perpustakaan.uns.ac.id
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 6 digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI
1.
Pengertian judul a. Judul Perencanaan dan perancangan Museum kebudayaan di Lampung dengan pendekatan konsep Arsitektur Lampung.
b. Definisi judul - Desain Menurut J.Pamudji Suptandar (1999 : 13), pengertian desain adalah suatu sistem yang berlaku untuk segala macam jenis perancangan dimana titik beratnya adalah melihat sesuatu persoalan tidak secara terpisah atau tersendiri, melainkan sebagai suatu kesatuan dimana satu masalah dengan lainnya saling kait-mengkait.
- Interior Berasal dari bahasa inggris yang mempunyai arti ruang dalam atau bagian dalam dari suatu bangunan atau gedung yang dibatasi oleh lantai, dinding, dan plafon. (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999). Menurut D.K. Ching, pengertian desain adalah perpaduan antara lantai, dinding, dan plafon dengan permukaan datar pada ruang dalam, ini merupakan elemen dari arsitektur yang menjelasakan bahwa ada sesuatu yang membatasi antara ruang bagian luar dengan ruang bagian dalam.
- Museum Museum menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1) adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 7 digilib.uns.ac.id
alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.
Museum adalah tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, merawat, melestarikan, mengkaji, mengkomunikasikan bukti material hasil budaya manusia, alam, dan lingkungannya. (DepDikBud , 1995) Museum mempunyai pengertian gedung yang dipergunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum seperti peninggalan sejarah, seni dan ilmu, tempat menyimpan barang kuno. (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1996)
- Kebudayaan Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. (Koentjaningrat, 1980)
2.
Tinjauan tentang Museum a. Pengertian museum : - Museum berasal dari kata “Mouseion” yang merupakan kuil klasik tempat pemujaan Dewi Muse dalam mitologi Yunani, yang dipercaya sebagai lambang cabang ilmu pengetahuan dan kesenian. (Moh.Amir Sutaarga, 1989:7) - Merupakan gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum seperti peninggalan sejarah, seni dan ilmu, tempat penyimpanan barang-barang kuno. (Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, 1993:675) - Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya terbuka untuk umum yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan to userdan kesenangan, barang-barang untuk tujuan studi, commit pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 8 digilib.uns.ac.id
pembuktian manusia dan lingkungannya. (Silalahi, Roberts P Drs, Pedoman Museum : 5)
1.
Sejarah dan perkembangan museum Para ahi arkeologi di eropa membuktikan bahwa naluri manusia untuk mengumpulkan koleksi sudah ada sejak 8500 tahun yang lalu sebagai buktinya telah ditemukan koleksi yang berupa kepingan-kepingan oker (jenis batuan berwarna), serta kerang-kerangan yang ditemukan didalam gua-gua bekas tempat tinggal manusia di Neanderthal. Kumpulan koleksi ini merupakan bentuk tata pameran tertua dibidang permuseuman, sedangkan lembaga museum tertua di dunia dirintis oleh Ptolomeus I di kota Iskandaria, Mesir sekitar 300 SM. Pada jaman pertengahan, yang dimaksud dengan museum adalah koleksi-koleksi pribadi milik para pangeran, para bangsawan, serta para pelindung, dan pecinta seni budaya yang kaya raya dan makmur, para pecinta ilmu pengetahuan di mana koleksi mencerminkan minat serta perhatian orang-orang tersebut, serta merupakan ajang prestise yang menunjukkan kekayaan dan kedudukan dari pemiliknya. Koleksi mereka tidak dibuka dan diperlihatkan oleh masyarakat umum, tetapi hanya kepada sahabat dekat ataupun orang terpandang lainnya. Pada akhir abad ke-18, di Eropa Barat muncul sejenis museum yang disebut Institutionals Museums. Sejarah perkembangan museum di Indonesia diawali ketika Rumphius mendirikan De Ambonsch Pairtenkamer di Ambon pada tahun 1662. Disusul tanggal 24 April tahun 1778 dinas purbakala Hindia Belanda mendirikan Bataviaasch Genootscap Van Kunsten en Westenchappen yang kini lebih dikenal dengan Museum Nasional atau Museum Gajah yang terletak di Batavia. Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan kesenian dan ilmu pengetahuan di bidang bahasa dan ilmu bumi. Selanjutnya berkembang dan banyak didirikan museum-museum lain, seperti : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 9 digilib.uns.ac.id
Hartus Botanicus Bogorience pada tahun 1817, yang sekarang dikenal dengan nama Kebun Raya Bogor.
b.
Herbarium Bogorience pada tahun 1884.
c.
Setedelijk Historisch Museum (Museum Mpu Tantular) pada tahun 1922 di Surabaya.
d.
Museum Bali di Denpasar pada tahun 1932.
e.
Museum Sonoboedojo di Yogyakarta pada tahun 1935.
Setelah Indonesia merdeka, para ilmuwan dan usahawan Belanda pulang ke negerinya, hal ini menyebabkan kondisi permuseuman di Indonesia mengalami kemunduran, sampai akhirnya Indonesia masuk Dewan Museum Internasional (ICOM), yang pada akhirnya mulai diadakannya pembinaan museum. Dengan pembinaan museum ini, maka dibentuklah jawatan kebudayaan untuk melakukan pengurusan serta pemeliharaan berbagai unsur kebudayaan baru maupun kuno. Kemudian pada tahun 1957 dibentuk bagian urusan museum pada jawatan tersebut dan pada tahun 1964 disempurnakan lagi menjadi lembaga museum-museum nasional. Pada tahun 1966, lembaga ini berubah menjadi Direktorat Museum yang kemudian berubah menjadi Direktorat Permuseuman. Secara internasional, kerjasama di bidang kebudayaan dipercayakan kepada UNESCO. Di bidang permuseuman, UNESCO membentuk International Council Of Museum, yang pada tahun 1981 mempunyai kurang lebih 7000 anggota dari negara anggota PBB.
2.
Tugas, Fungsi, prinsip dan Tujuan Museum a.
Tugas Museum Museum mempunyai tugas yaitu : 1.
Mengumpulkan, merawat, meneliti, mengkomunikasikan, dan memamerkan bukti material manusia dan lingkungannya.
2. 3.
Melayani masyarakat dan perkembangannya. commitdan to user Untuk tujuan pendidikan perkembangannya.
perpustakaan.uns.ac.id
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 10 digilib.uns.ac.id
Dalam buku persoalan museum, disebutkan tugas museum adalah sebagai berikut : 1.
Menghindarkan bangsa dari kemiskinan kebudayaan.
2.
Memajukan kesenian dan kerajinan rakyat.
3.
Turut menyalurkan dan memperluas pengetahuan dengan cara missal.
4.
Memberikan kesempatan bagi penikmat seni.
5.
Membentuk metodik dan didaktik pihak sekolah dengan cara kerja yang berfaedah pada setiap kunjungan siswa-siswa ke museum.
6.
Memberikan kesempatan dan bantuan dalam penyelidikan ilmiah. Selain seperti uraian di atas, terdapat juga tugas museum di
bidang tourism sebagai usaha untuk memperkenalkan harta budaya bangsa kepada para wisatawan asing.
b.
Fungsi Museum Menurut IOCM fungsi Museum dengan praktek pengelolaan museum sehari-hari adalah sebagai berikut : 1.
Pengumpulan dan pengamatan warisan dan budaya
2.
Dokumentasi, informasi, dan penelitian alam
3.
Konservasi dan preservasi
4.
Penyebaran dan pemerataan ilmu pengetahuan untuk masyarakat umum
5.
Pengenalan dan penghayatan kesenian
6.
Pengenalan kebudayaan lintas daerah dan lintas bangsa
7.
Visualisasi warisan budaya alam dan budaya
8.
Cerminan tumbuhnya dan berkembangnya peradaban umat manusia
9.
Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
commit to user 10. Rekreasi dan berbagai aktivitas masyarakat.
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fungsi tersebut di atas menunjukkan bahwa warisan sejarah budaya dan warisan sejarah alam perlu dipelihara dan diselamatkan. Dengan demikian dapat dibina nilai-nilai budaya nasional yang dapat memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan kebanggan nasional serta memperkokoh jiwa kesatuan nasional.
c.
Prinsip museum Menurut Zanuar Sukarela (2003) prinsip museum sebagai berikut : a.
Menghindari bangsa dari kemiskinan kebudayaan
b.
Memajukan kesenian dan kerajinan rakyat
c.
Turut menyalurkan dan memperluas pengetahuan dengan cara massal
d.
Memberikan kesempatan bagi penikmat seni
e.
Membentuk metodik dan didaktik pihak sekolah dengan cara kerja yang berfaedah pada setiap kunjungan murid-murid ke museum.
f.
d.
Memberikan kesempatan dan bantuan dalam penyelidikan ilmiah.
Tujuan Museum Menurut Zanuar Sukarela (2003) tujuan museum dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan fungsional dan tujuan institusional. -
Tujuan Fungsional Memberikan peringatan kepada Bangsa Indonesia melalui generasi muda tentang kebudayaan yang pernah ada, hal ini merupakan watak kesadaran Bangsa Indonesia sangat agung, juga sebagai pelindung dan pemelihara dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai.
-
Tujuan Insitusional Bermaksud sebagai wadah tujuan institusional agar berlaku secara efektif yang menjadikan dua kepentingan yang saling berpengaruh adalah : commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Kepentingan Obyek Memberikan tempat atau wadah untuk menyimpan serta melindungi benda-benda koleksi yang mempunyai nilai-nilai budaya dari kerusakan dan kepunahan yang disebabkan antara lain pengeruh iklim, alam, biologis, dan manusia.
b. Kepentingan Umum Mengumpulkan temuan-temuan benda, memelihara dari kerusakan,
menyajikan
benda-benda
koleksi
kepada
masyarakat umum agar dapat menarik hingga menimbulkan rasa bangga dan bertanggung jawab, serta dipelihara dan menunjang ilmu pengetahuan.
3.
Jenis museum Menurut Zanuar Sukarela (2003) jenis museum ada bermacam-macam dan dapat ditinjau dari berbagai segi , baik itu menurut koleksinya, menurut kedudukannya
atau
menurut
status
penyelenggaraannya.Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan dalam proyek pembinaan Permuseuman Jakarta membagi jenis-jenis museum berdasarkan : Menurut koleksi yang dimilikinya, jenis museum dapat dibagi menjadi dua jenis museum. a.
Museum umum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.
b.
Museum khusus adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, cabang ilmu atau satu cabang teknologi. Menurut tingkatnya, museum khusus dapat digolongkan atas : 1.
museum khusus tingkat nasional
2.
museum khusus tingkat regional commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
museum khusus tingkat lokal
4.
museum situs
Adapun museum khusus ini dapat diklasifikasikan lagi menjadi museum khusus, yaitu : 1.
2.
Museum ilmu-ilmu hayat (natural history) seperti : a.
kebun raya
b.
taman margasatwa
c.
museum zoology
d.
akuarium
e.
herbarium
f.
museum geology
g.
cagar alam
h.
cagar margasatwa
i.
museum palaentologi
j.
museum anatomi
Museum ilmu pengetahuan dan teknologi (science and tecnology) termasuk seperti :
3.
a.
museum perkapalan
b.
museum kereta api
c.
museum penerbangan
d.
museum kendaraan bermotor
e.
museum pertambangan
f.
museum ilmu purbakala (archaeology)
g.
museum ilmu antropologi atau etnografi (antropological)
h.
museum sejarah seni rupa (art history)
i.
museum seni rupa (art galleries)
j.
museum sejarah (historical)
commit to user Museum berdasarkan kedudukannya, terdiri dari :
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Museum nasional Adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal dari, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungannya dari seluruh wilayah indonesia yang bernilai nasional.
b.
Museum propinsi Adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal dari, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkungannya dan wilayah propinsi dimana museum tersebut berada.
c.
Museum lokal Adalah museum yang koleksinya dari kumpulan benda yang berasal dari, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkungannya dari seluruh wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum tersebut berada.
4.
Museum berdasarkan penyelenggaraannya, terdiri dari : a.
Museum Pemerintah yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah, museum ini dapat dibagi lagi dalam museum yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.
b.
Museum Swasta ialah museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh swasta.
4.
Persyaratan berdirinya sebuah museum : Persyaratan museum menurut pedoman pendirian museum (1999/2000), terdapat beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam perencanaan suatu museum, antara lain : a.
Lokasi museum -
Lokasi yang strategis commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lokasi yang dipilih bukan untuk kepentingan pendirinya, tetapi untuk masyarakat umum, pelajar mahasiswa, ilmuwan, wisatawan, dan masyarakat umum lainnya. -
Lokasi museum harus sehat
-
Tidak terletak didaerah industri yang udaranya sudah tercemar
-
Tidak berada pada daerah berawa, tanah berlumpur, tana berpasir, dengan elemen-elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi tersebut.
-
Nilai lingkungan sekitar museum yang bersifat sebagai pusat rekreasi
-
b.
Sesuai dengan peruntukkan bangunan umum.
Persyaratan Bangunan museum Bangunan memanfaatkan
museum gedung
dapat lama.
berupa
Harus
bangunan
memenuhi
baru
atau
prinsip-prinsip
konservasi, agar koleksi museum tetap lestari. Bangunan museum minimal dapat dikelompok menjadi dua kelompok, yaitu bangunan pokok (pameran tetap, auditorium, kantor, kurator, perpustakaan, bengkel preparasi, dan ruang penyimpanan koleksi) dan bangunan penunjang (pos keamanan, museum shop, tiket box, toilet, lobby, dan tempat parkir). 1.
Persyaratan umum yang mengatur bentuk ruang museum yang bisa dijabarkan sebagai berikut : a.
Bangunan dikelompokkan dan dipisahkan sesuai : - Fungsi dan aktivitas - Ketenangan dan keramaian - Keamanan
b.
Pintu masuk (main entrance) utama diperuntukkan bagi pengunjung. commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Pintu masuk khusus (service utama) untuk bagi pelayanan, perkantoran, rumah jaga serta ruang-ruang pada bangunan khusus.
d.
Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi termasuk perpustakaan dan ruang rapat.
e.
Area privat terdiri dari konservasi, Studio reparasi dan Storage
f.
Area publik/umum terdiri dari : - Bangunan
utama,
meliputi
pameran
tetap,
pameran
temporer, dan peragaan. - Auditorium , keamanan, gift shop, cafetaria, ticket box, penitipan barang, lobby/ruang istirahat dan tempat parkir.
2.
Persyaratan khusus a.
Bangunan utama yang mewadahi kegiatan pameran tetap dan temporer, harus dapat : - Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan - Mudah dalam pencapaiannya baik dari luar atau dalam. - Merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya tarik sebagai bangunan utama yang dikunjungi oleh pengunjung museum. - Memiliki sistem keamanan yang baik, baik dari segi konstruksi, spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda secara alami ataupun karena pencurian.
b.
Bangunan auditorium, harus dapat : - Dengan mudah dicapai oleh umum - Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi, dan ceramah
c.
Bangunan khusus , harus : - Terletak pada tempat yang kering. - Mempunyai pintu masuk yang khusus commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
- Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan, kebakaran dan pencurian) yang menyangkut segi-segi konstruksi maupun spesifikasi ruang. d.
Bangunan administrasi : - Terletak dilokasi yang strategis baik dalam pencapaian umum maupun terhadap bangunan lainnya. - Mempunyai pintu masuk khusus.
5.
Koleksi museum a.
Pengertian koleksi Pengertian koleksi secara harafiah adalah kumpulan (gambar, bendabenda yang bersejarah, lukisan dan sebagainya) yang sering dikaitkan dengan minat atau hobby berarti pula sebagai kumpulan segala hal yang berhubungan dengan studi penelitian. (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia,1995:450)
b.
Koleksi merupakan syarat mutlak dan merupakan rohnya sebuah museum, maka koleksi harus: 1.
Mempunyai nilai sejarah dan nilai-nilai ilmiah (termasuk nilai estetika
2.
harus diterangkan asal-usulnya secara historis, geografis dan fungsinya
3.
harus dapat dijadikan monumen jika benda tersebut berbentuk bangunan yang berarti juga mengandung nilai sejarah
4.
dapat diidentifikasikan mengenai bentuk, tipe, gaya, fungsi, makna, asal secara historis dan geografis, genus (untuk biologis), atau periodenya (dalam geologi, khususnya untuk benda alam)
5.
harus dapat dijadikan dokumen, apabila benda itu berbentuk dokumen dan dapat dijadikan bukti bagi penelitian ilmiah;
6.
harus merupakan benda yang asli, bukan tiruan;
7.
harus merupakan benda yang memiliki nilai keindahan (master piece)
8.
commit to user harus merupakan benda yang unik, yaitu tidak ada duanya.
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 18 digilib.uns.ac.id
Jenis-jenis koleksi museum Terbagi dalam dua kategori : 1.
Koleksi umum : yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu, dan teknologi.
2.
Koleksi khusus : yang berkaitan dengan satu cabang seni , disiplin ilmu dan teknologi.
Adapun koleksi dari sebuah museum itu dapat bermacam-macam bentuknya yaitu dapat berupa : 1.
Etnografika : yaitu kumpulan benda-benda hasil budaya suku-suku bangsa
2.
Prehistorika : yaitu kumpulan benda-benda prasejarah
3.
Arkeologika : yaitu kumpulan benda-benda arkeologi
4.
Historika : yaitu kumpulan benda-benda bernilai sejarah
5.
Numistika dan heraldika yaitu kumpulan benda-benda alat tukar dan lambang peninggalan sejarah, misalnya mata uang, cap, lencana, tanda jasa, dan surat-surat berharga.
6.
Naskah-naskah kuno dan bersejarah
7.
Keramik asing
8.
Buku dan majalah anti kuariat
9.
Karya seni dan seni kriya
10. Benda-benda grafika berupa foto, peta asli atau setiap reproduksi yang dapat dijadikan dokumen. 11. Diorama yaitu gambaran berbentuk tiga dimensi. 12. Benda-benda sejarah alam berupa flora, fauna, berupa batuan maupun mineral. 13. Benda-benda wawasan nusantara setiap benda asli (realita) atau replica yang mewakili sejarah alam budaya dan wilayah nusantara. 14. Replika yaitu tiruan dari benda sesungguhnya. 15. Miniatur yaitu tiruan dari benda sesungguhnya namun berukuran kecil. commit to user 16. Koleksi hasil abstraksi.
perpustakaan.uns.ac.id
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 19 digilib.uns.ac.id
Dalam S.Wittlin (Moh.Amir Sutaarga, 1989 : 77) merumuskan tentang koleksi museum sebagai berikut : 1.
Economic hoard collection (koleksi persediaan ekonomi)
2.
Social prestige collection (koleksi kebanggan sosial)
3.
Magic collection (koleksi kepercayaa magis)
4.
Collection as an expression of group loyalty (koleksi sebagai sebuah peryataan kesetiaan kelompok).
5.
Collection stimulating curiosity and inguire (koleksi memancing keingintahuan dan pertanyaan).
6.
Collection of art stimulating emotional experience (koleksi seni yang memancing pengalaman emosional).
Berdasarkan sumber dasar materialnya, terdiri dari dua sumber yaitu : -
In organik Merupakan koleksi yang berupa batuan dan kekayaan alam. Seperti batu alam, metal, keramik, kaca.
-
Organik Merupakan koleksi yang sumber dasarnya terbuat dari tanaman dan hewan.
d.
Pengadaan Sebuah museum untuk melengkapi koleksinya diperlukan adanya suatu proses pengadaan koleksi museum yaitu suatu kegiatan pengumpulan benda-benda realita atau pembuatan replica, yang dapat dijadikan suatu koleksi museum dan berguna sebagai bahan pembuktian sejarah alam dan budaya manusia serta lingkungannya. Tujuan dari pengadaan koleksi museum ini adalah untuk mencatat dan melestarikan benda-benda sejarah dan budaya untuk kepentingan studi. Pendidikan dan rekreasi yang sehat sehingga termanfaatkannya benda-benda sejarah dan budaya tersebut bagi masyarakat. commit to userdengan : Adapun pengadaan koleksi dilakukan
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e.
1.
Penemuan/penggalian
2.
Pembelian
3.
Hibah
4.
Titipan dari perorangan atau badan hukum
Konservasi koleksi Pada suatu bangunan musuem terdapat beberapa hal yang harus menjadi perhatian agar keutuhan koleksi didalamnya daat terjaga dengan baik dan aman. Diantaranya yang harus diperhatikan : 1.
Debu dan sinar Debu dan sinar cahaya dalam banyak hal dapat masuk dengan mudah ke ruang-ruang penyimpanan dan ruang pameran.
2.
Gas Ada kerusakan yang disebabkan oleh gas-gas yang merusakkan yang dapat disebabkan oleh bahan vitrin atau penyangga koleksi. Hal ini dapat dihindari dengan pemilihan bahan vitrin yang tidak mengandung asam dan pengutamaan pada ventilasi.
3.
Perlindungan terhadap pencurian Diruang pamer harus terdapat suatu instruksi agar para pengunjung tidak dapat menyentuh objek koleksi.
4.
Ruang penyimpanan Syarat-syarat pada ruang penyimpanan antara lain :
a.
Tempatkan obyek koleksi pada lemari yang cukup ventilasi
b.
Usahakan ruang gerak secukupnya untuk dapat menangani obyek.
c.
Jangan meletakkan obyek ditempat oran-orang berjalan
d.
Kumpulkan bagian obyek disatu tempat
e.
Jangan saling menumpuk obyek.
f. Sinar cahaya dan penolakan sinar matahari Cahaya terlihat dan sinar UV dapat merusakkan obyek-obyek, to user seperti rapuhnya dan commit lunturnya warna-warna tekstil, kertas, kayu,.
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kerusakan ini dalam kebanyakan hal permanen dan kumulatif. Banyaknya cahaya yang terlihat dinyatakan dalam lux, banyaknya sinar UV dengan mikro-Watt per Lumen. Nilai ini diukur dengan meteran lux dan UV. Standar yang berlaku adalah 50 lux dan 75 mikro Watt per lumen untuk bahan peka cahaya seperti kertas dab tekstil, maksimal 200 lux dan 75 mikro Watt per lumen untuk bahan kurang peka cahaya seperti kayu yang tidak dicat dan lukisan. Untuk batu tidak berlaku nilai lux. Penerangan didalam vitrin mempunyai kerugian tambahan yaitu temperature dalam vitrin naik dan kelembaban udara relatif turun. Tetapi kalau lampu dimatikan yang terjadi kebalikannya. Didalam ruang-ruang pameran semua museum dipakai berbagai macam lampu, dengan temperature warna berbeda. Lampu flouresnce bertemperatur lebih tinggi daripada lampu pijar, yang terlihat cahaya putih, lampu pijar memberi cahaya kekuning-kuningan.
g.
Kutu dan serangga Digedung-gedung banyak digunakan pemakaian bahan kimia, seperti
penyemprotan
insektisida,
dengan
memperhatikan
cara
pertahanan, pencegahan, dan pensialiran adanya insiden tersebut, yaitu disebut pendekatan IPM (Integrated Pest Management) Digedung-gedung tidak terdapat alat penahan masuknya insek, pintu dan jendela terbuka untuk waktu yang lama dan bercelah-celah dibagian sambungan-sambungan dan ambang-ambang pintu. Inspeksi memang sulit karena ruangan-ruangan museum tidak teratur secara sistematis.
h.
Musibah Dilengkapi alat pemadam kebakaran CO2 pada tiap ruang dan disertai penjaga malam pada gedung. Lima menit pertama sangat commit tersebut to user menjalar atau tidak. menentukan apakah kebakaran
perpustakaan.uns.ac.id
6.
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 22 digilib.uns.ac.id
Metode penyajian koleksi a.
Pengertian metode penyajian koleksi Merupakan sebuah cara yang bertujuan untuk mengkomunikasikan suatu gagasan yang berhubungan dengan koleksi terhadap pihak lain.
b.
Jenis-jenis metode penyajian koleksi Metode penyajian koleksi terbagi 3, yaitu: 1.
Metode intelektual/edukatif Memamerkan benda-benda beserta segi-segi yang berkaitan dengan benda tersebut, seperti pembuatan, cara penggunaan, fungsi dan lainnya dalam rangka penyebarluasan informasi tentang arti,guna, dan fungsi koleksi.
2.
Artistik/estetik Memamerkan benda-benda yang mengandung unsur keindahan untuk mengangkat penghayatan terhadap nilai-nilai artistik dari koleksi tersebut.
3.
Romantik/evokatif Benda-benda yang dipamerkan disertai unsur lingkungan dimana benda tersebut berada untuk menggugah suasana penuh pengertian dan harmoni pengunjung.
7.
Peralatan museum a.
Pengertian peralatan museum Setiap alat/benda yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatankegiatan administrasi dan teknik permuseuman
b.
Jenis-jenis peralatan museum Peralatan museum terbagi menjadi: 1.
Peralatan kantor Setiap benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi perkantoran museum.
2.
Peralatan teknis commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setiap jenis alat atau benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan teknik permuseuman.
8.
Struktur organisasi museum BADAN PEMERINTAH UNIT PEMBINAAN TEKNIS PERMUSEUMAN
MUSEUM
MUSEUM
MUSEUM
MUSEUM
permuseuma n
Skema 2.1. Struktur organisasi museum pemerintah Sumber : (Zanuar Sukarela, 2011 : 27) KEPALA MUSEUM TATA USAHA DAN PERPUSTAKAAN
KURATOR KOLEKSI
KONSEVATOR PERPUSTAKAAN
PREPATOR STUDIO
EDUKATOR PEMBIMBING EDUKATIF
Skema 2.2. Struktur Organisasi Museum Secara Umum Sumber : (Zanuar Sukarela, 2011 : 28)
Berdasarkan tugas dan fungsi museum, setiap museum mempunyai struktur organisasi sebagai berikut : 1.
Peminaan tata usaha, meliputi kegiatan registrasi ketertiban/keamanan commit to user kepegawaian dan keuangan.
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Pembinaan pengelolaan koleksi yang meliputi kegiatan yang berhubungan dengan identifikasi, klasifikasi, katalogisasi koleksi sesuai dengan jenis koleksi. Menyusun konsepsi dalam kegiatan persentasi, penelitian/pengkajian koleksi termasuk penulisan ilmiah dan persiapan bahan. Pemilihan waktu operasional tersebut dengan pertimbangan bahwa pengguna atau pengunjung Museum ini adalah dari berbagai kalangan, khususnya adalah pelajar dan mahasiswa karena fungsi dari museum sendiri adalah pendidikan untuk mencari pengetahuan, informasi, dan juga rekreasi.
9.
Pengunjung museum Cafe
Datang
ME
Pulang
Lobby Loket Tiket
Souvenir shop
R. Pamer
Audiovisual Auditorium Skema 2.3. Alur pengunjung Sumber : Analisa data a.
Pembagian pengunjung museum Berdasarkan jumlahnya, terbagi menjadi dua bagian yaitu 1.
