ALUR STUDI KOLEKSI, KONSERVASI DAN KOMPUTERISASI DATA TEKSTIL (e-Learning Pack)
oleh: Puji Yosep Subagiyo
MUSEUM NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta 2015
Slide 01.
Pengertian Konservasi menurut American Association of Museums (AAM 1984:11): 1. Perlakuan secara menyeluruh untuk memelihara koleksi dari kemungkinan suatu kondisi yang tidak berubah; misalnya dengan kontrol lingkungan dan penyimpanan benda yang memadai, di dalam ruang simpan atau displai.
Penyinaran terlalu kuat
Mobile racks untuk koleksi
Lampu dalam vitrin
Lampu diluar vitrin
Rolling & Packing for textiles
2. Pengawetan benda, yang memiliki sasaran pokok suatu pengawetan dan penghambatan suatu proses kerusakan pada benda.
Vacuuming (penyedotan debu)
Washing (pencucian)
pembersihan dengan air hangat + sabut untuk membersihkan kotoran debu yang tidak terangkat dengan cara vacuuming + menetralkan keasaman.
Slide 02. 3. Konservasi restorasi secara aktual, perlakuan yang diambil untuk mengembalikan artifak rusak mendekati bentuk, desain, warna dan fungsi aslinya.
4. Kajian ilmiah secara mendalam dan pengamatan benda secara teknis.
METODE ANALISIS BENDA DAN BAHAN SUBJECTS PROVENANCE
Ethnographic Features: origin,
OBJECT STRUCTURE
MACRO STRUCTURE
COMPLETE OBJECT
ANALYTICAL METHODS Socio Cultural Anthropology, Ethnography, Art History,
COMPLETE STRUCTURE
(form, design/ layout, etc.)
STRUCTURAL OR TEXTURAL GREATER THAN 0.1 MM
(eye, glass, microscope) Ultra-Violet Light
thread structure, etc.)
MICRO STRUCTURE
CRYSTAL STRUCTURE
ELEMENTAL STRUCTURE and COMPLEX COMPOUNDS
STRUCTURAL OR TEXTURAL SMALLER THAN 0.1 MM
METALLIC ELEMENTS AND OTHERS salts, mordant, corrossion products, etc.)
Electron Microscopy (SEM, TEM, STEM) Electron Microbeam Analysis
and electron)
METALLIC ELEMENTS, DYES AND OTHERS. (pigments, dyes, x-ray) Chromatographic Analysis adhesives, polymers, etc.)
(paper, TLC, GC, PyGC and HPLC)
ALUR KELUAR-MASUK KOLEKSI DAN KOMPUTERISASI DATA DITERIMA/ MASUK
(RE) INVENTARISASI/ (HER) REGISTRASI Pengelola/ Pelaksana
ETNOGRAFI
(10)
Pengelola/ Pelaksana PEMILIK
SEJARAH
(20)
* BENDA * TIM/PANITIA * PENGELOLA * LAIN-LAIN
BIDANG REGISTRASI DAN DOKUMENTASI
TIM PENGADAAN KOLEKSI, PANITIA PAMERAN, DLL.
TIM PENGADAAN KOLEKSI, PANITIA PAMERAN, DLL. DENGAN PERSETUJUAN KEPALA MUSEUM
BIDANG REGISTRASI DAN DOKUMENTASI
PENGELOLA KOLEKSI
Data Isian Registrasi
(30)
MEMENUHI SYARAT
(40)
ARKEOLOGI
DIDAFTAR/ DICATAT
SELEKSI
(50) NUMISMATIK DAN HERALDIK KERAMIK
(60)
SUMBANGKAN * DIPINJAM/ TITIPKAN * LAIN-LAIN
MENJADI KOLEKSI MUSEUM
DIREGISTRASI DAN DOKUMENTASI
INVENTARISASI DAN PENELITIAN
1. Nomor Registrasi 2. Nomor Inventaris 3. Nama Koleksi 4. Kelompok dan Sub Kelompok 5. Lokasi Simpan a. Sementara b. Tetap 6. Asal (Tempat) a. Pembuatan b. Perolehan 7. Deskripsi Lengkap a. Bahan b. Ukuran c. dll. 8. Riwayat Lengkap a. Cara Perolehan (hibah, beli/harga, dll.) b. Kegunaan 9. Keterangan Tambahan 10. Referensi
KOMPUTERISASI
Slide 03.
Kelompok
PRASEJARAH
(70)
DITOLAK/ KELUAR
TIDAK MEMENUHI SYARAT
* DIBELI * DIHIBAH/
Data Isian Inventarisasi
DATA KOLEKSI
GEOGRAFI
BENDA
DIUSULKAN/ DITAWARKAN MENJADI KOLEKSI MUSEUM
1. Nomor Registrasi 2. Nomor Inventaris 3. Nama Koleksi 4. Kelompok (Sub Kelompok) 5. Lokasi Simpan a. Sementara b. Tetap 6. Asal (Tempat) a. Pembuatan b. Perolehan 7. Deskripsi Singkat a. Bahan b. Ukuran c. dll. 8. Riwayat Singkat a. Cara Perolehan (hibah, beli/harga, dll.) b. Kegunaan 9. Keterangan Tambahan
Kelompok & Kode (1000) ETNOGRAFI (Klp) (1100) Tekstil (SubKlp) (1101) Batik (SubSubKlp) (1102) Ikat (1176) Ikat Pakan (1179) Ikat Pakan + Songket
DATA KOLEKSI
ALUR STUDI - INTERPRETASI KOLEKSI Data Isian Registrasi
Data Isian Inventarisasi
Data Isian Katalogisasi
1. Nomor Registrasi 2. Nomor Inventaris 3. Nama Koleksi 4. Kelompok (Sub Kelompok) 5. Lokasi Simpan a. Sementara b. Tetap
1. Nomor Registrasi 2. Nomor Inventaris 3. Nama Koleksi 4. Kelompok (Sub Kelompok) 5. Lokasi Simpan a. Sementara b. Tetap
1. Nomor Registrasi 2. Nomor Inventaris 3. Nama Koleksi 4. Kelompok dan Sub Kelompok 5. Lokasi Simpan 6. Asal (Tempat) 7. Deskripsi Lengkap
HEREGISTRASI
(benda dalam konteksnya)
Skema Proses Kurasi Susan M. Pearce, edit. (1989:99)
STUDI KOLEKSI
(3000) SEJARAH
INTERPRETASI (benda ke-konteksnya) 3
(4000) ARKEOLOGI NUMISMATIK & HERALDIK
(6000) KERAMIK (7000) PRASEJARAH
PROSES KURASI (benda hilang konteksnya)
KATALOGISASI INVENTARISASI
ABC-PQR 2
REGISTRASI 1. Nomor Registrasi 2. Nomor Inventaris 3. Nama Koleksi 4. Kelompok (Sub Kelompok) 5. Lokasi Simpan a. Sementara b. Tetap
1. Nomor Registrasi 2. Nomor Inventaris 3. Nama Koleksi 4. Kelompok dan Sub Kelompok 5. Lokasi Simpan a. Sementara b. Tetap
1. Nomor Registrasi 2. Nomor Inventaris 3. Nama Koleksi 4. Kelompok dan Sub Kelompok 5. Lokasi Simpan 6. Asal (Tempat) 7. Deskripsi Lengkap
Data Isian Registrasi
Data Isian Inventarisasi
Data Isian Katalogisasi
ANALISA KOMPARATIF
Gambaran Ilmu Dasar dan Teknologi Bahan Lawrence van Vlack (1985) Pamela B. Vandiver, et.al. (1991)
Slide 04.
