Ama, Sediyono, dan Setiawan — Analisis Penentuan Lokasi Lumbung Pangan Masyarakat Daerah Minahasa Tenggara Dengan Metode Gravity Location Models
Analisis Penentuan Lokasi Lumbung Pangan Masyarakat Kabupaten Minahasa Tenggara Dengan Metode Gravity Location Models Aldian Umbu Tamu Ama1), Eko Sediyono2), dan Adi Setiawan3) 1, 2)
Magister Sistem Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711-Indonesia 3) 3 Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711-Indonesia e-mail:
[email protected]),
[email protected]),
[email protected]) ABSTRAK Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian pada 13 Mei 2014 mengadakan Musrenbangtan 2014 dengan rancangan yang membahas fokus program dan kegiatan ketahanan pangan. Salah satu program yang dibuat adalah penyelarasan pengisian lumbung pangan masyarakat. Program pemerintah pusat ini dapat diterapkan pemerintah daerah Minahasa Tenggara melihat hasil Rasio Konsumsi Normatif (RKN) Per Kapita dari produksi padi yang mencukupi selama setahun. Perhitungan penentuan lokasi lumbung pangan masyarakat yang dapat menampung hasil produksi dari setiap kecamatan di daerah Minahasa Tenggara dihitung menggunakan metode Gravity Location Models. Hasil yang diperoleh dan dapat direkomendasikan yaitu lokasi alternatif penempatan lokasi lumbung pangan masyaraka di kacamatan Tombatu dan Ratahan. Kata Kunci: Gravity Location Models, Lumbung Pangan Masyarakat, Rasio Konsumsi Normatif (RKN). ABSTRACT The Agricultural Ministry Food Sustainability Body on May 13th, 2014, held the 2014 Musrenbangtan (National Development Planning System) with a plan that focuses on food sustainability activities and programs. One of these programs is aligning society food barn storage. This central government program can be applied by the Minahasa Tenggara regional government looking at the normative consumption ratio per capita from sufficient production for one year. Determining the locations of society food barns that can store production harvest from every sub-district in Minahasa Tenggara is calculated using a Gravity Location Model method. The results convey recommendations for alternative society food barn locations in subdistrict Tombatu and Ratahan. Keywords: Gravity Location Model, society food barn, normative consumption ratio.
I. PENDAHULUAN
K
ebutuhan pangan setiap orang merupakan hak paling mendasar yang tidak bisa ditawar. Hal ini tentu saja
sangat berkaitan dengan ketahanan pangan suatu daerah untuk mensejahterakan masyarakatnya, karena jika setiap warga mengalami kekurangan bahan makanan, ini akan menjadi bagian dari pelanggaran HAM. Indonesia sendiri memperlakukan penyediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebagai prioritas yang utama. Dalam UUD 1945 pasal 34 disebutkan, bahwa negara bertanggung jawab di dalam memenuhi kebutuhan dasar, termasuk pangan. Demikian pula di dalam Undang-Undang Pangan Nomor 7 tahun 1996 pasal 1 ayat 17 dikatakan bahwa ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik dalam jumlah, mutu, aman serta merata dan terjangkau [1]. Pemerintah Indonesia terus berupaya dalam menangani masalah ketahanan pangan terutama memperhatikan taraf hidup petani supaya menjadi lebih baik. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian pada 13 Mei 2014 mengadakan Musrenbangtan 2014 yang dibuka oleh menteri pertanian Suswono, dengan rancangan yang membahas fokus program dan kegiatan ketahanan pangan tahun 2015 [2]. Kegiatan ini bertujuan mewujudkan pemantapan ketahanan pangan masyarakat sampai tingkat perseorangan secara berkelanjutan. Program pemerintah ini berfokus 1
