UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN MANGGIS KUNING (Garcania dulcis) TERHADAP BAKTERI SRIWAHYUNI MUSTAPA, Lintje Boekoesoe, Mohammad Adam Mustapa*) *)Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo
Email:
[email protected] Indonesia consists of many biodiversity. One of them used in this research is yellow mangosten leaf. It is one of the plants used as a traditional medicine by people that empirically use as medical of fungus, scabies, diarrhea, and bacterial infections.Based on phytoctemical screening test of yellow mangosten leaf, it containts of flavonoid. This research aimed at knowing the activity of ethanol extract of yellow mangosten leaf (Garcanis dulicis) on the bacteria of Staphylococcus aureus and Escherichia coli. The exstrak of yellow mangosteen leaf macerated for three times every 24 hous on the room temperature ethanol solvent. Antibacterial test used agar diffusion methon. Extrak was divided into 4 groups, 2 groups as comparator of negative control (ethanol) and positive contol (ampicilin), and for the conceration 20%, 40%, 60%, 80% showed with the average diameter 10mm, 12mm, 14mm, 20mm. there is no obstruction force on the negative control, while on positive control has average diameter obstruction 25mm. Keybord ; Yellow Mangosteen Leaf, antibacterial
1
Sri Wahyuni Mustapa. 821411079. Jurusan Farmasi. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan
Keolahragaan. Dr. Lintje Boekoesoe M.Kes, Mohammad Adam Mustapa S.,Si M.Si
PENDAHULUAN Masyarakat Indonesia mengenal dan memakai tanaman berkasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapinya. Hingga saat ini tanaman obat banyak digunakan baik dibidang kosmetik maupun obat-obatan. “Tanamaan obat masih tetap dipelajari tidak hanya karena tradisi, tetapi terutama karena nilainya dibidang farmasi. Salah satu tanaman yang sudah dikenal dalam masyarakat dan digunakan sebagai obat tradisional adalah manggis kuning (Garcania dulcis)” (Wijayakusuma, 2000). Pemanfaatanya sebagai obat tradisional, antara lain adalah sebagai antiparasit, laksan, kurap, kudis, panu, eksem, malaria, sembelit, radang kulit bertukak, sifilis, herpes, influenza dan bronchitis (Kusmardi, 2007) Tanaman manggis kuning yang termasuk dalam famili Clusiaceae juga berpotensi sebagai obat diare. Menurut Hariana “ Tanaman manggis kuning mempunyai getah daun dan buah yang dapat mengiritasi kulit jika terkena. Masyarakat lokal menggunakan daun ini sebagai obat diare. Biji yang sudah dihaluskan biasa digunakan sebagai obat anti nyeri maupun pembengkakan. Tanaman ini kaya akan kandungan kimia aktif seperti berbagai senyawa golongan alkaloid, saponin dan flavonoid “ (Hariana 2008). Menurut Stehulak “Staphyloccoccus aureus umumnya menyebabakan penyakit yang berasal dari makanan, karena bakteri ini menghasilkan racun yang dapat
menimbulkan penyakit. Enteroksin dari Staphyloccoccus aureus berfungsi pada penerima di usus yang meneruskan impuls ke pusat medulla. Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri penyakit gastroenteritis (penyakit perut)” (Stehulak 2005) Manggis kuning (Garcinia dulcis) adalah tanaman yang langka dari genus Garcinia yang berkerabat dekat dengan garcinia manggostana. Manggis kuning merupakan tanaman buah asli Indonesia yang hanya tumbuh di Jawa dan sebagian Kalimantan, meskipun tumbuhan ini juga tumbuh di Filipina dan Thailand. Manggis kuning di Jawa disebut juga rata, baros atau klendeng dalam bahasa Sunda dikenal sebagai jawura atau golodogpanto (Kardinan 2003 ). Menurut Kardinan “Tumbuhan manggis kuning (Garcinia dulcis) berupa pohon berbatang pendek dengan tinggi maksimal 13-15 meter dengan tajuk yang mengerucut ke atas. Batangnya mempunyai kulit berwarna coklat dan mempunyai semacam getah berwarna putih yang akan berubah menjadi coklat pucat saat kering. Daun manggis kuning berbentuk bundar telur sampai lonjong jorong, panjang 10 – 30 cm dan lebar 3,5 – 14 cm. Batangnya kulit berwarna coklat dan mempunyai semacam getah berwarna putih yang akan berubah menjadi coklat pucat saat kering, batang manggis kuning ditumbuhi banyak ranting berbentuk hamper persegi empat yang mudah patah dan berbulu halus, Daun berwarna hijau pucat bila muda dengan permukaan atas hijau gelap dan mengkilat. Bagian
bawah dengan ruas daun tengah yang menonjol dan keras, urat-urat daun banyak dan paralel, panjang tangkai daun sampai 2 cm. Bunga manggis kuning muncul di dekat pangkal daun berwarna kuning keputihan dan berbau harum, daging buah manggis kuning berwarna kuning dan mengandung banyak air. Rasanya manis agak asam”. (H.B. Santoso, 2013). Kandungan kimia yang terdapat pada daun manggis kuning adalah golongan alkaloid, saponin dan flavonoid (Hariana 2008). METODE PENELITIAN Alat Alat yang diperlukan untuk penelitian ini adalah alat-alat gelas, autoklaf (Fisons), blender (Philips), cakram kertas (diameter 6 mm), inkubator (Memmert), jangka sorong, jarum ose, kamera digital (Samsung), kompor Listrik, lemari pendingin (Toshiba), oven (Shell lab), penangas air, pinset, pipet mikro (Eppendorf), rotary evaporator (Haake D), timbangan digital (Kern). Bahan Bahan yang diperlukan untuk penelitian ini adalah Ekstrak daun manggis kuning (Garcania dulcis), Media Nutrient Agar (NA), Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, Aquades,etanol, kertas cakram, ampisilin. Ekstraksi Sampel Proses ekstraksi dilakukan dilaboratorium Fitokimia farmasi Universitas Negeri Gorontalo. Pada tahap ini sampel diekstraksi dengan metode maserasi yaitu dengan cara sampel Daun manggis kuning
direndam menggunakan etanol pada maserator. Sampel daun manggis kuning (Garcania dulcis) terlebih dahulu ditimbang sebanyak 200 gram, kemudian sampel direndam menggunakan pelarut etanol yang di tempatkan pada maserator, sampai serbuk terendam semua (volume etanol ± 2 L), diaduk dengan menggunakan magnetik stirer selama ± 2 jam. Setelah itu sampel didiamkan selama 1 x 24 jam dengan sesekali diaduk. Selanjutnya sampel di saring menggunakan kertas saring, Hingga di dapatkan ekstrak cair. Residu yang tertinggal ditambah lagi dengan etanol (2 L) dan diberikan perlakuan yang sama kemudian diulangi lagi. Selanjutnya semua Ekstrak cair yang didapat dikumpulkan menjadi satu untuk dievaporasi sampai agak kental. Setelah agak kental, diuapkan diatas waterbath suhu 500 C untuk mendapatkan ekstrak yang lebih pekat. Setelah di ekstrasi selama 3 x 24 jam ekstrak yang diperoleh di kumpulkan dan dihitung presentasi rendamen yaitu: Pengujian flavonoid Sampel serbuk daun manggis kuning sebanyak 200 mg diekstrak dengan 5 ml etanol dan dipanaskan selama 5 menit didalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambahkan beberapa tetes pereaksi NaOH. Apabila terbentuk warna merah bata atau kuning menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Sterilisasi Alat Alat-alat yang digunakan dalam uji aktivitas antimikroba ini,
