PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PROSES PENGAMPUNAN PADA WANITA DENGAN HIV/AIDS YANG TERINFEKSI MELALUI SUAMINYA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh: Tiffany Chandra NIM : 129114007
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
saiki zamane zaman edan, yen ora edan ora keduman. nanging sak bejo-bejone wong edan, isih luwih bejo wong kang eling lan waspada -Jangka Jayabaya, dipopulerkan R. Ng. Rangga Warsita-
WORDS, in my humble opinion, are the most INEXHAUSTIBLE source of MAGIC we have. -Albus Dumbledore-
Learning is a treasure that will follow its owner everywhere -Ancient Chinese Proverb-
IN ALL LABOR THERE IS PROFIT BUT IDLE CHATTER LEADS ONLY TO POVERTY -PROVERBS 14 : 23iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Seluruh jerih payah ini kupersembahkan untuk: Sang Pokok Anggur yang menghidupi ranting-rantingnya dengan cinta tak tersangkalkan. Papa dan Mama yang menabung peluh dan airmata agar masa depanku bahagia. Edina Maya Chandra yang menyimpan kunciku menuju ruangan-ruangan rahasia. Felix Mikhael Jalung Wirangga Jakti yang meminjamkan pundak untuk berpijak, hingga jemariku menyentuh angkasa Guru-guruku di manapun kalian berada. Universitas Sanata Dharma, tempat aku dimanusiakan sebagai manusia muda. Kanca Pait, Anak-Anak Romo, dan semua yang mewarnaiku dengan cinta. Setiap batu sandungan yang pernah kujumpai di semesta.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PROSES PENGAMPUNAN PADA WANITA DENGAN HIV/AIDS YANG TERINFEKSI MELALUI SUAMINYA Tiffany Chandra ABSTRAK Studi kasus ini bertujuan untuk memahami proses pengampunan yang dilakukan oleh wanita dengan HIV/AIDS terhadap suaminya yang menjadi sumber infeksi HIV. Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan prosedur wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap dua orang wanita yang terinfeksi HIV dari suami. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan metode Analisis Isi Kualitatif (AIK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengampunan wanita dengan HIV/AIDS terhadap suaminya secara umum sesuai dengan Enright Psychological Process Model of Forgiveness, kecuali pada beberapa bagian. Wanita dengan HIV/AIDS mengenali kesalahan suaminya dan konsekuensi dari kesalahan tersebut, tanpa mampu melakukan konfrontasi kemarahan. Mereka juga memutuskan untuk mengampuni, tetapi tidak terlepas dari konteks agama dan moral dalam pengambilan keputusan tersebut. Selain itu, mereka mengampuni karena suami sakit atau sudah meninggal, bukan karena adanya empati atau belas kasihan sebagai hasil dari perubahan pandangan terhadap suami yang bersalah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dukungan atau sebaliknya, diskriminasi, dari lingkungan sosial mempengaruhi wanita dengan HIV/AIDS dalam mengambil keputusan dan bersikap selama proses pengampunan pada suami yang menjadi sumber infeksi. Kata kunci: pengampunan, wanita, HIV, AIDS, ODHA, tertular dari suami
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PROCESS OF FORGIVENESS IN WOMEN WITH HIV/AIDS WHO INFECTED BY THEIR HUSBANDS Tiffany Chandra ABSTRACT This qualitative research aimed to describe how women with HIV/AIDS forgive their husbands as the source of HIV infection. A case study was conducted to fulfill that goal. Researcher used in-depth interview procedure to collect data from two women with HIV/AIDS who infected by their husbands. Qualitative content analysis was applied to analyze the data. Result show that the process of forgiving in women with HIV/AIDS is in accordance with almost all the phases in Enright Psychological Process Model of Forgiveness. Women with HIV/AIDS realize their husbands’ mistake and its negative consequences without showing confrontation of anger. They also make the decision to forgive, but hardly separate themselves from the context of religion and morality in the decision making. Women with HIV/AIDS also forgive because their husbands are sick or died. So, the decision to forgive is not related to the reframing of who the wrongdoer is, and built the empathy and compassion toward their husbands as the offenders. The findings also show that supports or discriminations from the social do influence the women with HIV/AIDS in decision making and their attitudes during the process of forgiving their husbands as the offender. Keywords: forgiveness, women, HIV, AIDS, PWHA, infected by husband
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Terpujilah Kristus sebab karena kasih-Nya yang tak terbantahkan, penulis dimampukan untuk menyelesaikan karya ini. Namun, sebagai manusia yang bersahabat karib dengan kelemahan dan kesalahan, penulis sangat terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan yang dapat membantu penulis dalam karya-karya
selanjutnya.
Dalam
kesempatan
ini,
penulis
juga
hendak
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang menyempurnakan penulis dengan doa dan cinta, terutama: 1. Jehovah Jireh, penyedia dan penyelenggara hidupku. 2. Mama dan Papa yang dalam rapalan doa-doanya terselip namaku. 3. Pungpung dan seluruh keluarga besar yang senantiasa menguatkanku. 4. Dr. Tjipto Susana, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang memungkinkan karya ini terwujud, melalui pengorbanan waktu dan kesabaran mendidik yang tak jemu-jemu. 5. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi USD. 6. P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku Kepala Prodi Fakultas Psikologi USD. 7. Drs. Hadrianus Wahyudi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik. 8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 9. Mbak D dan Mbak T, dua wanita tangguh yang memberiku lebih dari sekedar data penelitian dan menularkan semangat hidup padaku. 10. Mas Rangga, sahabat dan teman hidup, yang senantiasa ada dalam senja dan badaiku. Sampai bertemu di Bundesrepublik Deutschland!
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11. Sahabat-sahabatku: Indro, Jessi, Ommo, Pelinski, Ce Agnes, Flo, Paul, Roy, Titus, Dhesa, dan Cius. 12. Teman seperjuangan di Yogya: geng “Marijajan”. 13. Semua jiwa-jiwa baik yang mengingatku dalam doa dan harapan.
Yogyakarta, 19 Desember 2016 Penulis,
Tiffany Chandra
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING............................... ii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii HALAMAN MOTTO ....................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... vi ABSTRAK ......................................................................................................... vii ABSTRACT ........................................................................................................ viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. ix KATA PENGANTAR....................................................................................... x DAFTAR ISI...................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii BAB I. PENDAHULUAN................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 16 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 16 D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 16 1. Manfaat Teoritis ................................................................................ 16 2. Manfaat Praktis ................................................................................. 17
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 19 A. Korban Pengalaman Traumatik............................................................... 19 B. HIV dan AIDS ........................................................................................ 20 1. HIV.................................................................................................... 20 2. AIDS ................................................................................................. 21 3. Prinsip Penularan HIV ...................................................................... 22 C. Orang dengan HIV/AIDS........................................................................ 23 1. ODHA ............................................................................................... 23 2. Sikap ODHA ..................................................................................... 23 D. Pengampunan .......................................................................................... 25 1. Definisi Pengampunan ...................................................................... 25 2. Proses Pengampunan......................................................................... 29 3. Jenis-Jenis Pengampunan.................................................................. 36 4. Pengampunan dan Wanita dengan HIV/AIDS.................................. 41 E. Kerangka Konseptual .............................................................................. 44 BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 45 A. Jenis dan Desain Penelitian..................................................................... 45 1. Jenis Penelitian.................................................................................. 45 2. Desain Penelitian............................................................................... 46 B. Fokus Penelitian ...................................................................................... 46 C. Informan.................................................................................................. 47 D. Peran Peneliti .......................................................................................... 48 1. Latar Belakang Peneliti ..................................................................... 49
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Kaitan antara Peneliti, Informan, dan Lokasi Penelitian .................. 49 3. Isu-isu Terkait Etika.......................................................................... 49 E. Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data ......................................... 50 1. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................. 50 2. Prosedur Perekaman Data ................................................................. 51 F. Metode Analisis Data.............................................................................. 51 G. Kredibilitas.............................................................................................. 52 1. Validitas ............................................................................................ 52 2. Reliabilitas ........................................................................................ 55 3. Generalisabilitas................................................................................ 56 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................ 57 A. Persiapan Peneltian ................................................................................. 57 B. Pelaksanaan Peneltian ............................................................................. 59 C. Profil Informan....................................................................................... 61 1. Latar Belakang Informan I ................................................................ 62 2. Latar Belakang Informan II............................................................... 66 D. Hasil Penelitian ....................................................................................... 68 1. Relasi Informan dengan Suami Sebelum Informan Terkena HIV .... 69 2. Relasi Informan dengan Suami Saat Terkena HIV ........................... 71 3. Dinamika Informan Pasca Suami Meninggal ................................... 79 4. Dinamika Informan Terkait Dukungan dari Lingkungan ................. 82 5. Proses Informan Mengampuni Suami............................................... 87 6. Makna Pengampunan Bagi Informan................................................ 90
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Pembahasan............................................................................................. 92 1. Fase Uncovering................................................................................ 92 2. Fase Decision .................................................................................... 97 3. Fase Work.......................................................................................... 100 4. Fase Deepening ................................................................................. 104 F. Poin Pembelajaran (Learning Points) ..................................................... 109 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 111 A. Kesimpulan ............................................................................................. 111 B. Keterbatasan Penelitian........................................................................... 113 C. Saran........................................................................................................ 114 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 118 LAMPIRAN....................................................................................................... 123
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Ringkasan Kegiatan Pengambilan Data Penelitian ........................... 61 Tabel 2. Data Demografis Informan ................................................................ 62
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent ........................................................................ 124 Lampiran 2. Lembar Persetujuan ..................................................................... 127 Lampiran 3. Protokol Wawancara.................................................................... 128 Lampiran 4. Tabel AIK I Informan I ............................................................... 132 Lampiran 5. Tabel AIK I Informan II .............................................................. 209 Lampiran 6. Tabel AIK II Informan I .............................................................. 285 Lampiran 7. Tabel AIK II Informan II............................................................. 301
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH Pada tahun 1981, dunia pertama kali menambahkan infeksi HIV ke dalam daftar kondisi kesehatan yang dikenal manusia, setelah ditemukan warga Amerika Serikat dengan status HIV positif. Sekitar dua dekade kemudian, para ilmuwan menemukan bahwa HIV berkaitan dengan SIVcpz, virus yang menyerang sistem imun pada monyet dan kera, di Republik Demokratis Kongo, Afrika. Dari tempat tersebutlah HIV diyakini berasal, sebelum akhirnya menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia (“Origin of HIV & AIDS”, 2015). Sejak permulaan epidemik hingga saat ini, tercatat hampir 78 juta orang terinfeksi HIV dan 39 juta orang meninggal dunia karenanya (“Global Health Observatory (GHO) data: HIV/AIDS”, 2016). HIV/AIDS sendiri menempati urutan ke-6 dalam daftar “Sepuluh Penyebab Terkemuka Kematian Manusia di Dunia” pada tahun 2012 menurut WHO. Pada tahun tersebut, HIV/AIDS menjadi penyebab pada 1,5 juta kasus kematian di dunia, atau setara dengan 2,7% dari seluruh kasus kematian di dunia (“The top ten causes of death”, 2014). Tahun berikutnya, 2013, 1,5 juta orang dari seluruh dunia meninggal karena HIV/AIDS dan sekitar 35 juta orang hidup dengan HIV/AIDS pada akhir tahun 2013 (“Global Health Observatory (GHO) data: HIV/AIDS”, 2016).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Sementara itu, di Indonesia sendiri, terjadi peningkatan jumlah kasus HIV sejak pertama kali ditemukan, yakni pada tahun 1987 di Provinsi Bali, hingga terakhir kali dilakukan pendataan pada September 2014. Pada tahun 1987 hingga 2005, ditemukan sekitar 859 kasus HIV di Indonesia. Sementara itu, pada September 2014, tercatat sebanyak 22.869 kasus (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Berbeda
dengan
kasus
HIV,
kasus
AIDS
di
Indonesia
menunjukkan kecenderungan peningkatan yang lamban dari tahun ke tahun selama periode 1987 hingga September 2014. Bahkan, sejak tahun 2012, kasus AIDS di Indonesia mulai menurun. Kasus AIDS hingga tahun 2005 tercatat sebanyak 5.184, sementara pada September 2014 tercatat sebanyak 1.876 kasus. Meskipun mengalami penurunan, tetapi angka tersebut menunjukkan bahwa Indonesia belum bebas AIDS (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Berdasarkan faktor risiko, pola penularan HIV di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2014 tidak mengalami perubahan. Infeksi HIV dominan terjadi pada heteroseksual, diikuti kelompok “lain-lain”, pengguna napza suntik, dan diikuti oleh kelompok “Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki” (LSL). Sementara itu, berdasarkan faktor risiko, kasus AIDS di Indonesia dari tahun 1987 hingga September 2014 dominan terjadi pada kelompok heteroseksual (61,5%), “tidak diketahui” (17,1%), pengguna napza suntik (15,2%), dan homoseksual (2,4%). Menurut jenis pekerjaan, penderita AIDS di Indonesia paling banyak berasal dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
kelompok ibu rumah tangga, diikuti wiraswasta, dan diikuti oleh tenaga non profesional (karyawan) (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Sejak tahun 1981 saat istilah HIV pertama kali dikenal, hingga saat ini di mana HIV dan AIDS telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk 386 kabupaten/kota di Indonesia, belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan seseorang dari infeksi HIV. Obat yang berhasil ditemukan sejauh ini hanya dapat memperpanjang hidup dan/atau meningkatkan mutu hidup orang dengan HIV/AIDS (ODHA) (Green, 2013). Oleh karena itu, berbagai terapi penunjang, yakni terapi tradisional tanpa obat-obatan kimiawi, dilakukan untuk meningkatkan mutu hidup ODHA. Terapi penunjang ini dapat berupa penggunaan ramuan tradisional, penggunaan suplemen, olahraga, pijat refleksi, hingga terapi psikologis, spiritual, dan emosional (Murni, Green, Djauzi, Setiyanto & Okta, 2009). Para peneliti kemudian menemukan bahwa praktik pengampunan dapat menjadi salah satu bentuk terapi penunjang bagi ODHA, karena menghilangkan afek-afek negatif dalam diri ODHA. Keberadaan afek-afek negatif tersebut disinyalir dapat menurunkan kadar CD4, sel darah putih yang dipakai HIV untuk mereplikasikan diri sebelum kemudian dibunuh oleh virus tersebut. Dengan demikian, apabila jumlah CD4 rendah, sistem kekebalan tubuh ODHA akan lemah (Riasnugrahani & Wijayanti, 2011). Penelitian lainnya juga menemukan bahwa pengampunan kepada orang lain dapat menjadi sebuah strategi coping dalam menghadapi tekanan untuk meningkatkan kualitas hidup, khususnya pada ODHA yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
memiliki kelekatan insecure. Sementara itu, pengampunan terhadap diri sendiri akan meningkatkan persepsi tentang kesehatan pada ODHA yang memiliki kecemasan dalam kelekatan (Martin, Vosvick & Riggs, 2012). Temoshok dan Wald (2005) dalam penelitian mereka berhipotesis bahwa konsekuensi emosional dan psikososial dari mengampuni dan perasaan diampuni, atau sebaliknya tidak mengampuni dan perasaan tidak diampuni,
memiliki
konsekuensi
psikososial
(behavioral)
dan
psikoneuroimunologis (biomedis) bagi orang-orang yang terinfeksi HIV. Mengampuni orang lain diyakini terasosiasi dengan harga diri dan penghargaan diri, juga banyak dampak positif kesehatan, serta berlawanan dengan perasaan bersalah, kebencian terhadap diri sendiri, dan perilaku menyalahkan diri sendiri (Glaser, Rabin, Chesney, Cohen & Natelson, 1999; Moulton, Sweet, Temoshok, 1987 dalam Temoshok & Wald, 2005). Lebih jauh lagi, Temoshok dan Wald (2005) menjelaskan bahwa harga diri yang rendah terasosiasi dengan cara-cara maladaptif untuk berdamai dengan stres, misalnya penggunaan obat-obatan terlarang yang merupakan kontributor infeksi HIV dan penyakit menular seksual lainnya, juga penyakit yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan terlarang, secara khusus jenis obat yang menggunakan jarum suntik sebagai media. Temoshok dan Wald (2005) mengemukakan pula bahwa ketika seorang ODHA mampu mengampuni secara interpersonal dan mampu melepaskan perasaan-perasaan yang tidak produktif terhadap orang lain, ODHA tersebut akan mampu mencari dan menerima dukungan sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
dengan lebih mudah dan efektif. Dukungan sosial terbukti menjadi faktor kunci dalam mempertahankan kesehatan yang baik dan relevan bagi ODHA, terutama yang biasanya merasa ditolak. Sementara itu, ketidakpercayaan dan rasa tidak mengampuni sistem medis, serta kenyataan bahwa belum ada obat yang dapat menyembuhkan AIDS menyebabkan ODHA tidak patuh dalam meminum obat. Padahal, obatobatan tersebut harus dikonsumsi ODHA secara teratur dengan keakuratan waktu konsumsi di atas 95%, untuk mencegah perkembangan jenis virus yang kebal obat. Keadaan tidak mengampuni juga menciptakan komunikasi yang buruk antara ODHA dengan penyedia layanan kesehatan, yang dapat berujung pada rasa putusasa dan hilang harapan. Padahal, rasa memiliki harapan adalah salah satu kunci dalam proses biomedis yang dapat menuntun pada keberhasilan tritmen dan pemulihan. Secara biomedis, kemampuan untuk mengampuni dan melupakan akan memunculkan keadaan yang mampu mengembalikan sistem psikologis yang hyperaroused pada keadaan homeostatis. Keadaan relaksasi psikologis dan homeostatis otonomik ini merupakan sebuah pola psikologis yang terkait dengan long term survival pada ODHA. Namun, “pengampunan bertopeng” yang menutupi perasaan belum mengampuni dan berperilaku seolah-olah telah mengampuni, tidak akan mengatasi peristiwa atau dilema pengampunan, dan malah akan menghasilkan gairah (arousal) otonomik dan mengaktifkan imunitas yang tidak tepat (Temoshok, 2003a dalam Temoshok dan Wald, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
Pengampunan adalah perilaku yang mencerminkan belas kasihan berlimpah kepada orang yang telah berperilaku tidak pantas (Holter, Magnuson & Enright, 2008). Holter dkk. (2008) mengatakan, mudah untuk mengatakan bahwa “semua orang pantas mendapatkan belas kasihan”. Namun, dibutuhkan pengorbanan yang tidak kecil untuk mewujudkannya. Pengampunan bukan hal yang mudah untuk dilakukan karena menyangkut proses yang panjang, kompleks, bahkan seringkali menyakitkan (Walton, 2005). Pembahasan mengenai pengampunan itu sendiri sulit terlepas dari topik mengenai luka/sakit (hurt) dan kebencian (resentment) (Walton, 2005). Oleh DiBlasion & Proctor (1993 dalam Walton, 2005), hurt didefinisikan sebagai rasa sakit yang diderita karena kesalahan orang lain, sementara resentment digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap pelaku kesalahan karena telah menyebabkan luka. Hurt dapat terjadi pada siapa saja, misalnya korban kekerasan emosional dalam rumah tangga (Reed & Enright, 2006), korban incest (Walton, 2005), dan lain sebagainya. Pengalaman akan rasa sakit (hurt) tersebut dapat menyebabkan seorang individu mengalami posttraumatic stress disorder (PTSD). Hal ini diperkuat oleh gagasan yang disampaikan oleh American Psychiatric Association (1994 dalam Bonin, Norton, Asmundson, Dicurzio & Pidlubney, 2000) bahwa PTSD mungkin muncul mengikuti peristiwa ketika seorang individu yakin bahwa dirinya dapat saja terluka atau terbunuh secara serius, ataupun ketika menyaksikan orang lain terluka secara serius atau bahkan terbunuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
Bentuk trauma itu sendiri dapat bermacam-macam, misalnya: kematian orang yang dicintai, pengasingan atau pengabaian secara fisik dan emosional, menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga atau komunitas, mengalami kecelakaan atau bencana alam yang serius, serta trauma yang terasosiasi dengan perang dan pertempuran, dan lainnya. Pengalaman-pengalaman tersebut berpotensi menghasilkan reaksi PTSD bagi sebagian besar korban. Kendati demikian, belum banyak penelitian empiris yang memeriksa keterkaitan spesifik antara pengampunan dan kesembuhan dari trauma, termasuk hubungan PTSD dan tidak memaafkan. Berdasarkan penjabaran mengenai macam-macam trauma di atas, dapat dilihat bahwa ada beberapa trauma yang disebabkan oleh perilaku orang lain dan ada yang tidak. Dalam trauma yang disebabkan oleh orang lain, beberapa kasus membutuhkan proses pengampunan yang berbeda dari biasanya, misalnya kasus kekerasan seksual pada masa kanak-kanak. Pengampunan dalam konteks kekerasan seksual pada masa kanakkanak berbeda dengan mengampuni kesalahan lainnya karena beberapa alasan. Pertama, pelaku kesalahan dalam kekerasan seksual pada masa kanak-kanak
seringkali
merupakan
individu
yang
seharusnya
bertanggungjawab atas keselamatan dan kesejahteraan korban dan secara ekstrim memiliki keintiman emosional dengan korban, sehingga sulit mengampuni pengkhianatan terhadap kepercayaan yang diperkeruh oleh adanya pelanggaran keamanan. Kedua, mengampuni kasus kekerasan seksual tersebut merupakan proses yang kompleks dan dinamis, sulit untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
dimulai dan membutuhkan waktu yang signifikan. Terakhir, perubahan prososial motivasional terhadap pelaku kesalahan mungkin tidak dapat dijalani dan/atau tidak dianjurkan, berkaitan dengan potensi terulangnya kekerasan setelah rekonsiliasi. Kendati demikian, penelitian-penelitian selanjutnya menemukan bahwa pengampunan dapat terjadi tanpa rekonsiliasi, dan korban dapat mencapai transformasi emosi, kognitif, dan perilaku terhadap pelaku kesalahan tanpa perlu adanya kedekatan fisik ataupun kembali berelasi dengan pelaku kesalahan (Noll, 2005). Meskipun belum banyak studi empiris yang berfokus pada pengalaman traumatik, termasuk pengampunan pada kasus kekerasan seksual, beberapa penelitian ternayata mampu menunjukkan efek positif pengampunan terhadap para korban pengalaman traumatik. Freedman & Enright (1996 dalam Noll, 2005) menemukan bahwa intervensi pengampunan menurunkan kecemasan dan depresi, serta meningkatkan pengampunan dan harapan pada korban incest dalam penelitian yang mereka lakukan. Sementara itu, penelitian lainnya menemukan bahwa intervensi pengampunan efektif bagi beberapa korban kekerasan seksual dan sebagian besar aspek pengampunan memberikan keuntungan pada proses penyembuhan para korban (Noll, 2003; Noll & McCullough, 2004 dalam Noll. 2005). Minimnya penelitian mengenai pengampunan pada korban dengan pengalaman traumatik, serta efek positif praktik pengampunan terhadap para korban, membangkitkan ketertarikan peneliti untuk meneliti tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
pengampunan pada wanita yang terinfeksi HIV dari suaminya. Para wanita dengan HIV/AIDS tersebut juga merupakan korban pengalaman traumatik dan harus menanggung hurt berupa beban secara fisik, psikologis, dan sosial akibat perbuatan suami. Pada kasus wanita dengan HIV/AIDS yang terinfeksi dari suami, sekalipun tidak terjadi rekonsiliasi atau bahkan korban putus hubungan dengan pelaku kesalahan, korban tetap akan menanggung hurt akibat pengalaman traumatiknya, misalnya: kesehatan fisik yang buruk karena adanya HIV dalam tubuh, dan lain sebagainya. Ketertarikan untuk meneliti tersebut diperkuat oleh temuan bahwa ODHA seringkali merasa tidak mampu untuk mengampuni anggota keluarganya atas keadaan yang menyebabkan mereka memperoleh infeksi HIV, terutama pada wanita dengan HIV/AIDS. Wanita dengan HIV/AIDS cenderung menyalahkan keluarga dan tradisi sosial atas kerentanan mereka. Misalnya, seorang informan mengaku bahwa dirinya tidak mampu mengampuni kedua orangtuanya yang telah membuatnya menikahi pria dengan kebiasaan buruk, hingga dirinya terinfeksi HIV/AIDS. Informan tersebut juga mengatakan bahwa seharusnya orangtuanya mendidik dan membantunya menjadi mandiri (Temoshok & Chandra, 2000). Penelitian lainnya yang dilakukan di Thailand menemukan bahwa ODHA biasanya mengalami kehidupan tidak harmonis yang disebabkan infeksi HIV dan juga tritmen yang terkait dengan HIV. Keadaan yang ideal, yaitu keharmonisan, dapat diperoleh, salah satu caranya, dengan terapi energik (energetic therapy). Keharmonisan yang dimaksud adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
suatu keadaan yang muncul saat seseorang menemukan diri mereka yang sesungguhnya (real self), yang dapat meningkatkan keharmonisan di dalam pikiran, tubuh, dan jiwa, serta meningkatkan derajat kesehatan. Perolehan keharmonisan tersebut telah terbukti memunculkan perasaan puas atau berhasil, konsep diri yang positif, serta lingkungan yang lebih menyenangkan. Pada intinya, keharmonisan yang hendak dicapai adalah keadaan seimbang antara diri seseorang dengan alam semesta. Adapun pengalaman-pengalaman ketidakharmonisan yang dialami oleh ODHA biasanya berupa: stres karena menjadi orang yang terinfeksi HIV; perasaan tidak menentu, merasa putus asa, berpikiran untuk mati; rasa bersalah dan tidak mengampuni; dan merasa tidak berdaya (Keawpimon, Songwathana & Chuaprapaisilp, 2010). Sementara itu, penelitian lainnya juga menemukan bahwa pria yang terinfeksi HIV sebagai konsekuensi dari perilaku berisiko yang mereka lakukan, cenderung bergumul dengan isu pengampunan terhadap diri sendiri (Temoshok & Chandra, 2000). Pengampunan terutama sulit dilakukan oleh ODHA yang terinfeksi melalui pasangan. Sebuah studi kasus oleh Riasnugrahani dan Wijayanti (2011) memunjukkan bahwa wanita yang terinfeksi HIV/AIDS melalui suami cenderung merasa tidak adil akan keadaan tersebut dan tidak mengampuni. Penelitian lainnya menemukan bahwa wanita yang terinfeksi HIV/AIDS melalui pasangan merasa marah, bahkan cenderung tidak lagi menghormati
pasangan
dan
memperlakukannya
dengan
buruk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
(Keawpimon, Songwathana & Chuaprapaisilp, 2010). Perilaku tidak mengampuni tersebut terkait dengan beban-beban sosial dan psikologis yang ditanggung ODHA ketika statusnya terungkap (Hidayah, 2014). Temoshok dan Chandra (2000) juga menemukan bahwa wanita di India yang terinfeksi HIV melalui pasangannya cenderung tidak mengampuni situasi yang membuat mereka rentan terhadap infeksi, serta merasa tidak berdaya untuk mengubah situasi yang mereka alami. Para wanita tersebut kemudian berusaha menerima infeksi HIV mereka sebagai takdir untuk berekonsiliasi dengan perasaan tidak mengampuni tersebut. Sementara itu, wanita yang berprofesi sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK), cenderung tidak mampu mengampuni pria yang membuat mereka terinfeksi, sebagai bentuk dari amarah, serta terbukti tetap tidak berhasil mengampuni setelah diberi intervensi berupa pendekatan rohani/agama. Para wanita yang berprofesi sebagai PSK tersebut juga tidak dapat mengampuni orang lain dan masyarakat yang mengisolasi mereka dan meminta mereka bertanggungjawab atas penyebaran infeksi HIV. Penelitian-penelitian terdahulu memberikan gambaran mengenai berbagai konsekuensi dari perilaku mengampuni dan tidak mengampuni pada ODHA (Martin, Vosvick & Riggs, 2012; Riasnugrahani & Wijayanti, 2011; Temoshok & Wald, 2005). Hasil dari penelitian-penelitian tersebut secara umum menunjukkan bahwa pengampunan pada akhirnya akan mampu meningkatkan status kesehatan ODHA. Sebaliknya perilaku tidak mengampuni, baik terhadap diri, orang lain, bahkan sistem pengobatan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
menyebabkan kesehatan ODHA semakin memburuk. Beberapa penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa pada umumnya sulit bagi ODHA untuk melakukan pengampunan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, termasuk keluarganya sendiri (Hidayah, 2014; Temoshok & Chandra, 2000). Kesulitan untuk mengampuni tersebut biasanya terjadi pada wanita dengan HIV/AIDS (Temoshok & Chandra, 2000), terutama yang terinfeksi melalui pasangannya (Keawpimon, Songwathana, Chuaprapaisilp, 2010; Riasnugrahani & Wijayanti, 2011; Temoshok & Chandra, 2000). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Riasnugrahani dan Wijayanti (2011) berusaha mengungkap kaitan pengampunan dengan tingkat kesehatan pada wanita dengan HIV/AIDS yang terinfeksi melalui suaminya. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memetakan proses pengampunan yang dilalui oleh kedua subjeknya. Peneliti mencocokkan hasil wawancara mengenai proses pengampunan yang dilalui subjek dengan teori mengenai 20 unit dari proses pengampunan, yang dirangkum ke dalam empat fase, yakni: uncovering, decision, work, dan deepening (Enright, et. al., 1998 dalam Riasnugrahani & Wijayanti, 2011). Penelitian tersebut secara umum menjelaskan keadaan-keadaan yang dialami oleh kedua subjek dalam setiap fase, tetapi tidak secara rinci membandingkan keadaan-keadaan yang dialami para subjek dengan tahaptahap dalam fase pengampunan Enright. Hal ini dilakukan karena penelitian tersebut memang berfokus dalam melihat perbedaan kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
kesehatan subjek sebelum dan sesudah memasuki rangkaian proses pengampunan. Dengan mempertimbangkan penelitian-penelitian terdahulu, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi proses yang dilalui oleh wanita dengan HIV/AIDS dalam mengampuni pasangan yang menjadi sumber penularan HIV. Adapun wanita dengan HIV/AIDS yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah wanita yang telah menikah dan terinfeksi HIV dari suaminya. Latar belakang suami terinfeksi dapat berupa faktor risiko apa saja, misalnya: hubungan seksual, penggunaan jarum suntik secara bergantian, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, proses yang dilalui informan, dari awal hingga mencapai tahap mengampuni, dicermati sampai tingkatan unit. Dengan demikian, penelitian ini akan mampu mengungkap variabel psikologis yang muncul saat seseorang menjalani proses mengampuni. Selain itu, hal tersebut juga dapat mengungkap aspek-aspek kognitif, behavioral, dan afektif dari proses pengampunan (Enright & Coyle, 1996). Terkait dengan penggunaan teori proses pengampunan Enright, yang dikenal
sebagai
Enright
Psychological
Process
Model
of
Forgiveness, peneliti berusaha untuk memperhatikan berbagai kritik yang muncul mengenai teori tersebut. Terhadap kritik yang disampaikan oleh Lamb (2002) bahwa tahapan pengampunan tersebut tidak selalu dialami oleh orang yang mengampuni, Freedman, Enright & Knutson (2005) menjelaskan bahwa tahapan tersebut bukanlah sesuatu yang kaku. Bahkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
terkadang mereka mengganti beberapa unit guna menyesuaikan dengan pengalaman aktual orang yang diteliti. Selain itu, mereka juga tetap berkeyakinan bahwa pengampunan paling baik ditawarkan tanpa paksaan pada waktu orang yang mengampuni sudah siap, terlepas bagaimana perilaku dari pelaku kesalahan. Pernyataan tersebut merupakan tanggapan atas kritik Lamb (2002) yang mengatakan bahwa seharusnya orang yang mengampuni dan orang yang diampuni saling bergantung, misalnya dengan cara pelaku kesalahan menunjukkan penyesalannya. Menurut Freedman, Enright & Knutson (2005), tidak selalu ada kesempatan bagi relasi antara orang yang mengampuni dan diampuni untuk terjadi. Murphy (2002, dalam Lamb 2002) juga mengkritik bahwa pelepasan perasaan negatif dan perasaan ingin membalas dendam, yang merupakan salah satu unit dalam tahapan pengampunan Enright, terdengar seperti melepaskan harga diri, pertahanan diri, serta kepatuhan pada tatanan moral. Sebagai respon atas kritikan tersebut, Freedman, Enright & Knutson (2005) mengutip diskusi Holmgren (2002, dalam Freedman, Enright & Knutson, 2005) bahwa tahap pertama menunju pengampunan adalah orang yang terluka perlu memulihkan harga dirinya dan menyadari bahwa luka yang diterimanya salah, serta bahwa dirinya adalah orang yang berharga dan pantas untuk diperlakukan dengan baik, juga bahwa kesalahan yang terjadi bukan kekeliruannya. Selain itu, Freedman, Enright & Knutson (2005) juga menegaskan bahwa mereka tidak pernah menyatakan pengampunan sebagai cara tunggal untuk sembuh setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
terluka secara mendalam, tetapi pengampunan adalah salah satu cara untuk pulih dan secara efektif mengurangi kemarahan dan sakit hati, sebagai tanggapan atas kritik bahwa kemungkinan ada pendekatan atau tritmen lainnya yang lebih efektif daripada praktik pengampunan (Lamb, 2002). Sementara itu, berkaitan dengan lokasi penelitian yang berada di Indonesia, sebuah penelitian menemukan bahwa sensitivitas terhadap situasi dan kerelaan untuk mengampuni, dalam kaitannya dengan forgivingness-sebuah disposisi keseluruhan untuk mengampuni, cenderung lebih tinggi pada orang Indonesia yang dikenal memiliki budaya kolektivitas daripada orang Prancis yang diketahui lebih individualistik. Sementara itu, kebencian yang berkepanjangan memiliki tingkatan yang lebih rendah pada orang Indonesia dibandingkan orang Perancis. Penemuan tersebut berkaitan dengan pandangan kolektivitis yang cenderung menekankan norma kolektif, relasi, serta kesejahteraan bersama, sehingga pengampunan dipahami sebagai konstruk interpersonal yang harus dilakukan karena merupakan suatu tugas sosial. Sementara itu, dalam budaya individualistik, diri dipandang berdikari dan yang ditekankan adalah tanggungjawab serta kesejahteraan pribadi, sehingga pengampunan
dipahami
sebagai
sebuah
konstruk
intrapersonal
(Suwartono, Prawasti & Mullet, 2006). Selain itu, Sandage & Williamson (2005) menemukan bahwa studi terkait efek dari konteks dan kultur dalam hubungannya dengan pengampunan masih sangat minim dilakukan dengan sampel non-Barat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
(non-western sample). Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa penemuan-penemuan baru mengenai sistem-sistem nilai yang ada di Indonesia dalam kaitannya dengan pengampunan, sehingga pada akhirnya dapat melihat pula unit-unit dalam tahapan pengampunan Enright yang sesuai dan tidak sesuai dengan pengalaman mengampuni pada wanita dengan HIV/AIDS di Indonesia.
B.
RUMUSAN MASALAH Bagaimana proses pengampunan yang dilakukan oleh wanita dengan HIV/AIDS terhadap suaminya yang menjadi sumber infeksi HIV?
C.
TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengampunan yang dilakukan oleh wanita dengan HIV/AIDS terhadap suaminya yang menjadi sumber infeksi HIV.
D.
MANFAAT PENELITIAN 1.
Manfaat Teoritis a.
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai proses mengampuni pada wanita yang terinfeksi HIV/AIDS melalui suaminya, hal-hal yang terkait dengan proses
pengampunan
tersebut,
pengampunan tersebut dilakukan.
serta
pentingnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
b.
Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengampunan yang terjadi dalam konteks kultur Indonesia.
2.
Manfaat Praktis a.
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi panutan bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk mampu melakukan pengampunan, baik terhadap diri sendiri, orang lain, situasi yang mereka alami, maupun sistem kesehatan, guna meningkatkan status kesehatan mereka.
b.
Hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi panduan bagi praktisi psikologi dalam melakukan pendampingan terhadap ODHA guna memberikan dukungan psikologis untuk mencegah terjadinya kesalahan bersikap, misalnya merencanakan untuk bunuh diri.
c.
Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan baru kepada para praktisi kesehatan guna mendukung mereka dalam memberikan edukasi terkait isu HIV dan AIDS bagi masyarakat luas dan ODHA sendiri.
d.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi keluarga ODHA guna mendorong mereka untuk mendukung ODHA agar mampu bangkit dari keterpurukan dan memberdayakan diri tanpa kecemasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
e.
Terakhir, penemuan dalam penelitian ini diharapkan pula dapat mendorong masyarakat luas untuk mencari informasi yang benar terkait HIV dan AIDS agar terhindar dari perilaku
diskriminasi
serta
tentang bahaya penularan HIV.
menumbuhkan
kesadaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
KORBAN PENGALAMAN TRAUMATIK Korban merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut individu yang menjadi target dari perilaku kekerasan, diskriminatif, melecehkan, ataupun menyerang dari orang lain. Selain itu, istilah korban juga merujuk pada orang yang mengalami kecelakaan ataupun bencana alam (American Psychological Association, 2015). Para korban tersebut biasanya akan mengalami emosi negatif berupa kecemasan, terluka, kesedihan, kemarahan, dan kebencian dalam tingkatan yang berbeda-beda, juga membangun pola kognisi negatif serta menunjukkan kecenderungan perilaku negatif (Rusbult, Hannon, Stocker & Finkel, 2005). Reaksi yang muncul pada korban setelah mengalami peristiwa traumatik, kekerasan, bencana alam, dan lain sebagainya (Noll, 2005) dapat bervariasi tergantung pada, salah satunya, sifat dari pengalaman traumatik yang terjadi (Rusbult, Hannon, Stocker & Finkel, 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa korban akan mengalami kecemasan, penghindaran, kebencian, serta hasrat untuk membalas dendam yang lebih kuat atas peristiwa traumatik, terutama yang merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain, yang merupakan pelanggaran berat, pelanggaran yang berdampak pada devaluasi relasi, ataupun pelanggaran yang dirasakan sebagai sesuatu yang disengaja dan
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
dapat dikendalikan (Rusbult, Hannon, Stocker & Finkel, 2005). Pada trauma-trauma yang terjadi karena perilaku orang lain, korban biasanya akan merasakan hurt, yakni rasa sakit yang diderita karena kesalahan orang lain (Walton, 2005). Terkait
dengan
pengalaman
traumatik
tersebut,
peneliti
menemukan bahwa praktik pengampunan berpotensi memunculkan efek positif pada korban pengalaman traumatik. Kendati demikian, hasil penelitian menunjukkan pula bahwa dalam trauma akibat perbuatan orang lain, terdapat kasus-kasus yang membutuhkan proses pengampunan yang berbeda karena kondisi-kondisi tertentu (Noll, 2005). Salah satu bentuk trauma yang muncul akibat kesalahan orang lain adalah kasus wanita dengan HIV/AIDS yang terinfeksi dari suaminya. Dalam kasus tersebut, sekalipun rekonsiliasi antara pelaku kesalahan dan korban tidak terjadi, atau bahkan terjadi putus hubungan, korban tetap harus menanggung berbagai konsekuensi buruk akibat pelanggaran yang terjadi, misalnya penurunan kesehatan fisik karena virus akan tetap berada di dalam tubuh dan tidak dapat disembuhkan.
B.
HIV DAN AIDS 1.
HIV HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah jenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. HIV bekerja dengan cara masuk ke dalam tubuh manusia dan mereplikasi diri di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
dalam CD4. Setelah itu, HIV akan meninggalkan CD4 dalam keadaan rusak. Padahal, CD4 merupakan sel darah putih yang berfungsi untuk mengatur sistem kekebalan tubuh manusia. Oleh karena itu, ketika sel-sel CD4 hancur, maka sistem kekebalan tubuh kehilangan kemampuan untuk melindungi tubuh manusia dari serangan berbagai penyakit (Murni dkk., 2009). 2.
AIDS Sementara itu, AIDS
(Acquires Immune Deficiency
Syndrome) adalah kumpulan dari penyakit-penyakit yang muncul setelah HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia (Murni dkk., 2009). Seseorang yang baru terinfeksi HIV biasanya tidak menunjukkan gejala penyakit (AIDS). Orang tersebut akan tampak sehat meski telah terdapat HIV di dalam tubuhnya, yang dapat ditularkan pada orang lain. Masa tanpa gejala tersebut dapat berlangsung selama lima hingga sepuluh tahun, atau bahkan lebih (Green, 2014). Seseorang akan dinyatakan memasuki fase AIDS ketika jumlah HIV semakin banyak di dalam tubuhnya dan sistem kekebalan tubuhnya semakin melemah. Setelah orang tersebut memasuki fase AIDS, biasanya akan tampak beberapa gejala, yakni: berat badan menurun drastis, diare berkelanjutan, batuk terus-menerus, serta terjadi pembengkakan pada leher dan/atau ketiak (Komisi
Penanggulangan AIDS Daerah Istimewa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
Yogyakarta, t.t.). Biasanya, orang dengan AIDS akan mengalami penurunan kadar CD4, dari yang biasanya berkisar antara 500 hingga 1.500 pada orang sehat. Keadaan kekebalan tubuh orang dengan AIDS yang lemah ini tidak jarang menyebabkan beberapa jenis penyakit menjadi lebih berat daripada biasanya (Murni dkk., 2009). 3.
Prinsip Penularan HIV Pada dasarnya, di dalam tubuh orang yang terinfeksi, HIV dapat ditemukan di dalam darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu. Oleh karena itu, HIV hanya dapat menular melalui kondisi tertentu, yang biasanya dikenal dengan istilah “perilaku berisiko”. Beberapa kondisi tersebut antara lain: a.
Hubungan seksual yang memungkinkan darah, air mani, atau cairan vagina dari orang yang dengan HIV masuk ke aliran darah orang yang terinfeksi. Biasanya kondisi ini terjadi pada hubungan seksual tanpa kondom melalui vagina, dubur, ataupun mulut. Dengan demikian, hubungan seksual antara suami dan istri juga berisiko menularkan HIV.
b.
Penggunaan jarum suntik secara bergantian dengan orang lain yang terinfeksi HIV.
c.
Menerima transfusi darah dari donor yang terinfeksi HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
Penularan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi dalam
d.
kandungan, saat melahirkan, dan saat menyusui tanpa perantara (Murni dkk., 2009).
C.
ORANG DENGAN HIV/AIDS 1.
ODHA Siapapun bisa terinfeksi HIV apabila memiliki riwayat melakukan perilaku berisiko. Perilaku yang berisiko merupakan perbuatan yang meningkatkan kemungkinan terinfeksi, misalnya berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom, berhubungan seksual dengan orang yang status HIV-nya tidak diketahui, menggunakan jarum suntik secara bergantian, dan lain sebagainya (Serba-serbi HIV & AIDS, t.t.). Orang dengan HIV positif akan terlihat sehat dan merasa sehat, sehingga orang tersebut tidak akan tahu bahwa dirinya telah terinfeksi HIV apabila belum melakukan tes HIV (Komisi
Penanggulangan AIDS Daerah Istimewa
Yogyakarta, t.t.). 2.
Sikap ODHA Orang
dengan
AIDS
biasanya
mengalami
banyak
permasalahan fisik yang dapat menyebabkan mereka merasa malu ataupun mengalami penghinaan dari masyarakat. Berbagai permasalahan fisik yang dapat dialami oleh orang dengan AIDS misalnya: diare yang terus menerus dan tidak dapat diprediksi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
inkontinensia (tidak dapat menahan keluarnya kotoran), menjadi sangat lemas hingga tidak dapat berjalan tanpa bantuan, menjadi pikun dan pelupa. Selain itu, ODHA juga biasanya mengalami masalah badan bau dan kotor karena adanya penurunan kemampuan fisik yang menyulitkan mereka untuk merawat tubuh mereka. ODHA juga kerap mendapatkan stigma negatif dari masyarakat karena infeksi HIV tidak dapat diterima di kebanyakan negara. Bahkan, wanita yang terinfeksi HIV/AIDS biasanya dilabeli sebagai wanita yang berzinah. Stigamatisasi semacam ini sangat merusak kepribadian seseorang, dari yang semula merupakan manusia yang utuh, hingga akhirnya menjadi seorang manusia yang terstigmatisasi. ODHA yang terstigma akan kehilangan status sosialnya dan mendapatkan label-label tertentu. Stigma dan diskriminasi terkait dengan HIV dan AIDS dapat berupa isolasi, penolakan, mempersalahkan, atau devaluasi yang tampak jelas ketika seorang ODHA diperlakukan tidak sama dan tidak adil. Stigma dan diskriminasi tersebut dapat secara negatif mempengaruhi ODHA dan menyebabkan mereka menunda atau menolak tritmen, ataupun menyembunyikan penyakit mereka dari orang lain. Padahal, perilaku merahasiakan dan menyangkal status kesehatan terkait HIV/AIDS dapat
mengarah pada
berlanjutnya perilaku seksual yang berisiko. Selain itu, ketakutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
akan diskriminasi dan stigma juga mempengaruhi sikap ODHA dalam mengakses tritmen dan layanan kesehatan, termasuk dalam hal kesediaan untuk melakukan tes HIV, serta menjadi halangan bagi ODHA dalam mencari pertolongan (Saki, Kermanshahi, Mohammadi & Mohraz, 2015). Keadaan yang dialami oleh ODHA, baik berupa kondisi fisik yang menurun ataupun adanya diskriminasi dan stigmatisasi dari masyarakat, dapat menyebabkan ODHA mengalami kesulitan dalam hal mengampuni. ODHA biasanya sulit untuk mengampuni anggota keluarga dan tradisi sosial, terkait keadaan yang menyebabkan mereka terinfeksi HIV. Misalnya, wanita dengan HIV/AIDS cenderung menyalahkan orangtua yang membuat dirinya menikah dengan pria yang memiliki kebiasaan buruk, hingga dirinya terinfeksi HIV (Temoshok & Chandra, 2000).
D.
PENGAMPUNAN 1.
Definisi Pengampunan Pengampunan adalah salah satu cara untuk memperbaiki hati. Saat hati yang terluka berhasil disembuhkan, maka akan tersedia ruang bagi orang-orang yang telah menyakiti hati tersebut. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pengampunan adalah sebuah perilaku yang mencerminkan belas kasihan yang berlimpah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
kepada orang yang telah berperilaku tidak pantas (Holter, Magnuson, & Enright, 2008). Mudah untuk mengatakan bahwa, “semua orang pantas untuk
mendapatkan
belas
kasihan”.
Namun,
dibutuhkan
pengorbanan yang tidak kecil untuk mewujudkannya. Pengorbanan itulah yang sebenarnya tengah dilakukan oleh orang-orang yang mengampuni, yakni berjuang untuk melihat kepantasan yang inheren bagi orang yang telah berlaku tidak adil, serta pada waktu yang bersamaan melihat diri sendiri juga memiliki kepantasan yang serupa. Maka, dengan mengampuni dan diampuni, orang akan memahami bahwa dirinya dan orang lain sama pantas dan sama berharganya (Holter dkk., 2008). Pengampunan
dimaknai
sebagai
sebuah
rangkaian
perubahan prososial motivasional yang muncul pada seseorang setelah orang lain melakukan kesalahan pada orang tersebut. Oleh karena itu, ketika seseorang mengampuni, ia menjadi kurang termotivasi untuk menyakiti orang yang bersalah kepadanya ataupun merusak hubungannya dengan pelaku kesalahan, dan secara stimultan menjadi lebih termotivasi untuk bertindak dalam cara-cara yang akan menguntungkan pelaku kesalahan ataupun hubungannya dengan pelaku kesalahan (McCullough, 2001). Sementara itu, menurut APA Dictionary of Psychology, pengampunan adalah perbuatan sengaja menyisihkan perasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
kebencian terhadap seseorang yang telah melakukan sebuah kesalahan, berlaku tidak adil atau menyakiti, ataupun mencelakai orang lain dengan cara tertentu. Pengampunan tidak serupa dengan rekonsiliasi atau menerima alasan orang lain, dan juga bukan berarti serta merta menerima apa yang terjadi dan berhenti menjadi marah. Sebaliknya, pengampunan melibatkan sebuah transformasi yang sukarela dalam hal perasaan, sikap, dan perilaku seseorang terhadap individu yang telah bersalah, sehingga orang tersebut tidak lagi didominasi oleh kebencian dan dapat mengekspresikan belas kasih, kemurahan hati, atau hal-hal serupa lainnya terhadap individu yang bersalah (American Psychological Association, 2015). Pengampunan juga didefinisikan sebagai transformasi dari negatif menjadi positif dalam tiga hal, yakni kognisi, afeksi, dan perilaku. Proses pengampunan diekspresikan sebagai sebuah gerakan dari kemarahan dan kepahitan menjadi belas kasihan dan kebajikan. Terlepas dari apapun definisi pengampunan, pilihan untuk
mengampuni
adalah
pilihan
yang
sangat
personal.
Pengampunan interpersonal adalah sebuah respon belas kasihan yang personal kepada seseorang yang telah sangat menyakiti kita, maka harus dipilih secara bebas dan tanpa paksaan (Holter dkk., 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
Oleh karena pengampunan adalah sebuah kehendak bebas, maka tidak perlu tergantung dari permintaan maaf ataupun gestur pertobatan dari pelaku kesalahan. Hal ini sama halnya dengan mengatakan bahwa kesehatan dan kesejahteraan personal kita tidak tergantung pada persetujuan ataupun keterlibatan dari seseorang yang telah menyakiti kita. Kesadaran akan hal ini akan sangat memberdayakan dan memerdekakan kita (Holter dkk., 2008). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengampunan adalah sebuah sikap yang dipilih secara sukarela berdasarkan kehendak bebas untuk menghilangkan perasaan-perasaan negatif, misalnya rasa kebencian, terhadap orang lain yang telah berbuat salah, mencelakai, menyakiti, ataupun melakukan hal-hal yang tidak adil lainnya kepada kita. Mengampuni tidak berarti bahwa kita menerima dengan sukarela perbuatan orang lain yang menyakitkan terhadap kita dan tidak menghargai hak kita untuk marah ataupun bereaksi negatif terhadap orang tersebut. Namun, mengampuni akan memerdekakan diri kita sendiri dari berbagai kepahitan dan sakit hati serta mengubahnya menjadi belas kasih yang sekaligus dapat menyehatkan kita secara fisik dan psikis. Orang yang mengampuni akan mengalami perubahan secara kognitif, afektif, dan perilaku sehingga dirinya tidak berkeinginan untuk membalas perbuatan pelaku kesalahan dengan cara menyakiti orang tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
2.
Proses Pengampunan Enright (2008, dalam Holter dkk., 2008) menemukan empat fase dalam proses pengampunan yang dinamakan sebagai Enright Psychological Process Model of Forgiveness. Keempat fase tersebut merupakan fase-fase kognitif, perilaku, dan afektif dalam mengampuni orang lain (Enright & Coyle, 1996). Fase-fase tersebut diharapkan dapat menjadi suatu bentuk panduan bagi orang-orang yang sedang berusaha untuk mengampuni ataupun memperoleh pengampunan, dalam menjalani proses fundamental, manusiawi, dan psikologis dari pengampunan (Sutton, t.t.). Berikut merupakan keempat fase pengampunan tersebut: a.
Fase Uncovering Pada fase ini, orang yang hendak mengampuni mulai mengenali pelanggaran yang dilakukan orang lain atas dirinya. Selain itu, orang yang hendak mengampuni juga harus mengenali apakah pelanggaran tersebut sungguh merugikan dirinya atau tidak. Berikutnya, orang tersebut juga mulai mengenali bagaimana pelanggaran tersebut telah mengganggu kehidupannya. Fase uncovering terjadi ketika orang yang hendak mengampuni mulai mengidentifikasi cedera psikologis yang dialaminya. Orang yang hendak mengampuni tersebut kemudian akan mulai menyadari kemarahan, rasa malu, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
pikiran menyimpang yang mungkin mengikuti cedera psikologis yang dimilikinya. Pada fase uncovering ini, orang yang hendak mengampuni terkadang perlu diberikan penguatan dengan cara membantunya menyadari hubungan antara tidak mengampuni dan berbagai kesulitan fisik ataupun psikologis yang mungkin dialami sebagai hasil dari kemarahan yang disupresi atau direpresi. Sutton (t.t.) mengatakan bahwa, pada intinya, dalam fase uncovering sesungguhnya terjadi proses penentuan yang seobjektif mungkin mengenai “siapa melakukan apa kepada siapa”. Adapun unit-unit dalam fase uncovering ini adalah: 1)
Pemeriksaan pertahanan-pertahanan psikologis dan isu-isu yang terkait.
2)
Konfrontasi kemarahan; dalam rangka melepaskan dan bukan memendam kemarahan.
3)
Pengakuan terhadap rasa malu, ketika pantas untuk dilakukan.
4)
Kesadaran akan cathexis (konsentrasi energi mental pada seseorang, suatu ide, atau objek tertentu, terutama pada tingkatan yang tidak sehat).
5)
Kesadaran
akan
cognitive
pelanggaran yang terjadi.
rehearsal
pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
6)
Insight bahwa orang yang tersakiti mungkin akan membandingkan
dirinya
dengan
pihak
yang
menyakiti. 7)
Penyadaran
bahwa
seseorang
dapat
secara
permanen dan secara merugikan diubah oleh luka yang diderita. 8)
Insight mengenai pandangan “just world” yang mungkin untuk berubah.
b.
Fase Decision Pada fase decision ini, orang yang hendak mengampuni akan berusaha untuk semakin memahami, hingga akhirnya memiliki pemahaman
yang akurat
mengenai karakteristik pengampunan dan mulai membuat keputusan untuk melakukan pengampunan. Keputusan untuk mengampuni tersebut harus merupakan suatu kehendak bebas, bukan semata-mata karena tuntutan agama, moral, dan lain sebagainya. Biasanya, keputusan untuk mengampuni akan muncul pada saat seseorang berada pada keadaan “sick and tired of being sick and tired” dan menyadari bahwa pengampunan adalah sebuah pilihan. Orang tersebut kemudian akan secara sadar membuat sebuah keputusan untuk mulai mengampuni, sekalipun masih bersifat tentatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
Adapun unit-unit dalam fase decision ini adalah: 1)
Terjadi perubahan dalam hati/konversi/munculnya wawasan baru bahwa stratergi resolusi yang lama tidak lagi berfungsi dengan baik.
2)
Kesediaan untuk mempertimbangkan pengampunan sebagai sebuah opsi.
3)
Munculnya komitmen untuk mengampuni pelaku kesalahan.
c.
Fase Work Sementara itu, pada fase work, orang yang hendak mengampuni
mulai
memiliki
pemahaman
kognitif
mengenai pelaku kesalahan. Orang tersebut akan mulai melihat pelaku kesalahan dengan perspektif baru yang dapat menghasilkan perubahan positif yang mempengaruhi pelaku kesalahan, diri orang yang mengampuni, dan juga relasi antara kedua orang tersebut. Fase ini biasanya akan dimulai dengan orang yang hendak mengampuni berpikir dengan cara yang berbeda hingga cara yang positif mengenai pelaku kesalahan, dan mulai menumbuhkan empati serta belas kasih terhadap pelaku
kesalahan.
Selain
itu,
orang
yang
hendak
mengampuni biasanya juga dengan berani dan secara asertif mau menanggung rasa sakit yang disebabkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku kesalahan. Kesediaan untuk menanggung rasa sakit tersebut akan memunculkan kedermawanan terhadap pelaku kesalahan, hingga akhirnya orang yang hendak mengampuni tersebut mampu memberikan imbalan moral berupa pengampunan kepada pelaku kesalahan. Adapun unit-unit dalam fase work ini adalah: 1)
Menyusun
ulang
kesalahan
dengan
kerangka
mengenai
melihatnya
dalam
pelaku konteks
tertentu, melalui cara pengambilan peran. 2)
Munculnya empati dan belas kasihan terhadap pelaku kesalahan.
d.
3)
Penerimaan dan penanggunggan rasa sakit.
4)
Pemberian imbalan moral kepada pelaku kesalahan.
Fase Deepening Pada fase ini, orang yang telah mengampuni akan terbebas
dari
kungkungan
rasa
tidak
mengampuni,
kepahitan, kebencian, dan kemarahan, sebagai hasil dari kemampuan untuk menemukan makna dalam penderitaan yang dirasakannya. Proses menanggung rasa sakit dan merasakan penderitaan tersebut biasanya akan membuat orang yang telah mengampuni semakin dekat dengan orang-orang lain, semakin berkurangnya afek-afek negatif,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
serta mampu
memperbaharui
tujuan
hidup,
bahkan
terkadang menyadari adanya kebutuhan untuk memohon pengampunan dari orang lain pula. Kebutuhan akan pengampunan tersebut terutama muncul ketika orang yang telah mengampuni tersebut juga pernah melakukan kesalahan terhadap orang lain di masa lalu yang belum diampuni. Fase terakhir ini memungkinkan orang yang telah mengampuni tersebut untuk memiliki regulasi emosi yang lebih sehat dan penyadaran bahwa dirinya lebih dari seorang korban. Adapun unit-unit dalam fase deepening ini adalah: 1)
Penemuan makna bagi diri sendiri dan orang lain dalam
kesengsaraan
dan
dalam
proses
pengampunan. 2)
Penyadaran bahwa diri sendiri juga memerlukan pengampunan dari orang lain di masa lampau.
3)
Insight bahwa diri sendiri tidak sendirian, tetapi berada di dunia yang universal dan penuh dukungan dari orang lain.
4)
Penyadaran bahwa diri sendiri dapat saja memiliki tujuan baru dalam hidup sebagai hasil dari luka yang dialami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
5)
Kesadaran tentang penurunan afek/emosi negatif, dan mungkin peningkatan afek/emosi positif, jika mulai
muncul,
kesadaran
terhadap
internal,
dan
pelaku
kesalahan;
pelepasan
emosional
(Enright & Coyle, 1996; Enright, Knutson, Holter, Knutson & Twomey, 2008; Sutton, t.t.).
Dengan demikian, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa di dalam model pengampunan yang dikembangkan oleh Enright, seorang individu yang mengampuni secara kognitif akan menyadari penentu-penentu situasional yang menyebabkan pelaku kesalahan melakukan kesalahannya. Orang yang mengampuni kemudian akan secara afektif merasakan simpati atau penuh kasih terhadap pelaku kesalahan. Setelah itu, secara perilakuan, orang yang
mengampuni
akan
mendiskusikan
solusi-solusi
yang
memungkinkan atas permasalahan-permasalahan yang terjadi atau bahkan membantu pelaku kesalahan. Respon-respon pengampunan tersebut mencerminkan sebuah perubahan motivasional pokok yang berlawanan dengan kecenderungan alamiah seseorang untuk menarik diri dan/atau membalas pelanggaran yang dilakukan pelaku kesalahan (McCullough et al., 1997, 1998; Rusbult et al., 1991 dalam Zechmeister & Romero, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
Melalui
fase
uncovering,
orang
yang
mengampuni
mengalami baik rasa sakit maupun kenyataan akan luka yang dialami, serta bagaimana hal tersebut mempengaruhi dirinya. Sementara itu, pada fase decision, orang yang mengampuni akan mengeksplorasi ide mengenai pengampunan dan hal-hal yang terkait
dengan
melakukan
proses
pengampunan,
pengampunan.
Pada
sebelum
fase
work,
benar-benar orang
yang
mengampuni melihat pelaku kesalahan dengan pandangan yang baru atau melihat pelaku kesalahan dalam suatu konteks tertentu guna memahami bagaimana cedera tersebut dapat terjadi. Pada fase terakhir, yakni deepening, orang yang mengampuni menyadari bahwa dengan memberikan hadiah berupa pengampunan pada pelaku kesalahan, dirinya telah mengalami pemulihan (Freedman, Enright & Knutson, 2005). 3.
Jenis-Jenis Pengampunan Secara umum, pengampunan dapat dilihat dalam dua proses yang saling berhubungan tetapi sesungguhnya terpisah. Kedua proses tersebut adalah decisional forgiveness dan emotional forgiveness. Decisional forgiveness adalah sebuah intensi perilaku untuk meminimalisir perilaku negatif terhadap pelaku kesalahan. Dalam proses pengampunan ini, seseorang mungkin menunjukkan sikap bahwa dirinya sudah mengampuni dengan menunjukkan sikap-sikap
yang
baik
kepada
pelaku
kesalahan,
tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
sesungguhnya ia belum mengampuni secara emosional (misalnya marah, merasa sakit, mengalami kepahitan hati). Sementara itu, emotional forgiveness adalah pengalaman internal terkait dengan penggantian emosi negatif dengan emosi positif (misalnya empati, cinta, belas kasih) (Exline, Worthington, Hill & McCullough, 2003 dalam Hook dkk., 2012). Pengampunan juga terbagi ke dalam dua dimensi yang berbeda, yakni dimensi intrapsikis yang mencakup keadaan emosional, serta dimensi interpersonal yang mencakup hubungan yang sedang berlangsung yang memungkinkan pengampunan terjadi atau gagal terjadi di dalamnya. Pengampunan dalam bentuk intrapsikis adalah sikap emosional berdasarkan penilaian kognitif dan interpretasi, yang dimaknai sebagai berhenti merasa marah dan sakit hati terhadap pelaku kesalahan. Dalam dimensi ini, pelaku kesalahan tidak tahu apakah dirinya sudah diampuni atau belum diampuni karena hanya terjadi dalam pikiran korban. Sementara itu, dimensi yang kedua memposisikan pengampunan sebagai tindakan sosial yang terjadi antarpribadi,
sehingga merupakan
langkah pengembalian relasi pada keadaan semula, di mana korban tidak lagi berusaha membalas dendam ataupun meminta suatu perbaikan, serta pelaku kesalahan tidak lagi perlu merasa bersalah ataupun mengubah perilakunya bagi korban. (Baumeister dkk., 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Kedua dimensi pengampunan tersebut dapat dipahami secara ortogonal karena dalam hal prinsip keduanya independen, sehingga dalam hal situasi sosial yang aktual dapat mengandung salah satu, keduanya, atau tidak sama sekali. Hal tersebut kemudian menciptakan sebuah matriks kemungkinan. Matriks tersebut terdiri dari kombinasi dimensi pertama dan kedua yang membentuk empat jenis pengampunan yang berbeda, yakni hollow forgiveness,
total
forgiveness,
silent
forgiveness,
atau
no
forgiveness (Baumeister dkk., 1998). Hollow forgiveness sebagai sebuah bentuk pengampunan yang diberikan secara lisan, tetapi tidak dialami secara psikologis. Jenis pengampunan ini merupakan kombinasi dari adanya tindakan interpersonal dari dimensi kedua, tanpa adanya status intrapsikis dari dimensi pertama. Dalam pengampunan jenis ini, korban menyatakan pengampunan, tetapi tidak merasakan atau mengalami pengampunan tersebut di dalam dirinya. Dengan demikian, korban akan tetap merasakan sakit hati dan sebagainya (Baumeister dkk., 1998). Mengekspresikan
pengampunan
mungkin
merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari pembuatan komitmen untuk mengampuni (Baumeister dkk., 1998). Pembentukan komitmen untuk mengampuni tersebut menandakan permulaan dari proses intrapsikis
pengampunan,
tetapi
mungkin
hanya
pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
permulaannya saja (Enright & The Human Development Study Group, 1991; Al-Mabuk, Enright, & Cardis, 1995 dalam Baumeister dkk., 1998). Ketika seseorang membuat komitmen untuk mengampuni, orang tersebut akan menyatakannya kepada pelaku kesalahan, terutama apabila pelaku kesalahan adalah pasangan dalam hubungan yang sangat dekat, seseorang yang sangat sering ditemui, dan orang yang mungkin juga merasa cemas jika tidak mendapatkan pengampunan (Baumeister dkk., 1998). Sementara itu, silent forgiveness adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan di mana pengampunan intrapsikis dari dimensi pertama telah dilakukan, tetapi tidak diungkapkan (dimensi kedua). Jika ditinjau dari teori dendam, jenis pengampunan ini membuat korban menikmati keuntungan dari pengampunan, yakni terbebas dari afek negatif, dan sebagainya, sekaligus menghindari kerugiannya, yakni kehilangan konsesi atau ganti rugi dari pelaku kesalahan, dan sebagainya. Jenis pengampunan yang semacam ini terkadang diperlukan dalam situasi tertentu, misalnya dalam rumah tangga yang penuh kekerasan, untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah (Baumeister dkk., 1998). Kombinasi yang ketiga adalah total forgiveness, di mana terjadi pengampunan baik dalam dimensi yang pertama maupun kedua. Jenis pengampunan ini memungkinkan korban untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
terbebas dari afek negatif, serta memungkinkan pelaku kesalahan untuk terbebas dari perasaan bersalah. Pengampunan jenis ini sangat berpotensi untuk mengembalikan hubungan yang terganggu ke dalam keadaan semula. Di sisi lain, kombinasi dari tidak adanya pengampunan baik dalam dimensi pertama maupun dimensi kedua akan membentuk jenis pengampunan terakhir, yakni no forgiveness yang dikenal dengan sebutan “dendam total” (total grudge). Jenis no forgiveness adalah bentuk yang sangat tidak diharapkan, karena berbagai
penelitian
telah
menunjukkan
keuntungan
dari
pengampunan dan kerugian dari tidak mengampuni (Baumeister dkk., 1998). Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa dari segi proses, pengampunan terbagi menjadi decisional forgiveness dimana orang yang mengampuni meminimalisir perilaku negatif terhadap pelaku kesalahan sekalipun belum mengampuni secara emosional, serta emotional forgiveness dimana terjadi pergantian emosi negatif menjadi emosi positif. Selain itu, pengampunan juga terbagi menjadi dimensi intrapsikis yang merupakan sikap emosional berdasarkan penilaian kognitif dan interpretasi, serta dimensi interpersonal yang memungkinkan pengembalian relasi pada keadaan semula. Dimensi intrapsikis dan interpersonal kemudian membentuk suatu matriks yang terdiri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
hollow forgiveness, total forgiveness, silent forgiveness, serta no forgiveness. Hollow forgiveness adalah jenis pengampunan yang dinyatakan, tetapi tidak dialami secara psikologis oleh orang yang mengampuni.
Sementara
itu,
total
forgiveness
adalah
pengampunan yang terjadi baik dalam dimensi intrapsikis maupun interpersonal sehingga tidak hanya dinyatakan, tetapi sungguhsungguh dirasakan oleh orang yang mengampuni. Di sisi lain, silent forgiveness adalah jenis pengampunan yang dirasakan secara psikologis oleh orang yang mengampuni, tetapi tidak diungkapkan kepada pelaku kesalahan. Terakhir, no forgiveness merupakan perpaduan dari tidak adanya pengampunan baik dalam dimensi intrapsikis maupun interpersonal. 4.
Pengampunan dan Wanita dengan HIV/AIDS Praktik pengampunan merupakan salah satu bentuk terapi penunjang yang dapat menghilangkan afek-afek negatif dalam diri ODHA. Melalui praktik pengampunan, kadar CD4 dalam tubuh ODHA dapat dipertahankan sehingga sistem kekebalan tubuhnya dapat tetap baik (Riasnugrahani & Wijayanti, 2011). Pengampunan yang dilakukan oleh ODHA juga terasosiasi dengan harga diri dan penghargaan diri, berbagai dampak positif bagi kesehatan, serta berlawanan dengan perasaan bersalah dan kebencian serta menyalahkan diri sendiri. Hal ini menjadi sangat penting karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
harga diri yang tinggi dapat menghindarkan ODHA dari cara-cara maladaptif untuk berdamai dengan stress. Adapun cara-cara maladaptif yang dimaksud misalnya penggunaan obat-obatan terlarang yang merupakan salah satu kontributor dari infeksi HIV dan penyakit menular seksual lainnya, yang disebabkan oleh penggunaan
obat-obatan
terlarang,
khususnya
jenis
yang
menggunakan jarum suntik sebagai media (Temoshok & Wald, 2005). Meskipun praktik pengampunan sangat penting bagi ODHA, pengampunan ternyata sulit dilakukan, terutama oleh wanita dengan HIV/AIDS yang terinfeksi melalui suaminya (Riasnugrahani & Wijayanti, 2011). Lebih dari 90% wanita dengan HIV/AIDS di negara berkembang terinfeksi HIV melalui transmisi heteroseksual, atau dengan kata lain, melalui hubungan seksual dengan suami atau pasangan reguler mereka. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kerentanan wanita untuk terinfeksi HIV merupakan suatu akibat langsung dari perilaku pasangannya, misalnya hubungan biseksual, penggunaan obat-obatan yang melalui pembuluh darah, atau memiliki lebih dari satu pasangan seksual (WHO, 1999 dalam Dawar & Anand, 2009). Seorang wanita, terutama dalam budaya patriarki, biasanya akan merasa bahwa dirinyalah yang dipersalahkan serta harus menanggung stigma dan diskriminasi, sekalipun dirinya tidak bertanggungjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
secara langsung atas infeksi yang didapatkannya (Dawar & Anand, 2009). Adanya beban sosial, psikologis, dan fisik yang menimpa para wanita yang terinfeksi HIV melalui suaminya, membuat mereka memunculkan beberapa sikap yang khas (Hidayah, 2014). Para wanita tersebut biasanya merasa tidak adil akan keadaan yang menimpa dirinya, merasa marah terhadap pasangannya, bahkan cenderung
tidak
memperlakukan
lagi
menghormati
pasangannya
dengan
pasangannya buruk
dan
(Keawpimon,
Songwathana & Chuaprapaisilp, 2010; Riasnugrahani & Wijayanti, 2011). Meskipun
sulit,
pengampunan
pada
wanita
dengan
HIV/AIDS yang terinfeksi dari suami adalah hal yang penting untuk dilakukan. Pengampunan pada wanita dengan HIV/AIDS tersebut dapat mengarahkan pada terjadinya fungsi psikologis yang lebih positif serta peningkatan kepuasan hidup. Saat wanita dengan HIV/AIDS tersebut mengampuni suaminya yang merupakan sumber penularan HIV, para wanita tersebut akan mengalami lebih sedikit simptom depresi dan stressor. Adapun stressor yang dialami akan berada pada titik rendah (Riasnugrahani & Wijayanti, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
E.
KERANGKA KONSEPTUAL Perilaku mengampuni sangat penting untuk dilakukan oleh ODHA. Hal ini terkait dengan manfaatnya bagi kesehatan dan kesejahteraan fisik serta psikologis ODHA, yang diyakini dapat meningkatkan mutu hidup ODHA. Selain itu, perilaku tidak mengampuni pada ODHA diketahui dapat memunculkan dampak-dampak negatif. Namun, ternyata tidak mudah bagi ODHA untuk melakukan pengampunan, terutama pada wanita dengan HIV/AIDS yang terinfeksi HIV. Padahal, infeksi HIV serta kasus AIDS berdasarkan faktor resiko di Indonesia dominan terjadi pada kelompok heteroseksual. Sementara itu, penderita AIDS di Indonesia berdasarkan jenis pekerjaan dominan terjadi pada kelompok ibu rumah tangga. Oleh
karena
itu,
penelitian
ini
hendak
mengeksplorasi
pengampunan pada wanita dengan HIV/AIDS yang terinfeksi melalui suaminya dengan berpedoman pada tahapan pengampunan menurut Enright (2008, dalam Holter dkk., 2008). Adapun tahapan pengampunan tersebut terdiri dari empat fase, yaitu: fase uncovering, fase decision, fase work, dan fase deepening. Dalam setiap fase tersebut, terdapat pula unitunit yang menggambarkan pengalaman-pengalaman orang yang sedang berada dalam proses pengampunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A.
JENIS DAN DESAIN PENELITIAN 1.
Jenis Penelitian Pendekatan yang hendak digunakan di dalam penelitian mengenai proses pengampunan yang dilakukan oleh wanita dengan HIV/AIDS terhadap suami yang menjadi sumber infeksi HIV ini adalah jenis penelitian kualitatif. Jenis penelitian kualitatif digunakan karena dalam penelitian ini, yang hendak dieksplorasi dan dipahami adalah proses yang dilalui oleh wanita dengan HIV/AIDS dalam mengampuni suaminya yang menjadi sumber infeksi HIV tersebut (Creswell, 2009/2012). Oleh karena itu, penelitian ini akan dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri pokok penelitian kualitatif. Penelitian ini akan dilakukan di lingkungan alamiah informan, di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, tempat informan berdomisili. Selain itu, peneliti akan berperan sebagai instrumen kunci dalam penelitian ini dengan cara turun sendiri ke lapangan untuk mengumpulkan data yang berasal dari berbagai sumber, dengan tetap berpedoman pada protokol-protokol yang telah dibuat. Adapun data-data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti, akan dimaknai menurut kacamata informan dan tidak
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
dipengaruhi oleh pandangan peneliti sendiri maupun pemaknaan dari peneliti-peneliti terdahulu. Dalam proses penelitian tersebut, peneliti berpedoman pada suatu lensa teoritis (Creswell, 2009). 2.
Desain Penelitian Strategi inkuiri yang hendak digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian studi kasus. Desain penelitian studi kasus dipilih karena penelitian ini hendak mengeksplorasi secara mendalam proses pengampunan yang dilalui oleh informan tertentu, yakni wanita dengan HIV/AIDS yang terinfeksi melalui suaminya. Hal ini sesuai dengan faedah dari desain penelitian studi kasus yakni menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu (Stake, 1995 dalam Creswell, 2012).
B.
FOKUS PENELITIAN Penelitian ini hendak berfokus pada masalah pokok yang telah ditetapkan di BAB I, yakni eksplorasi mengenai proses pengampunan yang dilakukan oleh wanita dengan HIV & AIDS terhadap suaminya yang menjadi sumber infeksi HIV. Dengan demikian, bidang inkuiri dalam penelitian ini menjadi jelas dan peneliti hanya perlu menentukan informan yang sesuai dengan kriteria, serta mengumpulkan data yang berkaitan dengan tahap-tahap pengampunan yang dilakukan oleh informan terhadap suaminya. Data-data di luar hal tersebut, sekalipun menarik, tidak akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
dijamah oleh peneliti kecuali berkaitan dan mendukung data mengenai proses pengampunan informan terhadap suaminya tersebut. Pengumpulan data yang sesuai dengan fokus penelitian tersebut dilakukan untuk menjamin terjadinya pemenuhan kriteria inklusi-eksklusi dalam penelitian ini (Moleong, 2008).
C.
INFORMAN Informan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan beberapa kriteria yang sesuai dengan kebutuhan (Herdiansyah, 2014). Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian ini, maka ditentukanlah kriteria informan yang hendak digunakan, yakni: 1.
Wanita dengan HIV/AIDS Penelitian ini berfokus pada orang dengan HIV/AIDS yang berjenis kelamin wanita.
2.
Sudah menikah dan terinfeksi HIV dari suami. Sumber infeksi HIV pada informan adalah suami sehingga informan merupakan wanita yang sudah menikah dan terinfeksi HIV melalui suami.
3.
Telah atau dalam proses mengampuni suami yang menjadi sumber infeksi HIV Penelitian ini hendak mengeksplorasi proses yang dilalui informan dalam mengampuni suami yang menjadi sumber infeksi HIV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
sehingga partispan harus berada dalam proses pengampunan atau sudah mengampuni suaminya. Adapun informan yang akan digunakan dalam penelitian ini berjumlah 2 orang. Jumlah informan ini dipilih karena calon informan yang memenuhi seluruh kriteria cukup sulit ditemukan, serta isu yang dibahas cukup sensitif terkait dengan masih maraknya isu diskriminasi terhadap ODHA di masyarakat. Selain itu, penentuan jumlah informan yang terbatas juga terkait dengan penggunaan desain studi kasus dalam penelitian ini.
D.
PERAN PENELITI Selama berlangsungnya penelitian mengenai proses pengampunan pada wanita dengan HIV/AIDS terhadap suami yang menjadi sumber penularan HIV ini, peneliti akan banyak terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-menerus dengan informan dalam rangka pengambilan data. Keterlibatan tersebut berpotensi untuk memunculkan serangkaian isu strategis, etis, serta personal dalam proses penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti berusaha untuk mengidentifikasi bias-bias, nilainilai, serta latar belakang pribadinya sendiri (personal issues) secara reflektif, agar tidak terlalu berpengaruh pada hasil penelitian kelak (Supratiknya, 2015). Berikut merupakan peran peneliti dalam penelitian mengenai proses pengampunan wanita dengan HIV/AIDS terhadap suami yang menjadi sumber infeksi HIV tersebut (Creswell, 2009):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
1.
Latar Belakang Peneliti Peneliti saat ini merupakan mahasiswa S1 Jurusan Psikologi di Universitas Sanata Dharma, Daerah Istimewa Yogyakarta. Peneliti juga menjabat sebagai Duta HIV/AIDS Daerah Istimewa Yogyakarta periode tahun 2015-2016. Oleh karena itu, peneliti mempunyai beberapa koneksi komunitas yang anggotanya dapat menjadi calon informan dalam penelitian ini.
2.
Kaitan antara Peneliti, Informan, dan Lokasi Penelitian Penelitian akan dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta karena calon informan berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu, peneliti sendiri juga berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan demikian, penentuan lokasi penelitian ini diharapkan akan memudahkan proses pengumpulan data yang akan dilakukan.
3.
