Ringkasan Eksekutif Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan (Balitbio) mempunyai mandat melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengelolaan plasma nutfah, penelitian bioteknolo gi serta penelitian yang bersifat rintisan. Pada tahun anggaran 1996/97, penelitian yang telah dilakukan oleh Balitbio dibiayai dari APBN 1996/97, kerja sama dalam dan luar negeri. Penelitian kerja sama dalam negeri di antaranya melalui pfbgram Riset Unggulan Terpadu (RUT) dan Riset Unggulan Kemitraan (RUK). Kegiatan pengelolaan plasma nutfah tanaman pangan yang telah dilakukan meliputi koleksi, rejuvenasi, karakterisasi dan evaluasi, studi genetik serta data base. Jumlah
koleksi di Laboratorium Bank Gene Tanaman Pangan sebanyak 8.536 nomor berasal dari tanaman padi, jagung, sorgum, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang-kacangan
lain, ubi kayu, ubi jalar, dan ubi-ubian lain. Pemanfaatan plasma nutfah untuk perbaikan varietas tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB) diupayakan dengan memasukkan gen ketahanan Xa5 dan Xa7. Tanaman yang terseleksi untuk disilangkan membawa gen ketahanan terhadap HDB.
Penelitian identifikasi marka molekuler toleransi terhadap kekeringan tanaman padi dengan menggunakan teknik RFLP diperoleh 68 marka yang polimorfik. Identifikasi marka ketahanan padi gogo terhadap penyakit bias melalui survei tetua antara varietas Danau Tempe dan Kencana Bali dengan RLFP diperoleh hasil bahwa RG 456 menunjukkan pita DNA polimorfik yang tinggi. Studi regenerasi padi unggul secara in vitro menunjukkan bahwa penggunaan dua media induksi kalus NB (N6 dengan vitamin dari media B5) memberikan jumlah kalus terbentuk dan jumlah kalus yang dapat diregenerasi cukup banyak.
Komposisi media yang dapat memacu pembentukan mikro kalus untuk lada adalah media KM + BA 0,3 mg/I + thidiazuron 2,0 mg/1 dan untuk vanili KM + NAA 1 mg/1 + BA 1 mg/1 + 2-IP 0,3 mg/1. Induksi mutasi menggunakan sinar gamma pada tanaman vanili dihasilkan 95 nomor bam dengan jumlah tanaman 235 yang berhasil diaklimatisasi. Keragaman yang muncul terekspresi pada panjang dan lebar daun, jumlah mas dan tinggi tanaman. Formulasi media yang dapat mengecambahkan biji hasil persilangan vanili budi daya dan liar adalah XA MS + BA 1 mg/1 atau ditambahkan GA 50 mg/1Perbanyakan jambu mete melalui tunas ganda dan adventif dengan media dasar MS + BA 0,3 mg/1 dan thiadiazuron 0,1 mg/1 dapat menghasilkan tunas yang banyak. Media dasar yang baik digunakan untuk menginduksi kalus yang embriogenik adalah Hevea + 2,4-D 0,5 g/l + BA 1,0 mg/1. Isolat bakteri mesofil penghasil enzim M II10 (B. licheniformis) mempunyai aktivitas spesifik yang tinggi (697,48 U/mg protein). Produksi enzim amilase pada skala fermentasi 1 liter memerlukan waktu optimum 24 jam. Isolat mikroba penghasil fitase yang dapat dikembangkan lebih lanjut adalah Bacillus cereus dan B. mecerans. Waktu fermentasi selama 96 jam menghasilkan bobot biomassa tertinggi. Isolat penghasil protease B.
vn
circulans mempunyai aktivitas tertinggi. Asam lemak bebas dapat ditekan dengan penambahan protease dari B. circulans. Mikroba selulotik mampu mendegradasi selulosa tanaman melalui aktivitas enzim
selulase. Trichoderma koningii memiliki aktivitas selulase yang dapat mendegradasi bagian kristal selulosa tanaman. Isolat Pan23.2 memiliki aktivitas Selobiohidrolase yang tinggi. Mikroba antagonis penghasil kitinase mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi biofungisida. Telah diperoleh isolat yang menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam pengendalian patogen karat kedelai. Aktivitas tinggi terjadi pada biakan selama 24 jam.
Enzim penanda yang telah diuji dalam pembuatan konjugat untuk deteksi PStV yang paling baik berturut-turut adalah alkalinfosfatase, horse-radish perosidase dan peroksidase
add lobak. Kepekaan teknik serologi untuk deteksi Peanut stripe virus (PStV) dengan metode Double Antibody Sanwiched-ELISA dan Antigen Absorbtion Indirect-ELISA lebih peka daripada Indirect Double Antibody Sanwiched-ELISA. Hasil penelitian yang telah dapat memberikan kontribusi dalam usaha peningkatan produksi tanaman pangan dan pada taraf pengembangan antara lain adalah Rhizo-plus,
Dalam upaya mengembangkan hasil penelitian, Balitbio melakukan berbagai kegiatan yang meliputi pelayanan informasi, seminar, pelatihan, pameran/peragaan, dan publikasi hasil penelitian serta kerja sama komersialisasi dengan pihak swasta.
Untuk melaksanakan mandat yang dibebankan, Balitbio telah menetapkan pola organisasi yang memadukan organisasi struktural, fungsional dan koordinatif yang ditunjang dengan sistem penatalaksanaan penelitian serta didukung oleh karyawan sebanyak 507 pegawai. Usaha untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan pelaksana penelitian dilakukan baik melalui pendidikan berjenjang S2, S3 maupun melalui pelatihan yang diselenggarakan di dalam dan luar negeri.
via
circulans mempunyai aktivitas tertinggi. Asam lemak bebas dapat ditekan dengan penambahan protease dari B. circulans. Mikroba selulotik mampu mendegradasi selulosa tanaman melalui aktivitas enzim
selulase. Trichoderma koningii memiliki aktivitas selulase yang dapat mendegradasi bagian kristal selulosa tanaman. Isolat Pan23.2 memiliki aktivitas Selobiohidrolase yang tinggi. Mikroba antagonis penghasil kitinase mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi biofungisida. Telah diperoleh isolat yang menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam pengendalian patogen karat kedelai. Aktivitas tinggi terjadi pada biakan selama 24 jam.
Enzim penanda yang telah diuji dalam pembuatan konjugat untuk deteksi PStV yang paling baik berturut-turut adalah alkalinfosfatase, horse-radish perosidase dan peroksidase
add lobak. Kepekaan teknik serologi untuk deteksi Peanut stripe virus (PStV) dengan metode Double Antibody Sanwiched-ELISA dan Antigen Absorbtion Indirect-ELISA lebih peka daripada Indirect Double Antibody Sanwiched-ELISA. Hasil penelitian yang telah dapat memberikan kontribusi dalam usaha peningkatan produksi tanaman pangan dan pada taraf pengembangan antara lain adalah Rhizo-plus,
Dalam upaya mengembangkan hasil penelitian, Balitbio melakukan berbagai kegiatan yang meliputi pelayanan informasi, seminar, pelatihan, pameran/peragaan, dan publikasi hasil penelitian serta kerja sama komersialisasi dengan pihak swasta.
Untuk melaksanakan mandat yang dibebankan, Balitbio telah menetapkan pola organisasi yang memadukan organisasi struktural, fungsional dan koordinatif yang ditunjang dengan sistem penatalaksanaan penelitian serta didukung oleh karyawan sebanyak 507 pegawai. Usaha untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan pelaksana penelitian dilakukan baik melalui pendidikan berjenjang S2, S3 maupun melalui pelatihan yang diselenggarakan di dalam dan luar negeri.
vin
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97 © Copyright 1997, Balitbio
I. Pendahuluan Hingga saat ini upaya-upaya dalam pe-
sama dalam negeri di antaranya meialui
ningkatan produksi tanaman pangan masih terus dilaksanakan. Upaya tersebut da-
program Riset Unggulan Terpadu (RUT) dan Riset Unggulan Kemitraan (RUK).
pat dilakukan baik secara konvensional
Dalam melaksanakan penelitian telah
maupun dukungan bioteknologi. Balai Pe-
didukung oleh sumber daya manusia dan
nelitian Bioteknologi Tanaman Pangan (Balitbio) sejak tahun 1995 mempunyai
sarana penelitian. Sebagian besar pelaksa-
mandat melakukan penelitian yang ber-
da penelitian bukan dalam bidang biotek
kaitan dengan pengelolaan plasma nutfah,
nologi. Usaha untuk meningkatkan ke-
penelitian bioteknologi serta penelitian
mampuan dan keterampilan pelaksana
yang bersifat rintisan. Orientasi program
na penelitian sebelumnya berorientasi pa-
nusia, sarana, dan manajemen penelitian
penelitian dilakukan baik melalui pendidikan berjenjang S2, S3 maupun melalui pelatihan yang diselenggarakan di dalam
untuk melaksanakan mandat yang dibe-
dan luar negeri. Sedangkan sarana peneli
bankan mulai dilaksanakan.
tian untuk mendukung pelaksanaan pene
dalam aspek penelitian, sumber daya ma-
daya lingkungan melalui teknik mikrobio-
litian yang telah diperoleh berasal dari APBN maupun kerja sama dalam dan luar negeri. Kenaikan jabatan fungsional bagi peneliti atau kenaikan pangkat bagi pegawai dan pensiun terjadi di lingkungan Balitbio. Kenaikan jabatan fungsional
logi, fisiologi, entomologi, fitopatologi, bio-
peneliti sebelum diusulkan, dievaluasi
kimia, ekologi, kultur jaringan dan sel ser ta bioiogi molekuler; (2) penelitian rintisan
oleh panitia evaluasi kenaikan jabatan
Untuk melaksanakan mandat yang di-
berikan, program penelitian Balitbio seca ra garis besar, yaitu: (1) penelitian biotek nologi dengan pemanfaatan sistem biologi tanaman, mikroorganisme dan sumber
fungsional.
tanaman pangan untuk bahan dasar tek-
Usaha untuk menyebarluaskan hasil
nologi produksi, sumber daya lingkungan biofisik dan biotik serta teknologi proses;
penelitian atau perkembangan ilmu pe-
(3) menyelenggarakan eksplorasi, evalua-
seminar maupun jumal penelitian. Pemra-
si, pelestarian dan pemanfaatan plasma
saran seminar dilakukan baik oleh peneliti
nutfah tanaman pangan. Di samping tugas
lingkup Balitbio maupun peneliti luar Balit
penelitian bidang bioteknologi tersebut, Balitbio menyelenggarakan pelayanan tek
bio yang berasal dari dalam dan luar
nik, kerja sama, dan penyebaran hasil
ngetahuan telah dilakukan baik melalui
negeri.
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97 ini
penelitian, serta urusan tata usaha.
menyajikan program penelitian, hasil-hasil
Pada tahun anggaran 1996/97, peneliti an yang telah dilakukan selain dari dana APBN 1996/97, juga melalui kerja sama
penelitian yang telah diperoleh, pengem-
dalam dan luar negeri. Penelitian kerja
bangan hasil penelitian serta sumber daya dan manajemen penelitian.
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97 © Copyright 1997, Balitbio
II. Program Penelitian IANDASAN DAN STRATEGI PROGRAM
cana Strategis (Renstra) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Rencana
Arah Program Penelitian yang merupakan bagian
Induk Penelitian dan Pengembangan Ta naman Pangan (RIPP), dan isu yang ber-
integral dalam pembangunan pertanian
kembang secara insidentil. Program-prog
berperan menyediakan landasan ilmu pe-
ram tersebut diselaraskan dengan prog
ngetahuan dan teknologi serta memberi-
ram utama yang tercantum dalam Prog
kan umpan ke depan bagi pembangunan
ram Utama Nasional Riset dan Teknologi (Punas Ristek), yang kemudian diintegrasikan dalam Sasaran Lima Tahun (Sarlita) Puslitbangtan dan Badan Penelitian dan
pertanian. Penelitian tanaman pangan da
lam Pelita VI diarahkan untuk mendukung terwujudnya sis tern pertanian tangguh dan mampu memberikan sumbangannya terhadap pelestarian dan pencapaian swa-
Pengembangan Pertanian. Secara fungsional, landasan utama
sembada pangan, meningkatkan produkti-
dalam penyusunan program Balitbio ada-
vitas tenaga kerja, mengembangkan tek
tian di Indonesia diarahkan kepada peningkatan efisiensi usahatani tanaman pa
lah mandat atau tugas dan fungsi Balitbio yang tertuang dalam SK Mentan No. 796/ Kpts/OT.210/12/94 tanggal 13 Desember 1994. Tugas pokok yang tertuang dalam SK tersebut adalah: melaksanakan kegiat an penelitian bioteknologi dan penelitian rintisan tanaman pangan dengan fungsi pokok:
ngan sehingga produksinya mampu ber-
1.Penelitian bioteknologi dengan peman-
nologi yang ramah lingkungan, meningkat kan pendapatan dan kesejahteraan petani serta kelompok masyarakat yang hidupnya tergantung pada kegiatan terkait dengan pertanian. Dengan demikian, peneli
saing di pasar dalam dan luar negeri baik
faatan sistem biologi, mikroorganisme
kualitas maupun kuantitas serta berkesi-
dan sumber-sumber lingkungan mela
nambungan.
lui teknik mikrobiologi, fisiologi, entomologi, fitopatologi, biokimia, ekologi, kultur jaringan dan sel serta biologi
Dalam kaitan dengan arah penelitian nasional tersebut, maka penelitian di Balit bio sesuai dengan mandatnya diarahkan pada usaha memanfaatkan pengetahuan
molekuler. 2.Penelitian rintisan tanaman pangan un
melalui penelitian bioteknologi yang didukung penelitian rintisan untuk mencipta-
tuk bahan dasar teknologi produksi, sumber daya lingkungan biofisik dan
kan teknologi pertanian yang efisien, mu-
biotik, dan teknologi proses.
rah, dan ramah lingkungan.
^
•
Landasan Program
3.Eksplorasi, evaluasi, pelestarian, dan pemanfaatan plasma nutfah. Penyusunan program penelitian jang-
Program utama Balitbio secara konseptual disusun berdasarkan kepada Ren-
ka menengah (2-5 tahun) dijalankan da lam bentuk Rencana Penelitian Tingkat
Program Penelitian
Peneliti (RPTP) atau proposal di lingkup Balitbio, mengacu kepada Punas Ristek dan disesuaikan atau dengan memperhi-
tungkan sumber dana, skala prioritas pe
dan pembinaan sumber daya peneliti lebih terfokus pada bidang genetika, biologi molekuler, biokimia, mikrobiologi, dan fisiologi, khususnya kultur jaringan.
nelitian, pemilihan komoditas, sasaran
Dalarrupenyusunan program dan ren-
yang akan dicapai, penguasaan ilmu bio-
cana penelitian berorientasi pada output
teknologi yang akan diterapkan, kemam-
dan outcome, artinya bahwa hasil peneliti
puan dan keterampilan sumber daya pe
an yang dicapai harus dapat dimanfaatkan
neliti, dan fasilitas yang tersedia.
oleh pengguna pada umumnya dan petani
Untuk meningkatkan efektivitas dan
pada khususnya. Untuk mencapai hal ini,
efisiensi penelitian secara nasional, pemebaru tentang mekanisme dan prosedur
maka penelitian bioteknologi tanaman pa ngan diprioritaskan pada komoditas padi dan kedelai, meskipun komoditas tanam
pengajuan usulan penelitian. Setiap usulan
an pangan lain seperti jagung, ubi jalar, ka-
rintah telah menetapkan kebijaksanaan
penelitian diajukan melalui Kantor Menteri
cang tanah, dan ubi kayu juga mendapat
Negara Riset dan Teknologi yang proses-
perhatian. Terhadap komoditas utama ter-
nya dilaksanakan oleh Dewan Riset Nasi onal (DRN). Sebelum diajukan, usulan dievaluasi di tingkat Balai, Puslitbangtan, dan Badan Litbang Pertanian.
sebut, penelitian diarahkan pada perakitan
Dalam rangka mengantisipasi kebijakan di bidang Ristek, khususnya tentang berkurangnya penelitian in house, Balitbio berupaya meningkatkan mutu dan ke-
unggulan setiap proposal agar dapat diaju kan ke berbagai program dan sumber dana yang bersifat unggulan dan kompe-
titif, seperti RUT, RUK, RUSNAS, dan kerja sama dengan pihak ketiga (dalam dan luar negeri).
teknologi terutama dalam usaha mendu-
kung perbaikan varietas untuk meningkat kan produksi melalui rekayasa genetika, penyelamatan embrio, fusi protoplas, dan
variasi somaklonal. Di samping itu, juga di prioritaskan untuk menunjang pengendalian hama terpadu (pengembangan pestisi-
da mikroba, teknik diagnostik dini), pe ningkatan efisiensi dan keberlanjutan pro duksi (pemanfaatan mikroba dan limbah), peningkatan mutu dan nilai tambah pro-
duk (produksi enzim, teknologi proses), dan penelitian serta data base sumber da ya genetika. Pada tahapan tertentu seperti
ORIENTASI PROGRAM DAN PRIORITAS PENEUTIAN Berdasarkan tugas dan fungsi pokok yang dimandatkan, maka penelitian di Balitbio terutama berorientasi kepada peningkatan, efisiensi, dan keberlanjutan
(sustainable) produksi pertanian (tanaman pangan) melalui teknik penelitian bioteknologi dan teknik penelitian rintisan konvensional. Untuk itu, topik penelitian
pada pengembangan atau scaling up pe nelitian bioteknologi akan ditunjang oleh penelitian rintisan. Mengacu pada Program Utama Nasi
onal Ristek yang mengelompokkan prog ram utama dalam kelompok Program
Teknik Produksi, Program Teknologi, Program Pengkajian dan Penelitian Ilmu Pengetahuan Terapan, dan Program Peng
kajian dan Penelitian Ilmu Pengetahuan Dasar, maka substansi kegiatan penelitian
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
di Balitbio akan sangat terkait C80%) de-
PROGRAM UTAMA PENELITIAN
ngan Program Teknik Produksi. Di samping'itu, terdapat jviga segmen kerja sama
Sesuai dengan permasalahan yang di-
penelitian serta umpan balik hasil pene-
hadapi dewasa ini, maka program utama
litian antara Balitbio dengan Balai Komo-
penelitian di Balitbio dikelompokkan da lam lima program dengan judul kegiatan sebagai berikut:
ditas.
RUANG UNGKUP KEGIATAN PENELITIAN
1.Sumber Daya Genetika ?Merancang dan melaksanakan eksplorasi, pelestarian, karakterisasi,
Berdasarkan Program Iptek (sektor 16), kegiatan penelitian di Balitbio dikelompokkan dalam kegiatan yang bersifat generik. Aspek penelitian yang dilaksanakan meliputi: 1. Penelitian kultur jaringan, penyelamatan embrio dan fusi protoplas untuk perbaikan varietas tanamap,
2^ Penelitian biologi molekuler tanaman, pembuatan peta genom, penanda mo
dan evaluasi, serta komputerisasi data base ?Penyediaan dan pemanfaatan sum ber gen untuk perbaikan genetik secara konvensional maupun biotek-
nologi 2.Biologi Molekuler ?Merancang dan melaksanakan pe nelitian marka molekuler penanda
sifat bemilai ekonomi tinggi
lekuler, rekayasa genetika melalui re-
?Identifikasi, pemetaan dan isolasi
kombinan DNA.
gen, serta mempelajari struktur,
3.Penelitian biologi molekuler mikroba,
fungsi, dan produk gen
kloning gen, konyugasi dan transforma-
si gen untuk perbaikan dan efekthitas mutu.
?Mengembangkan konstruksi gen dan metode transformasi untuk rekayasa genetik
4.Penelitian pengembangan perangkat
diagnostik yang efisien dengan teknik somaklonal antibodi untuk identifikasi dan
karakterisasi
penyakit-penyakit
utama.
5.Penelitian teknologi bioproses dalam peningkatan efisiensi produksi melalui bioreaktor, fermentasi, dan teknik lain-
3.Reproduksi dan Pertumbuhan ?Merancang dan melaksanakan pe nelitian pengembangan perbanyakan in vitro melalui embriogenesis somatik, perbaikan tanaman mela
lui kultur in vitro (fusi protoplas, kultur haploid, variasi somaklonal, penyelamatan embrio, seleksi dan
nya. 6.Penelitian pengembangan sumber daya
genetika dan plasma nutfah termasuk pelestarian, karakterisasi, dan data base.
fertilisasi in vitro), produksi metabolit sekunder, serta pelestarian plasma nutfah secara in vitro
Program Peneutian
4.Rekayasa Protein dan Imunologi ?Merancang
dan
melaksanakan
penelitian karakterisasi, pemurnian dan sekuense protein alami
?Identifikasi biotipe hama, strain/ras penyakit dan mikroba serta agensia pengendaliannya
dan
mengem-
bangkan produk pengendali yang ramah lingkungan ?Menciptakan perangkat uji deteksi dini gangguan fisiologis, hama dan penyakit baik secara molekuler maupun imunologi ?Rekayasa protein dan antibodi me-
lalui kloning dan teknik rekombinan 5.Mikrobiologi dan Teknologi Proses ?Identifikasi, seleksi, dan isolasi mik roba untuk biofertilizer, biokonversi,
dan bioproses/bioenzimatik
?Peningkatan efisiensi dan keefektif-
an mikroba melalui teknik kloning dan teknologf DNA rekombinan ?Pengembangam produk mikroba untuk biofertilizer, biokonversi, bioproses, teknik produksi dan aplikasi
hingga skala pilot
RPTP 1996/97 Pada tahun anggaran 1996/97, telah dilakukan penelitian sebanyak 15 judul RPTP dengan dana APBN dan enam judul penelitian dari sumber dana Proyek ARM (Lampiran 1).
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97 © Copyright 1997, Balitbio
III. Hasil Penelitian 1996/97
ngan perbaikan ketahanan/toleransi ta
varietas/galur jagung pada MK 1996 dan MH 1996/97. Plasma nutfah ubi kayu sebanyak 300 klon direjuvenasi di Inlitbio Muara pada MH 1996/97. Seluruh benih plasma nutfah padi, jagung, dan kedelai
naman terhadap cekaman biotik dan abio-
dikeringkan sampai kadar air 9%, kemudi-
tik serta mutu. Untuk keperluan itu, perlu
an disimpan dalam mang penyimpanan
SUMBER DAYA GENETIKA Salah satu upaya dalam peningkatan produktivitas tanaman pangan adalah de-
tersedianya plasma nutfah dengan kera-
dengan suhu -5C dan -10C, dan kelem-
gaman genetik yang cukup luas dan dapat segera dimanfaatkan pemulia tanaman
baban (RH) 50%.
untuk mendapatkan varietas bam. Hal ini
panan benih, Balitbio telah menerima
dapat dicapai apabila eksplorasi, pemeli-
plasma nutfah dari Balai Penelitian Tana man Padi (Balitpa) Sukamandi bempa 996 plasma nutfah padi, 342 galur jagung, dan
haraan, karakterisasi/evaluasi, dan dokumentasi plasma nutfah dilakukan secara
Setelah perbaikan fasilitas penyim
baik. Pemanfaatan sumber gen yang ber-
2.000 kacang-kacangan, dan dari Balai Pe
asal dari plasma nutfah untuk perbaikan
nelitian Tanaman Kacang-kacangan dan
genetik tanaman dapat dilakukan baik
Umbi-umbian (Balitkabi) Malang bempa
secara konvensional maupun dengan
plasma nutfah kacang-kacangan sekitar
dukungan bioteknologi.
1.000 nomor. Namun demikian, setelah di-
Koleksi dan Rejuvenasi Koleksi plasma nutfah tanaman pa
identifikasi temyata banyak koleksi padi (+ 300 nomor) bempa duplikat dari kolek si yang ada di Bogor dan kacang-kacang
ngan terdiri dari padi, jagung, sorgum, ke-
an temyata banyak bempa material pemu-
delai, kacang tanah, kacang hijau, kacang-
liaan. Selumh plasma nutfah yang diterima
kacangan lain, ubi kayu, ubi jalar, talas,
dari Balitpa dan Balitkabi akan diidentifikasi lebih lanjut agar tidak duplikasi plas
dan ganyong. Plasma nutfah padi, jagung, dan ke-
delai yang telah menurun daya tumbuhnya (< 50%) dan yang bam dikumpulkan dari daerah, diperbahami (rejuvenasi) daya tumbuhnya dengan menanam kembali.
Sejumlah 1.000 varietas padi telah diper bahami di Instalasi Penelitian Bioteknologi (Inlitbio) Muara pada jjiusim kemarau (MK) 1996 dan di Instalasi Kuningan pada musim hujan (MH) 1996/97. Sebanyak 350 varietas kedelai juga diperbahami di Inlitbio Cikeumeuh pada MK 1996, dan 636
ma nutfah.
Koleksi plasma nutfah di Bank Gen Tanaman Pangan bertambah, selain men-
dapat pengiriman dari Balai Komoditas, juga dari hasil eksplorasi ke Kabupaten Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), dan Provinsi Sumatera Utara. Koleksi plasma
nutfah tanaman pangan yang disimpan di Instalasi Laboratorium Bank Gene dan Ge-
netika Balitbio pada tahun 1997 berjumlah 8.536 nomor seperti yang tertera dalam
TabelIII.1.
Hasil Peneutian 1996/97
Tabel 111.1. Jumlah koleksi plasma nutfah tanaman pangan, Balitbio 1997. Varletas
Komoditas
Padi Jagung Sorgum Kedelai Kacang tanah Kacang hijau Kacang-kacangan lain
Unggul/galur
2.544 262 16 916 269 39
160 362
55 144
4 71
674 100
55
56 47 13
1.799
1.718
Ubi kayu Ubl jalar Ubl-ublan lain Jumlah
- Jumlah Introduksl*
Lokal
5.019
7 28 731 381
187 176 "•163 406 192 478
.- 2.891
800 186 1.350 1.192 898 115 262
742 100 8.536
* Varletas dan galur. Karakterisasi dan Evaluasi
Plasma Nutfah
toleran terhadap kekeringan, 16 varietas jagung, dan 17 nomor kedelai.