pada enam kegiatan utama yaitu: 1) Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP) atau Kawasan rumah pangan lestari (KRPL). 2) Model pengembangan pangan pokok lokal (MP3L). 3) Pengembangan kawasan mandiri pangan. 4) Penguatan lembaga usaha pangan masyarakat (LUPM). 5) Pengembangan lumbung pangan masyarakat. 6) Analisis stabilitas pasokan dan harga pangan di tingkat produsen dan konsumen [3]. Melihat salah satu program yang dibuat adalah penyelarasan pengisian lumbung pangan masyarakat dengan tujuannya yaitu: 1) Meningkatkan volume stok cadangan pangan di kelompok lumbung pangan untuk menjamin akses dan kecukupan pangan bagi anggotanya terutama yang mengalami kerawanan pangan; 2) Meningkatkan kemampuan pengurus dan anggota kelompok dalam pengelolaan cadangan pangan; 3) Meningkatkan fungsi kelembagaan cadang-an pangan masyarakat dalam penyediaan pangan secara optimal dan berkelanjutan [3]. Penelitian ini berfokus pada salah satu kegiatan yaitu pengembangan lumbung pangan masyarakat di daerah Minahasa Tengara, dengan melakukan perhitungan kebutuhan pangan setiap kecamatan dalam setahun. Dilanjutkan perhitungan penentuan lokasi optimal lumbung pangan masyarakat yang telah dibagi dalam dua daerah penempatan lumbung pangan masyarakat yang dapat menampung hasil produksi dari setiap kecamatan di daerah Minahasa Tenggara dengan menggunakan metode Gravity Location Models. Pembagian wilayah dilakukan berdasarkan peta rencana pusat-pusat kegiatan di kabupaten Minahasa Tenggara. II. LANDASAN TEORI A. Teori Lokasi Perkembangan teori lokasi klasik diawali oleh analisis areal produksi pertanian atau selama ini dikenal sebagai teori lokasi von Thunen. Konsep von Thunen pada dasarnya menjelaskan bahwa penggunaan lahan sangat ditentukan oleh biaya angkut produk yang diusahakan yang pada akhirnya menentukan sewa ekonomi tanah (land rent). Pola Penggunaan Lahan dari von Thunen menyatakan di sekitar kota akan ditanam produk-produk yang kuat hubungannya dengan nilai (value), dan karenanya biaya transportasinya yang mahal, sehingga distrik di sekitarnya yang berlokasi lebih jauh tidak dapat menyuplainya. Ditemukan juga produk-produk yang mudah rusak, sehingga harus digunakan secara cepat. Semakin jauh dari kota, lahan akan secara progresif memproduksi barang dan biaya transportasi murah dibandingkan dengan nilainya. Dengan alasan tersebut, terbentuk lingkaran-lingkaran konsentrik di sekeliling kota, dengan produk pertanian utama tertentu. Setiap lingkaran produk pertanian, sistem pertaniannya akan berubah, dan pada berbagai lingkaran akan ditemukan sistem pertanian yang berbeda. Von Thunen menggambarkan suatu kecenderungan pola ruang dengan bentuk wilayah yang melingkar seputar kota [4].
