AKRONIM BAHASA JAWA DI WILAYAH SOLO Nanik Herawati* Abstrak : Penelitian ini memfokuskan pada abreviasi akronim bahasa Jawa yakni pada bentuk-bentuk akronimbahasa Jawa dan pola pembentukan akronim bahasa Jawa di Solo dan sekitarnya. Tujuan penelitian yakni mendeskripsikan bentuk-bentuk akronim bahasa Jawa di wilayah Solo dan mendeskripsikan pola pembentukan akronim di wilayah Solo. Jenis penelitian yang digunakan yakni deskriptif. Metode yang digunakan yaitu metode Agih. Alat penentu peneliti sendiri. Teknik dasarnya yakni Bagi Unsur langsung. Bentuk bentuk akronim pada warung hiks Shi Jack Solo ada beberapa dan juga dipaparkan pola pembentukan akronim bahasa Jawa di angkringkan Solo.
Kata kunci: akronim, warung, Solo PENDAHULUAN Manusia didalam berinteraksi dengan yang lain dengan menggunakan bahasa. Komunikasi kepada orang lain dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan. Berkaitan dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi perlu membicarakan masalah fungsi bahasa. M.a.k. Halliday (1976) mengemukakan tentang tujuh fungsi bahasa, yaitu: fungsi instrumental, fungsi regulasi, fungsi pemerian, fungsi interaksi, fungsi perorangan, fungsi heuristic, fungsi imaginative. Halliday dalam karyanya yang berjudul ‘Language Structure and Language Fungtion’(1987), tiga fungsi bahasa. Ketiga fungsi bahasa itu adalah : (1) fungsi ideasional, (2) fungsi interpersonal, (3) fungsi tekstual.. Fungsi pertama berhubungan dengan fungsi bahasa dalam mengemukakan gagasan dan maksud
untuk membentuk situasi kebahasaan dalam situasi pembicaraan bisa digunakan secara lisan maupun tertulis. Akronim termasuk salah satu bagian dari morfologi.. Pembentukan kata berbahasa Jawa menjadi fokus dalam penelitian ini, yakni masalah abreviasi yang menyangkut akronim. Akronim berhubungan dengan pemendekan yang arahnya merupakan gabungan huruf atau suku kata. . Para pengusaha di dalam mengembangkan bisnisnya juga tak luput dari keunikan dalam penggunaan bahasa. Hampir semua produk selalu mengiklankan hasil produksinya dengan bahasa yang indah dan menarik. Demikian pula rumah makan, cafe, warung makan, hik, angkringan juga tidak mau ketinggalan. Para pengusaha rumah makan,
tujuan. Fungsi selanjutnya yaitu yang kedua interpersonal, berkaitan dengan peranan bahasa di dalam memelihara dan membangun hubungan sosial, dalam fungsi bahasa yang kedua ini melibatkan
angkringan, warung makan dsb berlomba menarik minat pembeli dengan daftar menu yang unik.
intonasi, tekanan, sistem modalitas, serta struktur teks secara menyeluruh. Fungsi yang ketiga yakni fungsi
juga sering digunakan pembentukan kata dengan abreviasi. Di masyarakat seing dijumpai bentuk-bentuk
tekstual, yaitu berhubungan dengan peranan bahasa
kependekan seperti ASKI, ISI, UNS, ABRI, AURI.
Keunikan itu akan menggugah minat dan selera pembeli. Selain warung makan, di dunia pendidikan
* Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa, FKIP, Unwidha Klaten
32
Magistra No. 96 Th. XXIX Juni 2016 ISSN 0215-9511
Akronim Bahasa Jawa di Wilayah Solo
Kependekan-kependekan itu mempermudah dan memperlancar para pemakai bahasa dalam berkomunikasi.
menu biasa. Kalau hanya sekedar nama menu yang istimewa tanpa dibarengi dengan tampilan sajian yang unik dan cita rasa yang unik pula, maka pembeli pun
Kreatifitas para pedagang atau pengusaha untuk menaikkan omzet dagangannya sungguh luar
akan lari tidak kembali.
