ANALISA KEBUTUHAN RUMAH SUSUN UNTUK DOSEN DAN PEGAWAI DI ITS SURABAYA Muhammad Rahman Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email:
[email protected] Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP ITS ABSTRAK Mengingat semakin sempit lahan hunian untuk penyediaan perumahan bagi karyawan di dalam kampus ITS, maka sudah saatnya rencana pembangunan ke arah vertikal dalam bentuk rumah susun bagi dosen dan pegawai ITS dimulai. Hal ini disebabkan sebagian besar dosen dan pegawai ITS masih belum mempunyai rumah sendiri. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan tingkat kebutuhan rumah susun untuk dosen dan pegawai ITS baik yang sudah PNS ataupun masih honorer. Metode yang dipergunakan adalah kuesioner dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa 76,70 % responden bersedia untuk tinggal di rumah susun bila pemerintah berencana membangun rusun dalam kampus ITS saat ini. Alasan utama yang dinyatakan oleh responden yang berminat adalah karena dekat dengan tempat kerja. Tipe rusun yang terbanyak dipilih oleh responden adalah tipe 21 – 36 M2 sebanyak 31.94 %. Kemudian tipe yang lain adalah tipe > 54 M2 sebesar 23,61 %, tipe 36 – 42 M2 sebanyak 22,22 %, tipe 42 – 54 M2 sebesar 18,06 %, dan prosentase terkecil 4,17 % adalah tipe < 21 M2. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah rencana pembangunan rumah susun di ITS perlu dipertimbangkan. Berdasarkan analisa kebutuhan tingkat animo dan tipe rumah susun pilihan responden perlu dibangun rumah susun kelas sederhana dan menengah. Kata kunci: ITS Surabaya, Kebutuhan, Rumah susun
1. PENDAHULUAN Salah satu kendala dalam pembangunan perumahan terutama di kota-kota besar di Indonesia adalah dari sisi penyediaan lahan. Hal ini berlaku juga bagi ITS yang berada di kota besar kedua di Indonesia yaitu Surabaya. Dengan semakin menyempitnya lahan kosong pada zona hunian di dalam kampus ITS menyebabkan tidak lagi memungkinkan untuk pembangunan rumah biasa (landed hosue) bagi karyawan ITS. Alternatif pembangunan ke arah vertikal dalam bentuk rumah susun menjadi salah satu solusi yang rasional untuk diterapkan. Rencana pembangunan rumah susun dalam kampus ITS sudah dimasukkan dalam Master Plan ITS hasil revisi tahun 2002 sehingga perlu dicari tingkat kebutuhan rumah susun yang sesuai dengan harapan bagi dosen dan pegawai ITS yang belum mempunyai rumah
ISBN No. 978-979-18342-0-9
F-8
sendiri ataupun sudah mempunyai rumah tetapi tinggal jauh dari tempat kerja di ITS. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kebutuhan rumah susun bagi dosen dan pegawai ITS dilihat dari tingkat animo terhadap rencana pembangunan rusun, alasan berminat dan tidak berminat, tipe dan kelas rusun serta tingkat kepentingan terhadap penyediaan fasilitas rumah susun. 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Rumah Susun Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Pasal 1 Tahun 1985 definisi “Rumah susun” adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagianbagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-
Analisa Kebutuhan Rumah Susun untuk Dosen dan Pegawai Di ITS Surabaya
masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.
bawah yang mampu membayar meskipun terbatas. Intervensi pemerintah dapat dilakukan dalam penyediaan tanah, pembiayaan, pembangunan, maupun pengelolaannya, namun tetap diperhitungkan pengembalian dananya, agar dapat bergulir untuk proyek selanjutnya. 2) subsidi penuh, diprioritaskan bagi kelompok yang kemampuan ekonominya sangat terbatas, hanya mampu membayar sewa untuk menutup ongkos operasi dan pemeliharaan rutin saja. Intervensi pemerintah dilakukan dengan memberi subsidi pembangunan (tanah, bangunan, prasarana dan sarana dasar lingkungan) sepenuhnya.
