Diketahui bahwa hasil perhitungan EPS setelah penambahan sekuritas adalah $9.23 jauh lebih kecil dibandingkan nilai dasar EPS sebelum ada penambahan sekuritas yaitu sejumlah $12.41. Berikut adalah hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam perhitungan EPS bagi beberapa stakeholder perusahaan. a. Investor tertarik menggunakan EPS sebagai ukuran kesuksesan kinerja operasi perusahaan. Semakin tinggi EPS, maka akan semakin tinggi potensi dividends per share, dan selanjutnya konsekuensinya adalah harga saham (market price per share) juga akan semakin tinggi. Akan tetapi, angka-angka ini berpotensi untuk ‘dimanipulasi’ atau dibuat oleh perusahaan, agar kinerja perusahaan terlihat baik. Sayangnya, analis cenderung tidak dapat membandingkan hubungan antara EPS, Dividend per share, dan market price per share antara satu perusahaan dengan perusahaan lain karena kebijakan deviden setiap perusahaan berbeda. b. Managemen menginginkan EPS yang tinggi karena hal itu merefleksikan kesuksesan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. c. Kreditur cenderung melihat penurunan profitabilitas sebagai hal buruk, karena penurunan tersebut dapat menunjukkan adanya kesulitan keuangan. Hal ini berdampak pada semakin tingginya risiko tidak terbayarnya pinjaman perusahaan. d. Bagi akuntan yang berwenang untuk mengaudit proses pelaporan keuangan, penurunan EPS merupakan tanda-tanda bahwa perusahaan
6 mengalami kesulitan bisnis (business failure) dan bisa mengarah pada tuntutan pengadilan. 2. Market Test Ratio Ukuran dalam market test ratio ini meliputi price-earnings dan dividend yield ratio. Ukuran market test ini memfokuskan pada hubungan antara market value of shares dan earnings atau dividend. Sementara, dividend payout ratio dapat pula digunakan terutama untuk melihat bagaimana reaksi pasar atas kebijakan dividend yang diimplementasikan oleh perusahaan. Price-earnings ratio (P/E) memberikan informasi tentang hubungan antara pertumbuhan potensial perusahaan dan evaluasi atau respon pasar (stock market) atas laba (earnings) yang dicapai perusahaan. Atau, dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh stock market merespon laba yang dicapai oleh manajemen dalam bentuk kenaikan harga saham. P/E ratio menunjukkan seberapa jauh investor pasar modal mau membayar atau membeli saham dengan melihat kemampuan pencapaian laba perusahaan. Sebagai contoh, ratio P/E sebesar 15:1 mengindikasikan bahwa pasar mau membayar $15 untuk setiap $1 earnings yang dicapai perusahaan. Jadi, peningkatan rasio ini menunjukkan ekspektasi investor atas laba yang akan diterima perusahaan di masa datang. Formula yang digunakan untuk mengukur P/E adalah:
2011 Stock price at year-end Average number of shares outstanding
$40 30,000,000
2012 $35 29,000,000
Dengan laba bersih pada tahun 2011 sebesar $94,800,000 dan tahun 2012 sebesar $80,330,000; maka perhitungan P/E ratio tahun 2011 adalah
dan perhitungan P/E ratio tahun 2012 adalah:
P/E ratio yang tinggi akan berdampak baik bagi perusahaan karena hal itu mengindikasikan bahwa investor memiliki respon baik atas kinerja keuangan perusahaan. Penurunan terhadap P/E ratio merefleksikan penurunan kepercayaan investor terhadap potensi pertumbuhan perusahaan.