Gambar 1. Pola Penggunaan Lahan dari von Thunen
B. Gravity model Model gravitasi telah lama menjadi salah satu model empiris yang paling sukses di bidang ekonomi. Berkaitan dengan arus perdagangan, jarak dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi hambatan perdagangan [5]. Model gravitasi juga sangat berkembang untuk mendukung perusahaan multi nasional dalam pengembangan transfer barang yang dimiliki, itu karena keunggulannya dalam analisis biaya transfer yang bisa dikurangi [6]. Pada perkembangannya dasar-dasar teoritis gravitasi dalam praktek telah menyebabkan estimasi yang lebih kaya dan lebih akurat dan interpretasi lingkup spasial yang dijelaskan oleh gravitasi [7]. Penggunaan model ini untuk menentukan lokasi yang harus dipilih (dalam hal ini lumbung pangan masyarakat) jika suatu pusat distribusi harus melayani beberapa pusat distribusi [8]. Gravity location models didasarkan pada pemilihan koordinat titik suatu pusat distribusi yang memberikan jarak total terpendek terhadap keseluruhan pusat zone produksi yang harus dipasok. Model ini menggunakan beberapa asumsi, yaitu: 1) Ongkos-ongkos transportasi diasumsikan naik sebanding dengan volume yang dipindahkan. 2) Baik sumber-sumber pasokan maupun lokasi 2
Ama, Sediyono, dan Setiawan — Analisis Penentuan Lokasi Lumbung Pangan Masyarakat Daerah Minahasa Tenggara Dengan Metode Gravity Location Models
produksi bisa ditentukan lokasinya pada suatu peta dengan koordinat x dan y yang jelas [9]. Beberapa data yang diperlukan dalam model ini adalah ongkos transportasi per unit, beban per unit jarak dari semua posisi pasokan ke kandidat lokasi fasilitas dan dari kandidat lokasi fasilitas tersebut ke semua lokasi produksi, volume yang akan dipindahkan, serta koordinat lokasi pasokan maupun lokasi produksi. Jarak antara dua lokasi pada model ini dihitung sebagai jarak geometris antara dua lokasi yang dihitung dengan formula berikut:
Fn =
( x − xn ) + ( y − yn ) 2
2
dengan ( xn ; yn ) adalah kandidat koordinat tiap-tiap kecamatan di daerah tertentu dan (x,y) adalah fasilitas (dalam hal ini lumbung pangan masyarakat) yang dipertimbangkan. Tujuan dari model ini adalah mendapatkan lokasi fasilitas yang meminimumkan total ongkos-ongkos pengiriman yang bisa diformulasikan sebagai [10]: k
TC = ∑ d n Dn Fn n =1
dengan d n = Ongkos transportasi per unit beban per kilometer antara kandidat lokasi fasilitas dengan lokasi sumber pasokan,
Dn = Beban yang akan dipindahkan antara fasilitas dengan sumber pasokan atau lokasi lumbung, Fn adalah jarak antara lokasi fasilitas dengan sumber pasokan atau lumbung ke-n,
( xn ; yn )
adalah koordinat x dan y untuk lokasi pasar atau sumber pasokan ke-n.
Pada dasarnya metode ini memilih suatu lokasi yaitu pada pemilihan titik koordinat dengan jarak terpendek dari total keseluruhan pusat distribusi yang menghasilkan biaya transportasi terendah [11]. Sebagai contoh untuk perhitungan metode Gravity Location Models daerah Minahasa Tenggara adalah sebagai berikut: TABEL I DATA PERHITUNGAN
KECAMATAN
X
Y
Ratatotok
0.876
124.695
Dn (beban/ton) -1075
Pusomaen
0.978
124.854
2047
Belang
0.962
