Aktivitas Senyawa Antikanker dari Spons.…
AKTIVITAS SENYAWA ANTIKANKER DARI SPONS LAUT AAPTOS SUBERITOIDES TERHADAP PROFIL PROTEIN PLASMA DARAH MENCIT (MUS MUSCULUS) PENDERITA KANKER Noor Nailis Sa’adah, Awik P.D. Nurhayati Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas senyawa antikanker dari A. suberitoides terhadap profil protein plasma darah mencit penderita kanker (M. musculus). Mencit diinjeksi senyawa benzo (a) piren pada jaringan subkutan secara intravena dengan konsentrasi 0,3 gram/0,2 oleum olivarum/hariselama 2 minggu. Mencit diterapi dengan ekstrak etanol A. suberitoides setiap hari selama 2 minggu. Mencit dikelompokkan menjadi 6 grup. Kelompok I adalah kontrol; Kelompok II mencit diinjeksi CMCNa; Kelompok III mencit diterapi dengan Cyclophosphamide. Kelompok IV, V, dan VI mencit diterapi dengan ekstrak etanol A. suberitoides dengan konsentrasi 500, 1000, 1500 mg/kg BB. Pada minggu ke-15 dilakukan pengambilan plasma darah mencit. Profil protein mencit dianalisis menggunakan metode SDSPAGE. Profil protein menunjukkan bahwa mencit yang diinjeksi benzo(a)pyrene (Kelompok II, III, IV, V dan VI) memiliki protein baru (41 kDa). Pita protein ini tidak muncul pada kontrol (Kelompok I). Pita protein 7 kDa terdapat pada Kelompok I dan II, tetapi tidak muncul pada Kelompok III, IV, V, dan VI. Pita protein yang paling penting adalah protein 115 kDa, yang hanya muncul pada Kelompok II, III, dan IV. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak spons dengan konsentrasi 1000 dan 1500 mg/kg BB dapat menekan ekspresi protein 115 kDa. Kata Kunci: spons laut A. suberitoides, antikanker,benzo (a) piren, profil protein, SDS-PAGE PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara Kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam hayati laut, diantaranya spons laut. Spons laut mempunyai senyawa bioaktif yang belum banyak dimanfaatkan yang berpotensi sebagai antibakteri, antivirus, antifungi dan antikanker. Senyawa bioaktif tersebut termasuk golongan alkaloid, acetogenin, peptide, saponin, terpenoid, sterol dan sebagainya (Suparno, 2005). Aaptos suberitoides adalah salah satu spesies spons laut yang memiliki keistimewaan karena dapat menghasilkan senyawa alkaloid aaptamin (benzo 1,6naphthyridin) (Coutinho et al. 2002). Senyawa aaptamin berpotensi sebagai senyawa antikanker (Aoki et al. 2006), yang bekerja dengan mekanisme apoptosis (Mayer dan Gustafson, 2008) dan antioksidan (Makarchaenko dan Utkina, 2004). Apoptosis merupakan mekanisme kematian sel sehingga proliferasi sel yang mengalami kerusakan DNA dapat dicegah (Tadjudin, 2006). Pada mekanisme antioksidan, senyawa aaptamin ini menghambat kerja radikal bebas untuk berikatan dengan molekul penting dalam tubuh, yaitu DNA (Hanani et al. 2005). Kanker dapat disebabkan oleh senyawa karsinogenik. Benzo(a)piren adalah salah satu senyawa prekarsinogenik. Benzo(a)piren akan diubah menjadi karsinogen aktif oleh enzim sitokrom P-450. Karsinogen aktif bersifat sangat reaktif dan biasanya merupakan
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
