PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING ASPEK SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL, KUALITAS SERTA KENYAMANAN UDARA PADA GEDUNG ANDI HAKIM NASOETION REKTORAT IPB
KIRANA AYU PRATIWI SIDIK
TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penilaian Kriteria Green Building Aspek Sumber dan Siklus Material, Kualitas serta Kenyamanan Udara pada Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015 Kirana Ayu Pratiwi Sidik NIM F44110002
ABSTRAK KIRANA AYU PRATIWI SIDIK. Penilaian Kriteria Green Building Aspek Sumber dan Siklus Material, Kualitas serta Kenyamanan Udara pada Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB Dibimbing oleh YUDI CHADIRIN dan ERIZAL. Konsep bangunan hijau merupakan sebuah isu penting dalam desain arsitektur. IPB sebagai salah satu kampus di Indonesia yang memprioritaskan masalah-masalah lingkungan seharusnya telah menerapkan konsep green building, akan tetapi pada kenyataannya belum ada satupun bangunan di IPB yang memiliki sertifikat green building dari GBCI. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis kesesuaian dan penilaian pada Gedung AHN Rektorat IPB berdasarkan kriteria green building dalam aspek sumber dan siklus material, kualitas serta kenyamanan udara berdasarkan GBCI dan memberikan rekomendasi perbaikan yang dapat dilakukan. Penilaian dilakukan menggunakan Greenship Rating Tools versi 1.0 yang disusun oleh GBCI. Terdapat dua jenis data dalam penelitian ini, yaitu data primer dan sekunder. Ada delapan poin penilaian dalam aspek sumber dan siklus material, terdiri dari tiga poin prasyarat dan lima poin angka. Ada sembilan poin penilaian dalam aspek kualitas dan kenyamanan udara, terdiri dari satu poin prasyarat dan delapan poin angka. Hasil penilaian terhadap penerapan green building pada Gedung AHN Rektorat IPB adalah aspek kualitas dan kenyamanan udara atau IHC mencapai 35% (7 dari 20 poin) sedangkan aspek sumber dan siklus material atau MRC mencapai 25% (3 dari 12 poin). Total perolehan Gedung AHN Rektorat IPB mencapai 36,75% (43 dari 117 poin), sehingga memperoleh peringkat perunggu. Gedung rektorat perlu melakukan evaluasi salah satunya adalah melengkapi SOP dan surat pernyataan komitmen manajemen puncak yang menjadi syarat dan prasayarat green building. Kata kunci: bangunan hijau, GBCI, material, kenyamanan udara, kualitas udara.
ABSTRACT KIRANA AYU PRATIWI SIDIK. Assessment Criteria Of Green Building Aspects Material Source And Cycle, Air Quality And Comfort In Andi Hakim Nasoetion Building Of IPB Rectorate. Supervised by YUDI CHADIRIN dan ERIZAL. Green concept bulding were a current essential issue in architectural design. Bogor Agricultural University as one of Indonesian leading university whom prioritizing environmental issue should apply green concept in its own building. The fact that none of IPB buildings were equipped with greeen building certificate namely from GBCI. The aims of this study was to assess and analyze the suitability of AHN Building of IPB Rectorate to be categorized as green building. Green building criteria assessment and analyze were performed on material source and cycle aspect, air quality and comfort all of it were based on GBCI and giving recomendation on what can be done for improvement. Assessment were performed using Greenship Rating Tools versi 1.0 created by GBCI. There are
two types of data in this study which is primary and secondary data. There were eight points of assessment on material source and cycle aspect which is three points of requirements and five value points. There were nine points of assessment on air quality and comfort which is one points of requirements and eight value points. The results of the assessment showed that green building implementation on AHN building of IPB Rectorate includings air quality and comfort (IHC) was reaching 35% (7 of 20 points). The results of the assessment on material source and cycle (MRC) was reaching 25% (3 of 12 points). The total accomplishment of AHN building of IPB Rectorate was reaching 36,75% (43 of 117 points), makes it granted bronze category. Rectorate building need to evaluate and fulfil its requirement to become a green building. Some of the requirement were to complete the SOP and letter of commitment of the top management about the green building initiative. Keywords: comfort air, GBCI, green building, material, quality air.
PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING ASPEK SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL, KUALITAS SERTA KENYAMANAN UDARA PADA GEDUNG ANDI HAKIM NASOETION REKTORAT IPB
KIRANA AYU PRATIWI SIDIK
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Jud ul Skripsi: Penilaian Kritetia Green Building Aspek Sumber dan Siklus Material , Kualitas serta Kenyamanan Udara pada Gedung Ancli Hakim Nasoetion Rektorat IPB : Kirana Ayu Pratiwi Sidik Nama NJM : F44110002
Disetujui oleh
Dr. Yudi Chadirin, S.Tp., M.Agr Pembimbing I
ui oleh
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
0 8 JUL 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah Penilaian Kriteria Green Building Aspek Sumber dan Siklus Material, Kualitas serta Kenyamanan Udara pada Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Bapak Dr. Yudi Chadirin, S.TP., M.Agr dan Bapak Dr. Ir. Erizal, M.Agr. selaku pembimbing yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis dalam meyelesaikan skrips ini. 2. Orang tua dan kakak-kakak penulis yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Dhanu Prakoso yang selalu membantu, menyemangati dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Teman-teman tim penelitian Desi Eva Fatra L.T. dan Iriani Mustika Furi yang telah bekerjasama menyelesaikan penelitian untuk skripsi ini. 5. Teman-teman Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor angkatan 48 (SIL 48) untuk setiap semangat, doa dan dukungannya. 6. Staf Tata Usaha Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan dan Staf Tata Usaha Fakultas Teknologi Pertanian yang telah membantu dalam hal administrasi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknik Sipil dan Lingkungan.
Bogor, Agustus 2015
Kirana Ayu Pratiwi Sidik
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
METODE
5
Waktu dan Tempat
5
Metode Pelaksanaan
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas dan Kenyamanan Udara Sumber dan Siklus Material SIMPULAN DAN SARAN
7 7 13 16
Simpulan
16
Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
18
RIWAYAT HIDUP
47
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5.
Peringkat Green Building untuk Existing Building Butir-butir penilaian GBCI Data hasil pengukuran kualitas udara di Gedung AHN Rektorat IPB Data hasil pengukuran tingkat kebisingan di Gedung AHN Rektorat IPB Daftar material ramah lingkungan
4 5 9 11 14
DAFTAR GAMBAR 1. Presentase tingkat kenyamanan pengguna Gedung AHN Rektorat IPB
12
DAFTAR LAMPIRAN 1. Data hasil pengukuran laju udara ventilasi di Gedung AHN Rektorat IPB 2. Data hasil pengukuran tingkat pencahayaan di Gedung AHN Rektorat IPB 3. Hasil analisis kriteria green building aspek kualitas dan kenyamanan udara pada Gedung AHN Rektorat IPB 4. Contoh surat pernyataan yang memuat kebijakan manajemen puncak mengenai pembelanjaan material ramah lingkungan 5. Contoh surat pernyataan yang memuat kebijakan manajemen puncak mengenai pengelolaan sampah berdasarkan pemilahan 6. Contoh SOP pemilahan sampah 7. Rekomendasi bak kompos 8. Contoh SOP pengelolaan limbah B3 9. Hasil analisis kriteria green building aspek sumber dan siklus material pada Gedung AHN Rektorat IPB 10. Peta lokasi pengambilan data primer
18 20 22 26 27 28 29 30 36 41
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Konsep bangunan hijau merupakan sebuah isu penting dalam desain arsitektur. Bangunan harus dirancang atas dasar pemikiran yang berwawasan lingkungan dan berdasarkan kepedulian tentang konservasi lingkungan dengan penekanan pada efisiensi energi dan pola keberlanjutan. Dalam dunia arsitektur muncul fenomena sick building syndrome yaitu permasalahan kesehatan dan ketidak nyamanan karena kualitas udara dan polusi udara dalam bangunan yang ditempati yang mempengaruhi produktivitas penghuni, adanya ventilasi udara yang buruk, dan pencahayaan alami kurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, misalnya: emisi ozon mesin fotokopi, polusi dari perabot dan panel kayu, asap rokok, dsb. Kualitas udara dalam ruangan sangat bergantung pada sistem ventilasi yang dirancang. Bangunan harus mampu menyediakan ventilasi yang memadai dan menyuplai udara bersih dari luar. Selain itu, selama proses desain dan konstruksi berlangsung pemilihan bahan bangunan dan produk/fasilitas dengan emisi nol atau rendah akan saat penting dilakukan guna meningkatkan kualitas udara dan kenyamanan bangunan. Material bahan bangunan yang tepat berperan besar dalam menghasilkan bangunan berkualitas ramah lingkungan. Tidak hanya kualitas udara dan material yang harus diperhitungkan. Tingkat kebisingan, pencahayaan, kebersihan, jumlah bakteri, dan ruangan yang bebas dari hama penggangu juga merupakan hal yang sangat penting untuk diperhitungkan untuk meningkatkan kenyamanan ruang. Indonesia telah memiliki standar Greenship yang berada di bawah lembaga sertifikasi nasional Green Building Council Indonesia (GBCI) sebagai lembaga independen penyedia jasa sertifikasi bangunan ramah lingkungan. Manfaat dari adanya sertifikasi green building selain sebagai bentuk usaha penaatan lingkungan juga memberikan keuntungan yaitu peningkatan citra dan persepsi masyarakat yang pada akhirnya menjadikan nilai market/investasi lebih dibandingkan dengan gedung konvensional (GBCI 2012). IPB sebagai salah satu kampus di Indonesia yang memprioritaskan masalah-masalah lingkungan seharusnya telah menerapkan konsep green building pada pembangunan gedung-gedungnya, akan tetapi pada kenyataannya belum ada satupun bangunan di IPB yang memiliki sertifikat green building dari GBCI. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana bangunan gedung di IPB memenuhi kriteria green building tersebut.
Perumusan Masalah Penelitian mengenai penilaian kriteria green building aspek sumber dan siklus material, kualitas serta kenyamanan udara pada Gedung Andi Hakim Nasoetion (AHN) Rektorat IPB berdasarkan permasalahan latar belakang yang telah dibahas meliputi: 1. Sejauhmana IPB telah menerapkan konsep green building pada Gedung AHN Rektorat IPB.
2 2. Material bahan bangunan seperti apa yang dapat digunakan agar menghasilkan bangunan berkualitas ramah lingkungan. 3. Faktor-faktor pendukung kenyamanan ruang, seperti kualitas udara, pencahayaan, kebisingan, dan lain sebagainya.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Melakukan analisis kesesuaian dan penilaian pada Gedung AHN Rektorat IPB berdasarkan kriteria green building dalam aspek sumber dan siklus material berdasarkan GBCI. 2. Melakukan analisis kesesuaian dan penilaian pada Gedung AHN Rektorat IPB berdasarkan kriteria green building dalam aspek kualitas dan kenyamanan udara berdasarkan GBCI. 3. Memberikan rekomendasi perbaikan yang dapat dilakukan pada Gedung AHN Rektorat IPB agar sesuai dengan kriteria green building.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai Gedung AHN Rektorat IPB dalam sistem penerapan greenship GBCI dan menjadi contoh penerapan bagi gedung-gedung lain yang ada dikawasan kampus IPB.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan dengan ruang lingkup sebagai berikut: 1. Green Building aspek sumber dan siklus material, kualitas serta kenyamanan udara ditinjau berdasarkan Greenship Rating Tools Existing Building versi 1.0. 2. Analisis kualitas udara ruangan yang menunjukkan adanya introduksi udara luar minimal sesuai dengan SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Ventilasi dan Sistem Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung. 3. Analisis sumber pencemar udara berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri dan SNI 19‐0232‐2005 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Zat Kimia di Udara Tempat Kerja. Parameter yang dianalisis ,yaitu Asam sulfida (H2S), Amonia (NH3), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur dioksida (SO2), debu total, Volatile Organic Compound (VOC), formaldehida, dan asbes., 4. Analisis tingkat pencahayaan (iluminasi) di setiap ruang kerja berdasarkan SNI 03 6197-2000 tentang Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan. 5. Analisis tingkat bunyi di ruang kerja berdasarkan SNI 03‐6386‐2000 tentang Spesifikasi Tingkat Bunyi dan Waktu Dengung dalam Bangunan Gedung dan Perumahan.
