AGRIPLUS 'i Gusnawaty IIS, Muhammad Taufilg.Sarawa M, Asmar Hasan
dan Asdar : KAJIAN
POTENSI AGENS HAYATI T]NTUK MENGEI\DALIK Ai\ PENYAKIT KUTIL (Synchytrium pogostemonis'1 PADA TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.)
Gusti Ayu Kade Sutariati, Sitti. Leomo dan Tfesjia C. Rakian : KERAGAAN PERTIIMBUIIAN DAN HASIL BAWAI\G MERAII (Attium ascalonicum L.) PADA BERBAGAI T]KIIRAN T]MBI DAl\ TEKNOLOGI LEISA BahaTi : ANALISIS EFISIENSI TEKMS USAHATANI PADI SAWAH PADA SENTRA PRODUKSI DI KABUPATEN BOMBANA DA}[ KABUPATEN KONAWE SELATAN
Aminuddin Mane Kandari, Syamsu Alam dan Hasan: OPTIMASI LAI{AN PERTA}IIAN BERBASIS AGROKLIMAT UNTUK PENGEMBAIIGAII PADI SAWAH MENGGTJNAKAI\ METODE SPASIAL
Suryanti, Bambang fladisutrisno, Mulyadi, dan Jaka Widada : PERANAII JAMUR MIKORIZAARBUSKT]LAR TERIIADAP PERTT]MBUIIAN BIBIT LADA
La Ode Safuan dan Hasbulah Syaf : PENGARUH STATUS IIARA N, P DAII K IANAH ST]B SOIL PADA LERENG YA]\G BERBEDA TERIIADAP PERTIJMBIIHAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
Azhar Ansi
:
PENGARIJH RESIDU PUPUK ORGAI\IK DAN NITROGEN (N) TERIIADAP LAJU ASIMILASI BERSIH DAl\ PRODUKSI JAGUNG DAN KACAIIG TANAH DALAM SISTEM TT]MPANIGSARI
La Ola, Ilartina Batoa dan Muh. Sahwa : EAKTOR-FAKTOR YAIIG MEMPENGARI]HI PERILAKU KONST]MEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUS$I PEMBELIAN IKA}[ ASIN DI PASAR SENTRAL LAINO RAIIA Taane
KABT]PATEN MT]NA
Putu Arimbawa, Muhammad Aswar Limi, dan Rosmawaty : PENINGKATAI\I
KESEJAIilTERAAII PETANI MELALUI OPTIMALISASI PENGGT]NAAII LAHAN KERING DAi\ PEMANBA,A^TAN WAKTU LUAIIG DI KECAMIflAN LAI\IDONO KABUPATEN KONAWE SELATAT\
Muhammad Aswar
Limi:
PENGARUH FAKTOR PRODUKSI TERIIADAP
PRODT]KSI USAHATAhII JAGT]NG MELALTII PEI\DEKATAN ANALISIS JALUR
DAFTAR ISI
Judul
Hulaman
KAJIAN POTENSI AGENS HAYATI UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT KUTIL (Synchytrium pogostemonis) PADA TANAMAN NILAM
OI _ 13
(Pogostemon cqblin Benth.) Gusnawaty HS, Muhammad Taufik, Sarqwa M, Asmar Hasan dan Asdar
KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium r4-2s uscalonicum L.) PADA BERBAGAI UKURAN UMBI DAN TEKNOLOGI LEISA Gusti Ayu Kade Sutariati, Sitti. Leomo dan Tresjia C. Rakian
TEKNIS USAHATAIII PADI SAWAH PADA DI KABUPATEN BOMBANA DAN KABUPATBN
ANALISIS EFISIENSI SENTRA PRODUKSI KONAWE SELATAN
26_35
Bahari
OPTIMASI LAHAN PERTANIAN BERBASIS AGROKLIMAT UNTUK PENGEMBANGAN PADI SAWAH MBNGGUNAKAN METODE SPASIAL
36
-
46
47
-
51
52 _
6I
-
68
Aminuddin Mane Kandari, Syamsu Alam dan Hasan
PERANAN JAMUR MIKORIZA ARBUSKULAR TERIIADAP PERTUMBUHAN BIBIT LADA Suryanti, Bambang Hadisutrisno, Mulyadi, dan Jaka Widada...
PENGARUH STATUS HARA N, P DAN K TANAH SUB SOIL PADA LERI,NG YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) La Ode Safuan dan Hasbulah Syaf ..........
PENGARUH RESIDU PUPUK ORGANIK DAN NITROGEN (N) TERHADAP LAJU ASIMILASI BBRSIH DAN PRODUKSI JAGUNG DAN KACANG TANAH DALAM SISTEM TUMPANGSAR]
62
Azhar Ansi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN IKAN ASIN DI PASAR SENTRAL LAINO RAHA KABUPATEN MUNA
69 _ 80
Taane La Ola, Hartina Batoa dan Muh. Sahwa
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI OPTIMALISASI 8I _ 89 PENGGUNAAN LAHAN KERING DAN PEMANFAATAN WAKTU LUANG DI KECAMATAN LANDONO KABUPATEN KONAWE SELATAN Putu Arimbawa, Muhammad Aswar Limi, dan Rosmawaty ...
PENGARUH FAKTOR PRODUKSI TERIIADAP PRODUKSI USAHATANI JAGUNG MELALUI PENDEKATAN ANALISIS JALUR Muhammad Aswar Limi...
AGRIPLaS, Volume 24 Nomot: 0lJanuati 2014, ISSN 0854-0128
90
_97
KAJIANPOTENSIAGENSHAYATIUI\TUKMENGENDALIKAI\ pnNvxrrKUTIL(Synchytriampogostemonis)PADA cablin Benth') TANAMAN Nfi'q'NI (Pogostemon dan Asdar2) Taufik,), Sarawa M1), Asmar Hasanl), oleh : Gusnawaty HSI), Muhammad ABSTRACT warts (s' biological aqent in controlling the disease of potential the evaluate to This study aimed This study was conducted in the fi' 7"'tl;n Eenth)' Oleo pogostemonis) and i"t'"u" pfu"t ,'^"yn O:d "li house Faculry oiAgricultwe Halu t"iii""tt, *-i
of Plant Laboratory Agrotecnnology iJnits.