Isu-isu Terkait Etika Dalam penelitian ini, peneliti akan bekerja mengumpulkan data dari dan mengenai orang-orang. Oleh sebab itu, peneliti perlu melakukan antisipasi terhadap isu-isu terkait etika yang mungkin muncul selama proses penelitian. Hal ini terutama dilakukan terhadap kelompok informan yang memiliki kebutuhan khusus, misalnya informan yang secara mental tidak kompeten, korbankorban dari suatu peristiwa, informan dengan gangguan neurologis, wanita hamil, tahanan di penjara, dan ODHA. Dengan demikian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
peneliti akan mampu melindungi informan dan membangun sebuah kepercayaan dengan mereka. (Creswell, 2009). Adapun dalam penelitian ini, hal utama yang harus dilindungi adalah identitas dan status informan. Hal ini berkaitan dengan isu diskrimanasi dari masyrakat terhadap ODHA yang mungkin terjadi. Selain iu, dalam proses pengumpulan data, peneliti juga harus memperhatikan kemungkinan munculnya rasa tidak nyaman dari informan ketika harus bercerita mengenai peristiwa-peristiwa tidak menyenangkan terkait pengalaman yang diteliti. Oleh karena itu, peneliti berupaya untuk mencegah terjadinya pelanggaran terkait isu-isu etika dalam penelitian ini dengan cara menggunakan perizinan resmi dalam melakukan penelitian serta membuat informed consent yang disetujui oleh informan. Adapun surat izin yang digunakan oleh peneliti diterbitkan oleh Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Daerah Istimewa Yogyakarta pada 8 Maret 2016 dengan nomor surat 36d/D/KP/Psi/USD/III/2016.
E.
PROSEDUR PENGUMPULAN DAN PEREKAMAN DATA 1.
Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan prosedur pengumpulan
data
jenis
wawancara
mendalam
(in-depth
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
interview). Wawancara digunakan untuk memancing pandangan dan pendapat informan mengenai proses pengampunan yang telah dilaluinya, dengan menggunakan panduan berupa pertanyaanpertanyaan yang tidak terstruktur dan bersifat terbuka (Creswell, 2009). 2.
Prosedur Perekaman Data Dalam penelitian kualitatif, sebelum peneliti terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data, peneliti perlu merumuskan dengan jelas jenis data yang akan direkam serta prosedur perekamannya (Creswell, 2009). Dalam penelitian ini, prosedur perekaman data akan dilakukan dengan bantuan protokol wawancara.
F.
METODE ANALISIS DATA Data-data yang telah diperoleh dalam proses pengumpulan data kemudian akan diolah dengan menggunakan metode Analisis Isi Kualitatif (AIK). Analisis Isi Kualitatif merupakan suatu metode untuk menfasirkan secara subjektif isi data yang berupa teks melalui suatu proses klasifikasi sistematik berupa pengodean (coding) dan pengidentifikasian aneka tema atau pola. Isi data yang berupa teks tersebut dapat bersifat lisan atau berupa rekaman elektronik, yang perlu ditranskripkan menjadi teks tulis atau dokumen terlebih dahulu, ataupun berupa cetakan. Adapun tujuan dari Analisis Isi Kualitatif adalah mengklasifikasikan sebuah teks data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
yang berjumlah besar ke dalam sejumlah kecil kategori yang mewakili aneka isi tertentu dan mengungkapkan makna yang serupa. Dengan demikian, maka akan diperoleh sebuah deskripsi yang padat dan kaya mengenai fenomena yang tengah diteliti, sehingga peneliti akan mendapatkan pengetahuan dan pemahaman berupa konsep-konsep atau kategori-kategori mengenai fenomena tersebut. Dalam penelitian ini, Analisis Isi Kualitatif akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan induktif. Pendekatan induktif tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan sebuah fenomena dengan bertolak dari fakta-fakta spesifik yang terdapat di dalam data. Pendekatan ini dipilih karena dalam penelitian ini, baru terdapat sedikit teori atau hasil penelitian mengenai fenomena yang diteliti, yakni proses pengampunan yang dilakukan oleh wanita dengan HIV/AIDS terhadap suaminya yang menjadi sumber infeksi HIV, yang tersedia. Dengan demikian, analisa data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan pola khusus ke umum, yakni peneliti mengamati fakta-fakta khusus yang ditemukan di dalam data, kemudian menyusunnya menjadi rumusan yang lebih umum (Supratiknya, 2015).
G.
KREDIBILITAS 1.
Validitas Validitas meupakan salah satu kekuatan dalam penelitian kualitatif. Berbicara tentang validitas dalam konteks penelitian kualitatif berarti berbicara tentang penentuan mengenai keakuratan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
hasil temuan menurut sudut pandang peneliti, para informan, dan pembaca. Adapun pemeriksaan mengenai keakuratan penemuan akan
dilakuakan
oleh
peneliti
dengan
menggunakan
prosedur/strategi tertentu. Adapun beberapa strategi validasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pemeriksaan kembali oleh informan, penggunaan deskripsi mendalam untuk menyatakan hasil temuan, pengklarifikasian bias-bias yang mungkin dimiliki oleh peneliti, serta penyajian informasi-informasi yang negatif atau tidak sesuai yang melawan tema penelitian. a.
Pemeriksaan Kembali oleh Informan Dalam strategi validasi ini, peneliti akan membawa kembali laporan akhir ataupun deskripsi atau tema yang spesifik kepada informan untuk mengetahui apakah informan merasa bahwa rumusan-rumusan yang dibuat sudah akurat. Prosedur ini dapat mencakup mengadakan sebuah wawancara lanjutan dengan para informan guna menyediakan sebuah kesempatan bagi mereka untuk mengomentari penemuan-penemuan yang ada.
b.
Penggunaan Deskripsi Mendalam untuk Menyatakan Hasil Temuan Dalam strategi ini, validitas diperoleh dengan cara menghadirkan hasil-hasil penelitian yang lebih realistik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
kaya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat deskripsideskripsi yang mendalam, yang akan mampu mengantarkan pembaca kepada setting penelitian, serta memfasilitasi terjadinya pembagian pengalaman dalam diskusi. c.
Pengklarifikasian Bias-Bias yang Mungkin Dimiliki oleh Peneliti Dalam strategi validasi ini, peneliti akan melakukan sebuah refleksi diri dalam bentuk narasi yang terbuka dan jujur. Sebuah penelitian kualitatif yang baik seharusnya mengandung
komentar-komentar
peneliti
mengenai
bagaimana interpretasi tentang penemuan-penemuannya terbentuk dari latar belakangnya, seperti gender, budaya, sejarah, serta status sosialekonomi. d.
Penyajian Informasi-Informasi yang Negatif atau Tidak Sesuai Dalam rangka menjaga validitas sebuah penelitian kualitatif, peneliti juga perlu menyajikan informasi negatif atau menyimpang yang berlawanan dengan tema penelitian. Hal ini dapat dilakukan saat peneliti tengah berdiskusi mengenai
bukti-bukti
terkait
dengan
tema.
Melalui
penyajian bukti-bukti yang kontradiktif tersebut, uraian yang dibuat menjadi lebih realistis dan valid (Creswell, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
2.
Reliabilitas Reliabilitas dalam penelitian kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan oleh peneliti konsisten dengan pendekatan yang diterapkan oleh peneliti-peneliti lain dan dalam proyek-proyek lainnya (Gibbs, 2007 dalam Creswell, 2009). Adapun prosedur-prosedur pengukuran reliabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain: a.
Pembuatan protokol studi kasus, yakni panduan wawancara yang rinci (Yin, 2003 dalam Creswell, 2009).
b.
Pemeriksaan transkrip-transkrip rekaman wawancara untuk memastikan tidak ada kesalahan-kesalahan serius yang terjadi selama proses transkirpsi.
c.
Memastikan tidak ada penyimpangan pada definisi dari kode-kode, pergeseran makna dari kode-kode selama proses pengodean. Hal ini dilakukan dengan membandingkan
data-data
dengan
kode-kode
cara secara
konstan, serta membuat catatan mengenai kode-kode yang ada dan definisinya (Gibbs, 2007 dalam Creswell 2009). d.
Melibatkan rekan lain untuk melakukan pemeriksaan terhadap pengodean yang telah dilakukan untuk mencapai intercoder agreement, yakni kesepakatan dua orang atau lebih mengenai suatu kode yang digunakan untuk suatu bagian dalam teks (Creswell, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
3.
Generalisabilitas Generalisasi dalam penelitian kualitatif merupakan sesuatu yang tidak lazim karena nilai penelitian kualitatif terletak pada deskripsi dan tema-tema khusus yang dikembangkan dari dalam konteks sebuah lokasi spesifik. Dengan demikian, sesungguhnya tolak ukur yang tepat bagi sebuah penelitian kualitatif adalah partikuralitas dan bukan generalisabilitas. Namun, khususnya dalam jenis penelitian studi kasus, hasil penelitian dapat digeneralisasi ke dalam teori yang lebih luas. Selain itu, generalisasi juga terjadi ketika peneliti mempelajari kasus-kasus baru dan melakukan generalisasi hasil temuan-temuan terhadap kasus-kasus baru tersebut (Creswell, 2009). Penelitian mengenai proses pengampunan yang dilakukan wanita dengan HIV/AIDS terhadap suaminya yang menjadi sumber infeksi HIV ini merupakan sebuah studi kasus, sehingga kelak memungkinkan untuk terjadi generalisasi hasil temuan ke dalam teori yang lebih luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
PERSIAPAN PENELITIAN Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu peneliti menentukan topik penelitian berdasarkan hasil studi literatur dan analisis sosial sederhana.
Setelah
penentuan
topik
dilakukan,
peneliti
mulai
mengumpulkan literatur-literatur yang terkait dengan topik penelitian, serta menyusun metode penelitian. Peneliti kemudian mencari calon informan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Dalam proses mengumpulkan informan, mula-mula peneliti mendatangi salah satu komunitas yang bergerak di bidang pemberdayaan ODHA, yakni Yayasan V+, dengan mengantongi surat izin yang diterbitkan oleh Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan, serta menyampaikan karakteristik informan yang dibutuhkan dalam penelitian. Yayasan V+ kemudian menyarankan salah seorang karyawatinya untuk dijadikan informan penelitian. Peneliti kemudian menghubungi calon informan tersebut dan meminta kesediaan beliau untuk bertemu. Dalam pertemuan perdana dengan calon informan tersebut, peneliti menyampaikan gambaran penelitian kepada calon informan, Peneliti juga menyerahkan salinan informed consent dan menjelaskan isinya secara verbal kepada calon
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
informan. Adapun yang termuat di dalam informed consent tersebut adalah maksud dan tujuan penelitian, prosedur pengambilan data, kemungkinan ketidaknyamanan, kerahasiaan data informan, serta manfaat dan sifat kesukarelaan penelitian. Setelah calon informan menyatakan kesediaan untuk terlibat dalam penelitian, peneliti meminta calon informan untuk menandatangani Lembar Persetujuan dan mulai membuat kesepakatan mengenai jadwal pertemuan dengan informan. Demikianlah proses peneliti dalam menemukan Informan I. Setelah proses pengumpulan data dengan Informan I, peneliti meminta rekomendasi dari informan I tersebut untuk mendapatkan calon informan II. Peneliti menanyakan kepada Informan I mengenai kemungkinan beliau memiliki kenalan yang memiliki pengalaman yang kurang lebih sama dengan dirinya, dan tentunya memenuhi kriteria informan yang telah ditentukan. Informan I kemudian mengenalkan peneliti kepada calon informan II. Peneliti lalu menghubungi calon informan II dan meminta kesediaan beliau untuk bertemu. Ketika bertemu dengan calon informan II tersebut, peneliti kembali menjelaskan gambaran penelitian dan informed consent. Setelah calon informan II menyatakan kesediaan untuk berpartisipasi, peneliti meminta calon informan II untuk menandatangani Lembar Persetujuan dan memulai wawancara. Demikian proses peneliti dalam menentukan Informan II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
B.
PELAKSANAAN PENELITIAN Dalam penelitian ini, proses pengumpulan data dilakukan dalam periode Oktober hingga Desember 2016. Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan prosedur wawancara mendalam yang didahului dengan pendekatan
(rapport)
dengan
masing-masing
informan.
Adapun
pendekatan dilakukan pada saat peneliti pertama kali bertemu dengan calon informan untuk membangun kenyamanan dan kepercayaan antara peneliti dan informan, serta memastikan kembali kesesuaian informan dengan karakteristik yang telah ditentukan. Pendekatan juga dilakukan setelah masing-masing informan menyatakan kesediaan untuk terlibat dalam penelitian. Wawancara mendalam yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan protokol berupa panduan wawancara. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba (tryout) terpakai untuk menguji kelayakan panduan wawancara serta kemampuan pertanyaan-pertanyaan yang termuat di dalamnya untuk mengungkap data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun uji coba terpakai tersebut dilakukan dengan mewawancarai Informan I. Setelah melakukan uji coba terpakai, peneliti menemukan kekurangan-kekurangan dari pertanyaan-pertanyaan wawacara yang termuat dalam rancangan panduan wawancara yang telah digunakan. Peneliti kemudian melakukan wawancara pendalaman (probing) terhadap Informan I guna melengkapi data yang sebelumnya kurang lengkap, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
menyempurnakan kembali panduan wawancara sebagai bekal untuk melakukan wawancara pada Informan II. Dalam pertemuan tersebut, peneliti juga menunjukkan hasil wawancara pertama dengan informan I, termasuk tabel koding yang telah dibuat, untuk meminta informan I memeriksa kembali keakuratan rumusan yang telah dibuat sebagai salah satu bentuk strategi validasi. Setelah itu, peneliti melakukan wawancara dengan informan II. Setelah melakukan proses koding, peneliti kembali pada informan II untuk wawancara pendalaman guna melengkapi data yang masih kurang. Dalam pertemuan tersebut, peneliti juga meminta informan II untuk memeriksa kembali keakuratan rumusan yang telah dibuat peneliti terkait hasil wawancara pertama. Dalam menentukan lokasi dan waktu pengambilan data, peneliti berusaha menyesuaikan dengan jadwal dan permintaan para informan. Berikut merupakan rincian jadwal wawancara dengan kedua informan dan kegiatan-kegiatan
yang
pelaksanaan penelitian ini:
terkait
dengan
pengambilan
data
dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Tabel 1 Ringkasan Kegiatan Pengambilan Data Penelitian Waktu 28 September 2016 28 September 2016 29 September 2016 2 Oktober 2016
17 November 2016 23 November 2016 25 November 2016 25 November 2016 7 Desember 2016
C.
Kegiatan Perizinan penelitian dan meminta rekomendasi terkait Informan I Menghubungi Informan I dan membuat janji temu Pendekatan dan meminta kesediaan Informan I untuk terlibat Uji coba terpakai dengan Informan I dan meminta rekomendasi terkait Informan II Menghubungi Informan II dan membuat janji temu Wawancara pendalaman Informan I dan Pemeriksaan Kembali Pendekatan dan meminta kesediaan Informan II untuk terlibat Wawancara dengan Informan II Wawancara pendalaman dengan Informan II dan Pemeriksaan Kembali
Tempat Yayasan V+ via telepon Yayasan V+ Restoran Parsley Jalan Solo via telepon Yayasan V+ Yayasan V+ Yayasan V+ Alun-alun Pemda Kota Wonosari
PROFIL INFORMAN Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan dari dua orang informan yang memenuhi kriteria, seperti yang telah ditentukan pada poin C Bab III, yakni wanita dengan HIV/AIDS, sudah menikah dan terinfeksi HIV dari suami, serta telah atau dalam proses mengampuni suami yang menjadi sumber penularan HIV. Adapun profil dari kedua informan tersebut adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
Tabel 2 Data Demografis Informan Keterangan Usia Suku Bangsa Kepercayaan Pendidikan Terakhir Pekerjaan Status Pernikahan
Sleman 1 13 tahun
Pekerjaan Suami Alamat Jumlah Anak Usia Anak 1.
Informan I 30 tahun Jawa Islam SMA Ibu rumah tangga, Pendukung Sebaya Janda (Suami meninggal)
Informan II 31 tahun Jawa Islam SLTP Ibu rumah tangga, Pendukung Sebaya Menikah (Suami pertama meninggal) Seniman Gunung Kidul 1 12 tahun
Latar Belakang Informan I Informan I merupakan seorang ibu rumah tangga dengan status single parent. Sehari-hari, informan I mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus anak. Selain itu, informan I juga bekerja di Yayasan V+ sebagai seorang Pendukung Sebaya. Sebagai seorang Pendukung Sebaya, informan I berperan mendukung
dan
membantu
ODHA,
terutama
yang
baru
mengetahui status HIV mereka. Dukungan dan bantuan yang diberikan kepada ODHA tersebut berupa dukungan psikososial dan pemberdayaan hingga mereka mengakses pengobatan medis, serta dalam bentuk pemberdayaan ekonomi. Dalam rangka mewujudkan tanggungjawabnya tersebut, sehari-hari informan I melaksanakan tugas piket di rumah sakit dan puskesmas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Informan I memulai karirnya di V+ pada tahun 2007, kemudian menjadi pengurus KDS D pada tahun 2008 dengan uang insentif sebesar Rp 300.000,00. Pada tahun 2008 tersebut, informan I juga bekerja di sebuah café yang merupakan unit usaha dari V+ dan hanya bertahan setahun karena kesehatannya menurun dari stadium I menjadi II dan mulai mengidap herpes. Hal tersebut disebabkan oleh jam kerja yang panjang dan berat. Akhirnya, informan I memutuskan untuk memulai terapi medis pada Agustus 2008. Pada 2010, KDS D membuat proposal dan tembus ke Lembaga Donor Hivos sehingga informan I bekerja di bagian Pengorganisasian Basis Massa selama 10 bulan. Pada akhir 2010, V+ membuka program Pendukung Sebaya dengan gaji bulanan, sehingga informan I menjadi Pendukung Sebaya selama satu tahun. Setelah itu, terjadi perampingan sehingga informan I berhenti dan membantu KDS K di Gunung Kidul dengan uang transport sebesar Rp 100.000,00. Informan I merasa bahwa orang lain tidak akan mau melakukan pekerjaan tersebut, tetapi dirinya mau karena memang ingin melayani dan hidup di dunia sosial. Informan I hanya berada di KDS K selama beberapa bulan untuk merintis. Setelah itu, pada 2011, informan I mendaftar dan diterima sebagai Konselor sebaya di V+ hingga 2013. Informan I kemudian menjadi Koordinator Pendukung Sebaya dari tahun 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
hingga 2015. Pada tahun 2016, terjadi perampingan lagi sehingga informan I secara struktural di V+ menjadi Koordinator Wilayah Kota Yogyakarta, sementara di Yayasan Sp yang mendanai V+, informan I tetap berstatus Pendukung Sebaya. Saat ini, informan I tinggal bersama dengan kedua mertua dan anak perempuannya yang berusia remaja. Meskipun harus bekerja hingga pukul 17.00 WIB setiap harinya, dan baru mendapat libur pada hari Sabtu dan Minggu, informan I berusaha membagi waktu untuk bekerja dan waktu untuk anaknya dengan baik. Dengan demikian, informan I tetap dapat sering berbincangbincang dengan anaknya tersebut. Informan I juga berusaha mengetahui hal-hal terkait dengan anaknya dengan cara mengecek telepon genggam milik anaknya saat anaknya sudah tidur. Infoman I sendiri lahir dalam sebuah keluarga yang memilki usaha kuliner. Informan I merasa bahwa keluarganya sangat menyanjung budaya patriarki dan hal tersebut tidak baik karena menyebabkan demokrasi tidak terbangun dan terjadi kekerasan psikologis. Ibu informan I sudah meninggal karena sakit leukemia. Dahulu, ibu informan I memiliki kios makanan. Setelah kios tersebut dikontrakkan, ibu informan I berjualan makanan di trotoar. Sementara itu, bapak informan I masih hidup. Namun, informan I mengaku bahwa dirinya tidak terlalu dekat dengan bapaknya, apalagi sekarang bapaknya sudah menikah lagi. Dahulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
bapak informan I bekerja di laboratorium bagian Pekerjaan Umum. Setelah bapak informan I pensiun, kedua orangtua informan I membuka usaha bunga. Menurut informan I, kedua orangtaunya sibuk bekerja sehingga tidak mengurus anak-anaknya dengan baik. Pengalaman tersebut kemudian mendorong informan I untuk menjadi orangtua yang lebih baik bagi anaknya. Informan I merupakan bungsu dari lima bersaudara. Kakak pertama informan I berjenis kelamin perempuan, berusia 40 tahun, dan saat ini menjadi tulang punggung bagi kedua anaknya dengan membuka usaha binatu karena suaminya meninggal akibat diabetes dan sakit saraf. Kakak informan I yang kedua dan ketiga juga berjenis kelamin perempuan, sedangkan kakak keempatnya lakilaki. Kakak kedua dan keempat informan I saat ini menjalankan usaha bunga keluarga. Sementara itu, kakak ketiga informan I sudah menikah dan memiliki dua anak. Kakak ketiga informan I tersebut tinggal di Bantul dan juga memiliki usaha binatu. Terkait dengan riwayat pendidikan, informan I merupakan lulusan salah satu SMK Negeri jurusan Tataboga, sesuai dengan pilihan ibu dan kakak perempuannya. Informan I sebenarnya ingin bersekolah di Pesantren, tetapi ibunya melarang karena khawatir informan I tidak sanggup. Setelah anaknya lahir, sekitar tahun 2011, informan I sempat berkuliah tetapi tidak didukung oleh kemampuan fisik dan pikiran, juga anak. Saat itu, informan I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
berkuliah di Universitas Terbuka jurusan Komunikasi, karena senang bicara. Akhirnya, setelah berkuliah selama satu semester, informan I merasa tidak mampu harus belajar sendiri dan merasa berat dengan peran ibu rumah tangga sekaligus wanita karir, informan I memutuskan untuk berhenti berkuliah. 2.
Latar Belakang Informan II Informan II lahir di Gunung Kidul dalam sebuah keluarga yang berprofesi sebagai petani, sekaligus berdagang di rumah. Informan II bersekolah di Gunung Kidul hingga SLTP dan baru saja mengambil ijazah Paket C untuk persiapan melamar kerja di Gunung Kidul jika capek ke Yogya kelak. Informan II sempat mendaftar SLTA, tetapi tidak jadi bersekolah karena dilamar. Informan II kemudian menikah dengan suami pertamanya pada tahun 2002. Terkait pengetahuan mengenai HIV dan AIDS, informan II mengaku dirinya sama sekali tidak paham mengenai hal tersebut sebelum suami positif. Informan II merupakan bungsu dari tiga bersaudara. Kakak informan II perempuan dan laki-laki. Saudara informan II sudah berkeluarga semua dan informan II masih berhubungan baik dengan mereka melalui jalinan silahturami. Kedua orangtua informan II masih hidup. Saat ini, kedua orangtua informan II berjualan dan tinggal di Yogyakarta. Informan II juga selalu mengunjungi mereka saat datang ke Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
Informan II saat ini berdomisili di Wonosari, Gunung Kidul. Informan II berprofesi sebagai ibu rumah tangga, sekaligus Pendukung Sebaya di V+. Biasanya, informan II berangkat kerja setelah pekerjaan di rumah beres dan baru pulang kerja sore hari. Informan II mendapatkan tugas piket di RSUD W pukul 9 pagi hingga 2 sore, kemudian berkunjung ke rumah klien hingga pukul 5 sore untuk melihat perkembangan kondisi klien dan memotivasi mereka. Informan II memiliki seorang anak laki-laki yang saat ini duduk di kelas 6 SD. Anak laki-laki informan II tidak terinfeksi HIV. Setelah suaminya meninggal karena AIDS pada 2009, pada tahun 2012, informan II menikah lagi dengan seorang pria yang berprofesi sebagai seniman. Suami kedua informan II merupakan seorang duda yang telah bercerai dengan istri pertamanya dan memiliki seorang anak perempuan yang saat ini duduk di bangku kelas 2 SMP. Meskipun suami keduanya bukan seorang ODHA, tetapi suami keduanya memperlakukan informan II dengan baik sehingga rumah tangga mereka harmonis, humoris, dan romantis. Relasi antara informan II dan anaknya serta suami kedua dan anak kandung suaminya juga rukun dan baik. Sebenarnya, informan II awalnya tidak berniat untuk menikah lagi setelah suami pertamanya meninggal karena takut menulari pasangan dan khawatir tidak mampu memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
keturunan. Hal tersebut terjadi karena pengetahuan informan II terkait HIV dan AIDS pada saat itu masih kurang. Namun, setelah bertemu dengan suami keduanya dan mendapatkan informasi yang benar, informan II menjadi berani untuk menikah. Sebelum menikah kembali, sebagai janda, informan II bekerja untuk menghidupi anaknya. Setelah suaminya meninggal, informan sempat berdagang, bekerja di ladang, dan lain sebagainya hingga akhirnya ikut pertemuan KDS melalui V+ dan mengenal LSM K. Pada tahun 2010, informan II mulai merintis KDS K bersama dengan seorang temannya di Gunung Kidul. KDS K tersebut masih berlangsung hingga saat ini dan informan II masih terlibat di dalamnya. Tahun 2011 hingga 2014, informan II bekerja di LSM K yang bertujuan menjangkau populasi kunci dan mengajak mereka untuk VCT, serta merujuk orang dengan status positif HIV ke V+. Setelah LSM K berhenti beroperasi karena masalah biaya, informan II fokus bekerja di V+ sebagai Pendukung Sebaya dengan tetap mengoperasikan KDS K.
D.
HASIL PENELITIAN Berdasarkan data yang diperoleh dari kedua informan melalui prosedur wawancara mendalam (in-depth interview), secara garis besar dapat diketahui bahwa kedua informan merupakan ibu rumah tangga yang tertular HIV melalui suami. Kedua informan tersebut kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
mengalami emosi negatif terkait dengan penyakit yang mereka dapatkan serta kenyataan bahwa suami mereka meninggal. Mereka lalu berproses menghadapi emosi-emosi negatif tersebut hingga masuk ke dalam fase pengampunan. 1.
Relasi Informan dengan Suami Sebelum Informan Terkena HIV Informan I menikah pada tahun 2003, setelah dirinya dinyatakan hamil. Sementara itu, informan II memutuskan untuk menikah pada 2002, selepas dirinya lulus SLTP, karena sudah dilamar dan mengikuti budaya pernikahan dini di kampungnya. Suami dari kedua informan sama-sama merupakan pecandu narkoba dan rumah tangga keduanya diwarnai oleh kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Sebelum menikah, suami informan I mengaku bahwa dirinya sudah bebas narkoba. Namun, ternyata pada tahun pertama pernikahan, suami informan I tersebut kerap pergi di malam hari untuk mabuk, berselingkuh, dan juga masih mengonsumi narkoba, bahkan hingga mencuri uang dan HP informan I untuk modal. Pernikahan informan I bernuansa budaya patriarki yang terwujud dalam kekangan dari suami terhadap dirinya. Selain itu, informan I juga mengaku mengalami kekeraan psikis dan seksual dalam rumah tangganya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
Sementara itu, informan II mengaku mengetahui bahwa suaminya sudah berhenti memakai narkoba. Suami informan II bahkan sudah dapat bekerja di ladang. Namun, ternyata suami informan II masih sering mengalami sakaw. Informan II dan anaknya kemudian sering mengalami kekerasan fisik maupun verbal dari suaminya. Setelah melakukan kekerasan, suami informan II biasanya meminta maaf dan mengatakan bahwa perilakunya merupakan akibat dari upaya menahan diri untuk tidak memakai narkoba. Hal tersebut berlangsung sepanjang pernikahan informan II dengan suaminya. Menghadapi situasi rumah tangganya, informan I dan informan II memiliki strategi yang berbeda. Informan I mengaku bahwa dirinya bersabar, pasrah, dan memohon jalan pada Tuhan. Namun, informan I juga pernah mengancam suaminya yang berselingkuh, bahkan pulang ke rumah orangtuanya. Sikap informan I ternyata membuahkan perubahan dalam diri suaminya. Hal ini tampak dalam kutipan wawancara sebagai berikut: “Ya aku pernah sampai dalam keadaaan tahap yang sudah nggak sanggup, aku bilang ke dia. Dia kan kalau udah mau ma… udah maghrib gini udah wangi, udah dandan, wangi, dan aku di rumah cuma ngasuh anak kayak gitu Kayaknya tuh ee… apa namanya, nggak adil banget gitu. Dan aku kan, karena aku udah dah… tau kalau dia itu punya pacar, cewek gitu, aku bilang ke Almarhum, “Dad, hamilin aja sekalian. Nanti kalau… kalau udah, biar aku bisa… ee… minta cerai dari kamu.”. Aku pernah ngancam kayak gitu. Dan sepertinya itu cukup ampuh ya. Jadi dia kayak mikir gitu loh. Kayak… Jadi aku pernah ngancam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
gitu. Jadi tahap sabar udah, tahap berdoa udah…” (Informan I, Baris 392-413). Pada tahun kedua pernikahan, suami informan I mulai mengurangi frekuensi pergi di malam hari, dan benar-benar berhenti pada tahun ketiga pernikahan, termasuk berhenti mengonsumsi narkoba. Sementara itu, informan II cenderung hanya diam dan menangis dalam menghadapi situasi rumah tangganya. Informan II mengaku bahwa dirinya tidak mampu melawan atau marah karena memang sulit baginya untuk mengekspresikan amarahnya kepada orang lain. Informan II juga mengatakan bahwa dirinya tidak dapat pergi dari rumah dan pulang ke rumah orangtuanya karena memang sejak awal kedua orangtua informan II menentang pernikahannya dengan suami karena suami adalah seorang pecandu narkoba. Akhirnya, informan II menampung sendiri perasaannya dan mencoba melupakan perasaan-perasaan negatif dalam dirinya. Pada awal pernikahan, baik informan I maupun informan II berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Namun, informan I sempat memiliki warung makan pada tahun 2004, tetapi bangkrut karena informan I belum mampu mengelola keuangan pada saat itu. Sementara itu, suami informan I memiliki usaha rental mobil, sedangkan suami informan II bekerja sebagai petani. 2.
Relasi Informan dengan Suami Saat Terkena HIV Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua informan samasama tertular HIV dari suami. Kedua informan juga sama-sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
mengetahui status HIV mereka setelah suami jatuh sakit dan didiagnosa HIV/AIDS. Baik informan I maupun informan II melakukan pemeriksaan terkait status HIV mereka setelah mengetahui status suami. Informan I mengetahui bahwa suaminya terinfeksi HIV pada Desember 2006, saat suaminya dirawat di rumah sakit. Saat itu, informan I mengira suaminya sakit TBC karena suaminya memang memiliki riwayat penyakit tersebut. Namun, informan I menjadi curiga ketika dirinya selalu diminta keluar dari bangsal tempat suaminya dirawat, saat dokter atau konselor datang berkunjung. Hal tersebut berlangsung hingga informan I tanpa sengaja
mendengar
pembicaraan
dokter
dengan
suaminya
mengenai kesehatan sang suami. Setelah mendesak suaminya, informan I menjadi tahu bahwa suaminya seorang ODHA. Ternyata, suami informan I sudah mengetahui status HIV-nya sejak tahun 2005, tetapi enggan membuka statusnya kepada keluarga dan tidak mau menjalani pengobatan karena takut mendapatkan stigma negatif dan diskriminasi dari keluarga, serta khawatir informan I akan meninggalkannya apabila mengetahui kondisi kesehatannya tersebut. Saat itu, informan I langsung mempercayai informasi mengenai status HIV suaminya karena kondisinya yang sudah sangat parah, yakni AIDS stadium 4. Menurut informan I, sulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
untuk mengetahui sumber infeksi suaminya mengingat suaminya memiliki 2 faktor risiko, yakni sebagai seorang pecandu narkoba dan dari perilaku berselingkuhnya. Namun, informan I cukup yakin suaminya terkena HIV dari penggunaan jarum suntik secara bergantian dengan teman-teman pecandunya, yang banyak yang telah meninggal. Kejadian serupa dialami oleh informan II. Informan II mengetahui suaminya terinfeksi HIV pada tahun 2009, saat suaminya sakit hingga sudah tidak mampu bangun. Awalnya, suami informan II didiagnosa sakit tipus dan lambung karena keterbatasan medis. Setelah dipindah ke rumah sakit di Yogyakarta, suami informan II diketahui merupakan seorang ODHA. Informan II mengakui bahwa sebelum menikah, suaminya tersebut sempat menyampaikan pada informan II bahwa dirinya telah melakukan tes HIV dan hasilnya negatif. Peristiwa ini dapat dilihat dalam penggalan verbatim wawancara berikut: “Terus, dia… dia katanya sih, tapi aku kan nggak tahu juga… katanya dia itu dulu udah pernah periksa, segala macem… cek segala macem. Itu katanya… hasilnya… negatif. Kayak gitu… semua negatif. Tapi kan aku nggak tahu, nggak liat hasilnya juga.” (Informan II, Baris 1533-1541). Informan II juga langsung percaya saat mendapatkan informasi mengenai status HIV suaminya. Keyakinan terhadap kebenaran informasi tersebut muncul karena informan II terlibat lansung dalam proses pemeriksaan HIV (VCT) suaminya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
sudah tidak mampu mengikuti sendiri seluruh rangakain proses pemeriksaan. Selain itu, keyakinan informan II juga muncul karena kenyataan bahwa suaminya adalah seorang pecandu narkoba yang tentunya berisiko untuk terkena HIV. Informan II mengaku bahwa dirinya tidak mengetahui dengan pasti kapan suaminya mulai terinfeksi HIV. Namun, informan II menduga bahwa suaminya terinfeksi sejak sebelum menikah, akibat memakai narkoba dengan jarum suntik secara bergantian. Setelah mengetahui status HIV suaminya, informan I pasrah dan menerima hal tersebut sebagai takdir dan risiko dari perilaku suaminya. Namun, informan I berpikir bahwa dirinya juga harus mengetahui status HIV-nya sendiri. Kendati demikian, saat itu informan I tidak menyadari risiko dirinya dan berpikir bahwa hasil tesnya pasti negatif. Informan I sempat berpikir demikian: “Ah aku pasti hasilnya negatif, aku kan nggak berisiko. Kan yang… kan kalau yang berisiko mbak-mbak Pekerja Seks. Aku dulu mikirnya gitu. Aku nggak mungkin, aku nggak berisiko.” (Informan 1, Baris 763-768). Selama menunggu kesempatan untuk melakukan tes HIV, informan I merasa takut tertular HIV dari suaminya. Oleh karena itu, informan I meminta suaminya untuk membersihkan sendiri luka-lukanya, dan suaminya menurut. Namun, informan I mengaku bahwa dirinya tetap bersikap baik pada suaminya sampai suaminya tersebut meninggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Setelah memperoleh hasil tes HIV, dan menemukan bahwa statusnya positif, informan I merasa syok. Namun, informan I hanya diam, tidak menangis. Informan I juga sempat merasa tidak percaya dan menyangkal hasil tesnya tersebut. “Ndak percaya! Nggak percaya sama hasil tes, jangan-jangan hasil tesnya salah. Namanya juga kan em… petugas lab itu manusia, gitu. Jangan-jangan hasil labnya salah. Atau alatnya rusak, atau… jadi, nggak percaya waktu itu. Nggak mungkin.” (Informan 1, Baris 795-802). Berbeda dengan informan I yang pasrah menerima informasi mengenai status suaminya, informan II terlebih dahulu merasa sedih dan kecewa setelah mengetahui status HIV suaminya. Bahkan, informan II sempat berpikir mengapa dulu dirinya menikah dengan suaminya tersebut. Hal ini dibuktikan dengan penggalan verbatim wawancara berikut ini: “Ya sedih sih Mbak. Sedih, kayak kecewa, pasti ada. Terus, ‘Kok aku dulu kok bisa ya nikah sama ini. Kok aku dulu nggak tahu…’, waktu itu kan ada pikiran juga kayak gitu.” (Informan II, Baris 915-920). Informan II juga sempat merasa ingin marah kepada suaminya, tetapi tidak bisa karena suami sakit, sehingga akhirnya informan II pasrah dan menerima peristiwa tersebut sebagai jalan Tuhan dan cobaan yang harus dijalani. Informan II kemudian menjalani tes HIV bersama dengan anaknya sesuai dengan rujukan rumah sakit. Sebelum tes HIV, informan II merasa takut jika dirinya dan anaknya ternyata positif HIV. Informan II khawatir bahwa jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
dirinya positif kelak, dirinya akan dikucilkan dari masyarakat. Meskipun merasa takut, informan II tidak bisa melakukan apa-apa karena harus bekerja untuk membayar biaya rumah sakit suami. Setelah menerima hasil pemeriksaan status HIV, dan mendapatkan bahwa dirinya juga positif, informan II stress dan merasa dunia berakhir. Namun, informan II menjadi sedikit lebih bersemangat tatkala mengetahui bahwa anaknya bebas HIV. Informan II tidak percaya dengan statusnya sehingga melakukan tes ulang setelah 3 bulan, dan hasilnya tetap positif. Sebelum melakukan pemeriksaan ulang tersebut, informan II merasa sangat sedih
karena
kondisinya.
Informan
II
meragukan
hasil
pemeriksaannya tersebut karena merasa dirinya tidak pernah berbuat macam-macam atau berhubungan dengan orang lain. Hal tersebut dapat dilihat dari penggalan verbatim wawancara berikut ini: “Ya karena aku merasa kan… aku tuh nggak pernah yang namanya berhubungan dengan orang lain, terus aku cuma kerjaannya tiap hari di rumah, berladang… kayak gitu kan waktu itu. Terus… kok bisa kena sakit seperti ini. Jadi bayangannya kan kayak gitu Mbak. Kok bisa sih kena sakit seperti ini. Aku loh nggak pernah yang namanya macem-macem, neko-neko, kayak gitu. Tapi kok… kok bisa toh kena sakit seperti ini. Kenapa nggak… nggak yang orang-orang yang… yang sering… sering buat yang neko-neko. Kayak gitu pikirannya. Makanya aku masih… dites ulang lagi, siapa tahu salah” (Informan II, Baris 588607). Selain itu, informan II juga berpikir bahwa dirinya akan segera meninggal, dalam waktu kurang dari 1 tahun. Hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
terjadi karena pada saat itu, pengetahuan informan II mengenai HIV dan AIDS masih sangat awam. Namun, mengingat anaknya yang bebas HIV, informan II berpikir bahwa dirinya harus berjuang meskipun sakit. Setelah mengetahui statusnya, informan I kemudian memberitahu suaminya mengenai hasil tes tersebut. Suami informan I syok menerima informasi tersebut dan meminta maaf, sebelum akhirnya meninggal karena sakit AIDS. Informan I tidak sempat merasa marah ataupun benci pada suaminya karena rentang waktu antara dirinya mengetahui status HIV dan kematian suaminya terbilang cukup singkat, yakni hanya hitungan jam. Pada saat itu, informan I hanya berpesan pada suaminya agar mau mengurus dirinya apabila mulai sakit-sakitan nanti. Suami informan I mengiyakan permintaan tersebut dan sempat memuji informan I sebagai perempuan yang luar biasa atas jasajasa dalam rumah tangga mereka. Namun, informan I memandang pujian tersebut sebagai sesuatu yang berlebihan. Menurut informan I, apa yang telah dirinya lakukan bagi suaminya adalah sematamata kewajibannya sebagai seorang istri. Informan I merasa tidak ada perubahan dalam rumah tangganya setelah dirinya dan suami mengetahui status mereka. Kendati demikian, informan I mengaku bahwa pada saat itu dirinya marah dan merasa Tuhan tidak adil karena mengizinkannya terkena HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Tidak berbeda dengan informan I, suami informan II juga meninggal tidak lama setelah informan II mengetahui status HIVnya sendiri. Saat mengetahui status informan II, suami meminta maaf, tetapi tidak melakukan apa-apa karena kondisi sakit. Informan II menduga bahwa suaminya tersebut menyesal karena setelah mengetahui status informan II, suaminya lebih banyak berdiam. Informan II mengaku bahwa dirinya merasa marah dan jengkel pada suaminya karena menularkan HIV padanya. Informan II juga merasa dongkol karena dirinya tidak tahu apa-apa dan tibatiba harus menanggung sakit. Namun, informan II tidak mengekspresikan kemarahan dan kejengkelannya karena kondisi suaminya yang sakit, bahkan tidak dapat bangun dari tempat tidur, serta informan II memang tidak bisa mendendam. Menurut informan II, apabila kondisi suaminya pada saat itu sehat, dirinya mungkin akan menunjukkan rasa marahnya. Hal ini dapat dilihat dari penggalan-penggalan verbatim berikut: “Ya pasti ada (rasa marah)… mau marah tapi mau marah gimana, orang saya juga udah terlanjur tertular. Jengkel kayak gitu juga….” (Informan II, Baris 15421546). “Ya cuma dongkol aja di hati. Tapi kan nggak bisa dikeluarin. Cuma dongkol aja di hati, kayak gitu.” (Informan II, Baris 1604-1606). “Orang suami juga udah kondisi seperti itu kan ndak mungkin aku juga langsung menyalah-nyalahin, “Gara-gara koe (kamu) aku jadi kayak gini.”, itu juga nggak mungkin Nanti dia malah ngedrop lagi.” (Informan II, Baris 976-982).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
“Ke suami sih sempet (merasa marah). Tapi kan karena suami saya waktu itu kan kondisinya drop banget, jadi aku nggak ngelihatin, kayak gitu.” (Indorman II, Baris 1568-1571). Hambatan untuk mengekspresikan kemarahannya pada suami membuat informan II bersikap seperti biasa terhadap suami. Informan menanggapi permintaan maaf suaminya dengan berkata demikian: “Yaudalah nggak papa, kalau ini udah terlanjur yah mau gimana lagi, nggak boleh saling menyalahkan.”, aku cuma bilang gitu aja. “Mungkin udah jalan hidupnya harus kayak gini.”, aku cuma gituin aja. (Informan II, Baris 792-798). Informan II bahkan tetap melayani suami dan menyemangati suaminya. Informan II juga berpikir bahwa dirinya tidak boleh hanya suka saat suaminya sehat, dirinya tidak mungkin membenci suami karena mencintai suaminya saat masih sehat. 3.
Dinamika Informan Pasca Suami Meninggal Informan I dan II sama-sama merasakan emosi-emosi negatif pasca suami mereka meninggal. Kemunculan emosi-emosi negatif tersebut berkaitan dengan beban penyakit yang harus ditanggung oleh kedua informan, ditambah dengan beban menjadi orangtua tunggal, serta tekanan dari lingkungan sosial. Informan I merasa kesepian dan sedih setelah suaminya meninggal. Hal tersebut kemudian memunculkan rasa benci pada almarhum suaminya. Informan I menggerutu dan bertanya kepada Tuhan mengapa mempertemukan dirinya dengan almarhum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
suaminya sehingga dirinya tertular HIV melalui hubungan seksual dengan almarhum. Informan I juga bertanya-tanya kepada Tuhan mengapa harus dirinya yang mengalami peristiwa tersebut. Selama empat bulan pertama setelah mengetahui statusnya, informan I merasa sendirian dan depresi. Informan I seringkali menangis sampai menjerit-jerit dan berpikiran kosong. Hal ini terungkap dalam penggalan verbatim wawancara berikut ini: “Aku bener-bener ngerasa aku depresi, kayak gitu. Jadi aku bisa… kalau malem-malem itu aku bisa, nggak malem nggak siang aku bisa sampe yang nangis yang… nangis sampe yang jerit-jerit, kayak gitu. Kemudian, ee… aku bisa sampe yang nanti kalau udah kayak gitu tuh kayak pikirannya kosong, kayak gitu.” (Informan I, Baris 13281337). Informan I juga sempat berpikiran untuk bunuh diri agar bebannya hilang. Namun, informan I kemudian mengurungkan niatnya tersebut karena berpikir bahwa anaknya akan menjadi yatim piatu bila dirinya meninggal. “Terus sempat berpikiran ah kayaknya kalau aku bunuh diri, kayaknya tuh udah hilang semua beban, kayak gitu. Kayak gitu-gitu. Cuma, aku mikir lagi, kasian VN, kalau dia udah jadi anak yatim, gitu. Nanti kalau tak tinggal dia jadi anak yatim piatu, gitu. Sempet… sempet mikir yang kayak gitu sih.” (Informan I, Baris 1338-1347). Informan I kemudian berusaha tegar dan menerima keadaannya. Namun, informan I terus berpikiran bahwa dirinya akan segera meninggal. Hal itu menyebabkan informan I banyak berfoto dengan anaknya dengan harapan dapat menjadi kenangkenangan bagi anaknya kelak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
Pada saat itu, informan I belum menjalani pengobatan medis karena dokter tidak menyarankan. Terdorong oleh keinginan untuk sembuh, mengingat pengobatan medis juga tidak mampu menjanjikan kesembuhan bagi ODHA, ditambah dengan dukungan mertuanya yang khawatir pengobatan medis seumur hidup merusak organ-organ dalam, informan I mulai menjalani pengobatan alternatif. Informan I mengikuti berbagai pengobatan alternatif, dari mencoba pengobatan di herbalist, Kiai, hingga mencoba berbagai saran yang ditemukannya di internet dan koran. Informan I melakukan apa yang disuruh dan disarankan sekalipun sulit dan tidak enak. Setelah dua tahun menjalani pengobatan alternatif tersebut, informan I merasa lelah dengan metode pengobatan tersebut karena biaya yang tinggi dan kondisi kesehatannya yang tidak kunjung membaik. Pada saat itu, kadar CD4 informan I memang meningkat. Namun, pada saat yang bersamaan, berbagai penyakit mulai bermunculan. Tidak jauh berbeda dengan informan I, informan II merasa marah, emosi, dan jengkel setelah suaminya meninggal. Perasaanperasaan tersebut muncul karena informan II menjadi janda dengan anak, dalam kondisi sakit dan tidak memiliki pekerjaan, padahal harta informan II sudah habis untuk pengobatan almarhum suaminya. Informan II juga merasa putus asa memikirkan siapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
yang akan merawat dirinya karena suami sudah meninggal, dan bila ia meninggal kelak, siapa yang membesarkan anaknya. Kendati demikian, informan II tidak dapat mengungkapkan kemarahannya karena suaminya sudah tiada dan informan II juga memang tidak terbiasa mengekspresikan kemarahannya. Kondisi tidak dapat mengekspresikan perasaan negatif tersebut membuat informan II akhirnya pasrah dan memutuskan untuk berjuang bagi anaknya. Informan II kemudian mulai melupakan kemarahannya dan memutuskan untuk bekerja. Situasi ini juga kurang lebih sama dengan situasi yang dialami oleh informan I. Namun, berbeda dengan informan I, informan II langsung menjalani pengobatan medis karena tidak memiliki biaya untuk mencoba pengobatan alternatif. Kondisi informan II sendiri tetap sehat hingga saat ini karena informan II mengetahui status HIV-nya saat masih dalam kondisi sehat dan belum masuk fase AIDS. 4.
Dinamika Informan Terkait Dukungan dari Lingkungan Dalam mengolah perasaan-perasaan negatif mereka hingga tahap pengampunan, baik informan I maupun informan II mendapatkan dukungan dari lingkungan sosial mereka terkait dengan status mereka sebagai ODHA. Namun, informan I dan informan II juga menghadapi situasi tidak dapat mengungkapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
status mereka kepada orang tertentu, bahkan mendapatkan penolakan dari pihak tertentu. Pada 2007, setelah empat bulan dalam kesendirian, informan I bertemu dengan V+ dan dirujuk untuk bergabung dengan KDS D. Pada saat itu, belum ada banyak ODHA, sehingga dalam pertemuan KDS tersebut, informan I bertemu dengan baik perempuan dengan HIV positif, perempuan dari keluarga HIV positif, hingga aktivitis yang peduli ODHA. Dalam pertemuan tersebut, informan I banyak mendapatkan dukungan. Informan I juga bertemu dengan ODHA yang sehat secara fisik. Berbagai pengalaman tersebut perlahan mulai menumbuhkan kembali rasa percaya diri informan I. Terkait dengan keluarga, informan I mengungkapkan status HIV-nya kepada kakak perempuannya yang pertama dan ketiga. Informan I hanya membuka status kepada kedua saudaranya tersebut karena dirinya memang paling dekat dengan kakak ketiganya, sekaligus merasa bahwa kakak pertamanya cukup mengayomi. Kakak ketiga informan I mendukung dan memintanya selalu patuh dalam minum obat. Sementara itu, kakak pertama informan I menanggapi dengan, “Ya sudah.”. Sementara itu, informan I tidak membuka status kepada kedua
orangtuanya
karena
kondisi
keduanya
yang
tidak
memungkinkan untuk menerima informasi tersebut, juga relasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
informan I dengan orangtuanya yang tidak terlalu akrab. Saat itu, informan I juga berencana untuk mengungkapkan statusnya kepada anaknya, yang saat itu berusia 3 tahun, ketika anaknya menginjak usia remaja. Namun, ternyata pada saat duduk di kelas 1 SD, anak informan I sudah mulai bertanya tentang obat yang dikonsumsi informan I, serta mengingatkan akan bahaya overdosis. Anak informan I juga mulai mencari di internet informasi mengenai obat tersebut,
karena
informan
I
memang
tidak
pernah
menyembunyikan obatnya. Oleh sebab itu, informan I merasa akan terlambat jika baru mengungkapkan status kepada anak saat SMP, karena sejak kelas 4 atau 5 SD, anaknya sudah tahu mengenai CD4, dan lain sebagainya. Akhirnya, informan I memutuskan untuk memberitahu anaknya mengenai kondisinya. Anak informan I kemudian bersikeras ingin menjadi dokter. Anak informan I juga tidak malu dan mengangkat tema HIV saat melakukan presentasi di sekolah. Informan I mengaku merasa kaget dan bangga atas peristiwa tersebut. Kendati demikian, informan I mengaku bahwa terkadang dirinya langsung emosi saat anaknya melakukan kesalahan karena tingkat stessnya yang tinggi. Sementara itu, informan II memiliki pengalaman yang sedikit berbeda dengan informan I. Setealah suaminya meninggal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
informan II tidak keluar dari rumah selama satu tahun karena minder akan kondisinya dan takut menghadapi tanggapan masyarakat. Perilaku informan II tersebut bukanlah tanpa alasan. Pasalnya, saat suami informan II meninggal, masyarakat sekitar menunjukkan sikap mendiskriminasi dengan membuat jarak saat melayat. Namun, saat ini masyarakat bersikap biasa saja dengan informan II, bahkan bersedia untuk makan bersama, karena melihat informan tetap sehat. Berbeda dengan informan I, informan II mengungkapkan statusnya kepada seluruh anggota keluarganya. Keluarga informan II sedih mengetahui informasi status informan II, tetapi tidak memperlakukan informan II secara berbeda. Bahkan, kakak informan II menyatakan kesediaan untuk mengurus pemakaman informan II kelak apabila orang lain takut. Informan II sempat menghibur kedua orangtuanya yang takut dirinya meninggal, sekalipun di dalam hati informan II juga sebenarnya merasa takut. Informan II juga membuka statusnya pada suaminya yang sekarang. Suami kedua informan II tersebut menerima kondisi informan II dan tidak memperlakukan informan II dengan berbeda. Suami informan II tersebut biasanya mengingatkan untuk minum obat dan jangan kecapean agar tidak mudah sakit. Namun, suami kedua informan II tersebut meminta informan II untuk tidak mengungkapkan statusnya kepada keluarga suami dan masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
di lingkungan sekitar mereka dengan alasan cukup dirinya yang tahu. Hal tersebut menyebabkan informan II tidak membuka status HIV-nya kepada kedua mertuanya, sekalipun mereka tinggal bersama. Kondisi tersebut menyebabkan informan II merasa cemas apabila suatu hari keluarga suami keduanya tahu mengenai statusnya dan menolak dirinya. Menghadapi situasi tersebut, informan II berkata demikian: “Misalkan suatu saat tahu, kayak gitu, misalkan mereka nggak terima dengan status aku, ya udah. Paling balik ke kampungku.” (Informan II, Baris 1400-1403). Terhadap anaknya, informan II juga membuka statusnya sekaligus
menjelaskan
kondisi
almarhum
suaminya
dan
mengingatkan pada anaknya bahaya narkoba. Informan II juga melarang anaknya untuk memegang informan II apabila dirinya mengalami luka yang berdarah. Anak informan II memahami kondisi penyakit informan II dan sejak itu selalu mengingatkan informan II untuk meminum obat. Bahkan, anak informan II biasanya mengambilkan obat dan minum bagi informan II. Sikap anak tersebut menjadi penyemangat tersendiri bagi informan II. “Terus… anakku juga udah ngerti. Terus tak… setiap jam alarm HP bunyi, dia langsung ambilin… ini… misalkan banyak orang, kayak gitu, dia, “Ma, vitamin dulu.” kayak gitu.” (Informan II, Baris 155-160). “Dia bilangnya vitamin, gitu. Kayak gitu. Ngasih… kayak gitu. Kalau aku belum ngambil, diambilin. Diambilin air, kayak gitu. Diambilin… dia kasih minum sekalian, kayak gitu. Jadi itu kan… jadi penyemangat juga buat aku, kayak gitu.” (Informan II, Baris 164-171).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
Setelah setahun berdiam diri di rumah, informan II mencoba untuk keluar dan akhirnya bertemu dengan KDS D. Oleh teman-teman KDS, informan II diajak untuk ikut pertemuan, hingga akhirnya bertemu dengan
V+. Dalam pertemuan-
pertemuan, informan II banyak menyaksikan ODHA yang sudah terlebih dahulu terkena HIV, ternyata dapat hidup lama dan sehat. Pertemuan informan II dengan komunitas pendukung seperti KDS dan V+ kemudian mengubah pandangan informan II yang awalnya berpikir akan segera meninggal, menjadi termotivasi untuk melihat anak dewasa dan sukses. 5.
Proses Informan Mengampuni Suami Hasil wawancara mendalam dengan kedua informan menunjukkan bahwa kedua informan pada akhirnya mampu mengampuni suami mereka yang menjadi sumber penularan HIV. Namun, proses yang dilalui keduanya hingga mencapai tahap mengampuni tentu berbeda satu sama lain. Perbedaan dalam proses itu dipengaruhi oleh perbedaan pengalaman, dukungan, juga kecederungan-kecenderungan individual. Informan I membutuhkan waktu sekitar dua tahun hingga mampu menerima keadaannya, termasuk memulai pengobatan medis. Setahun pertama, informan I dalam keadaan yang sangat naik turun. Informan I menyadari bahwa semakin dirinya menolak keadaan dan virus dalam tubuhnya, semakin kuat rasa bencinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
pada almarhum suaminya. Perlahan, informan I mulai menerima HIV dalam tubuhnya dan rasa bencinya pada almarhum suami juga turut memudar. Salah satu hal yang mendorong informan I untuk bersikap ikhlas adalah pengalaman mimpi bahwa almarhum suami meminta maaf. “Kemudian sampe aku dimimpiin… almarhum gitu, sampe mimpi minta maaf sama aku, kayak gitu-gitu. Ya lama kemudian ya… lama-lama ya… aku ikhlas.” (Informan 1, Baris 1225-1230). Pada akhirnya, informan I memutuskan untuk mengampuni almarhum suaminya karena merasa memiliki Tuhan yang Pengampun, Pengasih, dan Penyayang. Informan I merasa tidak pantas apabila sebagai ciptaan, dirinya mendendam. Setelah berdamai dengan keadaan, informan I merasa hidupnya lebih lapang. Saat ini, informan I mengaku bahwa dirinya mencintai dan menyayangi almarhum suaminya. Informan I merasa bahwa rasa bencinya hanya sesaat dan berharap suaminya masih hidup. Informan I juga tetap membangun citra almarhum suaminya sebagai ayah yang baik bagi anaknya. “Ya karena kan sebagai anak… kewajiban… kewajiban anak itu kan harus berbakti kepada orangtua. Jadi ee… ya aku membangun… ee… aku selalu membangun ee… image seorang ayah itu ya memang dia harus dihormati. Dia harus ee… dihormati ya… kalau masih hidup. Kalau dia sudah meninggal ya berarti kewajiban anak itu kan adalah… kalau di agamaku, di agama Islam, itu harus mengirim doa, gitu. Itu sih, makanya tetep… karena itu kewajiban seorang anak ya, ee… kalau orangtua sudah meninggal ya seharusnya adalah masih mengingat sosok seorang ayah ya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
cara mengirim doa. Dan aku sih selalu… apa ya… memang membangun image yang bagus di depannya VN, bahwa ya dia ayahmu, harus kamu… kamu harus selalu kirim doa, gitu. Nggak boleh lupa. Walaupun sudah meninggal. Walaupun VN-nya juga dia sebenarnya udah lupa bentuknya kayak apa… itu juga sebenarnya udah lupa. Kan masih kecil, waktu itu masih 3 tahun.” (Informan I, Baris 1853-1884) Bahkan, informan I mengaku bahwa ia merasa almarhum suaminya adalah takdirnya. “Jadi… apa ya. Aku tuh ngerasa dia memang sudah takdir aku, gitu.” (Informan 1, Baris 244-246). Informan
I juga merasa bersyukur karena dengan
ditakdirkan untuk bersama, suaminya dapat meninggal dalam keadaan bertobat. “Ya dari situ ya saya merasa bahwa ya... mungkin ini jalanku, gitu. Aku menikah dengan Almarhum gitu, karena Alhamdulilahnya sih, puji Tuhannya adalah… setelah kita menikah, kemudian kita punya anak gitu, Almarhum ee… bisa bersih dari narkoba. Dia bener-bener bisa nggak pake narkoba. Ya kemudian ya istilahnya dia sudah bisa bertobatlah, kayak gitu, karena waktu meninggalnya pun ee… dia sudah dalam keadaan yang kembali ke Tuhan… jadi dia sudah apa ya… inget… inget apa… menjalankan perintah-Nya, gitu. Jadi perintah apa… kewajiban-kewajiban sebagai seorang Muslim itu dia sudah lakukan gitu. Sholat 5 waktu… dengan sedekah, kayak gitu-gitu. Jadi, ya aku ngerasa ya mungkin aku ditakdirkan… ditakdirkan untuk ketemu dia, ya… ini sudah jalan.” (Informan 1, Baris 542-567). Informan I percaya saat ini almarhum suaminya sudah beristirahat di tempat yang layak karena telah meninggal dalam keadaan bertobat. Sementara itu, informan II mengaku bahwa dirinya hanya merasakan emosi-emosi negatif terhadap almarhum suaminya sekitar 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
bulan. Informan II memutuskan untuk melupakan kemarahan dan menerima pengalaman sebagai nasib dan jalan hidup karena berpikir bahwa Tuhan memberi cobaan tidak melebihi hamba-Nya. Informan II berpikir pula bahwa dirinya diberi cobaan oleh Tuhan karena dianggap kuat. Selain itu, informan II memutuskan untuk mengampuni almarhum suaminya karena suaminya sudah meninggal dan informan II tersentuh oleh sikap anaknya yang dapat menerima perbuatan almarhum suaminya dan sering mengajak informan II untuk berziarah ke makam almarhum suami informan II. Saat ini, informan II mengaku bahwa dirinya sudah tidak memiliki perasaan apa-apa terkait almarhum suaminya. Informan II juga rutin berziarah ke makam almarhum suaminya bersama dengan anak dan suami keduanya. Informan II berharap almarhum suaminya diampuni dan mendapat tempat tebaik di sisi Tuhan. 6.
Makna Pengampunan Bagi Informan Setelah
mencapai
tahap
pengampunan,
kedua
informan
memandang pengalaman hidup mereka secara lebih positif. Bahkan, informan II memiliki harapan positif terkait dengan kehidupannya. Informan I mengaku bawa dirinya menerima pengalaman yang terjadi dalam hidupnya tersebut sebagai takdir Tuhan dan bagian dari proses kehidupan. Informan I juga mengambil hikmah bahwa hidupnya pasca terkena HIV menjadi lebih bermakna dan bermanfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri. Jika dulu Informan I hanya mengurus suami dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
anaknya, kini dirinya dapat membantu orang-orang yang terpuruk dan dalam keadaan yang pernah dialaminya dulu: “Jadi, kalau dulu aku marah gitu sama Tuhan, aku ngerasa Tuhan itu nggak adil sama aku. Kenapa sih aku positif HIV, kenapa sih aku harus dipertemukan Almarhum. Tapi sekarang aku bisa mengambil hikmah dari ini semua, gitu, kalau ternyata dengan aku menjadi seorang HIV positif, ternyata aku merasa hidupku lebih bermakna, aku merasa hidupku lebih bermanfaat, gitu, untuk orang lain dan juga untuk diriku, gitu. Yang dulunya mungkin aku lingkupnya hanya di keluarganya, lingkupnya aku hanya menjadi seorang Ibu Rumah Tangga yang ee… berbakti kepada suami, ngurusin anak, gitu. Tapi sekarang lingkupku semakin luas, karena lingkupku sekarang sampe ke masyarakat ya, aku bisa banyak membantu orang-orang lain yang dalam keadaan yang… mereka dalam keadaan terpuruk, mereka dalam keadaan yang ee… apa ya… ya aku dan… aku dulu pernah mengalami itu. Jadi aku merasa hidupku sekarang menjadi lebih bermanfaat.” (Informan I, Baris 1709-1739) Hal yang senada juga disampaikan oleh informan II: “Kalau… ee… peristiwa itu kalau awalnya memang pasti musibah ya. Musibah, kayak… kena itu. Tapi waktu sampe saatsaat ini malah berbalik kayaknya jadi anugerah deh. Jadi anugerah. Masalahnya kalau saya nggak terkena HIV, mungkin saya juga nggak bisa kerja seperti ini, terus… saya juga nggak bisa… malah… jadi naik pesawat juga, kayak gitu. Pelatihan ke Jakarta… pelatihan kayak gitu kan jadi naik pesawat. Kalau saya nggak kena HIV, saya nggak bisa naik pesawat, kayak gitu. Jadi anugerah… jadi banyak ilmu jugalah yang pasti. Sekarang jadi bisa, bisa berpola hidup lebih sehat juga. Kalau dulu kan misalnya makan ah mentah-mentah udah biasa, kayak gitu. Biasa nggak… nggak terlalu gizi, tapi sekarang kan harus lebih dijaga, kayak gitu.” (Informan II, Baris 1311-1335). “Kalau yang… merasa… lega… yang merasa leganya ya itu karena… ya karena kondisi badanku tetep… tetep sehat kayak gini. Nggak… nggak yang sakit-sakitan. Saya tuh malah nggak gampang sakit sih. Jadi kalau misalkan musim… pergantian musim kayak gitu banyak yang batuk pilek batuk pilek kayak gitu, alhamdulilahnya juga nggak gampang kena itu, kayak gitu. Terus… jadi kan aku pikirnya berarti kan walaupun ada virusnya kan aku juga nggak… kekebalan tubuhku nggak serendah itu, kayak gitu kan. Jadi kan aku lebih inilah… lebih lega, kayak gitu. Terus, sama… yang awalnya aku pikirnya, “Aku pasti mati mati.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
apalagi mau mikirin suami, kayak gitu kan, nyatanya aku bisa menikah lagi, bisa hidup sehat… bisa bermanfaatlah untuk orang lain. Bisa bermanfaat untuk banyak orang.” (Informan II, Baris 2001-2026). Informan II juga berharap kehidupannya semakin baik dan bermanfaat bagi banyak orang. Informan II juga berharap dirinya tetap sehat sehingga dapat melihat anaknya tumbuh dewasa. Terkait keluarganya sekarang, informan II berharap keluarganya semakin harmonis dan dirinya dapat memiliki anak lagi, yang tentunya bebas HIV.
E.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara mendalam, secara umum dapat dilihat bahwa kedua informan mengalami fase kemunculan perasaanperasaan yang negatif atau tidak produktif setelah mengetahui bahwa mereka terinfeksi HIV dari suami. Namun, pada akhirnya kedua informan menyatakan diri telah mengampuni suami mereka yang menjadi sumber penularan HIV. Oleh karena itu, pada bagian ini, peneliti akan mencoba mengkaji proses pengampunan yang dilalui oleh kedua informan dengan menggunakan Enright Psychological Process Model of Forgiveness (Enright, 2008 dalam Holter dkk., 2008). 1.
Fase Uncovering Ciri khas fase ini adalah penentuan mengenai “siapa melakukan apa kepada siapa” (Sutton, t.t.). Pada fase ini, kedua informan mulai mengenali bahwa suami mereka telah melakukan kesalahan dengan menjadi sumber penularan HIV. Pada informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
II, fase ini tampak tepat setelah dirinya mendapatkan informasi bahwa dirinya berstatus HIV positif. Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan informan II bahwa dirinya merasa stress dan dunia berakhir. Pada saat itu, informan II juga menunjukkan bahwa dirinya telah mengenali bahwa penularan HIV dari suaminya tersebut merugikan dirinya. Adapun kerugian yang mampu diidentifikasi oleh informan II adalah kesadaran bahwa dirinya harus menanggung sebuah penyakit yang dapat berhujung pada kematian saat dirinya merasa tidak tahu apa-apa dan tidak pernah berbuat macam-macam
ataupun
berhubungan
dengan
orang
selain
suaminya. Selain itu, informan II juga menyadari bahwa penyakit yang dimilikinya berpotensi membuat dirinya dikucilkan dari masyarakat. Hal ini sesuai dengan unit ke-7 dalam fase uncovering, yakni kesadaran bahwa luka yang diderita dapat secara permanen dan merugikan mengubah seseorang. Kesadaran akan pelanggaran yang dapat mengganggu hidupnya dan cedera psikologis yang mungkin dialaminya tersebut menyebabkan informan II kemudian memunculkan perasanperasaan negatif berupa kemarahan, kejengkelan, dan kedongkolan pada suaminya sebagai orang yang bersalah. Selain itu, informan II juga merasa marah, emosi, dan jengkel karena menyadari bahwa suaminya
semakin
memperbesar
pelanggarannya
dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
meninggal dan menyebabkan informan II harus menjadi janda dengan anak, dalam kondisi sakit dan tidak bekerja, padahal harta informan II habis untuk pengobatan suaminya. Perasaan negatif informan II diperkuat dengan kesadaran bahwa dirinya akan mengalami kerugian lainnya yakni tidak ada yang merawat dirinya kelak, dan tidak ada yang merawat anaknya bila ia meninggal kelak, yang menyebabkan informan II merasa putus asa. Sementara itu, informan I memang tidak sempat merasakan perasaan-perasaan negatif terhadap suaminya setelah mengetahui status HIV-nya karena hanya berselang beberapa jam, suami informan I meninggal dunia. Namun, informan I merasa marah kepada Tuhan karena merasa Tuhan tidak adil dengan mengizinkan dirinya terkena HIV. Hal ini sesuai dengan temuan Riasnugrahani dan Wijayanti (2011) bahwa wanita yang terinfeksi HIV/AIDS dari suaminya cenderung merasa tidak adil akan keadaan tersebut. Setelah suaminya meninggal, informan I baru mulai mengenali pelanggaran atau kesalahan yang dilakukan oleh suaminya, yaitu menjadi sumber infeksi HIV dan meninggal. Informan I juga menyadari cedera psikologis yang dialaminya sebagai akibat dari pelanggaran yang dilakukan suaminya, yakni dirinya merasa kesepian, sedih, bahkan depresi. Informan I kemudian memunculkan emosi negatif berupa rasa benci pada almarhum suaminya. Bahkan, informan I menyalahkan Tuhan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
mempertemukan dirinya dengan almarhum suaminya dan bertanya mengapa harus dirinya yang mengalami hal tersebut. Hal ini sesuai dengan penemuan Temoshok & Chandra (2000) bahwa seorang ODHA biasanya merasa tidak mampu mengampuni keadaan yang menyebabkan mereka memperoleh infeksi HIV, misalnya wanita dengan HIV/AIDS
yang menyalahkan orangtuanya karena
membuat dirinya menikah dengan pria yang berkelakuan buruk sehingga dirinya terinfeksi HIV/AIDS. Sebagai akibat dari perasaan-perasaan negatif yang muncul, informan I seringkali menangis hingga menjerit-jerit, berpikiran kosong, bahkan berpikiran untuk bunuh diri. Secara umum, pengalaman informan I dan informan II sesuai dengan penemuan Keawpimon, Songwathana & Chuaprapaisilp (2010) bahwa seorang
ODHA
biasanya
mengalami
pengalaman
ketidakharmonisan berupa stress karena menjadi orang yang terinfeksi HIV, perasaan tidak menentu seperti putus asa dan muncul
pikiran
untuk
mati;
merasa
bersalah
dan
tidak
mengampuni, serta merasa tidak berdaya. Namun, hasil penelitian dengan informan I dan informan II kurang sesuai dengan penemuan Keawpimon, Songwathana & Chuaprapaisilp (2010) bahwa wanita yang terinfeksi HIV/AIDS dari pasangannya merasa marah pada pasangan, bahkan cenderung tidak lagi menghormati dan memperlakukan pasangan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
buruk. Hasil wawancara mendalam menunjukkan bahwa informan I mengaku bahwa dirinya tetap bersikap baik pada suaminya hingga
suaminya
meninggal.
Kendati
demikian,
sebelum
mengetahui status HIV-nya, informan I sempat tidak mau membersihkan luka-luka di tubuh suaminya karena takut tertular HIV. Informan II juga bersikap seperti biasa terhadap suaminya, bahkan tetap melayani dan menyemangati suaminya. Namun, sikap informan II tersebut terjadi karena kondisi suaminya yang sudah sangat sakit sehingga infoman II tidak mungkin mengekspresikan kemarahannya. Bahkan, informan II menerima permintaan maaf suaminya dan menyatakan pengampunan. Pada tahap ini, sikap informan II menunjukkan jenis pengampunan
decisional
forgiveness,
yakni
intensi
untuk
meminimalisir perilaku negatif terhadap orang yang bersalah, tetapi sesungguhnya belum mengampuni secara emosional, yakni masih merasakan marah, sakit hati, dan lain sebagainya (Exline, Worthington, Hill & McCullough, 2003 dalam Hook dkk., 2012). Selain itu, sikap informan II tersebut juga menunjukkan bahwa informan II berada pada tahap hollow forgiveness, yakni menunjukkan atau mengungkapkan pengampunan, tetapi secara psikologis belum mengampuni, sehingga tetap merasakan sakit hati (Baumeister dkk., 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
2.
Fase Decision Pada fase ini, orang yang hendak mengampuni akan mulai membuat keputusan untuk melakukan pengampunan. Informan I mencapai tahap ini setelah sekitar dua tahun mengalami masa-masa sulit karena perasaan-perasaan negatif terkait almarhum suaminya. Pada saat itu, informan I menyadari bahwa semakin dirinya menolak keadaan dan HIV dalam tubuhnya, semakin dirinya membenci almarhum suaminya. Oleh karena itu, informan I perlahan mulai menerima keadaannya sehingga rasa bencinya perlahan memudar. Sementara itu, informan II membutuhkan waktu hanya sekitar dua bulan untuk mencapai fase ini. Pada saat itu, informan II mulai memutuskan untuk melupakan kemarahannya dan menerima pengalamannya sebagai nasib dan jalan hidup. Hal tersebut terjadi karena informan II tidak dapat mengekspresikan kemarahannya karena suaminya sudah meninggal dan pada dasarnya
informan
II
memang
sulit
untuk
menunjukkan
perasannya. Sikap pasrah informan II sesuai dengan teori Enright bahwa dalam fase ini, orang yang hendak mengampuni biasanya mencapai keadaan pasrah yang dikenal dengan istilah “sick and tired of being sick and tired”. Selain itu, keputusan informan II untuk mulai mengampuni juga tidak terlepas dari semangat informan II untuk bekerja dan berjuang bagi anaknya yang bebas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
HIV, serta melihat bahwa anaknya saja dapat mengampuni ayahnya dan sering mengajak infoman II untuk berziarah ke makam almarhum. Keputusan kedua informan untuk mengampuni cenderung tidak terlepas dari keyakinan bahwa Tuhan adalah Pengampun, serta keyakinan bahwa apa yang mereka alami merupakan jalan hidup yang telah ditakdirkan Tuhan. Kedua informan cenderung memandang pengalaman menyakitkan yang mereka alami dalam konteks iman dan kepercayaan sehingga merasa sudah sewajarnya mengampuni. Kendati demikian, hal ini tidak berarti bahwa kedua informan semata-mata mengampuni karena tuntutan agama. Hal ini terbukti dari tidak adanya pernyataan baik dari informan I maupun informan II mengenai konsep dosa atau konsekuensi dalam konteks iman terkait perilaku tidak mengampuni. Penjabaran mengenai proses informan I dan informan II hingga mencapai insight untuk mengampuni juga menunjukkan bahwa merupakan kehendak bebas kedua informan dalam memutuskan untuk mengampuni. Pengaruh
konteks
kepercayaan
atau
iman
terhadap
pengampunan yang ditemukan dalam penelitian ini dapat menjadi temuan baru yang mungkin dapat mendorong terjadinya penelitian lanjutan karena berbeda dengan temuan-temuan dalam penelitianpenelitian terdahulu. Subkoviak, Enright, Wu & Gassin, 1995
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
dalam Noll, 2005) menemukan bahwa religiositas merupakan faktor yang, walaupun mempengaruhi, tetapi sangat minor dalam menjadi faktor yang mendorong seseorang untuk mengampuni suatu pelanggaran yang spesifik. Misalnya, temuan Noll (2003, dalam Noll, 2005) bahwa religiositas memiliki sangat sedikit hubungannya dengan pengampunan terhadap pelaku kekerasan seksual. Bahkan, di India, wanita yang bekerja sebagai PSK tetap sulit mengampuni pria yang membuat mereka terinfeksi, meskipun telah diberi intervensi rohani dan keagamaan (Temoshok & Chandra, 2000). Kendati demikian, penelitian lainnya menemukan bahwa reliogiositas seorang individu akan mempengaruhi perilakunya dalam mengampuni. Rye & Pargament (2002) dalam studi mereka menemukan bahwa banyak individu yang mengandalkan strategistrategi religius saat mencoba untuk mengampuni. Enright et. al. (1989 dalam Denham, S. A., Karen, N., Wilson, B. J., Pickering, S. & Boyatzis, C. J., 2005) juga menemukan bahwa apabila pengampunan pada remaja dipengaruhi secara kuat oleh teman sebaya, maka pada orang dewasa, pengampunan berpusat pada religiositas dan hukum. Sementara itu, penelitian ini menemukan bahwa pengampunan yang dilakukan oleh wanita dengan HIV/AIDS terhadap suaminya yang menjadi sumber infeksi HIV,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
di Indonesia, salah satunya dipengaruhi oleh religiositas individu yang mengampuni. 3.
Fase Work Fase work biasanya diawali dengan orang yang hendak mengampuni berpikir dengan cara yang berbeda, hingga cara yang positif, terhadap orang yang bersalah. Perspektif baru akan orang yang bersalah tersebut kemudian mendorong orang yang hendak mengampuni untuk menumbuhkan empati dan belas kasihan pada orang yang bersalah, hingga akhirnya mampu memberikan imbalan moral berupa pengampunan kepada orang yang bersalah. Kendati demikian, dalam penelitian ini, kedua informan tidak menunjukkan ciri-ciri dari fase work ini. Hal ini mungkin terjadi karena suami kedua informan sudah meninggal sehingga mereka tidak lagi memiliki pandangan tertentu mengenai suami. Informan I pada akhirnya mengampuni suaminya karena merasa dirinya memiliki Tuhan yang Pengampun, Pengasih, dan Penyayang. Informan I merasa bahwa sebagai ciptaan Tuhan, dirinya tidak sepantasnya mendendam. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perilaku mengampuni yang dilakukan oleh informan I tidak berkaitan dengan adanya perubahan pandangan terhadap almarhum suami ataupun kemunculan rasa empati dan belas kasihan terhadap almarhum suami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
Meskipun demikian, informan menunjukkan sikap yang sesuai dengan salah satu unit dari fase work ini, yakni orang yang mengampuni dengan berani dan asertif mau menanggung rasa sakit yang disebabkan oleh pelanggaran yang dilakukan oleh orang yang bersalah. Hal ini tampak dalam sikap informan I yang akhirnya bersedia untuk menerima penyakitnya, dengan cara menerima HIV yang ada di dalam tubuhnya. Kepurusan untuk menerima virus di dalam tubuhnya tersebut berdampak pada semakin berkurangnya rasa benci terhadap almarhum suami. Setelah melakukan pengampunan, informan I bahkan mampu mengakui bahwa dirinya mencintai dan menyayangi almarhum suaminya. Informan juga berharap suaminya masih hidup. Selain itu, informan I selalu membangun citra almarhum suaminya sebagai ayah yang baik kepada anaknya. Hal ini menunjukkan
bahwa
informan
I
sudah
mencapai
tahap
pengampunan yang sesungguhnya, yakni emotional forgiveness yang merupakan pengalaman internal terkait pergantian emosi negatif dengan emosi positif (Exline, Worthington, Hill & McCullough, 2003 dalam Hook dkk., 2012). Informan I juga dapat dikatakan mencapai total forgiveness, di mana terjadi pengampunan dalam dimensi intrapsikis dan intrapersonal. Hal ini terbukti dari bebasnya informan I dari afekafek negatif seperti perasaan benci dan digantikan dengan afek-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
afek positif seperti rasa cinta dan sayang. Selain itu, terjadi pula perbaikan dalam hubungan interpersonal antara informan I dan almarhum suaminya yang ditunjukkan dengan perilaku informan I yang membangun citra almarhum sebagai ayah yang baik dan meminta anaknya untuk menghormati almarhum dengan mengirim doa serta tidak melupakan almarhum. Perbaikan hubungan interpersonal antara informan I dengan almarhum suaminya juga terlihat dalam sikap informan I yang berharap almarhum beristirahat dengan damai. Informan II juga tidak menunjukkan bahwa dirinya menyusun ulang kerangka mengenai almarhum suaminya dan memandang almarhum suaminya dengan perspektif baru yang lebih
positif.
Informan
II
memutuskan
untuk
melupakan
kemarahannya dan mengampuni almarhum suaminya karena sudah meninggal serta informan II merasa bahwa pengalamannya tersebut merupakan bagian dari takdirnya. Informan II juga memandang pengalamannya tersebut sebagai cobaan yang harus dihadapinya, sebagai bentuk kepercayaan Tuhan bahwa informan II, sebagai hamba, mampu menjaninya. Seperti informan I, informan II juga menunjukkan bahwa dirinya mau menerima dan menanggung konsekuensi dari pelanggaran yang dilakukan oleh almarhum suaminya. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
tampak dalam sikap informan II yang akhirnya menerima statusnya sebagai janda dan bekerja keras untuk menghidupi anaknya. Sikap informan II pada akhirnya membawa dirinya untuk mampu memberikan pengampunan kepada almarhum suaminya. Informan II yang semula melakukan decisional forgiveness, menjadi mampu melakukan emotional forgiveness (Exline, Worthington, Hill & McCullough, 2003 dalam Hook dkk., 2012). Emotional forgiveness tersebut tampak dari hilangnya perasaanperasaan yang negatif dan tidak produktif terhadap almarhum, seperti kemarahan, kejengkelan, dan lain sebagainya dari diri informan II. Selain itu, informan II juga tidak lagi hanya melakukan hollow forgiveness, tetapi sudah mampu melakukan pengampunan yang sesungguhnya, yakni total forgiveness. Selain terbebas dari afek negatif, informan II mengembalikan hubungannya dengan almarhum suami. Hal ini tampak dalam sikap informan II yang rutin berziarah ke makam almarhum suaminya, serta berharap almarhum suaminya diampuni dan mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan. Tidak munculnya unit perubahan pandangan terhadap orang yang bersalah dalam fase ini bukanlah suatu hal yang mengejutkan. Enright sendiri telah menjelaskan bahwa fase-fase yang dibuatnya belum
terjadi
dalam
pengalaman
seorang
individu
yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
mengampuni (Freedman, Enright & Knutson, 2005). Kendati demikian, setelah melalui review terhadap berbagai literature di bidang psikologi, psikiatri, filsafat, dan teologi, serta diskusi yang tak
terhitung
jumlahnya
dengan
orang-orang
yang
telah
mengampuni, Enright et. al. (1991 dalam Freedman, S., Enright, R. D. & Knutson, J., 2005) mengembangkan model pengampunan ini sebagai suatu estimasi terbaik dari proses yang dilalui oleh individu ketika mencoba untuk melakukan pengampunan. Namun, hasil penelitian ini tetap memberikan kontribusi dengan memberi gambaran bahwa ada kondisi tertentu, misalnya orang yang bersalah sudah meninggal, yang menyebabkan orang yang mengampuni tidak mungkin melakukan perubahan pandangan terhadapnya. 4.
Fase Deepening Kedua informan pada akhirnya terbebas dari kungkungan rasa tidak mengampuni, kepahitan, kebencian, dan kemarahan, sebagai hasil dari kemampuan untuk menemukan makna dalam penderitaan yang mereka rasakan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua informan sudah mencapai fase deepening. Pada fase ini, kedua informan mampu menemukan makna bagi diri sendiri dan orang lain dalam kesengsaraan dan dalam proses pengampunan yang dilalui mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
Bagi informan I, pasca terkena HIV, hidupnya lebih bermakna dan bermanfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri. Informan I yang dahulu hanya mengurus suami dan anak, kini mampu membantu orang-orang yang terpuruk, yang berada dalam keadaan yang pernah dialaminya. Informan II juga merasakan hal yang sama, bahwa peristiwa terinfeksi HIV yang dahulu dipandangnya sebagai musibah, kini berbalik menjadi sebuah anugerah. Informan II bersyukur bahwa saat ini dirinya dapat bekerja dan bermanfaat bagi banyak orang, mendapatkan ilmu, bahkan merasakan naik pesawat karena urusan pekerjaan. Selain itu, informan II juga merasa bahwa hidupnya kini lebih bermakna karena dirinya menjadi lebih memperhatikan kesehatan dan pola hidup, bahkan dapat menikah lagi. Informan II yang semula berpikir bahwa dirinya akan segera meninggal juga akhirnya mampu memperbaharui tujuan hidupnya. Saat ini, informan II berjuang untuk tetap sehat agar dapat melihat anaknya tumbuh dewasa. Bahkan, informan II berencana untuk mempunyai keturunan lagi. Selain itu, infoman II juga berharap bahwa dirinya dapat melayani lebih banyak orang lagi. Semua pencapaian kedua informan tentu tidak terlepas dari adanya dukungan dari lingkungan sosial mereka. Hal ini sesuai dengan salah satu unit dari fase deepening, yaitu bahwa orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
mengampuni akan memiliki insight bahwa mereka tidak sendirian, tetapi berada di dunia yang universal dan penuh dukungan dari orang lain. Pada informan I, hal tersebut tampak dari kesadaran informan I mengenai adanya dukungan dari anak, saudara, mertua, dan komunitas pendukungnya. Sementara itu, pada informan II, unit tersebut tampak dari kesadaran informan II akan adanya dukungan dari anak, suami kedua, keluarga besar, tetangga sekitar, hingga komunitas pendukungnya. Terkait fase ini, hasil penelitian mampu menunjukkan bahwa pengampunan pada wanita dengan HIV/AIDS yang terinfeksi melalui suaminya dipengaruhi oleh dukungan sosial, terutama dari anak. Hal ini ditunjukkan oleh pengakuan informan I baru dirinya tidak jadi melakukan bunuh diri karena teringat anaknya, juga merasa didukung oleh anaknya yang ingin menjadi dokter dan tidak malu mengangkat tema HIV saat presentasi di sekolah. Sementara itu, informan II terdorong untuk mengampuni almarhum suaminya karena tergerak oleh anaknya yang selalu mengajak untuk berziarah ke makam almarhum, serta selalu mengingatkan dirinya untuk mengonsumsi obat secara teratur. Enright (2008, dalam Holter dkk., 2008) memang telah menjelaskan bahwa salah satu unit dalam fase deepening adalah orang yang mengampuni menyadari bahwa mereka berada di dalam dunia yang penuh dukungan. Namun, belum ada literatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
yang membahas mengenai dukungan sosial, terutama dari anak, yang ternyata sangat mempengaruhi pengampunan pada wanita dengan HIV/AIDS yang terinfeksi dari suaminya. Pada akhirnya,
kemampuan
kedua
informan
dalam
menceritakan kembali pengalaman mereka, termasuk mengenali penurunan afek-afek negatif serta peningkatan afek-afek negatif dalam proses pengampunan mereka, menguatkan bukti bahwa keduanya sudah mencapai fase deepening ini. Adapun salah satu unit dalam fase ini adalah kesadaran tentang penurunan afek-afek negatif, dan mungkin peningkatan afek-afek positif jika mulai muncul terhadap orang yang bersalah, serta kesadaran internal dan kesadaran akan pelepasan emosional (Enright & Coyle, 1996; Enright, Knutson, Holter, Knutson & Twomey, 2008; Sutton, t.t.).
Berdasarkan hasil penelitian, secara umum dapat dilihat bahwa kedua informan sama-sama memiliki pengalaman terinfeksi HIV dari hubungan seksual dengan suami. Namun, pengalaman kedua informan tersebut tidak persis sama. Informan I baru mengetahui status HIV dirinya dan suami setelah suami jatuh sakit, padahal suami sudah lama mengetahui status HIV-nya sendiri. Setelah suami meninggal, informan I hanya dapat membuka statusnya kepada beberapa anggota keluarganya. Namun, informan I tinggal bersama dengan mertua yang tahu statusnya sehingga tidak hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
sendirian dan juga mendapatkan dukungan. Selain itu, informan I juga memiliki riwayat pendidikan yang cukup baik sehingga dapat meniti karir yang cukup baik untuk menghidupi anaknya. Sementara itu, informan II juga mengetahui status suami dan statusnya sendiri saat suami jatuh sakit, tanpa suami sebelumnya sudah mengetahui bahwa dirinya positif HIV. Saat suami meninggal, informan II sempat mengalami diskriminasi terkait status sebagai ODHA. Setelah suami meninggal, informan II dapat membuka statusnya kepada seluruh anggota keluarganya dan mendapatkan dukungan penuh. Namun, informan II tinggal sendiri dan memiliki riwayat pendidikan yang terbatas sehingga tidak langsung dapat meniti karir yang cukup baik untuk menghidupi anaknya. Kendati demikian, informan II menemukan sosok suami kedua yang dapat menerima dirinya yang merupakan ODHA dan mendapatkan
dukungan.
Meskipun
demikian,
informan
II
harus
berhadapan dengan kenyataan bahwa keluarga dari suami keduanya tidak mengetahui statusnya dan dapat saja tidak menerima dirinya. Menurut peneliti, perbedaan-perbedaan dalam pengalaman kedua informan tersebut yang menyebabkan keduanya sama-sama mengalami emosi-emosi negatif terhadap suami mereka, tetapi membutuhkan waktu yang berbeda untuk dapat mencapai tahap mengampuni. Selain itu, mugkin perbedaan-perbedaan tersebut juga yang menyebabkan adanya perbedaan dalam afek-afek kedua informan setelah mengampuni. Apabila informan I kembali merasakan cinta dan sayang pada almarhum suami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
setelah mengampuni, informan II tidak lagi memiliki perasaan tertentu terhadap almarhum suaminya.
F.
POIN PEMBELAJARAN (LEARNING POINTS) Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua informan mengalami kemarahan dan emosi negatif lainnya karena tertular HIV dari suami yang berperilaku berisiko. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan mengenai
kesehatan
serta
ketidakterbukaan
suami
ketika
sudah
mengetahui status HIV. Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dipelajari, penting untuk mengenal dengan baik calon pasangan serta melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah, juga melakukan pemeriksaan secara berkala apabila memang berperilaku yang berisiko menimbulkan penyakit tertentu. Selain itu, perlu keterbukaan dalam hubungan, terutama yang berkaitan dengan status kesehatan guna mencegah terjadi penularan penyakit antarpasangan, serta membantu pasangan untuk mempersiapkan diri apabila salah satu sakit. Informan II juga memiliki keterbatasan pengetahuan mengenai HIV dan AIDS sehingga merasa cemas akan kematian serta khawatir menulari pasangan apabila menikah lagi. Berdasarkan pengalaman informan II tersebut, dapat dipelajari bahwa penting untuk menambah wawasan terkait dengan penyakit-penyakit, terutama terkait dengan penyakit-penyakit seperti AIDS yang sarat dengan diskriminasi dan isu-isu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
atau belief yang belum tentu benar. Hal tersebut berguna untuk mencegah terjadinya kekeliruan dalam bersikap karena informasi yang kurang tepat. Hal lain yang dapat dipelajari adalah pentingnya seorang ODHA mendapatkan dukungan dari lingkungan sosialnya. Hal tersebut akan membantu ODHA untuk bangkit kembali dari keterpurukan dan mendorong mereka untuk kembali bersemangat menjalani hidup. Oleh karena itu, sebaiknya masyarakat memperkaya pengetahuan sehingga tidak terjebak dalam budaya diskriminasi. Terakhir,
cerita
informan
menunjukkan
bahwa
dampak
pengampunan sangat positif, terutama bagi ODHA. Pengampunan akan menuntun seseorang pada kemampuan untuk melihat suatu pengalaman yang kurang menyenangkan dengan cara-cara baru yang positif. Bahkan, orang tersebut kemudian dapat memiliki tujuan-tujuan baru bagi pencapaian ke depannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa temuan-temuan dalam penelitian ini, diketahui bahwa seperti pada proses pengampunan yang umumnya terjadi, proses pengampunan pada wanita dengan HIV/AIDS yang terinfeksi dari suaminya dapat dikaji dengan mengikuti fase-fase yang ditemukan oleh Enright (2008, dalam Holter, dkk., 2008), yakni Enright Psychological Process Model of Forgiveness yang terdiri dari empat fase. Keempat fase tersebut adalah fase uncovering, fase decision, fase work, dan fase deepening. Meskipun secara garis besar sesuai dengan fase-fase yang telah disebutkan, temuan-temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa wanita dengan HIV/AIDS yang terinfeksi dari suami, sekalipun telah mengenali kesalahan pasangannya dan menyadari kerugian-kerugian yang mungkin dialaminya sebagai akibat dari kesalahan pasangannya, belum tentu dapat langsung melakukan konfrontasi kemarahan. Hal tersebut terjadi karena suami sebagai orang yang bersalah juga berada dalam posisi terinfeksi HIV, bahkan mungkin sudah dalam fase AIDS dan berada dalam kondisi sekarat ataupun meninggal. Halangan untuk melepaskan kemarahan tersebut menjadi beban tersendiri bagi wanita dengan HIV/AIDS, bahkan berisiko untuk menimbulkan stress hingga depresi.
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
Selain itu, pada fase decision, hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan HIV/AIDS yang terinfeksi melalui suami, sekalipun memutuskan untuk mengampuni atas kehendak bebasnya sendiri, tidak lepas dari kacamata moral dan agama. Hal ini mungkin berkaitan dengan lokasi penelitian yang berada di Indonesia yang merupakan negara yang semua penduduknya wajib beragama. Hal lain dalam proses pengampunan yang dilakukan oleh wanita dengan HIV/AIDS terhadap suaminya yang menjadi sumber infeksi HIV adalah wanita dengan HIV/AIDS cenderung mengampuni karena kondisi suami yang sakit atau bahkan sudah meninggal, dan bukan karena adanya empati atau belas kasihan terhadap suami yang bersalah, ataupun perubahan pandangan yang cukup berarti terhadap suami. Selain itu, keputusan wanita dengan HIV/AIDS untuk mengampuni juga tidak terlepas dari keyakinan bahwa pengalaman terinfeksi HIV dari suami merupakan takdir atau jalan dari Tuhan, serta keyakinan bahwa sebagai ciptaan Tuhan yang Pengampun, sudah sepantasnya mereka mengampuni. Dalam proses pengampunan yang dilakukan, unit ketiga dalam fase deepening, yaitu insight bahwa diri tidak sendirian, tetapi berada dalam dunia yang universal dan penuh dukungan dari orang lain, menjadi suatu hal yang sangat penting. Dukungan atau diskriminasi dari lingkungan sosial mempengaruhi keputusan-keputusan wanita dengan HIV/AIDS dalam bersikap selama proses pengampunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
B.
KETERBATASAN PENELITIAN Sebagai seorang peneliti yang masih berstatus mahasiswa S1, peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yakni: 1.
Karakteristik informan yang digunakan kurang beragam sehingga tidak dapat dibandingkan dan hasil penelitian kurang kaya. Kedua informan sama-sama tertular HIV dari suami, kemudian suami yang menjadi sumber infeksi HIV meninggal. Dalam penelitian ini, peneliti kesulitan untuk menemukan calon informan dengan karakteristik lainnya, misalnya wanita dengan HIV/AIDS yang terinfeksi dari suami yang masih hidup hingga saat ini. Kesulitan dalam menemukan calon informan ini terkait dengan isu dalam penelitian ini yang cukup sensitif terkait kesediaan ODHA untuk membuka status di tengah maraknya isu diskriminasi terhadap ODHA.
2.
Jumlah informan yang digunakan terbatas, terkait dengan kesulitan dalam menemukan calon informan yang sesuai dan penggunaan desain studi kasus. Hal ini menimbulkan kemungkinan data yang terkumpul dalam penelitian ini belum mencapai kejenuhan.
3.
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu, yakni dengan wawancara mendalam. Peneliti tidak dapat menggunakan prosedur pengumpulan data observasi untuk memperkaya hasil temuan terkait dengan mobilitas informan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
tinggi serta keterbatasan akses peneliti pada lokasi-lokasi tempat informan beraktivitas. Prosedur pengumpulan data observasi diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa catatan lapangan berupa perilaku dan aktivitas informan di lingkungan alamiahnya untuk dibandingkan dengan hasil wawancara.
C.
SARAN 1.
Bagi Penelitian Selanjutnya a.
Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan informan dengan karakteristik yang lebih beragam, misalnya wanita dengan HIV/AIDS yang terinfeksi dari suami, tetapi suami masih hidup. Hal ini berguna untuk melihat apakah ada perbedaan dalam proses pengampunannya terkait dengan kondisi suami.
b.
Peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan lebih banyak informan
hingga
mencapai
kejenuhan
data
untuk
mendapatkan hasil penelitian yang lebih mendalam. c.
Selain itu, sebaiknya prosedur pengumpulan data jenis observasi juga digunakan untuk memperkaya temuan.
d.
Penelitian selanjutnya juga dapat meneliti lebih jauh mengenai pengaruh religiositas dan kaitannya dengan pengampunan di Indonesia, serta mengenai peran dukungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
sosial bagi pengampunan pada wanita dengan HIV/AIDS yang terinfeksi melalui suami. 2.
Bagi Praktisi Psikologi Penting untuk melakukan pendampingan bagi ODHA untuk memberikan dukungan psikologis yang dapat mencegah ODHA untuk melakukan kesalahan dalam bersikap, misalnya merencanakan untuk bunuh diri, dan lain sebagainya.
3.
Bagi Praktisi di Bidang Kesehatan a.
Praktisi
di
bidang
kesehatan
sangat
perlu
untuk
memberikan edukasi yang merata terkait dengan isu HIV dan
AIDS
untuk
mencegah
munculnya
keyakinan-
keyakinan yang berdasarkan pada informasi yang kurang tepat. Dengan demikian, diskriminasi terhadap ODHA akan berkurang dan ODHA dapat memberdayakan dirinya dengan lebih lagi. b.
Selain itu, edukasi yang tepat akan membawa masyarakat pada tingkat kesadaran akan kesehatan yang dapat mengurangi kemungkinan melakukan perilaku berisiko, serta
meningkatkan
kesadaran
untuk
melakukan
pemeriksaan status HIV, terutama dalam kehidupan berumahtangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
4.
Bagi ODHA a.
Merupakan hal yang sangat penting bagi ODHA untuk mencari informasi yang tepat terkait HIV dan AIDS, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mengambil sikap. Pengetahuan yang kurang tepat atau terbatas juga akan memunculkan kecemasan-kecemasan yang tidak tepat, misalnya wanita dengan HIV/AIDS yang khawatir tidak dapat memiliki keturunan lagi karena takut anak yang lahir terinfeksi HIV.
b.
Selain itu, ODHA juga perlu untuk bergabung dalam berbagai
kelompok
pendukung
untuk
mendapatkan
informasi yang tepat dan dukungan untuk memberdayakan diri sendiri. c.
ODHA, khususnya wanita dengan HIV/AIDS yang terinfeksi melalui suami, disarankan untuk melakukan pengampunan terhadap suami guna terbebas dari afek-afek negatif yang diyakini dapat menurunkan kesehatan, serta agar mampu untuk bangkit dan memberdayakan diri sendiri.
5.
Bagi Keluarga ODHA Sangat penting bagi keluarga ODHA untuk memberi dukungan kepada ODHA guna membantu mereka untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
bangkit
dari
keterpurukan
dan
terdorong
untuk
memberdayakan dirinya sendiri tanpa kecemasan. 6.
Bagi Masyarakat Luas Sangat penting bagi masyarakat untuk mencari dan memperoleh informasi yang benar terkait HIV dan AIDS agar tidak melakukan diskriminasi terhadap ODHA serta dapat mencegah diri dari penularan HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA American Psychological Association (2015). APA dictionary of psychology (ed. Ke-2; hh. 432, 1138). Washington, DC: Pengarang. Baumeister, R. F., Exline, J. J. & Sommer, K. L. (1998). The victim role, grudge theory, and two dimensions of forgiveness. Dalam Worthington, E. L., Jr. (Ed.), Dimensions of Forgiveness: Psychological Research and Theological Perspectives (hh. 79-104). Philadelphia: Templeton Foundation Press. Bonin, M. F., Norton, G. R., Asmundson, G. J. G., Dicurzio, S. & Pidlubney, S. (2000). Drinking away the hurt: The nature and prevalence of PTSD in substance abuse patients attending a community-based treatment program. Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry, 31, 56, PII: S0005-7916(00)00008-2. Creswell, J. W. (2009). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches (ed Ke-3; hh. 175-183, 190-193). Los Angeles: Sage. Creswell, J. W. (2012). Research design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed (ed. Ke-3; hh. 4-5, 20; Fawaid, A., terj). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Karya asli terbit 2009). Dawar, T. & Anand, S. (2009). Narratives of women living with HIV/AIDS: An exploration. Indian Anthropologist, 30(1/2), 35-48. Denham, S. A., Karen, N., Wilson, B. J., Pickering, S. & Boyatzis, C. J. (2005). Emotional development and forgiveness in children: Emerging evidence. Dalam Worthington, E. L., Jr. (Ed.), Handbook of Forgiveness (hh. 132). Hove: Routledge. Enright, R. D. & Coyle C. T. (1996). Researching the process model of forgiveness. Dalam Worthington, E. L., Jr. (Ed), Dimensions of Forgiveness: Psychological Research & Theological Perspectives (hh. 143147). USA: Templeton Foundation Press. Enright, R., Knutson, J., Holter, A., Knutson, C. & Twomey, P. (2008). Forgiveness education with children in areas of violence and poverty. Dalam American Psychological Association, Forgiveness: A Sampling of Research Results (hh. 11-12). Washington, DC: Office of International Affairs. (Cetakan pertama 2006). Freedman, S., Enright, R. D. & Knutson, J. (2005). A progress report on the process model of forgiveness. Dalam Worthington, E. L., Jr. (Ed.), Handbook of Forgiveness (hh. 394-395, 399-403). Hove: Routledge.
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
Global Health Observatory (GHO) data: HIV/AIDS. (2016, 22 Maret). World Health Organization. Diunduh dari http://www.who.int/gho/hiv/en/. Green, C. W. (2013, Desember). Pengobatan untuk AIDS: Ingin mulai? (hh. 2). Jakarta: Yayasan Spiritia. Green, C. W. (2014, Desember). HIV & TB (hh. 5). Jakarta: Yayasan Spiritia. Herdiansyah, H. (2014). Metodologi penelitian kualitatif: Untuk ilmu-ilmu sosial (hh. 106). Jakarta: Salemba Humanika. (Cetakan pertama 2010). Hidayah, N. (2014). Efektivitas group positive psychotherapy untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis pada orang dengan HIV/ AIDS (ODHA) (Skripsi tidak diterbitkan), Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, Indonesia. Holter, A. C., Magnuson, C. M. & Enright, R. D. (2008). Forgiveness is a matter of choice: Forgiveness education for young children. Dalam Lopez, S. J. (Ed.), Positive Psychology: Exploring the Best in People Vol. 3, Growing in the Face of Adversity (hh 69-88). London: Praeger. Hook, J. N., Worthington, E. L., Jr., Utsey, S. O., Davis, D. E. & Burnette, J. (2012, April). Collectivistic self-construal and forgiveness. Counseling and Values, 57, 109-124. Keawpimon, P., Songwathana, P. & Chuaprapaisilp. (2010, April). Using reiki for self-healing: The experience of persons living with HIV/AIDS. Malaysia Journal Nursing, 1, 18-36. Kementrian Kesehatan RI (2014). Situasi dan analisis HIV AIDS. depkes.go.id. Diunduh dari www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin%20AI DS.pdf pada 21 Maret 2016. Komisi penanggulangan AIDS Daerah Istimewa Yogyakarta. (t.t.) Mengenal HIV & AIDS. Yogyakarta: Pengarang. Lamb, S. (2002). Women, abuse, and forgiveness: A special case. Dalam Lamb, S. & Murphy, J. (Ed.), Before forgiving: Cautionary Views of Forgiveness in Psychotherapy (hh. 155–171). New York: Oxford University Press. Martin. L. A., Vosvick, M. & Riggs, S. A. (2012, November). Attachment, forgiveness, and physical health quality of life in HIV + adults. Aids Care, 24(11), 1333-1340. McCullough, M. E. (2001). Forgiveness: Who does it and how do they do it?. Current Directions in Psychological Science, 10(6), 194-197.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
Moleong, L. J. (2008). Metodologi penelitian kualitatif (ed. Rev.; hh. 92-98). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. (Cetakan pertama 1989). Murni, S., Green, C. W., Djauzi, S., Setiyanto, A. & Okta, S. (2009, April). Hidup dengan HIV/AIDS (hh. 13-14). Jakarta: Yayasan Spiritia. Noll, J. G. (2005). Forgiveness in people experiencing trauma. Dalam Worthington, E. L., Jr. (Ed.), Handbook of Forgiveness (hh. 364-368). Hove: Routledge. Origin of HIV & AIDS. (2015, 1 Mei). Global Information and advice on HIV & AIDS. Diunduh dari http://www.avert.org/professionals/history-hivaids/origin pada 21 Maret 2016. Riasnugrahani, M. & Wijayanti, Y. (2011, November). Studi kasus mengenai forgiveness pada wanita dengan HIV/AIDS yang terinfeksi melalui suaminya: Analisis mengenai kaitan forgiveness dengan tingkat kesehatan ODHA. Paper disajikan dalam Prosiding Konferensi Nasional “Pain Management & Quality of Life Fakultas Psikologi Universitas YARSI, 180190. Rusbult, C. E., Hannon, P. A., Stocker, S. L. & Finkel, E. J. (2005). Forgiveness and relational repair. Dalam Worthington, E. L., Jr. (Ed.), Handbook of Forgiveness (hh. 193). Hove: Routledge. Rye, M. S. & Pargament, K. I. (2002). Forgiveness and romantic relationship in college: Can it heal the wounded heart?. Journal of Clinical Psychology, 58(4), 419-441, DOI: 10.1002/jclp.1153. Saki, M., Kermanshahi, S. M., Mohammadi, E. & Mohraz, M. (2015, Juni). Perception of patients with HIV/AIDS from stigma and discrimination. Iranian Red Crescent Medical Journal, 17(6), DOI: 10.5812/ircmj.23638v2. Sandage, S. J. & Williamson, I. (2005). Forgiveness in cultural context. Dalam Worthington, E. L., Jr. (Ed.), Handbook of Forgiveness (hh. 41-56). Hove: Routledge. Serba-serbi HIV & AIDS. (t.t.) Serba-serbi HIV & AIDS. Jakarta: dkt Indonesia. Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif & kualitatif dalam psikologi (hh. 60-67, 123-124, 126-127). Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Sutton, P. M. (t.t.). The Enright process model of psychological forgiveness. couragerc.org. Diunduh dari https://couragerc.org/resource/enright-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
process-model-psychological-forgiveness-dr-phil-sutton/ pada 24 Agustus 2016. Suwartono, Prawasti & Mullet. (2006). Effect of culture on forgiveness: A Southern Asia-Western Europe comparison. Personality and Individual Differences, 42(2007), 513-523, DOI: 10.1016/j.paid.2006.07.027. Temoshok, L. R. & Chandra, P. S. (2000). Persons living with HIV/AIDS in India. Dalam McCullough, M. E., Paragament, K. I. & Thoresen, C. E. (Eds.), The Meaning of Forgiveness in A Spesific Situational and Cultural Context (hh. 49-50). New York: The Guilford Press. Temoshok, L. R. & Wald, R. L. (2005). Forgiveness and health in persons living with HIV/AIDS. Dalam Worthington, E. L., Jr. (Ed.), Handbook of Forgiveness (hh. 335-348). Hove: Routledge. The top 10 causes of death. (2014, May). World Health Organization. Diunduh dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/ pada 22 Maret 2016. Walton, E. (2005). Therapeutic forgiveness: Developing a model for empowering victims of sexual abuse. Clinical Social Work Journal, 33(2), 196-200, DOI: 10.1007/s10615-005-3532-1. Zechmeister, J. S. & Romero, C. (2002). Victim and offender accounts of interpersonal conflict: Autobiographical narratives of forgiveness and unforgiveness. Journal of Personality and Social Psychology, 82(4), 675686, DOI: 10.1037//0022-3514.82.4.675.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
Lampiran 1. Informed Consent
HUMAN PARTICIPANTS REVIEW INFORMED CONSENT
Saya, Tiffany Chandra, adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Saat ini, saya sedang melakukan penelitian untuk skripsi saya di bawah bimbingan Dr. Tjipto Susana, Psikolog. Adapun tujuan dari penelitian saya adalah mengeksplorasi pengalaman istri yang tertular HIV melalui suami. Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk bincang-bincang selama kurang lebih 1 (satu) hingga 2 (dua) kali, selama 2 (dua) jam setiap sesinya. Namun, apabila masih dibutuhkan informasi lainnya, saya mohon kesediaan untuk melaksanakan sesi tambahan. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam sesi bincang-bincang tersebut adalah seputar pengalaman Anda terkait HIV. Anda bebas mengungkapkan pikiran dan perasaan Anda sejauh yang Anda mau. Anda juga bebas untuk tidak menyampaikan hal-hal yang tidak ingin Anda ungkapkan. Selain itu, selama sesi berlangsung, saya juga mungkin akan membuat beberapa catatan terkait aktivitas Anda di lokasi penelitian. Kegiatan ini mungkin akan membuat Anda teringat pengalamanpengalaman emosional yang membuat Anda merasa tidak nyaman. Apabila hal ini terjadi, saya akan berusaha menenangkan Anda kembali. Anda juga bebas untuk memberitahu saya apabila Anda memerlukan bantuan untuk mempersiapkan diri dalam menyampaikan pengalaman-pengalaman tertentu. Namun, jika keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
tidak memungkinkan, saya akan menghentikan sesi dan menanyakan kesediaan Anda untuk kembali melanjutkan sesi di lain waktu. Seluruh pembicaraan selama sesi bincang-bincang akan direkam. Namun, identitas Anda akan saya samarkan, dan hasil rekaman juga saya jaga kerahasiaannya. Hasil rekaman akan segera saya hapus setelah penelitian ini selesai. Hasil penelitian ini kelak akan disajikan pada saat ujian tanpa mencantumkan identitas Anda. Kerahasiaan identitas dan data Anda dalam penelitian ini menajadi tanggungjawab saya, dan setiap informasi hanya akan dipergunakan untuk kepentingan akademik. Kegiatan ini berpotensi untuk membantu Anda menyadari pengalaman Anda terkait dengan topik penelitian ini dan mengelola pengalaman-pengalaman tersebut untuk menarik makna dari peristiwa yang Anda alami. Selain itu, informasi-informasi yang Anda berikan juga dapat menjadi sumbangsih bagi individu-individu yang memiliki pengalaman serupa untuk menemukan makna dari peristiwa yang mereka alami. Partisipasi Anda dalam penelitian ini murni bersifat sukarela. Anda diperkenankan untuk mengundurkan diri dari penelitan ini kapan saja Anda inginkan, ataupun memutuskan untuk tidak ikut dalam penelitian ini sama sekali, tanpa dikenakan sanksi apapun. Apabila Anda memiliki pertanyaan atau pengaduan seputar penelitian ini, ataupun mengenai keterlibatan Anda dalam penelitian ini, Anda dapat menghubungi Dr. Tjipto Susana, Psikolog di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Daerah Istimewa Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
Yogyakarta,
Tiffany Chandra Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
Lampiran 2. Lembar Persetujuan
LEMBAR PERSETUJUAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama (Inisial) : Alamat
:
No. Ponsel
:
menyatakan bahwa setelah saya memahami penjelasan dari peneliti, saya bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak manapun.
Yogyakarta,
Partisipan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
Lampiran 3. Protokol Wawancara NO.
PERTANYAAN PANDUAN
PROBING
TUJUAN (DATA YG HENDAK DIUNGKAP)
Bagaimana kabar Anda hari ini? 1
Salam (Selamat pagi/siang/sore/malam).
Apa saja kesibukan Anda hari ini?
Membuka percakapan, mencairkan suasana.
Coba ceritakan. Bagaimana kehidupan sehari-hari 2
Apa saja aktivitas Anda sehari-hari? Coba ceritakan.
Anda dalam keluarga?
Mengetahui kehidupan sehari-hari partisipan serta
Bagaimana dengan keseharian
relasinya dengan keluarga (suami dan/atau anak).
Anda di tempat kerja? Pada awal pernikahan Anda, 3
Bolehkah Anda bercerita sedikit mengenai pernikahan
bagaimanakah relasi Anda dengan
Mengetahui dinamika relasi partisipan dengan
Anda?
suami Anda dalam kehidupan
suaminya, terutama sebelum terjadinya infeksi HIV.
rumah tangga? Dari siapa informasi tersebut Anda 4
Kapan pertama kalinya Anda tahu bahwa diri Anda tertular HIV?
dapatkan? Menurut informasi yang Anda peroleh, bagaimana Anda dapat tertular?
Mengetahui bagaimana partisipan pertama memahami status HIV-nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
Apakah Anda percaya akan informasi tersebut? Apa yang membuat Anda percaya/tidak percaya?
Apa tanggapan Anda setelah mengetahui informasi 5.
tersebut?
Apa yang Anda pikirkan saat itu?
Mengetahui reaksi partisipan atas infeksi yang
Apa yang Anda rasakan?
diperolehnya. Melihat bagaimana partisipan
Apa yang Anda coba lakukan untuk menangani penyakit tersebut?
6.
7.
8.
Bagaimana sikap suami Anda terhadap Anda setelah mengetahui informasi tersebut?
Bagaimana sikap anggota keluarga Anda yang lain terhadap Anda setelah mengetahui informasi tersebut?
Upaya apa yang suami Anda coba lakukan untuk mengatasi hal tersebut?
mengenali kesalahan yang dilakukan oleh suaminya terhadap dirinya, serta mengenali dampak dari kesalahan tersebut terhadap dirinya, misalnya cedera psikologis yang dialami. Mengetahui sikap suami, sebagai orang yang bersalah, terhadap partisipan. Sikap merasa tidak bersalah mungkin dapat menjadi tekanan tersendiri bagi partisipan. Mengetahui sikap lingkungan sekitar partisipan
Apa yang mereka lakukan?
terhadap dirinya. Penolakan dari lingkungan sekitar dapat menjadi tekanan tersendiri bagi partisipan.
Lalu, kapan pertama kalinya Anda mengetahui bahwa
Dari siapa informasi tersebut Anda
Mengetahui bagaimana partisipan pertama kali
suami Anda terkena HIV?
dapatkan?
memahami status HIV suaminya dan bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
Berdasarkan informasi yang Anda
sikapnya terhadap informasi yang diterima.
dapatkan, bagaimana suami Anda dapat tertular? Apakah Anda percaya akan informasi tersebut? Apa yang membuat Anda percaya/tidak percaya? Apa yang Anda rasakan pada saat itu? 10.
Bagaimana reaksi Anda setelah mengetahui informasi
Apa yang Anda pikirkan pada saat
Mengetahui sikap partisipan terhadap suaminya
tersebut?
itu?
setelah mengetahui infeksi yang dimiliki suaminya.
Bagaimana sikap Anda terhadap suami Anda? Apa yang suami Anda lakukan? Bagaimana tanggapan suami Anda setelah megetahui 11.
12.
infeksi yang dimilikinya?
Bagaimana sikapnya terhadap Anda?
Mengetahui sikap suami partisipan terhadap dirinya setelah mengetahui status HIV-nya. Sikap yang kurang menunjukkan rasa bersalah mungkin menjadi tekanan tersendiri bagi partisipan.
Bagaimana relasi Anda dengan suami Anda saat kalian
Mengetahui dinamika relasi partisipan dengan
baru tahu mengenai status HIV kalian?
suaminya setelah adanya infeksi HIV. Melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
kemungkinan partisipan mulai memahami pengampunan sebagai opsi dan mulai berkomitmen untuk melakukan pengampunan. Lalu, Bagaimana relasi Anda dengan suami Anda saat
Menurut Anda, apakah ada
ini?
perubahan dalam relasi Anda dan
Melihat kemungkinan partisipan mengubah
suami Anda, pada awal pernikahan
pandangan terhadap suaminya, mulai menerima rasa
dan pada saat awal kalian tahu
sakit yang didapatkan dari perbuatan suami,
tentang status HIV kalian?
menumbuhkan belas kasihan, dan melakukan
Bagaimana dengan saat ini, apakah
pengampunan.
13. Bagaimana perasaan dan sikap Anda terhadap mendiang suami Anda (apabila telah meninggal)?
14.
ada yang berbeda? Coba ceritakan.
Menurut Anda, apa makna dari peristiwa (tertular HIV)
Apa yang Anda rasakan?
yang terjadi dalam hidup Anda ini?
Apa yang Anda pikirkan?
Apa yang mendorong Anda untuk mengampuni suami
Mengetahui makna pengampunan yang dilakukan
Anda?
bagi partisipan dan dampak bagi hidupnya sendiri.
Kendala-kendala apa saja yang Anda alami dalam proses
Hal apa saja yang Anda lakukan
Melihat kemungkinan partisipan melihat bahwa
pengampunan yang Anda jalani (apabila kurang tampak
untuk mengatasi kendala-kendala
dirinya juga memerlukan pengampunan dari orang
dalam jawaban atas pertanyaan sebelumnya).
tersebut?
lain di masa lalu.
Apa harapan Anda terhadap suami Anda ke depannya? Apa harapan Anda terhadap mendiang suami Anda?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Lampiran 4. Tabel AIK I Informan I Verbatim
Mbak D sekarang sehariharinya sibuk apa aja? Kalau aktivitas sehari-hari, yang pertama adalah Ibu Rumah Tangga. Saya ee… seorang single parent… kemudian punya anak satu yang memang sudah… sedang dalam… apa tumbuh remaja. Kemudian… anak saya perempuan. Kemudian… saya sehari-hari full time kerja di Victory dari hari Senin sampai hari Jumat ee… menjadi ee… pendukung sebaya. Bukan karena persamaan umur, tapi kesebayaan di sini karena 80% yang mendampingi ODHA, Orang dengan HIV/AIDS pun juga mempunyai virus di dalam tubuhnya. Makanya dinamakan pendukung sebaya. Sehari-hari ya aktif di Victory, mendukung teman-teman, baik itu di Rumah Sakit ataupun kunjungan ke rumah. Kemudian ee… apa ya… pokoknya sih itu sih. Mbak bisa tau nggak sih, kalau pendukung sebaya itu kerjaan spesifiknya gimana aja? Kayak
Satuan Makna
Kalau aktivitas sehari-hari, yang pertama adalah Ibu Rumah Tangga. Saya ee… seorang single parent… kemudian punya anak satu yang memang sudah… sedang dalam… apa tumbuh remaja. Kemudian… anak saya perempuan. Kemudian… saya sehari-hari full time kerja di Victory dari hari Senin sampai hari Jumat ee… menjadi ee… pendukung sebaya. Sehari-hari ya aktif di Victory, mendukung temanteman, baik itu di Rumah Sakit ataupun kunjungan ke rumah.
Satuan Makna Dipadatkan 1
Satuan Makna Dipadatkan 2
Kode
Aktivitas sehari-hari D D seorang Ibu Rumah Ibu adalah Ibu Rumah Tangga Tangga single parent Tangga, single parent. parent.
Rumah single
D memiliki seorang anak D memiliki anak remaja Memiliki anak remaja perempuan. perempuan. remaja perempuan.
Sehari-hari, D bekerja full Sehari-hari D bekerja di V+ Kerja di V+. time di Yayasan Victory sebagai Pendukung Sebaya. Plus (V+) sebagai Pendukung Sebaya. Dinamakan Pendukun D mendukung teman-teman, D mendukung ODHA di Mendukung baik di Rumah Sakit rumah dan Rumah Sakit. ODHA. ataupun rumah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
tadi… kunjungan ke rumah itu ngapain, terus di Rumah Sakit ngapain? Ya. Kami kan membantu temanteman ODHA, terutama yang baru tahu status, supaya mereka… ee… pertama adalah… ada 5 pilar yang harus dicapai teman-teman yang kita dukung. Yang pertama adalah percaya diri. Jadi, harapannya, yang kita dukung…mereka… biasanya kan kalau awal tahu status, mereka tidak percaya diri ee… mereka ee… hilang semangat. Mereka… ee.. yang mereka pikirkan adalah mereka sebentar lagi akan mati, akan meninggal, kayak gitu. Nah, kita bangkitkan dulu rasa percaya diri mereka dengan cara biasanya kita membuka status kepada dampingan. Membuka status bahwa kita pun juga sama-sama positif. Kemudian pilar yang kedua yang harus dicapai setelah kita dukung adalah mereka mempunyai informasi yang benar terkait HIV/AIDS. Karena banyak sekali informasi yang salah di masyarakat, misalnya ada beberapa teman yang
Ya. Kami kan membantu teman-teman ODHA, terutama yang baru tahu status. Ada 5 pilar yang harus dicapai teman-teman yang kita dukung. Kemudian, kami memberikan dukungan psikososial dan pemberdayaan. Memberikan dukungan psikososial di Rumah Sakit. Kami mendampingi mereka awal tahu status sampai mereka mendapatkan pengobatan. Tapi sistem kita kan pemberdayaan. Jadi kita tidak tiap hari apa tiap bulan ngambilin obat.
D membantu teman-teman ODHA, terutama yang baru tahu status untuk mencapai 5 pilar.
D membantu ODHA, Membantu ODHA terutama yang baru tahu yang baru tahu status untuk mencapai 5 status. pilar.
Pendukung memberikan dukungan psikososial dan pemberdayaan dari awal tahu status sampai mereka mendapatkan pengobatan.
edukasi kondom gratiima Pendukung memberikan dukungan psikososial dan pemberdayaan hingga ODHA mendapat pengobatan.
Memberi dukungan psikososial dan pemberdayaan hingga ODHA berobat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91
memutuskan ee… pengobatan alternatif. Tidak mau ke dokter. Jadi kita beri informasi yang benar terkait HIV/AIDS. Di Victory kita membagikan ee… 9 paket buku free yang kita berikan gratis dan juga leaftet-leaflet yang kita bagikan gratis, dan sumbernya jelas dari Yayasan Sp. Kemudian, pilar yang ketiga yang harus dicapai adalah mereka mengakses layanan kesehatan. Karena, setelah tes HIV itu tidak cukup sampai hanya tes saja. Karena angka lost follow up untuk pengobatan ARV kita cukup tinggi. Dari 3.334, itu yang mengakses ARV itu hanya sekitar seribu berapa gitu. Ya, jadi hanya sepertiga yang mengakses ARV. Nah, jadi kita, yang pilar yang ketiga adalah supaya mereka mau megakses layanan kesehatan. Kemudian ee… yang keempat adalah “HIV stop di sini”, atau tidak menularkan virus HIV kepada orang lain dengan cara kita memberi edukasi dan juga kita memberika kondom gratis kepada teman-teman yang sudah terinfeksi HIV supaya tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122
menularkan kepada orang lain. Dan pilar yang kelima adalah melakukan kegiatan-kegiatan positif. Jadi harapannya, temanteman ODHA ini setelah dia positif, mereka tetap masih bisa berkarya, mereka masih bisa melakukan kegiatan positif, itu sih. Itu 5 pilar yang harus dicapai teman-teman yang kita dukung. Kemudian, memang kami memberikan dukungan psikososial dan pemberdayaan. Memberikan dukungan psikososial ini yaitu di Rumah Sakit. Kami mendampingi mereka ee… awal tahu status sampai mereka mendapatkan pengobatan. Kemudian, tapi sistem kita kan memang pemberdayaan ya. Jadi kayak kita tidak model yang tiap hari apa tiap bulan ngambilin obat, kayak gitu-gitu nggak. Jadi nggak dimanjain gitu ya. Ee. Jadi kita sistemnya pemberdayaan, jadi kita membantu sampai mereka mengakses pengobatan. Jadi kita, kalau pasien baru kan biasanya bingung mana klinik HIV, mana laboratorium, mana radiologi,
Kita sistemnya Pendukung Sebaya pemberdayaan, membantu membantu ODHA untuk sampai mereka mengakses mengakses pengobatan. pengobatan. Kalau pasien baru biasanya bingung mana klinik HIV, mana laboratorium, mana
Pendukung Sebaya Memberdayakan memberdayakan ODHA ODHA untuk untuk mengakses mengakses pengobatan. pengobatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153
kayak gitu-gitu. Nah, kita bantu, seperti itu. Tapi yang goal-nya adalah pemberdayaan karena kesehatan itu tanggungjawab masing-masing. Kemudian, untuk pemberdayaan di sini tidak hanya pemberdayaan untuk ee… si ODHAnya sendiri tapi juga pemberdayaan ekonomi. Jadi kita bekerja sama juga dengan Dinas Sosial. Itu biasanya pasiennya emang langsung datang ke V ya Mbak ya? Ada pasien yang datang ke Victory, misalnya dia tahu dari website atau misalnya dia dikasih tahu dari Rumah Sakit, kemudian datang ke Victory, itu ada. Tapi ada juga yang… kita kan stand by di klinik-klinik layanan HIV. Kita standy by… kayak Pendukung Sebaya ini stand by di situ ee… jadi kalau misalnya ada pasien yang datang ke klinik HIV, jadi supaya langsung jemput bola. Ada juga jadi teman-teman Pendukung Sebaya itu setiap harinya di jadwal ada jadwal piket. Di Rumah Sakit sama Puskesmas.
radiologi. Nah, kita bantu. Goal-nya adalah pemberdayaan karena kesehatan itu tanggungjawab masing-masing. Pemberdayaan di sini tidak hanya untuk ODHA tapi juga pemberdayaan ekonomi. Jadi kita bekerja sama juga dengan dinas sosial.
Ada pasien yang datang ke V+, dia tahu dari website atau dikasih tahu dari Rumah Sakit, kemudian datang ke V. Tapi ada juga yang… kita kan stand by di klinik-klinik layanan HIV. Jadi kalau misalnya ada pasien yang datang ke klinik HIV, langsung jemput bola. Jadi teman-teman Pendukung Sebaya setiap harinya ada jadwal piket di Rumah Sakit sama Puskesmas.
Tujuannya adalah pemberdayaan karena kesehatan tanggungjawab masing-masing. Pemberdayaan juga Juga bekerja sama dengan Memberdayakan pemberdayaan ekonomi, Dinas Sosial dalam secara ekonomi. bekerja sama dengan Dinas pemberdayaan ekonomi. Sosial.
ODHA tahu dan datang ke V+ dari
Pendukung Sebaya juga Pendukung Sebaya setiap Piket di Rumah setiap hari piket di Rumah hari piket di Rumah Sakit Sakit dan Sakit dan Puskesmas dan Puskesmas. Puskesmas. sehingga bisa langsung jemput bola.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184
Mbak, ini kan sibuk banget gitu kan. Dari pagi sampai sore. Nah, terus bagaimana bagi waktu sama anak dan mertua di rumah? Jadi ee… apa namanya… aku kan memang dari bangun tuh jam 5 ya. Bangun jam 5. Habis itu, ibadah, ibadah pagi kan. Kemudian masak. Habis masak, mandi, ee… ngasih anakku sarapan segala-gala, nganterin sekolah jam 7. Jadi jam 7 sampai jam 9 itu aku di Victory. Karena aku nggak mungkin lagi balik rumah. Nah dari setelah jam 9 itu aku biasanya akan ke layanan karena aku piket segala macam sampai nanti jam 5 sore. Kantor kan jam 5 sore. Tapi ada kalanya juga aku misalnya harus jemput anakku les karena kan dia kan les dari Senin… lesnya Senin sama Jumat. Kalau pas dia les ya aku jemput dia ke sekolah terus nanti aku anterin ke tempat les. Tapi kalau dia lagi nggak les ee… dia pulang naik Trans Jogja. Itu nanti sampai jam 5 ya. Jam 5 aku… jam 5 atau biasanya jam 5 lebihlah aku nanti baru sampai
Jadi aku bangun tuh jam 5 ya. Habis itu ibadah pagi kan. Kemudian masak. Habis masak, mandi, ngasih anakku sarapan segala-gala, nganterin sekolah jam 7. Jadi jam 7 sampai jam 9 itu aku di V+. Karena aku nggak mungkin lagi balik rumah. Nah dari setelah jam 9 itu aku biasanya akan ke layanan karena aku piket segala macam sampai nanti jam 5 sore. Kantor kan jam 5 sore. Tapi ada kalanya juga aku harus jemput anakku les karena dia kan les Senin sama Jumat. Kalau pas dia les ya aku jemput dia ke sekolah terus nanti aku anterin ke tempat les. Tapi kalau dia lagi nggak les dia pulang naik Trans Jogja. Itu nanti sampai jam 5 ya. Jam 5 atau biasanya jam 5 lebihlah aku nanti baru
D bangun jam 5, kemudian ibadah pagi, masak, mandi, memberi sarapan anaknya, lalu mengantar anaknya ke sekolah jam 7. Jam 7 sampai jam 9, D berada di V+. Setelah jam 9, D piket hingga jam 5 sore. Tapi ada kalanya D harus menjemput anaknya di sekolah dan mengantar anaknya ke tempat les.
Setiap hari D mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus VN, baru berangkat ke V+ dan piket. Ada kalanya, D menjemput dan mengantar VN les.
Mengerjakan pekerjaan rumah, mengurus anak, dan bekerja di V+.
Sehari-hari, jam 5 atau jam D sehari-hari tiba di rumah Sehari-hari tiba di 5 lebih D sampai rumah. pukul 17.00 WIB. rumah pukul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 210 211 212 213 214 215 216
rumah. Kalau udah sampai rumah ya aku biasanya di kamar, habis itu nanti malam baru bikinin makan malam buat anakku. Kayak gitu sih hari-hari. Sama kalau Sabtu kan libur. Victory Sabtu libur. Aku biasanya juga Sabtu itu aku jemput. Gitu. Kayak gitu. Minggu libur juga. Tapi ya ada kalanya Sabtu Minggu itu nggak libur. Kayak misalnya sekarang kan ada event insidentil gitu.
sampai rumah. Kalau udah sampai rumah ya aku biasanya di kamar, habis itu nanti malam baru bikinin makan malam buat anakku. Kayak gitu sih hari-hari. Sama kalau Sabtu kan libur. V+ Sabtu libur. Aku biasanya juga Sabtu itu aku jemput. Minggu libur juga. Tapi ya ada kalanya Sabtu Minggu itu nggak libur. Kayak misalnya sekarang kan ada event insidentil gitu.
Malamnya D memasak makan malam untuk anaknya.
17.00.
Sabtu dan Minggu V+ libur Sabtu dan Minggu, D libur. kecuali ada event tertentu. Biasanya Sabtu D juga menjemput anaknya.
Sabtu dan Minggu libur.
Jadi harus jaga gitu ya. Oh, jadi VN itu makan siangnya berarti disiapin sama Mbahnya? Ee… ya. Di rumah itu ada siapa aja Mbak? Di rumah itu ada Bapak Di rumah itu ada Bapak Di rumah D ada bapak dan D tinggal bersama Tinggal bersama Mertuaku, Ibu Mertuaku, aku, Mertuaku, Ibu Mertuaku, ibu mertuanya dan VN. mertuanya dan VN. mertua dan VN. sama VN, berempat. aku, sama VN, berempat. Terus, kan tadi Mbak bilang VN lagi masa-masa remaja. Nah bagaimana relasi Mbak dengan VN sehari-hari? Ya… aku ngobrol sama anakku Aku ngobrol sama anakku itu D biasanya ngobrol dengan D sering berbincang dengan Sering berbincang itu ya biasanya makan malam. ya biasanya makan malam. VN ketika makan ataupun VN. dengan VN.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247
Makan malam itu aku ajakin ngobrol. Atau kalau nggak pas weekend biasa kita makan, jalan, kayak gitu. Atau pas kalau hari Sabtu habis jemput dia sekolah, kayak gitu, biasanya makan. Dan biasanya karena… aku hobi makan ya, hobi jalan, hobi makan gitu, jadi ee… ya ngobrolngobrolnya itu aku pakai waktu makan gitu atau kalau nggak waktu malam mau tidur gitu. Kadang pun juga aku kepo sih, kepo HPnya VN gitu. Tapi kalau pas dia udah tidur, karena kan aku juga ee… aku harus tahu gitu, tapi dalam kondisi dia udah tidur. Jadi aku buka HP pun juga dia nggak tahu. Tapi buka HP pun nggak terus semua tak bukain, chattingchatting-nya dia tak bukain, nggak sih, hanya sekilas-sekilas aja. Mbak aku boleh nggak tanyatanya soal awal pernikahan Mbak dengan Almarhum suami Mbak? Keberatan nggak? Hahaha. Nggak. Jadi… apa ya. Aku tuh ngerasa dia memang sudah takdir aku, gitu. Ee… jadi perkenalanku itu ee… makanya
Atau kalau nggak pas weekend biasa kita makan, jalan, kayak gitu. Atau pas kalau hari Sabtu habis jemput dia sekolah, biasanya makan. Dan karena aku hobi makan ya, hobi jalan, jadi ya ngobrol-ngobrolnya itu aku pakai waktu makan gitu atau kalau nggak waktu malam mau tidur gitu. Kadang pun juga aku kepo sih, kepo HPnya VN gitu. Tapi kalau pas dia udah tidur, karena kan aku harus tahu gitu, tapi dalam kondisi dia udah tidur. Jadi aku buka HP pun juga dia nggak tahu. Tapi buka HP pun nggak terus semua tak bukain, chatting-chatting-nya dia tak bukain, nggak sih, hanya sekilas-sekilas aja.
malam hari sebelum tidur.
Terkadang D juga D terkadang mengecek HP Terkadang mengecek HP VN ketika VN. mengecek HP VN. VN sudah tidur.
Aku tuh ngerasa dia memang D merasa sudah takdir aku, gitu. suaminya Jadi perkenalanku itu ee… takdirnya. makanya kenapa aku sama
almarhum D merasa memang takdirnya.
almarhum Merasa almarhum takdirnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278
kenapa aku sama anakku itu ee… benar-benar nggak mau kecolongan, gitu. Jadi, apa ya… Kalau aku kan dulu… punya orangtua, tapi mereka sibuk kerja… semua hanya sibuk kerja dan anak-anak itu tidak terurus, gitu. Jadi aku ngerasa… untuk anakku yang sekarang, aku benerbener ya aku akan bagi waktu... aku kerja, aku quality time sama anak. Nah, untuk perkenalanku sama Almarhum sendiri, itu ee… jadi lewat chatting. Zaman dulu tuh ada namanya MIRC. Lewat chatting, kemudian ee… apa namanya… ketemuan. Habis itu… ternyata cocok, segala… gitu-gitu sih. Menikah.
Sama-sama asli Jogja, Mbak? Aku asli Jogja, kalau Almarhum dia asli Jakarta. Itu kemudian kita menikah itu tahun 2003…
anakku itu ee… benar-benar nggak mau kecolongan, gitu. Jadi, apa ya… Kalau aku kan dulu… punya orangtua, tapi mereka sibuk kerja… semua hanya sibuk kerja dan anakanak itu tidak terurus, gitu. Jadi aku ngerasa… untuk anakku yang sekarang, aku bener-bener ya aku akan bagi waktu... aku kerja, aku quality time sama anak. Nah, untuk perkenalanku sama Almarhum sendiri, itu ee… jadi lewat chatting. Zaman dulu tuh ada namanya MIRC. Lewat chatting, kemudian ee… apa namanya… ketemuan. Habis itu… ternyata cocok, segala… gitu-gitu sih. Menikah. Itu kemudian kita menikah itu tahun 2003… menikah tahun 2003, Almarhum meninggal tahun 2006, kayak gitu.
Dulu, orangtua D sibuk bekerja sehingga anak tidak terurus.
Orangtua D sibuk bekerja, anak tidak terurus.
D akan membagi waktu D akan membagi waktu Akan membagi untuk kerja dan quality time untuk anaknya. waktu untuk anak. dengan anaknya. Awal perkenalan D dengan D mengenal almarhum almarhum suaminya adalah melalui chatting, bertemu, melalui chatting, kemudian cocok, dan menikah. bertemu, merasa cocok, dan menikah.
Mengenal almarhum dari chatting, bertemu, cocok, menikah.
D menikah pada tahun Pada 2003, D menikah. 2003. Almarhum meninggal tahun Pada 2006, almarhum 2006. meninggal.
Menikah 2003. Almarhum meninggal 2006.
pada pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309
menikah tahun 2003, Almarhum meninggal tahun 2006, kayak gitu. Itu… waktu baru menikah, mungkin Mbak bisa cerita sedikit, bagaimana sih relasi Mbak dengan Almarhum dalam pernikahan? Kalau waktu menikah, ee… jadi aku merasakan… ee… apa ya… budaya patriarki, gitu loh. Jadi perempuan itu… seorang istri itu harus nurut… seorang istri itu ee… apa ya… harus melayani suami… seperti itu. Jadi aku, aku… dikekang, gitu. Yo aku dikekang, jadi aku nggak boleh pergi-pergi tanpa seizin Almarhum, tapi… apa ya… kayak gitu. Jadi bener-bener yang memang hanya di rumah, nggak pernah pergi, hanya ngurus anak terus suami, kayak gitu… dan waktu itu kan Almarhum ternyata masih adiksi sama narkoba ya, ternyata. Jadi waktu kita pacaran itu, Almarhum nggak ce… Almarhum cerita kalau dia sudah… clean. Clean itu sudah tidak memakai narkoba. Katanya udah bersih, udah... udah nggak
Kalau waktu menikah, ee… jadi aku merasakan… ee… apa ya… budaya patriarki, gitu loh. Jadi perempuan itu… seorang istri itu harus nurut… seorang istri itu ee… apa ya… harus melayani suami… seperti itu. Jadi aku, aku… dikekang, gitu. Yo aku dikekang, jadi aku nggak boleh pergi-pergi tanpa seizin Almarhum, tapi… apa ya… kayak gitu. Jadi benerbener yang memang hanya di rumah, nggak pernah pergi, hanya ngurus anak terus suami, kayak gitu… dan waktu itu kan Almarhum ternyata masih adiksi sama narkoba ya, ternyata. Jadi waktu kita pacaran itu, Almarhum nggak ce… Almarhum cerita kalau dia
Waktu menikah, D D merasakan budaya merasakan budaya patriarki, patriarki dan kekangan merasa dikekang. suami dalam pernikahannya. D tidak boleh pergi tanpa seizin almarhum. D hanya di rumah, mengurus anak dan suami.
Merasakan budaya patriarki dan kekangan suami dalam pernikahan.
Almarhum ternyata masih Saat menikah, almarhum adiksi terhadap narkoba. masih adiksi narkoba dan Sewaktu pacaran, almarhum mabuk setiap malam. mengaku sudah bersih. Setiap malam almarhum pulang dalam keadaan
Saat menikah, almarhum masih adiksi narkoba dan sering mabuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340
pake. Tapi ternyata setelah kita menikah, dia itu masih sangat adiksi, gitu. Jadi dia tiap malam mabuk, keluar, mabuk. Pulangpulang ke rumah sudah dalam keadaan yang mabuk. Bau alkohol segala macem, kayak gitu. Ee… apa ya… kekerasan juga mengalami sih walaupun tidak kekerasan fisik ya. Tapi lebih ke kekerasan psikis. Kekerasan psikis, kekerasan seksual, aku mengalami.
Maaf. Itu posisinya berarti… sebelum menikah Mbak nggak tahu kalau Almarhum belum clean? Sampai akhrinya memutuskan menikah, tetap nggak tahu? Ee… gini… aku itu kan menikah sebenarnya juga dalam keadaan terpaksa, karena… aku married by accident. Sama suami, gitu. Aku married by accident dan aku harus menikah gitu sama dia. Dan
sudah… clean. Clean itu mabuk. sudah tidak memakai narkoba. Katanya udah bersih, udah... udah nggak pake. Tapi ternyata setelah kita menikah, dia itu masih sangat adiksi, gitu. Jadi dia tiap malam mabuk, keluar, mabuk. Pulang-pulang ke rumah sudah dalam keadaan yang mabuk. Bau alkohol segala macem, kayak gitu. Ee… apa ya… kekerasan D mengalami kekerasan D mengalami kekerasan Mengalami juga mengalami sih psikis dan seksual. psikis dan seksual. kekerasan psikis walaupun tidak kekerasan dan seksual. fisik ya. Tapi lebih ke kekerasan psikis. Kekerasan psikis, kekerasan seksual, aku mengalami.
Ee… gini… aku itu kan D married by accident D married by accident. menikah sebenarnya juga dengan almarhum. dalam keadaan terpaksa, karena… aku married by accident. Sama suami, gitu. Aku married by accident dan
Married accident.
by
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371
aku tahunya waktu itu Almarhum ee… dia bilangnya sama aku tuh dia sudah tidak memakai narkoba, jadi sudah clean, bilangnya kayak gitu. Ya… apa ya… ya dia hanya bilang seperti itu. Tapi ternyata setelah menikah, dia itu masih sangat adiksi dengan narkoba, gitu. Masih sangat adiksi… jadi masih sampai dia… nyuri... nyurinyuri Hp-ku, nyuri-nyuri duitku… kayak gitu-gitu. Ya pokoknya kayak gitu kan. Seperti itu. Jadi kalau malam pulang dalam keadaan mabuk, kayak gitu-gitu.
Waktu itu tanggapan Mbak D gimana, terhadap situasi rumah tangga yang semacam itu? Aku sih bersabar ya. Pertama adalah bersabar. Yang kedua adalah aku pasrahkan semua ke Tuhan, gitu loh. Biasanya kalau sudah kayak gitu aku ee… berdoa, gitu. Aku berdoa ke Tuhan, minta jalan yang terbaik
aku harus menikah gitu sama dia. Dan aku tahunya waktu itu Almarhum ee… dia bilangnya sama aku tuh dia sudah tidak memakai narkoba, jadi sudah clean, bilangnya kayak gitu. Ya… apa ya… ya dia hanya bilang seperti itu. Tapi ternyata setelah menikah, dia itu masih sangat adiksi dengan narkoba, gitu. Masih sangat adiksi… jadi masih sampai dia… nyuri... nyuri-nyuri Hp-ku, nyuri-nyuri duitku… kayak gitu-gitu. Ya pokoknya kayak gitu kan. Seperti itu. Jadi kalau malam pulang dalam keadaan mabuk, kayak gitu-gitu.
Aku sih bersabar ya. Pertama adalah bersabar. Yang kedua adalah aku pasrahkan semua ke Tuhan, gitu loh. Biasanya kalau sudah kayak gitu aku ee… berdoa, gitu. Aku berdoa ke Tuhan, minta jalan
Almarhum mengaku bahwa dirinya sudah bebas nakoba, tetapi ternyata masih sangat adiksi sampai mencuri HP dan uang D.
Almarhum adiksi narkoba hingga mencuri HP dan uang D.
D bersabar dan pasrah pada D bersabar, pasrah, dan Sabar, pasrah, Tuhan. D berdoa dan meminta jalan terbaik pada meminta jalan meminta jalan terbaik pada Tuhan. pada Tuhan. Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402
ke Tuhan, gitu. Kemudian, tapi aku juga pernah ngancem sih, ngancem sama Almarhum… karena setiap malem… setiap malem itu mesti Almarhum itu pergi. Pergi… dan ketahuan Almarhum juga ternyata… punya pacar. Kayak gitu. Jadi udah menikah tapi dia ternyata masih punya pacar. Udah gitu tiap malem mesti mabuk. Jadi, pulang-pulang tuh setengah 11, setengah 12, dan aku buka pintu dalam keadaan dia bau alkohol, mabuk kayak gitu. Nah, aku pernah dapat info ternyata Almarhum itu ee… punya pacar, gitu. Jadi… putus sama si A, punya pacar lagi, kayak gitu. Sampai aku tahu sendiri dia itu… selingkuh kedua kali. Ya aku pernah sampai dalam keadaaan tahap yang sudah nggak sanggup, aku bilang ke dia. Dia kan kalau udah mau ma… udah maghrib gini udah wangi, udah dandan, wangi, dan aku di rumah cuma ngasuh anak kayak gitu Kayaknya tuh ee… apa namanya, nggak adil banget gitu. Dan aku kan, karena aku udah dah… tau kalau dia itu
yang terbaik ke Tuhan, gitu. Kemudian, tapi aku juga pernah ngancem sih, ngancem sama Almarhum… karena setiap malem… setiap malem itu mesti Almarhum itu pergi. Pergi… dan ketahuan Almarhum juga ternyata… punya pacar. Kayak gitu. Jadi udah menikah tapi dia ternyata masih punya pacar. Udah gitu tiap malem mesti mabuk. Jadi, pulang-pulang tuh setengah 11, setengah 12, dan aku buka pintu dalam keadaan dia bau alkohol, mabuk kayak gitu. Nah, aku pernah dapat info ternyata Almarhum itu ee… punya pacar, gitu. Jadi… putus sama si A, punya pacar lagi, kayak gitu. Sampai aku tahu sendiri dia itu… selingkuh kedua kali. Ya aku pernah sampai dalam keadaaan tahap yang sudah nggak sanggup, aku bilang ke dia. Dia kan kalau udah mau ma… udah maghrib gini udah wangi, udah dandan,
D pernah mengancam D mengancam karena Mengancam almarhum, karena setiap almarhum mabuk dan almarhum yang malam almarhum pergi, berselingkuh. mabuk dan punya pacar, dan mabuk. D berselingkuh. mendapat informasi bahwa almarhum berselingkuh dua kali.
D pernah sudah tidak Menurut sanggup dan mengancam bekerja. almarhum. Menurut D ancamannya cukup ampuh.
D,
ancamannya Ancaman bekerja,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433
punya pacar, cewek gitu, aku bilang ke Almarhum, “Dad, hamilin aja sekalian. Nanti kalau… kalau udah, biar aku bisa… ee… minta cerai dari kamu.”. Aku pernah ngancam kayak gitu. Dan sepertinya itu cukup ampuh ya. Jadi dia kayak mikir gitu loh. Kayak… Jadi aku pernah ngancam gitu. Jadi tahap sabar udah, tahap berdoa udah…
wangi, dan aku di rumah cuma ngasuh anak kayak gitu Kayaknya tuh ee… apa namanya, nggak adil banget gitu. Dan aku kan, karena aku udah dah… tau kalau dia itu punya pacar, cewek gitu, aku bilang ke Almarhum, “Dad, hamilin aja sekalian. Nanti kalau… kalau udah, biar aku bisa… ee… minta cerai dari kamu.”. Aku pernah ngancam kayak gitu. Dan sepertinya itu cukup ampuh ya. Jadi dia kayak mikir gitu loh. Kayak… Jadi aku pernah ngancam gitu. Jadi tahap sabar udah, tahap berdoa udah…
Lalu, bagaimana tanggapan Almarhum terhadap sikap Mbak D? Dia cuma diam aja sih. Dia… dia Dia cuma diam aja sih. diam aja, tapi setelah itu ada Dia… dia diam aja, tapi progress yang baik gitu loh. setelah itu ada progress yang baik gitu loh. Bisa Mbak cerita sedikit, seperti apa perubahan yang tejadi pada diri Almarhum? Jadi, Almarhum itu tahun pertama Jadi, Almarhum itu tahun menikah dia kan masih sangat pertama menikah dia kan
Ada perkembangan baik.
yang Ada perkembangan baik.
Ada perkembangan.
Tahun pertama pernikahan, Tahun pertama pernikahan, Tahun pertama almarhum masih adiksi dan almarhum masih adiksi dan menikah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464
adiksi ya, tahun pertama menikah. Kemudian tahun pertama menikah dia juga masih suka ee… main cewek juga kan, di tahun pertama. Perubahan itu di… mulai di tahun kedua.Tahun kedua itu dia sudah mulai… ee… ya antara tahun pertama sama tahun kedua itu dia sudah… tahun pertama… masih, tahun kedua itu sudah mulai yang dia udah mulai mengurangi frekuensi dia untuk… pergi, kayak gitu, tapi masih… Kayaknya progress-nya adalah di tahun ketiga. Di tahun ketiga dia udah nggak pernah… malem itu udah nggak pernah pergi… kalau malem itu leb… perginya ee… kalau pergi ya dia ngajakin aku… Dia juga sudah mulai ee… mengurangi kecanduannya itu. Dia udah mulai… apa ya… udah me… lama-lama kelihatan dari dia terus mulai bisa clean, nggak pake.
masih sangat adiksi ya, tahun pertama menikah. Kemudian tahun pertama menikah dia juga masih suka ee… main cewek juga kan, di tahun pertama. Perubahan itu di… mulai di tahun kedua.Tahun kedua itu dia sudah mulai… ee… ya antara tahun pertama sama tahun kedua itu dia sudah… tahun pertama… masih, tahun kedua itu sudah mulai yang dia udah mulai mengurangi frekuensi dia untuk… pergi, kayak gitu, tapi masih… Kayaknya progress-nya adalah di tahun ketiga. Di tahun ketiga dia udah nggak pernah… malem itu udah nggak pernah pergi… kalau malem itu leb… perginya ee… kalau pergi ya dia ngajakin aku… Dia juga sudah mulai ee… mengurangi kecanduannya itu. Dia udah mulai… apa ya… udah me… lama-lama kelihatan dari dia terus mulai bisa clean, nggak pake.
berselingkuh.
berselingkuh.
almarhum masih adiksi dan berselingkuh.
Tahun kedua, almarhum Almarhum mengurangi Tahun kedua, mulai mengurangi frekuensi frekuensi pergi di tahun frekuensi pergi untuk pergi. kedua. almarhum berkurang.
Di tahun ketiga, almarhum Almarhum berhenti pergi Tahun ketiga, sudah tidak pernah pergi dan adiksi pada tahun almarhum berhenti malam, kecuali dengan ketiga. pergi dan adiksi. mengajak D. Almarhum juga mulai mengurangi adiksi hingga bersih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147
465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495
Oh ya, Mbak D tadi sempat menyinggung tentang budaya patriarki di dalam rumah tangga. Bagaimana tanggapan Mbak D terhadap hal tersebut? Sebenarnya itu nggak bagus juga ya buat seorang istri ya… karena bagaimana pun seorang suami istri itu harus saling melengkapi. Suami juga harus… menjadi orang yang mengayomi, suami harus bertanggungjawab terhadap anak istri, melindungi, memberi kasih sayang, gitu. Tapi kalau yang aku alami kan nggak. Suami, dia sibuk dengan urusannya dia… sibuk dengan kecanduannya dia …dia sibuk dengan perilaku dia yang masih suka sama cewek. Dan aku, karena di budaya Jawa, dan di kul… di agamaku, di agama Islam itu kan bener-bener perempuan harus nurut… perempuan itu harus tunduk, kayak gitu-gitu. Jadi… nggak… nggak ada kesetaraan di situ loh. Dan akhirnya, ya perempuan itu hanya diam, diam, dan diam, gitu.
Sebenarnya itu nggak bagus juga ya buat seorang istri ya… karena bagaimana pun seorang suami istri itu harus saling melengkapi. Suami juga harus… menjadi orang yang mengayomi, suami harus bertanggungjawab terhadap anak istri, melindungi, memberi kasih sayang, gitu. Tapi kalau yang aku alami kan nggak. Suami, dia sibuk dengan urusannya dia… sibuk dengan kecanduannya dia …dia sibuk dengan perilaku dia yang masih suka sama cewek. Dan aku, karena di budaya Jawa, dan di kul… di agamaku, di agama Islam itu kan bener-bener perempuan harus nurut… perempuan itu harus tunduk, kayak gitugitu. Jadi… nggak… nggak ada kesetaraan di situ loh.
Tidak baik untuk seorang istri. Suami istri harus saling melengkapi. Suami harus menjadi orang yang mengayomi, bertanggungjawab, melindungi, dan memberi kasih sayang pada anak istri.
D tidak setuju dengan Tidak budaya patriarki. dengan Menurutnya, seharusnya patriarki. suami istri saling melengkapi dan suami mengayomi, melindungi, dan memberi kasih sayang pada anak istri.
setuju budaya
Almarhum sibuk dengan Almarhum tidak berperilaku Perilaku almarhum urusannya, kecanduannya, sesuai harapan D. tidak sesuai perilaku berselingkuh. harapan.
Menurut D, dalam budaya dan agamanya, tidak ada kesetaraan, perempuan harus tunduk. Akhirnya perempuan hanya bisa diam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
496 497 498 499 500 501 502 503 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526
Lalu apa yang Mbak D lakukan waktu itu? Ya… apa ya… aku lebih banyak ke sabar sih, menurut aku. Aku lebih banyak bersabar, aku lebih banyak berdoa… walaupun memang pernah sampai ke tahap yang mengancam. Karena itu kan sudah nggak kuat ya, gitu. Sampe pernah aku tahap yang aku mencoba pulang ke rumah, ke rumah orangtuaku… sekitar 3 hari, gitu aku pulang ke rumah. Terus, di awal percakapan juga Mbak D sempat mengatakan bahwa Mbak merasa Almarhum adalah takdir Mbak. Nah, Mbak bisa jelasin nggak itu maksudnya seperti apa? Dulu, ee… saya itu… apa ya… marah gitu. Marah ke Tuhan, gitu. Saya bilang, “Kenapa sih, Tuhan, kenapa sih aku harus dipertemukan sama Almarhum? Kalau aku nggak dipertemukan sama Almarhum, aku kan nggak
Dan akhirnya, ya perempuan itu hanya diam, diam, dan diam, gitu. Aku lebih banyak ke sabar sih, menurut aku. Aku lebih banyak bersabar, aku lebih banyak berdoa… walaupun memang pernah sampai ke tahap yang mengancam. Karena itu kan sudah nggak kuat ya, gitu. Sampe pernah aku tahap yang aku mencoba pulang ke rumah, ke rumah orangtuaku… sekitar 3 hari, gitu aku pulang ke rumah.
D bersabar dan berdoa, walaupun pernah sampai tahap mengancam karena sudah tidak kuat. D juga pernah pulang ke rumah orangtuanya.
D bersabar dan berdoa, tetapi pernah mengancam dan pulang ke rumah orangtua karena tidak kuat.
Bersabar dan berdoa, tapi pernah mengancam dan pulang ke rumah orangtua karena tidak kuat.
Dulu, ee… saya itu… apa ya… marah gitu. Marah ke Tuhan, gitu. Saya bilang, “Kenapa sih, Tuhan, kenapa sih aku harus dipertemukan sama Almarhum? Kalau aku nggak dipertemukan sama
D marah pada Tuhan. Kalau D marah pada Tuhan karena Marah pada Tuhan tidak dipertemukan dengan terkena HIV. karena terkena almarhum, tidak akan HIV. tertular HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149
527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 545 546 547 548 549 550 551 552 553 554 555 556 557
mungkin akan tertular virus HIV dari dia. ”. Cuma… setelah merenung… setelah apa ya… ee… setelah kita itu dalam kondisi yang pasrah, menyerahkan diri ke Tuhan gitu, itu baru benar-benar yang… kalau di Islam itu, ada yang namanya kita harus percaya rukun Islam keenam. Itu qodar… percaya akan qodar dan qadhanya. Qodarnya itu ya percaya akan takdir, semua kehidupan itu… kehidupan ini tuh semua sebenernya sudah di atur ya, sudah diskenario sama Tuhan. Ya dari situ ya saya merasa bahwa ya... mungkin ini jalanku, gitu. Aku menikah dengan Almarhum gitu, karena Alhamdulilahnya sih, puji Tuhannya adalah… setelah kita menikah, kemudian kita punya anak gitu, Almarhum ee… bisa bersih dari narkoba. Dia benerbener bisa nggak pake narkoba. Ya kemudian ya istilahnya dia sudah bisa bertobatlah, kayak gitu, karena waktu meninggalnya pun ee… dia sudah dalam keadaan yang kembali ke Tuhan… jadi dia sudah apa ya…
Almarhum, aku kan nggak mungkin akan tertular virus HIV dari dia. ”. Cuma… setelah merenung… setelah apa ya… ee… setelah kita itu dalam kondisi yang pasrah, menyerahkan diri ke Tuhan gitu, itu baru benarbenar yang… kalau di Islam itu, ada yang namanya kita harus percaya rukun Islam keenam. Itu qodar… percaya akan qodar dan qadhanya. Qodarnya itu ya percaya akan takdir, semua kehidupan itu… kehidupan ini tuh semua sebenernya sudah di atur ya, sudah diskenario sama Tuhan. Ya dari situ ya saya merasa bahwa ya... mungkin ini jalanku, gitu. Aku menikah dengan Almarhum gitu, karena Alhamdulilahnya sih, puji Tuhannya adalah… setelah kita menikah, kemudian kita punya anak gitu, Almarhum ee… bisa bersih dari narkoba. Dia bener-bener bisa nggak pake narkoba. Ya
Setelah berserah pada D Tuhan, D merasa bahwa ini pengalamannya memang jalannya. takdir.
Alhamdulilah, setelah menikah, punya anak, almarhum bisa bertobat, meninggal dalam keadaan kembali ke Tuhan dan menjalankan kewajiban sebagai seorang Muslim.
menerima Menerima sebagai pengalaman sebagai takdir.
D bersyukur bahwa setelah menikah, almarhum meninggal dalam keadaan bertobat.
Bersyukur almarhum meninggal dalam keadaan bertobat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150
558 559 560 561 562 563 564 565 566 567 568 569 570 571 572 573 574 575 576 577 578 579 580 581 582 583 584 585 586 587 588
inget… inget apa… menjalankan perintah-Nya, gitu. Jadi perintah apa… kewajiban-kewajiban sebagai seorang Muslim itu dia sudah lakukan gitu. Sholat 5 waktu… dengan sedekah, kayak gitu-gitu. Jadi, ya aku ngerasa ya mungkin aku ditakdirkan… ditakdirkan untuk ketemu dia, ya… ini sudah jalan.
Oh ya, Mbak, berarti VN lahir tahun berapa ya? Lahir 2003. Mungkin Mbak D bisa cerita awalnya tahu bahwa Mbak tertular itu bagaimana? Jadi di tahun dua… di bulan Desember 2006 ee… Almarhum itu opname. Opname di Rumah Sakit selama 10 hari. Begitu. Nah, aku sih waktu itu tahunya dia kena TBC ya. Tuberkulosis taunya, karena waktu itu sempat pengobatan TBC di Puskesmas itu… dua… bulan. Aku taunya hanya TBC. Nah, tapi anehnya adalah setiap dokter, dan setiap
kemudian ya istilahnya dia sudah bisa bertobatlah, kayak gitu, karena waktu meninggalnya pun ee… dia sudah dalam keadaan yang kembali ke Tuhan… jadi dia sudah apa ya… inget… inget apa… menjalankan perintahNya, gitu. Jadi perintah apa… kewajiban-kewajiban sebagai seorang Muslim itu dia sudah lakukan gitu. Sholat 5 waktu… dengan sedekah, kayak gitu-gitu.
Jadi di tahun dua… di bulan Desember 2006 ee… Almarhum itu opname. Opname di Rumah Sakit selama 10 hari. Begitu. Nah, aku sih waktu itu tahunya dia kena TBC ya. Tuberkulosis taunya, karena waktu itu sempat pengobatan TBC di Puskesmas itu… dua… bulan. Aku taunya hanya
Pada Desember 2006, Saat almarhum sakit, D Mengira almarhum almarhum opname selama mengira almarhum TBC. TBC. 10 hari. D mengira bahwa almarhum sakit TBC karena pernah pengobatan TBC di Puskesmas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151
589 590 591 592 593 594 595 596 597 598 599 600 601 602 603 604 605 606 607 608 609 610 611 612 613 614 615 616 617 618 619
konselor masuk ke ruangan Almarhum, itu aku selalu disuruh keluar. Jadi sempet a… sempet ada pertanyaan…
Maaf, yang menyuruh keluar itu Almarhum? Nggak. Jadi dokter sama konselornya menyuruh keluar. Jadi aku kayak ada… ada… ada… apa ya… ee… pertanyaan dalam diri aku sendiri, “Ini… sakit apa sih? Kayaknya penyakit yang lain pasien berhak… oh keluarga berhak tau gitu. Tapi kok ini kayak ada sesuatu yang disembunyikan?”. Nah, dalam kondisi waktu itu aku lagi di… di kamar mandi… karena kebetulan kan ruangan Almarhum itu kamar mandi dalem ya. Nah, ada dokter sama konselor waktu itu datang, pas visit, itu bil… aku di kamar mandi, jadi aku bisa nguping, gitu. Kemudian dokter bilang, “Mas, udah ngomong ke keluarga belum?”. “Belum dok.”, kayak gitu. Nah di situ itu aku mulai… setelah dokter sama konselor
TBC. Nah, tapi anehnya adalah setiap dokter, dan setiap konselor masuk ke ruangan Almarhum, itu aku selalu disuruh keluar. Jadi sempet a… sempet ada pertanyaan… Nggak. Jadi dokter sama konselornya menyuruh keluar. Jadi ada pertanyaan dalam diri aku sendiri, “Ini… sakit apa sih? Kayaknya penyakit yang lain pasien berhak… oh keluarga berhak tau gitu. Tapi kok ini kayak ada sesuatu yang disembunyikan?”. Nah, dalam kondisi waktu itu aku lagi di… di kamar mandi… karena kebetulan kan ruangan Almarhum itu kamar mandi dalem ya. Nah, ada dokter sama konselor waktu itu datang, pas visit, itu bil… aku di kamar mandi, jadi aku bisa nguping, gitu. Kemudian dokter bilang, “Mas, udah ngomong ke keluarga belum?”. “Belum
D merasa aneh karena setiap D curiga karena ia disuruh Curiga karena dokter dan konselor masuk keluar saat dokter hadir. disuruh keluar saat ke ruangan almarhum, D dokter hadir. diminta keluar.
D diminta keluar oleh D bertanya-tanya tentang Bertanya-tanya dokter dan konselor. D sakit almarhum. tentang sakit bertanya-tanya tentang sakit almarhum. yang diderita almarhum.
D mendengar pembicaraan D mendengar pembicaraan Mendengar dokter dan almarhum dari dokter dan almarhum. pembicaraan dalam kamar mandi. dokter almarhum.
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152
620 621 622 623 624 625 626 627 628 629 630 631 632 633 634 635 636 637 638 639 640 641 642 643 644 645 646 647 648 649 650
keluar, aku bertanya ke Almarhum, “Kamu sakit apa? Apa yang harus ee… di… beritahu ke keluarga?”. Kemudian Almarhum bilang,”Nggak, nggak papa… nggak papa.”. Aku ngancem, “Kamu kalau nggak mau ngomong… ke aku, aku pulang. Aku nggak mau ngurusin kamu di Rumah Sakit.”, seperti itu. Terus… ya Almarhum bilang, ”Nggak, kamu nanti syok.”. “Nggak, nggak papa, ngomong aja.”. “Ee… aku kena AIDS.”, begitu. Terus, yang terlintas ke aku sih waktu itu adalah aku harus segera tes. Jadi aku kemudian bilang ke Almarhum, “Ee… aku mau tes… tolong bilangin ke pihak Rumah Sakit aku mau tes.”. Tapi… baru bisa tes 1 hari setelah itu. Jadi.. Almarhum bilang di hari Rabu kalau dia positif HIV, hari Kamis… aku tes, hari Jumat siang hasilku keluar, positif… hari Jumat sore almarhum meninggal.
dok.”, kayak gitu. Nah di situ itu aku mulai… setelah dokter sama konselor keluar, aku bertanya ke Almarhum, “Kamu sakit apa? Apa yang harus ee… di… beritahu ke keluarga?”. Kemudian Almarhum bilang,”Nggak, nggak papa… nggak papa.”. Aku ngancem, “Kamu kalau nggak mau ngomong… ke aku, aku pulang. Aku nggak mau ngurusin kamu di Rumah Sakit.”, seperti itu. Terus… ya Almarhum bilang, ”Nggak, kamu nanti syok.”. “Nggak, nggak papa, ngomong aja.”. “Ee… aku kena AIDS.”, begitu. Terus, yang terlintas ke aku sih waktu itu adalah aku harus segera tes. Jadi aku kemudian bilang ke Almarhum, “Ee… aku mau tes… tolong bilangin ke pihak Rumah Sakit aku mau tes.”. Tapi… baru bisa tes 1 hari setelah itu. Jadi.. Almarhum bilang di hari Rabu kalau dia positif HIV,
D bertanya kepada D mengetahui almarhum tentang sakitnya. terkena AIDS. D mengetahui almarhum terkena AIDS.
almarhum Mengetahui almarhum AIDS.
D berpikir bahwa dirinya D berpikir bahwa ia harus Berpikir harus tes harus segera tes HIV. tes HIV, dan D HIV, lalu Keesokan harinya, D tes melakukannya. melakukan. HIV dan esoknya lagi D mengetahui bahwa dirinya positif HIV, sebelum sore harinya almarhum meninggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153
651 652 653 654 655 656 657 658 659 660 661 662 663 664 665 666 667 668 669 670 671 672 673 674 675 676 677 678 679 680 681
Hm… Waktu itu apa yang Mbak D rasakan? Apa yang Mbak pikirkan setelah Mbak tahu informasi tersebut? Kalau Almarhum itu positif? Atau… aku? Almarhum dan Mbak D. Yang pasti… ee… waktu tahu Almarhum positif HIV, aku… pasrah. Aku menerima semua takdir Tuhan, gitu, bahwa ya sudah. Bahwa memang itu resiko yang harus dialami, karena Almarhum memang seorang pecandu narkoba, gitu. Tapi, aku sendiri nggak berpikir bahwa aku juga bisa positif HIV, kayak gitu. Karena… sebenarnya… dua tahun sebelum almarhum meninggal, itu kan setiap 1 Desember itu kan pasti gencar kan di TV iklan-iklan HIV gitu. Aku secara nggak sadar aku bilang ke Almarhum, “Dad, mbok coba kamu tes HIV. Kamu kan beresiko, kamu kan katanya dulu suka sharing jarum suntik.”, aku
hari Kamis… aku tes, hari Jumat siang hasilku keluar, positif… hari Jumat sore almarhum meninggal.
Waktu tahu Almarhum positif HIV, aku… pasrah. Aku menerima semua takdir Tuhan, gitu, bahwa ya sudah. Bahwa memang itu resiko yang harus dialami, karena Almarhum memang seorang pecandu narkoba, gitu. Tapi, aku sendiri nggak berpikir bahwa aku juga bisa positif HIV, kayak gitu. Karena… sebenarnya… dua tahun sebelum almarhum meninggal, itu kan setiap 1 Desember itu kan pasti gencar kan di TV iklan-iklan HIV gitu. Aku secara nggak sadar aku bilang ke Almarhum, “Dad, mbok coba kamu tes HIV. Kamu
D pasrah ketika mengetahui almarhum positif HIV. D menerima hal tersebut sebagai takdir dan resiko dari perilaku almarhum.
D pasrah mengetahui status almarhum dan menerima itu sebagai takdir dan resiko perilaku almarhum.
Pasrah mengetahui status almarhum dan menerima sebagai takdir dan resiko perilaku almarhum.
D tidak menyadari bahwa D tidak menyadari resiko Tidak menyadari almarhum dan dirinya bisa almarhum dan dirinya. resiko ia dan positif HIV. almarhum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154
682 683 684 685 686 687 688 689 690 691 692 693 694 695 696 697 698 699 700 701 702 703 704 705 706 707 708 709 710 711 712
bilang kayak gitu. Tapi aku nggak sadar dengan ucapanku itu bahwa dia juga bisa positif HIV dan aku juga bisa positif HIV, gitu. Nah ternyata, satu tahun sebelum dia meninggal, dia tes HIV diamdiam di Rumah Sakit… dan hasilnya positif HIV tapi dia tidak mau kembali ke layanan, begitu. Nah, waktu di Rumah Sakit itu aku sempat tanya dan dia kan akhirnya cerita, “Aku satu tahun yang lalu udah pernah tes HIV tapi aku nggak mau kembali ke layanan, aku nggak mau kembali ke dokter.”. Kemudian aku tanya, “Kenapa kamu nggak mau kembali ke dokter? Kalau kamu ke dokter kan ada obat. Kamu nggak… nggak bakal kamu sampai ambruk seperti ini. Karena kan kondisinya tuh Almarhum kena… udah stadium 4, dia udah nggak bisa… untuk jalan aja udah nggak kuat. Jadi posisinya dia kalau apa namanya ee… bangunin aku itu pakai tongkat. Gitu. Jadi dia tidur di atas, aku tidur di bawah, dia bangunin aku pakai tongkat. Jadi aku bilang, kenapa sih kamu nggak langsung
kan beresiko, kamu kan katanya dulu suka sharing jarum suntik.”, aku bilang kayak gitu. Tapi aku nggak sadar dengan ucapanku itu bahwa dia juga bisa positif HIV dan aku juga bisa positif HIV, gitu. Nah ternyata, satu tahun sebelum dia meninggal, dia tes HIV diam-diam di Rumah Sakit… dan hasilnya positif HIV tapi dia tidak mau kembali ke layanan, begitu. Nah, waktu di Rumah Sakit itu aku sempat tanya dan dia kan akhirnya cerita, “Aku satu tahun yang lalu udah pernah tes HIV tapi aku nggak mau kembali ke layanan, aku nggak mau kembali ke dokter.”. Kemudian aku tanya, “Kenapa kamu nggak mau kembali ke dokter? Kalau kamu ke dokter kan ada obat. Nggak bakal kamu sampai ambruk seperti ini. Karena kan kondisinya tuh Almarhum udah stadium 4, untuk jalan aja udah nggak
Satu tahun sebelum Almarhum sudah tahu status almarhum meninggal, HIVnya, tapi tidak kembali almarhum sudah pernah tes ke dokter. HIV, tetapi tidak mau kembali ke dokter.
Almarhum sudah stadium 4, tidak kuat berjalan lagi.
Almarhum tahu statusnya, tapi tidak kembali ke dokter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155
713 714 715 716 717 718 719 720 721 722 723 724 725 726 727 728 729 730 731 732 733 734 735 736 737 738 739 740 741 742 743
kemarin, nggak langsung ke dokter, minum obat segala macem. Dia jawabannya ada dua. Yang pertama adalah… ee… Almarhum takut mendapatkan stigma dan diskriminasi dari keluarganya. Dan yang kedua adalah Almarhum takut ee… aku ninggalin dia, gitu. Jadi dia takut seorang istrinya meninggalkan dia. Jadi ketakutan itu yang akhirnya membuat Almarhum tidak mau kembali ke dokter untuk pengobatan dan tidak mau menceritakan ke keluarga.
kuat. Jadi posisinya dia kalau bangunin aku itu pakai tongkat. Jadi dia tidur di atas, aku tidur di bawah, dia bangunin aku pakai tongkat. Jadi aku bilang, kenapa sih kamu nggak langsung kemarin, nggak langsung ke dokter, minum obat segala macem. Dia jawabannya ada dua. Yang pertama adalah Almarhum takut mendapatkan stigma dan diskriminasi dari keluarganya. Dan yang kedua adalah Almarhum takut aku ninggalin dia, gitu. Jadi dia takut seorang istrinya meninggalkan dia. Jadi ketakutan itu yang akhirnya membuat Almarhum tidak mau kembali ke dokter untuk pengobatan dan tidak mau menceritakan ke keluarga.
Waktu Mbak tahu Almarhum terkena HIV, Mbak langsung percaya tidak sama informasi tersebut? Percaya. Percaya.
Almarhum tidur di atas, D di bawah. Almarhum membangunkan D dengan tongkat. D bertanya kenapa almarhum tidak ke dokter, minum obat. Almarhum takut mendapatkan stigma dan diskriminasi dari keluarga. Almarhum takut D meninggalkannya. Ketakutan itu membuat almarhum tidak mau kembali ke dokter untuk pengobatan dan tidak mau menceritakan pada keluarga.
Almarhum takut mendapatkan stigma dan diskriminasi dari keluarga, serta takut ditinggal D, sehingga tidak kembali ke dokter untuk berobat dan tidak membuka status pada keluarga.
Almarhum takut mendapat stigma dan diskriminasi dari keluarga, takut ditinggal D, sehingga tidak berobat dan tidak membuka status.
D langsung percaya D langsung percaya status Langsung percaya almarhum terkena HIV. almarhum. status almarhum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156
744 745 746 747 748 749 750 751 752 753 754 755 756 757 758 759 760 761 762 763 764 765 766 767 768 769 770 771 772 773 774
Apa yang membuat Mbak D percaya? Kalau dia HIV? Iya… Ya kan soalnya kondisinya memang sudah sangat parah, gitu… Dan, ya… nggak mungkinlah dia megada-ada sih. Kan aku waktu itu taunya hanya TBC saja sebenernya. Terus, habis Mbak tes, kemudian hasilnya keluar, apakah Almarhum sempat tahu? Tahu. Jadi… siang itu, jam 11 itu tuh kan aku buka hasil ya di Klinik Philia, waktu itu. Aku buka hasil, ternyata aku tapi aku masih nggak… aku masih yang, “Ah aku pasti hasilnya negatif, aku kan nggak beresiko. Kan yang… kan kalau yang beresiko Mbak-Mbak Pekerja Seks.”. Aku dulu mikirnya gitu. Aku nggak mungkin, aku nggak beresiko. Ee… setelah buka hasil, hasilku keluar… positif, itu aku nggak nangis… aku hanya diem. Aku hanya diem… diam sekian menit, itu aku hanya terdiam, kayak gitu. Terus habis gitu aku balik ke
Ya kan soalnya kondisinya memang sudah sangat parah. Dan, nggak mungkinlah dia megada-ada sih. Kan aku waktu itu taunya hanya TBC saja sebenernya.
Karena kondisinya sudah D percaya karena kondisi Percaya karena sangat parah. Tidak almarhum. kondisi almarhum. mungkin almarhum mengada-ada.
Tahu. Jadi… siang itu, jam 11 itu tuh kan aku buka hasil ya di Klinik Philia, waktu itu. Aku buka hasil, ternyata aku tapi aku masih nggak… aku masih yang, “Ah aku pasti hasilnya negatif, aku kan nggak beresiko. Kan yang… kan kalau yang beresiko Mbak-Mbak Pekerja Seks.”. Aku dulu mikirnya gitu. Aku nggak mungkin, aku nggak beresiko. Ee… setelah buka hasil, hasilku keluar… positif, itu aku nggak nangis… aku
Almarhum tahu hasil tes D. Waktu itu, D berpikir bahwa hasil tes HIV-nya pasti negatif karena dirinya tidak beresiko. D berpikir bahwa yang beresiko adalah PSK.
Almarhum tahu hasil tes D. Saat itu D berpikir hasil tesnya negatif karena dirinya tidak beresiko.
Setelah membuka hasil tes Mengetahui statusnya, dan mendapati dirinya hanya diam. positif, D hanya terdiam
Almarhum tahu hasil tes D. Saat itu berpikir hasil tes negatif karena tidak beresiko.
D Hanya mengetahui statusnya.
diam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157
775 776 777 778 779 780 781 782 783 784 785 786 787 788 789 790 791 792 793 794 795 796 797 798 799 800 801 802 803 804 805
ba… ke bang… balik lagi ke ruangan Almarhum… kemudian Almarhum nanya, “Gimana hasilnya?”, gitu. Kubilang, “Hasilnya positif.”. Terus dia kayak syok gitu. Dia kayak syok gitu, kemudian dia ee… apa namanya… tidur gitu kan. Dia tidur… setelah dia tidur, selang berapa jam dia sakaratul maut.
Waktu itu bagaimana perasaan Mbak pas tahu informasi tentang statusnya Mbak? Ndak percaya! Nggak percaya sama hasil tes, jangan-jangan hasil tesnya salah. Namanya juga kan em… petugas lab itu manusia, gitu. Jangan-jangan hasil labnya salah. Atau alatnya rusak, atau… jadi, nggak percaya waktu itu. Nggak mungkin. Waktu
Mbak
bilang
ke
hanya diem. Aku hanya diem… diam sekian menit, itu aku hanya terdiam, kayak gitu. Terus habis gitu aku balik ke ba… ke bang… balik lagi ke ruangan Almarhum… kemudian Almarhum nanya, “Gimana hasilnya?”, gitu. Kubilang, “Hasilnya positif.”. Terus dia kayak syok gitu. Dia kayak syok gitu, kemudian dia ee… apa namanya… tidur gitu kan. Dia tidur… setelah dia tidur, selang berapa jam dia sakaratul maut.
sekian menit, menangis.
tidak
Ndak percaya! Nggak percaya sama hasil tes, jangan-jangan hasil tesnya salah. Namanya juga kan em… petugas lab itu manusia, gitu. Jangan-jangan hasil labnya salah. Atau alatnya rusak, atau… jadi, nggak percaya waktu itu. Nggak mungkin.
D tidak percaya dengan D tidak percaya dengan Tidak percaya hasil tesnya. D berpikir hasil tesnya. hasil tesnya. jangan-jangan hasil labnya salah karena kelalaian petugas lab, peralatannya rusak, atau faktor lainnya.
D kemudian kembali ke ruangan almarhum dan memberitahu hasil tesnya kepada almarhum. Almarhum seperti syok. Almarhum kemudian tidur. Beberapa jam kemudian, almarhum meninggal.
Almarhum syok mengetahui status D. Almarhum kemudian tidur, lalu meninggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158
806 807 808 809 810 811 812 813 814 815 816 817 818 819 820 821 822 823 824 825 826 827 828 829 830 831 832 833 834 835 836
Almarhum, itu posisinya Mbak sudah percaya atau belum? Ya… antara percaya dan tidak, gitu ya, bahwa hasilnya positif. Tapi, sebenernya kayak penyangkal… menyangkal gitu… denial gitu. Ah nggak mungkin ah, nggak mungkin. Tapi.. Mohon maaf ya Mbak, aku nanya, berarti penularannya itu melalui hubungan seksual kan ya? Ha ah, sama Almarhum. Jadi, aku itu sama sekali tidak pernah berhubungan seks dengan orang lain, dan juga tidak pernah memakai narkoba segala macem. Jadi ya murni Ibu Rumah Tangga yang tertular dari suami. Lalu, saat itu apakah Mbak D dan Almarhum sempat membahas mengenai status HIV tersebut? Oh iya… Jadi dia sempet minta maaf gitu. Jadi… kan walaupun dalam keadaan… dalam keadaan yang… aku buka hasil tes, gitu, dalam keadaan yang masih syok, kayak gitu, tapi aku berusaha tegar aku berusaha menerima
Ya… antara percaya dan tidak, bahwa hasilnya positif. Tapi, sebenernya kayak menyangkal gitu… denial gitu. Ah nggak mungkin ah, nggak mungkin.
Antara percaya dan tidak D menyangkal hasil tesnya. bahwa hasilnya positif. Sebenarnya menyangkal. Tidak mungkin.
Menyangka tes.
hasil
Ha ah, sama Almarhum. Jadi, aku sama sekali tidak pernah berhubungan seks dengan orang lain, juga tidak pernah memakai narkoba. Jadi ya murni Ibu Rumah Tangga yang tertular dari suami.
Penularan melalui hubungan D tertular melalui hubungan Tertular melalui seksual dengan almarhum. seksual dengan almarhum. hubungan seksual. Murni Ibu Rumah Tangga yang tertular dari suami.
Jadi dia sempet minta maaf gitu. Jadi… kan walaupun dalam keadaan yang… aku buka hasil tes, gitu, dalam keadaan yang masih syok, kayak gitu, tapi aku berusaha tegar aku
Almarhum sempat minta Almarhum minta maaf. maaf. D buka hasil tes dalam D syok tapi berusaha tegar, keadaan syok, tapi berusaha menerima keadaan. tegar, menerima keadaan.
Almarhum minta maaf. Syok tapi berusaha tegar, menerima keadaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159
837 838 839 840 841 842 843 844 845 846 847 848 849 850 851 852 853 854 855 856 857 858 859 860 861 862 863 864 865 866 867
keadaan, gitu. Kemudian Almarhum waktu itu masih minta disuapin makan, gitu. Aku juga nggak marah sama dia, masih sempet bercanda-bercanda sama dia, kayak gitu. Terus… aku sempet bilang, “Dad, besok… kalau aku sakit, aku gantian ya diurusin.”, aku bilang kayak gitu. Dia jawab, “Iyalah. Pasti bakalan R balas semua kebaikanmu itu 100 kali lipat.”, dia bilang kayak gitu. Kemudian dia bilang kamu itu ee… perempuan yang…apa ya waktu itu, aku lupa. Perempuan yang… apa ya… aku lupa. Intinya… pokoknya… luar biasa, gitulah. Tapi aku lupa katakatanya dia itu. Kamu itu perempuan yang… perempuan yang apa gitu, lupa. Karena… apa yang udah R lakukan ke kamu selama ini itu kamu… kamu… intinya… apa ya… aku intinya nggak pernah marah, nggak pernah ini, gitu. Ee… apa yang udah R lakuin ke kamu selama ini, justru kamu membalas… membalasnya justru dengan kebaikan-kebaikan, gitu. Kayak gitu. Tapi aku lupa kata-katanya.
berusaha menerima keadaan, gitu. Kemudian Almarhum waktu itu masih minta disuapin makan, gitu. Aku juga nggak marah sama dia, masih sempet bercanda-bercanda sama dia, kayak gitu. Terus… aku sempet bilang, “Dad, besok… kalau aku sakit, aku gantian ya diurusin.”, aku bilang kayak gitu. Dia jawab, “Iyalah. Pasti bakalan R balas semua kebaikanmu itu 100 kali lipat.”, dia bilang kayak gitu. Kemudian dia bilang kamu itu perempuan yang…apa ya waktu itu, aku lupa. Intinya… pokoknya… luar biasa, gitulah. Kamu itu perempuan yang apa gitu, lupa. Karena… apa yang udah R lakukan ke kamu selama ini itu kamu… aku intinya nggak pernah marah, nggak pernah ini, gitu. Ee… apa yang udah R lakuin ke kamu selama ini, justru kamu membalasnya dengan kebaikan-kebaikan, gitu.
D tidak marah dengan D tidak almarhum, masih sempat almarhum. bercanda dengan almarhum.
marah
pada Tidak marah pada almarhum.
D minta diurus oleh D minta diurus jika sakit Minta diurus jika almarhum jika nantinya D nanti. sakit nanti. sakit, dan almarhum mengiyakan.
Almarhum memuji D Almarhum memuji D Almarhum memuji sebagai perempuan yang sebagai perempuan luar D sebagai luar biasa karena tidak biasa. perempuan luar pernah marah, membalas biasa. yang almarhum lakukan dengan kebaikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160
868 869 870 871 872 873 874 875 876 877 878 879 880 881 882 883 884 885 886 887 888 889 890 891 892 893 894 895 896 897 898
Perempuan yang… apa ya waktu itu… intinya pujian kok, kayak gitu. Terus, apa yang Mbak D rasakan waktu itu? Ya menurutku itu lebay ya. Berlebihan… biasa aja, gitu. Karena kan lagi itu udah kewajiban aku ya.., Jadi memang… apa ya… memang tidak mudah sih sebenernya menikah dengan seorang pecandu narkoba… dia masih dalam keadaan adiksi… dia juga masih sering selingkuh, segala macem. Tapi memang aku berusaha… tabah sih. Terus, waktu Mbak D habis dapat informasi status, apa yang Mbak lakukan saat itu? Setelah aku tahu statusku? Aku… setelah almarhum meninggal, aku cek CD4. Cek CD4… ee… waktu itu jumlahnya sekitar 183. Sebenarnya, kalau secara medis… CD4 200 itu sebenernya sudah harus pengobatan. Tapi entah kenapa dokterku tuh waktu itu malah nggak menyarankan aku untuk pengobatan, gitu. Dokterku
Tapi aku lupa kata-katanya. Intinya pujian kok.
Ya menurutku itu lebay ya. Berlebihan… biasa aja, gitu. Karena kan lagi itu udah kewajiban aku ya.., Jadi memang tidak mudah sih sebenernya menikah dengan seorang pecandu narkoba… dia masih dalam keadaan adiksi… dia juga masih sering selingkuh, segala macem. Tapi memang aku berusaha… tabah sih.
Menurut D, berlebihan. kewajiban D.
lebay, D merasa almarhum Merasa almarhum Sudah berlebihan karena sudah berlebihan karena kewajibannya. sudah kewajiban.
Setelah aku tahu statusku? Aku… setelah almarhum meninggal, aku cek CD4. Waktu itu jumlahnya sekitar 183. Sebenarnya, kalau secara medis CD4 200 sudah harus pengobatan. Tapi entah kenapa dokterku waktu itu malah nggak menyarankan
Setelah tahu status, D cek CD4 D sekitar 183. CD4 dan hasilnya sekitar 183.
Tidak mudah menikah dengan seorang pecandu narkoba yang masih adiksi, masih sering selingkuh.
D berusaha tabah.
Secara medis, CD4 200 sudah harus pengobatan, tapi dokter D tidak menyarankan pengobatan karena D masih muda dan
Bagi D, pernikahannya tidak mudah.
D berusaha tabah.
Berusaha tabah.
CD4 sekitar 183.
D tidak menjalani Tidak berobat pengobatan sebagaimana karena dokter tidak mestinya karena dokter menyarankan. tidak menyarankan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161
899 900 901 902 903 904 905 906 907 908 909 910 911 912 913 914 915 916 917 918 919 920 921 922 923 924 925 926 927 928 929
malah bilang, “Kamu tuh masih muda, terus kamu juga belum ada ee… penyakit-penyakit yang muncul. Kamu nggak usah pengobatan dulu.”, dokterku bilang gitu. Jadi… sebenernya kalau secara medis CD4 di bawah 200 pada waktu itu tuh sudah harus pengobatan. Tapi ya, karena dokterku tidak menyarankanku untuk pengobatan, jadi dokterku tuh aneh memang. Mungkin dia akan ditentang oleh dokter lain ya. Tapi mungkin dokter itu juga melihat karena pertama aku masih muda, kemudian ee… penyakit penyerta itu belum muncul, gitu. Jadi aku masih sangat sehat. Ya habis itu aku lari ke alternatif, selama dua tahun. Alternatifnya apa Mbak? Banyak banget. Jadi… aku pernah yang namanya ke herbalist. Dipijit-pijit, kayak gitu. Dipijitpijit, terus diminum… suruh minum ramuan herbal-herbal, disuruh mencari benalu teh, kayak gitu. Kemudian, aku pernah juga ke tempat yang lain juga,
aku untuk pengobatan, gitu. Dokterku malah bilang, “Kamu tuh masih muda, terus kamu juga belum ada ee… penyakit-penyakit yang muncul. Kamu nggak usah pengobatan dulu.”, dokterku bilang gitu. Karena dokterku tidak menyarankanku untuk pengobatan, jadi dokterku tuh aneh memang. Mungkin dia akan ditentang oleh dokter lain ya. Tapi mungkin dokter itu juga melihat karena pertama aku masih muda, kemudian ee… penyakit penyerta itu belum muncul, gitu. Jadi aku masih sangat sehat. Ya habis itu aku lari ke alternatif, selama dua tahun.
sehat, penyakit belum muncul.
Banyak banget.
D pernah mengikuti banyak D mengikuti berbagai Mengikuti jenis pengobatan alternatif. pengobatan alternatif. berbagai pengobatan alternatif. D pernah ke herbalist. D pernah berobat alternatif Berobat alternatif Dipijit-pijit, disuruh minum ke herbalist dan Kiai. ke herbalist dan ramuan herbal. Kiai. D juga pernah ke Kiai. D
Jadi… aku pernah ke herbalist. Dipijit-pijit, terus suruh minum ramuan herbalherbal, disuruh mencari
penyerta
D menggunakan pengobatan D pengobatan alternatif Pengobatan alternatif selama dua tahun. selama dua tahun. alternatif selama dua tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162
930 931 932 933 934 935 936 937 938 939 940 941 942 943 944 945 946 947 948 949 950 951 952 953 954 955 956 957 958 959 960
namanya itu ke Kiai ya, kok… ke Kiai… ee… aku disuruh dzikir. Dzikir itu kayak berdoa, gitu, seribu kali dalam sehari. Seribu kali… terus aku disuruh nunggu kunang-kunang, katanya akan datang ke rumah. Dan itu bener. Pas seratus harinya Almarhum itu kunang-kunangnya datang ke rumah. Kemudian, malem setelah… kita kan biasanya ada pengajian ya. Setelah pengajian, malemnya kunang-kunangnya kubawa ke Kiaiku, kemudian didoa-doain. Jadi kunangkunangnya itu aku makan, mentah-mentah, kayak gitu. Kemudian, habis itu, masih sama Kiaiku, aku disuruh mencari tujuh sumber mata air. Itu aku sampe nyari, nyari tujuh sumber mata air, itu airnya ada yang diminum, airnya ada yang dibuat mandi kembang. Terus disuruh sama Kiaiku nyari daun Binahong. Terus disuruh direbus, ee… jumlahnya ganjil. Terus sama Kiaiku, yang terakhir adalah aku dibilang bahwa sebenarnya virus HIV-nya itu, dia sudah mati di dalam tubuh. Tapi, ibarat pohon,
benalu teh, kayak gitu. Kemudian, aku pernah juga ke Kiai. Aku disuruh dzikir. Dzikir itu kayak berdoa, gitu, seribu kali dalam sehari. Seribu kali… terus aku disuruh nunggu kunangkunang, katanya akan datang ke rumah. Dan itu bener. Pas seratus harinya Almarhum itu kunang-kunangnya datang ke rumah. Kemudian, malem setelah… kita kan biasanya ada pengajian ya. Setelah pengajian, malemnya kunang-kunangnya kubawa ke Kiaiku, kemudian didoadoain. Jadi kunangkunangnya itu aku makan, mentah-mentah, kayak gitu. Kemudian, habis itu, masih sama Kiaiku, aku disuruh mencari tujuh sumber mata air. Itu aku sampe nyari, nyari tujuh sumber mata air, itu airnya ada yang diminum, airnya ada yang dibuat mandi kembang. Terus disuruh sama Kiaiku nyari daun Binahong. Terus disuruh
disuruh dzikir, berdoa, seribu kali sehari. D disuruh menunggu kunang-kunang.
D makan kunang-kunang, mentah-mentah.
Kiai menyuruh D mencari tujuh sumber mata air. D mencari tujuh sumber mata air. D disuruh mencari daun Binahong dan direbus, jumlahnya ganjil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163
961 962 963 964 965 966 967 968 969 970 971 972 973 974 975 976 977 978 979 980 981 982 983 984 985 986 987 988 989 990 991
itu masih ada kerangkanya. Masih ada kerangkanya, dan itu harus dibuang melalui cara makan bawang merah mentah, dan itu nggak cuma sebutir, dua butir, tiga butir. Jadi, harus berkilo-kilo, gitu. Jadi, aku tuh makan bawang merah itu bisa sampe berpiringpiring dan aku mabuk bawang. Jadi, makan bawang merah mentah itu kan nggak enak banget rasanya, kayak gitu. Nah, nanti kalau aku sudah mabuk bawang, kayak gitu, itu aku disuruh makan kentang mentah. Katanya untuk penetralisir. Tapi lama-lama capek kan, aku yang duh kok kayak gini banget. Kayak gitugitu. Ai… aku juga searchingsearching di internet… katanya buah Merah. Buah Merah… kemudian Virgin Coconut Oil, kayak gitu-gitu kan. Aku juga rutin beli, kayak gitu-gitu. Kemudian aku pernah juga lihat di… koran, katanya pengobatan bisa mengobati segala penya… segala macam penyakit itu pengobatan bisa ular Kobra, kayak gitu-gitu. Aku juga pernah nyoba, kayak gitu-gitu. Sampai
direbus, ee… jumlahnya ganjil. Terus sama Kiaiku, yang terakhir adalah aku dibilang bahwa sebenarnya virus HIV-nya itu, dia sudah mati di dalam tubuh. Tapi, ibarat pohon, itu masih ada kerangkanya. Masih ada kerangkanya, dan itu harus dibuang melalui cara makan bawang merah mentah, dan itu nggak cuma sebutir, dua butir, tiga butir. Jadi, harus berkilo-kilo, gitu. Jadi, aku tuh makan bawang merah itu bisa sampe berpiring-piring dan aku mabuk bawang. Jadi, makan bawang merah mentah itu kan nggak enak banget rasanya, kayak gitu. Nah, nanti kalau aku sudah mabuk bawang, kayak gitu, itu aku disuruh makan kentang mentah. Katanya untuk penetralisir. Tapi lama-lama capek kan, aku yang duh kok kayak gini banget. Kayak gitu-gitu. Aku juga searchingsearching di internet… katanya buah Merah
D disuruh makan bawang merah mentah berkilo-kilo.
D makan bawang merah D melakukan apa yang Melakukan apa sampai bepiring-piring dan disuruh sekalipun tidak enak yang disuruh mabuk bawang. dan sulit. sekalipun tidak enak dan sulit. Makan bawang merah nggak enak banget rasanya. Setelah mabuk bawang, D disuruh makan kentang mentah untuk penetralisir. D lama-lama capek.
D juga mencari di internet, D mencari dan mencoba Mencari mencoba buah Merah dan pengobatan alternatif yang mencoba Virgin Coconut Oil. ada di internet dan koran. pengobatan
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164
992 993 994 995 996 997 998 999 1000 1001 1002 1003 1004 1005 1006 1007 1008 1009 1010 1011 1012 1013 1014 1015 1016 1017 1018 1019 1020 1021 1022
tahap akhirnya, setelah dua tahun itu, aku capek. Aku capek dengan pengobatan alternatif itu karena pertama adalah biaya. Dalam sebulan, di tahun 2006 sampai 2008, itu dalam satu bulan aku tuh kira-kira habis 500.000. Sebulan dan aku nggak kerja sama sekali. Jadi, tabunganku habis… emas-emasanku habis untuk pengobatan alternatif. Kemudian… CD4-ku, dari 183, itu memang sempet naik di angka 301, tapi… setelah CD4-ku naik, itu penyakitku juga muncul, gitu. Jadi, aku sudah di stadium dua, waktu itu. Jadi udah muncul herpes kulit, udah muncul dermatitis seboroik, kayak gitu. Akhirnya baru di tahun 2008, karena aku ngerasa aku udah capek, gitu, pengobatan alternatif. Aku ngerasa mereka hanya menjadikan aku kelinci percobaan. Karena kan mereka jeleknya adalah mereka menjanjikan bisa sembuh. Sedangkan medis tidak berani ngomong seperti itu. Aku… lama kelamaan aku ngerasa kayak seperti kelinci percobaan, aku
kemudian Virgin Coconut Oil, kayak gitu-gitu kan. Aku juga rutin beli, kayak gitugitu. Kemudian aku pernah juga lihat di… koran, katanya pengobatan bisa mengobati segala penya… segala macam penyakit itu pengobatan bisa ular Kobra, kayak gitu-gitu. Aku juga pernah nyoba, kayak gitugitu. Sampai tahap akhirnya, setelah dua tahun itu, aku capek. Aku capek dengan pengobatan alternatif itu karena pertama adalah biaya. Dalam sebulan, di tahun 2006 sampai 2008, itu dalam satu bulan aku tuh kira-kira habis 500.000. Sebulan dan aku nggak kerja sama sekali. Jadi, tabunganku habis… emas-emasanku habis untuk pengobatan alternatif. Kemudian… CD4-ku, dari 183, itu memang sempet naik di angka 301, tapi… setelah CD4-ku naik, itu penyakitku juga muncul, gitu. Jadi, aku sudah di stadium dua, waktu
alternatif di internet dan koran. D melihat di koran tentang pengobatan bisa ular Kobra dan mencoba.
Setalah dua tahun, D capek dengan pengobatan alternatif karena biaya. Pada tahun 2006 sampai 2008, dalam sebulan D menghabiskan kira-kira Rp 500.000,00. D tidak kerja sama sekali, jadi tabungannya habis, emasnya habis.
Setelah dua tahun, D capek dengan pengobatan alternatif karena masalah biaya.
Setelah dua tahun, capek dengan pengobatan alternatif karena biaya.
CD4 D naik menjadi 301 CD4 D meningkat menjadi CD4 menjadi 301, dari 183. Tapi setelah itu, 301, tetapi penyakit mulai tetapi muncul penyakit muncul. Saat itu D muncul. penyakit. berada di stadium dua. Muncul herpes kulit, dermatitis seboroik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165
1023 1024 1025 1026 1027 1028 1029 1030 1031 1032 1033 1034 1035 1036 1037 1038 1039 1040 1041 1042 1043 1044 1045 1046 1047 1048 1049 1050 1051 1052 1053
capek… kayak gitu. Tahun 2008 itu. Jadi udah muncul herpes aku… kan aku baru pengobatan kulit, udah muncul dermatitis medis, sampe sekarang. seboroik, kayak gitu. Akhirnya baru di tahun 2008, karena aku ngerasa aku udah capek, gitu, pengobatan alternatif. Aku ngerasa mereka hanya menjadikan aku kelinci percobaan. Karena kan mereka jeleknya adalah mereka menjanjikan bisa sembuh. Sedangkan medis tidak berani ngomong seperti itu. Aku… lama kelamaan aku ngerasa kayak seperti kelinci percobaan, aku capek… kayak gitu. Tahun 2008 aku… kan aku baru pengobatan medis, sampe sekarang. Waktu itu yang mendorong Mbak untuk alternatif itu Mbak sendiri atau bagaimana? Ee… yang pertama adalah aku Yang pertama adalah aku sendiri. Dan yang kedua adalah sendiri. dukungan dari… mertuaku. Dan yang kedua adalah Karena di keluargaku itu, dukungan dari mertuaku. pengobatan medis seumur hidup itu takutnya adalah nanti organ- Karena di keluargaku itu, organ dalam tubuhku itu akan pengobatan medis seumur rusak. Tapi kan kalau alternatif hidup itu takutnya adalah
D merasa capek pengobatan Sejak 2008 sampai Memulai alternatif. D merasa sekarang, D memulai pengobatan medis dijadikan kelinci percobaan. pengobatan medis. sejak 2008 sampai Pada 2008, D pengobatan sekarang. medis sampai sekarang.
Yang pertama mendorong D untuk pengobatan alternatif adalah dirinya sendiri. Yang kedua adalah dukungan dari mertua. Di keluarga D, pengobatan medis seumur hidup ditakutkan akan merusak
D terdorong untuk Terdorong pengobatan alternatif karena pengobatan diri sendiri dan mertuanya. alternatif karena diri sendiri dan mertua. Keluarga D takut Keluarga takut pengobatan medis seumur pengobatan medis hidup akan merusak organ- seumur hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166
1054 1055 1056 1057 1058 1059 1060 1061 1062 1063 1064 1065 1066 1067 1068 1069 1070 1071 1072 1073 1074 1075 1076 1077 1078 1079 1080 1081 1082 1083 1084
itu kan dia embel-embelnya kan tidak ada efek samping. Kayak gitu. Jadi aku ya karena dorongan keluarga juga sih itu.
Mbak D ngerasa ada efeknya nggak buat kesehatan? Yang alternatif itu. Kalau ada, metode mana yang paling efektif? Nggak ada. Nggak ada efeknya. Cuma emang CD4-nya sempet naik jadi 301. Tapi… CD4-ku naik 301, aku tetep muncul herpes kulit. Itu.. nggak tau metode alternatif yang mana ya yang bisa bikin CD4-nya naik? Pokoknya selesai, angka naik tetapi penyakit juga datang? Nggak. Karena kan kalau alternatif itu, herbal-herbal itu, dia memang bisa menaikkan daya tahan tubuh, tapi dia tidak bekerja di virusnya. Jadi virusnya ya jumlahnya tetap banyak. Tapi aku juga tetap ngerasa mungkin angka CD4 kan bisa naik turun naik turun ya. Tapi aku ngerasa
nanti organ-organ dalam tubuhku itu akan rusak. Tapi kan kalau alternatif itu kan dia embel-embelnya kan tidak ada efek samping. Jadi aku ya karena dorongan keluarga juga sih itu.
organ-organ dalam tubuh. organ tubuh D, sementara Sementara itu, pengobatan pengobatan alternatif tidak alternatif tidak memiliki berefek samping. efek samping.
merusak organ tubuh, sementara pengobatan alternatif tidak berefek samping.
Nggak ada efeknya. Cuma emang CD4-nya sempet naik jadi 301. Tapi… CD4-ku naik 301, aku tetep muncul herpes kulit.
Pengobatan alternatif tidak ada efeknya bagi kesehatan. CD4 memang sempat naik jadi 301, tetapi muncul herpes kulit.
Pengobatan alternatif berefek kesehatan.
Nggak. Karena kan kalau alternatif itu, herbal-herbal itu, dia memang bisa menaikkan daya tahan tubuh, tapi dia tidak bekerja di virusnya. Jadi virusnya ya jumlahnya tetap banyak. Tapi aku juga tetap ngerasa mungkin angka CD4 kan
D tidak tahu metode D tidak tahu metode alternatif mana yang alternatif mana yang membuat CD4-nya meningkatkan CD4-nya. meningkat. Alternatif memang bisa menaikkan daya tahan tubuh, tetapi tidak bekerja pada virus sehingga jumlah virusnya tetap banyak.
Tidak tahu metode alternatif mana yang meningkatkan CD4.
tidak bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167
1085 1086 1087 1088 1089 1090 1091 1092 1093 1094 1095 1096 1097 1098 1099 1100 1101 1102 1103 1104 1105 1106 1107 1108 1109 1110 1111 1112 1113 1114 1115
kekebalan tubuhku juga semakin bisa naik turun naik turun ya. menurun, karena aku jadi mudah Tapi aku ngerasa kekebalan sakit… jadi mudah capek. tubuhku juga semakin menurun, karena aku jadi mudah sakit… jadi mudah capek. Terus setelah Mbak udah tahu status Mbak seperti itu, itu keluarga Mbak responnya bagaimana? Aku nggak ngomong ke… Aku nggak ngomong ke orangtua kandung. Karena apa… orangtua kandung. Karena karena orangtua kandungku itu, orangtua kandungku itu, bapakku sakit diabetes. Sakit bapakku sakit diabetes sama diabetes sama sakit kolestrol. sakit kolestrol. Kemudian Kemudian bapakku itu bapakku itu temperamen temperamen tinggi. Aku nggak tinggi. Kalau ke Ibu, aku ngomong. Kalau ke Ibu, aku nggak ngomong karena Ibu nggak ngomong karena Ibu itu itu tipe orang yang pemikir. tipe orang yang pemikir. Dan Dan ibuku kan meninggalnya ibuku kan meninggalnya kena kena kanker darah. Kena kanker darah. Kena Leukimia. Leukimia. Kemudian juga Kemudian juga… punya… apa… punya lemah jantung. Jadi, lemah jantung, kayak gitu-gitu. kalau sama bapak ibuku aku Jadi, kalau sama bapak ibuku aku nggak ngomong. nggak ngomong. Tapi aku Tapi aku ngomongnya ke ngomongnya ke kakakku. kakakku. Kakakku yang Kakakku yang cewek. cewek. Terus bagaimana tanggapan kakaknya Mbak? Yah… kakakku mendukung, Kakakku mendukung,
D merasa kekebalan D merasa kekebalan Merasa kekebalan tubuhnya semakin menurun. tubuhnya semakin menurun. tubuh semkin D mudah sakit dan capek. menurun.
D tidak membuka status ke D tidak membuka status Tidak membuka orangtua kandung karena kepada orangtua karena status kepada bapaknya sakit dan kondisi keduanya. orangtua karena bertemperamen tinggi, kondisi keduanya. sedangkan ibunya sakit dan merupakan tipe orang pemikir.
D membuka status kepada D membuka status kepada Membuka status kakak perempuannya. kakak perempuannya. kepada kakak perempuan. Kakak D mendukung. D Kakaknya mendukung dan Kakak mendukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168
1116 1117 1118 1119 1120 1121 1122 1123 1124 1125 1126 1127 1128 1129 1130 1131 1132 1133 1134 1135 1136 1137 1138 1139 1140 1141 1142 1143 1144 1145 1146
kakakku mensuport. Ya intinya mensuport. Ya intinya aku diminta selalu patuh dalam memintanya selalu patuh dan meminta aku harus selalu… selalu patuh harus selalu patuh minum minum obat. dalam minum obat. selalu patuh minum obat. obat. minum obat. Mbak cuma dua bersaudara ya? Nggak. Aku lima… aku lima bersaudara… Aku cuma ngomong sama kakakku yang nomor satu sama kakakku yang nomor tiga. Kenapa ke yang lain nggak, Mbak? Karena… ee… aku pertama kali ngomong ke kakakku yang nomor tiga. Ya karena aku memang dari kecil itu paling dekat sama kakakku yang nomor tiga. Kemudian… akhirnya aku juga ngomong sama kakakku yang pertama karena kan kakak pertama itu kan… apa ya… dia itu kan ngayomi ya. Gitu.
Nggak. Aku lima bersaudara… Aku cuma ngomong sama kakakku yang nomor satu sama nomor tiga.
D lima bersaudara. D lima bersaudara. D membuka status ke D membuka status kepada kakaknya yang pertama dan kakak pertama dan ketiga. ketiga.
Lima bersaudara. Membuka status kepada kakak pertama dan ketiga.
Aku pertama kali ngomong ke kakakku yang nomor tiga. Ya karena aku memang dari kecil itu paling dekat sama kakakku yang nomor tiga. Kemudian… akhirnya aku juga ngomong sama kakakku yang pertama karena kan kakak pertama itu kan… apa ya… dia itu kan ngayomi ya. Gitu.
D pertama membuka status ke kakak ketiganya karena dari kecil D memang paling dekat dengannya. Akhirnya D juga ngomong dengan kakak pertamanya karena kakak pertama mengayomi.
Membuka status kepada kakak ketiga karena paling dekat. Membuka status kepada kakak pertama yang mengayomi.
Berarti Mbak D anak terakhir ya? Ya, aku anak kelima. Ya, aku anak kelima. Terus, maaf, bapaknya Mbak D berarti masih hidup kan ya sampai sekarang?
D membuka status kepada kakak ketiganya karena memang paling dekat dengannya. D juga membuka status kepada kakak pertamanya yang mengayomi.
D anak bungsu dari lima D bungsu bersaudara. bersaudara.
dari
lima Bungsu dari lima bersaudara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169
1147 1148 1149 1150 1151 1152 1153 1154 1155 1156 1157 1158 1159 1160 1161 1162 1163 1164 1165 1166 1167 1168 1169 1170 1171 1172 1173 1174 1175 1176 1177
Masih. Tetap nggak bilang? Nggak. Karena hubunganku dengan bapakku juga nggak dekat ya. Kayak gitu. Hubunganku sama Bapak nggak terlalu dekat. Apalagi sekarang Bapak juga udah menikah kan. Udah punya istri baru, kayak gitu-gitu.
Masih.
Bapak D masih hidup.
Bapak D masih hidup.
Bapak hidup.
masih
Nggak. Karena hubunganku dengan bapakku juga nggak dekat ya. Hubunganku sama Bapak nggak terlalu dekat. Apalagi sekarang Bapak juga udah menikah kan. Udah punya istri baru.
D tetap tidak membuka status pada bapaknya. Hubungan D dengan bapaknya tidak terlalu dekat. Bapak D juga sudah menikah, punya istri baru.
D tidak membuka status kepada bapaknya karena hubungan mereka tidak terlalu dekat. Bapak D juga menikah dan punya istri baru.
Tidak membuka status pada bapak karena tidak terlalu dekat. Bapak menikah dan punya istri baru.
Berarti kakak yang pertama juga dukung-dukung aja? Istilahnya memberikan support, kayak gitu? Ah a. Iya. Tapi lebih ke yang… Ah a. Iya. Tapi lebih ke Kakak pertama D juga Kakak pertama juga Kakak pertama apa ya… “ya sudah”. yang… apa ya… “ya sudah”. mendukung, tapi lebih yang mendukung D, tetapi lebih mendukung, tapi “ya sudah”. ke yang “ya sudah”. lebih ke yang “ya sudah”. Mbak sempat tahu nggak sih, tentang Almarhum suaminya Mbak, itu menurut informasi atau hasil tesnya yang beliau dapat, itu kira-kira Almarhum itu tertular HIV itu bagaimana awalnya? Jadi, kan banyak perilaku beresikonya. Kirakira, bisa tahu nggak sih dari mana? Kalau aku sih nebaknya dari Kalau aku sih nebaknya dari D menebak almarhum Menurut D, almarhum Menurut D, narkobanya itu. Dari pemakaian narkobanya itu. Dari tertular HIV dari narkoba, terkena HIV dari berbagi almarhum terkena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170
1178 1179 1180 1181 1182 1183 1184 1185 1186 1187 1188 1189 1190 1191 1192 1193 1194 1195 1196 1197 1198 1199 1200 1201 1202 1203 1204 1205 1206 1207 1208
jarum suntik. Karena almarhum bilang, dia dulu suka sharing jarum suntik, gitu, sama temanteman pecandunya. Dan temantemannya itu… aku tuh menikah sama dia tiga tahun, itu seri..ing banget angkat telpon dari Jakarta. Kan dia dulu di Jakarta. Tementemennya pada meninggal, gitu. Jadi ya, kalau faktor resiko sih… dia lebih condong ke narkoba suntik. Tapi sebenernya kita nggak bisa tahu kan ya, virusnya itu dari mana? Nggak bisa tahu… karena kan faktor resiko itu bisa lebih dari satu. Misalnya Almarhum itu ya faktor resikonya dua kan. Karena dia suka… main perempuan, sama… jadi dia… sama narkoba. Terus, apa ya… waktu itu, setelah Mbak tahu statusnya Almarhum, sikapnya Mbak ke beliau itu bagaimana? Ada perasaan-perasaan apa sih yang muncul? Atau pikiran apa sih yang muncul?
pemakaian jarum suntik. Karena almarhum bilang, dia dulu suka sharing jarum suntik, sama teman-teman pecandunya. Dan temantemannya itu… aku tuh menikah sama dia tiga tahun, itu seri..ing banget angkat telpon dari Jakarta. Kan dia dulu di Jakarta. Tementemennya pada meninggal, gitu. Jadi ya, kalau faktor resiko sih… dia lebih condong ke narkoba suntik.
dari pemakaian jarum suntik. Almarhum bilang dulu sering berbagi jarum suntik dengan teman-teman pecandu. Teman-teman pecandu almarhum juga banyak yang meninggal.
Nggak bisa tahu karena kan faktor resiko itu bisa lebih dari satu. Misalnya Almarhum itu ya faktor resikonya dua kan. Karena dia suka main perempuan, sama narkoba.
Tidak bisa sumber virus karena faktor resiko bisa lebih dari satu. Faktor resiko almarhum adalah perilaku seksual dan narkoba.
jarum suntik dengan pecandu. Teman-teman almarhum banyak yang meninggal.
HIV dari berbagi jarum suntik. Teman almarhum banyak yang meninggal.
Faktor resiko almarhum adalah perilaku seksual dan narkoba sehingga tidak bisa tahu sumber penularan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 171
1209 1210 1211 1212 1213 1214 1215 1216 1217 1218 1219 1220 1221 1222 1223 1224 1225 1226 1227 1228 1229 1230 1231 1232 1233 1234 1235 1236 1237 1238 1239
Kalau waktu dia masih hidup… aku tetep menerima dia… gitu. Aku tetep bersikap baik sama dia. Waktu dia masih hidup. Karena kan, rentang dari aku buka status itu hanya berapa jam kan. Tapi, setelah almarhum meninggal, baru aku ada perasaan benci, waktu itu. Awal-awal itu aku sempet ada perasaan yang… benci, ada perasaan yang… kenapa sih Tuhan, kenapa sih aku harus dipertemukan sama dia? Kalau aku nggak dipertemukan sama dia kan aku nggak bakal kayak gini. Awal-awal sempet kayak gitu… Kemudian sampe aku dimimpiin… almarhum gitu, sampe mimpi minta maaf sama aku, kayak gitu-gitu. Ya lama kemudian ya… lama-lama ya… aku ikhlas.
Itu berapa lama Mbak bergulat sama perasaan-perasaan seperti itu?
Kalau waktu dia masih hidup… aku tetep menerima dia… gitu. Aku tetep bersikap baik sama dia. Waktu dia masih hidup. Karena kan, rentang dari aku buka status itu hanya berapa jam kan. Tapi, setelah almarhum meninggal, baru aku ada perasaan benci, waktu itu. Awal-awal itu aku sempet ada perasaan yang… benci, ada perasaan yang… kenapa sih Tuhan, kenapa sih aku harus dipertemukan sama dia? Kalau aku nggak dipertemukan sama dia kan aku nggak bakal kayak gini. Awal-awal sempet kayak gitu… Kemudian sampe aku dimimpiin… almarhum gitu, sampe mimpi minta maaf sama aku, kayak gitu-gitu. Ya lama kemudian ya… lama-lama ya… aku ikhlas.
Waktu almarhum masih hidup, D tetap menerima dan bersikap baik dengannya. Rentangan waktu hanya beberapa jam dari D membuka status hingga almarhum meninggal. Pada awal setelah almarhum meninggal, D merasa benci, D bertanya mengapa Tuhan mempertemukan dirinya dengan almarhum. Jika tidak bertemu almarhum, keadaan tidak akan begitu.
Waktu almarhum masih hidup, D menerima dan bersikap baik padanya.
Setelah almarhum meninggal, awalnya D merasa benci dan bertanya mengapa Tuhan mempertemukan dirinya dengan almarhum hingga keadaan menjadi demikian.
Setelah almarhum meninggal, awalnya benci dan bertanya mengapa Tuhan mempertemukan dengan almarhum sehingga keadaan demikian.
D sampai bermimpi D bermimpi bahwa Bermimpi bahwa almarhum meminta maaf almarhum meminta maaf almarhum padanya. padanya. meminta maaf. Lama-lama, ikhlas.
D
menjadi Lama kelamaan, D ikhlas.
Lama ikhlas.
kelamaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172
1240 1241 1242 1243 1244 1245 1246 1247 1248 1249 1250 1251 1252 1253 1254 1255 1256 1257 1258 1259 1260 1261 1262 1263 1264 1265 1266 1267 1268 1269 1270
Menurutku sekitar… dua tahun ya, sampe aku bener-bener bisa menerima keadaanku, sampe dalam keadaan akhirnya aku pengobatan medis… itu butuh waktu dua tahun. Tapi mungkin bener-bener yang… dalam keadaan yang ee… sangat naik turun naik turun itu sekitar satu tahunan. Waktu itu kan Mbak posisinya paling cuma sehari ya. Kan hari ini tahu status beliau, besoknya statusnya Mbak. Berarti memang singkat banget ya waktu yang berhadapan dalam keadaan Almarhum masih hidup…. Jadi ya… nggak sempet sampe yang… kadang kan sampe yang jadi marah, jadi benci ya karena cuma beberapa jam ya.
Terus, waktu Mbak sama Almarhum tau status kalian masing-masing, ada nggak sih perubahan dalam rumah
Sekitar dua tahun ya, sampe aku bener-bener bisa menerima keadaanku, sampe dalam keadaan akhirnya aku pengobatan medis… itu butuh waktu dua tahun. Tapi mungkin bener-bener yang… dalam keadaan yang ee… sangat naik turun naik turun itu sekitar satu tahunan.
Jadi ya… nggak sempet sampe yang… kadang kan sampe yang jadi marah, jadi benci ya karena cuma beberapa jam ya.
Butuh waktu sekitar dua tahun sampai D benar-benar bisa menerima keadaannya, sampai akhirnya pengobatan medis.
D butuh waktu sekitar dua tahun sampai benar-benar menerima keadaan dan menjalani pengobatan medis.
Butuh waktu sekitar dua tahun sampai benarbenar menerima keadaan dan menjalani pengobatan medis. D Benar-benar dalam D dalam keadaan benar- Selama satu tahun keadaan yang sangat naik benar sangat naik turun dalam keadaan turun sekitar satu tahunan. selama satu tahun. benar-benar sangat naik turun.
D tidak sempat merasa marah dan benci pada almarhum karena cuma berselang beberapa jam antara status almarhum dibuka, status D dibuka, dan almarhum meninggal.
D tidak sempat merasa marah dan benci pada almarhum karena waktu yang singkat.
Tidak sempat marah dan benci pada almarhum karena waktu singkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173
1271 1272 1273 1274 1275 1276 1277 1278 1279 1280 1281 1282 1283 1284 1285 1286 1287 1288 1289 1290 1291 1292 1293 1294 1295 1296 1297 1298 1299 1300 1301
tangga, maksudnya sebagai suami istri, ada nggak yang berubah waktu itu? Aku nggak… sebenernya perubahan itu tidak ada. Tapi jujur, aku takut kalau aku juga positif HIV, gitu. Jadi kan hari ini dia ngomong dia positif, besoknya aku kan tes. Nah, satu hari itu, jujur aku takut tertular, gitu. Jadi kan Almarhum itu kan bibirnya sering pecah-pecah, sampe bibirnya itu berdarah, gitu. Jadi, (tertawa), aku tuh ee… kapas itu… itu, tak suruh dia sendiri yang nempelin ke mulutnya, gitu. Dan aku… karena aku tuh jadi takut darahnya Almarhum, gitu. Jadi, sikapku tetap baik sama dia. Tapi, aku jadi kayak yang keta… apa ya… jadi agak takut tertular gitu, dan aku merasa Almarhum ngerasa bahwa… aku juga takut tertular, gitu. Jadi dianya sendiri yang bersihin bibirnya, kayak gitu-gitu. Terus selama yang Mbak ngerasa benci… waktu Almarhum meninggal kan
Sebenernya perubahan itu D merasa tidak ada tidak ada. perubahan dalam rumah tangganya. Tapi jujur, aku takut kalau D takut kalau dirinya juga aku juga positif HIV, gitu. positif HIV. Jadi kan hari ini dia ngomong dia positif, besoknya aku kan tes. Nah, satu hari itu, jujur aku D takut tertular HIV. D takut tertular, gitu. Jadi kan meminta almarhum Almarhum itu kan bibirnya membersihkan lukanya sering pecah-pecah, sampe sendiri karena takut darah bibirnya itu berdarah, gitu. almarhum. Jadi, kapas itu tak suruh dia sendiri yang nempelin ke mulutnya, gitu. Aku tuh jadi takut darahnya Almarhum, gitu. Jadi, sikapku tetap baik D tetap bersikap baik pada sama dia. Tapi, aku jadi agak almarhum, tetapi takut takut tertular gitu, dan aku tertular. merasa Almarhum ngerasa D merasa bahwa almarhum bahwa… aku juga takut tahu bahwa D takut tertular, tertular, gitu. Jadi dianya sehingga almarhum sendiri yang bersihin membersihkan sendiri bibirnya, kayak gitu-gitu. lukanya.
Tidak ada perubahan dalam Tidak ada rumah tangga D. perubahan dalam rumah tangga.
D takut jika dirinya juga positif HIV, sehingga meminta almarhum membersihkan sendiri lukanya.
Takut positif HIV, sehingga meminta almarhum membersihkan sendiri lukanya.
D tetap bersikap baik pada Tetap bersikap almarhum. baik pada almarhum. D merasa almarhum tahu Merasa almarhum bahwa D takut, sehingga tahu bahwa ia membersihkan sendiri takut, sehingga lukanya. membersihkan sendiri lukanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174
1302 1303 1304 1305 1306 1307 1308 1309 1310 1311 1312 1313 1314 1315 1316 1317 1318 1319 1320 1321 1322 1323 1324 1325 1326 1327 1328 1329 1330 1331 1332
Mbak bilang merasa benci, merasa nggak terima. Itu ada nggak sikap-sikap tertentu yang menurut Mbak ya itu karena saya benci, gitu loh? Benci ke Almarhumnya? Yah paling aku menggerutu… ya lebih ke kayak yang kenapa sih Tuhan? Kenapa sih harus aku, kayak gitugitu. Perasaan dalam hati gitu ya? He eh. Kayak gitu. Sampe yang… dalam keadaan yang… aku kan sampe waktu itu sampe sempet memikirkan untuk men… bunuh diri, gitu. Jadi aku tuh empat bulan, sebelum ketemu sama Victory… Itu posisinya kapan Mbak, empat bulan… Jadi kan… aku tahu status itu kan Desember. 2006… 2006. Nah, aku kenal Victory itu baru April 2007. Jadi selama empat bulan itu… aku sempet sendirian ya. Aku bener-bener ngerasa aku depresi, kayak gitu. Jadi aku bisa… kalau malemmalem itu aku bisa, nggak malem nggak siang aku bisa sampe yang
Yah paling aku menggerutu… ya lebih ke kayak yang kenapa sih Tuhan? Kenapa sih harus aku, kayak gitu-gitu.
D menunjukkan rasa benci D menggerutu, bertanya Menggerutu, dengan menggerutu, kenapa kepada Tuhan mengapa bertanya kepada sih Tuhan, kenapa harus harus dirinya. Tuhan mengapa aku? harus dirinya.
Sampe dalam keadaan D Sampai keadaan yang D sempat berpikir untuk Sempat berpikir yang… aku waktu itu sampe sempat memikirkan untuk bunuh diri. untuk bunuh diri. sempet memikirkan untuk bunuh diri. bunuh diri, gitu.
Aku tahu status itu kan D mengetahui statusnya D tahu statusnya Desember. pada bulan Desember. Desember. 2006. Nah, aku kenal V+ itu baru April 2007. Jadi selama empat bulan itu… aku sempet sendirian ya. Aku bener-bener ngerasa aku depresi. Jadi aku bisa…
D mengetahui statusnya pada 2006. D baru kenal V+ pada April 2007. Selama empat bulan, D sempat sendirian. D merasa depresi. Baik siang atau malam, D menangis sampai menjerit-jerit.
bulan Tahu status pada Desember.
D tahu statusnya tahun 2006. D kenal V+ pada April 2007. Selama empat bulan, D merasa sendirian dan depresi, menangis sampai menjerit-jerit, berpikiran kosong.
Tahu status pada 2006. Kenal V+ pada April 2007. Merasa sendirian, depresi, menangis sampai menjeritjerit, pikiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175
1333 1334 1335 1336 1337 1338 1339 1340 1341 1342 1343 1344 1345 1346 1347 1348 1349 1350 1351 1352 1353 1354 1355 1356 1357 1358 1359 1360 1361 1362 1363
nangis yang… nangis sampe yang jerit-jerit, kayak gitu. Kemudian, ee… aku bisa sampe yang nanti kalau udah kayak gitu tuh kayak pikirannya kosong, kayak gitu. Terus sempat berpikiran ah kayaknya kalau aku bunuh diri, kayaknya tuh udah hilang semua beban, kayak gitu. Kayak gitugitu. Cuma, aku mikir lagi, kasian VN, kalau dia udah jadi anak yatim, gitu. Nanti kalau tak tinggal dia jadi anak yatim piatu, gitu. Sempet… sempet mikir yang kayak gitu sih.
Waktu itu, apa sih yang sempet Mbak lakukan atau Mbak belum sempat lakukan, upaya mungkin bunuh diri kayak gitu? Kalau untuk bunuh diri sih aku hanya… hanya sampe di pikiran aja ya. Tapi nggak sampe ke action-nya, begitu. Waktu itu Mbak posisinya udah tinggal sama mertua? Sama VN juga? E em. Karena kan aku memang…
kalau malem-malem itu aku bisa, nggak malem nggak siang aku bisa sampe nangis sampe yang jerit-jerit. Kemudian, aku bisa sampe yang nanti kalau udah kayak gitu tuh kayak pikirannya kosong. Terus sempat berpikiran ah kayaknya kalau aku bunuh diri, kayaknya tuh udah hilang semua beban, kayak gitu. Kayak gitu-gitu. Cuma, aku mikir lagi, kasian VN, kalau dia udah jadi anak yatim, gitu. Nanti kalau tak tinggal dia jadi anak yatim piatu, gitu.
Setelah kosong.
itu,
pikiran
D
D sempat berpikiran kalau dia bunuh diri, hilang semua beban. Cuma, D berpikir lagi, kasihan VN yang sudah menjadi anak yatim. Kalau D tinggal, VN menjadi anak yatim piatu.
kosong selama empat bulan.
D sempat berpikir kalau ia bunuh diri, beban akan hilang. Namun, D berpikir lagi bahwa VN akan menjadi anak yatim piatu apabila ditinggal olehnya.
Berpikir kalau bunuh diri, beban hilang. Namun, berpikir lagi VN menjadi anak yatim piatu bila ditinggal.
Kalau untuk bunuh diri sih Kalau untuk bunuh diri, D D berpikiran untuk bunuh Berpikiran untuk aku hanya sampe di pikiran hanya sampai di pikiran diri, tidak beraksi. bunuh diri, tidak aja ya. Tapi nggak sampe ke saja, tidak sampai ke aksi. beraksi. action-nya, begitu.
E em.
Iya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176
1364 1365 1366 1367 1368 1369 1370 1371 1372 1373 1374 1375 1376 1377 1378 1379 1380 1381 1382 1383 1384 1385 1386 1387 1388 1389 1390 1391 1392 1393 1394
selama Almarhum hidup, itu Karena kan aku memang… memang udah tinggal bareng selama Almarhum hidup, itu sama mertua. memang udah tinggal bareng sama mertua. Waktu itu VN berarti tiga tahunan, gitu ya? Ha ah tiga tahunan. Ha ah tiga tahunan. Terus bagaimana hubungan Mbak dengan VN saat itu? Apa ya… Aku tuh sama VN itu hubungannya… jadi karena aku punya pikiran bahwa umurku nggak panjang… gitu. Punya pikiran bahwa… sebentar lagi aku mau meninggal, gitu. Jadi aku… banyak-banyak ee… bikin foto, gitu. Foto-foto… gitu. Jadi harapannya nanti kalau aku meninggal itu udah ada kenangan-kenangan sama dia, kayak gitu-gitu. Tapi… ada kalanya mungkin karena aku juga ya… tingkat stressnya sangat tinggi, gitu, jadi, kalau VN bikin kesalahan sedikit, aku bisa langsung emosi. Cepet emosian, kayak gitu. Itu sih… Sekarang VN paham tidak posisinya Mbak sebagai orang
Aku tuh sama VN itu hubungannya… jadi karena aku punya pikiran bahwa umurku nggak panjang gitu. Punya pikiran bahwa sebentar lagi aku mau meninggal, gitu. Jadi aku… banyak-banyak bikin foto, gitu. Jadi harapannya nanti kalau aku meninggal itu udah ada kenangan-kenangan sama dia. Tapi ada kalanya mungkin karena aku juga tingkat stress-nya sangat tinggi, gitu, jadi, kalau VN bikin kesalahan sedikit, aku bisa langsung emosi. Cepet emosian.
D memang selama D tinggal bersama mertua Tinggal bersama almarhum hidup, sudah sejak almarhum masih mertua sejak tinggal besama mertua. hidup. almarhum masih hidup. Waktu itu, VN tiga tahunan.
Saat itu usia VN 3 tahun.
D punya pikiran bahwa umurnya tidak panjang, sebentar lagi mau meninggal. D banyak foto dengan harapan kalau dia meninggal, ada kenangkenangan dengan VN.
D berpikir sebentar lagi akan meninggal, sehingga banyak foto untuk kenangkenangan dengan VN.
Banyak foto untuk kenang-kenangan VN karena berpikir akan segera meninggal.
Tapi ada kalanya, karena tingkat stress D sangat tinggi, D langsung emosi ketika VN membuat kesalahan.
Terkadang D langsung emosi saat VN bersalah karena tingkat stress D tinggi.
Terkadang langsung emosi saat VN bersalah karena tingkat stress tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177
1395 1396 1397 1398 1399 1400 1401 1402 1403 1404 1405 1406 1407 1408 1409 1410 1411 1412 1413 1414 1415 1416 1417 1418 1419 1420 1421 1422 1423 1424 1425
yang memiliki HIV? Tau. Dan itu butuh proses, waktu itu. Jadi kan, ee… aku dulu mikirnya adalah… aku akan membuka statusku di saat VN SMP. Karena kalau udah SMP kan dia udah… udah, udah remaja, gitu. Tapi ternyata waktu kelas 1 SD, dia udah tanya… karena anakku memang kritis anaknya. Kelas 1 SD itu dia udah nanya, “Bunda, Bunda minum obat apa? Kenapa…”. Aku bilang, “Ee… Bunda minum obat sakit perut.”. “Kenapa kalau sakit… kenapa kalau sakit perut, nggak sembuh-sembuh, udah diobatin?”. Terus aku bilang, “Nggak kok nggak, ini bukan obat sakit perut, ini vitamin.”. “Bunda kalau minum obat terus nanti Bunda bisa overdosis loh, kayak Michael Jackson nanti bisa meninggal loh.”. Waktu itu kelas 1 SD, waktu itu. Kayak gitu. Kemudian… udah kan, kemudian antara kelas 4 atau kelas 5 SD, itu ee… aku lagi… sama dia di kamar, gitu, hari Minggu. Ee… kan dia… dia itu memang dari kelas 2 SD itu udah pegang HP,
Tau. Dan itu butuh proses, VN Tahu bahwa D seorang waktu itu. ODHA, dan itu butuh proses. Jadi kan aku dulu mikirnya D dulu berpikir akan adalah aku akan membuka membuka status di saat VN statusku di saat VN SMP. SMP karena saat SMP, VN Karena kalau udah SMP kan sudah remaja. dia udah remaja, gitu. Tapi ternyata waktu kelas 1 Ternyata VN kritis. Saat SD, dia udah tanya… karena kelas 1 SD, VN sudah anakku memang kritis bertanya tentang obat apa anaknya. Kelas 1 SD itu dia yang D minum dan udah nanya, “Bunda, Bunda mengingatkan D kalau minum obat apa? minum obat terus bisa Kenapa…”. Aku bilang, overdosis. “Ee… Bunda minum obat sakit perut.”. “Kenapa kalau sakit… kenapa kalau sakit perut, nggak sembuhsembuh, udah diobatin?”. Terus aku bilang, “Nggak kok nggak, ini bukan obat sakit perut, ini vitamin.”. “Bunda kalau minum obat terus nanti Bunda bisa overdosis loh, kayak Michael Jackson nanti bisa meninggal loh.”. Waktu itu kelas 1 SD, waktu itu. Kemudian antara kelas 4 atau Antara kelas 4 atau 5 SD,
Butuh proses bagi VN untuk tahu D seorang ODHA. D berencana membuka Berencana status saat VN remaja. membuka status saat VN remaja. Ternyata VN kritis, sudah bertanya mengenai obat yang D minum dan mengingatkan bahaya overdosis saat kelas 1 SD.
Kelas 1 SD, VN sudah bertanya mengenai obat yang diminum D dan mengingatkan bahaya overdosis.
VN
mencari
di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178
1426 1427 1428 1429 1430 1431 1432 1433 1434 1435 1436 1437 1438 1439 1440 1441 1442 1443 1444 1445 1446 1447 1448 1449 1450 1451 1452 1453 1454 1455 1456
kemudian pegang… kayak gitu. Kemudian… dia itu searching, searching di internet, dan aku buka… “VN lagi buka apa?”. “Ini”. Terus aku lihat, dia… bukanya “detikhealth” ee… “Nevirapine… Obat… HIV”. Kelas 4 atau kelas 5 SD… Oh, VN itu baca label obatnya Mbak, apa bagaimana? Nah, aku sendiri memang tidak pernah menyembunyikan obatku. Jadi obatku tuh ya tak geletakin, gitu. Karena aku memang… aku memang nggak mau menyembunyikan, gitu. Nah, dia searching di… di “detikhealth”. Kaget lah aku. Waduh, berarti kalau aku ngomong… kalau SMP… aku udah sangat terlambat, gitu. Karena dia antara kelas 4 atau kelas 5 SD, dia udah kepo, gitu. Karena sebelum dia searching internet pun, dia selalu nanya, “Bunda sekarang CD4-nya berapa? Ee… Bunda udah minum obat belum?”. Jadi dia malah… Berarti VN sebenarnya sudah
kelas 5 SD, itu aku lagi… VN mencari mengenai sama dia di kamar, hari Nevirapine, obat HIV, di Minggu. Dia itu memang internet. dari kelas 2 SD itu udah pegang HP. Kemudian… dia itu searching di internet. Terus aku lihat, dia bukanya “detikhealth” “Nevirapine… Obat… HIV”. Nah, aku sendiri memang tidak pernah menyembunyikan obatku. Jadi obatku tuh ya tak geletakin. Karena aku memang nggak mau menyembunyikan. Nah, dia searching di… di “detikhealth”. Kaget lah aku. Waduh, berarti kalau aku ngomong… kalau SMP… aku udah sangat terlambat, gitu. Karena dia antara kelas 4 atau kelas 5 SD, dia udah kepo. Sebelum dia searching internet pun, dia selalu nanya, “Bunda sekarang CD4-nya berapa? Bunda udah minum obat belum?”.
internet mengenai obat HIV.
D memang tidak pernah D tidak menyembunyikan Tidak menyembunyikan obatnya. obatnya. menyembunyikan obat.
D berpikir kalau D membuka status saat VN SMP, sudah sangat terlambat. Kelas 4 atau 5 SD, VN sudah ingin tahu. Sebelum mencari di internet, VN juga sudah bertanya mengenai CD4 dan apakah D sudah minum obat.
D merasa sudah sangat terlambat apabila membuka status saat VN SMP, karena kelas 4 atau 5 SD, VN sudah tahu tentang CD4 dll.
Merasa sangat terlambat bila membuka status saat VN SMP, karena VN sudah tahu tentang CD4 dll sejak kelas 4 atau 5 SD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179
1457 1458 1459 1460 1461 1462 1463 1464 1465 1466 1467 1468 1469 1470 1471 1472 1473 1474 1475 1476 1477 1478 1479 1480 1481 1482 1483 1484 1485 1486 1487
tahu ya Mbak? He eh. Dia udah yang sering ngingetin, kayak gitu. Begitu dia… apa namanya… ee… searching, ee…, “Buka apa?”, “detikhealth” gitu, terus… habis itu aku ngomong ke VN, gitu. Jadi waktu itu bayanganku adalah, setelah aku buka status, karena anakku kan suka nonton film Korea. Aku tuh mikirnya, setelah aku buka status, nanti kita akan menangis, gitu, pelukpelukan gitu, ala-ala film Korea, gitu. Ternyata waktu aku buka status, “VN, Bunda ee… Bunda minum obat, obat untuk virus HIV.”, dia jawabnya malah, “Oke. Baiklah.”. He eh, gitu… Habis itu dia buka HP lagi, mainan HP lagi, ini gimana sih. Karena mungkin dia… Itu dia antara kelas 4 SD gitu ya? Aku lupa ya, antara kelas 4 atau kelas 5 SD. Masih SD. Nah, dari situ, ya… se… kemudian… itu sih kayaknya membangun karakter… karakter dia, gitu. Karena sekarang dia itu pengen
He eh. Dia udah yang sering ngingetin. Begitu dia searching “detikhealth”, habis itu aku ngomong ke VN. Jadi waktu itu bayanganku adalah, setelah aku buka status, karena anakku kan suka nonton film Korea. Aku tuh mikirnya, setelah aku buka status, nanti kita akan menangis, gitu, pelukpelukan gitu, ala-ala film Korea, gitu. Ternyata waktu aku buka status, “VN, Bunda ee… Bunda minum obat, obat untuk virus HIV.”, dia jawabnya malah, “Oke. Baiklah.”. He eh, gitu… Habis itu dia buka HP lagi, mainan HP lagi, ini gimana sih.
