Akad-Akad Perbankan Syariah ... Putri Apria Ningsih, S.E.I., M.A.
AKAD-AKAD PERBANKAN SYARIAH; PERTUKARAN DAN PERCAMPURAN Putri Apria Ningsih, SE.I., MA Dosen Tetap Ekonomi Syariah Fakultas Ilmu Agama Islam UNISI-INHIIL Abstrak Akad merupakan hal sangat urgen dalam transaksi syariah, apalagi di bank syariah yang digadang-gadangkan sebagai pilar perkembangan investasi syariah. Berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diharapkan akad terbagi kedalam dua kelompok besar. Pertama natural certainty contracts yang memberikan kepastian pembayaran baik dari segi jumlah maupun waktu yang dapat diterangkan dalam sebuah teori umum yang diberi nama teori pertukaran. Sedangkan yang kedua natural uncertainty contracts memberikan kepastian pendapatan (return) baik dari segi jumlah maupun waktu, yang dapat diterangkan dengan teori percampuran.
Key words: Akad syariah, Pertukaran dan Percampuran
A. Pendahuluan Akad yang dalam pengertian bahasa Indonesia disebut kontrak, merupakan konsekuensi logis dari hubungan sosial dalam kehidupan manusia. Hubungan ini merupakah fitrah yang sudah ditakdirkan oleh Allah ketika Ia menciptakan makhluk yang bernama manusia. Karena itu ia merupakan kebutuhan sosial sejak manusia mulai mengenal arti hak milik. Islam sebagai agama yang komprehensif dan universal memberikan aturan yang cukup jelas dalam akad untuk dapat diimplementasikan dalam setiap masa. Perbankan syariah merupakan wadah yang menampung transaksi akad yang berkembang dimasyarakat itu. Salah satu cara terbaik untuk memahami perbankan syariah adalah memperoleh pemahaman tentang akad-akad yang ada. Pengetahuan tentang hal itu dapat kita peroleh salah satunya dalam tulisan ini. Akad dalam perbankan syariah merupakan dimensi yang urgen, dan dapat menentukan apakah bank tersebut murni menerapkan prinsip syariah atau tidak, sebagaimana yang tertuang dalam SK Direksi BI No.32/34/KEP/dir TGL. 12 Mei 1999. Untuk itu
59
jelaslah sebagai akademisi yang konsen pada ekonomi Islam perlu kiranya untuk memperdalam hal ini. Namun, tidak semua yang berkaitan dengan akad ter-cover dalam tulisan ini. Penulis hanya memperdalam tentang jenis-jenis akad yang ditinjau dari pertukaran dan percampuran yang dengan judul “Akad-akad Perbankan Syariah: Pertukaran dan Percampuran”.
B. Pembahasan 1. Konsep Akad Mufassir mengatakan bahwa yang dmaksud akad dalam Islam adalah meliputi seluruh perkara yang diharuskan oleh Allah kepada hamba-hambaNya dan yang Dia ikatkan kepada mereka berbagai beban dan hukum-hukum agama.1 Sehingga perkara apa saja yang diakadkan wajib dipenuhi. Akad yang dilakukan pada bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad berdasarkan hukum Islam.2 Sedangkan akad pada bank konvensional hanya memiliki konsekuensi duniawi saja. Apabila nasabah bank konvensional melanggar kontrak yang telah dilakukan maka hukumannya hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi bila nasabah bank syariah melanggar akad maka ia bertanggung jawab di dunia dan akhirat. Setiap akad dalam perbankan syariah harus memenuhi ketentuan akad, yakni rukun dan syarat. Rukun akad ada tiga, yakni; pelaku akad, objek akad, dan shighat atau pernyataan pelaku akad berupa ijab dan kabul.3 Sedangkan syarat ada ada empat jenis yaitu; 1) syarat in’iqãd (berlakunya akad), 2) Syarat shihãh (sahnya akad), 3) Syarat nafãdz (realisasi akad), 4) Syarat luzûm (terjadinya akad). Syarat in’iqãd ada yang umum dan khusus. Syarat umum harus selalu ada pada setiap akad, seperti syarat yang harus ada pada pelaku akad, objek akad dan shigah akad, akad pada sesuatu yang dihalalkan syara’, dan akad pada sesuatu yang bermanfaat. Sementara itu, syarat 1 Yusuf As-Sabatin.Bisnis Islami dan Kritik atas bisnis kapitalis.(Bogor: Al Ahzar Press, 2009), hal 36 2 Alauddin Za’tari, al-masharif al-Islamiyah wa madza yajibu an yu’rafu ‘anha, (Damaskus: Dar Ghar Hira, 2006), hal. 21 3 Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islamy wa adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), Jil. IV, hal. 92