7 P/E ratio bervariasi antar perusahaan bahkan di suatu industry yang sama, terutama pada industry yang berbeda. Oleh karenanya, analis perlu membandingkan P/E ratio suatu perusahaan dengan P/E ratio perusahaan pesaing di satu industry yang sama untuk memperoleh perbandingan yang fair. P/E ratio juga berbeda untuk perusahaan yang memiliki tahap perkembangan (life cycle) yang berbeda. Contohnya, perusahaan yang sedang tumbuh, fastgrowing company, cenderung memiliki P/E ratio yang tinggi, bahkan bisa melebihi 20. P/E ratio bermanfaat untuk menilai (appraise) potensi investasi suatu perusahaan. Sebagai contoh, investor bisa menggunakan P/E ratio untuk memutuskan apakah pantas untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan. Investor juga dapat menggunakan P/E ratio sebagai indikator tentang bagaimana kinerja harga saham perusahaan. Investor bisa berpandangan bahwa suatu perusahaan dengan P/E ratio yang terlalu rendah dibandingkan dengan P/E ratio rata-rata di suatu industry, menunjukkan bahwa harga saham cenderung undervalued. P/E ratio yang terlalu rendah juga sebagai tanda bahwa perusahaan berpotensi untuk diakuisisi. Di sisi lain, P/E ratio yang terlalu tinggi secara relative dibandingkan rata-rata industry menunjukkan bahwa harga saham perusahaan tersebut overvalued dan perusahaan berpotensi untuk dijual. Tentu saja, kesimpulan seperti ini terlalu sederhana, dan pengambilan keputusan perlu mempertimbangkan faktor lain di luar kondisi internal perusahaan seperti kondisi keuangan dan ekonomi makro. Perhitungan book value per share ditujukan untuk mengetahui seberapa besar nilai keberlanjutan (going concern value) dari suatu perusahaan, bukan dimaksudkan untuk melihat nilai likuidasi (liquidation value). Book value (atau equity) per share umumnya dihitung berdasarkan harga buku saham terhadap equity per share dari total saham beredar dengan formula:
Jika perusahaan memiliki treasury stock, perhitungan book value per share harus mengurangkan nilai treasury stock dari total stockholders’ equity. Treasury stock adalah saham perusahaan yang dibeli kembali dari peredaran untuk sementara waktu. Pembelian kembali saham yang beredar ditujukan untuk menaikkan harga pasar saham, sebagai cadangan untuk dijual kembali kepada karyawan perusahaan sebagai employee benefits, akan dibagikan sebagai deviden saham, atau sebagai cadangan untuk menukar surat-surat berharga perusahaan lain.
8 Jika perusahaan memiliki saham preferen yang sedang beredar, untuk menghitung book value per share, nilai saham preferen perlu dikurangkan dari total equity untuk menentukan jumlah bersih nilai saham biasa. Berikut adalah contoh perhitungan memperhitungan berbagai faktor.
book
value
per
share
Total stockholders' equity Less: Amount assigned to preferred stock 120,000 shares $100 par value (no call price or liquidating price) Equity applicable to common shares Jumlah outstanding shares (2011) Book value per share 2011 680,000,000 30,000,000
dengan 692,000,000 12,000,000 680,000,000 30,000,000
22.67
Nilai book value per share yang tinggi menjadi sinyal yang baik, karena hal itu menunjukkan bahwa setiap saham memiliki nilai buku yang tinggi. Book value per share dapat berubah secara signifikan karena adanya transaksi seperti konversi convertible bonds atau preferred stock, penjualan atau pembelian kembali saham biasa, adanya stock splits, penggabungan saham atau reverse stock split. Analis keuangan harus mempertimbangkan kemungkinan seperti ini. Book value per share menjadi tanda berapakah nilai yang dapat diterima shareholder jika perusahaan dilikuidasi dengan tanpa mendapatkan gain atau loss. Oleh karenanya, rasio ini disebut juga liquidation value per share. Dengan kata lain, jika asset perusahaan dapat dijual sesuai dengan nilai perolehan atau nilai bukunya, seluruh kewajiban bersifat tetap sebagaimana disebutkan di dalam kontrak pinjaman, dan seluruh laba bersifat kas dibagikan kepada shareholder, maka perhitungan book value per share menunjukkan besarnya nilai buku saham yang dapat diterima shareholders. Perbandingan book value per share suatu perusahaan dengan market price per share menunjukkan bagaimana pasar saham dan investor menilai perusahaan tersebut. Secara umum, market price per share harusnya lebih tinggi dibandingkan book value per share, karena market price per share menggunakan data harga saham saat ini. Jika market price per share suatu perusahaan adalah $20, sementara book value per share adalah $26, maka saham tersebut bisa jadi tidak diinginkan oleh investor. Jika ada perusahaan A yang berniat untuk mengakuisisi perusahaan B tersebut, bisa jadi perusahaan A cenderung akan membayar saham perusahaan B dengan nilai pasar jauh lebih rendah dibandingkan nilai likuidasi atau nilai book value per share. Tujuannya adalah untuk mendapatkan laba atas likuidasi perusahaan B yang diakuisisi.
