AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN JAWER KOTOK (Coleus atropurpureus) TERHADAP BAKTERI KULIT WAJAH BERJERAWAT
YUSTINA DIAN FAJAR
DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus) Terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015
Yustina Dian Fajar NIM B04110105
ABSTRAK YUSTINA DIAN FAJAR. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus) Terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat. Dibimbing oleh RINI MADYASTUTI PURWONO dan USAMAH AFFIF. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan membuat bakteri menjadi resisten. Meningkatnya resistensi antibiotik mendorong perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan alternatif yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Salah satunya adalah daun jawer kotok (Coleus atropurpureus). Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) terhadap bakteri hasil swab kulit wajah berjerawat. Penelitian ini dilakukan terhadap bakteri Gram positif yang berhasil ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat. Bakteri tersebut adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus sp. dan Micrococcus sp.. Seluruh bakteri diuji dengan konsentrasi ekstrak bertingkat mulai dari 20%, 40%, 60%, 80%, dan dibandingkan dengan antibiotik klindamisin 1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik. Diameter zona hambat bakteri yang berada dalam rentan antara 13.80 ± 1.09 mm sampai 17.00 ± 0.70 mm. Metabolit sekunder yang terkandung dalam daun jawer adalah flavonoid, polifenol dan tanin, serta terpenoid yang memiliki potensi sebagai antibakteri. Kata kunci : Coleus atropurpureus, aktivitas antimikroba, ekstrak jawer kotok, flavonoid, polifenol, tanin, terpenoid
ABSTRACT YUSTINA DIAN FAJAR. Antibacterial Activity of Etanol Extract from Jawer Kotok (Coleus atropurpureus) Leave to Bacterialof Pimpled Faces. Supervised by RINI MADYASTUTI PURWONO and USAMAH AFIF. The misused of antibiotics will resist the bacteria. The increasing of resistance in antibiotic needs exploration other alternative resources which could kill or obstruct bacteria to grow. One of resources is jawer kotok (Coleus atropurpureus) leave. The objectives of this research are to assay jawer kotok leave’s etanol extract as antibacterial for pimpled skin. Those bacteria are Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus sp., and Micrococcus sp.. The bacterias were challenged with gradual extract consentration, starting from 20%, 40%, 60%, 80% and campared with 1% clindamycin antibiotic. The result of the research showed that jawer kotok leave’s etanol extract had potency as good antibacterial. The diameter of antibacterial inhibition zone range from 13.80 ± 1.09 mm until 17,00 ± 0,70 mm. Secondary metabolites in jawer kotok leave consist of flavonoids, polyphenols, tannins and terpenoids which had potency as antibacterial. Keywords: Coleus atropurpureus, antimicrobial activity, jawer kotok extract, flavonoids,tannin, polyphenols, terpenoids.
AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN JAWER KOTOK (Coleusatropurpureus) TERHADAP BAKTERI KULIT WAJAH BERJERAWAT
YUSTINA DIAN FAJAR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus) terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini: 1. Kedua orangtua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa serta dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Rini Madyastuti P, S.Si, Apt, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Drh. Usamah Afiff, M.Sc selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan membimbing dan memberikan pengarahan, kritik, dan saran kepada penulis selama penelitian sampai akhir penulisan skripsi ini selesai. 3. Drs. Pudji Achmadi, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan banyak motivasi dan saran kepada penulis selama masa perkuliahan. 4. Seluruh staff Bagian Mikrobiologi, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, staff Bagian Farmasi, Depatemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. 5. Teman-teman Ganglion FKH-48 yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan selama berkuliah di FKH, IPB. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca, serta untuk kemajuan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran hewan.
Bogor, Agustus 2015
Yustina Dian Fajar
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
Ruang Lingkup Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Jawer Kotok (Coleusatropurpureus)
2
Jerawat
2
Ekstraksi
3
Antibakteri
3
Antibiotik Klindamisin
4
Morfologi dan Kharakteristik Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit Wajah
4
METODE
5
Tempat dan Waktu Penelitian
5
Alat dan Bahan
5
Prosedur Penelitian
5
Analisis Data
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok
8
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
9
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
9
SIMPULAN DAN SARAN
12
Simpulan
12
Saran
12
Daftar Pustaka
13
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
20
DAFTAR TABEL 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok 2 Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif (mm) pada permukaan kulit wajah berjerawat
9
10
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Coleus atropurpureus Uji identifikasi bakteri Gram positif Hasil uji fitokimia Zona hambat Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok terhadap Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus sp., dan Micrococcus sp.