Beberapa dari koleksi plasma nutfah
Selain kekeringan, naungan juga
tanaman pangan telah dikarakterisasi dan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
dievaluasi terhadap cekaman abiotik se-
Intensitas radiasi surya atau naungan fisik
perti kekeringan, naungan, dan lahan ma-
mempengaruhi hampir semua komponen
sam, dan terhadap cekaman biotik seperti
pertumbuhan padi gogo, khususnya pada
ketahanan padi terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB) dan hawar daun jingga (HDJ), serta ketahanan ubi kayu ter
saat berbunga 10%. Pemanfaatan radiasi
hadap penyakit hawar daun bakteri.
naungan padi gogo oleh tanaman lain di-
Dari hasil penelitian mengenai strain
surya, khususnya dalam pola tanam ganda dengan menggunakan padi gogo, pe-
anjurkan tidak lebih dari 40%, atau intensi tas radiasi surya rata-rata 265 kal/cm2/hari.
bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae, penyebab penyakit hawar daun dike-
lompokkan berdasar hubungan patogen dengan inang.
Dari penelitian terdahulu belum ada
Hasil penelitian memperoleh varietas yang toleran naungan, yaitu 13 varietas padi, lima varietas kedelai, dan 12 varietas kacang tanah.
yang bereaksi tahan dengan skala 1 terha
Evaluasi plasma nutfah terhadap
dap penyakit HDB grup IV. Pada peneliti an ini hanya didapatkan varietas agak ta han dengan skala 3-4 (Tabel III.2).
lahan masam telah menghasilkan varietas
Dari penelitian terdahulu diketahui bahwa sifat perakaran yang dalam atau
panjang pada varietas padi cenderung tahan terhadap kekeringan. Hasil peneliti an mendapatkan 20 varietas padi yang
toleran sebanyak 11 varietas padi, empat varietas jagung, dan tujuh varietas sorgum.
Studi Genetik Sifat Pewarisan Untuk mengetahui model pewarisan sifat tertentu pada tanaman, maka dilakukan studi genetik dengan membuat persi-
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
Tabel 111.2. Plasma nutfah tanaman pangan yang menunjukkan penampilan baik dalam kondisi cekaman, 1996/97. Komoditas
Cekaman
Varletas toleran/tahan
Padi
Penyakit HDB
Varietas agak toleran (Pulut Hitam, Indira, Silatihan, Ceko, Sinyonya, Sitalas, Ketan Tawa, Ketan Sawo, Citanduy, Selasih, Padi Juwo, Dwi or Duwi, Ibu, dan Ketan Delang) Bonti, Padi Bayan, Padi Lanbaw, Pinang Merah, Segon Omas, Pare Cere, Padi Baru, Cere Marahmay, Cere makmur, Sigabe, dan Pasadar Bandang Putih, Dara Muda, Kapai Si Kupai, Sasak Jalan, Ketan Leler, Pulut Sappa, Padi Lilin, Kuatik Kundur, Muntul, Rangkuh, Pangramah, NC490, Leukat Adang, Leukat Idi, Si Dapet, Humbang Inai, Umbang Kencana, Muncul, dan Taring Manjangan Kencana, Ketan Tawa, Angkung, Pulut Halus, Padi Lanbaw, Juju, Sido Muncul, Ketan Tarling, B995D-Si-72-3, BPJ-76 (SU), G28B-SI-11-207, BG-C-MD-3-3, dan B529C-MD-3-6 Kuku Balam, Manusun, Ketan Keong, Bangban, Beunteur Hitam, Naga Yanti, Bangkok, Binar, Koneng, Cekrom, dan Sereh Sitepu, Sudi, Didi, G. Kunyit, Pusik, L. Sedang, G. Kertas, Masiga, Reket, Pusik, Bugis, Campolaga, Del, Bunga Pesta, Narin, dan Partap
Penyakit HDJ Kekeringan
Naungan
Lahan Masam Jagung
Kekeringan
Sorgum
Lahan masam Lahan masam
Kedelai
Kekeringan Naungan
Kacang tanah
Naungan
Kacang hijau Ubi kayu
Naungan Penyakit HDB
Selah 51, P, Masiga, Pulut, dan Telango ICSR 102, Cantel Abrit Wonogiri, ICSV 89102, No. 3568/199040, No. 15/226, Kempul Putih 64R6, dan 867.007 No. 613, 618, 1670, 3508, 3588, 3594, 3596, 3597, 3628, 3632, 3633, 3639, 3658, 3731, 3737. LB55, dan Dempo No: 3644,1953B, 3657, LB-55, dan No. 961 Schwarz Irja, AH270Si, AH327Si, Mcn-Lmjk-4B-1-2-1, Kacang Porul, Lokal Madura, Gambir Anom, ICG6330, ICG10053, Pop. GalurGajah, P1 196627, dan KLC/lcg©5-4B-1-2-3 V3912, V4395, V2139, V1539, VC3012B, dan VC3751A CM1006-7, Maleka, Perelek, Adira I, Adira II, CM1305-8, Doro, Basnan, Siluan, Urang Gempol, B122, dan 101435
langan secara dlallel. Studi genetik pewa-
Seluruh kombinasi persilangan untuk
risan sifat ketahanan padi terhadap pe nyakit hawar daun bakteri (HDB) telah di-
studi genetik ukuran biji pada kedelai se-
lakukan dengan menyilangkan tetua tahan
kup untuk dievaluasi. Seluruh biji tetua, F,
dengan tetua rentan. Namun demikian, jumlah benih dari seluruh persilangan be-
dan F2 akan ditanam di Inlitbio Muara pa da MK 1997/98 untuk mempelajari pewa-
lum lengkap, sehingga masih harus ditam-
risan sifat ukuran bijinya.
bah pada MK 1997. Jumlah benih yang te lah dicapai dari setiap persilangan untuk F,
50 butir sedangkan untuk F2 sebagian
belum mencapai 300 butic Apabila jumlah benih dari seluruh persilangan padi telah lengkap, maka akan dilakukan evaluasi secara simultan dari-tetua (P), F, dan F2
pada MH 1997/98.
muanya telah mempunyai benih yang cu-
Data Base Plasma Nutfah Pengelolaan plasma nutfah memerlukan dukungan dokumentasi data karak-
teristik plasma nutfah yang dapat ditelusuri secara cepat dan akurat. Pengembangan dokumentasi sistem data base bam dilaksanakan untuk plasma nutfah padi dan
Hasil Penelitian 1996/97
telah merekam sebanyak 2.600 varietas/
kan atau untuk membuat BC4. Terlihat
galur yang disusun dalam buku katalog.
bahwa sifat ketahanan masing-masing
Namun demikian, belum seluruh plasma
populasi F2 bersegregasi dari tahan hingga
nutfah padi dievaluasi/dikarakterisasi, sehingga masih banyak sifat-sifat yang
yang terseleksi, untuk disilangkan sesuai
belum terekam dalam buku katalog.
dengan yang diharapkan, yaitu membawa
Untuk mendapatkan informasi me-
ngenai karakteristik tertentu dari plasma nutfah, data telah disimpan dalam kompu-
peka. Ini menunjukkan bahwa tanaman
gen ketahanan terhadap HDB.
Perbaikan Varietas Padi Gogo untuk Ketahanan terhadap Bias
ter dengan menggunakan software dBase
IV. Katalog plasma nutfah padi yang telah disusun dikelompokkan ke dalam enam
kelompok variabel, yaitu data paspor, ka rakteristik daun, malai dan gabah, sifat agronomis, dan ketahanan/toleransi terha-
dap cekaman biotik dan abiotik.
Seperti pada penyakit hawar daun bakteri (HDB), bias merupakan penyakit penting yang banyak menimbulkan ke rugian hasil pada padi. Hasil penelitian pada MK 1996 telah diperoleh 23 nomor benih F| silang ganda (F|DC), hasil silang antartanaman yang masing-masing mem
Perbaikan Varietas Padi Sawah
bawa satu gen (Tabel III.4).
untuk Ketahanan terhadap Hawar Daun Bakteri
Hawar daun bakteri (HDB) merupakan penyakit penting yang banyak menimbulkan kerugian hasil pada padi sawah. HDB mempunyai banyak strain/ras sehing-
Tabel 111.3. Sebaran nilai reaksi tanaman BC3F2 dari IR64 dengan varietas donor untuk gen ketahanan terhadap HOB Xa5 dan Xa7, MuaraMH 1996/97. Gen No. Ketahanan populasi ,.i
ga dapat mematahkan ketahanan varietas.
Varietas unggul yang membawa lebih ba
Xa5
2
nyak gen ketahanan akan mempunyai
3 4
spektrum ketahanan lebih luas dan lebih
5 6 7 8 9
awet. Pembentukan varietas demikian le
bih mudah dan efisien bila seleksi dilakukan dengan menggunakan marka molekuler. Beberapa gen ketahanan baik terha
10 11
dap HDB beserta marka molekulernya te
lah diidentifikasi dan tersedia. Persilangan BC5 dilakukan untuk memasukkan gen ketahanan Xa5 dan Xa7,
sedangkan untuk Xa21 dibuat BC3. Untuk konfirmasi ketepatan seleksi dengan mar
ka molekuler dilakukan pengujian keta hanan tanaman BC3F2 (Tabel III.3). Tanaman F2 tersebut adalah berasal dari
tanaman BC3F| yang terpilih untuk disilang-
1
Xa7
1
2 3 4
5 6 7 8 9 10
1 0 1
0 0 0 0 0 0 0
2 3 4 4
5 2 3
3 2 4 4
Nilai reaksi D
3
5
7
9
8
6
7
5 0 3 1 2
1 2 5 4
7 12 15
2 5
10 15 14 11
7 4 3 3 3 3 4 4 5
2
2 2 0
0 2 1
14
24 18
7
5 0
3
3
5
7
3 5 2 4 5 5
1
5
7
2 4
5 5
4
3 3 4 3
3 5 7 5 5 5
4 3 3
4
3
Keterangan: 1-9: sangat tahan - sangat peka.
5
4 4 8 3 4
6
6'
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
Tabel 111.4. Jumlah benih dan rumpun F1 silang ganda (FiDC) yang dihasilkan dan ditanam pada MK1996. No.
Persilangan
Jumlah benih Oihasilkan
1.Maninjau/C101A51//Cabacu/C101 LAC 2.Maninjau/C101A51 //Cabacu/C105A51 3.Maninjau/C103A51//Cabacu/C105A51 4.Cabacu/C101A51//Tb177e-28/C105A51 5.Cabacu/C101A51//B8503E/C101LAC 6.Cabacu/C105A51//Jambu/C101A51 7.Cabacu/C101LAC//D. Tempe/C103A51 8.Cabacu/C101LAC//W. Rarem/C101A51 9.W. Rarem/C101A51//Maninjau/C103A51 10.W. Rarem/C101A51//W. Rarem/C101A51 11.W. Rarem/C101A51//Cabacu/C101LAC 12.W. Rarem/C101LAC//Cabacu/C105A51 13.W. Rarem/C101 LAC//Maninjau/C103A51 14.D. Tempe/C101A51//Cabacu/C10^A51 15.D. Tempe/C101A51//Cabacu/C105A51 16.TB177E-28/C105A51 //Cabacu/C105A51' 17.TB177E-28/C105A51//Jambu/C101A51 18.B8503E/C101 LAC//Maninjau/C103A51 19.B8503E/C101 LAC//Cabacu/C101A51 20.B8503E/C101 LAC//Cabacu/C104A51 21.Jambu/C101A51//Cabacu/C101LAC 22.Jambu/C105A51 //Cabacu/C101 LAC 23.Jambu/C105A51//Maninjau/C103A51
Sesuai dengan tujuannya, yaitu men-
dapatkan galur padi gogo yang masingmasing membawa dua gen ketahanan bias, maka dari nomor-nomor tersebut di-
Ditanam
93
-
118 209
255 278 325 142 71 48 101 71 129 169
250 176 38 102 111
73 187
60 70 -
75 50 60 -
60 50
125 52 111 50
C105A51 yang akan digunakan untuk analisis DNA belum tersedia. Oleh karena itu, dari delapan persilangan yang ditanam baru tiga persilangan yang dapat diekstrak
pilih delapan persilangan yang diharapkan
daunnya dan marker yang tersedia bam
dapat memberikan harapan, yaitu ber-
untuk C101LAC dan C101A51.
umur genjah (100-110 hari), tinggi tanaman antara 110-130 cm, vigor, tanaman
baik, malai lebat dan butir gabah besar, dan memiliki dua gen ketahanan bias.
Persilangan Cabacu/C 105A51//Jambu/ C101A51 memiliki malai Tebat dengan bu tir gabah besar-besar. DNA daun dari masing-masihg tanaman. hasil persilangan ini
belum dapat diekstrak disebabkan marker
10
Sampai saat ini taraf pengerjaan contoh daun di laboratorium bam sampai mengekstrak DNA, sedang di lapang semua benih telah dipanen, yaitu masingmasing satu malai/rumpun. Benih hasil pa-
nen tersebut selanjutnya akan digunakan untuk bahan pengujian musim berikutnya.
Hasil Penelitian 1996/97
Perbaikan Padi Rawa melalui Kultur Anter
tersebut dapat ditransfer ke dalam padi budi daya melalui persilangan yang diikuti penyelamatan embrio. Dari empat varietas
Varietas unggul yang dapat beradaptasi pada tanah gambut dan sulfat masam sangat diperlukan untuk peningkatan produksi padi pada lahan rawa pasang surut.
Untuk mendapatkan tanaman padi yang sesuai pada lahan rawa pasang surut, dila-
kukan perbaikan genetik melalui kultur
unggul yang disilangkan dengan spesies padi liar 0. latifolia yang mempunyai keta hanan terhadap penyakit virus tungro telah diperoleh 36 tanaman F, (Tabel III.6). Jumlah tanaman F, untuk masing-masing persilangan berkisar antara 4-19 tanaman. Masing-masing tanaman F, tersebut diper
anter yang dapat menghasilkan tanaman
oleh dari penyilangan sebanyak 1.273-
double haploid yang lebih cepat. Kultur
2.992 bulir kemudian embrio yang terben-
anter tanaman F, dari beberapa persilangan padi rawa telah dilaksanakan. Jumlah
planlet atau tanaman yang diperoleh dari kultur anter tersebut adalah 147 tanaman dengan masing-masing persilangan berki-
sar antara 0 hingga 63 tanaman (Tabel III.5). Karena kultur anter tersebut sedang
tuk dikulturkan. Tabel III.S. Jumlah kalus dan planlet yang diperoleh dari kultur anter tanaman F, dari persilangan padi rawa. Persilangan
demikian, sifat ketahanan terhadap tungro
Cisadane/Pucuk Mahakam/Simariti Mahakam /Pucuk Sita/Memberamo Lematang/Memberamo Mahakam/Grogol Pucuk/IR64 Mesir/Grogol Kapuas/Grogol B5565/Rojolele Kr Mesir/IRAT144
ada pada beberapa spesies padi liar. Gen-
Jumlah
berlangsung, maka diharapkan jumlah ta naman yang akan diperoleh masih akan bertambah. Persilangan Kerabat Jauh untuk Mentransfer Ketahanan terhadap Tungro
Saat ini belum ada varietas padi yang tahan terhadap penyakit tungro. Namun
Jumlah kalus Jumlah planlet
10
.
867
39 63
383 6 16 553 86 649
63 25
-
1 10 2 16 1
204
15
2.812
147
gen ketahanan terhadap penyakit tungro
Tabel 111.6. Jumlah bulir yang disilangkan, embrio yang diperoleh dan dikulturkan, dan jumlah tanaman F, yang dihasilkan dari persilangan padi kerabat jauh. Persilangan
Bulir disilangkan (butir)
IR64/O. latifolia1.938 Memberamo/O. latifolia1.273
Embrio dikultur (butir)
F, (tanaman)
28
8 19
Cibodas/O. latifolia1.519
28 17 24
Jumlah7.722
97
Cisadane/O. latifolia2.992
4
5 36
11
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
BIOLOGI MOLEKULER
mencapai 145 kombinasi. Penelitian lebih lanjut akan dilakukan untuk mengkonfir-
Marka Molekuler untuk Ketahanan terhadap Kekeringan pada Padi
masi keterpautan antara gen kekeringan dengan marka-marka DNA pada generasi F2 tanaman hasil persilangan.
Salah satu upaya peningkatan produksi padi adalah dengan peningkatan produksi per satuan luas yang dilakukan
masing-masing dari persilangan antara
dengan cara peningkatan intensitas tanam
Cisadane dan IR64 dengan IRAT 112 dan
Sebanyak 80 nomor generasi BC2Fb
atau peningkatan produktivitas tanam.
Cabacu telah ditanam untuk menghasil-
Cara tersebut tidak mudah dilaksanakan,
kan generasi BC2F2 pada akhir tahun 1996/97.
sebab akan menghadapi kendala, baik penciutan lahan subur atau faktor fisik maupun biotik di lahan baru. Kendala utama yang sering dihadapi adalah kekurangan air sehingga diperlukan adanya kultivar yang tahan kekering
Sedangkan penentuan uji toleransi ter hadap kekeringan dan uji daya tembus akar diketahui bahwa: PEG 8.000 dengan konsentrasi 0,35 atau setara dengan tegangan osmose -13,8 bar dapat digunakan
an. Selain menggunakan varietas tahan,
untuk uji toleransi kekeringan. Campuran
juga dianjurkan menggunakan varietas
parafin dan vaselin dengan rasio 60 dan
unggul berumur gerijah. Varietas yang ta
40% dengan ketebalan 4 mm dapat digu
han tersebut dicirikan oleh tanaman yang
nakan untuk uji daya tembus akar.
memiliki perakaran tebal dan panjang. Berdasarkan pemetaan Restriction
Fragment Length Polymorphism (RFLP) dari beberapa tanaman, dan ketahanan
terhadap penyakit tertentu diharapkan da-
Pencarian Marka Molekuler Padi Tahan
Penyakit Bias dan Analisis Variasi Genetik Patogen Bias Padi gogo merupakan alternatif kedua
pat dilakukan pemetaan gen atau pem-
sebagai usaha produksi beras di Indone
buatan marka untuk sifat terhadap keke
sia. Sedangkan pengembangan padi ter
ringan maupun sifat lainnya.
sebut mengalami berbagai kendala yang
Penelitian ini merupakan penelitian jangka panjang yang bertujuan untuk iden-
disebabkan oleh faktor biotik atau non-
tifikasi marka molekuler toleransi terha
dap kekeringan. Identifikasi marka mole kuler dilaksanakan dengan menggunakan
teknik RFLP pada populasi silang balik dan inbred rekombinan, yang dibuat dari persilangan Cisadane dan IR64 (sebagai
biotik. Salah satu penyakit utama yang menjadi kendala dalam pengembangan padi gogo ini adalah penyakit bias yang disebabkan oleh cendawan Pyricularia grisea (Pyricularia oryzae). Penanggulangan penyakit tersebut sangat tergantung pada penggunaan varietas
tetua rentan) dengan tetua toleran.
tahan. Sedangkan ketahanan suatu vari
Dari 87 marka mOleknler yang digunakan, 68 marka meriunjukkan polimorfik. Sedangkan bila dihitung dari jumlah total
etas tidak dapat lama, karena cendawan tersebut mempunyai banyak ras, dan ras tersebut dapat berubah dengan cepat.
kombinasi marka dan enzim restriksi,
Ketahanan varietas dapat diperpanjang
kombinasi yang menunjukkan polimorfik
dengan mengetahui struktur populasi pa-
12
Hasil Penelitian 1996/97
togen dari berbagai lokasi, baik variasi genotipe atau patotipe. Informasi struktur populasi dan variasi genetik patogen sangat berguna dalam merakit varietas tahan untuk lokasi tertentu atau menen-
tukan strategi penempatan varietas padi yang baru dihasilkan. Di samping hal tersebut di atas, karakterisasi dan penelusuran sifat ketahanan
varietas padi merupakan langkah awal dalam perakitan varietas tahan. Karakterisasi dan penelusuran sifat ketahanan ter-
hadap penyakit bias dapat dilakukan dengan marka DNA, misalnya dalam teknik RFLP, AFLP atau RAPD. Selain itu, penandaan gen ketahanan
dengan marka DNA diteliti dengan melakukan persilangan beberapa tanaman ta han dengan tanaman rentan penyakit bias,
dari survei polimorfis enzim restriksi/marka DNA yang paling tinggi untuk tiap-tiap persilangan dan seleksi segregasi populasi F7 dengan marka DNA yang terseleksi de ngan mempunyai sifat polimorfik yang tinggi. Dari survei tetua antara varietas
asal Lampung dan Sukabumi. Analisis ge
netik patogen bias di Lampung sangat berbeda dengan di Sukabumi. Sedangkan hubungan antara variasi genetik yang diha silkan oleh analisis sidik jari DNA dengan marka DNA MGR 586 dengan virulensi isolat cendawan bias pada tanaman diferensial dan tanaman isogenik dengan gen berbeda masih dalam penelitian.
Karakterisasi sifat tahan bias varietas lokal dilakukan melalui studi pewarisan sifat genetik pada populasi silang balik, dan untuk pembentukan bahan populasi F7 untuk pencarian marka DNA tahan bias dan pemetaan gen tahan bias pada padi lokal. Kegiatan ini telah menghasilkan benih F3 untuk pembuatan marka DNA, dan
sebagai bahan untuk studi genetik yang disilang balik ke salah satu tetua. Perakitan Tanaman Padi Transgenik Tahan Penggerek Batang Menggunakan Elektroporator Upaya peningkatan dan pengembangan varietas unggtfl mengalami banyak
kendala biologis terutama hama pengge
Danau Tempe dan Kencana Bali dengan
rek batang. Di Indonesia ada dua jenis
RFLP diperoleh hasil bahwa RG 456 menunjukkan pita DNA polimorfik tertinggi (100%) dari 35 marka DNA yang diuji. Sementara RG 555, RG 473, RG 181, RG 241, RG 207, CDO 520, RG 16, RG 480, RG
hama yang sangat dominan, yaitu pengge
73, RG 28, dan RG 303 adalah monomor-
sil, oleh karena itu diperlukan perakitan
fik. Dari keenam macam enzim restriksi
varietas unggul yang tahan terhadap hama
yang digunakan, menunjukkan bahwa fre-
tersebut.
kuensi polimorfik yang tertinggi diberikan oleh enzim Dral (34,29%), Hindlll, dan BamHl (31,43%), sedangkan Pstl memberikan polimorfis terendah (8,57%). Hibridisasi DNA dengan marka MGR 586 digunakan untuk menganalisis variasi genetik dan struktur populasi patogen bias
rek batang padi putih (Scirpophaga innotata Wlk.) dan penggerek batang padi kuning (S. incertulas Wlk.). Upaya pengendalian hama ini secara kimiawi tidak berha-
Salah satu upaya perakitan tersebut
adalah dengan teknik rekayasa genetika, yaitu dengan memasukkan gen cry dari
Bacillus thuringiensis sebagai penghasil kristal protein yang bersifat racun terhadap serangga tertentu (insect specific-endotox-
iri). Dalam hal ini digunakan gen cryl yang
13
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
spesifik terhadap golongan Lepidoptera. Konstruksi gen tersebut dapat diperoleh
faktor kimiawi seperti medium pertum-
melalui kerja sama internasional, dan un-
suhu ruangan, pencahayaan, dan Iain-lain.
tuk penelitian tahun anggaran 1997/98 telah diperoleh melalui kerja sama dengan
meliputi kegiatan studi regenerasi bebera-
Universitas Ottawa, Canada, yaitu gen
cryIA(b) dan crylA(c).
buhan dan faktor fisiologis seperti pH, Penelitian tahun anggaran 1996/97 pa varietas padi unggul secara in vitro dan optimasi teknik elektroporasi untuk trans
Perakitan varietas unggul tersebut ti-
dak dapat lepas dari teknik transformasi, yaitu teknik penyisipan gen asing ke dalam tanaman dengan harapan dapat berekspresi seperti pada tempat asalnya. Beberapa teknik transformasi yang ada dan
telah banyak dilakukan di luar negeri adalah penggunaan protoplas dengan PEG, elektroporator, Agrobacterium, dan par
ticle bombardment. Teknik elektroporasi di dalam penelitian ini menggunakan tek nik pulsa listrik, yaitli penginduksian pori membran sel sementara sehingga memu-
dahkan pemasukan DNA ke dalam sel. Transformasi gen secara in vitro akan
berhasil apabila eksplan yang digunakan dapat diregenerasi menjadi tanaman utuh.
Keberhasilan regenerasi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik tetapi juga
formasi padi.
