ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP REMAJA BERISIKO MEROKOK DI KELURAHAN TENGAH KECAMATAN KRAMATJATI JAKARTA TIMUR
TESIS Diajuka sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
AROZAMATI WA’OZARO LASE NPM : 0906612470
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KEKHUSUSAN KEPERAWATAN KOMUNITAS UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, JANUARI 2012
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisa Faktor-Faktor yang Berkontribusi Terhadap Remaja Berisiko Merokok di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur”. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Keperawatan Peminatan Keperawatan Komunitas pada Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan serta arahan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Dewi Irawaty, M.A., Ph.D., selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
2.
Astuti Yuni, SKp, MN., selaku Ketua Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
3.
Sigit Mulyono, S.Kp.,M.N., selaku Pembimbing I yang telah menyediakan waktu dan pikiran selama membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran.
4.
Mustikasari, S.Kp., MARS., selaku Pembimbing II yang telah menyediakan waktu dan pikiran selama membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran.
5.
Widyatuti, M.Kep., Sp. Kom., selaku Anggota Penguji yang telah menyediakan waktu dan pikiran selama penyajian tesis dan mengarahkan dengan penuh kesabaran.
6.
Para Dosen Magister Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang telah memberikan inspirasi pada penulisan tesis ini.
7.
Walikota Jakarta Timur yang telah memberikan izin dan fasilitasnya untuk melakukan penelitian.
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
8.
Direktur Akademi Perawatan RS PGI Cikini yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengembangkan ilmu di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
9.
Istri dan anak-anakku tercinta yang telah memberikan dukungan dengan penuh cinta, kasih sayang, kesabaran, perhatian dan senantiasa mendoakan selama peneliti menjalani pendidikan.
10. Rekan-rekan seangkatan Program Magister Keperawatan Komunitas Universitas Indonesia yang telah membantu memberikan masukan dalam penyusunan tesis ini.
Besar harapan peneliti, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi profesi keperawatan khususnya dan masyarakat pada umumnya. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih belum sempurna. Oleh karena itu sangat diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Depok,
Januari 2012
Peneliti
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS Tesis, Januari 2012 Arozamati Wa’ozaro Lase Analisa faktor-faktor yang berkontribusi terhadap remaja berisiko merokok di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur xiv + 88 pages + 18 tabel + 4 skema + 9 lampiran
Abstrak Remaja berperilaku merokok merupakan kelompok risiko baik dari segi ekonomi dan kesehatan. Remaja berisiko merokok dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berkontribusi terhadap remaja berisiko merokok. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan sampel penelitian berjumlah 149 orang remaja yang memiliki orang tua merokok. Hasil penelitian menemukan faktor yang berkontribusi terhadap remaja berisiko merokok adalah pengetahuan, gengsi, pengaruh teman, pengaruh iklan, sumber dana untuk merokok dan perhatian orangtua. Diskusi untuk mengurangi risiko merokok pada remaja perlu dilakukan pemberian informasi yang terus-menerus, kerjasama dengan orangtua dalam mengasuh anak remaja. Penelitian ini merekomendasikan kepada pelayanan kesehatan untuk mengembangkan edukasi sesama teman dalam peer group untuk mengurangi perilaku merokok pada remaja. Kata kunci: predisposisi, penguat, pemungkin, demografi, keluarga, keperawatan komunitas Daftar Pustaka: 50 (1995 – 2011)
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
UNIVERSITY OF INDONESIA MASTER PROGRAM IN NURSING SCIENCE SPECIFICITY COMMUNITY NURSING Thesis, January 2012 Arozamati Wa’ozaro Lase
Factors analysis that contribute to adolescent smoking risk at Tengah Village, Kramatjati District, East Jakarta.
xiv + 88 pages + 18 table + 4 scheme + 9 enclosure
Abstract
Adolescent smoking behavior is a risk group in economics terms and health. Adolescents at risk of smoking is influenced by multiple factors. This study aims to determine the factors that contribute to adolescent smoking risk. This study used cross sectional method with the study sample numbered 149 teenagers have parents smoked. Results found the factors that contribute to adolescent smoking is a risk of knowledge, prestige, influence of friends, the influence of advertising, the source funding for smoking and parental attention. Discussions to reduce the risk of smoking in adolescents need to be giving information constantly, cooperation with parents in parenting adolescents. This research recommends that health services to develop education fellow friends in the peer group to reduce smoking behavior in adolescents.
Key words : predisposing, reinforcing, enabling, demography, family, community nursing Bibliography: 50 (1995 – 2011)
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
DAFTAR ISI
i HALAMAN JUDUL…….………………………………...………………… ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS….……………………….. iii LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………… iv KATA PENGANTAR………………………………………………………. HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA vi ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .……………………… ABSTRAK …………………………………………………………………... vii ix DAFTAR ISI………………………………………………………………… xi DAFTAR TABEL…………………………………………………………… DAFTAR SKEMA………………………………………………………....... xiii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xiv BAB 1
PENDAHULUAN………………………………………………. 1.1. Latar Belakang…………………………………………… 1.2. Rumusan Masalah……………………………………… 1.3. Tujuan Penelitian………………………………………… 1.4. Manfaat Penelitian………………………………………….
1 1 13 14 16
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………... 2.1. Remaja Kelompok Resiko …………………….………… 2.2. Faktor Risiko Perilaku Merokok ………………………… 2.3. Mengapa Remaja Merokok …..…………………………… 2.4. Keluarga dengan Anak Remaja …………………………… 2.5. Struktur Keluarga ………..………………………………... 2.6. Fungsi Keluarga …………………………………………… 2.7. Peranan Keluarga ………………………………………… 2.8. Pola Asuh Orang tua ……………………………………… 2.9. Landasan Teori …………………………..………………
18 18 21 24 26 28 30 31 32 33
BAB 3
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL…………………………….. 3.1. Kerangka Konsep………………………………………… 3.2. Hipotesia………………………………………………....... 3.3. Definisi Operasional……………………………………...
36 36 37 38
METODOLOGI PENELITIAN……………………………… 4.1. Metode Penelitian………………………………………… 4.2. Populasi dan Sampel……………………………………… 4.3. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………. 4.4. Etika Penelitian…………………………………………… 4.5. Instrumen Pengumpul Data………………………………
43 43 43 46 47 48
BAB 4
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
4.6. Uji Instrumen ……….…………………………………… 4.7. Prosedur Pengumpulan Data…………………………….. 4.8. Pengolahan dan Analisa Data…………………………….
53 55 56
BAB 5
HASIL PENELITIAN ………………………………………… 5.1. Analisa Univariat ………………………………………… 5.2. Analisa Bivariat …………………………………………..
59 59 64
BAB 6
PEMBAHASAN ……………………………………………… 6.1. Interprestasi dan Diskusi Hasil Penelitian ……………. 6.2. Implikasi Penelitian ……………………………………..
71 71 80
BAB 7
PENUTUP ……………………………………………………. 7.1. Kesimpulan ……………………………………………… 7.2. Saran-saran ……………………………………………….
86 86 87
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.
Definisi Operasional ………………………………………….
38
Tabel 4.1.
Distribusi sampel pada wilayah RW di Kelurahan Tengah …
46
Tabel 4.2.
Jumlah kuesioner sebelum dan sesudah di uji coba ………….
53
Tabel 4.3.
Hasil Uji coba kuesioner ……………………………………..
54
Tabel 4.4.
Analisa hubungan dependen
dengan
58
Tabel 5.1.
Distribusi frekuensi berdasarkan faktor predisposisi (pengetahuan dan gengsi) remaja di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramatjati Jakarta Timur, Bulan September 2011
60
Tabel 5.2.
Distribusi frekuensi berdasarkan faktor penguat remaja di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011
60
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi berdasarkan faktor pemungkin (sumber dana untuk merokok dan pedagang rokok) di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011
61
Tabel 5.4.
Distribusi frekuensi faktor demografi (Pendidikan dan Suku bangsa) remaja di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011
62
Tabel 5.5.
Distribusi rata-rata faktor demografi (usia) remaja di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011
62
Tabel 5.6.
Distribusi frekuensi faktor keluarga (perhatian orang tua dan kehidupan keluarga) pada remaja di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011
63
Tabel 5.7.
Distribusi frekuensi risiko merokok pada remaja di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011
63
antara variabel
independen
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Tabel 5.8.
Hubungan faktor predisposisi terhadap remaja berisiko merokok di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011
64
Tabel 5.9.
Hubungan faktor penguat terhadap remaja berisiko merokok di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011
66
Tabel 5.10 Hubungan faktor pemungkin terhadap remaja berisiko merokok di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011
67
Tabel 5.11 Hubungan faktor demografi terhadap remaja berisiko merokok di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011
68
Tabel 5.12 Hubungan usia terhadap remaja berisiko merokok di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011
69
Tabel 5.13 Hubungan faktor keluarga terhadap remaja berisiko merokok di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011
69
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1.
Model Perencanaan Precede-Proceed …………………… ...
Skema 2.2.
Modifikasi Model Perencanaan Precede-Proseed dengan Teori
33
Alasan Berperilaku …………………………………………..
35
Skema 3.1.
Kerangka Konsep Penelitian …………………………………
36
Skema 4.1.
Langkah pengambilan sampel stratifikasi-klaster 2 tingkat….
45
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Jadwal Penelitian
Lampiran 2
: Surat Lolos Kaji Etik dari Komite Etik FIK UI
Lampiran 3
: Surat Permohonan Izin Kepada Kepala Dinas Kesehatan DKI dari FIK UI
Lampiran 4
: Surat Kepala Dinas Kesehatan Kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur.
Lampiran 5
: Surat Keputusan Walikota Jakarta Timur No. 166/2011 tentang pemberian izin survey, angket dan atau Poling Pendapat Masyarakat.
Lampiran 6
: Surat Keterangan dari Lurah Tengah.
Lampiran 7
: Penjelasan Penelitian
Lampiran 8
: Lembar persetujuan
Lampiran 9
: Instrumen Penelitian
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Merokok hingga saat ini masih merupakan masalah dunia. Hampir di seluruh negara di dunia memberi perhatian serius pada masalah ini. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman Tiongkok Kuno dan Romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan diisap melalui hidung dan mulut (Danusantoso, 1991). Menurut Bank Dunia di Cina tahun 2009 disebutkan 1.697 miliar batang per tahun, Amerika Serikat 464 miliar batang per tahun, Rusia 375 miliar batang per tahun, Jepang 299 miliar batang per tahun dan Indonesia berada pada peringkat ke lima. (sumber: e-news The Tobacco Atlas, 2009).
Berdasarkan data WHO di atas, Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan konsumsi rokok terbesar nomor 3 setelah China dan India dan diatas Rusia dan Amerika Serikat. Padahal dari jumlah penduduk, Indonesia berada di posisi ke-4 yakni setelah China, India dan Amerika Serikat. Berbeda dengan jumlah perokok Amerika yang cenderung menurun, jumlah perokok Indonesia justru bertambah dalam 9 (sembilan) tahun terakhir. Pertumbuhan rokok Indonesia pada periode 2000-2008 adalah 0,9 % per tahun.
Periode tahun 2000-2003 produksi rokok
Indonesia menurun dari 213 miliar menjadi 173 miliar batang atau turun 18,7%. Sedangkan tahun 2004 hingga 2008 pertumbuhan rokok Indonesia sangat besar dari 194 miliar menjadi 230 miliar batang atau naik 18,6%. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi dan produksi rokok yang tinggi (Nusantaraku, 2009, Industri
Rokok
Tumbuh
Pesat
di
Pemerintahan
SBY-JK,¶3,
http://nusantaranews.wordpress.com, diperoleh tanggal 20 Mei 2011)
1 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Berdasarkan data dari WHO 2008, jumlah perokok di Indonesia tahun 2008 sebesar 65 juta orang atau 27,6% dari total penduduk Indonesia dengan jumlah rokok yang dihisap sebanyak 225 miliar batang/tahun. Dari seluruh jumlah perokok, 28,1 % adalah remaja dengan presentase remaja pria 24,1%, dan wanita 4.0% remaja. Jumlah tersebut merupakan 13,5% dari seluruh populasi remaja di Indonesia. Angka 27,6% artinya, setiap 4 orang Indonesia, terdapat seorang perokok. Prevalensi daerah tertinggi di Propinsi Lampung 34,3 % sedangkan DKI Jakarta 27,8% berada pada urutan ke 23 dari seluruh propinsi di Indonesia. Angka persentase ini jauh lebih besar dari pada Amerika saat ini yakni hanya sekitar 19% atau hanya ada seorang perokok dari tiap 5 orang.
Masalah kesehatan
yang dapat ditimbulkan oleh perilaku merokok
misalnya kanker, penyakit jantung koroner, penyakit akibat gangguan pernafasan dan lain-lain. Ditinjau dari sisi kesehatan, kebiasan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia, seperti kanker paru, bronkitis kronik, emfisema dan berbagai penyakit paru lainnya (Adiatma, 1997). Penyakit Jantung Koroner merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia bahkan dunia. Penyakit jantung koroner
adalah penumpukan secara
berlebihan zat lemak di dinding pembuluh darah koroner akibat pola makan, kecanduan merokok, dan hipertensi. Rokok dapat dikatakan termasuk salah satu penyebab kematian. Dari 11 juta kematian per tahun di negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke.
Survei Depkes RI tahun 1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan kematian akibat penyakit jantung dari 9,7 persen (peringkat ketiga) menjadi 16 persen (peringkat pertama). Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat (2-4) kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok 2 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK (Wahyudi, 2009, bahaya merokok,¶2, http://www.kompas.co.id, diperoleh tanggal 20 Mei 2011).
Merokok sudah merupakan masalah yang sangat menarik perhatian semua orang karena dapat dilakukan oleh hampir semua umur, mulai dari balita hingga lansia, laki-laki maupun perempuan. Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang sering dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status serta kelompok umur yang berbeda, hal ini mungkin dapat disebabkan karena rokok bisa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh dimanapun juga. Armstrom, (1990 dalam Danusantoso, 1991) mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat bagi orang-orang lain yang berada disekitarnya. Pendapat lain mengatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya (Levy, 1984).
Bagi perokok ekonomi lemah (miskin), menjadi perokok berarti ia harus mengeluarkan uang yang harusnya digunakan kebutuhan dasar seperti makanan bergizi, pendidikan, pakaian, kesehatan, atau tabungan ke pengeluaran sia-sia hanya untuk membakar batang demi batang rokok. Abdillah Ahsan (2009), peneliti di Lembaga Demografi FE-UI mengatakan bahwa merokok bagi masyarakat ekonomi lemah dan remaja merupakan masalah yang cukup serius bagi kesehatan, kultur dan biaya pendidikan.
Masyarakat miskin dan remaja merupakan kelas yang mengalami dampak yang paling besar dari Industri rokok. Sudah menjadi rahasia umum bahwa tujuan dari bisnis industri rokok adalah membuat konsumen 3 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
menjadi tercandu dan pada akhirnya menjadi perokok aktif. Segmen konsumen yang paling merasakan kerugian dari “kecanduan rokok” adalah kalangan masyarakat miskin dan remaja. WHO, (2008) Sesungguhnya, dampak negatif Industri rokok sangat dirasakan oleh masyarakat miskin dari pada orang kaya. Orang miskin akan jauh lebih rentan terserang penyakit (oleh rokok) dari pada orang kaya.
Perokok dari ekonomi miskin Bangladesh menghabiskan uang 10 kali lebih banyak dari pada biaya pendidikan anaknya. Perokok dari ekonomi miskin Indonesia menghabiskan 15% penghasilannya untuk rokok. 20% penduduk miskin Meksiko menghabiskan 11% penghasilannya untuk rokok. Menjelang tahun 2030 di negara berkembang kematian akibat merokok akan mencapai 70 persen (10 juta orang ) per tahunnya yang disebabkan oleh rokok. Rokok termasuk salah satu penyebab kematian, sehingga merokok saat ini merupakan masalah di seluruh negara di dunia memerlukan perhatian serius (Johnson, 2010, Kawasan Tanpa Asap Rokok
Mencegah
PTM,¶2,
http://www.promosikesehatan.com,
diperoleh tanggal 20 Mei 2011).
Hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2001 menyebutkan bahwa 27% penduduk berusia di atas 10 tahun menyatakan merokok dalam satu bulan terakhir, 92,0% dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok di dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lainnya, dengan demikian sebagian besar anggota rumah tangga merupakan perokok pasif, Kelompok penduduk yang beresiko pada masalah merokok adalah anak anak remaja umur 15-19 tahun (43,3%) atau menurut pendidikan tamat SMA (26,8% ). Remaja bukan kanak-kanak lagi, akan tetapi belum mampu memegang tanggung jawab seperti orang dewasa. Hal ini terjadi karena masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
4 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Merurut Pedoman Kesehatan Jiwa Remaja Dinas Kesehatan, ciri utama yang terjadi pada masa remaja atau dikenal juga dengan sebutan masa pubertas yaitu: Pertama: terjadinya perubahan fisik pada laki-laki terjadi pertumbuhan yang sangat pesat terutama di bagian otot. Pada setiap anak remaja pertumbuhan ini sangat bervariasi bila seorang anak mengalami pertumbuhan lebih cepat atau lambat akan mempengaruhi harga diri dan percaya diri yang menyebabkan perasaan tegang dan cemas. Perasaan tegang dan cemas ini dapat mengakibatkan remaja mencari pelarian pada perilaku merokok.
Kedua: pada anak laki-laki terjadinya perubahan
suara menjadi pecah yang diawali dengan tumbuhnya jakun, serta tumbuhnya bulu-bulu terutama di ketiak, kumis, betis. Pematangan fisik lebih dini terutama pada laki-laki akan menyebabkan kebanggaan tersendiri, anak tersebut lebih atletis dan gagah. Ketiga: memiliki pola pikir sendiri dalam memecahkan masalah-masalah komplek dan abstrak, tidak menerima informasi apa adanya. Hal ini yang sering mengakibatkan konflik dengan orang tua. Jika konflik antara remaja dengan keluarga dan masyarakat makin lama akan berubah menjadi tekanan yang kuat terhadap remaja sehingga membuat remaja menjadi stress. Akibat stress yang tak terpecahkan remaja tersebut akan menghindar dari keluarga dan mencari teman sebaya yang senasib di luar rumah (Willis, 2008).
Menurut Erikson (Gatchel,1989) remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangan, yaitu masa ketika remaja sedang mencari jati dirinya. Dalam masa remaja ini, sering dilukiskan sebagai masa gelombang badai karena tidak sesuai antara perkembangan psikis dan sosial. Upaya-upaya untuk menemukan jati diri tersebut, tidak semua berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatori. Brigham (1991) mengatakan bahwa perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan dan daya tarik terhadap lawan jenis. Dari kedua pendapat diatas jelas bahwa masa remaja yang mengalami krisis psikososial dan 5 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
untuk mencari jati diri sehingga mereka terjerumus dalam perilaku merokok sebagai simbolik kematangan, kekuatan, kepemimpinan dan daya tarik terhadap lawan jenis.
Menurut Jean Peaget (1969) idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha mengatasi masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga dengan mudah mereka dapat membayangkan alternatif-alternatif pemecahan suatu masalah, beserta kemungkinan, akibat dan hasil yang dicapai. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak gampang menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi tersebut dan mengadaptasikannya dengan pemikirannya sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasi pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi dan rencana untuk masa depan.
Menurut Elliot Turiel (1978), menyatakan bahwa para remaja membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah popular yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadilan sosial dan sebagainya. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana dan absolute yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangkan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Hal ini yang membuat kesulitan bagi orang tua dalam mengasuh anak remaja.
Seorang remaja memiliki kebiasaan merokok tidak terjadi secara kebetulan. Seseorang menjadi perokok tetap atau pecandu rokok dimana menganggap bahwa rokok merupakan bagian hidupnya, ia harus melewati 6 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
beberapa tahap. Leventhal dan Cleary (1980; dalam Rochadi K. 2004) mengemukakan tahapan dalam perkembangan perilaku merokok, yaitu: a). Tahap persiapan (prepatory) seseorang mempunyai gambaran yang menyenangkan mengenai rokok yang dapat menimbulkan minat untuk merokok; b). Tahap perintisan merokok (initiation) pada tahap ini seorang remaja menentukan apakah berlanjut merokok atau tidak; c). Tahap menjadi seorang perokok (becoming a smoke) tahap dimana seseorang mengkonsumsi
4
(empat)
batang
rokok
sehari,
mempunyai
kecenderungan menjadi perokok; dan d). Tahap tetap menjadi perokok (maintenance of smoking). Pada tahap ini rokok sudah merupakan bagian dari hidup orang tersebut.
Mu’tadin (2002) mengemukakan alasan mengapa remaja berperilaku merokok, antara lain: a). Pengaruh Orang tua; Remaja perokok adalah anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Pengaruh yang paling kuat terhadap remaja adalah bila orang tua menjadi figure perokok bagi remaja. b). Pengaruh Teman; Fakta mengungkapkan bahwa
semakin
banyak
remaja
merokok
maka
semakin
besar
kemungkinan teman-temannya adalah perokok demikian juga sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut, pertama remaja terpengaruh oleh teman-temannya atau mempengaruhi. c). Faktor Kepribadian; Orang mencoba merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. d). Pengaruh Iklan; Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok lambang kejantanan dan glamour, membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan.
7 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Penelitian yang dilakukan oleh Seo, Dong-Chul; Torabi, M. R; Weaver, Amy R. (2008) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi merokok pada remaja adalah ras/etnis, pengaruh teman, iklan tembakau dan promosi rokok, kurangnya mediator pengendali pengguna tembakau, tidak ada informasi dan pesan anti rokok, paparan asap rokok di lingkungan, baik di rumah maupun di mobil, manfaat yang dirasakan dari merokok, dan persepsi penerimaan teman sebaya tentang rokok. Selain itu, mengingat perilaku remaja sangat cepat berkembang dan tempat berkerumun anak remaja, jumlah saudara kandung dirumah, perokok dewasa dan rokok perokok. Selain itu juga disebabkan oleh pengetahuan tentang akibat rokok dalam kesehatan, status sosial-ekonomi dan budaya. Penelitian yang dilakukan oleh Aslan Dilek dan Sahin Ayten (2007) pada kelompok remaja di Ankara, Turki menunjukkan dampak positif pada pengetahuan dan sikap tentang rokok dengan promosi dan pendidikan peer group pada anak remaja. Daniel T.L. Shek dan Hing Keung Ma (2001), mengatakan perilaku antisosial dan prososial pada remaja di Cina berhubungan dengan konflik antara orang tua dan anak remaja. Dari beberapa penelitian terdahulu peneliti memandang bagaimana usaha yang dilakukan dalam mengurangi perilaku merokok pada remaja perlu dipertimbangkan peran orang tua untuk mengasuh anak remaja, karena konflik yang timbul anatara orang tua dan remaja merupakan penyebab terjadinya perilaku merokok pada remaja.
Astanti (2005) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok remaja SMUN 2 Sukoharjo adalah faktor kepribadian, orang tua, lingkungan, dan iklan. Menurut Surjanto (2005) dalam penelitian ”Perilaku merokok pelajar SMP Surakarta tahun 2004” menunjukkan kekerapan merokok pelajar SMP di Surakarta sebesar 16%, berdasarkan jenis kelamin kekerapan merokok pelajar laki-laki 30,2% dan perempuan 3,1%. Usia pertama kali merokok di bawah 10 tahun sebesar 36,9%, pelajar paling banyak menghabiskan rokok < 1 (satu) batang per hari
8 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
45,8% dan jumlah rokok yang dihisap ≥ 6 (enam) batang per hari sebesar 3,13% (Surjanto, 2005)
Keluarga merupakan sumber utama penyebab kenakalan atau perilaku anak remaja. Hal ini disebabkan karena anak remaja hidup dan berkembang permulaan sekali dari pergaulan keluarga yaitu hubungan antara orang tua dengan anak, ayah dengan ibu dan hubungan anak dengan anggota keluarga lain yang tinggal bersama-sama. William & Leman (1973) mengatakan tujuan utama keluarga, yaitu menanggung semua harapan-harapan dan kewajiban masyarakat serta membentuk dan mengubahnya sampai taraf tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan setiap anggota individu dalam keluarga. Keluarga mengadakan penerimaan baru bagi masyarakat dan menyiapkan anakanak untuk menerima peran-peran dalam masyarakat. Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan, memberikan perawatan dan perhatian emosional khususnya bagi anak remaja.