'"tt"n patchouli either
singular (Gliocladium sp'
sp' + FT1.';;';'itf*ted tp * naiittus sp' Gliocladium sp Trichoderma meas'red variable Baci,us sp, Trichode;;i;ai iaictn"uairi Thi sp). i- ariitns sp + Triihoderma
University. epfication oFurotogi"at
Bacirus sp + Trichoder*i ,p, Griocradium
"i
and numbei
of leaves and dry weight
in reducing the #; uia *,"tnutseveriry #uirJ*"ln*ilreight ;ior,ogi"ur agent singular look better ,"r.rrt-.rro*.a agents of patchouli. rrr. biological of mix tttt "p[;"ti";-;f Ji;;;";""iaty *-"igttt' *ttitt i' it. ,,o,nt"t ln leaves' of number severiry of disease, i*;; and height ;i il'"t.#", or"pr*t
were the incubation
-:rdi"g
period, look better in srow incubation -of biological tJpes two seneral, a mixtureof uorogi""i;;.* Ihree types of has single biologi""t ag"ii BZciltus sp patchouli' growth plant promote dislase and
with a mixture of while a "g"it' disease and promote il-";d"u-;;; *;?"';";tt-ttt* ottto biological agent in cotrolling wart have the
tott
p'o*"ty
"i"otp*"d growth patchouli' plant
Gliocladium' Trichoderma Keywords : bacillus, disease warts' Tenggara banyak dibudidayakan di Sulawesi
PENDAHULUAhI Tanaman nilam (Pogostemon cablin penghasil Benth.) adalah salah satu tanaman baku bahan yang merupakan
;ilt"k atsiri ddam industri wewangian dan ilG tor-"iitu dengan berbagai keunggulan d1gu"
r.p"ni, (a) sukar menrylP dibanding (c) ;iltk aisiri lainnya; O) sukar tercucr' dapat (d) J"pi. larut dalam alkohol, dan ai"u*p* dengan minyak eteris. lainnya' d;;; sifat-Jifat inilah minYak nilam
;6.k;t
;tuk
sebagai fiksatif (pengikat bau/aroma) wewangian (Rahma dan
industri
Mitarlis, 2005). iunurnun nilam berasal dari daerah
Asia Cina bagian selatan sampai perbatasan i;;;g*" dan diduga tersebar ke Indonesia m"tii.ti Filipina. bi Indontsia' penghasil nilam berada di propinsi Nangroe
"l*u Aceh
Darusalam
L-"ngruf",
t)
(NAD)'
Jawa dan hingga saat
Kolaka' iorru*", Konawe Selatan, Konawe Utara au" foiu Kendari. Seperti halnya dengan juga reltan tanaman budidaya lainnya, nilam kutil penyakit terhadap gangguan seperti yang diseUaUtan oleh cendawan Synchytrium 'p,og"ostemonis dengan gejala spesifik berupa iotiior* pada daun, batl|8 dan ranting
r.pJni Kabupaten Kolaka Utara,
Sumatera'
f".*utnu coklat kehitaman' daun t"."ig"f*g dan mengalami -.malformasi al'' tan;; mlnjadi kerdil (Sumardivono .etkutil
Di Suiawesi Tenggara, p-enyakit pertama kali dilaporkan 15. iogotr"monis) i"taiput di Desa Rante Angin, Kolaka Utara' Sulawesi Tenggara (Taufik et al' 2012)'
ZOOgt.
Gejala yang nampak adalah pembengkakan kecil*"" ,"tU.titot kutil berupa benjolanranting f.."if puOu pangkal batang, cablnB, uta., tunus-tunas-. Gej ala tersebut berkembang daun ke batang, cabang, ranting, dan tulang
ini telah
(Jniversitas Halu oleo Kendari' Fahtltas Pertanian staf pengaiar Jurusan Agrotelcnolo-gi
2)MahasiswaPadaProgramPascasarjanaLlniversitasHaluoleoKendari
0l
2
sehingga permukaannya terlihat kasar dengan warna hitam kecokelatan. Daun yang baru terbentuk berukuran kecil-kecil, kaku, dan keriting. Beberapa tahun kemudian gejala kutil telah ditemukan pada tanaman nilam di Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Konawe. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit kutil bukan hurya mengurangi berat kering tanaman nilam tetapi juga dapat mengurangi kuantitas dan kualitas minyak nilam. Dilaporkan infeksi pada tanaman muda dapat menyebabkan intensitas penyakit mencapai 90% (Herwita dan Nasrun, 2009). Cendawan S. pogostemonis ini memiliki kemampuan membentuk struktur sporangium yang dapat bertahan lama di dalam tanah sehingga tanah-tanah yang terinfeksi perlu diberakan dalam waktu yang cukup lama.
Di
Sulawesi Tenggara, penyakit kutil
pada tanaman nilam masih tergolong sebagai penyakit baru untuk itu diperlukan usaha
untuk menentukan strategi
mengendalikan perkembangan layu
fu sarium
pada tanaman krisan dengan penekanan tertinggi ditunjukkan oleh aplikasi dalam bentuk kombinasi (70.1%) yang diikuti dengan aplikasi tunggal Trichoderma sp.
I
Gliocladium
rizobakteri pada
sp.,
untuk tanaman
peneliti, diantaranya Taufik et al. (2005, 2010) melaporkan bahw4 rizobakteri dapat menginduksi ketahanan tanaman cabai yang terinfeksi oleh Cucumber mosaic virus. Oleh karena itu penelitian ini diperlukan untuk
mengkaji
sekaligus
mengevaluasi
kemampuan agens hayati tersebut untuk mengendalikan penyakit kutil pada tanaman nilam.
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
disusun
berdasarkan
Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri atas delapan perlakuan yaitu sebagai berikut: ,A.1
:
Tanpa agens hayati (kontrol) sp.
A2: Gliocladium ,A3: Rizobakteri
Aa: Trichoderma sp. A5: Gliocladium sp. + Rizobakteri A6: Gliocladium sp. + Trichoderma A.7: Rizobakteri
+
As: Gliocladium
sp.
sp.
Trichoderma sp.
+
Rizobakteri +
Trichoderma sp.
karena
efektif
sp. (55.9%). Selain
budidaya juga telah dilaporkan oleh beberapa
yang diusulkan adalah
sp. dan Gliocladium sp.
dm
mengendalikan penyakit
menggunakan agens hayati. Pengendalian penyakit dengan menggunakan agens hayati adalah salah satu komponen pengendalian terpadu yang sekaligus dapat menunjang pengendalian ini lebih ramah lingkungan. Beberapa agens hayati yang potensial dan dapat digunakan untuk mengendalikan patogen yait'l Gliocladium, sp., rizobakteri dan Trichoderma sp. Hasil penelitian yang dilaporkan oleh Taufik (2008) bahwa Trichoderma sp. dapat mengendalikan penyakit layu pada tanaman tomat. Selanjutnya hasil penelitian Hartal et al. (2010) menunjukkan bahwa Trichoderma
sp
peng$m8m
Alternatif
sistem pertanian berkelanjutan,
dn"Glilf,dium
Tri&&w
pengendalian
yang cepat dan tepat.
pengendalian
(56.1t6)
Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga total unit penelitian adalah
24 unit. Dalam setiap unit penelitian terdapat tiga tanaman uji sehingga keseluruhan terdapat 72 tanaman.
