AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK KULIT MANGIUM (Acacia mangium Willd.) MELALUI UJI PENGHAMBATAN ENZIM α-GLUKOSIDASE SECARA IN VITRO
DWI ERIKAN RIZANTI
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Kulit Mangium (Acacia mangium Willd.) Melalui Uji Penghambatan Enzim α-Glukosidase Secara In Vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Dwi Erikan Rizanti NIM E24100022
ABSTRAK DWI ERIKAN RIZANTI. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Kulit Mangium (Acacia mangium Willd.) Melalui Uji Penghambatan Enzim α-Glukosidase Secara In Vitro. Dibimbing oleh RITA KARTIKA SARI. Ekstrak kulit mangium (Acacia mangium Willd.) tergolong aktif menghambat aktivitas enzim α-glukosidase karena memiliki nilai IC50≤100 µg/mL. Tujuan penelitian ini adalah menetapkan rendemen ekstrak kulit mangium, menetapkan aktivitas antidiabetesnya melalui penghambatan aktivitas enzim αglukosidase secara in vitro, serta menganalisis komponen kimia ekstrak teraktif sebagai inhibitor enzim α-glukosidase. Ekstraksi dilakukan dengan metode perebusan dalam air dan sokletasi dengan etanol berbagai konsentrasi. Hasil ekstraksi kulit mangium dengan air, etanol 30, 70, dan 100% menghasilkan rendemen ekstrak berturut-turut 14.14, 11.72, 8.03, dan 14.06%. Keempat jenis ekstrak tersebut tergolong aktif menghambat aktivitas α-glukosidase. Ekstrak kulit mangium yang memiliki aktivitas antidiabetes tertinggi adalah ekstrak etanol 30% (IC50= 29.36 µg/mL), diikuti dengan ekstrak etanol 70% (IC50= 33.90 µg/mL), ekstrak air (IC50= 35.14 µg/mL), dan ekstrak etanol 100% (IC50=35.49 µg/mL). Hasil analisis komponen kimia menunjukkan ekstrak etanol 30% mengandung senyawa dominan dari kelompok fenolik dan alkaloid yang bersifat menghambat aktivitas enzim α-glukosidase. Kata kunci: kulit mangium, antidiabetes, α-glukosidase, flavonoid, alkaloid.
ABSTRACT DWI ERIKAN RIZANTI. Antidiabetic activity of mangium (Acacia mangium Willd.) bark extract measurement using in vitro α-glucosidase enzyme inhibition test. Supervised by RITA KARTIKA SARI. Mangium (Acacia mangium Willd.) bark extract is categorized as active in inhibiting the activity of α-glucosidase enzyme by having IC50 ≤ 100 µg/mL. The purposes of this research are to determine mangium bark extract yield, determining its antidiabetic activity using in vitro α-glucosidase enzyme inhibition test, and analyze chemical components of the most active extract as α-glucosidase enzyme inhibitor. Extraction was conducted using boiling method with water and soxletation using various concentration of ethanol. Extraction of mangium using water, 30, 70, and 100% ethanol yielded 14.14, 11.72, 8.03, and 14.06% respectively. All extratcts are categorized as active in inhibiting the activity of αglucosidase. Mangium bark extract with highest antidiabetic activity is ethanol 30% extract (IC50= 29.36 µg/mL), followed by 70% ethanol extract (IC50= 33.90 µg/mL), water extract (IC50= 35.14 µg/mL), and 100% ethanol extract (IC50= 35.49 µg/mL). Chemical component analysis results show that 30% ethanol extract contains dominant compound from phenolic group and alkaloids which inhibiting the activity of α-glucosidase enzyme. Keywords: mangium bark, antidiabetic, α-glucosidase, flavanoids, alkaloids.
AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK KULIT MANGIUM (Acacia mangium Willd.) MELALUI UJI PENGHAMBATAN ENZIM α-GLUKOSIDASE SECARA IN VITRO
DWI ERIKAN RIZANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Kulit Mangium (Acacia mangium Willd.) Melalui Uji Penghambatan Enzim α-Glukosidase Secara In Vitro Nama : Dwi Erikan Rizanti NIM : E24100022
Disetujui oleh
Dr Ir Rita Kartika Sari, MSi NIP. 19681124 199512 2 001
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS NIP. 19630209 198903 1 002
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan sehingga skripsi yang berjudul Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Kulit Mangium (Acacia mangium Willd.) Melalui Uji Penghambatan Enzim α-Glukosidase Secara In Vitro ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Rita Kartika Sari, MSi selaku pembimbing yang telah mencurahkan waktu, kebaikan, kesabaran, motivasi, dan ilmunya dalam membimbing selama proses penelitian dan penyusunan skripsi. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Kepala Pusat Bidang Botani Herbarium Bogoriense Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Bogor beserta seluruh teknisi, Ketua Laboratorium Kimia Hasil Hutan IPB beserta seluruh teknisi, Kepala Pusat Puslit Kimia LIPI Serpong beserta seluruh teknisi, dan Kepala Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri Jakarta beserta seluruh teknisi yang telah memberikan izin serta bantuan untuk untuk penulis sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB atas semua pelayanan terbaik yang pernah penulis terima. Penghormatan dan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis berikan kepada mama, bapak, kakak Lana, dan seluruh keluarga tercinta yang telah mencurahkan cinta, doa, dan dukungannya baik moril maupun materil. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih atas doa, bantuan, dan dukungannya kepada Singgih Pratiknyo Sundawa, Nursinta Arifiani Rosdiana, Rizky Rosilia, Fauzi Syukrillah, teman-teman divisi KHH 47, THH 47, dan rekan-rekan serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2014 Dwi Erikan Rizanti
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
3
Bahan
3
Alat
3
Penyiapan Bahan Baku
3
Ekstraksi
3
Penentuan Rendemen
4
Uji Antidiabetes
4
Analisis Komponen Kimia
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Identifikasi Jenis Pohon
5
Rendemen Ekstrak
5
Aktivitas Antidiabetes
7
Analisis Komponen Kimia
9
SIMPULAN DAN SARAN
11
Simpulan
11
Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12
RIWAYAT HIDUP
16
DAFTAR TABEL 1 Rendemen ekstrak kulit mangium 2 Nilai IC50 ekstrak kulit amngium sebagai inhibitor α-glukosidase 3 Senyawa dominan dalam ekstrak etanol 30%
5 8 9
DAFTAR GAMBAR 1 Grafik hubungan antara konsentraksi ekstrak kulit mangium dengan persentase penghambatan α-glukosidase 2 Struktur kimia resorsinol, pirogalol 3 Struktur kimia hidrokuinon, guaiakol, siringol, dan pirokatekol 4 Struktur kimia piridin, dimetilamin, dan N-metil-propilamin
