AKTIVITAS DAKWAH FORUM UKHUWAH MUBALIGH (FUM) PADA MASYARKAT CILEUNGSI - BOGOR. Skripsi

AKTIVITAS DAKWAH FORUM UKHUWAH MUBALIGH (FUM) PADA MASYARKAT CILEUNGSI - BOGOR Skripsi

Oleh

Yayan Fathurrohman NIM : 104051001886

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 / 2009

ABSTRAK

Yayan Fathurrohman Analisis Aktivitas Dakwah Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) Pada Masyarakat Cileungsi-Bogor Agama islam merupakan agama dakwah baik secara teoritis maupun praktis. Sebagai rahmat bagi seluruh alam, islam dapat menajmin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia apabila ajaran islam yang mencakup segenap aspek kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan sungguh-sungguh oleh umat manusia. Dakwah bukan saja keharusan, melainkan merupakan tugas terbesar kaum muslimin yang mesti ditunaikan. Penyelenggaraan usaha dakwah islam, terutama dimasa yang akan datang, akan bertambah berat dan kompleks. Hal ini disebabkan karena masalah-masalah yang dihadapi dakwah semakin berkembang dan kompleks pula. Kemajuan peradaban dan cara berpikir manusia modern mendorong dakwah menjadi organisasi yang sistematis. Dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja. Usaha yang diselenggarakan itu berupa : mengajak orang untuk beriman dan mentaati Allah SWT, atau memluk agama Islam, amar ma’ruf dan nahi munkar. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana bentuk-bentuk dakwah serta pelaksanaanya yang dilakukan oleh Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM), melalui wawancara dan observasi. Diketahui bahwa ada bebrapa bentuk pelaksanaan dakwah yang dilaksanakan Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM), antara lain : dakwah bil lisan dan dakwah bil hal. Dakwah bil lisan diantaranya adalah melalui ceramah-ceramah dan tabligh umum dan lain-lain. Sedangkan dakwh bil hal adalah melalui kegiatan-kegiatan sosial yang disertai dengan bidang dakwah didalamnya seperti khitanan massal dan santunan yatim piatu. Dalam berdakwah banyak aspek yang harus diperhatikan guna menunjang keberhasilan dakwah. Pesan dakwah merupakan salah satu bagian yang dapat menentukan kesuksesan dakwah, selain adanya da’i, mad’u dan lain sebagainya. Secara keseluruhan penyelenggaraan kegiatan dakwah ini bertujuan bersama-sama membangun agama Islam melalui kebersamaan akhlak serta meningkatkan pembinaan iman dan taqwa kepada ummat Islam. Dalam masyarakat modern dewasa ini organisasi yang baik, rapi, sehat dan kuat akan memungkinkan organisasi tadi untuk melaksanakan dan melakukan kegiatan-kegiatan dakwahnya dengan baik dan rapi pula. Tentu saja hal ini perlu ditunjang dengan dana yang memadai serta perangkat-perangkat penting lainnya dalam suatu organisasi dakwah.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ilahi robbi dengan segala karunia dan nikmat yang diberikan kepada umat manusia. Hingga sebagian kecil dari sebuah perjalanan hidup yang diarungi oleh salah seorang umat-Nya, tak pernah luput dari pantauan dan perhatian-Nya. Penulis persembahkan syukur yang tak terbilang kepada-Nya. Tuhanku dan tuhan semesta alam karena kesehatan fisik dan mental yang telah diberikannya, sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini sebagai bagian dari tugas akademis di jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam teruntuk Nabi Muhammad SAW yang telah memperkenalkan kepadaku sesuatu yang telah menjadi way of life selama perjalanan hidup yang telah, sedang dan dijalani penulis yang merupakan bagian hidup yang tak terpisahkan untuk memahami dan mengerti tentang cara menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Selama proses pembuatan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi dan dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan, maupun pembiayaan dan lain sebagainya. Namun berkat kasungguhan hati, do’a dan kerja keras desertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan sebaik-baiknya sehingga skripsi ini terselasaikan.

Hadirnya skripsi ini ditengah-tengah anda mungkin bukanlah sesuatu yang baru dan sempurna maskipun di dalamnya masih banyak kekurangan (penulis membuka pintu saran dan masukan yang membangun) penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah kkhazanah keilmuan. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak dapat bantuan, bimbingan, dan motivasi. Oleh karena itu sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya baserta rasa hormat yang mendalam ditujukan kepada : 1. Bapak Dr. H. Murodi, MA.

Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi 2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. Selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang telah membantu, mengarahkan, dan memotivasi penulis dalam pengerjaan skripsi ini. 3. Ibu Dra.

Umi Musyarafah, MA.

Selaku Sekretaris Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam sekaligus pembimbing, yang telah memberi petunjuk, mengarahkan dan memberi ilmunya kepada penulis dan penulis haturkan rasa cinta, hormat, terima kasih serta berharap semoga sang pemilik cinta kiranya lebih menganugerahi kasih dan sayang-Nya kepada Ibu dan keluarga dalam segala aspek kehidupan atas kerendahan hati beliau dalam membimbing penulis dalam pengerjaan skripsi ini. 4. Bapak KH Tatang Tajudin SQ.

Selaku ketua Forum Ukhuwah

Mubaligh (FUM), yang telah membantu memberikan informasi baik berupa buku-buku ataupun data lainnya.

5. Seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Segenap pengurus Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM), terutama kepada Hj Rachmawati, Ust Surya, Ust Anwar sanusi, Ust Rifki Abbas dan seluruh anggota pengurus Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) 7. Orang tuaku tercinta, ayahanda Sarman ST dan ibunda Siti Aisyah yang selalu tidak henti-hentinya penulis mendo’akan dan selalu mengingatkan dan menasehati ketika penulis dalam bangku kuliah yang sampai akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT menyayanginya dan memberikan kemudahan dalam menjalani seluruh aktivitasnya sehari-hari. Amin 8. Kepada adik-adiku tercinta, yaitu Johan Wahyudi dan Iis Ismiyati yang selalu mendukung semua kegiatan penulis dan memberi semangat kepada penulis sampai panulisan skripsi ini selesai. 9. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan sebangku kuliah KPI D yang namanya tidak penulis sebutkan satu persatu namun selalu ada didalam hati penulis yang akan penulis ingat sampai akhir nanti. Terutama penulis dedikasikan skripsi ini untuk someone special in my heart “Leilyqu” yang dengan sabar memotivasi dan membantu penulis sehingga penulisan skripsi ini selesai.

10. Seluruh kawan-kawan Ikatan Remaja Nurul Falah (IRENFAL) dan anak-anak marawis Sirojul Munir yang kompak selalu, tempat bagi penulis untuk berkarya, berkreasi, berorganisasi, dan mengembangkan potensi serta kawan-kawan Bluetooth cell yang selalu membuat ceria penulis diwaktu BT dalam penulisan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya para pembaca dan semoga Allah SWT mambalas jasa baik yang telah diberikan kepada penulis dari berbagai pihak dalam penyelesaian skripsi ini, yang benar itu semata-mata dari Allah dan yang salah itu dari kebodohan dan kekhilapan penulis, semoga mendapatkan balasan yang sempurna dan berlipat ganda baik di dunia maupun di akhirat. Amin ya robbal ‘alamin !

Penulis

Yayan Fathurrohman

DAFTAR ISI

ABSTRAK..............................................................................................

i

KATA PENGANTAR ................................................................................

ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................

vi

BAB I

BAB II

BAB III

: PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah.......................................................

1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah .................................

6

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ...........................................

6

D. Metodologi Penelitian ........................................................

7

E. . Sistematika Penulisan .........................................................

10

: TINJAUAN TEORITIS TENTANG DAKWAH A. Pengertian Aktifitas ............................................................

11

B. Dakwah ..............................................................................

12

1. Pengertian Dakwah .......................................................

12

2. Unsur-unsur Dakwah ....................................................

15

C. Masyarakat .........................................................................

30

1. Peng ertian Masyarakat ..................................................

30

2. Keadaan Penduduk........................................................

30

3. Keadaan keagamaan ......................................................

31

: GAMBARAN UMUM FORUM UKHUWAH MUBALIGH (FUM) A. Sejarah berdirinya FUM......................................................

33

B. Visi, misi dan tujuan FUM ..................................................

35

C. Program kegiatan FUM.......................................................

36

D. Struktur organisasi FUM .....................................................

36

BAB IV

: AKTIVITAS DAKWAH FORUM UKHUWAH MUBALIGH DI TENGAH MASYARAKAT CILEUNGSI BOGOR A. Pelaksanaan aktivitas dakwah FUM .................................... 39 B. Metode Pelaksanaan dakwah FUM ..................................... 50 C. Faktor pendukung dan penghambat aktivitas FUM.............. 52

BAB V

: PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................... 56 B. Saran-saran ......................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Islam datang kepada Nabi Muhammad SAW sebagai agama yang universal, agama untuk semua umat manusia. Oleh karena itu Islam disyi’arkan kepada seluruh umat manusia tanpa membedakan suku, ras atau bangsa yang ada didunia ini.

Kepada Islamlah seluruh manusia digiring untuk menjadikan

pedoman hidup, bergabung menjadi umat yang satu dibawah bimbingan Allah SWT dan Rasulullah SAW. Sebagaimana diketahui bahwa Islam dibawa oleh Rasul melalui jalan dakwah, tidak dapat dipungkiri dengan dakwah tersebut Islam dapat berkembang dengan maju pesat sehingga mencapai masa kejayaan dan keemasan. Kegiatan dakwah dilakukan terus menerus dari zaman Rosul, para Sahabat, Tabi’in, Ulama terdahulu atau Ulama sekarang, sehingga keindahan dan kesucian Islam dalam perkembangan zaman baik dalam sejarah maupun pada perakteknya sangat ditentukan oleh kegiatan dakwah yang dilakukan oleh umatnya. Islam mengajarkan atau memerintahkan umatnya untuk melaksanakan dakwah baik secara berkelompok atau secara individu, dimana dakwah itu harus selalu dilakukan baik secara lisan, tulisan atau dicontohkan dalam perbuatan sehari-hari. Pada tujuannya dakwah adalah untuk mendorong sasaran dakwah kearah kehidupan yang lebih baik, sejahtera lahiriyah dan bathiniyah. Dengan kata lain, dakwah lebih pada hakekatnya yang berarti mengajak.