Perorangan a.
pengunjung perorangan pada umumnya sudah tahu seluk beluk museum
commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
yang sudah biasa berurusan dengan “orang dalam”
c.
untuk keperluan studi atau riset
d.
mengisi waktu luang dengan melihat pameran
2. kelompok a.
berdasarkan status sosial terbagi atas pelajar/mahasiswa, seniman dan tamu bisnis.
b.
Berdasarkan asalnya terbagi atas 1. Pengunjung lokal dikunjungi oleh pengunjung pada radius 5mil dari museum 2. Pengunjung regional , mencakup pengunjung pada jarak 2jam dari sekitar museum 3. Pengunjung nasional mencakup seluruh penduduk satu negara 4. Pengunjung
internasional
untuk
dikunjungi
oleh
pengunjung dari luar negara pada waktu tertentu.
b.
Motivasi pengunjung Ada tiga macam motivasi pengunjung museum : 1.
Motivasi estetik Publik museum yang mempunyai motivasi estetik menghendaki adanya sistem pameran benda-benda koleksi yang benar-benar terencana baik dengan latar belakang yang netral dan memberikan tempat artistik bagi koleksi yang dipamerkan, ditata menurut cara yang seefektif mungkin
2. Motivasi romantik Pengunjung
yang
mempunyai
motivasi
romantik
yang
menghendaki suatu pameran yang menampilkan satu seri bendabenda koleksi yang secara murni menampilkan kepentingankepentingan manusiawi, sedemikian rupa sehingga denga demikian dapat mengundang partisipasi dan identifikasi masyarakat yang commit to user yang dipamerkan. diwakili oleh benda-benda koleksi
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Motivasi intelektual Pengujung dengan motivasi intelektual terdapat hasrat untuk menambah pengetahuan dan untuk itu diperlukan, dan untuk sistem pameran yang skematis, yang memudahkan bimbingan menurut tahap-tahap yang dikehendaki, dari awal hingga akhir, dari suatu sugesti atau kesimpulan kepada tahap berikutnya.
c.
Tinjauan khusus tentang museum 1.
Lobby museum Yang dimaksud dengan Lobby, pengertiannya secara harfiah adalah ruang dekat pintu masuk yang dilengkapi dengan beberapa perangkat meja, kursi, yang berfungsi sebagai ruang duduk atau ruang tamu. Penataan Lobby yang baik sangat diperlukan dalam sebuah museum. Fungsi lobby : a. Sebagai fungsi ekonomi , pengunjung dapat memanfaatkan fasilitasfasilitas yang tersedia di lobby dan tanpa harus bergegas ketempat lain sehingga menghemat tenaga dan biaya. b. Sebagai fungsi sosial , lobby dapat memberikan informasi kepada pengunjung tentang fasilitas-fasilitas yang disediakan di lobby agar pengunjung dapat saling berinteraksi dengan sesama pengunjung lain serta karyawa n yang sedang bertugas. c. Lobby sebagai alat penghubung yaitu memberikan informasih serta fasiitas sebagai tujuan pendidikan maupun pariwisata.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan aktivitas dalam museum, maka Lobby sebaiknya : a.
Tersedia ruang pengecekan dan meja informasi. Ruang pengecekan dikanan pintu masuk, dekat dengan pintu namun tidak mengganggu sirkulasi meja informasi pada kiri pintu masuk. Karakter meja ini commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tergantung pada ukuran bangunan. Posisinya dapat digantikan dengan papan buletin atau kalender peristiwa. b.
Tersedianya fasilitas telepon umum
c.
Tersedianya counter penjualan.
d.
Tersedianya fasilitas pameran pendahuluan.
Pencahayaan Lobby dapat dipadu dengan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Tempat seperti papan display, tempat informasi, counter penjualan, lampu pencahayaannya harus terang. (Vail, Coleman Laurence, 1950)
2.
Ruang Pamer a.
Pengertian ruang pamer Ruang pamer adalah ruangan yang digunakan untuk kepentingan pemajangan benda-benda koleksi atau barang-barang dagangan. Sedangkan menurut Hadisutjipto, ruang pamer museum merupakan tempat untuk mewujudkan komunikasi antara benda pamer dan pengunjung museum, ruang pamer museum dapat dianggap sebagai kunci pagelaran atau pameran yang berbicara tentang kekayaan dari koleksi-koleksi
terbaik
yang
representatif
untuk
memberikan
kepuasan atas tuntutan rasa keindahan dari para tamu, serta untuk memenuhi keinginan mereka melihat sesuatu yang langka, baik benda unik maupun benda indah.
b.
Tipe ruang pamer Ruang pamer dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu : 1. Ruang pamer tetap Ruang ini digunakan untuk memamerkan materi koleksi dalam jangka waktu yang lama sekurang-kurangnya 5 tahun, berdasarkan sistem dan metode tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai warisan alam dan budaya bangsa. 2.
Ruang pamer temporer Ruang ini digunakan untuk memamerkan atau menyajikan koleksi dalam janka waktu tertentu yang relatif singkat dengan mengambil tema tertentu, yang bertujuan untuk memberikan dimensi tambahan informasi pameran tetap kepada masyarakat dengan tema khusus dalam rangka meningkatkan apresiasi masyarakat.
Tipe-tipe ruang pamer : 1.
Kamar sederhana berukuran sedang, merupakan bentuk yang paling lazim.
2.
Aula dengan balkon, merupakan bentuk ruangan yang juga lazim dan salah satu yang tertua.
3.
Aula pengadilan (Ciere Story hall), merupakan aula besar dengan jendela-jendela tinggi di kedua sisinya.
4.
Galeri lukis terbuka (Skylight Picture Galery), merupakan tipe ruang yang paling umum dalam museum seni. Ruangan ini tampak paling sederhana bagi pengunjung, namun bagi arsitek dianggap sebagai ruang yang paling sulit dirancang.
5.
Koridor pertunjukan, merupakan tipe ruang pamer yang sesungguhnya bukan ruangan, tetapi merupakan suatu jalan atau lorong. Digunakan untuk display supaya tidak tampak kosong.
6.
Tipe ruangan yang bebas, merupakan ruang yang dapat dibagibagi saat ada pameran. Ruangan ini tidak berjendela tapi ada tempat yang dapat dibuka untuk cahaya alami.
c.
Sarana ruang pamer Sarana pameran di museum dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu : commit to user 1. Sarana pokok pameran
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sarana pokok pameran mutlak diperlukan dalam penataan pameran, karena tanpa sarana tersebut pameran tidak akan berhasil dalam mencapai tujuannya. Prinsip-prinsip dalam tata pamer sebuah museum meliputi : a. Faktor cerita (story line) Museum merupakan salah satu dari infra struktur media informasi. Informasi
yang
dikomunikasikan
diberikan dengan
oleh
baik
museum
kepada
harus
dapat
pengunjung,
maka
sistematikanya harus disesuaikan dengan kronologis perkembangan sejarahnya. Pada umumnya jalan cerita dari seting museum direncanakan dan dibuat oleh kelompok fungsional koleksi. b. Faktor koleksi Pengadaan koleksi baru harus dapat mendukung cerita yang disajikan. Jadi disini terlihat bahwa pengadaan koleksi yang dilaksanakan oleh setiap museum terdiri dari dua prioritas, di mana prioritas pertama adalah pengadaan koleksi yang akan mendukung cerita, sedangkan prioritas kedua adalah pengadaan koleksi yang berhubungan dengan pengamanan benda budaya yang hampir musnah.
Yang termasuk sarana pokok dalam pameran ini antara lain : a. Panil Merupakan sarana pokok pameran yang digunakan untuk menggantungkan atau menempel koleksi, terutama yang bersifat dua dimensi dan cukup dilihat dari sisi depan. Kadang-kadang panil hanya digunakan untuk menempelkan label atau koleksi penunjang lain seperti peta, grafik, dan lain-lain. Kalau koleksi yang digantung di panil mempunyai nilai tinggi, maka diperlukan pengamanan khusus. commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.1. Panil kayu kakinya dapat dilepas-lepas ( Sumber : DPK, 1994 : 34 )
b.
Vitrin Merupakan salah satu
jenis sarana pokok pemeran yang
diperlukan untuk tempat meletakkan benda-benda koleksi yang umumnya tiga dimensi, relatif bernilai tinggi, serta mudah dipindahkan. Vitrin mempunyai fungsi sebagai pelindung koleksi baik dari gangguan manusia, maupun dari gangguan lingkungan yang berupa kelembaban udara ruangan, efek negatif cahaya, serta perubahan suhu udara ruangan.
Gambar 2.2. a. Vitrin tunggal; b. Vitrin ganda ( Sumber : DPK, 1994 : 37 ) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 31 digilib.uns.ac.id
Gambar 2.3. Vitrin dinding atau Vitrin tepi ( Sumber : DPK, 1994 : 40 )
Gambar 2.4. Vitrin tengah ( Sumber : DPK, 1994 : 43 )
Gambar 2.5. Vitrin sudut ( Sumber : DPK, 1994 : 45 ) Ukuran vitrin tidak boleh terlalu tinggi ataupun terlalu commit to user rendah. Tinggi rendahnya sangat relatif, untuk patoka disesuaikan
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan tinggi rata-rata orang Indonesia. Misalnya tinggi rata-rata orang Indonesia kira-kira antara 160 cm-170 cm, dan kemampuan gerak anatomi leher manusia kira-kira sekitar 300, gerak ke atas, ke bawah, ke samping, maka tinggi vitrin seluruhnya kira-kira 210 cm sudah cukup. Alas terendah 65 cm-70 cm dan tebal 50 cm. Ukuran dan bentuk vitrin harus memperhitungkan ruangan dan bentuk bangunan dimana vitrin itu diletakkan. Dalam membuat vitrin ataupun
panil
harus
diperhitungkan
mengenai
masalah
konstruksinya.
Gambar 2.6. Ukuran vitrin dan panil yang ideal serta lebar gang antara vitrin yang baik. ( Sumber : DPK, 1994 : 17 )
Gambar 2.7. Panil yang dapat dilepas-lepas bentuknya ( Sumber : DPK, 1994 : 26 )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 33 digilib.uns.ac.id
Gambar 2.8. Rangkaian panil ( Sumber : DPK, 1994 : 26 )
Gambar 2.9. Gabungan panil dan alas koleksi ( Sumber : DPK, 1994 : 35 )
c.
Pedestal atau alas koleksi Merupakan tempat meletakkan tempat koleksi, biasanya berbentuk tiga dimensi. Jika koleksi yang diletakkan di pedestal bernilai tinggi dan berukuran besar, maka perlu mendapat pengamanan, yaitu paling tidak diberi jarak yang cukup aman dari jangkauan pengunjung. Alas koleksi yang berukuran kecil diletakkan di vitrin sebagai alat bantu agar benda dalam vitrin dapat disajikan dengan baik. Ukuran tinggi rendahnya harus disesuaikan dengan besar kecilnya koleksi yang diletakkan di atasnya. commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.10. Pedestal atau alas koleksi ( Sumber : DPK, 1994 : 47 )
Gambar 2.11. Bentuk-bentuk pedestal atau alas koleksi ( Sumber : DPK, 1994 : 54 )
d.
Persyaratan ruang pamer Persyaratan ruang pada ruang pamer sebagai fungsi utama dari museum. Beberapa persyaratan teknis ruang pamer sebagai berikut : 1.
Pencahayaan dan penghawaan Pencahayaan dan penghawaan merupakan aspek teknis yang utama yang perlu diperhatikan untuk membantu memperlambat proses pelapukan dari koleksi. Untuk museum dengan koleksi utama kelembaban yang disarankan adalah 50% dengan suhu 210C-260C. Itensitas cahaya yang disarankan sebesar 50lux dengan meminimalisir radiasi ultra violet. Beberapa ketentuan dan contoh penggunaaa cahaya alami pada museum sebagai berikut
commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.12. Pencahayaan alami (Sumber :Technical report of the iluminating engineering society)
2.
Ergonomi dan tata letak Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat, menikmat, dan mengapresiasi koleksi , maka perletakan peraga atau koleksi turut berperan. Berikut
standar-standar
perletakan koleksi diruang
pamer museum.
Gambar 2.13. Perletakan panil koleksi (Sumber :Technical report of the iluminating engineering society) 3.
Jalur sirkulasi didalam ruang pamer Jalur sirkulasi didalam ruang pamer hars dapat menyampaikan informasi, membantu pengunjung memahami koleksi yang dipamerkan. Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga pada runtutan cerita yang ingin disampaikan dalam pameran.
commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.14. Sirkulasi ruang pamer
4.
Sarana penunjang pameran Sarana penunjang ini dimaksudkan sebagai unsur yang melengkapi terwujudnya suatu pameran. Sesuai dengan fungsinya sebagai sarana penunjang, sarana ini selain membuat pengunjung lebih nyaman, juga pemgunjung mudah menikmati sajian koleksi dan mudah memahami informasi yang disampaikan melalui pameran. Yang termasuk sarana penunjang dalam museum antara lain a.
Label Merupakan bentuk informasi verbal, bisa disingkat dan bisa diperpanjang sesuai dengan kedudukannya. Label dibagi dalam lima jenis, yaitu : label judul, label sub judul, label pengantar, label kelompok, dan label individu.
b.
