ANALISA KANDUNGAN AIR SUMUR WARGA RT12, 17 DAN 18 RW 09 KELURAHAN KELAPA DUA WETAN KECAMATAN CIRACAS. JAKARTA TIMUR Yusnidar Yusuf, Fatimah Nisma dan Numlil Khaira Rusdi Jurusan Farmasi, UHAMKA, Jakarta ABSTRAK Wilayah RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dahulu merupakan suatu lokasi yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah, rawa, sawah, perkebunan karet dan bekas pemakaman umum, yang kini sudah dipadati oleh pemukiman penduduk. Berdasarkan data dari puskesmas setempat masyarakat RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur sering terserang penyakit disentri dan diare yang kemungkinan menjadi penyebabnya adalah dari air yang mereka konsumsi. Melihat fenomena tersebut maka perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi dan kimia terhadap air sumur warga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah air sumur warga memenuhi persyaratan bakteriologi dan kimia seperti yang ditetapkan dalam Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode stratified random sampling sebanyak 25 sampel dengan metode perhitungan Nilai Most Probable Number (MPN). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara kualitas bakteriologi dari 25 sampel hanya 4 sampel (16%) air sumur yang memenuhi persyaratan dan uji kimia menghasilkan 92% air sumur memenuhi persyaratan sesuai dengan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Kata Kunci : Air Sumur, Bakteriologi, Penyakit Disentri dan Diare
PENDAHULUAN Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia.Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat diantaranya tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan dan kehidupan sosial budaya.Faktor yang penting dan dominan dalam penentuan derajat kesehatan masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan yang mempunyai peranan cukup besar dalam kehidupan adalah air (Sutrisno, C.T, 2002). Air adalah zat yang ada di alam yang dalam kondisi normal berada di atas permukaan bumi berbentuk cair dan akan membeku pada suhu pada nol derajat Celcius (0oC) dan mendidih pada suhu seratus derajat Celcius (100 oC). Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Dengan demikian semakin naik jumlah penduduk Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
61
maka semakin naik pula laju pertumbuhan dan laju pemanfaatan sumber-sumber airnya. Beban pengotoran air juga bertambah cepat sesuai dengan cepatnya pertumbuhan. Sebagai akibatnya saat ini, sumber air tawar dan air bersih menjadi semakin langka. Karena itu pengelolaan sumber daya air menjadi sangat penting, pengelolaan sumber daya air ini sebaiknya dilakukan secara terpadu baik dalam pemanfaatan maupun dalam pengelolaan kualitas (Soemirat,J, 2002). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air yang disebut sebagai air bersih adalah air yang memenuhi syarat kesehatan dan harus dimasak terlebih dahulu sebelum diminum (Anonim, 1990). Sedangkan yang disebut sebagai air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, seperti yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum (Anonim, 2002). Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat berharga, tanpa air tidak mungkin ada kehidupan di muka bumi ini. Salah satu sumber air yang dapat dimanfaatkan adalah air tanah atau air sumur (Suparmin,2000). Air sumur adalah air tanah dangkal sampai kedalaman kurang dari 30 meter, air sumur umumnya pada kedalaman 15 meter dan dinamakan juga sebagai air tanah bebas karena lapisan air tanah tersebut tidak berada di dalam tekanan.Untuk memenuhi kebutuhan air sumur yang bersih terdapat tiga parameter yaitu parameter fisik yang meliputi bau, rasa, warna dan kekeruhan.Parameter kedua adalah parameter kimia yang meliputi kimia organik dan kimia anorganik yang mengandung logam seperti Fe, Cu, Ca dan laini-lain.Parameter ketiga adalah parameter bakteriologi yang terdiri dari koliform fekal dan koliform total (Waluyo, L, 2004) Dalam parameter bakteriologi digunakan bakteri indikator polusi atau bakteri indikator sanitasi. Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses dari manusia maupun dari hewan, karena organisme tersebut merupakan organisme yang terdapat di dalam saluran pencernaan manusia maupun hewan. Air yang tercemar oleh kotoran manusia maupun hewan tidak dapat digunakan untuk keperluan minum, mencuci makanan atau memasak karena
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
62
dianggap mengandung mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan, terutama patogen penyebab infeksi saluran pencernaan (Fardiaz, S, 1992). Air memegang peranan penting dalam penularan penyakit infeksi bakteri. Karena air mengandung bermacam-macam bakteri yang berasal dari berbagai sumber misalnya udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman atau hewan yang telah mati, kotoran manusia atau hewan dan bahan organik lainnya. Dalam rangka untuk mengetahui kualitas air sumur agar memenuhi syarat-syarat kesehatan maka diperlukan syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih. Tabel
1.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat–Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih (Anonim,1990). Parameter
Satuan
Kadar Maksimum Yang Diperbolehkan
Keterangan
Bakteriologi a. Koliform Fekal b. Koliform Total
Jml/100 ml Sampel Jml/100 ml Sampel
50 10
-
Koliform merupakan suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air. Koliform dibedakan menjadi dua yaitu koliform fekal dan koliform total (Anonim, 2003). Untuk mengetahui jumlah koliform dalam pemeriksaan bakteriologi pada air sumur digunakan metode perhitungan angka paling mungkin atau nilai Most Probable Number (MPN) dengan metode tabung ganda terhadap koliform fekal dan koliform total. Pengujian ini dilakukan secara bertahap sehingga metode ini sesuai untuk dilakukan di laboratorium serta hasil lebih sensitif dan dapat mendeteksi koliform dalam jumlah yang sangat rendah dalam sampel air(Anonim, 2003). Parameter kimia dilakukan dengan mengukur kandungan logam Fe dan Ca yang menyatakan tingkat kesadahan air. Metoda yang digunakan untuk penentu kandungan logam tersebut dengan menggunakan AAS (Spektroskopi Serapan Atom) untuk Fe dan metoda titrasi dengan EDTA untuk menentukan Ca, hal ini dilakukan karena kedua metoda ini sudah baku untuk menentukan kualitas air minum. Kandungan Ca yang berlebih dalam air sumur akan menimbulkan tingkat kesadahan air. Air sadah akan menimbulkan penyakit ginjal pada manusia, dan terjadi Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
63
pengendapan pada ketel tempat air direbus dan akan menghilangkan busa pada sabun, sehingga waktu mandi akan selalu licin. Kesadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dapat mengendapkan sabun, sehingga keaktifan atau daya bersih sabun menjadi berkurang atau hilang sama sekali. Sabun adalah zat aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan permuakaan air.sehingga air sabun dapat berbusa. Kesadahan merupakan suatu parameter untuk kualitas air bersih karena kesadahan menunjukkan ukuran tingkat pencemaran oleh kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium dan magnesium dalam bentuk garam karbonat. Kesadahan di dalam air sangat tidak dikehendaki baik untuk penggunaan industri. Kesadahan air dapat dibedakan atas 2 macam antara lain kesadahan sementara (temporer) atau kesadahan tetap (permanen). Kesadahan sementara disebabkan oleh garam-garam karbonat (CO32-) dan bikarbonat(HCO3-) dari kalsium atau magnesium. Kesadahan ini dapat dihilangkan dengan pemanasan atau penambahan kapur tohor. Kesadahan tetap disebabkan oleh garam-garam klorida (Cl-) dan sulfat(SO42-) dari kalsium atau magnesium. Kesadahan ini tidak dapat dihilangkan dengan pemanasan, tetapi hanya dapat dihilangkan dengan pertukaran ion. Menurut standar persyaratan kualitas air untuk diminum kandungan kalsium maksimum yang diperbolehkan sehingga air dapat dinyatakan sebagai air bersih adalah 500 mg/L. Logam yang sering dikandung air adalah logam besi, air yang mengandung zat besi cendrung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi, selain itu dalam dosis yang besar besi dapat merusak dinding usus halus. Kematian sering terjadi karena rusaknya dinding usus halus ini. Kandungan zat besi yang melebihi 1 mg/L akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/L akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk. Penelitian dilakukan di RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur yang merupakan salah satu daerah yang terhitung sangat padat penduduknya serta dahulunya merupakan lokasi yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah, rawa, sawah, perkebunan karet, bekas pemakaman umum warga keturunan tionghoa serta dijumpai beberapa situ sebagai tempat menyimpan genangan air. Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
64
Berdasarkan data dari Puskesmas setempat warga RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur sering terserang penyakit seperti penyakit disentri dan diare. Kemungkinan yang menjadi penyebabnya adalah dari air yang mereka konsumsi. Sumber air bersih masyarakat RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur adalah bersumber dari air tanah yang dikeluarkan melalui sumur bor karena pada sebagian besar di daerah tersebut air PAM belum masuk. Melihat fenomena tersebut, maka sangat penting untuk diadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah air tanah yang menggunakan sumur bor tersebut layak digunakan atau tidak oleh warga RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur seperti yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih.
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis terpadu dan Laboratorium mikrobiologi Jurusan Farmasi FMIPA UHAMKA dan laboratorium Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi DKI Jakarta. Jalan Casablanca kav. 1 Kuningan Jakarta Selatan bulan okjtober 2010 sampai juli 2011. Metode Penelitian Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: botol sampling, pipet ukur, timbangan, kertas perkamen, spatel, batang pengaduk kaca, gelas ukur, beaker glass, kapas, tali kasur/ karet, pinset stainless, tabung reaksi & rak tabung reaksi, tabung Durham, jarum ose, autoclave, inkubator, laminar air flow, api Bunsen, vortex, hot plate, kulkas, oven, lampu spiritus dan korek api, kain lap, SSA, Magnetik stirer, dll. Sedangkan bahan kimia yang digunakan adalah : Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel berupa air sumur yang diambil dengan menggunakan botol kaca steril warna coklat dan bertutup sebanyak 150 ml yang diperoleh dari tiga rukun tetangga yaitu RT 12, 17 dan 18 dari RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
65
Tahap-tahap Penelitian a. Sterilisasi alat b. Pembuatan dan sterilisasi media c. Pengambilan sampel d. Pemeriksaan fisik e. Pemeriksaan kimia f. Pemeriksaan biologi
Prosedur Penelitian a. Sterilisasi Alat (Darmono,2001) 1) Alat-alat gelas yang tahan pemanasan disterilkan menggunakan oven pada suhu 180 °C selama 1 jam. 2) Aquadest disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 °C tekanan 1 atm selama 15 menit. 3) Laminar Air Flow dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian menyalakan lampu UV selama 2 jam sebelum pemakaian.
b. Pembuatan dan Sterilisasi Media Perbenihan (Anonim,1991) 1) Pembuatan medium LB ( Lactose Broth ) Timbang medium Lactose Broth sebanyak 13 gram, larutkan dalam 1000 ml aquadest steril, sterilisasi dalam autoklaf selama 15-20 menit pada suhu 121 °C tekanan 1 atm. 2) Pembuatan medium BGLBB ( Brilliant Green Lactose Bile Broth ) Timbang medium Brilliant Green Lactose Bile Broth sebanyak 40 gram, lalu larutkan dalam 1000 ml aquadest steril, sterilisasi dalam autoklaf selama 15-20 menit pada suhu 121°C tekanan 1 atm . c. Pengambilan Sampel(anonym,2003) Pengambilan sampel air sumur dilakukan di RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.Diambil 25 sampel air sumur dengan metode Acak Stratifikasi (Stratified Random Sampling) yaitu teknik sampling yang digunakan untuk menentukan sampel dengan syarat harus Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
66
terdapat kriteria yang jelas yang akan digunakan sebagai dasar untuk menstratifikasi populasi dalam lapisan-lapisan tersebut. Kemudian harus ada data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang dipergunakan untuk menstratifikasi. Keuntungan dalam metode ini adalah semua ciri-ciri populasi yang heterogen dapat terwakili, kemungkinan bagi peneliti untuk dapat meneliti hubungan antara tiap strata dan membandingkannya.
Tabel II. Air sumur No.
RT
Jumlah KK
Jumlah Sumur
Jumlah Sampel
1
12
163
157
7
2
17
197
197
8
3
18
242
242
10
602
596
25
Jumlah
Rumus Pengambilan Sampel (Kasjono, H.S dan Yasril. 2009). Untuk RT 12 : n1 =
N1 163 xn => n1 = x50 = 6,7 7 N 1.203
Untuk RT 17 : n2 =
N2 197 xn => n2 = x50 = 8,1 8 N 1.203
Untuk RT 18 : n3 =
N3 242 xn => n3 = x50 = 10,0 N 1.203
Selanjutnya jumlah hasil n1-3 : n1 + n2 + n3 = 7 + 8 + 10 = 25 sampel Keterangan : KK = Kepala Keluarga RT = Rukun Tetangga N1-3 = Jumlah KK 1 RT N
= Jumlah Seluruh Populasi KK
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
67
n1-3 = Jumlah Sampel n
= Jumlah Sampel Seluruhnya
1) Menyiapkan botol sampel untuk pengambilan sampel bakteriologi a) Menggunakan botol-botol yang ditutup dengan sempurna. b) Botol dibersihkan dan dibilas sebanyak 2 kali dengan air destilasi. c) Bungkus leher botol dengan aluminium foil. d) Sterilkan selama 60 menit pada suhu 180 oC dalam oven. e) Tandai botol dengan memberi catatan tanggal sterilisasinya. f) Simpan botol-botol yang telah siap digunakan pada tempat yang kering dan bersih. 2) Pengambilan sampel air melalui kran untuk analisa bakteriologi a) Pastikan bahwa kran dalam keadaan baik dan tidak ada kebocoran. b) Singkirkan filter atau peralatan tambahan lainnya. c) Buka penuh kran dan biarkan air keluar selama 5 menit sebelum pengukuran dan pengambilan sampel dilaksanakan. d) Bersihkan kran dengan alkohol 70 %. e) Alirkan kembali air kran secara menyeluruh selama 1 menit. f) Tutup kran lalu alirkan kembali air secara pelan-pelan dan hindari air agar tidak menyemprot. g) Ambil sampel dengan hati-hati, isi botol sampel sebanyak 150 ml tanpa menyentuh permukaan dan pasang tutup botol dengan hati-hati. h) Tempelkan botol dengan label berisi informasi yang diperlukan. i) Simpan botol di dalam box ice selama di perjalanan. j) Lakukan pemeriksaan bakteriologi terhadap sampel.
3.5. Pemeriksaan Fisik(Fardiaz, S. 1992) Meliputi bau, rasa, warna dan kekeruhan.
3.6. Pemeriksaan Biologi(Fardiaz, S. 1992) a. Prosedur test perkiraan 1. Siapkan : Tabung yang masing-masing telah berisi tabung Durham Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
68
a)
3 tabung yang masing-masing berisi 10 ml media laktose broth pekat yang kekuatannya 2 x (tabung A1 s/d A3).
b)
3 tabung yang masing-masing berisi 10 ml media lactose broth berkekuatan tunggal (tabung B1 s/d B3)
c)
3 tabung yang masing-masing berisi 10 ml media lactose broth berkekuatan tunggal (tabung C1 s/d C3)
2. Kedalam tabung A1 s/d A3 ditanamkan masing-masing 10 ml sampel air. 3. Kedalam tabung B1 s/d B3 ditanamkan masing-masing 1 ml sampel air. 4. Kedalam tabung C1 s/d C3 ditanamkan masing-masing 0,1 ml sampel air. 5. Agar sampel air menyebar rata ke seluruh bagian media, tabung divortex. 6. Inkubasi pada suhu 35 oC-37 oC selama 2 x 24 jam atau 1 x 24 jam saja kalau semua tabung sudah positif dalam 24 jam. 7. Amati masing-masing tabung untuk melihat ada tidaknya gas, adanya gas menunjukkan tes perkiraan positif. b. Prosedur test penegasan koliform fekal (6) 1. Ambil 2 ose dari tiap-tiap tabung tes perkiraan yang positif, dipindahkan ke dalam 1 (satu) seri tabung yang masing-masing berisi 10 ml media Brilliant Green Lactose Bile Broth. 2. Diinkubasi pada suhu 45 oC . 3. Pembacaan dilakukan setelah 2 x 24 jam dengan melihat jumlah tabung Brilliant Green Lactose Bile Broth yang menunjukkan positif gas. Dapat juga pembacaan dilakukan pada 1 x 24 jam saja, kalau ternyata semua tabung yang ditanami sudah positif dalam 24 jam. c. Prosedur test penegasan koliform total (6) 1. Ambil 2 ose dari tiap-tiap tabung tes perkiraan yang positif, dipindahkan ke dalam 1 (satu) seri tabung yang masing-masing berisi 10 ml media Brilliant Green Lactose Bile Broth. 2. Inkubasikan pada suhu 35 oC-37 oC . 3. Pembacaan dilakukan setelah 2 x 24 jam dengan melihat jumlah tabung Brilliant Green Lactose Bile Broth yang menunjukkan positif gas. Dapat juga pembacaan dilakukan pada 1 x 24 jam saja, kalau ternyata semua tabung yang ditanami sudah positif dalam 24 jam. Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
69
d. Pembacaan Hasil (Anonim,2003) 1. Catat jumlah tabung Brilliant Green Lactose Bile Broth yang menunjukkan positif gas. 2. Angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel MPN (Most Probable Number), maka akan diperoleh indeks MPN koliform fekal untuk tabung yang diinkubasikan pada suhu 45 oC dan indeks MPN koliform total untuk tabung yang diinkubasikan pada suhu 35 oC-37 oC.
