AIPSSA NEWSLETTER Association of Indonesian Postgraduate Students & Scholars in Australia
Sambutan Ketua AIPSSA 2015 AIPSSA menyadari bahwa keberadaannya organisasi mahasiswa pasca sarjana di tengah-tengah masyarakat di Australia dapat memberikan kontribusi nyata, baik bagi warga Indonesia di Australia maupun untuk bangsa Indonesia pada umumnya.
September 2015
DARI REDAKSI SALAM AIPSSA! Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan YME atas terbitnya Newsletter AIPSSA Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 70. HUT RI ke 70 dirayakan meriah di Perth, Western Australia. Dimulai dengan diadakannya beberapa perlombaan di berbagai lokasi , upacara bendera di KJRI Perth dan sebagai puncak acara perayaan HUT 70 RI diadakan pesta budaya Indonesia terbesar yang pertama di Western Australia yaitu KREASI INDONESIA 2015.
Mendapatkan momentum 70 tahun Indonesia Merdeka, AIPPSA dan PPIA di dukung KJRI dan 53 ormas telah berinisiatif untuk mewujudkan festival tahunan budaya, kuliner, dan seni Indonesia yaitu KREASI Indonesia untuk pertama kalinya, yang menjadi kebanggaan bersama warga Western Australia Kesuksesan acara tersebut tidak terlepas dari kerjasama sedan sekaligus sebagai media promosi Indonesia, baik kepada mua warga masyarakat Indonesia di WA dan dukungan dari penduduk lokal Australia, maupun kepada dunia. Kolaborasi KJRI Perth. yang luar biasa antar elemen masyarakat yang dimotori oleh Akhir kata kami mengucapkan selamat HUT RI ke 70. Separa mahasiswa Indonesia telah bisa dinikmati bersama pada moga Indonesia semakin sukses. Hari Minggu, tanggal 30 Agustus 2015 di Curtin Stadium. Tak kurang dari 4000 pengunjung hadir dengan antusias pada AYO KERJA! acara KREASI Indonesia 2015 tersebut. Mudah-mudahan Editor AIPSSA Newsletter 2015 acara ini dapat menjadi contoh dan warisan yang baik untuk masyarakat Indonesia, Australia, dan dunia. Selain itu, sebagai bentuk sumbangsih kepada Indonesia, dalam rangka 7 Dasa Warsa kemerdekaan Indonesia, AIPSSA 2015 juga telah meluncurkan Buku yang berisi kumpulan hasil karya dan pemikiran 20 mahasiswa pasca sarjana di Australia. Buku yang bertajuk ‘Sumbangsih untuk Bangsa: 70 Indonesia Merdeka’ terdiri atas berbagai bidang kajian seperti: Ekonomi dan politik, pendidikan, teknologi, lingkungan, dsb. Buku ini diharapkan bisa menjadi pioneer bagi terlahirnya tulisan, ide, gagasan, dan cemerlang yang ditorehkan pada buku-buku yang selanjutnya. Semoga akan terus terlahir karya-karya terbaik anak bangsa yang bisa diwujudkan dengan membuka ide dan kreativitas yang dimiliki oleh AIPSSA. Tentu saja kolaborasi dan kerja sama adalah kata kuncinya. ‘You can do what I can’t do, but I can do what you can’t do. Therefore, collaboration is the key’. Selamat menikmati newsletter edisi khusus ini. Jaya selalu Indonesia. Merdeka!
Salam AIPSSA, Moch Abdul Kobir Presiden
AIPSSA Newsletter
September 2015
Page 2
Snapshots Perayaan 17an Oleh: Akhdian Rep
Berbincang dengan Pak Konjen
Anak-anak mengikuti lomba balap karung
Pertandingan sepakbola
Lomba membawa balon
AIPSSA Newsletter
September 2015
Page 3
Laporan Khusus: Perlombaan 17an
Oleh: Akhdian Rep
Agustusan, Merayakan Keragaman di Perth
Ada banyak lomba disetiap perayaan hari kemerdekaan-17 Agustus. Paling populer tentu saja lomba panjat pinang, sering menjadi puncak acara perlombaan. Ada juga lomba saling gebuk bantal di atas tiang menyilang diatas air, ini kalau di dekat hunian ada sungai, kali atau kolam renang. Lalu ada lomba balap karung & lomba makan kerupuk. Lomba ini juga tidak pernah sepi peminat. Lomba lainnya seperti lomba memasukkan paku atau pensil kedalam botol & lomba lari membawa kelereng dalam sendok. Daftarnya sangat panjang kalau disebut satu persatu. Moment perayaan hari kemerdekaan di Indonesia memang selalu menjadi pesta rakyat. Orang-orang biasa menyebutnya Agustusan, sebutan yang melambangkan tradisi yang selalu berulang dari tahun ke tahun disetiap bulan yang sama, Agustus. Banyak orang tumbuh dengan tradisi lomba Agustusan ini, entah di tingkat RT, RW, Desa, Kelurahan atau Kecamatan.
Siklus tahunan yang membuat kebiasaan ini pelanpelan menjadi budaya, tertanam ke dalam memori bawa sadar dan selalu dirindukan. Kerinduan yang kadang dibawa sampai jauh ke tanah manca. Tidak heran, perkumpulan-perkumpulan masyarakat Indonesia di Perth menggagas untuk menyelenggarakan lomba. Lomba yang sekaligus merayakan keragaman. Bagaimana tidak, Perayaan ini muncul dari simpul-simpul perkumpulan dengan bermacam latar belakang. Perkumpulan keagamaan seperti Muhammadiyah & PPIP (Perkumpulan Pengajian Indonesia di Perth), perkumpulan kemahasiswaan seperti AIPSSA (Association of Indonesian Postgraduate Students & Scholars in Australia), Perkumpulan etnis seperti MSWA (Mitra Sunda Western Australia), ASWA (Aceh Society of Western Australia) & Bonapasogit, perkumpulan ikatan alumni seperti IA-ITB dan Perkumpulan Karyawan Indonesia di Perth Australia (KIPAS).
AIPSSA Newsletter
September 2015
Page 4
Laporan Khusus: Perlombaan 17an Oleh : Akhdian Rep
Lomba memasukkan pensil kedalam botol. Perkumpulan-perkumpulan yang membawa identitasnya masing-masing lalu melebur, membangun potret Indonesia di rantau. Kerenanya nuansa merah putih, begitu terasa saat berada di Lapangan Kent Street Senior High School, tempat lomba Agustusan digelar. Semangat perayaan hari kemerdekaan juga belum hilang, meski tanggal 17 sudah berlalu. Semangat yang sama dibawa saat mengikuti lomba, sebagaimana layaknya lomba Agustusan di Indonesia. Hanya saja kali ini tanpa lomba panjat pinang.
Lomba makan kerupuk Jikalau semua orang bisa tertawa lepas dan berlomba dengan semangat, itu adalah refleksi dari pelepasan rasa rindu akan suasana perayaan hari kemerdekaan di tanah air. Merasakan kembali menjadi manusia Indonesia, tanpa sekat.
AIPSSA Newsletter
September 2015
Page 5
Laporan Khusus: KREASI INDONESIA 2015
Oleh: Novi Wilkinson
Meriahnya KREASI Indonesia di Perth
Pemukulan Gong oleh Bapak Ade Padmo Sarwono Acara KREASI (Kuliner, Etnik, dan Seni) Indonesia telah selesai dilaksanakan di Curtin Stadium, Perth, Australia Barat. Acara ini sangat sukses dilihat dari membludaknya pengunjung yang datang untuk menyaksikan pertunjukan atau yang menikmati kuliner Indonesia. Antrian yang panjang terlihat dari setiap stall yang menyajikan 70 menu makanan khas dari daerah masing masing, seperti masakan Betawi, Sulawesi, Pelembang, Padang dan daerah lainya. Pengunjung yang hadir mencapai 5000 orang, melebihi target yang diperkirakan oleh panitia. Panitia mendapatkan feedback yang luar biasa dari pengunjung. Lewat status di facebooknya, ibu Jennifer Vasavan menulis “Thanks Marthina and your wonderful team for organising such a great event. Watching the long queues at every food stall till the very last minute was simply amazing. God blesses everyone with good weather, lovely Indonesian food, culture and interesting non food booths. I am glad I joined you at the event. Thank you ang God Bless.” Pak Hengki Setiawan juga menulis status di facebooknya “Merinding melihat penampilan dan kerjasama yang luar biasa acara #KreasiIndonesiaPerth2015…. Ribuan penonton, ratusan pendukung acara, puluhan stand makanan… Satu Indonesia!.... Selamat untuk panitia dan KJRI Perth yang sudah membuat sejarah.” Pak Iwan Kosasih dan Ibu Agustine dari Gereja The Rocks Ministry juga menyatakan sangat bersuka cita telah ikut serta dalam acara KREASI karena acara KREASI telah membangun suatu kebersamaan dan kerjasama yang luar biasa dari semua suku, dari semua agama dari semua profesi. Acara ini juga dihadiri oleh berbagai tamu undangan dari negara sahabat dan perwakilan dari pemerintahan Australia Barat MR. Peter Abetz MLA. Salah satu tujuan dari acara KREASI adalah mempromosikan Seni budaya dan kuliner Indonesia pada masyarakat yang tinggal di Australia Barat. Tujuan tersebut telah dicapai dengan banyaknya masyarakat Australia dan dari beberapa negara lain yang hadir di acara KREASI Indonesia.
AIPSSA Newsletter
September 2015
Page 6
Laporan Khusus: KREASI INDONESIA PERTH 2015 Oleh Novi Wilkinson
Penyerahan bunga dari Pak Konjen kepada ketua panitia KREASI
Penonton acara KREASI
Gamelan, persembahan dari KJRI Perth Bapak Ade Padmo Sarwono selaku Konjen RI di Perth menghadiri acara KREASI dari pembukaan pukul 11am hingga acara penutupan pukul 7 malam. Dukungan dari KJRI Perth dalam mewujudkan acara KREASI ini sangat kuat terutama dari Ibu Widya Sinedu yang menjembatani antara panitia dan KJRI Perth. Acara KREASI dibuka secara symbolic melalui pemukulan Gong oleh pak Ade, selaku Konjen RI di Perth dan dilanjukan dengan pembacaan puisi oleh Cak Room dan diikuti dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Acara KREASI ini menampilkan banyak sekali pertunjukan dan tarian. Salah satu tarian yang memukau pengunjung adalah tarian kolosal dari Sabang sampai Merauke yang dikoreograferi oleh Ibu Nona Lawoliyo. Lagu dangdut yang berjudul 255 Juta yang di nyanyikan oleh Moch. Abdul Kobir dan lagu lagu yang dinyanyikan oleh Band OIC dan Band AIPSSA UWA mencairkan suasana. Banyak pengunjung yang turun ke panggung untuk berjoget bersama. Acara ini juga dimeriahkan dengan peragaan busana tradisional dari berbagai wilayah di Indonesia. Ada beberapa anak-anak yang tampil diacara KREASI ini. Mereka adalah anak anak masa depan yang akan meneruskan dalam mempromosikan seni, budaya dan kuliner Indonesia. Acara diakhiri dengan penampilan dari Teza Sumendra dan The Dandees yang sangat memukau. Teza dan The Dandees telah mampu menarik perhatian para pengunjung dari kalangan pelajar Indonesia yang sedang kuliah di Perth. Acara KREASI ini terwujud berkat dukungan yang kuat dari masyarakat Indonesia di Perth. Mereka secara sukarela telah meluangkan waktu, menyumbangkan tenaga, pikiran dan uang dalam mensukseskan acara ini. Acara KREASI adalah acara yang terwujud dari masyarakat Indonesia di Perth dan untuk masyarakat di Perth baik warganegara negara Indonesia maupun warga negara laiinnya. Terimakasih sebesar besarnya kepada KJRI Perth, 54 organisasi masyarakat di Perth, AIPSSA, PPIA dan berbagai pihak yang telah mensponsori acara KREASI Indonesia Perth 2015.
AIPSSA Newsletter
September 2015
Page 7
Wawancara Khusus: KREASI INDONESIA 2015
Ibu Widya Sinedu Konsul Penerangan dan Sosial Budaya di KJRI Perth
1. Bagaimana Ibu Melihat Pentingnya Acara KREASI ? KREASI Indonesia bertujuan untuk mempromosikan budaya dan pariwisata Indonesia dan diharapkan dapat berkontribusi bagi penguatan hubungan bilateral Indonesia dan Australia. Tak kalah pentingnya, mengingat pelaksanaan KREASI masih dalam suasana memperingati HUT Kemerdekaan RI, maka KREASI Indonesia menjadi ajang pesta Rakyat dan ajang silaturahmi masyarakat Indonesia yang berdomisili di Perth. Setelah melihat pelaksanaan KREASI Indonesia, banyak sekali manfaat yang didapat, antara lain disamping dapat memperkenalkan berbagai jenis tari-tarian tradisional Indonesia juga memperkenalkan berbagai produk dan kerajinan daerah serta kuliner khas daerah. Hal yang menarik dan patut dibanggakan dari kegiatan KREASI ialah tingginya minat dari para pengunjung untuk melihat kekayaan budaya Indonesia dan menikmati kuliner Indonesia. 2. Kesan terhadap KREASI Indonesia ? Sebagai Konsul Penerangan dan Sosial Budaya di KJRI Perth, tentunya pelaksanaan KREASI kami nilai sangat membantu pelaksanaan tugas kami dalam mempromosikan budaya Indonesia. Dari segi acara, kami sangat kagum dan terkesan dengan animo dan kontribusi masyarakat Indonesia dalam mengisi dan menyukseskan acara KREASI. Kemampuan dan potensi kesenian dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia yang ada di Perth merupakan kekayaan yang perlu dijaga demi kemajuan bangsa. Kami juga sangat terkesan dengan kerja keras dan antusiasme panitia yang telah menyumbangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk menyiapkan acara KREASI di tengah kesibukan mereka. 3. Apakah Acara Ini akan terus diadakan setiap tahun? Apakah ada harapan untuk pelaksanaan KREASI selanjutnya? Mengingat KREASI Indonesia mendapatkan respon yang positif dari berbagai pihak baik pemerintah dan warga negara bagian Australia Barat maupun masyarakat Indonesia di Perth dan mengingat pentingnya promosi budaya dan pariwisata serta upaya meningkatkan hubungan antar masyarakat kedua negara, acara KREASI Indonesia perlu dilaksanakan secara berkesinambungan. Hal ini juga menjadi harapan Bapak Konsul Jenderal Ade Padmo Sarwono agar KREASI dapat menjadi kegiatan tahunan. Harapan kami ke depan, pelaksanaan KREASI Indonesia dapat lebih baik dari pelaksanaan KREASI Indonesia tahun 2015 baik dari aspek pengorganisasian acara dan stall makanan. Panitia KREASI Indonesia tahun 2015 di bawah koordinir AIPSSA dan PPIA dan didukung seluruh organisasi masyarakat Indonesia telah bekerja keras dan sukses melaksanakan KREASI 2015 terbukti dengan tingginya pengunjung yang mencapai 8000 orang dan meriahnya acara KREASI. Sehingga diharapkan ke depan dapat menyamai bahkan melampaui kesuksesan KREASI 2015. 4. Bagaimana Dukungan KJRI KJRI akan selalu mendukung pelaksanaan KREASI Indonesia mengingat pentingnya kegiatan tersebut dan sejalan dengan misi diplomasi ekonomi dan budaya KJRI di Perth
AIPSSA Newsletter
September 2015
Page 8
Wawancara Khusus: KREASI INDONESIA 2015
Tio Novita Efriani Ketua Bidang Acara 1. Bagaimana awalnya Ibu ditunjuk menjadi ketua bidang acara? Betul, selalu ada awal dari segala sesuatu. Ada dua organisasi masyarakat yang mengusulkan saya untuk bergabung di dalam Organizing Committee Kreasi Indonesia, yaitu: AIPSSA dan BOPAS. Dari BOPAS, adalah Bapak Bernard Tampubolon yang mengontak saya dan menanyakan kesediaan saya untuk masuk ke dalam struktur Organizing Commitee Kreasi Indonesia. Dari AIPSSA, pada awalnya, Ibu Keke, yang adalah Menteri kebudayaan AIPSSA meminta bantuan saya untuk merancang konsep pagelaran kuliner dan budaya Indonesia. Saya rasa, pembicaraan dengan AIPSSA yang menjadi momentum saya menjadi Ketua Bidang Acara. Pada saat pembicaraan awal, sekitar bulan Juni, nama Kreasi Indonesia belum tercetus. Kreasi Indonesia dicetuskan oleh Bpk. Abid Halim, salah satu Wapres AIPSSA pada sebuah rapat pleno berikutnya. Namun misi utama embrio Kreasi Indonesia adalah membuat sebuah acara budaya dan kuliner yang diharapkan menjadi acara terbesar di WA dan yang dapat mempersatukan seluruh ormas Indonesia yang ada di WA di dalam satu pagelaran akbar. Kemudian, bertempat di perpustakaan Murdoch University, saya dan ibu Keke brainstorming merancang konsep awal acara Kreasi Indonesia. Kebetulan di tempat saya bekerja sebelumnya, Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan, dan di Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), saya dilatih untuk merancang dan melaksanakan berbagai acara serupa walaupun konsep dan magnitude-nya berbeda. Jadi, dengan menggunakan pengalaman kerja ini, saya berusaha membantu mendesain acara Kreasi Indonesia on-stage. Konsep awal yang kami rancang adalah “7 jam bersama Indonesia”. Konsep ini menjadi bahan rapat perdana pembahasan pelaksanaan acara Kreasi Indonesia yang dipimpin oleh Bapak Ade Padmo Sarwono, Konsul Jenderal Indonesia di Western Australia dan dihadiri oleh perwakilan Ormas Indonesia di WA. Kemudian di dalam perkembangannya, Ibu Keke mengontak saya meminta agar saya bersedia menjadi Koordinator Acara dengan pertimbangan untuk membantu merealisasikan konsep yang telah dikembangkan sebelumnya. Awalnya saya sempat menolak menjadi Koordinator Acara karena bayangan kesibukan, risiko, dan tanggung jawab besar yang akan saya emban, sementara sebagai seorang PhD mommy waktu luang saya tidak banyak. Namun akhirnya, melihat perkembangan situasi yang memerlukan aksi cepat dan semangat ibu Keke yang tidak lelah membujuk saya menjadi Koordinator Acara, saya akhirnya menerima amanah ini. 2. Darimana ide untuk membuat konsep acara seperti itu? Sebelumnya perlu saya sampaikan bahwa embrio kegiatan Kreasi Indonesia adalah penggabungan rencana kerja dari dua organisasi pelajar di Western Australia (WA): AIPSSA dan PPIA -WA. Bagi AIPSSA Kreasi Indonesia merupakan pelaksanaan program Kementerian Budaya AIPSSA yang dipimpin oleh Ibu Martina Keke Marentek. Bagi PPIAWA, acara Kreasi Indonesia merupakan kelanjutan dari acara Gayana yang telah sukses dilaksanakan pada tahun sebelumnya. .
AIPSSA Newsletter
September 2015
Page 9
Wawancara Khusus: Tio Novita, Ketua Bidang Acara KREASI INDONESIA 2015
Mengacu pada konsep penggabungan kedua acara ini, maka konsep acara Kreasi Indonesia dibagi dalam dua kelompok besar: segmen acara yang didesain oleh AIPSSA dan segmen acara yang didesain oleh PPIA-WA. Penyatuannya adalah sebuah acara yang dikemas di dalam tiga sesi: Konser Bhineka Tunggal Ika, Festival Rakyat, dan Festival Kontemporer Indonesia. Seluruh artis pada dua sesi awal adalah warga Indonesia yang tinggal di WA dengan talenta music dan budaya yang luar biasa. Artis pada sesi ketiga diundang dari Indonesia. Total acara berdurasi 7 jam mulai dari pukul 11 pagi s.d 6 malam. Acara Kreasi Indonesia memiliki tiga keunikan. Pertama, durasinya adalah tujuh jam. Ide “7 jam bersama Indonesia” diangkat sejalan dengan perayaan ulang tahun kemerdekaan RI yang ke 70. Keunikan kedua adalah adanya ceremony acara pembukaan. Ceremony merupakan bagian dari budaya bangsa Indonesia. Sengaja kami merancang adanya ceremony melalui pemukulan gong untuk memperkenalkan kepada warga Australia dan warga Indonesia di Australia bagaimana umumnya pemerintah Indonesia membuka sebuah acara. Keunikan ketiga adalah kolaborasi antara performance yang medorong semangat nasionalisme dan keragaman budaya bangsa. Kolaborasi ini kami ambil untuk mendukung pencapaian salah satu misi Kreasi Indonesia, yaitu mempererat persatuan bangsa. 3. Apa suka dan duka sebagai ketua bidang acara? Dukanya banyak, tetapi lebih banyak sukanya. Salah satunya adalah terkait anggaran. Tidak mudah melaksanakan skenario acara dengan target kualitas tertinggi dengan anggaran yang terbatas. Sebagai jalan keluar banyak dilakukan kompromi antara kualitas acara dan anggaran namun tetap menjaga kualitas minimal. Saya bersyukur acara Kreasi Indonesia didukung banyak pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Selain itu, tidak mudah pula mengkoordinir lebih dari 100 orang pengisi acara yang sebagian besar bukan artis professional dan menjadikan mereka lebih profesional . Beruntung berbagai dukungan datang, seperti hadirnya rekan-rekan AIPSSA yang bersedia mengambil bagian di dalam pelaksanaan acara sebagai stage manager (Filbert dan Leny Maryouri), back stage manager (Hardin) dan MC (Abid Halim). Bidang acara memiliki slogan sederhana, “Kami akan membuat Anda menjadi seorang artis Kreasi Indonesia”. Kembali, dalam upaya pencapaiannya pun terkadang terjadi pertentangan antara konsep dan ekspektasi Bidang Acara dan performance pengisi acara. Disinilah momen debat, diskusi professional dan pencapaian kesepakatan menjadi ladang indah bagi pembelajaran leadership. 4. Apa kesan-kesan acara KREASI ini? Kreasi Indonesia luar biasa dan mampu membentuk jati diri. Para Koordinator bidang di Organizing Committee berkerja sama saling mendukung. Contoh sederhana, di saat-saat terakhir, panitia kekurangan dana untuk mendukung acara. Bidang Sponsorship di bawah koordinasi ibu Leny Maryori bekerja dengan cepat untuk menutup kekurangan yang ada. Demikian juga bidang publikasi di bawah koordinasi Ibu Novi Wilkinson sanggup menghadirkan 8000 tamu yang membuat acara Kreasi Indonesia menjadi semarak. Juga kemampuan Ibu Mahyuni sebagai Sekretaris mampu mengundang dan menghadirkan tamu-tamu khusus yang menjadi target dari bidang acara. Selain itu, semangat volunteer, rela berkorban, terlihat sangat nyata. Tanpa dibayar, panitia dan pengisi acara sungguh-sungguh berusaha untuk merealisasikan Kreasi Indonesia. Memang acara perdana Kreasi Indonesia tidak sempurna. Banyak kekurangan di sana sini. Namun satu hal sudah dapat dinyatakan melalui Kreasi Indonesia, yaitu adanya persatuan yang luar biasa antara Konsulat Jenderal, pelajar/mahasiswa dan masyarakat Indonesia di WA.
AIPSSA Newsletter
September 2015
Page 10
Wawancara Khusus: KREASI INDONESIA 2015
Novi Wilkinson Ketua bidang Sosial Media dan Publikasi 1. Bagaimana awalnya Ibu ditunjuk menjadi ketua bidang Sosial media dan Publikasi? Awalnya saya diajak mbak Leny Maryouri menghadiri rapat Panitia KREASI Indonesia 2015 yang diadakan di KJRI Perth. Ketika teman-teman sedang berdiskusi tentang pembuatan booklet acara dan flyer saya mengatakan kepada teman-teman panitia bahwa saya bisa membantu membuat booklet acara dan flyer karena kebetulan background saya adalah Sarjana Komunikasi. Saya mempunyai pengalaman sebagai event organiser. Saya juga memberitahukan bahwa saya bisa membantu membuat Page acara KREASI Indonesia Perth 2015 karena kebetulan saya sedang belajar Social Media Marketing. 2. Menurut berita jumlah peserta yang datang melebihi 4000 orang, bagaimana tanggapan ibu? Tentunya saya sangat terkejut dan senang karena banyak orang bisa hadir diacara tersebut. Saya tidak menyangka dalam waktu yang relative singkat, kurang lebih 1 bulan setelah Page & Event KREASI Indonesia Perth 2015 dibuat banyak yang bisa berpartisipasi dan hadir untuk menyaksikan pertunjukan yang yang telah disiapkan oleh panitia dan menikmati makanan yang dijual di stall makanan. 3. Apa suka duka menjadi ketua bidang Sosial Media dan Publikasi? Sukanya bisa bertemu dan mengenal banyak orang. Untuk mempromosikan acara KREASI Indonesia 2015, saya mencari informasi dari google tentang organisasi-organisasi dan sekolah sekolah yang kira-kira akan tertarik dengan acara ini. Lewat research yang saya lakukan saya jadi mengenal dan berhubungan langsung dengan ketua dari organisasi yang saya hubungi untuk mempromosikan acara KREASI. Dan tentunya karena sering membagi-bagikan brosur saya bertemu dan jadi kenal dengan banyak orang. Dukanya, banyak waktu yang digunakan untuk mempromosikan acara KREASI. Selain melakukan research untuk mendapatkan bahan-bahan yang akan di publish di Page KREASI dan mengirimkan email ke beberapa organisasi, saya juga menyebarkan brosur ke berbagai tempat yang dibantu oleh teman-teman dari berbagai organisasi masyarakat Indonesia di Perth. Bersama dengan team di social media dan publikasi saya juga menulis press release dalam Bahasa Indonesia dan Inggris yang dikirimkan ke berbagai media di Indonesia dan Australia. Kami juga membuat beberapa video untuk mempromosikan acara KREASI di Youtube. 4. Ada saran mengenai KREASI tahun depan? Saran saya untuk panitia KREASI tahun depan adalah mempersiapkan acara KREASI dengan perencanaan yang lebih detail dengan waktu promosi yang lebih panjang. Bekerjasama dengan berbagai organisasi masyarakat Indonesia di Perth dan organisasi lainnya adalah salah satu cara yang effektif untuk menyebarkan flyer dan mempromosikan acara KREASI. Organisasi ini, akan membantu menyerbarkan informasi tentang acara KREASI kesetiap anggotanya.
AIPSSA Newsletter
September 2015
Page 11
KREASI INDONESIA 2015 ENGLISH REPORT By: Filbert H. Juwono, Novi Wilkinson, Abid, SS, and Widya Sinedu
AIPSSA UWA Band On 17 August 2015, Indonesia celebrates the 70th years of its independence. As a highlight of the celebration, the Indonesian Communities in Western Australia led by the Association of Indonesian Students and Scholars in Australia (AIPSSA) and Indonesian Students Association in Australia (PPIA) will organize KREASI Indonesia. This event is also fully supported by the Consulate General of Indonesia in Perth and Garuda Indonesia. KREASI is an Indonesian abbreviation of Kuliner means Culinary, Etnik means Ethnic, and Seni means Arts. According to the Consul General of the Republic of Indonesia in Perth, Ade Padmo Sarwono, besides to commemorate the 70th Anniversary of the Independence Day of the Republic of Indonesia, this event is also aimed to promote the diversity and richness of Indonesian culture and tourism potential. This event is hoped can contribute to the effort to strengthen bilateral relationship between Indonesia and Australia and build stronger connection among the people of the two nations. Chairman of KREASI Indonesia, Marthina Marentek Keke, said the event KREASI Indonesia provides an opportunity to around 53 Indonesian Communities living in Western Australia to feel proud of Indonesian unique culture and arts by showcasing cultural shows, culinary delights and other fun filled activities. Tio Novita Efriani, Stage Director, explains that KREASI Indonesia will showcase more than 100 artists and last for 7 hours. It will divide into three sessions. The first session is called Bhineka Tunggal Ika or Unity in Diversity Concert which will take place at 11 am – 1 pm. Various dances, angklung, songs, poems, and themed fashion show will be presented in five segments of performances namely Mahardika Indonesia, Indonesia traditional Fashion Show, choir singing Indonesian songs, Colossal Dance and concluded by theme song Gebyar-gebyar. Second session is Folk Festival which begins at 1 pm – 4 pm. This session is designed to be more interactive. Visitors will be invited to sing and dance along with the artists. The session will showcase children singing and playing violin and guitar as a symbol of passion and creativity. This will be followed by Indonesian Comedy “Gareng”, Flobamora ballet, Gamelan, Traditional songs and dances from various regions in Indonesia, line dance, and live band.
AIPSSA Newsletter
September 2015
Page 12
KREASI INDONESIA 2015 ENGLISH REPORT By: Filbert H. Juwono, Novi Wilkinson, Abid, SS, and Widya Sinedu
Colossal Dance The third session is the Indonesian Contemporary Festival which will take place from 4 to 6 o’clock in the afternoon. This festival presents a Jazz Performance from Indonesian celebrity Teza Sumendra supported by the Dandeez as MC. This session will be enriched with presentation of drama by the PPIA Western Australia and traditional Balinese dance. In addition to on-stage performance, KREASI Indonesia will present the various booths that sell a variety of Indonesian food. More than 70 variations of food and drinks will be sold at the event KREASI Indonesia. Thus, visitors can enjoy the show and at the same time explore the delightful taste of Indonesian culinary. KREASI Indonesia is planned to be opened by the Consul General of the Republic of Indonesia in Western Australia, Mr. Ade Padmo Sarwono, and attended by representatives of the governments of Western Australia and other countries, as well as members of the Australian Parliament. In addition, the organizer will also invite schools which teach Bahasa Indonesia and other organizations in Western Australia. KREASI Indonesia will be opened for public and free of charge. The organizing Committee expects around 4000 visitors to that event, therefore, various preparation is underway.
AIPSSA Newsletter
September 2015
Page 13
Galeri Foto Upacara 17 Agustus
Oleh: Christopher Pranata
Pengibaran bendera merah putih
Peserta upacara
Pemotongan Tumpeng
Foto bersama setelah mengikuti upacara
AIPSSA Newsletter
September 2015
Page 14
Celoteh mbak Poedji: Peringatan Hari Kemerdekaan
Oleh: Dwi Poedjiastutie
Duduk dibangku Bandara Soekarno-Hatta Jakarta bersebelahan dengan seorang ibu yang sedari tadi menutup muka dengan kedua tangan dan selendangnya terisak pelan. Kuperhatikan dan mencoba menduga apa yang sedang terjadi dengan beliau. Tentu saja dia tidak memperhatikanku. Mungkin saja beliau sedang kalut jadi tidak bisa mengendalikan apa yang ada dalam perasaannya. Kucuba menawarkan air dalam botol kemasan yang kbetulan aku beli di-stall dan belum aku buka “Bu, ini ada sedikit air, barangkali ibu membutuhkan?” Beliau langsung menatapku “Trimakasih, Neng”. “Ada apa bu, mungkin saya bisa sedikit membantu?” “Anak ibu harus masuk penjara di Saudi Arabia, tanpa tahu kesalahan yang harus dia bayar?” Dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga disana mengadu nasib demi kedua anaknya yang masih kecil dan membutuhkan biaya untuk sekolah. Apalagi nak yang harus kami perjuangkan selain sekolah anak-anaknya, agar mereka menjadi lebih baik dari nasib orang tua-nya” Ibu itu terdiam lama sekali sambil menyedot air minum yang aku tawarkan tadi. Sambil meneruskan ceritanya sedikit demi sedikit sehingga aku dan pembaca lain celoteh mbak Poedji mungkin sudah bisa menebak gerangan yang terjadi. Sangat klasik dan sering berulang-ulang kejadian tersebut yaitu, Suminah, demikian ibu itu memanggil anaknya; digoda oleh majikan laki2 dan menolak, tentu saja dengan membela diri seadanya dan difitnah sehingga harus menebusnya dalam jeruji besi. Lho, apa hubungan cerita tentang Suminah dan Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia? Aku sendiri dalam diamku selalu mencari refleksi-refleksi yang kadang hanya bisa kujawab dengan helaan nafas panjang karena ketidakberdayaanku. Hari kemerdekaan yang setiap tahun kita peringati; dan tahun ini memasuki usia 70 tahun; ternyata dimaknai sangat sempit oleh sebagaian besar masyarakat dan pemerintah: upacara bendera, lomba-lomba, tumpengan, berkunjung kemakam pahlawan dan berdoa disana. Apa arti kemerdekaan itu sendiri belum dirasakan sepenuhnya oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Bahwa Belanda dan Jepang sudah tidak bercokol lagi di negara ini, itu benar! Tapi dengan tidak adanya upaya yang serius dari pemerintah untuk memeperjuangkan nasib rakyatnya adalah keterjajahan dalam bentuk yang lain. Kasus-kasus yang dialami tenaga kerja Indonesia di luar negeri, apakah sudah bisa dikatakan pemerintah/ negara melindungi warganya? Dan, memerdekakan ketertindasan dari bangsa lain?
AIPSSA Newsletter
September 2015
Page 15
Celoteh mbak Poedji: Peringatan Hari Kemerdekaan
Semangat Merah Putih. Foto oleh Akhdian Ilustrasi tentang nasib buruk yang banyak menimpa TKI di berbagai negara, itu hanya sedikit debu dari sekian banyak debu persoalan yang melanda Indonesia. Masih banyak contoh yang menggambarkan bagaimana kita ini masih terjajah alias belum merdeka dalam arti yang utuh; 1. Ketergantungan kita pada impor barang-barang dari China dan negara-negara lain, padahal sebenarnya bisa kita produksi sendiri; sepertinya tidak secara sistematis dikembangkan untuk memerdekakan bangsa kita dari ketergantungan itu. 2. Produksi-produksi sepatu, kaos, dan barang lain yang tak kalah bagusnya dengan produksi luar negeri, kita lempar dengan harga murah ke negara lain dan memakai branding dari negara tersebut, dan dijual kembali ke negara kita dengan harga mahal. Hebatnya masyarakat kita gak banyak yang peduli. Jika demikian, bagaimana kita bisa merdeka dari rasa inferior? 3. Gamelan Jawa, angklung Sunda, Bahasa dan lagu-lagu daerah Indonesia yang banyak dipelajari oleh orang asing bukan membuatku merasa iri atau sakit hati, tapi “geram” saja, kenapa kita membiarkan itu hilang dari generasi kita. Anak-anak muda Indonesia lebih suka menyerap budaya Bangsa Amerika atau mungkin juga budaya Bangsa Arab. Seolah-olah Amerika adalah kiblat modernisasi dan Arab adalah kiblat agama (islam), dan tidak perlu di-filter? Jika demikian, apakah bangsa kita sudah punya Independensi yang kuat? Apakah kita kurang yakin bahwa dengan budaya sendiri kita bisa menjadi bangsa yang kaya? Dan masih banyak lagi…….. Kutinggalkan ibu itu dengan langkah gontai dan bernyanyi lirih dalam hati: Sekali merdeka tetap merdeka, Selama hayat masih dikandung badan Kita tetap setia, tetap setia; mempertahankan Indonesia Kita tetap setia. Tetap setia; membela negara kita…… Mudah-mudahan tidak hanya sekedar lagu yang penuh dengan semangat patriotisme!
AIPSSA Newsletter
September 2015
Page 16
Laporan Khusus: Perth Festival Film Indonesia 2015
Oleh: Novi Wilkinson
Perth Indonesian Film Festival ke-5 Balai Bahasa Indonesia Perth (BBIP) bekerjasama dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia dan didukung oleh Garuda Indonesia dan Seasons Hotel Perth menyelengarakan Perth Festival Film Indonesia yang ke-5. Acara ini berlangsung pada hari Kamis, 3 September hingga Minggu, 6 September 2015 di Hoyts Cinema Garden City. BBIP adalah organisasi budaya, non-profit yang berbasis di Perth, Australia Barat dengan tujuan utama meningkatkan kegiatan dan memperkuat ikatan antara individu, bisnis, dan lembaga untuk mengembangkan hubungan yang lebih dekat antara Indonesia dan Australia Yang diketuai oleh Karen Bailey. Menurut Karen Bailey, acara Perth festival film Indonesia ini memberikan kontribusi yang saling menguntungkan antara masyarakat Indonesia dan Australia. Karen berharap acara Perth festival film Indonesia bisa diadakan setiap tahun. Dalam rangka persiapan Perth festival film Indonesia 2016, Balai Bahasa Indonesia Perth sedang mencari sponsor utama untuk acara ini. Perth Festival Film Indonesia tahun ini mengundang beberapa artis dari Indonesia seperti Nia Zulkarnaen Sihasale, Ari Sihasale, Yayu Unru, Fatih Unru, Lukman Sardi, Jajang C. Noer, Erwin Harahap, Shafira Umm, Viky Sianipar, Deasy Agung Puspitasari, Feby Febiola. Dan film-film yang ditampilakan adalah Seputih Cinta Melati, Di Balik 98, Cahaya Dari Timur: Beta Maluku, Toba Dreams dan Kapan Kawin? Perth Festival Film Indonesia dibuka pada hari Kamis pagi dengan pemutaran film Seputih Cinta Melati dari Alenia Pictures yang ditonton oleh anak-anak sekolah dari beberapa sekolah di Australia Barat yang mengajarkan Bahasa Indonesia. Pada sore harinya ada acara malam pembukaan dilanjutkan dengan pemutaran film Di Balik ‘98 Acara malam pembukaan Perth Festival Film Indonesia dihadiri oleh Konsul Jenderal Bapak Ade Padmo Sarwono dan Ibu Dhani, dan beberapa tamu undangan serta pejabat pemerintahan di Australia Barat.
AIPSSA Newsletter
September 2015
Page 17
Laporan Khusus: Perth Festival Film Indonesia 2015
Penonton pada malam pembukaan PFFI Pada saat pembukaan acara Perth Festival Film Indonesia, Jajang C. Noer, artis senior yang membintangi film Cahaya dari Timur: Beta Maluku mengucapkan terimakasih kepada Balai Bahasa Indonesia Perth dan KJRI Perth yang telah membantu dalam penyelenggaraan acara Perth Festival Film Indonesia. Menurut Jajang, acara ini sangat penting untuk diadakan agar bangsa Australia bisa mengenal Indonesia secara langsung, tidak hanya dari media. Jajang berharap agar acara ini akan terus berlangsung sampai kita mati. Mr. David T. Hill seorang profesor Asia Tengara Studi di Murdoch University yang hadir dalam pemutaran film Di Balik ’98 mengatakan bahwa penyelenggara Perth Festival Film Indonesia adalah suatu ide yang fantastic. Beliau sangat senang bisa hadir pada acara pembukaan Perth Festival Film Indonesia. Acara ini merupakan salah satu ide yang sangat baik dalam memperkenalkan dan memberitahu tentang industri kreatif yang ada di Indonesia kepada masyarakat Australia. Dengan adanya acara Perth Festival Film Indonesia ini, penggemar film Indonesia di Australia mepunyai kesempatan untuk menonton film-film Indonesia dan berinteraksi langsung dalam tanya jawab, berfoto-foto maupun hadir pada sesi ‘Bertemu dan Menyapa’ artis, sutradara dan produser dari setiap film selama festival. Film-film Indonesia yang diputar pada acara PIFF terdapat teks Bahasa Inggris sehingga memudahkan masyarakat Australia untuk mengerti cerita yang terjadi dalam film tersebut. Film-film yang diputar di PIFF, dipilih karena mewakili berbagai aspek kehidupan dan budaya di Indonesia. Pada hari Minggu, tanggal 6 September 2015 pukul11am – 2pm ada sesi ‘Meet and Greet’ di KJRI Perth. Di acara ini para penggemar film Indonesia berkesempatan untuk bertemu dan berfoto bersama para artis, sutradara dan produser film yang ditampilkan di PIFF.
AIPSSA Newsletter
September 2015
Page 18
Laporan Khusus: Kunjungan Bapak Dr. Susilo Bambang Yudhoyono
Oleh: Filbert Hilman
Diskusi panel bersama Bapak SBY
Kunjungan Bapak Dr. Susilo Bambang Yudhoyono Pada tanggal 22 September 2015, Presiden ke-6 Republik Indonesia, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa oleh University of Western Australia (UWA). Mengutip situs perthusasia.edu.au, gelar tersebut dianugerahkan untuk kontribusi luar biasa Dr. SBY selama menjabat presiden, secara khusus komitmennya dan visinya untuk memperkuat daerah Indo-Pasifik dan hubungan dengan Australia, tetangga terdekat Indonesia. Selain itu, diadakan juga pertemuan meja bundar informal antara Dr. SBY dan mahasiswa yang belajar Bahasa Indonesia. Pada tanggal 24 September 2014, Dr. SBY memberikan kuliah umum yang bertempat di Octagon Theatre, UWA. Acara tersebut dipenuhi oleh berbagai elemen masyarakat, khususnya para pelajar dan warga negara Indonesia di Perth yang sangat antusias. Mengutip, situs kjri-perth.org.au, acara tersebut juga dihadiri oleh Premier Australia Barat Colin Barnett dan mantan Menlu dan Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith. Dalam kuliah umumnya, Dr. SBY membahas beberapa isu terkini yang meliputi perubahan iklim, peran Indonesia di ASEAN, dan juga masyarakat ekonomi ASEAN. Acara juga diisi dengan diskusi panel yang menampilkan Gordon Flake (CEO Perth USAsia Centre), Prof. Khrisna Sen (Dekan Faculty of Arts, UWA), Prof. Stephen Smith, dan Dr. Dino Patti Djalal (mantan Wamenlu RI). Diskusi ini membahas mengenai kondisi geopolitik di kawasan Asia Pasifik dan juga membahas mengenai pendidikan dan pengurangan emisi karbon ditengah pembangunan ekonomi di kawasan.
AIPSSA Newsletter
September 2015
Page 19
Buku Baru Salah satu wujud kontribusi AIPSSA di tahun 2015 ini adalah keinginan untuk menerbitkan sebuah buku yang ditulis oleh para mahasiswa dan alumni tersebut yang mengangkat beragam topik dalam kaitannya dengan upaya membantu mewujudkan pembangunan inklusif di Indonesia. “Kontribusi Untuk Bangsaku: Menyambut 70 Tahun NKRI” adalah judul buku perdana AIPSSA, didukung oleh Konsulat Jenderal RI di Perth, Western Australia. Buku ini menggambarkan state of the art berbagai kajian dari para mahasiswa pada saat 70 tahun usia NKRI, khususnya riset terkini yang telah dan sedang dijalankan di berbagai universitas di Australia Barat. Kajian-kajian tersebut disampaikan secara lugas dalam bahasa yang popular. Ada empat bagian kajian, yaitu Ekonomi dan Politik; Lingkungan; Pendidikan; dan Teknologi. Buku ini diharapkan dapat membantu pemerintah, masyarakat dan dunia bisnis di Indonesia untuk mengatasi persoalan berbangsa dan bernegara menuju Indonesia yang semakin bermartabat di berbagai bidang kehidupan. Selain itu, buku ini dapat dijadikan pelengkap referensi bagi para akademisi, praktisi pendidikan, pengambil kebijakan di pemerintahan, dan mahasiswa serta forum untuk mendiseminasi ide para peneliti sebagai wadah kolaborasi ilmiah.
AIPSSA Newsletter
September 2015