Sarana penunjang koleksi Koleksi penunjang biasanya dibuat untuk memudahkan pengunjung untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan jelas. Koleksi penunjang dapat berupa peta, denah, foto, sketsa lukisan, grafik, miniatur, patung peraga, dan lain-lain. - Sarana pengamanan Sarana ini ada yang berbentuk sederhana seperti pagar pembatas, rambu-rambu petunjuk dan larangan di dalam ruang pameran, serta berupa peralatan canggih yang berupa cctv, peralatan alarm, dan lain-lain. commit to user - Sarana publikasi
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bentuk sarana ini berupa poster, spanduk, lembaran lepas, folder, brosur, iklan, dan lain-lain. -
Sarana pengaturan cahaya Merupakan sarana penunjang yang sangat berpengaruh pada keberhasilan suatu pameran. Karena pengadaan cahaya buatan akan membutuhkan banyak biaya, maka sebaiknya desainer perlu memanfaatkan cahaya alam yang masih mungkin digunakan pada pameran yang buka pada siang hari, untuk mengurangi beban biaya pencahayaan pameran, terutama pada pameran tetap museum. namun perlu diingat bahwa penggunaan harus diusahakan pengurangan efek negatifnya terlebih dahulu, misalnya melalui penggunaan filter atau penggunaan reflektor yang dapat menyerap sinar ultra violet. Sarana tata cahaya ini umumnya berupa instalasi lampu listrik di dalam vitrin atau di luar vitrin.
-
Sarana pengaturan warn Untuk memilih warna supaya ada hubungan yang serasi antara benda dan ruangan yang ada, perlu petunjuk warna. Hal ini dapat diperoleh dari agen-agen cat. Memilih warna membutuhkan kepekaan khusus yang diperoleh melalui latihan-latihan dalam menggunakan warna.
-
Sarana pengaturan udara Dalam ruangan pameran, hal ini sering kurang mendapat perhatian. Banyak ruangan pameran terasa panas karena kurang lancarnya sirkulasi udara dalam ruangan, sehingga pengunjung kurang memperoleh suplay udara segar dari luar. Untuk ruangan yang tidak menggunakan AC, perlu adanya ventilasi udara yang cukup atau kalau perlu menggunakan kipas angin untuk membentu pemasukan dan
-
pengedaran udara segar ke dalam ruang pameran. commit to user Sarana audiovisual
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sarana ini baik digunakan untuk menambah informasi tentang benda-benda koleksi yang dipamerkan. Selain itu membuat pengunjung semakin mudah untuk menangkap informasi pameran, bahkan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat menambah semaraknya suasana pameran. Sarana ini biasanya berupa rekaman video dengan monitornya, atau penayangan yang memberi penjelasan tentang slide yang ditayangkan. -
Sarana angkutan dalam ruang Hal ini sering diabaikan oleh penyelenggara pameran, padahal sarana ini sangat diperlukan terutama untuk mengangkut koleksi yang mudah pecah. Sarana ini berupa rak dorong.
-
Dekorasi ruangan Termasuk sarana penunjang karena secara tidak langsung berpengaruh terhadap kenyataan dan kebersihan ruang pamer. (DPK, 1994 : 9)
5.
Penunjang koleksi : 1. Foto Foto untuk sarana penunjang koleksi sebaiknya dibuat dengan ukuran yang tidak terlalu kecil. Sehingga sangat sulit untyk dilihat pengunjung dalam jarak + 3m. Ukuran 30X45 , 45X60, sudah cukup jelas terlihat oleh pengunjung. Bingkai untuk foto penunjang koleksi sebaiknya jangan terlalu menonjol. 2. Sketsa/lukisan Informasi kadang-kadang
tidak jelas bila disampaikan melalui
penggambaran kata-kata atau kalimat saja bila diutarakan dengan kata-kata terlalu panjang. Sketsa adalah suatu penggambaran visual tentang suatu peristiwa atau kejadian pada suatu tempat. Biasanya to user dibuat secara tepatcommit dan sangat sederhana., baik dalam pewarnaan,
perpustakaan.uns.ac.id
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 39 digilib.uns.ac.id
maupun dalam bentuknya namun sudah cukup mengesankan atau mewakili objek yang diwakilkan. 3. Lukisan Penggambaran yang lebih lengkap dari sketsa. Disamping itu warna, komposisi, dan bentuk harus lebih jelas. Suasana yang digambarkan hendaknya diungkapkan dengan dukungan teknik penguasaan warna dan garis yang ekspresif sehingga hasilnya lebih hidup dan berkesan dinamis. Disamping sebagai penunjan koleksi yang disajikan, lukisan juga dapat memberikan nlai artistik yang dapat memenuhi kebutuhan perasaan keindahan pengunjung museum. 4. Miniatur Bentuknya lebih kecil dari benda yang sebenarnya. Pembuatannya berdasarkan skala. Bahan yang digunakan tidak harus sama jenisnya dengan benda yang aslinya. Namun harus dibuat setepat mungkin sama dengan benda asli, hanya ukurannnya saja yang berbeda. Misalnya dalam pewarnaan dan ornamen harus sama. 5. Patung/peraga Patung peraga sangat penting untuk menunjang koleksi yang dipamerkan. Patung adalah benda yang bersifat tiga dimensional yang wujudnya dapa dilihat dengan jelas. Pembuata patung peraga harus memperlihatkan segi anatomi disamping tujuan penyajiannya harus jelas, untuk mewakili apa patung tersebut dibuat. 6. Kapstok Kapstok adalah salah satu alat bantu/peraga untuk menyajikan koleksi tekstil. Tujuannya agar benda koleksi tersebut nampak penggunaannya dalam kehidupan manusia. Contohnya : untuk menyajikan sebuah gaun agar kelihatan bentuk dan penggunannya perlu dibuatkan kapstoknya. Kain-kain yang mempunyai hiasan, ornamen yang indah perlu diperlihatkan. Juga susunan ornamen to user jangan sampai terbalik. Dengan harus diperhatikan commit agar posisinya
perpustakaan.uns.ac.id
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 40 digilib.uns.ac.id
menggunakan kapstok kain tersebut dapat diatur menurut keinginan penyaji sesuai dengan penataan pameran koleksi museum.
6.
Sarana pameran Untuk tujuan penyajian koleksi museum dalam bentuk pameran diperlukan sarana pameran baik yang langsung maupun tidak. Bentuk harus disesuaikan
dengan bentuk ruangan dan koleksi yang akan
dipamerkan. Disamping itu perlu dipertimbangkan keamanan, keawetan dan keindahan koleksi. 7.
Peralatan museum Museum harus memiliki sarana dan prasarana museum berkaitan erat dengan kegiatan pelestarian, seperti vitrin, sarana perawatan koleksi (AC, dehumidifier, dll.), pengamanan (CCTV, alarm system, dll.), lampu, label, dan lain-lain.
8.
Organisasi dan ketenagaan Pendirian museum sebaiknya ditetapkan secara hukum. Museum harus memiliki organisasi dan ketenagaan di museum, yang sekurangkurangnya terdiri dari kepala museum, bagian administrasi, pengelola koleksi (kurator), bagian konservasi (perawatan), bagian penyajian (preparasi), bagian pelayanan masyarakat dan bimbingan edukasi, serta pengelola perpustakaan.
9.
Sumber dana tetap Museum harus memiliki sumber dana tetap dalam penyelenggaraan dan pengelolaan museum.
3.
Tinjauan Sirkulasi a.
Pengertian Menurut francis DK.Ching (1996) dalam bukunya arsitektur : bentuk, ruang dan susunan jalan sirkulasi dapat diartikan sebagai tali yang terlihat yang menghubungkan ruang-ruang suatu bangunan atau commit to maupun user luar bersama. suatu deretan ruang-ruang dalam
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 41 digilib.uns.ac.id
Sirkulasi umum pengunjung (sirkulasi antar ruang-ruang museum) Sirkulasi atau pergerakan pengunjung di dalam ruang pamer, polanya berdasarkan dari lay out bangunan, namun tidak menutup kemungkinan tergantung pada prilaku pengunjung sendiri. Sirkulasi memberikan kesinambungan pada pengunjung terhadap fungsi ruang, antara lain dengan penggunaan tanda-tanda pada ruang sebagai petunjuk arah jalan tersendiri.
Gambar 2.15. Sirkulasi didasarkan pada penempatan bukaan pintu (sumber : J.Pamudji Suptandar, 1999 : 114)
Gambar 2.16. Arus dan sirkulasi koleksi didalam museum. commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A, B, C, dan E merupakan daerah koleksi diadakan atau asal koleksi diperoleh. (sumber : J.Pamudji Suptandar, 1999 : 115)
Penggunaan tangga juga sangat diperlukan dalam sirkulasi disebuah gedung, gunanya sebagai penghubung antar lantai. Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tangga ini adalah tidak menimbulkan kesulitan dalam segi arsitektur , juga memudahkan bagi penyandang cacat
untuk
melaluinya
disamping
pula
kemudahaan
untuk
memindahkan barang-barang. Tangga hendaknya diatur dalam satu kelompok tingkat dan tidak terpisah-pisah, seperti ada 2-3 tingkat dari ruang depan ke lobby, kemudian dari lobby ke ruang pamer disebelahnya, demikian pula antar ruang-ruang lainnya. Tangga utama sebaiknya dihubungkan dengan lobby dengan pertimbangan kenyamanan dan ekonomis ruang, tidak semestinya diletakkan
diruang pamer, karena akan menganggu sirkulasi dan
penataan benda koleksi. Untuk penanggulangan kebakaran, sebaiknya setiap tangga diatur serta dihubungkan dengan pintu-pintu yang dapat dibuka dan ditutup dengan cepat. Anak tangga sebaiknya disusun sederhana sehingga tidak mengganggu sirkulasi yang tidak penting serta dibuat senyaman mungkin. Tangga-tangga harus mempunyai penerangan buatan yang cukup. Elevator juga dapat dipasang pada bangunan museum, jumlahnya tergantung pada kondisi museum. Museum besar umumnya memiliki
dua
elevator.
Elevator
untuk
manusia
dan
barang
menggunakan tombol-tombol otomatis, pintu elevator pun dibuat secara otomatis. Untuk barang, pintu elevator terbagi dua secara horizontal ditengah dan dibuka keatas dan bawah. Sebagai
alternatif pengganti tangga dan elevator, dapat commit (Rump) to user dan escalator yang banyak dipergunakan jalur landai
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dipergunakan pada bangunan modern. Untuk bangunan museum, penggunaan jalur landai maupun escalator dianggap masih baru dan umumnya dipakai untuk membentuk ruang. Rump atau jalur landai tidak mahal dalam pengkonstruksian maupun pengoperasionalnya, sedangkan escalator lebih mahal baik dalam hal pemasangan maupun pengoperasiannya.
-
Penerapan sistem sirkulasi pada bangunan : 1.
Sirkulasi eksternal bangunan a) Sistem pencapaian bangunan Pencapaian menuju bangunan dipilih pencapaian berputar dengan pertimbangan salah satu fungsi bangunan sebagai arena pameran (outdoor dan indoor) yang menonjolkan unsur informatif dan memerlukan akses yang mendukung kondisi tersebut, pencapaian berputar juga sesuai dengan bangunan multi fungsi dimana akan mempermudah aksen terhadap fasilitas-fasilitas yang ada pada bangunan tersebut. b) Pengolahan sistem eksternal Karena bangunan yang direncanakan merupakan bangunan multi fungsi dengan berbagai macam pelaku kegiatan, maka perlu dilakukannya pemisahan entrance site juga dilakukan antara sirkulasi umum dengan sirkulasi kegiatan service.
2.
c.
Sirkulasi Internal bangunan
Hubungan sirkulasi dan ruang pamer Beberapa pola keterkaitan sirkulasi dan ruang pamer
commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.17. pola keterkaitan sirkulasi dan ruang pamer (sumber : Moh.Agung, 2002 : 55) Keterangan : 1.
Sirkulasi dari ruang ke ruang (room to room) Pengunjung mengunjungi ruang pamer secara berurutan dari ruang yang satu ke ruang pamer berikutnya.
2.
Sirkulasi dari koridor ke ruang pamer (coridor to room) Memungkinkan pengunjung untuk mengitari jalan sirkulasi dan memilih untuk memasuki ruang pamer melalui ruang koridor. Bila pengunjung tidak menghendaki suatu ruang pamer, maka pengunjung dapat langsung menuju ke ruang pamer berikutnya.
3.
Sirkulasi dari ruang pusat ke ruang pamer (nave to room) Di sini pengunjung dapat melihat secara langsung seluruh pintu ruang pamer,
sehingga
memudahkan
pengunjung
untuk
memilih
memasuki ruang pamer yang disukai. 4.
Sirkulasi terbuka (open) Sirkulasi pengunjung menyatu dengan ruang pamer. Seluruh koleksi yang dipajang dapat terlihat secara langsung oleh pengunjung, dan pengunjung dapat bergerak bebas dan cepat untuk memilih koleksi mana yang hendak diamati.
5.
Sirkulasi linier Dalam suatu ruang pamer terdapat sirkulasi utama yang membentuk linier dan menembus ruang pamer tersebut. Ada commit to user beberapa hal yang menjadi pertimbangan yang memungkinkan
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengunjung untuk tertarik bergerak mengunjungi ruang-ruang pamer, antara lain : a.
Keragaman antara ruang pamer, pengunjung tertarik memasuki ruang yang berbeda dengan harapan memperoleh pengalaman yang berbeda.
b.
Kejelasan pandangan terhadap suatu jalur sirkulasi utama, sehingga memudahkan pengunjung pada suatu ruang pamer untuk kembali atau pindah ke ruang lainnya melalui jalur utama yang dirasakan cepat.
c.
Peta-peta dan tanda-tanda pada jalan masuk ruang pamer.
d.
Pandangan
keluar,
memberikan
suasana
santai
dan
menciptakan kesan tetap adanya kedekatan dengan lingkungan luar. e. Pembagian
ruang
dengan
memanfaatkan
kolom-kolom
bangunan.
4.
