SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENTING PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING (Studi Kasus Pada Gedung-Gedung Kampus UWKS) , 1 Miftahul Huda, 2 Titien Setiyo Rini, 3Johan Paing. 1, Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Universitas Diponegoro Semarang 2 Mahasiswa Program Doktor Universitas Brawijaya Malang 1,2,3,
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS)
email;
[email protected]. email;
[email protected] ABSTRAK Konsep Green Building merupakan salah satu upaya penghematan energi yang dapat diterapkan pada suatu gedung. Konsep ini akan lebih hemat energi karena dirancang, dibangun dan dioperasikan untuk meminimalkan dampak lingkungan total. Konsep Eco-campus, salah satunya mencakup penerapan green building pun sudah mulai dikembangkan di beberapa perguruan tinggi sejak beberapa tahun belakangan ini. Penelitian ini merupakan studi kasus tentang penerapan penilaian kriteria green building pada gedung-gedung di lingkungan kampus UWKS. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kriteria rating dan penerapan kriteria green building pada gedung-gedung di lingkungan kampus UWKS berdasarkan standar nasional Green Building Council Indonesia (GBCI). Metode penelitian dilakukan secara bertahap, pertama dipilih kriteria utama bangunan gedung berdasarkan jawaban responden sesuai dengan standar kriteria GBCI dengan metode wawancara atau kuisioner skala Likert (1-5). Kedua, berdasarkan kriteria utama terpilih, kemudian dilakukan pengukuran langsung di beberapa gedung yang dipilih secara purpose sampling. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kriteria utama yang perlu dimiliki gedung UWKS agar berkinerja sebagai green building berdasarkan GBCI meliputi ; 1) kondisi suhu dan kelembaban udara 2). tingkat pencahayaan ruangan, 3) efisiensi penggunaan air bersih 4). pemanfaatan sumber daya air alternatif, 5). efisiensi pemakaian energy dan 6). pencahayaan alami. Hasil penelitian juga menyimpulkan bahwa gedung-gedung kampus UWKS pada saat ini mempunyai nilai rating 65,22 % (gold) menurut GBCI. Untuk meningkatkan rating menuju green campus (eco campus) dimasa yang akan datang, disarankan kepada pengelola gedung kampus agar melakukan upaya-upaya nyata dalam meningkatkan prasarana dan sarana kampus sesuai standar GBCI. Kata kunci ; eco-campus, green building, GBCI, UWKS.
PENDAHULUAN Tingkat kesadaran global tentang lingkungan hidup dan perubahan iklim pada beberapa tahun belakangan ini meningkat de-ngan tajam. Berbagai gerakan hijau pun dila-kukan untuk melindungi bumi dengan mengimplementasikan berbagai upaya efisiensi penggunaan energi dan peminimalisiran keru-sakan lingkungan (Barbour, 2004; Ding, 2007). Upaya antisipasi pemanasan global tersebut pun dilakukan oleh sektor konstruksi, mengingat pada kenyataan bahwa industri konstruksi me-rupakan penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di bumi ini. Seluruh emisi CO2 yang ada didunia, 30%-40% dihasilkan oleh limbah konstruksi, sehingga setiap pengurangan emisi pada bangunan akan berdaya ungkit besar terhadap upaya antisipasi pemanasan global tersebut (Firsani & Utomo, 2012). Pemerintah Indonesia saat ini pun telah mengumumkan untuk memulai gerakan nasio-nal penghematan energi, baik dalam peng-hematan penggunaan bahan dan penghematan penggunaan listrik dan air di kantor-kantor pemerintah, BUMN, BUMD, dan penerangan jalan. Salah satu upaya nyata yang dapat dilakukan adalah dengan