biasa. Berbagai cara ditempuh yakni selain tempatnya yang indah dan dibuat nyaman, juga tampilan menu yang aduhai, membikin penikmat mabuk kepayang dengan tulisan menu yang terpampang di lokasi
yang sangat menarik seperti ginastel ‘legi panas kenthel’ untuk menu wedang yang sangat digemari masyarakat Jawa. Trus di Yogya ada pemendekan nasgithel ‘panas legi kenthel’ sebenarnya antara
angkringan atau rumah makan. Daftar menu yang unik itu bisa berupa frase, kalimat atau pemendekan dari
nasgithel dengan ginasthel itu sama wujudnya hanya cara memendekkan saja yang berbeda yakni
beberapa kata, akronim dan knstraksi. Semuanya dikemas dengan sangat variatif dan menarik. Daftar menu yang unik itu diantaranya: es buto ijo, es putri salju, baso nuklir, baso Jepang, sego goreng mercon yang berupa abreviasi diantaranya: Nasgor sera kependekan dari selera rakyat, es Toyota kependekan dari es toya tawar alias es air putih, padam kependekan dari paket daging ayam.
berhubungan dengan urutan dalam menata kata untuk dipendekkan.
Daftar menu makanan di atas terbilang sangat menarik, special, dan unik sehingga membuat pembeli menjadi penasaran dan tertarik. Para pedagang berani memasang menu yang sangat unik itu sekaligus tampilannnya juga menarik. Dengan nama menu yang unik dan tampilan yang beda serta rasa yang lezat tentu saja menjadi kelengkapan yang saling mengisi dan melengkapi. Peneliti akan melakukan penelitian tentang akronim bahasa Jawa di Solo. Pemilihan akronim daftar menu makanan di warung tentu saja yang menarik yang bisa mempengaruhi pembeli supaya tertarik dengan menu tersebut. Namun pemberian nama yang unik tidaklah cukup bagi pembeli untuk menyantap menu itu. Selain daftar menu yang unik juga harus disertai dengan tampilan yang berbeda dari biasanya juga rasa menu yang tentu saja berbeda dari
Magistra No. 96 Th. XXIX Juni 2016 ISSN 0215-9511
Di Solo dan sekitarnya banyak istilah abreviasi
PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: a. Apa sajakah bentuk akronim bahasa Jawa di wilayah Solo ? b. Bagaimana pola pembentukan kata pada akronim di wilayah Solo Klaten? TUJUAN PENELITIAN a. Mendeskripsikan bentuk bentuk akronim di wilayah Solo b. Mendeskripsikan pola pembentukan kata pada akronim di wilayah Solo LANDASAN TEORI Dalam bahasa Jawa terdapat beberapa bentuk kata yang berasal dari proses pemendekan. Pemendekan atau penanggalan satu atau beberapa bagian leksem disebut abreviasi. Abreviasi mencakup singkatan, penggalan, akronim, dan konstraksi. Abreviasi termasuk bidang ilmu morfologi. PENGERTIAN MORFOLOGI Kata dan pembentukan kata merupakan masalah yang serius yang perlu diteliti dengan sungguh
33
Akronim Bahasa Jawa di Wilayah Solo
sungguh oleh para pakar bahasa. Para pemakai bahasa khusunya para pedagang warung makan
Ada beberapa bentuk pemendekan yang sudah sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia seperti
dengan mudah membentuk kata baru hasil proses abreviasi yang bisa menarik minat pembeli. Selain untuk menarik pembeli juga supaya jenis menu makanan itu serasa unik dan mudah diingat oleh
rudal ‘peluru kendali’, ASKI ‘akademi Seni Karawitan Indonesia’, ISI ‘Intitut Seni Indonesia’, pemendekanpemendekan itu sudah tidak asing lagi dan mudah
pembeli.
diterima oleh masyarakat Indonesia. Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem
Membicarakan masalah morfologi tidak bisa dilepaskan dengan kata. Kata menurut Harimurti
atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata (Kridalaksana, 1996: 159).
Kridhalaksana (1982) (1) merupakan morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap
Sudaryanto (1985: 230) menyatakan bahwa abreviasi merupakan satuan hasil penyingkatan, cara
sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. (2) satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem.
penyingkatan dengan mengambil bunyi pertama dan silabe awal unsur-unsur formal. Penyingkatan di sini maksudnya sama dengan pemendekan bisa diambil dari huruf pertama tiap kata atau bunyi pertama silabe awal sehingga masyarakat mudah mengingatnya. Masyarakat Jawa mempunyai perbendaharaan abreviasi yang lumayan banyak dan pemendekan itu biasa digunakan dalam kehidupan sehari –hari seperti di warung –warung makan atau dalam dialog seharihari.