7 10 10 11
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanfaatan hasil hutan dapat meninggalkan limbah berupa tunggul pohon, batang, cabang, ranting, daun, dan kulit kayu. Syafii (2008) menyatakan bahwa limbah yang dihasilkan dari proses pemanfaatan hasil hutan mencapai 75%, terdiri atas limbah pada saat pemanenan sebesar 50% dan limbah industri sebesar 25%. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, industri hasil hutan harus menerapkan konsep „the whole tree utilization‟, yaitu memanfaatkan seluruh bagian pohon maupun kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalamnya. Salah satu bagian pohon yang potensial untuk dimanfaatkan dan dikembangkan adalah ekstrak kulit kayu sebagai sediaan obat untuk menanggulangi penyakit diabetes mellitus (DM). Penelitian Kim et al. (2004), Ichsan (2011), dan Mataputun et al. (2013) melaporakan bahwa ekstrak kulit kayu pinus, suren, dan matoa memiliki aktivitas antidiabetes. DM merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah utama kesehatan dunia, termasuk Indonesia. Sebanyak 382 juta penduduk dunia mengidap DM dan 8,5 juta orang diantaranya merupakan penderita DM di Indonesia. Sekitar 8595% penderita DM merupakan penderita DM tipe 2 atau non-insulin dependent diabetes (IDF 2013). DM tipe 2 merupakan suatu kelainan metabolik dimana kondisi konsentrasi glukosa dalam darah secara kronis lebih tinggi daripada nilai normal akibat fungsi insulin di dalam tubuh tidak bekerja secara efektif (Subroto 2006). Salah satu cara mengendalikan kadar gula dalam darah penderita DM tipe 2 adalah menghambat aktivitas enzim α-glukosidase yang terletak pada dinding usus halus (Suarsana 2008). Enzim α-glukosidase berfungsi memecah karbohidrat menjadi glukosa pada usus halus manusia. Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan penghambatan absorbsi glukosa ke dalam darah, sehingga dapat menurunkan kadar gula darah (Nashiru et al. 2001). Namun, obat antidiabetes yang beredar di pasaran adalah bahan sintetis yang memiliki efek samping yang tinggi akibat pengobatan jangka panjang (Marianne et al. 2011). Efek samping tersebut dapat berupa gangguan metabolisme dalam tubuh hingga kematian (Tuyet & Chuyen 2007). Oleh karena itu, pengembangan obat antidiabetes yang memiliki efek samping rendah diperlukan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah penggunaan bahan alami melalui pemanfaatan zat ekstraktif tumbuhan sebagai obat antidiabetes yang bekerja menghambat aktivitas enzim α-glukosidase. Beberapa jenis zat ekstraktif dari golongan fenolik dan alkaloid mempunyai aktivitas penghambatan α-glukosidase. Hal ini sesuai dengan penelitian Asprey dan Thornton (2000) yang menyebutkan bahwa senyawa flavonoid dan alkaloid yang terkandung dalam daun sirsak memiliki khasiat menghambat aktivitas enzim α-glukosidase. Pernyataan ini didukung oleh Sugiwati (2009), Alfarabi (2010), Samson (2010), Purwatresna (2012), dan Thu Phan et al. (2013) dalam penelitiannya yang menyebutkan bahwa senyawa flavonoid dan alkaloid pada daun mahkota dewa, daun sirih merah, buah mahkota dewa, dan daun sirsak mampu menghambat aktivitas α-glukosidase secara in vitro. Berdasarkan penelitian Utami (2014), hasil uji fitokimia secara kualitatif menunjukkan bahwa alkaloid dan senyawa fenolik seperti flavonoid dan fenol hidrokuinon terdeteksi dengan intensitas tinggi terkandung dalam ekstrak metanol kulit mangium (Acacia 1
2 mangium Willd). Hal ini mengindikasikan kulit mangium berpotensi mengandung zat ekstraktif yang bersifat antidiabetes melalui penghambatan enzim αglukosidase. Peraturan yang dikeluarkan BPOM (2004) mensyaratkan pelarut yang digunakan untuk mengekstrak zat berkhasiat tumbuhan dalam aplikasi pembuatan sediaan obat adalah air dan etanol dalam berbagai konsentrasi. Selain itu, Dalimartha (2006) menyebutkan air dipilih karena kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi obat tradisional yang dilarutkan dalam air. Di sisi lain, Ibtisam (2008) menyatakan senyawa flavonoid dan alkaloid ada yang bersifat polar atau semipolar, sehingga flavonoid dan alkaloid larut dalam air dan etanol. Oleh karena itu pada penelitian ini pelarut yang digunakan adalah air dan etanol dalam berbagai konsentrasi. Pertimbangan penggunaan kulit mangium dalam penelitian ini selain karena mengandungan flavonoid dan alkaloid dengan intensitas tinggi, juga karena pohon mangium mudah diperoleh. Hal ini disebabkan mangium merupakan salah satu jenis pohon yang banyak digunakan dalam program pembangunan hutan tanaman di Indonesia. Sekitar 80% dari areal hutan tanaman di Indonesia terdiri dari mangium dengan luas sekitar 1,3 juta ha (Dephut 2003, Barry at al. 2004). Keunggulan dari jenis ini adalah pertumbuhan pohonnya yang cepat, kualitas kayunya yang baik, dan kemampuan toleransinya terhadap berbagai jenis tanah dan lingkungan (Krisnawati et al. 2011). Kulit mangium merupakan salah satu limbah hasil tebangan hutan rakyat. Pemanenan mangium menghasilkan limbah kulit kayu 10-15% dari volume batang kayu. Selama ini pemanfaatan limbah kulit mangium tersebut belum dilakukan secara maksimal dan kurang memberikan nilai tambah. Umumnya hanya digunakan sebagai bahan bakar boiler sebesar 30% dan sisanya tidak dimanfaatkan atau dibuang (Supriadi & Wahyono 2007). Salah satu pemanfaatan limbah kulit mangium untuk meningkatkan efisiensi dan nilai tambahnya adalah dengan memanfaatkan zat ekstraktif yang terkandung di dalamnya sebagai sediaan obat antidiabetes. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menetapkan rendemen ekstrak kulit mangium hasil ekstraksi dalam air dan etanol pada berbagai konsentrasi dan menetapkan aktivitas antidiabetesnya melalui uji penghambatan enzim α-glukosidase secara in vitro. Ekstrak yang memiliki aktivitas sebagai inhibitor α-glukosidase tertinggi kemudian diuji kandungan senyawa kimianya. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat bahwa ekstrak kulit mangium memiliki potensi sebagai antidiabetes alami. Dengan demikian tanaman mangium dapat dimanfaatkan secara optimal dalam rangka meningkatkan nilai tambah pemanfaatan hasil hutan.