3
TINJAUAN PUSTAKA Green Building Gedung atau bangunan mempunyai pengaruh yang begitu besar terhadap kehidupan manusia di dunia. Bangunan tersebut bisa memperkaya suatu komunitas, kesehatan, mendukung kegiatan dan bisnis. Bangunan juga mempunyai pengaruh pada budaya dan lingkungan. Green building tidaklah bisa hanya diartikan sebagai bangunan atau gedung hijau. Secara umum green building construction diartikan sebagai pembangunan struktur bangunan dengan proses atau tahapan yang berorientasi terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh life-cycle bangunan itu sendiri, mulai dari penentuan langkah untuk mendesain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi dan dekonstruksi. Sepintas bangunan ini dapat dilihat dari bentuk, fungsi dan tingkat pemakaian energi dalam operasionalnya. Bangunan hijau (green building) mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup bangunan, dari penentuan tapak sampai desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan pembongkaran. Green building adalah konsep untuk „bangunan berkelanjutan‟ dan mempunyai syarat tertentu, yaitu lokasi, sistim perencanaan dan perancangan, renovasi dan pengoperasian, yang menganut prinsip hemat energi serta harus berdampak positif bagi lingkungan, ekonomi dan sosial (Sudarwani 2012). Sistem Rating Green Building di Indonesia (Greenship) Greenship adalah sebuah perangkat penilaian yang disusun oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) untuk menentukan apakah suatu bangunan dapat dinyatakan layak bersertifikat "bangunan hijau" atau belum. Greenship bersifat khas Indonesia seperti halnya perangkat penilaian di setiap negara yang selalu mengakomodasi kepentingan lokal setempat. Program sertifikasi Greenship diselenggarakan oleh Komisi Rating GBCI secara kredibel, akuntabel dan penuh integritas. Penyusunan Greenship ini didukung oleh World Green Building Council, dan dilaksanakan oleh Komisi Rating dari GBCI. Greenship sebagai sebuah sistem rating terbagi atas enam aspek yang terdiri dari :
Tepat guna lahan (appropriate site development/ASD) Efisiensi energi & refrigeran (energy efficiency & refrigerant/EER) Konservasi air (water conservation/WAC) Sumber & siklus material (material resources & cycle/MRC) Kualitas udara & kenyamanan udara (indoor air health & comfort/IHC) Manajemen lingkungan bangunan (building & enviroment management/BEM)
Masing-masing aspek terdiri atas beberapa rating yang mengandung kredit yang masing-masing memiliki muatan nilai tertentu dan akan diolah untuk menentukan penilaian. Poin nilai memuat standar-standar baku dan rekomendasi untuk pencapaian standar tersebut. Menurut kondisi gedungnya, greenship terdiri dari dua kategori, yaitu bangunan baru (new building/NB) dan bangunan
4 terbangun (existing building/EB). Tahap penilaian greenship terdiri dari dua tahap, yaitu pengakuan desain (desain recognition/DR) dan penilaian akhir (final assessment/FA). Ada empat peringkat dalam penilaian green building, yaitu : Tabel 1 Peringkat Green Building untuk Existing Building Poin Terkecil Poin Persentase (%) Platinum 86 73 Emas 67 57 Perak 54 46 Perunggu 41 35 Sumber : Green Bulding Council Indonesia. (2012) Predikat
Aspek Sumber dan Siklus Material Material yang digunakan untuk membangun harus diperoleh dari alam, dan merupakan sumber energi terbarukan yang dikelola secara berkelanjutan. Material diperoleh secara lokal untuk mengurangi biaya transportasi. Material dipakai menggunakan green specification yang termasuk ke dalam daftar life cycle analysis seperti energi yang dihasilkan, daya tahan material, minimalisasi limbah, penggunaan kayu bersertifikat, dan kemampuan untuk dapat didaur ulang. Dalam pembangunan dengan konsep green building pada dasarnya menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir tingkat pembuangan sampah serta komponen yang hemat biaya dan juga memanfaatkan bahan-bahan sisa bangunan yang masih bisa didaur ulang atau dipakai lagi. Daur ulang adalah proses pengolahan dimana sebelumnya barang tersebut tidak terpakai kemudian diolah/dirangkai sehingga barang tersebut menjadi barang yang memiliki nilai. Daya tahan material bahan bangunan harus tetap diuji kelayakannya, namun tetap mengandung unsur ramah lingkungan dan bahan daur ulang sehingga dapat mengurangi produksi sampah. Untuk pemenuhan bahan-bahan yang ramah lingkungan dianjurkan untuk tidak memakai bahan-bahan yang merusak ozon serta tidak memakai bahan-bahan yang membuat keadaan dalam bangunan menjadi panas. Penggunaan bahan-bahan material bekas yang masih bisa terpakai, contohnnya kayu, lantai, kusen, dll. Aspek Kualitas dan Kenyamanan Udara Berkaitan dengan kualitas udara, Green building harus menggunakan material dan produk-produk non-toxic yang akan meningkatkan kualitas udara dalam ruangan dan mengurangi tingkat asma, alergi dan sick building syndrome. Green building menggunakan material yang bebas emisi dan tahan untuk mencegah kelembaban yang menghasilkan spora dan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam ruangan juga harus didukung dengan menggunakan sistem ventilasi yang efektif dan bahan-bahan pengontrol kelembaban. Memaksimalkan dan meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan adalah prinsip green building yang tak kalah penting untuk diwujudkan, terutama untuk bangunan di mana banyak aktifitas di dalamnya, seperti rumah maupun kantor.
5 Minimalkan atau hindarkan penggunaan material VOC (volatile organic compound) untuk mengurangi bau yang tersebar ke seluruh ruangan.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Februari hingga Mei 2015. Gedung yang akan menjadi target penilaian kriteria green building adalah Gedung Andi Hakim Nasoetion (AHN) Rektorat IPB yang bertempat di Jalan Lingkar Akademik, Kampus IPB Dramaga, Bogor.
Metode Pelaksanaan Penilaian dilakukan dengan menggunakan sistim rating, yaitu suatu alat berisi butir-butir dari aspek penilaian yang disebut rating dan setiap butir rating mempunyai nilai. Apabila suatu bangunan berhasil melaksanakan butir rating, maka bangunan itu akan mendapatkan poin nilai dari butir tersebut. Ada dua jenis penilaian dalam rating tool ini, yaitu nilai angka dan nilai prasyarat (P). Bila jumlah semua poin nilai yang berhasil dikumpulkan mencapai suatu jumlah yang ditentukan, maka bangunan tersebut dapat disertifikasi untuk tingkat sertifikasi tententu (GBCI 2012). Butir-butir penilaian yang harus diperhitungkan dari masing-masing aspek adalah sebagai berikut : Tabel 2 Butir-butir penilaian GBCI KODE
RATING
NILAI KODE MAKS
MATERIAL RESOURCES AND CYCLE (MRC) P1 Fundamental Refrigerant P P2 Material Purchasing Policy P
NILAI MAKS
INDOOR HEALTH AND COMFORT (IHC) P1 IHC 1
P3
Waste Management Policy
P
IHC 2
MRC 1
Non ODS Usage
2
IHC 3
3
IHC 4
MRC 2 Material Purchasing Practice
RATING
MRC 3 Waste Management Practice 4 IHC 5 IHC 6 Hazardous Waste MRC 4 2 Management IHC 7 MRC 5 Management of Used Good 1 IHC 8 NILAI TOTAL 12 Sumber : Green Bulding Council Indonesia. (2012)
No Smoking Campaign Outdoor Air Introduction Environmental Tobacco Smoke Control CO2 and CO Monitoring Physical and Chemical Pollutants Biological Pollutant Visual Confort Acoustic Level Building User Survey NILAI TOTAL
P 2 2 2 6 3 1 1 3 20
Terdapat dua jenis data dalam penelitian ini, yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan, seperti pengukuran
6 laju udara ventilasi, kualitas udara, tingkat pencahayaan, dan tingkat kebisingan. Menurut Satwiko (2009) laju udara ventilasi berdasarkan perbedaan tekanan angin dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Q = Cv.A.V
(1)
Keterangan: Q = Laju ventilasi (m3/detik) A = Luas bukaan inlet (m2) V = Kecepatan angin (m/detik) Cv = Efektivitas bukaan (Cv dianggap sama dengan 0,5~0,6 untuk angin frontal dan 0,25~0,35 untuk arah angin yang diagonal) untuk luas area bukaan inlet dan outlet yang sama. Pengukuran kecepatan angin dilakukan dengan menggunakan anemometer merek MASTECH type MS6252A. Pada penggunaan ventilasi mekanis harus diketahui pertukaran udara per jamnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ACR = 60 x CFM / V
(2)
Keterangan: ACR = Pertukaran udara per jam CFM = Laju udara dalam ruang (feet3/menit) V = Volume ruangan (feet3) Pengukuran kualitas udara dilakukan dengan bantuan Gas Sampler Impinger merek BINALAB type CS-596-AC. Pengukuran kualitas udara dalam ruang dilakukan secara acak dengan titik sampel pada lobi utama dan beberapa ruang kerja. Pengukuran dilakukan minimal 1 titik sampel per 1000 m2 atau jumlah maksimal penilaian sampel adalah 25 titik untuk satu gedung. Pengambilan sampel udara di lapangan dilanjutkan dengan pengujian di laboratorium. Pengukuran tingkat pencahayaan menggunakan alat digital, yaitu Luxmeter merek KRISBOW type KW06-291. Pengukuran tingkat kebisingan menggunakan Sound Level Meter merek KRISBOW type KW06-291, dilakukan secara acak sebanyak lima titik sampel dari minimal setiap satu ruang per dua lantai. Pengukuran dilakukan dalam rentang waktu 11 jam (selama jam kerja). Pembacaan alat disetiap titik dilakukan per lima detik selama 10 menit disetiap rentang waktu pengukuran yang telah ditetapkan. Data hasil pengukuran diolah dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Leq (1 menit) = 10 log Leq (10 menit) = 10 log
( ( )
( )
)
( )
(3)
)
( )
(4)
Ls = 10 log
(
Keterangan : Leq L1,L2,…,L10 Ls Ta,Tb,Tc
= Tingkat kebisingan (dBA) = Tingkat kebisingan setiap 5 detik dalam 1 menit (dBA) = Tingkat kebisingan siang hari (dBA) = Rentang waktu pengukuran (Ta = 3, Tb = 2, dan Tc = 6) (Jam)
(5)
7 La Lb Lc
= Tingkat kebisingan pada pukul 06.00-09.00 (dBA) = Tingkat kebisingan pada pukul 09.00-11.00 (dBA) = Tingkat kebisingan pada pukul 11.00-17.00 (dBA)
Data sekunder diperoleh dari pengumpulan surat-surat pernyataan mengenai kebijakan manajemen puncak, dokumentasi kampanye lingkungan, dokumen pembelanjaan material, Standar Prosedur Operasi (SOP), dan lain sebagainya. Pengumpulan data juga dilakukan melalui wawancara dengan pihak terkait apabila data sekunder tidak dapat diperoleh dalam bentuk dokumen namun telah terlaksana. Survei dilakukan untuk memastikan bahwa SOP dan kebijakan yang dibuat telah ada tindak nyatanya. Dilakukan pula survei pada pengguna gedung mengenai tingkat kenyamanan gedung tersebut untuk mendukung data penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas dan Kenyamanan Udara Aspek kualitas dan kenyamanan udara terdiri atas 1 rating prasyarat dan 8 rating biasa dengan total nilai maksimal adalah 20 poin. Hasil penilaian terhadap rating yang ada pada greenship untuk aspek ini, antara lain: Tanda-Tanda Dilarang Merokok (No Smoking Campaign) Ada 2 hal yang menjadi prasyarat dalam aspek ini. Pertama, adanya surat pernyataan yang memuat komitmen dari manajemen puncak untuk mendorong minimalisasi aktifitas merokok dalam gedung. Kedua, adanya kampanye dilarang merokok yang mencakup dampak negatif dari merokok terhadap diri sendiri dan lingkungan dengan minimal pemasangan kampanye tertulis secara permanen di setiap lantai, antara lain berupa: stiker, poster, email. Poin prasyarat ini sudah terpenuhi oleh pihak Rektorat IPB. Surat edaran larangan merokok telah dibuat, kampanye larangan merokok juga telah dilakukan oleh pihak rektorat dengan menyebarkan selebaran peringatan dan memasang sticker tanda dilarang merokok pada setiap ruangan. Poster mengenai bahaya rokok juga dipasang di beberapa sudut untuk menegaskan bahaya dari rokok. Introduksi Udara Luar Ruangan (Outdoor Air Introduction) Tolok ukur pada poin ini adalah kualitas udara ruangan yang menunjukan adanya introduksi udara luar minimal sesuai dengan SNI 03‐ 6572‐2001 tentang Tata Cara Ventilasi dan Sistem Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung. Jika memenuhi syarat tersebut akan mendapatkan nilai 2. Data hasil pengukuran disajikan pada Lampiran 1. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa seluruh ruangan yang digunakan sebagai sampel pengukuran menggunakan ventilasi mekanis yaitu AC yang sudah sesuai dengan baku mutu. Adapula ruangan yang menggunakan ventilasi alami untuk memenuhi kebutuhan udaranya, yaitu Ruang Biro Keuangan (lt.3) dan lobi lantai 6. Namun kedua ruangan tersebut tidak memenuhi baku mutu. Pada Ruang Biro Keuangan (lt.3) ketidakcukupan suplai udara dikarenakan pada saat pengukuran jendela yang terbuka hanya 1 (1,17x0,95m) dari 7 jendela yang ada. Sedangkan pada lobi lantai 6