Penggunaan dua media induksi kalus terhadap pembentukan kalus dan kalus yang dapat diregenerasi menunjukkan bahwa media NB (N6 dengan vitamin dari media B5) secara umum memberikan
jumlah kalus terbentuk dan jumlah kalus yang dapat diregenerasi lebih banyak dibandingkan media LS (Tabel 111.7). Sedangkan pengaruh dua media rege nerasi terhadap regenerasi tanaman dari
kalus embrio menunjukkan bahwa media NB memberikan jumlah planlet yang lebih banyak dibandingkan dengan mengguna kan media LS (Tabel III.8). Dari efisiensi pembentukan planlet pada media NB menunjukkan bahwa Bengawan Solo menghasilkan planlet ter-
Tabel 111.7. Pengaruh dua media induksi kalus terhadap pembentukan kalus dan kalus yang dapat diregenerasi pada sepuluh varietas padi unggul. Varietas
Way Rarem Bogowonto Bengawan Solo Atomita IV Cisadane Krueng Aceh IR64 Cisanggarung Cibodas Memberamo T-309 Total
Jumlah eksplan NB atau LS
90 90 90 90 90 90 90 90- " - 90 90
90 990
Keterangan: T-309 = kontrol
14
Kalus yang tumbuh
Kalus yang diregenerasi
NB(%)
LS (%)
NB(%)
LS(%)
65 (72,2) 60 (66,7) 57 (63,3) 49 (54,4) 61 (67,8) 40 (44,4) 19(21,1) 74 (82,2) 45 (50,0)
43 (47,8) 50 (55,5) 62 (68,9) 53 (58,9) 60 (66,7) 36 (40,0) 12(13,3) 73(81,1) 41 (45,6)
49 (54,4)
35 (38,9)
27 (30,0) 36 (40,0) 26 (28,9) 47 (52,2) 45 (50,0) 32 (35,6) 0 (0,0) 61 (67,8) 34 (37,8) 25 (27,8) 35 (38,9) 368 (37,2)
47 (52,2)
9 (43,3)
54 (60,0) 41 (45,6) 37(41,1) 42 (46,7) 48 (53,3) 28(31,1) 4 (4,4) 55(61,1) 25 (27,8) 39 (43,3) 38 (42,2)
566 (57,2)
504 (50,9)
411 (41,5)
Hasil Penelitian 1996/97
banyak disusul Way Rarem, Bogowonto,
Dari percobaan tersebut menunjuk-
Cibodas, Cisanggarung secara berurutan
kan bahwa perlakuan pre-osmotikum
(Tabel III.9).
selama 2 jam dan post-osmotikum selama
2 jam cukup baik untuk mempengaruhi jumlah planlet yang muncul terhadap jumlah eksplan yartg ditanam maupun jumlah
Penelitian perlakuan elektroporasi dan osmotikum menghambat regenerasi tanaman dibandingkan dengan kontrol
eksplan yang beregenerasi.
(Tabel HI. 10).
Tabel 111.8. Pengaruh dua media regenerasi terhadap regenerasi tanaman dari kalus embrio pada sepuluh varietas padi unggul. Varietas
Jumlah eksplan
Way Rarem Bogowonto Bengawan Solo Atomita IV Cisadane Krueng Aceh
IR64 Cisanggarung Cibodas Memberamo T-309 Total
Jumlah planlet
Kalus yang beregenerasi
NB
LS
NB (%)
LS(%)
NB
LS
54 41
27 36 26 47
29 (53,7) 13(31,7) 26 (70,3) 18(42,9) 30 (62,5)
13(48,1) 12(33,3) 12(46,2) 20 (42,6) 14(31,1) 6(18,8)
344
39 35
37 42 48
45
16(57,1)
38
32 0 61 34 25 35
31 (56,4) 14(56,0) 10(25,6) 36 (94,7)
411
368
242 (58,9)
28 4 55 25 39
3 (75,0)
0 (0,0) 20 (32,8) 16(47,1) 6 (24,0)
143 562
114
96
68
194
56
112 16 239
9 0
Total Jumlah planlet 383 178 676 164 250 121
0 365
126
90 13
202
43
25 (71,4)
1.118
207
1.325
144(39,1)
2.979
757
3.736
112
56
Keterangan: T-309 = kontrol Tabel 111.9. Efisiensi regenerasi tanaman dari kalus embrio pada sepuluh varietas padi unggul yang ditanam pada media NB.
Varietas
Way Rarem Bogowonto Bengawan Solo Atomita IV Cisadane Krueng Aceh
IR64 Cisanggarung Cibodas Memberamo T-309
Jumlah kalus ditanam
Kalus yang beregenerasi
Jumlah planlet
Rataan jumlah planlet
(A)
(B)
(C)
(D)
(E)
54
29 13
344 143
37 42
26
562
18
96
48
30 16 3 31 14 10 36
194
6,4 3,5 15,2 2,3 4,7 4,0 4,0 4,4 4,5
11,9 11,0 21,6 5,3 6,5 7,0
41
28 4 55 25
39 38
112 16
239 112
43 1.118
1,1 29,4
5,3 7,7 8,0 4,3 31,1
Keterangan: T-309 = kontrol, D = C : A; E = C : B.
15
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
Tabel 111.10. Pengaruh perlakuan osmotikum terhadap regenerasi planlet padi T-309 setelah elektroporasi.
Perlakuan
Jumlah kalus ditanam
Pre 0 - Post 0
Jumlah planlet
Kalus beregenerasi ('%)
(A)
(B)
(C)
40 40
100,0 100,0 75,0 83,3 75,0 25,0 75,0 94,7
Pre 0 - Post 1 Pre 0 - Post 2 Pre 1 - Post 1 Pre 1 - Post 2 Pre 2 - Post 1 Pre 2 - Post 2
40 60 40 40
60
40 40 30 50 30 10 45
Kontrol
38
36
Rataan jumlah planlet
(D)
(E)
190 97 23 272
2,4 3,6 3,5 3,2 2,4 0,6 4,5
2,4 3,6 4,6 3,8 3,2 2,3 6,0
1.118
29,4
31,1
(D) 94 143 138
Keterangan: C = B : A; E = D : A; dan F = D : B.
Kultur Jaringan dan Transformasi
an yang baik pada medium kultur dan
Tanaman Kedelai untuk Ketahanan
mampu membentuk tunas dan menjadi
terhadap Penggerek Polong
tanaman, tetapi berbeda antarvarietas
Di Indonesia, kedelai merupakan komoditas pangan penting kedua yang kebutuhannya terus meningkat. Namun demikian, produksi kedelai belum mampu men-
cukupi yang disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah masalah hama di samping kekeringan dan kebanjiran. Penggunaan varietas tahan hama (ter-
yang digunakan (Tabel III. 11). Percobaan terhadap respon regene
rasi dari tiga jenis eksplan (embrio muda, kotiledon muda dan tua) dari varietas Wilis menunjukkan bahwa eksplan embrio muda memberikan respon pertum-
buhan yang terbaik dibandingkan dengan eksplan lain (Tabel 111.12).
utama hama penggerek polong, Etiella
Adanya perbedaan kandungan sukro-
zinckenella) merupakan cara pengendali-
sa dalam komposisi media berpengaruh
an yang paling ekonomis dan aman terha
terhadap jumlah eksplan yang responsif dan jumlah tunas yang terbentuk (Tabel 111.13).
dap lingkungan. Perakitan varietas tahan hama, yaitu dengan teknik transformasi yang melibatkan beberapa tahapan penting. Salah satu
faktor penting dalam teknik transformasi adalah adanya gen yang akan ditransfer ke
Tabel 111.11. Persentase eksplan yang responsif, tunas, dan planlet yang terbentuk dari eksplan embrio muda tiga varietas kedelai.
tanaman baik melalui particle bombard ment atau Agrobacterium, dan sistem
Varietas
Eksplan yang Tunas yang Planlet yang responsif terbentuk terbentuk
regenerasi tanaman (merupakan faktor
terpenting).: Percobaan dari tiga varietas yang digunakan memberikan respon pertumbuh-
16
Krakatau
41,5
37,1
3,4
Tampomas
41,0
34,9
17,2
Wilis
58,0
25,9
20,9
Hash Penelitian 1996/97
Optimasi Sistem Regenerasi dan
Tabel 111.12. Persentase eksplan yang responsif, tunas, dan planlet yang terbentuk dari tiga jenis eksplan kedelai varietas Wilis.
Jenis eksplan
Eksplan yang responsif
Embrio muda
58,0
Tunas yang terbentuk
Planlet yang terbentuk
Transformasi Tanaman Ubi Jalar
(Ipomoea batatas (L.) Lam) Salah satu kendala dalam produksi bahan pangan fubi jalar) adalah hama boleng (Cylas fomnicarius), karena hama
Kotiledon muda Kotiledon tua
Tabel 111.13.
25,9
22,9
ini dapat menyerang baik selama di la-
9,9
34,3
11,5
pang atau di penyimpanan. Penggunaan
41,4
88,3
10,2
varietas tahan merupakan cara pengen-
Persentase e^asolan vana r esDonsif dan tunas yang terbentuk dari eksplan kotiledon tua varietas Wilis pada media dengan kandungan sukrosa yang berbeda.
dalian yang paling ekonomis dan aman terhadap lingkungan. Teknik perakitan varietas tahan hama tersebut selain dapat
dilakukan melalui teknik konvensional juga dapat melalui teknik rekayasa geneti-
ka (teknik transformasi).
Media dasarEksplan yangTunas yangPlanlet yang terbentukterbentuk denganresponsif kandungan,o^-> /o^^/<^^ sukrosa (g/l)
Faktor utama dalam percobaan pera kitan varietas tahan hama melalui transfor masi adalah sistem regenerasi. Sedangkan
0
27,5
36,9
6,8
proses regenerasi tanaman (ubi jalar)
5
38,0
60,7
4,4
merupakan kendala yang dihadapi dalam
10
37,8
59,3
21,3
rekayasa genetika di Indonesia.
15
34,8
73,1
14,3
Hasil percobaan regenerasi pada ta-
20
46,4
107,2
11,2
hun anggaran 1996/97 belum sempuma,
25
41,4
88,3
10,2
karena masih dalam. tahap pembentukan embrio dan tunas. Tabel III. 14 menunjuk-
Keterangan: Media MS salt + vitamin B5 + L-glutamin30 mg/l + L-asparagin 30 mg/l + BAP 1,15 mg/l dipadatkan dengan phytagel 3 g/l, pH 5,8.
kan bahwa varietas Alhamdulillah dan BIS 192 menunjukkan respon yang baik ter hadap pembentukan, pertumbuhan, dan
perkembangan kalus dari eksplan akar. Tabel 111.14. Persentase eksplan akar yang responsif dari tujuh genotipe ubi jalar pada 14 dan 28 hari setelah tanam (hst) pada media tahapan I metode Herman ef a/, dan Newell ef a/. Eksplan responsif di media GenotipeHerman ef al. tahapan I (%)
Eksplan responsif di media Newell ef al. tahapan I (%)
14 hst
28 hst
14 hst
28 hst
74 28
100
30
BO68 Kunyik 13
21
47 38
BIS 192
69
20
100 39
73 22 26 64
OP Papola Tamburin Merah Viola
9 13 29 15
13 8
24 17
Alhamdulillah
18
31 35
16
29
17
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
Tabel 111.15. Persentase eksplan daun, petiol, dan umbi yang responsif dari tiga genotipe ubi jalar pada 14 dan 28 hari setelah tanam (hst).
Genotipe
Eksplan
Eksplan responsif di media Herman ef al. tahapan I (%)
Eksplan responsif di media Newell ef al. tahapan I (%)
14 hst
28 hst
14 hst
28 hst
13 66
47 93
74
100
Petiol
20
53
BIS 192
Daun
19
34
69
100
BIS 192
Petiol
56
89
31
68
BIS 192 SRIS 226
Umbl
-
55
Keterangan: - = percobaan induksi kalus tidak dilakukan.
46
100 100
Alhamdulillah
Daun
Alhamdulillah
-
Umbi
Sedangkan persentase eksplan yang responsif ditunjukkan dengan adanya ka lus yang terbentuk dari eksplan akar dan
itu penelitian diarahkan untuk meningkat-
petiol, ternyata metode Herman et al.
kan keragaman genetik tanaman-tanaman
menghasilkan jumlah yang lebih tinggi dari metode Neweill et al. (Tabel III. 15)
tersebut khususnya ketahanan terhadap
dan kebalikannya terhadap eksplan daun.
tiga kegiatan utama, yaitu:
Sedangkan pertumbuhan dan pembentu-
kan kalus terjadi pada eksplan umbi yang berasal dari varietas SRIS 226 dan BIS 192.
tersebut di atas belum ada varietas yang tahan terhadap penyakit tersebut. Untuk
penyakit. Penelitian dilakukan meliputi 1.Kultur dan fusi protoplas antara spesies liar dan budi daya pada lada dan vanili. 2.Variasi somaklonal vanili dan jahe de ngan radiasi dan colcicin.
REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN Peningkatan Mutu Genetik Vanili, Lada, dan Jahe melalui Bioteknologi Salah satu kendala dalam usahatani lada, vanili, dan jahe adalah adanya serangan penyakit yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Pada
tanaman lada penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan Phytophthora capsici, pada tanaman vanili disebabkan F. oxysporum dan pada . tanaman jahe Pseudomonas solanacSarum. Salah satu
usaha untuk menanggulangi masalah tersebut secara efektif dan efisien adalah menggunakan varietas tahan. Namun
sampai saat ini pada ketiga tanaman
18
3.Penyelamatan embrio hasil persilangan
vanili budi daya dan vanili liar. Kultur dan Fusi Protoplas Antara Spesies liar dan Budi Daya pada Lada dan Vanili Untuk menghasilkan protoplas de ngan densitas yang tinggi ( 105/ml) digunakan kombinasi larutan enzim selulase 2% dengan maceroenzim 0,5%. Komposisi media yang dapat memacu pembentukan
mikro kalus untuk lada adalah media KM + BA 0,3 mg/1 + thidiazuron 2,0 mg/1 dan untuk vanili KM + NAA 1 mg/1 + BA lmg/1 + 2-IP 0,3 mg/1. Penambahan sukrosa 3% pada media dasar LV yang konsentrasinya diencerkan sampai setengahnya (% LV) +
Hasil Penelitian 1996/97
casein hidrolisat 50 mg/1 + ABA 0,01mg/l atau kombinasi ABA 0,01 mg/1 + BA 4,5 mg/1 dapat mendorong terbentuknya mik-
ro kalus yang berwama hijau pada minggu ketiga setelah kultur (Tabel 111.16). Untuk mendorong pertumbuhan mik-
ro kalus menjadi kalus regenerasinya maka dilakukan penambahan selapis tipis media cair MS + 2,4-D 2 mg/1 + thidiazuron 0,1 mg/1 pada permukaan media pa-
dat yang telah mengandung mikro kalus. Penambahan selapis tipis media cair tersebut dapat membentuk mikro kalus yang lebih banyak dan mempercepat pertumbuhannya. Sampai saat ini dari perla-
kuan '/2 LV + ABA 0,01 mg/1 + BA 4,5 mg/1 + casein hidrolisat 50 mg/1 + sukrosa 3% dengan penambahan media cair dapat
sebagai sumber protoplas karena pertum
buhan kultur yang relatif lambat, di lain pihak kebutuhan untuk isolasi yang memerlukan daun in vitro yang banyak. Penggunaan daun dari tanaman di lapang
memberikan hasil yang lebih baik tetapi setelah protoplas dikulturkan dan mem bentuk mikro kalus selalu muncul konta-
minasi yang disebabkan bakteri. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan pe-
nanaman kultur yang lebih banyak baik untuk vanili liar maupun vanili budi daya sebagai sumber protoplas.
Variasi Somaklonal Vanili dan Jahe dengan Radiasi dan Colcicin Induksi mutasi menggunakan sinar
gamma pada tanaman vanili dihasilkan 95
memacu pertumbuhan mikro kalus mem
nomor baru dengan jumlah tanaman 235
bentuk kalus (Tabel III. 17).
yang berhasil diaklimatisasi. Keragaman
Pada tanaman vanili masih terdapat
yang muncul terutama terekspresi pada
kendala antara lain bahan tanaman steril
panjang dan lebar daun, jumlah mas, dan
Tabel 111.16. Pembentukan mikro kalus lada dengan penambahan sukrosa dan BA pada media kultur. Jumlah koioni mikro kalus
Sukrosa Komposisi media 2Vz LV + ABA 0,01 mg/l + CH 50 mg/l Vz LV + ABA 0,01 mg/l + CH 50 mg/l + BA 4,5 mg/l 3Vz LV + ABA 0,01 mg/l + CH 50 mg/l Vz LV + ABA 0,01 mg/l + CH 50 mg/l + BA 4,5 mg/l
Warna koioni
0
0 4
6
hijau hijau
Keterangan: CH = casein hidrolisat, LV = litvay. Tabel 111.17. Pembentukan mikro kalus dan kalus dari protoplas lada dengan penambahan media cair. Media padat
Media cair di atas media padat
mj|
Warna
Jumlah
LV + ABA 0,01 mg/l + BA 4,5 mg/l + MS + 2,4-D 2 mg/l + Th 0,1 mg/l48hijau2 CH 50 mg/l + Sukrosa 3% Vz LV + ABA 0,01 mg/l + CH 50 mg/l MS + 2,4-D 2 mg/l + Th 0,1 mg/l68hijau0 + ABA 0,01 mg/l Vz LV + ABA 40 \M + CH 50 mg/l +
MS + 2,4-D 2 mg/l + Th 0,1 mg/l92hijau0
Sukrosa 3% Vz LV + 2,4-D 9 yM + BA 4,5 mg/l +
MS + 2,4-D 2 mg/l + Th 0,1 mg/l45putih0
CH 50 mg/l Keterangan: CH = casein hidrolisat, Th = thidiazuron, LV = litvay.
19
Laporan Tahunan Bautbio 1996/97
tinggi tanaman. Sedangkan induk simutasi
masing memperlihatkan 20,9 dan 16 pola
dengan colcicin sampai saat ini belum
pita yang berbeda.
terlihat adanya keragaman yang muncul.
Ragam genotipe paling tinggi (1,5012) berasal dari radiasi 300 rad dan terendah (0,0344) dari radiasi 500 rad. Hasil analisis
Dari analisis kluster pada pemotongan nilai kesamaan 0,80 terdapat lima kelompok individu. Kelompok I mempunyai anggota paling banyak, yaitu 29 nomor. Ke
isoenzim menunjukkan bahwa pada sis-
lompok II mempunyai empat nomor dan
tem esterase terdapat keragaman pola
kelompok III, IV, dan V masing-masing
pita yang dihasilkan. Dari 46 nomor hasil variasi somaklonal yang ditanam di lapang
hanya satu nomor. Kelompok III, IV, dan V,
secara visual tampak adanya keragaman
yang tinggi terutama dari ukuran daun (panjang dan lebar) dan tinggi tanaman. Hasil uji resistensi menunjukkan ada nya nomor-nomor yang tahan, yaitu yang
tidak menunjukkan gejala khas busuk batang (Tabel 111.18). Dari variasi somaklo nal ada 4 nomor yang tetap hidup, sedang kan dari kontrdl tidak satupun tanaman yang hidup setelah diinokulasi. Dengan menggunakan tiga metode inokulasi yang
yaitu RBA 1/9-4, RBA 1/19-2, dan RBB 5/2 mengalami perubahan genetik yang cukup besar karena nilai kesamaannya paling
kecil (0,75) dibanding nomor lain. Dari hasil penelitian pada tanaman jahe telah diperoleh dosis radiasi yang optimal untuk meningkatkan keragaman genetik, yaitu 1 krad. Radiasi di bawah 1 krad tidak berbeda nyata dengan kontrol,
bahwa sistem isoenzim esterase, peroksi-
sedangkan dosis radiasi lebih dari 1 krad menyebabkan tingkat regenerasi/multiplikasi sangat rendah dan mati pada saat aklimatisasi. Planlet hasil radiasi 1 krad diperoleh 46 nomor yang hidup dari 3 populasi, yaitu populasi pertama (planlet), populasi generasi kedua (rimpang dari planlet), dan generasi ketiga (rimpang
dase, dan alkohol dehidrogenase masing-
generasi kedua). Ketiga populasi tersebut
berbeda, ke-4 nomor tersebut tetap tidak
menunjukkan adanya gejala khas busuk batang. Hasil analisis tiga macam sistem
isoenzim pada 36 nomor menunjukkan
Tabel 111.18. Nomor-nomor tanaman vanili yang hidup setelah uji ketahanan terhadap F. oxysporum F-117-10 (VGC-201 Bl).
Asal Tanaman
- Kontrol Ungaran Temanggung Anggrek Plaga _ - Variasi somaklonal
Jumlah nomor yang diujl
Jumlah nomor yang hidup setelah inokulasi ke-
1
2
3
1 1 Belum dluji Belum dluji
55
22
1 0 0 0 15
0
1 1 1
1
0 0
0 4
Keterangan: Inokulasi ke-1 = kerapatan spora 2,57 x 103/ml + dilukai; Inokulasi 'ke-2 = kerapatan spora 2,57 x 104/ml + tidak dilukai; Inokulasi ke3 = kerapatan spora 2,57 x 104/ml + dilukai.
20
Hasil Penelitian 1996/97
(46 nomor) masing-masing dibagi dalam dua kelompok. Pertama diuji resistensinya di rumah kaca dan kelompok kedua ditanam di lapang (Sukamulya). Sebagai pembanding, dalam pengujian tersebut di
setelah diinokulasi di rumah kaca temyata yang toleran hanya 13 nomor.
uji pula tanaman asal rimpang konvensio-
Dihubungkan dengan hasil penelitian tahun sebelumnya (Tabel 111.19) temyata pada kontrol tanaman yang hidup tidak berubah (toleran 100%). Sementara pada
nal dari sumber yang sama.
tanaman hasil variasi somaklonal tanam
Hasil pengujian resistensi di rumah kaca dan lapang menunjukkan bahwa
an yang hidup hanya 11 nomor (75%).
nomor-nomor yang toleran (hidup di atas
75%) terhadap penyakit dan tanaman asal variasi somaklonal sedikit lebih tinggi dari tanaman rimpang konvensional (Tabel III. 19). Nomor-nomor yang toleran di la
pang (hidup di atas 75%) telah dipanen dan rimpangnya telah disemaikan kembali di rumah kaca pada media steril. Pada
umur dua bulan bibit tersebut diinokulasi kembali di rumah kaca. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa pada kon-
trol (rimpang konvensional) dari empat nomor yang tidak kena penyakit di lapang
Ini berarti bahwa pada tanaman asal rimpang konvensional tingkat resistensi nya telah konstan, sedangkan pada ta naman asal variasi somaklonal resistensi
nya masih berubah sehingga masih perlu diseleksi kembali. Nomor-nomor yang toleran tersebut saat ini sedang diperba-
nyak di pembibitan untuk ditanam dan diuji kembali di rumah kaca dan lapang yang telah endemik tahun berikutnya.
Penyelamatan Embrio Hasil Persilangan Vanili Budi Daya dan Vanili liar Telah diperoleh buah hibrid hasil per
hanya tiga nomor tanaman yang toleran
(Tabel 111.20). Ketiga nomor tersebut
silangan seksual secara resiprokal antara
adalah nomor-nomor yang toleran pada
vanili budi daya dengan vanili liar dari
pengujian di rumah kaca. Sementara itu
daerah Ciamis dan Garut.
pada nomor-nomor hasil variasi somaklo
nal dari 16 nomor yang hidup di lapang,
Biji hibrid dapat berkecambah pada beberapa formulasi media pada umur ter-
Tabel 111.19. Nomor-nomor tanaman jahe yang hidup dari variasi somaklonal. Jumlah nomor yang hidup > 75% Asal.tanaman Kontrol Variasi somaklonal
Jumlah nomor.yang diuji 13 46
Di rumah kaca 1996/97
Di lapang 1996/97
3 15
4 16
Tabel III.20 Nomor-nomor tanaman jahe inokulasi 1996/97 dari nomor yang hidup di lapang > 75%. Asal tanaman Kontrol Variasi somaklonal
Jumlah nomor yang diuji
3 16
Jumlah nomor yang hidup > 75% setelah diinokulasi
3 11
21
Laporan Tahunan Bautbio 1996/97
tentu setelah polinasi. Dari berbagai ting
mulasi media yang dapat mengecambah kan adalah lA MS + BA 1 mg/1, ^ MS + BA lmg/1 + GA 50 mg/1, dan Knl/10 + BA 1
katan umur (2, 4, 6, 8, 10, 12, 24, dan 32
•minggu) yang telah dikulturkan maka biji hasil persilangan antara vanili liar Sukabumi sebagai induk jantan dengan vanili budi daya Sukabumi sebagai induk betina hanya biji yang berumur 12 minggu yang
mg/1. Persentase perkecambahan pada kedua media pertama mencapai 100%, se-
dangkan pada media 1/10 Kn + BA 1 mg/1 baru 16,67% (Tabel 111.22).
dapat berkecambah. Formulasi media
Biji hasil persilangan di Garut pada tingkatan umur (8 ,12, dan 16 minggu) te lah dikecambahkan pada media terbaik untuk perkecambahan (V2 MS + BA 1 mg/1). Dari berbagai tingkatan umur biji yang dikulturkan umumnya dapat berke cambah pada umur 8 dan 12 minggu sete lah polinasi. Berbeda dengan biji asal per silangan budi daya itu sendiri dapat berke
yang dapat mengecambahkan biji hibrid asal Sukabumi disajikan pada Tabel III.21. Dari biji hasil persilangan lain asal Ciamis dari tiga tingkatan umur yang dicoba (8, 12, dan 16 minggu) hanya biji yang ber umur delapan minggu yang dapat berke cambah, yaitu lima minggu setelah dikul turkan. Biji yang dikulturkan berasal dari hasil persilangan vanili budi daya asal Ciamis sebagai tetua jantan dan vanili liar
cambah pada berbagai tingkatan umur
mulai 8, 12, 16, 24, dan 32 minggu setelah
asal Ciamis pula sebagai tetua betina. For
polinasi.
Tabel 111.21. Formulasi media perkecambahan biji hasil persilangan vanili liar (
Waktu perkecambahan (minggu)
Perkecambahan
(%)
Jumlah struktur globular
12 20
100,00 66,70 33,33 33,33 33,33 33,33 33,33 66,67 33,33 33,33
42 14 2 22 7 1 2 17 36 2
Vz MS + BA1 Vz MS + IBA1 1/*MS + GA, 10 Wt + BA 1 Wt + IBA 1 KnC + BA 1 KnC + IBA 1 1/10 Kn 1/10Kn + BA1 1/10 Kn +IBA 1
32 20 16
28 34 20 13 36
Keterangan: MS = Murashige and Skoog, Wt = Whitner, Kn = Knudson, KnC = Knudson modifikasi. Tabel 111.22. Perkecambahan biji hasil persilangan vanili liar (a) dan budi daya (?) asal Ciamis, delapan minggu setelah polinasi. Perlakuan (mg/1) 14MS + BA1 mg/l Vz MS + BA1 mg/l + GA3 50 mg/l 1/10Kn + BA1 mg/l
22
Waktu kecambah PerkecambahanJumlah (minggu)(%)struktur globular 5
100
55
7 11
100
64 1
16,67
Hasil Penelitian 1996/97
ringan. Perbanyakan dilakukan melalui
Perbanyakan Klonal Tanaman Jambu
tiga jalur penelitian, yaitu:
Mete melalui Kultur Jaringan Jambu mete (Anacardium occidentale
1.Perbanyakan jambu mete melalui tu nas ganda dan adventif.