3 METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2014 hinggga Mei 2014. Identifikasi jenis (spesies) pohon dilakukan di Bidang Botani Herbarium Bogoriense Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Bogor. Persiapan bahan baku dan ekstraksi dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Pengujian antidiabetes dilakukan di Puslit Kimia LIPI Serpong. Analisis komponen kimia dilakukan di Laboratorium Forensik Mabes Polri, Jakarta. Bahan Bahan yang digunakan adalah kulit pohon mangium berdiameter ±34 cm yang diperoleh dari daerah Dramaga Bogor, air suling, etanol teknis yang dimurnikan, buffer fosfat pH 7.0, kuersetin, p-nitrofenil-α-D-glukopiranosida (pNPG) 0.02 M, enzim α-glukosidase dari Sacharomyces cereviceae, dimetil sulfoksida (DMSO), dan natrium karbonat (Na2CO3) 0.2 M. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya yaitu alat soklet, pisau, timbangan, oven, evaporator vakum, cawan petri, sudip, kertas saring, alumunium foil, pipet mikro, labu erlenmeyer, tabung reaksi, kuvet quartz, Spectrophotometer Hitachi U-200. Penyiapan Bahan Baku Penyiapan bahan baku diawali dengan pencacahan kulit mangium. Hasil pencacahan berupa serpih kemudian dikeringudarakan. Setelah kering, serpihan kulit mangium digiling dengan menggunakan willey mill dan disaring hingga berbentuk serbuk dengan ukuran seragam (40-60 mesh). Serbuk kulit kemudian diukur kadar airnya sebelum diekstraksi. Ekstraksi Pelarut yang digunakan untuk proses ekstraksi adalah air dan etanol dengan konsentrasi 30, 70, dan 100%. Etanol 70 dan 30% diperoleh dari pengenceran etanol 100% dengan air suling. Ekstraksi kulit mangium dengan air dilakukan dengan cara perebusan, sedangkan ekstraksi dengan etanol 30, 70, dan 100% menggunakan metode sokletasi. Serbuk kulit mangium sebanyak ±30 g yang sudah ditetapkan kadar airnya dimasukkan ke dalam timbel dan diekstraksi dengan cara sokletasi menggunakan etanol sebanyak 400 mL pada suhu 70 oC selama 12 jam. Filtrat yang diperoleh kemudian dipekatkan menggunakan evaporator vakum pada suhu 40 oC hingga menjadi ±50 mL. Untuk metode perebusan, serbuk kulit mangium sebanyak ±30 g dimasukkan ke dalam erlenmayer dan ditambahkan air suling sebanyak 400 mL. Erlenmayer dimasukkan ke dalam waterbath dengan suhu 100 °C selama 3 jam. Setelah itu
4 ekstrak disaring hingga bening. Sebagian ekstrak hasil evaporasi dan perebusan dikeringkan dalam oven pada suhu 103±2 oC selama 24 jam untuk menentukan bobot kering tanur (BKT) ekstrak dan rendemennya. Sisanya dikeringkan dalam oven bersuhu 40 oC untuk pengujian aktivitas antidiabetes dan analisis kimia. Penentuan Rendemen Rendemen ekstrak yang dihasilkan dari proses perebusan dan sokletasi yang telah dikeringkan dengan oven dihitung dengan menggunakan rumus: Rendemen=
K Ekstrak g K
erbuk g
x100%
Uji Antidiabetes Uji aktivitas antidiabetes dilakukan berdasarkan kemampuan ekstrak menghambat aktivitas enzim α-glukosidase berdasarkan reaksi enzimatik secara in vitro. Pengujian ini mengacu pada metode yang digunakan Kim et al. (2004). Sebanyak 4 mg masing-masing ekstrak kulit mangium (air, etanol 30, 70, dan 100%) dilarutkan dalam 400 µL DMSO hingga konsentrasi 1% (10.000 µg/mL) sebagai larutan induk, lalu diencerkan dengan DMSO sehingga didapat variasi konsentrasi larutan ekstrak yang digunakan, yaitu 100, 50, 25, dan 12.5 µg/mL. Kuersetin digunakan sebagai larutan pembanding dengan konsentrasi 5, 10, 25, 50 µg/mL. Kuersetin dijadikan sebgai kontrol positif karena memiliki efek penghambatan yang kuat terhadap α-glukosidase dari S.cereviceae (Tadera et al. 2006, Li et al. 2009, Jo et al. 2009). Larutan blanko dibuat dengan campuran DMSO, buffer fosfat, dan p-NPG tanpa penambahan ekstrak, baik dengan enzim maupun tanpa enzim. Ekstrak sebanyak 5 µL dimasukkan ke dalam tabung lalu ditambahkan 250 µL p-NPG dan 495 µL buffer fosfat. Setelah homogen, larutan dipreinkubasi selama 5 menit pada suhu 37 °C, kemudian ditambahkan 250 µL larutan enzim α-glukosidase dan inkubasi dilanjutkan selama 15 menit. Reaksi dihentikan dengan penambahan 1000 µL larutan Na2CO3 0.2 M. Jumlah p-nitrofenol yang dilepaskan diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 400 nm. Persentase penghambatan diukur dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: % Penghambatan = [(C – S)/C] x 100% Keterangan: C = absorban blanko S = absorban ekstrak (selisih absorban ekstrak dengan enzim dan tanpa enzim) Korelasi antara persentase penghambatan dan konsentrasi ekstrak diplotkan dan nilai Inhibitor Concentration (IC50) dihitung melalui persamaan regresi hasil interpolasinya. Aktivitas antidiabetes diketahui dari nilai IC50. Nilai IC50 didefinisikan sebagai konsentrasi inhibitor untuk menghambat 50% aktivitas enzim α-glukosidase pada kondisi uji, sehingga nilai IC50 yang semakin rendah mengindikasikan aktivitas antidiabetes ekstrak yang semakin tinggi (Kim et al. 2004). Menurut Lee dan Lee (2001) dalam Darmawan (2010), suatu senyawa dikatakan tergolong tidak aktif sebagai antidiabetes jika memiliki nilai IC50>100
5 µg/mL, tergolong aktif untuk IC50 100-11 µg/mL, dan tergolong sangat aktif untuk IC50<11 µg/mL. Analisis Komponen Kimia Analisis komponen kimia ekstrak teraktif menggunakan alat Gas chromatography–mass spectrometry (GC-MS) Agilent Technologies 6890N series. Sampel diambil sebanyak 6 µL dan dimasukkan pada inlet. Pengolahan data menggunakan software GC-MS data analysis. Pemisahan senyawa dan analisis kuantitatif komponen dilakukan pada GC oleh kolom kapiler dengan diameter 0.25 mm dan panjang 60 m dengan suhu awal 40 oC, kenaikan suhu 15 oC/menit hingga suhu 290 oC dan waktu akhir 10 menit. Identifikasi komponen dilakukan pada MS. Identifikasi senyawa dilakukan dengan mencocokkan data pada spektrum massa dengan data yang ada dalam WILEY 9th library. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Jenis Pohon Identifikasi daun dari pohon yang digunakan dalam penelitian ini oleh Bidang Botani Herbarium Bogoriense LIPI menunjukkan bahwa spesies pohon tersebut adalah Acacia mangium Willd. Hasil tersebut telah memastikan kebenaran jenis pohon yang digunakan. Rendemen Ekstrak Ekstraksi kulit mangium dalam air dan etanol dalam berbagai konsentrasi menghasilkan rendemen ekstrak yang beragam. Tabel 1 menunjukkan rendemen ekstrak yang dihasilkan berkisar 8.03-14.14%. Rendemen tertinggi dihasilkan dari ekstraksi kulit mangium dalam air dengan metode perebusan dan rendemen terendah diperoleh dari ekstraksi kulit mangium dengan etanol 70%. Hal ini menunjukkan perbedaan kepolaran pelarut mempengaruhi jumlah zat ekstraktif yang terlarut dalam kulit mangium. Penelitian Utami (2014) yang mengekstraksi kulit mangium dengan metanol dan menggunakan metode dan waktu ekstraksi yang sama menghasilkan rendemen sebesar 4.40%. Gamse (2002) mengemukakan bahwa pemilihan pelarut merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan rendemen yang dihasilkan. Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi harus dapat menarik komponen aktif dari bahan yang diekstraksi. Tabel 1 Rendemen ekstrak kulit mangium Jenis Ekstrak Air Etanol 30% Etanol 70% Etanol 100% Keterangan: *) Rerata dari 3 ulangan.
Rendemen (%) *) 14.14 11.72 8.03 14.06
6 Tabel 1 menunjukkan ekstraksi kulit mangium dengan perebusan dalam air menghasilkan rendemen tertinggi. Hal ini menunjukkan kulit kayu mangium banyak mengandung senyawa-senyawa yang larut dalam air. Menurut Atkins (2006), air dapat melarutkan sebagian besar senyawa hidrofilik dalam kulit kayu. Sjostrom (1995) menyatakan kulit kayu mengandung metabolit sekunder yang bersifat hidrofilik seperti fenol sederhana, flavonoid glikosida, tanin terhidrolisis, dan alkaloid. Houghton & Raman (1998) menegaskan bahwa air dapat melarutkan senyawa flavonoid dari golongan glikosida. Menurut Harborne (1987), senyawa fenol sederhana, garam alkaloid, dan tanin terhidrolisis bersifat polar dan dapat larut dalam air. Rendemen ekstrak air kulit mangium pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Nugraha (1999). Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan suhu perebusan. Penelitian Nugraha (1999) menggunakan suhu 60 dan 70 °C dan penelitian ini menggunakan suhu 100 °C, meskipun menggunakan waktu yang sama yaitu 3 jam. Rendemen ekstrak air kulit mangium yang dihasilkan dari penelitian Nugraha (1999) pada suhu 60 dan 70 °C berturutturut yaitu 8.41 dan 11.18%, sedangkan penelitian ini dengan perebusan pada suhu 100 °C menghasilkan rendemen sebesar 14.14%. Menurut Nurdjanah dan Usmiati (2006), semakin lama waktu dan semakin tinggi suhu ekstraksi, rendemen yang dihasilkan semakin besar. Earle (1983) menyatakan bahwa peningkatan suhu secara umum dalam proses ekstraksi akan mempercepat proses difusi pelarut ke dalam sel jaringan. Hal ini menyebabkan meningkatnya interaksi permukaan pelarut dengan padatan sehingga rendemen yang dihasilkan semakin banyak. Rendemen ekstrak etanol 100% kulit mangium memiliki rendemen tertinggi kedua setelah rendemen ekstrak air. Hal ini menunjukkan kulit juga mengandung senyawa-senyawa yang dapat larut dalam etanol. Menurut Sjostrom (1995), kulit kayu mengandung senyawa-senyawa yang dapat larut dalam etanol seperti flavonoid, tanin terkondensasi, dan alkaloid. Hal ini dipertegas oleh Houghton dan Raman (1998) bahwa etanol dapat melarutkan senyawa dengan kepolaran sedang seperti basa alkaloid dan senyawa flavonoid dari golongan aglikon. Harborne (1987) juga menyatakan bahwa senyawa-senyawa seperti basa alkaloid, aglikon flavonoid, dan tanin terkondensasi dapat larut dalam pelarut organik seperti etanol. Rendemen ekstrak etanol 100% kulit mangium pada penelitian ini memiliki rendemen yang lebih besar dari ekstrak etanol kulit kayu suren. Penelitian Ichsan (2011) yang mengekstrak kulit kayu suren menggunakan metode maserasi dengan etanol selama 24 jam menghasilkan rendemen sebesar 4.8%. Perbedaan nilai rendemen ini diduga karena perbedaan metode ekstraksi yang digunakan. Rahayu et al. (2009) menyebutkan bahwa perbedaan metode ekstraksi diduga mempengaruhi rendemen ekstrak. Penelitian ini menggunakan metode sokletasi, sedangkan pada penelitian Ichsan (2011) menggunakan metode maserasi. Pada metode sokletasi peningkatan suhu dapat membantu proses penetrasi pelarut ke dalam dinding sel dan tercapainya keseimbangan konsentrasi antara pelarut dengan zat terlarut (zat ekstraktif) yang berlangsung lebih cepat. Hal ini menyebabkan zat ekstraktif yang terlarut dalam pelarut semakin banyak (Houghton & Raman 1998). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Subagja et al. (2007) yang menunjukkan bahwa rendemen ekstrak etanol buah mengkudu