VN tahu mengenai status D.
VN tahu status D.
Begitu VN mencari di internet, D membuka status ke VN.
D membuka status saat VN mencari di internet.
Aku lupa ya, antara kelas 4 atau kelas 5 SD. Masih SD. Nah, dari situ kayaknya membangun karakter dia, gitu. Karena sekarang dia itu pengen banget, keukeuh
Kejadian D membuka status kayaknya membangun karakter VN. Sekarang VN bersikeras ingin menjadi dokter.
Ternyata waktu D membuka status, VN menjawab, “Oke, baiklah” dan kembali memainkan HPnya.
Waktu D membuka status, tanggapan VN adalah, “Oke, baiklah” dan kembali bermain HP.
Waktu D membuka status, tanggapan VN adalah, “Oke, baiklah” dan kembali bermain HP.
Peristiwa D membuka status membuat VN bersikeras ingin menjadi dokter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180
1488 1489 1490 1491 1492 1493 1494 1495 1496 1497 1498 1499 1500 1501 1502 1503 1504 1505 1506 1507 1508 1509 1510 1511 1512 1513 1514 1515 1516 1517 1518
banget, keukeuh banget, dia pengen jadi dokter. “Aku pengen jadi dokter.”, kayak gitu-gitu. Terus, apa ya… Kemarin, waktu dia presentasi di sekolahnya, gitu, dia angkat tema HIV, kayak gitugitu. Aku cukup kaget sih. Ya… aku bangga, gitu loh. Anakku… dia nggak malu, gitu loh. Jadi, dia angkat tema HIV di depan temantemannya, kayak gitu-gitu. Oh ya, maaf Mbak aku mau nanya. Berarti VN itu tidak tertular kan ya? Nggak. Jadi, aku dulu menyusui 20 bulan, kemudian melahirkan normal, gitu. Jadi sebenarnya ee… beresiko. Tapi, mungkin dulu jumlah virus di dalam tubuhku itu tidak cukup untuk menularkan. Mungkin. Dan… sebenarnya kan kalau dari proses ee… apa… proses dari ibu HIV positif ke anak itu, kalau tanpa program resiko penularannya sekitar 35 sampai 40 persen. Itu yang tanpa program. Berarti kan sebenarnya masih ada 60 persen tidak menularkan, termasuk VN. Apalagi yang dengan program, resikonya bisa dicegah, kurang
banget, dia pengen jadi dokter. Kemarin, waktu dia presentasi di sekolahnya, gitu, dia angkat tema HIV. Aku cukup kaget sih. Ya aku bangga. Anakku nggak malu. Jadi, dia angkat tema HIV di depan teman-temannya.
Nggak. Jadi, aku dulu menyusui 20 bulan, kemudian melahirkan normal. Jadi sebenarnya beresiko. Tapi, mungkin dulu jumlah virus di dalam tubuhku itu tidak cukup untuk menularkan. Dan sebenarnya kan kalau dari proses dari ibu HIV positif ke anak itu, kalau tanpa program resiko penularannya sekitar 35 sampai 40 persen.. Berarti kan sebenarnya masih ada 60 persen tidak menularkan, termasuk VN. Apalagi yang dengan
Waktu presentasi di sekolah, VN mengangkat tema HIV. D kaget dan bangga karena VN tidak malu mengangkat tema HIV di depan temantemannya.
VN tidak tertular HIV. D melahirkan normal dan menyusui 20 bulan. Sebenarnya beresiko, tapi mungkin jumlah virus dalam tubuh D tidak cukup untuk menularkan. Proses dari ibu HIV positif ke anak, jika tanpa program, resiko penularannya 35% hingga 40%. Ada 60% kemungkinan tidak menularkan. Termasuk VN. Dengan program, resiko penularan ditekan hingga kurang dari 2%.
VN mengangkat tema HIV saat presentasi di sekolah. D merasa kaget dan bangga karena VN tidak malu.
Resiko penularan dari ibu HIV positif pada anak sebesar 35% hingga 40% jika tanpa program, sementara resiko penularan kurang dari 2% dengan program.
Kaget dan bangga karena VN tidak malu, mengangkat tema HIV saat presentasi di sekolah.
VN bebas HIV. VN beresiko tertular karena D melahirkan normal dan menyusui 20 bulan. Menurut D, jumlah virus dalam tubuhnya tidak cukup menginfeksi VN.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181
1519 1520 1521 1522 1523 1524 1525 1526 1527 1528 1529 1530 1531 1532 1533 1534 1535 1536 1537 1538 1539 1540 1541 1542 1543 1544 1545 1546 1547 1548 1549
dari dua persen. Mbak, aku sebenarnya bingung loh sampai sekarang, kok kita melahirkan bisa menulari sih? Kan itu nggak ada pertukaran gitu? Kan soalnya… Jadi kan proses penularan dari ibu ke anak itu kan ada tiga tahap. Jadi waktu proses mengandung, proses melahirkan, dan proses menyusui. Kalau proses mengandung, itu kan kalau misalnya si ibu kena penyakit Malaria. Itu resiko banget ee… apa namanya… ari-ari si anak terjadi perlukaan. Kemudian waktu proses melahirkan, itu kan ada… apa namanya… darah… darah… darah si ibu. Ya kan melewati… liang vagina, itu kan darah, gitu. Si bayi kena langsung darah… darah si ibu. Kemudian waktu proses menyusui kan, kalau pas putingnya lecet… Terus, tadi kan Mbak bilang kalau akhirnya kan Mbak, ya udah, udah nerima tuh loh, sama apa yang terjadi. Nah, sekarang perasaannya Mbak
program, resikonya bisa dicegah, kurang dari dua persen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 182
1550 1551 1552 1553 1554 1555 1556 1557 1558 1559 1560 1561 1562 1563 1564 1565 1566 1567 1568 1569 1570 1571 1572 1573 1574 1575 1576 1577 1578 1579 1580
terhadap Almarhum suaminya Mbak bagaimana? Mungkin perasaan, mungkin pikiran, atau apa saja terhadap Almarhum? Aku nggak pernah benci ya sama Almarhum. Aku sayang sama dia. Toh, seandainya pun waktu bisa diputar kembali, aku pengen… e dia masih hidup, gitu loh. Kalau waktu bisa diputar kembali. Tapi kan, waktu itu tidak bisa diputar, gitu. Jadi yang ada adalah, ee… aku menerima semua yang aku alami itu adalah bagian dari takdir Tuhan. Ketemu Almarhum, aku punya anak, segala macem. Jadi ya… ya itu proses kehidupan yang harus aku jalani, dan kalau sayang, aku sayang gitu sama Almarhum. Kalau cinta, aku cinta, gitu, sama Almarhum. Perasaan benci, itu hanya sesaat, waktu awal-awal dia setelah meninggal saja. Karena mungkin aku juga dalam keadaan merasa kesepian… mengalami kesedihan, gitu. Tapi saat ini ya… apa ya… aku membangun hubunganku sama VN pun juga aku mem… membangun image suamiku itu
Aku nggak pernah benci ya sama Almarhum. Aku sayang sama dia. Toh, seandainya pun waktu bisa diputar kembali, aku pengen dia masih hidup. Tapi kan, waktu itu tidak bisa diputar. Jadi yang ada adalah aku menerima semua yang aku alami itu adalah bagian dari takdir Tuhan. Ketemu Almarhum, aku punya anak, segala macem. Jadi ya… ya itu proses kehidupan yang harus aku jalani, dan kalau sayang, aku sayang gitu sama Almarhum. Kalau cinta, aku cinta, gitu, sama Almarhum. Perasaan benci, itu hanya sesaat, waktu awalawal dia setelah meninggal saja. Karena mungkin aku juga dalam keadaan merasa kesepian… mengalami kesedihan, gitu. Tapi saat ini ya aku
D tidak pernah benci sama D tidak pernah membenci almarhum. D sayang almarhum dan ingin almarhum. Seandainya almarhum masih hidup. waktu bisa diputar, D ingin almarhum masih hidup.
Tidak pernah benci almarhum, ingin almarhum masih hidup.
D menerima semua yang D menerima semua yang dialaminya sebagai bagian dialaminya sebagai takdir dari takdir Tuhan. Tuhan dan proses kehidupan.
Menerima semua yang dialami sebagai takdir Tuhan dan proses kehidupan.
Itu proses kehidupan yang harus D jalani. D sayang almarhum, cinta D sayang dan cinta pada Sayang dan cinta almarhum. almarhum. almarhum. Perasaan benci hanya Perasaan benci hanya sesaat sesaat, awal-awal almarhum karena D kesepian dan meninggal saja. Karena sedih. mungkin D dalam keadaan kesepian, sedih. D
membangun
citra D
membangun
Perasaan benci hanya sesaat karena kesepian dan sedih.
citra Membangun citra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183
1581 1582 1583 1584 1585 1586 1587 1588 1589 1590 1591 1592 1593 1594 1595 1596 1597 1598 1599 1600 1601 1602 1603 1604 1605 1606 1607 1608 1609 1610 1611
ya… tetep dia adalah seorang ayah yang baik… gitu loh. Kemudian VN juga nggak boleh ngelupain ayahnya, dengan cara aku selalu ngingetin, “VN, udah kirim doa belum ke Almarhum?”. Kayak gitu-gitu.
Hm… itu dari awal yang Mbak punya perasaan-perasaan nggak nyaman sampai akhirnya Mbak bisa menerima tuh, ada titik baliknya nggak sih Mbak? Dari perasaan benci segala macam sampe akhrinya kembali sayang, kayak gitu tuh ada nggak sih puncaknya? Apa ya… Semua proses sih. Gitu. Jadi kan ee… waktu aku sangat denial dengan keadaanku, aku menolak… menolak… aku benci, sangat benci dengan virus yang ada di dalam tubuhku itu, ya aku benci juga sama Almarhum. Tapi seiring berjalannya waktu aku bisa menerima virus yang ada di dalam tubuhku, aku mulai bersahabat dengan virus yang ada
membangun hubunganku sama VN pun juga aku membangun image suamiku itu ya… tetep dia adalah seorang ayah yang baik. Kemudian VN juga nggak boleh ngelupain ayahnya, dengan cara aku selalu ngingetin, “VN, udah kirim doa belum ke Almarhum?”. Kayak gitu-gitu.
almarhum kepada VN almarhum sebagai seorang almarhum sebagai sebagai seorang ayah yang ayah yang baik bagi VN. ayah yang baik. baik.
Semua proses sih. Jadi kan waktu aku sangat denial dengan keadaanku, aku menolak… aku benci, sangat benci dengan virus yang ada di dalam tubuhku itu, ya aku benci juga sama Almarhum. Tapi seiring berjalannya waktu aku bisa menerima virus yang ada di dalam tubuhku, aku mulai
Semua adalah proses. Waktu D sangat menolak keadaannya, D menolak dan sangat benci dengan virus yang ada di dalam tubuhnya, juga benci almarhum. Seiring berjalannya waktu, D bisa menerima dan mulai bersahabat dengan virus yang ada di dalam tubunya,
VN tidak boleh melupakan almarhum. D mengingatkan VN untuk mengirim doa untuk almarhum.
Saat D sangat menolak keadaan dan virus dalam tubuhnya, D merasa benci pada almarhum.
Merasa benci almarhum ketika D sangat menolak keadaan dan virus dalam tubuhnya.
Saat D mulai menerima Rasa benci virus tersebut, rasa bencinya memudar saat memudar. mulai menerima virus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184
1612 1613 1614 1615 1616 1617 1618 1619 1620 1621 1622 1623 1624 1625 1626 1627 1628 1629 1630 1631 1632 1633 1634 1635 1636 1637 1638 1639 1640 1641 1642
di dalam tubuhku, rasa benci itu bersahabat dengan virus juga meng… memudar, begitu. yang ada di dalam tubuhku, rasa benci itu juga memudar. Terus Mbak kok bisa sih sampai ketemu V dan terlibat di dalamnya? Bagaimana ceritanya? Jadi, setelah ee… empat bulan Jadi, setelah empat bulan ee… dalam kesendirian, gitu ya, dalam kesendirian, aku aku menemukan leaftet Victory menemukan leaftet V+ di itu di salah satu klinik. Waktu itu salah satu klinik. Klinik Klinik Philia di Rumah Sakit Philia di Rumah Sakit Bethesda. Aku menemukan Bethesda. Sebenarnya sih leaftet-nya Victory, kemudian aku waktu Almarhum masih hubungi. Sebenarnya sih waktu dalam keadaan sakit di Almarhum da… masih dalam Rumah Sakit, setelah aku keadaan sakit di Rumah Sakit, tahu dia positif, yang aku setelah aku tahu dia positif, yang tahu adalah PKBI waktu itu. aku tahu adalah PKBI waktu itu. Cuma, aku cuma sampe Ngerti ya dulu kan PKBI gencar tahap ditelpon doang. Jadi banget. Cuma, aku cuma sampe aku sampe tahap komunikasi tahap ee… ditelpon doang. Jadi telpon, tapi setelah itu, kita aku sampe tahap komunikasi janjian tapi nggak ketemu, telpon, tapi setelah itu, kita gitu. Nah, selang empat janjian tapi nggak ketemu, gitu. bulan itu aku baru Kayak gitu. Nah, selang empat menemukan leaflet V+, bulan itu aku baru menemukan kemudian aku hubungi. Kan leaflet V+, kemudian aku ada dua nomor, aku hubungi. hubungi. Kan ada dua nomor, aku Kemudian setelah itu, aku hubungi. Kemudian setelah itu, banyak bertanya sama nomor aku banyak bertanya sama nomor yang aku hubungi itu,
rasa benci itu memudar.
D menemukan leaflet V+ D menemukan leaflet V+ Menemukan setelah empat bulan setelah empat bulan leaflet V+ setelah sendirian. sendirian. empat bulan sendirian. Saat almarhum masih di D sempat mengenal PKBI, Sempat mengenal Rumah Sakit, D tahu tetapi hanya sampai tahap PKBI hingga tahap tentang PKBI. Tapi D hanya komunikasi telpon. komunikasi telpon. sampai tahap komunikasi telpon, tidak bertemu walau sudah janjian.
Selang empat bulan, D D menghubungi V+. menemukan leaflet V+ dan menghubungi.
Menghubungi V+.
D banyak bertanya pada V+ D dirujuk ke KDS D. dan dirujuk ke Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) D
Dirujuk ke KDS D.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 185
1643 1644 1645 1646 1647 1648 1649 1650 1651 1652 1653 1654 1655 1656 1657 1658 1659 1660 1661 1662 1663 1664 1665 1666 1667 1668 1669 1670 1671 1672 1673
yang aku hubungi itu, kemudian aku dirujuk ke KDS D, waktu itu. KDS, Kelompok Dukungan Sebaya untuk perempuan, kayak gitu. Habis itu, ee… waktu itu sih masih campuran ya. Tahun 2006 kan memang belum banyak orang dengan HIV. Masih campuran, jadi ada perempuan yang positif HIV, ada yang perempuan yang dari keluarganya yang positif HIV, ada juga yang aktivis-aktivis yang peduli HIV waktu itu, di pertemuan itu. Dan di situ aku merasa, rasa kaget ya, karena ternyata di situ ada teman-teman yang positif HIV dan dia sehat. Kemudian ee… aku mendapat dukungan dari istrinya temenku yang dia memberi dukungan, support kayak gitu-gitu. Habis di situ mulai kepercayaan diriku tumbuh, kayak gitu.
kemudian aku dirujuk ke KDS D, waktu itu. KDS, Kelompok Dukungan Sebaya untuk perempuan, kayak gitu. Waktu itu sih masih campuran ya. Tahun 2006 kan memang belum banyak orang dengan HIV. Masih campuran, jadi ada perempuan yang positif HIV, ada yang perempuan yang dari keluarganya yang positif HIV, ada juga yang aktivisaktivis yang peduli HIV waktu itu, di pertemuan itu. Dan di situ aku merasa, rasa kaget ya, karena ternyata di situ ada teman-teman yang positif HIV dan dia sehat. Kemudian aku mendapat dukungan dari istrinya temenku yang dia memberi dukungan, support. Habis di situ mulai kepercayaan diriku tumbuh.
untuk perempuan.
Waktu itu masih campuran. Tahun 2006, belum banyak orang dengan HIV. Masih campuran, ada perempuan positif HIV, perempuan dari keluarga positif HIV, aktivitis peduli HIV di pertemuan itu.
Tahun 2006, belum banyak ODHA. Dalam pertemuan KDS masih campuran perempuan positif HIV, perempuan dari keluarga positif HIV, hingga aktivis.
D merasa kaget karena D kaget saat bertemu ternyata ada teman-teman ODHA yang sehat. D juga positif HIV dan sehat. D mendapat dukungan. juga mendapat dukungan dari istri temannya.
Kaget saat bertemu ODHA yang sehat. D juga mendapat dukungan.
Dari KDS, kepercayaan diri Kepercayaan diri D tumbuh Kepercayaan diri D tumbuh. di KDS. tumbuh di KDS.
Sampai akhirnya Mbak bisa jadi aktivis juga, itu bagaimana prosesnya? Ee… aku kan kenal KDS D itu Aku kenal KDS D itu 2007. D kenal KDS D pada 2007. Pada 2007, D mengenal Menjadi anggota 2007. Kemudian awalnya jadi Kemudian awalnya jadi Awalnya D menjadi KDS D dan menjadi KDS D pada 2007, anggota. Setelah jadi anggota, aku anggota. Setelah jadi anggota, kemudian menjadi anggota, kemudian menjadi kemudian menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 186
1674 1675 1676 1677 1678 1679 1680 1681 1682 1683 1684 1685 1686 1687 1688 1689 1690 1691 1692 1693 1694 1695 1696 1697 1698 1699 1700 1701 1702 1703 1704
jadi pengurus. Kemudian di tahun 2008, aku ikut konggres. Jadi aku bikin tulisan, bikin tulisan abstrak, aku waktu itu ikut Konggres JOTI namanya, Jaringan Orang Terinfeksi HIV Indonesia. Ternyata a… tulisanku lolos, terus aku ikut konggres di Jakarta, waktu itu tahun 2008. Kemudian baru setelah ikut konggres itu, baru aku memutuskan untuk pengobatan. Kemudian, ya mulai dari situ kemudian di 2010 ee… KDS D kan dapat dana dari DinSos waktu itu untuk program HAM dan gender. Nah aku juga ikut situ. Kemudian di tahun 2010, barulah ada program Pendukung Sebaya. Jadi bener-bener yang kita mendampingi orang dan kita digaji. Nah kalau dulu kan, kita kayak sosial ya, kayak gitu-gitu. Baru di 2010 itu, kita digaji, kemudian kita dapat salary, kayak gitu-gitu, hingga sekarang, hingga 2016.
Terus,
menurut
Mbak
anggota, aku jadi pengurus. Kemudian di tahun 2008, aku ikut konggres. Jadi aku bikin tulisan, bikin tulisan abstrak, aku waktu itu ikut Konggres JOTI namanya, Jaringan Orang Terinfeksi HIV Indonesia. Ternyata tulisanku lolos, terus aku ikut konggres di Jakarta. Kemudian baru setelah ikut konggres itu, baru aku memutuskan untuk pengobatan. Kemudian, ya mulai dari situ kemudian di 2010 KDS D kan dapat dana dari DinSos waktu itu untuk program HAM dan gender. Nah aku juga ikut situ. Kemudian di tahun 2010, barulah ada program Pendukung Sebaya. Jadi bener-bener yang kita mendampingi orang dan kita digaji. Nah kalau dulu kan, kita kayak sosial ya. Baru di 2010 itu, kita digaji, kemudian kita dapat salary, hingga sekarang, hingga 2016.
pengurus. Di tahun 2008, D ikut konggres Jaringan Orang Terinfeksi HIV Indonesia (JOTI) dan membuat tulisan abstrak.
pengurus. Pada 2008, D membuat tulisan abstrak dan mengikuti konggres JOTI.
pengurus. Pada 2008, membuat abstrak dan mengikuti konggres JOTI.
Setelah ikut konggres, baru Setelah mengikuti konggres, D memutuskan untuk D memutuskan untuk pengobatan. menjalani pengobatan medis. Di tahun 2010, KDS D mendapat dana dari DinSos untuk program HAM dan gender, baru ada program Pendukung Sebaya. Jadi benar-benar kita mendampingi orang dan digaji. Kalau dulu kan kayak sosial. Hingga sekarang, 2016.
Memulai pengobatan medis setelah konggres.
Tulisan D lolos dan D ikut konggres di Jakarta.
Sejak 2010, KDS D mendapat dana dari DinSos sehingga diadakan program Pendukung Sebaya yang digaji.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 187
1705 1706 1707 1708 1709 1710 1711 1712 1713 1714 1715 1716 1717 1718 1719 1720 1721 1722 1723 1724 1725 1726 1727 1728 1729 1730 1731 1732 1733 1734 1735
rangkaian peristiwa yang Mbak alami, menurut Mbak maknanya apa sih peristiwa ini dalam hidupnya Mbak? Jadi, kalau dulu aku marah gitu sama Tuhan, aku ngerasa Tuhan itu nggak adil sama aku. Kenapa sih aku positif HIV, kenapa sih aku harus dipertemukan Almarhum. Tapi sekarang aku bisa mengambil hikmah dari ini semua, gitu, kalau ternyata dengan aku menjadi seorang HIV positif, ternyata aku merasa hidupku lebih bermakna, aku merasa hidupku lebih bermanfaat, gitu, untuk orang lain dan juga untuk diriku, gitu. Yang dulunya mungkin aku lingkupnya hanya di keluarganya, lingkupnya aku hanya menjadi seorang Ibu Rumah Tangga yang ee… berbakti kepada suami, ngurusin anak, gitu. Tapi sekarang lingkupku semakin luas, karena lingkupku sekarang sampe ke masyarakat ya, aku bisa banyak membantu orang-orang lain yang dalam keadaan yang… mereka dalam keadaan terpuruk, mereka dalam keadaan yang ee… apa
Jadi, kalau dulu aku marah gitu sama Tuhan, aku ngerasa Tuhan itu nggak adil sama aku. Kenapa sih aku positif HIV, kenapa sih aku harus dipertemukan Almarhum. Tapi sekarang aku bisa mengambil hikmah dari ini semua, kalau ternyata dengan aku menjadi seorang HIV positif, ternyata aku merasa hidupku lebih bermakna, lebih bermanfaat, untuk orang lain dan diriku. Dulunya mungkin aku lingkupnya hanya di keluarganya, hanya menjadi seorang Ibu Rumah Tangga yang berbakti kepada suami, ngurusin anak. Tapi sekarang lingkupku semakin luas, karena lingkupku sekarang sampe ke masyarakat ya, aku bisa banyak membantu orang-orang lain yang dalam keadaan yang terpuruk,
Dulu D marah pada Tuhan. D marah dan merasa Tuhan Marah dan merasa D merasa Tuhan tidak adil. tidak adil. Tuhan tidak adil. Mengapa D positif HIV dan dpertemukan dengan almarhum. Sekarang D bisa mengambil hikmah, bahwa dengan menjadi seorang HIV positif, hidupnya lebih bermakna dan bermanfaat untuk orang lain dan dirinya.
D mengambil hikmah bahwa hidupnya bermakna dan bermanfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri.
Mengambil hikmah bahwa hidupnya bermakna dan bermanfaat bagi orang lain dan diri sendiri.
Dulu lingkup D hanya keluarga, menjadi Ibu Rumah Tangga yang berbakti pada suami dan mengurus anak. Sekarang lingkupnya semakin luas, sampai masyarakat. D bisa membantu orang-orang dalam keadaan terpuruk yang dulu juga pernah dialaminya.
Dulu D hanya mengurus suami dan anak. Sekarang D bisa membantu orang-orang yang terpuruk dan dalam keadaan yang dulu juga pernah dialaminya.
Dulu hanya mengurus suami dan anak. Sekarang bisa membantu orangorang yang terpuruk dan dalam keadaan yang dulu pernah dialaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 188
1736 1737 1738 1739 1740 1741 1742 1743 1744 1745 1746 1747 1748 1749 1750 1751 1752 1753 1754 1755 1756 1757 1758 1759 1760 1761 1762 1763 1764 1765 1766
ya… ya aku dan… aku dulu pernah mengalami itu. Jadi aku merasa hidupku sekarang menjadi lebih bermanfaat. Terus ini Mbak. Apa sih yang membuat Mbak D akhirnya memutuskan untuk tidak lagi merasakan perasaan-perasaan yang nggak enak, atau “mengampuni” Almarhum? Ya karena, balik lagi aku punya Tuhan, gitu. Aku punya Tuhan, Tuhan itu Maha Pengampun, Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang, gitu. Ya masa sih kita sebagai manusia, gitu, sebagai ciptaan-Nya, kita juga ee… apa ya, kita juga… Tuhan aja yang menciptakan kita aja sangat Maha Pengasih dan Maha Penyayangnya, gitu, Maha Pengampun gitu. Masa kita sebagai manusia, kita… kita mau dendam terus sih, gitu. Kan nggak pantes, gitu. Jadi lebih ke situ sih. Terus, kesulitannya apa Mbak selama proses mengampuni itu? Hm… ya karena aku tahap penolakan ya itu yang bikin susah, gitu. Jadi semakin aku menolak keadaanku, itu semakin
keadaan yang aku pernah mengalami itu.
dulu
Balik lagi aku punya Tuhan. Tuhan itu Maha Pengampun, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ya masa sih kita sebagai manusia, sebagai ciptaan-Nya, kita juga… Tuhan aja yang menciptakan kita aja sangat Maha Pengasih dan Maha Penyayangnya, gitu, Maha Pengampun gitu. Masa kita sebagai manusia, kita mau dendam terus sih, gitu. Kan nggak pantes, gitu.
D punya Tuhan yang Maha Pengampun, Maha Pengasih dan Penyayang. Tuhan yang menciptakan kita, masa sebagai manusia kita mau denda terus. Kan nggak pantes.
Ya karena aku tahap penolakan ya itu yang bikin susah, gitu. Jadi semakin aku menolak keadaanku, itu
Tahap penolakan yang membuat D susah mengapuni. Semakin D menolak keadaannya,
D mengampuni almarhum karena merasa memiliki Tuhan yang Pengampun, Pengasih, dan Penyayang. Menurut D, tidak pantas manusia sebagai ciptaan mendendam.
Mengampuni almarhum karena merasa memiliki Tuhan yang Pengampun, Pengasih, dan Penyanyang. Merasa tidak pantas manusia sebagai ciptaan mendendam.
Kesulitan dalam proses mengampuni terjadi karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 189
1767 1768 1769 1770 1771 1772 1773 1774 1775 1776 1777 1778 1779 1780 1781 1782 1783 1784 1785 1786 1787 1788 1789 1790 1791 1792 1793 1794 1795 1796 1797
aku akan benci gitu sama Almarhum. Tapi semakin aku bisa damai dengan keadaanku, aku bisa ikhlas, gitu ya. Aku bisa ikhlas bahwa ini semua sudah rencana Tuhan, bahwa ini semua sudah takdir Tuhan yang memang harus aku jalani, itu akan membuat hidupku menjadi lebih lapang. Terus, Mbak D punya harapan apa untuk Almarhum suami Mbak sekarang? Yang pasti, aku percaya gitu dia sekarang di sana ee… sudah… sudah beristirahat dengan damailah ya. Ya, aku sih… ya aku percaya dia di sana, karena dia meninggalnya pun juga dalam keadaan yang indah, gitu kan. Dia sudah dalam keadaan yang sudah bertobat, dia dekat jalan Tuhan, gitu. Jadi, yang pasti dia di sana sudah… sudah, sudah tenanglah, sudah damai. Dia sudah berada di tempat yang layak yang semestinya, gitu. Terus yang terakhir, Mbak. Setelah Mbak memutuskan untuk menerima keadaannya Mbak dan juga menerima
semakin aku akan benci gitu sama Almarhum. Tapi semakin aku bisa damai dengan keadaanku, aku bisa ikhlas bahwa ini semua sudah rencana Tuhan, sudah takdir Tuhan yang memang harus aku jalani, itu akan membuat hidupku menjadi lebih lapang.
semakin D akan benci pada almarhum. Semakin D bisa berdamai dengan keadaan, ikhlas bahwa semua ini rencana dan takdir Tuhan yang harus dijalani, hidup D menjadi lebih lapang.
Yang pasti, aku percaya gitu dia sekarang di sana sudah beristirahat dengan damailah ya. Ya aku percaya dia di sana, karena dia meninggalnya dalam keadaan yang indah, dalam keadaan yang sudah bertobat, dekat jalan Tuhan, gitu. Jadi, yang pasti dia di sana sudah tenanglah, sudah damai. Dia sudah berada di tempat yang layak yang semestinya, gitu.
D percaya almarhum sudah beristirahat dengan damai. Almarhum meninggal dalam keadaan yang indah, dalam keadaan sudah bertobat dan dekat jalan Tuhan. Pasti almarhum di sana sudah tenang dan damai, berada di tempat yang layak dan semestinya.
adanya tahap penolakan. Semakin menolak keadaan, semakin D benci almarhum. Semakin berdamai dengan keadaan, hidup terasa lebih lapang.
D percaya almarhum beristirahat di tempat yang layak karena meninggal dalam keadaan bertobat.
Percaya almarhum beristirahat di tempat layak karena meninggal dalam keadaan bertobat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 190
1798 1799 1800 1801 1802 1803 1804 1805 1806 1807 1808 1809 1810 1811 1812 1813 1814 1815 1816 1817 1818 1819 1820 1821 1822 1823 1824 1825 1826 1827 1828
suaminya Mbak, nah itu ada nggak sih perubahan dalam diri Mbak? Mm… yang pasti aku menjalani kehidupan itu menjadi lebih enteng ya, kalau kita itu ikhlas, itu kita menjalani kehidupan itu juga lebih enteng. Aku menjalani pengobatan juga… akhirnya kan aku kemudian memutuskan pengobatan setelah dua tahun alternatif. Itu kan menurutku itu juga jalan karena aku sudah dalam keadaan yang menerima gitu, menerima. Karena aku dulu selama dua tahun itu, aku… aku merasa bahwa HIV tuh bisa disembuhkan gitu loh, entah itu dengan cara apapun dan aku akan tetap berusaha supaya bisa sembuh, gitu. Aku pokoknya aku bisa sembuh aku bisa sembuh, gitu. Tapi, dengan berjalannya waktu, ya sudah, kalau di dunia medis kan memang ee… belum bisa disembuhkan tapi sudah bisa diobati, gitu loh. Jadi ya, ya dengan aku ikhlas dengan keadaanku, dengan aku menerima keadaan… keadaanku, itu juga, nah itu jadi jalan itu jadi… apa
Yang pasti aku menjalani kehidupan itu menjadi lebih enteng ya, kalau kita itu ikhlas, itu kita menjalani kehidupan itu juga lebih enteng. Aku menjalani pengobatan juga… akhirnya kan aku kemudian memutuskan pengobatan setelah dua tahun alternatif. Itu kan menurutku itu juga jalan karena aku sudah dalam keadaan yang menerima gitu, menerima. Karena aku dulu selama dua tahun itu, aku merasa bahwa HIV tuh bisa disembuhkan gitu loh, entah itu dengan cara apapun dan aku akan tetap berusaha supaya bisa sembuh, gitu. Aku pokoknya aku bisa sembuh aku bisa sembuh, gitu. Tapi, dengan berjalannya waktu, ya sudah, kalau di dunia medis kan memang ee… belum bisa disembuhkan tapi sudah bisa
Setelah memutuskan untuk D lebih enteng dalam menerima keadaan dengan menjalani hidup karena ikhlas, D merasa lebih ikhlas menerima keadaan. enteng dalam menjalani kehidupan.
Menjalani lebih karena menerima keadaan.
D juga menjalani pengobatan medis setelah dua tahun alternatif karena sudah dalam keadaan menerima. Selama dua tahun itu, D merasa bahwa HIV bisa disembuhkan, entah dengan cara apapun dan D akan tetap berusaha bisa sembuh.
Penerimaan keadaan juga membuat D akhirnya menjalani pengobatan medis.
Di dunia medis memang belum disembuhkan, tapi diobati. Dengan D ikhlas
Dalam dunia medis, HIV belum bisa disembuhkan, tapi bisa diobati.
kan bisa bisa pada
hidup enteng ikhlas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 191
1829 1830 1831 1832 1833 1834 1835 1836 1837 1838 1839 1840 1841 1842 1843 1844 1845 1846 1847 1848 1849 1850 1851 1852 1853 1854 1855 1856 1857 1858 1859
hidup itu menjadi lebih enteng diobati, gitu loh. Jadi ya, ya karena udah nggak punya beban dengan aku ikhlas dengan ya. keadaanku, dengan aku menerima keadaan… keadaanku, itu juga, nah itu jadi jalan itu jadi… apa hidup itu menjadi lebih enteng karena udah nggak punya beban ya. Kalau dari saya udah sih Mbak itu saja. Mungkin nanti kalau ada yang kurang jelas, nanti merepotkan Mbak di lain waktu lagi ya Mbak. PROBING Kemarin kan Mbak ngomong soal Mbak selalu mengingatkan VN buat menyampaikan doa kepada Almarhum. Nah itu, kenapa sih Mbak masih berusaha membangun citra yang baik soal Almarhum kepada anak? Ya karena kan sebagai anak… kewajiban… kewajiban anak itu kan harus berbakti kepada orangtua. Jadi ee… ya aku membangun… ee… aku selalu membangun ee… image seorang ayah itu ya memang dia harus
Ya karena kan sebagai anak… kewajiban… kewajiban anak itu kan harus berbakti kepada orangtua. Jadi ee… ya aku membangun… ee… aku selalu membangun ee…
keadaan, menerima keadaan, hidup lebih enteng karena sudah tidak punya beban.
D membangun citra Almarhum sebagai ayah yang harus dihormati karena memang kewajiban anak harus berbakti pada orangtua. Jika masih hidup, ayah harus dihormati. Kalau
Membangun citra Almarhum sebagai ayah yang harus dihormati karena sudah kewajiban anak untuk menghormati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 192
1860 1861 1862 1863 1864 1865 1866 1867 1868 1869 1870 1871 1872 1873 1874 1875 1876 1877 1878 1879 1880 1881 1882 1883 1884 1885 1886 1887 1888 1889 1890
dihormati. Dia harus ee… dihormati ya… kalau masih hidup. Kalau dia sudah meninggal ya berarti kewajiban anak itu kan adalah… kalau di agamaku, di agama Islam, itu harus mengirim doa, gitu. Itu sih, makanya tetep… karena itu kewajiban seorang anak ya, ee… kalau orangtua sudah meninggal ya seharusnya adalah masih mengingat sosok seorang ayah ya dengan cara mengirim doa. Dan aku sih selalu… apa ya… memang membangun image yang bagus di depannya VN, bahwa ya dia ayahmu, harus kamu… kamu harus selalu kirim doa, gitu. Nggak boleh lupa. Walaupun sudah meninggal. Walaupun VNnya juga dia sebenarnya udah lupa bentuknya kayak apa… itu juga sebenarnya udah lupa. Kan masih kecil, waktu itu masih 3 tahun.
image seorang ayah itu ya memang dia harus dihormati. Dia harus ee… dihormati ya… kalau masih hidup. Kalau dia sudah meninggal ya berarti kewajiban anak itu kan adalah… kalau di agamaku, di agama Islam, itu harus mengirim doa, gitu. Itu sih, makanya tetep… karena itu kewajiban seorang anak ya, ee… kalau orangtua sudah meninggal ya seharusnya adalah masih mengingat sosok seorang ayah ya dengan cara mengirim doa. Dan aku sih selalu… apa ya… memang membangun image yang bagus di depannya VN, bahwa ya dia ayahmu, harus kamu… kamu harus selalu kirim doa, gitu. Nggak boleh lupa. Walaupun sudah meninggal. Walaupun VN-nya juga dia sebenarnya udah lupa bentuknya kayak apa… itu juga sebenarnya udah lupa. Kan masih kecil, waktu itu masih 3 tahun.
sudah meninggal, anak harus harus mengingat sosok ayah dengan cara mengirim doa.
orangtua yang masih hidup dan mengingat orangtua yang sudah meninggal dengan mengirim doa.
Sebenarnya VN sudah lupa tentang Almarhum karena waktu Almarhum meninggal ia masih berusia 3 tahun.
VN sudah lupa tentang Almarhum karena ia masih berusia 3 tahun saat Almarhum meninggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 193
1891 1892 1893 1894 1895 1896 1897 1898 1899 1900 1901 1902 1903 1904 1905 1906 1907 1908 1909 1910 1911 1912 1913 1914 1915 1916 1917 1918 1919 1920 1921
Sama ini sih, Mbak, mungkin bisa cerita sedikit, sebelum menikah Mbak D sekolahnya di mana aja, keluarganya bagaimana? Oh. Aku sekolahnya dulu di SMK Negeri YY Yogyakarta jurusan Tataboga. Sebenarnya sih dulu, setamatnya dari SMP aku pengennya… pengen masuk pondok pesantren, cuma ee… apa namanya… sama Ibuku ngga dibolehin. Nggak dibolehinnya karena di pondok pesantren itu kan tidak mudah. Apalagi aku kan sekolahnya tidak ada basic agama, gitu loh. Kan susah… kalau di pesantren itu kan kita nanti belajar bahasa Arab-lah yang ini… pokoknya Ibuku memang tidak merelakan aku belajar di pesantren, karena meli… mem… meli… mem… sepertinya melihat aku kalau di pesantren akunya nggak sanggup, kayak gitu. Padahal akunya waktu itu pengen. Jadi aku waktu itu sekolahnya di boga, dan itu pilihan dari ibuku sama kakakku yang cewek. Karena memang basic keluargaku itu memang
Aku sekolahnya dulu di SMK Negeri YY Yogyakarta jurusan Tataboga. Sebenarnya sih dulu, setamatnya dari SMP aku pengennya… pengen masuk pondok pesantren, cuma ee… apa namanya… sama Ibuku ngga dibolehin. Nggak dibolehinnya karena di pondok pesantren itu kan tidak mudah. Apalagi aku kan sekolahnya tidak ada basic agama, gitu loh. Kan susah… kalau di pesantren itu kan kita nanti belajar bahasa Arab-lah yang ini… pokoknya Ibuku memang tidak merelakan aku belajar di pesantren, karena meli… mem… meli… mem… sepertinya melihat aku kalau di pesantren akunya nggak sanggup, kayak gitu. Padahal akunya waktu itu pengen. Jadi aku waktu itu
D dulu bersekolah di SMK Negeri di Yogyakarta jurursan Tataboga. D sebenarnya ingin masuk pesantren tetapi dilarang ibunya karena takut D tidak sanggup.
D bersekolah di Tataboga
Dulu D bersekolah di SMK Negeri di Yogyakarta jurusan Tataboga sesuai pilihan ibu dan kakak perempuannya. Keluarga D memang berusaha di bidang kuliner hingga sebelum ibu D meninggal. D dilarang masuk pesantren oleh ibunya karena khawatir D tidak sanggup.
Bersekolah di SMK Negeri jurusan Tataboga sesuai pilihan ibu dan kakak perempuan karena dilarang masuk pesantren oleh ibu yang khawatir D tidak sanggup. Keluarga memang berusaha di bidang kuliner hingga sebelum ibu meninggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 194
1922 1923 1924 1925 1926 1927 1928 1929 1930 1931 1932 1933 1934 1935 1936 1937 1938 1939 1940 1941 1942 1943 1944 1945 1946 1947 1948 1949 1950 1951 1952
usaha di bidang kuliner. Gitu. Tapi selepas ibuku meninggal nggak ada yang… nggak ada yang menjalankan. Kemudian, kalau basic dari keluarga… em… keluargaku itu sangat menjunjung budaya patriarki. Saya lihat seperti itu, karena apa… karena ibuku sebagai perempuan Jawa itu sangat menghormati suami, sangat ee… apa ya namanya… ee… laki-laki itu sangat dijunjung, kaya gitu, walaupun mungkin ibuku tidak mau dalam keadaan seperti itu, tapi budaya yang membuat ee… keluargaku ya seperti itu. Jadi kayak bapakku ya merasa bahwa, “Aku laki-laki, aku harus dihormati, aku harus dilayani, seperti itu.”. Dan itu membuat ee… menurutku sebenernya tidak bagus ya, karena sistem demokrasi di dalam keluargaku itu tidak terbangun, gitu, karena selalu apa-apa yang diutamakan adalah laki-laki, kayak gitu. Terutama kakakku yang laki-laki sama bapakku yang laki-laki. Kayak gitu, dan itu menurutku akhirnya melambangkan kekerasan di
sekolahnya di boga, dan itu pilihan dari ibuku sama kakakku yang cewek. Karena memang basic keluargaku itu memang usaha di bidang kuliner. Gitu. Tapi selepas ibuku meninggal nggak ada yang… nggak ada yang menjalankan. Kemudian, kalau basic dari keluarga… em… keluargaku itu sangat menjunjung budaya patriarki. Saya lihat seperti itu, karena apa… karena ibuku sebagai perempuan Jawa itu sangat menghormati suami, sangat ee… apa ya namanya… ee… laki-laki itu sangat dijunjung, kaya gitu, walaupun mungkin ibuku tidak mau dalam keadaan seperti itu, tapi budaya yang membuat ee… keluargaku ya seperti itu. Jadi kayak bapakku ya merasa bahwa, “Aku lakilaki, aku harus dihormati, aku harus dilayani, seperti itu.”. Dan itu membuat ee… menurutku sebenernya tidak bagus ya, karena sistem
sesuai pilihan ibu dan kakak perempuannya. Keluarga D memang berusaha di bidang kuliner hingga sebelum ibu D meninggal.
D merasa keluarganya sangat menjunjung budaya patriarki di mana ibu sebagai wanita Jawa sangat menghormati dan menjunjung suami, sementara kaum laki-laki selalu diutamakan. Menurut D hal tersebut tidak bagus karena menyebabkan demokrasi tidak terbangun dalam keluarga D dan terjadi KDRT dalam bentuk kekerasan psikologis.
D merasa keluarganya sangat menjunjung tinggi budaya patriarki dan hal tersebut tidak bagus karena menyebabkan demokrasi tidak terbagun dan terjadi kekerasan psikologis dalam keluarga.
Merasa keluarga sangat menjunjung budaya patriarki dan hal tersebut tidak bagus karena menyebabkan demokrasi tidak terbagun dan terjadi kekerasan psikologis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 195
1953 1954 1955 1956 1957 1958 1959 1960 1961 1962 1963 1963 1965 1966 1967 1968 1969 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983
dalam keluargaku karena kan ibuku mengalami KDRT. Kekerasan dalam rumah tangga, tapi tidak berbentuk kekerasan fisik, bentuknya kekerasan psikologis.
Oh ya, habis sekolah di SMK, Mbak sempat lanjut studi lagi atau bagaimana? Aku sempat ee… kuliah, tapi setelah VN lahir. Setelah VN umur… berapa ya… berapa tahun gitu, aku lupa, aku sempat kuliah. Tapi ternyata… sebenarnya keinginanku untuk belajar itu sangat tinggi, tapi… ternyata fisik… jadi pikiranku, fisikku, itu nggak mendukung, gitu. Karena anakku pun juga tidak mendukung kan. Si VN itu ee… jadi kalau aku terlalu sering pergi
demokrasi di dalam keluargaku itu tidak terbangun, gitu, karena selalu apa-apa yang diutamakan adalah laki-laki, kayak gitu. Terutama kakakku yang lakilaki sama bapakku yang lakilaki. Kayak gitu, dan itu menurutku akhirnya melambangkan kekerasan di dalam keluargaku karena kan ibuku mengalami KDRT. Kekerasan dalam rumah tangga, tapi tidak berbentuk kekerasan fisik, bentuknya kekerasan psikologis.
Aku sempat ee… kuliah, tapi setelah VN lahir. Setelah VN umur… berapa ya… berapa tahun gitu, aku lupa, aku sempat kuliah. Tapi ternyata… sebenarnya keinginanku untuk belajar itu sangat tinggi, tapi… ternyata fisik… jadi pikiranku, fisikku, itu nggak mendukung, gitu. Karena anakku pun juga tidak
Setelah VN lahir, D sempat kuliah tetapi tidak didukung oleh kemampuan fisik, pikiran, dan juga VN yang tidak menginginkan D terlalu sering pergi.
D sempat kuliah setelah VN lahir, tetapi tidak didukung kemampuan fisik dan pikiran, juga VN.
Sempat kuliah setelah VN lahir, tetapi tidak didukung kemampuan fisik dan pikiran, juga VN.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 196
1984 1985 1986 1987 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
pun, dia nggak suka, gitu. Jadi antara aku pengen melanjutkan pendidikan, aku juga ee… harus momong anak karena aku juga perannya sebagai ibu rumah tangga, dan aku juga berperan sebagai wanita karir karena aku harus bekerja. Itu sangat berat, gitu. Ya akhirnya aku ee… nggak itu ee…
Sempat kuliah di mana Mbak pada saat itu? Waktu itu aku sempat ngambil di UT sih sebenarnya. Universitas Terbuka. Waktu itu sebenarnya ada dua pilihan, antara Universitas Terbuka atau Universitas Mercu Buana, ya, yang bisa diambil kelas malam, gitu. Tapi, saudaraku kan, saudara aku dari Almarhum itu ada yang sudah di UT, gitu. Katanya waktunya lebih fleksibel, ginigini, tapi ternyata ehm… susah juga ya karena kita harus belajar sendiri, kita… emang sih buku
mendukung kan. Si VN itu ee… jadi kalau aku terlalu sering pergi pun, dia nggak suka, gitu. Jadi antara aku pengen melanjutkan pendidikan, aku juga ee… harus momong anak karena aku juga perannya sebagai ibu rumah tangga, dan aku juga berperan sebagai wanita karir karena aku harus bekerja. Itu sangat berat, gitu. Ya akhirnya aku ee… nggak itu ee… Waktu itu aku sempat ngambil di UT sih sebenarnya. Universitas Terbuka. Waktu itu sebenarnya ada dua pilihan, antara Universitas Terbuka atau Universitas Mercu Buana, ya, yang bisa diambil kelas malam, gitu. Tapi, saudaraku kan, saudara aku dari Almarhum itu ada yang sudah di UT, gitu. Katanya waktunya lebih fleksibel, gini-gini, tapi ternyata
Akhirnya tidak melanjutkan kuliah karena merasa terlalu berat berbagi dengan peran sebagai ibu rumah tangga dan wanita karir.
Tidak melanjutkan kuliah karena berat dengan peran ibu rumah tangga dan wanita karir.
Tidak melanjutkan kuliah karena berat dengan peran ibu rumah tangga dan wanita karir.
D sempat berkuliah di Universitas Terbuka karena mendengar bahwa waktunya lebih fleksibel. Menurut D, ternyata tetap susah dan ia tidak mampu karena harus belajar sendiri.
D sempat berkuliah di Universitas Terbuka karena mendengar bahwa waktunya fleksibel, tetapi ternyata tetap tidak mampu karena harus belajar sendiri.
Sempat berkuliah di Universitas Terbuka karena mendengar bahwa waktunya fleksibel, tetapi ternyata tetap tidak mampu harus belajar sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 197
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041 2042 2043 2044 2045 2046
kita beli, kayak gitu-gitu. Tapi ehm… susah juga ya karena kita harus belajar sendiri dan itu kita harus belajar sendiri, aku nggak mampu sih, waktu itu. kita… emang sih buku kita beli, kayak gitu-gitu. Tapi kita harus belajar sendiri dan itu aku nggak mampu sih, waktu itu. Ambil apa Mbak waktu itu? Aku sih sebenarnya pengen Aku sih sebenarnya pengen Psikologi, waktu itu. Tapi kan Psikologi, waktu itu. Tapi ternayata di situ tuh nggak ada. kan ternayata di situ tuh Jadi akhirnya aku ngambilnya nggak ada. Jadi akhirnya aku Komunikasi, karena aku memang ngambilnya Komunikasi, suka ngomong. karena aku memang suka ngomong. Itu Mbak kuliahnya sebelum Mbak ikut konferensi JOTI apa sesudahnya Mbak? Kayaknya setelah deh. Tahun Kayaknya setelah deh. Tahun 2011 kayaknya. 2010, 2011 2011 kayaknya. 2010, 2011 kayaknya. kayaknya. Mbak sempat kuliah berapa lama? Em… cuma satu semester aja. Em… cuma satu semester Karena menurutku juga aku salah aja. Karena menurutku juga pilih kuliah, gitu loh. Mungkin aku salah pilih kuliah, gitu kalau aku ngambilnya di Mercu loh. Mungkin kalau aku Buana, mungkin akan lebih ngambilnya di Mercu Buana, tersistem, ya. Kayak gitu. mungkin akan lebih Ternyata di UT itu kita harus tersistem, ya. Kayak gitu. belajar sendiri. Kalau mau ketemu Ternyata di UT itu kita harus
D ingin kuliah Psikologi tetapi tidak ada, sehingga ia mengambil Komunikasi karena suka ngomong.
Ingin kuliah Psikologi tetapi tidak ada, sehingga mengambil Komunikasi karena suka ngomong.
Berkuliah setelah JOTI, sekitar tahun 2011. D hanya berkuliah satu semester. D merasa ia salah memilih kuliah karena harus belajar sendiri.
D hanya berkuliah satu semester dan merasa salah memilih kuliah karena harus belajar sendiri.
Hanya berkuliah satu semester dan merasa salah memilih kuliah karena harus belajar sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 198
2047 2048 2049 2050 2051 2052 2053 2054 2055 2056 2057 2058 2059 2060 2061 2062 2063 2064 2065 2066 2067 2068 2069 2070 2071 2072 2073 2074 2075 2076 2077
dosen kita harus ee… kita harus bentuk 14 orang, kayak gitu-gitu. Ternyata rumit. Dan ternyata itu berat. Kita belajar sendiri kan nggak ada pa… ya panduannya cuma buku, gitu. Eem. Terus, Mbak, kalau boleh tahu, dulu waktu Mbak masih kecil itu orangtuanya Mbak kerja apa? Kan Mbak sempat menyinggung tentang orangtua yang sibuk bekerja? E… ya itu, usaha kuliner itu. Jadi, ibuku itu dari kecil… dari aku kecil itu ee… jualan makanan. Jadi, jualan soto… juga… jadi kalau pagi itu jualan soto. Nah, nanti kalau udah menjelang siang, sampe malem, itu jualannya gudeg. Jualan gudeg iya, terus juga apa namanya… ada sate, tongseng, gulai, kayak gitu. Itu juga iya. Sampai malam. Jadi benar-benar ibuku itu keluar rumah itu jam 5 pagi, pulang ke rumah itu 11 malam. Jualannya di Jalan Pasar Kembang.
belajar sendiri. Kalau mau ketemu dosen kita harus ee… kita harus bentuk 14 orang, kayak gitu-gitu. Ternyata rumit. Dan ternyata itu berat. Kita belajar sendiri kan nggak ada pa… ya panduannya cuma buku, gitu.
E… ya itu, usaha kuliner itu. Keluarga D memiliki usaha Jadi, ibuku itu dari kecil… kuliner. Ibu D berjualan dari aku kecil itu ee… jualan makanan. makanan. Jadi, jualan soto… juga… jadi kalau pagi itu jualan soto. Nah, nanti kalau udah menjelang siang, sampe malem, itu jualannya gudeg. Jualan gudeg iya, terus juga apa namanya… ada sate, tongseng, gulai, kayak gitu. Itu juga iya. Sampai malam. Jadi benar-benar ibuku itu keluar rumah itu jam 5 pagi, pulang ke rumah itu 11 malam. Jualannya di Jalan Pasar Kembang.
Keluarga memiliki usaha kuliner, ibu berjualan makanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 199
2078 2079 2080 2081 2082 2083 2084 2085 2086 2087 2088 2089 2090 2091 2092 2093 2094 2095 2096 2097 2098 2099 2100 2101 2102 2103 2104 2105 2106 2107 2108
Rumahnya Mbak di mana waktu itu? Di Kota Baru. Kemudian bapakku sendiri kerja di Laboratorium CITO, laboratorium swasta, di CITO. Laboratorium kesehatan. Nah, setelah bapakku pensiun kerja di Laboratorium CITO, kemudian… terus akhirnya bapakku buka usaha bunga. X Florist itu. Makanya kan juga acara-acara Duta HIV AIDS atau apa kan pasti selalu jadi sponsor juga. Terus kalau tempat makannya ibu, berarti sekarang udah nggak ya Mbak? Sekarang dikontrakin. Jadi ibu itu, waktu aku kecil punya kios. Kiosnya itu di Jalan Pasar Kembang. Nah sekarang di kontrak sama orang. Nah, kan habis itu kan kiosnya itu dikontrak, ibuku jualan soto di deket rumah, di trotoar gitu lah, tapi itu resmi, ada izin PKLnya gitu lah. Gitu. Nah kemudian setelah bapakku pensiun dari usaha… pensiun di laboratorium
Di Kota Baru. Kemudian bapakku sendiri kerja di Laboratorium CITO, laboratorium swasta, di CITO. Laboratorium kesehatan. Nah, setelah bapakku pensiun kerja di Laboratorium CITO, kemudian… terus akhirnya bapakku buka usaha bunga. X Florist itu. Makanya kan juga acara-acara Duta HIV AIDS atau apa kan pasti selalu jadi sponsor juga.
Ayah D bekerja di laboratorium swasta, kemudian membuka usaha bunga selepas pensiun.
Ayah bekerja di laboratorium, kemudian membuka usaha bunga selepas pensiun.
Sekarang dikontrakin. Jadi ibu itu, waktu aku kecil punya kios. Kiosnya itu di Jalan Pasar Kembang. Nah sekarang di kontrak sama orang. Nah, kan habis itu kan kiosnya itu dikontrak, ibuku jualan soto di deket rumah, di trotoar gitu lah, tapi itu resmi, ada izin PKLnya gitu lah. Gitu. Nah kemudian setelah bapakku pensiun dari
Ibu D dulu memiliki kios makanan yang kemudian dikontrakkan sehingga ia kemudian berjualan di trotoar. Setelah bapak D pensiun, orangtua D membuka usaha bunga sehingga lahan PKL di trotoar juga dikontrakkan.
Ibu D memiliki kios makanan yang dikontrakkan sehingga ia berjualan di trotoar. Setelah punya usaha bunga, lahan di trotoar juga dikontrakkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 200
2109 2110 2111 2112 2113 2114 2115 2116 2117 2118 2119 2120 2121 2122 2123 2124 2125 2126 2127 2128 2129 2130 2131 2132 2133 2134 2135 2136 2137 2138 2139
swasta itu, bapak ibuku membidik nih, kayaknya ada peluang usaha yang lebih bagus, yaitu jualan bunga, karena di situ kan memang sentra penjualan bunga. Terus akhirnya bapak ibuku jualan bunga, terus lahan PKL yang di trotoar itu disewakan orang lain. Kebetulan saat ini memang sedang kosong. Tapi, tadi sih hari ini udah ada orang yang sempat nanya-nanya sih.
usaha… pensiun di laboratorium swasta itu, bapak ibuku membidik nih, kayaknya ada peluang usaha yang lebih bagus, yaitu jualan bunga, karena di situ kan memang sentra penjualan bunga. Terus akhirnya bapak ibuku jualan bunga, terus lahan PKL yang di trotoar itu disewakan orang lain. Kebetulan saat ini memang sedang kosong. Tapi, tadi sih hari ini udah ada orang yang sempat nanya-nanya sih.
Terus, bapaknya Mbak D waktu di laboratorium berarti bekerja sebagai apa Mbak? Jadi PU. Pekerjaan Umum. Ya Jadi PU. Pekerjaan Umum. serabutanlah, kalau PU itu. Ya serabutanlah, kalau PU Nganter-nganter darah biasanya. itu. Nganter-nganter darah biasanya. Oh gitu. Terus, kalau saudarasaudaranya Mbak, yang pertama berarti cewek ya Mbak? He em. Mbakku yang cewek itu Mbakku yang cewek itu umurnya sekarang 40 tahun. Itu umurnya sekarang 40 tahun. sudah berkeluarga. Ee… punya Itu sudah berkeluarga. Ee… anak 2. Nah itu mbakku juga jadi punya anak 2. Nah itu
Bapak D bekerja sebagai bagian Pekerjaan Umum di Laboratorium, biasa mengantar darah.
Bapak bekerja di bagian Pekerjaan Umum Laboratorium, biasa mengantar darah. Kakak perempuan pertama berumur 40 tahun, menjadi tulang punggung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 201
2140 2141 2142 2143 2144 2145 2146 2147 2148 2149 2150 2151 2152 2153 2154 2155 2156 2157 2158 2159 2160 2161 2162 2163 2164 2165 2166 2167 2168 2169 2170
tulang punggung keluarga karena suaminya kan sakit diabetes. Sejak umur 30 tahun suaminya sakit diabetes, kemudian juga sempat komplikasi ke saraf ya, karena memang waktu itu nggak mau pengobatan medis, maunya ke pengobatan herbal, kayak gitu mbakku yang pertama. Mbakku yang pertama usahanya usaha laundry di rumahku di Kota Baru itu. Tapi tinggalnya nggak di Kota Baru. Tinggalnya di dekat KR. Kemudian mbakku yang nomor dua, sama kakakku yang… mbakku yang nomor dua itu sekarang menjalankan bisnis keluargaku yang bunga itu. Bunga itu… sama kakakku yang nomor empat. Menjalankan usaha bunga, kakakku yang nomor dua sama nomor empat. Kalau kakakku yang nomor tiga udah menikah, anaknya dua, tinggalnya di Bantul. Usahanya laundry juga.
mbakku juga jadi tulang punggung keluarga karena suaminya kan sakit diabetes. Sejak umur 30 tahun suaminya sakit diabetes, kemudian juga sempat komplikasi ke saraf ya, karena memang waktu itu nggak mau pengobatan medis, maunya ke pengobatan herbal, kayak gitu mbakku yang pertama. Mbakku yang pertama usahanya usaha laundry di rumahku di Kota Baru itu. Tapi tinggalnya nggak di Kota Baru. Tinggalnya di dekat KR. Kemudian mbakku yang nomor dua, sama kakakku yang… mbakku yang nomor dua itu sekarang menjalankan bisnis keluargaku yang bunga itu. Bunga itu… sama kakakku yang nomor empat. Menjalankan usaha bunga, kakakku yang nomor dua sama nomor empat. Kalau kakakku yang nomor tiga udah menikah, anaknya
bagi kedua anaknya dengan usaha laundry karena suaminya meninggal akibat diabetes dan sakit saraf.
Kakak perempuan kedua dan kakak laki-laki menjalankan usaha bunga keluarga. Kakak perempuan ketiga sudah menikah dan beranak dua, juga memiliki usaha laundry dan tinggal di Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 202
2171 2172 2173 2174 2175 2176 2177 2178 2179 2180 2181 2182 2183 2184 2185 2186 2187 2188 2189 2190 2191 2192 2193 2194 2195 2196 2197 2198 2199 2200 2201
Kakak yang cowok itu yang nomor berapa Mbak? Nomor empat. Oh gitu. Oh ya Mbak, berarti Mbak setelah yang kuliah itu langsung kerja di V+ ya? Nggak. Jadi aku di V+ itu kan awalnya dari tahun 2007. Nah kemudian jadi pengurus KDS D itu tahun 2008. KDS D itu kan bukan gaji ya, tapi lebih ke insentif, uang insentif, kayak gitu ya. Jadi waktu itu per bulan itu dapat 300 ribu lah. Walaupun kita disebutnya relawan, tapi itu tetap ada penggantian uang transport. Itu waktu itu sebulan 300 ribu. Kemudian, ee… setelah itu di tahun 2008, kalau nggak salah, sampai tahun 2009, saya sempat bekerja di V Café. Jadi V Café itu juga unit usahanya V+ di bidang income generating. Itu di Jalan Palagan. Tapi aku waktu itu cuma bertahan hanya setahun kalau nggak salah di situ, di bagian waitress, karena di situ ternyata kesehatanku mulai menurun. Jadi aku… kan waktu itu aku belum
dua, tinggalnya di Bantul. Usahanya laundry juga.
Nggak. Jadi aku di V+ itu kan awalnya dari tahun 2007. Nah kemudian jadi pengurus KDS D itu tahun 2008. KDS D itu kan bukan gaji ya, tapi lebih ke insentif, uang insentif, kayak gitu ya. Jadi waktu itu per bulan itu dapat 300 ribu lah. Walaupun kita disebutnya relawan, tapi itu tetap ada penggantian uang transport. Itu waktu itu sebulan 300 ribu. Kemudian, ee… setelah itu di tahun 2008, kalau nggak salah, sampai tahun 2009, saya sempat bekerja di V Café. Jadi V Café itu juga unit usahanya V+ di bidang income generating. Itu di Jalan Palagan. Tapi aku waktu itu cuma bertahan hanya setahun kalau
D di V+ dari tahun 2007, kemudian menjadi pengurus KDS D tahun 2008 dengan uang insentif sebesar 300 ribu. Tahun 2008an, D bekerja di V Café, unit usaha V+ di bidang income generating.
D bertahan hanya setahun di V café karena kesehatannya
D di V+ dari 2007, kemudian menjadi pengurus KDS D tahun 2008 dengan uang insentif 300rb. D juga bekerja di V Café, unit usaha V+ pada 2008, dan hanya bertahan setahun. Kesehatan D menurun dari stadium 1 menjadi 2 dan terkena Herpes karena jam kerja yang panjang dan berat sehingga ia memulai terapi pada Agustus 2008. KDS D membuat proposal pada 2010 dan tembus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 203
2202 2203 2204 2205 2206 2207 2208 2209 2210 2211 2212 2213 2214 2215 2216 2217 2218 2219 2220 2221 2222 2223 2224 2225 2226 2227 2228 2229 2230 2231 2232
pengobatan. Itu kan kerjanya malem ya kalau kita kerja di café itu. Kita kerja dari jam 3 setengah sore sampe pulangnya setengah 11 malem. Nah aku yang tadinya habis stadium 1, karena mungkin juga capek, kerja malem, akhirnya turun jadi stadium 2, kena Herpes waktu itu. Nah setelah dari itu aku memutuskan berhenti dari V café. Tahun 2008 waktu itu. Kemudian Agustus 2008 aku baru memulai terapi. Setelah itu baru di tahun 2010, V+ membu… eh nggak, setelah itu tahun 2010 awal KDS D itu kan kita bikin proposal. Ee… ternyata tembus sampai ke lembaga donor, waktu itu namanya Hivos. Sempat aku bekerja di bagian Pengorganisasian Basis Massa. Aku tugasnya mengkoordinir kegiatan-kegiatan, kayak gitu. Seperti itu. Walaupun di lapangan ya ternyata aku juga menjangkau, segala macam. Itu tahun 2010 awal. Karena programnya hanya 10 bulan. Masuk tahun 2010 akhir, baru ada program Pendukung Sebaya yang memang
nggak salah di situ, di bagian waitress, karena di situ ternyata kesehatanku mulai menurun. Jadi aku… kan waktu itu aku belum pengobatan. Itu kan kerjanya malem ya kalau kita kerja di café itu. Kita kerja dari jam 3 setengah sore sampe pulangnya setengah 11 malem. Nah aku yang tadinya habis stadium 1, karena mungkin juga capek, kerja malem, akhirnya turun jadi stadium 2, kena Herpes waktu itu. Nah setelah dari itu aku memutuskan berhenti dari V café. Tahun 2008 waktu itu. Kemudian Agustus 2008 aku baru memulai terapi. Setelah itu baru di tahun 2010, V+ membu… eh nggak, setelah itu tahun 2010 awal KDS D itu kan kita bikin proposal. Ee… ternyata tembus sampai ke lembaga donor, waktu itu namanya Hivos. Sempat aku bekerja di bagian Pengorganisasian Basis Massa. Aku tugasnya
mulai menurun akibat belum memulai pengobatan. Jam kerja yang panjang membuat D dari stadium 1 menjadi stadium 2 dan terkena Herpes.
Agustus 2008, D memulai terapi. Tahun 2010, KDS D membuat proposal dan tembus ke lembaga Donor Hivos di mana D bekerja di bagian Pengorganisasian Basis Massa selama 10 bulan.
ke lembaga Donor Hivos di mana D bekerja di bagian Pengorganisasian Basis Massa selama 10 bulan. Akhir 2010, di V+ ada program Pendukung Sebaya dengan gaji bulanan dan D menjadi Pendukung Sebaya selama setahun. Setelahnya, terjadi perampingan sehingga D berenti dan membantu KDS di Gunung Kidul dengan uang transport 100 ribu. D merasa orang lain tidak akan mau melakukan pekerjaan tersebut tapi D melakukan karena ia ingin melayani, hidup di dunia sosial. D hanya beberapa bulan di KDS K
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 204
2233 2234 2235 2236 2237 2238 2239 2240 2241 2242 2243 2244 2245 2246 2247 2248 2249 2250 2251 2252 2253 2254 2255 2256 2257 2258 2259 2260 2261 2262 2263
dapet gaji bulanan lah, kayak gitu, di V+. Pendukung Sebaya di V+ itu sejak 2010. Sejak menjadi PS itu setahun kalau nggak salah. Setelah itu kan ada perampingan. Ada perampingan, sempat berhenti sebentar kemudian saya sempat membantu teman-teman KDS di Gunung Kidul. Tapi, hanya beberapa bulan membantu di situ. Ya sama, bentuknya kayak KDS D bikin pertemuan tiap bulan. Dan itu karena KDSnya juga masih baru, masih merintis itu… di… dapet apa… uang transport itu sebulan 100 ribu. Gitu. Itu mungkin kalau orang lain nggak bakal mau, Tiffany, karena jauh, aku harus naik turun gunung, aku bikin pertemuan, kayak gitu-gitu. Tapi kalau aku kan, aku dari awal aku memang pengen pelayanan ya istilahnya. Aku pengen di dunia sosial. Jadi walaupun aku ditugaskan di Gunung Kidul, membuat pertemuan sebulan sekali dengan uang transport 100ribu, aku tetap happy menjalani, kayak gitu. Aku nggak lama di KDS Kendari itu. Nggak lama, kan hanya untuk…
mengkoordinir kegiatankegiatan, kayak gitu. Seperti itu. Walaupun di lapangan ya ternyata aku juga menjangkau, segala macam. Itu tahun 2010 awal. Karena programnya hanya 10 bulan. Masuk tahun 2010 akhir, baru ada program Pendukung Sebaya yang memang dapet gaji bulanan lah, kayak gitu, di V+. Pendukung Sebaya di V+ itu sejak 2010. Sejak menjadi PS itu setahun kalau nggak salah. Setelah itu kan ada perampingan. Ada perampingan, sempat berhenti sebentar kemudian saya sempat membantu teman-teman KDS di Gunung Kidul. Tapi, hanya beberapa bulan membantu di situ. Ya sama, bentuknya kayak KDS D bikin pertemuan tiap bulan. Dan itu karena KDSnya juga masih baru, masih merintis itu… di… dapet apa… uang transport itu sebulan 100 ribu. Gitu. Itu mungkin kalau orang lain nggak bakal mau,
Tahun 2010 akhir, di V+ ada program Pendukung Sebaya dengan gaji bulanan dan D menjadi Pendukung Sebaya selama setahun. Setelah setahun, terjadi perampingan sehingga D berenti dan membantu KDS di Gunung Kidul dengan uang transport 100 ribu. D merasa orang lain tidak akan mau melakukan pekerjaan tersebut dengan gaji demikian. D mau melakukan karena ia ingin melayani, hidup di dunia sosial.
untuk merintis, kemudian pada 2011, D mendaftar dan diterima sebagai Konselor Sebaya hingga 2013 di V+. D kemudian menjadi Koordinator Pedukung Sebaya dari 2013 hingga 2015. Pada 2016, ada perampingan lagi sehingga D secara struktural V+ menjadi Koordinator Wilayah Kota Yogyakarta, sementara di Yayasan Sp yang mendanai V+, D tetap Pendukung Sebaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 205
2264 2265 2266 2267 2268 2269 2270 2271 2272 2273 2274 2275 2276 2277 2278 2279 2280 2281 2282 2283 2284 2285 2286 2287 2288 2289 2290 2291 2292 2293 2294
kayak untuk merintis gitu, kan, merintis KDS tersebut. Hanya beberapa bulanlah setelah itu, kemudian V+ membuka lowongan Konselor Sebaya. Aku daftar. Waktu itu hanya dibutuhkan satu orang Konselor Sebaya. Di tahun 2011. Ternyata aku lolos, terus aku jadi Konselor Sebaya dari 2011 sampai 2013. Nah di 2013 itu, V+ membuka lagi lowongan sebagai Koordinator PS. Ternyata aku dicalonkan menjadi Koordinator PS dari 2013 sampai 2015. Kayak gitu. Kemudian, di tahun 2016, itu kan… apa ya… kerja di yayasan seperti ini kan dia akan… siklusnya akan berubah-berubah. Nah ternyata, ada perampingan lagi. Konselor… eh… Pendukung apa… Koordinator PS itu ada perampingan… yang tadinya tiga orang, ternyata hanya satu orang, gitu. Akhirnya aku sekarang secara… apa ya… secara struktural di Yayasan Sp yang mendanai, aku Pendukung Sebaya. Tapi di V+ sendiri, jadi kita kayak punya kesepakatan intern gitu loh. Jadi ada skema
Tiffany, karena jauh, aku harus naik turun gunung, aku bikin pertemuan, kayak gitugitu. Tapi kalau aku kan, aku dari awal aku memang pengen pelayanan ya istilahnya. Aku pengen di dunia sosial. Jadi walaupun aku ditugaskan di Gunung Kidul, membuat pertemuan sebulan sekali dengan uang transport 100ribu, aku tetap happy menjalani, kayak gitu. Aku nggak lama di KDS K itu. Nggak lama, kan hanya untuk… kayak untuk merintis gitu, kan, merintis KDS tersebut. Hanya beberapa bulanlah setelah itu, kemudian V+ membuka lowongan Konselor Sebaya. Aku daftar. Waktu itu hanya dibutuhkan satu orang Konselor Sebaya. Di tahun 2011. Ternyata aku lolos, terus aku jadi Konselor Sebaya dari 2011 sampai 2013. Nah di 2013 itu, V+ membuka lagi lowongan sebagai Koordinator PS.
D tidak lama di KDS K karena hanya untuk merintis. Beberapa bulan kemudian, di tahun 2011, V+ membuka lowongan Konselor Sebaya. D mendaftar dan diterima menjadi konselor hingga 2013.
D kemudian Koordinator
menjadi Pedukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 206
2295 2296 2297 2298 2299 2300 2301 2302 2303 2304 2305 2306 2307 2308 2309 2310 2311 2312 2313 2314 2315 2316 2317 2318 2319 2320 2321 2322 2323 2324 2325
intern, bahwa… kan kalau direkturnya itu kan Kak S. Kemudian di bawahnya Kak S. itu ada koordinator PS. Yaitu di bawahnya Kak Y. Nah di bawah koordinator PS ini, di V+ sendiri punya kayak struktur sendiri, gitu loh. Itu namanya Koordinator Wilayah. Itu ada Koordinator Wilayah Sleman, itu Al. Koordinator Wilayah Kota, itu aku. Koordinator Wilayah Bantul itu Mbak Ai. Itu… itu tapi intern di V+ ya, kalau di Sp ya aku ya sama kayak yang lain yaitu Pendukung Sebaya.
Ternyata aku dicalonkan menjadi Koordinator PS dari 2013 sampai 2015. Kayak gitu. Kemudian, di tahun 2016, itu kan… apa ya… kerja di yayasan seperti ini kan dia akan… siklusnya akan berubah-berubah. Nah ternyata, ada perampingan lagi. Konselor… eh… Pendukung apa… Koordinator PS itu ada perampingan… yang tadinya tiga orang, ternyata hanya satu orang, gitu. Akhirnya aku sekarang secara… apa ya… secara struktural di Yayasan Sp yang mendanai, aku Pendukung Sebaya. Tapi di V+ sendiri, jadi kita kayak punya kesepakatan intern gitu loh. Jadi ada skema intern, bahwa… kan kalau direkturnya itu kan Kak S. Kemudian di bawahnya Kak S. itu ada koordinator PS. Yaitu di bawahnya Kak Y. Nah di bawah koordinator PS ini, di V+ sendiri punya kayak struktur sendiri, gitu
Sebaya dari tahun 2013 hingga 2015.
Pada 2016, ada perampingan lagi sehingga D secara struktural di V+ menjadi Koordinator Wilayah Kota Yogyakarta, sementara di Yayasan Sp yang mendanai V+, D tetap Pendukung Sebaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 207
2326 2327 2328 2329 2330 2331 2332 2333 2334 2335 2336 2337 2338 2339 2340 2341 2342 2343 2344 2345 2346 2347 2348 2349 2350 2351 2352 2353 2354 2355 2356
Oh gitu. Lalu Almarhum waktu itu sempat kerja apa ya Mbak? Ee… kalau almarhum kan waktu itu ee… usahanya ini loh… rental mobil. Itu sebelum menikah apa sesudah menikah, Mbak? Sesudah menikah. Kalau sebelum menikah, dia itu mahasiswa. Dia mahasiswa. Tapi memang dia itu nggak niat, nggak niat kuliahlah gitu. Kuliahnya waktu itu di STIE Y. Cuma kan, karena aku melihat karena dia juga masih sangat adiksi dengan narkoba, kayak gitu-gitu, kuliahnya berantakan. Akhirnya dia di DO. Dari STIE Y dia di DO. Setelah di DO, dia sempat kursus Bahasa Inggris sama kursus komputer. Ngambil
loh. Itu namanya Koordinator Wilayah. Itu ada Koordinator Wilayah Sleman, itu Al. Koordinator Wilayah Kota, itu aku. Koordinator Wilayah Bantul itu Mbak Ai. Itu… itu tapi intern di V+ ya, kalau di Sp ya aku ya sama kayak yang lain yaitu Pendukung Sebaya. Ee… kalau almarhum kan waktu itu ee… usahanya ini loh… rental mobil.
Almarhum usaha rental mobil.
Sesudah menikah. Kalau sebelum menikah, dia itu mahasiswa. Dia mahasiswa. Tapi memang dia itu nggak niat, nggak niat kuliahlah gitu. Kuliahnya waktu itu di STIE Y. Cuma kan, karena aku melihat karena dia juga masih sangat adiksi dengan narkoba, kayak gitu-gitu, kuliahnya berantakan. Akhirnya dia di DO. Dari STIE Y dia di DO. Setelah di
Sebelum menikah, Almarhum merupakan mahasiswa. Menurut D, almarhum tidak niat kuliah dan kuliahnya berantakan karena adiksi narkoba. Almarhum di-DO dan mengambil kursus Bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 208
2357 2358 2359 2360 2361 2362 2363 2364 2365 2366 2367 2368 2369 2370 2371 2372 2373 2374 2375 2376 2377 2378 2379 2380 2381 2382 2383 2384 2385 2386 2387
kursus-kursuslah, kayak gitu. Tapi ya emang dasarnya nggak niat ya, kulihat, ee… akhirnya setelah itu apa namanya… sama ibu mertuaku dikasih usaha… apa… bisnis rental mobil. Gitu. Aku pun, waktu itu, waktu umur VN satu tahun, jadi waktu tahun 2004 ya, itu juga sempat punya warung makan, waktu itu. Aku sempat punya usaha warung makan, cuma ya waktu itu namanya juga masih remaja ya, aku nggak bisa mengelola keuangan, kayak gitu.
Berapa lama Mbak itu? Kayaknya cuma setahun deh. Nyewanya cuma setahun, di depan Casa Grande, tapi ternyata progressnya nggak berkembang ya akhirnya kita nggak nyewa lagi. Gitu. Baik Mbak, saya kira cukup. Terima kasih Mbak kesediaannya.
DO, dia sempat kursus Bahasa Inggris sama kursus komputer. Ngambil kursuskursuslah, kayak gitu. Tapi ya emang dasarnya nggak niat ya, kulihat, ee… akhirnya setelah itu apa namanya… sama ibu mertuaku dikasih usaha… apa… bisnis rental mobil. Aku pun, waktu itu, waktu umur VN satu tahun, jadi waktu tahun 2004 ya, itu juga sempat punya warung makan, waktu itu. Aku sempat punya usaha warung makan, cuma ya waktu itu namanya juga masih remaja ya, aku nggak bisa mengelola keuangan, kayak gitu.
Inggris dan Komputer. Oleh ibunya, Almarhum diberi usaha rental mobil.
Saat VN satu tahun, 2004, D punya warung makan tetapi gagal karena tidak bisa megelola keuangan.