Prosedur Penelitian Persiapan Media Tanam dan Tanaman
uji
Media tanam yang digunakan berupa tanah dan pupuk kandang (2:1) kemudian dicampur terlebih dahulu lalu dimasukan ke media polibag yang berukurun 20 x 30 cm.
Polibag yang telah diisi siap digunakan sebagai media tanam.
Stek nilam diambil dari cabang pangkal tengah atau pucuk tanaman nilam yang masih
AGRIPLUS, Volume 24 Nomor: LlJanuari 2014 ISSN 0854-0125
3
itu
dipotong-potong dengan panjang sekitar 15-23 cm atau * 3-5 mata i-ut. Untuk mengurangi penguapan' maka Ju"t V*g ada pada stek dihilangkan' Stek kemudianditanam pada polibag yang telah berisi media tanam sedalam 10 cm dan diletakkan dalam rumah kasa'
muda. Setelah
Persiapan Agens Hayati dan Aplikasi Pada Media Tanam
Gliocladium sP. Isolat dkocladium sp' diperoleh dari
koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan p"nyuf.it Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari' Isolat
telah Gliocladium sp. tersebut sebelumnya Jip.rU"nyut pada media sekam selama tujuh fr*i dan silanjutnya siap diaplikasikan' Apf*uti Glioclidium sp' diberikan ;efanVak
lti g pada media tanam yang telah.disiapkan' npflitasi Gliocladium sp' Diberikan tujuh
hari sebelum tanam.
Rizobakteri
Isolat rizobakteri diperoleh dari koleksi Laboratorium Mikrobiologi Universitas Gadja Mada. Formulasi tersebut langsung diberikan pada media tanam dengan cara formulasi rizobakteri -"n"u-p.ti 10 g dalam setiap polybag' dengan media tanam epti.uti rizobakteri dilakukan tujuh hari sebelum tanam.
Trichoderma sP.
Isolat Trichoderma sp' diperoleh dari
koleksi Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari' Isolat
pada Trichoderma sp' tersebut diperbanyak media beras silama tujuh hari selanjutnya sp' siap diaplikasikan. Aplikasi Trichoderma cara dengan pudu tn"aia tanam dilakukan li"n"urnputkun 10 g Trichoderma sp' ke hari dalam media tanam yang diberikan 7
InokulasiPenyakit S. pogostemonis Secara Mekanis Cabang dan daun nilam yang terinfeksi oleh penyakit S. pogostemonis dikumpulkan
tcemuiian ditimbang sebanyak 10
100 dipotong-potong dan direndam ke dalam untuk ;i uqn"Jtt sieril selama 24 iarr,patogen cendawan mendapatkan suspensi kemudian diinokulasikan pada daun tanaman nitu- sehat. lnokulasi patogen dilakukan dua rningg., setelah tanam. Inokulasi dilakukan p^al-Z daun muda yang sebelumnya telah fitutotun pelukaan dengan menggunakan jarum p"ntut Pada Permukaan daun' kemudian suspensi cendawan patogen tersebut diinokulasikan pada permukaan
daun dengan menggunakan kaPas'
Pemeliharaan
Pemeliharaan Yang akan dilakukan meliputi penyiraman, yaitu dua l
liar yang tumbuh di sekitar tanaman'
Pengendalian hama dilakukan secara manual
denlan mengambil dan mematikan
hama
yang ditemukan Pada tanaman'
Variabel Pengamatan Masa inkubasi dan keparahan penyakit Masa/periode inkubasi adalah waktu munculnya gejala awal pada tanaman uji sejak inokulasi S. pogostemo-ms.- yang diiandai dengan adanya gejala kutil yang terlihat.
p : HF
x
1O096 (Nurmansyah, 2011)
Keterangan:
KP = Keparahan PenYakit (%) Jumlah tanaman dari setiap kategori serangan : Nilai skor setiap kategori serangan N = Jumlah tanaman Yang diamati Z : Nilai skor dari kategori serangan tertinggi
n :
sebelum tanam.
AGRTPLAS,
g lalu
u,
rssN 0854'0128
Dengan berdasarkan pengelompokan kategori gejala penyakit kutil sebagai berikut
itu
ditimbang menggrmakan
timbangan
analitik.
:
0: l:
a-
3-
4: 5: 6:
0% (tidak ada gejala penyakit kutil) gejala penyakit brtil I - 12% gejala penyakitbrtil 12 - 23% gejala penyakitkl':lil 23 - 35% gejala penyakitl
Pertambahan Tinggi tanaman Tinggi tanaman diukur sejak tujuh hari setelah penanaman dan selanjutnya diamati setiap minggu hingga akhir penelitian dan pertambahan tinggi merupakan selisih tinggi tanaman sebelum dan sesudah pengukuran .
Berat kering Pengukuran berat kering tanaman dilakukan pada akhir penelitian. Pada akhir penelitian seluruh tanaman nilam dipanen dengan cara tanaman nilam dipanen beserta akarnya kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 270C selama 48 jam, setelah
Analisis data Data pengamatan di analisis sidik ragam (uji F) pada taraf kepercayaan 95%o dan jika hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji kontras ortogonal dan uji DMRT (Duncan's Multiple Range Test).
HASIL DAI\ PEMBAHASAI\I Masa Inkubasi dan Keparahan Penyakit
Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa perlakuan agens hayati pada tanaman
nilam yang diinokulasi oleh
S. pogostemonis
cendawan
berpengaruh nyata
terhadap masa inkubasi dan keparahan penyakit. Hasil uji kontras ortogonal ratarata masa inkubasi dan keparahan penyakit disajikan pada Tabel 1, sedangkan hasil uji DMRT-nya disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 1
.1-:.txr
{0,00
:i,00
:
8.00
;'t0,00
r t.0ll
b
2J-o{
fi
zo.ott
E
I lA0 2
I
l5,oo t0,00
J.0{ 0.00
AI
AJ
A4
A5
PedahJen
Gambar I
Al
A,:
A6
r\?
Pqhrkuur
Grafik hasil uji DMRT rata-rata masa inkubasi dan keparahan penyakit tanaman nilam yang diberi perlakuan agens hayati (Angka-angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama, berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT6,osl Ar (tanpa' agens hayati); A2 (Gliocladium sp.); 43 (Rizobakteri); & (Trichoderma sp.); A5 (Glioctadium sp. + Rizobakteri); Aa (Gliocladium sp. + Trichoderma sp.); ,{7 (Rizobakteri + Trichoderma sp.); As (Gliocladium sp. + fuzobakteri + 71"ig7t6.rma sp.))