7 dengan metode sokletasi (23,00%) lebih tinggi dibandingkan dengan metode maserasi (13,20%). Aktivitas Antidiabetes Hasil pengujian menunjukkan adanya korelasi antara konsentrasi ekstrak dengan persentase penghambatan enzim α-glukosidase (Gambar 1). Hal ini mengindikasikan bahwa semua ekstrak kulit mangium mengandung senyawa antidiabetes karena meningkatnya konsentrasi ekstrak telah meningkatan penghambatan enzim α-glukosidase. Akan tetapi, pada konsentrasi 12.5-25 µg/mL persentase penghambatan masih di bawah 50%. Persentase penghambatan diatas 50% dihasilkan pada konsentrasi 50-100 µg/mL. 120
Persentase penghambatan (%)
100
80
60
40
20
0 0
20
40
60
80
100
120
Konsentrasi ekstrak (μg/mL) Gambar 1 Grafik hubungan antara persentase penghambatan dengan konsentraksi ekstrak kulit mangium, yaitu ekstrak air ( ), ekstrak etanol 30% ( ), ekstrak etanol 70% ( ), ekstrak etanol 100% ( ), kuersetin ( ). Interpolasi antara konsentrasi ekstrak kulit mangium dengan persentase penghambatan menghasilkan persamaan regresi logaritmik yang berbeda sehingga menghasilkan nilai IC50 yang berbeda. Tabel 2 menunjukkan kuersetin sebagai kontrol positif memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstraknya. Hal ini disebabkan kuersetin merupakan senyawa murni, sedangkan
8 ekstrak kulit mangium mengandung campuran berbagai senyawa kimia aktif dan tidak aktif sebagai antidiabetes. Ekstrak kulit mangium yang terlarut dalam air, etanol 30, 70, dan 100% memiliki aktivitas antidiabetes yang tergolong aktif karena memiliki nilai IC50<100 µg/mL. Menurut Lee dan Lee (2001) dalam Darmawan (2010), ekstrak dengan nilai IC50≤100 µg/mL tergolong aktif sebagai antidiabetes. Tabel 2 Nilai IC50 dan aktivitas antidiabetes ekstrak kulit mangium sebagai inhibitor α-glukosidase Jenis Ekstrak
Persamaan Logaritmik
IC50 (µg/mL)
Aktivitas Antidiabetes*)
Air
y = 43.153ln(x)-103.6
35.14
Aktif
Etanol 30%
y = 43.595ln(x)-97.34
29.36
Aktif
Etanol 70%
y = 43.048ln(x)-101.67
33.90
Aktif
Etanol 100%
y = 46.905ln(x)-117.42
35.49
Aktif
Kuersetin (kontrol positif)
y = 27.968ln(x)-29.148
16.94
Aktif
Keterangan: *) Menurut Lee dan Lee (2001) dalam Darmawan (2010).
Meskipun keempat ekstrak kulit mangium tergolong aktif menghambat enzim α-glukosidase, tetapi daya hambat enzim α-glukosidasenya beragam. Ekstrak etanol 30% merupakan ekstrak teraktif menghambat enzim α-glukosidase, diikuti oleh ekstrak etanol 70%, ekstrak air, dan ekstrak etanol 100%. Perbedaan daya hambat α-glukosidase tersebut mengindikasikan adanya perbedaan aktivitas antidiabetes dari setiap ekstrak. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan senyawa aktif antidiabetes yang terkandung dalam masing-masing ekstrak. Menurut Kardono (2003), besarnya daya hambat terhadap aktivitas α-glukosidase dipengaruhi oleh perbedaan jenis pelarut yang digunakan pada ekstraksi. Alfarabi (2010) dan Sugiwati (2009) mengatakan perbedaan sifat pelarut menyebabkan perbedaan kelarutan senyawa metabolit sekunder yang memiliki aktivitas antidiabetes. Ekstrak etanol 30% kulit mangium memiliki aktivitas antidiabetes tertinggi dari ekstrak lainnya kerena memiliki nilai IC50 terendah. Hal ini diduga bahwa senyawa aktif antidiabetes dari kelompok flavonoid dan alkaloid yang terkandung dalam kulit mangium lebih banyak yang terlarut pada etanol 30%. Penelitian Irwan (2011) menyebutkan bahwa pelarut etanol 30% pada ekstrak daun wungu dapat mengekstraksi alkaloid dan flavonoid dalam jumlah yang besar. Menurut Sari (2010) senyawa fenolik dan alkaloid bersifat antidiabetes melalui penghambatan kerja enzim α-glukosidase. Ekstrak kulit mangium yang terlarut dalam air, etanol 30, 70, dan 100% memiliki aktivitas antidiabetes yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak etanol kulit suren. Ichsan (2011) dalam penelitiannya menyatakan ekstrak etanol kulit kayu suren memiliki aktivitas antidiabetes dengan nilai IC50 sebesar 74.54 µg/mL. Hal ini mengindikasikan bahwa ekstrak kulit mangium memiliki daya hambat enzim α-glukosidase yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak kulit kayu suren.
9 Analisis Komponen Kimia Analisis komponen kimia dengan GC-MS terhadap ekstrak etanol 30% (sebagai ekstrak teraktif antidiabetes) menunjukkan kandungan senyawa fenolik seperti resorsinol, pirogalol, hidrokuinon, guaiakol, siringol, dan pirokatekol dan senyawa alkaloid seperti piridin, dimetilamin, dan N-metil-propilamin (Tabel 3). Kawabata (2003) menyebutkan bahwa kedua kelompok senyawa tersebut diketahui berpotensi sebagai antidiabetes dengan menghambat kerja enzim αglukosidase. Tabel 3 Senyawa kimia dalam ekstrak etanol 30% kulit mangium berdasarkan analisis GC-MS No
Nama Senyawa
Konsentrasi Relatif (%)*)
Bioaktivitas
1
Resorsinol
50.99
Antidiabetes (Gao & Kawabata 2008), antioksidan (Handayani & Sulistyo 2008)
2
Pirogalol
5.76
Antidiabetes (Yu et al. 2013)
3
Hidrokuinon
4.62
Antidiabetes (Zhao 2009, Ichsan 2011), antioksidan (Eastman 2009)
4
Guaiakol
4.07
Antidiabetes (Khalil 2008), antioksidan (Dizhbite 2004)
5
Piridin
3.26
Antidiabetes (Wang et al. 2012)
6
Siringol
2.99
Antioksidan (Tranggono 1996)
7
Pirokatekol
1.93
Antikanker (Weyant et al. 2001)
8
Dimetilamin
0.88
Antidiabetes (Tukkeeree 2012)
9
N-metilpropilamin
0.66
-
Keterangan: *) Konsentrasi relatif terhadap 16 senyawa terdeteksi.