elektrofil (molekul yang kekurangan elektron) yang dengan mudah menyerang gugus nukleofilik (molekul yang kaya akan elektron) di dalam DNA, RNA dan protein sehingga menyebabkan mutasi (Murray et al. 2003). Gen p53 menyandi protein p53 yang berfungsi sebagai protein penekan tumor. Proses karsinogenesis diawali dengan adanya kerusakan atau mutasi gen p53. Pincus, Brandt-Rauf dan Nastro menyatakan bahwa gen p53 yang termutasi dapat mensintesis protein p53 mutan. Bagi penderita kanker, protein p53 mutan ini terakumulasi di dalam jaringan tumor dan di dalam serum darah. Protein p53 mutan dalam serum penderita tumor meningkat sejalan dengan diagnosis bahaya penyakitnya, sehingga dapat digunakan sebagai biomarker awal tumor (Attallah et al. 2003). Aktivitas senyawa antikanker rude extract dari spons laut A. suberitoides dapat diujikan pada mencit (Mus musculus) penderita kanker, yaitu dengan mengamati profil protein plasma darah mencit (M. musculus). Pengamatan profil protein dapat dilakukan dengan metode western blot. Correa et al. (2002) menggunakan metode Western blot untuk mengamati profil protein kanker. Metode lain yang dapat digunakan untuk mempelajari profil protein adalah metode elektroforesis gel poliakrilamid-sodium dodesil sulfat
254
Aktivitas Senyawa Antikanker dari Spons.…
(SDS-PAGE). Metode elektroforesis SDS-PAGE relatif mudah dan hasilnya cukup baik (Wongsosupantio, 1992). METODEPENELITIAN Pelaksanaan penelitian pada bulan Oktober 2009 Maret 2010. Sampel spons diambil di perairan pantai Pasir Putih Situbondo. Penginduksian zat karsinogenik dan pemberian zat antikanker kepada mencit (M. musculus) dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi UNAIR, Surabaya. Analisa profil protein mencit (M. musculus) dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Unit III UGM, Yogyakarta. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah pakan mencit Par G produksi Comfeed, mencit (M. musculus) jantan strain B Albino clone (BALB/c) berumur 3 bulan, benzo(a)piren, oleum olivarum, aquades, larutan eter, antikoagulan ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) dan ekstrak spons A. suberitoides. Bahan yang dibutuhkan untuk SDS-PAGE adalah lower gel buffer, upper gel buffer, buffer elektroda, loading buffer, biru komasi, larutan destainer, gel pemisah 12% dan gel penumpuk 3%. Persiapan Hewan Uji Hewan uji yang digunakan adalah mencit (M. musculus) jantan strain B Albino clone (BALB/c) berumur 3 bulan. Sebelum dilakukan perlakuan mencit diaklimasi dalam kandang selama 1 minggu dan diberi pakan Par G produksi Comfeed dan air minum aquades. Induksi Karsinogenik terhadap Hewan Uji dengan Benzo(a)piren Pada minggu ke-2, dilakukan induksi karsinogenik dengan cara menyuntikkan larutan benzo(a)piren secara intravena pada jaringan subkutan cerviks mencit. Benzo(a)piren 0,3 gram dilarutkan dalam 0,2 ml oleum olivarum. Injeksi dilakukan 2 hari sekali selama 2 minggu. Kemudian ditunggu sampai adanya kanker, yaitu munculnya benjolan di bagian cerviks mencit selama ± 2 bulan. Untuk kontrol, mencit (M. musculus) tidak diinjeksi benzo(a)piren. Uji Anti Kanker Spons A. suberitoides terhadap Hewan Uji Setelah muncul kanker, pada minggu ke-15 mencit diberikan terapi antikanker dengan ekstrak spons A. suberitoides. Terapidilakukan secara oral tiap hari selama 2 minggu. Konsentrasi ekstrak spons A. suberitoides adalah 500, 1000, dan 1500 mg/kg BB. Dosis tersebut berdasarkan dosis kelayakan obat pada manusia. Mencit (M. musculus) dikelompokkan secara acak dalam 6 kelompok. Masing-masing kelompok mendapat perlakuan sebagai berikut. Kelompok I :Kelompok kontrol (kelompok sehat) Kelompok II : Kelompok kanker