Dalam

pengertian ini yang lebih culture, dakwah berarti mengajak pada diri sendiri maupun pada orang lain atau masyarakat untuk berbuat baik dengan ketentuan yang digariskan oleh Allah SWT.1 Dalam Al-quran Allah menyeru manusia untuk melaksanakan dakwah secara berkelompok dan telah mendorong berdirinya organisasi-organisasi Islam dengan tujuan dakwah, seperti halnya dalam surat Ali Imran :104 sebagai berikut :

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.(Ali Imran : 104) Keberhasilan dalam penyelenggaran dakwah membutuhkan perhatian yang serius, sebab akan banyak menghadapi masalah-masalah yang berat dan semakin meningkat. Penyelenggaraan dakwah tidak mungkin dilakukan secara individu dan sambil lalu saja, tetapi harus diselenggarakan oleh para pelaksana dakwah dengan cara bekerjasama dalam kesatuan-kesatuan yang teratur dan dengan terlebih dahulu harus dipersiapkan dan direncanakan secara matang, dan menggunakan sistem kerja yang efektif dan efisien, yang teratur dan terorganisir untuk digerakkan pada sasaran-sasaran atau tujuan dakwah dan organisasi yang dikehendaki.2

1 Slamet Muhaimain Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), h.7 2 Abdul Rasyid Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1993), cet ke-3, h.48

Kewajiban dakwah dapat dilihat secara individu dan kolektif, dakwah secara kolektif dapat berupa lembaga dakwah atau organisasi-organisasi dakwah atau pula dapat dipahami organisasi yang mempunyai kegiatan mengajak umat manusia agar masuk kejalan Allah (sistem Islam) dalam berbagai segi kehidupan. Bentuk kegiatan mengajak terdiri dari mengajak dengan lisan (dakwah billisan) dan mengelola atau mengorganisir kegiatan mengajak (bi al tadbii ; bi al nidhomi) secara efektif dan efisien dengan cara melakukan KISS (kordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sistematisasi). Program dan kegiatan dengan sumber daya dan waktu yang tersedia. Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim, ber’amar ma’ruf nahi munkar, berjihad dan juga saling memberi nasihat kepada sesama. Syariat atau hukum Islam tidak mewajibkan bagi umatnya untuk selalu mendapatkan hasil yang maksimal, akan tetapi usahanyalah yang diwajibkan semaksimal mungkin sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Seperti pada surat An-Nahl ayat 125 yang artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Dalam rangka inilah Islam adalah agama dakwah, sebab tanpa usaha yang sungguh-sungguh dari para pemeluknya untuk menyebarluaskan Islam itu mustahil Islam akan segera menyebar dan dipeluk oleh umat manusia dihampir seluruh penjuru dunia. Persoalan selanjutnya tentu sampai pada gilirannya untuk mempertaruhkan dakwah itu sendiri sebagai sebuah kegiatan. Dakwah dengan segala cita-cita dan

gagasannya yang termuat didalamnya akan teruji keberhasilannya melalui usaha dan hasil dari pelaksanaan yang disiplin, bentuk ketentraman, kesejahteraan, keimanan, kelakuan yang terpuji, terhindarnya kejahatan dan pelanggaran dalam masyarakat dan terbentuknya masyarakat sejahtera lahir dan batin, adil beradab.3 Kesempurnaan dan ketinggian ajaran Islam tidak akan membudaya dalam kehidupan manusia bila aktivitas penyebaran tidak didakwahkan, aktivitas dakwah bagi umat Islam bagaikan urat nadi, karena dakwah merupakan aktualisasi nilai dan konsep teologis yang harus dimanifestasikan dalam suatu aktivitas manusia beriman dalam kehidupan kemasyarakatan.

Atas dasar inilah maka aktivitas

dakwah merupakan bagian terpenting dalam kehidupan seorang muslim. Seorang juru dakwah wajib mengenal objek dakwah yang meliputi pemikiran persepsi, pemikiran orientasi, problem dan kesulitan-kesulitan objek dakwah. Dengan demikian ia akan dapat memperoleh celah-celah jalan untuk proses dakwah, diagnosa akurat dan sekaligus memberi solusi dan terapi yang tepat bagi persoalan yang dihadapi oleh objek dakwah. Oleh karenanya ajaran dan bimbingan yang mereka sampaikan kepada umat manusia akan memiliki pengaruh yang efektif. Aktivitas dakwah tidak terlepas dengan proses komunikasi, adapun komunikasi menurut James A.F Stoner menyebutkan bahwa komunikasi adalah : “Proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.4

3

Toha Yahya, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Wijaya, 1992), cet ke-5, h.8 H.A.W Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta : Bumi Aksara,1997), cet ke-3, h.8 4

Sedangkan menurut William F Glueck menyatakan bahwa komunikasi dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yakni :5 1. Interpersonal Communications, komunikasi antar pribadi yaitu proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih didalam suatu kelompok kecil manusia. 2. Organizational Communications, yaitu dimana pembicara secara sistematis memberikan informasi dan memindahkan pengertian kepada orang banyak didalam organisasi dan kepada pribadi-pribadi dan juga lembaga-lembaga diluar yang berhubungan. Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) yang terletak di Jl. Raya Jonggol Mekarsari No. 105 Rt 08 Rw 03 Bogor Merupakan salah satu organisasi masyarakat yang berbasis islam yang diharapkan mampu berperan aktif dalam proses perubahan dan pembangunan terhadap masyarakat terutama dalam islam. Melihat begitu pentingnya komunikasi dan aktivitas dakwah Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) yang merupakan salah satu wadah dakwah, maka penulis tertarik untuk membahas skripsi dengan judul : “Aktivitas Dakwah Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) Pada Masyarakat Cileungsi-Bogor.”

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang diatas dan agar penulisan ini lebih terarah, penulis membatasi penulisan hanya pada aktivitas dakwah FUM (Forum Ukhuwah Mubaligh) pada masyarakat Cileungsi-Bogor saja.

5

Ibid, h.8

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut : 1. Aktivitas apa saja yang ada di Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) ? 2. Bagaimana pelaksanaan aktivitas dakwah yang dilakukan Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) ? 3. Hambatan apa saja yang dihadapi Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) dalam pelaksanaan aktivitas dakwah Islam ? C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui gambaran tentang aktivitas dakwah Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) kepada masyarakat sekitarnya. b. Dengan terungkapnya aktivitas organisasi masyarakat yang berbasis islam ini, dapat dilihat seberapa jauh kontribusinya (aktivitas dan usaha) sehingga mampu membenahi segala kekurangan yang ditemukan dalam mengemban misi agama (hambatan Islam). 2. Manfaat penelitian ini adalah : a. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang dakwah dan komunikasi. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan khususnya peneliti umumnya pada teoritis, masyarakat dan praktis. Selain itu

juga, diharapkan penelitian ini memberikan informasi kepada pihakpihak yang terkait, didalam hal ini Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) dan pihak-pihak lain dalam rangka mengembangkan dakwah Islam.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metodologi penelitian atau metodologi Riset (Science Research Method) berasal dari kata “methodology”, maknanya ilmu yang menerangkan metodametoda atau cara-cara.

Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggeris

“research” yang terdiri dari kata re (mengulang) dan search (pencarian, pengerjaan, penelusuran, penyelidikan atau penelitian), maka research berarti berulang melakukan pencarian. Metodologi penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemacahannya.6 Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu metode untuk mengungkapkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya dari penelitian.7 Metode tersebut memiliki beberapa langkah penerapan. Langkah pertama adalah mendeskrifsikan gagasan primer yang menjadi bahan utama. Langkah kedua adalah membahas gagasan primer tersebut yang pada hakikatnya adalah memberikan penafsiran penulis kepada gagasan yang dideskrifsikan. Langkah 6

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos,1997) cet-1 h. 1 Winarno S, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Tekhnik (Bandung: Tarsito, 1989) h.138 7

ketiga adalah memberikan kritik untuk menilai kelebihan dan kekurangan dari gagasan primer. Langkah terakhir adalah studi analitik yaitu studi terhadap serangkaian gagasan primer. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Sebagai metode ilmiah, observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.8 Metode ini dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung ke objeknya. Penulis mengamati secara langsung kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) selama empat bulan. b. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap muka antara penanya dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).9 Penulis melakukan wawancara dengan pimpinan Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) dan tokoh masyarakat yang berada didaerah penelitian yakni Cileungsi-Bogor. Di antara tokoh masyarakat yang penulis wawancarai ialah, Bpk Soma, Bpk Abdul Halim dan Bpk Mansur S.Sos.I. c. Dokumentasi Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian. 8 9

Dalam hal ini penulis

Sutrisna Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi offset,1989),cet ke-19,h.139 M.Nazir, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia,1985) h.63

mengumpulkan data-data kegiatan Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) melalui laporan, photo dan arsip yang dimiliki Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) 3. Analisis Data Analisis data merupakan proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang lebih mudah dan diinterpretasikan.10

Dalam penelitian ini penulis

menggunakan analisis non statistik yaitu mengambil keputusan atau kesimpulan-kesimpulan yang benar malalui proses pengumpulan, penyusunan, penyajian dan penganalisaan data hasil penelitian dengan wujud kata-kata. Data dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara dan mengumpulkan dokumen-dokumen yang mendukung penelitian kemudian menganalisa data dengan menyusun kata-kata kedalam tulisan yang lebih luas.

E. Sistematika Penulisan Skripsi terdiri dari lima bab, yang secara garis besar terdiri dari tiga bagian, bagian pertama pendahuluan, bagian kedua adalah pembahasan yang terdiri dari bab dua, tiga dan bab empat, dan bagian ketiga adalah penutup. Adapun rincian sistematika penyusunan adalah sebagai berikut : BAB I

Pendahuluan, yang membahas secara global mengenai pembahasan pada tiap-tiap bab, bab pendahuluan ini meliputi : alasan pemilihan judul, pembatasan dan perumusan masalah dan sistematika penulisan.

10

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3S, 1989), cet ke-1,h.263

BAB II

Menjelaskan tentang tinjauan teori mengenai aktivitas, pengertian dakwah, strategi komunikasi, ruang lingkup masyarakat dan ruang lingkup organisasi masyarakat yang berbasis islam.

BAB III

Menjelaskan tentang gambaran umum FUM yang meliputi : Latar belakang berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi dan identitas serta program kegiatan.

BAB IV

Menjelaskan tentang penyampaian pelaksanaan dakwah terhadap pesan dakwah dimasyarakat.

BAB V

Merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran penulis terhadap objek penelitian, yang dalam hal ini Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) .

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG DAKWAH

A.

Pengertian Aktifitas Dalam kamus bahasa indonesia, aktifitas diartikan sebagai segala bentuk

keaktifan dan kegiatan.11 Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktifitas, kegiatan, atau kesibukan yang dilakukan oleh manusia. Namun, berarti atau tidaknya kegiatan tersebut tergantung pada individual tersebut. Karena, menurut Samuel Soeitoe sebenarnya, aktifitas bukan hanya sekedar kegiatan. Beliau mengatakan bahwa aktifitas, dipandang sebagai usaha mencapai atau memenuhi kebutuhan.12 Salah satu kebutuhan kebutuhan manusia adalah menuntut ilmu untuk menjadi pintar. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia harus belajar dengan cara bersekolah atau mengikuti majelis atau tempat-tempat ilmu, menbaca buku, berdiskusi, dan kegiatan-kegiatan lain.

Ternyata untuk memenuhi satu

kebutuhan saja manusia harus melakukan berbagai aktifitas.

Jelasnya, segala

sesuatu yang berhubungan dengan tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia merupakan aktifitas, yang mana aktifitas tidak bisa dipisahkan dengan organ keseluruhan yang melekat pada diri. Seseorang yang ingin mendalami ilmu agama dan hubungan interaksi masyarakat islami misalnya, tentu ia harus melakukan aktifitas-aktifitas yang 11

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1997). Cet. 9, h.20 12 Samuel Soetio. Psikologi Pendidikan II. (Jakarta: FEUI, 1982). h.52

dapat membantu tercapainya keinginan tersebut. Seperti membaca buku-buku keagamaan, mengikuti pengajian-pengajian, melakukan diskusi-diskusi tentang keagamaan dan kemasyarakatan, mengkaji norma-norma ajaran islam tentang hubungan sesama manusia dan tak kalah pentingnya adalah mengaplikasikan atau menerapkan ajaran atau ilmu yang telah didapatkan ke dalam kehidupan yang nyata. B. Dakwah 1.