2 6 8
9
DAFTAR LAMPIRAN 1 Pembuktian hipotesis 2 Hasil Uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
15 15
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang luar biasa pada lima dekade terakhir. Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional akan membuat bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri di inangnya. Resistensi bakteri mendorong adanya bahan antibiotik lain yang murah, tersedia secara kontinu, dan memiliki semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk pembuatan antimikroba, oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri. Perawatan kulit wajah merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Perawatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penampilan diri agar lebih percaya diri. Perawatan yang sering dilakukan adalah melakukan facial, pemakaian krim, masker, serta sabun agar kulit wajah tidak kusam dan berjerawat. Jerawat merupakan penyakit kulit akibat peradangan pada kelenjar sebacea karena aktivitas Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Seta 2013), serta Staphylococcus aureus (Razak et al. 2013). Jawer kotok (Coleus atropurpureus) merupakan tanaman yang berfungsi sebagai tanaman hias dan tanaman obat. Masyarakat memanfaatkan daun jawer kotok sebagai obat untuk berbagai penyakit diare, demam, pengobatan pasca melahirkan, terlambat datang bulan, abses, ambeien dan diabetes mellitus (Ratnawati 2007). Rahmawati (2008) menyatakan bahwa daun jawer kotok dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) dalam menghambat pertumbuhan bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah berjerawat, sehingga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat akan khasiat daun jawer kotok serta nilai tambah bagi tanaman jawer kotok secara ekonomis.
2
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% terhadap bakteri Gram positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat.
TINJAUAN PUSTAKA
Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)
Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di Indonesia.Tanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir selokan, pematang sawah, atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1.300 diatas permukaan laut (dpl). Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda), kentangan (jawa), saru-saru atau majaja. Daunnya berbentuk bulat telur, pangkal membulat menyerupai bentuk jantung, ujung meruncing, tepi bergerigi, tulang daun menyirip, permukaan mengkilat, berambut halus, memiliki panjang 7-11 cm dan lebar 3.5-6 cm (Dalimartha 2000).
Gambar 1 Coleus atropurpureus Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid, tanin, saponin (Yusuf et al. 2006), polifenol, serta steroid (Rahmawati 2008). Flavonoid banyak ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)
Jerawat
Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan. Kelebihan produksi
3 sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut dan pori-pori kulit. Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat, komedo akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014).
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan pelarut. Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007). Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi. Maserasi merupakan metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut tanpa pemanasan. Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008). Pemilihan etanol 96% sebagai pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96% yang dapat mengikat berbagai senyawa aktif, seperti tanin, polifenol, flavonoid, terpenoid, sterol dan alkaloid (Hamdayati et al. 2008). Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan pelarut etanol 96% yang digunakan adalah 1 : 10. Menurut Arundhina (2014) semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin besar, hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar. Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator. Proses penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96% dan senyawa fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok.
Antibakteri
Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek menghambat pertumbuhan bakteri. Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996).
Antibiotik Klindamisin
Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti Streptococcus sp, Staphylococcus sp, Enterococcus sp, Bacilus antracis dan Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri Gram negatif seperti Enterobacteriaceae, Neisseria gonorrhoeae, Neisseria.
4 Meningitidis dan Haemophilus influenzae. Klindamisin juga sangat efektif terhadap bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium, Proponibacterium, Peptococcus, Peptostreptococcus, Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium sp.dan Bacteriodes sp.termasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013).
Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit Wajah
Staphylococcus aureus Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil. S. aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah anggur dengan diameter 0.8-1.0 µm. Bakteri ini menghasilkan katalase dan koagulase. S. aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas, kulit, saluran urinari, abses, infeksi luka, radang paru-paru dan selaput lendir lainnya (Rusmiyati et al. 2014).
