BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berbicara mengenai sastra banyak hal yang dapat dianalisis di dalamnya, seperti bahasa yang digunakan, pesan yang disampaikan, latar belakang suatu karya sastra dihasilkan ataupun hal lainnya. Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan manusia yang sudah tentu mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kehidupan. Kata Sastra berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “sas” yang berarti mengarahkan, memberi petunjuk atau instruksi, sedangkan “tra” berarti alat atau sarana, jadi sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pelajaran yang baik (Ratna, 2003: 1). Dalam bahasa Arab sastra secara etimologi disebut dengan اﻻدب /al-adabu/ (Bisri, 1999: 312). Menurut Al-Hamid, dkk (1994:15): .اﻻدب هﻮ اﻟﻜﻼم اﻟﺠﻤﻴﻞ اﻟﺒﻠﻴﻎ اﻟﻤﺆﺛﺮ ﻓﻲ اﻟﻨﻔﺲ /Al-`adabu huwa al-kalāmu al-jamilu al-balīgu al-mu’asiru fi al-nafsi/. ’Sastra adalah kalimat-kalimat yang indah dan bagus yang dapat memberikan pengaruh kepada jiwa’. Secara umum sastra dalam bahasa Arab diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu : puisi dan prosa (Al-Hamid, dkk, 1994:16) . Puisi disebut dengan
اﻟﺸﻌﺮ/al-syi‘ru/ (Al-Bisri, 1999: 378) dan prosa disebut dengan اﻟﻨﺜﺮ/al-nasru/ (Al-Bisri, 1999: 271). Menurut Al-Hamid, dkk (1994:16) اﻟﻨﺜﺮ/ al-nasru / adalah:
.اﻟﻨﺜﺮ هﻮ اﻟﻜﻼم اﻟﺠﻤﻴﻞ اﻟﺬي ﻟﻴﺲ ﻟﻪ وزن وﻻ ﻗﺎﻓﻴﺔ /Al-nasru huwa al-kalāmu al-jamilu al-lazī laisa lahu waznun wa lā qāfiatun/. ‘Prosa adalah kalimat yang bagus dan tidak mempunyai pola serta tidak ada qafiah.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Husein (1952: 7) dalam Muzakki (2006: 45) syair adalah :
ااﻟﺸﻌﺮ هﻮ اﻟﻜﻼ م اﻟﺬي ﻳﻌﺘﻤﺪ ﻟﻔﻈﻪ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻮﺳﻴﻘﻲ واﻟﻮزن ﻓﻴﺘﺄﻟﻒ ﻣﻦ أﺟﺰاء ﻳﺸﺒﻪ ﺑﻌﻀﻬﺎ .ﺑﻌﻀﺎ ﻓﻲ اﻟﻄﻮل واﻟﻘﺼﺮ واﻟﺤﺮآﺔ /al-syi‘ru huwa kalāmu al-lazī ya‘tamidu lafzuhu ‘alā al-mūsīqī wa al-waznu fa yata`allafu min `ajzā`in yusbihu ba‘dahā ba‘dan fi al-tūli wa al-qasri wa alharakati/. ‘Syair adalah susunan beberapa kata-kata yang pengucapannya terikat dengan irama dan pola, karena itu syair tersusun dari beberapa bagian bunyi harakatnya satu sama lain mempunyai kesamaan bunyi, baik bunyi harkat panjang maupun bunyi harkat pendek’. Salah satu hasil karya sastra yang terkenal di kalangan masyarakat dan merupakan peradaban yang paling tertua adalah puisi (syair). Syair merupakan salah satu hasil karya sastra bangsa Arab. Bangsa Arab lebih menyenangi syair dibandingkan karya sastra lainnya, karena syair adalah salah satu seni yang paling indah yang sangat dihargai dan dimuliakan oleh bangsa Arab. Mereka sangat senang berkumpul mengelilingi penyair-penyair untuk mendengarkan syair. Orang yang membaca syair Arab akan melihat gambar kehidupan bangsa Arab dengan jelas pada syair itu. Dia akan melihat pada pasir, kemah-kemah, tempat-tempat permainan dan sumber-sumber air. Sebelum lahirnya Islam syair telah dikenal sebagai salah satu bentuk komunikasi yang paling banyak berperan, baik ketika damai maupun ketika perang, kegemaran bangsa Arab terhadap syair sangat besar sekali. Setelah datangnya Islam ke tengah-tengah bangsa Arab banyak yang mendalami ajaran Islam. Semuanya merasa kagum terhadap kefasihan Al-Quran, serta merasa betapa tinggi sastranya. Dalam menghadapi kenyataan ini banyak dari penyair yang terpengaruh oleh ketinggian dan keindahan sastra Al-Quran. Pada umumnya seluruh kegiatan penyair yang baru masuk Islam banyak ditujukan untuk membantu suksesnya dakwah Islamiyah. Penyair yang paling terkenal di masa permulaan Islam adalah Hasan bin ِ nsori. Ia dilahirkan oleh Sabit. Nama lengkapnya adalah Abu Walid bin Sabit al-ِA seorang ibu yang bernama Furai’ah binti Khanis di Yastrib pada tahun 564 M.
Universitas Sumatera Utara
Ayahnya bernama Tsabit Ibn Al-Mundir, salah seorang pemuka kabilah AlKharaj. Beliau hidup di dua zaman, yaitu zaman Jahiliah dan zaman permulaan Islam. Hasan bin Tsabit wafat pada tahun 660 M pada masa Muawiyyah, beliau hidup selama 120 tahun. Dalam kehidupannya beliau menghabiskan masa hidupnya setengah di masa Jahiliah dan setengah di masa permulaan Islam. Pada masa Jahiliyah puisipuisi Hasan Bin Tsabit banyak yang bertemakan madah, fakhar, hija`, ghazal, sedangkan pada masa Islam puisi-puisi beliau bertemakan madah, hija`, ritsa, dan i’tidzar. Beliau telah memeluk agama Islam bersama kaum Ansor setelah Nabi hijrah ke Madinah, beliau juga dikenal dengan julukan syairu al-rasul (penyair nabi) karena semua isi syairnya benafaskan Islam dan beliau setia membela Nabi sampai akhir hayatnya. Di samping penyair nabi, dia juga seorang tokoh sahabat yang terpuji dan mencurahkan kasih sayangnya kepada Rasullah dan khalifahkhalifahnya. Pada suatu hari munculah 3 (tiga) orang penyair Quraisy menghina Nabi dan agama Islam. Mereka terdiri dari Abdulah bin `Ash, Abu Sofyan bin Harits bin Abd, Muthalib dan Amr`u bin `Ash. Mereka belum Islam, bahkan sedang giat menindas gerakan Islam, kedatangan mereka diatur dengan sengaja untuk melecehkan Nabi dengan jari-jari telunjuknya. Lalu seorang sahabat menyuruh Ali bin Abi Thalib menjawabnya. Ali berkata: ”Kalau Rasul mengizinkan, niscaya akan saya lakukan”. Mendengar jawaban ini, berkata pula seorang sahabat yang hadir ”Ya Rasul, izinkanlah Ali bin Abi Thalib untuk menjawab orang yang telah menghina kita ini”. Rasul menjawab: ”Tidak ada padanya yang demikian itu”. Maksud Rasul menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib tidak tepat untuk tugas itu. Sesudah itu Rasul bersabda pula :
. ﻣﺎ ﻳﻤﻨﻊ اﻟﻘﻮم اﻟﺬﻳﻦ ﻧﺼﺮوا رﺳﻮل اﷲ ﺑﺴﻼﺣﻬﻢ أن ﻳﻨﺼﺮوﻩ ﺑﻠﺴﺎﻧﻬﻢ /mā yamna‘u al-qauma al-lazīna nasarū rasūlu allāhi bisilāhihim `an yansurūhu bilisānihim/. Artinya: ‘Apakah yang menghalangi sesuatu kaum yang telah
Universitas Sumatera Utara
menolong dan membela Rasul dengan senjatanya, kiranya menolongnya pula dengan lidahnya’. Dengan kata lain, Rasul minta dibela dengan senjata lisan, sebagaimana dibela dengan senjata tajam. Seorang penyair Jahiliyah yang telah memeluk agama Islam dan hadir pula pada pertemuan itu, bernama Hasan bin Tsabit lantas berkata: “Saya untuk itu, ya Rasul”. Kemudian Rasul mempersilahkan Hasan dengan hormat. Kemudian Hasan pun tampil ke depan seraya berkata: “kenapa anda selancang itu mengejek Rasulullah, padahal saya masuk golongannya”. Kemudian Hasan menyatakan maksud perjuangannya di lapangan sastera ini kepada Rasul, dengan berkata:
اﻧﻲ أﺳﺄﻟﻚ ﻣﻨﻬﻢ آﻤﺘﺴﻞ اﻟﺸﻌﺮة ﻣﻦ ا ﻟﻌﺠﻴﻦ /`Innī `as`aluka minhum kamatsalun al-syi‘ratu min al-‘ajīni /. ’Saya akan pisahkan engkau dari mereka, sebagaimana menarik rambut dari tepung’. Maksudnya sambil menghantam lawan, ia akan tetap membela Rasul dalam syair-syair dan qasidah-nya. Para pengamat sastra menyimpulkan bahwa ada tiga generasi dalam sastra Arab yakni di masa Jahiliyah hanya ada penyair yang tidak tertandingi yaitu Umrul Qois, dan pada abad terakhir ada nama Abu Nawas, sedangkan pada masa permulaan Islam adalah Hasan bin Tsabit. Adapun karya-karya syair Hasan Bin Tsabit pada masa Islam antara lain : ’Ratapan Ketika Rasul Wafat’, Sindiran Untuk Abu Sofyan’, ’Berita Penaklukkan Kota Mekah’. Analisis struktural adalah salah satu pendekatan kesusasteraan yang menekankan pada kajian hubungan antara unsur pembangun karya yang bersangkutan (Nurgyantoro, 1995: 36). Analisis struktural syair adalah analisis syair ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya dalam struktur syair dan penguraian bahwa setiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur yang lain dan juga berdasarkan tempat. Begitu pentingnya tokoh penyair Hasan Bin Tsabit dalam sejarah kesusasteraan Arab, khususnya sebagai penyair pada masa Islam sehingga
Universitas Sumatera Utara