Pengertian Dakwah Ditinjau dari segi etimologi kata “Dakwah” berasal dari bahasa arab, yaitu

dalam tata bahasa arab dikenal dengan fiil madhi ( arti memanggil, menyeru atau mengajak.13

) yang mengandung

Sedangkan kata dakwah sendiri

berbentuk isim masdhar. Menurut Muhammad Ahmad Ar-Rasyid dalam bukunya titik tolak landasan gerak para aktifis dalam mendefinisikan kata dakwah secara etimologi dengan bahasa yang berbeda. Menurutnya, kata “dakwah” merupakan istilah Islami dan terdapat hubungan yang kuat antara petunjuk lafal secara etimoligis dan penggunaan lafal itu sebagai sebuah islami.

Pertama-tama kita perhatikan

kebaradaan lafal itu sebagai fi’il (kata kerja), yaitu “

“ mengikuti bentuk“

“

dalam bahasa arab, apabila huruf illat “wawu” didahului dengan huruf berharakat fathah, maka huruf “wawu” diubah menjadi “alif”, sehingga berbunyi “

13

Asmuni Syukir. Dasar-dasar dakwah islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1933), cet. 1, h. 17

“.

Kita dapati bahwa lafal ini hanya mengandung satu makna, yaitu kecenderungan sesuatu kepada anda karena suara dan kata-kata yang keluar dari diri anda.14 Menurut istilah, dakwah mengandung arti yang beraneka ragam. Banyak para ahli ilmu dakwah dalam memberikan definisi terhadap istilah dakwah, hal ini tergantung pada sudut pandang mereka didalam memberikan definisi istilah tersebut.

Sehingga tidak menutup kemungkinan adanya persamaan dan

perbedaan. M. Quraish Shihab mendefinisikan dakwah adalah seruan atau ajakan menuju pada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun terhadap masyarakat.15 Menurut perspektif al-Quran dakwah diartikan adalah upaya kegiatan mengajak atau menyeru umat manusia agar berada dijalan Allah (sistem Islam) yang sesuai dengan fitrah dan kehanifaanya secara integral, baik melalui kegiatan lisan dan tulisan atau

kegiatan

nalar

dan perbuatan,

sebagai upaya

pengejawantahan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran prinsipal dan universal (alkhayr), sesuai pegertian dasar Al-Islam yang menjadi kegiatan yang nyata dalam kehidupan sosial budaya sehari-hari (al-ma’ruj) serta berupaya mencegah dan menjauhkan hal-hal yang memang secara fitri ditolak dan diingkari oleh nurani (al-munkar) demi terwujudnya umat pilihan (khayr ummah). Dengan demikian, hakikat dakwah pada dasarnya adalah upaya mengajak dan mengembalikan

14

Muhammad Ahmad Ar-Rasyid. Titik Tolak Landasan Gerak Para Aktifis Dakwah, (Jakarta: Robbani Press,2005) cet. 1, h 100 15 Quraish Shihab. Membumikan Al-quran, (Jakarta: Mizan, 1999) cet. 19, h. 194

manusia pada fitrah dan kehanifannya secara integral, serta merupakan upaya penjabaran nilai-nilai ilahi menjadi amal sholeh dalam kehidupan nyata.16 M. Natsir dalam tulisannya yang berjudul “Fungsi Dakwah” mengemukakan bahwa dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat konsepsi islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia didunia ini, yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan perseorangan, perikehidupan berumah tangga, perikemasyarakatan dan perikehidupan bernegara.17 Tarmizi Taher menambahkan bahwa pengertian dakwah yaitu upaya untuk mengajak seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan ajaran islam ke dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, dakwah dapat dimaknai sebagai sarana pembangunan kualitas sumber daya manusia

(SDM),

pengentasan

kemiskinan,

memerangi

kebodohan

dan

keterbelakangan serta mewujudkan agenda pembebasan. Dakwah juga dapat berarti penyebarluasan rahmat Allah SWT, sesuai misi islam sebagai agama rahmatan li al-’alamin, yaitu penyebaran cinta kasih (rahmat) pada semua manusia bahkan pada sesama makhluk seluruh alam. Sebab Allah SWT semuanya ini merupakan wujud cinta kasih (rahman dan rahim)-Nya, agar manusia hidupnya didunia (hasanah) dan diakhirat (hasanah). Sebab jika islam diikuti oleh manusia, ia akan menjadi baik. Dengan tauhid manusia akan

16 Asef Muhiddin. Dakwah dalam perspektif Al-quran, (Bandung: pustaka setia 2002), cet. 1, h. 19-20 17 Abd. Rosyad Saleh. Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), cet.11, h.8

menjadi merdeka, tidak terbelenggu dengan kepercayaan-kepercayaan yang anehaneh, yang tidak masuk akal.

18

HSM. Nasarudin Latif mendefinisikan dakwah: “Setiap usaha aktivitas dengan tulisan maupun lisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya umtuk beriman dan mentaati Allah SWT. Sesuai dengan garis akidah dan syariat serta akhlak islamiyyah.19 Dari definisi-definisi yang telah disebutkan tadi dapat disimpulkan bahwa dakwah merupakan perangkat usaha dan aktifitas tertentu dan juga merupakan suatu proses penyelenggaraan tata usaha yang dilakukan dengan sabar dan dengan sengaja berdasarkan Al-Qur’an dan As-sunnah. Usaha yang dilakukan itu berupa : a. Mengajak orang lain untuk beriman dan mentaati Allah SWT, atau memeluk agama islam. b. Amar Ma’ruf, yakni perbaikan dan pengembangan masyarakat atau islah. c. Nahi Munkar, yakni mencegah perbuatan yang dilarang oleh Allah. Proses penyelenggaraan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagian yang diridhai Allah SWT.20 2.

Unsur-unsur Dakwah Dakwah mempunyai unsur-unsur yang tidak terlepas dari kegiatannya. Oleh

karena itu dakwah merupakan suatu bentuk yang khas dan dakwah tidak akan 18 Nurul Badruttamam. Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu 2005), cet. 1, h. 96 19 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub. (Jakarta: Penamadani,2006). Cet,ke-1.h, 144 20

A.H. Hasanuddin. Rhetorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), cet. 1,h. 10

sukses tanpa adanya suatu unsur atau faktor-faktor tertentu, misalnya siapa pelakunya (da’i), siapa sasaran dakwahnya (objek), bagaimana caranya (approach) dan apakah tujuannya (destinstion)

a. Subjek Dakwah Subjek dakwah adalah orang-orang yang melakukan dakwah, yaitu orang yang berusaha mengubah situasi sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT, baik secara individu atau kelompok (organisasi) sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi atau lebih jelas disebut dengan da’i.21 Da’i merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah. Sebagai pelaku dan penggerak kegiatan dakwah, da’i juga menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan dakwah. Pada dasarnya da’i adalah penyeru ke jalan Allah, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang (mujahid) yang mengupayakan terwujudnya sistem islam dalam realitas kehidupan umat manusia.22 Sebagai penyeru ke jalan Allah, da’i harus mempunyai pemahaman yang luas mengenai islam sehingga ia (da’i) dapat menjelaskan ajaran islam kepada masyarakat dengan baik dan benar.

Da’i jugan harus mempunyai

semangat dan ghirah keislaman yang tinggi yang menyebabkan ia (da’i) setiap saat dapat menyeru manusia kepada kebaikan dan mencegah mereka dari

21

M. Hafi Ashari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), cet. 1, h. 179 22 Ismail, Paradigma Dakwah, h. 311

kejahatan, meskipun untuk hal itu seorang da’i harus menghadapi tantangan atau cobaan yang berat.23 Pada prinsipnya setiap seorang muslim ataupun muslimah mempunyai kewajiban untuk menyampaikan dakwah Islamiyyah dengan caranya masingmasing untuk orang lain, paling tidak untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At-Tahrim : 6

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.24

Dengan demikian dapat dipahami bahwa setiap orang yang menyatakan dirinya sebagai pemeluk agama Islam, maka secara otomatis ia memikul suatu kewajiban untuk melaksanakan dakwah. Dengan kata lain, setiap seorang muslim harus menyadari bahwa dirinya adalah “Rijaluddakwah” atau “da’i”. Namun, kalau kita melihat realita kehidupan, bahwa yang ditangani manusia bukan hanya satu bidang saja, maka perlu adanya pembagian tugas dan kewajiban sesuai

23

ibid Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Lajnah Pentashin mushaf Al-Qur’an, 2000) 24

dengan bakat dan kemampuan masing-masing dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT demi mengharap ridho-Nya. Untuk melakukan aktivitas dakwahnya, seorang da’i perlu mempunyai syarat-syarat dan kemampuan tertentu agar bisa berdakwah dengan hasil yang baik dan sampai pada tujuannya. Persyaratan dan kemampuan yang perlu dimiliki oleh da’i secara umum bisa mencontoh kepada Rasulullah SAW.

Karena

kehidupan Rasulallah SAW merupakan uswah atau contoh yang baik bagi kita umatnya, maka hal inipun berlaku dalam dakwah islam. Adapun syarat-syarat dan kemampuan secara teoritis yang harus dimiliki oleh seorang da’i yaitu : 1. Kemampuan berkomunikasi 2. Kemampuan menguasai diri 3. Kemampuan pengetahuan psikologis 4. Kemampuan pengetahuan pendidikan 5. Kemampuan pengetahuan di bidang umum 6. Kemampuan di bidang Al-Qur’an 7. Kemampuan membaca Al-Qur’an dengan fasih 8. Kemampuan pengetahuan di bidang Hadist 25 Demikian syarat-syarat yang harus dimiliki oleh para da’i sehingga dalam melaksanakan aktivitas dakwahnya dapat memncapai hasil yang baik dan dapat diterima oleh khalayak. b. Objek Dakwah 25

Slamet Muhaemin Abda. Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah. (Surabaya: Usaha Nasional,1994) cet,ke-1.h,69-77

Adapun objek dakwah dalam penyampaian pesan dakwah disebut “mad’u” atau sasaran dakwah atau orang-orang yang diseru, dipanggil untuk mengenal lebih jauh ajaran Islam. Sedangkan dalam istilah komunikasi adalah “komunikan”. Ini berarti objek dakwah adalah lawan bicara seorang da’i, atau lebih jelas lagi yaitu masyarakat penerima dakwah atau sasaran dakwah dimana benih dakwah itu akan ditabur.26 Masyarakat sebagai objek dakwah adalah salah satu unsur yang penting didalam sistem dakwah yang tidak kalah penting peranannya dibandingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lain. c. Metode Dakwah Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dengan kata lain metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.27 Sebagai seorang da’i harus memahami metode-metode dakwah yang akan digunakan, sebab dengan mengetahui metode dakwah seorang da’i dapat menentukan metode apa yang akan digunakan dalam melaksanakan kegiatan dakwah dengan kondisi dan situasi tertentu, sehingga materi yang disampaikan dapat dipahami dan diaplikasikan oleh mad’u dalam kehidupan sehari-hari. Hal 26

Hamzah Yakub, Publisistik Islam ; Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV Dipenogoro, 1998), cet. 2, h. 2 27 M. Munir, ed., Metode dakwah (Jakarta: Kencana Prenada Media,2006), cet ke-2, h. 67

ini berarti menggunakan suatu metode yang dapat memungkinkan untuk mencapai tujuan yang maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan da’i dan masyarakat. Banyak ayat Al-Qur’an yang menerangkan masalah dakwah. Tetapi dari sekian banyak ayat yang memuat prinsip-prinsip dakwah itu ada satu ayat yang memuat sandaran dasar dan fundamen pokok bagi metode dakwah. Tentunya metode tersebut masih banyak para juru dakwah menggunakannya demi kesuksesan dakwahnya. Metode tersebut termaktub dalam sebuah ayat Al-Quran Surat An-Nahl ayat 125 sebagai berikut :

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl : 125) Dari ayat tersebut menunjukan metode dakwah itu meliputi tiga cakupan diantaranya adalah : 1.

