Aktivis Wanita Indonesia Peroleh Penghargaan dari PBB Ditulis oleh Mn Selasa, 09 Oktober 2012 11:22
Mataharinews.com, Manila – Seorang aktivis senior wanita Indonesia , Suraiya Kamaruzzaman, menerima penghargaan N-PEACE pada acara anugerah perdamaian yang disponsori oleh Badan PBB untuk Pembangunan (UNDP) untuk perannya membela Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di propinsi Aceh. Selasa (9/10)
Suraiya menerima penghargaan tersebut bersama lima aktivis perdamaian lainnya dari Nepal, Timor Leste, Afghanistan, Filipina dan Sri Lanka. Di Manila Selasa (9/10)
Kelima wanita aktivis tersebut, menerima penghargaan dalam sebuah acara seremonial yang dihadiri oleh Presiden Benigno S. Aquino III dari Filipina, dan pesan dukungan dari penerima Nobel Perdamaian Leymah Gbowee dari Liberia.
Delapan wanita dan satu pria menerima penghargaaan N-PEACE di Asia untuk usaha mereka yang tak kenal lelah dalam menbangun perdamaian di tengah-tengah kekacauan, suatu usaha yang kadang-kadang justru membahayakan jiwa mereka sendiri.
Mulai dari figur publik yang terkenal hingga aktivis akar-rumput, para penerima penghargaan mempunyai latar belakang yang berbeda; ada yang selamat dari serangan granat roket dan kini membantu para wanita penyandang cacat di Afghanistan, pembaharu yang mendorong peran serta wanita dalam pelbagai diskusi tentang perdamaian, advokasi hak-hak asasi manusia, dan mendorong wanita untuk berwiraswasta untuk memerangi kemiskinan. Mereka terpilih dari 100 nominasi melalui pemilihan secara online yang melibatkan 55.000 kandidat di seluruh dunia.
1/6
Aktivis Wanita Indonesia Peroleh Penghargaan dari PBB Ditulis oleh Mn Selasa, 09 Oktober 2012 11:22
Dalam siaran UNDP yang dierima Mataharinews.com menjelaskan, Para pemenang N-PEACE dipilih karena kepemimpinan dan kontribusi mereka dalam membangun perdamaian di Afghanistan, Indonesia, Nepal, Filipina, Sri Lanka dan Timor Leste.
N-PEACE-keberpihakan pada perdamaian, kesetaraan, akses, komunitas dan pemberdayaan-merupakan suatu jejaring yang beranggotakan puluhan ribu orang pencinta damai yang berkomunikasi secara online dan bertemu dalam acara tahunan untuk saling membagi pengetahuan dan keahlian dalam mempromosikan dan mempertahankan perdamaian di negara masing-masing.
Jejaring N-PEACE ini difasilitasi oleh UNDP bekerjasama dengan Search for Common Ground, Institute for Inclusive Security, dengan dukungan dari AusAID. Jejaring ini menjadi alat penghubung antara pemerintah, lembaga masyarakat dan kelompok-kelompok lain dan berkonsentrasi pada masalah wanita, perdamaian dan keamanan, dan pencegahan konflik. Para wanita juga menerima pelatihan keahlian untuk bernegosiasi, memimpin dan advokasi.
Acara ini dihadiri lebih dari 150 orang dari berbagai negara termasuk pejabat pemerintahan, para ahli PBB dalam bidang pencegahan krisis dan pembangunan keamanan, para duta besar, dan perwakilan komunitas lembaga swadaya masyarakat. Dalam acara tersebut ditunjukkan dokumentasi karya-karya setiap wanita.
Pemenang Nobel Perdamaian, Leymah Gbowee dari Liberia, menyampaikan dukungannya dalam pesan video, “N-PEACE memberi jalan untuk mengakui kepemimpinan wanita dan kekuatan mereka sebagai penggiat perdamaian. Wanita sering kali berada di garis depan pada saat konflik, tetapi mereka jarang menjadi berita. Inilah prinsip di balik penghargaan N-PEACE yaitu mengakui karya mereka yang sering tak terlihat dalam membangun perdamaian.”
“Kami banyak belajar dari wanita-wanita pemberani yang pantang menyerah menghadapi konflik. Mereka bergeming dalam mempromosikan perdamaian dan dunia menjadi lebih baik karenanya,” kata Sanny Jegillos, Koordinator Regional UNDP untuk Pencegahan dan Perbaikan Krisis.
2/6
Aktivis Wanita Indonesia Peroleh Penghargaan dari PBB Ditulis oleh Mn Selasa, 09 Oktober 2012 11:22
Para pemenang diseleksi dari enam negara anggota N-PEACE untuk kategori utama yakni Peran Penting dalam Perdamaian, suatu kategori yang mengakui kontribusi para wanita dalam memberikan resolusi dan pencegahan konflik.
Indonesia – Suraiya Kamaruzzaman adalah pendiri Bunga Aceh, sebuah lembaga swadaya masyarakat. Ia memperjuangkan hak-hak wanita Aceh selama dan setelah konflik. Ia bekerja untuk keselamatan para wanita dan memberi saran dalam hal ekonomi dan hak-hak reproduktif.
Lembaganya mengumpulkan dan mencatat data kekerasan terhadap wanita dan memberi dukungan pada korban kekerasan seksual. Sejak tsunami 2004, lembaganya mengelola Pusat Krisis Wanita. Kontribusi Suraiya dalam membela hak-hak asasi manusia dan memberdayakan wanita telah mengantarnya mendapatkan Penghargaan Yap Thiam Hien tahun 2001. Ia seorang sarjana Kimia dan seorang doktor dalam bidang hukum khususnya tentang Hak-hak Asasi Manusia (HAM).
Suraiya mengatakan bahwa penghargaan ini merupakan pengakuan terhadap perjuangan semua perempuan di masa konflik ataupun dalam menjaga perdamaian yang sering kali tidak tercatat dan tidak diakui diseluruh wilayah Indonesia.
Suraiya menambahkan, “Mereka berada di Aceh, Poso, Papua, Ambon, Jakarta dan di seluruh wilayah Indonesia. Mereka berada di grassroot, ditempat terpencil atau ditengah kota dan berada di lingkaran pengambilan keputusan, baik yang tercatat namanya atau tidak.” (**/MN)
3/6
Aktivis Wanita Indonesia Peroleh Penghargaan dari PBB Ditulis oleh Mn Selasa, 09 Oktober 2012 11:22
4/6
Aktivis Wanita Indonesia Peroleh Penghargaan dari PBB Ditulis oleh Mn Selasa, 09 Oktober 2012 11:22
5/6
Aktivis Wanita Indonesia Peroleh Penghargaan dari PBB Ditulis oleh Mn Selasa, 09 Oktober 2012 11:22
6/6