disterilkan terlebih dahulu sebelum HASIL DAN PEMBAHASAN dipakai. Alat-alat gelas disterilkan di Ekstrak etanol daun manggis dalam oven pada suhu 170°C selama 1 kuning yang diperoleh denagn metode jam. Media disterilkan di autoklaf pada maserasi menggunakan pelarut etanol. suhu 121°C selama 15 menit. Jarum “ Pemilihan metode maserasi ose dan pinset dipijar dengan lampu didasarkan atas sampel berjenis daun Bunsen (Lay, 1994). dengan tekstur yang lunak dengan komposisi senyawa yang pada Metode uji antibakteri Metode uji antimikrobial yang umumnya rusak oleh pemanasan”. sering digunakan adalah metode difusi Metode yang digunakan pada lempeng agar. Uji ini dilakukan pada penelitian ini yaitu metode maserasi permukaan medium padat. Mikroba dilakukan selama 3x24 jam dengan ditumbuhkan pada permukaan medium sekali aduk atau sampai sampel sudah dan kertas saring yang berbentuk diekstraksi yang ditandai dengan cakram yang telah mengandung cairan penyari sudah bening. Hal ini mikroba. Kemudian diinkubasi pada sesuai dengan teori J.B. Harbone suhu 36-37°C selama 18-24 jam.). (2000) “ bahwa bila ampas saringan Selanjutnya diameter daerah hambat di pada ekstraksi ulang, sama sekali tak sekitar kertas cakram diukur dengan berwarna hijau lagi, dapat dianggap menggunakan jangka sorong. semua senyawa bobot molekul rendah Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali telah terekstraksi”. (Ditjen POM, 1995). Hasil Uji Skrining fitokimia Senyawa Pereaksi Hasil Flavonoid
NaOH
Merah bata
mengandung flavonoid setelah di Dari tabel 4.2 menunjukkan reaksikan dengan NaOH dan hasil skrining fitokimia dari daun menunjukkan warna merah bata. manggis kuning yang positif Diameter Zona Hambat Bakteri Staphilococcus aureus Diameter Zona Hambat (mm) Rata-rata No Perlakuan Replikasi Replikasi Replikasi (mm) 1 2 3 1 Kontrol Negatif (Etanol) 2 Konsentrasi 7 10 13 10 20% 3 Konsentrasi 10 12 14 12 40% 4 Konsentrasi 12 14 16 14
5 7
60% Konsentrasi 80% Kontol positif (Ampicilin)
19
20
22
20,3
23
25
27
25
(20%), 12mm (40%), 14mm (60%), Dari hasil perhitunagan persen 20,3mm(80%). Untuk kontrol negatif hambatan ekstrak terhadap bakteri tidak memiliki daya hambat , dan Staphilococcus aureus pada untuk kontrol positif daya hambat konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%. rata-rata 25mm. Menunjukan diameter rata-rata 10mm Diameter Zona Hambat Bakteri Escherchia coli Diameter Zona Hambat (mm) No 1 2 3 4 5 7
Perlakuan Kontrol Negatif (Etanol) Konsentrasi 20% Konsentrasi 40% Konsentrasi 60% Konsentrasi 80% Kontrol positif (Ampicilin)
Rata-rata (mm)
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
-
-
-
-
4
6
8
6
6
7
11
8
10
13
16
13
16
18
20
18
20
20
20
20
Dari hasil perhitunagan persen hambatan ekstrak terhadap bakteri Escherchia coli pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%. Menunjukan diameter rata-rata 6 mm (20%), 8 mm (40%), 13 mm (60%), 18 mm(80%). Untuk kontrol negatif tidak memiliki daya hambat, dan untuk kontrol positif daya hambat rata-rata 20,3 mm. Hasil diameter zona hambat pada Tabel 4.3 menunjukan ekstrak etanol daun manggis kuning pada