8 ketidakcukupan suplai udara dikarenakan saat pengukuran kecepatan angin sebesar 0.42 m/detik dibawah kecepatan angin normal rata-rata, yaitu 0.58 m/detik. Pada Lampiran 1 ditampilkan pula kondisi laju udara di lobi lantai 6 saat kecepatan angin normal dan maksimal dalam kondisi 15 jendela, 3 pintu, dan 20 ventilasi terbuka dengan luas bukaan masing-masing sebesar (1,17x0,95) m2/jendela, (2,1x0,95) m2/pintu, dan (0,95x0,95) m2/ventilasi. Adapula perbandingan kondisi laju udara di Ruang Biro Keuangan (lt.3) saat pengukuran dan kecepatan angin normal dalam kondisi 7 jendela dan 10 ventilasi terbuka dengan luas bukaan masing-masing sebesar (1,17x0,95) m2/jendela dan (0,95x0,95) m2/ventilasi. Namun dari kedua ruangan tersebut hanya lobi lantai 6 saat kecepatan angin maksimal yang sesuai dengan baku mutu sedangkan yang lainnya belum sesuai. Oleh karena itu, hanya lobi lantai 6 saja yang dapat menggunakan ventilasi alami, sedangkan untuk Ruang Biro Keuangan (lt.3) harus menggunakan ventilasi mekanis untuk memenuhi kebutuhan udara bersih dalam ruanagan. Gedung rektorat mendapatkan nilai 2 untuk poin ini. Pemantauan Lingkungan Terhadap Asap Tembakau (Environmental Tobacco Smoke Control) Pada tolok ukur, aturan dilarang merokok harus diberlakukan di seluruh area gedung dan tidak menyediakan bangunan/area khusus di dalam gedung untuk merokok. Apabila menyediakan area khusus merokok di luar gedung harus berjarak minimal 5 m dari pintu masuk, tempat masuknya udara segar dan bukaan jendela dengan tindak lanjut prosedur pemantauan, dokumentasi dan sistem tanggap terhadap larangan merokok. Jika memenuhi persyaratan tersebut akan mendapatkan nilai 2. Di dalam gedung rektorat telah diberlakukan aturan dilarang merokok diseluruh areal gedung akan tetapi area khusus merokok di luar gedung belum tersedia hingga sekarang. Gedung rektorat mendapatkan nilai 2 untuk poin ini. Kontrol CO2 dan CO (CO2 and CO Monitoring) Berdasarkan tolok ukur untuk ruangan‐ruangan dengan kepadatan tinggi (seperti ballroom/ruang serba guna, ruang rapat umum, ruang kerja umum, pasar swalayan/supermarket) dilengkapi dengan instalasi sensor gas CO2 sehingga konsentrasi CO2 di dalam ruangan tidak lebih dari 1.000 ppm. Apabila terdapat ruang parkir tertutup di dalam gedung harus dilengkapi dengan instalasi sensor pengukur gas CO sehingga konsentrasi CO di dalam ruangan tidak lebih dari 23 ppm. Jika memenuhi salah satu atau kedua poin tersebut, mendapatkan nilai 2. Gedung rektorat tidak dilengkapi dengan instalasi sensor gas karbon dioksida (CO2). Hal ini terkendala oleh biaya karena harga instalasi tersebut cukup mahal. Instalasi sensor gas karbon monoksida (CO) pun tidak ada dikarenakan gedung rektorat sendiri tidak menggunakan ruang parkir tertutup didalam gedung sehingga pemakaian instalasi tersebut belum diperlukan. Berdasarkan kondisi tersebut, poin ini mendapatkan nilai 0. Polutan Fisik dan Kimia (Physical and Chemical Pollutants) Pada poin ini hal-hal yang harus ditinjau, adalah sebagai berikut :
9 1. Apabila hasil pengukuran kualitas udara dalam ruang memenuhi standar gas pencemar sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri akan mendapatkan nilai 2. 2. Kadar debu total ruang sesuai Kepmenkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 akan mendapatkan nilai 1. 3. Kadar Volatile Organic Compound (VOC) sesuai dengan SNI 19‐0232‐2005 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Zat Kimia di Udara Tempat Kerja, akan mendapatkan nilai 1. 4. Apabila memenuhi butir 1, 2 dan 3, dan kadar formaldehida sesuai dengan SNI 19‐0232‐2005, akan mendapatkan nilai 1. 5. Apabila memenuhi butir 1, 2 dan 3, dan kadar asbes sesuai Kepmenkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 akan mendapatkan nilai 1. Nilai maksimal yang akan diperoleh jika semua syarat terpenuhi adalah 6. Pada penelitian ini, pengukuran hanya dilakukan untuk tiga parameter, yaitu Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur dioksida (SO2), dan Amonia (NH3). Tabel 3 Data hasil pengukuran kualitas udara di Gedung AHN Rektorat IPB Konsentrasi (mg/m3) Ket. Terukur Baku Mutu* NO2 0 5.6 1 Lobby Basement (Lt. 1) SO2 0.0022 5.2 Sesuai NH3 0 17.0 NO2 0 5.6 2 Biro Umum (Lt. 1) SO2 0.0009 5.2 Sesuai NH3 0 17.0 NO2 0 5.6 3 Lobby Utama (Lt. 2) SO2 0.0016 5.2 Sesuai NH3 0 17.0 NO2 0 5.6 4 WR RK (Lt. 2) SO2 0.0014 5.2 Sesuai NH3 0 17.0 NO2 0 5.6 5 Dit. Sarpras (Lt. 3) SO2 0.0026 5.2 Sesuai NH3 0 17.0 NO2 0 5.6 6 R. Sidang (Lt. 6) SO2 0.0003 5.2 Sesuai NH3 0 17.0 *diolah dari Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. No
Ruangan
Parameter
Pada Tabel 3, terlihat hasil uji laboratorium yang telah dilakukan menunjukkan bahwa konsentrasi NO2, SO2, dan NH3 sangat kecil dan berada dibawah baku mutu yang ada. Hal ini menyatakan bahwa udara dalam Gedung AHN Rektorat IPB tidak tercemar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku, tidak akan mengganggu kesehatan dan tingkat kenyamanan kerja. Meskipun demikian, pengujian kuliatas udara harus rutin dilakukan dengan parameter yang
10 telah ditetapkan agar kualitas udara Gedung AHN Rektorat IPB selalu terkontrol. Gedung rektorat mendapatkan nilai 0 untuk poin ini. Polutan Biologis (Biological Pollutants) Terdapat dua tolok ukur dalam poin ini. Pertama, pembersihan filter, coil pendingin dan alat bantu VAC (Ventilation and Air Conditioning) sesuai dengan jadwal perawatan berkala mendapatkan nilai 1. Kedua, melakukan pengukuran jumlah bakteri dengan jumlah maksimal kuman 700 koloni /m3 udara dan bebas kuman patogen pada ruangan akan mendapatkan nilai 2. Gedung rektorat telah melakukan perawatan berkala setiap 3 bulan sekali atau pada kondisi tertentu namun belum melakukan pengukuran jumlah bakteri sehingga mendapatkan nilai 1 untuk poin ini. Kenyamanan Visual (Visual Comfort) Tolok ukur pada poin ini adalah hasil pengukuran menunjukkan tingkat pencahayaan (iluminasi) di setiap ruang kerja sesuai dengan SNI 03‐ 6197‐2000 tentang Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan. Jika syarat tersebut terpenuhi akan mendapatkan nilai 1. Pengukuran tingkat pencahayaan ini dilakukan pada tiga titik yang berbeda untuk setiap ruangnya. Data hasil pengukuran disajikan pada Lampiran 2. Berdasarkan data tersebut terlihat jelas perbedaan tingkat pencahayaan yang cukup jauh antar ruang di gedung rektorat. Beberapa ruangan menggunakan lampu sebagai sumber pencahayaannya seharian penuh dan adapula yang memanfaatkan sinar matahari selama setengah hari kerja bahkan seharian penuh sehingga dapat mengurangi penggunaan listrik untuk lampu. Perbedaan tersebut dikarenakan bentuk dari gedung rektorat yang tidak memungkinkan untuk semua ruangan bisa mendapatkan cahaya matahari secara merata. Hal lain yang mempengaruhi adalah adanya gedung-gedung lain dan pepohonan yang berada disekitar gedung rektorat yang menghalangi cahaya masuk kedalam ruangan. Beberapa titik pengukuran menunjukkan tingkat pencahayaan yang tidak sesuai dengan baku mutu, yaitu 1 titik di lobby basement (lt.1), 1 titik di Ruang Biro Umum (lt.1), 1 titik di Ruang Dit. AP (lt.1), 2 titik di lobby utama (lt.2), dan 2 titik di Ruang WR RK (lt.2). Hal tersebut dikarenakan ruangan tersebut tidak mendapatkan cahaya alami yang cukup sehingga dari pagi hingga sore hari harus menggunakan lampu sebagai sumber cahaya. Namun, cahaya dari lampu yang digunakan pun belum mencapai standar dikarenakan posisi lampu yang tidak strategis ataupun daya lampu tidak memadai dan tidak sesuai dengan ukuran ruangan. Untuk Ruang Dit. AP (lt.1) dan Ruang WR RK (lt.2) faktor yang mempengaruhi ketidakcukupan cahaya adalah karena jenis lampu yang digunakan berdaya rendah yaitu lampu esensial 18 watt berbeda dengan ruang kerja lainnya yang menggunakan lampu berdaya tinggi yaitu lampu TL 40 watt. Sedangkan untuk Ruang Biro Umum (lt.1), lobby basement (lt.1), dan lobby utama (lt.2) ketidakcukupan cahaya dikarenakan adanya penghalang dari segi partisi maupun kolom gedung yang menyebabkan cahaya menyebar tidak merata. Gedung rektorat mendapatkan nilai 0 untuk poin ini. Saran yang dapat diberikan adalah merubah tata letak lampu agar tidak terhalang partisi untuk sampai ke meja kerja ataupun terhalang kolom gedung untuk sampai ke sudutsudut lobi. Saran lainnya adalah mengganti lampu berdaya rendah dengan lampu
11 yang memiliki daya yang lebih tinggi yaitu lampu TL 40 watt atau lampu esensial 23 watt. Tingkat Akustik (Acoustic Level) Tolok ukur pada poin ini adalah hasil pengukuran menunjukkan tingkat bunyi di ruang kerja sesuai dengan SNI 03‐6386‐2000 tentang Spesifikasi Tingkat Bunyi dan Waktu Dengung dalam Bangunan Gedung dan Perumahan (Kriteria Desain yang direkomendasikan). Jika memenuhi syarat SNI 03‐6386‐2000 akan mendapatkan nilai 1. Tabel 4 Data hasil pengukuran tingkat kebisingan di Gedung AHN Rektorat IPB
No
Ruangan
Tingkat bunyi terukur (dBA)
Standar tingkat bunyi yang dianjurkan* Baik (dBA)
Maks. (dBA)
Ket.
Biro Tidak 1 Umum (Lt. 48.7 40 45 sesuai 1) Dit. 2 Sarpras 44.6 40 45 Sesuai (Lt.3) Lobby Tidak 3 50.6 45 50 (Lt.6) sesuai *diolah dari SNI 03‐6386‐2000 mengenai Spesifikasi Tingkat Bunyi dan Waktu Dengung dalam Bangunan Gedung dan Perumahan.
Hasil pengukuran tingkat kebisingan dalam ruang pada Tabel 4 menunjukkan bahwa hanya ruangan Dit. Sarpras yang memenuhi standar tingkat bunyi yang dianjurkan walaupun mendekati titik maksimal yaitu sebesar 44,6 dBA. Ruang Biro Umum dan lobby lantai 6 telah melewati batas maksimal yaitu sebesar 48,7 dBA dan 50.6 dBA. Pada data diatas, ruang Dit. Sarpras (Lt.3) dan Biro Umum (Lt.1) mengacu pada baku mutu untuk ruang kantor (umum), sedangkan untuk Lobby (Lt.6) mengacu pada baku mutu untuk koridor dan lobi. Gedung rektorat mendapatkan nilai 0 untuk poin ini. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kebisingan di ruang Biro Umum diantaranya adalah letak ruangan tersebut yang bersebelahan dengan jalan dan tempat parkir, serta insensitas lalu lalang pengunjung/tamu yang cukup tinggi. Faktor yang mempengaruhi tingkat kebisingan Lobby lantai 6 adalah fungsinya yang sering dipergunakan sebagai tempat bersantai dan berbincang para karyawan, serta kondisi jendela lobby yang selalu dibiarkan terbuka sehingga suara-suara dari luar bebas masuk ke dalam tanpa hambatan. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk poin ini adalah menggunakan material kedap suara didalam ruang kerja, membuat ruangan khusus untuk tamu/pengunjung, dan meletakkan tanaman diantara gedung dan jalan. Material kedap suara dapat dipasang pada ruang biro umum disisi yang bersebelahan langsung dengan jalan dan parkiran mobil. Peredam suara yang digunakan dapat berupa material berpori seperti rockwool, glasswool, busa telor, busa peredam suara, cellulose fibre,dan green wool.
12 Survei Pengguna Bangunan (Building User Survey) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam poin ini, yaitu - Mengadakan survei kenyamanan pengguna gedung antara lain meliputi suhu udara, tingkat pencahayaan ruang, kenyamanan suara, kebersihan gedung dan keberadaan hama pengganggu (pest control). Responden minimal sebanyak 30% dari total pengguna gedung tetap. Mendapatkan nilai 1 - Memenuhi poin 1, dan jika hasil survei menyatakan 60% total responden merasa nyaman mendapatkan nilai 1 atau memenuhi poin 1, dan jika hasil survei menyatakan 80% total responden merasa nyaman mendapatkan nilai 2. - Apabila memenuhi poin 1, dan jika hasil survei pertama menyatakan kurang dari 60% total responden merasa nyaman, tetapi melakukan tindak lanjut berupa perbaikan dan kemudian melakukan survei kedua sehingga hasil survei menyatakan minimal 80% total responden merasa nyaman. Bernilai 1 Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa 74,3% pengguna gedung merasa nyaman, dan 25,7% sisanya merasa tidak nyaman. Grafik tersebut diperoleh dari hasil pengisian kuisioner oleh 100 responden (31,8%) dari total 318 pengguna tetap gedung rektorat. Ketidaknyamanan tersebut dikarenakan adanya hama pengganggu, yaitu tikus yang berkeliaran dibeberapa ruang kerja. Hal tersebut telah mendapat tindak lanjut diantaranya penggunaan penjerat dan lem tikus namun tidak kunjung menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, gedung rektorat mendapatkan nilai 2. Rekomendasi terkait poin ini adalah menutup celah-celah yang menjadi jalan masuk tikus kedalam ruangan, merapihkan tumpukan berkasberkas dan kabel yang menjadi incaran tikus, dan melakukan pembasmian agar jumlah tikus tidak semakin meningkat dengan menggunakan alat penjerat dan racun tikus.
25,7 % 74,3 %
Gambar 1 Presentase tingkat kenyamanan pengguna Gedung AHN Rektorat IPB
Hasil assessment terhadap aspek kualitas dan kenyamanan udara atau IHC menunjukkan bahwa Gedung AHN Rektorat IPB telah memenuhi 35% dari rating yang ditetapkan greenship atau mendapatkan 7 dari 20 poin. Hasil ini menunjukkan bahwa Gedung AHN Rektorat IPB belum banyak menerapkan green building aspek kualitas dan kenyamanan udara. Aspek ini sangat penting diaplikasikan karena sangat erat hubungannya dengan kesehatan dan kenyamanan pekerja yang berada dalam Gedung AHN Rektorat IPB. Sehingga diperlukan strategi untuk mengimplementasikan kategori IHC tersebut. Hasil analisis keseluruhan kategori IHC berdasarkan greenship ditunjukkan pada Lampiran 3.
13 Sumber dan Siklus Material Aspek sumber dan siklus material terdiri atas 3 rating prasyarat dan 5 rating biasa dengan total nilai maksimal adalah 12 poin. Hasil penilaian terhadap rating yang ada pada greenship untuk aspek ini, antara lain: Pendingin Utama (Fundamental Refrigerant) Poin ini adalah poin prasyarat yang pertama. Tolok ukur pada poin ini adalah menggunakan refrigerant non-CFC dan bahan pembersih yang memiliki nilai Ozone Depleting Potential (OPD) kecil yaitu < 1. Gedung rektorat memenuhi syarat ini karena dalam merancang MV AC (Mechanical Ventilation and Air Conditioning) menggunakan refrigerant tipe R22 yang memiliki nilai ODP sebesar 0,05. Kebijakan Pembelian Bahan (Material Purchasing Police) Poin ini adalah poin prasyarat kedua. Tolok ukur pada poin ini adalah adanya surat pernyataan yang memuat kebijakan manajemen puncak yang memprioritaskan pembelanjaan semua material yang ramah lingkungan. Prasyarat ini belum terpenuhi oleh pihak rektorat. Dalam hal pembelanjaan material, masih terkendala dalam memilah produk ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan pihak luar/vendor tidak menyertakan spesifikasi material produk yang menyatakan material tersebut ramah lingkungan. Rekomendasi untuk poin ini adalah pembuatan surat pernyataan seperti terlampir pada Lampiran 4. Kebijakan Pengelolaan Limbah (Waste Management Policy) Poin ini adalah poin prasyarat terakhir. Tolok ukur dalam poin ini meninjau dua hal. Pertama, adanya surat pernyataan yang memuat komitmen manajemen puncak yang mengatur pengelolaan sampah berdasarkan pemisahan, yaitu sampah organik, sampah anorganik, dan sampah yang mengandung B3. Kedua, adanya kampanye dalam rangka mendorong perilaku pemilahan sampah terpisah minimal dengan pemasangan kampanye tertulis secara permanen disetiap lantai, antara lain berupa sticker, poster, dan email. Kedua persyaratan tersebut belum terpenuhi oleh pihak rektorat. Oleh karena itu, disarankan kepada pihak rektorat untuk segera melakukan kampanye tertulis dan membuat surat komitmen manajemen puncak seperti yang terlampir pada Lampiran 5. Penggunaan Bebas Ods (Non Ods Usage) Tolok ukur poin ini adalah seluruh sistem pendingin ruangan menggunakan refrigerant yang memiliki ODP 0 (non CFC dan non HCFC). Jika poin ini terpenuhi akan mendapatkan nilai 2. Gedung rektorat menggunakan refrigerant jenis R22 atau dikenal juga dengan sebutan HCFC22 yang memiliki nilai ODP 0,05 sehingga diperoleh nilai 0. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk poin ini adalah mengganti jenis refrigerant menjadi R410A, R32 atau R290 yang memiliki nilai ODP 0.
14 Praktek Pembelian Bahan (Material Purchasing Practice) Tolok ukur dalam poin ini adalah adanya dokumen yang menjelaskan pembelanjaan material sesuai dengan kebijakan dalam prasyarat 2, dengan ketentuan penilaian sebagai berikut : - Paling sedikit 3 dari material yang ditetapkan pada “Daftar material ramah lingkungan” dalam 6 bulan terakhir mendapatkan nilai 1; atau - Paling sedikit 5 dari material yang ditetapkan pada “Daftar material ramah lingkungan” dalam 6 bulan terakhir mendapatkan nilai 2; atau - Paling sedikit 7 dari material yang ditetapkan pada “Daftar material ramah lingkungan” dalam 6 bulan terakhir mendapatkan nilai 3. Tabel 5 Daftar material ramah lingkungan No. a.
Syarat Material 80% produksi regional berdasarkan total pembelanjaan material keseluruhan. 30% bersertifikat SNI/ISO/ecolabel berdasarkan total pembelanjaan material b. keseluruhan. 5% material yang dapat didaur ulang berdasarkan total pembelanjaan material c. keseluruhan. 10% material bekas (reuse) berdasarkan total pembelanjaan material d. keseluruhan. 2% material terbarukan (renewable) berdasarkan total pembelanjaan material e. keseluruhan. 30% material modular atau pre fabrikasi berdasarkan total pembelanjaan f. material keseluruhan. 100% kayu bersertifikat berdasarkan total pembelanjaan material kayu g. keseluruhan. 2,5% lampu yang tidak mengandung merkuri dari total unit pembelanjaan h. lampu. i. Insulasi yang tidak mengandung styrene. j. Plafond atau partisi yang tidak mengandung asbestos. k. Produk kayu komposit dan agrifiber beremisi formaldihida rendah. l. Produk cat dan karpet yang beremisi VOC rendah. Sumber : Green Bulding Council Indonesia. (2012)
Gedung rektorat mendapatkan nilai 1 untuk poin ini. Hal tersebut dikarenakan seluruh material merupakan produk regional yang memenuhi poin a, menggunakan plafond gypsum non-asbestos dan partisi triplex sesuai dengan poin j, dan menggunakan cat vinilex berkadar VOC rendah sesuai poin l. Gedung rektorat tidak lagi membeli material kayu sehingga poin g dan k tidak ada. Lampu yang digunakan merupakan lampu yang mengandung merkuri belum beralih ke lampu LED. Sedangkan untuk poin lainnya tidak dapat diketahui karena pembelanjaan material dilakukan oleh pihak luar/vendor dan tidak menyertakan spesifikasi material produk yang menyatakan ramah lingkungan. Rekomendasi untuk poin ini adalah melakukan pembelanjaan material menggunakan daftar material ramah lingkungan sebagai acuan, baik pembelanjaan yang dilakukan oleh IPB maupun oleh pihak ketiga. Praktek Pengelolaan Limbah (Waste Management Practice) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam poin ini, yaitu 1. Adanya SOP, pelatihan, dan laporan untuk pengumpulan dan pemilahan sampah berdasarkan jenis organik dan anorganik dalam 6 bulan terakhir. Mendapatkan nilai 1.
15 2. Jika telah melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik, melakukan pengelohan sampah organik secara mandiri atau bekerja sama dengan badan resmi pengolahan limbah organik. Mendapatkan nilai 1. 3. Jika telah melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik, melakukan pengelohan sampah anorganik secara mandiri atau bekerja sama dengan badan resmi pengolahan limbah anorganik yang memiliki prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Mendapatkan nilai 1. 4. Adanya upaya pengurangan sampah kemasan yang terbuat dari Styrofoam dan non-food grade plastic. Mendapatkan nilai 1. 5. Adanya upaya penanganan sampah dari kegiatan renovasi ke pihak ketiga minimal 10% dari total anggaran renovasi dalam 6 bulan terakhir. Mendapatkan nilai 1. Gedung rektorat sudah memiliki SOP mengenai pengelolaan sampah, namun dalam SOP tersebut hanya membahas mengenai pengumpulan dan penyaluran sampah dari sumber (areal kampus IPB) sampai ke TPA tanpa melakukan proses pemilahan terlebih dahulu. Poin 2 sampai 4 belum terpenuhi. Poin 5 mengenai upaya penanganan sampah, sekitar 80% dilakukan oleh pihak ketiga seperti pengumpulan, pengangkutan, dan pendaurulangan material yang masih dapat digunakan, sedangkan untuk material yang sudah tidak dapat digunakan lagi dibuang ke TPA oleh pihak kebersihan IPB. Oleh karena itu, Gedung AHN Rektorat IPB mendapatkan nilai 1 untuk poin ini. Saran yang dapat diberikan adalah membuat SOP pengelolaan limbah seperti yang terlampir pada Lampiran 6, melakukan upaya pengurangan sampah kemasan yang terbuat dari styrofoam dan non-food grade plastic, pembuatan bak kompos untuk pengolahan sampah organik seperti pada Lampiran 7, dan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga pengelola sampah anorganik seperti perusahaan pendaur ulang, pengrajin barang bekas, dan lain sebagainya. Manajemen Limbah Berbahaya (Hazardous Waste Management) Tolok ukur pada poin adalah adanya SOP, pelatihan, dan laporan manajemen pengelolaan limbah B3 antara lain lampu, baterai, tinta printer, dan kemasan bekas bahan pembersihdalam 6 bulan terakhir. Pihak rektorat belum memenuhi poin ini sehingga mendapatkan nilai 0. Belum ada SOP khusus mengenai limbah B3. Limbah B3 padat maupun cair dikumpulkan pada tempat penampungan sementara lalu diberikan pada pihak ketiga yaitu PPLI. Saran yang dapat diberikan kepada pihak rektorat adalah membuat SOP pengelolaan limbah seperti yang terlampir pada Lampiran 8, mengadakan pelatihan kepada staf-staf khusus yang akan mengelola limbah B3 tersebut minimal pelatihan cara pengemasan dan penyimpanan sementara limbah B3, dan membuat laporan manajemen pengelolaan agar kegiatan pengelolaan limbah B3 lebih terkontrol dan terlaksana sesuai prosedur. Pengelolaan Barang Bekas (Management Of Used Good) Tolok ukur pada poin ini adalah adanya SOP dan laporan penyaluran barang bekas yang masih dapat dimanfaatkan kembali berupa furniture, elektronik, dan suku cadang melalui donasi atau pasar barang bekas dalam 6 bulan terkahir. Jika poin terpenuhi akan mendapatkan nilai 1. Rektorat IPB memiliki peraturan Rektor IPB Nomor 07/I3/LK/2008 tentang Tata Cara Penghapusan Barang Inventaris
16 Milik IPB. Peraturat tersebut mengatur tentang tata cara dan ketentuan penghapusan, pelelangan, dan tindak lanjut penghapusan barang inventaris milik IPB. Barang-barang yang di hapuskan atau di lelang adalah barang bergerak (kendaraan) dan/atau tidak bergerak (furniture, elektronik, dan suku cadang) yang masih dapat dimanfaatkan kembali ataupun dalam keadaan rusak. Kegiatan tersebut selalu dikontrol dan dilaporkan dalam bentuk Laporan Pelaksanaan Penghapusan dan Tindak Lanjut Penghapusan. Oleh karena itu, gedung Rektorat mendapatkan nilai 1. Hasil assessment terhadap aspek sumber dan siklus material atau MRC menunjukkan bahwa Gedung AHN Rektorat IPB telah memenuhi 25% dari rating yang ditetapkan greenship atau mendapatkan 3 dari 12 poin. Hasil ini menunjukkan bahwa Gedung AHN Rektorat IPB masih sangat kurang dalam menerapkan green building aspek sumber dan siklus material. Aspek ini sangat penting diaplikasikan karena aspek ini sangat erat kaitannya dalam menjaga kualiatas udara dan lingkungan disekitar Gedung AHN Rektorat IPB. Sehingga diperlukan strategi untuk mengimplementasikan kategori MRC tersebut. Hasil analisis keseluruhan kategori MRC berdasarkan greenship ditunjukkan pada Lampiran 9. Penilaian terhadap empat aspek lainnya juga telah dilakukan dengan hasil sebagai berikut : aspek tepat guna lahan (appropriate site development/ASD) mencapai 56,25% (9 dari 16 poin), efisiensi energi & refrigeran (energy efficiency & refrigerant/EER) mencapai 30,56% (11 dari 36 poin), konservasi air (water conservation/WAC) mencapai 25% (5 dari 20 poin), dan manajemen lingkungan bangunan (building & enviroment management/BEM) mencapai 61,5% (8 dari 13 poin). Total perolehan poin dari keenam aspek penilaian adalah 36,75% (43 dari 117 poin), sehingga Gedung AHN Rektorat IPB mendapatkan peringkat perunggu dalam sistem penilaian green building GBCI.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil assessment terhadap penerapan green building pada Gedung AHN Rektorat IPB adalah aspek kualitas dan kenyamanan udara atau IHC memenuhi 35% dari total rating atau mendapatkan 7 dari 20 poin sedangkan aspek sumber dan siklus material atau MRC memenuhi 25% dari total rating atau mendapatkan 3 dari 12 poin. Gedung AHN Rektorat IPB mencapai 36,75% (43 dari 117 poin), sehingga mendapatkan peringkat perunggu dalam sistem penilaian green building GBCI. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa penerapan aspek green building masing sangat kurang. Evaluasi untuk aspek IHC dan MRC dapat dilakukan oleh pihak Rektorat IPB melalui beberapa rekomendai berikut, yaitu - Melengkapi SOP dan surat pernyataan komitmen manajemen puncak yang menjadi syarat dan prasayarat green building; - Menggunakan bahan material ramah lingkungan; - Pengukuruan kualitas udara dan jumlah bakteri dalam ruang secara rutin;
17 -
-
Mengganti lampu berdaya rendah dengan lampu yang memiliki daya yang lebih tinggi untuk meningkatkan kualitas pencahayaan. Pada ruangan dengan tingkat kebisingan diatas baku mutu disarankan untuk menggunakan material kedap suara didalam ruang kerja, membuat ruangan khusus untuk tamu/pengunjung, dan meletakkan tanaman diantara gedung dan jalan. Menutup celah-celah yang menjadi jalan masuk tikus kedalam ruangan, merapihkan tumpukan berkas-berkas dan kabel yang menjadi incaran tikus, dan melakukan pembasmian agar jumlah tikus tidak semakin meningkat dengan menggunakan alat penjerat dan racun tikus.
Saran Perlu dilakukan kajian yang lebih rinci dari setiap kategori yang telah ditetapkan untuk mewujudkan green building di Gedung AHN Rektorat IPB. Pada assassement berikutnya disarankan untuk melakukan pengukuran jumlah bakteri dan kualitas udara dengan parameter yang lebih lengkap sesuai dengan rating tool greenship. Data primer yang pengambilannya dalam waktu yang relatif cepat dan tanpa biaya seperti pengukuran pencahayaan, laju udara ventilasi, dan kebisingan, sebaiknya dilakukan lebih dari sekali untuk mendapkan hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2000. SNI 03‐6386‐2000. Spesifikasi Tingkat Bunyi dan Waktu Dengung dalam Bangunan Gedung dan Perumahan. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2000. SNI 03 6197-2000. Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2001. SNI 03‐6572‐2001. Tata Cara Ventilasi dan Sistem Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI 19‐0232‐2005. Nilai Ambang Batas (NAB) Zat Kimia di Udara Tempat Kerja. Green Bulding Council Indonesia. Ringkasan Tolok Ukur Version 1.0. GBCI. Jakarta. 2012. Iqbal et al. 2014. Rancangan Aplikator Kompos untuk Tebu Lahan Kering. Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 28. Kementeri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. 2002. Satwiko, Prastowo. 2009. Fisika Bangunan. Yogyakarta: ANDI. Sudarwani, Maria M. 2012. Penerapan Green Architecture dan Green Building sebagai Upaya Pencapaian Sustainable Architecture, Jurnal Universitas Pandanaran, Vol. 10, No. 24.
18 Lampiran 1 Data hasil pengukuran laju udara ventilasi di Gedung AHN Rektorat IPB Laju Udara Ventilasi Mekanis Pertukaran udara/jam
No
Ruangan
Volume Ruangan (feet3)
1
Biro Umum (Lt.1)
8418.92
13.68
2
Dit. AP (Lt.1)
7886.23
3
Humas (Lt.1)
4
Ket.
Kondisi**
6
Tidak sesuai
17.51
6
Sesuai
4269.10
13.49
6
Sesuai
AC 1 PK 2 buah dan AC 2 PK 2 buah AC 1 PK 3 buah dan AC 2 PK 2 buah AC 1 PK 1 buah dan AC 2 PK 1 buah
WR RK (Lt. 2)
3023.86
11.49
6
Tidak sesuai
AC 2 PK 1 buah
5
WR SK (Lt.2)
2977.86
11.67
6
Tidak sesuai
AC 2 PK 1 buah
6
Dit. Sarpras (Lt.3)
3536.40
22.75
6
Sesuai
AC 1 PK 2 buah dan AC 2 PK 1 buah
7
Dit. PPA (Lt.3)
3819.17
18.19
6
Tidak sesuai
AC 2 PK 2 buah
8
Biro Keuangan (Lt. 3)
20009.66
18.41
6
Tidak sesuai
AC 1 PK 7 buah dan AC 2 PK 6 buah
9
SDM (Lt.4)
2505.24
13.87
6
Sesuai
AC 2 PK 1 buah
10
Kasi Admin. Kepangkatan (Lt. 4)
5334.80
13.02
6
Sesuai
AC 2 PK 2 buah
11
R.Arsip (Lt.4)
2931.18
11.85
6
Tidak sesuai
AC 2 PK 1 buah
12
LPPM (Lt.5)
2306.27
15.06
6
Sesuai
AC 2 PK 1 buah
13
Dit. Riset & Inovasi (Lt. 5)
2296.02
15.13
6
Sesuai
AC 2 PK 1 buah
Baku Terukur Mutu*
LPPM bag. 6 Sesuai 4716.48 9.69 AC 1 PK 2 buah Program (Lt.5) *Nilai ACR minimal diolah dari SNI 03‐6572‐2001 tentang Tata Cara Ventilasi dan Sistem Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung. ** AC 1 PK CFM 381 dan AC 2 PK CFM 579 14
Berdasarkan persamaan (2), contoh perhitungannya sebagai berikut : ACR Biro Umum (Lt.1) = 60 x ((2 x 381) + (2 x 579)) feet3/menit / 8418,92 feet3 = 60 x 1920 feet3/menit / 8418,92 feet3 = 13,68 kali per jam
19 Lampran 1 Lanjutan Laju udara ventilasi No Ruangan
1
2
Kapasitas V Ruang (m/detik)
Biro Keuangan (Lt. 3)
29
Lobby Lt.6
10
0.75
Laju udara ventilasi
Kebutuhan Volume udara* Ruangan Q Q 3 (m3) (m3/detik) (m3/menit) (m /menit)/orang 0.2918
0.0049
Ket.
566,61
Tidak sesuai
360,56
Tidak sesuai
0.15 0.42
2.5807
0.0430
*diolah dari SNI 03‐6572‐2001 tentang Tata Cara Ventilasi dan Sistem Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung.
Berdasarkan persamaan (1), contoh perhitungannya sebagai berikut : Q Biro keuangan (lt.3) = 0,35 x 1,1115 m2 x 0,75 m/detik = 0.2918 m3/detik = 0,0049 m3/menit Laju udara ventilasi pada kondisi lain Ruangan
Kapasitas V Ruang (m/detik)
Laju udara Kebutuhan Volume ventilasi udara*** Ruangan Ket. Q Q (m3/menit)/orang (m3) (m3/detik) (m3/menit)
Biro Keuangan (Lt. 3)
29
0.5833*
4.4114
0.0572
566,61
Tidak sesuai
Biro Keuangan (Lt. 3)
29
0.75**
3.4311
0.0735
566,61
Tidak sesuai
Lobby Lt.6
10
0.75**
10.6857
0.1781
360,56
Sesuai
Lobby Lt.6
10
0.5833*
8.31
0.1385
360,56
Tidak sesuai
0.15
*Kecepatan angin rata-rata Kabupaten Bogor. Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bogor **Kecepatan angin maksimal di area Gedung AHN Rektorat IPB ***diolah dari SNI 03‐6572‐2001 tentang Tata Cara Ventilasi dan Sistem Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung.
20 Lampiran 2 Data hasil pengukuran tingkat pencahayaan di Gedung AHN Rektorat IPB
No
Ruangan
Titik
Tingakat Pencahayaan (lux)
Sumber Cahaya
Terukur
Baku Mutu*
1 2
127.91 161.13
100 100
Campuran Campuran
3
55.59
100
Campuran
1
569.00
350
Alami
2
222.21
350
Campuran
3 1
383.27 423.54
350 350
Campuran Campuran
Dit. AP (Lt.1)
2
305.74
350
Campuran
4
HUMAS (Lt.1)
3 1 2 3 1
367.95 489.08 360.22 484.21 225.39
350 350 350 350 100
Campuran Campuran Campuran Campuran Campuran
5
Lobby Utama (Lt.2)
2
69.18
100
Campuran
3
69.31
100
Campuran
1
217.33
350
Campuran
2
235.11
350
Campuran
3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
366.68 467.69 378.78 533.00 1010.00 562.00 371.00 395.67 373.30 358.28 475.30 384.92 362.78 416.30 436.00 587.70 382.01 447.40 457.93
350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350
Campuran Campuran Campuran Alami Alami Alami Alami Campuran Alami Campuran Alami Campuran Campuran Alami Alami Alami Campuran Campuran Campuran
1
2
3
6
Lobby Basement (Lt.1)
Biro Umum (Lt.1)
WR RK (Lt.2)
7
WR SK (Lt.2)
8
Dit. Sarpras (Lt.3)
9
Biro Keuangan (Lt.3)
10
Dit. PPA (Lt.3)
11
SDM (Lt.4)
12
Kasi Admin. Kepangkatan (Lt.4)
Ket.
SESUAI SESUAI TIDAK SESUAI SESUAI TIDAK SESUAI SESUAI SESUAI TIDAK SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI
21 Lampiran 2 Lanjutan
No
Ruangan
Titik
Tingakat Pencahayaan (lux)
Sumber Cahaya
Ket.
Terukur Baku Mutu* 1 333.00 150 Alami SESUAI R. Arsip 13 2 287.47 150 Campuran SESUAI (Lt.4) 3 265.21 150 Campuran SESUAI 1 359.14 350 Campuran SESUAI 14 LPPM (Lt.5) 2 396.16 350 Campuran SESUAI 3 688.30 350 Alami SESUAI 1 504.69 350 Campuran SESUAI Dit. Riset & 15 2 479.48 350 Campuran SESUAI Inovasi (Lt.5) 3 447.71 350 Campuran SESUAI 1 439.01 350 Campuran SESUAI LPPM bag. 16 Program 2 402.54 350 Campuran SESUAI (Lt.5) 3 429.10 350 Campuran SESUAI 1 879.30 100 Alami SESUAI 17 Lobby (Lt.6) 2 947.30 100 Alami SESUAI 3 308.00 100 Alami SESUAI *diolah dari SNI 03‐ 6197‐2000 tentang Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan.