Bentuk abreviasi bahasa Jawa itu bermacammacam, seperti singkatan, akronim, konstraksi. Bentuk abreviasi dalam bahasa Jawa muncul karena kebutuhan untuk berbahasa secara praktis, cepat, unik, dan menarik. Dalam penelitian ini penyusun akan menginventarisasi proses morfologis mengenai pemendekan yang terdapat pada daftar menu makanan di warung makan Klaten. Penelitian ini lebih menekankan pada fakta prakmatis yang digunakan dalam menyusun daftar menu makanan di Klaten. ABREVIASI BAHASA JAWA Abreviasi meliputi: pemenggalan, kontraksi, akronimi, dan penyingkatan. Kridhalaksana (1996:12) menyatakan persitiwa morfologis terjadi dari input yaitu leksem dan salah satu proses (derivasi, afiksasi, reduplikasi, abreviasi, komposisi, derivasi balik, metanalisis) serta outputnya berupa kata. Dari pendapat Kridhalaksana itu tampak bahwa proses morfologis meliputi proses afiksasi, reduplikasi, kompoisis, dan derivasi atau pemendekan.
34
Berbagai alassan adanya abreviasi tentu saja selain agar menarik, unik, tentu juga memperhatikan kemiripan dengan aslinya dalam bunyi, misalkan warteg ‘warung tegal’, warkop ‘warung kopi’, maratuwa ‘mara-mara ngaku tua’, kuping ‘kaku njepiping’ joglo semar ‘Jogya Solo Semarang’, jarkono ‘biso ujar ora iso nglakoni’, sedangkan yang berhubungan dengan warung makan misalkan: USG ‘Unit sego goreng’, berbakti ‘berisi bakso ati’, tasuba ‘tahu susu bakso’, migo ‘bakmi goreng’. Semua bentuk pemendekan itu bertujuan untuk menarik perhatian, untuk menyederhanakan frase atau kalimat, untuk menimbulkan sensasi tertentu, untuk lebih praktis dan cepat dalam berbahasa.
Magistra No. 96 Th. XXIX Juni 2016 ISSN 0215-9511
Akronim Bahasa Jawa di Wilayah Solo
Ada beberapa bentuk abreviasi dalam bahasa Jawa yaitu : singkatan, akronim, dan kontraksi. Terjadinya bentuk abreviasi itu karena beberapa alasan diantaranya bagi para pedagang agar lebih menarik dan unik. Bagi para narator atau pembicara abreviasi bertujuan agar lebi praktis, singkat, dan cepat. Bagi penulis juga agar lebih cepat dan praktis. Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia (1996: 162), misalkan: FKIP /efkip/, ABRI /abri/. Kebutuhan akan kata-kata kependekan atau abreviasi paling terasa dibidang teknis, angkatan bersenjata, cabang-cabang ilmu, bidang kesehatan, para penjual jasa, penjual warung makan dsb. Jenisjenis kependekan ada bermacam macam antara lain: singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, lambang huruf yang menggambarkan konsep dasar kuantitas. AKRONIM KBBI (1994: 18) menyatakan akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Menurut Kridalaksana (1986: 162) menyatakan akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia. Beberapa contoh bentuk akronim yaitu AURI, ABRI, AMOI. METODE PENELITIAN Metode penelitian meliputi jenis penelitian, data dan sumber data, alat penelitian, populsi, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik
Penelitian ini memaparkan
jenis jenis
pemendekan atau abreviasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yang memaparkan masalah jenis-jenis pemendekan dan pola pemendekan yang ada di wilayah Solo dan Klaten. Pengumpulan data yang digunakan alam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif dilaksanakan semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada, sehingga yang dihasilkan berupa perian bahasa seperti apa adanya (Sudaryanto, 1992:62). DATA DAN SUMBER DATA Data Menurut Sudaryanto (1993: 5) data adalah fenomena lingual khusus yang mengandung dan berkaitan langsung dengan masalah yang dimaksud. Data penelitian imi berupa pemendekan dan singkatan yang terdapat di warung makan, di dunia pendidikan, dan percakapan sehari-hari di wilayah Solo dan Klaten Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Adapun yang dimaksud dengan data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumbernya yakni daftar pemendekan dan singkatan di warungmakan dan di angkringan, di wilayah Solo. Sedangkan data sekundernya peristiwa percakapan sehari hari di lingkungan masyarakat Solo yang menyangkut makasan menu masakan. POPULASI DAN SAMPEL Populasi Penelitian kualitatif cenderung menggunakan teknik cuplikan yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan keingin tahuan yang digunakan peneliti. Cupilkan yang digunakan bersifat purposive
penyajian hasil analisis
Magistra No. 96 Th. XXIX Juni 2016 ISSN 0215-9511
35
Akronim Bahasa Jawa di Wilayah Solo
sampling. Warung makan, Angkringan, Hik yang menjamur di wilayah Solo. Sampel
mengambil sampel untuk menganalisis baik dalam proses jenis jenis abreviasai dan pola pembentukan abreviasi. TEKNIK PENGUMPULAN DATA (1992: 52) teknik
pengumpulan data yaitu cara yang spesifik dalam memecahkan masalah yang ditemui dalam melaksanakan prosedur. Dengan demikian yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data yang akan diteliti. Pengumpulan Data dalam penelitian ini adalah: 1. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mendaftar dan mendokumentasikan daftar menu menu makanan dan minuman di warung makan dan Hik di Solo. 2. Teknik Wawancara Pengumpulan data dengan teknik wawancara yakni dengan mewawancarai informan dalam hal ini pemilik angkringan dan pemilik warung makan a. Teknik Simak Pengumpulan data dengan cara menyimak hal-hal yang berkaitan dengan abreviasi yang dilakukan oleh informan. b. Teknik Catat Pengumpulan data dengan teknik catat dengan menggunakan alat tulis dan dengan handphone. Teknik mencatat dilakukan dengan mencatat nama-nama menu makanan dan
36
angkringan. 3. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini diambil 2 Sampel, yaitu (1) di Hik Si Jack Solo, (2) di Nasgor Solo. Penulis hanya
Menurut Waluya
minuman yang terdapat di warung makan dan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Agih. Metode Agih yaitu metode analisis data yang alat penentunya bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 15). Teknik dasar metode agih disebut Bagi Unsur Langsung (BUL)., disebut demikian karena ada yang digunakan pada awal kerja analisis adalah membagi saatuan lingual datanya menjadi beberapa unsur. Unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud. Teknik lanjut yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik lesap dan teknik ganti. Teknik lesap yaitu dengan melesapkan, menghilangkan, mengurangi, dan menghapuskan unsur satuan lingual yang bersangkutan. Berikut beberapa contoh analisis data: a. Nasgor sera: nasi goreng selera rakyat Nasi: nas Goreng: gor Selera: se Rakyat: ra
Pada data di atas nasgor sera merupakan kependekan dari nasi goreng selera rakyat data tersebut merupakan salah satu jenis abreviasi yakni memadukan bebarapa suku kata. Kata nasi diambil nas huruf I dilesapkan, goring diambil gor huruf eng dihilangkan, selera diambil se suku kata lera dihilangkan, rakyat diambil ra huruf kyat dihilangkan.
Magistra No. 96 Th. XXIX Juni 2016 ISSN 0215-9511
Akronim Bahasa Jawa di Wilayah Solo
b. Nasgor isin: nasi goreng ikan asin Nasi: nas Goreng: gor Ikan : i Asin : Sin Pada data di atas nasgor isin merupakan kependekan dari nasi goring ikan asin. data tersebut merupakan salah satu jenis abreviasi akronim yakni memadukan bebarapa suku kata. Kata nasi diambil nas huruf I dilesapkan, goring diambil gor huruf eng dihilangkan, ikan diambil vocal i suku kata kan dilesapkan, asin diambil sin vocal a dilesapkan. 4. Metode Penyajian Analisis Data Setelah dianalisis maka lahirlah kaidahkaidah, penyajian kaidah ada dua macam yaitu metode yang bersifat informal dan formal. Metode kaidah informal adalah perumusan dengan kata kata biasa. Sedangkan metode penyajian formal adalah perumusan dengan tanda-tanda atau lambang-lambang. Tanda atau lambang yang dimaksud adalah tanda panah à, tanda kurung biasa ( ), tanda lesap (0). Menurut Sudaryanto (1993:145) teknik informal adalah perumusan dengan katakata walaupun dengan terminology yang sifatnya teknis. Analisis yang menggunakan teknik informal
Bentuk-bentuk akronim di wilayah Solo Akronim di wilayah Solo Klaten banyak ditemui di dalam percakapan sehari hari. Lebih-lebih di warung, sangat banyak pembentukan kata dengan akronim untuk menarik pembeli. Akronim di warung menggunakan kata yang unik dan menarik sehingga menarik mpembeli. Jenis abreviasi bahasa Jawa di antaranya: singkatan, akronim, dan konstraksi. Akronim di warung Solo. Warung Solo, merupakan salah satu pioneer susu murni di Kota Bengawan alias di kota Solo. Adapun beberapa abreviasi di warung Solo diantaranya: Adapun beberapa abreviasi di warung Solo diantaranya: (1) Rabana ( roti bakar nanas) (2) Sumur (susu murni) (3) Ginasthel (legi panas kenthel) (4) Midhog (mi godhog) (5) Mireng (mi goring) (6) Tikar (roti bakar) (7) Burjo (bubur kacang ijo) Pola Pembentukan Kata pada Akronim di Wilayah Solo
sangat mudah dipahami oleh pembaca karena
Pembentukan kata pada akronim bahasa Jawa ada polanya yang sistematik dan sifatnya teratur. Pola pembentukan abreviasi akronim bisa berupa: pengekalan suku pertama dari tiap komponen,
menggunakan kata-kata yang sederhana.
pengekalan suku pertama komponen pertama dan
PEMBAHASAN Pada Bab ini akan dibahas tentang dua permasalahan yang pertama tentang Jenis Jenis Abreviasi di Wilayah Solo Klaten dan yang kedua tentang pola pembentukan kata abreviasi di wilayah
pengekalan kata seutuhnya, pengekalan huruf pertama tiap komponen, pengekalan dua huruf pertama tiap komponen. Pola bentuk abreviasi penggalan bisa berupa: penggalan suku pertama dari suatu kata: dokter (dok), suster (Sus), pengekalan suku terakhir: bapak (pak), legi panas kenthel (ginasthel)
Solo Klaten
Magistra No. 96 Th. XXIX Juni 2016 ISSN 0215-9511
37
Akronim Bahasa Jawa di Wilayah Solo
a. Pola Pembentukan Akronim Kridhalaksana (1996) akronim apabila seluruh kependekan itu dilafalkan sebagai kata wajar. Dapat dikatakan bahwa akronim itu merupakan proses pemendekan dari beberapa suku kata. Pola pembentukan akr onim berdasarkan data yang ada sifatnya sistematik,
dilafalkan dan merupakan gabungan dari beberapa suku kata. Pelafalan sumur yakni /su mUr/. Sumur dapat diuaraikan sebagai berikut: Sumur : susu murni Susu
Murni : mur
seperti berikut ini. b. Pengekalan Suku Pertama Tiap Komponen (1) Robana: roti bakar nanas) Robana merupakan kependekan dari tiga kata yakni: roti, bakar, dan nanas. Data tersebut dapat dikelompokkan ke dalam abreviasi akronim karena robana bisa dilafalkan dan merupakan gabungan dari beberapa suku kata. Pelafalan robana yakni / ro ba na/. Robana dapat diuaraikan sebagai berikut: Robana : roti bakar nanas Roti
: ro
Bakar : ba Nanas : na Pola pembentukan robana sebagai berikut kata roti diambil suku pertama ro, kata bakar diambil suku pertama ba, dan kata nanas diambil suku pertama na. dari pola pembentukan itu diperoleh kata robana. Kata robana di telinga masyarakat Indonesia tidak asing lagi karena mirip dengan salah satu doa agama Islam.