Age = Umur Beauty = Keindahan Condition = Kondisi Price = Harga Quality = Kualitas Rarity = Kelangkaan
1 RUMUS
KOLEKSI
(5000)
Sistem Perujukan Benda Seni - Budaya
4 KONTEKS KULTURAL
REINVENTARISASI REKATALOGISASI
(2000) GEOGRAFI
James Clifford (1988:224) Susan M. Pearce (1994:263)
Slide 05. ASLI
(authentic)
1. Kemahiran membedakan karya seni (museum seni, pasar seni, dll.)
Seni: asli, tunggal.
ADIKARYA
Budaya: tradisional, kolektif.
SISTEM PERUJUKAN BARANG SENI-BUDAYA
(masterpiece)
Bukan Budaya: baru, tidak umum.
3. Penemuan Baru (museum teknologi, seni kriya, barang bukan seni, dll.)
Bukan Seni: reproduksi, komersial.
2. Sejarah dan Cerita Rakyat (museum etnografi, barang kultural, kerajinan, dll.)
ARTEFAKTA (Artefact)
4. Seni-turis, komoditi, souvenir, dll.
Ref.: James Clifford (1988:224) Susan M. Pearce (1994:263)
TIDAK ASLI
(non-authentic)
4 KONTEKS KULTURAL
(benda dalam konteksnya)
Skema Proses Kurasi Susan M. Pearce, edit. (1989:99)
INTERPRETASI 3 (benda ke-konteksnya)
1
PROSES KURASI (benda hilang konteksnya)
RUMUS
ABC-PQR 2
ANALISA KOMPARATIF
SIFAT-SIFAT (fisik & kimiawi)
Age = Umur Beauty = Keindahan Condition = Kondisi Price = Harga Quality = Kualitas Rarity = Kelangkaan
GAMBARAN ILMU DASAR DAN TEKNOLOGI BAHAN STRUKTUR (mikro & makro) (atribut formal, atribut stilistik dan tipologi)
Pengetahuan Ilmiah
PROSES MANUFAKTURAL (seleksi bahan, sintesis bahan, prosesing bahan, desain, manufaktur)
PERFORMANS (tatalaku) (distribusi, kegunaan, teknofungsi, sosio-fungsi, dsb.)
Pengetahuan Empiris
Ref.: Lawrence van Vlack (1985); Pamela B.Vandiver, et.al. (1990).
Slide 06.
Alur Kajian Tehnis dan Tata Urut Penamaan ATRIBUT TEKNOLOGIS
ATRIBUT STILISTIK
FABRIKASI
KOLORASI
Sablon
Prada
Jumputan
Batik
Ikat
Perca
Sulam Bantal
Colet
PIGMENTASI
PENCELUPAN
Sulam Cucuk
Sulam (Bordir)
Pilih
Sungkit
Songket
Damas
Rep
Kelim
Permadani
Silang Polos
Brokat
NIR-TENUN
TENUN
Tritik
ATRIBUT FORMAL
Crepe-like Effect
Tabby 1/1, 16/22, Z
Tabby 2/2, 24/24, Z
Twill 2/2, 20/24, Z Kain Jumputan/ Plangi (Ikat Kain)
PRADA
Sulaman (-cucuk) (embroidery). Hiasan bantal dari Sumatera. Kol. Musnas, No. Inv.: 27039.
Sulam cucuk (couching), percik kaca. Mata-bantal dari Sumatera. Inv.: 27040.
Crack-like Effect
SABLON
BATIK
TRITIK Crepe-like Effect
Blur-like Effect
Ikat lungsi pada kain Hinggi Kombu (Sumba)
Proses tritik
Proses jumputan
Stylistic
Three Dimension
Two Dimension
sapu tangan
tapelak meja
kain tampan
kain sarung
sarung tapis
Pattern (Pola)
kain palepai
sabuk, kain dringin, sampur, etc.
selendang
ulos
kain bebed, tapih/ sinjang
sprei, tapelak meja, etc. karpet (rug/ tapestry), hiasan dinding (wall-hanging), palampos, etc.
kain dodot, kampuh, etc.
Motif (Hiasan)
Pattern, Design & Motif (Pola, Corak & Motif)
Pola-Hias Kain Arrangement of form, Ragam Hias/ Motif Figure/ feature, e.g.: disposition of parts for the motifs, e.g.: badan, kepala, tengahan, kemada, etc.
Design (Corak)
Design & Motif (Corak & Motif)
Tailoring models/ design, relating to the function & dimension (Contoh pola, seperti untuk penjahitan).
Pattern (Desain/ Pola Kain)
Pattern, Design & Motif (Pola, Corak & Motif)
Slide 07.
Corak Warna Corak Motif Chroma-Hue-Value, e.g.: Set of forms to the shape, light blue, dark-blue, red, etc.
Slide 08.
Badan Kain Tengahan (blumbangan)
Kemben, Selendang, Kain Dringin, Sampur, etc.
Kepala Kain
Pengada
Sered
ornamental band
Kemada
Kepala Kain
Sered putih
Iket Kepala and Dodot/ Kampuh
Kepala Kain
pengada
Badan Kain
Badan Kain
Kain Panjang, Selendang, etc.
Motif pattern of the other cloth types, such as: bebed, sinjang, etc.
Tengahan (belah ketupat)
POLA HIAS KAIN (MOTIF PATTERN OF THE CLOTH)
COLOURANTS & ATTRIBUTES
Gambar
ANATOMI TEKSTIL INDONESIA
weft
adhesive
(in)organic pigments
warp
warp
Analisa Struktur, Bahan & Teknik
metal dusts
weft
synthetic/ natural dyes
fibre
I metal leaves
metal leaves
metal dusts
strip
FIBRE MORPHOLOGY
core
wire
spirals disks
strip
III
core
PLY (COUNT OF SPIN) 6 6 3 1,5 6 6 3 6 6
FIBERS & YARN CONSTRUCTION
substrate core substrate strip
strip
core
Plain Weave or Tabby (6/7)
1c
IV
(cellulosic or proteinaceous) organic substrate
DENSITY (COUNT OF WARPS/WEFTS IN CM2)
m2
TWIST (SPIN DIRECTION) z z s z z z s z z
weft
1c
YARN CONSTRUCTION
SZ S Z
rings
wa rp
TWIST
II
strip
core (cellulosic or proteinaceous) organic substrate
V
strip
m2
FABRIC CONSTRUCTION AND ATTRIBUTES
METAL APPLICATION, ATTRIBUTES AND CATEGORIES
Slide 09.