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
Kelompok III
:Kelompok kanker yang diberi obat kankercyclophosphamide 0,4 ml/0,2 ml CMCNa Kelompok IV :Kelompok kanker yang diterapi ekstrak sponskonsentrasi 500 mg/kg BB Kelompok V :Kelompok kanker yang diterapi ekstrak spons konsentrasi 1000 mg/kg BB Kelompok VI :Kelompok kanker yang diterapi ekstrak spons konsentrasi 1500 mg/kg BB. Pengambilan plasma darah mencit dilakukan pada minggu ke-15 atau 2 minggu setelah terapi antikanker dengan ekstrak spons A. suberitoides. Elektroforesis plasma darah mencit dilakukan dengan metode SDSPAGE. Pengamatan Profil Protein Plasma Darah Mencit Preparasi Sampel Sampel darah diambil dari cardiac puncture mencit (M. musculus)dengan syiringe, kemudian dimasukkan ke dalam microtube dan diberi antikoagulan ethylenediamine-tetraacetic acid (EDTA). Sampel darah dapat disimpan dalam es (-20°C) hingga proses elektroforesis. Darah disentrifugasi pada 3000 rpm selama 10 menit kemudian diambil supernatannya (plasma). Sampel plasma dipipet sebanyak 5 μL dan dilarutkan dalam 145 μL aquades (pengenceran 30x). Sampel ditambahkan loading buffer sebanyak 50 μL. Sampel dipanaskan pada suhu 95 °C selama 4 menit. Running SDS-PAGE Profil protein mencit (M. musculus) ditentukan dengan metode SDS-PAGE 12%. Larutan gel pemisah 12% sebanyak ± 6 ml diisikan pada plat kaca dan dilapisi dengan 1 ml butanol dan didiamkan 15 menit supaya memadat. Setelah memadat lapisan butanol dibuang dan ditambahkan larutan gel penumpuk 3% di atas gel pemisah. Sisir pembentuk sumuran dimasukkan di antara plat dan didiamkan 10 menit, setelah padat sisir diambil. Gel yang telah memadat siap dimasukkan ke dalam kotak elektroforesis dan diisi dengan buffer elektroda sampai ke permukaan kotak elektroforesis. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam sumuran gel dengan volume 10 µl/sumuran dan dielektroforesis dengan arus listrik 120V selama 1,5-2 jam. Elektroforesis dihentikan sampai warna biru menyentuh dasar gel. Gel dilepas dari perangkat elektroforesis dan dimasukkan ke kotak pewarna biru komasi dan diinkubasi selama 24 jam dengan goyangan 42 rpm. Kemudian gel dipindah ke kotak yang berisi larutan destainer untuk membuang sisa pewarna. Selanjutnya larutan destainer dibuang dan
255
Aktivitas Senyawa Antikanker dari Spons.…
diganti dengan larutan asam asetat 10% untuk penyimpanan gel elektroforesis. Pita protein diamati dan difoto secara langsung pita protein yang tampak menggunakan kamera digital Nikon®. Kurva Standar dan Analisis Pita Protein Nilai berat molekul protein yang dicari dihitung dengan menggunakan kurva standar (y = ax + b). Kurva standar dibuat dengan mengukur jarak pita marker dari sumuran. Marker yang digunakan adalah Prestained SDS PAGE (Biorad®, Jerman) dengan berat molekul 7 kDa sampai dengan 206 kDa (Maron et al., 2008). Jarak pitapita tersebut digunakan sebagai ordinat dari kurva (sumbu x). Sumbu absis (sumbu y) dari kurva adalah nilai log dari berat molekul pita marker yang telah diketahui sebelumnya. Nilai dari absis dan ordinat yang telah diperoleh, maka dibuat suatu kurva Fitted Line Plot menggunakan program Minitab 14. Dari kurva yang diperoleh, maka dapat dianalisa hubungan antara berat molekul protein terhadap jarak yang ditempuh band dari sumurannya akibat elektroforesis (Durrani et al., 2008).