L.) merupakan tanaman industri yang cu-
kup potensial dikembangkan di Indonesia
2.Perbanyakan tanaman jambu mete melalui embriogenesis.
khususnya di kawasan timur Indonesia ka-
rena relatif tahan terhadap iklim yang ke-
3.Mikrografting pada tanaman jambu
ring. Masalah yang timbul dalam pengem-
mete.
bangan individu tanaman yang berproduk-
si tinggi adalah perbanyakannya. Masalah itu timbul karena tanaman jambu mete merupakan tanaman tahunan yang menyerbuk silang dengan waktu regenerasi cukup lama antara 5-8 tahun. Selain itu, perbanyakan secara generatif menghasilkan tanaman yang bervariasi. Di lain pihak, perbanyakan vegetatif secara konvensional dapat merusak pohon induk unggul yang jumlahnya saat ini sangat terbatas. Salah satu upaya mengatasi permasa-
lahan tersebut dapat dilakukan melalui perbanyakan vegetatif melalui kultur ja
Perbanyakan Jambu Mete melalui Tunas
Ganda dan Adventif Media dasar yang dicoba dalam pene litian ini adalah MS, Von Arnold & Erickson serta Lin dan Staba. Jumlah tunas terba-
nyak diperoleh dari perlakuan MS + BA 0,3 mg/1 dan thidiazuron 0,1 mg/1 (Tabel 111.23). Akan tetapi dengan menggunakan media Von Arnold & Erickson penampak-
an biakan lebih tegar daripada MS. Untuk menginduksi akar digunakan media Jordan dengan penambahan NAA 7 dan 9 mg/1.
Tabel 111.23. Pengaruh jenis media dasar dan zat pengatur tumbuh (BA dan thidiazuron) terhadap pertumbuhan kultur sampai bulan ketiga. Meal a oasar
DA ba /p*tn/l\ (mg/l)
Jumlah tunas yang dikulturkan
Jumlah tunas yang hidup
hidup (%)
Rata-rata jumlah tunas
Rata-rata panjang tunas 0,50 0,50 0,30
Tunas yang
MS + Th 0,1 mg/l
0
54
16
29,63
1,19
54 54 54
32
54 54 54 54
8
VA + Th 0,1 mg/l
0,3 0,5 1,0 1,5 0 0,3 0,5 1,0 1,5
1,56 1,33 1,06 1,13 1,26 1,50 1,14 1,15
0
45
0,3 0,5
40 35
59,26 27,77 29,63 14,81 35,18 33,33 25,92 24,07 40,74 5,71 7,50 48,57
1,0 1,5
35 35
1,22 0,00 1,00
L + Th 0,1 mg/l
54 54
15 16 19 18 14 13
22 2 3 17 0 3
0 8,57
1,18 1,00 1,33
0,40 0,30 0,40 0,45 0,40 0,30 0,30 0,20 0,40 0,30 0,00 0,40
23
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
Perbanyakan Jambu Embriogenesis
Mete
melalui
Eksplan yang digunakan untuk pro duksi kalus adalah embrio zigotik, meristem, dan daun. Embrio zigotik maupun meristem mampu membentuk kalus, teta-
pi jaringan daun tidak dapat membentuk kalus. Media dasar yang dicoba untuk menginduksi kalus yang embriogenik pada penelitian ini adalah media dasar Hevea dan Finer & Smith yang dikombinasi dengan 2,4-D dan BA. Media dasar yang
terbaik untuk induksi kalus adalah Hevea + 2,4-D 0,5 g/1 + BA 1,0 mg/1. Semua perlakuan yang diberikan mampu memben tuk kalus dengan persentase pembentuk-
an kalus antara 41-77% (Tabel 111.24). Mikrografting pada Tanaman Jambu Mete
bawah, dan penyambungan mikro. Hasil
penelitian untuk penyediaan batang atas diperoleh bahwa penggunaan media MS yang diberi BA dan GA3, dapat merangsang pertumbuhan mata tunas, walaupun
tunas hanya dapat bertahan sampai hari ke-8. Sedangkan untuk batang bawah pe-
nambahan BA 0,5 mg/1 memberikan jumlah akar, daun, dan tunas yang terbaik. Pa-
da tahap penyambungan terlihat bahwa perlakuan tanpa pemberian media, sam-
bungan lebih baik daripada perlakuan lainnya. Hasil perlakuan lainnya menun-
jukkan bahwa kombinasi BA dan Kinetin memberikan persentase tumbuh yang ter baik untuk penyediaan batang atas, se
dangkan pada tahap penyambungan dengan pengolesan media semi padat MS tanpa gula yang diberi BA 500 mg/1 memberikan hasil terbaik di mana pertautan antara batang atas dan batang
Kegiatan ini terdiri dari tiga tahap.
bawah cukup sempuma.
yaitu penyediaan batang atas, batang Tabel 111.24. Pembentukan kalus pada berbagai formulasi media dari beberapa sumber eksplan. Pembentukan kalus (%) 2,4-D Media dasar
Hevea
BA (mg/l)
(mg/1)
5 10 5 5 10
Finner dan Smith
10 5 5
".5 * ~10 MS + charcoal 2,5 g/l
88 "88
88
24
-•
Meristem bulan ke-
Embrio zigotik bulan ke-
1
2
1
0 0
53 53
65 65
0,5 1,0 0,5 1,0
59
18 18 30 35 18 24
0
0
0
10
Sumber eksplan
0 0,5 1,0 0,5 0,5 1,5 3,0
77 59 41 40 40 40
0 0
47 42
20
0
0 0 0
40 20 0 20 40
20
0
0
0 20
40
65 63
20
2 11 32 26
Jaringan daun bulan ke1
2
0
0 0
0 0
11
0
26 16 0 0 20 20 0 20 20 0
0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0 0
0 0
Hasil Penelitian 1996/97
seleksi filtrat. Untuk mendapatkan kalus
Seleksi In Vitro untuk Mendapatkan Sifat Ketahanan terhadap F. oxysporum pada Tanaman Vanili
sebagai bahan seleksi dilakukan dengan cara mengecambahkan biji muda vanili dari berbagai tipe (Terrianggung, Bali, Garut, dan GistingXampung). Selain melalui biji, produksi kalus embrionik dilakukan
Masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan tanaman vanili adalah adanya serangan penyakit busuk batang
dengan cara mengkulturkan mata tunas
oleh F. oxysporum. Untuk menanggulangi
pada media MS yang diperkaya dengan
penyakit tersebut secara efektif dan efisien
zat pengatur tumbuh 2,4-D, BA, dan thidia-
adalah dengan varietas yang tahan.
zuron. Kalus embrionik paling banyak ter-
Namun varietas tersebut sampai saat ini
bentuk dari media kultur 2,4-D 0,5 mg/1 + thidiazuron 0,2 mg/1 dengan wama kuning muda (Tabel 111.25).
belum ditemukan. Untuk menciptakan
kualitas yang tahan tersebut dapat dilakukan melalui seleksi in vitro pada tingkat sel maupun kalus dalam media yang
Seleksi Sel untuk Ketahanan terhadap FA
mengandung toksin Fusaric acid (FA) dan filtrat penyebab penyakit tersebut sebagai
Dari hasil seleksi I, II, dan III yang di lakukan dengan FA konsentrasi 0, 15, 30,
komponen seleksi.
45, 60, dan 75 ppm telah diperoleh sel atau jaringan yang tahan terhadap FA (Tabel
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur globular yang diseleksi dengan FA
111.26). Namun demikian, konsentrasi FA
pertumbuhannya sangat lambat diban-
yang paling tinggi menurunkan ketahanan sel dengan banyaknya struktur globular
dingkan dengan penggunaan komponen
Tabel 111.25. Produksi kalus vanili pada beberapa perlakuan kombinasi 2,4-D dengan BA atau thidia zuron. Warna kalus (%)
Kalus embrionik
Zat Pengatur Tumbuh
2,4-D 0,5 + BA 0,5 2,4-D 1,0 + BA 0,5 2,4-D 0,5 + Th 0,2 2,4-D 1,0 + Th 0,2 2,4-D 0,5 + BA 0,5 + Th 0,2 2,4-D 1,0 + BA 0,5 + Th 0,2
(%)
Putih
Hijau
15
30
10
60
20 10
0 40 40
0 10 0
100 50 60
0 0
100 0
0 10
0 0
30
Kuning muda
Tabel 111.26. Seleksi struktur globular tipe Temanggung pada berbagai taraf konsentrasi FA.
Hidup(%) Visual kultur 0
15 30 45 60 75
Seleksi II
Seleksi III
Hidup(%) Visual kultur
Hidup(%) Visual kultur
Seleksi I
FA (ppm) 100 100 88,9 100 100
100
putih putih putih coklat putih putih putih
100 88,89 88,89
100 88,89 88,89
putih putih coklat putih putih putih coklat putih
100 88,89 88,89 100 88,89 88,89
putih putih putih putih putih coklat putih coklat
25
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
Pada saat seleksi II, persentase kalus
yang tidak tumbuh sampai seleksi HI dan
yang hidup pada semua perlakuan filtrat
kultur berubah warna menjadi coklat tua.
yang diautoclave menurun kecuali kontrol
Seleksi Sel untuk Ketahanan terhadap Filtrat Untuk mendapatkan tingkat virulensi dan efektivitas filtrat yang diisolasi dilakukan pengujian penggunaan filtrat dengan
tetapi setelah seleksi III tidak terjadi lagi penurunan daya hidup dari sel yang diseleksi. Untuk tipe Garut dan Gisting Lampung sampai saat ini masih dalam tahap seleksi I.
cara sterilisasi dengan pemanasan dalam
autoclave dan sterilisasi dingin melalui
REKAYASA PROTEIN DAN IMUNOLOGI
milipore. Dari hasil seleksi tersebut, ter-
Karakterisasi Kitinase Mikroba Antagonis Penyebab lisis
lihat perbedaan daya efektivitas pada saat seleksi (Tabel 111.27 dan HI.28). Perbedaan daya efektivitas muncul terutama pada
saat seleksi II, di mana filtrat yang disterilisasi dengan filter milipore daya efektivitasnya lebih tinggi walaupun konsentrasi yang diperlakukan lebih kecil. Perlakuan konsentrasi filtrat yang di autoclave adalah
0, 10, 30, dan 50% sedangkan yang difilter adalah 0; 0,25; 0,50; dan 1,00%.
Kitin merupakan salah satu senyawa utama dalam struktur dinding sel jamur. Dalam perkembangan teknologi pengendalian jamur patogen tanaman, senyawa tersebut menjadi sasaran yang hams didegradasi atau dihambat sintesanya, se-
hingga jamur patogen menjadi lemah dan atau mati. Salah satu substansi yang mam-
Tabel 111.27. Seleksi ketahanan struktur globular tipe Temanggung terhadap filtrat Fusarium yang disterilisasi dengan autoclave.
Hidup (%) Visual kultur putih putih putlh putih
100 100 100 100
0 10 30
50
Seleksi I
Seleksi II
Seleksi 1
FF
Hidup (%) Visual kultur 100 50 75 62,5
Hidup (%) Visual kultur
putih putih putih putih kehijauan menyerupai plb
100 50 75 62,5
putih kekuningan putih kekuningan putih kekuningan putih kehijauan mengkalus kembali
Keterangan: FF = Filtrat Fusarium. Tabel 111.28. Seleksi ketahanan struktur globular tipe Temanggung terhadap filtrat Fusarium yang disterilisasi dengan filter milipore.
(%)
Hidup (%)
0 0,25 0,50 1,00
:
-100 100 100
100
Visual kultur putih putih putih putih
Keterangan: FF = Filtrat Fusarium.
26
Seleksi III
Seleksi II
Seleksi I
FF
Hidup (%) Visual kultur 8 8 8
putih putih kecoklatan putih kecoklatan putlh kecoklatan
Hidup (%) Visual kultur 100
60 90 60
putih putih kecoklatan putih kecoklatan putih kecoklatan
Hasil Penelitian 1996/97
pu mendegradasi kitin ialah kitinase. Kitinase dapat dihasilkan oleh mikroba
dapat menekan perkembangan pustul
antagonis yang mekanisme antagonistik-
kontrol; sedangkan isolat 2, 3, 4, 5, dan 6
nya menyebabkan lisis pada dinding sel
masing-masing hanya^ mampu menekan
jamur. Pada penelitian tahun anggaran
1995-1997 telah dikoleksi 19 isolat mikro ba penghasil kitinase yang berasal dari
43,65; 47,62; 69,03; 69,69; dan 64,16%. Da lam penelitian selanjutnya diketahui bahwa kitinase yang disekresikan oleh mikro
filoplane tanaman kedelai, kacang tanah,
ba menyebabkan lisis pada buluh kecam-
Arthemesia vulgaris, jagung, dan bawang
bah uredospora, sehingga buluh kecam-
daun. Mikroba tersebut akan dikembang-
bah tidak mampu melakukan penetrasi ke
kan menjadi biofungisida, sumber gen kiti
dalam jaringan daun.
nase untuk pengembangan tanaman trans-
berguna dalam kegiatan penelitian biotek-
Aktivitas kitinase mikroba antagonis mudah dideteksi dengan menggunakan media Kitin Agar. Substrat kitin dapat ber asal dari kulit udang atau kepiting yang di-
nologi.
mumikan dengan HC1 atau H2SO4 pekat.
karat 96,05; 95,09; dan 94,35% dibanding
genik tahan jamur patogen tanaman, serta produksi kitinase skala besar yang sangat
Mikroba antagonis penghasil kitinase
Adanya aktivitas kitinase dalam pertum-
mempunyai potensi yang besar untuk di-
buhan mikroba ditunjukkan oleh terben-
kembangkan menjadi biofungisida. Hasil penelitian 8 isolat mikroba di rumah kaca menunjukkan efektif yang tinggi untuk mengendalikan patogen karat kedelai (Pha-
tuknya zona terang (halo) disekitar kolo-
kopsora pachyrhizi Syd.). Perkembangan
punyai aktivitas tinggi kitinase. Isolat yang mempunyai aktivitas tinggi kitinase adalah
ninya. Luas halo yang diukur mulai dari
batas sampai ujung halo dapat dijadikan dasar untuk menentukan isolat yang mem
pustul karat dapat ditekan antara 43,7-
isolat 6, 7, dan 8--yang masing-masing
96,1% satu minggu setelah aplikasi (Gambar III.l). Isolat 1, 7, dan 8 adalah isolat yang paling efektif, yang masing-masing
mampu mendegradasi sekitar 82,6; 86,9; dan 95,6% kitin yang ada di media dalam
g88 g pu) ka (% tlraus
1 • Pet amn
8 C)
1
2
3
4
5
6
7
8
Ko
Isolat mikroba Gambar 111.1. Efektivitas mikroba antagonis penghasil kitinase dalam menekan perkembangan pustul karat kedelai (Phakopsora pachyrhizi syd.).
27
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
waktu 72 jam setelah inokulasi (Gambar III.2). Tetapi aktivitas tinggi kltinase terjadi pada umur biakan 48 jam setelah inokulasi. Pada umur biakan 24 jam aktivitasnya masih rendah, dan setelah 48 jam aktivitas menurun. Aktivitas kitinase isolat 7 dan 8 mempunyai kisaran pH dan suhu inkubasi yang luas. Perubahan
kondisi pH bufer (5,8-7,3) dan suhu inkubasi (26-37C) tidak berpengaruh nyata terhadap aktivitas kitinase isolat 7 dan 8 (Gambar III.3).
Pengembangan Teknik Serologi untuk Deteksi Dini PStV Vims bilur kacang tanah atau Peanut Stripe Virus (PStV) merupakan patogen penting pada tanaman kacang tanah dan kacang-kacangan lainnya. Penularan PStV dari satu tanaman ke tanaman lainnya dilakukan oleh serangga, dan penyebaran-
nya dapat melalui benih. Infeksi PStV yang dimulai dari benih dan pada tanaman di bawah umur 3 minggu setelah tanam, da-
pat berakibat fatal terhadap pertumbuhan
Umur biakan (jam) Gambar 111.2. Kemampuan mikroba antagonis penghasil kitinase mendegradasi kitin di media.
pH bufer
Suhu inkubasi C
Gambar III.3. Aktivitas kitinase dari mikroba antagonis pada kondisi pH dan suhu inkubasi yang berbeda.
28
Hasil Penelitian 1996/97
dan produksi kacang-kacangan. Kehilang-
an hasilnya dapat mencapai 60-70%. Cara preventif yang paling efektif dalam mengatasi serangan PStV di lapang adalah dengan menggunakan benih bebas virus da lam program budi daya kacang-kacangan.
Untuk mendapatkan benih bebas virus dibutuhkan metode deteksi dini yang peka, cepat, dan akurat, dengan biaya yang relatif murah.
Produksi Antibodi Poliklonal (pAb) untuk PStV Virus PStV dapat diperbanyak pada
Penyuntikan selanjutnya dicampur incom plete Freunds adjuvant dengan komposisi yang sama. Panen, darah dan pemisahan antiserum dilakukan -satu minggu setelah
penyuntikan terakhir. Antibodi dimumikan dengan teknik presipitasi amonium sulfat dan didialisis dalam PBS. Titer antibodi diuji dengan specific serological electron microscopy (SSEM). Berdasarkan pengujian dengan SSEM menunjukkan bahwa titer antibodi yang dihasilkan sangat tinggi, yaitu 31.250 (Tabel 111.29). Pembuatan Konjugat
tanaman kedelai atau kacang tanah, tetapi
Konjugat mempakan hasil konjugasi
perbanyakan pada kacang tanah lebih baik karena menunjukkan gejala lebih spesifik dan tidak banyak virus lain yang menimbulkan gejala serupa kecuali vims mosaik {Peanut Mozaic Virus, PMoV). Inokulasi PStV pada tanaman dilakukan
antara antibodi dengan enzim penanda.
secara buatan, baik secara mekanik mau-
Fungsi enzim penanda adalah untuk me
nunjukkan hasil reaksi positif antara anti bodi dengan antigen melalui pembahan warna yang spesifik. Ada tiga jenis enzim penanda yang telah diuji dalam pembuat an konjugat untuk deteksi PStV, yaitu alka-
pun menggunakan vektor serangga. Kan-
linfosfatase, horse-radish peroksidase, dan
dungan vims mulai tinggi pada 5 hari setelah inokulasi (hsi), dengan optimumnya pada 10-15 hsi, setelah itu cenderung
peroksidase dari lobak.
konstan atau agak menumn. Kandungan
Tabel 111.29. Titer antibodi poliklonal PStV berdasarkan pengujian dengan SSEM.
vims yang tinggi diperoleh dari bagian daun yang menunjukkan gejala sistemik. Dari 100 g daun kedelai atau kacang tanah dapat diperoleh vims murni sekitar 200 ^g. Kandungan vims setinggi ini sudah cukup untuk dijadikan antigen. Antigen PStV dibuat dengan cara melamtkan vims PStV dalam larutan fosfat bufer (PBS). Antigen disuntikan pada kelinci yang bemmur enam bulan secara intramuskular dengan interval waktu pe-
nyuntikan seminggu sekali selama satu bulan. Pada penyuntikan pertama, antigen
Titer pAb PStV 1:10 1:50 1:250 1:1.250 1:6.250 1:31.250 1:156.250
Reaksi SSEM ++++ ++++ +++ ++ ++ +
Keterangan: (++++) = gelap karena terlalu banyak partikel; (+++) = agak gelap, partikel tidak tampak; (++) = partikel tampak >20 partikel; (+) = partikel 1-20; (-) = tidak ada partikel.
dicampur dengan complete Freunds adju vant (Sigma) dengan perbandingan 1:1.
29
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
Teknik konjugasi yang digunakan adalah dengan penambahan glutaraldehida.
^utu konjugat diuji dengan ELISA baku. Alkalinfosfatase memberikan warna ku-
ning dalam reaksi antara antibodi dengan
Tabel 111.31. Kepekaan teknik double antibody sanwiched-ELISA (DAS-ELISA), Antigen absorbtion indirect-ELISA (AAI-ELISA), dan Indi rect DAS-ELISA (IDAS-ELISA) berdasarkan angka absorbansi pada panjang gelombang 260 nm.
antigen, sedangkan peroksidase memberi kan wama jingga. Hasil penelitian menun-
jukkan bahwa ketiga jenis enzim penanda yang digunakan ternyata menghasilkan mutu konjugat yang berbeda-beda. Enzim
penanda yang menghasilkan konjugat yang baik, berturut-turut dari yang paling baik adalah alkalinfosfatase, horse-radish peroksidase, dan peroksidase dari lobak,
dengan nilai absorbansi 0,51; 0,35; dan 0,23 (Tabel 111.30). Komposisi antibodi dengan enzim horse-radish peroksidase yang tidak terlalu jauh, yaitu 1:1, 1:2j dan 2:1 menunjuk-
kan hasil ELISA yang hampir sama, de ngan demikian pada kondisi normal apa-
bila jumlah enzim dan antibodi tidak banyak, lebih baik digunakan komposisi 1:1 mengingat efisiensi, reaksi pengikatan,
dan hasil uji ELISA.
Teknik ELISA DAS-ELISA AAI-ELISA IDAS-ELISA
Angka absorbansi tingkat pengenceran antigen 10"1
io-2
IO3
10-
0,108 0,063
0,104 0,054 0,027
0,098 0,056 0,017
0,092 0,050 0,007
0,053
Kepekaan Teknik Serologi untuk Deteksi PStV Tiga teknik serologi telah diuji guna mengetahui teknik yang paling peka untuk mendeteksi PStV, yaitu Double Antibody Sanwiched-ELISA (DAS-ELISA), Antigen Absorbtion Indirect-ELISA (AAI-ELISA), dan Indirect DAS-ELISA (IDAS-ELISA). Ketiga teknik tersebut diuji pada empat tingkat pengenceran antigen yang berbeda. Hasil-
nya menunjukkan bahwa DAS-ELISA dan AAI-ELISA lebih peka untuk PStV dibanding IDAS-ELISA. Pada tingkat pengencer an antigen hingga 10"4 DAS-ELISA, dan AAI-
Tabel 111.30. Hasil uji mutu tiga jenis konjugat dengan teknik ELISA untuk mendeteksi PStV. Konjugat
Contoh uji
Antibodi + AP
daun sakit daun sehat bufer daun sakit daun sehat bufer daun sakit daun sehat bufer
Antibodi + HRP Antibodi + LP
Nilai absorbansi (A450nm) 0,51 0,03 0,01 0,35 0,05 0,01 0,23 0,11 0,07
Keterangan: AP = alkalinfosfatase, .fcIRP = horse-radish peroksidase, LP = peroksidase dari lobak.
30
ELISA masih mempunyai kepekaan yang tinggi (Tabel 111.31). Teknik baku ELISA memiliki tiga tahapan, yaitu pelapisan plat dengan antibo di, pemberian antigen atau sampel, dan pemberian konjugat. Tiap tahapan terse but masing-masing membutuhkan waktu inkubasi 2-3 jam, atau secara keseluruhan waktu inkubasinya 6-9 jam, bahkan dalam kasus tertentu sampai diinapkan semalam. Dengan teknik pemendekan tahapan
(pemberian plat dengan antibodi, dan pemberian antigen sekaligus dengan kon jugat) dan pengurangan waktu inkubasi, temyata dapat menghasilkan teknik ELISA
Hasil Penelitian 1996/97
yang mempunyai kepekaan dan ketepatan yang hampir sama dengan hasil uji ELISA
tian menunjukkan bahwa persentase ke-
baku. Reaksi ELISA dapat terdeteksi seca-
terinfeksi oleh Anagrus dan Oligosita pada
ra efektif pada pemendekan dua tahapan ELISA dan waktu inkubasi 30 menit (Tabel 111.32). Cawan/plat yang telah disalut dengan antibodi juga dapat disimpan
tanaman yang diinokulasi dengan H. citri
yang jelas. Dengan kata lain, searching
selama sebulan pada suhu 4C. Efektivitas
capacity dan derajat parasitasi Anagrus
lompok telur dan. persentase telur yang
formis dan kontrol tidak menunjukkan pola dan perbedaan derajat parasitasi
cawan hasil penyimpanan setara dengan
dan Oligosita tidak dipengaruhi oleh apli
cawan yang langsung atau baru diberi
kasi H. citriformis. Aplikasi H. citriformis
konjugat. Hal ini tentunya akan memberi-
dapat digabungkan dengan pemanfaatan
kan efisiensi yang tinggi bagi penggunaan teknik serologi dalam mendeteksi PStV,
Anagrus dan Oligosita dalam program PHT wereng coklat.
karena ketersediaan cawan yang telah
Populasi parasitoid telur wereng cok
disalut antibodi lebih terjamin setiap saat.
lat berfluktuasi seiring dengan perubahan umur tanaman. Pola fluktuasi populasi
Kompatibilitas Hirsutella citriformis
kedua parasitoid telur, yaitu Anagrus dan
dengan parasitoid telur wereng coklat
Oligosita, pada tanaman kontrol dan pada tanaman yang diinokulasi dengan H. citri
Keberhasilan pestisida mikroba untuk
formis tidak selalu seiring. Namun demiki-
dapat diterima sebagai komponen pengendalian dalam program Pengendalian
an, tingkat parasitasi Anagrus pada umum-
Hama Terpadu (PHT) selain ditentukan oleh efektivitasnya juga ditentukan oleh
nya relatif lebih tinggi pada waku tanaman berumur 49 dan 77 hari, yaitu antara 10-
40%, sedangkan tingkat parasitasi Oligosi
spektrum biologisnya, khususnya dampak
ta sp. umumnya terjadi 35 dan 66 hari se-
negatifnya terhadap musuh alami yang
telah tanaman, yaitu sekitar 20-60%. Sear
lain. Oleh karena itu, penelitian kompati toid telur wereng coklat menjadi prioritas
ching capacity Oligosita lebih tinggi dibanding Anagrus, demikian pula dalam hal
utama dalam pengembangan H. citriformis
derajat parasitasinya.
bilitas aplikasi H. citriformis dengan parasi
menjadi pestisida mikroba. Hasil peneli Tabel 111.32. Nilai absorbansi (A45onm) hasil uji ELISA dengan konjugat antibodi horse-radish peroksidase pada berbagai perlakuan pemendekan tahapan kerja dan pengurangan waktu inkubasinya. fc Tahapan kerja Waktu inkubasi (menit)
Daun sakit
30
0,28
60
0,31 0,36 0,41
120 180
2-tahap
3-tahap Daun sehat
Daun sakit
Daun sehat
0,03 0,03 0,05
0,25 0,29
0,03
0,04
0,34 0,37
0,04 0,03 0,03
31
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
MIKROBIOLOGI DAN TEKNOLOGI PROSES
adanya 56 isolat bakteri mesofil penghasil
Honing Gen-Gen Amilase dari Isolat
tivitas enzim, aktivitas spesifik, biomassa),
enzim.