124.800
2156
Ratahan
1.054
124.796
4096
Tabel X dan Y merupakan koordinat lokasi untuk setiap kecamatan, tabel Dn merupakan beban produksi padi dalam ton yang merupakan hasil dari perhitungan kebutuhan konsumsi masyarakat selama setahun, sedangkan untuk nilai d n merupakan biaya transportasi yang di asumsikan sama untuk setiap kecamatan dengan diberi nilai 1. Penerapan rumus diatas adalah sebagai berikut: TC = 1075 (1.1 − 0.876) 2 + (124.6 − 124.695) 2 + 2047 (1.1 − 0.978) 2 + (124.6 − 124.854) 2 + 2156 (1.1 − 0.962) 2 + (124.6 − 124.800) 2 + 4096 (1.1 − 1.054) 2 + (124.6 − 124.796) 2 = 2186.88 Hasil diatas adalah hasil perhitungan untuk koordinat 1.1 dan 124.6. Proses perhitungan akan terus dilakukan sampai semua titik koordinat yang ada berhasil dihitung. Berdasarkan penerapan rumus tersebut maka hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel II dibawah ini:
3
TABEL II CONTOH HASIL PERHITUNGAN MATRIKS LOKASI ALTERNATIF
Koordinat
124.6
124.65
124.7
124.75
124.8
124.85
124.9
1.1
2187
1799
1446
1159
1026
1150
1427
1.05
2028
1609
1216
862
616
838
1177
1
1961
1533
1134
789
598
707
1073
0.95
1993
1573
1197
896
715
833
1164
0.9
2122
1721
1377
1161
1075
1169
1422
0.85
2341
1980
1686
1524
1478
1560
1762
0.8
2635
2325
2086
1946
1910
1979
2146
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Pengumpulan Data a) Sumber data. Sumber data yang dibutuhkan adalah data primer dan data sekunder. Data Primer dikumpulkan melalui metode survei sedangkan data sekunder diperoleh dari BPS, dinas pertanian dan berbagai dokumen pendukung yang didapat dari internet. b) Pengumpulan data. Metode pengumpulan data dari koordinat lokasi 12 kecamatan di daerah Minahasa Tenggara dikumpulkan melalui metode observasi, begitu juga dengan jalur transportasi yang ada di daerah Minahasa Tenggara. B. Metode Pengumpulan Data Data hasil produksi padi setiap kecamatan, jumlah penduduk setiap kecamatan, dan kebutuhan padi setiap kecamatan dalam setahun dihitung untuk mendapatkan hasil ketersediaan pangan yang dimiliki untuk setiap kecamatan. Hasil yang diperoleh menjadi patokan angka Rasio Konsumsi Normatif (RKN) Per Kapita. Sedangkan untuk penentuan lokasi alternatif lumbung pangan masyarakat didapat dengan menggunakan Gravity location models yang didasarkan pada koordinat 12 kecamatan yang ada, kebutuhan padi di tiap kecamatan di Kabupaten Minahasa Tenggara dan jarak antara lokasi lumbung dengan sumber pasokan atau sumber kekurangan bahan pangan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses penentuan lokasi lumbung atau lumbung pangan masyarakat sangat bergantung pada jumlah penduduk, hasil produksi dan transportasi. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengumpulkan data jumlah penduduk dan hasil produksi padi maupun padi ladang di daerah Kabupaten Minahasa Tenggara. Berdasarkan Tabel III berikut dapat kita lihat jumlah penduduk dan hasil produksi padi tahun 2012.
4
Ama, Sediyono, dan Setiawan — Analisis Penentuan Lokasi Lumbung Pangan Masyarakat Daerah Minahasa Tenggara Dengan Metode Gravity Location Models
TABEL III JUMLAH PENDUDUK DAN HASIL PRODUKSI PADI/PADI LADANG 2012
Nama Kecamatan
Ratatotok Pusomaen Belang Ratahan Pasan Ratahan Timur Tombatu Tombatu Timur Tombatu Utara Touluaan Touluaan Selatan Silian Raya Total thn 2012
Jumlah Penduduk
2012 12.374 8.425 15.976 12.568 6.820 5.717 9.363 8754 8.027 6.315 4.142 5.235 103.716
Hasil Produksi Padi Kurun Waktu 2012
Hasil Produksi Padi Ladang Kurun Waktu 2012
Luas Tanah
Luas Panen
Produksi
Luas Tanah
Luas Panen
Produksi
Ha 65 631 803 1124 651 173 1390 1451 996 342 61 385 8072
Ha 42 572 964 1075 808 158 1315 1239 912 331 52 364 7832
Ton 209 2926 3877 5464 3079 788 9728 8383 4628 1553 257 1816 42708
Ha 55 25 20 10 15 20 60 25 0 10 150 0 390
Ha 25 15 10 3 7 12 25 15 0 5 115 0 232
Ton 71.2 43.8 28.2 8 20 34 71 44 0 14.6 316.2 0 651.00
Setelah mendapatkan data jumlah penduduk dan data hasil produksi padi, baik padi sawah dan padi ladang maka selanjutnya akan dihitung ketersediaan pangan untuk setiap daerah, perhitungan ini dilakukan untuk menghitung ketersediaan produksi padi untuk setiap kecamatan selama satu tahun. Berdasarkan data dari Dinas ketahanan pangan pada tahun 2012 untuk hasil produksi padi di daerah Minahasa Tenggara, jika dihitung ketersediaan pangan yang dimiliki maka hasil produksi yang didapat bisa ditampung dalam lumbung masyarakat. Berikut contoh perhitungan ketersediaan pangan untuk daerah Kabupaten Minahasa Tenggara:
Y ( gr ) = dan
produksi (ton) *1000000 jumlah Penduduk * 360 Z = 300 / Y ( gr )
produksi = jumlah produksi padi, jagung dan ubi kayu, Y = ketersediaan bersih serealia pokok perkapita per hari, Z = konsumsi normatif perkapita (RKN). Pengkategorian Rasio Konsumsi Normatif (RKN) Per Kapita adalah sebagai berikut [12] : Z ≥ 1,50 = defisit tinggi, 1,25 ≤ Z < 1,50 = defisit sedang, 1,00 ≤ Z < 1,25 = defisit rendah, 0,75 ≤ Z < 1,00 = surplus rendah, 0,50 ≤ Z < 0,75 = surplus sedang, Z < 0,50 = surplus tinggi.
5
TABEL IV HASIL ANALISIS DATA PRODUKSI PADI
RKN Tahun 2012 4.77
Dn (beban/ton)
12374
Kebutuhan Padi (ton/thn) 1355
8425
923
0.31
2047
15976
1749
0.44
2156
12568 682
1376 75
0.25 0.02
4096 3024
5717
626
0.75
196
9363 8754
1025 959
0.10 0.11
8774 7468
4628
8027
879
0.19
3749
1568 573
6315 4142
691 454
0.44 0.78
876 120
0
1816
5235
573
0.31
1243
651
43359
97578
Padi Sawah
Padi Ladang
Ratatotok
209
71
Total Padi (ton/thn) 280
Pusomaen
2926
44
2970
Belang
3877
28
3905
Ratahan Pasan
5464 3079
8 20
5472 3099
Ratahan Timur
788
34
822
Tombatu Tombatu Timur
9728 8383
71 44
9799 8427
Tombatu Utara
4628
0
Touluaan Touluaan Selatan
1553 257
15 316
Silian Raya
1816
Jumlah
42708
KECAMATAN
Jumlah Penduduk
-1075
Berdasarkan tabel di atas hanya daerah Ratatotok yang mengalami devisit tinggi dengan engan angka RKN mencapai 4.77 sehingga ehingga hasil produksi dari daerah ini tidak mencukupi kebutuhan penduduk selama setahun. Setelah melakukan perhitungan di atas, maka dapat digunakan rumus Gravity location models dengan menggambarkan titik koordinat tiap lokasi pada Gambar 2.
Gambar 2. Lokasi dan koordinat 12 kecamatan
Setelah membuat gambaran lokasi tiap kecamatan, maka perlu membuat tabel yang berisikan data-data data untuk menghitung lokasi lumbung yang optimal.
6
Ama, Sediyono, dan Setiawan — Analisis Penentuan Lokasi Lumbung Pangan Masyarakat Daerah Minahasa Tenggara Dengan Metode Gravity Location Models
TABEL V DATA PERHITUNGAN 12 KECAMATAN
KECAMATAN
X
Y
Ratatotok
0.876
124.695
Dn (beban/ton) -1075
Pusomaen
0.978
124.854
2047
Belang Ratahan
0.962 1.054
124.800 124.796
2156 4096
Pasan
1.058
124.741
3024
Ratahan Timur Tombatu
1.051 1.038
124.820 124.684
196 8774
Tombatu Timur
1.022
124.731
7468
Tombatu Utara Touluaan
1.041 1.053
124.693 124.648
3749 876
Touluaan Selatan
1.025
124.616
120
Silian Raya
1.0257
124.6699
1243
Tabel X dan Y merupakan koordinat lokasi untuk setiap kecamatan, tabel Dn merupakan beban produksi padi dalam ton yang merupakan hasil dari perhitungan kebutuhan konsumsi masyarakat selama setahun, sedangkan untuk nilai d n merupakan biaya transportasi yang di asumsikan sama untuk setiap kecamatan dengan diberi nilai 1. Penentuan lokasi lumbung padi di tentukan berdasarkan lokasi dengan biaya transportasi yang rendah, penentuan ini dilakukan dengan menggunakan rumus berikut: k
TC = ∑ d n Dn Fn n =1
d n = Ongkos transportasi per unit beban per kilometer antara kandidat lokasi fasilitas dengan lokasi sumber pasokan. Dn = Beban yang akan dipindahkan antara fasilitas dengan sumber pasokan atau lokasi lumbung. Fn Jarak antara lokasi fasilitas dengan sumber pasokan atau lumbung ke- n Sehingga hasil yang diperoleh dari perhitungan menggunakan rumus diatas adalah sebagai berikut: Untuk menentukan jarak antara lokasi maka akan menggunakan rumus berikut:
Fn =
( x − xn ) + ( y − yn ) 2
2
Proses perhitungan X menggunakan koordinat terkecil X dan untuk X n akan dimasukkan dalam bentuk matrix, dan hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel VI:
7
TABEL VI HASIL PERHITUNGAN MATRIKS LOKASI ALTERNATIF
Koordinat
124.6
124.65
124.7
124.75
124.8
124.85
124.9
1.1
5341
4014
3225
3243
3975
5196
6655
1.05
4740
3095
1994
2168
3092
4556
6158
1
4822
3298
2312
2357
3226
4529
6130
0.95
5504
4268
3520
3464
4032
5155
6607
0.9
6555
5536
4931
4886
5354
6267
7499
0.85
7835
6985
6495
6461
6848
7604
8651
0.8
9262
8552
8156
8119
8435
9070
9970
Berdasarkan tabel di atas, hasil terkecil yang diperoleh berada pada kolom ketiga dan baris kedua pada matriks perhitungan dan matriks pembagian kolom peta, maka nilai terkecil tersebut berada pada lokasi geografis pada 124° 42 BT dan 1° 3′ LU yaitu lokasinya dekat dengan kecamatan Tombatu dan dinyatakan pada Gambar 3.
Gambar 3. Koordinat lokasi alternatif dari 12 kecamatan
Secara keseluruhan untuk perhitungan 12 kecamatan yang ada hasil yang diperoleh jika dilihat pada keadaan sebenarnya maka lokasi yang berdekatan dengan koordinat tersebut adalah kecamatan Tombatu. Perhitungan ini belum dibagi kedalam dua wilayah menurut peta rencana pusat-pusat kegiatan di kabupaten Minahasa Tenggara, berikut gambar peta yang dapat menjadi patokan untuk membagi wilayah daerah Minahasa Tenggara kedalam dua bagian disesuaikan dengan jalur trasnportasi yang ada:
8
Ama, Sediyono, dan Setiawan — Analisis Penentuan Lokasi Lumbung Pangan Masyarakat Daerah Minahasa Tenggara Dengan Metode Gravity Location Models
Gambar 4. Peta rancangan pusat layanan kabupaten Minahasa Tenggara
Berdasarkan peta di atas pembagian wilayah untuk menempatkan lumbung padi masyarakat dibagi berdasarkan jalur transportasi yang ada [13]. Daerah Ratatotok, Belang, Posumaen, Ratahan dan Ratahan timur digabung menjadi satu wilayah, sedangkan daerah Touluaan selatan, Touluaan, Tombatu, Tombatu timur, Tombatu utara, Silian raya dan Pasan menjadi satu wilayah tersendiri. Berdasarkan pembagian dua wilayah tersebut akan dilakukan perhitungan lokasi alternatif untuk kedua wilayah tersebut. TABEL VII DATA PERHITUNGAN WILAYAH PERTAMA
KECAMATAN
X
Y
Ratatotok
0.876
124.695
Dn (beban/kg/ton) -1075
Pusomaen
0.978
124.854
2047
Belang
0.962
124.800
2156
Ratahan
1.054
124.796
4096
Pasan
1.058
124.741
3024
Ratahan Timur
1.051
124.820
196
Berdasarkan tabel di atas maka akan dihitung matriks koordinat lokasi dengan angka terendah yang menunjukan lokasi alternatif untuk wilayah pertama.
9
TABEL VIII HASIL PERHITUNGAN MATRIKS WILAYAH PERTAMA
Koordinat
124.6
124.65
124.7
124.75
124.8
124.85
124.9
1.1 1.05
2677 2500
2137 1921
1648 1368
1302 912
1249 800
1508 1172
1937 1671
1
2471
1898
1378
988
861
1092
1601
0.95 0.9
2583 2820
2044 2323
1582 1913
1253 1677
1111 1619
1319 1782
1770 2135
0.85
3166
2725
2379
2201
2176
2313
2598
0.8
3596
3219
2938
2784
2765
2880
3117
Berdasarkan tabel di atas, hasil terkecil yang diperoleh berada pada kolom kelima dan baris kedua jika dilihat matriks perhitungan dan matriks pembagian kolom pada peta maka nilai terkecil tersebut berada pada lintang 124.8 dan bujur 1.05 yang secara geografis terletak pada 124° 48 BT dan 1° 3′ LU dan seperti dinyatakan pada Gambar 5.
Gambar 5. Koordinat lokasi alternatif wilayah pertama
Berdasarkan gambar di atas, jika dilihat pada keadaan sebenarnya maka lokasi yang berdekatan dengan koordinat tersebut adalah kecamatan Ratahan. Setelah mendapatkan lokasi alternatif untuk wilayah pertama maka akan dilanjutkan dengan menghitung lokasi alternatif wilayah kedua yang telah dibagi ke dalam Tabel IX. TABEL IX DATA PERHITUNGAN WILAYAH KEDUA
KECAMATAN
X
Y
Tombatu
1.038
124.684
Dn (beban/kg/ton) 8774
Tombatu Timur
1.022
124.731
7468
Tombatu Utara Touluaan
1.041 1.053
124.693 124.648
3749 876
Touluaan Selatan
1.025
124.616
120
Silian Raya
1.025
124.669
1243
Berdasarkan tabel di atas maka akan dihitung matriks koordinat lokasi dengan angka terendah yang menunjukan lokasi alternatif untuk wilayah kedua.
10
Ama, Sediyono, dan Setiawan — Analisis Penentuan Lokasi Lumbung Pangan Masyarakat Daerah Minahasa Tenggara Dengan Metode Gravity Location Models
TABEL X HASIL PERHITUNGAN MATRIKS WILAYAH PERTAMA
Koordinat
124.6
124.65
124.7
124.75
124.8
124.85
124.9
1.1 1.05
2664 2240
1878 1174
1577 626
1942 1256
2727 2291
3688 3384
4718 4487
1
2352
1400
934
1370
2365
3437
4529
0.95 0.9
2921 3734
2224 3213
1937 3018
2211 3209
2921 3735
3836 4485
4837 5364
0.85
4669
4260
4115
4260
4672
5290
6053
7
5666
5334
5218
5335
5670
6190
6853
Berdasarkan tebel di atas, hasil terkecil yang diperoleh berada pada kolom ke tiga dan baris kedua jika dilihat matriks perhitungan dan matriks pembagian kolom pada peta maka nilai terkecil tersebut berada pada 124° 42 BT dan 1° 3 ′ LU dan eperti pada Gambar 6.