AGRIPLUS, Volume 24 Nomor: 0lJanuari 2014, ISSN 0854-0128
5
Tabel 1 menunjukkan bahwa secara umum pemberian agens hayati baik campuran maupun tunggal tidak memberikan
efek yang berbeda dalam memperlambat masa inkubasi penyakit kutil dibanding kontrol, namun dapat menekan tingkat keparahan penyakit lebih rendah rata-rata sebesar 30,25yo (agens hayati tunggal) dan 32,87yo (agens hayati campuran) dibanding dengan kontrol. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa agens hayati Gtioctadium sp. belum efektif dalam menekan masa inkubasi penyakit kutil dibanding dengan kontrol. Hasil uji DMRT yang disajikan ke
dalam bentuk grafik (Gambar 1)
menunjukkan bahwa perlakuan agens hayati memberikan rata-rata masa inkubasi yang berbeda tidak nyata dengan kontrol, bahkan perlakuan ,{2 memberikan masa inkubasi tercepat selama 6,67 yang berbeda nyata
Tabel
1.
-
perlakuan lainnya.
Pertambahan tinggi tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan agens hayati pada tanaman nilam yang diinokulasi oleh cendawan ,S. pogostemonis berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman. Hasil uji kontras ortogonal rata-rata pertambahan tinggi tanaman disajikan pada Tabel 2, sedangkan hasil uji DMRT-nya disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar Z.
Uji kontras ortogonal rata-rata masa inkubasi dan keparahan penyakit tanaman nilam yang diberi perlakuan agens hayati Uji kontras
-
dengan perlakuan lainnya. Gambar 1 juga menunjukkan bahwa tingkat keparahan penyakit kutil pada tanaman nilam yang tidak diberi agens hayati (A1) lebih tinggi sebesar 42,59Yo yang berbeda nyata dengan perlakuan pemberian agens hayati baik tunggal (A2, ,A.3) maupun campuran (A7, A8) tetapi berbeda tidak nyata dengan
Tanpa agens hayati (Al) vs Agens hayati tunggal (A2, A3, A4) Tanpa agens hayati (Al) vs Agens hayati campuran (A5, A6, A7, A8) Agens hayati tunggal(A2, A3, A4) vs Agens hayati campuran (A5, ,4'6, A7, A8)
Rata-rata Keparahan Penyakit
Inkubasi 9,00 vs 8,67tr
42,59 vs 30,25*.
9,00 vs 9,50tn
42,59 vs 32,87-'
8,67 vs 9,50h
30,25 vs 32,87t"
Masa
Campuran dua agens hayati (A5, ,{6, A7) vs 9,33 vs 10,00t" Campuran tiga agens hayati (A8) Agens hayati tunggal Gliocladiun sp. (A2) vs 6,67 vs9,67** Agens hayati tunggal lainnya (A3, A4) Agens hayati tunggal fuzobakteri (A3) vs 9,67 vs 8,11'n Agens hayati tunggal lainnya (A2, A4) Agens hayati tunggal Trichoderma sp. (A4) vs 9,67 vs 8,11h Agens hayati tunggal lainnya (A2, ,A.3) Keterangan: *'* : berbeda sangat nyata; * : berbeda nyata;tn: berbeda tidak nyata
-
-
-
Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum pemberian agens hayati baik campuran maupun tunggal pada tanaman
nilam yang diinokulasi dengan pogostemonis memberikan efek yang ,S.
berbeda tidak nyata dengan kontrol terhadap
33,33 vs 31,48t' 29,63 vs 30,56'n
25,93 vs 32,41t" 35,19 vs 27,78t"
2 dan 6 MSI, namun jika harus memberikan agens hayati pada tanaman nilam terinfeksi, pemberian agens hayati dalam bentuk pertambahan tinggi tanaman umur
campuran masih memberikan efek yang lebih
baik dibanding dalam bentuk
AGRIPLUS, Volume 24I{omor: 0ltanuad 2014, ISSN 0854-0128
tunggal.
ffri CF
frEEi
T.'" ha)"ati dalam bentuk ncmberilcan rata-rata pertambahan rmen tertinggi yaitu 2,64 cm (2
r-
Tabel2'
S.
Uji
-
Tanpa agens hayati
pogostemonis
kontras (Al)
campuran
iis,
vs Agens
ao, 47,
'nur
umw 2, 4 dan 6 MSI
Rata-rata Pertambahan Tinggi Tanaman
hayati
tunggal (A2, A3, A4) Tanpa agens hayati (Al) vs Agens hayati campuran (A5, 4.6, A7,'Ag) Agens hayati tunggal (A2,A3, ,{4) vs Ag ens
hfiati
tunggal.
Hasil uji kontras ortogonal rata-ratapertambahan tinggi tanaman
cendawan
-
MSD dan 2,54 cn (6 MSD yang berbeda dengan perlakuan agens trlyati secara
A8)
Campuran dua agens hayati (A5, ,{6, A7)
vs
9*i,q*tG;G;r.hayati(A8) - Agens hayati tunggal Gliocladium sp. (A2) vs Agens hayati tunggal lainnya 1m, a+;' Agens
\ayatitunggal Rizobakteri (A3) vs AgensluYut!tunggaf lainnya 1lZ,'1'/ij
MSr
MSr 2,89 vs 2,601" 1,96 vs 2,226 2,89 vs 2,64h 1,96 vs 2,32tu 2
2,60 vs
2,64.
4
2,22 vs
232b
2,90vs1,86h 2,29vs2,42n 2,49 vs
2,65'"
2,20 vs
2,22^
berbeda nyata;
Hasil uji DMRT yang ditunjukkanpada 2 menunjukkan bahwa umumnya perlakuan campuran agens hayati
^ Gaypar
memberikan rata-rata pertambahan tinggi
tanaman yang lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. perlakuan A5 terlihat
memberikan pertambahan tinggi tanaman tertinggi sebesar 4,42 cm pada umur 2 MSI
lu:g
berbeda nyata dengan perlakuan
]ajryVa. Walaupun pada pengamatan umur 4 MSI, semua perlakuan menunjukk anrata_rata pertambahan tinggi yang sama, namun pada pengamatan umur 6 MSI terlihat perlakuan V?"gtermasuk perlakuan ug"n, !7 "u*p.riun hayati memberikan rata-rata pi.tamtatran tinggi tanaman yang lebih tinggi sebes ar 3,06 c1 yang_berbeda nyata dengan perlakuan A1, 1.2, A4 dan ,{6.
Berat kering
Hasil analisis ragam menunjukkan balrwa perlakuan ug"n, huyuti pada tinaman
nilam yang diinokulasi oleh
cendawan
AGRIPLUS, Votu-"
I r I
I'
MSr
2,03 vs l,97tn 2,03 vs 2,54tn 1,97 vs 2,54*
2,47vs2,73tn l,7g vs 2,06tn
2,64vs2,57t" 2,66vs2,00b 2,32vs1,79n
- Agens \ayatltunggal Trichoderma,p. 1a+; u, 2,66vs2,57- 1,79vs2,43n -- Agenshayatitunggallainnya(A2,43)' Keterangan: ** : berbeda sangat *': nyata;
6
tn:
l,g0vs2,05h
berbeda tidak nyata
n1S7ttr.*onis berpengaruh Iberat kering tanaman.
nyata terhadap
Hasil uji kontras ortogonal tata-rata berat kering tanaman lisajikan pada Tabel 3, sedangkal nusit uli DMRT-nya disajikan dalam 6entuk grafik
pada Gambar 3.
5,OO
E
.l;. .r,so t.o
!-j
E
3.O0
E
t.-'u
F z,so '!i zoo
!
r,oa
r
(),0o
E o.so E ,\4
.^5
P6l8In:6f,r
q
a
2 rr,,
R
z,i7
2,20
n 3
F 1,8.o 'a
*
F
C
-ll *
o,9o
P
o.oo
A?
43
4'6
A'I
A5 Peilaklrfin
A'7
A8
3,06
:3.00 a 2, € 2-50 F
F e
I i
i
r,"
I
F
'6 {-1.50 'e
€
1.00
fe o,so E
tl.txt
l
c 1,69
z.ott
I
ll
-I
I ./\4
All
,16
-<
Pcrla\1lan
Gambar 2.
6 minggu setelah-inokulasi (MSI) cendawan Rata-rata tinggi tanaman umur umur 2, 4 dan notasi .huruf .yang sama, berbeda s. pogostemoris (Angka;;;k" v3ns'alluti dengan (tanpa agens hayati); A2(Gliocladium sp'); Az tidak nyata berdasarkaffiirvrirtit 41 Rizobakteri); Ao As' (Gkoctadium sp'-
i'ni^iul*"ril; e. +tili"-i"a",*o tp'l; fir",lnoderma rp); A, (Gliocladium sp.
iRizobakteri +
+
Trichoderma sp.); Ag
+ Trichodermd sp')) iC,t'toaoaiu sp. + Rizobakteri
Berat kering
Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa perlakuan agens hayati pada tanaman
nilam yang diinokulasi oleh
cendawan t:rhadap nyata. S. pogoiteioreis berpengaruh
beiat-kering tanaman. Hasil
-ffi
uji
u"trr-t
ortogonal rata'rata berat kering tanaman disaiikan pada Tabel 3, sedangkan hasil uji DMRT-nya disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 3.
kontras
24
No-ot: ollanuari 2014'
rssN 0854-0128
1:,00 10,00
*
bb 7.{8
I,U0
7,{1
X =
6.ltB
€ 4${J ?.o0
A1 Az A3 Gambar 3.
l**"u"-l,t
A6 A?
AB
Rata-rata berat kering tanaman umur umur 2, 4 dart 6 minggu setelah inokulasi (MSI) cendawan S. pogostemonis.(Angka-angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama, berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRTo,o5; 41 (tanpa agens hayati); A2(Gliocladium sp.); Ar (Rizobakteri); At (Trichoderma sp.); As (Gliocladium sp. + Rizobakteri); A6 Trichoderma sp.); As Trichoderma sp.); Ar (Rizobalteri (Gliocladium sp. + + sp.)) Trichoderma (Gliocladium sp. Rizobakteri
+
+
Tabel 3
menunjukkan
bahwa
pemberian agens hayati dalam bentuk campuran dan tunggal memberikan berat kering tanaman yang berbeda tidak nyata dengan kontrol. Jika menggunakan agens hayati pada tanaman nilam terinfeksi untuk meningkatkan berat kering tanaman, penggunaan agens hayati dalam bentuk tunggal dapat memberikan berat kering tertinggi dibanding dalam bentuk campuran, dan agens hayati yang berperan lebih baik adalah Rizobakteri. Hasil uji DMRT pada Gambar 3 menunjukkan bahwa berat kering tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan ,A'3 sebesar 10,14 g yang berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa penggunaan agens hayati sebagai alternatif pengendalian baik dalam bentuk tunggal maupun dalam bentuk campuran memberikan harapan untuk digunakan sebagai solusi altematif non konvensional. Walaupun hasil pengamatan masa inkubasi menunjukkan bahwa penggunaan agens
hayati secara tunggal (A2, A3, ,A.4) dan campuran (A5, ,4.6, A7, A8) bila dibandingkan dengan kontrol (A1) belum memberikan hasil yang memuaskan dalam memperlambat munculnya gejala penyakit kutil karena secara statistik (uji kontras) memberikan lama masa inkubasi yang sama, namun ada harapan dalam menekan tingkat keparahan penyakit karena memberikan hasil
yang berbeda dengan kontrol. Lebih jelas ditunjukkan pada grafik hasil uji DMRT terlihat bahwa hampir semua perlakuan agens hayati memberikan rata-rata masa inkubasi yang sama dengan kontrol, bahkan pada perlakuan tunggal Gliocladium sp. secara nyata memperlihatkan ketidakmampuannya dalam memperlambat masa inkubasi penyakit dibanding perlakuan lainnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Asman
(2013) bahwa aplikasi Gliocladium sp. g, 10 g, dan 15 g) belum dapat memperlambat atau
dengan berbagai dosis perlakuan (5
menekan waktu munculnya gejala penyakit
kutil yang
disebabkan
oleh
S. pogostemonis.
AGRIPLLIS, Volume 24 Nomot : 0l Januari 2014' ISSN 0854'0128
cendawan
9
Tabel3.
Uji kontras rata-rata berat kering tanaman nilam yang diberi perlakuan agens hayati dan diinokulasikan dengan cendawan S. p o go stemonis Uji kontras
-
Tanpa agens hayati
(Al)
Rata-rata Berat Kering
vs Agens hayati funggal (A2, A3, A4)
Tanpa agens hayati (A1) vs Agens hayati campuran (A5, 4.6, A7,
A8) Agens hayati tunggal (A2, 43, ,A.4) vs Agens hayati campuran (A5,
4'6, A7, A8) Campuran dua agens hayati (A5, A6, A7) vs Campuran tiga agens
hayati (A8) Agens hayati tunggal Gliocladium sp. (A2) vs Agens hayati tunggal lainnya (A3, ,A.4) Agens hayati tunggal Rizobakteri (A3) vs Agens hayati tunggal lainnya (A2, A4) Agens hayati tunggal Trichoderma sp. (A4) vs Agens hayati tunggal lainnya (A2, A3)
Keterangan:
**
:
berbeda sangat nyata; *
:
berbeda nyata;
Masa inkubasi merupakan masa sejak terjadinya inokulasi hingga munculnya gejala penyakit pada tanaman. Masa inkubasi penyakit kutil pada tanaman nilam ditandai dengan munculnya tonjolantonjolan seperti kutil pada daun tanaman nilam tempat dilakukannya inokulasi suspensi cendawan. Gejala ini kemudian berkembang hingga ke bagian daun lainnya, bahkan hingga ke batang tanaman. Dampak akhir yang terlihat pada tanaman akibat infeksi penyakit kutil adalah terhambatnya pertumbuhan tanaman.
Hasil
uji DMRT pada pengamatan
keparahan penyakit, menunjukkan bahwa perlakuan agens hayati baik bentuk tunggal maupun campuran dapat menekart rata-tata keparahan penyakit kutil dibanding dengan kontrol, dengan rata-rata terendah terdapat pada perlakuan tunggal rizobakteri sebesar 25,93yo. Hal ini jelas menunjukkan bahwa agens hayati yang digunakan memiliki potensi dalam pemberian perlindungan bagi tanaman terhadap infeksi patogen melalui berbagai mekanisme baik secara langsung
maupun tidak langsung
(menginduksi
ketahanan tanaman). Perlindungan secara langsung dapat terjadi bila agens hayati dan patogen berada dalam wilayah yang sama,
tn:
6,63 vs
8,1lh
6,63 vs 6,54b 8,11 vs 6,54** 6,93 vs 5,36h 7,15 vs 8,59h 10,14 vs 7,09-* 7,03 vs 8,65tn
berbeda tidak nyata
dengan menghambat pertumbuhan dan perkembangan patogen secara langsung melalui mekanisme (1) antibiosis dan lisis; (2) kompetisi ruang tumbuh dan nutrisi; serta (3) hiperparasit (Baker and Cook, 1974; Domsch et al., 1980). Selanjutnya menurut Hartal et al., (2010), bahwa Trichoderma sp. memproduksi trichodermin dan Gliocl adium sp. memprodttksi gliotolcsin dan viridin yang merupakan toksin bagi patogen. Apabila toksin yang berbeda tersebut diaplikasikan secara bersamaan maka daya hambatnya akan semakin tinggi dari pada satu agen antagonis yang menyebabkan spora patogen mengalami lesio dan tidak berkembang (Noveriza et al., 2012). Di samping itu, dengan kemampuan menghasilkan toksin
berarti cendawan antagonis tersebut merupakan kompetitor yang baik bagi cendawan patogen (Anggraini,
2003).
Kemampuan agens antagonis yang tumbuh lebih cepat menyebabkan agens antagonis lebih cepat menguasai ruang tumbuh dan nutrisi (Garrett, 1956). Perlindungan agens hayati terhadap infeksi patogen pada tanaman melalui mekanisme tidak langsung (menginduksi ketahanan) umumnya akan terjadi bila patogen dan agens hayati tidak
AGRIPLaS, Volume 24 Nomot: 0ltanuari 2014, ISSN 0854-0128
10
berada dalam lingkungan yang sama. Mekanisme yang terj-adi JOuiuf,,"r;, hayati meningkatkan sistem --ietahanan .akan tanaman melalui mekanisme induksi
resistensi sehingga Oapat bertahan terhadap
patogen. ]ifk|i. terinduksi. adalah
ketahanan -O_"nutanaman
fenomena
terjadi peningkatan ketahanan runurun"rerhadap
infeksi oleh patogen setelah terjadi rangsangan.
Ketahanan ini perlindungan tanaman
merupakan
bukan
unftrk mengeliminasi patogen tetapi i.Uif, pada aktivitas dari mekanismJiJ.t"t unun tanaman. Ketaha;
sebagai
p.;rilffi"1"',::H'
fl:iffTl;l
tanaman dimana tanaman adalah" metode ini bukan p"tog.*yu. target Induksi resistensi atau imunisasi'
1"7buatan adalah suatu proses ,.rirt.nri stimulasi
resistensi tanamz
sen_sen uu-]n '"lffiJ:io"tl:::,1*:i menyebabkan kondisi fisiologis yang
mengatur sistem ketahanan menjad"i
aktif dan atau menstimulasi mekanisr"--r"ri.t"nrl vans dimiliki ;;;;; 1,ii,oni_, l^11i 2014), Selanjutnya, "l.h dda dua bentuk ketahanan terinduisi yang ;;;rn yaitu
ltymx. Acquired n"rirroi""-ir"ial dan Induced Systemic Resrstan)e -'?fSn;.
Ketahanan
tanaman,..i"d"k;i ;;pat dengan penambahan bahan_bahan )ipicu kimia tertenfu, mikroorganisme non-*'putog"n, patogen avirulen. ras patogen into,rif"tiU"t,
dan patogen virule
I:*d; k"";;, i il;fi J#,, T"?T'J##ff l Ketahanan tanaitan terinduksi karena penambahan senyawa
kimia
atau menginokulasikan patogen nekrotik -ieil."rnjutri sering diistitahkan dengan injurci
SAR dicirikan dengan -;;;.""orLy" akumulasi asam salisil ut"(on"yii"i,t,g dan protein pR gotno["iri_i"ta"a l'?t"!n:, PR), sedangkai t.ruiu""n karena. agen bi o"tik'
:::111r$i dikenal
n
dengan ISR Rizobakteri (Anonim, 201 4).
:e.nng
AGRIPLUE U"
on_p"ilr.nir
..pini"or.rl
-;'fl ,1t"""?; t?::i.#f:'#
Keberada
serain.
penyakit juga dapat membanti, f.ningtutun pertumbuhan tanaman menjadi lelih optimal. Tinggi tanaman merupakan indikator perfumbuhan tar
mengukur
0..,ffi;1f;rJ;il?*T T*f
penelitian menunjukkanUutiu-
terjadi pertambahan tinggi tanaman ,.:uf. awal pengukuran samRli akhir penffiiun
semua perlakuan.
ururi
puOu
berdasarkan
-secara hasil uji kontras diketahui bui*u"i.LU..iun agens hayati baik campuran rnuupun tunggal pada tanaman nilam yung ,.rin6kri oleh .r. po gos temonls memberikan efek pertambahan
tinggi
tanaman
pde n;;r;#"flJ#i
on*"""
uu",il!:l Walaupun secara uT,um pemberian agens hayati belum memberika, h;;ti^;;;; optimal
pada peningkatan
p".tamUaian-ni.mb.ritun tinggi tanaman, namun jikaharu" agens hayati pada tanaman ni^f-u* yung terinfeksi, maka pemberian d{am bentuk campuran masih";;;;" hayati memberikan efek yang lebih bail aiUanJing Offii.ntur.
tunggal. pemberi uerinir*TilrffJurt,u!*^l#u pertambahan tinoqi tanaman i.rtingg]' 2,64 cm (2 Msriia" 2,;;;'i;'il1t) vuitu ,""* berbeda dengan p..l;ku;" )i.#'rr,uyu,t
*'';#
secara tunggal, sedangkan hasii uji menunjukkan bahwa perlakuan DMRT campuran rizobakteri densan ctir"toiiri.o fli,l o* rizobakteri Trichodermi
sp ( 7) .deigan masing-masing memberikan iata_rata g",lurb1!T tinggi tanaman t.rtinggi J"i.ru,
4,42 cm.(2 MSD dan 3,06., io Rizobakteri -
vtil. "
p* (;;;; ;,i --il;;;'^"-JJldui ^k* ^;- pertumbuha" _ff kualitas
ffi#f"".fl
ill
hormon pertumbuhan f:grkri senyawa tertentu.
Oun p"nJu.if mampu,.igin?*ri ketahanan tanaman dalam m.nghumbut "i"irifr' perkembangan penyakit t"iir. ,r,
serta
I(emampuan rizobakteri yung
OilunJin puau penelitian ini juga diduga iirJi"'it# ir.r,
11
kemampuannya menstimulasi pertumbuhan tanaman nilam sehingga mampu tumbuh lebih vigor. Pertumbuhan yang lebih vigor menjadi penting untuk melawan infeksi kutil yang bersifat sistemik. Pada pengamatan berat kering tanaman juga terlihat efek dari perlakuan tunggal rizobakteri (A3). Berdasarkan hasil uji DMRT diketahui bahwa perlakuan ,{3 dapat meningkatkan berat kering tanaman lebih baik dibanding perlakuan agens hayati lainnya baik dalam bentuk tunggal maupun campuran, hal ini didukung oleh hasil uji kontras yaitu terlihat bahwa pemberian agens hayati tunggal lebih baik dibanding campuran dalam meningkatkan berat kering tanaman dan perlakuan tunggal terbaik adalah perlakuan tunggal rizobakteri. Walaupun secara umum perlakuan agens hayati baik tunggal maupun campuran masih memberikan hasil yang sama dengan kontrol secara statistik, namun pemberian agens hayati pada tanaman yang terinfeksi penyakit kutil sudah memperlihatkan potensinya pada semua variabel pengamatan yang lebih baik juga akibat pengaruh perlakuan agens hayati, khususnya lagi agens hayati rizobakteri. Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa tanaman yang diberi rizobakteri tumbuh lebih baik sehingga lebih tahan dan produksi yang lebih tinggi. Sejalan dengan penelitian ini, Taufik, (2011) melaporkan bahwa, rizobakteri mampu menekan terjadinya penyakit busuk pangkal batang dan penyakit kuning pada tanaman lada hingga 8,75Yo. Selanjutnya Asman, (2011) melaporkan bahwa asosiasi rizobakteri secara campuran (8. subtilis SB3 dan P. fluorecens ES32) pada pisang Rajabulu mampu menurunkan gejala keparahan penyakit layu Fusarium (Disease Severity) sampai kategori ringan. Tanaman yang terinduksi karena perlakuan rizobakteri (A3) dengan rata-rata keparahan penyakit terendah 25,92 dibanding dengan perlakuan lain. Hal ini selain fungsi rizobakteri dalam
menstimulasi pertumbuhan tanaman dengan mensekresikan hormon pertumbuhan seperti IAA (auksin) dan sitokinin juga mampu mengendalikan cendawan patogen dengan cara menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit anti patogen seperti siderophore, B-
1,3-glukanase, kitinase, antibiotik, dan
sianida (Kloepper, 1 993). Dapat dilihat respon tinggi tanaman nilam yang tidak diberi agens hayati secara tunggal maupun campuran adalah yang
terendah dibandingkan dengan
tanpa
pemberian agens hayati (A1). Kemampuan S. pogostemonis menghambat perlumbuhan telah diuraikan oleh Herwita dan Nasrun (2009) bahwa patogen yang telah menginfeksi tanaman nilam selanjutnya akan
memenuhi sistem pembuluh
tanaman
sehingga menghambat aktivitas transportasi unsur fotosintat. Sumardiyono er al., (2003) menyatakan bahwa perkembangan pogostemonis didukung oleh kandungan air, sehingga ada hubungan antara tingkat perkembangan
hara atau hasil S.
penyakit dengan keadaan iklim, sehingga pada musim hujan perkembangan penyakit relatif lebih cepat dibandingkan musim
kemarau. Berkaitan dengan kondisi lingkungan tersebut, menurut Abdullahi et al. (2005) bahwa tingkat perkembangan patogen ditentukan oleh kondisi organ tanaman yang relatif tidak sama. Daya patogenitas suatu patogen dipengaruhi oleh faktor internal seperti umur dan kondisi fisik patogen itu sendiri serta faktor eksternal seperti iklim dan kondisi lingkungan.
Pengendalian hayati
dengan memanfaatkan mikroorganisme hayati seperti Trichoderma sp., Gliocladium Sp., dan
rizobakteri merupakan alternatif pengendalian yang memberikan harapan untuk digunakan sebagai solusi altematif non konvensional. Hal yang cukup menarik dari penelitian ini adalah perlakuan agens hayati baik yang diberikan secara tunggal maupun
AGRIPLUS, Volume 24 Nomot: 0lJanuan 2014, ISSN 0854-0129
ul toeila c:rmpuran memiliki rata-rata pengaruh
DAF'TAR PUSTAKA
lzng hampir
sama terhadap masa inkubasi dan keparahan penyakit, pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun serta berat kering
tanaman
jika
Asman, 2011. Efektivitas Aplikasi Rizobakteri
in
dan Agens Antagonis Layu Fusarium pada pisang Rajabulu (aab) dan pisang Tanduk (aab) di Rumah Kaca. Bogor Agricultural
dibandingkan dengan tanpa
Pertumbuhan
pemberian agens hayati.
KESIMPULAN
University.
Kesimpulan
l.
Aplikasi agens hayati pada tanaman nilam yang terinfeksi baik bentuk tunggal maupun campuran memiliki potensi dalam menekan keparahan
penyakit dan meningkatkan pertumbuhan tanaman nilam 2.
dibandingkan dengan tanpa pemberian agens hayati. Aplikasi agens hayati bentuk tunggal
terlihat lebih baik dalam menekan keparahan penyakit, meningkatkan pertambahan jumlah daun dan berat kering, sedangkan agens hayati campuran terlihat lebih baik dalam
memperlambat
masa
Asmar, 2013. Kajian Gliocladium sp. Sebagai Pengendali Hayati penyakit Kutil (,S. pogostemoms) pada Tanaman Nilam.
Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo. Kendari.
Anonim,
dan
endobioticum and its utility in microarrays for the simultaneous detection of fungal and viral pathogens of potato. Applied Microbiology and
Biotechnology, 68 (3) :368-375.
Anggraini,
dibandingkan dengan campuran tiga jenis agens hayati dalam mengendalikan
Penyakit Pascapanen Antraknose pada
Pertanian. Universitas
pertumbuhan tanaman nilam.
rizobakteri
potensi
Cabai Merah. Skripsi.
lrutil dan meningkatkan
4. Agens hayati tunggal
D. S., 2003. Studi
Trichoderma viride dan Gliocladium virens dalam penggendalian Hayati
hayati memiliki potensi yang yang sama
penyakit
Ketahanan Tanaman
Induced Systemic Resistqnce (ISR) teori aplikasi. http ://antivirustanaman. blogspot. com/2 008/03/induksi-ketahanantanaman.html diakses 07 J anuari 201 4. Abdullahi, I., M. Koerbler, H. Stachewicz, and S. Winter. 2005. Synchytrium
inkubasi,
tanaman dan jumlah daun. Secara umum campuran dua jenis agens
2014. Induksi
Sytemic Acquired Resistance (SAR)
meningkatkan pertambahan tinggi
3.
Vitro Sebagai pendukung
Baker,
Fakultas Bengkulu,
Bengkulu. and R. J. Cook, 1974. Biological
K. F.
memiliki potensi yang lebih dibanding dengan agens hayati lainnya dalam mengendalikan penyakit kutil dan meningkatkan pertumbuhan tanaman
Control of plant pathogens. W. H. Freeman and Company, San Francisco. Garrett, S. D., 1956. Biology of Root Infecting
nilam.
Hartal, Misnawaty dan Indah, B., 2010. Efektivitas Trichoderma sp. dan
Saran
Fungi. Cambridge Univ.
Gliocladium sp. Dalam pengendalian Layr Fusarium pada Tanaman Krisan. Jurnal Ilmu-Ilmu pertanian Indonesia.
Perlu penelitian skala lapang tentang efektivitas agens hayati untuk mengendalikan penyakit meningkatkan pertumbuhan tanaman nilam.
kutil dan
press,
Cambridge.
ISSN
Herwita,
I.
141
1-0067 Bengkulu.
dan Nasrun, 2009. pengaruh Cara lnokulasi Synchytrium pogostemonis
Terhadap Gejala Budok
Dan
Pertumbuhan Nilam. Balai penelitian
AGRIPLaS, Volume 24 Nomot: 0lJanuari 2014, ISSN
I
I
0g57M
t3 Tanaman Obat dan Aromatik. Sumatera Barat.
Kloepper, J.W., 1993. Plant growth promoting
rhizobacteria as biological control agents. p.255-274. InF.B. Meeting, Jr.
sebagai agens proteksi Cucumber Mosaic Virus dan Chilli Veinal Mottle Virus pada tanaman cabai. Jurnal Hayati, 12 (4):139-144 .
(Ed.). Soil Microbial Ecology, Applications in Agricultural and
Taufik, M., 2008. Efektivitas Agens Antagonis Tricoderma sp. pada Berbagai Media
Environmental Management. Marcel
Tanaman Tomat. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEIPFI
Dekker, Inc. New York. Nurmansyah, 2071. Pengaruh Penyakit Budok Terhadap Produksi Tanaman Nilam.
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Bul. Litro. Yol. 22 No. 1, 2011, 65-73. Sumatra Barat.
Noveriza, R., G. Suastika, S.H. Hidayat dan U. Kartosuwondo, 2012. Potyvirus Associated with Mosaic Disease on (Pogostemoncablin Patchouli
(Blanco) Benth.) Plants
rn
Indonesia. J ISSAAS 18(1) :131-1a6 Mitarlis, 2005. Peningkatan Kadar Patchouli Alcohol Pada Minyak Nilam (Pogostemon cablin Benth) Dengan
Rahma, I dan
Metode Distilasi Fraksinasi Vakum. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya. Berk. Penel, Hayati t0 (123-127). Sumardiyono, C., Hartono, S., Nasrun dan Sukamto, 2008. Pengembangan Teknik
Identifikasi dan Studi Epidemik Penyakit Budok pada Tanaman Nilam. Laporan Penelitian Tahun I, .Bidang
Penelitian 2 (Tanaman Perkebunan). Kerjasama Universitas Gadjah Mada dan Balittro. 16 hal.
Taufik, M, S. Hidayat, G. Suastika, S.M Sumaraw, dan S. Sujiprihati.2OO5. Kajian Beberapa isolat Plant Growth Promoting Rhizobacteria
Tumbuh Terhadap Penyakit Layu
XD(
Komisariat Daerah
Sulawesi
Selatan.
Taufik, M, A. Rahman, dan S.H. Hidayat.
2010. Mekanisme Ketahanan Terinduksi oleh PGPR (Plant
Growth-Promoting Rhizobacteria) Pada Tanaman Cabai Terinfeksi CMV (Cucumber Mosaic Virus). Jurnal Hortikultura 20 (3) : 298-307 . Taufik, M., 2011. Aplikasi Rhizobakteri dan
Trichoderma spp.
Terhadap
Pertumbuhan Tanaman dan Kejadian
Penyakit Busuk Pangkal Batang dan
Kuning pada Tanaman Lada (Pipernigrum L.). Seminar dan Pertemuan Tahunan XXI PEI, PFI Komda Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan tanggal 7 Juni 2011 di Hotel Singgasana Makassar. Taufilg M., A. Hasan dan R. Noveriza. 2012. Informasi Baru: Keberadaan Penyakit
Pada Tanaman Nilam
Di
Tenggara. Seminar
Sulawesi
Nasional
Perhimpunan Fitopatologi lndonesia Komda Sulawesi Tenggara dan Jurusan
Agroteknologi di Hotel Altaya, Kendari 22-23Mei2012.
AGRIPLaS, Volume 24 Nomot: 0llanuari 2014, ISSN 0854-0128