Oganisasi ruang Ada beberapa jenis organisasi ruang, yang penentuannya tergantung pada tuntunan program bangunan, dengan memperhatikan faktor-faktor berikut: pengelompokan fungsi ruang, hiraki ruang, kebutuhan pencapaian pencahayaan dan arah pandang. Menurut J.Pamudji Suptandar (1999:112 114), Bentuk organisasi dapat dibedakan antara lain sebagai berikut: -
Organisasi Ruang Linear
Gambar 2.18. Organisasi Ruang Linear (Sumber : J.Pamudji Suptandar , 1999:112 114) commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Organisasi ruang ini diwujudkan dalam deretan ruang, masingmasing dihubungkan dengan ruang lain yang bersifat memanjang. Masing-masing ruang berhubungan secara langsung. Ruang mempunyai bentuk dan ukuran yang bentuk dan ukuran yang berbeda, tapi yang berfungsi penting diletakan pada deretan ruang.
-
Orientasi Antara sirkulasi dan orientasi yang berupa isyarat-isyarat spasial memiliki
keterkaitan
erat.
Pengaruh
isyarat
tersebut
terhadap
pengunjung selama memasuki ruang-ruang museum harus diperhatikan secara terpadu. Selain itu, rasa bingung pengunjung akibat dari kurang memadainya sistem sirkulasi dan isyarat spasial yang ada, ternyata menimbulkan kelelahan pengunjung. Untuk melawan tekanan dan rasa bingung, pengunjung memerlukan suatu sistem orientasi yang dapat memberikan ingatan yang kuat. Pengunjung membutuhkan penempatan tanda-tanda dan peta peta pada titik-titik lintasan utama seperti tangga, elevator, eskalator, teras tempat menunggu, tempat penyeberangan, titik peretemuan koridor, dan pintu masuk ke ruang pamer. Sirkulasi harus memberikan variasi titik utama (focal point), pemandangan (Vista), dan perubahan suasana. Selain itu harus menyediakan pusat orientasi yang jelas di mana pengunjung dengan mudah dan cepat dapat memetakkan ke dalam pemikirannya sebuah konfigurasi jalur-jalur yang ada dalam museum.
Pencarian orientasi oleh pengunjung museum Terlalu
banyak
pilihan
membingungkan pengunjung
commit to user
bisa
perpustakaan.uns.ac.id
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 47 digilib.uns.ac.id
Kebanyakan
pengunjung
bingung
terhadap posisi arah didalam museum seperti barat, timur, utara, dan selatan. Pengunjung arah
menghendaki
dalam
museum.
petunjuk
kebanyakan
pengunjung museum menemukan peta denah yang sulit untuk diikuti. Kebanyakan
pengunjung
museum
kembali mengikuti jalur semua selama mengunjugi museum.
ruang-ruang
Pengunjung
pamer
di
menggunakan
peta mencapai semua tempat mengikuti petunjuk yang dianggap menunjukkan arah
yang
menyenangkan
dan
menemukan jalur khusus. Pengunjung museum
lebih
cenderung
dengan
petunjuk
arah
dari
tertarik pada
membaca peta. Pengunjung yang memanfaatkan buku pedoman museum, membaca petunjuk arah dan menanyakan kepada penjaga cenderung tinggal lebih lama daripada yang tidak sama sekali. Pengunjung yang tidak terarah cenderung cepat merasa bosan dan langsung cepat meninggalkan ruang pamer. Petunjuk yang
tidak
memadai
merupakan
penyebab utama timbulnya kelelahan pengunjung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 48 digilib.uns.ac.id
Alat petunjuk biasanya berupa peta dan denah, buku pedoman, tanda-tanda staf informasi dan isyarat-isyarat penting lainnya.
Pengunjung
sistem
orientasi
menunjukkan
memerlukan fisik
arah
yang
yang
akan
dikunjungi baik jenis koleksi maupun jalur pencapaian yang mudah dan cepat. Pengunjung mencari titik utama sebagai acuan arah seperti foyer, penyebrangan, pertemuan
koridor
dan
Beberapa
pengunjung
mengikuti
suatu
lainnya. cenderung
rangkaian
sesuai
maksud dari merancang ruang pamer.
Tabel 2.1. Pencarian orientasi oleh Pengunjung Tipe dasar dari orientasi pengunjung di ruang pamer ( Sumber : D.A Robbilard,1982 ) Sirkulasi harus memberikan variasi titik utama (focal point), pemandangan (vista), dan perubahan suasana. Selain itu harus menyediakan pusat orientasi yang jelas dimana pengunjung dengan mudah dan cepat dapat memetakan kedalam pemikirannya seluruh konfigurasi jalur-jalur yang ada dalam museum Beberapa tanda yang dpat digunakan sebagai orientasi adalah landmark dalam bentuk ruang, benda, arah sirkulasi, kesinambungan dan skala jalur, pemakaian peta dan petunjuk yang jelas, serta penempatan lokasi peta, petunjuk dan landmark yang tepat. Tanda yang dapat digunakan sebagai orientasi adalah landmark, baik dalam bentuk ruang, bentuk benda, arah sirkulasi. Landmark dapat commit user juga dijadikan pedoman dalamto pencarian arah yang tepat, misalnya
perpustakaan.uns.ac.id
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 49 digilib.uns.ac.id
dalam ruang pamer tersebut ditengah dipasang materi koleksi yang dapat menarik pengunjung (point of interest), tentu tujuan utama pengunjung kearah materi tersebut baru melihat-lihat yang lain. Kelelahan pengunjung yang terjadi dalam museum
Tabel 2.2. Kelelahan pengunjung yang terjadi dalam museum ( Sumber : Adityawarman, 2004 : 44 ) -
Pemilihan rute Pemilihan rute merupakan motivasi pengunjung untuk memilih ruterute kunjungan yang lebih jelas dan pasti, berusaha menenukan tempattempat terbaik., seperti halnya berusaha mencari hall dan ruang pamer utama. Pengunjung sangat jarang membuat jalur pengamatan lengkap pada ruang pamer. Mereka cenderung melihat kearah area dinding sebelah kanan. Pengunjung lebih banyak mengambil rute terpendek diantara pintu masuk dan pintu keluar.
commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.3. Pemilihan rute oleh Pengunjung Pola pengunjung dalam pemilihan rute ( Sumber : D.A Robbilard, 1982 )
5.
Komponen pembentuk ruang a.
Lantai 1.
Batasan pengertian lantai a.
Lantai merupakan bagian bangunan yang berada di bawah dan diinjak.
b.
Lantai permukaan bangunan di dalam ruang di mana orang berjalan. commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Lantai merupakan bidang datar dan dijadikan sebagai alas dari ruang dimana aktivitas manusia dilakukan di atasnya dan mempunyai sifat/fungsi ruang.
d.
Sebagai pembagi ruang antar tingkat satu dengan tingkat berikutnya.
2.
Persyaratan lantai a.
Lantai harus kuat dan dapat menahan beban di atasnya.
b.
Mudah dibersihkan
c.
Kedap suara.
d.
Tahan terhadap kelembaban
e.
Memberikan rasa hangat pada kaki.
f.
dan lain-lain.
Lantai ruang pamer seharusnya tampak baik secara umum, cocok warna dan tonenya. Lantai tidak licin dan ekonomis dalam pemasangan dan perawatannya. Warna dan tone lantai adalah masalah selera, tapi perlu diingat bahwa warna permukaan yang mengkilap akan memantulkan, permukaan yang terlalu gelap akan menyerap cahaya dan akan mengkontraskan kecemerlangan yang akan mempengaruhi penglihatan, demikian pula jika permukaannya terlalu terang. Lantai harus lebih gelap daripada dinding (faktor refleksi difusi) ± 30%. Sebagai contoh linoleum coklat (12%) terlalu gelap, marmer putih (50%) \ terlalu terang. Teraso warna abu-abu atau terang, atau kayu yang dicat warna hangat sangat tepat. Warna-warna yang bervariasi untuk setiap ruangan sangatlah baik.
b.
Dinding 1.
Fungsi dinding dalam bangunan, antara lain : a.
Untuk menahan tepi dari urukan atau tumpukan tanah. commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Untuk menyokong atau menopang balok, lantai, dan langitlangit.
c.
Sebagai penyekat atau pembagi ruang.
d.
Sebagai pelindung api dari bahaya kebakaran.
e.
Sebagai latar belakang dari benda dalam ruangan.
f.
Sebagai unsur dekorasi dalam tata ruang
g.
Bisa menimbulkan kesan luas, tinggi, atau sempit dalam ruangan.
2. Persyaratan dinding adalah : a.
Keras dan kuat.
b.
Tahan terhadap panas dan dingin.
c.
Tidak terpengaruh dengan alam dan tahan lama.
d.
Warna tidak berubah.
e.
Tahan terhadap AC.
f.
Tahan terhadap air dan kelembaban.
g.
Kedap suara.
h.
Mudah dalam pemeliharaan.
i.
Tidak tembus cahaya dan tembus pandang.
j.
Cukup tahan getaran dan tidak retak.
Untuk dinding partisi, hendaknya sesering mungkin dibuat fleksibilitas penyusunan. Pembagian ruang yang tampaknya permanen, kadang-kadang menggunakan balok-balok tanah liat berlubang, gypsum, atau beton dan memerlukan sentuhan akhir interior. Partisi yang kurang permanen, menggunakan bahan plastik ringan dan untuk pembagian ruangan pamer menggunakan koleksi pameran itu sendiri. Partisi balok kaca digunakan dalam perpustakaan, museum, dan ruangruang kerja sebagai tambahan cahaya. Partisi lipat digunakan untuk membagi ruangan sesuai yang dikehendaki. Hal ini tampak di bangunan commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bagian pendidikan untuk kelas atau ruang rapat yang didesain sesuai kebutuhan. Beberapa cara peletakan materi koleksi yang terletak di dinding adalah menggunakan : a.
Dinding galeri kayu yang dilapisi pabrik
b.
Rel gantung Draperis (sebagai latar belakang obyek yang berdiri bebas)
C. Langit-langit 1.
Bentuk dan fungsi langit-langit, antara lain : a.
Penampilan dari langit-langit bisa bervariasi, misalnya dengan penurunan, bergelombang, dan lain-lain.
b.
Sebagai bidang penutup, pembatas, pembentuk pada bagian atas ruang.
c.
Tinggi rendah langit-langit dapat memberikan kesan luas dan sempitnya ruang.
d.
Untuk menempatkan titik pencahayaan dan penghawaan suatu ruang.
2.
Persyaratan langit-langit a.
Mudah pemeliharaannya
b.
Meredam suara/akustik
c.
Menunjang aspek dekoratif
d.
Tahan terhadap kelembaban
e.
Memperlihatkan kesan atau sifat ruangan tertentu.
f.
Mencerminkan unsur kemegahan dari bangunan itu.
g.
Pemasangan harus disesuaikan dengan sistem pencahayaan atau penghawaan, baik secara alami maupun buatan.
6.
Sistem Interior a.
Pencahayaan
commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Suatu ruang pamer museum membutuhkan pencahayaan dengan kualitas sebaik mungkin, dengan indeks penampakan warna 90, suhu warna kurang lebih 4000 kelvin. Untuk itu dapat digunakan pencahayaan umum berupa lampu TL putih yang mempunyai arus cahaya khusus. Meskipun Pemakaian lampu atau penerangan lain menghidupkan benda-benda yang sedang dipamerkan, pengaruhnya terhadap koleksi di ruang penyimpanan dalam waktu yang lama dapat berakibat buruk. Para kurator sepakat untuk menghindari pemakaian cahaya yang langsung menyinari tempat penyimpanan barang seperti lemari kaca, vitrin dan lain-lain. Bila pencahayaan ini memang diperlukan, maka pemakaian filter yang menyerap radiasi sinar ultra violet sangat disarankan, sehingga diperoleh cahaya dengan intensitas sebesar +100 foot candles saja. Intensitas sebesar inilah yang terbaik bagi benda-benda yang mudah rusak oleh pengaruh cahaya. OBYEK
MAKSIMUM ILLUMINASI
Benda-benda
yang tidak sensitive terhadap Bebas
dari
cahaya antara lain : logam, batu, kaca, keramik, ukuran cahaya barang perhiasan (batu-batu insan, berlian, dan sebagainya), tulang Benda-benda yang sensitive terhadap cahaya : 150 LUX lukisan, lukisan dinding, kulit, tanduk. Benda-benda yang sangat sensitive terhadap 50 LUX cahaya : tekstil, pakaian, seragam, lukisan cat air, lukisan tempera, printing dan drawing, naskah, benda-benda etnografi dan yang sejenis dengan itu. Tabel 2.4. Ukuran Penggunaan Illuminasi Cahaya terhadap BendaBenda Koleksi Museum (sumber : VJ. Herman, 1981 : 72) commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dua macam sumber cahaya yang dapat digunakan dalam ruang pameran di museum, yaitu : a.
Pencahayaan alami Sistem pencahayaan ini merupakan sistem yang sangat sederhana, yaitu hanya mengandalkan cahaya matahari pada siang hari. Sifat pencahayaan ini adalah : 1.
Cahaya alami siang tidak kontinue
2.
Cahaya matahari dapat merusak sebagian benda-benda koleksi museum, karena tingkat iluminasinya dan komposisi spektrum cahayanya Cahaya campuran yaitu sebagian dari cahaya matahari dan sebagian dari cahaya lampu yang biasa dipakai pada siang hari. Ilmu pengetahuan untuk museum, saat ini lebih menekankan lampu buatan di ruang pamer sehingga ruangan tertutup dari sinar matahari.
Sistem pencahayaan alami ada dua macam, yaitu: 1.
Pencahayaan sudut (corner lighting) Berguna untuk ruang yang berukuran sedang, hanya perlu satu jendela di dekat sisi ujung panjang. Obyek display diberi lampu buatan sesuai dengan sifat obyek.