mendorong penulis untuk meneliti karya Hasan Bin Tsabit melalui pendekatan struktural. Menurut kaum strukturalisme sebuah karya sastra puisi adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koheren oleh berbagai unsur (pembangunnya). Struktur puisi dibangun oleh unsur-unsur puisi yang umum dan menyeluruh, yang nantinya struktur puisi itu dapat diteliti. Menurut Waluyo (1987: 28) puisi dibangun oleh dua unsur pokok yaitu struktur fisik yang meliputi (diksi, pengimajian, kata konkrit, bahasa piguratif, versifikasi dan tiprografi) dan struktur batin yang meliputi (tema, perasaan, nada dan pesan). Struktur fisik adalah bahasa yang digunakan penyair dalam puisinya. Dalam menganalisis struktur fisik, dibahas bagaimana kreatifitas dalam menciptakan puisi. Ditelaah bagaimana penyair memilih dan mengurutkan kata, bagaimana penyair menciptakan pengimajian, kata-kata konkret, irama puisi tersebut. Telaah struktur puisi tidak dapat dilepaskan dengan telaah struktur batin. Struktur batin adalah pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh penyair dalam menciptakan puisinya. Struktur fisik puisi adalah medium pengungkapan dari struktur batin puisi. Struktur syair Arab memiliki 6 (enam) unsur yaitu : 1. Khāyal / imajinasi 2. Wazan / irama 3. Kalām / bahasa 4. Qāfiah / sajak 5. Ma`nā / tema 6 . Qasdan / rasa (Muzakki, 2006: 42). Dengan adanya unsur-unsur syair Arab tersebut maka peneliti ingin membahas bagaimana struktur fisik dan struktur batin syair Hasan Bin Tsabit., di samping itu penelitian ini belum pernah diteliti oleh mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Adapun salah satu syair dari beberapa syair Hasan Bin Tsabit yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian adalah syair yang berjudul هﺠﺎء اﺑﻲ ﺳﻔﻴﺎن /hijā`un abī sufyānu/ ”Sindiran Untuk Abu Sofyan”.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Batasan Masalah Adapun Batasan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah struktur fisik syair هﺠﺎء اﺑﻲ ﺳﻔﻴﺎن/hijā`un abī sufyānu'/ ‘Sindiran Untuk Abu Sofyan’ karya Hasan Bin Tsabit? 2. Bagaimanakah struktur batin syair هﺠﺎء اﺑﻲ ﺳﻔﻴﺎن/hijā`un abī sufyānu/ ‘Sindiran Untuk Abu Sofyan’ karya Hasan Bin Tsabit? 3. Tergolong ke dalam jenis syair apakah syair هﺠﺎء اﺑﻲ ﺳﻔﻴﺎن/hijā`un abī sufyānu/ ‘Sindiran Untuk Abu Sofyan’ karya Hasan Bin Tsabit? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui struktur fisik syair هﺠﺎء اﺑﻲ ﺳﻔﻴﺎن/hijā`un abī sufyānu/ ‘Sindiran Untuk Abu Sofyan’ karya Hasan Bin Tsabit. 2. Untuk mengetahui struktur batin syair هﺠﺎء اﺑﻲ ﺳﻔﻴﺎن/hijā`un abī safyānu/ ‘Sindiran Untuk Abu Sofyan’ karya Hasan Bin Tsabit. 3. Untuk mengetahui jenis syair هﺠﺎء اﺑﻲ ﺳﻔﻴﺎن/hijā`un abī sufyānu/ ‘Sindiran Untuk Abu Sofyan’ karya Hasan Bin Tsabit. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian adalah : 1.
Untuk menambah referensi karya sastra bagi fakultas sastra khususnya jurusan bahasa Arab.
2. Untuk menambah dan memperluas wawasan peneliti dan pembaca mengenai analisis syair Arab karya Hasan Bin Tsabit. 1.5 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara menyajikan data, menganalisis dan menginterprestasikannya (Narbuko dan Achmadi, 1991: 44). Data penelitian ini diperoleh dari ragam bahasa tulis yang berbentuk syair Hasan Bin Tsabit
dalam buku Muzakkiratun Fī Tārīkhi Al-Adabi al-’Arabī.
karangan, Zainal Abidin Haji Abdul Qadir tahun 1987, penerbit: Perwira Sendirian Birhad.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tahapan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan bahan rujukan yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. 2. Mempelajari data yang ada dengan membacanya berulang-ulang. 3. Mengklasifikasikan data yang telah diperoleh serta menganalisisnya. 4. Setelah dinalisis maka hasil penelitian disusun menjadi satu laporan yang berbentuk skripsi. Dalam penulisan Arab-Latin digunakan pedoman transliterasi Arab-Latin berdasarkan SK Menteri Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia No. 158 Tahun 1987 dan no. 0543b /U/ 1987 tanggal 22 januari 1988.
Universitas Sumatera Utara