3.7. Pemeriksaan kimia (Hendra,2004) a. Logam besi Pengukuran dilakukan dengan alat SSA 1. Persiapan sampel uji, Contoh uji disediakan, kemudian disaring 100 ml secara duplo dengan saringan membran berpori 0,45 µm, dan ini merupakan sampel uji, masukkan ke dalam tabung reaksi dan siap untuk di uji dengan SSA. 2. Pembuatan larutan induk besi 1000mg/L Tuangkan larutan logam besi 1,0 g dari kemasan dan masukkan ke dalam labu ukur 1000mL, lalu tambahkan air suling sampat batas. 3. Pembuatan larutan baku besi Pipet 0,2; 0,5; 1; 2; 3 dan 4 mL larutan induk besi dan masukkan masingmasing ke dalam labu ukur 1000 mL. Tambahkan air suling sampai batas sehingga diperoleh kadar besi 0,2; 0,5; 1; 2; 3 dan 4 ppm. Masukkan larutan tersebut ke dalam tabung reaksi secara duplo sebanyak 20 mL. 4. Pembuatan kurva kalibrasi. Atur alat SSA dan optimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat untuk pengujian kadar besi. Isap larutan baku satu-persatu ke dalam alat SSA melalui pipa kapiler, kemudian baca dan catat masing-masing serapan masuk pada alat. Apabila perbedaan hasil pengukuran lebih dari 2%, periksa keadaan alat dan ulangi lagi dari langkah pertama. Apabila pengukuran kurang atau sama dengan 2% maqka rata-ratakan hasilnya. Lalu buat kurva kalibrasi dari data-data tersebut dan tentukan persamaan garis liniernya. Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
70
b. Logam Ca (kesadahan) Pengukuran dilakukan dengan titrasi kompleksometri dengan EDTA Prinsip kerja titrasi ini adalah pembentukan kompleks antara EDTA dengan kation Ca2+ kemudian baru dengan Mg2+. Konsentrasi ion Ca2+ dapat ditentukan terpisah dengan ion Mg2+ dimana ion Mg2+ dapat dihilangkan dengan menjadikan larutan pada pH tinggi sehingga semua ion Mg2+ akan mengendap sebagai Mg(OH)2 sebagai indikator dapat digunakan Murexid yang hanya peka terhadap Ca2+. 1) Pembuatan pereaksi (Anonim,1995) Sebanyak 40 g NaOH dilarutkan dengan akuades sebanyak 1 L 2) Sebanyak 0,5 g murexid dan 100 g NaCl ditimbang dan dicampur dijadikan sebagai indikator campuran, digiling halus dengan mortir. 3) Larutan standar EDTA 0.01 M dibuat dengan menimbang seksama sebanyak 3,732 g garam dinatrium EDTA dan kemudian dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 1 L. 4) Untuk larutan standar Ca, sebanyak 1,0 g CaCO3 masukkan dalam erlemeyer 500 mL, tambahkan HCl sedikit demi sedikit, tambahkan 200 ml akuades dan didihkan larutan tersebut selama beberapa menit supaya semua CO2 menghilang. Kemudian dinginkan dan tambahkan beberapa tetes indikator metil red. Bila terbentuk warna kuning tambahkan HCl sampai terbentuk warna orange kemudian larutan tersebut di tepatkan dengan akuades sampai volume 1 L. Cara kerja: 1) Pipet 10 mL air sampel ke dalam erlemeyer 25 mL, tambahkan NaOH, tambahkan
indikator, kemudian titrasi dengan larutan EDTA sampai
terbentuk warna ungu. 2) Perhitungan (sebagai Mg dan CaCO3) a x M EDTA x 100 x 1000
=
b keterangan :
a
= ml EDTA
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
71
b M
= ml sampel (10 mL)
= Konsentrasi EDTA (0,0092 M) 100
= Berat molekul CaCO3
3.9. Cara Analisis Data Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu mengumpulkan dan mencatat jumlah koliform fekal dan koliform total, serta pengujian Fe dan kesadahan Ca apakah memenuhi persyaratan bakteriologi dan kimia sebagai air minum seperti yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Wilayah Penelitian Tempat penelitian dilakukan di RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dengan gambaran umum dan keadaan daerah sebagai berikut : Wilayah Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur merupakan daerah pengembangan. Pada tahun 2005-2008 wilayah ini terdiri dari 14 RT dan untuk periode tahun 2008-2010 dimekarkan menjadi 18 RT. Wilayah ini mempunyai 1.203 KK (Kepala Keluarga) dengan jumlah penduduk 4.771 jiwa yang terdiri dari 2.365 laki-laki dan 2.406 perempuan. Dari 18 RT yang terdapat diwilayah RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur peneliti mengambil pada bagian selatan yaitu meliputi RT 12, 17 dan 18 sebagai sampel penelitian, yang menurut peneliti Rukun Tetangga tersebut dapat mewakili sampel air secara keseluruhan, dengan alasan : RT tersebut memiliki kontur tanah yang rendah, sebagian besar air PAM belum masuk di RT tersebut, pembuangan limbah rumah tangganya kurang baik, merupakan lokasi yang dekat dengan pembuangan sampah dan jarak antara septik tank dengan sumber air tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu kurang dari 10 meter. Sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi terhadap air sumur tersebut.
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
72
Hasil Survei Jarak Air Sumur dengan Pencemaran Jarak air sumur dengan sumber-sumber pencemaran seperti septik tank, pembuangan limbah dan tempat pembuangan sampah di RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini :
Tabel I.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tabel II
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jarak Air Sumur dengan septik tank, pembuangan limbah dan tempat pembuangan sampah di RT 12 RW 09 Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Nama Pemilik Rumah Bpk. Parjo Bpk. Musimin Alm. Bpk. Niman Bentot Bpk. Michael Ibu. Eva Y.N Alm. Kuntet Ibu. Margiyem
Jenis Sumur Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor
Jarak Air Sumur (m) dengan Septik Pembuangan TPS tank limbah 6 11 8 9 7 9 5 5 9 7 10 6 8
9 10 8 6
7 9 8 8
Jarak Air Sumur dengan septik tank, pembuangan limbah dan tempat pembuangan sampah di RT 17 RW 09 Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Nama Pemilik Rumah
Jenis Sumur
Bpk. Kumbul Wiyono Bpk. Pribadi Bpk. Herwanto Ibu. Feronika Bpk. Suparyatmo Bpk. Wagiman Bpk. Heriyan Bpk. Johan
Sumur Bor Sumur Bor Sumur bor Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
Jarak Air Sumur (m) dengan Septik Pembuangan TPS tank limbah 5 9 8 9 8 8 9 11 6 5
9 8 9 10 8 6 7
9 9 7 9 8 8 9
73
Tabel III.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jarak Air Sumur dengan septik tank, pembuangan limbah dan tempat pembuangan sampah di RT 18 RW 09 Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Nama Pemilik Rumah Bpk. Yaya Bpk. Rudi Bpk. Yunus Bpk. Tumiran Ibu. Sumarni Bpk. Bambang Suprapto Bpk. Gunan Bpk. Wagino Bpk. H. Nunung Nurman Ibu. Ending
Jenis Sumur Sumur Bor Sumur Bor Sumur bor Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor
Jarak Air Sumur (m) dengan Septik Pembuangan TPS tank limbah 9 8 9 9 6 8 10 9 9 9 6 7 9 5 8 11 5 8
Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor
8 9 9
6 8 9
7 9 8
Sumur Bor
9
6
7
Dari data-data tersebut diatas dapat diketahui di RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur jarak air sumur dengan pencemaran seperti septik tank, pembuangan limbah dan tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat yang ditetapkan yaitu sebagian besar dibawah 10 meter.
Hasil Penelitian Pada Uji Kualitas Air Sumur Uji Fisik Pada uji kualitas fisik air sumur meliputi bau, rasa, warna dan kekeruhan. Pengujian fisik air sumur diambil dari 25 sampel yang mewakili 3 RT yang di tetapkan oleh peneliti yaitu di RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Pada RT 12 diambil 7 sampel air sumur, RT 17 diambil 8 sampel air sumur dan pada RT 18 diambil 10 sampel air sumur, diperoleh hasil sebagai berikut :
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
74
Tabel IV. Hasil Uji Fisik. No.
RT
1.
RT 12
Jumlah sampel 7
Kode sampel S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7
2.
RT 17
8
S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15
3.
RT 18
10
S16 S17 S18 S19 S20 S21
Bau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
Uji Fisik Rasa Warna Tidak Tidak Berasa Berwarna Tidak Tidak Berasa Berwarna Tidak Tidak Berasa Berwarna Tidak Kekuningan Berasa Tidak Tidak Berasa Berwarna Tidak Tidak Berasa Berwarna Tidak Kekuningan Berasa Tidak Tidak Berasa Berwarna Tidak Kekuningan Berasa Tidak Tidak Berasa Berwarna Tidak Tidak Berasa Berwarna Tidak Tidak Berasa Berwarna Tidak Tidak Berasa Berwarna Tidak Kekuningan Berasa Tidak Kekuningan Berasa Tidak Tidak Berasa Berwarna Tidak Tidak Berasa Berwarna Tidak Tidak Berasa Berwarna Tidak Tidak Berasa Berwarna Tidak Tidak Berasa Berwarna Tidak Tidak Berasa Berwarna
Kekeruhan Tidak Keruh Keruh Tidak Keruh Keruh Tidak Keruh Tidak Keruh Keruh Tidak Keruh Tidak Keruh Tidak Keruh Tidak Keruh Tidak Keruh Keruh Keruh Keruh Tidak Keruh Keruh Tidak Keruh Tidak Keruh Tidak Keruh Tidak Keruh
75
S22 S23 S24 S25
Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau
Tidak Berasa Tidak Berasa Tidak Berasa Tidak Berasa
Tidak Berwarna Kekuningan Tidak Berwarna Tidak Berwarna
Tidak Keruh Tidak Keruh Tidak Keruh Tidak Keruh
Berdasarkan hasil pengujian fisik dari 25 sampel air sumur di RT 12, 17 dan 18 tersebut di atas diperoleh hasil dari segi fisik bau dan rasa 100% sampel air sumur memenuhi persyaratan yaitu tidak berbau dan tidak berasa sedangkan dari segi fisik warna terdapat 24% sampel air sumur yang berwarna kekuningan, 76% sampel air sumur yang tidak berwarna dan 28% sampel air sumur yang keruh, 72% sampel air sumur yang tidak keruh. a. Uji Bakteriologi Berdasarkan parameter kualitas air bersih yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih, yang termasuk dalam parameter bakteriologi yaitu koliform fekal dan koliform total. 1. Uji Koliform Fekal Koliform fekal merupakan indikator yang lebih spesifik yaitu mengindikasikan adanya kontaminasi kotoran manusia. Kotoran manusia dari penderita sangat potensial menularkan penyakit yang berhubungan dengan air. Dari pengujian bakteriologi air sumur koliform fekal pada 25 sampel air sumur warga RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel V. Hasil Uji Koliform Fekal No.