2.
Pencahayaan ujung (end lighting) Cahaya siang masuk menuju ujung
ruangan
melalui
dinding
pendek.
Jendela
ini
memerlukan tirai (venetian blind) untuk mengatur cahaya alami. Dinding yang ada akan lebih luas untuk display. Sistem pencahayaan alami, berdasarkan sumbernya dibagi menjadi : a.
Sinar matahari
b.
Sinar bulan
c.
Sinar api dan sumber lain dari alam (fosfor dan sebagainya)
Untuk menanggulangi pengaruh buruk yang mungkin ditimbulkan to userke dalam ruang pamer, cahaya oleh cahaya matahari commit yang mauk
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut harus terlebih dahulu dipantulkan melalui bidang dinding yang sudah dicat dengan sinc oxide atau titanium trioxide. Dengan cara seperti ini, cahaya yang masuk akan diserap kadar radiasi ultra violetnya oleh bidang dinding yang sudah dicat. Cahaya yang dipantulkan ruang pamer hanyalah cahaya yang dilihat dan tidak mengandung kadar ultraviolet lagi, sehingga benda koleksi yang peka terhadap sinar matahari seperti yang terbuat dari kertas, tekstil, dan benda berwarna, terlindung dari bahaya kerusakan akibat pengaruh sinar alami. Pencahayaan alami berdasarkan sifatnya, dibagi menjadi : a. Pencahayaan langsung Merupakan pencahayaan yang berasal dari matahari atau secara langsung melalui atap/vide, jendela, genting kaca, dan lainlain. b. Pencahayaan tidak langsung Merupakan pencahayaan yang diperoleh dari sinar matahari secara tidak langsung. Sistem pencahayaan tersebut banyak kita temui penggunaannya dalam perancangan ruang dalam melalui skylight, permainan bidang kaca, dan lain-lain.
b.
Pencahayaan buatan Merupakan pencahayaan yang berasal dari cahaya buatan manusia. Pencahayaan buatan yang sering digunakan, dibagi menjadi : 1.
Lampu fluoresen Pengubahan energi listrik menjadi energi cahaya berlangsung dalam satu gas dalam tingkat atom, dan tidak disertai dengan energi panas. Biasnya lampu ini berbentuk pipa.
2.
Lampu pijar Jenis lampu ini, terangnya dari benda kawat yang panas, dimana sebagian energi berubah menjadi energi panas dan sebagian berubah menjadi energi cahaya. Di sini energi cahaya commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
timbul dari energi listrik dalam tingkat molekul dan disertai dengan energi panas. Pencahayaan buatan berdasarkan sifatnya dibagi menjadi : a.
Pencahayaan langsung Pencahayaan dimana semua sinar yang langsung memancar dari pusatnya ke arah obyek yang disinari. Sistem tersebut banyak menggunakan lampu-lampu sorot untuk menyinari unsur-unsur dekorasinya.
b.
Pencahayaan tidak langsung Merupakan
pencahayaan
jika
sumber
cahayanya
disembunyikan dari pandangan mata kita, sehingga cahaya yang kita rasakan adalah hasil pantulannya, terutama pada dinding atau langit-langit. Sistem tersebut digunakan untuk mengarahkan atau menuntun orang untuk menuju ke suatu obyek. (Pamudji Suptandar, 1999 : 224) Penggunaan cahaya buatan perlu dipertimbangkan juga. Biasanya kita menggunakan cahaya buatan ini tanpa adanya kontrol. Intensitas cahaya yang tidak terbatas akan merusak koleksi, karena obyek akan menjadi kekeringan. Akibatnya bisa pecah atau retak bagi benda koleksi, khususnya benda organik. Oleh karena itu perlu adanya pengaturan-pengaturan sehubungan dengan sarana-sarana yang digunakan museum, terutama yang berhubungan dengan penggunaan cahaya yang akan dipasang di dalam vitrin. Untuk menghindarkan benda koleksi dari bahaya kerusakan yang diakibatkan oleh faktor cahaya, maka perlu dilakukan pengontrolan cahaya yang masuk ke dalam koleksi. Untuk mengatasi intensitas cahaya, perlu digunakan peralatan pengukur yang disebut Lux Meter. Alat ini dapat memberi petunjuk secara pasti ketinggian intensitas cahaya yang ada di dalam suatu ruang pameran. Lampu yang digunakan dalam ruang pameran commitTL to user sebaiknya adalah lampu dan lampu pijar. Lampu pijar yang
perpustakaan.uns.ac.id
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 58 digilib.uns.ac.id
ditempatkan di dalam vitrin, hendaknya hanya diarahkan kepada benda koleksi yang disajikan. Lampu TL yang digunakan harus ditutup/dibatasi oleh tutup VV. Lampu-lampu TL yang digunakan untuk menyinari benda-benda yang peka cahaya seperti lukisan, kainkain, dan cetakan berwarna lainnya, sebaiknya pemasangan lampu berjarak ± 40 cm. Lampu pijar biasa dapat memantulkan cahaya yang gemerlap jika menyinari benda-benda yang mengkilat. Hal ini sangat baik digunakan pada vitrin yang memamerkan batubatu permata, perhiasan, dan koleksi yang terbuat dari kristal. Untuk menyajikan patung-patung batu yang besar atau patung perunggu, peralatan besi atau mesin-mesin, bisa menggunakan lampu spot light dari sudut-sudut tertentu. Khusus untuk museum, ruang pamer yang menggunakan pencahayaan buatan, memerlukan ketinggian antara 12-14 kaki. Apabila diterapkan penggunaan skylight, antara 18-19 kaki. Sedangkan apabila diterapkan keduanya mixed lighting, ketinggian langit-langit dapat bervariasi. Dari aspek konstruksi, harus dipertimbangkan penempatan ducting udara, sirkuit lampu, serta segi keamanannya karena mungkin terdapat berbagai peralatan elektrik, AC, lampu, dan lain-lain.
Gambar 2.19. Lampu TL untuk menerangi benda koleksi pada dinding (Sumber : DPK, 1994 : 94) commit to user Sistem peletakan sumber cahaya buatan :
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 59 digilib.uns.ac.id
Pencahayaan buatan umum Sistem pencahayaan ini berfungsi untuk menerangi seluruh ruang bagi kegiatan museum. Sistem ini dibagi menjadi empat :
b.
1.
Sistem pencahayaan langsung
2.
Sistem pencahayaan semi langsung
3.
Sistem pencahayaan semi tak langsung
4.
Sistem pencahayaan tak langsung
Pencahayaan buatan khusus Merupakan pencahayaan yang ditujukan untuk benda pamer museum. hal yang perlu diperhatikan adalah bentuk benda pamernya yang dapat dibagi dalam dua hal pokok, yaitu : Pencahayaan khusus untuk benda dua dimensi 1.
Untuk benda pamer pada bidang vertikal, sebaiknya peletakan sumber cahayanya memiliki sudut 30 derajat dari bidang tempat pemasangan benda pamer tersebut.
Gambar 2.20. Daerah refleksi pencahayaan terhadap benda pamer pada bidang vertikal (sumber : tehnical report of the illuminating engineering society, 1970:20) 2.
Untuk benda pamer pada bidang horizontal, sebaiknya pencahayaannya berada di luar daerah refleksi. Hal ini dikarenakan sering terjadi kesilauan yang mengganggu commit to user penglihatan pengunjung.
perpustakaan.uns.ac.id
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 60 digilib.uns.ac.id
Gambar 2.21. Pencahayaan khusus pada Ambalan Tempat Benda pamer di Bidang Horizontal (Sumber : technical report of the illuminating Engineer Society, 1970 : 20) 3.
Untuk mengatasi kesilauan, perlu dibuat daerah gelap pada langit-langit yang berada pada benda pamer tersebut. Hal ini berguna untuk menyerap pemantulan cahaya.
Pencahayaan khusus benda koleksi tiga dimensi 1.
Benda pamer pada kotak terbuka Benda pamer yang terletak pada kotak tanpa penutup dibutuhkan peletakan sumber cahaya dengan tingkat iluminasi tinggi. Tujuannya adalah untuk menonjolkan benda pamer dan menghilangkan bayangan. Salah satu cara terbaik dalam hal ini adalah dengan dua buah lampu sorot dengan sudut 300 dari titik pusat benda. Namun apabila ingin mendapatkan efek cahaya yang istimewa dapat mengubah sumber cahayanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 61 digilib.uns.ac.id
Gambar 2.22. Letak sumber pencahayaan terhadap benda pamer 3D (sumber : M Brawe, 1981 : 175) 2.
Untuk benda pamer pada kotak kaca Benda pamer dalam kotak kaca harus menghindari penyilauan, hal ini karena sifat kaca yang menimbulkan refleksi, menyebabkan pengamat menjadi silau. Unutk mengatasi refleksi pada bidang kaca ada tiga cara, yaitu dengan cara : a. Peletakan bidang kaca dengan arah vertikal Refleksi dapat diatasi dengan memberikan latar belakang yang gelap atau menggunakan lampu yang tersembunyi dibawah ambalan.
Gambar 2.23. Penempatan kisi-kisi dibawah lampu untuk mengatasi pengaruh refleksi cahaya (Sumber : M Brawe, 1981 : 176)
b. Peletakan bidang kaca miring kearah vertikal Untuk peletakan bidang kaca dengan arah miring ke arah vertikal, refleksinya dapat diatasi denga meletakkan lampu yang dilengkapi penutup dibagian dalam kotak (pada bagian atas) dan meletakkan cermin dibagian bawah kotak.
commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.24 Refleksi pencahayaan pada bidang kaca miring kearah vertikal (sumber : technical report of the illluminating engineering society, 1970 : 21) c.
Peletakan bidang kaca miring kearah horizontal
Gambar 2.25.Refleksi pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah horizontal (sumber : technical report of the illluminating engineering society, 1970 : 21)
b.
Penghawaan Ruang pameran perlu dijaga sirkulasi udaranya. Sistem penghawaan buatan yang umum digunakan didalam sebuah museum : 1. Sistem heating atau radiator, fungsinya untuk meninggikan shu dengan cara sistem pemanasan air. Sistem ini biasa digunakan didaerah yang beriklim sub tropis. 2. Air conditioning (AC), fungsinya untuk memenuhi kebutuhan commit to user temperature, kelembaban, aliran udara dan untuk menjaga
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kualitas udara yang benar terpelihara. Sistem penggunaan AC ini pada umumnya dipakai pada daerah yang beriklim tropis. (Vail, Coleman Laurence, 1950:150) Untuk membantu sirkulasi udara sebaiknya menggunakan kipas angin/fan. Hal ini digunakan untuk museum-museum yang tidak memiliki fasilitas AC. Untuk ruangan yang tidak ber-AC, penggunaan penghawaan alami di dalam ruangan, harus diperhatikan mengenai ventilasi silang yang merupakan ventilasi horizontal yang terbuka dari dua arah yang berhadapan. Untuk itu perlu direncanakan secara cermat dan baik, agar penghawaan alami yang dipergunakan sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 2.26. Kemungkinan yang terjadi dalam ventilasi silang ( Sumber : Y. B. Mangun Wijaya, 1980 : 179 ) Untuk ruangan museum yang ber-AC, pengaturan udara sudah dikendalikan oleh peralatan tersebut. Penggunaan AC tidak dianjurkan khususnya
untuk
museum-museum
daerah.
Lebih
dianjurkan
menggunakan ventilasi yang baik, sehingga suhu di dalam dan di luar gedung tetap sama. Dengan ventilasi saja, dapat terjadi tingkat kelembaban didalam ruangan menjadi tinggi. Dalam pameran tetap, dapat dipasang alat dehumidifier agar kelembaban bisa dikurangi sampai sekitar 40-60%. Mengenai temperatur udara hendaknya dapat commit to user diturunkan sekitar 20-25%. (DPK, 1994 : 92)
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fungsi dehumidifier adalah untuk menyerap kelembaban udara yang berlebihan. Alat ini lebih cocok dipakai daripada AC, karena Indonesia adalah negara tropis yang dikelilingi laut, sehingga di musim kemarau pun, kelembaban udara relatif tinggi. Di samping alat tersebut, untuk menyerap kelembaban yang terjadi di dalam lemari, rak atau peti penyimpanan, dapat digunakan silica gel. Untuk mencegah kelembaban, digunakan lembaran tipis polyethylene. Untuk mencegah terjadinya goresan pada benda koleksi, sebaiknya agar benda-benda tersebut sebelum dibungkus dengan lembaran tipis tersebut, lebih dahulu diantar dengan anyaman kapas (cotton webbing). Apabila suhu di dalam ruang penyimpanan terlalu tinggi, sehingga udara terlalu kering, maka kekeringan tersebut dapat dikurangi dengan pemakaian alat humidifier. Sedangkan untuk mengurangi pencemaran, yaitu menyaring debu gas yang dihasilkan oleh zat-zat kimia, debu garam yang dibawa air laut, dan sebagainya, menggunakan airlocks. Pemakaian airlocks ini sangat membantu kebersihan ruangan gedung secara keseluruhan.
c.