y = ax+b Keterangan: X = Jarak pita-pita dari sumuran. Y = Nilai log dari berat molekul pita marker yang telah diketahui sebelumnya Dari persamaan di atas, kemudian pita protein yang muncul dari perlakuan dianalisis dengan membandingkan standart marker. Analisa data dilakukan secara deskriptif yang meliputi ada/tidak kehadiran pita protein, BM pita protein dan tebal tipis pita protein. Analisis profil protein hanya dilakukan pada pita protein yang konsisten, yaitu pita protein yang hadir pada semua ulangan (ulangan running dan individu) dan pita protein yang memiliki ketebalan relatif sama. HASIL DAN PEMBAHASAN Mencit yang telah diinjeksi senyawa benzo(a)piren selama 2 minggu memperlihatkan benjolan kanker pada leher (cerviks) dimana dilakukan injeksi (Gambar 1). Benjolan kanker tersebut tampak pada semua kelompok kecuali pada kelompok kontrol yang tidak diinjeksi benzo(a)piren.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
(a)
(b)
Gambar 1. (a). Mencit normaltanpa benjolan di bagian cerviks. (b). Mencit penderita kanker yang menunjukkan gejala berupa benjolan di bagian cerviks. Senyawa benzo (a) piren adalah senyawa hidrokarbon polisiklik prototipik. Benzo (a) piren dapat berikatan dengan DNA sehingga dapat menimbulkan mutasi pada gen p53 yang merupakan gen pengatur siklus sel (Zakaria, 2001). Protein p53 mutan (53 kDa) menyebabkan aktivasi protoonkogen menjadi onkogen. Onkogen dapat menyebabkan hilangnya kontrol pertumbuhan sel sehingga menyebabkan terjadinya kanker (Murray et al. 2003). Perbedaan profil protein yang terjadi selama kondisi patologi dapat menunjukkan adanya protein biomarker. Protein biomarker digunakan untuk diagnosis dan prognosis macam-macam bentuk kanker dan penyakit lainnya. Konsentrasi protein tertentu dapat meningkat atau menurun selama perkembangan penyakit. Level ekspresi protein biomarker berbeda sejalan perkembangan penyakit (Naz et al. 2009). Hasil analisis profil protein plasma darah mencit diperoleh bahwa kelompok I (kontrol) terdiri dari pitapita protein yang konsisten hadir dengan ukuran 7, 9, 11, 27, 34, 49, 56, 66, 82, 104, 121, 145 dan 162 kDa. Hasil analisis profil protein juga menunjukkan bahwa injeksi senyawa benzo(a)piren berpengaruh terhadap profil protein plasma darah mencit (M. musculus) yang sakit. Protein dengan BM 41 kDa muncul pada kelompok yang diinjeksi benzo(a)piren, yaitu kelompok II, III, IV, V dan VI. Adanya injeksi senyawa benzo(a)piren dan pemberian ekstrak A. suberitoides serta obat cyclophosphamide menyebabkan hilang dan munculnya suatu protein. Protein dengan BM 7 kDa hanya muncul pada kelompok yang tidak diterapi (kelompok I dan II) dan tidak terekspresi pada kelompok yang diterapi dengan ekstrak spons laut A. suberitoides dan obat cyclophosphamide (kelompok III, IV, V dan VI). Protein dengan BM 115 kDa muncul pada kelompok II, III dan IV, sedangkan pada kelompok lainnya (kelompok I, V dan VI) tidak terekspresi (Gambar 2).
256
Aktivitas Senyawa Antikanker dari Spons.…
Gambar 2. Profil protein plasma darah mencit dengan metode SDS-PAGE. Sifat sel kanker adalah mampu bermetastasis terutama melalui aliran limfa dan pembuluh darah sehingga protein-protein seluler dapat masuk ke dalam aliran darah. Masuknya protein-protein tersebut ke dalam aliran darah menyebabkan munculnya protein baru di dalam plasma darah dan menyebabkan perbedaan profil protein dibandingkan dengan kontrol. Onkogen pada sel kanker mengkode proteinprotein khas yang berperan dalam berbagai fungsi fisiologis sel kanker yang antara lain adalah protein Ras (21 kDa), c-myc (65 kDa), PRAD1 (36 kDa) dan Fes (92 kDa) (Murray et al. 2003). Meskipun pada penelitian ini berdasarkan berat molekul (BM), protein-protein tersebut tidak terdeteksi (Gambar 2). Hal tersebut kemungkinan disebabkan protein Fes spesifik terhadap penyakit leukimia, protein PRAD1 spesifik terhadap tumor payudara dan esofagus, sedangkan protein Ras spesifik terhadap tumor paru-paru, kolon dan pankreas (Murray et al. 2003). Protein lain yang diekspresikan pada sel kanker adalah protein dengan BM 7 kDa yang diduga berfungsi dalam proliferasi sel (Yang et al. 1995) dan protein dengan BM 115 kDa yang berfungsi dalam adhesi sel (Pytela, 1985). Penelitian Yang dan Page melaporkan bahwa protein 7 kDa merupakan protein membran yang terekspresi secara berlebihan pada sel kanker ovarium. Protein 7 kDa pada membran plasma diduga terlibat dalam mekanisme proliferasi sel kanker ovarium sehingga resisten terhadap berbagai jenis obat (multidrug resistant) (Yang et al. 1995). Namun, pada penelitian ini protein 7 kDa ditemukan pada kelompok mencit sehat (kelompok I) dan mencit sakit kanker fibrosarkoma (kelompok II) dengan ketebalan yang hampir sama (Gambar 2). Sedangkan pada kelompok III, IV, V dan VI yang diinjeksi senyawa benzo(a)piren, protein 7 kDa