Punya warung makan pada 2004 selama setahun, saat VN satu tahun, tetapi gagal karena tidak bisa megelola keuangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 209
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Lampiran 5. Tabel AIK I Informan II Verbatim
Selamat siang, Mbak. Sebelumnya, izinkan saya untuk memperkenalkan diri sekali lagi… Saya Tiffany dari Universitas Sanata Dharma. Kemarin saya mendapatkan kontak Mbak T dari Mbak D, karena kebetulan beliau juga merupakan partisipan dalam penelitian saya. Dalam penelitian ini, saya akan lebih banyak bertanya tentang pengalaman Mbak terkait HIV. Iya. Sebelumnya, mungkin Mbak T bisa bercerita sedikit mengenai diri Mbak T? Ee… kalau aku… tinggalnya… kan orang Gunung Kidul. Tinggal di Wonosari, Gunung Kidul. Ee… kalau kerjaan sehari-hari sih, yang kerjaan utamanya memang di V+ ini, sebagai Pendukung Sebaya. Sebagai ibu rumah tangga juga di rumah. Kan saya punya anak satu, punya suami juga. Ee… suami yang dulu sudah meninggal… terus, sekarang udah menikah lagi. Gitu. Ee… Senen sampe
Satuan Makna
Kalau aku… tinggalnya… kan orang Gunung Kidul. Tinggal di Wonosari, Gunung Kidul. Kalau kerjaan sehari-hari sih, yang kerjaan utamanya memang di V+ ini, sebagai Pendukung Sebaya. Sebagai ibu rumah tangga juga di rumah. Kan saya punya anak satu, punya suami juga. Suami
Satuan Makna Dipadatkan 1
T tinggal di Gunung Kidul.
Satuan Makna Dipadatkan 2
Kode
Wonosari, T berdomisili di Wonosari, Berdomsili di Gunung Kidul. Wonosari, Gunung Kidul.
Kerjaan utama di V+ sebagai Pendukung Sebaya, juga sebagai ibu rumah tangga di rumah.
T bekerja sebagai Ibu rumah tangga, Pendukung Sebaya di V+, juga Pendukung juga sebagai ibu rumah Sebaya di V+. tangga.
T memiliki seorang anak. T menikah lagi setelah Memiliki seorang Suami T yang dulu sudah suaminya meninggal. T anak. Menikah lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 210
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Jumat saya kerja di V+. Ke V+nya cuma Selasa sama Jumat aja. Kalau hari-hari lainnya biasanya cuma di RSUD W. Ke sininya Selasa, di S. Hari Jumat rapat di sini.
Terus, itu anaknya satu Mbak? Satu. Sekarang kelas 6 SD. Jadi, sehari-hari bagaimana Mbak membagi antara kerjaan dan peran sebagai ibu rumah tangga? Di rumah ya pagi udah beresberes dulu sebelum berangkat kerja. Jadi… udah masak dulu, udah nyiapin untuk anak sekolah. Kayak gitu. Kalau udah beres rumah, berangkat. Jadi, nanti pulangnya sore, Mbak? Pulangnya sore. Kalau ke rumah sakit yang W itu dari jam berapa, Mbak? Sampai rumah sakitnya yah paling jam-jam 9 pagi. Nanti sampe selese itu biasanya jam 2
yang dulu sudah meninggal… terus, sekarang udah menikah lagi. Senen sampe Jumat saya kerja di V+. Ke V+nya cuma Selasa sama Jumat aja. Kalau hari-hari lainnya biasanya cuma di RSUD W. Ke sininya Selasa, di S. Hari Jumat rapat di sini.
meninggal dan T sudah memiliki seorang anak. menikah lagi.
setelah suami meninggal.
Satu. Sekarang kelas 6 SD.
Memiliki 1 anak, kelas 6 SD.
Di rumah ya pagi udah beres-beres dulu sebelum berangkat kerja. Jadi… udah masak dulu, udah nyiapin untuk anak sekolah. Kalau udah beres rumah, berangkat.
T pagi beres-beres, masak, T berangkat kerja kalau Berangkat kerja dan menyiapkan untuk anak pekerjaan rumah sudah setelah pekerjaan sekolah sebelum berangkat beres. rumah beres. kerja. Berangkat kalau rumah sudah beres.
Pulangnya sore.
T pulang kerja sore hari.
T bekerja di V+ hari Senin hingga Jumat. Pada hari Selasa, T berada di rumah sakit S dan hari Jumat rapat di kantor V+, sementara hari lainnya T berada di RSUD W. Memiliki 1 anak, kelas 6 SD.
Pulang kerja sore.
Sampai rumah sakitnya yah T biasanya di RSUD W Biasanya T di RSUD W dari Berada di RSUD paling jam-jam 9 pagi. Nanti jam 9 pagi hingga jam 2 jam 9 pagi hingga 2 sore. W jam 9 pagi sampe selese itu biasanya sore saat sudah tidak ada Setelah itu, T berkunjung ke hingga 2 sore, lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 211
61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91
itu kan udah nggak ada pasien. Nah itu baru, dari situ nanti biasanya baru kunjungan rumah ke klien. Nanti sampai jam 5 biasanya. Mbak bisa tahu nggak sih kunjungan rumah itu biasanya ngapain? Yah kunjungan rumah itu melihat kondisi kliennya gimana perkembangannya… memberi motivasi buat klien, kayak gitu. Sebulan sekali pasti ada satu klien yang dikunjungi. Ganti-ganti, kayak gitu. Terus, mungkin Mbak bisa cerita sedikit tentang keluarganya Mbak? Suami, anak, kayak gitu. Suami yang dulu atau…? Hm, mungkin bisa cerita pernikahan yang sekarang. Kalau yang sekarang… ini suami kan memang bukan dari orang HIV. Jadi suami saya non reaktif. Untuk anak saya, alhamdulilah juga negatif. Seperti itu. Jadi cuma saya yang positif. Jadi begitu saya menikah dengan suami, dari awalnya memang saya udah buka status gitu kalau saya
jam 2 itu kan udah nggak ada pasien. Setelah itu, T rumah klien hingga jam 5 ke rumah klien pasien. Nah itu baru, dari situ kunjungan ke rumah klien sore. hingga jam 5 sore. nanti biasanya baru hingga jam 5 sore. kunjungan rumah ke klien. Nanti sampai jam 5 biasanya.
Yah kunjungan rumah itu melihat kondisi kliennya gimana perkembangannya… memberi motivasi buat klien, kayak gitu. Sebulan sekali pasti ada satu klien yang dikunjungi. Ganti-ganti.
Dalam kunjungan rumah, T melihat perkembangan kondisi klien dan memberi motiviasi. Biasanya sebulan sekali.
Kalau yang sekarang… ini Suami T negatif HIV. suami kan memang bukan dari orang HIV. Jadi suami saya non reaktif. Untuk anak saya, Anak T juga negatif HIV. alhamdulilah juga negatif. Seperti itu. Jadi cuma saya Hanya T yang positif HIV. yang positif.
Dalam kunjungan rumah, sebulan sekali, T melihat perkembangan kondisi klien dan memberi motivasi.
Melihat perkembangan kondisi klien dan memotivasi pada kunjungan rumah.
Suami dan anak T negatif HIV.
Hanya T yang positif HIV.
Suami dan anak bebas HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 212
92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122
memang terinfeksi HIV. Kayak gitu. Tapi suami itu menerima, nggak masalah, “Dengan status HIV pun saya tetap bisa menerima kamu.”.
Itu berarti baru menikah apa bagaimana Mbak? Oh… sebelum… jadi begitu kenal… kalau kenal sama cowok, kalau itu memang mengarahnya… kalau dia mengarah serius, saya udah buka status. Ehm… itu pernikahannya kapan Mbak, dengan suami yang sekarang? Yang sekarang itu 2012. Udah sekitar 4 tahun ya… Itu berarti setelah suami Mbak yang dulu meninggal? Eem. Jadi, suamiku meninggal itu 2009. Terus, 2009 sampe 2012 baru menikah. Jadi setelah 1000 hari suami, baru aku nikah lagi.
Jadi begitu saya menikah dengan suami, dari awalnya memang saya udah buka status gitu kalau saya memang terinfeksi HIV. Kayak gitu. Tapi suami itu menerima, nggak masalah, “Dengan status HIV pun saya tetap bisa menerima kamu.”.
T membuka status HIV T membuka status pada Suami menerima pada suami dari awal suami dan ia menerima T. saat T membuka pernikahan dan suami status. menerima T.
Sebelum… jadi begitu kenal… kalau kenal sama cowok, kalau itu memang mengarahnya… kalau dia mengarah serius, saya udah buka status.
T membuka status kepada T membuka status pada Membuka status suami sebelum menikah. suami sebelum menikah, sebelum menikah. Begitu mengenal pria dan begitu suami serius. serius, T membuka status.
Yang sekarang itu 2012.
T menikah lagi pada 2012.
Jadi, suamiku meninggal itu 2009. Terus, 2009 sampe 2012 baru menikah. Jadi setelah 1000 hari suami, baru aku nikah lagi.
Almarhum suami meninggal pada 2009. T menikah lagi setelah 1000 hari Almarhum.
Menikah lagi pada 2012.
Almarhum meninggal pada Menikah lagi 2009. T menikah lagi setelah Almarhum setelah 1000 hari suami meninggal Almarhum. pada 2009.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 213
123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153
Eem. Terus, Mbak mungkin bisa cerita tentang kehidupan rumah tangga Mbak yang sekarang seperti apa? Kalau rumah tangga yang sekarang, kalau menurut aku, ee… biasa sih ya. Harmonis juga, biarpun dengan suami yang bukan dari sama HIV AIDS itu… tapi suami tetap memperlakukan sama, jadi nggak ada bedanya… Gitu. Bahkan suami yang malah sing ngingatkan aku untuk minum obatnya, jangan sampe ee… berhenti, sampe putus obat. Itu malah suami yang selalu mengingatkan. Sama anak juga, kayak gitu. Malah didukung ya… Heem. “Jangan sampai lupa minum obatnya.” Anakku juga, udah tau kan, udah kelas 6 SD juga. Jadi udah ngerti. Udah tak kasih tau juga, kalau aku punya… punya sakit seperti ini. Jadi kalau misalkan aku nanti ada luka, ada berdarah, kamu nggak boleh megang. Kayak gitu. Oh ya, anaknya Mbak cewek
Kalau rumah tangga yang sekarang, kalau menurut aku, biasa sih ya. Harmonis juga, biarpun dengan suami yang bukan dari sama HIV AIDS itu… tapi suami tetap memperlakukan sama, jadi nggak ada bedanya… Bahkan suami yang malah sing ngingatkan aku untuk minum obatnya, jangan sampe berhenti, sampe putus obat. Itu malah suami yang selalu mengingatkan. Sama anak juga, kayak gitu. “Jangan sampai lupa minum obatnya.” Anakku juga, udah tau kan, udah kelas 6 SD juga. Jadi udah ngerti. Udah tak kasih tau juga, kalau aku punya… punya sakit seperti ini. Jadi kalau misalkan aku nanti ada luka, ada berdarah, kamu nggak boleh megang.
Rumah tangga T sekarang biasa, harmonis sekalipun suami bukan ODHA. Suami tidak membeda-bedakan perlakuan.
Rumah tangga T sekarang harmonis meskipun suami bukan ODHA. Suami tidak memperlakukan berbeda.
Rumah tangga harmonis meskipun suami bukan ODHA. Suami tidak memperlakukan berbeda.
Suami T malah Suami dan anak T Suami dan anak meningatkan untuk minum mengingatkan untuk minum mengingatkan obat, jangan sampai putus obat. minum obat. obat. Anak T juga mengingatkan.
Anak T sudah mengerti Anak T mengerti tentang Anak tentang penyakit T. penyakit T. kondisi T.
mengerti penyakit
T memberi tahu anaknya T melarang anak untuk Melarang anak untuk tidak memegang T memegang saat dirinya memegangnya saat saat terluka dan berdarah. terluka dan berdarah. luka dan berdarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 214
154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184
apa cowok? Cowok. Terus… anakku juga udah ngerti. Terus tak… setiap jam alarm HP bunyi, dia langsung ambilin… ini… misalkan banyak orang, kayak gitu, dia, “Ma, vitamin dulu.” kayak gitu. He eh. Ngerti ya dia…. Ngerti dia. Dia bilangnya vitamin, gitu. Kayak gitu. Ngasih… kayak gitu. Kalau aku belum ngambil, diambilin. Diambilin air, kayak gitu. Diambilin… dia kasih minum sekalian, kayak gitu. Jadi itu kan… jadi penyemangat juga buat aku, kayak gitu. Syukurlah Mbak kalau seperti itu. Oh ya Mbak, kalau boleh, mungkin bisa cerita sedikit tentang pernikahan yang dulu seperti apa. Kalau yang dulu… suami kan bukan asli orang Wonosari juga. Jadi dia itu sebenarnya Cina. Cina… Cina Bangka. Kayak gitu. Suami yang dulu. Terus… nah awalnya dia itu kan cuman ke tempat saudara… dia kan di
Cowok. Terus… anakku juga udah ngerti. Terus tak… setiap jam alarm HP bunyi, dia langsung ambilin… ini… misalkan banyak orang, kayak gitu, dia, “Ma, vitamin dulu.” kayak gitu. Ngerti dia. Dia bilangnya vitamin, gitu. Ngasih… kayak gitu. Kalau aku belum ngambil, diambilin. Diambilin air, kayak gitu. Diambilin… dia kasih minum sekalian, kayak gitu. Jadi itu kan… jadi penyemangat juga buat aku.
Kalau yang dulu… suami kan bukan asli orang Wonosari juga. Jadi dia itu sebenarnya Cina Bangka. Terus… nah awalnya dia itu kan cuman ke tempat saudara… dia kan di
Anak T cowok. Anak T mengambilkan obat setiap alarm di HP berbunyi. Jika banyak orang, anak T meminta T untuk meminum "vitamin".
Anak T cowok. Anak mengambilkan obat dan menyebutnya sebagai vitamin saat ramai.
Anak T mengambilkan obat pada jamnya dan apabila sedang ramai, anak T menyebut obat sebagai vitamin.
Anak T mengambilkan jika T belum mengambil obat. Anak T juga sekalian mengambilkan air minum. Hal tersebut menjadi penyemangat bagi T.
Anak T mengambilkan obat Anak yang dan air minum jika T belum mengambilkan mengambil. obat dan minum menjadi Hal tersebut menjadi penyemangat bagi penyemangat bagi T. T.
Almarhum suami T bukan asli Wonosari. Almarhum merupakan seorang pecandu narkoba yang ditinggal di rumah saudaranya di Wonosari agar jauh dari kehidupan di kota. Hal
Almarhum suami T adalah seorang pecandu narkoba yang ditinggal di Wonosari agar jauh dari kehidupan kota setelah berulang kali kabur dari panti rehabilitasi.
Almarhum suami seorang pecandu narkoba, ditinggal di Wonosari setelah kabur dari panti rehabilitasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 215
185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 210 211 212 213 214 215 216
rehabilitasi ya… jadi dia itu pecandu narkoba. Dia dulu kayak gitu. Nah aku kan orang kampong Mbak. Waktu itu nggak tau sama sekali narkoba itu kayak apa, terus efek ke belakangnya kayak apa… kayak gitu kan nggak ngerti. Nah setelah itu kan akhirnya yang suami yang dulu itu ditinggal di kampung itu, Di Wonosari? dibiar… ditinggal di rumah saudaranya, biar jauh dari kehidupan di kota. Kayak gitu. Soalnya katanya udah berulang kali dimasukin panti rehabilitasi, dia kabur, kayak gitu. Terus… akhirnya di situ kenal lah. Setiap aku mau ke masjid, kayak gitu, sore kayak gitu kan… dia… katanya… katanya liat aku, kayak gitu terus akhirnya mungkin suka. Terus akhirnya kenal. Nah kenal, akhirnya kita menikah. Menikahnya itu 2002. 2002… dan 2009 suamiku meninggal. Aku 7 tahun sama suami yang dulu. Terus, setelah menikah… punya anak umur 4 tahun waktu itu, suamiku tiba-tiba sakit. Sakit terus udah keluar masuk rumah
rehabilitasi ya… jadi dia itu pecandu narkoba. Dia dulu kayak gitu. Nah aku kan orang kampong Mbak. Waktu itu nggak tau sama sekali narkoba itu kayak apa, terus efek ke belakangnya kayak apa… kayak gitu kan nggak ngerti. Nah setelah itu kan akhirnya yang suami yang dulu itu ditinggal di kampung itu, dibiar… ditinggal di rumah saudaranya, biar jauh dari kehidupan di kota. Kayak gitu. Soalnya katanya udah berulang kali dimasukin panti rehabilitasi, dia kabur, kayak gitu. Terus… akhirnya di situ kenal lah. Setiap aku mau ke masjid, kayak gitu, sore kayak gitu kan… dia… katanya… katanya liat aku, kayak gitu terus akhirnya mungkin suka. Terus akhirnya kenal. Nah kenal, akhirnya kita menikah. Menikahnya itu 2002. 2002… dan 2009 suamiku meninggal. Aku 7 tahun
tersebut dilakukan karena Almarhum sudah berulang kali kabur dari panti rehabilitasi.
Di Wonosari, Almarhum Almarhum mengenal T di mengenal T dan akhirnya Wonosari dan menikah pada mereka menikah pada tahun 2002. 2002.
Mengenal Almarhum Wonosari, menikah 2002.
T dan Almarhum menikah selama 7 tahun.
Pernikahan dengan Almarhum
di pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 216
217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247
sakit, kayak gitu, nggak sembuh- sama suami yang dulu. sembuh…. Terus akhirnya dibawa ke Jogja, ke rumah sakit Terus, setelah menikah… Jogja, ternyata di VCT, positif itu. punya anak umur 4 tahun waktu itu, suamiku tiba-tiba sakit. Sakit terus udah keluar masuk rumah sakit, kayak gitu, nggak sembuhsembuh…. Terus akhirnya dibawa ke Jogja, ke rumah sakit Jogja, ternyata di VCT, positif itu. Itu juga posisinya Almarhum nggak tahu kalau HIV? Ya saya kurang tahu, mungkin dia Ya saya kurang tahu, udah tahu tapi menyembunyikan, mungkin dia udah tahu tapi Atau… menyembunyikan, Atau… Berarti sampai sekarang Mbak nggak tahu, apakah Almarhum tahu apa tidak? Nggak tahu. Tapi tahu-tahu udah posisi dia ngedrop, dia divonis HIV. Akhirnya kan anak istri disuruh periksa, anak istri. Nah aku periksa ternyata aku positif. Udah… udah positif, seperti itu. Tapi anak alhamdulilah negatif. Kayak gitu. Nah, terus setelah aku positif, suamiku pindah ke rumah
Nggak tahu. Tapi tahu-tahu udah posisi dia ngedrop, dia divonis HIV. Akhirnya kan anak istri disuruh periksa, anak istri. Nah aku periksa ternyata aku positif. Udah… udah positif, seperti itu. Tapi anak alhamdulilah negatif. Kayak
Saat anak berusia 4 tahun, Almarhum tiba-tiba sakit dan tidak kunjung sembuh. Almarhum keluar masuk rumah sakit hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit di Jogja dan ketahuan positif HIV setelah melakukan VCT.
Saat anak berusia 4 tahun, Almarhum sakit dan keluar masuk rumah sakit. Almarhum akhirnya dibawa ke rumah sakit di Jogja dan diketahui positif HIV setelah VCT.
Menurut T, Almarhum T tidak yakin suami sudah mungkin sudah mengetahui atau belum mengetahui status HIV-nya dan status HIV sebelum tes. meyebunyikan. Namun, T juga tidak yakin.
Tiba-tiba Almarhum ngedrop dan divonis HIV.
berlangsung 7 tahun. Almarhum sakit saat anak berusia 4 tahun. Di rumah sakit di Jogja, Almarhum diketahui positif HIV.
Tidak yakin kapan Almarhum mengetahui status HIV.
Almarhum tibatiba drop dan divonis HIV. T dan anak disuruh periksa T ternyata positif HIV, T positif, dan ternyata T positif HIV, sementara anaknya negatif sementara anaknya sementara anaknya negatif. setelah keduanya diperiksa. negatif HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 217
248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278
sakit S waktu itu. Setelah dua gitu. hari, suamiku meninggal di sana Nah, terus setelah aku waktu itu. positif, suamiku pindah ke rumah sakit S waktu itu. Setelah dua hari, suamiku meninggal di sana waktu itu. Berarti kondisinya udah sangat sakit baru tahu status ya Mbak? Iya. Udah sangat parah. Bangun itu udah nggak bisa baru ketahuan. Soalnya waktu itu kan di Wonosari kan belum ada, saat itu. Jadi cuma keluar masuk keluar masuk itu lambung, tipus. Ya itu aja yang ketahuan. Terus akhirnya tiba-tiba ya divonis HIV, kayak gitu. Terus, anak istri suruh periksa, aku udah positif, anak alhamdulilahnya negatif. Kayak gitu. Terus setelah itu, setelah tiga tahun suamiku meninggal, aku kenal sama suamiku sekarang ini. Jadi, begitu kenal… dia ngomong mau serius kayak gitu, aku bilang kalau aku tuh punya peyakit kayak gini gini gini… tak ceritain. Tapi dia bilang nggak masalah. “Aku nggak masalah kok dengan status seperti itu.” Ya
Iya. Udah sangat parah. Bangun itu udah nggak bisa baru ketahuan. Soalnya waktu itu kan di Wonosari kan belum ada, saat itu. Jadi cuma keluar masuk keluar masuk itu lambung, tipus. Ya itu aja yang ketahuan. Terus akhirnya tiba-tiba ya divonis HIV, kayak gitu. Terus, anak istri suruh periksa, aku udah positif, anak alhamdulilahnya negatif. Terus setelah itu, setelah tiga tahun suamiku meninggal, aku kenal sama suamiku sekarang ini. Jadi, begitu kenal… dia ngomong mau serius kayak gitu, aku bilang kalau aku tuh punya peyakit
Setelah T mengetahui bahwa dirinya juga positif, almarhum pindah ke rumah sakit S dan meninggal setelah dua hari di sana.
Pasca T mengetahui statusnya, almarhum pindah dan meninggal di rumah sakit S.
Almarhum terdiagnosa HIV saat sudah sakit parah, tidak bisa bangun. Almarhum keluar masuk rumah sakit dengan diagnosa sakit lambung dan tipus karena di Wonosari belum bisa tes.
Almarhum terdiagnosa HIV saat sudah tidak bisa bangun setelah sebelumnya didiagnosa sakit lambung dan tipus karena keterbatasan medis.
Almarhum terdiagnosa HIV saat sudah tidak bisa bangun, sebelumnya terdiagnosa sakit lambung dan tipus karena keterbatasan medis.
Setelah tiga tahun Almarhum meninggal, T mengenal suami yang sekarang. T menceritakan kondisi kesehatannya dan suaminya menerima.
T mengenal suaminya sekarang setelah tiga tahun Almarhum meninggal. Suami T menerima kondisi kesehatan T.
Tiga tahun setelah Almarhum meninggal, T mengenal suaminya sekarang dan ia menerima kondisi T.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 218
279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309
menerima… kayak gitu. Terus kayak gini gini gini… tak sampai sekarang lah… ceritain. Tapi dia bilang nggak masalah. “Aku nggak masalah kok dengan status seperti itu.” Ya menerima… kayak gitu. Terus sampai sekarang lah… Mbak, kalau boleh tahu, saat Mbak dulu kenal Almarhum suaminya Mbak, sudah tahu Almarhum pecandu apa belum? Tahu. Tahu kalau dia itu Tahu kalau dia itu direhabilitasi di situ. Tapi kan… direhabilitasi di situ. Tapi nah kembali lagi ke orang kan… nah kembali lagi ke kampung yah Mbak. Aku kan orang kampung yah Mbak. tinggal di kampung banget Mbak Aku kan tinggal di kampung di sana. Terus… nah itu kan banget Mbak di sana. nggak tahu kalau pecandu Terus… nah itu kan nggak narkoba itu terus efeknya kayak tahu kalau pecandu narkoba apa… kenapa… kayak gitu. Kan itu terus efeknya kayak nggak tahu waktu itu. Jadi apa… kenapa… kayak gitu. tahunya cuma niatnya baik di situ Kan nggak tahu waktu itu. kan untuk berobat, biar nggak… Jadi tahunya cuma niatnya biar ndak pake narkoba lagi… lah baik di situ kan untuk pikir… lah pikirku kan berarti dia berobat, biar nggak… biar udah punya itikad untuk baik… ndak pake narkoba lagi… lah berarti udah ndak. Nanti ke pikir… lah pikirku kan depannya akan lebih baik… berarti dia udah punya itikad kayak gitu aja sih. Kiranya… untuk baik… berarti udah ndak. Nanti ke depannya
T tahu kalau Almarhum pecandu dari sebelum menikah, tetapi tidak tahu apa efek dari kecanduan narkoba tersebut.
T berpikir bahwa Almarhum memiliki itikad dan akan menjadi lebih baik dengan berobat dan tidak memakai narkoba lagi.
Sebelum menikah, T tahu Almarhum pecandu, tetapi tidak tahu apa efek dari kecanduan tersebut.
Tahu Almarhum pecandu dari sebelum menikah, tetapi tidak paham efeknya.
Berpikir Almarhum memiliki itikad dan akan menjadi lebih baik karena berobat dan berhenti memakai narkoba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 219
310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340
Berarti… Mbak kira-kira tahu tidak Almarhum suami Mbak itu terkena HIV sebelum atau sesudah menikah? Kalau itu saya nggak tahu juga. Soalnya itu kan nggak bisa diketahui juga. Atau mungkin dia sebelum menikah dia teinfeksi waktu memakai narkoba dulu… soalnya dia setelah kondisi sakit, dia pernah cerita kalau dia tuh pake… pake narkobanya tuh satu komunitas, kayak gitu. Itu dia ceritanya pas dia udah sakit, udah tahu positif itu… Pada saat posisi sudah mulai sakit-sakit, apakah Almarhum masih memakai narkoba, Mbak? Oh nggak. Jadi selama, dari 2002, terus sampai ee… meninggal 2009 itu kan dia nggak pernah lagi ke Jakarta sama sekali.
akan lebih baik… kayak gitu aja sih.
Kalau itu saya nggak tahu juga. Soalnya itu kan nggak bisa diketahui juga. Atau mungkin dia sebelum menikah dia teinfeksi waktu memakai narkoba dulu… soalnya dia setelah kondisi sakit, dia pernah cerita kalau dia tuh pake… pake narkobanya tuh satu komunitas, kayak gitu. Itu dia ceritanya pas dia udah sakit, udah tahu positif itu…
T tidak tahu Almarhum terkena HIV sebelum atau sesudah menikah. T menduga Almarhum terkena HIV sebelum menikah karena pernah memakai narkoba bersama dengan komunitasnya.
Oh nggak. Jadi selama, dari Dari 2002 hingga 2002, terus sampai ee… meninggal, Almarhum tidak meninggal 2009 itu kan dia lagi memakai narkoba. nggak pernah lagi ke Jakarta sama sekali.
Berarti udah bersih ya Mbak dari narkoba? Eem…. Iya…. Waktu itu udah Iya…. Waktu itu udah nggak Almarhum sudah bersih dari
T tidak tahu kapan Almarhum terkena HIV, tetapi menduga sebelum menikah karena pernah memakai narkoba bersama komunitasnya.
Tidak tahu kapan Almarhum terinfeksi HIV, tetapi menduga sebelum menikah, akibat memakai narkoba bersama.
Almarhum berhenti memakai narkoba dari 2002.
Almarhum bersih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 220
341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371
nggak ada… bahkan dia itu ikut ke lading… ikut kayak gitu, Mbak. Orang... padahal dia orang Cina. Jadi… dia… sampe orangorang salut sama dia waktu itu. Dia itu pake ini… ke… ke… ke sawah, kayak gitu. Pake cangkul, kayak gitu, dia bisa. Nggak… nggak kepikiran aja kalau dia itu sakit. Kayak gitu. Tiba-tiba kok 2009 tuh kok badannya mulai sakit sakit sakit sakit sakit… keluar masuk rumah sakit, kayak gitu. Ternyata ya udah… divonis itu.
ada… bahkan dia itu ikut ke lading… ikut kayak gitu, Mbak. Orang... padahal dia orang Cina. Jadi… dia… sampe orang-orang salut sama dia waktu itu. Dia itu pake ini… ke… ke… ke sawah, kayak gitu. Pake cangkul, kayak gitu, dia bisa. Nggak… nggak kepikiran aja kalau dia itu sakit. Kayak gitu. Tiba-tiba kok 2009 tuh kok badannya mulai sakit sakit sakit sakit sakit… keluar masuk rumah sakit, kayak gitu. Ternyata ya udah… divonis itu.
Berarti setelah menikah itu Almarhum sudah bebas dari panti rehab ya? Iya. Udah keluar. Dan dia udah Iya. Udah keluar. Dan dia nggak pernah pergi jauh, kayak udah nggak pernah pergi gitu. Cuma di rumah-rumah aja. jauh, kayak gitu. Cuma di rumah-rumah aja.
narkoba ladang.
dan
bekerja
di
dari narkoba dan bekerja di ladang.
2009, Almarhum mulai keluar masuk rumah sakit dan divonis HIV.
Almarhum sakit dan divonis HIV pada 2009.
Almarhum sudah keluar dari panti rehabilitasi saat menikah. Almarhum hanya di rumah saja.
Saat menikah, Almarhum sudah keluar dari panti rehabilitasi dan hanya di rumah saja.
Jadi tiap hari cuma di rumah sama ke ladang? Iya… kayak gitu aja. Makanya Iya… kayak gitu aja. T menduga Almarhum kan tiba-tiba kok ini…. Berarti ya Makanya kan tiba-tiba kok terkena HIV sebelum ke
Menduga Almarhum terkena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 221
372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402
kemungkinan sebelum dia ke Gunung Kidul itu. Karena daya tahan tubuhnya masih bagus aja, baru ketahuannya kan setelah 7 tahun itu.
ini…. Berarti ya kemungkinan sebelum dia ke Gunung Kidul itu. Karena daya tahan tubuhnya masih bagus aja, baru ketahuannya kan setelah 7 tahun itu.
Gunung Kidul karena di Gunung Kidul Almarhum hanya di rumah dank e ladang saja.
Waktu itu kan Almarhum bekerja di ladang. Kalau Mbak sendiri? Saya cuma di rumah aja. Ibu Saya cuma di rumah aja. Ibu T adalah ibu rumah tangga rumah tangga. rumah tangga. dalam pernikahannya yang dulu. Oh begitu. Oh ya Mbak, kalau anak Mbak itu kelahiran kapan berarti? Anakku lahir 2004. Anakku lahir 2004. Anak T lahir2004. Berarti waktu almarhum ketahuan statusnya, anak sudah lahir ya… Iya. Umur 4 tahun. Kayak gitu. Tapi mungkin kalau suamiku udah… terinfeksinya dari dulu… mungkin… mungkin karena anak kan negatif ya Mbak… jadi mungkin aku ketularan dari suamiku itu malah setelah melahirkan. Mungkin kayak gitu. Terus… waktu pertama kali Mbak tahu bahwa Almarhum
Iya. Umur 4 tahun. Tapi mungkin kalau suamiku udah… terinfeksinya dari dulu… mungkin… mungkin karena anak kan negatif ya Mbak… jadi mungkin aku ketularan dari suamiku itu malah setelah melahirkan. Mungkin kayak gitu.
T menduga dirinya ketularan HIV setelah melahirkan karena anaknya negatif HIV.
HIV sebelum ke Gunung Kidul karena Almarhum hanya di rumah dan ke ladang saja.
Ibu rumah tangga dalam pernikahan yang dulu.
Anak 2004.
kelahiran
Menduga dirinya ketularan HIV setelah melahirkan karena anaknya negatif HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 222
403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433
terinfeksi, Mbak bagaimana? Ya pasti… stress lah Mbak waktu itu. Ee… kayak dunia udah berakhir, kayak gitu. Waktu pertama kali suami divonis sakit… terus vonis positif HIV… ya udah pikiranku pasti… pikiran aku cuma disitu… ah mati mati mati mati mati, cuma gitu aja. Nggak ada pikiran lain. Terus… kapan Mbak mengetahui status Mbak sendiri? Suami positif itu… 2 hari terus aku langsung periksa. Lalu, selama 2 hari itu apa yang Mbak rasakan? Ya takut Mbak. Aku… gimana kalau aku positif juga… anakku positif juga… itu yang tak pikirin. Terus bagaimana nanti… masyarakat gimana kalau misalnya aku dikucilkan dari masyarakat gimana… kayak gitu pikirannya. Itu.
Ya pasti… stress lah Mbak waktu itu. Kayak dunia udah berakhir. Waktu pertama kali suami divonis sakit… terus vonis positif HIV… ya udah pikiranku pasti… pikiran aku cuma disitu… ah mati mati mati mati mati, cuma gitu aja. Nggak ada pikiran lain.
Saat mengetahui status suami dan dirinya, T stress dan merasa dunia sudah berakhir. Pikiran T hanya mati.
T stress dan merasa dunia berakhir saat mengetahui status dirinya dan suami. Pikiran T hanya mati.
Suami positif itu… 2 hari T melakukan tes HIV 2 hari terus aku langsung periksa. setelah suami didiagnosa positif HIV. Ya takut Mbak. Aku… gimana kalau aku positif juga… anakku positif juga… itu yang tak pikirin. Terus bagaimana nanti… masyarakat gimana kalau misalnya aku dikucilkan dari masyarakat gimana… kayak gitu pikirannya. Itu.
Selama 2 hari, sebelum tes HIV, T merasa takut dan berpikir bagaimana jika ia dan anaknya juga positif HIV, bagaimana jika ia dikucilkan dari masyarakat.
Terus waktu itu apa yang Mbak lakukan? Cuman… nggak ada yang Cuman… nggak ada yang T tidak melakukan apa-apa dilakuin Mbak. Cuma diem aja. dilakuin Mbak. Cuma diem walaupun takut. Ia hanya di
Saat mengetahui status dirinya dan suami, stress dan merasa dunia berakhir, berpikir tentang kematian.
Tes HIV 2 hari setelah Almarhum didiagnosa positif HIV. Sebelum tes HIV, T takut dan berpikir bagaimana jika ia dan anaknya positif HIV, bagaimana jika dikucilkan dari masyarakat.
Sebelum tes, takut jika ia dan anak positif HIV dan dikucilkan masyarakat.
Tidak melakukan apa-apa walau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 223
434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464
Soalnya kan waktu itu aku cuma di rumah sakit, nunggu suami juga. Posisi kayak gitu aku di rumah sakit… di Jogja, di S. Terus… kalau boleh Mbak cerita sedikit tentang kehidupan rumah tangga Mbak dengan Almarhum sebelum tahu status HIV… Kalau rumah tangga, waktu itu yah biasa. Tapi kan namanya pecandu ya, kadang… kadang agak kasar sih suami yang dulu. Jadi, ee… sering bentak-bentak… kayak… kayak gitu. Tapi kalau… kalau dia pas lagi…. Kalau menurutku dia pas lagi bentakbentak kayak gitu, mungkin kalau yang orang bilang lagi sakaw, kayak gitu loh. Jadi mungkin dia kepengen… punya keinginan untuk pake narkoba lagi, tapi kan dia menahan itu. Pelampiasannya ya dia marah-marah di rumah, kayak gitu.
Marah-marahnya seperti apa Mbak biasanya?
aja. Soalnya kan waktu itu rumah sakit dan menunggu aku cuma di rumah sakit, suami. nunggu suami juga. Posisi kayak gitu aku di rumah sakit… di Jogja, di S.
takut, hanya di rumah sakit menunggu suami.
Kalau rumah tangga, waktu itu yah biasa. Tapi kan namanya pecandu ya, kadang… kadang agak kasar sih suami yang dulu. Jadi, ee… sering bentak-bentak… kayak… kayak gitu. Tapi kalau… kalau dia pas lagi…. Kalau menurutku dia pas lagi bentak-bentak kayak gitu, mungkin kalau yang orang bilang lagi sakaw, kayak gitu loh. Jadi mungkin dia kepengen… punya keinginan untuk pake narkoba lagi, tapi kan dia menahan itu. Pelampiasannya ya dia marah-marah di rumah, kayak gitu.
Almarhum agak kasar, marahmarah dan sering membentak saat sakaw.
Almarhum suami agak kasar dan sering membentak dan marah-marah ketika sedang sakaw.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 224
465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495
Yah entar kalau misalkan, “Bikin minum!” kayak gitu. Terus aku lagi bikin minum, agak lama bikinnya terus nanti teriak-teriak, kayak… kayak gitu. Jadi udah biasa kalau dia teriak-teriak kayak gitu. Biasanya bagaimana reaksi Mbak? Yah aku cuma diem aja karena…. Kalau awal-awalnya yah paling cuma nangis. Kayak gitu. Tapi kalau udah… karena menurutku dia udah tiap harinya kayak gitu, aku ya udalah kayak gitu. Mungkin karena… Tapi kalau udah kayak gitu minta maaf. “Maaf ya tadi kalau gini gini gini. Soalnya tadi tuh aku tuh…” dia bilang apa ya, sugesti atau apalah kayak gitu. Gitu. Jadi pingin banget pake itu jadi nggak bisa itu buat nahan. Dia bilang kayak gitu. Terus… jadi kayak gitu terusterusan.
Kalau sikap Almarhum kepada
Yah entar kalau misalkan, Almarhum biasanya marah “Bikin minum!” kayak gitu. dengan cara berteriak-teriak. Terus aku lagi bikin minum, agak lama bikinnya terus nanti teriak-teriak, kayak… kayak gitu. Jadi udah biasa kalau dia teriak-teriak kayak gitu. Yah aku cuma diem aja karena…. Kalau awalawalnya yah paling cuma nangis. Kayak gitu. Tapi kalau udah… karena menurutku dia udah tiap harinya kayak gitu, aku ya udalah kayak gitu. Mungkin karena… Tapi kalau udah kayak gitu minta maaf. “Maaf ya tadi kalau gini gini gini. Soalnya tadi tuh aku tuh…” dia bilang apa ya, sugesti atau apalah kayak gitu. Gitu. Jadi pingin banget pake itu jadi nggak bisa itu buat nahan. Dia bilang kayak gitu. Terus… jadi kayak gitu terus-terusan.
Almarhum marah dengan berteriakteriak.
Menghadapi hal tersebut, T T hanya diam walaupun Hanya diam walau hanya diam. Awalnya T awalnya menangis. awalnya menangis. menangis.
Almarhum minta maaf Setelahnya, almarhum minta setelah itu dengan alasan maaf dengan alasan sedang sugesti dan sedang ingin ingin memakai narkoba. memakai narkoba.
Almarhum minta maaf dengan alasan sedang ingin memakai narkoba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 225
496 497 498 499 500 501 502 503 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526
anak bagaimana Mbak? Kalau anak sama. Teriak-teriak kayak gitu. Kalau anak… kalau anakku kan alhamdulilahnya kan gini Mbak. Jadi dia itu bentakbentak juga anaknya kuat, jadi nggak… nggak gampang nangis. Cuma nanti kalau dibentak ya wes lah, lari kayak gitu… main ke tempat temen, kayak gitu. Cuma gitu-gitu sih anak… jadi nggak… nggak terus trauma… nggak. Anakku bandel sih… cuek anaknya, kayak gitu orangnya.
Oh ya Mbak, boleh Mbak cerita bagaimana pertama kali Mbak tes HIV? Tesnya waktu itu aku di laboratorium di P waktu itu. Ee… waktu di tes itu yah… pas ketahuan positif, itu ya pasti nambah stress lagi Mbak. Waktu itu. Tapi kembali lagi setelah buka hasil punya anakku negatif, itu yang bikin aku jadi semangat lagi. Biarpun aku sakit seperti itu, tetap aku harus berjuang kayak
Kalau anak sama. Teriakteriak kayak gitu.
Almarhum juga teriak-teriak pada anak. Anak tidak menangis. Biasanya anak lari dan main ke tempat teman saat dibentak.
Kalau anak… kalau anakku kan alhamdulilahnya kan gini Mbak. Jadi dia itu bentak-bentak juga anaknya kuat, jadi nggak… nggak gampang nangis. Cuma nanti kalau dibentak ya wes lah, lari kayak gitu… main ke tempat temen, kayak gitu. Cuma gitu-gitu sih anak… jadi nggak… nggak terus trauma… nggak. Anakku bandel sih… cuek anaknya, kayak gitu orangnya.
Tesnya waktu itu aku di laboratorium di P waktu itu. Ee… waktu di tes itu yah… pas ketahuan positif, itu ya pasti nambah stress lagi Mbak. Waktu itu. Tapi kembali lagi setelah buka hasil punya anakku negatif, itu yang bikin aku jadi semangat lagi.
Anak tidak trauma karena bandel dan cuek.
T tes di Laboratorium P.
Tes di Laboratorium P. Saat tahu status positif, T T tambah stress saat tahu Tambah stress saat tambah stress. Tapi mejadi status positif, tapi menjadi tahu status, tapi bersemangat lagi karena semangat karena anak semangat karena amak negatif. negatif. anak negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 226
527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 545 546 547 548 549 550 551 552 553 554 555 556 557
gitu. Pikiranku waktu itu kayak gitu. Kalau aku terus… aku… aku putus asa… aku siapa yang ngerawat? Bapak sudah nggak ada. Pikiranku kayak gitu, tiap hari kayak gitu. Malem pikirin kayak gitu. Jadi pikirannya cuma terus kalau aku mati terus anakku sama siapa. Kalau aku… kan kalau HIV itu kan paling nggak nyampe 1 tahun itu pasti udah meninggal. Kayak gitu. Waktu itu… awalnya punya pikiran kayak gitu. Tapi yah… setelah ke sini ke sini ke sini, terus akhirnya ketemu V+ juga… terus… lihat teman-teman yang udah lebih dulu tuh kok bisa hidup ya… bisa lama… bisa sehat.
Biarpun aku sakit seperti itu, tetap aku harus berjuang kayak gitu. Pikiranku waktu itu kayak gitu. Kalau aku terus… aku… aku putus asa… aku siapa yang ngerawat? Bapak sudah nggak ada. Pikiranku kayak gitu, tiap hari kayak gitu. Malem pikirin kayak gitu. Jadi pikirannya cuma terus kalau aku mati terus anakku sama siapa. Kalau aku… kan kalau HIV itu kan paling nggak nyampe 1 tahun itu pasti udah meninggal. Kayak gitu. Waktu itu… awalnya punya pikiran kayak gitu. Tapi yah… setelah ke sini ke sini ke sini, terus akhirnya ketemu V+ juga… terus… lihat teman-teman yang udah lebih dulu tuh kok bisa hidup ya… bisa lama… bisa sehat.
T berpikir biarpun sakit, ia harus berjuang.
Berpikir berjuang sakit.
T merasa putus asa tentang siapa yang merawat dia karena suami sudah meinggal. Kalau ia meninggal, anaknya sama siapa.
Putus asa tentang siapa yang merawat dirnya karena suami sudah meninggal. Anak dengan siapa kalau T meninggal.
T berpikir kalau terkena HIV, akan meninggal kurang dari 1 tahun.
Berpikir kalau kena HIV akan meninggal kurang dari setahun.
Semakin ke sini, T melihat ODHA yang lain bisa hidup lama dan sehat.
Semakin ke sini, melihat ODHA lain bisa hidup lama dan sehat.
Waktu itu Mbak memang diminta untuk tes ya? Iya. Rujukan langsung dari rumah Iya. Rujukan langsung dari T tes HIV karena rujukan sakit. rumah sakit. langsung dari rumah sakit. Terus Mbak berarti terkenanya
harus biarpun
Tes HIV karena rujukan dari rumah sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 227
558 559 560 561 562 563 564 565 566 567 568 569 570 571 572 573 574 575 576 577 578 579 580 581 582 583 584 585 586 587 588
dari Almarhum suami Mbak ya. Berarti itu dari… Hubungan seksual. Hubungan seksual. Hubungan seksual ya… Terus, saat Mbak tahu status HIV Mbak, apakah Mbak langsung percaya? Yah… awalnya ragu, soalnya saya juga pernah dari tes… tes P itu… aku… tes anakku… tes… kan 3 bulan lagi suruh tes ulang, kayak gitu. Nah, pas tes anakku di B, itu kan aku tesnya di B, pertama kalinya anakku. Dan anakku alhamdulilahnya negatif juga akhirnya. Aku tes lagi di sana. Aku bilang belum tes, di situ, karena aku masih ragu. Aku ragu dengan hasilnya, jadi aku tes lagi, tetep hasilnya positif positif juga. Jadi, pernah di laboratorium, terus pindah ke B.
Yah… awalnya ragu, soalnya saya juga pernah dari tes… tes P itu… aku… tes anakku… tes… kan 3 bulan lagi suruh tes ulang, kayak gitu. Nah, pas tes anakku di B, itu kan aku tesnya di B, pertama kalinya anakku. Dan anakku alhamdulilahnya negatif juga akhirnya. Aku tes lagi di sana. Aku bilang belum tes, di situ, karena aku masih ragu. Aku ragu dengan hasilnya, jadi aku tes lagi, tetep hasilnya positif positif juga. Jadi, pernah di laboratorium, terus pindah ke B.
T tertular HIV hubungan seksual.
karena
T awalnya ragu dengan T ragu dengan hasil tesnya hasil tes. Saat anak tes ulang sehingga tes ulang setelah 3 setelah 3 bulan, T juga ikut bulan, tetapi tetap positif. tes lagi karena ragu dengan hasil tes pertama. Tapi ternyata hasilnya tetap positif.
Tertular HIV karena hubungan seksual.
Ragu dengan hasil tes sehingga tes ulang setelah 3 bulan, tetapi tetap positif.
Apa sih yang membuat Mbak awalnya tidak percaya sama hasil tesnya? Ya karena aku merasa kan… aku Ya karena aku merasa kan… T ragu dengan hasil tes T ragu dengan hasil tes Ragu dengan hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 228
589 590 591 592 593 594 595 596 597 598 599 600 601 602 603 604 605 606 607 608 609 610 611 612 613 614 615 616 617 618 619
tuh nggak pernah yang namanya berhubungan dengan orang lain, terus aku cuma kerjaannya tiap hari di rumah, berladang… kayak gitu kan waktu itu. Terus… kok bisa kena sakit seperti ini. Jadi bayangannya kan kayak gitu Mbak. Kok bisa sih kena sakit seperti ini. Aku loh nggak pernah yang namanya macem-macem, neko-neko, kayak gitu. Tapi kok… kok bisa toh kena sakit seperti ini. Kenapa nggak… nggak yang orang-orang yang… yang sering… sering buat yang neko-neko. Kayak gitu pikirannya. Makanya aku masih… dites ulang lagi, siapa tahu salah.
Terus selama 3 bulan, sebelum di tes ulang, itu bagaimana perasaan Mbak? Perasaannya yah… sedih aja sih Mbak. Sedih sedih sedih sedih. Terus, aku itu selama satu tahun setelah suamiku meninggal… kan suamiku setelah di VCT positif itu, berapa hari ya… seminggu itu
aku tuh nggak pernah yang namanya berhubungan dengan orang lain, terus aku cuma kerjaannya tiap hari di rumah, berladang… kayak gitu kan waktu itu. Terus… kok bisa kena sakit seperti ini. Jadi bayangannya kan kayak gitu Mbak. Kok bisa sih kena sakit seperti ini. Aku loh nggak pernah yang namanya macem-macem, neko-neko, kayak gitu. Tapi kok… kok bisa toh kena sakit seperti ini. Kenapa nggak… nggak yang orang-orang yang… yang sering… sering buat yang neko-neko. Kayak gitu pikirannya. Makanya aku masih… dites ulang lagi, siapa tahu salah.
karena merasa tidak pernah berhubungan dengan orang lain, setiap hari hanya di rumah dan ladang, tidak pernah macam-macam.
karena merasa tidak pernah berbuat macam-macam atau berhubungan dengan orang lain.
tes karena merasa tidak pernah berbuat macammacam atau berhubungan dengan orang lain.
T berpikir mengapa bukan orang-orang yang sering berbuat neko-neko yang terkena HIV.
Berpikir mengapa bukan orang yang berbuat neko-neko yang kena HIV.
Perasaannya yah… sedih aja sih Mbak. Sedih sedih sedih sedih. Terus, aku itu selama satu tahun setelah suamiku meninggal… kan suamiku
Selama tiga bulan sebelum tes ulang, T merasa sedih.
Sebelum tes ulang, T merasa sedih.
Almarhum meninggal seminggu setelah tahu status positif HIV.
Almarhum meninggal seminggu setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 229
620 621 622 623 624 625 626 627 628 629 630 631 632 633 634 635 636 637 638 639 640 641 642 643 644 645 646 647 648 649 650
terus meninggal. Suamiku, setelah positif itu. Terus, setelah suami meninggal itu, aku satu tahun nggak… nggak keluar rumah. Aku tuh cuma dalem rumah, keluar itu paling cuma ke teras. Kayak gitu-gitu aja, nggak sampai main-main ke mana, karena aku tuh minder… minder, dengan status aku. Aku tuh di… terus nanti aku kalau di luar… tanggapan masyarakat itu gimana…. gitu. Bayangan aku sendiri sih. Tapi… ee… masyarakat mungkin tahu dengan ss… sekarang ya… kondisi aku kok makin sehat, malah makin ge… gemuk. Ini… masyarakat juga biasa kok sampai saat ini. Masyarakat udah tahu semua yang… dari suamiku gitu kan udah tahu. Jadi mereka, nggak tahu… mungkin tahu dari mana kok semua udah tahu. Yang di kampungku. Tapi kan sekarang aku pindah di rumah suami. Jadi yang tahu cuma suamiku tok yang sekarang.
setelah di VCT positif itu, berapa hari ya… seminggu itu terus meninggal. Suamiku, setelah positif itu. Terus, setelah suami meninggal itu, aku satu tahun nggak… nggak keluar rumah. Aku tuh cuma dalem rumah, keluar itu paling cuma ke teras. Kayak gitugitu aja, nggak sampai mainmain ke mana, karena aku tuh minder… minder, dengan status aku. Aku tuh di… terus nanti aku kalau di luar… tanggapan masyarakat itu gimana…. gitu. Bayangan aku sendiri sih. Tapi… ee… masyarakat mungkin tahu dengan ss… sekarang ya… kondisi aku kok makin sehat, malah makin ge… gemuk. Ini… masyarakat juga biasa kok sampai saat ini. Masyarakat udah tahu semua yang… dari suamiku gitu kan udah tahu. Jadi mereka, nggak tahu… mungkin tahu dari mana kok semua udah tahu. Yang di kampungku.
tahu status.
Setelah Almarhum meninggal, T satu tahun tidak keluar rumah karena minder dengan statusnya. T takut memikirkan tanggapan masyarakat atas dirinya.
Setelah Almarhum meninggal, T tidak keluar rumah selama setahun karena minder dan takut memikirkan tanggapan masyarakat.
Menurut T, saat ini masyarakat di kampungnya tinggal dulu biasa saja karena melihat dirinya sehat dan makin gemuk.
Saat ini masyarakat biasa saja karena T sehat dan makin gemuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 230
651 652 653 654 655 656 657 658 659 660 661 662 663 664 665 666 667 668 669 670 671 672 673 674 675 676 677 678 679 680 681
Waktu itu reaksi orang-orang di sekitar Mbak bagaimana? Kalau yang awal, yang waktu suamiku meninggal itu, ee… reaksinya sangat… pasti ada diskiminasi sih Mbak orang melayat. Jadi, di jalan jauh gitu ngelayatnya. Terus, karena aku satu tahun nggak pernah ke luar, jadi nggak pernah sosial… nggak pernah sosialisasi sama masyarakat… nggak pernah… kayak gitu nggak pernah. Jadi, aku nggak tahu orang lain itu ngomongin apa nggak. Nggak tahu. Tapi terus setelah satu tahun itu aku… coba buat keluar, kayak gitu. Terus kan akhirnya keluar sama V+ juga. Terus… ikut pertemuan-pertemuan KDS waktu itu. Waktu aku keluar, masyarakat di situ juga tahu oh ternyata si T itu biarpun sakit gitu tetap bisa sehat, masih bisa ini. Terus sekarang masyarakat yang di tempatku itu biasa.
Tapi kan sekarang aku Sekarang T tinggal bersama pindah di rumah suami. Jadi suami dan yang tahu status yang tahu cuma suamiku tok HIVnya hanya suami. yang sekarang.
Sekarang tinggal bersama suami dan hanya suami yang tahu status.
Kalau yang awal, yang waktu suamiku meninggal itu, ee… reaksinya sangat… pasti ada diskiminasi sih Mbak orang melayat. Jadi, di jalan jauh gitu ngelayatnya. Terus, karena aku satu tahun nggak pernah ke luar, jadi nggak pernah sosial… nggak pernah sosialisasi sama masyarakat… nggak pernah… kayak gitu nggak pernah. Jadi, aku nggak tahu orang lain itu ngomongin apa nggak. Nggak tahu. Tapi terus setelah satu tahun itu aku… coba buat keluar, kayak gitu. Terus kan akhirnya keluar sama V+ juga. Terus… ikut pertemuan-pertemuan KDS waktu itu. Waktu aku keluar, masyarakat di situ juga tahu oh ternyata si T itu biarpun sakit gitu tetap bisa sehat,
Masyarakat mendiskriminasi saat Almarhum meninggal, dengan berjalan jauh saat melayat.
Saat Almarhum meninggal, masyarakat mendiskriminasi.
Selama setahun T tidak keluar, tidak bersosialisasi, sehingga tidak tahu apakah masyarakat membicarakannya.
Tidak bersosialisasi selama setahun sehingga tidak tahu tanggapan masyarakat.
Setelah setahun, T mencoba keluar, juga bertemu V+ dan KDS. Masyarakat menjadi tahu bahwa T biarpun punya penyakit, tetap bisa sehat dan beraktivitas sehingga bereaksi biasa.
Mencoba keluar setelah setahun, bertemu V+ dan KDS. Masyarakat bereaksi biasa karena melihat T tetap bisa sehat dan beraktivitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 231
682 683 684 685 686 687 688 689 690 691 692 693 694 695 696 697 698 699 700 701 702 703 704 705 706 707 708 709 710 711 712
Itu masyarakat yang di rumah sekarang Mbak? Yang dulu. Makan bareng, kayakkayak gitu… biasa. Bikin sambel, terus nanti makan satu ini… biasa. Sekarang udah... mereka udah nggak kayak dulu waktu suamiku sakit, kayak gitu. Terus, Mbak, habis Almarhum meninggal, Mbak berarti kerja apa bagaimana? Eem. Aku sempat dagang di SD waktu itu, Mbak, dagang nasi. Nasi bungkus, seribuan, kayakkayak gitu. Namanya kan janda, harus menghidupi anak, pokoknya apa ajalah, yang penting halallah, aku kerja. Menghidupi anak, gitu. Jadi, dagang di SD, kayak gitu, dulu sempet. Terus keliling gorengan. Kayak gitu pernah. Terus, kerja di ladang orang, kayak gitu, nanti sehari dibayar berapa, kayakkayak gitu. Namanya juga buat hidupin anak kan. Janda, harus
masih bisa ini. Terus sekarang masyarakat yang di tempatku itu biasa. Yang dulu. Makan bareng, kayak-kayak gitu… biasa. Bikin sambel, terus nanti makan satu ini… biasa. Sekarang udah... mereka udah nggak kayak dulu waktu suamiku sakit, kayak gitu.
Masyarakat di rumah yang dulu tidak lagi bereaksi seperti saat Almarhum sakit dulu. Mereka kini mau makan bersama dengan T.
Masyarakat di rumah dulu mau maka bersama T, tidak seperti saat Almarhum sakit dulu.
Masyarakat di rumah dulu mau makan bersama T, berbeda dengan saat Almarhum sakit.
Aku sempat dagang di SD waktu itu, Mbak, dagang nasi. Nasi bungkus, seribuan, kayak-kayak gitu. Namanya kan janda, harus menghidupi anak, pokoknya apa ajalah, yang penting halallah, aku kerja. Menghidupi anak, gitu. Jadi, dagang di SD, kayak gitu, dulu sempet. Terus keliling gorengan. Kayak gitu pernah. Terus, kerja di ladang orang, kayak gitu, nanti sehari dibayar
Setelah Almarhum Setelah Almarhum meninggal, T sempat jualan meninggal, T bekerja untuk nasi bungkus di SD. menghidupi anak karena dirinya janda. T merasa harus bekerja dan menghidup anak karena dirinya janda.
Sebagai janda, bekerja untuk menghidupi anak setelah Almarhum meninggal.
T juga sempat berjualan gorengan dan bekerja di ladang orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 232
713 714 715 716 717 718 719 720 721 722 723 724 725 726 727 728 729 730 731 732 733 734 735 736 737 738 739 740 741 742 743
hidupin anak, ya wes apa ajalah. Kerja…. Terus, setelah gabung V+ ya… aku dulu sebelum di V+ kan ditawarin di LSM K, waktu itu. Sempat di LSM K dulu. K itu untuk menjangkau… populasi kunci, terus nanti aku merujuk untuk ikut VCT. Kalau dapat yang positif baru dirujuk ke V+, gitu.
Itu di mana Mbak LSM-nya? Itu di TU… eh… bukan bukan. N… N. Jadi dari Gunung KidulN. Begitulah perjuangannya. Itu tahun berapa Mbak di LSM K? Em… sebelum di sini, berarti 2004. Dari 2000… bukan 2004, sebelum 2000…. Pokoknya 2014. Aku di K itu berapa ya… 4 tahun po ya. Dari 2011 sampai 2014 kayaknya. Berarti itu sudah menikah dengan suami yang sekarang
berapa, kayak-kayak gitu. Namanya juga buat hidupin anak kan. Janda, harus hidupin anak, ya wes apa ajalah. Kerja…. Terus, setelah gabung V+ ya… aku dulu sebelum di V+ kan ditawarin di LSM K, waktu itu. Sempat di LSM K dulu. K itu untuk menjangkau… populasi kunci, terus nanti aku merujuk untuk ikut VCT. Kalau dapat yang positif baru dirujuk ke V+, gitu.
Setelah itu, T bergabung di V+ setelah sebelumnya bergabung di LSM K. Tugas LSM K adalah menjangkau populasi kunci dan mengarahkan untuk VCT. Jika ada yang positif, dirujuk ke V+.
Bergabung di V+ setelah sebelumnya bekerja di LSM K yang bertujuan menjangkau populasi kunci dan mengajak VCT, serta merujuk orang positif HIV ke V+.
Em… sebelum di sini, berarti T bekerja di LSM K dari 2004. Dari 2000… bukan tahun 2011 hingga 2014. 2004, sebelum 2000…. Pokoknya 2014. Aku di K itu berapa ya… 4 tahun po ya. Dari 2011 sampai 2014 kayaknya.
Bekerja di LSM K dari 2011 hingga 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 233
744 745 746 747 748 749 750 751 752 753 754 755 756 757 758 759 760 761 762 763 764 765 766 767 768 769 770 771 772 773 774
yah Mbak? Udah. Sebelum menikah… sampe Udah. Sebelum menikah… T bekerja di LSM dari udah menikah. sampe udah menikah. sebelum menikah lagi. Terus, waktu itu, setelah Mbak tahu statusnya Mbak, apa yang Mbak coba lakukan untuk menangani situasi tersebut? Kalau sampai yang ke dukundukun nggak sih. Jadi saya begitu positif terus langsung ke rumah sakit, berobat aja. Jadi nggak pernah… kalau teman-teman kan ada yang pernah nyoba ke dukun, kayak gitu. Tapi aku nggak pernah nyoba kayak gitu. Nggak pernah alternatif sama sekali, jadi langsung ke medis aja. Malah belum pernah nyobain alternatif, entah itu karena nggak ada biaya atau apa ya waktu itu. Itu langsung aja ke medis. Medis… pokoknya ke medis… uda langsung aja berobat ke situ. Nah denger-denger cerita teman-teman yang sekarang-sekarang juga denger kalau dulu teman pake ini malah lucu gitu dengernya. Nggak pernah ngalamin itu.
Kalau sampai yang ke dukun-dukun nggak sih. Jadi saya begitu positif terus langsung ke rumah sakit, berobat aja. Jadi nggak pernah… kalau teman-teman kan ada yang pernah nyoba ke dukun, kayak gitu. Tapi aku nggak pernah nyoba kayak gitu. Nggak pernah alternatif sama sekali, jadi langsung ke medis aja. Malah belum pernah nyobain alternatif, entah itu karena nggak ada biaya atau apa ya waktu itu. Itu langsung aja ke medis. Medis… pokoknya ke medis… uda langsung aja berobat ke situ. Nah dengerdenger cerita teman-teman yang sekarang-sekarang juga denger kalau dulu teman pake ini malah lucu gitu
T langsung ke rumah sakit dan berobat medis, tidak pernah mencoba pengobatan alternatif karena masalah biaya.
Bekerja di LSM K dari sebelum menikah lagi.
Langsung berobat medis dan tidak pernah berobat alternatif karena biaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 234
775 776 777 778 779 780 781 782 783 784 785 786 787 788 789 790 791 792 793 794 795 796 797 798 799 800 801 802 803 804 805
Terus, waktu itu, habis Mbak tahu status, apakah Mbak memberitahu Almarhum kalau Mbak juga positif? Tahu. Aku ngasih tahu. Jadi begitu suami positif kan waktu itu, terus aku positif juga. Terus… tapi kondisi suami udah nggak ini. Maksudnya udah sakit di rumah sakit itu tak kasih tahu kalau aku positif, tapi alhamdulilah anak negatif. Terus suamiku gini, “Aku minta maaf ya kalau ini aku udah bikin kamu jadi sakit kayak gini-gini.” “Yaudalah nggak papa, kalau ini udah terlanjur yah mau gimana lagi, nggak boleh saling menyalahkan.”, aku cuma bilang gitu aja. “Mungkin udah jalan hidupnya harus kayak gini.”, aku cuma gituin aja.
dengernya. Nggak ngalamin itu.
pernah
Tahu. Aku ngasih tahu. Jadi begitu suami positif kan waktu itu, terus aku positif juga. Terus… tapi kondisi suami udah nggak ini. Maksudnya udah sakit di rumah sakit itu tak kasih tahu kalau aku positif, tapi alhamdulilah anak negatif. Terus suamiku gini, “Aku minta maaf ya kalau ini aku udah bikin kamu jadi sakit kayak gini-gini.” “Yaudalah nggak papa, kalau ini udah terlanjur yah mau gimana lagi, nggak boleh saling menyalahkan.”, aku cuma bilang gitu aja. “Mungkin udah jalan hidupnya harus kayak gini.”, aku cuma gituin aja.
T memberi tahu Almarhum bahwa dirinya juga positif dan anaknya negatif. Namun kondisi Almarhum sudah sakit. Almarhum meminta maaf. T menjawab, “Yaudalah nggak papa, kalau ini udah terlanjur yah mau gimana lagi, nggak boleh saling menyalahkan. Mungkin udah jalan hidupnya harus kayak gini”.
Terus, Almarhum sempat mencoba melakukan upaya apa nggak terhadap kondisi Mbak? Nggak, karena dia kan udah sakit. Nggak, karena dia kan udah Almarhum tidak melakukan
Memberi tahu Almarhum statusnya dan anak. Almarhum minta maaf, T menjawab, “Yaudalah nggak papa, kalau ini udah terlanjur yah mau gimana lagi, nggak boleh saling menyalahkan. Mungkin udah jalan hidupnya harus kayak gini”.
Almarhum
tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 235
806 807 808 809 810 811 812 813 814 815 816 817 818 819 820 821 822 823 824 825 826 827 828 829 830 831 832 833 834 835 836
Jadi dia tuh cuma berbaring di rumah sakit aja. Terus, itu keluarganya Mbak tahu? Tahu semua. Keluarga tahu semua. Dan keluarga juga sedih, waktu awal-awal sedih terus tahu aku buka status itu cuma pada nangis aja. Nangis, satu keluarga gitu. “Tapi, kalau cuma ditangisin kayak gini, nggak akan sembuh.”, tak bilangin kayak gitu. “Terus… terus… lah piye? Gek ngko nek mati gek anakku piye?”, gitu, malah orang tua kan kayak gitu. “Ora, ora gampang mati.”. Padahal aku juga di dalem hati juga… juga ini. Tapi untuk nguatin orang tua ya, nggak semudah itu. “Wong… wong sing liyane nyatane yo ora do mati, la terus wong jatuh aja bisa mati.”,tak gituin. Gitu loh. Ya kayak gitu aja. Terus akhirnya keluarga tau sampai sekarang aku sehat, mereka alhamdulilah, alhamdulilah.
sakit. Jadi dia tuh cuma apa-apa atas kondisi berbaring di rumah sakit aja. karena Almarhum sakit. Tahu semua. Keluarga tahu semua. Dan keluarga juga sedih, waktu awal-awal sedih terus tahu aku buka status itu cuma pada nangis aja. Nangis, satu keluarga gitu. “Tapi, kalau cuma ditangisin kayak gini, nggak akan sembuh.”, tak bilangin kayak gitu. “Terus… terus… lah piye? Gek ngko nek mati gek anakku piye?”, gitu, malah orang tua kan kayak gitu. “Ora, ora gampang mati.”. Padahal aku juga di dalem hati juga… juga ini. Tapi untuk nguatin orang tua ya, nggak semudah itu. “Wong… wong sing liyane nyatane yo ora do mati, la terus wong jatuh aja bisa mati.”,tak gituin. Gitu loh. Ya kayak gitu aja. Terus akhirnya keluarga tau sampai sekarang aku sehat, mereka alhamdulilah, alhamdulilah.
T
beraksi status T sakit.
terkait karena
Keluarga T tahu status T dan merasa sedih serta menangis.
Keluarga tahu status T dan menangis sedih.
T berkata bahwa kalau hanya ditangisi tidak akan sembuh. T menguatkan orangtuanya yang takut dirinya mati, padahal di dalam hati T juga takut.
T menghibur dan menguatkan orangtuanya yang takut dirinya mati, padahal dalam hati juga takut.
Saat ini keluarga T bersyukur bahwa sampai saat ini T sehat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 236
837 838 839 840 841 842 843 844 845 846 847 848 849 850 851 852 853 854 855 856 857 858 859 860 861 862 863 864 865 866 867
Kalau orangtua sampai sekarang masih hidup Mbak? Masih… masih dua-duanya. Kalau dari mantan suami masih… Ibu. Sama… mertua yang dari suami, mertua laki-lakinya… itu meninggal baru 2 tahun yang lalu. Berarti waktu itu posisinya masih hidup ya, jadi tahu semua… He em. Tau semua. Terus, dari keluarga ada nggak sih yang mungkin responnya berbeda setelah tahu Mbak statusnya positif HIV? Kalau dari keluarga nggak sih Mbak. Jadi… jadi bahkan kan kakakku kan tahu bahwa Almarhum suamiku, dikuburin aja… yang nguburin… yang masukin ke liang kuburnya itu cuma keluarga, gitu. Tetanggatetangga cuma mau ikut penguburan, tapi nggak mau mengangkat jenazah. Itu kakakku malah gini, “Nanti kalau… kalau misalkan ee… kamu mati, terus aku masih hidup, ee… nggak ada yang mau pegang kamu, nanti aku yang ngurusin kamu.”, gitu
Masih… masih dua-duanya. Kedua orangtua T masih Kalau dari mantan suami hidup. Ibu dari Almarhum masih… Ibu. Sama… mertua juga masih hidup. yang dari suami, mertua lakilakinya… itu meninggal baru 2 tahun yang lalu.
Kalau dari keluarga nggak sih Mbak. Jadi… jadi bahkan kan kakakku kan tahu bahwa Almarhum suamiku, dikuburin aja… yang nguburin… yang masukin ke liang kuburnya itu cuma keluarga, gitu. Tetanggatetangga cuma mau ikut penguburan, tapi nggak mau mengangkat jenazah. Itu kakakku malah gini, “Nanti kalau… kalau misalkan ee… kamu mati, terus aku masih hidup, ee… nggak ada yang
Keluarga T tidak memperlakukan berbeda. Bahkan kakak T bersedia mengurus jika di pemakaman T kelak tidak ada yang mau mengurus.
Kedua orangtua serta mertua perempuan dari Almarhum masih hidup.
Keluarga T tidak memperlakukan berbeda, bahkan kakak bersedia mengurus pemakaman T kelak.
Keluarga tidak memperlakukan berbeda, bahkan kakak bersedia mengurus pemakaman T kelak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 237
868 869 870 871 872 873 874 875 876 877 878 879 880 881 882 883 884 885 886 887 888 889 890 891 892 893 894 895 896 897 898
katanya. Terus kalau keluarganya suami sekarang juga tahu berarti? Kalau suami nggak. Kalau keluarga suami… suami aja yang tahu. Terus… Almarhum suami Mbak juga tahu status berarti dari rumah sakit ya. He em. Waktu itu apa Mbak percaya dengan status suami Mbak? Percaya sih Mbak, soalnya kan ee…awalnya dokternya bilang, terus, “Mbak ini kami curiga, suaminya mengarah ke penyakit HIV AIDS. Terus, kalau saya mau konseling, ee… suaminya Mbak kayaknya udah nggak memungkinkan, dengan kondisi begitu dikonselingin, jadi kayak gitu, terus makanya saya ngobrol dengan Mbak’e, Mbak’e mengizinkan apa nggak untuk dites.”. Saya bilang, “Ya udah nggak papa.”. Terus akhirnya dites, buka hasilnya sama saya juga. Terus, “Mbak’e, suaminya bener-bener positif. Disarankan
mau pegang kamu, nanti aku yang ngurusin kamu.”, gitu katanya. Kalau suami nggak. Kalau Keluarga suami yang keluarga suami… suami aja sekarang tidak tahu status T. yang tahu.
Keluarga suami sekarang tidak tahu status.
Percaya sih Mbak, soalnya kan ee…awalnya dokternya bilang, terus, “Mbak ini kami curiga, suaminya mengarah ke penyakit HIV AIDS. Terus, kalau saya mau konseling, ee… suaminya Mbak kayaknya udah nggak memungkinkan, dengan kondisi begitu dikonselingin, jadi kayak gitu, terus makanya saya ngobrol dengan Mbak’e, Mbak’e mengizinkan apa nggak untuk dites.”. Saya bilang, “Ya udah nggak papa.”. Terus akhirnya dites, buka
Percaya status Almarhum karena ikut proses VCT dan Almarhum seorang pecandu.
T percaya status Almarhum karena VCT dilakukan bersama dirinya dan Almarhum juga seorang pecandu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 238
899 900 901 902 903 904 905 906 907 908 909 910 911 912 913 914 915 916 917 918 919 920 921 922 923 924 925 926 927 928 929
untuk Mbak dan anaknya harus periksa.”. Ya udah, aku langsung… langsung cari laboratorium. Aku ya percaya karena suami kan dulu juga pecandu. Pecandu kan gitu… bisa terinfeksi HIV segala macam. Diceritain banyak… banyak disitu.
Oh ya… Terus bagaimana perasaan Mbak waktu itu setelah tahu status suami? Ya sedih sih Mbak. Sedih, kayak kecewa, pasti ada. Terus, “Kok aku dulu kok bisa ya nikah sama ini. Kok aku dulu nggak tahu…”, waktu itu kan ada pikiran juga kayak gitu. Tapi terus kembali lagi, “Ah mungkin ini udah jalannya lah. Terus jalan dari Allah yah kayak gitu. Mungkin ini cobaan aja, kayak gitu. Ya udah aku harus jalani.”, udah cuma gitu aja mikirnya. Nggak pernah mikir, “Oh suami sakit, di rumah sakit, divonis HIV.”, kayak gitu ya. Kan nggak punya uang
hasilnya sama saya juga. Terus, “Mbak’e, suaminya bener-bener positif. Disarankan untuk Mbak dan anaknya harus periksa.”. Ya udah, aku langsung… langsung cari laboratorium. Aku ya percaya karena suami kan dulu juga pecandu. Pecandu kan gitu… bisa terinfeksi HIV segala macam. Diceritain banyak… banyak disitu.
Ya sedih sih Mbak. Sedih, kayak kecewa, pasti ada. Terus, “Kok aku dulu kok bisa ya nikah sama ini. Kok aku dulu nggak tahu…”, waktu itu kan ada pikiran juga kayak gitu. Tapi terus kembali lagi, “Ah mungkin ini udah jalannya lah. Terus jalan dari Allah yah kayak gitu. Mungkin ini cobaan aja, kayak gitu. Ya udah aku harus jalani.”, udah cuma gitu aja mikirnya. Nggak pernah mikir, “Oh
T sedih dan kecewa mengetahui status Almarhum. T berpikir mengapa dulu ia menikah dengan Almarhum.
Sedih dan kecewa mengetahui status Almarhum dan berpikir mengapa dulu menikah dengan Almarhum.
Tapi T kemudian berpikir mungkin sudah jalan dari Allah dan itu cobaan yang harus dijalani.
Berpikir mungkin sudah jalan Allah dan cobaan yang harus dijalani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 239
930 931 932 933 934 935 936 937 938 939 940 941 942 943 944 945 946 947 948 949 950 951 952 953 954 955 956 957 958 959 960
sama sekali Mbak aku waktu itu. Siang itu tak titipin Mbak, jadi di perawatnya siang. Aku kerja, cari kerja di deket terminal lama situ, di warung… di warung. Jadi, pinjem sepedanya yang punya warung, naik sepeda ontel kayak gitu, bayaran cuma berapa Mbak… Rp 15.000,00 waktu itu. Itu selama di sana seminggu. Di warung makan, bantu-bantu di rumah makan. Itu 5 ha… ee… seminggu, perjalanan bolak-balik. Pagi berangkat, nanti sore balik ke rumah sakit ngurusin suami. Tak gitu itu selama seminggu. Cuma karena suami itu udah bener-bener nggak kuat dan harus rujuk ke S, akhirnya pindah. Udah…dari situ udah ganti lagi kerja. Nggak kerja. Kayak gitu.
Berarti waktu itu Mbak sudah punya informasi belum, tentang HIV itu apa, waktu yang tahu
suami sakit, di rumah sakit, divonis HIV.”, kayak gitu ya. Kan nggak punya uang sama sekali Mbak aku waktu itu. Siang itu tak titipin Mbak, jadi di perawatnya siang. Aku kerja, cari kerja di deket terminal lama situ, di warung… di warung. Jadi, pinjem sepedanya yang punya warung, naik sepeda ontel kayak gitu, bayaran cuma berapa Mbak… Rp 15.000,00 waktu itu. Itu selama di sana seminggu. Di warung makan, bantu-bantu di rumah makan. Itu 5 ha… ee… seminggu, perjalanan bolak-balik. Pagi berangkat, nanti sore balik ke rumah sakit ngurusin suami. Tak gitu itu selama seminggu. Cuma karena suami itu udah bener-bener nggak kuat dan harus rujuk ke S, akhirnya pindah. Udah…dari situ udah ganti lagi kerja. Nggak kerja. Kayak gitu.
T tidak punya uang sama sekali sehingga bekerja selama seminggu di rumah makan.
Tidak punya uang sehingga bekerja selama seminggu di rumah makan.
T berhenti bekerja saat suami dirujuk ke rumah sakit S.
Berhenti bekerja saat suami dirujuk ke rumah sakit S.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 240
961 962 963 964 965 966 967 968 969 970 971 972 973 974 975 976 977 978 979 980 981 982 983 984 985 986 987 988 989 990 991
statusnya suami? Udah dijelasin sih Mbak. Tapi sebelumnya belum tahu sama sekali. Oh ya Mbak, waktu itu kan akhirnya Mbak tidak bekerja, lalu untuk biaya rumah sakit dll bagaimana? Itu pakai jaminan Mbak. Terus, waktu itu bagaimana sikap Mbak terhadap Almarhum setelah tahu status Almarhum? Biasa aja sih Mbak. Orang suami juga udah kondisi seperti itu kan ndak mungkin aku juga langsung menyalah-nyalahin, “Gara-gara koe aku jadi kayak gini.”, itu juga nggak mungkin Nanti dia malah ngedrop lagi. Terus aku juga berpikir lagi, “Toh aku dulu juga pernah cinta sebelum dia sakit.”, kayak gitu. Terus kalau sekarang dia sakit kayak gini kan masa aku terus mau benci kan nggak mungkin. Masa cuma suka sehatnya aja, sakitnya nggak suka. Aku mah mikirnya kayak gitu aja Mbak.
Udah dijelasin sih Mbak. Sebelum tahu status suami, Tapi sebelumnya belum tahu T tidak tahu sama sekali sama sekali. tentang HIV.
Tidak tentang sebelum positif.
paham HIV suami
Itu pakai jaminan Mbak.
T membayar biaya rumah sakit dengan jaminan.
Membayar rumah sakit dengan jaminan.
Biasa aja sih Mbak. Orang suami juga udah kondisi seperti itu kan ndak mungkin aku juga langsung menyalahnyalahin, “Gara-gara koe aku jadi kayak gini.”, itu juga nggak mungkin Nanti dia malah ngedrop lagi. Terus aku juga berpikir lagi, “Toh aku dulu juga pernah cinta sebelum dia sakit.”, kayak gitu. Terus kalau sekarang dia sakit kayak gini kan masa aku terus mau benci kan nggak mungkin. Masa cuma suka sehatnya
Setelah tahu status Almarhum, T bersikap biasa saja terhadap Almarhum. Menurut T, tidak mungkin menyalahkan Almarhum karena takut Almarhum ngedrop.
T bersikap biasa setelah tahu status Almarhum. T tidak menyalahkan Almarhum karena takut Almarhum ngedrop.
Bersikap biasa setelah tahu status Almarhum, tidak menyalahkan karena takut Almarhum drop.
T juga berpikir bahwa dulu ia mencintai Almarhum sebelum sakit, jadi tidak mungkin membenci Almarhum. Masa hanya suka Almarhum saat sehat saja.
T berpikir bahwa ia tidak boleh hanya suka saat Almarhum sehat serta tidak mungkin membenci karena ia mencintai Almarhum saat sehat dulu.