60
Jurnal Syariah Vol. 2, No. 1, April 2014
khusus merupakan sesuatu yang harus ada pada akad-akad tertentu, seperti syarat minimal dua saksi pada akad nikah. Syarat shihãh, yaitu syarat yang diperlukan secara syariah agar akad berpengaruh, seperti dalam akad perdagangan harus bersih dari cacat. Seperti nafãdz ada dua, yaitu kepemilikan dan wilayah. Syarat luzûm, yaitu bahwa akad harus dilaksanakannya apabila tidak ada cacat.4 2. Akad Pada Bank Syariah Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip Syariah.5 Sehingga bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil), dan penggunaan uang sebagai alat tukar Aplikasi akad dan wa’ad dalam perbankan syariah berbeda. Wa’ad adalah janji (promise) antara satu pihak dengan pihak lainnya, sementara akad adalah kontrak antara dua belah pihak. Wa’ad hanya mengikat satu pihak, yakni pihak yang memberi janji berkewajiban untuk melaksanakan kewajibannya. Sedangkan pihak yang diberi janji tidak memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak lainya.6 Bila pihak yang berjanji tidak memenuhi janjinya, maka sanksi yang diterimanya adalah lebih merupakan sanksi moral. Di lain pihak, akad mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yakni masing-masing pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati terlebih dahulu.7 Dalam akad, bila salah satu atau kedua belah pihak yang terkait dalam kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibanya,maka ia atau mereka menerima sanksi seperti yang sudah disepakati dalam akad. 4 Ibid, hal. 224-231 5 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah, (Jakarta: Rajawali Press, 2007), hal. 30 6 Akad-akad dalam perbankan syariah. Diunduh dari www.badilag.net 7 Adiwarman Karim.Bank Islam Analisis Figh dan Keuangan.( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal.65
Akad-Akad Perbankan Syariah ... Putri Apria Ningsih, S.E.I., M.A.
61
Berdasarkan tingkat kepastian dari hasil diperolehnya, k ontrak/ akad dapat dibagi kedalam dua kelompok besar, yaitu8: a) Natural Certainty Contracts (NCC) Adalah kontrak /akad dalam bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing)- nya. Dalam kontrak jenis ini pihak-pihak yang bertransaksi saling mempertukarkan assetnya (baik real asset maupun financial asset). Jadi masing-masing pihak tetap berdiri sendiri (tidak saling bercampur membentuk usaha baru), sehingga tidak ada pertanggungan risiko bersama. Kontrak-kontrak natural certainty ini dapat diterangkan dengan sebuah teori umum yang diberi nama teori pertukaran (the theory exchange). Transaksi di perbankan syariah yang termasuk kedalam kategori ini adalah kontrak-kontrak jual beli, upah–mengupah, sewa-menyewa. Secara spesifiknya adalah; a) Al-bai’ adalah bertransaksi saling mempertukarkan asset baik real asset maupun financial asset, jadi masing-masing pihak saling berdiri sendiri. b) Salam adalah jual beli dimana uang diserahkan sekaligus dimuka sedangkan barangnya diserahkan diakhir periode pembiayaan. c) Istishna’ adalah akad salam yang pembayaran atas barangnya dilakukan secara cicilan selama periode pembiayaan. d) Ijarah adalah memberi penyewa kesempatan untuk mengambil pemanfaatan dari barang sewaan untuk jangka waktu tertentu dengan membayar upah.9 e) Ijarah muntahia bittamlik (IMBT) adalah jual beli tangguh dimana menjual sesuatu dengan disegerakan penyerahan barang yang dijual kepada pembeli dan ditagguhkan pembayaranya.10 b) Natural Uncertainty Contracts (NUC) NUC adalah akad/kontrak dalam bisnis yang tidak mem8 Ibid. hal.51 9 Hulwati. Ekonomi Islam: Teori dan Prakteknya dalam Perdangan Obigasi Syariah di Pasar Modal Malaysia Dan Indonesia.(Jakarta: Ciputat Press Group, 2009), hal 113. 10 Ibid. hal 88.
62
Jurnal Syariah Vol. 2, No. 1, April 2014 berikan kepastian pendapatan (return), baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing)- nya. Yang termasuk akad jenis ini adalah akad-akad investasi yang tidak menawarkan return tetap dan pasti. NUC ini dapat diterangkan pula dalam sebuah teori percampuran (the theory of venture). Yang termasuk kedalam kontrak ini adalah kontrak-kontrak investasi. Contoh-contohnya ; 1.Musyarakah (wujuh, inan, abdan, muwafadah, mudharabah). 2. Muzara’ah, 3. Musaqah, 4. Mukhabarah.11 Dalam makalah ini kedua teori umum ini yang akan dibahas secara komprehensif.
3. Teori Pertukaran Pengertian dari pertukaran (al-bai’) ialah mempertukarkan suatu (harta benda) untuk tujuan kepemilikan. Dalam kehidupan modern, pertukaran barang sering dilakukan dengan cara jual beli melalui perantaraan uang sebagai alat tukar (medium of change). Dengan cara pertukaran, hasil terjadinya akad dapat diketahui secara langsung baik dari segi objek maupun waktu penyerahan.12 Teori pertukaran dibagi dari dua pilar yaitu: a. Objek Pertukaran Fiqh membedakan dua jenis objek pertukaran, yaitu: 1) ‘ayn (real assets) berupa barang dan jasa 2) Dayn, istilah dayn secara bahasa utang. Namun secara fiqh, dayn selain utang dapat diartikan sebagai asset financial. Objek pertukaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pertama dayn berupa uang; dan kedua dayn berupa surat berharga. Perbedaan antara uang dengan surat berharga terdapat pada jangkauan fungsinya. Kalau uang dinyatakan sebagai alat tukar resmi oleh pemerintah sehingga berlaku secar umum. Sedangkan keberadaan surat berharga hanya terbatas pada kalangan tertentu saja yang menggunakannya. b. Waktu Pertukaran Fiqh membedakan dua waktu pertukaran, yaitu: 1) Naqdan (Immediate delivery) yang berarti penyerahan saat itu 11 Adiwarman Karim. Op cit. hal 75. 12 Maulana Malik Ibrahim. Perikatan Syariah. Diunduh dari http://Islamicbusinesslaw.08 blog’spot.
Akad-Akad Perbankan Syariah ... Putri Apria Ningsih, S.E.I., M.A.
63
juga 2) Ghairu Naqdan (Deferred delivery) yang berarti penyerahan kemudian. Secara garis besar ada dua jenis asset yang dapat digunakan sebagai sarana investasi yaitu13: a). Real asset yaitu investasi yang dilakukan dalam asset-asset yang berwujud nyata seperti: emas, real estate dan karya seni. b). Financial asset yaitu investasi yang dilakukan pada sektor-sektor financial, seperti: deposito, saham, obligasi, reksadana. Berinvestasi di financial asset bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu langsung dan tidak langsung. Langsung artinya investor membeli asset-asset keuangan perusahaan, tidak langsung membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio asset-asset ke uangan dari perusahaan lain . Dari segi objek pertukaran, dapat diidentifikasi tiga jenis pertukaran,yaitu14: a) Pertukaran Real Assets (‘ayn) dengan real assets (‘ayn) Bila jenisnya berbeda (misalnya upah tenaga kerja yang dibayar dengan sejumlah beras) maka tidak ada masalah atau dibolehkan. Namun bila jenisnya sama, fiqih membedakan antara real assets yang secara kasat mata tidak dapat dibedakan mutunya. Contoh, pertukaran kuda dengan kuda diperbolehkan karena secara kasat mata dapat dibedakan mutunya. Satu-satunya kondisi yang membolehkan pertukaran antara sejenis dan secara kasat mata tidak dapat dibedakan mutunya adalah15: • Sawa-an bi sawa-in (sama jumlahnya) • Mitslan bi mistlin (sama mutunya) • Yadan bi yadin (sama waktu penyerahanya)
13 Ibid 14 Adiwarman Karim. Op cit. hal 61 15 Ibid. hal 54.
) ( المقرض
64
) ( رأس المال
Jurnal Syariah Vol. 2, No. 1, April 2014
Akad-Akad Perbankan Syariah ... Putri Apria Ningsih, S.E.I., M.A.
أن العبرة من العقود للمقاصد والمعاني ال لأللفاظ والمباني
Gambar : 1 Gambar : 1 Jenis Beda Kasat mata kualitas berbeda
‘ayn bi ‘ayn Jenis Sama
Kasat mata kualitas sama
b) Pertukaran ‘ayn (real assets) dengan dayn (financial assets) Dalam pertukaran ‘ayn dengan dayn, maka yang dibedakan adalah jenis ayn-nya. Jika ayn-nya adalah barang maka pertukaran ‘ayn dengan dayn itu disebut jual beli (al bai’). Sedangkan bila ‘ayn-nya adalah jasa, maka pertukaran itu disebut sewa-menyewa/upah-mengupah (al-ijarah). Dari segi metode pembayaranya Islam membolehkan jual beli dilakukan secara tunai, atau secara tangguh serah. Lebih jelas dapat dituangkan dalam bentuk skema berikut ini16: Gambar : 2 Gambar :2 Naqdan Salam Al-ba’I (barang)
‘ayn bi dayn
Salam
Istisna’
Muajjal
Muajjal Tagsith
Ijarah Al –ijarah (jasa) Ju’alah
16 Ibid. hal 55
c) Pertukaran Dayn dengan Dayn Dibedakan antara dayn yang berupa uang dengan dayn yang tidak berupa uang (surat berharga). Pertukaran uang de ngan uang dibedakan menjadi pertukaran uang sejenis dan pertukaran uang yang tidak sejenis.17 Perbedaan ini menimbulkan akibat hukum yang berbeda pula. Pertukaran uang sejenis hanya diperbolehkan jika memenuhi syarat (1) kesamaan kuantitas (sawaan bi sawa-in); dan (2) kesamaan waktu penyerahan (yadan bi yadin). Misalnya pertukaran uang Rp 100.000 dengan dua lembar uang Rp 50.000 yang diserahkan pada waktu yang bersamaan. Pertukaran uang yang tidak sejenis dalam fiqh dapat dika tegorikan sebagai sharf.18 Penerapan akad ini di lembaga perbankan dikenal dengan istilah money changer, yaitu suatu tempat dimana valuta asing diperjualbelikan. Misalnya ketika nasabah ingin menukarkan mata uang rupiah (Rp) dengan mata uang dolar ($). Agar sesuai dengan ketentuan syariah maka harus dilakukan secara tunai (spot). Jual beli surat berharga pada dasarnya tidak dibolehkan. Namun bila surat berharga dilihat lebih rinci, dapat dibedakan menjadi dua yaitu surat berharga yang merupakan representasi dari ‘ayn dan surat berharga yang tidak merupakan representasi dari ‘ayn. Secara umum dapat dikatakan bahwa hanya surat berharga yang merupakan representasi dari ‘ayn saja yang dapat diperjual belikan 4. Teori Percampuran Selain menggunakan metode pertukaran seperti jual beli (albai’), cara lain yang dapat digunakan untuk menjalankan akad tijarah ialah dengan cara mengadakan persekutuan. Persekutuan merupakan bentuk kerjasama dalam rangka menjalankan usaha untuk mendapatkan keuntungan. Persekutuan disyariatkan Allah karena tidak semua usaha dapat dijalankan melalui pertukaran. Persekutuan dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah. Pengertian 17 M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal. 137 18 Yusuf As sabatin.Ibid. hal 216
Gambar : 3 Teori pertukaran/per campuran
65
66
Jurnal Syariah Vol. 2, No. 1, April 2014
syirkah secara bahasa adalah berarti persekutuan atau percampuran. Setiap akad persekutuan harus memenuhi beberapa prinsip dan persekutuan sebagai berikut19: a. Masing-masing pihak yang berserikat berwenang melakukan tindakan hukum atas nama persekutuan dengan izin pihak lain. Segala akibat dari tindakan tersebut, baik keuntungan maupun kerugian ditanggung secara bersama-sama. b. Sistem pembagian keuntungan harus ditetapkan secara jelas, baik dari segi nisbah (%) maupun periode pembagiannya. Misalnya 60%:40%, 30%:70% dalam periode per triwulan atau per tahun dan lain-lain sesuai kesepakatan. c. Sebelum dilakukan pembagian sleuruh keuntungan merupakan milik bersama. Tidak boleh sejumlah keuntungan tertentu yang dihasilkan salah satu pihak dipandang sebagai keuntungannya. Teori percampuran juga terdiri dari dua pilar yaitu20: 1) Objek Percampuran Tidak jauh beda dengan teori pertukaran objeknya juga dua yaitu ay’n (real asset) berupa barang dan jasa, dan dayn (financial asset) berupa uang dan surat berharga. 2) Waktu Percampuran Juga membedakan waktu percampuran menjadi dua yaitu naqdan yakni penyerahan saat itu juga dan ghairu naqdan penyerahan kemudian atau tangguh. Dari segi objek percampurannya dapat diidentifikasi tiga jenis percampuran, yaitu; a. Percampuran ‘ayn (real asset) dengan ‘ayn (real asset) Dapat terjadi mislnya dalam kasus dimana ada seorang tukang kayu bekerjasama dengan tukang batu untuk membangun sebuah rumah. Baik tukang kayu dan tukang batu kedua-duanya sama-sama menyumbangkan tenaga dan keahlianya (jasa) dan mencampurkan jasa mereka berrdua untuk membuat usaha bersama yakni membangun rumah. Dalam hal ini yang dicampurkan adalah ‘ayn dengan ‘ayn. Bentuk percampuran seperti ini
Akad-Akad Perbankan Syariah ... Putri Apria Ningsih, S.E.I., M.A.
67
disebut syirkah abdan.21 b. Percampuran ‘ayn dengan dayn Pecampuran ‘ayn (real asset) dengan dayn (financial asset) dapat dibagi ke dalam tiga bentuk; 1) Syirkah Mudharabah Dalam kasus ini, uang yang dicampurkan dengan jasa. Hal ini terjadi ketika ada seorang pemilik modal (A) yang bertindak sebagai penyandang dana, memberikan sejumlah dana kepada seseorang yang memiliki kecakapan berbisnis (B). Disini A memberikan dayn (uang), sementara si B memberikan keahlian(jasa). 2) Syirkah Wujuh Terjadi percampuran antara ‘ayn dengan dayn. Seorang penyandang dana (A) memberikan sejumlah dana tertentu untuk dipakai sebagai modal usaha dana menyumbangkan reputasi/ nama baiknya. 3) Percampuran dayn dengan dayn Bila terjadi percampuran antara uang dengan uang dalam jumlah yang sama ( Rp. X dengan Rp. X ), hal ini disebut syirkah mufawadhah. Namun bila jumlah uang yang dicampurkan berbeda ( Rp. X dengan Rp. Y ), hal ini disebut syirkah ‘inan. Percampuran ini juga bisa berupa kombinasi antar surat berharga. Gambar dibawah ini memberikan ikhtisar mengenai pembagian teori percampuran dan teori pertukaran dilihat dari objeknya dan waktunya. Pada dasarnya pembagian objek dan waktu dalam teori percampuran sama dengan teori pertukaran.22
19 Ibid.
21 Adiwarman Karim Op cit. hal. 63
20 Adiwarman Karim. Op cit. hal 60.
22 Op cit. hal. 6
‘ayn bi dayn
Tagsith Ijarah
68
Al –ijarah (jasa)
Jurnal Syariah Vol. 2, No. 1, April 2014
Akad-Akad Perbankan Syariah ... Putri Apria Ningsih, S.E.I., M.A.
Ju’alah
Gambar : 3
Gambar : 3
Teori pertukaran/per campuran
Objek pertukaran/ percampuran
Waktu pertukaran/ percampuran Dayn (financial asset)
‘ayn (real asset)
Barang & jasa
Uang & surat berhar ga
Naqdan (sekarang)
Ghairu naqdan ( tunda)
Dari gambar diatas memberikan gambaran tentang ikhtisar pembagian teori percampuran dan teori pertukaran, dilihat dari objeknya dan juga waktuya. Pada dasarnya, pembagian objek dan waktu dalam teori percampuran sama dengan teori pertukaran. Dari segi waktunya, baik dalam teori percampuran maupun pertukaran dapat dibedakan menjadi dua: naqdan (penyerahan saat itu juga), dan muajjal (penyerahan kemudian). Sementara itu dari segi objeknya, dalam kedua teori ini dapat dibedakan menjadi dua pula: ‘ayn (real asset, barang dan jasa) dan dayn ( financial asset,uang dan non uang).
C. Penutup Dasar akad perjanjian dapat dibagi menjadi dua yaitu adanya Teori Pertukaran dan Teori percampuran. Dimana Teori Pertukaran dibagi lagi menjadi pertukaran uang dengan uang (valas/sharf) dan pertukaran antara surat berharga (wesel, cek, bilyet giro, surat berharga Bank Indonesia dan surat berharga pasar uang). Kemudian pada teori Percampuran yaitu meliputi syirkah mufawadha dan syirkah ‘inan. Akad dayn bi dayn ini adalah akad-akad yang diperbolehkan dan halal dalam perspektif fiqh muamalah dan ekonomi Islam
69
yang sedang dikembangkan saat ini karena tata cara dan landasannya telah diatur menurt al-Qur;an dan Hadis Nabi. Teori pertukaran dan percampuran merupakan pilar penting. Kalaupun transaksi itu melibatkan dayn dan dayn, maka dayn tersebut haruslah merupakan bukti kepemilikan atas ‘ayn. Dengan demikian kompleksnya transaksi perbankan , maka diperlukan keahlian untuk mendesain akad yang sesuai syariah. Dilakukanya seluruh transaksi perbankan oleh suatu instansi mengakibatkan diperlukan beberapa akad fiqh untuk satu transaksi perbankan modern. Tidak hanya pada perekonomian Islam pada sektor lembaga keuangan saja dasar akad ini dapat dipakai tetapi bisa juga diaplikasikan pada perekonomian negara Indonesia atau sector perekonomian rakyat yang lainnya sebab akad ini memiliki banyak keuntungan baik dari financial maupun dari segi kenyamanan bermualamahnya.
DAFTAR PUSTAKA Antonio,Syafi’i. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001 As-Sabatin, Yusuf. Bisnis Islami dan Kritik atas bisnis kapitalis, (Bogor: Al Ahzar Press, 2009) Al-zuhaily, Wahbah. al-Fiqh al-Islamy wa adillatuh, Beirut: Dar al-Fikr, 1989, Jil. IV. Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah, (Jakarta: Rajawali Press, 2007) Akad-akad dalam perbankan syariah. Diunduh dari www.badilag.net Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Figh dan Keuangan.( Jakarta: Raja Grafindo Persada,2004) Hulwati. Ekonomi Islam: Teori dan Prakteknya dalam Perdangan Obigasi Syariah di Pasar Modal Malaysia Dan Indonesia.(Jakarta: Ciputat Press Group, 2009) Malik Ibrahim, Maulana. Perikatan Syariah. Diunduh dari http:// Islamicbusinesslaw.08 blog’spot. Za’tari, Alauddin. al-masharif al-Islamiyah wa madza yajibu an yu’rafu ‘anh.,( Damaskus: Dar Ghar Hira, 2006)