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
tersebut tidak terdeteksi. Sehingga ada beberapa kemungkinan penyebab hadir dan tidaknya protein tersebut dalam penelitian ini walaupun tinjauan lanjutan baik secara laboratorium maupun literatur mutlak harus dilakukan. Kemungkinan-kemungkinan tersebut adalah: (1). Pada perlakuan kontrol, sel normal juga melakukan proliferasi sel dan protein 7 kDa yang terdeteksi berperan dalam proliferasi sel tersebut, (2). Protein 7 kDa terdeteksi pada sel kanker fibrosarkoma (kelompok II) dan tidak terdeteksi pada kelompok III, IV, V dan VI. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa protein 7 kDa juga berfungsi untuk proliferasi sel kanker fibrosarkoma seperti yang dilaporkan (Yang et al. 1995), tetapi menjadi tidak terekspresikan akibat pemberian obat cyclophosphamide dan ekstrak spons laut A. suberitoides. Obat kanker Cyclophosphamide termasuk zat pengalkil yang apabila bereaksi dengan DNA dapat menyebabkan perubahan struktur DNA sehingga fungsi DNA tersebut terganggu. Terganggunya fungsi DNA diduga dapat menurunkan kemampuan proliferasi sel. Ekstrak spons A. suberitoides mengandung senyawa bioaktif aaptamin (benzo 1,6-naphthyridin) (Coutinho, 2002) dan termasuk golongan alkaloid (Larghi et al. 2008). Senyawa alkaloid sebagai antimitosis mempunyai kemampuan mengikat tubulin yaitu suatu protein yang menyusun mikrotubulus dengan menghambat polimerasi protein ke dalam mikrotubulus. Hambatan polimerasi protein tersebut diduga dapat mengganggu proliferasi sel. Theilgaard et al. (2005) melaporkan bahwa protein dengan BM 41 kDa (α1-acid glycoprotein) merupakan salah satu protein fase akut yang diproduksi oleh sel hepatosit dan disekresikan ke dalam plasma sebagai respon infeksi atau kerusakan sel (Theilgaard et al. 2005). Kerusakan sel secara umum disebabkan oleh radiasi, senyawa kimia toksik, obat, bakteri toksik, kerusakan fisik dan sebagainya. Kerusakan sel diikuti oleh adaptasi permeabilitas dan hemodinamik sehingga menyebabkan inflamasi. Inflamasi menyebabkan respon sistemik dan sering meningkatkan sirkulasi leukosit, terutama makrofag dan neutrofil (Slauson dan Barry 1990). Pada keadaan inflamasi yang akut, berbagai substansi akan dilepas dari dalam sel dan juga protein plasma yang berperan dalam meningkatkan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi edema jaringan (Murray et al. 2003). Respon terhadap kerusakan sel memicu reaksi fase akut sistemik yang ditandai dengan meningkatnya jenis sintesis protein plasma di hati. Protein plasma tersebut didefinisikan sebagai protein fase akut (APPs) yang memiliki fungsi antara lain adalah koagulasi, penghambat protese dan mengatur respon imun. Apabila adanya injeksi senyawa benzo(a)piren ke dalam jaringan sub kutan secara terus menerus (5 kali) dapat menyebabkan
257
Aktivitas Senyawa Antikanker dari Spons.…
kerusakan sel, maka dapat diduga bahwa protein 41 kDa yang terdeteksi dalam penelitian ini adalah protein yang sama seperti protein 41 kDa yang dilaporkan oleh Theilgaard et al. (2005). Protein dengan BM 41 kDa terekspresi pada kelompok yang diinjeksi senyawa benzo(a)piren (kelompok II, III, IV, V dan VI). Pada kelompok mencit normal (kelompok I) tidak terdeteksi protein 41 kDa karena tidak diinjeksi senyawa benzo(a)piren sehingga tidak terjadi kerusakan sel. Pytela et al. (1985) melaporkan bahwa protein reseptor permukaan sel dengan BM 115 kDa ditemukan pada sel osteosarkoma (kanker tulang) manusia. Protein 115 kDa berfungsi sebagai protein reseptor pada permukaan sel yang spesifik untuk vitronektin dalam proses adhesi/migrasi