RT
1.
RT 12
Jumlah Kode sampel sampel 7 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7
Uji Koliform Fekal / 100 ml sampel 43 7 1100* Negatif 9 9 Negatif
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
% MS
% TMS
80 %
20 %
76
2.
RT 17
8
3.
RT 18
10
S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25
> 2400* 15 23 43 43 7 240* > 2400* 4 Negatif 4 Negatif 3 9 Negatif Negatif 4 1100*
Keterangan : (*) = Tidak memenuhi syarat Permenkes R.I No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. MS = Memenuhi Syarat TMS = Tidak memenuhi Syarat Berdasarkan hasil pengujian bakteriologi koliform fekal dari 25 sampel di RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur tersebut di atas diperoleh hasil 80% sampel air sumur yang memenuhi syarat dan 20% sampel air sumur yang tidak memenuhi syarat. 2. Uji Koliform Total Terdeteksinya bakteri koliform total dalam air mengindikasikan bahwa air tersebut telah tercemar oleh kotoran manusia atau hewan yang dapat menyebabkan penyakit-penyakit saluran pencernaan. Berdasarkan hasil pengujian bakteriologi koliform total dari 25 sampel air sumur warga RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur diperoleh 16% sampel air sumur yang memenuhi syarat yaitu jumlah bakteri koliform total kurang dari 10 bakteri koliform total per 100 ml sampel dan 84% sampel air sumur yang tidak
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
77
memenuhi syarat yaitu jumlah bakteri koliform total lebih dari 10 bakteri koliform per 100 ml sampel. Dari hasil pengujian bakteriologi air sumur koliform total pada 25 sampel air sumur warga RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur tersebut di atas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel VI. Hasil Uji Koliform Total No.
RT
1.
RT 12
Jumlah sampel 7
2.
RT 17
8
3.
RT 18
10
Kode sampel S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25
Uji Koliform Total / 100 ml sampel > 2400* 43* > 2400* 43* 9 240* 15* > 2400* 93* 93* 240* 93* 150* 240* > 2400* 23* 93* 9 240* 240* 43* 9 4 460* 1100*
% MS
16 %
% TMS
84 %
Keterangan : (*) = Tidak memenuhi syarat Permenkes R.I No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. MS =Memenuhi Syarat TMS = Tidak memenuhi Syarat
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
78
3. Uji Bakteriologi dari 25 Sampel Penelitian Dari pengujian bakteriologi koliform total dan koliform fekal dari 25 sampel air sumur di RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur, diperoleh hasil pada RT 12 dengan jumlah 7 sampel didapatkan hanya 1 sampel air yang memenuhi persyaratan dan 6 sampel air yang tidak memenuhi persyaratan yaitu terdapat bakteri koliform fekal dan koliform total. RT 17 dengan jumlah 8 sampel didapatkan semua sampel air tidak memenuhi persyaratan. RT 18 dengan jumlah 10 sampel didapatkan 3 sampel air yang memenuhi persyaratan dan 7 sampel air yang tidak memenuhi persyaratan. Hasil uji dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel VII. Hasil Uji Bakteriologi dari 25 Sampel Penelitian
No
RT
Jumlah sampel
1.
12
7
2.
17
8
3.
18
10
Kode sampel S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25
Uji bakteriologi / 100 ml sampel KF KT + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
MS atau TMS
MS (%)
TMS (%)
TMS TMS TMS TMS MS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS MS TMS TMS TMS MS MS TMS TMS
16,0
84,00
79
Keterangan : KF = Koliform Fekal (-) = Negatif Adanya Bakteri MS = Memenuhi Syarat KT = Koliform Total (+) = Positif Adanya Bakteri TMS = Ttidak memenuhi syarat Berdasarkan hasil keseluruhan dari 25 sampel air sumur warga RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur diperoleh hanya 16% sampel air yang memenuhi persyaratan dan 84% sampel air yang tidak memenuhi persyaratan. Dapat dilihat pada tabel VI yaitu hasil uji bakteriologi koliform fekal dan koliform total pada 25 sampel air sumur di RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur yaitu, sebagai berikut : b. Uji Kimia 1. Uji Kesadahan Ca Untuk uji kesadahan Ca diperoleh data sebagai berikut Tabel VIII. Uji Kesadahan Ca
No
RT
Jumlah sampel
1.
12
7
2.
17
8
3.
18
10
Kode sampel S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18
Uji kesadahan Ca ppm
MS atau TMS
64.4 13.8 23 23 59.8 13.8 101.2 27.6 18.4 82.2 41.4 32.2 36.8 23 41.4 64.4 13.8 23
TMS TMS TMS TMS MS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS MS
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
MS ( %)
TMS (%)
100,00
0,00
80
S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25
23 59.8 13.8 101.2 27.6 18.4 82.2
TMS TMS TMS MS MS TMS TMS
Keterangan : MS = Memenuhi Syarat TMS =TidakMemenuhi Syarat Dari table di atas terlihat bahwa nilai kesadahan masih dibawah 500mg/L. Jadi air sumur masih memenuhi syarat air bersih. 2. Uji zat Besi (Fe) Hasil analisis kandungan Fe pada 25 sampel air sumur warga RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur adalah sebagai berikut:
Tabel XII. Uji Kandungan Fe
No.
RT
Jumlah sampel
1.
12
7
2.
17
8
3.