22 Lampiran 3 Hasil analisis kriteria green building aspek kualitas dan kenyamanan udara pada Gedung AHN Rektorat IPB KODE
RATING
TOLOK UKUR
Adanya surat pernyataan yang memuat komitmen dari manajemen puncak untuk mendorong minimalisasi aktifitas merokok dalam gedung. Adanya kampanye dilarang merokok yang No Smoking P1 mencakup dampak negatif dari merokok terhadap Campaign diri sendiri dan lingkungan dengan minimal pemasangan kampanye tertulis secara permanen di setiap lantai, antara lain berupa: stiker, poster, email . Kualitas udara ruangan yang menunjukan adanya introduksi udara luar minimal sesuai dengan SNI Outdoor Air IHC 1 03‐6572‐2001 tentang Tata Cara Ventilasi dan Introduction Sistem Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung. Dilarang merokok di seluruh area gedung dan tidak menyediakan bangunan/area khusus di dalam gedung untuk merokok. Apabila menyediakan area Environmental khusus merokok di luar gedung harus berjarak IHC 2 Tobacco Smoke minimal 5 m dari pintu masuk, tempat masuknya Control udara segar dan bukaan jendela dengan tindak lanjut prosedur pemantauan, dokumentasi dan sistem tanggap terhadap larangan merokok.
NILAI EVALUASI NILAI MAKS. HASIL P
Terpenuhi
P P
Terpenuhi
2
2
2
2
2
2
REKOMENDASI
Lampiran 3 Lanjutan KODE
RATING
NILAI EVALUASI NILAI MAKS. HASIL
TOLOK UKUR Ruangan‐ruangan dengan kepadatan tinggi (seperti ballroom/ruang serba guna, ruang rapat umum, ruang kerja umum, pasar swalayan/supermarket) dilengkapi dengan instalasi sensor gas karbon dioksida (CO ) yang memiliki mekanisme untuk mengatur jumlah 2
Menyediakan
IHC 3
IHC 4
Physical and Chemical Pollutants
CO
2
untuk
0
2
0
Melakukan pengukuran kualitas udara untuk lima parameter sesuai dengan ketentuan.
1
0
2
2
lebih dari 1.000 ppm. Sensor diletakkan 1,5 m di atas lantai dekat return air grille. Atau Ruang parkir tertutup di dalam gedung dilengkapi dengan instalasi sensor gas karbon monoksida (CO) yang memiliki mekanisme untuk mengatur jumlah ventilasi udara luar sehingga konsentrasi CO di dalam ruangan tidak lebih dari 23 ppm. Sensor diletakkan 50 cm di atas lantai dekat exhaust grille. Apabila hasil pengukuran kualitas udara dalam ruang memenuhi standar gas pencemar sesuai Keputusan Menteri 1 Kesehatan RI nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Kadar debu total ruang sesuai Kepmenkes No. 2 1405/Menkes/SK/XI/2002. Kadar Volatile Organic Compound (VOC) sesuai dengan SNI 3 19‐0232‐2005 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Zat Kimia di Udara Tempat Kerja. Apabila memenuhi butir 1,2, dan 3; dan kadar formaldehida 4 sesuai SNI 19-0232-2005. Apabila memenuhi butir 1,2, dan 3; dan kadar asbes sesuai 5 Kepmenkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002.
sensor
ruangan‐ruangan dengan kepadatan tinggi (seperti ballroom/ruang serba guna, ruang rapat umum, ruang kerja umum, pasar swalayan/supermarket) dan menyediakan sensor CO jika ada parkir tertutup di dalam gedung
ventilasi udara luar sehingga konsentrasi CO di dalam ruangan tidak CO2 and CO Monitoring
REKOMENDASI
2
2
6 1
0
1
0
1
0
Melakukan pengukuran pemantauan kadar debu total. Melakukan pengukuran pemantauan kadar VOC.
dan
Melakukan pengukuran pemantauan kadar formaldehida. Melakukan pengukuran pemantauan kadar asbes.
dan
dan
dan
23
24 Lampiran 3 Lanjutan KODE
IHC 5
IHC 6
IHC 7
RATING
Biological Pollutant
Visual Confort
Acoustic Level
TOLOK UKUR Pembersihan filter, coil pendingin dan alat bantu VAC (Ventilation and Air Conditioning) sesuai dengan jadwal perawatan berkala untuk mencegah terbentuknya lumut dan jamur sebagai tempat berkembangnya mikroorganisme. Jadwal perawatan sesuai dengan standar panduan pabrik. Melakukan pengukuran jumlah bakteri dengan jumlah maksimal kuman 700 koloni /m3 udara dan bebas kuman patogen pada ruangan yang ditentukan GBCI (berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri). Hasil pengukuran menunjukkan tingkat pencahayaan (iluminasi) di setiap ruang kerja sesuai dengan SNI 03 6197-2000 tentang Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan.
Hasil pengukuran menunjukkan tingkat bunyi di ruang kerja sesuai dengan SNI 03‐6386‐2000 tentang Spesifikasi Tingkat Bunyi dan Waktu Dengung dalam Bangunan Gedung dan Perumahan (Kriteria Desain yang direkomendasikan).
NILAI EVALUASI NILAI MAKS. HASIL
REKOMENDASI Melakukan pengukuran dan pemantauan jumlah bakteri.
1
3
1
2
1
1
0
1
1
0
- Merubah tata letak lampu agar tidak terhalang partisi untuk sampai ke meja kerja ataupun terhalang kolom gedung untuk sampai ke sudut-sudut lobi; - Mengganti lampu berdaya rendah dengan lampu yang memiliki daya yang lebih tinggi yaitu lampu TL 40 watt atau lampu esensial 23 watt. - Menggunakan material kedap suara didalam ruang kerja; - Membuat ruangan khusus untuk tamu/pengunjung; dan - Meletakkan tanaman diantara gedung dan jalan
Lampiran 3 Lanjutan KODE
RATING
TOLOK UKUR 1
IHC 8
Building User Survey
NILAI TOTAL
Mengadakan survei kenyamanan pengguna gedung antara lain meliputi suhu udara, tingkat pencahayaan ruang, kenyamanan suara, kebersihan gedung dan keberadaan hama pengganggu (pest control). Responden minimal sebanyak 30% dari total pengguna gedung tetap. 2A Memenuhi poin 1, dan jika hasil survei menyatakan 60% total responden merasa nyaman. atau 2B Memenuhi poin 1, dan jika hasil survei menyatakan 80% total responden merasa nyaman. Apabila memenuhi poin 1, dan jika hasil survei pertama menyatakan kurang dari 60% total responden merasa nyaman, tetapi melakukan tindak lanjut berupa perbaikan dan kemudian melakukan survei kedua sehingga hasil survei menyatakan minimal 80% total responden merasa nyaman.
NILAI EVALUASI NILAI MAKS. PEROLEHAN
REKOMENDASI -
1
1
Menutup celah-celah yang menjadi jalan masuk tikus kedalam ruangan; Merapihkan tumpukan berkas-berkas dan kabel yang menjadi incaran tikus; dan melakukan pembasmian agar jumlah tikus tidak semakin meningkat dengan menggunakan alat penjerat dan racun tikus.
1 3
1
2
1
0
20
7
25
26 Lampiran 4 Contoh surat pernyataan yang memuat kebijakan manajemen puncak mengenai pembelanjaan material ramah lingkungan
MANAJEMEN PUNCAK PEMBELANJAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Institut Pertanian Bogor sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Membenarkan bahwa pemilihan material bahan bangunan yang tepat berperan besar dalam menghasilkan bangunan berkualitas ramah lingkungan. Material yang baik dan berkualitas tidak merusak kualitas lingkungan sekitar Kebijakan ini disusun dengan tujuan untuk menciptakan bangunan yang ramah lingkungan di area kampus IPB. Oleh karena itu, diberlakukan ketentuan berikut : 1. Pembelanjaan semua material haruslah yang bersifat ramah lingkungan, yaitu : a. Produksi regional; b. Bersertifikat SNI/ISO/ecolabel; c. Material yang dapat didaur ulang (recycle); d. Material bekas (reuse); e. Material terbarukan (renewable); f. Material modular atau pre fabrikasi; g. Kayu bersertifikasi; h. Lampu yang tidak mengandung merkuri; i. Insulasi yang tidak mengandung styrene; j. Plafond atau partisi yang tidak mengandung asbestos; k. Produk kayu komposit dan agrifiber beremisi formaldehyde rendah; dan l. Produk cat dan karpet yang berimisi voc rendah. 2. Pembelanjaan material baik oleh IPB maupun pihak ketiga haruslah berpatokan pada poin 1. Demikian kebijakan ini dibuat untuk dipatuhi bersama, terima kasih.
Bogor,
Direktur Sarana dan Prasarana
27 Lampiran 5 Contoh surat pernyataan yang memuat kebijakan manajemen puncak mengenai pengelolaan sampah berdasarkan pemilahan
MANAJEMEN PUNCAK PENGELOLAAN DAN PEMILAHAN SAMPAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR Institut Pertanian Bogor sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Membenarkan bahwa sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Keberadaan sampah yang tidak terkontrol dapat mengurangi keindahan dan menjadi sumber penyakit. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan sampah secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Kebijakan ini disusun dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan Gedung AHN Rektorat IPB yang bersih dan sehat dengan pengelolaan sampah yang baik dan benar. Oleh karena itu, diberlakukan ketentuan berikut : 1. Menyediakan tempat sampah untuk jenis sampah yang berbeda, yaitu : a. Sampah organik (hijau); b. Sampah anorganik (kuning); dan c. Sampah B3 (merah). 2. Memberikan label keterangan jenis sampah pada masing-masing wadah. 3. Setelah pengumpulan, sampah organik dapat diolah menjadi kompos, sampah anorganik yang masih berguna dapat diberikan ke pihak ketiga untuk didaur ulang, sampah anorganik yang sudah tidak bernilai ekonomis dapat dibuang ke TPA, dan sampah B3 dapat di angkut ke TPS LB3 IPB untuk di proses lebih lanjut. Demikian kebijakan ini dibuat untuk dipatuhi bersama, terima kasih.
Bogor,
Kepala Biro Umum
28 Lampiran 6 Contoh SOP pemilahan sampah INSTITUT PERTANIAN DOKUMEN LEVEL Prosedur Operasional Baku BOGOR JUDUL
KODE :
TANGGAL DIKELUARKAN
PENGELOLAAN DAN PEMILAHAN SAMPAH AREA
Direktorat Biro Umum
NO.REVISI :
SOP PENGELOLAAN DAN PEMILAHAN SAMPAH PENGERTIAN Proses pemilahan sampah yaitu suatu tatacara yang dilakukan untuk memisahkan sampah yang berbeda jenis ke tempat yang berbeda, jenis sampah, yaitu sampah organik, anorganik, dan B3. Proses pengelolaan sampah adalah pengumpulan sampah berdasarkan jenisnya di unit kerja - Pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos - Pembuangan sampah non organik dari unit kerja TPA Cikabayan lalu ke TPA Galuga- Pengumpulan sampah B3 di TPS LB3 IPB lalu di serahkan ke pihak ketiga (PPLI). TUJUAN Sebagai pedoman dan tata cara pembuangan sampah bagi unit yang melaksanakan pengelolaan sampah, dan semua unit kerja mengetahui proses pengelolaan dan ikut melakukan proses pemilahan sampah yang setiap hari diproduksi. RUANG LINGKUP 1. Lingkup kegiatan : a. Pengumpulan sampah di masing-masing unit kerja dari tempat pembuangan akhir (TPA) masing-masing unit kerja oleh petugas kebersihan init kerja; b. Pengangkutan sampah dari TPA unit kerja ke TPA Cikabayan; c. Pemilahan sampah organik dan non organik; d. Pengangkutan sampah non organik dari TPA Cikabayan ke TPA Galuga oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Bogor. 2. Lingkup Pengelolaan : a. Pengumpulan sampah di lingkungan unit kerja dilaksanakan dan menjadi tanggungjawab unit kerja masing-masing; b. Butir 1.b.c.d. adalah tanggungjawab Dit. Biro Umum. PROSEDUR PEMILAHAN 1. Di dalam maupun di luar ruangan disediakan tempat sampah yang berbeda untuk sampah organik (hijau), anorganik (kuning), dan B3 (merah). 2. Membuang sampah organik pada wadah berwarna hijau, sampah anorganik pada wadah berwarna kuning, dan sampah B3 pada wadah berwarna merah.