Dikemukakan oleh Willis, (2008, hlm 99-106), faktor penyebab kenakalan atau perilaku merokok pada remaja antara lain: a). Anak kurang mendapat kasih sayang dan perhatian orang tua. Anak yang kurang mendapat kasih sayang dan perhatian orang tua akan melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma hanya untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Tidak jarang anak tersebut lari dari rumah dan bergabung dengan kelompok anak nakal di luar rumah. b). Lemahnya keadaan ekonomi orang tua, sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Terutama bagi anak remaja yang penuh dengan keinginan-keinginan, keindahan-keindahan dan citacita. Anak menuntut supaya orang tua dapat memenuhi apa keinginannya, bersamaan dengan itu kelakuan mereka meningkat yaitu pergaulan bebas, seks bebas, merokok dan minuman keras. c). Kehidupan keluarga yang tidak harmonis. Keluarga dimana orang tua sering bertengkar di depan anak dapat membuat keraguan terhadap anak dalam menentukan 9 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
kebenaran. Anak merasa tidak betah tinggal di dalam rumah dan mereka lari ke luar rumah untuk mencari kesenangan. Bila bertemu dengan teman sebaya yang mengajak untuk merokok maka mereka cepat terpengaruh, karena tidak tahu mana perilaku yang baik dan benar.
Sistem keluarga merupakan konteks belajar yang utama bagi suatu perilaku, pikiran dan perasaan dari seorang individu. Orang tua merupakan guru utama, karena orang tua menginterpretasikan dunia dan masyarakat bagi anak-anak. Orang tua menerjemahkan arti-arti penting yang dimiliki oleh kekuatan luar kepada anak. Schraneveldt, (1973; Bronfenbrenner, 1979) menjelaskan dalam keluarga, setiap anggota menempati posisi dengan sejumlah peran yang harus diemban. Individu merasakan harapan-harapan, norma-norma atau peran yang dipegang secara individual atau secara kolektif oleh anggota keluarga lainnya terhadap atribut-atribut dan perilakunya. Karakteristik yang membedakan dan unik dari pendekatan ini didasarkan pada tindakan keluarga yang berasal dari proses komunikasi. Peran orang tua dalam mengasuh anak remaja didasarkan pola dan proses komunikasi antara orang tua dengan anak remaja. Menurut Friedman (2003), struktur keluarga terdiri dari pola dan proses komunikasi antara individu dalam keluarga, struktur peran, struktur kekuatan dan nilai-nilai keluarga. Perilaku anak remaja dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh bagaimana pola dan proses komunikasi yang diberikan oleh setiap individu dalam keluarga terutama orang tua terhadap anak remaja. Orang tua dalam mengasuh anak remaja sangat dipengaruhi oleh bagaimana komunikasi efektif diterapkan dalam keluarga.
Studi Syamsul Arifin dan Hambali (1994) membuktikan bahwa kenakalan remaja di wilayah Jawa Timur disebabkan oleh kondisi keluarga yang negatif, seperti ketegangan keluarga, tingkat otoritas orang tua, dan miskinnya teladan keagamaan. Orang tua yang bersikap otoriter dan memberikan kebebasan penuh menjadi pendorong bagi remaja untuk 10 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
berperilaku negatif termasuk merokok. Kayes, at.al, (2008) mengatakan paparan perilaku merokok orang tua merupakan faktor risiko lingkungan untuk remaja. Pengaruh paparan merokok orang tua sangat besar dan lebih beragam termasuk penggunaan narkoba, merokok, gangguan perilaku, kenakalan, sikap agresif dan tindakan untuk mengambil risiko.
Nur Hidayat dkk (1995) mengatakan bahwa dalam pola asuh dan sikap orang tua yang demokratis menjadikan adanya komunikasi yang dialogis antara anak dan orang tua dan adanya kehangatan yang membuat anak remaja merasa diterima oleh orang tua sehingga ada pertautan perasaan. Reynolds (1975) menyatakan bahwa anak yang berhasil di sekolah adalah anak yang berlatar belakang dari keluarga yang berhubungan akrab, penuh kasih sayang dan menerapkan disiplin. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Madison (1989) yang menyatakan bahwa orang tua yang mempunyai harga diri tinggi banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk membuat keputusan secara bebas, berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak memiliki kebebasan sehingga anak mempunyai kepuasan,
dan
sedikit
menggunakan
hukuman
badan
untuk
mengembangkan disiplin.
Perilaku merokok dapat dehentikan dengan cara, antara lain: a). Awali dengan niat yang kuat untuk berhenti merokok. b). Jika ingin berhenti secara berangsur-angsur, gunakan strategi menunda atau mengurangi. c). Pahami bahaya merokok. Tanamkan bahwa rokok dapat merusak kesehatan diri sendiri dan orang lain. d). Buat daftar alasan mengapa harus berhenti merokok. Buat juga daftar mengapa anda merokok sehingga anda tahu cara yang tepat untuk berhenti merokok. e). Tetapkan tanggal yang mana anda harus benar-benar berhenti merokok. f). Buang semua hal yang berhubungan dengan rokok di rumah seperti asbak, pembungkus rokok karena hal tersebut mengingatkan anda untuk kembali merokok. g). Ubah kebiasaan anda. Jika biasa merokok setelah makan, gantilah dengan memakan buah. h). Dapatkan dukungan dari keluarga dan 11 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
teman. i). Cari bantuan pada tenaga profesional seperti dokter psikiatri atau psikolog. j). Jangan cepat putus asa. (Iman, 2009, Tips Berhenti Merokok,¶1, http://www.dokter-medis.com, diperoleh tanggal 20 Mei 2011).
Upaya pemerintah dalam rangka penanganan masalah merokok pada remaja
sudah melakukan beberapa program berupa kampanye anti
merokok di kalangan anak remaja, pembentukan peraturan daerah bebas asap rokok pada lokasi dan fasilitas umum, diberikan tanda-tanda larangan merokok dan bebas asap rokok pada tempat umum. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) akan menindak tegas perusahaan rokok yang menayangkan iklan rokok di media elektronik di bawah pukul 21:30 waktu setempat. Iklan rokok yang melanggar ketentuan PP No.81 tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan dan PP No.38 tahun 2000 tentang Perubahan Atas PP no 81 tahun 1999 akan dikenakan pidana penjara paling lama lima tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp100 juta. Namun hasil tidak mengurangi prevalensi merokok bahkan meningkat.
Penelitian yang dilakukan Bambang Setiaji (2007) tentang Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Perilaku Merokok Pekerja Sektor Informal, dikemukakan bahwa terdapat berbedaan yang signifikan di daerah intervensi terkait perbedaan pengetahuan, perbedaan sikap, perbedaan perilaku, dan perbedaan pengeluaran biaya rokok dalam sehari antara sebelum dan sesudah dilakukan promosi kesehatan. Ia mengatakan bahwa mengubah perilaku masyarakat untuk berhenti merokok memang tidak mudah karena merokok menjadi kebiasaan umum.
Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur adalah yang berlokasi di pasar Induk Jakarta. Penduduknya mempunyai aktivitas di pasar baik yang berdagang, maupun jadi buruh angkut di pasar. Tingkat pendidikan orang tua mayoritas lulus SD atau MI 36,17%, lulus SMP 12 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
16,35% dan lulus SMA 19,82%. Pekerjaan orang tua mayoritas adalah buruh pasar sebesar 42,50%, wiraswasta 42% dan tidak bekerja 6,5%. Tingkat perekonomian masyarakat tergolong rendah. Hasil observasi yang dilakukan terhadap remaja diketahui bahwa bila remaja menghadapi masalah mayoritas melakukan tindakan diam 64%, bercerita ke orang lain 21% dan yang marah ada 11%. Remaja dalam mengisi waktu luang mayoritas melakukan tindakan bermain 37,1%, membantu orang tua 26,4%. Komposisi penduduk di Kelurahan Tengah anak usia 5-12: 271 orang (14,55%), usia 12-18 : 214 (11,49%) (Hasil survey Mahasiswa AKPER RS PGI Cikini bulan Maret 2011)
Peran perawat komunitas menurut Enfendi Ferry dan Makhfudli (2009) adalah sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan dan pelaksana konseling keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas. Perawat komunitas diharapkan dapat mendukung individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mencapai tujuan untuk hidup bersih dan sehat yang merupakan visi dari promosi kesehatan. Perawat komunitas dapat berperan dalam promosi kesehatan dengan menambah pengetahuan orang tua dan remaja tentang bahaya merokok, tumbuh kembang anak khususnya remaja, pola asuh yang efektif dan efisien. Promosi kesehatan dapat dalam bentuk penyuluhan, konsultasi atau juga sebagai terapis bagi yang sudah mempunyai masalah.
Melihat dari fenomena diatas maka peneliti mencoba melihat faktorfaktor yang berkontribusi terhadap remaja beresiko merokok di Kelurahan Tengah, kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.
1.2.
Rumusan Masalah Masalah rokok hingga saat ini masih merupakan masalah dunia. Sehingga berbagai upaya telah dilakukan baik oleh organisasi dunia maupun oleh pemerintah Indonesia. Remaja yang berperilaku merokok merupakan kelompok risiko baik dari segi ekonomi maupun dari segi kesehatan. 13 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Masalah kesehatan nasional terutama penyebab kematian utama adalah penyakit Jantung Koroner. Penyakit Jantung koroner ini dapat disebabkan oleh kebiasaan atau kecanduan merokok. Kelompok penduduk yang beresiko pada masalah merokok adalah anak anak remaja. Masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa sering mengalami kembimbangan dan konflik. Tidak jarang mereka lebih memilih untuk terjun pada perilaku merokok sebagai pelarian dan ajakan teman sebaya. Perilaku remaja terbentuk tidak lepas dari peran keluarga. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi merokok pada remaja adalah ras/etnis, pengaruh teman, iklan tembakau dan promosi rokok, kurangnya mediator pengendali pengguna tembakau, tidak ada informasi dan pesan anti rokok, paparan asap rokok di lingkungan, baik di rumah maupun di mobil, manfaat yang dirasakan dari merokok, dan persepsi penerimaan teman sebaya tentang rokok. Kelurahan Tengah yang berdekatan dengan pasar dimana banyak remaja pengangguran dan berkeliaran di pasar yang melakukan perilaku merokok. Tingkat perekonomian orang tua masih rendah dan orang tua jarang melakukan kontak komunikasi dengan anak karena terlalu sibuk untuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarga. Berdasarkan fenomena tersebut diatas peneliti melihat
faktor-faktor yang berkontribusi terhadap remaja
beresiko merokok di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.
1.3.
Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang berkontribusi terhadap remaja berisiko merokok di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.
1.3.2. Tujuan Khusus Setelah dilakukan penelitian ini maka dapat diketahui:
14 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
1.3.2.1
Faktor predisposisi (pengetahuan dan gengsi) terhadap remaja berisiko merokok.
1.3.2.2
Faktor penguat (pengaruh orang tua, pengaruh teman dan pengaruh iklan) terhadap remaja berisiko merokok.
1.3.2.3
Faktor pemungkin (sumber dana untuk merokok dan kehadiran pedagang rokok) terhadap remaja berisiko merokok.
1.3.2.4
Faktor demografi (pendidikan, suku bangsa dan usia) terhadap remaja berisiko merokok.
1.3.2.5
Faktor keluarga (perhatian orang tua dan kehidupan keluarga) terhadap remaja berisiko merokok.
1.3.2.6
Remaja berisiko merokok di kelurahan Tengah.
1.3.2.7
Hubungan antara pengetahuan remaja tentang bahaya rokok terhadap remaja berisiko merokok.
1.3.2.8
Hubungan antara gengsi remaja terhadap remaja berisiko merokok.
1.3.2.9
Hubungan antara faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan dan gengsi terhadap remaja berisiko merokok.
1.3.2.10 Hubungan antara pengaruh orang tua terhadap remaja berisiko merokok. 1.3.2.11 Hubungan antara pengaruh teman sebaya terhadap remaja berisiko merokok. 1.3.2.12 Hubungan antara pengaruh iklan rokok terhadap remaja berisiko merokok. 1.3.2.13 Hubungan antara faktor penguat yang meliputi pengaruh orang tua, pengaruh teman dan pengaruh iklan terhadap remaja berisiko merokok. 1.3.2.14 Hubungan antara sumber dana untuk merokok terhadap remaja berisiko merokok. 1.3.2.15 Hubungan antara kehadiran pedagang rokok terhadap remaja berisiko merokok.
15 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
1.3.2.16 Hubungan antara faktor pemungkin yang meliputi sumber dana untuk merokok dan kehadiran pedagang rokok terhadap remaja berisiko merokok. 1.3.2.17 Hubungan antara tingkat pendidikan remaja terhadap remaja berisiko merokok. 1.3.2.18 Hubungan antara suku bangsa keluarga terhadap remaja berisiko merokok. 1.3.2.19 Hubungan antara usia remaja terhadap remaja berisiko merokok. 1.3.2.20 Hubungan antara perhatian orang tua terhadap remaja berisiko merokok. 1.3.2.21 Hubungan antara kehidupan keluarga terhadap remaja berisiko merokok. 1.3.2.22 Hubungan antara faktor keluarga yang meliputi perhatian orang tua dan kehidupan keluarga terhadap remaja berisiko merokok.
1.4.
Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Masyarakat Umum 1.4.1.1. Bagi masyarakat hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran perilaku merokok dikalangan anak remaja di Kelurahan Tengah. 1.4.1.2. Bagi orang tua hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran pengaruh internal keluarga terhadap perilaku merokok pada anak remaja. 1.4.1.3. Hasil penelitian ini dapat merupakan acuan bagi masyarakat khususnya orang tua dalam mengasuh anak agar tidak terjun dalam perilaku merokok.
1.4.2. Bagi Pendidikan dan Pengembangan Keperawatan 1.4.2.1. Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai acuan memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dengan anak remaja yang merokok.
16 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
1.4.2.2. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan keluarga di masyarakat. 1.4.3. Bagi Penelitian lanjut 1.4.3.1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya. 1.4.3.2. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai latar belakang penelitian lanjut.
17 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Remaja Kelompok Risiko Risiko adalah suatu konsep yang sering ditemukan dalam ilmu kesehatan. Douglas (2009) mencatat bahwa konsep risiko berubah dengan perjalanan waktu. Konsep yang pertama muncul pada abad ketujuh belas menunjuk pada kemungkinan suatu peristiwa yang terjadi sebagai kombinasi yang menyangkut kerugian atau keuntungan yang mungkin berhubungan dengan suatu peristiwa. Menurut Mc Murray (2003) risiko merupakan kemungkinan terjadinya penyakit atau cedera yang disebabkan oleh sekelompok faktor yang mempengaruhi, baik faktor manusia, lingkungan atau keduanya. Sedangkan menurut Clemen, et all (2002) risiko merupakan suatu kemungkinan akan mengalami kerusakan atau bahaya atau kehilangan, risiko bisa disebabkan oleh faktor lingkungan atau faktor perilaku
yang
berbahaya.
Istilah
risiko
digunakan
dengan
mempertimbangkan issu tentang kesehatan dan penyakit misalnya kesehatan
mental
dan
permasalahannya,
kekerasan,
merokok,
penyalahgunaan dan kelalaian, bunuh diri, ketidakmampuan dan memburuknya kondisi suatu penyakit.
Istilah risiko mula-mula
dikembangkan sebagai konsep dalam epidemiologi di mana fokusnya adalah mengidentifikasi faktor penyebab dan pencegahan penyakit.
Agregate berisiko adalah individu-individu atau kelompok yang memiliki aktivitas atau karakteristik yang dapat menyebabkan peningkatan risiko atau potensial terjadinya penyakit, injuri atau masalah kesehatan (Stones, McGuire, Eigsti dalam Comprehensive Community Health Nursing, 2002). Poputaion at risk adalah masyarakat atau kelompok yang berisiko terhadap bencana, bahaya, penyakit, ketakutan, ketidak-nyamanan (Hayes, 1992). Populasi yang mungkin berpotensi risiko mengalami permasalahan kesehatan yang spesifik adalah anak kecil, wanita, remaja,
18 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
orang dari etnis dan kultur minoritas, gay, homoseks dan banci, orang miskin, orang yang secara sosial terisolasi, orang yang tinggal di institusi.
Masa Remaja adalah masa pertumbuhan dan transisi untuk mencari identitas diri, yang terbagi dalam tiga periode yaitu early adolescence, (usia 12-13 tahun), middle adolescence (usia 14-16 tahun), dan late adolescence (usia 17-20 tahun). Tumbuh kembang remaja dapat dilihat dari empat dimensi fisik, kognitif, moral, dan psikososial yang erat hubungannya dengan risiko perilaku maladaptif (Kozier et al, 2004). Menurut WHO menetapkan batas usia remaja dalan dua kelompok, yaitu remaja awal (10-12 tahun) dan remaja akhir (13-20 tahun). Depkes mendefenisikan remaja adalah mereka yang berusia 10-19 tahun atau belum menikah (Kollman, 1998). Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Pada periode transisi ini, remaja mengalami transisi emosional, transisi dalam sosialisasi, transisi dalam agama, transisi dalam hubungan keluarga. Masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan, taraf mencari identitas diri, dan merupakan periode yang paling berat.
Masa remaja sering dirasakan masa yang lebih sulit dibandingkan dengan masa-masa lainnya. Kondisi ini dipengaruhi oleh keadaan individu yang mengalami banyak perubahan dengan dirinya, sehingga selain mereka harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang dialaminya juga harus beradaptasi dengan tuntutan dari lingkungannya. Selain itu remaja dihadapkan pada tuntutan-tuntutan yang terkadang saling bertentangan baik dari orang tua, guru, teman sebaya maupun masyarakat sekitarnya. Kondisi ini sering menimbulkan kebingungan dan keraguan pada diri remaja, karena masing-masing memberikan tuntutan yang berbeda-beda tergantung pada nilai, norma atau standar yang digunakan, hingga menimbulkan krisis identitas yang seringkali menjadi akar permasalahan 19 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
segala bentuk perilaku kenakalan remaja. Perilaku kenakalan remaja tersebut seringkali berhubungan dengan perilaku merokok.
Sejalan dengan mematangnya remaja secara kognitif, sebagian remaja lebih mampu memahami risiko kesehatannya, memikirkan perilaku mereka, memperhatikan akibat jangka panjang dari tindakan mereka, serta memahami
makna
simbolik.
Disayangkan
bahwa
peningkatan
kemampuan berpikir abstrak dan minat terhadap makna simbolik yang terjadi dapat membuat remaja menjadi lebih mudah terpengaruh iklan yang secara simbolik mengaitkan produk-produk yang kurang sehat seperti merokok dan alkohol, dengan daya tarik, penerimaan teman sebaya dan status dewasa (Steinberg, 1991). Sejumlah pakar berpendapat bahwa egosentrisme remaja adalah penyebab inti perilaku mereka yang berani mengambil risiko tinggi. Argumen yang dikemukakan adalah bahwa remaja, terutama yang masih muda, memandang diri mereka tak terkalahkan, kebal fisik dan kebal sanksi hukum yang dikenakan pada orang lain, sering mereka melakukan tidakan yang berisiko tinggi dan membahayakan kesehatan mereka (Arnett, 1992; Elkind 1967, 1978).
Munculnya masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang satu dengan lainnya saling
mempengaruhi. Faktor utama yang sering menimbulkan masalah kesehatan remaja sangat berkaitan dengan periode transisi
remaja.
Disamping itu faktor keluarga dan lingkungan mempunyai peran yang juga sangat penting. Soelaryo (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan sosial dan pola kehidupan masyarakat sangat mempengaruhi pola tingkah laku dan jenis penyakit pada remaja. Misalnya kecelakaan, kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit akibat hubungan seksual, penyalahgunaan alkohol, obat terlarang, dan perilaku merokok yang berdampak pada keluarga dan masyarakat.
20 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Remaja yang berperilaku merokok dapat berisiko menderita berbagai penyakit, misalnya: penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, penyakit paru-paru, penyakit tekanan darah tinggi, penyakit kanker, impotensi. Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia, seperti kanker paru, bronchitis, emfisema dan berbagai penyakit paru lainnya (Adiatma, 1997). Remaja berisiko mengalami penyakit jantung koroner akibat dari perilakunya sendiri, yaitu kebiasaan merokok. Selain itu seorang perokok yang sudah kecanduan akan lebih memilih rokok dari pada makan bila memiliki uang terbatas. Remaja yang belum memiliki penghasilan tetap atau masih tergantung dari uang yang diberikan oleh orang tua, maka besar kemungkinan akan melakukan tindakan apa saja, termasuk tindakan kekerasan, pemalakkan dan kejahatan lain untuk mendapatkan uang dan membeli rokok (Bekti , 2010. Lindungi Remaja dari Bahaya Rokok. ¶ 1. http://medicastor.com diperoleh tanggal 6 April 2011).
Rokok dapat
mengakibatkan kecanduan, maka bagi seorang remaja sangat sulit untuk berhenti bahkan bisa menjadi jembatan untuk masuk pada bahaya yang lebih besar, yaitu bahaya narkoba. Dengan demikian remaja yang mempunyai kebiasaan merokok dapat digolongkan dalam kelompok berisiko.
2.2.
Faktor Risiko Perilaku Merokok Faktor risiko adalah faktor yang berhubungan dengan proses terjadinya suatu kejadian. Faktor risiko diperoleh dengan membandingkan antara suatu kejadian penyakit atau perubahan kondisi kesehatan pada individu/kelompok yang terpapar oleh ancaman atau faktor risiko dan kejadian pada individu/kelompok lain yang tidak terpapar oleh ancaman atau faktor risiko tertentu (Jekel, Elmore, Katz,1996). Oskamp (1984) menyatakan bahwa setelah mencoba rokok pertama, seorang individu menjadi
ketagihan
merokok,
dengan
alasan
seperti
kebiasaan,
menurunkan kecemasan dan mendapatkan penerimaan di dalam 21 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
kelompoknya. Tuakli (1990) juga menambahkan bahwa dari survey terhadap para perokok, dilaporkan bahwa orang tua dan saudara yang merokok, rasa bosan, stress dan kecemasan, perilaku teman sebaya merupakan faktor yang menyebabkan remaja merokok. Faktor-faktor psikologis dan fisiologis inilah yang banyak mempengaruhi kebiasaan merokok di masyarakat (Prasetya, Lukas A, 2009. Manfaat Rokok Hanyalah
Sugesti
dan
Mitos.
http://www.kompas.co.id/
kesehatan/news/0306/30/ 105012.htm diperoleh tanggal 12 November 2009 )
Beberapa faktor berperan terhadap suatu kondisi sehat atau tidak sehat. Namun tidak semua orang yang terpapar dengan peristiwa yang sama akan mempunyai hasil yang sama. Faktor yang menentukan atau mempengaruhi apakah terjadi penyakit atau kondisi tidak sehat disebut risiko kesehatan. Risiko kesehatan secara umum dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori. Califano ( 1979) mengidentifikasi empat kategori utama: risiko biologi yang diturunkan (herediter), risiko lingkungan, risiko tingkah laku, dan usia yang berhubungan dengan risiko. Walaupun setiap faktor risiko dapat memberikan pengaruhnya masing-masing, namun risiko yang timbul lebih oleh karena kombinasi antara faktor yang satu dengan lainnya. Sebagai contoh, sebuah keluarga dengan riwayat penyakit kardiovasculer adalah faktor risiko tunggal yang diakibatkan oleh perilaku berisiko yaitu merokok. Kombinasi risiko ini lebih besar laki-laki dibanding wanita.