sel. Protein reseptor permukaan sel menyebabkan sel mampu berinteraksi dengan sel lain dan substansi intraseluler sehingga menyebabkan adhesi sel. Molekul matriks ekstraseluler yang berperan dalam adhesi sel antara lain adalah fibronektin, kolagen, laminin, kemungkinan proteoglikan dan vitronektin (Pytela et al. 1985). Sel kanker bersifat mampu bermetastasis, yaitu menyebar dari tempat primer asal ke jaringan lain tempat sel tersebut tumbuh sebagai kanker sekunder. Sel tumor dapat menembus Extra Cellular Matrix (ECM) yang berada di sekitar sel tumor dengan melekat pada ECM. Hal ini dimungkinkan karena sel tumor mempunyai reseptor terhadap molekul matriks ekstraseluler yang berperan dalam adhesi sel. Protein dengan BM 115 kDa terekspresi pada kelompok II, III dan IV. Apabila diasumsikan bahwa protein 115 kDa yang ditemukan pada fibrosarkoma (kanker jaringan ikat) adalah sama dengan protein 115 kDa yang ditemukan pada sel osteosarkoma (kanker tulang), maka hilangnya protein 115 kDa pada kelompok V dan VI mungkin disebabkan oleh pengaruh dosis dari ekstrak spons laut A. suberitoides. Pemberian obat cyclophosphamide dan ekstrak spons laut A. suberitoides 500 mg/kg BB belum mampu menyembuhkan kanker, sedangkan pemberian ekstrak spons laut A. suberitoides 1000 dan 1500 mg/kg BB diduga lebih efektif dalam menyembuhkan sel kanker. Ekstrak spons laut A. suberitoides yang digunakan untuk terapi bukan berupa ekstrak murni tetapi masih berupa ekstrak kasar yang terdiri atas campuran berbagai macam senyawa pada spons, yaitu antara lain alkaloid, terpenoid dan flavonoid sehingga diperlukan dosis yang lebih tinggi. Fraksi-fraksi yang terdapat di dalam ekstrak spons belum dipisahkan satu sama lain sehingga senyawa alkaloid dalam ekstrak spons masih tercampur. Pada umumnya, senyawa yang sudah dalam bentuk murni (pure compound) akan memiliki aktivitas biologi yang lebih kuat dengan catatan selama proses
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
pemurnian, senyawa aktif tidak hilang atau mengalami kerusakan (Nursid et al. 2006). SIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Terdapat perbedaan profil protein plasma darah mencit (M. musculus) penderita kanker yang telah diterapi dengan ekstrak spons A. suberitoides dengan konsentrasi 500, 1000 dan 1500 mg/kg BB. 2. Dibandingkan dengan kontrol, muncul protein baru dengan BM 41 dan 115 kDa. Protein dengan BM 7 kDa hanya muncul pada kelompok yang tidak diterapi (kelompok I dan II) dan tidak terekspresi pada kelompok yang diterapi dengan ekstrak spons laut A. suberitoides dan obat cyclophosphamide (kelompok III, IV, V dan VI). Protein dengan BM 41 kDa muncul pada kelompok yang diinjeksi benzo(a)piren (kelompok II, III, IV, V dan VI). Protein dengan BM 115 kDa muncul pada kelompok II, IIIdan IV, sedangkan pada kelompok lainnya (kelompok I, V dan VI) tidak terekspresi. DAFTAR PUSTAKA Suparno. 2005. “Kajian Bioaktif Spons Laut (Porifera: Demospongiae) Suatu Peluang Alternatif Pemanfaatan Ekosistem Karang Indonesia Dalam Bidang Farmasi”. IPB: Bogor. Coutinho, A., B. Chanas, T.M.L. Souza, I.C.P.P. Frugrulhetti, and R.de A. Epifanio. 2002. “Anti HSV-1 Alkaloids from a Feeding Deterrent Marine Spongse of The Genus Aaptos”. Heterocycles, vol. 57, pp. 1265-1272. Aoki, S., Dexin K., Hideaki S., Yoshihiro S., Toshiyuki S., Andi S., and Motomasa K. 2006. “Aaptamin, a Spongean Alkaloid, Activates p21 Promoter in a p53-Independent Manner”. Biochemical and Biophysical Research Communications, volume 342, pp. 101-106. Mayer, A., Gustafson, K. 2008. “Marine Pharmacology in 2005–2006: Antitumour and Cytotoxic Compounds”. European Journal of Cancer vol. 44, pp. 2357–2387. Makarchaenko, A. and N. K. Utkina. 2004. “Antiradical Activity of Alkaloids from Marine Sponges”. International Conference on Natural Products and Physiologically Active Substances (ICNPAS-2004), September 12-17, 2004, Novosibirsk, Russia. Tadjudin, M.K. 2006. “Apoptosis Pada Glioma Otak”. Simposium: Apoptosis Charming to Death : FK UI. Hanani, E., Mun’im, A. dan Sekarini. 2005. “Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam Spons Callyspongia sp dari Kepulauan Seribu”. Majalah Ilmu Kefarmasian, vol. II, no.3, pp. 127 – 133.
