GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TERHADAP PERILAKU BERISIKO PMS DAN HIV/AIDS DI SMA NEG. 1 WUNDULAKO KAB. KOLAKA PROV. SULAWESI TENGGARA TAHUN 2013
*Dwi Risma Fadillah **Yvonne M. Indrawani *Mahasiswi Kebidanan Komunitas Program Studi Kesehatan Masyarakat FKM-UI **Dosen Departemen GIZI FKM-UI, Depok 10242, Indonesia ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang PMS dan HIV/AIDS terhadap perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS. Penelitian dilakukan di SMA Negeri I Wundulako, Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif pada 189 remaja SMA. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar remaja memiliki perilaku tidak berisiko, berumur 16,22 tahun, perempuan, beragama islam, pengetahuan cukup baik (<mean), sikap negatif (<mean), terpapar informasi media, dan kontak personal yang kurang aktif. Hasil uji statistik membuktikan terdapat hubungan bermakna antara umur, jenis kelamin (OR=2,18), pengetahuan (OR=2,16), sikap (OR=2,19), sumber informasi media (OR=2,5) dan kontak personal (OR=2,19) dengan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS. Kata Kunci : PMS; HIV/AIDS; Perilaku Seksual Remaja ABSTRACT This research aim to know the description of the knowledge and attitudes of teenagers about PMS and HIV/AIDS with risk behavior of PMS and HIV/AIDS. Research conducted in SMA Negeri 1 Wundulako, Kolaka, Southeast Sulawesi in 2013. Design research was a crosssectional with a quantitative approach in high school teenagers (189). The results showed most of the teens have no behavior was risk, 16,22 years, male, Moslem, knowledge is quite good (<mean), negative attitude (<mean), exposure to media information, and personal contacts that are less active. Results of statistical tests proved there was a meaningful relationship between age, sex (OR = 2.18), knowledge (OR = 2.16), attitude (OR = 2,19), sources of information media (OR = 2.5) and personal contacts (OR = 2,19) with risk behavior
of
PMS
and
HIV/AIDS.
Key words : PMS; HIV/AIDS; Risk of Sexual behavior
1
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambaran Pengetahuan..., Dwi Risma Fadillah, FKM UI, 2013
PENDAHULUAN Dalam siklus kehidupan manusia pencarian jati diri dimulai pada saat usia beranjak remaja, keadaan ini dapat ditandai oleh adanya perasaan keingintahuan yang tinggi, ingin tampil menonjol dan ingin diakui eksistensinya. Pada sisi lainnya, di usia remaja juga mengalami perubahan fisik yang cepat dan mendadak akibat adanya pengaruh hormonal. Terjadinya perubahan besar ini biasanya tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional) yang umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. (Pratiwi, Basuki. 2011) Bahaya gangguan kesehatan reproduksi pada masa remaja akibat perilaku seksual yang terlalu aktif bagi remaja perempuan akan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, terkena infeksi menular seksual (IMS), HIV/AIDS, melahirkan usia dini dan aborsi tidak aman. Bagi remaja laki-laki, risiko yang terbesar adalah terkena infeksi menular seksual (IMS) yaitu gonorhea, yang jika sampai menjalar ke testis akan menyebabkan kemandulan pada laki-laki, HIV/AIDS. Hal ini dikarenakan organ reproduksi belum berfungsi secara optimal (Anas, 2010). Perilaku seksual remaja tidak terjadi dengan sendirinya melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Faktorfaktor tersebut antara lain kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang benar dan bertanggung jawab yang dapat diakses remaja dan juga kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dan remaja, pengaruh teman sebaya, keterpaparan media dan juga pendidikan (Imran, 2000 dalam Arde, 2011). Apapun penyebab perilaku seks yang dilakukan remaja sebelum waktunya (belum cukup umur/pernikahan dini, belum menikah) akan sangat mempengaruhi kualitas kesehatan reproduksinya. Di Indonesia, Direktur Remaja dan Perlindungan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan dari tahun ketahun perilaku seks pranikah pada remaja mengalami peningkatan. Penelitian Pangkahila tahun 1996 pada remaja di Bali memperlihatkan 18% remaja perempuan dan 27% remaja laki-laki sudah melakukan hubungan seks. Remaja Indonesia dewasa ini nampak lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seksual pranikah, misalnya penelitian yang dilakukan oleh berbagai institusi di Indonesia selama kurun waktu tahun 1993-2002, menemukan bahwa 5-10% wanita dan 18-38% pria muda berusia 16-24 tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah dengan pasangan yang seusia mereka.
2
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambaran Pengetahuan..., Dwi Risma Fadillah, FKM UI, 2013
Temuan dari berbagai penelitian tersebut menunjukkan bahwa peningkatan aktifitas seksual dikalangan kaum remaja, tidak diiringi dengan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi termasuk HIV/AIDS, penyakit menular seksual (PMS) dan alat-alat kontrasepsi. (Suryoputro,dkk 2006). Dengan kondisi seperti ini, tidaklah terlalu mengherankan bila di tingkat nasional, hingga Juni 2004, jumlah kasus HIV/AIDS di kalangan remaja mencapai 30% dari keseluruhan kasus (1.252 dari 4.159) (Syarif, Tafal. 2008). Hasil survei nasional, yang dilakukan oleh YAI (Yayasan AIDS Indonesia), menunjukkan bahwa masyarakat yang terjangkit HIV/AIDS sebesar 2.150 dan 36% adalah pelajar (Anas, 2010) Hasil Survey Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2009 yang dilakukan pada remaja di empat kota, yaitu Yogyakarta, Tangerang, Pontianak dan Samarinda menunjukkan 12,1% remaja laki-laki mengaku pernah berhubungan seks, dan 18,2% diantaranya pernah melakukan seks anal. Sementara itu 4,7% remaja perempuan pada 4 kota yang sama mengaku pernah berhubungan seks, dan 15,8% diantaranya pernah melakukan seks anal. (Kemenkes RI, 2010). Damayanti (2006) pada remaja SLTA di DKI didapatkan aktifitas pacaran remaja sebanyak 20,5% berciuman bibir, 13,5% meraba-raba dada, 7,2% meraba alat kelamin, 3,2% melakukan hubungan seks. Sebuah survey mendapati 36% penderita PMS adalah remaja. Kejadian ini sangat mengejutkan, namun “wajar” bila menyimak begitu minimnya pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi. (Kemenkes RI, 2010). Menurut Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboi dalam temu media di Jakarta pada Selasa, 5 Februari 2013 menyatakan bahwa dari empat target pencapaian MDG,s butir keenam mengenai HIV/AIDS tahun 2012, indikator kedua adalah persentase penduduk berusia 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV dimana ditargetkan mencapai 85% pada tahun 2012, namun berdasarkan hasil survei
cepat
(rapid
survey)
pada
tahun
2011
ternyata
baru
mencapai
(http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/02/05/).
Di
20,6%. Sulawesi
Tenggara, berdasarkan hasil riskesdas tahun 2007 menyebutkan bahwa secara umum hanya 1 diantara 3 (35,6%) penduduk umur 10 tahun ke atas yang pernah mendengar tentang PMS dan HIV AIDS, 14,8% mengetahui tentang penularan HIV/AIDS, serta 41,1% mengetahui tentang pencegahan HIV/AIDS. Sedangkan pada riskesdas 2010 menyebutkan bahwa hanya 57,5% penduduk berusia ≥ 15 yang pernah mendengar HIV/AIDS dan cuma 14,3% mempunyai pengetahuan komprehensif pada level cukup.
3
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambaran Pengetahuan..., Dwi Risma Fadillah, FKM UI, 2013
Berdasarkan beberapa uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja terhadap Perilaku Berisiko PMS dan HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Wundulako Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara RUMUSAN MASALAH Berdasarkan beberapa uraian tersebut diatas menunjukkan bahwa hanya 57,5% penduduk berusia ≥ 15 yang pernah mendengar HIV/AIDS dan cuma 14,3% mempunyai pengetahuan komprehensif pada level cukup. Hasil survei cepat yang dilakukan pada tahun 2011 menunjukkan bahwa secara nasional remaja usia 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS baru mencapai 20,6% masih jauh dibawah target sebesar 85 % pada tahun 2012. Sedangkan di Sulawesi Tenggara secara umum hanya 1 diantara 3 (35,6%) penduduk umur 10 tahun ke atas yang pernah mendengar PMS dan HIV AIDS, 14,8% mengetahui penularan HIV/AIDS, serta 41,1% mengetahui pencegahan HIV/AIDS. Maka penelitian ini bertujuan untuk Memperoleh gambaran pengetahuan dan sikap remaja terhadap perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Wundulako kabupaten Kolaka provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013. TINJAUAN TEORITIS Penyakit Menular Seksual (PMS) Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) yang ditularkan melalui hubungan kelamin. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur, virus, parasit dan bakteri (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum, 2009). HIV / AIDS HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah penyakit AIDS (Acquired immune Deficiency Syndrome) yang mematikan. AIDS adalah merupakan fase terakhir dari perjalanan infeksi virus HIV yang merupakan sekumpulan gejala penurunan kekebalan tubuh (BKKBN, 1995). Perilaku Seksual Remaja Menurut Kinsey dalam Hidayana dan Liza (2002), perilaku seksual manusia dibagi menjadi empat tahap : 1)
Bersentuhan (Touching) mulai dari berpengangan sampai dengan berpelukan.
2)
Berciuman (Kissing) mulai dari ciuman singkat hingga berciuman bibir dengan mempermainkan lidah (Deep Kissing).
4
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambaran Pengetahuan..., Dwi Risma Fadillah, FKM UI, 2013
3) Bercumbu (Petting) menyentuh bagian yang sensitif dari tubuh pasangannnya dan mengarahkan pada pembangkitan gairah seksual. 4) Berhubungan kelamin (Sexual Intercouse) METODE Kerangka Konsep Penelitian
FAKTOR PREDISPOSISI Umur Jenis Kelamin Agama Pengetahuan PMS dan HIV/AIDS Sikap terhadap PMS dan HIV/AIDS
FAKTOR PEMUNGKIN Perilaku Beresiko Remaja Tertular PMS dan HIV/AIDS
Sumber Informasi Media
FAKTOR PENGUAT Kontak Personal
Definisi Operasional Perilaku Berisiko Remaja Tertular PMS dan HIV/AIDS adalah Perilaku atau tindakan yang dapat membawa pada akibat-akibat yang tidak diinginkan seperti tertular PMS dan HIV/AIDS (SKRRI, 2003) Umur adalah umur responden dihitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun (Wawan, Dewi, 2010)
5
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambaran Pengetahuan..., Dwi Risma Fadillah, FKM UI, 2013
Jenis kelamin adalah perbedaan jenis kelamin responden yang secara fisik melekat pada masing-masing jenis kelamin, laki-laki dan perempuan (Widyastuti dkk, 2009) Agama adalah suatu keyakinan/kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia, manusia dengan lingkungannya (KBI, 1990) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang PMS dan HIV/AIDS yang diukur melalui kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan terkait PMS dan HIV/AIDS. ( Arde, 2011) Sikap adalah tanggapan/respon positif maupun negatif yang dimiliki oleh responden terhadap berbagai perilaku seksual yang berisiko terhadap PMS dan HIV/AIDS (Wawan, Dewi. 2010) Sumber informasi media keterpaparan responden
terhadap informasi mengenai
pengetahuan tentang PMS dan HIV AIDS yang bersumber dari media massa baik cetak maupun elektronik. (Kristianto, 2002) Kontak personal adalah aktivitas kontak dengan orang-orang sekitar responden seperti orang tua, teman sebaya, guru, petugas kesehatan dan anggota keluarga lainnya dalam bentuk pembicaraan formal maupun informal terkait informasi perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS. (Arde, 2011) JENIS ANALISIS Rancangan penelitian ini adalah desain cross sectional/potong lintang, dimana data variabel independen dan variabel dependen dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Variabel dependen (perilaku berisiko remaja tertular PMS dan HIV/AIDS) dan variabel independen umur, jenis kelamin, agama, pengetahuan tentang PMS dan HIV/AIDS, sikap responden terhadap PMS dan HIV/AIDS, sumber informasi media, dan kontak personal Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas 1,2 dan 3 SMA Negeri 1 Wundulako Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013 dengan jumlah siswa ± 599 siswa. Jumlah sampel ditentukan dengan rumus uji hipotesis beda dua proporsi oleh Lameshow (1997), yaitu sebagai berikut :
6
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambaran Pengetahuan..., Dwi Risma Fadillah, FKM UI, 2013
Keterangan: n
= Jumlah minimal sampel yang dibutuhkan
!!!! !
= Nilai Z pada kepercayaan (1 – α/2) atau derajat kemaknaan α pada uji dua sisi = 95% (Z = 1,96 dan α = 0,05)
!!!!
= Nilai Z pada kekuatan uji (power)= 80%
P1
= Proporsi remaja dengan perilaku berisiko pada kelompok remaja terpajan
P2
= Proporsi remaja dengan perilaku berisiko pada kelompok remaja tidak terpajan
P
= (P1-P2)/2 Pengambilan sampel dengan cara Simple random sampling (acak sederhana) yaitu
dengan mengundi anggota populasi (lottery technique). Semua anggota populasi di daftar dan dibuat dalam bentuk secarik kertas kemudian dimasukan kedalam kotak undian selanjutnya dilakukan pengundian sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi. PENGUMPULAN DATA Data yang dikumpulkan adalah data primer dengan menggunakan kuesioner mengenai pengetahuan tentang PMS dan HIV/AIDS, sikap terhadap PMS dan HIV AIDS, dan perilaku berisiko tertular PMS dan HIV/AIDS. Kuesioner disebarkan kepada siswa yang terpilih menjadi responden. Analisis univariat Yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan distribusi dan persentase dari setiap variabel penelitian. Analisis bivariat Yaitu analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent. Analisis dilakukan dengan uji beda proporsi (Chi-Square) antara jenis kelamin, agama, pengetahuan, sikap, sumber informasi media, dan kontak personal dengan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS. Sedangkan pengujian hubungan antara umur dengan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS dilakukan dengan Independent T-Test.
7
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambaran Pengetahuan..., Dwi Risma Fadillah, FKM UI, 2013
HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Pada Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja tidak pernah melakukan hubungan seksual intim yaitu sebesar 62,4%. Sedangkan perilaku hubungan seksual intim dengan pacar sebesar 22,2% merupakan perilaku seksual yang terbesar. Tabel 5.1 Gambaran Perilaku Berisiko pada Remaja No
Perilaku Berisiko
n
%
Perilaku Hubungan Intim Menurut Status 1
Tidak Pernah
118
62,4
2
Teman
15
7,9
3
Pacar
42
22,2
4
Pekerja Seks Komersial
3
1,6
5
Sesama Jenis
3
1,6
6
Lebih dari satu orang
3
1,6
Tabel 5.2 Distribusi Remaja Menurut Perilaku Berisiko PMS dan HIV/AIDS Perilaku Berisiko
n
%
Tidak Berisiko
118
62,4
Berisiko
71
37,6
189
100
Total
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa proporsi remaja yang memiliki perilaku seksual berisiko PMS dan HIV/AIDS yaitu sebesar 37,6% dan lebih kecil dibandingkan proporsi remaja yang memiliki perilaku seksual tidak berisiko PMS dan HIV/AIDS yaitu sebesar 62,4%. Tabel 5.3 Gambaran Umur Remaja, Sikap (N=189) Distribusi
Mean
Min
Maks
Std.Dev
Umur (Tahun)
16,22± 1,16
14
21
1,16
Jawaban Benar
8,07±1,16
5
11
1,16
Sikap (skor)
28,1±4,2
15
38
4,2
8
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambaran Pengetahuan..., Dwi Risma Fadillah, FKM UI, 2013
Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa rata-rata umur remaja adalah 16 tahun dengan rentang umur yaitu antara 14 sampai 21 tahun. Dengan demikian dapat diketahui terdapat beberapa siswa yang berada di bangku SMA pada usia di atas rata-rata dimana umumnya usia siswa SMA berkisar antara 16-18 tahun. Rata-rata jawaban benar remaja adalah 8 dengan rentang antara 5 sampai 11 dari total 13 pertanyaan yang diberikan. Selanjutnya pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu cukup baik (jika <mean) dan baik (≥mean). Rata-rata tanggapan remaja adalah 28 dengan rentang yang cukup lebar antara 15 sampai 38 dari total 40 skor. Selanjutnya sikap tersebut dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu negatif (jika <mean) dan positif (≥mean). Tabel 5.4 Distribusi Remaja Menurut Jenis Kelamin, Agama, Pengetahuan Dan Sikap (N=189) Variabel
n
%
Perempuan
120
63,5
Laki-laki
69
36,5
Total
189
100
Islam
157
83,1
Kristen
32
16,9
189
100
Baik
68
36
Cukup Baik
121
64
Total
189
100
Positif
92
48,7
Negatif
97
51,3
189
100
Jenis Kelamin
Agama
Total Pengetahuan
Sikap
Total
Tabel 5.4 Menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang menjadi sampel adalah perempuan yaitu sebesar 63,5%. Sedangkan remaja laki-laki hanya sebesar 36,5%. Sebagian besar remaja beragama islam yaitu sebesar 83,1%. Sedangkan remaja yang beragama kristen sebesar 16,9%. Proporsi remaja yang memiliki pengetahuan cukup baik tentang PMS dan HIV/AIDS yaitu sebesar 64% dan lebih besar dibandingkan proporsi remaja yang memiliki 9
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambaran Pengetahuan..., Dwi Risma Fadillah, FKM UI, 2013
pengetahuan baik tentang PMS dan HIV/AIDS yaitu sebesar 36%. Proporsi remaja yang memiliki sikap negatif tentang PMS dan HIV/AIDS yaitu sebesar 51,3% dan tidak jauh berbeda dibandingkan proporsi remaja yang memiliki sikap positif tentang PMS dan HIV/AIDS yaitu sebesar 48,7%. Tabel 5.5 Distribusi Remaja Menurut Sumber Informasi Media (N=189) Sumber Informasi Media dan Jenis Media
n
%
Terpapar
153
81
Tidak Terpapar
36
19
Total
189
100
Media Cetak
85
45
Media Elektronik
68
36
Tidak terpapar
36
19
Total
189
100
Tabel 5.5 Menunjukkan bahwa sebagian besar remaja pernah terpapar informasi PMS dan HIV/AIDS baik dari media cetak maupun media elektronik yaitu sebanyak 81% dan lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang tidak pernah terpapar sebesar 19%. Selanjutnya sebagian besar remaja memperoleh informasi tentang perilaku seksual berisiko PMS dan HIV/AIDS dari media cetak sebesar 45% dan media elektronik sebesar 36%. Tabel 5.6 Distribusi Remaja Menurut Kontak Personal (N=189) Kontak Personal
n
%
Aktif
87
46
Kurang Aktif
102
54
189
100
Total
Tabel 5.6 Menunjukkan bahwa sebagian besar remaja kurang aktif membicarakan PMS dan HIV/AIDS dengan orang sekitarnya yaitu sebanyak 54% dan tidak jauh berbeda dibandingkan dengan remaja yang aktif sebesar 46%.
10
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambaran Pengetahuan..., Dwi Risma Fadillah, FKM UI, 2013
5.3
Analisis Bivariat Tabel 5.7 Distribusi Perilaku Berisiko Menurut Umur Distribusi Umur N
Mean
Std.Deviasi
Std.Error
P-value
Tidak Berisiko
118
16,07
0,95
0,09
0,022
Berisiko
71
16,46
1,41
0,17
Menurut Perilaku Seksual
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui rata-rata umur siswa yang memiliki perilaku tidak berisiko yaitu 16,07 tahun dan tidak jauh berbeda dengan rata- rata umur siswa yang memiliki perilaku berisiko yaitu 16,46 tahun. Hasil uji statistik diperoleh pvalue=0,022 artinya ada hubungan antara umur dengan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS. Tabel 5.8 Distribusi Perilaku Berisiko Menurut Faktor Predisposisi Perilaku Variabel
Berisiko
P-
Tidak
Value
Total
Berisiko
n
%
n
%
n
%
4
49,3
35
50,7
69
100
37
30,8
83
69,2
120
100
Kristen
15
46,9
17
53,1
53
100
Islam
56
35,7
101
64,3
157
100
Cukup Baik
53
43,8
68
56,2
121
100
Baik
18
26,5
50
73,5
68
100
Negatif
45
46,4
52
53,6
97
100
Positif
26
28,3
66
71,7
92
100
OR
CI 95%
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
3
0,018*
2,18
1,2-4,0
0,32
1,59
0,7-3,4
0,027*
2,16
1,1-4,1
0,015*
2,19
1,2-4,0
Agama
Pengetahuan
Sikap
11
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambaran Pengetahuan..., Dwi Risma Fadillah, FKM UI, 2013
Distribusi perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS menurut jenis kelamin remaja diketahui bahwa perilaku berisiko lebih banyak terdapat pada remaja laki-laki (49,3%) dibandingkan dengan remaja perempuan (30,8%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,018 (p<0,05) maka Ho ditolak. Distribusi perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS menurut agama remaja diketahui bahwa perilaku berisiko lebih banyak terdapat pada remaja yang beragama Kristen (46,9%) dibandingkan dengan remaja yang beragama Islam (35,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,32 (p>0,05) maka Ho gagal ditolak. Distribusi perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS menurut pengetahuan remaja diketahui bahwa perilaku berisiko lebih banyak pada remaja dengan pengetahuan kurang baik (43,8%) dibandingkan dengan remaja pengetahuan baik (26,5%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,027 (p<0,05) maka Ho ditolak. Distribusi perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS menurut sikap remaja diketahui bahwa perilaku berisiko lebih banyak pada remaja dengan sikap yang positif (28,3%) dibandingkan dengan remaja yang memiliki sikap positif (28,3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,015 (p<0,05) maka Ho ditolak. Tabel 5.9 Distribusi Perilaku Berisiko Menurut Faktor Pemungkin dan Penguat Perilaku Variabel
Berisiko
Tidak
Total
Berisiko
n
%
n
%
n
%
Tidak Terpapar
20
55,6
16
44,4
36
100
Terpapar
51
33,3
102
66,7
153
100
Kurang Aktif
47
46,1
55
53,9
102
100
Aktif
24
27,6
63
72,4
87
100
P-
OR
CI 95%
0,022*
2,5
1,2-5,2
0,014*
2,24
1,2-4,1
Value
Sumber Informasi Media
Kontak Personal
*alpha 5%
12
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambaran Pengetahuan..., Dwi Risma Fadillah, FKM UI, 2013
Distribusi perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS menurut sumber informasi media remaja diketahui bahwa perilaku berisiko lebih banyak pada remaja yang tidak terpapar informasi dari media (55,6%) dibandingkan dengan remaja yang terpapar informasi dari media (33,3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,022 (p<0,05) maka Ho ditolak. Distribusi perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS menurut kontak personal pada remaja diketahui bahwa perilaku berisiko lebih banyak pada remaja dengan kontak personal yang kurang aktif (46,1%) dibandingkan dengan remaja dengan kontak personal yang aktif (27,6%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,014 (p<0,05) maka Ho ditolak. PEMBAHASAN Hubungan Umur dengan Perilaku Berisiko PMS dan HIV/AIDS pada Remaja Pada penelitian ini ditemukan bahwa rata-rata umur responden yang memiliki perilaku berisiko adalah 16,07 tahun. Sedangkan rata-rata umur responden yang memiliki perilaku yang tidak berisiko yaitu 16,46 tahun. Hasil ini menunjukkan semakin dewasa seseorang semakin baik perilakunya karena sudah mampu berpikir lebih jernih. Hasil uji hubungan juga menunjukkan bahwa umur berhubungan dengan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS artinya semakin tua seseorang cenderung semakin baik dan tidak berisiko perilakunya. Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Berisiko PMS dan HIV/AIDS pada Remaja Pada penelitian ini ditemukan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS tertinggi pada kelompok responden laki-laki dibandingkan responden perempuan. Sedangkan perilaku tidak berisiko PMS dan HIV/AIDS tertinggi pada responden perempuan. Hasil uji hubungan juga menunjukkan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS. Dengan demikian responden laki-laki cenderung 2,18 kali lebih tinggi untuk memiliki perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS dibandingkan responden perempuan. Hubungan Agama dengan Perilaku Berisiko PMS dan HIV/AIDS pada Remaja Pada penelitian ini ditemukan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS tertinggi pada kelompok responden yang beragama Kristen dibandingkan responden yang beragama Islam. Sedangkan perilaku tidak berisiko PMS dan HIV/AIDS tertinggi pada responden yang beragama Islam. Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa agama tidak berhubungan dengan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS. Namun, meskipun tidak terbukti memiliki hubungan dengan perilaku berisiko ditemukan perbedaan perilaku berisiko pada responden beragama Islam dan Kristen.
13
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambaran Pengetahuan..., Dwi Risma Fadillah, FKM UI, 2013
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Berisiko PMS dan HIV/AIDS pada Remaja Pada penelitian ini ditemukan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS tertinggi pada kelompok responden dengan pengetahuan yang cukup baik dibandingkan responden yang pengetahuan baik. Sedangkan perilaku tidak berisiko PMS dan HIV/AIDS tertinggi pada responden dengan pengetahuan yang baik. Hasil uji hubungan juga menunjukkan bahwa pengetahuan berhubungan dengan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS. Dengan demikian responden dengan pengetahuan cukup baik cenderung 2,16 kali lebih tinggi untuk memiliki perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS dibandingkan responden dengan pengetahuan baik. Hubungan Sikap dengan Perilaku Berisiko PMS dan HIV/AIDS pada Remaja Pada penelitian ini ditemukan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS tertinggi pada kelompok responden dengan sikap yang negatif dibandingkan responden dengan sikap yang positif. Sedangkan perilaku tidak berisiko PMS dan HIV/AIDS tertinggi pada responden dengan sikap yang positif. Hasil uji hubungan juga menunjukkan bahwa sikap berhubungan dengan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS. Dengan demikian responden dengan sikap negatif cenderung 2,19 kali lebih tinggi untuk memiliki perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS dibandingkan responden dengan sikap positif. Hubungan Sumber Informasi Media dengan Perilaku Berisiko PMS dan HIV/AIDS pada Remaja Pada penelitian ini ditemukan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS tertinggi pada kelompok responden yang kurang terpapar dibandingkan responden yang terpapar informasi dari media massa. Sedangkan perilaku tidak berisiko PMS dan HIV/AIDS tertinggi pada responden yang terpapar informasi dari media massa. Hasil uji hubungan juga menunjukkan bahwa sumber informasi media berhubungan dengan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS. Dengan demikian responden yang kurang terpapar informasi dari media massa cenderung 2,5 kali lebih tinggi untuk memiliki perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS dibandingkan responden yang terpapar informasi dari media massa. Seseorang dengan sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Hubungan antara Faktor Penguat dengan Perilaku Berisiko PMS dan HIV/AIDS pada Remaja Pada penelitian ini ditemukan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS tertinggi pada kelompok responden yang kurang aktif membicarakan perilaku seksual dengan orang sekitarnya dibandingkan responden yang aktif. Sedangkan perilaku tidak berisiko PMS dan HIV/AIDS tertinggi pada responden yang aktif membicarakan perilaku seksual dengan orang 14
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambaran Pengetahuan..., Dwi Risma Fadillah, FKM UI, 2013
sekitarnya. Hasil uji hubungan juga menunjukkan bahwa kontak personal berhubungan dengan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS. Dengan demikian responden yang kurang aktif kontak personalnya cenderung 2,24 kali lebih tinggi untuk memiliki perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS dibandingkan responden yang aktif kontak personalnya. KESIMPULAN 1.
Gambaran perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS pada remaja diketahui sebagian besar responden memiliki perilaku seksual yang berisiko PMS dan HIV/AIDS.
2.
Gambaran faktor predisposisi diketahui rata-rata usia responden 16,22 tahun dan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, beragama Islam, memiliki pengetahuan cukup baik, dan memiliki sikap yang negatif.
3.
Gambaran faktor pemungkin diketahui sebagian besar responden terpapar informasi tentang perilaku sesksual, PMS dan HIV/AIDS dari media massa baik media cetak maupun elektronik.
4.
Gambaran faktor penguat diketahui sebagian besar responden kurang aktif kontak personal dengan orang tua, guru, teman sebaya, dan petugas kesehatan dalam membicarakan perilaku seksual dan risiko PMS dan HIV/AIDS.
5.
Faktor predisposisi yang berhubungan dengan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS adalah umur, jenis kelamin (OR=2,18), pengetahuan (OR=2,16), dan sikap (OR=2,19).
6.
Faktor pemungkin yaitu sumber informasi media (OR=2,5) memiliki hubungan dengan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS.
7.
Faktor penguat yaitu kontak personal (OR=2,19) memiliki hubungan dengan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS.
Saran A. Bagi remaja 1.
Memahami perilaku seksual diri masing-masing sehingga dapat mengatasi dorongan seksual yang kuat pada masa tersebut.
2.
Melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dalam mengisi waktu luang seperti mengikuti kegiatan kerohanian.
3.
Menghindari mengkonsumsi bacaan atau film yang berbau pornografi sehingga tidak terjerumus pada perilaku seksual berisiko
15
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambaran Pengetahuan..., Dwi Risma Fadillah, FKM UI, 2013
B. Bagi Guru dan Orang tua 1.
Bagi orang tua, guru, untuk memberikan perhatian lebih pada perilaku seksual remaja sehingga dapat membimbing dan mengajari remaja tentang perilaku seksual dan batasanbatasan yang ada.
2.
Pengaruh teman sebaya salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku seksual pada remaja maka perlu peran orangtua dalan memantau dan memperhatikan pergaulan anak remaja sehingga mereka tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah.
C. Bagi instansi Pemerintah dan Dinas Kesehatan/Puskesmas 1.
Meningkatkan kegiatan promosi kesehatan tentang kesehatan reproduksi termasuk PMS dan HIV/AIDS baik melalui penyuluhan maupun konseling pada remaja usia 15-24 tahun yang dapat dilakukan sebulan sekali.
2.
Memberdayakan remaja itu sendiri sebagai pengelola, perencanaan dan pemberi pendidikan kesehatan reproduksi kepada kelompok sebaya mereka
3.
Bekerja sama dengan institusi pendidikan membuat program terjadwal tentang pendidikan seksual dengan memberikan materi pendidikan seksual dari segala aspek antara lain, aspek kesehatan, psikologis dan moral serta nilai budaya dan agama yang wajib diikuti oleh semua siswa sehingga remaja dapat berperilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab.
D. BAGI PENELITI SELANJUTNYA 1.
Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perilaku berisiko remaja, khususnya denagan beberapa variabel yang belum tergali dalam penelitian ini
2.
Melakukan penelitian dengan disain yang berbeda
DAFTAR PUSTAKA Ariawan, Iwan. (1998) Metode Pengambilan Sampel, Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Antono Suryoputro, Dkk. (2006) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan Dan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi. Makara, Kesehatan, Vol. 10, No. 1, Juni 2006: 29-40 Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Depkes Ri. (2009). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Prov. Sulawesi Tenggara Tahun 2007. Jakarta 16
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambaran Pengetahuan..., Dwi Risma Fadillah, FKM UI, 2013
_____(2011) Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Jenderal Bina Gizi Dan KIA.Kementrian Kesehatan RI. Jakarta Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka. (2011). Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka. Sulawesi Tengga Dinas Pendidikan Kabupaten Kolaka. (2011). Profil SMU Neg 1 Wundulako Kab Kolaka. Sulawesi Tenggara Dwi Arde M, Lanova. (2011). Skripsi Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Seksual Remaja Di Indonesia (Analisis Data Sekunder SKRRI 2007). Jakarta ____ (1990) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Balai Pustaka. Kristyanto, Bambang. (2002). Skripsi Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Berisiko HIV/AIDS Pada Remaja Di Kota Tanjungpinang Kabupaten Kepulauan Riau. Jakarta Laksmiwati, I.A.A. (1999) Perubahan Seksual Remaja Bali. Kerjasama Ford Foundation Dengan Pusat Penelitian Kependudukan UGM. Yogyakarta Lameshow, Et Al. (1997). Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Pratiwi, Niniek Lely & Basuki, Hari. 2011) Hubungan Karakteristik Remaja Terkait Risiko Penularan HIV-AIDS Dan Perilaku Seks Tidak Aman Di Indonesia. Republika.Co.Id. Jakarta (2013). Mentri Kesehatan Nafsiah Mboi Dalam Temu MediaHttp://Www.Republika.Co.Id/Berita/Nasional/Jabodetabek Nasional/13/02/05/Mhr89x-Jumlah-Remaja-Paham-Hivaids-Masih-Minim
17
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambaran Pengetahuan..., Dwi Risma Fadillah, FKM UI, 2013
Ristianti, Vivi. (2004). Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Perilaku Berisiko Tertular HIV/AIDS Pada Narapidana Anak Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Tanggerang. Depok _____(2007) Riset Kesehatan Dasar 2007, Badan Litbangkes, Jakarta _____(2010) Riset Kesehatan Dasar 2010, Badan Litbangkes, Jakara Siti Hikmah Anas. (2010) Sketsa Kesehatan Reproduksi Remaja. Pusat Studi Gender Stain Purwokerto. Vol.5 No.1 Jan-Jun (2010) Pp.199-214. _____(2007) Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia. (2007). Badan Pusat Statistik. Jakarta _____(2007). Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia Badan Pusat Statistik. Jakarta Syarif, Fauzi Dan Tafal, Zarfiel. Volume 3, No.2 Oktober (2008) . Karakteristik Remaja Pengguna Narkoba Suntik Dan Perilaku Berisiko HIV/AIDS Di Kecamatan Ciledug Kota Tanggerang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Wawan.A, M. Dewi. (2010). Teori & Pengukuran Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta.
18
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambaran Pengetahuan..., Dwi Risma Fadillah, FKM UI, 2013