Landasan pemikiran pembangunan rumah susun karena hal-hal berikut : a. Berkurangnya lahan pertanian produktif dan masalah lingkungan b. Masalah transportasi yang akut c. Beban biaya pembangunan yang ekspansif Menurut Modul C-5-7 Perencanaan dan Pengelolaan Rumah Susun Sederhana salah satu alternatif untuk memecahkan kebutuhan rumah di perkotaan yang terbatas adalah dengan mengembangkan model hunian secara vertikal berupa bangunan rumah susun. Untuk kelompok masyarakat golongan menengah atas rumah susun disediakan dalam bentuk rumah susun mewah (flat/condominimum) sedangkan untuk kelompok masyarakat menengah bawah dan masyarakat berpenghasilan rendah adalah rumah susun sederhana. Berdasarkan kelompok sasarannya, rumah susun sederhana dikategorikan dalam dua jenis yaitu rumah susun sederhana untuk dimiliki dan rumah susun sederhana sewa. Selanjutnya rumah susun sederhana sewa dibagi dalam dua kategori yaitu tanpa subsidi dan dengan subsisdi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 8 Tahun 1996 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Daerah, satuan rumah susun terdiri dari : 1. Satuan Rumah Susun Sederhana adalah satuan rumah susun dengan luas lantai bangunan tidak lebih dari 45 m2 dan biaya pembangunan per m2 tidak melebihi dari harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan gedung bertingkat pemerintah klas C yang berlaku 2. Satuan Rumah Susun Menengah adalah satuan rumah susun dengan luas lantai 18 m2 sampai 100 m2 dan biaya pembangunan per m2 antara harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan gedung bertingkat pemerintah klas C sampai dengan harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan gedung bertingkat pemerintah klas A yang berlaku 3. Satuan Rumah Susun Mewah adalah satuan rumah susun dengan biaya pembangunan per m2 di atas harga tertinggi untuk satuan per m2 pembangunan gedung bertingkat pemerintah klas A yang berlaku dengan luas lantai bangunan lebih dari 100 m2.
Masing-masing kategori mempunyai sasaran prioritas sebagai berikut: a. Rumah susun sederhana milik diprioritaskan bagi kelompok masyarakat yang secara ekonomi mampu untuk membeli (tunai atau KPR) unit rumah susun. Intervensi pemerintah dalam batas memberi insentif kemudahan perijinan dan petunjuk teknis, karena pembangunannya menunjang kebijakan pemerintah; b. Rumah susun sederhana sewa tanpa subsidi, diprioritaskan bagi kelompok masyarakat yang secara ekonomi mampu, tetapi memilih untuk tinggal di rumah sewa karena alasan tertentu (belum memiliki rumah sendiri atau alasan lainnya) c. Rumah susun sederhana sewa bersubsidi 1) subsidi terbatas, diprioritaskan bagi kelompok masyarakat dengan kemampuan ekonomi menengah ke
ISBN No. 978-979-18342-0-9
Menteri Negara Perumahan Rakyat dalam sambutannya pada acara Pemancangan Pertama Percepatan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Di Kawasan Perkotaan oleh
F-9
Muhammad Rahman, Ria Asih Aryani Soemitro
Bapak Presiden Republik Indonesia tanggal 5 April 2006 telah merumuskan skenario pembangunan rumah susun sederhana melalui pengelompokan sasaran menjadi 5 (lima) kelompok dengan kemungkinan sumber pembiayaan pembangunan sebagai berikut : 1. Pembangunan rumah susun sederhana sewa tidak pulih biaya bagi masyarakat berpenghasilan perbulan kurang atau sama dengan Rp 1 Juta, yang untuk sementara ini porsi pembiayaan masih oleh APBN dan/atau APBD; 2. Pembangunan rumah susun sederhana sewa pulih biaya yang ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan perbulan antara Rp 1 juta hingga Rp 1,7 juta, dengan pembiayaan APBN dan/atau APBD serta didorong kemungkinannya oleh badan usaha; 3. Pembangunan rumah susun sederhana sewa beli atau yang dapat di-KPR- kan, yang ditujukan bagi masyarkat berpenghasilan perbulan antara Rp 1,7 juta hingga Rp 2,5 juta dengan pembiayaan sepenuhnya oleh badan usaha swasta; 4. Pembangunan rumah susun sederhana milik, yang dapat diperoleh melalui KPR dan ditujukan kepada masyarakat berpenghasilan perbulan antara Rp 2,5 juta hingga 3,5 juta; 5. Pembangunan rumah susun sederhana milik yang dapat diperoleh melalui KPR dan ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan perbulan antara 3,5 juta hingga Rp 4,5 juta. 2.2. Analisa Kebutuhan Analisis kebutuhan adalah analisa deskriftif untuk mengetahui gambaran tingkat kebutuhan rumah susun dari segi tipe/kelas dan tingkat kepentingan penyediaan fasilitas rusun bagi dosen dan pegawai ITS Surabaya. 3. METODA PENELITIAN 3.1. Responden Penelitian Pada penelitian ini dilakukan survai primer kuesioner sehingga harus dilakukan penentuan populasi dan sampel. Seluruh dosen dan pegawai di ITS yang tidak tinggal di perumahan umum dosen dan pegawai merupakan populasi dalam penelitian ini.