Tata warna Peranan
warna
sangat
penting
dalam
pameran,
disamping
mempengaruhi perasaan akan situasi ruangan, juga memberikan sesuatu yang lain, yang bersifat kejiwaan. Jenis-jenis warna berikut, menjelaskan pengaruhnya pada ruang, antara tain : a) Ruang pamer yang dicat dengan warna dasar gelap, kelihatan menyempit. b) Ruang pameran yang dicat dasar terang, terasa lebih luas dari ukuran yang sebenarnya. c) Warna merah, kuning, jingga adalah warna panas yang mempunyai kekuatan merangsang, cepat menarik perhatian/menimbulkan commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perasaan suka Warna tersebut dapat dipergunakan dalam pameran temporer ataupun pameran keliling. d) Sedangkan warna biru, ungu adalah warna dingin, tenang, dan menyejukkan mata. e) Hijau adalah warna diantara panas dan dingin. Hijau akan menjadi panas apabila berubah kekuning-kuingan, dan akan menjadi dingin apabila berubah kebiru-biruan. f)
Warna biru, hijau, dan merah merupakan urutan yang paling baik.
g) Jingga, merah, dan biru, kuat menarik perhatian. h)
Sedangkan kuning, hijau, dan jingga, merupakan warnawarna yang paling
terang.
Untuk
ruangan
pameran
tetap.
sebaiknya
menggunakan warna netral, misalnya krem, abuabu, broken white atau menggunakan warna pastel.
d.
Akustik Pengkondisian suara bertujuan mengurangi gangguan bunyi yang ditimbulkan oleh suara baik dari dalam, maupun dari luar bangunan museum. gangguan bunyi khususnya pada suatu museum, biasanya berasal dari faktor kebisingan dari luar (seperti keramaian kendaraan pada jalur transportasi atau pada area parkir) serta kebisingan yang berasal dari dalam (seperti bunyi langkah kaki, pembicaraan pengunjung, dan bunyi yang ditimbulkan dari ruang pamer yang menggunakan efek sound system). Klasifikasi bahan penyerap, antara lain : 1.
Bahan berpori
2. Karakteristik dari bahan berpori : a.
Penyerapan bunyi lebih efisien pada frekuensi tinggi dibandingkan pada frekuensi rendah.
b.
Efisiensi akustiknya membaik pada jangkauan frekuensi rendah dengan bertambahnya tebal lapisan penahan yang padat commit to user dan dengan bertambahnya jarak dari lapisan penahan ini.
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Contoh : Papan serat (fiber board), mineral wools, selimut isolasi (semacam jaringan seluler dengan pori-pori saling berhubungan), plester lembut (soft plester)
7. Sistem keamanan Pengamanan
museum
merupakan
suatu
kegiatan
untuk
melindungi bangunan, koleksi, peralatan, personil dan pengunjung museum dari gangguan yang merugikan. Tujuan dari pengamanan museum ini, untuk mencegah, menghindarkan, dan menanggulangi kemungkinan yang dapat mengakibatkan kehilangan, kerusakan, kebakaran, dan gangguan ketertiban demi terwujudnya situasi dan kondisi museum yang tertib dan aman, baik bangunan, koleksi, peralatan personel dan pengunjung serta lingkungan. (DPK, 1994 : 39) Faktor-faktor
unsur
pengamanan
museum
yang
perlu
diperhatikan, antara lain : 1.
Faktor manusia a.
Banyaknya pengunjung museum yang datang dengan tujuan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Ada yang bertujuan untuk mengadakan studi dan penelitian, ada yang sekedar berekreasi, tetapi ada juga yang memanfaatkan untuk mencari keuntungan sendiri dengan cara mencuri barang-barang koleksi yang ada di museum.
b.
Secara sengaja mengotori, mencorat-coret dinding dan pagar, merusak
taman
membuang
yang
sampah
merugikan di
pihak
sembarang
museum,
tempat,
dan
sehingga
mengganggu kenyamanan dan ketertiban pengunjung museum. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, benda-benda koleks diletakkan di dalam vitrin atau diberi pagar. Penggunaan alat-alat canggih seperti kamera pengawas, penjaga, peraturan-peraturan dalam museum sangat dibutuhkan. 2. Fisik bangunan commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Bahan-bahan kimia untuk laboratorium dan konservasi tidak disimpan di tempat yang baik dan aman.
b.
Pintu, jendela, dan lemari-lemasi koleksi tidak dipasang dengan kunci-kunci yang baik dan kuat.
c.
Memilih dan menentukan bahan bangunan yang tidak mudah terbakar api.
3.
Peralatan dan sarana, antara lain : a.
Belum tersedianya alat pemadam kebakaran, sehingga bila timbul bahaya kebakaran tidak dapat tertolong. Untuk mengantisipasi bahaya kebakaran, dapat dicegah dengan memenuhi syarat-syarat keamanan bangunan, seperti : sprinkle, hydrant, kimia portable, smoke detector, penangkal petir, dan lainlain. Untuk koleksi, menggunakan gas pemadam khusus yang tidak merusak koleksi.
b.
Pada umumnya saluran air dan hidran (wall dan freezing hydrant) tidak mudah diperoleh, karena hanya pada lokasi gedung yang ada di kota besar saja yang sudah ada jaringan saluran dari PAM.
4.
Debu dan polusi udara (karbon, asam, dan garam) Debu dan polusi udara dapat menyebabkan perubahan warna serta penurunan kondisi koleksi dan akibat polusi itu sukar sekali dibersihkan. Untuk mengatasinya : a.
Penghijauan di sekitar bangunan sebagai filter penyaring udara.
5.
b.
Pengurangan lubang tempat masuknya debu.
c.
Pengkondisian ruang pameran dan gudang serta ruang kerja.
d.
Memberikan lapisan pelindung pada benda-benda koleksi.
e.
Menggunakan pelindung benda-benda koleksi (box kaca).
Alam dan lingkungan, antara lain : a.
Udara di daerah yang lembab, sehingga bisa merusak koleksi. commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Gangguan hewan atau binatang sejenis serangga yang menyerang dan merusak koleksi jenis kayu, kain, kertas, dan jenis jamur untuk koleksi perunggu, batu, dan lain-lain.
Untuk
kelembaban
dan
kekeringan
udara
perlu
dijaga
kestabilannya, karena perubahan temperatur dan udara yang terlalu kering membuat ketahanan koleksi menjadi rapuh, sedangkan kelembaban udara yang terlalu rendah akan mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Untuk menghindari kerusakan akibat kelembaban kekeringan dan temperatur, maka digunakan alat yang dapat mengatur kestabilan udara antara 45%-65%, yaitu dengan alat dehumidifyer dan humidifyer serta kestabilan temperatur antara 200C-240C dengan alat pengendali udara. 6. Cahaya Cahaya yang paling berbahaya bagi koleksi adalah sinar ultraviolet antara 3000A-40000A, karena dapat memudarkan warna obyek, sedang untuk cahaya buatan perlu diperhatikan radiasi panas akibat intensitas cahaya yang besar, yang biasanya digunakan untuk memfokuskan pada obyek (spot light). Untuk mengatasi hal ini sebaiknya digunakan filter ultraviolet matahari. Untuk cahaya buatan pada saat sekarang terdapat lampu fluorescent Phillips 37 tube yang dinyatakan sebagai lampu yang paling rendah kadar radiasinya.Pengamanan benda-benda koleksi lainnya dapat dilakukan dengan cara : a.
Penanganan umum melalui tata kerja dan tata ruang Untuk memjamin keamanan benda-benda koleksi ini, maka perlu ada pembagian tugas dan kewajiban yang tegas dan ketat antara para petugas. Tugas-tugas itu adalah : 1.
Memeriksa ruang-ruang penyimpanan secara rutin dan berkala.
2.
Menyelenggarakan pengamanan umum bagi seluruh commit to user fasilitas penyimpanan.
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. b.
Membuat peraturan yang ketat.
Pengamanan terhadap pencurian dan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Ada dua jenis pengamanan untuk dipakai diseluruh bangunan. Alat yang dimaksud adalah : 1. Sistem perlindungan sekitar (perimeter protection systems) Sistem ini dipakai unuk melindungi bangunan terhadap bahaya
dari
luar.
Penekanan
pengamanan
terutama
ditujukan pada jendela, pintu, atap, lubang ventilasi, dan dinding-dinding yang mudah ditembus. Di dalam ruang pamer ada
kekhawatiran dan kerusakan benda-benda
koleksi, seperti yang dikemukakan oleh Udansyah dalam bukunya berjudul sarana pameran di museum antara lain: a.
Vandalisme Kebiasaan Vandalisme ini banyak terjai karena keisengan dan kurannya kesadaran akan benda-benda yang berniai sejarah dan kurangnya apresiasi kepada nilai-nilai kebudayaan
b.
Touch complex (penyakit ingin meraba Umumnya orang tidak puas melihat saja, mereka masih penasaran apabila tidak meraba benda-benda koleksi yang dilihatnya.
c.
Kelalaian yang dilakukan oleh pengunjung Bersandar pada benda koleksi, panil, atau benda lainnya, membuang sampah sembarangan, meludah menaikkan kaki pada benda koleksi merupakan sedikit contoh
kelalaian
yang
sering
dilakukan
oleh
pengunjung. d.
Kebiasaan merokok Disamping asap rokok yang bisa menyebabkan polusi commit toapabila user ruangan tersebut menggunakan udara, terutama
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
AC, abu rokok pun menyebabkan ruangan menjadi kotor, apabila bila membuang puntung rokok tidak pada tempatnya, apabila puntung rokok tersebut masih menyala dapat mengakibatkan kebakaran. e.
Pencurian Meskipun pencurian jarang terjadi tetapi apabila ini sampai terjadi akan sangat merugikan sekali baik bagi pihak museum maupun pihak pengunjung sendiri.
2.
Sistem perlindungan dalam (Interior Protection Systems) Jenis ini sanat bermanfaat dalam pemgamanan gedung, apabila teryata sistem perimeter gagal berfungsi, misalnya bila pencuri/penjahatnya telah berhasil menyelinap masuk dan bersembunyi didalam gedung sebelumnya saatnya pintu-pintu ditutup. Contoh yang paling sederhana dari jenis ini ialah kunci. Kalau alat diatas banyak pula ragamnya. Ada yang bekerja secara mekanis, ada yang secara elektris. Diantaranya adalah: a.
Saklar magnetic (magnetic contact switch)
b.
Pita kertas logam (metal foil tape)
c.
Sensor permberitahuan/pencegahan bila kaca pecah (glass breaking sensor)
d.
Kamera pemantau (photoelectronic eyes)
e.
Pendeteksi getaran (vibration detectors)
f.
Pemberitahuan/peringatan getaran (internal vibration sensor)
g.
Alat pemasuk data pada pintu (access control by remote door control)
h.
f.
Pengubah sinar infra merah (passive infra-red)
Pengaman terhadap keamanan commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perlindungan terhadap bahaya kebakaran dapat dimulai dengan pemasangan konstruksi bangunan tahan api terutama di ruangan yang mudah terbakar. Ruangan juga perlu memiliki pintu-pintu api. Juga dapat pula digunakan dinding-dinding khusus. Bagian penting dalam perencanaan pengisolasian bencana (api) adalah dengan menempatkan tangga pada tempat yang tepat. Tangga utama mungkin tidak dapat didesain seperti ini, tapi tangga sekunder untuk umum dan staf hendaknya diletakkan didekat dinding dan pintu. Berkaitan dengan bencana kebakaran, ruangan museum terbagi dua yakni : 1.
Ruangan-ruangan dimana air untuk memadamkan api dapat juga merusak seperti halnya api itu sendiri. Contoh : ruang pamer, ruang kurator, ruang penyimpanan.
2.
Ruang yang bila ada kerusakan tidak akan terlalu serius.
Berkaitan dengan perlindungan terhadap api adalah masalah yang timbul akibat resiko perang dan juga gempa bumi. Resiko bahaya dari hal ini dapat muncul dengan pemakaian kaca diatas kepala yang terlalu berlebihan atau konstruksi lain yang rendah tingkat keselamatannya. Ada dua sistem alat pendeteksi yang dikenal, yaitu: 1.
Pendeteksi panas (thermal detector) yang akan bereaksi terhadap perubahan suhu
2.
Pendeteksi asap (smoke detector) yang bereaksi terhadap gas atau aerosol yang keluar pada saat kebakaran.
Mengenai alat pemadam kebakaran dapat dipilih dibawah ini, yakni : 1.
Sistem penyemprotan (sprinkler system)
2.
Sistem pemadaman dengan gas (gas system)
3.
Tabung pemadaman api (portable fire extinguisher)
Untuk ruang penyimpanan koleksi, maka portable fire extinguisher, yaitu
dari
jenis
dry
chemical
extinguisher
kiranya
paling
menguntungkan, karena tepung residu yang ditinggalkan tidak merusak commit to user semua jenis benda. (IGN Soekono, 1996 : 15)
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Tinjauan tentang Kebudayaan Lampung : Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Kebudayaan
adalah
hasil
karya
manusia
dalam
usahanya
mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan dan meningkatkan taraf kesejahteraan dengan segala keterbatasan sumber-sumber alam yang ada disekitarnya. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi kerangka landasan bagi mewujudkan dan mendorong terwujudnya kelakuan. Kebudayaan dilihat sebagai “mekanisme kontrol” bagi kelakuan dan tindakan-tindakan manusia (Geertz, 1973a), atau sebagai “pola-pola bagi kelakuan manusia” (keeseing & keesing, 1971). Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan bendabenda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Dalam pengalaman dan proses belajar manusia, sesungguhnya dia memperoleh serangkaian pengetahuan mengenai simbol-simbol. Simbol adalah segala sesuatu (benda, peristiwa, kelakuan atau tindakan manusia, ucapan) yang telah ditempeli sesuatu arti tertentu menurut kebudayaan yang commit to user utama perwujudan kebudayaan bersangkutan. Simbol adalah komponen
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karena setiap hal yang dilihat dan dialami oleh manusia itu sebenarnya diolah menjadi serangkaian simbol-simbol yang dimengerti oleh manusia. Sehingga Geertz (1966) menyatakan bahwa kebudayaan sebenarnya adalah suatu sistem pengetahuan yang mengorganisasi simbol-simbol. Dengan adanya simbol-simbol ini kebudayaan dapat dikembangkan karena sesuatu peristiwa atau benda dapat dipahami oleh sesama warga masyarakat hanya dengan menggunakan satu istilah saja. Dalam setiap kebudayaan, simbol-simbol yang ada itu cenderung untuk dibuat atau dimengerti oleh para warganya berdasarkan atas konsep-konsep yang mempunyai arti yang tetap dalam suatu jangka waktu tertentu. Dalam menggunakan simbol-simbol, seseorang biasanya selalu melakukannya berdasarkan
aturan-aturan
untuk
membentuk,
mengkombinasikan
bermacam-macam simbol, dan menginterpretasikan simbol-simbol yang dihadapi atau yang merangsangnya. Kalau serangkaian simbol-simbol itu dilihat sebagai bahasa, maka pengetahuan ini adalah tata bahasanya. Dalam antropologi budaya, pengetahuan ini dinamakan kode kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaan : 1.