Staphylococcus epidermidis Bakteri ini merupakan Gram positif, berbentuk kokus, berdiameter 0,5-1,5 µm, berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur. Koloni biasanya berwarna putih atau krem. S. epidermidis bersifat aerob fakultatif, katalase positif dan koagulase negatif. Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia, saluran pernafasan dan saluran pencernaan makanan. Staphylococcus epidermidis yang mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit, misalnya jerawat (Saptarini et al. 2008).
Propionibacterium acne Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria. Bakteri ini termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen. P. Acne berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat. Genome dari bakteri ini dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein, yang mungkin bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh). P. acnes dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al.2014).
5
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan Laboratorium Farmasi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi (KRP), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Institut Pertanian Bogor (IPB). Kegiatan dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik, cawan petri, mini tube, mikro pipet, pipet volumentrik, pipet pasteur, pinset, tabung reaksi, cotton bud steril, tabung durham, tabung effendorf, ose,kapas, object glass, bunsen, spatula, inkubator, autoklaf, dan mikroskop. Bahan yang digunakan adalah daun jawer kotok, bakteri hasil swab wajah (S. aureus, S. epidermidis, Streptococcus sp., Micrococcus sp.), antibiotik klindamisin, satu set zat pewarnaan gram, reagen katalase (larutan 3% H2O2), Brain Heart Infussion (BHI), Blood Agar (BA), Mac Conkey Agar (MCA), Manitol Salt Agar (MSA), Tyrpticase Soy Agar (TSA), Muller Hilton Agar (MHA), etanol 96%, Dimenthyl sulfoxide (DMSO), NaOH, H2SO4, FeCl3, reagen dragendorff dan reagen meyer.
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih. Sepuluh probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki. Swab kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan. Swab kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud. Swab kulit dari satu orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium. Perlakuan yang sama dilakukan pada setiap probandus.
6 Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al. (1976). Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada media BA, dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA. Bakteri yang telah dibiakan pada agar BA, diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 24 jam. Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda, kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 24 jam. Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2). Bakteri Gram Positif
Kokus
Batang
Uji katalase Pengamatan Mikroskopis Positif +Spora (Bacillus sp.) ((jjh
-Spora (non Bacillus sp.) ((jjh
Negatif
Micrococcaceae
Uji Glukosa Mikroaerofilik
Positif
Streptococcaceae
α
Negatif
β
Uji CAMP (BA)
· Staphylococcus spp. MSA
Kuning Staphylococcus aureus
Micrococcus spp.
Uji Koagulase
Merah Staphylococcus epidermidis
Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif
γ
7 Daun Jawer Kotok Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah. Bagian tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan.
Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode maserasi. Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian dibagi menjadi 4 bagian, masing-masing bagian 200 g, kemudian direndam dengan etanol 96% (perbandingan 1:10) dalam 4 tempat penampungan selama 3x24 jam, sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya. Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator. Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 18.5 g.
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang terkandung dalam suatu tanaman. Penapisan fitokimia yang sering dilakukan adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid, flavonoid, tanin, polifenol, terpenoid, steroid, dan saponin. Flavonoid diuji dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan etanol 96% lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7 tetes serta H2SO4, amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif. Uji polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3, selanjutnya akan terjadi perubahan warna menjadi hijau, biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin. Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian, keduanya ditambahkan larutan etanol 96%. Salah satu bagian ditambahkan reagen dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer. Hasil positif adanya alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan endapan putih saat ditambahkan reagen meyer. Uji terpenoid dilakukan dengan memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan etanol 96% dan ditetesi dengan H2SO4 pekat. Hasil positif terpenoid ditandai dengan terbentuknya warna merah kecoklatan.
Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA. Suspensi bakteri yang digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau 3x108 CFU/ml. Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan menggunakan cotton bud steril. Setelah digores kemudian didiamkan selama 10
8 menit. Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji. Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan : Konsentrasi 20 % (K1) : 0.2 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO Konsentrasi 40 % (K2) : 0.4 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO Konsentrasi 60 % (K3) : 0.6 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO Konsentrasi 80 % (K4) : 0.8 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO Kontrol positif (KP) : Klindamisin 1% Kontrol negatif (KN) : DMSO Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan penggaris. Analisis Data
Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan dilanjutkan dengan uji Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK
Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung metabolit sekunder berupa flavonoid, polifenol, tanin, serta terpenoid, dan negatif terhadap alkaloid. Ridwan et al. (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1).