ISBN No. 978-979-18342-0-9
F-10
3.2. Teknik Pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah secara proporsional dengan menggunakan dua tahapan, yaitu : Tahap I, menentukan sampel blok dengan metoda cluster random sampling. Pemilihan metoda ini didasarkan pada jumlah blok pada masing-masing fakultas dan unit kerja di ITS Surabaya. Oleh karena itu perlu ditentukan blok mana yang akan digunakan sebagai sampel blok. Tahap II, setelah sampel blok diketahui selanjutnya dilakukan penentuan sampel individu dengan metoda stratified random sampling pada blok terpilih. Pemilihan metoda ini didasarkan adanya perbedaan tingkat penghasilan calon responden pada masing-masing fakultas atau unit kerja di ITS 3.3. Metoda Analisa Untuk mendapatkan tingkat kebutuhan rumah susun bagi dosen dan pegawai ITS dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif terhadap hasil survai kuesioner yang disebarkan. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Dari sejumlah kuesioner yang disebar melalui metode wawancara dan pengisian sendiri kepada 36 orang dosen, 31 orang pegawai status PNS dan 27 orang honorer diketahui profil responden sebagai berikut: a. Usia Komposisi terbesar responden dalam penelitian ini baik dosen, pegawai maupun honorer berada pada kisaran usia 20 hingga 29 tahun. Namun ada pula responden yang berusia di atas 50 tahun meskipun hanya dalam prosentase jumlah yang sangat kecil, sebagaimana terlihat dalam gambar 1. Berdasarkan distribusi tersebut dapat diketahui bahwa responden sebagian besar berada pada usia produktif kerja. Error! Not a valid link.Gambar 1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia b. Jenis Kelamin
Analisa Kebutuhan Rumah Susun untuk Dosen dan Pegawai Di ITS Surabaya
Responden laki-laki baik dari pegawai maupun honorer masih lebih banyak dibanding responden dari perempuan kecuali dari responden dosen. Responden pegawai laki-laki berjumlah 80,65 persen sedangkan responden perempuan 19,35 %. Artinya tingkat partisipasi responden laki-laki yang terlibat kuesioner rumah susun lebih banyak dari responden perempuan seperti yang terlihat pada gambar 2 berikut :
Dilihat dari status perkawinan jumlah responden yang berasal dari dosen dan pegawai yang sudah menikah lebih banyak daripada yang belum menikah. Sementara dari kalangan honorer perbandingan yang belum menikah sedikit lebih banyak daripada yang sudah menikah dengan perbandingan 51,85 % berbanding 48,15 %. Error! Not a valid link. Gambar 5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Error! Not a valid link. Gambar 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
f.
Responden dari ketiga kalangan semuanya memiliki masa kerja yang bervariasi. Sebagian besar responden menyatakan telah bekerja di ITS dalam rentang waktu 1 – 5 tahun, yaitu sebanyak 66,67 % responden kalangan dosen, 22,58 % responden pegawai dan 66,67 % responden honorer. Ada juga beberapa responden pegawai yang telah mengabdi di ITS melebihi 20 tahun yaitu berjumlah 5 orang (16,37 %).
c. Tingkat Pendidikan Rata-rata responden yang bekerja sebagai dosen di ITS memiliki tingkat pendidikan yang cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari tingkat responden dosen yang menjadi responden dalam penelitian ini, yaitu 69,44 % berpendidikan setingkat S-2 dan 30,56 % berpendidikan S-1. Sedangkan untuk responden pegawai tingkat pendidikan cukup bervariasi dari lulusan SD hingga bergelar S-2. Hal ini mungkin disebabkan ITS dahulu menerima pegawai dari tingkatan terendah sampai sarjana. Tetapi untuk responden kalangan honorer tingkat pendidikan berkisar dari lulusan SMP hingga perguruan tinggi (S-1).