menerapkan Konsep Green Building (Aristia Putri A, dkk., 2012). Konsep Green Building merupakan salah satu upaya penghematan energi yang dapat diterapkan pada suatu gedung, karena bangunan ini akan lebih hemat energi, dirancang, diba-ngun dan dioperasikan untuk meminimalkan dampak lingkungan total. Bangunan hijau adalah bangunan dimana sejak mulai dari proses perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasional pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek melindungi, menghemat, mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu, baik pada bangunan maupun mutu dari kualitas udara di dalam ruangan dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang semua harus berpegang kepada kaidah kesinambungan (GBCI, 2010). Konsep Eco-campus, yang salah satunya mencakup penerapan konsep green building atau kampus berekelanjutan mulai dikembang-kan di beberapa pergurun tinggi swasta maupun negeri sejak beberapa tahun belakangan ini. Eco-Campus bertujuan mengajak para indi-vidu dalam kampus serta tamu kampus un-tuk menjaga ketahanan sumber daya energi, air dan sumber daya alam serta melindungi ling-kungan melalui pengelolaan sampah, peng-hematan energi dan merubah perilaku lebih bersahabat lingkungan kampus. Menurut Thomashow (2009), kampus
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013
S 11
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
berkelanjutan adalah kampus yang menerapkan visi kawas-an ekologis dengan teknologi, karakter, komu-nitas, program, yang menciptakan dan membentuk gaya hidup ramah lingkungan pada orang-orang yang menjadi bagian dari kampus tersebut. Telah banyak Negara dan cara untuk melakukan assessment terhadap bangunan atau gedung yang akan maupun telah dibangun baik untuk bangunan gedung komersial, perkantoran maupun bangunan gedung kampus (Prayogo & Utomo, 2011). Sehingga saat ini dipandang perlu untuk mendapatkan cara/model bagi pengukuran kinerja gedung-gedung yang telah ada di lingkungan kampus UWKS. Penelitian ini merupakan studi kasus tentang penerapan penilaian kriteria green building pada gedung-gedung di lingkungan kampus UWKS yang mengacu pada standard nasional (GBCI, 2010). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kriteria rating (ser-tifikasi) dan penerapan kriteria green building pada gedung-gedung di lingkungan kampus UWKS berdasarkan standar nasional Green Building Council Indonesia (GBCI, 2010). Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan langkah program Eco-campus di masa yang akan datang. METODOLOGI Penelitian ini merupakan penelitian assess-ment untuk mengukur dan menganlisis kinerja green building pada gedung-gedung kampus UWKS berdasarkan kriteria standar nasional Green Building Council Indonesia (GBCI). Kriteria yang diukur sejumlah 31 kriteria dari total 41 kriteria, karena 10 kriteria tidak bisa diukur setelah bangunan berdiri (Aristia Putri A., dkk., 2012). Metode penelitian dilakukan secara bertahap, pertama dipilih kriteria utama bangunan gedung berdasarkan jawaban res-ponden sesuai dengan standar kriteria GBCI dengan metode wawancara atau kuisioner menggunakan skala Likert (1-5). Kedua, ber-dasarkan kriteria utama terpilih, kemudian dilakukan pengukuran langsung di beberapa gedung yang dipilih secara purpose sampling. Tahap pertama dilakukan penyebaran kuisio-ner kepada para responden dengan metode random sampling. Jumlah responden ditentukan sebanyak 100 responden yang terdiri dari ; pengurus yayasan, pimpinan Universitas/ Fakul-tas, staf akdemik, para dosen, mahasiswa, dan karyawan. Para responden diminta untuk menilai tingkat pencapaian yang akan menun-jukkan kriteria mana yang paling penting. Setelah pengumpulan data pada survey penda-huluan selesai, kemudian dilakukan analisa data untuk mengidentifikasi kriteria apa saja yang menentukan di dalam pelaksanaan Green Building,