Copyrights by Puji Yosep Subagiyo, Primastoria Studio 2015.
technical fibre
single fibre
adhesive
Slide 10.
Persebaran Berbagai Kategori Penerapan Logam Pada Tekstil KAWASAN Negara Asia Cina Jepang India Indonesia Thailand Birma Butan Tibet Asia Tengah Persia Timur Tengah Bizantine
Afrika Pharonic Coptic Afrika Utara Suku campuran
Belahan Bumi Barat
Post-Hispanic Pre-Hispanic North & South Amerind
Eropa
Yunani & Romawi Kuno Belanda dan Belgia Eropa Timur (Balkan, Rusia, dll.) Inggris Perancis Jerman Italia * Luccan * Sicilia * Venesia Skandinavia Spanyol
I.
II.
v v v v ? ? ? v ? v v ?
-? -? v v? ? v ? ? ? -? v v
v -? v v v v v ? v? v v v
v v v v ? ? ? v v v v v
v v v v ? ? ? ? -
? -
? v? ?
? ? v v?
? -
? -
-
-
-
-
-
? v
? v
? v
? ?
? -
v ? v v
v v v v
v v v v
? ? ? ?
-
v v v ? ?
? ? v v ?
? ? v v v
v v v v v
-
? v ? v v ? ?
? _ v v v ? ?
v v? v ? v v v v v
v? v v v v
-
v
v?
v
v
v
Islam Fatimid Tulunid Seljuk Buvid Timurid Mamluk Ottoman Persia (Safavid, Qajar) India Spanyol Sicilia Campuran (lihat Afrika dan Indonesia)
Kategori IV. III.
V.
Catatan: v = contoh diketahui; - = contoh tak diketahui tetapi disetujui; -? = contoh tak dikenal & observasi terbatas; v? = contoh dikenal tetapi sebagai barang impor.
Slide 11.
Dating DATE Modern Times (After A.D. 400)
METHODS Historical Documents (Chronometric dating)* Dendrochronology, Imported Objects.
2,500 B.C. 40.000 B.C.
MAJOR DEVELOPMENTS Stone Inscription (KUTAI KINGDOM)
Origin of Agriculture Radiocarbon/ Kalium Dating (organic materials)
75.000 B.C.
100.000 B.C.
Potassium-argon Dating (volcanic materials/ minerals)
500.000 B.C. 1.000.000 B.C.
Pithecantropus erectus.
5.000.000 B.C.
Early Human
* Chronometric dating by historical record = a method used for dating by analogy of typology, materials, and stylistic analysis etc. with their relevancy in historical records (in the contexts of distributions, trade, environments, etc.)
Penanggalan Kronometrik (CHRONOMETRIC DATING) PRE HISTORY (NEOLITHIC) Pithecantropus erectus (manusia trinil). BRONZE AGE Aji Çaka The First Hinduism Kingdom HISTORY ( Kutai Kingdom) (Kalimantan, Hindu) TARUMANEGARA (Jawa Barat, Hindu) MATARAM I (Jawa Tengah, Hindu) SRIWIJAYA (Sumatera Selatan, Hindu) MADJAPAHIT (Jawa Timur, Hindu) (13) * Borobudur and Prambanan * Kain Prada
King Hayam Wuruk who succeeded in reuniting the Indonesian Archipelago was among the re-owned rulers of that period of Hindu Kingdoms. The same period saw the building of the Borobudur Buddist sanctuary under the Çailendra dynasty in Central Java and Prambanan Hindu temple by King Daksa.
P o r t u e g e s e w a s t h e f i r s t (14) European to set foot in Indonesia. The Dutch settled in Bantam (Banten), West Java.
(16)
The Dutch established the Netherlands East Indies Company (VOC).
(17)
YEAR BCE 3000 - 2000 800 - 200
CE 78 400 450 500 518 600 670 700 732 900 960 1000 1279 1292 1370 1400 1453 1500 1509 1516 1528
Kolonialisasi, Jatuhnya Kekuasaan, JAYAKARTA (18)
Governor General Jan Peterzon Coen succeeded in gaining the authority over Jayakarta, which was renamed ‘Batavia’. That time was beginning of the colonialism by the Dutch.
MATARAM II (Jawa Tengah, Islam)
Secang-wood and mengkudu were (21) in common use by using mineral alum (Javanese called it as tawas) and plant alum (probably Jirek). However, the plant alum was considered the older mordant than the mineral alum. [The raw materials were treated with oil (castor) and lye (ash from burning rice stalks, or trunks of various trees of banana) that dyes from Morinda mixed with Jirek, Symplocos fasciculata Zoll.] Sugar, indigo, and coffee from Java and Sumatera were exported to Europe. T h e n e w m u s e u m b u i l d i n g (25) (presently National Museum) was opened in Jalan Merdeka Barat 12, Jakarta. Artificial Indigo and Alizarin
1596 1602 1613 1619 1632 1645 1660 1695 1778 1815 1825-30 1868 1883 1900 1908 1928 1933
(27)
1945
REPUBLIC OF INDONESIA, (Negara Merdeka, Modern)
1950 1962
The Institute was presented to the (33) Indonesian Government which then is administered under Ministry of Education and Culture. The institution was also changed its name into Central Museum that become the National Museum to the present time. Conservation Lab for the National Museum of Indonesia.
1973
HISTORICAL RECORDS The fragment recontruction on terracota with straight and waved lines is an evidence for the earliest textiles. (1) Ikat lungsi (warp) is considered present in the time. The textile with geometrized regions are Kalimantan (jackets and breechclouts from Dayak Iban, D.Bahau and D.Kenyah), Sumatera (ulos from Batak, Palepai and Tampan from Lampung), Sulawesi (Toraja), Nusatenggara (Timor and Sumbawa) and Bali. Songket or supplementary warp was also present in that time (?). Motifs on the bronze-wares from that era is similar to the textile design and pattern (2) of No.1. Bronze-wares from that era, for example kettle drums and axes which
(3) The stone inscription found is as foundation of Indonesian Historic period. (4) Chinese chronicles mention that certain King of North Sumatera wore silk cloth. Chinese source of the Ling and T’ang dynasties: the people of Java and North Coast (5) of Sumatera wore cotton in use in Sumatera as early as the 6th century. There are 3 species of Gossypium, i.e. G. herbaceum (the most common), G. obtusifolium (in Southern Sumatera, cultivated by the Dutch), and G. brasiliense (Malay Peninsula, cultivated by the British).
sappan-wood (secang) already was one of the outstanding export stuffs to (6) IntheAceh, Arab. The secang dye work was considered as the oldest native red dye work.
(7) (8)
Palembang) or in Design Javanese Batik, jelamprang, attesting to origin in the Hindu-Indonesian Period. There was a barter trade which were Indonesian cotton cloth and Chinese silk. Silk patola cloth (may from India) also present in the era (Javanese and Sumatrans called as ‘cindai’). The Sung dynasty mentions that cotton goods from Java were used as princely presents.
(9) Ikat pakan (weft) together with import silks were brought by Indians and Islamic (10) traders to Java and Sumatera (possibly, also applications of beads, sequins, glass/
mirrors, and gaining of the knowledge of technique for mixing color/dye). The regions of the two islands that were contacted by the mentioned traders were as indication of silk and songket clothes, and probably silver and gold threads. Other regions: Palembang (South Sumatera), Donggala (Central Sulawesi), Bugis (South Sulawesi) and Bali. In old Javanese written source suggest that ‘kain prada’ enjoyed very great popularity in aristocratic circles in East Javanese Kingdom of Madjapahit. (In Bali, gold leaf was an important article of commerce imported from China and Thailand via the port of Singaraja in the latter half of the 19th century). the fall of Constantinople in 1453, the European merchants (11) Because sought to purchase spices, which at that time were very rare and quite expensive, directly the producing country, i.e. Indonesia. In Palembang, was cultivated the mulberry trees for Bombix mori foods (silk (12) coccon), it was also in Sulawesi. Typical silk cloth colors are red, green, blue and other bright colors. Silver and gold threads was utilized throught the supplementary weft technique, which raises the metallic threads to the surface of There were mineral alum and madder imported from Mecca and Aden (15) (Medinah), included coral and copper. Sultan Agung introduced the Islamic-Javanese calendar and was patron (19) of the Arts and Crafts. Merapi (a volcano name in Central Java) eruption sent a plenty (20) Gunung of minerals, i.e. mineral alum. Batavian (presently Jakarta) Society for the Arts and Sciences was (22) The founded in Jakarta on April 24, 1778.
(23) Indian cotton (from Madapolam and Calicut) have been supplanted by European fabrics.
In the colonialism era the Fierce battles broke out everywhere led by (24) brave patriots, like as Prince Diponegoro (1825-1830) in Central Java. krakatau (a volcano name in the Java Sea, close to Banten (26) Gunung District) eruption also sent a plenty of minerals. in this period of national awakening was heralded by ‘Boedi (28) Because Oetomo’, the organization founded on May 20. Its ultimate aim was the
establishment of an Independent Indonesian State. The Indonesian youth, in the 2nd congress on October 1928, called for (29) unity among the Indonesian youth and pledged allegiance to ‘One Nation, Indonesia, One Motherland, Indonesia, One Language, Bahasa Indonesia’. Board Commerce and Industry of the Dutch East Indies published the (30) The Native Batik Industry. Some German synthetic dyestuffs the years 1920 to 1928 come into use in Jakarta and Pekalongan. e.g. for red color (aniline of Beta-hydroxy naphthoic acid, which applicable in cold water), for basic yellow (Auramine-O, Ciba Ltd., Basle), form brown (a benzidine dyestuffs, called soga-soga which developed with diazo compounds). proclaimed the Independence and established Unity State of the Republic (31) Indonesia of Indonesia covering the territory of the former Netherlands East Indies. February 29, 1950, the Batavian Society was changed into the name (32) On ‘the Institute of Indonesian Culture’.
Created by Puji Y. Subagiyo, Primastoria Studio 2015
PERIODS
Slide 12.
Slide 13.
Observasi, Perawatan dan Pengawetan Tekstil Kain Patola berfungsi sebagai tapih atau selendang dari Gujarat (kemungkinan Patan) – India untuk pasar Indonesia pada abad ke-18 M. Perhatikan dua kain ikat ganda bermotif patola berbahan sutera (No. Inv. 19084 dan 26491) dibawah ini.
Kain Patola 1, no. inv. 19084, ikat ganda, bahan: sutera, ukuran: 400 x 100 cm. Diregistrasi : 9 April 1927 (87 tahun) Selendang Cinde, no. inv. 26491, ikat ganda, bahan: sutera, ukuran: 228 x 86 cm. Diregistrasi: Januari 1949 (65 tahun) Kain Patola 2, no. inv. 18764, bahan: kapas, ukuran: 238 x 87 cm. Diregistrasi: est. 1924 (90 tahun)
Kain Patola 2 (18764) yang berfungsi sebagai selendang dan berasal dari Gujarat – India, dibuat untuk pasar Indonesia pada abad ke-17 sampai 18 M. Beberapa kain jenis ini kadang-kadang distempel VOC (Verenigde Oostindische Compagnie). Kain tiruan patola yang terbuat dari katun ini dibuat dengan tehnik block-printed mordant-dyed dan resist-dyed. Dengan mengamati kondisi keterawatan di foto dan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kerusakan kain-kain sutera (yang berumur-relatif 65 dan 87 tahun) bisa disebabkan oleh garam logam untuk proses pemberatan sutera dan pewarnaan kain. Logam pemberat sutera biasa digunakan setelah proses 'degumming' atau penghilangan zat perekat atau ‘sericin’. Penggunaan mordan alum alam yang sudah dikenal sekitar tahun 900 M telah digantikan dengan mordan alum mineral sekitar tahun 1509 (menurut catatan pedagang Arab dan Eropa), begitu juga komponen warna merah dari mengkudu (morindone) telah banyak digantikan dengan bahan-celup sintetis Alizarin. Kebanyakan bahan-celup mempunyai daya ikat dengan substratnya (benang), yang kekuatannya tergantung dari kondisi bahan-celup itu sendiri. Misalnya curcumin, yaitu zat warna kuning dari temu lawak, Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Zingiberaceae) akan dapat mengadakan afinitas dengan serat-serat selulosik, seperti kapas dan linen, secara langsung tanpa menggunakan mordan. Sehingga bahan-celup jenis ini disebut dengan zat-warna direk (direct dye). Sedangkan pemakaian mordan disamping dapat mempengaruhi warna yang dihasilkan dapat pula meningkatkan afinitas molekul zat warna pada serat. Pada tehnik pencelupan tradisional dijumpai pula bahan menyerupai mordan alum (potassium aluminum sulfate) pada jirek, Symplocos fasciculata Zoll. (Styracaceae). Apabila tumbukan babakan kayu jirek ini dicampur dengan morindone, yaitu zat warna dari mengkudu, Morinda citrifolia L. (Rubiaceae), kita akan mendapatkan warna merah pada substrat kapas. Sedangkan bahan-bahan lain yang secara tradisional juga sering digunakan seperti minyak jarak dan air merang hanya berfungsi sebagai bahan pembantu (ingredients) pada proses pencelupan, karena bahan-bahan tersebut secara kimiawi hanya membantu pendisfusian molekul zat warna kedalam sel-sel serat, dan penetran ini juga tidak mempengaruhi warna yang dihasilkan.
Slide 14.
Perlakuan Tekstil Sebelum Penyimpanan & Pameran
Persyaratan Vacuuming Swabbing Washing
Flatting Folding Rolling Mounting
Dry Cleaning Moisturizing Freezing
Padding Packing Wrapping Hanging
1. Cek kondisi pH 2. Cek kandungan air 3. Cek kondisi T & RH ruang simpan. 4. Cek Kuat Penerangan 5. Cek Radiasi Ultra Violet
Slide 15.
Beberapa Pertimbangan Teknis Sebelum Pameran
1. Panel Gantung/ Gawangan 2. Panel 1/2 Lingkaran 3. Panel Papan Miring 4. Panel Tempel 5. Label
4 3 Base (Pangg ung)
A RUANG C A NON
kabel listrik
5
2
C RUANG C A r e b
tiang gantungan
blower
1
au sil
sin
sinar IR sinar UV ar tampak
mata hari
da 1
ben
pu lam r 2 a u l
pu lam in 3 r vit
jendela
pak
tam
pu pu lam in 2 rel lam r t vi
n1
vitri
jung 1
da 3
ben
n3
da 2
pengun Gambar 1a.
B RUANG C A N NO
vitri
ben
jung 3
n vitri
Gambar 1c.
2
pengun
jung 2
pengun Gambar 1b.
Sinar datang dari matahari yang kemudian dipantulkan oleh kaca; yang terjadi apabila kuat cahaya matahari lebih besar dari kuat cahaya yang ada dalam vitrin (gambar 1a.). Hal serupa juga bisa terjadi berikut perilaku pengunjung yang berusaha mendekat kaca vitrin, seperti pada gambar 1b., apabila kuat cahaya Lampu Luar 2 lebih besar dari kuat cahaya Lampu Vitrin 2. Dengan demikian teknik penerangan pada gambar 1c. yang terbaik, karena pantulan benda yang disebabkan oleh Lampu Vitrin 3 dapat pengunjung terima tanpa ada gannguan (silau).
Slide 16.
LEMBAR INVENTARIS TEKSTIL Form. LIK-Tekstil/MNI/2014
1. Jenis Koleksi:
(Sub) Kelompok: Tekstil
Etnografi
Batik, Prada
2. Nama Benda: Kain dodot 3. Nomor Inv.:
23150 b
(lama)
Nomor Reg.:
23150 b
(baru)
(lama) GB.ST5.031.04 (baru)
4. Tempat Penyimpanan:
No. Foto: 23150 b
(baru) 14b. (31B/7) (lama)
5. Deskripsi Benda: a. Bentuk: Dodot b. Ukuran: 375 x 115 cm. c. Bahan: kapas, prada mas d. Warna: biru tua, merah e. Motif/Hiasan: burung, gunung f. Teknik Pembuatan: batik, prada g. Uraian: Kain dodot ini dibuat dengan cara batik, bagian tengahan yang berwarna merah muda berbentuk belah ketupat ("sidangan"). Pada seluruh permukaan bidang kain (kecuali tengahan) dihiasi dengan gambar-gambar burung garuda yang diatur secara simetris (yang berwarna kuning soga). Gambar-gambar burung ini ditempatkan dalam bidang-bidang belah ketupat yang terbentuk dari pemotongan bidang dasar secara diagonal. Potongan-potongan bidang ini, berikut hiasan-hiasanya isinya sebagaimana pola hias "semen" dalam batik Jawa. Sebagai perbandingan lihat dodot no. 23148. Dodot termasuk pakaian keraton, kebesaran para bupati, pembesar, puteri bangsawan, mempelai pria dan wanita, penari serimpi dan bedaya/ penari keraton (jasper & Pringadie, 1997:91-95).
6. Riwayat Benda: a. Tempat Asal: Yogyakarta. Prop. DI Yogyakarta
KETERANGAN KHUSUS (ATRIBUT) Tehnik Tenun/Nir-Tenun : Silang polos Silang kepar Tapestri Rep
Brokat (brocade) Kelim (slit/interlocked) Perca (applique) Pilih Songket Sulam (embroidery) Sulam bantal (quilting) Sulam cucuk (couching) Sungkit Other...
Kab. Negara Indonesia
b. Tempat Pembuatan: c. Tempat Temuan:
Pewarnaan (Pencelupan/Pigmentasi) :
d. Tahun Pembuatan: e. Kegunaan/ Fungsi: pakaian keraton, kebesaran para bupati, puteri bangsawan f. Tahun Perolehan: 14/10/1937 g. Cara Perolehan: 7. Kondisi: Baik
Cukup
Beli Temuan Rusak
Usia:
78 Tahun
Hadiah/ Hibah Transaksi lain Warisan Tuan J.W. Van Dapperen Hancur
9. Teknik Pengamatan:
Biasa Batik Ikat
Plangi/Jumputan Tritik Other...
Colet Prada
Sablon/ Printing Other...
Kategori Penerapan Logam :
8. Keterangan, Referensi, dll.: Warisan Tuan J.W. Van Dapperen yang wafat di Baturaden pada 14 Okt. 1937. diterima di MNI pada 1938. Ref.: J.E. Jasper & M. Pirngadie (1997): Seni Batik, Tim Peneliti Batik Indonesia, trans-edit-anot: S.H. Adiwoso & P.Y. Subagiyo, Tokyo - Jakarta. Subagiyo, P.Y. (1996): Metal Thread Exam..., Jambi Int. Symposium. hal.11-13.
Mata biasa Kaca pembesar Mikroskop Lain-lain
Satin Damas Other...
K-1a K-1b K-2a K-2b K-2c
K-3a K-3b K-3c K-4a K-4b
K-5a K-5b Other...
Tanggal Pengamatan: 24 September 1994
X
Tanda tangan Kurator:
Nama Kurator: Puji Yosep Subagiyo
Slide 17.
LEMBAR KONDISI TEKSTIL Form. LKT-Tekstil/MNI/2014
No 1
No. Inv. 00245 b
Nama Benda
Asal Benda
Kondisi
Ukuran
Hancur
bendera
Prioritas Tindakan :
1. Segera
Lokasi: rak 6 / tingkat 4
GB.ST5.015.01
BAHAN PEMBENTUK BENDA
KONDISI BENDA SAAT PENGAMATAN pada tgl. B. KERUSAKAN BIOTIS A. KERUSAKAN FISIK Jamur Kotor/ debu Serangga Sobek Bubuk, kumbang Lubang Laba-laba Lipatan Ngengat kain Penguningan Rayap Gegat (silver fish) Warna berubah Kecoa Rapuh/ getas Kumbang Perekat/ label Binatang pengerat Lain-lain Lain-lain
LOGAM Benang Logam Benang Emas Benang Perak Percik Logam Prada Other... Lain-lain SELULOSE Kulit Kayu Anyaman Serat Kapas Serat Linen Serat Nanas Serat Koffo Other... Lain-lain PROTEIN Kulit Binatang Bulu Serat Sutera Serat Wol Other... Lain-lain LAIN-LAIN Tulang Kerang Pigmen/ Cat Manik-manik Kaca Resin Lain-lain CATATAN: Usia Relatif: 134 Thn. Warna: Teknik:
C. KERUSAKAN KIMIAWI Pucat/pudar Korosi Noda (stains) Kristal garam Berlemak/minyak Oksidasi
3. Rendah 1
No Foto : 245 b
Lapuk/ mubut Pudar Bau
D. KERUSAKAN LAIN
Lain-lain
Catatan :
1. Rapuh, getas = brittle (easily broken because it is hard (stiff) & not flexible). 2. Lapuk, mubut = fragile (easily broken or damaged).