258
Aktivitas Senyawa Antikanker dari Spons.…
Murray, R.K, D.A. Bender, K.M. Botham, P.J. Kennelly, V.W. Rodwell, and P.A. Weil. 2003. “Biokimia Harper”. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Attallah, Abdelfattah Mohamed., Mohamed A.A., Amina, M and Ashraf A., 2003. “Detection of Serum P53 Protein in Patients with Different Gastrointestinal Cancers”. Cancer Detection and Prevention, vol. 27, pp. 127–131. Correa, Irene, Marco A., Ana M., Jose D., Alejandro G., and Angelina Q. 2002. “Differential p53 Protein Expression Level in Human Cancer-Derived Cell Lines After Estradiol Treatment”. Archive of Medical Research, vol. 33, pp. 455-459. Wongsosupantio, Supardi. 1992. “Elektroforesis Gel Protein”. UGM: Yogyakarta. Zakaria, Fransiska R. 2001. “Pangan dan Pencegahan Kanker”. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, vol. XII, no. 2. Naz, S., Sarah A. and Farkhanda G. 2009. “Qualitative Analysis of Serum Proteins in Benign Prostatic Hyperplasia Separated By SDS-PAGE”. ARPN Journal of Agricultural and Biological Science, vol. 4, no. 6. Yang, Xiaowei and Michel P. 1995. “An Mr 7 kDa Membrane Protein Overexpressed in human multidrug-resistant ovarian cancer cell”. Cancer Letters, vol. 88, pp. 171-178.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
Pytela, R., Michel D., Pierschbacher and Erkki R. 1985. “A 125/115-kDa Cell Surface Receptor Specific for Vitronectin Interacts with the Arginine-glycineaspartic acid Adhesion Sequence Derived from Fibronectin”. Cell Biology Proc. Natl. Acad. Sci. USA, vol 82, pp. 5766-5770. Larghi, E., Obrist, B., and Kaufman, T. 2008. “A Formal Total Synthesis of The Marine Alkaloid Aaptamine”. Tetrahedron, Vol. 64, Issue 22. [17] Murniasih, Ibtik. 2005. “Substansi Kimia untuk Pertahanan Diri dari Hewan Laut Tak Bertulang Belakang”. Oseana, Vol. XXX, no. 2, pp. 19 – 27. Theilgaard, K., Lars C., Thomas R., Carsten U., Lene U., Rehannah B., Maged G., Peter D., Adrian F., Jero C., Bo T. and Neils B. 2005. “Highly glycosylated α1-acid glycoprotein is synthesized in myelocytes, stored in secondary granules, and released by activated neutrophils”. Journal of Leukocyte Biology, vol. 78, no. 2, pp. 462. Slauson, D. and Barry J. 1990. “Mechanisms of Disease”. University of Tennessee: Tennessee. Nursid, M., T. Wikanta, N. Fajarningsih, dan E. Marraskuranto. 2006. “Aktivitas Sitotoksik, Induksi Apoptosis dan Ekspresi Gen P 53 Fraksi Metanol Ekstrak Spons Petrosia sp. Terhadap Sel Tumor HeLa”. Jurnal Pascapanen dan Biotekonologi Kelautan dan Perikanan, vol. 1, no. 2, pp. 103-110.
259