konsentrasi 20 % mempunyai rata – rata diameter zona hambat 10 mm yang menunjukan bahwa ekstrak etanol daun manggis kuning terhadap bakteri Staphylococcus aureus memiliki respon penghambatan lemah. Untuk ekstrak etanol daun manggis kuning pada konsentrasi 40 % menunjukan bahwa ekstrak etanol daun manggis kuning terhadap bakteri Staphylococcus aureus memiliki respon penghambatan lemah dengan rata – rata diameter zona hambat
adalah 12 mm. ekstrak etanol daun manggis kuning terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 60 % memiliki respon penghambatan lemah dengan rata – rata diameter zona hambat sebesar 14 mm. sedangkan untuk ekstrak etanol daun manggis kuning terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 80% memiliki respon penghambatan kuat dengan rata – rata diameter zona hambat sebesar 20,3 mm, dan untuk ekstrak etanol daun manggis kuning terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada kontrol positif mempunyai rata – rata diameter zona hambat sebesar 25 mm yang menunjukan bahwa ekstrak etanol daun manggis kuning terhadap bakteri Staphylococcus aureus memiliki respon penghambatan kuat. Penggunaan kontrol positif ini sebagai antibiotik (Ampicilin) sedangkan penggunaan kontrol negatif (Etanol) bertujuan untuk memastikan bahwa diameter zona hambat ekstrak yang dihasilkan bukan pengaruh dari pelarut, tetapi murni dari senyawa aktif dalam ekstrak tersebut. Hasil diameter zona hambat pada Tabel 4.3 menunjukan ekstrak etanol daun manggis kuning pada konsentrasi 20 % mempunyai rata – rata diameter zona hambat 6 mm yang menunjukan bahwa ekstrak etanol daun manggis kuning terhadap bakteri Escherchia coli memiliki respon penghambatan lemah. Untuk ekstrak etanol daun manggis kuning pada konsentrasi 40 % menunjukan bahwa ekstrak etanol daun manggis kuning terhadap bakteri Escherchia coli memiliki respon penghambatan lemah
dengan rata – rata diameter zona hambat adalah 8 mm. ekstrak etanol daun manggis kuning terhadap bakteri Escherchia coli pada konsentrasi 60 % memiliki respon penghambatan lemah dengan rata – rata diameter zona hambat sebesar 13 mm. sedangakan untuk ekstrak etanol daun manggis kuning terhadap bakteri Escherchia coli pada konsentrasi 80% memiliki respon penghambatan kuat dengan rata – rata diameter zona hambat sebesar 18 mm dan untuk ekstrak etanol daun manggis kuning terhadap bakteri Escherchia coli pada kontrol positif mempunyai rata – rata diameter zona hambat sebesar 20 mm yang menunjukan bahwa ekstrak etanol daun manggis kuning terhadap bakteri Escherchia coli memiliki respon penghambatan kuat. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan berbagai tingkat konsentrasi yaitu 20%, 40%, 60%, 80% yang bertujuan untuk mengetahui apakah kenaikan konsentrasi akan meningkatkan aktivitas antibakterinya. Pada penelitian ini menggunakan metode difusi agar yaitu larutan uji akan berdifusi dari pencadang ke permukaan media agar padat yang telah diinokulasi bakteri. Bakteri akan terhambat pertumbuhannya dengan pengamatan berupa lingkaran atau zona bening disekitar cakram. Diameter zona bening disekitar cakram yang berisi ekstrak diukur dan dibandingkan dengan diameter zona bening disekitar cakram yang berisi kontrol negatif ( Etanol) dan kontrol positif (Ampicilin). Penggunaan kontrol positif ini sebagai antibiotik sedangkan penggunaan kontrol negatif
bertujuan untuk memastikan bahwa diameter zona hambat ekstrak yang dihasilkan bukan pengaruh dari pelarut, tetapi murni dari senyawa aktif dalam ekstrak tersebut.
Kesimpulan 1.
2.
Hasil uji aktivitasbakteri menunjukan bahwa eksrak etanol daun manggis kuning (garcania dulcis) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 80 % dengan diameter daerah hambat masing-masing sebesar 20,3 mm dan 18 mm. Diameter zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak etanol daun manggis kuning dikategorikan kuat karena diameter yang dihasilkan ledih dari 20 mm pada konsentrasi 80%
DAFTAR PUSTAKA Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Universitas Indonesia: Jakarta Astarina, N. W. G., Astuti, K. W., Warditiani, N. K. 2013. Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb). Jurnal. Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Jimbaran: Bali Awert, Melnick, Mikrobiolgi
Adelberg, 2005, Kedokteran
(Medical Microbiology). Salemba Medika: Jakarta Ansari, W. H., Rahman, W., Barraclough,D.,Maynard,M.R.,S cheinmann,F.,1976. Biflavonoids and aflavanone-chromone from the leaves of Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz.Journal of the Chemical Society of Perkin Transactions I.,1458–1463. Balunas MJ and Kinghorn AD. 2005. Drug discovery fro medicinal plants. Life Science. Deachathai, S. (2005) “Phenolic Compounds from the Fruit of Garcinia dulcis” Phytochemistry, in Press Doloksaribu,R.2011.Isolasi senyawa flavonoid dari daun tumbuhan Harimonting (Rhodomyrtus tomentosa W. Ait). Skripsi pada Program Sarjana Kimia Universitas Sumatera Utara, Medan. [Accessed 21 februari 2015] Douglas L.J. 2002. Medical importance of biofilms in Candida infections. http://www. reviberoammicol. com/200219/139143.pdf.,( 27 februari 2015) Dwidjoseputro, D.(1987).Dasar-Dasar Mikrobiologi. Cetakan kesembilan. Jakarta: Djambatan.
Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. PT Citra Aditya Bakti: Bandung Erliza, N., 2006. Ekstraksi Giberalin dari Akar Eceng Gondok. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian: Bogor
Istiqomah, 2013. Perbandingan metode ekstraksi maserasi dan sokletasi terhadap kadar piperin buah cabe jawa (Piperis retrofracti fruktus) skripsi. UIN Syarif Hidyatullah : Jakarta Jalaluddin. 2012.Analisa bakteri escherichia coli di kolam Renang waterboom ulee lheue Kota banda aceh. Karya Tulis Ilmiah (online). Pemerintah aceh Akademi analis kesehatan: Banda aceh Khopkar, SM. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Saptorahardjo, penerjemah. Terjemahan dari: Basic Concept of Analytical Chemistry. UI Press: Jakarta Khopkar, SM. 2008.Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta Kumar VA, Ammani K dan Siddhardha B, (2011), In vitro aktivitas antimikroba ekstrak daun tanaman bakau tertentu dikumpulkan dari Godavari muara dari
Kusumaningtiyas, Eni. 2008. Penentuan Golongan Bercak Senyawa aktif Ekstrak n-heksan Alpinia galanga terhadap Candida albicansdengan Bioautografi dan Kromatografi Lapis Tipis journal Vol. 13. Kampus UNAND Limau Manis: Padang Madji, maksum. 2010. Buku ajar mikrobioli panduan mahasiswa farmasi dan kedokteran. EGC: Jakarta Jawetz, E. (2001). Mikrobiologi Kedokteran. Penerjemah : Eddy Mudihardi, Kuntaman, Eddy Bagus Wasito, Ni Made Mertaniasih, Setio Harsono, Kubo
A, Lunde CS, Kubo I, 1993.Antimicrobial Activity of olive oil Flavour Compound. J Agric Food Chem.
Mustapa, MA, 2010. Isolasi dan identivikasi senyawa antimikroba haera blumea mollis (D.Don) Merr dari koleksi tanaman nasional gunung merapi. Universitas Gadjah Mada. Fakultas Farmasi. Yogyakarta.