Pola pembentukan sumur sebagai berikut kata susu diambil suku pertama su, kata murni diambil suku pertama mur. Dari pola pembentukan itu diperoleh kata sumur. Kata sumur di telinga masyar akat Indonesia tidak asing lagi karena hamper setiap rumah mempunyai sumur untuk keperluan mengambil air sehari hari. c. Pengekalan Suku Akhir Tiap Komponen (3) ginasthel (legi panas kenthel) Ginasthel merupakan kependekan dari tiga kata yakni: legi, panas, dan kenthel. Data tersebut dapat dikelompokkan ke dalam abreviasi akronim karena ginasthel bisa dilafalkan dan merupakan gabungan dari beberapa suku kata. Pelafalan ginasthel yakni / gin as Tel/. Sumur dapat diuaraikan sebagai berikut: Ginasthel: legi panas kenthel legi
: gi
panas
: nas
kenthel : thel
Sumur merupakan kependekan dari
Pola pembentukan ginasthel sebagai berikut kata legi diambil suku akhir gi, kata panas diambil suku akhir nas, dan kata
dua kata yakni: susu dan murni. Data
kenthel diambil suku akhir thel. Dari pola
tersebut dapat dikelompokkan ke dalam abreviasi akronim karena sumur bisa
pembentukan itu diperoleh kata ginasthel.
(2) Sumur (susu murni)
38
: su
Magistra No. 96 Th. XXIX Juni 2016 ISSN 0215-9511
Akronim Bahasa Jawa di Wilayah Solo
Kata ginasthel di telinga masyarakat Solo dan Klaten tidak asing lagi karena hampir
mireng bakmi
: bakmi goreng : mi
setiap orang pernah membuat dan merasakan kelezatan minuman ginasthel. Masyarakat Yogya mengenalnya dengan istilah nasgithel.
goring
: reng
(4) Midhog (mi godhog) Midhog merupakan kependekan dari dua kata yakni: bakmi dan godhog . Data tersebut dapat dikelompokkan ke dalam abreviasi akronim karena sumur bisa dilafalkan dan merupakan gabungan dari beberapa suku kata. Pelafalan midhog yakni / mi DOg/. Midhog dapat diuaraikan sebagai berikut: Midhog
: bakmi godhog
bakmi
: mi
godhog
: dhog
Pola pembentukan midhog sebagai berikut kata bakmi diambil suku akhir mi, kata godhog diambil suku akhir dhog. Dari pola pembentukan itu diperoleh kata midhog. Kata midhog di telinga masyarakat Solo Klaten tidak asing lagi karena merupakan menu khas yang segar dan menghangatkan. (5) Mireng (mi goreng) Miring merupakan kependekan dari dua kata yakni: bakmi dan goreng . Data tersebut dapat dikelompokkan ke dalam abreviasi akronim karena mireng bisa dilafalkan dan merupakan gabungan dari beberapa suku kata. Pelafalan mireng yakni / mi rEn/. Mireng dapat diuaraikan sebagai berikut:
Magistra No. 96 Th. XXIX Juni 2016 ISSN 0215-9511
Pola pembentukan mireng sebagai berikut kata bakmi diambil suku akhir mi, kata goring diambil suku akhir reng. Dari pola pembentukan itu diperoleh kata mireng. Kata mireng di telinga masyarakat Solo Klaten tidak asing lagi karena merupakan menu khas yang segar dan menghangatkan. (6) Tikar (roti bakar) Tikar merupakan kependekan dari dua kata yakni: roti dan bakar. Data tersebut dapat dikelompokkan ke dalam abreviasi akronim karena tikar bisa dilafalkan dan merupakan gabungan dari beberapa suku kata. Pelafalan tikar yakni / ti kar/. Tikar dapat diuaraikan sebagai berikut: Tikar : Roti Bakar Roti
: ro
Bakar
: bakar
Pola pembentukan tikar sebagai berikut kata roti diambil suku akhir ti, kata bakar diambil suku akhir kar. Dari pola pembentukan itu diperoleh kata tikar. Kata tikar di telinga masyarakat Solo Klaten tidak asing lagi karena merupakan alas untuk tidur atau untuk duduk. d. Pengekalan Suku Akhir Tiap Komponen dan Penghilangan Kata (7) Burjo : Bubur kacang ijo Burjo merupakan kependekan dari tiga kata yakni: bubur, kacang, dan ijo.