Berpikir tidak boleh hanya suka saat Almarhum sehat serta tidak mungkin benci karena mencintai Almarhum saat sehat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 241
992 993 994 995 996 997 998 999 1000 1001 1002 1003 1004 1005 1006 1007 1008 1009 1010 1011 1012 1013 1014 1015 1016 1017 1018 1019 1020 1021 1022
Apakah ada perubahan sikap Mbak terhadap Almarhum? Nggak, sama aja. Dia nggak bisa jalan tak bawa ke rumah sakit. Dia nggak bisa cebok tak cebokin, kayak gitu. Terus bagaimana dengan sikap suami yang suka membentak? Yah nggak… nggak bisa Mbak. Kan begitu sakit langsung plek. Nggak… nggak lama. Langsung nggak berdaya Mbak. Kan langsung. Terus masih sempat ngobrolngobrol Mbak? Yah ngobrol ya paling cuma ya… dia kalau setelah tahu itu dia nggak banyak ngomog sih Mbak. Cuma banyak diemnya gitu. Mungkin dia… menyesali kali ya. Nggak tahu juga sih perasaanya gimana. Dia lebih banyak diem setelah dia tahu statusnya itu.
aja, sakitnya nggak suka. Aku mah mikirnya kayak gitu aja Mbak. Nggak, sama aja. Dia nggak bisa jalan tak bawa ke rumah sakit. Dia nggak bisa cebok tak cebokin, kayak gitu.
Tidak ada perubahan sikap terhadap Almarhum pasca HIV. T tetap melayani Almarhum.
T tetap melayani Almarhum dan tidak ada perubahan sikap pada Almarhum pasca HIV.
Tetap melayani Almarhum dan tidak ada perubahan sikap pada Almarhum pasca HIV.
Yah nggak… nggak bisa Almarhum tidak lagi Mbak. Kan begitu sakit membentak saat sakit langsung plek. Nggak… karena sudah tidak berdaya. nggak lama. Langsung nggak berdaya Mbak. Kan langsung.
Almarhum tidak membentak saat sakit karena tidak berdaya.
Yah ngobrol ya paling cuma Almarhum banyak diam ya… dia kalau setelah tahu pasca HIV. T menduga itu dia nggak banyak Almarhum menyesal. ngomog sih Mbak. Cuma banyak diemnya gitu. Mungkin dia… menyesali kali ya. Nggak tahu juga sih perasaanya gimana. Dia lebih banyak diem setelah dia tahu statusnya itu.
T menduga Almarhum menyesal karena banyak diam pasca HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 242
1023 1024 1025 1026 1027 1028 1029 1030 1031 1032 1033 1034 1035 1036 1037 1038 1039 1040 1041 1042 1043 1044 1045 1046 1047 1048 1049 1050 1051 1052 1053
Waktu itu anaknya Mbak bagaimana setelah Almarhum dan Mbak ketahuan sakit? Anak kan masih kecil… belum… belum tahu dia. Jadi, dia ya masih… karena masih…. Setelah… saya kasih tahu itu anakku tuh udah SD kelas… berapa ya waktu itu… kalau nggak kelas 1, kelas 2. Aku kasih tahu kalau aku punya sakit seperti ini, “Bapakmu itu dulu punya sakit seperti ini, dan itu efek dari ee… pake narkoba…”, tak... tak… kasih kejelasan… pake narkoba… pake alkohol… minum alkohol, segala macem. Jadi kamu… jadi sekalian tak kasih pelajaran, “Nanti suatu saat kamu udah besar, kalau ada yang nawarin narkoba… atau alkohol… jangan ya.”, tak kasih tahu gitu loh. “Nanti kalau misalnya kamu pake seperti itu, nanti bisa mati kayak Bapak, masih muda.”, tak kasih tahu kayak gitu. Terus sampe sekarang… dan… “Mamak…” kan panggilnya Mamak. “Mamak itu punya… sakit ini ketularan dari Bapak. Terus… dan Mamak
Anak kan masih kecil… belum… belum tahu dia. Jadi, dia ya masih… karena masih…. Setelah… saya kasih tahu itu anakku tuh udah SD kelas… berapa ya waktu itu… kalau nggak kelas 1, kelas 2. Aku kasih tahu kalau aku punya sakit seperti ini, “Bapakmu itu dulu punya sakit seperti ini, dan itu efek dari ee… pake narkoba…”, tak... tak… kasih kejelasan… pake narkoba… pake alkohol… minum alkohol, segala macem. Jadi kamu… jadi sekalian tak kasih pelajaran, “Nanti suatu saat kamu udah besar, kalau ada yang nawarin narkoba… atau alkohol… jangan ya.”, tak kasih tahu gitu loh. “Nanti kalau misalnya kamu pake seperti itu, nanti bisa mati kayak Bapak, masih muda.”, tak kasih tahu kayak gitu. Terus sampe sekarang…
T membuka status Almarhum pada anak saat anak kelas 1 atau 2 SD. T mengingatkan pada anaknya bahaya alkohol dan narkoba agar tidak seperti Almarhum.
T juga membuka statusnya
T membuka statusnya dan Almarhum pada anak saat anak kelas 1 atau 2 SD. T mengingatkan agar anak menghindari alkohol dan narkoba, tidak seperti Almarhum. Sejak saat itu, anak selalu mengingatkan T untuk minum obat.
Membuka statusnya dan Almarhum saat anak kelas 1 atau 2 SD. Mengingatkan anak menghindari alkohol dan narkoba, tidak seperti Almarhum. Sejak itu, anak selalu mengingatkan minum obat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 243
1054 1055 1056 1057 1058 1059 1060 1061 1062 1063 1064 1065 1066 1067 1068 1069 1070 1071 1072 1073 1074 1075 1076 1077 1078 1079 1080 1081 1082 1083 1084
harus minum obat tiap hari. Tiap hari nanti jam 9 pagi, jam 6, harus minum obat.”. Nah dari itu, sampai saat ini dia kalau denger alarm, dia selalu ngingetin, kayak gitu.
Terus… apa yang Mbak pikirkan atau rasakan mengenai Almarhum pada saat ini? Nggak sih, udah… lupa masalahmasalah kayak gitu. Jadi… udah nggak ada rasa gimana-gimana, dendam atau itu juga nggak ada sih. Apakah sempat ada perasaan dendam, Mbak? Nggak… nggak bisa sih Mbak, aku nggak bisa dendam orangnya.
dan… “Mamak…” kan pada anak dan anak selalu panggilnya Mamak. “Mamak mengingatkan minum obat itu punya… sakit ini pada jamnya. ketularan dari Bapak. Terus… dan Mamak harus minum obat tiap hari. Tiap hari nanti jam 9 pagi, jam 6, harus minum obat.”. Nah dari itu, sampai saat ini dia kalau denger alarm, dia selalu ngingetin, kayak gitu.
Nggak sih, udah… lupa T sudah tidak merasakan masalah-masalah kayak gitu. apa-apa terkait Almarhum. Jadi… udah nggak ada rasa gimana-gimana, dendam atau itu juga nggak ada sih.
Sudah tidak merasakan apa-apa terkait Almarhum.
Nggak… nggak bisa sih T tidak sempat dendam Mbak, aku nggak bisa pada Almarhum karena dendam orangnya. tidak bisa mendendam.
Tidak sempat dendam pada Almarhum karena tidak bisa mendendam.
Jadi nggak ada rasa dendam? Nggak… cuman… cuman setelah Nggak… cuman… cuman Setelah tahu status dirinya T tidak dendam setelah tahu Tidak dendam dia tahu status, yo weslah aku setelah dia tahu status, yo dan Almarum, dan status dirinya dan setelah tahu status tahu status, ya udah cuma gitu weslah aku tahu status, ya Almarhum minta maaf, T Almarhum serta Almarhum dirinya dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 244
1085 1086 1087 1088 1089 1090 1091 1092 1093 1094 1095 1096 1097 1098 1099 1100 1101 1102 1103 1104 1105 1106 1107 1108 1109 1110 1111 1112 1113 1114 1115
aja. Yo wes, lah mau gimana lagi… cuma gitu aja. Suamiku minta maaf… maksudnya, “Ya udah… nggak… aku minta maaf ya T, udah bikin kamu sakit kayak gini.”. “Ya wes nggak usah dipikirin, nggak usah nyari siapa yang salah.”, aku cuma bilang kayak gitu. Sampai sekarang pun juga, ya udah. Bahkan, sampe sekarang pun aku masih rutin, Mbak, ke makam suamiku, ke… ya kubur kayak gitu. Itu… bahkan kalau… kalau anak malah sering ngingetin, kalau misalkan lama gitu nggak ke makam suami, itu… ingetin, “Ayo, ke makam Bapak.”, gitu. Nanti suamiku yang sekarang ikut, malahan. Ziarah, kayak gitu. Jadi, tetep sampe sekarang juga masih ziarah.
udah cuma gitu aja. Yo wes, lah mau gimana lagi… cuma gitu aja. Suamiku minta maaf… maksudnya, “Ya udah… nggak… aku minta maaf ya T, udah bikin kamu sakit kayak gini.”. “Ya wes nggak usah dipikirin, nggak usah nyari siapa yang salah.”, aku cuma bilang kayak gitu. Sampai sekarang pun juga, ya udah. Bahkan, sampe sekarang pun aku masih rutin, Mbak, ke makam suamiku, ke… ya kubur kayak gitu. Itu… bahkan kalau… kalau anak malah sering ngingetin, kalau misalkan lama gitu nggak ke makam suami, itu… ingetin, “Ayo, ke makam Bapak.”, gitu. Nanti suamiku yang sekarang ikut, malahan. Ziarah, kayak gitu. Jadi, tetep sampe sekarang juga masih ziarah.
Lalu, mungkin Mbak bisa cerita sedikit, kalau sama suami yang sekarang, gimana sih rumah tangganya Mbak? Sama suamiku yang sekarang? Sama
suamiku
tidak merasa dendam. Hingga sekarang pun T dan anak serta suaminya rutin berziarah ke makam Almarhum.
meminta maaf. Sekarang T beserta anak dan suaminya rutin berziarah ke makam Almarhum.
Almarhum, Rutin berziarah ke makam Almarhum bersama anak dan suami.
yang Rumah tangga T dan suami Rumah tangga suami dan T Rumah
tangga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 245
1116 1117 1118 1119 1120 1121 1122 1123 1124 1125 1126 1127 1128 1129 1130 1131 1132 1133 1134 1135 1136 1137 1138 1139 1140 1141 1142 1143 1144 1145 1146
Kalau suami yang sekarang sih, sampai saat ini baik-baik ya Mbak. Tapi nggak tau ke depannya. Tapi ya mudahmudahan tetap seperti ini. Dan, kalau suami sampai saat ini juga ee… apa… perlakuan ke saya juga, nggak terus membedakan… kalau aku positif terus dibedabedain, kayak gitu nggak. Jadi tetep… menurut saya juga tetep romantis. Tetep humoris, kayak gitu sih. Ke anak… biarpun anakku juga… bukan anak kandungnya…. Dia kan juga udah punya anak. Jadi, biasa… kayak gitu. Jadi nggak ada beda, jadi ke anakku sama ke anaknya sendiri juga nggak ada dibedain.
sekarang? Kalau suami yang sekarang sih, sampai saat ini baik-baik ya Mbak. Tapi nggak tau ke depannya. Tapi ya mudah-mudahan tetap seperti ini. Dan, kalau suami sampai saat ini juga ee… apa… perlakuan ke saya juga, nggak terus membedakan… kalau aku positif terus dibeda-bedain, kayak gitu nggak. Jadi tetep… menurut saya juga tetep romantis. Tetep humoris, kayak gitu sih. Ke anak… biarpun anakku juga… bukan anak kandungnya…. Dia kan juga udah punya anak. Jadi, biasa… kayak gitu. Jadi nggak ada beda, jadi ke anakku sama ke anaknya sendiri juga nggak ada dibedain.
Oh begitu. Anak suami Mbak umur berapa sekarang? Kelas 2 SMP. Kelas 2 SMP. Perempuan? Perempuan. Perempuan. Berarti tinggal sama Mbak
baik-baik saja, tetap humoris dan romantis. Suami tidak memperlakukan T berbeda. Juga tidak membedakan anak kandung dan anak T.
baik, romantis dan humoris. Suami tidak memperlakukan T berbeda, juga tidak membedakan anak T dan anak kandungnya.
dengan suami baik, romantis dan humoris. Suami tidak memperlakukan T berbeda, juga tidak membedakan anak T dan anak kandungnya.
Suami memiliki anak kandung perempuan, kelas 2 SMP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 246
1147 1148 1149 1150 1151 1152 1153 1154 1155 1156 1157 1158 1159 1160 1161 1162 1163 1164 1165 1166 1167 1168 1169 1170 1171 1172 1173 1174 1175 1176 1177
juga? Nggak. Tinggal sama Ibunya. Tapi kalau misalkan libur, kayak gitu, tetep ke situ… dan biasa aja… kayak sama aku juga manggilnya Mak, kan, gitu, biasa. Kalo sama anakku juga udah kayak saudara kandung. Kalau… sama anak kan badannya kecil, kayak gitu kan. Suka digendonggendong, kayak gitu, biasa. Jadi alhamdulilahnya tuh, dapat keluarga yang sekarang sudah baik gitu loh Mbak, jadi… rukun kayak gitu. Anakku juga, itu sama anak suamiku yang sekarang juga rukun.
Nggak. Tinggal sama Ibunya. Tapi kalau misalkan libur, kayak gitu, tetep ke situ… dan biasa aja… kayak sama aku juga manggilnya Mak, kan, gitu, biasa. Kalo sama anakku juga udah kayak saudara kandung. Kalau… sama anak kan badannya kecil, kayak gitu kan. Suka digendonggendong, kayak gitu, biasa. Jadi alhamdulilahnya tuh, dapat keluarga yang sekarang sudah baik gitu loh Mbak, jadi… rukun kayak gitu. Anakku juga, itu sama anak suamiku yang sekarang juga rukun.
Anak suami tinggal dengan ibunya, tetapi biasanya ke rumah T saat libur. Anak suami juga memanggil T “Mak” dan rukun dengan anak T seperti saudara kandung. T bersyukur mendapat keluarga yang baik dan rukun.
Jadi, suami Mbak yang sekarang itu memang sudah bercerai dengan istrinya baru bertemu Mbak? He em. Aku kenal itu dulu udah cerai sama suaminya 2 tahun. Bertemu di mana Mbak sama suami yang sekarang? Suami yang sekarang itu kenalnya Suami yang sekarang itu T mengenal suami yang di rumah. Waktu itu dia main ke kenalnya di rumah. Waktu sekarang di rumah saudara. tempat… tempat… jadi kan aku itu dia main ke tempat… Mereka mengobrol, SMS,
Anak suami tinggal dengan ibunya, tetapi ke rumah T saat libur. Anak suami rukun dengan T dan anak T. T bersyukur mendapat keluarga yang rukun dan baik.
Anak suami rukun dengan T dan anaknya. Bersyukur mendapat keluarga yang baik dan rukun.
Mengenal suami yang sekarang di rumah saudara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 247
1178 1179 1180 1181 1182 1183 1184 1185 1186 1187 1188 1189 1190 1191 1192 1193 1194 1195 1196 1197 1198 1199 1200 1201 1202 1203 1204 1205 1206 1207 1208
kan… saudara… saudara… anaknya… anaknya PakLik, anaknya PakLik. Itu kan temennya suamiku yang sekarang. Nah dia pas main ke situ. Nah ketemu di situ. Ketemu di situ terus ngobrol ngobrol ngobrol ngobrol, terus nggak tau dia minta nomorku dari itu… saudara, waktu itu. Terus lewat SMS SMS SMS SMS, terus kenal kenal kenal, deket, kayak gitu.
tempat… jadi kan aku kan… dan dekat. saudara… saudara… anaknya… anaknya PakLik, anaknya PakLik. Itu kan temennya suamiku yang sekarang. Nah dia pas main ke situ. Nah ketemu di situ. Ketemu di situ terus ngobrol ngobrol ngobrol ngobrol, terus nggak tau dia minta nomorku dari itu… saudara, waktu itu. Terus lewat SMS SMS SMS SMS, terus kenal kenal kenal, deket, kayak gitu.
Berarti suami yang sekarang kerja Mbak? Kerja. Di mana Mbak? Dia seniman. Ee… dia seni Dia seniman. Ee… dia seni Suami T sekarang Campursari kayak gitu. Campursari kayak gitu. berprofesi sebagai seniman Campursari. Oh begitu. Terus kalau perjalanan Mbak ketemu V+ bagaimana Mbak? Kalau ketemu V+, kan dari awal Kalau ketemu V+, kan dari T bertemu V+ sejak awal aku udah ketemu V+, Mbak. Jadi, awal aku udah ketemu V+, tahu status. Teman-teman dari dulu-dulu awalnya positif, itu Mbak. Jadi, dari dulu-dulu dari KDS datang ke rumah, kan nggak tahu dari mana itu tiba- awalnya positif, itu kan memberi motivasi, dan tiba ada teman dari V+, tapi dulu nggak tahu dari mana itu mengajak ke pertemuan di KDS, teman-teman dari KDS tiba-tiba ada teman dari V+, hingga bertemu V+.
Mereka mengobrol, SMS, dan dekat.
Suami berprofesi sebagai seniman Campursari.
Pada awal tahu status, T didatangi teman-teman KDS. Mereka memberi motivasi dan mengajak ke pertemuan hingga T bertemu V+.
Didatangi temanteman KDS pada awal tahu status, diberi motivasi dan diajak ke pertemuan hingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 248
1209 1210 1211 1212 1213 1214 1215 1216 1217 1218 1219 1220 1221 1222 1223 1224 1225 1226 1227 1228 1229 1230 1231 1232 1233 1234 1235 1236 1237 1238 1239
Diajeng dulu itu dateng ke rumah, terus kasih motivasi, ngajakin ke pertemuan, dari situlah ketemu ketemu ketemu, akhirnya ketemu V+ juga.
Waktu itu posisinya Mbak sudah bergabung di LSM K? Belum. Jadi dulu itu, sebelum ke V+ kan ke sana dulu, pertemuan KDS. Akhirnya kenal sama K, kerja di K. Selama 4 tahunan itu. Nah, setelah… K itu kan lagi off sekarang. Nggak ada dananya untuk kegiatan, nah aku hubungi Kak Y, “Kak, ada lowongan nggak?”. Soalnya aku kan harus kerja juga, kalau nggak kerja mau ngapain di rumah, kayak gitu. Terus, “Belum ada.”, waktu itu bilang kayak gitu. Terus, “Nanti kalau ada aku kabarin.”. Nggak lama kemudian, nggak sampai seminggu atau apa ya, katanya ada yang meninggal, waktu itu. Terus, “T masih niat nggak untuk kerja?”, kayak gitu. Terus, “Iya, Kak.”. “Ya udah kamu ke sini bawa lamaran.”. Terus, ke sini, ya
tapi dulu di KDS, temanteman dari KDS Diajeng dulu itu dateng ke rumah, terus kasih motivasi, ngajakin ke pertemuan, dari situlah ketemu ketemu ketemu, akhirnya ketemu V+ juga. Belum. Jadi dulu itu, sebelum ke V+ kan ke sana dulu, pertemuan KDS. Akhirnya kenal sama K, kerja di K. Selama 4 tahunan itu. Nah, setelah… K itu kan lagi off sekarang. Nggak ada dananya untuk kegiatan, nah aku hubungi Kak Y, “Kak, ada lowongan nggak?”. Soalnya aku kan harus kerja juga, kalau nggak kerja mau ngapain di rumah, kayak gitu. Terus, “Belum ada.”, waktu itu bilang kayak gitu. Terus, “Nanti kalau ada aku kabarin.”. Nggak lama kemudian, nggak sampai seminggu atau apa ya, katanya ada yang meninggal, waktu itu. Terus, “T masih
bertemu V+.
Sebelum ke V+, T ikut pertemuan KDS dulu, hingga mengenal dan bekerja di LSM K. Setelah itu, LSM K tidak memiliki dana untuk berkegiatan sehingga off. T kemudian menghubungi V+ dan mendapat pekerjaan di sana.
T ikut pertemuan KDS hingga mengenal dan bekerja di LSM K. LSM K kemudian off dan T menghubungi V+ hingga mendapat pekerjaan di sana.
Ikut pertemuan KDS hingga mengenal dan bekerja di LSM K. LSM K off dan menghubungi V+ hingga mendapat pekerjaan di sana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 249
1240 1241 1242 1243 1244 1245 1246 1247 1248 1249 1250 1251 1252 1253 1254 1255 1256 1257 1258 1259 1260 1261 1262 1263 1264 1265 1266 1267 1268 1269 1270
udah langsung kerja di sini, tahun niat nggak untuk kerja?”, lalu. kayak gitu. Terus, “Iya, Kak.”. “Ya udah kamu ke sini bawa lamaran.”. Terus, ke sini, ya udah langsung kerja di sini, tahun lalu. Oh ya Mbak, bisa tolong cerita sedikit tentang keluarganya Mbak? Orangtua dan saudarasaudaranya Mbak. Kalau orangtua… kami semua… Kalau orangtua… kami semua lahir di Gunung Kidul semua… semua lahir di semua. Kalau orangtua yah cuma Gunung Kidul semua. Kalau petani sih, semuanya petani. orangtua yah cuma petani Kakak juga petani, dagang di sih, semuanya petani. Kakak rumah. Petani semua. Kan emang juga petani, dagang di cuma di desa aja Mbak. rumah. Petani semua. Kan emang cuma di desa aja Mbak. Berapa saudara Mbak? Tiga. Saya anak ketiga. Atas saya Tiga. Saya anak ketiga. Atas cewek lalu cowok. Sudah saya cewek lalu cowok. berkeluarga semua. Sudah berkeluarga semua.
Terus, hubungan Mbak dengan keluarga bagaimana? Bapak, Ibu? Baik semuanya. Ini kan Bapak Baik semuanya. sekarang dagang di sini, dagang
T dan keluarganya lahir di Gunung Kidul. Orangtua dan saudara T petani dan berdagang di rumah.
Keluarga T lahir di Gunung Kidul. Orangtua dan saudaranya petani dan berdagang di rumah.
Keluarga lahir di Gunung Kidul, berprofesi petani dan berdagang di rumah.
T bungsu dari tiga bersaudara. Kakak pertama T perempuan dan yang kedua laki-laki. Semua sudah berkeluarga.
T bungsu dari tiga bersaudara dengan kakak pertama perempuan dan kedua laki-laki yang sudah berkeluarga semua.
Bungsu dari tiga bersaudara dengan kakak perempuan dan laki-laki yang sudah berkeluarga semua.
Hubungan T dengan T berhubungan baik dengan Berhubungan baik keluarga besar baik. keluarga besarnya. dengan keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 250
1271 1272 1273 1274 1275 1276 1277 1278 1279 1280 1281 1282 1283 1284 1285 1286 1287 1288 1289 1290 1291 1292 1293 1294 1295 1296 1297 1298 1299 1300 1301
baks… ee… soto di Kota Gede situ. Ini anakku baru aja tak titipin situ, tak tinggal di situ. Ibu juga sudah tinggal di situ. Jadi kan tiap ke sini aku mampir. Kalau saudara masih di Gunung Kidul semua. Masih bersilahturami seperti biasa.
Terus, Mbak dulu sekolahnya juga di Gunung Kidul? Di Gunung Kidul. Sampe SLTP. Terus… kemarin sempet ikut kejar Paket C. Dapet ijazah Paket C itu. Tahun ini… ini kemarin udah di SMS katanya udah keluar ijazahnya, kayak gitu. Tapi belum sempat tak ambil sih. Karena kan pake… berapa ya kemarin… 300 apa berapa gitu. “Iya, besok tak ambil.”, tak bilang gitu. Kan kalau punya ijazah… itu kan setara dengan SMA ya Paket C itu. Itu kan, siapa tau nanti kalau… bisa… kalau capek mondar-mandir Gunung Kidul kan bisa tak pake buat ngelamar
Ini kan Bapak sekarang dagang di sini, dagang baks… ee… soto di Kota Gede situ. Ini anakku baru aja tak titipin situ, tak tinggal di situ. Ibu juga sudah tinggal di situ. Jadi kan tiap ke sini aku mampir. Kalau saudara masih di Gunung Kidul semua. Masih bersilahturami seperti biasa.
Orangtua T kini tinggal di Yogya dan berdagang soto. T mengunjungi orangtuanya setiap ke Yogya.
Di Gunung Kidul. Sampe SLTP. Terus… kemarin sempet ikut kejar Paket C. Dapet ijazah Paket C itu. Tahun ini… ini kemarin udah di SMS katanya udah keluar ijazahnya, kayak gitu. Tapi belum sempat tak ambil sih. Karena kan pake… berapa ya kemarin… 300 apa berapa gitu. “Iya, besok tak ambil.”, tak bilang gitu. Kan kalau punya ijazah… itu kan setara dengan SMA ya Paket C itu. Itu kan, siapa tau nanti kalau… bisa… kalau capek
T bersekolah di Gunung Kidul hingga SLTP. T juga baru mengambil ijazah Paket C untuk melamar kerja di Gunung Kidul jika T capek mondar-mandir Yogya-Gunung Kidul kelak.
T selalu mengunjungi orangtuanya yang kini tinggal dan berjualan soto di Yogya.
besar. Selalu mengunjungi orangtua yang kini tinggal dan berjualan di Yogya.
Saudara T masih di Gunung T juga bersilahturami Bersilahturami Kidul semua dan masih dengan saudara-saudaranya dengan saudarabersilahturami dengannya. di Gunung Kidul. saudara di Gunung Kidul T bersekolah di Gunung Kidul hingga SLTP dan baru mengambil ijazah Paket C untuk melamar kerja di Gunung Kidul jika capek ke Yogya kelak.
Bersekolah di Gunung Kidul hingga SLTP dan baru mengambil ijazah Paket C untuk melamar kerja di Gunung Kidul jika capek ke Yogya kelak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 251
1302 1303 1304 1305 1306 1307 1308 1309 1310 1311 1312 1313 1314 1315 1316 1317 1318 1319 1320 1321 1322 1323 1324 1325 1326 1327 1328 1329 1330 1331 1332
kerja di daerah sana, kan bisa itu mondar-mandir Gunung Mbak nanti. Pikiranku gitu. Kidul kan bisa tak pake buat ngelamar kerja di daerah sana, kan bisa itu Mbak nanti. Pikiranku gitu. Terus ini Mbak. Kalau menurut Mbak T ya, apa sih makna dari peristiwa Mbak terkena HIV? Kalau… ee… peristiwa itu kalau Kalau… ee… peristiwa itu awalnya memang pasti musibah kalau awalnya memang pasti ya. Musibah, kayak… kena itu. musibah ya. Musibah, Tapi waktu sampe saat-saat ini kayak… kena itu. Tapi malah berbalik kayaknya jadi waktu sampe saat-saat ini anugerah deh. Jadi anugerah. malah berbalik kayaknya jadi Masalahnya kalau saya nggak anugerah deh. Jadi anugerah. terkena HIV, mungkin saya juga Masalahnya kalau saya nggak bisa kerja seperti ini, nggak terkena HIV, mungkin terus… saya juga nggak bisa… saya juga nggak bisa kerja malah… jadi naik pesawat juga, seperti ini, terus… saya juga kayak gitu. Pelatihan ke Jakarta… nggak bisa… malah… jadi pelatihan kayak gitu kan jadi naik naik pesawat juga, kayak pesawat. Kalau saya nggak kena gitu. Pelatihan ke Jakarta… HIV, saya nggak bisa naik pelatihan kayak gitu kan jadi pesawat, kayak gitu. Jadi naik pesawat. Kalau saya anugerah… jadi banyak ilmu nggak kena HIV, saya nggak jugalah yang pasti. Sekarang jadi bisa naik pesawat, kayak bisa, bisa berpola hidup lebih gitu. Jadi anugerah… jadi sehat juga. Kalau dulu kan banyak ilmu jugalah yang misalnya makan ah mentah- pasti. Sekarang jadi bisa, bisa mentah udah biasa, kayak gitu. berpola hidup lebih sehat
Bagi T, awal terkena HIV terasa seperti musibah. Namun, sekarang peristiwa tersebut menjadi anugerah karena dirinya bisa bekerja seperti saat ini, bisa naik pesawat untuk pelatihan ke Jakarta, bisa lebih banyak ilmu, dan berpola hidup sehat.
Bagi T, awal terkena HIV seperti musibah, tetapi sekarang menjadi anugerah karena ia bisa bekerja, naik pesawat, punya banyak ilmu, dan berpola hidup sehat.
Awal terkena HIV seperti musibah, tetapi sekarang menjadi anugerah karena bisa bekerja, naik pesawat, punya banyak ilmu, dan berpola hidup sehat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 252
1333 1334 1335 1336 1337 1338 1339 1340 1341 1342 1343 1344 1345 1346 1347 1348 1349 1350 1351 1352 1353 1354 1355 1356 1357 1358 1359 1360 1361 1362 1363
Biasa nggak… nggak terlalu gizi, juga. Kalau dulu kan tapi sekarang kan harus lebih misalnya makan ah mentahdijaga, kayak gitu. mentah udah biasa, kayak gitu. Biasa nggak… nggak terlalu gizi, tapi sekarang kan harus lebih dijaga, kayak gitu. Terus, Mbak, dari fase yang Mbak berpikir bahwa akan segera mati, adanya perasaan menyesal mengapa bersama Almarhum, seperti itu, bagaimana sih bisa sampai jadi Mbak T yang sekarang, yang memandang ini semua sebagai anugerah? Eh em, ya karena… ya itu tadi Eh em, ya karena… ya itu Mbak. Karena… setelah… kalau tadi Mbak. Karena… awalnya itu ya. Ya kalau awalnya setelah… kalau awalnya itu memang berpikir itu tadi, intinya ya. Ya kalau awalnya udah, ya di situ aja, kayak gitu. memang berpikir itu tadi, Pikirku ya, nggak sampe setahun intinya udah, ya di situ aja, aku mati. Tapi setelah… kenal kayak gitu. Pikirku ya, nggak dengan teman-teman V+, KDS, sampe setahun aku mati. kayak gitu… itu kan jadi Tapi setelah… kenal dengan termotivasi, Mbak. Jadi, teman-teman V+, KDS, pikiranku nggak cuma aku harus kayak gitu… itu kan jadi mikirin besok aku besok pasti termotivasi, Mbak. Jadi, mati, besok mati, itu nggak pikiranku nggak cuma aku sekarang. Jadi istilahnya aku harus mikirin besok aku harus mikirin… aku harus bisa besok pasti mati, besok mati,
Awalnya T berpikir akan meninggal dalam waktu kutang dari setahun. Tetapi T menjadi termotivasi setelah bertemu V+ dan KDS. T sekarang berpikir harus melihat anaknya dewasa dan sukses.
Awalnya T berpikir akan meninggal kurang dari setahun, tetapi termotivasi setelah bertemu V+ dan KDS untuk melihat anaknya dewasa dan sukses.
Awalnya berpikir akan segera meninggal, tetapi termotivasi setelah bertemu V+ dan KDS untuk melihat anak dewasa dan sukses.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 253
1364 1365 1366 1367 1368 1369 1370 1371 1372 1373 1374 1375 1376 1377 1378 1379 1380 1381 1382 1383 1384 1385 1386 1387 1388 1389 1390 1391 1392 1393 1394
besarin anak, harus bisa lihat anak dewasa, anak sukses, kayak gitu, yang sekarang. Motivasinya kayak gitu.
Terus, ada halangan apa aja Mbak selama proses hingga Mbak T yang hari ini? Kesulitan ya… ya pasti banyak sih Mbak yang… Ya terutama kalau misalkan… untuk kebutuhan, kayak gitu, pasti ada kekurangan. Kalau untuk layanan sih, ee… saya kan… apa… punya jaminan kan, jadi ya… amanaman aja sih. Di keluarga juga… biasa. Di masyarakat sekarang juga biasa. Tapi kan masalahnya yang keluarga suami kan nggak tahu status. Takutnya kalau nanti tahu malah nanti jadi masalah, gitu. Berarti Mbak punya kekhawatiran buat hal itu? Iya, kalau untuk di keluarga suami, masih tetap ada kekhawatiran.
itu nggak sekarang. Jadi istilahnya aku harus mikirin… aku harus bisa besarin anak, harus bisa lihat anak dewasa, anak sukses, kayak gitu, yang sekarang. Motivasinya kayak gitu.
Kesulitan ya… ya pasti banyak sih Mbak yang… Ya terutama kalau misalkan… untuk kebutuhan, kayak gitu, pasti ada kekurangan. Kalau untuk layanan sih, ee… saya kan… apa… punya jaminan kan, jadi ya… aman-aman aja sih. Di keluarga juga… biasa. Di masyarakat sekarang juga biasa. Tapi kan masalahnya yang keluarga suami kan nggak tahu status. Takutnya kalau nanti tahu malah nanti jadi masalah, gitu.
T merasa kekurangan dalam Jaminan membantu T dalam pemenuhan kebutuhan, pengobatan sekalipun T tetapi terbantu dalam kekurangan. pengobatan karena adanya jaminan.
Jaminan membantu pengobatan sekalipun kekurangan.
Masyarakat dan keluarga T khawatir akan timbul juga biasa, tetapi T khawatir masalah jika keluarga suami jika keluarga suami tahu tahu statusnya. statusnya akan timbul masalah.
Khawatir akan timbul masalah jika keluarga suami tahu statusnya.
T
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 254
1395 1396 1397 1398 1399 1400 1401 1402 1403 1404 1405 1406 1407 1408 1409 1410 1411 1412 1413 1414 1415 1416 1417 1418 1419 1420 1421 1422 1423 1424 1425
Terus, apa rencana Mbak terhadap berbagai kemungkinan terburuk yang bisa terjadi? Nggak sih. Nggak tak pikirin. Misalkan suatu saat tahu, kayak gitu, misalkan mereka nggak terima dengan status aku, ya udah. Paling balik ke kampungku. Pikiranku cuma kayak gitu aja. Soalnya aku nggak mau ambilambil pusing banget kayak gitu tuh, orangnya. Oh ya Mbak, mohon maaf, kalau boleh tahu berarti Mbak T sekarang statusnya bagaimana? Misalnya stadium berapa, dan sebagainya? Stadium stadium… kalau aku kan dari awal terapi itu kondisi masih sehat. Jadi sampai sekarang kan nggak… pokoknya jangan sampe lah. Itu kan nggak sampe yang namanya opname, yang namanya ngedrop, gitu.
Nggak sih. Nggak tak pikirin. Misalkan suatu saat tahu, kayak gitu, misalkan mereka nggak terima dengan status aku, ya udah. Paling balik ke kampungku. Pikiranku cuma kayak gitu aja. Soalnya aku nggak mau ambil-ambil pusing banget kayak gitu tuh, orangnya.
T tidak memikirkan rencana apabila timbul masalah dengan keluarga suami terkait statusnya. Andaikan keluarga tidak menerima dirinya, T akan pulang ke kampungnya.
Stadium stadium… kalau Dari awal terapi, kondisi T aku kan dari awal terapi itu sehat dan belum pernah kondisi masih sehat. Jadi drop hingga saat ini. sampai sekarang kan nggak… pokoknya jangan sampe lah. Itu kan nggak sampe yang namanya opname, yang namanya ngedrop, gitu.
T berencana pulang ke kampungnya apabila keluarga suami tidak menerimanya.
Jadi itu sudah masuk fase AIDS atau belum Mbak? Belum sih. Cuma ada HIV di Belum sih. Cuma ada HIV di T tidak sampai ke fase T memiliki HIV dalam
Berencana pulang kampung apabila keluarga suami tidak menerimanya.
Kondisi sehat dari awal terapi hingga saat ini.
Memiliki
HIV,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 255
1426 1427 1428 1429 1430 1431 1432 1433 1434 1435 1436 1437 1438 1439 1440 1441 1442 1443 1444 1445 1446 1447 1448 1449 1450 1451 1452 1453 1454 1455 1456
dalam tubuh. Soalnya kan nggak pernah yang sampe drop. Jangan opname, jangan sampe, kayak gitu. Terus, Mbak punya harapan apa nggak terhadap Almarhum suami Mbak? Almarhum suami? Harapan apa ya kalau… soalnya udah meninggal sih. Harapannya cuma mudah-mudahan dia diampunilah dosa-dosanya lah semasa hidupnya. Terus mudah-mudahan dia mendapat tempat yang terbaiklah di sisi Allah. Terus buat kehidupan Mbak T sendiri sekarang? Ya semoga nanti kehidupannya semakin baik. Terus ini rencana mau program punya anak, mudahmudahan nanti sukses. Terus anaknya juga nanti sehat, nggak terinfeksi juga, kayak gitu. Soalnya kan kemarin habis cek viral load, kan tidak terdeteksi. CD4 juga udah tinggi, kayak gitu. Nah, pengennya sih nanti program punya anak, kayak gitu.
dalam tubuh. Soalnya kan AIDS, hanya ada HIV di tubuh, tetapi tidak sampai nggak pernah yang sampe dalam tubuh. AIDS. drop. Jangan opname, jangan sampe, kayak gitu.
tetapi tidak sampai AIDS.
Almarhum suami? Harapan apa ya kalau… soalnya udah meninggal sih. Harapannya cuma mudah-mudahan dia diampunilah dosa-dosanya lah semasa hidupnya. Terus mudah-mudahan dia mendapat tempat yang terbaiklah di sisi Allah.
T berharap Almarhum diampuni dosanya dan mendapat tempat terbaik di sisi Allah.
Berharap Almarhum diampuni dan mendapat tempat terbaik di sisi Allah.
Ya semoga nanti kehidupannya semakin baik. Terus ini rencana mau program punya anak, mudahmudahan nanti sukses. Terus anaknya juga nanti sehat, nggak terinfeksi juga, kayak gitu. Soalnya kan kemarin habis cek viral load, kan tidak terdeteksi. CD4 juga udah tinggi, kayak gitu. Nah, pengennya sih nanti program punya anak, kayak gitu.
T berharap kehidupannya semakin baik. T berencana untuk program punya anak yang bebas HIV.
Berharap kehidupannya semakin baik dan berencana untuk program punya anak bebas HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 256
1457 1458 1459 1460 1461 1462 1463 1464 1465 1466 1467 1468 1469 1470 1471 1472 1473 1474 1475 1476 1477 1478 1479 1480 1481 1482 1483 1484 1485 1486 1487
Semoga berhasil ya Mbak. Kalau dari saya sudah cukup Mbak. Nanti kalau ada yang kurang, saya mohon kesediaan Mbak T kembali ya. Terima kasih Mbak. Gini, Mbak, saya mau bertanya. Dulu Mbak habis lulus SLTP, Mbak langsung kerja apa bagaimana? Lulus SLTP itu dulu… sempat kerja 2 bulan. Bekerja 2 bulan itu di Kota Gede waktu itu kerjanya. Nah… di toko kecil, kayak gitu. Terus… setelah 2 bulan itu, tapi udah kenal sama yang… sama suamiku yang dulu… yang meninggal itu. Terus, habis itu… setelah dua bulan itu, langsung lah mau dilamar, kayak gitu. Jadi setelah SMP itu langsung dilamar, setelah kerja 2 bulan. Berhentilah kerja, terus menikah aku. Setelah menikah… ya udah, berarti cuma 2 bulan itu masa… masa kenalnya.
Lulus SLTP itu dulu… sempat kerja 2 bulan. Bekerja 2 bulan itu di Kota Gede waktu itu kerjanya. Nah… di toko kecil, kayak gitu. Terus… setelah 2 bulan itu, tapi udah kenal sama yang… sama suamiku yang dulu… yang meninggal itu. Terus, habis itu… setelah dua bulan itu, langsung lah mau dilamar, kayak gitu. Jadi setelah SMP itu langsung dilamar, setelah kerja 2 bulan. Berhentilah kerja, terus menikah aku. Setelah menikah… ya udah, berarti cuma 2 bulan itu masa… masa kenalnya.
Setelah lulus dari SLTP, T T bekerja selama 2 bulan sempat bekerja selama 2 setelah lulus SLTP. T bulan di toko kecil. berhenti kerja karena dilamar dan menikah dengan Almarhum setelah kenal 2 bulan. Setelah 2 bulan bekerja, T dilamar Almarhum, berhenti kerja, dan menikah setelah 2 bulan masa perkenalan.
Bekerja selama 2 bulan setelah lulus SLTP, lalu berhenti kerja karena dilamar dan menikah dengan Almarhum setelah kenal 2 bulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 257
1488 1489 1490 1491 1492 1493 1494 1495 1496 1497 1498 1499 1500 1501 1502 1503 1504 1505 1506 1507 1508 1509 1510 1511 1512 1513 1514 1515 1516 1517 1518
Oh makanya nggak lanjut SLTA ya, karena menikah? He em. Langsung menikah itu. Tapi kenalnya kan di sini, Mbak ya? Kenalnya di sini. Kan masih SMP, waktu itu, kelas 3, aku kenal sama dia, kayak gitu. Terus, dia kenal… temen temen temen… terus akhirnya pacaran kan… 2 bulan nikah. Waktu itu apa ada niat untuk lanjut SLTA dulu, Mbak? Sempet sih. Sempet daftar, kayak gitu. Tapi… yang cowoknya udah ngajakin nikah, ya kan akhirnya nggak… nggak sekolah. Kalau orang kampung kan, Mbak, kalau orang kampung adatnya ya, mungkin kalau nanti terlambat… udah umur berapa ya… dua puluh… dua tahun belum nikah kan kalau di kampung biasanya wis perawan tuo, dibilang kayak gitu kan. Ora payu. Kayak gitu kalau di kampung. Jadi kan kebanyakannya kan masih pernikahan-pernikahan dini, kalau di kampung. Yowes, akhirnya menikah di situ.
Kenalnya di sini. Kan masih SMP, waktu itu, kelas 3, aku kenal sama dia, kayak gitu. Terus, dia kenal… temen temen temen… terus akhirnya pacaran kan… 2 bulan nikah.
T mengenal Almarhum di Wonosari saat kelas 3 SMP. Setelah saling kenal dan pacaran 2 bulan, mereka menikah.
T mengenal Almarhum saat kelas 3 SMP di Wonosari dan menikah setelah 2 bulan pacaran.
Sempet sih. Sempet daftar, kayak gitu. Tapi… yang cowoknya udah ngajakin nikah, ya kan akhirnya nggak… nggak sekolah. Kalau orang kampung kan, Mbak, kalau orang kampung adatnya ya, mungkin kalau nanti terlambat… udah umur berapa ya… dua puluh… dua tahun belum nikah kan kalau di kampung biasanya wis perawan tuo, dibilang kayak gitu kan. Ora payu. Kayak gitu kalau di kampung. Jadi kan kebanyakannya kan masih pernikahan-
T sempat mendaftar di T sempat mendaftar SLTA SLTA, tetapi Almarhum tetapi tidak jadi sekolah sudah melamar sehingga karena dilamar. tidak melanjutkan sekolah.
Mengenal Almarhum saat kelas 3 SMP di Wonosari dan menikah setelah 2 bulan pacaran.
Sempat mendaftar SLTA tetapi tidak jadi sekolah karena dilamar, lalu memutuskan Di kampung, umur 20 T memutuskan menikah menikah karena belum menikah sudah karena budaya pernikahan budaya pernikahan dianggap perawan tua dan dini di kampung. dini di kampung. tidak laku sehingga banyak pernikahan dini. T juga akhirnya memutuskan menikah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 258
1519 1520 1521 1522 1523 1524 1525 1526 1527 1528 1529 1530 1531 1532 1533 1534 1535 1536 1537 1538 1539 1540 1541 1542 1543 1544 1545 1546 1547 1548 1549
Hm… Terus aku mau nanya ini, Mbak, setelah Mbak tahu Mbak tertular dari Almarhum, seperti apa pandangan Mbak terhadap Almarhum? Kalau ke suami, sih… ya… ya gimana ya. Yang pasti, karena dari awal saya udah tahu kalau suami saya itu seorang pecandu, kayak gitu. Tapi kan tahunya dianya niatnya baik, mau berhenti dari narkoba. Terus, dia… dia katanya sih, tapi aku kan nggak tahu juga… katanya dia itu dulu udah pernah periksa, segala macem… cek segala macem. Itu katanya… hasilnya… negatif. Kayak gitu… semua negatif. Tapi kan aku nggak tahu, nggak liat hasilnya juga. Terus, ee… setelah suami sakit, kayak gitu… ya pasti ada… mau marah tapi mau marah gimana, orang saya juga udah terlanjur tertular. Jengkel kayak gitu juga… yoweslah. Akhirnya yowes rapopo, kayak gitu. Suamiku minta maaf, waktu itu. “Ee… maaf ya, Dek, aku udah
pernikahan dini, kalau di kampung. Yowes, akhirnya menikah di situ.
Kalau ke suami, sih… ya… ya gimana ya. Yang pasti, karena dari awal saya udah tahu kalau suami saya itu seorang pecandu, kayak gitu. Tapi kan tahunya dianya niatnya baik, mau berhenti dari narkoba. Terus, dia… dia katanya sih, tapi aku kan nggak tahu juga… katanya dia itu dulu udah pernah periksa, segala macen… cek segala macem. Itu katanya… hasilnya… negatif. Kayak gitu… semua negatif. Tapi kan aku nggak tahu, nggak liat hasilnya juga. Terus, ee… setelah suami sakit, kayak gitu… ya pasti ada… mau marah tapi mau marah gimana, orang saya juga udah terlanjur tertular.
Dari awal T sudah tahu bahwa Almarhum seorang pecandu, tetapi T berpikir Almarhum berniat baik hendak berhenti narkoba.
T dari awal sudah tahu Almarhum pecandu, tetapi berpikir Almarhum berniat baik berhenti narkoba.
Almarhum mengaku pernah tes dan hasilnya negatif.
Setelah Almarhum sakit, T mau marah tapi tidak bisa karena terlanjur tertular. T juga mersa jengkel. Akhirnya T berpikir, ya
Dari awal sudah tahu Almarhum pecandu, tetapi berpikir Almarhum berniat baik berhenti narkoba. Almarhum mengaku pernah tes dan negatif.
T hendak marah saat Almarhum sakit, tetapi tidak bisa karena terlanjur tertular. T juga merasa jengkel, tetapi kemudian
Hendak marah saat Almarhum sakit, tetapi tidak bisa karena terlanjur tertular. T juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 259
1550 1551 1552 1553 1554 1555 1556 1557 1558 1559 1560 1561 1562 1563 1564 1565 1566 1567 1568 1569 1570 1571 1572 1573 1574 1575 1576 1577 1578 1579 1580
bikin kamu punya sakit seperti ini.”, segala macem. Banyak. Dia minta maaf. Tapi aku cuma bilang, “Ya udah. Mungkin udah takdirku… aku harus kayak gini, ya mau gimana lagi.”, cuma bilang gitu aku.
Jengkel kayak gitu juga… yoweslah. Akhirnya yowes rapopo, kayak gitu. Suamiku minta maaf, waktu itu. “Ee… maaf ya, Dek, aku udah bikin kamu punya sakit seperti ini.”, segala macem. Banyak. Dia minta maaf. Tapi aku cuma bilang, “Ya udah. Mungkin udah takdirku… aku harus kayak gini, ya mau gimana lagi.”, cuma bilang gitu aku.
Tapi sempat ada rasa marah… jengkel? Ya… sempat sih, kayak gitu. Ya… sempat sih, kayak gitu. Marahnya ke siapa, Mbak? Ke suami sih sempet. Tapi kan karena suami saya waktu itu kan kondisinya drop banget, jadi aku nggak ngelihatin, kayak gitu. Cuma aku malah… ngasih semangat ke dia.
Ke suami sih sempet. Tapi kan karena suami saya waktu itu kan kondisinya drop banget, jadi aku nggak ngelihatin, kayak gitu. Cuma aku malah… ngasih semangat ke dia.
sudah tidak apa-apa. Almahum minta maaf karena membuat T sakit. T hanya berkata ya sudah, mungkin itu sudah takdirnya.
merasa jengkel, tetapi kemudian pasrah. Almarhum minta maaf Berkata mungkin membuat T sakit, T berkata sudah takdirnya mungkin sudah takdirnya. saat Almarhum minta maaf membuat sakit.
T sempat merasa marah dan jengkel.
Sempat merasa marah dan jengkel.
T sempat marah dan jengkel pada Almarhum tetapi tidak menunjukkan karena kondisi Almarhum sangat drop. T malah memberi semangat pada Almarhum.
pasrah.
T marah dan jengkel pada Almarhum, tetapi tidak menunjukkan karena kondisi Almarhum drop. T malah menyemangati Almarhum.
Marah dan jengkel pada Almarhum, tetapi tidak menunjukkan karena kondisi Almarhum drop sehingga malah menyemangati Almarhum.
Tapi dalam hati ada perasaan marah ya Mbak? Ada. Cuma karena kondisi suami Ada. Cuma karena kondisi Dalam hati T ada perasaan Dalam hati T ada perasaan Dalam hati ada kan… dia bangun dari tempat suami kan… dia bangun dari marah, tetapi tidak bisa marah, tetapi tidak perasaan marah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 260
1581 1582 1583 1584 1585 1586 1587 1588 1589 1590 1591 1592 1593 1594 1595 1596 1597 1598 1599 1600 1601 1602 1603 1604 1605 1606 1607 1608 1609 1610 1611
tidur aja nggak bisa.
Kalau waktu itu kondisi Almarhum belum sakit, apa mungkin Mbak akan mengungkapkan kemarahan Mbak? Ya kemungkinan sih ada ya, Mbak. Soalnya kan dari orang kampung nggak tahu apa-apa, tiba-tiba dikasih penyakit kayak gini… ya pasti adalah rasa marahnya. Kalau misalnya suami saya… kondisi sehat, kayak gitu, tuh mungkin… bisa.
tempat tidur aja nggak bisa.
diungkapkan karena kondisi diungkapkan karena kondisi tetapi tidak Almarhum yang bahkan Almarhum yang bahkan diungkapkan tidak bisa bangun dari tidak bisa bangun dari karena kondisi tempat tidur. tempat tidur. Almarhum yang bahkan tidak bisa bangun dari tempat tidur.
Ya kemungkinan sih ada ya, Mbak. Soalnya kan dari orang kampung nggak tahu apa-apa, tiba-tiba dikasih penyakit kayak gini… ya pasti adalah rasa marahnya. Kalau misalnya suami saya… kondisi sehat, kayak gitu, tuh mungkin… bisa.
T mungkin mengungkapkan kemarahan jika Almarum tidak dalam keadaan sakit. T marah karena ia tidak tahu apa-apa dan tiba-tiba sakit.
Seperti apa rasa marah Mbak waktu itu? Ya cuma dongkol aja di hati. Tapi Ya cuma dongkol aja di hati. kan nggak bisa dikeluarin. Cuma Tapi kan nggak bisa dongkol aja di hati, kayak gitu. dikeluarin. Cuma dongkol aja di hati, kayak gitu. Berapa lama Mbak merasa demikian? Ya… berapa lama ya… ya nggak Ya… berapa lama ya… ya lama sih Mbak, cuma se… ya nggak lama sih Mbak, cuma
Mungkin mengungkapkan kemarahan jika Almarum tidak dalam keadaan sakit. T marah karena ia tidak tahu apa-apa dan tiba-tiba sakit.
Kemarahan T berupa rasa Kemarahan T hanya sesaat Kemarahan berupa dongkol di hati dan tidak karena kondisi Almarhum. rasa dongkol di bisa diungkapkan. hati yang tidak terungkap. T hanya merasa marah T melupakan kemarahannya Marah sesaat karena kondisi dan menerima sesaat
hanya karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 261
1612 1613 1614 1615 1616 1617 1618 1619 1620 1621 1622 1623 1624 1625 1626 1627 1628 1629 1630 1631 1632 1633 1634 1635 1636 1637 1638 1639 1640 1641 1642
kembali lagi kan karena kondisi itu. Terus, nggak lama kemudian suami meninggal, udah… udah tak anggep lupain aja wes, mungkin udah nasibku. Kayak gitu. Untunglah, kayak gitu. Berarti mungkin memang jalan hidupku harus kayak gini. Aku cuma mikirkan Allah itu pasti mem… beri cobaan tuh tidak akan melebihi… hamba-Nya. Kayak gitu, kan. Aku cuma mikirnya kayak gitu. Berarti aku dikasih cobaan kayak gitu, berarti aku… dianggap aku kuat untuk menjalani itu, kayak gitu.
Setelah suami meninggal, apakah pernah merasa lagi perasaan-perasaan seperti tadi? Kalau… itu sih sempat juga ya, karena aku kan mikirnya… mikirnya kan ee… aku… aku tuh janda, terus punya anak sementara aku nggak punya kerjaan, itu. Ya pasti ada rasa emosilah, karena dari suami dulu… bener-bener suami sakit itu habis-habisan aku
se… ya kembali lagi kan karena kondisi itu. Terus, nggak lama kemudian suami meninggal, udah… udah tak anggep lupain aja wes, mungkin udah nasibku. Kayak gitu. Untunglah, kayak gitu. Berarti mungkin memang jalan hidupku harus kayak gini. Aku cuma mikirkan Allah itu pasti mem… beri cobaan tuh tidak akan melebihi… hamba-Nya. Kayak gitu, kan. Aku cuma mikirnya kayak gitu. Berarti aku dikasih cobaan kayak gitu, berarti aku… dianggap aku kuat untuk menjalani itu, kayak gitu.
Almarhum.
pengalamannya sebagai kondisi nasib dan jalan hidupnya Almarhum. Tidak lama kemudian, saat Almarhum meninggal. Melupakan Almarhum meninggal dan T kemarahan dan melupakan kemarahannya menerima dan menerima pengalaman pengalamannya tersebut T berpikir Allah memberi sebagai nasib dan sebagai nasib dan jalan cobaan tidak melebihi jalan hidup saat hidupnya. hamba-Nya dan ia dianggap Almarhum kuat sehingga diberi cobaan. meninggal. T berpikir Allah pasti Berpikir Allah memberi cobaan tidak memberi cobaan melebihi hamba-Nya. T tidak melebihi berpikir ia diberi cobaan hamba-Nya dan ia karena dianggap kuat untuk diberi cobaan menjalaninya. karena dianggap kuat.
Kalau… itu sih sempat juga ya, karena aku kan mikirnya… mikirnya kan ee… aku… aku tuh janda, terus punya anak sementara aku nggak punya kerjaan, itu. Ya pasti ada rasa emosilah, karena dari suami dulu…
Setelah Almarhum meninggal, T sempat merasa marah lagi karena ia berpikir bahwa ia janda dengan anak, tanpa pekerjaan. T merasa emosi karena ia menghabiskan banyak harta saat
Setelah Almarhum meninggal, T merasa marah, emosi, dan jengkel karena dirinya menjadi janda dengan anak, yang sakit dan tidak bekerja, padahal sudah menghabiskan banyak harta saat Almarhum sakit.
Merasa marah, emosi, dan jengkel setelah Almarhum meninggal karena menjadi janda dengan anak, yang sakit dan tidak bekerja, padahal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 262
1643 1644 1645 1646 1647 1648 1649 1650 1651 1652 1653 1654 1655 1656 1657 1658 1659 1660 1661 1662 1663 1664 1665 1666 1667 1668 1669 1670 1671 1672 1673
Mbak. Jadi kan waktu itu nggak ada jaminan kesehatan. Terus… sampai punya kambing dijual… sampe punya segala macem perhiasan habis semua, kayak gitu. Waktu itu. Jadi… ya… ker… suami kerja, dapat penghasilan itu disimpen… celeng-celengin, tapi suami sakit… habis kayak gitu. Itu juga terus… aku ditinggalin anak, sementara aku juga ditinggalin penyakit kayak gini, ya pasti aku… ada rasa jengkel lah.
Bagaimana perasaan Mbak saat itu? Jengkel aja. Jengkel kayak marah, kayak gitu. Tapi mau marah mau gimana. Mau marah mau… makimaki juga nggak bisa kan. Mau dimaki-maki kondisi seperti itu. Terus akhirnya… ya udalah nggak papa. Jalani terus, akhirnya aku pokoknya harus tetap berjuang… karena anakku kan negatif ya Mbak, jadi aku harus berjuang untuk anakku
bener-bener suami sakit itu habis-habisan aku Mbak. Jadi kan waktu itu nggak ada jaminan kesehatan. Terus… sampai punya kambing dijual… sampe punya segala macem perhiasan habis semua, kayak gitu. Waktu itu. Jadi… ya… ker… suami kerja, dapat penghasilan itu disimpen… celeng-celengin, tapi suami sakit… habis kayak gitu. Itu juga terus… aku ditinggalin anak, sementara aku juga ditinggalin penyakit kayak gini, ya pasti aku… ada rasa jengkel lah.
Almarhum sakit dulu. T juga merasa jengkel karena ia mendapatkan penyakit dan ditinggalkan anak oleh Almarhum.
Jengkel aja. Jengkel kayak marah, kayak gitu. Tapi mau marah mau gimana. Mau marah mau… maki-maki juga nggak bisa kan. Mau dimaki-maki kondisi seperti itu. Terus akhirnya… ya udalah nggak papa. Jalani terus, akhirnya aku pokoknya harus tetap berjuang… karena anakku kan negatif ya
Saat itu, T merasa jengkel dan marah, tetapi tidak bisa memaki-maki karena kondisi. Akhirnya T pasrah dan memutuskan untuk berjuang bagi anaknya. T bekerja dan akhirnya melupakan kemarahannya.
sudah menghabiskan banyak harta saat Almarhum sakit.
T merasa jengkel dan marah, tetapi tidak bisa memaki-maki karena kondisi. Akhirnya T pasrah dan memutuskan untuk berjuang bagi anakny dengan bekerja dan akhirnya melupakan kemarahannya.
Jengkel dan marah, tetapi tidak bisa memaki-maki karena kondisi. Akhirnya pasrah dan memutuskan untuk berjuang bagi anaknya dengan bekerja dan akhirnya melupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 263
1674 1675 1676 1677 1678 1679 1680 1681 1682 1683 1684 1685 1686 1687 1688 1689 1690 1691 1692 1693 1694 1695 1696 1697 1698 1699 1700 1701 1702 1703 1704
bagaimanapun. Aku dagang segala macem, keliling gorengan pernah, yang tak sampein waktu itu. Jualan sate, jualan di SD, kayak gitu. Udah, jadi kan udah punya kesibukan kayak gitu, tak lupain aja.
Mbak, jadi aku harus berjuang untuk anakku bagaimanapun. Aku dagang segala macem, keliling gorengan pernah, yang tak sampein waktu itu. Jualan sate, jualan di SD, kayak gitu. Udah, jadi kan udah punya kesibukan kayak gitu, tak lupain aja.
Berarti berapa lama Mbak merasa jengkel dan marah setelah Almarhum meninggal? Nggak lama paling satu bulan dua Nggak lama paling bulan udah. bulan dua bulan udah.
Itu Mbak sempat mengungkapkan kepada orang lain perasan Mbak? Nggak. Tak… tak tahan sendiri… Tak tahan sendiri, udah. Orangtua bilang, “Koe ki mbiyen tak omongin anu rasah nganu ngene ngene ngene.”, kadang orangtua kan kayak gitu. Dulu kan sempet… suami… sebenernya nggak ngerestuin juga aku nikah sama suamiku yang dulu. Orangtuaku… Kan maksudnya
kemarahan.
satu Setelah Almarhum meninggal, T merasa marah dan jengkel selama satu hingga dua bulan.
Nggak. Tak… tak tahan sendiri… Tak tahan sendiri, udah. Orangtua bilang, “Koe ki mbiyen tak omongin anu rasah nganu ngene ngene ngene.”, kadang orangtua kan kayak gitu. Dulu kan sempet… suami… sebenernya nggak ngerestuin juga aku nikah sama suamiku
T menahan perasaannya sendiri. T tidak bisa mengeluh pada orangtuanya karena dulu pernikahannya tidak direstui. T hanya berkata bahwa sudah terlanjur dan mau bagaimana lagi.
Setelah Almarhum meninggal, marah dan jengkel selama satu hingga dua bulan.
T menahan perasaannya sendiri dan tidak bisa mengeluh pada orantuanya karena pernikahannya dulu tidak direstui. T berkata bahwa sudah terlanjur, mau bagaimana lagi.
Menahan perasaan dan tidak bisa mengeluh pada orantua karena pernikahannya tidak direstui.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 264
1705 1706 1707 1708 1709 1710 1711 1712 1713 1714 1715 1716 1717 1718 1719 1720 1721 1722 1723 1724 1725 1726 1727 1728 1729 1730 1731 1732 1733 1734 1735
orangtuaku tahu itu kan orang ugal-ugalan kayak gitu loh, mungkin… kan di… kalau di kampung kan orang ugal-ugalan kan udah, image-nya udah jelek banget. Kayak gitu. “Uwis tak omongin, mbiyen tak penging koyo ngono, kowe ngeyel.”, kayak gitu. Orangtua ngomong kayak gitu. “Tapi yo, yowes la arep piye meneh.”. “Ya udah, udah terlanjur mau gimana lagi.”, ya tak bilang gitu. “Sing penting… yang penting sekarang aku bisa hidup, bisa sehat, aku berjuang untuk anakku.”. Gitu.
Bagaimana perasaan Mbak terhadap sikap orangtua tersebut? Nggak marah, sih. Karena kan itu aku sendiri yang… yang… yang… karena mau nikah sama dia sampai melawan orangtua kan aku sendiri. Jadi, aku yo… ya udah cuman tak diem. Soalnya aku juga orangnya nggak suka ini
yang dulu. Orangtuaku… Kan maksudnya orangtuaku tahu itu kan orang ugalugalan kayak gitu loh, mungkin… kan di… kalau di kampung kan orang ugalugalan kan udah, image-nya udah jelek banget. Kayak gitu. “Uwis tak omongin, mbiyen tak penging koyo ngono, kowe ngeyel.”, kayak gitu. Orangtua ngomong kayak gitu. “Tapi yo, yowes la arep piye meneh.”. “Ya udah, udah terlanjur mau gimana lagi.”, ya tak bilang gitu. “Sing penting… yang penting sekarang aku bisa hidup, bisa sehat, aku berjuang untuk anakku.”. Gitu.
Nggak marah, sih. Karena kan itu aku sendiri yang… yang… yang… karena mau nikah sama dia sampai melawan orangtua kan aku sendiri. Jadi, aku yo… ya udah
T tidak marah terhadap sikap orangtuanya karena ia sendiri yang melawan orangtua dan menikah dengan Almarhum.
T tidak marah pada sikap orangtuanya karena ia sendiri yang melawan orangtua.
Tidak marah pada orangtua karena ia sendiri melawan orangtua.
T hanya diam karena ia T diam karena ia memang Diam
karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 265
1736 1737 1738 1739 1740 1741 1742 1743 1744 1745 1746 1747 1748 1749 1750 1751 1752 1753 1754 1755 1756 1757 1758 1759 1760 1761 1762 1763 1764 1765 1766
sih Mbak… jadi kalau marah sama orang itu nggak bisa. Paling cuman tak pendem di hati sendiri. Kalah… kalah di aku sendiri, kayak gitu. Alah cuma kalah nangis, kayak gitu. Cuma kalau disuruh emosi ke orang… Kalau inget apa… nangis, kayak gitu. Tapi nggak bisa kalau mau mm… apa, emosi terus mau maki-maki, kayak gitu, nggak bisa. Nggak bisa ngeluarin. Sebelum ngomong udah nangis duluan. Kayak gitu.
Terus, apa yang membuat Mbak akhirnya benar-benar memaafkan Almarhum? Ya… karena suami udah meninggal, terus… kalau mau marah, mau marah-marah gimana, orang suami udah… udah di alam kubur. Kayak gitu kan. Udah akhirnya tak yaweslah, udah terlanjur, udah nasib kayak gini. Aku kan cuma bilang gitu. Terus… apalagi anak… anakku kan juga ini… malah sering
cuman tak diem. Soalnya aku juga orangnya nggak suka ini sih Mbak… jadi kalau marah sama orang itu nggak bisa. Paling cuman tak pendem di hati sendiri. Kalah… kalah di aku sendiri, kayak gitu. Alah cuma kalah nangis, kayak gitu. Cuma kalau disuruh emosi ke orang… Kalau inget apa… nangis, kayak gitu. Tapi nggak bisa kalau mau mm… apa, emosi terus mau maki-maki, kayak gitu, nggak bisa. Nggak bisa ngeluarin. Sebelum ngomong udah nangis duluan. Kayak gitu.
tidak bisa marah dan biasanya memendam biasanya memendam kemarahan dan menangis. kemarahan di hati dan menangis. Sebelum mengungkapkan emosinya, T biasanya sudah menangis duluan.
memang biasanya memendam kemarahan dan menangis.
Ya… karena suami udah meninggal, terus… kalau mau marah, mau marahmarah gimana, orang suami udah… udah di alam kubur. Kayak gitu kan. Udah akhirnya tak yaweslah, udah terlanjur, udah nasib kayak gini. Aku kan cuma bilang gitu.
T memaafkan Almarhum T memaafkan Almarhum karena sudah meninggal. karena sudah meninggal dan anak sering mengajak ziarah, sehingga akhirnya menerima pengalaman sebagai nasib dan takdir. T akhirnya menerima pengalamannya sebagai nasib dan takdir.
Memaafkan Almarhum karena sudah meninggal dan anak sering mengajak ziarah, sehingga menerima pengalaman sebagai nasib dan takdir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 266
1767 1768 1769 1770 1771 1772 1773 1774 1775 1776 1777 1778 1779 1780 1781 1782 1783 1784 1785 1786 1787 1788 1789 1790 1791 1792 1793 1794 1795 1796 1797
ngingetin, anu… apa… “Ayo ke kuburan Bapak.”. Kayak gitu. Sering… jadi sering ke… sebulan sekali, dua bulan sekali mesti… kayak gitu kan anakku ngajakin ke kuburan, kayak gitu. Terus aku kan anakku aja kayak gini kok. Anakku aja bisa terima Bapak’e meninggal, segala macem. Aku kan udah tak kasih tahu juga, dia itu kayak gini kayak gini, itu udah tak kasih tahu. Anakku aja bisa menerima kayak gitu, yowes berarti emang takdir aja. Aku udah bilang ini takdir aja kalau kayak gini.
Itu dari Mbak tahu status, sampai Almarhum meninggal, jeda waktunya berapa lama ya Mbak? Nggak lama, Mbak, nggak ada satu bulan. Paling… 2 minggu aja ada nggak ya waktu itu. Di rumah sakit… di ini. H itu… terus pindah ke… Paling 5… 4… 2
Terus… apalagi anak… anakku kan juga ini… malah sering ngingetin, anu… apa… “Ayo ke kuburan Bapak.”. Kayak gitu. Sering… jadi sering ke… sebulan sekali, dua bulan sekali mesti… kayak gitu kan anakku ngajakin ke kuburan, kayak gitu. Terus aku kan anakku aja kayak gini kok. Anakku aja bisa terima Bapak’e meninggal, segala macem. Aku kan udah tak kasih tahu juga, dia itu kayak gini kayak gini, itu udah tak kasih tahu. Anakku aja bisa menerima kayak gitu, yowes berarti emang takdir aja. Aku udah bilang ini takdir aja kalau kayak gini.
T juga mengampuni karena anaknya bisa menerima Almarhum dan sering mengajak untuk ziarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 267
1798 1799 1800 1801 1802 1803 1804 1805 1806 1807 1808 1809 1810 1811 1812 1813 1814 1815 1816 1817 1818 1819 1820 1821 1822 1823 1824 1825 1826 1827 1828
mingguan lah. Itu pertama kan Almarhum di rumah sakit di Wonosari dulu ya, Mbak? Di Wonosari tuh belum. Pindah ke… pindah ke H, yang di TL itu. Berarti Almarhum tahu status di H itu? H. Terus dari H itu, dibawa pulang… berapa ya… dibawa pulang dulu, berapa hari gitu… Oh, nggak. Jadi, Mbak, langsung ke S. Jadi dari H, langsung ke S. Jadi, di sana sekitar cuma 2 hari, suamiku meninggal. Itu berapa hari, paling semingguan kali Mbak, mungkin. Jadi mungkin semingguan. Mbak kenapa nggak tes di H juga? Nggak. Karena kan waktu itu kan yang nggak punya jaminan itu tadi. Terus aku, mau nggak mau kan harus ke… ke apa… Dan itu pun dulu di H nggak ada alatnya. Tesnya di S. Diambil darahnya, dibawa ke S. Waktu itu, 2009 yang lalu. Terus, ketahuan positif langsung dibawa ke S. Nah aku tesnya ke P waktu itu, ke Laboratorium. Anak juga di situ.
Nggak. Karena kan waktu itu kan yang nggak punya jaminan itu tadi. Terus aku, mau nggak mau kan harus ke… ke apa… Dan itu pun dulu di H nggak ada alatnya. Tesnya di S. Diambil darahnya, dibawa ke S. Waktu itu, 2009 yang lalu. Terus, ketahuan positif langsung dibawa ke S. Nah
T tidak tes di tempat yang sama dengan Almarhum karena tidak memiliki jaminan.
Tidak tes di tempat yang sama dengan Almarhum karena tidak memiliki jaminan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 268
1829 1830 1831 1832 1833 1834 1835 1836 1837 1838 1839 1840 1841 1842 1843 1844 1845 1846 1847 1848 1849 1850 1851 1852 1853 1854 1855 1856 1857 1858 1859
Terus yang Mbak sempat tes ulang itu pas anak tes ulang berarti? He eh. Pas tes ulang itu… anak tes ulang aku ikut. Itu di B waktu itu. Sebenarnya kalau udah positif kan nggak perlu tes ulang. Cuman kan karena… nggak percaya aja. Aku kan masih ragu, mosok iya sih aku kena ini juga, kayak gitu. Jadinya… masih ragu-ragu. Nggak percaya. Ikut tes ulang lagi, tetap hasilnya positif… nggak berubah juga. Terus, apa yang membuat Mbak memutuskan untuk menikah lagi? Ee… sebenernya… kembali lagi ke satu toh, kan aku nggak pernah keluar itu waktu itu. Terus, setelah keluar aku kenal tuh sama suamiku yang sekarang ini. Terus… aku sih awalnya juga aku mikir nggak mungkin aku nikah lagi. Terus aku nikah lagi kan takutnya aku menulari
aku tesnya ke P waktu itu, ke Laboratorium. Anak juga di situ.
He eh. Pas tes ulang itu… anak tes ulang aku ikut. Itu di B waktu itu. Sebenarnya kalau udah positif kan nggak perlu tes ulang. Cuman kan karena… nggak percaya aja. Aku kan masih ragu, mosok iya sih aku kena ini juga, kayak gitu. Jadinya… masih ragu-ragu. Nggak percaya. Ikut tes ulang lagi, tetap hasilnya positif… nggak berubah juga.
T tes ulang saat anak tes T tes ulang walaupun tidak Tes ulang karena ulang walaupun sebenarnya perlu karena meragukan meragukan hasil tidak perlu karena hasil tes terdahulu. tes terdahulu. meragukan hasil tes terdahulu.
Ee… sebenernya… kembali lagi ke satu toh, kan aku nggak pernah keluar itu waktu itu. Terus, setelah keluar aku kenal tuh sama suamiku yang sekarang ini. Terus… aku sih awalnya juga aku mikir nggak mungkin aku nikah lagi.
T tidak keluar rumah setelah Almarhum meninggal. Ketika akhirnya keluar, T kenal dengan suaminya.
Awalnya T tidak mau menikah karena takut menulari pasangan dan tidak bisa memberikan keturunan. Hal tersebut terjadi karena pengetahuan masih kurang. Awalnya T berpikir tidak Setelah bertemu suami dan mungkin menikah lagi mendapat informasi yang karena takut menulari benar, T berani memutuskan
Awalnya tidak mau menikah karena takut menulari pasangan dan tidak bisa memberikan keturunan. Hal tersebut terjadi karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 269
1860 1861 1862 1863 1864 1865 1866 1867 1868 1869 1870 1871 1872 1873 1874 1875 1876 1877 1878 1879 1880 1881 1882 1883 1884 1885 1886 1887 1888 1889 1890
pasanganku, kayak gitu. Karena waktu itu kan juga aku belum ikut di… di V+. Waktu pertama kali kenal kan belum. Tapi setelah itu kan aku ikut itu. Jadi aku kan takut, aku mau kenal sama lakilaki, takutnya aku nanti malah menularkan… kayak gitu. Terus, aku nanti kalau nikah lagi, kalau suamiku nuntut punya anak, terus… aku kan nggak bisa kasih anak. Aku sakit kayak gini nanti anakku… kan pikiranku kayak gitu dulu. Masih awam sama sekali. Jadi cuma tahunya di rumah, ambil obat, pulang, ambil obat, pulang, kayak gitu. Ambil obat aja aku ngojek, Mbak, ngojek. Ngojek itu udah… jadi kan nggak, nggak tahu, jalur Jogja itu aku nggak tahu. Di Wonosari waktu itu belum bisa ambil obat. Jadi, jalur… naik ojek waktu itu sampai S, pulang, udah kayak gitu. Ojeknya ojek tetangga kampung. Yang satu kampung situ. Terus, itu setelah beberapa lama, kenal orang V+ itu, terus diajakin pertemuan, tahulah informasi gini gini gini. Terus aku kenal sama cowok itu, terus lama
Terus aku nikah lagi kan takutnya aku menulari pasanganku, kayak gitu. Karena waktu itu kan juga aku belum ikut di… di V+. Waktu pertama kali kenal kan belum. Tapi setelah itu kan aku ikut itu. Jadi aku kan takut, aku mau kenal sama laki-laki, takutnya aku nanti malah menularkan… kayak gitu. Terus, aku nanti kalau nikah lagi, kalau suamiku nuntut punya anak, terus… aku kan nggak bisa kasih anak. Aku sakit kayak gini nanti anakku… kan pikiranku kayak gitu dulu. Masih awam sama sekali. Jadi cuma tahunya di rumah, ambil obat, pulang, ambil obat, pulang, kayak gitu. Ambil obat aja aku ngojek, Mbak, ngojek. Ngojek itu udah… jadi kan nggak, nggak tahu, jalur Jogja itu aku nggak tahu. Di Wonosari waktu itu belum bisa ambil obat. Jadi, jalur… naik ojek waktu itu sampai S, pulang, udah kayak gitu. Ojeknya
pasangan dan tidak bisa untuk menikah. memberi anak. Saat itu T belum ikut V+ dan lainnya sehingga masih awam tentang HIV.
Saat itu T hanya mengambil obat dan pulang ke rumah.
pengetahuan masih kurang. Setelah bertemu suami dan mendapat informasi yang benar, T berani untuk menikah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 270
1891 1892 1893 1894 1895 1896 1897 1898 1899 1900 1901 1902 1903 1904 1905 1906 1907 1908 1909 1910 1911 1912 1913 1914 1915 1916 1917 1918 1919 1920 1921
kelamaan juga aku deket deket deket, dan banyak tahu informasi, sebenarnya penyaluran gini gini gini gini kan tahu akhirnya. Nah, terus aku kasih tahu ke pasanganku, yang suamiku yang sekarang itu, apa… terus…, “Aku punya penyakit HIV AIDS kayak gitu.”. Terus, dia… dia itu nggak kaget. Kayak gitu. Mungkin dia awalnya udah denger. Dia sempet bilang gini sih, "Sebenernya aku udah tahu. Sebenernya aku udah tahu. Aku deket sama kamu udah ada yang kasih tahu kalau aku… dibilangin temen aku nggak boleh deket sama kamu karena kamu itu punya sakit ini.”, dia bilang kayak gitu. “Terus… terus kenapa masih deketin aku?”. “Lah aku kan mikirnya juga semua orang kan pasti akan mati.”, dia bilang kayak gitu. “Tanpa sakit itu pun kamu… orang itu pasti mati kok. Terus, lagian… namanya juga orang dah cinta… kayak gitu kan…”, dia bilang kayak gitu. “Namanya orang cinta, ya udah nggak masalah. Mau nikah sama kamu nggak papa dengan status seperti itu. Yang penting yang
ojek tetangga kampung. Yang satu kampung situ. Terus, itu setelah beberapa lama, kenal orang V+ itu, terus diajakin pertemuan, tahulah informasi gini gini gini. Terus aku kenal sama cowok itu, terus lama kelamaan juga aku deket deket deket, dan banyak tahu informasi, sebenarnya penyaluran gini gini gini gini kan tahu akhirnya. Nah, terus aku kasih tahu ke pasanganku, yang suamiku yang sekarang itu, apa… terus…, “Aku punya penyakit HIV AIDS kayak gitu.”. Terus, dia… dia itu nggak kaget. Kayak gitu. Mungkin dia awalnya udah denger. Dia sempet bilang gini sih, "Sebenernya aku udah tahu. Sebenernya aku udah tahu. Aku deket sama kamu udah ada yang kasih tahu kalau aku… dibilangin temen aku nggak boleh deket sama kamu karena kamu itu punya sakit ini.”, dia bilang kayak gitu. “Terus… terus
Setelah mengenal V+ dan mengikuti pertemuan, T tahu banyak informasi dan memberi tahu suaminya.
T juga membuka statusnya dan suaminya menerima T dengan alasan sudah cinta dan semua orang pasti mati, asal yang tahu status T cukup suami. T akhirnya mau menikah dengan suaminya.
T membuka status dan suaminya menerima dengan alasan cinta dan semua orang pasti mati, asal hanya suami yang tahu status.
Suaminya menerima T dengan alasan cinta dan semua orang pasti mati, asal hanya suami yang tahu status.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 271
1922 1923 1924 1925 1926 1927 1928 1929 1930 1931 1932 1933 1934 1935 1936 1937 1938 1939 1940 1941 1942 1943 1944 1945 1946 1947 1948 1949 1950 1951 1952
tahu cukup aku aja. Kayak gitu.”, dia bilang kayak gitu. “Nggak usah kasih tahu keluargaku, tetanggaku, nggak usah ada yang tahu, kayak gitu.”. “Ya udah, kalau gitu yowes nek misale komitmen kayak gitu. Kalau mau, jalanin, ya ayok.”. Awalnya nggak mau saya.
kenapa masih deketin aku?”. “Lah aku kan mikirnya juga semua orang kan pasti akan mati.”, dia bilang kayak gitu. “Tanpa sakit itu pun kamu… orang itu pasti mati kok. Terus, lagian… namanya juga orang dah cinta… kayak gitu kan…”, dia bilang kayak gitu. “Namanya orang cinta, ya udah nggak masalah. Mau nikah sama kamu nggak papa dengan status seperti itu. Yang penting yang tahu cukup aku aja. Kayak gitu.”, dia bilang kayak gitu. “Nggak usah kasih tahu keluargaku, tetanggaku, nggak usah ada yang tahu, kayak gitu.”. “Ya udah, kalau gitu yowes nek misale komitmen kayak gitu. Kalau mau, jalanin, ya ayok.”. Awalnya nggak mau saya. Awalnya menikah.
T
tidak
mau
Tapi sebelum kenal suami Mbak, Mbak memang punya niat untuk menikah lagi? Awalnya sih nggak. Nggak ada. Awalnya sih nggak. Nggak Sebelum mengenal suami, Sebelum mengenal suami, Sebelum mengenal Aku kan pikiranku awalnya tahu ada. Aku kan pikiranku tidak berniat menikah lagi tidak berniat menikah atau suami, tidak status tuh, “Aku mati. Aku pasti awalnya tahu status tuh, karena berpikir akan segera sekedar dekat dengan lawan berniat menikah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 272
1953 1954 1955 1956 1957 1958 1959 1960 1961 1962 1963 1963 1965 1966 1967 1968 1969 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983
cepet mati, cepet mati.”, kayak gitu, pikiranknya. Jadi nggak… nggak… sama sekali nggak kepikiran buat nikah. Jadi nggak ada kepikiran sama sekali. Orang mau deket sama cowok, kayak gitu lagi aja udah nggak ada kepikiran aku Mbak waktu itu. Gimana pikirannya kan yang namanya nggak tahu informasi sama sekali ya, terus, “Aduh, mati mati mati…”, kayak gitu aja. Nggak ada harapan sama sekali. Pikirannya cuma, “Mati mati mati mati.”, kayak gitu.
Bagaimana hubungan dengan suami yang sekarang Mbak? Suamiku ngingetin waktu minum obat. Kayak gitu. Kalau kecapen itu… dibilang, “Jangan terlalu capek-capek.”, kayak gitu, malah selalu ngingetin. Soale dia kan tahu kalau aku terlalu kecapean nanti terus nanti ada flu ada gini, kayak gitu, nanti gampang sakit.
“Aku mati. Aku pasti cepet mati, cepet mati.”, kayak gitu, pikiranknya. Jadi nggak… nggak… sama sekali nggak kepikiran buat nikah. Jadi nggak ada kepikiran sama sekali. Orang mau deket sama cowok, kayak gitu lagi aja udah nggak ada kepikiran aku Mbak waktu itu. Gimana pikirannya kan yang namanya nggak tahu informasi sama sekali ya, terus, “Aduh, mati mati mati…”, kayak gitu aja. Nggak ada harapan sama sekali. Pikirannya cuma, “Mati mati mati mati.”, kayak gitu. Suamiku ngingetin waktu minum obat. Kayak gitu. Kalau kecapen itu… dibilang, “Jangan terlalu capek-capek.”, kayak gitu, malah selalu ngingetin. Soale dia kan tahu kalau aku terlalu kecapean nanti terus nanti ada flu ada gini, kayak gitu,
mati akibat kurangnya jenis karena berpikir akan informasi. Bahkan tidak segera mati akibat kurang berpikir untuk dekat dengan informasi. lawan jenis.
atau sekedar dekat dengan lawan jenis karena berpikir akan segera mati akibat kurang informasi.
Suami mengingatkan untuk minum obat dan jangan kecapean agar tidak gampang sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 273
1984 1985 1986 1987 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tapi Mbak pernah nggak sih sampai yang sakit gitu? Nggak sih. Alhamdulilahnya nggak sampe. Untung ketahuannya itu pas kondisi masih sehat, kayak gitu kan. Kalau awalnya udah kondisi ngedrop kan justru malah pasti… nggak… nggak seperti ini aku. Kayak gitu. Terus ini Mbak. Selama proses Mbak sampai bisa memaafkan, kesulitan-kesulitannya apa saja? Apa ya… sampai udah lupa sih, udah lama. Kalau yang… merasa… lega… yang merasa leganya ya itu karena… ya karena kondisi badanku tetep… tetep sehat kayak gini. Nggak… nggak yang sakit-sakitan. Saya tuh malah nggak gampang sakit sih. Jadi kalau misalkan musim… pergantian musim kayak gitu banyak yang batuk pilek batuk pilek kayak gitu, alhamdulilahnya juga nggak gampang kena itu, kayak gitu. Terus… jadi kan aku pikirnya berarti kan walaupun ada virusnya kan aku juga nggak…
nanti gampang sakit. Nggak sih. Alhamdulilahnya T tidak pernah sampai drop nggak sampe. Untung karena tahu status saat ketahuannya itu pas kondisi masih sehat. masih sehat, kayak gitu kan. Kalau awalnya udah kondisi nge-drop kan justru malah pasti… nggak… nggak seperti ini aku. Kayak gitu.
Apa ya… sampai udah lupa T lega karena tetap sehat. sih, udah lama. Kalau yang… merasa… lega… yang merasa leganya ya itu karena… ya karena kondisi badanku tetep… tetep sehat kayak gini. Nggak… nggak yang sakit-sakitan. Saya tuh malah nggak gampang sakit sih. Jadi kalau misalkan musim… pergantian musim kayak gitu banyak yang batuk pilek batuk pilek kayak gitu, alhamdulilahnya juga nggak gampang kena itu, kayak gitu. Terus… jadi kan
Tidak pernah sampai drop karena tahu status saat masih sehat.
T lega karena tetap sehat, bisa menikah lagi, dan meringakan beban serta bermanfaat bagi ODHA lain dengan memberi motivasi dan menjadi contoh, serta mendirikan KDS K. T melakukan semuanya dengan hati tanpa menuntut imbalan karena pernah merasa terpuruk saat tidak ada yang menyemangatinya.
Lega karena tetap sehat, bisa menikah lagi, dan meringakan beban serta bermanfaat bagi ODHA lain dengan memberi motivasi dan menjadi contoh, juga mendirikan KDS. T melakukan semua dengan hati tanpa menuntut imbalan karena pernah merasa terpuruk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 274
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041 2042 2043 2044 2045 2046
kekebalan tubuhku nggak serendah itu, kayak gitu kan. Jadi kan aku lebih inilah… lebih lega, kayak gitu. Terus, sama… yang awalnya aku pikirnya, “Aku pasti mati mati.” apalagi mau mikirin suami, kayak gitu kan, nyatanya aku bisa menikah lagi, bisa hidup sehat… bisa bermanfaatlah untuk orang lain. Bisa bermanfaat untuk banyak orang. Kayak gitu juga. Kayak temen-temen yang baru tahu status yang bener-bener butuh motivasi, aku bisa ngasih motivasi, bisa memberi contoh, “Ini loh, aku kayak gini. Aku aja bisa seperti ini”, kayak gitu. Tadi Mbak yang aku ketemu tadi juga, “Mbak, kok jenengan seperti itu. Kok gemuk kayak gitu kok bisa. Mbak’e ngapusi yo?”. “Nggak, aku tuh bener… aku minum obat seperti jenengan.”, tak bilang kayak gitu. “Ya sama”, tak kasih tahu. Terus akhirnya kan Mbaknya bisa tersenyum, bisa ketawa lagi, kayak gitu. Awalnya ketemu tuh, mungkin dia ragu. Badannya kurusss banget. Gitu. Suaminya baru meninggal juga. Baru 2 hari yang lalu katanya.
aku pikirnya berarti kan walaupun ada virusnya kan aku juga nggak… kekebalan tubuhku nggak serendah itu, kayak gitu kan. Jadi kan aku lebih inilah… lebih lega, kayak gitu. Terus, sama… yang awalnya aku pikirnya, “Aku pasti mati mati.” apalagi mau mikirin suami, kayak gitu kan, nyatanya aku bisa menikah lagi, bisa hidup sehat… bisa bermanfaatlah untuk orang lain. Bisa bermanfaat untuk banyak orang. Kayak gitu juga. Kayak temen-temen yang baru tahu status yang benerbener butuh motivasi, aku bisa ngasih motivasi, bisa memberi contoh, “Ini loh, aku kayak gini. Aku aja bisa seperti ini”, kayak gitu. Tadi Mbak yang aku ketemu tadi juga, “Mbak, kok jenengan seperti itu. Kok gemuk kayak gitu kok bisa. Mbak’e ngapusi yo?”. “Nggak, aku tuh bener… aku minum obat seperti jenengan.”, tak bilang
saat tidak ada yang menyemangati.
T juga lega karena nyatanya ia bisa hidup sehat, menikah lagi, dan bermanfaat bagi orang lain dengan memberi motivasi dan menjadin contoh bagi ODHA yang baru tahu status.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 275
2047 2048 2049 2050 2051 2052 2053 2054 2055 2056 2057 2058 2059 2060 2061 2062 2063 2064 2065 2066 2067 2068 2069 2070 2071 2072 2073 2074 2075 2076 2077
Jadi pas masa-masa terpuruk kayak gitu, yang pernah aku alami juga seperti itu. Tapi setelah ketemu ini, nah tak kasih tahu, “Nanti setiap bulannya ada pertemuan, Mbak. Nanti ikut ya.”. Aku kan ngadain, yang bikin KDS K kan aku… aku sama satu temenku. Itu kan yang bikin aku sama satu temenku. Jadi bikin kelompok di situ, ee… aku tuh sama temen bikin… mo bikin nama apa ya waktu itu… tahun 2010. Pas tanggal 10, bulan 10, tahun 2010. Pas itu, pas… bikin… bikin nama nama nama terus akhirnya mutusin KDS K. K ini daerah mbuh, ngendi aku… tapi itu ada artinya. Jadi Kelompok Dukungan…. Waktu itu anggotanya belum banyak, masih berdua bertiga, ngumpul di… paling di mana, ngumpul, ngobrol-ngobrol, kayak gitu. Sampe sekarang udah banyak banget. Semua ini ya karena… karena aku kan merasa aku dulu pernah ngerasain seperti itu pada waktu terpuruk. Waktu itu kan belum kenal sama… nggak ada yang ngasih support, nggak ada
kayak gitu. “Ya sama”, tak kasih tahu. Terus akhirnya kan Mbaknya bisa tersenyum, bisa ketawa lagi, kayak gitu. Awalnya ketemu tuh, mungkin dia ragu. Badannya kurusss banget. Gitu. Suaminya baru meninggal juga. Baru 2 hari yang lalu katanya. Jadi pas masa-masa terpuruk kayak gitu, yang pernah aku alami juga seperti itu. Tapi setelah ketemu ini, nah tak kasih tahu, “Nanti setiap bulannya ada pertemuan, Mbak. Nanti ikut ya.”. Aku kan ngadain, yang bikin KDS K kan aku… aku sama satu temenku. Itu kan yang bikin aku sama satu temenku. Jadi bikin kelompok di situ, ee… aku tuh sama temen bikin… mo bikin nama apa ya waktu itu… tahun 2010. Pas tanggal 10, bulan 10, tahun 2010. Pas itu, pas… bikin… bikin nama nama nama terus akhirnya mutusin KDS K. K ini daerah mbuh, ngendi
T mendirikan KDS K bersama seorang temannya pada 10 Oktober 2010. T menjalankan KDS tersebut dari anggotanya masih dua tiga orang hingga sekarang sudah banyak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 276
2078 2079 2080 2081 2082 2083 2084 2085 2086 2087 2088 2089 2090 2091 2092 2093 2094 2095 2096 2097 2098 2099 2100 2101 2102 2103 2104 2105 2106 2107 2108
yang ngasih semangat kayak gitu aja aku ngerasain banget, kayak gitu loh. Terus aku kalau bisa ngasih semangat yang lain itu berarti aku bisa meringankan beban… yang seperti aku rasakan waktu itu. Kayak gitu aja sih pikirannya. Jadi aku kan udah… udah dari hati, kayak gitu, jadi karena… bukan berarti karena meminta imbalannya itu, nggak sama sekali. Soalnya kalau ja… jarak ke… ke homevisit ke rumah-rumah kayak gitu kan jauh-jauh, itu juga nggak… aku nggak pernah ngebalas imbalan apa-apa sama sekali Mbak. Jadi cuman bener-bener… kayak gitu.
aku… tapi itu ada artinya. Jadi Kelompok Dukungan…. Waktu itu anggotanya belum banyak, masih berdua bertiga, ngumpul di… paling di mana, ngumpul, ngobrolngobrol, kayak gitu. Sampe sekarang udah banyak banget. Semua ini ya karena… karena aku kan merasa aku dulu pernah ngerasain seperti itu pada waktu terpuruk. Waktu itu kan belum kenal sama… nggak ada yang ngasih support, nggak ada yang ngasih semangat kayak gitu aja aku ngerasain banget, kayak gitu loh. Terus aku kalau bisa ngasih semangat yang lain itu berarti aku bisa meringankan beban… yang seperti aku rasakan waktu itu. Kayak gitu aja sih pikirannya. Jadi aku kan udah… udah dari hati, kayak gitu, jadi karena… bukan berarti karena meminta imbalannya itu, nggak sama sekali. Soalnya kalau ja… jarak
T melakukan semua itu karena merasa pernah merasakan waktu terpuruk, saat tidak ada yang memberi semangat padanya.
T berpikir ia bisa meringankan beban orang lain dengan memberi semangat pada orang lain. T melakukan semuanya dengan hati dan tidak menuntut imbalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 277
2109 2110 2111 2112 2113 2114 2115 2116 2117 2118 2119 2120 2121 2122 2123 2124 2125 2126 2127 2128 2129 2130 2131 2132 2133 2134 2135 2136 2137 2138 2139
Oh ya Mbak, aku agak bingung dengan yang kemarin Mbak bilang Almarhum direhabilitasi. Itu di Wonosari juga Mbak? Ee… direhabilitasinya di Jakarta, lalu dibawa ke Wonosari. Dari keluarganya itu dijauhkan dari Jakarta… dari mungkin tempattempat yang dia mudah akses Narkoba, kayak gitu kan. Jadi dia dibawa ke kampung kan dia susah untuk akses. Jadi, karena udah beberapa kali direhabilitasi di Jakarta, dia kan kabur terus, nah terus… akhirnya kan keluarga mutusin dibawa ke kampung. Dibawa ke kampung itu untuk biar dia jauh untuk akses narkobanya itu, kayak gitu. Dan akhirnya kan, setelah dia jauh, dia nggak bisa untuk akses itu. Kalau mau ke Jakarta kan jauh, kayak gitu. Mau nggak mau dia cuma
ke… ke homevisit ke rumahrumah kayak gitu kan jauhjauh, itu juga nggak… aku nggak pernah ngebalas imbalan apa-apa sama sekali Mbak. Jadi cuman benerbener… kayak gitu.
Ee… direhabilitasinya di Jakarta, lalu dibawa ke Wonosari. Dari keluarganya itu dijauhkan dari Jakarta… dari mungkin tempat-tempat yang dia mudah akses Narkoba, kayak gitu kan. Jadi dia dibawa ke kampung kan dia susah untuk akses. Jadi, karena udah beberapa kali direhabilitasi di Jakarta, dia kan kabur terus, nah terus… akhirnya kan keluarga mutusin dibawa ke kampung. Dibawa ke kampung itu untuk biar dia jauh untuk akses narkobanya itu, kayak gitu. Dan akhirnya kan, setelah dia jauh, dia
Almarhum direhabilitasi di Jakarta, kemudian dibawa ke Wonosari oleh keluarganya agar jauh dari Jakarta dan akses narkoba, karena beberapa kali kebur dari panti rehabilitasi.
Almarhum direhabilitasi di Jakarta, tetapi kabur, sehingga oleh keluarga dibawa ke Wonosari agar tidak bisa mengakses narkoba. Akhirnya, Almarhum menahan keinginan mengonsumsi narkoba dan mengamuk di rumah. Biasanya, orangtua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 278
2140 2141 2142 2143 2144 2145 2146 2147 2148 2149 2150 2151 2152 2153 2154 2155 2156 2157 2158 2159 2160 2161 2162 2163 2164 2165 2166 2167 2168 2169 2170
nahan. Nahannya itu jadi kayak… nanti ngamuk-ngamuk di rumah. Tapi cuma pas dia ngamuk itu kalau orangtuanya cuman kunci pintu, yang berbahaya-berbahaya disingkirkan, terus nanti nginep di tempat tetangga, kayak gitu. Biasanya cuma kayak gitu.
Sikap Almarhum yang membentak-bentak itu dimulai setelah menikah atau sudah dari waktu pacaran Mbak? Nggak… pacaran kan… pacaran kan jarang ketemu. Jadi pas udah menikah itu, tahu kalau seperti itu. Sering bentak-bentak, sering marah-marah… Dari awal itu udah kayak gitu. Sampe akhir, udah mau sakit. Kayak gitu. Bahkan, apa… si suamiku juga ringan tangan Mbak. Jadi udah bentak-bentak, kadang sering mukul… kadang sering… Tapi, kembali lagi kalau udah habis kayak gitu, dia minta maaf.
nggak bisa untuk akses itu. Kalau mau ke Jakarta kan jauh, kayak gitu. Mau nggak mau dia cuma nahan. Nahannya itu jadi kayak… nanti ngamukngamuk di rumah. Tapi cuma pas dia ngamuk itu kalau orangtuanya cuman kunci pintu, yang berbahayaberbahaya disingkirkan, terus nanti nginep di tempat tetangga, kayak gitu. Biasanya cuma kayak gitu.
Nggak… pacaran kan… pacaran kan jarang ketemu. Jadi pas udah menikah itu, tahu kalau seperti itu. Sering bentak-bentak, sering marahmarah… Dari awal itu udah kayak gitu. Sampe akhir, udah mau sakit. Kayak gitu. Bahkan, apa… si suamiku juga ringan tangan Mbak. Jadi udah bentak-bentak, kadang sering mukul… kadang sering… Tapi,
Akhirnya, Almarhum menahan keinginan mengonsumsi narkoba dengan ngamuk di rumah. Saat Almarhum mengamuk, orangtua Almarhum menyingkirka benda-benda berbahaya dan mengunci Almarhum di dalam rumah, lalu nginap di rumah tetangga.
T baru tahu Almarhum temperamen dan ringan tangan setelah menikah karena saat pacaran jarang bertemu.
Almarhum kemudian menjauhkan benda berbahaya, mengunci Almarhum di rumah, dan nginap di rumah tetangga.
Baru tahu Almarhum temperamen dan ringan tangan setelah menikah karena saat pacaran jarang bertemu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 279
2171 2172 2173 2174 2175 2176 2177 2178 2179 2180 2181 2182 2183 2184 2185 2186 2187 2188 2189 2190 2191 2192 2193 2194 2195 2196 2197 2198 2199 2200 2201
Mbak bagaimana waktu itu? Yawes cuma nangis… Cuman kayak gitu aja. Aku tuh udah tak bilang nggak bisa saat itu. Nggak bisa yang namanya ngelawan, terus mau gantian bentak… Aku pernah… pernah hamil… hamil berapa bulan, ya udah hamil besar kayak gitu, suamiku muarahmarah, di perut gini kan, hamil kayak gitu, ditendang kayak gitu, pernah. Pernah kayak gitu. Terus, ee… pas lagi dia marah-marah, ya kan nggak tahu kadang marahmarahnya tuh kenapa kayak gitu, tiba-tiba marah-marah itu, dikunci di luar, tidur di luar rumah. Pernah… pernah kayak gitu juga. Kalau inget masa lalu, kayak gitu. Tapi udah, kalau habis itu udah. Aku pagi… pagi masak lagi buat apa… aku kan suami… kayak gitu… udah… udah jualan sih, udah dagang di SD waktu itu. Terus sambil pagi udah masak dagang, kayak gitu. Masakan baru selesei, dibuuuang sep… di dapur gitu, disebar, wes nggak jadi
kembali lagi kalau udah habis kayak gitu, dia minta maaf. Yawes cuma nangis… Cuman kayak gitu aja. Aku tuh udah tak bilang nggak bisa saat itu. Nggak bisa yang namanya ngelawan, terus mau gantian bentak… Aku pernah… pernah hamil… hamil berapa bulan, ya udah hamil besar kayak gitu, suamiku muarah-marah, di perut gini kan, hamil kayak gitu, ditendang kayak gitu, pernah. Pernah kayak gitu. Terus, ee… pas lagi dia marah-marah, ya kan nggak tahu kadang marahmarahnya tuh kenapa kayak gitu, tiba-tiba marah-marah itu, dikunci di luar, tidur di luar rumah. Pernah… pernah kayak gitu juga. Kalau inget masa lalu, kayak gitu. Tapi udah, kalau habis itu udah. Aku pagi… pagi masak lagi buat apa… aku kan suami… kayak gitu… udah… udah jualan sih, udah dagang di
Menghadapi sikap Almarhum, T hanya menangis dan tidak bisa melawan. Padahal, T pernah ditendang perutnya saat hamil besar, dikunci dan harus tidur di luar, dan ditumpahkan masakannya.
Menghadapi sikap Almarhum, T hanya menangis dan tidak bisa melawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 280
2202 2203 2204 2205 2206 2207 2208 2209 2210 2211 2212 2213 2214 2215 2216 2217 2218 2219 2220 2221 2222 2223 2224 2225 2226 2227 2228 2229 2230 2231 2232
dagang.
Mbak nggak pernah misalnya pulang ke rumah? Nggak. Soalnya kan aku juga inget, dulu orangtuaku udah ngelarang, kayak gitu. Kalau aku kembali nanti orangtuaku gimana, kayak gitu. Mungkin karena aku orangnya tuh nggak bisa marahan itu loh. Jadi mungkin, semua itu cuma tak tampung di sini… tak tampung secara pribadi, orang kan nggak ngerti kalau hidupku gimana kan cuma tak tampung sendiri, gitu. Nanti berapa hari gitu, aku udah lupa sendiri, kayak gitu. Dan aku tuh susah buat menyimpan dendam. Kalau sehari ini ada masalah sama orang, misalkan, jengkel banget toh, tapi udah… besok tuh aku udah lupa. Susah untuk dendam lama, kayak gitu itu.
SD waktu itu. Terus sambil pagi udah masak dagang, kayak gitu. Masakan baru selesei, dibuuuang sep… di dapur gitu, disebar, wes nggak jadi dagang. Nggak. Soalnya kan aku juga inget, dulu orangtuaku udah ngelarang, kayak gitu. Kalau aku kembali nanti orangtuaku gimana, kayak gitu. Mungkin karena aku orangnya tuh nggak bisa marahan itu loh. Jadi mungkin, semua itu cuma tak tampung di sini… tak tampung secara pribadi, orang kan nggak ngerti kalau hidupku gimana kan cuma tak tampung sendiri, gitu. Nanti berapa hari gitu, aku udah lupa sendiri, kayak gitu. Dan aku tuh susah buat menyimpan dendam. Kalau sehari ini ada masalah sama orang, misalkan, jengkel banget toh, tapi udah… besok tuh aku udah lupa.
T tidak pernah pulang ke rumah karena ingat orangtuanya menentang pernikahannya. T menampung sendiri perasaannya dan kemudian melupakannya.
T tidak pulang ke rumah karena ingat pernikahannya ditentang, sehingga ia menampung sendiri perasaannya dan melupakannya.
Tidak pulang ke rumah karena ingat pernikahannya ditentang, sehingga ia menampung sendiri perasaannya dan melupakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 281
2233 2234 2235 2236 2237 2238 2239 2240 2241 2242 2243 2244 2245 2246 2247 2248 2249 2250 2251 2252 2253 2254 2255 2256 2257 2258 2259 2260 2261 2262 2263
Tapi pernah nggak sih Mbak benar-benar marah sama orang? Orang… nggak pernah sih aku… jadi pernah orang… aku kerja, terus temenku bilang ke bosnya, akhirnya aku dipecat, itu akhirnya aku dipecat di situ… itu sama tetanggaku sendiri, aku cuma, “Pasti suatu saat kamu menerima…”, cuma gitu aja. “Menerima balasan lebih dari yang aku rasain.”, cuman gitu aja. Sekarang aku kalau ketemu biasa, baik, kayak gitu. Tapi dia keluar, sekarang udah dipecat dari pekerjaannya. Aku cuma bilang dalam hati, “Kalau kamu kayak gitu sama aku…, di batin aku aja. “Tapi suatu saat kamu pasti merasakan lebih dari yang aku rasain.”
Susah untuk dendam lama, kayak gitu itu.
Orang… nggak pernah sih aku… jadi pernah orang… aku kerja, terus temenku bilang ke bosnya, akhirnya aku dipecat, itu akhirnya aku dipecat di situ… itu sama tetanggaku sendiri, aku cuma, “Pasti suatu saat kamu menerima…”, cuma gitu aja. “Menerima balasan lebih dari yang aku rasain.”, cuman gitu aja. Sekarang aku kalau ketemu biasa, baik, kayak gitu. Tapi dia keluar, sekarang udah dipecat dari pekerjaannya. Aku cuma bilang dalam hati, “Kalau kamu kayak gitu sama aku…, di batin aku aja. “Tapi suatu saat kamu pasti merasakan lebih dari yang aku rasain.”
Teman T pernah melaporkan mengenai status HIV T kepada bosnya hingga T dipecat dari pekerjaannya. T membatin bahwa suatu hari temannya tersebut akan menerima balasan yang lebih dari yang dirasakan T. Setelah itu, T bersikap biasa saja kepada temat tersebut dan temannya mendapatkan musibah.
Mbak berharap dia mendapat musibah begitu tidak? Nggak. Iya kayak gitu. Tapi ya Nggak. Iya kayak gitu. Tapi T berharap orang yang terus, nggak tahu aja sekarang ini, ya terus, nggak tahu aja menyakitinya mendapat
Saat ada yang mencelakakan T, ia hanya membatin bahwa orang tersebut akan menerima balasan yang lebih, kemudian bersikap biasa saja pada orang tersebut.
Membatin bahwa seseorang akan menerima balasan yang lebih saat ada yang mencelakakan, kemudian bersikap biasa saja pada orang tersebut.
Berharap orang yang menyakitinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 282
2264 2265 2266 2267 2268 2269 2270 2271 2272 2273 2274 2275 2276 2277 2278 2279 2280 2281 2282 2283 2284 2285 2286 2287 2288 2289 2290 2291 2292 2293 2294
Bapak’e, keluarga’e masuk rumah sakit, ibuk’e baru aja operasi nggak tahu keluar benjolan itu. Bagaimana perasaan Mbak mengetahui hal tersebut? Ya aku… kok omonganku jadi ini ya… jadi kenyataan, kayak gitu loh. Terus, adek… adek kandungnya juga habis keluar benjolan di sini pindah di sini… di… di… apa… deket penisnya itu juga katanya ada habis operasi, kayak gitu. Duh kok omonganku kayak gini ya, mungkin karena aku nggak bisa ngeluarin itu… Jadi Mbak kalau marah sama orang, ya udah nanti pasti dapat balasannya gitu ya? Ya cuma gitu aja. Tapi berharap orang itu celaka? He eh. Jadi kayak berdoa gitu. Marah-marah dilihat orang juga nggak enak, didenger orang nggak enak. Ya wes cuma diam aja. Gitu. Terus kalau suruh dendam terus nanti ketemu
sekarang ini, Bapak’e, musibah, dan hal tersebut keluarga’e masuk rumah terjadi. sakit, ibuk’e baru aja operasi nggak tahu keluar benjolan itu.
mendapat musibah, dan hal tersebut terjadi.
Ya aku… kok omonganku jadi ini ya… jadi kenyataan, kayak gitu loh. Terus, adek… adek kandungnya juga habis keluar benjolan di sini pindah di sini… di… di… apa… deket penisnya itu juga katanya ada habis operasi, kayak gitu. Duh kok omonganku kayak gini ya, mungkin karena aku nggak bisa ngeluarin itu…
T kaget harapannya menjadi kenyataan. Menurutnya, hal itu terjadi karena ia tidak mampu mengungkapkan kemarahannya.
Kaget harapannya menjadi kenyataan. Menurutnya, hal itu terjadi karena ia tidak mampu mengungkapkan kemarahannya.
He eh. Jadi kayak berdoa gitu. Marah-marah dilihat orang juga nggak enak, didenger orang nggak enak. Ya wes cuma diam aja. Gitu. Terus kalau suruh dendam
T berdoa agar orang yang menyakitinya celaka karena menurut T tidak enak dilihat dan didengar orang jika dia marah-marah dan jika ia bisa menangis sebelum
T berdoa agar orang yang menyakitinya celaka karena merasa tidak nyaman dan tidak sanggup untuk marah.
Berdoa agar orang yang menyakitinya celaka karena merasa tidak nyaman dan tidak sanggup untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 283
2295 2296 2297 2298 2299 2300 2301 2302 2303 2304 2305 2306 2307 2308 2309 2310 2311 2312 2313 2314 2315 2316 2317 2318 2319 2320 2321 2322 2323 2324 2325
gantian marah gitu, nggak bisa aku. Nanti, cuma sebelum ngomong udah nangis. Cuma gitu aku. Oh ya, Mbak punya rencana apa untuk kehidupan Mbak ke depannya? Yah kepengennya sih, ke depannya lebih baik lagi, lebih bisa bermanfaat lagi untuk ee… orang banyak, kayak gitu. Juga harapannya keluarga juga, keluargaku, rumah tanggaku, kayak gitu, bisa lebih harmonis lagi, bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah, kayak gitu. Sama… harapannya sih, aku bisa nanti tetep sehat, bisa ee… lihat anakku sampe dewasa, anakku sampe nanti bisa berkeluarga, kayak gitu sih harapannya. Cuman itu aja harapannya. Sama pengen punya anak lagi… pengen punya anak lagi dan mudah-mudahan anaknya nanti negatif. Ini sih udah… udah program, tapi belum… kemaren masih datang bulan lagi. Belum… belum jadi. Rencana mumpung… mumpung kan kondisi masih
terus nanti ketemu gantian sempat mengungkapkan marah gitu, nggak bisa aku. perasaannya. Nanti, cuma sebelum ngomong udah nangis. Cuma gitu aku.
marah.
Yah kepengennya sih, ke depannya lebih baik lagi, lebih bisa bermanfaat lagi untuk ee… orang banyak, kayak gitu. Juga harapannya keluarga juga, keluargaku, rumah tanggaku, kayak gitu, bisa lebih harmonis lagi, bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah, kayak gitu. Sama… harapannya sih, aku bisa nanti tetep sehat, bisa ee… lihat anakku sampe dewasa, anakku sampe nanti bisa berkeluarga, kayak gitu sih harapannya. Cuman itu aja harapannya. Sama pengen punya anak lagi… pengen punya anak lagi dan mudah-mudahan anaknya nanti negatif. Ini sih
Berharap ke depannya bisa lebih baik dan bermanfaat lagi bagi banyak orang, tetap sehat sehingga bisa melihat anak tumbuh dewasa, serta keluarganya semakin harmonis dan punya anak lagi dengan status negatif.
T ingin ke depannya lebih baik lagi dan lebih bisa bermanfaat untuk banyak orang.
T berharap ke depannya bisa lebih baik dan bermanfaat lagi bagi banyak orang, tetap sehat sehingga bisa melihat anak tumbuh T juga berharap keluarga dewasa, serta keluarganya dan rumah tangganya bisa semakin harmonis dan lebih harmonis lagi. punya anak lagi dengan status negatif.
T juga berharap tetap sehat dan bisa melihat anaknya dewasa dan berkeluarga.
T juga ingin punya anak lagi dengan lahir normal dan berharap anaknya negatif sehingga mulai ikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 284
2326 2327 2328 2329 2330 2331 2332 2333 2334 2335 2336 2337 2338 2339 2340 2341
sehat, jadi sama viral load-nya kan udah nggak terlalu gitu sih, sama CD4nya juga udah tinggi, gitu kan. Pengennya kan nantinya udah bisa melahirkan normal, nggak harus caesar, kayak gitu kan.
Oh ya aku lupa tanya, Mbak tanggal lahirnya kapan sih? Aku 85, tanggal 27 bulan 4.
udah… udah program, tapi program. belum… kemaren masih datang bulan lagi. Belum… belum jadi. Rencana mumpung… mumpung kan kondisi masih sehat, jadi sama viral load-nya kan udah nggak terlalu gitu sih, sama CD4nya juga udah tinggi, gitu kan. Pengennya kan nantinya udah bisa melahirkan normal, nggak harus caesar, kayak gitu kan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 285
Lampiran 6. Tabel AIK II Informan I No. Kode 1896. Bersekolah di SMK Negeri jurusan . Tataboga sesuai pilihan ibu dan kakak perempuan karena dilarang masuk pesantren oleh ibu yang khawatir informan I tidak sanggup. Keluarga memang berusaha di bidang kuliner hingga sebelum ibu meninggal. 1972. Sempat kuliah setelah VN lahir, tetapi tidak didukung kemampuan fisik dan pikiran, juga VN. 1989. Tidak melanjutkan kuliah karena berat dengan peran ibu rumah tangga dan wanita karir. 2002. Sempat berkuliah di Universitas Terbuka karena mendengar bahwa waktunya fleksibel, tetapi ternyata tetap tidak mampu harus belajar sendiri. 2024. Ingin kuliah Psikologi tetapi tidak ada, sehingga mengambil Komunikasi karena suka ngomong. 2034. Berkuliah setelah JOTI, sekitar tahun 2011. 2039 Hanya berkuliah satu semester dan merasa salah memilih kuliah karena harus belajar sendiri.
Subkategori 1
Subkategori 2
Pendidikan informan.
Biodata informan.
Kategori
Tema
Latar belakang informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 286
2179. Informan I di V+ dari 2007, kemudian menjadi pengurus KDS D tahun 2008 dengan uang insentif 300rb. Informan I juga bekerja di V Café, unit usaha V+ pada 2008, dan hanya bertahan setahun. Kesehatan informan I menurun dari stadium 1 menjadi 2 dan terkena Herpes karena jam kerja yang panjang dan berat sehingga ia memulai terapi pada Agustus 2008. 2199. KDS D membuat proposal pada 2010 dan tembus ke lembaga Donor Hivos di mana informan I bekerja di bagian Pengorganisasian Basis Massa selama 10 bulan. 2208. Akhir 2010, di V+ ada program Pendukung Sebaya dengan gaji bulanan dan informan I menjadi Pendukung Sebaya selama setahun. Setelahnya, terjadi perampingan sehingga informan I berenti dan membantu KDS di Gunung Kidul dengan uang transport 100 ribu. Informan I merasa orang lain tidak akan mau melakukan pekerjaan tersebut tapi informan I melakukan karena ia ingin melayani, hidup di dunia sosial.
Perjalanan karir informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 287
2231. Informan I hanya beberapa bulan di KDS K untuk merintis, kemudian pada 2011, informan I mendaftar dan diterima sebagai Konselor Sebaya hingga 2013 di V+. 2240. Informan I kemudian menjadi Koordinator Pedukung Sebaya dari 2013 hingga 2015. 2246. Pada 2016, ada perampingan lagi sehingga informan I secara struktural V+ menjadi Koordinator Wilayah Kota Yogyakarta, sementara di Yayasan Sp yang mendanai V+, informan I tetap Pendukung Sebaya. 3. Ibu Rumah Tangga, single parent. 159. Mengerjakan pekerjaan rumah, mengurus anak, dan bekerja di V+. 13. Kerja di V+. 141. Piket di Rumah Sakit dan Puskesmas. 183. Sehari-hari tiba di rumah pukul 17.00. 191. Sabtu dan Minggu libur. 18. Mendukung ODHA. 33. Membantu ODHA yang baru tahu status. 40. Memberi dukungan psikososial dan pemberdayaan hingga ODHA
Status informan. Aktivitas terkait status informan. Aktivitas terkait peran sebagai pendukung sebaya. Peran sebagai pendukung sebaya
Aktivitas seharihari. Kehidupan seharihari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 288
116. 128. 2061. 2097.
2080. 2128. 2136.
2158. 2164.
berobat. Memberdayakan ODHA untuk mengakses pengobatan. Memberdayakan secara ekonomi. Keluarga memiliki usaha kuliner, ibu berjualan makanan. Ibu informan I memiliki kios makanan yang dikontrakkan sehingga ia berjualan di trotoar. Setelah punya usaha bunga, lahan di trotoar juga dikontrakkan. Ayah bekerja di laboratorium, kemudian membuka usaha bunga selepas pensiun. Bapak bekerja di bagian Pekerjaan Umum Laboratorium, biasa mengantar darah. Kakak perempuan pertama berumur 40 tahun, menjadi tulang punggung bagi kedua anaknya dengan usaha laundry karena suaminya meninggal akibat diabetes dan sakit saraf. Kakak perempuan kedua dan kakak laki-laki menjalankan usaha bunga keluarga. Kakak perempuan ketiga sudah menikah dan beranak dua, juga memiliki usaha laundry dan tinggal
Pekerjaan keluarga besar.
Pekerjaan Ibu.
Pekerjaan ayah.
Pekerjaan saudara
Kehidupan saudara.
Kehidupan keluarga.
Latar belakang keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 289
di Bantul. Memiliki anak remaja perempuan. Lima bersaudara. Bungsu dari lima bersaudara. Bapak masih hidup. Merasa keluarga sangat menjunjung budaya patriarki dan hal tersebut tidak bagus karena menyebabkan demokrasi tidak terbagun dan terjadi kekerasan psikologis. 206. Tinggal bersama mertua. 1364. Tinggal bersama mertua sejak almarhum masih hidup. 1150. Bapak menikah dan punya istri baru. 250. Orangtua informan I sibuk bekerja, anak tidak terurus. 206. Tinggal bersama VN. 1458. VN tahu status informan I. 8. 1122. 1142. 1147. 1931.
215. 228. 255.
Sering berbincang dengan VN. Terkadang mengecek HP VN. Akan membagi waktu untuk anak.
2344. Sebelum menikah, Almarhum merupakan mahasiswa. Menurut informan I, almarhum tidak niat kuliah dan kuliahnya berantakan karena adiksi narkoba. Almarhum
Struktur keluarga inti. Struktur keluarga besar.
Struktur keluarga.
Pengalaman relasi dengan keluarga besar.
Pengalaman relasi dengan keluarga.
Pengalaman relasi dengan mertua.
Relasi dengan mertua.
Perilaku orangtua. Pengalaman relasi dengan orangtua. Pengalaman relasi dengan anak.
Relasi dengan keluarga.
Relasi dengan orangtua.
Relasi dengan anak
Perilaku terhadap anak.
Latar belakang suami.
Relasi dengan suami sebelum menikah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 290
di-DO dan mengambil kursus Bahasa Inggris dan Komputer. Oleh ibunya, Almarhum diberi usaha rental mobil. 877. Bagi informan I, pernikahannya tidak mudah. 335. Married by accident. 270. Menikah pada 2003. 287. Merasakan budaya patriarki dan kekangan suami dalam pernikahan. 322. Mengalami kekerasan psikis dan seksual. 2339. Almarhum usaha rental mobil. 2367. Punya warung makan pada 2004 selama setahun, saat VN satu tahun, tetapi gagal karena tidak bisa megelola keuangan. 470. Tidak setuju dengan budaya patriarki. 364. 501. 884. 304. 343.
Sabar, pasrah, meminta jalan pada Tuhan. Bersabar dan berdoa, tapi pernah mengancam dan pulang ke rumah orangtua karena tidak kuat. Berusaha tabah. Saat menikah, almarhum masih adiksi narkoba dan sering mabuk. Almarhum adiksi narkoba hingga
Pikiran tentang pernikahan. Alasan menikah. Waktu menikah.
Pengalaman pada awal pernikahan.
Pekerjaan suami. Pekerjaan informan.
Perekonomian rumah tangga.
Pikiran terkait situasi rumah tangga pada awal pernikahan. Perilaku terkait situasi rumah tangga pada awal pernikahan. Perilaku suami pada awal pernikahan.
Sikap terhadap situasi rumah tangga
Situasi awal pernikahan.
Relasi dengan suami sebelum informan terkena HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 291
481. 432. 397. 425. 440. 451. 373.
mencuri HP dan uang informan I. Perilaku almarhum tidak sesuai harapan. Tahun pertama menikah, almarhum masih adiksi dan berselingkuh. Ancaman informan I berdampak. Ada perkembangan. Tahun kedua, frekuensi pergi Perubahan perilaku suami. almarhum berkurang. Tahun ketiga, almarhum berhenti pergi dan adiksi. Mengancam almarhum yang mabuk Perilaku terhadap suami dan berselingkuh. pada awal pernikahan
841. Tidak marah pada almarhum. 1260. Tidak sempat marah dan benci pada almarhum karena waktu singkat. 873. Merasa almarhum berlebihan karena sudah kewajiban. 1294. Merasa almarhum tahu bahwa ia takut tertular, sehingga membersihkan sendiri lukanya. 845. Minta diurus jika sakit nanti. 1274. Tidak ada perubahan dalam rumah tangga.
Perubahan sikap suami.
Sikap terhadap suami sebelum informan terkena HIV.
Perasaan terhadap suami saat informan terkena HIV.
Sikap terhadap suami saat informan terkena HIV.
Pikiran terkait suami saat informan terkena HIV. Perilaku terhadap suami saat informan terkena HIV. Pikiran terkait situasi rumah tangga saat informan terkena HIV.
Sikap suami sebelum informan terkena HIV.
Sikap terhadap situasi rumah tangga saat informan terkena HIV.
Situasi rumah tangga saat informan terkena HIV.
Relasi dengan suami saat informan terkena HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 292
853.
Almarhum memuji informan sebagai perempuan luar biasa.
I
272. Almarhum meninggal pada 2006. 1307. Menggerutu, bertanya kepada Tuhan mengapa harus dirinya. 1313. Sempat berpikir untuk bunuh diri. 549. Bersyukur almarhum meninggal dalam keadaan bertobat. 1218. Setelah almarhum meninggal, awalnya benci dan bertanya mengapa Tuhan mempertemukan dengan almarhum sehingga keadaan demikian. 1601. Merasa benci almarhum ketika informan I sangat menolak keadaan dan virus dalam tubuhnya. 1231. Bermimpi bahwa almarhum meminta maaf. 244. Merasa almarhum takdirnya. 1235. Lama kelamaan ikhlas. 1608. Rasa benci memudar saat mulai menerima virus. 1555. Tidak pernah benci almarhum, ingin almarhum masih hidup. 1573. Perasaan benci hanya sesaat karena kesepian dan sedih. 1569. Sayang dan cinta almarhum. 1580. Membangun citra almarhum
Sikap suami saat informan terkena HIV.
Perilaku suami saat informan terkena HIV. Waktu suami meninggal. Perilaku terkait situasi pasca suami meninggal.
Sikap terkait situasi pasca suami meninggal.
Situasi pasca suami meninggal.
Perasaan terhadap suami pasca suami meninggal.
Reaksi kognitif terkait suami pasca suami meninggal. Perubahan perasaan pasca suami meninggal.
Perasaan saat ini. Perilaku saat ini.
Sikap terhadap suami pasca suami meninggal. Perubahan sikap pasca suami meninggal.
Sikap saat ini.
Sikap pasca terkena HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 293
sebagai ayah yang baik. 1853. Membangun citra Almarhum sebagai ayah yang harus dihormati karena sudah kewajiban anak untuk menghormati orangtua yang masih hidup dan mengingat orangtua yang sudah meninggal dengan mengirim doa. 1322. Tahu status pada Desember. 1325. Tahu status pada 2006. 818. Tertular melalui hubungan seksual. 759. 795. 808. 1095. 1150. 1120. 1123. 1129. 1133.
Saat itu berpikir hasil tes negatif karena tidak beresiko. Tidak percaya hasil tesnya. Menyangkal hasil tes. Tidak membuka status kepada orangtua karena kondisi keduanya. Tidak membuka status pada bapak karena tidak terlalu dekat. Bapak menikah dan punya istri baru. Membuka status kepada kakak perempuan. Membuka status kepada kakak pertama dan ketiga. Membuka status kepada kakak ketiga karena paling dekat. Membuka status kepada kakak
Waktu menerima informasi status. Informasi sumber penularan HIV.
Pengalaman terkait informasi status.
Penyangkalan terhadap informasi status.
Perilaku tidak mengungkapkan status. Keterbukaan tentang status HIV terhadap orang lain. Perilaku mengungkapkan status.
Sikap terkait informasi status
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 294
pertama yang mengayomi. 1399. Berencana membuka status saat VN remaja. 1460. Informan I membuka status saat VN mencari di internet. 520 Marah pada Tuhan karena terkena HIV. 832. Syok 1709. Marah dan merasa Tuhan tidak adil. 670. Tidak menyadari resiko ia dan almarhum. 772. Hanya diam mengetahui statusnya. 832. Berusaha tegar, menerima keadaan. 1374. Banyak foto untuk kenang-kenagan VN karena berpikir akan segera meninggal. 894. Tidak berobat karena dokter tidak menyarankan. 918. Pengobatan alternatif selama dua tahun. 922. Mengikuti berbagai pengobatan alternatif. 926. Berobat alternatif ke herbalist dan Kiai. 974. Melakukan apa yang disuruh sekalipun tidak enak dan sulit. 989. Mencari dan mencoba pengobatan alternatif di internet dan koran. 1026. Memulai pengobatan medis sejak
Perasaan saat terkena HIV. Pikiran saat terkena HIV. Perilaku terkait infeksi HIV. Sikap saat terkena HIV.
Perilaku terkait upaya pengobatan.
Perilaku saat terkena HIV.
Dinamika sebagai ODHA pada awal terkena HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 295
2008 sampai sekarang. 1046. Terdorong pengobatan alternatif karena diri sendiri dan mertua. 1051. Keluarga takut pengobatan medis seumur hidup merusak organ tubuh, sementara pengobatan alternatif tidak berefek samping. 1004. Setelah dua tahun, capek dengan pengobatan alternatif karena biaya. 1017. CD4 menjadi 301, tetapi muncul penyakit. 1671. Menjadi anggota KDS D pada 2007, kemudian menjadi pengurus. Pada 2008, membuat abstrak dan mengikuti konggres JOTI. 1684. Memulai pengobatan medis setelah konggres. 1688. Sejak 2010, KDS Diajeng mendapat dana dari DinSos sehingga diadakan program Pendukung Sebaya yang digaji. 1115. Kakak mendukung dan meminta selalu patuh minum obat. 1162. Kakak pertama mendukung, tapi lebih ke yang “ya sudah”. 1396. Butuh proses bagi VN untuk tahu informan I seorang ODHA. 1404. Kelas 1 SD, VN sudah bertanya mengenai obat yang diminum
Alasan melakukan pengobatan alternatif. Perasaan terkait pengobatan. Keadaan CD4 informan.
Kondisi kesehatan informan.
Perilaku memberdayakan diri sendiri.
Sikap memberdayakan diri sendiri.
Dinamika informan sebagai ODHA dalam memberdayakan dirinya sendiri.
Sikap keluarga pasca informan terkena HIV.
Relasi dengan keluarga pasca terkena HIV.
Perilaku keluarga besar pasca informan terkena HIV.
Sikap keluarga besar pasca informan terkena HIV.
Perilaku anak pasca informan terkena HIV.
Sikap anak pasca informan terkena HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 296
1425. 1471. 1482. 1490. 1490.
informan I dan mengingatkan bahaya overdosis. VN mencari di internet mengenai obat HIV. Waktu informan I membuka status, tanggapan VN adalah, “Oke, baiklah” dan kembali bermain HP. Peristiwa informan I membuka status membuat VN bersikeras ingin menjadi dokter. VN mengangkat tema HIV saat presentasi di sekolah. VN tidak malu.
1490. Kaget dan bangga. 1386. Terkadang langsung emosi saat VN bersalah karena tingkat stress tinggi. 1437. Tidak menyembunyikan obat. 1446. Merasa sangat terlambat bila membuka status saat VN SMP, karena VN sudah tahu tentang CD4 dll sejak kelas 4 atau 5 SD. 1619. Menemukan leaflet V+ setelah empat bulan sendirian. 1624. Sempat mengenal PKBI hingga tahap komunikasi telpon.
Perasaan anak pasca informan terkena HIV. Perasaan terhadap anak terkait sikap anak pasca informan terkena HIV. Perilaku terhadap anak pasca informan terkena HIV.
Sikap terhadap anak pasca terkena HIV.
Sikap terhadap keluarga pasca terkena HIV.
Pikiran terkait anak pasca informan terkena HIV. Pengalaman terkait penemuan komunitas pendukung.
Pengalaman dengan komunitas pendukung.
Relasi dengan komunitas pendukung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 297
1635. Menghubungi V+. 1640. Dirujuk ke KDS Diajeng. 1647. Tahun 2006, belum banyak ODHA. Dalam pertemuan KDS masih campuran perempuan positif HIV, perempuan dari keluarga positif HIV, hingga aktivis. 1658. Informan I juga mendapat dukungan. 1658. Kaget saat bertemu ODHA yang sehat. 1665. Kepercayaan diri tumbuh di KDS. Mengira almarhum TBC. Curiga karena disuruh keluar saat dokter hadir. 598. Bertanya-tanya tentang sakit almarhum. 608. Mendengar pembicaraan dokter dan almarhum. 621. Mengetahui almarhum AIDS. 1176. Menurut informan I, almarhum terkena HIV dari berbagi jarum suntik. Teman almarhum banyak yang meninggal. 1195. Faktor resiko almarhum adalah perilaku seksual dan narkoba sehingga tidak bisa tahu sumber
Perasaan terkait komunitas pendukung. Reaksi kognitif terkait komunitas pendukung.
Sikap terkait komunitas pendukung.
578. 590.
Sumber informasi status suami.
Informasi tentang sumber HIV suami.
Informasi status suami.
Dinamika informan saat awal mengetahui status suami sebagai sumber penularan HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 298
742. 748. 662. 640. 670. 1209. 1291. 1282. 1282. 690. 722. 722. 757.
penularan. Langsung percaya status almarhum. Percaya karena kondisi almarhum. Pasrah mengetahui status almarhum dan menerima sebagai takdir dan resiko perilaku almarhum. Berpikir harus tes HIV, lalu melakukan. Tidak menyadari resiko ia dan almarhum. Waktu almarhum masih hidup, informan I menerima dan bersikap baik padanya. Tetap bersikap baik pada almarhum. meminta almarhum membersihkan sendiri lukanya. Takut positif HIV, sehingga meminta almarhum membersihkan sendiri lukanya. Almarhum tahu statusnya, tapi tidak kembali ke dokter. Tidak berobat dan tidak membuka status. Almarhum takut mendapat stigma dan diskriminasi dari keluarga, takut ditinggal informan I. Almarhum tahu hasil tes informan I.
Penerimaan terhadap informasi status suami. Tanggapan saat suami terkena HIV.
Sikap terhadap informasi status suami.
Pikiran saat suami terkena HIV.
Sikap saat suami terkena HIV.
Perilaku saat suami terkena HIV.
Perasaan saat suami terkena HIV. Perilaku suami saat mengetahui status HIVnya. Perasaan suami saat mengetahui status HIVnya. Pengetahuan suami tentang status HIV
Sikap suami saat mengetahui status HIV-nya.
Upaya suami saat terkena HIV.
Upaya suami sebagai orang yang bersalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 299
830.
Almarhum minta maaf.
779.
Almarhum syok mengetahui status informan I.
530.
Menerima pengalaman sebagai takdir. Menerima semua yang dialami sebagai takdir Tuhan dan proses kehidupan. Mengambil hikmah bahwa hidupnya bermakna dan bermanfaat bagi orang lain dan diri sendiri. Dulu hanya mengurus suami dan anak. Sekarang bisa membantu orang-orang yang terpuruk dan dalam keadaan yang dulu pernah dialaminya. Menjalani hidup lebih enteng karena ikhlas menerima keadaan. Penerimaan keadaan juga membuat informan I akhirnya menjalani pengobatan medis. Mengampuni almarhum karena merasa memiliki Tuhan yang Pengampun, Pengasih, dan
1562. 1716. 1724.
1801. 1807. 1746.
informan. Perilaku suami saat mengetahui status HIV informan. Perasaan suami saat mengetahui status HIV informan.
Perilaku terhadap pengalaman.
Reaksi kognitif terhadap pengalaman.
Sikap suami saat mengetahui status HIV informan.
Upaya suami terkait status HIV informan.
Sikap terhadap pengalaman. Makna pengalaman yang dialami.
Perubahan dalam diri setelah mengampuni. Alasan mengampuni suami.
Faktor pendorong dalam mengampuni.
Makna pengampunan yang dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 300
1240.
1247. 1327.
1341.
1356. 1763. 1769.
1780.
Penyanyang. Merasa tidak pantas manusia sebagai ciptaan mendendam. Butuh waktu sekitar dua tahun sampai benar-benar menerima keadaan dan menjalani pengobatan medis. Selama satu tahun dalam keadaan benar-benar sangat naik turun. Kenal V+ pada April 2007. Merasa sendirian, depresi, menangis sampai menjerit-jerit, pikiran kosong selama empat bulan. Berpikir kalau bunuh diri, beban hilang. Namun, berpikir lagi VN menjadi anak yatim piatu bila ditinggal. Berpikiran untuk bunuh diri, tidak beraksi. Kesulitan dalam proses mengampuni terjadi karena adanya tahap penolakan. Semakin menolak keadaan, semakin membenci almarhum. Semakin berdamai dengan keadaan, hidup terasa lebih lapang. Percaya almarhum beristirahat di tempat layak karena meninggal dalam keadaan bertobat.
Kendala dalam mengampuni.
Pengalaman terkait kendala dalam mengampuni.
Upaya mengatasi kendala dalam mengampuni. Harapan terhadap suami.
Harapan setelah mengampuni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 301
Lampiran 7. Tabel AIK II Informan II No. 18.
Kode Berdomisili di Wonosari, Gunung Kidul. 1286. Bersekolah di Gunung Kidul hingga SLTP dan baru mengambil ijazah Paket C untuk melamar kerja di Gunung Kidul jika capek ke Yogya kelak. 1502. Sempat mendaftar SLTA tetapi tidak jadi sekolah karena dilamar. 1260. Bungsu dari tiga bersaudara dengan kakak perempuan dan laki-laki. 962. Tidak paham tentang HIV sebelum suami positif. 22. 47. 55. 58. 69.
Ibu Rumah Tangga, juga Pendukung Sebaya di V+. Berangkat kerja setelah pekerjaan rumah beres. Pulang kerja sore. Berada di RSUD W jam 9 pagi hingga 2 sore, lalu ke rumah klien hingga jam 5 sore. Melihat perkembangan kondisi klien dan memotivasi pada kunjungan rumah.
Subkategori 1 Tempat tinggal informan.
Subkategori 2 Biodata informan.
Kategori
Tema
Pengalaman informan terkait pengetahuan mengenai HIV.
Latar belakang informan.
Pendidikan informan.
Jumlah saudara. Pengetahuan informan tentang HIV. Status peran informan. Aktivitas terkait peran sebagai ibu rumah tangga. Aktivitas terkait peran sebagai Pendukung Sebaya.
Aktivitas seharihari.
Kehidupan seharihari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 302
89.
Suami dan anak bebas HIV.
28.
Memiliki seorang anak, menikah lagi setelah suami meninggal. Memiliki 1 anak, kelas 6 SD. Anak informan II cowok. Suami memiliki anak kandung Struktur keluarga inti. perempuan, kelas 2 SMP. Anak suami rukun dengan informan II dan anaknya. Bersyukur mendapat keluarga yang baik dan rukun. Kedua orangtua serta mertua perempuan dari Almarhum masih hidup. Keluarga lahir di Gunung Kidul, Struktur keluarga besar. berprofesi petani dan berdagang di rumah. Berhubungan baik dengan keluarga besar. Saudara sudah berkeluarga semua. Bersilahturami dengan saudaraPerilaku terhadap saudara. saudara di Gunung Kidul Khawatir akan timbul masalah jika Pikiran terhadap mertua keluarga suami tahu statusnya. dari suami kedua. Berencana pulang kampung apabila Perilaku terhadap mertua keluarga suami tidak menerimanya dari suami kedua. Selalu mengunjungi orangtua yang Sikap terhadap orangtua.
41. 155. 1142. 1148.
839. 1250. 1269. 1260. 1280. 1383. 1399. 1272.
Status HIV keluarga inti.
Struktur keluarga.
Relasi dengan saudara. Relasi dengan mertua dari suami kedua. Relasi dengan
Relasi dengan keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 303
kini tinggal dan berjualan di Yogya. 1729. Tidak marah pada orangtua karena ia sendiri melawan orangtua. 387. Anak kelahiran 2004. 150.
Melarang anak memegangnya saat luka dan berdarah
1851. Awalnya tidak mau menikah karena takut menulari pasangan dan tidak bisa memberikan keturunan. Hal tersebut terjadi karena pengetahuan masih kurang. Setelah bertemu suami dan mendapat informasi yang benar, informan II berani untuk menikah. 272. Tiga tahun setelah Almarhum meninggal, informan II mengenal suaminya sekarang dan ia menerima kondisi informan II. 1175. Mengenal suami yang sekarang di rumah saudara. Mereka mengobrol, SMS, dan dekat. 113. Menikah lagi pada 2012. 118. Menikah lagi setelah Almarhum suami meninggal pada 2009. 127. Rumah tangga harmonis meskipun suami bukan ODHA. 1115. Rumah tangga dengan suami baik,
orangtua.
Pengalaman relasi dengan anak. Perilaku terhadap anak.
Relasi dengan suami kedua.
Relasi dengan keluarga inti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 304
romantis dan humoris. 1197. Suami berprofesi sebagai seniman Campursari. 204. Mengenal Almarhum di Wonosari. 1493. Mengenal Almarhum saat kelas 3 SMP di Wonosari dan menikah setelah 2 bulan pacaran. 1468. Bekerja selama 2 bulan setelah lulus SLTP, lalu berhenti kerja karena dilamar dan menikah dengan Almarhum setelah kenal 2 bulan. 178. Almarhum suami seorang pecandu narkoba, ditinggal di Wonosari setelah kabur dari panti rehabilitasi. 2121. Almarhum direhabilitasi di Jakarta, tetapi kabur, sehingga oleh keluarga dibawa ke Wonosari agar tidak bisa mengakses narkoba. 215. Pernikahan dengan Almarhum berlangsung 7 tahun. 291. 302.
Tahu Almarhum pecandu dari sebelum menikah, tetapi tidak paham efeknya. Berpikir Almarhum memiliki itikad dan akan menjadi lebih baik karena berobat dan berhenti memakai narkoba.
Pengalaman perkenalan dengan suami pertama. Relasi dengan suami pertama sebelum menikah. Latar belakang suami pertama.
Lama pernikahan dengan suami pertama.
Alasan menikah.dengan suami pertama.
Relasi dengan suami pertama terkait pernikahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 305
333.
Almarhum berhenti memakai narkoba dari 2002. 362. Saat menikah, Almarhum sudah keluar dari panti rehabilitasi dan hanya di rumah saja. 1502. Memutuskan menikah karena budaya pernikahan dini di kampung. 204. Menikah pada 2002. 2158. Baru tahu Almarhum temperamen dan ringan tangan setelah menikah karena saat pacaran jarang bertemu. 2210. Tidak pulang ke rumah karena ingat pernikahannya ditentang, sehingga ia menampung sendiri perasaannya dan melupakannya. 340. Almarhum bersih dari narkoba dan bekerja di ladang. 444. Almarhum agak kasar, marahmarah dan sering membentak saat sakaw. 465. Almarhum marah dengan berteriakteriak. 484. Almarhum minta maaf dengan alasan sedang ingin memakai narkoba. 497. Almarhum juga teriak-teriak pada anak.
Waktu menikah dengan suami pertama.
Pengalaman pada awal pernikahan dengan suami pertama.
Perilaku terkait situasi rumah tangga pada awal pernikahan dengan suami pertama.
Sikap terhadap situasi rumah tangga dengan suami pertama
Perilaku suami pertama pada awal pernikahan.
Situasi awal pernikahan dengan suami pertama.
Sikap suami pertama sebelum informan terkena HIV.
Relasi dengan suami pertama sebelum informan terkena HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 306
2130. Akhirnya, Almarhum menahan keinginan mengonsumsi narkoba dan mengamuk di rumah. Biasanya, orangtua Almarhum kemudian menjauhkan benda berbahaya, mengunci Almarhum di rumah, dan nginap di rumah tetangga. 475. Hanya diam walau awalnya menangis. 2175. Menghadapi sikap Almarhum, informan II hanya menangis dan tidak bisa melawan. 1076. Tidak sempat dendam pada Almarhum karena tidak bisa mendendam. 1082. Tidak dendam setelah tahu status dirinya dan Almarhum. 1553. Berkata mungkin sudah takdirnya saat Almarhum minta maaf membuat sakit. 1565. Sempat merasa marah dan jengkel. 1568. Marah dan jengkel pada Almarhum, tetapi tidak menunjukkan karena kondisi Almarhum drop. 1579. Dalam hati ada perasaan marah, tetapi tidak diungkapkan karena kondisi Almarhum yang bahkan tidak bisa bangun dari tempat tidur. 1593. Mungkin mengungkapkan
Perilaku terhadap suami pertama pada awal pernikahan
Sikap terhadap suami pertama sebelum informan terkena HIV.
Perasaan terhadap suami pertama saat informan terkena HIV.
Sikap terhadap suami pertama saat informan terkena HIV.
Relasi dengan suami pertama saat informan terkena HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 307
kemarahan jika Almarum tidak dalam keadaan sakit. Informan II marah karena ia tidak tahu apa-apa dan tiba-tiba sakit. 1604. Kemarahan berupa rasa dongkol di hati yang tidak terungkap. 1610. Marah hanya sesaat karena kondisi Almarhum. 1568. Almarhum drop sehingga malah menyemangati Almarhum. 984. Berpikir tidak boleh hanya suka saat Almarhum sehat serta tidak mungkin benci karena mencintai Almarhum saat sehat. 781. Memberi tahu Almarhum statusnya dan anak. Almarhum minta maaf, informan II menjawab, “Yaudalah nggak papa, kalau ini udah terlanjur yah mau gimana lagi, nggak boleh saling menyalahkan. Mungkin udah jalan hidupnya harus kayak gini”. 976. Bersikap biasa setelah tahu status Almarhum, tidak menyalahkan karena takut Almarhum drop. 997. Tetap melayani Almarhum dan tidak ada perubahan sikap pada Almarhum pasca HIV. 249. Pasca informan II mengetahui
Pikiran terkait suami pertama saat informan terkena HIV.
Perilaku terhadap suami pertama saat informan terkena HIV.
Perilaku suami pertama
Sikap suami pertama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 308
617. 624.
1695. 1735. 1635.
1663. 1687. 1614.
statusnya, almarhum pindah dan saat informan terkena meninggal di rumah sakit S. HIV. Almarhum meninggal seminggu Waktu suami pertama setelah tahu status. meninggal. Setelah Almarhum meninggal, informan II tidak keluar rumah selama setahun karena minder dan takut memikirkan tanggapan masyarakat. Perilaku terkait situasi Menahan perasaan dan tidak bisa pasca suami pertama mengeluh pada orangtua karena meninggal. pernikahannya tidak direstui. Diam karena memang biasanya memendam kemarahan dan menangis. Merasa marah, emosi, dan jengkel setelah Almarhum meninggal karena menjadi janda dengan anak, yang sakit dan tidak bekerja, padahal sudah menghabiskan Perasaan terhadap suami banyak harta saat Almarhum sakit. pertama pasca suami Jengkel dan marah, tetapi tidak bisa pertama meninggal. memaki-maki karena kondisi. Setelah Almarhum meninggal, marah dan jengkel selama satu hingga dua bulan. Melupakan kemarahan dan Reaksi kognitif terkait menerima pengalaman sebagai suami pertama pasca nasib dan jalan hidup saat suami pertama meninggal.
saat informan terkena HIV.
Sikap terkait situasi pasca suami pertama meninggal.
Situasi pasca suami pertama meninggal.
Sikap pasca terkena HIV.
Sikap terhadap suami pertama pasca suami pertama meninggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 309
Almarhum meninggal. 1622. Berpikir Allah memberi cobaan tidak melebihi hamba-Nya dan ia diberi cobaan karena dianggap kuat. 1667. Akhirnya pasrah dan memutuskan untuk berjuang bagi anaknya Perubahan perilaku pasca dengan bekerja dan akhirnya suami pertama meninggal. melupakan kemarahan. 1069. Sudah tidak merasakan apa-apa Perasaan saat ini. terkait Almarhum. 1082. Rutin berziarah ke makam Almarhum bersama anak dan Perilaku saat ini. suami. 517. 416.
Tes di Laboratorium P. Tes HIV 2 hari setelah Almarhum didiagnosa positif HIV.
560.
Tertular HIV karena hubungan seksual.
567.
Ragu dengan hasil tes sehingga tes ulang setelah 3 bulan, tetapi tetap positif. Ragu dengan hasil tes karena merasa tidak pernah berbuat macam-macam atau berhubungan dengan orang lain. Sekarang tinggal bersama suami
588.
651.
Perubahan sikap pasca suami pertama meninggal.
Sikap saat ini.
Sumber informasi status.
Pengalaman terkait informasi status.
Waktu menerima informasi status. Informasi sumber penularan HIV.
Penyangkalan terhadap informasi status.
Perilaku tidak
Keterbukaan tentang
Sikap terkait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 310
dan hanya suami yang tahu status. Keluarga suami sekarang tidak tahu status. 104. Membuka status sebelum menikah. 1030. Membuka statusnya dan Almarhum saat anak kelas 1 atau 2 SD. 404. Saat mengetahui status dirinya dan suami, stress dan merasa dunia berakhir. 519. Tambah stress saat tahu status, tapi semangat karena anak negatif. 531. Putus asa tentang siapa yang merawat dirnya karena suami sudah meninggal. Anak dengan siapa kalau informan II meninggal. 614. Sebelum tes ulang, informan II merasa sedih. 392. Menduga dirinya ketularan HIV setelah melahirkan karena anaknya negatif HIV. 404. Saat mengetahui status dirinya dan suami, berpikir tentang kematian. 527. Berpikir harus berjuang biarpun sakit. 540. Berpikir kalau kena HIV akan meninggal kurang dari setahun. 604. Berpikir mengapa bukan orang yang berbuat neko-neko yang kena HIV. 873.
mengungkapkan status.
status HIV terhadap orang lain.
informasi status
Perilaku mengungkapkan status.
Perasaan saat terkena HIV.
Sikap saat terkena HIV.
Pikiran saat terkena HIV.
Dinamika sebagai ODHA pada awal terkena HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 311
1950. Sebelum mengenal suami, tidak berniat menikah atau sekedar dekat dengan lawan jenis karena berpikir akan segera mati akibat kurang informasi. 752. Langsung berobat medis dan tidak pernah berobat alternatif karena biaya. 1414. Kondisi sehat dari awal terapi hingga saat ini. 1425. Memiliki HIV, tetapi tidak sampai AIDS. 1987. Tidak pernah sampai drop karena tahu status saat masih sehat. 698. Sebagai janda, bekerja untuk menghidupi anak setelah Almarhum meninggal. 718. Bergabung di V+ setelah sebelumnya bekerja di LSM K yang bertujuan menjangkau populasi kunci dan mengajak VCT, serta merujuk orang positif HIV ke V+. 735. Bekerja di LSM K dari 2011 hingga 2014. 745. Bekerja di LSM K dari sebelum menikah lagi. 1219. Ikut pertemuan KDS hingga mengenal dan bekerja di LSM K. LSM K off dan menghubungi V+
Perilaku terkait upaya pengobatan.
Perilaku saat terkena HIV
Kondisi kesehatan informan.
Perilaku memberdayakan diri sendiri.
Sikap memberdayakan diri sendiri.
Dinamika informan sebagai ODHA dalam memberdayakan dirinya sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 312
663. 657. 638. 672. 687.
816.
810. 853.
92. 127.
hingga mendapat pekerjaan di sana. Tidak bersosialisasi selama setahun Perilaku terhadap sehingga tidak tahu tanggapan masyarakat pasca masyarakat. informan terkena HIV. Saat Almarhum meninggal, masyarakat mendiskriminasi. Saat ini masyarakat biasa saja karena informan II sehat dan makin gemuk. Masyarakat bereaksi biasa karena Perilaku masyarakat pasca melihat informan II tetap bisa sehat informan terkena HIV. dan beraktivitas. Masyarakat di rumah dulu mau makan bersama informan II, berbeda dengan saat Almarhum sakit. Informan II menghibur dan Sikap terhadap menguatkan orangtuanya yang Perilaku terhadap keluarga keluarga besar pasca takut dirinya mati, padahal dalam besar pasca terkena HIV. terkena HIV. hati juga takut. Keluarga tahu status informan II dan menangis sedih. Perilaku keluarga besar Sikap keluarga besar Keluarga tidak memperlakukan pasca informan terkena pasca informan berbeda, bahkan kakak bersedia HIV. terkena HIV. mengurus pemakaman informan II kelak. Suami menerima saat informan II Perilaku suami kedua Sikap suami kedua membuka status. pasca informan membuka pasca informan Suami tidak memperlakukan status. terkena HIV.
Sikap terhadap masyarakat pasca terkena HIV.
Sikap masyarakat pasca informan terkena HIV.
Relasi dengan masyarakat pasca terkena HIV.
Relasi dengan keluarga pasca terkena HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 313
berbeda. 1904. Suaminya menerima informan II dengan alasan cinta dan semua orang pasti mati, asal hanya suami yang tahu status. 1115. Suami tidak memperlakukan informan II berbeda, juga tidak membedakan anak informan II dan anak kandungnya. 1975. Suami mengingatkan untuk minum obat dan jangan kecapean agar tidak gampang sakit. 135. Suami dan anak mengingatkan minum obat.
1030. Sejak itu, anak selalu mengingatkan minum obat. 156. Anak mengambilkan obat dan menyebutnya sebagai vitamin saat ramai. 166 Anak yang mengambilkan obat dan minum menjadi penyemangat bagi 145. Anak mengerti kondisi penyakit informan II. 1030. Mengingatkan anak menghindari
Perilaku anak dan suami kedua pasca informan terkena HIV.
Sikap keluarga pasca informan terkena HIV.
Perilaku anak pasca informan terkena HIV.
Sikap anak pasca informan terkena HIV.
Perilaku terhadap anak
Sikap terhadap anak
Sikap terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 314
alkohol dan narkoba, tidak seperti Almarhum. 672. Mencoba keluar setelah setahun, bertemu V+ dan KDS. 1203. Didatangi teman-teman KDS pada awal tahu status, diberi motivasi dan diajak ke pertemuan hingga bertemu V+. 546. Semakin ke sini, melihat ODHA lain bisa hidup lama dan sehat. 1349. Awalnya berpikir akan segera meninggal, tetapi termotivasi setelah bertemu V+ dan KDS untuk melihat anak dewasa dan sukses. 239. 258.
353. 219. 316.
Almarhum tiba-tiba drop dan divonis HIV. Almarhum terdiagnosa HIV saat sudah tidak bisa bangun, sebelumnya terdiagnosa sakit lambung dan tipus karena keterbatasan medis. Almarhum sakit dan divonis HIV pada 2009. Almarhum sakit saat anak berusia 4 tahun. Di rumah sakit di Jogja, Almarhum diketahui positif HIV. Tidak tahu kapan Almarhum terinfeksi HIV, tetapi menduga
pasca informan terkena HIV.
Pengalaman terkait penemuan komunitas pendukung.
pasca terkena HIV.
keluarga pasca terkena HIV.
Relasi dengan komunitas pendukung.
Reaksi kognitif terkait komunitas pendukung.
Kronologi suami pertama terdiagnosa HIV.
Sumber informasi status suami pertama. Informasi tentang sumber HIV suami.
Pengalaman suami pertama terdiagnosa HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 315
sebelum menikah, akibat memakai narkoba bersama. 882. Percaya status Almarhum karena ikut proses VCT dan Almarhum seorang pecandu. 231. Tidak yakin kapan Almarhum mengetahui status HIV. 1535. Almarhum mengaku pernah tes dan negatif. 370. Menduga Almarhum terkena HIV sebelum ke Gunung Kidul karena Almarhum hanya di rumah dan ke ladang saja 915. Berpikir mengapa dulu menikah dengan Almarhum. 922. Berpikir mungkin sudah jalan Allah dan cobaan yang harus dijalani. 432. Tidak melakukan apa-apa walau takut, hanya di rumah sakit menunggu suami. 932. Tidak punya uang sehingga bekerja selama seminggu di rumah makan. 952. Berhenti bekerja saat suami dirujuk ke rumah sakit S. 554. Tes HIV karena rujukan dari rumah sakit. 915. Sedih dan kecewa mengetahui status Almarhum. 421. Sebelum tes, takut jika ia dan anak
Penerimaan terhadap informasi status suami pertama.
Sikap terhadap informasi status suami pertama.
Informasi status suami pertama.
Pikiran saat suami pertama terkena HIV.
Sikap saat suami pertama terkena HIV.
Perilaku saat suami pertama terkena HIV.
Perasaan saat suami
Dinamika informan saat awal mengetahui status suami pertama sebagai sumber penularan HIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 316
positif HIV dan dikucilkan masyarakat. 1545. Hendak marah saat Almarhum sakit, tetapi tidak bisa karena terlanjur tertular. Informan II juga merasa jengkel, tetapi kemudian pasrah. 1005. Almarhum tidak membentak saat sakit karena tidak berdaya. 1013. Almarhum banyak diam pasca HIV. 781. 805.
Almarhum minta maaf. Almarhum tidak beraksi terkait status informan II karena sakit. 1013. Informan II menduga Almarhum menyesal karena banyak diam pasca HIV. 2238. Membatin bahwa seseorang akan menerima balasan yang lebih saat ada yang mencelakakan, kemudian bersikap biasa saja pada orang tersebut. 2262. Berharap orang yang menyakitinya mendapat musibah, dan hal tersebut terjadi. 2289. Berdoa agar orang yang menyakitinya celaka karena merasa tidak nyaman dan tidak sanggup
pertama terkena HIV.
Perilaku suami pertama saat mengetahui status HIV-nya. Perilaku suami pertama saat mengetahui status HIV informan. Perasaan suami pertama saat mengetahui status HIV informan.
Perilaku informan terhadap orang yang bersalah padanya.
Sikap suami pertama saat mengetahui status HIV-nya. Sikap suami pertama saat mengetahui status HIV informan.
Sikap informan terhadap orang yang bersalah padanya.
Upaya suami pertama saat terkena HIV. Upaya suami pertama sebagai orang yang bersalah. Upaya suami pertama terkait status HIV informan.
Pengalaman informan terkait pengampunan.
Dinamika informan dalam hal pengampunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 317
untuk marah. 2271. Kaget harapannya menjadi kenyataan. Menurutnya, hal itu terjadi karena ia tidak mampu mengungkapkan kemarahannya.
1311. Awal terkena HIV seperti musibah, tetapi sekarang menjadi anugerah karena bisa bekerja, naik pesawat, punya banyak ilmu, dan berpola hidup sehat. 2000. Lega karena tetap sehat, bisa menikah lagi, dan meringakan beban serta bermanfaat bagi ODHA lain dengan memberi motivasi dan menjadi contoh, juga mendirikan KDS. Informan II melakukan semua dengan hati tanpa menuntut imbalan karena pernah merasa terpuruk saat tidak ada yang menyemangati. 1311. bisa bekerja, naik pesawat, punya banyak ilmu, dan berpola hidup sehat. 2000. bisa menikah lagi, dan meringakan beban serta bermanfaat bagi ODHA
Perasaan saat orang yang bersalah celaka.
Sikap saat orang yang bersalah celaka.
Perasaan terhadap pengalaman.
Sikap terhadap pengalaman.
Reaksi kognitif terhadap pengalaman.
Makna pengalaman yang dialami.
Makna pengampunan yang dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 318
1757.
1433. 1444. 2303.
lain dengan memberi motivasi dan menjadi contoh, juga mendirikan KDS. Memaafkan Almarhum karena sudah meninggal dan anak sering mengajak ziarah, sehingga menerima pengalaman sebagai nasib dan takdir. Berharap Almarhum diampuni dan mendapat tempat terbaik di sisi Allah. Berharap kehidupannya semakin baik dan berencana untuk program punya anak bebas HIV. Berharap ke depannya bisa lebih baik dan bermanfaat lagi bagi banyak orang, tetap sehat sehingga bisa melihat anak tumbuh dewasa, serta keluarganya semakin harmonis dan punya anak lagi dengan status negatif.
Alasan mengampuni suami pertama.
Faktor pendorong dalam mengampuni.
Harapan terhadap suami. pertama.
Harapan terhadap kehidupan.
Harapan setelah mengampuni.