9 Price/book value ratio menunjukkan nilai pasar perusahaan. Jika perhitungan book value per share didasarkan pada nilai historis penjualan saham, perhitungan market price berdasarkan pada harga saham saat ini. Idealnya, market price per share nilainya lebih besar dibandingkan book value per share, sebagai akibat dari inflasi dan akumulasi kinerja perusahaan selama beberapa tahun. Semakin lama asset yang dikelola perusahaan, semakin besar nilai price/book value ratio, sebaliknya semakin baru suatu asset dikelola perusahaan, nilai rasio semakin kecil. Analis perlu memperhatikan bahwa pada industry tertentu, seperti perbankan, nilai book value per share bisa jadi lebih tinggi dibandingkan nilai market price per share.
Peningkatan rasio mengindikasikan tingginya opini investor atas kemampuan keuangan perusahaan. Harga pasar saham suatu perusahaan dapat meningkat karena kinerja likuiditas, actifitas, dan profitabilitas perusahaan secara bersamasama. Implikasi dari rasio price to book value yang rendah mengindikasikan buruknya kinerja perusahaan. Jika analis melihat bahwa harga pasar saham suatu perusahaan di bawah nilai buku, analis bisa menyimpulkan bahwa perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan dan operasi. Akan tetapi, bisa jadi analis menyarankan untuk membeli saham yang memiliki book value di atas market value ini karena umumnya harga saham perusahaan cenderung undervalued. Price-sales (P/S) ratio menunjukkan nilai pasar perusahaan dibandingkan dengan kinerja penjualan. Formula P/S ratio adalah:
Contoh. Sales ($) Shares outstanding (shares) Sales per share ($) Market price ($)
2011 1,450,000,000 30,000,000 48 40
Maka perhitungan Price-sales ratio untuk 2011 adalah:
Price-sales ratio untuk 2012 adalah:
2012 1,530,000,000 29,000,000 53 35
10 Rasio price-sales 0.83 berarti investor membayar $0.83 untuk setiap dolar penjualan yang terjadi. Artinya, ada indikasi bahwa kondisi perusahaan dinilai baik oleh investor karena investor ‘hanya’ melakukan pembayaran sebesar $0.83 untuk mendapatkan satu lembar saham, tetapi perusahaan mampu menghasilkan penjualan (sebagai ukuran potensi besarnya earnings bagi investor) sebesar $1. Market value added merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk memaksimalkan kesejahteraan bagi pemegang saham. Upaya memaksimalkan kesejahteraan dapat dilakukan dengan memperlebar selisih antara nilai pasar saham dan jumlah modal sendiri yang berasal dari shareholder. Perbedaan ini disebut sebagai market value added (MVA). Formula perhitungan MVA adalah:
Shares outstanding (shares) Equity capital supplied by shareholder ($) Market price ($) MVA ($)
2011 30,000 163,200 40 1,036,800
2012 29,000 160,000 35 855,000
Semakin tinggi MVA, semakin baik kinerja manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pemegang saham.
Tugas: 1. Carilah data yang relevan untuk menghitung Earnings per Share (EPS), yaitu net income, preferred dividends, jumlah lembar saham biasa yang beredar, dan umur setiap lembar saham (untuk dihitung proporsi berdasarkan umur beredar saham biasa). Hitung dan interpretasikan nilai basic EPS. 2. Dalam laporan tahunan perusahaan yang telah anda gunakan di awal semester, apakah ada convertible bonds, convertible preferred stock, dan stock option yang ditawarkan perusahaan pada dua tahun tersebut? Jika ada, hitunglah diluted earnings per share dengan informasi tersebut dengan mempertimbangkan stock option yang direalisasikan (exercised) pada setiap tahun. Uraikan interpretasi Anda. 3. Dengan data yang berkaitan dengan price-earnings ratio (P/E ratio), hitunglah P/E ratio dan berilah interpretasinya setiap tahun. Berikan interpretasinya. 4. Kumpulkan data P/E ratio kelompok Anda ke ketua kelas, dan analisa lah bagaimana perbedaan P/E ratio di setiap industri yang berbeda. 5. Hitunglah book value per share perusahaan yang Anda analisa. Apakah perusahaan memiliki treasury stock? Bagaimana perhitungan book value per
11 share setelah memperhitungkan treasury stock, saham preferen yang sedang beredar, dan stock splits. Berilah interpretasi Anda. 6. Carilah data market price per share saham perusahaan Anda (closing price akhir tahun). Kemudian, hitunglah price/book value ratio. Analisa lebih lanjut bisa dilakukan dengan menghubungkan hasil perhitungan price/book value ratio dengan kinerja (profitabilitas) perusahaan. Berilah interpretasi atas hasil perhitungan Anda. 7. Hitunglah price-sales (P/S) ratio dan berilah interpretasinya. 8. Hitunglah Market Value Added dan berilah interpretasinya.