Kesenian
2.
sistem teknologi dan peralatan
3.
sistem organisasi masyarakat
4.
bahasa
5.
sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
6.
sistem pengetahuan
7.
sistem religi
Wujud kebudayaan : Menurut J.J.Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yakni : 1.
Gagasan wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya user diraba atau disentuh. Wujud yang bersifat abstrakcommit tidak todapat
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau dialam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan , maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut. 2.
Aktivitas Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
3.
Artefak (karya) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa bendabenda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
-
Latar belakang kebudayaan a.
latar belakang sejarah Zaman pra sejarah terdapat petunjuk bahwa pada zaman pra sejarah daerah lampung telah didalami oleh manusia. Hal itu telah dibuktikan dari hasil penelitian yang pernah dilakukan beberapa periode berselang maupun beberapa penelitian terakhir : commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
di muara Way Manullah (dekat perbatasan provinsi lampung dan propinsi
bengkulu
ditemukan
apa
yang
lazim
disebut
“kyokkermoddiger” yaitu tumpukan kulit kerang yang sudah membatu, bekas sisa makanan manusia di masa yang telah silam dari
suatu
generasi
yang
hidup
disekitar
pantai.
Kyokkenmoddiger Way manullah ini walaupun tidak sepanjang yang pernah ditemukan dibagian timur aceh, cukup menjadi bukti bahwa dipesisir lampung barat bagian utara pernah didalami manusia pra sejarah. 2.
Pada tahun 1958 didaerah pesisir utara (kabupaten lampung utara) penduduk setempat pernah menemukan beberapa guci tanah yang berisikan kapak-kapak batu yang sudah halus buatannya. kapakkapak batu ini diperkirakan tidak lain dari hasil karya manusia pra sejarah pada zaman neolithikum.
3.
dikampung batu brak kecamatan belalau kabupaten lampung utara ditemukan peninggalan pra sejarah berwujud "dolmen" yang diapit oleh semacam "menhir".
4.
diliwa ibukota kecamatan balikbukit, kabupaten lampung utara, pada bulan april tahun 1974 team survey kantor pembinaan permuseuman perwakilan departemen P dan K propinsi lampung, menemukan "arca tua" yang diperkirakan dari zaman pra sejarah. arca batu tersebut masih sangat kasar dan jelas termasuk arca nenek moyang.
5.
dikampung pugung raharjo kabupaten lampung tengah masih terdapat peninggalan berbentuk perbentengan kuno yang terbuat dari gundukan/ tembiok tanah. dalam perbentengan ini ditemukan peninggalan megalithikum berbentuk "phallus" yang masih kasar. commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6.
dikampung batu badak, kabupaten lampung tengah ditemukan pula arca batu yang berbentuk seekor badak, yang diduga sebagai peninggalan manusia pra sejarah.
7.
dikampung kedaton,
kira-kira 1km disebelah utara kota
tanjungkarang pada lokasi perkebunan karet milik PNP X, pada tahun 1920 pernah ditemukan kapak batu palaeolithikum. alat-alat pra sejarah dari bahan perunggu atau besi sampai saat ini belum banyak ditemukan dilampung. ada ditemukan beberapa buah kapak perunggu dan nekara dari tipe Heger I. kapak-kapak sepatu ditemukan dikampung suoh (kecamatan kota agung, kabupaten lampung selatan). nekara yang pernah ditemukan ada dua buah diperbatasan kotaagung,Suoh pula. mungkin sekali arca di bojong, kabupaten lampung selatan adaalh jenis arca nenek moyang dari zaman perunggu, sebab bagian pinggang area bojong itu terpahat jelas bentuk semacam pisau belati.
dari bukti-bukti diatas dapat
disimpulkan bahwa pada zaman pra sejarah didaerah lampung sudah didiami oleh masyarakat manusia yang menetap dari tipe yang sederhana. Zaman Hindu, membawa perubahan besar bagi masyarakat suku-suku bangsa yang mendiami nusantara ini. pengaruh hindu bukan saja telah mengantarkan bangsa-bangsa diindonesia memasuki zaman sejarah tetapi juga telah menimbulkan perubahan susunan masyarakat dalam bentuk kepercayaan sehingga mempengaruhi pula peri kehidupan dan adat-istiadat masyarakat. secara tegas belum dapat dipastikan bilamana berakhir zaman pra sejarah didaerah lampung. petunjuk yang dapat memberikan keterangan adalah ditemukannya beberapa prasasti batu di beberapa tempat di daerah lampung. salah satu dari pada prasasti itu adalah yang ditemukan di Palas Pasemah, kabupaten lampung selatan. commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hasil penelitian Drs.buchori salah seorang arkelog bangsa indonesia, ternyata prasasti Palas pasemah itu memakai huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. menilik bentuk huruf dan isinya ada persamaan dengan prasasti karangberahi diajmbi dan prasasti kota Kapur di Bangka. jadi prasasti Palas Pasemah berasal dari abad VII (prasasti kota Kapur berangka tahun 608 Saka atau tahun 686 masehi). Beberapa jauh pengaruh Hinduisme/Budhisme dilampung, dapat dinilai dari banyaknya peninggalan-peningalan dari yang telah berhasil ditemukan, antara lain : 1.
arca lembu nandi dimuara way batu laka, kampung melayu, kecamatan pesisir utara, kabupaten lampung utara.
2.
area ular dikampung way batang, kecamatan pesisir utara dikabupaten lampung utara.
3.
prasasti bawang/haur kuning, kecamatan balik bukit , kecamatan lampung utara.
4.
arca orang dikampung Pugung Raharjo, kecamtan jabung kabupaten lampung tengah (arca ini peninggalan budhisme)
5.
arca gajah dikampung batu bedil dan prasasti batu bedil ilir, kecamatan pulau Panggung kabupaten lampung selatan. prasasti ini menggunakan bahasa sansekerta dengan huruf jawa kuno, berisikan mantera budhis.
6.
arca gajah dikampung kolonis, kecamatan cukuh balak, kabupten lampung selatan.
7.
prasasti ulu belu, 9 kabupaten lampung selatan. prasasti ini sudah menjadi koleksi museum pusat dijakarta sejak tahun 1934, memakai bahasa melayu kuno bercampur bahasa jawa kuno yang menurut damais berasal dari abad 10-12masehi. commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8.
prasasti Palas Pasemah, kecamatan Palas, kabupaten lampung selatan. Dari beberapa prasasti tersebut terdapat petunjuk bahwa daerah
lampung menjadi daerah kekuasaan kerajaan sriwijaya (prasasti Palas Pasemah, arca orang di pugung raharjo), Hilman hadikusuma SH dalam tulisannya yang berjudul "persekutuan hukum adat abung" mempunyai dugaan bahwa keempat umpu, umpu nyerupa, umpu bejalan diway, umpu pernong, dan umpu belunguh adalah pembawa agama islam. Mengenai asal-usul lampung bahwa diantara keempat umpu itu ada yang berasal/datang dari pagarruyung disumatera barat. dengan demikian berarti masuknya agama islam kelampung (didaerah belalau) dari pagarruyung (sumatra barat). lain halnya dengan pendapat dari team penelitian fakultas keguruan universitas lampung pada tahun 1971 yang menyatakan bahwa masuknya pengaruh islam yang mula-mula dilampung berasalan dari daerah aceh.
mereka
mengajukan bukti dengan ditemukannya sebuah nisan dikampung muara batang kecamatan Palas, kabupaten lampung selatan. batu nisan itu bentuknya serupa dengan batu nisan malik al-saleh di Pasai. team ini menunjuk abad ke XIV masuknya islam dilampung. selain kedua pendapat diatas ada juga pendapat yang menyatakan bahwa masuknya islam pertama kali kelampung adalah dari banten.
dengan tidak
mengesampingkan pendapat-pendapat diatas yang jelas bahwa dua kesultanan islam yaitu kesultanan palembang dan banten mempunyai pengaruh besar atas berkembangnya islam dilampung. -
kehidupan seni budaya dilampung : 1.
Pengaruh seni budaya asing Suku bangsa dilampung mempunyai seni budaya tersendiri yang commit to user mempunyai identitas tersendiri pula. mereka mempunyai adat-istiadat
perpustakaan.uns.ac.id
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 79 digilib.uns.ac.id
sendiri dan sampai kini masih tetap mereka jalankan sejauh tidak menyalahi adat syariat agama yang mereka anut. dapat dikatakan bahwa masyarakat lampung sebagai suku bangsa yang taat menganut agama, juga mereka memegang teguh adat-istiadat mereka. dalam abad ke-19 sangat sukar diperoleh data mengenai pengaruh kebudayaan asing ini. yang jelas ialah bahwa mereka telah menerima pengaruh kebudayaan hindu dan islam yang datanganya dari luar juga. tetapi setelah mereka menganut agama islam mereka menjadi penganut yang patuh. pengaruh asing barat dapat dikatakan sangat sulit untuk menebus kehidupan mereka. mereka masih melakukan kegiatan sebagaimana mereka telah lakukan beratus-ratus tahun sebelumnya. pengaruh asing barat dapat kita lihat dalam acara berpakaian. pada abad ini penduduk sudah berkenalan dengan pakaian ala barat. disamping itu kita lihat pula dari peninggalan-peninggalan sejarah didaerah kalianda berupa baju perang yang dapat merupakan tameng dari tikaman tombak atau keris. pakaian tersebut jelas bukan buatann anak negeri melainkan didatangkan dari luar. kemungkinan dari inggris atau tanah arab. walaupun demikian, secara keseluruhan dapat kita simpulkan bahwa kehidupan seni budaya dan kehidupan penduduk lampung dalam abad ke-19 tidak begitu terpengaruh oleh seni budaya yang dibawa oleh orang barat.(belanda).
2.
Pendidikan Dalam abad ke-19 pendidikan yang kita maksudkan ini lebih banyak menyangkut pendidikan tradisional. pendidikan yang dilaksanakan bersifat tradisional ialah berdasarkan kebutuhan semata-mata pada suatu hidup kemasyarakatan sesuai dengan nilai normatif masyarakat pada waktu itu. Pada dasarnya masyarakat lampung pada zaman dulu merupakan suatu bentuk kemasyarakatan yang sederhana. bimbingan commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang
diperlukan
untuk
mempersiapkan
anak-anak
supaya
berkemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya, diri, dan keluarganya, kelak ditangani sejauh mungkin dalam lingkungan keluarga batih masing-masing atau paling jauh dalam lingkungan keluarga cengkai (keluarga besar). 3. Kesenian Seperti halnya kebudayaan pada umumnya merupakan suatu usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya, demikian juga dengan kesenian. dalam seni rupa suku lampung mempunyai ciri khas tersendiri. -
Nilai-nilai budaya pada arsitektur tradisional : Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini kebenarannya oe yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaaan-perasaaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik atau yang buruk, sesuatu yang berharga atau tidak sesuatu yang bersih atau kotor dan sebagainya. Hal itu bisa terjadi karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral yang bersumber dari nilai-nilai moral tersebut adalah pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dipunyai oleh setiap manusia. Koentjaraningrat membedakan ada tiga wujud kebudayaan, yaitu : 1.
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya (sistem budaya)
2.
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat (sistem sosial)
3.
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (kebudayaan fisik). commit to user
Desain Interior Museum Kebudayaan Lampung 81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Arsitektur sebagai suatu bangunan di tinjau dari segi kebudayaan merupakan salah satu artefak hasil ciptaan umat manusia. Ciptaan manusia itu merupakan suatu rangkaian teknik-teknik yang berkaitan satu sama lain sehingga merupakan suatu sistem. Dengan demikian arsitektur sebagai suatu artefak ciptaan manusia merupakan lambang perwujudan sistem budaya yang sedang berlaku. Arsitektur tradisional dengan sendirinya merupakan lambang perwujudan siste teknologi, sistem sosial dan sistem budaya. Bagi masyarakat tradisional. Dengan demikian arstitektur tradisional adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat tradisional yang masih membawakan segala tata cara perilaku dan tata nilai kehidupan kolektif. -
Tinjauan tentang Lampung : Luas wilayah daerah lampung mencapai 35.376,50 km2, yang terbagi dalam emapat daerah tingkat II dan 71 kecamatan. Berdasarkan atas kebudayaan atau marga genealogis yang termasuk rumpun suku bangsa lampung mencakup daerah sumatera selatan bagian selatan samapi di kayu agung kabupaten ogan dan komering ulu, di sebelah barat samapi dikecamatan bintuhan kabupaten bengkulu selatan, propinsi bengkulu dan sebelah selatan sampai di beberapa daerah labahan,kabupaten serang, jawa barata yang dikenal dengan nama lampung cikoneng.
commit to user