Berdasarkan hasil analisis GC-MS, resorsinol dan pirogalol merupakan senyawa dominan dalam ekstrak etanol 30% kulit mangium. Kedua senyawa ini diduga merupakan senyawa fenolik sederhana. Hal ini disebabkan ekstrak etanol 30% kulit mangium aktif sebagai antidiabetes. Sari (2010) menyatakan bahwa senyawa fenolik bersifat antidiabetes melalui penghambatan kerja enzim αglukosidase. Menurut Harborne (1987), resorsinol dan pirogalol dapat berupa senyawa fenolik sederhana. Selain itu, resorsinol dan pirogalol juga diduga sebagai hasil fragmentasi dari tanin terkondensasi saat ekstrak diuji dengan menggunakan GC-MS. Hal ini disebabkan kulit mangium memiliki kandungan tanin yang cukup tinggi yaitu sekitar 22-48% (Prasetya et al. 1995). Jenis tanin yang lebih banyak terkandung dalam kulit kayu yaitu tanin terkondensasi (Sjostrom 1995). Menurut Pizzi (1983), resorsinol dan pirogalol merupakan monomer penyusun tanin terkondensasi. Berdasarkan penelusuran pustaka,
10 resorsinol dan pirogalol berkhasiat sebagai antidiabetes (Tabel 3). Handayani dan Sulistyo (2008) menyatakan bahwa resorsinol juga berkhasiat sebagai antioksidan.
(a)
(b)
Gambar 2 Struktur kimia (a) resorsinol dan (b) pirogalol. Hidrokuinon terdeteksi sebagai senyawa dominan ketiga dalam ekstrak etanol 30% kulit mangium. Pada penelitian ini, hidrokuinon diduga sebagai senyawa fenolik sederhana. Menurut Hart (1983) dan Harborne (1987), hidrokuinon merupakan salah satu senyawa golongan fenolik sederhana. Depkes RI (1995) menyebutkan senyawa ini mudah larut dalam air maupun etanol. Hasil penelitian Ichsan (2011) menunjukkan bahwa senyawa hidrokuinon dalam kulit kayu suren dapat larut dalam etanol 30%. Hidrokuinon memiliki aktivitas antidiabetes yang tergolong aktif karena memiliki nilai IC50= 44.50 µg/mL (Zhao 2009, Ichsan 2011). Selain berkhasiat sebagai antidiabetes, hidrokuinon juga berkhasiat sebagai antioksidan (Tabel 3). Senyawa-senyawa fenolik lainnya yang terdeteksi dalam ekstrak etanol 30% kulit mangium yaitu guaiakol, siringol, dan pirokatekol. Ketiga senyawa tersebut diduga sebagai senyawa fenolik sederhana. Hal ini disebabkan ekstrak etanol 30% kulit mangium aktif sebagai antidiabetes. Sari (2010) menyatakan bahwa senyawa fenolik bersifat antidiabetes melalui penghambatan kerja enzim α-glukosidase. Menurut Harborne (1987) guaiakol, siringol, dan pirokatekol merupakan senyawa organik golongan fenolik sederhana. Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, siringol berkhasiat sebagai antioksidan, pirokatekol berkhasiat sebagai antikanker, dan guaiakol berkhasiat sebagai antidiabetes (Tabel 3). Guaiakol memiliki aktivitas antidiabetes yang tergolong aktif karena memiliki nilai IC50= 50.67 µg/mL (Khalil 2008). Selain berkhasiat sebagai antidiabetes, guaiakol juga berperan sebagai antioksidan (Tabel 3).
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 3 Struktur kimia (a) hidrokuinon, (b) guaiakol, (c) siringol, dan (d) pirokatekol.
11 Senyawa alkaloid yang terdeteksi dalam ekstrak etanol 30% kulit mangium yaitu piridin, dimetilamin, dan N-metil-propilamin. Menurut Matsjeh (2002), piridin merupakan senyawa golongan alkaloid heterosiklis yang bersifat polar. Alkaloid heterosiklis merupakan golongan terbesar dalam alkaloid. Piridin dapat larut dalam air, etanol, dan pelarut organik lainnya. Piridin juga dapat larut dalam perbandingan pelarut (etanol dan pelarut organik lainnya) dengan air dan sebagian dapat larut dalam pelarut polar hingga polar. Piridin memiliki aktivitas antidiabetes yang tergolong aktif karena memiliki nilai IC50= 47.63 µg/mL (Wang et al. 2012). Menurut Huang et al. (2013), dimetilamin dan N-metil-propilamin merupakan senyawa golongan alkaloid. Penelitian Irwan (2011) menunjukkan bahwa alkaloid dapat larut dalam etanol 30%. Hasil penelusuran pustaka menunjukkan bahwa senyawa piridin dan dimetilamin berperan sebagai antidiabetes (Tabel 3).
(a)
(b)
(c)
Gambar 4 Struktur kimia (a) piridin, (b) dimetilamin, dan (c) N-metil-propilamin. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil ekstraksi kulit mangium dengan air, etanol 30, 70, dan 100% menghasilkan rendemen ekstrak berturut-turut 14.14, 11.72, 8.03, dan 14.06%. Keempat jenis ekstrak tersebut tergolong aktif menghambat aktivitas enzim αglukosidase. Ekstrak kulit mangium yang memiliki aktivitas antidiabetes tertinggi adalah ekstrak etanol 30% (IC50= 29.36 µg/mL), diiukuti dengan ekstrak etanol 70% (IC50= 33.90 µg/mL), ekstrak air (IC50= 35.14 µg/mL), dan ekstrak etanol 100% (IC50=35.49 µg/mL). Hasil analisis komponen kimia menunjukkan ekstrak etanol 30% kulit mangium mengandung senyawa dominan dari kelompok senyawa fenolik seperti resorsinol, pirogalol, hidrokuinon, dan guaiakol, dan senyawa alkaloid seperti piridin dan dimetilamin yang berperan menghambat aktivitas enzim α-glukosidase. Saran Penelitian ini merupakan pendahuluan untuk mengetahui potensi antidiabetes ekstrak kulit mangium (A. mangium). Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai isolasi dan identifikasi senyawa aktif yang berperan sebagai inhibitor α-glukosidase serta uji in vivo untuk mengetahui dosis efektif dan dosis aman dalam aplikasi ekstrak kulit mangium sebagai sediaan antidiabetes perlu dilakukan.