dengan menggunakan statistika mean dan standar deviasi. Mean
:
Standar deviasi
:
Berdasarkan nilai mean dan SD masing-masing kriteria kemudian dilakukan pengelompokan untuk menentukan kriteria yang paling penting. Tahap kedua dilakukan pengukuran lang-sung pada beberapa gedung yang dipilih secara purpose sampling berdasarkan kriteria terpilih pada tahap pertama. Dalam penelitian ini variabel yang diamati pada pengukuran kinerja kriteria Green Building pada gedung-gedung kampus UWKS mengacu pada lembaga sertifikasi nasional (GreenshipGBCI), yaitu : 1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development /ASD) 2. Efisiensi Energi & Refrigeran (Energy Efficiency & Refrigerant/EER) 3. Konservasi Air (Water Conservation/WAC) 4. Sumber & Siklus Material (Material Re-sources & Cycle/MRC) 5. Kualitas Udara & Kenyamanan Udara (Indoor Air Health & Comfort/IHC) 6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Buil-ding & Enviroment Management) Pada tahap kedua ini dilakukan penga-matan secara kuantitatif dan kualitatif. Penga-matan kuantitatif dilakukan dengan cara pengukuran langsung pada obyek penelitian yaitu gedunggedung di kampus UWKS untuk mengukur penilaian tingkat green building dengan media alat bantu yang umum dipakai. Sedangkan pengamatan kualitatif dilakukan dengan cara wawancara verifikasi yaitu dengan memanfaatkan potensi sumber informasi dan pendapat dari sumber daya yang sudah dijelas-kan sebelumnya yaitu; pengurus yayasan, pimpinan universitas/fakultas, dosen, karyawan ataupun mahasiswa yang mengetahui Konsep Green Building secara umum dan seharihari mengamati / menempati gedung-gedung di kam-pus UWKS untuk mendapatkan informasi. Data dan informasi yang telah terkumpul dari pengamatan langsung baik dengan analisa kualitatif ataupun kuantitatif yang menghasilkan penilaian pengukuran kinerja kriteria green building pada gedung-gedung UWKS dengan bobot penilaian sesuai pengamatan peneliti yang mengacu pada kriteria Greenship. Setelah pe-ngukuran yang dilakukan oleh peneliti melalui pengamatan dan wawancara verifikasi dilaku-kan maka hasil penilaian yang terkumpul akan dianalisa hasil rating yang didapatkan sesuai standar pemeringkatan Greenship.
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013
S 12
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
HASIL DAN ANALISIS Karakteristik Responden Target jumlah responden yang diharapkan dari penelitian ini adalah 100 responden. Tetapi hasil penelitian responden yang menjawab dan mengembalikan kuisioner sebanyak 86 respon-den. Secara rinci karakteristik responden hasil penelitian ini dijelaskan pada Tabel 1 di bawah ini ; Tabel 1, Karakteristik Responden Karakteristik Responden Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan Jumlah Kelompok Responden: Pegurus Yayasan Pimpinan Universitas Pimpinan Fakultas Dosen Staf Akademik Mahasiswa Karyawan Alumni Jumlah Pendidikan Terakhir SLTA Diploma Strata-1 (S1) Strata-2 (S2) Strata-3 (S3) Jumlah Sumber: Hasil survei
F
(%)
40 46 86
46,5 53,5 100
2 2 17 24 15 15 6 5 86
2,3 2,3 19,8 27,9 17,4 17,4 7,1 5,8 100
23 2 8 51 2 86
26,8 2,3 9,3 59,3 2,3 100
Survey Awal Survey awal dilakukan dengan menyebar kuisioner yang berisi tentang 31 kriteria green building menurut Greenship (Aristia, dkk., 2012). Tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui penilaian responden tentang kriteria utama dalam menerapkam kriteria green