USULAN TINDAKAN KONSERVASI (diisi oleh Konservator) 1. 3. Pembersihan Perlakuan lain. vacuuming kering/ kimia cloth-backing brushing lokal/ spot flattening cuci basah kelantang Moisturizing Lain-lain
mounting recouching
2. Kontrol Perlakuan Pembersihan semua serangga dan gejalanya. Freezing Perlakuan lain
KONDISI SAAT PENGAMATAN : Intensitas Cahaya (Lux): Radiasi UV (mW/Lmn): 0 Suhu Udara ( C): 0 Suhu Permukaan ( C): Kelembaban Udara (%): Kandungan Air (%): Keasaman (pH): Polusi Udara:
REKOMENDASI DISPLAI : Intensitas < 50 Lx Radiasi UV < 75 mW/Lm Suhu Udara 20 - 25 C Kelembaban 50 - 55 % Bahan Bebas Asam Tahan Vibrasi Hindari Fluktuasi RH Hindari Penyinaran Kuat
REKOMENDASI SIMPAN : Intensitas < 50 Lx Radiasi UV < 75 mW/Lm Suhu Udara 20 - 25 C Kelembaban 50 - 55 % Bahan Bebas Asam Tahan Vibrasi
X
Kategori Aplikasi Logam Tekstil Historis K-1a K-3b K-1b K-3c K-2a K-4a K-2b K-4b K-2c K-5a K-3a K-5b
1 : emas; 2 : perak; 3 : lgm lain.
Tanggal Pengamatan:
Teknik Pengamatan: Mata biasa Kaca pembesar Mikroskop Lain-lain
2. Sedang
14 Maret 2014
Tanda tangan Konservator: Konservator:
Puji Yosep Subagiyo
Slide 18.
LEMBAR KONDISI KOLEKSI Form. LKK-Umum/MNI/2014
No.
No. Inv.
Nama Benda
Lokasi Benda :
C. Selulose 1. Kayu 2. Kulit 3. Bambu 4. Rotan 5. Anyaman 6. 7. Lain D. Protein 1. Kulit 2. Bulu 3. 4. Lain
ANORGANIK
A. Fisik 1. Rapuh 2. Kotor 3. Lemak 4. Kelupas 5. Gores 6. Retak 7. Patah 8. Hilang 9. Basah 10. Kering 11. Lain
B. Kimiawi 1. Lapuk 2. Pudar 3. Korosi 4. Oksidasi C.
2. Sedang
Kondisi 3. Rendah
No. Foto:
5. Bau 6. Noda 7. Kristal
garam
8. Lain
1. Jamur [ ......... %] 2. Insek [ ......... %] 3. Ganggang [ ......... %] 4. Lumut [ ......... %] 5. Lichens [ ......... %] 6. Lain
D. Catatan: ............................................................................................................
...............................................................................................................................
III. KONDISI IKLIM DAN BENDA SAAT PENGAMATAN : A. Intensitas Cahaya (Lux) B. Radiasi UV (mW/Lmn) C. Suhu Udara (0C) -------D. Suhu Permukaan (0C) --
E. Lain-lain 1. Tulang 2. Kerang 3. Pigmen/ Cat 4. Manik-manik 5. Resin 6. Lain F. Catatan
1. Segera
II. KONDISI BENDA SAAT PENGAMATAN :
ORGANIK
B. Logam 1. Emas 2. Perak 3. Timah 4. Tembaga 5. Besi 6. Lain
Ukuran
Prioritas Tindakan :
I. BAHAN : A. Non Logam 1. Batu 2. Kaca 3. Keramik 4. Plester 5. Semen 6. Lain
Keterangan
.............................. .............................. ..............................
E. Kelembaban Udara (%) = ............. F. Kandungan Air (%) -- = ............. G. Keasaman (pH) ------ = ............. H. Polusi Udara ---------- = .............
= ............. = ............. = ............. = .............
I. Catatan: ............................................................................................................. IV. USULAN PERAWATAN DAN PENGAWETAN : A. Pembersihan C. Restorasi 1. Kotoran/ debu 1. Pengembalian bentuk/ warna 2. Karat, noda, dll. 2. Perbaikan fungsi benda 3. (Bekas) jamur dll. 3. Lain 4. (Bekas) lumut dll. D. Pengawetan 5. Lain 1. Stabilisasi karat B. Penguatan/ konsolidasi 2. 1. Penguatan benda rapuh 3. 2. Penguatan konstruksi 4. 3. Lain 5. Lain E. Treatmen Tambahan dan Catatan
...................................................................................................................... ......................................................................................................................
V. USULAN UJI BAHAN (LAB) DAN TAMBAHAN :
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
VI. TEHNIK PENGAMATAN A. Mata biasa (tanpa-alat) B. Kaca Pembesar C. Mikroskop. ................ X D. ....................................... E. ....................................... F. ........................................
VII. TANGGAL PENGAMATAN (DD/MM/YYYY) ............................................ Tandatangan Observator, Konservator, dll. Nama :
..............................................
Slide 19.
BAHAN (MATERIALS) A. Organik: dari Mamalia, Burung, Ikan, Serangga dan Reptil
A. Organic: from Mamals, Birds, Fish, Insects and Reptils
perkamen/ kertas kulit kulit mentah kulit berpenyamak sebagian kulit berpenyamak kulit berbulu rambut rambut kaku/ kasar bulu ayam bulu burung halus (liur ulat) sutera wool lakan (wool, rambut) tulang angga/ tanduk bercabang tanduk gading/ taring ikan paus
parchment raw hide semi-tanned leather tanned leather pelts/ fur hair bristle quill feathers/ down silk wool felt (wool, fur, hair) bone* antler* horn whale ivory
gading beruang laut gading gajah tulang ikan paus tempurung/ kulit kura-kura kulit kasar/ bersisik (dari ikan pari, hiu, anjing laut) kulit ular (resin) laka/ shellac gelatin ancur 2/ animal glue tempera/ kuning telur kasein (pospoprotein) lilin/ malam
B. Organik: dari Pohon, Perdu, Tumbuhan, Rumputan pelapis kayu bermotif belat/ eplat kayu kayu keras kayu lunak resin untuk varnis kayu merambat bambu goni rami rotan (serat) sisal
rami halus linen minyak biji rami kapas/ katun kertas bubur kertas getah perca tempurung (kelapa) resin fosil karet (perekat) kanji
C. Anorganik: Logam dan Campurannya emas perak tembaga besi (iron) aluminium timbal timah seng
perunggu kuningan timah+timbal timah+tembaga+antimony tembaga+timah/ emas tiruan lempengan emas lempengan perak lempengan tiruan (?) nikel (nickel)
walrus ivory* elephant ivory* baleen* tortoise shell shagreen (ray, seal, shark skin) snake skin shellac gelatin animal glue egg tempera casein waxes
B. Organic: from Trees, Shrubs, Plants, Grasses decorative wood veneers oak/ ash splints hard woods soft woods resin for varnish willow bambo jute (burlap) hemp rattan sisal
linen linsed oil cotton paper papier-mache guttapercha vegetable ivory (palm nut) amber rubber starch adhesive
C. Inorganic: Metals and Their Alloys gold silver cooper iron aluminum lead tin zinc
bronze brass pewter Britannia metal ormolu gold leaf silver leaf immitation leaf nickel
D. Anorganik: Buatan dan Yang Terjadi Secara Alami
D. Inorganic: Man-made and Naturally Occuring
kaca porselain terakota keramik plaster semen biru batu pualam putih batu granit batu marmer batu mutiara
glass porcelain
kerang laut permata tulen batu pasir cinnabar bahan komposisi (dekorasi bingkai) pigments mica talek/ gip
E. Bahan Buatan Lain cat varnis lak papan hardboard formica celluloid
ceramics plaster portland cement alabaster granite marble mother-of-pearl
marine shell gem stone sand stone cinnabar (red mercuric sulphide) composition (frame decoration) pigments mica soap stone
E. Other Man-made Materials (plastik) bakelit polyester vinil epoksi nilon
paints varnishes lacquer Masonite Formica celluloid
* These materials also have an inorganic component; besides the organic protein collagen, the inorganic calcium phosphate (hydroxy apatite) is present.
Bakelite polyester vinyl epoxies nylon
Ref.: Bachmann, K. (1992:131-133)
Slide 20. Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Tinggi (Materials Sensitive to High Relative Humidity) Bahan (Materials)
Akibatnya (Result)
Kondisi yang direkomendasi (Recommended Condition)
logam (metal)
korosi/ karat (corrosion)
40% RH, or lower
kertas (paper)
jamuran, noda (mold, stains)
45 - 55% RH
tekstil (textile)
jamuran, noda (mold, stains)
45 - 55% RH
kayu (wood)
50 - 55% RH, constant/ stable
kayu bercat (painted wood)
jamuran, bengkok (fungal attack, warping) cat mengelupas
logam bercat (painted metal)
korosi, cat mengelupas
40% RH, or lower
tatakan, pelapis kayu (inlay, veneer) bahan penyempurna
lepas/ copot bagian-bagiannya (detachment) jamuran/ noda (mold, stains)
50 - 55% RH, constant
perkamen, gading (parchment, ivory) bubur kertas (papier-mache)
melengkung/ gelombang, jamur (warping, mold) jamuran/ noda (mold, stains)
50 - 55% RH, constant
bahan keranjang/ anyaman (basket materials) kolase kertas (decoupage surface)
jamuran (mold)
60 - 65% RH, constant
lepas/ copot, jamuran (detachment, mold)
50 - 55% RH, constant
50 - 55% RH, constant
50 - 55% RH, constant
45 - 55% RH, constant
Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Rendah (Materials Sensitive to Low Relative Humidity) Bahan (Materials)
Akibatnya (Result)
Kondisi yang direkomendasi (Recommended Condition)
kayu (wood)
mengkerut (checks/ dries out)
50 - 55% RH, constant/ stable
kulit mentah, kulit olahan (rawhide, leather skins) perkamen (parchment)
45 - 55% RH
bulu ayam (quill)
pelapukan, lapuh, kering (embrittlement) mengkerut, rapuh (shrinkage, embrittlement) rapuh (embrittlement)
serat keranjang
rapuh (embrittlement)
60 - 65% RH, constant
ancur, lem nabati (animal glue)
kering, merapuh (dries out, weakens) retak, melengkung (cracks, warps) retak, melengkung (splits, warps) lepas, melengkung (detachments, warps)
50 - 55% RH, constant
kulit kura-kura (tortoise shell) semua gading (all ivory) permukaan tatakan (inlaid surface)
50 - 55% RH, constant 45 - 55% RH, constant
45 - 55% RH, constant 50 - 55% RH, constant 50 - 55% RH, constant
Bahan Yang Sering Dirusak Oleh Serangga dan Binatang Pengerat (Materials Commonly Damaged by Insects and Rodents) kulit (leather, skins) kulit berbulu (felts, furs) bulu ayam (feathers) sutera (silk) wol (wool)
beludru (velvet) tekstil (textile) serat alam kayu (wood) kertas (paper)
perekat kanji (starch) gelatin (gelatin) tempera telor (egg tempera)
Slide 21. Bahan-bahan Reaktif (Reactive Materials) Kombinasi Bahan (Materials Combination)
Masalah Konservasi (Conservation Problems)
kayu/ kayu (wood/wood) kayu/ kertas (wood/paper) kayu/ tekstil (wood/textile) kayu/ logam (wood/metal) kayu/ serat alam
perubahan ukuran, regang, patah (dimensonal changes, stress, breaks) kertas menjadi rapuh, gelap, noda (paper becames brittle, dark, stained) tekstil ternoda, rapuh (textile became stained, brittle) logam menjadi berkarat (metal corrodes in contact with wood) serat menjadi lemah, putus
kayu/ cat (wood/paint) logam/ logam (metal/metal) logam/ kain (metal/cloth) logam/ kertas (metal/paper) logam/ cat (metal/paint) logam/ kulit (metal/leather) logam/ plaster (metal/plaster) logam/ ancur
saat kayu mengembang, cat mengelupas
(metals/animal glue)
terjadi reaksi elektrokimia (efek galvanis, korosi) (possible electrochemical corrosion) logam berkarat, kain ternoda (metal corrodes, cloth becames stained) logam berkarat, kertas ternoda (metal corrodes, paper becames stained) logam berkarat, cat mengelupas tanin (bahan penyamak) pada kulit menyebabkan karat pada logam (tannins in leather can corrode leather) plaster yang bersifat basa/ alkaline menyebabkan karat pada logam (alkaline materials corrode metals) ancur (lem nabati) sedikit bersifat asam, higroskopis yang kemudian menyebabkan karat logam. (glue slightly acidic, hydroscopic, can corrode certain metals)
Bahan Sensitif Terhadap Bahan Fumigasi (Materials Sensitive to Fumigant) Nama Bahan Kimia (Chemical Names)
Bahan (Materials)
Methyl bromide
karet, bulu, rambut, wool, kulit olahan, dan bahan lain yang mengandung sulfur (rubber, fur, hair, wool, tanned leather, and other materials content of sulphur) kayu (wood)
Methyl bromide, ethylene oxide
perekat kanji (tapioca glue)
Ethylene oxide
kulit olahan, kertas lembab, cat, varnis
Methyl bromide
Phosphine
paint, varnish kuningan, tembaga, emas, perak (brass, copper, gold, silver) logam, foto (metal/photo)
Carbon tetrachloride
logam, foto (metal/photo)
Paradichlorbenzene
logam, foto (metal/photo)
Paraformaldehide
logam, foto (metal/photo)
DDVP (dimethyl diethyl vinyl posfat) + ethanol Thymol Naphthaline
logam, foto (metal/photo)
Akibatnya (Result) rusak, bau merkuri yang sangat menyengat damage, strong smelt of mercury noda kecoklatan, tetapi tidak merusak (brown stained, but not destroy) susah dilarutkan lagi ( dissolve) rusak/ larut (damage/ dissolve)
rusak/ tarnish/ korosi (damage, tarnish/corrotion) rusak (logam berkarat, foto menjadi buram/ gelap) damage (rusty metal, photo become blurly/dark) rusak (karat, gelap) damage (rust, dark) rusak (karat, gelap) damage (rust, dark) rusak (karat, gelap) damage (rust, dark) rusak (karat, gelap) damage (rust, dark)
Slide 22.
Bahan Sensitif Terhadap Fluktuasi Kelembaban~Suhu (Materials Sensitive to Humidity & Temperature Fluctuation) Bahan (Materials) keramik, batu (ceramics, stone)
Akibatnya (Result) rekristalisasi garam yang kemudian mengakibatkan permukaan glasir mengelupas, retakretak, bahkan mungkin benda menjadi pecah. recrystallization of soluble salts resulted
Kondisi yang direkomendasi (Recommended Condition) 45 - 55% RH, 10 - 30 C
sections of a ceramic/ stone to break off. Catatan: Beberapa lempung masakini yang banyak digunakan untuk membuat keramik dan berbagai pernikpernik untuk hiasan tekstil mengandung garam-garaman yang mudah menyerap air. Jika benda ini dimasukkan dalam ruang dingin secara mendadak, maka akan muncul deposit garam yang menempel pada permukaannya. Jika garam-garam yang mengkristal terdapat pada bagian dalam benda, maka akibatnya benda tersebut akan retak-retak, bahkan mungkin pecah. Notes: Some modern clays have a high salt content, and there have been instances where recently purchased objects have fallen to pieces with the absorption in the summer and subsequent drying in the winter. Ceramics with signs of salt deposit on the surface should should be maintained in a stable
Rekomendasi untuk Penyinaran dan Suhu Udara (Recommendations for Light and Temperature) Bahan (Materials) kertas (paper) media cat (paint media) ancur/ lem nabati (animal glue) kulit berbulu, bulu, rambut (furs, feather, hair) kulit, kulit olahan (skins, leather) pigmen, bahan celup (pigment, dyes) sutera, beludru (silk, velvet) permukaan lak (lacquered surface) permukaan cat (painted surface) bahan dicelup warna (dyed materials) celluloid karet (rubber) serat alam tanduk 1, tulang, tanduk 2 (horn, bone, antler) kayu (wood) kayu olahan
Akibatnya (Result)
Kondisi yang direkomendasi (Recommended Condition)
rapuh, gelap (embrittlement, darkening) persenyawaan, gelap (crosslinking, darkening) mengeras, kering (hardening, drying) rapuh, pucat/ pudar (embrittlement, fading) rapuh, pucat (embrittlement, fading) pudar/ pucat (fading)
50 luxs, 18 C [1 foot. candle= 10 luxs] 50 luxs, 18 C
pucat, kerusakan struktural (fading, structural damage) buram, pucat (develops haze, fading) pucat/ pudar (fading)
50 luxs, 18 C
pucat/ pudar (fading)
50 luxs, 18 C
menguning, rapuh (yellowing, embrittlement) hancur (deterioration crumbles)
50 luxs, 18 C
rapuh, pucat (embrittlement, fading) rapuh/ lapuk (embrittlement)
50 luxs, 18 C
pucat (fading)
50 luxs, 18 C
retak, buram (cracks, hazing)
50 luxs, 18 C
50 luxs, 18 C 50 luxs, 18 C 50 luxs, 18 C 50 luxs, 18 C
50 luxs, 18 C 50 luxs, 18 C
50 luxs, 18 C
150 luxs, 18 C
Slide 23.
Alat Perekam Data Warna dan Alat Identifikasi Logam
Konica-Minolta CR-410 Chroma Meter More powerful and more versatile than ever from the famous Chroma-Meter series. (Alat ukur warna untuk mengetahui pemudaran warna dan ciri warna khas dari benda tertentu)
Handheld XRF Spectrometer
A non-destructive elemental analysis technique for quantification of nearly any element from Magnesium to Uranium.
Archaeometry, Archaelogical Science with XRF Archaeometry—also known as archaeological science—is the application of scientific methods and techniques to archeological investigation. The field of archaeometry has been quickly expanding and adopting new methodology over the last several decades, as the sophistication and availability of technology and instrumentation grow, while the cost of scientific analysis has been slowly but surely dropping. Many scientific instruments that produce data such as molecular or elemental composition, chromatography, carbon dating, etc. have become smaller, more portable, faster, and have a lower cost per sample.
Identifikasi dan Uji Bahan (Laboratorium)
Oddy Test 1973 tembaga perak timbal
Wadah Tertutup (Kedap) Tiga Kupon Logam
Morfologi Serat Kapas
suhu 60 derajat Celcius selama 28 hari Sampel
(Bahan yang akan diuji)
Air Distilasi
Cross-section Serat Sutera
Digital Microscope
(Perbesaran ~1000x)
Moisture Meter
pH Meter
Slide 24.
LEMBAR DATA KLIMATOLOGI - KELEMBABAN & SUHU Form. LDK-KS/MNI/2014 Minggu :
Nama Alat :
Prosedur Kalibrasi : Tgl. Terakhir Kalibrasi:
Tanggal
Catatan :
Waktu
Gedung dan Ruang
Kelembaban
Tgl. Pelaporan : Tandatangan Nama Pelapor :
Suhu
Keterangan
Slide 25.
LEMBAR DATA KLIMATOLOGI - CAHAYA & UV - KA, SP & pH Form. LDK-IC,RUV,SP,KA,pH/MNI/2014
INTENSITAS CAHAYA (IC) dan RADIASI ULTRA VIOLET (RUV) Tanggal : Gedung, Ruang, Lemari
Nama Alat : Waktu
Jenis Lampu [Merk, Watt, Pijar/Fluor.]
Intensitas
Keterangan
Radiasi
SUHU PERMUKAAN BENDA Nama Alat :
Tanggal : Gedung, Ruang, Lemari
Waktu
Nama, No. Inv dan Jenis Benda
Jenis Lampu
Jarak
Suhu
Keterangan
KANDUNGAN AIR dan KEASAMAN (pH) BENDA Nama Alat :
Tanggal : Gedung, Ruang, Lemari
Catatan:
Waktu
Nama, No. Inv dan Jenis Benda
Kandungan Air
Tgl. Pelaporan: Tandatangan Nama Pelapor :
pH
Keterangan