18
10
Kode sampel S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21
Uji Fe ppm
MS atau TMS
0.06 0.26 0.06 0.24 0.07 0.03 0.06 0.03 0.06 0.03 0.06 0.03 0.05 0.06 0.08 0.12 0.09 0.30 0.08 0.19 0.07
TMS TMS TMS TMS MS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS TMS MS TMS TMS TMS
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
% MS
% TMS
92,00
8,00
81
S22 S23 S24 S25
0.07 0.11 0.37 0.12
MS MS TMS TMS
Dari hasil analisis nilai Fe dalam sampel air sumur warga sumur di RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur, terdapat 2 sampel yang hasil analisis kandungan Fe nya 0,3 ppm atau lebih, sampel yang kandungan Fe nya lebih dari 0,3 ppm tidak memenuhi syarat untuk air bersih.
Pembahasan Air adalah salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Seperti telah diuraikan terdahulu, manusia menggunakan air untuk berbagai keperluan sehari-hari seperti mandi, produksi pangan, papan dan sandang. Untuk mengetahui kualitas air tersebut maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah air sumur di RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur telah memenuhi persyaratan secara fisik, kimia dan bakteriologi seperti yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Air yang bersih harus memenuhi tiga kriteria parameter. Parameter pertama adalah parameter fisik yang meliputi bau, rasa, warna dan kekeruhan. Parameter kedua adalah parameter kimia yang meliputi kimia organik dan kimia anorganik. Parameter ketiga adalah parameter bakteriologi yang terdiri dari koliform fekal dan koliform total. Namun pada penelitian ini hanya dibatasi pada pemeriksaan fisik dan bakteriologi untuk melihat tingkat cemaran bakteriologi. Mengingat bahwa banyaknya berbagai penyakit yang disebabkan oleh air kepada manusia pada saat manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama penyedian air minum atau air bersih bagi masyarakat adalah untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh air seperti penyakit kolera, tipus, disentri, diare dan lain-lain. Untuk mengetahui tingkat pencemaran mikroba dalam air sumur tersebut perlu dilakukan pengujian secara bakteriologi, pengujian ini juga dapat digunakan sebagai
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
82
indikator sanitasi dan indikator keamanan makanan dan minuman. Untuk pengujian bakteriologi air meliputi perhitungan koliform fekal dan koliform total, sehingga dapat diketahui apakah air tersebut memenuhi persyaratan atau tidak. Departemen Kesehatan selaku instansi yang berkaitan erat dengan permasalahan ini telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Koliform fekal yaitu bakteri yang bersifat anaerobik fakultatif yang berbentuk batang, Gram negatif dan tidak membentuk spora. Koliform fekal ini digunakan untuk mendeteksi pencemaran tinja pada air atau sebagai indikator yang paling spesifik untuk mengindikasikan adanya kontaminasi kotoran manusia pada air. Sedangkan yang dimaksud koliform total yaitu merupakan kumpulan mikroorganisme yang relatif tidak berbahaya yang hidup dalam jumlah besar di usus manusia dan hewan. Ditemukannya koliform total di dalam air mengindikasikan bahwa air tersebut telah tercemar oleh kotoran manusia dan hewan. Perhitungan koliform meliputi koliform fekal dan koliform total dengan perhitungan nilai MPN (Most Probable Number) atau Jumlah Perkiraan Terdekat. Pemeriksaan bakteriologi dengan metode MPN ini terdiri dari 2 tahap yaitu test perkiraan dan test penegasan. Pada test perkiraan digunakan medium LB (Lactose Broth), hasil positif ditandai dengan terbentuknya gas pada tabung Durham. Terbentuknya gas dalam tabung Durham sebagai hasil fermentasi laktosa serta dihasilkan asam laktat. Fermentasi laktosa tidak selalu menunjukkan bakteri koliform, karena laktosa bisa juga difermentasi oleh mikroba lain misalnya bakteri asam laktat. Oleh karena itu test perkiraan dilanjutkan dengan test penegasan. Pada test penegasan dipakai medium BGLBB (Brilliant Green Lactose Bile Broth) yang mengandung garam bile yaitu komponen yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri selain koliform, serta memberikan kesempatan bakteri koliform untuk tumbuh dengan baik. Suhu inkubasi untuk koliform fekal 45 oC sedangkan untuk koliform total adalah 35 oC-37 oC. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya gas dalam tabung Durham, angka yang yang diperoleh dicocokan dengan tabel MPN (Most Probable Number) sehingga diperoleh indeks MPN (Most Probable Number) kolifom fekal dan koliform total. Dari pemeriksaan fisik 25 sampel air sumur di RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur didapatkan hasil dari Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
83
RT 12 sebanyak 7 sampel air sumur dari segi fisik bau dan rasa 100% memenuhi syarat yaitu tidak berbau dan tidak berasa sedangkan dari segi fisik warna terdapat 2 sampel air sumur yang berwarna kekuningan dan 3 sampel air sumur yang keruh. RT 17 sebanyak 8 sampel air sumur dari segi fisik bau dan rasa 100% memenuhi syarat sedangkan dari segi fisik warna terdapat 3 sampel air sumur yang berwarna kekuningan dan 3 sampel air sumur yang keruh. RT 18 sebanyak 10 sampel air sumur dari segi fisik bau dan rasa 100% memenuhi syarat sedangkan dari segi fisik warna terdapat 1 sampel air sumur yang berwarna kekuningan dan 1 sampel air sumur yang keruh. Berdasarkan hasil uji bakteriologi koliform fekal diperoleh hasil yang tidak memenuhi syarat di RT 12 dengan jumlah 7 sampel didapatkan 1 sampel air sumur yang tidak memenuhi syarat yaitu jumlah koliform fekal > 50 koliform fekal/100ml sampel. RT 17 dengan jumlah 8 sampel didapatkan 3 sampel air sumur yang tidak memenuhi syarat yaitu jumlah koliform fekal >50 koliform fekal/100ml sampel. RT 18 dengan jumlah 10 sampel didapatkan 1 sampel air sumur yang tidak memenuhi syarat yaitu jumlah koliform