building. Hasil penilaian responden dapat dilihat pada Tabel 2. Uji Mean dan Standar Deviasi Berdasarkan hasil survey awal kemudian dilakukan perhitungan rata-rata (mean) dan standar deviasi (SD) untuk setiap kriteria green building berdasarkan jawaban 86 responden tersebut di atas. Hasil perhitungan mean dan SD untuk setiap kriteria dan reratanya dapat dilihat pada Tabel 2 . Berdasarkan nilai mean dan SD masingmasing kriteria green building, kemudian dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu : 1) Kwadran I ; mean ≥ 3,673 dan SD < 0,801 2) Kwadran II ; mean ≥ 3,673 dan SD ≥ 0,801 3) Kwadran III ; mean < 3,673 dan SD ≥ 0,801 4) Kwadran IV ; mean < 3,673 dan SD < 0,801
Hasil pengelompokan kriteria green building secara rinci dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah. Kelompok utama dan paling penting (kwadran I) menurut jawaban responden terdiri dari : 1) Thermal Comfort. 2) Natural Lighting. 3) Water Use Reduction 4) Alternative Water Resource. 5) Energy Efficiency Measure 6) Visual Comfort Tabel 2, Kriteria Green Building dan Hasil Perhitungan No
Kriteria Green Building
Mean
SD
Kel
1 2 3 4 5 6 7 8
Site Selection Water Fixtures Thermal Comfort Rainwater Harvesting Site Landscaping CO2 Monitoring Storm Water Management Environmentally Friendly Proccesed Product Natural Lighting Ventilation Regional Material Advance Waste Management Water Use Reduction Micro Climate Non ODS Usage Alternative Water Resource Energy Efficiency Measure Water Efficiency landscaping Community Accessibility Chemical Pollutants On Site Renewable Energy Certified Wood Water Recycling Pollution of construction Activity Building and Material Public Transportation Visual Comfort Climate Change Impact Acoustic Level Bicycle Environmental Tobacco Smoke Control Rerata
3.100 3.450 4.000 3.575 4.075 2.925 3.825
0.759 0.507 0.615 0.626 0.907 0.803 0.847
IV IV I IV II III II
2.850 4.200 4.325 3.175 3.500 4.300 3.850 4.275 4.175 4.000 3.600 3.100 4.175 3.950 2.825 4.075
0.819 0.664 1.093 0.791 0.629 0.702 0.834 0.877 0.551 0.765 0.724 0.868 0.961 0.850 1.177 0.860
III I II IV IV I II II I I IV III II II III II
3.625 3.625 3.125 4.150 3.150 3.225 3.475
0.490 1.184 0.730 0.747 0.973 0.898 0.571
IV III IV I III III IV
4.175 3.673
0.997 0.801
II
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Sumber : Hasil analisis
II
III
IV I
I
Gambar 1. Diagram Hubungan Mean dan SD
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013
S 13
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
Sumber : Hasil analisis Analisis Kriteria Paling Penting 1) Thermal Comfort Merupakan salah satu kriteria green building yang menetapkan perencanaan kondisi termal ruangan secara umum pada suhu 25o C dan kelembaban relatif (Relative Humudity = RH) udara 60%. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban ruangan beberapa gedung dije-laskan pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4, Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Rerata Hasil Pengukuran Masing-2 Gedung (o C) RH ( %) 1 Rektorat 25.3 48% 2 Pasca Sarjana 24.6 47% 3 Perpustakaan 27.8 49% 4 Gedung Serbaguna 27.5 52% 5 Fakultas Kedokteran 24.7 47% 6 Fakultas Ekonomi 26.4 48% 7 Fakultas Teknik 27.1 51% 8 Fakultas Hukum 27.9 54% Rerata 26.41 49,5 % Ket. ; Suhu dan RH memenuhi standar GBCI Sumber : Hasil Pengukuran Langsung. No
Fungsi Gedung
2) Natural Lightning Adanya lux sensor untuk otomatisasi pencahayaan buatan apabila intensitas cahaya alami kurang dari 300 lux, akan mendapatkan 2 poin (GBCI). Hasil pengukuran dan reratanya untuk pengukuran tingkat pencahayaan pada beberapa gedung di UWKS dapat dilihat pada Tabel 5, di bawah: Tabel 5 Hasil Pengukuran Tingkat Pencahayaan