Menurut Leventhal & Clearly (1980 dalam Rochadi K, 2004) terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu : a). Tahap Prepatory atau disebut juga sebagai tahap persiapan. Tahap ini berlangsung saat soseorang belum pernah merokok, namun terjadi pembentukan opini pada diri seseorang terhadap perilaku merokok. Pembentukan opini dan sikap terhadap rokok ini merupakan awal dari suatu kebiasaan merokok; b). Tahap Initiation sering juga disebut tahap 22 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
perintisan perokok. Tahap ini merupakan tahapan yang kritis pada seorang individu karena merupakan tahap coba-coba dimana ia beranggapan bahwa dengan merokok ia akan terlihat lebih dewasa sehingga ia akan memulai dengan mencoba beberapa batang rokok. c). Tahap Becoming a Smoker atau tahap menjadi seorang perokok. Pada tahap ini seseorang mulai memberikan lebel pada dirinya sebagai seorang perokok dan ia mulai mengalami ketergantungan pada rokok. Pada umumnya remaja percaya bahwa rokok berbahaya bagi orang lain terutama bagi kesehatan orang tua tapi tidak bagi dirinya; d). Tahap Maintenance of Smoking atau sering juga disebut tahapan tetap menjadi perokok. Pada tahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis digabungkan menjadi suatu pola perilaku merokok.
Nikotin merupakan zat perangsang (stimulant) yang kuat bagi otak dan susunan syaraf pusat. Efek adiktif dari nikotin dihubungkan dengan kemampuannya untuk memacu pengeluaran dopamine yang berhubungan dengan perasaan kenikmatan. Tetapi dalam jangka panjang, nikotin menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan. Dengan demikian perokok akan selalu memerlukan penambahan nikotin untuk mencapai tingkat kenikmatan yang sama (Royal College of Physicians. UK.
Physical
and
pharmacological
effects
of
nicotine.
http://www.rcplondon.ac.uk/puibs/ books/nicotine/2-physical.htm)
Pengukuran tentang perilaku merokok pada seseorang dapat ditentukan pada suatu kriteria yang dibuat sendiri berdasarkan anamneses atau menggunakan kriteria yang telah ada. Sweeting (1990 dalam Rochadi K 2004) membagi perokok atas tiga kategorik, yaitu: a). bukan perokok (non smokers), adalah seseorang yang belum pernah mencoba merokok sama sekali; b). perokok eksperimen (experimental smokers) adalah seseorang yang telah mencoba merokok, tapi tidak menjadikan nya sebagai suatu kebiasaan; c). perokok tetap atau perokok regular (regular smokers) adalah seseorang yang teratur merokok baik dalam hitungan 23 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
mingguan atau dengan intensitas yang lebih tinggi lagi. Sitepoe (2000) membagi perokok atas empat bagian, yaitu: a). perokok ringan, adalah sesorang yang menghisap rokok antara 1-10 batang dalam sehari; b). perokok sedang, adalah seseorang yang menghisap rokok antara 11-20 batang dalam sehari; c). perokok berat, adalah sesorang yang menghisap rokok lebih dari 20 batang dalam sehari; d). perokok yang menghisap rokok dalam-dalam.
2.3.
Mengapa Remaja Merokok Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab mengapa remaja merokok. Menurut Levy (1984) setiap individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok. Pendapat ini didukung oleh Smet (1994) bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor Socio Cultural seperti kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi dan tingkat pendidikan. Erikson (Gatchel, 1989), mengatakan remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya
krisis
aspek
psikososial
yang
dialami
pada
masa
perkembangannya, yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Dalam masa remaja ini sering dilukiskan sebagai masa badai dan topan karena ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris, seperti dikatakan oleh Brigham (1991) bahwa perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Dalam hal ini simbolisasi yang dimaksud adalah simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan dan daya tarik terhadap lawan jenis.
Sedangkan Mu’tadin (2002) mengemukakan alasan mengapa remaja berperilaku merokok, antara lain: 2.3.1. Pengaruh Orang tua Remaja perokok adalah anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan remaja yang berasal dari 24 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok ataupun obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang primisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua menjadi figur perokok bagi remaja (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar Psikologi, 1999:294). 2.3.2. Pengaruh Teman Fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok demikian juga sebaliknya semakin banyak teman seorang anak merokok maka semakin besar kemungkinan anak tersebut merokok. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut, pertama
remaja
terpengaruh
oleh
teman-temannya
atau
mempengaruhi. 2.3.3. Faktor Kepribadian Orang mencoba merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Pendapat ini didukung oleh Atkinson (1999) yang menyatakan bahwa orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai
tes
konformitas
sosial
lebih
menjadi
perokok
dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor rendah. 2.3.4. Pengaruh Iklan Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahawa perokok lambang kejantanan dan glamour, membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan.
Remaja yang sedang mencari jati diri sering merasa kebingungan dalam mengambil suatu sikap akan cepat terpengaruh oleh perilaku yang ada di sekitarnya dengan kata lain bahwa perilaku remaja dapat dipengaruhi oleh lingkungannya. Remaja putus sekolah, mereka hidup di masyarakat 25 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
sebagai pengangguran, pedagang asongan, pengamen, bahkan ada yang menjadi penjahat, penjual dan pemakai narkoba serta berperilaku merokok. Hal ini terjadi karena persaingan untuk mandiri di masyarakat memerlukan persyaratan-persyaratan yang berat (Willis S, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola perilaku merokok bagi remaja secara umum adalah: a). Faktor Biologis: Banyak penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang penting dalam ketergantungan merokok, karena merupakan zat adiktif. b). Faktor Psikologis: Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan daya konsentarasi, relaksasi, menghindari rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern dan berwibawa mengakibatkan sulitnya berhenti merokok. c). Faktor Lingkungan Sosial: Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada rokok. d). Faktor Demografis: Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. e). Faktor Sosio-Kultural: Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu. f). Faktor Sosial Politik: Dimanfaatkan oleh politikus sebagai bahan kampanye untuk melindungi orang dari bahaya merokok untuk mengambil simpatisan masyarakat.
2.4.
Keluarga dengan Anak Remaja Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidap dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon
maglaya, 1978). Keluarga
merupakan satu kelompok atau sekumpulan manusia yang hidup bersama 26 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
sebagai satu kesatuan unit terkecil dan biasanya tidak selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lain (Santun 2005 ). Berdasarkan pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa keluarga adalah kelompok manusia yang merupakan unit terkecil yang tinggal dalam satu atap dan tidak selalu mempunyai hubungan darah dan saling tergantung satu dengan yang lainnya.
Keluarga dengan anak remaja dikemukakan oleh Suprajitno, 2004 dalam Asuhan Keperawatan Keluarga bahwa tugas perkembangan keluarga mencakup a). mempertahankan komunikasi terbuka antara anak remaja dan
orang
tua.
Hindari
terjadinya
perdebatan,
kecurigaan
dan
permusuhan, b). mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
Menurut David (1992, dalam Shochib, 2000) mengkategorikan keluarga dalam pengertian sebagai berikut: a). Keluarga seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh keharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak dan ibu dengan anak remaja. Orang tua bertanggung jawab dan dapat dipercaya, setiap anggota keluarga saling menghormati dan saling memberi tanpa harus diminta. Remaja dalam keluarga seimbang merasa aman walaupun tidak disadari. Jika anak remaja mengalami masalah baik disekolah maupun dengan teman sebaya, diupayakan untuk dipecahkan bersama; b). Keluarga kuasa lebih menekankan kekuasaan dari pada relasi. Anak remaja merasa seakan-akan orang tua memiliki buku peraturan, ketetapan dan daftar kerja keseharian yang tidak pernah habis-habis. Di rumah anak remaja bagaikan anak baik sedang di luar melakukan tindak kenakalan; c). Keluarga protektif lebih menekankan pada tugas dan saling menyadari perasaan satu sama lain. Keluarga ini lebih mengutamakan suasana kedamaian, sehingga jarang ditemukan ketidak-cocokan. Esensi dinamika keluarga ini adalah komunikasi dialogis yang didasarkan pada kepekaan dan rasa hormat. Dalam keluarga 27 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
ini anak remaja selalu diproteksi; d). Keluarga kacau adalah keluarga yang kurang teratur dan selalu mengutamakan idividualisme masingmasing. Keluarga ini cenderung mengalami banyak masalah (konflik) dan kurang peka memenuhi kebutuhan anak. Anak remaja sering diabaikan dan diperlakukan secara kejam akibat kesenjangan hubunga antara kedua orang tua; e). Keluarga simbiotis dicirikan oleh orientasi dan perhatian yang kuat dari keluarga hampir seluruhnya terpusat pada anak remaja. Keluarga ini berlebihan dalam melakukan relasi.
Dilihat dari kelima kategori David diatas, yang memberikan kontribusi positif untuk membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan disiplin diri adalah keluarga seimbang. Karena dalam keluarga ini orang tua memiliki rasa tanggung jawab dan dapat dipercaya. Setiap anggota keluarga saling membantu dalam mengembangkan diri, ada rasa kebersamaan, dan komunikasi dialogis.
Komunikasi dialogis dalam keluarga yang seimbang dapat mempengaruhi hubungan orang tua dengan anak remaja. Hubungan yang baik dalam hal komunikasi dalam keluarga membuat anak remaja terbuka terhadap orang tua bila menghadapi masalah, sehingga orang tua dapat memberikan pengarahan positif dan anak tidak terjerumus pada perilaku merokok sebagai pelarian dari masalah yang diahadapi.
2.5.
Struktur Keluarga Struktur
keluarga
dapat
menggambarkan
bagaimana
keluarga
melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Menurut Friedman (2003) mengemukakan bahwa keluarga terdiri atas:
ada empat elemen struktur
Pola dan proses komunikasi, Struktur peran,
Struktur kekuatan, dan Nilai-nilai keluarga. Pola dan proses komunikasi dalam keluarga sangat memegang peranan penting dalam pembentukkan perilaku
anak
remaja.
Komunikasi
menyelesaikan
masalah
dalam
yang
keluarga,
jujur, berpikir
28 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
saling positif
terbuka, dalam
menghadapi setiap masalah remaja, dan orang tua siap mendengarkan setiap pendapat si remaja.
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan, yang dimaksud posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya status sebagai istri, suami, atau anak. Menurut penelitian bahwa pemahaman orang tua akan perannya dalam mengasuh anak remaja, sehingga terjadi hubungan yang saling menghormati sesuai dengan peran masing-masing anggota keluarga. Orang tua selalu menghormati setiap pendapat anak, yang sering terjadi orang tua menggap bahwa anak tidak tahu apa-apa.
Struktur kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk merubah perilaku ke arah yang positif. Keluarga yang memiliki struktur kekuatan dimana setiap anggota keluarga saling mendukung antara satu dengan yang lain. Dukungan keluarga terhadap anak remaja dalam menghadapi setiap permasalahnya sangatlah dibutuhkan, sehingga anak tidak mencari-cari dukungan dari orang lain yang belum tentu memberikan dukungan positif. Remaja yang tidak mendapat dukungan dari keluarga biasanya akan lari pada kelompok teman sebaya dan tidak jarang anak akan terjun dalam perilaku merokok untuk mengatasi stress.
Nilai-nilai keluarga merupakan suatu system, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.
Nilai
keluarga
juga
merupakan
suatu
pedoman
bagi
perkembangan norma dan peraturan. Bagaimana keluarga menerapkan nilai-nilai dalam keluarga merupakan salah satu cara untuk membentuk kepribadian anak remaja. Keluarga yang menjalankan nilai agama dengan benar dan melibatkan anak remaja setiap menjalankan ibadah maka lebih mudah terbuka setiap menghadapi masalah-masalahnya terhadap orang
29 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
tua dan dapat menghindari anak terpengaruh dengan teman sebaya yang selalu mengajak untuk merokok.
2.6.
Fungsi Keluarga Fungsi Keluarga menurut Freedman, 1998 (dalam Suprajitno Asuhan Keperawatan keluarga, 2004:15) yaitu : a). Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga; b). Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah; c). Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga; d). Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga; e). Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function), yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
Di Indonesian fungsi keluarga dibagi dalam 8 (delapan) dengan bentuk operasional yang dilakukan oleh setiap keluaraga (UU No. 10 tahun 1992 jo PP No. 21 tahun 1994), yaitu: a). Fungsi Keagamaan, b). Fungsi Sosial Budaya, c). Fungi Cinta Kasih, d). Fungsi Melindungi, e). Fungsi Reproduksi, f). Fungsi Sosialisasi dan pendidikan, g). Fungsi Ekonomi, h). Fungsi Pembinaan Lingkungan.
30 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Dari dua pendapat diatas peneliti lebih memfokuskan pada fungsi keluarga diantaranya fungsi
keagamaan, cinta kasih, melindungi dan
perawatan, sosial dan pendidikan. Bila fungsi keluarga tersebut dijalankan dengan baik dan benar, akan mempermudah komunikasi antara orang tua dan anak remaja. Komunikasi yang terbuka dan saling menghargai membuat anak remaja merasakan bahwa rumah adalah tempat yang nyaman dan aman. Hal ini membuat anak tidak senang keluar rumah untuk nongkrong dengan teman-temannya yang cenderung melakukan perilaku merokok.
2.7.
Peranan Keluarga Peranan Keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola prilaku keluarga,kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut: a). Peranan ayah; Ayah sebagai suami dari istri sebagai pencari nafkah, pendidik dan pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari masyarakat di lingkungannya. b). Peranan ibu; Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tabahan dalam keluarganya. c). Peranan anak; Sebagai anak berhak menerima pendidikan yang layak, anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan perkembangannya baik fisik, mental sosial dan spiritual.
31 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
2.8.
Pola Asuh Orang tua Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang ditetapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun positif.
Menurut Baumrind (1997), terdapat 4 (empat) macam pola asuh orang tua, yaitu: a). Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat; b). Pola asuh otoriter
cenderung menetapkan standar yang mutlak harus
dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Dalam hal ini anak merasa tertekan dan tidak jarang mereka lari dari rumah untuk mencari tempat yang lebih aman; c). Pola asuh Permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Dalam keluarga yang menerapkan pola asuh ini anak tidak pernah mengetahui apakah perilakunya itu benar atau tidak, sehingga anak lebih mudah terpengaruh oleh teman bila diajak merokok; d). Pola asuh Penelantar pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Anak dapat terpengaruh untuk melakukan kejahatan untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka sering menjadi anak jalanan yang mengamen atau bisa mencopet. Mereka juga bisa terpengaruh dengan perilaku merokok yang sering mereka lihat setiap saat di jalanan.
Prof. DR. H. Sofyan S. Willis (2009) mengatakan dalam bukunya konseling keluarga bahwa kehidupan keluarga tidak terlepas dari system nilai yang ada di masyarakat tersebut. Sistem nilai tersebut adalah: a). Nilai-nilai Agama dalam keluarga, orang tua menjadi contoh bagi anak untuk melakukan sholat atau doa sesuai dengan agamanya. Di kalangan 32 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
remaja yang rajin menjalankan ibadah agamanya akan memiliki tameng yang kuat untuk melakukan perilaku merokok yang merusak dirinya; b). Nilai-nilai Adat Istiadat, yaitu anak dalam keluarga diajarkan tata susila atau tata kesopanan. Orang tua dan guru memberikan contoh yang tidak benar dengan melakukan tindakan merokok di depan anak atau murid; c). Nilai-nilai Sosial, bagaimana anggota keluarga saling berinteraksi, saling peduli anggota keluarga. Anak merasa kesepian dan lebih mudah terjerumus ke dunia hitam dengan bermain seks, merokok bahkan narkoba dan sebagainya; d). Degradasi Kesakralan Keluarga telah menurun sehingga kita melihat gampang terjadi perceraian dalam keluarga yang akan berpengaruh pada perkembangan anak. Anak korban perceraian tak jarang mencari pelarian di luar rumah dan bergaul dengan teman-teman yang suka hura-hura untuk menghilangkan stress yang dialami bahkan bisa terjerumus dalam perilaku merokok, seks dan narkoba.
2.9.
Landasan Teori Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis derajat kesehatan adalah model PRECEDE-PROCEED dari Lawrence Green (1980, dalam Glanz K 2002).
Promosi kesehatan Pendidikan Kesehatan
Faktor predisposisi (predisposing factors) Faktor penguat (reinforcing factors)
Perilaku dan cara hidup Kesehatan
Peraturan kebijakan organisasi
Faktor pemungkin (enabling factors)
Kualitas hidup
Lingkungan
Skema 2.1. Model Perencanaan PRECEDE-PROCEED (Green L. dalam Glanz K, 2002)
33 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Model Perencanaan PRECEDE-PROCEED diatas menujukan bahwa kesehatan akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Kualitas hidup seseorang dipengaruhi oleh faktor predisposing, reinforcing dan enabling, yang mana ketiga faktor tersebut dibentuk dari adanya pendidikan kesehatan. Adapun yang termasuk dalam faktor predisposing adalah alasan remaja merokok, pengetahuan remaja tentang bahaya merokok; alasan psikologis remaja merokok seperti pengaruh perasaan positif, pengaruh perasaan negatif, adiktif, kebiasaan dan gengsi. Faktor reinforcing dalam alasan remaja merokok adalah pengaruh lingkungan sosial seperti orang tua yang merokok, saudara serumah yang merokok, teman yang merokok, iklan rokok. Faktor enabling yang menjadi alasan remaja merokok adalah banyaknya rokok yang dijual bebas, tanpa membatasi usia pembeli rokok, kemampuan atau biaya untuk membeli rokok dan lain-lain. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan remaja dapat dengan bebas memperoleh rokok dan menjadi perokok, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.
Teori WHO dalam Notoatmodjo S (2003), juga menjelaskan empat alasan pokok mengapa seseorang merokok, yaitu: 1).Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling). Hasil pemikiran dan perasaan seseorang atau lebih tepat diartikan pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus merupakan modal awal untuk bertindak. Seorang yang merokok akan mempertimbangkan untung rugi dan manfaatnya; 2). Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercaya (personal references). Seseorang yang merokok biasanya melihat orang di lingkungannya merokok; 3). Sumber daya (resources). Faktor ini merupakan pendukung terjadinya gaya hidup seseorang atau masyarakat. Jika dibandingkan dengan teori Green, sumber daya disini sama dengan faktor enabling. Seseorang akan merokok bila memiliki dana untuk membeli rokok; 4). Sosio budaya (culture). Sosio budaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap
terbentuknya gaya hidup
34 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari gaya hidup tiap-tiap etnik yang ada di Indonesia. Seseorang merokok karena tidak mau dianggap tidak tahu tata krama atau adat istiadat.
Dari dua teori diatas maka penulis membuat kerangka teori sebagai berikut: Struktur Keluarga Komunikasi Struktur peran Struktur kekuatan Nilai-nilai keluarga Alasan merokok pengaruh dari: Orang tua Teman sebaya Kepribadian Iklan rokok
Faktor predisposisi Pengetahuan Perasaan Adiktif Kebiasaan gengsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku: Biologis Psikologis Lingkungan social Demografis Sosio-kultural Sosial politik
Promosi kesehatan Pendidikan Kesehatan (peran Perawat)
Faktor penguat Pengaruh lingkungan Iklan rokok
Perilaku Merokok Kesehatan
Peraturan kebijakan organisasi
Faktor pemungkin Pedagang rokok Adanya dana membeli rokok
Kualitas hidup
Lingkungan
Skema 2.2. Modifikasi Model Perencanaan PRECEDE-PROCEED dengan Teori Fishbein
35 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1.
Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian ini melihat faktor-faktor yang berkontribusi terhadap remaja berisiko merokok. Variabel independen pada penelitian ini faktor-faktor yang berkontribusi terhadap remaja berisiko merokok mencakup faktor predisposisi (pengetahuan dan gengsi), faktor penguat (pengaruh orang tua, pengaruh teman dan pengaruh iklan), faktor pemungkin (sumber dana untuk merokok dan pedagang rokok) ini berdasarkan teori Lawrence Green (1980), faktor demografi (pendidikan, suku bangsa dan usia) berdasarkan teori Smet (1994) dan faktor keluarga (perhatian orang tua dan kehidupan keluarga) berdasarkan teori David (1992). Remaja berisiko merokok menurut konsep Willis S (2008) adalah varibel dependen. Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel Dependen
Variabel Independen Faktor yang berkontribusi terhadap risiko merokok pada remaja: 1. Faktor predisposisi Pengetahuan Gengsi 2.
Faktor penguat Pengaruh orang tua Pengaruh teman Pengaruh iklan
3.
Faktor pemungkin: Sumber dana untuk merokok Pedagang merokok
4.
Faktor demografi Pendidikan Suku bangsa Usia
5.
Faktor keluarga: Perhatian orang tua Kehidupan keluarga
Remaja berisiko merokok: Tidak merokok Merokok
Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 36 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
3.2.
Hipotesis Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka hipotesis atau jawaban sementara dari penelitian analisa faktor berkontribusi terhadap remaja berisiko merokok adalah: 3.2.1. Hipotesis mayor: Ada hubungan antara faktor-faktor yang berkontribusi terhadap remaja berisiko merokok. 3.2.2. Hipotesa minor: 3.2.2.1. Ada hubungan antara faktor predisposisis terhadap remaja berisiko merokok, meliputi: 3.2.2.1.1. Ada hubungan antara pengetahuan tentang bahaya rokok
terhadap remaja berisiko
merokok. 3.2.2.1.2. Ada hubungan antara gengsi remaja terhadap remaja berisiko merokok. 3.2.2.2. Ada hubungan antara faktor penguat terhadap remaja berisiko merokok, meliputi: 3.2.2.2.1. Ada hubungan antara pengaruh orang tua terhadap remaja berisiko merokok. 3.2.2.2.2. Ada hubungan antara pengaruh teman sebaya terhadap remaja berisiko merokok. 3.2.2.2.3. Ada hubungan antara iklan rokok terhadap remaja berisiko merokok. 3.2.2.3. Ada hubungan antara faktor pemungkin terhadap remaja berisiko merokok, meliputi: 3.2.2.3.1. Ada hubungan antara sumber dana untuk merokok terhadap remaja berisiko merokok. 3.2.2.3.2. Ada
hubungan
antara
pedagang
rokok
terhadap remaja berisiko merokok. 3.2.2.4. Ada hubungan antara pendidikan remaja terhadap remaja berisiko merokok. 3.2.2.5. Ada hubungan antara suku bangsa keluarga terhadap remaja berisiko merokok. 37 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
3.2.2.6. Ada hubungan antara usia remaja terhadap remaja berisiko merokok. 3.2.2.7. Ada hubungan antara faktor keluarga terhadap remaja berisiko merokok, meliputi: 3.2.2.7.1. Ada hubungan antara perhatian orang tua terhadap remaja berisiko merokok. 3.2.2.7.2. Ada hubungan antara kehidupan keluarga terhadap remaja berisiko merokok.
3.3.
Defenisi Operasional Penelitian ini melibatkan beberapa variabel, yaitu faktor-faktor yang berkontribusi terhadap risiko merokok pada remaja dan kebiasaan remaja. Untuk menghindari kesalahpahaman maka peneliti membuat batasanbatasan dengan merumuskan defenisi operasional, sebagai berikut:
Tabel 3.1. Defenisi Operasional No. 1 1.1.
Variabel Varibel independen Faktor predisposisi:
Defenisi operasional
Cara ukur
Sesuatu yang membuat remaja cenderung merokok yang meliputi pengetahuan dan gengsi.
Kuesioner tentang faktor predisposisi dalam bentuk skala Likert yaitu selalu, sering, jarang dan tidak pernah dengan 16 buah pernyataan
Hasil ukur
Skala
1 = baik dengan skor ≥ 32,18 (mean)
Ordinal
0 = kurang dengan skor < 32,18 (mean)
38 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
1.1.1
1.1.2
1.2
1.2.1
1.2.2
Pengetahuan
Gengsi
Faktor penguat:
Pengaruh orang tua
Pengaruh teman
Kemampuan yang dimiliki remaja berupa informasi yang diketahui tentang rokok
Harga diri seseorang akan turun bila tidak melakukan sesuatu perilaku merokok
Sesuatu yang menguatkan remaja berisiko merokok meliputi pengaruh orang tua, pengaruh teman, pengaruh iklan Teladan yang diberikan orang tua dalam bentuk perilaku merokok pada remaja
Bujukan teman sebaya untuk melakukan perilaku merokok pada remaja
Kuesioner tentang pengetahuan remaja dalam bentuk skala Likert yaitu selalu, sering, jarang dan tidak pernah dengan 11 buah pernyataan Kuesioner tentang gengsi remaja dalam bentuk skala Likert dengan 5 buah pernyataan Kuesioner tentang faktor penguat dalam bentuk skala Likert dengan 20 buah pernyataan Kuesioner tentang pengaruh orang tua dalam bentuk skala Likert dengan 10 buah pernyataan Kuesioner tentang pengaruh teman sebaya dalam bentuk skala Likert dengan 5 buah
1 = baik dengan skor ≥ 20,70 (mean)
Ordinal
0 = kurang dengan skor < 20,70 (mean)
1 = baik dengan skor ≥ 11,48 (mean)
Ordinal
0 = kurang dengan skor < 11,48 (mean)
1 = baik dengan skor ≥ 37,30 (mean)
Ordinal
0 = kurang dengan skor < 37,30 (mean)
1 = baik dengan skor ≥ 16,42 (mean)
Ordinal
0 = kurang dengan skor < 16,42 (mean)
1 = baik dengan skor ≥ 10,85 (mean) 0 = kurang dengan skor < 10,85 (mean)
39 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Ordinal
1.2.3
1.3.
1.3.1
1.3.2
Pengaruh iklan rokok
Faktor pemungkin:
Daya tarik diberikan iklan rokok membentuk kebiasaan merokok remaja
pernyataan yang Kuesioner oleh tentang untuk pengaruh iklan rokok dalam bentuk pada skala Likert dengan 5 buah pernyataan yang
Sesuatu dapat memungkinkan remaja merokok meliputi sumber dana untuk merokok dan kehadiran pedagang rokok
Sumber dana Asal muasal uang untuk yang digunakan merokok remaja untuk membeli rokok
Pedagang rokok
Orang yang menjual rokok yang ada di lingkungan tempat tinggal remaja
1 = baik dengan skor ≥ 10,04 (mean) 0 = kurang dengan skor < 10,04 (mean)
1 = mudah dengan skor ≥ 25,19 (mean)
Ordinal
1 = mudah dengan skor ≥ 19,05 (mean)
Ordinal
Kuesioner tentang sumber dana 0 = sulit untuk dengan skor < merokok 25,19 (mean) dalam bentuk skala Likert dengan 12 buah pernyataan Kuesioner tentang sumber dana untuk merokok dalam bentuk skala Likert dengan 8 buah pernyataan Kuesioner tentang pedagang rokok dalam bentuk skala Likert dengan 4 buah pernyataan
Ordinal
0 = sulit dengan skor < 19,05 (mean)
1 = mudah dengan skor ≥ 6,15 (mean) 0 = sulit dengan skor < 6,15 (mean)
40 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Ordinal
1.4. 1.4.1
Faktor demografi: Pendidikan
1.4.2
Suku bangsa
Karakteristik responden berdasarkan budaya dan daerah asal
1.4.3
Usia
Umur remaja dalam tahun berdasarkan ulang tahun terakhir
Faktor Keluarga:
Keadaan keluarga yang mempengaruhi remaja berisiko merokok meliputi perhatian orang tua dan kehidupan keluarga
1.5.
1.5.1
Perhatian orang tua
Pendidikan formal yang telah dicapai oleh remaja
Kuesioner berupa pertanyaan tertulis dalam kuesioner demografi tentang pendidikan remaja Kuesioner berupa pertanyaan tertulis yang terdapat dalam kuesioner demografi tentang suku bangsa Kuesioner berupa pertanyaan tertulis yang terdapat dalam kuesioner demografi tentang usia
Kuesioner tentang perhatian orang tua dalam bentuk skala Likert dengan 11 buah pernyataan Tanggapan/sikap Kuesioner orang tua tentang terhadap perilaku perhatian anak remaja orang tua dalam keluarga dalam bentuk skala Likert dengan 6 buah
1= SD 2=SMP 3=SMA
Ordinal
1= betawi Nomin 2= sunda al 3= jawa 4= minang 5= batak 6= Palembang 7= sangir Selanjutnya dibagi dua 1= pulau jawa 2= luar jawa Dalam tahun Interval (12-18)
1=baik dengan skor ≥ 21,77 (mean)
Ordinal
0= kurang dengan skor < 21,77 (mean)
1=baik dengan skor ≥ 9,86 (mean) 0= kurang dengan skor < 9,86 (mean)
41 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Ordinal
1.5.2
2
Kehidupan keluarga
Variable dependen Remaja berisiko merokok
Hasil ukur
Suasana rumah tangga dalam menghadapi masalah/keutuhan keluarga
Anak berusia (1218) tahun yang berisiko untuk merokok
pernyataan Kuesioner tentang kehidupan keluargadala m bentuk skala Likert dengan 5 buah pernyataan
Kuesioner berupa pertanyaan tertulis tentang kebiasaan remaja
1=baik dengan skor ≥ 11,91 (mean)
Ordinal
0= kurang dengan skor < 11,91 (mean)
0= remaja Nomin tidak merokok al 1= remaja merokok
variabel faktor predidsposisi (pengetahuan dan gengsi), faktor
penguat (pengaruh orang tua, pengaruh teman, dan pengaruh iklan), faktor pemungkin (sumber dana untuk merokok dan pedagang rokok) faktor keluarga (perhatian orang tua dan kehidupan keluarga) menggunakan mean.
42 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dengan pendekatan cross sectional dilakukan secara mengukur variabel pada satu saat tertentu (sastroasmoro & Ismael 2010). Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berkontribusi terhadap remaja berisiko merokok, sedangkan remaja berisiko merokok merupakan varibel terikat (dependent).
4.2.
Populasi dan Sampel 4.2.1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja berisiko merokok di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner oleh mahasiswa Akademi Perawatan RS PGI Cikini pada bulan Maret 2011 di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur, jumlah remaja yang beresiko merokok adalah 214 orang. Remaja yang berisiko merokok adalah remaja dengan orang tua yang perokok.
4.2.2. Sampel Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Kriteria inklusi sampel adalah anak remaja dengan usia (12-18) tahun, Pendidikan minimal SD (atau bisa membaca) dan memiliki orang tua yang merokok yang tinggal di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur serta belum menikah.
Jumlah sampel yang dijadikan sebagai responden pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus sampel untuk populasi kecil atau
43 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
kurang dari 10.000 yang dikutip dari Notoatmodjo S (2005) adalah sebagai berikut: n
N 1 N (d 2 )
Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d = presisi atau ketetapan yang diinginkan
Berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel yang diperoleh dengan tingkat ketetapan yang diinginkan adalah 0,05, maka: n
214 1 214 (0,05 2 )
n = 139 orang
Berdasarkan perhitungan diatas maka didapatkan jumlah sampel minimal adalah 139 orang remaja. Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya drop out, perlu penambahan jumlah sampel agar besar sampel tetap terpenuhi dengan rumus (Satroasmoro & Ismael, 2002):
n* = n/(1-f) n* = 139/(1-0,1) n* = 154,444 dibulatkan menjadi 155 orang Ket:
n* = Besar sampel setelah dikoreksi f = Perkiraan proporsi drop out (0,1)
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini diambil secara stratifikasi – klaster 2 tingkat. Tingkat pertama adalah strata klasifikasi daerah yaitu berdasarkan wilayah Rukun Warga (RW) di kelurahan Tengah. Secara administrasi Kelurahan Tengah terdiri 10 RW yang digolongkan menjadi dua golongan yaitu lingkar dalam dan lingkar luar. Lingkar dalam RW yang 44 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
berdekatan dengan kantor Kelurahan ada 6 RW, yaitu RW 04, 06, 07, 08, 09, dan 10; sedangkan lingkar luar yang berjauhan dengan kantor Kelurahan 4 RW, yaitu RW 01, 02, 03 dan 05.
Tingkat kedua adalah klasifikasi kelompok usia yang ada di kelurahan Tengah berdasarkan hasil survey Mahasiswa Akper RS PGI Cikini Maret 2011 adalah 6 – 12 tahun: 271 orang; 13 – 18 tahun: 214 orang dan 19 – 25 tahun: 188 orang. Oleh karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya dari peneliti, maka dipilih secara random 4 RW yang paling berdekatan dengan pasar Induk Kramat Jati, yaitu RW 01, 03, 04 dan 07.
Cara pengambilan sampel dapat dilihat melalui skema di bawah ini.
Tingkat I: Memilih 4 RW yang dekat pasar induk
Tingkat II Memilih kelompok umur (13-18) tahun
RW 01 (37)
RW 03 (38)
RW 04 (40)
RW 07 (40)
Skema 4.1. Langkah pengambilan sampel stratifikasi - klaster 2 tingkat
45 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Tabel 4.1. Distribusi sampel pada wilayah RW di Kelurahan Tengah RW 01 03 04 07
Remaja 51 53 55 55 214
Remaja yang diteliti 51/214 X 155 = 37 orang 53/214 X 155 = 38 orang 55/214 X 155 = 40 orang 55/214 X 155 = 40 orang 155 orang
Kuesioner yang diedarkan adalah sebanyak 155 sesuai dengan perhitungan diatas, namun setelah dikumpulkan yang kembali hanya 149 eksemplar. Jumlah tersebut masih melebihi jumlah minimum dari rumus jumlah sampel. Jumlah kuesioner yang tidak dikembalikan ada 6 (enam) responden dengan alasan antara lain tidak bersedia 1 (satu) orang, tidak ada ditempat sewaktu diambil 2 (dua) orang dan usia responden melebihi 18 tahun 3 (tiga) orang.
4.3.
Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur. Berdasarkan wawancara dari petugas Puskesmas Kecamatan Kramatjati pada hari Kamis, 7 Juli 2011 didapat data bahwa di daerah tersebut banyak terdapat remaja berperilaku merokok. Orang tua di Kelurahan Tengah mayoritas pedagang dan sangat kurang perhatian terhadap anak remaja karena kesibukan. Di daerah tersebut menurut informasi tidak pernah dilakukan penelitian yang serupa.
Penelitian dimulai sejak bulan Februari 2011 sampai September 2011 yang diawali dengan pembuatan proposal, penyebaran angket sesuai sampel yang telah di dapat, kemudian dianalisa dan dibuat laporan (jadwal terlapir/lampiran 1).
46 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
4.4.
Etika Penelitian Manusia sering dilibatkan untuk berpartisipasi dalam penelitian. Maka dalam penelitian ini peneliti melindungi hak-hak anak remaja sebagai seorang manusia dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip etik dalam penelitian. Polit dan Hungler (1999) menyebutkan bahwa, ada 3 prinsip etik yang harus dipenuhi oleh seorang peneliti, yaitu: Beneficience, human dignity, dan justice.
4.4.1. Beneficience Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada remaja berisiko merokok. Pada penelitian ini dapat memberikan dampak positif secara tidak langsung bagi responden. Responden dapat mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan dan penyebab atau alasan mengapa remaja merokok. Dampak negatif yang mungkin dirasakan responden adalah kerahasiaan dari data yang diberikan tidak mengakibatkan keretakan dalam keluarga. Semua informasi yang diberikan tidak akan dibeberkan secara terbuka dengan tetap menjaga kerahasiaan. Peneliti tetap menjaga kerahasiaan yang ungkapkan oleh responden sehingga remaja tidak perlu takut kalau diketahui orang tua bahwa remaja merokok. Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden maka tidak perlu menulis nama responden cukup dengan inisial saja.
4.4.2. Human dignity Peneliti tetap menghormati hak responden untuk menentukan keikutsertaannya dalam mengisi kuesioner. Sebelum diberi kuesioner
diberikan
penjelasan
kepada
responden
tentang
penelitian yang dilakukan. Responden hanya diminta untuk mengisi kuesioner sesuai dengan apa yang dirasakan, dialami oleh remaja. Setelah responden bersedia, dan menandatangani lembar persetujuan atau informed concern sebagai bukti kesediaan menjadi responden. 47 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
4.4.3. Justice Prinsip ini diterapkan dengan cara memperlakukan setiap responden sama. Semua remaja yang sesuai kriteria inklusi memiliki hak yang sama untuk menjadi responden. Setelah selesai pengaambilan data semua mendapat informasi tentang bahaya rokok dan cara mengatasi masalah rokok dengan memberikan leaflet.
4.5.
Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan langsung kepada anak remaja yang berisiko merokok. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang berisi pertanyaan tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap risiko merokok pada remaja. Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:
4.5.1. Kuesioner faktor predisposisi Kuesioner digunakan untuk menilai faktor predisposisi pada penelitian ini dimodifikasi dari kuesioner Alamsyah, R.M, (2009) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok. Nilai uji validitas dan realibilitas berkisar 0,374-0,919 (r=0,936) dengan n=30 pada α:0,05. Peneliti memodifikasi bentuk kuesioner dari Multiple Choice Question (MCQ) menjadi Skala Likert karena peneliti mau melihat tanggapan responden terhadap pernyataan yang diajukan. Kuesioner ini menggunakan 16 pertanyaan terkait dengan faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan dan gengsi. Sub variabel pengetahuan terdiri dari 11 pernyataan. Pernyataan positif dengan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Pernyataan negatif nomor 10 dan 11. Sub variabel gengsi terdiri dari 5 perntayaan. Pernyataan positif dengan nomor 12. Pernyataan negatif dengan nomor 13, 14, 15, dan 16. Responden mengisi jawaban atau dengan memberikan tanda checklist () pada kolom yang disediakan. 48 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Bentuk pernyataan yang digunakan yaitu skala Likert dengan pernyataan positif dan negatif. Setiap pernyataan pada skala Likert memiliki empat pilihan dengan kriteria jawaban sebagai berikut: 3 = selalu, 2 = sering, 1 = kadang-kadang, 0 = tidak pernah untuk pernyataan positif dan sebaliknya 0 = selalu, 1 = sering, 2 = kadang-kadang, 3 = tidak pernah untuk pernyataan negatif. Hasil ukur untuk faktor-faktor distribusi terhadap risiko merokok pada remaja ini ditetapkan bahwa 1 = baik dengan (skor > mean) dan 0 = kurang dengan (skor < mean).
4.5.2. Kuesioner faktor penguat Kuesioner digunakan untuk menilai faktor penguat pada penelitian ini diambil dari konsep Mu’tadin (2002) alasan mengapa remaja merokok yang dikembangkan oleh peneliti. Data yang diambil aadalah data primer. Kuesioner ini menggunakan 21 pertanyaan terkait dengan faktor penguat yang meliputi pengaruh orang tua, pengaruh teman dan pengaruh iklan rokok. Sub variabel pengaruh orang tua memiliki 11 pernyataan. Pernyataan negatif semua dengan nomor 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26 dan 27. Sub variabel pengaruh teman memilki 5 pernyataan. Semua pernyatan negatif dengan nomor 28, 29, 30, 31, dan 32. Sub variabel pengaruh iklan rokok memiliki 5 pernyataan. Semua pernyataan negatif dengan nomor 33, 34, 35, 36, dan 37. Pernyataan faktor penguat ini semua negatif oleh karena peneliti melihat semua faktor mempengaruhi perilaku negatif remaja. Responden mengisi jawaban atau dengan memberikan tanda checklist () pada kolom yang disediakan.
Bentuk pernyataan yang digunakan yaitu skala Likert dengan pernyataan positif dan negatif. Setiap pernyataan pada skala Likert memiliki empat pilihan dengan kriteria jawaban sebagai berikut: 49 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
3 = selalu, 2 = sering, 1 = kadang-kadang, 0 = tidak pernah untuk pernyataan positif dan sebaliknya 0 = selalu, 1 = sering, 2 = kadang-kadang, 3 = tidak pernah untuk pernyataan negatif. Hasil ukur untuk faktor-faktor distribusi terhadap risiko merokok pada remaja ini ditetapkan bahwa 1 = baik dengan (skor > mean) dan 0 = kurang dengan (skor < mean).
4.5.3. Kuesioner faktor pemungkin Kuesioner digunakan untuk menilai faktor pemungkin pada penelitian ini dimodifikasi dari kuesioner Alamsyah, R.M, (2009) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok. Nilai uji validitas dan realibilitas berkisar 0,483-0,934 (r=0,978) dengan n=30 pada α:0,05. Peneliti memodifikasi bentuk kuesioner dari Multiple Choice Question (MCQ) menjadi Skala Likert karena peneliti mau melihat tanggapan responden terhadap pernyataan yang diajukan. Kuesioner ini menggunakan 12 pertanyaan terkait dengan faktor pemungkin yang meliputi sumber dana untuk merokok dan pedagang rokok. Sub variabel sumber dana untuk merokok memilki 8 pernyataan. Pernyataan positif dengan nomor 34. Pernyataan negatif dengan nomor 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, dan 45. Sub variabel pedagang rokok memiliki 4 pernyataan. Semua pernyataan negatif dengan nomor 46, 47, 48, dan 49. Pernyataan faktor pemungkin dibuat negatif karena peneliti melihat hamper semua faktor mempengaruhi perilaku negatif remaja. Responden mengisi jawaban atau dengan memberikan tanda checklist () pada kolom yang disediakan.
Bentuk pernyataan yang digunakan yaitu skala Likert dengan pernyataan positif dan negatif. Setiap pernyataan pada skala Likert memiliki empat pilihan dengan kriteria jawaban sebagai berikut: 3 = selalu, 2 = sering, 1 = kadang-kadang, 0 = tidak pernah untuk pernyataan positif dan sebaliknya 0 = selalu, 1 = sering, 2 = 50 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
kadang-kadang, 3 = tidak pernah untuk pernyataan negatif. Hasil ukur untuk faktor-faktor distribusi terhadap risiko merokok pada remaja ini ditetapkan bahwa 1 = mudah dengan (skor > mean) dan 0 = sulit dengan (skor < mean).
4.5.4. Kuesioner faktor demografi Kuesioner digunakan untuk menilai faktor demografi responden tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok. Kuesioner ini dikembangkan oleh peneliti dengan data primer, yaitu respon langsung dari responden mengisi kuesioner. Kuesioner demografi meliputi: pendidikan, suku bangsa dan usia. Pendidikan diisi sesuai dengan tingkat pendidikan yang pernah ditempuh, suku bangsa diisi sesuai garis keturunan ayah, dan usia ditulis sesuai umur dengan pembulatan. Nama dan Alamat dalam kuesioner ini hanya untuk memudahkan pada saat pengambilan data. Responden mengisi jawaban atau dengan memberikan tanda checklist () pada kolom yang disediakan.
4.5.5. Kuesioner faktor keluarga Kuesioner digunakan untuk menilai faktor keluarga pada penelitian ini dimodifikasi dari kuesioner Alamsyah, R.M, (2009) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok. Nilai uji validitas dan realibilitas berkisar 0,359-0,717 (r=0,888) dengan n=30 pada α:0,05. Peneliti memodifikasi bentuk kuesioner dari Multiple Choice Question (MCQ) menjadi Skala Likert karena peneliti dapat melihat respon responden terhadap pernyataan yang diajukan. Kuesioner ini menggunakan 11 pertanyaan terkait dengan faktor keluarga yang meliputi perhatian orang tua dan kehidupan keluarga.. Sub variabel perhatian orang tua memilki 6 pernyataan. Pernyataan positif dengan nomor 50, 51, 52, 53, dan 54 Pernyataan negatif dengan nomor 55. Sub variabel kehidupan keluarga memilki 5 pernyataan. Semua 51 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
pernyataan negatif
dengan nomor 56, 57, 58, 59 dan 60.
Responden mengisi jawaban atau dengan memberikan tanda checklist () pada kolom yang disediakan.
Bentuk pernyataan yang digunakan yaitu skala Likert dengan pernyataan positif dan negatif. Setiap pernyataan pada skala Likert memiliki empat pilihan dengan kriteria jawaban sebagai berikut: 3 = selalu, 2 = sering, 1 = kadang-kadang, 0 = tidak pernah untuk pernyataan positif dan sebaliknya 0 = selalu, 1 = sering, 2 = kadang-kadang, 3 = tidak pernah untuk pernyataan negatif. Hasil ukur untuk faktor-faktor distribusi terhadap risiko merokok pada remaja ini ditetapkan bahwa 1 = baik dengan (skor > mean) dan 0 = kurang dengan (skor < mean).
4.5.6. Kuesioner remaja berisiko merokok Kuesioner pada penelitian ini menggunakan 1 pernyataan terkait dengan kebiasaan merokok remaja. Kuesioner diisi responden dengan memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda checklist () pada kolom yang disediakan. Skor Kebiasaan merokok adalah 1 dan 0 untuk tidak merokok. Bentuk pertanyaan adalah ya atau tidak dengan skala nominal.
Pernyataan gengsi dibuat lebih banyak negatif karena peneliti melihat bahwa gengsi adalah hal negatif. Pernyataan faktor penguat dibuat semua negatif karena peneliti menilai pengaruh orang tua, teman dan iklan mengakibatkan perilaku negatif.
Pernyataan pedagang rokok dibuat
negatif karena peneliti melihat dengan adanya pedagang rokok membuat perilaku negatif. Sedangkan kehidupan keluarga dibuat semua negatif karena peneliti melihat kehidupan keluarga yang tidak harmonis yang mempengaruhi perilaku anak.
52 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Tabel 4.2. Jumlah kuesioner sebelum dan sesudah di uji coba No
Variabel
1.
Faktor Predisposisi a. Pengetahuan b. Gengsi Faktor Penguat a. Pengaruh orangtua b. Pengaruh teman c. Pengaruh iklan Faktor Pemungkin a. Sumber dana b. Pedagang rokok Faktor Demografi a. Pendidikan b. Suku bangsa c. Usia Faktor Keluarga a. Perhatian orangtua b. Kehidupan keluarga Remaja beresiko merokok
2.
3.
4.
5.
6.
4.6.
Pertanyaan (+) (-)
Pertanyaan sebelum diuji
Pertanyaan setelah diuji
9 1
2 4
11 5
11 5
-
11 5 5
11 5 5
10 5 5
1 -
7 4
8 4
8 4
1 1 1
1 1 1
6 5 1
6 5 1
5 -
1 5
Uji Instrumen Sebelum melakukan pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reabilitas dari kuesioner yang digunakan pada penelitian ini pada 30 responden yang juga berada di wilayah kerja kelurahan Tengah tetapi yang tidak terpilih ke dalam sampel penelitian di RW 09 dan 02. Tujuan uji coba kuesioner ini adalah untuk mengetahui tingkat validitas (kesahihan) dan reliabilitas (konsistensi) dari instrumen yang digunakan dalam penelitian. Validity berarti sejauhmana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Reabilitas suatu ukuran yang menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih dengan alat ukur yang sama (Hastono, 2007).
Untuk menguji validitas instrument dilakukan uji korelasi dengan metoda Pearson Product Moment (r) antara skor masing-masing pertanyaan 53 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
dengan skor totalnya. Pertanyaan dikatakan valid yaitu skor pernyataan tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Pernyataan valid dengan r hitung > r tabel. Pertanyaan yang tidak valid dibuang dan pertanyaan yang valid selanjutnya diuji reliabilitasnya. Instrument dikatakan reliable yaitu dengan melihat nilai alpha chrombach, lalu dibandingkan dengan r tabel. Kuesioner reliable dengan r alpha > r tabel, (Hastono, 2007).
Tabel 4.3. Hasil Uji coba kuesioner No
1.
2.
Pernyataan sebelum uji coba
Pernyataan setelah uji coba
Validitas
Reliabiltas
Faktor Predisposisi a. Pengetahuan
11
11
0,843
b. Gengsi
5
5
0,510 s/d 0,920 0,734 s/d 0,886
Faktor Penguat a. Pengaruh orangtua b. Pengaruh teman
11
10
0,920
5
5
5
5
0,376 s/d 0,902 0,630 s/d 0,769 0,667 s/d 0,833
Faktor Pemungkin a. Sumber dana
8
8
0,929
b. Pedagang rokok
4
4
0,568 s/d 0,941 0,626 s/d 0,906
6
6
0,965
5
5
0,848 s/d 0,916 0,624 s/d 0,907
Variabel
c. Pengaruh iklan 3.
4.
Faktor Keluarga a. Perhatian orangtua b. Kehidupan keluarga
0,934
0,872 0,900
0,855
0,882
Kuesioner variabel pengaruh orang tua sebanyak 11 pernyataan, ternyata pernyataan nomor 11 memiliki nilai corrected item-Total correlation (0,264) dibawah r tabel sebesar 0,361 artinya bahwa pernyataan tersebut tidak valid. Selanjutnya pernyataan yang tidak valid dibuang, dilihat tidak merubah kemaknaan dari pernyataan karena bukan merupakan pernyataan 54 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
inti dan diuji reliabiltasnya. Hasilnya nilai alpha chrombach (0,920) lebih besar dari r tabel (0,361) berarti memiliki hasil valid dan reliable. Kuesioner variabel pengetahuan, gengsi, pengaruh teman, pengaruh iklan, sumber dana untuk merokok, pedagang rokok, perhatian orang tua dan kehidupan keluarga memiliki hasil valid dan reliable.
4.7.
Prosedur Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan dengan tahap prosedur sebagai berikut: 4.7.1. Menyelesaikan prosedur administratif penelitian berupa surat lolos kaji etik dari komite etik FIK UI (lampiran 2). 4.7.2. Mengajukan secara tertulis surat permohonan izin untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tengah, Kramatjati, Jakarta Timur yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan DKI (lampiran 3). 4.7.3. Setelah mendapatkan
ijin, kemudian diteruskan pada Kepala
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur (lampiran 4). 4.7.4. Setelah keluar Surat Keputusan Walikota Jakarta Timur No. 166/2011 tentang Pemberian Izin Survey, Angket dana/atau Poling Pendapat Masyarakat, dilanjutkan kepada Camat Kramatjati dan Lurah Tengah Kota Administrasi Jakarta Timur. (lampiran 5) 4.7.5. Untuk mengumpulkan data peneliti menggunakan tenaga bantuan dari mahasiswa Akper RS PGI Cikini dan kader yang sebelumnya dilakukan pelatihan untuk menyamakan persepsi pada hari Kamis, tanggal 11 Agustus 2011. 4.7.6. Untuk teknis penelitian, peneliti memilih sampel dengan menggunakan kerangka sampling yang ada di wilayah kerja puskesmas Kelurahan Tengah. 4.7.7. Setelah mendapatkan nama-nama sampel yang terpilih, peneliti mendatangi rumah calon responden untuk meminta kesediaan menjadi responden dengan memberikan penjelasan tentang 55 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
penelitian yang dilakukan sesuai yang tertulis pada surat permohonan menjadi responden. 4.7.8. Setelah responden memahami dan menyetujui, barulah dilakukan pengumpulan data dan terlebih dahulu dijelaskan bagaimana cara mengisi kuesioner yang berisi tentang data demografi, faktorfaktor yang berkontribusi terhadap risiko merokok pada remaja dan remaja berisiko merokok. 4.7.9. Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk mengisi kuesioner tanpa dipengaruhi oleh peneliti. 4.7.10. Responden diberikan kebebasan untuk mengisi sesuai dengan yang dialaminya. 4.7.11. Mengumpulkan kuesioner dan dilakukan pengecekan apakah semua pertanyaan sudah diisi. 4.7.12. Bila masih ada pertanyaan yang belum lengkap, maka responden diminta untuk melengkapinya. 4.7.13. Selanjutnya kuesioner yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisa data.
4.8.
Pengolahan dan Analisis Data 4.8.1. Pengolahan data Menurut Hastono (2007), pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 4.8.1.1 Editing Melakukan pengecekan kembali dari hasil setiap jawaban yang sudah terkumpul apakah semua pertanyaan sudah terisi jawabannya, tulisan cukup jelas terbaca, jawaban relevan dengan pertanyaan. 4.8.1.2 Coding Setiap jawaban diberi kode untuk memudahkan dalam menganalisa data. Pada kuesioner untuk variabel faktorfaktor yang berkontribusi terhadap remaja berisiko merokok, faktor predisposisi, faktor penguat, faktor 56 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
pemungkin, faktor demografi, faktor keluarga. Untuk varibel pendidikan 1=SD, 2=SMP, 3=SMA, 4=Diploma, 5=Sarjana. Variabel suku bangsa 1=betawi, 2=sunda, 3=jawa, 4=lain-lain. 4.8.1.3 Entry Memproses data, dari hasil koding, selanjutnya melakukan entry data ke dalam komputer. 4.8.1.4 Cleaning Data yang telah dimasukkan, diperiksa kembali untuk memastikan data telah lengkap dan benar-benar bersih dari kesalahan. Pembersihan data dilakukan dengan cara mengetahui missing data, mengetahui variasi data, dan mengetahui konsistensi data.
4.8.2. Analisis data Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat 4.8.2.1 Analisis univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendeskriptifkan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Data yang dianalisis univariat pada penelitian ini adalah data numerik yaitu usia disajikan ukuran tengah (mean), Standard deviasi, minimal dan maksimal sedangkan data kategorik, yaitu pengetahuan, gengsi, pengaruh orang tua, pengaruh teman, pengaruh iklan, sumber dana untuk merokok, pedagang rokok, pendidikan, suku bangsa, perhatian orang tua dan kehidupan keluarga yang disajikan dengan distribusi frekuensi dengan persentase.
4.8.2.2 Analisis bivariat Analisa ini digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel bebas (faktor-faktor yang berkontribusi 57 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
terhadap remaja berisiko merokok) dan variabel terikat remaja berisiko merokok). Uji statistik yang digunakan yaitu uji chi-square karena variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependen) pada penelitian ini merupakan data kategorik dan untuk data numerik menggunakan uji t independent.
Tabel 4.4.Analisa hubungan antara variabel independen dengan dependen Variabel Variabel Independen Uji Statistik Dependen Pengetahuan Remaja beresiko Chi-square Gensi Remaja beresiko Chi-square Faktor predisposisi Remaja beresiko Chi-square Pengaruh orang tua Remaja beresiko Chi-square Pengaruh teman Remaja beresiko Chi-square Pengaruh iklan Remaja beresiko Chi-square Faktor penguat Remaja beresiko Chi-square Sumber dana untuk merokok Remaja beresiko Chi-square Pedagang rokok Remaja beresiko Chi-square Faktor pemungkin Remaja beresiko Chi-square Pendidikan Remaja beresiko Chi-square Suku bangsa Remaja beresiko Chi-square Usia Remaja beresiko Uji t independen Perhatian orang tua Remaja beresiko Chi-square Kehidapan keluarga Remaja beresiko Chi-square Faktor keluarga Remaja beresiko Chi-square
58 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
BAB 5 HASIL PENELITIAN
Bab ini menyajikan hasil penelitian tentang analisa faktor-faktor yang berkontribusi terhadap remaja berisiko merokok
di Kelurahan Tengah,
Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Penelitian dilaksanakan selama kurun waktu empat minggu, dimulai 13 Agustus 2011 sampai 10 September 2011. Penyajian data hasil penelitian ini terdiri dari analisa univariat dan bivariat yang sebelumnya telah dilakukan analisis dengan menggunakan uji statistik. Adapun secara lengkap hasil penelitian disajikan sebagai berikut:
5.1.
Analisa Univariat Analisa
univariat
karakteristik
variabel
berguna
untuk
menjelaskan/mendeskripsikan
faktor predisposisi, faktor penguat,
faktor
pemungkin, faktor demografi, dan faktor keluarga. Semua data dilakukan analisis dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05). Variabel dalam bentuk kategorik dijelaskan dengan menggunakan distribusi frekuensi dan persentase, sedangkan bentuk numerik dijelaskan dengan menggunakan mean, standard deviasi, minimum dan maksimum.
5.1.1. Faktor predisposisi Distribusi faktor predisposisi remaja di kelurahan Tengah dalam penelitian ini terdiri dari pengetahuan remaja tentang bahaya rokok dan gengsi remaja untuk merokok, dapat dilihat pada tabel 5.1.
Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukan bahwa faktor predisposisi remaja baik (59,1%), pengetahuan remaja tentang bahaya merokok baik (62,4%), dan gengsi remaja untuk merokok baik (62,4%).
59 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan faktor predisposisi (pengetahuan dan gengsi) remaja di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011 (n=149) Variabel Faktor predisposisi Baik Kurang a. Pengetahuan Baik Kurang b. Gengsi Baik Kurang
Jumlah N
Persentase %
88 61
59,1 40,9
93 56
62,4 37,6
93 56
62,4 37,6
5.1.2. Faktor penguat Distribusi faktor penguat remaja di kelurahan Tengah terdiri dari pengaruh orang tua, pengaruh teman dan pengaruh iklan, dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut: Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan faktor penguat remaja di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011 (n=149) Variabel Faktor penguat Baik Kurang a. Pengaruh orang tua Baik Kurang b. Pengaruh teman Baik Kurang c. Pengaruh iklan Baik Kurang
Jumlah N
Persentase %
73 76
49,0 51,0
71 78
47,7 52,3
92 57
61,7 38,7
78 71
52,3 47,7
60 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukan bahwa faktor penguat dirasakan kurang (51,0%), pengaruh orang tua masih dirasakan kurang (52,3%), tetapi pengaruh teman
baik (61,7%), dan
pengaruh iklan juga baik (52,3%).
5.1.3. Faktor pemungkin Distribusi faktor pemungkin dalam penelitian ini mencakup sumber dana untuk merokok dan kehadiran pedagang rokok sebagaimana terlihat pada tabel 5.3 dibawah ini Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan faktor pemungkin (sumber dana untuk merokok dan pedagang rokok) di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011 (n=149) Variabel
Jumlah N
Persentase %
56 93
37,6 62,4
50 99
33,6 66,4
75 74
50.3 49,7
Faktor pemungkin Mudah Sulit a. Sumber dana Mudah Sulit b. Pedagang rokok Mudah Sulit
Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukan bahwa faktor pemungkin sulit didapat (62,4%), sumber dana untuk merokok bagi remaja di kelurahan Tengah termasuk sulit didapat (66,4%), hanya pedagang rokok mudah didapat (50,3%).
5.1.4. Faktor demografi Faktor demografi mencakup pendidikan, suku bangsa dan usia remaja. Dapat dilihat pada tabel 5.4 dan tabel 5.5 dibawah ini
Tabel 5.4 61 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Distribusi frekuensi faktor demografi (Pendidikan dan Suku bangsa) remaja di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011 (n=149) Variabel Pendidikan SD SMP SMA Suku bangsa Betawi Sunda Jawa Minang Batak Palembang Sangir
Jumlah N
Persentase %
21 80 48
14 53 32,2
74 30 37 2 3 2 1
49 20 24 1 2 1 0,7
Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukan bahwa pendidikan remaja di Kelurahan Tengah SMP (53,7%) dan suku Betawi 49,7%
Tabel 5.5 menunjukan bahwa usia rata-rata remaja di Kelurahan Tengah 16,12 tahun (95% CI: 15,84-16,40), dengan standard deviasi 1,747 tahun. Usia termuda 12 tahun dan tertua 18 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata usia remaja adalah diantara 15,84 sampai dengan 16,40 tahun. Tabel 5.5 Distribusi rata-rata faktor demografi (usia) remaja di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011 (n=149) Variabel Usia
Mean 16,12
SD 1,747
Minimal-Maksimal 12-18
5.1.5. Faktor keluarga 62 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
95% CI 15,84-16,40
Distribusi faktor keluarga mencakup perhatian orangtua dan kehidupan keluarga dapat dilihat pada Tabel 5.6 di bawah ini
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi faktor keluarga (perhatian orang tua dan kehidupan keluarga) pada remaja di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011 (n=149) Variabel
Jumlah n
Persentase %
82 67
55,0 45,0
86 63
57,7 42,3
97 52
65,1 34,9
Faktor keluarga Baik Kurang a. Perhatian orang tua Baik Kurang b. Kehidupan keluarga Baik Kurang
Berdasarkan data pada Tabel 5.6 menujukan bahwa faktor keluarga baik (55,0%), perhatian orang tua yang baik (57,7%), dan kehidupan keluarga yang baik (65,1%).
5.1.6. Risiko merokok Risiko merokok pada remaja dapat dilihat dari Tabel 5.7 dibawah ini
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi risiko merokok pada remaja di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011 (n=149) Jumlah N 49 100
Remaja Merokok Tidak merokok
Persentase % 32,9 67,1
Tabel 5.7 menunjukan bahwa remaja merokok di kelurahan Tengah masih ada sebesar (32,9%) 63 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
5.2.
Analisa Bivariat Analisa bivariat berguna untuk melihat hubungan antara faktor-faktor yang berkontribusi terhadap remaja berisiko merokok. Angka kejadian perilaku merokok pada remja di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur dapat dilihat dibawah ini
5.2.1. Hubungan faktor predisposisi terhadap remaja berisiko merokok Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa pengetahuan yang kurang tentang bahaya merokok dapat membuat remaja berisiko merokok (62,5%) dibandingkan dengan pengetahuan remaja yang baik (15,1%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 (95% CI: 0,049 – 0,233) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan terhadap remaja berisiko merokok.
Tabel 5.8 Hubungan faktor predisposisi terhadap remaja berisiko merokok di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011 (n=149 ) Faktor-faktor yang berkontribusi F predisposisi Kurang Baik Jumlah a.Pengetahuan Kurang Baik Jumlah b.Gengsi Kurang Baik Jumlah
Remaja berisiko merokok Tidak Merokok Total merokok N % N % n %
OR (95% CI)
X2 P value
23 77 100
37,7 87,5 67,1
38 11 49
62,3 12,5 32,9
61 88 149
100 100 100
0,086 (0,038-0,196)
0,000
21 79 100
37,5 84,9 67,1
35 14 49
62,5 15,1 32,9
56 93 149
100 100 100
0,106 (0,049-0,233)
0,000
24 76 100
42,9 81,7 67,1
32 17 49
57,1 18,3 32,9
56 93 149
100 100 100
0,168 (0,080-0,354)
0,000
64 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Gengsi yang kurang dapat membuat remaja berisiko merokok (57,15%) dibandingkan dengan gengsi yang baik (18,3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 (95% CI: 0,080 – 0,354) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara gengsi terhadap remaja berisiko merokok. Secara keseluruhan faktor predisposisi yang kurang dapat membuat remaja berisiko merokok (62,3%) dibandingkan dengan faktor predisposisi yang baik (12,5%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 (95% CI: 0,038 – 0,196) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor predisposisi terhadap remaja berisiko merokok.
5.2.2. Hubungan faktor penguat terhadap remaja berisiko merokok Tabel 5.9 menunjukkan bahwa pengaruh orang tua yang kurang dapat membuat remaja berisiko merokok (39,7%) dibandingkan dengan pengaruh orang tua yang baik (25,4%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,090 (95% CI: 0,255 – 1,038) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengaruh orang tua terhadap remaja berisiko merokok. Pengaruh teman yang kurang dapat membuat remaja berisiko merokok (66,7%) dibandingkan dengan pengaruh teman yang baik (12,0%). Hasil statistik diperoleh p value = 0,000 (95% CI: 0,029 – 0,157) maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengaruh teman terhadap remaja berisiko merokok. Pengaruh iklan yang kurang dapat membuat remaja berisiko merokok (45,1%) dibandingkan dengan pengaruh iklan yang baik (21,8%). Hasil statistik diperoleh p value = 0,004 (95% CI: 0,167– 0,692) maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pengaruh iklan terhadap remaja berisiko merokok.
65 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Tabel 5.9 Hubungan faktor penguat terhadap remaja berisiko merokok di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011 (n=149 ) Faktor-faktor yang berkontribusi F penguat Kurang Baik Jumlah a.P ortu Kurang Baik Jumlah b.P teman Kurang Baik Jumlah c.P iklan Kurang Baik Jumlah
Remaja berisiko merokok Tidak Merokok Total merokok N % N % N %
OR (95% CI)
X2 P value
41 59 100
53,9 80,8 67,1
35 14 49
46,1 19,2 32,9
76 73 149
100 100 100
0,278 (0,133-0,581)
0,001
47 53 100
60,3 74,6 67,1
31 18 49
39,7 25,4 32,9
78 71 149
100 100 100
0,515 (0,255-1,038)
0,090
19 81 100
33,3 88,0 67,1
38 11 49
66,7 12,0 32,9
57 92 149
100 100 100
0,068 (0,029-0,157)
0,000
39 61 100
54,9 78,2 67,1
32 17 49
45,1 21,8 32,9
71 78 149
100 100 100
0,340 (0,167-0,692)
0,004
Secara keseluruhan faktor penguat yang kurang dapat membuat remaja berisiko merokok (46,1%) dibandingkan dengan faktor penguat yang baik (19,2%). Hasil statistik diperoleh nilai p value= 0,001 (95% CI: 0,133 – 0,581) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor penguat dengan remaja berisiko merokok.
5.2.3. Hubungan faktor pemungkin terhadap remaja berisiko merokok Berdasarkan tabel 5.10 menjelaskan bahwa sumber dana untuk merokok yang mudah dapat membuat remaja berisiko merokok (68,0%) dibandingkan dengan sumber dana yang sulit (15,2%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 (95% CI: 0,037 – 0,189) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sumber dana untuk merokok terhadap remaja berisiko merokok. Kehadiran pedagang rokok yang mudah dapat membuat remaja berisiko merokok (34,7%) sedikit lebih besar 66 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
dibandingkan dengan kehadiran pedagang rokok yang sulit (31,1%).
Tabel 5.10 Hubungan faktor pemungkin terhadap remaja berisiko merokok di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011 (n=149 ) Faktor-faktor yang berkontribusi
Remaja berisiko merokok Tidak Merokok Total merokok N % N % N %
Faktor pemungkin Sulit 71 Mudah 29 Jumlah 100 a. Sumber dana Sulit 84 Mudah 16 Jumlah 100 b. Pedagang rokok Sulit 51 Mudah 49 Jumlah 100
OR (95% CI)
X2 P value
76,3 51,8 67,1
22 27 49
23,7 48,2 32,9
56 93 149
100 100 100
0,333 (0,164-0,677)
0,004
84,8 32,0 67,1
15 34 49
15,2 68,0 32,9
99 50 149
100 100 100
0,084 (0,037-0,189)
0,000
68,9 65,3 67,1
23 26 49
31,1 34,7 32,9
74 75 149
100 100 100
0,850 (0,429-1,685)
0,771
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,771 (95% CI: 0,429 – 1,685) dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kehadiran pedagang rokok terhadap remaja berisiko merokok. Secara keseluruhan faktor pemungkin yang mudah dapat membuat remaja berisiko merokok (48,2%) lebih besar dibandingkan dengan yang sulit (23,7%). Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,004 (95% CI: 0,164 – 0,677) dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor pemungkin terhadap remaja berisiko merokok.
5.2.4. Hubungan faktor demografi terhadap remaja berisiko merokok 67 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Berdasarkan tabel 5.11 menjelaskan bahwa pendidikan remaja tamat SMA (39,6%) lebih besar dibandingkan dengan remaja tamat SMP (35,0%) dan juga remaja tamat SD (9,5%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,24 α = 0,05 maka dapa disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan terhadap remaja berisiko merokok.
Tabel 5.11 Hubungan faktor demografi terhadap remaja berisiko merokok di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011 (n=149 ) Faktor-faktor yang berkontribusi Pendidikan SD
Remaja berisiko merokok Tidak Merokok Total merokok N % N % N % 19
90,5
2
9,5
21
100
SMP
42
65,0
28
35,0
80
100
SMA Jumlah Suku bangsa Jawa Luar jawa Jumlah
29 100
60,4 67,1
19 49
39,6 32,9
48 149
100 100
96 4 100
68,1 50,0 67,1
45 4 49
31,9 50,0 32,9
141 8 149
100 100 100
OR
X2
(95% CI)
P value
0,161 (0,034-0,770) 0,822 (0,393-1,720) 1
0,24
2,133 (0,510-8,918)
0,501
Suku bangsa remaja dari luar jawa (50,0%) lebih besar dibandingkan dengan dari jawa (31,9%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,501 (95% CI: 0,510 – 8,918) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara suku bangsa terhadap remaja berisiko merokok. Hasil analisa diperoleh OR = 2,133 berarti suku banga luar jawa berpeluang 2,133 kali lebih banyak dari suku jawa.
Tabel 5.12
68 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Hubungan usia terhadap remaja berisiko merokok di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011 (n=149 ) Kebiasaan Merokok Remaja Merokok Tidak merokok
Mean
SD
SE
P value
N
16,65 15,86
1,408 1,824
0,201 0,184
0.34
49 100
Tabel 5.12 menunjukkan bahwa rata-rata usia remaja merokok di kelurahan Tengah adalah 16,65 tahun lebih tinggi dari rata-rata tidak merokok (15,86). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,34; α = 0,05 berarti tidak ada hubungan antara usia terhadap remaja berisiko merokok. Hasil analisa standard deviasi remaja tidak merokok lebih besar peluang 1,824 dibandingkan dengan standard devasi remaja merokok 1,408.
5.2.5. Hubungan faktor keluarga terhadap remaja berisiko merokok
Tabel 5.13 Hubungan faktor keluarga terhadap remaja berisiko merokok di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Bulan September 2011 (n=149 ) Faktor-faktor yang berkontribusi
Remaja berisiko merokok Tidak Merokok Total merokok N % N % N %
Faktor keluarga Kurang 36 Baik 64 Jumlah 100 a. Perhatian ortu Kurang 32 Baik 68 Jumlah 100
OR (95% CI)
X2 P value
53,7 78,0 67,1
31 18 49
46,3 22,0 32,9
67 82 149
100 100 100
0.327 (0,161-0,664)
0,003
50,8 79,1 67,1
31 18 49
49,2 20,9 32,9
63 86 149
100 100 100
0,273 (0,133-0,560)
0,001
61,5 70,1 67,1
20 29 49
38,5 29,9 32,9
52 97 149
100 100 100
0,682 (0,336-1,385)
0,380
b. Kehidupan klg
Kurang Baik Jumlah
32 68 100
Tabel 5.13 menunjukkan bahwa perhatian orang tua yang kurang pada remaja berpotensi mrokok sebesar (49,2%) dibandingkan 69 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
dengan perhatian orang tua yang baik (20,9%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,001 (95% CI: 0,133 – 0,560) dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perhatian orang tua terhadap remaja berisiko merokok.
Kehidupan keluarga yang kurang harmonis berpotensi merokok sebesar (38,5%) dibandingkan dengan kehidupan keluarga yang baik (29,9%). Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,380 (95% CI: 0336 – 1,385) dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kehidupan keluarga terhadap remaja berisiko merokok. Faktor keluarga yang kurang berpotensi merokok sebesar (46,3%) dibandingkan dengan faktor keluarga yang baik (22,0%). Hasil uji statistic diperoleh nilai p value = 0,003 (95% CI: 0,161 – 0,664) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor keluarga terhadap remaja berisiko merokok.
70 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
BAB 6 PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan hasil penelitian yang meliputi interprestasi dan diskusi hasil penelitian dari masing-masing variabel penelitian dikaitkan dengan teori dan hasil penelitian yang telah ada. Selain itu dalam pembahasan ini peneliti menjelaskan tentang keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan serta implikasi hasil penelitian terhadap pelayanan dan pengembangan ilmu keperawatan.
6.1.
Interprestasi dan Diskusi Hasil Penelitian 6.1.1. Faktor Predisposisi (pengetahuan dan gengsi) Hasil penelitian menemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor predisposisi terhadap remaja berisiko merokok di Kelurahan Tengah. Hasil analisa bivariat didapati bahwa remaja yang memiliki pengetahuan kurang tentang bahaya merokok lebih berisiko merokok dari pada yang memiliki pengetahuan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Green L. dalam Glanz K (2002) adalah alasan remaja merokok, pengetahuan remaja tentang bahaya rokok, dan gengsi. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang. Peneliti melihat bahwa di Kelurahan Tengah dua RW dari empat RW yang diteliti sangat kooperatif untuk melakukan tindakan untuk mengurangi perilaku merokok bagi remaja. Dari pantauan informal terlihat bahwa Ketua RW meminta untuk dilakukan penyuluhan kepada remaja di RW tersebut.
Temuan di Kelurahan Tengah berbeda dengan yang ditemukan oleh Iqbal (2008) yang
melihat pengetahuan remaja di suatu
daerah memiliki pengetahuan remaja tentang rokok masih rendah, namun demikian di daerah tersebut remaja yang menyatakan pernah merokok jauh lebih besar dengan di daerah tempat 71 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
penelitian ini yang hanya karena pertemuan budaya. Hal ini bahwa di Kelurahan Tengah sudah dilakukan penyuluhan bahaya merokok pada remaja di bulan Mei 2011, sehingga pengetahuan remaja tentang rokok jadi meningkat.
Menurut Chassin, dkk dan Murray, dkk dalam Sarafino (1994) menyebutkan bahwa perilaku merokok remaja disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang rokok dan sikap positif remaja terhadap merokok serta kurang percaya bahwa merokok dapat merusak kesehatan. Penelitian tersebut diatas mendukung hasil penelitian ini bahwa remaja yang memiliki kurang pengetahuan lebih berisiko merokok dindingkan dengan yang berpengetahuan baik.
Hasil penelitian terhadap gengsi remaja menunjukan bahwa gengsi remaja baik. Artinya remaja merasa harga diri tidak turun walaupun tidak merokok. Namun bila dianalisa secara bivariat menunjukan bahwa remaja yang memilkiki gengsi kurang lebih berisiko merokok bila dibandingkan dengan remaja yang memiliki gengsi baik. Smet (1994) mengatakan bahwa perilaku merokok remaja dipengaruhi oleh faktor sosio cultural (salah satunya adalah gengsi).
Peneliti berpendapat sekalipun pengetahuan remaja tentang bahaya rokok di kelurahan Tengah sudah baik, namun perlu terus diberikan informasi tentang bahaya merokok dalam bentuk penyuluhan kepada kelompok remaja guna mengurangi risiko merokok. Sekalipun gengsi remaja yang merasa tidak turun bila tidak merokok, namun perlu juga diberikan konseling kepada remaja untuk mengubah pendapat-pendapat yang tidak benar bila remaja tidak merokok dianggap banci atau remaja merokok agar kelihatan jantan. 72 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
6.1.2. Faktor Penguat Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor penguat terhadap remaja berisiko merokok. Lebih dalam diketahui bahwa hasil pengaruh orang tua terhadap remaja dirasakan masih kurang. Tidak ada hubungan antara pengaruh orang tua terhadap remaja berisiko merokok. Orang tua merokok tidak mempengaruhi anak menjadi perokok. Hal ini ditemukan oleh peneliti bahwa pola asuh orang tua terhadap anak remaja sudah baik sekalipun orang tua merokok namun melarang anaknya untuk melakukan merokok.
Mu’tadin (2002), mengatakan bahwa faktor penguat (alasan mengapa remaja berperilaku merokok) antara lain mencakup: pengaruh orang tua, pengaruh teman, dan pengaruh iklan. Hasil ini berbeda dengan hasil yang ditemukan peneliti di Kelurahan Tengah menurut peneliti bahwa selain pengetahuan remaja terhadap merokok baik dan juga pola asuh orang tua terhadap anak remaja juga baik.
Siagian F (2005) mengatakan bahwa remaja umur 10-24 tahun di Jakarta dan Sukabumi yang memiliki orang tua perokok akan memberikan pengaruh bagi anak menjadi perokok. Braverman, T M (2004) berpendapat bahwa pengaruh sosial (ayah, ibu, teman dan saudara) yang kuat dapat menjadi prediktor remaja merokok. Kedua peneliti diatas mengemukakan pendapat yang berbeda dengan
hasil
penelitian
ini.
Peneliti
berpendapat
untuk
membuktikan bahwa pola asuh orang tua terhadap remaja baik harus diteliti lebih lanjut.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa yang lebih berpengaruh terhadap remaja berisiko merokok adalah pengaruh teman. 73 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Pengaruh teman sangat memiliki hubungan yang signifikan terhadap remaja berisiko merokok. Hal ini terjadi karena adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangan remaja (Gatchel, 1989) dan perilaku merokok merupakan perilaku simbolisasi bagi remaja. Remaja merokok untuk menunjukan kejantanannya
terhadap
teman-temannya
khususnya
yang
berlawanan jenis kelamin. McGrow, et.al (1991) banyak remaja menjadi perokok karena pengaruh teman dan anggota keluarga yang merokok seperti orang tua dan saudara kandung. Pengaruh teman terhadap remaja berisiko merokok. Peneliti berpendapat bahwa karena pengaruh teman terhadap remaja berisiko merokok cukup tinggi, maka untuk mengurangi masalah merokok juga perawat komunitas memanfaatkan kelompok remaja dalam bentuk peer group.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengaruh iklan terhadap remaja berisiko merokok. Temuan ini sesuai Ertas Nevbahar (2006) mengatkan remaja yang memiliki teman merokok 13 kali lebih mungkin untuk menjadi perokok, promosi industri rokok menargetkan remaja sebagai sasaran agar menjadi perokok. Sudah bukan merupakan rahasia umum bahwa perusahaan rokok sengaja membuat rokok agar remaja menjadi ketagihan dalam merokok. Perusahaan rokok dalam membentuk opini remaja agar tertarik pada rokok, maka dalam iklan rokok ditampilkan seorang bintang yang sukses agar dapat ditiru oleh remaja. Hal inilah yang membuat pengaruh iklan cukup tinggi terhadap remaja berisiko merokok.
Utami dan Suryandari (2003) mengatakan bahwa iklan bisa dimanfaatkan untuk mengubah kecenderungan minat konsumen. Sargent, et.al (2005) mengungkapkan ekpose rokok yang 74 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
dilekatkan pada seseorang selebritis favorit sudah cukup mendorong remaja untuk meniru perilaku selebritis tersebut. Menurut peneliti sehubungan bahwa pengaruh iklan memiliki hubungan yang bermakna terhadap remaja berisiko merokok, maka penanganan perawat komunitas untuk mengurangi rrisiko merokok pada remaja maka perlu mengubah persepsi remaja bahwa dengan merokok maka remaja menjadi hebat bekerja atau jadi jagoan. Sekalipun rokok dapat membuat doping pada pemakainya namun itu hanya berlangsung sementara, tapi yang lebih besar pengaruhnya adalah pada kesehatan orang itu sendiri.
6.1.3. Faktor Pemungkin Hasil penelitian didapat bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor pemungkin terhadap remaja berisiko merokok. Faktor pemungkin yang mudah dapat membuat remaja berisiko merokok. Artinya bahwa faktor pemungkin dapat mempengaruhi remaja untuk berisiko merokok. Menurut Green L. dalam Glanz (2002) mengatakan bahwa faktor pemungkin adalah alasan remaja merokok mencaakup banyaknya rokok yang dijual artinya adanya penjual rokok di tempat tinggal remaja dan kemampuan atau biaya untuk membeli rokok. Paparan rokok yang tambah banyak di sekitar remaja dan kemiskinan membuat remaja berisiko merokok.
Penelitian terhadap remaja di Kelurahan Tengah ini termasuk sulit mendapatkan sumber dana untuk merokok. Hasil analisa bivariat menemukan bahwa remaja yang mudah mendapat sumber dana lebih berisiko merokok dibandingkan yang sulit. Sumber dana untuk merokok memiliki hubungan
yang signifikan terhadap
remaja berisiko merokok. Remaja berisiko merokok dapat dipengaruhi karena mereka memiliki sumber dana untuk merokok.
75 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Hal ini berbeda dengan hasil temuan dari Suryandari (2007) bahwa remaja mendapatkan sumber dana yang diperoleh dari uang jajan < 200 ribu per bulan berpeluang merokok lebih besar dari pada yang memperoleh 200–300 ribu per bulan. Kontra diktif dalam
penelitian
mungkin
ada faktor lain
seperti
yang
dikemukakan oleh Erikson dalam Gatchel, (1989) bahwa remaja yang
berisiko
merokok
adalah
mereka
yang
kesulitan
mendapatkan sumber dana mengalami krisis aspek psikososial dan sebagai pelarian adalah merokok.
Kehadiran pedagang rokok tidak ada hubungan terhadap remaja berisiko merokok. Namun dalam penelitian ini ditemukan bahwa kehadiran pedagang rokok yang mudah lebih berisiko merokok dibandingkan dengan kehadiran pedagang rokok yang sulit. Hal ini disebabkan karena lokasi penelitian berdekatan dengan pasar induk yang banyak terdapat pedagang rokok.
Penetian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Scott T. Leatherdale (2005) yang menemukan bahwa akses mendapatkan
rokok
bagi
remaja
membeli
sendiri
akan
memudahkan mereka menjadi perokok.. Elizabeth et.al (2007) mengatakan meskipun upaya pengendalian tembakau dalam mengurangi remaja merokok, pemasaran rokok tetap menjadi pengaruh kuat terhadap apakah remaja menjadi perokok pada usia dewasa muda.
Walaupun hasil uji statistik mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara kehadiran pedagang rokok terhadap remaja berisiko merokok namun secara umun faktor pemungkin yang mudah didapat ada hubungan terhadap remaja berisiko merokok. Artinya bahwa kemudahan mendapatkan faktor pemungkin (sumber dana untuk merokok dan kehadiran pedagang rokok) 76 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
dapat memungkin remaja menjadi perokok. Peneliti belum meneliti lokasi remaja merokok apakah di lingkungan tempat tinggal atau di luar sehingga kehadiran pedagang rokok di lingkungan tempat tinggal remaja tidak ada hubungan. Karena kemungkinan remaja mendapatkan rokok bukan dari warung di lingkungan melainkan di luar lingkungan atau dari teman sebaya.
6.1.4. Faktor Demografi Hasil penelitian ini diketahui bahwa pendidikan remaja di kelurahan Tengah mayoritas lulus SMP. Hasil analisa diketahui remaja yang memiliki tingkat pendidikan SMA lebih mungkin berisiko merokok dibandingkan remaja tamat SMP dan SD. Hal ini menunjukan bahwa remaja yang pendidikannya tinggi lebih berisiko merokok, karena merasa lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Remaja berpendidikan SMA tidak memiliki hubungan terhadap risiko merokok.
Hal ini sesuai dengan faktor demografi menurut Smet (1994) bahwa
seseorang
merokok
karena
faktor-faktor
tingkat
pendidikan, penelitian juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Ertas Nevbahar (2006) yang mengatakan remaja yang memiliki tingkat pendidikan High Schools setingkat SMA memiliki peluang lebih tinggi yang rentan terhadap merokok > 5% dari non perokok. Timothy R. Jordan et.al (2005) menemukan dalam penelitiannya bahwa remaja lulusan SMA pernah berperilaku merokok. Peneliti melihat remaja yang mempunyai pendidikan lebih tinggi lebih berisiko untuk merokok. Hal ini kemungkinan karena remaja yang lulus SMA lebih dewasa dan merasa lebih bertanggung jawab. Oleh karena itu perlunya pengawasan kepada setiap anak remaja sampai mereka dianggap sudah mandiri.
77 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Analisa suku bangsa bagi remaja di Kelurahan Tengah didapat suku bangsa di luar jawa lebih besar dibanding dengan remaja dari pada suku yang ada di jawa. Namun hal ini tidak kuat bila dilihat jumlah remaja yang berasal dari suku luar jawa yang hanya sedikit 8 orang dari 149 responden.
Peneliti lebih setuju dengan pendapat Willis, S.S. (2009) bahwa kehidupan keluarga tidak terlepas dari system nilai yang ada di masyarakat, antara lain: nila-nilai agama, adat istiadat, sosial dan degradasi kesakralan keluarga. Adat istiadat sangat dipengaruhi oleh suku bangsa dan selanjutnya mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak remaja.
Hasil analisa usia remaja setelah dilakukan dengan menggunakan uji T diketahui usia remaja rata-rata yang merokok adalah 16, 56 tahun. Tidak jauh beda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Timothy R. Jordan (2005) usia terbanyak merokok adalah 16 tahun. Hasil temuan ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prambandari (1994) dalam Astuti (2007) kebanyakan remaja mulai merokok pada usia 15 -17 tahun. Menurut Braverman, T. Marc (2004) menemukan seseorang menjadi perokok pada usia 20 tahun. Hasil yang ditemukan peneliti ini dapat disimpulkan bahwa usia remaja yang merokok pada penelitian ini sebanding bila dilihat tingkat pendidikan remaja berisiko merokok tamat SMA.
Peneliti melihat walaupun tidak ada hubungan antara faktor demografi (tingkat pendidikan, suku bangsa dan usia) terhadap remaja berisiko merokok, namun tetap yakit bahwa faktor demografi berpengaruh pada remaja berisiko merokok. Suku bangsa bila dilihat dari segi budaya bahwa hamper semua suku
78 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
bangsa di Indonesia menggunakan rokok sebagai alat untuk persahabatan.
6.1.5. Faktor Keluarga Hasil analisa penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor keluarga terhadap remaja berisiko merokok. Faktor keluarga remaja yang kurang berpotensi untuk berisiko merokok. Remaja di Kelurahan Tengah menunjukkan bahwa faktor keluarga baik. Faktor keluarga menurut Willis (2008) mengatakan bahwa faktor penyebab kenakalan remaja dan perilaku merokok antara lain: anak kurang mendapat perhatian orang tua, dan kehidupan keluarga. Peneliti berpendapat bahwa faktor keluarga lebih melihat pada pola asuh orang tua secara umum kepada remaja, sehingga kuesionernya juga hanya secara umum. Sebaiknya lebih difokuskan pada faktor keluarga terhadap remaja berisiko merokok.
Hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara perhatian orang tua terhadap remaja berisiko merokok. Remaja yang kurang mendapat perhatian dari orang tua lebih berpotensi merokok dibandingkan dengan remaja yang mendapat perhatian orang tua. Mariel Droomers et.al (2005) menemukan remaja yang memiliki keterikatan pada orang tua rendah akan lebih mudah menjadi perokok. Hal ini terbukti bahwa perhatian orang tua berpengaruh terhadap remaja berisiko merokok. Oleh karena itu untuk menurunkan risiko merokok pada remaja dapat dilakukan melalui pendekatan orang tua dalam memberikan perhatian yang cukup terhadap anak remaja.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara kehidupan keluarga terhadap remaja berisiko merokok. Analisa kehidupan keluarga yang kurang harmonis lebih berpotensi 79 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
merokok dibandingkan dengan keluarga yang harmonis. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa remaja yang memiliki kehidupan keluarga kurang harmonis mengalami stress dan mereka mencari pemecahan masalah di luar rumah dengan merokok. Sesuai dengan pendapat Brigham (1991) bahwa perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Hubungan antara orang tua sangat berpengaruh terhadap perilaku anak remaja untuk melakukan perilaku merokok. Peneliti berpendapat bahwa dukungan keluarga sangat besar terhadap remaja berisiko merokok. Keluarga sebagai support group terhadap remaja tetap dipertahankan keharmonisan terlebih dalam mengasuh anak remaja.
6.1.6. Remaja berisiko merokok Hasil penelitian yang dilakukan di kelurahan Tengah didapat menujukan remaja merokok lebih sedikit bila dibanding dengan yang tidak merokok. Artinya bahwa remaja tidak merokok masih bisa berisiko merokok bila faktor-faktor yang berkontribusi terhadap remaja berisiko merokok tidak ditangani dengan baik. Remaja yang merokok bisa merupakan faktor penguat khususnya pengaruh teman terhadap remaja yang belum merokok. Kollman (1998) mendefinisikan remaja adalah anak berusia 10-19 tahun. Menurut Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah popular yang berkenaan dengan lingkungan mereka. Remaja berisiko merokok adalah remaja yang memiliki faktor-faktor yang berkontribusi merokok.
6.2.
Implikasi Penelitian 6.2.1. Bagi masyarakat umum Hasil penelitian yang sudah dilakukan sangat bermanfaat untuk masyarakat umum di kelurahan Tengah. Faktor-faktor yang 80 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
berkontribusi
terhadap
remajan
berisiko
merokok
adalah
mencakup faktor predisposisi (pengetahuan tentang bahaya rokok dan gengsi), faktor penguat (pengaruh orang tua, pengaruh teman dan pengaruh iklan), faktor pemungkin (sumber dana untuk merokok dan kehadiran pedagang rokok), faktor demografi (tingkat pendidikan, budaya dan usia) dan faktor keluarga (perhatian keluarga dan kehidupan keluarga).
Bagi orang tua gambaran tersebut diatas menjadi acuan bahwa begitu pentingnya pola asuh orang tua terhadap perilaku anak remaja supaya tidak terjerumus dalam perilaku merokok. Orang tua mempunyai peran dalam menghindari remaja berisiko merokok. Pola asuh orang tua dengan memberikan perhatian yang cukup, menjadi contoh yang baik dengan tidak merokok, mencukupi semua kebutuhan anak remaja. Orang tua juga perlu mengontrol siapa saja teman bermain anak, agar anak tidak bergaul dengan remaja yang merokok. Orang tua memberikan penjelasan kepada anak tentang bahaya merokok terhadap kesehatan.
Berdasarkan
hasil
penelitian
diatas
dapat
diketahui
cara
menghindari agar remaja tidak terjerumus dalam perilaku merokok dengan mengetahui faktor-faktor yang berkontribusi terhadap remaja berisiko merokok. Pola asuh keluarga sangat berpengaruh pada pembentukan perilaku anak. Pengalaman remaja dalam pergaulan juga mempengaruhi perilaku anak dalam merokok.
Masa remaja adalah masa yang perlu perhatian khusus, karena mereka berada pada masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa. Mereka diperlakukan sebagai anak sudah tidak mungkin, karena mereka punya pikiran sendiri dalam menentukan
81 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
perilakunya, namun dikatakan dewasa juga belum karena mereka masih tergantung pada orang tua.
6.2.2. Perkembangan Ilmu Keperawatan Penelitian ini mencoba melihat faktor predisposisi, faktor penguat, faktor pemungkin, faktor demografi dan faktor keluarga yang berhubungan dengan remaja berisiko merokok dikomunitas menggunakan pendekatan PRECEDE-PROCEED. Model ini sangat sederhana, menarik dan komprehensif sebagai salah satu model keperawatan komunitas.
Asuhan keperawatan komunitas melalui pengkajian, analisis dan memilih program promotif maupun penyusunan regulasi yang tepat terhadap penanganan remaja berisiko merokok, dengan menggunakan pendekatan PRECEDE-PROCEED.
Kurikulum pendidikan keperawatan perlu diberikan materi tentang faktor-faktor
yang
berkontribusi
terhadap
remaja
berisiko
merokok sebagai bahan dalam promosi kesehatan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa hanya faktor demografi yang tidak memiliki hubungan terhadap remaja berisiko merokok, namun demikian bukan berarti bahwa faktor demografi tidak perlu dikaji karena hal tersebut sangat berpengaruh dalam pola asuh anak remaja yang mengakibatkan terjadinya perilaku merokok. Faktor predisposisi ada hubungan terhadap remaja berisiko merokok. Kondisi ini memberikan informasi bahwa dalam promosi kesehatan untuk menambah pengetahuan remaja tentang bahaya rokok sangat penting. Faktor penguat, faktor pemungkin dan faktor keluarga juga ada hubungan terhadap remaja berisiko merokok. Asuhan Keperawatan perlu melakukan pendekatan melalui pelaksanaan program asuhan keperawatan keluaraga khususnya pola asuh terhadap anak remaja. 82 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Hasil analisa diketahui pengaruh teman sebaya mempunyai hubungan terhadap remaja berisiko merokok, maka perawat komunitas perlu melakukan pendekatan melalui peer group dalam penangan kebiasaan merokok pada remaja. Hal ini mendukung bahwa pendapat anak remaja lebih mudah menerima bila yang menyampaikan informasi adalah teman-teman sebaya dalam kelompok. Pendekatan melaui peer group perawat memberikan konseling kepada remaja bila menghadapi masalah agar tidak lari pada perilaku merokok.
Keluarga adalah tempat dimana anak pertama sekali belajar tentang kehidupan dan dalam keluarga diperkenalkan pertama sekali tentang kehidupan (William & Leman, 1973). Perawat komunitas menjalin kerjasama yang baik dengankeluarga dalam menghindari perilaku merokok pada remaja. Keluarga sebagai support group harus diberdayakan untuk mendukung remaja dalam melakukan kegiatan positif di masyarakat. Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan funsional (Soenarno, 2002) dimana remaja mulai berinteraksi dengan lingkungannya termasuk teman sebayanya.
6.2.3. Pelayanan Keperawatan Hasil analisa menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan terhadap remaja berisiko merokok, walaupun masih ada remaja berpengetahuan baik tentang bahaya rokok memiliki kebiasaan merokok. Itu berarti bahwa masih perlu diberikan informasi tentang bahaya rokok penyuluhan dan pembuatan poster anti rokok.
83 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
dalam bentuk
Perlu dikembangkan berbagai bentuk terapi keperawatan seperti support group dengan bentuk peer group, dan family therapy agar mampu membantu remaja berisiko merokok secara maksimal dalam mengatasi masalahnya sendiri dan terhindar dari perilaku merokok.
6.2.4. Keterbatasan Penelitian Peneliti dalam melakukan penelitian ini mengalami beberapa keterbatasan dan hambatan. Antara lain: 6.2.4.1 Keterlambatan pengurusan surat ijin penelitian yang pada akhirnya
peneliti
menyadari
bahwa
salah
dalam
mengajukan ijin yang seharusnya surat langsung ditujukan kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur, tanpa melalui Dinas Kesehatan terlebih dahulu. Setelah keluar surat dari Wali kota, surat diteruskan kepada camat Kramatjati dan Kelurahan Tengah. 6.2.4.2 Keterbatasan yang lain dalam penelitian ini adalah keterbatasan dalam penentuan responden. Peneliti tidak begitu kenal dengan remaja sebagai responden. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan pendekatan melalui kader yang lebih mengenal lingkungan. 6.2.4.3 Keterbatasan metode penelitian dengan cross sectional tidak menggali lebih dalam tentang perhatian orang tua dan kehidupan keluarga terhadap remaja berisiko merokok. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif fenomenologi mengapa remaja berisiko merokok. 6.2.4.4 Jumlah sampling yang diambil tidak mewakili populasi yang ada di kelurahan Tengah. Seharusnya dilihat data jumlah remaja yang ada di Kelurahan Tengah, kemudian
84 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
dihitung berdasarkan rumus yang dipakai. Jalan keluar untuk penelitian ini sebaiknya dipakai total sampling aja.
85 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
BAB 7 PENUTUP
Bab ini menyajikan tentang simpulan hasil penelitian dan saran terkait pembahasan yang telah dilakukan.
7.1.
Kesimpulan 7.1.1. Secara umum faktor predisposisi terhadap remaja berisiko merokok adalah pengetahuan tentang bahaya merokok dan gengsi remaja untuk merokok. Pengetahuan remaja tentang bahaya merokok baik. Gengsi remaja juga merasa harga diri tidak turun walaupun tidak merokok. 7.1.2. Faktor penguat terhadap remaja berisiko merokok mencakup pengaruh orang tua dirasakan kurang sedangkan pengaruh teman dan pengaruh iklan dirasa baik. Namun secara umum faktor penguat dirasakan kurang. 7.1.3. Faktor pemungkin terhadap remaja berisiko merokok mencakup sumber dana untuk merokok mudah didapat sedangkan kehadiran pedagang rokok sulit di dapat di lingkungan kelurahan Tengah. Secara umum faktor pemungkin mudah didapat. 7.1.4. Faktor demografi terhadap remaja berisiko merokok mencakup tingkat pendidikan remaja mayoritas lulus SMP dan suku bangsa mayoritas adalah suku Betawi, sedangkan rata-rata usia remaj adalah 16,12 tahun. 7.1.5. Secara umum faktor keluarga terhadap remaja berisiko merokok mencakup perhatian orang tua dan kehidupan keluarga. Perhatian orang tua terhadap remaja baik. Kehidupan keluarga remaja baik. 7.1.6. Remaja yang berisiko merokok di kelurahan Tengah masih banyak waluapun remaja yang merokok masih sedikit. 7.1.7. Faktor predisposisi, faktor penguat, faktor pemungkin, faktor keluarga dan pengaruh iklan memiliki hubungan yang bermakna terhadap remaja berisiko merokok. 86 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
7.1.8. Pengetahuan remaja tentang bahaya merokok,
gengsi remaja
untuk merokok, pengaruh teman, pengaruh iklan, sumber dana untuk merokok, dan perhatian keluarga memiliki hubungan yang signifikan terhadap remaja berisiko merokok. 7.1.9. Secara umum faktor demografi, pengaruh orang tua, tingkat pendidikan, suku bangsa, usia, kehadiran pedagang rokok dan kehidupan keluarga tidak ada hubungan terhadap remaja berisiko merokok. Namun tetap masuk sebagai factor yang berkontribusi terhadap remaja berisiko merokok.
7.2.
Saran – saran Berdasarkan dari kesimpulan penelitian di atas dapat disampaikan beberapa saran, antara lain: 7.2.1. Kepada pelayanan keperawatan 7.2.1.1 Program
penyuluhan
tentang
bahaya
rokok
perlu
dilaksanakan agar pengetahuan remaja meningkat. 7.2.1.2 Program konseling melalui peer group remaja untuk meningkatkan faktor penguat agar remaja dapat mengatasi masalahnya. 7.2.1.3 Melibatkan keluarga sebagai support group dalam mengatasi faktor penguat, faktor pemungkin dan faktor keluarga. 7.2.1.4 Melibatkan tokoh masyarakat sebagai support group untuk mendukung kegiatan remaja pada hal-hal yang positif. 7.2.1.5 Menciptakan lingkungan bebas asap rokok baik dalam keluarga maupun di komunitas.
7.2.2. Ilmu Pengetahuan 7.2.2.1 Membuat sebuah model promosi kesehatan tentang anti rokok untuk merubah persepsi yang salah tentang rokok dengan menggunakan pendekatan PRECEDE-PROCEED.
87 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
7.2.2.2 Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat cara mengurangi resiko merokok pada remaja melalui penyuluhan dan konseling keperawatan
7.2.3. Penelitian selanjutnya 7.2.3.1 Perlu melakukan penelitian perilaku merokok pada remaja yang lebih komprehensif tentang faktor yang berkontribusi terhadap remaja berisiko merokok. 7.2.3.2 Variabel yang belum diteliti seperti faktor kepribadian, faktor lingkungan sosial, kebiasaan merokok orang tua dan hubungan jenis kelamin terhadap perilaku merokok perlu diteliti sehingga informasi yang terkait dengan faktor yang berkontribusi terhadap remaja berisiko merokok. 7.2.3.3 Dari hasil diketahui bahwa peran keluarga sangat besar mencakup faktor penguat dalam pengaruh orang tua, faktor pemungkin dalam sumber dana untuk merokok dan faktor keluarga perlu diteliti sejauhmana pengaruh pola asuh orang tua terhadap perilaku merokok remaja. 7.2.3.4 Perlu diteliti akibat lanjut dari merokok terhadap remaja. Remaja merokok bisa masuk pada kebiasan minum minuman keras dan narkoba. 7.2.3.5 Perlu diteliti hubungan faktor budaya yang ada terhadap perilaku merokok.
88 Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
tua, tingkat pendidikan, suku bangsa, usia, kehadiran pedagang rokok dan kehidupan keluarga tidak ada hubungan terhadap remaja berisiko merokok. Namun tetap masuk sebagai faktor yang berkontribusi terhadap remaja berisiko merokok. Progam penyuluhan dan konseling melalui peer group remaja perlu dilaksanakan untuk menghindari rokok pada remaja. Dukungan keluarga dan tokoh masyarakat sangat penting dalam penanganan remaja berisiko merokok. Daftar Pustaka
Alamsyah, R.M., (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok dan hubungannya dengan status penyakit periodontal remaja di kota Medan tahun 2007. Sekolah Pascasarjan. USU. Akademi Perawatan RS PGI Cikini. Laporan survey Mahasiswa Akper RS PGI Cikini. Maret 2011 Aslan Dilek and Sahin Ayten (2007). Adolescent peer and anti-smoking activities. Promotion and Education 2007; 14, 1. Pg. 36 ProQuest Nursing & Allied Health Source. Bekti
,
(2010). Lindungi Remaja dari Bahaya Rokok. ¶ 1. http:// medicastor.com/artikel/299/ Lindungi_Remaja_dari_Bahaya_Rokok.html diperoleh tanggal 6 April 2011.
Bowden, Vicky R., Friedman, Marilyn M., Jones, Elaine G. (2003). Family Nursing: research, theory & practice. New Jersey. Pearson Education, Inc. Braverman T. Marc, Aaro Edward Lief. (2004). Adolescent smoking and eksposure to tobacco marketing under a tobacco advertising ban: findings from 2 Norwegian National Samples. American Journal of Public Health. Christensen, Paula J., Kenney, Janet W. (2009). Proses Keperawatan: applikasi Model konseptual. Alih bahasa Yuyun Yuningsih, Yasmin Asih. Jakarta. EGC Creswell John W. (2010). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Third edition. Thousand Oaks California. SAGE Publication. Dahlan, M. Sopiyudin (2009). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam penelitian kedokteran dan keehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Douglass Kevin S & Otto Randy K (2009).Handbook of Violence Risk Assessment. New York. Taylor & Francis e-Library. Droomers Mariel, et.al. (2005). Father’s Occupational Group and Daily Smoking During Adolescence: Patterns and Predictor. American Journal of Public Health. Efendi Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Eigsti, Mc Guire, Stone Clemen. (2002). Comprehensive Community Health Nursing: Family, Aggregate, &Community Practice. St. Louis Missouri. Mosby Inc. Elizabeth A. Gilpin, et.al. (2007).Receptivity to Tobacco Advertising and Promotions Among Young Adolescents as a Predictor of Established Smoking in Young Adulthood. American Journal of Public Health. Ertas Nevbahar. (2006). Factors associated with stages of cigarette smoking among Turkish youth. European Journal of public Health. Glanz, K. et.al. (2002) Health Behavior and Healht Education. 3nd .ed. Jossey-Bass A Wiley Imprint: 150 -155 Greco Laurie A & Hayes Steven C. (2008). Acceptance & Mindfulness Treatments for Children & Adolescents: A Practitioner’s Guide. Oakland CA. New Harbinger Publications Inc. Hastono Sutanto Priyo, Sabri Luknis (2009). Statistik Kesehatan. Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada. Iman,(2009), Tips Berhenti Merokok,¶1, http://www.dokter-medis.com, diperoleh tanggal 20 Mei 2011 Iqbal F.M., (2008). Perilaku merokok remaja di Lingkungan RW 22 Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis Depok Tahun 2008. Depok: FKM UI. Johnson,(2010), Kawasan Tanpa Asap Rokok Mencegah PTM,¶2, http://www.promosikesehatan.com, diperoleh tanggal 20 Mei 2011 Keyes Margaret et al (2008). Parental Smoking and Adolescent Problem Behavior: An Adoption Study of General and Specifict Effect. The American Journal of Psichiatry, Oct Mei 2008; 165, 10. pg 1338. ProQuest Nursing & Allied Health Source.
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Kurniasih Agustina, (2008). Faktor-faktor yang berhubungan dengan erilaku merokok siswa SLTP di Bekasi tahun 2008. Depok: FKM UI. Ma Hing Keung and Shek Daniel T.L. (2001). Parent-adolescent Conflict and Adolescent Antisocial and Prosocial Behavior: A Longitudinal Study In A Chinese Context. Adolescence, Vol. 36 No. 143. San Diego. Libra Publishers Inc. Mariel Droomers, et, al. (2005). Father’’s Occupational Group and Daily Smoking During Adolescence: Patterns and Predictors. American Journal of Public Health Mc Murray Anne. (2003). Communuty Health and Wellness: a socioecological Approach. Australia. Elsevier Pty Limited. Mu’tadin Z. (2002). Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis pada Remaja. ¶2, http://www.e-psikologi.com/remaja.050602.htm [on.line] diperoleh tanggal 15 April 2010. Mu’tadin Z. (2007) Remaja dan Rokok, ¶1, http://www.sekolahindonesia.com Notoatmojo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta ----------- (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta: 13 -15 Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, tesis, dan Instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika Nusantaraku,(2009), Industri Rokok Tumbuh Pesat di Pemerintahan SBY-JK,¶3, http://nusantaranews.wordpress.com, diperoleh tanggal 20 Mei 2011 Polit, (2004). Canadian essentials of Nursing Risearch. Philadelphia: Lippincott Prasetya, Lukas A, (2009). Manfaat Rokok Hanyalah Sugesti dan Mitos. http://www.kompas.co.id/ kesehatan/news/0306/30/105012.htm diperoleh tanggal 12 November 2009 Rochadi, K. (2004). Hubungan Konformitas dengan Perilaku Merokok pada Remaja Sekolah SMU Negeri di 5 Wilayah DKI Jakarta. Disertasi Program Pascasarjana Program Studi FKM UI. Sahar Junaiti, Widyatuti, Mulyadi Budhi. (2010). Masa Puber Anak Jalanan: Panduan Menghadapi Masa Puber Anak jalanan. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Santrock, John W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Alih bahasa: Shinto B. Adelar. Jakarta. Erlangga. Scott T. Leatherdele (2005). Predictors of Different Cigarette Access Behaviours Among Occasional and Regular Smoking Youth. Canadian Journal of Public Health. Shochib Moh. (2000). Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta. PT. Rineka Cipta Siagian Ferdinan P., (2005). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Remaja 10-24 Tahun menjadi Perokok di Jakarta dan Sukabumi. Depok: Pascasarjana UI. Sudarsono. (2008). Kenakalan Remaja: Prevensi, Rehabilitasi, dan Resosialisasi. Jakarta. PT Rineka Cipta. Suhardi, (1995). Perilaku Merokok di Indonesia menurut Susenas dan SKRT 1995. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran: 23 -35 Suprajitno (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC Timothy R. Jordan, et.al., (2005). Adolescent Exposure to and Perceptions of Environmental Tobacco Smoke. The Journal of Schools Health Wahyudi. (2009). Bahaya Merokok. Pg. 2. http://www.kompas.co.id. tanggal 20 Mei 2011
diperoleh
Willis Sofyan S. (2008). Remaja dan Masalahnya: Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja Seperti narkoba, Free Sex dan Pemecahannya. Bandung. Alfabeta. ----------- (2009). Konseling Keluarga (Family Counseling): Suatu Upaya Membantu Anggota Keluarga Memecahkan Masalah Komunikasi di dalam Sistem keluarga. Bandung. Alfabeta. Wolf, David A, Mash, Eric J. (2008). Behavioral and Emotional Disorders in Adolescence: Nature, Assissment, and Treatment. New York. Guilford publications. Inc. Wong, Donna L. et.al. (2001). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. Mosby Inc. Zahra, Roswiyani P. (2007). Harapan tak Realistik dari Orang tua Mengancam Penyandang Retardasi Mental (sebuah studi kasus). Jurnal Provitae. Volume 3. No. 1 Mei 2007.
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Lampiran 1
JADUAL PENELITIAN
No
Kegiatan
1
Penyusunan proposal Ujian proposal Perbaikan proposal dan uji etik penelitian Ijin penelitian Uji validitas dan realibilitas
2 3
4 5 6 7
8 9 10
Feb - Mei Juni Juli Agt Spt Okt Nop Des Jan 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pemilihan sampel Menjelaskan tujuan penelitian Penyebaran Kuesioner Analisis data Pembuatan laporan penelitian
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
No 11 12 13 14 15
Kegiatan
Feb - Mei Juni Juli Agt Spt Okt Nop Des Jan 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Ujian hasil penelitian Perbaikan hasil penelitian Ujian sidang tesis Perbaikan tesis Pengumpulan laporan tesis
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Lampiran 7 PENJELASAN PENELITIAN
Judul Penelitian Analisa Faktor-faktor Yang Berkontribusi Terhadap Remaja Berisiko Merokok di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur Saya yang bernama
: Arozamati Wa’ozaro Lase
NIM
: 0906612470
Program Studi
: Program Magister Ilmu Keperawatan Peminatan Keperawatan Komunitas Universitas Indonesia.
Bermaksud melakukan penelitian dengan tujuan untuk melihat variable yang mempengaruhi remaja berisiko di kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Manfaaat penelitian ini adalah memberikan acuan kepada orang tua dalam mengurangi perilaku merokok bagi remaja.
Kegiatan yang akan dilakukan tidak menimbulkan bahaya bagi remaja. Adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini memberikan kuesioner kepada seluruh responden
Peneliti akan menjaga segala hal yang menyangkut kerahasiaan anak selama dan setelah penelitian dilakukan. Apabila Ibu/Bapak menyetujui, maka saya mohon kesediaan untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah disiapkan. Atas peran sertanya saya menyampaikan terima kasih. Jakarta, Juni 2011 Peneliti,
Arozamati Wa’ozaro Lase
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Lampiran 8
LEMBAR PERSETUJUAN Judul Penelitian : Analisa Faktor-faktor Yang Berkontribusi Terhadap Remaja Berisiko Merokok di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur Peneliti: Arozamati Wa’ozaro Lase (NPM: 0906612470) Saya telah diminta dan memberi ijin untuk berperan serta sebagai responden dalam penelitian yang berjudul ” Analisa Faktor-faktor Yang Berkontribusi Terhadap Remaja Berisiko Merokok di Kelurahan Tengah Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur”. Peneliti telah menjelaskan tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Saya mengetahui bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk melihat untuk melihat variable yang mempengaruhi remaja berisiko di kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Manfaaat penelitian ini adalah memberikan acuan kepada orang tua dalam mengurangi perilaku merokok bagi remaja Saya mengerti bahwa catatan mengenai penelitian ini akan dirahasiakan. Kerahasiaan ini dijamin selegal mungkin.
Semua berkas yang mencantumkan
identitas subyek penelitian hanya digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan akan dimusnahkan. Hanya peneliti yang mengetahui kerahasiaan data. Saya berhak menghentikan penelitian ini tanpa adanya hukuman atau kehilangan hak bila ada perlakuan yang merugikan bagi saya. Demikianlah secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Jakarta, …………….2011 Saksi
(……………………….)
Responden
(……………………….)
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Lampiran 9
KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP RESIKO MEROKOK PADA REMAJA
Nomor Responden
Petunjuk Pengisian Isilah pertanyaan berikut dan berilah tanda (√) pada kotak yang telah disediakan ! A. Data Demografi 1. Nama 2. Umur 3. Alamat
: …………………………………..…………… : ……… tahun : ………………………………………………. ……………………………………………….
4. Pendidikan terakhir SD SMP SMA
:
5. Suku Betawi Sunda
:
Diploma Sarjana
Jawa Lainnya, sebutkan………..
6. Apakah saudara merokok? Ya
: Tidak
B. Faktor yang berkontribusi terhadap risiko merokok pada remaja Jawablah pernyataan berikut dengan memberi tanda (√) sesuai yang dilakukan oleh keluarga ! Selalu (3) Sering (2) Jarang (1) Tidak pernah (0)
: Jika pernyataan tersebut selalu dilakukan oleh remaja : Jika pernyataan tersebut sering dilakukan oleh remaja : Jika pernyataan tersebut jarang dilakukan oleh remaja : Jika pernyataan tersebut tidak pernah dilakukan oleh remaja
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
No
Pernyataan
Pilihan selalu sering jarang
1.
Bagi perokok dapat mengalami ketagihan karena adanya zat nikotin dalam rokok. 2. Bagi perokok dapat mengalami peningkatan tekanan darah 3. Bagi perokok dapat mengakibatkan sesak karena zat CO 4. Bagi perokok dapat mengalami penyakit jantung koroner akibat penggumpalan dan perkapuran dinding pembuluh darah 5. Rokok mengandung tar yang bersifat karsinogen menyebabkan penyakit kanker 6. Bagi perokok dapat mengalami impoten 7. Kebisaan merokok dapat menjadi gerbang untuk masuk dalam masalah narkoba 8. Merokok dapat mengakibatkan kemiskinan karena ketergantungan 9. Bagi orang sekitar perokok dapat menimbulkan penyakit yang lebih berat dari pada perokok 10. Berhenti merokok dapat mengakibatkan penyakit akibat kegemukan 11. Bagi perokok lebih penting rokok dari pada makanan karena kecanduan 12. Saya bisa menolak bila ada orang menawarkan rokok kepada saya 13. Merokok di tempat umum membuat diri saya kelihatan maco. 14. Kelompok dapat menerima saya bila ikutan merokok 15. Orang lain mengangap saya tak punya uang bila tidak merokok 16. Teman dalam kelompok menganggap saya merasa lebih dewasa bila terlihat merokok. 17 18. 19. 20. 21.
Ayah saya terlihat sangat menikmati bila sedang merokok Saya melihat ayah merokok setiap selesai makan Saya melihat ayah semangat bekerja bila sedang merokok Saya melihat ayah dapat melakukan pekerjaannya sambil merokok Saya melihat ayah menikmati rokok
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Tdk pernah
22. 23. 24. 25. 26. 27.
sambil menonton TV di rumah Saya melihat ayah menikmati rokok sambil minum kopi. Saya ingin merokok seperti ayah saya Saya merokok seperti ayah Saya membeli rokok ayah di warung setiap hari Saya ditegur ayah bila merokok Saya dihukum orang tua bila merokok
28. Saya bergaul dengan teman-teman yang suka merokok 29. Saya menikmati bila nongkrong dengan teman-teman di warung 30. Saya bangga bila jalan dengan teman sambil merokok 31. Saya menikmati bila ngobrol sambil merokok dalam kelompok. 32. Saya belajar kelompok dengan teman sambil menikmati rokok 33. Melihat penampilan iklan rokok membuat saya tertarik untuk merokok. 34. Iklan rokok mendorong saya merokok agar tampil seperti bintangnya 35. Saya melihat bintang iklan rokok penampilannya maco. 36. Saya melihat kehidupan bintang iklan senang-senang di klub malam 37. Saya melihat bintang iklan rokok memiliki pacar yang cantik. 38. Saya diberi uang jajan setiap hari lebih dari pada cukup 39. Saya mendapat uang dari kedua orang tua saya sangat berlebihan 40. Bila uang jajan pas-pasan saya lebih memilih rokok dari pada jajan makanan 41. Saya mengambil rokok ayah ketika ditinggalkan diatas meja 42. Saya menodong anak yunior agar menyetorkan uang untuk beli rokok 43. Kalau tidak punya uang saya minta rokok teman 44. Saya diberikan uang oleh orang tua untuk membeli rokok. 45. Saya melakukan kerja tambahan untuk memenuhi kebutuhan rokok
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
46. Di lingkungan rumah ada orang yang menjual rokok batangan. 47. Saya memiliki tetangga yang boleh diutang untuk membeli rokok 48. Di lingkungan rumah ada tempat nongkrong remaja untuk merokok 49. Di warung sekitar rumah disediakan kursi untuk nongkrong anak muda. 50. Orang tua menanyakan bila saya sepulang dari sekolah 51. Orang tua menegur ketika mengetahui saya merokok 52. Orang tua menanyakan bagaimana memanfaatkan uang jajan setiap hari 53. Orang tua memenuhi setiap permintaan saya karena sudah kewajibannya 54. Orang tua mengingatkan saya agar setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah 55. Orang tua memberikan pujian bila saya berhasil di sekolah. 56. Saya melihat orang tua saling melempar barang ketika sedang berantam 57. Orang tua saya bercerai karena ada ketidak-cocokkan 58. Saya lebih dekat dengan ibu karena selalu dibela bila ayah sedang marah 59. Bagi saya rumah adalah tempat yang sangat membosankan 60. Orang tua marah-marah kepada saya tanpa saya tahu alasannya
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Reliability Pengetahuan Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary Cases
N
Valid Excludeda Total
% 100,0 ,0 100,0
30 0 30
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,843
N of Items 11
Item Statistics Pengetahuan 01 Pengetahuan 02 Pengetahuan 03 Pengetahuan 04 Pengetahuan 05 Pengetahuan 06 Pengetahuan 07 Pengetahuan 08 Pengethauan 09 Pengetahuan 10 Pengetahuan 11
Mean 2,07 1,97 1,87 1,87 2,03 1,60 1,83 1,37 1,53 2,07 1,33
Std. Deviation 1,048 1,098 1,074 1,074 1,159 1,163 1,085 1,245 1,196 1,048 1,184
N
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted 17,47 17,57 17,67 17,67 17,50 17,93 17,70 18,17 18,00 17,47 18,20
Pengetahuan 01 Pengetahuan 02 Pengetahuan 03 Pengetahuan 04 Pengetahuan 05 Pengetahuan 06 Pengetahuan 07 Pengetahuan 08 Pengethauan 09 Pengetahuan 10 Pengetahuan 11
Scale Variance if Item Deleted 45,706 45,840 47,885 46,644 45,086 44,409 47,114 45,385 47,103 68,947 68,441
Corrected Item-Total Correlation ,920 ,861 ,727 ,821 ,862 ,909 ,775 ,769 ,689 -,586 -,510
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,798 ,802 ,814 ,806 ,800 ,795 ,809 ,807 ,815 ,904 ,907
Scale Statistics Mean 19,53
Variance 59,844
Std. Deviation 7,736
N of Items 11
Reliability Gensi Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary Cases
Valid Excludeda Total
N
30 0 30
% 100,0 ,0 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,934
N of Items 5
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Item Statistics Mean 1,90 1,93 2,07 1,93 1,97
Gengsi 01 Gengsi 02 Gengsi 03 Gengsi 04 Gengsi 05
Std. Deviation 1,094 1,143 1,081 1,143 1,159
N
30 30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Variance if Item Deleted 16,852 16,809 16,133 15,706 15,799
Scale Mean if Item Deleted 7,90 7,87 7,73 7,87 7,83
Gengsi 01 Gengsi 02 Gengsi 03 Gengsi 04 Gengsi 05
Corrected Item-Total Correlation ,773 ,734 ,886 ,881 ,852
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,928 ,936 ,908 ,908 ,913
Scale Statistics Mean 9,80
Variance 24,993
Std. Deviation 4,999
N of Items 5
Reliability Orang Tua Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary Cases
Valid Excludeda Total
N
30 0 30
% 100,0 ,0 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,904
N of Items 11
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Item Statistics Mean 1,20 1,20 1,63 1,57 1,40 1,17 2,50 2,53 2,23 1,63 1,70
Orang tua 01 Orang tua 02 Orang tua 03 Orang tua 04 Orang tua 05 Orang tua 06 Orang tua 07 Orang tua 08 Orang tua 09 Orang tua 10 Orang tua 11
Std. Deviation 1,297 1,064 1,245 1,331 1,133 1,147 ,777 ,730 ,728 1,326 1,317
N
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics
Orang tua 01 Orang tua 02 Orang tua 03 Orang tua 04 Orang tua 05 Orang tua 06 Orang tua 07 Orang tua 08 Orang tua 09 Orang tua 10 Orang tua 11
Scale Variance if Item Deleted 59,357 63,495 61,982 58,579 61,689 61,076 71,582 72,944 69,706 65,982 70,547
Scale Mean if Item Deleted 17,57 17,57 17,13 17,20 17,37 17,60 16,27 16,23 16,53 17,13 17,07
Corrected Item-Total Correlation ,854 ,796 ,744 ,872 ,851 ,877 ,451 ,372 ,648 ,482 ,264
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,883 ,888 ,890 ,881 ,884 ,882 ,905 ,908 ,898 ,907 ,920
Scale Statistics Mean 18,77
Variance 78,116
Std. Deviation 8,838
N of Items 11
Reliability Orang Tua Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid
30 a
Excluded Total
% 100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.920
10
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Orangtua1 Orangtua2 Orangtua3 Orangtua4 Orangtua5 Orangtua6 Orangtua7 Orangtua8 Orangtua9 Orangtua10
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation
15.87 15.87 15.43 15.50 15.67 15.90 14.57 14.53 14.83 15.43
52.671 56.395 54.875 51.776 54.713 54.024 63.633 64.878 62.557 61.013
Cronbach's Alpha if Item Deleted
.860 .815 .765 .888 .868 .902 .509 .437 .648 .376
Reliability Teman Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary Cases
Valid Excludeda Total
N
30 0 30
% 100,0 ,0 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,872
N of Items 5
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
.901 .905 .908 .899 .901 .899 .921 .923 .916 .933
Item Statistics Mean 1,50 1,93 2,37 2,43 2,50
Teman 01 Teman 02 Teman 03 Teman 04 Teman 05
Std. Deviation 1,106 1,202 ,890 1,006 ,820
N
30 30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted 9,23 8,80 8,37 8,30 8,23
Teman 01 Teman 02 Teman 03 Teman 04 Teman 05
Scale Variance if Item Deleted 11,151 10,372 11,689 10,907 12,116
Corrected Item-Total Correlation ,630 ,674 ,748 ,769 ,743
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,865 ,858 ,837 ,828 ,841
Scale Statistics Mean 10,73
Variance 17,030
Std. Deviation 4,127
N of Items 5
Reliability Iklan Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary Cases
Valid Excludeda Total
N
30 0 30
% 100,0 ,0 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,900
N of Items 5
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Item Statistics Mean 2,33 2,10 1,90 1,87 1,77
Iklan 01 Iklan 02 Iklan 03 Iklan 04 Iklan 05
Std. Deviation ,884 ,923 1,125 1,279 1,278
N
30 30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Variance if Item Deleted 15,482 16,120 14,961 12,921 12,786
Scale Mean if Item Deleted 7,63 7,87 8,07 8,10 8,20
Iklan 01 Iklan 02 Iklan 03 Iklan 04 Iklan 05
Corrected Item-Total Correlation ,829 ,683 ,667 ,813 ,833
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,869 ,894 ,896 ,866 ,860
Scale Statistics Mean 9,97
Variance 22,033
Std. Deviation 4,694
N of Items 5
Reliability Sumber Dana Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary Cases
Valid Excludeda Total
N
30 0 30
% 100,0 ,0 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,929
N of Items 8
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Item Statistics Mean 2,50 2,40 2,60 2,63 2,60 2,60 2,67 2,47
Sumber dana 01 Sumber dana 02 Sumber dana 03 Sumber dana 04 Sumber dana 05 Sumber dana 06 Sumber dana 07 Sumber dana 08
Std. Deviation ,731 ,814 ,675 ,669 ,770 ,814 ,606 ,900
N
30 30 30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted 17,97 18,07 17,87 17,83 17,87 17,87 17,80 18,00
Sumber dana 01 Sumber dana 02 Sumber dana 03 Sumber dana 04 Sumber dana 05 Sumber dana 06 Sumber dana 07 Sumber dana 08
Scale Variance if Item Deleted 18,240 19,513 19,016 19,247 19,499 18,395 18,924 17,241
Corrected Item-Total Correlation ,878 ,568 ,813 ,778 ,612 ,745 ,941 ,831
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,911 ,935 ,917 ,919 ,931 ,921 ,910 ,915
Scale Statistics Mean 20,47
Variance 24,257
Std. Deviation 4,925
N of Items 8
Reliability Pedagang Rokok Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary Cases
Valid Excludeda Total
N
30 0 30
% 100,0 ,0 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,855
N of Items 4
Item Statistics Mean 2,63 2,60 2,60 2,67
Pedagang rokok 01 Pedagang rokok 02 Pedagang rokok 03 Pedagang rokok 04
Std. Deviation ,669 ,770 ,814 ,606
N
30 30 30 30
Item-Total Statistics
Pedagang rokok 01 Pedagang rokok 02 Pedagang rokok 03 Pedagang rokok 04
Scale Variance if Item Deleted 3,706 3,403 3,128 3,385
Scale Mean if Item Deleted 7,87 7,90 7,90 7,83
Corrected Item-Total Correlation ,630 ,626 ,690 ,906
Scale Statistics Mean 10,50
Variance 5,776
Std. Deviation 2,403
N of Items 4
Reliability Perhatian Orang Tua Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary Cases
Valid Excludeda Total
N
30 0 30
% 100,0 ,0 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,965
N of Items 6
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,843 ,849 ,825 ,746
Item Statistics Mean 1,83 1,63 1,43 1,60 1,93 1,77
Perhatian ortu 01 Perhatian ortu 02 Perhatian ortu 03 Perhatian ortu 04 Perhatian ortu 05 Perhatian ortu 06
Std. Deviation 1,147 1,217 1,194 1,070 ,980 1,040
N
30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted 8,37 8,57 8,77 8,60 8,27 8,43
Perhatian ortu 01 Perhatian ortu 02 Perhatian ortu 03 Perhatian ortu 04 Perhatian ortu 05 Perhatian ortu 06
Scale Variance if Item Deleted 25,826 25,289 25,771 27,214 27,720 26,875
Corrected Item-Total Correlation ,916 ,903 ,876 ,848 ,886 ,915
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,955 ,957 ,960 ,962 ,959 ,956
Scale Statistics Mean 10,20
Variance 37,821
Std. Deviation 6,150
N of Items 6
Reliability Keluarga Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary Cases
Valid Excludeda Total
N
30 0 30
% 100,0 ,0 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,882
N of Items 5
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Item Statistics Keluarga 01 Keluarga 02 Keluarga 03 Keluarga 04 Keluarga 05
Mean 1,37 1,33 1,43 2,03 1,77
Std. Deviation 1,351 1,241 1,135 1,033 1,040
N
30 30 30 30 30
Item-Total Statistics
Keluarga 01 Keluarga 02 Keluarga 03 Keluarga 04 Keluarga 05
Scale Mean if Item Deleted 6,57 6,60 6,50 5,90 6,17
Scale Variance if Item Deleted 14,737 13,903 16,121 16,576 14,764
Corrected Item-Total Correlation ,630 ,827 ,624 ,648 ,907
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,883 ,828 ,877 ,872 ,817
Scale Statistics Mean 7,93
Variance 23,099
Std. Deviation 4,806
N of Items 5
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Frequencies Faktor Predisposisi Statistics Pengetahuan N
Valid Missing Mean
149
149
149
0 20.70
0 11.48
0 16.09
Std. Error of Mean Median
.561
.311
.341
23.00
12.00
17.00
Mode Std. Deviation
Faktor Predisposisi
Gengsi
27
15
18
6.846
3.793
4.157
Minimum
4
1
5
Maximum
33
15
24
Frequencies Faktor Penguat Statistics Orangtua N
Valid Missing Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation
Teman
Iklan
Faktor Penguat
149
149
149
149
0 16.42
0 10.85
0 10.04
0 12.43
.608
.349
.328
.363
16.00
12.00
11.00
12.00
11
15
14
7.418
4.263
4.007
11
4.429
Minimum
0
0
0
0
Maximum
30
15
15
20
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Frequencies Faktor Pemungkin Statistics Sumber Dana N
a
Valid Missing Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation
Pedagang rokok
Faktor Pemungkin
149
149
149
0 19.05
0 6.15
0 12.60
.347
.293
.261
21.00
6.00
13.00
21
4
13 3.191
4.230
3.580
Minimum
3
0
2
Maximum
24
12
18
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Frequencies Faktor Keluarga
Statistics Perhatian Keluarga
Perhatian Ortu N
Faktor Keluarga
Valid
149
149
149
Missing Mean
0 9.86
0 11.91
0 10.88
Std. Error of Mean Median
.289
.299
.173
10.00
13.00
11.00
Mode Std. Deviation
11
15
12
3.532
3.649
2.108
Minimum
2
0
6
Maximum
16
15
15
Frequencies Faktor Demografi
Statistics Pendidikan N
Suku Bangsa
Remaja Merokok
Valid
149
149
149
Missing Mean
0 2.18
0 1.93
0 .33
Std. Error of Mean
.054
.096
.039
Median
2.00
2.00
.00
Mode
2
1
0
.658
1.169
.471
Minimum
1
1
0
Maximum
3
7
1
Std. Deviation
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Explore Umur
Case Processing Summary Cases Valid N Usia Remaja
Missing
Percent 149
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 149
100.0%
Descriptives Statistic Usia Remaja 95% Confidence Interval for Mean
Std. Error
Mean
16.12
Lower Bound
15.84
Upper Bound
16.40
5% Trimmed Mean
16.25
Median
17.00
Variance
3.053
Std. Deviation
1.747
Minimum
12
Maximum
18
Range
6
Interquartile Range
3
.143
Skewness
-.896
.199
Kurtosis
-.066
.395
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
T-Test
Group Statistics Remaja Merokok Usia Remaja
N
Mean
tidak merokok merokok
Std. Deviation
Std. Error Mean
100
15.86
1.842
.184
49
16.65
1.408
.201
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Usia Remaja
t-test for Equality of Means
Sig.
Equal variances assumed
t
4.597
.034
Equal variances not assumed
df -2.656
147
-2.908
121.054
Independent Samples Test t-test for Equality of Means
Sig. (2-tailed) Usia Remaja
Mean Difference
Equal variances assumed
.009
-.793
.299
Equal variances not assumed
.004
-.793
.273
Independent Samples Test t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference Lower Usia Remaja
Std. Error Difference
Upper
Equal variances assumed
-1.383
-.203
Equal variances not assumed
-1.333
-.253
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Frequency Table Pengetahuan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang
56
37.6
37.6
37.6
baik
93
62.4
62.4
100.0
Total
149
100.0
100.0
Gengsi Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang
56
37.6
37.6
37.6
baik
93
62.4
62.4
100.0
Total
149
100.0
100.0
Orangtua Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang
78
52.3
52.3
52.3
baik
71
47.7
47.7
100.0
Total
149
100.0
100.0
Teman Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang
57
38.3
38.3
38.3
baik
92
61.7
61.7
100.0
Total
149
100.0
100.0
Iklan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang
71
47.7
47.7
47.7
baik
78
52.3
52.3
100.0
Total
149
100.0
100.0
Sumber Dana Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sulit didapat
50
33.6
33.6
33.6
mudah didapat
99
66.4
66.4
100.0
149
100.0
100.0
Total
Pedagang rokok
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sulit didapat
75
50.3
50.3
50.3
mudah didapat
74
49.7
49.7
100.0
149
100.0
100.0
Total
Perhatian Ortu Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang
63
42.3
42.3
42.3
baik
86
57.7
57.7
100.0
Total
149
100.0
100.0
Perhatian Keluarga Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang
52
34.9
34.9
34.9
baik
97
65.1
65.1
100.0
Total
149
100.0
100.0
Faktor Predisposisi Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang
61
40.9
40.9
40.9
baik
88
59.1
59.1
100.0
Total
149
100.0
100.0
Faktor Penguat Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang
75
50.3
50.3
50.3
baik
74
49.7
49.7
100.0
Total
149
100.0
100.0
Faktor Pemungkin Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sulit didapat
56
37.6
37.6
37.6
mudah didapat
93
62.4
62.4
100.0
149
100.0
100.0
Total
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Faktor Keluarga Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
kurang
59
39.6
39.6
39.6
baik
90
60.4
60.4
100.0
Total
149
100.0
100.0
Pendidikan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SD
21
14.1
14.1
14.1
SMP
80
53.7
53.7
67.8
SMA
48
32.2
32.2
100.0
Total
149
100.0
100.0
Suku Bangsa Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Betawi
74
49.7
49.7
49.7
Sunda
30
20.1
20.1
69.8
Jawa
37
24.8
24.8
94.6
Minang
2
1.3
1.3
96.0
Batak
3
2.0
2.0
98.0
Palembang
2
1.3
1.3
99.3
Sangir
1
.7
.7
100.0
149
100.0
100.0
Total
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Crosstabs Suku Bangsa * Remaja Merokok Crosstab Remaja Merokok tidak merokok Suku Bangsa
jawa
Count % within Suku Bangsa
luar jawa Total
96
45
141
31.9%
100.0%
4
4
8
50.0%
50.0%
100.0%
Count % within Suku Bangsa
Total
68.1%
Count % within Suku Bangsa
merokok
100
49
149
67.1%
32.9%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.290
.452
1
.501
1.057
1
.304
1.122 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.440
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
1.114
1
.291
149
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.63. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Suku Bangsa (jawa / luar jawa) For cohort Remaja Merokok = tidak merokok For cohort Remaja Merokok = merokok N of Valid Cases
Lower
Upper
2.133
.510
8.918
1.362
.675
2.748
.638
.306
1.329
149
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.245
Pengetahuan * Remaja Merokok Crosstab Remaja Merokok tidak merokok Pengetahuan
kurang
Count % within Pengetahuan
baik Total
35
56
37.5%
62.5%
100.0%
79
14
93
84.9%
15.1%
100.0%
Count % within Pengetahuan
Total
21
Count % within Pengetahuan
merokok
100
49
149
67.1%
32.9%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.000
33.533
1
.000
35.851
1
.000
35.650 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
35.411
1
.000
149
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.42. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Pengetahuan (kurang / baik) For cohort Remaja Merokok = tidak merokok For cohort Remaja Merokok = merokok N of Valid Cases
Lower
Upper
.106
.049
.233
.441
.311
.626
4.152
2.459
7.009
149
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.000
Gengsi * Remaja Merokok
Crosstab Remaja Merokok tidak merokok Gengsi
kurang
Count % within Gengsi
baik
% within Gengsi
32
56
42.9%
57.1%
100.0%
76
17
93
81.7%
18.3%
100.0%
100
49
149
67.1%
32.9%
100.0%
Count % within Gengsi
Total
24
Count
Total
merokok
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.000
22.190
1
.000
23.795
1
.000
23.919 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
23.758
1
.000
149
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.42. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Gengsi (kurang / baik) For cohort Remaja Merokok = tidak merokok For cohort Remaja Merokok = merokok N of Valid Cases
Lower
Upper
.168
.080
.354
.524
.382
.720
3.126
1.923
5.082
149
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.000
Orangtua * Remaja Merokok
Crosstab Remaja Merokok tidak merokok Orangtua
kurang
Count % within Orangtua
baik
Count % within Orangtua
Total
Count % within Orangtua
merokok
Total
47
31
78
60.3%
39.7%
100.0%
53
18
71
74.6%
25.4%
100.0%
100
49
149
67.1%
32.9%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.062
2.866
1
.090
3.522
1
.061
3.488 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.081
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
3.464
1
.063
149
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.35. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Orangtua (kurang / baik) For cohort Remaja Merokok = tidak merokok For cohort Remaja Merokok = merokok N of Valid Cases
Lower
Upper
.515
.255
1.038
.807
.644
1.011
1.568
.966
2.543
149
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.045
Teman * Remaja Merokok
Crosstab Remaja Merokok tidak merokok Teman
kurang
Count % within Teman
baik
% within Teman
38
57
33.3%
66.7%
100.0%
81
11
92
88.0%
12.0%
100.0%
100
49
149
67.1%
32.9%
100.0%
Count % within Teman
Total
19
Count
Total
merokok
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.000
45.283
1
.000
48.826
1
.000
47.730 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
47.409
1
.000
149
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.74. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Teman (kurang / baik) For cohort Remaja Merokok = tidak merokok For cohort Remaja Merokok = merokok N of Valid Cases
Lower
Upper
.068
.029
.157
.379
.260
.551
5.576
3.109
9.999
149
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.000
Iklan * Remaja Merokok
Crosstab Remaja Merokok tidak merokok Iklan
kurang
Count % within Iklan
baik
% within Iklan
32
71
54.9%
45.1%
100.0%
61
17
78
78.2%
21.8%
100.0%
100
49
149
67.1%
32.9%
100.0%
Count % within Iklan
Total
39
Count
Total
merokok
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.003
8.099
1
.004
9.217
1
.002
9.123 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.003
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
9.062
1
.003
149
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.35. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Iklan (kurang / baik) For cohort Remaja Merokok = tidak merokok For cohort Remaja Merokok = merokok N of Valid Cases
Lower
Upper
.340
.167
.692
.702
.552
.894
2.068
1.264
3.384
149
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.002
Sumber Dana * Remaja Merokok
Crosstab Remaja Merokok tidak merokok Sumber Dana
sulit didapat
Count % within Sumber Dana
mudah didapat
Count % within Sumber Dana
Total
Count % within Sumber Dana
merokok
Total
16
34
50
32.0%
68.0%
100.0%
84
15
99
84.8%
15.2%
100.0%
100
49
149
67.1%
32.9%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.000
39.679
1
.000
41.842
1
.000
42.040 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
41.758
1
.000
149
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.44. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Sumber Dana (sulit didapat / mudah didapat) For cohort Remaja Merokok = tidak merokok For cohort Remaja Merokok = merokok N of Valid Cases
Lower
Upper
.084
.037
.189
.377
.250
.570
4.488
2.713
7.425
149
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.000
Pedagang rokok * Remaja Merokok
Crosstab Remaja Merokok tidak merokok Pedagang rokok
sulit didapat
Count % within Pedagang rokok
mudah didapat
Count % within Pedagang rokok
Total
Count % within Pedagang rokok
merokok
Total
49
26
75
65.3%
34.7%
100.0%
51
23
74
68.9%
31.1%
100.0%
100
49
149
67.1%
32.9%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.641
.085
1
.771
.217
1
.641
.217 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.728
Linear-by-Linear Association
.216
N of Valid Cases
149
1
.642
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.34. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Pedagang rokok (sulit didapat / mudah didapat) For cohort Remaja Merokok = tidak merokok For cohort Remaja Merokok = merokok N of Valid Cases
Lower
Upper
.850
.429
1.685
.948
.757
1.187
1.115
.704
1.767
149
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.386
Perhatian Ortu * Remaja Merokok
Crosstab Remaja Merokok tidak merokok Perhatian Ortu
kurang
Count % within Perhatian Ortu
baik
% within Perhatian Ortu
31
63
50.8%
49.2%
100.0%
68
18
86
79.1%
20.9%
100.0%
100
49
149
67.1%
32.9%
100.0%
Count % within Perhatian Ortu
Total
32
Count
Total
merokok
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.000
11.923
1
.001
13.182
1
.000
13.173 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
13.084
1
.000
149
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.72. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Perhatian Ortu (kurang / baik) For cohort Remaja Merokok = tidak merokok For cohort Remaja Merokok = merokok N of Valid Cases
Lower
Upper
.273
.133
.560
.642
.492
.838
2.351
1.453
3.804
149
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.000
Perhatian Keluarga * Remaja Merokok
Crosstab Remaja Merokok tidak merokok Perhatian Keluarga
kurang
Count % within Perhatian Keluarga
baik
Count % within Perhatian Keluarga
Total
Count % within Perhatian Keluarga
merokok
Total
32
20
52
61.5%
38.5%
100.0%
68
29
97
70.1%
29.9%
100.0%
100
49
149
67.1%
32.9%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.289
.770
1
.380
1.113
1
.291
1.125 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.361
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
1.118
1
.290
149
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.10. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Perhatian Keluarga (kurang / baik) For cohort Remaja Merokok = tidak merokok For cohort Remaja Merokok = merokok N of Valid Cases
Lower
Upper
.682
.336
1.385
.878
.683
1.128
1.286
.813
2.037
149
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.190
Faktor Predisposisi * Remaja Merokok
Crosstab Remaja Merokok tidak merokok Faktor Predisposisi
kurang
Count % within Faktor Predisposisi
baik
Count % within Faktor Predisposisi
Total
Count % within Faktor Predisposisi
merokok
Total
23
38
61
37.7%
62.3%
100.0%
77
11
88
87.5%
12.5%
100.0%
100
49
149
67.1%
32.9%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.000
38.249
1
.000
41.595
1
.000
40.474 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
40.202
1
.000
149
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.06. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Faktor Predisposisi (kurang / baik) For cohort Remaja Merokok = tidak merokok For cohort Remaja Merokok = merokok N of Valid Cases
Lower
Upper
.086
.038
.196
.431
.309
.601
4.984
2.773
8.957
149
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.000
Faktor Penguat * Remaja Merokok
Crosstab Remaja Merokok tidak merokok Faktor Penguat
kurang
Count % within Faktor Penguat
baik
% within Faktor Penguat
35
75
53.3%
46.7%
100.0%
60
14
74
81.1%
18.9%
100.0%
100
49
149
67.1%
32.9%
100.0%
Count % within Faktor Penguat
Total
40
Count
Total
merokok
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.000
11.767
1
.001
13.318
1
.000
12.994 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
12.907
1
.000
149
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.34. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Faktor Penguat (kurang / baik) For cohort Remaja Merokok = tidak merokok For cohort Remaja Merokok = merokok N of Valid Cases
Lower
Upper
.267
.128
.558
.658
.518
.835
2.467
1.452
4.191
149
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.000
Faktor Pemungkin * Remaja Merokok
Crosstab Remaja Merokok tidak merokok Faktor Pemungkin
sulit didapat
Count % within Faktor Pemungkin
mudah didapat
% within Faktor Pemungkin Count % within Faktor Pemungkin
Total
29
27
56
51.8%
48.2%
100.0%
71
22
93
76.3%
23.7%
100.0%
100
49
149
67.1%
32.9%
100.0%
Count
Total
merokok
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.002
8.471
1
.004
9.425
1
.002
9.551 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.004
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
9.487
1
.002
149
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.42. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Faktor Pemungkin (sulit didapat / mudah didapat) For cohort Remaja Merokok = tidak merokok For cohort Remaja Merokok = merokok N of Valid Cases
Lower
Upper
.333
.164
.677
.678
.514
.895
2.038
1.293
3.212
149
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.002
Faktor Keluarga * Remaja Merokok
Crosstab Remaja Merokok tidak merokok Faktor Keluarga
kurang
Count % within Faktor Keluarga
baik
% within Faktor Keluarga
31
59
47.5%
52.5%
100.0%
72
18
90
80.0%
20.0%
100.0%
100
49
149
67.1%
32.9%
100.0%
Count % within Faktor Keluarga
Total
28
Count
Total
merokok
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.000
15.657
1
.000
17.032
1
.000
17.099 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
16.985
1
.000
149
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.40. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Faktor Keluarga (kurang / baik) For cohort Remaja Merokok = tidak merokok For cohort Remaja Merokok = merokok N of Valid Cases
Lower
Upper
.226
.109
.467
.593
.445
.791
2.627
1.627
4.242
149
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.000
Logistic Regression Case Processing Summary a
Unweighted Cases
N
Selected Cases
Included in Analysis
Percent 149
100.0
0
.0
Total Unselected Cases
149 0
100.0 .0
Total
149
100.0
Missing Cases
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
tidak merokok merokok
0 1 Categorical Variables Codings Parameter coding Frequency
Pendidikan
(1)
(2)
SD
21
1.000
.000
SMP
80
.000
1.000
SMA
48
.000
.000
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Predicted Remaja Merokok Observed Step 0
tidak merokok
Remaja Merokok
tidak merokok
Percentage Correct
merokok
100
0
49
0
merokok
100.0 .0
Overall Percentage
67.1
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E. -.713
Wald
.174
df
16.735
Sig. 1
.000
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
df
Sig.
Didik
6.331
2
.042
didik(1)
6.045
1
.014
didik(2)
.350
1
.554
6.331
2
.042
Overall Statistics
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Exp(B) .490
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
7.500
2
.024
Block
7.500
2
.024
Model
7.500
2
.024
Model Summary Step
-2 Log likelihood
1
181.244
Cox & Snell R Square
a
Nagelkerke R Square
.049
.068
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001. Classification Table
a
Predicted Remaja Merokok Observed Step 1
tidak merokok
Remaja Merokok
tidak merokok
Percentage Correct
merokok
100
0
100.0
49
0
.0
merokok Overall Percentage
67.1
a. The cut value is .500 Variables in the Equation
B Step 1
a
S.E.
Wald
Didik
df
Sig.
5.247
2
.073
didik(1)
-1.828
.800
5.226
1
.022
.161
didik(2)
-.196
.377
.271
1
.603
.822
Constant
-.423
.295
2.053
1
.152
.655
a. Variable(s) entered on step 1: didik. Variables in the Equation 95% C.I.for EXP(B) Lower Step 1
a
Upper
didik(1)
.034
.770
didik(2)
.393
1.720
a. Variable(s) entered on step 1: didik.
Block 2: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
Exp(B)
Model
7.500
df
Sig. 2
.024
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012
Model Summary Step
-2 Log likelihood
1
181.244
Cox & Snell R Square
a
Nagelkerke R Square
.049
.068
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001. Classification Table
a
Predicted Remaja Merokok Observed Step 1
tidak merokok
Remaja Merokok
tidak merokok
Percentage Correct
merokok
100
0
100.0
49
0
.0
Merokok Overall Percentage
67.1
a. The cut value is .500 Variables in the Equation
B Step 1
a
S.E.
didik
Wald
df
Sig.
5.247
2
.073
didik(1)
-1.828
.800
5.226
1
.022
.161
didik(2)
-.196
.377
.271
1
.603
.822
Constant
-.423
.295
2.053
1
.152
.655
a. Variable(s) entered on step 1: didik. Variables in the Equation 95% C.I.for EXP(B) Lower Step 1
a
Exp(B)
Upper
didik(1)
.034
.770
didik(2)
.393
1.720
a. Variable(s) entered on step 1: didik.
Analisa faktor..., Arozamati Wa'Ozaro Lase, FIKUI, 2012