12 DAFTAR PUSTAKA Alfarabi M. 2010. Kajian antidiabetogenik ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) in vitro [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Asprey GF, Thornton P. 2000. Medical plants of Jamaica Part 1-11. West Indian J. 2:1-86. Atkins PW, Overton T , Rourke J, Weller M, Armstrong F. 2006. Shriver and Atkins Inorganic Chemistry 4th ed. London (GB): Oxford University Press. Barry KM, Irianto RSB, Santoso E, Turjaman M, Widyati E, Sitepu I, Mohammed CL. 2004. Incidence of heartrot in harvest-age Acacia mangium in Indonesia using a rapid survey method. For. Ecol. Manag. 190:273-280. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Vol 1. Jakarta (ID): BPOM RI. Dalimartha S. 2006. 1001 Resep Herbal. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Darmawan A. 2010. Isolasi, karakterisasi, dan elusidasi senyawa bioaktif antidiabetes dari daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.). JIEB 23(9):17-20. [Dephut] Departemen Kehutanan. 2003. Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) – Pulp 2002. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan. [Depkes] Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Ed ke-4. Jakarta (ID): Depkes RI. Dizhbite T, Telysheva G, Jurkjane V, Viesturs U. 2004. Characterization of the radical scavenging activity of lignins––natural antioxidants. Biores. Technol. 95:309–317. Earle. 1983. Unit Operation in Food Processing 2nd ed. Oxford (UK): Pergamon Press. Eastman. 2009. Hydroquinone and Hidroquinone Derivatives. Miami (US): Eastman Chemical Comp. Gamse T. 2002. Liquid-liquid Extraction and Solid-Liquid Extraction. New York (US): Graz Pr. Gao H, Kawabata J. 2008. 2-Aminoresorcinol is a potent alpha-glucosidase inhibitor. Bioorg. Med. Chem. Lett. 18(2):812-815. Handayani R, Sulistyo J. 2008. Sintesis senyawa flavonoid-α-glukosidase secara reaksi transglikosilasi enzimatik dan aktivitasnya sebagai antioksidan. Biodiversitas 9(1):1-4. Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah; Niksolihin S, editor. Bandung (ID): ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methods. Hart H. 1983. Kimia Organik. Jakarta (ID): Erlangga. Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for the Fractionation of Natural Extracts. London (UK): Chapman & Hall. Huang C, Lei H, Zhao X, Tang H, Wang Y. 2013. Metabolic influence of acute cyadox exposure on kunming mice. J. Proteome. 1(4):23-32. Ibtisam. 2008. Optimasi pembuatan ekstrak daun dewandaru menggunakan metode perlokasi dengan parameter kadar total senyawa fenolik dan flavonoid [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta.
13 Ichsan SA. 2011. Aktivitas ekstrak kulit kayu suren (Toona sinensis Merr.) sebagai antioksidan dan antidiabetes [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [IDF] International Diabetes Federation. 2013. IDF Diabetes Atlas 6th ed. Brussels (BE): IDF Publishing. Irwan F. 2011. Aktivitas antidiabetes dan analisis fitokimia ekstrak air dan etanol daun wungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Jo SH, Ka EH, Lee HS, Jang HD, Kwon YI. 2009. Comparison of antioxidant potential and rat intestinal α-glucosidase inhibitory activities of quercetin, rutin, and isoquercetin. IJARNP 2:52-60. Kardono LBS. 2003. Kajian kandungan kimia mahkota dewa (Phaleria marcocarpa). Di dalam: Prosiding Pameran Produk Obat Tradisional dan Seminar Sehari Mahkota Dewa; Jakarta, Indonesia. Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi dan Obat Tradisional Departemen Kesehatan. hlm 72-76. Kawabata J. 2003. 6-Hydroxyflavonoids as α-glucosidase inhibitor from marjoram (Origanum marjorana) leaves. Biosci. Biotechnol. Biochem. 67:445-447. Khalil NM, Pepato MT, Brunetti IL. 2008. Free radical scavenging profile and myeloperoxidase inhibition of extracts from antidiabetic plants: Bauhinia forficata and Cissus sicyoides. Biol. Res. 41(2):165-71. doi: /S071697602008000200006. Kim YM, Wang MH, Rhee HI. 2004. A novel α-glucosidase inhibitor from pine bark. Carbohydrat Res. 339:715-717. Krisnawati H, Kallio M, Kanninen M. 2011. Acacia Mangium Willd.: Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. Bogor (ID): CIFOR. Lee D , Lee H. 2001. Genistein, a soy isoflavone, is a potent α-glucosidase inhibitor. FEBS Lett. 501:84-86. Li YQ, Zhou FC, Gao F, Bian JS, Shan F. 2009. Comparative evaluation of quercetin, isoquercetin, and rutin as inhibitor of α-glucosidase. J Agri. Food Chem. 57:11463-11468. Marianne, Yuandani, Rosnani. 2011. Antidiabetic activity from ethanol extract of kluwih‟s leaf Artocarpus camansi). Natural J. 11(2):64-68. Mataputun SP, Rorong JA, Pontoh J. Aktivitas inhibitor α-glukosidase ekstrak kulit batang matoa (Pometia pinnata Spp.) sebagai agen antihiperglikemik. J. Mipa Unsrat 2(2):119-123. Matsjeh S. 2002. Kimia Hasil Alam Senyawa Metabolit Sekunder Tumbuhan Falvonoid, Terpenoid, dan Alkaloid. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada. Nashiru O, Koh , Lee , Lee D. 2001. Novel α-glucosidase from extreme thermophile Thermus caldophilus GK24. J Biochem.Mol. Biol. 34:347-354. Nugraha G. 1999. Pemanfaatan tanin dari kulit kayu akasia (Acacia mangium Willd.) sebagai bahan penyamak nabati [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pizzi A. 1983. Tannin-based Wood Adhesives: Chemistry and Technology. New York (US): Marcel Dekker.