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Fungsi Gedung Rektorat Pasca Sarjana Perpustakaan Serbaguna F.Kedokteran F.Ekonomi F.Teknik F.Hukum Rerata Standar GBCI
Lampu mati (lux) Siang 38,6 23,3 141,2 113,3 124,8 73,0 173,7 152,4 105,04 20-170
Lampu mati (lux) Pagi 40,2 54,2 32,8 22,7 22,8 19,2 30,3 33,5 31,96 20-50
Lampu mati (lux) Sore 2,78 2,78 2,82 2,81 2,77 2,76 2,78 2,80 2-3
Sumber : Hasil Pengukuran & GBCI (diolah)
3) Water Use Reduction Jumlah penghuni gedung kampus UWKS selama lima tahun terakhir rata-rata sekitar 7.500 orang (profil UWKS, 2012) . Kebutuhan air per hari diasumsikan sebagai berikut ; Jumlah penghuni dianggap 75 % masuk kerja/hari. Kebutuhan air = 75 % x 7.500 org x 80 liter/hr/orang = 450.000 ltr/hr. Kebutuhan efektif per bulan = 450.000 x 22 hari = 9.9000.000,- liter (75 % diambil dari PDAM dan 25 % dari sumur bor). Jadi kebutuhan air dari PDAM = 75 % x 9.900.000 = 7.425.000 liter (7.425 m3). Berdasarkan rekening pembayaran air PDAM mulai bulan Maret 2013 sampai dengan Agustus 2013, volume pemakaiaa air di UWKS dan penghematannya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6, Penghematan Pemakaian Air di UWKS Tiap Bulan Bulan/ Tahun (2013) Maret April Mei Juni Juli Agustus
Volume Pemakaia n (m3) 4.167 3.796 4.189 4.298 4.291 4.338
Volume Kebutuhan (m3) 7.425 7.425 7.425 7.425 7.425 7.425 Rerata
Penghe matan (%) 43.88 48.88 43.58 42.11 42.21 41.58 43.71
Sumber : BAU UWKS, 2013 (diolah). 4) Alternative Water Resource Hasil pengamatan di lapangan menun-jukkan bahwa gedung-gedung yang ada di lingkungan kampus UWKS sudah memanfaat-kan dan mendaya gunakan sumber air sekunder sebagai sumber air alternatif untuk penghematan sumberdaya air. Diperkirakan 75 % sumber air dari PDAM dan 25 % dari sumur bor. 5) Energy Efficiency Measure Nilai OTTV (Overall Thermal Transfer Value) dan RTTV (Roof Thermal Transfer Value) sesuai SNI 03-6389-2000 yaitu mak-simal sebesar 45 W/m2. Rumus untuk meng-hitung OTTV dinding dengan orientasi tertentu : OTTV = α [(Uw x ( 1 - WWR)] x TDek + ( SC x WWR x SF) + ( Uf x WWR x ΔT)
dimana : OTTV = α Uw
harga perpindahan termal menyeluruh pada dinding uar yang memiliki arah atau orientasi tertentu (W/m2). = absorbtansi radiasi matahari = Transmitansi termal dinding tak tembus cahaya (W/m2.K).
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013
S 14
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
WWR = Perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar pada orientasi yang ditentukan. TDek = Beda temperatur ekuivalen (K) SF = Faktor radiasi matahari (W/m2) SC = Koefisien peneduh dari sistem tenestrasi. Uf = Transmitansi termal fenetrasi (W/m2.K). ΔT = Beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam (diambil 5K). Rumus untuk menghitung OTTV seluruh din-ding luar :
3 4
Laboratorium Kantin
500 200
Sumber : SNI 03-6197-2000, Tabel 1 Pengukuran tingkat pencahayaan (iluminasi) dalam 3 waktu yang berbeda, yaitu pagi hari (08.30), siang hari (13.00) dan sore hari (17.00). Hasil pengukuran pencahayaan yang dilakukan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9, Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah (pagi hari) Ruang Kuliah
dimana : Aoi = luas dinding pada bagian dinding luar i (m2). Luas total ini termasuk semua permukaan dinding tak tembus cahaya dan luas permukaan jendela yang terdapat pada bagian dinding tersebut. OTTVi = nilai perpindahan termal menyeluruh pada bagian dinding i. Hasil pengukuran efesiensi pemakaian energi pada setiap gedung dapat dilihat pada Tabel 7. Rearata hasil pengukuran OTTV pada 8 gedung ( 35 titik) adalah sebesar 26,08 W/m2 < 45 W/m2 (GBCI). Tabel 7, Efisiensi Pemakaian Energi No