Bi al-Hikmah (cara yang bijaksana)

2.

Bi al-Mauijatul Hasanah (Nasihat yang baik)

3. Bi al-Mujadalah Hiya Ahsan (Berdebat atau berdiskusi dengan cara yang baik)

a)

Pengertian bi al-hikmah

Sebagai metode dakwah, al-hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih dan menarik perhatian orang kepada agama atau tuhan. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-Nasafi, arti hikmah yaitu : “Dakwah bil-hikmah” adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan past, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan. Menurut Syekh Zamakhsyari dalam kitabnya “al-Kasyaf” al-Hikmah adalah perkataan yang pasti dan benar.

Ia adalah dalil yang menjelaskan

kebanaran dan menghilangkan keraguan atau kesamaran.

Selanjutnya, Syekh

Zamakhsyari mangatakan hikmah juga diartikan sebagai Al-Quran yakni ajaklah mereka (manusia) mengikuti kitab yang memuat hikmah. Dari beberapa pengertian diatas, dapat dipahami bahwa al-hikmah adalah merupakan kemampuan dan ketepatan da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u.

al-hikmah

merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif.

28

b) Al-Mau’idza Al-Hasanah Terminologi mau’izhah hasanah dalam perspektif dakwah sangat populer, bahkan dalam acara seremonial keagamaan seperti Maulid Nabi dan Isra’ Mi’raj, istilah mauizhah hasanah mendapat porsi khusus dengan sebutan “acara yang

28

M. Munir, ed., Metode dakwah, h. 10-11

ditunggu-tunggu” yang merupakan inti acara dan biasanya menjadi salah satu target keberhasilan sebuah acara. Terlepas dengan itu, secara bahasa, mauizhah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mauizhah dan hasanah. Kata mauizhah berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, sementara hasanah berarti kebaikan.

Adapun pengertian istilah, ada beberapa pendapat antara lain; Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip oleh H. Hasanuddin adalah: “al-Mauizhah al-Hasanah” adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-Quran. Menurut Abd.

Hamid al-Bilali, al-Mau’izhah al-Hasanah adalah

merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik. Dengan demikian Mauizhah Hasanah dapat diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. c) Al-Mujadalah Bi-al Lati Hiya Ahsan Dari segi etimologi (Bahasa) lafazh mujadalah terambil dari kata “jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan huruf alif pada huruf jim

yang mengikuti wazan Faa ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan “mujaadalah” perdebatan. Kata “jadala” dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuatu. untuk

meyakinkan

Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan lawannya

dengan

menguatkan

pendapatnya

melalui

argumentasi yang disampaikan. Dari segi istilah (Terminologi) terdapat beberapa pengertian al-mujadalah (al-hiwar). Al-mujadalah (al-hiwar) berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengahruskan lahirnya permusuhan diantara keduanya. Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi ialah, suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat. Dari pengertian diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa, al-Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan pemusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.

Antara satu

dengan yang lainnya saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya yang berpegang kepada kebenaran, mengakuai kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut.29 Dari ketiga metode dapat disesuaikan dengan kondisi dan tingkat pemahaman masing-masing jamaahnya, karena metode dakwah yang tidak tepat

29

M. Munir, ed., Metode dakwah, h. 15-19.

akan berakibat semakin jauhnya seorang dai dari jamaahnya bahkan seorang da’i akan ditinggalkan jamaahnya dan keberhasilan tujuan dakwah tidaklah tercapai.

d. Materi Dakwah Pada dasarnya materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam secara kaffah, tertulisdalam alqur’an dan diperjelas oleh nabi SAW. Secara garis besar materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu : 1. Masalah Keimanan (aqidah) Pembahasan di bidang aqidah bukan saja tertuju pada masalahmasalah yang diimani, akan tetapi materi dakwah meliputi pula masalahmasalah yang dilarang seperti syirik, ingkar dengan adanya Allah SWT, dan lain sebagainya.

Dapat dijadikan materi dan dibahas dengan

menjelaskannya bahwa perbuatan tersebut membawa bahaya dan harus dijauhkan. “Aqidah merupakan fundamental bagi setiap muslim yang memberi arah bagi hidup dan kehidupan seorang muslim. Aqidah ini merupakan misi utama bagi dakwah Nabi Muhammad SAW ketika beliau pertama kali berdakwah di mekkah”.30 2. Masalah Keislaman (syariah) 30

h. 11

H. Mansur Amin. Dakwah Islam dan Pesan Moral. (Yogyakarta: Al Amin Press,1997).

Syari’ah dalam Islam berhubungan erat dengan amal manusia dalam rangka mentaati semua hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup sesama manusia. “Hukum-hukum ini meliputi 5 bagian”. Yaitu : a. Ibadah, yaitu : Suatu sistem yang mengatur tentang hubungan manusia sebagai hamba dengan Tuhannya sebagai dzat yang wajib disembah. b. Hukum Keluarga, meliputi : Hukum pernikahan, nasab, waris, nafkah, dan masalah-masalah yang berada dalam lingkupnya. c. Hukum Ekonomi, meliputi hukum jual beli, gadai, perburuhan, pertanian, dan masalah-masalah yang berada dalam lingkupnya. d. Hukum Pidana, meliputi : hukum qishash, ta’zir, dan masalahmasalah yang berada dalam lingkupnya. e. Hukum-hukum Ketatanegaraan, meliputi : hukum perang, perdamaian, ghanimah, perjanjian dengan negara-negara lain, dan masalah-masalah yang berada dalam lingkupnya.31 Demikianlah hukum-hukum yang harus ditaati dan diamalkan oleh manusia dalam menjalankan syariat islam. 3. Masalah Budi Pekerti (akhlak) Masalah akhlak sebagai materi dakwah merupakan pelengkap adanya keimanan dan keislaman seseorang. Jika keimanan dan keislaman telah tertanam dalam diri seseorang, maka manifestasinya adalah

31

Ibid. h. 13

menimbulkan akhlak yang mulia, sehingga peranan akhlak yang mulia sangat penting dalam kehidupan, baik untuk urusan politik, ekonomi, sosial dan budaya. “akhlak atau moral merupakan pendidikan jiwa agar jiwa seseorang dapat bersih dari sifat-sifat yang tercela dan dihiasi dengan sifat-sifat terpuji”. Tiga macam bidang ajaran Islam ini tidaklah dapat dipisahpisahkan, sebab satu sama lain saling berkaitan, sekalipun bisa dikelompok-kelompokkan. e. Media Dakwah Dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa latin yaitu median yang berarti “alat perantara”. Sedangkan kata media merupakan jamak dari kata median tersebut. Pengertian semantik media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai tujuan tertentu.32 Dengan demikian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang, atau material, orang, tempat, kondisi tertentu, dan sebagainya. Sebenarnya media dakwah bukan saja berperan sebagai alat bantu dakwah, namun bila ditinjau dakwah sebagai suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait dalam mencapai tujuan, maka media dakwah mempunyai peranan atau kedudukan yang sama pentingnya dengan

32

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), cet.ke-1, h. 163

komponen lain. Apabila dalam penentuan strategi dakwah yang memiliki asas efektivitas dan efisien, media dakwah menjadi tampak jelas peranannya. Ajaran Islam adalah ajaran yang universal dan senantiasa relevan. Dalam sejarah perkembangan Islam, dakwah menduduki tempat dan posisi utama, sentral, strtegis dan menentukan. Jika dilihat dari segi sifatnya, media dakwah dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu: a. Media tradisional, yaitu berbagai macam seni dan pertunjukan secara tradisional yang dipentaskan didepan umum terutama sebagai hiburan yang memiliki sifat komunikasi seperti: drama, pewayangan, ketoprak humor, lagu-lagu yang berisi pesan dakwah, dan lain-lain. b. Media modern, yaitu media yang dihasilkan dari teknologi yang antara lain: televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Dalam penentuan penggunaan media, seorang da’i harus mengetahui media yang tepat dengan materi dakwah, sasaran dakwah, dan kemampuan da’i dalam menggunakan media. f. Tujuan Dakwah Dakwah yang dilaksanakan harus mempunyai tujuan tertentu. Tujuan ini dapat dirumuskan sedemikian rupa sehingga jelas apa yang akan dicapai. Didalam proses dakwah, tujuan adalah merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Dengan tujuan itulah dapat dirumuskan suatu landasan tindakan dalam pelaksanaan dakwah.33 Tujuan secara umum adalah mengubah perilaku sasaran dakwah agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam dataran

33

H. Hasanuddin. Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. 1, h. 33-34

kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, keluarga, maupun sosial kemasyarakatannya, agar terdapat kehidupan yang penuh dengan keberkahan samawi dan keberkahan ardhi yang mendapat kebaikan dunia dan akhirat, serta terbebas dari azab neraka. Tujuan-tujuan ini harus dirumuskan kedalam tujuan-tujuan operasional dan dapat dievaluasi keberhasilan yang telah dicapainya.34 Menurut pendapat Drs, A. Rosyad Shaleh, tujuan dakwah dapat dirumuskan dalam dua kerangka, yaitu tujuan untuk mencapai suatu nilai atau hasil terakhir yang merupakan tujuan utam (major objektif). Dan tujuan untuk mencapai nilai atau hasil dalam bidang-bidang khusus yang merupakan tujuan atau sasaran departemential. Tujuan utama dan tujuan departemential adakah dilihat dari segi hierarchinya. Sedang bila dilihat dari segi proses pencapaiannya, tujuan utama adalah merupakan ultimed goal atau tujuan akhir. Sedangkan tujuan departemential merupakan intermediate goal atau tujuan perantara. Menurut Drs. H. M. Arifin. M.Ed., tujuan dakwah adalah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan, dan pengalaman ajaran agama yang dibawakan oleh aparat dakwah atau penerang agama. Oleh karena itu ruang lingkup dakwah adalah menyangkut masalah pembentukan sikap mental dan pengembangan motivasi yang bersifat positif dalam segala lapangan hidup manusia. Syekh Ali Mahfudz merumuskan, bahwa tujuan dakwah ada lima perkara :

34

Didin Hafidhuddin. Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), cet. 1, h. 78

a. Menyiarkan tuntunan Islam, membetulkan aqidah dan meluruskan amal perbuatan manusia, terutama budi pekertinya. b. Memindahkan hati dari keadaan yang jelek kepada keadaan yang baik. c. Membentuk persaudaraan dan menguatkan tali persatuan diantara kaum muslimin. d. Menolak faham atheisme, dengan mengimbangkan cara-cara mereka bekerja. e. Menolak syubhat-syubhat, bid’ah dan kurafat atau kepercayaan yang tidak bersumber dari agama dengan mendalami ilmu Ushuluddin.

Dari rumusan tujuan pelaksanaan dakwah diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa tujuan dakwah ada dua : a. Tujuan langsung, yakni ditunjukkan langsung kepada masyarakat agar melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. b. Tujuan tidak langsung, yaitu dengan membentuk kader-kader da’i baik melalui jenjang pendidikan formal maupun non formal, sehingga mereka dapat diterjunkan kedalam masyarakat.35 Dengan demikian, dakwah bertujuan untuk menyelamatkan umat dari kehancuran dan untuk mewujudkan cita-cita ideal masyarakat utama.

Oleh

karena itu juru dakwah harus memahami betul tujuan akhir dari semua kegiatan dakwah yang dilaksanakan sehingga terbentuknya : 1) Khoirul Barriyah (Sebaik-baik diri sendiri)

35

H. Hasanuddin. Op.Cit. h. 34-35

2) Khoirul Usroh (Sebaik-baik keluarga) 3) Khoirul Jama’ah (Sebaik-baik kelompok) 4) Khoirul Ummah (Sebaik-baik ummat)

C.

Masyarakat

1.

Pengertian Masyarakat Masyarakat adalah kelompok-kelompok manusia yang saling terkait oleh

sistem-sistem, adat istiadat serta hukum-hukum khas, hidup bersama, atau masyarakat merupakan terdiri dari individu-individu yang secara berkelompok. Banyak para ahli mendefenisikan masyarakat berdasarkan kekhususan ilmu yang mereka tekuni, misalnya para ahli ilmu sosiologi dan antropologi. Dengan berbagai argumentasi mereka mendefenisikan ‘masyarakat’ berdasarkan versi mereka masing-masing. Sehingga pengertian masyarakat sampai saat ini belum mendapatkan pengertian yang diterima oleh semua pihak.

Tetapi jika

dipahami secara mendalam, pada dasarnya pendapat yang mereka kemukakan tidak menimbulkan permasalahan yang cukup berarti, karena pengertianpengertian tersebut hampir kesemuanya memberikan gambaran yang sama mengenai masyarakat. 2.

Keadaan Penduduk Tidak dapat dikatakan masyarakat jika tidak terdiri dari penduduk atau

warga, setiap penduduk memiliki keberagaman dan persepsi yang berbeda. Dan itu sudah menjadi keadaan yang pasti.

Atas dasar ini penulis mencoba

menguraikan keadaan penduduk ditinjau dari usia, sehingga membaginya menjadi empat golongan yaitu : a. Golongan usia 0-12 tahun, yaitu usia wajib belajar karena pada usia inilah orang tua harus benar-benar mampu menjaga dan mendidik anaknya agar kelak menjadi anak yang siap dalam menghadapi tantangan hidupnya dimasa depan. b. Golongan usia 13-20 tahun, yaitu golongan usia remaja. Golongan ini bukan berarti tidak belajar, sebab belajar bagi seorang muslim tidak mengenal usia dan waktu. Pada usia ini hanya merupakan pemantapan dan pematangan dari tindak lanjut usia wajib belajar. Disamping itu pada usia ini ada yang sudah mencari nafkah (bekerja) untuk membantu orang tuanya. Jadi dengan alasan itulah penulis memisahkan menjadi golonga tersendiri. c. Golongan usia 21-40 tahun, yaitu golongan usia produktif. Alasannya karena pada usia tersebut pada umumnya penuh dengan perjuangan-perjuangan untuk menentukan taraf hidupnya dan status sosial di masa depan.

Kelak yang akan terlihat hasilnya pada

umumnya usia di atas 40 tahun. d. Golongan usia 41 tahun keatas, yaitu golongan usia tua. Walaupun pada usia ini masih banyak yang bekerja tetapi tidak seproduktif pada usia sebelumnya. Pada usia ini hanya menindak lanjuti masa perjuangan ketika masa produktif. 3.

Keadaan Keagamaan

Penduduk desa Mekarsari Cileungsi Bogor merupakan penduduk yang mayoritas islam, kehidupan beragama ditengah-tengah masyarakat sangat penting karena agama merupakan unsur muthlak dalam mencapai keadaan masyarakat yang aman dan nyaman serta damai dan tenteram dalam membina masyarakat di kehidupan sehari-hari. Kehidupan beragama di desa Mekarsari dapat dikatakan berjalan lancar dan baik sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan penduduk setempat mayoritas beragama islam. Dalam menunjang di bidang keagamaan di kelurahan Mekarsari telah di upayakan pembinaan-pembinaan berupa pengajian baik pada anak-anak maupun orang tua yang diadakan di mushola, masjid, atauupun majelis taklim setiap seminggu maupun sebulan sekali. Selain itu ada beberapa organisasi-organisasi diantaranya adalah Forum Ukhuwah mubaligh.

BAB III GAMBARAN UMUM FUM (FORUM UKHUWAH MUBALIGH)

A.

Sejarah berdirinya FUM (Forum Ukhuwah Mubaligh) Forum Ukhuwah Mubaligh didirikan hari Rabu pada tanggal 08 Oktober

2003 jam 11.00 WIB yang dideklarasikan oleh Prof. DR. H.M Amien Rais MA yang waktu itu masih menjabat sebagai ketua MPR.

36

Terbentuknya Forum

Ukhuwah Mubaligh ini dikarenakan KH Tatang Tajudin, SQ melihat bahwa signal lapisan masyarakat khususnya para da’i, agar ada pemahaman yang sama dalam berdakwah sehingga tidak ada perbedaan antara masing-masing golongan seperti NU (Nahdatul Ulama), Muhammadiyah, dan Persis.

Sehingga tidak

adanya pengkotak-kotakan ulama. Artinya persepsi ini ingin di tuangkan dalam sebuah kelompok yang berasaskan Islam yang menggabungkan Golongan tersebut, khususnya para mubaligh agar berpegang pada kalimat Rahmatan Lil ‘alamin yang sesuai dengan Islam yakni Rahmat bagi seluruh alam.37 Kata Ukhuwah pada forum ini mempunyai alasan karena kata ukhuwah sendiri adalah bentuk jamak dari kata “akh” yang dalam kamus bahasa arab diterjemahkan “saudara atau sahabat”. Kata ini pada mulanya berarti yang sama artinya persamaan dalam garis keturunan yang mengakibatkan persaudaraan baik dalam sifat atau bentuk apapun. Namun, penamaan ini merujuk kepada al-qur’an

36 KH Tatang Tajudin, Deklarasi Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM ), Cileungsi 24 Desember 2004 37 KH Tatang Tajudin, ketua umum FUM, Wawancara pribdii, Cileungsi 16 Desember 2008

dan as-sunnah maka paling tidak dapat menemukan makna ukhuwah yang tercermin dalam 4 hal : 1.

Ukhuwah Fi al-‘ubudiyyah, yaitu bahwa seluruh makhluk bersaudara dalam arti memiliki persamaan.

2.

Ukhuwah Fi al-insaniyah, yaitu mempunyai arti seluruh umat manusia bersaudara, karena mereka bersumber dari ayah dan ibu yang satu yakni Adam dan Hawa.

3.

Ukhuwah fi al-wathoniyyah wa-al nasab, yaitu mempunyai arti persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.

4.

Ukhuwah fi din al-islam yaitu persaudaraan umat Islam itu sendiri, dimana antara muslim yang satu dengan yang lain adalah bersaudara.38

Dari rumusan yang empat ini, maka terbentuklah nama Forum Ukhuwah yang kemudian di sandarkan dengan kata Mubaligh yang di maksudkan mempersatukan terlebih dahulu subjek dakwah dalam satu wadah yang kemudian dapat berdakwah kepada masyarakat dengan menjadi uswatun hasanah. Forum ini diketuai oleh KH. Tatang Tajudin, SQ39

dan diwakili oleh Drs.

Anwar Sanusi LC dengan alamat sekretariat Jl. Raya Jonggol Mekarsari RT 08 RW 03 No. 105 Cileungsi Bogor Telp. (021) 8233287

38

Shihab MA, Membumikan Al-Quran, (Bandung,Mizam 1994 h,358-359 Beliau dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober 1967, sampai saat ini belaiu masih menjadi wakil ketua Ikatan Mubaligh Republik Indonesia (IMRI), Sekjend. Katan Mubaligh SeIndonesia. 39

B.

Visi dan Misi Sebelum menentukan tujuan sebuah organisasi atau lembaga harus terlebih

dahulu menetapkan visi dan misi lembaga/organisasi, menyajikan kerangka kerja yang menuntun suatu nilai kepercayaan suatu organisasi. Pernyataan visi dan misi sebuah organisasi merupakan suatu peranan penting dalam meningkatkan semangat aktivitas atau mengembangkan sistem kualitas.

Visi dan misi

memberikan identitas ebuah organisasi dan pemahaman terhadap arah yang dituju oleh organisasi tersebut. Visi (Vision) adalah suatu gambaran ideal yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi yang akan datang. Sedangkan misi (mission) adalah suatu pernyataan tentang aktivitas dari lembaga atau organisasi. Visi Forum Ukhuwah Mubaligh adalah Mempersatukan ulama-ulama yang memang masih muda dan baru dengan ulama yang sepuh (dianggap tua) dan juga untuk menjembatani para ustadz yang baru keluar dari pesantren agar menjadi tidak ragu dalam membentuk suatu gerakan, tidak ragu dalam berdakwah karena pada dasarnya jika kita kembali kepada Hadits Nabi yang berbunyi “kullusyaiinmaziyyun” yang artinya “setiap sesuatu ada bagiannya masingmasing”. Namun, menyatukan perspektif yang berbeda menjadi satu tujuan yang kembali kepada rujukan Forum Ukhuwah Mubaligh yakni Al-Ittihad ( kebersamaan). Sedangkan Misi dari Forum Ukhuwah Mubaligh adalah mengacu pada kalimat “waa’tasimu” (bersatulah) jadi intinya ukhuwah antara lintas NU,

Muhammadiyah, dan Persis agar tidak ada dikhotomi atau pengkotak-kotakan kelompok. C.

Tujuan Sebuah organisasi tentunya memiliki tujuan, agar menjadikan organisasi

tersebut lebih terarah. Tujuan di dirikannya Forum Ukhuwah Mubaligh adalah Untuk bersama-sama membangun agama islam melalui kebersamaan akhlak dalam

melaksanakan

dakwah

dan

pengembangan

masyarakat

dalam

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. D.

Program kegiatan 1. Pengajian Khusus Pengurus 2. Tabligh Umum 3. Dakwah Lintas Daerah 4. Memperingati PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) a. Maulid Nabi Muhammad SAW b. Peringatan Isra Mi’raj c. Euforia Muharram (Tabligh Akbar Milad Ke XIII) 1) Tabligh Akbar 2) Khitanan massal 3) Santunan Yatim Piatu 5. Pengkaderan Mubaligh

E.

Struktur Organisasi Struktur organisasi terdiri dari dua suku kata yang terdiri dari struktur dan

organisasi, struktur dapat diartikan dengan susunan atau cara menyusun.

Sedangkan organisasi adalah kelompok yang terdiri dari beberapa orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, dengan adanya struktur organisasi maka kegiatan yang dijalankan dapat berdaya guna dan berhasil guna, keadaan struktur organisasi menggambarkan mekanisme pola hubungan, kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berada dalam suatu organisasi. Untuk menunjang visi, misi dan tujuannya Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) menetapkan stuktur organisasi sebagaimana dibawah ini :

STRUKTUR ORGANISASI KEPENGURUSAN FUM (Forum Ukhuwah Mubaligh) Pelindung / Penasehat

: KH Zahrudin

Pembina

: Habib Idrus Jamallulail

Ketua

: KH. Tatang Tajudin, SQ

Wakil Ketua

: Ust. Drs. Anwar Sanusi LC

Sekretaris

: Bpk H. Siswanto

Bendahara

: Sdr Ade Anwar

Bid. Pendidikan dan Kaderisasi Ketua

: Ust. Komarudin

Anggota

: Bpk. Mukhsin, Bpk. Otong, Sdr Irwansyah.

Bid. Advokasi dan Pemberdayaan Masyarakat Ketua

: Bpk. Adjat S

Anggota

: Sdr Faris Fudla, Sdr. Muhammad Rifki

Bid. Dakwah dan Tabligh Ketua

: KH Yayan Hendrayana

Anggota

: Ust Abdul Khoir, Ust Surya, Ust Rifki Abbas, Ust Farhan H

Bid. Informasi dan Komunikasi Ketua

: Bpk Ucun

Anggota

: Bpk Abdul Halim, Bpk Soma, Sdr Mansur S.Sos.I

Bid. Keseniayan dan Kebudayaan Ketua

: Ust Anwar Fuad

Anggota

: Bpk Delih, Muamar, Moh Sidik.

BAB IV AKTIVITAS DAKWAH FORUM UKHUWAH MUBALIGH (FUM) DI TENGAH MASYARAKAT CILEUNGSI BOGOR

A. Pelaksanaan aktivitas dakwah FUM Dalam rangka melakukan kegiatan dakwahnya, FUM mengadakan berbagai macam kegiatan yang kesemuanya bertujuan kepada dakwah islam. Pada saat penelitian dilakukan, sejauh pengamatan dan informasi yang diperoleh dari penelitian mengenai kegiatan dakwah ada berbagai kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM). Kegiatan yang dilaksanakan Forum Ukhuwah Mubaligh dalam kiprahnya di masyarakat yang selalu mengedepankan nilai-nilai dakwah dilaksanakan pada berbagai bidang, bukan saja bidang dakwah yang digelutinya namun merambah pada bidang-bidang lainnya tanpa melepaskan bidang dakwah dalam pelaksanaanya. Forum Ukhuwah Mubaligh melakukan aktivitas dakwahnya, secara garis besar meliputi; dakwah bil lisan dan dakwah bil hal . Dakwah bil lisan diantaranya: 1. Pengajian Khusus Pengurus Pengajian ini diperuntukan khusus bagi pengurus Forum Ukhuwah Mubaligh, pengajian pengurus ini diadakan setiap satu bulan sekali yaitu setiap minggu pertama pada bulannya.

Pengajian ini bertempat di majelis Forum

Ukhuwah Mubaligh (FUM), pengajian ini dimaksudkan untuk menambah wawasan keislaman serta untuk mempererat tali silaturrahim sesama pengurus

Forum Ukhuwah Mubaligh dan sekaligus untuk mengevaluasi terhadap kegiatankegiatan yang sudah dilaksanakan. Pengajian ini diisi langsung oleh KH Tatang Tajudin SQ selaku ketua Forum Ukhuwah Mubaligh yang menggunakan metode diskusi artinya setiap pengurus memperoleh giliran untuk membahas suatu permasalahan tentang keislaman lalu di diskusikan bersama-sama. Pengajian ini sangat baik manfaatnya karena selain mempererat tali silaturrahim, komunikasi yang dilakukan dua arah yang nantinya melatih para pengurus-pengurusnya agar mampu menjadi da’i yang komunikatif terhadap masyarakat sekitarnya. 2. Tabligh Umum Aktivitas tabligh Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) ialah melalui media mimbar, karena merupakan aktivitas tabligh yang nampaknya paling populer di tengah masyarakat. Forum Ukhuwah Mubaligh ini melakuan tablighnya yakni dari mimbar ke mimbar karena di anggap pesan tabligh jika disampaikan media mimbar itu efektik untuk mencapai tujuan dakwah. Namun, pesan atau isi tabligh juga merupakan salah satu unsur penting dalam tabligh ketika seseorang akan bertabligh, maka penting mengetahui karakter atau ciri-ciri pesan yang akan disampaikan. Ketika seorang da’I akan menggunakan suatu media, baik mimbar, cetak maupun elektronik yang terbesit didalam pikiran da’i bukan hanya bagaimana cara menggunakan media-media itu, tetapi juga pesan apa yang disampaikan melalui media itu. Oleh karena itu, maka menjadi penting batasbatas yang dapat memberikan ciri atau karakter pesan yang bermuatan tabligh

dengan ciri pesan yang bukan bermuatan tabligh.

Hal ini dimaksudkan para

mubaligh mendapat kejelasan batasan serta arah dari pesan yang akan disampaikannya. Pelaksanaan tabligh ini yakni dengan cara mengirim anggota-anggota Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) kepada organisasi atau lembaga lainnya dengan maksud memberi ceramah atau materi pada setiap acara-acara atau kegiatan keislaman misalnya saja, mengisi khutbah pada perusahaan daerah sekitar dalam hal ini PT INDOVICKERS FURNITAMA plant 2 yang mempunyai masjid Nurul Hikmah, diantara mubaligh yang mengisi jadwal ini ialah Ust Farhan Hilaluddin tentunya dengan materi dakwah yang beraneka ragam, baik itu masalah ibadah, aqidah dan syariah.40 3. Dakwah Lintas Daerah Seorang da’i mempunyai peran penting dalam proses pelaksanaan dakwah. Kepandaian atau kepiawaian seorang da’i akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarkat karena setiap da’i mampunyai ciri khas masing-masing, tergantung kepada wacana keilmuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman hidupnya. Mengingat perkembangan perubahan kebutuhan masyarakat yang begitu pesat, maka seoarng da’i memiliki tugas sebagai central of change dalam suatu masyarakat sehingga tugasnya selain menyelamatkan masyarakat dengan dasardasar keagamaan, juga mengemban tugas pemberdayaan seluruh potensi masyarakat.41 Mengingat hal itu menjadi urgen dalam mengembangkan dakwah

40 Ust Farhan Hilaluddin, Anggota FUM di Bid. Dakwah dan Tabligh, Wawancara Pribadi, Cileungsi 07 Januari 2009 41 KH Tatang tajudin dan Anwar Sanusi, “Pengalaman Berdakwah Mencari Ridho Allah,” 12 Januari 2005

islamiyyah yang daya jangkaunya justru lebih luas, maka Forum Ukhuwah Mubaligh mengutus para anggotanya untuk berdakwah di daerah yang belum terjamah dengan dakwah islam. Pelaksanaanya pun tidak jauh berbeda dengan tabligh-tabligh sebelumnya, tetapi yang menjadi perbedaannya adalah masalah jarak, tempat dan waktunya bisa memakan beberapa hari bahkan sampai sebulan. KH Tatang Tajudin SQ selaku ketua Forum Ukhuwah Mubaligh pernah diminta untuk mengisi Taushiyah dalam rangka Safari Ramadhan di masjid yang ada di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur yang di selenggarakan oleh Angkatan Muda Majelis Dakwah Islamiyyah (AM-MDI). 42 4. Memperingati PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) Demikian pula FUM yang selalu rutin mengadakan Peringatan Hari Besar Islam atau PHBI dengan cara pengajian umum atau nasihat keagamaan yang menghadirkan penceramah dari berbagai tempat. Hari-hari besar islam yang rutin diperingati adalah : 1) Maulid Nabi Muhammad SAW Pelaksanaan peringatan maulid ini Forum Ukhuwah Mubaligh bekerjasama dengan masyarakat setempat guna memeriahkan acara tersebut. Maulid ini diselenggarakan di masjid Al-Husna yang berdekatan dengan sekretariat Forum Ukhuwah Mubaligh, acara tersebut mengundang penceramah-penceramah yang dianggap terkenal dikalangan masyarakat, diantaranya Ust Surya dan KH Zahruddin (FPI) selaku orang tua dari KH Tatang Tajuddin selaku ketua Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) yang

42

Arsip dan Berkas Forum Ukhuwah Mubaligh

dikenal keras dalam dakwahnya tetapi masih dalam kode etik dakwah, adapun jamaah yang hadir dalam acara tersebut bisa mencapai ratusan. Metode yang digunakan dalam acara tersebut menggunakan metode ceramah dan materi yang disampaikan dalam acara tersebut tentunya tidak terlepas dari materi dakwah yakni seputar Akhlaq Rosulullah SAW yang menjadi suri tauladan yang harus di contoh dengan mengaitkan kondisi pada zaman sekarang ini. Kegiatan tersebut mendapat simpati dari masyarakat yang banyak, selain menambah syiar dakwah islam serta sebagai bentuk ajang silaturahim antara para pengurus dengan masyarakat pada umumnya. 2) Peringatan Isra Mi’raj Dalam pelaksanaanya, memperingati isra Mi’raj tidak jauh berbeda dengan peringatan maulid.

Namun yang berbeda hanyalah dari segi

penceramah dan materi yang disampaikannya.

Dalam hal ini

penceramahnya dari kalangan Habaib diantaranya Habib Idrus Jamallulail selaku pembina dari Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) sendiri. Materi ceramahnya pun berkaitan dengan keutamaan sholat karena sesuai dengan isi dari peristiwa Isra dan Mi’raj tersebut. Pesan yang disampaikan dalam ceramahnya yaitu sholat berjamaah lebih utama daripada dikerjakan sendirian karena selain pahalanya berlipat ganda, sholat berjamaah juga mempunyai pahala silaturahim antara sesama jamaah sholat.

Dengan demikian materi dakwah pada even ini lebih

tendensi kepada masalah ibadah.

3) Euforia Muharram (Tabligh Akbar) Pelaksanaan peringatan tahun baru islam ini diisi dengan kegiatan dakwah, bukan saja dakwah bil lisan saja tetapi melalui dakwah bil hal juga, kegiatan tersebut diadakan serentak yang meliputi : a. Tabligh Akbar Pelaksanaan kegiatan ini adalah kegiatan puncak dari beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh Forum Ukhuwah Mubaligh, selain membutuhkan dana yang lumayan banyak kegiatan ini dimeriahkan oleh beberapa mubaligh baik dari kalangan Kyai dan Habaib. Kegiatan ini menjadi tolak ukur bagi kita terhadap para mubaligh atau da’i yang merupakan ajang untuk silaturrahim sesama pembawa risalah dakwah, kegiatan ini sesuai dengan tujuan dari Forum Ukhuwah Mubaligh itu sendiri

yakni

bersama-sama

membangun

agama

Islam

dengan

kebersamaan akhlak dan pembinaan iman dan takwa yang mengacu pada kalimat Al-Ittihad (kebersamaan) dan kalimat Wa’tasimu (bersatulah) Dalam pelaksanaannya, memang tidak begitu berbeda dengan acara-acara keislaman yang disebutkan diatas.

Tetapi membutuhkan

waktu yang banyak karena begitu banyak para mubaligh yang akan menyampaikan dakwahnya.

Acara ini di meriahkan oleh beberapa

mubaligh, diantanya Dr KH Syarif Hidayat Al-Munjih atau yang akraf kita sapa “jenggot naga”, KH Yayan Hendrayana, Habib Idrus Jamalluail, KH Zahruddin (FPI) dan anggota-anggota Forum Ukhuwah Mubaligh sendiri. Diantaranya, Ust Ramdani, Ust Rifki Abbas dan Ust Surya.

Analisis dakwahnya adalah memang kegiatan ini sangat bagus dilaksanakan. Selain kita dapat mengenal beberapa mubaligh dengan ciri khas yang berbeda-beda dan juga merupakan majelis ilmu yang bisa kita pelajari dan di amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun metode yang digunakan dalam acara ini adalah bil lisan dengan memberikan ceramah agama dan materi yang disampaikan oleh para mubaligh pun berbeda-beda. Berikut hasil observasi penulis selama mengikuti acara Tabligh Akbar tgl 24 Desember 2008 No

Tgl

1

24/12/08

2

24/12/08

3 24/12/08 4 24/12/08 5 24/12/08 6 24/12/08 7 24/12/08 Khitanan Massal

Materi Keutamaan Sholat (ibadah) Islam agama yang paling lurus dari agama yang lain (Aqidah) Sejarah Islam (Tarikh) Keutamaan majelis ilmu Keadaan zaman sekarang Perbaiki Akhlak Pemimpin yang adil

Penceramah Habib Idrus Jamallulail KH. Zahruddin (FPI)

KH. Yayan Hendrayana Ust. Surya Ust. Ramdhani Ust. Rifki Abbas Dr KH Syarif Hidayat AlMunjih (Jenggot Naga)

b. Khitanan Massal Kegiatan ini sangat membantu mayarakat khususnya warga kelurahan Mekarsari, dimana yang tidak mempunyai dana untuk mengkhitan anaknya. Kegiatan ini mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat.

Menurut hasil wawancara pribadi dengan dokter yang

menangani acara tersebut yakni Dr Sulistiawati, selain khitan dianjurkan

dalam agama Islam dan menjadi sunnah, khitan juga dapat membuang penyakit dari tubuh lelaki.43 c. Santunan Yatim Piatu Santunan ini berupa uang dan sembako, kegiatan ini sangat dirasakan manfaatnya khususnya oleh keluarga yang kurang mampu. Kegiatan ini rutin di adakan berbarengan dengan tabligh akbar yang dilaksanakan setiap tgl 24 Desember. Besar kecilnya pemberian santunan tergantung dari dana yang diperolah panitia dalam penggalangan dana sebelum acara itu dilaksanakan. Dari ketiga kegiatan diatas, dilakukan dalam satu hari dan hampir setiap tahunnya Forum Ukhuwah Mubaligh menyelenggarakan acara tersebut, yang tepatnya dilaksanakan setiap tgl 24 Desember. Berikut ini susunan acara peringatan hari besar islam (PHBI) yaitu Euforia Muharram 1430 H adalah sebagai berikut : Selasa, 24 Desember 2008 WAKTU

SUSUNAN ACARA

PENGISI ACARA

Bagian I 07.00-07.10 WIB 07.10-07.30 WIB

Pembukaan Sambutan

- MC Hj Rahmawati - Ust. Drs Anwar Sanusi LC

07.30-12.00 WIB 12.00-13.00 WIB

Khitanan Massal ISOMA (Istirahat, Sholat dan makan)

- Dr Sulistiawati

43

Dr Sulistiawati, Wawancara Pribadi, 24 Desember 2008

Bagian II 13.00-15.00 WIB 15.00-18.00 WIB 18.00-19.30 WIB

Santunan Yatim piatu dan santunan para fakir miskin Hiburan dan Istirahat Persiapan untuk Tabligh Akbar

- Keluarga besar FUM

- Gambus At-Taqwa

Bagian III 19.30-19.40 WIB 19.40-20.20 WIB

21.00-21.30 WIB

Pembukaan Pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an Pembacaan Kisah Maulid Nabi Muhammad SAW Sambutan-sambutan

21.30-01.30 WIB

Ceramah Agama

01.30-02.00 WIB

Penutup / Do’a

20.20-21.00 WIB

- Ust Abdul Khoir - Ust Anwar dan jamaah

- KH Tatang Tajudin SQ (Ketua FUM) 1. Habib Idrus Jamallulail 2. KH. Zahruddin (FPI) 3. KH Yayan Hendrayana 4. Ust Surya ( Anggota FUM) 5. Ust. Ramdani (Anggota FUM) 6. Ust. Rifki Abbas ( Anggota MDI) 7. Dr KH Syarif Hidayat Al-Munjih (jenggot Naga) - Seluruh Ulama yang hadir

Dengan demikian, analisis dakwah yang diperoleh oleh penulis ialah, kegiatan yang diselenggarakan selama satu hari penuh ini sangatlah bagus dan mendapat respon yang positif dari masyarakat yakni dengan bukti masyarakat mengikuti acara tersebut sampai selesai walaupun memang waktunya tidak

efektif. Tetapi, hal itu bisa di siasati dengan menempatkan Dr KH Syarif Hidayat Munjid (Jenggot Naga) yakni mubaligh yang cukup ternama diakhir acara. Maka dapat ditarik kesimpulan, acara yang di selenggarakan oleh Forum Ukhuwah Mubaligh ini menggunakan dua metode. Yakni metode bil lisan yakni dengan ceramah agama dan metode bil hal yakni dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosial seperti yang disebutkan diatas. Dengan demikian, Peringatan Hari Besar Islam atau PHBI harus kita jadikan momentum untuk mempererat ukhuwah islamiyah yang dalam hal ini melalui kegiatan-kegiatan positif dan bermanfaat. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) ini pelaksanaanya bekerjasama dengan semua kalangan baik kalangan atas, kalangan menengah dan kalangan bawah, dengan harapan agar acara dapat berjalan dengan kondusif yang nantinya akan menimbulkan integrasi dari semua kalangan. PHBI dilaksanakan secara terbuka yang tidak hanya bisa dihadiri oleh para pengurus atau anggota tetapi terbuka bagi warga sekitar untuk hadir atau meramaikan PHBI tersebut. Biasanya acara ini diisi dengan ceramah atau nasihat keagamaan yang dilakukan tidak hanya oleh pengurus atau anggota tetapi juga bisa dilakukan oleh mubaligh lain. 5. Pengkaderan Mubaligh Pengkaderan mubaligh ini merupakan Program jangka panjang Forum Ukhuwah Mubaligh yang bertujuan untuk mengkader calon mubaligh yang mayoritas santri yang baru keluar dari pondok pesantren yang dikhawatirkan tidak memiliki pengalaman dalam terjun kemasyarakat umumnya. Memang tidak dapat di pungkiri bahwa sumber daya manusia (SDM) dalam era globalisasi sekarang ini

merupakan hal yang tak bisa ditawar.

Persoalannya adalah bagaimana agar

seorang mubaligh itu mampu mengubah dan mengeliminasi faktor negatif yang ada di dalam masyarakat menjadi faktor positif. Untuk itu, ada beberapa langkah yang perlu ditempuh. 1.

Membekali dengan ilmu pengetahuan Sebelum melaksanakan kegiatan dakwah, forum ini membekali

kepada calon mubalig dengan ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan tentang keislaman seperti ilmu tauhid (aqidah), ilmu Tarikh (sejarah), ilmu Fiqih (Hukum) dan lain sebagainya. Dan juga dibekali dengan ilmu pengetahuan umum seperti ilmu Retorika (Tata bahasa), Sosiologi (masyarakat) dan lain-lain. 2.

Penanaman terhadap keimanan dan ketaqwaan Calon mubaligh akan di tanamkan masalah keimanan

agar

nantinya menjadi seorang mubaligh yang bertaqwa sehingga bisa menjadi seorang figur di tengah-tengah masyarakat dan benar-benar menjadi panutan bagi seluruh masyarakat. 3.

Pendayagunaan tekhnologi komunikasi dan informasi Forum ini merasa perlu menambahkan dalam hal penguasaan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi di kalangan generasi muda islam, karena berharap dapat melahirkan tehnolog-tehnolog muslim yang siap memikul amanat dakwah di era globalisasi ini.

4. Kepercayaan diri Yang dimaksud pembekalan kepercayaan diri ialah pengalaman dan pengamalan calon mubaligh dalam menimba ilmu sampai kepada tingkat mempelajari, mengajarkan, mempraktekkan dan menghadapi ujian dan cobaan

yang diterima dengan penuh kesabaran dan

keimanan.44

Dengan langkah-langkah seperti yang di paparkan diatas kiranya para calon mubaligh akan mampu mengubah ancaman manjadi peluang, keprihatinan manjadi harapan. Dengan iman yang tangguh dan ilmu yang terus ditingkatkan Insya Allah tujuan daripada lembaga dakwah tersebut akan tercapai.

B. Metode Pelaksana Dakwah Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) Metode dakwah adalah suatu cara yang digunakan oleh seseorang maupun kelompok dalam menyampaikan suatu pesan, amanat atau ajaran tersebut yang disesuaikan dengan apa yang akan disampaikan. Dalam kajian dakwah, metode merupakan kajian yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu aktivitas dakwah.

Selain dapat menentukan materi apa yang akan ditempuh dalam

melaksanakan aktivitasnya, dengan metode pula pelaksanaan dakwah mempunyai arti yang amat besar yaitu dengan tersebarluasnya ajaran islam pada berbagai lapisan masyarakat seperti sekarang ini.

44

Tajudin dan Sanusi, “Pengalaman Berdakwah”,

Adapun metode dakwah yang digunakan FUM dalam aktivitas dakwahnya adalah sebagai berikut : 1. Metode ceramah atau “bil lisan” 2. Metode persuasive atau “bil hal” Penggunaan metode tersebut tergantung kepada bentuk kegiatan yang dilaksanakan, namun dari sekian banyak kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan FUM, lebih banyak menggunakan metode ceramah, metode ceramah tabligh atau komunikasi langsung antara subjek dan objek dakwah. Metode persuasif atau bilhal merupakan suatu metode yang digunakan oleh FUM, karena dakwah bilhal adalah dakwah dalam bentuk perbuatan nyata untuk meningkatkan kesejahteraan ummat dalam rangka usaha memecahkan persoalan suatu lingkungan masyarakat.