(a) Gambar 3
(b)
(c)
(d)
(f)
Hasil uji fitokimia flavonoid (a), alkaloid dengan reagen dragendorff (b), alkaloid dengan reagen meyer (c), polifenol (d), terpenoid (e)
9 Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok Penapisan Fitokimia Flavonoid Alkaloid Meyer Dragendorff Polifenol dan Tanin Terpenoid a
Hasil + − − + +
Keterangan; +: terdeteksi, −: tidak terdeteksi.
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus sp., dan Micrococcus sp. Menurut Seta (2013) dan Razak et al. (2013) bakteri yang dapat menyebabkan jerawat adalah S. aureus, S. epidermidis dan Propionibacterium acne. P. acne tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri anaerob. Penemuan bakteri Streptococcus sp. mungkin terjadi mengingat Streptococcus sp. merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011). Micrococcus sp., dapat ditemukan pada hasil swab wajah, mengingat kemungkinan adanya pencemaran bakteri dari lingkungan, seperti air, udara dan tanah (Andy dan Taufik 2010).
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2).
K1
KN
K4
K1
KN
K4
K1
KN
K4
K1
KN
K4
K2
KP
K3
K2
KP
K3
K2
KP
K3
K2
KP
K3
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S. aureus (a), S. epidermidis (b), Streptococcus sp. (c),dan Micrococcus sp.(d)
10 Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm) Kelompok S. aureus S. epidermidis Streptococcus Micrococcus Perlakuan sp. sp. K1 K2 K3 K4 KP KN
13.80 ± 1.09 b 16.00 ± 1.22c 16.00 ± 0.70c 17.00 ± 0.70c 40.60± 0.89d 0.00 ± 0,00a
15.00 ± 0.70b 15.40 ±0.54bc 16.40 ± 1.51c 16.20 ± 1.09c 40.80 ± 0.44d 0.00 ± 0.00a
15.60 ± 1.34c 16.20 ± 1.09c 16.20 ± 1.09c 15.60 ± 0.54c 41.60 ± 0.54d 0.00 ± 0.00a
14.20 ± 1.78b 15.00 ± 2.00b 15.00 ± 2.00b 14.20 ± 1.30b 18.20 ± 0.83d 0.00 ± 0.00a
a
Keterangan : K1: konsentrasi 20%, K2: konsentrasi 40%, K3: konsentrasi 60%, K4: konsentrasi 80%, KP: kontrol positif, KN: kontrol negatif. Huruf supercript yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata P< 0.05.
Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji. Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri, sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji. DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri, serta karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al. 2012). Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan keempat konsentrasi uji pada semua bakteri. Hal tersebut membuktikan bahwa bakteri S. aureus, S. epidermidis, Streptococcus sp, dan Micrococcus sp, masih peka terhadap KP. Antibiotik klindamisin 1% digunakan sebagai KP karena klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk mengobati jerawat (Aziz 2010). Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan aminoglikosida. Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014). Antibiotik ini efektif terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob, akan tetapi kurang efektif terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013). Hasil uji pada bakteri S. aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan yang nyata (P<0.05) dengan K2, K3, dan K4. Hasil uji pada S. epidermidis memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (P<0.05) dengan K3 dan K4. Seluruh konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Hasil uji yang dilakukan terhadap S.aureus memperlihatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang terbentuk. Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak tersebut, sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S. epidermidis, Streptococcus sp, dan Micrococcus sp. diameter zona hambat yang terbentuk pada K4 mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin besar. Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang dihambat, perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar, serta konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO), sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut. Brooks et al. (2008)
11 menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu konsentrasi ekstrak, kandungan senyawa antibakteri, daya difusi ekstrak, dan jenis bakteri yang dihambat. Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati (2008) dibagi atas: sangat kuat (zona jernih > 20 mm), kuat (zona jernih 10−20 mm), sedang (zona jernih 5−10 mm) dan lemah (zona jernih < 5 mm). Kontrol positif (KP) pada bakteri uji S. aureus, S. epidermidis, Streptococcussp tergolong dalam daya hambat sangat kuat, sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp. tergolong dalam daya hambat kuat. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah kulit wajah, sedangkan Micrococcus sp. merupakan bakteri kontaminasi dari lingkungan (air, tanah, udara). Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap seluruh bakteri (K1,K2, K3, K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan daya hambat kuat, karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 13.80 ± 1.09 mm sampai 17.00 ± 0.70 mm. Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12−24 mm (Darmawi et al. 2013), sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1. K2, K3, dan K4. Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji, sehingga ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik. Adanya potensi antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada daun jawer kotok yaitu: flavonoid, tanin, polifenol, serta terpenoid. Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al. 2013). Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk. Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel, sehingga pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna. Hal ini menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al. 2013). Ngajow et al. (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri. Aktifitas antibakteri terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran luar dinding sel bakteri. Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya porin. Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi, sehingga pertumbuhan bakteri akan terhambat dan mati.