Juml Titik Pengukrn
Fungsi Gedung
1 2 3 4 5 6 7 8
Rektorat Pasca Sarjana Perpustakaan Gedung Serbaguna Fakultas Kedokteran Fakultas Ekonomi Fakultas Teknik Fakultas Hukum Rerata OTTV Standar GBCI = 45 W/m2
3 3 6 4 7 4 4 4
Rerata OTTV 30,5 25,3 35,3 20,5 22,5 24,5 25,4 24,6 26,08 OK
Sumber : Hasil Pengukuran Langsung (diolah) 6) Visual comfort (Tingkat Pencahayaan) Merupakan salah satu kriteria green building yang menetapkan perencanaan tingkat pencahayaan ruangan sesuai yang dianjurkan SNI 036197-2000. Tingkat pencahayaan ruangan untuk lembaga pendidikan ditunjukkan pada Tabel 8, dibawah ini. Tabel 8, Tingkat Pencahayaan Lembaga Pendidikan No
Fungsi Gedung
1 2
Ruang kelas Perpustakaan
Tingkat Pencahayaan (Lux) 250 300
Fak. Kedokteran Fak. Kedokteran Fakultas Ekonomi Fakultas Teknik Fakultas Hukum Pasca Sarjana Rerata OTTV
Nyala 365 360 375 368 375 355 366
Kondisi Lampu Mati ½ Nyala 110 175 115 165 45 165 55 135 45 165 75 150
Sumber : Hasil Pengukuran Langsung Tabel 10, Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah (siang hari) Ruang Kuliah Fak. Kedokteran Fak. Kedokteran Fakultas Ekonomi Fakultas Teknik Fakultas Hukum Pasca Sarjana Rerata OTTV
Nyala 375 380 390 377 388 370 380
Kondisi Lampu Mati ½ Nyala 55 180 50 175 45 170 35 170 45 170 50 160
Sumber : Hasil Pengukuran Langsung Tabel 11, Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah (sore hari) Ruang Kuliah Fak. Kedokteran Fak. Kedokteran Fakultas Ekonomi Fakultas Teknik Fakultas Hukum Pasca Sarjana Rerata OTTV
Nyala 260 260 295 265 239 230 259
Kondisi Lampu Mati ½ Nyala 2,88 150 2,90 120 2,75 148 2,75 115 2,60 140 2,65 100
Sumber : Hasil Pengukuran Langsung Tabel 9,10 dan 11 menunjukkan tingkat pencahayaan ruang kuliah pada waktu pagi, siang dan sore hari. Rerata OTTV pada kondisi lampu menyala > 250 Lux, artinya memenuhi persyaratan SNI 03-6197-2000. Namun demi-kian untuk penghematan pada waktu pagi dan siang lampu tidak perlu dinyalakan semua. Dengan cara yang sama perhitungan tingkat pencahayaan untuk ruang perpustakaan,
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013
S 15
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
laboratorium dan kantin dapat diukur sebagai-mana Tabel 9,10 dan 11. Hasil pengukuran ruang perpustakaan, laboratorium dan kantin juga memenuhi persyaratan SNI 03-6197-2000. Analisa Nilai Rating Analisa nilai rating (sertifikasi) bertujuan untuk membandingkan kriteria green building berdasarkan nilai point standar nasional (GBCI) dengan nilai point berdasarkan hasil pengukuran di lapangan. Hasil perbandingan tersebut dida-pat sebesar 47,8 % (silver) menurut GBCI, sebagaimana dijelaskan pada Tabel 12. Tabel 12 Perbandingan Kriteria Green Building No 1
KRITERIA
2
0
1
1
7
5
Water Use Reduction
1
1
Visual Comfort Menggunakan lampu dengan iluminasi (tingkat pencahayaan) ruangan sesuai SNI 03-61972000 Tabel 1
TOTAL Persentase
23
15
15/23=65,22%
Sumber ; GBCI & hasil pengukuran Setiap bangunan yang disertifikasi harus memenuhi syarat kelulusan awal (pre-requisite) dari keenam katagori di atas. GBCI memberikan peringkat penilaian green building berdasarkan perolehan poin. Untuk bangunan greenship platinum nilai poin 74, gold 58 poin, silver 48 poin dan bronze 35 poin. Dengan demikian gedunggedung di kampus UWKS termasuk katagori gold menurut GBCI karena jumlah poinnya 65