29 Lampiran 7 Rekomendasi bak kompos Bak Komposter Tipe Tanam
Bak Komposter Kubus Dimensi bak penampung kompos menurut Iqbal (2014) ditentukan dengan jumlah beban angkut maksimal yang dikehendaki yaitu 780 kg atau dengan volume 2,3 m3. Berikut dimensi detail dari bak penampung kompos: Panjang : 200 cm Lebar : 110 cm Tinggi : 105 cm
30 Lampiran 8 Contoh SOP pengelolaan limbah B3 INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DOKUMEN LEVEL Prosedur Operasional Baku
JUDUL
KODE :
TANGGAL DIKELUARKAN
IZIN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (TPS LB3) AREA
Direktorat Biro Umum
NO.REVISI :
Petunjuk : 1. Pemohon mengajukan surat kepada Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Bogor dilengkapi dengan : Dokumen Lingkungan, Akte Pendirian Universitas, dan Izin Lokasi. 2. Tim Verifikasi BLHD Kota Bogor melakukan verifikasi ke lapangan, dengan memeriksa: Jenis limbah B3 yang dikelola Jumlah limbah B3 Karakteristik per jenis limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3) Desain kontruksi tempat pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dengan Syarat : o Bangunan diberi papan nama o Pemberian simbol Limbah B3 sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang disimpan o Limbah B3 terlindungi dari hujan dan matahari (mempunyai atap) o Ada ventilisasi o Ada SOP Penyimpanan Flowsheet lengkap proses pengelolaan LB3 Uraian jenis dan specifikasi teknis pengelolaan dan peralatan yang digunakan. Perlengkapan sistem tanggap darurat, yaitu ada Apart, SOP Tanggap darurat, dan Kotak P3K. Tata letak saluran drainase untuk pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun. Memiliki saluran dan bak penampungan tumpahan (jika menyimpan Limbah B3) serta lantainya kedap air 3. Setelah Pemohon melengkapi persyaratan yang diajukan oleh Tim Verifikasi dari BLHD Kota Makassar, maka pemohon menghubungi kembali Tim Verifikasi BLHD Kota Makassar, untuk melakukan verifikasi ulang. 4. Tim verifikasi kembali melakukan evaluasi untuk mengetahui apakah syarat yang telah ditentukan telah dipenuhi oleh pemohon. 5. Setelah memenuhi syarat administrasi dan teknis, penerbitan Izin tempat penyimpanan sementara limbah B3 (TPS LB3) max. 45 hari kerja sejak diterimanya surat permohonan
31 Lampiran 8 Lanjutan DASAR HUKUM TPS LB3 1. Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 74 tahun 2001 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun 2. Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 18 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan beracun 3. Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 85 tahun 1999 tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor 18 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beacun. 4. Peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 33 tahun 2009 tentang tata cara pemulihan lahan terkontaminasi limbah bahan berebahaya dan beracun 5. Peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 30 tahun 2009 tentang tata laksana perizinan dan pengawasan pengelolaan limbah bahan beracun serta pengawasan pemulihan tentang akibat pencemaran limbah bahan berbahaya dan beracun olegh pemerintah daerah 6. Tata laksana pengawasan pelaksanaan pemulihan akibat pencemaran limbah bahan berbahaya dan beracun peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor: 02 tahun 2008 tentang pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun 7. Peraturan menterinegara lingkungan hidup nomor 03 tahun 2008 tentang tata cara pemberian simbol dan label bahan berbahaya dan beracun 8. Peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 05 tahun 2009 tentang pengelolaan limbah di pelabuhan.
32 Lampiran 8 Lanjutan DOKUMEN LEVEL INSTITUT Prosedur Operasional Baku PERTANIAN BOGOR JUDUL
KODE :
TANGGAL DIKELUARKAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
AREA
Direktorat Biro Umum
NO.REVISI :
SOP PENGELOLAAN LIMBAH B3 TUJUAN 1. Memberikan panduan dalam hal penanganan limbah B3 2. Memastikan bahwa semua limbah yang dihasilkan dari seluruh kegiatan di area kampus IPB dilakukan penanganan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan atau penyakit. DEFINISI 1. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, disingkat menjadi B3, sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung , dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. 2. Limbah Tidak Berbahaya dan Beracun (Non B3) adalah semua limbah yang tidak memiliki sifat seperti yang dimiliki oleh limbah berbahaya dan beracun. 3. Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit; menyebabkan pengkaratan pada lempeng baja; mempunyai pH sama atau kurang dari 2 atau lebih besar dari 12,5. 4. Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah yang pada keadaan normal tidak stabil; dapat menyebabkan perubahan tampa peledakan; yang dapat bereaksi hebat dengan air; yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar; limbah yang menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan dan lingkungan 5. Limbah mudah terbakar adalah cairan yang mempunyai titik nyala kurang dari 60 oC akan menyala apabila terjadi kontak dengan api; bukan cairan tetapi pada temperatur dan tekanan standar dapat menyebabkan kebakaran; limbah pengoksidasi dll. 6. Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar dapat meledak 7. Limbah yang menyebabkan infeksi yaitu bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi; limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular.
33 8. Limbah yang beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit dan mulut. Dapat ditentukan dengan menggunakan konsentrasi Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) dan LD50. Bila LD 50 50 mg/kg dinyatakan bersifat racun akut, bila LD50 50 mg/kg dinyatakan bersifat racun kronik. FLOW CHART PENANGANAN LIMBAH Mulai
Identifikasi Jenis Limbah
B3
Ya
Tidak
Penampungan Limbahh Non B3
Penampungan Sementara Limbah B3
Buang ditempat yang telah ditentukan
Menyerahkan ke Lembaga yang Mempunyai Ijin
Selesai URAIAN 1. Memeriksa limbah yang ada berdasarkan daftar limbah B3 dalam PP no. 85 tentang Limbah B3 atau dengan cara memeriksa karakteristiknya sebagaimana disebutkan di bawah ini: a. Mudah Meledak, b. Mudah Terbakar. c. Bersifat Reaktif, d. Bersifat Iritasi Jika terkena tubuh, e. Beracun, f. Bersisat Korosif, g. Bersifat Karsinogenik, h. Bersifat Mutagenik
34
2. 3. 4.
5.
6.
Hasil identifikasi limbah tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk menampung dan membuang limbah yang dihasilkan. Mengidentifikasi jenis limbah yang ada serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menampung dan membuang limbah. Menyediakan sumberdaya secukupnya untuk penyediaan sarana dan prasarana untuk menampung dan membuang limbah yang dihasilkan. Melakukan sosialisasi atau pelatihan tentang tata cara pengelolaan dan penanganan limbah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku kepada seluruh karyawan. Pengumpulan/penampungan Limbah Sementara. 5.1. Semua Limbah yang dihasilkan akan ditampung/ dikumpulkan sementara dalam tempat – tempat khusus sesuai dengan jenisnya masing – masing. 5.2. Jenis tempat sampah akan mengacu kepada standar pewarnaan dan kode warna. 5.3. Pengumpulan/penampungan limbah sementara tidak boleh dicampurkan antara limbah B3 dan Non B3. 5.4. Peyimpanan/pengelolaan limbah B3 yang melebihi waktu 90 hari memerlukan surat iijin dari Kementrian Lingkungan Hidup. 5.5. Jumlah masing–masing Limbah yang telah dikumpulkan atau ditampung sementara dalam kurun waktu satu bulan harus dicatat dan dilaporkan staf ahli pengelola limbah B3. 5.6. Memastikan limbah B3 yang disimpan telah sesuai dengan Standar Perlakuan Limbah B3 dan telah memiliki simbol dan label yang sesuai. Pembuangan Limbah. 6.1. Semua Limbah yang telah dikumpulkan pada masing – masing tempat pengumpulan atau penampungan sementara akan dibuang sesuai dengan jenis masing – masing limbah. 6.2. Limbah Non B3 dapat dibuang dengan cara ditimbun pada tempat pembuangan akhir yang sudah ditentukan. 6.3. Limbah Non B3 tidak boleh dibakar untuk memusnahkannya sebab akan menimbulkan polusi udara. 6.4. Sebelum mengajukan atau menentukan tempat pembuangan limbah harus dilakukan Penilaian Dampak Lingkungan untuk meninimalkan kontaminasi dan dampak lingkungan. 6.5. Semua Limbah berbahaya dan beracun (B3) tidak boleh dibuang tetapi diserahkan kepada perusahaan yang telah memiliki ijin dari Dinas Lingkungan Hidup/Badan Pengendali Dampak Lingkungan dan Pemerintah Daerah setempat sesuai petunjuk dari Klien/Pemilik Tambang. 6.6. Limbah Klinik/Medis yang beracun, benda – benda tajam, dan limbah yang dapat menimbulkan infeksi harus dikemas dalam tempat yang aman kemudian diserahkan kepada rumah sakit atau tempat lain yang memiliki Insenerator. 6.7. Setiap pengiriman limbah B3 harus dilengkapi dengan dokumen pengiriman limbah B3 yang dapat diaudit dan dilengkapi dengan label dan simbol yang sesuai.
35 7. Semua karyawan yang diberi tanggung jawab untuk menangani Limbah harus mendapatkan pelatihan penanganan limbah serta dilengkapi dengan alat pelindung diri sesuai denga jenis masing – masing limbah. REFERENSI 1. Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 2. Peraturan Pemerintah No 85 tahun 1999 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan beracun, 3. Peraturan Pemerintah No 74 tahun 2001 tentang B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) 4. Kep-68/Bapedal/05/1994 tentang Ijin untuk penyimpanan, Pengumpulan, penggunaan peralatan dan pembuangan akhir bahan B3. 5. Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang prosedur dan persyaratan untuk penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 6. Kep-02/Bapedal/09/1995 tentang prosedur dan persyaratan untuk manifest limbah bahan berbahaya dan beracun 7. Kep-03/Bapedal/09/1995 tentang persyaratan teknis dari pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun 8. Kep-04/Bapedal/09/1995 tentang prosedur dan persyaratan untuk pembuangan Limbah B3 9. Kep-05/Bapedal/09/1995 tentang simbol dan label untuk limbah bahan berbahaya dan beracun 10. ISO 14001 klausul 4.4.6 pengendalian operasional
36 Lampiran 9 Hasil analisis kriteria green building aspek sumber dan siklus material pada Gedung AHN Rektorat IPB KODE
P1
P2
RATING
Fundamental Refrigerant
Material Purchasing Policy
TOLOK UKUR Menggunakan refrigerant non-CFC dan bahan pembersih yang memiliki nilai Ozone Depleting Potential (ODP) kecil, < 1. Atau Apabila masih menggunakan CFC sebagai refrigerant, diperlukan adanya audit dan rencana phase out dalam penggunaan CFC sebagai refrigerant dalam kurun waktu 3 tahun mendatang serta mengurangi konsumsi CFC dari kebocoran dan kerusakan mesin pendingin yang dinyatakan dalam Refrigerant Management System Plam atau RMS Plan. Adanya surat pernyataan yang memuat kebijakan manajemen puncak yang memprioritaskan pembelanjaan semua material yang ramah lingkungan dalam daftar dibawah ini : a. Produksi regional b. Bersertifikat SNI / ISO / ecolabel c. Material yang dapat didaur ulang (recycle ) d. Material Bekas (reuse ) e. Material Terbarukan (renewable ) f. Material modular atau Pre fabrikasi g. Kayu bersertifikasi h. Lampu yang tidak mengandung merkuri i. Insulasi yang tidak mengandung styrene j. Plafond atau Partisi yang tidak mengandung asbestos k. Produk kayu komposit dan agrifiber beremisi formaldehyde rendah l. Produk cat dan karpet yang beremisi VOC rendah
NILAI EVALUASI NILAI MAKS. HASIL
REKOMENDASI
P
P
Terpenuhi
P
Membuat surat pernyataan yang memuat kebijakan manajemen puncak mengenai pembelanjaan material ramah lingkungan seperti pada Lampiran 4.
P
P
Tidak Terpenuhi
Lampiran 9 Lanjutan KODE
P3
MRC 1
RATING
Waste Management Policy
Non ODS Usage
TOLOK UKUR
NILAI EVALUASI NILAI MAKS. HASIL
REKOMENDASI -
Adanya surat pernyataan yang memuat komitmen manajemen puncak yang mengatur pengelolaan sampah berdasarkan pemisahan antara: a. Sampah Organik, b. Sampah Anorganik, dan c. Sampah yang Mengandung B3
P
Adanya kampanye dalam rangka mendorong perilaku pemilahan sampah terpisah dengan minimal pemasangan kampanye tertulis secara permanen di setiap lantai, antara lain berupa: stiker, poster, email .
P
Menggunakan seluruh sistem pendingin ruangan dengan bahan refrigerant yang memiliki ODP = 0 (non CFC dan non HCFC).
2
P
Tidak Terpenuhi
2
0
Melakukan kampanye tertulis untuk mendorong perilaku pemilahan sampah terpisah. Membuat surat komitmen manajemen puncak seperti yang terlampir pada Lampiran 5.
Mengganti jenis refrigerant menjadi R410A, R32 atau R290 yang memiliki nilai ODP 0.