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid, polifenol dan tanin serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat. Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik, karena daya hambat bakteri pada konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80% tergolong dalam daya hambat yang kuat. S. aureus, S. epidermidis, Streptococcus sp. dan Micrococcus sp. dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri P.acne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan antibiotik yang lain. Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri.
DAFTAR PUSTAKA Agoes G. 2007. Ekstraksi Tanaman Obat. Bandung: ITB. Andy, Taufik M. 2010. Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp. pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto. Jurnal Agrisistem. 6(2): 82-87. Arundhina E. 2014. Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda cathartica L.) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan Pityrosporum ovale secara in vitro. [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Katolik Atmajaya Yogyakarta. Aziz S.2010. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih (Crinum asiatikum L.) terhadap bakteri penyebab jerawat.[skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Mikrobiologi Kedokteran. Mudihardi E, Kuntaman,Wasito EB et al, penerjemah. Jakarta (ID). Salemba Medika. Terjemahan dari: Medical Microbiology. Caesarita DP. 2011. Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100% terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma. [skripsi]. Bandung (ID): Universitas Diponegoro. Carter GR dan Cole JR. 1990. Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology and Mycology Fifth Edition. London (UK): Academi Press Limited.
13 Dalimarta S. 2000. Atlas Tumbuhan Indonesia. Jilid ke-2. Jakarta: Trubus Agriwidya. Darmawi, Manaf ZH, Putranda F. 2013. Daya hambat getah jarak cina (Jatropha multifida L.) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro. Jurnal Medika Veterinaria.7(2): 113-115. Hamdayati Y, Kusnadi, Rahadian I. 2008. Aktivitas antibakteri ekstrak daun patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam. 12(7): 1-10. Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah. Jakarta (ID). UI Press. Terjemahan dari: Basic Concepts of Analytical Chemistry. Jang SS, Biberstein EL, Hirsh DC. 1976. A Manual of Veterinary Clinical Bacteriology and Micology. Davis (US): Univ California. Kee JL, Hayes ER. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Anugerah P, penerjemah. Jakarta (ID). EGC. Terjemahan dari: Pharmacology A Nursing Process Approach. Mulyatni AS, Budiani A, Taniwiryono D. 2012. Aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah kakao (Theobroma cacao L.) terhadap Escherichia coli, Bacillus subtilis, dan Staphylococcus aureus. Jurnal Menara Perkebunan. 80(2): 7784. Ngajow M, Abidjulu J, Kamu VS. 2013. Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro. Jurnal Mipa Unsrat. 2(2) 128-132. Nugroho RA. 2013. Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide + zinc pada Acne vulgaris. [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Rahmawati F. 2008.Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun miana Coleus scutellarioides [L.] Benth. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ratnawati Y. 2007. Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus scutellarioides [L.] Benth). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Razak A, Djamal A, Revilla G. 2013. Uji daya hambat air perasan buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro .Jurnal Kesehatan Andalas. 2(1): 5-8. Ridwan Y, Darusman LK, Satrija F, Handaryani E. 2006. Kandungan kimia berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya terhadap cacing pita pada ayam. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.11(2): 1-6. Rusmiyati I, Husain DR, Alam G. 2014. Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda sirsak (Annona muricata L.) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acne. [penelitian ilmiah]. Makasar (ID): Universitas Hassanudin. Saptarini O, Perawati, Hartanto Y. 2008. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus epidermidis penyebab jerawat. Jurnal Biomedika.1(1): 1-7. Seta SA. 2013. Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan uji aktivitas terhadap
14 Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada. Syukrinawati RP. 2014. Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG periode September 2-13 Maret 2014. [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Waji RA. 2009. Flavonoid (Quercetin). [Penelitian Ilmiah]. Makasar (ID): Universitas Hasanuddin. Widiawati W, Lutfiati D. Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya. e- Journal Universitas Negeri Surabaya. 2014. 3(1). 217-225.
15 LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis 1. Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji ANOVA. 2. Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi ekstrak 20%, 40%, 60% dan 80% tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi ekstrak 20%, 40%, 60% dan 80% memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat. 3. Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F tabel, dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan terima H1. 4. Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S. aureus, S. Epidermidis, Streptococcus sp. dan Micrococcus sp. diperoleh nilai F hitung lebih besar dari F tabel (1143. 831 > 2.62), (1149. 947 > 2.62), (1122. 068 > 2.62) dan (91.144 > 2.62), maka hiptotesis yang diterima adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi ekstrak 20%, 40%, 60% dan 80% memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus, S. epidermidis, Streptococcus sp. dan Micrococcus sp. Lampiran 2.. hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan Descriptives s.aureus
ekstrak 20% ekstrak 40% ekstrak 60% ekstrak 80% kontrol positif kontrol negative Total
Std. Mean N Deviation Std. Error 5 1 1,09 ,489 3,8000 545 90 5 1 1,22 ,547 6,0000 474 72 5 1 ,707 ,316 6,0000 11 23 5 1 ,707 ,316 7,0000 11 23 5 4 ,894 ,400 0,6000 43 00 5 , ,000 ,000 0000 00 00 3 1 12,1 2,22 0 7,2333 8728 508
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound Minimum Maximum 1 1 12,0 15, 2,4398 5,1602 0 00 1 1 14,0 17, 4,4793 7,5207 0 00 1 1 15,0 17, 5,1220 6,8780 0 00 1 1 16,0 18, 6,1220 7,8780 0 00 3 4 39,0 41, 9,4894 1,7106 0 00 , , ,00 ,00 0000 0000 1 2 ,00 41, 2,6825 1,7841 00
16 ANOVA s.aureus Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 4289,367
df
Mean Square F 5 857,873
18,000
24
4307,367
29
Sig. 1143,8 31
,000
,750
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets s.aureus
a
Duncan
perlakuan kontrol negatif
N 5
ekstrak 20%
5
ekstrak 40%
5
ekstrak 60%
5
ekstrak 80%
5
kontrol positif
5
Sig.
Subset for alpha = 0.05 2 3
1 ,0000
4
13,800 0 16,000 0 16,000 0 17,000 0
1,000
1,000
,096
40,600 0 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
ONEWAY S.epidermidis BY perlakuan /STATISTICS DESCRIPTIVES /MISSING ANALYSIS /POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05). [DataSet0] Descriptives S.epidermidis
ekstrak 20% ekstrak 40% ekstrak 60% ekstrak 80% kontrol positif kontrol negatif Total
Std. Mean N Deviation Std. Error 5 1 ,70 ,31 5,0000 711 623 5 1 ,54 ,24 5,4000 772 495 5 1 1,5 ,67 6,4000 1658 823 5 1 1,0 ,48 6,2000 9545 990 5 4 ,44 ,20 0,8000 721 000 5 , ,00 ,00 0000 000 000 3 1 12, 2,2 0 7,3000 21968 3100
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound Minimum Maximum 1 1 14,0 16, 4,1220 5,8780 0 00 1 1 15,0 16, 4,7199 6,0801 0 00 1 1 15,0 18, 4,5169 8,2831 0 00 1 1 15,0 18, 4,8398 7,5602 0 00 4 4 40,0 41, 0,2447 1,3553 0 00 , , ,00 ,00 0000 0000 1 2 ,00 41, 2,7371 1,8629 00
17 ANOVA S.epidermidis Between Groups
Sum of Squares Df 4312,300
Within Groups Total
5
18,000
24
4330,300
29
Mean Square F 862,460
Sig. 1149,9 47
,000
,750
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets S.epidermidis
a
Duncan
Perlakuan kontrol negative
N 5
ekstrak 20%
5
ekstrak 40%
5
ekstrak 80%
5
ekstrak 60%
5
kontrol positif
5
Sig.