Error! Not a valid link. Gambar 6 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja g. Tempat Tinggal Sekarang Ternyata sebagian besar responden baik dosen, pegawai dan honorer yang belum punya rumah sendiri masih ikut tinggal di rumah orang tua atau mertua. Dari responden kalangan dosen yang menempati rumah orang tua atau mertua sebanyak 55,56 %, responden pegawai 54,84 % dan responden honorer 48,15 %. Terlihat dari seluruh responden terdapat juga yang sudah tinggal di rumah susun sederhana sewa sebanyak 1 orang dari responden dosen.
Error! Not a valid link. Gambar 3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan d. Penghasilan Sebagian besar responden berpenghasilan paling banyak antara Rp 1.000.001,- s/d Rp 1.700.000,- yaitu sebanyak 94,44 % dari kalangan responden dosen dan responden pegawai 74,19 %. Namun untuk responden honorer mereka semua berpenghasilan di bawah Rp 1.000.000,-.
Error! Not a valid link. Gambar 7 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Sekarang
Error! Not a valid link. Gambar 4 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan
h. Jumlah Penghuni Sekarang
e. Status Perkawinan
ISBN No. 978-979-18342-0-9
Masa Kerja
F-11
Tempat
Tinggal
Sebagian besar responden dosen, pegawai dan honorer terungkap bahwa pada tempat tinggal yang dihuni sekarang ditempati oleh 5 orang atau lebih yaitu 55,56 % dari responden dosen, 58,06 % dari responden pegawai dan 42,31 % dari responden honorer. Fakta ini mengindikasikan sebagian besar responden masih ikut bersama orang tua atau mertua mereka. Error! Not a valid link. Gambar 8 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Penghuni Tempat Tinggal Sekarang i.
Persen
Muhammad Rahman, Ria Asih Aryani Soemitro
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Dosen Pegawai Honorer Mobil Sepeda Kend Sepeda Lainnya Pribadi Motor umum Biasa Alat Transportasi yang digunakan
Jarak Antara Tempat Tinggal Sekarang dengan Tempat Kerja Sebagian besar responden kalangan dosen, pegawai dan honorer menyatakan jarak antara tempat tinggal sekarang dengan tempat kerja di ITS di atas 8,5 Km. Responden honorer yang menempuh jarak lebih dari 8,5 Km ke ITS sebanyak 55,56 %, diikuti responden pegawai sebesar 48,39 % dan responden dosen 38,89 %. Namun demikian terdapat juga responden yang tinggal kurang dari 1 Km dari ITS. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden ada yang tinggal kost atau kontrakan dekat ITS.
Error! Not a valid link.Gambar 9 Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal dengan Tempat Kerja
Gambar 10 Distribusi Responden Berdasarkan Alat Transportasi Menuju Tempat Kerja k. Biaya Transportasi Menuju Tempat Kerja Biaya transportasi perbulan responden juga bervariasi. Tampak dalam gambar di bawah sebagian besar reponden mengeluarkan biaya perjalanan kurang dari 200 ribu perbulan. Responden honorer yang menghabiskan biaya transportasi kurang dari 200 ribu sebanyak 51,85 %, diikuti responden dosen sebesar 50,00 % dan responden pegawai menyusul dengan 45,16 %. Error! Not a valid link. Gambar 11 Distribusi Responden Berdasarkan Biaya Transportasi Menuju Tempat Kerja 4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
j.
Alat Tranportasi Yang Digunakan Sepeda motor menjadi pilihan umum dari sebagian besar responden sebagai alat transportasi ke tempat kerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mereka menyatakan memilih menggunakan sepeda motor karena lebih murah dibandingkan bila harus menggunakan kendaraan umum atau mobil pribadi. Tetapi tetap ada sebagian responden yang memakai mobil pribadi atau menggunakan kendaraan umum ke tempat kerja.
ISBN No. 978-979-18342-0-9
F-12
Untuk mengetahui kemampuan ukur masingmasing pertanyaan dalam kuesioner yang disebarkan, maka dilakukan uji validitas terhadap tingkat kepentingan fasilitas rumah susun terhadap 72 orang responden yang berminat terhadap rusun untuk menguji instrumen penelitian apakah valid dan reliabel. Uji validitas adalah pengujian terhadap alat ukur, dimana setiap pertanyaan dalam alat ukur dapat mengukur aspek yang sama. Ukuran validitas diperoleh dengan mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan teknik korelasi momen produk untuk setiap item pertanyaan. Setelah dilakukan
Analisa Kebutuhan Rumah Susun untuk Dosen dan Pegawai Di ITS Surabaya
perhitungan dengan menggunakan taraf signifikan (α) = 5 % dan n = 72 maka diperoleh tabel 1 di bawah ini:
Dari hasil penyebaran kuesioner terhadap dosen dan pegawai ITS dapat diketahui hasil sebagai berikut : a. Tingkat Animo Responden
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Error! Not a valid link.
Dari hasil kuesioner responden yang diteliti, ternyata yang berminat untuk tinggal di rumah susun sebanyak 72 orang responden (76,70 %), sedangkan 22 responden (23,30 %) menyatakan tidak beminat untuk tinggal di rumah susun dengan rincian sebagai berikut :
Jika diketahui t hitung lebih besar dari t tabel maka pertanyaan tersebut valid, tetapi jika t hitung lebih kecil dari t tabel maka pertanyaan tersebut tidak valid. Dari tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa semua pertanyaan valid.
Tabel 3 Tingat Animo Responden Terhadap Rumah Susun Error! Not a valid link. Error! Not a valid link. Gambar 12 Prosentase Tingkat Animo Responden Terhadap Rusun
Syarat lain yang penting untuk sebuah kuesioner adalah reliabel. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih. Uji reliabilitas bertujuan untuk mengukur konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda
Bila diteliti dari jawaban responden, ternyata prosentase yang berminat untuk tinggal di rumah susun lebih banyak dari honorer 85,10 %, disusul oleh pegawai 83,87 % dan terakhir dari dosen 63,80 %. Bila hasil jawaban berminat atau tidak berminat berdasarkan tingkat penghasilan akan didapat prosentase jawaban yang agak berbeda sebagai berikut :
Untuk mengetahui reliabilitas sebuah kuesioner maka dilakukan uji reliabilitas untuk semua pertanyaan dalam kuesioner untuk setiap item pertanyaan. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan taraf signifikan (α) = 5 % dan n = 72 maka diperoleh tabel 2 di berikut ini :
Tabel 4 Tingat Animo Responden Terhadap Rumah Susun Berdasarkan Tingkat Penghasilan Responden Error! Not a valid link. Error! Not a valid link. Gambar 13 Prosentase Tingkat Animo Responden Terhadap Rusun Berdasarkan tingkat Penghasilan
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Error! Not a valid link. Jika diketahui r11 lebih besar dari r tabel maka pertanyaan tersebut reliabel, tetapi jika r11 lebih kecil dari r tabel maka pertanyaan terrsebut tidak reliabel. Dari tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa semua pertanyaan reliabel sehingga dapat dipakai pada pengujian selanjutnya.
Hasil survai mengindikasikan bahwa tingkat animo responden dengan penghasilan Rp 1.700.001,- s/d Rp 2.500.000,- sebesar 90,00 %, diikuti responden dengan penghasilan ≤ Rp 1.000.000,- sebanyak 85,10 % dan terakhir penghasilan Rp 1.000.001 s/d Rp 1.7000.000 sejumlah 68,42 %.
4.3 Analisa Tingkat Kebutuhan Analisa ini dilakukan dengan melakukan survai primer mengenai minat responden terhadap rencana pembangunan rumah susun bagi dosen dan pegawai di ITS. Besar animo responden dapat menunjukkan tingkat kebutuhan rumah susun pada saat ini dilihat dari sisi tipe/kelas rusun.