Dari 15 isolat terpilih (berdasarkan akMikroba Indigenous untuk Proses
Biokonversi Bahan Berpati
aktivitas enzim berkisar antara 218,33-
746,3 U/ml. Hasil tertinggi diperoleh oleh
Enzim-enzim amilase (a-amilase, p-
isolat M Il|0 dan ini mendekati strain stan-
amilase, glukoamilase) merupakan enzim yang banyak digunakan di berbagai industri (makanan, minuman, tekstil). Enzim-
dar ATCC 0060 (759,8 U/ml), sedangkan ATCC0079 sebesar 801,5 U/ml. Dengan melihat kandungan potensinya yang ber
enzim tersebut sampai sekarang semua-
kisar antara 0,82-4,13 g/1 maka aktivitas
nya masih diimpor. Kendala utama untuk
spesifik tertinggi dicapai oleh isolat M II,0, yaitu sebesar 697,48 U/mg protein, dengan aktivitas enzim 746,3 U/ml dan protein 1,07 mg/ml. Sedangkan aktivitas spesifik strain standar ATCC 0060 sebesar 617 U/mg pro tein dan ATCC 079 sebesar 756,13 U/mg protein (Tabel 111.33)
produksi enzim di Indonesia adalah tidak adanya strain mikroba unggul penghasil enzim dan lemahnya penguasaan teknologi produksi enzim yang efisien. Pada tahun
1996/97 telah dilakukan isolasi dan seleksi mikroba indigenous penghasil enzim ami lase dari berbagai contoh tanah dari dae-
mikroba unik mampu menghasilkan en
Untuk mengetahui strain bakteri yang diperoleh dari tahap isolasi, maka dilaku kan identifikasi. Hasilnya menunjukkan
zim amilase yang berkarakter baru (novel
bahwa semua isolat adalah Bacillus sp.
rah yang memiliki keunikan. Isolat-isolat
characteristics) dan sesuai untuk peng-
Isolat M II, adalah B. pantothenticus, M II,0
olahan bahan berpati khas Indonesia. Iso
adalah B. licheniformis, M III, adalah B.
lat terseleksi yang telah diidentifikasi, yaitu
pantothenticus, M VUI2, adalah B. pumilus,
5 isolat bakteri mesofil yang semuanya
dan M IX, 3 adalah B. coagulans.
adalah Bacillus sp. dan 5 isolat bakteri termofil. Produksi enzim dari isolat terseleksi dilakukan pada skala fermentasi 1 liter.
Enzim yang dihasilkan digunakan untuk studi optimasi prosesing bahan berpati. Isolasi, Seleksi, dan Karakterisasi Mik roba Indigenous dan Enzim Amilase
yang Dihasilkan
Bakteri termofil penghasil enzim ami lase yang diperoleh sebanyak 37 isolat. Lima isolat terpilih berdasarkan karak-
teristiknya (Tabel 111.34). Tingginya aktivitas amilase yang diha silkan oleh isolat-isolat bakteri termofil, menunjukkan bahwa enzim yang dihasil-
kannya memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan lebih lanjut. Apalagi jika dihubungkan dengan kebutuhan akan
Contoh tanah untuk isolasi mikroba diambil dari Taman Nasional Ujung Kulon, Kawah Dieng, dan Kawah Tangkuban
yang tinggi, maka isolat-isolat tersebut per-
Perahu. Hasil isolasi menunjukkan bahwa
lu untuk dikembangkan lebih lanjut.
32
enzim-enzim termostabil dengan aktivitas
Hasil Peneutian 1996/97
Tabel 111.33. Karakterisasi dari isolat bakteri indigenous mesofil terseleksi. Isolat Mil, M ll10 Mill, MVIII21 MIX13 DKW6
DKW7 DKW8 DKW10 DKW11 DKW13 DKW14 DKW27 DKW37 DKW39 ATCC 0060
ATCC 0079
OD
Biomassa
Aktivitas enzim
Protein
(600)
(g/i)
(U/ml)
(g/i)
1,961 1,721 2,133 2,167 2,250 2,145 2,565 2,516
0,648
582,90 746,30 486,30 412,70 462,90 373,32 395,48 315,43
1,29 1,07>-
2,872 2,979 2,260 2,229 2,768 2,565 2,089 2,685 2,673
0,886 1,025 0,752 0,721 1,032 0,985 0,579 1,234 1,776
0,682 0,618 0,954 0,664 0,725 0,985 0,957
1,03 0,82 1,86 1,46
247,47
2,69 4,13 0,87
312,69 353,39 268,28 218,33 357,09 358,48 759,80 801,50
2,95 4,66 0,95 0,89 3,61 3,97 1,23 1,06
Aktivitas spesifik (U/mg protein) 451,86 697,48 472,14 503,29 248,76 255,69 147,02 76,50 284,50 105,99 75,83 282,40 245,30 98,92 90,30 617,72 756,13
Tabet 111.34. Karakterisasi dari isolat bakteri indigenous mesofil terseleksi. Isolat
OD (600)
Biomassa
Aktivitas enzim
Protein
(g/i)
(U/ml)
(g/i)
Aktivitas spesifik (U/mg protein)
Tlln Tll12 TVIIe T Vll12 TVIIIn
1,987 1,800 1,919 1,835 1,795
1,44 0,64 1,50 1,06 1,44
1.900,22 2.207,69 1.786,94 1.091,08 842,95
1,44 1,64 1,50 1,06 1,44
1.319,60 1.346,15 1.191,29 1.029,32 583,38
Produksi Enzim Amilase pada Skala Fermentasi 1 liter Produksi enzim dilakukan pada bioreaktor "Biostat" skala 1 liter, menggunakan
isolat M III, dan M II10. Komposisi media sama dengan komposisi media propagasi,
yaitu tapioka sebagai sumber karbon ditambah mineral, untuk sumber nitrogen
digunakan ekstrak kamir dan bakto tripton. Waktu fermentasi optimum diperoleh dengan mengamati perubahan pembentukan biomassa, aktivitas enzim, kandung-
an protein, dan kadar gula. Laju pertum-
buhan isolat bakteri M II,odan M III, disajikan berturut-turut pada Gambar III.4 dan III.5. Berdasarkan pengamatan tersebut
maka fermentasi isolat bakteri M II, 0 untuk memproduksi enzim amilase dilakukan pada pH 7,0 dengan waktu optimum 24 jam.
Untuk isolat bakteri M III,, waktu opti mum produksi enzim adalah 24 jam, de ngan kondisi proses agitasi 200 rpm, laju aliran udara 1 1/menit dan suhu 30C, pH 7.
33
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
5 Waktu inkubasi (jam)
OD (600)
Akt. enzim (U/ml)
Akt. spesifik (U/mg prot)
Biomassa (g/l)
Protein (mg/ml)
Gula (g/l)
Gambar 111.4. Profi l laju pertumbuhan isolat bakteri M ll10.
Waktu inkubasi (jam)
-OD(600)
- Biomassa (g/l)
-Akt. enzim (U/ml: 100))
r- Gula (g/l)
Gambar III.5. Profil laju pertumbuhan isolat bakteri M I
Bioproses Enzimatis dalam Reduksi Asam Fitat dan Inaktivasi Iipase untuk Perbaikan Mutu Bekatul Bekatul merupakan hasil samping penggilingan padi yang jumlahnya sangat banyak. Dilaporkan bahwa Indonesia pada
tahun 1993 menghasilkan 48,2 juta ton pa di. Apabila hasil samping bekatul adalah 8-
34
12% dari total padi yang digiling maka tersedia bekatul sebesar 4-6 juta ton. Kan-
dungan gizi bekatul sangat baik, yaitu pro tein 14%, lemak 18%, karbohidrat 36%, abu 10%, dan serat kasar 12%, serta vitamin, namun juga mengandung zat antigizi, yaitu asam fitat.
Hasil Penelitian 1996/97
pleks dengan fosfor dan merupakan ben-
Jumlah bekatul yang sangat beilimpah dan kandungan gizi yang baik mejadi
tuk utama simpanan fosfor yang terdapat
pertimbangan untuk memanfaatkan hasil
pada serealia, termasuk padi. Senyawa ini
samping ini secara pptimal melalui aktivi-
sukar dicerna, fosfor dalam bentuk fitat ti-
tas fitase yang diekskresi oleh mikroba un
dak dapat dimanfaatkan oleh tubuh, se-
tuk menghidrolisis asam fitat, serta protea
hingga sebagian besar fosfor tersebut akan
se terpilih yang dapat menurunkan aktivi-
diekskresikan melalui faeces dan menye-
tas lipase dan meningkatkan daya simpan
babkan pencemaran. Fitat juga mempu-
bekatul.
Asam fitat akan membentuk kom-
nyai sifat sebagai chelating agent, teruta-
Pada tahun pertama dari penelitian
ma terhadap ion-ion bervalensi dua seperti
yang direncanakan selama 3 tahun, telah
Ca, Fe, Zn.
diperoleh mikroba unggul penghasil enzim fitase, mikroba unggul penghasil enzim
Kandungan lemak yang cukup tinggi (18%) pada bekatul merupakan indikator mutu yang baik, sekaligus sebagai kendala
protease yang sesuai untuk inkubasi lipase
serta uji pendahuluan aplikasinya dalam
dalam penyimpanan karena dalam beka
bekatul skala laboratorium.
tul juga terdapat enzim lipase. Deteriorasi lemak terjadi secara cepat setelah proses penggilingan. Lemak dihidrolisis oleh lipa
Skrining Mikroba Penghasil Fitase
se menjadi asam-asam lemak bebas, akibatnya adalah penurunan mutu bekatul,
antara lain strukturnya menggumpal dan berbau tengik. Untuk mencegah terinduk-
sinya enzim tersebut biasanya dilakukan dengan pemanasan pada suhu tinggi, teta-
pi pemanasan dengan suhu tinggi dapat menyebabkan rusaknya protein dan vita
min yang terkandung didalamnya sehingga menurunkan nilai gizi bekatul. Teknolo-
gi sederhana untuk inaktivasi lipase, yaitu
Contoh tanah untuk isolasi diambil dari berbagai daerah, yaitu Jawa Barat (Bogor, Cianjur, Ujung Kulon) dan Lampung (Rajabasa, Kota Bumi). Bakteri me rupakan jenis mikroba yang dipilih dalam penelitian ini dengan pertimbangan bah-
wa masih sedikit peneliti yang mengisolasi Fitase dari bakteri, umumnya fitase diekstrak dari jamur. Hal ini kemungkinan ka rena mengisolasi mikroba penghasil fitase
relatif lebih mudah dari jamur dibandingkan dengan bakteri.
dengan cara penyangraian. Kelemahan cara ini antara lain memerlukan energi yang banyak, merusak vitamin serta kemungkinan perubahan wama menjadi agak gelap. Teknologi ekstrusi, salah satu cara pengolahan pangan dengan suhu
tinggi dalam waktu relatif singkat, sehingga mengurangi kerusakan vitamin. Namun alat ekstruder harganya mahal. Pemanfaatan substansi antilipase mikroorganisme yang berupa enzim protease dapat di lakukan untuk menjaga kestabilan mutu
dan nilai gizi bekatul.
Sebanyak 35 isolat bakteri penghasil fitase mempunyai karakteristik seperti pa
da Tabel 111.35. Isolat terbanyak diperoleh dari tanah di sekitar penggilingan padi. Hal ini dikarenakan bahwa sisa hasil samping dari penggilingan padi berupa bekatul dan sekam yang membusuk dan bercampur
dengan tanah disekelilingnya merupakan habitat yang sesuai dengan pertumbuhan
bakteri penghasil fitase. Meskipun jumlah; nya sedikit, bakteri penghasil fitase juga diperoleh dari tanah di bawah riimpun
35
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
bambu, kayu lapuk, tanaman jagung, dan singkong.
Berdasarkan karakteristik isolat (Lampiran 2) maka isolat yang terpilih untuk dikembangkan lebih lanjut adalah isolat S4.7.3 dan isolat S4.7.14. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa isolat S4.7.3 adalah Bacillus cereus, dan isolat S4.7.14 adalah
pertumbuhan mikroba dalam suatu kultur dapat dilihat dari kurva hubungan antara konsentrasi biomassa dengan waktu inkubasi. Gambar III.6 menunjukkan bahwa
bobot massa tertinggi dicapai pada waktu inkubasi 96 jam, yaitu 4,582 g/1. Pada saat tersebut, kadar protein juga mencapai optimum, yaitu 96 ppm.
B. mecerans.
Aktivitas enzim fitase disajikan pada Gambar III.7. Pada waktu inkubasi atau
Optimasi Aktivitas Mikroba Penghasil Fitase
fermentasi awal, aktivitas enzim sangat
Isolat yang digunakan dalam studi op timasi aktivitas mikroba penghasil fitase .adalah isolat S4.7.3. Untuk mengetahui
kecil dan peningkatan aktivitasnya tidak besar sampai jam ke-24. Hal ini diduga masih sedikit, karena mikroba dalam keadaan adaptasi dengan lingkungan per-
Lama fermentasi (jam) Gambar 111.6.
5 0.4 -J
Kurva pertumbuhan isolat S4.7.3 pada media Czapeck selama waktu inkubasi 120 jam.
—0— Aktivitas fitase (U/ml jam)
a. 0.3 1 0.2-
JOO
S 0.1
<
0 (y—
tT~~Tj -'1114-
16
24
32
111
48
72
96
120
Lama fermentasi (jam) Gambar III.7. Aktivitas fitase isolat S4.7.3 pada media Czapeck selama waktu inkubasi 120 jam.
36
Hasil Penelitian 1996/97
tumbuhannya. Pada fase ini, sel melaku-
kandungan protein yang cukup tinggi pada
kan aktivitas metabolis dan fisiologis untuk
bahan utamanya, yaitu kedelai. Kandung
mempersiapkan pembentukan lebih Ian-
an protein yang tinggi menjadikan limbah tersebut sebagai lingkungan yang tepat bagi pertumbuljan mikroba proteolitik.
jut.
Setelah masa inkubasi 48 jam aktivi tas meningkat tajam dan mencapai pun-
Mikroba tersebut menggunakan protein
caknya pada jam ke-96 (0,5 U/ml jam).
yang ada sebagai sumber energi untuk
Pada kondisi puncak tersebut, seluruh sel
berkembang biak dan membentuk sel-sel
mempunyai kemampuan untuk berkem-
baru.
bang biak tanpa hambatan. Setelah mele-
Isolasi dilakukan dengan metoda iso
wati jam ke-96, aktivitas enzim menurun
lasi agar cawan. Media yang digunakan
akibat persediaan substrat (nutrien) berkurang dan terjadi akumulasi metabolik yang
mengandung protein, yaitu kasein. Mikro
diperkirakan dapat menghambat pertum-
memecah protein sekitar koloni, sehingga
buhan tersebut. Jika fase ini dilanjutkan
media yang semula keruh berubah men-
maka laju pertumbuhan akan menurun
jadi bening. Aktivitas pemecahan protein
terus sampai nilainya sama dengan nol.
tersebut disebabkan oleh enzim yang di-
Pertumbuhan mikroba juga dipengaruhi oleh komposisi media fermentasi, suhii, dan tingkat keasamannya. Komposi
si media terbaik untuk pertumbuhan mik roba penghasil fitase adalah media Czapeck yang mengandung 0,2 g/1 K2HPO4 dan 30 g/1 glukosa. Enzim fitase yang diekskresikan oleh mikroba terpilih menca
pai aktivitas optimum setelah diinkubasikan pada suhu 28C selama 4 hari dengan pH media 6,5.
Skrining Aktivitas Protease untuk Inaktivasi Lipase pada Bekatul Mikroba proteolitik diisolasi dari beberapa jenis tanah dan beberapa limbah pro tein yang diperkirakan telah terjadi per tumbuhan mikroba proteolitik, misalnya
ba yang memiliki aktivitas proteolitik akan
ekskresi oleh mikroba.
Dari 23 isolat bakteri penghasil prote ase, diperoleh tiga isolat yang mempunyai aktivitas tertinggi, yaitu isolat 9.a.3, 9.b.3, dan 9.c.4. Untuk menentukan apakah
enzim yang diekskresi oleh isolat dapat digunakan sebagai anti lipase, dilakukan uji penghambatan aktivitas lipase setelah diaplikasi oleh enzim protease terpilih (Tabel 111.35). Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketiga isolat tersebut dapat menurunkan aktivitas lipase. Isolat 9.b.3 memberikan
hasil yang terbaik, yaitu dapat menurun kan aktivitas lipase dari 12.774 U/mg menjadi 1.010 U/mg protein. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa isolat 9.b.3 adalah Bacillus circulans.
limbah kecap, limbah tempe, dan bebera
pa limbah protein lainnya. Hasil isolasi menunjukkan dari limbah kecap dan lim bah tempe diperoleh isolat protease yang lebih banyak dibandingkan dengan isolat yang diperoleh dari tanah. Hal ini disebabkan pada limbah tersebut masih terdapat
Aplikasi Protease pada Substrat Bekatul Aplikasi dilakukan dengan menambahkan protease dari isolat 9.b.3 {B. cir
culans) dan protease dari B. pumilus (dari Lab. Mikrobiologi, PAU-IPB) sebagai pembanding. Bekatul yang digunakan adalah
37
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
Tabel 111.35. Aktivitas protease dari beberapa isolat terhadap penghambatan aktivitas lipase komersial yang diinkubasi pada berbagai suhu. Sampel
Suhu (C) Aktivitas lipase
Lipase (kontrol)
30
35 40 Lipase + Protease 9.a.3
30 35
Lipase + Protease 9.b.3
40 30
35 40 Lipase + Protease 9.C.4
30 35 40
0,446 0,677
Kadar protein (mg/ml) Aktivitas spesifik (U/mg protein) 0,047 0,053 0,048 0,190 0,186 0,192 0,202 0,202 0,204 0,207 0,205 0,204
1,261 1,624 0,392 2,876 1,329 0,204 0,203 1,249 0,372 2,364
10,130 12,774 26,271 8,547 2,108 14,979 6,579 1,010 10,799 6,034 1,815 11,588
Hari pengamatan -Q— K 35 (Bekatul Kontrol diinkubasi pada suhu 35C) D K27 (Bekatul Kontrol diinkubasi pada suhu 27C) A 9 b.3 (Bekatul yang ditambah protease 9.b.3, diinkubasi pada suhu 35C) X B.p (Bekatul yang ditambah protease B.p, diinkubasi pada suhu 35C)
Gambar 111.8.
Kadar FFA bekatul segar (% Oleat)yangdiinokulasi dengan isolat 9b3dan B. pumilus.
bekatul segar (umur kurang dari 1 hari se-
dari isolat 9.b.3 maupun dari B. pumilus.
telah gabah digiling) dan bekatul yang teGambar IIL8" menunjukkan bahwa
Aktivitas penghambatan lipase oleh prote ase yang berasal dari isolat 9.b.3 lebih baik dibanding dari B. pumilus. Kenaikan kadar
pertumbuhan asam lemak bebas dapat
asam lemak bebas pada bekatul yang di-
ditekan dengan penambahan protease
aplikasi dengan protease terpilih dapat di-
lah berumur 7 hari.
38
Hasil Penelitian 1996/97
kontrol mulai hari keenam. Hal ini ditun-
Senyawa selulosa, yang menempati ham-
jukkan dengan kandungan FFA yang cen-
pir 60% sebagai komponen penyusun
derung konstan.
stmktur tanaman, merupakan polimer dari
Protease yang diaplikasikan pada bekatul tidak segar (umur 7 hari) ternyata
mi dari senyawa selulosa pada limbah ta
dapat juga mengontrol kenaikan asam
naman sangat rendah karena tidak dapat
100-14.000 unit-unit glukosa. Nilai ekono-
lemak bebas, namun tidak berpengaruh
langsung dimanfaatkan oleh manusia. Hal
terhadap tingkat ketengikan. Hal ini disebabkan ketika protease menghambat lipa-
ini disebabkan selulosa merupakan senya wa yang sulit dirombak. Sulitnya mendeg-
se, asam lemak bebas yang ada pada be-
radasi limbah berselulosa ini menyebab-
katul sudah cukup banyak. Fenomena ini menunjukkan bahwa penambahan prote ase sebagai inlibitor bagi aktivitas lipase sebaiknya diaplikasikan pada bekatul segar (Gambar 1II.9).
kan petani lebih suka membakar jeraminya di lahan pertanian daripada diman faatkan kembali sebagai pupuk organik. Mikroba selulolitik mampu mendegradasi selulosa tanaman melalui aktivitas enzim selulase. Trichoderma koningii adalah sa-
Honing Gen Selobiohidrolase (CBH) dari Trichoderma koningii untuk Meningkatkan Kemampuannya dalam Mengkonversi Limbah Tanaman Pangan
lah satu mikroba dari kelompok fungi yang memiliki aktivitas selulase secara lengkap, di antaranya Selobiohidrolase (CBH) yang dapat mendegradasi bagian kristal dari se lulosa tanaman. Untuk mendapatkan T.
Limbah padat pertanian sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal.
koningii yang efektif mendegradasi selulo sa pada jerami padi perlu dilakukan studi
TO
^
Hari pengamatan K 35 (Bekatul Kontrol diinkubasi pada suhu 35C) K 27 (Bekatul Kontrol diinkubasi pada suhu 27C) 9b.3 (Bekatul yang ditambah protease 9b.3, diinkubasi pada suhu 35C) B.p (Bekatul yang ditambah protease B.p, diinkubasi pada suhu 35C)
Gambar 111.9. Kadar FFA bekatul tidak segar (% Oleat) yang diinokulasi dengan isolat 9b.3 dan 8. pumilus.
39
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
pendahuluan tentang enzim ini yang ber-
Tabel III. 37. Dari semua tahapan pemur
kaitan dengan pemurnian dan karakterisa-
si CBH yang dihasilkan dari substrat jerami
nian tersebut ternyata aktivitas spesifik CBH meningkat, konsentrasi protein
padi.
menurun dan aktivitas spesifik selulase
total menurun, sehingga terjadi peningkatOptimalisasi Produksi CBH dari T. koningii Penelitian pendahuluan tentang opti malisasi produksi CBH pada jerami padi dilakukan dengan menggunakan tiga isolat T. koningii (Pan23.2, Kun4, dan Bol4), tiga macam substrat Cselulosa mikrokris-
talin, deligniflkasi jerami padi, dan jerami padi) dengan empat variasi pH media (4,
an kelipatan pemumian CBH. Enzim yang
diisolasi dari isolat Kun4 dengan substrat jerami padi mengalami peningkatan kemumian sebesar 13,62 kali. Enzim yang
diperoleh dari isolat Pan23.2 dengan subs trat selulosa mikrokristalin mengalami pe ningkatan kelipatan pemumian sebesar
3,52 kali. Enzim yang diisolasi dari substrat deligniflkasi jerami padi mengalami pe ningkatan kemumian sebesar 12,45 kali.
5, 6, dan 7) serta waktu inkubasi selama 3, 4, 5, 6, dan 7 hari. Hasil penelitian dapat
dilihat pada Tabel 111.36. Isolat Pan23.2 memiliki aktivitas CBH tertinggi baik pada substrat selulosa rriikrokristalin maupun
deligniflkasi jerami padi, sedangkan isolat Kun4 pada substrat jerami padi. Isolat Bol4 tidak menunjukkah aktivitas spesifik CBH yang tinggi pada ketiga substrat tersebut. Aktivitas ketiga isolat pada berbagai kondisi pertumbuhan dapat dilihat pada Gambar 111.10, 11, dan 12.
Kondisi pertumbuhan ini dijadikan patokan untuk memproduksi enzim kasar
yang akan digunakan untuk penelitian lebih lanjut. Pemurnian dan Karakterisasi CBH dari T. koningii
Karakterisasi protein dalam enzim ka sar dilakukan berdasarkan bobot molekul dengan menggunakan elektroforesis gel poliakrilamida dan berdasarkan titik iso-
elektrik prakiraan dengan menggunakan elektroforesis isoelectric focusing. Ekstrak enzim kasar dengan kode sampel A menghasilkan tujuh macam protein dengan bobot molekul antara 124.000-
26.000 dalton dengan titik isoelektrik antara pH 8,5-3,4. Ekstrak enzim kasar
dengan kode sampel C menghasilkan 7 jenis protein dengan bobot molekul antara
136.000-40.500 dalton dengan titik isoelek trik pada pH 7,9-4,1. Ekstrak enzim kasar
dengan kode sampel B menghasilkan 3 je nis protein dengan bobot molekul 124.00034.000 dalton dan titik isoelektrik pada pH 8,4-5,2. CBH yang dihasilkan dari ketiga
Isolat Pan23.2 dan Kun4 ditumbuhkan
bobot molekul 47.000-50.400 dalton. Se-
pada kondisi pertumbuhan yang sesuai
makin kompleks komponen penyusun
dengan Tabel IH.36. Tahapan pemumian
substrat yang digunakan untuk mempro
dari enzim kasar yang dihasilkan, dilaku
duksi enzim, maka protein yang dihasilkan
kan dengan dialisis, pemumian dengan
semakin beragam. Hal ini menunjukkan
HPLC dengan kolom Sepharose 5 m, superfine, dan kromatografi filtrasi gel
bahwa isolat yang digunakan juga mampu
dengan kolom Sephadex G-100, superfine.
tur jerami padi selain selulosa dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Hasil Hari pemurnian dapat dilihat pada
40
menghidrolisis komponen penyusun struk-
Hasil Penelitian 1996/97
pH5.0
pH4.0
Waktu inkubasi (hari)
Gambar 111.10. Aktivitas spesifik selobiohidrolase dari T. koningii isolat Kun4 yang ditumbuhkan pada media dengan 3 sumber selulosa, selulosa mikrokristalin (MC), jerami padi yang didelignifikasi (DRS), dan jerami padi (RS).
41
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
pH5.0
pH4.0
Waktu inkubasi (hari)
Gambar 111.11. Aktivitas spesifik selobiohidrolase dari T. koningii isolat Pan23.2 yang ditumbuhkan pada media dengan 3 sumber selulosa, selulosa mikrokristalin (MC), jerami padi yang didelignifikasi (DRS), dan jerami padi (RS).
42
Hasil Penelitian 1996/97
pH5.0
pH4.0
3456734567
Waktu inkubasi (hari)
Gambar 111.12. Aktivitas spesiflk selobiohidrolase dari T. koningii isolat Pan23.2 yang ditumbuhkan pada media dengan 3 sumber selulosa, selulosa mikrokristalin (MC), jerami padi yang didelignifikasi (DRS), dan jerami padi (RS).
43
Laporan Tahunan Bautbio 1996/97
Tabel 111.36. Aktivitas spesifik CBH tertinggi dari isolat uji pada berbagai kondisi pertumbuhan. Substrat
Isolat
Selulosa mikrokristalin Delignifikasi jerami padi
Pan23.2 Pan23.2
Jerami
Kun4
Tabel 111.37.
Waktu inkubasi (harl)
pH media
Aktivitas spesifik (Ul/mg protein)
4 4 6
6 5 7
4,50 5,84 7,63
Tingkat kemurnian enzim pada berbagai perlakuan.
Kelipatan kemurnian CBHKelipatan kemurnian selulase total Unit-unit(kali) OperasiKodesampelKodesampel
BCAB Sentrifugasi Diallsls
HPLC Filtrasi gel
44
1,00 2,00 3,20 13,26
1,00 1,57 1,78 3,52
1,00 1,76 2,71 12,45
1,00 0,67
1,00 0,62
1,00 0,29
0,46 0,73
1,54 0,65
0,24 0,17
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97 © Copyright 1997, Balitbio
IV. Pengembangan Hasil Penelitian Komunikasi, memegang peranan pen-
Tabel IV. 1
Jumj^h tamu yang datang berkunjung ke Balitbio untuk tahun anggaran 1996/97.
ting dalam upaya pengembangan hasil pe nelitian. Selama tahun anggaran 1996/97, Balitbio menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam upaya pengembangan hasil
Instansi/profesi
penelitian tersebut. Kegiatan-kegiatan ter-
Dosen/Mahasiswa
sebut meliputi: pelayanan informasi, semi
Swasta
nar, pelatihan, pameran/peragaan, pener-
Luar Negeri
60
bitan publikasi, kerja sama komersialisasi
Kelompok tani
33
Jumlah tamu (orang)
Instansi di luar Badan Litbang Pertanian
40 347
4
dengan pihak swasta, serta pembangunan biosafety containment.
SEMINAR PEIAYANAN INFORMASI Kegiatan dalam pelayanan informasi meliputi pelayanan kunjungan tamu yang datang secara perorangan maupun rom-
bongan, baik dan dalam maupun dari luar negeri (Tabel IV. 1), penyediaan nara sumber, dan penyediaan tempat praktek/pene-
litian bagi pelajar dan mahasiswa (Lampiran 3). Maksud dan tujuan dari kunjung an tamu yang datang ke Balitbio, umum-
nya adalah untuk pengenalan terhadap bioteknologi tanaman pangan dan industri.
Tamu yang termasuk dalam kelompok ini pada umumnya adalah mahasiswa/pelajar dan penyuluh pertanian. Kelompok besar lainnya adalah yang ingin mengetahui dan mendayagunakan potensi yang dimiliki Balitbio serta hasil penelitian yang telah diperoleh. Tamu yang termasuk dalam ke
lompok ini adalah para ilmuwan, para pengambil kebijakan dan tamu dari luar negeri. Kelompok lainnya adalah yang me-
lakukan studi banding, biasanya mereka berasal dari lembaga penelitian dan per-
Kegiatan seminar di Balitbio, secara
rutin dilaksanakan setiap hari Jumat atau hari lain jika dianggap perlu. Pembicara dalam seminar tersebut selain peneliti intern Balitbio, juga pembicara tamu baik dari dalam maupun dari luar negeri. Materi yang disampaikan dalam seminar terse
but, meliputi penyajian hasil-hasil peneliti an, rencana penelitian, hasil dari suatu kunjungan atau perjalanan dinas, serta ha
sil pelatihan (Lampiran 4). Selain seminar rutin, pada TA 1996/97 di Balitbio juga diadakan seminar evaluasi hasil dan program penelitian yang me-
nyajikan hasil-hasil penelitian yang telah dicapai pada tahun sebelumnya serta program penelitian yang akan datang. Selain seminar intern di Balitbio, para peneliti juga banyak yang berpartisipasi dalam berbagai seminar/pertemuan ilmiah baik sebagai peserta biasa maupun sebagai pembicara, baik di dalam mau pun di luar negeri.
guruan tinggi.
45
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
PUBLIKASI/IAPORAN
PEIATIHAN Dalam upaya transfer teknologi dan lebih meningkatkan kemampuan sumber
daya manusia yang ada di Balitbio, maka staf Balitbio sebanyak mungkin diikutkan dalam berbagai kegiatan pelatihan maupun dalam bentuk magang yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Pelatih
an yang diikuti oleh staf Balitbio dalam tahun anggaran 1996/97 disajikan pada Lampiran 5.
Selama tahun anggaran 1996/97, publikasi/laporan yang diterbitkan oleh Balitbio terdiri dari: ?Buletin Agrobio Vol 1, No. 2, memuat
artikel tinjauan ilmiah hasil riset dalam bidang biologi dan bioteknologi tanaman. Dalam buletin ini disajikan enam makalah, yaitu: 1.Peranan penelitian biosistematika untuk program pengendalian hama dan pengembangan penelitian
PAMERAN/PERAGAAN
biomolekuler.
Dalam tahun anggaran 1996/97, Balitbio menyampaikan hasil penelitianya
2.Penyakit hawar pelepah daun padi (Rhizoctonia solani Kuhn): Per-
dalam bentuk pameran/peragaan, yaitu
masalahan dan prospek pengen-
dalam rangka kunjungan peserta Consul tative Group on International Agricultural Research (CGIAR) ke Balitbio sebanyak 60 orang. CGIAR ini adalah merupakan wakil
3.Pemuliaan kedelai untuk toleran
daliannya di Indonesia. naungan dan tumpangsari.
4.Perbaikan teknik budi daya ta
dari kelompok negara-negara donor yang
membiayai kelompok konsultasi peneliti-
naman kedelai.
5.Metode kuantifikasi peubah bio-
an intemasional, badan intemasional, pusat penelitian intemasional, dan negara
anggota kelompok konsultasi penelitian pertanian intemasional. Pada kunjungan
tersebut ditampilkan 15 poster yang menyajikan hasil-hasil penelitian kerja sama antara Balitbio dengan negara-negara donor tersebut.
Selain itu, para peneliti Balitbio juga menyajikan/menampilkan berbagai poster pada kongres dan seminar ilmiah Per-
himpunan Bioteknologi Pertanian Indone sia di Surabaya, serta dalam berbagai seminar/pertemuan ilmiah yang diikuti oleh peneliti baik di dalam maupun di luar negeri.
46
metrik tanaman pangan. 6.Perbaikan varietas kacang tanah. ?Warta Balitbio, memuat artikel atau
berita yang berkaitan dengan peneli tian dan pengembangan bioteknologi maupun kegiatan-kegiatan yang ada di
Balitbio ?Laporan tahunan, memuat hasil-hasil
penelitian serta kegiatan pendukungnya ?Laporan bulanan, memuat hasil-hasil
penelitian, hasil perjalanan dinas, maupun hasil dari suatu pelatihan ?Brosur/leaflet
Pengembangan Hasil Penelitian
KERJA SAMA KOM ERSIALJSASI
Green house yang saat ini telah selesai
Dalam pengembangan hasil peneliti an ini, Balitbio juga boleh berbangga
terdiri dari tiga unit utama dengan fungsi, yaitu:
karena salah satu produk unggulannya,
?Menguji tanaman transgenik tahan
yaitu pupuk mikroba multiguna (PPMg) Rhizo-plus telah terdaftar pada Direktorat
?Menguji tanaman transgenik tahan
Hak Cipta, Paten, dan Merek dengan no-
mor 960099. Dalam rangka pengembangan skala komersial, maka Balitbio telah menjalin kerja sama dengan PT Hobson Interbuana Indonesia, untuk membantu penyediaan
PPMg Rhizo-plus untuk pengembangan produksi kedelai pada tahun 1997/98 di seluruh Indonesia, sekitar 400.000 ha.
hama
•
bakteri dan cendawan
?Menguji tanaman transgenik tahan virus
Sedangkan satu green house lagi se dang dalam tahap penyelesaian akan ber-
fungsi untuk uji mutu. Dengan adanya biosafety containment ini, maka era tanaman transgenik akan se-
gera dimulai di Indonesia. Saat ini tanam
BIOSAFETY CONTAINMENT Dengan bantuan dana dari ARMP (Ag ricultural Research Management Project),
saat ini sedang dalam tahap penyelesaian bangunan biosafety containment, yang
nantinya diharapkan memiliki multifungsi dengan fungsi utama menguji tanaman
an transgenik belum bisa beredar, karena
belum adanya perangkat keras untuk pengujiannya dan belum ada peraturan keamanan hayati yang berlaku di Indone sia. Saat ini sedang dalam proses penerbit-
an SK Menteri Pertanian tentang UU Bio safety (UU Keamanan Hayati).
transgenik sebelum dilepas ke konsumen.
47
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97 © Copyright 1997, Balitbio
V. Sumber Daya dan Manajemen ORGANISASI
Urusan Keuangan, Urusan Kepegawaian
dan Rumah Tangga, Subseksi Kerja Sama, Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan (Balitbio) adalah salah satu lembaga penelitian pertanian yang berada di bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) dan bernaung di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian. Balitbio dibentuk pada tanggal 1 April 1995 berdasarkan SK Mentan No. 796/Kpts/OT. 210/12/1994 tanggal 13 Desember 1994,
Subseksi Informasi, Subseksi Sarana Laboratorium, dan Subseksi Sarana Lapangan
(Gambar V.I). Tugas pokok dan uraian tugas dari masing-masing unit kerja telah diatur secara tegas oleh SK Mentan No.
796/Kpts/OT.210/12/1994 dan SK Kepala Badan Litbang Pertanian Nomor OT.210.51.1995. Organisasi Fungsional
yang merupakan hasil reorganisasi di ling-
kup Badan Litbang Pertanian serta berda sarkan perkembangan dan berbagai kebi-
jakan dalam riset dan teknologi. Untuk dapat menjalankan organisasi sesuai dengan mandat yang diemban,
Kelompok Peneliti Dalam SK Mentan dan SK Kepala Ba dan Litbang Pertanian dinyatakan adanya Kelompok Peneliti (Kelti) dan Jabatan Fungsional Lain yang dalam hal ini ter-
Balitbio telah menetapkan pola organisasi
masuk Instalasi. Sesuai dengan pengarah-
yang memadukan organisasi struktural,
an Kepala Badan Litbang Pertanian dan
fungsional dan koordinatif yang ditunjang
Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, serta
dengan suatu sistem penatalaksanaan
untuk
(manajemen) penelitian dan kegiatan penunjang lainnya yang dikukuhkan dengan Surat Penetapan (SP) Kepala Balai No. TU. 110.604.6.1.339 tanggal 1 April 1996 yang mengikat dan berlaku bagi seluruh pejabat dan pegawai lingkup Balitbio.
Balitbio di masa mendatang, maka di Balitbio terdapat lima Kelti, yaitu:
mengantisipasi
pengembangan
1.Sumber Daya Genetika (SDG) 2.Biologi Molekuler (BM) 3.Reproduksi dan Pertumbuhan (RP) 4.Rekayasa Protein dan Imunologi (RPI)
Organisasi Struktural Seperti halnya pada Balai-Balai Pene litian lain, secara struktural di Balitbio terdapat 3 unit kerja tingkat eselon IV yang ditunjang oleh 6 unit kerja Tingkat eselon V. Unit kerja tingkat eselon IV adalah Subbagian Tata Usaha, Seksi Rencana Kerja, dan Seksi Pelayanan Teknis, se-
dangkan unit kerja tingkat eselon V adalah
48
5.Mikrobiologi dan Teknologi Proses
(MTP) Koordinasi dan pelaksanaan manaje
men Kelti termasuk penilaian SDM dilakukan oleh seorang Sekretaris Kelti.
SUMBER DAYA DAN MANAJEMEN
Badan Litbang Pertanian
Puslitbang Tanaman Pangan
Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan (Balitbio)
Subbag Tata Usaha
Koordinator Penelitian
1
1
Urusan Kepeg. dan R. Tangga
Urusan Keuangan
Seksi Pelayanan Teknik
Seksi Rencana Kerja
1
1
Subseksi Kerja Sama
Subseksi Informasi
Subseksi Sarana Lab.
Subseksi Sarana Lap.
Kelompok Peneliti dan Jabatan Fungsional Lain
Gambar V.1. Bagan organisasi Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan.
49
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
Instalasi Instalasi yang terdapat di Balitbio 'dibagi dalam dua kelompok instalasi, yaitu: 1.Instalasi Penelitian ?Kebun Percobaan (KP) ?Rumah Kaca (RK) ?Laboratorium Penelitian (Lab.) 2.Instalasi Pelayanan yang terdiri dari: ?Laboratorium Analisis Kimia Bahan dan Hasil Penelitian ?Laboratorium Pengolahan Data ?Perpustakaan
Organisasi Koordinasi dan Kepanitiaan Di dalam organisasi Balitbio terdapat fungsi struktural dan fungsional. Fungsi struktural melalui pejabat struktural pada tingkat eselon IV dan V lebih terpaku kepada tugas-tugas yang bersifat administratif dan pelaksanaan pelayanan, sedangkan
fungsi fungsional yang dalam hal ini adalah peneliti/Kelompok Peneliti seperti da lam SK Menpan No. 01/MENPAN/1983 dinyatakan bahwa peneliti mempunyai tugas pokok untuk merumuskan hasil penelitiannya. Oleh sebab itu, untuk mengefektifkan dan mengefisienkan pelaksanaan
Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Balitbio dalam mengkoordinasikan seluruh kegiat-
an administrasi dan teknis/substantif atau untuk lebih menselaraskan fungsi yang bersifat struktural dengan fungsional perlu ditunjang oleh suatu sistem koordinasi dan kepanitiaan.
1.Koordinasi Penelitian
?Koordinasi Bidang Program Pene litian ?Koordinasi Bidang Kerja Sama Penelitian ?Koordinasi
Bidang
Monitoring,
Evaluasi, dan Pelaporan Penelitian 2.Koordinasi Keproyekan
?Pemimpin Proyek APBN ?Penanggung Jawab Pengelolaan Proyek Lintas Sektoral ?Penanggung Jawab Pengelolaan Kerja Sama Penelitian 3.Tim Pertimbangan Pengadaan Sarana
?Panitia Pengadaan Barang ?Panitia Pelaksana Pemeliharaan
Gedung ?Panitia Pengurus Pemeliharaan Gedung 4.Kepanitiaan Khusus
?Panitia Evaluasi Penelitian (PEKI)
Karya Ilmiah
?Panitia Evaluasi Teknisi Litkayasa
(PETL) ?Tim Pembinaan Tenaga (TPT) ?Panitia Hak Atas Kekayaan Intelek-
tual (HAKI) 5.Kepanitiaan dalam Bidang Informasi dan Komunikasi Penelitian ?Dewan Redaksi Laporan Tahunan
?Dewan Redaksi Buletin Agrobio ?Dewan Redaksi Warta Balitbio
Sistem koordinasi di*Balitbio ditetapkan berdasarkan SP Kepala Balitbio No. TU. 110.604.6.1.339. Sistem koordinasi ini
terdiri dari:
50
?Tim Pengelola Jaringan Komuni kasi dan Informasi (LAN dan SIM)
SlIMBER DAYA DAN MANAJEMEN
SUMBER DAYA MANUSIA Seperti halnya TA 1995/96 ciri yang menonjol dalam urusan kepegawaian TA 1996/97 ini adalah adanya mutasi pegawai sebagai akibat dikeluarkannya SK Merited Pertanian Nomor 575/Kpts/KP.430/7/1996 tanggal 12 Juli 1996 tentang penataan kembali administrasi pegawai dan pembebanan gajinya atau lebih dikenal dengan regruping II Badan Litbang Pertanian. Jumlah pegawai yang keluar dad Balitbio sebanyak 68 orang, sedangkan yang masuk sebanyak delapan orang. Pegawai
yang masuk ke Balitbio berasal dad Puslitbang Tanaman Pangan dua orang
dan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Bogor enam orang. Pada Tabel V.I disajikan instansi-instansi yang menjadi pilihan pegawai yang keluar (melimpah) dad Balitbio. Setelah regruping II dan beberapa orang pensiun karena mencapai batas
usia, maka pegawai negeri sipil (PNS) Balitbio berjumlah 371 orang. Di antara 371 orang PNS tersebut, 32 orang ter-
masbk golongan IV, 92 golongan III, 221 golongan II, dan 26 orang golongan I (Lampiran 6).
Tabel V.1. Instansi-instansi baru yang menjadi pilihan tempattugas PNS dari Balitbio, 1996/97. No.
Instansi
1. 2. 3. 4.
Puslitbangtan, Bogor Puslittanak, Bogor Balitpa, Sukamandi Balitkabi, Malang
5. 6. 7. 8.
Balittro, Bogor Balithi, Jakarta BPTP, Lembang BPTP, Ungaran Jumlah
Jumlah (orang) 2
8 39
3 3 8 3 2 68
Menurut tingkat pendidikannya, 25 orang bergelar Doklor, 20 Master, 62 Sarjana, 28 Sarjana Muda, 147 SLTA, 17 SLTP dan 72 SD (Lampiran 7). Surat Penetapan Kepala Balitbio tersebut diperkuat oleh SK Kepala Badan Litbang Pertanian Nomor KP. 150.04.1997 tanggal 30 Januari 1997, tentang Pembentukan Kelompok Peneliti pada Balai Penelitian dan Loka Penelitian di Lingkungan Badan Litbang Pertanian. Untuk selanjutnya penyebutan nama Kelompok Peneliti (Kelti) dalam laporan ini akan mengacu pada Kelti yang bam sesuai dengan SK Kepala Badan Litbang Pertanian No. KP. 150.04.1997.
Di samping didukung oleh 371 orang PNS, Balitbio juga didukung oleh 136 honorer proyek yang terdiri dari 1 orang S2, 19 SI, 54 SLTA, 21 SLTP, dan 41 SD (Tabel V.2). Dibandingkan tahun 1995/96, tenaga honorer Proyek Balitbio mengalami penambahan sebanyak 13 orang, tujuh orang di antaranya berasal dari Balittro yang ikut pindah berdasarkan regruping II dan sisanya karena rekruitmen bam.
Untuk jabatan fungsional sampai dengan akhir Maret tahun 1997 terdapat 67 orang menduduki jabatan fungsional peneliti yang terdiri dari lima Ahli Peneliti Utama, dua Ahli Peneliti Madya, enam Ahli Peneliti Muda, empat Peneliti Madya, 19 orang Peneliti Muda, enam orang Ajun Peneliti Madya, sembilan Ajun Peneliti Muda, lima Asisten Peneliti Madya, dan 11 Asisten Peneliti Muda (Tabel V.3). Selain jabatan fungsional peneliti, Balitbio juga didukung oleh jabatan fungsional litkayasa 41 orang, pranata komputer empat orang, dan pustakawan dua orang.
51
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
Tabel V.2. Rekapitulasi tenaga honorer proyek Balitbio berdasarkan tingkat pendidikan, Bogor 1996/97. Tingkat pendidikan No.
Nama Unit
S2
S1
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Kelti SDG Kelti BM Kelti RP Kelti RPI Kelti MTP Sekretariat Rumah Kaca Cimanggu Rumah Kaca Cikeumeuh Inlitbio Cikeumeuh Inlitbio Muara Inlitbio Citayam Inlitbio Pacet Lab. Umum
0 0 0
1 7 3
0 1
3
0 0 0 0
0 0
0
0
0 0 0
0 0 0
Tabel V.3.
0 0
0 0
19
Ahli Peneliti Utama Madya
10 9
9 1 1 3 4 1 0 0 54
3 0 5 6
1 2 4 1 1 9 0 1 0 0 0
11 13 19 20 17 25 4
1
1
7 3 2 8 7 0 0 0
21
41
0
Ajun Peneliti
Peneliti Muda
Madya
Muda
1 2 0
5 5 0 3 5 0
4
Kelti SDG Kelti BM Kelti RP Kelti RPI Kelti MTP Sekretariat Inlitbio Muara
1 0 0 3 0 1
0 0 1 1 0 0
0
0
0 2 2 2 0 0 0
Jumlah
5
2
6
Dalam upaya meningkatkan pe-
ngetahuan dan keterampilan pada bidang tugasnya masing-masing, telah dikirim untuk tugas belajar yang meliputi dua orang program S3 dan delapan orang program S2 (Tabel V.4). Selain itu, telah ditugaskan pula PNS untuk mengikuti beberapa pelatihan yan^ berhubungan dengan bidang teknis, baik di dalam maupun di luar negeri (Lampiran 5).
52
0
6 4 7
SD Jumlah
4 11 11
1 0
1 136
Rekapitulasi tenaga peneliti Balitbio dalam jenjang fungsional, Bogor 1996/97r
No. Unit Kerja 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5
1
Jumlah
SM SLTA SLTP
1
0 0 0
Madyai Muda
Asisten Peneliti Madya Muda Jumlah
0
0 0
0
0
1 3 2 2 3 0 0
9
5
11
2 0 4 3 0
1
3 0 1 2 0 0 0
19
6
1 3 0 1
14 15 10 18
67
8
1 1
Selama TA 1996/97 telah direalisasikan kenaikan pangkat sebanyak 87 orang (Tabel V.5). Pada TA 1996/97 direalisasikan enam orang diangkat menjadi capeg, sedangkan yang pensiun direalisasikan sebanyak 9 orang yang disebabkan oleh batas usia.
(Tabel V.6 dan V.7).
SUMBER DAYA DAN MANAJEMEN
Tabel V.4. Nama-nama petugas belajar Balitbio, tahun 1996/97. No.
Nama/NIP
Unit kerja
Tempat
Jurusan -
Program S3 1.
Ir. Arif Indra Sumunar
Keltl BM
Australia
Mikrobiologi
2.
Ir. Endang M. Septiningsih
Kelti BM
Amerika
Plant Breeding and Genetic
Program S2 1.
Ir. Moh.Yunus
Keltl BM
IPB
Bioteknologi
2.
Ir. Etty Pratiwi
Kelti MTP
IPB
Biologi Molekuler
3.
Ir. Pujl Lestarl
Kelti MTP
IPB
-
4.
Dwi N. Susilowati, STP
Kelti MTP
IPB
-
5.
Tasllah, S.SI
Kelti BM
IPB
-
6.
Kumiawan Rudi T., SP
Kelti BM
IPB
-
7.
Ir. Samsudin
Kelti RPI
IPB
-
8.
Dra. Ifa Manzila
Kelti RPI
IPB
-
Tabel V.5. Rekapitulasi kenaikan pangkat pegawai Balitbio periode April dan Oktober, Bogor 1996/97. Pangkat Lama
Pangkat
Baru
Jumlah
Periode April 1996 IV/d IV/c
IV/b IV/a
Ill/d 11 l/c
Ill/b Ill/a
ll/d I l/c
IV/e IV/d IV/c IV/b IV/a Ill/d Ill/c Ill/b Ill/a
ll/b
ll/d I l/c
ll/a
ll/b
l/d
ll/a
l/c
l/d
l/b
l/c
I/a
l/b
Jumlah
Lama
Baru
Jumlah
Periode Oktober 1996
0 0 0 1 7 1 5 15 5 4 11
10 0 2 2 0 63
IV/d IV/c
IV/e
IV/b
IV/c
IV/a
IV/b IV/a
Ill/d Ill/c
Ill/b Ill/a
ll/d I l/c ll/b ll/a
IV/d
Ill/d Ill/c Ill/b Ill/a ll/d I l/c
ll/b
l/d
ll/a
l/c
l/b
l/d l/c
I/a
l/b
Jumlah
1 3 4 0 2 3 1 3 0 6
0 1 0 0 0 0 24
53
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
Tabel V.6.
Realisasi pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil Gol. Ill, II, dan I.
No. Nama/NIP 1. 2. 3. 4. 5.
Ir. Samsudin 080121839 lyom Jubaedah 080121201 Dedi Sumiadi 080120951 Nurman 080121357
Ill/a 01-03-97
0
011-150005174031-03-97RPI
ll/a 01-03-97
3
211-150005110224-03-97RPI
ll/a 01-03-97 l/b 01-03-97
10
611-150005085231-03-97Inlitbio Muara
12
1111-150005125831-03-97Sekretariat/RT
Udln Inda
l/b 01-03-97
19
1011-150005113631-03-97Rumah Kaca
I/a 01-03-97
15
080121235 6.
Diangkat dalam Masa Kerja Perst. BAKN GoL/Ruang Tahun BulanNomorTan99al Unit Kerja
Suganda
080121358
911-150005125931-03-97Inlitbio Cikeumeuh
Tabel V.7. Nama-nama PNS Balitbio yang pensiun/berhenti, Bogor 1996/97. Keterangan
No. Nama/NIP 1. 2. 3.
Maskah 080017002 Nyi Kamdiah 080018355 Djumait B. Basah
01-06-1996
Kelti RPI
ll/a
01-06-1996
ll/a
01-08-1996
ll/a
01-12-1996
IPPTP Singamerta (Pindah Reg. II) Batas usia (Pindah Reg. II) Inlitbio Muara Batas usia (Pindah Reg. II) Kelti RP Batas usia (Pindah Reg. II) Sekretariat Batas usia Inlitbio Cikeumeuh (Pindah Reg. II) Batas usia (Pindah Reg. II) Kelti RPI Batas usia (Pindah Reg. II) Inlitbio Muara Batas usia
080015991 4.
Sopirman
080012070 5.
Jamin 080017051
ll/a
01-12-1996
6.
Sarhup 080011532 Mochamad Nur 080013415 Kursjia B. Sai 080018289 Dr. Soetarjo Brotonegoro 320000338
ll/a
01-01-1997
ll/d
01-01-1997
ll/a
01-01-1997
IV/b
01-03-1997
7. 8. 9.
Batas usia
ll/a
SUMBER DAYA KEUANGAN
Kelti BM
Permintaan sendiri
Penerimaan Negara Dua sumber utama penerimaan yang
Sumber daya keuangah Balitbio selama TA 1996/97, meliputi pendapatan/ penerimaan dan belanja negara, yang
terdiri atas belanja rutin dan belanja pembangunan/proyek.
54
mendukung Balitbio, yaitu Penerimaan Negara Bukan Pajak dan pajak. PNBP dikelola oleh Bendaharawan Pendapatan/ Khusus, sedangkan pajak dikelola oleh
SUMBER DAYA DAN MANAJEMEN
Bendaharawan Rutin, Bendaharawan Gaji, dan Bendaharawan Proyek.
PNBP ditargetkan setiap tahun yang tercantum dalam DIK (Daftar Isian Kegiatan). Tahun anggaran 1996/97 target ditetapkan sebesar Rp 21.190.000 dengan perincian sebagai berikut: -Penerimaan penjualan
Rp 8.398.500
-Penerimaan sewa jasa
Rp 11.846.500
-Penerimaan Iain-lain
Rp
945.000
Sedangkan target penerimaan untuk masing-masing instalasi penelitian/sekre-
tariat TA 1996/97 disajikan pada Tabel V.8.
Dari target tersebut dapat direalisasi-
kan sebesar Rp 34.067.302 atau 160,70%. Dibandingkan dengan penerimaan TA 1995/96 terdapat kehaikan sebesar Rp 12.877.302 atau 37,70%. Jumlah tersebut meliputi penerimaan fungsional dan penerimaan umum yang rinciannya seperti pada Tabel V.9.
Pelaksanaan kode MAP diarahkan juga untuk pembuatan daftar rencana
kerja (DRK) dan daftar usulan rencana kerja (DURK) yang harus dikerjakan oleh satuan kerja setiap tahun anggaran.
Tabel V.8. Target penerimaan untuk masing-masing instalasi penelitian/sekretariat TA 1996/97. Penerimaan Penjualan Penerimaan sewa & jasa
Satuan Kerja Inlitbio Muara Iniitbio Pacet Initbio Citayam Sekretariat
3.895.000 755.000 1.625.000 450.000
Total
Tabel V.9.
Jumlah
(Rp)(Rp)(Rp) 525.000 14.650.000
3.895.000 1.280.000 1.625.000 15.100.000 21 .190.000
Realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tingkat sekretariat dan Instalasi Penelitian lingkup BalitbioTA 1996/97.
No. Mata Anggaran 1. Sekretariat 0531
0511 0811
Kegiatan
Jumlah (Rp)
Penerimaan jasa (sewa rumah dinas/ sewa guest house)836.095 Penerimaan penjualan244.340 Penerimaan Iain-Iain (sisa UYHD dan kerja sama dengan pihak ketiga) 28.531.477 Jumlah Sekretariat29.611.912
2. Instalasi Penelitian 0511
0531
Penerimaan penjualan: Inlitbio Muara3.054.690 Inlitbio Citayam345.000 Inlitbio Pacet323.700 Penerimaan sewa & jasa Inlitbio Pacet732.000 Jumlah Instalasi Penelitian4.455.390 Jumlah seluruhnya
34.067.302
55
Laporan Tahunan Bautbio 1996/97
Untuk tahun anggaran 1996/97, penerimaan negara khususnya pajak yang dilaksanakan oleh para wajib pungut pajak (WAPU) memberikan gambaran
Kenaikan lebih banyak untuk mata anggaran 230, yaitu untuk memenuhi langganan daya dan jasa yang dianggap
adanya kenaikan dan peningkatan.
sebesar Rp 77.420.000 atau 24% dari tahun anggaran 1995/96 sedangkan untuk mata
rawan setiap tahun anggaran berjalan
Seperti pada TA 1995/96, peningkatan pajak yang mencolok pada tahun 1996/97 selain yang bersumber dari pajak pribadi yang dikelola oleh Bendaharawan Gaji di mana
pemotongan
dan
anggaran lainnya tetap ada kenaikan walaupun tidak proporsional dengan persentase kenaikan tersebut di atas.
Demikian pula dengan satuan kerja lainnya (Instalasi Penelitian lingkup Balit-
penyetoran
dilaksanakan langsung oleh KPKN Bogor setempat, juga berupa pajak penghasilan (PPh.Ps.21) yang bersumber dari TPP yang dipungut langsung oleh Bendahara
bio) secara keseluruhan ada kenaikan
dibandingkan dengan TA 1995/96. Dibandingkan dengan keperluan intern masingmasing instalasi penelitian besamya kele-
wan Bagian Proyek.
bihan belanja pegawai (gaji pegawai dan tunjangan) disebabkan adanya perpindahan pegawai Balitbio ke institusi lain (Puslit/Balai/Loka/Instalasi) lingkup Badan
Secara keseluruhan pendapatan pajak sebesar Rp 207.350.249 atau 8,00% dari penerimaan pajak tahun 1995/96 yang mencapai jumlah Rp 191.815.990.
Litbang Pertanian, sehubungan dengan
Realisasi pendapatan pajak selama TA 1996/97 dapat dilihat pada Tabel V.10.
mandat Balai yang berubah.
Belanja Pembangunan/Proyek
Belanja Rutin
Pada TA 1996/97 karena mandat balai berubah dari Bagian Proyek Penelitian
Anggaran belanja rutin pada TA 1996/97 secara keseluruhan menunjukkan adanya peningkatan (Tabel V.I 1).
Rintisan dan Penguasaan Teknologi Ta-
naman Pangan menjadi Bagian Proyek Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan dan Industri Bogor. Anggaran Belanja pembangunan/proyek TA 1996/97 meng alami kenaikan dibandingkan dengan TA
Daftar Isian Kegiatan TA 1996/97 sejumlah Rp 3.575.895.000 mengalami kena ikan dari DIK TA 1995/96 sebesar 13,20% atau sebesar Rp 418.278.000.
Tabel V.10.
Realisasi penerimaan pajak Balitbio, 1996/97. Jumlah pajak
Sumber Pajak B. Rutin B. Pegawai B. Proyek ; Kerja Sama Penelitian Jumlah
PPN 9,691.375
PPh (22) 1.606.600
53.331.982 39.893.020
8.043.858 7.179.089
60.143.990 10.610.535 16.849.800
102.916.377
16.829.547
87.604.325
' Seluruh penerimaan pajak telah disetor ke KPKN Bogor.
56
PPh (21)
Jumlah 11.297.975 60.143.990 71.986.375 63.921.909 207.350.249
SUMBER DAYA DAN MANAJEMEN
Tabel V.11.
Realisasi anggaran belanja rutin Balitbio TA 1996/97. Dana dalam DIK
Realisasi anggaran
.Sisa anggaran
(RP)
(RP)
(Rp)
2.596.900.000 156.245.000 13.250.000
2.065.157.689140.658.000 13.211.000
531.742.311 15.587.000 39.000
2.766.395.000
2.219.026.689
547.368.311
51.560.000 36.000.000 399.900.000 42.125.000
51.553.200 35.999.700 399.339.841 42.124.450
6.800 300 560.159
Jumlah II
529.585.000
529.017.191
567.809
III. B. Pemeliharaan MA. 310 330 350
56.000.000 25.000.000 184.315.000
56.000.000 25.000.000 184.219.105
95.895
Jumlah III
265.315.000
265.219.105
95.895
14.600.000
14.591.500
8.500
Kegiatan/mata anggaran I. B. Pegawai MA. 110
120 150 Jumlah I II. B. Barang MA. 210 220
230 250
IV. B. Perjalanan MA. 410 Jumlah IV Jumlah I + II + III + IV
550
14.600.000
14.591.500
8.500
3.575.895.000
3.027.854.485
548.040.515
1995/96 sebesar Rp155.217.000 atau 10,90%, yaitu danRp 1.413.680.000 (1995/96) menjadiRp 1.568.897.000
sebagian besar dari pos upah sebesar Rp.
(1996/97).
karena penerima TPP statusnya ada yang
Dari dana pembangunan TA 1996/97 telah digunakan untuk kegiatan penelitian sebesar Rp 934.463.000 dan nonpenelitian sebesar Rp 634.434.000. Dengan demikian perbandingan antara biaya penelitian dan nonpenelitian adalah 59,50% berbanding 40,50%.
mengalami perubahan, yaitu ada yang jenjang fungsionalnya meningkat sehingga TPP yang diterimanya berkurang atau bahkan tidak menerima sama sekali dan ada pula yang pensiun, pindah instansi
Realisasi sampai dengan bulan Maret 1997 mencapai jumlah Rp 1.547.606.765 atau 98,60%. Dengan demikian, sisa mati ditambah dengan sisa UYHD yang disetor ke KPKN Bogor adalah sebesar Rp 21.290.235 atau 1,40%.
Dari dana yahg dikembalikan tersebut 21.016.840 atau 98,70% hal ini terjadi
atau sebab lain.
Dalam TA 1996/97 biaya penelitian selain diperoleh dari dana APBN juga dari sumber lain, yaitu Proyek ARM sebesar Rp 384.364.000 dan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Riset Unggulan Terpadu (RUT) sebesar Rp 234.478.620 dan Proyek Riset Unggulan Kemitraan (RUK) sebesar Rp 275.250.000.
57
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
Pengadaan Barang
Dari dana proyek tersebut secara
keseluruhan berjumlah Rp 2.679.205.620 telah digunakan untuk penelitian sebesar Rp 1.828.555.620 atau 68,20% dan sisanya Rp 850.650.000 atau 31,80% untuk membiayai kegiatan nonpenelitian. Dana
penelitian
sebesar
Rp
1.828.555.620 digunakan untuk membiayai 24 judul RPTP, 77 kegiatan. Ini berarti ratarata biaya per kegiatan adalah Rp. 23.747.476. Perincian kegiatan penelitian tahun anggaran 1996/97 dapat dilihat pada Tabel V.I2 dan Lampiran 8.
Biaya operasional nonpenelitian TA 1996/97 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan TA 1995/96 sebesar Rp 10.658.000 (Rp 634.434.000-Rp 645.092.000) atau 1,60%. Biaya operasional penelitian tahun anggaran 1996/97 ada kenaikan diban dingkan dengan tahun anggaran 1995/96, yaitu dari Rp 1.691.053.000 menjadi Rp 1.828.555.620 atau 8,10%.
SARANA DAN FASILITAS
Untuk menunjang pelaksanaan kegiat an kantor Balitbio dan pelaksanaan pene litian, maka pada TA 1996/97 dilakukan pengadaan barang inventaris yang men-
capai Rp 131.220.700. Dari pengadaan ter sebut sebesar Rp 43.787.000 dibiayai dari anggaran rutin dan Rp 87.433.700 dibiayai dari anggaran proyek (Lampiran 9). Selain pengadaan barang inventaris, beberapa
barang dibeli melalui anggaran rutin se besar Rp 29.893.075 dan anggaran proyek Rp 227.832.000. Untuk membantu kelancaran pelaksa naan administrasi kantor diperlukan alat-
alat tulis. Realisasi pembelian alat tulis kantor dari anggaran rutin mencapai Rp 30.881.250 dan dari anggaran proyek men
capai Rp 203.606.050. Pemeliharaan Gedung/ Fasilitas Penelitian Pada TA 1996/97 (Tabel V.I3) telah dilakukan pemeliharaan dan perbaikan fasilitas penelitian dan kantor yang bersumber dari anggaran rutin, yaitu:
Untuk TA 1996/97, penambahan dan perbaikan sarana dan fasilitas yang ada di Balitbio mencakup realisasi kegiatan pengadaan barang, pemeliharaan gedung kantor dan fasilitas penelitian.
?Pemeliharaan dan rehabilitasi gedung Seed Centre Muara
?Pengecatan gedung Wing II dan HI serta perbaikan plapon ruang Instalasi Laboratorium Biokimia dan Enzimatik
Tabel V.12. Jumlah RPTP, kegiatan, unit dan biaya penelitian berdasarkan sumber dana tahun anggaran 1996/97.
58
No.
Sumber dana
1. 2. 3. 4.
APBN
Jumlah RPTP
Jumlah kegiatan
Biaya (Rp)
60
RUK
15 6 2 1
5 4
934.463.000 384.364.000 234.478.620 275.250.000
Jumlah
24
77
1.828.555.620
ARMP '^ :RUT
8
SUMBER DAYA DAN MANAJEMEN
Tabel V.13.
Reaiisasi pemeliharaan gedung kantor, gudang dan fasilitas penelitian Balitbio 1996/97. Anggaran Biaya
No. Uraian Reaiisasi
Proyek
Rutin
1.Rehabilitasi gedung Seed Centre Muara ma. 310.
19.996.000.-
2.Pengecatan Gedung Wing II dan Wing III serta perbaikan plapon ruang Instalasi Laboratorium Biokimia dan Enzimatlk m.a. 310. 3.Perbaikan gedung kantor eks. Kelti Fitopatologi dan Entomologi m.a. 310. 4.Rehabilitasi 4 (empat) rumah kurung kawat di Inlitbio Muara m.a 350. 5.Perbaikan gudang di Inlitbio Cikeumeuh m.a 350. 6.Rehabilitasi gudang mekanik dan gudang arsip m.a 350. 7.Rehabilitasi 8 (delapan) rumah kaca di Inlitbio Cikeumeuh dan 6 (enam) rumah kaca di Inlitbio Cimanggu m.a. 350. 8.Rehabilitasi lisplang, talang, dan plapon Auditorium Balitbio m.a. 350.
18.310.000.-
Jumlah
?Perbaikan gedung kantor eks. Kelti Fitopatologi dan Entomologi ?Rehabilitasi 4 (empat) rumah kurung kawat di Inlitbio Muara ?Perbaikan gudang di Inlitbio Cikeu meuh
?Perbaikan gudang mekanik dan gu dang arsip ?Rehabilitasi delapan rumah kaca di Inlitbio Cikeumeuh dan enam rumah kaca di Inlitbio Cimanggu ?Perbaikan lisplang, talang dan plapon gedung Auditorium Balitbio
2.995.000.27.995.000.4.991.0004.962.000.19.965.000,14.973.000,114.187.000,-
Kendaraan Dinas
Pada TA 1996/97 kendaraan roda empat yang dimiliki Balitbio berjumlah 27 buah dan kendaraan roda dua berjumlah 10 buah. Dari 10 buah kendaraan roda
dua, 9 buah berada di Bogor dan 1 buah di Inlitbio Pacet. Untuk biaya eksploitasi kendaraan roda empat, 17 buah kendaraan dibiayai dari anggaran proyek dan 10 buah kendaraan dibiayai dari anggaran rutin. Sedangkan untuk kendaraan roda dua,
seluruhnya dibiayai dari anggaran proyek.
Pada tahun anggaran 1996/97 tidak ada biaya perbaikan dan rehabilitasi gedung kantor dan fasilitas penelitian yang bersumber dari anggaran Proyek.
59
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97 © Copyright 1997, Balitbio
VI. Personalia
Nama
Jabatan
Dr. Djoko S. Damardjati
Kepala Balai
Ir. Sukamto, MM
Kepala Subbagian Tata Usaha
Drs. Sumarno, SH
Kepala Urusan Kepegawaian dan Rumah Tangga
Nana Gartina S.
Kepala Urusan Keuangan
Ir. Agus Iqbal, MS
Kepala Seksi Rencana Kerja
Ir. Husni Kasim
Kepala Subseksl Informasi
Drs. Kayadiono Hadi
Kepala Subseksi Kerja Sama
Kamsir Djasin
Kepala Seksi Pelayanan Teknik
Ir. Faizal Abidin
Kepala Subseksi Sarana Laboratorium
Sumardi
Kepala Subseksi Sarana Lapang
Dr. Budihardjo Soegiarto
Koordinator Penelitian •
Dr. Suwarno
Koordinator Program Penelitian
Dr. R.D.M. Simanungkalit
Koordinator Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan
Ir. Widiati H. Adil, MSc
Koordinator Kerja Sama Penelitian
Ir. Harnoto, MS Ir. Yati Supriyati, MS Cucu Maliah, BSc
Koordinator Pelaksana Proyek Pemimpin Proyek Penanggung Jawab Proyek Kerja Sama
Ir. Sumardi
Ketua Panitia Evaluasi Karya llmiah Peneliti
Ir. Didi Suardl, MSc
Ketua Panitia Evaluasi Litkayasa
Dra. Minantyorini
Ketua Panitia Pembinaan Tenaga
Dr. Sutrisno
Ketua Tim Pertimbangan Pengadaan Sarana
Ir. Sukamto
Ketua Panitia Pengadaan Barang dan Renovasi Bangunan
Kamsir Djasin
Ketua Panitia Penerima Barang dan Pemeriksa Pekerjaan
Dr. Imam Prasadja
Ketua Tim Pengelola Jaringan Komunikasi dan Informasi (LAN)
Dr. Suwarno
Ketua Kelti Sumber Daya Genetika
Dr. Sugiono Moeljopawiro
Ketua Kelti Biologi Molekuler
Ir. Widiati H. Adil, MSc
Ketua Kelti Reproduksi dan Pertumbuhan
Dr. Jumanto Hardjosudarmo
Ketua Kelti Rekayasa Protein dan Imunologi
Dr. Djoko S. Damardjati
Ketua Kelti Mikrobiologi dan Teknologi Proses
60
Personalia
Personalia (lanjutan) Nama
Jabatan
Dr. M. Herman
Kepala Instalasi Laboratorium Biologi Molekuler
Ir. T.S. Silitonga, MS
Kepala Instalasi Laboratorium Bank Gene dan Genetika
Asep Nugraha, SSi
Kepala Instalasi Laboratorium Biokimia dan Enzimatik
Dr. Achmad Hidayat
Kepala Instalasi Laboratorium Tanah dan Tanaman
Dr. Roechan
Kepala Instalasi Laboratorium Diagnostik dan Mikroskopi Elektron
Dr. M. Arifin
Kepala Instalasi Laboratorium Pengendalian Biologi
Dr. Rasti Saraswati
Kepala Instalasi Laboratorium Mikrobiologi Tanah
Dr. Budihardjo Soegiarto
Kepala Instaiasi Laboratorium Bioekologi
Dr. Ida Hanarida Somantri
Kepala Instalasi Laboratorium Biologi Seluler/Kultur Jaringan
Lalu Sukarno, BSc
Kepala Instalasi Laboratorium Pilot Plant Proses Biologi
Jetti Suhaeti
Kepala Instalasi Perpustakaan
Dra. Evy Juliantini
Kepala Instalasi Laboratorium Pengolahan Data
Drs. Matadjib
Kepala Instalasi Penelitian Bioteknologi (Inlitbio) Pacet
Drs. Adijono Pa.
Kepala Instalasi Penelitian Bioteknologi (Inlitbio) Muara
Drs. Abdullah
Kepala Instalasi Penelitian Bioteknologi (Inlitbio) Citayam
Didi Supandi
Kepala Instalasi Penelitian Bioteknologi (Inlitbio) Cikeumeuh
Ir. Asadi, MS
Kepala Instalasi Rumah Kaca Cimanggu
Drs. Dodin Koswanudin
Kepala Instalasi Rumah Kaca Cikeumeuh
Ahmad Romli
Kepala Instalasi Bengkel Peralatan
61
LaporarfTahunan Balitbio 1996/97 © Copyright 1997, Balitbio .
Lampiran Lampiran 1. Judul RPTP APBN dan ARMP TA 1996/97. No.
JudulPenanggung jawab
APBN 1.Pensifatan dan perancangan model karakter morfofisiologi tanaman berpotensi hasil tinggi pada lahan marginal
Dr. A. Karim Makarim
2.Perbalkan genetik tanaman pangan melalui seleksl dengan marka molekuler, kultur anter, dan variasi somaklonal
Dr. Suwarno
3.Pelestarian dan pendayagunaan bank gen tanaman panganIr. T. Sudiaty S., MS 4.Pencarlan marka molekuler padl tahan bias dan analisis variasi genetik patogen bias
Dra. Masdiar B., MSc
5.Perakitan tanaman padi transgenlk tahan hama penggerek batang menggunakan elektroporator
Dr. Ida Hanarida S.
6.Marka molekuler untuk ketahanan terhadap kekeringan pada padlDr. Sugiono M. 7.Kultur jaringan dan transformasl tanaman kedelai untuk ketahanan terhadap penggerek polong
Dr. M. Herman
8.Perbanyakan klonal tanaman jambu mete melalui kultur jaringanDr. Ika Mariska 9.Peningkatan mutu genetik panili, lada, dan jahe melalui bioteknologiDr. Ika Mariska 10.Kajian pengembangan teknik serologi dan biomolekuler untuk deteksi dan identifikasi bakteri patogen tumbuhan serta perakitan perangkatnya
Dr. M. Machmud
11.Perbaikan sifat beberapa isolat Bacillus thuringiensis untuk mendukung pemanfaatannya sebagai insektisida mikrobia
Dr. Sutaryo B.
12.Teknik perbanyakan NPV untuk mengendalikan ulatgrayak pada kedelaiDr. M. Arifin 13.Kajian biologi molekuler Rhlzoblum dan mlkorlzaDr. R.D.M. Slmanungkallt 14.Bloproses enzimatls dalam reduksi asam fitat dan inaktlvasl lipase untuk perbaikan mutu bekatul 15.Kloning gen-gen amilase dari isolat mikroba indigenous untuk proses biokonversi bahan berpati
Ir. Sri Widowati, MAppSc Dr. Djoko S. Damardjati
ARMP 1.Kloning gen selobiohodrolase (CBH) dari T. koningii untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengkonversi limbah tanaman pangan
Dra. Selly Salma
2.Seleksi in vitro untuk mendapatkan sifat ketahanan terhadap Fusarium Dr. Ika Mariska oxysporum pada tanaman panili 3.Optimasi sistem regenerasi dan transformasi tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas Dr. M. Herman (L.) Lam) 4.Karakterisasi mikroba penghasil kitinase dan kloning gen kitinase dan gen cry dari Dr. M. Sudjadi Sudjono mikroba Indonesia 5.Perakitan teknologi penyediaan biofertilizer dan biopestisida secara sederhanaDr. Didik Sudarmadji 6.Penanda molekuler sebagai penduga dini untuk beberapa karakter penting tanaman karet
62
Dr. Siswanto, DEA
Lampiran
Lampiran 2. Pengukuran bobot kering biomassa dari 35 isolat mikroba penghasil fitase. No.
Isolat
Biomassa (g)
Aktivitas (Ul)
Aktivitas spesifik (lit)
Konsentrasi (ppm)
1.
W1.7.2
0,0755
0,3629
1,5180
2.
W7.8.5
0,1213
0,3684
1,3550^
0,2717
3.
W5.8.1
0,1324
0,3875
0,8550
0,4532
4.
S4.7.7
0,1216
0,3635
0,6423
0,5659
5.
C1.9
0,0470
0,3701
0,4443
0,9153
6.
C1.7.2
0,0428
0,3668
0,5766
0,6361
7.
W8.3
0,1152
0,3640
1,0649
0,3418
8.
S1.7.3
0,1180
0,4069
1,0221
0,3981
9.
L2.4.1
0,1326
0,3894
0,9125
0,4267
10.
W5.8.2
0,1179
0,0005
0,0012
0,4119
11.
W7.7.9
0,1275
0,3653
0,6534
0,5659
;
0,2166
12.
S4.7.6
0,2810
0,3623
0,5575
0,6498
13.
W7.7.7
0,1297
0,4002
9,7087
0,0412
14.
S2.7.2
0,1201
0,3875
0,9407
0,4119
15.
W9.7.3
0,1131
0,3653
0,8868
0,4119
16.
S4.7.12
0,5257
0,4027
1,3400
0,3005
17.
S4.7.2
0,0401
0,2908
1,1913
0,2441
18.
S4.7.4
0,4480
0,3822
1,5657
0,2441
19.
S4.7.5
0,4902
0,0007
0,0017
0,3981
20.
S4.7.8
0,5579
0,3738
1,6223
0,2304
21.
W10.6.2
0,4680
0,1794
1,1198
0,1602
22.
W13.6.2
0,4683
0,0004
0,0024
23.