39
Akronim Bahasa Jawa di Wilayah Solo
Data tersebut dapat dikelompokkan ke dalam abreviasi akronim karena burjo bisa
pola- pola tertentu yaitu adanya pengekalan huruf pertama tiap komponen, pengekalan huruf pertama
dilafalkan dan merupakan gabungan dari beberapa suku kata. Pelafalan burjo yakni / bOr jo/. Burjo dapat diuaraikan sebagai berikut:
dengan pelesapan konjungsi, preposisi, reduplikasi, pengekalan huruf pertama dengan bilangan, pengekalan dua huruf pertama dari kata, pengekalan huruf pertama dan ketiga. Pola pembentukan abreviasi
Burjo
: bubur kacang ijo
Bubur
: bur
akronim dan kontraksi bisa berupa: pengekalan suku pertama dari tiap komponen, pengekalan suku pertama komponen pertama dan pengekalan kata seutuhnya, pengekalan huruf pertama tiap komponen,
Kacang : zero Ijo
: jo Pola pembentukan burjo sebagai
berikut kata bubur diambil suku akhir bur, kata kacang dihilangkan, kata ijo diambil suku akhir jo. Dari pola pembentukan itu diperoleh kata burjo. Kata burjo di telinga masyarakat Solo Klaten tidak asing lagi karena merupakan menu khas yang segar dan menghangatkan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Nama menu makanan di Solo Klaten khususnya di Angkringan Sie Jack Solo dan Nasgor Klaten Klaten terdapat abreviasi yang berupa singkatan, akronim, dan konstraksi. Harapan dari para pedagang atau pemilik angkringan adallah dengan pemendekan kata itu diharapkan dapat menarik minat pembeli. Berdasarkan penelitian dari angkringan di Solo dan Klaten dapat disimpulkan seperti berikut ini. Jenis-jenis abreviasi pada warung angkringan Shi Jack, Warung Nasgor Solo dan Percakapan
pengekalan dua huruf pertama tiap komponen. Pola bentuk abreviasi penggalan bisa berupa: penggalan suku pertama dari suatu kata: dokter (dok), suster (Sus), pengekalan suku terakhir: bapak (pak), legi panas kenthel (ginasthel) Para pedagang warung angkringan di dalam membuat abreviasi baik yang berupa singkatan, akronim, maupun kontraksi untuk menarik pembeli banyak yang mengaitkan dengan nama-nama yang heroik seperti Suparman, Superboy, dan ada pula yang berupa nama –nama Jawa seperti Yamti, Pakmur. Saran Abreviasi bahasa Jawa banyak jenis dan ragamnya. Para pedagang didalam pembentukan katakata abreviasi sangat variatif dan produktif. Karena tujuan utama abreviasi tersebut untuk membentuk kata kata baru yang berupa singkatan, akronim, dan konstraksi untuk menarik perhatian pembeli. Sebaiknya dalam pembentuk abreviasi tersebut dihindari katakata yang kurang mendidik dan memperhatikan kesantunan berbahasa.
Masyarakat Solo tentang Makanan dan Minuman berupa akronim. Pembentukan kata pada abreviasi bahasa Jawa ada polanya yang sistematik dan sifatnya teratur. Pola pembentukan abreviasi yang berupa singkatan ada
40
Magistra No. 96 Th. XXIX Juni 2016 ISSN 0215-9511
Akronim Bahasa Jawa di Wilayah Solo
DAFTAR PUSTAKA Husain, Rajak. 1994. Kamus Resmi Singkatan dan Akronim : Bahasa Indonesia yang terlengkapdisertai seluruh tanda dan lambing disiplin ilmu. Solo: C.V. Aneka. Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Subroto. 2012. Pemerian Morfologi Bahasa Indonesia: Berdasarkan Perspektif Derivasi dan Infleksi Proses Afiksasi. Surakarta: Cakrawala Media.
Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa, Pengantar Penelitian
dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Wahana Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press
Parera, Jos Daniel. 1994. Morfologi Bahasa. Jakarta: Penerbitan PT Gramedia
Sumar lam. 1989. Morfologi Bahasa Jawa.
Pustaka Utama.
Verhaar, J.W.M. 2009. Asas-asas Linguistik Umum:Gadjah Mada University Press
Ramlan, M. 1987. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: V.V. Karyono Rohmadi, Muhammad, dkk. Morfologi: Telaah Kata dan Kata . Surakarta: Yuma Pustaka.
Magistra No. 96 Th. XXIX Juni 2016 ISSN 0215-9511
Surakarta:Sebelas Maret University Press
Wedhawati, dkk. 2006. Tata Basa Jawa Mutakhir. Yogyakarta: Kanisius.
41