Pemanfaatan lumpur instalasi pengolahan air (ipa) jurug perusahaan daerah air minum kota Surakarta sebagai media tanaman puring (Codiaeum variegatum) Oleh: Tri Atmojo Sukomulyo A.130906014
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Instalasi Pengolahan Air (IPA) merupakan salah satu infrastruktur yang
berhubungan langsung dengan pertumbuhan penduduk kota. Di daerah perkotaan Indonesia, rumah tangga merupakan pemakai air bersih terbesar yaitu sekitar 68% total produksi air diserap oleh rumah tangga (Djayadinigrat, 1993). Air bersih sebagai kebutuhan dasar (basic need) perkotaan diproduksi dari IPA, dilain pihak proses produksi diiringi dengan timbulnya lumpur (sludge) sebagai produk sampingan (by-product) pengolahan air. Demikian juga dengan kota Surakarta, laju pertumbuhan penduduk mengakibatkan bertambahnya kebutuhan air bersih. IPA Jurug saat ini merupakan IPA yang melayani kebutuhan air bersih di kota Surakarta. Air baku IPA Jurug diperoleh dari sungai Bengawan Solo dengan demikian IPA ini digolongkan dalam tipe pengolahan air permukaan. Dalam proses pengolahan air sungai menjadi air bersih di IPA Jurug menggunakan bahan koagulan aluminium sulfat, hal ini dikarenakan aluminium
1
2
sulfat harganya relatif lebih ekonomis dibandingkan dengan bahan koagulan lainya dan juga aluminium sulfat mudah didapatkan dipasaran. Sebagai produk sampingan dari pengolahan air sungai menjadi air minum di IPA, biasanya dihasilkan lumpur endapan yang seringkali dibuang dan tidak dimanfaatkan kembali. Pembuangan lumpur endapan ke sungai seringkali menimbulkan masalah karena akan mengakibatkan akumulasi di perairan dibagian hilir sungai (termasuk akumulasi aluminium). Lewat proses rantai makanan, aluminium yang berbahaya tersebut dapat berpindah lewat hewan air sampai ke manusia kembali. Dan apabila aluminium tersebut berakumulasi di tubuh manusia akan menimbulkan gangguan kesehatan. Asas keempat lingkungan yaitu asas penjenuhan menjelaskan bahwa kemampuan lingkungan habitat untuk menyokong suatu materi ada batasnya, kemampuan untuk menyokong pencemar ada batsanya (Setyono, 2008). Oleh sebab itu perlu dilakukan proses produksi bersih oleh PDAM Kota Surakarta , agar tidak menghasilkan hasil samping limbah, misalnya dengan menjalankan salah satu dari prinsip 3 R (Recycle, Reused, Recovery). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa lumpur PDAM Kota Surakarta (dari Instalasi IPA Jurug) dapat dimanfaatkan kembali misalkan sebagai alternatif media tanaman hias. Saat ini, banyak orang menyukai gemar berburu dan merawat tanaman hias. Tanaman hias selain berfungsi sebagai elemen penghias ruangan (interior) ataupun pelengkap taman, juga dapat menjadi sumber penghasilan yang menguntungkan. Usaha tani tanaman hias semakin berkembang dengan pesat karena komoditas ini memiliki prospek yang baik. Permintaan pasar akan tanaman
3
hias cenderung meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, perluasan pemukiman, meningkatnya pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan hidup yang nyaman. Salah satu jenis tanaman hias yang kini banyak digemari adalah Puring, tanaman hias yang dahulu dipandang sebelah mata. Puring dikenal sebagai tanaman yang mudah tumbuh pada berbagai media. Tampilan fisik daunpun beragam. Peminat Puring adalah masyarakat dari berbagai tingkat ekonomi yang berbeda, karena selain memiliki variasi bentuk dan warna daun, puring juga memiliki variasi harga yang dapat dijangkau. Cara budidaya puring dapat dilakukan baik secara vegetatif ataupun generatif. Masing-masing cara perbanyakan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Perbanyakan vegetatif biasanya dilakukan dengan setek. Keunggulan cara ini adalah menghasilkan anakan yang sesuai dengan sifat induknya. Cara memperbanyak menggunakan biji (generatif) membutuhkan waktu relafif lama, disamping itu tidak semua spesies atau kultivar mampu menghasilkan bunga dan biji untuk bahan perbanyakan. Kelebihan perbanyakan secara generatif dapat menghasilkan anakan yang berbeda dari induknya, sehingga dapat diperoleh varietas-varietas baru yang memiliki daun yang lebih baik. Kualitas daun dan tanaman sangat menentukan harga puring. Untuk mendapatkan tanaman dengan kualitas yang baik diperlukan perawatan yang tepat. Setiap jenis tanaman memerlukan media tanam yang berbeda-beda, demikian pula dengan puring. Komposisi media yang dipakai harus mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman. Media tanam yang subur
4
dan porous sangat baik untuk pertumbuhan puring karena tanaman ini sangat peka terhadap kelebihan air. Pemberian air yang berlebihan tanpa didukung dengan media yang porous dapat mengakibatkan busuk pada batang. Pemupukan adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Jenis, jumlah, dan cara pengaplikasian pupuk yang tepat pada tanaman akan menentukan tingkat keefektifannya. Jenis pupuk yang biasa digunakan untuk tanaman hias adalah pupuk daun atau kompos. Pemakaian pupuk daun memiliki kelebihan diantaranya lebih mudah dan cepat diserap oleh tanaman. Pemakaian pupuk, media dan perawatan yang tepat akan menghasilkan tanaman puring yang berkualitas baik.
B.
Perumusan Masalah Puring merupakan salah satu tanaman hias yang berpotensi untuk
dikembangkan. Permintaan pasar khususnya dari masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah mendorong dilakukannya budidaya secara intensif untuk mendapatkan kualitas yang baik. Untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil yang baik, tanaman memerlukan media tanam dan unsur hara yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Lumpur hasil instalasi pengolahan air dapat dimanfaatkan sebagai media tanam karena juga mengandung beberapa unsur hara walaupun umumnya terdapat kandungan aluminium (Al) yang tinggi. Penambahan media tanam lain juga dapat diberikan untuk mengetahui komposisi media tanam yang tepat.
5
Atas dasar hal di atas maka penelitian ini dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut : 1. Komposisi media tanam manakah yang tepat untuk pertumbuhan tanaman puring? 2. Ketersediaan hara manakah yang paling baik pada kedua lumpur (prasedimentasi dan sedimentasi)? 3. Berapakah kisaran pH yang terdapat pada komposisi media tanam? 4. Apakah terdapat keracunan aluminium pada tanaman puring yang berasal dari kandungan lumpur? 5. Apakah tedapat kandungan logam krom, tembaga, dan besi pada jaringan tanaman puring dalam media lumpur? 6. Bagaimana prospek ekonomi pemanfaatan lumpur sebagai media tanam tanaman puring?
C.
Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lumpur yang dikaji merupakan lumpur prasedimentasi dan lumpur sedimentasi hasil dari IPA PDAM Surakarta. 2. Variasi media tanam meliputi lumpur prasedimentasi, lumpur sedimentasi, pasir malang, sekam bakar dan kompos dibuat suatu komposisi media tanam yang telah ditetapkan. 3. Kandungan logam yang dikaji meliputi aluminium, krom, tembaga, dan besi.
6
D.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui komposisi media tanam yang tepat untuk pertumbuhan puring. 2. Untuk mengetahui ketersediaan hara terbaik dari kedua jenis lumpur. 3. Untuk mengetahui hasil kisaran pH pada komposisi media tanam 4. Untuk mengetahui ada tidaknya keracunan tanaman puring akibat aluminium yang terkandung pada lumpur. 5. Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan logam krom, tembaga, dan besi pada jaringan tanaman puring yang ditanam pada media lumpur. 6. Untuk mengetahui prospek ekonomi pemanfaatan lumpur sebagai media tanam tanaman puring.
E.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Praktis a. Dapat memberikan informasi bagi PDAM Kota Surakarta pada khususnya dan PDAM lainya ataupun perusahaan pengolah air minum pada umumnya akan manfaat lumpur IPA sebagai alternatif untuk budidaya tanaman hias. dan sangat mungkin untuk dikembangkan dengan jenis tanaman yang cocok ditanam.
7
b. Dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan kepada PDAM Kota Surakarta dalam mengambil keputusan kebijakan perencanaan pengelolaan buangan lumpur IPA. 2. Manfaat Teoritis a. Untuk kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan
tentang
pemanfaatan lumpur IPA sebagai media tanam b. Dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian lanjutan pada masa yang akan datang.