1 ,0000
Subset for alpha = 0.05 2 3 15,000 0 15,400 0
1,000
,472
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
ONEWAY S.epidermidis BY perlakuan /STATISTICS DESCRIPTIVES /MISSING ANALYSIS /POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05). [DataSet0]
4
15,400 0 16,200 0 16,400 0
,096
40,800 0 1,000
18 Descriptives Streptococcus
ekstrak 20% ekstrak 40% ekstrak 60% ekstrak 80% kontrol positif kontrol negatif Total
Std. Mean N Deviation 5 1 1,3 5,6000 4164 5 1 1,0 6,2000 9545 5 1 1,0 6,2000 9545 5 1 ,54 5,6000 772 5 4 ,54 1,6000 772 5 , ,00 0000 000 3 1 12, 0 7,5333 46715
95% Confidence Interval for Mean Std. Lower Upper Error Bound Bound Minimum Maximum , 1 1 14,00 17,00 60000 3,9341 7,2659 , 1 1 15,00 17,00 48990 4,8398 7,5602 , 1 1 15,00 17,00 48990 4,8398 7,5602 , 1 1 15,00 16,00 24495 4,9199 6,2801 , 4 4 41,00 42,00 24495 0,9199 2,2801 , , , ,00 ,00 00000 0000 0000 2 1 2 ,00 42,00 ,27618 2,8780 2,1886
ANOVA Streptococcus Between Groups
Sum of Squares df 4488,267
Within Groups Total
5
19,200
24
4507,467
29
Mean Square F 897,653
Sig. 1122,0 67
,800
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets Streptococcus
a
Duncan perlakuan kontrol negatif
N 5
ekstrak 20%
5
ekstrak 80%
5
ekstrak 40%
5
ekstrak 60%
5
kontrol positif
5
Sig.
1 ,0000
Subset for alpha = 0.05 2
3
15,600 0 15,600 0 16,200 0 16,200 0
1,000
,343
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
ONEWAY S.epidermidis BY perlakuan /STATISTICS DESCRIPTIVES /MISSING ANALYSIS /POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05). [DataSet0]
41,600 0 1,000
,000
19 Descriptives Micrococcus
Std. Std. Mean N Deviation Error 5 1 1,78 , 4,2000 885 80000 5 1 2,00 , 5,0000 000 89443 5 1 2,00 , 5,0000 000 89443 5 1 1,30 , 4,2000 384 58310 5 1 ,836 , 8,2000 66 37417 5 , ,000 , 0000 00 00000 3 1 6,12 1 0 2,7667 335 ,11797
ekstrak 20% ekstrak 40% ekstrak 60% ekstrak 80% kontrol positif kontrol negative Total
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound Minimum Maximum 11, 16, 12, 16,0 9788 4212 00 0 12, 17, 12, 17,0 5167 4833 00 0 12, 17, 12, 17,0 5167 4833 00 0 12, 15, 12, 15,0 5811 8189 00 0 17, 19, 17, 19,0 1611 2389 00 0 ,00 ,00 ,00 ,00 00 00 10, 15, ,00 19,0 4802 0532 0
ANOVA Micrococcus Between Groups Within Groups
Sum of Squares Df 1032,967 54,400
Total
5 24
1087,367
Mean Square F 206,593 2,267
Sig. 91,144
29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets Micrococcus
a
Duncan
Perlakuan kontrol negative
N 5
ekstrak 20%
5
ekstrak 80%
5
ekstrak 40%
5
ekstrak 60%
5
kontrol positif
5
Sig.
1 ,0000
Subset for alpha = 0.05 2
3
14,200 0 14,200 0 15,000 0 15,000 0
1,000
,451
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
18,200 0 1,000
,000
20
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Jakarta, tanggal 25 september 1992. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan Susana Tuminah. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Strada Bhakti Wiyata, Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo Antonius, Jakarta. Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013. Penulis juga aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014.