Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp… Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa negara dari sektor nonmigas. Kakao merupakan komoditas yang memberikan keuntungan disebabkan harga pasar yang relatif stabil dibandingkan dengan komoditas perkebunan lain. Kakao diperkirakan mempunyai harapan cerah di masa depan. Pengembangan tanaman kakao tersebar diwilayah kerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya (BBPPTP) yaitu Propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, NTB, NTT, DIY, Bali dan Banten. Peningkatan produksi perkebunan kakao rakyat, masih banyak kendala antara lain serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yaitu, Helopeltis sp. Penggerek buah kakao (PBK) (Conopomorpha cramerella) dan Penyakit busuk buah (Phytophthora sp.) Helopeltis sp. hingga kini masih menjadi hama primadona yang menyerang tanaman kakao. Hama ini menyerang dengan menghisap cairan daun, tunas muda, bunga dan pentil buah dengan cara memasukkan alat penghisap/stiletnya ke dalam jaringan bagian tanaman tersebut. Akibatnya pertumbuhan daun, tunas muda, bunga, dan pentil buah terhambat, sehingga dapat menurunkan produksi buah. Hama yang sering dijumpai pada pertanaman kakao adalah Helopeltis sp. Miridae: Ordo Hemiptera). Helopeltis sp. merupakan salah satu hama utama kakao yang banyak dijumpai hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Jenis Helopeltis yang menyerang tanaman kakao diketahui lebih dari satu spesies, yaitu H. antonii, H. theivora dan H. claviver . Stadium yang merusak dari hama ini adalah nimfa (serangga muda) dan imagonya.
Gejala Serangan Helopeltis sp Nimfa dan imago menyerang buah muda dengan cara menusukkan alat mulutnya ke dalam jaringan, kemudian mengisap cairan didalamnya. Sambil mengisap cairan, kepik tersebut juga mengeluarkan cairan yang bersifat racun yang dapat mematikan sel-sel jaringan yang ada di sekitar tusukan. Selain buah, hama ini juga menyerang pucuk dan daun muda.
Serangan
pada buah muda akan menyebabkan terjadinya bercak yang akan bersatu sehingga kulit buah Helopeltis sp. dan gejala serangannya
menjadi
retak,
buah
menjadi
kurang
berkembang dan menghambat perkembangan biji. Serangan pada buah tua menyebabkan terjadinya bercak-bercak cekung berwarna coklat muda, yang selanjutnya akan berubah menjadi kehitaman. Serangan pada daun menyebabkan daun timbul bercak-bercak berwarna coklat atau kehitaman. Sedangkan serangan pada pucuk menyebabkan terjadinya layu, kering dan kemudian mati (Siswanto dan Elna, 2012). Serangan hama tersebut juga dapat menyebabkan stagnasi pertumbuhan tanaman dan kematian titik tumbuh (pucuk). Kematian pucuk itu merangsang pertumbuhan cabang sekunder, sehingga pertumbuhan tajuk menggerombol. Jika menyerang bibit, maka bibit menjadi kerdil, bahkan mati (Anonim, 2012). Populasi dan serangan hama penghisap buah kakao umumnya mengalami peningkatan pada saat musim hujan. Karena saat musim hujan intensitas penyinaran matahari semakin kecil sehingga menyebabkan kelembapan udara semakin tinggi. Kondisi seperti ini sangat cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan hama ini. Berbagai pengendalian mulai dari mekanis sampai kultur teknis telah dilakukan oleh petani. Namun saat ini telah ditemukan alternatif pengendalian yang dapat mengurangi intensitas serangan hama ini yaitu penggunaan Eco Friendly traps (EF) perangkap yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan
larutan kairomon berperekat di padukan dengan perangkap warna yang menarik bagi serangga. EF traps terdiri dari 2 bagian; a) Perangkap dan b) Senyawa Atraktan, beberapa kajian tentang perangkap hama terbang, dimana warna perangkap sangat menentukan keberhasilan suatu pengujian. Pemilihan warna didasarkan akan ketertarikan OPT Helopeltis dan Penggerek Buah Kakao (PBK) akan warna inangnya, dimana type warna buah kakao pada umumnya terbagi menjadi 2, yakni a) saat buah muda berwana hijau dan pada saat buah masak Perangkap EF Traps
berwana kuning, b) buah muda merah pada saat tua buah berwarna merah terang. Berdasarkan hal
tersebut maka dipilih perangkap berwarna merah terang kekuningan (oranye), menggali kaidah lokal di mana perangkap tersebut harus mudah didapat, harganya murah, dan mudah di aplikasikan maka di pilih perangkap dari bahan selang air berwana oranye. Teknik Aplikasi EF Traps Teknik pembuatan perangkap yaitu dengan cara selang air dipotong potong sepanjang 0,5 meter, hasil potongan tersebut di tali dengan tampar
kecil,
mengaitkan Aplikasi Perangkap EF Traps
berfungsi perangkap
untuk pada
pohon. EF Traps tersebut di kaitkan pada cabang utama tanaman kakao,
mengingat
populasi OPT Helopeltis dan PBK berterbangan disekitar cabang
utama untuk mencari makan/inang. Pemasangan EF traps sebanyak 2 perangkap setiap pohon, semakin banyak EF Traps yang terpasang semakin baik untuk pengendalian OPT Helopeltis dan PBK. Efektifitas EF Traps dari
hasil pengujian di BBPPTP Surabaya menunjukkan EF Traps efektif mengendalikan OPT. Berdasarkan hasil pengamatan
pada kebun kakao
sejumlah 300 buah pada 100 pohon dengan skala pengamatan tiap 2 minggu sekali sebanyak 10 kali pengamatan di dapatkan hasil sebagai berikut : a. Helopeltis tertangkap sebanyak 120 ekor b. PBK sebanyak 85 ekor c. Serangga lain sebanyak 359 ekor. EF Traps dapat dipakai selama warna perangkap tidak memudar, secara umum penggunaan selama 1 tahun. Sedangkan untuk senyawa atraktan berperekat aplikasinya adalah, melakukan pelumuran secara merata pada slang dengan penambahan atraktan dengan frekwensi 2 minggu sekali (BBPPTP Sby, 2014). Mengingat besarnya manfaat yang diperoleh dari teknologi ramah lingkungan ini, pengembangan aplikasi EF Traps dapat di kembangkan khususnya di wilayah sentral penghasil kakao. Selain pada tanaman kakao, teknologi ini bisa dikembangkan ke tanaman yang menjadi inang Helopeltis sp. seperti tanaman teh, jambu mete, lamtoro, alpukat, dan kina. Teknologi ini dapat dijadikan sebagai salah satu paket teknologi terpadu dalam pengelolaan OPT tanaman
kakao.
Harapannya
produktivitas ditingkat petani kakao.
pengendalian
ini
dapat
mengembalikan
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2012. Status Helopeltis sp sebagai Hama pada beberapa tanaman perkebunan dan pengendaliannya. https://armeinachevana.wordpress.com/2012/03/30/status-helopeltissp-sebagai-hama-pada-beberapa-tanaman-perkebunan-danpengendaliannya/ diakses tanggal 18 Februari 2015. BBPPTP Sby, 2014. Laporan Kegiatan Mitigasi Dampak Anomali Iklim (La Nina) pada Tanaman Kakao, BBPPTP Surabaya Siswanto dan Elna, 2012. Pengendalian Hama utama Kakao (Conopomorpha cramerella dan Helopeltis spp) dengan Pestisida Nabati dan Agens Hayati) http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wpcontent/uploads/2013/06/perkebunan_perspektif112-2012-N-4Siswanto.pdf 18 Februari 2015