37
38 Lampiran 9 Lanjutan NILAI EVALUASI REKOMENDASI NILAI MAKS. HASIL Daftar Material yang Ramah Lingkungan yaitu: Pembelian bahan a. 80% Produksi regional berdasarkan total pembelanjaan material keseluruhan material oleh b. 30% Bersertifikat SNI / ISO / ecolabel berdasarkan total pembelanjaan material keseluruhan pihak ketiga c. 5% Material yang dapat didaur ulang (recycle) berdasarkan total pembelanjaan material maupun IPB keseluruhan dilakukan d. 10% Material Bekas (reuse) berdasarkan total pembelanjaan material keseluruhan berpatokan pada e. 2% Material Terbarukan (renewable) berdasarkan total pembelanjaan material keseluruhan daftar material f. 30% Material modular atau Pre fabrikasi berdasarkan total pembelanjaan material keseluruhan ramah lingkungan g. 100% Kayu bersertifikasi berdasarkan total pembelanjaan material kayu keseluruhan seperti terlampir h. 2.5% Lampu yang tidak mengandung merkuri dari total unit lampu pada Lampiran 4. i. Insulasi yang tidak mengandung styrene j. Plafond atau Partisi yang tidak mengandung asbestos k. Produk kayu komposit dan agrifiber beremisi Material l. formaldehyde rendah MRC Purchasing m. Produk cat dan karpet yang beremisi VOC rendah 3 1 2 Practice Adanya dokumen yang menjelaskan pembelanjaan material sesuai dengan kebijakan dalam 1 1A prasyarat 2, paling sedikit 3 dari material yang ditetapkan pada “Daftar Material Ramah Lingkungan” dalam 6 bulan terakhir untuk sertifikasi perdana*. atau Adanya dokumen yang menjelaskan pembelanjaan material sesuai dengan kebijakan dalam 2 1B prasayarat 2, paling sedikit 5 dari material yang ditetapkan pada “Daftar Material Ramah Lingkungan dalam 6 bulan terakhir untuk sertifikasi perdana*. atau Adanya dokumen yang menjelaskan pembelanjaan material sesuai dengan kebijakan dalam 3 1C prasayarat 2, paling sedikit 7 dari material yang ditetapkan pada “Daftar Material Ramah Lingkungan” dalam 6 bulan terakhir untuk sertifikasi perdana*. (*) Untuk sertifikasi berikutnya, diperlukan laporan setiap 6 bulan dalam 3 tahun terakhir berdasarkan laporan tahunan.
KODE RATING
TOLOK UKUR
Lampiran 9 Lanjutan KODE
MRC 3
RATING
Waste Management Practice
TOLOK UKUR
NILAI EVALUASI NILAI MAKS. HASIL
Adanya Standar Prosedur Operasi, Pelatihan dan Laporan untuk mengumpulkan dan memilah 1 sampah berdasarkan jenis organik dan anorganik dalam 6 bulan terakhir untuk sertifikasi perdana*. Jika telah melakukan pemilahan organik dan anorganik, melakukan pengolahan sampah organik 1 secara mandiri atau bekerja sama dengan badan resmi pengolahan limbah organik. Jika telah melakukan pemilahan organik dan anorganik, melakukan pengolahan sampah anorganik secara mandiri atau bekerja sama dengan 1 badan resmi pengolahan limbah anorganik yang memiliki prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle ). Adanya upaya pengurangan sampah kemasan yang 1 terbuat dari styrofoam dan non‐food grade plastic. Adanya upaya penanganan sampah dari kegiatan renovasi ke pihak ketiga minimal 10% dari total 1 anggaran renovasi dalam 6 bulan terakhir untuk sertifikasi perdana*. (*) Untuk sertifikasi berikutnya, diperlukan laporan setiap 6 bulan dalam 3 tahun terakhir berdasarkan laporan tahunan.
0
0
4 0
REKOMENDASI - Membuat SOP pengelolaan limbah seperti yang terlampir pada Lampiran 6; - Melakukan upaya pengurangan sampah kemasan yang terbuat dari styrofoam dan nonfood grade plastic; - Pembuatan bak kompos untuk pengolahan sampah organik seperti pada Lampiran 7; dan - Melakukan kerjasama dengan pihak ketiga pengelola sampah anorganik seperti perusahaan pendaur ulang, pengrajin barang bekas, dan lain sebagainya.
0
1
39
40 Lampiran 9 Lanjutan KODE
MRC 4
MRC 5
RATING
Hazardous Waste Management
Management of Used Good
NILAI TOTAL
TOLOK UKUR Adanya Standar Prosedur Operasi, Pelatihan dan Laporan manajemen pengelolaan limbah B3 antara lain: lampu, batere, tinta printer dan kemasan bekas bahan pembersih dalam 6 bulan terakhir untuk sertifikasi perdana.
Adanya Standar Prosedur Operasi dan laporan penyaluran barang bekas yang masih dapat dimanfaatkan kembali berupa furniture, elektronik, dan suku cadang melalui donasi ata pasar barang bekas dalam 6 bulan terakhir untuk sertifikasi perdana*.
NILAI EVALUASI NILAI MAKS. HASIL
2
2
0
1
1
1
12
3
REKOMENDASI - Membuat SOP pengelolaan limbah seperti yang terlampir pada Lampiran 8; - Mengadakan pelatihan kepada staf-staf khusus yang akan mengelola limbah B3 tersebut minimal pelatihan cara pengemasan dan penyimpanan sementara limbah B3; dan - Membuat laporan manajemen pengelolaan agar kegiatan pengelolaan limbah B3 lebih terkontrol dan terlaksana sesuai prosedur.
Lampiran 10 Peta lokasi pengambilan data primer
10.00
10.00
10.00
10.00
10.00
10.00
10.00
10.00
6.00
4.50
10.00
41
B.3
D.3
.00 10
10 .00
B.3
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor 2015 Judul : Peta Lokasi Pengambilan Data Primer
B.3
B.4 D.2
10 .00
.00
10
B.4
Gambar : B.4
Denah Lantai 1 Lokasi :
.00
10
10
.00
Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB B.1
B.1
A
Pengukuran kualitas udara
B
Pengukuran tingkat pencahayaan
C
Pengukuran laju udara ventilasi alami
D
Pengukuran laju udara ventilasi mekanis
E
Pengukuran tingakat kebisingan
10 .00
.00 10
A
Keterangan :
10
.00
10
.00 10
.00
B.1
.00
10
10
.00
10
.00
B.2
Dikerjakan Oleh :
B.2 .00
D.1
10
10
.00
E A
Kirana Ayu Pratiwi Sidik (F44110002) Dosen Pembimbing :
.00
10
10
.00
B.2
Dr. Yudi Chadirin, S.Tp, M.Agr Dr. Ir. Erizal, M.Agr Skala : 1 : 416
Satuan : Meter
Lampiran 10 Lanjutan
42
10.00
10.00
10.00
10.00
10.00
10.00
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor 2015 Judul :
10.00
Peta Lokasi Pengambilan Data Primer 10 .00
.00 10
B.2 A
D.2
Denah Lantai 2 Lokasi :
B.2
B.2
10
.00
.00 10
B.1 A
B.3
10 .00
.00
10
B.1
B.3
Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB Keterangan :
D.1 B.3
Gambar :
A
Pengukuran kualitas udara
B
Pengukuran tingkat pencahayaan
C
Pengukuran laju udara ventilasi alami
D
Pengukuran laju udara ventilasi mekanis
E
Pengukuran tingakat kebisingan
B.1 10
.00
.00
10
10
.00
.00
10 10
0
.0 10
.00
10 .00
.00 10
Dikerjakan Oleh : Kirana Ayu Pratiwi Sidik (F44110002) Dosen Pembimbing : Dr. Yudi Chadirin, S.Tp, M.Agr Dr. Ir. Erizal, M.Agr Skala : 1 : 416
Satuan : Meter
Lampiran 10 Lanjutan
43
10.00
B.1
10.00
10.00
10.00
10.00
10.00
B.1
E A
10.00
PR5
D.1 .00
10 .00
10
B.1
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor 2015 Judul : Peta Lokasi Pengambilan Data Primer Gambar :
.00 10
10 .00
B.2 B.2
Denah Lantai 3 Lokasi :
D.2
Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB
B.2
Keterangan : 10 .00
.00 10 10
.00
.00
10
A
Pengukuran kualitas udara
B
Pengukuran tingkat pencahayaan
C
Pengukuran laju udara ventilasi alami
D
Pengukuran laju udara ventilasi mekanis
E
Pengukuran tingakat kebisingan
B.3 10
.00
.00
10
B.3 D.3
10
.00
.00
10
Dikerjakan Oleh : Kirana Ayu Pratiwi Sidik (F44110002)
B.3 .00
Dosen Pembimbing : 10
.00
10
C
Dr. Yudi Chadirin, S.Tp, M.Agr Dr. Ir. Erizal, M.Agr Skala : 1 : 322
Satuan : Meter
Lampiran 10 Lanjutan
44
10.00
10.00
10.00
B.1
B.2 D.2 .00 10
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor 2015 Judul :
10.00
B.1 D.1 B.1
B.2 B.2
10 .00
10.00
Peta Lokasi Pengambilan Data Primer Gambar : Denah Lantai 4 Lokasi :
10 .00
.00 10
Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB Keterangan : Pengukuran kualitas udara
B
Pengukuran tingkat pencahayaan
C
Pengukuran laju udara ventilasi alami
D
Pengukuran laju udara ventilasi mekanis
E
Pengukuran tingakat kebisingan
B.3
.00
10
D.3
.00
B.3
10 .0
B.3
10
.00
10
0
.00
10 .00
10
A
Dikerjakan Oleh : Kirana Ayu Pratiwi Sidik (F44110002) Dosen Pembimbing : Dr. Yudi Chadirin, S.Tp, M.Agr Dr. Ir. Erizal, M.Agr Skala : 1 : 303
Satuan : Meter
Lampiran 10 Lanjutan
45
50.00 6.50
3.50
5.00
5.00
10.00
10.00
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor 2015 Judul :
10.00
B.2
Peta Lokasi Pengambilan Data Primer 10 .00
.00 10
B.1 D.1
Gambar :
B.2
B.1 D.2
Denah Lantai 5 Lokasi : Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB
B.1 B.2
5.0
Keterangan : 7.0
0
0
Pengukuran kualitas udara
B
Pengukuran tingkat pencahayaan
C
Pengukuran laju udara ventilasi alami
D
Pengukuran laju udara ventilasi mekanis
E
Pengukuran tingakat kebisingan
2.0
0
3.0 0
0 5.0
A
5.0
0
2.0 0
0 5.0
3.0
0
D.3 0
4.0
0
B.3 5.0
3.0
0
0
Dikerjakan Oleh :
10 .00
.00
Kirana Ayu Pratiwi Sidik (F44110002) 10
.00
50
B.3
50 .0
6.0
0
0 5.0
B.3
Dosen Pembimbing : Dr. Yudi Chadirin, S.Tp, M.Agr Dr. Ir. Erizal, M.Agr Skala : 1 : 263
Satuan : Meter
Lampiran 10 Lanjutan
46
5.00
10.00
10.00
10.00
5.00
0 5 .0
5.0 0
B C
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor 2015 Judul : Peta Lokasi Pengambilan Data Primer Gambar :
.00
10 .00
10
A
E B
Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB Keterangan :
C 10
.00
.00
10
C
Denah Lantai 6 Lokasi :
A
Pengukuran kualitas udara
B
Pengukuran tingkat pencahayaan
C
Pengukuran laju udara ventilasi alami
D
Pengukuran laju udara ventilasi mekanis
E
Pengukuran tingakat kebisingan
B
5.0
0 5.0
0
0
10
.00
.0 10
Dikerjakan Oleh : Kirana Ayu Pratiwi Sidik (F44110002) Dosen Pembimbing : Dr. Yudi Chadirin, S.Tp, M.Agr Dr. Ir. Erizal, M.Agr Skala : 1 : 208
Satuan : Meter
47
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Kirana Ayu Pratiwi Sidik lahir di Kendari, Sulawesi Tenggara pada tanggal 17 Mei 1994. Anak dari Bapak Drs. H. Sidik Talui, Sm.Hk dan Ibu Hj. Nuryati Baddu, S.Ip. anak ke empat dari empat bersaudara. Penulis memulai pendidikan di TK Pembina Kendari (1998-1999), dilanjutkan di SDN 15 Baruga Kendari (1999-2005), SMPN 4 Kendari (20052008), dan SMAN 4 Kendari (2008-2011). Setelah lulus dari SMA penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB). Masuk ke IPB pada bulan Juni 2011 melalui jalur undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam sebuah organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL) sebagai Sekretaris Umum II (2012-2013) dan Sekretaris Umum I (2013-2014). Tidak hanya organisasi, penulis juga aktif di bidang olahraga yaitu Basket, masuk sebagai anggota tim basket putri FATETA (2013-2015). Selain organisasi dan olahraga penulis juga aktif menjadi asisten praktikum pada matakuliah Gambar Teknik Konstruksi tahun ajaran 2013/2014 dan 2014/2015, dan Ilmu Ukur Wilayah tahun ajaran 2013/2014 dan 2014/2015. Penulis pernah melakukan Praktik Lapangan (PL) pada tahun 2014 di PT. Antam (Persero) Tbk UBPN Pomalaa Sulawesi Tenggara dengan topic “Manajemen Pengelolaan Limbah Hasil Pengolahan Bijih Nikel Di PT. Antam (Persero) Tbk. UBPN Pomalaa Sultra”. Penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penilaian Kriteria Green Building Aspek Sumber dan Siklus Material, Kualitas serta Kenyamanan Udara pada Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB” dibawah bimbingan Dr. Yudi Chadirin, S.Tp., M..Agr dan Dr. Ir. Erizal, M.Agr sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan.