PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bumi ini sebagian besar terdiri atas air. Makhluk hidup yang ada dimuka bumi ini tidak akan dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan dibumi ini, air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan sehari-hari dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian. Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat, untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standart tertentu saat ini menjadi barang yang mahal oleh karena air sudah banyak tercemar berbagai macam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia itu sendiri, baik itu dari limbah kegiatan rumah tangga maupun limbah industri (Sunu, 2004). Sampai saat ini, air tanah masih banyak digunakan oleh masyarakat sebagai air baku untuk memenuhi kebutuhan air minum maupun memasak. Pada umumnya air dari sumber air tanah hanya dapat memenuhi kebutuhan air secara kuantitatif. Air tanah disebagian besar wilayah Indonesia belum memenuhi standart kualitas fisik, kimia dan biologi sehingga apabila tidak dikelola terlebih dahulu tidak layak untuk dikonsumsi (Hartono, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Badan Proteksi Lingkungan Amerika (US EPA) menyatakan bahwa 45% dari fasilitas air minum asal air tanah telah terkontaminasi bahan kimia termasuk timbal yang cukup bahaya terhadap kesehatan konsumen (Darmono, 2001). Sunu (2001) dampak utama dari pencemaran timbal dapat mengganggu berbagai
kesehatan
manusia seperti kelambanan dalam pengembangan neurologi syaraf dan fisik pada anak-anak, keguguran kandungan dan kerusakan sistem reproduksi pria, penyakit syaraf, anemia, dan meningkatkan tekanan darah. Pada percobaan secara in vitro, akumulasi dari delta-ALA dan protofirin dapat menyebabkan pengaruh toksin pada jaringan. Akumulasi delta-ALA dalam hipotalamus dan protoporfirin dalam syaraf dorsal dapat menyebabkan enselalofati karena toksisitas Pb. Terjadinya neurofati pada syaraf tepi karena toksisitas Pb disebabkan oleh demyelinasi dan degenerasi syaraf tersebut (Darmono, 2001). Timbal merupakan bahan kimia yang termasuk dalam kelompok logam berat yang sama sekali tidak dibutuhkan oleh tubuh, jika masuk ke dalam tubuh organisme hidup dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan efek negatif terhadap fungsi fisiologis tubuh. Logam berat yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah kecil akan berakumulasi di dalam tubuh, sehingga pada suatu saat juga dapat menimbulkan efek negatif dan gangguan kesehatan (Palar, 2008). Timbal dapat ditemukan secara alami di dalam kerak bumi yang tersebar ke berbagai tempat karena proses alami. Pb dapat terakumulasi di lingkungan, tidak dapat
terurai
secara
biologis
dan
toksisitasnya
tidak
berubah
sepanjang
waktu (WHO, 2008). Penyebab ditemukannya Pb didalam badan perairan sebagai
Universitas Sumatera Utara
dampak dari aktivitas manusia, secara alami Pb dapat masuk kedalam badan perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan sehingga mencemari air permukaan (Palar, 2008). Desa Kapias Batu VIII, merupakan Desa yang terletak didaerah pesisir. Untuk memenuhi kebutuhan akan air, masyarakat tergantung dengan pasang dan surutnya air, sehingga pemerintah daerah melakukan pembangunan sumur bor dibeberapa titik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air baik untuk minum maupun untuk masak. Akan tetapi infra struktur ini tidak seimbang dengan kualitas air yang sesuai dengan persyaratan yang ditentukan untuk dikonsumsi. Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti bahwa kandungan timbal pada sumur bor yang digunakan masyarakat untuk minum di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan sudah melebihi nilai ambang batas yang dipersyaratkan
berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.492/Menkes/-
Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum yaitu 0.01 mg/l. Karena masyarakat mengkonsumsi air sumur tersebut sebagai air minum tanpa melakukan penyaringan terlebih dahulu maka terdapat potensi untuk mengalami terjadinya penyakit hipertensi pada masyarakat yang mengkonsumsi air tesebut. Adapun penyebab kadar timbal yang berada didalam air sumur bor berasal dari sumber air tanah tersebut maupun pengkristalan Pb di udara dan dengan bantuan air hujan yang jatuh kembali ke bumi, berdasarkan sampel yang diambil dari sekitar sumur dangkal milik warga sekitar yang berdekatan dengan sumur bor memiliki
Universitas Sumatera Utara
kandungan konsentrasi kadar timbal yang hampir sama yaitu dengan kadar timbal terendah 0.02 mg/l dan tertinggi 0.05 mg/l Penelitian yang dilakukan Erlani (2007) di Makasar terhadap karyawan SPBU yang memperoleh hasil bahwa timbal mempunyai efek akut terhadap tekanan darah serta menimbulkan hipertensi pada keracunan kronis oleh karena adanya akumulasi timbal di dalam darah pada orang dewasa. WHO (2011) hipertensi meningkat pada kadar timbal dalam darah lebih besar dari 37 µg / dl. Sebuah hubungan yang signifikan telah ditetapkan, tanpa bukti nilai ambang batas, antara kadar Pb dalam darah dengan kisaran 7-34 µg / dl dan darah menyebabkan tingginya tekanan diastolik pada orang berusia 21-55 tahun. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun (2007) hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%, hipertensi merupakan penyakit yang sangat berbahaya, karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun terserang hipertensi. Sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi, keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat. Hipertensi merupakan penyakit yang timbul karena interaksi berbagai faktor risiko. Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan tingkat keparahan dari faktor risiko yang dapat dikontrol seperti kelebihan berat badan, kebiasan merokok,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga, usia dan jenis kelamin (Armilawaty, 2007). 1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan sejauh mana kadar timbal dalam air dari sumur bor yang dikonsumsi masyarakat sebagai air minum untuk kebutuhan sehari-hari dan faktor risiko berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan.
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar timbal yang ada di dalam air sumur bor yang di konsumsi masyarakat dan faktor risiko terhadap terjadinya penyakit hipertensi di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan.
1.4 Hipotesis Ada pengaruh akibat tingginya kadar timbal dalam air minum dari sumur bor yang dikonsumsi masyarakat dan faktor risiko terhadap kejadian penyakit hipertensi pada masyarakat Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai informasi terhadap instansi yang terkait maupun pengambil kebijakan terhadap masyarakat di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan yang memiliki potensi mengalami kejadian hipertensi akibat mengkonsumsi air minum dari sumur bor yang mengandung kadar timbal lebih dari 0.01 mg/l. 2. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya. 3. Sebagai proses belajar bagi penulis dalam upaya mengimplementasikan berbagai teori yang diperoleh dari bangku kuliah selama proses belajar di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara