BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Fakta bahwa sekitar 2000 anak diseluruh dunia umur < 15 tahun terinfeksi HIV/AIDS dan sekitar 1400 anak umur < 15 tahun meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur 15-24 tahun terinfeksi HIV/AIDS (STRANAS Penanggulangan HIV dan AIDS Tahun 2007-2010). Berdasarkan data United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) diperkirakan sekitar 2,1 juta remaja usia 10-19 tahun dan 4,5 juta remaja usia 15-24 tahun hidup dengan HIV terutama pada negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah. Pada tahun 2012, kasus HIV pada pemuda berusia 15-24 tahun menyumbang 39% dari kasus infeksi HIV baru di seluruh dunia (UNAIDS, 2013). Di Indonesia kasus HIV/AIDS juga sangat tinggi, dimana lebih dari dua per lima provinsi atau sebanyak 14 provinsi di Indonesia memiliki jumlah kasus HIV/AIDS >440 kasus, yang meliputi seluruh provinsi di Pulau Papua, Jawa dan Bali serta beberapa provinsi di Pulau Sulawesi dan Kalimantan (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan data Ditjen PP & PL Kemenkes RI pada tahun 2013, kasus AIDS pada umur < 20 tahun menyumbang 6,7% kasus baru AIDS di Indonesia. Pada tahun 2014 ditemukan infeksi kasus HIV pada penduduk usia <15 tahun sebanyak 787 kasus dan kasus HIV pada penduduk usia 15-24 tahun sebanyak 4.400 kasus (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014).
1
2
Kasus kumulatif HIV/AIDS di Bali sampai 31 Mei 2013 mencapai 7.856 yang terdiri atas 4.153 kasus HIV dan 3.703 kasus AIDS. Tingginya jumlah kasus HIV/AIDS di Bali menempatkan Provinsi Bali pada peringkat kelima secara nasional dalam jumlah kasus AIDS tertinggi (KPAD Bali, 2013). Pada tahun 2014 prevalensi kasus AIDS di Bali sebesar 109,52 per 100.000 penduduk (Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, 2014). Badung merupakan salah satu kabupaten di Bali dengan kasus HIV/AIDS yang cukup tinggi, dimana pada tahun 2014 Badung berada pada peringkat ketiga dengan jumlah kasus HIV/AIDS mencapai 14,6%. Berdasarkan data bidang penanggulangan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL) Kabupaten Badung, pada tahun 2014 jumlah kasus HIV/AIDS sebesar 407 kasus dengan jumlah kasus HIV/AIDS pada penduduk umur < 20 tahun sebanyak 20 kasus dan pada penduduk umur 20-29 tahun sebanyak 153 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, 2015). Desa Blahkiuh sebagai salah satu daerah yang berada di Provinsi Bali memiliki jumlah penduduk sebanyak 88.193 jiwa. Berdasarkan laporan Puskesmas Abiansemal I sampai dengan tahun 2000 jumlah kasus kematian akibat AIDS pada penduduk umur 20-29 tahun di Desa Blahkiuh sebanyak 4 kasus. Kasus AIDS tersebut disebabkan karena penyalahgunaan narkoba suntik dan juga penularan melalui hubungan seksual. Setelah kasus tersebut, tidak ditemukan lagi kasus HIV/AIDS sampai dengan tahun 2014 kembali ditemukan 1 kasus HIV positif di Desa Blahkiuh. Kasus AIDS pada umur 20-29 tahun tersebut menunjukkan bahwa penderita AIDS tersebut telah terinfeksi HIV dari usia remaja mengingat perjalanan HIV menjadi stadium AIDS membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 5-10 tahun. Oleh karena itu, populasi remaja sangat berisiko
3
terhadap penularan HIV terutama akibat perilaku berisiko yang dilakukan seperti seks bebas atau penyalahgunaan narkoba. Remaja sangat rawan untuk tertular HIV/AIDS karena pergaulan
remaja
sekarang cenderung mengarah pada perilaku berisiko seperti seks pranikah dan penyalahgunaan narkoba khususnya narkoba suntik yang dapat berisiko menularkan HIV. Berdasarkan hasil survey kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 sebanyak 55,2% remaja usia 15-24 tahun pernah melakukan perilaku berisiko seperti merokok (52,7%), minum alkohol (24,7%), penyalahgunaan narkoba (3,4%) dan hubungan seksual pranikah (4,1%) (Lestary & Sugiharti, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Syarif dan Zarfiel tahun 2008 tentang karakteristik remaja pengguna narkoba suntik (penasun) dan perilaku berisiko HIV/AIDS di Kecamatan Ciledug Kota Tangerang menunjukkan bahwa sebanyak 55,3% remaja penasun berisiko tertular HIV/AIDS dan sebanyak 46,1% remaja penasun mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang HIV/AIDS. Untuk menyelamatkan remaja dari bahaya HIV/AIDS maka sangat penting dilakukan tindakan untuk mencegah penularan HIV/AIDS. Kegiatan yang sering dilakukan dalam upaya mencegah penularan HIV/AIDS adalah kegiatan penyuluhan atau sosialisasi. Berdasarkan hasil STBP tahun 2009 sekitar 60-80% remaja di sekolah pernah menerima penyuluhan tentang HIV dan Napza. Hampir semua remaja tersebut mengaku pernah mendengar tentang HIV/AIDS, akan tetapi hanya 26,9% yang memiliki pengetahuan tentang HIV secara komprehensif (Kemenkes RI, 2010). Melihat jumlah kasus HIV/AIDS pada remaja cukup tinggi dan besarnya risiko remaja untuk tertular HIV/AIDS maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian
4
tentang faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS pada remaja anggota sekaa teruna teruni di Desa Blahkiuh tahun 2015 serta pada lokasi tersebut belum pernah dilakukan penelitian sejenis.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian tentang: “Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja Anggota Sekaa Teruna Teruni di Desa Blahkiuh tahun 2015”.
1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah
pengaruh
antara tingkat
pengetahuan terhadap perilaku
pencegahan HIV/AIDS pada remaja anggota sekaa teruna teruni di Desa Blahkiuh? 2. Bagaimanakah pengaruh antara paparan sumber informasi terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada remaja anggota sekaa teruna teruni di Desa Blahkiuh? 3. Bagaimanakah pengaruh antara sikap terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada remaja anggota sekaa teruna teruni di Desa Blahkiuh? 4. Bagaimanakah pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada remaja anggota sekaa teruna teruni di Desa Blahkiuh?
5
5. Bagaimanakah pengaruh antara peran teman sebaya terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada remaja anggota sekaa teruna teruni di Desa Blahkiuh?
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1
Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS pada remaja anggota sekaa teruna teruni di Desa Blahkiuh tahun 2015. 1.4.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh antara tingkat pengetahuan terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada remaja anggota sekaa teruna teruni di Desa Blahkiuh. 2. Untuk mengetahui pengaruh antara paparan sumber informasi terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada remaja anggota sekaa teruna teruni di Desa Blahkiuh. 3. Untuk mengetahui pengaruh antara sikap terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada remaja anggota sekaa teruna teruni di Desa Blahkiuh. 4. Untuk mengetahui pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada remaja anggota sekaa teruna teruni di Desa Blahkiuh.
6
5. Untuk mengetahui pengaruh antara peran teman sebaya terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada remaja anggota sekaa teruna teruni di Desa Blahkiuh.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1
Manfaat Teoritis Bagi perkembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi tentang permasalahan HIV/AIDS pada remaja dan sebagai masukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 1.5.2
Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti, mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang lebih aplikatif dalam bidang pencegahan penyakit menular dan mengetahui permasalahan nyata di lapangan, khususnya permasalahan HIV/AIDS pada remaja. 2. Bagi pemegang kebijakan, penelitian ini dapat menjadi salah satu informasi atau masukan dalam melakukan perencanaan program pencegahan HIV/AIDS pada remaja, khususnya di Desa Blahkiuh.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang epidemiologi untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS pada remaja anggota sekaa teruna teruni di Desa Blahkiuh tahun 2015.