ISBN No. 978-979-18342-0-9
b. Alasan yang dikemukakan Berdasarkan hasil jawaban kuesioner masing-masing responden dikemukakan alasan berminat atau tidak berminat terhadap rencana pembangunan rumah susun di ITS dalam tabel 5 berikut :
F-13
Muhammad Rahman, Ria Asih Aryani Soemitro
Tabel 5 Alasan Berminat Tinggal di Rusun Error! Not a valid link. Error! Not a valid link.Gambar 14 Prosentase Minat Pasar Rusun 30,37 % responden dosen berminat tinggal di rusun karena dekat dengan tempat kerja dan juga faktor biaya yang murah. Faktor lainnya responden ingin merasakan suasana baru 13,04 %. Bagi responden pegawai sebagian memilih berminat tinggal di rusun karena alasan dekat tempat kerja dan biaya murah dibandingkan dengan tempat tinggal semula yang dinyatakan oleh 53,85% dan 34,62 %. Sedangkan responden dari kalangan honorer berminat tinggal di rusun karena dekat dengan tempat kerja dan biaya murah. Dekat tempat kerja dipilih sebanyak 69,57 % dan biaya murah sebanyak 30,43 %. Hal yang penting untuk dijadikan pertimbangan responden bersedia mau tinggal di rumah susun antara lain: pertama, faktor kedekatan rumah susun dengan tempat kerja; kedua, biaya yang dikeluarkan lebih murah, ketiga, hal lainya berkaitan dengan ingin merasakan suasana baru; keempat, tidak ada pilihan lain dan kelima, fasilitas rumah susun lebih baik. Sementara bagi mereka yang menjawab tidak bersedia tinggal di rumah susun dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 5 Alasan Tidak berminat Tinggal di Rusun Error! Not a valid link. Error! Not a valid link. Gambar 15 Prosentase Alasan Tidak berminat Tinggal di Rusun Sedangkan alasan responden tidak berminat tinggal di rumah susun antara lain adalah; pertama, ikatan emosional dengan tempat tinggal sekarang dan kurang nyaman dengan fisik rumah susun; kedua, belum terpikir untuk tinggal di rumah susun dan ketiga, tingkat privasi yang rendah tinggal di rumah susun. c. Tipe dan kelas rumah susun
ISBN No. 978-979-18342-0-9
F-14
Berdasarkan hasil jawaban kuesioner, dari 72 orang responden yang berminat untuk tinggal di rumah susun, 3 responden membutuhkan luas unit rumah susun < 21 m2, 45 orang memilih luas unit antara 21 – 54 m2 dan 15 orang memilih luas unit > 54 m2. Hal ini menunjukkan bahwa satuan rumah susun yang diinginkan responden adalah satuan rumah susun sederhana dan menengah. Tabel 6 Minat Responden Terhadap tipe Rumah susun Error! Not a valid link. Gambar di bawah ini merupakan prosentase minat pasar rumah susun berdasarkan pilihan responden yang berminat. Error! Not a valid link.Gambar 16 Tipe rusun pilihan responden d. Fasilitas Rumah Susun Untuk melihat sejauh mana kepentingan responden yang berminat terhadap penyediaan fasilitas rumah susun, maka dilakukan penilaian tingkat kepentingan responden terhadap penyediaan fasilitas rumah susun. Berdasarkan penilaian tingkat kepentingan calon penghuni terhadap fasilitas rumah susun diperoleh hasil sebagai berikut : Penentuan fasilitas-fasilitas yang berpengaruh ditentukan dari nilai ratarata. Nilai rata-rata (mean) setiap fasilitas dihitung dari jumlah nilai total responden terhadap suatu fasilitas dibagi dengan jumlah responden. Mean (rata-rata) yang didapat disusun secara berurutan. Besar kecilnya mean fasilitas menunjukkan besar kecilnya tingkat kepentingan fasilitas tersebut dalam proses penentuan fasilitas rumah susun di ITS. Tabel 7 menunjukkan hasil isian setiap responden dan nilai rata-rata setiap fasilitas, sedangkan tabel 8 menunjukkan urutan nilai rata-rata fasilitas rumah susun.
Analisa Kebutuhan Rumah Susun untuk Dosen dan Pegawai Di ITS Surabaya
3. Supranto, J. (2007), Teknik Sampling Untuk Survey & Eksperimen, Rineka Cipta, Jakarta.
Tabel 7 Hasil Isian Responden dan Nilai Rata-rata Setiap Fasilitas Error! Not a valid link. Tabel 8 Urutan Nilai Rata-rata Fasilitas Error! Not a valid link. Nilai tertinggi rata-rata jawaban responden adalah 4,90 sedangkan nilai terendah adalah 3,68. Hasil perhitungan yang didapat menunjukkan bahwa seluruh item pertanyaan (fasilitas) mempunyai nilai ratarata di atas 3,5 sehingga semua fasilitasfasilitas pada tabel 5.9 di atas merupakan fasilitas-fasilitas yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi. Besarnya tingkat kepentingan berdasarkan urutan nilai ratarata.
5. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah : Rencana pembangunan Rumah Susun bagi dosen dan pegawai ITS perlu dipertimbangkan. Berdasarkan analisa kebutuhan tipe/kelas yang diminati responden merupakan rumah susun kelas sederhana dan menengah.
DAFTAR PUSTAKA 1. Komarudin (1997), Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Permukiman, Penerbit Yayasan REI-PT. Rakasindo, Jakarta. 2. Suparno Sastra, M. dan Marlina, Endi (2007) Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, Sebuah konsep, Pedoman dan Strategi Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, Penerbit Andi, Yogyakarta
ISBN No. 978-979-18342-0-9
F-15