14 Prasetya B, Subiyakto B, Ruhendi S. 1998. Utilization of bark extract of Acacia mangium Willd. for adhesive in wood composite: influence of water glass on the gluing quality of plywood. Proceedings The Fourth Pacific Bio-Based Composite Symposium; 1998 Nov 2-5; Bogor, Indonesia. Purwatresna E. 2012. Aktivitas antidiabetes ekstrak air dan etanol daun sirsak secara in vitro melalui penghambatan enzim α-glukosidase [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rahayu MP, Wiryosoendjoyo K, Prasetyo A. 2009. Uji aktivitas antibakteri ekstrak sokletasi dan maserasi buah makasar (Brucea javanica (L) Merr.) terhadap bakteri Shigella dysentriae ATCC 9361 secara in vitro. J. Biomed. 2(1): 6-13. Samson ZM. 2010. Senyawa golongan alkaloid ekstrak buah mahkota dewa sebagai inhibitor α-glukosidase [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sari N. 2010. Potensi buah makasar (Brucea javanica [L.] Merr.) sebagai inhibitor enzim α-glukosidase [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sjostrom E. 1995. Kimia Kayu, Dasar-dasar dan Penggunaan Ed ke-2. Sastrohamidjojo H, penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Wood Chemistry, Fundamentals and Applications 2nd ed. uarsana. 2008. Aktivitas daya hambat enzim α-glukosidase dan efek hipoglikemik ekstrak tempe pada tikus diabetes. Veteriner J. 9:122-127. Subagja F, Nawawi A, Hadi DT. 2007. Pengaruh panas dan jenis pelarut terhadap rendemen ekstrak buah mengkudu (Morinda Citrifolia L.) dan kadar skopoletin yang terekstraksi [tesis]. Bandung (ID): ITB. Subroto A. 2006. Ramuan Herbal Untuk Diabetes Melitus. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Sugiwati S, Setiasih S, Afifah E. 2009. Antihyperglycemic activity of the mahkota dewa [Phaleria macrocarpa (scheff.) boerl.] leaf extracts as an alphaglucosidase inhibitor. Makara Kesehatan 13(2):74-78. Supriadi B, Wahyono R. 2002. Potensi kayu Acacia mangium serta pemanfaatannya secara luas. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional MAPEKI V; 2002 Agustus 30-September 1; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): pp. hlm 618-622. Syafii W. 2008. Peningkatan Efisiensi Pemanfaatan Hasil Hutan Melalui Penerapan “The Whole Tree Utilization”. Di dalam: Pemikiran Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Perspektif Ilmu-ilmu Pertanian dalam Pembangunan Nasional. Bogor (ID): Penebar Swadaya dan IPB Pr. Hlm 187191. adera K, Minami Y, akamatsu K, Matsuoka . 2006. Inhibitor of α-glucosidase and α-amylase by flavonoids. J Nutr. Sci. Vitaminol. 52:149-153. Thu Phan MA, Jin W, Jingyi , Yan ZL, Ken N. 2013. Evaluation of αglucosidase inhibition potential of some flavonoids from Epimedium brevicornum. LWT-Food Sci. Technol. 53:492-498. Tranggono. 1996. Identifikasi Asap Cair dari berbagai jenis kayu dan tempurung kelapa. Seminar Nasional Pangan dan Gizi & Kongres PATPI; 1996 Jun 1011; Yogyakarta, Indonesia.
15 Tukkeeree S, Phesatcha S, Rohrer J. 2012. Determination of dimethylamine in metformin hcl drug product using ic with suppressed conductivity detection [internet]. (tanggal diperbaharui, 2012 Mar 29 [diunduh 2014 Jun 9]); 298(3061):4-12. Tersedia pada: http://www.dionex.com/enus/webdocs/113430-AN298-IC-Dimethylamine-Metformin-HCl-29Mar2012LPN3061.pdf. Tuyet T, Chuyen NV. 2007. Antihyperglikemic activity of an aqueous extract from flower buds of Cleistocalyx operculatus (Roxb.) Merr and Perry. Biosci. Biotechnol. Biochem. 71:69-76. Utami R. 2014. Inhibitor tirosinase ekstrak metanol berbagai bagian pohon jabon dan mangium [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wang Z , Jiang H, Xia YG, Yang Y, Kuang HX. 2012. α-Glucosidase inhibitory constituents from Acanthopanax senticocus harm leaves. Molecules 17:6269-6276. doi: 10.3390/molecules17066269. Weyant MJ, Carothers AM, Dannenberg AJ, Bertagnolli MM. 2001. Catechin inhibits intestinal tumor formation and suppresses focal adhesion kinase activation in the mouse. Cancer Res. 61(1):118–125. Yu Y, Gao F, Deng X, Pu X, Zhang M, Pang Y. 2013. Inhibitory effect of polyphenol extracts from peanut shells on the activity of pancreatic α-amylase activity in vitro. JFAE 11(2):38-42. Zhao J. 2009. α-Glucosidase inhibitory constituents from Toona sinensis. Chem. Natural Compounds 45(2): 244-247.
16 RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan putri kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Rizal Ependi, SPd dan Ibu Hapizoh, SPd. Penulis dilahirkan di Gisting, pada tahun 1992. Penulis lulus TK Dharma Wanita Kedaloman tahun 1998, lulus SDN 2 Talangpadang tahun 2004, lulus MTsN Talangpadang tahun 2007, lulus MAN 1 Bandar Lampung tahun 2010, dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan. Pada tahun 2013 penulis masuk dalam Divisi Kimia Hasil Hutan. Selama di bangku kuliah penulis aktif di berbagai kegiatan yang menunjang akademik. Tahun 2012 penulis melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang Barat dan Gunung Kamojang, Jawa Barat. Tahun 2013 penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, Jawa Barat. Tahun 2013 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT Sari Bumi Kusuma Pontianak, Kalimantan Barat. Selain itu penulis juga merupakan sekretaris Divisi Biro Kestari BEM Fakultas Kehutana IPB periode 2011-2012 dan anggota kelompok minat Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Himasiltan IPB periode 2012-2013. Dalam menyelesaikan satudi di IPB, penulis melakukan penelitian yang berjudul Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Kulit Mangium (Acacia mangium Willd.) Melalui Uji Penghambatan Enzim α-Glukosidase Secara In Vitro dibawah bimbingan Dr Ir Rita Kartika Sari, MSi.