1. Pengukuran penilaian kriteria green building pada gedung-gedung kampus UWKS menyimpulkan bahwa terdapat 6 kriteria green building yang dianggap paling utama berdasarkan pengukuran pada setiap kriteria-nya, yaitu ; Thermal Comfort (kondisi suhu dan kelembaban udara), Natural Lighting (tingkat pencahayaan ruangan), Water Use Reduction (efisiensi penggunaan air bersih ), Alternative Water Resource (pemanfaatan sumber daya air alternatif), Energy Efficien-cy Measure (efisiensi pemakaian energy) dan Visual Comfort (pencahayaan alami). 2. Tingkat rating sertifikasi Green Building pada gedung-gedung UWKS adalah sebesar 65,22 %, atau dikatagorikan gold menurut GBCI. DAFTAR PUSTAKA
Alternative Water Resources 1
0
Energy Efficiency Measure Tiap penurunan 3 W/m2 dari nilai OTTV 45 W/m2 (SNI 03-6389-2000) mendapatkan nilai 1 poin sampai maks 5 poin Menggunakan lampu dengan daya pencahayaan 30%, yg lebih hemat dari pada daya pencahayaan yg tercantum dalam SNI 03-6197-2000 Zonasi pencahayaan untuk seluruh ruang kerja yang
1
KESIMPULAN
Meggunakan salah satu dari tiga alternatif sebagai berikut: air kondensasi AC air bekas wudu, atau air hujan.
5
6
1
0
2
Konsumsi air bersih dengan jumlah 80% dari sumber primer tanpa mengurangi jumlah kebutuhan per orang sesuai dengan SNI 03-7065-2005 seperti pada tabel terlampir Setiap penurunan konsumsi air bersih dr sumber primer sebesar 5% sesuai dengan acuan pada poin 1 akan mendapatkan nilai 1 dngan nilai maks sebesar 7 poin
4
1
1
Natural Lighting P engggunaan cahaya alami secara optimal sehingga minimal 30% luas lantai yang digunakan untuk bekerja mendapat kan intensitas cahaya alami minimal sebesar 300lux Jika butir satu dipenuhi lalu ditambah dengan adanya lux sensor untuk otomatisasi pencahayaan buatan apabila intensitas cahaya alami kurang dari 300lux, didapatkan tambahan nilai 2 poin
3
UWKS POINT
Thermal Comfort Menetapkan perencanaan kondisi termal ruangan secara umum pada suhu 250 C dan kelembababan relatif 60%.
2
GBCI POINT
dikaitkan dgn sensor gerak Penempatan tombol lampu dlm jrak pencapaian tangan pada saat buka pintu
5
5
1
1
1
0
Aristia Putri A., M. Arif Rohman, dan Chris-tiono Utomo, 2012. Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS, Jurnal Teknik ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012), D107-D112, ISSN: 2301-9271, Badan Standarisasi Nasional. 2000. Konservasi Energi Selubung Bangunan Pada Ba-ngunan Gedung, SNI 03-6389-2000. Badan Standarisasi Nasional. 2000. Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan, SNI 036197-2000. Barbour, 2004. The Barbour Report 2003. Uni-ted Business Media, Berkshire, Windsor.
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013
S 16
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
Ding. 2007. Sustainable Construction – The Role of Environmental Assesment Tools. Australia. Firsani T., dan Utomo C., 2012. Analisa Life Cycle Cost pada Green Building Dia-mond Building Malaysia, Jurnal Teknik ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012), D34-D39, ISSN: 23019271, Imam Prayogo & Christiono Utomo, 2012. Model Pengukuran Kineja Sustainable BuildingSuatu Perspektif Pada Gedung H Kampus ITS, Surabaya. Indonesia, Green Building Council (GBCI), 2010. Greenship Existing Buildings,
. Konservasi Energi Selubung Bangunan Pada Bangunan Gedung (SNI 03-6389-2000). Badan Standarisasi Nasional, Jakarta (2000). Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan (SNI 03-6197-2000), Badan Standarisasi Nasional, Jakarta (2000). Thomashow, Mitchell. 2009. The Nine Elements of a Sustainable Campus. Ame-rika: Unity College. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, 2013, Arsip Pembayaran Rekening Air PDAM Kota Surabaya, Bulan Maret s/d Agustus 2013.
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013
S 17