fekal >50 koliform fekal/100ml sampel. Hasil uji bakteriologi untuk koliform total di RT 12 dengan jumlah 7 sampel didapatkan 6 sampel air sumur yang tidak memenuhi syarat yaitu jumlah koliform total >10 koliform total/100ml sampel. RT 17 dengan jumlah 8 sampel didapatkan seluruh sampel air sumur tidak memenuhi syarat koliform total yaitu >10 koliform total/100ml sampel. RT 18 dengan jumlah 10 sampel didapatkan 7 sampel air sumur yang tidak memenuhi syarat yaitu jumlah koliform total >50 koliform fekal/100ml sampel. Hasil pemeriksaan bakteriologi koliform fekal dan koliform total secara keseluruhan dari 25 sampel air sumur di RT 12 dengan jumlah 7 sampel didapatkan 6 sampel air sumur yang tidak memenuhi persyaratan yaitu positif terdapat bakteri koliform fekal dan koliform total. RT 17 dengan jumlah 8 sampel didapatkan semua sampel tidak memenuhi persyaratan. RT 18 dengan jumlah 10 sampel didapatkan 7 sampel yang tidak memenuhi persyaratan. Dari hasil ketiga RT tersebut yaitu RT 12, 17 dan 18 didapatkan kesimpulan RT 18 yang sanitasi lingkungannya paling baik, yang kedua adalah RT 12 dan RT 17 yang sanitasi lingkungannya paling tidak baik karena seluruh sampel air sumurnya tidak memenuhi syarat secara bakteriologi seperti yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
84
dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah karena padatnya penduduk di RT tersebut sehingga letak air sumur berdekatan dengan septik tank, pembuangan limbah dan tempat pembuangan sampah yang jaraknya tidak sesuai dengan jarak minimal yang disarankan yaitu dibawah 10 meter, sehingga dapat berpengaruh negatif terhadap air sumur tersebut. Untuk mendapatkan kualitas air sumur yang bersih atau memenuhi persyaratan bahan baku utamanya yaitu dengan cara pengendalian pencemaran air dari septik tank, air limbah dan tempat pembuangan sampah yaitu dengan membuat jarak antara septik tank, air limbah dan tempat pembuangan sampah dengan sumber air minimal 10 meter. Air sumur tersebut juga harus memiliki tempat (lokasi) yang terlindung dari drainase permukaan dan banjir, bila air sumur dibuat memenuhi persyaratan kesehatan, maka diharapkan pencemaran dapat dikurangi, sehingga kualitas air yang diperoleh menjadi lebih baik. Dari hasil analisis kimia berupa kandungan kesadahan Ca dan Fe, dimana diperoleh semua sample tidak mengandung kesadahan Ca yang melewati ambang batas yang disyaratkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih, berarti kandungan Ca sumur warga di RT 12, 17 dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur masih terpelihara dengan baik atau belum terkontaminasi. Untuk kandungan Fe diperoleh hampir semua sampel memenuhi pernyaratan yang disyaratkan untuk kandungan Fe, tetapi ada satu sumur yang tidak memenuhi syarat, hal ini terjadi mungkin adanya perkakas dari besi yang terbenam dalam sumur karena bekas tanaman karet, bekas pembuangan sampah atau kuburan Cina.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan pemeriksaan bakteriologi terhadap 25 sampel terdapat 21 sampel (84%) tidak memenuhi syarat bakteriologi dan 8% tidak memenuhi syarat kimia sesuai Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih.
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
85
Saran 1. Membuat tempat pembuangan sampah,limbah dan septik tank yang jauh dari sumur baik sumur pribadi maupun sumur tetangga, dengan syarat harus berjarak minimal 10 meter dari sumber air yang ada disekitar. 2. Pembuatan sistem konstruksi septik tank yang baik seperti pembuatan septik tank dengan dua sekat sehingga air buangannya tidak mencemari air sumur. 3. Pembuatan saluran pembuangan air yang jauh dari sumur baik sumur pribadi maupun sumur tetangga. 4. Pembuatan sumur yang lebih dalam dengan kedalaman 30 - 50 meter
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1995, Standard Method for Examination of Wastewater, 19th edition, Lab Fisika Kimia Bapedal DA DKI Jakarta 199/2000. Anonim.
1990.Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
416/Menkes/PER/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim. 1991. Petunjuk Pemeriksaan Bakteriologis Air. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Hal. 5-6, 9-12 Anonim. 1991. Petunjuk Pemeriksaan Mikrobiologi Makanan dan Minuman. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Hal. 1-26 Anonim. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat Kualitas Air Minum. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim. 2003. Instalasi Pengolahan Air. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Hal. 5688 Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Hal. 41-42 Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta. Hal. 37-43 Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hal. 118-128 Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Polusi Udara. Kanisius, Yogyakarta. Hal. 21 Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
86
Kasjono, H.S dan Yasril. 2009. Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan. Graha Ilmu,Yogyakarta. Hal. 14-16 Prichard, F.E, 1991, Atomic Absorption and Emission Spectroscopy. Ed Met Calf, London, hal 3, 15 – 16. Radji, M. 2004. Penuntun Praktikum Mikrobiologi FarmasiEdisi 1. Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Hal. 29-34. Suparmin. 2000. Studi Air Tanah Bebas Untuk Air Minum Penduduk di Kelurahan Plarangan Kecamatan Karanganyar Kabupaten Kebumen. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial, Semarang. Hal. 10-11 Sutrisno, C.T. 2002.Teknologi Penyediaan Air Bersih. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Hal. 23 Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press, Malang.Hal. 109,134,132,142 152,175-176 Whardana, A.W. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi offset Yogyakarta, Jakarta. Hal. 133
Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011
87