S4.7.10
0,4727
0,0762
0,3121
0,2441
24.
W11.6.1
0,4558
0,0750
0,2908
0,2579
25.
S4.7.13
0,5499
0,0744
0,2176
0,3418
26.
W10.6.1
0,4598
0,0388
0,1589
0,2441
27.
S4.7.1
0,5598
0,0314
0,0957
0,3280
28.
W7.7.10
0,1866
0,432
3,5179
0,1228
29.
W8.6.6
0,1639
0,392
4,6830
0,0837
30.
S1.6.2
0,1460
0,384
8,6292
0,0445
31.
S4.7.3
0,1800
0,440
33,8460
0,1303
32.
W10.6.2
0,1179
0,344
8,8880
0,0387
33.
W8.7.1
0,1405
0,368
9,1315
0,0403
34.
W13.7.1
0,1428
0,384
8,7871
0,0437
35.
S4.7.14
0,1398
0,424
10,7341
0,0395
.-• .
0,1602
Keterangan: Satu unit aktivitas enzim fit ase (Ul) = jumlah P anorganik yang dapat dibebaskan oleh tiap mililiter larutan enzim kasar dalam waktu satu jam pada kondisi pH 5,0 (mg P2O5 jam'1 ml'1).
63
Laporan Tahunan Bautbio 1996/97
Lampiran 3. Rekapitulasi mahasiswa/pelajar yang melakukan praktek/penelitian di Balitbio selama TA 1996/97. Narna Am Mulyaningsih Endang Suparman Heni Suryanti Amrik Widowati Dodi Ismarwan Hasan
Desi Trinovia Qoriatun M. Beni Rakhayu 1. Reni W. 2. Rini Lestanti Irvan Juniarvan Melani Kurnia Riswati Eliza
Septiana A. Ema Kusumahwati Ai Lisnawati Tri Puryanti
Thomas Ekarrasdian
Nina Susilawatl Ariani Mufida Erlis Siregar Saifuddln Zuhri
Universitas
Judul
Pembimbing
Pengaruh infeksi virus NPV terhadap ulatgrayak Dr. M. Arifin Uji ketahanan galur-galur padi sawah (Oryza sativa Ir. T. Soewito, MS L.) terhadap hama wereng coklat biotlpe 2 dan 3 MikrobiologiDr. R. Saraswati IPB Parasitasi parasitoid terhadap wereng coklatDr. Arifin Kr. IPB Aplikasi program CDI/IS15 dalam pembuatan slstem Dr. Irsal Las IPB basis data dan hasll-hasil penelltlan kedelai di Indonesia periode 1980-1995 Dr. Djoko. S.D IPB Drs. Saptowo J. P., MS IPB Dr. Ida Hanarida S. Tanggap 10 genotip padi dalam beberapa media UN PAD induksi dan regenerasl pada kultur embrio dewasa Lalu Sukarno, BSc Sekolah Tinggi MIPA Daya regenerasi lima genotipe hasil persilangan padi Dr. Ida Hanarida S. UN PAD
IPB
Pakuan
melalui biakan kepala sari Teknik pemurnian NPV sebagai insektisida mikrobia dalam mengendalikan ulatgrayak pada kedelai Teknik isolasi NPV dalam usaha membuat Pakuan insektisida mikroba untuk mengendalikan ulatgrayak pada kedelai Pembiakan in vitro pada tanaman nllam IPB Pengaruh pengapuran terhadap pertumbuhan dan UNAS hasil beberapa tipe tanaman kedelai Penyaringan galur-galur padi sawah terhadap hawar Pakuan daun bakteri strain III dan IV Peranan pelaksanaan pengawasan melekat pada Pakuan jabatan fungsional dalam usaha meningkatkan daya guna dan hasil guna pada Balitbio Bogor Sekolah Tinggi Pengaruh inokulasi mikoriza dan media tanam Pertanian Bale terhadap pertumbuhan tanaman tembakau kultivar Nani Bandung Konservasi ubi jalar (Ipomoea batatas) dengan IPB osmotikum dan retardan secara in vitro Pengaruh poli amine terhadap induksi dan IPB regenerasi kultur anther padi (Oryza sativa L.) Skrining aktivitas proteinase untuk inaktivasi lipase IPB pada bekatul Konservasi 5 klon ubi jalar melalui kultur jaringan UNPAD Pakuan
Dr. M. Arifin Dr. M. Arifin
Dr. Ika Mariska Ir. Sutoro, MS Ir. T. Soewito, MS Ir. Sukamto
Ir. Eny Ida Riyanti
Ir. Iswari S. Dewi Ir. Iswari S. Dewi Ir. Sri W., MAppSc Ir. Iswari S. Dewi
Darmawan Rijadi
I KIP Jakarta
Regenerasi kedelai varietas Wilis melalui eksplan kotiledon tua secara in vitro
Drs. Saptowo J.P., MS
Edy Suprianto Reny W. Widati
IPB IPB
Uji daya tembus perakaran padi Uji ketahanan varietas padi terhadap kekeringan dengan PEG
Ir. Didi Suardi, MSc Ir. Didi Suardi, MSc
LNurlalela 2. Rina M. 3. Tri Budiartati 1. Ines Frewari 2. A. Indrasari 1. Tumpal Luhut 2. Alfi Hidayati
IPB
Ir. Pujoyuwono
IPB
Lalu Sukarno, BSc
64
IPB
Pembuatan sistem informasi penelitian Badan Litbang Pertanian
Ir. Faizal abidin
Lampiran
Lampiran 4. Rekapitulasi waktu, judul makalah, dan pemrasaran pada seminar rutin Balitbio 1996/97. Waktu
Judul makalah
Pemrasaran
4 April 1996Genetic engineering on apple and coffee
Dr. Herb Adwinckle (short term consultant, ARMP)
4 April 1996Prospect of biotechnology on business-
Dr. Peter Carlson (short term consultant, ARMP)
16April 1996Research program and activities on rice in Lousiana
Dr. Musick/Dr. Vellupili
10 Mei 1996Teknik kultur suspensi dan kriopreservasi sel jagung
Drs. Saptowo J. Pardal, MS
23Mei 1996Natural enemies: Predators, parasites, and entomopathogens the core of integrated pest management
Prof. Dr. M. Shepard dan Prof. Dr. G.R. Corner
24Mei 1996Sistem jaminan mutu laboratorium, perlukah instalasi laboratorium Balitbio menerapkannya?
Dr. A. Hidayat
31 Mei 1996Perkembangan penelitian bioteknologi tanaman industri
Dr. Ika Mariska
7 Juni 1996Program dokumentasi plasma nutfah tanaman pangan
Ir. Sutoro, MS
17Juni 1996Filosofi dan epistemologi penelitian pertanian
Dr. Sumarno (BPTP Karangploso)
21 Juni 1996Sel elektrokimia murah untuk detektor HPLC
Dr. A. Hidayat
28 Juni 1996Ekonomi lingkungan
Dr. I DM Tantera
12 Juli 1996Molecular markers for kiwi fruit
Prof. Dr. Richard Gardner (Univ. of Auckland, New Zealand)
30 Agustus 1996
Bold new direction in HPLC technology and application of HPLC
PT Kromtekindo Utama (Waters Forum'96)
6 September 1996
Karakterisasi kitinase isolat mikroba antagonistik penyebab lisis dan klonimg gen kitinase pada vektor E. coli
Dr. M. Sudjadi Sudjono
12 September 1996 DNA sequencing and non-radioactive labelling techniques
Peter Lee, Msc (Hongkong, "Amersham International pic)
13 September 1996 Menuju tipe tanaman padi ideal
Dr. A. Karim Makarim
20 September 1996 Intepretasi evolusi "Biotipe" secara kariolqgi khususnya serangga jenis wereng (Auchenorrhyncha, Homoptera)
Dr. Sri Suharni Siwi
4Oktober1996
Non-lsotopic DNA Fragment Analysis and Protein Purification using PrIME Technology
PT HILAB Sciencetama
11 Oktober1996
Pelayanan Bank secara Syariat Islam dari Bank Muamalat Indonesia
Bank Muamalat Indonesia
18Oktober1996
Bio assay gen cry pada kalus dan tanaman jagung transgenik
Drs. Saptowo J. Pardal, MS
25Oktober1996
Penelitian Azospirillum pada tanaman padi
Dr. Lukman Gunarto
22 November 1996
Pengembangan kultur in vitro untuk penyimpanan tumbuhan obat
Dra. Endang Gati Lestari
6Desember1996
Review 5 tahun statistik penelitian pertanian 1990-1995
Sutjihno, MSc
20Desember1996
Karakterisasi gen cry isolat Bacillus thuringiensis Indonesia dengan PCR
Drs. Edy Listanto
17 Januari 1997
Status plasma nutfah padi di Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, 1991-1996
Ir. T. Sudiaty Silitonga, MS
24JanuarM997
Deteksi dan karakterisasi biovar Ralstonia solanacearum menggunakan DNA primer spesifik dan re-PCR
Ir. Yadi Suryadi
65
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
Lampiran 5. Staf Balitbio yang mengikuti pelatihan selama TA 1996/97. Waktu
Tempat
Technical training on transformation/ regeneration experiments on sweet potato
20 Mei s/d 20 Juli
St Amerika
No.
Nama
Nama kursus/pelatihan
1.
Dra. Minantyorini
1996
2.
Ir. Yadi Suryadi
Molecular genetic its importants to bacterial wilt
26Meis/d14Juni 1996
Taiwan
3.
Ir. Yadi Suryadi
Visiting scientist and research on development of probes and primers DNA
15Agu. s/d 15 Nov. 1996
Australia
4.
Dr. S. Suharni Siwi
Pest and disease information data base
11 s/d 19 Juli 1996
Jakarta
5.
Ir. Sutoro, MS
Pest and disease information data base
11 s/d 19 Juli 1996
Jakarta
6.
Ir. Asadi, MS
Deteksi fitoplasma dengan teknik PCR, Dapi, dan Elisa
5 s/d 8 Nov. 1996
Bogor
7.
Ir. Nur Richana
Deteksi fitoplasma dengan teknik PCR, Dapi, dan Elisa
5 s/d 8 Nov. 1996
Bogor
8.
Dra. Rosmimik
Deteksi fitoplasma dengan teknik PCR, Dapi, dan Elisa
5 s/d 8 Nov. 1996
Bogor
9.
Drs. M. Muchsin, M.Si
Deteksi fitoplasma dengan teknik PCR, Dapi, dan Elisa
5 s/d 8 Nov. 1996
Bogor
10.
Ir. T. Puji Priyatno
Deteksi fit oplasma dengan teknik PCR, Dapi, dan Elisa
5 s/d 8 Nov. 1996
Bogor
11.
Ir. Yadl Suryadi
Deteksi fit oplasma dengan teknik PCR, Dapi, dan Elisa
5 s/d 8 Nov. 1996
Bogor
12.
Ir. H. Purwanti, MSc
Deteksi fit oplasma dengan teknik PCR, Dapi, dan Elisa
5 s/d 8 Nov. 1996
Bogor
13.
Dr. Jumanto H.
Transfer DNA dan teknik mendeteksinya dalam tanaman transgenik
25 Nov. s/d 6 Des. 1996
Bogor
14.
Dr. M. Roechan
Transfer DNA dan teknik mendeteksinya dalam tanaman transgenik
25 Nov. s/d 6 Des. 1996
Bogor
15.
Drs. M. Muchsin, M.Si
Transfer DNA dan teknik mendeteksinya dalam tanaman transgenik
25 Nov. s/d 6 Des. 1996
Bogor
16.
Ir. Iswari S. Dewi
Transfer DNA dan teknik mendeteksinya dalam tanaman transgenik
25 Nov. s/d 6 Des. 1996
Bogor
17.
Dra. Minantyorini
Transfer DNA dan teknik mendeteksinya dalam tanaman transgenik
25 Nov. s/d 6 Des. 1996
Bogor
18.
Ir. S. Widowati, MAppSc
Transfer DNA dan teknik mendeteksinya dalam tanaman transgenik
25 Nov. s/d 6 Des. 1996
Bogor
19.
Dr. Rasti Saraswati
Pembuatan marka rhizobium dengan penanda gen GUS untuk studi kompetisi rhizobium
2 Des. 1996 s/d 2 Mar. 1997
Jepang
Course on seed gene bank management
8 s/d 22 Des. 1996
India
Pembangunan jaringan dalam menunjang ' jaringan Badan Litbang Pertanian
17 Mar. s/d 4 April 1997
Jakarta
Pembangunan jaringan dalam menunjang jaringan Badan Litbang Pertanian
17 Mar. s/d 4 April
Jakarta
On purifying of rice tungro virus and Eiisa test linkage
17 Mar. s/d 24 April 1997
20.
Ir. Sutoro, MS
21.
Ir. Faizal Abidin
22.
Dra. Evy Juliantini
23.
Drs. M. Muchsin, M.Si
66
1997 Filipina
Lampiran
Lampiran 6. Rekapitulasi PNS Balitbio menurut tingkat golongan, Bogor 1996/97. Golongan No. Unit Kerja 1. 2 3. 4. 5 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13.
Kelti SDG Kelti BM Kelti RP Kelti RPI Kelti MTP Sekretanat Rumah Kaca Cimanggu Rumah Kaca Cikeumeuh Lab. Umum Inlitbio Muara Inlitbio Cikeumeuh Inlitbio Citayam Inlitbio Pacet Jumlah
IV
III
e
d
c
b
a
Jlh
d
c
b
1 0 0 2 0 1 0
1 0 0 0 0 0 0
0 1 0 4 0 0 0
2 1 1 2 1 0 0
3 4 1 3 2 0 0
7 6 2 11 3 1 0
4 1 3 4 3 1 0
3 1 3 2 0 6 0
1 10 1 3 6 8 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0 0 0 0 4
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 1 1 0 0
1
5
7
0 1 1 0 0 15
1 0 0 0 0 17
0 0 0 1 0 16
32
II a
Jlh
d
0 3 3 6 2 5 0
8 15 10 15 11 20 0
7 5 1 5 2 16 0
0
4
4
1 0 0 0 1
1 0 4 0 0
3 0 4 1 1
31
28
92
I
c
b
a'
Jlh
d
3• 0 2 4 5 18 0
6 5 0 3 6 19 0
3 4 0 1 3 4 0
19 14 3 13 16 57 0
0 1 0 2 1 2 0
0
0
1
2
3
10 10 4 1 4 65
2 2 1 1 0
2 2 1 1 0
0 21 19 10 5
38
46
14 35 25 13 9 72 221
Jlh
c
b
a
Jlh
0 0 0 0 0 5 0
0 0 0 3 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 5 1 7 0
34 36 15 44 31 85 0
0
1
0
0
1
8
2 1 0 0 0 9
0 0 2 0 1 9
0 4 1 0 0
0 0 0 0 0
8
0
2 19 5 41 3 3 0 14 1 11 26 371
67
Laporan Tahunan Bautbio 1996/97
Lampiran 7. Rekapitulasi PNS Balitbio berdasarkan tingkat pendidikan, Bogor 1996/97. Tingkat Pendidikan No. Unit Kerja
SLTA
SLTP
SD
Noh SD Jumiah
1.
Kelti SDG
3
7
5
3
16
0
0
0
34
2.
Kelti BM
4
0 3
0
2
0
0
0
36 15
4.
Kelti RPI
11
15 1 0 2
0
Kelti RP
12 5 9
1
3.
14
2
4
0
44
10
1
31
4
55
4
0 6
1
3
1
4
0
0
0 1 22 19 8
0 0 0 0 0 3
85
0 0 2 1 0 0 0
0
14
5.
Kelti MTP
6.
Sekretariat
1
4 4 4 1 0
7.
Rumah Kaca Cimanggu
0
0
Rumah Kaca Cikeumeuh
0
4
12
15 0 0 1 1 0
10. Inlitbio Muara
0
11. Inlitbio Cikeumeuh
0
0 0 0 0
12. Inlitbio Citayam
0
0
1
13. Inlitbio Pacet
0
0
1
8. 9.
Lab. Umum
Jumiah
68
Phd/Dr. MS/MSc. Sarjana Sarjana Muda
0
25
20
62
28
13
5
2 3 0 1 2
147
17
14 10 4
3 67
8
0 19
41 32
1
12
5
371
Lampiran
Lampiran 8. Realisasi alokasi dana pembangunan/proyek Balitbio TA 1996/97. Nama Tolok UkOr 1. Administrasi Proyek Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain Peralatan (Komputer) Fisik lainnya (cetakan/perpustakaan)
Dana dalaro DIP Realisasi s/d bulan ini
(Rp)
(RP)
Sisa Dana
(RP)
6.246.000 23.999.025 21.855.750 53.655.100 14.982.000 17.399.200
42.000 975 2.250 14.900 18.000
138.216.000
138.137.075
78.925
Peralatan mesin (alat lab.)
78.000.000
77.935.000
65.000
Jumlah Alat
78.000.000
77.935.000
65.000
RPTPA Pensifatan dan Perancang Modul Karakter Morfofisiologi Tanaman Potensial Hasil Tinggi pada Lahan Marginal (1 Judul 5 Kegiatan) Gaji/upah
26.856.000
26.056.000
799.400
Bahan Perjalanan Lain-lain
14.250.000 9.801.000 11.093.000
14.246.650 9.796.250 11.090.070
3.350 4.750 2.930
Jumlah A
62.000.000
61.189.570
810.430
30.691.750 24.799.250 9.777.900
195.250 750
Lain-lain
30.887.000 24.800.000 9.778.000 13.550.000
13.538.510
100 11.490
Jumlah A
79.015.000
78.807.410
207.590
72.648.750 43.499.950 29.528.200
184.250 50 800
Lain-lain
72.833.000 43.500.000 29.529.000 13.716.000
13.713.750
2.250
Jumlah B
159.578.000
159.390.650
187.350
Jumlah 1
6.288.000 • 24.000.000 21.858.000 53.670.000 15.000.000 17.400.000
800
2. Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan dan Industri
Penelitian Sumber Daya Pertanian dan Pangan
Penelitian Pemuliaan Tanaman
RPTPA Perbaikan Genetik Tanaman Pangan melalui Seleksi dengan Marka Molekuler Kultur Anter dan Variasi Somaklonal (1 Judul 4 Kegiatan) Gaji/upah Bahan Perjalanan
RPTPB Pelestarian dan Pendayagunaan Bank Gen Tanaman Pangan (1 Judui 5 Kegiatan) Gaji/upah Bahan Perjalanan
69
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
Lampiran 8. Lanjutan. Nama Tolok Ukur
Dana dalam DIP Realisasi s/d bulan ini
Sisa Dana
(Rp)(Rp)(Rp)
RPTPC Pencarian Marka Molekuler Padi Tahan Bias dan Analisis Varlasl Genetlk Patogen Bias (1 Judul 5 Kegiatan) Gaji/upah47.542.00045.956.2001.585.800 Bahan35.372.00035.367.2054.795 Perjalanan14.217.00014.212.9004.100 Lain-lain11.646.00011.645.250750 108.777.000
107.181.555
1.595.445
Perakltan Tanaman Padl Transgenik Tahan Hama Penggerek Batang Menggunakan Elektroporator (1 Judul 2 Kegiatan) Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain
33.385.000 16.200.000 6.126.000 3.450.000
32.132.600 16.195.555 6.125.500 3.450.000
1.252.400 4.445 500
Jumlah D
59.161.000
57.903.655
1.257.345
55.304.000 43.200.000 16.725.000 15.566.000
52.224.380 43.199.655 16.716.600 15.556.450
3.079.620 345 8.400 9.550
130.795.000
127.697.085
3.097.915
RPTP F Kultur Jaringan dan Transformasi Tanaman Kedelai untuk Ketahanan terhadap Penggerek Polong (1 Judul 2 Kegiatan) Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain
35.691.000 13.400.000 5.562.000 3.000.000
35.541.430 13.396.855 5.559.000 2.999.300
149.570 3.145 3.000 700
Jumlah F
57.653.000
57.496.585
156.415
RPTPG Perbanyakan Klonal Tanaman Jambu Mete melalui Kultur Jaringan (1 Judul 3 Kegiatan) Gaji/upah " ~ Bahan . ~ Perjalanan Lain-lain
19.662.000 25.200.000 7.114.000 4.014.000
18.207.700 25.196.930 7.107.150 4.009.850
1.454.300 3.070 6.850 4.150
Jumlah G
55.990.000
54.521.630
1.468.370
Jumlah C
RPTPD
O
RPTPE Marka Molekuler untuk Ketahanan terhadap Kekeringan pada Padi (1 Judul 3 Kegiatan) Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain Jumlah E
70
Lampiran
Lampiran 8. Lanjutan. Dana dalam DIP
Realisasi s/d bulan Ini
Sisa Dana
(Rp)
(RP)
(RP)
62.483.000 51.000.000 19.614.000 9.300.000
57.608.000 50.995.550 19.614.000 9.294.500
4.875.000 4.450 0 5.500
142.397.000
137.512.050
4.884.950
49.053.000 30.000.000 12.398.000 21.567.000
46.509.850 29.998.285 12.391.700 21.559.950
2.543.150 1.715 6.300 7.050
113.018.000
110.459.785
2.558.215
RPTP B Perbaikan Sifat Isolat Bacillus thuringiensis untuk Mendukung Pemanfaatan sebagai Insektisida (1 Judul 6 Kegiatan) Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain
26.852.000 26.700.000 10.016.000 5.400.000
26.527.200 26.696.260 -10.015.500 5.399.900
324.800 3.740 500 100
Jumlah B
68.968.000
68.638.860
329.140
Teknik Perbanyakan dan Aplikasi NPV untuk Pengendalian Ulatgrayak pada Kedelai (1 Judul 3 Kegiatan) Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain
30.427.000 15.000.000 6.064.000 13.150.000
29.691.300 14.998.720 6.059.500 13.120.700
735.700 1.280 4.500 29.300
Jumlah C
64.641.000
63.870.220
770.780
RPTPD Kajian Biologi Molekuler Rhizobium dan Mikoriza (1 Judul 4 Kegiatan) Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain
48.218.000 35.200.000 14.102.000 11.468.000
45.798.500 35.199.380 14.101.150 11.466.700
2.419.500 620
108.988.000
106.565.730
2.422.270
Nama Tolok Ukur RPTPH Peningkatan Mutu Genetik Vanili, Lada, dan Jahe melalui Bioteknologi (1 Judul 5 Kegiatan) Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain Jumlah H Penelitian Budi Daya Tanaman RPTPA Kajian Pengembangan Teknik Serologi dan Biologi Molekuler untuk Deteksi dan Identifikasl Patogen serta Perakitan Perangkatnya (1 Judul 6 Kegiatan) Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain Jumlah A
RPTPC
Jumlah D
850 1.30CT
71
Laporan Tahunan Balitbio 1996/97
Lampiran 8. Lanjutan. Nama Tolok Ukur
Dana dalam DIP
Realisasi s/d bulan ini
Sisa Dana
(RP)
(Rp)
(Rp)
Penelitian Pangan dan Gizi
RPTPA Bioproses Enzimatik dan Reduksi Asam Fitat dan Inaktivasi Lipase untuk Perbaikan Mutu Bekatul (1 Judul 3 Kegiatan) Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain
26.753.000 19.200.000 8.150.000 7.200.000
25.947.400 19.199.240 8.147.500 7.191.200
805.600 760 2.500 8.800
Jumlah A
61.303.000
60.485.340
817.660
Kloning Gen-gen Amilase dari Isolat Mikroba Indigenous untuk Proses Biokonversi Bahan Berpati (1 Judul 4 Kegiatan) Gaji/upah Bahan Perjalanan Lain-lain
34.345.000 27.000.000 10.751.000 8.301.000
33.774.500 26.996.065 10.748.900 8.295.100
570.500 3.935 2.100 5.900
Jumlah B
80.397.000
79.814.565
582.435
Jumlah 2
1.430.681.000
1.409.469.690
21.211.310
Jumlah (1+2)
1.568.897.000
1.547.606.765
21.290.235
RPTPB
72
Lampiran
Lampiran 9. Realisasi pengadaan barang inventaris Balitbjo, 1996/97. Harga (Rp.) No. Jenis barang
Jumlah
Proyek
Rutin
1.
Komputer
4Buah
8.200.000
"6.583.500
2.
Printer
3 Buah
3.375.000
2.200.000
3.
Kalkulator
6Buah
128.700
405.000
4.
Scaner
1 Buah
1.700.000
5.
Col Storage
1 Unit
34.980.000
6.
White Board/Papan Tulis
1 Buah
-
330.000
7.
Kursi Lipat
4 Buah
-
320.000
8.
Standar Mikropon
3 Buah
-
225.000
9.
Travo
1 Unit
-
26.152.500
10.
Multi Tester
1 Buah
-
125.000
11.
Mesin Babad
1 Buah
-
925.000
12.
Rak Buku
6 Buah
-
3. 531.000
13.
Cardex
2 Buah
-
950.000
14.
Tangga Aluminium
2 Buah
15.
Lemari Es
1 Buah
885.000
16.
Frezeer
1 Buah
885.000
-
17.
Microwave
1 Buah
865.000
-
18.
Stirringhotplate
2 Buah
1.965.000
-
19.
Air Condition (AC)
1 Buah
4.225.000
-
20.
Unit Power Supply
1 Unit
1.880.000
-
21.
Top Loading Balance
1 Unit
1.435.000
22.
Spectrophotometer
1 Unit
4.165.000
-
23.
Micropipet
3 Buah
2.130.000
-
24.
Pocket Ph Meter
1 Uhit
2.700.000
-
25.
Large Shaker RO 5
1 Unit
8.270.000
-
26.
Microcentrifuge
1 Unit
4.370.000
-
27.
Electrophoresis
1 Unit
2.120.000
-
28.
Peristaltic Pump
1 Unit
3.125.000
29.
Kursi Tamu/Size
4 Set
-
1.000.000
30.
Sound System Big Band
1 Unit
-
Jumlah
87.433.700
-
350.000 -
690.000 43.787.000
73