Gambar 6. Koordinat lokasi alternatif wilayah kedua
Berdasarkan gambar di atas, jika dilihat pada keadaan sebenarnya maka lokasi yang berdekatan dengan koordinat tersebut adalah kecamatan Tombatu. V. KESIMPULAN Berdasarkan analisis di atas dapat diambil kesimpulan berikut ini : 1. Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa perhitungan dengan menggunakan metode Gravity Location Model untuk menentukan lokasi alternatif berdasarkan koordinat 12 kecamatan untuk menentukan lumbung pangan masyarakat berada pada kecamatan Tombatu yang secara geografis terletak pada 124° 42 BT dan 1° 3 ′ LU. 2. Berdasarkan pembagian dua wilayah untuk penempatan lumbung pangan masyarakat dari 12 kecamatan yang ada maka wilayah satu untuk lokasi alternatif berada pada kecamatan Ratahan yang secara geografis terletak pada 124° 48 BT dan 1° 3′ LU, dan untuk wilayah kedua lokasi alternatif berada pada kecamatan Tombatu yang secara geografis terletak pada 124° 42 BT dan 1° 3′ LU.
11
DAFTAR PUSTAKA [1]
R. B. F. Pasaribu, “Ketahanan pangan nasional”,tidak dipublikasikan.
[2]
C. dan D. G. Harzi, “Indonesian Agricultural Development Planning Meeting 2014 was Opened,” Selasa, 13 Mei, 2014. [Online]. Available: http://berita2bahasa.com/berita/08/14541305-musrenbangtan-2014-dibukamentan-suswono. [Accessed: 02-Apr-2015].
[3]
Badan Ketahanan pangan kementrian pertanian, “Fokus Program dan Kegiatan Ketahanan Pangan TA.2015,” in Fokus Program dan Kegiatan Ketahanan Pangan TA.2015, 2014.
[4]
U. Ardiyanti, “Review Materi Teori Lokasi Von Thunen,” Semarang, 2012.
[5]
B. J. E. Anderson and E. V. a N. Wincoop, “Gravity with Gravitas : A Soiution to the Border Puzzie,” Am. Econ. Rev., vol. 93, no. 1, pp. 170–192, 2003.
[6]
W. Keller and S. R. Yeaple, “Gravity in the Weightless Economy,” 2009.
[7]
J. E. Anderson, “A Theoretical Foundation for the Gravity Equation,” Am. Econ. Assoc., vol. 69, no. 1, pp. 106–116, 2012.
[8]
J. E. Anderson, “The Gravity Model,” Annu. Rev. Econom., vol. 3, no. 1, pp. 133–160, 2011.
[9]
M. M. Achlaq, “Merancang Jaringan Supply Chain”,tidak dipublikasikan.
[10]
M. T. Dasfordate, “Penentuan Alternatif Lokasi Gudang Akhir Rumput Laut Dengan Metode Center Of Gravity Dan Point Rating (Studi Kasus Di Kabupaten Seram Bagian Barat),” ARIKA, vol. 06, no. 2, pp. 115– 124, 2012.
[11]
P. Parthiban and G. Sundararaj, “Optimal Location of Base Station in a Wireless Sensor Network Using Gravity Location Model,” Int. J. Eng. Comput. Sci., vol. 2, no. 11, pp. 3147–3151, 2013.
[12]
Kementerian Pertanian, “Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi Tingkat Kabupaten/Kota,” Jakarta, 2014.
[13]
“Gambaran Umum Wilayah Minahasa Tenggara”,tidak dipublikasikan, p. 16, 2012.
12