Dengan demikian, metode dakwah FUM

disamping untuk melakukan upaya-upaya (ceramah), kemudian juga langsung terjun ke masyarakat atau terlibat langsung dalam kegiatan masyarakat. Semua itu dilakukan selain untuk mempererat hubungan sillaturrahmi kepada masyarakat, merupakan tujuan atau usaha FUM dalam mencapai dakwah pada masyarakat. Berdasarkan hasil wawncara penulis kepada sejumlah tokoh masyarakat perihal keadaan masyarakat bisa dikatakan baik. Hal ini dapat ditelusuri melalui berbagai aspek kehidupan yang bukan pada bidang keagamaan saja, tetapi juga pada bidang-bidang lain yang memungkinkan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku dari masyarakat itu sendiri. Diantaranya bidang pendidikan, sosial, ekonomi, dan bidang budaya.

Hal ini tergambar dengan adanya perbedaan antara masyarakat sebelum adanya Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM)

A. Masyarakat sebelum adanya FUM 1) Minimnya aktivitas keagamaan, baik pengajian atau sarana ibadah. 2) Kurangnya pemahaman terhadap agama islam dan masih percaya dan meyakini perkakas kedukunan. 3) Kurangnya sarana penidikan B. Masyarakat setelah adanya FUM 1) Menggemanya aktivitas keagamaan 2) Pemahaman terhadap agama meningkat 3) Berkurangnya pemahaman kedukunan 4) Bertambahnya sarana ibadah45 Dengan demikian, maka secara umum FUM memberikan dampak positif pada masyarakat, walaupun pada kenyataannya tidak sedikit pula masyarakat yang belum memahami atau mendalami ajaran-ajaran islam secara menyeluruh.

C. Faktor Penghambat dan Pendukung Aktivitas Dakwah FUM Suatu organisasi tentunya menemukan berbagai dukungan dan hambatan yang merupakan suatu hal yang biasa dialami setiap aktivitas kegiatan, demikian halnya yang terjadi dan dialami oleh para pengurus FUM. Permasalahan tersebut bukanlah merupakan ancaman yang harus ditinggalkan apabila berbentuk

45

Abdul Halim, Tokoh Masyarakat, Wawancara Pribadi, Cileungsi 12 Desember 2008

hambatan namun sebaliknya akan dijadikan motivator untuk mencapai tujuan yang terbaik karena hambatan dan duka cita merupakan realitas kehidupan agar mereka menekuni suatu aktivitas yang dilakukannya. Agar dapat mengahadapi dan keluar dari permasalahan yang ada, maka kita harus mempererat ukhuwah islamiyah agar tidak terjadi perpecahan antar sesama sehingga tercapai apa yang dituju.

Selama ini, aktivitas yang telah berhasil

dijalankan disebabkan oleh faktor pendukung, antara lain : 1. Sarana sekretariat yang memadai walaupun belum pada taraf sempurna, menyebabkan mudahnya berhubungan antara pengurus dengan anggota melalui sarana ini. 2. Adanya dukungan dari berbagai pihak khususnya pihak kelurahan Mekarsari yang selalu memberikan masukan berupa pertimbangan terhadap

kegiatan

yang

dilaksanakan

maupun

terhadap

keberlangsungan organisasi demi eksisnya Forum ini dalam mengibarkan benderanya di tengah-tengah masyarakat. 3. Bekerja sama dengan lembaga-lembaga dakwah atau pun ormasormas lainnya seperti : Front Pembela Islam (FPI), Ikatan Keluarga Besar Cimande (IKBC), Front Hizbulloh, Ikatan Mubaligh Republik Indonesia (IMRI), Ikatan Mubaligh Ahlusunah Wal Jama’ah, Ikatan Mubaligh Se-Indonesia dan Persatuan Orang Soleh (POS). 4. Niat ikhlas untuk memajukan serta menyebarluaskan ajaran islam yang ditanamkan para pengurus dan anggotannya, sehingga dalam

melaksanakan kegiatannya tanpa memikirkan keuntungan yang diterimanya.

Walaupun tidak menghasilkan keuntungan materi

namun yang dirasakan adalah kepuasan bathin, hal ini terbukti dengan adanya artikel yang diterbitkan oleh Forum ini dengan judul “Pengalaman Berdakwah Mencari Ridho Allah” Setiap melaksanakan kegiatan dakwah, sudah barang tentu akan ditemui masalah-masalah yang dapat menghambat kelancaran suatu kegiatan dakwah, baik itu masalah-masalah kecil maupun masalah-masalah besar.

Adanya masalah-

masalah atau hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan dakwah, seperti yang dialami FUM merupakan suatu yang lumrah dan perlu dicarikan solusi yang tepat. Diantaranya yang menjadi faktor penghambat adalah : 1. Keterbatasan finansial, karena Forum Ukhuwah Mubaligh ini merupakan sebuah

organisasi

yang

bergerak di bidang

keagamaan yang tidak mendapatkan suplai dana dari instansi baik pemerintah maupun swasta, sehingga dalam pelaksanaan program kerjanya banyak terhalang dalam masalah pendanaan. Dana yang diterima hanya sebatas iuaran dari anggota yang dimasukkan kedalam khas FUM ini. 2. Dari faktor Sumber Daya Manusia (SDM) anggotanya yang sangat sibuk sekali dengan aktivitas masing-masing yang mengakibatkan jarangnya komunikasi anggota maka menjadi sulitnya permasalahan-permasalan intern dipecahkan.

3. Hambatan yang dilakukan oleh perorangan anggota karena merasa sudah menjadi tokoh, dia lupa dan memilih keluar dari FUM untuk mencari keuntungan sendiri. Itulah kenyataan yang dihadapi sehari-hari dilapangan, beraneka ragam masalah yang datang silih berganti, dan harus diselesaikan. Namun sepenuhnya sadar, bahwa untuk berbuat sesuatu kebaikan itu pasti penuh dengan tantangan.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Dari uraian dan analisis hasil penelitian di lapangan sebagaimana dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari kegiatan dakwah yang dilaksanakan oleh Forum Ukhuwah Mubaligh (FUM) semuanya mencakup ke dalam dua hal bentuk dakwah. Pertama yaitu dakwah bil lisan dan yang kedua dakwah bil hal.

Adapun aktivitas dakwah Forum Ukhuwah Mubaligh

meliputi : dakwah bil lisan yakni melalui pengajian para pengurus, tabligh umum, dakwah lintas daerah dan memperingati hari-hari besar islam (PHBI). Sedangkan dakwah bil hal yang dilakukan oleh FUM sendiri melalui khitanan massal, santunan yatim piatu dan pengkaderan mubaligh. 2. Secara keseluruhan pelaksanaan aktivitas dakkwah berjalan dengan baik dan lancar dan juga mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat Cileungsi Bogor yakni dengan adanya indikasi bahwa seluruh masyarakat yang mengikuti acara tersebut dengan antusias. Dengan demikian maka secara umum FUM memberikan dampak positif kepada masyarakat, walaupun pada kenyataanya tidak

sedikit pula masyarkat yang belum memahami atau mendalami ajaran-ajaran Islam secara menyeluruh. 3. Hambatan yang dihadapi oleh Forum Ukhuwah Mubaligh antara lain : kurang lengkapnya fasilitas yang diperlukan dalam menunjang kegiatan-kegiatan, keterbatasan financial dan adanya anggota atau pengurus yang keluar dari organisasi ini demi mencari keuntungan semata.

Keberhasilan dan kesuksesan aktivitas

dakwah Forum Ukhuwah Mubaligh juga tidak terlepas dari faktor pendukung, diantaranya adalah : Adanya dukungan dari berbagai kalangan, baik dari tokoh pemerintah, tokoh masyarakat dan juga berkoordinasi dengan lembaga-lembaga dakwah lainnya.

B. Saran-saran Manusia atau kelompok tidak luput dengan yang namanya kesalahan, jika kita belajar dari kesalahan itu maka segala sesuatu yang ingin dicapai pasti akan terlaksana. Maka dari itu penulis mencoba memberikan beberapa hal yang dapat disarankan, diantaranya adalah : 1. Kepada seluruh pengurus Forum Ukhuwah Mubaligh hendaknya senantiasa melakukan dakwah, jangan ada rasa bosan atau jenuh demi syiarnya agama islam, bukan saja melalui dakwah bil lisan namun yang lebih utama adalah dakwah dengan perbuatanperbuatan yang baik dalam kehidupan sehari-hari ditengah masyarakat luas.

2. Memberikan motivasi kepada para pengurus atau aktivis dakwah akan pentingnya dakwah ditengah masyarkat yang sangat komplek baik dari segi ras, budaya terutama sekali agama, sebagai pembinaan

umat

dalam

menjalankan

kehidupan

menuju

Mubaligh

(FUM)

kebahagiaan dunia dan akhirat. 3. Hendaknya

anggota

Forum

Ukhuwah

memberikan pengajaran yang lebih intens kepada setiap warga muslim tentang pentingnya ilmu dalam menjalankan kehidupan ini, terutama sekali pemahaman ilmu agama yang akan mengantarkan mereka kepada kesempurnaan melaksanaan ibadah baik kepada Allah SWT, ataupun kepada sesama makhluk ciptaannya. 4. Hendaknya dalam setiap bulan mengadakan pertemuan sesama pengurus dan membicarakan perkembangan organisasi ini, sehingga permasalahan-permasalahan bisa diatasi dengan mudah. 5. Hendaknya

para

pengurus

saling

berkoordinasi

dalam

penyelenggaran kegiatan agar segala aktivitas dakwahnya lebih semarak. 6. Hendaknya semua aktivitas yang telah direncanakan tersusun dan terjadwal dengan baik. 7. Manfaatkan kembali fungsi-fungsi secretariat terutama majelis sebagai tempat pertemuan antar pengurus serta penyusunan datadata kegiatan yang sudah dilaksanakan ataupun yang belum terlaksana tertata dengan rapih.

DAFTAR PUSTAKA

A.H Hasanudin. Rhetorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1982), cet. 1 Ahmad Ar-Rasyid, Muhammad. Titik Tolak Landasan Gerak Para Aktifis Dakwah, (Jakarta: Robbani Press, 2005) cet. 1 Amin. H. Mansur. Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al Amin Press, 1997) Ashari, M.Hafi. Pemahaman dan Pegalaman Dakwah, ( Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), cet. 1 Badruttaman, Nurul. Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu 2005), cet.1 Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997) cet. 1 Muhaimin Abda, Slamet. Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994) Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Bandung: Lajnah Pentashin mushaf Al-Qur’an, 2000) Departemen Pedidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994) cet-9 Hafidhuddin, Didin. Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998) cet-1 H.A.W Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997) cet-3 H. Hasanuddin. Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996) cet-1 Ismail, A. Ilyas. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub. (Jakarta: Penamadani, 2006) cet-1 M. Munir, ed., Metode Dakwah (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006) cet-2 Muhiddin, Asef. Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, (Bandung: pustaka setia, 2002) cet-1

Nazir, M. Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985) Rambe, Nawawi. Sejarah Dakwah Islam (Jakarta: Wijaya, 1979) cet-1 Rasyid Shaleh, Abdul. Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993) cet-3 Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Jakarta: Mizan, 1999) cet. 19 Soetio, Samuel. Psikologi Pendidikan II, (Jakarta, FEUI , 1982) Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, ( Surabaya: Al-Ikhlas, 1933) cet. 1 S, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Tekhnik, (Bandung: Tarsito, 1989) Sutrisna Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1989) cet. 19 Yahya, Toha. Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992) cet. 5 Yakub, Hamzah. Publisistik Islam ; Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV Dipenogoro, 1998) cet. 2